Big gov

Page 1

BIG Government

‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa

Hendy Kusmarian © 2008 oleh Hendy Kusmarian. Dilarang menyalin atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari penulis.

Penerbit: Institut Harmoni Semesta Jl. Ketintang Timur PTT V/9 Surabaya 60231 Tel: (031) 77308852 ; 081553599194 Email: lenteracipta@yahoo.com ; info@pressoil.net Web: http://harmonisemesta.ning.com


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Prakata Saya sangat bersyukur kepada Allah Ta’ala yang telah menganugerahkan kepada saya sangat banyak pemikiran yang baik, dan yang lebih penting, pertolongan dan kekuatan untuk menindaklanjuti gagasan-gagasan itu ke tingkat-tingkat yang memberikan lebih banyak faedah dalam mewujudkan perubahan positif dalam masyarakat. Syukur saya kepada Allah sedemikian rupa karena adalah semata-mata berkat kasih sayang-Nya saya yang lemah ini bisa menulis buku dengan tema sebesar tema buku ini. Buku semacam ini tradisinya hanya ditulis oleh para cendekiawan yang memiliki pengetahuan mendalam dalam ekonomi-politik dan sosiologi. Dus, saya yang hanya mengenyam pelatihan formal dalam Pemasaran (itu pun dari kursus jarak-jauh selama 2 tahun) dan kursus 1-tahun Aplikasi Sistem Bisnis setelah sebelumnya drop out atas pilihan sendiri dari sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Bandung karena nilai-nilai yang di bawah standar, selayaknya bersyukur kepada Allah atas pencapaian ini. Juga syukur saya kepada Allah begitu besarnya karena inilah kali pertama saya bisa menuntaskan gagasan-gagasan perubahan yang banyak datang ke dalam otak saya secara tiba-tiba menjadi sebuah buku. Justru karena kelemahan saya dalam latar belakang akademislah saya tidak mampu menindaklanjuti segala ide yang mulai bermunculan sejak pertengahan 1990-an. Namun berkat Internet si Pembebas, yang aplikasinya dalam bidang bisnis mulai saya kenal pada 2002, kelemahan itu lambat laun bisa hilang. Dengan sumberdaya pengetahuan tak terbatas yang dikini tersedia di Internet, menjadi mudah bagi saya untuk meneliti topik dari buku ini setelah, lagi-lagi, sebuah ide terkait Big Government sekonyong-konyong ‘masuk’ ke dalam benak saya pada 12 Februari 2007. Internet ternyata adalah ‘nikmat’ yang diturunkan Tuhan kepada umat manusia. Bagaimana bukan?! Dengan tesis buku ini yang relatif sulit penjelasannya—tesisnya akan anda lihat dalam Pendahuluan, dan sekitar 7-bulan nyaris vakum dari mengurusi buku ini karena saya di tengah jalan tiba-tiba mendapat sebuah ide bisnis online dan lalu lebih bergairah mengembangkan bisnis online ini dari nol, saya akhirnya bisa menyelesaikan buku ini relatif cepat. Sebagaimana bisa anda lihat dalam buku ini, Internet adalah ‘Demokrator Agung’... dan dengan Internet-lah Big Government akan tumbang. Syukur terakhir saya yang amat besar kepada Allah terkait penyelesaian buku ini adalah atas pengembangan paradigma sains baru yang saya sebut Harmoni Semesta. Dengan paradigma ini, kita bisa mengamati dan menjelaskan segala fenomena atau masalah kemanusiaan (ekonomi, politik dan sosial) sedemikian rupa sehingga bisa mendekati kebenaran obyektif. Tanpa perspektif ini dalam mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan terhadap fenomena atau masalah kemanusiaan, umat manusia bisa menciptakan banyak konflik dan permasalahan yang kemudian bisa menghambat, bahkan menghalangi, perjalanan evolusi positifnya menuju Tuhan. Kemudian, salawat dan salam semoga terus tercurah kepada Muhammad Rasulullah saw., yang untuk beliaulah Allah menciptakan alam semesta yang fana ini, dan yang dengan perantaraan beliaulah alam semesta bisa mencapai harmoni. Terakhir, tugas yang ditetapkan bagi buku ini terlalu ambisius untuk dicapai sendirian oleh penulis dan sendirian oleh buku ini. Menulis tentang reformasi pemerintahan sendirinya adalah suatu proses evolusi, yakni proses yang berubah lambat, tak pernah berakhir. Tetapi harapan saya buku ini akan berguna sebagai langkah pertama dalam prosesnya. Karena inilah saya telah menciptakan sekumpulan blog terkait mengenai paradigma Harmoni Semesta dan evolusi sektor publik, sektor bisnis, dan sektor nirlaba, yang berinduk di http://hendykusmarian.blogspot.com Saya mengundang setiap pembaca untuk memberi masukan dan komentar. Blog adalah jalan terbaik di era Internet untuk menunjukkan bahwa argumen dari buku ini belum selesai, bahwa ia terbuka untuk diteruskan oleh setiap pembaca sesuai dengan kearifan dan pengalamannya. Menulis dalam buku untuk menyempurnakan pemikiran-pemikiran si penulis telah merupakan salah satu praktik

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

1


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

keilmuan tertua dalam setiap peradaban. Komentar-komentar para pembaca yang ditambahkan ke marjin-marjin putih halamannya sama merupakan bagian dari budaya seperti apa yang mula-mula tertulis pada halaman-halaman itu. Karena buku-buku tidak lagi mempunyai marjin-marjin yang cukup luas, sementara Internet telah menjadi alam semesta tersendiri, menyediakan blog di Internet adalah jalan terbaik bagi pembaca untuk secara aktif terlibat dengan apa yang dibacanya. Surabaya, 12 Mei 2008

Hendy Kusmarian

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

2


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Daftar Isi Pendahuluan: Apa Yang Salah Dengan Kita? 1. Harmoni Semesta 11 2. Islam Tentang Kehidupan Bermasyarakat 3. Darah di Jalanan 46 4. Megapolitik dan Resesi 52 5. Bagaimana Gereja Menguasai Agama 55 6. Dimensi Keempat 59 7. Masyarakat Tak Bertempat 66 8. Kemunduran Negara-Bangsa 69 9. Organisasi Amuba 78 10. Cara Kita Menciptakan Kekayaan 89 11. Pemerintah Dimensi Keempat 93 12. Pendidikan Dimensi Keempat 102 Daftar Pustaka 106

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

4 22

3


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Pendahuluan: Apa Yang Salah Dengan Kita? Krisis Moneter 1997, yang kemudian berkembang menjadi Krisis Total, merupakan momen yang mengungkap kebobrokan sistem ekonomi dan politik Indonesia yang telah coba ditutupi selama 32 tahun oleh rezim Orde Baru. Pertumbuhan pesat ekonomi dan kestabilan politik telah mempesona kita maupun bangsa-bangsa lain sehingga membutakan mata betapa ekonomi dan politik kita dibangun di atas fondasi yang sangat rapuh dan korup. Juni 1997, rupiah terserang badai dolar setelah baht Thailand rontok. Dalam 6 bulan ekonomi kita jatuh. Memasuki Desember 2007 nilai rupiah anjlok ke Rp 5.000 per US$. Kita ibarat naik jet coaster yang sedang meluncur turun tak terkendali. Dalam waktu tiga tahun, Indonesia berubah dari Emerging Tiger menjadi New Beggar, dari negara berpenghasilan menengah (US$1.050 per kapita) menjadi negara miskin (US$400 per kapita). Selama 1998-1999 pemerintah berusaha menahan agar Indonesia tidak terempas ke dasar laut krisis. Pemilu demokratis 1999 menghasilkan pemerintahan baru. Namun, sepanjang 1999-2001, kebijakankebijakan pembangunan boleh dibilang tak menghasilkan kemajuan. Pemulihan ekonomi tidak kunjung berjalan di jalur yang benar. KKN (Korupsi, Kolusi, & Nepotisme) menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah untuk diberantas. Bahkan, kondisi korupsi era Reformasi sudah sedemikian rupa sehingga Presiden Abdurrahman Wahid saat itu mempunyai anekdot tentang ini: “Di zaman Orde Lama, korupsi dilakukan di bawah meja. Di zaman Orde Baru korupsi dilakukan di atas meja. Di zaman Reformasi hari ini, mejanya pun ikut dikorupsi.” Pergantian presiden terjadi pada 2001. Wapres Megawati naik menjadi presiden. Namun, sepanjang 2001-2004, sementara negara-negara lain yang terlanda krisis moneter seperti Korea, Hong Kong dan Thailand sudah pulih, Indonesia masih terpuruk. Lagi-lagi sebabnya korupsi. Pada 2002, Kepala Bappenas Kwik Kian Gie mengungkap kondisi mencemaskan korupsi kita. Perkiraan kekayaan negara yang dikorup per tahun (2002-2003) mencapai Rp 444 triliun. Wabah KKN di Indonesia menonjol di lingkungan PNS, parpol, Polri, dan Militer dalam bentuk suap, pemerasan halus, manipulasi, money politics, dan kolusi bisnis. Teten Masduki dari Indonesian Corruption Watch (2003) bahkan menyebutkan penyuap di Indonesia lebih kuat dari yang disuap. Sementara Kwik Kian Gie (2003) mengatakan, "bangsa Indonesia hancur karena kolaborasi konglomerat (elit pengusaha) dengan elit kekuasaan". Profesor Toshiko Kinoshita, Guru Besar Universitas Waseda, Jepang yang diperbantukan pemerintah Jepang kepada Presiden Megawati bahkan menyimpulkan bahwa korupsi adalah “bagian hidup” masyarakat Indonesia. Katanya, “Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berpikir jangka panjang. Ciri ini tidak hanya terlihat di kalangan masyarakat lapisan-bawah, tapi juga kaum politisi dan pejabat pemerintahannya” (Kompas, 2 April 2002). Hingga saat ini, Indonesia masih menduduki posisi memprihatinkan dalam hal korupsi. Sejak 1998, skor indeks persepsi anti-korupsi Indonesia yang dikeluarkan oleh Transparency International berada pada posisi yang rendah. Kita bahkan hampir selalu berada di posisi “juara” negara paling korup. Korupsi menyebabkan ekonomi biaya-tinggi, politik yang tidak sehat, dan kemerosotan moral. Ia juga menyebabkan mutu pembangunan manusia Indonesia berada di peringkat 111, setingkat di atas Vietnam, tetapi jauh di bawah negara-negara tetangga di Asia Tenggara, bahkan di bawah Srilanka (96) (UNDP, 2004). Korupsi juga mengakibatkan negara kita mempunyai daya saing rendah, bahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan Selatan. Laporan World Competitiveness Report 2005

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

4


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

menunjukkan, dari 60 negara yang disurvei, Indonesia berada pada peringkat 59 (setingkat di atas Venezuela).

KKN & Kerusakan Poleksosbud Korupsi bukan saja merampas hak-hak publik, tetapi juga merusak sistem perekonomian, sendi-sendi politik, hubungan sosial, dan cara berpikir. Contohnya, dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) pernah dikabarkan “menguap� sekitar Rp 10 triliun. Bila itu memang terjadi, betapa publik telah kehilangan haknya atas dana sebanyak itu. Dana JPS itu seharusnya diperuntukkan bagi orang-orang tidak mampu. Dana itu bertujuan untuk membuat rakyat miskin tertolong untuk membeli makanan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Dengan hilangnya dana itu, hilang kesempatan bagi anak-anak untuk mengenyam pendidikan, mengonsumsi makanan bergizi, dan mendapatkan perawatan kesehatan. Padahal, pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi sebuah negara. Makanan bergizi bertujuan membuat generasi penerus hidup sehat dan bisa menjalankan tugas-tugas sehari-hari. Bantuan perawatan kesehatan juga bisa membuat warga miskin menjadi hidup lebih sehat dan selanjutnya memiliki produktivitas dalam berusaha. Namun, karena mereka tidak mendapatkan haknya itu, salah satu kerugian pada perekonomian telah terjadi, yakni hilangnya potensi produktivitas, hilangnya kesempatan bagi generasi penerus yang sehat untuk memberi kontribusi pada perekonomian. Dan, yang terburuk, hal itu bisa menghasilkan sebuah generasi yang hilang. Menurut Kwik Kian Gie, kerusakan oleh korupsi tidak lagi terbatas pada perekonomian. Ia sudah menjelma menjadi kerusakan pemikiran, perasaan, moral, mental, dan akhlak yang selanjutnya membuahkan kebijakan-kebijakan politik yang sangat tidak masuk akal (Kompas, 25 Oktober 2003). Kebijakan-kebijakan itu tidak berpihak kepada rakyat, dan memunculkan ketidakadilan dan kesenjangan yang besar antara kaum kaya dengan kaum miskin. Contoh nyata dari ini adalah bahwa kekayaan alam Indonesia yang seharusnya bisa dimanfaatkan seluruh rakyat Indonesia hanya dinikmati segelintir orang karena korupsi. Negara ini dikaruniai kekayaan sumberdaya hutan dan menjadikannya negara produsen kayu terbesar di dunia. Namun, Indonesia kini dihadapkan pada kenyataan hutan yang gundul karena dana reboisasi (DR) yang praktis hanya Rp 10 triliun dikorup. Hilanglah sebuah hutan yang lestari akibat korupsi DR. Walaupun telah gundul, masih saja terjadi penebangan liar yang hasilnya diselundupkan ke luar negeri dengan nilai sekitar 2 miliar dollar AS. Sumberdaya mineral kita dieksploitasi secara tidak bertanggung jawab dan manfaatnya yang terbesar jatuh kepada kontraktor asing dan kroni Indonesia. Rakyat pemilik kekayaan alam yang terkandung di dalamnya memperoleh manfaat yang sangat minimal. Contoh lain penjarahan ekonomi adalah pencurian ikan di perairan Indonesia oleh kapal-kapal asing. Nilainya diperkirakan antara 3 sampai 4 miliar dollar AS. Pasir Indonesia juga dicuri, dengan nilai yang hilang minimal sekitar 3 miliar dollar AS. Sektor ekonomi yang juga dilanda korupsi besar-besaran adalah perbankan. Bank-bank kita digerogoti oleh para pemiliknya sendiri. Uang masyarakat yang dipercayakan kepada bank-bank dalam negeri dipakai sendiri oleh para pemilik bank untuk mendanai pembentukan konglomerat lewat pola mark-up (menggelembungkan nilai proyek). Dari segi angka-angka, korupsi di Indonesia cukup dahsyat dampaknya. Dampak korupsi terhadap anggaran negara sangat bisa dilihat dengan jelas. Di satu sisi Indonesia memiliki tumpukan utang besar. Utang dalam negeri pemerintah saja mencapai Rp 700 triliun. Utang luar negeri mencapai 76 miliar dollar AS. Namun, di sisi lain, sumberdaya alam yang seharusnya bisa membuat Indonesia terhindar dari utang tidak dimanfaatkan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

5


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Meski sudah punya tumpukan utang, Indonesia masih harus mengais utang sebesar 3 miliar dollar AS per tahun, antara lain untuk menutupi arus uang yang harus mengalir untuk membayar bunga dan cicilan utang luar negeri. Terakhir, KKN juga telah merusak hubungan sosial. Orang-orang dan lembaga-lembaga masyarakat saling mencurigai secara luas. Seolah tidak ada celah lagi di masyarakat kita untuk membangun silaturahmi dengan hati bersih dan tulus. Rasanya kita telah kehilangan salah satu modal dasar masyarakat beradab, yaitu rasa saling percaya.

Kemiskinan Akibat langsung terparah dari krisis multidimensi sejak 1997 adalah pertambahan jumlah penduduk miskin. Kalau pada tahun 1996 persentase penduduk miskin adalah 12%, setelah krisis jumlah penduduk miskin naik menjadi lebih dari 30% pada 1998. Kemiskinan yang kita alami kian mengerikan. Data Bank Dunia November 2006 menyebutkan, kemiskinan di Indonesia 149 juta jiwa dari total penduduk Indonesia 220 juta jiwa. Selain itu ada indikator lain dari kemiskinan yang bisa digunakan, yaitu indeks kesenjangan kemiskinan (poverty gap index) dan indeks keparahan kemiskinan. Setelah krisis, bangsa kita mengalami lonjakan tingkat keparahan kemiskinan, yaitu lebih dari 4 kali lipat di kawasan pedesaan, dan kurang dari 1,5 kali lipat di perkotaan. Sementara angka kesenjangan kemiskinan di pedesaan naik 1,5 kali, dan di perkotaan agak lebih tinggi. Dus, krisis ekonomi telah memperdalam dan memperparah kemiskinan. Masyarakat kita bukannya belum melakukan apa-apa untuk memperbaiki kondisi-kondisi memprihatinkan seperti di atas. Sebaliknya, telah sangat banyak yang dilakukan oleh berbagai unsur masyarakat kita untuk memberi sumbangsih pada perkembangan masyarakat yang adil dan makmur. Aktivisme—yaitu aksi atau gerakan untuk mengadakan perubahan sosial atau politik dengan mempengaruhi penduduk atau pemerintah—yang marak dalam era Reformasi ini membuktikan hal itu. Ada Gerakan Disiplin Nasional, Gerakan jalan lurus lintas pakar dan agama, gerakan antisuap KADIN, atau koalisi Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah dalam membangun good governance termasuk mencegah KKN sebagai tindakan fasad (merusak tatanan semesta). Bahkan, Bappenas melalui kajian ilmiah menawarkan 14 prinsip pembangunan yang representatif: 1. Visioner; 2. Transparan; 3. Responsif; 4. Akuntabel; 5. Profesionalitas; 6. Efisien dan Efektif; 7. Desentralisasi; 8. Demokratis dan berorientasi pada Konsensus; 9. Parsitipatif; 10. Kemitraan; 11. Supremasi Hukum; 12. Pengurangan kesenjangan; 13. Komitmen pada pasar;14. Komitmen pada lingkungan hidup. Namun, meski aksi-aksi, strategi-strategi, dan prinsip-prinsip tersebut baik dan positif dalam menciptakan good governance, mereka bukanlah solusi terhadap akar permasalahan bangsa. Ibarat suatu penyakit, mereka hanya menghilangkan gejala-gejalanya yang tampak, tetapi sama sekali tidak menyentuh akar penyakitnya. Dengan pendekatan pengobatan-gejala semacam itu, setelah gejalagejala itu hilang, penyakit itu bisa kambuh dan memunculkan gejala-gejala yang sama itu jika kondisi-kondisi yang memicu kambuhnya penyakit itu pada awalnya tercapai. Jadi, yang bangsa kita butuhkan saat ini adalah solusi super, solusi yang memecahkan akar permasalahan bangsa, bukan hanya yang meredam sementara gejala-gejala yang terdeteksi dari akar masalah itu. Baru di dalam bingkai solusi super inilah, semua aktivisme dan solusi yang lebih rendah seperti di atas akan efektif.

Solusi Supernya: Perampingan & Reformasi Pemerintahan Tesis dari buku ini ada dua: (1) Kebanyakan masalah sosial, ekonomi dan politik dalam kehidupan berbangsa yang kita hadapi saat ini berakar pada apa yang diistilahkan sebagai Big Government; (2) Cara kita memerintah mencerminkan cara kita menghasilkan kekayaan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

6


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Big Government adalah istilah peyoratif (berkonotasi jelek) untuk menggambarkan suatu pemerintah yang terlalu besar, korup dan tidak efisien, atau yang secara tidak semestinya mencampuri aspekaspek kehidupan yang dipandang sebagai bersifat pribadi atau dalam area privat, seperti keimanan, ibadah keagamaan, perilaku seks, atau internal organisasi. Big Government juga mengacu kepada program-program pemerintah di mana tujuan-tujuan kebijakan sebenarnya bisa dicapai dengan organisasi-organisasi yang lebih kecil dan lebih gesit; usaha-usaha untuk menasionalisasi program-program yang tradisinya dilaksanakan di tingkat lokal; melaksanakan program-program yang berusaha menjalankan fungsi-fungsi yang wajarnya terkait dengan sektor swasta atau organisasi-organisasi swasta (seperti kelompok-kelompok nirlaba atau organisasiorganisasi keagamaan); program-program mahal yang cenderung naik biaya-biayanya dalam jangka panjang karena analisis biaya yang buruk; resistensi terhadap upaya-upaya reformasi baik secara internal maupun eksternal; birokrasi-birokrasi besar yang kurang dalam akuntabilitas atau pertanggungjawaban; sedikit atau tak ada pengendalian dan perimbangan atas kekuasaan di dalam organisasi; faedah-faedah nyata yang terbatas yang diberikan kepada para warga; dan tidak efektif biaya (manfaat lebih kecil daripada biaya-biaya). Sebagaimana gejala obesitas atau kegemukan pada orang yang sering berarti buruk, Pemerintah Besar adalah suatu keburukan. Justru ukuran atau struktur mereka yang besarlah yang menyimpangkan mereka dari memenuhi amanat itu. Mengapa akar dari kebanyakan permasalahan bangsa terletak dalam pemerintahan besar? Jawabnya adalah karena pemerintahan merupakan sektor kebaktian terpenting dari masyarakat manusia. Jauh sebelum sektor swasta dan nirlaba muncul dan berkembang, sektor publik berfungsi sendirian untuk membina sebuah masyarakat yang baik. Masyarakat manusia pertama yang beradab di Bumi ini lahir setelah munculnya pemerintahan primitif pertama yang diemban oleh Adam, nabi pertama yang diutus Tuhan ke dunia ini. Tanpa kebangkitan Adam sebagai pemerintah pertama, dunia manusia saat ini tidak akan banyak berbeda dengan dunia fauna! Demikian mendasarnya keberadaan pemerintah dalam masyarakat manusia, sehingga setelah lebih dari 6.000 tahun umat manusia mengenal konsep masyarakat yang tertib atas dasar hukum dan merasakan faedah-faedah hidup sebagai masyarakat tertib, sebagian besar dari kita secara naluriah percaya bahwa pemerintah yang otoriter, bahkan zalim, masih lebih baik daripada tidak ada pemerintah sama sekali (alias anarki)! Tetapi, itu tentu sama sekali bukan alasan pembenar untuk menenggang atau membiarkan pemerintah-pemerintah otoriter yang menguasai kebanyakan politik abad ke-20, dan pemerintahpemerintah demokratis namun besar dan korup yang berlaku masa ini. Itu hanya berarti bahwa kita perlu mengadakan perubahan sosial, ekonomi dan politik secara damai tanpa anarki, yaitu melalui dialog-dialog dan seruan-seruan yang santun dan penuh hikmah kepada kebaikan. Mengapa pemerintah harus direformasi dan dirampingkan secara drastis? Pasangan cendekiawan Alvin dan Heidi Toffler menyatakan bahwa peradaban dunia telah mengalami tiga gelombang perubahan atau revolusi. Revolusi pertanian lebih dari 10.000 tahun lalu meluncurkan gelombang pertama perubahan dalam sejarah manusia; revolusi industri 300 tahun lalu memicu gelombang kedua perubahan; dan hari ini kita telah merasakan dampak gelombang ketiga perubahan. Tiap gelombang perubahan membawa serta sejenis peradaban baru. Hari ini, kita telah menemukan suatu peradaban Gelombang Ketiga revolusioner dengan ekonominya sendiri, bentuk-bentuk keluarganya, medianya, dan politiknya sendiri. Peradaban Gelombang Kesatu terkait dengan tanah. Ia adalah produk dari revolusi pertanian. Hari ini saja masih banyak orang hidup dan mati dalam masyarakat-masyarakat pramodern agraris, menggarap tanah seperti dilakukan nenek moyang mereka ratusan tahun silam. Peradaban Gelombang Kedua berawal sekitar 300 tahun lalu ketika sains Newton pertama bangkit dan mengubah secara mendasar kehidupan banyak orang. Saat itu mesin uap pertama digunakan secara

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

7


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

ekonomis dan pabrik-pabrik pertama mulai bermunculan di Inggris, Perancis, dan Italia. Rakyat jelata mulai pindah ke kota-kota. Ide-ide baru yang berani mulai beredar—ide kemajuan; doktrin hak-hak individu; pemikiran tentang kontrak sosial; sekularisme; pemisahan agama dan negara; dan ide baru bahwa para pemimpin perlu dipilih oleh kehendak rakyat, bukan hak dari langit. Yang menggerakkan banyak perubahan ini adalah suatu cara baru menciptakan kekayaan—produksi pabrik. Dan sebentar kemudian banyak elemen berkumpul membentuk suatu sistem: produksi massa, konsumsi massa, pendidikan massa, media massa semua dipadukan dan dilayani oleh lembagalembaga terkhusus—sekolah-sekolah, perseroan-perseroan, dan partai-partai politik. Bahkan struktur keluarga berubah dari rumahtangga besar gaya-agraris di mana beberapa generasi hidup bersama ke keluarga inti kecil yang khas dari masyarakat industri. Kemudian, ekonomi Gelombang Ketiga lahir di Amerika Serikat pada 1956 ketika jumlah pegawai kerah-putih dan jasa untuk kali pertama melebihi jumlah pekerja pabrik kerah-biru—suatu pertanda awal bahwa ekonomi “cerobong-asap” Gelombang Kedua sedang memudar. Tak lama kemudian beberapa futuris dan ekonom perintis mulai menelusuri pertumbuhan intensivitaspengetahuan dalam ekonomi AS dan mencoba mengantisipasi dampak jangka-panjangnya. Pada 1961 IBM meminta seorang konsultan untuk menyusun suatu laporan tentang dampak-dampak sosial dan organisasi jangka-panjang dari otomasi kerah-putih (banyak dari kesimpulan-kesimpulannya masih valid hari ini). Pada 1962 ekonom Fritz Machlup menerbitkan kajian terobosannya, The Production and Distribution of Knowledge ini the United States. Pada 1968, AT&T, saat itu perseroan swasta terbesar dunia, memerintahkan suatu studi untuk membantunya menentukan ulang misinya. Pada 1972, sepuluh tahun sebelum ia dipecah-pecah oleh pemerintah AS, ia menerima laporan itu—sebuah dokumen ‘nyleneh’ yang mendesak perusahaan itu untuk merestrukturisasi diri secara drastis dan untuk memecah diri. Laporan itu menguraikan cara-cara sebuah birokrasi raksasa gaya-industri Gelombang Kedua bisa mengubah dirinya menjadi sebuah organisasi yang lincah dan bergerak-cepat. Tetapi AT&T menahan laporan itu selama 3 tahun sebelum membolehkannya beredar dalam manajemen puncak. Kebanyakan perusahaan besar Amerika ketika itu belum mulai berpikir melebihi reorganisasi berangsur. Pemikiran bahwa bedah radikal akan mereka butuhkan untuk bertahan hidup dalam ekonomi berbasis-pengetahuan yang akan muncul nampak dibesar-besarkan. Namun Gelombang Ketiga segera menghempaskan banyak organisasi terbesar dunia ke dalam restrukturisasi paling menyakitkan dalam sejarah mereka. Dus banyak perusahaan raksasa Amerika saat itu mulai mencari-cari misi-misi baru dan strukturstruktur organisasi baru. Sederetan doktrin manajemen baru muncul seiring metode menciptakan kekayaan berubah. Seperti IBM abad-20, pemerintah-pemerintah di Indonesia (mulai tingkat kota/kabupaten sampai pusat) hampir sempurna diorganisir bagi sebuah dunia Gelombang Kedua. Seperti perseroan ini, mereka dirancang untuk operasi-operasi terkonsentrasi, masal, dan linier dari atas ke bawah. Permasalahan sosial, ekonomi dan politik yang kita alami khususnya sejak Krisis Multidimensi 1997 menghendaki perubahan dari pemerintahan birokratis ke pemerintahan ramping dan entrepreneurial (berjiwa wirausaha). Birokrasi Indonesia saat ini, yang cocok bagi era industri dan zaman krisis ekonomi dan militer abad ke-20 silam di mana ia diciptakan, bukanlah sistem pemerintahan terbaik bagi zaman informasi pasca-industri abad ke-21 ini. Selama awal zaman Orde Baru, bangsa ini menginginkan stabilitas dan keamanan dari pemerintah. Bangsa ini juga menginginkan regulasi pemerintah untuk mencegah korupsi. Birokrasi hirarkis kaku yang terbangun memberikan stabilitas dan kendali ini. Karena kepentingan-kepentingan bangsa masih cukup seragam, dan tekanannya adalah pada stabilitas dibandingkan kualitas, sistem ini cukup manjur. Namun, dengan berfokus pada meregulasi prosesnya, birokrasi melupakan hasil-hasilnya, dan dengan membuatnya sulit untuk mencuri uang rakyat, ia juga menjadi sulit untuk mengelola uang rakyat.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

8


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Kualitas dan pilihan bukanlah yang sistem birokratis dirancang untuk sediakan. Efisiensi juga mustahil dalam suatu sistem peraturan yang rumit dan pengambilan putusan yang bertele-tele. Sektor-sektor berbeda dari ekonomi (publik, swasta, dan nirlaba) akan menyediakan barang dan jasa yang terbaik dihasilkan masing-masing sistem secara terpisah atau sebagai upaya kolektif (Osborne dan Gaebler, 1992). Karena lingkup dan kapasitasnya luas dan ia bekerja secara demokratis (yaitu dari, oleh dan untuk rakyat), pemerintah paling baik berperan memberikan kebijakan, keadilan sosial, arah ekonomi, dan mencegah diskriminasi. Karena keluwesan pasar dan kekuatan-kekuatan persaingan, sektor swasta paling baik menyediakan barang-barang dan jasa-jasa bermutu serta pilihan-pilihan kepada konsumen. Sektor nirlaba atau “sukarela” terbaik menyediakan layananlayanan kemanusiaan dan barang-barang yang tidak menghasilkan laba karena skala yang umumnya kecil dan fokus lokal dari organisasi-organisasi nirlaba. Dengan kata lain, “membina,” atau memberikan panduan dan arahan, adalah yang terbaik dilakukan pemerintah, sedangkan “mengerjakan,” atau menghasilkan barang dan jasa, paling baik disediakan oleh sektor swasta atau nirlaba. Tiga sektor ini bisa bekerjasama dengan cara-cara inovatif untuk menyediakan lebih banyak bagi para warga dengan biaya lebih rendah. Langkah pertama menuju reformasi birokrasi adalah pemerintah menyadari kewajiban-kewajibannya sebagaimana dijelaskan oleh Islam, yaitu menciptakan suatu masyarakat yang keadaan-keadaannya sedemikian rupa sehingga bisa disebut sebagai ‘surga’. Selanjutnya, pemerintah harus melakukan reorganisasi dan restrukturisasi (yang sampai derajat tertentu mengharuskan pemutusan hubungan kerja masal para pegawainya) menyesuaikan dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang ditawarkan oleh Gelombang Ketiga. Kemudian, pemerintah harus bekerja sekeras dan secerdas mungkin, memanfaatkan segala sumberdaya dan ilmu pengetahuan yang tersedia padanya atau dalam kekuasaannya, untuk mencapai misinya, dengan sementara mengabaikan kesenangannya sendiri. Seluruh perhatian dan pengabdian harus diarahkan dan difokuskan pada pencapaian misi itu, serta seluruh struktur dan dinamika organisasi harus disesuaikan menjadi yang optimal untuk mencapai misi itu. Untuk membantu masyarakat dalam mereformasi pemerintahanlah buku ini ditulis. Tujuan buku ini adalah untuk meyakinkan anda bahwa Big Government adalah musuh bagi kesejahteraan bangsa, dan Pemerintah Kecil yang efektif adalah solusi super terhadap permasalahan bangsa. Bab pertama, “Harmoni Semesta,” memperkenalkan suatu paradigma bagi Sains Baru yang saya namakan Harmoni Semesta (HS). Dengan tiga doktrin yang membentuk paradigma ini, kita bisa memahami hakikat alam semesta dengan mempelajari realitas-realitasnya, dan sebaliknya kita bisa menemukan realitas-realitas alam semesta dengan memahami hakikatnya. Dari perspektif HS kita mengerti bahwa sektor publik (yang mencakup pemerintah) memiliki peran utama dalam proses evolusi semesta karena ia berfungsi menciptakan dan menjaga alur bagi tiga sektor lainnya, serta memberikan pelayanan kemanusiaan. Bab 2, “Islam Tentang Kehidupan Bermasyarakat,” menjelaskan bahwa, karena manusia diciptakan untuk hidup dalam masyarakat di mana pemerintah menjadi intinya, agama haruslah menyediakan kaidah-kaidah dasar yang diperlukan untuk membina masyarakat, khususnya prinsip-prinsip pemerintahan. Kita kini sadar bahwa warisan unik kita—kesadaran reflektif bahwa kita selamanya ditakdirkan untuk menjadi mahkota makhluk—membawa bersamanya suatu tanggung jawab besar. Kita sadar bahwa berada di garis depan evolusi di planet ini berarti kita bisa mengarahkan energi kehidupan kita menuju pencapaian pertumbuhan dan harmoni atau menyia-nyiakan potensi-potensi yang telah kita warisi, yang menambah pada kekacauan dan kerusakan. Satu hasil dari merenungkan evolusi adalah bahwa kita belajar untuk menganggap masa lalu secara sangat serius. Natura non fecit saltum, kata bangsa Romawi: Alam tidak maju dengan langkah pesat dan besar. Apa kita hari ini adalah hasil dari gaya-gaya yang bekerja atas nenek moyang kita ribuan tahun lalu, dan akan menjadi apa umat manusia pada masa depan akan bergantung pada pilihan-pilihan kita saat ini. Sejarah kebangkitan dan kemunduran Big Government sejak Abad Pertengahan sampai akhir abad ke-20 dibahas dalam Bab 3, 4 dan 5, “Darah di Jalanan,” “Megapolitik dan Resesi” dan “Bagaimana Gereja Menguasai Agama.”

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

9


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Kita saat ini hidup dalam zaman yang penuh gejolak, melebihi apa pun yang pernah terjadi dalam sejarah. Para ilmuwan mengatakan bahwa dunia telah bergeser memasuki Gelombang Ketiga atau, lebih tepatnya, “Dimensi Keempat” (meminjam istilah ekonom William Knoke). Kemunculan sebuah dimensi baru mengubah pertama sekali kaidah-kaidah penciptaan kekayaan (alias hukum ekonomi). Karena cara kita memerintah mencerminkan cara kita menciptakan kekayaan, untuk mengetahui pemerintah macam apa yang disukai masa ini, kita perlu mengetahui apa persisnya Dimensi Keempat itu. Bab 6, “Dimensi Keempat,” memperkenalkan pergeseran mendasar dari sebuah asumsi sosial yang di atasnya peradaban dunia telah dibangun selama ini, dan dampak-dampaknya pada penciptaan kekayaan. Tiga bab selanjutnya, “Masyarakat Tak Bertempat, “ “Kemunduran Negara-Bangsa, “ dan “Organisasi Amuba,” berturut-turut menjelaskan perubahan-perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang dibawa oleh Dimensi Keempat yang mungkin paling erat terkait dengan tema reformasi birokrasi dari buku ini. Perubahan-perubahan ini membentuk lingkungan baru, baik nasional maupun global, bagi pemerintah baru. Implikasi terbesar dari prinsip ‘Cara kita memerintah mencerminkan cara kita menghasilkan kekayaan’ adalah pada organisasi. Ia mencakup struktur, dinamika atau proses, sumberdaya dsb. Jadi, prinsip itu hakikatnya berarti bahwa organisasi pemerintah mencerminkan organisasi bisnis. Sebelum kita bisa menciptakan organisasi pemerintah Dimensi Keempat, kita perlu memahami ciri-ciri dari organisasi bisnis yang disukai Dimensi Keempat. Bab 10 “Cara Kita Menciptakan Kekayaan” membahas sepuluh ciri utama organisasi ekonomi Dimensi Keempat Bab 11, “Pemerintah Dimensi Keempat,” mencoba menjelaskan format, struktur, dan dinamika dari pemerintah baru sejajar dengan sepuluh ciri ekonomi Dimensi Keempat. Bab 12, “Pendidikan Dimensi Keempat,” berusaha meyakinkan anda bahwa pendidikan adalah fungsi pemerintah yang terpenting dan paling mendesak untuk dikenai pisau-bedah reformasi dan perampingan jika bangsa kita ingin selamat menjalani kehidupan di milenium ini. Bab ini memberi saran-saran praktis bagaimana pemerintah bisa menyediakan pendidikan berkualitas memanfaatkan teknologi-teknologi dan realitas-realitas baru dari zaman pasca-industri. Mau tidak mau, suka tidak suka, sukarela atau terpaksa, pemerintah-pemerintah dunia akan kembali menyadari kewajiban-kewajiban politik sejati mereka sebagaimana diajarkan oleh Allah Taala. Bagi penguasa yang mau dan sukarela mengadakan perubahan suci ini, keselamatan adalah akhir mereka. Namun, bagi pemimpin yang abai dan tidak berusaha menengadahkan kepalanya ke langit memohon pertolongan dan kekuatan dari Tuhan, bencana-bencana alam berskala-luas, bahkan nasional (gempa bumi, tsunami, banjir, wabah penyakit, dsb.), dan konflik-konflik berbau SARA (suku, antargolongan, ras, agama), yang bisa menghancurkan sendi-sendi peradaban yang telah mereka bangun, akan melibas mereka dan memaksa para penerus mereka untuk berubah.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

10


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

1. Harmoni Semesta “Sains tanpa agama pincang, agama tanpa sains buta.” (Albert Einstein) Big Government tumbuh dan bekerja atas dasar penerapan sains Newton (dari nama fisikawan, matematikawan dan astronom Isaac Newton, 1643–1727), yang menghasilkan Zaman Mesin dan Industri yang mencapai puncaknya pada abad ke-20. Mesin saat itu merupakan sukses yang demikian fantastis dalam ekonomi dan politik sehingga manusia percaya bahwa mesin-mesin adalah jawaban atas setiap masalah. Negara pun hendak dijalankan seperti sebuah mesin. Tiap warga negara akan diperlakukan seperti sebuah komponen, roda, gasket kecil atau katup. Demikian besarnya keyakinan manusia pada mesin dan finalitas fisika Newton sehingga dia tidak lagi tunduk pada pembatasan-pembatasan “irasional” dari agama-agama, tradisi-tradisi, atau hukumhukum alam. Akibat akhirnya adalah kehancuran besar umat manusia sendiri dari perang-perang, dan kerusakan alam. Karena itulah umat manusia meneruskan pencariannya lagi terhadap hakikat alam semesta. Harmoni Semesta (HS) adalah nama yang saya berikan untuk suatu paradigma bagi Sains Baru yang akan berguna untuk menemukan hakikat alam semesta. Dengan paradigma HS, kita bisa memandang alam semesta, termasuk konsep pemerintahan, dari kacamata atau perspektif baru yang akan mendekati hakikat atau kebenaran obyektif. Ini karena paradigma HS menggunakan kacamata ketuhanan. Namun sebelum kita melihat apa itu paradigma HS termasuk doktrin-doktrin penyusunnya, kita perlu mengerti arti dari beberapa istilah. Paradigma adalah suatu kerangka konseptual sederhana yang di seputar itu suatu sistem kompleks pemikiran atau perilaku bisa ditata. Paradigma adalah scaffolding (penyangga) bagi gagasan-gagasan. Karena naluriah, dikenal secara universal, dan mudah dimengerti, paradigma memberikan suatu titik acuan sentral bagi masyarakat untuk menilai diri. Sains Baru adalah perkembangan dari Sains Modern. Sains Modern dibangun di atas paradigma Newton. Paradigma Newton memiliki 3 pilar utama: reduksionisme (yaitu paham yang melihat segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian; pemahaman terhadap setiap bagian akan memberikan gambaran lengkap tentang sesuatu), determinisme (paham bahwa semesta bekerja menurut hukum sebabakibat yang pasti); obyektivisme (paham bahwa kebenaran bersifat obyektif, tidak bergantung pada pengamat dan cara mengamati). Ketiga pilar itulah yang menopang bangun kosmologi Newton untuk menggantikan paradigma Aristoteles-Ptolemus yang berbau mistik dan teologi Kristiani yang tidak memiliki dasar filsafat. Kosmologi Newton memandang semesta tidak lebih dari suatu sistem mekanis yang tunduk pada hukum-hukum matematika dan ilmu pasti. Semesta dianggap mirip dengan arloji raksasa. Semua hal bisa diprediksi secara kuantitatif, sehingga tidak menyisakan sedikit pun ruang bagi pertimbanganpertimbangan kualitatif, termasuk mental keruhanian. The Invisible Being (Zat Yang Maha Gaib) tidak dipercaya mempengaruhi atau mengintervensi tatakerja Semesta. Semangat ilmiah telah menggeser upaya pencarian mendasar tentang hakikat semesta. Pertanyaan filosofis “apa” dan “mengapa” dianggap tidak berguna. Upaya pencarian telos (sebab terakhir, sebagaimana diajarkan Aristoteles) dinafikan. Yang lebih penting dijawab adalah “bagaimana” suatu fenomena alam terjadi—yaitu car kerjanya. Jawaban pertanyaan “bagaimana” ini menjadi sangat relevan karena membuka peluang untuk lebih memahami alam sebagai jalan untuk menaklukkannya agar mengabdi pada kepentingan manusia. Jika pada era sebelumnya (yaitu Abad Pertengahan) akal dan nalar dijadikan pelayan bagi kepentingan iman kepercayaan, pada zaman ini akal dan nalar berhasil membebaskan diri, menduduki posisi terhormat dan memilih alam untuk melayaninya.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

11


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Pelayanan alam membuat manusia semakin terlena, kita semakin asyik menikmatinya dan akhirnya semakin melupakan upaya pencarian kita untuk mengetahui hakikat semesta itu. Secara tidak sadar kita telah mengulangi kesalahan Abad Pertengahan yang menyingkirkan upaya pencarian itu demi kepentingan iman. Bahkan kesalahan kita saat ini lebih besar karena kita mengabaikan pencarian itu hanya karena terlena oleh kenikmatan pelayanan alam yang nilainya jauh lebih rendah daripada iman. Sains Modern telah berhasil memberikan sumbangan yang melimpah pada peradaban manusia. Tetapi di balik itu muncul kehampaan makna dan kekosongan ruhani. Peradaban buah Sains Modern telah sangat berhasil memanfaatkan secara optimal potensi akal manusia, namun telah menelantarkan sisi lainnya yang lebih kaya dan lebih bermakna. Dalam hingar-bingar teknologi, manusia menjadi semakin terasing dari lingkungannya, bahkan menjadi asing dengan dirinya sendiri. Inilah yang mendorong manusia untuk kembali meneruskan proses pencariannya. Perkembangan Sains Modern mencengangkan sekaligus membuat gerah dan frustrasi banyak kalangan. Mencengangkan karena dalam waktu relatif singkat mampu menguak begitu banyak rahasia semesta yang bermuara pada teknologi yang memberikan kenyamanan kepada manusia. Membuat gerah karena perkembangan itu menimbulkan berbagai dampak negatif, walaupun bagi kelompok penganut fanatik paradigma Newton dampak itu bukanlah masalah serius karena pasti suatu saat akan bisa dihilangkan atau setidaknya dikurangi oleh temuan teknologi lainnya. Yang menimbulkan frustrasi adalah ternyata perkembangan Sains Modern bukannya semakin memperkuat fondasi bangunan keilmuannya, tetapi secara langsung maupun tidak langsung telah menggerogoti dirinya sendiri, menggoyahkan pilar-pilar tempatnya bertumpu, sehingga diramalkan pada saatnya bangunan keilmuan itu akan ambruk. Berbagai temuan sains telah memaksa kita meninjau kembali, bahkan merevisi, pilar-pilar paradigma Sains Modern. Temuan dalam bidang fisika kuantum (berupa paradoks penampakan elektron) menghapus doktrin obyektivisme. Temuan Bell yang diperkuat oleh temuan Alain Aspect di Paris menggoyahkan doktrin reduksionisme, mengukuhkan paham holisme/interkoneksitas dan sekaligus membuat doktrin determinisme kehilangan pijakan. Determinisme juga lebih jauh digugat oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg yang menyatakan bahwa kita tidak akan pernah bisa menentukan secara tepat posisi dan kecepatan elektron secara bersamaan. Juga oleh fenomena pada tingkat subatom yang memperlihatkan elektron yang meloncat dari satu lintasan ke lintasan lain tanpa sebab yang mendahuluinya. Teori Chaos, yang memaksa kita memperhatikan perubahan-perubahan kecil karena memiliki potensi nyata untuk mengubah masa depan Semesta (disebut butterfly effect), membuat kita harus menata ulang metode statistika. Sementara itu, Semesta yang terbukti tidak linier dan saling terkait secara dinamis membuat pembidangan yang kita lakukan terhadap ilmu, sesuai dengan anjuran Aristoteles, menjadi tidak relevan, bahkan menciptakan masalah baru. Semesta juga ternyata bersifat partisipatif sekaligus tertutup. Semesta hanya mau menjawab pertanyaan sesuai dengan cara kita mengajukannya, tetapi menyembunyikan yang lain. Fakta ini membuat metode penelitian perlu revisi mendasar, meninggalkan pendekatan interogatif dan menggantikannya dengan pendekatan keterlibatan atu dialog. Yang lebih penting, pendekatan ilmiah perlu dilengkapi dengan pendekatan lain yang bersifat kualitatif, agar kita bisa memanfaatkan secara optimal potensi kemanusiaan kita, yaitu kecerdasan ruhani dan emosi. Pembentukan paradigma Harmoni Semesta diharapkan mampu menghadirkan dimensi baru yang akan lebih memperkaya makna kehidupan. Harapan lebih tingginya adalah paradigma HS akan mampu mengantar kita lebih dekat kepada hakikat Semesta yang kita cari sejak puluhan abad silam. Paradigma HS ditopang oleh 3 pilar utama: (1) harmonisme berpusat-kenabian (yaitu kepercayaan bahwa Semesta beredar pada lintasannya masing-masing mengitari pusat kenabian yang memberikan energi bagi peredarannya); (2) probabilisme (keyakinan bahwa kerja Semesta tidak hanya diatur oleh hukum-hukum alam yang bersifat pasti, tetapi juga oleh hukum-hukum agama yang hubungan sebabakibatnya sulit ditentukan karena rantai sebab-akibat berawal dan berakhir pada Tuhan); (3) relativisme (keyakinan bahwa “kebenaran� tidaklah bersifat obyektif, melainkan relatif, karena sangat

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

12


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

bergantung pada pengamat dan cara mengamati. Kebenaran mutlak atau obyektif hanyalah milik Tuhan atau dari sudut pandang Tuhan dan hanya bisa diperoleh dengan perantaraan wahyu.) Pilar harmonisme berpusat-kenabian adalah lawan dari reduksionisme paradigma Newton; probabilisme-interkoneksitas lawan dari determinisme; dan relativisme menggantikan obyektivisme.

Doktrin #1: Harmonisme Berpusat-Kenabian Manusia merupakan titik pusat alam semesta karena kejadian manusia merupakan tujuan akhir penciptaan tatasurya. Dalam berbagai zaman masing-masing manusia beredar di sekitar nabi mereka masing-masing. Kemudian semua nabi beredar di sekitar Muhammad Rasulullah saw., dan beliau pada gilirannya beredar terus sambil membawa seluruh alam, di bawah bimbingan beliau, kepada Tuhan sehingga alam semesta dibawa kepada kesempurnaannya. Tuhan berkehendak mewujudkan suatu alam semesta yang harus merupakan penjelmaan keagungan dan nur-Nya. Unsur inilah yang menjadi sebab terciptanya alam semesta. Tuhan menciptakan seluruh langit dan bumi dalam 6 masa. Sebelum itu Tuhan berdaulat di atas air. Tujuan Tuhan menciptakan seluruh langit dan bumi dari air ialah menciptakan suatu makhluk yang dibekali kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Makhluk-makhluk itu akan melalui cobaan demi cobaan dan akan berusaha berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan untuk menunjukkan siapa di antara mereka yang telah mencapai kesempurnaan. “Dan Dialah Yang telah jadikan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah ‘arsy-Nya atas air untuk ia beri percobaan kepada kamu, siapakah dari antara kamu yang baik amalnya; dan jika engkau berkata: ‘Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati,’ tentu orang-orang yang tidak percaya itu akan berkata: ‘Ini tidak lain melainkan satu sihir yang nyata’” [Hud (11) :8]. Ayat ini memperlihatkan bahwa sebelum zat mencapai bentuknya sekarang, ia berwujud cairan. Artinya, alam semesta mula-mula dijadikan dari atom-atom hidrogen murni atau air, lalu berkembang secara bertahap. Seluruh langit dan bumi mula-mula merupakan sebuah massa yang tak berbentuk. Tuhan lalu memecahnya menjadi suatu formasi tatasurya. Kemudian Tuhan menciptakan kehidupan dari air. Alam rohani berkembang melalui proses serupa, yaitu Tuhan memecah massa zat dan pecahanpecahannya yang berserak membangun gugusan tatasurya. Dengan begini Tuhan menciptakan perubahan-perubahan besar di alam semesta rohani. Jika keadaan rohani umat manusia mengalami kemunduran dan suasana alam kerohanian menjadi pekat dan menyesakkan, Tuhan menerbitkan cahaya yang menyebabkan semacam kegaduhan dan kegoncangan di alam kegelapan sehingga dari massa yang tampaknya tidak berjiwa itu suatu tatasurya rohani yang bergerak abadi tercipta dan mulai menyebar dari pusat sehingga pada akhirnya meliputi seluruh negeri atau seluruh dunia, sesuai dengan tenaga penggerak yang ada di belakangnya. Sebagaimana alam kebendaan yang mula-mula tercipta dari air, alam kerohanian juga terwujud dari air rohani, yaitu wahyu. Alam semesta berkembang secara bertahap untuk sampai ke suatu bentuk dan memiliki khasiat-khasiat yang bisa menunjang kehidupan manusia. Setelah tatasurya terbentuk, Tuhan menciptakan manusia dalam alam semesta kebendaan agar ia menjadi manifestasi sifat-sifat Tuhan dan menjadi cermin pemantul citra keindahan Tuhan dan menjadi landasan alam semesta rohani. Makhluk ciptaan Tuhan tak terhitung jenisnya. “Dan tidak ada yang mengetahui laskar-laskar Tuhan engkau selain Dia” (74:32). Namun, makhluk manusia menempati peringkat tertinggi dan terhormat dari sekalian makhluk sebab ia memiliki peran sebagai cermin yang memantulkan sifat-sifat Tuhan. Karena itulah manusia disebut sebagai alam semesta dalam bentuk kecil karena ia memiliki sifat segala makhluk. Sebuah peta, meski berukuran kecil, memuat semua ciri khas atau fitur dari daerah yang diwakilinya. Begitu pun di alam jasmani manusia tergambar segala ciri khas alam semesta.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

13


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Karena manusia adalah titik pusat alam semesta, manusia menguasai segala makhluk dan tiada bagian alam semesta yang menguasainya. Manusia memang dipengaruhi oleh cuaca, oleh cahaya bintang-bintang dan planet-planet, oleh guntur dan petir, oleh topan dan badai, oleh wabah penyakit, namun ia sedikit pun tidak dibawahi mereka. Yang memerintah memang sering mendapat pengaruh dari yang diperintah, namun tidak sulit membedakan siapa yang memerintah dan siapa yang diperintah. Jadi, manusia memerintah sungai-sungai, samudera-samudera, gunung-gunung, angin, guruh, hujan, tumbuh-tumbuhan, obat-obatan, dll. Tuhan menciptakan manusia melalui tingkatan demi tingkatan, keadaan demi keadaan. Ia tidaklah tercipta sekaligus sempurna, melainkan melalui proses. “Dan sesungguhnya, Dia telah menciptakan kamu dengan keadaan yang berbeda-beda” [Nuh (71) :15]. Sebagaimana tubuh, akal manusia pun berkembang secara bertahap. Ketika perkembangan akal umat manusia telah mencapai taraf sempurna di mana mereka mampu membentuk masyarakat dan hidup dalam tatanan yang tertib, Tuhan menurunkan wahyu-Nya kepada orang terbaik dari umat itu, yaitu Adam. Adam adalah manusia pertama yang keadaan akalnya sudah mempunyai kesanggupan menerima wahyu dan sanggup memikul kewajiban yang dituntut oleh wahyu itu. “Dan ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat ‘Aku akan menjadikan seorang khalifah di atas bumi,’ mereka berkata ‘Apakah hendak Engkau jadikan di atasnya orang yang akan membuat onar dan mengalirkan darah? Dan kami bertasbih kepada-Mu dan menyanjung-Mu serta mensucikan-Mu.’ Dia menjawab ‘Aku Mahatahu apa-apa yang kamu tidak mengetahuinya’” [Al Baqarah (2): 31]. Ayat ini menunjukkan bahwa Adam adalah Nabi pertama yang meletakkan dasar-dasar peradaban dan kebudayaan manusia, dengan menciptakan suatu tertib dalam kegiatan-kegiatan manusia, yang sebelumnya tidak ada. Dengan kata lain, sebelum zaman Adam, manusia belum mencapai suatu tahap kehidupan bermasyarakat di mana ia bisa menjadi pemikul hukum. Hingga saat itu manusia belum mempunyai naluri bermasyarakat, bahkan sebenarnya belum bisa disebut makhluk manusia dalam arti belum sempurna sebagaimana yang kita kenal saat ini. Paling-paling kita bisa mengatakan bahwa manusia primitif tidak lebih dari sejenis hewan buas, kecuali dengan kehidupan yang agak lebih tinggi. Pada zaman Adam manusia sudah maju setingkat lebih tinggi daripada kehidupan hewani, yang ditandai oleh perkembangan akal sedemikian sehingga, dalam pandangan Tuhan, ia bisa menjadi pemikul hukum. Saat itulah azas pertama diberikan kepadanya tentang kehidupan bermasyarakat, yaitu bahwa ia harus hidup bersama-sama dengan kaum sejenisnya di bawah seorang pemimpin yang kepadanya ia harus taat. Wahyu syariat atau agama yang diajarkan oleh Adam itu terbatas sekali pada beberapa kaidah atau hukum kemasyarakatan sederhana yang mencerminkan beberapa sifat Tuhan. Ia tidak lebih daripada suatu bentuk ibadah dasar dengan tekanan pada pola hidup bersama dan bermasyarakat di bawah seorang pemimpin yang harus memutuskan semua masalah yang mungkin memunculkan percekcokan-percekcokan. Ketika kali pertama pikiran manusia hendak dibawa ke arah pembentukan tertib sosial ini, itu adalah sebuah revolusi yang sangat membebani kemampuan intelektual mereka. Bagi orang-orang liar zaman itu, tuntutan itu tentu meresahkan mereka. Mereka sulit membayangkan dan menerima bahwa mereka harus tunduk kepada kekuasaan seorang dari antara mereka sendiri yang, bertentangan dengan kecenderungan mereka sendiri, akan melakukan sejumlah pengawasan atas apa yang mereka miliki, dan bahkan dalam hal-hal tertentu akan menjatuhkan hukuman keras. Dus, mereka yang rasa sosialnya belum berkembang penuh menolak tunduk kepada Adam. Ketika Adam berseru kepada kaumnya agar memakai sejenis pakaian, banyak jiwa liar melancarkan protes keras bahwa aturan itu adalah campurtangan yang tak pantas terhadap kebebasan mereka berpikir dan bertindak. Pikiran-pikiran seperti ini tentu wajar muncul pada anggota-anggota kelompok yang atas mereka hukum mula-mula dikenakan: “Kalau saya membunuh orang, itu adalah urusan antara

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

14


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

saya dan kelompok yang dekat dengan orang yang telah saya bunuh. Siapa yang akan mencampuri urusan saya?”, “Kenapa saya harus tunduk pada kekuasannya? Ia tidak lebih baik daripada saya sendiri. Mengapa saya harus membiarkannya menguasai saya?” Untuk mengatasi perlawanan keras itu, Adam diajari agar berdiri di atas dasar rasional dan sosial ini: “Inna laka anal taju’a fiha wala ta’ra, waannaka la tazhma’u fiha wala tadlha” [Taha (20): 119-120]. “Pasti dalam jannat ini ditetapkan bagi engkau bahwa engkau dan teman-teman engkau tidak akan kelaparan, tidak akan bertelanjang dan tidak akan kehausan, dan tidak akan kepanasan oleh teriknya matahari.” Inilah manfaat-manfaat dari sistem baru yang dipromosikan oleh Adam. Bila orang-orang memprotes sistem baru itu, Adam menerangkan kepada mereka manfaat-manfaat ini. Bila mereka mematuhinya, mereka akan dijamin tidak kelaparan, tidak kehausan, tidak kepanasan atau kedinginan akibat ketelanjangan, dan mempunyai rumah untuk tempat tinggal dan istirahat. Jadi kepada kaum Adam diberitahukan bahwa pembatasan-pembatasan terhadap kebebasan dan tindakan pribadi memang menjengkelkan, namun itu demi kepentingan kaum itu, karena peraturanperaturan itu akan membuat masyarakat yang baru didirikan sanggup menjaga kepentingankepentingan mereka dengan lebih baik daripada yang bisa mereka capai secara perorangan, yang menjamin terciptanya kemakmuran dan kedamaian langgeng, keadaan yang disebut Jannat atau Surga. Tuhan menamai orang-orang yang menentang Adam itu jin, yang secara harfiah berarti orang-orang yang hidup tersembunyi. Ini karena manusia pada waktu itu hidup di dalam gua-gua dan hutan-hutan yang lebat. Ketika Adam dan kaumnya keluar dari “taman firdaus” untuk membentuk suatu masyarakat, Tuhan memperingatkan mereka agar waspada terhadap iblis, yang adalah salah seorang di antara jin-jin, dan kaumnya sebab mereka semua akan hidup bersama-sama di muka bumi ini dan di bumi ini juga mereka akan mati [Al A’raaf (7) :26-28]. Selanjutnya, Tuhan memerintahkan kepada Adam dan kaumnya, juga kepada iblis dan kaumnya, untuk menerima nabi-nabi-Nya ketika para nabi itu menampakkan diri di tengah-tengah mereka sewaktu-waktu [Al Baqarah (2) : 39]. Orang-orang yang percaya kepada nabi-nabi akan disamakan keadaannya seperti Adam dan kaumnya. Mereka yang menolak nabi-nabi akan disamakan keadaannya dengan iblis dan kaumnya yang menentang Adam. Setiap nabi dibangkitkan untuk membantu manusia meniti kemajuan dalam evolusi akal dan rohani. Mereka yang menentang tingkat evolusi berikutnya dan tidak bersedia tunduk pada pembatasanpembatasan dan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Tuhan dengan perantaraan nabi-nabi untuk membantu kelancaran proses evolusi berarti menolak nabi-nabi. Penolakan nabi-nabi akan menyebabkan disharmoni, disintegrasi, ketidaktertiban, dan kekacauan semesta. Pada akhirnya, evolusi alam semesta rohani mencapai kesempurnaan ketika, dalam pandangan Tuhan, umat manusia mampu memikul kewajiban yang dituntut oleh hukum syariat yang sempurna. Tuhan, dalam kebijaksanaannya, kemudian membangkitkan seorang manusia paripurna dalam wujud Muhammad Rasulullah saw. dan mewahyukan kepada beliau hukum syariat dan kitab suci yang sempurna. Syariat sempurna itu adalah Islam dan kitab suci sempurna itu adalah Alquran. Evolusi alam semesta rohani menjadi genap dalam wujud Rasulullah saw. Karena manusia merupakan titik pusat alam semesta lahiriah dan nabi-nabi merupakan titik pusat pada zaman mereka masing-masing, Rasulullah saw. merupakan titik pusat seluruh umat manusia. Dalam berbagai lingkungan manusia beredar di sekitar nabinya masing-masing; lalu semua nabi beredar di sekitar Rasulullah saw.; beliau kemudian beredar terus sambil membawa seluruh alam kepada Tuhan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

15


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Tuhan, dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, telah mencukupi sarana-sarana untuk kesempurnaan manusia dengan 4 macam hukum: hukum alam, hukum syariat, hukum moral, dan hukum kemasyarakatan. Hukum alam berkaitan dengan kemajuan manusia dari segi kebendaan. Seluruh alam jasmani sarat dengan kekuatan hukum ini dan seluruh alam digerakkan oleh kekuatan ini. Oleh karena itu tidak ada wahyu yang langsung diturunkan oleh Tuhan mengenai pernak-pernik hukum ini. Karena hukum alam tidak langsung berkaitan dengan kemajuan rohani, suatu tindak pelanggaran hukum ini mengakibatkan kerugian lahiriah pada manusia, tetapi tidak membangkitkan ketidaksenangan atau amarah Tuhan. Hukum kedua adalah hukum syariat yang mengatur kemajuan rohani manusia. Tindak pelanggaran terhadap hukum ini memicu kemurkaan Tuhan, karena hanya dengan menyesuaikan perilakunya dengan hukum inilah manusia bisa berhasil mencapai tujuan hidupnya. Namun, setiap pembangkangan atas hukum syariat tidak mengakibatkan manusia kehilangan sama sekali harapan dan kemungkinan untuk mencapai tujuannya. Hukum syariat secara kolektif membantu manusia meraih martabat kesucian dan ketinggian rohani. Seperti halnya tidak setiap tindak pelanggaran terhadap hukum alam mengakibatkan kebinasaan manusia secara mutlak, begitu pun tidak setiap tindak pelanggaran terhadap hukum syariat mengusik amarah Tuhan atau bisa melenyapkan segala kemungkinan manusia mencapai tujuannya. Jika suatu sistem hukum yang berjangkauan-luas dimaksudkan untuk melahirkan hasil tertentu, kegagalan dalam satu segi bisa diperbaiki dan diimbangi oleh keberhasilan dalam segi-segi lain, sehingga tujuan yang dimaksud itu masih bisa tercapai. Contohnya, tubuh manusia merupakan suatu sistem atau organisasi yang kompleks dan kelangsungan hidup yang sehat dari manusia bergantung pada berbagai faktor seperti makanan, air, udara, dsb. Walaupun kadang kala satu atau lebih faktor itu rusak, itu tidak selalu mengakibatkan organisme manusia menjadi kacau-balau. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kelemahan satu faktor bisa diatasi oleh pengaruh sehat dari faktor-faktor lainnya. Begitu pun halnya dengan hukum syariat, yang meliputi hukum-hukum serta asas-asas yang secara kolektif dirancang untuk memberi kemajuan rohani manusia. Setiap kerusakan yang mungkin terjadi dalam perilaku manusia oleh suatu kesalahan atau kelemahan dapat diperbaiki atau disembuhkan. Kecuali penolakan terhadap wawasan atau kedaulatan kerajaan Tuhan dan nabi-nabi-Nya tidak bisa. Jika kerusakannya sangat berat, ia bisa diobati hanya dengan tobat yang sesungguh-sungguhnya dan doa-doa yang setulus-tulusnya. Di samping hukum alam dan hukum syariat, ada juga dua macam hukum lain yang selalu bekerja: hukum masyarakat atau sosial dan hukum moral. Kedua hukum ini hanya merupakan pemekaran dari batas-batas hukum alam dan hukum syariat: hukum masyarakat pemekaran dari hukum alam, dan hukum moral dari hukum syariat. Kedua hukum ini berinteraksi; banyak kaidah hukum masyarakat mempunyai landasan moral, dan banyak hukum moral berlandaskan ilmu kemasyarakatan. Karena manusia dimaksudkan untuk hidup sebagai anggota masyarakat, ia memerlukan kedua perangkat hukum ini. Seluruh tatanan alam semesta berjalan atas dasar keempat hukum itu. Hukum alam dan hukum syariat ditetapkan oleh Tuhan; manusia tidak berperan dalam penataannya. Tetapi, hukum kemasyarakatan dan hukum moral merupakan perpaduan antara perintah-perintah Ilahi dan peraturan-peraturan manusia; karena itu, dengan adanya kerjasama antara manusia dan Tuhan, petunjuk terbaik dapat dibina untuk menjalankan roda alam semesta ini. Selama dua arus itu—yaitu hukum Tuhan dan hukum manusia—terus mengalir dalam saluran-saluran yang selaras atau harmonis, dunia terus melaju dengan aman tenteram, dan manusia mampu menegakkan tatanan yang sehat dan berfaedah di atas bumi serasi dengan tatanan kerajaan Tuhan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

16


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Tetapi, bila kedua arus itu mulai mengalir berlawanan arah atau, dengan kata lain, bila akal manusia menyimpang dari jalan yang sejajar dengan petunjuk Ilahi—sehingga kehilangan naungan rahmat Tuhan—dunia menjadi ajang pertikaian dan kekacauan. Dunia tidak lagi tunduk pada peraturanperaturan Ilahi, tidak juga pada peraturan-peraturan manusia, melainkan di bawah kuasa setan. Manusia hanya bisa mengaku dirinya manusia selama ia tunduk dan mengikuti petunjuk Ilahi yang dibawa oleh para nabi-Nya. Jika ia tidak lagi tunduk, jatuhlah martabatnya sehingga ia menjadi manusia yang kejam.

Doktrin #2: Probabilisme-Interkoneksitas Prinsip probabilisme mengatakan bahwa Allah adalah sebab dari segala sebab atau Sebab Pertama (Causa Prima). Puncak terakhir rangkaian sebab-akibat adalah Tuhan. “Dan pada Tuhan engkaulah terletak keputusan terakhir.” (53: 43) Segala kejadian di alam semesta ini terjalin oleh rangkaian sebab dan akibat. Karena itulah muncul berbagai cabang ilmu pengetahuan, karena tiada bagian alam semesta ini lepas dari rangkaian itu. Beberapa cabang ilmu berfungsi sebagai landasan bagi cabang-cabang lain, dan beberapa cabang lain berguna hanya sebagai embel-embel. Suatu sebab terwujud karena zatnya sendiri atau bergantung pada suatu sebab lain; sebab yang terakhir ini lalu bergantung pada sebab yang lain lagi, dst. Tidak bisa dibenarkan bahwa di dunia yang serba terbatas ini, rangkaian sebab-akibat tidak mempunyai kesudahan atau tidak berhingga. Kita harus mengakui bahwa rangkaian ini pasti berakhir pada suatu sebab terakhir. Menguatkan prinsip ini adalah firman Tuhan: “Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka (roh) berkata, ‘Ya, betul.’” (7:173) Di dalam ayat ini Allah menerangkan, dalam bentuk percakan, ciri khas roh yang ditanamkan Tuhan dalam fitratnya. Ciri khas itu ialah bahwa pada fitratnya tiada satu pun roh yang menolak adanya Tuhan. Hanya orang-orang yang ingkar menolak kenyataan itu. Meskipun menolak, mereka mengakui bahwa setiap kejadian pasti ada sebabnya. Di dunia ini tidak ada orang yang ketika badannya merasa sakit demikian bodohnya berpendapat dan dengan gigih mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang menyebabkan penyakit itu. Seandainya wujud dunia ini tidak dijalin oleh rangkaian sebab-akibat, kita tidak mungkin bisa membuat ramalan bahwa pada tanggal sekian akan datang badai, akan terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, atau seseorang yang sakit pada waktu tertentu akan menemui ajal, atau penyakit akan menjangkiti seseorang. Jadi, walaupun seorang ilmuwan tidak mengakui adanya Tuhan, dari satu segi ia pun mengakui bahwa ia juga berusaha mencari solusi tentang sebab dan akibat. Ini pun merupakan satu bentuk pengakuan, meskipun bukan pengakuan sempurna. Kemudian, prinsip ini juga mengatakan bahwa Tuhan-lah yang memberikan akibat dari perbuatan manusia. Artinya, bila manusia melakukan suatu perbuatan, Tuhan pun melakukan perbuatan yang setimpal dengan perbuatan manusia. Misalnya, jika seseorang menutup semua pintu kamarnya, Tuhan pun akan menciptakan kegelapan di dalam kamar itu. Begitu pun, umpamanya, setelah seseorang memakan racun berbahaya, segera menyusul perbuatan Tuhan, yaitu Dia mencabut nyawa orang itu. Atau setelah seseorang melakukan perbuatan tidak senonoh yang bisa mendatangkan penyakit menular (misalnya sipilis) segera perbuatan Tuhan menyusul, yaitu orang itu akan terjangkit penyakit menular. Karena segala sesuatu yang ada dalam ruang lingkup kodrat Tuhan telah ditakdirkan merupakan akibat dari segala amal perbuatan kita, semua itu pada hakikatnya merupakan perbuatan Tuhan karena Dia-lah yang merupakan sebab dari segala sebab.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

17


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Doktrin #3: Relativisme Realitas dari sesuatu sangat bergantung pada posisi pengamat dan cara pengamatan. Dengan kata lain, realitas semesta bersifat relatif. Bola yang terletak di tempat yang jauh akan tampak oleh seorang pengamat sebagai cakram 2-dimensi. Suatu masalah sosial yang sama akan mempunyai realitas berbeda-beda bergantung pada pengamatnya. Hal serupa tetapi lebih rumit adalah pada pengamatan elektron. Elektron selalu menampak sesuai dengan peralatan yang kita gunakan untuk mengamatinya. Jika peralatan yang digunakan adalah untuk mengamati gejala gelombang, elektron akan menampakkan diri sebagai gelombang. Sebaliknya, jika alat pengamatannya adalah untuk mendeteksi partikel, elektron akan terdeteksi sebagai materi. Kemudian, kebenaran suatu cabang ilmu pengetahuan (yang sendirinya adalah sekumpulan kebenaran relatif yang terkait) adalah relatif terhadap kebenaran suatu cabang ilmu lainnya. Suatu fenomena alam bisa menerima penjelasan yang bertolak belakang dari para pakar ilmu yang berbeda. Kemudian lagi, ilmu pengetahuan sendiri, yang diperoleh lewat penggunaan akal, adalah kebenaran relatif dan tidak akan pernah mampu memberikan pemahaman yang lengkap dan final terhadap realitas. Dengan kata lain, akal tidak akan mampu mendekati kebenaran obyektif. Teori ilmiah tidak mampu membuat gambaran lengkap dan pasti tentang realitas. Teori-teori itu selalu hanya merupakan perkiraan terhadap hakikat realitas. Fakta ini terbukti, misalnya, pada waktu para fisikawan dihadapkan dengan fenomena atom dan subatom; mereka tiba-tiba sadar akan keterbatasan konsep-konsep dasar mereka untuk memahami realitas itu. Dialog antara Niels Bohr dan Werner Heisenberg pada awal abad ke-20 dipenuhi nuansa keputusasaan tentang keterbatasan ilmu fisika klasik untuk digunakan memahami fenomena kuantum. Dialog itu menjadi dramatis karena baru beberapa waktu sebelumnya para fisikawan percaya bahwa ilmu fisika telah selesai karena telah berhasil memecahkan semua rahasia semesta. Semua pengalaman ini menunjukkan sifat “baru� alam semesta, yaitu bahwa alam semesta selalu menjawab pertanyaan kita sesuai dengan pertanyaan itu sendiri. Ini membawa dampak luar biasa: realitas yang tampak pada kita selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan atau bayangkan untuk mendapatkannya. Pada akhirnya, kebenaran obyektif atau sejati adalah (milik) Tuhan Sendiri. Ini karena Tuhan Sendirilah Pencipta alam semesta, dan hanya Dia-lah Yang mengetahui maksud penciptaannya. Allah dengan indah melukiskan bahwa alam semesta ini bagaikan istana hablur yang berlantaikan kaca bening, sedang di bawahnya mengalir air deras (27 : 45). Setiap orang yang memandang lantai itu bisa keliru mengira bahwa kaca itu pun air. Lalu, manusia begitu takutnya berjalan di atas kaca itu sebagaimana ia takut berjalan di atas air, padahal itu sebenarnya kaca bening dan tembus cahaya. Begitu pun, benda-benda langit raksasa yang nampak kepada kita, seperti matahari, bulan dan planet-planet adalah seperti kaca bening yang dengan keliru telah disembah, dan di balik bendabenda itu bekerja suatu Kekuatan Yang Maha Agung, sebagaimana air yang mengalir deras di bawah kaca, dan para pemuja benda telah keliru menganggap kekuatan yang ada di bawah itu sebagai hasil perbuatan kaca. Karena itulah, untuk mengenali Tuhan yang, meskipun sangat cemerlang tetapi amat tersembunyi, kita tidak cukup hanya merenungkan alam jasmani yang nampak kepada kita. Itu sebabnya kebanyakan orang yang menggantungkan diri pada tatanan alam jasmani untuk mencari hakikat alam semesta sering tergelincir ke dalam bermacam-macam kesalahan, jatuh terpeleset ke jurang prasangka lalu pergi melantur tanpa arah. Walaupun mereka merenungkan dengan seksama tata tertib sempurna yang mengandung ribuan keajaiban, bahkan mereka menjadi begitu ahli dalam ilmu hayat, ilmu alam, dan ilmu filsafat sehingga mereka seolah-olah sudah menyatu dengan langit dan bumi, mereka tidak luput dari keraguan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

18


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Bila dalam alam pikiran mereka terlintas sekelumit pikiran mengenai Wujud Sang Maha Pencipta, setelah mereka mengamati tatanan yang agung lagi indah itu, mereka paling-paling sampai pada satu kesimpulan bahwa, “mengingat sistem alam semesta yang mahahebat tata aturannya yang penuh hikmah itu, pasti ada suatu wujud yang menciptakan.” Namun, kesimpulan semacam ini tidak sempurna karena anggapan bahwa bagi rangkaian kejadian alam semesta ini diperlukan satu Tuhan sama sekali tidak sama dengan keyakinan bahwa Tuhan benar-benar ada. Pengetahuan para ilmuwan tentang hakikat semesta hanya berdasar pada praduga yang tidak memberi kepuasan dan ketentraman pada hati dan sama sekali tidak mampu menghalau kabut keraguan dari hati. Pengetahuan itu juga bukan piala yang bisa melepaskan dahaga manusia terhadap air makrifat sempurna yang secara naluriah merangsang kecintaannya. Bahkan, pengetahuan yang kurang sempurna itu sangat berbahaya karena setelah mereka demikian rupa menggembargemborkan buah pikiran mereka, pada akhirnya mereka tidak membuahkan hasil apa-apa. Selama Tuhan pribadi tidak membuktikan adanya Dia sendiri dengan perantaraan wahyu-Nya, sebagaimana telah ditampakkan-Nya melalui perbuatan-Nya, selama itu upaya-upaya penelitian ilmiah terhadap alam semesta—yang merupakan hasil perbuatan-Nya—saja tidaklah membawa kepuasan. Jadi, sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan sempurna adalah wahyu Tuhan yang telah diterima oleh para nabi-Nya. Kedatangan hamba-hamba Tuhan yang paripurna bertujuan untuk memberi ketenteraman pada dunia. Orang-orang yang menerima wahyu dan ilham dari Tuhan memberi kelegaan hati kepada seluruh pemikir dan ilmuwan, dan dengan perantaraan mereka segala rahasia yang dalam bisa dipecahkan. Adalah lazim bahwa jika seseorang yang akalnya picik tidak bisa memahami suatu hal, hikmah yang tersembunyi di balik hal itu dijadikannya bahan celaan. Pencelaannya itu adalah satu bukti bahwa hikmahnya yang dalam tidak terjangkau oleh akalnya yang awam. Namun, begitu rahasia itu terbuka, tidak seorang ilmuwan pun akan mencelanya. Bahkan, ia akan merasakan kelezatannya. Wahyu Ilahi adalah bagaikan air dari langit dan akal manusia bagaikan air di dalam bumi. Air di dalam bumi selalu dikendalikan air dari langit. Seandainya air langit, yaitu wahyu, berhenti turun, maka air bumi, yakni akal manusia, juga lambat laun menjadi kering. Gejala ini membuktikan bahwa bila sudah berlalu masa yang panjang dan di bumi tidak muncul seorang penerima wahyu, maka akal para cendekiawan menjadi sangat kotor dan rusak, seperti halnya air di bumi menjadi kering dan busuk. Jadi, merupakan ketetapan Tuhan yang kekal bahwa kehijauan dan kesuburan bumi seluruhnya bergantung pada air hujan dari langit. Akal semata tidak bisa dijadikan petunjuk jalan mendekati kebenaran obyektif, karena akal bukan air yang bisa bertahan wujudnya tanpa air langit. Seperti khasiat air hujan dari langit yang, baik ia jatuh langsung ke dalam sebuah sumur atau tidak, menaikkan air semua sumur, begitu pun bila seseorang yang menerima wahyu Tuhan menampakkan diri, dalam masyarakat terbit suatu cahaya yang sebelumnya tidak ada dan timbul kejernihan dalam alam pikiran manusia, baik ada ilmuwan yang mengikutinya atau tidak. Orang-orang dengan sendirinya mulai mencari kebenaran dan timbul suatu gerak gaib dalam daya pikir mereka. Singkatnya, kemajuan akal pikiran dan gerak hidup di hati terbit berkat kedatangan orang yang menerima wahyu. Dengan khasiat itu air di bumi menjadi naik. Kemudian, dalam praktiknya, relativisme juga bekerja atas usaha manusia mencapai kebenaran obyektif tentang Tuhan. Tuhan Yang Qadir (Mahakuasa), Qayyum (Berdiri Sendiri dan segala sesuatu bergantung pada-Nya), dan Khalikul Kul (Pencipta segala sesuatu yang ada) tidak pernah berubah sifat-sifat-Nya. Dia demikian rupa keadaan-Nya, meskipun jauh tapi dekat. Dan, meskipun Dia dekat namun jauh. Walaupun Tunggal namun penampakan-Nya beraneka-ragam. Ketika di dalam diri manusia atau pengamat terjadi suatu perubahan baru, baginya Dia pun menjadi Tuhan yang baru; dan Dia juga memperlakukannya dengan penampakan-Nya yang baru. Orang itu melihat suatu perubahan di dalam wujud Tuhan, menurut kadar atau proporsi perubahan yang terjadi atas dirinya; tetapi hal itu tidak berarti bahwa terjadi perubahan dalam wujud Tuhan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

19


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Sebaliknya, semenjak azali Dia tidak pernah mengalami perubahan, dan wujud-Nya paripurna. Tetapi pada waktu terjadi perubahan-perubahan di dalam diri manusia yang menuju kebaikan, Tuhan pun menampakkan diri-Nya kepada orang itu dengan penampakan baru. Dan pada setiap kemajuan yang dicapai manusia, penampakan kekuasaan Tuhan pun terjadi lebih meningkat. Dia memperlihatkan kekuasaan-Nya yang luar biasa ketika terjadi perubahan luar biasa.

Paradigma Harmoni Semesta Harmoni atau keselarasan adalah maksud akhir penciptaan Semesta oleh Tuhan Yang Maha Pencipta. Ia mencakup kondisi ketertiban, kemakmuran, keadilan, keamanan, kedamaian, dan keindahan. Semesta adalah kita semua manusia (sebagai individu, keluarga, komunitas, organisasi, dan bangsa, yang semuanya menyusun Masyarakat) dan lingkungan alam kita. Evolusi adalah proses yang harus dialami Semesta untuk mencapai Harmoni. Semesta membutuhkan Energi untuk menempuh Evolusi. Sumber Energi ini berupa Zat/Materi (sebagai makanan, minuman & udara bagi Semesta individu dan keluarga; sebagai sumberdaya alam bagi Semesta organisasi dan komunitas) dan Sistem Kepercayaan Ketuhanan. Semesta secara alami menghajatkan 2 sumber Energi ini untuk memelihara keberadaannya dan sukses menjalani evolusi. Karena dua hal ini merupakan kebutuhan azasi Semesta, Tuhan menyediakannya sebelum Semesta memintanya atau menciptakannya. Untuk menyediakan Sistem Kepercayaan Ketuhanan, Tuhan menurunkan agama (dalam bentuk firman-firman yang memberikan seperangkat ajaran tentang kepercayaan dan perilaku) DAN mengutus nabi-nabi/rasul-rasul yang berfungsi menegakkan agama. Para nabi/rasul dengan demikian menjadi teladan bagi pengamalan yang benar dari agama. Karena itu, penolakan terhadap para nabi/rasul menutup jalan bagi Semesta untuk mencapai Harmoni. Tuhan menyediakan 2 sumber Energi ini dalam kondisi alami yang murni, baik atau sehat. Tapi ke-2 sumber Energi ini bisa juga mengalami kerusakan yang menjadikannya tidak murni, baik atau sehat. Kerusakan ini bisa terjadi dalam 2 cara: secara alami, dan oleh campur tangan atau ulah manusia. Dalam hal agama, kerusakan alami terjadi karena agama itu tidak lagi sesuai dengan atau memenuhi kebutuhan masyarakat yang kepadanya agama itu diturunkan; Kerusakan karena campur tangan manusia terjadi karena perkataan manusia ikut campur dalam perkataan dari perangkat ajaran yang didasarkan pada firman, ATAU karena penafsiran manusia terhadap perangkat ajaran agama salah sehingga mengakibatkan pengamalan agama yang salah. Bisa terjadi agama yang benar mendapat penafsiran yang salah oleh manusia; dalam hal ini, bukan agamanya yang rusak, melainkan manusianya. Sumber Energi yang alami (berupa materi dan agama) menghasilkan Energi positif (+), sedangkan sumber Energi yang rusak menghasilkan Energi negatif (-). Dari sinilah pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan dari Semesta mulai mengambil corak positif/baik atau negatif/buruk. Dalam proses Evolusi (yang disebut pembelajaran) tiada akhir yang membawa pada Harmoni, Energi (+) harus digunakan oleh unsur-unsur Semesta untuk bekerja dalam 4 sektor kebaktian, yaitu sektor publik, sektor swasta (bisnis), sektor nirlaba, dan sektor selingan. Pekerjaan ini melibatkan memikirkan hakikat dan realitas Semesta DAN untuk secara DIALOGIS & INTERAKTIF terlibat dalam perilaku-perilaku evolusioner (yang disebut pembangunan) dalam jalan atau alur yang batas-batasnya juga sudah diberikan oleh Tuhan. Ketika unsur-unsur Semesta tidak mengamalkan perilaku-perilaku ini (karena tidak atau kurang memperoleh Energi), atau mereka berperilaku keluar dari batas-batas ini (karena memperoleh Energi (-), terciptalah Konflik antarunsur. Setiap Konflik merupakan ancaman terhadap keberlangsungan keberadaan dari unsur-unsur yang terlibat. Jika unsur-unsur yang berkonflik tidak kembali ke koridor Evolusi yang mengarah pada Harmoni, kepunahan mereka adalah takdir pamungkas. Dalam kerangka HS, Sektor Publik berfungsi menciptakan dan menjaga alur bagi proses Evolusi, serta memberikan pelayanan kemanusiaan. Termasuk dalam fungsi penjagaan alur adalah fungsi

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

20


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

penegakan dan korektif; Sektor Swasta berfungsi menciptakan dan menjaga kekayaan Semesta; Sektor Nirlaba berfungsi membantu Sektor Publik agar berfungsi dengan baik. Bantuan ini bisa berupa dukungan, dan pengawasan (penganjuran, pengingatan); Sektor Selingan (yang mencakup bidangbidang hiburan, olahraga, kesenian) berfungsi memberikan peluang retreat atau istirahat atau penyegaran-kembali bagi Semesta selama proses Evolusi. Karena sifatnya yang pengisi-waktu tanpa substansi yang berarti, Semesta tidak boleh meluangkan relatif banyak waktu dan Energinya pada Sektor ini. Gaya penggerak bagi Sektor Publik dan Sektor Nirlaba adalah Ketidaktertiban/Kekacauan; gaya penggerak bagi Sektor Swasta adalah keuntungan (laba) dan persaingan; gaya penggerak bagi Sektor Selingan adalah ketenaran atau popularitas. Harmoni bukanlah kondisi statis yang melingkupi Semesta pada waktu yang sama, seperti siang melingkupi satu belahan Bumi sementara malam melingkupi belahan satunya. Melainkan, seperti halnya siang melingkupi malam dan malam melingkupi siang, Harmoni dicapai hanya oleh unsurunsur Semesta yang menjalani proses Evolusi tanpa akhir. Karena itu, perjalanan Semesta menuju Harmoni bersifat unik karena bergantung pada pengetahuan tentang tujuan perjalanan, Energi atau bekal perjalanan, Wahana perjalanan, dan kesadaran tentang rambu-rambu jalan. Perjalanan evolusioner membutuhkan Energi Ketuhanan yang sangat besar. Ini karena perjalanan ini hakikatnya berdimensi dua: pertama, menyerap sifat-sifat Tuhan; kedua, memeragakan sifat-sifat Tuhan. Pemeragaan (dalam bentuk perilaku-perilaku akhlak) hanya bisa terjadi setelah penyerapan. Penyerapan dan pemeragaan membentuk suatu siklus yang saling mengumpan atau membangun: penyerapan yang lebih baik atau lebih banyak mendorong pemeragaan yang lebih baik atau lebih banyak, yang kemudian mendorong penyerapan yang lebih baik atau lebih banyak lagi, dst. Singkatnya, Harmoni Semesta adalah kondisi yang hidup dan dinamis dan terkhusus-Semesta, yang dihasilkan dari tindakan-tindakan membangun secara dialogis dan interaktif oleh para individu, keluarga dan organisasi pembelajar dalam sektor-sektor publik, swasta dan nirlaba, yang ditenagai secara positif oleh kasih-sayang Tuhan Yang Mahaesa.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

21


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

2. Islam Tentang Kehidupan Bermasyarakat Dari doktrin ketiga paradigma HS (relativisme) kita lihat bahwa untuk bisa mendekati kebenaran obyektif tentang suatu fenomena atau masalah kemanusiaan (yaitu, fenomena atau masalah sosial, ekonomi dan politik), kita perlu mendasarkan pengamatan dan penjelasan kita pada wahyu-wahyu Tuhan yang terkait dengan atau mengatur fenomena atau masalah itu. Karena wahyu-wahyu hanya hidup oleh pengamalan yang dicontohkan oleh nabi-Nya, pengamatan dan penjelasan kita tentu perlu mencakup pembahasan contoh atau teladan yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat beliau terkait suatu fenomena atau masalah. Karena pemerintah adalah bagian sentral dari masyarakat, dalam membicarakan pemerintahan yang baik (Good Governance) tidaklah cukup kita mengemukakan hanya petunjuk-petunjuk Tuhan tentang tugas-tugas pemerintah atau negara. Kita juga harus mengetahui petunjuk-petunjuk Tuhan tentang kehidupan masyarakat yang lebih luas karena masyarakat yang baik dan pemerintah yang baik saling terkait. Jadi bab ini membahas ajaran-ajaran Islam tentang kehidupan masyarakat, termasuk pemerintah atau negara. Ajaran sosial dari Islam adalah aturan-aturan perilaku yang berguna sebagai fondasi masyarakat dan yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban para anggotanya. Aturan-aturan ini adalah pengembangan dari sejumlah sifat moral atau akhlak. Dalam membicarakan akhlak-akhlak, tujuan utamanya adalah kesejahteraan dan kesucian dari individu, tetapi kita tidak bisa mengesampingkan kenyataan bahwa sang individu adalah seorang anggota masyarakat. Di sisi lain, dalam membahas aturan-aturan sosial, tujuan yang hendak dicapai adalah kesejahteraan kolektif masyarakat di mana individu-individu adalah anggotanya. Dasar dari kedua macam aturan adalah aturan-aturan akhlak. Bila kita memandang masalahnya dari sudut pandang yang murni akhlak, tujuan kita adalah menemukan kaidah-kaidah perilaku yang akan memungkinkan seseorang untuk menjalani suatu kehidupan yang lurus, bersih dari segala keburukan. Dari sudut pandang sosial, tujuan kita adalah menemukan kaidah-kaidah perilaku yang akan memungkinkan orang-orang untuk hidup bersama secara damai dan berderap maju di jalan Tuhan menuju harmoni semesta. Dalam kasus pertama, kita mencurahkan perhatian kita pada pertimbangan kebenaran-kebenaran dan prinsip-prinsip akhlak secara abstrak; dalam kasus terakhir, kita lebih memperhatikan penerapan mereka pada hubungan antarorang. Dalam bab ini hubungan-hubungan sosial manusia digolongkan ke dalam tiga tajuk yang masingmasing secara khusus mengacu ke satu sifat Tuhan: 1.

2. 3.

Hubungan-hubungan keluarga, suku atau bangsa, termasuk hubungan oleh darah atau perkawinan dan ikatan persaudaraan yang dikukuhkan oleh tempat tinggal dalam negeri atau lokal yang sama. Bagian hubungan ini mengacu ke sifat Tuhan Yang Maha Pengasih atau Pemurah. Hubungan pemerintah dan rakyat, dan majikan dan buruh. Bagian ini mengacu ke sifat Tuhan Raja. Hubungan antarbangsa dan antarmasyarakat. Hubungan ini mengacu ke sifat Rabb (Pemelihara/Pengayom)

Sifat Maha Pengasih melukiskan hubungan yang seharusnya ada antara para anggota keluarga, suku atau bangsa yang sama. Sifat Raja melukiskan hubungan antara pemerintah dan rakyat, majikan dan buruh; dan sifat Rabb melukiskan hubungan antara kaum dari kebangsaan-kebangsaan yang berbeda dan agama-agama yang berbeda.

Hubungan Tetangga & Masyarakat Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

22


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Berikutnya setelah para anggota dekat keluarga kita adalah para tetangga dan orang-orang senegeri. Tentang ini Alquran mengatakan yang artinya: “Berbuat baiklah kepada kedua orangtuamu dan kerabat dekat dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin, dan tetangga dekat, dan tetangga jauh.” Islam telah meletakkan hubungan masyarakat pada landasan yang kokoh dengan menyatakan hakhak dari golongan-golongan orang ini, khususnya golongan miskin, yang adalah saudara-saudara kita yang tertinggal. Para anggota masyarakat yang berkecukupan telah dibuat bertanggung jawab atas kesejahteraan anak-anak yatim. Mereka harus mengasuh anak-anak yatim seperti anak-anak mereka sendiri. Mereka yang miskin dan menganggur harus juga dibantu dan diberi pekerjaan. Lalu, seorang disuruh berbuat baik kepada para tetangga dekat dan jauhnya, yaitu kepada orangorang yang tinggal dalam kota yang sama dengannya, dan kepada para pendatang dari kota-kota lain. Para sejawat lalu disebut patut menerima perlakuan khusus. Lalu, kita disuruh untuk memperlakukan para pejalan—kaya atau miskin—dengan baik, sehingga hubungan persaudaraan bisa dikukuhkan jauh dan dekat, dan fondasi perdamaian semesta bisa diletakkan. Tentang hubungan antara orang tua dan orang muda Rasulullah saw. bersabda, “Orang lebih tua atau kuat yang tidak memperlakukan orang lebih muda atau lemah dengan baik dan orang lebih muda atau lemah yang tidak memperlakukan orang yang lebih tua atau kuat dengan hormat, bukanlah dari golongan kami.” Ini meletakkan suatu prinsip mendasar yang berlaku bagi para majikan dan buruh, guru dan murid dan semua hubungan serupa. Mengenai hubungan umum kaum laki-laki dan kaum perempuan, kaum laki-laki diperintahkan untuk mengusahakan kenyamanan kaum perempuan. Rasulullah saw. selalu duduk menunggu setelah shalat agar para wanita bisa lebih dulu keluar dengan nyaman. Saat mereka semua telah keluar, beliau akan berdiri dan para lelaki juga berdiri bersama beliau. Pada suatu perjalanan, jika para lelaki berusaha menunggangi unta-untanya dengan kencang, beliau akan bersabda, “Pikirkanlah kaca,” yang berarti mereka tidak seharusnya berjalan terlalu cepat karena para wanita itu akan menjadi tidak nyaman. Laki-laki disuruh untuk tidak memasuki rumahnya tanpa pertanda lebih dulu saat pulang dari suatu perjalanan panjang. Mereka harus tiba di rumah pada waktu siang dan setelah pemberitahuan sebelumnya tentang waktu kedatangan, agar para wanita itu mempunyai waktu untuk menyiapkan segalanya untuk menerima mereka. Perintah lain mengenai kaum wanita adalah bahwa mereka tidak boleh dipisahkan dari anak-anak mereka. Ini menunjukkan suatu prinsip umum bahwa para kerabat tidak boleh dipisahkan dari para kerabat dan harus diizinkan untuk saling bertemu dan berkunjung. Segala hal yang mungkin menyebabkan perselisihan dilarang. Misalnya, ditetapkan bahwa pelontaran fitnah harus dihukum keras. Seorang pria tidak boleh mengajukan lamaran perkawinan di mana seorang pria lain telah mengajukan lamaran sebelum dia, sampai lamaran pertama itu akhirnya ditolak.

Kewajiban-Kewajiban Warga Negara Islam mewajibkan setiap orang untuk mencari nafkahnya dan tidak hidup menganggur. Rasulullah saw. bersabda: “Makanan terbaik adalah yang diperoleh seorang laki-laki dengan pekerjaan tangannya sendiri,” dan, lagi, “Nabi Daud as. biasa mencari nafkah sendiri.” Kewajiban lain warga negara adalah menghindari mengemis. Rasulullah saw. memberi tekanan khusus atas hal ini dan selalu mengajari orang-orang untuk menjauhkan diri dari mengemis atau meminta-minta, karena ini merupakan suatu kehinaan yang harus dihindari. Beliau diriwayatkan bersabda, “Diizinkan hanya bagi tiga orang untuk meminta-minta: Pertama, seorang yang sedang berusaha menghindari meminta-minta dengan mencari pekerjaan tetapi tidak bisa menemukan

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

23


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

pekerjaan atau tidak mampu melakukan pekerjaan; kedua, seorang yang telah dijatuhi suatu hukuman yang jelas di luar kuasanya, yang dalam hal ini, suatu tunjangan bisa dihimpun untuknya; dan ketiga, orang-orang yang telah dikenai suatu denda sebagai suatu golongan, misalnya, di mana satu orang telah melakukan suatu pelanggaran dan seluruh sukunya telah dihukum.” Kewajiban lain warga Muslim adalah bahwa dia seharusnya menyalami setiap orang yang dijumpainya dengan salam ‘Assalamu’alaikum’ (‘Kedamaian Tuhan atasmu’), dus meletakkan landasan persaudaraan yang baik. Dia juga perlu berjabatan tangan dengan kawan-kawan dan kenalankenalannya yang dia jumpai. Lalu, seorang Muslim disuruh untuk mengunjungi kawan-kawan dan tetangga-tetangganya yang mungkin sakit, untuk menghibur dan menggembirakannya. Sebelum memasuki sebuah rumah, seorang Muslim harus memperoleh izin dari si penghuni, dan harus menyalami mereka dengan salam damai. Jika tidak ada jawaban, atau jika orang-orang yang ingin ia temui tidak leluasa untuk menemuinya, ia perlu pergi dan tidak meladeni segala perasaan jengkel. Bila seorang Muslim kebetulan mendengar seseorang berbicara buruk tentang orang lain, ia tidak boleh meneruskan cerita itu kepada orang terakhir itu, karena, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang yang memfitnah orang lain tanpa kehadirannya adalah ibarat seseorang yang melepaskan sebuah anak panah pada orang lain tetapi anak panah itu tak mengenai sasarannya, dan orang yang menyampaikan fitnah itu kepada orang yang tentangnya fitnah itu dikatakan adalah seperti seorang yang membidik anak panah itu ke sasarannya.” Lalu, kaum Muslim diperintahkan untuk membantu melaksanakan penguburan seorang Muslim yang meninggal dalam kota atau desa mereka. Mereka juga harus menghadiri dan mengatur pemakanannya. Tapi tidak semua dari mereka diharuskan pergi. Namun, jika tak satu pun dari mereka pergi, semua sama-sama berdosa akibat kelalaian. Kaum Muslim selalu memandang pelaksanaan tugas ini sebagai suatu amalan khusus ketakwaan, dan para sahabat Rasulullah dulu biasa menemani pemakaman-pemakaman bahkan atas orang-orang non-Muslim. Lagi, kaum Muslim disuruh untuk menghindari perbuatan tercela dan perbuatan yang mungkin menyinggung atau menjengkelkan orang-orang lain. Alquran mengatakan bahwa kaum Muslim harus berjalan di jalan-jalan dan pasar-pasar secara terpuji. Rasulullah saw. pernah memperhatikan seseorang sedang berjalan di jalan memakai satu buah sepatu. Beliau mengingatkannya dan menyuruhnya memakai kedua sepatu atau berjalan telanjang-kaki sama sekali. Kaum Muslim tidak boleh membuang sampah ke jalan-jalan atau tempat-tempat umum. Rasulullah saw. bersabda bahwa Tuhan tidak senang dengan seseorang yang membuang sampah di jalan atau tempat-tempat umum. Di sisi lain, kaum Muslim diharuskan untuk membantu menjaga tempat-tempat umum tetap bersih dan bebas dari rintangan atau bahaya. Rasulullah saw. bersabda, “Tuhan senang dengan seseorang yang menyingkirkan dari jalan apa yang mungkin menyebabkan gangguan atau rintangan.” Lalu, kaum Muslim dilarang bertengkar di tempat-tempat umum sehingga mengganggu kedamaian dan kenyamanan orang-orang lain. Mereka juga dilarang melakukan segala hal yang mungkin mencemari air yang digunakan oleh publik. Mereka tidak boleh menyatakan penghinaan, atau melakukan segala tindakan lain yang bisa menyinggung atau menjengkelkan seperti berkeliaran telanjang dsb. Seorang Muslim tidak boleh menjual zat-zat berbahaya dan merugikan, misalnya makanan yang tidak layak dikonsumsi manusia, atau yang bisa menimbulkan penyakit atau suatu kelainan, atau barangbarang yang telah rusak dan tidak lagi layak untuk maksud mula-mula mereka dibuat. Dia tidak boleh melindungi dirinya di balik pepatah Caveat emptor (teliti sebelum membeli), tetapi harus sendirinya cermat untuk tidak menjual atau menawarkan apa pun yang membahayakan atau merugikan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

24


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Kewajiban lain seorang Muslim adalah menyuruh orang-orang ke arah kebajikan dan mencegah mereka dari keburukan. Tetapi dia harus melakukannya dengan kebaikan dan kasih sayang agar jangan sampai orang-orang, karena sifat menentang, akan lebih menjauhi kebajikan. Dia harus juga mengajari orang-orang apa yang dia ketahui dan tidak boleh merahasiakan ilmu atau ketrampilannya, tetapi perlu mengenalkan kepada umum manfaat-manfaatnya, karena Rasulullah saw. bersabda bahwa seseorang yang merahasiakan ilmu tentang hal tertentu dan menolak mengungkapkannya ketika dia ditanya tentang itu, akan dikekang dengan sebuah kekang berapi pada Hari Pembalasan. Ini tidak berarti bahwa seseorang tidak boleh mengambil keuntungan dari penemuan-penemuannya, dan bahwa dia perlu mengumumkannya. Tujuannya adalah bahwa ilmu-ilmu, seni-seni dan pengetahuan tidak boleh dibiarkan hilang dengan disembunyikan dan dikungkung dalam dada orangorang tertentu. Namun, diizinkan untuk menggunakan ilmu dan ketrampilan kita demi keuntungan kita sendiri dan demi manfaat publik, dan sistem pendaftaran dan paten menjamin bukan hanya keuntungan dari sang penemu tapi juga kelestarian temuan itu. Seorang Muslim diharuskan untuk berani tetapi tidak zalim. Dia tidak boleh menindas kaum lemah, miskin, wanita atau anak-anak, atau bahkan hewan-hewan. Diriwayatkan tentang Abdullah, putera Umar ra. (Khalifah kedua) bahwa dia melihat beberapa anak lelaki yang telah menjadikan bulanbulanan seekor hewan hidup. Ketika mereka melihat Abdullah, mereka lari, dan Abdullah berseru, “Allah tidak senang dengan mereka yang telah melakukan ini, karena aku telah dengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Allah tidak senang dengan mereka yang menjadikan sasaran seekor hewan hidup untuk olahraga’, “ yaitu mereka yang mengikat atau mengunci seekor hewan untuk maksud menembaknya. Namun, Islam tidak melarang berburu atau menembak. Begitu pun, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah melihat seekor keledai yang telah dicap pada kepalanya. Beliau sangat tidak senang dan melarang pengecapan hewan-hewan pada kepala, karena itu tentu sangat menyakitkan dan bersabda bahwa kelak hewan-hewan seharusnya dicap di kaki. Pada waktu lain beliau bersabda, “Allah mengasihani seorang yang mengasihani hewan-hewan dan memberi mereka makan dan minum.” Kewajiban lain seorang Muslim adalah tidak membahayakan atau mengancam jiwa dan keselamatan orang-orang lain. Contohnya, Rasulullah saw. melarang orang-orang dari sebuah daerah yang terinfeksi pergi keluar daerah itu, dan orang-orang dari daerah-daerah lain memasuki sebuah daerah terinfeksi. Perintah ini mengantisipasi peraturan-peraturan karantina dan tindakan-tindakan serupa lainnya, yang seharusnya adalah hasil dari kebijaksanaan yang diperoleh dari ilmu dan riset modern. Kewajiban lain seorang Muslim adalah membantu kawan-kawan dan tetangga-tetangganya yang memerlukan dengan pinjaman uang dll., tetapi dia tidak boleh dalam hal itu menetapkan imbalan atau laba untuk penggunaan pinjaman itu. Seorang Muslim harus memiliki simpati luas dan watak murah hati, dan harus memandangnya suatu kewajiban untuk mengulurkan bantuan kepada saudarasaudaranya yang kurang beruntung. Dia harus mencari nafkah dengan bekerja, dan tidak boleh berusaha menghasilkan laba dari kemalangan orang-orang lain, atau dengan mendorong pada mereka sikap royal atau boros. Karena itu, dia dilarang meminjamkan uang dengan bunga. Seorang Muslim harus selalu siap untuk melakukan pengorbanan demi tujuan-tujuan bangsa dan cinta tanah-air, dan harus aktif dalam penunaian tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban kewarganegaraannya. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang yang mati dalam mempertahankan harta miliknya akan diterima oleh Allah.” Alquran mengatakan, “Mengapa kamu ragu untuk melawan, ketika saudara-saudaramu sedang ditindas?” Kewajiban lain seorang Muslim adalah menyelamatkan nyawa seseorang yang berada dalam bahaya; dan bila dia tidak memberikan bantuan dalam hal ini, dia menarik murka Tuhan atas dirinya. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang yang melihat orang lain dibunuh dan tidak memberinya pertolongan apa pun atau berupaya untuk menyelamatkannya, dilaknat Allah.” Karena itu, adalah tugas seorang Muslim untuk menyelamatkan orang tenggelam, membantu memadamkan kebakaran, dan mengulurkan bantuan pada saat-saat bencana seperti gempa bumi, bencana pertambangan, tabrakan kereta api, letusan gunung api, badai, dll.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

25


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Pendeknya, kapan pun dan di mana pun ada bahaya terhadap jiwa dan keamanan, seorang Muslim harus memberikan segala bantuan dalam kuasanya terhadap kerja penyelamatan; bila dia melalaikan tugas ini, dia mempertanggungjawabkan kelalaiannya kepada Tuhan, dan tidak akan layak mendapatkan Sayang dan Ampunan Tuhan. Lalu, seorang Muslim dilarang menodongkan sebuah senjata pada orang lain sekalipun dengan bercanda atau main-main. Lalu, seorang Muslim tidak boleh pernah kehilangan keberanian atau tunduk pada keputusasaan. Dia harus selalu berdiri teguh bagaikan batuan di tengah cobaan-cobaan dan kemalangan-kemalangan. Angin-angin bencana tidak boleh menggoncangkannya dan gelombang-gelombang malapetaka boleh melandanya dalam kesia-siaan. Dia harus bergelut dengan kegagalan-kegagalan dan kekalahan sampai dia meraih kesuksesan atau mati dalam usaha itu. Islam membuat seseorang berani, dan seorang Muslim tak pernah berusaha lari dari tanggung jawabnya dengan cara-cara pengecut seperti bunuh diri.

Pengentasan Anak-Anak Yatim Suatu aspek penting dari hubungan sosial adalah pemeliharaan dan pengasuhan anak-anak yatim. Suatu kaum yang menelantarkan anak-anak yatimnya tidak pernah bisa berharap untuk menang dalam perlombaan mencapai kemajuan. Karena itu, Islam telah meletakkan aturan-aturan yang pantas bagi pemeliharaan anak-anak yatim. Islam menghendaki agar seorang wali ditunjuk untuk diri dan harta benda seorang anak yatim, di mana kerabat terdekat berhak ditunjuk sebagai wali dari seorang yang belum dewasa. Si wali perlu mengelola harta benda anak itu atas namanya, dan mengurusi pengasuhan dan kesejahteraan anak di bawah perwaliannya. Jika si wali miskin, sejumlah honor bisa dibayar kepadanya untuk jerih payahnya dan untuk waktu yang harus dia luangkan untuk mengurusi anak itu dan urusan-urusannya. Bila si wali berada dalam kemudahan, dia tidak perlu dibayar. Si wali perlu mendidik anak yatim itu dengan suatu ketrampilan atau kejuruan yang sesuai dengan kemampuan-kemampuan dan keadaan-keadaannya. Perhatian khusus diperintahkan untuk diberikan pada perilaku dan akhlak si anak. Dia tidak boleh dibiarkan sama sekali bebas untuk menjalankan cara-caranya sendiri, tidak juga dia boleh dihadapi secara begitu keras sehingga membelenggu jiwanya dan mematikan inisiatifnya. Dia perlu diperlakukan dengan baik dan kasih sayang, karena dia sudah luput dari anugerah paling berharga itu, yaitu kecintaan orangtuanya. Ketika dia mencapai usia akil baligh, menjadi tugas Negara untuk menilai kemampuan-kemampuan dan pendapatnya. Jika dia diketahui mampu mengurusi urusan-urusannya sendiri, dia perlu dilepaskan dari pemeliharaan walinya dan harta miliknya harus diserahkan kepadanya. Jika pandangannya diketahui begitu salah sehingga membuatnya tak mampu mengurus urusanurusannya sendiri, dia perlu terus di bawah pemeliharaan walinya dan hartanya perlu juga terus dikelola oleh si wali, dan tunjangan yang memadai diberikan untuk pemeliharaan si anak.

Hutang Piutang Aspek penting lain dari hubungan sosial adalah kreditor (pemberi hutang) dan debitor (penghutang). Ada waktu-waktu ketika seseorang terpaksa mencari pinjaman untuk mengatasi kesulitankesulitannya. Untuk memenuhi keadaan-keadaan mendesak macam ini Islam telah mengizinkan pinjaman dan hipotek. Mereka yang ada dalam kemudahan diwajibkan membantu mereka yang memerlukan bantuan keuangan dengan pinjaman dengan atau tanpa agunan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

26


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Islam mewajibkan bahwa semua kontrak pinjaman atau hipotek dituangkan dalam tulisan untuk menghindari perselisihan-perselisihan di kemudian hari mengenai syarat-syaratnya, yang sering menjadi sebab gangguan atas kedamaian masyarakat. Ditetapkan bahwa ikatan itu perlu ditulis atau ditentukan oleh si penghutang dan perlu disaksikan oleh paling sedikit dua saksi. Suatu jangka waktu perlu ditetapkan untuk pelunasan pinjaman itu, karena keadaan tak menyenangkan sangat sering timbul dari kenyataan bahwa si pemberi hutang berharap untuk dilunasi segera sementara si penghutang mempertimbangkan pinjaman itu untuk jangka panjang. Penghutang harus melunasi pinjaman sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan itu, tetapi jika dia tak mampu melakukannya karena kondisi-kondisi yang di luar kendalinya, si pemberi hutang perlu memperpanjang jangka waktunya dan menunggu hingga si penghutang ada dalam keadaan yang lebih mudah. Bila si pemberi pinjaman sendiri sangat terdesak oleh uang dan tak mampu menunggu lebih lama, dan si penghutang, yang bukan karena salahnya, tak sanggup membayar, orang-orang lain perlu menanggung jumlah itu di antara mereka sendiri dan melunasi hutang itu. Jika penghutang meninggal tanpa membayar hutangnya, hutangnya bisa dibayarkan dari hartanya. Jika dia tidak meninggalkan harta, para ahli warisnya harus melunasi hutangnya, dan jika tidak ada ahli waris, Negara bertanggung jawab membayar hutangnya. Dipandang terpuji bahwa penghutang perlu, saat melunasi pinjaman, membayar sesuatu melebihi jumlah pinjamannya. Namun, pembayaran tambahan ini tidak wajib, dan jika si penghutang berniat memberi tambahan itu dia tidak boleh menyatakan niatnya di awal karena, dalam hal itu, pembayaran itu akan mengambil sifat bunga, yang pemberian dan penerimaannya dilarang oleh Islam.

Perdagangan Perdagangan memiliki peran besar dalam pemeliharaan dan kemajuan masyarakat, dan bab ini akan tidak lengkap jika sejumlah prinsip yang ditetapkan oleh Islam mengenai perdagangan tidak disinggung. Islam melarang penggunaan timbangan-timbangan dan ukuran-ukuran palsu dan memerintahkan pemberian timbangan penuh. Para pedagang dilarang menjual barang-barang cacat atau busuk dan tak berguna. Pedagang tidak boleh menutupi atau menyembunyikan cacat-cacat sebuah barang yang dia tawarkan. Misalnya, dia tidak boleh menutupi gabah basah dengan gabah kering dan mencoba menjualnya sebagai gabah kering, atau menggulung porsi dari selembar kain yang mungkin cacat dan menawarkan seluruh lembarnya seolah-olah itu bagus. Jika ada cacat apa pun pada sebuah barang, si pembeli perlu diberitahu tentang itu. Jika sebuah barang macam itu dijual tanpa si pembeli diberitahu tentang kondisi sesungguhnya, dia berhak untuk mengembalikannya ketika dia menemukan cacat itu. Dalam kasus-kasus lain, suatu transaksi penjualan tidak bisa dibatalkan setelah barang itu dikirim dan harganya telah dibayar. Lalu, pedagang dilarang mengenakan harga-harga yang berbeda pada orang-orang berbeda. Dia bebas untuk menetapkan harga pantas yang dia inginkan, tetapi harga itu harus sama dalam kasus semua pembeli, kecuali saat suatu hubungan pribadi antara si penjual dan si pembeli membenarkan suatu potongan harga, misalnya jika si pembeli adalah seorang kerabat, guru, teman, tetangga atau sesama pedagang, dari si penjual. Dalam hal penjualan barang, Islam juga mensyaratkan bahwa transaksinya dibuktikan oleh tulisan atau saksi-saksi, sehingga tiada perselisihan mengenai fakta penjualannya, atau mutu, pemilikan, atau harga barang itu akan kelak muncul antara pihak-pihak itu. Seorang pembeli tidak boleh menjual lagi barang-barang yang dibelinya tanpa melihat atau menimbangnya, karena ini membuka peluang untuk perselisihan dan ketidaksepakatan. Jika ada kekurangan atau cacat dalam mutu barangnya setiap penjual akan mencoba melimpahkan tanggung jawab itu pada penjual yang darinya dia sendiri telah membeli barang itu.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

27


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Lalu, Islam melarang persaingan palsu, atau melambungkan harga-harga pada suatu lelang dengan penawaran-penawaran palsu, atau mempedayai calon pembeli tentang harga-harga dengan memperoleh penawaran-penawaran fiktif. Islam melarang perdagangan dalam barang-barang yang tidak terpastikan; barang-barang harus terpastikan dan ditentukan baik oleh si pembeli sendiri atau agennya. Penjualan dalam bentuk undian dilarang dan begitu juga spekulasi dalam kaitan dengan naik-turun harga-harga, karena ini sekedar bentuk-bentuk berbeda dari judi dan tidak masuk dalam kategori perdagangan yang sah.

Perkumpulan & Pertemuan Aspek lain dari hubungan sosial adalah yang menyangkut konferensi, pertemuan dan acara-acara sosial. Ini berkaitan erat dengan kehidupan sosial manusia dan berdampak dalam dan luas. Tentang undangan untuk makan, ke rumah, dsb., Islam mengajarkan bahwa orang-orang yang diundang ke acara-acara itu perlu menerima undangan itu karena, keikutsertaan dalam acara-acara itu memajukan kebaikan dan kasih sayang bersama, dan penolakan tanpa alasan yang sah bisa merugikan pemeliharaan dan pemajuan hubungan perkawanan. Tetapi, seorang tidak boleh pergi ke acara macam itu tanpa diundang. Jika seorang yang diundang kebetulan ditemani oleh orang yang tidak diundang, orang yang diundang itu harus memperoleh izin tuan rumah sebelum meminta temannya masuk. Tamu tidak boleh datang sebelum waktunya. Dalam hal undangan jamuan makan, perhatian khusus harus diberikan pada kebersihan, dan setiap orang perlu mencuci tangan sebelum duduk untuk makan. Sebelum memulai makan doa harus dipanjatkan. Makanan tidak boleh dilahap secara serakah, dan setiap orang harus memakan apa yang diletakkan terdekat dengannya. Kualitas makanannya tidak boleh dikritik, tidak juga ia boleh dipuji dengan cara yang berbau sanjungan. Semua harus mencuci tangan dan membersihkan mulut dan berdoa setelah selesai makan, memohon kemurahan dan karunia Tuhan bagi tuan rumah dan para penghuninya, yang telah dibuat berkorban tenaga dan uang dalam menyediakan jamuan itu. Kecuali si tuan rumah meminta mereka untuk tinggal, para tamu tidak boleh tinggal lama setelah makan tetapi perlu beranjak pergi segera. Mengenai pertemuan dan konferensi, Islam mengajarkan bahwa hanya tiga macam perkumpulan atau pertemuan bisa menghasilkan kebaikan. Pertama, perkumpulan yang didirikan atau diadakan dengan maksud memajukan kesejahteraan kaum fakir dan miskin. Kedua, perkumpulan yang maksudnya adalah memajukan penyebaran dan penyiaran, atau penyelidikan dan penelitian ilmu-ilmu pengetahuan, pembelajaran, seni, dll. Ketiga, pertemuan yang dibentuk demi maksud menyelesaikan sengketa-sengketa dan menyingkirkan sebab-sebab pergesekan apakah dalam bidang rumahtangga, nasional, politik atau internasional. Ini mencakup perkumpulan-perkumpulan untuk tujuan mengkaji dan mengarahkan urusan-urusan politik sebuah bangsa atau Negara, karena tujuannya adalah juga untuk memajukan perdamaian di antara umat manusia. Islam mengajarkan bahwa pada segala kesempatan ketika orang-orang berkumpul dalam jumlah besar, perhatian khusus harus diberikan pada kebersihan dan kesehatan dan perasaan dan kerentanan orang-orang lain dalam perkara selera dan kecenderungan pribadi. Misalnya, siapa pun tidak boleh pergi ke suatu pertemuan atau perkumpulan setelah memakan atau menggunakan sesuatu yang mungkin menyinggung selera atau perasaan orang-orang lain, seperti bawang merah, bawang putih, tembakau, dsb. Setiap orang harus mandi dan mengenakan pakaian bersih dan, jika mungkin, menggunakan pewangi sebelum pergi ke tempat pertemuan, sehingga udara bisa bersih dan suasana menyenangkan dan riang bisa terjaga. Orang-orang tidak boleh duduk saling sangat berdekatan kalau-kalau nafas mereka akan saling menyinggung. Orang-orang yang menderita penyakit-penyakit infeksi harus dijauhkan dari acaraacara dan tempat-tempat ini kalau-kalau infeksi akan menyebar. Tekanan khusus diberikan pada perintah ini. Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar ra. melarang seseorang yang menderita lepra pergi ke

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

28


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Ka’bah untuk menjalankan thawaf (berkeliling) dan menyuruhnya untuk meluangkan lebih banyak waktunya di dalam rumahnya dan tidak pergi ke tempat umum. Ketika seseorang berbicara pada suatu majelis, semua yang hadir harus memperhatikannya dan perlu mendengarkan dengan cermat apa yang dia katakan. Tidak diizinkan interupsi atau gangguan, betapa pun tidak enaknya pidato itu. Si pembicara disyaratkan untuk berbicara perlahan dan dengan martabat, sehingga semua hadirin bisa mengikutinya. Setiap pembicara harus menunggu gilirannya untuk berbicara, dan lebih dari satu orang tidak boleh berbicara pada saat yang sama. Setiap pembicara harus menyalami pemimpin pertemuan. Perlu disediakan ruang bagi orang-orang yang datang terlambat, dan tidak ada yang boleh pergi tanpa izin pemimpin pertemuan. Ketika seseorang meninggalkan tempat duduknya sementara, berniat untuk kembali duduk, tidak ada orang boleh menempatinya. Di mana dua orang duduk berdampingan dengan cara yang menandakan bahwa mereka ingin saling berdampingan, orang lain tidak boleh pergi duduk di antara mereka sekalipun saat ada ruang di antara mereka. Di mana hanya ada tiga hadirin, dua dari mereka tidak boleh berbicara kepada satu sama lain dengan cara yang akan menggiring orang ketiga itu menyangka bahwa mereka sedang membicarakannya.

Hubungan Antara Pemerintah dan Rakyat Islam mengatur hubungan antara pemerintah dan rakyat, majikan dan buruh, dan kaum kaya dan kaum miskin. Arti kata “miskin” dalam tautan ini bukanlah orang-orang miskin yang hidup atas derma orang-orang lain, melainkan orang-orang yang tidak dalam posisi untuk menjalankan otoritas atau kekuasaan apa pun terhadap atau untuk mempekerjakan golongan orang apa pun sebagai buruh. Karena inilah saya telah menggunakan istilah kaya dan miskin secara cermat, karena apa yang ingin saya jelaskan dalam kaitan ini bisa dengan lebih jelas disampaikan oleh istilah-istilah ini. Pertanyaan pertama yang kita hadapi adalah, bagaimana Islam mengartikan Penguasa, atau Negara? Dalam peristilahan Islam Penguasa atau Khalifah adalah orang perwakilan yang dipilih penduduk sebuah Negara demi perlindungan dan pengawasan hak-hak perorangan dan kolektif mereka. Islam tidak mengakui segala bentuk pemerintahan selain dari pemerintahan perwakilan. Alquran telah menggunakan kata Amanat (kepercayaan) dalam menjelaskan konsepsi Islam tentang pemerintahan. Yaitu, Khalifah menjalankan kekuasaan yang dipercayakan kepadanya oleh rakyat, dan bukan kekuasaan yang diemban olehnya dari kemauannya sendiri atau yang diwarisi olehnya sebagai suatu hak lahir. Kata ini saja cukup untuk melukiskan sifat dan kekuasaan dari bentuk pemerintahan Islam. Alquran tidak mengatakan otoritas untuk berkuasa sebagai hal yang berjalan dari Penguasa kepada rakyat, melainkan sebagai hal yang berjalan dari rakyat ke Penguasa. Namun, untuk sepenuhnya mengerti konsepsi Islam tentang Negara, perlu dikutip ayat yang secara singkat tapi lengkap menjelaskan sifat dan tugas-tugas para penguasa dan rakyat. Alquran mengatakan: “Allah menyuruhmu untuk mempercayakan tanggung jawab pemerintahan kepada mereka yang layak mengembannya, dan kamu yang menjadi penguasa, harus berkuasa dengan adil; Allah memperingatkanmu dengan yang terbaik, sesungguhnya Dia Maha Mendengar , Maha Melihat”.1 Dalam bagian pertama ayat ini rakyat diberitahu bahwa hak merekalah untuk memilih para penguasa mereka, dan bahwa tidak ada orang lain bisa menunjuk seorang penguasa atas mereka. Artinya, kedaulatan tidaklah diwariskan atau menurun dan tidak ada orang berhak untuk menjadi Penguasa hanya karena dia kebetulan putera atau pewaris dari Penguasa terdahulu. Karena itu kedudukan penguasa diartikan sebagai suatu kepercayaan berharga dan rakyat diperingatkan untuk tidak mempercayakannya kepada seseorang yang tidak layak menerima kepercayaan itu, melainkan meletakkan tanggung jawab itu pada pundak orang yang mampu menjalankannya dengan memadai, jujur dan setia.

1

An-Nisa, ayat 58

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

29


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Kemudian, kita diberitahu bahwa pemerintahan bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sekedar pendelegasian kekuasaan demi maksud menegakkan dan melindungi hak-hak tertentu yang tidak bisa dijalankan dan dilindungi oleh rakyat secara individu. Karena itu, pemerintahan adalah suatu kepercayaan, bukan hak milik atau properti. Hak untuk berkuasa terletak terutama pada masyarakat dan bukan pada Penguasa. Namun, Penguasa diberitahu bahwa kekuasaan yang terletak padanya bersifat suatu amanah dan bahwa dia tidak boleh menyalahgunakannya dan harus menyerahkannya kepada para penerima waris, pada saat kematiannya, tanpa merosot atau berkurang. Artinya, dia harus waspada dalam perlindungan kepentingan-kepentingan dan hak-hak bangsa dan individu, dan bahwa dia tidak punya kuasa untuk melepaskan atau merusak segala bagian dari kepentingan-kepentingan dan hak-hak itu. Para penguasa dan pejabat selanjutnya disuruh untuk menjalankan tugas-tugas dari jabatan mereka masing-masing dengan adil dan setia. Ayat itu lalu menandakan bahwa kaum Muslim akan meninggalkan cara pemerintahan ini dan, meniru kaum lain, akan mundur kembali ke bentuk pemerintahan kerajaan dan keturunan, tetapi bahwa peringatan Tuhan—yaitu, bahwa kaum Muslim seharusnya teguh pada bentuk pemerintahan perwakilan, memilih anak-anak bangsa terbaik mereka untuk berkuasa atas mereka dan menghindari sistem pemerintahan turun-temurun—adalah nasihat terbaik. Perkataan penutup dari ayat ini menandakan bahwa Allah telah menentukan cara pemerintahan ini karena Dia mengetahui keburukan-keburukan dari bentuk-bentuk pemerintahan lainnya yang diambil oleh manusia dan karena Dia telah mendengar doa dari orang-orang yang menderita di bawah bentuk-bentuk pemerintahan itu, dan bahwa, karena itu, kaum Muslim perlu mematuhinya dan dus memperlihatkan rasa syukur mereka atas kebaikan yang telah Allah beri mereka. Dari ini jelas bahwa bentuk pemerintahan Islam harus didasarkan pada suatu sistem pemilihan dan perwakilan, dan bahwa Pemerintah harus dipandang sebagai wakil dari rakyat dalam kapasitas kolektif dan bukan individu mereka. Saya kini akan menggambarkan secara singkat bentuk pemerintahan Islam untuk melukiskan fungsifungsi dan aspek-aspeknya yang berbeda. Islam mengharuskan kaum Muslim memilih sebagai penguasa mereka seorang yang mereka pandang paling sesuai untuk menjalankan kewajiban-kewajiban jabatan itu. Orang itu, saat terpilih, memegang jabatan bukan selama periode beberapa tahun seperti para Presiden dari Republik-Republik modern, tetapi selama hayat, dan hanya Tuhan yang bisa melengserkannya dari jabatan, yaitu, oleh kematian. Seluruh kekuasaan dan otoritas pemerintahan terletak padanya, dan kewajibannyalah untuk mengabdikan seluruh hidupnya pada pemajuan kesejahteraan rakyatnya dan bukan untuk mengusahakan kesenangannya sendiri. Kendalinya atas harta negara terbatas; dia dapat mengeluarkan dana nasional hanya pada kebutuhan-kebutuhan bangsa, dan tidak bisa menetapkan penghasilannya sendiri. Ini harus dilakukan oleh Dewan Penasihatnya. Adalah kewajiban Penguasa untuk memastikan pandangan-pandangan rakyat melalui Dewan ini. Pada kesempatan-kesempatan khusus dan berkenaan dengan masalah-masalah khusus, pendapat rakyat bisa dipastikan olehnya melalui suatu referendum umum, sehingga segala perbedaan antara pandangan-pandangan rakyat dan pandangan-pandangan para wakil mereka bisa diketahuinya. Dia diharapkan menghormati pendapat dari mayoritas wakil-wakil itu, tetapi karena dia berada di atas semua kepentingan politik dan tidak memiliki kepentingan-kepentingan pribadi untuk mengabdi, pendapatnya sendiri dipercaya sebagai seluruhnya adil dan dipengaruhi hanya oleh pertimbanganpertimbangan menyangkut kesejahteraan negerinya dan rakyatnya. Di samping merupakan wakil sejati dari rakyatnya, Islam menjanjikan Kemurahan Ilahi dan Pertolongan khusus kepada Khalifa. Oleh karena itu, dia diberi wewenang dalam keadaan-keadaan khusus dan dalam perkara-perkara yang sangat penting, untuk mengesampingkan pendapat dari mayoritas penasihatnya.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

30


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Namun, ini berlaku hanya kepada seorang penguasa yang menggabungkan dalam sosoknya pengamalan kekuasaan rohani dan juga duniawi dan tidak berlaku kepada seorang penguasa atau kepala Negara yang menduduki jabatan yang murni duniawi atau sekuler. Dalam hal kekuasaan yang murni sekuler, masalahnya diserahkan untuk diatur oleh ketetapan-ketetapan Konstitusi yang disusun demi pengaturan soal-soal ini. Adalah tugas Konstitusi untuk menentukan hubungan antara penguasa yang, karena pemilihannya, adalah wakil utama dari rakyat, dan para wakil mereka lainnya. Dia absolut atau mutlak dalam arti bahwa dia dapat, dalam kasus-kasus tertentu, menolak pendapat dari para wakil rakyat; di sisi lain, wewenangnya terbatas dalam arti bahwa dia tidak dapat mengesampingkan bagian mana pun dari konstitusi Islam yang olehnya dia terikat. Dia terikat untuk meminta usulan atau keterangan rakyat dan untuk memelihara sifat elektif dari jabatannya sendiri. Dia seorang penguasa terpilih dalam arti bahwa, di bawah kehendak dan petunjuk Tuhan, dia tertunjuk ke jabatannya melalui perantaraan rakyat, dan dia adalah wakil dari rakyat dalam arti bahwa dia diharapkan mengikuti nasihat para wakil mereka kecuali ketika terpaksa menyimpang darinya oleh keharusan yang mendesak atau luar biasa. Dia tidak dapat, oleh kewenangannya sendiri, membelanjakan satu sen pun dari uang rakyat pada pribadinya sendiri atau demi kebutuhan-kebutuhan pribadinya. Dia berkuasa menurut suatu Hak Ilahi dalam arti bahwa dia tidak dapat disingkirkan dari jabatannya, dan dijanjikan pertolongan Tuhan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya dan upayanya. Rincian-rincian mengenai metode pemilihan atau pengangkatan para anggota Dewan Penasihat dan pengangkatan para kepala pemerintahan dan para pejabat lainnya, dll., telah sengaja ditiadakan oleh Islam agar rincian-rincian itu bisa ditetapkan menurut keperluan-keperluan zaman dan agar akal manusia bisa mendapatkan ruang memadai untuk pengamalan dan pengembangan, suatu prinsip yang esensial bagi perkembangan kecerdasan manusia. Alquran melarang kaum Muslim bertanya kepada Nabi Muhammad saw. mengenai rincian-rincian, karena banyak perkara sengaja diserahkan pada akal dan penilaian manusia. Seandainya rincian terkecil telah dipaparkan oleh Alquran atau Rasulullah saw, tidak akan ada celah tersisa bagi perkembangan intelektual dan kemajuan manusia dan dus kerugian serius akan telah ditimpakan kepada umat manusia. Ada beberapa bentuk pemerintahan hidup saat ini, tetapi siapa pun yang mengkaji konstitusi yang ditetapkan oleh Islam akan terpaksa mengakui bahwa tidaklah mungkin manusia menciptakan suatu bentuk pemerintahan yang lebih baik. Di satu sisi, ia merupakan bentuk pemerintahan perwakilan terbaik, dan di sisi lain, ia sama sekali bebas dari semangat partai, karena Raja tidak bergantung pada bantuan atau kerjasama dari partai atau faksi mana pun. Dia membatasi dan mengabdikan dirinya pada penyelidikan atas kesejahteraan negeri dan rakyatnya, dan karena jabatannya dipangku sepanjang hayat, negara tidak kosong dari pengkhidmatan putera terbaiknya setelah suatu jangka waktu. Namun, dalam kasus seorang penguasa yang murni sekuler atau Kepala Negara, masalah masa jabatannya akan diatur oleh Konstitusi. Pengangkatannya dan pemberhentiannya dus akan berada di tangan rakyat.

Kekuasaan dan Kewajiban-Kewajiban Negara Kewajiban pertama yang dibebankan oleh Islam atas sebuah Negara adalah menjaga dan memajukan kesejahteraan dan kepentingan-kepentingan akhlak dan materi dari rakyatnya dan bertanggung jawab atas keamanan hidup, rumah, dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. Rasulullah saw. bersabda, “Setiap orang dari kamu adalah seperti gembala dan bertanggung jawab atas orang-orang dan segala yang diletakkan di bawah tanggung jawabnya. Raja bertanggung jawab atas rakyatnya, dan setiap laki-laki bertanggung jawab atas anggota-anggota keluarganya, dan setiap

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

31


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

perempuan bertanggung jawab atas rumah dan anak-anaknya, dan setiap abdi bertanggung jawab atas harta benda majikannya yang berada dalam tanggung jawabnya”.2 Ini menunjukkan bahwa Islam memandang Raja sebagai seorang gembala yang dikenai tanggung jawab atas suatu kawanan; dan sebagaimana seorang gembala wajib memelihara dan melindungi kawanan itu, serta menyediakan semua kebutuhannya—misalnya, menjaga domba-domba itu agar tidak berkeliaran, menjaga mereka dari srigala yang mencari mangsa, memberi makan dan tempat tinggal mereka, dan melindungi mereka dari wabah dan penyakit, adalah tugas sebuah Negara Islam untuk melindungi rakyatnya terhadap perbedaan-perbedaan internal, kekacauan-kekacauan, gangguan-gangguan dan penindasan-penindasan, serta untuk menjaga mereka terhadap seranganserangan dari luar, dan menyediakan semua kebutuhan intelektual dan materi mereka, seperti misalnya kebutuhan-kebutuhan pendidikan, pengajaran, kesehatan, pangan, dan tempat tinggal, dll. Ini adalah tugas-tugas umum sebuah Negara. Khususnya adalah tugas sebuah Negara Islam untuk menyediakan bagi seluruh rakyatnya kebutuhan-kebutuhan pokok, yaitu pangan, sandang dan papan, karena tanpa ini orang-orang itu juga yang adalah kewajiban Negara untuk lindungi tidak bisa dipelihara. Tanpa makanan dan tempat tinggal yang memadai kehidupan jasmani menjadi mustahil, dan kehidupan akhlak dan sosial tidaklah mungkin tanpa pakaian yang layak. Satu atau dua ilustrasi akan cukup untuk menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip umum ini diterjemahkan dan diterapkan dalam amalan oleh kaum Muslim awal. Dinyatakan di atas bahwa adalah tugas sebuah Negara Islam untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi orang-orang yang tidak mampu menyediakannya sendiri. Ini tergambarkan dengan baik oleh suatu peristiwa yang terjadi dalam pemerintahan Khalifah Umar ra., Khalifah kedua. Khalifah suatu hari sedang berjalanjalan dalam penyamaran untuk mencari tahu apakah rakyat mempunyai keluhan apa pun terhadap siapa pun. Di Sarar, sebuah desa sekitar tiga mil dari ibukota, beliau mendengar seorang sedang menangis. Beliau mengikuti suara itu dan menemukan seorang perempuan tua yang sedang mengawasi sebuah belanga di atas api dan tiga anak di dekatnya yang sedang menangis. Khalifah bertanya kepada si perempuan tua apa masalah mereka. Perempuan itu menjawab bahwa mereka belum makan apa-apa selama dua hari, dan karena dia tidak bisa mendapatkan makanan, dia terpaksa menaruh belanga kosong di atas api untuk membuat anak-anaknya mengira bahwa makanan akan segera siap, sehingga merayu mereka sampai tertidur. Khalifah seketika itu kembali ke Madinah. Beliau mengambil tepung, mentega, daging dan kurma, dan menaruhnya dalam sebuah kantung. Beliau lantas memanggil seorang budak dan memintanya untuk mengangkat buntelan itu ke punggung beliau. Sang budak memprotes bahwa dia yang seharusnya memikul buntelan itu sendiri. “Tentu,” jawab Umar, “engkau bisa memikul beban ini untuk saya sekarang, tapi siapa akan memikul beban saya pada Hari Pembalasan?”, yang artinya bahwa karena beliau telah mengabaikan tugasnya untuk mengayomi sang perempuan dan anak-anaknya, penebusan satu-satunya yang bisa dilakukan beliau adalah memikul kantung bahan-bahan pokok itu sendiri kepada si perempuan. Namun, karena mustahil bagi Raja secara pribadi untuk mengurusi kebutuhan-kebutuhan setiap individu, suatu sensus atau cacah jiwa dulu biasa dilakukan dalam Negara-negara Islam, dan sistem pencatatan kelahiran dan kematian dilembagakan. Maksud dari program-program ini bukanlah, seperti yang berlaku dalam pemerintahan-pemerintahan modern, untuk membantu memenuhi lemari-lemari arsip, melainkan untuk membantu mengosongkannya. Data yang diperoleh demikian memberikan informasi mengenai kondisi sesungguhnya dari rakyat, dan Negara dus mampu menyediakan kebutuhan bagi orang-orang yang layak menerima bantuan Negara. Tetapi, walaupun Islam memerintahkan menolong kaum miskin, ia melarang pengangguran dan kemalasan atau kelambanan. Tujuan dari tunjangan-tunjangan Negara, karena itu, bukanlah mendorong pengangguran. Bantuan-bantuan itu dilakukan hanya dalam kasus-kasus yang benar-

2

Bukhari dan Muslim

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

32


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

benar layak. Orang-orang didorong untuk bekerja mencari nafkah mereka dan dicegah dari mengemis. Khalifah Umar ra. suatu kali memperhatikan seseorang meminta sedekah sedangkan dia memiliki sekantung tepung. Khalifah mengambil kantung tepung itu darinya, mengosongkannya di depan beberapa unta, dan berpaling padanya bersabda, “Sekarang kamu boleh mengemis.” Diriwayatkan bahwa para pengemis didesak oleh Negara untuk mencari nafkah dengan tenaga. Tugas kedua dari Negara adalah memenuhi pemberian keadilan yang semestinya. Islam telah membuat ketentuan-ketentuan terperinci dalam perkara ini. Para hakim disuruh untuk melaksanakan keadilan tanpa rasa takut atau pilih bulu. Mereka dilarang menerima suap atau bertindak atas pesanan-pesanan, dan orang-orang dilarang menyuap atau membuat pesanan-pesanan kepada para hakim. Ditetapkan bahwa setiap kasus harus diputuskan atas pembelaan-pembelaan dan bukti yang ada. Beban pembuktian terletak pada penggugat atau penuntut, tetapi terdakwa atau tertuduh boleh, dalam ketiadaan bukti meyakinkan, membebaskan diri dari suatu dakwaan utama dengan menegaskan ketidakbersalahannya di bawah sumpah. Para hakim diperintahkan untuk menimbang bukti dari setiap saksi terkait dengan karakter dan pendahulu-pendahulunya. Ditetapkan bahwa hakim-hakim harus memenuhi syarat dan cakap menjalankan tugas-tugas dari jabatannya. Suatu putusan hukum harus diterima sebagai final, karena walaupun para hakim, seperti semua manusia, bisa berbuat salah, sengketa-sengketa harus diputuskan oleh manusia dan harus ada kepastian akhir pada tindakan hukum. Seorang yang menolak menerima suatu putusan hukum tidak bisa dipandang sebagai seorang warga Muslim karena dia mengganggu seluruh mesin pemerintahan. Lembaga Mufti atau ahli hukum (yuris) dibentuk untuk menasihati orang miskin dan bodoh tentang hak-hak mereka. Tapi seorang yuris bisa diangkat hanya oleh Negara, dan tiada orang, betapa pun terpelajar, bisa, karena kesenangannya sendiri, berusaha untuk menasihati orang-orang tentang hakhak hukum mereka. Negara bertanggung jawab atas pelaksanaan atau eksekusi hukuman-hukuman yang dikenakan oleh para hakim, dan tak ada pilih kasih atau diskriminasi boleh diperlihatkan dalam melaksanakannya. Rasulullah saw. bersabda bahwa seandainya puterinya sendiri bersalah, misalnya, karena mencuri, beliau tidak akan ragu-ragu untuk mengenakan padanya hukuman yang ditentukan oleh hukum. Khalifah Umar ra. sendiri mencambuk puteranya sebagai hukuman untuk suatu pelanggaran. Tugas lain dari Negara adalah menjaga kehormatan dan keamanan negara. Kaum Muslim diperintahkan dalam Alquran untuk menjaga perbatasan-perbatasan mereka dan memasang barisanbarisan kuat orang untuk mengawasi perbatasan-perbatasan itu, baik dalam masa damai maupun perang. Tugas lain dari Negara adalah memajukan kesehatan bangsa. Alquran Suci memerintah Rasulullah saw. untuk menghindari segala kotoran ruhani dan jasmani. Karena itu, adalah tugas sebuah Negara Islam untuk menjaga jalan-jalan dan tempat-tempat umum lain tetap bersih. Rasulullah saw. biasa menyuruh para sahabat beliau untuk membunuh anjing-anjing yang berkeliaran bebas, kalau-kalau anjing-anjing itu akan terkena rabies dan merugikan orang-orang. Tugas lain dari Negara adalah menyediakan sarana-sarana pendidikan bangsa. Dalam menjelaskan tugas-tugas dan fungsi-fungsi Rasulullah saw. Alquran mengatakan, “Nabi ini mengajari mereka Kitab dan hikmah”. Kitab di sini tidak berarti hanya Alquran, ia mencakup semua ilmu pengetahuan, dan pembelajaran yang disebutkan dalam Alquran, contohnya Astronomi, Matematika, Botani, Zoologi, Kedokteran, Sejarah, Etika, dll. Rasulullah saw. bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.” Beliau secara khusus memperhatikan pengajaran sistematis terhadap rakyat. Dalam perang Badar, kaum Muslim mengambil sejumlah tawanan yang tahu cara membaca dan menulis. Rasulullah saw. menawari untuk membebaskan mereka dalam mempertimbangkan pengajaran mereka kepada anak-anak Muslim dalam dasar-dasar membaca dan menulis.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

33


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Tugas lain Negara adalah membantu orang-orang yang terampil dalam suatu seni atau kerajinan, tetapi tak mempunyai alat yang diperlukan untuk meneruskannya. Alquran menyuruh agar orangorang macam itu perlu diberi bantuan dari dana umum. Adalah tugas Negara untuk mengadakan dan memelihara perdamaian dan ketertiban di dalam wilayah-wilayah kekuasaannya. Kewajiban ini diletakkan atasnya oleh Alquran yang sangat mencela mereka yang mendorong kekacauan atau gangguan, dan berkata bahwa para penguasa yang kelalaiannya menyebabkan kekacauan dan penindasan, mempertanggungjawabkan perbuatan mereka kepada Tuhan. Rasulullah saw. telah menggambarkan sebuah Negara Islam ideal sebagai suatu pemerintahan yang di dalam wilayah-wilayahnya seorang perempuan bisa bepergian jauh dan luas sendirian dan tak dikawal, tanpa menjumpai bahaya apa pun. Tugas lain Negara adalah mengatur pemerolehan pasokan-pasokan yang mungkin dibutuhkan oleh rakyat. Selama masa Khilafat awal para Khalifah bersusah payah untuk memastikan agar tugas ini tidak diabaikan. Selama masa-masa paceklik kupon-kupon ransum dikeluarkan yang memungkinkan orang-orang membeli kebutuhan-kebutuhan dari gudang-gudang pemerintah. Tugas lain Negara adalah pemeliharaan jalan dan lalu lintas umum untuk memudahkan komunikasi dan hubungan. Dalam masa Islam awal ketika belum ada kendaraan, dan orang-orang berjalan kaki atau menunggang hewan, lebar minimum sebuah jelan ditetapkan 20 kaki, dengan maksud agar jalan-jalan akan lebar dan terbuka. Pada masa ini ketika lalu lintas kendaraan bermotor adalah norma, jalan-jalan seharusnya sebanding lebih lebar. Adalah juga tugas Negara untuk mengawasi akhlak-akhlak penduduk dan berusaha meningkatkan mutu akhlak mereka dengan pendidikan dan pengajaran. Terakhir, adalah tugas Negara untuk mengentas rakyat, artinya, mengambil setiap cara yang mungkin dan tersedia bagi kemajuan mereka. Ini meliputi penyebaran ilmu-ilmu baru, pengobaran semangat penyelidikan dan penelitian, pemecahan permasalahan sosial baru, dll.

Kewajiban-Kewajiban Rakyat Kewajiban-kewajiban yang sepadan telah juga diletakkan atas rakyat. Contohnya, mereka harus mematuhi pemerintah, bahkan saat tuntutan-tuntutan pemerintah tidak memenuhi persetujuan mereka, dan perlu memberikan dukungan dan kerjasama penuh mereka kepadanya. Meskipun Islam menobatkan Raja dengan wewenang dalam perkara-perkara publik, sehingga memberinya kuasa untuk mengeluarkan perintah-perintah bagi kesejahteraan rakyat setelah konsultasi dengan para wakil mereka, dia tidak dapat menjalankan wewenang terhadap rakyat dalam masalah-masalah pribadi. Jika suatu sengketa, mengenai hak atau properti apa pun, muncul antara Khalifah dan seorang individu pribadi, sengketa itu harus diselesaikan oleh pengadilan-pengadilan biasa negeri itu dengan cara yang sama seperti suatu perselihan antara individu-individu pribadi lainnya. Raja tidak bisa mengklaim hak istimewa atau prerogatif dalam perkara ini. Khalifah Umar ra. pernah dipanggil ke pengadilan atas tuntutan Ubayy bin i-Ka’ab. Saat kedatangan beliau, sang hakim mengosongkan kursinya karena hormat terhadap Khalifah. Khalifah berjalan dan duduk dengan si penggugat, memberitahu sang hakim bahwa dia (sang hakim) telah bersalah atas suatu ketidakadilan. Dia seharusnya tidak membedakan antara Khalifah dan lawannya. Namun, ini berkaitan hanya dengan perkara-perkara di mana Khalifah terlibat dalam kapasitas pribadinya. Dalam menghormati tindakan-tindakan publiknya, dia tidak tunduk pada yurisdiksi atau wilayah hukum pengadilan-pengadilan itu.

Hubungan Antara Pengusaha dan Buruh Dalam masa pra-Islam, hubungan antara majikan dan buruh sangat mirip dengan hubungan antara Raja dan rakyat dan, meskipun berabad-abad telah berlalu dan terjadi kemajuan sangat besar dalam masalah-masalah sosial, hubungan yang praktis sama hidup saat ini. Namun, Islam mengajarkan

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

34


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

berbeda, dan meletakkan prinsip bahwa hubungan antara majikan dan buruh harus didasarkan pada dan ditentukan oleh kontrak, yang intinya adalah si majikan setuju untuk membayar uang kepada si buruh sebagai imbalan jasa-jasanya. Karena itu, sang majikan tidak berhak memperlakukan si buruh sebagaimana seorang tiran memperlakukan rakyatnya. Islam, setelah mencabut hak-hak tradisional dan adat sekalipun dari Raja, tidak bisa menenggang hubungan yang berlaku antara majikan dan buruh. Misalnya, Islam melarang majikan menganiaya atau memukul buruh, dan perlindungan serupa berlaku bagi seorang budak. Seorang sahabat Rasulullah saw. meriwayatkan bahwa mereka adalah tujuh bersaudara dan mempunyai seorang budak. Saudara termuda mereka memukul si budak. Ketika perkara ini sampai ke telinga Rasulullah saw., beliau memerintahkan agar budak itu dibebaskan. Seorang sahabat lain meriwayatkan, “Saya pernah hendak memukul seorang budak ketika saya mendengar suatu suara di belakang saya, yang tak bisa saya kenali. Lalu saya melihat Rasulullah saw. datang kepada saya, dan berseru, ‘Hai Abu Mas’ud, Allah memiliki kekuasaan jauh lebih besar atasmu daripada kekuasaanmu atas budak ini.’ Saat itu juga cambuk jatuh dari tangan saya karena ketakutan, dan saya berkata, “Ya Rasulullah, saya merdekakan budak ini dengan nama Allah.’ Rasulullah menjawab, ‘Itu baik, karena seandainya engkau tidak membebaskannya, api akan menghanguskan wajahmu’.” Rasulullah saw. bersabda bahwa seseorang tidak boleh menyuruh buruhnya untuk melakukan apa yang di luar kuasanya untuk lakukan, dan bahwa jika dia ditentukan untuk melakukan suatu tugas berat, majikannya perlu membantunya dalam tugas itu. Lagi, beliau bersabda, “Ketika seorang pelayan memasak makanan dan menghidangkannya di hadapan majikannya, sang majikan harus mengajak si pelayan ikut memakannya, tetapi jika si majikan tidak berkenan sejauh itu, dia harus setidaknya menyisihkan sebagiannya untuk si pelayan, karena dialah yang duduk di depan api untuk memasaknya.” Mengenai upah seorang pelayan atau buruh, beliau bersabda bahwa upah harus dibayarkan sebelum keringat kering di badan sang buruh. Kembali, beliau bersabda, “Apabila seseorang tidak membayar upah penuh kepada seorang buruh, aku akan menuntutnya atas nama buruh itu pada Hari Pembalasan.” Dus adalah tugas Negara untuk memastikan bahwa seorang buruh dibayar upah penuhnya. Islam tidak mengizinkan perbudakan dalam arti yang agama-agama lain mengizinkannya. Menurut Islam, diizinkan untuk mengambil budak-budak dari suatu kaum hanya ketika, pertama, kaum itu mengadakan perang untuk maksud secara paksa memasukkan orang-orang ke dalam keyakinan mereka sendiri; kedua, orang-orang yang dijadikan budak sesungguhnya ikut dalam suatu perang yang demikian keji dan tak manusiawi; dan ketiga, orang-orang yang dijadikan budak tidak membayar bagian mereka dari ganti rugi perang kepada orang-orang yang mereka perangi untuk memaksa mereka meninggalkan keyakinannya. Tanpa tiga syarat ini, Islam secara empati melarang pengambilan budak, yang ia perlakukan sebagai sebuah dosa besar. Bisa dengan mudah disadari bahwa jika seseorang bergabung dengan orangorang lain dalam menghunus pedang untuk memaksa orang-orang melepaskan iman mereka, mengetahui bahwa orang-orang yang dipaksa ini tidak hanya mengutamakan iman mereka di atas segala hal dan pertimbangan duniawi tapi juga memandangnya sebagai satu-satunya jalan kemajuan tak terbatas di dunia ini dan juga di akhirat, dan jika, ketika seorang macam ini tertangkap, dia atau kaumnya tidak membayar bagian mereka dari ganti rugi perang, dia jelas pantas untuk dilucuti kebebasannya. Bahkan Islam memandang semua orang yang ingin menyiarkan agama mereka dengan pedang dan, dengan mengandalkan kekuasaan mereka, mengganggu keyakinan orang-orang lain, sebagai di luar batas peri kemanusiaan, dan menganggap mereka sebagai bahaya bagi umat manusia.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

35


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Itu sebabnya Islam menetapkan bahwa sampai seorang macam itu memperlihatkan tanda-tanda tobat sesungguhnya dan menunjukkan kesiapan tulus untuk hidup secara damai dengan para tetangganya, dia harus ditanggalkan dari kemerdekaannya dan dipaksa hidup sebagai seorang budak.

Hubungan Antara Kaum Kaya dan Kaum Miskin Masalah bagaimana keseimbangan bisa dipelihara antara hak-hak dari golongan-golongan orang berbeda adalah salah satu masalah sosial paling pelik masa ini, dan saya akan secara singkat membahasnya untuk menunjukkan solusi yang diberikan Islam. Islam mengajarkan bahwa seluruh alam semesta, termasuk bumi, matahari, bulan dan bintangbintang, telah diciptakan untuk pelayanan dan manfaat manusia. Karena itu, semua ini, menurut Islam, adalah milik bersama umat manusia. Di sisi lain, Islam mengemukakan prinsip lain yaitu, bahwa Allah telah memberikan ruang penuh kepada manusia untuk pengamalan bakat-bakatnya, dan bahwa setiap manusia secara alami dikaruniai semangat persaingan dan hasrat untuk melebihi orang-orang lain dalam perlombaan untuk kemajuan. Islam mendorong persaingan macam ini. Alquran mengatakan, “Berlomba-lombalah kamu dalam mengerjakan kebaikan” (Al-Baqarah 148) Dalam suatu perlombaan sebagian akan layak mendapatkan imbalan lebih besar daripada orang-orang lain, dan sebagian akan tak layak mendapatkan imbalan sama sekali. Islam memperhatikan perbedaan ini. Bahkan, ia mengakui bahwa perbedaan ini adalah bagian dari rencana Tuhan, dan tidak perlu memunculkan rasa iri atau cemburu. Alquran mengatakan: “Wa laa tatamannau maa fadhdhalallaahu bihii ba’dhakum ‘alaa ba’dhin” (An-Nisa 32) yaitu, “Dan janganlah kamu mendambakan apa yang Allah telah jadikan sebagian dari kamu lebih daripada yang lain.” Artinya, ketidaksamaan tampak yang Tuhan izinkan ini bukanlah tanpa guna dan sangat perlu bagi kerja semestinya dari alam semesta. Jika orang-orang yang bekerja lebih keras daripada orang-orang lain atau mengerahkan kecerdasan lebih unggul atau kecakapan bisnis lebih tinggi atas pengelolaan urusan-urusan mereka hendak dirampas ganjaran adil mereka, semua persaingan dan perjuangan meraih prestasi lebih tinggi akan berhenti dan tujuan penciptaan alam semesta akan terhambat. Karena itu, Islam mengakui hak mereka yang telah meraih ganjaran lebih besar daripada orang-orang lain melalui kecerdasan unggul atau ketekunan lebih besar, tapi ia juga mengingatkan mereka tentang kewajiban mereka untuk menolong saudara-saudara mereka yang kurang beruntung untuk maju dan ikut serta dalam rahmat yang telah Tuhan anugerahkan pada mereka. Mereka diberitahu bahwa dalam kekayaan yang telah mereka peroleh ada hak orang-orang miskin, dan bahwa kaum miskin ini tidak boleh dirampas haknya. Itu seharusnya kompensasi dan kebahagiaan yang cukup bagi kaum kaya untuk menyantuni saudara-saudara mereka yang lebih miskin yang, dalam satu segi, sama-sama berhak dengan mereka terhadap hal-hal yang baik dari kehidupan, dan dus untuk menampakkan sifat Tuhan Maha Pemelihara. Alquran mengatakan, “Berilah orang miskin dari rezeki yang telah Allah anugerahkan atas engkau,”3 yaitu, kekayaan anda adalah suatu kepercayaan yang terhadap manfaatnya kaum miskin berhak. Ini menunjukkan bahwa Islam mendorong semangat persaingan dan guna memupuk semangat ini, ia mengizinkan orang-orang untuk menyimpan apa yang telah mereka peroleh secara adil dan jujur. Tetapi karena segala hal dalam alam semesta adalah milik bersama semua manusia, kaum miskin juga memiliki hak dalam harta kaum kaya dan, karena itu, kaum kaya perlu menyisihkan sebagian harta mereka demi manfaat kaum miskin. Ini memunculkan masalah penting lainnya. Jika adalah perlu untuk mendorong semangat persaingan di antara manusia, persaingan itu harus terbuka bagi semua golongan orang dan lembaga; dan cara3

An-Nur 33

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

36


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

cara yang akan membatasi persaingan macam itu pada segelintir orang yang menjadikan semua lainnya sekedar penonton luar harus dihapuskan atau diluruskan. Islam mengakui keadilan dari ini dan membuat ketentuan untuk ini. Ia telah meletakkan perintahperintah yang dengan mengikutinya, (a) semangat persaingan dipupuk dan didorong, (b) kepemilikan pribadi atau swasta dilindungi dan mereka yang mengerahkan ketekunan lebih besar atau menyumbang kecerdasan lebih tinggi terjamin ganjaran yang sebanding lebih tinggi, (c) mereka yang telah memberi sumbangsih dalam hal apa pun terhadap penciptaan kekayaan terjamin suatu andil darinya yang adil dan wajar, (d) pintu kemajuan tetap terbuka bagi seluruh manusia dan hak masuk atau akses tidak dibatasi kepada para anggota sebuah keluarga atau golongan tertentu; semua golongan diberi peluang-peluang yang sama untuk sampai ke posisi-posisi dan martabat-martabat tertinggi, serta kekayaan dan kekuasaan tidak menjadi monopoli turun-temurun dari segala golongan tertentu, dan (e) kebutuhan-kebutuhan semua golongan terus dipenuhi. Petunjuk-petunjuk ini adalah sebagai berikut: 1) Islam mengajarkan bahwa, karena segala hal dalam alam semesta merupakan milik bersama semua manusia, tidak boleh ada kepemilikan mutlak atas apa pun. A adalah pemilik dari hartanya, bukan dalam arti bahwa tidak ada orang lain berhak atas harta itu, tetapi dalam arti bahwa andil A di dalamnya adalah lebih besar daripada andil siapa pun lainnya, sebab A telah memperolehnya dengan kerjanya. Islam menjelaskan andil kaum miskin dalam kekayaan kaum kaya sebagai suatu hak. Contohnya, Alquran menyatakan, “Dalam harta orang kaya ada hak bagi mereka yang bisa mengungkapkan keinginannya dan yang tidak bisa (misalnya, hewan-hewan)”.4 Lalu, “Berikanlah kepada kerabatmu, fakir miskin dan musafir hak-hak mereka.”5 Islam memerintahkan pembagian dan peredaran kekayaan dan melarang penimbunan, karena ini merampas hak-hak orang-orang. Uang harus dibelanjakan atau diinvestasikan; dalam salah satu kasus ia akan diedarkan untuk manfaat masyarakat, khususnya dari golongan-golongan lebih miskin. Tentang orang-orang yang menimbun atau menumpuk uang, Alquran mengatakan: “Innallaaha laa yuhibbu man kaana mukhtaalan fakhuura. Alladziina yabkhaluuna wa ya’muruunannaasa bil bukhli wa yaktumuuna maaaa aatsaahumullaahu min fadhlihii, wa a’tadnaa lil kaafiriina ‘adzaabammuhiinan.” Yaitu, “Allah tidak menyukai orang yang sombong perbuatannya dan perkataannya, yaitu orang yang bakhil (menumpuk kekayaan) dan menyuruh orang-orang lain untuk bakhil dan menyembunyikan apa yang telah diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya. Bila mereka tidak berhenti dan terus beramal menentang perintah-perintah Allah, akan disediakan hukuman yang menghinakan bagi mereka.”6 Artinya, jika mereka terus menumpuk kekayaan dan lalai dari membelanjakannya, mereka dan kaum mereka akan dihinakan. 2) Namun, untuk mencegah orang-orang dari membelanjakan seluruh kekayaan mereka pada pemuasan-pemuasan pribadi, Islam telah menghentikan segala macam sikap berlebihan dan melampaui batas. Islam melarang pemborosan dalam makanan, pakaian, bangunan dan perabotan rumah, pendeknya, dalam setiap segi kehidupan. Karena itu, seorang Muslim yang mengikuti perintah-perintah Islam, tidak boleh membelanjakan sedemikian banyak pada dirinya atau pemuasan-pemuasan pribadinya sendiri sehingga merugikan hak-hak orang-orang lain dalam harta atau kekayaannya.

4

Adh-Dhariyat 19 Ar-Rum 38 6 An-Nisa 36-37 5

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

37


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

3) Karena mungkin dikhawatirkan bahwa, meskipun ada petunjuk untuk membelanjakan atau menginvestasikan uang, sebagian orang akan terus menimbunnya, dan dus merampas hak-hak orang-orang lain di dalamnya, Islam mengenakan pajak 2½ % atas semua uang, logam mulia dan barang dagangan, dll., yang seseorang telah miliki selama jangka satu tahun atau lebih. Uang dari pajak ini harus digunakan demi pemajuan atau kesejahteraan kaum miskin dan fakir. Rasulullah saw. dalam menerangkan tujuan pajak ini dengan jelas menyatakan bahwa ia perlu dikenakan atas orang kaya, karena orang miskin berhak atas suatu bagian dalam kekayaan mereka. Beliau bersabda, “Allah telah mewajibkan Zakat; ia harus dipungut atas orang kaya dan dikembalikan kepada orang miskin”.7 Penggunaan kata “dikembalikan” menandakan bahwa orang-orang miskin mempunyai hak atasnya dan bahwa mereka berhak terhadap suatu bagian dalam kekayaan kaum kaya. Karena kontribusi mereka terhadap produksi kekayaan ini tidak dapat dipastikan, suatu tarif telah ditetapkan. Perlu dicatat bahwa Zakat bukanlah sekedar pajak atas penghasilan, tetapi juga atas modal dan dalam banyak kasus bisa bernilai sampai 50% dari keuntungan bersih. Alquran menyatakan bahwa tujuan Zakat adalah juga untuk mensucikan kekayaan orang-orang kaya, artinya, untuk memisahkan darinya kontribusi yang dibuat terhadap produksinya oleh kaum miskin, dan untuk menyisakan apa yang menjadi hak eksklusif si wajib pajak. Sebagaimana firman Tuhan dalam Alquran: “Khudz min amwaalihim shadaqatan tuthahhiruhum wa tuzakkiihim bihaa.” (At-Taubah 103) Yaitu, “Ambillah Zakat atas barang-barang mereka dan bersihkan mereka (dengan memisahkan darinya bagian yang menjadi hak orang-orang lain), dan gunakan pendapatan Zakat untuk memajukan kesejahteraan kaum”. Dengan lembaga Zakat Islam memberikan pemenuhan semua hak yang dimiliki orang-orang miskin dalam kekayaan orang-orang kaya, dan dus menghasilkan suatu titik temu antara buruh dan modal dan kaum kaya dan kaum miskin, karena, selain dari upah yang didapat seorang buruh untuk pekerjaannya, Islam mengenakan pajak 2½ % atas kekayaan total para pemodal demi manfaat kaum miskin. 4) Zakat memberikan suatu solusi atas aspek ekonomi masalah itu tetapi ia tidak menyinggung monopoli, yang dinikmati golongan-golongan tertentu, atas semua sarana kemajuan dan perkembangan. Islam mendorong orang-orang dalam perlombaan untuk kemajuan, tetapi ia tidak menyetujui bahwa satu golongan akan menghalangi kemajuan golongan-golongan lain. Setiap orang yang ikut dalam suatu perlombaan mendapatkan simpati para penonton, dan orangorang mungkin mengagumi orang yang berjalan tercepat, tetapi tiada orang bisa menyetujui perilaku seorang peserta yang, setelah memperoleh tempat awal dalam lomba itu, berusaha untuk merintangi jalan para peserta lain untuk mencegah mereka mengalahkannya. Perilaku macam itu akan menghentikan semua persaingan dan peniruan sehat, dan segelintir orang yang memperoleh posisi terdepan dalam lomba untuk kemajuan itu akan memonopoli semua saluran kemajuan dan akan meluputkan saudara-saudara mereka yang kurang beruntung. Islam tidak mengizinkan ini dan dengan membuatnya tidak mungkin, ia telah membukakan gerbanggerbang kemajuan bagi semua golongan manusia. Faktor-faktor prinsip yang menggalakan dan memupuk kondisi ini adalah: (a) Aturan primogeniture (hak anak-sulung) dan aturan-aturan warisan serupa yang menyangkut bisa disampaikannya estate (hak milik), dan kekuasaan waris tak terbatasi yang dengannya harta milik bisa diwariskan sesuka hati si pewasiat

7

Bukhari dan Muslim

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

38


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

(b) Pemberian pinjaman uang atas bunga yang memungkinkan satu orang, atau segelintir, menumpuk jumlah uang yang banyak dalam tangannya, tanpa segala macam kerja, dan dengan hanya mengeksploitasi kebutuhan-kebutuhan dan kemalangan orang-orang lain, dan (c) Laba berlebihan Tiga faktor ini di banyak Negara telah meluputkan orang-orang biasa dari semua sarana kemajuan. Harta telah menumpuk di tangan segelintir orang dan golongan orang yang lebih miskin tak bisa memperoleh bagian darinya. Pelembagaan riba atau bunga memungkinkan mereka yang telah pernah mengukuhkan kendali mereka atas sumber-sumber kredit untuk mengakumulasi uang di tangan mereka sebanyak yang mereka mungkin inginkan, dan orang-orang dengan sedikit harta tak mempunyai peluang melawan mereka. Melalui laba komersil yang berlebihan, kekayaan mengalir deras ke dalam peti-peti besar dari segelintir pemodal (kapitalis). Islam telah merancang tiga solusi bagi tiga sebab ini yang menyebabkan monopoli harta dan kekayaan. (a) Ia memerintahkan distribusi warisan. Tak ada orang berkuasa untuk merancang atau mewariskan seluruh hartanya kepada satu orang dan dus menggalakan akumulasinya dalam segelintir tangan. Di bawah hukum warisan dan suksesi Islam, harta seseorang harus didistribusikan di antara orangtua, anak-anak, janda, saudara-saudaranya, dll., dan tak ada orang bisa mencampuri atau menyimpangkan cara distribusi ini. Karena itu, dalam sebuah Negara yang mengikuti Hukum Islam tentang warisan dan suksesi, anakanak dari seorang ayah kaya tidak bisa dibiarkan menganggur, menggantungkan sokongan mereka pada kekayaan terakumulasi dari ayah mereka karena, seluruh hartanya, yang bergerak maupun tidak bergerak, harus didistribusikan di antara beberapa golongan pewaris, dan tiap-tiap mereka memulai baru dalam hidup, dengan andilnya dari warisan itu. Lalu, seiring harta tak bergerak terus dibagi dan dibagi-lagi dalam tiap generasi, selama tiga atau empat generasi harta-harta milik yang besar pun terbagi-bagi menjadi aset-aset kecil dan bahkan seorang buruh bisa membeli sebidang tanah kecil dan dus mempunyai kepentingan atas tanah itu. Dus tiada pembagian permanen tercipta di antara orang-orang itu oleh suatu monopoli atas pemilikan tanah itu. (b) Islam melarang pemberian atau penerimaan bunga. Kemungkinan menggalang pinjamanpinjaman atas bunga memungkinkan orang-orang yang memiliki status kredit mapan untuk terus meminjam sampai semau mereka. Seandainya peminjaman macam itu mustahil, mereka akan terpaksa memasukkan orang-orang lain sebagai mitra, atau membatasi lingkup bisnis mereka, untuk memberikan ruang bagi orang-orang lain untuk memulai bisnis-bisnis serupa. Trust-trust dan sindikat-sindikat besar yang saat ini memonopoli sumber-sumber kekayaan nasional tidak akan mungkin tanpa bunga, dan kekayaan akan terdistribusikan lebih merata di antara orangorang. Akumulasi kekayaan yang kita saksikan masa ini fatal bagi kemajuan akhlak, dan berarti kehancuran bagi golongan-golongan menengah ke bawah. (c) Laba komersil berlebihan dicegah pertama oleh lembaga Zakat, yang dipungut atas kaum kaya demi manfaat kaum miskin. Pungutan atas modal ini tidak meninggalkan cukup kepada si pemodal untuk memungkinkannya mencoba memonopoli kekayaan bangsa. Kedua, Islam menetapkan bahwa pendapatan dari pungutan ini perlu, antara lain, digunakan untuk menyediakan bagi orang-orang bermodal yang memiliki kecakapan bisnis yang diperlukan tetapi tak mampu memulai usaha karena kekurangan dana. Dus, kecerdasan baru terus ditambahkan ke golongan pemodal dan semua golongan orang diberi peluang-peluang kemajuan yang sama. Ketiga, Islam telah melarang semua cara pengambilan-untung berlebihan. Contohnya, Islam telah menyatakan berdosa bagi seseorang untuk menahan suatu komoditi dari pasar dengan niat menghasilkan laba lebih besar ketika harga-harga naik. Semua jalan, misalnya pembentukan trust dll., yang dengannya laba secara tak wajar ditingkatkan telah dilarang oleh Islam.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

39


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Mungkin muncul keberatan bahwa perekonomian atau perdagangan tidak akan mungkin tanpa bunga. Ini tidak betul. Tidak ada kaitan alami antara perdagangan dan bunga, tetapi bunga tanpa disadari dikaitkan dengan perdagangan karena negara-negara Barat telah begitu lama mendasarkan sistem niaga mereka atas bentuk kredit ini. Seandainya ini tidak demikian, perdagangan tidak akan telah bergantung pada bunga dan negara-negara ini tidak akan telah dihadapkan dengan kerusuhan yang telah menjadi mimpi buruk yang tetap bagi kedamaian mereka. Baru beberapa ratus tahun lalu kaum Muslim menguasai sebagian besar perdagangan dunia, namun mereka menjalankannya tanpa bunga. Mereka meminjam uang bahkan dari golongan-golongan lebih miskin melalui pinjaman-pinjaman kemitraan atau bagi-hasil, sehingga perdagangan yang mereka jalankan menyumbang langsung pada kesejahteraan golongan-golongan itu. Bunga tidaklah perlu bagi perdagangan, tetapi karena perdagangan masa ini dijalankan atas dasar bunga, nampaknya seolah-olah tanpa bunga perdagangan akan berhenti. Memang, suatu perubahan dalam sistem pada awalnya akan tidak nyaman, namun sistem perdagangan yang bergantung pada bunga bisa berangsur-angsur dibuang, sebagaimana ia berangsur-angsur diadopsi. Bunga adalah lintah yang mengisap darah umat manusia, khususnya dari golongan menengah dan bawah. Golongan-golongan lebih kaya pun tidak sama sekali aman dari racunnya, tetapi mereka meraih kenikmatan semu darinya dan enggan untuk melepaskannya, bagaikan macan yang konon telah memakan lidahnya sendiri oleh jilatannya yang terus-menerus terhadap sebongkah batu kasar, yang dengan dungu mengiranya sebagai darah dan daging dari hewan lain. Mereka yang mungkin siap untuk melepaskannya terlalu lemah untuk menghadapi tekanan dan momentum dari sistem yang berlaku. Sistem kredit yang berlaku di dunia saat ini merusak perdamaian dunia dalam dua cara. Di satu sisi, ia membantu akumulasi kekayaan di tangan segelintir orang, dan di sisi lain, ia memuluskan perang. Kita tak dapat membayangkan suatu pemerintahan memasuki perang sebesar Perang Dunia I atau II kecuali ia mengandalkan kemampuannya untuk menghimpun dana lewat pinjaman-pinjaman yang mengandung bunga. Tiada negara akan telah rela memikul beban keuangan berat yang ditimpakan oleh perang atas setiap bangsa yang berperang, seandainya beban pengeluaran amat besar yang dibuat langsung jatuh pada penduduk setiap Negara. Perang panjang dan membinasakan itu dimungkinkan hanya oleh pelembagaan bunga. Seandainya pinjaman-pinjaman besar atas bunga tidaklah mungkin, banyak negara akan telah mundur dari konflik itu jauh sebelum perang itu benar-benar berakhir, karena perbendaharaan mereka akan telah menjadi kosong dan penduduk mereka akan telah berontak memprotes penyia-nyiaan jahat manusia dan uang. Tetapi sistem pinjaman memungkinkan pemerintah-pemerintah untuk melanjutkan suatu perjuangan yang menguras harta benda karena mereka mampu memperoleh otot-otot perang tanpa harus menggunakan pemajakan langsung. Penduduk negara-negara ini tidak merasakan beban yang sedang diletakkan di pundak mereka pada saat itu, tetapi kini pundak mereka tertekuk dua kali di bawah beban amat besar dari hutang-hutang nasional, dan generasi-generasi mendatang akan dibuat terus sibuk dalam mengurangi beban itu. Seandainya pinjaman-pinjaman tidaklah mungkin, hasil perangnya akan telah tetap sama, namun kehancuran Perancis, Jerman, Austria, dan hutang Inggris yang berat akan telah terhindari. Bahkan, perang itu sendiri mungkin telah terhindari, dan sekalipun ia telah pecah, bangsa-bangsa yang berperangnya akan segera terkuras hartanya, perdamaian akan telah ditandatangani dalam waktu satu tahun, dan umat manusia bisa kembali memulai derap majunya. Usaha-usaha telah berhasil dilakukan untuk menjamin pengurangan persenjataan. Tetapi ini hanyalah tindakan setengah-hati yang tak akan memberi jaminan bahwa perang tidak akan terulang. Jika suatu pemerintah bertekad atas perang, ia tidak akan sulit membekali diri dengan senjata. Satu-satunya cara pasti mencegah perang adalah penghapusan bunga. Alquran mengatakan bahwa bunga menyebabkan perang, dan ini telah ditegaskan oleh pengalaman menakutkan. Peperangan, apakah di dalam atau di luar negeri, bisa diakhiri, dan perdamaian bisa

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

40


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

diciptakan hanya jika bunga diberantas dari sistem sosial dan ekonomi semua negara. Barulah kita bisa berharap untuk melihat sungai-sungai mengalir dengan susu. Kaum kaya lalu akan berhenti berkuasa menindas kaum miskin, dan pemerintah-pemerintah akan takut untuk membuat perang kecuali dalam membela kehormatan bangsa mereka, ketika mereka yakin bahwa rakyatnya akan rela melakukan setiap pengorbanan demi kepentingan bangsa. Tidak akan mungkin bagi suatu pemerintah untuk menjerumuskan negara ke dalam perang demi pemuasan ambisi pribadi atau pemuasan suatu kebijakan partai politik. Sebab lain yang membantu akumulasi atau penumpukan kekayaan dalam segelintir tangan adalah eksploitasi kekayaan mineral. Islam telah merancang suatu solusi untuk ini dengan menetapkan bahwa Negara haruslah pemilik seperlima andil dalam semua tambang. Ini, digabung dengan lembaga Zakat, menjamin hak-hak golongan-golongan lebih miskin dalam kekayaan nasional. Jika seseorang menemukan sebuah tambang pada propertinya yang dia tak mampu garap karena kekurangan dana, Pemerintah akan mengambil alih tambang itu dengan pembayaran kompensasi memadai kepada si pemilik, atau akan mengizinkannya menjual andilnya kepada orang ketiga.

Hubungan Internasional Bisa dinyatakan di awal bahwa cita-cita yang diincar oleh Islam adalah pendirian pemerintahan dunia, guna menghilangkan semua sebab gesekan dan peperangan antarbangsa. Setiap negara akan bebas untuk mengejar tujuan-tujuan dan cita-cita bangsanya, dan akan memiliki otonomi sempurna dalam urusan-urusan lokal, namun akan menjadi hanya suatu unit dalam sebuah kesatuan yang lebih besar. Namun, Islam tidak mengizinkan segala pemaksaan atau kekerasan untuk pencapaian cita-cita ini dan menyerahkannya sepenuhnya kepada kehendak rakyat dari negara-negara berbeda. Karena itu, kita harus memanfaatkan sebaik mungkin sistem yang ada hingga dunia penuh dengan semangat kesatuan dalam urusan-urusan menyangkut seluruh umat manusia, menyerahkan perkaraperkara lokal untuk diselesaikan oleh pihak-pihak berwenang lokal, sehingga rakyat dari negaranegara berbeda rela melupakan kecemburuan-kecemburuan bangsa mereka, dan mengorbankan prasangka-prasangka bangsa mereka demi pencapaian kebaikan bersama. Salah satu sebab sengketa-sengketa dan pertengkaran-pertengkaran antarbangsa adalah sifat iri bangsa-bangsa lain terhadap keuntungan-keuntungan yang dinikmati oleh satu bangsa, dan usaha satu bangsa untuk memanfaatkan secara tak semestinya kelemahan bangsa-bangsa lain. Islam menetapkan mengatakan:

suatu

prinsip

yang

menyingkirkan

semua

sebab

pertikaian

itu.

Alquran

“Wa laa tamuddanna ‘ainayka ilaa maa matta’naa bihii azwaajaan minhum zahratal hayaatid dunyaa linaftinahum fiihi, wa rizqu rabbika khayrun wa abqaa.” (Thaha 131) “Jangan layangkan pandanganmu dalam iri hati pada manfaat-manfaat materi yang telah kami anugerahkan atas bangsa-bangsa lain untuk menguji mereka dalam amal-amal mereka. Apa yang Tuhanmu telah anugerahkan padamu adalah terbaik bagimu dan paling kekal”. Ini berarti bahwa hal-hal yang dicuri dari orang-orang lain tidak langgeng, tidak juga mereka bisa benar-benar berfaedah. Apa yang dianugerahkan oleh Tuhan saja bisa langgeng bahkan sampai ke akhirat. Sebab lain perselisihan-perselisihan antarbangsa adalah ketidaksukaan dan kecemburuan antarbangsa. Misalnya, satu bangsa menyerang bangsa lain dan suatu gencatan senjata diadakan pada waktu itu, tetapi bangsa yang terluka menyimpan dendam terhadap si agresor, dan mencari peluang-peluang untuk melukainya atau memanfaatkannya secara tak pantas. Islam melarang ini dan memerintahkan kebenaran dan keterusterangan dalam semua perkara. Alquran mengatakan:

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

41


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

“Yaa ayyuhal ladziina aamanuu kuunuu qawwaamiina lillaahi syuhadaaa a bil qisthi, wa laa yajri mannakum syanaanu qawmin ‘alaaa alla ta’diluu. I’diluu, huwa aqrabu liltaqwaa. Wattaquullaaha, innallaaha khayrun bimaa ta’maluuna”. (Al Maidah 8) “Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Bila dua perintah ini dicamkan, tak ada pemerintah Islami bisa bersalah mengganggu hubungan internasional, karena kaum Muslim disuruh untuk tidak mendambakan milik-milik atau kelebihankelebihan yang dinikmati oleh kaum lain; mereka disuruh untuk mengawasi bukan hanya individu mereka tapi juga akhlak bangsa mereka. Mengenai perjanjian-perjanjian, Islam menghendaki agar perjanjian-perjanjian dijaga bukan hanya dengan mereka yang merupakan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian-perjanjian itu, tapi juga dengan mereka yang telah memasuki perjanjian-perjanjian dengan mana pun dari pihak-pihak itu. Jadi, sebuah Negara Islami dilarang memerangi sekutu-sekutu dari kawan-kawannya meskipun para sekutu itu merupakan bagian dari sebuah wilayah kekuasaan musuh, asalkan mereka tidak secara terbuka mengikuti atau secara aktif membantu musuh-musuh itu. Bila pengkhianatan ditangkap dari suatu kaum yang dengannya suatu perjanjian telah dibuat, kaum itu tidak boleh diserang secara tak terduga, juga keuntungan yang tak semestinya tidak boleh diambil darinya. Mereka perlu lebih dulu diperingatkan bahwa karena mereka telah bersalah melanggar kesetiaan, perjanjian itu berakhir, dan jika mereka masih bertahan dalam pengkhianatannya, perang boleh diumumkan terhadap mereka. Di sisi lain, selalu siap untuk menghalau agresi adalah juga suatu cara menggalakan perdamaian, kalau-kalau satu musuh yang berkhianat mungkin tergoda untuk memanfaatkan kelengahan kita. Karena itu, Islam memerintahkan agar sebuah Negara Muslim selalu siap untuk mempertahankan diri, karena selalu ada kekhawatiran perang selama ada pemerintah-pemerintah nasional di negara-negara lain. Tidak boleh timbul godaan bagi Negara-negara lain untuk berperang oleh sebuah Negara yang mengabaikan pertahanannya. Jika perang dipaksakan atas sebuah Negara Islami, kewaspadaan harus diambil untuk menghindarkan kerugian kepada kaum wanita, anak-anak, perawat, orang tua dan mereka yang hidupnya seluruhnya diabdikan pada kebaktian agama. Diizinkan untuk membunuh dalam pertempuran hanya mereka yang bertempur dan sesungguhnya ikut dalam pertempuran. Ampunan harus dalam semua kasus diberikan, dan kerugian yang tak perlu tidak boleh ditimbulkan. Hasil-hasil panen, pohon-pohon dan bangunan-bangunan harus diselamatkan, kecuali perusakan mereka mutlak diperlukan untuk maksud-maksud pertahanan atau untuk mengunci aksi musuh. Kerusakan tidak boleh ditimbulkan sekedar untuk melemahkan suatu bangsa setelah perang. Usul-usul untuk gencatan senjata atau perdamaian tidak boleh ditampik hanya atas sangkaan bahwa pihak satunya sedang bertindak tidak jujur dan hanya ingin mengulur waktu. Sepanjang ketidakjujuran itu tidak menjadi zahir (nyata), usul-usul itu harus disambut baik. Untuk penyelesaian sengketa-sengketa internasional, Islam menetapkan aturan-aturan yang merencanakan sebuah badan seperti Perserikatan Bangsa (United Nations), meskipun badan ini belum menganut fungsi-fungsi yang ditetapkan Islam atas badan semacam itu. Alquran mengatakan: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya; jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (Al Hujurat 9)

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

42


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Ayat ini meletakkan prinsip-prinsip berikut ini untuk pemeliharaan perdamaian internasional: Sesegera ada tanda-tanda perselisihan antara dua bangsa, bangsa-bangsa lainnya, bukannya memihak salah satunya, perlu segera mengingatkan mereka, menyeru mereka untuk menyerahkan perselisihan mereka kepada Perserikatan Bangsa untuk penyelesaian. Bila mereka sepakat, sengketa itu akan selesai dengan baik. Tetapi jika salah satu dari mereka menolak untuk tunduk pada PB, atau setelah tunduk menolak menerima putusan PB, dan siap berperang, bangsa-bangsa lain itu perlu semua memeranginya. Jelas bahwa satu bangsa, betapa pun kuatnya, tidak bisa menahan kekuatan gabungan dari semua bangsa lain dan dipaksa menyerah dengan cepat. Dalam hal itu, syarat-syarat perdamaian perlu ditetapkan antara kedua pihak semula yang berselisih. Bangsa-bangsa lainnya perlu bertindak sekedar sebagai mediator dan bukan sebagai pihak-pihak yang bersengketa, dan tidak boleh mengajukan tuntutan-tuntutan yang timbul dari konflik dengan bangsa yang membandel itu, karena itu akan meletakkan dasar dari perselisihan-perselisihan dan penentangan-penentangan baru. Dalam menetapkan ketentuan-ketentuan perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai, harus diwaspadai bahwa ketentuan-ketentuan itu adil dan layak. Para mediator tidak boleh dipengaruhi oleh fakta bahwa salah satu pihak telah menantang otoritas mereka. Seandainya sebuah Perserikatan Bangsa didirikan atas prinsip-prinsip ini, perdamaian antarbangsa akan segera tercipta. Semua kerusakan timbul dari fakta bahwa ketika suatu perselisihan timbul antara dua bangsa, bangsa-bangsa lainnya berperan sebagai penonton girang, atau memihak dalam pertikaian itu. Tindakan itu bukannya menyingkirkan sebab gesekan, justru menekan mereka. Bangsa-bangsa lain itu perlu, tanpa mengungkapkan opini apa pun tentang sifat-sifat pertikaian itu, menyeru pihak-pihak yang bertikai untuk menyerahkan perselisihan mereka kepada Perserikatan Bangsa, dan perlu menahan pengungkapan opini-opini mereka hingga mereka telah mendengar semua pihak dan menuntaskan penyelidikan mereka. Barulah mereka perlu mengambil putusan. Bila salah satu pihak yang bertikai menolak untuk menerima putusan itu, bangsa-bangsa yang menyusun Perserikatan Bangsa perlu memeranginya, sampai ia tunduk. Ketika ia tunduk, mereka perlu mendamaikan persengketaan awal antara pihak-pihak itu dan tidak boleh mengajukan tuntutantuntutan baru yang muncul dari tindakan bangsa yang membandel itu. Sebab, seandainya bangsa-bangsa anggota Perserikatan Bangsa memanfaatkan posisi bangsa tertakluk itu dan mengenakan syarat-syarat atasnya yang diperhitungkan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan bagi para mediator itu sendiri, mereka akan meletakkan fondasi kebencian dan kecemburuan baru, dan Perserikatan Bangsa akan tidak lagi disegani dan dipercayai rakyat dari bangsa-bangsa yang berbeda. Karena itulah, putusan final mereka seharusnya dibatasi pada persengketaan awal antara pihak-pihak terkait dan tidak boleh berjalan melampaui itu. Tentang biaya dari perang internasional itu, ia harus dipikul oleh para anggota Perserikatan Bangsa yang membuat perang. Pertama, perlunya perang macam itu akan jarang muncul. Setiap bangsa akan menyadari bahwa akan sia-sia untuk menantang kekuatan gabungan dari bangsa-bangsa lainnya. Kedua, karena seluruh skemanya akan didasarkan pada kejujuran dan akan bebas dari sikap mementingkan diri sendiri di pihak segala bangsa, semua bangsa akan senang hati untuk mengikuti Perserikatan Bangsa, sehingga ongkos-ongkos yang akan menjadi bagian dari setiap bangsa akan relatif kecil. Ketiga, karena setiap bangsa akan menarik manfaat dari kerja sistem ini, masing-masing akan bersedia untuk membuat suatu pengorbanan untuk itu, dan peperangan seperti yang terjadi masa ini akan menjadi jarang, sehingga keamanan dan penyelamatan korban jiwa dan uang hasilnya akan merupakan keuntungan yang sangat besar dibandingkan dengan harga yang mungkin harus dibayar setiap bangsa dalam bentuk andilnya dalam biaya-biaya suatu perang internasional. Namun, sekalipun pengorbaan riil perlu terlihat, bangsa-bangsa akan rela untuk melakukannya, karena sebagaimana adalah kewajiban individu-individu untuk berkorban demi menciptakan perdamaian, adalah juga kewajiban bangsa-bangsa untuk berkorban demi maksud itu, karena mereka sama terikat oleh prinsip-prinsip moral seperti para individu.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

43


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Sebab sesungguhnya yang mendasari semua sengketa antarbangsa adalah bahwa, sementara perilaku individu dinilai menurut kaidah-kaidah akhlak, kaidah-kaidah ini sama sekali diabaikan saat menyangkut perilaku bangsa. Sampai perilaku bangsa dibuat sesuai dengan kaidah-kaidah akhlak, hubungan antarbangsa tidak bisa ditempatkan atas dasar yang memuaskan. Mereka yang berminat terhadap perkara-perkara ini perlu lebih dulu berusaha memastikan sebabsebab perselisihan-perselisihan antarbangsa dan lalu mengambil tindakan-tindakan untuk menyingkirkannya. Sebuah pengadilan arbitrasi internasional perlu didirikan atas prinsip-prinsip Islam untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan itu saat muncul. Sebab-sebab yang menimbulkan perselisihan itu adalah: 1) Hubungan antara pemerintah-pemerintah dan rakyat mereka tidak memuaskan. Seandainya ajaran-ajaran Islam dalam hal ini diikuti dan diamalkan—yaitu bahwa, orang-orang yang tinggal dalam sebuah Negara harus memberikan dukungan dan kerjasama sepenuh-hati mereka kepada pemerintah Negara itu, atau mereka boleh angkat kaki dari Negara itu agar tidak mengganggu perdamaian Negara itu—tiada bangsa akan berani menyerang bangsa lain tanpa lebih dulu menghitung ongkosnya; karena pengetahuan bahwa kaum yang diserang akan mengorbankan seluruh milik mereka dalam membela Negara mereka akan menyadarkan dan menghalangi suatu bangsa penyerang. 2) Prasangka-prasangka bangsa begitu kuat sehingga penduduk setiap Negara siap memberikan dukungan mereka pada kebijakan-kebijakan agresi pemerintah mereka, hanya karena inilah pemerintah mereka, tanpa melihat kebaikan-kebaikan dari kebijakan-kebijakan itu. Ini mendorong suatu pemerintah untuk dengan enteng memasuki perang, yakin bahwa tidak masalah aksinya benar atau salah ia akan mendapatkan dukungan dari rakyatnya sendiri. Seandainya prinsip yang diletakkan oleh Islam diikuti, yaitu bahwa, bantuan terbaik yang bisa diberikan seseorang kepada saudaranya adalah mencegahnya dari melakukan tindak penindasan, banyak perang dan tindak agresi akan terhindari. Bukanlah cinta tanah-air yang sejati untuk mendukung pemerintah kita dalam agresi yang tak beralasan; melainkan cinta tanah-air sejati adalah menyelamatkannya dari suatu jalan yang sesat. Pendeknya, pengkhianatan di satu sisi, dan prasangka-prasangka nasional di sisi lain, merupakan sebab-sebab utama perang dan ini harus diperbaiki sebelum perdamaian bisa diharapkan. Dunia harus menyadari bahwa patriotisme (cinta tanah-air) dan cinta kemanusiaan tidak saling rukun. Rasulullah saw. telah menyatakan prinsip ini dalam sebuah kalimat pendek ketika beliau bersabda, “Kamu harus menolong saudaramu apakah dia si penganiaya atau yang teraniaya— penganiaya, dengan mencegahnya melakukan tindak-tindak penganiayaan, dan yang teraniaya, dengan menyelamatkannya dari penganiayaan.” Ketika seseorang berusaha menghalangi kaumnya atau pemerintahnya sendiri dari berlaku tidak adil, perilakunya tidak bisa digambarkan sebagai tidak cinta tanah-air. Sebaliknya, dia digerakkan oleh patriotisme sejati, karena dia berusaha menyelamatkan nama baik negaranya dari noda penindasan. Pada saat yang sama dia digerakkan oleh kecintaan sejati pada umat manusia, karena dia hanya sedang mencoba menegakkan prinsip ‘Hidup dan biarkan hidup’. 3) Sebab ketiga kesalahpahaman antarbangsa adalah pemikiran superioritas bangsa. Alquran mengatakan: “Janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)” (Al Hujurat 11)

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

44


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Lagi, Alquran menyatakan, “Dan masa kesengsaraan dan kemakmuran itu Kami pergilirkan di antara manusia.�8 Karena itu, suatu bangsa yang sedang maju ke arah kemakmuran tidak seharusnya memandang rendah bangsa lain, sehingga menebar benih-benih permusuhan; boleh jadi bahwa bangsa yang dipandang rendah hari ini mungkin mendahului bangsa-bangsa lain esok. Perselisihan-perselisihan antarbangsa tidak bisa diakhiri hingga disadari bahwa umat manusia adalah satu umat, dan bahwa kemakmuran dan kesengsaraan bukanlah sifat-sifat turun-temurun maupun permanen dari suatu kaum. Tak ada kaum telah memiliki riwayat seragam kemakmuran atau kesengsaraan, tidak juga suatu kaum bisa aman, pada waktu mendatang, terhadap suatu perubahan yang merugikan dalam kondisi-kondisinya. Kekuatan-kekuatan volkanik yang mengangkat suatu kaum ke titik tertinggi kejayaan atau menghempaskannya ke titik terendah kehinaan belum berhenti bekerja, dan alam menjalankan maksud-maksudnya sama aktifnya masa ini seperti ia telah lakukan selama berabad-abad silam.

Hubungan Antara Para Penganut Agama-Agama Berbeda Mengenai hubungan antara para pemeluk agama-agama yang berbeda, Islam mengajarkan toleransi yang jauh lebih luas daripada agama lain mana pun. Contohnya: 1) Ia melarang pemakaian bahasa yang melecehkan terhadap para pendiri, orang suci, atau pemimpin agama mana pun. 2) Ia mengajarkan bahwa para nabi telah bangkit dalam semua bangsa dan, karena itu, tiada agama bisa digambarkan sebagai sama sekali palsu. 3) Ia melarang paksaan dalam perkara-perkara iman dan melarang peperangan agama, karena kebenaran telah dibuat terang dari kebatilan, dan dia yang diberi hidup oleh kebenaran akan hidup dan dia yang dibinasakan oleh kebenaran akan binasa.

8

Ali Imran 140

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

45


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

3. Darah di Jalanan Dua hal begitu mendominasi kehidupan abad ke-20 sehingga mereka telah menjadi “fakta kehidupan” yang tidak dipertanyakan atau diganggu gugat: Big Government dan inflasi. Namun, mereka sama sekali bukan fakta hidup, hanya kepingan-kepingan dari sebuah dunia yang sekarat di depan mata kita.

Tsar Nicholas II Bayangkan diri anda Nicholas II, Tsar dari seluruh bangsa Rusia, penguasa wilayah terbesar di bumi. Tahunnya 1914. Anda dan keluarga menjalani kehidupan raja. Istana-istana anda megah dan dilayani abdi dalem lengkap. Mereka adalah tempat kemewahan, selera tinggi, dan peradaban. Harta anda salah satu yang terkaya di dunia. Bangsa anda memiliki salah satu ekonomi yang tumbuh tercepat di dunia. Orang-orang yang terampil membangun pabrik-pabrik di kota-kota anda. Para petani mengembangkan cara-cara baru dan lebih termekanisasi menggarap tanah. Orang-orang meramalkan bahwa Rusia akan segera jadi bangsa terkaya dan paling berkuasa di bumi. Dan anda mempercayai mereka. Tapi, ramalan itu meleset. Setidaknya, bukan dalam masa hidup anda (yang terbukti agak pendek). Tidak juga dalam sisa abad ke depan. Kekuatan-kekuatan yang tak bisa atau tak akan anda lihat sedang berhimpun seperti lava cair yang tertahan pada inti sebuah gunung api. Hanya dalam empat tahun, seluruh kerajaan anda membara. Orde Lama segera dihancurkan total. Para pemilik pabrik dirampas hartanya. Mereka beruntung bisa keluar dari Rusia hidup-hidup. Jutaan orang dibunuh dan diusir dari tanah mereka untuk bekerja di ladang-ladang kolektif. Para pria memanggil satu sama lain “comrade” (kawan). Pembedaan-pembedaan lama tentang golongan dan tatakrama dilarang dan dilupakan. Gerombolan-gerombolan liar dan kejam mengotori istana-istana anda. Permata-permata anda dilego untuk membiayai perjuangan Komunis. Anda dan seluruh keluarga anda ditembak, ditikam, tubuh-tubuh anda disiram dengan asam dan dilempar ke dalam sebuah sumur. Siapa bisa mengantisipasi perubahan brutal ini? Tidak Tsar Nicholas II. Dia hanya membaca koran-koran yang para penasihat khususnya siapkan baginya. Semua peristiwa dan sikap yang mengganggu disensor. Nicholas hidup nyaman terlindung dalam dekapan abad ke-19 hampir hingga saat ia tewas. Tapi faktanya adalah, banyak orang meramalkan masa depan maut ini. Peristiwa-peristiwa mengikuti ide-ide, teknologi, dan kekuatan-kekuatan alam. Kaum revolusioner di Rusia telah mencoba membunuh sang Tsar selama bertahun-tahun. Mereka dimotivasi oleh perkembangan-perkembangan kuat yang mengubah dunia dengan cara-cara yang terduga. Sejarah abad ke-20 adalah sejarah kekerasan, pada skala yang tak pernah disaksikan sebelumnya. Sekitar 200 juta jiwa mati dalam kekerasan. Stalin dan Lenin membunuh lebih dari 30 juta orang, termasuk 5 juta yang mati kelaparan dalam kelaparan-kelaparan paksa Ukrainia. Hitler mengirim 6 sampai 10 juta jiwa ke alam baka dalam kamp-kamp konsentrasi—kaum Yahudi, gipsi, “sampah”. Hampir semua tawanan perang Rusia yang dikuasai oleh bangsa Jerman mati. (Bangsa Rusia membalas perlakuan itu kepada para tawanan Jerman mereka.) Mao membantai 20 sampai 40 juta jiwa. Pol Pot membantai 3 juta warga Kamboja dan lolos dari hukum—seperti juga Idi Amin, Haile Miriam Mengistu, dan Saddam Hussein. Daftar pembunuh terus memanjang.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

46


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Salah satu fungsi utama pemerintah adalah melindungi para warga dari kekerasan. Namun, hampir semua kekerasan abad ke-20 dilakukan oleh pemerintah-pemerintah. Seiring pemerintah-pemerintah tumbuh, mereka menjadi mampu melakukan kekerasan dan kekejian dengan skala yang tak pernah disaksikan sebelumnya dalam sejarah. Biasanya, para warga merekalah korbannya.

Abad Kematian Pada 1888, Nietszche meramalkan bahwa abad ke-20 akan ditandai oleh “perang-perang peluluhlantak” dan bahwa benar dan salah tak akan lagi penting karena, menurut Nietszche, “Tuhan sudah mati.” Di Jerman, tempat asal gagasan negara mesin, suratan tangan boleh dibilang tertera di tembok pada awal 1930-an. “Kaum Yahudi adalah kesialan kita,” pekik spanduk-spanduk Hitler. Kaum Yahudi didesak untuk pergi dan sekitar 60% dari mereka pergi. Banyak yang tak punya tempat tujuan. Roosevelt menolak membuka pintu-pintu Amerika. Saat Perang Dunia II dimulai, kelompok-kelompok Yahudi dikumpulkan, ditelanjangi dan ditembaki. Lalu, sebuah gugus tugas khusus dibentuk untuk membawa kejayaan Zaman Mesin pada “Jugenfrage,” masalah Yahudi. Dalam serangkaian kamp kematian, sebanyak 6 juta Yahudi diproses seperti bongkah-bongkah batubara menuju tungku. Di sini, kita melihat daya sangat besar dari mesin-mesin pembantai abad ke-20. Meskipun pembantaian ini biadab dan benar-benar di luar batas peri kemanusiaan, sedikit yang berbicara lantang menentang. Sedikit yang mencoba menghentikan pembantaian itu. Di Jerman, Hans dan Sophie Scholl membagi-bagikan selebaran untuk memprotes pembunuhan itu. Mereka segera ditahan dan digantung. Logika Zaman Mesin tak terhentikan. Mesin-mesin mempunyai maksud—tapi mereka tak punya hati nurani atau moral. Sementara itu, ke timur, monster lain memulai mesin peremuk-tulangnya sendiri. Pada saat Perang Dunia II mulai, mesin-pembunuhan Stalin sudah menunjukkan tanda-tanda pemburukan. Jutaan rakyat jelata Ukrainia telah mati kelaparan atau dibunuh. Sekitar 5 juta mungkin telah mati dalam musim dingin 1932-1933. Selama pembersihan-pembersihan itu, sekitar 2 juta jiwa diberondong senjata mesin oleh regu-regu eksekusi partai Komunis atau dideportasi ke Gulag-Gulag dan kamp-kamp kerja, tempat kebanyakan mereka binasa. Stalin biasa memeriksa sendiri daftar korbannya—sebanyak 2.000 nama per hari—sebelum pergi ke bioskop! Semuanya sangat sistematis. Rasional. Seperti-mesin dalam efisiensinya. Dikendalikan dan diarahkan secara terpusat oleh Stalin sendiri, yang menjadi jauh lebih kuasa daripada Tsar yang dia bantu bantai. Tak seperti Tsar, Stalin tidak tercegah oleh segala macam batasan budaya. Tidak lagi salah atau jahat membunuh orang. Akhlak adalah salah satu sentimen dungu masa silam. Pembunuhan masuk akal dan dibenarkan, jika itu dilakukan untuk maksud politik yang benar. Jika anda menanyai orang-orang tokoh-tokoh mana dari sejarah yang paling melambangkan kejahatan, Hitler dan Stalin ada di puncak daftar. Ini ironis karena keduanya melambangkan sepenuhnya cita-cita dan gagasan sentral abad ke-20. Mereka sering dianggap berada pada ujungujung spektrum politik yang berlawanan… dengan Hitler di kanan dan Stalin di kiri. Hari ini pun, kaum Stalinis laten menuduh para lawan mereka bertingkah seperti Fasis, sementara kaum Nazi bawahtanah memusuhi kaum Komunis totaliter. Sebenarnya, mereka sama saja. Mereka sama-sama menyembah di altar yang sama dari Tuhan agung Negara. Mereka sama-sama musuh peradaban, kebudayaan dan moralitas.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

47


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Kekerasan Menjadi Skema Menguntungkan Abad ke-20 juga ditandai oleh pertumbuhan lembaga-lembaga. Pemerintah-pemerintah memperkokoh cengkeraman mereka terhadap massa-massa daratan dan penduduk. Pemerintah-pemerintah tumbuh jauh lebih digdaya—dan jauh lebih berbahaya daripada yang sudah-sudah. Kenapa? Karena “Kekuatan Fisik” manjur. Pada permulaan Perang Dunia I, pertahanan dan penyerangan kira-kira sebanding. Angkatanangkatan perang Eropa berhadap-hadapan di parit-parit dan tak pergi kemana-mana. Penemuan senjata mesin menyaksikan itu. Hampir mustahil untuk menggilas tembok-tembok pertahanan satu musuh. Tapi pada akhir perang, tank lapis-baja mengubah perimbangan kekuatan. Sedikit orang melihatnya awalnya—hanya para ahli strategi seperti Liddell Hart dari Inggris, dan Heinz Guderian dari Jerman. Mendadak, dunia jadi berbeda. Karena sebuah “mesin perang” yang diperlengkapi, didanai, dan dijalankan dengan baik nyaris tak bisa dihentikan. Peperangan ofensif sekali lagi menjadi penawaran menguntungkan. Menjadi relatif mudah untuk merebut aset-aset para tetangga anda—seperti diperlihatkan secara dramatis oleh Guderian dalam bombardir-bombardirnya yang dipimpin-tank memasuki Polandia, Belgia, Perancis, dan Rusia. Di sini kita melihat logika sentral dari seluruh abad ke-20: Semakin mudah untuk membahayakan jiwa dan harta orang-orang lain, semakin rela orang-orang menyerahkan untuk melindunginya. Tarif-tarif pajak melambung sepanjang abad, mencapai tingkat-tingkat yang mendekati-perbudakan di mana-mana. Pemerintah-pemerintah menuntut hampir 100% dari waktu dan produktivitas para warga mereka. Harga perlindungan mahal, dari segi uang dan jiwa. Bahkan di Barat, pemerintah-pemerintah Perang Dunia II telah mengambil 30% sampai 60% dari PDB (Produk Domestik Bruto) dengan sedikit protes dari para warga. Big Government laris. Itu menjadi program menguntungkan, dengan imbalan besar bagi orang-orang yang memperoleh kekuasaan politik. Bahkan, imbalannya jadi begitu besar sehingga sedikit pemerintah menampik godaan-godaan terhadap korupsi dan kekejaman untuk memperolehnya. Bahkan dalam sektor swasta, mesin-mesin produksi abad ke-20 menyukai yang besar. Ekonomi skala dalam pabrik-pabarik dan jalur-jalur perakitan memberi perusahaan-perusahaan skala-besar kelebihan yang tak tertandingi. Kekuatan Fisik manjur. Ia manjur dalam Perang Dunia II. Ia manjur dalam bisnis. Ia manjur dalam pemerintahan. Ia manjur dalam industri otomotif: Sebanyak 200 perusahaan membuat mobil di Amerika pada awal abad ke-20; jumlah itu terkurangi sampai hanya tiga. Segalanya jadi lebih besar. Pemerintahan, sekolah-sekolah, serikat-serikat buruh… dan juga perusahaan-perusahaan swasta. Perusahaan-perusahaan besar Amerika begitu sukses sehingga seorang penulis Perancis mengingatkan dalam sebuah buku laris tahun 1960-an bahwa mereka akan segera menguasai seluruh ekonomi dunia. Pandangan ini juga tecermin dalam pasar saham, di mana “Nifty Fifty”—perusahaan-perusahaan AS terbesar dan terkenal—bangkit ke tingkat-tingkat yang mencengangkan pada 1966. Segalanya jadi lebih besar dan lebih besar. Sampai…

Peringatan Dari Vietnam dan Microsoft Perang Vietnam merupakan suatu peringatan bahwa keampuhan mesin militer terbesar abad ke-20 sedang terkikis. Juga, pada awal 1970-an, para investor sadar bahwa perusahaan-perusahaan tak

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

48


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

mungkin jadi lebih besar selamanya. Saham-saham “Nifty Fifty” yang melambung tinggi itu turun lagi ke bumi. Sebagiannya tak pernah kembali naik. Afghanistan memperkuat hikmah ini dan menggarisbawahinya dalam buku-buku sejarah. Kaum pejuang Afghan menghukum militer Soviet dengan cara yang mengingatkan kita pada pengalaman Amerika di Vietnam. Bangsa Afghan tak memiliki pelindung hutan lebat yang dimiliki bangsa Vietnam. Tetapi mereka mempunyai sesuatu yang lebih bagus lagi—peluru-peluru anti-pesawat Stinger yang murah dan diluncurkan dari pundak. Kedigdayaan udara Soviet, meski besar dan mahal, tidak lagi telak. Microsoft menunjukkan pada dunia bahwa alam ekonomi pun telah berubah. Pabrik-pabrik besar Zaman Mesin bukan lagi bisnis-bisnis paling menguntungkan di dunia. Kini uang berpindah ke perusahaan-perusahaan yang mengelola informasi, bukannya jalur-jalur perakitan. Perusahaan-perusahaan pemula kecil Lembah Silikon bisa berubah dari nol sampai beromzet milyaran dollar dalam hitungan bulan—hanya dengan memanipulasi elektron-elektron renik tak kasat mata! Microsoft sendiri menciptakan bukan saja orang terkaya di dunia, tetapi ratusan jutawan. Di Chechnya, angkatan perang Kekuatan Fisik terbesar dunia menemukan bahwa ia bahkan tak bisa meredam elemen-elemen pemberontak di pintu rumahnya sendiri. Bangsa Chechnya—yang sedikit orang di Barat bahkan pernah dengar pada 1989—telah mampu melindungi diri dari kekuatan militer besar Rusia. Suratan tangan terang untuk dilihat setiap orang… “Besar tak lagi manjur.” Akhirnya, pada Juni 1996, sebuah senjata anti-tank baru, murah, dan ringan diuji di California. Ia meremukkan lapis pelindung pada tank-tank Amerika paling canggih dan mahal. Selama puluhan tahun, tank-tank telah jadi lebih besar, lebih mahal, dan lebih tebal terlapis-pelindung. Tapi senjatasenjata anti-tank telah juga berpacu—menjadi lebih ampuh dan lebih akurat. Misil anti-tank baru ini menggeser perimbangan kekuasaan secara total. Tank-tank binasa. Mereka adalah kuburan jutaan-dollar, yang dengan mudah dihancurkan oleh senjata-senjata Zaman Informasi yang kecil dan murah. Kekuatan Fisik tidak lagi manjur. Sekonyong-konyong, harga perlindungan turun drastis. Zaman Mesin telah tamat.

Dipaksa Untuk Meramping Bisnis-bisnis di seluruh dunia telah dipaksa untuk mengecil—untuk menjadi lebih gesit, lebih ramping, kurang birokratis, dan lebih bersaing dalam ekonomi baru. Tapi pemerintahan-pemerintahan belum. Belanja pemerintah terus meningkat. Begitu pun jumlah pegawai pemerintah. Begitu pun kewajiban finansial pemerintah, yang terus membesar dan beranakpinak dengan cepat. Bersenjatakan monopoli atas kekerasan, dan kekuasaan yang nyaris tak terbatas untuk mengambil sumberdaya dari para warganya, pemerintah telah melawan tren umum Zaman Informasi. Tetapi ia tak bisa lagi melawan. Seiring ketegangan politik luar negeri mereda, pemerintahan-pemerintahan dunia mengalihkan mesin pemerintahan ke permasalahan sosial. Perang melawan kemiskinan, kebodohan, narkotika, korupsi. Semua program ini gagal.. Solusi-solusi Kekuatan Fisik terhadap masalah-masalah sosial tidak manjur. Hampir setiap ukuran kesejahteraan sosial memburuk ketika “solusi-solusi” Zaman Mesin ini diterapkan. Tapi ada suatu logika tersembunyi terhadap negara kesejahteraan (welfare state)—logika yang memang manjur. Dengan menyebarkan tunjangan-tunjangan Big Government kepada semakin banyak orang, para politikus meningkatkan dukungan terorganisir bagi Big Government dan programprogramnya.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

49


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Bukan kebetulan bahwa satu-satunya bidang pertumbuhan bagi serikat-serikat pekerja, misalnya, adalah di antara para pegawai pemerintah. Lebih jauh, tak mengherankan bahwa kelompok-kelompok yang paling menentang reformasi-reformasi dan perubahan-perubahan dari Zaman Informasi— pemerintahan yang meramping, jasa-jasa yang menswasta, pajak-pajak lebih rendah—adalah mereka yang menerima paling banyak dari uang rakyat. Serikat-serikat guru, misalnya, merupakan hambatan terbesar bagi reformasi pendidikan di AS. Namun, merampingkan Big Government tak bisa dielakkan. Kecuali kita diserang oleh makhluk asing dari luar angkasa, pemerintah tidak bisa membenarkan pengorbanan-pengorbanan besar macam itu dari para warganya. Senjata-senjata murah Zaman Informasi dan ekonomi pasca-Zaman Mesin kini semakin memudahkan para warga untuk menentang tingkat-tingkat pemajakan yang tinggi dan desakan lainnya. Itulah hikmah dari Chechnya. Di seluruh dunia, tekanan-tekanan yang sama telah dirasakan. Akibat puluhan tahun belanja tak terkendali oleh para pejabat pemerintah, bergenerasi-generasi orang kini terbebani hutang-hutang yang menghancurkan. Karena banyak dari “hak-hak istimewa” yang didikte-pemerintah ini diprogramkan untuk meningkat sepanjang waktu, tarif-tarif pajak akan harus naik di masa mendatang—jika kewajiban-kewajiban yang sekarang hendak dipenuhi. Yang memperburuk keadaan, jumlah pembayar pajak menciut relatif terhadap jumlah orang yang menerima jatah dari pajak. Segera, kelompok usia produktif yang besar akan mulai pensiun. Seandainya pengangsuran hutang silam dan program-program kesejahteraan sosial yang diamanatkan secara nasional dihapuskan, tarif-tarif pajak bisa diturunkan. Para warga akan melihat tarif-tarif pajak mereka turun secara dramatis tanpa kehilangan layanan-layanan dasar yang sekarang ada (pemadaman kebakaran, kepolisian, jalan-jalan, perlindungan). Bahkan, jasa-jasa ini bisa diharapkan meningkat mutunya seiring para pegawai pemerintah kembali ke bisnis inti mereka. Inilah aritmatika dari gerakan-gerakan kemerdekaan baru di banyak bagian dunia.

Dunia Memecah Kelompok-kelompok separatis di seluruh dunia telah mengamati situasi ini. Quebec. Wales. Italia Utara (yang sudah menyatakan diri sebagai sebuah bangsa merdeka, yang disebut Padonia)…puluhan bangsa pecahan di bekas Uni Soviet, termasuk Moldavia, Georgia, Ossetia, Tatarstan, Bashkortostan, Chuvashia, Azerbaijan, Belarus, Abkhazia, Kazakhstan, Uzbekistan, Balkariya, Karbadino, Gomo Badakhshan, Tavil-Dara, Dagestan, dan banyak lagi. Tren menuju bangsa-bangsa kecil mandiri ini adalah hasil nyata dari pemerintahan yang meramping. Mereka seperti golongan-golongan keagamaan sempalan yang timbul setelah Reformasi. Pemerintahan-pemerintahan kecil Zaman Informasi lebih efisien dan efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan para warga mereka daripada Big Government. Mereka bisa menurunkan tariftarif pajak, dan menyediakan layanan-layanan yang lebih baik. Dengan teknologi saat ini, mereka juga bisa melindungi diri dengan murah. Tren ke arah pemerintahan-pemerintahan kecil efisien akan segera menabrak struktur rapuh dari pembiayaan pemerintahan besar. Big Government membutuhkan Anggaran Besar. Yang berarti pajakpajak tinggi, birokrasi, inefisiensi, dan hutang. Hutang-hutang itu telah melambung amat tinggi dan kini menghidupi dirinya sendiri. Lebih banyak uang harus dipinjam hanya untuk terus membayar bunga atas hutang-hutang lama. Sementara itu, “bangsa-bangsa” baru sedang mendeklarasikan kemerdekaan mereka. Siapa bisa menghentikan mereka? Dan siapa akan membayar biaya-biaya dan menjaga kewajiban-kewajiban yang terbengkalai dari Big Government saat ia tidak lagi besar?

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

50


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Faktanya adalah, apakah ia ingin melakukannya atau tidak, Big Government akan segera lenyap. Besar tidak lagi manjur. Dan perlindungan dari pemerintah-pemerintah yang korup jauh lebih murah dan lebih mudah daripada bertahun-tahun sebelumnya.

“Bangsa” Satu: Kebangkitan Individu Merdeka Jika pemerintah tidak bisa menghentikan suatu kelompok sempalan, bisakah ia menghentikan individu? Teknologi baru Internet membebaskan individu-individu dari belenggu geografi. Hampir siapa pun yang melakukan pekerjaannya pada komputer—dan kini ada puluhan juta pekerja informasi ini di Indonesia sendiri—kini bisa bekerja dari nyaris segala tempat. Kita tidak lagi terpaksa tinggal di daerah-daerah tertentu, seperti dekat kota metropolitan. Dan kita tidak lagi terpaksa membayar biaya-biaya dari daerah-daerah itu. Kita kini bisa memilih tempat tinggal yang paling cocok dengan kita, daripada pasrah dengan ketentuan-ketentuan apa pun yang ditawarkan oleh para politikus lokal. Sejumlah daerah di Swiss, misalnya, kini merundingkan tarif-tarif pajak dengan perjanjian pribadi dengan para calon warga. Ini suatu tren yang pasti meningkat. Banyak negara menyediakan insentifinsentif pajak khusus bagi para warga yang memiliki sumber-sumber penghasilan offshore. Lainnya menawarkan insentif-insentif untuk mendorong bisnis-bisnis bermigrasi. Internet kini memungkinkan kita menuangkan semua komunikasi kita, termasuk transaksi-transaksi keuangan, dalam suatu kode yang tak bisa dipecahkan. Kita kini bisa menghasilkan uang, menabungnya, membelanjakannya, menginvestasikannya—dan seluruh prosesnya bisa hampir total di luar ranah pengawasan petugas pajak. Uang akan hilang ke dalam dunia maya. Pemerintahpemerintah akan harus pasrah dengan lebih sedikit uang.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

51


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

4. Megapolitik dan Resesi Ada kekuatan-kekuatan politik besar yang bekerja membentuk Big Government yang tak bisa dikendalikan siapa pun. Politik adalah cara kekerasan diorganisir dan digunakan dalam suatu masyarakat. Ketika orang-orang mengamalkan “politik”, mereka hakikatnya sedang bersaing merebut kendali atas mesin kekerasan. Akan salah bagi anda atau saya jika mengambil harta atau sumberdaya dari orang-orang lain dan memberitahu mereka apa yang harus dilakukan. Tetapi di bawah payung politik, praktik-praktik yang paling semena-mena, arogan dan konyol pun dulu dan sekarang umumnya diterima dan disegani. Politik menjadi jauh lebih penting dalam abad ke-20 daripada yang sudah-sudah. Akhirnya, hampir segalanya dipolitisasi. Tiap orang ditarik ke dalam satu kampanye politik atau lainnya… sebagai pendukung, musuh… atau pakan hukum. Alasannya luar biasa sederhana—kekerasan yang terorganisir membuahkan hasil. Senjata-senjata dan angkutan mekanis memungkinkan untuk mengancam harta milik (dan jiwa) orang-orang lain lebih daripada sebelumnya. Ini sangat menaikkan taruhan politiknya. Megapolitik adalah istilah yang mungkin tepat untuk praktik politisasi masyarakat. Jika anda bukan bagian dari solusi, anda bagian dari masalah. Tak ada jalan keluar dari politik pada akhir abad ke-20. Masyarakat sipil atau madani surut ke belakang seiring politik mengemuka. Orang-orang didorong untuk menjadi aktivis politik, untuk memberi suara, dan untuk berkampanye bagi para kandidat. Dan politikus membuat janji-janji dan menyuruh masyarakat mengandalkan janji-janji keuangan mereka— janji-janji untuk memperhatikan para warga “mulai buaian sampai liang lahat”. Kita perlu menyadari bahwa ada kekuatan-kekuatan lebih dalam yang bekerja—kekuatan-kekuatan yang berjalan berlawanan dengan keinginan kita akan suatu masyarakat yang lebih bebas dan lebih terbuka. Kekuatan-kekuatan “megapolitik” ini membentuk dunia kita dengan cara-cara yang terduga, tapi yang tak selalu menguntungkan. Dan meski kita tak bisa mengubah jalan sejarah bagi sebuah bangsa, kita bisa mengubah masa depan kita sendiri. Kita bisa menggunakan pemahaman kita atas apa yang akan terjadi dalam dunia kita untuk melindungi diri kita. Segala di alam—termasuk fitrat manusia—mengikuti pola-pola dan irama-irama tertentu yang bisa dipahami. Itu berlaku juga bagi pasar-pasar keuangan: Siklus-siklus sejarah berulang sendiri. Depresi-depresi ekonomi telah terjadi secara teratur dan teramalkan, yang berjarak sekitar 60 tahun, sejak pertengahan abad ke-16. Tak ada yang tahu persis sebabnya, tetapi psikologi (dan angka-angka kelahiran dan kematian) menawarkan satu penjelasan. Setelah suatu depresi, generasi yang mengalaminya menjadi luar biasa konservatif. Para pemberi pinjaman hanya akan memberi pinjaman-pinjaman yang aman dan beresiko-rendah. Kredit akan ketat. Dan para investor akan berhati-hati, hanya mencari peluangpeluang yang pasti. Memakan waktu hampir 30 tahun, misalnya, bagi Dow Jones Industrial Average untuk kembali mencapai tingkat yang dicapainya dalam masa boom 1920-an; baru setelah 1954-lah ia melampaui puncak 1929. Sekitar 30 atau 40 tahun setelah suatu depresi, suatu generasi baru mengambil alih. Para anggotanya sedikit mempunyai kenangan tentang resesi sebelumnya. Mereka adalah pengambil resiko. Mereka melihat generasi lebih tuanya sebagai orang-orang udik sangat konservatif yang melewatkan peluangpeluang yang menguntungkan. Dalam satu hal, generasi lebih muda benar. Kini waktunya untuk lebih agresif. Tapi ketika generasi baru ini menguasai bank-bank, perseroan-perseroan, dan lembaga-lembaga lain, sikap hati-hati akhirnya dicampakkan jauh-jauh. Sampai sekitar 60 tahun (siklusnya kini agak lebih panjang karena orang-orang hidup lebih lama) setelah crash terakhir, hampir tak ada orang yang ingat seperti apa

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

52


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

crash itu. Orang-orang percaya harga-harga akan naik tanpa batas karena selalu begitulah yang telah berlaku, sepanjang mereka bisa ingat. Keadaannya kini matang untuk tibanya depresi lagi, yang disebabkan oleh uang murah, pinjamanpinjaman macet, dan investasi-investasi sembrono yang dilakukan oleh generasi boom. Seperti halnya para politisi tidak bisa melihat kenyataan baru ini, begitu pun kebanyakan orang lain. Mereka yang memikirkan perkara-perkara macam ini telah menarik kesimpulan yang salah. Mereka yang menyaksikan kejatuhan Big Government gelisah. Karena mereka percaya bahwa Big Government melindungi minoritas-minoritas atau bekerja menciptakan suatu masyarakat yang adil, meskipun semua bukti menunjukkan sebaliknya. Sementara itu, banyak investor mempercayai hal yang sama konyolnya: bahwa kejayaan demokrasi dan kapitalisme berarti tak ada resesi, tak ada inflasi dan harga-harga saham yang lebih tinggi jauh ke masa depan. Golongan baby boomer (yaitu mereka yang lahir pada dekade 1950-an sampai 1960an setelah Perang Dunia II), khususnya, didesak untuk menaruh uang mereka dalam saham-saham dan reksadana-reksadana besar untuk menyiapkan hari tua. Hampir semua orang berpikir bahwa saham-saham akan terus naik, bergantung hanya pada “koreksi-koreksi” singkat sesekali. Keyakinan akan pasar saham, dan sistem keuangan mendasar ini telah mencapai tingkat ekstrim. Untuk kali pertama dalam sejarah Amerika, misalnya, bangsa Amerika memiliki lebih banyak uang dalam saham-saham daripada dalam semua investasi lain digabung. Dan nilai total dari semua saham untuk kali pertama melebihi output total dari seluruh ekonomi AS untuk setahun. Bahkan daftar-daftar dari “pertama” itu panjang. Tak pernah suatu pasar selama ini ada pada tingkat yang begitu tinggi. Dan banyak dari dasar pikiran di balik ini adalah bahwa kita telah memasuki suatu “era baru.” Ukuran-ukuran lama tak lagi berlaku. Ya, kita telah mencapai suatu era baru. Tapi bukannya mendongkrak harga-harga saham, ia akan merontokkannya. Inilah sebabnya: Orang-orang terbiasa dengan harga-harga yang naik. Inflasi yang naik. Pasar-pasar saham yang naik. Tingkat-tingkat hutang yang naik. Dan kredit mudah. Golongan Baby Boomer tidak tahu apa-apa lainnya. Tapi siklus-siklus boom dan crash, bull dan bear berlanjut. Salah satu buah dari Revolusi Industri adalah harga-harga yang turun. Harga-harga turun sepanjang abad ke-19 seiring orang-orang membuat barang-barang yang lebih murah dan lebih baik. Baik di pabrik-pabrik maupun di lahan-lahan pertanian, output naik dramatis. Harga-harga ikut turun. Antara 1850 dan 1914, misalnya, output per jam-orang dalam pembuatan-baja naik sekitar 30 kali. Hargaharga komoditi turun hampir separuh mulai awal sampai akhir abad ke-19. Abad ke-20 adalah suatu penyimpangan. Pemerintah-pemerintah tumbuh besar seiring lingkungan perdagangan-bebas, pajak-rendah, dan regulasi-rendah dari abad ke-19 digantikan oleh janji-janji dan kekuasaan Big Government. Wilayah-wilayah besar dunia dimatikan produksinya. (Rusia, misalnya, adalah pengekspor besar biji sebelum revolusi. Pada akhir abad ke-20, ia adalah pengimpor besar.) Hampir setiap negara, sampai tingkat tertentu, menyaksikan kapasitas produksinya menjadi terhambat, tertekan, atau sama sekali hancur oleh para penguasa politik. Ini menurunkan penawaran barang dan jasa. Tapi kuasa tersembunyi sesungguhnya dari inflasi selama abad ke-20 adalah kontrol atas uang sendiri, yang pemerintah lalu amalkan sampai derajat yang tak pernah terjadi sebelumnya. Stalin, Hitler, Mao, Roosevelt, Johnson, Clinton, Bush…nama-nama paling masyur abad ke-20 praktis sinonim dengan Big Government. Dan dengan pajak-pajak tinggi, regulasi tinggi, dan otoritas tak terkendali dari para birokrat untuk menjalankan ekonomi. Menjalankan ekonomi berarti mengendalikan persediaan uang. Nixon pertama memberi pemerintah AS kendali total atas uangnya dengan menyangkal janji tulus dari enam generasi pejabat Departemen Keuangan AS. Dia menolak menukar dollar AS dengan emas. Diberi kendali total atas dollar, para politisi dan birokrat alaminya terus melakukan hal sama yang dulu mereka lakukan terhadap segala

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

53


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

yang masuk ke dalam genggaman mereka—mereka menjatuhkannya. Seperti kata Ringo Starr, “Segala yang disentuh pemerintah berubah jadi sampah.” Pemerintah-pemerintah selalu menjatuhkan nilai mata-mata uang dan menyebabkan inflasi… kapan saja mereka punya kesempatan. Ini suatu cara menipu orang-orang, suatu praktik lama para politisi korup yang berasal dari Romawi kuno. Kebanyakan orang tahu ini, sekalipun mereka tidak secara sadar mengetahuinya. Dan karena mereka mengetahuinya, mereka percaya bahwa inflasi, karena itu, adalah hal yang bisa mereka andalkan. Namun pemerintah-pemerintah akan terbukti tak bisa diandalkan sekalipun dalam menyebabkan inflasi dalam abad ke-21 ini. Tentu, anda mungkin berpikir, jika ekonomi mulai ambruk, bisnis-bisnis berguguran dalam jumlah besar, dan jutaan orang kehilangan pekerjaan mereka dan mengumumkan kebankrutan…tentu, pemerintah akan “menghidupkan mesin-mesin cetak” dan mengedarkan banyak uang. Benar? Mereka tentu akan mencoba melakukannya. Mencetak uang “untuk menggerakkan ekonomi” adalah ide yang lazim dan populer. Tapi ini jauh dari kenyataan. Ini bukan cara pasar-pasar sesungguhnya bekerja. Pasar-pasar jauh lebih berkuasa daripada pemerintahan mana pun. Ketika kondisi-kondisi pasar siap untuk harga-harga yang jatuh, tiada pemerintahan bisa menghentikannya dari kejatuhan. Baik pemerintah-pemerintah maupun para individu akan segera terjebak dalam suatu perangkap hutang. Perangkap itu terbuka ketika suku-suku bunga riil naik. Itu membuat hutang-hutang lebih sulit untuk dibayar dan mengakibatkannya menumpuk lebih cepat lagi. Defisit federal AS untuk 1995, misalnya, adalah $164 milyar. Tapi pembayaran bunga atas pinjaman silam berjumlah total sekitar $232 milyar. Seiring hutang membengkak dengan cara ini, apakah bagi individu atau satu pemerintah, lebih banyak uang perlu diarahkan ke pengangsuran hutang dan lebih sedikit ke biaya-biaya operasi. Hasilnya tak terelakkan. Begitu terjebak dalam perangkap hutang, anda boleh jadi melakukan tindakan-tindakan heroik untuk lolos, atau anda jatuh bankrut. Kedua jalur tindakan itu akan sangat mengusik ekonomi lebih besarnya. Lebih sedikit pembelian, lebih sedikit belanja, lebih sedikit investasi. Lebih sedikit uang yang beredar, perlambatan ekonomi, resesi, depresi. Inilah persis yang kita lihat di cakrawala.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

54


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

5. Bagaimana Gereja Menguasai Agama Untuk mengerti bagaimana Big Government bangkit dan menguasai politik masa ini dan bagaimana ia mengalami kemunduran, kita bisa menelaah sejarah kebangkitan dan kemunduran Gereja pada Abad Pertengahan. Saat itu Gereja mendominasi kehidupan persis seperti pemerintah saat ini. Ia mencengkeramkan jari-jarinya dalam hampir setiap kue. Ia terlibat dalam hampir setiap aspek masyarakat. Gereja saat itu adalah sumber utama dan otoritas penyampaian informasi; otoritas untuk menegakkan monopoli-monopoli harga, mengontrol perdagangan, menyediakan infrastruktur publik—jalan, waduk, jembatan, sistem pembuangan, dsb. Gereja juga tuan tanah feodal terbesar, yang menguasai ladangladang, penggilingan-penggilingan, lumbung-lumbung, kebun-kebun anggur, dan ternak pembiak. Gereja menyokong otoritas-otoritas lokal dan dalam Abad Pertengahan, paris (desa) menjadi bagian utama kekuasaan, menggantikan bagian-bagian sipil lama ager dan pagus (kota) yang bertahan dari masa Romawi sampai Zaman Kegelapan. Gereja menciptakan pasar bagi barang-barang dan bahkan membantu membentuk pasar bagi barangbarang mewah. Selama berabad-abad, Gereja memberi sumbangsih positif dan ekonomis, namun pada akhir abad ke-15, ia menjadi penghambat besar atas produktivitas. Setiap orang membayar pajak-pajak dan iuran-iuran yang berlebihan untuk menopang Gereja yang kini-menggemuk. Jika kita kaya, kita diharapkan membiayai “kebaikan-kebaikan” (kemaslahatan) dalam bentuk sumbangan-sumbangan besar. Biaya menjalani kehidupan yang lurus dan bertakwa melambung tinggi. Doktrin agama membuat menabung uang atau berhemat tampak buruk; orang-orang yang menabung disebut kikir. Orang miskin pun diharapkan memberikan tabungan sangat kecil mereka kepada Gereja. Para pedagang yang mencari barang-barang yang lebih murah daripada yang diproduksi Gereja dikeluarkan dari keanggotaan gereja. Hukum-hukum syariat diberlakukan untuk mendukung monopoli-monopoli. Seperti pemerintah masa kini, Gereja memberlakukan regulasi atas industri-industri demi kepentingannya sendiri. Gereja memiliki tambak-tambak ikan, sehingga para pendeta menggunakan peraturan-peraturan agama untuk menaikkan permintaan. (Sebelum larangan makan daging pada hari Jumat, orang-orang tidak makan banyak ikan; kondisi-kondisi kebersihan buruk dan ikan segar yang baik mahal harganya.) Seiring Gereja tumbuh menjadi birokrasi raksasa, ia merekayasa cara-cara lain untuk mendapatkan pemasukan. Incest (hubungan seks sedarah) diartikan secara sangat luas, sehingga para sepupu sangat jauh pun dan orang-orang yang terikat hanya oleh perkawinan membutuhkan dispensasi khusus untuk menikah. Karena ini mencakup hampir setiap orang dalam banyak desa kecil Eropa, menjual surat-surat pembebasan untuk perkawinan-perkawinan “haram” menjadi sebuah bisnis besar bagi Gereja. Bahkan, hubungan seks antara pasangan suami-istri dibatasi ketat; hubungan seks jadi ilegal pada hari Minggu, Rabu, dan Jumat, dan juga 40 hari sebelum Paskah dan Natal. Selain itu, pasangan suami-istri diharuskan berpuasa dari seks selama tiga hari sebelum menerima jamaah. Dengan kata lain, para pasutri dilarang bercinta selama lebih dari separuh tahun—tanpa membayar kebebasankebebasan hukuman yang mahal. Kekuasaan untuk mengatur secara sewenang-wenang juga menjadi kekuasaan untuk menjual pembebasan dari kerugian yang bisa ditimbulkan oleh peraturan-peraturan macam itu. Penjualan oleh Gereja atas kebebasan-kekebasan dari hukuman, izin-izin, dan surat-surat pencabutan aturan dalam

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

55


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

hal ini sangat mirip dengan iming-iming pajak yang ditawarkan saat ini kepada para penyumbang politik besar. Seperti halnya Big Government saat ini kurang memberi manfaat kepada rakyat dari uang pajak yang dipungutnya, begitu pun Gereja Besar pada akhir abad ke-15. Anggaran mengalir ke penyumbangan lebih banyak gereja, lebih banyak biara, lebih banyak frateran, lebih banyak pendakwah, lebih banyak katedral, lebih banyak pesta agama, lebih banyak hari suci… sampai Gereja sama sekali lepas kendali. Ia terpaksa memakai segala cara yang terpikirkan untuk meraup lebih banyak uang untuk menghidupi diri. Ia memungut lebih banyak pajak, mengenakan lebih banyak monopoli, dan menjual lebih banyak surat pembebasan aturan, izin dan kebebasan hukuman dengan harga gila-gilaan. Pada akhir abad ke-15, Gereja telah menjadi besar, birokratis, sangat gemuk, dan tak terkelola. Ia sudah waktunya jatuh. Kemunculan teknologi-teknologi baru segera menghempaskan Gereja dari pijakannya. Dalam jangka waktu singkat, segalanya berubah. Otoritas yang tak terganggu gugat selama berabad-abad tiba-tiba dipertanyakan. Dua teknologi terutama menyebabkan perubahan itu: senjata-senjata serbuk-mesiu dan mesin cetak.

Dipaksa Mereformasi Dan Meramping Secara Radikal Produksi masal buku-buku mengakhiri monopoli Gereja atas penafsiran Alkitab dan informasi lainnya. Penyebaran pesat ilmu secara radikal mengubah dunia. Satu hasil positif, orang-orang menjadi sadar akan kekayaan yang bisa dihasilkan dari perdagangan dengan Timur Jauh. Orang-orang tidak berkeberatan memberikan uang mereka kepada Gereja ketika tidak ada saluran lain untuk investasi. Tetapi, ketika mereka melihat peluang untuk menghasilkan 100 kali lipat modal mereka dengan membiayai suatu perjalanan mencari rempah-rempah… atau 40% setahun mendanai sebuah batalion bagi raja… mereka tentu mencari karunia Tuhan di mana kepentingan-kepentingan mereka sendiri terpenuhi! Sebelum Revolusi Serbuk-mesiu, peperangan adalah suatu pekerjaan penuh keterampilan. Perangperang dilakoni oleh para ksatria berperisai. Perang-perang ofensif tidaklah praktis. Tapi serbuk mesiu memisahkan kekuatan fisik dari pengamalan kekuasaan. Dan ia memberikan kelebihan baru pada pertempuran pada skala besar. Serbuk mesiu mengubah total perimbangan kekuasaan. Dalam dunia baru itu, hubungan antara orang-orang dan negara berubah radikal. Orang-orang melepaskan ikatan-ikatan ke Gereja. Mereka menolak ketaatan feodal yang pernah dianggap keramat. Kita melihat suatu kemiripan yang menonjol antara situasi pada akhir abad ke-15 itu dan masa ini. Dunia saat itu jenuh dengan agama seperti halnya dunia kita hari ini jenuh dengan politik. Lembagalembaga birokrat yang membengkak telah tumbuh melebihi nilai-guna mereka. Mereka tak lagi bisa menghidupi diri. Mereka adalah lembaga-lembaga yang terjerat hutang. Lebih buruknya, kerja mereka kontraproduktif terhadap mereka yang mungkin telah jadi para pendukung paling setia mereka. Untungnya, perubahan-perubahan besar teknologi bisa terjadi, yang membuat usang cara-cara lama. Ia terjadi pada akhir abad ke-20, sebagaimana ia terjadi pada akhir abad ke-15. Saat itu Gerejalah, bukannya pemerintah, yang dipangkas. Kini, seperti halnya mesin cetak dan serbuk mesiu menghancurkan monopoli Gereja atas kekuasaan, begitu pun Internet dan senjata-senjata murah Zaman Informasi akan menumbangkan Big Government—dan politik—sebagaimana yang selama ini kita kenal.

Apa Yang Salah Dengan Abad Ke-20? Pada permulaan abad ke-20, temuan paling akbar manusia sampai saat itu—mesin—tampak serbakuasa. Berkat mesin dan dikenalkannya jalur perakitan, akhirnya manusia bisa memproduksi masal barang-barang yang membuat kehidupan sehari-hari jauh lebih mudah.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

56


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Sepatu, pakaian, mebel, barang-barang rumahtangga… barang-barang berguna ini memberikan “kenyamanan” kepada masyarakat yang tak lagi menganggap kelangsungan hidup semata sebagai prioritas puncaknya. Barang-barang ini begitu biasa masa ini sehingga sulit bagi kita untuk membayangkan arti pencapaian ini dulunya. Sendirinya, mesin adalah sebuah alat kompleks—sekumpulan gir, tuas, mur dan baut. Ia adalah penerapan fisika Newton untuk melayani manusia. Tapi begitu hebat jasa yang bisa dilakukannya! Ia bisa menghilangkan keinginan. Ia bisa mengubah kondisi kelangkaan bahan, yang telah dialami manusia selama masa hidupnya di planet ini, menjadi kondisi kelimpahan. Pabrik, jalur perakitan, elektrifikasi, kereta bawah-tanah, kereta api—semua menyediakan barang dan jasa dengan laju yang belum pernah terjadi dalam sejarah. Tampak mesin akan memecahkan semua masalah umat manusia. Senjata-senjata Zaman Mesin juga mengubah medan tempur. Senjata-senjata itu membuat agresi suatu program yang manjur... dan sangat meningkatkan skala dan biaya kekerasan.

Dewa Mesin Tapi, bukanlah kegagalan mesin atau kegagalan sains yang menghancurkan abad ke-20. Sebaliknya, mesin memenuhi janjinya. Ia merevolusi kehidupan di bumi. Ia menciptakan kelimpahan, dan kualitas hidup yang begitu tinggi dan begitu luas tersebar sehingga seorang tukang ledeng biasa abad ke-20 hidup dengan lebih banyak kemewahan materi daripada raja teragung abad ke-19. Para penerima tunjangan di Amerika hidup lebih baik daripada seorang firaun Mesir. Begitu semua hanya konyol

pun, riset ilmiah dan kemajuan materi yang dilahirkannya memperbaiki hidup bagi hampir penduduk dunia, setidaknya dari segi materi, sepanjang abad itu. Sukses keilmuan ini tidak berlangsung meski adanya kebijakan-kebijakan bodoh pemerintah dan pemikiran-pemikiran yang mendominasi kehidupan publik, ia justru membantu dan mendorongnya.

Artinya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri begitu memperbaiki kehidupan sehingga sifat parasit pemerintah-pemerintah tertutupi. Kelimpahan materi mengalihkan perhatian dari karakter pertumbuhan Big Government yang bersifat kanker. Mesin saat itu merupakan sukses yang demikian fantastis dalam pabrik-pabrik dan di medan perang sehingga manusia lalu percaya bahwa mesin-mesin adalah jawaban atas setiap masalah. Karena manusia adalah penguasa dari mesin, tentu dia pun bisa jadi penguasa alam semesta. Merasa bukan lagi bagian dari alam, tetapi penguasanya, manusia mulai merancang sebuah dunia yang lebih baik… bukan hanya sebuah dunia lebih baik dengan aturan-aturan berbeda untuk tatanan sosial dan politik. Inilah dunia baru abad ke-20, di mana manusia bukan lagi bagian dari alam… melainkan penguasanya. Dus, dia tidak lagi tunduk pada pembatasan-pembatasan “irasional” dari agama-agama, tradisi-tradisi, atau hukum-hukum alam. Dia bisa menuliskan hukum-hukumnya sendiri, persis seolahseolah dia sedang merancang sebuah pabrik baru. Sebuah mesin tidak berguna untuk takhayul atau budaya. Begitu pun masyarakat baru!

Dunia Baru Di Rusia, perubahannya mencengangkan. Tertib lamanya tersapu dalam hitungan bulan, dan digantikan dengan sebuah dunia baru yang didasarkan seluruhnya pada prinsip mesin. Seluruh negeri itu hendak dijalankan seperti sebuah mesin. Tiap orang dalam bangsa itu akan diperlakukan seperti sebuah komponen, roda, gasket kecil atau katup. Individu tidak lagi berarti apa-apa. Dia sekedar sebuah gigi roda atau saklar. Kalau dia gagal, atau jadi “aus,” dia akan diganti oleh komponen serupa dalam mesin akbar bangsa itu. Begitulah golongan pekerja (proletar) menikmati otoritas barunya di Rusia!

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

57


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Di Amerika, perubahannya lebih berangsur dan kurang berdarah, tapi realitasnya adalah bahwa mesin-mesin besar, produktif dan tak-berjiwa juga sedang membuat perubahan-perubahan besar. Program New Deal Franklin Roosevelt berusaha mengeksploitir konsep mesin untuk menciptakan sebuah pemerintahan pusat yang lebih berkuasa. Permesinan birokratis baru yang besar dipasang. Pajak-pajak dinaikkan. Lebih daripada yang disadari kebanyakan orang saat ini, pemerintahan Roosevelt adalah suatu kegagalan. Sedikit, kalau ada, dari janji-janji kampanyenya dipenuhi. Upaya-upaya untuk mengendalikan harga-harga dan upah gagal, sebagaimana yang selalu terjadi. Orang-orang kehilangan kesabaran dengan New Deal. Dengan kekuasaan baru dan luas sebagai sifat mereka, para birokrat mengira mereka bisa mengontrol ekonomi seperti tak pernah sebelumnya. Bukannya membiarkan para individu, yang bertindak melalui pasar-pasar bebas, mengatur diri sendiri setelah Depresi Besar 1929 dan kelesuan bisnis yang menyusul, Roosevelt dan kawanan rekayasawannya menekan tombol-tombol dan menarik tuas-tuas sendiri. Mereka memberlakukan kontrol-kontrol harga dan pembatasan-pembatasan pasar lainnya yang dimaksudkan untuk menstabilkan situasi. Ini mereka capai; ekonomi saat itu nyaris keras membeku pada tingkat terendah dari siklus. Jadi, Roosevelt membantu memperpanjang Great Depression. Di sini, suatu hikmah penting mungkin telah diambil. Perencanaan sentral, birokrasi dan pendekatan command-and-control terhadap situasi-situasi ekonomi tidak akan manjur. Di mana pun para birokrat campur tangan terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi alami, hasil-hasilnya celaka—mulai kontrol sewa, menyokong para petani, sampai merangsang lapangan kerja. Tapi Roosevelt sangat beruntung. Perang Dunia II datang di saat yang sempurna baginya. Dalam tekanan perang, pemerintah federal akhirnya “pindah ke gigi tinggi” (memakai tamsilan berbasismesin) untuk menjawab tantangan Axis. Jutaan warga dipanggil untuk bekerja dalam angkatanangkatan bersenjata dengan upah rendah. Dalam hitungan bulan, tertib lamanya juga banyak mati di sana. Pemerintah menguasai penuh hampir setiap aspek kehidupan di Amerika. Kekuasaan yang luar biasa diemban—termasuk kekuasaan untuk melarang konsumsi rumahtangga atas mentega dan kekuasaan untuk memasukkan etnis Jepang (yang tidak melakukan suatu kejahatan) ke kamp-kamp konsentrasi. Setelah perang, kekuasaan Washington untuk sementara berkurang, tetapi mesin pemerintahan yang dibangun selama tahun-tahun perang itu tak pernah dipreteli. Amerika telah jadi sebuah negara yang berbeda sejak itu. Sepanjang puluhan tahun Perang Dingin, hampir semua warga dunia membiarkan pemerintahpemerintah Zaman Mesin dengan cara-cara kerasnya untuk mengendalikan mereka dan kekayaan mereka seperti tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Kendati terus gagal, kebanyakan orang jadi percaya bahwa semua kehidupan adalah seperti-mesin, dan bahwa semua masalah bisa dipecahkan, seperti kata Ross Perot, dengan “membuka kap” dan mengutak-atik mesinnya. Dunia sudah bergerak melampaui Zaman Mesin. Solusi-solusi Kekuatan Fisik tak lagi manjur. Tidak di medan perang, tidak juga dalam dunia ekonomi… dan tentunya tidak dalam pemerintahan. Tidak juga formula-formula keuangan Zaman Mesin akan manjur. Abad ke-21 ini sangat berbeda dari abad ke20. Dan kita memerlukan pemahaman baru tentang cara kerja dunia untuk menciptakan dan memelihara kemakmuran.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

58


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

6. Dimensi Keempat Kita hidup dalam zaman gejolak. Kota-kota besar dunia terkena gelombang imigran; bangsa-bangsa meretak. Raksasa-raksasa bisnis dunia tumbang; ekonomi dan organisasi-organisasi politik kita praktis di luar kendali. Para sarjana mengemudi taksi. Di mana-mana polusi mengancam udara, tanah dan air kita. Tekanan-tekanan perubahan begitu besarnya sehingga banyak masyarakat pecah dalam periode anarki dan kekacauan. Para ekonom dan politikus telah banyak berusaha untuk menjelaskan dan meramalkan masa depan. Sebagian bilang kita memasuki Zaman Informasi; lainnya menggambarkannya sebagai Era Pascaindustri atau Pascakapitalis. Lainnya menyalahkan kerusakan akhlak, kurangnya ketaatan terhadap pemerintah, degenerasi keluarga, atau minimnya anggaran pendidikan sebagai akar masalahnya. Lainnya lagi berdalih bahwa sebabnya adalah kekuasaan asing atau imigrasi ilegal. Tetapi tak satu pun faktor ini mencakup luasnya masalah-masalah yang kita hadapi saat ini. Faktor-faktor ini hanyalah keping-keping dari sebuah teka-teki yang lebih besar. Kebanyakan masalah sosial, politik dan ekonomi yang memberondong kita tiap hari di media massa adalah beragam perwujudan dari satu faktor yang sama: pergeseran memasuki “Gelombang Ketiga” atau “Dimensi Keempat”. Cara kita hidup, bekerja, dan mengatur diri sudah mengalami suatu perubahan mendasar, suatu kesenjangan besar dari tren-tren lama. Kita telah memasuki salah satu masa langka dalam sejarah— yang hanya telah terjadi tiga kali sebelumnya—ketika semua sistem kekuasaan dan kekayaan, keluarga dan diri, dirombak ulang dan dihadapi secara baru. Dampak-dampaknya mengejutkan: • • • • • • • •

Bangsa-bangsa seperti yang kita kenal menjadi hal yang tidak pada tempatnya. Terorisme bangkit. Serikat-serikat buruh tumbang. Agama bangkit lagi di seluruh dunia. Pemerintahan dunia tak terhindari. Perseroan-perseroan besar pecah berkeping-keping. Strategi-strategi bisnis dan teori-teori ekonomi memerlukan pemikiran-ulang yang radikal. Ketrampilan-ketrampilan kerja hari ini sudah tak relevan untuk esok.

Sebuah Tempat Tanpa Tempat Masyarakat kita berubah karena fondasi-fondasi dari dunia di sekitar kita telah berubah. Masyarakat kita—yang meliputi pemerintahan-pemerintahan dan kota-kota kita, hukum-hukum, adat istiadat, kepercayaan-kepercayaan, agama-agama, perusahaan-perusahaan, dan sekolah-sekolah kita— didasarkan pada sejumlah asumsi. Jika salah satu asumsi ini tumbang, dinding-dinding yang dibangun di atasnya juga ambruk. Misalnya, ketika Krisis Minyak terjadi pada 1973—dan yang pada awal 2008 ini terulang—di mana harga minyak mentah dunia berlipat empat, antrian-antrian bensin memanjang, emosi meletup, dan sesekali senjata aparat menyalak dan orang-orang mati. Maskapai-maskapai penerbangan dan angkutan truk bankrut dan perusahaan-perusahaan listrik lumpuh. Batas-batas kecepatan dipangkas dan hukum-hukum pelestarian-energi yang alot diterbitkan. Para pegawai swasta keluar dari pekerjaan mereka dan mencari kerja lain yang lebih dekat ke rumah. Harga mobil-mobil besar dan rumah-rumah motor anjlok. Namun, masalahnya bukanlah harga minyak yang tinggi. Masalahnya adalah struktur masyarakat selama ini didasarkan pada asumsi bensin murah. Mendadak asumsi itu secara drastis berbalik. Seluruh dunia Barat menghadapi perubahan-perubahan dramatis dalam gaya hidup, tapi kemudian,

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

59


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

secara tak terduga, harga minyak kembali ke tingkat-tingkat sebelumnya. Masalah ini segera terlupakan sama sekali. Seiring kita memasuki abad 21, suatu fondasi sosial yang jauh lebih mendasar dengan pesat bergeser dari bawah kaki kita. Tak seperti harga minyak, ia tak akan bergeser kembali. Struktur dasar ini begitu menyatu dengan hidup sehari-hari kita sehingga kebanyakan dari kita menganggapnya sebagai suatu tetapan fundamental, seperti gravitasi atau matahari terbit. Sampai kini, ia selalu merupakan kekuatan tetap; semua struktur sosial telah didasarkan padanya. Asumsi dasar ini adalah, sederhana saja, keutamaan atau pentingnya tempat. Dari masa Australopithecus africanus pertama pergi ke semak-semak mencari arbei untuk dimakan sampai hari ini ketika pekerjaan kita mendatangkan uang yang bisa membeli arbei olahan di supermarket, kita telah hidup dengan satu tetapan yang tak lekang ini—pentingnya tempat. Tempat merupakan pembatas atau penentu yang demikian kentara dalam organisasi sosial sehingga kita sedikit sekali memikirkannya dalam rutinitas sehari-hari kita. Inilah asumsi tak terucap di balik pabrikpabrik, kantor-kantor, sekolah-sekolah, masjid dan gereja, klub-klub, keluarga-keluarga, dan bahkan bangsa-bangsa kita dan perang-perang kita. Di pabrik-pabrik, amat penting agar bahan-bahan baku dekat dengan awal jalur perakitan sebelum conveyor belt mulai berjalan. Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah kita, akan konyol menyarankan bahwa tidak ada bedanya di ruangan mana kita duduk. Para orangtua dan anak kita datang dan pergi selama siang hari, tapi tempat makan dan tidur yang samalah yang kerap menentukan unit keluarga. Negara-negara kita biasanya mendefinisikan diri dari segi batas-batas, di mana semua tanah di dalamnya adalah milik bangsa itu. Semua struktur ekonomi, politik, dan sosial tradisional dibangun dengan tempat sebagai penentu utamanya. Tapi bagaimana jika tempat menjadi tidak relevan? Bayangkan sebuah dunia di mana anda bisa menutup mata dan muncul di Bombay atau Paris seolah-olah anda telah dibantu oleh transporter Star Trek. Bayangkan kemampuan untuk bercengkrama dengan seseorang selagi dia ada di kota lain. Bayangkan berada di 2-3 tempat sekaligus. Lalu bayangkan kemampuan untuk memindahkan bendabenda keliling dunia secepat dan semudah kerja jin Aladdin. Itulah sebuah dunia tanpa tempat. Masyarakat Tak Bertempat adalah sebuah dunia di mana setiap hal dan setiap orang sekaligus berada di mana pun. Dunia macam itu sudah ada. Baru 20 tahun lalu, akan menggelikan jika mempertanyakan keutamaan tempat. Kini, di awal milenium ketiga, tidaklah peka jika kita tidak mengakui perubahan-perubahan yang saat ini tengah berlangsung. Kemajuan-kemajuan dalam komunikasi dan transportasi telah banyak menciutkan dunia kita. Para imigran menggunakan jet bukannya jalan kaki untuk bermigrasi, dan investasi mengalir secara elektronik. Berita-berita malam di TV membawa teror perang-perang dan kelaparan-kelaparan di kejauhan ke dalam rumah kita yang tenang. Mesin faks membawa catatan-catatan tulisan tangan ke seluruh dunia; layar komputer berkedip-kedip saat orang mengambil pengetahuan dari databasedatabase besar langsung di ujung jarinya. Para pakar bicara tentang sambungan-sambungan satelit dan serat-optik sebagai “jalan raya masa depan,” sementara para insinyur disain melontarkan katakata seperti “virtual reality” dan “cyberspace.” Dilihat satu per satu, teknologi-teknologi ini tampak lugu. Mereka meningkatkan mutu hidup kita dan menghibur kita. Tapi secara kolektif mereka berdampak jauh lebih ampuh sebagai wahana-wahana yang akan membawa kita tanpa sadar ke perubahan tatanan dunia. Mereka telah mengikis keutamaan tempat, yang akhirnya akan menyebabkan salah satu gejolak sosial terbesar yang pernah diketahui dunia. Untuk melihat sebabnya, mari kita mulai dengan kunjungan kembali ke sekolah….

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

60


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Sebuah Dunia Berdimensi Anak-anak masuk ke kelas. Di papan tulis, guru telah menggambar sebuah titik, garis, bujursangkar, dan kubus. Menunjuk dulu ke garis dengan jarinya, dia menjelaskan sebuah dunia satu-dimensi. “Ini adalah segmen lurus dari lintasan rel,” katanya. “Sebuah kereta di lintasan ini hanya bisa bergerak maju dan mundur. Ia tak bisa berjalan ke kiri dan ke kanan, atau naik dan turun.” Sang guru lalu menunjuk bujursangkar. “Ini adalah sebuah dunia datar.” Dia membuat satu potong kardus dan menaruh seekor kumbang di atasnya. Serangga itu mulai merayap-rayap. “Ini adalah sebuah dunia dua-dimensi,” jelasnya. “Orang bebas bergerak melintasi panjang atau lebar sebuah bujursangkar.” Terakhir, dia menunjuk kubus. “Dalam ruang ini, yang bisa sebuah ruangan, kamu bisa naik dan turun dan juga bergerak melintasi panjang dan lebarnya,” katanya. “Ini melambangkan sebuah dunia tigadimensi, seperti dunia yang kita tinggali.” Dia mengeluarkan seekor merpati dari suatu tempat di belakang mejanya dan membiarkannya terbang keliling ruangan dan keluar jendela pintu ke suatu pucuk pohon sekitar. Para siswa menyaksikan burung itu sejenak, yang akhirnya terbang ke cabang lain yang tak terlihat, dan lalu mereka memandang kembali sang guru. Satu murid mengacungkan tangan. “Kenapa ada sebuah titik di papan? Apa itu artinya?” dia ingin tahu. “Itu melambangkan Dimensi Nol,” jawab sang guru. “Dalam Dimensi Nol, tak ada kebebasan sama sekali.”

Dimensi Nol Dari petunjuk-petunjuk pertama yang ditinggalkan kaum manusia awal tentang keberadaan mereka sekitar 2 juta tahun lalu sampai 5.000 tahun lalu (hanya 250 generasi ke belakang), nenek moyang kita hidup dalam sebuah dunia Dimensi Nol. Umat manusia awal “mengerti” sebuah dunia 3 dimensi. Pohon-pohon memiliki tinggi, lebar dan dalam. Gua-gua punya dinding-dinding dan langit. Tapi dalam arti sosial, suku-suku nomadis Zaman Es ini kebanyakan adalah “budaya titik” sempit dengan pergaulan atau interaksi sosial yang minim. Meski kelompok-kelompok khusus sampai 50 orang sesekali hidup erat bersama, kawanan-kawanan pemburu lazimnya berisi hanya 2-3 keluarga terkait. Kelompok itu dibatasi sampai jumlah orang yang bisa ditopang dalam satu daerah. Jika suatu kelompok tumbuh melebihi batas itu, ia akan memecah mencari lahan-lahan berburu baru yang belum dijamah di tempat lain. Dalam seluruh masa hidupnya, seorang tak akan pernah melihat atau bertemu lebih dari beberapa ratus orang. Seperti para nelayan zaman-modern di suatu tepi sungai, manusia awal punya segala dorongan untuk memencar atau menyebar ketimbang memusat dalam satu daerah atau berkomunikasi secara tak perlu dengan para pemburu kelana lainnya. Kontak dengan “titik-titik” lain memang tak membantu bagi kelangsungan hidup. Setiap komunitas adalah swadaya. Isolasi diri ini, lebih dari segala lainnya, sangat membatasi kemajuan umat manusia selama 2 juta tahun pertamanya. Saat suatu ide dikembangkan—seperti cara yang lebih baik untuk menajamkan batu asah atau cara baru untuk mengawetkan daging rusa—ide itu hanya secara kebetulan menyebar ke kelompok-kelompok lain. Kebanyakan, tiap kawanan perlu menemukan ulang sarana kelangsungan hidupnya sendiri. Kecil peluang bagi ilmu untuk berakumulasi dan maju.

Dimensi Pertama Setelah 2 juta tahun—sekitar tahun 15.000 SM—es akhirnya mulai meleleh. Iklim lebih hangatnya membuat kondisi-kondisi cocok untuk bertani dan membudidayakan hewan-hewan. Di sana sini orang-orang mulai menanam rumput liar yang memberikan benih yang bisa dimakan, dan mulai mengekploitasi domba dan kambing liar. Tak lagi bergantung pada memburu kawanan-kawanan

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

61


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

hewan yang bermigrasi, kelompok-kelompok lebih besar orang menetap di desa-desa. Pada tahun 3000 SM, peralihan itu nyaris tuntas; kaum nomad itu telah menjadi petani. Yang paling penting dalam peralihan bersejarah ini adalah bahwa, seiring budaya titik Dimensi Nol dari orang-orang yang hidup dalam kawanan-kawanan terisolasi melahirkan permukiman-perkuminan permanen, orang-orang mulai berinteraksi sepanjang jalur-jalur perdagangan tetap dengan desa-desa tetangga. Jalur-jalur ini kerap mengikuti aliran-aliran sungai atau jalan-jalan gunung alami. Orangorang yang pertama menempuhnya adalah para perintis Dimensi Pertama. Pada waktunya, sejumlah rute mendapatkan lebih banyak lalu lintas dan menjadi rute-rute perdagangan yang melintasi seluruh benua. Kafilah-kafilah unta berkembang menghubungkan oaseoase sepanjang Gurun Sahara seperti mutiara-mutiara pada seutas tali. Rute-rute lain berkembang dengan keledai-keledai, memasok kargo antara Afrika utara, Mesir, dan lembah Mediterania. “Jalur Sutera” menghubungkan Cina dengan India dan Eropa. Desa-desa—seperti Bagdad, Antioch, Konstantinopel, Kairo, dan puluhan lainnya—tumbuh dalam kekayaan dan gengsi yang tak pernah terjadi sebelumnya karena mereka merentangi jalur-jalur dagang besar. Lebih penting, titik-titik manusia telah terhubung, yang memungkinkan ide-ide dan ilmu dipertukarkan. Dari India, kaum Arab membawa angka-angka desimal dan teknik vaksinasi. Turki mengenalkan dunia ke perunggu dan besi. Dari Asia tengah muncul kuda; dari Iran, roda. Mesir mengenalkan kertas dan tinta, aritmatika, geometri, linen, dan kaca. Dari Babilonia datang astronomi, zodiak, dan perpustakaan pertama; dari Sumaria, kontrak-kontrak bisnis pertama dan pemakaian emas sebagai standar nilai. Cina memperkenalkan sutera, bubuk mesiu, dan kompas. Ide-ide ini, dan seribu lainnya mengenai filsafat, bisnis, seni, dan agama mampu berbaur dan berkembang dalam suatu kawah global. Tiap budaya, tiap orang, tiap titik menambah badan ilmu kolektif. Jalur-jalur dagang, lebih dari segala lainnya, mengangkat manusia dari asal primitifnya dan memantapkan fondasi-fondasi peradaban; umat manusia telah membuat lompatan ke Dimensi Pertama—era pergaulan sosial sepanjang jalur-jalur tetap.

Dimensi Kedua Seiring jalur-jalur dagang tunggal tumbuh dan bersilang-silangan, pada waktunya konsep dunia duadimensi berkembang. Manusia meninggalkan Dimensi Pertama dan bergerak maju ke tempat mereka bisa menjelajahi panjang dan lebar dunia mereka. Desa bukan cuma suatu titik pada sebuah jalan, tapi titik yang terdapat dalam tautan yang jauh lebih luas. Anak yang datang ke pasar desa melihat banyaknya penjual dan barang-barang mereka yang terbuat dari perunggu dan besi, kain halus dan kulit, dan si anak mendapatkan rasa pesona tentang dunia luar. Pada waktunya, gagasan massa daratan tumbuh; suatu konsep “masyarakat” tumbuh yang mencakup orang-orang di desa-desa dalam semua arah. Para pemimpin dari pusat-pusat perdagangan baru melihat peluang yang diciptakan oleh dunia duadimensi dan mulai menggunakan jalan-jalan itu untuk menguasai wilayah yang luas. Kekaisarankekaisaran lahir di Mesopotamia dan Mesir, India dan Cina, dan kelak, lainnya, di Persia, Yunani, dan Roma. Para pemimpin wilayah baru itu menyadari keampuhan jalan-jalan dalam menghimpun kekuasaan. Kaum Inca mendalangi suatu jaringan yang meliputi suatu wilayah yang merentang dari Chili ke Peru dan Ekuador; di Andes yang terjal, mereka mengukir jalan-jalan berlebar 25-kaki ke dalam batuan cadas, lengkap dengan galeri-galeri, dinding-dinding penahan, dan jembatan-jembatan gantung untuk menyeberangi jurang-jurang dalam. Bangsa Cina kuno membuat jaringan kompleks jalan kerajaan yang membentang ribuan mil di seluruh wilayahnya, lengkap dengan jembatan-jembatan dan juru seberang untuk menyeberangi sungai-sungai lebar. Bangsa Roma, di puncak kejayaan mereka, membangun 53.000 mil jalan, biasanya dalam garis lurus melintasi rawa-rawa, sungai-sungai, hutan-hutan, dan gunung-gunung, menghadapi semua rintangan, dan mereka membangun dengan mutu sedemikian rupa sehingga mereka menetapkan standar yang digunakan bahkan dalam menciptakan jalan-jalan hari ini. Di mana pun jalan-jalan dibangun, prajurit-

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

62


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

prajurit kerajaan bisa bergerak dengan cepat untuk memelihara kontrol di mana pun dalam wilayah dua-dimensi itu. Dengan jaringan-jaringan jalan, peta-peta dunia dua-dimensi muncul. Bangsa Mesir dan Babilonia menciptakan survei-survei jalan terinci. Pada tahun 450 SM, sejarawan Yunani Herodotus menghasilkan sebuah peta akurat dunia termasuk pantai-pantai Afrika, Laut Merah, dan merentang jauh ke dalam Asia barat. Namun, meskipun ada pemahaman cerdas tentang dunia dalam dua dimensi, dan kecuali dalam wilayah-wilayah dengan jaringan jalan kompleks, daerah-daerah terpencil masih bisa dijangkau hanya dengan jalan-jalan sempit, yang membatasi perjalanan ke Dimensi Pertama. Bangsa Phoenix, Yunani, Roma, dan Cina memiliki armada-armada kapal yang bisa meluaskan jangkauan wilayah ke laut-laut, tapi lingkung mereka terbatas, dan jalur-jalur mereka kerap mengikuti rute-rute sempit di dalam jangkauan darat. Peralihan ke dalam Dimensi Kedua belum tuntas. Dalam abad 15, semua itu berubah. Teknologi kelautan maju. Para tukang kayu membangun kapalkapal yang besar dan laik-laut. Para matematikawan membuat tabel-tabel navigasi, dan para perajin membuat peralatan baru seperti pencatat jarak, astrolabe yang lebih teliti, dan kompas. Muncullah era bagi generasi baru pelaut untuk memotong tali pusar ke darat. Zaman Penemuan hasilnya melejitkan umat manusia sepenuhnya ke dalam Dimensi Kedua. Dalam rentang hanya 35 tahun, para pelaut Eropa telah mengelilingi Afrika, menemukan Amerika, dan berlayar keliling dunia. Kemampuan-kemampuan baru itu memungkinkan bangsa Eropa memperluas kekuasaan mereka ke seluruh dunia. Dalam 5 abad, sampai awal abad 20, Eropa telah berkoalisi ke dalam 25 bangsa kuat yang ketat mencengkeram 84% massa daratan dunia. Revolusi Dimensi Kedua—era ketika manusia mulai bergaul dengan bebas di atas permukaan Bumi—sempurna.

Dimensi Ketiga Menyadari keampuhan kebebasan dimensi, para penemu mulai Leonardo da Vinci mengkhayalkan bepergian melebihi bidang datar ke vertikal. Dalam abad 18 dan 19, balon dan pesawat layang primitif memasuki angkasa. Lalu, hampir 1.000 hari memasuki abad 20, orang mengembangkan dan membangun sebuah mesin terbang yang ditenagai mesin. Hanya 12 tahun kemudian, terobosan baru itu dikerahkan dalam Perang Dunia I, pertama untuk pengamatan, lalu pengeboman. Segera manusia saling berkelahi dalam pertempuran udara. Pada akhir Perang Dunia II, sebuah pesawat pembom jarak-jauh yang dilengkapi dengan bom nuklir terbukti sebagai senjata yang lebih dahsyat daripada 100 kapal perang dari Dimensi Kedua, atau 100.000 serdadu darat dari Dimensi Pertama. Dalam satu generasi, kancah konflik bersenjata telah bergeser sepenuhnya memasuki Dimensi Ketiga. Tak cukup lagi menjaga perbatasan atau mematroli laut-laut sekitar. Dalam Dimensi Ketiga, musuh bisa menyerang ibukota anda tanpa pernah menginjakkan kaki di perbatasan. Seperti sebelumnya, dimensi baru telah seutuhnya mengubah keseimbangan kekuasaan dunia. Realitas-realitas baru itu melahirkan tatanan politik baru. Dua negeri adidaya di sisi-sisi berlawanan di bumi ini berbenturan dalam suatu permainan maut untuk menguasai Dimensi Ketiga. Akhirnya, masing-masing telah menghimpun ribuan roket berhulu-nuklir, meluncurkan satelit-satelit ke dalam orbit, mengirim manusia ke bulan, menaruh robot-robot penjelajah di planet-planet, dan menciptakan proto-desa yang mengapung dalam Dimensi Ketiga, yaitu di ruang angkasa. Pada 1980 satu roket antariksa diluncurkan setiap 14 jam, dan negara-negara adidaya itu telah mengeluarkan $3.000 per rumahtangga atas misi-misi ini, dengan sejuta orang dipekerjakan dalam suatu koreografi kompleks proyek-proyek teknologi-tinggi. Realitas-realitas baru juga berkembang dalam penerbangan komersil. Menyusul Perang Dunia II, dunia kebanjiran dengan pesawat, bandar udara, dan produsen. Perjalanan udara telah membuktikan keamanannya, dan mesin jet baru menawarkan daya tak terbatas dengan biaya operasi lebih rendah. Sampai 1950 sekitar 20 juta penumpang mengudara di Amerika Serikat, dibandingkan dengan praktis

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

63


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

nol 10 tahun sebelumnya. Sampai 1990 jumlah pelancong udara telah tumbuh ke hampir 500 juta setahun. Dimensi Ketiga telah matang.

Unsur-Unsur Yang Sama Dimensi Pertama berlangsung sekitar 5.000 tahun, berawal pada lahirnya peradaban tercatat. Dimensi Kedua berlanjut selama 500 tahun, maju dengan penaklukan laut-laut dunia. Dimensi Ketiga telah ada selama 60 tahun, maju mula-mula dengan komersialisasi penerbangan. Lajunya makin cepat, dan seiring kita memasuki milenium baru, umat manusia membuat lompatan lagi ke dalam dimensi keempat, dan mungkin terakhir. Untuk memahami ruang lingkup peralihan ini, kita bisa mempelajari peralihan-peralihan sebelumnya ke dalam dimensi-dimensi baru. Tiap lompatan ke dalam dimensi baru disertai oleh gejolak sempurna dalam tatanan politik. Perubahan besar terjadi selama Dimensi Pertama dari tak terbilang kawanan penghuni gua nomadis menuju pemerintahan-pemerintahan kolektif yang sangat tertata di desadesa yang tumbuh dan negara-negara-kota. Dimensi Kedua menyaksikan kebangkitan kerajaankerajaan regional yang diikuti oleh wilayah-wilayah koloni yang meliputi dunia. Dimensi Ketiga memunculkan persaingan adidaya dan perjuangan untuk menguasai angkasa. Kita akan lihat bahwa Dimensi Keempat menandai pemerintahan global. Aturan-aturan penciptaan kekayaan juga berubah. Menghimpun kekayaan amat menyerupai menghimpun kekuasaan politik atau militer. Segala keunggulan bersaing baru, potong informasi tambahan, atau kemampuan untuk bermanuver bisa membedakan sukses dan kegagalan. Tiap dimensi baru melahirkan derajat kebebasan dan aksi tambahan, dan juga kemampuan untuk meraih peluang-peluang baru yang tak terjangkau oleh mereka yang tidak memasuki kancah dimensi baru itu. Para warga kaya baru dari Dimensi Pertama adalah para saudagar dan pedagang yang memanfaatkan dimensi baru itu—jalur dagang vital. Begitu juga ketika masyarakat maju ke Dimensi Kedua, mereka yang mengumpulkan kekayaan yang tak tertandingi adalah mereka yang tahu cara mendirikan wilayah-wilayah kekuasaan dan menguasai laut-laut. Dimensi Ketiga, eranya angkutan udara, memberi kekuasaan besar baru kepada perseroan-perseroan multinasional untuk memindahkan personil, suku cadang, dan barang-barang jadi dalam semalam. Ia menjadikan persaingan lebih mudah melawan mereka yang tidak melakukan peralihan ini. Produksi bisa didirikan di seluruh dunia untuk memanfaatkan selisih-selisih dalam upah-upah, bahan-bahan, dan ketrampilan-ketrampilan. Ia memungkinkan penciptaan organ-organ kekayaan yang sungguhsungguh global yang kerap tumbuh melebihi bangsa-bangsa tuan-rumah di mana mereka beroperasi. Siapa yang jadi kaya? Mereka yang secara langsung menggunakan dimensi baru, bukan mereka yang memasok para pengguna langsung itu. Bukanlah para pemelihara keledai atau tukang kayu dari kapal-kapal atau pembuat pesawat terbang yang menjadi terkaya. Melainkan, para pengguna keledai, kapal, dan pesawat itulah yang menemukan harta-harta tak terbuka, peluang-peluang barunya. Contoh ampuh kembali terdapat dalam minyak bumi, sumberdaya vital bagi Dimensi Ketiga. Tentu para penjualnya menjadi kaya selama era kita, tapi kekayaan riilnya dibuat oleh mereka yang mengonsumsi minyak itu untuk menciptakan lebih banyak kekayaan—AS, Jepang, dan Eropa. Prinsip-prinsip yang sama berlaku dalam Dimensi Keempat: para pembuat alat-alat baru memang akan makmur—sebagian dengan luar biasa—tapi, dilihat sebagai kelompok, para pengguna alat-alat baru itulah yang akan menghimpun sebagian besar dari kekayaan baru tak tertandinginya. Ketika dunia terjun ke dalam dimensi baru, tidak setiap orang terjun sekaligus. Hari ini pun, banyak warga dunia masih hidup dalam Dimensi Kedua atau Pertama. Sayangnya, para pendatang telat ini tampaknya selamanya tertakdirkan untuk relatif miskin, karena tanpa kebebasan untuk bergerak dalam dimensi berikutnya, mereka akan selamanya tunduk oleh, dan ekonomi mereka akan selalu lebih lemah daripada, orang-orang kuasa yang memiliki lebih banyak kebebasan dimensi.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

64


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Sebaliknya, imbalan-imbalan terbesar menanti mereka yang beralih lebih dulu ke dalam dimensi berikutnya. Dalam Dimensi Pertama, orang-orang kaya barunya adalah para saudagar awal yang memakai jalur-jalur dagang. Sama halnya, kota-kota yang memanfaatkan jalur-jalur penting ini tumbuh dan berkembang. Dalam Dimensi Kedua, mereka yang membentuk wilayah-wilayah kekuasaan regional, dan lalu bangsa Spanyol dan Inggris yang mengklaim Dunia Baru lebih dulu, kecipratan hasilnya, yang mengangkat mereka ke kekayaan dunia yang belum pernah terjadi. Dan dalam era industri yang lalu, perseroan-perseroan global yang merambah pasar-pasar baru lebih dululah yang telah menghalangi yang lain. Imbasnya bagi mereka yang mencari kekayaan dalam Dimensi Keempat ini adalah jelas: sampailah di sana lebih dulu. Tapi di manakah Dimensi Keempat?

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

65


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

7. Masyarakat Tak Bertempat Bayangkan, anda hidup dalam suatu zaman ketika tempat tidak lagi menentukan cara kita bekerja, kapan kita berbelanja, atau di mana kita tinggal. Anda hidup dalam Zaman Masyarakat Tak Bertempat. Segala sesuatu—orang, barang, sumberdaya, dan pengetahuan—tersedia di mana saja, sering dengan sekejap, dengan sedikit memandang jarak atau tempat. Anda sudah melihatnya dalam banyak bentuk. Siaran-siaran CNN membawa musim kemarau Ethiopia ke dalam ruang-ruang keluarga. Perusahaan-perusahaan perkakas multinasional mensubkontrakkan produksi ke mana pun ia paling murah. Modal pasang-surut dan mengalir dengan bebas di seluruh dunia, tanpa mengindahkan kendali-kendali pemerintah. Imigrasi masal ke Eropa Barat dan Amerika Utara berlanjut. Di mana pun, orang-orang, uang, barang-barang, dan ilmu mengalir dengan begitu gampangnya dari titik ke titik sehingga tempat menjadi sebuah konsep yang tidak relevan. Dunia menjadi tidak bertempat. Telepon sudah menjadi barang biasa. Namun, satu keterbatasan telepon adalah bahwa kita tidak bisa melihat orang di ujung lainnya. Para eksekutif bergaji besar bepergian ribuan kilometer demi suatu perundingan penting yang mungkin hanya berlangsung 20 menit. Alasannya adalah bahwa telepon tidak bisa menyampaikan bahasa tubuh yang sangat penting dalam perundingan itu – mata yang cemas, gigi yang gemeretak – yang bisa menyukseskan atau sebaliknya, menggagalkan temu muka. Untuk mengatasi ini, banyak perusahaan telah membuat ruang-ruang videoconferencing yang menghubungkan fasilitas-fasilitas utama di seluruh dunia. Dalam ruang-ruang ini, kamera-kamera membidik siapa pun yang sedang berbicara, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban diajukan, dokumen-dokumen dibagi-bagikan, dan para peserta bisa mendiskusikan soal-soal seolah-olah mereka semua berada di dalam ruang yang sama. Karena harga piranti elektronik terus turun, videoconferencing tidak lagi hanya bisa dinikmati perusahaan-perusahaan besar. Ia sedang bergerak ke perusahaan-perusahaan kecil, bahkan rumahtangga. Videophone dan sistem konferensi berbasis-komputer yang murah sudah mulai muncul. Sebagian memungkinkan gambar-gambar kualitas rendah dikirimkan lewat saluran telepon biasa. Dengan videoconferencing, banyak kata bisa dihemat. Satu gambar video kualitas-tinggi bisa dengan mudah melahap habis kapasitas informasi dari 1.000 saluran suara. Sebentar lagi, tidak akan ada beda antara biaya hubungan lokal dan jarak jauh, dan biaya keduanya akan anjlok sampai nyaris nol begitu teknologinya maju. Hubungan-hubungan ke tempat-tempat yang jauh tidak lebih mahal daripada membuat salinan fotokopi.

Lingkungan-Lingkungan Elektronik Bisa menelepon saat sedang ada di pesawat adalah kemudahan besar. Tapi, menerima telepontelepon yang tak diinginkan, mungkin saat kita sedang mandi, adalah soal lain. Mudahnya menjangkau seseorang di mana pun kapan pun bisa jadi mengganggu. Solusinya mungkin terletak pada versi baru dari sistem voicemail dan mesin penjawab saat ini. Saat ini, kalau yang kita panggil tidak ada, kita bisa meninggalkan pesan-pesan video dengan suara dan gambar kita. Orang itu lalu ganti meninggalkan jawaban video. Tiap balasan berurutan, yang disimpan dan diputar-ulang tanpa senjang waktu antara panggilan-panggilan, akan menyerupai suatu percakapan hidup 2-arah meskipun kedua pihak tidak pernah berada di telepon secara bersamaan. Bukan hanya tempat jadi tak relevan, waktu pun dimampatkan. Tak ada alasan percakapan-percakapan semacam itu tak bisa berlangsung antara 3, 5, atau puluhan orang, atau bahkan berkembang menjadi suatu “rapat elektronik”. Tiap orang akan mengakses pesanpesan video yang ditinggalkan orang-orang lain dan berbagi ide-ide. Kemampuan-kemampuan ini merupakan suatu anugerah sangat besar bagi rapat-rapat kantor, karena tiap orang bisa ikut kapan saja waktu mengizinkan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

66


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Videomail sedang berkembang sebagaimana telah berkembang e-mail (surat elektronik). Dalam email konvensional, orang bisa mengirim memo dari satu komputer ke lainnya—dengan sekejap dan di mana pun di dunia. Tapi dalam banyak lingkungan, “groupware” telah berkembang yang memungkinkan pesan-pesan dipasang dalam bulletin board elektronik yang bisa diakses semua orang. Bagi organisasi-organisasi, e-mail telah menjadi semacam sistem saraf bagi perusahaan, yang menghubungkan tiap individu ke dalam suatu pikiran bersama. Kesalingterhubungan komputer-komputer desktop tidak terbatas pada lingkungan-lingkungan perusahaan saja. Sampai pertengahan 1995, jaringan-jaringan berorientasi-konsumen seperti Compuserve, Prodigy, America Online, Delphi, Genie, dan ribuan lainnya sudah digunakan oleh lebih dari 4 juta rumahtangga Amerika dan berlipat-2 setiap 3 tahun. Pertumbuhan inilah yang mendesak Microsoft ikut nimbrung dengan menyediakan akses ke Microsoft Network sebagai fitur dasar dari sistem operasi Windows-nya, sehingga membuka pintu networking komputer ke puluhan juta pemakai lainnya. Walau jaringan-jaringan ini menawarkan belanja elektronik, perbankan rumah, ensiklopedia online, berita dan artikel jurnal, fitur paling populernya adalah ruang-ruang pertemuan elektronik di mana jutaan orang berkumpul untuk membahas satu dari banyak sekali topik menarik mulai dari berkebun, investasi, terorisme sampai Zen Budha. Tidak pernah sebelumnya begitu banyak orang dari setiap penjuru dunia bisa bertemu begitu seringnya untuk membahas begitu banyak hal; dalam lingkunganlingkungan elektronik ini, jutaan orang sudah menembus tempat untuk menemukan orang-orang lain dengan minat sama dan untuk bertukar ide-ide.

Tempat Para Ilmuwan Ngobrol Dahsyatnya pengumpulan pengetahuan manusia terbaik ditunjukkan oleh Internet. Internet, yang tujuan awalnya adalah untuk menghubungkan komputer-komputer raksasa di universitas-universitas dan pusat-pusat riset di seluruh AS, untuk membuat database-database informasi mereka yang besar bisa diakses, dan untuk bertukar program komputer, kini telah merebak menjadi jaringan komunikasi terbesar di dunia. Jumlah pemakai komputer yang mengakses sistem itu tiap hari dari lebih 190 negara diperkirakan membengkak sampai 100 juta sampai akhir tahun 2000! Karena cabang-cabang Internet awalnya tumbuh dari lab-lab riset dan universitas-universitas, para ilmuwan, akademisi, peneliti, pustakawan, dan pembuat kebijakan bisa berbagi perkembanganperkembangan terakhir dalam bidang-bidang mereka. Ia telah menjadi sistem saraf mendunia bagi kemajuan pengetahuan manusia. Bagi para peneliti universitas, Internet telah membuat pertemuan dengan rekan-rekan internasional mereka semudah pertemuan dengan para kolega mereka di kampus yang sama. Pengetahuan manusia secara efektif dimampatkan ke dalam satu ruang.

Kekayaan Bagi Pemakai Sejalan kemajuan-kemajuan teknologi menurunkan harga-harga, bagian terbesar dari kekayaan jangka-panjang dari revolusi yang sedang terjadi sekarang mengalir bukan ke para penyedia teknologi “tak bertempat”, tapi kepada para pemakainya. Seperti telah ditunjukkan sejarah, dalam Zaman Apa pun – Di mana pun (Age of Everything Everywhere) ini, dana investasi akan masuk bukan ke para pembuat alat tetapi ke perusahaanperusahaan yang tahu lebih dulu cara memakai alat-alat baru itu untuk menembus tembus. Ketika banyak organisasi menjalani peralihan ke dimensi baru, yang paling sukses adalah mereka yang membayangkan masa depan itu secara ekstrim: kekuatan komputer yang tak terbatas, telekomunikasi “tanpa pulsa” dari mana pun kemana pun, dan transportasi murah sekejap. Kita sudah melihat tanda-tandanya: bank-bank yang bisa melayani segala nasabah dari segala cabang; jaringan toko-pangan yang tahu penjualan menit-ke-menit dari segala cash register di toko mana pun; perusahaan-perusahaan penerbangan yang secara elektronik menghubungkan ratusan ribu biro perjalanan ke dalam jadual dan tarif penerbangannya. Ada perusahaan-perusahaan pengiriman

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

67


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

barang yang bisa menunjukkan lokasi setiap kiriman, kendaraan, dan pegawai. Mereka dan ribuan organisasi seperti mereka akan jadi pemenang dalam Masyarakat Tak Bertempat.

Pegawai Efektif Meski prospek ketidakbertempatan akan menarik lebih banyak lagi organisasi untuk terjun langsung ke dalam perubahan-perubahan ini, adalah suatu kesalahan untuk berubah terlalu radikal. Organisasiorganisasi perlu dilihat sebagai persekutuan kompleks orang-orang, yang dibantu alat-alat untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Meski aspek-aspek mekanisnya—komputer, system angkutan— sering bisa diubah dalam semalam, unsur manusianya menunjukkan jauh lebih banyak kelembaman. Jika orang-orang tak mengerti kegunaan alat-alat baru itu, alat-alat itu kehilangan potensinya. Sukses segala organisasi secara mendasar akan bergantung pada orang-orangnya. Orang-orang, seperti organisasi, bisa pemimpin atau pengikut. Kemampuan-kemampuan baru memungkinkan pelari-depan untuk berada di beberapa tempat sekaligus. Ingin tahu tentang kemampuan-kemampuan teknis dan cepat untuk memakainya untuk memecahkan masalah-masalah kerja sehari-hari, para perintis ini akan mendapatkan promosi dan kontrak yang dicari-cari, dan mereka akan mencapai lebih banyak dengan lebih sedikit usaha. Kita sudah lihat para perintis ini di mana pun di sekitar kita. Dia seorang distributor yang menggunakan ponsel untuk berkoordinasi dengan para pelanggan dan kantornya dalam perjalanan ke janji-janji pertemuan. Dia adalah CEO dengan computer dalam kantornya yang memungkinkannya meninjau data penjualan dengan sekejap tanpa memanggil rapat staf. Dia adalah rekayasawan produk yang memakai voicemail untuk telepon-telepon prioritas-rendah untuk menghindari gangguan konsentrasinya, tapi yang memeriksa suratnya beberapa kali sehari untuk memberi respon lengkap dan tepat-waktu. Dialah ahli strategi produksi yang menerima pemutakhiran sinambung tentang biaya-biaya kirim dan nilai tukar dan upah buruh untuk menilai di mana untuk terbaik memproduksi subrakitan. Merekalah para manajer penjualan yang telah memasang computer mereka untuk melacak pengumuman-pengumuman produk pesaing tiap hari. Bagi si individu, faktor terpenting satu-satunya dalam beradaptasi ke Masyarakat Tak Bertempat adalah kemampuan untuk menganut perubahan dan paradigma-paradigma dan teknologi-teknologi baru, dan untuk menggunakan realitas-realitas baru itu sebagai tuas untuk memudahkan kerja mereka. Mereka yang berkutat ke cara-cara lama, atau percaya bahwa situasi mereka berbeda, akan disalip oleh mereka yang tahu cara mengerahkan alat-alat baru itu. Bagi banyak orang, perjalanan memasuki Dimensi Keempat akan berawal dengan jadi melek komputer—akrab dengan keyboard dan mouse, dsb. Meski kita telah lihat bahwa interface komputer akan menjadi makin ramah-pemakai, orang-orang yang melek-komputerlah yang akan paling kurang takut tentang mencoba-coba kemampuan-kemampuan yang lebih baru lagi, dan mereka akan mampu mendorong batas-batasnya untuk memecahkan masalah-masalah tempat-kerja sesungguhnya.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

68


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

8. Kemunduran Negara-Bangsa Para sejarawan menandai abad ke-21 ini sebagai babak penutup dari drama negara-bangsa besar. Seiring kita memasuki Masyarakat Tak Bertempat, negara-bangsa besar dari seabad terakhir menjadi anakronis (sudah tidak pada waktunya). “Kerajaan-kerajaan” besar seperti Cina, Rusia, dan India terus memecah menjadi bagian-bagian kecil. Afrika pecah menjadi mungkin 75-100 unit administratif. Uni Eropa abad 21 akan terdiri dari lebih banyak bangsa daripada yang diantisipasi siapa pun, bukan karena Eropa Timur mengetuk pintunya, tapi karena bangsa-bangsa tradisional—Inggris Raya, Spanyol, Italia, dan Belgia—berada dalam tekanan untuk melimpahkan kekuasaan. Di Amerika Utara, Kanada terbelah, Meksiko juga. Bahkan dalam federasi Amerika Serikat saat ini, kekuasaan didesentralisasi dari pemerintah pusat ke masing-masing negara bagian, yang kemudian masuk ke dalam tekanan-tekanan separatisnya sendiri. Satu demi satu, rakyat-rakyat dunia menuntut otonomi. Otonomi datang dengan damai melalui referendum, atau ia datang lewat kekerasan. Mana pun caranya, dunia telah pecah ke dalam banyak bagian.

Dari Benteng-Benteng ke Negara-Negara Untuk memahami mengapa kekuasaan bangsa-bangsa memecah, kita perlu lebih dulu melihat kembali bagaimana bangsa-bangsa itu berkembang. Apa yang menyebabkan struktur-struktur feodal kecil bersatu pada abad ke-14 dan ke-15 menjadi wilayah-wilayah kekuasaan besar, yang biasanya dipimpin oleh seorang raja? Sebab terbesarnya adalah teknologi perang. Serbuk mesiu dan meriam yang baru ditemukan bisa meratakan dengan tanah sebuah benteng dalam hitungan jam. Akibatnya, struktur-struktur feodal tak bisa lagi dipelihara dengan sekelompok kecil prajurit. Diperlukan angkatan-angkatan perang lebih besar untuk mempertahankan wilayah, sehingga biaya keamanan melonjak. Satu-satunya cara untuk memelihara perdamaian adalah kekuasaan bersatu di tingkat yang lebih tinggi, untuk memiliki kelompok-kelompok politik yang lebih besar. Tiga abad kemudian, konsolidasi (pemusatan) kekuasaan politik mendapatkan dorongan besar lainnya—lagi dari teknologi—dalam Revolusi Industri. Kanal-kanal dan rel-rel kereta memungkinkan orang-orang, ide-ide, dan barang-barang untuk bergerak/berpindah bebas, yang memperluas konsepdiri suatu kaum pada suatu daerah luas. Kekayaan Revolusi Industri memungkinkan kekuasaankekuasaan Eropa membangun angkatan-angkatan laut dan darat yang belum pernah ada sebelumnya, yang memasang kompas mereka ke Afrika, Amerika, dan Asia dalam suatu semangat pembelahan/pembagian dunia. Sebelum kemunculan meriam pengepung sekitar tahun 1500, sekitar 500 badan politik terdapat di Eropa. Sampai terbitnya abad 20, Eropa dan koloni-koloninya telah berkoalisi ke dalam 25 bangsa digdaya yang secara efektif menguasai 84% massa daratan dunia. Dalam sejumlah hal, kendali atas banyak orang oleh segelintir telah mencapai puncaknya. Tetapi dalam abad 20, ini semua telah berguguran. Menyusul dua perang dunia, imperialisme (penjajahan) kolonial melemah. Di akhir Perang Dunia I, Woodrow Wilson mendorong “penentuannasib-sendiri” (self-determination) ke panggung dunia. Dalam pandangannya, semua kaum, sekalipun koloni-koloni, memiliki “hak untuk memilih kedaulatan yang di bawahnya mereka ingin hidup.” Pada 1945 prinsip itu teresmikan dalam Piagam PBB. Satu per satu wilayah-wilayah kekuasaan, kerajaan-kerajaan, dan republik-republik besar terlucuti bagian-bagiannya. Afrika, yang sebelumnya dibagi-bagi ke dalam daerah-daerah kekuasaan Eropa, dilepaskan potong demi potong. Persemakmuran Inggris dari Australia, India, dan Kanada sama sekali

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

69


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

bubar. Kekaisaran Ottoman raksasa dipecah-pecah untuk akhirnya menjadi peta masa ini dari Timur Tengah. Kekaisaran Austro-Hungaria yang digdaya tumbang menjadi bangsa-bangsa kecil yang menyusun banyak dari Eropa Timur masa kini. Tentang Rusia, ia berkembang menjadi “Kekaisaran” Soviet, dan pada pertengahan 1990-an, tercerai-berai menjadi bagian-bagian yang tak terhitung. Perserikatan Bangsa telah berkembang dari 52 negara anggota pada 1946 menjadi lebih dari 190 saat ini. Sebab utamanya adalah bahwa teknologi-teknologi yang dulu memberi unit-unit politik besar kekuasaan mereka kini bergeser untuk memihak negara lebih kecil.

Satu Dunia, Satu Pikiran Alasan lain pudarnya kekuasaan negara-bangsa adalah bahwa sekumpulan masalah yang berkembang tak bisa lagi secara memuaskan ditangani di tingkat negara-bangsa. Negara-negara-bangsa modern menemukan bahwa banyak dari masalah kita saat ini memang di luar wilayah wewenang dari kedaulatan mereka. Mereka amat tak berdaya dalam memecahkan masalah-masalah itu. Kartel-kartel obat bius membentuk organisasi-organisasi “Amuba” (memakai istilah William Knoke untuk menggambarkan organisasi tanpa struktur yang jelas dan tetap) yang menyusup ke dalam masyarakat kita pada skala global, menggerakkan zat-zat kimia, obat-obat bius, dan uang dalam jumlah yang amat besar. Mafia-mafia global dan kawanan-kawanan kriminal menyimpan peluncurpeluncur roket dan senjata-senjata penyerang. Organisasi-organisasi teroris dengan mudah melewati perbatasan-perbatasan dengan ideologi-ideologi, bom-bom, dan transfer-transfer bank mereka. Begitu juga dengan polusi global. Tiap-tiap negara-bangsa tak berdaya untuk meredam degradasi lapisan ozon, pemanasan global, dan pencemaran perairan internasional, dan kerusakan ratusan spesies laut setiap tahun. Bahkan komunikasi global merongrong kemampuan pemerintah-pemerintah pusat untuk mengendalikan apa yang dipikirkan dan diketahui para warganya. Ini ditunjukkan dalam demonstrasi Lapangan Tiananmen pada 1989. Meski pemerintah Cina yang kuat mampu menundukkan sejumlah mahasiswa di bawah tekanan tank-tanknya, ia sangat tak berdaya untuk menghentikan komunikasikomunikasi faks sederhana antara para mahasiswa Cina di luar negeri dan di dalam negeri, tanpa memutus seluruh sistem telepon nasional. Komunikasi global menjadikan berita-berita internasional berita-berita lokal. Yang dulu adalah gosip desa menjadi gosip global. Ketika CNN meliput isu-isu global—perang, teroris, tarif, lingkungan, atau diplomasi—mereka biasanya menghubungkan para koresponden dari seluruh dunia seolah-olah mereka sedang bercakap-cakap dalam satu ruangan. Hasilnya, kesadaran sosial lambat laun bergeser dari nasionalis ke globalis. Penggundulan hutan di Brazil mempengaruhi suhu-suhu di Norwegia. Kebocoran-kebocoran nuklir di Ukraina terkait dengan leukemia di AS. Suatu terapi AIDS di Perancis mempengaruhi kelangsungan hidup di Thailand. Jatuhnya real estate di Tokyo mempengaruhi lapangan kerja di Irlandia. Kebangkitan dalam kesadaran global—pengetahuan bersama tentang masalah-masalah kita yang sama—memberi kerangka acuan bersama bagi rakyat dunia. Ini kemudian membuat perbatasanperbatasan bangsa kurang berarti. Dan perbatasan-perbatasan memang berubah-ubah. Seandainya satu penghuni Mars datang ke Bumi, makhluk asing itu akan sangat sulit memahami sifat dari perbatasan-perbatasan geopolitik Bumi. Sedikit ada rasa kesebandingan dalam ukuran. Dari ke190 lebih negara di dunia, hanya 6 memerintah setengah penduduk dunia, sedangkan 60 bangsa terkecil bersama memiliki lebih sedikit penduduk daripada Perancis. Sama nylenehnya bagi si makhluk Mars itu, massa-massa daratan tak terkait yang jauhnya separuh dunia dikelola oleh negara yang sama. Portugal menguasai Macao di Asia (sampai 1999), sementara Belanda menguasai pulau-pulau di lepas pantai Venezuela. Denmark mungil “mengklaim” Greenland,

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

70


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

yang memberinya lebih banyak wilayah daripada Jerman, Perancis, Italia, United Kingdom, dan Spanyol digabung. Rusia menguasai pulau-pulau di lepas pantai Jepang dan Alaska, yang berjarak 10 zona waktu. Amerika Serikat memegang kekuasaan atas Puerto Rico dan Kepulauan Virgin di Karibia, ladangladang minyak di Artika, dan lebih dari 2.300 pulau di Pasifik, yang membentang melalui Hawaii ke Wake, Guam, dan Palau, hampir setengah keliling dunia. Paris menguasai sepotong dari Amerika Selatan, pulau-pulau 10 mil lepas pantai Kanada, dan tak terhitung pulau lain di Samudera Pasifik, Karibia, dan Hindia. Selama puluhan tahun Union Jack (bendera Inggris) berkibar di Hong Kong, dan London mengawasi Gibraltar, Kepulauan Falkland, dan tempat-tempat di Pasifik Selatan, Karibia, dan Samudera Hindia tempat bendera Perancis dan Amerika tidak berkuasa. Keragaman sangat besar dalam ukuran dan lingkup negara-negara sering disebabkan inersia (kelembaman). Garis-garis perbatasan dan wilayah-wlayah lepas-pantai terwarisi dari perang-perang yang sudah lama terlupakan, perjanjian-perjanjian, dan wilayah-wilayah kekuasaan yang tumbang. Atau mereka ditentukan oleh “rintangan-rintangan” geografis yang tak lagi relevan. Perbatasanperbatasan di seluruh Afrika, Timur Tengah, India, benua Amerika, dan banyak dari Asia, sering didasarkan pada garis-garis sepihak yang ditarik oleh para penakluk kolonial yang sejak lama kemudian menarik diri. Banyak perbatasan Eropa ditetapkan oleh perjanjian di antara para pemenangnya, menyusul dua perang dunia. Akibatnya, perbatasan-perbatasan bangsa tak mengindahkan pola-pola perdagangan atau afinitasafinitas etnis masa ini. Perbatasan-perbatasan itu secara sepihak membelah suku-suku Afrika, atau membuat kelompok-kelompok seperti Kurdi terserak di antara banyak bangsa. Saat lain, kelompokkelompok terpisah secara sembrono dipertemukan, seperti dilukiskan oleh bekas Yugoslavia atau Czechoslovakia, yang sejak itu telah memisah. Pengelompokan-pengelompokan administratif yang tak alami semacam itu bersifat tidak stabil. Perbatasan-perbatasan politik tidak bercocokan dengan kondisi ideal pengelompokan-pengelompokan bangsa dari individu-individu yang memiliki nasib yang sama, yang kerap memiliki bahasa, sejarah, agama, atau musuh-musuh yang sama. Dalam zaman baru, unit-unit politik paling stabil adalah unitunit terkecil, bukan yang terbesar. Sebagaimana disimpulkan oleh Die Zeit-nya Jerman, “Tanah-tanah Eropa paling bahagia adalah yang terkecil: Liechtenstein, San Marino, Monako, dan Luxembourg. Makin besar negara, makin kuat ketegangan-ketegangan antara tanah air dan bangsa.” Karena alasan-alasan ini, pemikiran otonomi daerah mendapat angin. Wilayah-wilayah memiliki permasalahan dan kepentingan-kepentingan yang sama, yang menghasilkan kohesi (kepaduan) lebih banyak daripada negara-negara-bangsa klasik. California Utara pedesaan adalah satu wilayah, California Selatan perkotaan adalah wilayah lain. Regionalisme menjelaskan terorisme di Irlandia Utara dan provinsi-provinsi Basque, ketegangan-ketegangan di Corsica, Sisilia, dan Katalonia. Ia menjelaskan kaum nasionalis Skotlandia, tumbangnya Uni Soviet, dan hampir setiap perang di Afrika selama 6 dasawarsa terakhir, dan 4 dasawarsa ke depan. Peta-peta politik, dengan warna-warna seragam tebalnya, adalah peninggalan Renaisans Eropa, ketika para spesialis berusaha untuk menggolongkan dan mengukur hal-hal. Bagi kaum penjajah awal, petapeta negara adalah semacam pembukuan imperial untuk menelusuri siapa memiliki apa. Tetapi garisgaris pembagi itu sudah memudar. Peta-peta abad ke-21 akan menyerupai hologram-hologram yang suatu ruang 4-dimensi, dengan lingkaran-lingkaran kepentingan mencerminkan paham kesukuan kompleks yang menghubungkan bahasa terhadap bentang-bentang ruang yang sangat besar. Peta kenyataan-kenyataan sebuah dunia 4-dimensi.

masih harus ditemukan, dalam yang bertumpang-tindih yang adat istiadat, perniagaan, dan 2-dimensi tak bisa menangkap

Di bawah suasana semacam itu, kaum-kaum yang beragam sedang berusaha lepas dari belenggu negara-negara-bangsa besar yang tidak efektif. Aturan-aturan baru kekuasaan dan kekayaan tak lagi memihak yang besar dibandingkan yang kecil.

Uni Soviet Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

71


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Kita lihat ini dengan jelas dalam nasib bekas Uni Soviet. Kejatuhannya pada 1991 memberi dorongan sangat besar pada gagasan penentuan nasib-sendiri dan otonomi wilayah. Wilayah kekuasaan dari banyak kelompok etnis ini selama berabad-abad telah tertindas. Setiap kelompok tak mampu menyatakan aspirasi-aspirasi bangsa mendasarnya hingga USSR tumbang, membelah menjadi 15 republik otonom. Tapi, tak lama setelah Moldova merdeka dari Uni Soviet tiga minoritas etnisnya—Rusia, Romania, dan Muslim Turki berupaya memisah lagi menjadi tiga bagian dalam peperangan berdarah. Sementara Ukraina dan Rusia bertengkar tentang siapa seharusnya yang mendapatkan Crimea, Crimea mencoba mendeklarasikan kemerdekaan dari keduanya. Azerbaijan dan Armenia mendapatkan kemerdekaan mereka, tetapi Nagorno-Karabakh ingin keluar dari salah satu dan masuk ke satunya. Georgia menjadi merdeka, begitu pun Abkhazia—dari Georgia. Disintegrasi ini tak berhenti di situ. Kaum Bolshevik dulu menarik garis-garis pemerintahan di dalam republik-republik untuk membelah kelompok-kelompok etnis, yang membuat setiap wilayah lebih mudah diperintah. Bagian-bagian ini membentuk banyak sekali bom waktu seiring sekitar 200 kelompok etnis berkonflik dengan kelompok-kelompok politik. Bahkan Rusia mengalami gejolak internal untuk memecah lebih jauh. Membentang dari Samudera Artika ke Laut Hitam, dari Eropa sampai ujung Alaska, sekalipun dengan kehilangan-kehilangan wilayahnya, Rusia tetap negara terbesar di dunia, dengan 1/8 dari massa daratan dunia yang berpenduduk. Tapi ia jauh dari monolitik: “Rusia” adalah campuran dari 21 republik dan tak terhitung provinsi, provinsi-provinsi otonom, distrik-distrik, distrik-distrik otonom, dan teritori-teritori. Semua memiliki aturan-aturan dan perkecualian-perkecualian khususnya. Bila Moskow telah menanamkan sekitar $4 milyar dalam menghancurkan Chechnya yang mungil— memakai bom-bom cluster atas para “warga”-nya sendiri dan meratakan ibukotanya Grozny—itu karena Moskow mengerti bahwa disintegrasi Rusia dipertaruhkan. Seandainya Chechnya hendak memisahkan diri, wilayah-wilayah otonom lainnya mungkin juga begitu, capek dengan penindasan oleh Moskow yang jauh. Komi, Karelia, dan Yakutia yang kaya-sumberdaya mungkin ingin berhenti menyubsidi tetangga-tetangga mereka yang lebih miskin di selatan. Wilayah-wilayah sepanjang sungai Volga, yang kaya akan minyak, rel kereta, dan saluran pipa, juga telah menyatakan ketidaksukaan mereka. Tatarstan dan Bashkortostan menolak untuk mengirimkan pajak ke Moskow, dan 10 wilayah menerbitkan piagam-piagam baru yang menentang konstitusi Moskow. Rusia yang tersandung memasuki abad ke-21 tak punya arti nyata sebagai sebuah negara-bangsa yang bersatu. Seiring setiap hari berlalu, gaya-gaya sentrifugal dari sekitar 200 kelompok etnis yang ada dalam 89 republik dan wilayah etnis menambah ketegangan-ketegangan pada sebuah kawah gejolak. Rusia tak bergeming; hanya subsidi besar-besaran digabung dengan ancaman angkatan darat Moskow akan mempersatukan wilayah kekuasaan itu. Paling tidak, Rusia akan mundur menjadi suatu federasi renggang dari wilayah-wilayah otonom yang saling rukun hanya oleh kepentingan ekonomi bersama dan pakta pertahanan timbal-balik. Paling jelek, potong-potongnya akan terbang menjadi seribu potong, suatu “pen-Yugoslavia-an” pada skala raksasa. Mana pun jalannya, yang akan tersisa bagi Moskow hanya sedikit lebih dari Alun-Alun Merah dan perbendaharaan yang bankrut. Dengan berakhirnya Perang Dingin, peta dunia telah dihidupkan dari setengah abad mati suri. Seiring urat-urat persaingan adidaya mencair, kesetiaan-kesetiaan suku yang lama menggabungkan kesetiaan-kesetiaan baru, dan garis-garis retakan muncul di mana-mana. Negara-negara Dunia Kedua yang jadi terbiasa dengan pemberian adidaya di bawah tekanan. Di mana-mana berlangsung perlombaan untuk mengikuti kenyataan gamblang dari abad ke-21—atomisasi hirarki politik.

Eropa

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

72


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Terlepas dari ancaman Soviet ke timur, dan terlindung di bawah payung ekonomi Uni Eropa, berbagai minoritas dari Eropa Barat juga telah berjuang untuk—dan menerima—otonomi wilayah yang makin besar. Karena negara-negara kecil seperti Belanda, Luxembourg, Belgia, dan Denmark menikmati perlindungan yang diberikan oleh Uni, minoritas-minoritas berukuran-sama dalam negara-negarabangsa besar melakukan yang sama. Meskipun bangsa-bangsa Eropa Barat tidak bercerai secepat Rusia, seberdarah Yugoslavia, atau sebersih Czechoslovakia, perpecahan itu tak urung terjadi dengan aroma Eropa Baratnya sendiri yang unik. Mungkin ia menciptakan teladan bagi pembagian kekuasaan yang layak bagi minoritas-minoritas yang berseteru di mana-mana. Ironisnya, negara dengan retakan-retakan etnis paling dalam adalah negara tempat terdapat parlemen Eropa: Belgia. “Negara-bangsa” ini adalah perkawinan yang tidak bahagia antara 6 juta warga Fleming yang berbahasa-Belanda, 3 juta orang Walloon berbahasa-Perancis, dan 1 juta orang Italia dan Jerman. Kaum Fleming pekerja-keras berupaya untuk lepas dari saudara sebangsa mereka berbahasa-Perancis yang lebih miskin. Hutang nasionalnya di luar kendali, konstitusinya tidak stabil, dan pemerintahnya pernah berada di jurang keruntuhan. Tuntutan-tuntutan separatisme berkembang pada kedua pihak. Dalam ketiadaan persatuan bangsa, kelembaman menyatukan Belgia. Situasi di Skotlandia tak kurang gamang: 3/4 kaum Skot menginginkan otonomi dari London, atau bahkan kemerdekaan langsung. 25.000 jiwa Skot, yang berharap bahwa kerangka Uni Eropa menjamin stabilitas ekonomi, dan sadar bahwa Inggris “merampas” cadangan minyak Laut Utara mereka, berderap menentang kekuasaan London ketika para pemimpin Eropa bertemu di Edinburg pada 1992. Meski kaum Skot yang lebih tua memikirkan pensiun mereka dan mempertahankan sedikit kesetiaan dengan Inggris melalui 2 perang dunia, kaum Skot yang lebih muda lebih berani dalam tuntutan-tuntutan separatis mereka. Seiring Uni matang dan penentuan-nasib-sendiri menyapu dunia, hanyalah soal waktu sebelum bangsa Skot berpaling ke Edinburg, Brussel, dan dunia untuk isyarat, bukan London. Yang dipertaruhkan adalah United Kingdom. Terus-menerus menyusut dari ukuran Persemakmurannya dalam abad-abad silam, London kehilangan kekuasaan atas Amerika Utara, India, Afrika, Australia, dan Republik Irlandia, yang melahirkan sekitar 40 bangsa berdaulat. Saat ini pun, setiap konsesi yang dibuat kepada Skotlandia, Irlandia Utara, atau Wales bagi otonomi membuat berani bangsa-bangsa lainnya untuk meminta yang lebih lagi. Dalam abad ke-21, istilah-istilah seperti United Kingdom dan Great Britain mungkin tidak akan digunakan, seperti Uni Soviet. Di Spanyol dan Perancis, kaum Basque secara sepihak dibagi di antara negara-negara-bangsa yang lebih besar di Pegunungan Pyrenees yang dulu-terisolasi. Selama berabad-abad, kaum ini menghalau serbuan-serbuan bangsa Romawi, suku-suku Jerman, kaum Moor, dan lainnya. Dan perjuangan meraih otonomi berlanjut. Tentara Basque, ETA, bukan kelompok pinggiran. Penjara-penjara Perancis dan Spanyol menampung 500 tawanan ETA yang telah menculik, memeras, dan membom demi otonomi Euskadi; singkatnya, beberapa ratus jiwa telah tewas oleh para teroris Basque. Meski Madrid tidak suka mengakuinya, sejuta warga Basque memenangkan perang itu; wilayahwilayah mereka telah memenangkan banyak otonomi. Sekolah-sekolah kini mengajar dalam bahasa Euskera, bahasanya Basque. Rambu-rambu jalan di Perancis maupun Spanyol telah menanggalkan ejaan-ejaan Spanyol atau Perancis, dan polisi lalu-lintas adalah Basque. Sebagaimana dengan kaum Skot, perlindungan-perlindungan ekonomi yang diberikan kepada negaranegara minoritas dalam kerangka UE bisa menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi otonomi Basque. Tapi bukan hanya karena alasan-alasan ekonomi. Aturan-aturan Uni Eropa memungkinkan migrasi bebas antara negara-negara anggotanya: para investor, pekerja, pelajar/mahasiswa, dan pelancong bergerak keliling Eropa tanpa perbatasanperbatasan internal. Melihat-lihat Spanyol yang penuh dengan orang Jerman, orang Perancis, dan orang Inggris dari utara dan orang Arab dan Hitam dari Afrika utara, kaum Basque-Spanyol abad ke21 bahkan lebih kecil kemungkinannya untuk memihak budaya Spanyol—atau Perancis. Melainkan, Euskaldunak—suatu budaya yang telah hidup utuh selama seribu tahun—akan mengalami kebangkitan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

73


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Spanyol dengan kaum Catalonia-nya, Perancis dengan kaum Corsica dan Breton-nya, Jerman dengan Ost dan West-nya, Belgia dengan kaum Flemish dan Waloon-nya, dan “Disunited” Kingdom—semua menapaki garis-garis retakan potensial. Di Italia pun, kaum Sardinia, Sisilia, Tuscany, Venesia, dan Lombardi semua memiliki budaya unik mereka; kebanyakan orang Italia masih berbicara dalam logatlogat regional dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kelompok-kelompok di Lombardi yang terindustrialisasi berkomplot untuk membatalkan konstitusi dan mengembalikan Italia ke masa wilayah-wilayah otonom pra-Gribaldi-nya. Eropa tidak akan bercerai-berai, tetapi “keglobalan” membawa serta kebutuhan manusia yang paradoks akan “kelokalan” dan jati-diri. Keanoniman yang muncul bersama terlemparnya ke dalam sebuah laut dunia, tereduksi menjadi suatu angka dalam komputer, membuat banyak dari kita ingin melestarikan keanggotaan khusus, suatu keunikan. Eropa mendatang melemahkan nasionalisme di tingkat negara-bangsa, tetapi meningkatkannya di tingkat etnis, sehingga mempercepat keruntuhan negara-bangsa.

India India akan jadi “negara” paling padat penduduknya di Bumi pada 2060. Tak dapat dibayangkan bahwa wilayah yang secara etnis beragam dan miskin ini akan selamat dari tekanan-tekanan populasi/kependudukan tanpa suatu kehancuran politik. Seperti bekas Uni Soviet, India adalah sebuah tong mesiu multietnis yang menunggu untuk meledak, sebuah perpaduan artifisial dari 600 negara merdeka yang dipersatukan selama penjajahan Inggris. Saat ini, bangsa dasarnya memiliki 16 bahasa dan campuran kelompok agama yang terpecah-belah: kaum Hindu, Muslim, Kristen, dan Sikh. Dalam milenium ketiga ini, India sangat mungkin kembali menjadi sebuah subbenua prakolonial dari banyak negara, yang masing-masing dibangun seputar keutamaan satu agama, kasta, atau bahasa. Kebijakan-kebijakan pasar-bebas mengikis kemampuan para politikus regional untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan etnis untuk menerima suap untuk izin-izin dan surat-surat keterangan bisnis. Dengan berakhirnya dinasti Nehru-Gandhi, sifat pengikat yang diberikan oleh keluarga-keluarga pendiri ini sirna. India memperlihatkan tanda-tanda tekanan dari sebuah negara yang terlalu besar untuk manajemen terpusat. Kaum fundamentalis Hindu menunjukkan toleransi kecil terhadap agama-agama lain; beberapa juta Muslim di Kashmir memperjuangkan kemerdekaan; lebih dari 20 juta Sikh gelisah untuk membentuk sebuah bangsa Punjab yang otonom. Kendali India atas wilayah itu begitu lemahnya sehingga, sekalipun ketika ia mengerahkan 250.000 tentara untuk menumpas kekerasan selama pemilihan umum 1992, kurang dari 1 dari 4 pemilih layak pergi ke tempat-tempat pemungutan suara; di banyak desa, tak ada yang datang untuk memilih. Untuk menegaskan kuasanya, pemerintah pusat membubarkan pemerintahan Negara Nadu Tamil di Selatan, yang mendorong kerusuhan-kerusuhan dan 23.000 tahanan. Seiring tekanan-tekanan populasi memuncak, satu milyar mulut lapar dari beragam etnis yang demikian luar biasa itu tidak akan lama menenggang New Delhi yang jauh atau menunggu solusisolusi. India mungkin tidak bertahan utuh dalam abad ke-21 ini.

Afrika Afrika berada dalam kesulitan yang sama. Lima tahun memasuki milenium baru, populasi benua ini mencapai satu milyar, melampaui India, dan pada 2022 akan berlipat-dua dari angka 1995. Seperti India, perbatasan-perbatasan Afrika kebanyakan adalah peninggalan ilmu pemetaan kolonial abad ke18 dan -19; perbatasan-perbatasan itu mengabaikan rintangan-rintangan alam, suku, bahasa, atau geografi. Apalagi, Afrika adalah benua termiskin dunia. Pemerintah-pemerintah terpusat tak punya kendali atas beragam suku etnis yang terlanda musim kering, kelaparan, dan kerusakan lingkungan hidup. Kaum

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

74


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

pemisahan-diri yang berperang tidak rugi banyak saat kelaparan terbayang. Kenyataan pahit dari Afrika adalah suatu kaum yang tumbuh terlalu pesat, kualitas tanah yang memberi mereka makan terkikis terlalu cepat, dan teknologi dengan khazanah pemberi-hidupnya meninggalkan kaum itu. Seiring pola-pola cuaca yang bergeser setiap tahun membawa gurun Sahara lebih jauh ke selatan, perbatasan-perbatasan negara-bangsa permanen pada peta-peta kolonial tampak seperti kandangkandang yang menghalangi suatu kaum bermigrasi ke tanah-tanah yang lebih baik. Pemerintahpemerintah bangsa yang memantau perbatasan-perbatasan—yang hakikatnya memelihara kandangkandang itu—akan menjadi musuh. Dalam suatu lingkungan semacam itu, pemerintah-pemerintah akan tumbang dan kekuasaan politik akan memecah. Tahap-tahap awal disintegrasi bangsa terlihat di seluruh Afrika. Kaum pemisah-diri di Somalia Utara telah mengumumkan sebuah negara baru, “Republik Somaliland.” Ethiopia telah kehilangan wilayahwilayah utaranya Eritrea dan Tigre, dan Ogaden selatan diajak untuk bergabung ke Somalia. Sahara Barat berupaya lepas dari Moroko; Kasai dan Katanga yang kaya-mineral mungkin memisahkan-diri dari Zaire; kaum pemisah-diri Biafran mungkin bangkit melawan Nigeria. Sudan mungkin terbelah dua, dan Afrika Selatan, yang sudah kehilangan Namibia ke kaum pemisah-diri, mungkin mencapai perdamaian hanya ketika kaum Zulu-nya diberi otonomi penuh. Dan ini bukanlah akhir....

Tiongkok Dengan 1,2 milyar jiwa, Cina memasuki abad ke-21 sebagai negara berpenduduk terpadat di dunia. Namun, Beijing telah tetap sebagai sebuah kekaisaran hanya oleh kekuatan senjata. Tibet, Xinjiang, dan Mongolia Dalam menyusun hampir setengah massa daratan Cina modern. Tiap wilayah, dengan bahasa, budaya, agama, dan busananya sendiri, secara budaya berbeda dari Beijing. Dalam dunia baru, puluhan juta orang tak mau lagi tetap tertindas. Pergeseran dari ekonomi yang terencana secara sentral menuju kapitalisme pasar-bebas juga menciptakan riak-riak ekstrim: provinsi-provinsi pesisir yang kaya memakai telepon-telepon seluler dan gedung-gedung jangkung yang mahal sementara bagian pedalamannya masih menanam padi di sawah. Provinsi-provinsi selatan yang tereformasi melejit dengan pertumbuhan ekonomi. 63 juta penduduk Guangdong menjadikannya sebuah negara di dalam negara. Pada 1980-an, ekonomi Guangdong tumbuh rata-rata 12,5% per tahun, yang menjadikannya wilayah yang tumbuh tercepat di dunia; ia mencapai $120 milyar dalam produksi pada tahun 2000. Seiring kekuasaan mereka naik, Guangdong, Fujian, dan provinsi-provinsi pesisir lainnya menjadi benci akan campur tangan Beijing dalam sukses mereka. Dengan ekonomi pasar yang berkembang, dinamisme dan budaya Cina berdesentralisasi, yang membawa pilihan-pilihan perorangan dalam produk-produk, bidang-bidang pekerjaan, dan gaya-gaya hidup. Pemikiran tentang dunia ekonomi yang penuh-pilihan melahirkan tuntutan terhadap pilihanpilihan politik juga. Kelompok-kelompok etnis yang gelisah di utara dan timur, perbedaan penghasilan antara pesisir dan pedalaman, kebangkitan ekonomi pasar terdesentralisasi, pengetahuan yang meningkat tentang penentuan-nasib-sendiri di tempat lain, semua bersatu dalam abad ke-21 untuk merongrong kekuasaan Beijing. Struktur masyarakat Cina sudah kusut dengan kekacauan sosial, kemandulan hukum, dan korupsi politik di setiap tingkat. Angka kejahatan berlipat tiga dalam 15 tahun terakhir. Angka perceraian, pengangguran, dan bunuh diri naik. Beijing mungkin segera tak mampu mempertahankan tahta kekuasaan: Kekaisaran Khan Agung tidak akan bertahan sebagai kekaisaran. Gagasan Cina memecah mungkin tampak janggal bagi mereka yang masih berkhayal bahwa Taiwan dan Cina suatu hari akan melebur. Makao dan Hong Kong yang dekat telah disatukan-kembali dengan daratan utamanya, tetapi mereka sangat kecil dalam ukuran dan hanya dialihkan—secara setengah hati—karena “kontrakkontrak” yang ditandatangani dengan penguasa-penguasa kolonial jauh mereka pada masa silam.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

75


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Mengenai Taiwan, ia sudah menjadi ekonomi terbesar keempat di Asia dan semakin kuat setiap hari. Setelah puluhan tahun mengejar mitos “satu Cina,” Taiwan dan daratan utama mengkajinya ulang. Orang-orang Cina lebih tua yang lari menyeberangi Selat Formosa kini meninggal satu per satu, dan generasi depan bangsa Taiwan asli merasa ngeri terhadap gagasan sebuah Taiwan yang diperintah dari Beijing. Cina dan Taiwan tak akan pernah melebur karena entitas yang lebih kecil dan lebih kayanya—Taiwan—akan kehilangan segalanya dan meraih sedikit yang tak bisa didapatkannya dengan cara-cara lain. Berkat contoh Jerman, kita kini mengerti bahwa ongkos reunifikasi sangat mencolok. Mereka yang memihak reunifikasi dua Korea masih terbenam dalam konsep abad ke-19 bahwa ukuran keliling nasional belaka dengan cara tertentu berkaitan dengan taraf hidup yang lebih tinggi, digabung dengan nostalgia untuk kembali ke zaman dulu. Kedua Korea mungkin akan bersatu kembali, tetapi dinamikanya digerakkan lebih oleh emosi ketimbang kenyataan-kenyataan baru abad ke-21.

Kanada Kebangkitan otonomi wilayah tidak terbatas pada Eropa, Asia, atau India, tetapi meluas ke benua Amerika. Contoh paling dramatis adalah Quebec yang berbahasa-Perancis di Kanada timur. Dengan ¼ dari jumlah penduduk Kanada, ia mencita-citakan kemerdekaan. Kanada menawarkan sedikit persatuan internal: ada Kanada Inggris, Kanada Perancis, Kanada barat, dan Kanada laut, tapi tidak ada Kanada. Perdagangan tampaknya lebih bersifat utara-selatan (dengan Amerika Serikat) daripada timur-barat (dengan dirinya). Quebec secara budaya dan bahasa memiliki lebih banyak kesamaan dengan Perancis daripada dengan Kanada lainnya. Meski otonomi Quebec berkembang dalam tahap-tahap lewat perundingan, sekelompok kecil orang Kanada mempertimbangkan kekerasan bersenjata. Pada 1991 Toronto Star menggunakan kepalakepala berita (headline) seperti “Bisakah Kita Benar-Benar Menghapus Perang Saudara?” Parti Quebecois pro-kemerdekaan di Quebec bahkan telah menyusun cetak-biru pertahanan nasional $5 milyar yang melibatkan sampai 50.000 tentara, 50 pesawat tempur multiguna, pemecah es, dan kapal-kapal patroli. Pada 1995, 40% penduduknya memilih kedaulatan untuk Quebec, dan kemungkinan Quebec merdeka tampak lebih kuat setiap tahun. Sebagian orang berspekulasi bahwa pemisahan-diri Quebec bisa memicu hilangnya Kanada sama sekali. Menyusul North American Free Trade Agreement, Kanada si negara-bangsa dibuat agak usang bagi kaum-kaum di utara dari garis lintang 49°. Sebuah Quebec merdeka akan mengisolasi provinsiprovinsi laut timurnya, yang akan sangat mungkin berserikat dengan Amerika Serikat daripada dengan Kanada barat. Utara yang didominasi-Inuit mungkin memiliki lebih banyak kesamaan dengan Greenland, tempat kaum Inuit juga hidup, dan wilayah-wilayah utara dari Skandinavia yang dihuniLapp dan Rusia utara daripada dengan Toronto (pada 1991, pemerintah Kanada membuatkan sebuah massa daratan yang besarnya lebih dari separuh India untuk memberi otonomi kepada kaum Inuit negara itu). British Columbia lebih mirip dengan Alaska, Washington, dan Oregon daripada dengan Ontario dan Manitoba, sementara Ontario tak bisa ditawar terkait dengan wilayah Great Lakes. Apakah Quebec memisahkan-diri atau diberi otonomi penuh di bawah konstitusi Kanada yang baru bukanlah masalah. Perbedaan-perbedaan antara “federasi-federasi longgar” dan “bangsa-bangsa otonom” semakin kabur. Mana pun caranya, kekuasaan maju dari pusat ke pinggir/samping, dan uraturat global tumbuh menggantikan urat-urat lokal.

Amerika Serikat Bahkan federasi yang terikat ketat seperti Amerika Serikat sering berperilaku seperti sebuah kelompok 50 bangsa otonom. Negara-negara bagian bersaing melawan negara-negara bagian dan kota-kota bersaing melawan kota-kota untuk menarik jatah lebih besar dari perdagangan dunia. Sebagaimana di Kanada, kekuatan-kekuatan globalisasi telah mengikat tiap wilayah di Amerika Serikat pada ekonomi global eksternal, yang membuat ikatan-ikatan internal-nya kurang vital. Apa yang membantu satu wilayah kerap merugikan wilayah lain; industri-industri global teknologi-tinggi

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

76


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

baru bangkit di Barat dan Selatan, meninggalkan kota-kota di Utara dan Timur dalam kemunduran. Mobil-mobil yang diimpor ke California dari Jepang mengurangi lapangan kerja di Detroit. Makananmakanan impor menumbangkan Farm Belt (Sabuk Pertanian) dari monopolinya atas produksi makanan nasional. Perbedaan dalam pola-pola pembangunan antara wilayah-wilayah membuat seperangkat kebijakan nasional yang terfokus jadi mustahil. Meskipun memiliki konstitusi yang bertahan-lama, bahasa yang sama, dan slogan e pluribus unum, ada tanda-tanda bahwa AS meretak. AS telah lama dipersatukan oleh serangkaian tujuan bersama: pertama untuk menumbangkan penindasan Inggris, kemudian untuk menaklukkan the West (Barat), lalu oleh ancaman 2 perang dunia dan komunisme dunia. Tapi setelah Perang Dingin berakhir, AS tiba-tiba menemukan diri menang di panggung dunia tanpa ancaman-ancaman militer besar lagi. Musuh yang mempersatukan telah ditundukkan, dan negara ini jadi mencari suatu jiwa, suatu maknadiri universal. Ia temukan bahwa perpecahan-perpecahan internalnya lebih dalam daripada yang dibayangkan siapa pun. Tanda-tanda kemunduran dalam kesetiaan nasional ada di mana-mana: 2/3 warga Amerika tidak memberikan suara dalam pemilihan-pemilihan jangka-menengah; orang-orang semakin enggan untuk ikut dalam sensus nasional. Penghindaran pajak mencapai tingkat-tingkat rekor; pinjaman-pinjaman mahasiswa yang disokong-pemerintah dibiarkan tak dibayar. Lebih jauh, Amerika Serikat memasukkan beragam kebangsaan dari seluruh dunia, yang memungkinkan tiap kebangsaan mempertahankan identitas budayanya. Gerakan-gerakan hak-hak sipil pada 1960-an mencoba memasukkan kelompok-kelompok minoritas ke aliran mainstream, sering dengan menekankan kebanggaan ras. Tapi pada 1980-an, mayoritas warga Amerika masuk dalam satu kategori dari “minoritas yang kurang beruntung,� apakah Hitam, Latin, wanita lajang yang punya anak, atau veteran perang yang cacat.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

77


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

9. Organisasi Amuba Dunia perseroan telah pecah berkeping-keping. Kekuatan-kekuatan Dimensi Keempat mendorong organisasi-organisasi secara tanpa sadar menuju panggung global. Mereka akan bersaing dengan memadukan bakat-bakat dan sumberdayasumberdaya terbaik dari seluruh penjuru dunia, untuk menghasilkan produk-produk dan jasa-jasa paling inovatif dan efisien. Tetapi ada suatu paradoks: Masyarakat Tak Bertempat menyukai organisasi-organisasi yang berpandangan global, tapi bukan raksasa-raksasa. Sebaliknya, organisasi-organisasi pemenang dalam abad 21 sangat terpecah-pecah, “multilokal”, dengan markas-markas perusahaan sangat kecil, atau bahkan kelompok-kelompok orang yang terjalin erat dan tersebar di seluruh dunia. Divisi-divisi, departemen-departemen, dan orang-orang dalam sebuah organisasi tidak lagi jadi “bawahan” atau “atasan” dari satu sama lain, tapi masing-masing akan berinteraksi sebagai bagian dari satu tim yang dinamis dan selalu berubah yang difokuskan pada satu upaya bersama, yang dikoordinasikan lewat teknologi-teknologi komunikasi dan informasi. Peran perorangan akan seperti peran sel-sel dalam sebuah tanaman yang sedang tumbuh; masing-masing memberi sumbangsih kepada lainnya dan diperlukan bagi kesehatan seluruhnya. Banyak raksasa industri masa ini mungkin tetap memiliki tampilan luar yang besar kokoh bagi publik, tapi organisasi mendasarnya telah pecah, diambil alih oleh bentuk-bentuk organisasi ekonomi yang lebih gesit. Kita berada di tepi suatu sistem ekonomi baru yang strukturnya akan tak bisa kita kenali dalam beberapa dasawarsa.

Raksasa-Raksasa Berguguran Raksasa-raksasa yang telah kita kenal dan terima sebagai nama-nama sehari-hari (IBM, Hitachi, P&G) adalah simbol-simbol abad 20, perusahaan yang menjadi model. Tetapi Gelombang Ketiga secara sistematis telah mencabik-cabik mereka. Apa yang awalnya tampak sebagai kelesuan bisnis musiman sebenarnya adalah sekumpulan perubahan struktural yang melanda dunia. Raksasa-raksasa itu telah digantikan oleh suatu spesies baru yang lebih bisa beradaptasi daripada apa pun pendahulunya. Untuk memahaminya, lihatlah bagaimana struktur-struktur korporat raksasa itu berkembang awalnya. Perseroan besar menjadi model untuk ditiru dalam Revolusi Industri. Pabrik-pabrik tekstil baru memerlukan daya untuk bekerja, yang mereka peroleh pertama dari kincir-kincir air, dan kelak dari mesin-mesin uap. Begitu sumber-sumber daya ini terpasang, berbagai sabuk dan katrol mengirim daya itu ke banyak mesin. Ini kemudian menyebabkan pemusatan-pemusatan besar orang yang bekerja secara efisien di bawah satu atap, karena bagian-bagian berbeda dari proses produksinya membutuhkan interaksi yang erat. Kaum industrialis mulai menangkap konsep baru “economy of scale”: makin besar sebuah pabrik tekstil, makin efisien dan menguntungkan ia. Dalam medan-medan persaingan, bisnis-bisnis lebih kecillah yang terpuruk. Lebih besar menjadi sama dengan lebih baik, sehingga lahirlah paradigma gigantisme organisasi. Gigantisme mendapat angin keduanya menyusul Perang Dunia I dan II. Sejalan tiap negara bersiap untuk perang, gaya militer komando-dan-kontrol yang terpusat sudah tentu berarti mobilisasi yang efektif dan kemenangan telak. Saat perang berakhir, para intelektual seperti Robert McNamara membawa gaya komando-dan-kontrol mereka ke ruang-ruang direksi perseroan dan sekolah-sekolah bisnis di seluruh dunia. Sejajar dengan gaya manajemen hirarkis, perseroan-perseroan di seluruh dunia terus tumbuh lebih besar. Sasarannya adalah untuk menjadi konglomerat yang terdiversifikasi dengan kontrol yang

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

78


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

terpusat ketat. Sebelum Dimensi Keempat, semangat gigantisme berkuasa; dalam abad 21 ini, semangat individualismelah akan tumbuh subur. Perusahaan-perusahaan yang terlalu gemuk “meramping”, melepaskan unit-unit usaha yang tak terkait, berdesentralisasi. Direksi menyerahkan kekuasaan kepada para manajer garis-depan; “markas-markas” perseroan menjadi kuno; manajer-manajer menengah dipangkas. Struktur-struktur perusahaan yang telah berkembang selama lebih seabad dijungkir-balikkan, tidak lagi dikelola dari atas tetapi dari bawah, ‘turun’ sampai ke pembeli. Alasannya adalah teknologi. Sebelum Dimensi Keempat, cara terbaik untuk mengelola kumpulan besar sumberdaya dan mengerahkan personalia adalah lewat hirarki yang sangat terstruktur. Tiap orang punya satu peran tetap untuk dilaksanakan, dan kelompok-kelompok diorganisir secara kaku di bawah manajer terdekat. Manajer ini lalu melapor ke manajer lainnya, yang lalu melapor ke bos puncaknya, yang akhirnya memutuskan “rencana perang”. Sebelum zaman elektronik, struktur hirarkis yang kaku adalah jalan termurah—kalau bukan satu-satunya—untuk mengoordinasikan sumberdaya manusia. Komputer dan komunikasi mengubah semua itu, yang memungkinkan tim-tim khusus dibentuk, diorganisir, dibubarkan, dan ditugaskan kembali semaunya, bergantung pada tugas yang ada. Tak lagi masalah di mana seorang itu berada secara jasmani—sebuah tim bisa dengan mudah terdiri dari seorang insinyur di Jerman, programmer di India, pakar pemasaran di AS, dan akuntan di Jepang. Yang penting, mereka merupakan gabungan terbaik orang untuk memecahkan satu masalah tertentu. Begitu tujuan mereka tercapai, kelompok itu bubar dan tiap orang bisa dikerahkan lagi ke proyek lain. Bisnis-bisnis yang memanfaatkan sepenuhnya teknologi-teknologi Gelombang Ketiga jelas mampu mengalahkan pesaing-pesaing mereka yang tak berteknologi. Raksasa-raksasa yang dulu sukses dalam dunia statis kini terbukti tidak bisa beradaptasi dengan perubahan pasar, teknologi-teknologi yang memusingkan kepala, dan selera-selera dinamis konsumen. Hirarki dan kontrol terpusat kini rontok. Lebih besar tidak lagi lebih baik. Justru, kecil itu indah dan kaya. Contohnya IBM, raksasa hirarkis yang “memiliki” industri komputer, memasok sistem-sistem komputer skala-besar ke para klien besarnya. Pada 1977, ketika Steven Jobs dan Stephen Wozniak mulai menggabungkan perkakas-perkakas dalam sebuah garasi untuk membentuk Apple Computer, para eksekutif di IBM mencampakkan komputer “desktop” baru itu sebagai mainan tak berguna. Tapi ketika “mainan” itu mulai mencuri pangsa pasar IBM, ia tak tahu cara bereaksi, tak punya “departemen” untuk menghadapi realitas-realitas baru di pasar. IBM menyadari bahwa hirarki korporat raksasa mereka tak pernah bisa bereaksi terhadap ancaman Apple yang tumbuh. Dus, mereka mendirikan suatu “unit usaha mandiri” dengan otonomi dari markas korporat. Dalam waktu 18 bulan, kelompok otonom ini merancang, memproduksi, dan memasarkan IBM PC. Suksesnya kelak menyebabkan IBM untuk merombak total hirarkinya menjadi puluhan unit usaha mandiri, yang masing-masing beroperasi dengan otonomi, tetapi di bawah bendera IBM. Perseroan-perseroan bersiap untuk masa depan dengan mendesentralisasi pengambilan putusan. General Motors sadar bahwa, untuk menghasilkan mobil listrik mendahului para pesaingnya, ia membutuhkan sebuah tim otonom dari 200 orang untuk bekerja di luar hirarki komandonya. Perusahaan-perusahaan bagus dalam industri mobil memberikan tanggung jawab kepada tim-tim yang dipimpin orang muda yang sang CEO pun tak bisa dengan mudah menganulir.

Perkawinan-Perkawinan Emas Sementara perseroan-perseroan berdesentralisasi dan memecah, masing-masing kepingnya berhimpun ulang dalam konstelasi-konstelasi kekuasaan baru yang akan jadi pertanda abad 21: unitunit itu membentuk aliansi-aliansi dengan lepasan-lepasan dari perseroan-perseroan lain—bahkan para pesaing mereka. Direksi-direksi dalam abad silam akan telah mencueki pemikiran aliansi macam itu, tetapi aliansi-aliansi itu menjadi selazim mesin faks saat ini.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

79


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Dua faktor mendorong aliansi ini. Pertama, orang-orang dan fasilitas-fasilitas fisik tak lagi perlu ada di tempat yang sama untuk berfungsi. Tak masalah jika rekan kerja kita ada di kantor sebelah, di ujung negeri, atau bekerja di perusahaan lain. Yang penting, tugas itu terlaksana secepat dan semurah mungkin. Faktor kedua adalah keusangan teknologi. Laju pesat perkembangan teknologi, yang dimungkinkan oleh pertukaran informasi yang pesat, berarti bahwa segala potong teknologi harus dimanfaatkan saat ini. Teknologi terdepan semudah rusak seperti semuatan truk pisang masak: ia bernilai tinggi hari ini, tapi jika tidak dipakai dengan cepat, ia menjadi tak bernilai. Untuk sepenuhnya mengeksploitir teknologi baru, sebuah perusahaan bergabung dengan perusahaan lain, bahkan para pesaing. Tim barunya memiliki pengetahuan, sumberdaya, dan pengaruh pemasaran yang perlu untuk melempar sebuah produk komersil sebelum orang lain menemukan suatu teknologi lebih unggul. Dari sudut pandang tiap anggota suatu aliansi, lebih baik memiliki sepotong dari sebuah proyek besar daripada tiada proyek sama sekali. Tekanan sengit untuk melempar produk terbaik ke pasar dengan harga paling bersaing mendorong banyak perusahaan ke dalam kesepakatan-kesepakatan. Usaha-usaha patungan (joint venture) dan pemilikan bersama begitu tersebar luas sehingga sulit mengatakan di mana satu perusahaan berawal dan perusahaan lain berakhir. Saat Motorola ingin membangun jaringan telekomunikasi global nirkabelnya yang dikenal sebagai Iridium, ia tahu itu akan jadi tugas berat. Untuk menjalankan sistem itu, Iridium akan harus merangkul puluhan satelit orbit-rendah, menemukan teknologi-teknologi terdepan, menemukan jumlah modal yang luar biasa, dan menjual jasa-jasa itu ke seluruh Amerika, Asia, dan Eropa. Dan, ia harus melakukannya semua dalam waktu tercepat, sebelum suatu sistem alternatif merebut pasarnya lebih dulu. Motorola tak bisa membangun jaringan macam itu sendirian, tapi menemukan solusi dalam Gelombang Ketiga: ia membentuk konsorsium dari 12 mitra seperti Sony, Mitsubishi, Bell Canada, Sprint. Basis luasnya memberi Iridium akses bukan hanya ke teknologi terdepan tapi juga ke pasarpasar luar negeri, dengan penolakan terkecil dari monopoli-monopoli telepon nasional.

Outsourcing Yang lebih dramatis lagi daripada pertumbuhan aliansi strategis dan joint venture adalah gelombang outsourcing (pensubkontrakan ke perusahaan-perusahaan lain). Sejalan perusahaan-perusahaan merampingkan diri, kita melihat jutaan pemutusan hubungan kerja (PHK). Setiap PHK berarti lebih banyak pekerjaan akan dikontrakkan keluar kepada usaha-usaha kecil. Banyak perusahaan bahkan menghapuskan departemen keseluruhan yang fungsinya perlu dikontrakkan keluar. Chrysler, produsen mobil yang kedua kakinya sudah tertancap di abad 21, membeli 70% bahanbahannya dari para pemasok luar. Mobil-mobil Chrysler hanya terdiri dari 10 bagian tersendiri: Chrysler membuat mesin, transmisi, dan kulit metalnya; para pemasok luar membuat 7 lainnya. Interiornya ada dalam 4 bagian: Textron menyediakan pintu dan panel instrumennya, Johnson Controls membuat kursinya, dan Prince menyediakan modul langit-langitnya. Bagian-bagian itu ada dalam keadaan siap rakit. Pensubkontrakan bagian-bagian itu memaksa para subkontraktornya menyediakan teknologi paling inovatif dengan harga terendah untuk memelihara bisnis Chrysler. Para subkontraktor itu membuat produk itu lebih murah daripada yang bisa dibuat sendiri oleh Chrysler, karena mereka membuat bagian-bagian serupa bagi para pembuat mobil lainnya dan mampu memiliki perkakas dan litbang (R&D) khusus yang tidak akan dianggap ekonomis oleh satu pembuat mobil mana pun sendirian. Keuntungan-keuntungan outsourcing sedemikian rupa sehingga para pembuat mobil akan berfokus pada apa yang mereka kerjakan paling baik—rekayasa, styling, dan pemasaran – dan menyerahkan

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

80


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

produksi seluruhnya kepada pihak-pihak lain yang bisa mengerjakannya lebih murah. Di abad 21 ini, para pembuat mobil di dunia tidak lagi memproduksi mobil, tetapi sekedar memasang modul-modul yang dibeli di tempat lain. Raksasa-raksasa manufaktur masa kini menjadi sekedar “pemasang.” Tren menuju manufaktur modular sudah nyata saat ini, namun sedikit dari kita menyadarinya. Para “produsen” komputer seperti Dell tidak memproduksi satu barang pun. Para kontraktor luar memasok circuit board, disk drive, komponen, dan kotak-kotak pengiriman menurut spesifikasi ketat dari Dell, dan Dell sekedar memasangnya dalam gudangnya sebelum pengiriman. Lewis Galoob Toys membawa konsep “organisasi hipermodular” itu selangkah lebih jauh. Ia menerima ide-ide disain untuk mainan-mainan baru dari para wirausahawan luar, lalu mengirim keluar disain itu kepada para produsen yang membuat produknya dan mengemasnya. Perusahaan lain lagi memikirkan periklanan dan promosinya. Agen-agen luar menjual produknya; dan pemasok-pemasok kontrakan mengerjakan pengolahan data dan penagihannya. Outsourcing memungkinkan Lewis Galoob mengerjakan apa yang terbaik dikerjakannya—penyaringan ide-ide inovatif—dan menyerahkan lainnya kepada ahlinya masing-masing. Hasilnya, perusahaan mainan itu beromzet US$170 juta dengan hanya 250 pegawai. Sebuah perseroan lazim, umpamanya P&G, memiliki banyak pegawai beraneka ragam: pengolah data, akuntan, pengacara, petugas surat, pekerja kafetaria, petugas pemeliharaan, satuan keamanan, penulis iklan, seniman, dll. Meski masing-masing tugas itu penting, dalam kedinamisan Gelombang Ketiga, tugas-tugas mereka sangat mungkin dilakukan dengan outsourcing kepada pihak-pihak ketiga yang menawarkan efisiensi dan kecanggihan lebih besar. Tidak satu pun dari personalia ini adalah inti dari apa yang disebut kompetensi atau kecakapan inti dari P&G, yang adalah disain dan pemasaran produk-produk konsumen. Pelimpahan ke kontraktor-kontraktor spesialis dengan biaya lebih rendah memungkinkan P&G lebih berfokus pada bisnis intinya. Realitas Gelombang Ketiga memungkinkan beragam kelompok dari payung-payung korporat berbeda untuk bekerja bersama dalam suatu organisasi bersama. Dengan kata lain, badan korporat-nya (badan hukum yang menggaji) dipisahkan dari organisasi ekonominya (badan kerja yang menciptakan kekayaan). Implikasi-implikasi dari ini menakjubkan. Organisasi-organisasi hipermodular ini bahkan mempertanyakan peran perseroan, yang telah menjadi titik pusat penciptaan kekayaan dalam masyarakat industri selama 200 tahun terakhir. Kita juga akan lihat bahwa organisasi-organisasi ini membuat tak relevan banyak dari akuntansi keuangan modern, dan terpenting, menggerogoti kekuasaan pemerintah-pemerintah dalam mengatur kegiatan ekonomi.

Berjalan Topless Kekuatan-kekuatan yang sedang membentuk ulang perseroan-perseroan menjadi hipermodular juga tengah mencabik-cabik struktur-struktur korporat klasik. Struktur korporat yang berjaya di abad 21 akan nyaris tak terkenali oleh raksasa-raksasa industri abad 20 yang kini usang. Masalahnya, tentu, adalah tumbangnya hirarki seperti yang telah kita kenal, sebagaimana dicirikan oleh perseroan tradisional. Kekuasaan individu dulu ditentukan oleh posisi seseorang dalam hirarki itu, bukan oleh ilmunya. Tiap orang punya bos, dan tiap bos punya bos, satu figur jauh di atas yang tentangnya semua orang tahu tapi tak pernah lihat atau bertemu langsung. Kerja sesungguhnya dari perseroan dulu dilakukan oleh banyak pion di lapangan menjual, atau di pabrik mengelas, atau dalam lab-lab litbang merancang. Kebijakan-kebijakan dan strategi ditetapkan oleh suatu kelompok menara-gading yang menyukai kantor-kantor dengan jendela pojok. Di antaranya, sekumpulan manajer madya bertindak sebagai penghubung antara apa yang sedang terjadi di lapangan dan apa yang diinginkan oleh pimpinan puncaknya. Para manajer menengah itu merupakan utusan-utusan mahal yang akan mengantarkan kertas-kertas naik dan turun hirarki, semacam pelumas organisasi serba-guna yang menjaga semua bagiannya tetap bergerak. Dalam Dimensi Keempat, ini semua dirombak seiring para pekerja menemukan jalan-jalan baru yang lebih efisien untuk mengoordinasikan kerja mereka. Komputer-komputer “cerdas”, telekomunikasi, videofon, pengiriman paket semalam dan hari-yang-sama berkolusi untuk menggantikan si utusan dan fungsi koordinasi yang dulu diberikannya.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

81


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Gantinya, tim-tim samar, tak melihat di mana mereka ada secara fisik atau ke bagian mana mereka dipasang, mengerjakan masalah-masalah bersama. Kelompok-kelompok itu memuai dan menyusut secara organik, dan tiap anggota tahu apa yang dikerjakan anggota lain. Jika sejumlah anggota tidak menjalankan bagian tugasnya sendiri, setiap orang mengetahuinya. Jika seseorang unggul dengan ilmu, ide-ide, atau kepemimpinan alami, kelompok itu berpaling kepadanya untuk bimbingan, tak melihat apakah dia seorang veteran 20-tahun kawakan atau insinyur yang baru lulus universitas. Dalam sistem ini, para kolega tak lagi bertanya “apa jabatanmu pada jenjang korporat?” tapi “apa yang bisa anda lakukan?” Kepemimpinan proyek menjadi perundingan konstan atas ketrampilanketrampilan: seseorang di puncak, karena ilmu yang relevan dengan tugas yang ada, mungkin hanya berperan minim pada proyek berikutnya, atau ikut dalam beberapa proyek sekaligus. Tim-tim bisa bertahan selama bertahun-tahun, atau sangat sering dibubarkan dan dikelompokkan ulang. Itu semua bergantung pada kebutuhan.

Perusahaan Tanpa Batas Tumbangnya hirarki dan pembauran dan pencocokan sumberdaya-sumberdaya dari banyak perusahaan memungkinkan kita untuk memahat semau kita organisasi-organisasi yang menantang segala gambaran yang ada: organisasi tak bertempat. Ia bisa suatu upaya kerjasama dari beberapa orang, atau 10.000 orang, yang terhubung via jaringan-jaringan elektronik yang memungkinkan mereka bekerja bersama dalam apa yang disebut “real time”. Para pekerja itu bisa berada dalam kota yang sama, atau terpencar di Manila, Munich, dan Miami, tapi karena mereka terhubung dan tahu satu sama lain, putusan-putusan adalah kolektif dan kolaboratif. Dus tak dibutuhkan suatu “markas.” Pada mid-1980-an, kantor tak bertempat akan telah dianggap pemikiran fiksi, tapi ia telah menjadi lazim di kalangan usaha-usaha muda dan gesit. Dasawarsa ini menyaksikan lebih banyak perusahaan seperti Telemorphix, sebuah perusahaan produksi TV interaktif dengan 25 karyawan tanpa markas dan tanpa kantor. Tiap orang bekerja dari rumah, terhubung ke sebuah komputer sentral yang secara fisik terletak di rumah sang presiden. Para karyawan tahu siapa yang bekerja dan siapa yang tidak, dan mereka kerap bekerja pada akhir-pekan dan malam tanpa meninggalkan rumah. Perusahaan itu menghemat sewa kantor, stafnya menghemat perjalanan kerja pergi-pulang. Jika dibutuhkan, telepon, faks, dan jaringan dalam-komputer mereka bisa mengatur konferensi dalam hitungan detik. Sebagian perusahaan begitu kukuh tentang keuntungan strategis yang terdapat dalam Dimensi Keempat sehingga mereka tak akan berbisnis dengan perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan perjalanan itu dengan mereka. Jaringan supermarket Inggris Tesco tak mau membeli dari para pemasok yang bukan bagian dari jaringan komputernya yang menghubungkan tiap supermarket dengan para pemasok secara elektronik. Sistemnya menelusuri persediaan, melakukan pemesanan otomatis, memberikan prakiraan-prakiraan 3-bulan, bahkan membayar para penjual—semua secara otomatis—dan menata 1.200 perusahaan aneka-ragam untuk bertindak sebagai sebuah organisasi tunggal yang sangat ramping. Organisasi tak bertempat segera menjadi lazim seiring persaingan menekan perseroan-perseroan untuk memasuki Dimensi Keempat. Karena bentuk baru ini begitu berbeda dari “Bentuk Korporat” klasik, tantangan dalam awal abad 21 adalah menetapkan paradigma-paradigma baru bagi strategi, manajemen, organisasi, keuangan, dan regulasi. Bentuk organisasi barunya, yang berbeda dari segala yang pernah kita lihat sebelumnya, membawa kehipermodularan ke titik ekstrim dalam memecahmecah komponen-komponen (sesekali, sampai ke individunya) dan kebanyakan mengabaikan tempat. Sebut saja bentuk organisasi baru ini “Amuba” karena, seperti sitoplasma yang terlihat di bawah mikroskop itu, ia tidak berbentuk, mudah berubah, menyesuaikan bentuknya dengan lingkungannya; sulit membedakan di mana satu berakhir dan lainnya mulai. Saat suatu amuba tumbuh melebihi ukuran tertentu, ia membelah menjadi dua, masing-masing berjalan sendiri. Organisasi Amuba akan menyerang sejumlah industri lebih cepat daripada lainnya. Ia dibangun atas gagasan bahwa orang-orang tak lagi perlu berkumpul secara fisik, atau di bawah payung korporat yang sama, untuk bekerja sebagai tim. Sumberdaya-sumberdaya bisa digabungkan dan dicocokkan

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

82


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

secara dinamis untuk menciptakan kekayaan ekonomi. Dan karena Organisasi Amuba bisa tumbuh dan susut untuk menyesuaikan masalahnya, dan beradaptasi ke segala tantangan, ia terbukti unggul dibanding segala perseroan birokratis. Teknologi-teknologi tak bertempat, dengan memungkinkan siapa pun untuk bekerja secara langsung dengan siapa pun lainnya, telah sama sekali menentukan ulang sifat dari “pasar.” Pasar-pasar adalah tempat-tempat di mana para pembeli dan penjual datang untuk dipasangkan. Kita semua tahu tentang pasar-pasar bagi produk-produk, pasar-pasar saham, pasar-pasar komoditi, pasar-pasar keuangan, pasar-pasar kerja, bahkan pasar-pasar perkawinan. Dengan kemunculan teknologiteknologi tak bertempat yang murah, kita kini punya pasar-pasar organisasi di mana sumberdayasumberdaya, gagasan-gagasan, orang-orang, dan peluang-peluang bisa bergabung, berjodohan, dan berjodohan ulang dengan cara-cara yang tak terbayangkan 20 tahun lalu. Stanley Baldwin, perdana menteri 3-kali Inggris pada awal 1900-an, berujar bahwa jika ada satu hikmah dari sejarah, itu adalah bahwa masyarakat beralih dari status seperti diukur oleh pangkat, ke kontrak di mana nilai pasar adalah kuncinya. Kita telah lihat ini dalam kancah politik, di mana feodalisme digantikan oleh merkantilisme, dan kemudian, ketika ekonomi-ekonomi atas dasar pasarpasar berjaya dibandingkan ekonomi yang dikendalikan secara terpusat. Dalam tautan ini, di mana Uni Soviet yang dulu-agung pun telah tumbang dan para politikus menggembar-gemborkan kelebihan-kelebihan ekonomi pasar, satu tempat di mana sosialisme dan ekonomi terpimpin masih berkuasa adalah dalam korporasi-korporasi dunia. Banyak yang masih terkubur dalam perencanaan terpusat. Para MBA mereka memutuskan “harga-harga” apa seharusnya antara bagian-bagian, apa yang harus diproduksi dan apa yang tidak, berapa orang untuk dipekerjakan dan di mana, peralatan modal apa untuk dibeli dan dari siapa, siapa akan dipromosikan jabatannya dan siapa akan ditendang. Bentuk hirarkis penuh dengan kesalahpahaman, dengan sedikit pilihan bagi para peserta yang terdampak. Meski semua niat mereka baik, para perencana korporat dan perencana pusat menderita cacat-cacat yang sama: hilanglah si pengusaha individu; terkuburlah ide-ide cemerlang yang dikembangkan dalam parit-parit; tak dikenallah detil-detil halus yang ditemukan secara organik di lapangan; tak terbinalah teknologi baru yang digunakan dalam cara baru atau yang tampaknya “gila.” Karena inilah, perseroan-perseroan yang berpandangan-maju memasukkan “pasar-pasar” ke dalam payung mereka, dan mendesentralisasi kekuasaan. Para intrapreneur dimungkinkan untuk kreatif dan otonom, bagian-bagian memperlakukan satu sama lain sebagai pelanggan dan pemasok, para manajer diberi kebebasan untuk melimpahkan-keluar (outsource), bahkan ketika ada kemampuan di dalam perusahaan. Di mana-mana, pasar menggantikan hirarki.

Yang Pertama Kemana-Mana Beralih menuju Organisasi Amuba mempengaruhi bukan hanya perusahaan-perusahaan yang terlibat, tapi bahkan mengubah struktur ekonomi. Banyak sumberdaya dari ekonomi abad-20 kita dibelanjakan pada tempat: gedung-gedung perkantoran, carport, jalan-jalan raya, mobil-mobil, bensin, asuransi kendaraan, bahkan toko-toko eceran. Begitu organisasi-organisasi menjadi terputuskan dari tempat, kebanyakan biaya ini hilang, sebagaimana hilangnya industri-industri pendukungnya: jasa-jasa pembersihan, pemeliharaan gedung, para petugas pompa-bensin, ruang kantor, sekretaris, tagihan pemanas, dan para pekerja konstruksi. Meskipun hasilnya adalah para pekerja terganti yang harus berjuang untuk merintis karirkarir baru, masyarakat menjadi jauh lebih produktif dan ramping. Pada akhirnya, masyarakatmasyarakat yang lebih dulu mampu merangkai berbagai perusahaan mereka ke dalam kancah Gelombang Ketiga akan jadi yang paling produktif dan paling kaya dalam ekonomi global yang sangat bersaing. Tiada kebudayaan bisa beralih kesana dalam semalam; peralihannya akan lambat dan kaku. Dalam membuat peralihan itu, Amerika Serikat memiliki sejumlah kelebihan budaya penting, seperti lebih banyak komputer desktop dan telepon per kepala daripada segala wilayah lain di dunia. Budaya

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

83


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

kewirausahaan dan individualistisnya yang kuat, dan kecondongan alami untuk mengabaikan hirarki demi kemanfaatan dan kemampuan, adalah sifat-sifat pokok dalam membuat Organisasi Amuba berjalan sepenuhnya. Sebaliknya, masyarakat Eropa bekerja melawan jiwa kewirausahaan, curiga terhadap keuntungan pribadi, dan menghormati usia, gelar, dan posisi dibandingkan kemampuan murni. Bangsa Jerman khususnya memiliki kaidah hirarki kaku yang menembus budaya mereka. Semua ini bertentangan dengan fluiditas bentuk-bebas yang disyaratkan dari organisasi-organisasi amuba. Bangsa Jepang memiliki ancangan kerja-tim yang kuat terhadap pemecahan masalah, tapi budaya mereka kerap menghalangi orang-orang yang berusaha untuk menonjol. Baru selama sedikit lebih dari satu dasawarsa terakhirlah bangsa Jepang telah kurang menyukai pekerjaan-pekerjaan masatetap dengan susunan tetap rekan-rekan kerja selama hidup. Ini sangat bertolak-belakang dengan sifat sementara dari Organisasi Amuba. Ironisnya, meskipun mereka jenius dalam mengomersilkan hal-hal elektronik, bangsa Jepang memiliki sedikit komputer desktop dalam rumahtangga mereka, dan bahkan e-mail kantor tidak lazim. Kendati kelebihan-kelebihan tertentu dari budayanya, Amerika Serikat juga sangat terintangi. Sistem pendidikan Amerika—yang begitu vital bagi pemecahan masalah abstrak dari Organisasi Amuba—tidak siap bagi tantangan-tantangan di hadapan, dan berperingkat di dasar dari masyarakat-masyarakat terindustrialisasi. Yang lebih bermasalah lagi, budaya AS itu senang gugatan; ketimbang menyelesaikan sengketa-sengketa kontrak dengan kompromi, bangsa Amerika terlalu cepat untuk memasuki proses pengadilan yang mahal. Karena Organisasi Amuba adalah kontrak-kontrak—dan jutaan kontrak—sistem hukum dan budaya Amerika Serikat memerlukan perbaikan besar jika ia berharap tetap kompetitif. Amerika Serikat mungkin memimpin memasuki Dimensi Keempat, tapi tanpa perubahan menyeluruh dalam kebijakan industri untuk lebih menyuburkan Organisasi Amuba yang baru lahir, perlombaan dengan Eropa dan Jepang akan ketat.

Seribu Ribu Perusahaan Bentuk korporat akan mundur karena tujuan aslinya telah tercapai. Para mahasiswa hukum gemar mendefinisikan perseroan sebagai piagam yang diberikan oleh pemerintah untuk maksud khusus: sebuah perusahaan menjadi “seorang” yang bisa memasuki kontrak-kontrak, menggugat dan digugat, membayar pajak, dll. Dalam hukum Inggris, piagam-piagam korporat (badan) pertama diberikan oleh raja untuk membatasi kewajiban (pasiva) para pemiliknya. Jika sebuah perusahaan eksplorasi menghantam batu (kandas), kerugian pada para pemiliknya akan terbatas pada investasi mereka; tak ada yang akan menyita harta keluarga mereka. Piagam-piagam makin masyur dengan Revolusi Industri sebagai metode pilihan untuk mendirikan sebuah perusahaan. Tapi apakah Bentuk Korporat membatasi kewajiban, atau apakah ia memperbesar kewajiban? Tidakkah sebuah korporasi, khususnya di Amerika Serikat, dipandang sebagai periuk besar uang untuk digugat? Para pengacara sipil bergembira saat mereka bisa menyusun satu penggugat korporat besar sebagai satu terdakwa ke dalam gugatan klaim-besar, tak peduli betapa jauh tanggung jawab aktual mereka. Jika seorang pengemudi terluka dalam suatu kecelakaan mobil, gugat General Motors untuk pelanggaran keselamatan; jika seseorang sakit karena keracunan asbes, gugat Manville Corporation; kalau itu kanker paru-paru, gugat Philip Morris; jika masalahnya entah bagaimana terkait dengan bahan-bahan sintetis dalam suatu pencangkokan medis, gugat Dow Corning. Kita memang seharusnya menuntut pertanggungjawaban perseroan-perseroan jika mereka bertanggung jawab. Tetapi bisakah kita mengharapkan para kapten industrinya memasang badan sebagai sasaran? Bukankah Bentuk Korporat juga sasaran empuk bagi para regulator pemerintah untuk memberlakukan kontrol-kontrol atas apa pun yang mereka mau—pajak-pajak, kontrol-kontrol polusi, affirmative action, pembersihan lingkungan, peraturan-peraturan keselamatan, dst. dst? Sementara pemerintah-

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

84


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

pemerintah perlu membuat peraturan-peraturan untuk mengendalikan nasib masyarakat, Organisasi Amuba yang hadir di mana-manalah yang menyediakan jalan pelarian bagi bisnis. Selama dasawarsa mendatang, para ahli strategi bisnis akan mempertanyakan kebijaksanaan Bentuk Korporat, yang akan dilihat sebagai penangkal petir bagi gugatan-gugatan, peraturan-peraturan pemerintah, kaum serikat buruh, mungkin kaum teroris. Pergeseran global ke Organisasi Amuba akan menghendaki tantangan-tantangan segar bagi pemerintah-pemerintah di mana-mana. Sayang, struktur-struktur pemerintah yang telah berkembang selama dua abad terakhir tidak sepadan dengan tugas itu. Karena strukturnya yang terdesentralisir dan selalu-berubah, Organisasi Amuba akan luar biasa sulit bagi para regulator untuk kendalikan. Kalau anda meragukan ini, pandang satu industri yang paling mendekati Organisasi Amuba; ia beroperasi di setiap pusat kota besar di dunia dan secara tak terbatas bisa beradaptasi dengan kondisi-kondisi pasar yang berubah. Sudah pasti industri paling menguntungkan di bumi, dengan penjualan eceran ditaksir $1 triliun setahun di seluruh dunia, itulah perdagangan obat terlarang. Industri obat terlarang adalah sekompleks segala industri lain, mungkin lebih. Sektor kokain saja dipercaya “mempekerjakan” sebanyak 1,5 juta orang dalam produksi sebagai penanam, pemanen, pengolah laboratorium, pembeli, pilot, akuntan, dan penembak. Suatu laskar tak terhitung tambahan terlibat dalam distribusi: para penyelundup, distributor regional, agen penjualan eceran, dan para pencuci uang (money launderer). Jaringan obat terlarang dunia memiliki banyak ciri khas Organisasi Amuba. Meski sebagian himpunan orang dalam industri obat bius lebih berkuasa (kuat) daripada lainnya, pemikiran tentang kartel yang sangat terorganisir dilebih-lebihkan dalam pers. Dalam kenyataan, industri ini sangat terpecah-pecah dan terdesentralisir, karena setiap orang (atau himpunan orang) adalah sebuah bisnis otonom yang menyediakan layanan-layanan khusus kepada para peserta industri lainnya. Jaringan ini bekerja menurut kekuatan-kekuatan pasar dan diatur oleh kode etik, kontrak-kontrak lisan, dan pengawasandiri internalnya sendiri. Yang tertata begitu ketat adalah semua “kontraktor” lepas, sehingga bersama-sama mereka menciptakan penampakan sebuah organisasi raksasa. Badan-badan penegak hukum dan pers suka berpikir bahwa begitu “para pemimpin ring puncak”-nya dibekuk, seluruh jaringannya akan tumbang. Namun, Organisasi Amuba adalah organisasi ekonomi paling bandel: tidak lama setelah pemerintah memangkas satu operasi, dua lagi muncul, seperti kepala-kepala Hydra, untuk menggantikannya. Tak ada atas atau bawah, hanya suatu jaringan yang luwes. Mematuhi kenyataan-kenyataan baru, ia mengubah pasokan-pasokan, koridor-koridor transportasi, “wadah-wadah” pengiriman, harga-harga, dan taktik-taktik distribusi, dalam suatu lingkungan yang kejam. Hikmah bagi para regulator pemerintah adalah jelas: Jika teknologi-teknologi Dimensi Keempat mendorong Organisasi Amuba dalam industri-industri mainstream, bagaimana aturan-aturan akan ditegakkan? Tradisinya, para regulator pemerintah bisa memantau 20.000 karyawan yang tersebar pada selusin lokasi manufaktur dengan relatif mudah dengan memasukkan satu keluhan kepada direktur utama perusahaan itu. Menggantikannya adalah ratusan, ribuan “gugusan amuba” yang bisa, kalau perlu, beringsut menghilang dalam sekejap untuk muncul kembali di tempat lain. Kelicinan Organisasi Amuba menyulitkan untuk mengenakan tanggung jawab bagi peraturan-peraturan lingkungan hidup, pertanggungjawaban produk, pemajakan, dan audit. Justru karena alasan inilah industri obat bius berkembang menuju sistem nonhirarkis ini. Dalam Organisasi Amuba nyaris mustahil untuk meletakkan tanggung jawab pada segala badan korporat besar, karena tidak ada badan itu. Masa ini, cukup sulit untuk membuktikan bahwa, umpamanya, sebuah produk kebersihan perempuan menyebabkan kanker leher-rahim. Tapi bagaimana seandainya item yang sama diproduksi di bawah Organisasi Amuba? Bagaimana seandainya ribuan “perusahaan” mungil satu-orang yang berjaringan bersama terlibat dalam konsepsi, disain, pengujian, produksi, penjaminan mutu, pengemasan, penggudangan, periklanan, dan distribusi? Mana yang akan bertanggung jawab atas kanker leher-rahim itu?

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

85


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Semuanya? Tak satu pun? Dan bagaimana seandainya mereka terlalu kecil untuk memiliki aset-aset signifikan, atau mereka tutup begitu saja dan gulung tikar? Dalam kenyataan baru abad ke-21, organisasi ekonomi di bawah Organisasi Amuba begitu terpecahnya sehingga akan terbukti nyaris mustahil bagi negara-negara-bangsa untuk mengatur. Pemerintah-pemerintah yang masih terbenam dalam Dimensi Ketiga akan terdahului pada setiap kesempatan oleh perniagaan yang beroperasi dalam Dimensi Keempat. Karena inilah, dua dasawarsa pertama dari abad ke-21 akan cenderung menyaksikan gejolak turbokapitalisme global yang tak terhalangi, sampai pemerintah-pemerintah bisa mengejar.

Manajemen Amuba Transisi memasuki Organisasi Amuba, dan kemampuan orang-orang untuk bekerja dari rumah mereka, akan juga berlangsung dengan laju-laju berbeda untuk tugas-tugas dan industri-industri berbeda. Pekerjaan-pekerjaan yang paling terpengaruh akan menyangkut interaksi klien satu-dengansatu di lapangan: para penilai asuransi, tenaga penjualan lapangan, agen real estate, pialang saham. Selanjutnya adalah bidang-bidang di mana kelompok-kelompok profesional bekerja bersama untuk memecahkan permasalahan khusus: para akuntan, pengacara, arsitek, seniman grafis, pemrogram komputer. Pada tingkat lainnya adalah industri-industri padat-informasi: pemerintahan, pesananpesanan penjualan, layanan pelanggan, pengajaran, pemrosesan asuransi. Kegiatan-kegiatan yang paling kurang terpengaruh adalah kegiatan-kegiatan di mana pekerjaannya harus dilakukan in situ (di tempat) karena keterbatasan-keterbatasan praktis dari sisi fisik. Namun industri-industri terbelakang ini—pertambangan, pembangunan kapal, perakitan mobil, jasa kebersihan, dan perbaikan peralatan—mungkin menjadi amuba dalam arti rantai nilainya akan semakin mengeping dan berspesialisasi, dengan lebih banyak tugas beralih ke para subkontraktor. Sejumlah perseroan akan menjalani peralihan ke dalam Dimensi Keempat lebih baik daripada lainnya. Dalam sejumlah hal, kita belum tahu bagaimana mengubah perusahaan-perusahaan hirarkis mapan menjadi sebuah organisasi amuba yang terampingkan. Sebagian akan memisahkan bisnis-bisnis di luar kompetensi inti mereka, sementara lainnya akan memecah secara internal, memberi otonomi operasional penuh kepada divisi-divisi. Perceraian-perceraian macam itu ada dalam arah yang benar, tapi sering para manajer divisi yang dibesarkan dalam ajaran perseroan abad-20 berhenti mendadak dari melakukan peralihan penuh untuk menyingkirkan lapis-lapis hirarki berikutnya. Sebenarnya, segala departemen atau individu harus bebas untuk mengontrak jasa-jasa ke tempat lain, dan harga jasa-jasa yang disediakan inhouse (di dalam perusahaan) perlu gamblang. Jika bisnis dan produknya masuk akal, berbagai “departemen” itu seharusnya bergerak selaras sebagai sebuah tim. Manajer yang berpandangan-maju akan mengenali kompetensi inti organisasinya—apa yang mereka lakukan terbaik di dunia melebihi siapa pun lainnya—dan menetapkan ulang alasan keberadaan bisnisnya di seputar inti itu. Para pegawai, tugas-tugas, atau departemen-departemen yang tidak dalam bidang inti itu mungkin lebih baik dilimpahkan keluar (di-outsource-kan). Dalam sejumlah kasus, departemen-departemen yang sudah ada bisa dipisahkan sebagai unit-unit usaha mandiri, dipegang oleh para karyawan yang kini akan memiliki kepemilikan dan insentif untuk membuat perbedaan. Mengenai bidang-bidang kompetensi inti yang bertahan, eksekutif bijak akan mencari hubunganhubungan amuba dengan entitas-entitas lain, bahkan para pesaing, untuk mengungkit kompetensi itu sampai yang terpenuh. Prinsip inilah yang menarik AT&T dari menjadi hanya sebuah perusahaan telepon untuk menjadi sebuah perusahaan kartu kredit: kompetensi inti AT&T adalah pengolahan transaksi, digabung dengan brand kelas-dunia yang terasosiasikan dengan integritas dan kehandalan. Masyarakat kita tidak akan melompat ke Organisasi Amuba yang sangat terpecah, tetapi akan berkembang kesana. Sebagian kita akan terpengaruhi sekejap oleh sebuah pabrik yang tutup yang

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

86


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

diambil alih oleh para pesaing yang lebih gesit. Lainnya akan temukan bahwa pekerjaan-pekerjaan lama mereka kini dilakukan pada sebuah keyboard komputer: para pekerja manufaktur yang perintah-perintahnya datang pada sebuah disket, direktur personalia yang perlu memindai (scan) suatu database untuk menemukan bakat (talent) yang tepat, tenaga penjual yang melakukan pemesanan dengan modem pada telepon mobil. Kita semua akan terpengaruhi secara berbeda. Tetapi kita semua akan terpengaruh. Pergerakan kita yang tak bisa ditawar-tawar menjauh dari Bentuk Korporat menuju Organisasi Amuba akan menghendaki ketrampilan-ketrampilan baru dalam pasar kerja. Para manajer akan menghadapi perubahan-perubahan khusus: arti jabatan/gelar dan posisi akan terkikis. Para pemimpin baru tak lagi akan seperti kapten kapal melainkan para kandidat yang mencalonkan diri untuk jabatan. Dalam organisasi-organisasi berbasis-pasar yang berkembang, mereka akan merupakan begawan dalam berunding, dalam menjual ide-ide kepada orang lain, dalam menyusun tim-tim yang tepat dan membuat mereka bergairah. (Seiring kita memasuki abad ke-21, kita akan saksikan kenaikan tetap dalam popularitas buku-buku dan kursus-kursus tentang seni perundingan dan motivasi tim.) Para pemimpin terampil itu akan juga membuat orang-orang mencapai mufakat dan menyelesaikan sengketa-sengketa sebelum memanas. Desentralisasi paling manjur terhadap individu-individu yang termotivasi-sendiri dan memantau-diri. Para pekerja Organisasi Amuba yang sukses akan mampu melihat suatu masalah dan memikirkan solusi-solusi sendiri, tanpa diberitahu apa yang harus diperbuat (pekerjaan-pekerjaan itu bisa diotomatkan). Kosakata kita akan berubah. “Bekerja” atau “berkantor” tak akan lagi menggambarkan suatu lokasi tetapi suatu kegiatan. Di mana tak akan lagi masalah, selama pekerjaannya beres. Dalam abad ke-21, lebih banyak orang akan bekerja secara otonom; tak ada yang akan hadir untuk mengawasi mereka. Hasilnya, tekanan akan bergeser dari gerak-gerik kerja ke hasil. Orang-orang yang terlibat dalam Organisasi Amuba menjadi seperti sebuah perseroan di bawah Bentuk Korporat: mereka dihargai dan diganjar atas kualitas output mereka. Mereka menjadi pekerja jasa, yang jasanya adalah menambah nilai-guna pada sebuah produk fisik (seperti seorang pekerja perakitanmobil) atau pada kelompoknya (seperti seorang penilai asuransi). Mereka mungkin punya satu atau lebih pemasok atau pelanggan, tapi mana pun itu, setiap orang adalah klien. Sistem-sistem kompensasi baru berbasis-pasar akan berkembang. Dalam ekonomi lama, “celah-celah pekerjaan” kerap dibayar di dalam batas-batas kaku: dua sekretaris akan meraih penghasilan yang sama, sekalipun yang satu jauh lebih unggul daripada satunya. Para pekerja perakitan dengan senioritas yang sama akan mendapatkan upah sama tak melihat kreativitas, kehati-hatian, atau sumbangsih. Sistemnya melakukan pengukuran yang mudah (jumlah jam kerja) dan membayar sesuai itu. Suatu “bonus” selalu masuk di dalam rentang ketat yang ditetapkan sebelumnya yang dirancang sebagai pecahan kecil dari gaji pokoknya. Di bawah Organisasi Amuba, kompensasi kita tidak akan terkait dengan jumlah jam kerja tetapi dengan nilai-guna pekerjaan kita bagi upaya kolektif. Kontrak-kontrak akan menyerupai kontrak para bintang rock atau selebriti film yang dibayar menurut kemungkinan dampak mereka atas pemasukan box office (loket) terakhir, atau yang dibayar royalti berdasarkan sukses komersil dari produk akhirnya. Bill Gates di Microsoft membayar para pemrogram puncaknya gaji-gaji “selebriti,” plus royalti atas penjualan produk-produk yang dikerjakan. Dia tahu bahwa bakat yang baik bisa menyukseskan sebuah produk; jika dia tidak membayar dengan tepat, orang lain yang akan membayar. Dalam zaman Organisasi Amuba, bakat mengalir dengan mudah ke penawar tertinggi. Imbalan bagi bakat ulung akan menentukan pasar kerja abad ke-21. Dalam ekonomi perintah-dankontrol, para pencipta organisasi-organisasi menarik keuntungan luar biasa dari rantai nilainya: para pemasok bahan-bahan baku, para pekerja, dan para penyedia modal kebanyakan diberi kompensasi pada nilai-nilai “baku” berdasarkan harga-harga komoditi, upah-upah, dan suku-suku bunga yang berlaku. Jika para pengusahanya menyusun suatu organisasi yang bagus, keuntungan “berlebih”-nya akan masuk ke kocek para pengusaha itu—si penata. Dengan Organisasi Amuba, mereka dan para

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

87


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

pekerja kemungkinan menjadi satu dan sama, dan si pekerja berbakatnya mungkin meraih penghasilan yang luar biasa. Dalam abad ke-21, penghasilan akan kurang dibagi rata untuk menyediakan “upah layak� (dengan batas-batas atas dan bawah), dan lebih erat terkait dengan bakat, energi, kemampuan, dan kontribusi. Ini kabar bagus bagi mereka yang berbakat dan pekerja-keras dan yang dikaruniai alatalat teknologi terdepan, tetapi malapetaka bagi mereka di Dunia Kedua dan di tempat lain yang tak punya ketrampilan-ketrampilan abad ke-21 yang laku dijual.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

88


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

10. Cara Kita Menciptakan Kekayaan Untuk memahami perubahan-perubahan luar biasa dalam pemerintahan yang telah berlangsung, dan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang lebih dramatis lagi yang ada di hadapan, kita perlu memandang sepuluh ciri utama dari ekonomi Dimensi Keempat.

1. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI Bila tanah, buruh, bahan-bahan mentah, dan modal adalah “faktor-faktor produksi” utama dalam ekonomi Dimensi Ketiga, pengetahuan—yang secara luas diartikan di sini untuk mencakup data, informasi, citra-citra, simbol-simbol, budaya, ideologi, dan nilai-nilai—merupakan sumberdaya sentral dari ekonomi Dimensi Keempat. Dulu dilecehkan, gagasan ini telah menjadi suatu pepatah. Namun, implikasi-implikasinya masih kurang dipahami. Dengan data, informasi, dan/atau pengetahuan yang tepat, kita bisa mengurangi semua input lain yang digunakan untuk menciptakan kekayaan. Masukan-masukan pengetahuan yang tepat bisa mengurangi kebutuhan terhadap buruh, memangkas inventaris, menghemat energi, menghemat bahan-bahan mentah, dan mengurangi waktu, ruang, dan uang yang dibutuhkan untuk produksi. Sebuah alat potong yang digerakkan-komputer, yang bekerja dengan presisi tinggi, membuang lebih sedikit bahan atau baja daripada mesin potong yang digantikannya. Mesin-mesin cetak terotomat “cerdas” yang mencetak dan menjilid buku-buku memakai lebih sedikit kertas daripada mesin-mesin yang ia gantikan. Kendali-kendali cerdas menghemat energi dengan mengatur panas dalam gedunggedung kantor. Sistem-sistem data elektronik yang menghubungkan para produsen dengan para pelanggan mereka mengurangi jumlah barang yang harus disimpan dalam inventaris. Dengan demikian, pengetahuan, yang digunakan dengan benar, menjadi pengganti akhir bagi inputinput lainnya. Para ekonom dan akuntan konvensional masih kesulitan dengan pemikiran ini, karena ia sulit di-angkakan, tetapi pengetahuan kini adalah faktor produksi paling serbaguna dan terpenting, apakah ia bisa diukur atau tidak. Yang membuat ekonomi Dimensi Keempat benar-benar revolusioner adalah fakta bahwa meskipun tanah, buruh, bahan-bahan mentah, dan mungkin modal bisa dipandang sebagai sumberdayasumberdaya yang terbatas, pengetahuan itu tak terbatas, tidak habis-habis. Tak seperti sebuah tungku atau jalur perakitan, pengetahuan bisa dipakai oleh dua perusahaan pada waktu yang sama. Dan mereka bisa memakainya untuk menghasilkan lebih banyak lagi pengetahuan.

2. NILAI-NILAI TANWUJUD Kalau nilai sebuah perusahaan Dimensi Ketiga bisa diukur dari segi aktiva-aktiva kerasnya seperti bangunan, mesin, saham, dan inventaris, nilai dari perusahaan-perusahaan Dimensi Keempat yang sukses terletak dalam kapasitas mereka untuk memperoleh, menghasilkan, mendistribusikan, dan menerapkan pengetahuan secara strategis dan operasional. Nilai sejati perusahaan lebih bergantung pada ide-ide, wawasan-wawasan, dan informasi di kepala para pegawai mereka dan dalam bank-bank data dan paten-paten yang dikuasai perusahaan ini daripada pada truk-truk, jalur-jalur perakitan, dan aset-aset fisik lainnya yang mungkin mereka miliki. Dus, modal sendiri kini semakin didasarkan pada hal-hal yang tanwujud.

3. DEMASIFIKASI Produksi massa, ciri penentu dari ekonomi Dimensi Ketiga, menjadi semakin usang, seiring perusahaan-perusahaan memasang sistem-sistem produksi padat-informasi, yang sering terobotisasi, yang mampu menghasilkan variasi tanpa akhir dan murah, bahkan customization. Hasil revolusionernya adalah demasifikasi produksi massa.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

89


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Pergeseran menuju “flex-tech” cerdas menggalakan keragaman dan merangsang pilihan konsumen sedemikian rupa sehingga sebuah toko hipermarket bisa menawari pembeli ratusan ribu produk dalam berbagai jenis, ukuran, model, dan warna untuk dipilih. Tetapi hipermarket adalah mass merchandiser. Semakin lama, pasar massa sendiri telah pecah menjadi ceruk-ceruk (niche) yang terdiferensiasi seiring kebutuhan-kebutuhan pelanggan memencar dan informasi yang lebih baik memungkinkan bisnis-bisnis menemukan dan melayani pasar-pasar mikro. Toko-toko specialty, butik-buktik, superstore, sistem-sistem home-shopping TV, pembelian berbasis-komputer, direct mail, dan sistem-sistem lain menyediakan keragaman saluran yang makin berkembang yang melaluinya para produsen bisa mendistribusikan produk-produk mereka ke konsumen dalam pasar yang semakin terdemasifikasi. Sementara itu, periklanan dibidikkan ke segmen-segmen pasar yang semakin kecil yang dijangkau lewat media yang semakin terdemasifikasi. Pemecahan dramatis pemirsa massa ditandai oleh krisis jaringan-jaringan TV yang dulu besar, ABC, CBS, dan NBC, pada masa ketika Tele-Communications Inc. mengumumkan sebuah jaringan serat-optik yang mampu menyediakan bagi para pemirsa 500 saluran televisi interaktif. Sistem-sistem macam itu berarti bahwa para penjual akan mampu membidik para pembeli dengan ketepatan yang lebih besar lagi. Demasifikasi serentak dari produksi, distribusi, dan komunikasi merevolusi ekonomi, dan menggesernya dari homogenitas ke arah heterogenitas ekstrim.

4. KERJA Kerja sendiri terubah. Kerja otot berketrampilan-rendah dan yang hakikatnya bisa dipertukarkan menggerakkan Dimensi Ketiga. Pendidikan gaya-pabrik masal menyiapkan para pekerja untuk kerja rutin yang sifatnya berulang. Sebaliknya, Dimensi Keempat disertai oleh ketidaksalingtergantian pekerjaan seiring persyaratan ketrampilan meningkat. Kekuatan otot hakikatnya tergantikan. Seorang pekerja kurang-terampil yang berhenti atau dipecat bisa diganti dengan cepat dan dengan sedikit biaya. Sebaliknya, tingkat-tingkat keterampilan terkhusus yang meningkat yang dibutuhkan dalam ekonomi Dimensi Keempat membuat penemuan orang yang tepat dengan keterampilan yang tepat lebih sulit dan lebih mahal. Meskipun dia mungkin menghadapi persaingan dari banyak pekerja otot lainnya yang menganggur, seorang penjaga gedung yang diberhentikan dari sebuah perusahaan besar bisa mengambil pekerjaan penjaga di sebuah sekolah atau kantor asuransi. Sebaliknya, insinyur elektronika yang telah menghabiskan bertahun-tahun membangun satelit-satelit belum tentu memiliki keterampilan yang diperlukan oleh sebuah perusahaan yang mengerjakan rekayasa lingkungan. Seorang ginekolog tidak bisa melakukan bedah otak. Spesialisasi yang meningkat dan perubahan-perubahan pesat dalam persyaratan keterampilan mengurangi kesalingtertukaran kerja. Seiring ekonomi maju, perubahan lebih lanjut terlihat dalam rasio “tenaga kerja langsung” terhadap “tenaga kerja tak langsung.” Dalam arti tradisional, para pekerja langsung atau produktif adalah mereka di lantai pabrik yang sebenarnya membuat produknya. Mereka menghasilkan nilai tambah, dan semua lainnya disebut sebagai “nonproduktif” atau memberikan hanya sumbangsih “tidak langsung.” Masa ini perbedaan ini menjadi kabur seiring rasio para pekerja produksi pabrik terhadap para pekerja kerah-putih, teknis, dan profesional menurun, sekalipun di lantai pabrik. Setidaknya nilai yang sama besar dihasilkan oleh tenaga kerja “tidak langsung” seperti oleh yang “langsung”—jika tidak lebih besar.

5. INOVASI Inovasi yang terus-menerus diperlukan untuk bisa bersaing—ide-ide baru untuk produk-produk, teknologi-teknologi, proses-proses, pemasaran, keuangan. Ratusan produk baru diperkenalkan ke supermarket-supermarket setiap bulan. Perusahaan-perusahaan cerdas mendorong para pekerja

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

90


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

untuk mengambil inisiatif, menemukan ide-ide baru, dan bahkan, kalau perlu, “membuang buku pegangan.”

6. SKALA Unit-unit kerja menciut. Daripada ribuan pekerja tumpah ruah ke dalam gerbang pabrik yang sama— citra klasik dari ekonomi cerobong-asap—skala operasi dibuat mini bersama dengan banyak produknya. Banyaknya pekerja yang mengerjakan kerja otot yang sama digantikan oleh tim-tim kerja kecil terdiferensiasi. Bisnis-bisnis besar menjadi lebih kecil; bisnis-bisnis kecil berlipat ganda banyaknya. IBM, dengan 370.000 pegawai, telah dipatok sampai mati oleh produsen-produsen kecil di seluruh dunia. Untuk bertahan hidup ia mem-PHK banyak pegawai dan membelah diri menjadi 13 unit usaha berbeda dan lebih kecil. Dalam sistem Dimensi Keempat, ekonomi skala sering kalah oleh diseconomy of complexity (ketidakekonomisan kompleksitas). Semakin rumit perusahaannya, semakin tangan kiri tak bisa mengantisipasi apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh tangan kanan. Permasalahan berkembang yang bisa melebihi segala anggapan manfaat dari besar mutlak. Pemikiran lama bahwa lebih besar tentu lebih baik sudah ketinggalan zaman.

7. ORGANISASI Berjuang untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan pesat, perusahaan-perusahaan berlombalomba untuk melucuti struktur-struktur Dimensi Ketiga birokratis mereka. Perusahaan-perusahaan era-industri lazimnya memiliki bagan-bagan organisasi yang serupa—mereka berbentuk piramid, monolitis, dan birokratis. Pasar-pasar, teknologi-teknologi, dan kebutuhan-kebutuhan konsumen masa ini berubah begitu pesatnya, dan memberi tekanan-tekanan yang begitu beragam atas perusahaan, sehingga keseragaman birokrasi sudah mati. Sudah ditemukan bentuk-bentuk organisasi yang sama sekali baru. “Reengineering,” misalnya, mencoba merestrukturisasi perusahaan seputar proses-proses bukannya pasar-pasar atau kekhususan-kekhususan yang terkotak-kotak. Struktur-struktur yang relatif terbakukan digantikan oleh organisasi-organisasi matriks, tim-tim proyek ad hoc, profit center, dan juga beragam aliansi strategis, joint venture, dan konsorsium— banyak dari ini melintasi batas-batas bangsa. Karena pasar-pasar terus berubah, posisi menjadi kurang penting dibandingkan fleksibilitas dan manuver.

8. INTEGRASI SISTEM Kompleksitas yang meningkat dalam ekonomi menuntut integrasi dan manajemen yang lebih canggih. Contohnya, sebuah perusahaan consumer-goods harus memenuhi ratusan pesanan tiap hari untuk ribuan produk berbeda yang harus dikirimkan dari puluhan pabrik dan pusat distribusi dan, pada waktu bersamaan, memperhitungkan ribuan kesepakatan promosi penjualan berbeda dengan para pelanggannya. Mengelola kompleksitas semacam itu membutuhkan bentuk-bentuk baru kepemimpinan dan tingkat integrasi sistem yang luar biasa tinggi. Itu kemudian membutuhkan volume informasi yang lebih tinggi.

9. INFRASTRUKTUR Untuk mempersatukan segala sesuatunya—untuk melacak semua komponen dan produk, mensinkronkan pengiriman-pengiriman, menjaga para insinyur dan pemasar tetap memahami rencana satu sama lain, mengingatkan orang-orang Litbang tentang kebutuhan-kebutuhan di sisi manufaktur, dan, terpenting, memberi manajemen suatu gambaran yang logis dari apa yang sedang berlangsung—milyaran dollar telah dikucurkan ke dalam jaringan-jaringan elektronik yang menghubungkan komputer-komputer, basis-basis data, dan teknologi-teknologi informasi lainnya. Struktur informasi elektronik raksasa ini, yang kerap berbasis-satelit, menghimpun seluruh perusahaan, yang sering menghubungkan mereka ke dalam komputer-komputer dan jaringan-

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

91


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

jaringan para pemasok dan juga pelanggan. Jaringan-jaringan lain menghubungkan jaringan-jaringan. Jepang telah menargetkan $250 miliar untuk mengembangkan jaringan-jaringan yang lebih baik dan lebih cepat selama 10 tahun ke depan. Mantan wakil presiden AS Al Gore, saat masih di Senat, mensponsori undang-undang yang menyediakan $1 miliar selama 5 tahun untuk membantu memulai sebuah “Jaringan Riset dan Pendidikan Nasional” yang dimaksudkan untuk melakukan bagi informasi apa yang dilakukan jalan-jalan bebas-hambatan bagi mobil-mobil. Jalan-jalan elektronik ini merupakan infrastruktur esensial dari ekonomi Dimensi Keempat.

10.

AKSELERASI

Semua perubahan ini lebih mempercepat laju operasi-operasi dan transaksi-transaksi. Ekonomi laju (economy of speed) menggantikan ekonomi skala (economy of scale). Persaingan begitu sengit dan kecepatan yang dibutuhkan begitu tinggi, sehingga aturan lama “waktu adalah uang” semakin diperbarui menjadi “setiap interval waktu bernilai lebih dari interval sebelumnya.” Waktu menjadi suatu variabel kritis seperti tecermin dalam pengiriman-pengiriman “just-in-time” dan tekanan untuk mengurangi DIP atau “decisions in process.” Rekayasa yang lamban, berurutan, langkah-demi-langkah digantikan oleh “rekayasa simultan.” Perusahaan-perusahaan melakukan “persaingan berdasar-waktu.” Mengungkap urgensi baru ini, seorang eksekutif puncak di Merrill Lynch mengatakan, “Uang bergerak pada kecepatan cahaya. Informasi harus bergerak lebih cepat.” Dus akselerasi mendorong bisnis Dimensi Keempat lebih dekat menuju real time. Dipandang bersama-sama, sepuluh ciri ekonomi Dimensi Keempat ini merupakan suatu perubahan monumental dalam cara kekayaan diciptakan. Peralihan Amerika Serikat, Jepang, Eropa, Australia, dan negara-negara maju lainnya di Asia ke sistem baru ini, meskipun belum tuntas, merupakan perubahan terpenting dalam ekonomi global sejak tersebarnya pabrik-pabrik yang dibawa oleh revolusi industri. Perubahan bersejarah ini, yang mulai melaju pada pertengahan 1970-an, sudah sangat maju dalam dekade ini. Namun, perubahan ini tampaknya belum mulai dibarengi oleh perubahan pemerintahan. Padahal pemerintah Dimensi Ketiga, seperti ekonomi Dimensi Ketiga, sedang berpacu menuju kehancuran.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

92


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

11. Pemerintah Dimensi Keempat Kita sekarang tahu bahwa cara kita menciptakan kekayaan dan cara kita memerintah terkait erat. Masyarakat-masyarakat dunia yang secara teknologi paling maju hari ini memiliki ekonomi 2-tingkat— sebagian berdasarkan produksi massa Dimensi Ketiga yang berkurang, sebagian berdasarkan teknologi-teknologi dan layanan-layanan Dimensi Keempat. Tak satu pun bangsa high-tech, Amerika Serikat atau Jepang sekalipun, telah menyempurnakan transisinya ke sistem ekonomi baru. Bangsabangsa yang sedang berkembang seperti Indonesia bahkan memiliki ekonomi 3-tingkat—sebagian besar berdasar pada Dimensi Ketiga, sebagian lagi yang sama-sama kecil pada Dimensi Kedua dan Keempat. Kita sudah mengerti bahwa perubahan-perubahan dalam ekonomi dan masyarakat juga sedang bekerja dalam pemerintahan. Pengetahuan, seperti kita telah lihat, telah menjadi kunci bagi produksi nilai ekonomi. Jadi pemerintah Dimensi Keempat memiliki banyak kesamaan ciri dengan ekonomi Dimensi Keempat. Jika kita membandingkan ciri-ciri baru pemerintahan dengan ciri-ciri ekonomi baru, kesejajarankesejajarannya kentara.

1. FAKTOR-FAKTOR PELAYANAN MASYARAKAT Seperti halnya tidak ada orang akan pernah sama sekali meremehkan pentingnya bahan-bahan mentah atau buruh dalam produksi, akan konyol mengabaikan unsur-unsur materi dalam kapasitas untuk pelayanan masyarakat. Tidak juga pernah ada masa ketika pengetahuan tidak penting dalam pemerintahan. Namun, sedang terjadi suatu revolusi yang menempatkan pengetahuan, dalam beraneka-ragam bentuk, di inti kekuatan pemerintah. Dalam produksi maupun pelayanan masyarakat pengetahuan mengurangi kebutuhan terhadap input-input lain. Satu indikator dari komponen pengetahuan yang meningkat dalam pemerintahan adalah komputerisasi. Hampir setiap aspek pemerintahan kini bisa diotomatkan, yang membutuhkan kemampuan untuk mengirim banyak data dalam berbagai bentuk. Informasi, data, dan pengetahuan kini dibutuhkan bahkan untuk fungsi-fungsi pemerintahan paling biasa. Kebanyakan fungsi tingkatdepartemen atau dinas bisa diotomasi dalam departemen atau dinas. Akan datang hari ketika kebanyakan pegawai pemerintah di kantor-kantor pemerintah dilengkapi dengan komputer, dan lebih banyak petugas dan aparat negara yang bertugas di lapangan membawa komputer daripada piranti tradisional mereka. Singkatnya, pengetahuan kini adalah sumberdaya sentral dari pelayanan masyarakat, seperti halnya ia sumberdaya sentral dari produktivitas.

2. NILAI-NILAI TANWUJUD Jika merebut inisiatif, kecerdasan dan komunikasi lebih baik, dan para pegawai yang lebih terlatih dan lebih termotivasi, semua lebih berarti daripada jumlah semata, maka kualitas pelayanan masyarakat bisa ditentukan lebih oleh faktor-faktor tanwujud dan sulit diangkakan daripada oleh faktor-faktor biasa yang mudah-dihitung yang dengannya para pemimpin Dimensi Ketiga kita terbiasa. Sebagaimana dalam hal metode-metode akuntansi usang dalam bisnis, literatur pemerintahan penuh dengan rumus kuantitatif yang mencoba membandingkan sumberdaya dari segi bilangan dan aset keras mereka, seperti berapa jumlah pegawai, anggaran belanja, gedung, tanah, atau alat berat yang dimiliki masing-masing pemerintah. Tapi ia tidak memberi banyak petunjuk tentang nilai-nilai

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

93


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

tanwujud yang semakin penting. Kelak ia mungkin memberitahu kita berapa banyak daya komputasi atau kemampuan komunikasi dimiliki setiap pemerintah. Satu aset tanwujud yang akan semakin penting dimiliki para manajer publik adalah intrapreneurship (yaitu semangat wirausaha dalam pengelolaan organisasi). Desakan utama menuju intrapreneurship adalah fakta bahwa pemerintah terus-menerus tertekan untuk menjaga pajak-pajak lokal tetap rendah. Pemerintah lokal ditantang untuk menggunakan cara-cara inovatif untuk justru menghasilkan uang yang sebaliknya akan perlu digalang dari pajak-pajak. Pemerintah ‘wirausaha’ ini menyadari aset-aset mereka dan menghasilkan pendapatan darinya. Penguangan aset-aset publik ini bisa dilakukan dalam empat cara: 1.

Memanfaatkan motif laba. Pemerintah jarang berpikir dari sudut menghasilkan uang. Tapi pemerintah biasanya memiliki tanah dan jasa-jasa yang bisa dijadikan usaha yang mendatangkan laba. Penjualan lahan untuk pembangunan atau jasa-jasa publik yang hanya menguntungkan sebagian individu, seperti lapangan golf atau marina, adalah contoh cara-cara pemerintah bisa menghasilkan uang.

2.

Mengenakan tarif pengguna. Tarif pengguna sudah cukup lazim untuk jasa-jasa seperti pemungutan sampah dan parkir. Namun, dalam sejumlah kasus jasa-jasa publik yang menguntungkan orang-orang kaya, seperti lapangan golf dan lapangan tenis, disubsidi oleh semua pembayar pajak. Alternatif yang mudah dan adil adalah mengenakan tarif pengguna kepada mereka yang memanfaatkan suatu jasa. Tarif pengguna itu tepat sepanjang jasa-jasa yang disediakan itu adalah barang-barang pribadi, bukan barang kolektif, yang memberi manfaat kepada masyarakat keseluruhan, seperti jasa-jasa kepolisian.

3.

Melakukan investasi berdasarkan keuntungan yang diharapkan. Pemerintah tradisinya berfokus pada memperkecil biaya-biaya, tetapi pemerintah wirausaha memperhatikan tidak hanya biaya tapi juga keuntungan potensial atas pengeluaran-pengeluaran. Ini menghendaki pemikiran jangka lebih panjang, yang secara politik mungkin sulit. Tetapi sudah ada contohcontoh di mana pengeluaran awal oleh pemerintah—seperti untuk melindungi lahan di bawah tekanan pembangunan yang kelak akan memerlukan investasi besar pemerintah—bisa menguntungkan dalam bentuk penghematan kelak.

4.

Menjadikan para manajer entrepreneur. Ada beberapa teknik untuk memungkinkan para manajer bekerja secara lebih berjiwa ‘kewirausahaan’. Dengan mereformasi sistem-sistem anggaran tradisional untuk memungkinkan departemen-departemen atau dinas-dinas menyimpan dana yang mereka hemat atau hasilkan, pemerintah memberi insentif kepada para manajer untuk menghemat dan menghasilkan uang. Memperkenalkan arisan pinjaman yang bisa dipinjam secara otomatis oleh para manajer, sampai batas tertentu, akan memberi mereka akses pada modal yang bisa mereka gunakan untuk maksud-maksud inovasi.

Pemerintah bisa menciptakan dana-dana usaha untuk menjalankan layanan-layanan tertentu. Berbeda dengan badan-badan yang dibiayai dari pendapatan umum, dana-dana usaha bersifat swadaya. Meski tidak cocok untuk semua layanan, dana-dana usaha bisa efektif untuk layanan-layanan yang diharapkan menopang diri baik sepenuhnya atau pun sebagiannya, seperti layanan air dan pembuangan. Karena segala dana yang mereka hasilkan atau hemat dikembalikan ke dana itu, para manajer dana usaha terdorong untuk membelanjakan lebih sedikit uang dan menghasilkan lebih banyak uang daripada para manajer lain. Satu tantangan dalam bidang ini adalah bahwa para manajer publik sering tidak mengetahui biayabiaya sesungguhnya dari layanan-layanan yang mereka sediakan. Angka-angka anggaran sering tidak memasukkan biaya-biaya tidak langsung seperti beban usaha (overhead), biaya modal, dan tunjangan pegawai. Jika mereka tidak tahu berapa yang mereka keluarkan, mereka tak mungkin mengejar keuntungan. Menentukan biaya-biaya sebenarnya membantu pemerintah pengusaha menemukan layanan-layanan apa yang sedang disubsidi dan membuat putusan-putusan tentang cara mengubah biaya-biaya menjadi pemasukan.

3. DEMASIFIKASI Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

94


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Demasifikasi dalam ekonomi dan masyarakat juga akan berlangsung dalam pemerintahan. Solusisolusi massa yang mencirikan pemerintahan Dimensi Ketiga tidak akan manjur untuk masalahmasalah sosial, ekonomi, dan politik spesifik. Pemerintah akan bergerak menuju demasifikasi pelayanan sejajar dengan demasifikasi produksi. Layanan-layanan pemerintah kerap tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan para pelanggan mereka, karena dana untuk layanan-layanan berasal bukan dari para pelanggan tetapi dari para wakil terpilih di legislatif. Seiring masyarakat menjadi lebih kompleks dan beragam, kebutuhan-kebutuhan dan selera-selera para pelanggan tidak lagi homogen, namun banyak pemerintah masih memberikan layanan-layanan standar. Pemerintah harus lebih berupaya untuk mengerti kebutuhan-kebutuhan para pelanggan dan memberi mereka pilihan penyedia. Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan selera-selera para pelanggannya, pemerintah perlu memberi mereka suara melaui metode-metode seperti survei, kontak pelanggan, wawancara pelanggan, dewan pelanggan, dan ombudsman. Namun, untuk merespon kebutuhan-kebutuhan para pelanggan, tidaklah cukup untuk tahu tentang kebutuhan-kebutuhan mereka. Juga perlu membiarkan mereka memiliki pilihan penyedia dengan menyerahkan sumberdaya ke tangan pelanggan lewat voucher dan bantuan tunai, misalnya. Pendekatan “sistem digerakkan-pelanggan” ini punya banyak manfaat: • •

• • •

Ia menjadikan para penyedia jasa bertanggung jawab kepada para pelanggan mereka: jika para pelanggan bisa memilih para penyedia mereka, para penyedia akan memenuhi kebutuhankebutuhan para pelanggan. Ia bisa mencegah pengaruh politik memilih para penyedia jasa itu. Bila badan publiknya yang memilih para penyedia, para politisi mungkin ikut campur dengan putusan itu. Dalam hal ini, para penyedia yang punya basis konstituen terbesarlah yang akan dipilih, tak memandang kualitas layanan yang bisa mereka sediakan. Ia merangsang lebih banyak inovasi. Persaingan akan membuat para penyedia menempuh cara paling efisien menyediakan jasa, sehingga mereka akan berinvestasi dalam inovasi. Ia memungkinkan para pelanggan memilih layanan yang mereka inginkan. Pendekatan ini kurang boros, karena kualitas dan kuantitas layanan ditentukan ketika penawaran memenuhi keinginan para pelanggan, bukannya ketika penawaran memenuhi keinginan legislatif.

Ada sejumlah keterbatasan dari pendekatan ini. Ia tak bisa diterapkan ke sektor regulasi, karena dalam hal ini pelanggan primernya bukanlah para individu melainkan komunitas secara keseluruhan. Pendekatan ini paling cocok diterapkan pada pemenuhan layanan. Kelemahan lain adalah bahwa ia tak bisa diterapkan jika pasar didominasi oleh situasi monopoli, dan jika persaingan atas suatu layanan akan menyebabkan ketidakefisienan, seperti dalam kasus rute-rute pemungutan sampah. Selain meletakkan sumberdaya di tangan para pelanggannya, pemerintah perlu merestrukturisasi birokrasi yang ada. Karena sistem-sistem publik tradisional dirancang bagi para administrator dan penyedia jasa, sulit untuk mengharapkan para manajer publik untuk melayani para pelanggan. Birokrasi perlu diubah dari sistem lama ke sistem baru yang “ramah-pengguna” maupun “transparan.” Para pelanggan seharusnya tidak dihadapkan dengan lika-liku program-program yang tersekat-sekat, persyaratan yang bertentangan, dan banyak formulir untuk diisi. Satu faktor kegagalan eksekusi berbagai kebijakan pengentasan kemiskinan pada tingkat operasional di negeri kita adalah ketiadaan data yang spesifik, selain masalah organisasi dan sosiologis. Ketiadaan data spesifik menyebabkan segala kebijakan pemerintah tidak mengenai sasaran. Ini lalu memunculkan pesimisme publik terhadap kebijakan-kebijakan lain pada waktu mendatang. Dalam kasus program Dana Kompensasi BBM atau Bantuan Langsung Tunai, contohnya, pemerintah hanya mengandalkan dua sumber data kemiskinan: data Susenas BPS dan data Keluarga (Pra)Sejahtera BKKBN. Walaupun kedua data ini punya keterbatasan tinggi, kita tak punya pilihan lain kecuali menggunakannya. Paling tidak, statistik ini bisa menjadi "tongkat pembimbing dalam kegelapan.” Jadi, masih lebih baik punya informasi—biarpun itu salah—daripada tanpa informasi sama sekali.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

95


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Sayangnya, data BPS dan BKKBN tidak bisa dipakai untuk poverty targeting yang bisa melacak siapa sesungguhnya yang berhak atas dana kompensasi itu. Data BPS dirancang untuk melihat kecenderungan umum kemiskinan yang diukur melalui suatu garis kemiskinan. Jadi, orang miskin di sini menjadi "anonim". Data ini tidak berguna untuk pengambilan kebijakan yang kental mengandung tujuan pembidikan. Sementara itu, data BKKBN bermasalah dalam penetapan definisi kemiskinan. Kendati data ini memiliki disagregasi atau pemilahan yang lebih baik daripada data BPS, indikator dan metodologi yang dipakainya bisa diperdebatkan. Akibatnya, perselisihan sering kali terjadi di lapangan ketika data ini dipakai untuk memisahkan kelompok miskin dan tak miskin dari target kebijakan. Di atas itu semua, kedua sumber data ini juga memiliki keterbatasan yang sama: mereka tak mampu menangkap karakter kemiskinan itu sendiri. Jadi, kedua data ini tidak tepat dipakai untuk menanggulangi problem kemiskinan jangka panjang. Padahal, isu kemiskinan adalah isu jangka panjang. Sejarah menunjukkan tidak ada proses instan dalam penanggulangan kemiskinan.

4. KERJA Kini umumnya dipahami bahwa ekonomi “cerdas� saat ini menerlukan para pekerja cerdas juga. Seiring kerja otot berkurang, banyak buruh tidak terampil semakin digantikan oleh lebih sedikit pekerja yang sangat terlatih dan mesin-mesin cerdas. Proses ini pun akan sempurna disejajarkan dalam pemerintahan, di mana piranti-piranti cerdas membutuhkan para aparat cerdas. Para pegawai yang kurang terdidik dulu bisa mengabdi dalam pemerintahan Dimensi Kedua dan Ketiga, tetapi mereka hanyalah menjadi beban bagi pemerintahpemerintah Dimensi Keempat seperti halnya para pekerja bodoh bagi industri-industri Dimensi Keempat. Pemerintahan baru membutuhkan aparat yang menggunakan otak mereka, bisa menghadapi keragaman penduduk dan budaya, yang bisa menenggang ambiguitas, mengambil prakarsa, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, bahkan sampai titik mempertanyakan otoritas. Kemauan untuk bertanya dan berpikir mungkin lebih berlaku dalam pemerintahan daripada dalam banyak bisnis. Tentu, pendidikan tinggi saat ini lebih umum dalam pemerintahan daripada dalam tingkat-tingkat tertinggi bisnis. Piranti-piranti pemerintah hanyalah secerdas orang-orang yang menggunakannya. Pegawai pemerintah masa ini bukanlah sekedar sekrup dari mesin pemerintahan. Dia adalah bagian dari suatu sistem interaktif yang luas dan kompleks yang didukung oleh sistem database masyarakat untuk menyediakan informasi latar, oleh para pejabat perencanaan dan inteligen, dan oleh para analis data. Pegawai itu harus mengolah jumlah besar data dan mengerti cara menyesuaikan diri ke dalam sistem yang lebih besar ini. Sebagai organisasi, kerja dari pemerintah Dimensi Keempat adalah berbasis-misi. Ini adalah pergeseran yang sangat mendasar dari kerja pemerintah Dimensi Ketiga yang berdasarkan aturan atau prosedur—sehingga disebut birokratis. Organisasi-organisasi publik harus digerakkan oleh misi mereka, bukan oleh aturan-aturan, apalagi anggaran mereka. Aturan-aturan tentang operasi, anggaran, personil, pengadaan, dan akuntansi tertanam dalam sistem-sistem berbasis-aturan, yang mengakibatkan pemborosan waktu dan ketidakefisienan dalam pemerintahan. Di sisi lain, organisasi-organisasi berbasis-misi membebaskan para pegawai mereka untuk menekuni misi organisasi, yang menghasilkan sistem-sistem yang lebih efisien, efektif, inovatif, dan luwes. Untuk menciptakan pemerintahan berbasis-misi, tumpukan-tumpukan aturan, regulasi, dan kegiatan usang harus dibuang. Dua bidang besar, penganggaran dan personil, sangat penting untuk dirombak. Prosedur-prosedur penganggaran perlu diubah untuk memberi insentif kepada para pegawai untuk menghemat uang, membebaskan sumberdaya untuk menguji ide-ide baru, memberi wewenang kepada para manajer untuk merespon perubahan keadaan, dan menciptakan lingkungan yang terduga. Menyederhanakan proses anggaran akan menghemat milyaran rupiah atas para auditor dan pejabat anggaran dan membebaskan para anggota legislatif untuk berfokus pada isu-isu penting.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

96


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Sistem-sistem personalia juga harus diubah. Dalam sistem yang sekarang, upah dan status didasarkan pada masa kerja, bukan kinerja. Promosi jabatan dikendalikan oleh bagian personalia, bukan para manajer, dan para pegawai yang tidak efektif tidak bisa dipecat sementara mereka yang cakap mungkin terkena PHK yang tak adil. Sistem-sistem kepegawaian perlu disusun ulang untuk menawarkan klasifikasi-klasifikasi pekerjaan dan kelompok-kelompok upah yang luas, gaji berbasispasar, gaji berdasar-kinerja, promosi dan PHK menurut kinerja bukannya senioritas, sistem perekrutan yang memungkinkan para manajer merekrut dan mempekerjakan orang-orang paling memenuhi syarat, dan suatu proses banding yang ramping bagi para pegawai yang diberhentikan. Badan-badan pemerintah perlu menciptakan mission statement, kemudian menciptakan suatu budaya seputar misi itu. Untuk mencapai ini, pemerintah perlu mengatasi mental “Kami selama ini melakukannya begini� dan keinginan oleh sejumlah pejabat terpilih untuk mempertahankan kontrol.

5. INOVASI Ciri lain dari pemerintah Dimensi Keempat adalah inisiatif tingkat-tinggi yang ditunjukkan oleh para pegawai pemerintah maupun warga. Sampai derajat yang tidak biasa dalam pemerintahan Dimensi Ketiga, inisiatif disambut baik sebagaimana ia semakin disambut baik dalam perusahaan-perusahaan cerdas yang kompetitif. Inovasi-inovasi bisa masuk ke dalam beberapa kategori berikut ini:

Pelayanan Berbasis-Komunitas Pemerintah bisa meningkatkan kinerjanya dengan menyertakan komunitas-komunitas dalam proses penyediaan layanan dan memberi mereka lebih banyak kendali, kadang bahkan sampai melimpahkan tanggung jawab atas pemenuhan layanan kepada komunitas-komunitas itu sendiri. Merangkul komunitas akan memberdayakan para warga yang menjadi sasaran dari layanan-layanan dan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Contohnya, pengawasan berbasis-komunitas, di mana polisi bekerjasama dengan rukun warga (RW) untuk menangani masalah-masalah mereka yang paling mendesak, telah sangat manjur di banyak tempat. Keterlibatan para orangtua, tokoh masyarakat, masjid dan gereja, dan para sukarelawan telah membuahkan perbaikan-perbaikan dalam layanan, seperti daur ulang sampah dan pendidikan umum. Para anggota komunitas bisa menambahkan pengetahuan khusus dan pengalaman yang tidak dipunyai para profesional dan birokrat. Dengan menarik layanan-layanan keluar komunitas-komunitas ke dalam birokrasi yang terpusat, kita telah melemahkan komunitas-komunitas kita dan menggerogoti para warga di dalamnya (John McKnight dalam Osborne dan Gaebler, 1992). Karena komunitaskomunitas lebih dekat dengan permasalahan mereka daripada para profesional pemerintah, mereka lebih bisa memahami dan menangani permasalahan itu; mereka juga lebih termotivasi, luwes, dan kreatif, dan sering bisa melaksanakan tugas-tugas secara lebih murah daripada para profesional pemerintah. Badan-badan pemerintah bisa membina kontrol komunitas dengan menghapus hambatan-hambatan yang ada; mendorong komunitas untuk menguasai layanan-layanan; menyediakan dana bergulir, pelatihan, dan bantuan teknis; dan menciptakan badan-badan penasehat warga. Namun, pemerintah pada akhirnya masih bertanggung jawab untuk memastikan layanan-layanan menjangkau mereka yang membutuhkannya.

Pelayanan Kompetitif Persaingan mungkin adalah unsur terpenting untuk meningkatkan mutu dan keefektivan layananlayanan pemerintah. Memasukkan persaingan tidak mesti berarti bahwa suatu layanan akan diserahkan ke sektor swasta; melainkan, fungsi krusial persaingan adalah mengakhiri monopolimonopoli pemerintah. Sementara kita mengritik monopoli-monopoli swasta, kita sudah lama mengizinkan struktur-sturktur monopoli dalam pemerintahan kita.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

97


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Jika para penyedia jasa diharuskan bersaing, mereka menjaga biaya-biaya mereka tetap rendah, menanggapi dengan cepat permintaan-permintaan yang berubah, dan bekerja keras untuk memuaskan para pelanggan. Monopoli, di sisi lain, mematikan inovasi, karena birokrasi yang mendarah daging dan kaum yang secara politik berkuasa sering mengendalikannya. Persaingan bahkan bisa mendongkrak moril di kalangan pekerja sektor publik, karena mereka menerima pengakuan publik ketika mereka sukses. Persaingan bisa masuk dalam berbagai bentuk, termasuk memungkinkan badan-badan pemerintah bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta, menjadikan perusahaan-perusahaan swasta saling bersaing, bahkan memupuk persaingan di antara badan-badan pemerintah. Bukan hanya layananlayann yang disediakan bagi publik, tapi juga layanan-layanan internal seperti percetakan, akuntansi, pengadaan, dan jasa reparasi, bisa dibuat lebih efisien dan responsif dengan memasukkan persaingan. Paling sering, persaingan ada dalam bentuk mengontrakkan layanan-layanan ke sektor swasta. Namun, ini beresiko. Pengontrakan bisa sulit karena ia memerlukan keahlian dalam menulis dan memantau kontrak-kontrak. Dalam banyak kasus, ada kemungkinan bahwa satu kontraktor pada akhirnya akan mengembangkan monopoli; jika ini terjadi dan sektor publiknya tak lagi punya kapasitas untuk melaksanakan tugas itu, mereka berlutut di kaki perusahaan swasta itu jika ia memutuskan menaikkan harga-harganya. Kontrak-kontrak bisa juga secara tidak adil diberikan kepada para penyumbang politik. Pemerintah harus menciptakan aturan-aturan pasar yang menjamin persamaan dan memantau para penyedia jasa agar mereka tetap bertanggung jawab atas kinerja mereka.

Pelayanan Berorientasi-Hasil Pemerintah-pemerintah selama ini berfokus pada input tetapi mengabaikan hasil. Di bawah sistem tradisional para pegawai cenderung melindungi pekerjaan mereka dan mengejar anggaran lebih besar, staf lebih besar, dan lebih banyak wewenang. Orientasi ini perlu diubah menjadi orientasi hasil atau kinerja, yang menghendaki cara-cara baru mengukur dan mengganjar hasil-hasil dalam berbagai bidang, seperti pelatihan kerja, pendidikan kejuruan, perumahan, pembangunan jalan, bahkan pengadilan. Ada 3 kemungkinan pendekatan terhadap pengukuran kinerja yang bisa diambil pemerintah. Pertama, gunakan sistem bayar-untuk-kinerja untuk mengganjar para pegawai yang berkinerja-tinggi. Kedua, melalui Total Quality Management (TQM) kelola demi hasil-hasil bukannya dengan perkiraan. Ketiga, anggaran demi hasil-hasil. Sistem-sistem anggaran harus membiayai hasil-hasil bukannya input. Untuk mencapai ini, tujuan-tujuan output (kuantitas) dan hasil (kualitas) ditentukan.

6. SKALA Skala juga berubah sejajar. Keterbatasan anggaran dalam banyak departemen atau dinas pemerintah akan memaksa para manajer publik untuk merampingkan personil mereka. Tapi tekanan-tekanan lain mendesak ke arah yang sama. Para perencana pembangunan menemukan bahwa unit-unit lebih kecil sebenarnya bisa memberikan lebih banyak hasil untuk uang yang sama. Sebagaimana dalam ekonomi, lebih sedikit orang dengan teknologi cerdas bisa melaksanakan lebih banyak daripada banyak orang dengan peralatan mekanis masa lalu.

7. ORGANISASI Perubahan-perubahan dalam struktur organisasi pemerintah juga mengikuti perkembanganperkembangan dalam dunia bisnis. Seperti bisnis Dimensi Keempat, pemerintah telah melonggarkan kontrol top-down-nya yang kaku. Salah satu prinsip pemerintahan Dimensi Keempat adalah arus bebas informasi dari lapangan. Desentralisasi pemerintahan mencapai maksud ini. Pengambilan putusan terpusat telah melumpuhkan

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

98


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

kemampuan organisasi-organisasi untuk merespon berbagai tantangan. Dalam suatu sistem terpusat, ilmu berkumpul di puncak sebuah organisasi tempat para pengambil putusan tercerabut jauh dari realitas ‘garis depan’. Organisasi-organisasi terdesentralisir berusaha memberdayakan orang-orang yang berada dalam posisi terbaik untuk mengembangkan solusi-solusi efektif dan inovatif terhadap permasalahan. Umumnya, orang-orang berada di dasar hirarki organisasi. Ada banyak keuntungan dari mendesentralisir otoritas. Organisasi-organisasi menjadi lebih fleksibel. Mereka lebih mampu merespon perubahan lingkungan dan perubahan kebutuhan pelanggan apabila orang-orang yang memahami seluk-beluk suatu situasi bisa mengambil keputusan-keputusan. Ini juga membuat lembaga-lembaga lebih efektif. Perbaikan-perbaikan pada organisasi dan pemecahan masalah terjadi dengan cepat dengan manfaat tambahan berupa munculnya rasa memiliki solusi itu oleh para pegawai. Dus, desentralisasi memungkinkan inovasi. Mempercayakan suatu derajat wewenang pengambilan putusan kepada para pegawai meningkatkan komitmen dan moril yang kemudian menghasilkan peningkatan produktivitas. Satu unsur dari desentralisasi adalah gagasan kerja tim. Lembaga-lembaga pemerintah berorientasitugas dan, karena itu, harus gesit. Tujuan mereka adalah mencapai hasil-hasil. Saat tugas-tugas berubah, begitu juga struktur dan prosedur mereka harus berubah. Satu cara untuk melakukan ini adalah membangun tim-tim yang bersatu seputar suatu masalah tertentu, menemukan suatu solusi, dan bubar untuk dibentuk kembali ketika masalah lainnya muncul. Ini berguna untuk mewujudkan tujuan langsung menyelesaikan suatu masalah tapi ia juga mengaburkan batas-batas yang ada dalam banyak organisasi hirarkis. Sudut-sudut pandang berbeda dipadukan ke dalam solusi-solusi dan, yang lebih penting, jaringan-jaringan lintar departemen dikembangkan yang meningkatkan kemampuan sebuah organisasi untuk merespon tantangan-tantangan mendatang. Mengingat kesulitan-kesulitan yang saat ini dimiliki pemerintah pusat dalam menghadapi masalahmasalah sosial, desentralisasi tidak berarti pemerintah pusat tak diperlukan lagi. Ia hanya berarti bahwa pemerintah-pemerintah lokal berada dalam posisi lebih baik untuk mengembangkan solusisolusi yang lebih efektif dan inovatif terhadap banyak masalah sosial. Pemerintah pusat akan mengemban peran pengarah yang menetapkan tujuan-tujuan dan memungkinkan mekanismemekanisme paling sesuai, dan lembaga-lembaga pemerintah lokal berperan mengambil putusanputusan untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Inti dari desentralisasi adalah sejauh mana para pegawai ‘garis depan’ memiliki pengetahuan yang bisa meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga untuk memberikan layanan. Birokrasi terpusat menghambat inovasi dan keluwesan karena informasi harus lebih dulu mengalir naik ke para pengambil putusan yang sedikit tahu tentang situasinya sebelum suatu putusan diambil. Sering putusan-putusan ini tidak sesuai. Mengalihkan wewenang pengambilan putusan ke orang-orang dan organisasi-organisasi yang mengurusi permasalahan secara rutin akan menghasilkan solusi-solusi yang lebih efektif dan inovatif. Dalam kerangka negara-bangsa, struktur organisasi pemerintahan Dimensi Keempat yang optimal adalah 2-tingkat, yaitu pemerintah pusat atau nasional dan pemerintah lokal (kota atau kabupaten). Bagi negara-negara dengan luas wilayah yang besar (seperti Amerika Serikat, Rusia, Cina, India, Indonesia) yang memiliki struktur pemerintahan 3-tingkat, perampingan organisasi ini berarti menghapuskan sama sekali, atau setidaknya merampingkan secara besar-besaran, pemerintahan tingkat-menengah, yang di Indonesia atau Cina disebut provinsi, atau di Australia negara bagian. Bila pemerintah-pemerintah provinsi hendak dipertahankan ketimbang dihapuskan karena pertimbangan ongkos yang terlampau besar dari segi uang maupun kestabilan politik, ekonomi dan sosial, mereka seharusnya hanya menjalankan peran sebagai koordinator dan wakil pemerintah pusat, sehingga mereka tidak memiliki kekuasaan otonom dan gubernurnya tidak dipilih oleh rakyat melainkan ditunjuk oleh presiden. Karena gubernur hanyalah koordinator dan wakil pemerintah nasional, staf pembantunya tidak perlu besar, mungkin 50 sampai 100 orang. Alasan utama mengapa pemerintah provinsi perlu dihapuskan atau dide-otonomikan adalah karena “pemilik sejati” para penduduk suatu negara adalah daerah-daerah otonom terkecil tempat mereka tinggal secara fisik—yaitu, kotamadya atau kabupaten.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

99


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Ini menjelaskan mengapa, misalnya, persoalan sosial, khususnya kemiskinan, dewasa ini bukanlah masalah di tingkat makro, tetapi mikro. Pengumpulan data, analisis, dan pengambilan kebijakan harus dilakukan di level mikro. Di sini jelas peran pemerintah kota atau kabupaten menjadi krusial karena merekalah yang (seharusnya) mengenal karakter warga, tipologi pekerjaan, geografi-budaya, dan sebagainya. Level mikro berimplikasi pada upaya mendekatkan jarak antara jantung persoalan dan jantung pengambilan kebijakan. Sering sekali terjadi, jarak antara kedua jantung ini terlalu jauh dan butuh waktu tempuh panjang hingga keduanya berinteraksi. Akibatnya, kebijakan memiliki potensi bias yang besar, selain juga kehilangan timing-nya. Level mikro juga berarti data, interpretasi, dan penetapan kebijakan digagas oleh mereka yang berada di level lokal, yakni si miskin itu sendiri dan pemegang otoritas kebijakan. Tugas si miskin adalah menceritakan persoalan kemiskinannya. Tugas si analis adalah merekamnya menjadi data yang sistematis dan andal. Tugas penentu kebijakan adalah menggunakan kewenangannya untuk menyelesaikan persoalan. Ketiganya mendialogkan cara-cara penyelesaian, menjalankan, serta memantau hasilnya dengan indikator yang ditetapkan bersama.

8. INTEGRASI SISTEM-SISTEM Kompleksitas yang meningkat dari pemerintahan memberi arti penting yang lebih besar lagi pada istilah “integrasi.” Dalam pemerintahan lokal, para manajer publik harus “men-dekonflik” masyarakat, yaitu memastikan bahwa peraturan-peraturan lokal tidak berbenturan dengan peraturan-peraturan tingkat nasional. Dalam penerapan otonomi daerah, ada kecenderungan besar munculnya ribuan peraturan daerah (perda) yang tidak layak. Salah satu alasan ketidaklayakan perda-perda itu adalah bahwa mereka kontraproduktif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Mengapa para pelaksana pemerintahan daerah, baik eksekutif maupun legislatif, menghasilkan banyak produk yang bisa dikatakan tidak matang, dalam arti tidak melalui proses penggodokan yang komprehensif? Ketidakmatangan produk peraturan daerah itu disebabkan tidak matangnya elit daerah. Reformasi yang datang bagai air bah tiba-tiba menggulung begitu banyak elite daerah yang matang namun korup dalam godokan Orde Baru. Setelah air bah berlalu, muncul tunas-tunas muda yang bersih dan penuh semangat pembaruan. Sayang, karena masih muda, elite politik baru itu tidak bijaksana dan memiliki jarak pandang yang pendek. Ketidakbijaksanaan mereka tecermin dari semangat membuat begitu banyak perda pungutan kepada rakyat. Sedangkan pandangan pendek tecermin dari cara mereka membuat kebijakan publik yang hanya mempertimbangkan kebutuhan jangka pendek. Misalnya, untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) mereka mengambil kebijakan membuat aneka macam perda yang akan memungut dana sebesar-besarnya dari masyarakat. Dalam bulan-bulan pertama, cara itu bisa meningkatkan kas daerah. Namun, hal itu tidak akan berlangsung lama karena pungutan di sana-sini akan memberatkan dunia usaha. Perusahaan akan mengalami penurunan keuntungan yang luar biasa. Penurunan keuntungan merupakan ancaman kelangsungan hidup perusahaan karena hanya dengan keuntungan yang cukup besar, kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin di tengah tingginya tingkat persaingan. Penyelesaian masalah ini adalah pembalikan cara pikir para manajer publik lokal. Cara pikir yang hanya berorientasi pada menarik upeti sebesar mungkin dari masyarakat harus dibuang. Perda yang kontraproduktif perlu dibatalkan. Yang harus dipikirkan adalah bagaimana menciptakan iklim usaha yang kondusif, antara lain dengan memberi aneka insentif berupa keringanan pajak dan pungutan lain, perbaikan infrastruktur dan perluasan pasar. Yang akan memungkinkan pendekonflikan masyarakat ini bukan hanya daya komputasi dan basisbasis data, tapi juga integrasi sistem oleh pemerintah.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

100


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

9. INFRASTRUKTUR Seperti bisnis Dimensi Keempat, sebuah pemerintah Dimensi Keempat mensyaratkan suatu infrastruktur elektronik yang besar dan terjaring. Tanpa ini, integrasi sistem akan mustahil. E-Government (singkatan dari electronic government, juga dikenal sebagai e-gov, pemerintahan digital, atau pemerintahan online) adalah infrastruktur elektronik di mana pemerintah menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk bertukar informasi dan layanan-layanan dengan para warga, bisnis, dan tangan-tangan lain pemerintah. E-Gov bisa diterapkan oleh eksekutif, legislatif, atau yudikatif, untuk meningkatkan efisiensi internal, pemenuhan layanan-layanan publik, atau proses-proses pemerintahan demokratis. Model-model pelaksanaan primernya adalah Pemerintah-ke-Warga atau Pemerintah-ke-Pelanggan (G2C), Pemerintah-ke-Bisnis (G2B) dan Pemerintah-ke-Pemerintah (G2G). Manfaat-manfaat terpenting dari e-gov mencakup efisiensi yang lebih baik, kemudahan, dan keterjangkauan yang lebih baik dari layanan-layanan umum. Walaupun e-gov sering dibayangkan sebagai “pemerintahan online” atau pemerintahan berbasisInternet”, banyak teknologi “pemerintahan elektronik” berbasis non-Internet bisa digunakan dalam konteks ini, termasuk telepon, faks, PDA, pesan SMS, MMS, dan 3G, GPRS, WiFi, WiMAX dan Bluetooth. Teknologi-teknologi lain bisa meliputi CCTV, sistem-sistem pelacakan, identifikasi biometrik, manajemen dan penegakan peraturan lalu lintas jalan, kartu identitas, kartu cerdas dan aplikasi-aplikasi NFC lainnya; teknologi stasiun jajak-pendapat (di mana e-voting non-online sedang dipertimbangkan), penyampaian layanan-layanan pemerintah berbasis-TV dan radio, email, fasilitasfasilitas komunitas online, mailing list elektronik, chat online, dan teknologi-teknologi instant messaging. Macam-macam peningkatan yang diupayakan oleh para pendukung e-democracy dibingkai dari segi membuat proses-proses lebih terjangkau; membuat partisipasi warga dalam pengambilan-putusan kebijakan publik lebih meluas dan langsung agar memungkinkan pengaruh yang lebih luas dalam hasil-hasil kebijakan karena lebih banyak orang yang terlibat bisa membuahkan kebijakan-kebijakan yang lebih cerdas; meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban; dan menjaga pemerintah lebih dekat ke kehendak rakyat, yang meningkatkan legitimasi politiknya. Tanpa “sistem saraf” ini integrasi sistem atas upaya pemerintah akan mustahil dan permasalah sosial, ekonomi, dan politik lokal akan langgeng.

10.

AKSELERASI

Kecepatan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah Dimensi Keempat akan sangat tinggi. Peningkatan kecepatan pelayanan ini (seperti kecepatan yang meningkat dari transaksi-transaksi ekonomi) didorong oleh komputer, telekomunikasi, dan satelit. Dalam kebanyakan negara-bangsa saat ini digunakan dua moda pemerintahan, Dimensi Ketiga dan Dimensi Keempat. Kebanyakan negara-bangsa berkembang seperti Indonesia adalah “mesin pemerintahan” konvensional. Mesin-mesin adalah teknologi fisik dari era Dimensi Ketiga, ampuh tapi bodoh. Sebaliknya, negara-negara maju bukanlah sebuah mesin, tapi suatu sistem dengan masukan internal, komunikasi, dan kemampuan penyesuaian pengaturan-diri. Bahkan, mereka adalah suatu “sistem berpikir” Dimensi Keempat. Hanya jika prinsip ini sepenuhnya dipahami kita bisa menerawang masa depan permasalahan sosial, ekonomi, dan politik, dan karena itu macam solusi yang akan dibutuhkan masa depan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

101


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

12. Pendidikan Dimensi Keempat Perubahan paling mendasar, dan mungkin paling penting dalam abad 21 akan ada dalam sekolahsekolah kita. Para warga dunia kita akan terbagi ke dalam 2 kubu dunia: mereka yang bisa bangkit dalam Dimensi Keempat, dan mereka yang masih terjebak dalam Dimensi Kedua dan Ketiga. Dengan kemajuan teknologi, komputer, robotika, dan kecerdasan buatan, mereka yang telah mengandalkan tugas-tugas rutin untuk menghasilkan nafkah akan digantikan oleh mekanisasi murah, atau terperangkap pada upah-upah yang selamanya tertekan. Orang-orang tidak terampil di Jakarta, Bangladesh atau Los Angeles akan bernasib sama. Kelompok satunya telah membuat lompatan ke dalam milenium ini dalam pekerjaan-pekerjaan yang sangat bersaing. Mereka yang tahu cara menggabungkan beragam ilmu dan sumberdaya akan sangat dibutuhkan dan akan menerima gaji-gaji dan royalti-royalti tinggi. Pasar global akan mengangkat ketrampilan-ketrampilan unggul; mereka dengan bakat yang biasa-biasa saja tetap menghasilkan nafkah, tapi tidak akan pernah menjadi kaya. Inilah tantangan bagi pemerintah abad-21. Jika negara adalah suatu tempat fisik yang ditentukan oleh orang-orang yang hidup di dalamnya, maka taraf hidupnya ditentukan oleh penghasilan kolektif penduduknya. Segala hal lainnya—perseroan-perseroan, bank-bank, bursa saham—ada hanya dalam Dimensi Keempat, dan kecil hubungannya dengan gagasan-gagasan negara (kecuali orang-orang yang bekerja di dalamnya). Dalam dunia semacam ini, jika pemerintah bisa memiliki hanya satu fungsi, pendidikan seharusnyalah fungsi itu. Tiada lainnya yang disediakan pemerintah—jalan-jalan, hukum-hukum pajak, peraturanperaturan, pertahanan, polisi—bahkan mendekati arti penting dari pendidikan. Jika pendidikan terurus, membantu orang-orang memperoleh taraf hidup yang tinggi dan bersaing dalam pasar global akan mengikuti secara alami. Tanpa pendidikan, pada waktunya, ekonomi ambruk, pendapatan pajak anjlok, etika dan akhlak berubah jadi kekacauan, obat terlarang dan kekerasan berkuasa, teknologi dan pertahanan memburuk, demokrasi rusak, infrastruktur memburuk—semuanya nihil. Kini, mari kita tengok kondisi-kondisi sistem pendidikan di Indonesia saat ini. Yang pertama dan utama mungkin adalah anggaran yang angkanya menyedihkan rendahnya jika dibandingkan dengan amanat konstitusi dan undang-undang kita. Mengacu pada Pasal 31 Amandemen UUD 1945, UU SPN (Sistem Pendidikan Nasional) No. 20/2003, dan Konvensi Dakkar, pemerintah wajib menyediakan pendidikan bermutu secara gratis kepada setiap warga negara. Secara rinci, Pasal 49 UU SPN itu menyatakan, "Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)". Ternyata anggaran pendidikan—seperti disampaikan dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI di depan sidang DPR 15 Agustus 2003—ditetapkan sebesar kurang lebih Rp 15,2 triliun (berarti hanya 4,12% dari anggaran pendapatan negara sebesar Rp 343,9 triliun dan anggaran belanja negara yang sebesar Rp 368,8 triliun). Dalam anggaran tahun 2007 pun, sektor pendidikan belum menerima anggaran minimalnya; jumlah sekitar 15% itu pun sudah mencakup gaji tenaga pendidik. Pada 2007 hanya pemerintah provinsi DKI Jakarta yang sudah memenuhi amanat undang-undang itu. Mereka pun menaikkan gaji dan tunjangan para guru sehingga setiap bulan rata-rata guru membawa pulang penghasilan lebih dari Rp 4 juta. Inilah pelanggaran awal oleh pemerintah terhadap UU SPN. Dalam konteks negara yang sedang mengalami krisis multidimensional, alasan keterbatasan dana pemerintah sering diajukan kepada masyarakat untuk dipahami dan diterima. Jadi muncullah masalah kedua dalam pendidikan kita, yaitu tingkat kesejahteraan yang tolok ukur utamanya adalah penghasilan. Untuk mengemukakan kasus-kasus ekstrim, di negara kita ada para

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

102


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

guru yang harus menjadi tukang ojek dan kepala sekolah yang menjadi pemulung sampah sepulang mengajar di sekolah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka, kebutuhan yang sederhana... bukan yang mengada-ada. Di negara maju seperti Jepang dan AS, penghasilan para guru, apalagi para profesornya, amat memadai. Dengan begitu, tidak ada profesor yang bekerja di tempat lain (alias nyambi), kecuali di bidang pendidikan. Di sana, bila ada seorang direktur industri atau instansi dipanggil untuk menjabat profesor di salah satu perguruan tinggi, jabatannya akan ditinggalkan. Karena, jabatan profesor di perguruan tinggi lebih terhormat dan penghasilannya meningkat. Keadaan ini berbeda dengan situasi perguruan tinggi di Indonesia. Bila seorang profesor diminta menjadi direktur salah satu industri atau instansi, jabatan di perguruan tingginya akan ditinggalkan. Karena, penghasilan profesor di perguruan tinggi Indonesia rendah. Kemudian, sekolah-sekolah kita kurang dibekali untuk tantangan-tantangan ke depan. Kecuali mungkin overhead projector dan kapur tulis warna, mereka identik dengan sekolah-sekolah abad pertengahan. Tigapuluh sampai 40 bangku menghadap seorang guru yang kewalahan yang berceramah tentang ini atau itu, sementara para siswa menengok keluar jendela. Lalu ada “tes,” lonceng berbunyi, dan mereka mengikuti kelas berikutnya. Sistem sekolah masa lalu sangat cocok dengan Zaman Industri. Namun sekolah-sekolah kita saat ini masih meniru sistem pabrik yang birokratis dan hirarkis, di mana setiap orang berada dalam satu tempat dari awal sampai akhir giliran (shift) kerja, yang sampai di situ para siswa bisa pulang. Sering sekali, sang pengajar memuntahkan doktrin-doktrin yang tak boleh dipertanyakan, dan para siswa dengan membabi-buta menjalankan perintah-perintah. Bagi sebagian siswa, jalur perakitan ini terlalu mudah, yang menyebabkan kejemuan dan frustrasi karena potensi yang mentok. Bagi para siswa lainnya, jalurnya terlalu sulit, yang menyebabkan rasa minder dan rasa tertolak. Mana pun keadaannya, masyarakatlah yang rugi karena tidak bisa menghimpun semua sumberdaya manusianya.

Ruang-Ruang Sekolah Tanpa Dinding Negara-negara yang berjaya dalam abad 21 ini adalah negara-negara yang mengadaptasikan sistemsistem pendidikan mereka dengan Dimensi Keempat. Orang-orang tidak hanya akan perlu menyelesaikan masalah-masalah, tapi juga menentukan masalah-masalah yang perlu dipecahkan. Mereka akan termotivasi sendiri, beradaptasi dengan mudah ke kerja tim, menggabungkan ilmu dari banyak disiplin, dan akrab dengan media elektronik sebagai sumber dan medium pengetahuan. Tapi bagaimana ini bisa diterjemahkan dalam sekolah-sekolah kita? Untuk beradaptasi dengan Dimensi Keempat, sekolah-sekolah perlu menggunakan alat-alat Dimensi Keempat: sistem multimedia interaktif dan teknologi komputer, yang digabung dengan stimulasi indera yang meningkat (suara dan visual 3-D). Tak seperti buku-buku, di mana ilmu disajikan secara linier halaman demi halaman, sistem baru akan memungkinkan ilmu untuk secara bebas “dijelajahi” oleh sang siswa. Sistem-sistem macam ini bisa didistribusikan ke semua siswa—di pinggir kota, di tengah kota, di daerah-daerah pedesaan—dan menyediakan akses yang sama terhadap ilmu. Mereka akan memadukan pandangan-pandangan dari para spesialis terkemuka dalam bidang yang sedang dikaji dan teknik mengajar terbaik. Para siswa akan maju dengan irama kerjanya sendiri. Pendidikan yang dirancang ulang dengan cara ini meniru realitas: indera-indera digunakan secara serentak, ilmu bisa “disentuh” dan “dirasakan,” dan si siswa bebas untuk berhenti dan menjelajahi. Khususnya bagi anak-anak, pendidikan multimedia bisa jauh lebih menarik daripada buku cetak; belajar bisa dibuat mengasyikkan tanpa mengompromikan integritas dan mutu pendidikan. Sementara itu, si siswa mencari-cari alat-alat dan sumberdaya-sumberdaya baru dalam banyak database elektronik; bekerjasama dengan para siswa lain dengan e-mail, telepon, atau videokonferensi; dan menguasai semua ketrampilan yang diperlukan dalam ekonomi masa depan. Ilmu menjadi bersifat lintas-disiplin. Bahkan hal yang tampaknya main-main seperti mengorganisir lomba go-cart bisa menjadi suatu jangkar yang menyatukan pikiran atas riset dalam berbagai bidang:

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

103


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

para siswa bisa mempelajari fisika Newton, menelaah perkakas-perkakas tangan yang lazim, atau mungkin memrogram alat-alat mesin robotik. Lalu mereka bisa meneliti perlombaan-perlombaan masa lalu, menulis aturan-aturan main menggunakan prinsip-prinsip etika, merancang sistem pengaturan dan penjurian, menghitung biaya-biaya, dan bahkan mungkin menerjemahkan hasil-hasil mereka ke dalam bahasa-bahasa lain. Dalam abad 21, para karyawan yang paling dicari adalah para pakar dalam memadukan banyak disiplin. Peran perpustakaan juga akan berubah. Seiring badan pengetahuan kita terus berkembang, perpustakaan-perpustakaan yang berbasis buku-buku akan digantikan oleh media elektronik. Kamuskamus elektronik, misalnya, menawarkan akses lebih cepat pada data dan perujukan-silang yang cepat. Ensiklopedia-ensiklopedia elektronik sudah mengalahkan penjualan versi-versi cetak. Bahkan Wikipedia (www.wikipedia.org), ensiklopedia gratis dan terbesar di Internet, telah menempati peringkat ke-8 dari segi angka kunjungan oleh para penjelajah Internet di seluruh dunia. Wikipedia kini tersedia dalam puluhan bahasa dunia, dan setiap hari jumlah topik atau entrinya bertambah. Dalam format elektronik (seperti PDF atau Portable Document Format), artikel-artikel majalah dan buku-buku dengan sekejap di-scan dan dipilah. Tampilan-tampilan grafis baru akan sejernih, seterbaca, dan seportabel buku. Generasi Milenium yang tumbuh dewasa dengan media-media ini akan memandang buku-buku selulose lebih sebagai pengumpul debu daripada sumber ilmu atau pencerahan. Bukannya bahwa informasi dalam buku-buku itu yang akan digantikan, tapi medium penyampaian informasi itu yang akan berubah secara radikal. Mungkin yang lebih penting lagi, para siswa sendiri akan menjadi database. Dengan menghubungkan terminal-terminal secara elektronik, para siswa bisa bertukar ide-ide dengan teman-teman sebaya di seluruh dunia. Menjajaki hobi-hobi bersama dan menggarap proyek-proyek bersama mengembangkan ketrampilan komunikasi memberi-dan-menerima yang vital dan empati terhadap budaya-budaya lain. Alam semesta menjadi satu ruang kelas tanpa dinding. Di tengah-tengah perubahan-perubahan ini, peran tradisional guru akan dirumuskan ulang. Sekumpulan baru “pengajar selebriti� akan tumbuh yang keahliannya direproduksi berjuta-juta kali lewat media elektronik. Di belakang layar, sebuah industri berisi para pemrogram, spesialis multimedia, dan pendidik akan menghasilkan skrip-skrip interaktif yang dirancang untuk merangsang dan mengembangkan semua jiwa ke arah potensi-potensi maksimum mereka. Para guru kelas akan tetap ada, karena sekalipun dalam Dimensi Keempat, tak ada pengganti bagi sentuhan manusia. Tetapi mereka akan bertindak lebih sebagai fasilitator, yang memastikan si siswa mengerjakan materi yang benar, dan bahwa dia menghasilkan kemajuan. Mereka akan menantang, membimbing, dan membawa para siswa ke potensi penuh mereka sebagai manusia, sebagai individu. Dalam abad 21, ijazah sekolah akan hilang. Para majikan atau perusahaan akan lebih tertarik pada apa yang diketahui seorang siswa sekarang ini, daripada apa yang dia dulu tahu. Karena kemajuan ilmu, belajar akan menjadi bukan suatu peristiwa satu-kali seperti vaksinasi, melainkan suatu proses sinambung selama hayat. Kita akan temukan sistem-sistem belajar dalam pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan, bahkan yang kecil. Universitas-universitas tidak akan menyerupai lembaga abad-20. Mereka akan terus mendidik kaum muda, tapi mereka akan juga menawarkan pendidikan seumur-hidup kepada orang-orang segala usia. Dan dengan sistem belajar multimedia, tak masuk akal bagi para profesor menyampaikan kuliah yang sama tiap semester ke 300 atau 1.000 mahasiswa. Lebih baik universitas merekam secara audiovisual ceramah-ceramah yang bagus satu kali untuk didistribusikan secara luas dan memungkinkan para profesor meluangkan waktu dalam kelompok-kelompok kecil pada kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah perorangan. Dengan perubahan-perubahan ini, akan ada lebih banyak pembelajaran yang dilakukan dengan lebih sedikit biaya, karena begitu infrastruktur dasarnya sudah ada, sumberdaya-sumberdaya mahal bisa digunakan bersama lintas universitas, pengajaran bisa disemiotomatkan, dan biaya menambah seorang mahasiswa dengan terminal di rumah hampir nihil.

Apa Yang Saya Lakukan Terhadap Anak? Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

104


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Para orangtua dari Generasi Milenium mencemaskan posisi anak-anak mereka seiring kita berbenturan dengan masa depan. Bagi banyak orangtua, langkah pertama menuju pendidikan berkualitas adalah mengontrol televisi di rumah dengan memilih acara dan membatasi tontonan. Mereka juga akan melatih anak-anak mereka dalam penggunaan komputer, yang akan dilengkapi dengan software yang menawarkan keseimbangan yang tepat antara hiburan dan pendidikan. Lebih banyak orangtua akan menggunakan Internet untuk mengarahkan kaum remaja mereka ke forum-forum atau database-database yang sesuai, memanfaatkan keampuhan jaringan untuk tugas sekolah dan hobi mereka. Mereka mendorong pemakaian forum-forum e-mail dan jaringan sosial seperti MySpace.com di mana anak-anak bisa bertukar ide-ide dengan teman-teman sebaya mereka, apakah mereka di Asia, Eropa, Amerika Utara, atau tempat lain. Terpenting, para orangtua akan menyadari bahwa piranti-piranti elektronik baru hanyalah alat-alat untuk masa depan. Tak ada pengganti bagi meluangkan waktu dengan anak-anak kita, dan berbagi ide-ide dan masalah-masalah. Dengan begitu, keluarga menjadi titik dasar, sumber inspirasi, yang menjalin pelajaran-pelajaran di sekolah dengan pelajaran-pelajaran di rumah untuk membuat suatu kesatuan.

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

105


BIG Government: ‘Musuh’ Kemakmuran Bangsa oleh Hendy Kusmarian

Daftar Pustaka 1.

Ahmad, Mirza Bashiruddin Mahmud. 1992. Inqilabi Haqiqi (Revolusi Sejati). Bandung: Jemaat Ahmadiyah Bandung 2. Ahmad, Mirza Bashiruddin Mahmud. 1989. Pengantar Untuk Mempelajari Alquran. Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia 3. Ahmad, Mirza Bashiruddin Mahmud. 1959. Ahmadiyyat Or The True Islam. Rabwah: Ahmadiyya Muslim Foreign Mission Office, Tahrik-i-Jadid Anjuman Ahmadiyya Pakistan 4. Ahmad, Mirza Ghulam. 1984. Filsafat Ajaran Islam. Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia 5. Amien, A. Mappadjantji. 2005. Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 6. Csikszentmihalyi, Mihaly.1993. The Evolving Self. New York: Harper Collins 7. Knoke, William. 1996. Bold New World. New York: Kodansha International 8. Osborne, David, Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit Is Transforming the Public Sector. Reading, MA: Addison-Wesley. 9. Overy, Richard. 1999. The Times History of The 20th Century. London: Time Books 10. Sumodiningrat, Gunawan, Riant Nugroho D. 2005. Membangun Indonesia Emas. Jakarta: Elex Media Komputindo 11. Toffler, Alvin, & Heidi Toffler. 1993. War And Anti-War. New York: Little, Brown & Company

Persembahan http://pressoil.net Download ebook-ebook bermutu lainnya GRATIS.

106


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.