(2009B) PDF: TULISAN BG 2009 BAGIAN KEDUA

KOMPAK, BAN MOBIL DAN SEPEDA KEMPES Ban mobil atau ban sepeda kempes adalah cerita lama bukan cerita baru. Setiap orang yang punya mobil atau sepeda pasti akan mengalaminya.

Penulis sendiri sudah punya koleksi 2 (dua) cerita ban kempes, yaitu: 1. B2W: BAN KEMPES DI BALAI KOTA http://bg440507.multiply.com/journal/item/8

2. B2W: MANULA GANTI BAN DALAM SENDIRI SETELAH 50 TAHUN http://bg440507.multiply.com/journal/item/10/ Yang baru ialah ketika dipasang di Facebook sbb: Rabu, ban mobil kempes. Jumat, ban mobil kempes lagi. Sabtu, ban sepeda yang kempes di jalanan. Kita hadapi segala masalah dengan sabar dan tabah. Selalu ada solusinya. Selalu berpikir positif.

Jangan emosi.

Langsung dapat komentar sbb:

Rupanya inilah kelebihan dari Facebook. Terima kasih untuk komentar­komentarnya yang tidak saya duga sama sekali.

Ketika hari Rabu, 16 September 2009, ban mobil kempes, harusnya dengan mudah dapat diatasi dengan menganti dengan ban serep atau ban cadangan. Timbul masalah baru ternyata ban serep atau cadangan juga kempes. Belajar dari pengalaman ini berarti secara rutine ban serep/cadangan secara periodik harus dicek anginnya, sehingga kalau mendadak dibutuhkan tidak kalang kabut.

Hari Jumat, 18 September 2009, ban tubeless yang ditambal hari Rabu, 16 September 2009, kempes lagi. Karena dapat informasi bahwa di SAPUTRA BAN, Jl KH Hasyim Ashari 9, JAKARTA 10130 bisa tambal ban tubeless juga dari bagian dalam ban maka ingin coba. Ban diantarkan dengan naik SELI (sepeda lipat). Ini yang unik.

Hari Sabtu, 19 September 2009, saya naik sepeda MTB dan istri saya naik SELI ingin mengantarkan ketupat lebaran ke Jalan Pintu Air V, Pasar Baru. Sampai di Jl KH Hasyim Ashari, sepeda MTB yang mendadak kempes total. Nasibnya juga sama dengan tanggal 7 September 2007, bukan kena paku, tetapi bagian bawah pentil yang bocor. Tahun 2008 pernah lebih parah lagi di daerah Tomang, mendadak pentilnya hilang entah ke mana. Jadi curiga nih bahwa kwalitas ban dalamnya yang buruk atau ini acara rutine setahun sekali ban kempes.

Berdasarkan pengalaman tanggal 7 September 2007 setiap naik sepeda saya selalu bawa cadangan ban dalam baik yang ukuran 26 inch untuk MTB maupun ukuran 20 inch untuk SELI. Peralatan bongkar ban semula selalu bawa kemudian ditinggalkan karena kalau hanya naik sepeda di kota Jakarta pasti banyak tukang tambal ban yang bisa dimintakan bantuannya.

Yang paling menyenangkan ialah ketika sampai rumah, cucu saya, Gwyneth, sedang berada di depan rumah di kursi rodanya. Melihat opa dan omanya pulang naik sepeda, segera tepuk tangan sambil lompat­ lompat di kursinya kegirangan. Sayang lupa bawa camera untuk mengabadikannya.

Demikianlah suka duka seseorang yang sudah lansia, semoga ada manfaatnya untuk yang muda­muda. Terima kasih Tuhan untuk semua yang telah disediakan ini.

Bambang Gunawan, 21 September 2009

MENCARI DOKTER SPESIALIS JANTUNG Memang hebat kemajuan teknologi ini, khususnya internet dengan Facebooknya. Ketika butuh dokter spesialis jantung, teriak di Facebook dan hasilnya luar biasa hanya sehari.

Terima kasih kepada Poppy Winailan, Erna Santoso, Fanny Riany, Nina Angelika, Syarif Tanudjaja, Hetty Paskah, Ma­ tias Widodo Adyatmadja, Johanes Hemawarman, Iking Trisna, yang memberikan komentar di bawah ini.

Mengenai Prof. Santoso, ada pengalaman unik pada tahun 1999. Penulis tidak dapat undangan ketika Prof. Santoso dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI pada tanggal 2 Oktober 1999. SMAK 1 BPK PENA­ BUR Jakarta perlu data ada alumninya yang jadi profesor karena hal ini dibutuhkan kalau ada akreditasi sekolah.

Bagaimana cara mendapatkan foto­fotonya?

Segera tanya ke Ongkie Hananto di Toko Bunga Krekot, ka­ rena yakin pasti ada yang kirim bunga ucapan selamat ke rumah Prof. Santoso. Terima kasih kepada Ongkie Hananto yang telah membocorkan alamat rumah lengkap dengan tele­

ponnya. Ketika ditelepon, istri Prof. Santoso tidak kebe­ ratan meminjamkan foto­foto waktu pengukuhan.

Rumahnya di Pondok Indah, berarti cukup jauh dari Tanjung Duren. Minta tolong ke Perpustakaan Tirta Marta BPK PENA­ BUR untuk kirim orang ambil foto­foto tsb, lalu discan untuk dikirimkan ke saya via e­mail dan fotonya bisa langsung dikembalikan hari itu juga. Ini suatu bentuk kerjasama yang manis sekali karena saya tidak perlu da­ tang ke Pondok Indah. Walaupun sudah 10 tahun, tetap ha­ rus diucapkan terima kasih kepada Pustakawan TM BPK PENA­ BUR untuk bantuannya.

Hasilnya adalah 4 foto di bawah ini:

Selain dari Facebook, Pak Uripto Widjaja melalui sms men­ gusulkan sbb: ”Dr Winarto, RS Husada, jika OK saya nanti bikin janji dengan dia”.

Hari Minggu, tanggal 4 Oktober 2009, selesai Perjamuan Kudus di GKI Samanhudi, ketika ketemu dengan istri saya, bertanya: ”BG sudah ke dokter spesialis jantung?”.

Kemudian saya juga dapat sms dari Pak Uripto sbb: ”Selamat Hari Minggu. Bang belum ke dokter? Yang bener nih! UW” Ketika diberitahu tidak perlu kuatir karena tidak ada in­ dikasi penyempitan, diperoleh lagi sms dari Pak Uripto sbb: ”Tidak perlu dikuatirkan tapi perlu diperhatikan, perlu second opinion?”

Pak Tikky Suwantikno mengusulkan via sms sbb:

”Dr. Sunaryo di RS Harapan Kita, Referensi dari Dr Edy Jo”.

Arwi Sugandhi, orang tua murid PAHOA, mengusulkan via sms dan e­mail sbb: ”M. Ermadji Prajitno, Dokter tetap RS Siloam Karawaci, Praktek tiap hari, Telp. 02199121999”.

Dear Pak Bambang, Biasanya kalau EKG dilingkari ada masalah, kalau demikian, saya sarankan untuk check 2­3 dokter lagi sebab sudah pasti dokter yang ini akan memvonis 'masalah' (dilihat dari EKG yg dilingkar), atau langsung melakukan tes CT­scan, inipun ada di RS besar tapi yang canggih baru ada di siloam karawaci, namanya Dual MS CT­scan, Dual menscan jalur sumbat jantung dari dua arah (dual), kalau CT­scan biasa dari satu saja, Dual bisa menscan langsung walau denyut 100 lebih/menit, CT­scan harus menunggu denyut di bawah 60/menit (biasanya dikasih obat penenang), dan yang pasti lebih akurat pada hasil Dual.

Pak Bambang ikut member dulu biar discount 20%, kalau ga salah harga normalnya 3.200.000,­ an Arwi Terima kasih kepada Pak Arwi untuk masukannya yang berharga ini. Di RS Pantai Indah Kapuk ada 128 Slice MSCT­Scan (First in South­East Asia). Apa bedanya ya?

Reza Adji, alumnus Ora et Labora, yang tinggal di Australia juga memberikan masukan sbb: “Dokter yg menangani papa saya sekarang adalah dr.David Lukman, praktek di RS Pondok Indah. Papa saya sudah ditangani dr.Lukman bertahun­tahun, terlebih setelah menjalani operasi bypass di Singapore sampai sekarang. Ada juga dr.Bambang Siswanto. Beliau juga cukup ok. Dia praktek di RS Harapan Kita dan RS Mitra Rawamangun (kalo nggak salah).

Kami doakan semoga Pak Bambang sehat selalu dan informasi yg saya berikan berguna.

Regards, Reza” Terima kasih kepada Reza yang mau menyediakan waktu menulis saran dan pengalamannya. Bagian yang menceritakan “mata duitan” dan “bisnis” sengaja dihilangkan karena kuatir kena tuntutan mencemarkan nama baik.

Ketika diposting pada alamat ini: http://bg440507.multiply.com/journal/item/62/ dapat komentar sbb:

Dr Sindhiarta Mulya, 2 Oktober 2009, di Tangerang ikut memberikan masukan sbb: Pak Bambang yth, Ikut prihatin soal masalah jantung, tapi nggak jelas kayak apa masalahnya nih, selintas baca soal ada hasil EKG yang dilingkari ?

Terus kata dokter yg menangani EKG nya mesti gimana selanjutnya ?

Biasanya kan EKG dulu, kalau meragukan ­ disuruh treadmill, biar lebih nyata kalau ada kelainan, nah kalau diduga ada masalah pembuluh darah jantung yg menyempit, memang ada dua cara, pertama MSCT ­ semacam di foto deh gitu, atau di kateterisasi, masing2 ada plus minusnya, Kalau MSCT ­ aman karena tidak invasif tapi keakuratannya kalah sama kateterisasi, karena MSCT hanya foto yg memperlihatkan ada penyempitan sekian besar misalnya, sedangkan kateterisasi memperlihatkan flow ditempat yang ada penyempitan ­ jadi bener­ benar bisa tahu seberapa besar/berat gangguan aliran darah disitu, tapi karena memasukkan kateter kedalam pembuluh darah dan juga zat kontras maka lebih beresiko, alias invasif.

Setahu saya Prof Santoso tidak mempercayai MSCT, beliau lebih suka kateterisasi.

Kalau di Tangerang, ada Dr. Dasaad Moelyono, ahli jantung lulusan Australia, prakteknya di Omni Alam Sutra, soal keteterisasi saya lihat dia ahli, sudah beberapa kali saya menemani kerabat/family (termasuk istri saya dan besan saya) di tangani dia, dan terlihat terampil sekali, memang jam terbangnya sudah tinggi.

Semoga masalahnya tidak serius dan bisa ditangani dengan se­ baik2nya. salam Dr Sindhiarta btw­kalau pan kapan pak Bambang mau nilpon saya bisa di

08161935450.

Nama­nama dokter yang telah disebutkan di atas, tentu bermanfaat sekali, karena memang sebaiknya selalu mencari “second opinion”.

Untuk tahap pertama, anak saya, Alvina, psikolog, yang kerja di RS Pantai Indah Kapuk, telah mendaftarkan untuk konsultasi EKG pada hari Selasa, tanggal 6 Oktober 2009, Pk. 11.00 pada Dr. Linda Lison.

Tanggal 2 Oktober 2009, Alvina melaporkan sbb: Tenang aja pi..

Tadi Vin sempat nanya 1 dokter.

Dia bilang sih ini bukan sakit jantung yang biasa kita tahu, yang musti pakai ring segala. Belum jadi indikasi ada penyumbatan di saluran jantung (sakit jantung koroner).

Prinsip dasarnya jantung kita disalurkan rangsang listrik utk terus berdenyut.

Dalam kondisi papi, rangsang listrik tsb agak terhambat tapi tetap berjalan.

Misalkan, jantung kita dapat rangsangan per 1 detik, karena ada hambatan jadi 1,5 detik. lebih lama, tapi tetap disalurkan.

Terus kalau terjadi sama yang sebelah kanan, lebih tidak berbahaya.

Kalau nanti papi konsul, pasti disuruh treadmil (lari) sambil dipantau jantungnya.

Sementara bisa juga lihat di www.mayoclinic.com masukin key word: bundle branch blocked di search enginge'nya. Hampir sama seperti yang diterangin dokter tadi.

Mohon dukungan doanya, terima kasih.

BG, 5 Oktober 2009

HARUS MSCT, APA ITU? Berhubung hasil ECG (EKG) saya ada tertulis kata ”abnormal” Maka pada hari Selasa, 6 Oktober 2009, ke dokter jantung di RSPIK. Sebelumnya diminta ECG lagi.

Kesimpulannya, abnormalnya sudah lama, selama ini tidak tahu karena tidak pernah ke dokter jantung.

Diminta MSCT scan karena kalau treadmill pasti belum ketahuan.

Lalu tanya ke Arwi karena ada menulis sbb: "Pak Bambang ikut member dulu biar discount 20%, kalau ga salah harga normalnya 3.200.000,­ an" Apakah itu harga MSCT di Siloam Karawaci?

Kalau di RSPIK 3.250.000 Ketika bayaran di RSPIK hanya bayar Rp. 80.000,­­. untuk ECG saja.

Jadi berarti dokternya gratis, padahal saya tidak kenal sama sekali.

Hasil posting di Facebook, dapat komentar sbb:

Untuk menjawab pertanyaan Pak Matias, lebih baik baca uraian dari Dr Sindhiarto Mulya di bawah ini: Biasanya kan EKG dulu, kalau meragukan ­ disuruh treadmill, biar lebih nyata kalau ada kelainan, nah kalau diduga ada masalah pembuluh darah jantung yg menyempit, memang ada dua cara, pertama MSCT ­ semacam di foto deh gitu, atau di kateterisasi, masing2 ada plus minusnya, Kalau MSCT ­ aman karena tidak invasif tapi keakuratannya kalah sama kateterisasi, karena MSCT hanya foto yg memperlihatkan ada penyempitan sekian besar misalnya, sedangkan kateterisasi memperlihatkan flow ditempat yang ada penyempitan ­ jadi bener­ benar bisa tahu seberapa besar/berat gangguan aliran darah disitu, tapi karena memasukkan kateter kedalam pembuluh darah dan juga zat kontras maka lebih beresiko, alias invasif.

Uraian dari Pak Arwi di bawah ini cukup logis dan rasionil: from Arwi Sugandhi <arwisu@yahoo.com> date Tue, Oct 6, 2009 at 8:44 PM kalau di siloam karawaci, ECG 66.000,­ dan "Dual" MSCT­scan (ada dual nya) 3,2.... itu pun kalau daftar dulu menjadi member siloam jadi dapat potongan 20%, akurasinya lebih tinggi yang 'dual' ini, pada dasarnya orang yg suka duduk di komputer dan suka nyetir lama (macet), intinya 'duduk' lama, abnormal jantung 'pasti' akan terjadi, kecuali diiringi olah raga, yang pasti jangan di'pikir'kan,

sebab akan tambah parah.... coba bersepeda setiap hari, jantung akan berangsur sehat, dan kata2 abnormal ini, prediksi saya "lemak" dijantungnya tebal, bukan klep bocor, atau kelainan..... kalau 'ya' memang penebalan, itu pada dasarnya umur yang menyebabkan, tinggal jaga makan, jangan daging merah, perbanyak ikan & sayur, nafas harus panjang (latih meditasi), check kolestrol darah secara rutin tiap bulan (bantu bikin darah baru).... it's OK pak bambang istirahat dulu juga Ketika dijawab secara guyonan: Dari pada buang duit 3,25 juga untuk MSCT lebih baik duitnya dibelikan sepeda saja ya?

Kemudian naik sepeda setiap hari lalu cek ECG lagi yang murah meriah.

Betul nggak?

Bagaimana jawaban dari Arwi? from Arwi Sugandhi <arwisu@yahoo.com> date Wed, Oct 7, 2009 at 11:33 AM Dear pak Bambang, kalau masalah CT­Scan, anyway 'harus' di check, tapi pencegahan lebih baik, walau udah tau penyakitnya, toh juga harus olah raga, jalan lainnya (stan, ballon) harus dihindari, utama nya makan­an, jangan minum pocari, air kelapa (mengentalkan darah) apalagi kelapa beserta turunannya (santen dll), banyak air putih.... dua macam ikan harus dihindari : ikan mas dan ikan lele, keduanya mengandung lemak yang akan menebalkan dinding jantung. untuk ECG 'hanya' berupa grafik yg menunjukan kelainan dari jantung terutama irama jantungnya, untuk lihat klep dan tebalnya dinding jantung harus echo seperti di USG, klepnya akan terlihat, kalau CT­Scan itu lihat keseluruhan, termasuk jalur yang tersumbat, persentasenya, kalsium score (tingkat kalsium yg menutupi jantung) dll BR, Arwi Jadwal MSCT sudah ditetapkan hari Senin, 12 Oktober 2009.

Semula ragu­ragu tetapi karena info dari Pak Arwi di atas maka jadi semakin mantap harus MSCT. from Arwi Sugandhi <arwisu@yahoo.com> date Wed, Oct 7, 2009 at 12:44 PM Dimana pak?, kan saran saya di siloam karawaci, lebih akurat dan saya bisa bantu lihat 4 dimensinya (video streaming), dokter radiologinya kenal baik (ga perlu surat pengantar), jadi saya bisa lihat kedalam ruang kontrol (keluarga pak BG jg bisa ikut saya untuk lihat langsung), jadi bukan hanya hasil 2 dimensi yg biasa

dikasih ke pasien dan biasanya hasilnya harus dokter jantung yg lihat dan bacakan (padahal cuma baca dari laporan dokter radiologi), 4 dimensi bisa lihat seperti jantungnya di keluar'in dan di putar segala arah juga jalur darahnya bisa lihat seperti kita masuk kedalam nya (terowongan) Memang luar biasa bantuan Pak Arwi ini, bukan hanya info bahkan mau ikut serta mendampingi. Terima kasih banyak kepada Pak Arwi untuk sikapnya ini walaupun baru kenal satu bulan.

Sempat bingung pilih di Siloam Karawaci atau di RSPIK? Tetapi setelah pikir­pikir lebih baik di RSPIK dengan pertimbangan sbb: 1. Saya pernah dirawat di RSPIK pada tanggal 24­27 Febru­ ari 2007 karena DBD, laporannya ada di: http://bg440507.blog.friendster.com/2007/03/bg­kena­dbd­ dirawat­di­rspik/ Berarti suasana di RSPIK tidak asing se­ hingga lebih tenang. Sedangkan di RS Siloam Karawaci, saya belum pernah masuk sekalipun, sehingga benar­benar buta dan asing di situ.

2. Putri pertama saya, Alvina, kerja di RSPIK, jadi untuk mendampingi saya tidak perlu bolos kerja. Kalau di RS Siloam, harus bolos kerja jika ingin mendampingi saya.

3. Surprise kepada Dr. Linda Lison, Sp. JP di RSPIK ketika konsultasi pada hari Selasa, 6 Oktober 2009, tidak meminta biaya alias gratis, padahal tidak kenal sama sekali.

4. Jarak dari rumah saya di Roxy lebih dekat ke RSPIK dari pada ke RS Siloam yang harus lewat tol.

5. Kelebihan MSCT di RS Siloam ada “dual” sedang kelebi­ han dari MSCT di RSPIK ada “128 slice”, jadi masing­ masing punya kelebihan. Yang paling bagus ialah MSCT di dua tempat, baik di RSPIK maupun di RS Siloam. Tetapi buat apa? Emangnya kebanyakan duit?

Informasi tentang MSCT di RSPIK dapat dibaca pada alamat ini: http://ardi­ardo.blogspot.com/2008/08/mengenal­alat­diagnosis­ tercanggih.html

http://web.bisnis.com/senggang/kesehatan/1id68825.html http://www.mediaindonesia.com/read/2008/08/08/21243/164/15/Sek ilas http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/19/15325113/msct.128.c itrakan.tubuh.lebih.cepat.dan.akurat Terima kasih untuk nama­nama di bawah ini yang bantu dukung dalam doa.

Bambang Gunawan, 9 Oktober 2009

SUDAH MSCT, HASILNYA BAGUS Terima kasih Tuhan. Terima kasih kepada teman­teman yang bantu dengan doa.

Pada hari Senin, tanggal 12 Oktober 2009, di RSPIK, saya telah MSCT dan hasilnya bagus. Bagaimana prosesnya?

Semula ragu­ragu, mau atau tidak MSCT. Ada teman yang hasil ECG/EKG sama, tetapi tidak mau konsult ke dokter jantung karena telah tanya ke teman dokternya, dibilang tidak

apa­apa.

Sebenarnya saya juga sudah punya informasi yang sama, melalui anak saya yang tanya ke salah satu dokter di RSPIK. Juga dibilang tidak apa­apa.

Saya yang karena penasaran mencoba konsultasi ke dokter spesialis jantung di RSPIK. Lalu dianjurkan untuk MSCT. Apa itu MSCT? Silakan baca: http://bg440507.multiply.com/journal/item/63 Kebetulan seumur hidup penulis belum pernah MSCT, jadi ingin tahu.

Yang lebih penting ialah ingin tahu apakah jantung saya ada masalah.

Memang biayanya jauh lebih mahal kalau dibandingkan dengan ECG/EKG. Anggap saja pergi piknik. Tapi aneh ya, pergi piknik ke rumah sakit.

Pagi hari, tanggal 12 Oktober 2009, saya berangkat ke RSPIK bersama Alvina, anak pertama, yang kerja di RSPIK. Setelah lapor ke bagian Radiologi, diminta untuk mengisi questioner.

Kemudian dipersilahkan masuk ke ruang persiapan.

Pagi itu selain penulis yang berusia 65 tahun, juga ada seorang lagi yang usianya 62 tahun mau MSCT. Seluruh pakaian kecuali celana dalam harus ditanggalkan dan diberikan pakaian khusus seperti kimono yang berwarna putih untuk dipakai.

Baju, tas dan sepatu dimasukan dalam locker yang disediakan.

Tahap persiapan dimulai dengan mengukur tensi. Berapa hasilnya?

Wah, 190/95 dan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tegang?

Mungkin sekali.

Sambil tiduran tahap berikutnya diambil lagi ECG/EKG. Setelah itu diukur lagi tensi, hasilnya kini turun walaupun masih tinggi, yaitu 160/90. Rupanya perasaan kuatir, tegang atau stress belum

bisa diatasi.

Tahap berikutnya diminta istirahat sambil tiduran.

Ketika diperiksa frekwensi denjut nadi, rupanya masih tinggi, maka terpaksa diberikan obat penenang.

Pada pembuluh tangan kanan saya dipasang alat untuk memasukan obat yang bisa bikin kontrast pada saat direkam atau scan.

Ketika pasien pertama masuk ke ruang MSCT, saya sudah diperbolehkan menunggu sambil duduk dan nonton TV. Pasien pertama selesai MSCT maka pasien kedua adalah saya, diminta masuk ke ruang MSCT. Ruangannya cukup luas dengan alat berbentuk unik, sehingga seluruh tubuh kita bisa masuk ke dalamnya.

Ketika sudah mulai tiduran di depan alat tsb, datang Dr Linda Lison, Sp. JP, menegur dengan ramah, sambil berkata: "Tenang saja ya Pak".

Kedua tangan saya diminta diletakan ke atas, samping kepala, tidak boleh bergerak.

Tahap berikutnya latihan tarik napas dan tahan napas. Rupanya pada saat tahan napas, scanner bekerja untuk merekam tubuh kita. Setelah itu napas biasa lagi.

Proses tahan napas yang saya lakukan berlangsung sampai empat kali.

Selesai MSCT ketika siap­siap mau bangun, datang dokter radiologi memberitahukan bahwa hasil sementara yang dia lihat bagus dan seluruh pembuluh darah berjalan dengan lancar. Tahap berikutnya file hasil rekaman akan dipindahkan ke komputer yang lebih canggih dan akan didiskusikan dengan dokter jantung.

Secara bergurau saya bertanya: "Jadi tidak perlu operasi ya?".

Dr Harjanto mengiyakan sambil tertawa lebar.

Masih dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk istirahat di ruang persiapan sambil menunggu kalau­kalau ada reaksi yang kurang baik di tubuh kita.

Pada saat inilah ketika ketemu dengan pasien pertama, saya langsung tanya: "Apakah sudah diberitahu hasilnya, saya sudah diberitahu dan dibilang bagus!".

Sayang pasien pertama, tidak menjawab dan diam saja.

Nah, ini yang membuat saya tidak enak, mengajukan pertanyaan tsb. Saat itu saya sendiri tidak bisa menyembunyikan rasa gembira, mendengar hasilnya dibilang "bagus".

Foto hasil MSCT baru bisa diperoleh setelah dua hari.

Karena ada anak saya di RSPIK maka selanjutnya akan diurus oleh anak saya, juga untuk konsultasi lebih lanjut dengan dokter jantung.

Sekali lagi terima kasih untuk bantuan doa, semoga Tuhan Yang Maha Esa dapat membalasnya.

Bambang Gunawan, 14 Oktober 2009

INILAH HASIL MSCT Tepat dua hari, Rabu, 14 Oktober 2009, puteri pertama penulis, Alvina, pulang kerja bawa kantong besar, hasil MSCT dari RSPIK. Apa saja isinya?

Isinya sbb: 1. Foto Rontgen ukuran besar, hitam putih, pada film negative.

2. Satu map yang berisi Hasil Pemeriksaan MSCT Cardiac, Hasil Peme­ riksaan Calcium Score, Foto warna jantung dan pembuluh darah.

3. Satu CD yang besarnya 110 MB Yang menarik bagi penulis ialah CD 110 MB berisi ratusan foto jantung dan pembuluh darah, sehingga kita bisa melihat dari segala arah, atas­bawah­kiri­ kanan, seperti kita berhadapan dengan sebuah patung yang ada di muka kita.

Bedanya tidak bisa dipegang, hanya bisa dilihat saja.

Tidak salah, apa yang dikatakan Pak Fried, rekan guru yang beberapa waktu lalu harus operasi jantung. Ketika tahu penulis mencari dokter jantung, Pak Fried berkata: ”Tidak ada gunanya cari banyak dokter jantung, satu saja sudah cukup karena tidak bisa dibohongin, semua ada fotonya, ada buktinya yang tidak bisa dibantah”.

Gejala awal Pak Fried ialah tensi 210/110, lalu ECT & treadmill, karena diduga ada penyumbatan, langsung kateter. Dari foto kateter memperlihatkan ada 5 penyumbatan di jantung. Ada foto dan ada CDnya juga. Apakah tidak percaya?

Ketika penulis berkunjung ke RS Jantung Harapan Kita, setelah Pak Fried operasi jantung, Pak Fried yang lincah dan dinamis, tidur lesu dengan segala macam kabel menempel ditubuhnya. Sedih dan prihatin melihatnya. Sambil bergurau penulis tanya: ”Kenal gua?”. Dijawab: ”Abeng”. Wah, kesadarannya masih tinggi karena memang itulah nama panggilan penulis ketika masih kecil.

Pada hari Sabtu, 17 Oktober 2009, penulis ketemu dengan Pak Fried di rumahnya di BSD. Ternyata secara klinis situasi bulan Maret 2008 itu sudah gawat. Seharusnya Pak Fried sudah harus total istirahat di ranjang, tetapi karena tidak tahu, tetap saja masih jalan­jalan saat itu. Dokter jantungnya karena kesal sampai bilang: ”Saya paling tidak suka kepada orang yang mau

mencoba Tuhan”.

Memang kalau hanya satu atau dua penyumbatan, cukup pasang ring sekalian kateter. Tetapi kalau sudah penyumbatan sampai 5 mau tidak mau harus operasi.

Puji Tuhan, penulis tidak seperti Pak Fried. Tindakan selanjutnya yang harus dilakukan sesuai dengan anjuran dokter yang telah ditanya oleh anak saya, Alvina, sbb: 1.

Selalu kontrol tensi dan choresterol

2. Selalu naik sepeda untuk olahraga 3.

Selalu makan masakan Mami

Sejak tahun 1998 penulis selalu bawa bekal makan siang kalau kerja. Tujuan awal untuk HEMAT tetapi kemudian berkembang menjadi tujuan untuk SEHAT. Hal ini terbukti ketika periksa darah ketika libur lebaran 2009 ini.

Hasilnya semua bagus kecuali EKG ada yang abnormal sehingga bikin penasaran. Tetapi yang menarik, istri saya yang setiap hari selalu menyediakan makan untuk suaminya, malahan hasilnya buruk alias choresterol tinggi.

Dokter di RSPIK yang ditanya anak saya, heran dan bingung karena tidak logis. Diduga bukan karena banyak makan tetapi sebaliknya yaitu kurang makan. Maka kini anak saya, bikin peraturan yaitu APA YANG DIMAKAN OLEH PAPI HARUS JUGA DIMAKAN OLEH MAMI. Terima kasih kepada dokter­dokter di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk yang telah membantu. Ada satu keinginan yang belum tercapai ialah ingin foto bersama dokter­dokter tersebut, agar lengkap bahwa periksa jantung ini adalah seperti PIKNIK. Bambang Gunawan, 15 Oktober 2009

NAIK SEPEDA KE RUMAH PAK NJOTO SUHARDJOJO

Kenal dan tahu Pak Njoto Suhardjojo pada hari Sabtu, tanggal 5 September 2009, ketika Pak Njoto ceramah untuk orang tua siswa Sekolah Terpadu PAHOA mengenai Budi Pekerti Di Zi Gui. Lihat: http://pahoa.multiply.com/photos/album/165 Sayang pada hari tersebut, penulis belum ada kesempatan untuk bicara atau ngobrol dengan Pak Njoto karena selesai ceramah, langsung Pak Seng Chu minta diajarkan untuk akses ke http://pahoa.multiply.com Kesempatan ngobrol baru terjadi pada hari Selasa, tanggal 29 September 2009, ketika ada ceramah khusus untuk guru dan karyawan PAHOA tentang BUDI PEKERTI DI ZI GUI SESI 2. Foto­foto dan powerpoint dapat dilihat pada: http://pahoa.multiply.com/photos/album/171 Kebetulan ada masukan dan komentar yang positif tentang Budi Pekerti Di Zi Gui baik dari Bandung maupun dari Amerika Serikat yang ingin disampaikan kepada Pak Njoto.

Kesempatan untuk foto bersama dengan Pak Njoto dan istri juga tidak disia­siakan.

Kepada Pak Njoto ditawarkan untuk berkenalan dengan Pak Uripto Widjaja yang pada tahun 2009 ini telah berusia 85 tahun tetapi masih sehat dan banyak kegiatannya. Sudah disiapkan untuk makan siang bersama di PT Galva, Jalan Hayam Wuruk 27, pada hari Senin, tanggal 19 Oktober 2009.

Agar Pak Njoto bisa lebih mengenal Pak Uripto Widjaja, maka pada hari Sabtu, 10 Oktober 2009, penulis membawakan buku biografi Pak Uripto Widjaja dengan naik sepeda lipat, seperti terlihat pada foto di atas yang dibuat di depan rumah Pak Njoto di Jakarta Barat. Terima kasih kepada Pak Njoto untuk sambutannya yang ramah.

Pulang dari rumah Pak Njoto ketika lewat jembatan Tomang Raya, tetap masih kuat tanpa harus turun untuk dorong sepeda. Entahlah, sepedanya yang bagus atau jantung saya yang juga masih bagus. Yang pasti hari Senin, 12 Oktober 2009, harus MSCT di RSPIK. Bambang Gunawan, 10 Oktober 2009

PENYAKIT MENULAR?

Rupanya ada ”penyakit menular” model baru, karena pernah mengalami: MENJADI ANGGOTA KEHORMATAN IKATAN ALUMNI BPK PENABUR http://bg440507.multiply.com/journal/item/44 Kini ada yang kirim ”virus” seperti ini: from herman kaligis <lhermank@gmail.com> date Fri, Nov 6, 2009 at 8:17 AM Dear Pak Bambang,

Saya sarankan agar pak Bambang setiap ada pertemuan alumni Pahoa bisa ikut menghadirinya, karena pak Bambang sudah terlanjur terkenal di kalangan alumni Pahoa, selain itu pak Bambang juga sudah banyak membantu dalam kemajuan Pahoa sekarang, terutama dalam dunia maya ini. Nah sebentar lagi Perkumpulan Pancaran Hidup (alumni) akan mengadakan perayaan ultahnya yang ke 25 dengan mengadakan ceramah kesehatan di aula Bank Bumi Arta Jl. Kopi, pada tanggal 22 Nopember yad pk.9:00 pagi . Adapun ceramahnya oleh 2 orang pakar dibidang masing2.Judul ceramahnya adalah : 1. Hidup Sehat dengan Chu Zhen (TCM = Traditional Chinese Medizine) oleh dr. Willy Japaris. 2.

Diabetes Mellitus dan Dislipidemia oleh dr. Benny S. (internist dari RS Pluit).

Menarik bukan. Nanti tentunya akan ada banyak fans pak Bambang utk minta foto bersama. Kalau pak Bambang tidak keberatan saya juga ingin ikut nimbrung difoto, biar ketularan pak Bambang jadi banyak yang nge­fans gitu. he, he, he.

Perlu saya tambahkan bahwa Yuliana Chandra pasti datang. Karena beliau adalah "Mensekneg"­nya pak Soeseno, juga "menseskab" ibu Lani pasti hadir dan banyak lagi alumni yang tentunya sangat mengenal pak Bambang meskipun belum pernah saling bertatap muka. Undangan utk tgl. 22 Nop nanti akan saya kirim via e­mail, meskipun belum dicetak dan belum disebarkan. Jadi anggap saja ini undangan resmi utk pak Bambang yang kita­kita sudah menganggap pak Bambang sebagai keluarga alumni juga. Salam Pahoa, KS Lie.

Pada hari Rabu, 28 Oktober 2009, setelah selesai Peresmian Dimulainya Pembangunan Tahap III, Sekolah Terpadu PAHOA, alumni PAHOA angkatan tahun 1951 dan 1952 serta pengurus Perkumpulan Pancaran Hidup keliling untuk meninjau dari dekat Sekolah Terpadu PAHOA. Buat penulis yang bukan alumni PAHOA tentu suatu kejutan atau surprise ketika ada alumni PAHOA yang kenal dengan penulis dan mengajak foto bersama seperti di bawah ini.

Setelah foto tersebut diupload, mendadak lupa nama dari Ibu di foto ini.

Tetapi karena diceritakan bahwa Ibu ini masih family dengan Pak Chia Han Lie, alumnus PAHOA yang tinggal di Swiss, maka foto ini dikirimkan ke Swiss.

Berikut ini penjelasan yang diperoleh: from Chia H.L. <chia­hlie@vtxnet.ch> date Sat, Oct 31, 2009 at 5:00 AM Nama betul wanita di dalam foto ini siapa, saya sendiri pusing. Karena dia pakai banyak nama synonym yang ber­ganti2: kadang2 pakai nama Chen Fei (Chinese), Daisy, De­sin (Chinese,) Dexin, atau Wiewie dll. Saya pernah tanya dia, namamu yang betul itu siapa? Dia menjawab "semua betul". Jadi saya tidak mau pusing lagi, saya hanya mau ingati satu nama saja dan selalu panggil dia si Dexin. Tidak tahu waktu memperkenalkan diri dg. Pak Bambang dia pakai nama yang mana?

Relasi saya dg Dexin ialah begini: Mama si Dexin (A) punya saudara perempuan (B). Si (B) kawin dengan kakak kandung mama saya (C). Jadi Dexin dengan saya juga ada hubungan family. Tapi saya dibesarkan di Jatim, sedangkan di Dexin di Jabar dan selama mudanya kami tidak tahu satu sama lain. Tahun 2006 saya diajak kawan masuk ruangan JPP di dalam Ba­zhung websites baru dengar nama Dexin. Th. 2007 sdr. sepupu saya (keponakan mama saya) dari Jerman pergi untuk menengok salah satu tantenya yang di HK. Kebetulan baru tahu, bahwa yang ditengok itu yalah mama si Dexin. Si Dexin suka bergaul dan orangnya aktif. Dia sering menghubungi kawan2 ex­JPP/Pahoa yang tinggal di HK untuk berkumpul ramai2.

Salam Han Lie

Benar apa yang dikatakan oleh Pak Chia Han Lie karena pada http://www.pahoa.or.id saya pernah pasang cerita ini.

CAHAYA PAHOA YANG MENYOROTI HATI DEXIN 2008/03/14 Pada 1st Mar 2008, hari terang­benderang, atas undangan ci Chun (Liao Chun­ yuan), 54 anak2 PAHOA dan JPP datang berkumpul mengadakan Reuni yg istimewa di halaman yang luas dan terbuka dekat tempat tinggalnya.

Enci2 kami repot mengantar makanan2 yg sebelumnya sudah dimasak oleh ci Chun, dari dapur turun ke Ground­floor, ada juga anak2 lain membawa makanan yg dibuat sendiri.

Sebelum Jam 12 siang, kami semua sudah sampai, saling mengenal, karena sudah terlalu lama berpisah, antara kami ada yang lupa, kadang2 ada yang salah memanggil, jadi pada nguyulah, kitakan sudah lanjut usia, rata2 lebih dari 60 tahun, yg paling besar, Pak Guru Tjoe, 85 th, tetapi masih sehat sekali seperti jaka. Kami ber­cakap2 melepaskan kenang2an.

Pembukaan dimulai oleh A Chun, Ia menguraikan berita tentang persiapan pembangunan Sekolah Terpadu PAHOA di Serpong dengan jelas dan singkat.

Kabar baik ini menggugah perasaan kami, cucu kita akan terus menerus mendapat pendidikan dan pengajaran yg baik. Harap mereka dapat meneruskan kita mengembangkan Chinese Culture di Indonesia.

Sesudah mendengar pidatonya, kami mulai makan2. 2 meja besar penuh dengan: Redwine­Oxtail, Curry­chicken, Roast­fish ,Yellow­rice, Vietnam spring­roll; Indonesian salad (Rujak penganten), Spicy­rice vermicelle, Fried­noodles, some snacks and cakes ........etc, nampaknya sudah menarik sekali, apa lagi sesudah memakannya, wah lezat sekali! Kami semua sangat puas. Terima kasih utk sekalian, terutama Ci Chun.

Kami tak lupa mengambil photo bersama, supaya antara kami lebih saling mengenal, lain kali jangan sampai salah memanggil namanya lagi. Terima kasih utk saudara Fang Shang yang telah membantu. Bagi saya, merasa senang sekali, bisa bertemu lagi dengan 4 kawan yang sudah berpisah lebih dari 48 tahun lamanya, antara kami masih banyak ceritanya.

Xie xie !

Foto­foto reuni ini dapat dilihat pada alamat: http://hk.geocities.com/wiewie300/jpp_new_year.htm

Ketika Ibu Dexin mau pamitan pulang, mengajak foto bersama lagi di Aula Sekolah Terpadu PAHOA dan kebetulan ada Ibu Juliana Tjandra yang bilang juga sedang mencari yang namanya Bambang Gunawan. Maka terjadilah foto di bawah ini, dari kiri ke kanan: Pak Tjiong, Ibu Juliana, BG, Ibu Dexin, ......... (maaf dua ibu berikutnya saya belum tahu namanya, ada yang bisa bantu?).

Tentang Ibu Juliana Tjandra, penulis pernah menulis di http://www.pahoa.or.id sbb: JULIANA TJANDRA bg440507 pada April 20 2008 19:20:40 Sejak tahun 1958, Juliana Tjandra mengikuti ayahnya (Tseng Kai – Pelopor Pengobatan Akupunktur di Indonesia ) belajar akupunktur. Lulus SMA pada tahun 1960 dari Sekolah Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Jakarta dan kemudian melanjutkan Pendidikan Akupunktur di XIAMEN TCM University, Xiamen , China. Ingin tahu lebih lanjut kisah sukses alumnus PAHOA ini?

Pada tahun 1963 sampai tahun 1973 praktek akupunktur di R.S. Cipto Mangunkusumo.

Pada tahun 1964­1965 mengikuti Pendidikan Akupunktur Lanjutan di R.S.C.M yang pada saat itu Menteri Kesehatan Prof.DR.Satrio melalui Menteri Kesehatan R.R.C mendatangkan Pakar Akupunktur Prof.Huang Xiang Ming untuk memberikan pendidikan bagi 22 dokter specialis di R.S.C.M. Profil lengkap silakan lihat pada: http://www.tsengkai.com/profile_lpat.html Untuk kemajuan Sekolah Terpadu PAHOA, Juliana Tjandra menulis sbb: Saya sekjen Yayasan Pancaran Hidup, saya juga ditugaskan oleh pak Suryono untuk bantu di Website Pahoa, tetapi saya belum bisa buka semua file karena perlu password, kalau memang sudah ada pak Bambang yang menjadi administrator maka saya tak perlu tiap hari buka lagi webnya, saya diminta untuk jawab pertanyaan yang mudah, kalau ada kesulitan bisa hubungi pak Suryono. saya tinggal di kartini alumni th 60 di YPP. Penulis pernah kagum dengan alumni BPK PENABUR yang pernah mengadakan REUNI SEDUNIA pada tahun 2000. Berkenalan dengan alumni PAHOA, ada kekaguman yang lain. Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh Perkumpulan Pancaran Hidup dan yang paling luar biasa ialah bisa membangun kembali sekolahnya yang ditutup secara paksa pada tahun 1967

dan kini bernama SEKOLAH TERPADU PAHOA di Summarecon Serpong.

Memang benar­benar luar biasa.

Bambang Gunawan, 7 November 2009

MERASAKAN MENJADI “ALUMNI PAHOA” Pada awal tahun 2008, ketika penulis diminta menjadi Konsultan Pendidikan PAHOA, sempat bingung, apa itu PAHOA? Kebingungan yang sama terjadi pada hari Minggu, tanggal 22 November 2009 mencari Jalan Kopi No. 3­5­7, tempat pertemuan HUT 25 Perkumpulan Pancaran Hidup, tempat kumpul alumni PAHOA. Begitu tiba di Jalan Kopi, sebelah kiri banyak sekali mangkal oplet.

Suasana Jalan Kopi sejuk karena banyak pohon. Sampai ujung Jalan Kopi tetap tidak ketemu Bank Bumi Arta, karena bingung, tanya tukang oyek yang ternyata juga tidak tahu. Apa boleh buat, balik lagi ke Jalan Kopi tetapi lewat Jalan Pasar Pagi. Untung hari Minggu sehingga tidak macet. Syukurlah akhirnya ketemu.

Ada peristiwa lucu. Ada alumni PAHOA, yaitu Bapak yang paling kiri pada foto di atas, bertanya kepada penulis yang bukan alumni PAHOA, siapa nama alumni PAHOA yaitu bapak paling kanan pada foto di atas.

Kebetulan, penulis tahu, namanya Aswin Harriman yang khusus datang dari Vancouver, Canada.

Hari itu penulis dapat tugas berat yaitu menyerahkan kreasi Pak Chien Wu yang tinggal di Hong Kong kepada guru menyanyinya yaitu Pak Toeng Toen Hoi, satu lagu nyanyian yg berjudul "Dari mana Datangnya Pahoa? " Dengan harapan, semoga siswa­siswi Pahoa sekarang tidak lupa sejarahnya Sekolah Pahoa ! Inilah lagunya:

Judul : Darimana Datangnya Pahoa ?

Ba Hua Xue Jiao Cong Na Li Lai ?

Where's Pahoa School Come From ?

Dari mana datangnya Pahoa ? Dari Jakarta, Patekoan Pahoa .

Ba hua xue jiao cong na li lai ? Cong ya jia da, ba di guan ba hua .

Where's Pahoa School come from ? From Jakarta, Patekoan Pahoa.

Dari mana datangnya Pahoa ? Dari Jakarta, Patekoan Pahoa.

Ba hua xue jiao cong na li lai ? Cong ya jia da, ba di guan ba hua.

Where's Pahoa School come from ? From Jakarta, Patekoan Pahoa.

Ayuk kita bersama­sama, Jadikan Pahoa sekolah ternama .

Rang wo men tuan jie gi lai, Jiang ba hua jian cheng zui gao xue fu.

Let's unite together, Making Pahoa the most famous school.

Ayuk kita bersama ­sama, Jadikan Pahoa sekolah t e r na ma !

Rang wo men tuan jie gi lai, Jiang ba hua jian cheng z u i g a o x u e f u !

Let's unite together, Making Pahoa the most f a m o us s c h o o l !

Dengan mengikuti HUT 25 PERKUMPULAN PANCARAN HIDUP ini, penulis bertambah yakin bahwa kalau tidak ada PPH ini, tidak mungkin ada Sekolah Terpadu PAHOA di Summarecon Serpong saat ini.

Pak Tjiong Tiam Siong telah menguraikan sejarah perkembangan dari PPH dengan baik sekali. Yang paling menarik, pada acara HUT 25 PPH, ada seminar kesehatan lengkap dengan jasa periksa kesehatan secara cuma­cuma seperti terlihat pada foto di bawah ini:

Memang tepat sekali acara kesehatan ini karena peserta yang hadir mayoritas umurnya di atas 60 tahun, suatu masa di mana biaya hidup lebih besar untuk OBAT dari pada untuk MAKAN. Suatu acara yang perlu dicontoh oleh Ikatan Alumni dari sekolah­sekolah lain.

Jakarta, 23 November 2009 Bambang Gunawan KOMENTAR­KOMENTAR:

BUKAN ALUMNI IKUT REUNI Perjalanan hidup manusia kadang­kadang suka aneh. Penulis yang bukan alumni sering ikutan reuni di BPK PENABUR, ORA et LABORA dan PAHOA.

Pertama terjadi pada hari Sabtu, 27 Mei 2000, ketika ada REUNI SEDUNIA. Berikut ini foto dan kutipan laporan dari Rico Sondak yang tinggal di Belanda: ”Reuni alumni BPK Penabur yang ke empat di Eropa telah diadakan pada tanggal 27 Mei 2000 bertempat di Leusden (Negeri Belanda) dari jam 12.30 sampai jam 17.30. Pada saat yang sama di Jakarta juga diselenggarakan reuni alumni BPK Penabur. Dan menurut berita dan komunikasi melalui Internet, juga di beberapa tempat lain (Cirebon, Bandung, Australia dan Amerika) alumni BPK Penabur ikut dengan REUNI SEDUNIA ini.”

Pada tanggal 07 November 2009 penulis ikutan REUNI AKBAR ORA ET LABORA yang dihadiri oleh Soegianto Nagaria dengan pendidikan: SDK OeL Polim 1985, SMPK OeL Polim 1988, SMAK 1 BPK PENABUR Jakarta 1991. Adiknya Herman Nagaria, beda 3 tahun, SDK OEL Polim 88, SMPK 2 BPK Penabur 1991, SMAK 1 BPK Penabur Jakarta 1994. Bandingkan foto Soegianto saat ini (bersama dengan guru OeL) dengan foto ketika SD di Ora et Labora.

Soegianto dan Herman ada putera dari Pak Soetjipto Nagaria, salah satu pendiri dari Sekolah Terpadu PAHOA di Summarecon Serpong.

Pada tanggal 22 November 2009 penulis hadir di HUT 25 PERKUMPULAN PANCARAN HIDUP. Perkumpulan ini yang berjasa besar sehingga Sekolah PAHOA bisa berdiri kembali.

Beda dengan perkumpulan atau Ikatan Alumni dari sekolah lain, PPH punya kantor sekretariat sendiri di Muara Karang. Sayang penulis belum sempat berkunjung ke kantor sekretariat PPH ini. Suatu hari ingin lihat dengan mata kepala sendiri, boleh ya?

Berdasarkan pengalaman dan sejarah di atas, ada baiknya antara BPK PENABUR, ORA ET LABORA dan SEKOLAH TERPADU PAHOA saling kerjasama untuk memajukan pendidikan di Indonesia karena masing­masing punya kelebihan yang khas dan khusus.

Bambang Gunawan, 26 November 2009

CANIGOWES PERLU DITIRU Ketika membaca pengumuman di bawah ini, penulis langsung daftar.

Walaupun anggota tidak banyak hanya 16 tetapi jumlah postingannya sampai akhir November 2009 sudah hampir mencapai 3000.

Menarik membaca catatan ini rupanya start pada tanggal 4 Oktober 2009 dan anggotanya baru 3 saja.

Walaupun demikian mereka sudah bikin acara gowes perdana, selamat!

Sebenarnya penulis mau ikut pada acara gowes dari Canisius College di jalan Menteng Raya ke Depok UI pada hari Jumat, 27/11/2009. Sayang sekali mendadak kakak ipar pada hari Kamis, 26/11/2009, Pk. 7 pagi, dipanggil Pulang Ke Rumah Bapa di Surga.

Berikut ini yang sudah mendaftar, cukup banyak.

Kalau ada PENABUR­GOWES, OEL­GOWES, PAHOA­GOWES pasti penulis akan ikut daftar juga. Kapan ada ya?

Bambang Gunawan, 27 November 2009

DARI PENASARAN KE FENOMENAL

Ketika tanggal 7 – 10 Maret 2008 ke Jawa Tengah dengan rombongan GKI Samanhudi, Pak Hanan Setiadi (kanan) di bus memberitahukan bahwa penulis dicari oleh Pak Koko Tanumihardja untuk diminta bantuannya oleh Sekolah Terpadu PAHOA yang akan didirikan oleh alumninya.

Waktu itu sempat penasaran dan tidak percaya, masa ada alumni yang mau keluar duit demikian banyak untuk bikin SEKOLAH. Kalau bikin REUNI pasti tidak heran.

Satu tahun kemudian, 18 September 2009, ada mantan guru BPK PENABUR melaporkan dari Amerika Serikat sbb:

Pada hari Rabu, 21 Oktober 2009, hard copy (nomor bukti) Majalah Dwimingguan Indonesia Media telah tiba di PAHOA dan dibaca oleh Bapak dan Ibu Soetjipto Nagaria seperti terlihat pada foto ini:

Yang menarik, kalimat pembukaannya sbb: ”Diantara sekolah­sekolah yang ada di Jabadetabek bahkan tanah air, mungkin Sekolah Terpadu Pahoa, bisa dikatakan fenomenal.

Bagaimana tidak, baru setahun berdiri, sekolah yang berada di Jl. Ki Hajar Dewantara No.1 Summarecon Serpong Tangerang Banten, sudah memiliki ribuan siswa. Jika saat mulai beroperasi pada 23 Juli 2008 menampung siswa­siswi sebanyak 255 orang (jenjang pendidikan Nursery, Kelompok Bermain, TK, TKB dan SD Kelas I), maka jumlah itu melonjak 4 kali lipat. Tahun Ajaran Baru 2009­ 2010 telah diterima sebanyak 1.180 siswa, sehingga secara keseluruhan siswa­siswinya yang terdaftar berjumlah 1.300 orang.

Apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi?”

Di bawah ini ada kutipan lengkapnya. Kemudian Rabu, tanggal 23 September 2009, tulisan tsb juga dimuat pada: http://indonesiamedia.com/2009/09/23/sekolah­terpadu­pahoa/

Ketika ditanya siapa penulisnya, diperoleh jawaban sbb: Pak Bambang Gunawan yb, Artikle itu bersumber dari Sinergi pimpinan Tan Swie Ling dan Dr. Teng setahu kami, tapi silahkan hubungi langsung ke website mereka.

Sebab Sinergi sudah berganti pengelola dari waktu kewaktu, jadi kami tidak yakin siapa sekarang yang in charge. Tapi harusnya mereka memelihara semangat yang sama . Kalau anda punya kontak ke PSMTI Jakarta, atau INTI Jakarta anda bisa tanyakan langsung kepada 2 organisasi tersebut. Atau kalau anda punya kontak dengan

kawan2 dari THHK , sebab Pa Hoa tidak akan terlepas dari THHK sumber induknya. salam, Editor IM.

Dr. Ibrahim Irawan yang menjadi Chief Editor dari majalah Indonesia Media sudah ada di Indonesia karena papinya meninggal dunia dan merencanakan akan berkunjung ke Sekolah Terpadu PAHOA pada hari Rabu, 16 Desember 2009. Kita tunggu kedatangannya.

Bambang Gunawan, 13 Desember 2009

WARTAWAN AMERIKA KE PAHOA

Pada hari Rabu, 16 Desember 2009, Dr. Ibrahim Irawan (paling kanan), Chief Editor dari Majalah Indonesia Media yang beredar di USA dan Canada telah berkunjung ke Sekolah Terpadu PAHOA untuk melihat dari dekat perkembangan kemajuannya.

Selama di PAHOA didampingi oleh Pak Tjiong (paling kiri), Pak Hadi (kedua dari kiri) dan Pak BG (ketiga dari kiri) serta laoshi Theresia The yang bikin foto ini.

Dengan Dr. Ibrahim Irawan, penulis belum pernah kenal dan ketemu muka. Komunikasi hanya terjadi melalui email. Semula akan datang pada tanggal 6 Januari 2010, kemudian karena mendadak beliau harus ke Singapore untuk rapat maka minta diundur jadi tanggal 7 Januari 2010. Setelah disetujui ada berita lagi bahwa papinya meninggal dunia maka harus segera berangkat ke Jakarta. Latar belakangnya bisa dibaca pada laporan dengan judul: DARI PENASARAN KE FENOMENAL. Dr. Ibrahim Irawan tiba di Jakarta pada hari Sabtu, 13 Desember 2009. Minggu, 14 Desember 2009, penulis dapat telepon dan segera bertemu di Rumah Duka Atmajaya di Pluit. Semula ngajak ke PAHOA pada hari Senin, 14 Desember 2009 sedangkan papinya baru dikremasi pada hari Selasa, 15 Desember 2009. Ini baru luar biasa.

Selama kunjungan banyak hal yang dilihat dan juga banyak komentar positif yang disampaikannya. Tentu lebih baik kita tunggu saja laporannya untuk Majalah Dwimingguan Indonesia Media yang selalu diedarkan secara cuma­cuma di Amerika Serikat & Canada dan bisa dibaca pada website: http://indonesiamedia.com/

Terima kasih kepada Pak Adam Martani dari BPK PENABUR Bandung yang telah memberikan komentar di atas, semoga kerjasama antara Sekolah Terpadu PAHOA dengan BPK PENABUR semakin erat.

Bambang Gunawan, 18 Desember 2009 KOMENTAR-KOMENTAR:

SOTO LOS ANGELES, CA USA, LEBIH ENAK

Pada hari Rabu, 16 Desember 2009, ketika Dr. Ibrahim Irawan (paling kiri), Chief Editor dari Majalah Indonesia Media yang beredar di USA dan Canada, berkunjung ke Sekolah Terpadu PAHOA, sempat bincang­bincang dengan Ibu Hartay Ashari, Kepala Sekolah SMP & SMA PAHOA, seperti terlihat pada foto di atas.

Karena pembicaraan di Kantin PAHOA maka pertanyaan pertama Ibu Hartay adalah: “Bagaimana makanan di Kantin PAHOA ini?”. Tanpa terduga Dr. Ibrahim Irawan berkata bahwa sotonya lebih enak di LA. Tentu semua kaget dan tidak menduga jawaban nya seperti ini. Apa sebabnya?

Pertama, karena untuk jualan makanan di USA tidak mudah,

harus punya sertivikat dari Lembaga Konsumen yang ketat sekali.

Kedua, bumbu masaknya berkwalitas lebih baik karena didatangkan dari Thailand. Wah, ini suatu tantangan untuk Indonesia tercinta ini.

Selesai makan siang, Dr. Ibrahim Irawan diminta mencoba ice cream goreng yang juga dijual di Kantin PAHOA. Beliau tanya, berapa harganya? Apa komentarnya setelah tahu bahwa harganya adalah lima ribu rupiah? MAHAL. Nah lu!

Masalah soto kelihatannya Dr. Ibrahim Irawan ini penggemar berat. Hari Selasa, 15 Desember 2009, malam hari setelah siangnya selesai tugas kremasi ayahandanya yaitu almarhum Dr. Putrasatia Irawan, walaupun menginap di Jalan Kartini 8 bersama adiknya makan malam khusus datang ke SOTO SUDI MAMPIR di Jalan Biak, ROXY. Buat penulis yang tinggal di Jalan Makian dan hanya 100 m letaknya dari SOTO SUDI MAMPIR tersebut, merasa bangga.

Hebat ya, orang dari USA mencarinya.

Bambang Gunawan, 20 Desember 2009

PENGALAMAN MEMBANTU AKREDITASI TK Hari Kamis, 19 November 2009, setelah capai mencari foto­foto untuk Akreditasi TK PAHOA, lalu iseng menulis di bawah ini:

Dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2003 selalu membantu setiap ada akreditasi sekolah, kini tahun 2009 dapat tugas yang sama. Syukurlah Tuhan Maha Baik karena masih diberikan kemampuan dan kekuatan. Tetapi yang muda­muda tetap diperlukan bantuannya. Mau? Mempersiapkan AKREDITASI TK PAHOA, ada 9 komponen dan 107 pertanyaan. Tidak bisa kerja sendirian dan harus gotong royong. Siapa yang mau bantu?

Enak juga saat ini ada Facebook karena kalau lagi bosan, bisa teriak dan ada saja yang menjawab. Sehingga tidak merasa sendirian.

Berbeda dengan jenjang lain yaitu SD, SMP dan SMA, kalau ada akreditasi di

TK biasanya ada tarian penyambutan. Inilah contoh­contohnya.

Pada hari Rabu, tanggal 13 November 2002 di TKK 11 BPK PENABUR Jakarta:

Pada hari Jumat, tanggal 15 November 2002 di TKK 10 BPK PENABUR Jakarta:

Pada hari Rabu, tanggal 20 November 2002 di TKK 3 BPK PENABUR Jakarta:

Pada hari Senin, tanggal 27 Januari 2003 di TKK 7 BPK PENABUR Jakarta:

Pada hari Kamis, tanggal 9 Oktober 2003, di TKK 2 BPK PENABUR Jakarta:

Pada hari Senin, tanggal 13 Oktober 2003 di TKK 1 BPK PENABUR Jakarta:

Ada 9 (sembilan) komponen yang harus disiapkan untuk akreditasi yaitu: 1. KURIKULUM & PROGRAM PEMBELAJARAN 2. ADMINISTRASI & MANAJEMEN 3. ORGANISASI & KELEMBAGAAN 4. SARANA & PRASARANA

5.

6.

7.

8.

9.

KETENAGAAN PEMBIAYAAN & PENDANAAN PESERTA DIDIK PERAN SERTA MASYARAKAT LINGKUNGAN & BUDAYA

Bukti fisiknya sudah disediakan seperti pada foto di atas sehingga mempermudah untuk menemukannya.

Kalau dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1996 presentasi dilakukan menggunakan program PC Storyboard kemudian

diganti dengan menggunakan bahasa HTML supaya langsung masuk ke website sekolah.

Perhatikan foto di atas, rupanya pada tahun 2003 belum ada laptop sehingga presentasi masih menggunakan computer desktop.

Untuk akreditasi TK PAHOA tahun 2010 nanti akan dicoba menggunakan program powerpoint karena sudah banyak yang bisa sehingga persiapannya bisa gotong­royong tidak perlu sendirian.

Bambang Gunawan, 19 November 2009 KOMENTAR­KOMENTAR:

PAHOA IKUT OLIMPIADE FISIKA INTERNATIONAL

Pada hari Sabtu, tanggal 5 Desember 2009, lima guru SMP & SMA Sekolah Terpadu PAHOA mengikuti seminar Sukses Mengajar Sains.

Yang paling menarik yaitu Pak Ambrosius Sutarja, guru Fisika SMA PAHOA memberanikan diri menjadi kelinci percobaan dengan menyediakan lidahnya disundut atau disulut rokok yang sedang menyala oleh Prof. Yohanes Surya Ph.D. seperti terlihat pada foto di atas.

Masih banyak hal lain yang menarik seperti menimbulkan kreatifitas dalam diri siswa/i, tentang situasi kritis dan teori Mestakung. Momok belajar Fisika mau dihilangkan dengan metode belajar Fisika tanpa rumus.

Bagaimana kalau kita bikin target? Sebelum ada anak SMA PAHOA yang lulus tetapi PAHOA sudah kirim duta mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade Fisika International. Berani?

Tentu saja ada dasarnya timbul ide di atas yaitu karena ada Pak Ambrosius Sutarja, guru Fisika SMA PAHOA, jang aktif bertanya kepada Prof. Yohanes Surya Ph.D.

Dari kiri ke kanan: Ibu Joice, Ibu Merry Manurung, Prof.

Yohanes Surya, Pak Muddin Sidabalok, dan Pak Tugino, berfoto bersama. Pak Tarja tidak ikut karena sedang berbincang dengan staf dari Surya Institute berkaitan dengan mencari informasi tentang CD pembelajaran fisika yang jumlahnya 19 keping harganya berapa? Pinginnya sekolah PAHOA membelinya.

Ada peristiwa menarik pada hari Jumat, 4 Desember 2009 sbb:

Sesuai dengan komentar dari Ongkie Hananto, psikolog, memang kita harus berani ciptakan situasi kritis baru yaitu: PAHOA IKUT OLIMPIADE FISIKA INTERNATIONAL walaupun belum ada satupun siswa/i SMA PAHOA yang lulus.

Tidak perlu kuatir kalau kita percaya kepada TEORI MESTAKUNG dari Prof. Yohanes Surya Ph.D. Bambang Gunawan, 6 Desember 2009 from Yohan Sumaiku <sumaiku_yohan@yahoo.com> date Sun, Dec 6, 2009 at 9:16 AM subject Re: PAHOA IKUT OLIMPIADE FISIKA INTERNATIONAL Untuk Ibu dan Bapak Pengurus Sekolah Terpadu PAHOA: Saya pribadi mendukung sekali idea ini. Yang paling penting memperoleh pengalaman internasional, dan tentu saja mudah­ mudahan bisa menang gitu.

Sukses selalu.

Yohan from Kho Colen <colenkho@gmail.com> to Sekolah Terpadu PAHOA Tanggerang <info.pahoa@gmail.com> date Sun, Dec 6, 2009 at 2:17 PM subject Re: PAHOA IKUT OLIMPIADE FISIKA INTERNATIONAL Pengurus Yayasan PAHOA Yth, Selamat atas usaha mengharum nama PAHOA.­

Kho Tjoen Keng, Sydney Lulusan tahun 1956.

from Anton Wardaya date Sat, Dec 12, 2009 at 4:41 AM subject Surat dari Surya Institute Kepada Yth. Pak Bambang di tempat Terima kasih atas email yang sudah dilayangkan kepada kami, Surya Institute Ada beberapa olimpiade internasional Fisika yang dapat diikuti.

APhO ( Asian Physics Olympiad ), IPhO ( International Physics Olympiad ) dan Zhautykov Olympiad.

Jika membutuhkan informasi dapat bertemu di kantor Surya Institute Terima kasih Salam Anton Wardaya from Yuliana Rijanto <yulianarijanto@yahoo.co.id> date Sat, Dec 12, 2009 at 9:22 AM SELAMAT PAGI...

SUKSES SELALU UNTUK PAHOA..

Saya sangat mendukung kalau Pahoa mau ikut lomba2 seperti ini... hanya saja EQ juga juga diperhatikan yah....Percuma cetak anak pintar tapi tidak mampu bersosialisasi dengan baik......

GOOD LUCK...

Semoga anak2 kami bisa menjadi anak yang pintar IQ n EQ ..... salam hangat, yuliana mama marco n thomas

TIDAK SEPERTI DI KUBURAN Thanks God untuk udara cerah pada hari Minggu, 29 November 2009 di San Diego Hills sehingga acara pemakaman Ibu Maria Justanti (Tan Tjiau Kun), 60 th, berjalan dengan lancer.

Memang benar suasana di San Diego Hills tidak seperti di kuburan umumnya yang menyeramkan, angker, bahkan harus selalu siap uang kecil untuk yang minta­minta.

Selamat jalan kepada Ibu Maria Justanti (Tan Tjiau Kun), semoga di tempat yang menyenangkan ini bisa beristirahat dengan tenang dan damai.

Kami tidak akan melupakan kenangan indah saat pernikahan Sophia & Hidajat pada tanggal 01 September 2007 dan Alvina & Gunawan pada tanggal 01 November 2008.

Terima kasih untuk ucapan turut berduka dari Nani Elisa Chandra, Sylvia Adipura, Theresia The, Endah Wulandari, Yiyi Dinna Simamora, yang tinggal di Indonesia. Hetty Paskah dan Erdy Oey Kam Ho yang tinggal di USA. Kathryn Effendi yang tinggal di Jepang.

Terima kasih kepada Pak Chien Wu yang tinggal di Hong Kong, Hanya sayang postingannya tidak tampil di FB. date Sun, Nov 29, 2009 at 4:42 PM subjectChien Wu wrote on your Wall...

Wu posted something on your Wall and wrote: "Saya ikut berdukacita !"

Semoga Tuhan bisa membalas semua kebaikan Anda sekalian.

Bambang Gunawan, 30 November 2009

C.S. LIZUARDIWANA 50 TAHUN MENGABDI DI BPK PENABUR TELAH TIADA

Pada hari Senin, 30 November 2009, Ibu Christine Liem (demikianlah nama panggilannya sehari­hari) telah kembali ke Rumah Bapa Di Surga. Sambil menundukan kepala mari kita mengenang apa saja yang telah dilakukan oleh beliau.

Pada website BPK PENABUR, pernah ditulis sebagai TERLAMA KERJA DI BPK PENABUR yaitu 50 TAHUN. Pengabdiannya di BPK PENABUR selama 50 tahun, 5 tahun sebelum BPK PENABUR berdiri dan 45 (empat puluh lima) tahun kemudian, jadi dari tahun 1945 s.d 1995. Pada tahun 2004 berumur 86 tahun.

Cerita lebih lengkap tentang Ibu Christine Liem berikut tulisannya pernah dimuat di Majalah BERITA PENABUR Jakarta. Sebagian besar dalam Bahasa Inggris dan ketika sudah pensiun tetap setia mengirimkan tulisannya sehingga banyak yang kagum.

Berikut ini judul tulisannya: SCHOOL FINANCE PENTAGON DECEMBER 2001 JUSTICE POVERTY DROP­OUTS SCHOLARS A MOTHER'S TOUCH DARK WEATHER NATAL (CHRISTMAS) 2000 DECEMBER 2000 TEACHER'S STRIKE PRAYER’S GREAT POWER THE NEW MILLENIUM SCHOOL 2000 BEGINS BROKEN HOME DON'T DELAY, WHAT YOU CAN DO TO­DAY WHAT DO YOU KNOW, WHAT WILL YOU KNOW, WHAT DO

YOU DO IF YOU KNOW TELEVISIONS INFLUENCE MONEY DECEMBER 1999 SPORT AT SCHOOL REFUGEES SCHOOL PROBLEMS TEMPTATION HOLIDAYS, During The Compaigns and Election 1999 TEACHER'S FATE WHY I PREFER TO BE A TEACHER? HOMEWORK ROTATION A STUDENT'S CRY. DON'T STOP HELPING ME, TEACHERS! HAPPY NEW YEAR 1999 STARVATION EDUCATION MEDICINE DEDICATION DISTURBANCES THE CLASS ­ PROMOTION THE FUTURE STUDENTS ABROAD THE YEAR 1998 EMOTION FOOD Berikut ini profil C.S. Lizuardiwana yang pernah dimuat di Majalah Berita BPK PENABUR Jakarta pada bulan September 1998 dengan judul: Pengabdiannya melebihi usia BPK PENABUR Ibu Lizuardiwana termasuk salah satu dari guru/karyawan yang menerima medali Satya Karya untuk pengabdian 30 tahun di BPK PENABUR yang telah diserahkan di Kompleks Sekolah Kelapa Gading dalam suatu acara Pengucapan Syukur dan Penyerahan Penghargaan Satya Karya Kepada Guru/Karyawan BPK PENABUR Jakarta, tanggal 19 Juli 1998 yang lalu. Ia juga ditunjuk menyampaikan kesan dan pesan dalam acara tersebut, mewakili teman­teman lainnya.

Penuh semangat, antusias, senang dan bangga bila membicarakan pengalamnya di BPK PENABUR, adalah kesan yang ditangkap oleh Berita PENABUR ketika menemui di rumahnya Jalan Cideng Barat 57. Kemudian ia pun menceritakan kisah pengabdiannya.

Waktu zaman Belanda, saya sudah menjadi kepala MULO (SMP BPK PENABUR sekarang), saya juga mengajar di AMS untuk bidang studi Bahasa Inggris. Di BPK PENABUR, saya mengajar Bahasa Inggris di SMAK I yang ada di Pintu Air 11 (sekolah pagi hari) tahun 1950.

Selan­ jutnya juga mengajar dan menjadi Kepala di SMPK IV Pintu Air 11, waktunya sore hari. Jadi saya merangkap dua tugas, pagi

harinya di SMAK I dan sore harinya di SMPK IV. Kemudian saya menerima pensiun tahun 1978, karena umur saya sudah mencapai 56 tahun sebagai pegawai negeri. Namun pensiun saya masih diperpanjang, saya tetap menjadi Kepala Sekolah SMPK IV (sore hari).

Pagi harinya saya ditarik oleh pengurus BPK PENABUR, waktu itu di bawah pimpinan (Almarhumah) Ibu Sadikin mengelola bidang personalia. Tugas saya adalah mengolah semua data guru yang menjadi pegawai negeri dan mengurusi masalah kesejahteraan mereka, seperti kepangkatan, kenaikan golongan dan sebagainya. Kantornya masih di Pintu Air 11.

Kemudian kantornya pindah ke Tanjung Duren Raya No. 4, dan tugas saya tetap mengurusi hal yang sama, yaitu masalah kepegawaian (memegang pegawai negeri) sampai tahun 1995. Jadi pengabdian saya di BPK PENABUR selama 50 tahun, 5 tahun sebelum BPK PENABUR berdiri dan 45 (empat puluh lima) tahun kemudian.

Karena sudah begitu lama saya mengabdi, maka harus memberi kesempatan kepada yang muda­muda. Sebenarnya saya masih cukup aktif untuk menjalankan tugas.

Setiap orang pasti mempunyai kenangan atau kesan yang membekas di hatinya. Entah kenangan yang menyenangkan ataupun kenangan yang kurang menyenangkan. Demikian juga dengan Ibu Lizuardiwana.

Ia tidak merasa tahu apakah pengabdiannya di bidang pendidikan adalah suatu panggilan atau bukan. Tetapi yang jelas, bekerja di dunia pendidikan baginya sangat menyenangkan. Ia tertarik sekali pada siswa yang memerlukan bantuan guru, terbukti ia tidak pernah meninggalkan BPK PENABUR, meskipun ada banyak tawaran waktu itu untuk pindah ke yayasan lain atau juga lembaga lain, ia tetap di BPK PENABUR karena memang merasa senang dan cocok. Senangnya apa, karena di BPK PENABUR, menurut penuturannya, kita bisa bekerja baik, bekerjasama dengan kawan­kawan itu menyenangkan.

Selain itu, pada waktu dulu pengurus yayasan itu akrab sekali dengan karyawan, merasa menyatu, tidak ada rasa canggung, seolah­olah suatu keluarga yang baik, jadi kita bisa bekerjasama, pokoknya betul­betul senang. Kemudian ia menyebutkan nama­nama pengurus seperti Bapak Ruben Budhisetiawan, Bapak Uripto Widjaya, Bapak Liang Swan, Bapak Surya Arief dan lain­lain. Mereka baik sekali dengan semua staf. Kalau ada rapat, meskipun sampai malam hari rasanya senang sekali, kita masih bisa terjaga, karena keakraban tersebut, sehingga kita bisa saling mengisi satu dengan yang lainya.

Belakangan ini, mungkin karena muda­muda ... (tertawa sejenak) kebapakan itu tidak ada. Tapi bolehlah, yang penting semua tetap punya perhatian dalam memajukan misi kita dalam bidang pendidikan

ini. Siswa­siswa bisa maju, kita dapat hasil yang sebaik­baiknya.

Waktu zaman saya mengajar dulu tahun 50­an sampai 70­an banyak lulusan dari BPK PENABUR yang langsung keluar negeri sekolah di sana, semua bisa diterima dengan baik dan selesai pun baik juga.

Sekarang bekas siswa­siswa saya banyak yang berhasil, menjadi manusia mandiri yang berguna dalam masyarakat.

Memang ada sekali atau dua kali hal­hal yang tidak berkenan di hati saya akibat sikap, perkataan atau perbuatan siswa, namun ya sudahlah, tidak apa­apa, tidak sampai menggores dalam hati. Itu saya lupakan semua.

Saya mempunyai pengalaman dengan BPK PENABUR itu kesannya baik sekali, saya tidak akan melupakan kerjasama yang baik, dengan Bapak Ruddy Koesnadi, dengan Bapak Hari Santosa, sekarang dengan Bapak Harjanto Trisno, semuanya oke sekali, saya senang.

Cita­citanya sejak dulu memang ingin menjadi seorang pendidik. Ia selalu belajar untuk kemajuan pendidikan, meski dalam lingkup yang kecil, namun menentukan. Pendidikan akademisnya pada zaman Belanda adalah guru biasa, kemudian memperoleh Diploma untuk Kepala Sekolah dan juga pendidikan dalam bahasa Inggris. Karena saya senang belajar, maka apa yang sudah saya kuasai sampai sekarang masih tetap dapat digunakan.

Sebagai mantan guru/karyawan BPK PENABUR Jakarta yang cukup senior, Ibu Lizuardiwana tentu mengetahui jatuh bangunnya BPK PENABUR Jakarta. Ketika ditanya apakah kunci utama dari semua itu sehingga sampai saat ini BPK PENABUR, khususnya Jakarta berhasil menjadi salah satu Yayasan Pendidikan Kristen yang besar?

Dengan mantap ia mengatakan, bahwa kunci utamanya adalah persatuan, kesatuan atau kekompakan dalam kerjasama antara pengurus dengan pendidik. Selain itu, para pendidik mempunyai kemauan/keinginan untuk maju terus. Faktor lain adalah, memang dari dulu BPK PENABUR sudah mempunyai nama yang baik, terutam di luar negeri. Kalau lulusan dari Pintu Air (SMAK I ­ Red), sudah merupakan jaminan, sudah top.

Keberhasilan proses pendidikan ataupun pengajaran memang ditentukan oleh berbagai faktor, namun faktor yang paling dominan adalah gurunya atau pengajarnya Dalam kerangka pemikiran ini Ibu Lizuardiwana sangat sependapat. Pendidikan di Indonesia pada umumnya sebenarnya cukup memadai, namun baik buruknya atau bermutu tidaknya anak didik itu tergantung dari yang memberikan, yaitu guru. Yang memberikan itu bisa mendalam atau mengambang.

Dengan kata lain guru memegang peranan yang paling penting agar siswa dapat menyerap apa saja yang diajarkan. Kalau gurunya strict

(keras) anak­anak akan bisa, cuma jangan sampai judes dan sebagainya. Guru harus mengerti situasi anak dan bagaimana memanfaatkannya.

Mengenai pelajaran bahasa Inggris di sekolah­sekolah menurut pendapatnya sudah cukup baik, buku­buku atau materi pelajarannya juga baik. Semua tetap tergantung kepada guru­guru bahasa Inggrisnya. Mereka harus dapat menambah sendiri apa yang perlu ditam­bah suapaya wawasan anak lebih luas dan jangan membebani murid­muridnya dengan bahan­bahan yang belum/dan tidak perlu dikenalnya. Sebaliknya juga, siswa jangan hanya tergantung kepada guru saja, tetapi juga dianjurkan swakarsa.

Wanita yang selalu mengisi kolom tetap di majalah BPK PENABUR, yaitu English Corner ini, pada waktu menjadi guru tergolong guru yang paling galak. Tetapi justru karena kegalakan itu anak­anak malah akrab dengannya. Galak dimaksudkan dalam rangka mendisiplinkan diri.

"Kalau di depan kelas, aku gurumu, jadi kamu harus mengerti, tapi kalau di luar kelas kita bersaudara, " katanya.

Melihat perkembangan dan kemajuan BPK PENABUR, ia senang sekali. Keadaan saat ini sangat kontras dengan keadaan pada tahun­ tahun 50­an, gedungnya sedikit sekali dan terdiri atas bilik­bilik serta papan­papan.

Sekarang sudah berdiri gedung­gedung bertingkat yang bagus. Sudah banyak gedung sekolah yang dibangun. Kemajuannya pesat sekali.

Dalam persaingan dengan lembaga pendidikan lain, ia yakin BPK PENABUR masih bisa mempertahankan levelnya.

Waktu luang yang ada banyak digunakan untuk mengabdi dan melayani di GKI Samanhudi sebagai aktivis Komisi Lansia, Komisi Wanita dan mengajar bahasa Inggris, dua kali seminggu. Selain itu di rumah ada sedikit les privat bahasa Inggris semampunya. Prinsipnya hatinya senang, walau sudah pensiun tidak ada rasa mengeluh. Tuhan telah memberkati dirinya dengan segala yang telah Tuhan berikan, terutamakan kesehatan. Ia bersyukur kepada Tuhan karena itu.

Hobinya adalah mengajar sesuai dengan profesinya dulu. Kemudian ia bercerita, di rumahnya ada seorang Jerman dan Rusia yang ingin belajar bahasa Indonesia dengannya. Sebenarnya Ibu Lizuardiwana merasa kesulitan, masih mending untuk orang Jerman itu, buka­buka buku sebentar masih tahu. Namun ia tidak kehilangan akal, ia pun mengajar dengan menggunakan gambar dan segala macam gerakan untuk orang Rusia itu. Bisa dibayangkan, betapa lucunya. Tetapi karena memang senang mengajar, semuanya berjalan dengan lancar.

Hobi yang lain adalah jalan­jalan. Meskipun secara fisik Ibu

Lizuardiwana sudah berumur, namun semangatnya masih tetap muda, jalan ke mana saja mau. Ibu Liem lahir tanggal 12 April 1920.

Makanan favoritnya nggak ada, pokoknya apa saja mau. Kalau mau makan enak, Ibu Liem demikian ia sering dipanggil, sekali­kali pergi "keluar" ke restoran. Namun yang pasti kondisi fisiknya selalu dijaga dengan makan teratur dan bergizi.

Membantu sesuai dengan kemampuan, pikiran dan pengalaman yang diperolehnya adalah prinsip hidupnya. Ini dibuktikan dengan pelayanannya di gereja sebagai aktivis Komisi Lansia, Komisi Wanita tadi. Inilah ladang pengabdiannya saat ini. Di samping itu, yang terpenting dan mendasar adalah, tidak meninggalkan perintah Tuhan.

Ayat Kitab Suci yang paling berkesan di ha­tinya adalah Mazmur 23:1, "Tuhan seperti gembala bagiku, aku tidak kekurangan". Jenis musik yang disukai adalah yang lemah lembut dan gemulai. Warna favoritnya adalah biru langit (sky blue). Sedangkan tokoh idolanya adalah Ibu Theresa yang selalu mengabdikan diri untuk sesama yang membutuhkan bantuan.

Sampai saat ini, Ibu Liem tetap setia memelihara sebuah kolom khusus di majalah Berita PENABUR, yaitu "English Corner". Sebenarnya sejak dulu ia selalu berharap kepada guru­guru bahasa Inggris di lingkungan BPK PENABUR Jakartas supaya berperan serta dalam menulis. Panjang pendek tidak jadi soal.

(Sambil menunjukkan majalah Berita PENABUR) Ini barusan Ibu Juliati Tindik (guru bahasa Inggris SMPK VI ­ Red) dan Teguh Santoso (guru bahasa Inggris SMUK I ­ Red). Ia yakin guru­guru lain pasti bisa, nggak ada alasan tidak bisa. Nanti mereka sendiri yang akan mendapat rasa bangganya kalau mereka selalu menulis. Karena guru­ guru dihargai oleh orang tua murid yang membacanya.

Sampai­sampai Pendeta Andar Ismail dari GKI Samanhudi (suami Ibu Stans Ismail ­ Red) berkata, "Keep on writing Mrs. Liem.. I enjoy your writing". Kemudian Ibu Liem jawab, "Wah ... saya harus nulis apa lagi, sebab kadang­kadang kehabisan ilham untuk menulis". Padahal untuk guru­guru di sekolah itu banyak sekali ilham­ilham untuk menulis.

Kalau masalah waktu yang mungkin menghambatnya, menurutnya tidak juga. Yang penting adalah ada kemauan. Kalau ada kemauan, semuanya mudah. Waktu itu bisa dicari, kemauan dulu yang harus dimiliki.

Sebagai akhir perbincangan, Ibu Liem mengucapkan salut untuk BPK PENABUR, supaya maju terus membina anak­anak agar mereka menjadi manusia yang mandiri. Kepada para guru supaya selalu mengetahui kebutuhan murid serta bersikap sabar dan bertekun terus.

Agar ada saling pengertian antara pendidik dan yayasan. (YUL).

KOMENTAR­KOMENTAR:

MENGENANG IBU RITA SADIKIN

Melihat foto ini di Facebook dari Clifford Samuel (paling kiri), saya jadi teringat dengan Ibu Rita Sadikin yang juga Oma dari anak­anak ini yang cantik­cantik dan ganteng­ganteng. Kalau beliau masih hidup tentu akan senang sekali. Saya jadi ingin mencari kembali foto­foto lama dan menuliskannya karena saya banyak punya kenangan manis ketika bekerjasama dengan beliau di BPK PENABUR. Boleh?

Nama lengkap seharusnya Dra. Rita S. Hadi Sadikin, tetapi di lingkungan BPK Penabur Jakarta lebih dikenal dengan Dra. R. Sadikin atau Ibu Sadikin. Telah wafat pada tanggal 13 Juni 1991. Waktu itu cucu pertama yaitu Griselda Nathania (paling kanan), berusia 4 tahun, cucu kedua Clifford Samuel (paling kiri), berusia 2 tahun, cucu ketiga Clarissa Nathasia Sadikin (kedua dari kiri) baru beberapa bulan sedangkan cucu keempat Grenaldi Petrus (kedua dari kanan) belum lahir.

Ibu Sadikin pernah menjadi pengurus BPK Penabur Jakarta pada tahun 1972­1974 dan pada tahun 1975­1977 menjadi Ketua III. Tetapi Ibu Sadikin lebih terkenal sebagai Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (P4).

Kalau melihat tahun­tahun di atas berarti Ibu Sadikin telah mengabdi di BPK Penabur Jakarta selama 19 tahun dari tahun 1972 s/d 1991.

Saya mulai kenal dengan Ibu Sadikin pada tahun 1972 berhubung ada anjuran dari pemerintah agar sekolah­sekolah memiliki guru Bimbingan dan Penyuluhan maka pengurus BPK Penabur Jakarta menghubungi Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa untuk meminta tenaga.

Ditunjuklah 2 (dua) orang mahasiswa Fakultas Psikologi U.I. yaitu Sdr. Bambang Gunawan dan Sdr. Ny. D. Sewandi (Joke Oey) untuk membantu. Sedangkan Prof. Dr. Singggih D. Gunarsa karena waktu itu sedang mempersiapkan disertasi doktor hanya menjadi penasehat saja.

Pada tahun 1974 setelah Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa meraih gelar Doktor dalam ilmu psikologi (tgl. 12.1.1974) juga ikut bergabung di BPK Penabur Jakarta dan langsung memimpin Bidang Bimbingan & Penyuluhan.

Setiap minggu Ibu Sadikin selalu memimpin rapat P4 dan yang menarik waktu itu ada dua professor yang jadi "bawahan" yaitu Prof.

Dr. Singgih D. Gunarsa dan Prof. S. Soeitoe. Foto­foto di bawah ini memperlihatkan ketika Ibu Sadikin bersama Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dan Prof. S. Soeitoe meninjau sekolah BPK Penabur di Bogor, Cicurug dan Sukabumi.

Pada foto di atas Ibu Sadikin adalah kelima dari kiri. Pertama dari kiri adalah Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa sedangkan paling kanan adalah Prof S. Soeitoe.

Dalam foto di atas Ibu Sadikin adalah kedua dari kiri.

Dalam foto di atas Ibu Sadikin adalah paling kanan

Dalam foto di atas ketika di Cicurug, Ibu Sadikin adalah paling kiri

Dalam foto di atas ketika di Sukabumi, Ibu Sadikin adalah kedua dari kiri Bekerja sama dengan Ibu Sadikin selama 19 tahun banyak hal menarik yang saya peroleh. Ciri khasnya adalah sangat menghargai kreatifitas bawahannya. Saya merasakan tidak pernah bekerja karena disuruh, semua yang saya kerjakan adalah karena ide atau usulan saya sendiri.

Perhatian terhadap guru­guru juga sangat besar. Kalau ada rapat atau pertemuan, guru yang baru atau belum kenal selalu didatangi secara khusus dan diajak bicara. Akibatnya hampir semua nama guru dihafalnya.

Sikapnya terhadap disiplin cukup keras, bagi guru yang kurang disiplin sering kena tegurnya. Tidak heran pada saat jenasah Ibu Sadikin masih ada di RS St. Carolus, seorang guru berkata dengan rekannya: "Sudah isi absen belum (maksudnya tentu buku tamu), nanti diperiksa sama Ibu Sadikin".

Ir. Suwandi, Ketua PPPK Petra Surabaya, khusus terbang dari Surabaya ke Jakarta untuk mengantarkan Ibu Sadikin ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Foto­foto di bawah ini memperlihatkan ketika Ibu Sadkin meninjau sekolah Petra di Surabaya.

Foto di bawah ini dibuat di Salatiga ketika hadir waktu pelantikan Rektor UKSW Dr. Willi Toisuta, Ibu Sadikin (kanan) bersama Pak Uripto Widjaja (kiri).

Tentu kalau masih hidup pasti Ibu Sadikin gembira sekali melihat foto di bawah ini, keluarga anak pertamanya yaitu Jimmy Rusmin Sadikin pada tanggal 2 Desember 2009 ketika menantu pertama, Vinny

Tjahjar, Ulang Tahun ke 51.

Bambang Gunawan, 27 Desember 2009

MENGENANG I.K. ADINATA Tanggal 26 Desember 2009 pulang dari Pasar Petojo dengan bersepeda berdua dengan istri saya, mampir ke rumah I.K. Adinata untuk mengucapkan Selamat Natal 2009 kepada Ibu I.K. Adinata yang kini harus selalu di tempat tidur pada usia tuanya.

Gembira sekali ternyata beliau masih kenal saya, tetapi dengan Ibu Nita, istri saya, tidak kenal dan berkata: “Ini siapa ya?”. Ketika tahu kami datang berdua dengan naik sepeda maka beliau memberikan jempol tangannya.

Sebetulnya cerita di bawah ini sudah pernah dimuat di website BPK PENABUR yang lama tetapi karena pada website BPK PENABUR yang baru sudah tidak bisa ditemukan dan kebetulan tahun 2010 BPK PENABUR akan HUT 60 TAHUN, ada baiknya kini nengok ke belakang.

Pada tanggal 26 November 1993 telah meninggal dunia I.K. Adinata.

Bagi guru baru atau karyawan baru di BPK PENABUR Jakarta tentu tidak mengenalnya. Tetapi karena banyak jasanya pada BPK PENABUR Jakarta maka perlu diinformasikan.

Saya mengenal I.K. Adinata sebagai pengurus BPK PENABUR Jakarta pada tahun 1970 ketika menjadi guru Ilmu Ukur di SMPK V. Katanya pengurus BPK PENABUR Jakarta adalah wakil gereja yang bekerja secara sukarela, tetapi koq pengurus ini rajin sekali datang ke sekolah. Suatu hari sempat ngobrol dengan I.K. Adinata, mula­mula cuman basa basi saja. Tetapi setelah diketahuinya bahwa saya adalah mahasiswa dari Fakultas Psikologi maka pembicaraan menjadi serius dan intim. Rupanya I.K. Adinata juga senang dengan Ilmu Psikologi.

Sejak itu hubungan saya dengan I.K. Adinata tidak terasa lagi sebagai hubungan antara seorang guru dengan pengurus BPK PENABUR Jakarta yang punya kekuasaan. Tidak ada perasaan seperti hubungan antara "buruh" dengan "majikan". I.K. Adinata juga sering ke rumah saya. Mungkin sampai saat ini pengurus BPK PENABUR Jakarta yang paling banyak datang ke rumah saya adalah I.K. Adinata.

Pada tahun 1982 ngobrol dengan I.K. Adinata yang baru pulang operasi jantung di Belanda. Saya tiba­tiba terkejut ketika dikatakannya:

"Kamu tahun 1984 harus pergi ke Photokina di Koln Jerman Barat".

Aneh, tidak ada peraturan di BPK PENABUR Jakarta yang menyatakan guru atau karyawan yang berprestasi berhak mendapat bonus ke luar negeri. Karena itu kata­kata tersebut saya anggap sebagai "angin lalu" saja. Kenyataan menjadi lain. Pada pertengahan tahun 1984 diperoleh informasi ada sponsor yang menyediakan tiket pulang pergi ke Eropa. Biaya akomodasi diminta BPK PENABUR Jakarta yang menyediakan. Tetapi pengurus BPK PENABUR Jakarta waktu itu tidak setuju karena tidak melihat manfaatnya untuk BPK PENABUR Jakarta. Saya yang merasa tidak punya hak, ya diam saja.

Memang tidak bisa menuntut, koq! Tetapi satu bulan sebelum berangkat, diperoleh informasi, semua dana ditanggung sponsor, agar pengurus BPK PENABUR Jakarta tidak tersinggung diminta supaya alasan yang diajukan ialah "bayar sendiri". Laporan perjalanan dimuat secara bersambung dalam "Berita Penabur" yang waktu itu masih bernama "Berita KPS Jakarta" dari bulan Februari 1985 sampai dengan bulan Januari 1986 sebagai bukti "ada manfaatnya untuk BPK PENABUR Jakarta" karena itulah sebenarnya yang dikehendaki oleh I.K. Adinata. "Kamu pergi bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk BPK PENABUR Jakarta", itulah kata­kata yang diucapkan I.K. Adinata.

Pulang dari Photokina menyadarkan saya bahwa di masa depan peranan komputer penting sekali. Sejak itu saya mulai belajar komputer dan fotografi diserahkan kepada orang lain. Ini juga suatu bukti "manfaat untuk BPK PENABUR Jakarta" berkat I.K. Adinata.

Masih banyak kenangan manis dengan I.K. Adinata misalnya ketika isteri saya atau anak saya dirawat di R.S. Husada. Saya yakin bukan saya sendiri yang memiliki kenangan manis dengan I.K. Adinata, banyak guru­guru senior yang lain juga memilikinya.

Sayang pada saat I.K. Adinata telah pergi untuk selama­lamanya, Bidang Media Pembelajaran menempati kantor yang baru di Jalan Tanjung Duren Raya No. 4. Mereka tidak bisa melihatnya, tetapi jasa­ jasa mereka tetap terlihat karena abadi sifatnya.

Drs. Bambang Gunawan KESAKSIAN SEORANG PRESIDEN DIREKTUR

Date: Mon, 14 Jan 2002 12:33:41 +0700 From: Haryono Tjahjarijadi <htslja@cbn.net.id> Waktu itu tahun 1976, saya baru naik dari kelas 2 ke kelas 3 SMEAK, Jalan Pembangunan, Jakarta namun tidak ada rasa bahagia terbersit karena saya sedang memikirkan bagaimana caranya bayar uang sekolahnya? Soalnya orang tua saya saat itu sedang kesulitan keuangan sedangkan adik saya yang perlu sekolah ada 5 orang.

Pada saat itu Lieke datang menghampiri saya dan menanyakan apa saya ada masalah? Dan saya jelaskan problem saya tersebut bahwa saya tidak akan meneruskan sekolah lagi! Lieke menjanjikan untuk membicarakan hal tersebut ke Oom­nya yang pada saat itu katanya adalah salah satu pengurus yayasan.

Beberapa hari kemudian Lieke mengatakan kepada saya bahwa dia sudah bicara dengan Oom Adinata dan saya diminta untuk tetap sekolah. Saya juga tidak diminta untuk menandatangani dokumen apapun.

Untuk itu saya hanya bisa mengucapkan banyak­banyak terima kasih ke Oom Adinata yang telah membantu saya.

Sedangkan untuk uang ujian saya dapatkan dari hasil saya mengetikkan skripsi para mahasiswa/i yang membutuhkan jasa saya.

Demikianlah sekelumit kisah hidup saya di tahun 1976 dan tanpa berkat dan kasih Tuhan yang dinyatakan melalui Lieke dan Oom Adinata mungkin jalan hidup saya juga akan berbeda.

Jakarta, 12 Januari 2002 Haryono Tjahjarijadi

Haryono Tjahjarijadi (kanan) saat menyerahkan kepengurusan Ikatan Alumni kepada Ernestine Kosim.

WIFI SEBAGAI HADIAH NATAL

Waktu Reuni FPsi UI angkatan 1963, 1964, 1965 pada hari Minggu, tanggal 18 Desember 2005, Pk. 11:00, di rumah Elly Yahya, Jalan Jaya Mandala 7 No. 5, Patra Kuningan, saya ada menulis sbb: “Terima kasih kepada Elly yang telah menyediakan akses internet wireless broadband sehingga bisa cepat sekali untuk mengakses http://bg.penabur.org/psy/ (Sayang sejak tahun 2008 alamat ini sudah tidak bisa diakses)” Hal itu dimungkinkan karena seluruh rumah Elly Yahya ada WIFI atau juga disebut HOTSPOT sehingga bisa akses internet dari mana saja

tanpa kabel. Foto di atas sebagai bukti, ada laptop dan projector serta teman­teman yang serius nonton. Sayang tidak ada tukang fotonya.

Sejak itu timbul keinginan untuk pasang di rumah penulis.

Karena harganya cukup mahal maka terus tertunda keinginan tsb.

Tahun 2007 ketika pasang Fistmedia sudah hampir mau pasang. Tetapi ragu­ragu, perlu atau tidak ya?

Desember 2009 karena computer desktop di rumah sudah masalah alias tidak bisa dipakai terpaksa beli Joybook BENQ 10 inch.

Keinginan timbul lagi lalu uji coba dengan pinjam alat access point milik menantu penulis. Sayang tidak berhasil maka terpaksa keinginan tsb dipadamkan.

Tanggal 24 Desember 2009 karena sudah libur menantu penulis datang lagi untuk coba setup, memang agak repot dan perlu kesabaran.

Akhirnya berhasil dan bisa akses internet baik di lantai atas maupun di lantai bawah. Inilah bukti data teknisnya:

Ketika iseng­iseng posting di Facebook, ternyata lumayan juga yang memberikan komentar.

Lucu ya, seperti anak kecil saja yang senang dapat Hadiah Natal, padahal sudah jadi Opa. Sekali lagi Selamat Natal 2009 dan saya prihatin karena masih banyak teman­teman saya yang tidak atau belum merasakan indahnya Natal ini.

Bambang Gunawan, 25 Desember 2009

PACARAN SEPANJANG MASA Ketika bulan Juli 2008 saya dan istri naik sepeda ke tepi lapangan golf di Lippo Karawaci, kemudian fotonya diposting di http://bg440507.multiply.com Tidak terduga ada rekan dari B2W Indonesia menulis sbb: sukartonokartono wrote on Jul 10, '08

Inspiratif sekali, menggugah untuk bisa mengajak istri menjadi pesepeda sekalian bisa "pacaran" sepanjang masa. Salam gowes Om Pak BG dan Tante Bu Nita. He he he

Syukurlah kalau foto di atas bisa menjadi berkat untuk banyak orang. Buat kami berdua gowes atau naik sepeda adalah suatu hal yang rutine, yang paling banyak tentu saja ke Pasar Petojo untuk belanja kebutuhan sehari­hari.

Berhubung sudah lansia maka tidak terlalu berani untuk terlalu jauh gowesnya. Pernah mau ke Pasar Petojo tetapi memutar lewat Jalan Gaja Mada lalu ke Jalan Perniagaan atau dulu bernama Patekoan, tempat Sekolah PAHOA sebelum ditutup.

Kedua foto di atas adalah bukti yang tidak perlu dituliskan di mana tempatnya. Yang penting selalu gowes berdua walaupun saat ini sudah jadi Opa dan Oma maka tidak salah kalau Om Sukartono Kartono menulis “PACARAN SEPANJANG MASA”.

Bambang Gunawan, 28 Desember 2009