Perancangan
PASAR TRADISIONAL HIJAU SEPINGGAN
Upaya promosi pertanian kota dan sebagai identitas keberagaman Masyarakat di Kota Balikpapan dengan pendekatan arsitektur perilaku
Bima Bahitsu’ali Afnan Kusuma 19512188
Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Ar. Revianto Budi Santosa, M. Arch., IAI
DESIGN OF SEPiNGGAN GREEN TRADiTiONAL mARkET
Efforts to promote urban agriculture and as an identity for community diversity in Balikpapan City with a behavioral architecture approach
Bima Bahitsu’ali Afnan Kusuma
19512188
Supervisor: Dr. Ir. Ar. Revianto Budi Santosa, M. Arch., IAI
Lembar Pengesahan
Studio Akhir Desain Arsitektur yang Berjudul
Final Architectural Design Studio Entitled
Telah Diuji dan Disetujui pada
Student's Full Name
Perancangan Pasar Tradisional Hijau Sepinggan upaya Promosi Pertanian Kota dan sebagai Identitas Keberagaman Masyarakat Balikpapan dengan pendekatan Arsitektur Perilaku
Design of Sepinggan Green Traditional Market efforts to Promote Urban Agriculture and as an Identity for Community DIversity in Balikpapan City with a Behavioral Architecture approach
Nama Lengkap Mahasiswa
Student's Full Name
Nomor Mahasiswa
Student's Identification
Telah Diuji dan Disetujui pada
Has been evaluated and agreed on
Bima Bahitsu'ali Afnan Kusuma
19512188
Yogyakarta, 29 Januari 2024
Yogyakarta, January 29th 2024
Pembimbing Supervisor
Dr. Ir. Ar. Revianto Budi Santosa, M.Arch., IAI
M. Galieh Gunagama, S.T., M.Sc
Dr. Ar. Jarwa Prasetya Sih Handoko, S.T., M.Sc., IAI., GP
Diketahui Oleh
Acknowledge by
Ketua Program Studi Sarjana Arsitektur
Penguji 1 Jury 1 Penguji 2 Jury 2Catatan Dosen Pembimbing
Berikut ini adalah penilaian buku laporan Studio Akhir Desain Arsitektur:
Nama Lengkap Mahasiswa Student's Full Name
Nomor Mahasiswa Student's Identification
Judul Laporan Title
: : :
Bima Bahitsu'ali Afnan Kusuma
19512188
Perancangan Pasar Tradisional Hijau Sepinggan upaya Promosi Pertanian Kota dan sebagai Identitas Keberagaman Masyarakat Balikpapan dengan pendekatan Arsitektur Perilaku
Design of Sepinggan Green Traditional Market efforts to Promote Urban Agriculture and as an Identity for Community DIversity in Balikpapan City with a Behavioral Architecture approach
Kualitas Pada Buku Laporan Studio Akhir Desain Arsitektur :
Sedang, Baik, Baik Sekali *)
Sehingga,
Direkomendasikan / tidak direkomendasikan *)
Untuk menjadi acuan produk laporan Studio Akhir Desain Arsitektur
Yogyakarta, 4 Februari 2024
Yogyakarta, February 4th 2024
Dosen Pembimbing Supervisor
Pernyataan Keaslian Karya.
Saya menyatakan bahwa seluruh bagian karya ini adalah karya saya sendiri kecuali karya yang disebutkan referensinya dan tidak ada bantuan dari lain pihak baikseluruhnya ataupun sebagian dalam proses pembuatannya.
Saya juga menyatakan tidak ada konflik kepemilikikan intelektual atas karya ini, sehingga seluruh pikiran dan tulisan yang ada dalam karya ini merupakan penulis utama dan pembimbing.
Hasil akhir diserahkan kepada Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia untuk digunakan bagi kepentingan pendidikan dan publikasi namun dengan hak kepemilikan intelektual tetap dimiliki penulis.
Yogyakarta, 4 Februari 2024 Penulis,
Bima Bahitsu'ali Afnan Kusuma
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir Sarjana yang berjudul “Perancangan Pasar Tradisional Hijau Sepinggan dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku” dengan baik. Sholawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat- sahabatnya.
Penulis berharap semoga proyek akhir sarjana ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pengamatnya, menjadi acuan dan juga bahan pembelajaran serta koreksi sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari proyek ini dalam kualitas untuk lebih baik kedepannya.
Dalam penyusunan Proyek Akhir Sarjana ini, penulis banyak mendapat bantuan, masukan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada :
• Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya dalam proses penulisan Proyek Akhir Sarjana ini diberi kemudahan dan keberkahan.
• Orang Tua dan Keluarga tercinta, terima kasih atas dukungan, doa, semangat dan motivasi yang tidak terhingga.
• UPTD Pasar Wilayah IV khususnya pada Ibu Atika Wijayanti serta masyarakat yang turut andil ambil peran memberikan waktu, tenaga dan jasanya membantu proses kajian perancangan.
• Bapak Dr. Ir. Ar. Revianto Budi Santosa, M. Arch., IAI selaku dosen pembimbing Proyek Akhir Sarjana ini yang telah sabar memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait penyusunan proyek akhir menjadi lebih baik serta pembelajaran yang akan bermanfaat kedepannya tentang kehidupan.
• Bapak M. Galieh Gunagama, S.T., M.Sc dan Dr. Ar. Jarwa Prasetya Sih Handoko, S.T., M.Sc., IAI., GP selaku dosen penguji Proyek Akhir Sarjana yang telah memberikan saran serta kritik yang membangun terkait penyusunan proyek akhir menjadi lebih baik.
• Seluruh jajaran dosen dan staff Departemen Arsitektur UII. Panitia Proyek Akhir Sarjana khususnya Pak Aryo yang selalu ramah dan membantu.
• Teruntuk Sahabat, ada diri saya yang tumbuh ketika kita menangis dan tertawa bersama. Terimakasih atas suka duka dan pembelajarannya.
• Teman seperjuangan tercinta arsitektur UII dari setiap angkatan yang sudah banyak sekali memberikan inspirasi selama ini, sukses dan semangat untuk kalian semoga kelak kita akan menjadi bagian dari kolaborasi sebuah mahakarya aamiin.
• Seluruh pihak yang telah berkontribusi langsung dalam penyelesaian karya ini, tidak bisa disebutkan satu persatu tetapi selalu penulis ingat.
Atas seluruh doa, dukungan, serta bantuan yang sudah diberikan, semoga diberikan dan mendapatkan balasan dari Allah SSWT. Penulis menyadari bahwa Proyek Akhir Sarjana ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan dalam rancangan dan laporan ini. Semoga pada Proyek Akhir Sarjana ini, menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya dan bermanfaat bagi pengamatnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan dan melimpahkan segala rahmat-Nya bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, 27 Januari 2024
ABSTRAK
Pasar Sepinggan, sebagai salah satu pasar di Kota Balikpapan yang memiliki keberagaman budaya masyarakatnya karena mayoritasnya merupakan perantauan. Kebudayaan yang beragam ini menjadi tantangan besar dalam menciptakan suatu identitas Kota Balikpapan yang berada di Pulau Kalimantan namun dengan penduduknya yang justru heterogen. Pada awalnya, pasar ini hanya untuk mewadahi pasar pagi bagi sebagian kecil masyarakat bagian Balikpapan Selatan. Namun, seiring waktu semakin padatnya Kota Balikpapan dan masih minimnya pasar yang sesuai standarisasi menyebabkan degradasi kelayakan fungsionalnya. Keadaan ini memberikan perhatian besar ditengah pentingnya roda perekonomian harus didukung prasarana yang mumpuni, hal ini berkaitan dengan pembaharuan fisik bangunan akibat degradasi kelayakan, jumlah pedagang yang meluber hingga jalan raya dan perkampungan, akses yang sudah tidak dapat diketahui, sirkulasi yang tidak dapat digunakan, tata ruang dagang yang tidak memiliki pengaturan, dan bentuk bangunan yang perlu memiliki peningkatan dalam ekspresi arsitektur. Adapun aspek yang menjadi pertimbangan lainnya adalah menggiatkan pengelolaan sampah organik menjadi kompos yang sudah ada. Dalam hal ini, terdapat pengelola pasar dan paguyuban pedagang pasar yang dapat memberikan kontribusi dengan adanya inovasi pengolahan kompos hingga pertanian pada pasar yang menjadi sebuah nilai baru masyarakat setempat atau bahkan menjadi contoh bagi Kota Balikapapan. Hasil pertanian dapat dijual dan dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk kuliner. Namun, Batasan pada perancangan yaitu pertanian yang menjadi promosi ekosistem sosial dan ekologi bagi kota. Maka, Perancangan Pasar Tradisional Hijau Sepinggan menerapkan pendekatan Arsitektur Perilaku. Arsitektur Perilaku menekankan pada Behavior Setting berkaitan dengan kebutuhan ruang pengguna, Spatial Cognition berkaitan dengan kenyamanan gerak dan peningkatan alur aktifitas pengguna serta Environtment Perception berkaitan dengan ekspresi bangunan yang dikenal tentang nilai baru identitas Pasar Sepinggan Balikpapan.
Kata Kunci: Pasar Tradisional Sepinggan, Urban Farming, Arsitektur Perilaku, Setting Perilaku, Kognisi Spasial, Persepsi Lingkungan
ABSTRACT
Sepinggan Market, as one of the markets in Balikpapan City which has a cultural diversity of people because the majority are overseas. This diverse culture is a big challenge in creating an identity for Balikpapan City, which is on the island of Kalimantan but with a heterogeneous population. Initially, this market was only to accommodate the morning market for a small number of people in South Balikpapan. However, as time goes by, the city of Balikpapan becomes increasingly congested and the lack of markets that comply with standardization causes a decline in its functional feasibility. This situation is of great concern amidst the importance of the economy being supported by adequate infrastructure, this is related to the physical renewal of buildings due to degradation of feasibility, the number of traders spilling over to roads and villages, access that is no longer known, circulation that cannot be used, layout trading spaces that lack organization, and building forms that need to experience an increase in architectural expression. Another aspect that is being considered is to intensify the management of existing organic waste into compost. In this case, there are market managers and market traders' associations who can contribute by providing innovations in compost processing to farming in the market which become a new value for the local community or even become an example for the City of Balikapapan. Agricultural products can be sold and further utilized into culinary products. However, the limitation in the design is that agriculture promotes social and ecological ecosystems for the city. So, the design of the Sepinggan Green Traditional Market applies a Behavioral Architecture approach. Behavioral Architecture The emphasis on Behavior Setting is related to the user's space needs, Spatial Cognition is related to the comfort of movement and increasing the flow of user activities and Environmental Perception is related to the building's known expression of the new value of the Sepinggan Balikpapan Market identity.
Keyword: Sepinggan Traditional Market, Urban Farming, Behavioral Architecture, Behavior Setting, Spatial Cognition, Environment Perception
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Pernyataan dan Perumusan Masalah
1.3 Metode Desain
1.4 Hipotesis Desain Awal
1.5 Orisinalitas
BAB 2 mASALAH DAN STUDI
2.1 Lokasi dan analisis konteks
2.2 Data Eksisting Site
2.3 Kajian Landasan Desain Arsitektur Pasar
2.4 Kajian Prinsip Perancangan arsitektur berbasis perilaku
2.5 Kajian Prinsip Perancangan Arsitektur Hijau
2.6 Studi Preseden
2.7 Synthesis Konsep
BAB 3 PEmECAHAN mASALAH DESAIN
3.1 Pendekatan Konsep Desain
3.2 Synthesis Konsep Rancangan Desain
3.3 Situasi & Rencana Tapak
3.4 Denah Lantai
3.5 Tampak dan Potongan
3.6 Struktur & Infrastruktur Bangunan
3.7 Detail Arsitektur
3.8 Keamanan & Keselamatan Bangunan
3.9 Eksterior dan Interior Bangunan
BAB 4 EVALUASI DESAIN
4.1 Penjelasan Hasil Urgensi dan Signifikansi Inovasi Perancangan
4.2 Review Evaluatif Ekspertis & Potential User
1.1 Latar Belakang
Balikpapan Kota Lima Dimensi
Konsep Kota Lima Dimensi, yaitu Kota Industri, Jasa dan perdagangan, Pariwisata, Pendidikan , Budaya dan Adat Istiadat. Kota Balikpapan merupakan pintu gerbang lintas Kalimantan Timur melalui berbagai moda transportasi (udara, laut, darat) dengan jumlah penduduk 649.806 jiwa. Kota Balikpapan sebagai kota penghasil minyak cukup besar di Indonesia yang berperan mensuplai kebutuhan migas khusus di Indonesia Timur sehingga dijuluki kota minyak dengan produksi yang mencapai 86 juta barrel per tahun. Perkembangan industri minyak maupun kegiatan industri lainnya seperti industri galangan kapal, perkayuan, bahan bangunan dan lainnya yang telah membangun Balikpapan menjadi kota industri. Eksistensi Balikpapan sebagai kota jasa menjadikan daerah ini dirancang sebagai Kota MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition). Tingginya intensitas berbagai pertemuan, konferensi dan pameran perlu ditunjang oleh beragam fasilitas dalam menampung pengunjung. Diperkuatnya fungsi
Balikpapan sebagai Kota Perdagangan perlu didukung sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan dengan pemberdayaan masyarakat untuk menunjang masa depan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Gambar 1.1 Keberagaman Etnis Masyarakat Balikpapan
Sumber: Yogyakartanews.com, diakses 2023
Heterogenitas
Penduduk Kota Balikpapan yang heterogen terdapat berbagai suku bangsa, seni dan budaya dengan setidaknya ada 104 etnis/paguyuban. Berdasarkan asalnya, pendatang berasal dari Jawa yakni 30%, Banjar dan Bugis masing masing 20%, Toraja sebanyak 11%, Madura sebanyak 8%, Buton sebanyak 7% dan Betawi sebanyak 4%. Pada sensus yang dilakukan, suku yang membentuk masyarakat Balikpapan yaitu Suku Paser 8,77%; Suku Kutai 10,43%; Suku Banhar 12,19%, Suku Bugis 14,44%; Suku Jawa 29,76%; Rumpun Tionghoa 16,76%; Suku Minahasa 6,81%; Suku Batak 3,21%; Suku Aceh 2,08%, Suku Gayo 1,08%, Suku Gorontalo 0,06%. Heterogenitas penduduk Kota Balikpapan merupakan potensi berkembangnya Balikpapan sebagai Kota Budaya. Keberadaan ratusan paguyuban yang tumbuh di kota ini didukung pembangunan infrastuktur merupakan pilar pilar yang menopang Balikpapan sebagai Kota Budaya.
Sehingga bagaimana agar persen kebermanfaatan menjadi berkelanjutan di masa depan? Dalam konteks kelestarian dan konservasi lingkungan, "pasar hijau" sering kali mengacu pada pasar produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini dapat mencakup makanan organik, barang-barang yang bersumber secara lokal, produk-produk yang terbuat dari bahanbahan terbarukan, dan peralatan hemat energi. Pasar hijau bertujuan untuk mempromosikan pilihan konsumen yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pertumbuhan jiwa yang terus meningkat pesat dengan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN) dan kebutuhan hidup semakin meningkat pesat sehingga perlu tindakan guna mengantisipasi masa depan, menjaga stok dan harga pangan di pasar. Bulog berupaya melakukan pengecekan pasokan dari agen sampai end user atau masyarakat. Bulog mencegah terjadi penumbunan dengan memantau alur distribusi berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan satgas pangan.
Balikpapan memiliki tata kota yang baik dan memperhatikan kebersihan lingkungannya secara keseluruhan sehingga mendapatkan penghargaan Adipura Kencana dan di bidang lingkungan tingkat Asia Tenggara, yakni ASEAN Environtmentally Sustainable CIty (ESC) Award 2021 yang merupakan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan. Sebagai kota industri, harus tetap menajga keselarasan antara pemanfaatan kawasan dengan keramahan lingkungan. Inovasi unggulan yang dilakukan Pemerintah Kota Balikpapan mencakup 3 aspek pengelolaan lingkungan hidup yaitu clean land (lahan bersih), clean water (air bersih), dan clean air (udara bersih). Inovasi tersebut adalah pemberian muatan lokal lingkungan hidup, pengembangan model pasar untuk edukasi lingkungan hidup, regulasi sampah berbasis daur ulang, pengembangan kawasan hijau. Terus bergulirnya gerakan Clean, Green and Healthy (CGH) yang diluncurkan pemerintah. Deklarasi Balikpapan peduli sampah dapat membuktikan bahwa kota balikpapan layak dijadikan contoh dan menjadi kota inspirasi bagi kota atau kabupaten lainnya. Dari sisi pengelolaan sampah, terdapat bank sampah dan produksi sampah kota balikpapan dapat diproses menjadi kompos sebanyak 3% per tahunnya yang dapat menambah nilai ekonomis. Global warming tidak hanya cukup direspon dengan mengurangi penggunaan energi efisien. Dalam menjaga kelestarian sumber daya alam dan menjaga keberlangsungan makhluk hidup, bangunan perlu dirancangan ke arah pendekatan ekologi yang memikirkan efisiensi energi ruang dan keberlangsungan ruang luar (alam). Dengan memahami serta menyelaraskan dengan alam diharapkan dapat memberikan kontribusi berarti bagi kelestarian alam dan makhluk hidup didalamnya sehingga mampu membantu mengurangi dampak pemanasan global.
Inovasi Kontribusi Need
Ekologis Kota
Lahan Ekonomi
Kreatif
Ketahanan Pangan
Nilai ekonomis
Penumpukan Sampah
Penghijauan kota
Kebutuhan bahan pangan
Produksi Kompos
Pertanian sayur mayur
Pasar Sebagai Penggerak
Peradaban Kota
Kota Balikpapan, memiliki 51 pasar yang terdiri dari 21 pasar tradisional dan 30 pasar modern. Pedagang yang terlibat di dalam pasar tradisional sebesar 5.231 orang, pada pasar modern yakni hanya sebanyak 2.847 pedagang. Peranan pasar tradisional penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah sebagai penyumbang pendapatan yang cukup besar terhadap PDRB. Saat ini kontribusinya 8,95% dengan pertumbuhan 6,40%. Geliat perdagangan kota ini berpengaruh pada aktivitas perekonomian. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa revitalisasi pasar justru seringkali menyebabkan berkurangnya kohesi/modal sosial di masyarakat dan perancangan pasar secara ideal harus mampu mengakomodasi atau meingkatkan kohesi sosial.
Data spasial menunjukkan 14 pasar yang terdeteksi di kota balikpapan. Kecamatan Balikpapan (Pasar Inpres Kebun Sayur dan Pasar Pandan Sari), Kecamatan Balikpapan Barat (Pasar Kampung Baru Tengah dan Pasar Loak Besi), Kecamatan Balikpapan Kota (Pasar Baru, Pasar Damai I, Pasar Klandasan), Kecamatan Balikpapan Selatan (Pasar Sepinggan), Kecamatan Balikpapan Tengah (Pasar Gunung Guntur dan Pasar Karang Jati), Kecamatan Balikpapan Timur (Pasar Gunung Tembak dan Pasar Manggar), serta Kecamatan Balikpapan Utara (Pasar Buton dan Pasar Rapak).
Pasar tradisional memiliki kedudukannya sendiri diantara swalayan, mall dan minimarket. Tetap menjadi pilihan utama masyarakat atas pertimbangan harga relatif murah, pilihan beragam, tawar menawar, barang yang tidak tersedia di tempat lain. Pasar tradisional pada umumnya mengalami mal fungsi karena gagal dalam mengakomodasi pedagang yang terus tumbuh tidak tertata di lingkungan sekitarnya seperti akses dan sirkulasi jalan gang, jalan kolektif sekunder dan perkampungan.
Fragmentasi Pasar
Dari beragamnya pelaku pasar beserta kegiatannya saat ini, fungsi pasar masih dimaknai sebagai ruang transaksi perdagangan yang statis. Padahal pasar rakyat mengemban fungsi lebih dari itu, seperti menjadi wadah kegiatan ekonomi, ruang interaksi sosial, dan sarana rekreasi baik suasana pasar maupun produk dagangnya (Aliyah, Daryanto, & Rahayu, 2007). Pasar tidak bisa dilihat hanya sebagai arena jual-beli dengan batas waktu tertentu karena ruang publik ini memiliki peran dan fungsi sebagai ruang-ruang yang fleksibel, aktif dan memicu relasi sosial. Selain itu, dalam hal konteks pasar, Fragmentasi Pasar dan Kota yaitu citra kota yang men-desa. Citra kota yang men desa menjadi perhatian dalam mewujudkan arsitektur pasar.
Memahami budaya pasar juga menjadi penting karena pada dasarnya pemahaman mengenai pola hidup para pedagang dan pengalaman perdagangan membentuk gagasan individu tentang diri dan kepribadian, tidak hanya sebagai pelaku ekonomi tetapi dalam hal lain seperti pemahaman mengenai gender, kelas, etnis, hingga bagaimana bentuk kepribadian para pedagang membentuk aspek-aspek budaya suatu pasar atau pasar tradisional (Endres & Leshkowich, 2018). Inilah yang membedakan pasar tradisional dengan pasar modern yaitu interaksi antara pelaku dalam pasar yang lebih intensif dan bersifat akrab. Melalui pasar tradisional, budaya dari satu tempat dapat dikenal dan memungkinan terjadinya akulturasi budaya sehingga memperkaya pengetahuan akan budaya daerah lain. Selain itu, mempererat hubungan antar manusia dari berbagai etnis atau latar belakang suku bangsa sehingga mampu memperkuat persatuan bangsa. Rupa yang beragam satu sama lain membuat munculnya budaya universal dan budaya parsial yang dihidupi oleh para pedagang.
Arsitektur perilaku dapat mewadahi kebutuhan pengguna secara non fisik. Bangunan yang dirancang manusia secara sadar/tidak sadar memengaruhi pola perilaku manusia yang hidup di dalam arsitektur dan laingkungannya. Sebuah arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia dan sebaliknya dari arsitektur itulah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali. Peranan arsitektur perilaku sebagai acuan kebiasaan perilaku pengguna yang melakukan kegiatan di pasar. Arsitektur perilaku mencakup kebutuhan para pengguna dari kegiatan dan kebiasaan yang dilakukan, dan pengaruh lingkungan yang terbentuk.
FACILITIES
KEBUTUHAN
PENGGUNA
Image Market
Karya arsitektur di Indonesia sekarang masih didominasi Arsitektur Erorika. Pemikiran untuk menempatkan Arsitektur Bumi Pertiwi menjadi setara dengan Arsitektur Barat (Eropa dan Amerika) telah dilakukan oleh Prijotomo melalui pemikiran Arsitektur Nusantara. Arsitektur (di) Indonesia sekarang dan mendatang memerlukan kejelasan dalam pijakan serta kejernihan dalam memposisikan dalam gegap gempitanya produksi arsitektur global/kekinian. Pijakan pemikiran dan perspektif pemikiran yang diusulkan oleh Prijotomo penting bagi yang sadar mencari untuk menempatkan khasanah warisan Arsitektur Nusantara sebagai bagian arsitektur dunia dalam kesetaraan martabat budaya. Bagi para arsitek tentu kesadaran yang dimiliki sebagai pijakan berpraktik akan menjadi benih kreatif yang sejati, bukan sekedar pencarian bentuk wadah luar kasat mata saja.
Budaya yang ada adalah dasar dalam pembentukan perancangan bangunan dan menjadi modal membentuk ruang. Perancangan arsitektur ini mencari nilai-nilai kelokalan di dalam arsitektur. Arsitektur hari esok Indonesia haruslah arsitektur yang mengungkapkan arsitektur yang beridentitas Indonesia. Arsitektur Nusantara akan dapat menjadi tumpuan pengetahuan serta perspektif dalam mewujudkan Arsitektur Indonesia mendatang, dalam otentisitas serta martabat dalam pergaulan bangsa di era kesejagatan. Tentunya sebuah bangunan dalam keberadaannya dapat menandakan ciri, citra atau image suatu daerah dan kaitannya bahwa bangunan pasar sepinggan dapat menggali potensi lokal sebagai bagian dari upaya mengekspresikan arsitektur pasar di masa depan. Aspek Arsitektur pasar dapat dimanfaatkan sebagai media menampilkan ciri arsitektur nusantara. Pasar perlu memiliki karakter sosial lokal yang disebut sebagai budaya pasar tradisional. Pasar perlu menonjolkan keunikan/kekhasan sebagai daya tarik baik dari sisi arsitektur pasar maupun komoditi yang digagangkan perlu ditonjolkan.
"Arsitektur yang baik adalah hasil dari meramu apa yang ada di sekitar kita dan mengembangkannya berdasarkan kekayaan Indonesia", (Popo Danes, Akulturasi Arsitektur Modern dan Eksotisme Tradisional Bali, 2009).
Degradasi Kelayakan Pasar
Luberan, Tertutup, Gelap, Sumpek, Bau, Kumuh, Kotor, Kios tak terjangkau, Becek, Sampah, Rawan
Image Traditional Market
Market as Livelihood Place
Pasar adalah tempat proses sosial interaktif yang bersifat personal. Kerinduan akan romantisme pasar tradisional sebagai sebuah ruang aktivitas perekonomian masyarakat dengan pengalaman unik dan bermakna sebagaimana keakraban itu melekat dan familiar di masyarakat. Ruang publik itu ruang demokratis, ketika mal dan perbelanjaan modern lainnya menyeleksi cara berpakaian, derajat tingkat perekonomian tetapi di ruang publik setiap orang memiliki hak dalam berinteraksi bersama dengan kesetaraan, kesederhanaan secara jujur (Ridwan Kamil, 2023).
Gambar 1.3-8 Gambaran Pasar Sebagai Penghidupan Bagi Masyarakat
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2023
Latar
Belakang
Isu
Arsitektur
Kota Lima Dimensi
Heterogenitas Fragmentasi Pasar
Kota Ekologis
degradasi kelayakan fungsional pasar; respon atas luberan pedagang berimplikasi terhadap zonasi dan aksesibilitas tak teratur; kapasitas pengguna dan ruang parkir tidak memadai
Image Market
Market as a Livelihood Place
bentuk, ruang dan gubah rupa bangunan dalam mengangkat nilai heterogenitas dalam ekspresi arsitektur citra bangunan pasar tradisional
sarana perdagangan dengan perbedaan keberagaman pengguna dan perlunya nilai baru dalam pasar berbasis komunitas masyarakat berkaitan dengan ekologis sebagai kontribusi ruang pertanian dalam mendukung potensi lokal
Penerapan standarisasi pada pasar rakyat tipe I dan arsitektur nusantara pada bentuk dan gubah rupa perancangan pasar meng-kini
Analisa
minimnya ruang publik sosio kultural dalam bertukar informasi; bersilaturahmi(media srawung); satu tempat semua kebutuhan dan kuliner pada malam hari
Penerapan arsitektur perilaku sebagai upaya sinkronisasi kebutuhan karakter pengguna beragam; peran dan fungsi pasar; pasar yang hidup-menghidupi
Pemanfaatan ruang dalam membentuk aktivitas kolektif para pedagang dan perancangan pasar hijau dengan produksi pertanian
Perancangan Pasar Tradisional Sepinggan sebagai pasar rakyat klasifikasi tipe I melalui perancangan berdasarkan arsitektur perilaku dengan heteregonitas pengguna maupun jenis komoditas dan adanya inovasi memberikan kontribusi terhadap potensi lokal dengan pengolahan sampah hingga ruang pertanian sebagai promosi ekosistem sosial dan ekologis serta perancangan yang mengangkat niai heterogenitasnya dalam bentuk dan gubah rupa bangunan dalam mewujudkan citra nilai pasar tradisional sepinggan, balikpapan
Hipotesa
Rumusan Masalah
Permasalahan Umum
Bagaimana Rancangan Pasar Tradisional menanggapi perbedaan karakter pengguna dan jenis komoditas Melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku serta dapat mewujudkan pasar hijau dengan adanya promosi dari produksi kompos serta pertanian kota
Permasalahan Khusus
1. Bagaimana tata letak dan zonasi mendistribusikan komoditas secara efisien sesuai dengan karakter pengguna; persebaran akses dan sirkulasi pengguna secara efektif dan merata
2. Bagaimana persepsi lingkungan terhadap bentuk bangunan yang mengekspresikan heterogenitas serta dapat mewadahi promosi urban farming yang dapat menyesuaikan skala dan proporsi bangunan
Sasaran & Tujuan
Sasaran
Mewujudkan pasar tradisional yang dapat mengakomodasi kapasitas; kebutuhan pengguna sesuai dengan karakter atau komoditas serta adanya aktivitas lingkungan kerja bertani yang bisa mempromosikan kepada masyarakat dan keberlanjutan produknya dalam mewujudkan citra pasar tradisional yang layak, mempunyai nilai baru dalam keunggulan tata ruang dan aksesibilitass, pertanian pada pasar yang dikelola paguyuban pedagang serta ekspresi bangunan berkarakter arsitektur nusantara.
Tujuan
1. Merancang pasar tradisional dengan distribusi komoditas; aksesibilitas dan sirkulasi efisien; efektif dan merata
2. Merancang pasar sebagai ruang ekonomi dengan bentuk bangunan yang menunjukkan identitas heterogenitas serta promosi ekosistem sosial dan ekologi bagi perkotaan
Metode Perancangan
Dalam Desain, lebih mungkin bahwa sebuah proses dimana masalah dan solusi muncul bersama-sama. Peta proses desain menunjukkan negosiasi antara masalah dan dan solusi yang dipandang sebagai refleksi atas skema. Peta yang meliputi kegiatan analisis, sintesis dan evaluasi tentu terlibat dengan tidak menunjukkan titik awal dan titik akhir apapun atau arah aliran dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Dalam skema metode penulis inipun dilakukan penyesuaian terhadap diagram desain menurut Lawson.
Gambar 1.9 Skema Metode Perancanganan
Sumber: Bryan Lawson, 2005
Tahapan metode perancangan sesuai dengan gambaran diagram proses desain menurut Lawson (2006) oleh Perancang dengan pengumpulan data terkait berkaitan dengan proses analisis dan masalah, sintesis atas solusi yang beriringan dengan prosesnya, dibarengi dengan evaluasi proses final perancangan yang meliputi alternatif dan penyelarasan.
analysis evaluation synthesis
Statement of Problem
Arsitektural & Non arsitektural
Collection of Data
Primer & Sekunder
Analysis of Data
1. Data Konteks & Peraturan
2. Kajian Teori & Tipologi
3. Eksisting
Hypothesis
1. Pengolahan Data
2. Gambaran Strategi
3. Gagasan Awal
Design Concept
Skematik Perancangan dan Pengembangan
Evaluation
1. SNI Pasar Rakyat 5125:2021
2. Ecological Program
Final Design
Solusi dan Pengembangan
Desain Hingga Akhir
Statement of Problem
Dalam analisis data perancangan dari mengidentifikasi permasalahan skala mezzo, mikro dan potensi fungsi fisik bangunan sebagai pertimbangan pengembangan sistem dan penentuan terhadap tema awal perancangan. Merumuskan masalah atau isu yang bersifat arsitektural maupun nonarsitektural dan menentukan tujuan serta sasaran dalam perancangan.
Collection of Data
Pengamatan mendalam di lapangan terhadap sebuah objek berdasarkan analisis datanya yang selanjutnya dirancangnya secara terpadu. Ada 2 tahapan eksplorasi berkaitan dengan proses pendataan, meliputi:
1. Eksplorasi Data : Metode Pengumpulan data melalui survei menggunakan cara sampling yaitu data responden hasil wawancara dan penyebaran google form. Kategori sampling terbatas yaitu pengguna pasar pada waktu operasional produktif (04.00 - 11.00) WITA yang menghimpun informasi awal untuk membantu upaya menetapkan masalah sebagai instrumen untuk mendapatkan persepsi pengguna ruang dan sirkulasi terhadap aspek standar perencanaan dan faktor faktor yang mempengaruhi pengguna dalam kegiatan jual-beli di Pasar Tradisional meliputi evaluasi fungsi, jenis ruang, pola aktivitas, waktu, kenyamanan gerak.
2. Eksplorasi visual: Pengamatan secara langsung kondisi fisik pasar, luberan pedagang pasar dan aktivitas para pengguna dalam bersirkulasi di area dalam maupun luar Pasar Tradisional Sepinggan, meliputi: Mengetahui kategori pengguna pasar, Mengetahui jumlah pengguna, pedagang meluber, pembeli, penghuni rumah area luar pasar, pemasok produk, pengelola, parkir. Menganalisis sirkulasi pengguna dan non-pengguna yang melewati area pasar atau kondisi fisik pasar bagian luar dan dalam.
Analysis of Data
1. Analisis Data Konteks
2. Analisis Eksisting dan Fundamental Pasar
3. Kajian Kebutuhan & Peraturan
4. Kajian Pendekatan Perancangan
Hypothesis
Ranah pemetaan permasalahan dan kebutuhan yang diolah terhadap data yang telah ditemukan dan diidentifikasi serta pertimbangan strategi terhadap penentuan desain konsep yang dilakukan pada skema metode selanjutnya berupa desain awal yang merupakan pengembangan dari hasil analisis data. tujuannya memperoleh informasi otentik sebagai acuan proses konversi dan rancangan pada desain.
Design Concept
Penetapan konsep desain dalam gambar konsep desain yang mendasari pemecahan terhadap permasalahan dan pertimbgangan terhadap rekomendasi perancangan yang selanjutnya dituangkan secara deskripsi dan berubah menjadi representasi digital terukur menggunakan sketsa ataupun skema serta 3d dalam desain awal untuk dipahami dan mendukung argumentasi deskripsi yang dijabarkan.
Design Development
Proses perancangan yang menajwab analisis terhadap permasalahan, data dan hipotesis. Melihat apakah desain dapat dilakukan pengembangan yang menyesuaikan kepada konsep perancangan sebagai strategi dalam menentukan skematik desain.
Evaluation
Pengujian desain dilakukan setelah desain selesai untuk menentukan kompabilitas apakah kualitas rancangan sudah baik dan apakah bisa menjawab permasalahan khusus yang dirumuskan dengan menggunakan tolak ukur yang ditetapkan. Berdasarkan gambar teknis , 3D Modelling, dan simulasi terkait, kemudian melakukan pengecekan pada parameter dan indikator yang telah ditentukan.
Final Design
Hasil desain merupakan solusi yang akan diuji diperiksa untuk melihat apakah perancangan telah menjawab permasalahan dan kebutuhan atau dapat dikembangkan lebih terperinci menjadi sebuah desain yang lengkap dan mengikuti standar gambar yang dapat berlaku.
Batasan Desain
Bryan Lawson (2005), pendekatan pemikiran desain klasik, desain citra, dan kombinasi desain dan sains adalah contoh dari pemikiran desain. Dengan menggabungkan desain dengan sains, fase kreatif menjadi lebih menyeluruh dan dapat dinilai secara ilmiah, sesuai dengan teknik berpikir. Model fungsi batasan desain dalam konteks spesifik yang dikaji dan sebagian besar memiliki setidaknya beberapa ciri yang bermanfaat. Tetapi dalam membahas model yang lebih umum ini akan mengambil empat fungsi, yakni fungsi radikal dan praktis sebagai tambahan atas fungsi formal dan simbolis.
Dijelaskan lawson (2005) bahwa batasan merupakan tujuan utama dari sesuatu yang akan di rancang. Acuannya kepada hal-hal bersifat fundamental, sementara batasan untuk praktikal merupakan aspek yang mendasari permasalahan rancangan berkaitan tentang bagaimana membuat atau membangun rancangan. Batasan formal lebih kepada permasalahan teknis yang mendasari objek secara visual/fisik dapat berupa proporsi, bentuk, warna ataupun tekstur. Batasan simbolis membentuk model konseptual yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan objek, benda maupun ruang serta sistem. Batasan ini lebih menekakan hubungan daripada prosedur. Faktor-faktor yang berkaitan sebenarnya memiliki inti yang memayungi. keterikatan sosial, ekonomi, fisik, psikologi, budaya dan sejarah yang mungkin jelas atau samar dirasakan dalam perancangan.
Gambar 1.10 Model Permasalahan Desain
Sumber: Bryan Lawson, 2005
batasan
simbolis
Proggresivve Urban Environtment.
pengembangan pasar tradisional antara ruang Transaksi dengan
Promosi Pertanian
batasan
formal
Refined-Cultural Typology
Kondisi tapak & sekitarnya yang harus disesuaikan
Urban Area Arrangment
fungsi ruang, bentuk dan estetika tampilan yang saling berkaitan
batasan praktikal
Sustainable Development
perancangan yang diaplikasikan dan dapat meningkatkan rasa kepemilikan para pengguna
Community Centric
pencapaian terhadap parameter perancangan terkait kenyamanan ruang, pemenuhan kebutuhan
Market of Future Living
fungsi ruang berdasar perilaku; kolektif, bentuk dan estetika tampilan yang mengkini
Area Development
lingkup rancangan yang sudah ditentukan dari segi intensitas tapak, bangunan dan luberan pedagang
batasan
radikal
Bring A Vision of Traditional Market
penyelessaian terhadap permasalahan tipikal dan temuan masalah baru
Balance
penyediaan ruang terhadap kebutuhan dasar dan fungsi baru
Progressive Atmosphere
sesuai dengan perilaku pengguna terkait aksesbilitas dan kenyamanan ruang
Realization of Green Traditional Market
aturan yang berhubungan dengan keterlibatan setiap pihak dalam pengelolaan aset
Community Centric kemungkinan untuk dikelola bersama dan keuntungan bersama
Proggresivve Urban Environtment.
pengembangan antara pasar tradisional dengan pengelolaan sampah dan Promos Urban Farming
Pengaplikasian idealisme yang realistis
penyelessaian masalah terhadap batasan harapan pengendalian keramaian kendaraan jalan utama
Harmonization with Environtment
nilai historis pluralisme budaya dengan konteks fragmentasi yang berlaku
Balance
penyediaan ruang terhadap kebutuhan dasar dan fungsi baru
designer client user legislator
arsitek perancang memberikan gagasan/standar
klien merupakan pemerintah atau pihak ketiga. klien menjadi faktor kuat pertimbangan perancangan
masyarakat sebagai pembeli atau pedagang
pemerintah berwenang membuat batasan dan standar perancangan
Kerangka Berpikir (analysis)
Kajian
Aspek Perancangan
Arsitektur Perilaku
Teknikal/Standarisasi
Persoalan Perancangan
Arsitektur Pasar Hijau
Respon Klimatologi, Tipografi & lanskap Kontekstual
Arsitektur Nusantara
Bentuk & Gubah Rupa
Mencirikan Kesetempatan & Kesemestaan
Kriteria
Pengaturan Perilaku
Kognisi Spasial
Persepsi Lingkungan
Manajemen
Pengolahan Limbah
Desain Ramah Lingkungan
Ruangan terbuka hijau
Promosi produk berkelanjutan
Konsep dan Strategi
Evaluasi Perancangan
Karakter Ruang
Bentuk dan Gubah Rupa
Skala & Proporsi
Hipotesis Desain Awal
Bagaimana menghadirkan sebuah rancangan arsitektur yang mampu mewadahi kebutuhan pada masa kini dan menjadi ruang publik kota berorientasi masa depan? Sejatinya dalam sebuah teori tentang artefak kota bahwasanya pasar itu menyimpan memori sekitarnya. Ketika pasar memperlihatkan interaksi, bagaiaman kota itu terbentuk, dan bagaimana budaya atau perilaku sekitar ditunjukkan (aldo rosi, 1982). Menimbang bahwa kebutuhan pangan akibat pertumbuhan jiwa dan perekonomian indonesia akan meningkat pesat khususnya terutama dengan perpindahan IKN ke Provinsi Kalimantan timur dengan potensi pelaku industri dan masyarakat yang bertambah.
Perancangan ruang publik pasar dengan kualitas arsitektur dapat memenuhi kebutuhan teknis (fisik), fungsional (behavior) dan estetika sangatlah diperlukan dalam memberi nilai untuk masa kini dan dapat menciptakan new market vision pada masa yang akan datang pada Pasar Tradisional dengan adanya pengolahan sampah yang terintegrasi dengan produksi tanaman. Hal tersebut menjadi inovasi nilai tambah pada pasar di kota yang hijau dengan adanya produksi tanaman menjadi promosi bagi masyarakat untuk hidup lebih mandiri dan sehat. Pasar Tradisional Sepinggan yang memiliki identitasnya sebagai wadah atas pengguna yang heterogen maka mengambil nilai yang adaptif dari hal tersebut sebagai bangunan dengan identitas heterogenisasi masyarakat yang bertemu di pasar secara damai yang nyaman dan aman serta memiliki aktivitas tambahan didalamnya.
Memaknai bahwa potensi lokal keberadaan kehidupan pedagang yang mengandalkan kegiatan jual-beli di pasar maka menjadi peluang dalam menghidupkan aktivitas di pasar melalui pemberdayaan paguyuban secara guyub dalam mengelola sampah pada pasar menjadi lebih berkelanjutan dengan adanya pertanian kota. Terdapat sampah anorganik yang dapat diolah menjadi barang dan sampah organik yang dapat diolah menjadi kompos dan dilanjutkan pada media tanaman yang dapat menjadi komoditas diperjualbelikan di pasar khususnya food courts.
Perdagangan ,pasar, uang
Inovatif & Kreatif Pasar
Sosial Budaya
Originalitas
Auny Maulida, Redesain Pasar Sudimampir di Banjarmasin Pemerataan Pedagang Pasar dan Akses Parkir bagi Pengunjung, Universitas Islam Indonesia, 2015.
Perbedaan:
Lokasi dan Pendekatan yang berbeda dalam hal pemfokusan penyelesaian persoalan perancangan.
Nurul Wulan Suci, Redesain Pasar Niten Bantul Pendekatan Behavioral Architecture dan Pengurangan Deadspot, Universitas Islam Indonesia 2018.
Perbedaan:
Lokasi dan Kompleksitas isu serta kohesi antara faktor sosial dan pendekatan perancangan yang dilakukan berbeda.
Dinda Diana Yulia Prastica, Design of Revitalization of the Klandasan Market in Balikpapan City with a Bioclimatic Architecture Approach, Universitas Islam Indonesia 2020.
Perbedaan:
Konsep penyelesaian masalah, strategi desain dan pendekatan desain perancangan yang dilakukan berbeda. Serta penekanan pada isu dan permasalahan yang dilakukan berbeda
Bima Bahitsu'ali Afnan Kusuma, Perancangan Pasar Tradisional Hijau Sepinggan Upaya Promosi Pertanian Kota dan Sebagai Identitas Keberagaman Masyarakat di Kota Balikpapan dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku, Universitas Islam Indonesia 2023
Kebaruan dan keunggulan:
dedikasi sebuah pasar tradisional yang dapat hidup dan menghidupi penggunanya atas kebutuhan masa kini dan menawarkan nilai masa depan berdasar menggali potensi lokal yang ada. Selain menyelesaikan masalah umum tipikal yang ada tetapi perancangan akan memberikan solusi antisipasi isu yang akan datang dengan menambah fungsi aktifitas ditengah heterogensi kota balikpapan. Perancangan mengangkat derajad pengguna sebagai bintang dengan kohesi kebutuhan pengguna sesuai perilaku yang ada antara sosial-budaya dengan didukung konsep bangunan pasar hijau digabungkan berkarakter arsitektur nusantara.
BAB 2 mASALAH DAN STUDI
2.1 Lokasi dan analisis konteks
2.2 Data Eksisting Site
2.3 Kajian Landasan Desain Arsitektur Pasar
2.4 Kajian Prinsip Perancangan arsitektur berbasis perilaku
2.5 Kajian Prinsip Perancangan Arsitektur Hijau
2.6 Studi Preseden
2.7 Synthesis Konsep
2.1 Lokasi dan Analisis Konteks
Gambaran Lokasi
Lokasi perencanaan terletak di Kelurahan Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada lokasi geografis longitude yaitu 116.9056 dan latitude yaitu -1.2566. Batas wilayah kota ini meliputi Kabupaten Kutai Kertanegara pada bagian utara, Selat Makassar pada bagian Selatan dan Timur, serta Penajam Paser Utara pada Bagian Barat.
Balikpapan adalah salah satu kota besar yang berada di Provinsi Kalimantan Timur Luas keseluruhan kota Balikpapan berdasarkan RTRW 2012-2032 adalah sebesar 84.686,84 Ha. yang terdiri atas 503,30 KM2 daratan dan 340,18 KM2 perairan. Kecamatan Balikpapan Selatan dengan luas kurang lebih 3.759 Ha.
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Kampung
Lokasi Perancangan
Aksesibilitas Site yang sangat baik dikarenakan keberadaannya yang terbagi menjadi 2 area dan pada area utama pasar memiliki akses tiap sisinya terhadap 1 jalan lokal dan 2 jalan kampung. Sedangkan pada area parkir eksisting memiliki akses terhadap jalan lokal dan jalan kolektor.
Siklus keramaian operasional di pasar sepinggan adalah 05.00-10.00 WITA dan 17.00-19.00 WITA. Keadaan tersebut memperparah kondisi aksesibilitas pasar dikarenakan parkir dan bongkar muat yang dilakukan berada di area badan jalan lokal dan kampung. Selain itu, jalan kampung digunakna sebagai tempat berjualan. Kapasitas parkir pada area parkir tidak cukup menampung pengguna dan tidak berada di area pasar utama.
Climate Data Of Sepinggan, Balikpapan
Average Tenperatures and Precipitation
Yearly Precipitation Change
Yearly Temperature Change
Sumber: meteoblue.com, diakses 2023
Bandar Udara
Sultan Aji Muhammad Sulaiman
Gambar 2.11 Neighbordhood
Sumber: Analisis Penulis, diakses 2023
Pantai Balikpapan
• Aktivitas sekitar site didominasi oleh perdagangan dan jasa karena bangunan komersial yang berada di kawasan yang sama dengan pasar tradisional walaupun hal tersebut sebenarnya melanggar peraturan daerah yang seharusnya tidak memperbolehkan fungsi komersial disekitar bangunan pasar
• Didapatkan bahwa terdapat tempat-tempat yang berkaitan dengan tanaman diantaranya adalah tempat pembibitan tanaman yang masih berada di radius 2 Km dan para penggiat dibidang tanaman seperti hidroponik di radius 5 Km
• Pedagang di Pasar Sepinggan Balikpapan, sebagian besar merupakan perantau dari berbagai daerah. Seperti dari Sulawesi Selatan(makassar), Banjarmasin, Jawa, Madura, dan juga Sumatera(minang). Setiap pedagang mempunyai komoditas perdagangan yang berbeda antara satu sama lain (Supangkat, Alfian, & Iskandar, 2021). Selain komoditas, media atau tempat berdagang para pedagang di Pasar Sepinggan Balikpapan juga beragam. Para pedagang di Pasar Sepinggan Balikpapan menggunakan media atau tempat berdagang yang beragam seperti menggunakan Bak mobil, gerobak dorong, motor, kios, lapak, los, toko, dan lesehan (menggelarnya di tanah).
• Minat masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional sepinggan sangat baik. Pemerintah Kota Balikpapan memasukkan rencana pembangunan pasar ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode 2021-2026. Lokasinya strategis dekat dengan bandara Internasional Sepinggan yang menjadi ikon Provinsi KALTIM dan dekat perkantoran pemerintah juga rumah dinas Wali Kota Balikpapan. Potensi yang ada menjadi landasan pengadaan dana bagi PEMKOT dan pihak ketiga swasta sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat ditengah gempuran pasar modern.
2.2 Tinjauan Eksisting Bangunan
Bangunan Pasar
Luberan Pedagang
Komersil Sekitaran
1. UPTD Pasar
2. Mushala
3. Sampah
4. Rumah Kompos
Pasar Sepinggan di Kota Balikpapan merupakan pasar rakyat tipe 1. Menurut fisiknya termasuk pasar nyata dengan barang dagangan utama yaitu sayur mayur dan ikan. Menurut waktu operasionalnya yaitu pasar harian dengan jam operasional yaitu pada pukul 04.00 - 17.00 WITA. Komoditas/barang yang digagangkan yaitu pasar barang konsumsi. Area luberan pada sekitar pasar dapat terlihat di sepanjang sisi bangunan utama yang merupakan jalan kampung. Pedagang tersebut menggunakan badan jalan sebagai area berjualan yang dimulai pada pukul 05.00 WITA - 09.00 WITA. Pada jam operasional lainnya yang tersisa hanyalah meja dan perabot jualan. Infrastruktur pendukung kegiatan jual-beli perdagangan dan jasa di pasar tradisional sepinggan balikpapan selatan antara lain Rumah kompos, Tempat pembuangan sampah, Musala, Parkir dan UPTD Pasar yang berada di area berbeda yang terpisah jalan lokal.
Unit Pasar Eksisting
"Pasar Tradisional sangat semrawut, kurang terawat dan kumuh" itulah definisi bagi khalayak masyarakat. Belum lagi ditambah dengan kemacetan di area pasar, kondisi bangunan yang sempit, rusak dan tidak tertata. Kondisi pasar sepinggan yang diapit dua jalan yaitu mulawarman dan jalan sepinggan baru terletak di kelurahan sepinggan raya kecamatan Balikpapan Selatan adalah perhatian khusus pemerintah Kota atau Provinsi Kalimantan Timur. Perhatian khusus pada atap atap kios tidak terawat, rawan bocor, area dalam pasar tergenang air jika turun hujan. Pengamatan padatnya pengguna pasar pada jalur sirkulasi yang menghambat kegiatan di dalam dan di luar pasar karena terdapat aktivitas di area yang tidak seharusnya yaitu di area sirkulasi. Kacaunya kampung pasar yang merambak di sekitar pasar termasuk tindakan ilegal. Pasar juga fasilitas bangunan pasar yang kurang mewadahi sedangkan pasar tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pasar dapat dikatakan berantakan karena tidak ada pemisahan antara pangan basah, pangan kering, siap saji dan non pangan. Selain itu, akses menuju pasar menimbulkan persilangan sirkulasi yang menimbulkan penumpukan pengguna pada titik titik sirkulasi tertentu. Jalan masuk tersebut dipenuhi parkir, saat pagi dan sore menjadi macet. Lebih lanjut, Bangunan sudah lapuk karena bangunan sudah tua dengan lorong yang sempit dan gelap (Ketua Asosiasi Pedagang,2021). Ruang parkir tidak terwadahi dan tak diatur dari segi desain. Pengguna memarkirkan kendaraan hingga kedalam pasar.
Ketidaklayakan bahkan kios dan los pedagang bisa kehujanan, fasilitas sarana prasarana yang tidak menunjang, bongkar muat pun tidak ada tempat sheingga memanfaatkan bahu jalan. kamar mandi atau toilet yang tidak memadai, ruang terbuka yang tidak tersedia ditambah ruang ruang yang tidak teratur. lebih lanjut, para pedagang sendiri hingga menambal atap atap yang bocor dan mengganti talangnya (pedagang, 2022)
"Kalau Pemkot tak mampu membangun pasar sepinggan, lebih baik serahkan pada pihak ketiga melalui sistem kontrak dengan kurun waktu tertentu seperti dilakukan di pasar rapak" (Pembeli Gunawan, 2022)
Pohon Angsana
Pohon Palem-paleman
Pohon yang berada pada sempadan bangunan akan dipertahankan dan yang berada pada area tengah site akan dihilangkan dalam memenuhi pencapaian kebutuhan ruang. Jenis pohon yang dipertahankan adalah pohon angsana dan palem-paleman dikarenakan akar jenis pohon trembesi memiliki potensi merusak konstruksi bangunan disekitarnya.
2.3 Landasan Desain Arsitektur Pasar
Pasar tradisional atau yang lebih dikenal sebagai pasar rakyat adalah pusat pertemuan antara penjual dan pembeli melakukan transaksi, serta menjadi sarana interaksi sosial budaya dan pengembangan ekonomi masyarakat. Sebagai tempat usaha, pasar rakyat ditata, dibangun, dan dikelola, baik oleh pemerintah, swasta, badan usaha milik negara, dan/atau badan usaha milik daerah, dapat berupa toko/kios, los, dan tenda, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya masyarakat, koperasi serta UKM, atau badan usaha milik desa, dengan proses jual beli melalui tawar menawar (Syamsudin, 2014).
Esensi Pasar tradisional sebagai wadah aktivitas jual-beli (transaksi) antara penjual dan pembeli, proses transaksi yang berbudaya dalam bentuk proses tawar menawar hingga mencapai sepakat. Pasar tradisional dalam perkembangannya bukan hanya bertemunya penjual dan pembeli, tetapi pasar juga menjadi tempat berlangsungnya hubungan personal maupun kelompok yang intim. Dengan kata lain pasar tradisional tidak sekadar ruang ekonomi tetapi juga ruang sosial bagi para pemangkunya (Seligmann, 2018).
Pasar dibangun dan sistemnya dikelola oleh pemerintah daerah, BUMN, BUMD atau oleh pihak ketiga (swasta) atau oleh kerjasama diantaranya dan merupakan wadah usaha dalam bentuk toko, kios, los, tenda dan latar serta terasnya yang dikelola pihak kuasa hak pasar (Perda Balikpapan No 4 Th 2016). Pasar tradisional sebagai kerumunan pedagang dan pembeli yang memperjualkan barang dan/jasa. Pelaku di pasar adalah pedagang kecil yang sebagian besar menjual komoditas pertanian yaitu sayuran, buah-buahan, beras dll, kerajinan rakyat yaitu tikar dll, ayam, telur, daging dll. Pembeli adalah masyarakat sekitar pasar tanpa batasan lingkup. Utamanya barang dan jasa yang ditawarkan berbahan baku lokal. Pasar Tradisional mempunyai fungsi dan peranan yang tidak hanya sebagai tempat perdagangan tetapi juga sebagai peninggalan kebudayaan yang telah ada sejak zaman dahulu. Standarisasi tentang pasar telah ditetapkan pada Peraturan Daerah Balikpapan No. 4 Tahun 2017. Penataan dan Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan; PENGELOLAAN PASAR RAKYAT. Peraturan WaliKota Balikpapan No. 27 Tahun 2020; Badan Standardisasi Nasional. (2021). Sertifikasi SNI 8152:2021 Pasar Rakyat.
Tata Bangunan pasar rakyat biasanya terdiri dari kios-kios, los (lapak), tendatenda, Dan langsung dikelola oleh pemerintah setempat atau badang pengelola khusus untuk pasar tradisional. Dalam pembangunan pasar tradisional terdapat 4 aspek utama yang mencakup dalam dasar pembangunan pasar itu sendiri, yaitu: 1) Fisik, 2) Manajemen, 3) Ekonomi, dan 4) Sosial. (Peraturan Presiden tahun 2016 tentang Pengembangan, Penataan, dan Pembinaan Pasar Rakyat). Menurut Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan yang ditetapkan oleh Kementrian (61/M-DAG/per8/2015), terdapat klasifikasi bangunan pasar berdasarkan luasan bangunan pasar dan jumlah pedagang yang ada, Pasar Tradisional Sepinggan Balikpapan yaitu Tipe A dengan kriteria
1. Memiliki luas lahan minimal 5000 m2
2. Memiliki jumlah pedagang minimal 750 orang
3. Jam operasional harian
4. Berlokasi di ibukota provinsi/kabupaten/kota.
dengan klasifikasi Kelas I Fasilitas yang tersedia harus lengkap mulai dari tempat parkir, loadingunloading barang, tempat promosi, pelayanan kesehatan, kantor pengelola, tempat ibadah, WC, sarana pengelolaan kebersihan, pengamanan, sarana pnerangan umum, sarana air bersih, dan sarana listrik. Dan semua fasilitas itu harus ternaungi didalam sebuah lahan dengan luas minimal 2000 m2.
Aktivitas jual-beli pasar tradisional digolongkan menjadi (Roosdiana, 2013: 25):
A. Aktivitas distribusi barang perdagangan
1. SirkuIasi, transportasi dan dropping barang
2. Penyaluran barang kesetiap unit penjual
B. Aktivitas peIayanan juaI beIi meliputi
1. JuaI-beIi antara pembeIi dengan pedagang
2. Menyimpanbarang dagangan.
3. Perpidahan dan pergerakan pengguna (Dari Iuar Iingkungan ke dalam bangunan pasar) (Dari unit penjualan ke unit penjualan (dari jalur lintasan jual-beli))
C. Kegiatan sirkulasi dari luar ke dalam atau sebaliknya
D. Kegiatan peIayanan atau servis atau penunjang
Sumber:
Macam Macam pengguna pasar
macam pengguna tetap yang dapat kita temui yaitu para pedagang, pembeli, dan staf pengelola pasar.
a. Pedagang Pedagang adalah pengguna inti dari pasar yang sekaligus merupakan penggerak dari kegiatan pasar. Pedagang merupakan orang yang menjalankan kegiatan menjual/berdagang.
b. Pembeli Pembeli merupakan orang yang melakukan kegiatan membeli barang-barang yang disediakan oleh para pedagang di pasar
d. Pengelola Pengelola pasar merupakan orang yang mengelola semua kegiatan yang berlangsung di pasar. Mulai dari pendataan pedagang, pendataan kios, kegiatan kebersihan yang dilakukan oleh staf cleaning service, keamanan yang dilakukan security dan beberapa juru parkir, dan lain-lain.
kategori pembeli pasar
Kategori ini dibagi menurut bagaimana waktu kunjung dan cara berkunjung para pembeli yang nantinya akan berpengaruh kepada bagaimana dampaknya kepada kualitas ruang yang dibutuhkan (Hermanto, 2008).
• Pembeli yang mengutamakan kenyamanan, keterbatasan waktu untuk berbelanja dan bagaimana memutuskan dimana akan berbelanja dan cara untuk menyeleksi barang kebutuhan yang cepat tersaji.
• Pembeli rutin, merupakan kategori pengunjung yang memiliki waktu rutin untuk mengunjungi pasar. Disini akan sangat diperlukan faktor kenyamanan namun tetap mengutamakan faktor harga barang yang akan dibeli.
• Pembeli tidak tetap, mereka hanya akan datang ke pasar untuk membeli barang tertentu. Maka faktor kenyamanan ruang tidak terlalu diperlukan.
• Pembeli yang bertujuan untuk berekreasi, bagi pembeli seperti ini faktor yang dibutuhkan adalah berupa tingkat keunikan dan kualitas barang.
Fasilitas dalam pembangunan pasar tradisional sesuai standar yang diisyaratkan Menteri Perdagangan antara lain bangunan area penjualan berupa toko/kios/los dengan standar ukuran tertentu, blok memiliki akses ke segala arah, kecukupan pencahayaan, penghawaan dan keleluasaan sirkulasi, kantor pengelola, penyediaan tempat pembuangan sampah sementara/sarana pengelolaan sampah, toilet umum, pos keamanan, tempat pengelolaan limbah, hydrant / alat pemadam kebakaran. pos ukur ulang (Kemendag, 2017).
• Kios adalah tempat berjuaIan didaIam lokasi pasar yang dipisahkan antara satu tempat dengan dengan lainnya yang sifatnya permanen mulai dari Iantai, dinding, pIafon dan atap.
• Los adalah tempat berjuaIan didalam lokasi pasar yang beraIas tanpa diIengkapi dinding pembatas ruangan dan sifatnya permanen dalam bentuk memanjang.
Adapun fasiIitas yang ada pada pasar tradisional yakni:
• Elemen utama Ruang terbuka untuk area parkir atau tempat Ios pedagang semi permanen . Elemen ruang tertutup iaIah ruangan semi tertutup dibatasi oleh penyekat ruangan atau dinding. Contohnya: toko, kios, los, dasaran, toilet, dan penyimpanan.
• Elemen penunjang Seperti area bongkar-muatan barang dagangan dan pos keamanan.
• Elemen Pendukung Seperti pusat peIayanan kesehatan, kantor n pengeIola pasar, peIayanan jasa, penitipan anakanak, koperasi , dan ruang ibadah.
• Jaringan utiIitas Seperti air kotor dan bersih, komunikasi, hydran bangunan, saluran listrik, dan sampah padat maupun cair.
• Area Parkir.
• Fasilitas sosial seperti teras yang berfungsi sebagai interaksi sosial, selain itu vegetasi juga dapat digolongkan fasiIitas sosiaI sebagai tempat berteduh dan menjaIin interaksi sosial di pasar.
•
• Pembeli
• Pengunjung
• Supplier
Sarana Penunjang Pasar meIiputi :
1. Kantor PengeIoIa yang mudah dijangkau oleh penjual maupun pembeli dan memiIiki papan tanda identitas.
2. Berbeda area toilet Iaki-laki dan perempuan dengan papan tanda iidentitas (sign board).
3. TPS sementara dan tempat sampah memiIiki voIume yang dapat menampung seIuruh sampah n pasar dalam sehari dan diIetakan jauh dari kegiatan pasar.
4. Area parkir. Akses masuk utama tidak juah denganparkir apabila memungkinkan dan terdapat pembeda antara parkir pembeli da pedagang.
5. Tempat ibadah ditempatkan di saIah satu sudut n pasar yang strategis Iokasinya berjauhan dengan aktivitas jual beli di pasar apabila memungkinkan
6. Pos keamanan berada dekat pintu masuk dan keluar.
Hal lain dalam pengaturan tapak adalah terkait dengan sirkulasi udara dan pencahayaan, yakni:
• Penyesuaian posisi los atau kios dengan arah mata angin yang masukkeluar sehingga dapat a membuat udara di sekitar pasar dapat mengaIir dengan baik.
• Pengoptimalan pencahayaan bangunan dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber utama pencahayaan bagi ruang di pasar.
• Pencahayaan dan sirkulasi udara perlu memperhatikan kenyamanan pengunjung dan mempertimbangkan penggunaan alat hemat energi maupun kebutuhan jenis komoditas jualan
Struktur dan Bentuk Bangunan Fisik pasar Desain terbuka disarankan untuk pasar dengan mempertimbangkan:
• Kemudahan maintenance pasar.
• Cahaya matahari dimanfaatkan secara optimal dalam pasar.
• Memberikan keIeIuasaan kepada pengunjung karena pengunjung berada di sisi Iuar bangunan n yang bersinggungan Iangsung dengan udara luar.
Dalam pengembangan desain kios dan los dapat memperhatikan hal-hal berikut:
• Desain yang relatif sederhana dan efisien dengan memenuhi fungsi bangunan dan tidak mengabaikan kekhasan dari daerah masing masing
• PemeIiharaan mudah.
• Biaya pengembangan pemeIiharaan yang di keIuarkan sangat efektif dan efisien.
Kebutuhan utama ruang dalam pasar yaitu Kios/Los Pasar, dengan penataan kios baik, antara lain (Permendag, No. 78 Tahun 2013:
1. Arah angin dan sumber cahaya tidak tertutupi oleh letak kios
2. pembatas antara jalan umum dan area pasar yakni kios dapat dibuat 2 muka
3. Letak kios yang berbatasan dengan kavIing tanah hak orang sebaiknya dibuat satu muka
4. Memperhatikan letak sirkulasi pembuangan air kotor melalui pembuatan saluran drainase yang baik.
Gambar 2.28 Contoh Perencanaan Los
Sumber: Permendag, No. 78 Tahun 2013
Gambar 2.29 Contoh Ideal Kios 2 Muka
Sumber: Permendag, No. 78 Tahun 2013
Gambar 2.30 Contoh Ideal Kios 1 Muka
Sumber: Permendag, No. 78 Tahun 2013
Gambar 2.31 Contoh Pengaturan Sirkulasi Air Kotor
Sumber: Permendag, No. 78 Tahun 2013
Kenyamanan Tata Ruang & Sirkulasi
Dalam buku “Urban Market Developing Informat Retailing “ (1990) karya
David Dewar dan Vanessa Watson, pembagian tata ruang komoditi barang dagangan dibagi sesuai dengan sifat barang. Misalkan barang dagangan seperti daging dan ikan dapat didekatkan area dagangnya karena memiliki sifat barang yang sama seperti basah, butuh tempat pendingin, butuh ruang untuk memotong, dan lain-lain. Berikut beberapa alasan mengapa barang dagangan harus dipisahkan sesuai dengan sifat barang tersebut:
• Mempermudah konsumen untuk memilik dan membanding-bandingkan harga dan barang.
• Banyaknya kemungkinan perilaku konsumen.
• Karakter penanganan komoditi yang berbeda-beda, seperti tempat pencucian, tempat penyimpanan, drainase.
• Efek yang ditimbulkan pada tiap barang dagangan berbeda-beda. Seperti tampak barang dagangan dan bau yang muncul.
• Berbedanya karakteristik tempat atau lingkungan yang dibutuhkan dari tiap barang. Seperti pencahayaan, penghawaan dan lain-lain
Sirkulasi merupakan akses arah kegiatan dalam pasar yang harus direncanakan setiap elemennya supaya memberikan tatanan yang efektif untuk kegiatan di dalam pasar. Sirkulasi merupakan bagian organisasi bangunan dan diwadahi dalam ruang tersendiri yang cukup besar peranannya, cukup besar ruang yang dibutuhkannya. (Budiman,1995) Kegiatan sirkulasi berarti :
• gerakan berjalan;
• gerakan berhenti sejenak;
• gerakan berhenti lama;
• gerakan istirahat;
• gerakan menikmati view sekeliling
Gambar 2.32 Dimensi Lebar Sirkulasi Utama dan Sekunder Pasar yang Efektif
Sumber: Dewar & Watson, 1990
Tinjauan Umum Sirkulasi & Zonasi Pasar
Kenyamanan suatu ruang dapat berkurang akibat sirkulasi yang tidak tertata dengan benar, misalnya kurang adanya kejelasan sirkulasi, tiadanya hierarki sirkulasi, tidak jelasnya pembagian ruang dan fungsi ruang, antara sirkulasi pejalan kaki (pedestrian) dengan sirkulasi kendaraan bermotor (Hakim dan Utomo, 2003). Untuk terciptanya aktivitas sirkulasi yang baik, maka sirkulasi harus bebas dari penghalang yang mengganggu pengguna jalan. Elemen pada sirkulasi tata ruang pasar tradisional di Asia (Maulida, 2013) terdiri dari :
• Denah
• Konfigurasi jalur sirkulasi
• Panjang deret toko
• Lebar jalur sirkulasi
• Lebar pintu masuk
Sirkulasi yang merupakan akses untuk mengarahkan kegiatan di dalam pasar harus direncanakan dengan benar supaya memberikan tatanan yang efektif bagi kegiatan di dalam pasar Besaran sirkulasi utama pada pasar yaitu 3 – 4 meter dan sirkulasi sekunder memiliki besaran 1,5 – 2 meter. Panjang los untuk pasar mempunyai panjang 10 – 15 meter serta kios 20 – 30 meter (Dewar & Watson, 1990).
Sumber: Dewar & Watson, 1990
Pengelompokan komoditas sejenis pada pasar akan memberikan dampak kesinambungan area komoditas yang terkait. Satu kesatuannya jenis komoditas dagang membuat pengunjung tidak perlu mencari kebutuhan yang sama pada area tertentu yang lainnya. Dengan pembagian zona ini dimaksudkan agar kategori berdasarkan jenis dagang dapat memudahkan penataan komoditas dan meminimalisir pergerakan para pedagang ilegal serta menghilangkan dampak pergeseran zonasi yang telah terbentuk.
Sumber: Dewar & Watson, 1990
Tipologi Pola bentuk organisasi ruang berdasarkan buku (Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. 1993)
• Organisasi terpusat, suatu ruangan sentral dan dominan, yang dikelilingi oleh sejumlah ruang sekunder yang dikelompokkan
• Organisasi linier, sebuah sekuen linier ruang-ruang yang berulang
• Organisasi radial, sebuah ruang terpusat yang menjadi sentral organisasiorganisasi linier ruang yang memanjang dengan cara radial
• Organisasi terklaster, ruang ruang yang dikelompokkan melalui kedekatan atau pembagian suatu tanda pengenal atau hubungan visual bersama
• Organisasi Grid, ruang ruang yang diorganisir di dalam area sebuah grid struktur
Organisasi terpusat Organisasi linear
Organisasi radial
Organisasi terklaster
Organisasi grid
Tipologi sirkulasi pasar
Dalam perancangan sebuah pasar, sangat penting untuk mengetahui bagaimana pola-pola sirkulasi yang biasa dilakukan oleh manusia (D.K. Ching, 2007) yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana penempatan komoditas, kios-kios atau los, parkir, dan entrace.
Pola Plaza
Koridor yang menjadi pembuka jalan menuju area toko bagian luar. Toko bagian tengah lebih strategis dan menonjol.
Gambar 2.35 Pola Tata Ruang
Sumber: D.K. Ching, 2007
jaringan Pola campuran
Pola Banyak Koridor
Koridor yang menjadi pembuka jalan menuju area toko bagian luar. Toko bagian tengah lebih strategis dan menonjol.
Tinjauan Standar Ruang Pasar pembagian tata ruang komoditi barang dagang dibagi sesuai dengan sifat barang. Misalkan barang dagangan seperti daging dan ikan dapat didekatkan area dagangnya karena memiliki sifat barang yang sama seperti basah, butuh tempat pendingin, butuh ruang untuk memotong, dan lainlain. Berikut beberapa alasan mengapa barang dagangan harus dipisahkan sesuai dengan sifat barang tersebut:
• Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk mengoptimalkan penjualannya, seperti butuh pencahayaan
• Setiap barang mempunyai efek samping yang berlainan, seperti bau dan pandangan.
• Setiap barang mempunyai karakter penanganan, seperti tempat bongkarnya drainase, pencucian dan sebagainya.
• Para konsumen/pembeli dengan mudah dapat memilih dan membandingkan harganya.
• Perilaku pembeli sangat beragam, konsentrasi dari sebagian barangbarang dan pelayanan memberikan efect image dari para konsumen.
Sebagaimana tujuan, ruang lingkup dan kriteria pasar tradisional berkaitan dengan esensi pasar tradisional yaitu menjadikan pasar tradisional sebagai penggerak roda perekonomian daerah; berdaya saing dengan pusat perbelanjaan dan toko modern (PERMENDAGRI No. 20 Th 2012). Dari berbagai konsep yang berkaitan dengan penataan pasar bahwa beberapa kriteria utama yang dianjurkan digunakan sebagai ukuran/kriteria penilaian penataan pasar tradisional terdiri dari:
1. Aksesibilitas, sebagai kriteria pengguna untuk menggunakan fasilitas pasar.
2. Keamanan, sebagai kriteria penilaian pengguna pada tingkat kerentanan terhadap ancaman di dalam area pasar.
3. Keselamatan, sebagai kriteria penilaian pengguna menyangkut jaminan akan keselamatannya dalam beraktifitas di dalam area pasar.
4. Kesehatan, sebagai pertimbangan pengguna untuk mendapatkan kondisi pasar yang sehat.
5. Kenyamanan, sebagai pertimbangan pengguna untuk mendapatkan rasa nyaman untuk melakukan aktifitas di dalam area pasar.
6. Estetika, sebagai pertimbangan pengguna untuk mendapatkan nilai lebih dari estetika yang didapatkan saat beraktifitas dalam area pasar.
7. Kecukupan, yaitu pertimbangan para pengguna untuk mendapatkan fasilitas pasar yang sesuai atau mencukupi untuk mendukung aktivitas dalam area pasar (Thristyanthi , 2015)
Dalam buku karya David Dewar dan Vanessa Watson yang berjudul “Urban Market Developing Informat Retailing” (1990), terdapat kemungkinan adanya sebuah area yang jarang sekali didatangi oleh pengunjung karena letaknya yang dicirikan sebagai ruang mati dan masalah dalam penataan ruang pasar yang berhubungan dengan tata komoditi barang dagangan. Hal tersebut disebabkan, antara lain:
• Titik pedagang terlalu tersebar/terpecah
• Adanya toko dan kios yang berhadapan dan membentuk pola siku
• Jarak pertemuan pergerakan pembeli terlalu pendek atau banyaknya pertemuan sirkulasi
• Pergerakan dan sirkulasi pembeli terlalu lebar
• Pergerakan pembeli terlalu sempit
Gambar 2.36 Standar Ukuran Sirkulasi pada area toko/pasar
Sumber: Dimensi manusia dan ruang interior, diakses 2023
Gambar 2.37 Standar ukuran area jual
Sumber: Data arsitek jilid 2, diakses 2023
Aktivitas pedagang basah
pedagang basah membutuhkan air bersih yang dekat dengan kios dagang, sementara pedagang kering kurang membutuhkan hal tersebut. Penjual basah ikan dan unggas memiliki kebutuhan ruang dan display barang yang berbeda meskipun keduanya tergolong dalam pedagang basah. Ikan memiliki bau yang menyengat dan tajam, oleh karena itu sebaiknya toko dikelilingi oleh pintu dan bukaan. Hal tersebut bertujuan untuk membuat udara sekitar tidak terganggu, selain itu ruangan menggunakan dinding dan lantai yang mudah di bersihkan. Pada pedagang unggas dibutuhkan ruang pendingin untuk menyimpan daging setidaknya untuk satu hari. Selain itu dibutuhkan tempat untuk mencabut bulu unggas, tempat tersebut harus dengan dengan air. Material yang disarankan yaitu dinding dinding dengan porselen, mozaik dan sebagainya yang dapat dicuci. Untuk bidang penyimpanan terbuat dari marmer, kaca, atau keramik.
Aktivitas pedagang sayur dan buah
Buah-buahan dan sayuran segar menjadi bahan dapur yang tergolong kering biasanya disimpan di tempat yang sejuk, tetapi tidak didinginkan, dalam keadaan utuh siap masak apabila di toko modern. Sedangkan pada pasar tradisional biasanya pedagang memajang dagangannya, kemudian pembeli tertarik dan di jual sesuai keinginan pembeli.
Fasilitas parkir perlu disediakan untuk menampung kendaraan pengunjung. Fasilitas parkir pada bangunan pasar pertanian ini mencakup area parkir mobil, motor ,sepeda maupun bagi truk sampah dan bongkar muat barang.
Standar Perancangan Difabel
Handrail
Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi yang mampu memahami dan mewadahi perilaku-perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku baik itu Perilaku pencipta pengamat dan juga perilaku alam sekitarnya (mangunwijaya, 1988). Arsitektur berwawasan perilaku dapat menjadi langkah awal dalam pembentukan kepribadian atau perilaku manusia terhadap lingkungannya. Sebagai dasar pemikiran adalah ilmu psikologi untuk menyatakan dan mengkonsepkan lingkungan manusia. Ide dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman secara psikologis seluruh perilaku manusia kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indrawi atau sensori experience. Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus - stimulus yang ada dalam lingkungannya. (Tandal & Egam, 2011)
Diperlukan perpaduan antara imajinasi dan pertimbangan akal sehat setiap kali merancang dengan membuat asumsi-asumsi tentang kebutuhan manusia perkiraan aktivitas atau bagaimana manusia berperilaku bagaimana manusia bergerak dalam lingkungannya selanjutnya arsitek memutuskan Bagaimana lingkungan itu dapat melayani manusia sebagai pemakai sebaik mungkin yang harus dipertimbangkan tidak hanya kebutuhan pemakai secara fungsional rasional ekonomis dan dapat dipertanggungjawabkan tetapi lingkungan juga harus dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna akan ekspresi emosionalnya termasuk bersosialisasi terhadap sesama. konsep arsitektur perilaku penerapannya dapat diaplikasikan ke dalam bangunan pada seluruh aspek sebagai timbal balik dari perilaku manusia terhadap arsitektur maupun arsitektur terhadap perilaku manusia untuk mencapai tujuan bangunan yang nyaman dan performa bangunan berjalan dengan baik dan optimal sesuai dengan kegiatan pengguna dan fungsi dari bangunan tersebut. Pengaplikasian pendekatan perilaku ini diterapkan dalam setiap detail bagian bangunan, seperti : penataan masa bangunan, zoning, sirkulasi, denah, bentuk ruang, ornamen, material, teksture, dan interior plafon, serta pola lantai. Pendalaman karakter ruang mengacu pada tatanan ruang, bentuk ruang, ruang gerak, besaran ruang, pemilihan warna dan bentuk perabot, suasana, lansekap dan ruang luar.
Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku faktor eksternal yaitu lingkungan fisik, ekonomi, politik dan sebagainya yang menjadi faktor dominan mewarnai perilaku seseorang. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni
• Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
• Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
• Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
• Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
• Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus .
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting).
Pada perancangan berdasar metode Arsitektur Perilaku ini terdapat dua arah dalam perancangan. Pertama yang dimulai dari behavior yang membentuk desain dan kedua dimulai dari rancangan arsitektur yang membentuk behavior. Menurut Antonius dalam jurnal yang berjudul “Arsitektur Berwawasan Perilaku”, Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi terbentuknya perilaku pengguna sebuah bangunan baik dari tatanan ruang, warna, bentuk, cahaya, dan suhu ruangan. Rancangan berawal dari behavior itu sendiri, lalu mempengaruhi rancangan arsitektur yang kemudian dari rancangan itu justru dapat memperbaiki behavior yang sudah ada tanpa menciptakan behavior baru. Arah rancangan yang terbentuk hanya satu arah dimana rancangan dibuat terlebih dahulu dengan tujuan untuk membentuk behavior baru yang justru nantinya akan mendorong untuk membuat evaluasi rancangan arsitektur kembali. Lingkungan sungguh dapat mempengaruhi manusia secara psikologi, adapun hubungan antara lingkungan dan perilaku adalah sebagai berikut :
• Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku – lingkungan fisik dapat membatasi apa yang dilakukan manusia.
• Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku – lingkungan fisik dapat menentukan bagaimana kita harus bertindak.
• Lingkungan membentuk kepribadian.
• Lingkungan akan mempengaruhi citra diri.
Bangunan yang dirancang manusia secara sadar/tidak sadar mempengaruhi pola perilaku manusia yang hidup di dalam arsitektur dan lingkungannya. Sebuah arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia dan sebaliknya, dari arsitektur itulah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali (Tandal dan Egam, 2011). Desain arsitektur perilaku pada perancangan bangunan arsitektur memiliki konsep penting dalam kajiannya:
1. Pengaturan perilaku (behavior setting). konsep arsitektur perilaku adalah merancang peruangan dan tata ruang yang disesuaikan kebutuhan para pelaku Merupakan unsur unsur fisik atau spasial yang menjadi sistem tempat atau ruang sebagai terciptanya suatu kegiatan; Menyesuaikan fisik sistem ruang dengan kegiatan dan perilaku pengguna.
2. Kognisi Spasial (spatial cognition). terkait dengan cara seseorang memperoleh, mengorganisasi, menyimpan, dan membuka kembali informasi tentang lokasi, jarak, dan tatanan lingkungan fisik. Sehingga bagaiamana membentuk suatu peta mental dengan adanya beberapa unsur yang memicu ingatan terhadap lingkungan geografis.
3. Persepsi lingkungan (environment perception) yang mengungkapkan berbagai fenomena visual sehingga merancang massa dan penyelesaian tampilan bangunan terhadap pengaturan persepsi seseorang (Laurens, 2004)
Tinjauan Perancangan Arsitektur Perilaku
Gambar 2.41 Arsitektur Perilaku
Sumber: dspace.uii.ac.id, diakses 2023
Behavior Setting
Analisis Behavior Setting pada pasar sepinggan yaitu merujuk pada kondisi eksisting peruangan dan perubahan konteks spasial pada tempat dagang. distribusi komoditas tata letak dan zonasi pencapaian pembeli kurang efisien. Hal tersebut terjadi karena banyak titik sepi akibat penataan los kios cenderung acak dan terpisahnya antar zona oleh sudut mati dan buruknya jangkauan. pedagang akan mendekat ke area yang ramai pengunjung dan pengunjung/pembeli juga mencari tempat perbelanjaan yang cepat dan dekat. diketahui perilaku pengguna di pasar yang memiliki kebiasaan memodifikasi ruang-ruang apabila pergerakannya tidak terpenuhi karena tidak terdapat pembatas. Selain itu, jumlah barang dagangan yang dimiliki melebihi kapasitas ruang yang disediakan untuk pedagang. kepercayaan yang tumbuh dan pelayanan secara langsung yang dilakukan pedagang di pasar tradisional sehingga pembeli cukup menyebutkan atau menyampaikan barang yang mereka cari dan pedagang akan mengemaskan barangnya sejumlah pesanan.
Komoditas yang diperdagangkan oleh para pedagang biasanya menjadi penanda identitas tersendiri untuk para pedagang. Pedagang sedikit banyaknya menjual komoditas perdagangan berkaitan denga budaya asal daerah para pedagang. Pedagang berasal dari banyak daerah yang mayoritas perantau, pedagang menjual barang beragam yang biasanya sesuai asal mereka. Penjaul tahu tempe yaitu orang jawa, pedagang ikan laut kebanyakan orang sulawesi selatan, pedagang ikan tawar yaitu orang banjar dan pedagang bumbu sebagian besar orang minang (bu jumi pedagang, 2023). Hal tersebut memunculkan pemahaman pada warga yang mempengaruhi kebiasaanya dalam hal cara menata barang dagangannya, dan tingkat kenyamanan kemudahan dalam berkomunikasi.
menempati area jualan pada loos mendisplay barangnya pada meja di depan dan rak di sisi belakang maupun sampingnyav
Pedagang sayur dan buah membuat meja bertingkat sebagai tempat untuk mendisplay barang dagangannya. kebiasaan untuk menambah barang jualan yang ditempatkan didepan dan dibawah meja yang merupakan area untuk pejalan kaki dan area transaksi
Pedagang dengan tempat/kotak di meja sebagai tempat display yang masing masing jenisnya biasanya dengan wadah wadahnya tersendiri. jumlah barang dagangan yang dimiliki melebihi kapasitas ruang yang disediakan untuk pedagang. mendisplay barangnya dengan rak-rak yang menempel di dinding dan menggantungnya.
Sirkulasi yang semula selebar 1,5 m hanya menyisakan 1 m karena kebiasaan menambah barang jualan pada area sirkulasi.
pedagang menempatkan penyimpanan box dibawah meja dan di plafon namun tidak terdapat batasan batasan dalam desain yang mengaturnya agar tetap baik bagi pengguna lainnya.
Gantungan daging/ikan
los pedagang basah memiliki meja rata dan disini masih menggunakan kayu yg dilapisi karpet karena sebagai tempat memotong daging atau ikan, padahal memerlukan meja beton yang kokoh. harus memikili saluran air untuk membersihkan dan ada saluran sanitasi sebagai pembuangan air kotor.
Gambar 2.44 Perilaku Pedagang
Sumber: Analisis Pribadi, 2023
pada umumnya mendisplai barang dagangannya (pakaian) dengan cara menggantung-gantungkan.
Sumber: Analisis Pribadi, 2023
Los dagangan yang dapat dibongkar pasang sehingga memudahkan dalam penyimpanan para pedagang dan dapat lebih memastikan keamanan barang dagangan sehingga petugas keamanan dapat lebih terbantu dalam menjaga keamanan didalam pasar memastikan pintu sirkulasi terkunci dan kotak penyimpanan tiap los dan kios terkunci.
Gambar 2.47 Analisis Eksisting
Sumber: Analisis Penulis, 2023
Analisis Spatial Cognition pada kognisi pengguna ketika mengakses sirkulasi bangunan. konsep yang memberikan kemungkinan kepada pengguna untukmenyimpan informasi, menandai dan menyesuaikan respon pada objek yang terlihat (Laurens, 2004). memperhatikan perilaku pengguna untuk mengakses ruang-ruang pasar yaitu persepsi bangunan yang tidak diatur dengan baik pada jalur yang sempit, berantakan atau besar padaarea tertentu. maka terdapat pemetaan untuk mengidentifikasi manusia atau sekelompok manusia dalam menggunakan, mengakomodasikan atau memanfaatkan perilakunya dalam suatu situasi tempat dan waktu tertentu. Pemetaan berdasarkan pelaku (person centered mapping) yaitu cara yang dilakukan untuk mengetahui pergerakan manusia pada suatu periode waktu. Dengan demikian, cara ini akan menunjukkan tidak hanya satu tempat atau lokasi, akan tetapi dapat memperlihatkan beberapa tempat atau lokasi.
Kepadatan
Blok A- Blok I lantai dasar
Blok A terluar, Blok H, Blok G, Blok D, Blok I, Blok C dan Blok J
Blok A terluar, Blok A lantai 1, Blok H, Blok D, Blok C, Blok G
Blok A terluar, Blok H, Blok D, Blok C, Blok G
Pedagang di dalam pasar biasanya membuka kiosnya sedikit lebih siang dari pada para pedagang yang berada di luar pasar. Pedagang di luar pasar siap sebelum adzan subuh, pedagang di dalam pasar baru bersiap buka setelah adzan subuh. Kecenderungan area yang diminati pengunjung yaitu area luar kios yang berada di sisi terluar bangunan karena buka lebih cepat dan pedagang sudah mencegat pembeli sehingga tak perlu masuk ke dalam pasar.
Aksesibilitas menuju bagian dalam pasar yang minim ditambah akses pada samping dan belakang bangunan tidak terlihat karena tertutup oleh luberan pedagang yang menggelar barang dagangannya, membuat naungan terpal dan perletakan meja berlebih sehingga aksesibilitas terhalang/tertutupi membuat kios dan los di dalam pasar tidak terjamah pembeli. tidak adanya ruang transisi atau ruang pembeli untuk memilih dagangan atau melihat lihat dagangan membuat sirkulasi pada pasar menjadi berdesak desakan. pada gambar dapat dilihat pengaturan letak los kios dengan sirkulasi yang masih kacau dengan pertemuan sudut yang mati berpotensi sepi tidak terjamah, pencapaian ke beberapa area yang sulit karena jauh dari sirkulasi utama dan menyebabkan penumpukan yang telah mengalami penghambatan. pejalan kaki pada saat memasuki melalui pintu utama sirkulasi saat masuk tidak langsung melihat dagangan dengan luas dan menyeluruh sehingga sulit menerka dan mengetahui keseluruhan area pasar yang menjadi pedomannya dalam menjelajah.
perilaku pengguna di Pasar Sepinggan memiliki kebiasaan dalam mengakses jalur yang mudah diketahui dan dimengerti serta nyaman dilewati karena sulitnya memahami jalur akses pasar serta kekhawatiran atas hal tak terduga seperti menyasar dan perasaan ketidaknyamanan atas apa yang dikira akan dilalui. Kecenderungan membeli kebutuhan pokok yg dicari sedekat mungkin dengan tempat parkir atau kedatangan.
pemetaan menunjukkan bahwa pengguna pasar mengunjungi zona yang beragam atau berbeda. Hal tersebut terlihat dari titik dimana perpindahan pelaku yang terjadi mulai dari titik awal ke titik berikutnya hingga titik akhir, yang dalam perpindahannya terjadi dengan tidak beraturan. Dari ketidakteraturan pergerakan pelaku terdapat beberapa kesamaan yang ditemukan yakni adanya area-area kunjungan yang sama namun berbeda arah pergerakan. Kesamaan area kunjungan tersebut dapat mengidentifikasikan sirkulasi yang sering dilalui pengguna.
tidak ada transisi dan kekacauan tata letak sirkulasi dengan los/kios
Gambar 2.48 Analisis Eksisting
Sumber: Analisis Penulis, 2023
Gambar 2.49 Analisis eksisting
Sumber: Analisis Penulis, 2023
Alur Aktivitas Pengguna
alur aktivitas yang tidak diarahkan dan tidak dikontrol dalam penempatan zona sesuai jenis komoditas menyebabkan pembeli tidak mengenali arah dan jenis dalam mencari barang komoditasnya dan tidak dapat membandingkan antar satu sama lain dikarenakan hanya mendapatkan dari yang paling terdekat sejak tiba di tempat parkir. Selain itu, faktor dari minimnya sirkkulasi/pintu masuk menyulitkan pengguna untuk memahami akses ke bagian dalam pasar sehingga menimbulkan perasaan malas untuk mencari.
masalah ruang terpinggirkan karena adanya kesalahan dalam penataan ruang pasar terkait letak kios dan los. terpakainya jalan kampung sekitar area luar pasar oleh pedagang yang tak terwadahi di dalam pasar untuk pelebaran lapak maupun pembukaan lapak lainnya sehingga jalur digunakan oleh berbagai pengguna sekaligus dan tidak optimal. Hal ini mempengaruhi terhadap sering atau tidaknya suatu kios dan los itu dikunjungi oleh pembeli. beberapa pedagang seperti yang menggunakan kios ada yang menggunakan kendaraan besar untuk melakukan kegiatan untuk loading dan unloading barang dan tidak setiap hari contohnya untuk pedagang pakaian dan kelontong. Untuk pedagang sayur, daging, dan bumbu dapur pada bagian los rata-rata selalu membawa barang dagangan setiap hendak berdagang dan akan membawa balik kembali apabila ada tersisa. Sehingga kegiatan loading dan unloading barang dilakukan setiap hari.
Beberapa unsur yang dapat diterapkan dalam mengukur peta mental:
• Tanda – tanda yang mencolok (landmark)
• Jalur – jalur jalan atau penghubung (paths)
• Titik pertemuan antar jalur jalan (nodes)
Datang
Skema Arah Belanja pada pembeli
Drop Off Barang Dagangan
Pedagang Los Parkir
Mushala
Toilet
Makan
Aktivias para pedagang
Datang
Pasar Basah
Pulang
Parkir Parkir
Pasar Kering
Arah secara berurutan satu area
Pulang
Pasar Basah
Pasar Kering
Arah campuran
Pulang
Parkir
Berjualan Berjualan (barang dagangan sudah didalam kios)
Pick Up Barang Dagangan Pulang
Pulang Pedagang Kios
Mushala
Toilet
Makan
Penyimpanan Barang Dagangan
Para pengunjung disediakan parkir di seberang jalan dan harus melalui jalur panjang menuju pasar yang panjang bagi pembeli setelah parkir. terdapat beberapa pengunjung yang parkir hingga masuk ke dalam bangunan pasar. Para pedagang juga lebih memilih parkir di dalam los dan kios masingmasing. hal tersebut karena tidak tegasnya pembatas membuat pedagang dan beberapa pengunjung yang parkir hingga masuk ke dalam bangunan pasar.
tidak terdapat area bongkar muat dan lahan parkir yang memadai. bongkar muat menggunakan bahu jalan sebagai pemberhitan. bongkar muat hanya pada saat jam ramai yang menggunakan lahan parkir yang terletak di area yg terpisah jalan dengan pasar sehingga jalur menuju pasar yang panjang bagi pembeli setelah parkir. Proses bongkar muat dilakukan pada bahu jalan dikarenakan jarak yang jauh dan panjang apabila pada ruang parkir.
Sumber:
environment perception
Analisis environment perception merujuk pada ragam kesamaan persepsi beberapa pengguna atau kelompok pengguna serta bagaimana persepsi itu dapat diarahkan secara visual (Setiawan, 2010). Perilaku pengguna cenderung menagabaikan pasar sepinggan dalam hal elemen bentuk pasar dari kondisi citra bangunan yang ada. Tampilan yang tidak terlihat menarik perhatian dengan keunikannya serta tidak mencerminkan identitas sebagai pasar rakyat membuat pasar ini diabaikan. namun secara fungsi bahwa pasar ini sangat dibutuhkan dan keberadaannya sebagai salah satu roda penggerak utama yang selalu ramai dan padat di jam operasional utama.
Balikpapan dikenal dengan kota heterogen yang damai, maka persepsi yang pada bangunan pasar akan menampilkan kebudayaan yang beragam menyesuaikan karakter dari bentuk tampilan yang merupakan daerah asal muasal para pengguna. Maka konsep arsitektur nusantara diterapkan dengan merujuk beberapa rumah daerah yang terkait dengan budaya para pengguna pasar. Selain itu, Upaya promosi pasar hijau melalui gerakan mengolah sampah dan adanya urban farming di pasar akan menjadi penampilan bangunan pasar tradisional hijau.
"Pembeli menginginkan lokasi tempat belanja yang asik, baik, respentatif dan nyaman. Kalau kondisi pasar tradisional tidak dibenahi, jangan salahkan warga akan mulai beralih berbelanja di Supermarket dan Minimarket" (Pembeli Gunawan, 2022)
Secara persepsi visual, Persepsi para pengguna berkaitan dengan latar belakang atau asal muasal dikarenakan mayoritas masyarakat balikpapan justru perantau. latar belakang tersebut tersebar dari penjuru Indonesia, namun dapat diambil data sampel dan dipetakan yaitu kecenderungan utama berasal dari pasar rakyat berbentuk tidak massif, dengan aperture yang lebar, dan komponen perbedaan ketinggian. Menggunakaan bukaan lebar disetiap arah tampak bangunan. Menggunakan kisi kisi yang dipasang dengan kemiringan dan jarak tertentu (udara dapat masuk dan keluar dengan baik serta dapat terlindungi dari cuaca hujan)
Arsitektur nusantara adalah arsitektur yang mencerminkan keberadaan antara manusia dan alam lingkungan sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Pangarsa, 2006). Nilai tentang kekhasan dan keberagaman serta hubungan antara dirinya dan kejamak majemukan dalam alam semesta. Kesetempatan dan kesemestaan adalah salah satu ciri khas dan filosofi yang ada pada arsitektur nusantara. Kesetempatan dan kesemestaan merupakan salah satu cara manusia untuk lebih dekat terhadap sang pencipta dan juga alam. Kesetempatan dan kesemestaan berhubungan dengan regionalisme dan juga alam semesta.
Kesetempatan
Kesetempatan merupakan regionalisme yang merupakan identitas atau ciri kedaerahan suatu tempat guna memunculkan atau menunjukkan jati diri (Tzonis, 2001). Kesetempatan merupakan lokalitas atau identtitas yang berhubungan dengan regionalisme. kesetempatan memiliki banyak perbedaan di dalamnya. Perbedaan inilah yang menjadikan beragam merupakan ciri atau 'perbedaan' secara spasial terbentuk dari kelokalan itu sendiri. lokalitas dapat membantu menemukan atau mendapatkan identitas.
Kesemestaan
kesemestaan merupakan keseimbangan antara alam, manusia serta manusia dan tuhan. Identitas dari alam semesta juga sinkronisasi alam dan lingkungan tetapi tidak harus memberikan kesamaan pada perwujudannya (Pangarsa,2006). Hal ini dibuktikan dari cara membangun yang turut memperhatikan keadaan sekitar.
Kesetempatan dan kesemestaan adalah satu kesatuan yang saling berhubungan. Kesetempatan berfokus pada regionalisme ataupun lokalitas dan identitas. Kesetempatan berfokus pada alam, manusia dan semesta. keduanya berfokus pada filosofi bangunan pada beberapa konteks. Kekhasan, lokal atau kesetempatan dan kesamaan ciri, kejamak-majemukan alam semesta atau kesemestaan. Ada benang merah dalam arsitektur nusantara yang ditarik dari masing masing region/daerah yang merupakan kesamaan pengetahuan yang tertuang dalam kesamaan bentuk fisiknya.
Arsitektur nusantara sudah tentunya berpedoman “Sumpah Palapa” yaitu Bhineka Tunggal Ika”. Yang mengamanatkan adanya pertalian dari berbagai suku bangsa (etnik Nusantara) ataupun arsitektur di luar Nusantara (agama, teknologi modern, ornamen dan dekorasi). pertalian dari kedua unsur internal maupun eksternal tentunya melalui proses stilisasi. Dimana stilisasi adalah penggunaan kedua unsur internal eksternal secara bersama-sama. Tanpa menghilangkan salah satu dari kedua unsur tersebut. Di sinilah, proses transformasi modifikasi berlangsung, dengan tujuan menampilkan suatu bentukan yang menampilkan kesamaan-kebedaan, sehingga menghasilkan suatu bentukan yang baru, namun masih menampilkan karakter dari kedua unsur tersebut. Di dalam pengkinian arsitektur Nusantara, berbagai unsurunsur internal maupun eksternal tentunya harus melalui proses penafsiran (interpretasi). Sehingga hasil tafsir dapat ditranformasi dapat dilakukan dalam membentuk suatu desain arsitektur yang Indonesiawi.
aspek variabel
citra bangunan pasar rakyat
identifikasi rujukan ekspresi arsitektur nusantara
Bentuk Atap
Tampilan Selubung Bangunan
Material Bangunan
Warna dan Ornamen
Arsitektur Nusantara (kedaerahan)
Garis besar
Kalimantan
Jawa
Sulawesi
Benang merah
Suku Dayak
Suku Jawa
Suku Bugis
Tujuan
Mengingatkan kembali asal muasal pengguna
Tidak menghilangkan identitas heterogenitas
Dalam arsitektur terdapat keterkaitan yang erat antara bentuk dan makna. Makna melahirkan bentuk, dan bentuk mengkomunikasikan makna (Prijotomo, 1992).
Physical Control yaitu desain perlu berupaya untuk menyesuaikan dimana ia berada untuk menyatukan antara alam/ekologi dengan lingkungan buatan Functional Frame yaitu sebagai bangunan yang memiliki fungsi yang memnuhi dengan penerapan yang mengadopsi bentuk tertentu sesuai skala dan proporsi. Cultural symbolization yaitu bagaimana unsur budaya dapat digunakan. Social millieu yaitu bangunan dapat memperlihatkan bentuk dengan prinsip dan skala yang ingin disampaikan atas kesannya. Hal tersebut dapat diketahui melalui analisis pada bagian bagian bangunan yaitu Bentuk, Stilistika: atap, bukaan, ornamen dan Struktur.
Teori Visual
Teori Gestalt menjelaskan sebuah proses persepsi yang mempertimbangkan komponen-komponen sensasi yang selanjutnya memiliki hubungan atau pola bahkan sebuah kemiripan yang menjadi kesatuan. Sesorang cenderung mepersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagi sebauh kesatuan yang tidak terpisahkan. Selanjutnya dalam teori ini dijelaskan bahwa sebuah persepsi dapat tercipta dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Kedekatan posisi (proximity)
2. Kesamaan bentuk (similirity)
3. Penutupan bentuk
4. Kesinambungan Pola (continuity)
5. Kesamaan arah gerak (common fate)
Similarity memiliki pengertian bahwa otak manusia dalam memandang sebuah objek secara visual akan memberikan pilihan. swcara psikologis akan memilih bentuk yang paling sederhana, paling sering ditemui dan paling stabil untuk berkonsentrasi dan memberikan makna dalam membangun sebuah konsep.
Kajian Tipologi
Gambar 2.51 Mengenal Bentuk Atap
Sumber: hdesignideas.com, diakses 2023
"Pengembangan terhadap arsitektur lokal sebagai detail penyusun rancangan arsitektur pasar untuk dapat lebih menyesuaikan pada konteks. Dengan melakukan pengembangan terhadap bentuk arsitektur lokal dan makna yang timbul dari citra sebagai kualitas figural dan membentuk karakter yang unik."
Arsitektur Rumah Dayak
Bentuk geometri tidak harus simetru tetapi harus mempuntai titik, sudut, garis dan permukaan yang solid namun eksistensinya berusaha mengajak kita kembali memahami dan mengacu pada pemaknaan ruang yang yang mendefinikan ruang didalamnya sebagai sesuatu sebagai wujud paling immateria (without physical substance).
Proporsi dan dimensinya merupakan penerapan bentukan dasar dari bahan sendirri sehingga tercipta keragaman bentuk dan kesatuan namun ditinjau dari dimensinya sendiri akan memiliki ukuran yang berbeda karena alam mengahsilkan pohon pohon dengan dimensi berbeda yang digunakan sebagai bahan bangunan.
Rumah dengan motif salur pakir berbagai warna. warna kuning pada adat dayak memiliki arti kewibawaan. Dibuat dari bahan kayu dengan prinsip struktur rumah panggung. CIri lainnya adalah tiang tiang penyangga yang khas terlihat dibagian bawah bangunan. Kayu yg disebut kayu penyangga tersebut memiliki ketinggian yang memebntuk ruang berupa kolong yang cukup besar.
Arsitektur Rumah Bugis
Berbahan dasar kayu dengan anyaman kayu pada dinding dan tiang bangunan. Konsep desain dari pengklasifikasian bentuk atap memiliki tingkatan atau hirarki keutamaan atau kesempurnaan dilihat berdasarkan bagian bagiannya.
Pada pengklasifikasian sturktur rumah (kaki rumah, badan dan kepala) pandangan kosmologis suku bugis terdapat tiga jenis yaitu pembagian pelapisan dunia dan pembagian empat perletakan mata angin. Pola ruang secara vertikal menggangap ruang sakral pada bagian atas, pada bagian tengah secara fungsional dan bagian bawah sebagai ruang kotor. Secara horizontal pembagian ruang dari publik ke privat pada bagian belakang
DUNIA TENGAHMANUSIA (ALLE BALE)
DUNIA BAWAHKOTOR (AWA BOLA)
Arsitektur Rumah Joglo
Gambar 2.54 Rumah Adat Joglo
Sumber: jatengkita.id, diakses 2023
Susunan remajawa merupakan Joglo terbagi menjadi 6 bagian yakni pendopo pringkitan dalam dapur Gandok dan Gadri pada bagian pertama terdapat pendopo yang merupakan sebuah bangunan yang terbuka dan terletak pada bagian depan. bila dilihat dalam susunan yang menghadap vertikal Joglo terdiri atas tiga bagian utama yakni atap yang dan bawah yang disebut umpak. susunan dan pola lantai yang terdiri atas tiga tingkatan yakni pada posisi bagian tengah adalah bagian dengan kedudukan yang paling tinggi. pendopo berfungsi sebagai tempat menerima keluarga serta tamu resmi untuk tempat pertemuan pesta tempat pertunjukan dan gamelan masyarakat kebudayaan asli Jawa percaya bahwa pendopo merupakan ekspresi serta keteraturan tatanan di dua kekuatan yang tak sejalur atau berbenturan.
Pendopo dengan struktur terbuka merupakan suatu ruang publik yang menunjukkan sifat maskulin pringgitan didesain untuk tempat semi privat yang merupakan bangunan semi publik merupakan sebuah serambi. ruang dalam Ageng merupakan bagian dari struktur rumah jawa inti titik pusat dan bagian tengah yang sangat penting memiliki ketinggian yang lebih tinggi dan penataan struktur rumah berdasarkan pada fase purusha Mandala Suci yakni bentuk persegi empat yang kemudian dibagi menjadi 9 segi.
Bentuk serta pola ruang struktur pada rumah joglo merupakan sebuah tuntunan antara fungsi secara fisiologis suasana sejuk tenang tentram serta Suci secara psikologis. Rumah tradisional Jawa adalah bentuk panggang P di mana bentuk yang sederhana hanya terdiri dari satu ruang dengan limasan dan secara visual bentuknya tidak berubah tetapi terjadi perubahan pada ruang-ruang dan fungsi yang berbeda di masa saat ini
2.5 Arsitektur Pasar Hijau
Pasar hijau merujuk pada tempat atau platform di mana produk-produk yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan bertanggung jawab sosial dipasarkan dan dijual. Pasar ini bertujuan untuk mendorong konsumen untuk memahami produk-produk yang memiliki dampak lingkungan dan sosial yang lebih sedikit. Pasar hijau dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk pasar langsung (seperti pasar petani atau pasar seni lokal yang mendukung produk lokal dan organik), toko-toko khusus yang fokus pada barang-barang ramah lingkungan, dan juga platform online di mana produkproduk berkelanjutan dapat ditemukan dan dibeli.
Pasar hijau berperan penting dalam mendukung perubahan menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab. Ini juga membantu dalam memberikan kesadaran kepada konsumen tentang pentingnya memilih produk yang memperhatikan dampak lingkungan dan sosialnya. Pasar hijau bisa mencakup berbagai jenis produk, seperti:
1. Produk Organik: Makanan organik yang diproduksi tanpa pestisida atau bahan kimia sintetis, serta barang-barang konsumen organik seperti pakaian dan perawatan pribadi.
2. Energi Terbarukan: Produk-produk atau layanan yang terkait dengan energi terbarukan, seperti panel surya, turbin angin kecil, atau perangkat hemat energi.
3. Produk Ramah Lingkungan: Barang-barang yang dibuat dari bahan daur ulang atau bahan-bahan ramah lingkungan, seperti tas belanjaan kain, perabotan rumah tangga yang terbuat dari kayu daur ulang, atau produk yang memiliki pengemasan minimal.
4. Produk Daur Ulang: Barang-barang yang dibuat dari bahan daur ulang, seperti kertas daur ulang, produk tekstil daur ulang, atau barang-barang dari limbah plastik.
5. Produk yang Mendukung Kesejahteraan Sosial: Barang-barang yang diproduksi dengan memperhatikan kondisi kerja yang adil, seperti produk-produk Fair Trade atau yang memiliki sertifikasi sosial.
Dalam mendorong pertumbuhan UMKM mesti dilangsungkan kreativitas dan inovasi dengan mengintegrasikan pasar tradisional dengan wisata, aktivitas dan budaya. Sebagai kota penyangga Ibu Kota Negara (IKN) potensi kebutuhan pasokan dan distribusi perlu ditingkatkan demi menjaga stabilitas. Peningkatan kualitas bangunan dalam meningkatkan daya tarik ketika didukung pengelolaan secara baik dapat mendukung kegiatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja yang layak dengan antusiasme pengunjung dapat meningkat naik. Di bidang pertanian merujuk pada pasar petani yang merupakan tempat di mana petani dan produsen lokal menjual produk segar dan produk pertanian lainnya langsung ke konsumen. Pasarpasar ini sering kali menekankan pada pangan yang berkelanjutan dan ditanam secara lokal.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani di Balikpapan sejumlah 6.725 orang sedangkan 2020-2021 terjadi penyempitan luas lahan pertanian dari 118,3 hektare menjadi 102,6 hektare. Selain itu, produksi padi mengalami penurunan dari tahun 2020 sebanyak 419,5 ton menjadi 376,3 ton pada 2021. Balai Penyuluh Pertanian (BPP) terkait regenerasi petani dari 62 kelompok tani, sangat minim munculnya generasi muda. 0,0 % saja anak petani yang jadi petani bahkan salah satu kelompok tani yang ketuanya menjabat sejak 1980-an sampai saat ini dikarenakan faktor regenerasi tidak ada. Dibutuhkan suatu strategi desain yang mampu menunjang kegiatan pasar dan mampu memberikan nilai baru pada pasar agar para pengguna pasar merasa betah dalam beraktifitas. Dalam mewujudkan Arsitektur Pasar berwawasan lingkungan perwujudan tersebut berupa bentuk masa bangunan, material, tata ruang ataupun nilai kearifan lokal yang ada.
Mewujudkan pasar tradisional hijau melibatkan komunitas setempat dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pasar, memastikan keberlanjutan inisiatif-inisiatif hijau yang diimplementasikan. Selain itu, melibatkan upaya untuk memodernisasi dan meningkatkan keberlanjutan pasar tradisional yang telah lama ada, prinsip dan strategi yang bisa diterapkan:
1. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Penting untuk memberikan edukasi kepada pedagang dan pengunjung pasar tentang manfaat produk berkelanjutan dan praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Kampanye melalui tindakan nyata program pemberdayaan limbah pada pasar
2. Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan: Mendorong penggunaan kemasan ramah lingkungan atau daur ulang, seperti kantong belanjaan kain, wadah yang dapat digunakan kembali, atau kemasan yang mudah didaur ulang.
3. Produk Organik dan Lokal: Mendukung pedagang yang menawarkan produk organik dan lokal. Ini membantu mendorong pertanian berkelanjutan dan membatasi penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya.
4. Manajemen Limbah yang Efisien: Membuat sistem pengelolaan limbah yang efisien dan mendukung kegiatan daur ulang di pasar, misalnya dengan menyediakan tempat sampah terpisah untuk daur ulang.
5. Desain yang Ramah Lingkungan: Merencanakan dan merancang pasar dengan perhatian khusus terhadap efisiensi energi, penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan, dan pemanfaatan sumber daya secara efisien.
6. Ruangan Terbuka Hijau: Mendorong penggunaan ruang terbuka hijau di sekitar pasar, baik untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi pengunjung maupun sebagai tempat rekreasi.
7. Promosi Produk Berkelanjutan: Mengatur kampanye promosi untuk produk-produk berkelanjutan yang dijual di pasar tradisional, meningkatkan minat dan permintaan konsumen terhadap produkproduk ini.
Tinjauan Pasar Sepinggan "HIJAU'
Kondisi lingkungan pasar khususnya pasar tradisional memiliki image lingkungan yang kotor, kumuh, dan bau. Tantangan yang dihadapi pasar tradisional saat ini adalah bagaimana lingkungan pasar tersebut harus sehat dan bersih dengan pengelolaan seperti pasar modern (Sulistyo & Cahyono, 2010), kondisi lingkungan pasar tradisional yang memiliki kesan kotor dan kumuh tersebut dihasilkan dari sampah khususnya jenis organik. Sampah yang dihasilkan dari pasar tradisional memiliki karakteristik yang berbeda dengan sampah dari perumahan yang apabila dilihat dari komposisinya lebih dominan sampah organik (Arifin, 2018). Sampah organik sendiri merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kualitas emisi gas dari tempat-tempat pembuangan sampah karena mengandung karbon organik yang mudah terurai (Wahyono, 2015). kondisi lingkungan pasar tradisional yang memiliki kesan kotor dan kumuh tersebut dihasilkan dari sampah khususnya jenis organik. Tempat penampungan sampah yang terbuka dan berada di area utama pembeli. letaknya di pintu masuk dan berdampingan dengan parkir tempat pertama pembeli datang.
Penumpukan sampah terjadi berdampak buruk bagi kondisi lingkungan dan kesehatan pengguna. Tempat penampungan sampah yang terbuka dan berada di area utama pembeli langsung memberikan dampak tersebut. Kurang maksimal nya dari jam operasional rumah kompos dan kapasitas mesin pengolahan sampah yang rendah menyebabkan tidak maksimalnya
penanggunalan atau pemanfaatan sampah. Pada akhirnya sampah seringkali terbengkalai dan menjadi basah akibat turunnya hujan.
Klasifikasi TPS sebagai sarana pemindahan berdasarkan SNI 3242:2008
adalah TPS tipe II, yaitu tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan : Ruang pemilahan (10m2), Pengomposan sampah organik (200m2), Gudang (50m2), Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan kontainer (60m2), Luas lahan ± 60 – 200 m2. TPS 3R adalah infrastruktur pengolahan dengan Kriteria Teknis dilengkapi dengan ruang pengolahan sampah anorganik (pemilahan) dan pengolahan sampah organik (proses biologis), gudang, zona penyangga (buffer zone) dan tidak mengganggu estetika serta lalu lintas
Rumah Kompos Sampah di Pasar Sepinggan menjadi momok aspirasi utama para pengguna. "Lahan parkir kendaraan yang terdapat rumah kompos" (Pembeli Wahyu, 2022). Bau sampah yang lekat dengan para pembeli saat berkunjung ke pasar sepinggan karena letaknya di pintu masuk dan berdampingan dengan parkir tempat pertama pembeli datang. Dikuatkan dengan adanya hujan turun yang menambah aroma tidak sedap bagi para pengguna.
Pemilahan dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) jenis sampah terdiri atas:
1. sampah mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun;
2. sampah mudah terurai;
3. sampah dapat digunakan kembali;
4. sampah dapat didaur ulang;
5. sampah lainnya
Pengolahan sampah meliputi kegiatan:
a. Pemadatan;
b. Pengomposan;
c. Daur ulang materi;
d. Mengubah sampah menjadi sumber energi.
pemilahan pewadahan Pengolahan Hasil Lanjutan
Organik 60% Pengangkutan
40% Daur Ulang
Non Organik
60% Pengangkutan
40% Daur Ulang
B3
Pengomposan Sampah Organik
Produk Kebutuhan Sehari Hari
Pengomposan Pupuk Organik Media tanam Sayur dan Buah
Pencacahan
Pencacahan Eco Enzym Bahan Baku
Pengangkutan
Tabel 2.2 Metode Penanganan Sampah
Sumber: Ilustrasi Penulis,2023
Pemilahan yang dapat dikomposkan adalah daun-daunan rumput, sisa makanan, sisa ikan, sayur-sayuran, kertas, sisa kulit buah-buahan, ampas kelapa, sisa-sisa roti/kue, jerami, dan lain-lain. Sistem teknologi pengomposan yang diterapkan di lapangan adalah:
1. Sistem Aerator bambu
2. Sistem Bata Berongga (dimensi boks pxlxt 1,2x1,2x5m)
3. Teknik Takakura Susun
4. Komposter Drum (dimensi diameter 0,5m)
5. Bokashi
Produk Material Bangunan
Produk Kerajinan Tangan
Pencacahan Sampah Anorganik
pengolahan sampah dapat juga dilakukan dengan mencacah plastik hingga ukuran kecil kemudian dicuci dan dikeringkan. Tahap selanjutnya plastik yang sudah berukuran kecil tersebut dapat diolah dengan proses pemanasan sehingga dapat dibentuk menjadi produk yang kita inginkan.
Minimal Desain Bangunan TPS 3R
Eco Enzym Sampah Organik
Eco-Enzyme adalah cairan alami serba guna, yang merupakan hasil fermentasi dari gula, sisa buah/sayuran dan air dengan perbandingan 1:3:10. Hasil akhirnya adalah cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar
Desain bangunan Tempat Pengolahan Sampah 3R minimal memuat beberapa hal sebagai berikut:
1. Area penerimaan/dropping area;
2. Area pemilahan/separasi;
3. Area pencacahan dengan mesin pencacah;
4. Area komposting dengan metode yang dipilih;
5. Area pematangan kompos/angin;
6. Mempunyai gudang kompos dan lapak serta tempat residu;
7. Mempunyai minimum kantor;
8. Mempunyai sarana air bersih dan sanitasi.
Urban Farming pada Pasar Tradisional
Urban farming merupakan suatu konsep pertanian atau perkebunan yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang terbatas. Urban farming disebut juga pertanian kota, menurut para ahli pengertian urban farming atau urban agriculture sebagai kegiatan membudidayakan tanaman atau memelihara hewan ternak didalam dan disekitar wilayah kota besar (metropolitan) atau kota kecil untuk memperoleh bahan pangan atau kebutuhan lain dan tambahan finansial, termasuk didalamnya pemrosesan hasil panen, pemasaran, dan distribusi produk hasil kegiatan tersebut (Bareja, 2010 “Urban Farming”).
Teknologi pertanian yang diterapkan pada konsep urban farming dibagi menjadi tiga yaitu pertanian secara tradisional, pertanian konvensional (modern), dan pertanian berkelanjutan (Widyawati,2013). menanam dan media menanamnya pun bervariasi, seperti daur ulang aneka wadah menjadi media tanam, mendaur ulang sampah organik menjadi pupuk organik, dan menggunakan lahan vertikal di tempat yang sudah dibangun. dengan dikembangkan sistem menanam yang beraneka ragam, seperti hidroponik, vertikal farming, roof garden, aeroponik dan aquaponik merupakan suatu sistem teknologi pertanian modern.
Pada urban farming yang dikembangkan di area perkotaan merupakan pertanian berkelanjutan, yaitu cara bertani tradisional dan konvensional yang penerapan sangat berguna untuk ekologi, ekonomi dan sosial. Manfaat dari pengolahannya yang skalanya kecil yaitu cukup untuk dikonsumsi, dan dapat berkembang menjadi produsen yang memiliki orientasi pasar berikut hasil panen yang dihasilkan menggunakan pertanian berkelanjutan di kebun dan hidroponik.
Mengembalikan kebiasaan masyarakat membuat sendiri produk dan dagangannya dengan kebiasaan dan pekerjaan tradisional titik mengedukasi dan menanamkan budaya peduli terhadap proses sebuah produk sayuran buah-buahan rempah melalui cara memberi kompos bibit metode bahan dasar yang dapat dilihat secara nyata di tempat titik sistem ini dapat memasarkan langsung bahan-bahan yang telah diproduksi dan diproses melalui proses lokal di pasar sehingga hasilnya dapat dijual kepada produsen atau sebagai percontohan para pengguna di rumah masing-masing hingga dapat diolah sebagai bahan dasar makanan yang Selanjutnya dijual di foodcourt
Jamur Portobello: membutuhkan perawatan minimal, tidak ada sinar matahari tetapi dengan insulasi panas dan kelembapan tinggi (70% RH). Dapat ditempatkan pada dalam ruangan atau dalam bangunan.
Selada : adalah tanaman yang tumbuh dengan cepat dan dapat ditanam dalam wadah rak bertingkat. Dapat dijual dengan cara dipetik.
Jahe Bentong: yang ditanam di tanah, membutuhkan tanah yang sedikit berpasir dan dapat ditanam di area terbuka luar ruangan, jalan setapak, dan rooftop.
Serai: dapat ditanam di tanah, permadani (tahan terhadap panas dan air), untuk makanan dan aromaterapi. membutuhkan perawatan minimal dan dapat ditanam di sepanjang jalan luar ruangan dan atap.
Stroberi: dapat ditanam pada masa subur dan paling baik diletakkan di rak yang terkena sinar matahari. Rak dapat berfungsi sebagai pembatas antar kios dan bagus untuk dekorasi di rooftop
Paprika : cocok untuk ditanam dalam wadah atau pot dengan dukungan penyangga
Daun Ketumbar : tanaman aromatik yang tumbuh dengan cepat dan cocok untuk urban farming
Kankung : tumbuh dengan baik di lahan terbatas dan kangung tanaman air yang bisa ditanam dalam wadah sistem hidroponik
Cabai : dapat tumbuh dengan baik dan memberikan panen yang melimpah.
Bawang Daun : bawang daun dapat ditanam dalam pot atau wadah kecil dan dapat dipanen secara bertahap.
2.6 Studi Preseden
Sumber: archdaily.com, diakses 2023
Dengan berkembangnya masyarakat perkotaan saat ini, konsep “komunitas” semakin sering disebutkan dan menjadi tempat baru bagi kaum urban baru untuk tinggal dan menciptakan kenangan. Dalam menghadapi peningkatan pembangunan perkotaan, Pasar PULO yang mengintegrasikan berbagai fungsi kehidupan untuk mendorong interaksi-interaksi masyarakat. Serangkaian skema modular dan variabel untuk perencanaan format masa depan, yang diperluas sesuai dengan kebutuhan bisnis format yang berbeda dengan tujuan memenuhi gaya arsitektur secara keseluruhan. Saat kita menempatkan Ruang-ruang ini ke pasar, alun-alun diubah menjadi sebuah blok.
Kayu cemara dipilih sebagai bahan pilihan, tanpa bahan keras dan dingin. Pilar baja hitam yang diselingi memberikan kesan sejuk pada bangunan secara keseluruhan. Struktur kayu solid dan baja cemara menghubungkan struktur kayu modern, dengan karakteristik struktur ringan, memberikan kemungkinan tak terbatas untuk konstruksi banyak ruang. Atap bagian dalam terbuat dari purlin dan kasau, yang terletak pada bidang yang sama, dan rangka kayu terbuka mencerminkan keindahan struktur.
Gambar 2.56 Guadalupe Market / Colectivo C733
Sumber: archdaily.com, diakses 2023
Menghormati pasar berarti menunjukkan pentingnya keberagaman, memberi penghormatan pada kekayaan kehidupan sehari-hari. Pasar adalah tempat pertukaran dan pertemuan, kesaksian hidup budaya. Strategi desain untuk meningkatkan kualitas ruang dan kondisi penggunaan di Mercado Guadalupe berfokus pada tindakan spesifik yang menghubungkan organisasi tata ruang dengan sistem struktural yang efisien dan sistem konstruksi ekonomi, penggunaan material lokal sesuai konteks, dalam dialog permanen dengan lanskap, vegetasi, dan ruang terbuka.
Garis-garis bangunan komersial dipertegas dengan atap miring yang terbuat dari lembaran logam dan panel bambu yang memberikan kondisi termal dan akustik yang sangat baik. Sebaliknya, lembah dan punggung bukit zig-zag membentuk saluran cahaya dan air yang memungkinkan sirkulasi cahaya alami dengan aksen sinar matahari, selain menampung air hujan yang diolah untuk digunakan kembali di kamar mandi dan irigasi taman.
Kualitas spasial Mercado Guadalupe memberikan manfaat besar dalam pertukaran produk dan aktivitas komersial. Vendor memiliki infrastruktur pasokan yang nyaman dan "dealer" dapat menikmati pengalaman sensorik yang ditawarkan oleh pasar, melakukan perjalanan melalui tempat yang aman, sejuk, dan higienis, dengan ruang terbuka dan berventilasi baik yang antara lain memberikan kondisi pertempuran yang lebih baik.
Dalam konteks ini, generasi baru di perkotaan mulai kehilangan koneksi dengan alam. Selain itu, negara ini menghadapi perubahan seiring peralihan ke perekonomian berbasis manufaktur, yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Meningkatnya kekeringan, banjir, dan salinisasi membahayakan pasokan makanan. Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembalikan ruang hijau ke kota dan mempromosikan produksi pangan yang aman. Fasadnya terdiri dari kotak-kotak tanaman yang digantung dengan berbagai vegetasi lokal, memungkinkan mereka memperoleh sinar matahari yang cukup. Pendekatan hijau ini akan menyediakan makanan yang aman dan lingkungan yang nyaman dengan konsumsi energi minimum, sehingga berkontribusi terhadap masa depan kota yang berkelanjutan. Strategi lingkungan - “Pertanian vertikal” menciptakan iklim mikro yang nyaman di seluruh bangunan. Dikombinasikan dengan kaca, vegetasi menyaring sinar matahari langsung dan memurnikan udara. Itu diairi dengan air hujan yang disimpan sementara penguapan mendinginkan udara. Sebaliknya, dinding utara relatif kokoh untuk perluasan di masa depan, dengan bukaan kecil untuk meningkatkan ventilasi silang. Itu terbuat dari dinding bata dua lapis dengan lapisan udara di dalamnya untuk sifat insulasi yang lebih baik. Semua ini berkontribusi terhadap pengurangan penggunaan AC.
Sistem pertanian - “Pertanian vertikal” dirancang untuk vegetasi dengan metode konstruksi sederhana - terdiri dari struktur beton, penyangga baja, dan kotak tanam termodulasi yang digantung di sana. Kotak penanam dapat diganti-ganti sehingga dapat diatur secara fleksibel sesuai dengan tinggi dan kondisi pertumbuhan tanaman, serta memberikan sinar matahari yang cukup. Bersama dengan taman atap dan tanah, sistem ini menyediakan hingga 190% rasio hijau terhadap luas lahan, yang setara dengan 1,1 ton hasil panen. Berbagai tanaman lokal yang dapat dimakan, seperti sayuran, herba, dan pohon buah-buahan, dipilih untuk berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati di wilayah tersebut. Mereka dipelihara dengan metode pengolahan organik.
Persoalan desain secara umum tergambarkan dalam skema yang menunjukkan persoalan secara arsitektur yang akan diselesaikan terdiri dari tata ruang, sirkulasi, struktur, bentuk massa, selubung bangunan, dan lansekap. Secara spesifik dari keenam persoalan arsitektur ini disederhanakan dalam dua persoalan umum yakni
1. Persoalan tata ruang & sirkulasi
2. Persoalan Bentuk & Selubung
Bagaimana tata letak dan zonasi mendistribusikan komoditas secara efisien sesuai dengan karakter pengguna; persebaran akses dan sirkulasi pengguna secara efektif dan merata
Persoalan terhadap struktur dan lansekap menjadi bagian didalam kedua persoalan umum tersebut. Analisa ini didapatkan berdasarkan analisis terhadap tema dan pendekatan perancangan yakni program urban farmingarsitektur perilaku.
Bagaimana persepsi lingkungan terhadap bentuk bangunan yang mengekspresikan heterogenitas serta dapat mewadahi pengolahan sampah organik dan urban farming yanag dapat menyesuaikan skala dan proporsi bangunan
Tata Ruang Tata Massa Sirkulasi Bentuk & Selubung Infra & Struktur Lansekap
Penerapan arsitektur perilaku pada rancangan arsitektur pasar tradisional sepinggan
Rancangan arsitektur pasar yang membentuk ekosistem sosial dan ekologis dengan program pengolahan sampah serta produksi pertanian
Perancangan Pasar Tradisional Sepinggan sebagai pasar rakyat klasifikasi tipe I melalui perancangan berdasarkan arsitektur perilaku dengan heteregonitas pengguna maupun jenis komoditas dan adanya inovasi memberikan kontribusi terhadap potensi lokal dengan pengolahan sampah hingga ruang pertanian sebagai promosi ekosistem sosial dan ekologis serta perancangan yang mengangkat niai heterogenitasnya dalam bentuk dan gubah rupa bangunan dalam mewujudkan citra nilai pasar tradisional sepinggan, balikpapan
Persoalan Tata Ruang & Sirkulasi
Tata ruang pasar tradisional untuk mendistribusikan komoditas secara efisien sesuai dengan karakter pengguna; persebaran akses dan sirkulasi pengguna secara efektif dan merata bagi pedagang, pengunjung dan pengelola dengan pendekatan arsitektur perilaku sebagai berikut:
1. Pemenuhan Program Aktivitas Para Pelaku Pasar.
2. Rancangan aksesibilitas dan distribusi ruang gerak (sirkulasi dan zonasi vertikal) serta alur aktifitas efisien dengan pertimbangan kognisi spasial
3. Pengaturan perilaku/kebiasaan perubahan konteks spasial pada tempat dagang yang dapat menanggapi cara berjualan yang beragam dalam menata dan memodifikasi ruang.
4. Rancangan layout terkait pertimbangan blok dan zoning linear atas pembagian pada dua area pasar serta perbedaan jenis komoditas; waktu operasional.
Persoalan Bentuk & Selubung
Rancangan bentuk dan selubung bangunan pasar tradisional dengan program urban farming dan persepsi lingkungan yang mampu memenuhi paradigma visual kebudayaan nusantara dan kesadaran lingkungan di perkotaan.
1. Rancangan bentuk bangunan merujuk pada nilai identitas heterogenitas sesuai persepsi lingkungan dengan skala dan proporsi
2. Rancangan struktur layout grid/jaringan untuk efisiensi serta terkait bentuk selubung kombinasi dan atap bangunan pelana dan joglo
3. Rancangan fasad yang terbuka memaksimalkan persepsi kesan luas dan akses yang mudah terlihat dan dicapai serta iklim
4. Memberikan kesempatan untuk promosi tentang pentingnya pertanian kota, lingkungan, dan konservasi sumber daya alam kepada masyarakat perkotaan melalui kombinasi elemen teritis dan media tanam pada selubung bangunan
Konteks Site dan Fungsi
Bangunan Pasar Rakyat
Program Urban Farming
Perilaku Pengguna
Peraturan Bangunan
Fungsi Pasar
Kriteria Rancangan
Program Ruang
Jenis
Bentuk
Implementasi
• GSB depan min 7,5 m, GSB samping min 1 m
• Area site terpisah jalan dengan dikelilingi jalan terbuka
• Standar acuan SNI pasar rakyat
• Penentuan Pelaku dan Objek
• Penangan sampah
• Proses 3R dan penerapan kompos organik
• Program linear pada proses bertani
• Skala dan Proporsi untuk Promosi
• Sistem penanganan berkelanjutan
Setting Perilaku
Koginisi Spasial
Persepsi Lingkungan
• Program Klasifikasi Jenis Dagangan
• Pemetaan tatanan lingkungan fisik
• Pola Sirkulasi vertikal-horizontal dan Zona yang tegas mengarahkan
• Batasan minimal ruang dan penataannya
• persepsi paradigma visual konsep kebudayaan nusantara dengan faktor kesamaan (similarity)
Tata Ruang
Sirkulasi
Tata Massa
Bentuk & Selubung
Infra & Struktur
Lansekap
BAB 3 PEmECAHAN mASALAH DESAIN
3.1 Pendekatan Konsep Desain
3.2 respon konteks site
3.3 analisis pola kegiatan
3.4 penataan ruang bangunan (sirkulasi, zoning, plotting)
3.5 strategi bentuk & gubah rupa
3.6 SIkap Pengaturan Ruang Dagang
3.7 Property Size
3.8 Situasi & Rencana Tapak
3.9 Denah Lantai & Parsial
3.10 Detail Arsitektur Kios & Los
3.11 Detail Urban Farming
3.12 Detail Selubung Bangunan
3.13 Struktur Bangunan
3.13 Infrastruktur Bangunan
3.14 Skema Penghawaan & Pencahayaan
3.15 Keselamatan Bangunan
3.16 barrier free
3.17 Eksterior
3.18 Interior
3.1 Pendekatan Konsep Desain
peran dan fungsi pasar yang hanya diliat sebagai wadah jual beli yang tidak nyaman digunakan menjadi peluang dalam mengimplementasikan suatu nilai fungsi bangunan dengan adaptasi kebiasaan para pengguna. dengan menggunakan konsep arsitektur perilaku, para pengguna dapat berpartisipasi dalam pengembangan sebuah pasar hijau di kota balikpapan sebagai upaya memabngun sebuah paradigma visual sebuah konsep rumah adat kebudayaan nusantara dengan faktor kesamaan dan Praktik urban farming memberikan kesempatan untuk promosi tentang pentingnya pertanian, lingkungan, dan konservasi sumber daya alam kepada masyarakat perkotaan. Maka dari itu, terdapat sintesis konsep rancangan desain yang menjadi modal kuat dalam perancangan desain pasar hijau sepinggan dalam upaya promosi pertanian kota kepada masyarakat dan membangun pasar dengan identitas multi budaya dari penggunanya yang heterogen serta penyelesaian persoalan yang berkaitan dengan kebiasaaan para pengguna dalam konteks pasar dengan pendeketan arsitektur perilaku
Pendekatan Arsitektur
Perilaku
para pengguna sebagai pertimbangan utama, dengan pengaturan perilaku, kognisi spasial dan persepsi lingkungan yang berawal dari behavior itu sendiri, lalu mempengaruhi rancangan arsitektur yang kemudian dari rancangan itu justru dapat memperbaiki behavior yang sudah ada atau menciptakan behavior baru yang terhubung dengan yang lama. Selain itu, membangun sebuah paradigma visual sebuah konsep rumah adat kebudayaan nusantara dengan faktor kesamaan.
Perancangan Pasar Hijau
sebuah pasar rakyat produktif yang dapat mewujudkan desain dengan adanya urban farming untuk pendidikan dan kesadaran lingkungan. Praktik urban farming memberikan kesempatan untuk edukasi tentang pentingnya pertanian, lingkungan, dan konservasi sumber daya alam kepada masyarakat perkotaan. penguatan konnunitas menjadi ajang kolaborasi dan kerjasama antara warga dan memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan dalam menjaga lingkungan dalam mencapai kemandirian pangan
Identifikasi program urban farming
Skala Mikro Skala Mezzo
Limbah Organik
Pada Area Display dan Penjualan
Proses pada TPS 3R dan Pelatihan
Urban Farming
Display pada Selubung Bangunan
Pada Area KDH dan Rooftop
3.1 Respon Regulasi Konteks Site
Coverage Building Bangunan A
Luasan Site 6093 m2
KDB 70% yaitu 4265 m2
Perancangan menggunakan lahan 4174 m2
Coverage Building Bangunan B
Luasan Site 3620 m2
KDB 70% yaitu 2534 m2
Perancangan menggunakan lahan 2500 m2
Berdasarkan hasil kajian pada bab2 maka didapat beberapa poin analisis sirkulasi, yaitu
• Memaksimalkan penerimaan kedatangan pengunjung dari tiap muka jalan kecuali pada muka yang terdapat bangunan sekitar
• adanya area pedestrian agar mempermudah sirkulasi pengguna pasar serta berfungsi secara komunal maupun masyarakat sekitar
• area parkir bangunan A diletakkan bagian belakang agar mengurai keramaian pada muka jalan utama dan perletakannya vertikal agar memudahkan pengujung mengakses tiap lantai.
Pada Bangunan B meletakkan parkir di lantai dasar keseluruhan sehingga memaksimalkan jumlah kendaraan yang ditampung karena memiliki kestabilan dalam waktu kunjungan.
• area bongkar muat dan parkir pedagang diletakkan pada area belakang dan dekat dengan sirkulasi vertikal
• ruang terbuka sebagai pemisah zona serta optimasi iklim setempat dan menjadi sumbu pada pasar dalam memberikan kesan terbuka dan pemahaman dalam transisi sirkulasi
• sirkulasi searah pada sisi barat laut dan tenggara sehingga tercipta akses searah
Analisis Kebutuhan Ruang
Analisis Zoning
Gambar 3.3 Analisis Zoning
Sumber: Penulis, 2023
Analisis zoning pada area publik dipengaruhi oleh tata letak site yang terbuka dari 3 muka jalan agar mempermudah aksesibilitas masyarakat serta perletakan area semi publik sebagai servis dan parkir sehingga keramaian akan merata dalam menghindari kepadatan zona dalam waktu bersamaan. Adanya respon berdasarkan kajian persoalaan desain yang mana agar pengunjung dapat melihat ataupun berinteraksi sosial selain di ruang dagang maka terdapat area transisi sebuah garis sumbu yang memiliki area terbuka hijau dan nodges. Tak kalah penting bagiamana perletakan servis berupa transportasi vertikal yang menyebar dan rata pada area kedatangan pengunjung sesuai kajian pada bab2.
Analisis Pola Kegiatan Pedagang
Gambar 3.4 Analisis Kegiatan Pedagang
Sumber: Penulis, 2023 Pola kegiatan pedagang dari titik parkir yang dekat dengan bongkar muat hingga bagian zona berjualan dengan penempatan bongkar muat pada area belakang dan dapat langsung memarkirkan kendaraan bagi pedagang. hal tersebut guna mempermudah aksesibilitas pedagang tanpa perlu menggangu akses utama pengunjung. Kemudahan karena dekatnya bongkar muat dengan sirkulasi vertikal sebagai upaya agar pedagang dapat leluasa dan tidak kesulitan.
Analisis Pola Kegiatan Pengelola
Gambar 3.5 Analisis Kegaitan Pengelola
Sumber: Penulis, 2023 Pola yang terbentuk oleh pengelola meliputi admistrasi dan pengawasan pasar sehingga perletakan kantor pengelola pada bagiaan tengah dan di lantai atas sehingga dapat mengjangkau seluruh areal pasar dengan baik karena letaknya di tengah pasar. Selain itu letaknya yan gdekat dengan aksesibiliotas memudahkan dalam pengawasan terhadap hilir mudik pedagang maupun pengunjung.
Analisis Pola Kegiatan Pengunjung
Gambar 3.4 Analisis Kegiatan Pengunjung
Sumber: Penulis, 2023
Orientasi yang dibentuk oleh plotting pengunjung diarahkan ke muka jalan yang terbuka difungsikan agar pengunjung dapat mudah dalam mencapai bagian dalam pasar serta perletakan sirkulasi vertikal yang dekat dengan kedatangan pertama pengunjung meningkartkan produktivitas pengunjung meunujuarea dagang lantai atas.
Beberapa penyesuaian spasial terhadap pola perilaku pengguna ketika berkegiatan menjadi temuan untuk alur aktifitas. Arsitektur aksesibilitas dapat dikaitkan dengan istilah universal design,“design for all”. Berdasarkan kajian, sirkulasi yang jelas akan memberikan kesan bagi pengguna membuat pengguna tertarik untuk datang kembali. layout yang harus diperhatikan agar lebih mudah menemukan tempat yang akan dituju menjadi keunggulan utama pada konsep perancangan dengan dukungan kemudahan para pengguna dalam mencapai setiap zona dagang.
Konsep Layout dan Sirkulasi
kemudahan dalam sirkulasi area pada tiap lantai sejak pengguna parkir untuk mencari kebutuhannya disesuaikkan fungsi kedekatan zonasi pedagang tiap lantainya. Memberikan akses yang lebih baik untuk bongkar muat serta kendaraan lain dapat lewat.
Pada Bangunan A ini pembeli memiliki pola kedatangan yang stabil sepanjang waktu buka sehingga tidak terjadi penumpukan dalam satu waktu.
Penempatan transportasi vertikal dalam interval 20 m untuk menjaga aksesibilitas dari tiap sudut bangunan. Terdapat tangga, travelator dan lift sebagai sirkulasi vertikal dengan penempatan yang berdekatan dengan area parkir pengguna yang dipusatkan dan memudahkan dalam aksesibilitas.
Pada Bangunan B ini pembeli dan pedagang memiliki pola kedatangan yang signifikan pada jam tertentu atau saat bersamaan sehingga membutuhkan konsep rancangan yang mewadahi keramaian yang menumpuk dalam satu waktu
Sirkulasi direkayasa dengan memberikan/pola berdasarkan unsur desain peta mental di arsitektur perilaku. untuk mengarahkan pergerakan serta kemudahan memahami jalur akses maka tanda tersebut berupa:
• jalur yang kontinu sebagai jalur penghubung (path)
• titik pemberhentian (node) tanda batas pembeda batas area spasial (bedges)
Dilakukan pelebaran pada sirkulasi terutama pada area dagang dengan total lebar sirkulasi 1,8 m. Konsep tanda batas jalur (edges) diterapkan dengan perbedaan tekstur atau warna material lantai. Karakteristik edges ini akan menghasilkan tanda batas antara area jalur sirkulasi dengan area dagang. Tujuan dari desain ini yaitu memberikan ruang interaksi jual beli bagi pelanggan yang sedang melakukan transaksi. Dengan demikian kenyamanan sirkulasi terhadap gangguan penumpukan pelanggan dapat diminimalisir. Selain itu, secara tidak langsung desain juga bermanfaat untuk memandu pengguna layaknya konsep penguatan pada kontinuitas jalur.
Kios Dagang
Area Transaksi
Edges
Sirkulasi
Los Dagang
Area Transaksi
Edges
Sirkulasi
terkait dengan jarak pandang para pengguna yang penting dalam unsur fisik suatu tempat. Jarak pandang yang luas dan dapat melihat area jualbeli lainnya memberikan kesadaran dan kemudahan para pembeli sehingga menimbulkan kenyamanan dan tidak terburu buru
Konsep Blok & Zoning
mengatur distribusi ruang efisien yang dapat menanggapi cara berjualan yang beragam; perbedaan jenis komoditas; waktu operasional gedung dengan dua area site terpisah jalan.
Zonasi Ruang Pasar dengan Pembagian komoditas membuat pedagang basah dan kering tidak bercampur.
Tatanan kios & los diletakan tegak lurus terhadap jalan sepinggan. Pola layout jaringan grid agar efisien antara perletekan los dan kios dengan struktur bangunan. Perencanaan grid ditentukan secara efisien diawali dengan penentuan dimensi los, kios, dan koridor yang kemudian membentuk keseluruhan grid struktural pasar.
Berdasar tuntutan program ruang yang cukup banyak maka prinsip planning yang paling sederhana dengan pemaksimalan perimeter tapak berdasar koefisien dasar bangunan 70%. Pemisahan zona memanfaatkan dua area yang terpisah disesuaikan dengan jenis komoditas dan kedekatan fungsi masing masing. Pengaturan zonasi fungsi juga mempertimbangkan jam operasional dan spasial pengguna pasar sepinggan.
Konsep Area Sumbu (Zona Transisi)
Area entrance utama menjadi sumbu pertemuan menjadi jalur penghububg antar zona pasar. didukung dengan adanya pojok istirahat serta innercourt menambah nilai . memungkinkan ventilasi silang. Area ini menjadi ruang terbuka secara visual dan psikologis sehingga memberikan pemahaman kepada para pengguna tentang axis tengah pasar didukung adanya innercourt serta sirkulasi vertikal travelator, area luar pasar dan area dagang lantai atas yang mudah terlihat karena tanpa sekat dinding permanen dan adanya innercourt
3.5 Strategi Bentuk(an) dan Gubah Rupa
Bangunan tanpa dinding sekat permanen (open plan) untuk menghasilkan penghawaan alami, koneksi visual, fleksibilitas fungsi dan mitigasi situasi darurat
Arsitektur Tipologi Atap
Arsitektur Kolong
Ornamen Kebudayaan/daerah yang merupakan ciri ekspresi. (1) merupakan grid kisi kayu yang merupakan identitas material dari bangunan tradisional nusantara yang merupakan kayu. (2) merupakan kisi yang abstrak sebagai perumpamaan pepohonan hutan yang menjadi nilai tanah indonesia hijau khususnya pulau kalimantan yang merupakan paru paru dunia. (3) merupakan gambaran dari batik, corak bugis dan dayak yang disederhanakan kedalam garis lengkung yang dinamis dengan implementasi berupa roster bata yang dapat diproduksi oleh pengrajin bata lokal kalimantan yang mempunyai metode dan cara sendiri
Perletakan gubahan massa mendekatkan orientasi bangunan dan tata letak los ke arah jalan namun tanpa menimbulkan kesan padat karena selubung yang terbuka tanpa dinding sekat permanen
Menempatkan void atau bukaan pada tengah bangunan sebagai area sumbu pada bagian depan bangunan A seta pada bagian tengah massa sebagai upaya pengoptimalan iklim setempat yang dimasukkan ke dalam bangunan dan memberikan perasaan (lega) para pengguna terhadap persepsi bangunan dengan gabungan skylight yaitu ruang luas dan void hingga atap.
Transformasi desain dalam prinsip arsitektur yaitu bagian bagian yang menjulang lebih tinggi sebagai kontrast dengan bentuk yang menyerupai namun terdapat elemen pembentuk yang berbeda. hal tersebut yang membentuk irama dari variasi skala yang dibentuk disesuaikan dengan kesan yang ingin ditonjolkan sebagai bagian dari persepsi lingkungan.
Berdasarkan zona dan fungsi bangunan karena memiliki dua area bangunan sehingga skala pada masing masing area memiliki perbedaan namun tetap dalam irama yang sama. Di sisi lain karena upaya promosi pertanian kota pada selubung bangunan maka terdapat variasi tertentu dalam mewadahi tujuan tersebut
Konsep Gubah Rupa Perancangan (alternatif 1)
Perpaduan dari prinsip arsitektur tradisional yang ditransformasi dengan adanya media tanaman menyesuaikan proporsi perletakan dan skala yang dapat diterapkan.
Rangkaian atap bernada yang berkesinambungan dengan tiga ketinggian berbeda, bermain dengan ketidakteraturan untuk menghadirkan variasi, bentuk mengadaptasi bentuk kebudyaan daerah yang dimodernkan. dapat dilihat dari adaptadi bentuk rumah daerah dan kepercayaan atas setiap siklus hidup itu penting. pola pada sisi sisi yang memiliki keseimbangan bentuk dan menimbulkan kesan berulang namun memiliki variasi.
Upaua membagi tiga bagian memadukan arsitektur jawa, bugis dan dayak yang berhubungan dengan media tanaman pada bentuk bangunan
Membangun persepsi secara visual memiliki konsep kebudayaan nusantara. sebuah paradigma visual sebuah konsep rumah adat kebudayaan nusantara dengan faktor kesetaraan yang masing masing memiliki porsi dan penempatannya mempertimbangkan skala dan proporsi.
Pada sudut dan area tengah menjadi bagian utama perletakan bentuk transformasi ekspresi arsitektur nusantara. Tiap representasi bentuk rumah daerah dapat berdiri masing masing dan terdapat bagian penghubung yang dinetralkan dengan atap penghubung namun terdapat area tanam yang diletakan secara khusus pada fasad sehingga dapat terlihat dari luar bangunan dan secara terpusa pada titik tertentu.
Selubung lantai atas memanfaatkan grid kayu dan roster sebagai bagian dari arsitektur ornamen unsur dan mitigasi keselamatan pengguna. sistem selubung desaun yang menunjukkan ciri dinding didesain terbuka dan ruang tengah bangunan yang terbuka memasukkan terang langit ke dalam bangunan sehingga bantuan pencahayaan dan penghawaan yang cukup diterima.
bentuk mengadaptasi bentuk kebudyaan daerah yang dimodernkan. dapat dilihat dari adaptadi bentuk rumah daerah kesan ruang bawah terbuka dan ruang atas yang menarik perhatian. Modifikasi pada bagian atas atap dalam menambah optimal pencahayaan dan visibilitas yang ingin ditonjolkan pada malm hari dapat menyala serta kesan lebih modern dengan material transparan
terdapat jembatan penghubung yang berfungsi sebagai mobilitas para pengguna menuju bangunan lainnya.
Konsep Perancangan Urban Farming
Kepengurusan tanaman pada pasar sepinggan dilakukan oleh paguyuban pedagang pasar yang menjadi pengelola untuk pengolahan kompos, pembenihan dan perawataan tanaman hingga panen tanaman
Konsep overhang atau teritis memungkinkan pencahayaan dan penghawaan optimal namun menghindaeri hujan karena lebih dari 70% koridor dapat terlindungi hujan
Konsep dengan perpaduan antara Fasad Vertikal Farming -kisi kayu-teritis atap-teritis beton-roster bata
Menampilkan ciri kedaerahan dan urban farming.
3.6 Perilaku Dalam Ruang Dagang
Ruang direkayasa dengan membatasi gerak perilakunya berdasarkan alternatif sifat ruang sehingga dapat mengarahkan kebiasaan perilaku sesuai kebutuhan aktivitasnya. penempatan kios dan los dikategorikan berdasarkan jenis barang yang dijual maka penataannya dimudahkan dengan adaptasi lebutuhan dalam jual-beli. Ruang dagang diarahkan agar bisa mempunyai ruang dagangnya masing masing didalam area pasar agar menghindari laprakan atau tlasaran. Ruang pada pasar secara umum dibagi menjadi 3 konsep yaitu ruang berbatas tetap, ruang berbatas tidak tetap dan ruang informal.
• Ruang berbatas tetap merupakan ruang yang dilingkupi dengan pembatas tetap dan tidak mudah digeser.
• Ruang berbatas semi tetap merupakan ruang dengan pembatas yang dapat berpindah. Tipe ruang ini diaplikasikan pada ruang-ruang tersebut dikarenakan dengan adanya batas ruang semi permanen pedagang yang cenderung melakukan modifikasi ruang untuk menciptakan ruang gerak dan ruang dagang dapat menyesuaikan ruangan sesuai kebutuhan.
• Ruang informal merupakan ruang yang bersifat tidak tetap dan terbentuk dalam kurun waktu yang relatif singkat. Tipe ruang ini diaplikasikan pada ruang tersebut dengan tujuan memiliki ruang gerak yang bebas dan tanpa batas. konsep itu diharapkan dapat mengarahkan perilaku pengguna dalam mencapai kebutuhan ruang yang lebih ergonomis dan efisien sehingga profabilitas bagi pedagang meningkat. ruang ini seperti ruang istirahat
Untuk ruang dagang dengan beberapa penyesuaian terhadap pola perilaku pengguna ketika berkegiatan dirancang agar barang dagangan dapat dilihat keseluruhan oleh pembeli dan pembeli dapat melihat dan pedagang dapat melayani apa yang dibutukan pembeli. Hal tersebut sesuai konsep bahwa pada pasar tradisional, pedagang melayani apa yang dibutuhkan pembeli yang tidak perlu kerepotan memilah milih dan menimbang sendiri. Pemanfaatan limbah pelat kayu bekas dari pasar menjadi bagian dari perancangan modul tempat dagang
• Los Tipe B diperuntukkan untuk dagangan basah selain daging dan variasi lainnya yang lebih diperuntukkan untuk pedagang sayur mayur
• Los Tipe A diperuntukkan untuk dagangan absah daging ikan
• Kios yang dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan ukuran modul yang ada
konsep setting perilaku pada kebutuhan ruang, modifikasi ruang dan display barang, jumlah barang dagangan yang dimiliki. Penempatan pedagang daging atau pedagang basah diletakan di zona khusus dengan dibatasi agar bau tidak sedap dari pedagang basah tidak menyebar ke area yang lain. Area basah juga dijauhkan dari area pedagang makanan.
zona basah tidak terkena cahaya matahari langsung
sirkulasi penghawaan yang baik langsung ke area luar bangunan
Terdapat pembatas transparan kaca agar bau tidak sedap tidak ke zona lain
Terdapat innercourt void hingga atas pada area tengah
Konsep Los Dagang Tipe A
Meja dagang harus kuat dengan material beton. Dibawah meja dan dibelakang sirkulasi pedangang dapat digunakan sebagai penyimpanan. disediakan 1 m sebagai ruang gerak pedagang. dinding belakang los yaitu jaring besi untuk bisa menaruh atau menempel nama toko, harga, barang dagangan namun tetap transparan. kesan yang masih tetap dipertahankan yaitu palet kayu sebagai tampilan utama los bagian depan
pedagang akan melayani pembeli atas kepercyaaan dan sosial budaya berinteraksi/bercengkarama
Meja dagang material palet kayu yang terdapat rangka kayu. Dibawah meja pedangang dapat digunakan sebagai penyimpanan. disediakan 1 m sebagai ruang gerak pedagang. dinding belakang los yaitu jaring besi untuk bisa menggantung barang dagangan namun tetap transparan. kesan yang masih tetap dipertahankan yaitu palet kayu sebagai tampilan utama los bagian depan. bagian plafon ditambahkan rangkaian palet kayu untuk menguatkan karakter tempat dagang karena dapat menjadi penanda dengan tambahan kreatifitas pedagang seperti nama toko, promo dsb.
Konsep Los Dagang Tipe B
Ruang dagang ini memungkinkan fleksibilitas pengaturan kreatifitas sesuai kebutuhan jenis barang dagangan masing masing pedagang karena terdapat rak bagian depan dari pelat kayu yang dapat digeser. Bagian belakang terdapat rak barang dagangan. konsep ini memungkinkan visibilias terhadap semua barang dagangan pedagang sehingga pembeli dapat meminta apa yang dibutuhkan dan pedagang dapat melayani sepenuhnya.
pedagang akan melayani pembeli atas kepercyaaan dan sosial budaya berinteraksi/bercengkarama
Ruang dagang ini memungkinkan fleksibilitas pengaturan kraetifitas sesuai kebutuhan jenis barang dagangan masing masing pedagang karena terdapat rak bagian depan dari pelat kayu yang dapat digeser. Bagian belakang terdapat rak barang dagangan. konsep ini memungkinkan visibilias terhadap semua barang dagangan pedagang sehingga pembeli dapat meminta apa yang dibutuhkan dan pedagang dapat melayani sepenuhnya. Pada bagian atas kios dapat digunakan sebagai penyimpanan barang dagangan yang berlebih sehingga tidak penuh pada area jual-beli namun tetap memungkinkan visibilitas, penghawaan dan pencahayaan karena dinding area penyimpanan tidak bersifat masif (berongga).
pedagang akan melayani pembeli atas kepercyaaan dan sosial budaya berinteraksi/bercengkarama
Kebutuhan dan penggunaan ruang terkait ukuran besaran ruang dan total keseluruhan bangunan di tiap lantainya tersaji berdasrkan fungsi dan zona yang terkait.
Area Dagang
Area Sekunder
Area Management & Support
Area Dagang
Area Sekunder
Area Management & Support
Area Dagang
Area Sekunder
Area Management & Support
Area Dagang
70%
Area Sekunder
Area Management & Support
Area Dagang
Area Sekunder
Area Management & Support
Realisasi KDB
Bangunan A + Bangunan B
4174+2500
4
Realisasi
Realisasi
6
LEGENDA
1. Hotel & Bandara Internasional
2. Pembibitan Tanaman
3. Indomaret
4. ATM
5. Permukiman
6. Waduk Sepinggan
7. Sungai Sepinggan
Terdiri dari Bangunan A pada sisi utara dan Bangunan B pada sisi selatan dengan ruang yang terbentuk menyesuaikan fungsi dan jam operasional
LEGENDA
1. Akses utama pasar
2. Area parkir dan servis
Denah Bangunan Lantai 4/ Roof Story
Tampak Bangunan
Departement Of Architecture Faculty of Civil Engineering and Planning Islamic University Of Indonesia
PROJECT
Pasar Sepinggan
SITE LOCATION Sepinggan, Balikpapan Selatan, Kalimantan Timur
NAME Bima Bahitsu'ali Afnan Kusuma 19512188
SUPERVISOR Dr. Ir. Ar. Revianto Budi Santosa, M. Arch., IAI
M. Galieh Gunagama., M. Sc Jarwa Prasetya Sih Handoko, S.T., M.Sc.
Budi Santosa, M. Arch., IAI JURY
M. Galieh Gunagama., M. Sc Jarwa Prasetya Sih Handoko, S.T., M.Sc.
DENAH
JUMLAH
Denah Parkir Lantai 1
Denah Parkir Lantai 2
Rencana Struktur Bangunan
Detail Rencana Kios
Tampak Rumah Kaca
Potongan Rumah Kaca
Axonometry Rumah Kaca
PENUTUP KACA
STRUKTUR RANGKA KAYU
PENUTUP KACA
AREA TANAM
Detail Rencana Planter Box
Rencana Infrastruktur Bangunan
LEGENDA
Saluran Air Bersih
Drainase
Supply Water
Saluran Kotoran Padat
Saluran Air Kotor
Septic Tank
Ground Water Tank
Sumur Resapan
Rencana Pencahayaan & Penghawaan
Rencana Keselamatan Bangunan
Rencana Transportasi Vertikal & Barrier Free
Perspektif Eksterior Manusia
Perspektif Eksterior Mata Burung
Perspektif Area Sumbu (zona
Perspektif Interior Area Dagang
BAB 4 EVALUASI DESAIN
4.1 Penjelasan Hasil Urgensi dan Signifikansi Inovasi Perancangan
4.2 Review Evaluatif Ekspertis & Potential User
4.1 Urgensi dan Signifikansi Inovasi Perancangan
Kapasitas Pedagang
Terkait kerangka layanan jangka waktu pada perancangan dengan mewadahi jumlah pengguna yang ada pada saat ini dan dengan pengaturan tata letak zona dagang serta alur aktifitas dari parkir hingga pulang memungkinkan penambahan karena terdapat lantai ekspansi sehingga dapat memenuhi kebutuhan mendatang.
Legenda
Zona Kuliner
Zona Fashion & Lifestyle
Distribusi Program Ruang
Zona Kering
Area Tanam
Lantai Atap
Zona Basah
Area Parkir
Zona Kuliner (Food Courts)
Area Tanaman & Rumah Kaca (Benih)
Area Servis
Lantai 3
Zona Fashion & Lifestyle
Ekspansi
Lantai 2
Zona Kering
Zona Fashion & Lifestyle
Ekspansi
Lantai 1
Zona Basah
Zona Kering, Fashion & Lifestyle
Lantai Dasar
Zona Basah
Zona Parkir
Behavior Setting
Sirkulasi Koridor Lebar minimum 1,5
Pada perancangan yaitu 1,8 m
Kognisi Spasial
Adanya jembatan penghubung antar bangunan agar memudahkan aksebilitas pengunjung pindah antara bangunan A dan bangunan B
Area sumbu menjadi jalur penghububg antar zona pasar. area ini selain sebagai titik awal aksesibilitas para pengguna guna mencapai zona dagang juga sebagai titik pertemuan para pengguna dengan adanya pojok istirahat. Area ini menjadi ruang terbuka secara visual dan psikologis sehingga memberikan pemahaman kepada para pengguna tentang axis tengah pasar didukung adanya innercourt serta sirkulasi vertikal travelator, area luar pasar dan area dagang lantai atas yang mudah terlihat karena tanpa sekat dinding permanen dan adanya innercourt.
Main Enterance diletakkan di dekat Jalan Raya Poros agar mempermudah dalam pencapaian ke bangunan pasar. Aksesibilitas ke pasar dan sirkulasi pada pasar mudah dicapai karena jalur yang terbuka dan dikenali karena saling terhubung tiap koridornya dengan tujuan tidak tersesat dan memahami jalur keluar-masuk, pencapaian ke zona terkait dan tidak padat hanya pada titik tertentu.
Area masuk utama para pengguna setelah parkir didekatkan dengan aksesibilitas vertikal sehibgga memudahkan menuju area dagang lantai atas dan mudah mencapai kendaraannya karena para pengguna pasar tradisional telah memiliki salah satu pola utama ketika berbelanja dengan mencari komoditas dengan kedekatan fungsi sama yang dibutuhkan pada satu kali kedatangan.
Pedestrian menjadi daya tarik orang untuk melintasinya karena kesan terbuka dengan akses menuju pasar yg tersebar dan mudah dicapai para pengguna didukung kemudahan area keluar-masuk untuk dikenali dan diingat para pengguna karena juga terdapat pedestrian pada landscape yang bersifat publik.
Persepsi Lingkungan Ekspresi Arsitektur
Ekspresi Arsitektural
Ekspresi bangunan merupakan interpretasi modern dari bentuk atap rumah tradisional di indonesia sebagai persepsi dalam mengingatkan kembali dari mayoritas asal muasal masyarakat Kota Balikpapan.
Ruang Publik ini dapat mewakili multi kebudayaan yang terekspresikan dalam kesatuan bangunan atau tempat
Ekspresi bangunan merupakan interpretasi modern dari bentuk atap rumah tradisional di indonesia sebagai persepsi dalam mengingatkan kembali dari mayoritas asal muasal masyarakat kota Balikpapan. Ruang publik ini dapat mewakili multi kebudayaan yang terekspresikan dalam kesatuan bangunanBudaya Membangun
Grid kotak melambangkan kekokohan dan keperkasaan yang mengekspresikan arsitektur rumah adat di kalimantan yang bentuknya kotak atau persegi panjang terdiri dari unsur kolom kolom menjulang tegak lurus membentuk visual kotak kotak dengan ekemen kayu kayunya
Roster bata sebagai perwujudan dukungan terhadap peoduksi bata lokal dengan bentuk yang mengekspresikan lengkungan kengkungan dari transformasi sebagaimana unsur ornamen yang sama mewakili bentukan pada tradisional jawa, kalimantan dan sulawesi dengan keindahan corak lengkungan pada masing masing daerah
Rancangan tanaman pada fasad yang dapat tumbuh subur berdasarkan ukuran, pertumbuhan, perawatan, masa hidup, paparan sinar matahari dan angin. Hasil pertanian dapat dirasakan oleh paguyubannya dan dapat dijual serta dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk di foodcourts
Ekspresi arsitektur nusantara yang mewakili heterogenitas masyarakat balikpapan yang mayoritas berasal dari jawa, dan sulawesi dengan keberadaannya di Kalimantan Bentuk bangunan multi kebudayaan dalam kesatuan dengan transformasi modern menyesuaikan fungsi, skala dan proporsi
Bangunan B yang lifestyle serta makanan operasional hingga menunjukkannya secara visual adanya yg transparan sehingga memudahkan visual maupun
Jajak Pendapat Potential User hasil Perancangan
Hasil Ulasan dan kritikan dari para potential user setelah melihat hasil desain yang berisi ulasan maupun kritikan terkait dengan aspek-aspek berupa 1) Behavior Setting 2) Kognisi Spasial 3) Persepsi Lingkungan
Pengguna Pasar
"Layout rancangan telah memaksimalkan lahan yang ada dalam memenuhi tuntutan jumlah pedagang yang setahu saya sangat banyak yang berada di kampung kampung jalanan samping sini"
by Ibu Aida"Ketika ditanya apakah tampilan bangunan telah merepresentasikan asal daerah saya yaitu sulawesi selatan, saya sebagai penjual ikan merasa tampilan bangunan di gambar telah mewakili suku bugis walaupun di pelosok daerah saya sangat kuat dalam penggunaan ornamen, jadi ini sudah cukup dengan bentuk atap pelana dan bertingkat itu karena mungkin ada benarnya tidak dapat menggunakan sembarangan ornamen di setiap bangunan" by saudara Wawan
"akses untuk menuju dalam pasar sangat terbuka dan akses ke lantai atas sangat dimudahkan dengan adanya parkir tiap lantai dan adanya lift maupun travelator"
by Ibu Ula"Keunikan disini yaitu mencoba mendesain modul pedagang yang membuat pedagang dapat semakin kreatif dan lapaknya lebih variatif dan ketika diberitahu fungsi fungsinya sangat mendukung sesuai jenis barang dagangannya tapi tetap dapat diatur fleksibel dengan tetap ada batasan"
by Bapak RahmanPengelola Pasar
"Sudah memenuhi harapan dalam pengaturan tata letak pasar, dapat mewadahi jumlahnya, sirkulasinya nyaman, ada parkir yang banyak jadi diberikan kemudahan dalam mencapai zona dagangnya dan variasi modul dagang yang sangat keren"
by ibu Atika"Dalam sudut pandang saya ini pasar terlalu megah tapi sbenarnya sederhana, mungkin karena ada tower towernya yang tinggi dan jembatan yang bagus tapi sangat berguna ketika memang ini dibangun"
by Bapak Ghozi"Saya sangat mendukung terdapat pengolahan kompos dan paguyuban disini diberikan kesempatan supaya bisa bercoock tanam karena itulah yang akan meningkatkan solidaritas dan ya nambah dikit penghasilan itu"
by Bapak WahyuPegauyuban Pedagang Pasar
"Kami setuju saja ada inovasi supaya hasil sampah disini ya lebih baik jadi kompos dan kami bisa bertanam disini jadi ya gaperlu sia sia begitu saja kompos ini dan ada kegiatan tambahan abis dagang pagi"
by Bapak Zainudin"Kalau dilihat dari gambarnya ini sangat mengingatkan kami akan asal muasal kami yang memang berbeda beda jadi ya jadi serasa dirumah saja walaupun ini lebih modern bentuknya"
by Ibu SitiOpen Concept Explanation
"Bagaimana meningkatkan pencahayaan dan penghawaaan alami pada dalam bangunan B mengingat tidak ada pendingin buatan" by jury 2: Dr. Ar. Jarwa Prasetya Sih Handoko, S.T., M.Sc., IAI., GP
• Sistem bangunan terbuka tanpa dinding sekat pembatas yang menutupi secara penuh. terdapat inner court pada bagian tengah bangunan dan selubung bangunan tanpa penutup namun terdapat hangover teririts berlapis
• Ketinggian antar lantai 4 meter. Kios memiliki tinggi maksimum 3 meter
Pengurangan kios pada bangunan B bagian samping yang dialihfungsikan sebagai los maupun sirkulasi guna memperluas kemungkinan penerimaan pencahayaan dan penghawaan alami serta kenyamanan visual dan gerak penggunaa
Parking Building Efficiently
"Efisiensi cost bangunan pada parkir vertikal dan efektivitas kemiringan ramp "
by jury 2: Dr. Ar. Jarwa Prasetya Sih Handoko, S.T., M.Sc., IAI., GP
Implementasi split level antara gedung parkir dengan pasar serta akses tangga dan ramp bagi pejalan kaki keluar-masuk entrance dengan meminimalkan jarak antar lantai dengan tetap memungkinkan kendaraan box untuk bongkar muat pada lantai dasar
Urban Farming Explanation
"Mekanisme pemenuhan automasi pengairan pada tanaman secara menyeluruh pada bangunan "
by jury 1: M. Galieh Gunagama, S.T., M.Sc
Persebaran Upper tank sebagai penampungan sumber air bagi tanaman sehingga dapat dilakukan supply water secara berkala sesuai kebutuhan yang dapat dikontrol pada ruang kontrol Plumbing.
LEGENDA:
Ruang Kontrol Plumbing
Tank Water Supply
Sebagai perwujudan ekosistem sosial dan ekologi yang unik, aspek ini diwujudkan dengan ruang hijau yang ditonjolkan oleh tanaman vertikal yang menampilkan berbagai spesies tanaman yang dipilih secara strategis untuk tumbuh subur di bangunan ini berdasarkan ukuran, pertumbuhan, perawatan, masa hidup, paparan sinar matahari dan angin. Untuk mempromosikan keberlanjutan sosial, hedges bangunan ini menawarkan manfaat ekologis pertanian tanaman dengan tantangan tersebut dan meyakinkan masyarakat akan kelangsungan hidup tanaman tersebut. Ini menanggapi kebutuhan perkotaan dan melakukan dialog dengan masyarakat dengan mengintegrasikan kota dan alam. Terlebih lagi keindahan ini tidak hanya mempercantik lanskap perkotaan
LAmPIRAN
Hasil Cek Plagiasi
Architectural Presentation Board
Maket
Direktorat Perpustakaan Universitas Islam Indonesia
Gedung Moh. Hatta
JI. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584
T (0274) 898444 ext.2301
F (0274) 898444 psw.2091
E perpustakaan@uii.ac.id
W library.uii.ac.id
SURAT KETERANGAN HASIL CEK PLAGIASI
Nomor: 2269167094/Perpus./10/Dir.Perpus/I/2024
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan ini, menerangkan Bahwa:
Nama : Bima Bahitsu’ali Afnan Kusuma
Nomor Mahasiswa : 19512188
Pembimbing : Dr Ir Ar Revianto Budi Santosa, M. Arch., IAI
Fakultas / Prodi : Teknik Sipil dan Perencanaan/ Arsitektur
Judul Karya Ilmiah : PASAR TRADISIONAL HIJAU SEPINGGAN
Karya ilmiah yang bersangkutan di atas telah melalui proses cek plagiasi menggunakan Turnitin dengan hasil kemiripan (similarity) sebesar 12 (Dua Belas) %.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Yogyakarta, 1/11/2024 Direktur
Muhammad Jamil, SIP
Pasar Tradisional Hijau Sepinggan
Upaya promosi pertanian kota dan sebagai identitas keberagaman masyarakat di Kota Balikpapan dengan pendekatan arsitektur perilaku
Perancangan Pasar Tradisional Sepinggan sebagai pasar rakyat klasifikasi tipe melalui perancangan berdasarkan arsitektur perilaku dengan heteregonitas pen guna maupun jenis komoditas dan adanya inovasi fungsi ruang publik secara kolektif yang dapat memberikan kontribusi terhadap potensi lokal dengan promosi pengolahan limbah maupun ruang pertanian dan kebutuhan fasilitas pariwisata serta perancangan yang mengangkat niai heterogenitasnya dalam bentuk dan gubah rupa bangunan dalam mewujudkan citra pasar tradisional di kota balikpapan
Bagaimana tata letak dan zonasi mendistribusikan komoditas secara efisien sesuai dengan karakter pengguna, persebaran akses dan sirkulasi pengguna secara efektif dan merata?
Merancang pasar tradisional dengan distribusi komoditas; aksesbilitas dan sirkulasi efisien, efektif, dan merata
Bagaimana persepsi lingkungan terhadap bentuk bangunan yang mengekspresikan heterogenitas serta dapat mewadahi promosi urban farming yang dapat menyesuaikan skala dan proposi bangunan?
ANALISIS
Merancang pasar sebagai ruang ekonomi dengan bentuk bangunan yang menunjukan identitas heterogenitas serta promosi ekosistem sosial dan ekologi bagi perkotaan
EXISTING USERS
Pedagang
Paguyuban Pedagang
Persepsi Lingkungan
Ekspresi arsitektur nusantara yang mewakili heterogenias masyarakat balikpapan yang mayoritas berasal dari jawa, dan sulawesi dengan ke beradaanya di Kalimantan.
Bentuk bangunan multi kebudayaan dalam kesatuan dengan transfor masi modern menyesuaikan fungsi, skala, dan proporsi bangunan B yang berfungsi sebagai pasar fashion & lifestyle serta makanan & oleh-oleh memiliki jam operasional hingga malam hari sehingga arsitektur masyarakat dengan persepsi
Terdapat innercourt dan pojok istirahat sebagai pemberhentian sementara dan menjadi sumbu pertemuan antar zona juga sebagai media pro
Epilog
Sebuah refleksi.
Pasar Tradisional merupakan salah satu objek pembahasan yang tidak kalah menarik untuk dibahas dan ada kaitannya dalam ilmu arsitektur. Pada proses rancangan Pasar Tradisional Hijau Sepinggan ini banyak pelajaran yang penulis dapatkan mulai dari aktifitas yang sangat heterogen dan unik hingga perkembangan nilai yang dapat diterapkan dan dijalani oleh para pemangku kegiatan sebuah pasar tradisional. Ini menjadi pertanda bahwa objek vital di setiap kawasan yang pasti dimiliki yaitu Pasar Tradisional tidak dapat disepelakan lagi karena bukan hanya sekedar mewadahi para pedagang sebagaimana ajaran Rasulullah untuk manusia bisa berdagang, tetapi sepatutnya Pasar Tradisional harus diartikan sebagai sebuah ruang publik sebuah pertemuan masyarakat tiap kalangan yang terbentuk dengan aktifitas yang menarik untuk dikunjungi kapanpun waktunya karena keberagaman yang dimiliki dengan rancangan bangunan yang dapat merepresentasikan para penggunanya yang merupakan masyarakat pada kawasan tersebut.
Rancangan Pasar Tradisional Hijau Sepinggan di Kota Balikpapan dengan tema promosi pertanian kota dan identitas keberagaman masyarakat dengan pendekatan arsitektur perilaku menjadikan rancangan ini menjadi rancangan yang memiliki banyak aspek yang harus dikaji dan dipertimbangkan. Pada dasarnya arsitektur perilaku dalam capaian ini penulis membagi dalam tiga segmentasi yakni, pengaturan kebiasaan, pemahaman peta mental, serta persepsi lingkungan. Sedangkan pada nilai baru pada pasar yakni pertanian kota penulis membatasinya pada prinsip, ruang, bentuk, serta fasad.
Dalam perkembangannya penulis berusaha untuk mengkaji terhadap konsep yang dapat menerjemahkan rancangan yang lebih kompleks terhadap efektifitas dan integrasi dari rancangan terhadap tema maupun pendekatan rancangan. pengaturan kebiasaan, peta mental dan persepsi lingkungan menjadi nilai yang dipenuhi untuk kondisi distribusi komoditas, aksesibilitas serta sirkulasi efektif dan merata. Pertanian kota, nilai baru yang dipenuhi Sebagai perwujudan ekosistem sosial dan ekologi yang unik, aspek ini diwujudkan dengan ruang hijau yang ditonjolkan oleh tanaman vertikal yang menampilkan berbagai spesies tanaman yang dipilih secara strategis untuk tumbuh subur di bangunan ini.
Pada proses akhir rancangan, penulis dengan penuh kesadaran terhadap adanya kekurangan dalam rancangan ini baik dari kajian, analisis dan eksekusi terdahap rancangan. Namun dengan banyak pertimbangan dan pelajaran yang diterima dalam proses tugas akhir ini telah menjadi sebuah perjalanan tentang diri penulis terhadap bagian kecil pemahaman berarsitektur masih perlu untuk terus dipelajari serta dikembangkan dalam berbagai aspek. Refleksi penulis terhadap ilmu arsitektur selama proses belajar serta keresahan terhadap perkembangan pasar tradisional yang dituangkan dalam karya rancangan yakni "Perancangan Pasar Tradisional Hijau Sepinggan Upaya Promosi Pertanian Kota dan Identitas Keberagaman Masyarakat di Kota Balikpapan Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku."
Daftar Pustaka
Main References:
Pustaka, K., & Teori, B. A. B. K. (2012). Behavioral Architecture. 8–27.
Badan Standardisasi Nasional. (2021). Sertifikasi SNI 8152:2021 Pasar Rakyat.
Ching, Francis, D.K. 1993. Architecture Form, Space, and Order (third edition). America
PERDA. (2016). Peraturan Daerah Balikpapan No. 4 Tahun 2017. Penataan dan Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan. 1–14.
PERWALI. (2020). PENGELOLAAN PASAR RAKYAT. Peraturan WaliKota Balikpapan No. 27 Tahun 2020. 1-11
Lawson, B. 2005. How designers think (Fourth). Architectural Press is an imprint of Elsevier
Neufert, Ernest. (1996). Data Arsitek. Edisi 33 jilid 1, (Sunarto Tjahjadi, Trans). Jakarta: Erlangga.
Neufert, Ernest. (1996). Data Arsitek. Edisi 33 jilid 2, (Sunarto Tjahjadi, Trans). Jakarta: Erlangga.
Kusuma, Bima. (2022). Analisis Kapasitas Pasar Terhadap Kenyamanan Gerak Pengguna Pasar Tradisional Sepinggan Balikpapan. Universitas Islam Indo
Laman Internet:
https://www.archdaily.com/.
https://id.pinterest.com/.
https://www.google.com/.
https://drajmarsh.bitbucket.io/sunpath3d.html.
https://onemaponedata.balikpapan.go.id/.
https://www.ventusky.com/.
https://www.meteoblue.com/.
DOKUMEN PERANCANGAN
PASAR TRADISIONAL HIJAU SEPINGGAN
Upaya promosi pertanian kota dan sebagai identitas keberagaman
Masyarakat di Kota Balikpapan dengan pendekatan arsitektur perilaku
PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR