T E R I M A K A S I H K E PA DA
KAPITAL
B R AV O
NICK
CASHMORE
Buku Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya dan Solo versi Bahasa Indonesia terwujud atas dukungan para sponsor untuk buku yang sama dalam versi Bahasa Inggris.
LESTARIKAN PUSAKA INDONESIA DEMI KEJAYAAN MASA DEPAN
P
aninBank didirikan pada 17 Agustus 1971 dan merupakan merger dari 3 bank swasta nasional yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi satu dari 10 besar bank nasional. Pada tahun 1982, PaninBank merupakan bank pertama di Indonesia yang Go Public dan memasyarakan sahamnya di pasar modal Indonesia. Pada akhir tahun 2010 total aktiva PaninBank mencapai Rp. 107 triliun, modal sebesar Rp. 12,5 triliun dan kapitalisasi pasar sebesar Rp. 27.5 triliun. Saat ini PaninBank memiliki 450 jaringan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) lebih dari 30.000 yang tersebar di seluruh kota-kota penting di Indonesia. Pesatnya perkembangan PaninBank tentunya tidak terlepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. PaninBank yang telah melalui berbagai siklus dan tahapan perkembangan perekonomian nasional, berkomitmen untuk berperan secara nyata dalam meningkatkan fungsi intermediasi keuangan demi kemajuan bangsa. Karena itu PaninBank menyambut dengan gembira gagasan untuk mendukung penerbitan buku Teknik Ragam Hias Batik yang diprakasai oleh Titian Foundation. Terlebih karena buku ini bukan hanya mengusung unsur pendidikan semata, tetapi juga memiliki misi untuk melestarikan kekayaan pusaka Indonesia. PaninBank percaya dalam upaya memajukan suatu bangsa, diperlukan usaha untuk menjaga dan melestarikan pusaka Indonesia yang tidak ternilai harganya dan untuk menjaga kelestarian budaya bangsa, maka sudah selayaknya kita mengenal secara lebih baik kekayaan budaya tanah air. Melalui Corporate Social Responsibility yang diarahkan untuk mendukung pembelajaran serta pendidikan generasi penerus bangsa, kami berharap agar pengembangan sumber daya manusia dapat terus dilakukan dan ditingkatkan secara berkesinambungan. Dalam rangka memperingati hari jadinya yang ke-40, PaninBank dengan bangga mempersembahkan Buku yang sarat dengan pengetahuan tentang batik, sebagai salah satu pusaka bangsa kita, dan diharapkan akan sangat bermanfaat terutama bagi pendidikan para generasi penerus. Semoga Buku ini juga dapat mengharumkan dan mengangkat nama Indonesia sampai ke ujung bumi, agar cita-cita luhur kita dapat terwujud sebagaimana yang kita harapkan bersama.
PANINBANK
TEKNIK DAN RAGAM HIAS
YOGYA & SOLO
PATRON LILY KASOEM PENULIS SRI SOEDEWI SAMSI TIM BUKU KUSUMA INDRIYANI SUDEWA KUMALA INSIWI SURYO RATNA AMATSARIE KONSEP KREATIF & PENGEMBANGAN DISAIN NANOK TUNARNO - NATURATAMA GAMBAR SKETSA MOTIF IBU MANGUNDIKARSO (ALM) PEMINDAI DAN EDIT GAMBAR POLA SUWISMONO EDITOR ANTON DIAZ KOREKTOR AMELIA SEPTIANINGSIH DISAIN & TATA LETAK ADITYA NUGRAHA - MAJALAH CLARA SAMPUL ADITYA NUGRAHA (OLAH DIGITAL), ZULMAHMUDI (FOTO) FOTO (ISI) NATURATAMA, ZULMAHMUDI
DITERBITKAN OLEH YAYASAN TITIAN MASA DEPAN (TITIAN FOUNDATION) HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG DILARANG MENGUTIP ATAU MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI BUKU INI TANPA IZIN TERTULIS DARI PENERBIT CETAKAN PERTAMA, FEBRUARI 2011 TEKS & GAMBAR POLA © 2011 SRI SOEDEWI SAMSI BOOK FORMAT © 2011 TITIAN FOUNDATION
TERIMA KASIH SRI SUDEWI SAMSI M E N G U C A P K A N T E R I MA K A S I H YA N G S E B E S A R - B E S A R N YA ATA S D U K U NG A N S E M UA P I H A K DA L AM P E N Y U S U N A N B U K U I N I :
Dr. MARI ELKA PANGESTU I B U GUSTI KANJENG RATU HEMAS I B U LILY KASOEM I B U Prof. Dr. Ir. MURDIJATI GARDJITO I B U WISJNUWATI MASHADI I B U HESTISARA SUKANTO REKSOHADIPRODJO K E LUA R G A HASHIM DJOYOHADIKUSUMO IBU
TITIAN FOUNDATION PAGUYUBAN PECINTA BATIK INDONESIA - SEKAR JAGAT MAJALAH CLARA NATURATAMA
SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, batik bukanlah sekadar selembar kain penutup tubuh, tapi bagian dari urat nadi kehidupan. Dan karenanya Batik melampaui batas fashion dan trend. Di balik selembar kain batik tersimpan mahakarya anak bangsa hasil tempaan jaman dan alam selama berabad-abad, mulai dari teknologi pembuatan dan pewarnaan hingga makna filosofis masing-masing desain/ motif. Dilihat dari sisi teknologi industri, pembuatan batik memerlukan tahapan produksi yang tidak pendek. Proses membatik diawali dengan nyorek (menggambar pola di selembar kain putih), kemudian menggoreskan liIin panas pada kain sesuai pola yang sudah digambar (di mana di dalamnya termasuk proses nglowong, nembok dan nerusi) dan terakhir memberikan warna sesuai desain (nyelup). Masing-masing tahapan tersebut memiliki kerumitan yang memerlukan keahlian tersendiri . Disisi lain, keragaman bentuk motif desain yang tumbuh di masyarakat merupakan bukti nyata kekayaan kreatifitas bangsa Indonesia dalam mengembangkan batik. Warisan teknologi pembuatan dan motif batik telah hidup secara alami selama berabad-abad di masyarakat. Jauh sebelum istilah “Industri Kreatif � dikenal dunia dan menjadi primadona bisnis baru di abad 21 ini, masyarakat kita telah memraktekkan prinsip-prinsip industri kreatif di kehidupan keseharian mereka. Industri batik rakyat, begitu mereka biasa dikenal, telah hidup dan menghidupi sebagian besar masyarakat Jawa. Di berbagai desa dan pasar tradisional, penjualan kain batik dan aplikasinya telah menjadi bagian penting dari denyut ekonomi masyarakat lokal, hingga sekarang. Sebuah pencapaian yang patut diapresiasi. Apresiasi tentu tidak hanya berhenti pada batasan pencapaian ekonomi. Tapi lebih daripada itu, batik sebagai sebuah warisan budaya yang telah diakui oleh UNESCO di tahun 2010 harus terus diusahakan untuk tetap hidup dan menghidupi masyarakat. Sejalan dengan program pengembangan industri kreatif dan ACI - Aku 100% Cinta Indonesia, pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya terhadap pelestarian batik beserta seluruh nilai budaya dan ekonomi yang menyertainya.
Ada 4 (empat) tahapan penting dalam kampanye ACI 1) membangun kesadaran Bangsa Indonesia diharapkan mengerti, memahami dan menyadari kekayaan warisan budaya yang dimiliki 2) Membangun minat Setelah menyadari kekayaan warisan budaya yang dimiliki, diharapkan mereka akan memiliki minat untuk ikut melestarikan, dalam hal ini menggunakan batik dalam kehidupan keseharian. 3) Menumbuhkan rasa setia Kebanggaan akan produk asli Indonesia yang tidak kalah dari segi kualitas maupun desain dengan sendirinya akan menciptakan rasa setia masyakarat untuk selalu mengenakan produk dalam negeri. Secara tidak langsung, mereka akan membantu negara dalam menghemat devisa. 4) Bertindak untuk mengajak pihak lain Tahapan terakhir yang diharapkan adalah menciptakan situasi agar mereka tergerak untuk mengajak pihak lain berbuat hal yang serupa. Pada titik ini, saya melihat bahwa buku Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya dan Solo karya Ibu Ir. Sri Soedewi Samsi ini menemukan momentumnya. Bukan karena buku ini menampilkan koleksi batik yang sudah jadi, tapi justru sebaliknya, karena buku ini memuat pola dasar 370 motif batik tradisional Yogya dan Solo yang beliau kumpulkan selama lebih dari 30 tahun. Memang belum seluruhnya dituangkan dalam buku ini, karena tanpa kita sadari, ternyata masyarakat telah menghasilkan ribuan desain motif/ pola dari hasil pergulatan mereka dengan batik selama berabad-abad. Disamping koleksi pola dasar, buku ini juga menjelaskan dengan rinci cara pembuatan batik, mulai dari alat-alat pembatikan, memotong kain, cara menggoreskan lilin di kain hingga mewarnai. Bahkan resep pewarnaan pun dimuat disini. Seperti halnya ibu Dewi, saya berharap buku ini bisa menjadi panduan bagi siapapun yang ingin belajar tentang batik dan seluk-beluknya. Bagi para pengusaha batik rakyat yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, semoga buku ini bisa menjadi referensi kekayaan motif tradisional dan bisa diaplikasikan untuk memperkaya produk mereka.
Dr. MARI ELKA PANGESTU
Menteri Perdagangan Republik Indonesia
SAMBUTAN TITIAN FOUNDATION Bagi masyarakat Jawa, Batik adalah bagian dari nafas kehidupan. Siklus kehidupan orang Jawa tidak akan terlepas dari Batik. Sejak hari pertama dilahirkan ke bumi, bayi Jawa akan dibungkus dengan kain batik untuk melindungi tubuh mungilnya dari panas dan dingin. Ketika menginjak dewasa dan melangsungkan pernikahan, Batik pula busananya. Bahkan pada saat ajal menjemput, batik akan menyelimuti hingga detik terakhir sebelum dimasukkan ke liang lahat. Pergulatan intens masyarakat Jawa dengan Batik melahirkan kekayaan corak, motif, gaya dan teknik pembatikan. Ribuan corak dan motif batik telah hidup dan berkembang di masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu, lengkap dengan makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Kesahajaan cara hidup orang Jawa yang enggan untuk menonjolkan diri, telah melahirkan dilema dalam penelusuran sejarah desain batik. Masing-masing daerah di tanah Jawa telah memiliki motif dan corak yang khas, yang dikenal luas sebagai identitas daerah tersebut. Namun tidak banyak yang tahu tentang penciptanya. Yang mereka tahu, motif atau corak tersebut sudah ada di masyakarat sejak dulu dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui ‘pengajaran lisan’, dari mulut ke mulut. Ketiaadan referensi tertulis mengenai koleksi motif atau corak batik tradisional menyebabkan kesenjangan pengetahuan antar generasi. Masalah akan muncul ketika generasi tua yang mengerti tentang motif atau corak tersebut telah tiada tanpa sempat menurunkan seluruh ilmunya kepada generasi muda. Kesenjangan ini menimbulkan ketidakmengertian generasi muda akan kekayaan warisan masa lalu. SMKN 1 ROTA Bayat yang dibentuk oleh Yayasan Titian bekerjasama dengan ROTA dan Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia mengangkat Batik sebagai salah satu jurusan utama. Karena kami menyadari bahwa Batik –selain keramik- merupakan potensi asli masyarakat desa Bayat dan telah menjadi industri rakyat sejak turun temurun dan terkenal. Visi SMKN 1 ROTA Bayat adalah mencetak para usahawan batik yang mampu menembus pasar internasional. Ketika kami melakukan saresahan untuk menggodok kurikulum SMK ini lah, kami berjumpa dengan ibu Dewi, sapaan akrab ibu Ir. Sri Soedewi Samsi. Beliau mengungkapkan tentang ribuan koleksi pribadi motifmotif tradisional Jogja-Solo yang sudah dikumpulkan sejak tahun 1970 ketika beliau masih aktif sebagai Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kerajinan dan Batik.
Ribuan koleksi motif batik tradisional ini telah digambar ulang menjadi bentuk pola dasar pembatikan. Namun sayangnya, koleksi ini belum mampu tersebar ke masyarakat luas. Sementara di sisi lain, murid-murid kami di SMKN 1 ROTA Bayat -dan juga para pelajar di seluruh Indonesia- tentu sangat memerlukan pola dasar ini sebagai referensi design. Mereka harus menguasai motif tradisional warisan leluhur sebagai pijakan untuk berkreasi lebih lanjut. Sehingga mereka akan memiliki akar budaya yang kuat. Kenyataan ini telah menyadarkan kami akan pentingnya membukukan koleksi motif tradisional ibu Dewi. Ketika niat ini kami sampaikan ke beliau, ternyata beliau sangat antusias dan bahkan memang ini lah yang beliau impikan dari lama. Bahkan beliau berpesan bahwa buku ini nantinya harus bisa ‘dijiplak’ oleh siapapun yang berminat tentang batik atau bekerja di industri pembatikan, terutama industri batik rakyat. Karena pada dasarnya motif ini adalah milik rakyat dan ingin beliau kembalikan lagi ke rakyat. Dengan harapan batik tradisional akan terus hidup dan berkembang di masyarakat Indonesia, pemilik asli warisan Batik. Keinginan beliau inilah yang menyemangati kami untuk menerbitkannya. 1,000 eksemplar edisi Bahasa Indonesia akan dibagikan Cuma-Cuma kepada sekolah-sekolah seni dan SMK, organisasi batik dan para pembatik di sentra-sentra industri batik rakyat. Kami juga menterjemahkan buku ini ke dalam Bahasa Inggris dengan harapan warisan budaya bangsa ini akan bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas. Semoga sepenggal pengantar ini bisa memberikan ilustrasi tentang proses pembuatan buku Teknik & Ragam Hias Batik Yogya dan Solo karya ibu Ir. Sri Soedewi Samsi. Seberapa besar pun usaha kami ketika membantu menerbitkan buku ini, pada akhirnya, kesahajaan ibu Dewi pula lah yang menyadarkan kami, bahwa yang kami lakukan hanya lah menandai satu titik kecil pada kain panjang sejarah yang telah dibentangkan dengan gigih oleh para leluhur kita. Kepada bangsa Indonesia pula lah kami persembahkan buku ini. Sebagai penanda kemegahan masa silam, untuk menyongsong kegemilangan masa depan.
LILY KASOEM
Pendiri Yayasan Titian
KATA PENGANTAR Segala puji hanyalah untuk Allah semata. Semoga sholawat serta salam terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Tulisan ini dihadapkan kepada para pembaca sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan dan melestarikan seni kerajinan (kriya) batik, yang telah diakui secara Internasional (diumumkan oleh Unesco pada tanggal 2 Oktober 2009) sebagai warisan budaya Indonesia. Walaupun beberapa waktu terakhir ini penggunaan batik sebagai pakaian sehari-hari sangat marak, tetapi pemahaman terhadap teknologi batik yang penuh filosofi dan cita rasa seni dalam pembuatannya, terlihat masih kurang diperhatikan, terutama oleh generasi muda. Oleh karenanya, sekarang adalah saatnya, menyegarkan pemahaman mereka tentang seni kerajinan batik terutama proses membatik yang sebenarnya. Buku Teknik dan Ragam Hias Batik ini, adalah salah satu upaya kecil yang diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pengenalan yang informatif dan mudah dimengerti tentang batik dan proses membatik. Teknik kerajinan batik merupakan suatu proses yang membutuhkan ketelitian, ketekunan kerja, serta kehalusan rasa terhadap seni keindahan batik. Hal ini pasti sudah dipahami dan dirasakan benar oleh masyarakat pecinta batik yang selalu ingin mengabadikan batik. Seiring dengan upaya pelestarian budaya yang sangat bernilai ini, tentunya juga perlu ditumbuhkan rasa menghargai pada teknologi batik yang mampu menghasilkan kriya batik yang halus dan tinggi nilai seninya. Pengenalan melalui pembelajaran yang menarik kepada para siswa sekolah, diharapkan mampu membuat mereka tertarik untuk berperan serta dalam pelestarian seni budaya asli Indonesia ini. Tulisan di dalam buku ini adalah pembelajaran teknik membatik, mulai dari pengenalan terhadap batik dan membatik sebagai produk budaya, teknologi dan seni dalam proses membatik, serta kumpulan ragam hias (pola) batik. Diharapkan buku ini dapat menjadi pedoman dalam belajar membatik dan referensi bagi pelaku industri batik, khususnya ragam hias batik Yogyakarta dan Solo. Sebagai acuan, buku ini memuat teknik membatik yang dilengkapi dengan beberapa resep warna dan lilin yang disarikan dari praktek selama bertahun-tahun. Ragam hias (pola) batik yang telah dikumpulkan secara intensif sejak tahun 1960, dalam buku ini, disampaikan sebagai pola yang bisa dipergunakan untuk mengembangkan produksi batik. Tulisan ini merupakan hasil dan pengalaman kerja dalam lingkungan pembatik, baik pengusaha perorangan, sebagai karyawan Departemen Perindustrian maupun tenaga penyuluh.
Dengan ketulusan yang sangat mendalam, terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak, terutama kepada: • Ibu Hestisara Sukanto Reksohadiprodjo, Bp. Hasyim Djojohadikusumo dan Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekarjagad di Yogyakarta yang telah membantu untuk mencetak buku Teknik dan Ragam Hias Batik pada tahun 2007 (sebelum cetakan buku sekarang ini) dalam jumlah terbatas. • Ibu Lily Kasoem dan Pengurus Yayasan Titian sehingga buku Teknik dan Ragam Hias Batik yang telah disempurnakan bisa dicetak dan diterbitkan pada tahun 2010. • GKR Hemas sebagai Kepala Dekranas Propinsi DIY yang telah berkenan memberikan sambutan pada buku Teknik dan Ragam Hias Batik. • Ibu Mangundikarso (Almarhumah) yang menggambar pola sehingga kumpulan pola dapat dikelola secara sistematis • Anak-anak, semua menantu, dan semua cucu yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan buku ini dan menulis buku lainnya. • Teman-teman yang tidak disebutkan disini satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga buku ini dapat ditulis. Upaya pelestarian budaya batik ini, akan sukses bila masyarakat berperan serta. Sebagai anggota masyarakat, pecinta seni batik, melalui buku ini, penulis berharap, teknologi batik beserta ragam hiasnya dapat diperkenalkan kepada masyarakat, kemudian diperdayakan. Melalui buku ini pula, diharapkan siswa-siswa sekolah menengah bisa mengenal batik secara lebih baik, kemudian mencintainya, dan mengembangkan sebagai budaya yang selalu hidup sepanjang waktu. Dengan demikian, proses pembuatan batik yang penuh dengan filosofi juga tetap terwariskan pada generasigenerasi penerus yang pintar dan maju dalam berpikir. Kekurangsempurnaan dalam penulisan buku ini sangat disadari, oleh karenanya kritikan dan saran untuk perbaikan, sangat diharapkan.
SRI SOEDEWI SAMSI
DAFTAR ISI SAMBUTAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR
BAB-1
PENDAHULUAN
3
BATIK DAN MEMBATIK SEBAGAI PRODUK BUDAYA
5
Sejarah dan Perkembangan Batik Membatik dan Kehidupan Masyarakat Upaya Pelestarian Batik
BAB-2
viii xiv xviii
7 10 11
19
TEKNOLOGI DAN SENI DALAM PROSES BATIK Peralatan Membatik Perlengkapan Membatik Macam-macam Lilin untuk Membatik Membuat Lilin Batik “Njebor” Bahan Utama Batik Proses Mambatik Membatik Proses Pewarnaan Batik Batik Sutra Batik Ornamen Tertentu
17 22 27 33 37 38 47 53 73 75
BAB-3
KUMPULAN RAGAM HIAS Ragam Hias untuk Isen-isen Ornamen Ragam Hias Untuk Isi Bidang Datar Ragam Ornamen Batik dengan Isen-isen Ragam Hias Garuda
83 84 88 90 95
Ragam Hias Geometris A. Kelompok Ceplok B. Kelompok Kawung C. Kelompok Parang D. Kelompok Lereng E. Kelompok Nitik
151 153 237 283 327 371
Ragam Hias Non-Geometris A. Kelompok Lung-lungan dan Semen B. Kelompok Pagersari C. Kelompok Taplak Meja D. Kelompok Wayang
417 419 491 509 525
ISTILAH DALAM TEKNIK BATIK DAFTAR PUSTAKA
579 592
DA F TA R G AM B A R
R AG AM H I A S G E O M E T R I S
KELOMPOKCEPLOK
KELOMPOKKAWUNG
KELOMPOKPARANG
KELOMPOKLERENG
KELOMPOKNITIK
RAGAM HIAS GEOMETRIS - KELOMPOK CEPLOK CPK-001 CPK-002 CPK-003 CPK-004 CPK-005 CPK-006 CPK-007 CPK-008 CPK-009 CPK-010
Arum Dalu Bintang Luhur Blibar I Blibar II Budi Luhur Ceplok Abimanyu Ceplok Ambar Sekar Ceplok Gambir Anom Ceplok Gusti Putri Ceplok Hok
156 157 158 159 160 161 162 163 164 165
CPK-041 CPK-042 CPK-043 CPK-044 CPK-045 CPK-046 CPK-047 CPK-048 CPK-049 CPK-050
Kembang Kapas Kembang Pala Kembang Tanjung Kenanga Sari Kerton Bekingking Kerton Pari Anom Klentang Konang Sakebon Kotak Banci Kasut Kotak Jamblang
196 197 198 199 200 201 202 203 204 205
CPK-011 CPK-012 CPK-013 CPK-014 CPK-015 CPK-016 CPK-017 CPK-018 CPK-019 CPK-020
Ceplok Jelonggrong Ceplok Kartiko Ceplok Keci Ceplok Kembang Tebu Ceplok Kembang Waru Ceplok Kenongo Ceplok Lenggang Kangkung Ceplok Marganingsih Ceplok Mawar Sari Ceplok Mulyo
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175
CPK-051 CPK-052 CPK-053 CPK-054 CPK-055 CPK-056 CPK-057 CPK-058 CPK-059 CPK-060
Kotak Peksi Kurung Kupu Anom Lara Sedowo Limaran Melati Rinonce I Melati Rinonce II Pari Joto Peksi Kurung Peksi Puger Piting Wana
206 207 208 209 210 211 212 213 214 215
CPK-021 CPK-022 CPK-023 CPK-024 CPK-025 CPK-026 CPK-027 CPK-028 CPK-029 CPK-030
Ceplok Neblem Ceplok Padelengan Ceplok Pramugari I Ceplok Pramugari II Ceplok Prana Jiwo Ceplok Sekar Bangah Ceplok Sekar Sidoguri Ceplok Sirap Ceplok Tanjung Sari Ceplok Tebu Mangli
176 177 178 179 180 181 182 183 184 185
CPK-061 CPK-062 CPK-063 CPK-064 CPK-065 CPK-066 CPK-067 CPK-068 CPK-069 CPK-070
Sawo Bludru Sedah Mirah Sekar Kopi Sekar Sembojo Sekar Sidoguri Sekar Tanjung Sekar Turi Sidobali Sidomukti I Sisomukti II
216 217 218 219 220 221 222 223 224 225
CPK-031 CPK-032 CPK-033 CPK-034 CPK-035 CPK-036 CPK-037 CPK-038 CPK-039 CPK-040
Ceplok Wahyuningrat Cipto Dadi Gambiro Wati Gandaria Gendala Giri Glagah Kurung Grompol I Grompol II Indro Kelo Kartiko Wati
186 187 188 189 190 191 192 193 194 195
CPK-071 CPK-072 CPK-073 CPK-074 CPK-075 CPK-076 CPK-077 CPK-078 CPK-079 CPK-080
Sidomulyo I Sidomulyo II Sidowuyung Sumber Lintang Tambal Wajik Taru Pala Tata Marga Tirta Sari Triloka Truntum
226 227 228 229 230 231 232 233 234 235
RAGAM HIAS GEOMETRIS - KELOMPOK KAWUNG KWG-001 KWG-002 KWG-003 KWG-004 KWG-005 KWG-006 KWG-007 KWG-008 KWG-009 KWG-010 KWG-011 KWG-012
Ceplok Kawung Gringsing Kawung Beton Kawung Bligon Kawung Brendi Kawung Cacah Gori Kawung Galar Kawung Gambok Kawung Kemplong Kawung Kepyar Kawung Mangkurat Kawung Ndil Kawung Picis
239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250
KWG-013 KWG-014 KWG-015 KWG-016 KWG-017 KWG-018 KWG-019 KWG-020 KWG-021 KWG-022 KWG-023
Kawung Plentong Kawung Putri Kawung Putro Kawung Sawo Beludru Kawung Sen Kawung Ukel Kawung Uter Kawung Winarno Sawo Manila Sawo Pecah Sawo Tanjungsari
251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261
RAGAM HIAS GEOMETRIS - KELOMPOK PARANG PRG-001 PRG-002 PRG-003 PRG-004 PRG-005 PRG-006 PRG-007 PRG-008 PRG-009 PRG-010
Parang Adiningdar Parang Baladewa Parang Basuki Parang Campursari Parang Centung Parang Culpring Parang Curigo Parang Curigo Nata Parang Gagak Setyra Parang Gendewa
266 267 268 269 270 271 272 273 274 275
PRG-031 PRG-032 PRG-033 PRG-034 PRG-035 PRG-036 PRG-037 PRG-038 PRG-039 PRG-040
Parang Nengkulo Parang Ningsih Parang Pandansari Parang Pari Parang Parikesit Putri Parang Poncowati Parang Pucang Rinenggo Parang Rusak Barong Parang Samba Parang Sarpokenoko
296 297 298 299 300 301 302 303 304 305
PRG-011 PRG-012 PRG-013 PRG-014 PRG-015 PRG-016 PRG-017 PRG-018 PRG-019 PRG-020
Parang Godong Mawar Parang Gunung Payung Parang Harjuno Parang Huk Parang Joyopuro Parang Karno Parang Karyo Parang Jkerton Parang Komojoyo Parang Kondur Baris
276 277 278 279 280 281 282 283 284 285
PRG-041 PRG-042 PRG-043 PRG-044 PRG-045 PRG-046 PRG-047 PRG-048 PRG-049 PRG-050
Parang Sawut I Parang Sawut II Parang Sawut Seling Parang Semiaji Parang Seno Parang Seto Parang Setyowati Parang Sido Wuyung Parang Sidorejo Parang Sidoreno
306 307 308 309 310 311 312 313 314 315
PRG-021 PRG-022 PRG-023 PRG-024 PRG-025 PRG-026 PRG-027 PRG-028 PRG-029 PRG-030
Parang Kumala Sari Parang Kumudoningrat Parang Kusumo Parang Kusumo Besar Parang Laras Madyo Parang Larasati Parang Mintuno Parang Muncar I Parang Muncar II Parang Muninggar
286 287 288 289 290 291 292 293 294 295
PRG-051 PRG-052 PRG-053 PRG-054 PRG-055 PRG-056 PRG-057 PRG-058 PRG-059 PRG-060
Parang Sinjang Loga Parang Sisik Parang Srimpi Parang Sukowati Parang Sumbo Parang Tarupolo Parang Teki Parang Tirto Parang Triloka Parang Turunsih
316 317 318 319 320 321 322 323 324 325
RAGAM HIAS GEOMETRIS - KELOMPOK LERENG LRG-001 LRG-002 LRG-003 LRG-004 LRG-005 LRG-006 LRG-007 LRG-008 LRG-009 LRG-010
Dana Tirta Lereng Abiyoso Lereng Bangun Ningrat Lereng Blabagan Lereng Cagak Talang Lereng Candipuro Lereng Golang Galing Lereng Kembang Bayem Lereng Modang Lereng Paripurno
330 331 332 333 334 335 336 337 338 339
LRG-011 LRG-012 LRG-013 LRG-014 LRG-015 LRG-016 LRG-017 LRG-018 LRG-019 LRG-020
Lereng Prana Jiwo Lereng Rujak Senthe I Lereng Rujak Senthe II Lereng Rujak Tales Lereng Tataganti Lereng Tritis Lereng Udan Niris Lereng Uceng Udik Lereng Sukoreno Lereng WeningsariParang
340 341 342 343 344 345 346 347 348 349
RAGAM HIAS GEOMETRIS - KELOMPOK NITIK NTK-001 NTK-002 NTK-003 NTK-004 NTK-005 NTK-006 NTK-007 NTK-008 NTK-009 NTK-010
Nitik Ceplok Liring Nitik Dara Gelar Nitik Grompol Nitik Kartika Nitik Kapulogo Nitik Nagasari Nitik Nuju Prana Nitik Pandanwangi Nitik Rumpuk Nitik Sekar Andalia
354 355 356 357 358 359 360 361 362 363
NTK-022 NTK-023 NTK-024 NTK-025 NTK-026 NTK-027 NTK-028 NTK-029 NTK-030 NTK-031
Nitik Sekar Jambet Nitik Sekar Kenongo Nitik Sekar Kentang Nitik Sekar Kepel Nitik Sekar Manggar Nitik Sekar Melati Nitik Sekar Menur Nitik Sekar Pala I Nitik Sekar Pala II Nitik Sekar Polong
375 376 377 378 379 380 381 382 383 384
NTK-011 NTK-012 NTK-013 NTK-014 NTK-015 NTK-016 NTK-017 NTK-018 NTK-019 NTK-020 NTK-021
Nitik Sekar Anggrek Nitik Sekar Bangah Nitik Sekar Blimbing Nitik Sekar Cendul Nitik Sekar Cengkeh I Nitik Sekar Cengkeh II Nitik Sekar Delimo Nitik Sekar Giwang Nitik Sekar Jagung Nitik Sekar Jali Nitik Sekar Jambe
364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374
NTK-032 NTK-033 NTK-034 NTK-035 NTK-036 NTK-037 NTK-038 NTK-039 NTK-040 NTK-041 NTK-042
Nitik Sekar Randu I Nitik Sekar Randu II Nitik Sekar Randu III Nitik Sekar Sawo Nitik Sekar Sedah Nitik Sekar Tebu Nitik Sekar Teleng I Nitik Sekar Teleng II Nitik Tanjung Gunung I Nitik Tanjung Gunung II Nitik Tanjung Gunung III
385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395
DA F TA R G AM B A R
R AG AM H I A S N O N G E O M E T R IS
KELOMPOKLUNG-LUNGANDANSEMEN
KELOMPOKPAGERSARI
KELOMPOKTAPLAKMEJA
KELOMPOKWAYANG
RAGAM HIAS NON GEOMETRIS - KELOMPOK LUNG-LUNGAN DAN SEMEN LNG-001 LNG-002 LNG-003 LNG-004 LNG-005 LNG-006 LNG-007 LNG-008 LNG-009 LNG-010 LNG-011
Anggur Anggur Gawok Babon Angrem I Babon Angrem II Cendrawasi Cuwiri Solo Debyah Gabah Sinawur Gabah Solo Gajah Birowo Gajah Mada
403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413
LNG-034 LNG-035 LNG-036 LNG-037 LNG-038 LNG-039 LNG-040 LNG-041 LNG-042 LNG-043 LNG-044
Parang Jaladri Peksi Bodhol Peksi Wuyung Remujung Sarang Burung Sekar Anggrek Sekar Aster Sekar Cubung I Sekar Cubung II Sekar Kanthil Sekar Kemuning
436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446
LNG-012 LNG-013 LNG-014 LNG-015 LNG-016 LNG-017 LNG-018 LNG-019 LNG-020 LNG-021 LNG-022
Gandrung Mangu Gendala Giri Glathik Mandring Grageh Waluh Naga Kembang Bangah Kembang Gedhang Kenaka Kenongo Sari Kestubo I Kestubo II Klewer
414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424
LNG-045 LNG-046 LNG-047 LNG-048 LNG-049 LNG-050 LNG-051 LNG-052 LNG-053 LNG-054 LNG-055
Sekar Semanggi Sekat Terate Sembagen Semen Ganggo Semen Gunung I Semen Gunung II Semen Kenako Semen Keong Semen Kubarjo Semen Madrim Semen Merak
447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457
LNG-023 LNG-024 LNG-025 LNG-026 LNG-027 LNG-028 LNG-029 LNG-030 LNG-031 LNG-032 LNG-033
Kundasi Langendari Lar Mungo I Lar Mungo II Lar Mungo III Lung Tanjung Madukoro Mangkoro Ngulandoro Naga Geni Nuju Prana
425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435
LNG-056 LNG-057 LNG-058 LNG-059 LNG-060 LNG-061 LNG-062 LNG-063 LNG-064 LNG-065 LNG-066
Semen Murbo Semen Otek Semen Romo Semen Sido Wuyung Semen Sinom Semen Yuyu Srikoyo Trengguling Triom Walang Wuni
458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468
Pagersari 6 Pagersari 7 Pagersari 8 Pagersari 9 Pagersari 10 Pagersari 11 Pagersari 12
481 482 483 484 485 486 487
RAGAM HIAS NON GEOMETRIS - KELOMPOK PAGERSARI PGS-001 PGS-002 PGS-003 PGS-004 PGS-005 PGS-006 PGS-007 PGS-008
Garden Lereng Seling 1 Lereng Seling 2 Pagersari 1 Pagersari 2 Pagersari 3 Pagersari 4 Pagersari 5
473 474 475 476 477 478 479 480
PGS-009 PGS-010 PGS-011 PGS-012 PGS-013 PGS-014 PGS-015
RAGAM HIAS NON GEOMETRIS - KELOMPOK TAPLAK MEJA TPM-001 TPM-002 TPM-003 TPM-004 TPM-005 TPM-006
Motif Taplak Meja – 1 Motif Taplak Meja – 2 Motif Taplak Meja – 3 Motif Taplak Meja – 4 Motif Taplak Meja – 5 Motif Taplak Meja – 6
491 492 493 494 495 496
TPM-007 TPM-008 TPM-009 TPM-010 TPM-011 TPM-012
Motif Taplak Meja – 7 Motif Taplak Meja – 8 Motif Taplak Meja – 9 Motif Taplak Meja – 10 Motif Taplak Meja – 11 Motif Taplak Meja – 12
497 498 499 500 501 502
RAGAM HIAS NON GEOMETRIS - KELOMPOK WAYANG WYG-001 WYG-002 WYG-003 WYG-004 WYG-005 WYG-006 WYG-007 WYG-008 WYG-009 WYG-010 WYG-011 WYG-012 WYG-013
Anoman Aswotomo Bagong Bambang Asmoro Betari Durga Bethoro Bayu Bethoro Bismo Bethoro Guru Bethoro Indra Bethoro Siwo Bethoro Surogona Bethoro Wisnu Bolodewo
507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519
WYG-027 WYG-028 WYG-029 WYG-030 WYG-031 WYG-032 WYG-033 WYG-034 WYG-035 WYG-036 WYG-037 WYG-038 WYG-039
Kamaratih Karno Lesmono Limbuk Manik Mayoso Mustakaweni Nagagini Nawangsih Ongkowijjoyo Ontoboga Pergiwati Pergiwo Petruk
533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545
WYG-014 WYG-015 WYG-016 WYG-017 WYG-018 WYG-019 WYG-020 WYG-021 WYG-022 WYG-023 WYG-024 WYG-025 WYG-026
Bremana Cangik Citrakso Dersonolo Dewi Uma Drupadi Duryudono Gareng Guritno Guru Bismo Hyang Tembora Jembowati Joko Puring
520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532
WYG-040 WYG-041 WYG-042 WYG-043 WYG-044 WYG-045 WYG-046 WYG-047 WYG-048 WYG-049 WYG-050 WYG-051 WYG-052
Prabu Rama Prabu Salyo Pujowati Semar Sengkuni Setyowati Sombo Srikandi Soroito Surtikanti Suryawati Togog Urang Ayu
546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558
TEKNIK DAN RAGAM HIAS
YOGYA & SOLO
1
2
TEKNIK DAN RAGAM HIAS BATIK
PENDAHULUAN
B
atik sebagai produk budaya sudah memasyarakat dan aktivi tas membatik sejak dahulu kala menjadi kegiatan masyarakat Jawa khususnya kaum perem puan. Saat ini batik tidak hanya dikenakan sebagai busana saja tetapi juga dapat dibuat menjadi berbagai macam benda fungsional seperti gordin, bantal, kursi, tas, dompet, taplak dan aneka keperluan rumah tangga lainnya. Sebelum membahas hal-hal yang berkaitan dengan batik, terlebih dahulu akan dijelaskan arti kata batik. Dahulu kala batik berasal dari kata ‘hamba-tik’ yang berarti membuat titik dan ‘titik’ adalah suatu motif tertua yang telah ditemukan. Dengan titik-titik yang disusun dan dirangkai dapat tercipta lebih dari 60 motif batik dan dengan berkembangnya kebudayaan dan kreativitas da lam kehidupan maka sampai sekarang motif batik menjadi sangat banyak tak terhitung.
PENDAHULUAN
3
Buku ini membahas mengenai teknik membatik dan ragam hias batik terutama yang berkaitan dengan batik klasik atau batik tradisional yang akan diuraikan secara singkat untuk memberikan gambaran tentang: 1. Teknologi produk batik
menggambarnya cukup digambar satu garis saja. Pada gambar motif lung-lungan (LNG), hampir semua gambar motif dikecilkan dari gambar motif aslinya. Gambar-gambar motif batik dibagi dalam bebe足 rapa kelompok motif, yaitu:
2. Kekayaan motif batik 3. Rincian motif batik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Selain itu juga bisa dipelajari cara membatik klowong, isen-isen, dan nembok pada bermacammacam motif/pola. Juga dijelaskan tentang cara membatik dengan menerapkan isen-isen untuk bunga, daun-daun dan bentuk-bentuk lain. Juga cara membatik untuk batik latar putih, latar hitam atau batik granit dan cara mengisi bidang batik untuk latar putih atau latar hitam, dan lain-lainnya. Jika seseorang telah mempelajari dan bisa membatik klowong sebuah motif/pola, memberi isen-isen dan me-nembok, maka orang tersebut pasti sudah dianggap dapat membatik berbagai macam motif batik. Di dalam Bab 3, KUMPULAN RAGAM HIAS, di足 tampilkan gambar-gambar batik klowong suatu motif batik dengan ukuran yang sebenarnya beserta isen-isen-nya (skala 1:1). Sehingga gambar-gambar motif ini dapat langsung dipakai sebagai pola batik (nyorek). Meski demikian, ukuran gambar-gambar ragam hias dapat juga disesuaikan dengan motif ataupun latar yang diinginkan. Di antara gambar-gambar motif batik tersebut terdapat gambar motif dua garis yang berdekatan atau sejajar. Apabila akan menggunakan gambar ini sebagai pola (nyorek) pada mori, cara
4
TEKNIK DAN RAGAM HIAS BATIK
Ceplok Kawung Lereng dan Parang Nitik Lung-lungan dan Semen Pinggiran Pagersari Wayang Taplak Meja
Secara garis besar ragam hias motif batik dibagi dalam dua golongan, yaitu ragam hias motif batik geometris dan ragam hias motif batik nongeometris. Yang termasuk golongan ragam hias motif batik geometris adalah: a. Bentuk garis silang yaitu ceplok dan kawung b. Bentuk garis miring yaitu parang dan lereng c. Bentuk tenun dan anyaman yaitu nitik Yang termasuk golongan ragam hias motif batik non-geometris adalah: a. Bentuk daun dan bunga b. Bentuk bunga dikombinasikan dengan gambar hewan c. Bentuk bunga dikombinasikan gambar satwa dan lar Bab-bab berikut ini akan menjelaskan secara rinci mengenai batik.
BAB - 1 BATIK DAN MEMBATIK
Sebagai Produk Budaya BATIK DAN MEMBATIK - SEBAGAI PRODUK BUDAYA
5
6
TEKNIK DAN RAGAM HIAS BATIK
lilin pada kain putih sebelum kain tersebut diberi warna. Cara pelekatan lilin ini ada bermacammacam, antara lain menggunakan canting, can ting cap atau kuas. Kebudayaan batik tradisional semula tumbuh
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BATIK
I
ndahnya suatu produk kebudayaan tra disional Nusantara yang dapat dipakai oleh sia p ap un, batik pastinya. Batik sebag ai hasil seni dalam kebudayaan In donesia telah diproduksi oleh masyara kat tertentu yang menyukai dan yang mengem bangkan proses produksi batik. Karena pengaruh sentuhan para seniman, teknologi maupun pe makai, maka batik dapat berkembang pesat, baik produksi maupun pemasarannya. Sudah diketahui bahwa kain batik adalah ba han tekstil (katun, sutra atau organdi) yang telah dibatik dan digunakan orang untuk sandang se perti kain, selendang atau sarung. Orang lain yang melihat, akan memadukan hasil penglihatan dan perasaan sehingga memberikan ungkapan akan keindahan motif dan warna. Keindahan motif dan warna akan dapat diterima masyarakat sesuai seni budaya yang sedang berkembang pada saat itu. Hasilnya terjadilah perkembangan batik, baik mo tif maupun kegunaannya. Batik adalah pelekatan
di dalam keraton-keraton Jawa dan berkembang di dalam lingkungan itu. Perkembangan teknik memproduksi batik terjadi di keraton juga. Situasi yang masih erat dengan kehidupan tradisional, situasi lingkungan yang masih mempertahankan unsur-unsur kebudayaan Hindu-Jawa, memberi kan kesempatan para wanita keraton mendalami salah satu dasar pendidikan seni kriya batik, mulai dari menyusun motif sampai membatiknya. Susunan beberapa motif batik ada yang di kaitkan dengan peristiwa yang terjadi di lingku ngan keraton dan hanya dipakai pada saat-saat tertentu saja. Seni batik pada saat itu tidak hanya untuk dilihat keindahannya saja, tetapi merupa kan hasil kebudayaan tradisional Jawa yang meli batkan cita rasa yang halus, olah batin yang men dalam dan ketekunan. Motif batik yang dipakai sebagai pakaian hari an ada bermacam-macam coraknya. Pada upaca ra adat tertentu seperti perkawinan, motif batik yang dipergunakan antara lain truntum, grompol, nogosari, gringsing ceplok mangkoro, sidoasih, sidomulyo, sidomukti, semen rama dan nitik cakar ayam. Semua motif tersebut melambangkan ke suburan dalam mengarungi hidup baru. Upacaraupacara lain yang menggunakan motif khusus an tara lain supitan (sunatan), taraban (mulai haid), mitoni atau tingkeban dan kematian.
BATIK DAN MEMBATIK - SEBAGAI PRODUK BUDAYA
7
Para putri keraton membuat batik hanya ngengreng saja, kemudian diteruskan oleh ma syarakat di luar keraton. Kegiatan membatik yang diteruskan di luar keraton menjadikan motif batik tersebar dan berkembang sesuai daerah penye barannya. Penduduk di luar lingkungan keraton tergugah dan kreatif menyediakan apa yang di perlukan untuk memproses pe nyelesaian batik keraton. Maka timbullah pengusaha atau sau dagar batik. Mula-mula tempat nya di dekat keraton dengan produksi batik berwarna putih coklat dan biru tua. Perkem bangan zaman, maka produsen batik tumbuh di mana-mana khususnya di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Pada tahun 1960 sampai dengan 1980 produksi batik sangat berkembang di pulau Jawa. Banyak pengusaha batik, baik yang memproduksi batik warna putih coklat-biru tua maupun batik ber warna yang merupakan hasil perkembangan batik saat itu. Adanya Kantor Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik dari Depertemen Perindustrian di Yogyakarta (dahulu namanya Balai Penelitian Batik Departemen Per industrian) memberikan dukungan yang berarti dalam perkembangan teknologi batik, sehingga jumlah pengusaha dan pemasaran batik tumbuh pesat pada periode itu. Peminat batik di masyara kat, baik muda maupun tua cukup besar. Para
8
TEKNIK DAN RAGAM HIAS BATIK
pengusaha melakukan pengembangan motif ba tik tulis dan terutama pengembangan motif batik cap. Penggunaan batik pun berkembang tidak hanya sebagai busana, tetapi juga dimanfaatkan untuk membuat bermacam-macam aksesori. Mulai tahun 1981 perkembangan batik me redup terutama yang dipakai untuk berbusana pakaian tradis ional, karena orang mencari praktisnya. Demikian pula kebudayaan kita yang sema kin berubah karena saat itu mulai berkembang teknologi informasi canggih sehingga menjadikan masyar akat mampu memperoleh informasi serba cepat dan ba nyak sehingga sangat mudah terjadi perubahan. Mobilitas me ningkat, pengaruh gaya hidup luar Indonesia sangat banyak, sampai-sampai kecintaan akan budaya sendiri sedikit luntur di antaranya mulai meninggalkan batik terutama yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Keberadaan batik dalam kehidupan masyara kat saat itu cenderung kurang menggembirakan, tidak dapat mengejar perkembangan dunia teks til, juga dari dunia seni, teknologi, desain dan lainnya. Meski demikian tidak dipungkiri ada be berapa orang yang sukses karena batik dan hal ini kelihatan akan selalu terjadi karena batik adalah kebudayaan asli Indonesia yang sangat melekat pada kehidupan masyarakatnya. Kain batik atau produk batik, baik yang di
tulis dengan canting, dicap dengan canting cap maupun dilukis dengan kuas, setelah diwarnai dan lilin sudah di-lorod (dihilangkan) hasilnya akan dinikmati oleh pemilik atau pembeli. Cara melihat dan memberi nilai suatu produk batik bi asanya dengan membuka lebar kain batik itu dan meletakkannya (membentangkan). Gambar suatu kain batik itu akan hidup atau mempunyai daya tarik sendiri. Indah tidaknya suatu batik dilihat dari segi keindahan warna, corak dan goresan li lin, lembutnya gambar dan kehalusan kain putih dasarnya. Pada setiap produk batik, goresan can ting dan tata warna dapat menunjukkan ornamen
makainya agak susah dan kurang praktis. Berkurangnya orang yang punya keahlian membatik tulis, membuat batik cap batik, mem buat alat cap batik dan pemakai batik, menjadi kan volume produksi batik sangat berkurang. Tetapi masalah itu sebenarnya telah diatasi de ngan produksi printing yang harganya sangat terjangkau oleh masyarakat meski kualitas hasil produknya jelas lain sekali dengan produksi batik asli. Di masyarakat saat ini ada beberapa kelom pok produsen berdasarkan permintaan batik yang berkembang, yaitu:
khas daerah masing-masing pembatiknya. Pada saat batik sedang di puncak, banyak sekali tumbuh produsen atau pengusaha batik untuk memenuhi permintaan pasar, baik pasar dalam maupun luar negeri. Batik dipergunakan masyarakat untuk berpakaian misalnya pakaian nasional wanita (pelengkap kebaya), kemeja la ki-laki, gaun wanita, celana panjang, selendang, menggendong anak, sarung, gordin, bantalan kursi, sarung bantal, sprei, bed cover dan lainlain. Kualitas batik bermacam-macam. Ada yang berkualitas kasar dan murah harganya, ada yang berkualitas sedang dengan harga menengah dan yang berkualitas halus dengan harga yang tentu nya mahal. Produksi batik dan penggunaannya, terutama batik tulis halus dan berkualitas bagus makin sedikit diminati masyarakat karena be berapa penyebab. Yang pertama karena mahal harganya dan penyebab yang lain karena peng gunaannya biasanya kain batik tulis halus beru pa kain sebagai busana nasional yang cara me
1. Kelompok aneka produk batik tulis halus 2. Kelompok produk batik tulis kasar dan batik cap 3. Kelompok aneka produk tekstil motif batik 4. Kelompok seni lukis batik Jika batik dijadikan identitas bangsa Indone sia, maka kebudayaan kriya batik perlu dipelihara dan dipertahankan. Caranya dapat dilakukan dari berbagai sudut, antara lain melestarikan penge tahuan tentang membatik dengan canting, pe ngetahuan tentang penggunaan canting cap dari tembaga, pengetahuan tentang proses pewarna an, juga cara-cara pembuatan canting tulis dan canting tembaga itu, serta hal-hal lain yang ber hubungan dengan batik.
BATIK DAN MEMBATIK - SEBAGAI PRODUK BUDAYA
9
MEMBATIK DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Perajin atau pengusaha batik tulis biasanya ting gal di kota. Yang mereka lakukan adalah proses pewarnaan dan proses lainnya sehingga kain menjadi kain batik siap pakai dan dijual. Para pe rajin di kota ini bekerja sama dengan pembatik di desa. Biasanya pembatik dari desa pergi ke kota untuk mengambil mori dari perajin/pengusaha di kota, baik mori yang sudah dicorek (digambari pola batik) maupun yang belum dicorek. Proses membatik mori dilakukan di desa, dimulai dari membatik klowong (ngengreng dan te rusa n), isen-isen dan cecek (ngengreng dan terusan), nembok (ngengreng dan terusan), sampai selesai. Selanjutnya dib aw a ke kota lagi untuk di kemb alikan atau disetor ke pemilik mori/pengusahanya. Upah membatik ada dua macam yang ditentukan oleh dua kondisi kehidupan pembatik, yaitu mereka yang bekerja sebagai pembatik untuk mendapat kan penghasilan utama dan mereka yang mem batik sebagai pekerjaan sambilan untuk mengisi waktu luang dari pekerjaan pokoknya (misalnya bertani). Upah membatik bagi orang-orang yang membatik sebagai pekerjaan utama untuk mem peroleh penghasilan, sangat ditentukan oleh pemesan/pengusaha. Pembatik tidak mengerti
10
TEKNIK DAN RAGAM HIAS BATIK
dan tidak dapat menghitung berapa seharus nya upah yang mereka terima. Jika ada kenaikan harga lilin, maka kenaikan harga lilin itu dipakai sebagai alasan untuk meminta kenaikan upah kerjanya. Para pembatik baru dapat memperoleh upahnya setelah satu kain batik selesai dibatik, dan ini dapat memakan waktu beberapa hari, jadi bukan berdasarkan upah harian. Hal inilah yang merupakan salah satu sebab mengapa tenaga pembatik menjadi berkurang k arena upah memb atik kurang menarik yang biasanya berupa upah harian. Mereka banyak yang lebih suka bekerja pada peng usaha kerajinan (kriya) lain bukan batik yang upahnya bisa diperoleh setiap hari atau bekerja di pab rik se bagai buruh. Membatik adalah ke giatan sebagai pengisi wakt u (pekerjaan sam bilan) di antara tugas pokoknya, tetapi juga menjadi hiburan bagi ibu-ibu yang mengang gur karena tidak mempunyai pekerjaan utama atau saat bukan waktun ya bertani di sawah/ tegalan. Bagi karyaw an keraton atau abdi dalem, membatik adalah pekerjaan sambilan nya di antara tugas utamanya di keraton maka besarnya upah membatik tidak diutamakan karena bukan merupakan penghasilan pokok.
UPAYA PELESTARIAN BATIK Batik Indonesia sangat dikagumi oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri. Telah diketahui bahwa proses membatik itu sangat rumit tetapi motif batik yang dihasilkan menjadi san gat indah dan mempunyai kekhasan khusus yang mencerminkan seni, budaya dan desain Indonesia. Indahnya dan hidupnya motif batik akan lebih terlihat dari hasil perpaduan proses pembatikan, pewarnaan serta kualitas kain putih nya. Banyak orang a sing yang tertarik untuk belajar membatik di Jawa karena sangat mengagumi indahnya batik. Pengaruh globalisasi dunia menyebabkan budaya luar banyak yang masuk ke Indonesia dan dampaknya akan mengesampingkan sebagia n budaya asli kita. Apalagi teknologi informasi dan komunikasi sudah sangat canggih seakan menjadi bagian dari kehidupan kita terutama di kotakota besar sehingga sangat sulit membendung pengaruh luar dan jika tidak diambil yang positif, sulit dapat dipadukan den gan perkembangan kebudayaan kita. Kemajuan teknologi dan informasi ini dimanfaatkan oleh pecinta batik sebagai sarana pemasaran dan perkembangan budaya batik. Walaupun begitu masih ada kehidupan di desa-desa di Indonesia yang belum terjangkau oleh teknologi modern karena kurangnya jari ngan komunikasi. Kondisi ini sebenarnya ada manfaatnya karena budaya asli desa-desa tidak atau belum luntur. Cara hidup orang desa masih
sederhana. Umumnya mereka mempunyai per adab an dan kebudayaan sendiri-sendiri. Di antara desa-desa tersebut masih ada yang kebudayaan hidupnya mencari nafkah dengan membatik walaupun sedikit. Sebenarnya pe kerjaan membatik saat ini kurang diminati lagi oleh masyarakat terutama oleh gene rasi mudanya meskipun banyak tenaga kerja yang menganggur. Mereka tidak lagi berminat membatik. Hal ini sangat disayangkan sehingga produksi batik sangat berkurang terutama batik tulis halus. Karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia, selain batik, pekerjaan lainpun kadang-kadang tidak dapat
BATIK DAN MEMBATIK - SEBAGAI PRODUK BUDAYA
11
dihayati. Untuk itu mereka perlu bimbingan dan penyuluhan. Kita sebagai generasi penerus kita diharapkan tetap bisa menjaga agar seni budaya batik jangan sampai hilang. Karena berkurangnya masyarakat yang punya keahlian membatik dan harga bahan-bahan untuk keperluan batik juga semakin mahal maka perda gangan produk batik makin kurang dan langka. Produksi batik tulis makin menyusut dan hanya terdapat di tempat-tempat tertentu dan terbatas. Produksi batik banyak mengarah pada seni kriya lukis. Batik tulis sebenarnya juga merupakan per wujudan dari seni kriya lukis yang penyelesaian nya melibatkan banyak tenaga kerja, oleh karena itu pelestariannya sangatlah penting. Batik adalah seni kriya tradisional yang sam pai sekarang masih bertahan dan diharapkan akan terus bertahan. Dengan berjalannya waktu akan timbul pembaharuan sehingga jumlah mo tif batik akan terus bertambah. Buku Teknik dan Ragam Hias Batik ini dapat dipakai sebagai pan duan dan semoga dapat memberikan dukungan untuk pertumbuhan kreatifivas seni kriya baik di bidang batik maupun lainnya. Contoh seni kriya yang bersumber dari batik telah dilaksanakan oleh pengusaha batik terkenal Iwan Tirta, berupa penerapan motif batik pada porselen dan dipakai di hotel-hotel, juga pada perak dan perhiasanperhiasan yang lain. Motif batik yang terdapat pada canting cap yang terbuat dari tembaga dapat dikembangkan untuk hiasan dinding, lam pu dinding, hiasan pagar rumah, hiasan pada railing tangga, hiasan meja tamu dan hiasan pada benda-benda fungsional lainnya.
12
TEKNIK DAN RAGAM HIAS BATIK
Salah satu cara pelestarian agar anak cucu dapat mengetahui, mempertahankan dan kreat if memanfaatkan seni kriya batik adalah mengajarkan seni kriya batik di sekolah-sekolah atau mendirikan kursus batik di luar sekolah. Ada pepatah “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” jadi seni kriya batik ini perlu diperkenalkan kepada anak-anak sedini mungkin, agar tidak punah. Apabila seni kriya batik yang meliputi per alatan, proses, bahan serta teknik pewarnaan diberi kan sebagai teori bagi para siswa dan dipraktikkan maka akan menghasilkan pengalaman pribadi siswa yang bermanfaat dan mengagumkan jika dapat direalisasikan. Misalnya ada sekolah kejuruan yang membuka jurusan seni kriya batik, maka akan diluluskan pelajar yang mempunyai keahlian membatik tulis dan suatu saat nanti akan dihasilkan tenaga yang menguasai teknologi pembuatan batik, tenaga pembuat canting cap batik dari tembaga dan tenaga-tenaga lain dalam proses pembatikan termasuk pembatik tulis halus. Dari manakah guru batik bisa didapatkan? Mungkin dapat diperoleh dari pengusaha-peng usaha batik, atau dari tenaga pembatik yang masih tersebar di desa-desa tempat batik-membatik ma sih merupakan budaya setempat. Dikhawatirkan tenaga-tenaga pembatik ini, baik tenaga batik tulis halus, tenaga batik cap atau tenaga kerja batik lainnya, akan semakin berkurang atau mungkin hilang sama sekali. Oleh karena itu sekolah kejuruan tentang batik dapat menjadi satu al tern atif untuk menghasilk an tenaga-tenaga yang memahami batik. Mereka dapat menjadi
pengusaha batik maupun pengusaha bahan dan alat batik, selain itu dapat juga sebagai tenaga kerja di bidang pembuatan batik, misalnya men jadi penjaga toko batik atau pengelola yang terampil dan mampu menjelaskan tentang kua litas batik. Makin awal keberadaan sekolah kejuruan seni kriya batik tentunya akan lebih baik dan bermanfaat, sebab saat ini belum terlalu sulit untuk mendapatkan guru yang memiliki keahlian yang berkaitan dengan batik. Demi pelestarian dan pengembangan batik sebagai warisan budaya bangsa yang adiluhung, mudah-mudahan pengadaan sekolah tersebut tidak terlambat. Sekarang ini sangatlah memprihatinkan bahwa motif-motif batik tidak dikenal lagi oleh sebagian besar generasi muda, walaupun itu mo tif-motif yang sangat sederhana seperti kawung, picis, parang rusak, sidoasih dan lain-lain. Dukungan yang diharapkan mempunyai ke kuata n dalam pelestarian batik adalah:
Selain itu, sebaiknya pemerintah menjadikan pengetahuan mengenai batik ini sebagai salah satu kurikulum di sekolah-sekolah kejuruan dan mendirikan lembaga pendidikan batik serta me rintis upaya memperoleh HAKI untuk ragam hias batik Indonesia.
2. MASYARAKAT PENCINTA BATIK
1. PEMERINTAH
Pecinta batik disarankan juga untuk ikut me lestarikan batik Indonesia. Misalnya mendirikan suatu lembaga di daerah mereka tinggal dengan tujuan utama melestarikan batik di daerahnya, membantu meluaskan pemasaran, melakukan pembinaan dan bimbingan di daerah-daerah pem
Pemerintah telah menganjurkan penggunaan batik sebagai identitas bangsa. Misalnya memakai pakaian batik pada hari-hari atau acara-acara tertentu, menggunakan batik sebagai dekorasi interior gedung, hotel atau tempat-tempat umum lainnya. Juga menciptakan sebuah lembaga yang bertugas mempromosikan batik melalui pameranpameran batik di seluruh kota-kota besar di Indo nesia, menggalakkan penggunaannya, meluask an pemasarannya dan lain-lain kegiatan yang dapat mendukung kelestarian batik di Indonesia.
batikan dengan cara musyawarah yang rasional, apa yang diinginkan oleh pembatik yang dipoles dengan bimbingan dari pencinta batik yang tentu saja tidak lepas dari kemajuan teknologi dan pemasaran, maka diharapkan penghasilan dari batik dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat desa. Misalnya potensi batik suatu daerah dapat dikembangkan, maka daerah ini dapat dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. Sebagai hamba Allah, pencinta batik diamanahkan membangun kemakmuran di desa-desa pembatikan.
BATIK DAN MEMBATIK - SEBAGAI PRODUK BUDAYA
13
BATIK Arti batik adalah melekatkan lilin pada kain putih sebelum kain tersebut diberi warna. Cara pelekatan lilin ini ada bermacam-macam, yaitu menggunakan alat canting untuk menggores足 kan lilin panas, canting cap atau kuas untuk mendapatkan gambaran motif batik. Sedangkan membatik adalah melakukan pekerjaan menggambar/melukis kain putih dengan lilin (panas) menggunakan alat canting. Ada beberapa istilah dalam membatik, seperti
14
TEKNIK DAN RAGAM HIAS BATIK
membatik klowong yaitu menggambar dengan lilin klowong menggunakan canting klowong, membatik tembokan yaitu membatik untuk menutup bagian kain yang diinginkan tetap berwarna putih dengan memakai lilin tembok menggunakan canting tembokan, membatik mbironi yaitu membatik untuk menutup ba足 gian warna biru pada motif kain. Membatik granit yaitu membatik untuk membuat cecek pada garis klowong suatu motif batik.
DaftarPustaka 1. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan Dan Batik Yogyakarta.1991. Pengetahuan Zat-Zat Warna Batik 2. Balai Penelitian Batik & Kerajinan Yogyakarta.1979. Buku Penuntun Batik 3. Himpunan Wastraprema Jakarta. 1990. Sekaring Jagad Ngayogyakarta Hadiningrat 4. Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Teknologi Kerumahtanggaan dan Kejuruan Kemasyarakatan Jakarta.1979. Pola-Pola Batik dan Pewarnaan, 5. Soekamto Chandra Irawan. 1984. Batik Dan Membatik. Jakarta. CV. AKADOMA 6. Departemen Perindustrian, Proyek Bimbingan dan Perkembangan Industri Kecil. Tehnik Membuat Batik Tradisionil Dan Batik Modern. Seri BIPIK 20 7. Susanto S.K. Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik Dan Kerajinan 8. Soemarto, Soeparman Hadi dan S.Soetopo. 1953. Penuntun Batik, Balai Penyelidikan Batik.
572
TEKNIK DAN RAGAM HIAS BATIK