“MEMBANGUN AGROINDUSTRI DALAM RANGKA MENDUKUNG PEREKONOMIAN NASIONAL”
Salah satu kunci keberhasilan suatu negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya adalah kemampuan untuk mengelola keunggulan komparatif yang dimiliki. Indonesia sejak dahulu kala dikenal sebagai negara agraris. “…orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman…”, demikian cuplikan salah satu lirik lagu Koes Plus, seniman musik terkenal Indonesia,
sebagai kiasan untuk
mendeskripsikan betapa suburnya lahan pertanian Indonesia.1 Merujuk pada pernyataan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, luas lahan pertanian Indonesia pada 2018 kurang lebih sekitar 7,1 juta hektar. Angka luas lahan tersebut diperoleh dengan metodologi Kerangka Sampel Area (KSA) menggunakan data hasil citra satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Informasi Geospasial (BIG).2 Adapun yang menjadi komoditas unggulan di sektor pertanian antara lain buah kakao, karet, kelapa sawit, tembakau, tebu, serta gandum.3 Agar keunggulan Indonesia di sektor agraria lebih berdaya guna, yakni komoditas pertanian yang dimiliki dapat melalui proses pengolahan lebih lanjut sehingga menjadi produk siap pakai dan memiliki nilai tambah (added value), maka dibutuhkan industrialisasi di sektor pertanian. Inilah yang disebut sebagai konsep agroindustri. Secara spesifik, agroindustri didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang teknologi dan industri yang digunakan untuk mengolah hasil pertanian pasca panen.4 Sektor agroindustri di Indonesia berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagai pengalaman empirik, ketika krisis ekonomi (sebagian orang menyebutnya sebagai krisis moneter) melanda Indonesia pada 1997-1998, agroindustri menjadi sektor industri yang tetap survive dan mengalami pertumbuhan ketika sektor industri lainnya berjatuhan. Kelompok agroindustri yang tetap mengalami
“Lirik Lagu Kolam Susus Koes Plus”, diunduh dari https://lirik.kapanlagi.com/artis/koes-plus/kolamsusu/, pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 11.00 WIB. 2 “BPS Sebut Luas Lahan Pertanian Kian Menurun”, diunduh dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181025153705-92-341433/bps-sebut-luas-lahanpertanian-kian-menurun, pada tanggal 22 Juni 2019, pada pukul 11.36 WIB. 3 “10 Produk Unggulan Agroindustri Indonesia”, diunduh dari http://www.agroindustri.id/produkunggulan-pegolahan-agroindustri-indonesia/, pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 11.39 WIB. 4 “Pengertian Agroindustri, Agrobisnis, dan Agroteknologi”, diunduh dari http://www.agroindustri.id/pengertian-agroindustri-agribisnis/, pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 11.48 WIB. 1
1
pertumbuhan antara lain industri yang berbasis kelapa sawit, ubi kayu, dan ikan. Kemampuan sektor agroindustri untuk berkembang di masa krisis terjadi karena sektor ini tidak tergantung pada bahan baku dan bahan tambahan impor, serta memiliki peluang pasa ekspor yang besar. Di sinilah sektor ini memainkan perannya dalam mendukung perekonomian nasional. Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditarik sebuah konklusi bahwa keunggulan Indonesia di sektor pertanian akan bermanfaat dalam mendukung perekonomian nasional apabila dikelola dengan baik. Salah satu bentuk manajemen sektor
pertanian
adalah
dengan
memanfaatkan
teknologi
dan
melakukan
industrialisasi di sektor tersebut atau dikenal dengan istilah agroindustri. Kontribusi sektor agroindustri dalam mendukung perekonomian nasional dapat dilihat dari kapabilitas sektor ini dalam menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki pembagian pendapatan masyarakat, serta menciptakan sektor pertanian yang tangguh dan terampil.5 Namun demikian, tidak dimungkiri bahwa kinerja sektor ini dalam menopang perekonomian dan pembangunan nasional perlu lebih dioptimalkan kembali merujuk pada masih adanya kendala-kendala dalam dinamika operasional. Kendala-kendala tersebut antara lain, pertama, kapabilitas dalam mengolah produk yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya komoditas pertanian yang diekspor dalam bentuk bahan mentah (raw materials), bukan produk jadi atau barang siap pakai. Kedua, masih terkait dengan permasalahan pertama, orientasi dalam pemasaran produk agroindustri masih terfokus pada pasar dalam negeri, sehingga eksistensi produk agroindustri Indonesia di luar negeri belum terlalu dikenal. Ketiga, investasi asing di sektor ini masih sedikit. Investasi asing yang dimaksudkan di sini tentu saja investasi asing yang bermanfaat secara positif baik bagi sektor agroindustri itu sendiri, maupun perekonomian nasional secara keseluruhan. Sehingga dengan merujuk pada tantangan, hambatan, dan kendala tersebut di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Bagaimana Membangun Sektor Agroindustri dalam Mendukung Perekonomian Nasional?�
“Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional�, diunduh dari http://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/viewFile/1723/1173, pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 12.09 WIB. 5
2
David Ricardo mengemukakan sebuah teori yang dikenal sebagai teori keunggulan komparatif sebagai antitesis terhadap teori yang telah dikenal sebelumnya, yakni teori keunggulan mutlak. Bisa dikatakan bahwa teori yang ia cetuskan ini merupakan pelengkap dan perbaikan terhadap teori yang telah ada sebelumnya. Teori keunggulan komparatif menekankan bahwa spesialisasi dapat meningkatkan efisiensi produksi. Negara dianjurkan untuk melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor produk yang mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor produk yang tidak memiliki keunggulan komparatif. Dengan spesialisasi pada beberapa produk berarti tidak melakukan produksi pada barang-barang lainnya. Dengan demikian, perdagangan antar negara yang terjadi menjadi sangat esensial. Negara atau perusahaan akan fokus pada produksi komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain. Teori keunggulan komparatif juga menyatakan bahwa perdagangan masih bisa terjadi dan menguntungkan antar dua negara meskipun hanya satu negara yang mempunyai keunggulan mutlak pada kedua jenis barang.6 Terkait dengan tema yang diangkat dalam penulisan ini, teori yang dikemukakan oleh David Ricardo ini memiliki relevansi yang sangat kuat. Pertama, konsepsi negara agraris merupakan sebuah fakta bahwa sektor pertanian merupakan atribut nasional sekaligus keunggulan nasional negara Indonesia yang harus dimanfaatkan dan diberdayakan secara optimal guna menyokong perekonomian dan pembangunan nasional. Pada tataran yang lebih lanjut, merujuk pada sirkumstansi perdagangan internasional, teori keunggulan komparatif ini memberikan semacam panduan agar pemanfaatan komoditas pertanian Indonesia harus mengacu pada sistem komparatif agar lebih menguntungkan. Produk agroindustri yang memiliki keunggulan komparatif tinggi selaiknya diekspor agar dapat berkontribusi dalam bentuk penerimaan devisa bagi negara. Penerapan sistem komparatif dalam manajemen agroindustri juga dapat meningkatkan daya tahan komoditas agroindustri sendiri dalam level perdagangan internasional, di samping fungsionalisasinya dalam memenuhi kebutuhan domestik. Bagian Pembahasan ini akan mengupas secara terperinci mengenai permasalahanpermasalahan yang muncul di seputar isu pembangunan sektor agroindustri dalam
“Pengertian, Teori Keunggulan Mutlak, Komparatif�, diunduh dari https://ardra.biz/ekonomi/ekonomiinternasional/teori-keunggulan-mutlak-komparatif/, pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 14.08 WIB. 6
3
mendukung perekonomian nasional, beserta alternatif solusi yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan nasional. Alternatif solusi yang ditawarkan akan merujuk pada kondisi faktual serta teori seperti yang dipaparkan pada landasan teoritis, sebagai berikut:
a) Pengelolaan Komoditas Pertanian Menjadi Produk Siap Pakai atau Barang Jadi Guna Menciptakan Nilai Tambah Perdagangan; Salah satu permasalahan utama yang dimiliki oleh sebuah negara berkembang adalah penguasaan sumber kekayaan alam yang melimpah, namun minim ilmu pengetahuan serta teknologi untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi bagi mendukung industrialisasi dan perekonomian nasional. Indonesia saat ini tidak bisa lagi dikatakan sebagai negara berkembang, tapi sudah bergerak maju sebagai negara kekuatan dunia yang potensial, setara dengan negara-negara lainnya seperti Brasil, Rusia, India, bahkan Tiongkok. Hanya saja dengan atribut sedemikian rupa, permasalahan klasik dalam pengelolaan sumber kekayaan alam, yakni minimnya penguasaan teknologi masih belum bisa diselesaikan. Sebagai konsekuensinya, komoditas-komoditas di sektor agroindustri masih diekspor dalam bentuk barang mentah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah dengan indeks retensi pengolahan sebesar 71-75 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya sebesar 25-29 persen saja produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan.7 Kondisi sedemikian berdampak pada terjadinya opportunity loss karena total keuntungan yang sejatinya diperoleh akan lebih besar apabila barang mentah tersebut dikonversi menjadi produk siap pakai atau barang jadi. Untuk menyikapi kondisi ini, dibutuhkan investasi dalam bentuk teknologi pengolahan komoditas, khususnya komoditas-komoditas yang memiliki keunggulan komparatif. Investasi ini harus disokong oleh pemerintah dengan mengacu pada basis kondisi finansial dan kebutuhan para pelaku industri.
b) Pemasaran Produk Agroindustri Yang Berorientasi Ekspor;
“Agroindustri�, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agroindustri, pada tanggal 22 Juni 2019, pukul 14.29 WIB. 7
4
Salah satu manfaat yang diperoleh dari perdagangan internasional adalah dicapainya surplus perdagangan sehingga akan memberikan pemasukan atau pendapatan kepada negara dalam bentuk devisa. Pada dasarnya produksi barang dan jasa di suatu negara ditujukan pertama dan utama bagi kebutuhan domestik, yakni pemenuhan bagi kebutuhan publik di dalam negeri. Namun apabila kapasitas produksi telah semakin besar dan tercipta kondisi surplus produksi, maka opsi ekspor adalah pilihan yang tepat karena dapat memberikan keuntungan tambahan yang besar. Ada beberapa faktor yang menyebabkan komoditas agroindustri Indonesia belum cukup tangguh sebagai produk ekspor. Pertama, orientasi para pelaku sektor industri masih bersifat inward looking. Hal ini bisa terjadi karena kendala internal pada pelaku industri itu sendiri, atau hambatan-hambatan eksternal lainnya. Kedua, penguasaan teknologi hasil pertanian yang belum memadai. Sebagai konsekuensinya, pola ekspor ditempuh tapi bukan dalam kondisi produk siap pakai atau barang jadi, melainkan komoditas mentah tanpa nilai tambah. Terakhir, kendala yang sifatnya eksternal seperti restriksi dari kompetitor di luar negeri. Produk olahan kelapa sawit Indonesia misalnya, mendapat hambatan di negara lain karena dianggap tidak sehat, dan diproduksi dengan terjadi banyak pelanggaran hak asasi manusia. Menyikapi kondisi ini, yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah pendidikan, pembinaan, serta pemberdayaan secara berkelanjutan terhadap para pelaku industri melalui instansi terkait. Diperlukan perubahan orientasi atau cara pandang dalam berbisnis, dukungan dana serta teknologi agar mereka lebih berdaya saing. Dalam level eksternal, perlu diperkuat kerja sama dengan negara lain serta rezim perdagangan yang berlaku agar lebih mendukung operasionalisasi perdagangan Indonesia di panggung internasional.
c) Investasi Asing sebagai Katalisator Pengembangan Sektor Agroindustri; Investasi merupakan salah satu kunci untuk melakukan percepatan pada sebuah industri, baik dalam konteks kapasitas produksi dan distribusi, skala bisnis, maupun profitabilitas yang dicapai. Investasi yang dimaksudkan di sini adalah investasi yang sifatnya padat modal dan padat karya, serta bermanfaat bagi kemandirian ekonomi nasional.
5
Sektor agroindustri merupakan sektor yang potensial karena belum dilirik dan dijadikan mitra kerja sama oleh para investor dari negara lain. Kondisi ini berbeda apabila kita bandingkan dengan sektor usaha manufaktur lainnya semisal industri otomotif, tekstil dan alas kaki, bahkan industri obat-obatan. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah mekanisme diplomasi ekonomi yang sistematis dan efektif di panggung internasional agar sektor ini menjadi menarik dan diminati oleh para investor. Selain itu, jika kerja sama perdagangan dilakukan nantinya, diharapkan terjadi imbal balik dalam bentuk alih teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat berjalan secara simetris sehingga problematika lainnya di sektor ini terkait dana dan minimnya penguasaan teknologi juga turut dapat diselesaikan dengan baik. Keunggulan komparatif sebuah negara, terlebih lagi berada pada kuadran gatra statis seperi sumber kekayaan alam yang melimpah, sudah seyogianya dioptimalkan guna mendukung pembangunan dan kokohnya perekonomian nasional. Atribut nasional sebagai negara agraris akan memiliki arti yang signifikan tatkala negara tersebut memiliki komoditas pertanian yang diunggulkan, serta mampu memenuhi kebutuhan baik domestik maupun pasar internasional. Oleh sebab itu, yang menjadi kunci tentu saja proses industrialisasi dan teknologi yang dipakai agar komoditas pertanian tersebut memiliki nilai tambah dan daya saing. Sektor agroindustri Indonesia memiliki keunggulan, seperti daya lenting yang kuat ketika dihantam oleh krisis finansial pada 1998. Hanya saja optimalisasi perlu dilakukan dengan merujuk pada penanganan terhadap kendala-kendala operasional yang ada. Oleh sebab itu, dibutuhkan cetak biru yang jelas mengenai arah pembangunan sektor agroindustri ke depan, serta komitmen dan usaha keras baik dari pelaku usaha maupun pemerintah sebagai pelindung dan perumus kebijakan. Dengan demikian, ekspektasi publik bahwa sektor ini dapat mendukung perekonomian nasional akan menemui titik temunya.
Daftar Pustaka: “Lirik Lagu Kolam Susus Koes Plus�, diunduh dari https://lirik.kapanlagi.com/artis/koes-plus/kolam-susu/ “BPS Sebut Luas Lahan Pertanian Kian Menurun�, diunduh dari https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181025153705-92-341433/bps-sebutluas-lahan-pertanian-kian-menurun 6
“10 Produk Unggulan Agroindustri Indonesia”, diunduh dari http://www.agroindustri.id/produk-unggulan-pegolahan-agroindustri-indonesia/ “Pengertian Agroindustri, Agrobisnis, dan Agroteknologi”, diunduh dari http://www.agroindustri.id/pengertian-agroindustri-agribisnis/ “Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional”, diunduh dari http://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/viewFile/1723/1173 “Pengertian, Teori Keunggulan Mutlak, Komparatif”, diunduh dari https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-internasional/teori-keunggulan-mutlak-komparatif/ “Agroindustri”, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agroindustri
7