Mendorong Kemajuan Sektor Pariwisata Indonesia

Page 1

Mendorong Kemajuan Sektor Pariwisata Indonesia Posted October 20, 2016 in Opini Oleh : Boy Anugerah

Indonesia saat ini memasuki periode yang kurang menguntungkan. Kondisi perekonomian nasional tidak begitu kondusif. Kebijakan pengampunan pajak yang terus dikebut pemerintah, serta efisiensi anggaran di seluruh birokrasi menjadi indikatornya. Dua kebijakan tersebut patut mendapat apresiasi sebagai wujud eksistensi negara untuk menjamin kelangsungan perekonomian nasional. Namun demikian, sesungguhnya pemerintah tak kekurangan amunisi untuk menarik pendapatan sebanyak-banyaknya. Sektor pariwisata di negeri ini yang belum tergarap optimal dapat menjadi ladang devisa penopang sektor perekonomian nasional apabila digarap secara lebih serius. Sektor pariwisata Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan sejak 2007, meskipun masih bersifat fluktuatif. Rata-rata tingkat pertumbuhan jumlah kunjungan sejak 2007 hingga 2015 mencapai angka 0,8 persen. Angka pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2008, yakni sebesar 12,7 persen, sementara angka pertumbuhan terendah terjadi pada 2009 sebesar 1,6 persen. Tahun ini diperkirakan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini bisa dilihat pada capaian selama tujuh bulan pertama 2016. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Juli 2016 yang melalui 19 pintu utama, pintu lainnya, serta pos lintas batas (PLB) naik sebesar 17,68 persen dibandingkan dengan angka pada bulan yang sama di tahun sebelumnya. Secara kumulatif, pada tujuh bulan pertama 2016, jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia menembus angka 6,32 juta kunjungan atau naik sebesar 7,64 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, kondisi menggembirakan juga terjadi pada tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di 27 provinsi di Indonesia. TPK hotel berbintang pada Juli 2016 secara rata-rata mencapai 53,77 persen dibandingkan dengan TPK bulan Juli 2015.


Kenaikan ini belum menghitung tingkat hunian di penginapan berbiaya murah seperti hotel melati dan hostel untuk para backpacker mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Dalam skala nasional, beragam kenaikan tersebut menjadi kabar yang menggembirakan bagi para pelaku sektor pariwisata dalam negeri. Namun dalam skala regional, yakni di level Asia Tenggara, baik pemerintah, maupun sektor swasta tampaknya harus lebih banyak menyingsingkan lengan baju agar Indonesia menjadi negara yang terdepan di sektor pariwisata. Indonesia masih kalah jauh apabila dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, apalagi Thailand. Saat ini, Thailand masih merajai sektor pariwisata Asia Tenggara dengan capaian 29,9 juta turis pada 2015. Thailand mampu menyalip Malaysia yang selama bertahun-tahun mendominasi sektor pariwisata kawasan. Capaian Thailand di 2015 lebih besar 0,8 juta wisatawan mancanegara dari capaian Malaysia. Urgensi Sektor Pariwisata// Secara faktual, Indonesia tak tinggal diam dalam memajukan sektor pariwisata nasional. Beragam kebijakan ditempuh pemerintah agar keunggulan wisata dan budaya Indonesia dikenal masyarakat internasional secara luas. Salah satu kebijakan yang kesohor adalah kebijakan bebas visa kunjungan untuk maksimal 30 hari. Kebijakan ini direspon dengan baik oleh dunia internasional, bukan saja mampu mengerek jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, tapi juga menuai pujian dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO). Tak tanggung-tanggung, UNWTO menyebut Indonesia bisa menjadi contoh bagi dunia. Lebih lanjut, UNWTO menegaskan bahwa pengembangan sektor pariwisata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan pekerjaan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam perspektif studi hubungan internasional, kapasitas suatu negara tidak hanya diukur dari seberapa tangguh kekuatan militer, besarnya skala perekonomian, serta eksistensi dan pengaruh di panggung internasional saja, tapi juga ditentukan oleh seberapa jeli negara tersebut mengeksplorasi keunggulan inheren yang dimiliki. Beberapa puluh tahun yang silam, bapak bangsa Indonesia, Soekarno, menyebutkan bahwa hendaknya bangsa Indonesia berfikir apa yang menjadi penyebab bangsa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jepang datang berbondong-bondong ke tanah air. Indonesia bak gadis seksi di mata negara-negara tersebut. Bukan saja memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah dalam bentuk rempahrempah, minyak bumi, dan gas alam saja, tapi juga aspek kultural yang begitu mempesona. Ini jugalah yang melatari Bung Besar menyerukan Trisakti, yang salah satu bunyinya adalah Indonesia harus berkepribadian di bidang budaya. Indonesia harus mampu memahami, meresapi, dan memelihara budaya bangsa yang adiluhung.


Dalam sudut pandang ketahanan nasional, tangguhnya sektor budaya, dalam hal ini pariwisata Indonesia dapat menjadi faktor pendorong kemajuan di sektor perekonomian, penguatan ideologi, serta penyulam persatuan dan kesatuan. Di sisi ekonomi, sektor pariwisata dapat mendukung kelangsungan hidup usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia. Gubernur BI, Agus Martowardojo menyatakan bahwa UKM berkontribusi sebesar 60,3 persen terhadap PDB sektor wisata dan mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja industri tersebut. Di sisi ideologi, memajukan pariwisata dalam negeri merupakan konkretisasi semangat nasionalisme yang kita miliki. Aspek budaya dan wisata juga dapat menjadi katalis untuk merajut persatuan dan kesatuan. Tak luntur dalam memori kita betapa geramnya rakyat negeri ini ketika angklung, batik, dan Reog Ponorogo diklaim sebagai budaya bangsa lain. Kebijakan Pariwisata Nasional Ibarat bertempur, pemerintah maupun masyarakat harus menerapkan strategi perang total agar sektor ini benar-benar bergigi dalam menopang perekonomian nasional dan menjadi leading sector di kawasan. Kita tak perlu sungkan untuk belajar dari kemajuan di negeri jiran. Pengalaman penulis ketika berkunjung ke Thailand beberapa bulan yang silam menunjukkan bahwa negeri Gajah Putih tersebut memang benar-benar siap memenangkan persaingan. Sarana pendukung turisme seperti peta turis, pamflet dan brosur-brosur wisata selalu tersedia di pintu masuk kedatangan Bandara Suvarnabhumi dan Dong Mueang. Pemerintah Thailand juga melengkapi pintu-pintu kedatangan tersebut dengan fasilitas penukar uang dan travel tour khusus turis dalam jumlah berlimpah. Untuk penginapan, mereka paham bahwa tak semua wisatawan mancanegara berduit tebal. Oleh sebab itu mereka memprioritaskan pembangunan hostel-hostel berbiaya murah untuk tamu asing di setiap titik kota, tidak hanya tempat-tempat wisata. Yang lebih mengagumkan, para pengemudi transportasi publik, baik konvensional maupun online memiliki kecakapan tinggi dalam berbahasa Inggris. Bebera kalau perlu dimodifikasi agar lebih maju. Selain itu, dalam konteks yang lebih luas, pemerintah Indonesia melalui instansi terkait perlu mendorong objek-objek wisata non-arus utama agar lebih dikenal. Indonesia hanya dikenal melalui Bali, Lombok, dan Raja Ampat saja. Padahal negeri ini masih memiliki objek wisata pilih tanding lainnya yang tersebar di setiap provinsi. Diplomasi people to people contact juga perlu dikedepankan.


Melalui ajang Puteri Indonesia atau ekspedisi kelompok budaya misalnya, para peserta dituntut untuk lebih vokal dalam menjual daya tarik Indonesia di setiap ajang internasional yang mereka ikuti. Melalui beragam strategi tersebut, harapan majunya sektor pariwisata yang dapat menopang perekonomian nasional akan menjadi sebuah keniscayaan.

*)Penulis Alumnus Program Magister Ketahanan Nasional UI, Analis Kerja Sama Luar Negeri di Lemhannas RI


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.