Tantangan Implementasi Revolusi Industri 4.0.

Page 1

“TANTANGAN PENERAPAN INDUSTRI 4.0.”

Dewasa ini terminologi industri 4.0. begitu mengemuka dan menjadi perbincangan banyak pihak. Istilah ini pertama kali disuarakan pada Hannover Fair pada 4 s.d. 8 April 2011 yang silam. Istilah ini digunakan oleh Pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya melalui penggunaan teknologi. Dalam konteks industri 4.0., para pelaku dunia industri membiarkan komputer saling terhubung dan terkoneksi satu sama lain dengan meminimalisasi campur tangan manusia dalam pembuatan keputusannya.1 Revolusi industri 4.0. memiliki empat prinsip yang memungkinkan setiap perusahaan untuk mengidentifikasi dan merealisasikan berbagai skema industri 4.0., yakni; (a) Interoperabilitas (kesesuaian), merupakan kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk terhubung dan saling berkomunikasi satu sama lain melalui media internet untuk segalanya atau internet untuk khalayak, (b)

Transparansi

Informasi,

yakni

kemampuan

sistem

informasi

untuk

menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor, (c) Bantuan Teknis, serta (d) Keputusan Mandiri, yakni kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan dan melakukan tugas semandiri mungkin.2 Banyaknya manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan industri 4.0. membuat Pemerintah merespons fenomena ini dengan sigap. Pada 2018 yang lalu, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan peta jalan dan strategi Indonesia untuk menerapkan revolusi industri jilid 4. Peta jalan dan strategi ini dinamai sebagai Making Indonesia 4.0. yang diharapkan dapat memberikan arah bagi pergerakan industri nasional di masa depan.3 Dalam melaksanakan peta jalan tersebut, yang ditunjuk

sebagai

leading

sector

adalah

Kementerian

Perindustrian

RI

(Kemenperin RI) dengan merangkul berbagai stakeholder lainnya seperti institusi

“Apa Itu Industri 4.0. dan Bagaimana Indonesia Menyongsongnya?”, diunduh dari https://www.tek.id/tek/apa-itu-industri-4-0-dan-bagaimana-indonesia-menyongsongnya-b1Xbl9d4L, pada tanggal 9 Juli 2019, Pukul 10.20 WIB. 2 “Revolusi Industri 4.0: Pengertian, Prinsip, dan Tantangan Generasi Milenial”, diunduh dari https://www.maxmanroe.com/revolusi-industri-4-0.html, pada tanggal 9 Juli 2019, Pukul 10.37 WIB. 3 “Presiden Jokowi Luncurkan Roadmap Revolusi Industri 4.0.”, diunduh dari https://bisnis.tempo.co/read/1076107/presiden-jokowi-luncurkan-roadmap-revolusi-industri-40/full&view=ok, pada tanggal 9 Juli 2019, Pukul 10.47 WIB. 1

1


pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, serta lembaga riset dan pendidikan. Untuk melakukan akselerasi penerapan, pemerintah telah menempuh langkahlangkah strategis seperti peluncuran Indonesia Industry 4.0. Readiness Index (INDI 4.0.) atau indikator penilaian tingkat kesiapan industri di Indonesia dalam menerapkan teknologi era industri 4.0. Tahap awal ini telah diikuti oleh 326 perusahaan industri dari sektor industri makanan dan minuman, tekstil, kimia, otomotif, elektronika, logm, aneka, serta Engineering, Procurement, and Construction (EPC). Selain itu, Indonesia juga hendak menunjukkan kapasitas di bidang industri manufaktur dengan menjadi negara mitra pada Hannover Messe 2020 di Jerman.4 Mengacu pada studi yang dilakukan oleh McKinsey, penerapan industri 4.0. dapat meningkatkan nilai tambah terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Nasional sebesar USD 120-125 Miliar pada 2025 mendatang. Selain itu, optimalisasi penerapan industri 4.0. juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 1-2 persen. Peningkatan pertumbuhan ekonomi inilah yang dapat memberikan dampak langsung dan signifikan dalam mendukung daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang dinyatakan dalam latar belakang bahwa Indonesia berpotensi meraup PDB sebesar USD 125 Miliar pada 2025 melalui penerapan industri 4.0. Menurut prediksi McKinsey & Company, sektor yang mendapatkan pengaruh terbesar dan berpotensi mendapat tambahan sebesar USD 34 Miliar adalah sektor manufaktur. Adapun sektor lain yang mendapatkan manfaat antara lain sektor ritel, transportasi, pertambangan, agrikultur, teknologi informasi dan komunikasi, fasilitas kesehatan, sektor publik, dan sektor finansial.5 Untuk merealisasikan target dan prediksi tersebut, maka menjadi sebuah keharusan bagi Pemerintah Indonesia untuk menyikapi dan menangani berbagai kendala yang kompleks terkait penerapan industri ini dengan merumuskan strategi besar yang dijalankan secara sinergis antara pemerintah, pelaku industri,

“Indonesia Makin Mantap Menyongsong Revolusi Industri 4.0.�, diunduh dari https://nasional.tempo.co/read/1195964/indonesia-makin-mantap-menyongsong-revolusi-industri-40/full&view=ok, pada tanggal 9 Juli 2019, Pukul 11.02 WIB. 5 “Ini Tantangan dan Solusi Dalam Implementasi Industri 4.0.�, diunduh dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20181210/257/868196/ini-tantangan-dan-solusi-dalam-implementasiindustri-4.0, pada tanggal 9 Juli 2019, pukul 11.21 WIB. 4

2


serta pemangku kepentingan lainnya. Beragam kendala tersebut antara lain iklim industri dalam negeri yang belum adaptif sepenuhnya terhadap perubahan pesat di bidang teknologi, sumber daya manusia yang belum kompetitif, penguasaan teknologi yang belum mutakhir, semangat kewirausahaan yang masih harus terus dikembangkan, serta upaya mewujudkan birokrasi pemerintah yang bersih sehingga dapat menjadi daya tarik masuknya investasi asing di Indonesia. Dengan demikian yang menjadi perumusan masalah dan pertanyaan penelitian dalam penulisan ilmiah ini adalah “Bagaimana Indonesia Menghadapi Tantangan Penerapan Industri 4.0.?�. Pertanyaan tersebut akan dijawab dengan menggunakan sebuah teori sebagai kerangka teoritis serta data-data faktual yang mendukung sehingga bisa dirumuskan solusi atau rekomendasi kebijakan kepada para pemangku kepentingan terkait. Industri 4.0. merupakan salah satu produk era globalisasi yang paling mutakhir. Sejatinya fenomena ini merupakan kelanjutan dari industri generasi-generasi sebelumnya (Industri 1.0., 2.0., dan 3.0.). Globalisasi sendiri merupakan sebuah fenomena masif yang sangat identik dengan penggunaan teknologi tinggi di bidang komunikasi, transportasi, serta komunikasi. Karena berasosiasi dengan globalisasi, maka implementasi atau penerapan dari industri 4.0. dapat dipelajari tantangan, hambatan,

kendala, termasuk perumusan

solusinya

dengan

mengidentifikasi fenomena globalisasi itu sendiri, termasuk beragam karakteristik dan manifestasinya. Menurut Scholte, globalisasi merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi lintas batas nasional dan regional. Hal ini terwujud melalui pergerakan barang, informasi, jasa, modal dan tenaga kerja melalui perdagangan dan investasi. Beberapa terminologi lainnya yang terkait erat dengan globalisasi di antaranya internasionalisasi, liberalisasi, universalisasi, westernisasi, serta hubungan transplanetari dan suprateritorialiti.6 Bagian

Pembahasan

ini

akan

mengupas

secara

terperinci

mengenai

permasalahan-permasalahan yang muncul terkait upaya untuk menghadapi tantangan, hambatan, serta kendala dalam penerapan industri 4.0. di Indonesia.

“Konsep dan Teori Globalisasi�, diunduh dari http://repository.radenintan.ac.id/1356/15/13._AZHAR_BAB_II_edit_new.pdf, pada tanggal 9 Juli 2019, pukul 12.09 WIB. 6

3


Alternatif solusi yang ditawarkan akan merujuk pada kondisi faktual serta teori seperti yang dipaparkan pada landasan teoritis, sebagai berikut:

a) Perumusan Peta Jalan Penerapan Industri 4.0. serta Metode Problem Identification and Corrective Action (PICA) Sebagai Upaya Responsif Dalam Penanganan Kendala Implementasi Merujuk pada hasil riset McKinsey and Company, beberapa permasalahan krusial dalam penerapan industri 4.0. di kebanyakan negara yang berinisiatif menjalankannya adalah kesulitan dalam merancang dengan jelas peta jalan untuk bertumbuh pada skala besar, data-data yang tersimpan secara terpisah sebagai patokan atau landasan, serta platform yang sesuai untuk melakukan integrasi.7 Indonesia sendiri sudah merumuskan peta jalan dan strategi untuk penerapan konsepsi tersebut. Dalam inisiatif tersebut, adapun yang menjadi goals Indonesia antara lain menjadi 10 besar kekuatan ekonomi dunia berdasarkan PDB, menggandakan rasio produktivitas terhadap biaya, mendorong ekspor netto menjadi 10 persen terhadap PDB, serta menganggarkan 2 persen dari PDB untuk penelitian dan pengembangan.8 Namun demikian, yang menjadi kesulitan dan tantangannya adalah adalah meyakinkan dunia industri serta mempersiapkan kapasitas dunia industri sendiri dalam menjalankan strategi tersebut. Keyakinan dan kapasitas dunia industri dalam negeri sendiri terletak pada kemampuan finansial, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, serta kapasitas para pelakunya dalam menghadapi risiko yang mungkin timbul. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai pendorong dan katalisator program ini seyogianya memberikan dukungan penuh, termasuk dalam monitoring dan evaluasi terhadap kendala yang muncul dalam dinamikanya. Harapannya akan tercipta sinergi yang kohesif dalam merespons dan menangani kendala yang ada.

“Ini 6 Hambatan Pengembangan Industri 4.0. di Indonesia�, diunduh dari https://www.merdeka.com/uang/ini-6-hambatan-pengembangan-industri-40-di-indonesia.html, pada tanggal 9 Juli 2019, pukul 12.19 WIB. 8 “Making Indonesia 4.0.�, diunduh dari http://www.kemenperin.go.id/download/18384, pada tanggal 9 Juli 2019, pukul 12.25 WIB. 7

4


b) Menciptakan

Iklim

dan

Ekosistem

Inovasi

Yang

Menunjang

Implementasi Industri 4.0. di Indonesia Globalisasi melalui kecepatan dalam mengakses dan menggunakan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi menyuguhkan tantangan tersendiri bagi para pelaku industri, khususnya industri kecil dan menengah yang begitu dinamis. Dalam dunia industri, kecakapan dalam mengidentifikasi dan merespons perubahan adalah harga mati. Oleh sebab itu, sebagai strategi komprehensif untuk menghadapinya, dibutuhkan inovasi dan kreativitas yang bersifat berkesinambungan. Agar inovasi dan kreativitas tersebut dapat tumbuh subur, maka dibutuhkan iklim dan ekosistem inovasi yang menunjang. Lagi-lagi jika berbicara mengenai iklim, maka dukungan dari pemerintah adalah sebuah prasyarat yang tidak bisa diganggu gugat. Dukungan ini dapat direalisasikan dalam bentuk pembentukan center of excellence and creativity atau percontohan pusat inovasi, serta perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual. Pemerintah juga harus menyiapkan piranti pendukung seperti regulasi sebagai payung hukum serta konektivitas dengan lembaga keuangan.

c) Transparansi Birokrasi sebagai Pilar Dasar Implementasi Industri 4.0. Dalam Making Indonesia 4.0. yang diresmikan Presiden Joko Widodo setahun silam, Kemenperin RI ditunjuk sebagai leading sector dalam implementasi konsepsi industri 4.0. Dari fenomena ini, secara sederhana dapat ditarik sebuah konklusi bahwa produksi kebijakan serta pelaksanaannya menjadi core atau ranah birokrasi pemerintah. Di sinilah letak permasalahannya. Suka tidak

suka,

birokrasi

Indonesia

belum

cukup

kapabel

untuk

merealisasikannya, baik dari sisi kualitas individual dan organisasional, tapi juga integritas para aparatnya. Jamak diketahui bahwa para pelaku industri, hingga penanam modal asing kerap mengeluarkan additional expenses jika sudah berhadapan dengan masalah administrasi dan perizinan usaha. Hal inilah yang menjadi kartu mati bagi perkembangan industri nasional secara khusus, dan daya saing nasional pada umumnya. Oleh sebab itu, komitmen untuk mewujudkan birokrasi yang bebas korupsi, bersih, dan bermental melayani adalah sebuah kondisi yang tidak bisa diganggu gugat keberadaannya. 5


No pain no gain, tidak ada hasil tanpa usaha. Demikianlah pepatah bijak yang sangat relevan untuk menggambarkan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia dalam menerapkan konsepsi dan strategi industri 4.0. Di satu sisi, terdapat benefit yang sangat besar senilai USD 125 Miliar pada lima tahun mendatang apabila Indonesia secara konsisten, persisten, serta cermat menerapkan konsepsi ini di dunia industri. Namun demikian, tantangan dan kendala yang dihadapi juga tidaklah mudah untuk ditangani. Oleh sebab itu, dibutuhkan penanganan yang sifatnya filosofis sekaligus teknis agar ragam kendala yang dihadapi bisa diatasi dengan baik dan tuntas. Kuncinya ada pada pemerintah serta sinergi antara pemerintah dengan pelaku usaha atau industri itu sendiri.

Daftar Pustaka: “Apa Itu Industri 4.0. dan Bagaimana Indonesia Menyongsongnya?”, diunduh dari https://www.tek.id/tek/apa-itu-industri-4-0-dan-bagaimana-indonesiamenyongsongnya-b1Xbl9d4L “Revolusi Industri 4.0: Pengertian, Prinsip, dan Tantangan Generasi Milenial”, diunduh dari https://www.maxmanroe.com/revolusi-industri-4-0.html “Presiden Jokowi Luncurkan Roadmap Revolusi Industri 4.0.”, diunduh dari https://bisnis.tempo.co/read/1076107/presiden-jokowi-luncurkan-roadmap-revolusiindustri-4-0/full&view=ok “Indonesia Makin Mantap Menyongsong Revolusi Industri 4.0.”, diunduh dari https://nasional.tempo.co/read/1195964/indonesia-makin-mantap-menyongsongrevolusi-industri-4-0/full&view=ok “Ini Tantangan dan Solusi Dalam Implementasi Industri 4.0.”, diunduh dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20181210/257/868196/ini-tantangan-dan-solusidalam-implementasi-industri-4.0 “Konsep dan Teori Globalisasi”, diunduh dari http://repository.radenintan.ac.id/1356/15/13._AZHAR_BAB_II_edit_new.pdf “Ini 6 Hambatan Pengembangan Industri 4.0. di Indonesia”, diunduh dari https://www.merdeka.com/uang/ini-6-hambatan-pengembangan-industri-40-diindonesia.html “Making Indonesia 4.0.”, diunduh dari http://www.kemenperin.go.id/download/18384,

6


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.