Bunch Psikologi UI 2016 #13

Page 1


ATTIC

Tim Redaksi Majalah Bunch 13th Edition

BCPVU UIF UPQJD

Kalo bunch kemarin saya bikin pantun, untuk bunch terakhir di 2016 ini saya ingin mempersembahkan sebuah lagu.. Dengerin yaa Lihat kampusku, penuh dengan buku Ada yang tebal dan ada yang seru Setiap hari kubaca selalu Bulan berganti,Yuk be baca yang baru! Duh susah deh cari lirik yang belakangnya "che" buat bunch. menangis. Intinya! Halo semua! Selamat datang di bulannya BUNCH. Terima kasih atas dukungan temen-temen sivitas semua yang mendukung sepenuhnya keberadaan BUNCH sampai edisi ke 13 ini. Nuhun! Makasih! Gomawo! Thank You! Di edisi yang spesial ini, tim kami telah mempersiapkan sebuah tema menarik yang luar biasa mantab jiwa yaitu "Positive Psychology". Dengan punten (misi) kami untuk memberikan energi positif kepada pembaca, kami, tim BUNCH 2016, ingin teman-teman semua nantinya juga merasakan energi positif yang telah kami kemas dalam majalah ini. Akhir kata, mari sebarkan hal-hal positif ke semua orang! Yuk nengok sekarang dan mulai dari senyum ke teman sebelahnya! #NengokChallenge

1FOBOHHVOH +BXBC Arrumbinang Adikisimo

QFOVMJT Nabila Isnandini

1&.*.1*/ 3&%",4* Indriani Najla K.

FEJUPS Aisya Rachma Dieny

QFOVMJT

QFOVMJT

QFOVMJT

Naufal M. Hogantara

Ifandi Khainur R.

Astari Rahmaninda


QFOVMJT

QFOVMJT

1&/6-*4

1&/6-*4

Hana Berliani A.

Hanny Fauziah

Rengganis Rizka

Dirayati Fakhrana

QFOVMJT

%&4"*/ -":065

%&4"*/ -":065

%&4"*/ -":065

Astrid Rahadianty

Nabila Fajriani

Nadine Yasminah

Belinda Gustina

%&4"*/ -":065

%&4"*/ -":065

'050 (3"'&3

'050 (3"'&3

Gabriella Christina

Tristania ‘A. Pandia

Rizky Khairunnisa A.

Windono Suryo

'050 (3"'&3

'050 (3"'&3

NBSLFUJOH

."3,&5*/(

Kirana Candradita

Lita Damayanti

Hepinda Fajari

NBSLFUJOH

NBSLFUJOH

NBSLFUJOH

1&/6-*4

Hestika Dyah W.

Fadlun Nissa

Fauziah Media

Shierlen Octavia

Adhinda Milla







USPQJD

uat kalian yang masih menjajaki semestersemester awal kuliah, mungkin kalian belum kepikiran untuk memulai hubungan romantis yang serius, atau mungkin lebih memilih untuk tetap menjomblo. Lebih lagi karena pada semester-semester awal kalian cenderung disibukkan dengan berbagai tugas dan kuis serta kegiatan lain seperti organisasi dan kepanitiaan, dan hubungan yang serius tampaknya hanya akan menyita lebih banyak waktu. Namun, semakin mendekati kelulusan, akan mulai muncul pertanyaan-pertanyaan, baik sudah memiliki calon atau belum, mengenai pernikahan; yang berdatangan baik dari teman-teman maupun dari keluarga. Bagi mereka yang memang sudah memiliki hubungan romantis yang serius dengan seseorang (semoga langgeng ya!) dan berencana untuk menikah, mungkin hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi banyak juga di antara kalian yang berencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau fokus kepada karir dan tidak berencana untuk menikah dalam waktu dekat, atau mungkin tidak berencana untuk menikah sama sekali. Jika memang seperti itu, maka pertanyaan-pertanyaan mengenai pernikahan akan terasa sangat mengganggu.





10-"3*4 oleh: Hanny

Bahagia. Menjadi satu kata yang begitu menyihir. Semua orang mengharapkannya. Siapa tak ingin bahagia? Ketika dengannya,

mengapa tidak lebih teliti. Kebiasaan memandang sesuatu

hidup terasa menjadi ringan dan penuh makna.

sebagai hal yang buruk, akan menyulitkan kita untuk melihat hal baik di dalamnya. Padahal bisa saja kita mengambil pelaja-

Setiap diri kita selalu berusaha untuk memilikinya. Henry David

ran darinya, bahwa suatu hari nanti, sebelum mengerjakan

Thoreau pernah mengatakan bahwa bahagia itu seperti kupu-kupu,

tugas, harus pahami instruksinya dengan baik dan lebih teliti.

semakin kau mengejarnya, maka ia akan semakin menghindarimu, namun jika kau mengalihkan perhatian pada hal lain, ia akan

Ketiga, membandingkan diri kita dengan orang lain. Yap! Ini

perlahan-lahan menghampirimu dan duduk di bahumu (Thoreau

adalah cara yang paling mudah dan paling sering kita lakukan

dalam Volea, 2010). Bertolak belakang dengan pandangan Thoreau

untuk membuat kita tidak bahagia. Membandingkan diri kita

tersebut, Volea (2010) mengatakan bahwa kita bisa menangkap

dengan orang lain merupakan suatu hal yang memang diper-

kupu-kupu itu dan membuatnya duduk di bahu kita. Kita bisa memi-

lukan untuk mengevaluasi diri dan ia juga merupakan drive

lih untuk bahagia. Lantas, apakah ada yang memilih untuk tidak ba-

yang tak bisa kita hindari (Festinger, 1954), namun tak jarang

hagia?

kebiasaan ini membawa kita pada perasaan yang negatif. Orang lain selalu terlihat lebih cantik, lebih cerdas, lebih attrac-

Baik tanpa sadar ataupun tidak, seringnya kita sendiri yang meng-

tive, lebih berbakat, dan sebagainya. Membandingkan diri

hadirkan ketidakbahagiaan itu dalam hdup kita. kita sendirilah yang

dengan orang lain akan lebih baik saat kita berhasil menjadi

memilih untuk tidak menangkap kupu-kupu itu dan membiarkan ia

lebih termotivasi dan bersyukur.

terbang begitu saja.

dokumentasi oleh Annisa Al-Hadi

Keempat, merenungi masa lalu. Kita selalu bisa belajar dari Ada banyak kebiasaan yang sering kita lakukan, yang karenanya

masa lalu, namun kita tidak perlu untuk terjebak di dalamnya.

bahagia itu tak kita miliki. Menurut Preston Ni (2014), ada

Seringnya, kita terlalu overthinking mengenai banyak hal yang

beberapa sikap negatif yang dilakukan orang-orang yang tidak ba-

kita lakukan sebelumnya. Menyesalinya hingga membuat

hagia, di antaranya adalah:

makan dan tidur menjadi tidak enak. Sadarilah kawan, semua yang sudah terjadi tidak bisa berubah. Hal-hal yang membuat

Pertama, yaitu self-defeating talk. Self-defeating talk adalah pesan

kita menyesal dan merasa bersalah di masa lalu jangan kita

yang kita kirim pada diri kita sendiri yang menurunkan kepercayaan

biarkan menghantui pikiran kita. Berdamai saja dengannya

diri, mengurangi performa kita, merendahkan potensi kita, dan akh-

dan jalani hari ini dengan sebaik mungkin. Karena dipikirkan

irnya merusak kesuksesan kita.

dengan cara apapun, tak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubah atau kembali ke masa lalu.

“Aku gak bisa nih ngerjain itu..” “Da aku mah apa…”

Itulah beberapa kebiasaan yang bisa membuat kita tidak bahagia. Lalu apa yang harus dilakukan agar bisa menangkap

Akan membuat kita merasa sangat rendah diri. Hargailah diri kita

bahagia itu?

sendiri dengan tidak merasa buruk atas kelemahan yang kita miliki! Untuk bahagia, kita perlu mencintai diri kita sendiri dan sering Kedua, yaitu asumsi-asumsi negatif. Kita sering memandang

bersyukur (Gordon, 2015; Durlofsky, 2016).

situasi atau pengalaman tak menyenangkan sebagai suatu hal

Jadi, mulai hari ini, mari kita bersepakat untuk menjadi orang

yang negatif. Semisal ketika kita sudah menyiapkan bahan presen-

yang bahagia!

tasi hari ini sampai kekurangan tidur, namun satu jam sebelum be-

Durlofsky, P. (2016). Learn to Love Yourself First. Psych Central. Retrieved on September 12, 2016, from http://psychcentral.com/blog/archives/2016/02/11/learn-to-

rangkat ke kampus, kita baru sadar bahwa bahan dari presentasi

Festinger,L.(1954).Retrievedfrom https://www.humanscience.org/docs/Festinger%20(1954)%20A%20Theory%20of%20Social%20Comparison%20Processes.pdf

love-yourself-first/

Gordon, A.M. (2015). How remind yourself be grateful your life. Psychology Today. Retrieved on September 12, 2016, from https://www.psychologytoday.com/blog/between-

itu salah karena tidak sesuai dengan apa yang diminta

you-and-me/201505/how-remind-yourself-be-grateful-your-life

dosen, lantas kita marah-marah dan merutuk diri kita sendiri

https://www.psychologytoday.com/blog/communication-success/201502/8-negative-attitudes-chronically-unhappy-people

Ni, P. (2015). 8 Negative Attitudes Chronically Unhappy People. Psychology Today. Retrieved on September 12, 2016, from

Valeo, T. (2010). Choosing to be happy. WebMD. Retrieved on September 12, 2016, from http://www.webmd.com/balance/guide/choosing-to-be-happy Williamson, M. (2014). Why does happiness matter. The Guardian. https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2014/nov/03/why-does-happiness-matter


5301*$

, ÂŽ 4!ÂŽ 4"' 444 4 4 4 444440 55

oleh: Nabila Isnandini

dokumentasi oleh Annisa Al-Hadi

emester baru sudah mulai setelah liburan hingga lebih dari dua bulan. Rutinitas kita berubah. Apabila selama dua bulan lebih kemarin kita sempat bangun pukul delapan, sekarang kita datang ke kampus untuk menghadiri kuliah pukul delapan. Aktivitas lain seperti kepantiaan dan organisasi juga mulai berjalan. Kita akan sibuk. Masa-masa sibuk tidak menutupi fakta bahwa hal tersebut akan menimbulkan kelelahan ďŹ sik dan batin bahkan tidak merasa bahagia. Padahal tagline majalah BUNCH sebelumya ialah ‘Jangan lupa untuk bahagia’. Lalu bagaimana cara kita menjaga agar tetap bahagia di minggu yang sibuk? Masalah ini akan kita pandang melalui aliran Positive Psychology yang dikembangkan oleh Psikolog asal Amerika, Martin Seligman. Ia menjelaskan bahwa dasar dari Positive Psychology ialah PERMA yang terdiri dari, Positive emotion, Engagement, Relationships, Meaning and Accomplishment, yang apabila terpenuhi, seseorang akan meraih life-fulďŹ llment, rasa bahagia dan meaning dalam hidup. Positive emotion merupakan kondisi dimana kita bisa memfokuskan emosi-emosi positif kita, bukan hanya sebatas tersenyum (Pascha, 2015). Optimistik serta memandang segala sesuatu dari sudut pandang positif termasuk salah satunya. Apabila dikaitkan dengan dunia perkuliahan, mengapresiasi teman kita yang telah berkontribusi dalam kerja kelompok merupakan salah satunya. Tidak hanya kita merasakan emosi positif, teman satun kita akan merasa dihargai. Engagement adalah ketika kita asyik akan apa yang kita lakukan saat ini, yang pada akhirnya akan menciptakan sebuah flow yang membuat kita tenggelam di dalamnya (Pascha, 2015). Apabila menarik contoh dari dunia perkuliahan adalah ketika kita bermain piano atau melakukan hal yang kita sukai setelah selesai belajar yang membuat atmosfer belajar menjadi santai dan rileks.

Tidak dipungkiri bahwa ada hubungan atau relationship yang kita hindari, namun ada juga yang tetap kita ‘pegang’. Positive authentic relationship adalah hubungan dimana kita saling memberi kekuatan dengan orang lain, untuk merasa lemah dan menerima hal-hal positif serta negatif, serta menaruh rasa kepercayaan bahwa hubungan yang kita miliki dengan orang tersebut akan bertambah kuat (Soots, n.d.). Dalam dunia perkuliahan hal ini bisa diasosiasikan seperti ketika mencari peer group atau teman curhat yang nyaman agar membuat kita bangga memiliki mereka. Mengetahui arti atau meaning akan keberadaan kita di dunia ini merupakan hal yang diperlukan untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan life fulďŹ llment (Pascha, 2015). Apabila diturunkan ke tingkat perkuliahan, kita akan lebih merasa bahagia apabila kita mengetahui mengapa kita berada di kampus/fakultas/jurusan yang kita masuki. Memiliki target dan goal membuat kita bisa merasa puas ketika target dan goal tersebut kita capai. Setelah kalian berhasil mencapainya, janganlah lupa untuk memberi reward kepada diri sendiri karena we deserve that accomplishment!

Referensi Pascha, M. (2015). The PERMA Model: A ScientiďŹ c Theory of Happiness. Retrieved September 15th 2016 from http://positivepsychologymel bourne.com.au/PERMA-model/ Positive Psychology in the Workplace: Thank God it’s Monday (2016, ( July). Retrieved September 16th 2016 from https://positivepsyc hologyprogram.com/positive-psy chology-workplace-labor-of-love/ Scotts, L. (2016). Positive Psychology: PERMA. Retrieved September 16th 2016 from http://www.the positivepsychologypeople.com/positive-psychologyperma


."JO UPQJD


Jika manusia dapat mempelajari nilai-nilai positif dari dirinya, hidupnya akan lebih bermakna.



5301*$ dokumentasi oleh owner

oleh: Hana Adiningsih

E

ver since ages ago, many thinkers have tried to define and describe happiness. Martin Seligman was one of them. He developed theory of well-being in his book entitled Flourish: A Visionary New Understanding of Happiness and Well-being. In his book, he identified the building blocks of happiness, consisting of positive emotion, engagement, relationship, meaning, and accomplishment (PERMA). This model explains how to build a happy and flourishing life.

1. Positive Emotion It is no wonder that how we feel at particular moment affects our life satisfaction. When we are in good mood, we are more likely to be satisfied and feeling positive toward life (Positive Psychology Melbourne, n.d.). On the contrary, when feeling blue, it is Are you familiar with James-Lange theory of emotion? Feeling good is contagious. Seeing smiles makes us want to smile. Hearing laughter makes us feel like laughing. And when we share our good feelings with others, they appreciate and enjoy our company.

2. Engagement People always say it’s important to keep our lives busy. To certain extent, it is true because work gives us meaning in life. Engagement is defined as a state where we feel so engrossed in activity. Have you ever been preoccupied with some activities you really like, until you seem to lose the sense of time and sense of self? That is what engagement feels like (Vermaas, 2015).

3.Relationship According to Selligman, relationship is defined as having feeling of integration with society, or a

community, feelings of being cared for by loved ones, and being satisfied with their own social network. Positive relationship is strongly correlated with better health and decreased depression (Vermaas, 2015).

4.Meaning Some people really live and some others are just passing through. Maybe you have heard that statement before. What actually distinguishes between those two are the sense of purpose and direction in life. According to research from Baumeister et al. people who claim to have meaningful lives report higher level of well-being (Vermaas, 2015).

5.Accomplishment Many people are motivated to achieve even if it doesn’t bring positive emotion. Accomplishment is not always about the trophies, high salary, or being a winner. Sometimes accomplishment is pursued for its own sake. For example, research shows that expert bridge players are driven to play best of their ability, even if they lose, they feel a sense of accomplishment, knowing that they th have played well (Vermaas, 2015).

Referensi: Positive Psychology Melbourne. (n.d.). PERMA Model. Retrieved Agustus 11,

2016,

from

Positive

Psychology

Melbourne:

http://positivepsychologymelbourne.com.au/perma-model/ Vermaas, K. J. (2015). Happy Students, Great Result: A Study about the Effects of Short Positive Intervention on Well-being among Students.




“

Just as the good life is something beyond the pleasant life, the meaningful life is beyond the good life. -Martin Seligman







ULAR TANGGA &KDOOHQJH 25

26

27 I’m a very positive person. I get excited easily, and i like to jump around. -zooey

24

23

22

13

14

15

12

11

10

1

START

3


&RED <XN 29

Dadu Menang: +6 Kalah: -3 Suit Sama: +1

H

28

FINISH

Positive things happen to positive people. -unknown Sumber: gambar: Google.com dan freepik.com

19

21

20

16

17

18

9

8

7

4

5

6

Don’t you be afraid, just take it positive.




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.