BUNCH Mei 2012 Vol:1

Page 1


02


ATTIC ABOUT THE TOPIC Media massa kian menjelma menjadi kebutuhan primer. Bayangkan saja, sejak bangun tidur hingga beranjak tidur kembali, berapa kali kita berhadapan dengan televisi, media cetak, hingga jejaring sosial? Melihat kehadirannya yang erat dengan keseharian kita, Bunch edisi kali ini hadir untuk mengupas topik media massa dari sudut pandang psikologi. Fenomena pada berbagai bentuk media media massa termasuk isu yang kurang mendapat perhatian kita, bisa ditemukan di sini! Akhir kata, semoga kalian menyukai edisi Bunch kali ini ya! Have fun reading our 1st edition of Bunch

Redaksi Penanggung Jawab : Ekki Primanda Ramadhan pimpinan Redaksi : M. Kautsar Ramadhan Sukin Editor : Amelia Suci Wardani Divisi Konten : Rinda Saski Kurnia Divisi Artikel : Hana Talita Margijanto Divisi Liputan : Firdha Novha Nur Hassanah Divisi Periklanan : Yulita Astriani Putri

//COVER by M. Kautsar Ramadhan Sukin

DITERBITKAN OLEH BIRO MEDIA BEM PSIKOLOGI UI Reporter: Rinda Saski Kurnia, Amelia Suci Wardani, Hana Talita Margijanto, Yulita Astriani Putri, Firdha Novha Nur Hassanah, Clarissa Rizky, Intan K. Wardhani, Kastrat BEM Psikologi UI 2012. Desain, Tata Letak, dan Percetakan: M. Kautsar R. Sukin, Firdha Novha Nur Hassanah. Fotografer: Syed Afdhal. Ilustrator: Debbi Ratnaning Utami. Marketing & sirkulasi : Yulita Astriani Putri, Amelia Suci Wardani.

03


BUNCH

MEI

2012 Oleh :

Generasi Muda: Filter Masa Depan Media Massa

Firdha novha n.

DOK.PRIBADI

Jenis media massa seperti televisi, media cetak, radio, dan internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang tidak dapat terpisahkan. Berdasarkan laporan dari Nielsen Southeast Asia Digital Consumer Report, konsumsi media digital di Indonesia mencapai angka rata-rata 14 jam per minggu. Begitu rumitnya pergerakan komunikasi yang dilakukan melalui media, sehingga nilai-nilai yang diberikan oleh media mampu menentukan perilaku masyarakat. Dalam hal ini, yuk kita simak bagaimana seorang Dosen Psikologi Media, Dra. Sri Rochani Soesetio Karim atau yang lebih dikenal dengan Mbak Niniek, menanggapi fenomena ini.

Foto: Tengah; Mbak Niniek Jika kita melihat perkembangan Negara Indonesia saat ini, sudah sampai dimana media telah memengaruhi masyarakat Indonesia? “Saya belum bisa mengatakan sudah sampai sejauh mana karena saya sendiri belum melakukan penelitian yang komprehensif mengenai hal tersebut. Tetapi satu hal yang dapat saya katakan adalah pengaruh sebuah media dapat mengakibatkan timbulnya perilaku psikologis yang bermacam-macam, seperti konsumerisme, gaul, kekerasan, sikap dalam berpolitik, dan katarsis. Mereka yang hanya terbiasa mengonsumsi media audiovisual, yaitu TV, akan lebih terpengaruh oleh dampak informasi media dibandingkan mereka yang mengonsumsi berbagai jenis bentuk media lain.“ Media

apa yang paling berpengaruh dalam membentuk perilaku

masyarakat?

“Setiap media mempunyai pengaruh yang kuat satu sama lainnya, tetapi mengingat bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat baca tulisnya yang masih rendah dibandingkan negara maju lainnya, maka jenis media yang dikonsumsi masyarakat adalah yang tipe audiovisual, seperti TV atau radio.” Apa dampak positif dan negatif yang dapat ditimbulkan dari sebuah media? “Banyak dampak postif dan negatif yang ditimbulkan dari sebuah media. Sebuah media yang memberikan hembusan positif juga akan memberikan dampak postif bagi konsumennya. Tetapi efek negatif dari media itulah yang dapat membahayakan informasi yang keluar masuk dalam masyarakat. Kesalahan berpikir dan

04

terlalu cepat mengambil kesimpulan yang terjadi dalam media dapat kemudian mengakibatkan perbedaan informasi asli dengan yang seharusnya. Untuk itulah dibutuhkan sebuah kontrol diri terhadap segala macam media yang ada.” Ancaman

mendatang?

apa yang dapat ditimbulkan oleh media untuk masa

“Segala macam hal dapat berakibat positif dan negatif tergantung bagaimana masyarakat dapat melakukan penyaringan dari hal tersebut. Media yang ada bisa menghembuskan nafas positif sekaligus menimbulkan munculnya dampak negatif. Untuk itulah dibutuhkan sebuah kontrol sosial oleh masyarakat untuk menjaga jalur informasi tersebut. Generasi mudalah yang ada sekarang ini akan sangat menentukan, bagaimana media massa berkembang nantinya. Kalian adalah filter dari kualitas media massa bagi masyarakat. Sebagai penikmat sekaligus produsen informasi, kita harus bisa lebih berhati-hati dalam menyikapi media massa. Mengkritisi dan berinovasi lebih kreatif dengan segala hal yang ada saat ini akan membantu masyarakat lebih merasakan hembusan positif dari nilai media.”


BUNCH

MEI

2012

Oleh :

Amelia suci wardani

FAKTANYA

foto : syed afdhal

Kevin MacKenzie tercatat sebagai pengguna emoticon pertama kali meskipun bukan merupakan penemunya. Dalam sebuah surat elektronik yang ditulis 12 April 1979, MacKenzie menulis emoticon :P yang berarti “menjulurkan lidah ke samping pipi�.

Mawar baru saja putus dari Marwan. Mawar baru saja putus dari Marwan :-( Mawar baru saja putus dari Marwan ;-) See the difference?

D

alam komunikasi tatap muka kita cenderung mengamati gerak-gerik, bahasa tubuh, dan nada lawan bicara daripada mendengarkan apa yang dikatakannya. Bayangkan jika lawan bicara mengatakan, “�Aku tidak marah!�, kita tidak akan semudah itu percaya. Nada suara, ekspresi wajah, dan gerak tubuhnyalah yang memberikan kita kesimpulan. Saat berkomunikasi melalui media online seperti email, instant messaging, maupun jejaring sosial dimana kita hanya bisa melihat huruf dan katakata, penambahan emoticon berguna untuk menyampaikan maksud dari pengirim pesan. Bahkan tak jarang emoticon digunakan untuk mengekspresikan emosi yang sedang kita rasakan! Kini, penggunaannya yang kian populer memunculkan berbagai fenomena menarik. Pria atau Wanita? Wolf (2000) menemukan bahwa wanita lebih sering menggunakan emoticon dibanding pria selama komunikasi melalui media online. Selain itu, wanita menggunakan emoticon terutama untuk mengekspresikan humor dibanding sarkasme, sementara pria cenderung untuk sarkasme dibanding humor.

Emoticon = Emotion + Icon (?)

^^ dan (^0^). Ohya. di Korea, emoticon design adalah profesi baru yang menjanjikan di dunia bisnis seperti halnya di bidang seni. Kepribadian Menurut Byron dan Baldridge (2007), pada penerima emoticon yang berkepribadian ekstrovert dan memiliki kendali emosi yang kuat, akan menyukai pesan yang disampaikan dengan emoticon yang tepat. Namun sebaliknya, pada penerima yang berkepribadian introvert dan memiliki emosi yang labil, emoticon tidak akan memiliki efek apa-apa, bahkan membuat penerima tersebut tidak menyukai pesan yang disampaikan. Wink Berhati-hatilah dalam penggunaan emoticon ;) (wink). Dari hasil penelitian Yong Joo Cha (2007) menunjukkan bahwa sarkasme diasosiasikan dengan emoticon ;-) dengan presentase sebanyak 85% dan emoticon :-) sebanyak 10%. Lalu joking diasosikan pula dengan ;-) sebanyak 66.2%) dan :-) sebanyak 32.5%.

Lintas Budaya Penggunaan emoticon di berbagai negara di dunia diklasifikasikan menjadi Western style dan East Asian style. Western style cenderung menuliskan emoticon secara horizontal, seperti :-) and :-b . Sementara East Asian cenderung menuliskan emoticon secara vertikal seperti

05


BUNCH

MEI

2012

06


BUNCH

MEI

2012


BUNCH

MEI

2012 “Bersama berkontribusi untuk mencapai kerjasama yang sinergis”

Oleh :

DOK.PRIBADI

yulita astriani

A pa ko n s ep B EM Ps i ko lo g i ta h u n i n i ? Ketika saya memutuskan untuk maju sebagai kandidat ketua BEM, saya dan tim merumuskan masalah-masalah apa saja yang ada dan harus dicari solusinya di fakultas kita ini. Salah satu masalah yang kami yakini menjadi root problem di fakultas psikologi adalah kurangnya kontribusi sivitas pada berbagai acara yang ada. Padahal, kami yakin Fakultas Psikologi memiliki potensi-potensi yang besar untuk digali dan digunakan untuk mendapatkan prestasi. Maka dari itu, kami membawa visi-misi “Bersama Berkontribusi” untuk mencapai kerjasama yang sinergis antar sivitas dan pada akhirnya akan memberikan manfaat untuk Fakultas Psikologi UI

Sehubungan dengan tema Bunch kali ini, bagaimana pendapat Ekki tentang MEDIA MASSA ? Dewasa ini makin terasa pengaruh media massa bagi kehidupan kita. Mulai dari media konvensional seperti koran, majalah, dan televisi hingga bentuk media modern seperti internet, dan social media. Dengan pesatnya perkembangan media massa tersebut, tak jarang berita yang disampaikan dalam berbagai media tersebut disetir untuk kepentingan tertentu. Di sisi lain, dapat pula terjadi social movement melalui social media. Melihat fenomena ini, tentu akan sangat menarik dan bermanfaat jika kita bisa mengulas berbagai media massa tersebut dari sisi psikologinya 

A pa k a h a da t r a d e m a r k t e rt e n t u ya n g i n g i n d i ta m p i l k a n o le h B E M B A KT I? Kami ingin BEM BAKTI bisa menjadi BEM yang dekat dan terasa kehadirannya ditengah sivitas. Dengan begitu, BEM diharapkan bisa menjadi ‘teman’ untuk sivitas berkontribusi dalam setiap kegiatannya. Karena itulah kami akan banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang dekat dengan sivitas seperti Katarsis, Komedi, Buku & Box Curhat, Gathering Kelembagaan, Gathering Dekanat, dsb, supaya sivitas bisa aware terhadap kesempatan-kesempatan mereka untuk berkontribusi

Sa la m B ersa m a B er ko n t r i b u s i!

08


BUNCH

MEI foto : syed afdhal

2012

Oleh :

Hana Talita Margijanto

Pencitraan sebuah perusahaan sangat mempengaruhi eksistensinya. Salah satu media perusahaan untuk mengomunikasikan citra serta visi dan misinya adalah melalui logo perusahaan mereka. Dalam logo, dapat terlihat simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang dingin dicapai oleh perusahaan. Namun, ada juga aspek lain yang juga tidak kalah penting yaitu warna..

P

ara designer logo sangat memperhatikan warna karena konon warna sangat mempengaruhi persepsi manusia. Mari kita lihat, warna apa saja yang dapat dipakai dalam pembuatan logo. Merah______________________________________ Gradasi warna merah, kuning dan oranye paling sering dipakai untuk logo restoran, seperti Golden Arch McDonalds’s, KFC atau Burger King. Warna tersebut melambangkan nafsu makan dan konon dapat menstimulasi metabolisme, membuat orang lapar. Jika diperhatikan, suasana cahaya beberapa kafe atau restoran seperti Starbucks adalah suasana warna oranye supaya appetite konsumen bertambah. Biru________________________________________ Biru melambangkan produktivitas dan profesionalisme, sehingga logo perusahaan seperti IBM atau Samsung menggunakan warna biru. Orang-orang konon ‘percaya’ terhadap warna biru, seperti warna seragam polisi di Amerika, Inggris atau Australia. Warna biru juga diasosiasikan dengan intellegence dan kreativitas.

IT’S ABOUT

COLORS

Other colors_______________________________ Merah muda digunakan untuk perusahaan dengan target produk untuk perempuan, seperti logo boneka Barbie. Warna ungu menunjukkan aura elegan dan berkedudukan tinggi. Warna ini kadang dipakai untuk warna logo universitas. More on Colors______________________________ Sebuah eksperimen berusaha membuktikan apakah warna mempengaruhi mood dan detak jantung. Selain warna biru yang konon memiliki efek menenangkan, warna merah juga memiliki efek menurunkan detak jantung. Ruangan yang dicat dengan beragam warna juga menurunkan detak jantung partisipan dibandingkan dengan warna abu-abu. Selanjutnya, jika seseorang tumbuh di sebuah rumah dengan dominasi warna tertentu maka saat mereka memiliki rumah sendiri, mereka akan cenderung mengikuti palet warna dominasi warna tersebut.

Hijau_______________________________________ Perusahaan yang tujuannya adalah melestarikan alam atau menggunakan produk alamiah akan menggunakan warna hijau. Logo The Body Shop berwarna hijau di beberapa produknya, karena perusahaan ini menekankan produk ramah lingkungan. Logo lain yang menggunakan warna hijau adalah logo Animal Planet.

09


BUNCH

MEI

2012

KEBERADAAN

SUBLIMINAL

Oleh :

rINDA SASKI KURNIA

MESSAGE:

EFEKTIFKAH? Media massa kini hadir sebagai salah satu sumber informasi dan hiburan yang kian lekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Jenis media massa pun semakin beragam seperti koran, radio, televisi, hingga internet maupun social media. Berbagai jenis media massa tersebut tentu memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada audience-nya masingmasing. Meskipun begitu, pesan yang disampaikan ternyata tidak selalu memiliki tujuan yang disadari lho. Terkadang terdapat pesan yang tidak disadari. Pesan inilah yang disebut dengan subliminal message.

I

su subliminal message ini ternyata cukup populer terutama di dunia internet. Jika memasukkan kata kunci ‘subliminial message’ di situs Youtube misalnya, banyak video-video terkait yang akan muncul. Sebut saja video yang menggabungkan kumpulan video-video dari film kartun produksi Walt Disney. Di sana, kita bisa melihat kalau terdapat beberapa subliminal message, salah satunya pada salah satu adegan di film “The Lion King”. Pada adegan ini, kita bisa melihat sekumpulan bintang-bintang yang membentuk kata “sex” setelah diperjelas oleh si pengunggah video tersebut. Komentar-komentar para viewers pun menunjukkan perasaan kaget dan tidak menyangka bahwa terdapat pesan-pesan seperti itu di film yang ditujukan untuk anakanak. Secara naluriah, memang wajar kalau para viewers berkomentar seperti itu. Namun, apakah fenomena subliminal message ini sudah teruji melalui penelitian? Apakah kita perlu takut pada dampak dari subliminal message ini? Asal muasal isu subliminal message sendiri berawal dari suatu pernyataan oleh seseorang di bidang periklanan bernama James Vicary pada tahun 1957. Pada tahun itu, ia menyatakan kalau sebuah bioskop di New Jersey telah menayangkan pesan berbunyi “beli popcorn” dan “minum Coke” dalam penayangan film Picnic. Setelah penayangan itu, konon katanya terdapat peningkatan pembelian kedua

10

produk tersebut lho. Meskipun begitu, kita tetap harus mencari tahu tentang kebenaran dari pernyataan Vicary ini. Efek bahwa subliminal message bisa merubah perilaku kita menjadi yang diinginkan si pembuat pesan tersebut kerap menjadi kekhawatiran sebagai dampak adanya subliminal message. Berbagai penelitian pun turut menyumbangkan jawaban atas kekhawatiran tersebut. Penemuan oleh Öhman dan Soares pada tahun 1994 menyimpulkan kalau subliminal stimuli bisa menimbulkan perubahan pada respons fisiologis. Partisipan pada penelitian ini mengalami kenaikan galvanic skin resistance, suatu pengukuran terhadap respons fisiologis, pada saat ditayangkan gambar-gambar dari ular, laba-laba, dsb. sebagai subliminal stimulus. Jadi, meskipun gambargambar tersebut ditayangkan secara subliminal, respons siologis yang bersifat alami bisa tetap nampak. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Greenwald, Draine, dan Abrams pada tahun 1996, ditemukan bahwa kata-kata yang ditampilkan secara subliminal bisa memengaruhi keputusan kita dalam mengartikan kata tersebut. Contohnya, setelah kita melihat tampilan nama perempuan, misalnya Putri, kita bisa lebih cepat


BUNCH

MEI

2012

foto : syed afdhal

FOTO

menentukan kalau stimulus lain yang ditampilkan, misalnya Dewi, adalah nama perempuan lainnya. Tapi, efek ini bertahan dalam waktu yang cukup singkat. Jadi apakah kita perlu tetap takut jika subliminal message yang ditayangkan oleh si pembuatnya bisa memengaruhi perilaku kita jadi seperti yang diinginkannya? Dari penemuan-penemuan yang telah dipaparkan, kita harus menyikapinya dengan lebih kritis lagi. Hasil penemuan yang ada memang menyatakan kalau subliminal stimuli paling tidak bisa memengaruhi keputusan dan emosi kita dalam waktu yang singkat, namun tidak disebutkan bahwa iklan dengan informasi subliminal bisa memengaruhi perilaku kita. Belum ada studi sebab-akibat yang bisa membuktikan pernyataan ini. Beberapa peneliti juga menyimpulkan hal yang sama. Greenwald, Klinger, dan Schuh, misalnya, mengatakan kalau persepsi subliminal atau subliminal perception memang nyata keberadaannya, namun hal tersebut tidak mengakibatkan atau memberikan potensi terhadap adanya “pengontrolan pikiran” atau “mind control”. Jadi, jangan membayangkan bahwa setelah menonton tayangan yang disisipkan informasi subliminal, kita seolah-olah menjadi “robot” yang menuruti informasi subliminal tersebut. Hal ini juga ditegaskan oleh

Pratkanis bahwa subliminal message tidak akan serta merta merubah kebutuhan, tujuan, kemampuan, atau perilaku dari orang-orang. Nah semoga dengan membaca pemaparan di Bunch kali ini tentang subliminal message, kita bisa lebih kritis lagi ya untuk menyikapi isu-isu serupa yang belum tentu kebenarannya. Kita harus mencari banyak sumber yang terpercaya untuk bisa mengambil sikap yang benar.

Sumber : Bernstein, D. A., Penner, L. A., Clarke-Stewart, A., & Roy, E. J. (2008). Psychology (8th ed.). Boston: Houghton Mifflin Company.

11


//////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// BUNCH //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 2012 //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Oleh : //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Debbi ratraning utami //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 12

MEI

ACARA TV MASA KINI...


/ BUNCH /// /// ///2012 / / Oleh : ///Clarissa Rizky /// /// / /FAKTANYA Pengguna Twitter dengan jenis /// kelamin perempuan /// menyumbang lebih dari 55% /// pembicaraan di sementara / Twitter pengguna Twitter / pria hanya menyumbang /// sekitar 45%. /// /// “Memang sih, kalau lagi marah itu jarak antara tangan ke keypad selalu terasa lebih dekat / daripada jarak dari kepala ke keypad. ” / /// tu yang saya dengar dari seorang praktisi di bidang /// social media, Ibu Ainun Niswati dalam sebuah konferensi /// pemuda yang membahas tentang “Media massa yang memperkuat bangsa.” Kini situs-situs jejaring sosial seperti / twitter memang kian mendunia, terutama di kalangan anak / muda. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan /// pengguna twitter terbanyak kelima di dunia yakni sebesar 19,5 juta akun berdasarkan penelitian Semiocast yang /// berpusat di Paris. /// / Menurut Ma, M (2009), hal yang paling menarik dari situs jejaring sosial twitter adalah bagaimana ia dapat / memenuhi kebutuhan psikologis manusia. Mengacu pada /// teori Hierarchy of Needs yang dikemukakan Maslow, /// dimana kebutuhan manusia berkembang dari yang paling dasar hingga kompleks, twitter dapat memenuhi kebutuhan /// sosial seperti afeksi, cinta dan belongingness. Misalnya / hubungan seperti persahabatan, percintaan, serta keluarga / dapat terpenuhi kebutuhannya dalam hal penerimaan dan companionship. Selain itu twitter juga menawarkan /// kemudahan dan jangkauan koneksi yang hampir tanpa /// batas hingga sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan /// untuk ‘bersandar’ dan ingin dipedulikan. / Mengacu pada teori ini, sangatlah logis jika banyak orang / menggunakan twitter untuk meluapkan emosinya. Terkadang /// bahkan bukan hanya emosi positif seperti ungkapan rasa bahagia, kebanggaan atau cinta melainkan berbagai /// ungkapan rasa kecewa ataupun amarah yang dibungkus /// dalam 140 karakter. Singkat, tapi berpotensi mengena secara / langsung pada si sumber kekecewaan atau kemarahan. Pada dasarnya sah saja bagi setiap orang untuk / menggunakan twitter sebagai media peluapaan emosi baik /// /// ///

MEI

REGULASI

DIRI DALAM

140

I

foto : syed afdhal

KARAKTER

itu yang positif maupun negatif. Yang jadi masalah adalah ketika luapan emosi negatifnya diniatkan untuk menyindir, menyinggung, atau bahkan memancing keributan dengan seseorang di twitterverse. Kenapa jadi masalah? Ingat saja pepatah jawa, ketika kita menunjuk orang lain dengan satu jari, empat jari yang tersisa menunjuk ke arah diri sendiri. Tweet yang tujuan dibuatnya untuk menunjukkan keburukkan orang lain sebenarnya hanya akan menunjukkan keburukkan kita sendiri. Contoh akibatnya? Masih menurut Ibu Ainun Niswati, di era ini “background check” di perusahaan itu bisa sampai ke akun twitter pribadi juga. Beliau bahkan sudah menemukan banyak orang yang kehilangan kesempatan kerja karena track record yang buruk di dunia maya. Tidak mau jadi salah satu dari mereka kan? So start to make your words, your world!

Sumber : Ma, M. (2009). The psychology of twitter. Diunduh pada tanggal 9 April 2012 pukul 20.00 http://www.psychologytoday.com/blog/the-tao-innovation/200903/understanding-thepsychology-twitter Ratnaining, A (2012). Indonesia Pengguna Twitter Terbesar Kelima Dunia. Diunduh pada tanggal 9 April 2012, pukul 20.05 http://www.tempo.co/read/news/2012/02/02/072381323/Indonesia-Pengguna-TwitterTerbesar-Kelima-Dunia

13


BUNCH

MEI

2012

MASS MEDIA GONE AWRY, YOU BE THE

Oleh :

SUMBER : ISTIMEWA

Intan K. Wardhani

J

ournalism had once been unpopular gadget almost all over the world. In the past era, journalist seemed to be at the lowest caste of “the most dreamed jobs” among those emerging professionals. But today, journalistic world is being at the top of (young) people’s obsession thanks to photography makes it look more attractive. Writing and journalism appear to be two far-off things from psychology. In this article, however, I’m going to focus on how writing and mass media actually relate to our beloved social science, psychology. We know that most of psychology-related problems are still undercover and not many people truly have a good understanding at it. Take one example—child abuse. Why child abuse? As psychology students, we must be aware of abusive behavior in our environment, and children frequently become the central target of abusive behavior perpetrated by adults either in the strange or trusted environment. Nonetheless, our society is quite “foolish”. As a consequence, child mistreatment is often declared as a new and yet undiscovered problem. Whereas in reality, child mistreatment or child abuse—either physically, emotionally, sexually, or the three of them at one time—has had a long recorded history. Knowing this sad fact, I might say that mass media actually could be children’s advocate to help prevent further maltreatment and promote healthy living for children

14

FAIRY

Mass media have a strong power to lead the way you think and control how you see things because mass communication is significantly different from other forms of communication (Gamble & Gamble, 1999). Unfortunately, journalists are regularly challenged to counterbalance their subjective and objective view on children and young people. This is not easy, really, and if the media fail at placing the issue of child abuse on the public agenda, then this issue will be going awry. What I want to stress here is the double power we have as psychology students. First, we have special knowledge and distinctive skills on psychology. Second, we are good at writing, aren’t we? That is why we certainly can utilize mass media so as to create better understanding in our society. Look how many changes and how big differences we can make if we realize that!

Sumber : Gamble, T. K. & Gamble, M. (1999). Communication works. New York, NY: McGraw-Hill.

ingin artikel anda dimuat dalam aktivitas??

kirim ke MEDIA.BEMPSIKOUI2012@GMAIL.COM


BUNCH

MEI

2012

DIBALIK AKUN @disneywords

Oleh :

Amelia suci wardani

FAKTANYA

foto : syed afdhal

Hasil penelitian University College London menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki banyak teman di jejaring sosial cenderung memiliki grey matter atau area di otak besar yang lebih besar. Bagian otak ini berhubungan dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Are you familiar with tweets from @disneywords? Curious about who’s behind it? “Gue pikir @disneywords itu official twitter dari Disney”, ucap Yosi mahasiswi Psikologi UI yang merupakan salah satu followers akun tersebut. Pandangan berbeda disampaikan Aji mahasiswa Vokasi UI , “Pemilik akun @disneywords pasti seorang opportunis yang pintar melihat peluang bisnis dan rajin buka wikipedia”. Mungkin followers @disneywords lainnya pun berspekulasi mengenai sosok dibalik akun tersebut. Hal yang wajar mengingat kian populernya akun @ disneywords. Jumlah followers-nya sendiri tercatat mencapai angka 1.385.165 per April 2012. Akun ini menarik para followers dengan kontennya yang unik mengenai Disney movie quotes. Tak jarang para followers @disneywords yang kebanyakan adalah pecinta Disney terinspirasi dengan quotes-quotes tersebut. Then, who’s behind it?? Ternyata bukanlah pihak resmi Disney maupun seorang opportunis. Sosok dibalik akun @disnewords adalah Wilson Kanadi seorang mahasiswa asal Indonesia yang kini berkuliah di RMT University, Singapura. Wilson sendiri sebenernya dikenal sering mengetweet inspiring quotes melalui akun pribadinya @wilzkanadi yang memiliki 28.710 followers. Dalam suatu kesempatan wawancara dengan redaksi Bunch, Wilson bercerita pengalamannya di social media termasuk mengenai akun @disneywords. Selama ini kamu dikenal sering mengetweet inspiring quotes termasuk dalam @disneywords Bagaimana awal kisahnya? Quotes itu sebenarnya pelajaran hidup yang saya alami sendiri. Pertama kali menulis quotes, saya nggak kepikiran kalau quotes saya akan dibaca banyak orang, yang penting ya nulis aja. Hahaha. Nah, sekitar tahun 2010, akun berisi quotes di Twitter belum terlalu banyak seperti sekarang. Salah satu yang paling laris adalah @ihatequotes. Saya mulai iseng menulis quotes sampai akhirnya admin @

ihatequotes mengontak saya secara langsung. Sejak itu saya ikut berkontribusi di akun @ihatequotes dan beberapa akun untuk quotes lain seperti @pepatah dan @TheLoveStories. Karena sering muncul di akun seperti inilah, akhirnya banyak orang yang tahu akun Twitter personal saya, @wilzkanadi. Bagaimana hingga akhirnya kamu tertarik membuat akun @disneywords? Sejak umur 3 tahun saya memang suka banget sama filmfilm Disney. Film Disney yang ditonton udah nggak terhitung lagi kali yah. Nah, pertama kali bikin akun @disneywords sebenarnya cuma sekedar hobi. Saya pengen nunjukin ke orang-orang kalo film Disney itu nggak sekedar film yang dicap sebagai film anak-anak aja, ternyata selalu ada quotes menarik di setiap filmnya. Lalu, bagaimana perkembangan akun @ disneywords hingga saat ini? Akun @disneywords bisa dibilang bertumbuh pesat, sampai saya pernah dikontak dari pihak Disney Pictures dan Disney Broadway. @disneywords kini tak sekedar menjadi "hobby" saja, tapi juga berkembang untuk making money melalui tweet berbayar. Kamu selalu konsisten mengetweet quotes baik di @wilzkanadi maupun @disneywords. Lantas, apa yang membedakan sosok Wilson di kedua akun itu? Dilihat dari penggunaan dan objectivenya, @wilzkanadi dan @disneywords cukup berbeda. Kalau @wilzkanadi biasanya untuk share dengan orang lain berdasarkan pengalaman pribadi. Sementara @disneywords cenderung untuk business, to earn money from the advertising. Namun biarpun begitu, melalui kedua akun itu saya mengajak followers ‘lets inspire each other’! Asik sekali bisa menginspirasi banyak orang hanya melalui social median. That’s the power of cyber world,

15


BUNCH

MEI

2012

Menilik Sejarah Pergerakan Mahasiswa Psikologi UI Oleh :

Kastrat bem psikologi ui

“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri� –Pramoedya Ananta Toer

K

astrat BEM Psikologi pada kali ini akan menyorot cerita mengenai cuplikan sejarah dan perkembangan pergerakan mahasiswa Fakutas Psikologi UI sejak tahun 1998 hingga sekarang. Saat itu, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah jengah dengan rezim orde lama. Menurut Mas Dicky Pelupessy, dosen Psikologi Sosial sekaligus Ketua Senat Mahasiswa F. Psikologi UI tahun 1998, permasalahan utama pada saat itu adalah krisis moneter lalu merambat ke permasalahan lain, mulai ke masalah ekonomi hingga akhirnya ke permasalahan sosial-politik. Tujuan pergerakan mahasiswa pada saat itu jelas: menggulingkan kepemimpinan Soeharto. Cerita di balik pergerakan mahasiswa pada saat itu cukup menarik, terkait dengan perkembangan pergerakan mahasiswa UI, khususnya F. Psikologi UI. Beberapa pertemuan awal yang menjadi tonggak awal pergerakan mahasiswa UI diadakan di Kantin Lama Fakultas Psikologi. Dalam internal fakultas pun, Kanlam menjadi basecamp juga sebagai pusat informasi dan pemantauan (melalui TV dan radio yang dipasang bersamaan dengan tikar yang digelar 24 jam). Eskalasi isu memang dilakukan massif secara nasional, tidak hanya di lingkungan dalam kampus tapi juga didukung oleh geliat masyarakat mengenai isu reformasi yang akan dilaksanakan. Hal ini menjadi faktor pendukung utama keberhasilan pergerakan mahasiswa saat itu. Faktor pendukung lainnya adalah adanya dukungan dari fakultas mengenai pergerakan mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya mantan KASAD yang diundang oleh Dekan F. Psikologi, Prof. Sarlito ke F.Psikologi untuk memberikan kuliah umum. Harapannya, kuliah umum ini dapat meningkatkan awareness mahasiswa F. Psikologi karena memang sedari dulu minat mahasiswa psikologi terhadap isu sosial politik cenderung kurang.

16

Adanya berbagai dukungan ini membuahkan hasil, puluhan mahasiswa F. Psikologi berpartisipasi turun aksi bersama dengan ribuan mahasiswa UI lainnya pada aksi yang dilakukan beberapa hari sebelum aksi nasional. Seiring dengan tidak adanya aksi massa yang revolusioner seperti tahun 1998, pergerakan mahasiswa F. Psikologi UI di bidang sosial dan politik kemudian tidak terdengar lagi. Baru pada tahun 2007-an mulai terlihat yaitu saat muncul Garda Biru Langit (GBL), organ taktis Fakultas Psikologi UI. Menurut Kak Alfiano, salah satu pendirinya, GBL dipelopori oleh beberapa orang angkatan 2006 yang senang berkecimpung di pergerakan mahasiswa bidang sosial dan politik. Pada saat itu GBL-lah yang menggerakan massa fakultas dalam merespon isu. Namun sayangnya, GBL yang diperkirakan dapat menjadi basis massa di F. Psikologi tidak diteruskan ke angkatan selanjutnya sehingga lamalama menjadi mati. Walaupun demikian, geliat pergerakan mahasiswa masih terlihat di perseorangan mahasiswa F. Psikologi UI.Berbicara mengenai pergerakan mahasiswa memang tidak ada habisnya, selalu menarik diperbincangkan. Namun apakah pergerakan mahasiswa cukup berada di tataran perbincangan? Atau justru tindakan nyata lah yang merupakan esensi dari pergerakan mahasiswa?

geliat pergerakan mahasiswa masih terlihat di perseorangan mahasiswa F. Psikologi UI


BUNCH

MEI

2012

17


BUNCH

MEI

2012

Oleh :

hana talita margijanto

ingin

iklan / media partner

18

hubungi

tata 085692395681


19



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.