STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 8.30
Future Dwelling Based on Today “age in place”
DOSEN FASILITATOR Ir. Tony Winata, M. Sc
DISUSUN OLEH
Claresta Xena 315160162
PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2020
DAFTAR ISI DAFTAR ISI………………..………………………………………………………………..i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 2 1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 2 1.2.
Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3.
Tujuan dan Manfaat ........................................................................................ 4
1.4. Sumbangan Proyek ........................................................................................ 5 BAB II KAJIAN TEORITIKAL ................................................................................ 6 1.1. Dwelling ......................................................................................................... 6 1.2.
User and Generation ....................................................................................... 7
1.2.1.
Lansia .......................................................................................................... 7
1.2.2.
Karakteristik Lansia .................................................................................... 8
1.2.3.
Kebutuhan Lansia ..................................................................................... 10
1.3.
Budaya dan Peran Keluarga dengan Lansia di Indonesia ......................... 10
1.4.
Age Friendly Environment ....................................................................... 11
BAB III USULAN PROGRAM ............................................................................... 13 3.1. Ide Perancangan ........................................................................................... 13 3.1.1.Rancangan Program ....................................................................................... 13 BAB IV INVESTIGASI TAPAK ............................................................................. 14 4.1. Data dan Pemilihan Kawasan ............................................................................ 14 4.2. Pemilihan Tapak ................................................................................................ 16 4.3. Peruntukan tapak ............................................................................................... 17 4.4. Kondisi Eksisting dan Sekitar Tapak ............. Error! Bookmark not defined.18 BAB V STUDI PRESEDEN…………………………………………………………19 5.1. Enabling Village………………………………………………………………...19 5.1 Rukun Senior Living…………………………….…………………………….. 22 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… ii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Fenomena populasi penduduk lanjut usia (ageing population) di Indonesia terus
menerus meningkat. Berdasarkan data dari Bappenas dan BPS, pada 2015 jumlah lansia atau orang yang berusia di atas 60 tahun tercatat sebanyak 8,5%. Pada 2020, jumlah lansia diprediksi bertambah menjadi 10%. Badan Pusat Statistik memperkirakan jumlah penduduk lansia Indonesia akan mencapai 20% dari total penduduk atau sekitar 63,3 juta jiwa pada tahun 2045. Bahkan, Perserikatan BangsaBangsa memprediksi 25% penduduk Indonesia atau sekitar 74 juta orang adalah lansia pada tahun 2050. Saat ini, Indonesia khususnya di Jakarta mulai memasuki masa bonus demografi, dimana penduduk usia produktif berada pada jumlah yang lebih banyak, dan yang nantinya memegang peranan di tahun 2050 adalah generasi usia produktif saat ini.
Sumber : databoks, katadata, Badan Pusat Statistik (BPS) 2020
2
Searah
dengan
pertambahan
usia,
lansia
akan
mengalami
penurunan/degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar, yang dapat menyebabkan menurunnya interaksi sosial. Kondisi lansia yang mengalami berbagai penurunan atau kemunduran baik fungsi biologis maupun psikis dapat mempengaruhi mobilitas dan juga kontak sosial, salah satunya adalah rasa kesepian (loneliness). Lansia seringkali merasa terasingkan dan kurang mendapat perhatian dari orang-orang disekitarnya, terutama dalam lingkup terdekat yaitu keluarga. Hal ini dikarenakan adanya arus globalisasi menjadikan arus informasi dan transportasi secara cepat, sehingga akan muncul transfromasi budaya baru yang akan berkembang. Tingkat mobilitas penduduk akan tinggi menciptakan tuntutan perubahan tata hidup. Akhirnya, kehidupan dalam masayarakat pun berubah, nilai-nilai yang dianut turut berubah, dari sistem keluarga dari keluarga besar (extended family menjadi keluarga inti/kecil. Sehingga berpengaruh terhadap peran dan hubungan lansia dengan anggota keluarga. Ketika beberapa dekade dulu, orang tua masih memiliki peran sebagai sumber pengetahuan bagi anak-anaknya karena mereka belum memiliki ‘bekal’ yang cukup. Namun di era digital dan arus informasi yang cepat telah tergantikan dengan kekuatan internet yang seerba praktis. Generasi muda tidak lagi memandang orang tua sebagai tempat untuk bertanya dan berkomunikasi secara rutin. Hal ini mengurangi kesempatan orang tua dan anak untuk berbicara, bercerita, dan menjalin kedekatan emosinal secara intens. Kini, tidak heran apabila adanya lansia yang memilih hidup terpisah dari anak cucunya karena tidak ingin merepotkan mereka yang sudah memiliki keluarga dan sejumlah pekerjaan. Namun, tinggal di tempat seperti panti jompo yang dianggap mereka sebagai “pulau kecil� yang terisolasi belum menjadi pilihan sehingga banyak lansia masih memilih untuk tinggal sendiri di rumah mereka. Karakteristik budaya di Indonesia masih memegang erat sifat kekeluargaan, sehingga . Kondisi tersebut mengundang banyak kerentanan yang juga harus dipikirkan antisipasinya dari
3
sekarang. Terlebih, persoalan utama yang dihadapi banyak orang lansia di Indonesia adalah kesehatan. Semakin bertambahnya usia dan kurangnya dukungan kesehatan terhadap lansia mengakibatkan penurunan fungsi fisiologis tubuh. Akibatnya, berbagai penyakit degeneratif ditemukan pada lansia, khususnya penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes serta radang sendi dan rematik. Belum lagi menurunnya kemampuan kognitif lansia membuat banyak lansia dekat dengan demensia atau yang lebih dikenal dengan istilah kepikunan. Karena, menjadi lansia berarti menduduki puncak siklus kehidupan manusia, Seharusnya, pemberdayaan terhadap lansia yang sehat, aktif, mandiri dan produktif perlu ditingkatkan sebagai wujud penghormatan terhadap orang tua yang telah membagikan dan mewariskan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, serta keteladanan bagi generasi penerus, terutama di lingkungan keluarganya. 1.2.
Rumusan Masalah Adanya beberapa rumusan dari permasalahan yang diangkat dari isu ageing
population sebagai berikut, yaitu : 1. Bagaimana peran arsitektur untuk para senior(lansia) melakukan dwelling di masa depan ketika struktur masyarakat mengalami perubahan? 2. Bagaimana kehidupan di perkotaan menanggapi dukungan kesehatan fisik yang semakin menurun akibat bertambahnya umur pada lansia? 3. Bagaimana cara menghadirkan program dan fasilitas untuk lansia yang sehat, produktif, sejahtera dengan pendekatan perancangan age friendly?
1.3.
Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat dari program yang direncanakan ini mengarah kepada : 1. Peningkatan kualitas hidup lansia untuk mencapai lansia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat.
4
2. Menyediakan wadah berhuni yang interactive untuk para warga senior menikmati waktu sehari-hari dengan fasilitas pendukung untuk beraktivitas dan berinteraksi dengan orang-orang yang seumuran (komunitasnya), dewasa, ataupun anak-anak agar dapat meningkatkan kualitas dan semangat para warga senior karena merasa sudah tua dan tidak lagi mengerjakan sesuatu dalam karirnya. 3. Memberikan peluang bagi kalangan senior dan junior untuk bersama-sama melanjutkan kerja, edukasi, dan rekreasi. 1.4.
Sumbangan Proyek Usulan proyek dengan program perancangan ini mengacu kepada 3 kriteria
SDGS (Sustainable Development Goals) : GOOD HEALTH AND WELL-BEING Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages.
DECENT WORK AND ECONOMIC GROWTH Promote sustained, inclusive and sustainable economic growth, full and productive employment and decent work for all.
SUSTAINABLE CITIES AND COMMUNITIES Make cities and human settlements inclusive, safe, resilient and sustainable
5
BAB II KAJIAN TEORITIKAL 2.1.
Dwelling Menurut Christian Norberg-Schulz dalam bukunya “The Concept of
Dwelling� mengungkapkan bahwa, dwelling atau “hunian� mempunyai makna lebih mendalam dari sekadar atap yang menaungi di atas kepala kita dan sejumlah meter persegi ruang yang kita miliki. Menurutnya, dwelling mempunyai tiga arti; Pertama, ruang di mana kita bertemu dengan orang lain untuk bertukar produk, ide, dan perasaan, pada makna ini kita akanmendapatkan pengalaman kehidupan sebanyak mungkin. Kedua, dwelling mencapai kesepakatan dengan orang lain di mana kita akan dihadapkan
untuk
dapat
menerima seperangkat
nilai-nilai
umum
di
masyarakat. Ketiga, mengandung arti ketika kita telah menjadi diri kita dengan memiliki dunia kecil pilihan kita sendiri. Kita dapat menyebut ketiga arti itu masingmasing sebagai dwelling / hunian secara kolektif, publik, dan pribadi. Ketiga tingkatan ini memiliki dimensi keruangan yang kompleks dalam sebuah konsep `dwelling`, karena `hunian`
dengan
konsep `berhuninya`
harus
dapat
memberikan
kontribusi menyeluruh dalam kehidupan manusia di bumi. Sedangkan, Martin Heidegger menggunakan istilah dwelling sebagai sebuah konsep menghuni atau cara khas ada (dasein) di dunia. Tinggal di rumah, tidak hanya berada didalamnya secara spasial dalam arti hanya menyisir dan berputar dalam lingkungan rumah saja. Sebaliknya, rumah sebagai sesuatu yang ada adalah milik dunia, dan orang yang menghuni didalamnya harus keluar untuk melihat langit-langit dunia. Hunian pada awalnya tidak merujuk pada tinggal di suatu tempat, tetapi lebih pada berhenti dan berlama-lama di jalan, dengan keraguan tentang ke mana harus pergi. Kata dwelling dalam bahasa Inggris kunonya adalah `dwellan` yang berarti mengembara (to wander) dan bertahan hidup (to linger). Secara filosofis, kata dwelling memberikan makna bahwa untuk bertahan hidup, tidak dapat dilakukan dengan berdiam diri atau menetap tetapi harus mengembara. Maka dwelling sebagai konsep menghuni dan ada di dunia berhubungan dengan menetap dan berkelana.
6
Dengan menetap dan berkelana inilah manusia belajar tentang konsep menghuni (sebagai ada) di dunia.
2.2.
User and Generation
Target user yang akan menjadi sasaran pemegang peran di kehidupan 20-30 tahun mendatang yaitu: -
Generasi X (1965-1980) Kata X pada generasi ini dipopulerkan novel yang berjudul Generation X: Tales
for an Accelerated Culture yang ditulis Douglas Coupland. Melihat pola asuh kedua orang tuanya yang banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, generasi X pun mengikuti jejak tersebut. Akan tetapi, kehidupan antara pekerjaan, pribadi, dan keluarga mereka jauh lebih seimbang. Generasi ini juga sudah mulai mengenal yang namanya komputer dan video game dengan versi sederhana.
-
Generasi Y (1981-1995) Work life balance, itulah motto sebagian besar generasi milenial. Tidak melulu
mengejar harta, tapi milenial lebih mengejar solidaritas, kebahagiaan bersama, dan eksistensi diri agar dihargai secara sosial. Selain mengalami transisi dari segala hal yang bersifat analog ke digital, milenial atau generasi Y juga ini tumbuh seiring dengan semakin matangnya nilai-nilai persamaan dan hak asasi manusia, sehingga mempengaruhi pembawaan mereka yang bisa dinilai lebih demokratis. Meski hidupnya tampak selalu bersenang-senang, justru ini generasi yang digadang-gadang tengah memberi banyak pengaruh baik untuk masa depan bangsa. Para milenial lebih jeli dalam melihat suatu peluang, terutama bisnis dengan konsep yang lebih inovatif.
-
Generasi Z / Milenial (1996-2015) Dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat di generasi
Z, mereka seolah tak bisa lepas dari gadget dan aktivitas media sosial. Alhasil, mereka lebih cepat memperoleh informasi dari pada generasi-generasi sebelumnya. Meski suka
7
dengan hal yang bersifat instan, generasi ini tetap memilik kelebihan tak jauh berbeda hampir seperti ‘kakak-kakaknya’ terdahulu. Teknologi bagi mereka dapat melakukan apa saja termasuk belajar dan bekerja, bukan sekadar bersenang-senang. Maka tak sedikit dari Gen Z yang kini menjadikan media sosial sebagai lahan mereka untuk mencari penghasilan. Seperti membuka online shop atau menjadi influencer muda.
2.2.1. Lansia
Sumber : google
Menurut World Health Organisation (WHO) yang dimaksud dengan lansia adalah seorang manusia yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia sendiri merupakan bagian dari kelompok tahapan terakhir dari suatu fase kehidupan manusia. Umur ini umumnya di Indonesia di gunakan sebagai usia maksimal kerja (pensiun). Kelompok lansia akan mengalami proses yang disebut Aging Process (proses penuaan) seperti penurunan fungsi fisik, mental, kognitif. Ditandai dengan berbagai gejala-gejala yang berpengaruh terhadap penurunan daya tahan tubuh dan daya ingat (pikun). Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokan lansia dibagi menjadi: 1. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
8
2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun). 3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun). 2.2.2. Karakteristik Lansia Menurut Butler dan Lewis (1983) dan Aiken (1989) karakteristik lansia yang dibagi menjadi: 1. Keinginan untuk meninggalkan warisan, 2. Fungsi sebagai orang yang dituakan atau dihormati, 3. Kelekatan dengan objek-objek yang dikenal, 4. Perasaan tentang siklus kehidupan, 5. Kreativitas, 6. Rasa ingin tahu dan kejutan, 7. Perasaan tentang penyempurnaan dan penemuhan kehidupan, 8. Konsep diri dan penerimaan diri, 9. Kontrol terhadap takdir, 10. Orientasi ke dalam diri, 11. Kekakuan dan kelenturan. Selain itu juga karakteristik lansia memiliki ego yang sangat tinggi, minoritas (adanya perasaan dikucilkan atau terasingkan), gampang merasa putus asa, dan juga sensitive dengan barang-barang pribadinya.
Produktivitas bagi Lansia Berdasarkan hasil jurnal ilmiah psikologi oleh Santi Sulandri dan Dicks Martyasanti, ciri-ciri lansia produktif adalah : -
Lansia merasa percaya diri bahwa dirinya masih mampu melakukan suatu pekerjaan.
-
Adanya rasa ingin berbagi pengalaman.
-
Suka bersosialisasi. 9
-
Tidak bisa diam (gemar bekerja)
-
Biasanya aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
-
Melakukan banyak pekerjaan walaupun itu bukan di bidangnya.
-
Memiliki banyak ide.
-
Mencari kegiatan positif seperti jalan pagi/ olahraga ringan untuk menjaga kestabilan kesehatan yang dimiliki.
-
Merasa akan tanggung jawab kebutuhan ekonomi keluarga.
-
Kembangkan hobi sesuai dengan kemampuan.
2.2.3. Kebutuhan Lansia -
Kesehatan mental pada Lansia Bertambahnya usia akan diiringi dengan timbulnya berbagai penyakit,
penurunan fungsi tubuh, keseimbangan tubuh dan resiko jatuh. Menurunnya status kesehatan lansia ini berlawanan dengan keinginan para lansia agar tetap sehat, mandiri dan dapat beraktivitas seperti biasa misalnya mandi, berpakaian, berpindah secara mandiri. Ketidaksesuaian kondisi lansia dengan harapan mereka ini bahkan dapat menyebabkan lansia mengalami depresi. Penyebab lansia mengalami depresi: •
Masalah kesehatan
•
Kesepian dan terisolasi
•
Berkurangnya tujuan hidup
•
Perasaan takut (akan kematian, masalah keuangan, dan kesehatan)
•
Kehilangan sesuatu yang dicintai (pasangan, keluarga, teman, atau peliharaan) Hasil penelitian Brett, Gow, Corley, Pattie, Starr, dan Deary (2012)
menunjukkan bahwa depresi merupakan faktor terbesar yang memengaruhi kualitas hidup. Beberapa hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup lansia. Latihan fisik sangat penting bagi lansia dalam meningkatkan kualitas hidup. Latihan yang teratur dapat meningkatkan hubungan sosial, meningkatkan kesehatan fisik dan kesehatan mental. Latihan juga berperan penting dalam mengurangi risiko penyakit 10
dan memelihara fungsi tubuh lansia (Ko & Lee, 2012). Latihan dapat mencegah kelelahan fisik karena meningkatkan fungsi kardiovaskuler, sistem saraf pusat, sistem imun dan sistem endokrin. Latihan juga dapat menurunkan gejala depresi (Chung, 2008).
Beberapa faktor yang masih dapat dikontrol dan menjadi tindakan pencegahan seperti: 1. Menjadikan pikiran untuk tetap aktif 2. Aktif secara fisik dan mental 3. Penuhi kebutuhan vitamin 4. Kunjungi dokter saat mengalami keluhan kesehatan 5. Menjaga pola makan 6. Menjaga kualitas tidur
-
Kemampuan Kognitif pada Lansia Penurunan kognitif lansia menyebabkan munculnya demensia yaitu berbagai
gejala yang mempengaruhi kemampuan fungsi otak dalam mengingat (memori), berpikir, bertingkah laku, dan berbicara (berbahasa). Demensia bukan nama dari sebuah penyakit, tetapi gangguan kesehatan mental. Ini menggambarkan gejalagejala yang mengganggu fungsi otak. Gejala dari demensia antara lain seperti hilang ingatan, sulit menyelesaikan masalah, sulit berencana, perubahan karakter, berhalusinasi, dan sebagainya.
2.3.
Budaya dan Peran Keluarga dengan Lansia di Indonesia Budaya yang terdapat di struktur masyarakat Indonesia saat ini masih bersifat
kekeluargaan, dimana disebutkan bahwa sistem keluarga besar (extended family) yang biasanya terdiri dari 3 generasi, sampai ke anak cucu. Dimana, orang tua bergantung kepada anaknya, yang terkadang dapat menciptakan disabilitas bagi orang tua, sehingga mereka menjadi tidak mandiri dan produktif, otomatis fungsi motorik juga menurun.
11
Kedepannya, arus globalisasi menjadikan arus informasi dan transportasi secara cepat, sehingga akan muncul transfromasi budaya baru yang akan berkembang. Tingkat mobilitas penduduk akan tinggi menciptakan tuntutan perubahan tata hidup. Akhirnya, kehidupan dalam masayarakat pun berubah, nilai-nilai yang dianut turut berubah, dari sistem keluarga dari keluarga besar (extended family) menjadi keluarga inti/kecil. Hal ini menjadikan nilai-nilai yang berlaku pada generasi sebelumnya tidak lagi menjadi panutan bagi yang selanjutnya, seperti halnya pemberian perhatian kepada orang tua.
2.4.
Age Friendly Environments Pendekatan age friendly juga dapat disebut dengan istilah “multigeneration
space�, dengan memanfaatkan adaptasi atau penyesuaian terhadap potensi ekonomi dan skills improvement sebagai penunjang aktivitas bagi penduduk yang lebih senior sambil juga membina generasi yang lebih muda. Sehingga keduanya menjadi aktif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari.
Age friendly environments in the city principles: 1.
Housing that allows residents to age in place.
2.
Robust community health programs.
3.
Opportunities
for
continuing
work,
education, and recreation for all ages (life cycles).
12
BAB III PROGRAM PERANCANGAN 3.1.
Ide Perancangan Ide rancangan dalam dalam perancangan ini muncul dari permasalahan inti
yaitu meningkatnya jumlah lansia (ageing population) di tahun 2050 disertai dengan perubahan struktur masyarakat, keluarga, dan lingkungan secara makro. “Integrate young and old populations” menjadi ide awal perancangan. 3.1.1. Rancangan Program Rancangan program pada tapak dibagi menjadi dua yaitu program utama dan program penunjang. Program utama didalam tapak ini yaitu mewadahi kebutuhan berhuni lansia sehari-hari, melakukan aktivitas fisik dengan sifat rekreasional. Adapun fasilitas olahraga dan fasilitas penunjang yang dimasukan dalam program: Living space
• • •
Bedroom Bathroom Dining space
Sport and Healthcare
• • • • • •
Sport & Recreation park Jogging track Dance studio Martial arts Yoga & meditation class Memory care
Workspace & Growth-Oriented
• • • •
Small library Art & Craft class Cooking class Painting
Recreation and entertainment
• • • • •
Live music/ music therapy Eco-Community Garden Kids Playground &Outdoor gym Performance art Outdoor gym
13
• •
Garden sitting area Café & Wii Sport
Adapun kegiatan seperti jogging track bagi lansia akan dibuat berbeda karena ikut menyatu dengan bangunan sehingga jalur jogging tidak hanya jalur biasa tetapi memiliki medan dan pengalaman ruang yang berbeda(outdoor-indoor) sehingga dapat beraktivitas fisik secara tidak sadar. Secara umum, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan waktu olahraga untuk lansia sebagai berikut. •
Olahraga intensitas sedang minimal 150 menit dalam seminggu, atau intensitas berat 75 menit dalam seminggu.
•
Olahraga keseimbangan paling sedikit 3 kali seminggu.
•
Olahraga kekuatan/ketahanan otot minimal 2 kali seminggu. Kegiatan olahraga akan dibedakan menjadi outdoor dan indoor seperti lapangan
basket terdapat outdoor dan indoor,pada bagian outdoor lapangan dapat digunakan oleh siapa pun, sehingga terjadi interaksi dari orang-orang yang berbeda. Pada lapangan basket tipe indoor juga diperhatikan pencahayaan dan juga bersifat transparan sehingga dapat dilihat atau dinikmati permainannya oleh orang lain.
14
BAB IV INVESTIGASI TAPAK 4.1.
Data dan Pemilihan Kawasan Dasar awal pemilihan Kawasan diawali dengan pendataan jumlah penduduk
lansia berdasarkan jenis kelamin dan usia yang paling banyak di DKI Jakarta menurut Data Statistik (Open Data Jakarta) yaitu Kabupaten/kota Jakarta Utara. Dari kawasan kota, kemudian data menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia terletak di Kecamatan Penjaringan, Kelurahan Pejagalan.
Gambar. Grafik bar Jumlah Penduduk Lansia berdasarkan kabupaten/kota DKI Jakarta
15
Gambar. Grafik bar Jumlah Penduduk Lansia berdasarkan Kec. di Jakarta Barat
Gambar. Grafik bar Jumlah Penduduk Lansia berdasarkan kelurahan di Kec. Penjaringan
16
Gambar. Posisi wilayah kel. Pejagalan di Kec. Penjaringan Sumber : Google earth
Gambar. Batas kelurahan Pejagalan Sumber : Google earth
Kelurahan Pejagalan memiliki luas 3,2318 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 88.221 jiwa. 4.2.
Pemilihan Tapak Terpilihnya tapak didasari oleh beberapa alasan, yaitu : 1. Peruntukan lahan sesuai dengan program yang akan dirancang. 2. Aksesibilitas tinggi, dapat dijangkau oleh transportasi umum seperti bajaj, angkutan umum (mikrolet), dan bus mini transjakarta.
Gambar. Transportasi umum
Gambar. Transportasi umum
3. Dekat dengan fasilitas-fasilitas umum seperti : - Fasilitas Pendidikan seperti, SDN Pejagalan 03 Pagi, SDN Pejagalan 01 Pagi, SDN Pejagalan 05 Pagi, SMA Permata Indah, Pusaka Abadi High School.
17
- Fasilitas Keagamaan untuk berbagai kepercayaan, seperti Gereja Katolik Santo Philipus Rasul, Teluk Gong, Gereja Huria Kristen Batak Protestan Jakarta Kota, Gereja Injil Kristus, Masjid Al-Fagor, Vihara Satrya Dharma, Kelenteng Kwan Sheng Tuah dan Su Kong Bio. 4. Belum terdapat fasilitas untuk rekreasi, healing holisctic, olahraga dan works & skill space bagi generasi milenial dan kaum senior untuk meningkatkan produktivitas, sehingga dapat menjadi potensi untuk dikembangkan pengaplikasiannya ke tapak. 4.3.
Peruntukan Tapak
Tapak berada di Jl. Teluk Gong Raya Peraturan zonasi sesuai Rencana Kota Zona K.1 : Zona Perkantoran, Perdagangan, dan Jasa Luas
: ¹ 8.000 m²
KDB : 50 KLB
:2
KB
:4
KDH : 35 Tipe
:T
18
4.4.
Kondisi Eksisting dan Sekitar Tapak
Gambar. Kondisi eksisting tapak Sumber : Google maps
Gambar. Kondisi eksisting tapak Sumber : Google maps
Gambar. Kondisi Eksisting Sebrang Tapak Sumber : Google maps
Gambar. Kondisi Eksisting Sebrang Tapak Sumber : Google maps
19
BAB V STUDI PRESEDEN
5.1.
ENABLING VILLAGE
Sumber : Archdaily
Sumber : Archdaily
Arsitek
: WOHA
Lokasi
: Singapura
Kategori
: Community Center
Tahun
: 2016
Enabling Village merupakan area inklusif yang mengintegrasi edukasi, pekerjaan, olahraga, retail, lifestyle dan menghubungkan orang-orang disabilitas dengan masyarakat. Bangunan ini memiliki 6 area yaitu Nest, Playground, The Hive, Village Green, Hub dan Academy dengan karakter dan program yang berbeda.
20
Selain itu terdapat area untuk pameran karya dari komunitas-komunitas agar
pengunjung
dapat
melihat
dan
meningkatkan wawasan mereka. Sumber : Archdaily
Terdapat area berupa tangga dan ramp yang juga dijadikan sebagai tempat untuk duduk-duduk dan amphitheatre.
Sumber : Archdaily
Tepat di bawahnya terdapat banyak pipa-pipa besar yang dijadikan sebagai struktur dan sebagai tempat untuk duduk dan bersantai.
Sumber : Archdaily
21
5.2.
Rukun Senior Living, Bogor Dengan
Village,
Rukun
konsep
Retirement
Senior
Living
menyajikan Retirement Village yang pertama dengan kompleks perumahan The Villas yang diciptakan khusus bagi usia 50+ dengan gaya hidup yang mandiri dan dinamis. The Villas at Rukun Senior Living berlokasi di Sentul, Bogor dan menyajikan lima tipe villa yang dapat dibeli dengan kepemilikan HGB.
Sumber : Google
Setiap villa dirancang dengan perhatian terhadap keselamatan dan kenyamanan warga senior sehingga menjadi rumah yang ideal dengan bertambahnya usia.
Sumber : Google
Keunikan perumahan The Villas yang tidak tersedia di manapun juga di Indonesia adalah lokasinya yang terintegrasi dalam Rukun seperti berada di sebuah pulau. Rukun Senior Living menyajikan konsep Continuing Care Retirement Community (CCRC) di mana setiap fase hidup seorang senior dapat dilayani dengan ragam tipe hunian dan layanan yang tersedia.
22
Selain perumahan The Villas, juga tersedia sarana Senior Resort dengan unit hunian berbentuk apartemen, sentra kegiatan dan layanan aktivitas senior club, kamar hotel ramah senior untuk penginapan jangka pendek, dan sarana pertemuan untuk ragam acara grup senior seperti reuni dan arisan. Disamping
itu
juga
tersedia Rukun Senior Care yang menyajikan sarana hunian dengan layanan dan program kegiatan khusus
bagi
senior
dengan
demensia, dan juga jasa perawatan bagi senior yang membutuhkan dukungan lebih dalam kehidupan sehari-harinya
PROGRAM-PROGRAM EDUKATIF UNTUK PRODUKTIVITAS
23
DAFTAR PUSTAKA Heidegger, M. (1971). Building, Thinking, Dwelling. Poetry, Language, Thought, Norberg-Schulz, C. (1985). The Concept of Dwelling on the Way to Figurative Architecture. https://www.who.int/ageing/publications/Global_age_friendly_cities_Guide_English. pdf http://statistik.jakarta.go.id/statisik-penduduk-lanjut-usia-di-dki-jakarta-tahun-2019/ https://data.jakarta.go.id/dataset/jumlah-penduduk-lansia-provinsi-dkijakarta/resource/5012ccd0-69e4-4759-84de-402a7ae908b6?view_id=e6b06d7e-32834fc0-9a6b-5b524162f8df https://news.detik.com/kolom/d-4935700/baby-boomers-menuju-lansia
24
25