Hunian tetap menjadi sebuah tempat di mana kita semua menghabiskan sebagian besar waktu dalam hidup kita dan pengalaman arsitektur, belajar untuk terhubung dan beradaptasi menyesuaikan dengannya melalui emosi dan juga pikiran. Konsep dalam berhuni mencerminkan dan mewakili budaya kita, latar belakang kita, kepemilikan, serta keamanan. Hunian menjadi tempat yang kita semua ingin kembali, di mana semua orang akan menemukan kenyamanan, meskipun kehidupan kita sedang terganggu, kacau balau dan mendapatkan tekanan sekalipun.
Kualitas hunian dari hari ke hari semakin harus ditingkatkan dengan pengembangan berbagai teknologi, inovasi dalam kecerdasan buatan dan perubahan yang kita semua saksikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menanggapi bagaimana masa depan hunian bagi generasi ke depannya. Dengan munculnya banyak hal yang tidak diketahui seperti pemanasan global, badai pasir, naiknya permukaan laut, peningkatan populasi perkotaan, pandemic seperti yang saat ini sedang terjadi yang menghadapi tantangan kehidupan nyata di depan kita semua untuk membentuk kembali unit-unit dasar kehidupan kita untuk menangani masalah-masalah ini. Ada banyak hal yang berubah sehingga membutuhkan berbagai penyesuaian baru akibat pandemi Coronavirus Disease 2029 (Covid-19). Penyesuaian atau new normal ini berlaku untuk segala hal terkait pola bisnis, lifestyle, dan lainnya termasuk desain arsitektur bangunan rumah, perkantoran, pusat ritel, dan sebagainya. Sebagai seorang arsitek, khususnya terkait berbagai penerapan new normal untuk desain sebuah properti. Perubahan mulai dari hal kecil atau minor seputar mengubah tata letak furnitur, gaya layout, hingga perubahan besar sampai mengubah bentuk bangunan. Desain-desain rumah menengah juga akan mengalami perubahan yang diarahkan untuk mencapai tingkat kenyamanan baru untuk bekerja maupun tinggal di rumah. Termasuk tren menempatan tempat cuci tangan sebelum masuk ke rumah, jadi rumah dibuat ada area disinfektan. Desain rumah terbuka untuk memaksimalkan cahaya matahari maupun sirkulasi udara yang maksimal untuk membuat rumah lebih sehat. Kesehatan menjadi unsur penting karena penghuni yang sehat artinya memiliki imunitas yang lebih baik untuk menangkal masuknya virus. Ada banyak pemikiran-pemikiran baru terkait penerapan desain seperti apa yang akan diterapkan. Kita juga berpikir tidak lagi soal tampilan, misalnya pintu utama yang harus grande tapi lebih memikirkan bagaimana membuat pintu masuk supaya mudah menerima kiriman paket. Apa perlu rumah dibuat semacam loker, jadi ide-idenya sangat dinamis Laporan terbaru Jones Lang LaSalle (JLL) perusahaan riset dan manajemen property global menyebutkan, cepatnya proses urbanisasi telah mengubah cara berhuni dan tempat tinggal manusia. Penerimaan masyarakat terhadap prinsip ekonomi saling berbagi (shared economy) berhasil menjadi sector kehidupan sebagai pendorong pengembangan alternatif hunian seperti co living atau berbagi ruang hidup. Konsep co living semakin popular di kalangan milenial. Ada dua hal yang membuat konsep ini menjadi popular yaitu karena keterjangkauan dan adanya kekuatan komunitas. Milenial dengan dana yang terbatas dan ingin menabung akan sangat tertolong dengan konsep co living. Karena menawarkan solusi yang murah dan lebih terjangkau bagi milenial yang ingin memiliki hunian sendiri. Ditambah harga sebidang tanah yang semakin hari, tahun ke tahun semakin melonjak tinggi menjadi alasan utama sulitnya memiliki hunian sendiri. Konsep co living tidak sekedar berbagi ruang dan fasilitas hidup, tetapi juga berbagi minat, keterampilan, sumber daya, nilai, dan impian. Rumah masa depan akan semakin memasuki sistem energi lingkungan, fitur tata letak yang fleksibel dengan konsep hunian yang praktis dan menggunakan teknologi yang ditingkatkan untuk membuat keputusan otomatis tentang pemanasan, keamanan dan bahkan pengiriman pos, menurut laporan baru. Laporan tersebut, Futurology: rumah baru pada tahun 2050, yang ditugaskan oleh NHBC Foundation, yang menyediakan penelitian dan panduan untuk mendukung industri pembangunan rumah, melihat ke depan tiga dekade dan memperkirakan penyesuaian radikal terhadap desain bangunan rumah,
terinspirasi oleh teknologi baru, perpindahan penduduk dan perubahan iklim. Laporan tersebut menunjukkan bahwa perubahan demografis, seperti peningkatan cepat dalam jumlah lansia dan masalah yang semakin memburuk dari kaum muda yang tidak mampu meninggalkan rumah, akan mendorong permintaan akomodasi multi-generasi. Lebih banyak rumah akan dirancang dengan tata letak yang fleksibel agar sesuai dengan generasi yang berbeda, yang dapat disesuaikan dengan perubahan kebutuhan keluarga. Terinspirasi oleh kebutuhan akan perumahan perkotaan yang lebih banyak di daerah berpenduduk padat, desain masa depan akan menghasilkan rumah dengan jejak kaki yang lebih kecil, tetapi dengan lebih banyak toko, menggunakan balkon dan ruang atap untuk menyediakan ruang luar. Arsitek dapat menarik inspirasi dari desain kompak yang baik, seperti di perahu atau karavan, untuk menghasilkan lebih banyak pilihan "kehidupan mikro" untuk orang lajang. Lebih banyak inovasi akan digunakan ketika mendesain rumah "usia ketiga" untuk orang berusia di atas 65, yang mencerminkan permintaan akomodasi dengan lift, tingkat akses, dan kegiatan bersama, sambil tetap menjaga privasi dan rasa memiliki.
Berikut merupakan beberapa ilustrasi yang menggambarkan proses mendalami pengertian sebuah konsep masa depan berhuni berbasis hari ini yang didapat dari kuliah tamu. Sehingga proses berpikir juga menjadi semakin luas dan berkembang (tidak terpaku dan fokus hanya dengan satu pandangan) untuk memahami dan menciptakan desain nantinya.
Berawal dari ilustrasi pertama, menjelaskan konsep berhuni mendasar dalam kehidupan sehari-hari secara umum. Ilustrasi memberi artian bahwa berhuni disini diartikan tidak hanya sebagai sebuah rumah untuk tinggal. Dalam kehidupan sehari-hari, waktu demi waktu dilewati, manusia dalam konsep berhuni harus mampu berkembang membuka diri untuk dunia luar yang lebih luas. Karena, manusia juga akan bertemu dengan orang lain di lingkungan sekitarnya, entah untuk bertukar pikiran atau kegiatan tertentu. Oleh karena itu, akan ada cara penyesuaian diri manusia untuk menjustifikasi perbedaan sehingga siap untuk menerima dan mengikuti aturan. yang terdapat di lingkungannya. Ilustrasi ruang kerja yang kosong menandakan bahwa manusia sebagai pribadi dapat menjadi dirinya sendiri untuk memilih ruang yang dapat memenuhi aktivitas menurut kesenangannya sendiri.
Ilustrasi kedua, menggambarkan tentang melihat masa depan berhuni, dari sisi apa yang telah terjadi dengan dunia pada akhir-akhir ini. Pandemi covid mempengaruhi cara orang melihat dunia, bertingkah laku dalam kehidupannya. Semua merasa diserang oleh pandemi, tidak bisa menjalankan rutinitas sediakala maupun sekedar untuk menghibur diri dan berekreasi, yang biasanya pada hari libur dimanfaatkan untuk bepergian keluar. Sampai pada akhirnya, semua kegiatan dilakukan di rumah saja, dan orang akan merasakan kejenuhan.
Ilustrasi ketiga, menjelaskan tentang dwelling dalam konteks space design and anthropology. Untuk meneruskan kehidupannya, manusia harus beradaptasi dengan adanya perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dari zaman dulu hingga sekarang, baik budaya maupun gaya hidup. Karena dwelling didasari oleh survival, tempat berhuni dianggap harus aman dari ancaman bahaya seperti terhindar dari hujan, banjir, adanya binatang buas, dll. Lama kelamaan konteks berhuni manusia juga ikut berubah mengikuti perkembangan zaman, seperti mulai ada batas pagar sebagai pelindung, tata cara bereksperimen dari pengalaman/memory yang pernah dialami. Gambaran gedung tinggi perkotaan menggambarkan perjalanan hidup berkelana dari tempat tinggal, naik transportasi massal, mencapai tujuan beraktivitas tahap selanjutnya.
Ilustrasi keempat, menjelaskan tentang dwelling dalam tipologi arsitektur. Gambaran ini merupakan bentuk dasar dari sebuah proses desain yang berkembang menjadi sebuah tempat untuk bertahan hidup. Bidang-bidang yang terbentuk merupakan elemen pembentuk ruang pada sebuah desain, seperti tangga, tiang vertical, pintu, lantai, jendela, void, dll. Sehingga model/massa desain diterapkan ke denah dan tampak. Denah menghasilkan sirkulasi ruang di dalamnya, menyusun ruang sesuai kebutuhan penggunanya sehingga memberi pengalaman ruang dan fungsi yang berbeda dari tiap ruangnya. Sedangkan tampak, menciptakan wujud pada model bangunan sebagai (simbolik).
Ilustrasi kelima, menjelaskan esensi makna berhuni dimana ada living centre. Manusia berhuni tidak sebatas hanya tinggal sebagai subjek dan bangunan, tetapi ada hal yang berada dalam mode kesadaran yang sama. Gambaran pada siang hari terik, anak memilih bermain di selasar rumah dengan kanopi di atasnya dibanding di halaman hijau disampingnya. Ada kesadaran bahwa mereka harus berteduh dari cuaca yang panas. Gambaran tempat penjemuran pakaian juga didasari dari budaya kesadaran manusia untuk menggantung baju yang basah di atas langit-langit yang langsung terpapar angin dan matahari dengan tujuan agar bajunya cepat kering. Tenda juga menjadi contoh kesadaran manusia untuk berhuni di alam terbuka, menghindari adanya gangguan. Kesadaran yang sama juga dapat dilihat dari gambaran rumah dan lingkungan hidup binatang peliharaan, menjaga jarak dan memberi batasan serta menyediakan tempat berlindung bagi binatang yang akan digunakan ketika beristirahat. Orang lanjut usia yang duduk di kursi roda untuk menghirup udara segar, didorong oleh seorang pengasuh keliling taman melewati setapak jalan beton. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran untuk mengikuti jalan yang sudah dibuat, tanpa merusak rumput di taman.
Ilustrasi keenam, menggambarkan kehidupan di perkotaan yang saat ini menjadi terbatas untuk melakukan beberapa kegiatan publik. Seperti, restoran yang menggunakan akrilik kaca sebagai pembatas antara dua orang atau lebih. Adanya relayouting yang terjadi di beberapa fungsi ruang public, seperti fungsi lift sebagai transportasi vertical untuk mengangkut penumpang secara terbatas dan diberi jarak. Sehingga nantinya, relayouting ruang-ruang public di perkotaan mungkin dilakukan sebagai eksperimen untuk diuji coba secara terus menerus ke masyarakat.
Ilustrasi ketujuh, menggambarkan konsep berhuni yang mengalami perubahan. Kegiatan manusia menjadi beragam dalam satu ruangan, mengadaptasi diri dan menempatkan diri sesuai pola hidup yang ada. Disaat yang bersamaan, ada manusia yang datang, menetap, bertemu dengan orang lain di lingkungannya. Kebiasaan hidup manusia untuk berhuni di dalam suatu ruang untuk memenuhi keinginannya, mereka merasa terbiasa dengan pola yang ada. Ruang hobi salah satunya, dapat menjadi area berekspresi diri terbebas dari lingkungan luar.
Dwell dalam pengertian luas tidak hanya merujuk pada konsep “berhuni� dalam satu tempat, dwell juga dapat dimaknai sebagai hal yang sifatnya nomaden (berpindah-pindah), berkelana (to wander) bertemu dengan orang lain, membuat kesepakatan yang sama untuk tetap eksis agar dapat bertahan hidup jangka panjang. Dwell diartikan sebagai cara berhuni yang dipengaruhi oleh manusia, lingkungan dan artifak) yang saling memiliki pengaruh dalam suatu ruang arsitektur. Dwell didasari oleh kemampuan survival manusia untuk melanjutkan hidup, yang secara tidak langsung merubah pola hidup dan tingkah laku manusia. Adanya perubahanperubahan yang harus disesuaikan dikarenakan manusia berhuni tidak sebatas hanya tinggal sebagai subjek dan bangunan, tetapi ada hal yang berada dalam mode kesadaran yang sama. Pada awal tahun 2020, kita dikejutkan dengan adanya Pandemi Covid-19 menyebar dan melanda dunia, termasuk Indonesia yang dipastikan akan terkena dampak yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, baik aspek kesehatan maupun sosial dan ekonomi (semua sektor kehidupan). Pandemi ini telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola hidup (lifestyle) masyarakat dunia, mulai dari self quarantine, physical distancing, PSBB, lockdown, sampai menerapkan pola hidup sehat dan higienis untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Banyak aktivitas-aktivitas yang terpaksa tidak dapat dilakukan seperti biasanya (tertunda), seperti konsultasi bertemu dengan dokter, melakukan terapis, bahkan menata rambut di salon. Selama diberlakukan karantina dan PSBB, dimana semua aktivitas masyarakat dilakukan di rumah, muncul kebiasaan baru untuk bekerja, beribadah, dan belajar secara virtual. Masyarakat mulai beradaptasi dengan adanya perubahan gaya hidup semula sebelum terjadinya pandemic Covid-19. Bekerja remote atau work from home tidak hanya akan tren pada tahun 2020. Hal ini akan menjadi budaya yang bertahan lama ke depannya. Begitu juga yang akan terjadi dengan kehidupan setelah penerapan era new normal dimulai. Istilah new normal merupakan penyesuaian tatanan kehidupan baru di tengah pandemi, kita diminta untuk hidup berdamai dan berdampingan dengan virus corona. Pemerintah Indonesia telah memutuskan mulai menerapkan “normal baru� di berbagai kota besar termasuk Jakarta untuk menghidupkan ekonomi yang sempat terpuruk, walau jumlah kasus positif COVID-19 terus meningkat setiap hari. Pandemi tak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kondisi mental setiap orang. Dalam situasi yang tidak menentu dan pemberitaan mengenai pandemi COVID-19 yang tidak kunjung mereda, setiap menit masyarakat selalu dihujani oleh berita dan informasi mengenai COVID-19 baik di televisi, media sosial dan internet. Terlebih lagi, saaat ini masyarakat dihadapkan pada aturan new normal yang mendorong masyarakat untuk beradaptasi cepat dengan kebiasaan baru. Sehingga, timbulnya rasa bosan dan stres, terutama pada remaja dan anak-anak karena terus menerus berada di rumah dan harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kecemasan dan perasaan stress juga akan meningkat setelah pandemi berlalu. Sebab, banyak orang diprediksi akan merasa lebih terisolasi, kehilangan pekerjaan hingga menjadi pengangguran, menghadapi masalah kesehatan, komunikasi dan hubungan berjarak dengan teman dan keluarga.
Gangguan kesehatan mental yang terjadi selama pandemi dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti ketakutan terhadap wabah, rasa terasing selama menjalani karantina, kesedihan dan kesepian karena jauh dari keluarga atau orang yang dikasihi, kecemasan akan kebutuhan hidup sehari-hari, ditambah lagi kebingungan akibat informasi yang simpang siur. Beberapa kelompok yang lebih rentan mengalami stress selama pandemi adalah anak-anak, lansia dan petugas medis. Pandemi covid-19 telah mengubah pola hubungan anak, mulai dari kegiatan belajar maupun berinteraksi sosial. Bagi anak, keharusan untuk beraktivitas di rumah menjadikan kesempatan mereka untuk bermain, belajar dan berinteraksi dengan teman ddan lingkungannya sangat berkurang. Lembaga Riset CESPELS (Center for Social, Political, Economic and Law Studies) menggelar survei tentang pandangan masyarakat terkait Covid-19, penanganan pemerintah dan dampak sosial ekonominya. Melibatkan 1053 responden, salah satu temuan survei ini adalah tingkat kecemasan masyarakat yang cenderung tinggi di tengah pandemi Covid-19. Survei yang melibatkan 34 provinsi di Indonesia ini menyebutkan bahwa tingkat kecemasan masyarakat yang cukup tinggi, tercermin dari temuan bahwa mayoritas responden merasa cemas (54,4%) dan sangat cemas (35,6%) akibat Covid-19. Selain itu, mayoritas responden (51%) juga merasa lingkungan sekitarnya kurang aman. Beberapa masyarakat memilih melepas stress dan penat serta rasa bosan dengan cara menjalankan aktivitas-aktivitas fisik yang disukai, menjalankan hobi-hobi baru yang menjadi tren untuk ke depannya, misalnya berkebun, olahraga untuk menjaga tubuh tetap sehat dan bugar, memasak, mendekorasi (Menurut data dari Lazada, kategori “outdoor & garden� meningkat sebesar 38%. Dalam masa new normal, tetap berada di rumah menjadi pilihan banyak konsumen mengambil kesempatan untuk mendapatkan suasana baru di rumah agar lebih nyaman), memelihara ikan hias, membaca buku, menonton film, eksplorasi, melakukan kerajinan tangan di rumah (DIY KIT) dengan produknya menampilkan berbagai kegiatan seperti kebun mini, kaligrafi, embroidery, papercraft, melukis dengan berbagai media, dekorasi bunga kering, robotika juga perlengkapan edukasi anak. Guna membantu pengguna untuk meningkatkan produktivitas dan mengembangkan hobi atau menambah skill baru selama masa PSBB. Tentu produk semacam ini dapat menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan bagi kita yang sedang beradaptasi dengan keadaan yang baru ini. Adanya aktivitas-aktivitas untuk mengisi waktu luang ditujukan untuk mendapatkan sebuah hiburan yang bisa dikembangkan. Penerapan kerja di rumah ini bisa menjadi opsi untuk masyarakat yang terkena PHK. Kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan yang sama akan cenderung membentuk sebuah komunitas sosial untuk melakukan sharing dari pengalaman yang sudah dilalui. Interaksi antar kelompok masyarakat terbatas melalui media digital karena adanya aturan sehingga tidak dapat berinteraksi secara langsung untuk bertukar ide, produk, dan lainnya.
“Bagaimana arsitektur dapat merespon kebutuhan hiburan masyarakat yang mengalami kejenuhan dan rasa stress dengan mewadahi ruang berhuni bagi kelompok masyarakat untuk menjalankan aktivitas dan menyalurkan hobi?�
Kita harus mulai melakukan perubahan dengan kreativitas dan kegigihan untuk membuat caracara yang dilakukan relevan dengan perubahan yang terjadi. Kompetensi SDM yang harus dimiliki di abad 21 menurut “21 Century Partnership Learning Framework� relevan untuk kita implementasi sehingga kita dapat survive dan melewati pandemi, meliputi critical thinking dan problem solving, collaboration, creativity dan innovation, communication. Maka, arsitektur akan berperan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menghadapi perubahan gaya hidup di era new normal dengan mewadahi ruang-ruang bagi kelompok masyarakat untuk menjalankan aktivitas dan hobi dan berinteraksi secara normal dengan peraturan dan tatanan norma yang baru.