FRATER CMM 3/16
| MELAWAN KETIDAKPEDULIAN | HARI KAUM MUDA SEDUNIA DI KRAKOW: ‘BERBAHAGIALAH ORANG YANG MURAH HATINYA, KARENA MEREKA AKAN BEROLEH MEMURAHAN’
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
TENTANG FRATER ANDREAS
5
TERBITAN Frater CMM, {sebelumnya Ontmoetingen (Encounters)}, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih (Frater CMM). Langganan gratis (dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini). ISSN 1877-6256. Staf Redaksi: Bpk. Rien Vissers (pemimpin redaksi), Fr. Edward Gresnigt, Fr. Ad de Kok, Nathalie Bastiaansen, Bpk. Peter van Zoest (redaktur pelaksana) Penerjemah: Fr. Ronald Randang, Fr. Wilfridus Bria, Fr. Norbertus Banusu, Fr. Benyamin Tunggu (editor) Desain dan layout: Heldergroen (www.heldergroen.nl) Dicetak oleh: 4idea Printing Office: Jl. Garuda 271, Pringwulung, Yogyakarta Telp / WA : (+62)821.3430.6776 Email: 4ideaprint@gmail.com Web: www.4ideaprint.com Kontak: Frater CMM Jalan Ampel 6/10, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail: magazine@cmmbrothers.nl Website: www.cmmbrothers.org Kontribusi sukarela sebagai mengganti ongkos cetak/ kirim sangat dihargai, silakan transfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek.: 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo
Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
Foto sampul depan: ‘Para Duta Persaudaraan Seluas Dunia’ saat mengikuti salah satu perayaan Hari Kaum Muda Sedunia di Krakow, Polandia (lht. Hal. 10-14). Foto belakang: Danau pulau Bunga Mainu, Jerman, (foto: Fr. Ad de Kok).
TAHUN BELAS KASIH
6
BERPADU DALAM BELAS KASIH
7
MELAWAN KETIDAKPEDULIAN
8
DARI STAF REDAKSI ‘Sebuah gambar mengandung seribu makna’. Ungkapan ini sering disebut dan tentu sesuai dengan terbitan majalah Frater CMM kali ini. Bagi yang memiliki jaringan dengan ‘Duta Persaudaraan Seluas Dunia’ dapat berbagi dan melihat foto-foto antusiastik kaum muda saat mengikuti Hari Kaum Muda Katolik Sedunia di Krakow yang diprakarsai oleh para frater CMM. Rubrik gambaran kerasulan dipenuhi dengan foto-foto khusus yang kali ini sumbernya dari komunitas Udenhout yaitu ‘Perapian’ yang menjadi pusat perhatian. Berbagai reaksi positif dan apresiasi atas dua terbitan sebelumnya menunjukkan bahwa para pembaca tertarik dengan inisiatif-inisiatif nyata yang dilakukan Kongregasi dan patut dicontoh. Pilihan cermat atas gambar-gambar merupakan bagian yang amat penting sehingga dapat memberi pesan tersendiri bagi para frater yang berkarya di tempat lain. Belas kasih menjadi bagian sentral dalam setiap karya para frater dan Tahun Belas Kasih yang diperingati saat ini, sebagai Kongregasi memberikan dimensi ektra sebagaimana diuraikan secara jelas dalam rubrik ini. Frater Harrie van Geene menekankan topik ini melalui rerfleksinya pada salah satu perayaan Kongregasi. Ia mengambil kutipan dari Paus Fransiskus: “Saat ini merupakan kesempatan baik bagi setiap komunitas Kristiani untuk kembali pada esensi dasar dan transformasi yakni oase belas kasih guna melawan ketakpedulian dan praktek korporal maupun yang bertentangan dengan spiritulaitas karya belas kasih”. Diteguhkan dengan tahun khusus yang berakhir pada tanggal 20 November, Kongregasi akan tetap meneruskan dan menempatkan belas kasih melalui karya nyata.
BERBAHAGIALAH YANG MURAH HATINYA
10
OASE BELAS KASIH
15
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
16
BERITA SINGKAT
19
In Memoriam
21
RAHMATNYA AMAT DEKAT
23 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Tahun Belas Kasih segera berakhir; dan merupakan tahun dengan fokus istimewa. Tahun yang penuh dengan rencana dan kegiatan yang meminta perhatian penuh. Secara khusus dari semuanya ini belas kasih harus menjadi nyata. Dari prespektif belas kasih, tahun istimewa ini membawa dampak apa bagi kita? Lagi dan lagi saya melihat bagaimana belas kasih telah menjadi konsep kunci tahun ini. Media menyajikan kepada kita sebuah dunia yang penuh dengan kekerasan dan kekejaman, orang yang terluka dan para pengungsi. Situasi ini tidak jauh, sering hanya sedikit yang bisa dilihat dan status sosial hidup juga mengakibatkan hampanya belas kasih. Orang sering melihat betapa berharganya orang lain dan dalam kitab suci dikatakan ‘hati mereka yang membatu’ dan yang ditekankan disini adalah apakah kita cukup menyadari akan sikap dan perilaku kita? Frater CMM dan suster SCMM mempublikasikan seri meditasi bersama berupa brosur dengan judul Belas Kasih Kini, yang dimaksudkan untuk membantu dalam refleksi maupun dalam meditasi. Seri-seri teks yang bervariasi dan memberi banyak inspirasi dan saya sungguh berharap bahwa teks-teks ini tetap memberi inspirasi dalam hidup harian kita sebagaimana dikatakan belas kasih mesti terjadi ‘Kini!’. Kita melakukannya dengan penuh kesederhanaan hati dan ugahari. Cocok bagi kita sebagai perhimpunan kecil mempraktekkan cara hidup sederhana, sebagaimana dikatakan dalam konstitusi. Kadang-kadang bagi saya tetap menjadi kesulitan bila dihadapkan dengan tahun ini serta berbagai hal lainnya dan saya berterima kasih atas kata-kata St. Vinsensius de Paul: “Ingatlah Allah akan membantu bila kita memberi kontribusi, bahkan hanya sedikit dari sekian banyak karya mulia.
4
Berkali-kali ketika saya membaca tulisan seri belas kasih, saya dihadapkan dengan kata-kata Paus Fransiskus: “Setiap tempat dimana berhimpun umat Kristiani seharusnya menjadi oase belas kasih: bagi setiap orang!” Kepada para religius ia mengatakan: “ Mereka adalah seperti nabi-nabi. Karisma dari karya religius seperti ragi: bagai ramalan nabi yang mewartakan semangat Injil”. Kepada orang sakit Paus mengatakan: “Setiap Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan hendaknya menjadi tanda nyata dan tempat untuk mempromosikan budaya perjumpaan dan damai”. Dan juga ditujukan kepada siapa saja yang bekerja untuk kaum muda: “Pendidikan bukan merupakan pekerjaan/jabatan, melainkan menyangkut sikap dan cara hidup”. Setiap orang bisa juga mengatakan: belas kasih adalah cara hidup. Belas kasih merupakan representasi dari proses pencarian rekonsiliasi untuk saling menerima dan mendukung. Pada penutupan Tahun Belas Kasih saya mengundang masing-masing merefleksikan hal ini. Apa yang bisa kita petik? Apa makna tahun ini untuk Anda pribadi? Bagaimana kita meneruskan untuk memberi bentuk pada belas kasih personal dan sebagai komunitas? Penyelenggaraan Ilahi menguatkan Anda dalam realitas nyata dan mengundang Anda untuk menjadi berbelas kasih sesuai situasi kini. Pewawancara, Rien Vissers
TENTANG FRATER ANDREAS
KEUTAMAAN KECIL Apa visi frater Andreas mengenai pendidikan? Idealisme pedagogis mana yang ia anut? Kita dapat juga menemukan visinya dalam apa yang ia tulis. Frater Andreas berbicara tentang hal ini di ‘Taman siswa Katolik’, sebuah buku yang beliau terjemahkan dan diedit secara khusus pada tahun 1886 untuk murid-muridnya. Halaman judul ‘Taman siswa Katolik’.
Frater Frumentius mengenang kembali ketika ia duduk di ruang belajar sambil bekerja, “selalu dengan rajin dan serius” pada terjemahan seperti ketika ia mempersiapkan diri untuk ujian. Dan dengan hasil yang baik: hal itu menjadi buku kecil yang sukses dan menyenangkan sehingga terlihat bahwa telah dicetak berulang kali selama puluhan tahun. Itulah hasil yang menggembirakan bagi seorang Jesuit Austria, Franz Hattler (1829-1907), tetapi tentu juga dalam bentuk ilustrasi yang baik, dan gaya menulis yang hangat serta hidup terbaca dari hasil terjemahannya. Tipe frater Andreas yang sederhana dan bersahaja menjadi titik perhatian. Beliau juga menulis kata pengantar. Hampir pada setiap halaman ia membagikan antusiasmenya kepada para pembaca. Dalam buku ini terasa seakanakan frater Andreas sendiri berbicara lansung kepada murid-muridnya. Manakah inti pendidikan yang baik? Anak-anak tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan lebih di sekolah, tetapi mereka harus dididik untuk menjadi orang Kristiani yang baik. Hal itu dapat terjadi kalau sikap-sikap dasar berikut tetap menjadi sentral: cinta kasih Kristiani, kelembutan dan kesabaran, kebaikan, ketaatan, hati nurani yang jernih dan cinta akan kebenaran. Mereka yang mengenal frater Andreas menyadari dan mengetahui daftar tersebut; berbeda dengan yang lain, ia menularkan nilai-nilai ini lewat profesinya sebagai seorang guru. Penting juga bahwa anak-anak menemukan diri mereka di perusahaan yang baik serta membaca
literatur yang berguna. “Tidak soal seberapa jujur dan murninya Anda, bila Anda berinteraksi dengan kejahatan dan anak-anak yang nakal, Anda tidak sanggup mempertahankan kejujuran dan kemurnianmu. Bila Anda membaca buku tentang orang yang rajin dan saleh, perlahan-lahan Anda akan meniru apa yang baik”. Tentu saja aturan dan disiplin berperan besar. Taman siswa Katolik menjadikan pengalaman ini sebagai model siswa di sekolah berasrama: “Ketaatannya yang sungguh akan peraturan rumah selalu menginspirasi saya termasuk seluruh rinciannya walau tidak terlalu penting dan menarik perhatian saya. Sejauh saya tahu ia tidak pernah melanggar satu pasal pun dari peraturan-peraturan sekolah”. Hal kecil sering menentukan kualitas seseorang dan hal ini jelas berlaku bagi hidup rohani di sekolah asrama. Frater Andreas: “Gaya hidup siswa pada institusi Pendidikan Katolik yang teratur baik, memungkinkan untuk melakukan praktek kebajikan nyata sebagaimana kehidupan Yesus dari Nasareth yang penuh dengan kasih. Bukan hanya sekedar melatih tetapi menawarkan lebih seperti dikatakan St. Fransiskus dari Sales, ‘kebajikan kecil’. Orang besar di mata Allah adalah ia yang dengan tabah melatih keutamaan-keutamaan kecil ini, karena kesetiaan dalam hal-hal kecil amatlah penting. Setiap hari frater Andreas mengingatkan murid-muridnya untuk tidak melupakan hal-hal kecil dan memberi contoh sebagaimana ia sendiri menghidupinya. Charles van Leeuwen 5
TAHUN BELAS KASIH
SEKOLAH BERBELAS KASIH Pada bulan Pebruari 2016 terbitan pertama seri ‘Belas Kasih Kini’! dipublikasikan dengan bahan-bahan refleksi untuk para frater dan anggota asosiasi CMM serta para suster SCMM dalam rangka tahun belas kasih. Tahun ini gereja Katolik merayakannya yang dimulai tanggal 8 Desember 2015 sampai 20 November 2016. Bulan April dan Juni diterbitkan seri kedua dan ketiga, di bulan Agustus terbit seri keempat.
Pada edisi pertama, Sukacita Atas Belas Kasih Allah’, dimana belas kasih Allah menjadi pusat. Judul pada terbitan April: Gereja yang Berbelas Kasih; terbitan pada bulan Juni: Rumah Sakit yang Berbelas Kasih dan terbitan dalam bulan Agustus: Sekolah Belas Kasih.
‘Pertanyaan mendasar’ Sama seperti pada tiga terbitan sebelumnya, terbitan keempat dimulai dengan teks-teks refleksi dari berbagai sumber. Misalnya petikan dari frater Wim Verschuren tentang belas kasih berdasarkan sebuah laporan dari Gerakan Belas Kasih tahun 2016: “Ketika kita berpikir tentang belas kasih dalam pendidikan, kita menemukan pertanyaan-pertanyaan fundamental. Tidak hanya pertanyaan berkaitan dengan arti seperti: ‘Apa yang hendak kita capai melalui pendidikan kita? dan ‘Apa yang membuat kita terus maju’? Bahkan pertanyaan-pertanyaan seperti: ‘Bagaimana melaksanakan pekerjaan kita dengan baik’? dan ‘Bagaimana melaksanakan pekerjaan kita melalui jalan belas kasih’? Kamu bisa melemparkan sepotong roti kepada orang: tentu kamu tidak mau melakukannya. Anda bisa duduk di samping mereka dan membagikan roti. Hal yang sama berlaku juga dalam pendidikan. ‘Mengajar, membantu yang lemah’ dipandang sebagai karya belas kasih; tetapi orang harus melakukan itu dengan cara yang baik, dan dengan sikap belas kasih.
suatu dunia yang lebih baik, yang di dalamnya kita hidup. Jadilah pria dan wanita, bersama dengan yang lain dan untuk yang lain: Jadilah pribadi yang unggul dalam pelayanan bagi orang lain. Publikasi Belas Kasih Kini! Diterbitkan dalam bahasa Belanda, Inggris, Indonesia dan Postugis dan dapat dilihat melalui website: www.cmmbrothers.org. Peter van Zoest
‘Menjadi pelayan’ Paus Fransiskus dalam perjumpaannya dengan siswasiswi dan para guru di Albania dan Italia sekitar tahun 2013 lalu, menyampaikan beberapa hal penting. Pada salah satu kutipan ia menunjukkan betapa pentingnya ‘menjadi pelayan’: “ Di setiap sekolah Anda tentu ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan latihan untuk melatih diri Anda agar tidak terkurung dalam diri sendiri yang sempit, melainkan terbuka dan siap sedia untuk melayani; terutama kepada mereka yang sangat miskin dan membutuhkan pertolongan. Anda akan terlatih dan terbiasa bekerja keras guna membangun 6
Logo ‘Mater Misericordiae’, Bunda Berbelas Kasih, dipakai dalam berbagai publikasi frater CMM dalam konteks ‘Tahun Belas Kasih’, sejalan dengan logo resmi vatikan untuk tahun ini (lht. hal.15). ‘Our Lady, Mother of Mercy’ adalah nama Kongregasi Frater CMM dan suster SCMM.
BERPADU DALAM BELAS KASIH
MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK BAGI YATIM PIATU Dalam konstitusi Frater CMM bagian Pedoman Hidup kita membaca: “Tugas kitalah berkarya dengan tekun bersama dengan orang lain menuju masa depan yang lebih baik”. Banyak orang berkomitmen mewujudkannya secara konkret akan panggilan ini dalam solidaritas dengan perutusan CMM, perutusan belas kasih dan persaudaraan. Christianne dan Henk van de Wal dari Oirschot, Belanda erat terlibat dalam karya para frater di Kenya.
Pada akhir tahun 90-an pasutri ini, bersama dengan yang lainnya membentuk satu yayasan untuk membantu Oyugis Integrated Project (OIP) yang dikelola para frater CMM. Keduanya adalah anggota asosiasi Kongregasi dan terlibat dengan komunitas lansia Joannes Zwijsen di Tilburg, Belanda. Henk van de Wal bertugas sebagai asisten pemimpin komunitas, sedangkan Christianne ikut membantu di komunitas ini.
Christianne dan Henk van de Wal di Oyugis. Di tengah frater Francis Otieno Odoyo, selama sekian tahun ia bekerja bersama frater Anthony Koning, pendiri Oyugis Integrated Project.
Aids “Oyugis adalah kota kecil di bagian barat Kenya. Christianne menceritakan bahwa disana banyak orang terkena aids dan sungguh menderita dengan berbagai akibat yang mereka alami. “Akibat dari ini jumlah anak-anak yatim piatu di daerah ini meningkat secara tajam. Sejak tahun 1996 OIP berkarya di tempat ini untuk mencegah dan membantu yang menderita. Tugas dari proyek ini dimulai dengan menyediakan layanan informasi, obat-obatan dan perawatan sosial, membangun tempat tinggal, membantu pendidikan, memerangi kemiskinan, dan meningkatkan pertanian. Inisiatif ini dimulai oleh Frater CMM, yaitu frater Anthony Koning (1939-2005). Dari sekian banyak program OIP, termasuk mendukung sekolah-sekolah melalui program tim anti-aids. Program ini membantu siswa-siswi, memberi dukungan kepada anggota keluarga yang terinfeksi, melatih serta membimbing masyarakat untuk meningkatkan hasil pertanian yang bisa dikonsumsi sendiri dan dijual.
Bantuan Finansial “Hampir seperlima jumlah penduduk terdiri atas anakanak yatim piatu, dan karena alasan keuangan maka
banyak yang tidak sekolah. Mereka membutuhkan bantuan dari kita, kata Henk. Oleh karena itu kami mengusahakan dana sekolah Oyugis untuk membeli seragam sekolah, buku-buku dan bahan-bahan pelajaran lainnya. Dana sekolah dipakai juga untuk penyediaan makanan sederhana demi memenuhi kebutuhan harian mereka”. Christianne dan Henk mengorganisir banyak kegiatan untuk mendapatkan dana demi maksud ini. Mereka mulai dengan kegiatankegiatan seperti mencari sponsor dengan menampilkan prestasi kepada kelompok-kelompok dan asosiasi di Belanda. Kami terus-menerus memikirkan nasib anak-anak dan orang muda yang dalam bahaya dan terjerumus, kata Christianne. “Kami senang mendengar bahwa melalui kontribusi yang kami lakukan anak-anak bisa belajar; dengan demikian mereka memiliki masa depan yang lebih baik. Jalan ini membuat kami bahagia bahwa kami boleh melakukan sesuatu. Peter van Zoest Untuk informasi lebih lanjut: www.oip-nederland.nl 7
BELANDA
Jemdela kaca berwarna, Generalat Frater CMM, Tilburg. ‘Salam Ratu Bunda Berbelas Kasih’ (lambang Kongregasi).
MELAWAN KETIDAKPEDULIAN Pada tanggal 4 Juni 2016 kita merayakan pesta agung Kongregasi. Frater Harrie van Geene membawakan sebuah refleksi dalam perayaan ini di komunitas lansia Joannes Zwijsen dengan tema: ‘Melawan ketidakpedulian’. Hari ini kita merayakan pesta agung kongregasi. Maria dengan gelar ‘Bunda Berbelas Kasih’ sengaja diberikan oleh pendiri Zwijsen kepada kongregasi suster dan frater; pilihan untuk nama kedua kongregasinya memberikan gambaran yang jelas. Hari ini, setelah hari raya Hati Kudus Yesus, gereja merayakan pesta Hati Tersuci Maria. Kami para frater bertepatan pada hari ini merayakan hari raya agung Kongregasi: pesta Maria, Bunda Berbelas Kasih.
Devosi-devosi Ini menyadarkan saya bahwa para pemimpin gereja Katolik abad ke sembilan belas, baik para uskup dan banyak pendiri kongregasi, sungguh sering berbicara tentang ‘ketidakpedulian’ dan apatis di dalam gereja dan masyarakat. Itulah sebabnya para pendiri di abad ini mencurahkan banyak perhatian untuk orang miskin dan membangun kembali komunitas gerejani. Zwijsen juga kritis melihat tindakan ketidakpedulian yang terjadi dalam masyarakat terhadap orang-orang miskin yang menderita dan tak berpendidikan; demikian juga yang terjadi dalam gereja ia juga memberikan perhatian. Terdapat banyak hal yang belum sungguh berakar dan dalam keterlibatan yang sungguh di 8
kalangan umat Katolik. Apakah orang sungguh berkomitmen? Apakah mereka sungguh percaya dengan sepenuh hati? Ketidakpedulian nampaknya cenderung meluas dan berkembang; dengan situasi seperti ini akan sulit menemukan kepedulian yang sungguh terhadap kaum miskin dan tentu berkaitan dengan perhatian akan seruan Injil. Rasa iba hati menjadi pudar bahkan hilang. Sangatlah tepat bahwa para pemimpin religius di abad ini dan dalam konteks ketidakpedulian mendorong semua untuk berdevosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan Hati Tersuci Maria. Mereka sering membicarakan ‘Hati Kudus’ dan memohon dengan sungguh ‘HATI’ yang berbelas kasih. Mereka ingin menyalakan kembali komitmen terhadap sesama dan meningkatkan kehangatan relasi dengan Allah.
Pokok Inilah gambaran situasi pada abad ke sembilan belas. Dalam banyak cara jaman kita berbeda, namun para religius masa kini menantang saya dan kita semua akan ketidakpedulian di sekitar kita: dalam gereja dan masyarakat kita. Paus Fransiskus memusatkan perhatian kita pada kata dan tindakan melalui cinta
yang berbelas kasih. Beliau menetapkan tahun ini sebagai ‘Tahun Belas Kasih’. Ia sendiri memberi kesaksiannya akan kehangatan dan tulus dari iman kita. Ia menulis: ‘Inilah saat yang tepat untuk berbalik kepada yang esensial dan mereformasi setiap komunitas Kristiani menjadi oase belas kasih, mengikis ketidakpedulian, melakukan karya belas kasih jasmani dan rohani, menemukan indahnya pengampunan dan rekonsiliasi, membangun hidup kita, terbuka dengan saudara/i yang beragama lain dan memberi tempat bagi Allah untuk menggerakkan kita”. Sesuatu yang luar biasa dilihat di abad dua puluh satu! Belas kasih adalah dasar, hati dari semua perkara. Ketidakpedulian harus disingkirkan. Dalam perziarahan hidup kita dan bersama orang lain sangat dibutuhkan: oase belas kasih.
‘Sungguh Katolik’ Ukkup kami yang baru juga memberikan perhatian yang sama. Uskup Gerardus de Korte memilih judul bukunya: ‘Sungguh Katolik’. Ia mengulangi formulasi ini: ‘Saya mohon kejernihan dan kebaikan’. Ini menyadarkan saya pada tahun ini ketika berada di Lourdes diantara banyak orang menderita dan dalam kesedihan mendalam; bahwa Maria sering dikumandangkan dalam syair dan lagu sebagai
‘Bunda Berbelas kasih’ daripada Maria sebagai ‘Yang Dikandung Tanpa Noda’ dan saya senang dengan itu karena perhatian diarahkan pada yang utama.
Religiositas Hari raya agung Kongregasi Hati Tersuci Maria bagi kita adalah pesta ‘Bunda Berbelas Kasih’. Jika Anda ingin mengetahui implikasi dari gelar ‘Bunda Berbelas Kasih’ Anda mengingat kembali gambar berlapis Madonna: ibu menjaga semua orang dalam pemeliharaannya, di bawah perlindungannya; kaya dan miskin, muda dan tua, hitam dan putih, sehat atau sakit. Kebanyakan dari kita di Belanda lebih akrab dengan gambar ini yang ada komunitas Eleouosa, Vught. Atau bila Anda lebih akrab dengan ikon, harus memusatkan perhatian pada gambar ‘Bunda Pembantu Abadi’. Bila Anda ingin mengetahui implikasi gelar Bunda Berbelas kasih maka doakalah litani Bunda Maria dan coba perhatikan bahwa perhatian Maria berpusat pada: orang sakit, orang berdosa, orang yang bersedih, dan orang yang meninggal. Bila Anda ingin mengetahui implikasi gelar Bunda Berbelas Kasih, nyanyikanlah lagu-lagu Maria yang terkenal: penghibur dalam segala kesusahan, sukacita, harapan dan hidup. Bunda Berbelas Kasih sungguh memiliki religositas yang kuat. Maria sebagai Bunda Berbelas Kasih menantang kita untuk mengabdi lebih dan tidak apatis dalam menjalani hidup. Kita tidak perlu malu dengan semua ungkapan devosional yang erat hubungannya dengan Bunda Berbelas Kasih. Sesungguhnya kaitan antara Maria dan belas kasih memiliki akar biblis yang kuat. Dengan keyakinan para ahli Kitab Suci mau menunjukkan bahwa inti belas kasih Allah ialah Magnificat, pujian kidung Maria yang terkenal. Akhir dari bait pujian ini disebutkan: “Allah senantiasa ingat akan janji-Nya kepada leluhur kita, dan selalu menolong Israel dengan kasih sayang-Nya.
Saat berahmat Tahun ini telah dicanangkan sebagai Tahun Belas Kasih. Bagi saya dan bagi Kongregasi kita, dan bagi kita semua merupakan kesempatan berahmat. Semoga sebagai Frater Bunda Berbelas Kasih, tanpa batas usia dan dalam keterbatasan kita, dapat membawa pengaruh: melalui kebaikan yang kita miliki, empati kita kepada orang yang membutuhkan, saling memperhatikan, sikap iba hati kita dan menjauhkan penghakiman. Persoalan kita bukan mengacuh pada label melainkan rencana. Paus Fransiskus memakai gambaran yang bagus: ‘oase belas kasih’. Tentu saja ‘oase belas kasih’ di gurun perziarahan hidup kita. ‘Bunda kita, Bunda Berbelas Kasih’, lukisan cat air oleh Jan Verhallen, 1994; dalam rangka yubilium Kongregasi ke-150.
Frater Harrie van Geene
9
INTERNASIONAL
Logo Hari Kaum Muda Sedunia di Krakow.
‘BERBAHAGIALAH ORANG YANG MURAH HATINYA’ Pada Hari Kaum Muda Katolik Sedunia yang berlangsung dari 26-31 Juli di Krakow, Polandia kelompok kaum muda CMM “ Duta Persaudaraan Seluas Dunia” diwakilkan oleh 71 peserta. Para utusan ini berasal dari Brazil (15), Indonesia (12), kenya (10), Namibia (9), Timor Leste (10) dan Tanzania (10). Mereka didampingi oleh lima anggota staf dalam program ini. Para utusan mengikuti program persiapan yang intensif menyongsong Hari Kaum Muda Sedunia. Misa penutupan dipimpin oleh Paus Fransiskus dan dihadiri oleh sekitar satu setengah juta orang muda. Para utusan di Sparrenhof.
Para utusan saat perayaan di Tilburg.
10
Para utusan berkumpul di pusat kota Utrecht, terkenal dengan latar belakang menara Katedral. Pada hal.12 kelompok dari enam negara berada di ‘Pandhof’ (halaman gereja) Katedral, Utrecht.
Hari Kaum Muda Sedunia dilaksanakan sejak tahun 1986 setiap dua atau tiga tahun di negara-negara berbeda. Kegiatan ini merupakan inisiatif dari Paus Yohanes Paulus II yang kemudian berkembang menjadi peristiwa terbesar bagi kaum muda sedunia, dengan diikuti ratusan ribu pengunjung yang dihadiri Paus. Bermula dari Hari Kaum Muda Sedunia di Sydney (2008) dan untuk memperkenalkan karisma CMM di kalangan kaum muda, Kongregasi memulai sebuah ‘Proyek Duta’ di negara-negara di mana para frater berkarya; menginspirasi kaum muda untuk membaktikan dirinya pada sebuah ‘gerakan persaudaraan dan belas kasih’ seluas dunia. Pada tahun 2008 dilakukan pertemuan persiapan terdiri dari 100 utusan yang berlangsung di Tomohon, Sulawesi, Indonesia. Tahun 2011, 90 utusan berasal dari Brazil, Indonesia, Kenya, Namibia, Belanda, Timor Leste dan Tanzania bertemu di Tilburg, Belanda sebelum mengikuti perayaan Hari Kaum Muda Sedunia di Madrid, dari tanggal 16-21 Agustus. Sekitar tiga juta kaum muda mengikuti perayaan penutupan di Rio de Janeiro, Brazil (28 Juli 2013), yang dihadiri oleh 95 utusan. Kegiatan awal dari peristiwa ini yang dilakukan di kota metropolitan Brazil, dimulai di Belo Horizonte dimana semua peserta berkumpul. Mereka berasal dari Brazil, Indonesia, Kenya, Namibia, Belanda, Timor Leste dan Tanzania.
Tema Tema Hari Kaum Muda di Krakow, yang dipilih oleh Paus Fransiskus dikutip dari Injil Matius (Mat.5:7): ‘Berbahagilah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan’. Bukan hanya sejalan dengan Tahun Belas Kasih yang diumumkan Paus untuk dirayakan umat Katolik dari tanggal 8 Desember 2015 sampai 20 November 2016, namun berhubungan dengan spiritualitas Kongregasi Frater CMM dengan kata-kata kunci yaitu ‘persaudaraan dan belas kasih’. Dari Januari-Juli tahun ini para utusan mengadakan pertemuan bulanan di masing-masing negara. Dari tanggal 13-21 Juli mereka berkumpul di Sparrenhof, Tilburg untuk mengikuti program intensif berupa perkenalan dan refleksi. Tanggal 16 Juli mereka mengunjungi komunitas ekumene ‘Ki Tov’, di Utrecht yang merupakan bekas rumah frater, dan selanjutnya mereka dipandu mengelilingi kota. Dari tanggal 22-25 Juli mereka ikut ambil bagian dalam program persiapan di Polandia termasuk mengunjungi kamp konsentrasi di Auschwitz. Mereka mengikuti program Hari Kaum Muda Sedunia di Krakow dari tanggal 25 Juli- 1 Agustus 2016; setelah itu mereka kembali ke Belanda untuk mengadakan kegiatan penutupan di tempat retret Emmaus, Helvoirt dari tanggal 2-6 Agustus 2016.
11
INTERNASIONAL
Brazil.
Indonesia.
Kenya.
Namibia.
Timor Leste.
Tanzania.
12
Paus Fransiskus disambut pada Hari Kaum Muda Sedunia (foto: Ramon Mangold).
Homili Paus Fransiskus Paus Fransiskus menghadiri Hari Kaum Muda Sedunia di Krakow dari tanggal 27-31 Juli. Pada saat Misa penutupan dari rangkaian keseluruhan kegiatan, Paus memberikan refleksi dari Injil tentang perjumpaan antara Yesus dan pemungut cukai, Zakheus (Luk.:19:110). Berikut adalah ringkasan dari homili Paus Fransiskus. “Kalian telah datang ke Krakow untuk berjumpa dengan Yesus. Injil hari ini berbicara kepada kita tentang pertemuan antara Yesus dan seorang bernama Zakheus. Dia adalah seorang pemuka umat, seorang pemungut cukai dan seorang kolaborator kaya dari penjajah Romawi dan dibenci; seorang yang mengeksploitasi dirinya sendiri, seorang yang karena reputasi buruk maka tidak sanggup mendekati tuannya. Perjumpaan dengan Yesus mengubah hidupnya, seperti hidup kita yang juga telah berubah dan masih terus berubah setiap hari. Namun Zakheus harus menghadapi beberapa rintangan sebelum bertemu dengan Yesus”. “Rintangan pertama adalah tubuh yang pendek. Zakheus tidak bisa melihat sang Guru karena ia pendek. Bahkan saat ini ada bahaya bila kita tidak dekat dengan Yesus karena merasa kecil, karena merasa bahwa diri kita tidak berharga. Ini merupakan godaan yang besar, bukan hanya soal penerimaan diri tetapi soal iman. Sebab iman mengatakan bahwa kita adalah ‘anak-anak Allah’ (IYoh. 3:1). Kita akan selalu menjadi anak-anak kesayangan Allah. Dengan demikian kalian dapat melihat bahwa, tindakan tidak menerima diri, murung, berpikir negatif, berarti tidak mengenal identitas terdalam kita. Ini seperti berlari ketika Allah datang menemui Anda; bila Anda merusak impian-Nya untuk berjumpa. Allah mencintai kita apa adanya, dosa, kesalahan atau kelalaian tidak akan mengubah pendirian-Nya. Menurut hemat Yesus - seperti yang ditunjukkan Injil - tidak ada seorang pun yang tidak layak atau jauh dari pikiran-Nya. Tidak ada seorang pun yang tidak berharga. Dia mencintai masing-masing
Lukas 19:1-10: “Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zahkeus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat”. Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
kita dengan kasih yang luar biasa; bagi-Nya semua kita berharga: kalian berharga! Di mata-Nya, kalian berharga dan bernilai yang tak tergantikan. Sedih melihat ketika ada orang muda depresi. Ketahuilah bahwa kita adalah putra dan putri kesayangan-Nya”. “Zakheus menghadapi rintangan kedua saat hendak menjumpai Yesus: ketidakberdayaan karena malu. Kita bisa membayangkan apa yang sedang bergejolak dalam hatinya sebelum ia memanjat pohon ara itu. Sepertinya ia sungguh berjuang- pada satu sisi, hasrat dan keingintahuannya yang kuat untuk mengenal Yesus; pada sisi lain ada bahaya kemunculannya akan menjadi ejekan. Zakheus 13
INTERNASIONAL
seorang tokoh publik dan memiliki kuasa. Ia tahu bahwa upaya memanjat pohon itu akan menjadi bahan tertawaan banyak orang; namun ia mengalahkan rasa malunya karena kerinduan akan Yesus lebih kuat. Kalian tahu ketika seseorang yang sangat menarik perhatian sehingga kita jatuh cinta padanya: akhirnya kita melakukan hal-hal di luar dugaan. Sesuatu yang mirip terjadi dalam hati Zakheus, ketika menyadari bahwa Yesus sangat penting sehingga dia melakukan apapun bagi-Nya; sebab Yesus sendiri dapat mengeluarkannya dari lumpur dosa dan dari perasaan tidak senang. Ia mengambil resiko dengan memperbaiki hidupnya; juga bagi kita ini adalah rahasia sukacita: jangan menahan kerinduan yang sehat, namun terimalah resiko. Kita tidak bisa menanti Yesus dengan berpangku tangan”. “Ada rintangan ketiga yang harus dihadapi Zakheus, yaitu teriakan orang banyak dengan menghalangi dan mengkritiknya: Bagaimana mungkin Yesus masuk di rumahnya, rumah seorang pendosa! Hari itu orang banyak menghakimi Zakheus; mereka mengamati dia dari atas ke bawah. Namun Yesus melakukan hal sebaliknya: Ia menatapnya. Yesus tidak melihat kesalahannya tetapi pribadinya. Ia tidak berhenti pada kelemahannya di masa lampau tetapi menatap masa depan yang cerah. Dengan cara pandang Yesus, Anda dapat membantu menghadirkan suatu perbuatan manusiawi. Jangan hanya berhenti pada bagian permukaan; jangan percaya pada pujian duniawi dan penampilan. Sebaliknya “bangunlah relasi” yang terbaik atas semuanya, dari hati yang melihat dan menyalurkan kebaikan tanpa adanya rasa kuatir”.
Doa Hari Kaum Muda Sedunia: Allah, Bapa yang berbelas kasih, dalam diri Putra-Mu, Yesus Kristus, Engkau telah menampakkan kasih-Mu dan mencurahkannya kepada kami melalui Roh Kudus, Sang Penghibur. Kami putra dan putri-Mu menyerahkan hidup kami ke dalam tangan-Mu dalam perziarahan kami di dunia dewasa ini. Secara khusus kami serahkan pada-Mu kaum muda dari berbagai bahasa dan bangsa: bimbinglah dan lindungilah mereka di jalan sesat dunia dewasa ini, dan berikanlah rahmat-Mu untuk boleh memetik buah-buah berlimpah dari pengalaman Hari Kaum Muda Sedunia di Krakow. Bapa di surga, berkatilah kami agar kami mampu menjadi saksi belas kasih-Mu. Ajarilah kami cara mewartakan iman bagi mereka yang bimbang, harapan bagi mereka yang takut, kasih bagi mereka tak peduli, pengampunan bagi mereka yang bersalah dan sukacita bagi mereka yang bersedih. Kobarkanlah cinta belas kasih dalam diri kami agar mampu mengubah hati dan membaharui muka bumi. Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, doakanlah kami. Santo Yohanes Paulus II, doakanlah kami. Amin.
Akhirnya mari kita simak kata-kata Yesus yang disampaikan kepada Zakheus, yang tentu bermakna bagi kita saat ini: “Turunlah, sebab Aku harus tinggal di rumahmu hari ini”. Kita bisa mengatakan bahwa Hari Kaum Muda Sedunia, mulai hari ini dan besok, di rumah kalian, karena disitulah Yesus ingin bertemu Anda. Tuhan Yesus memanggil nama kamu, seperti yang dilakukan-Nya pada Zakheus. Namamu berharga bagi-Nya. Mari, sekali lagi kita dengar suara Yesus, karena Dia memanggil kita dengan nama. Karena itulah mari kita berdoa dalam hening, mengenang dan mengucap syukur kepada Tuhan yang menghendaki kita hadir di sini dan yang telah datang ke tempat ini untuk berjumpa dengan kita. Peter van Zoest Para utusan berkumpul di ‘Lapangan Belas Kasih’, Krakow, tempat Paus Fransiskus mempersembahkan misa penutupan. 14
TAHUN BELAS KASIH
OASE BELAS KASIH ‘Belas kasih” adalah konsep utama dalam Spiritualitas Frater CMM. “Tahun Belas Kasih” yang dirayakan gereja Katolik sejak tanggal 8 Desember 2015 sampai 20 November 2016, menawarkan kesempatan yang istimewa bagi pelanggan majalah Frater CMM karena disajikan secara khusus. Frater Harrie van Geene, mantan pemimpin umum ikut ambil bagian dalam mengisi tahun khusus ini. Kontribusinya pada bagian keempat berkaitan dengan komunitas-komunitas Frater CMM sebagai ‘Oase Belas Kasih.’ Dalam rangka Tahun Belas kasih, Paus Fransiskus mengatakan: “Ini adalah saat yang tepat untuk berbalik kepada yang esensial dan mereformasi setiap komunitas Kristiani menjadi Oase Belas Kasih”. Paus menyerukan kepada kita sebagai komunitas untuk mewujudkan belas kasih. Perwujudan belas kasih pertama-tama tidak berarti menjadi paguyubanpaguyuban belas kasih; melainkan Paus mengundang kita secara khusus menjadi oase-oase belas kasih, terutama meja dimana kita santap menjadi sebuah oase belas kasih. Kedamaian kapel kita, keheningan kamar pribadi, ruangan menonton tv, ruangan rekreasi keluarga dan tamu-tamu kita semuanya menjadi oase belas kasih. Kita semua diundang melalui berbagai aspek kehidupan kita menuju arah perubahan: Roh cinta belas kasih, suasana kebaikan, mentalitas kasih yang murah hati, perhatian dan empati kepada orang kecil. Kadang kita mengatakan: “Seorang frater tak mengenal pensiun.” Saya mengerti maksud dari pernyataan itu. Sejauh saya perhatikan, tidak ada yang kurang tentang kerja keras, komitmen dan pelayanan. Saya menyadari adanya budaya aktivisme, fanatisme pelayanan dan secara khusus ada bahaya ketidaksadaran akan adanya gagasan dari yang lain. Daripada mengatakan ‘seorang frater tak mengenal pensiun’, saya ingin mengatakan: ‘misi dari seorang frater tidak akan berakhir’; karena seorang frater tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri. Karya-karya belas kasih mungkin saja berubah dalam hidup saya sebagai frater, berkurang bahkan berhenti. Misi saya tetap berlanjut sampai akhir hayat; tetap hadir dalam oase belas kasih. Janganlah bertahan pada penilaian terhadap orang lain. Dengan caramu, janganlah membandingkan seseorang lain dengan hadiah atau pemberianmu; tetapi berikanlah sesuatu yang baik kepada orang lain dengan kemurahan, dengan lapang hati yang membawa perubahan baru. Bukan bermaksud menampilkan figur pribadi yang penuh kuasa melainkan sebaliknya, oleh karena anugerah
belas kasih sudah saya alami dan tentu hal sama juga berlaku untuk Anda. Tentu sebagai komunitas CMM, hendaknya di harihari yang akan datang, memulainya dengan mengutip kata-kata refleksi dari Paus ‘Oase Belas Kasih’ sebagai bagian dari diri kita; terutama sebagai komunitas dan sebagai provinsi, kita barangkali akan mengalami perubahan besar dalam penatalayanan yang tentu bukan merupakan hal yang muda. Bukan merupakan ide kurang baik menuju 2019 (hari ulang tahun berdirinya Kongregasi ke-175) untuk menata secara khusus gagasan spritual dari oase belas kasih sebagai warisan paling berharga untuk Kongregasi kita. Frater Harrie van Geene
Logo Tahun Belas Kasih. Terjemahan dari teks Latin: ‘Berbelas kasih seperti bapa.’ 15
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Frateran tampak depan ‘Vuurhaard’ Udenhout.
‘PERAPIAN’ DI BELANDA’ Dewasa ini Kongregasi dihadapkan dengan berbagai bentuk kebutuhan baik secara material maupun spiritual. Dalam kerasulan, para frater bersama dengan orang lain sedang berusaha guna meringankan kebutuhan tersebut. Terbitan keempat dari tulisan ini memeperlihatkan kepada kita komunitas ‘Vuurhaard’ (perapian) di Udenhout, Belanda. Lebih dari seratus tahun yang lalu paroki mendirikan rumah untuk para frater sehingga mereka dapat bekerja membantu di sekolah yang letaknya di belakang rumah. Pada tahun 1999 hanya ada tiga frater yang tinggal. Frater Kees Mateijsen dan Ad de Kok pindah dari Scheveningen ke Udenhoud dan mulai memberi perhatian khusus kepada para pengungsi yang suaka mereka ditolak namun ada kemungkinan untuk kembali dan mendapatkan izin tinggal. Ada kamar di rumah frater disediakan untuk para pengungsi yang berjumlah delapan orang. Satu acara penting yang dibuat setiap Minggu adalah makan malam bersama dan dihadiri sekitar 50 orang. Seluruh hidangan disiapkan oleh para pengungsi berdasarkan resep dari negara mereka masing-masing. Untuk menyiapkan ini, mereka dibantu oleh beberapa orang sukarelawan yang tinggal di dekat komunitas,
dan para frater anggota komunitas yang secara khusus memberi perhatian kepada mereka: frater Ger Oomens, Kees Mateijsen, Ad de Kok, Rinus Romme dan Johannes Kojongian.
Taman. 16
Para frater komunitas ‘Vuurhaard’. Dari kiri ke kanan:frater Rinus Romme, Kees Mateijsen, Johannes Kojongian, Ger Oomens, Ad de Kok.
Ruang makan
Kamar tamu. Pengaturan meja untuk makan malam.
Menyiapkan makan malam.
Menyiapkan makan malam. 17
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Makan malam bersama tamu Peter Noordanus, walikota Tilburg. Udenhout adalah bagian dari kota Tilburg.
Ibu dan anak.
Pengungsi berdialog dengan relawan.
Relawan sedang bermain game dengan pengungsi.
Rekreasi di taman hiburan Efteling, Kaatsheuvel.
Tua dan muda di ‘Vuurhaard’.
18
BERITA SINGKAT
KAPEL DI BRAZIL DIDEDIKASIKAN UNTUK FRATER ANDREAS Di Igarape, Brazil frater Henrique Matos mengelola sebuah pusat pertemuan ‘Retiro Vicente de Paulo’. Dalam rangka memperingati 100 tahun kematian calon Beato Frater Andreas van den Boer tepat pada tahun 2017, sebuah kapel dibangun di tengah lokasi sebagai bentuk penghormatan kepadanya. Kapel ini telah diberkati pada tanggal 3 Agustus 2016.
Para frater berfoto di kapel setelah pemberkatan. Dari kiri ke kanan: frater Adriano van den Berg, Nicácio Huiskamp, Theo Adams, Henrique Matos,Lukas Betekeneng.
Kapel di pusat rumah retret Retiro Vicente de Paulo’ didedikasikan kepada frater Andreas van den Boer.
USKUP GERARD DE KORTE MENGUNJUNGI GENERALAT
Frater Edward Gresnigt, dalam dialog dengan Mgr. Gerard de Korte, Uskup ’s-Hertogenbosch.
Tanggal 24 Mei 2016, uskup baru keuskupan ’s-Hertogenbosch, Gerard de Korte berkunjung ke generalat Frater CMM dan bertemu dengan para pimpinan gereja dan religius di Tilburg. Sekitar 60 religius dari berbagai kongregasi berkumpul di ruang kapitel. Uskup de Korte secara resmi menggantikan uskup Antoon Hurkmans dan mulai bertugas 14 Mei 2016. Ucapan selamat datang kepada uskup dan hadirin disampaikan oleh frater Edward, mewakili frater Lawrence Obiko dan anggota Dewan Pimpinan Umum, frater Benyamin Tunggu dan Niek Hanckmann yang karena tugas kongregasional saat itu sedang berada di luar negri. Mgr. Gerard mengatakan ‘pada tahun 19
BERITA SINGKAT
1832 uskup Zwijsen mendirikan kongregasi suster SCMM dan dua belas tahun kemudian frater CMM’. Saat ini kita bekerja di tujuh negara dan meskipun kita semakin berkurang dan berusia lanjut baik di Belanda dan Belgia seperti kebanyakan religius lainnya kita ingin tetap melanjutkan kontribusi terhadap perwujudan kerajaan Allah. Kongregasi kita memiliki spiritualitas Vinsensius, dimana sabda dan teladan Yesus menjadi kompas bagi seluruh kehidupan kita dalam pewartaan dan karya kasih. Para frater terlibat dalam aktivitas keluarga Vinsensian di Belanda dan juga di tingkat internasional. Dalam
pelayanan kita kepada sesama, sebagai kongregasi kepausan kita hendaknya terbuka dan peka terhadap kebutuhan dalam kerjasama dengan pimpinan gereja lokal. Keterlibatan kita dalam gereja hendaknya berjalan secara dinamis, berakar pada spiritualitas dan dimulai di dalam komunitas-komunitas kita. Anggota dewan frater Rofinus Banunaek memberikan hadiah berupa buku kepada Mgr. Gerard de Korte, yang ditulis oleh sekretaris studi Charles van Leeuwen berjudul: Uskup Zwijsen dan Frater-Frater pertama; dan juga laporan Kapitel Umum 2014 dengan judul: Penuh Harapan dan Kesetiaan di Jalan Persaudaraan dan Belas Kasih.
PROGRAM PEMBINAAN, ‘MENELUSURI JEJAK ZWIJSEN DAN ZIARAH VINSENSIAN’
Peserta ziarah di depan patung St.Vinsensius, Rue du Bac, rumah induk suster PK.
Perayaan Ekaristi di gereja, St. Vinsesius dibaptis.
Dari tanggal 13 Juni sampai 9 Juli 2016, delapan frater yang berasal dari tiga negara, mengikuti program pembinaan tahunan di Belanda. Sejarah, spiritualitas dan karisma Kongregasi menjadi bagian penting dalam program ini. Para frater dan suster SCMM mengikuti program ‘menapaki jejak Zwijsen’ di Belanda dengan mengunjungi tempat-tempat di mana Mgr. Zwijsen hidup dan berkarya. Ia adalah pendiri dari kedua Kongregasi suster dan frater. Dari tanggal 27 Juni sampai dengan 9 Juli mereka mengikuti ‘ziarah Vinsensian’ di Perancis dengan mengunjungi tempat-tempat di mana Vinsensius de Paul pernah hidup dan berkarya. Vinsensius adalah pelindung karya kedua Kongregasi. Para frater yang terlibat dalam program pembinaan ini dari Indonesia: Lukas Mandagi, Martinus Leni, Donatus Kabiti, Nicolaus Mendrofa, Fransiskus Telaumbanua; dari Kenya: Peter Chiori dan John Kirui; dan dari Timor Leste: Flavianus Febri Moningka.
Mengunjungi Lourdes. 20
BERITA SINGKAT
In Memoriam
PERESMIAN ‘GEDUNG DIDEDIKASIHKAN UNTUK FRATER HERMENEGILDUS’ Tanggal 8 April 2016, sebuah gedung baru St. Paul’s College di Windhoek, Namibia diberkati dan dibuka secara resmi dengan nama: ‘Brother Hermenegildus Higher Centre.’ Gedung baru yang diberi nama Frater Hermenegildus CMM, yang pada abad lalu sekitar tahun sembilan puluan menjadi kepala sekolah selama 25 tahun; dan sampai 2015 ia menjadi anggota dewan direktur. St. Paul’s College, didirikan tahun 1962 dan saat ini secara international dikenal memiliki standar akademik yang tinggi. Kehadiran sekolah ini bertujuan membantu mempersiapkan orang muda memasuki dunia kerja; tidak hanya memiliki ijazah, namun dibekali dengan iman, moral yang baik serta sikap berbelas kasih yang tulus. Motto dari St. Paul’s College (kelas 1-12) adalah: ‘Caritate fundati’- ‘Berdasarkan kasih’ (bdk. Efesus: 3:17: ‘Berakar dan bertumbuh dalam kasih’).
Para siswa saat menghadiri peresmian gedung baru St. Paul’s College.
Frater Hermenegildus Beris menyampaikan terima kasih, saat peresmian gedung baru St. Paul’s College.
Frater
ALOYSIO (M.M.J.) Lijnen Ia lahir di Zonhoven (Belgia) pada tanggal 7 Desember 1925, dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih di Tilburg 19 Maret 1945. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup 15 Agustus 1949. Ia meninggal dunia pada tanggal 22 Juni 2016 di komunitas frater Zonhoven dan dikebumikan di pusat pekuburan, Zonhoven. Kehidupan frater Aloysio berkaitan erat dengan para frater sejak ia menjalani pendidikan sekolah dasar di Zonhoven. Pembinaan hidup rohani dalam keluraga Lijnen-Goris dan suasana di sekolah membangkitkan keinginannya untuk menjadi frater. Secara spontan dan dengan sikap sederhana Marcel mengambil langkah menuju kehidupan religius. Oleh karena situasi perang, ia menunda untuk masuk. Tahun 1945 ia bisa masuk dan mengambil nama Aloysio. Frater Aloysio memperlihatkan sikap kepemimpian sesungguhnya; dan dalam Kongregasi ia adalah seorang pemimpin yang melayani dalam tugas sebagai pemimpin komunitas, provinsial dan pemimpin regio. Ia sungguh memperhatikan sesama frater. Sebagai pemimpin yang melayanani ditunjukkannya ketika ia diutus Kongregasi menjadi guru, sebagai direktur Institut Royal Bisu Tuli di Hasselt dan sebagai anggota dewan sekolah. Ia percaya bahwa seluruh hidup dan pelayanan kasihnya kepada sesama dibimbing oleh Allah. Ia melaksanakan karya pelayanannya di dunia dengan penuh keyakinan. Di usia lanjutnya ia tetap memiliki semangat dan harus memberikan dirinya kepada orang-orang dekat yang siap membantunya. Semoga frater Aloysio beristirahat kekal dalam naungan kasih Bapa di surga.
21
In Memoriam
Frater
Frater
Egidius (B.A.M.) de Laat
Nico (N.G.) Nijst
Frater Egidius lahir di Tilburg pada 20 Juli 1928 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Berbelas Kasih di Tilburg 29 Agustus 1946. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup 15 Agustus 1951. Ia meninggal pada tanggal 23 Juli 2016 di komunitas Joannes Zwijsen, Tilburg dan dikebumikan di pekuburan frater Steenwijk di Vught, Belanda.
Frater Nico lahir di Walttwilder (Belgia) pada tanggal 2 Desember 1934 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih di Tilburg 29 Agustus 1952. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup 15 Agustus 1957. Ia meninggal pada tanggal 19 Agustus 2016 di komunitas Joannes Zwijsen, Tilburg dan dikuburkan di pemakaman frater Steenwijk di Vught, Belanda.
Ben lahir dari keluarga besar De laat-Geven. Ia memperoleh pendidikan di Goirle dan Tilburg dan ingin menjadi frater. Ben masuk novisiat 29 Agustus 1946 dan memilih nama Egidius. Setelah menyelesaikan studinya di Sekolah Pendidikan Guru St. Stanislaus ia bekerja sebagai guru di Tilburg dan ’s-Hertogenbosch. Tahun 1963 ia bersama tiga frater lainnya diutus ke barat daya Afrika, sekarang Namibia. Ia memiliki disiplin dan memberi pengaruh kepada banyak orang muda terutama yang bekerja di St. Paul’s College (Windhoek). Ia berperan besar dalam kegiatan kepramukaan dan sepak bola di sekolah; dan juga memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan pembayaran uang sekolah. Di regio Namibia ia sering diminta menjadi pemimpin komunitas atau sebagai anggota dewan regio. Karena masalah kesehatan ia harus kembali ke Belanda pada tahun 2001 dan menjadi anggota komunitas Zwijsen di Tilburg dan perlahan-lahan kehilangan ingatan. Salah satu anggota asosiasi membantunya melalui perawatan khusus bersama frater lainnya sampai ajal menjemput.
22
Bertumbuh dalam keluarga Nijst-Schooubben dan dalam linkungan beriman Waltwilder. Dalam usianya yang relatif muda, ia memiliki kontak dengan halhal rohani. Dalam dirinya tumbuh keinginan untuk menjadi frater. Merefleksikan hidupnya, salah satu yang nampak yaitu seorang pribadi yang terlibat dalam pelayanan baik di dalam maupun di luar komunitas; pertama di Belgia dan kemudian di Belanda. Dilihat bahwa bertahun-tahun ia menjadi pemimpin kelompok di Royal Institut Buta Tuli di Hasselt sampai usia emasnya. Frater Nico memeperlihatkan panggilannya diantara sesama frater selain aspek sosial; juga terdapat hal yang sangat personal. Ia menghidupi panggilannya dalam bentuk yang sesuai dan memberikan pelayanan kepada banyak orang yang tertarik padanya. Frater Nico tinggal di koumnitas Joannes Zwijsen di Tilburg sejak tahun 2008. Pada saat-saat terakhir kekuatannya semakin berkurang. Pagi hari 19 Agustus 2016, ia menghembuskan nafas terakhir. Kita percaya bahwa ia berada dalam tangan kasih Allah, yang membuka pintu lebar untuknya setelah memenuhi perziarahan hidupnya di dunia.
‘RAHMATNYA AMAT DEKAT’ (DARI KONSTITUSI FRATER CMM)
MENJAGA SEMUANYA Selama musim dingin dan musim panas, Zin in Werk menawarkan kesempatan hari-hari tertentu bagi mereka yang ingin melepaskan lelah yang disebut ‘hari tenang’ dan ada kesempatan untuk bermeditasi, yoga, berjalan menelusuri labirin dan Chi Kung.
An da t i da k m em bi a r k a nn ya per gi
Suatu malam saya sibuk berbicara dengan topik belas kasih; selain itu ada kesempatan untuk pembicaraan pribadi. Uniknya bahwa tidak ada yang memimpin, tidak ada pemimpin retret dan tidak ada mentor dalam program ini. Pada kesempatan ini saya mengatakan hal yang sedikit mengganggu: di Belanda Anda selalu mendengar: Anda harus melepaskannya pergi, dengan memakai jari telunjuk mereka mengatakan: “Bila Anda tidak melepaskannya pergi.” Saya bukan mau mengatakan soal melepaskannya pergi, melainkan bila tidak melepaskannya pergi. Di antara peserta ada seorang perancang bernama Yon Prúst, yang tersentuh dengan ini. Ia terkenal dengan rancangannya yang menawan. Beberapa Minggu kemudian ia memberi saya sebuah kotak berisi tiga ratus kartu dilengkapi dengan teks: Anda tidak membiarkannya pergi. Anda juga dapat menjaga semuanya.
ANDA ju ga da pat m enja ga sem ua n ya
Saya sungguh merasa terkejut dan senang, karena sebetulnya kartu-kartu tersebut mengatakan sesuatu dan orang senang dengan itu. Orang tua misalnya merasa bersalah dengan mengatakan jangan biarkan anak-anak pergi, Apakah ini tidak mungkin? Faktanya yaitu bahwa Anda harus menjaga semuanya.
Frater Wim Verschuren
23
KITA SUNGGUH BERUSAHA AGAR MENTALITAS KITA TIDAK MERUPAKAN TANAMAN TAK BERAKAR. OLEH SEBAB ITU, SETIAP HARI WAKTU KITA BERKUMPUL, KITA MEMBACA SABDANYA. (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih