Frater CMM 2022/2

Page 1

| BARU: GALERI POTRET | KASIH TUHAN SELAMA MASA KARANTINA | 100 TAHUN CMM INDONESIA | PENGHARGAAN UNTUK FRATER ANDREA SIFUNA | 12½ TAHUN TEMPAT PERSINGGAHAN MAKAN SIANG | Frater CMM 2/22 majalah

Lihat situs website www.cmmbrothers.org

DAFTAR ISI

Misi Frater CMM

Kita dipanggil untuk menjadi frater yang berbelas kasih dan melaksanakan apa yang telah dilakukan oleh Yesus: mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan dan mengulurkan tangan untuk menolong.

Banyak karya kita dalam bidang pendidikan, pendampingan orang muda dan pelayanan gereja, terutama bagi orang miskin dan yang membutuhkan. Melalui kualitas pendidikan dan pembinaan religius, kita ingin memberdayakan orang muda dan memberi kontribusi untuk perkembangan masyarakat.

Kita memperhatikan yang sakit dan yang rapuh, menempatkan keramah-tamahan, dan membantu mereka untuk menemukan makna dan kebahagiaan dalam hidup. Bersama dengan orang lain kita mengabdikan diri untuk membangun dunia yang lebih manusiawi, adil dan damai.

Kita adalah Frater Religius dan tinggal di dalam komunitas, penuh sukacita dan kehendak, terbuka terhadap dunia sekitar. Percaya kepada Allah, sederhana, persaudaraan dan belas kasih menjadi ciri khas hidup dan cara kerja kita. Kita menghormati Maria sebagai Bunda yang Berbelas Kasih, mencintai dan mengenang pendiri kita Joannes Zwijsen, mengikuti teladan Santo Vinsensius de Paul: melayani Tuhan dalam diri orang miskin dan yang membutuhkan.

Kita mengingat kata-kata Yesus: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

TERBITAN

Frater CMM adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Langganan gratis. Kontribusi sukarela sangat dihargai, dapat ditransfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0378111105 a.n. Philipus Weridity/Benediktus Suri. ISSN 1877-9719

Staf redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan editor pelaksana), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Benyamin T. Robiwala.

Kontributor: Frater Lawrence Obiko, Frater Januario Sani Quehi, Frater Manuel Barreto Amaral, Frater Wout van den Hout, Frater Yonas Paso, Frater Damasus Dobat, Frater Rosario de Jesus Martins, Frater Andrea Sifuna, Frater Paul Damen, Frater Ad de Kok, Bpk. Anton van der Lee, Bpk. Charles van Leeuwen. Penerjemah: Frater Benyamin T. Robiwala

Desain: Heldergroen, Belanda Layout: DekoVerdivas, Belanda Percetakan: PT Kanisius Yogyakarta, Indonesia

Kontak

Indonesia: Frater CMM, Jalan Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta 55281. E-mail: fratercmmprovindo@yahoo.co.id E-mail: magazine@cmmbrothers.nl website: www.cmmbrothers.org

Foto sampul depan: Casa de Apoio di Belo Horizonte, Brasil.

Foto sampul belakang: Jendela kaca berwarna di kapel komunitas frater Nakuru, Kenya. Foto: Frater Ad de Kok.

2
GALERI POTRET
4 5
KOLOM PEMIMPIN UMUM

DARI STAF REDAKSI

Sebuah seri baru dimulai pada halaman 5: Galeri Potret. Di Generalat Frater CMM terdapat galeri potret yang indah dari semua pemimpin umum. Saat ini terdapat tiga belas potret, oleh karena Pemimpin Umum ke empat belas, Frater Lawrence Obiko masih menjabat. Merupakan sebuah tradisi bahwa potret belum bisa dipasang sebelum Pemimpin Umum menyelesaikan masa jabatannya. Dua frater dari Timor Leste menulis pengalaman mereka selama menjalani masa karantina, dan bahwa kasih Tuhan hadir di sana. Kami memberi perhatian khusus pada peringatan 100 tahun provinsi Indonesia. Provinsi ini baru berdiri pada tahun 1989, namun sejak tahun 1923 - 100 tahun silam, tahun depan - lima frater dari Belanda diutus untuk bermisi di Indonesia. Peringatan yang lain adalah di tempat persinggahan makan siang Tilburg, Belanda. Dan di Kenya Frater Andrea Sifuna menerima anugerah dari Ichange Nations Award, sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam bidang pendidikan di Kenya. Melalui seri ‘Dalam Sorotan’ kami menemui Frater Wout van de Hout, yang membuat lukisan indah. Dalam seri ‘Gambaran Kegiatan Kerasulan’ kami membawa ke Casa de Apoio di Belo Horizonte, Brasil. Dan dalam ‘Cerita Masa Lampau’ Anton van der Lee menceritakan kenangannya dengan Frater Realinus Donders. Akhirnya dalam kolom ‘Lihatlah Sesamaku’, Frater Ad de Kok mengungkapkan inspirasinya yang bersumber dari cerita tentang orang Samaria yang hati.

17 12½
11 100
LIHATLAH SESAMAKU 19 BERITA SINGKAT 18
TAHUN PERSINGGAHAN MAKAN SIANG
TAHUN CMM INDONESIA
8
DALAM SOROTAN
6 12
KASIH TUHAN SELAMA MASA KARANTINA
FR. ANDREA SIFUNA 16
14 3
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN PENGHARGAAN
UNTUK
CERITA MASA LAMPAU

KOLOM

PEMIMPIN UMUM

Setelah pemilihan Dewan Umum baru pada bulan November 2021, kini telah terpilih Dewan Pimpinan Provinsi dan Regio untuk periode 2022-2027. Jenis kepemimpinan apakah yang diharapkan dari dewan yang baru?

Baiklah, saya bisa menjelaskan tentang bentuk-bentuk kepemimpinan, namum ini umumnya diketahui, jadi saya lebih suka berbicara tentang kepemimpinan dengan visi untuk dunia masa kini dan masa depan. Moto Kapitel Umum menyajikan beberapa elemen utama yang berlaku untuk konteks kepemimpinan. Dalam moto dikatakan “dipanggil menjadi frater berbelas kasih”. Ini berarti kita harus mewujudkannya di dalam karya kerasulan yang dipercayakan kepada kita. Ini juga berlaku untuk para pemimpin.

Tugas dewan umum biasanya tidak terlibat banyak dalam kerasulan sehari-hari. Bagaimana mereka bisa memberi kontribusi untuk kerasulan kita?

Berbicara tentang kepemimpinan, kita cenderung fokus pada kepemimpinan dalam dewan, akan tetapi sebenarnya semuanya itu berawal dari komunitas. Ini adalah awal di mana kepemimpinan dimulai, tidak hanya pada saat dipilih atau diangkat sebagai Dewan Umum, Dewan Provinsi atau Regio. Penting bahwa dalam komunitas, kita perlu menjaga kualitas manusia dan kerohanian dari hidup kita. Dan kedua, menjadi pemimpin tidak hanya sekedar jabatan atau mengatakan kepada yang lain apa yang perlu diperbuat. Perlu memberi waktu, membiarkan diri ditantang, mendorong dan memberdayakan rekanrekan frater maupun orang lain yang menjadi pola terbaik untuk diri sendiri, sehingga dengan demikian dapat memberi kontribusi penuh untuk kerasulan dan misi kita. Hal ini berawal dari komunitas.

Apa yang bisa kita lakukan untuk memperkuat kepemimpinan dalam Kongregasi kita, dan dengan demikian memperkuat kerasulan kita di masa yang akan datang?

Penting bahwa kita perlu memberi perhatian dalam pelatihan dan pengembangan kepemimpinan. Kita juga harus mengembangkan dan memberdayakan provinsi dan regio kita agar menjadi mandiri. Memperhatikan kepemimpinan di masa depan, panggilan dan pembinaan adalah bagian penting yang perlu diperhatikan. Orang muda yang masuk Kongregasi kita memerlukan bimbingan: mereka adalah pemimpin kita di masa depan. Melihat ke masa depan juga penting memperhatikan sejarah dan warisan kita. Semuanya membentuk bagian dari siapa kita, identitas dan karisma kita. Kita harus memperhatikan ini dan menyediakannya agar bisa diakses oleh penerus kita.

Bisa jelaskan secara singkat bagaimanakah ‘kepemimpinan yang baik’ dalam Kongregasi kita?

Misi kita harus selalu menjadi titik tolak. Tidak boleh menyangkut keuntungan atau ‘status’ pribadi. Ini bukan menyangkut jabatan atau menyangkut apa yang kamu lakukan sebagai pemimpin untuk membuatnya berjalan. Dan tidak hanya menyangkut pemimpin: ini tentang kesediaan untuk dipimpin; kita tidak boleh melupakan ini. Menurut pandangan saya, kepemimpinan yang baik adalah usaha bersama untuk melakukan hal-hal yang baik.

Frater Lawrence Obiko dalam wawancara dengan Nathalie Bastiaansen

4

PAJANGAN TANDA KENANGAN

Di Generalat Frater CMM terdapat galeri potret yang sangat indah dari semua Pemimpin Umum Kongregasi. Sebagai pengantar, Charles van Leeuwen akan menceritakan riwayat mereka.

Potret paling tua yang sangat mencolok dan megah. Tidak semua orang menganggapnya sebagai karya yang hebat, meskipun ini dilukis oleh Petrus Slager. Sebagian menganggapnya terlalu resmi, ada yang mengatakan terlalu gelap atau kuno. Sebagai subjek dari protret ini juga tidak merasa senang. Ia melihatnya terlalu kabur dan romantik; tampaknya kurang menggambarkan betapa ia secara ketat menjalani hidup religius. Pater Superior, De Beer (1820-1901), ia yang kita bicarakan, menginginkan potret yang sederhana, bersahaja dan dibuat sendiri oleh salah satu frater. Hal ini berkembang hingga sekarang dan menjadi tradisi bahwa para pemimpin umum tak bisa mengatakan apa-apa siapa yang akan melukis potret mereka. Mereka hanya bersabar dan menerimanya.

Frater Superior, De Beer memimpin Kongregasi selama 54 tahun, sebuah rekor yang belum tertandingi. Dalam berbagai bidang ia menampilkan kepemimpinan yang mengesankan. Beberapa hal yang dilakukan masih tetap berkesan untuk kita setelah kamatiannya lebih dari 120 tahun silam. Misalnya perhatian yang hangat untuk rekan-rekan fraternya. Ia mengetahui nama masing-masing dan berbicara pribadi dengan mereka. Bertemu dengan De Beer bisa berisiko; kalau sudah ada perjanjian pasti telat. Sebaiknya Anda menghindari bertemu dengannya jika Anda harus naik kereta.

De Beer memberi perhatian khusus kepada rekan-rekan frater yang sakit dan yang tak berdaya. Ia merayakan Ekaristi setiap pagi di rumah sakit, dan juga dengan makan siang. Ia melihatnya sebagai ekspresi pertama belas kasih. Ia ingin hadir bagi bagi frater-frater yang menghadapi kesulitan. Praktek belas kasih yang kedua melalui keramah-tamahan yang ditunjukkannya. De Beer dikenal di seluruh Eropa karena caranya yang ramah dalam menyambut para religius. Oleh karna itu, begitu banyak tamu yang mengunjunginya.

Dua hal lain yang memberi kontribusi pada ketenaran De Beer. Semua mengetahui komitmennya terhadap aturan Kongregasi. Ia menerapkan aturan dan

peraturan religius secara rinci. Perhatian yang detail itu ditularkan dan menjadi ciri khas Kongregasi: hampir semua frater menghidupi cara ini. De Beer menyukai kesederhanaan. Ia bertumbuh dalam keluarga yang kaya, yang membuat ia begitu disiplin dengan dirinya sendiri. Ia memiliki kamar yang sederhana dan memastikan bahwa kehidupan di rumah frater akan sangat sederhana. Tak ada yang terlalu kaya atau terlalu mewah, segala sesuatu harus dibatasi pada kebutuhan yang paling dasar. Karena itu, De Beer memiliki perasaan campur aduk tentang potretnya yang megah: terlalu besar dan terlalu indah.

GALERI POTRET
Charles van Leeuwen
5
Pater Superior, Franciscus Salesius De Beer.

KASIH TUHAN SELAMA MASA KARANTINA

Pada musim semi tahun 2021, Frater Januario Sani Quehi dan Frater Manuel Barreto Amaral, yang baru saja mengikrarkan profesi pertama, berangkat dari Indonesia ke Timor Leste guna mendukung karya Kongregasi di negara mereka. Ketika tiba di perbatasan, hal pertama yang harus mereka lakukan adalah menjalani karantina. Mereka memberi gambaran tentang apa yang terjadi.

Kami dikarantinakan di hotel selama 14 hari. Kami melihat bahwa orang tinggal dalam ketakutan dan situasi ini menyedihkan. Pandemi covid-19 mempengaruhi relasi dengan yang lain. Kami agak takut dengan yang lain, karena kuatir terkontaminasi dan lebih memilih mengisolasikan diri dari mereka.

Pihak hotel sendiri tidak mengawasi dengan baik. Bukan karena pegawainya malas, melainkan mereka takut dan ini cukup dipahami. Akan tetapi kita tidak seharusnya tinggal dalam ketakutan. Kita harus melakukan sesuatu. Ketika kami melihat situasi ini, kami memutuskan untuk membersihkan segala sesuatu secara bersama-sama, terutama fasilitas sanitasi. Kami mengikuti aturan kesehatan dengan mengenakan masker dan sarung tangan. Hal ini membawa pengaruh bagi yang lain, yang juga sama-sama menjalani karantina. Satu persatu mendekati kami untuk membantu. Bersama-sama kami membersihkan dan merasakan suasana yang semakin baik sehingga rasa takut semakin berkurang.

Apabila ada sesuatu yang perlu dilakukan, kita sebagai religius seharusnya tidak menunggu orang lain melakukannya, bahkan mereka adalah pegawaipegawai yang dibayar. Ini adalah tugas kita untuk membantu, dan memberi perhatian terhadap hal-hal

kecil di sekitar kita dengan kasih yang berasal dari Tuhan sendiri. Orang yang rendah hati, hidup dalam kasih, tidak mengharapkan untuk melakukan sesuatu yang besar. Kita mulai dengan hal-hal kecil dan mau melakukannya karena kasih Tuhan.

Orang-orang yang ada di hotel berterima kasih kepada kami. Stres mereka berkurang dan merasa terhibur. Saya juga merasakan hal yang sama. Tuhan bersama kami, meskipun kami dalam isolasi. Bahkan dalam masa karantina, masih ada kesempatan untuk terbuka dengan yang lain.

Bahkan barangkali ini merupakan cara Tuhan untuk mempersatukan kami. Kasih tidak berarti bahwa tak ada konflik atau tak ada lagi ketakutan. Kendatipun demikian, kasih adalah jawawan sesungguhnya. Yesus berkata kepada kita, “Janganlah takut, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Dan “Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak menganal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:7-8)

Frater Januario Sani Quehi CMM, Timor-Leste

TIMOR LESTE
6

Doa membantu

Hari-hari pertama menjalani masa karantina saya merasa tidak nyaman. Saya merasa takut terkena positif, takut sakit, serta merasa tertutup dan ditinggalkan. Lantaran kami dari Indonesia (Medan), tampaknya kami dihindari oleh orang-orang yang ada di hotel, karena Medan adalah zona merah saat itu dan banyak yang terpapar. Kami dites terlebih dahulu sebelum memasuki hotel. Saya sangat takut dengan hasil, namun untunglah bahwa hasilnya negatif.

Hari-hari pertama ini saya merasa stres dan cemas, saya merasa takut dan jenuh, karena ini bisa memunculkan lebih banyak pikiran negatif. Dalam situasi yang sulit, saya selalu berdoa dan terus memohon perlindungan Tuhan. Sebagaimana Paulus mengatakan dalam suratnya, “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12:12).

Setelah melewati beberapa hari, saya merasa lebih rileks dan tentu doa membantu. Sebenarnya, cukup nyaman tinggal di hotel karantina karena masing-masing tersedia tempat tidur, makanan dan minuman, dan bisa mengerjakan beberapa tugas sepanjang hari yang membuat kita tetap sibuk. Kita bisa mengatur tugas dan waktu sendiri. Tidak semua orang bisa melihat ini sebagai sesuatu yang sungguh positif. Banyak dari mereka mengeluh karena kehilangan waktu, waktu yang bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih penting. Akan tetapi waktu yang dihabiskan di hotel karantina dapat juga dilihat sebagai waktu ekstra berahmat yang diberikan kepada kita. Saya ingin katakan: nikmati saja.

"Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia" (Lukas 15:20).

Frater Manuel Barreto Amaral CMM, Timor Leste
7

FRATER WOUT VAN DEN HOUT

Di masa lalu dan kini terdapat sejumlah frater yang memiliki kreativitas ketrampilan. Mereka membuat lukisan, gambar, patung atau kerajinan tangan yang indah. Bermacam-macam dan seringkali tak diketahui siapa pembuatnya. Hasil seleksi dari kreativitas ini dimuat dalam kolom sorotan. Bagian ke-14 dari rubrik ini, kami menemui Frater Wout van den Hout.

Frater Wout van den Hout senang melukis sejak duduk di kelas enam sekolah St. Thomas, Goirle dan terutama pada saat kujungan Santo Nikolaus tanggal 5 Desember. Ketika Orang Saleh mengunjungi kelasnya, Wout segera menyadari bahwa ia adalah Frater Justus van den Boom. Sejak saat itu Wout ingin menjdi seorang frater. “Apabila engkau ingin menjadi frater, engkau harus mengembangkan ketrampilan melukis. ” Wout menjadikan ini sebagai sebuah dorongan dan tantangan untuk mengikuti ini sesuai kemampuannya. Frater Justus mengajarnya melukis dan kemudian di Sekolah Pendidikan Guru St. Stanislaus ia diajari oleh Frater Meinulphus van Grootel. Wout seorang berbakat dan cita-citanya ialah ingin mengembangkan karya yang indah.

Tahun 1963 – ia telah menjadi frater kala itu – Wout berangkat menjalankan misi di Namibia. Ketika di sana ia membaca sebuah artikel dalam majalah mingguan Elsevier tentang pembelajaran jarak jauh di Sekolah Seni Terkenal . Sekolah ini mempunyai cabang di New York, London, Paris dan Amsterdam-Osdorp. Inilah yang dikembangkannya; dan Frater Walter memdapat izin dari pemimpinnya untuk mendaftar. Ia harus menyerahkan tugas setiap enam minggu selama tiga tahun ke kantor di Amsterdam-Osdorp. Pada waktu itu tugasnya dikirim melalui “snail-mail” bukan email.

Frater Wout suka melukis dan telah banyak yang dihasilkannya. Meskipun demikian, ia menggabungkan dengan profesinya sebagai guru, yang mengakibatkan ia harus melukis sampai larut malam di kelas. Siswa sering memintanya melukis sesuatu untuk mereka. Banyak buku puisi pribadi dilengkapi dengan lukisan dari Frater Wout. “Mereka sering meminta saya melukis binatang”, kata Frater Wout kepada kami. “dan saya juga menyukai binatang, dan yang paling indah menurut saya adalah kuda.” Orang lain juga melihat bakat dari Frater Wout. Pemimpin redaksi

Kamar Frater Wout van den Hout di rumah perawatan Joannes Zwijsen.

surat kabar keuskupan ‘Angelus’ di Namibia meminta untuk memakai lukisannya sebagai ilustrasi dan ia meresponnya dengan penuh gembira.

Tiada waktu dan uang untuk mendapatkan model asli, jadi Frater Wout mencari gambar di majalah untuk dicopy. Seri potret Wanita Namibia dengan pakaian tradisional dihasilkan dengan cara ini. Frater Wout lebih senang mengerjakannya dengan pastel minyak. Ia juga melukis gambar sketsa mosaik jalan salib di Dȍbra, Namibia. Artikel panjang tentang karya ini bisa ditemukan dalam majalah Frater CMM no. 1/2014. Ia terlibat dua kali dalam kelompok eksebisi di Windhoek dan di Walvis Bay.

Bagi Frater Wout, melukis adalah sebuah bentuk pelayanan. Oleh karena itu, ia sering memberi lukisan secara gratis kepada teman-teman dan kenalannya. “Untuk menciptakan sesuatu yang indah itu bermanfaat dan memberi sesuatu yang indah kepada seseorang itu juga bermanfaat.”

DALAM SOROTAN
Nathalie Bastiaansen 8

Wanita Herero (pastel minyak). Wanita Himba (pastel minyak). Wanita Himba (pastel minyak).

Kartu dengan kupu-kupu. Dibuat Frater Wout untuk saudarinya (pastel minyak).

Kuda (pastel minyak).

9

Kartu

Halaman

Mantel Madonna (sebuah seri lukisan pena).
DALAM SOROTAN
Anjing gembala (lukisan minyak). Salah satu stasi dari mosaik di Döbra, Namibia. pada acara yubileum (lukisan pensil). depan ‘Angelus’, surat kabar keuskupan Windhoek dengan sebuah ilustrasi dari Frater Wout (lukisan pena).
10
Orang Samaria yang Baik Hati (kolase dari sobekan kertas berwarna).

DARI PADANG MENJADI PROVINSI INDONESIA

Yubileum (100 tahun)Frater CMM di Indonesia secara resmi dibuka pada tanggal 21 Mei 2022. Hal ini tentu tidak bisa dilihat secara terpisah dengan para pendahulu yang terinspirasi oleh spiritualitas belas kasih dan persaudaraan ketika mereka menginjakkan kaki di bumi nusantara.

Padang

Semua berawal dari kota Padang, Sumatra Barat. Pada tanggal 21 Mei 1923, Frater Paulus Jacobs, Frater Severinus Aarts, Frater Hermenigildus Fromm, Frater Theodatus van Oers, dan Frater Claudius Kok mereka mengawali misi di Indonesia. Mereka membuka dua Sekolah Dasar: SD untuk anak-anak Eropa dan SD untuk anak-anak Tionghoa. Pengaruh para Frater CMM sangat besar, terutama dalam bidang pendidikan dan kegiatan untuk orang muda. Ada kelompok liturgi, drama, koor, musik band, tim olahraga, perpustakaan dan bahasa Inggris. Sekolah frater menerima bantuan pemerintah pada tahun 1924 dan dikenal sebagai sekolah unggul pada masa itu.

Frater CMM membuka MULO (Sekolah Menengah Pertama) pada tahun 1928 di Padang. Setelah Perang Dunia II sekolah ini dikembangkan menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA) Don Bosco Padang. Situasi Indonesia kala itu tidaklah mudah. Sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk kota Padang terjadi pergolakan. Kehadiran frater-frater Belanda di Padang semakin berkurang, sementara hampir tidak ada panggilan yang berasal dari anak muda pribumi. Komunitas CMM Padang dialihkan ke keuskupan pada bulan Desember 1976.

Dari Padang menuju ke Manado, Tomohon, Medan… Sementara itu, karya Kongregasi diperluas ke wilayah lain di Indonesia. Pada tanggal 4 September 1924, Frater Ernest Adriaanse dan Frater Radulf Bax menginjakkan kaki di Manado dan Tomohon. Di Manado mereka mengambil alih sekolah China Belanda. Para frater memulai karya di Medan pada tahun 1927, dan sebagai pemimpin Sekolah China Belanda adalah Frater Hermenigild Mimpen.

… Dan selanjutnya Secara bertahap semakin banyak komunitas didirikan ke berbagai wilayah di Indonesia dan semakin banyak anak muda bergabung. Saat ini ada sekitar 120 frater di Indonesia. Para frater tinggal dan berkarya di beberapa keuskupan antara lain Keuskupan Agung Medan, Semarang, Makassar dan Kupang serta di keuskupan Manado, Sibolga, Banjarmasin, Tanjung Selor, Amboina dan Larantuka.

Ada harapan baik bahwa Kongregasi di Indonesia akan terus berkembang sesuai dengan cita-cita pemdiri, Uskup Joannes Zwijsen. “Oleh karena itu kita turut serta dalam kegembiraan dan harapan, kesukaan dan kecemasan gereja setempat, gereja universal dan umat manusia seluruhnya” (Konstitusi I, 177).

Frater Yonas Paso CMM, Indonesia

Sumber: Frater CMM di Indonesia. Sebuah Sejarah dari Tahun 1923 sampai Tahun 1997, oleh Frater Pieter-Jan van Lierop CMM, 1997.

INDONESIA
11
Lima frater pertama di Indonesia, Padang 1923.

BANTUAN UNTUK SEKOLAH DI BRASIL

Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai macam kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha untuk mengatasi situasi ini. Bagian kedua puluh satu dari terbitan ini, kami menhadirkan salah satu aktivitas dari para frater di Brasil.

Salah satu inti dari tugas Frater CMM adalah bekerja untuk kaum muda melalui pendidikan, terutama untuk anak-anak dan orang muda yang kurang mampu. ‘Casa de Apoio ao Estudante’ (Rumah untuk Mendukung Para Siswa) di Belo Horizonte yang didirikan oleh frater-frater kita dari Regio Brasil dimaksudkan untuk kepentingan anak-anak yang sekolah di Sekolah Dasar negeri, dimana kualitas pendidikan ‘terintegrasi’ - lebih mahal - dari sekolah-sekolah swasta. Di Casa de Apoio , anak-anak ini mendapatkan ‘bantuan atau bimbingan’ belajar.

Pengawasan terhadap anak-anak dilakukan oleh beberapa orang professional yang digaji Kongregasi dan beberapa di antaranya merupakan relawan. Selain bimbingan belajar untuk mata pelajaran reguler, juga ditawarkan aktivitas lain seperti les computer, game edukasi, olahraga dan lukisan.

Hal ini menarik bahwa ‘Kampanye Persaudaraan’ yang dipromosikan oleh Gereja Katolik Brasil tahun ini bertemakan “Persaudaraan dan Pendidikan” dengan moto: ‘Berbicara dengan Hikmat dan Mengajar dengan Lemah Lembut’ (Amsal 31, 26). Moto ini merupakan sebuah undangan dan inspirasi bagi sekolah-sekolah milik kongregasi maupun bentuk kerasulan lainnya agar kita bisa mendampingi dan mengajar anak-anak muda.

Frater Damasus Dobat CMM, mantan misionaris di Brasil, kini anggota Dewan Umum

Sebelum Covid-19 Casa de Apoio selalu ramai.

Selama Covid-19 kelompoknya semakin kecil.

Frater Rosario de Jesus Martins dengan beberapa siswa.
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN 12
Les komputer. Lompat tali. Bimbingan dan tugas rumah. Permainan catur. Saat minum.
13
Bersama mengerjakan tugas rumah.

KENANGAN INDAH

Setiap manusia bertemu dengan orang-orang yang menentukan jalan hidup dan masa depannya, yang terus membimbing seperti bintang Betlehem selama sisa hidupnya. Frater Anton van der Lee membagi kenangannya akan Frater Realinus Donders.

Frater Realinus Donders (1879-1966) tetap selalu menjadi kenangan saya sebagai guru yang sangat simpatik yang pernah saya alami. Saya mengenalnya pada tahun 1943 di kelas tiga Sekolah St. Emilius di Loon op Zand. Tubuhnya pendek, gemuk dengan pangkasan rambut panjang beruncing yang cukup terkenal pada masa itu. Ia adalah teman sejati bagi anak-anak, terutama anak-anak kecil, baik hati, seorang guru yang termotivasi, juga bukan yang termuda (63).

Realinus adalah pemusik Saya ingat bahwa ia tahu trik untuk menggerakkan mulutnya seperti seekor kelinci dan di taman bermain, ia sering ditanya oleh siswa kelas satu: “Frater, jadi kelinci”, segera ia lakukan dengan kehebohan besar dari para muridnya. Namun siapa yang menyebut Realinus, juga menyebut musik. Baginya semua tentang musik dan tak heran ia menulis metode bernyanyi dengan judul Geniet van het Lied (Menikmati Lagu) yang biasanya diterbitkan oleh Rumah Percetakan Panti Asuhan Putra di Tilburg. Setiap frater yang memiliki kekhususan untuk ditawarkan dalam bidang pendidikan, selalu ditugaskan oleh atasan untuk mengembangkan metode, karena dengan ini merupakan pendapatan ekstra yang baik bagi Kongregasi.

Frater Realinus Donders.

Realinus menulis buku musiknya pada kertas karton dengan teks lagu dan staf pengiring, sebesar papan tulis sehingga ia bisa menggantungnya. Semua

APOSTOLAAT IN BEELD
CERITA MASA LAMPAU 14

siswa bisa membacanya dengan mudah dari tempat mereka. Ia tidak meluangkan waktu atau tenaga untuk mengajarkan lagu-lagu kepada murid-muridnya dengan baik dan dengan senang hati. Selain itu, ia tampaknya melihat pentingnya kegiatan ekstrakurikuler, namun sebagai seorang murid hal ini tentu tidak diketahui. Saya telah menceritakan bahwa ia mengoleksi semua lonceng menara gereja di Brabant dengan prasastiprasastinya, gantungan dsb., pekerjaan besar dan sangat penting nilai budayanya. Apakah di antara para pembaca, ada yang mengetahui lebih banyak tentang ini? [*]

Keuntungan dan kemalangan

Nasib baik bagi saya berjumpa dengannya lagi ketika duduk di kelas lima pada tahun 1945. Ia seharusnya sudah pensiun pada saat itu, namun tidak mengherankan bagi saya bahwa sang idealis ini masih bertugas untuk tahun berikutnya. Sesuatu berakhir secara dramatik. Di kelas ini terdapat beberapa bajingan yang tidak termotivasi dan telah melewati tahun kedua berkali-kali sehingga hanya tinggal menunggu ulang tahun keempat belas ketika wajib belajar berakhir dan mereka segera bisa neninggalkan sekolah. Mereka menghambat pengajaran dan ia sangat menderita, sehingga pada Paskah tahun itu ia harus pensiun oleh karena terlalu banyak bekerja, meskipun ia pantas mendapatkan yang jauh lebih baik.

Sekian lama kemudian

Saya mengunjunginya pada tahun 1965 di komunitas Steenwijk, Vught dimana rumah kala itu dihuni oleh frater-frater tua untuk menyampaikan betapa sering saya menemukan seorang guru yang fantastis. Sementara itu, saya telah mendapatkan sertifikat sebagai guru yang memenuhi syarat, meskipun sesudah itu saya tidak pernah bekerja di bidang ini. Pertama, ia memiliki kesulitan untuk mengingat saya terutama karena buta total, namun gambaran akan masa lalu segera kembali. Ia juga kemudian mengingat ketiga saudara tua saya yang pernah duduk di kelasnya.

Jelas dengan ini baik baginya, bahwa setelah sekian lama seorang mantan siswa kembali untuk memberi hormat. Kami membicarakan masa lampau dan masa kini. Tenyata ia masih memimpin paduan suara Gregorian bersama para frater di Vught, meskipun ia

telah buta total. Ia tidak hanya mengenal lagu-lagu biasa, namun juga menhafal semua lagu-lagu sesuai tahun liturgi gereja. Ada banyak, sekitar ratusan lagu. Luar biasa!

Yang kembali Ketika berpamitan, saya menempatkan guru favorit saya dalam terang sesuai cerita Kitab Suci tentang sepuluh penderita kusta, yang diutus oleh Yesus kepada para imam untuk menyatakan bahwa telah sembuh, agar diizinkan untuk pergi dan bergabung kembali dengan masyarakat. Dalam perjalanan mereka dibersihkan dan sembilan orang segera mengumumkan kesembuhan mereka. Hanya satu yang kembali dan berterima kasih kepada Yesus. “Anggaplah saya yang kembali. Namun yang lain mengalami kebahagiaan yang sama denganmu seperti saya.” Saya melihat air mata kesedihan di mata Frater Realinus yang buta. Setahun kemudian ia meninggal dalam usia 87 tahun. Saya tak bisa menunggu lebih lama lagi dengan ungkapan terima kasihku…

Anton van der Lee, Belanda

* Catatan redaksi: Frater Getulius Arts yang menginventarisir begitu banyak lonceng di Brabant Utara dan yang berasal dari luar. Frater Realinus Donders sering mendampinginya dalam perjalanan untuk melihat dan mendengarkan lonceng. Frater Hermenegildus Beris baru saja melakukan penelitian arsip tentang frater-frater musisian dan menyusun temuannya dalam sebuah buku. Di dalamnya ada bagian yang didedikasikan untuk Frater Realinus Donders, dan untuk Frater Getulius Arts.

15

PENGHARGAAN DARI ICHANGE NATIONS (MENGUBAH BANGSA) UNTUK FRATER ANDREA SIFUNA

Pada tanggal 26 Februari 2022, Frater Andrea Sifuna dianugerahi penghargaan oleh IChange Nation Award di Kamel Park Hotel, kota Kisii, Kenya. Penghargaan diberikan terhadap pengakuan atas kontribusinya dalam bidang pendidikan, secara khusus pemberdayaan remaja miskin dalam sektor pendidikan melalui sekolah CP (Proyek Pelatihan). Ia dianugerahi Penghargaan Negarawan Regional. IChange Nations adalah sebuah LSM di Amerika Serikat yang mengidentifikasi dan menghargai orang-orang yang telah unggul dalam memberdayakan orang lain.

Mentransformasikan kekuatan pendidikan

Frater Andrea Sifuna dinominasikan oleh dua mantan siswanya untuk mendapat penghargaan ini - salah satunya bekerja dan tinggal di Amerika. Frater Andrea telah lama bertugas sebagai guru dan mengajar di beberapa Sekolah Dasar yang tersebar di Kenya. Ia memiliki keyakinan dalam mentransformasikan kekuatan pendidikan bagi anak muda yang terpinggirkan. Kini ia terdaftar di Universitas Sains dan Teknologi Masinde Muliro bidang Pendidikan Psikologi dimana ia sedang merampungkan disertasi doktoralnya dengan judul ‘Pengaruh Sikap Seksual, Norma Jenis Kelamin dan Nilai Seksual Terhadap Partisipasi Pendidikan Siswa Sekolah Menengah di Wilayah Homa Bay’.

Program Pelatihan

Dalam lingkup pendidikan, selain layanan langsung dari guru negeri selama dua dekade, Frater Andrea Sifuna sendiri telah menjadi instrumen dalam memulai Program Pelatihan di Mosocho, lebih dikenal dengan CP. CP hanyalah sebuah sekolah menengah terjangkau yang memberikan banyak kontribusi tambahan untuk pendidikan jangka menengah, selain sekolah yang tidak terjangkau oleh orang miskin. Tambahan termasuk misalnya wajib berseragam sekolah, sepatu sekolah yang ditentukan secara kaku, kaos kaki, menjalani

wajib sekolah, pungutan tambahan untuk pengajaran remedial dll. Program Pelatihan berpusat pada apa yang menjadi inti dan diperlukan untuk sertifikasi di tingkat KCSE. Untuk memenuhi kebutuhan ini, semangat yang dipromosikan di antara staf adalah semangat ‘memberi kembali’ kepada masyarakat dengan menjadi sukarelawan untuk pelayanan yang dibutuhkan. Hal ini menarik banyak guru yang baru dilatih, yang belum terserap oleh pemerintah untuk menjadi sukarelawan pendidikan dengan sedikit pembayaran imbalan sebagai kenang-kenangan.

Hasil

Ide ini dengan cepat dicatat dan direplikasi baik di kalangan CMM maupun di luar. Segera sesudah itu, banyak sekolah muncul di berbagai tempat dengan model St. Patrick yang idenya dimulai tahun 1995. Perlu diingat bahwa pada saat sekolah ini muncul, pendidikan menengah di Kenya belum gratis seperti yang terjadi sekarang. Sekolah menengah terjangkau ini sangat penting demi memenuhi rasa haus akan pendidikan menengah dari begitu banyak anak muda di Kenya. Sekolah-sekolah ini, kini telah menamatkan ribuan lulusan dan bisa ditemukan di hampir setiap sektor pekerjaan baik di Kenya sendiri maupun di luar negeri.

KENYA 16

12½ TAHUN ELIM –TEMPAT PERSINGGAHAN MAKAN SIANG

Persinggahan makan siang di Elim adalah salah satu dari beberapa karya kerasulan yang masih memungkinkan seiring dengan berkurangnya para Frater CMM Provinsi Belanda. Dalam rumusan Misi Kongregasi, kita membaca: “Kita memperhatikan yang sakit dan yang rapuh, menempatkan keramah-tamahan dan membantu mereka untuk menemukan makna dan kebahagiaan dalam hidup.” Kami berpendapat bahwa tempat persinggahan makan siang mewujudkan ini dalam suasana yang indah dan kita pantas berterima kasih kepada para koordinator dan sukarelawan/i yang telah mensukseskan aktivitas ini untuk sekian lama.

Peringatan 12½ tahun tempat persinggahan makan siang dirayakan belum lama ini di Elim. Karya ini terwujud pada akhir tahun 2009 setelah dipahami, dijabarkan dan diimplementasikan oleh Frater Jan Koppens CMM, Suster Mariëtte Kinker SCMM dan Trees Versteegen (pimpinan tim Paroki Frater Andreas kala itu). Karya ini berada langsung di bawah koordinator paroki yang juga merekrut para sukarelawan/i. Kemudian terbentuk kelompok yang erat dan setia dimana beberapa dari mereka telah berkomitmen selama 12½ tahun. Awalnya para tamu berkumpul setiap hari Selasa dan Kamis dan kini hanya setiap hari Selasa. Komunitas frater Elim telah menjadi tempat pertemuan sebelumnya, namun sejak komunitas ini ditutup akomodasi beralih ke gedung ‘Yayasan Pemuda Berminat’ dekat dengan rumah frater. Para pengunjung tidak hanya berasal dari tempat-tempat sekitar, namun berasal dari berbagai tempat di Tilburg.

Perayaan peringatan yang menghangatkan hati dengan banyak ‘tamu yang singgah’, sukarelawan/i, mantan sukarewan/i dan yang mewakili Dewan Provinsi Frater CMM dan Suster SCMM.

Frater Ad de Kok di meja bersama para tamu dan sukarelawan Persinggahan Makan Siang.

Frater Paul Damen, yang membantu kegiatan ini setiap minggu bertindak sebagai pembawa acara. Sebuah kehangatan dirasakan bahwa para tamu masih mengungkapkan kata-kata pujian tentang Frater Jan Koppens, yang belum lama bergabung, namun menunjukkan ketertarikan kepada para tamu yang ada. Salah seorang tamu telah membuat sebuah lagu. Beberapa baris dari kalimat tersebut mengungkapkan perasaan bahwa tempat persinggahan makan siang menyemangati para tamu:

“Hanya atap di atas sekian kepala, sebuah pintu terbuka bagi sanak saudara, sebuah tempat yang membuat hari begitu istimewa; siapa pun kamu, merasa beta di sini, bersama menjadi tua namun tetap muda, selalu terjalin dengan siapa yang datang sebelumnya.”

Sebuah perayaan peringatan yang indah. Dengan suasana keramah-tamahan dan kebersamaan menunjukkan bahwa tempat persinggahan makan siang akan tetap berjalan terus untuk sekian lama.

Frater Ad de Kok CMM, Belanda

BELANDA
17

KEPEMIMPINAN BARU DI PROVINSI DAN REGIO

Setelah pemilihan

Dewan Pimpinan Provinsi Kenya yang baru

Dewan Pimpinan Provinsi Kenya yang baru, dipilih pada tanggal 23 April 2022. Pemimpin Umum Frater

Lawrence Obiko, dengan persetujuan anggota Dewan Umum dan setelah mendengarkan Kapitel Provinsi (sesuai Konstitusi II, 201 dan 203) mengangkat para frater sebagai berikut:

• Frater Elijah Agilo Osena CMM: Provinsial

• Frater Augustine Monari Nyansimora CMM: Wakil

• Frater Patrick Munyua Muhoro CMM: Anggota Dewan

• Frater Martin Mwau Kasiva CMM: Anggota Dewan

• Brother Eric Magoka CMM: Anggota Dewan

Pengangkatan dewan ini untuk periode 2022 - 2027 dan berlaku pada tanggal 23 April 2022.

Dewan Regio Timor Leste yang baru

Pada tanggal 1 April 2022, Pemimpin Umum Frater Lawrence Obiko, dengan persetujuan anggota Dewan Umum dan setelah mendengarkan sidang Regio Timor Leste, mengangkat dewan regio Timor Leste yang baru ( sesuai Konstitusi II, 233-235) sebagai berikut: • Frater Cancio da Costa Gama CMM: Regional • Frater Henrique de Fatima Marques CMM: Wakil • Frater Silvino Freitas Belo CMM: Anggota Dewan

Pengangkatan ini berlaku pada tanggal 1 April 2022, dan akan ditinjau kembali pada akhir periode tiga tahun (2022 - 2024).

PERKEMBANGAN DI NAMIBIA

Setelah mempertimbangkan secara saksama penataan Regio Namibia, dengan berat hati Dewan Umum telah memutuskan untuk meniadakan Regio Namibia pada bulan Juni 2022. Saat ini hanya tiga frater dan fungsinya sangat sedikit - dengan dewan regio sendiri - dengan kondisi yang memberi arti sebagai sebuah regio. Untungnya, ini tidak berarti bahwa

kehadiran Frater CMM di Namibia akan berakhir. Dua komunitas di Windhoek tetap dipertahankan namun berada langsung di bawah Dewan Umum. Para frater di Namibia bisa melihat kembali tradisi pendidikan yang solid dan karya kerasulan lainnya. Pada tahun-tahun yang akan datang akan diusahakan agar kehadiran dan karya para frater semakin jelas.

BERITA SINGKAT
Dewan Umum baru melalui Kapitel Umum pada bulan November 2021, masa jabatan Dewan Provinsi dan Dewan Regio juga berakhir. Dalam edisi sebelumnya kami telah menyampaikan informasi dewan baru untuk Provinsi Belanda dan Indonesia serta Regio Brasil. Kali ini kami kembali menhadirkan Provinsi Kenya, Regio Timor Leste dan Namibia. Dewan Provinsi Kenya, dari kiri ke kanan: Frater Eric, Frater Martin, Frater Patrick, Frater Augustine, Frater Elijah. Dewan Regio Timor Leste, dari kiri ke kanan: Frater Silvino, Frater Henrique, Frater Cancio.
18

PERHATIAN UNTUK ORANG DI PINGGIR JALAN

Siapakah saudara/i ini? Apa yang membuat mereka sibuk? Apa impian dan cita-cita mereka? Bagaimana mereka membentuk ‘belas kasih’ dan ‘persaudaraan’ dalam hidup mereka - dua konsep karisma Frater CMM? Pada bagian ‘Lihatlah Sesamaku’ kami selalu memberi kesempatan kepada setiap frater untuk berbagi.

Perhatian terhadap orang yang berada di pinggir jalan. Saya telah berusaha menjadikan ini sebagai prinsip arah dalam hidup dan karya saya. Dalam pendidikan, saya memilih pendidikan khusus. Orang-orang muda yang sedang berjuang; terhambat oleh berbagai macam persoalan belajar. Mereka mengalami kesulitan dengan keluarga dan kesulitan bertumbuh menuju eksistensi yang bermartabat. Para pengungsi yang meninggalkan tanah air mereka akibat perang dan penderitaan lainnya serta ditolak di Belanda.

Kita semua tentu mengenal cerita ini. Cerita dari Kitab Suci tentang Orang Samaria yang Baik Hati. Saya selalu tertarik dengan cerita ini, apalagi menjadi inti dalam merevitalisasi spiritualitas Kongregasi kita yang akhirnya diekspresikan dalam tiga frase: ‘melihat - tergerak - bergerak’. Belum lama ini saya menulis sebuah teks lagu (Melodi Belanda: Mens voor de mens te zijn), bersumber dari cerita yang menarik ini.

Refrein: Berjalan sepanjang jalan, melihat atau kelihatan agak buta.

Digerakkan oleh sesama yang ditinggalkannya.

Berjalan ke Jeriko: seorang imam Tuhan. Pria yang tergeletak di jalan dengan nasibnya. Refrein

Kemudian dari Yerusalem datang seorang Levi, yang melihat semuanya, namun masih buta. Refrein

Seorang Samaria, asing bagi semua, peduli dengan penderitaan dari orang yang menderita. Refrein

Merawat luka dengan minyak dan anggur, menyediakan makanan dan tempat tidur; ia akan baik saja. Refrein

Siapakah sesama saat itu, siapa yang bersamanya? Jadilah seperti orang asing itu dan lakukan seperti yang dilakukannya. Refrein

Selama saya tinggal di De Vuurhaard, komunitas di mana para pengungsi diterima, para frater bersama pengungsi mengkoordinir acara mingguan yaitu santap malam untuk sekitar empat puluh orang dengan menu dari negara asal masing-masing. Setelah makan malam saya menceritakan dan menjelaskan kepada para tamu bahwa sumber inspirasi saya bekerja dengan para pengungsi berasal dari cerita orang Samaria yang baik hati. Saya juga menyadarkan mereka akan kenyataan bahwa setiap orang harus berhadapan dengan ‘melihat - tergerak - bergerak’. Bahwa kita semua, terkadang dalam hal kecil maupun besar berlaku seperti orang Samaria yang baik hati itu, yang memperhatikan nasib orang yang ada di pinggir jalan. Dengan demikian, kita semua bisa berbelas kasih dengan cara masing-masing.

19
‘LIHATLAH SESAMAKU’
Frater Ad de Kok CMM, Belanda Frater Ad de Kok di De Vuurhaard. Vincent van Gogh, Orang Samaria yang Baik Hati, 1890. SEGALA BENTUK PELAKSANAAN KEKUASAAN DI DALAM KONGREGASI HENDAKNYA DIDORONG OLEH SEMANGAT CINTA KASIH KRISTIANI (dari Konstitusi Frater CMM) Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.