FRATER CMM 4/16
| PENATALAYANAN YANG BAIK | FRATER-FRATER DI CURAÇAO | GERAKAN BELAS KASIH DI BALIGE | ‘MEMAHAMI TANDA-TANDA ZAMAN’ | PERSAUDARAAN SEBUAH PANGGILAN KHUSUS
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam.
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
TENTANG FRATER ANDREAS
5
TERBITAN Frater CMM, {sebelumnya Ontmoetingen (Encounters)}, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih (Frater CMM). Langganan gratis (dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini). ISSN 1877-6256.
Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah.
Staf Redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin redaksi), Fr. Edward Gresnigt, Fr. Ad de Kok, Bpk. Peter van Zoest (redaktur pelaksana)
Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya.
Penerjemah: Fr. Ronald Randang, Fr. Norbertus Banusu, Fr. Agustinus Nai Aki, Fr. Rofinus Banunaek dan Fr. Benyamin Tunggu.
Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
Desain dan layout: Heldergroen (www.heldergroen.nl) Dicetak oleh: 4idea Printing Office: Jl. Garuda 271, Pringwulung, Yogyakarta Telp / WA : (+62)821.3430.6776 Email: 4ideaprint@gmail.com Web: www.4ideaprint.com Kontak: Frater CMM Jalan Ampel 6/10, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail: magazine@cmmbrothers.nl Website: www.cmmbrothers.org Kontribusi sukarela sebagai mengganti ongkos cetak/ kirim sangat dihargai, silakan transfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek.: 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo
Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
Foto sampul depan: Peserta pertemuan internasional ‘Frater-frater yang bertanggung jawab- Berkehendak baik dalam tata layanan Kongregasi CMM.’ Lihat halaman 6-9. Foto belakang: ‘Baron’ atraksi di taman Efteling, Kaatsheuvel, Belanda. (foto: Fr. Ad de Kok).
PENATALAYANAN YANG BAIK
6
FRATER-FRATER DI CURAÇAO
10
PERAYAAN ‘GERAKAN BELAS KASIH’ DI BALIGE
15
DARI STAF REDAKSI Edisi kali ini muncul pada saat berakhirnya ‘Tahun Belas kasih’. Kongregasi Frater CMM menjadikan Belas Kasih sebagai bagian prioritas selain inisiatif-inisiatif yang muncul selama tahun peringatan berjalan. Majalah Frater CMM menyediakan kolom khusus sejalan dengan publikasi Belas Kasih Kini!, dengan kontributor dari eks pemimpin umum, Frater Harrie van Geene. Lewat tahun ini banyak orang terdorong untuk mengorganisir pertemuan-pertemuan khusus juga dalam konteks CMM, seperti perayaan di Balige, Indonesia yang termuat dalam berita kali ini. ‘Semua hal baik akan berakhir’, bunyi sebuah pepatah terkenal. Hal ini berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada majalah Frater CMM saat memasuki musim dingin. Kolom ‘Rahmat-Nya amat dekat’ yang diisi oleh Frater Wim Verschuren tidak akan diteruskan. Ia telah mengisi kolom ini pada halaman 23 lewat tiga edisi sebelumnya dalam merefleksikan pemahaman akan aspek belas kasih yang belum banyak diketahui. Bapak Rien Vissers juga berhenti sebagai pemimpin redaksi dan tongkat pemimpin diserahkan kepada Nathalie Bastiaansen yang menjadi wanita pertama bertanggung jawab atas majalah kongregasi. Berita lebih lanjut dapat dilihat pada halaman 21. Tahun 2017 merupakan tahun khusus untuk Kongregasi Frater CMM memperingati 100 tahun meninggal calon Beato, yang diberkati Frater Andreas van den Boer. Kongregasi secara khusus merefleksikan peristiwa ini baik di tingkat regio maupun di tingkat provinsi. Selain itu edisi majalah Frater CMM mengalami perubahan dari empat kali terbitan menjadi tiga kali terbitan setiap tahun; dan beberapa halaman akan dikurangi dari 24 menjadi 20. Perubahan ini selain mengurangi biaya, akan menjadi uji coba cetakan baru dan dengan cara ini majalah Frater CMM diharapkan tetap memberi kontribusi.
‘MEMAHAMI TANDATANDA ZAMAN’
PANGGILAN KHUSUS
16
18
TAHUN BELAS KASIH
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
19
21
BERITA SINGKAT
IN MEMORIAM
17
22
‘RAHMATNYA AMAT DEKAT’
23 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Pertemuan kongregasi internasional ‘Frater-frater yang bertanggung jawab - Berkehendak baik dalam tata layanan kongregasi Frater CMM’ berlangsung dari tanggal 9-22 Oktober 2016 berfokus pada manajemen aset dan sumber daya. Ini tentu bukan menjadi bagian satu-satunya dalam konteks hidup kita sebagai religius; lalu mengapa kita disini? Sebagai Dewan Umum kami memperhatikan dan diarahkan berdasarkan pedoman Vatikan tentang tata kelola harta Gereja, Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Sekulir. Topik ini menjadi bagian penting yang dibicarakan dalam Kapitel Umum tahun 2014 sebagaimana tertulis dalam laporan kapitel, pedoman peride 2014-2020. “Kalau kita berbicara tentang finansial, kita berbicara tentang gaya hidup dan cara kita hidup dalam kebersamaan; juga kredibilitas konkrit hidup kita sebagai religius. Kita juga merefleksikan kebijakan tentang misi kita: yang utama dalam panggilan kita adalah lebih dekat dengan orang miskin.” Sangat penting bahwa kita bersama-sama memperhatikan sumber daya yang ada dan juga situasi umum di sekitar kita; dan sebagai kongregasi kita memikirkan keberlangsungan di masa yang akan datang. Sumber kita sudah mulai berpindah dari utara (Belanda) ke selatan provinsi dan regio yang ada di Afrika dan Asia. Sejak lebih 170 tahun lalu, semua perencanaan dan dukungan datang dari Belanda dan juga dari negara lain. Kini saatnya provinsi dan regio memperolehnya dari sumber daya sendiri ibarat pohon yang ditanam dan telah berbuah. Para peserta yang diundang dalam pertemuan internasional memiliki peran tersendiri dalam tata layanan kongregasi kita. Para pemimpin, anggota dewan, bendahara, kepala sekolah dan penanggung jawab proyek. Topik pembicaraan tidak hanya bermanfaat untuk mereka
4
melainkan untuk semua Frater. “Dimana semua terpanggil, di situ pula semua turut bertanggung jawab” (Konst. I,100). Hidup kita dihadapkan pada tantangan realitas yang masih jauh dari harapan. Kita dihadapkan dengan korupsi, penyalagunaan terhadap apa yang kita miliki, tidak transparan atau bersikap acuh tak acuh terhadap sesama dan dunia dimana kita hidup. Apa peran Anda sebagai pribadi dalam hal ini? Bagaimana bisa beralih dari situasi ini menuju ke yang kita cita-citakan? Bagaimana membangun jembatan kita? Sri Paus Fransiskus mengundang kita untuk menjadi pelayan yang baik. Kita hendaknya menjadi contoh bagi yang lain dan hal ini seharusnya menjadi perhatian semua Frater. Bagaimana Anda bisa melaksanakan tugas yang diberikan? Ini merupakan pertanyaan mendasar dan kita sendirilah yang menjawabnya. Kami berharap kepada setiap Frater untuk semakin memahami peran pelayan yang baik melalui tugas yang diberikan oleh kongregasi. Bagaimana Anda memulainya? Apakah Anda mempunyai impian dan rencana, atau hanya berpasrah dari bangun pagi dan melihat apa yang terjadi? Membangun jembatan realitas menuju impian memerlukan sebuah rencana. Bagaimana kontribusi Anda?
Pewawancara: Nathalie Bastiaansen
TENTANG FRATER ANDREAS
TAK ADA YANG MENARIK Bagaimana Anda mempersiapkan religius muda untuk sebuah misi? Bagaimana Anda mengusahakan agar mereka tetap cerdas dan fokus? Bagaimana Anda memastikan bahwa mereka bisa menjalankan misi berdasarkan kerangka Injil dan yang dihidupi oleh komunitas Kristiani? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi pertimbangan serius Uskup Zwijsen dan pemimpin umum Franciscus Salesius de Beer. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan mereka adalah para Frater muda perlu dipersiapkan melalui pendidikan yang baik dan Kitab Suci menjadi dasar. Kita mengetahui riwayat ini karena sejak tahun 18491852 Uskup Zwijsen mempublikasikan meditasi biblikal dan dari bahan-bahan ini dijadikan sebuah buku oleh Jan van den Boer. Nama Jan diganti menjadi Andreas ketika ia masuk kongregasi dan ketika di novisiat ia mulai mengumpulkan bahan-bahan ini. Zwijsen mengharapkan para religiusnya agar sungguh hidup sesuai dengan nasehat Injil. Perdasarkan sejumlah pertanyaan yang terdapat dalam meditasi, Anda diajak untuk membuka Injil. Para Frater sungguh menghidupi semangat ini diantaranya Gustave Doré yang hidup sekitar tahun 1860. Salah satu dari meditasi ini adalah Injil menakjubkan tentang penangkapan ikan (Luk. 5:1-11); sebuah cerita yang di dalamnya berkaitan dan menggambarkan
kongregasi yang mengirim misionaris. Coba perhatikan di dalam teks dikatakan kamu berada di tepi danau dan terdapat dua perahu. Salah seorang melihat Yesus diantaranya Petrus dan para rasul lainnya. Kamu mendengar Petrus katakan sesuatu kepada Yesus: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa.” Sejenak coba perhatikan kata demi kata, apa yang Anda pikirkan. Bagaimana mungkin mereka tidak menangkap apaapa? Apa artinya itu setelah sepanjang malam pukat mereka tetap kosong? Bagaimana Anda memperhatikan perasaan mereka setelah bekerja dan tidak mendapatkan apa-apa? Apa gerangan yang mebuat pekerjaan mereka berhasil? Selain memperhatikan pertanyaan-pertanyaan tersebut, Kitab Suci sendiri mengandung doa dan memberikan keberanian dan keyakinan baru. Kata-kata “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia”, juga ditujukan kepada kita. Sebagai religius kita dipanggil untuk membawa manusia kepada-Nya. Lewat meditasi para Frater menghadirkan Yesus dalam segala situasi. “Inilah Yesus, Sang Ilahi hadir, menjadikan segala usaha dan karya kita berbuah.” Hanya melalui misi belas kasih kita dapat berhasil mencapai terang, ‘arah cahaya’. Melalui latihan-latihan seperti ini para Frater muda dibimbing berdasarkan nasehat Injil dan dipersiapkan untuk menjalani misi pendidikan. Demikian halnya Frater Andreas, seorang guru yang penuh dedikasi dan sebagai penjala di Ruwenberg. Bahan-bahan meditasi menghidupi semangat misionernya dan mengajarkan apa yang harus ia lakukan dalam menjalankan karya sebagaimana Yesus sendiri hadir. Ia berhasil melakukan ini. Charles van Leeuwen
Gustave Doré, Mujizat penangkapan ikan. 5
INTERNASIONAL
Foto peserta di taman Kloosterhotel, ZIN.
PENATALAYANAN YANG BAIK DALAM KARYA Sudah menjadi tradisi baik dalam Kongregasi kita bahwa selain diadakan Sidang Umum untuk para pemimpin, juga diselenggarakan pertemuan Kongregasi Internasional membicarakan topik tertentu. Frater-frater lain juga diundang sebagai peserta untuk mengikuti pertemuan ini. Dari tanggal 9 sampai 21 Oktober 2016, pertemuan seperti ini diadakan di Kloosterhotel ZIN di Vught, Belanda. Tema pertemuan kali ini adalah ‘Frater-frater yang bertanggung jawab - Berkehendak baik dalam tata layanan Kongregasi CMM’.
Dalam kata sambutan pembukaan, Frater Lawrence Obiko, menjelaskan tentang pemilihan tema ini: “bercermin pada hasil kunjungan kerja Dewan pimpinan Umum ke provinsi-provinsi dan regio-regio, dewan melihat dan merasakan bahwa untuk saat ini pengelolaan aset dan sumber daya kita adalah yang paling penting. Menentukan pokok persoalan ini juga adalah hasil dari refleksi serius dewan berdasarkan rekomendasi Kapitel Umum 2014. Dengan demikian sebagai dewan kami juga melihat dan memperhatikan inti Pedoman Pengelolaan harta Gerejawi dari Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Sekulir. Melalui pertemuan ini kami sebagai Dewan Pimpinan Umum
6
berharap, bahwa kita tidak hanya meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelayanan yang baik dalam lingkup CMM, tetapi lebih dari itu sehingga setiap peserta akan mendapatkan wawasan bagaimana menjadi pelayan yang lebih baik sesuai bidang yang dipercayakan Kongregasi kepada setiap pribadi.” Sambutan ini menjelaskan bahwa pertemuan internasional ini tidak hanya berkaitan dengan keuangan, tetapi juga menyangkut kehidupan rohani dan misi kita. Pada agenda terdapat beberapa penjelasan, ceramah dan lokakarya terkait dengan tema tersebut.
SIDANG UMUM 2016 Menurut Konstitusi kita, artikel 143 bagian II, dikatakan “Paling sedikit dua kali selama masa jabatan dewan pimpinan umum, diadakan suatu sidang yang diketuai oleh pemimpin umum dan dihadiri oleh para anggota dewan pimpinan umum, para pemimpin provinsi dan regio. Dalam sidang ini, yang disebut sidang umum, akan dibicarakan kebijakan untuk kongregasi seluruhnya, dan dapat dikemukakan usul-usul untuk masa depan.” Pada tanggal 20 dan 21 Oktober 2016, Sidang Umum yang pertama dari periode dewan saat ini (2014-2020) diadakan di Generalat Frater CMM di Tilburg. Para pemimpin dalam suasana persaudaraan membicarakan beberapa topik berkaitan dengan kongregasi secara keseluruhan dan tentang isu-isu spesifik di provinsi dan regio. Mereka memberikan masukan berupa saransaran, dan mendorong satu sama lain untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang melayani dan menjadi pelayan yang baik.
‘Melakukan hal yang baik’ Pada tanggal 10 Oktober, Frater John H. Grever memulai pengantarnya ‘Pelayan belas kasih Allah. Sebuah refleksi atas Manajemen Keuangan, Tujuan Baru dan Tanggung Jawab’. Presentasi ini bertitik tolak pada Laporan Kapitel Umum CMM 2014, yang menjadi tujuan kita dan tanggung jawab dalam periode 2014-2020. Frater John bercermin pada pertanyaanpertanyaan seperti: Apa itu penatalayanan? Apa itu penatalayanan keuangan? Apa maksud manajemen keuangan? Semuanya ini secara eksplisit ditempatkan dalam konteks tata aturan hidup religius. Pada sore hari Frater Broer Huitema, eks pemimpin umum menyajikan ‘Penatalayanan yang baik dan keberlanjutan: Sebuah refleksi tentang Kerangka kerja Spiritual dan Kriteria Penatalayanan yang baik’. Ia menunjukkan konsep penatalayanan yang baik sebagaimana terdapat dalam Kitab Suci; kaul kemiskinan; Laudato si’ dan Konstitusi CMM. Ia juga merujuk pada filosofi Ubuntu: “Aku adalah aku karena siapakah kita semua. Dengan demikian kita melakukan apa yang harus kita lakukan, dalam kebersamaan. Sebagaimana Vincent de Paul katakan: ‘Berbuat baik, dengan melakukannya secara baik!’.”
Sesi pleno.
7
INTERNASIONAL pemimpin dari organisasi besar, hari-hari Vinsensius dipenuhi dengan aktivitas yang bisa kita asosiasikan lebih sebagai direktur pelaksana daripada seorang imam suci. Sejak awal karya kerasulannya, Vinsensius a Paulo dikenal sebagai seorang yang aktif, organisator dan manajer. Dia tidak membiarkan dirinya terbawa dalam suatu usaha dengan gaya serampangan atau tidak tertata baik. Sebaliknya ia menentukan program, merumuskankan metode, dan memastikan akan mendapat apa yang dibutuhkan untuk tujuan proyek tersebut.”
‘Riwayat’
Frater Henrique de Fatima Marques dari Timor Leste, menjelaskan simbolnya.
Simbol Konsultan manajemen Bapak Arnold Roozendaal menjadi fasilitator pelatihan tanggal 11 dan 12 Oktober, ‘Pengembangan Kepemimpinan berbasis tim’. Pemimpin seperti apa Anda? Manakah kepemimpinan yang khas untuk CMM? Para peserta merefleksikan pertanyaan-pertanyaan ini. Mereka juga membicarakan banyak hal tentang peran kepemimpinan: pengambil keputusan, manajer, pelatih, Frater dan pemimpin pelayan. Berbagai model kepemimpinan dipakai untuk membantu para Frater dalam mendefenisikan peran kepemimpinan mereka. Singkatnya, Bapak Roozendaal menjelaskan konsep kepemimpinan sebagai “menemukan suara Anda dan mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka”. Bagian dari pelatihan ini adalah presentasi simbol. Dalam persiapan pertemuan internasional, para peserta diminta untuk membawa simbol ‘kepemimpinan’. Hal ini bisa dilihat pada brosur website foto semua peserta dengan simbol dan penjelasan singkat tentang visi mereka mengenai kepemimpinan.
Vinsensius a Paulo Tanggal 13 Oktober Pater Patrick Murphy CM, profesor emeritus dari Universitas De Paul, Chicago berbicara tentang tradisi Vinsensian yaitu kepemimpinan yang melayani. Vinsensius a Paulo dikenal sebagai ‘Bapak Kaum Miskin’, dan dari daftar atas apa yang ia capai sangat mengesankan. Namun, sebagaimana dikatakan Pater Murphy, “kunci mencapai hasil yang luar biasa tersebut adalah melalui organisasi. Sebagai pendiri dan 8
Dalam lokakarya dari 13 dan 14 Oktober, Bapak Frank Pijpers dan Ton Raaijmakers, penasihat keuangan dari para suster CB, berbagi pandangan mereka tentang ‘Profesionalisme Manajemen Keuangan’. Bagaimana Anda secara praktis mengawasi manajemen keuangan Anda? Manakah unsur-unsur perencanaan keuangan? Bagaimana memanfaatkan dana awal? Bagaimana caranya sampai pada perencanaan jangka panjang? Bagaimana Anda melaporkan pembukuan Anda secara transparan kepada auditor eksternal, kepada dewan pimpinan, kepada sponsor? Meskipun ada yang beranggapan bahwa pelatihan ini akan ‘kering’ karena berurusan dengan anggaran dan angka, namun fasilitator membuat dua hari ini sungguh hidup dan inspiratif. Bapak Ton Raaijmakers: “Manajemen keuangan bukan hanya topik untuk para pemegang buku dan bendahara. Semua pihak yang mempunyai tanggung jawab dalam bidang keuangan haruslah dapat memahami angka keuangan. Setiap angka mewakili ‘riwayat’. Tantangannya adalah harus mengkorelasikan terus-menerus antara angka dengan riwayat di balik bilangan-bilangan.”
Studi banding Pada tanggal 15 Oktober, kelompok ini pergi ke Tilburg untuk studi lapangan. Mereka mengunjungi dua proyek yang merupakan inisiatif para religius: Pusat Pelayanan Misioner dan ‘Pavilyun Peerke Donders’, dan juga biara Trappist Koningshoeven, berkaitan tentang manajemen keuangan untuk hidup dan misi mereka.
Penggalangan Dana Bapak Frans Dokman, eks direktur Institut Studi Misi Nijmegen, memberikan pelatihan tentang ‘Penggalangan Dana bagi religius’ pada 17 dan 18 Oktober. Jenis pendana lokal atau internasional mana yang tersedia untuk proyek di mana saya bekerja? Apa artinya untuk organisasi saya, bagi saya sebagai manajer proyek, bagi kita sebagai kongregasi, untuk menerima dana eksternal? Bagaimana cara membuat rencana penggalangan dana? Dalam lokakarya ini, para
Pengantar oleh Pater Patrick Murphy, CM. peserta mengembangkan kerangka kerja mereka sendiri untuk penggalangan dana. Menurut Bapak Dokman, yang paling penting dalam kegiatan penggalangan dana adalah ‘membangun relasi’: “dengan demikian, penggalangan dana tidak menyangkut jarak dan tempat kepada siapa kita memberi dan dari siapa kita menerima. Tanpa persahabatan yang tulus, penggalangan dana beresiko dipraktekkan sebagai ‘kebaikan hati’, yang dilakukan oleh petinggi kepada bawahan. Dari sahabat sejati, donatur, sponsor, mediator dan penerima akan memandang penggalangan dana sebagai berkat Allah dan mengalami sendiri sebagai bagian dari rencana Allah. Dan karena berpartisipasi dalam rencana Allah kita semua sederajat.”
Kerja demi kemajuan Bapak Arnold Roozendaal kembali bersama peserta menguraikan Rencana Pengembangan Pribadi yang telah disiapkan, pada lokakarya 19 Oktober. Pertanyaan penting muncul: Bagaimana memberi pengaruh kepada
Frater-frater lain dalam pengembangan pribadi dan profesionalisme mereka? Pada tanggal 20 dan 21 Oktober para pemimpin berangkat ke Tilburg untuk Sidang Umum. Para peserta lain melanjutkan lokakarya ‘Menerapkan rencana aksi’ dan ‘Bagaimana mempersiapkan rencana bisnis’, yang dipimpin oleh Bapak Frank Pijpers dan Ton Raaijmakers.
Bekerja menuju masa depan Dalam pertemuan yang dimulai dengan ceramah dan lokakarya banyak pertanyaan disampaikan dan beberapa diantaranya dijawab oleh fasilitator. Ada juga yang dibicarakan dalam kelompok kecil dan para peserta mencoba menemukan jawaban. Beberapa pertanyaan dibawa pulang, untuk terus bekerja dengan wawasan dan pengetahuan baru demi pelayanan yang baik, sesuai konteks masing-masing dan bersama dengan rekan-rekan Frater. Nathalie Bastiaansen
Kelompok diskusi. 9
CURAÇAO
PERINGATAN FRATER-FRATER CMM DI CURAÇAO Pada 28 Agustus 2016 dibuka secara resmi di Scherpenheuvel sebuah pameran mengenai kehidupan serta karya para Frater di Pulau Karibia-Curaçao. Seratus tiga puluh tahun yang lalu para Frater pertama kali tiba di tempat ini. Mereka tinggal di sana sampai 1995. Pameran tentang ‘Frater-Frater dari Scherpenheuvel’ terletak di Scherpenheuvel, bekas Komunitas para Frater. Bapak Elfried Aniceto, mantan siswa dari para Frater dan sekretaris dari Yayasan Sekolah Menengah St. Thomas, telah mengambil inisiatif untuk merenovasi kapel dan komunitas para Frater yang sedemikian besar. Dia mensyukuri segala sesuatu yang telah dikerjakan oleh para Frater pada masa silam dan apa saja yang sangat berarti bagi orang-orang di pulau tersebut. Frater Adriano van den Berg, yang bekerja dari 1961-1970 sebagai guru dan kepala sekolah di Curaçao dan Frater Edward Gresnigt, mereka berdua mewakili Dewan Pimpinan Umum Frater CMM diundang untuk menghadiri pembukaan pameran tersebut. Simaklah sajian selanjutnya. Perayaan dilangsungkan pada sebuah ruangan yang telah direnovasi sangat indah di ‘Rumah Scherpenheuvel’, bekas ruangan-ruangan dari Komunitas Frater. Para tamu undangan mengikuti rangkaian acara di kapel karena ruangannya luas. Di antara mereka yang hadir, terdapat banyak mantan siswa dan rekan-rekan dari para Frater serta Ruthmilda Larmonie-Cecilia, Menteri Pembangunan Sosial, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan.
Penghargaan besar Pemandu acara, Bapak Melvin Vornis mengucapkan selamat datang kepada para tamu serta mengundang Pastor Mark Hooijschuur untuk membuka rangkaian acara dengan doa. Pimpinan Sekolah Menengah St. Thomas, Bapak Sixto Walle dan Bapak Ronald Thode, mantan siswa di sekolah berasrama, berbicara tentang pengalaman pribadi mereka ketika bersamasama dengan para Frater dan ungkapan penghargaan besar mereka. Wakil ketua yayasan, Bapak Ronald Statia, memaparkan tentang peranan para Frater lebih terfokus pada bidang pendidikan, olahraga dan kebudayaan. Rangkaian acara juga divariasi dengan nyanyian ‘Amazing Grace’, untuk menghormati para Frater yang sudah meninggal, disusul juga dengan lagu-lagu tentang Curaçao, yang mana teks-teksnya ditulis oleh para Frater sendiri pada zaman itu.
Masa-masa bersejarah Atas nama Kongregasi, Frater Edward Gresnigt berbicara tentang tiga masa penting yang bersejarah dari kehadiran para Frater yang begitu berarti bagi orang-orang di Curaçao. 1. Permulaan karya misi tersebut ditandai dengan harapan besar, antusiasme besar dan banyak ‘api suci’. 10
Dari kiri ke kanan: Frater Adriano van den Berg dan Frater Edward Gresnigt, Gubernur Lucille George-Wout dan Bapak Elfried Aniceto. Para Frater mulai berkarya pertama-tama di Sekolah Menengah St. Thomas, sebuah sekolah berasrama bagi siswa-siswa yang berasal dari keluarga-keluarga kaya dari Curaçao dan dari negara-negara tetangga; sehingga para Frater menyediakan hal yang menjadi kebutuhan dasar untuk masa yang akan datang. Desakan kuat untuk mendapatkan guru yang baik di sekolah-sekolah miskin dan juga prioritas untuk pelayanan kepada anak-anak yatim piatu, dan Scherpenheuvel, bekas seminari merupakan lokasi yang cocok untuk pelayanan tersebut. 2. Munculnya industri minyak dan pertumbuhan penduduk dari luar menyebabkan permintaan terhadap tenaga guru menjadi lebih banyak. Jumlah para Frater pun semakin bertambah sehingga mereka dapat mendirikan sekolah A- dan B- dengan demikian maka sekolah-sekolah tersebut dapat memberikan subsidi kepada anak-anak yang tidak mampu membayar uang sekolah. Sekolah A- didanai juga oleh sekolah B-. Selama periode itu para Frater telah mendirikan
Aula Pameran
Luna Aniceto, cucu dari Bapak Elfried Aniceto (di belakangnya), memotong pita pembukaan pameran. Selain itu di sebelah kiri adalah Frater Adriano van den Berg. Di sebelah kanan adalah Gubernur Lucille GeorgeWout dan Sixto Walle, Pimpinan dari Yayasan Sekolah Menengah St. Thomas. puluhan sekolah dan memiliki sistem pendidikan yang sempurna. 3. Periode terakhir adalah kehadiran para Frater di Antilles, penarikan kembali (pemulangan) mereka, juga telah berbuah bagi Kongregasi untuk membuka komunitas-komunitas baru di Afrika, Brasil dan California. Selama periode itu tumbuh suatu kesadaran baru yang harus tetap dikembangkan sesuai dengan semangat dasar Kongregasi yakni hadir untuk berbelas kasih dan berkontribusi dalam menciptakan suatu dunia yang lebih layak dihuni dan untuk membawa banyak orang kepada suatu kehidupan yang berperi kemanusiaan.
Diperkaya Frater Adriano van den Berg menceritakan secara ringkas tahun-tahun yang telah memperkaya hidupnya sebagai manusia juga sebagai seorang Frater di Curaçao. Dalam perutusannya, dia diberi tugas sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Menengah St. Willibrordus pada tahun 1970, setelah hampir sepuluh tahun mengabdi di sana, dia kemudian dipindahkan ke Brasil, dia pastinya cukup kecewa dengan keputusan pindah tersebut. Dia menyadari kenyataan bahwa beralihnya dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, serta bertanggung jawab secara penuh sesuai dengan amanat Injil. Pada akhir sambutannya, dia mengungkapkan kebahagiaannya bahwa dia sungguh terkejut dimana dia turut diundang secara istimewa untuk kembali ke Curaçao dan bahwa dia sungguh menggunakan kesempatan berharga ini untuk selain bertemu dengan para sahabat, kenalan serta undangan lainnya, dia juga dapat memberikan penghormatan yang tulus kepada sesama Frater yang telah beralih, mendahuluinya dari dunia ini.
Bapak Elfried Aniceto, mantan siswa dari para Frater, atas nama Yayasan Sekolah Menengah St. Thomas turut hadir dalam acara pemakaman Frater Jan Smits yang meninggal di Tilburg-Belanda pada 1 Agustus 2015. Ketika berada di Tilburg, dia memunculkan sebuah ide untuk mengatur pusat pameran dan dokumentasi permanen tentang kehidupan dan karya para Frater di Curaçao. Dia juga melakukan penelitian pada bagian pengarsipan Frater CMM di Tilburg. Di Scherpenheuvel, bekas komunitas dari para Frater, dia menyediakan tiga ruangan pameran dan setiap ruangan diberi nama disesuaikan dengan tiga Frater yang menonjol: Jan Smits, Carlos Sprockel dan Gummarus van Gils. Dalam presentasinya dia menjelaskan tentang usahanya membuat proyek tersebut dan berterima kasih kepada semua orang yang telah memberikan kontribusi untuk kedua renovasi bangunan serta realisasi dari pengadaan pameran.
Grup Musik St. Vinsensius Gubernur Lucille George-Wout, yang hadir pada acara penting ini, didaulat untuk memberikan sambutan serta refleksi mengenai kedatangan para Frater di Curaçao. Setelah itu para tamu undangan yang hadir mengikuti gubernur ke ruang pameran, dengan penuh rasa syukur atas nama masyarakat dan pers, cucu dari Bapak dan Ibu Aniceto, Luna Aniceto, resmi memotong pita sebagai tanda resmi pembukaan kegiatan pameran. Bapak Aniceto menjelaskan bagianbagian tertentu, gambar serta benda-benda warisan dari para Frater di Curaçao. Patung-patung dari Frater Max Ghering memberikan tanda khusus untuk keseluruhan. Dalam suasana yang menyenangkan, Grup Musik St. Vinsensius yang dibentuk oleh para Frater, mempersembahkan berbagai nyanyian hingga larut malam. Frater Adriano van den Berg Frater Edward Gresnigt
Lukisan Frater Radulphus Hermus, dilukis oleh Jan van Delft. Frater Radulphus berkarya selama enam puluh tahun di Curaçao. Dia menjadi Pemimpin Umum Kongregasi Frater CMM pada 1916-1920. 11
Curaçao
PIDATO GUBERNUR CURAçAO Para tamu undangan terkasih, Hari ini saya berdiri di sini, di hadapan Anda sekalian, atas nama rakyat Curaçao, saya mengungkapkan rasa terima kasih sebesarnya atas pelayanan yang begitu baik dari para Frater CMM dari Tilburg, pelayanan mereka sungguh berasal dari kebaikan hati mereka kepada rakyat dan masyarakat kita. Tahun ini merupakan tahun yang tepat, genap seratus tiga puluh tahun (130) yang lalu, ke- 3 Frater pertama tiba untuk pertama kalinya di Curaçao dalam memulaikan karya misi dari Kongregasi CMM. Tergerak oleh filosofi mereka yakni ‘melihat, tergerak dan bertindak’, terhitung sejak 1886 terdapat lebih dari dua ratus Frater telah menyeberangi lautan, dengan berbekal seadanya, dan tidak tahu apa yang akan dilakukan demi membantu orang-orang di Curaçao - pada saat itu masih termasuk wilayah Antilles Belanda. Mereka telah melakukan begitu banyak pengorbanan serta banyak yang telah dibayarkan dengan pertaruhan nyawa mereka sendiri. Seratus tiga puluh tahun yang lalu terdapat banyak hal krisis di Curaçao, termasuk kurangnya pendidikan terutama bagi anak-anak laki-laki. Para Frater dari Tilburg memastikan bahwa kebutuhan sekolah harus dibangun dan materi pendidikan harus dikembangkan. Hampir tidak ada kegiatan di bidang olah raga. Klub sepak
bola dan cabang olah raga lainnya pun tidak ada. Pada bidang ini pun para Frater dari Tilburg memberikan perhatian yang serius. Kami juga melihat gerakan di bidang kebudayaan. Diberikannya pelajaran musik, lagu-lagu diciptakan, paduan suara dan musik band pun dibentuk. Sebuah bukti yang merupakan warisan dan masih berlangsung hingga saat ini yakni Grup Musik St. Vinsensius yang menghibur kita pada perayaan malam ini. Kesemuanya itu merupakan hasil karya para Frater dari Tilburg. Pada bidang pembinaan, dibentuknya organisasi kaum muda seperti Pramuka Roma Katolik dan Garda Kaum Muda yang memperlihatkan cahayanya sepanjang hari; semuanya itu merupakan inspirasi dan komitmen dari para Frater. Tujuan utama dari kedatangan para Frater dari Tilburg atas permintaan Uskup Niewindt adalah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada generasi muda kita dengan mendirikan panti asuhan bagi anak-anak muda yang mengalami penderitaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa sejak seratus tiga puluh tahun silam sudah terdapat masalah-masalah yang berhubungan dengan kaum muda kita. Satu sekolah berasrama di Scherpenheuvel dan San Fernando di Soto didirikan. Lampu hijau dari pekerjaan para Frater dari Tilburg. Dengan berdirinya sekolah-sekolah berasrama tersebut maka para Frater mulai merintis misi awalnya. Pada bidang pendidikan; kualitas,
Bapak Elfried Aniceto memberikan penjelasan kepada Gubernur Lucille George-Wout dan para tamu undangan, termasuk Ruthmilda Larmonie-Cecilia, Menteri Pembangunan Sosial, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan (tengah bergaun putih). 12
Patung-patung pada pameran dari Frater Max Ghering. ketertiban dan disiplin merupakan dasar utama bagi keberhasilan mereka. Pendekatan mereka yang profesional telah terbayar dan sekarang masih ada begitu banyak mantan siswa mereka ‘muchanan di Skèrpènè’ ‘siswa-siswa dari Scherpenheuvel’, yang mengungkapkan rasa terima kasih mereka untuk pembentukan dan pendidikan yang mereka terima dari para Frater, Tilburg. Apa yang bisa kita pelajari dari para Frater dari Tilburg? Pertama, kita harus mampu untuk ‘melihat’. Melihat tanpa prasangka, dengan mata yang jelas dan hati yang murni. Yang kedua adalah kita harus ‘tergerak’. Kita harus dapat mengidentifikasi orang miskin dan membantu mereka tanpa menyakiti mereka. Ketiga, kita perlu ‘bertindak’ dan melakukan kegiatan nyata agar dapat sampai kepada tujuan. Tidak disangkal bahwa para Frater dari Tilburg pun telah membuat kesalahan-kesalahan. Ada kesalahan yang masih menyakitkan bagi beberapa orang. Kita bisa memahami bahwa pendekatan para Frater saat itu hanya didasarkan pada situasi penjajahan dan bahwa perpindahan dalam menjalankan tugas sudah mereka persiapkan secara lebih baik. Itu semua mungkin benar tetapi kita harus melihatnya dalam konteks zaman dan para Frater telah menjalankan misi mereka dengan niat baik. Yesus bersabda: ‘Siapa di antara kamu yang tidak pernah melakukan dosa, dialah yang pertama melemparkan batu’. Dengan demikian maka kita harus memiliki keberanian untuk saling memaafkan.
Pertanyaan kunci adalah, Apa yang telah kita sendiri lakukan ketika pada tahun tujuh puluhan para Frater Tilburg dan juga Kongregasi religius lainnya menarik diri dari berbagai daerah di mana mereka sedang aktif? Bagaimana kita dalam beberapa dekade terakhir menjalankan tanggung jawab kita? Tugas utama dalam mewujudkan eksistensi kita sebagai manusia dalam kehidupan bermasyarakat adalah melaksanakan tanggung jawab kita. Ketika berhadapan dengan pelbagai masalah, kita sering lebih memilih menunggu orang lain bertindak duluan untuk memecahkan masalah kita dan kita sering ditipu oleh janji-janji palsu. Kita hidup dalam suatu masa dimana banyak hal dikaburkan, materialisme, oportunisme dan egoisme merajalela dalam masyarakat kita, namun kita tidak boleh putus asa. Mengikuti teladan yang telah diwariskan oleh para Frater dari Tilburg, sebuah gerakan belaskasih, yang mana kita harus melakukan pekerjaan kita dengan hati dan jiwa, agar dapat memberikan wawasan. Kita harus tegar supaya dapat memperoleh kekuatan yang dapat membantu kita untuk bersatu demi kebaikan kita semua, dan kekuatan ini adalah: kesadaran sosial, keadilan dan integritas. Misi kita dalam hidup ini sangatlah sederhana: Jadilah manusia yang baik dan orang yang baik terhadap satu sama lain. Saya bangga dengan anggota pimpinan dari Yayasan Sekolah Menengah St. Thomas yang telah berinisiatif mendirikan sebuah pusat dokumentasi untuk menjaga bagi kita dan
13
Curaçao
bagi generasi mendatang salah satu bagian dari sejarah bangsa kita. Atas nama rakyat Curaçao, saya memberikan rasa hormat dan mengucapkan terima kasih kepada semua misionaris, terutama kepada para Frater dari Tilburg yang telah datang ke Curaçao dan kepada orang-orang yang masih hidup. Secara khusus, saya ucapkan terima kasih kepada Frater Adriano dan Frater Edward yang telah datang mewakili Kongregasi Frater CMM pada acara yang mengesankan ini. Saudara-saudari terkasih, periode perutusan misionaris sudah berakhir. Para Frater dari Tilburg tidak akan datang kembali. Kita harus menghadapi kenyataan ini, mengambil tanggung jawab kita, menyingsingkan lengan baju dan menyelesaikan masalah-masalah kita. Saya yakin bahwa kita bisa melakukannya bersama-sama. Akhirnya, saya ingin mengakhiri sambutan ini dengan mengutip kata-kata dari Paus Fransiskus tentang tujuan hidup dari masing-masing kita: ‘Nos ta biba pa sirbi, sino nos no ta sirbi pa biba’, ‘Kita hidup untuk melayani, jika tidak maka tidak masuk akal untuk hidup’.
Musik St. Vinsensius, yang didirikan oleh para Frater, mempresentasikan musiknya pada acara pembukaan kegiatan pameran.
Lucille George-Wout
PERINGATAN SERATUS TIGA PULUH TAHUN FRATER CMM DI CURAÇAO Dari 10-17 November, 2016 Pemimpin Umum Frater Lawrence Obiko dan mantan Pemimpin Umum Frater Harrie Geene berada di Curaçao untuk memperingati kedatangan Frater CMM di Pulau Karibia, 130 tahun yang lalu. Pada 12 November, diadakan doa bersama di pekuburan, di mana terdapat 42 Frater yang dimakamkan di sebuah pekuburan baru. Terdapat sebuah plakat peringatan. Puncak dari peringatan itu ialah diadakan perayaan Ekaristi di Gereja Keluarga Kudus pada 13 November. Perdana Menteri Curaçao dan Menteri Pendidikan turut hadir dalam acara tersebut.
Frater Lawrence Obiko dan Frater Harrie van Geene dengan Bapak Elfried Aniceto (kiri) di pekuburan dengan plakat peringatan yang baru diresmikan.
14
INDONESIA
Para peserta dalam perayaan di Balige.
PERAYAAN ‘GERAKAN BELAS KASIH’ DI BALIGE Balige adalah sebuah kota di Sumatra utara, Indonesia. Para Frater CMM telah berkarya di sini sejak 1950. Tidak jauh dari Balige, di Tarutung, ada sebuah komunitas para Suster SCMM. Pada tanggal 24 Juli 2016 para Frater CMM, para Suster SCMM, dan kelompok-kelompok ‘Gerakan Belas Kasih’ serta para tamu undangan berkumpul bersama di Balige untuk sebuah perayaan berkaitan dengan Tahun Belas Kasih yang diperingati oleh Gereja Katolik dari tanggal 8 Desember 2015 hingga 20 November 2016. Frater Fransiskus Linus, pemimpin Komunitas di Balige melaporkan. Ada sebuah antusiasme besar mengikuti perayaan ini dan kami tidak terkejut melihat sekitar 600 orang peserta datang. Bagi para Frater, Suster dan para anggota Gerakan Belas Kasih pertemuan itu sangat bersejarah. Perayaan Ekaristi Kudus dimaksudkan untuk menumbuhkan belas kasih kepada kelompok lokal dan mempromosikan spiritualitas belas kasih agar dihidupi di dalam keluarga.
Lebih manusiawi Selebran utama pada perayaan ini adalah Uskup Agung Medan, Anicetus B. Sinaga, OFMcap. Tema perayaan adalah ‘Melihat, Tergerak hati dan Bergerak’ dengan sub tema ‘Melalui perayaan Gerakan Belas Kasih, kita membangun keluarga-keluarga Katolik sebagai gereja kecil di mana Belas Kasih Ilahi dihidupi.’ Dalam homilinya Uskup Agung menekankan bahwa masalah belas kasih terletak pada ‘melihat, tergerak dan bergerak’ yang sangat bertalian dengan kharisma para Frater CMM dan Suster SCMM dan visi Paus Fransiskus. Dalam perayaan ekaristi para anggota kelompok Gerakan Belas Kasih menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan atas rahmat-Nya yang ditunjukkan kepada mereka. Mereka juga mengakui bahwa belas kasih mereka masih lemah dan
membutuhkan dukungan dari Allah. Untuk menjadikan dunia lebih manusiawi mereka ingin menghidupi belas kasih dan menjadikannya bagian dari spiritualitas mereka. Mereka ingin merefleksikan belas kasih Allah dalam hidup dan mewujudkannya lewat tindakan nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Solidaritas Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan dengan acara resepsi dan suguhan penampilan dari anak-anak yang tergabung dalam gerakan belas kasih. Dalam sambutannya, Frater Ad Hems selaku inisiator dari Gerakan Belas Kasih di Balige dan Tarutung mengucapkan terima kasih kepada Uskup Agung yang mempersembahkan Ekaristi Kudus. Ia menunjukkan bahwa belas kasih tidak sulit dan bahwa itu tergantung pada kemauan kita untuk mewujudkannya. Perayaan belas kasih ini ditutup dengan pemberian sertifikat dari Uskup Agung Medan kepada anggota dari kedua kongregasi yang telah menyiapkan perayaan ini, yang menjadikan Minggu 24 Juli 2016 menjadi hari inspirasi, juga menguatkan solidaritas di antara keluargakeluarga Gerakan Belas Kasih. Frater Fransiscus Linus
15
BRASIL
Frater Theo Adams (kanan) bersama peserta dalam sidang umum di Brasil.
‘MEMAHAMI TANDA-TANDA ZAMAN’ Konferensi Religius Brasil (CRB) adalah sebuah payung organisasi terdiri dari sekitar 33.000 biarawati dan lebih dari 2000 biarawan. Dari tanggal 11 sampai 15 Juli, 2016 rapat umum berlangsung di Brasil dengan lebih dari 500 delegasi. Di antara mereka hadir Frater Adriano van den Berg dan Frater Theo Adams. Tema dari pertemuan ini adalah: ‘Perubahan Pembaharuan Kehidupan Religius’. Sebuah Refleksi sejarah singkat. Beberapa pembicaraan menekankan kebutuhan untuk melihat dan memahami ‘tanda-tanda zaman’ dan berani melakukan perubahan di dalam institusi religius untuk tetap menjadi sebuah tanda profetis bagi dunia dan masyarakat dewasa ini. Kehidupan religius tetap diminta untuk memberikan kesaksian dalam pewartaan kabar gembira dan pembebasan dalam menghadapi kerumitan dunia dewasa ini.
Misi Dalam pesan terakhir pertemuan ini ditekankan bahwa pewartaan Injil harus selalu menjadi prioritas utama. Mendengarkan pewartaan Injil adalah sangat penting. Yesus Kristus adalah sumber inspirasi dalam menjalankan misi dan bukan sebuah obsesi untuk menyelamatkan krisis kehidupan religius. Mewartakan kabar baik bukanlah sebuah tindakan searah tetapi selalu terjadi dalam hubungan dua arah: Kita perlu belajar memberi diri kita sendiri, tetapi juga menerima dari yang lain. Konferensi Religius Brasil ingin mendorong bahwa kehidupan religius terbuka terhadap kharisma yang berbeda-beda. Misi ini tidak harus selalu terikat dan terbuka terhadap perubahan.
Gaya hidup sederhana Para Religius didorong untuk membaharui relasi dengan orang muda melalui program-program pembinaan yang selaras dengan harapan zaman kini sehingga mereka menemui dalam diri para religius wanita dan pria sebagai saudara dan saudari seperjalanan. Pertemuan umum tersebut mengindikasikan penegasan akan ‘keberpihakan pilihan kepada kaum miskin’ melalui sebuah gaya hidup, komitmen atas persoalan-persoalan sosial, perjuangan untuk hak azasi manusia dan persamaan derajat serta kesiapan terhadap kelompok-kelompok rentan seperti buruh migran dan para pengungsi, korban perdagangan manusia, keturunan budak-budak Afrika dan Indian. Penting untuk menstimulasi sebuah ekologi internal yang muncul dari sebuah hasrat untuk memelihara ‘rumah kita’. Dalam konteks ini, sangat penting untuk masuk pada sebuah spiritualitas kenabian dan kehidupan kontemplatif tanpa dorongan konsumerisme yang berlebihan, dengan keyakinan bahwa ‘kurang itu lebih’ sebagaimana tertera dalam ensiklik Paus Fransiskus, Laudato si’ (bdk. 222). Frater Theo Adams
16
TAHUN BELAS KASIH
ANDA YANG BERBELAS KASIH Pada bulan Februari 2016 diterbitkan edisi pertama seri ‘Belas Kasih Kini!’ yang memuat bahan refleksi untuk para Frater, anggota asosiasi CMM dan para Suster SCMM dalam rangka Tahun Belas Kasih. Peringatan ini dirayakan gereja Katolik sejak 8 Desember 2015 hingga 20 November 2016. Pada bulan April, Juni dan Agustus diterbitkan berturut-turut edisi kedua, ketiga dan keempat. Edisi kelima dan terakhir diterbitkan pada bulan Oktober. Tema-tema publikasi adalah: Sukacita atas belas kasih Allah, Gereja yang berbelas kasih, Rumah-Sakit Berbelas kasih, Sekolah belas kasih, Anda yang berbelas kasih. Keempat edisi pertama telah dipersiapkan oleh para Frater CMM. Pada edisi kelima dari seri ini pembaca dikonfrontasi lewat teks inspiratif melalui pertanyaan seperti: Dengan cara apakah Anda berbelas kasih terhadap diri sendiri? Dengan cara apakah Anda tidak berbelas kasih terhadap diri sendiri? Bagaimana Anda mengatasi ketegangan antara harapan dan keterbatasan dirimu sendiri? Di mana Anda menemui sumber air dan aliran hidup, air belas kasih yang membuat Anda bertumbuh subur dan berbuah? Di sini ada sebuah teks dari Frater Wim Verschuren: “Mencintai diri sendiri, berbelas kasih kepada diri sendiri. Apa maksudnya? Menerima diri Anda apa adanya, dengan sisi-sisi baik dan sisi-sisi sensitif Anda. Menyadari bahwa Anda tidak sempurna dan bahwa
Anda tidak perlu menjadi sempurna. Bercermin diri dan memiliki keberanian untuk mengatakan: Saya cukup baik dan saya layak menjadi baik. Menjadi bersahabat dengan dirimu sendiri. Itu berarti Anda dapat mengatakan ‘tidak’ tanpa merasa berdosa. Itu juga berarti bahwa Anda ingin memaafkan diri sendiri terus-menerus. Kamu telah cukup banyak berkembang ketika Anda bisa melihat diri sendiri dengan kebaikan dan rasa humor. Ini adalah sebuah jalan yang Anda butuhkan untuk menjalani keseluruhan perjalanan hidupmu: makin mencintai dan semakin menjadi lebih bebas.” Edisi Belas Kasih Kini! terbit dalam bahasa Belanda, Inggris, Indonesia dan Portugis dan dapat diakses melalui website www.cmmbrothers.org. Peter van Zoest
Bersama para Suster SCMM dan Frater CMM telah diterbitkan sebuah buku kecil untuk kalangan sendiri dengan judul Belas Kasih pada bulan Oktober 2016. Isi buku ini merupakan kontribusi dari para frater dan suster dari berbagai belahan dunia dengan teks-teks pendek, kutipan dan ilustrasi yang berhubungan dengan belas kasih. Buku kecil itu telah diterbitkan dalam bahasa Belanda, Inggris, Indonesia dan Portugis sebagai penutup Tahun Belas Kasih.
Logo ‘Bunda Berbelas Kasih’, dipakai pada berbagai publikasi dalam konteks Tahun Belas Kasih, bersamaan dengan logo resmi Vatikan untuk tahun khusus ini. ‘Maria Bunda Berbelas Kasih’ adalah nama dari kedua kongregasi Frater CMM dan Suster SCMM. 17
KENYA
PERSAUDARAAN: SEBUAH PANGGILAN KHUSUS Panggilan adalah tanggapan akan panggilan Allah dimana seseorang menemukan betapa Allah menginginkan yang terbaik bagi dirinya dalam menjawab panggilan kepada kekudusan. Setiap panggilan khusus sesungguhnya berasal dari inisiatif Allah; sebuah hadiah kasih Allah. Dia adalah satu-satunya yang mengambil ‘langkah awal’, dan bukan karena Ia menemukan sesuatu yang baik dalam diri kita, melainkan karena kehadiran cinta-Nya sendiri yang ‘dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus’ (Rom. 5:5).
hidup berkomunitas bersama rekan Frater. Oleh karena itu panggilan kepada persaudaraan adalah panggilan Kristiani sejati di antara umat Allah. Para Frater membantu dalam kegiatan evangelisasi, mewartakan firman Allah terdorong oleh semangat cinta akan sesama. Melalui ketrampilan profesional praktis yang dimiliki mereka membimbing sesama dalam upaya mewujudkan kerajaan Allah di dunia ini. Mereka terlibat dalam berbagai tugas pelayanan kepada sesama seperti dalam bidang kesehatan, pendidikan, katekese, kerja sosial, arsitek, penulis, media sosial, pertanian dan lain-lain.
Pelayanan dan kesaksian Frater Videlis Ong’Ombe Minyega.
Setiap anggota tubuh Kristus menjalankan peran penting di dalam gereja. Beberapa katekis dan yang lain menjadi pemimpin dalam komunitas-komunitas Kristiani kecil. Di samping itu kita memiliki diakon, imam, uskup, suster, bruder atau frater. Nama-nama ini memiliki peran atau tugas tersendiri sebagaimana kita kenal di dalam gereja. Saya sendiri kurang yakin bahwa banyak orang mengetahui arti dari menjadi seorang Frater religius. Kebanyakan berpikir bahwa para Frater menunggu untuk ditahbiskan menjadi imam. Persaudaraan adalah sebuah panggilan unik dan khusus.
Kaul-kaul Frater religius adalah seseorang yang membangun komitmennya kepada Allah dan sesama melalui kaul ketaatan, kemurnian dan kemiskinan dengan jalan
18
Para Frater hidup dalam komunitas-komunitas dengan sesama Frater dan bersama-sama menghidupi citacita Injil serta saling mendukung yang memberi makna khusus dalam hidup bersama. Secara individu maupun bersama sebagai komunitas mereka adalah saksi kehadiran Kristus yang penuh kasih yang diwujudkan lewat pelayanan kerasulan. Mereka berkarya seturut semangat sebagaimana disebutkan dalam konstitusi dan apa yang dilakukan bukan untuk kepentingan diri sendiri. Cukup banyak kongregasi Frater atau bruder yang memberikan kesaksian dan pelayanan dalam ‘kebun anggur’ Tuhan. Kongregasi kita Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelas Kasih merupakan salah satu dari sekian banyak itu. Berpegang pada cita-cita dan kharisma pendiri para Frater memusatkan pelayanan mereka khususnya dalam bidang pendidikan; selain itu ada bidang perawatan kesehatan dan sosial. Mereka menjadikan sesama ‘saudara’ dimana pun mereka berkarya. Frater Videlis Ong’Ombe Minyega
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Pintu utama masuk asrama.
ASRAMA DI TIMOR LESTE Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan berbagai kebutuhan pelayananan baik secara material maupun spiritual. Dalam kerjasama dengan pihak lain kongregasi berupaya mengatasi persoalan ini. Bagian kelima dari artikel ini bercerita tentang situasi asrama di Suai, Timor Leste. Sekitar 450 tahun, Timor Leste adalah bagian dari wilayah kekuasaan Portugis, kemudian menjadi bagian dari wilayah Indonesia. Sejak tahun 2002 Timor Leste menjadi sebuah negara merdeka. Dalam bidang ekonomi tingkat kesejahteraan termasuk masih rendah. Frater CMM hadir di Timor Leste sejak tahun 1988 dan saat ini menangani sebuah asrama putra di Suai milik Serikat Jesuit. Anak-anak yang tinggal di asrama ini belajar di sekolah-sekolah terdekat karena di tempat asal mereka belum banyak sekolah yang cocok atau sesuai dengan keinginan keluarga. Asrama
menawarkan kesempatan untuk bisa memperoleh pendidikan lebih baik terutama sekolah-sekolah yang jaraknya cukup jauh. Sekolah dengan asrama memiliki reputasi karena para siswa juga mendapatkan pendampingan belajar khususnya dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Selain itu mereka diberi pelajaran tambahan seperti musik dan kegiatan olahraga. Para Frater menemani anak-anak muda dalam perjalanan mereka menuju kematangan dan tanggung jawab pribadi.
Anak-anak yang tinggal di asrama.
Perlengkapan ruang kapel. 19
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Unit-unit asrama.
Kamar tidur.
Kebun kecil.
Rekreasi.
Kolam.
Ternak, kebutuhan daging dan susu.
20
BERITA SINGKAT
ZIARAH VINSENSIUS Tahun 2017 adalah perayaan peringatan 400 tahun lahirnya karisma Vinsensius dan keluarga Vinsensian Belanda berencana mengorganisir sebuah ziarah singkat. St. Vinsensius a Paulo (1581-1660) mempersembahkan hidupnya demi pelayanan kepada kaum miskin. Sekitar tahun 1617 ia menemukan panggilan sesungguhnya dan tahun 1625 ia mendirikan Kongregasi Misi (CM) dan bersama St. Louise de Marillac mereka mendirikan Kongregasi Putri Kasih (PK). Dalam perjalanan waktu kongregasi dan kelompok asosiasi lainnya terinspirasi dengan spiritualitas Vinsensius. Termasuk diantaranya Serikat Santo Vinsensius (SSV) didirikan tahun 1833 oleh Frédéric Ozanam di Paris. Di Belanda diantaranya suster SCMM (1832), Bruder FIC Maastricht (1840), dan Frater CMM (1844). Bulan Mei tahun ini diadakan sebuah kegiatan di generalat Frater CMM yang akan berlangsung dari tanggal 1-4 dengan fokus refleksi pada karisma Vinsensius. Tanggal 7-13 Mei para peserta berangkat menuju Perancis, mengunjungi tempat-tempat yang ‘berkaitan dengan Vinsensius’. Saat ini masih ada tempat tersedia untuk para peserta.
PEMIMPIN REDAKSI BARU Tanggal 7 Oktober 2016, arsiparis CMM Bpk Rien Visser menyerahkan tanggung jawab pemimpin redaksi majalah Frater CMM kepada Nathalie Bastiaansen. Ia menyerahkan sebuah patung kuda yang sebelumnya diterima dari Frater Jan Smits, pendahulunya tahun 2009. Baginya ini merupakan peralihan yang sudah terjadi sejak 2004 saat Frater Remigius Heesbeen menjadi pemimpin redaksi. Frater Remigius cukup lama bertanggung jawab atas majalah Frater CMM, Encounters (Ontmoetingen) dan sekaligus sebagai pelopor. Rien Vissers dengan senang hati ketika disampaikan peralihan tongkat kepada Nathalie Bastiaansen, juga menurutnya ia telah memasuki usia pensiun. Ia berterima kasih atas bakat, dedikasi dan semangat yang bisa ia sumbangkan. Menurutnya penting bahwa tetap menjaga kualitas sebagaimana simbol patung kuda. Ia menegaskan ‘pemimpin redaksi’ berperan sebagai pemimpin. Nathalie Bastiaansen (46) menyelesaikan pendidikan agama di Universitas Tilburg dan Universitas Radboud. Ia mengkolaborasikan dengan
program-program penelitian dan publikasi. Sejak 2010 ia bekerja sebagai anggota staf komunikasi kongregasi dan tahun 2014 menjadi sekretaris administrasi dewan umum; sejak dua tahun lalu ia bergabung sebagai staf redaksi majalah Frater CMM.
Rien Visser menyerahkan patung kuda kepada Nathalie Bastiaansen. 21
IN MEMORIAM
FRATER
FRATER
FRANCESCO (C.J.P.) PAIJMANS
PLACIDUS (S.P.S.) SIAGIAN
Frater Francesco Pajmans lahir di Rotterdam, Belanda 17 Mei 1924 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelas Kasih tanggal 29 Agustus 1947 di rumah induk Tilburg. Ia mengikrarkan profesi kekal 15 Agustus 1952. Ia meninggal 3 September 2016 di komunitas Joannes Zwijsen, Tilburg dan dimakamkan di pemakaman Frater Steenwijk, Vught, Belanda.
Frater Placidus Siagian lahir di Purbasinomba, Sumatra utara, Indonesia pada 16 desember 1954 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelas Kasih di Balige, Indonesia pada tanggal 16 Desember 1976. Ia mengikrarkan profesi kekal pada tanggal 2 September 1984. Ia meninggal 26 September 2016 di Rumah Sakit Katolik Hati Kudus Langgur, kepulauan Maluku, Indonesia dan dimakamkan di sana.
Dalam leluarga Paijmans-Sprenger, Cor adalah anak pertama dari lima bersaudara. Ia memulai Sekolah Dasar di sekolah ‘Frater Maastricht’, Belanda yang memberikan kesan mendalam dalam hidupnya. Keinginannya untuk menjadi Frater-guru sebetulnya dimulai saat ia mulai sekolah; yang kemudian ia memutuskan masuk Kongregasi Frater CMM. Ia memiliki beberapa ijazah dan berkomitmen untuk membantu anak-anak cacat yang dimulainya di institut untuk orang buta di Grave, Belanda dan kemudian di institut untuk anak-anak tuli dan kurang pendengaran di Hasselt, Belgia. Ia menjalin kontak yang baik dengan orang-orang Italia dan Spanyol yang sudah lebih dahulu berkerja sebagai tenaga luar. Ia mengikuti perayaan-perayaan liturgi mereka dan sebagai pemimpin paduan suara wanita Italia. Frater Francesco sungguh seorang religius dan dikagumi kelompokkelompok agama denominasi lainnya. Pandangannya ekumenis dan terlibat dalam paduan suara Byzantium di ’s-Hertogenbosch, Belanda. Ia mengadakan perjalanan ekumenis dengan saudarinya ke Assisi, kota Fransiskus Assisi yang sungguh memberi inspirasi dalam merefleksikan kehadirannya untuk sesama. Pada akhirnya Frater Francesco harus menjalani perawatan penuh kasih di rumah perawatan Joannes Zwijsen. Bertepatan dengan ‘Tahun Belas Kasih’ kita menyerahkan Frater Francesco kepada Allah, Sang mahakasih yang telah memanggilnya. 22
Ia dibesarkan di daerah Tapanuli selatan, daerah yang kaya dengan keindahan alamnya. Di rumahnya ia belajar apa artinya menjalani hidup sederhana. Para suster di Lintongnihuta, Indonesia membantunya memperoleh pendidikan SMP. Setelah menamatkan SMP ia ke Balige untuk melanjutkan pendidikan SPG dan disana ia mulai mengenal Frater. Ia menyelesaikan pendidikan SPG tahun 1976 dan menjadi calon Frater. Cukup banyak tugas dipercayakan kepadanya diantaranya menjadi pemimpin komunitas, anggota dewan regio Sumatra, pemimpin aspiran, staf novisiat, guru dan kepala sekolah SMP dan SMA. Frater Placidus memperlihatkan makna hidup dalam pelayanan sebagai seorang Frater. Ia selalu siap sedia kapan saja bila tenaga dan pikirannya dibutuhkan dan banyak orang mengakui kebaikannya terutama dalam berelasi dengan orang-orang sederhana. Ia peka dengan bahasa yang mereka sampaikan dan rela memberikan bantuan. Setelah kecelakaan dengan sepeda motor, kondisi fisik pada awalnya tampak seperti biasa, namun pada harihari berikutnya kondisinya menjadi serius dan sangat memprihatinkan. Upaya medis tidak berhasil. Banyak orang mengelilinginya ketika ia menghembuskan nafas terakhir. Selama hampir 40 tahun Frater Placidus berusaha memberikan apa yang sesungguhnya menjadi makna dalam terang persaudaraan yang berbelas kasih. Semoga ia kini berada dalam pelukan kasih Allah yang tak berkesudahan.
‘RAHMATNYA AMAT DEKAT’ (DARI KONSTITUSI FRATER CMM)
KETENANGAN, KEBERANIAN DAN KEBIJAKSANAAN Oh Tuhan, berikan aku ketenangan untuk menerima hal yang tak bisa saya ubah; keberanian untuk dapat mengubah sesuatu; dan kebijaksanaan untuk mengenal perbedaan. Banyak yang ingin menjalani kehidupan ini dengan sadar dan mendalam lewat doa-doa dari Reinhold Niebuhr. Mereka berdoa dengan tenang, merasakan kedamaian hati untuk menerima fakta bahwa mereka sering jatuh dalam perangkap tertentu dan merasa bersalah atau mengatakan: ‘baiklah, itulah jalan saya, saya tak bisa berbuat apa-apa’. Hal ini tidak hanya berpusat pada diri Anda sendiri tetapi juga kepada mereka dimana Anda hidup dan berkarya. Mereka juga tidak sempurna. Tidak, ini bukan hal yang mudah.
Anda membutuhkan keberanian diri untuk tidak bertindak seperti orang bodoh dan mendedikasikan diri Anda pada tugas yang memberi kedamaian dan memindahkan batu penghalang dalam kehidupan Anda serta kehidupan orang-orang di sekitar Anda. Belas kasih adalah kekuatan dan kelembutan. Pada saat-saat tertentu kita membutuhkan ketegasan cinta terhadap diri sendiri. Kita tidak berbicara tentang orang lain. Dengan demikian ada kemampuan untuk dapat memahami atau secara bijaksana membedakan apa yang perlu diterima dan apa yang perlu diubah. Inilah maksud dari doa tersebut dan banyak yang mengikuti cara ini. Anda beralih menuju arah yang benar ketika Anda menyadari bahwa proses pencarian kebijaksanaan tak akan pernah berkesudahan.
Frater Wim Verschuren
23
JANGANLAH KITA MEMADAMKAN INSPIRASI ROH, KARENA MAU MEMPERTAHANKAN CARA KERJA DAN KEGIATAN YANG TIDAK BEGITU PENTING DAN MENDESAK. DENGAN SEMANGAT KEBEBASAN INJIL HARUSLAH KITA BERSEDIA - BILAMANA PERLU MENINJAU KEMBALI ATAU MALAH MELEPASKAN BENTUK-BENTUK PENGABDIAN LAMA. (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih