FRATER CMM 1/18
| BERJALAN BERDUA-DUA DI BRAZIL | PROYEK TERPADU DI OYUGIS: GAMBARAN UMUM KEGIATAN TAHUNAN | ARTIKEL BARU: DALAM SOROTAN | RIWAYAT SALIB
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
TENTANG FRATER ANDREAS
5
TERBITAN Frater CMM, {sebelumnya Ontmoetingen (Encounters)}, adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih (Frater CMM). Langganan gratis (dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini). ISSN 1877-9719. Staf Redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin redaksi), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok (redaktur pelaksana) Penerjemah: Fr. Ronald Randang, Fr.Norbertus Banusu, Fr. Wilfridus Bria, Fr. Benyamin Tunggu Desain: Layout:
Heldergroen (www.heldergroen.nl) DekoVerdivas (www.dekoverdivas.nl)
Dicetak oleh: 4idea Printing Kantor: Jl. Garuda 271, Pringwulung, Yogyakarta Telp / WA : (+62)821.3430.6776 Email: 4ideaprint@gmail.com Web: www.4ideaprint.com Kontak: Frater CMM Jalan Ampel 6/10, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail: magazine@cmmbrothers.nl Website: www.cmmbrothers.org Kontribusi sukarela sebagai mengganti ongkos cetak/ kirim sangat dihargai, silakan transfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek.: 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo Foto sampul depan: Kemah musim panas di halaman Sparrenhof, Tilburg (foto: ZOKA Breda).
Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
Foto sampul belakang: ‘Lukisan Perjamuan Terakhir’ oleh Frater Humberto Wouters (foto: Frater Ad de Kok).
BERJALAN BERDUA-DUA DI BRASIL
6
8
DALAM SOROTAN
DARI STAF REDAKSI Pada akhir tahun 2017 editor inti Bapak Peter van Zoest menyampaikan salam perpisahan kepada staf redaksi dan mengatakan bahwa ia siap memasuki masa pensiun dengan baik dan tepat pada waktunya. Staf redaksi bersyukur atas kerjasama menyenangkan sepanjang tahun-tahun terakhir dan mengharapkan yang terbaik untuk Peter. Zaman berubah dan juga kehidupan beriman turut serta dalam perubahan-perubahan ini. Para Frater dan anggota asosiasi selalu berusaha untuk mengerti tanda-tanda zaman dan mereka memahaminya sebagai tugas untuk menolong dan membangun suatu dunia yang berperikemanusiaan. Pada halaman 6-7 Frater Rosario de Jesus Martins menulis tentang bagaimana para religius secara terus-menerus membangun kembali gereja lewat kehadiran dan keberadaan mereka sebagai komunitas. Proyek Terpadu di Oyugis-Kenya (OIP) juga bekerja demi membangun masyarakat menuju masa depan yang lebih baik (lht.hal. 10-12). Kolom baru ‘Dalam Sorotan’ dari Frater Ad de Swart; ia telah mengumpulkan lebih dari 70 hasil karya para frater di komunitas perawatan lansia Zwijsen. Para frater di negara-negara lain tentu juga memiliki talenta kreatif yang tak terduga. Pada bagian ‘Dalam Sorotan’ dipresentasikan seleksi dari beberapa hasil karya mereka. Pada tahun 2017, Frater Paul Onyisi yang ikut berpartisipasi dalam sebuah kursus musim panas dengan tema ‘CMM: Sejarah, Warisan dan Arsip’, memberi catatan bahwa pada bagian arsip terdapat sebuah perbedaan berarti tentang salib yang diberikan kepada para frater ketika memasuki novisiat saat ini dengan salib yang diterima dan dipakai para frater waktu dulu. Ia berusaha mencari dan menemukan jawabannya. Pada bagian ini kita dapat membacanya pada halaman 13. Pada bagian ‘Gambaran Karya Kerasulan’ menampilkan gambar-gambar tentang ‘Sparrenhof’. Awalnya tempat ini merupakan perkebunan yang menghasilkan makanan bagi para frater namun kini menjadi tempat perkemahan untuk orang muda saat liburan.
PROYEK TERPADU DI OYUGIS 2017
10
13
RIWAYAT SALIB
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
14
IN MEMORIAM
18
BERITA SINGKAT
‘LIHATLAH SESAMAKU’
17
19 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
“Zaman sedang berubah dan kehidupan religius juga turut serta dalam perubahan-perubahan ini” (pp.6-7). Frater Rosario de Jesus Martins menulis tentang perubahan cara kita dalam berkomunikasi. Dialog pribadi satu dengan yang lain tetap menjadi cara sempurna dalam berkomunikasi. namun kita juga hidup dalam sebuah zaman dimana cara-cara komunikasi dengan yang lain memberi peluang untuk itu. Dimanamana di sekitar kita, di jalanan, di kereta api, bus, dan di rumah ada realitas keberadaan internet, media sosial, dan alat komunikasi selular atau lebih dikenal dengan ‘handphone’. Pertanyaannya adalah kapan kita tidak harus menggunakan sarana-sarana ini; karena juga merupakan sebuah realitas yang kita hadapi. Konstitusi kita tidak juga mengatakan sebagai hal negatif: “Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjadi pendukung dalam usaha kita mendapatkan efisiensi yang lebih besar serta cara kerja yang lebih efektif ” (I, 225). Dengan cara bagaimana kita belajar menggunakan sarana komunikasi secara tepat? Tiga kata penting dalam pertanyaan ini adalah: belajar, memakai dan berkomunikasi. Dimulai dengan pertanyaan: bagaimana alat itu dapat berfungsi? Apa yang dapat kita lakukan dengan sarana ini? Apa yang tidak dapat kita lakukan dengan sarana ini? Dengan cara apa kita ikut ambil bagian dalam media sosial yang bertanggung jawab? Kapan sarana telepon genggam menjadi sebuah cara komunikasi yang efektif? Lalu kapan sarana ini mengalihkan saya dari hal-hal yang meminta perhatian lebih? Ketiga pertanyaan ini berhubungan dengan komunikasi. Apa yang ingin saya komunikasikan dan apa tujuannya? Haruskah segala sesuatu yang saya alami atau pikirkan segera dibagikan ke seluruh penjuru dunia?
4
Kepada siapa pesan saya memberi arti dan dengan cara bagaimana bisa langsung menemui pribadi atau kelompok tertentu? Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak hanya relevan bagi para frater, tetapi bagi siapa saja yang hidup di zaman ini. Sebagai frater kita dapat mengisi pertanyaan-pertanyaan tersebut bahkan lebih spesifik. Sebagai anggota kongregasi, apa yang bisa saya peroleh dengan perkembangan teknologi yang baru ini? Sebagai seorang frater kita memiliki peran memberi contoh atau sebagai model, baik dalam bidang pendidikan atau dimana saja. Dengan cara apa saya bisa menjadi contoh bagi orang lain di dunia ini? Sebagai seorang religius bagaimana saya berperilaku hormat dan penuh tanggung jawab melalui dunia media sosial. Kapan telepon genggam saya menjadi sarana efektif dalam berkomunikasi, dan kapan sarana itu mengalihkan saya dari hal-hal yang meminta perhatian seperti doa di kapel, makan dengan rekan-rekan frater dan dalam kehidupan berkomunitas? Sebagai pribadi dan sebagai anggota kongregasi frater, apa yang ingin saya komunikasikan? Apa pesan saya? Saya mengundang Anda untuk berpikir tentang pertanyaan-pertanyaan ini dan mendiskusikannya, sehingga bersama-sama kita belajar bagaimana menggunakan sarana-sarana komunikasi secara tepat.
Frater Lawrence Obiko Pewawancara: Nathalie Bastiaansen
TENTANG FRATER ANDREAS
KELEMBUTAN HATI Suatu kenyataan bahwa banyak frater bekerja di bidang pendidikan dan hebatnya terdapat peraturan yang melarang mereka untuk tidak boleh marah. Dalam pelaksanaan ternyata begitu sulit menjaga peraturan ini terutama dalam ruang kelas, karena kadang sulit menyembunyikan rasa marah kepada anak-anak.
Bertindak tegas dan tetap sabar, sama seperti terdapat dalam lukisan pena Federico Zuccaro, ‘Alegori dari kekuatan (fortitude) dan kesabaran (patientia)’, 1595, Museum Getty, atau seperti Mgr. Joannes Zwijsen pakai sebagai mottonya: mansuete et fortiter (kelembutan dan kekuatan). Kadang-kadang Frater Andreas pun memperlihatkan rasa marah dengan caranya sendiri. Ia sungguh memahami peraturan frater yang mengatur hal ini: ‘Para frater harus berusaha untuk mengikuti contoh dan perintah Tuhan, untuk menjadi lembut hati dan mengembangkan sikap lembut. Karena itu mereka tidak hanya berhati-hati dalam mengekspresikan kemarahan ketika sedang marah, akan tetapi mereka juga perlu berusaha terus-menerus memerangi dan melepaskan rasa marah berlebihan yang timbul lewat pikiran atau karena kecenderungan yang sama.
Oleh karena itu ketika Frater Andreas mengekspresikan kemarahannya, merupakan sesuatu yang penting. Seorang murid lain mengatakan bahwa: ‘Ketika kami sedang berjalan dalam kelompok bersama Frater Andreas, kami menjumpai seorang laki-laki berjalan dengan cara yang aneh. Kami berpikir bahwa laki-laki itu mabuk dan kami mulai meniru dan menertawakannya. Tetapi Frater Andreas marah: “Barangkali laki-laki itu mengalami sakit pada kakinya sehingga menyebabkan ia tidak bisa berjalan dengan baik.” Ia melarang kami menertawakan orang itu.’
Anak-anak sekolah juga mengetahui peraturan ini namun kadang-kadang mereka menyalahgunakannya. Mereka suka mencoba sejauh bisa dilakukannya dengan Frater Andreas. Satu dari muridnya mengatakan: ‘Ketika Frater Andreas harus mengambil tindakan ia terlihat marah dan wajahnya berubah menjadi merah, tetapi ia tetap selalu mengontrol dirinya.’ Dan : ‘Jika satu dari anak-anak itu di luar kontrol, berperilaku memalukan, lalu wajah bersahabat frater Andreas berubah menjadi serius secara tiba-tiba -kadang-kadang seperti hitam- dan itu berarti bahwa ia sungguh menekan rasa marah yang luar biasa. Dengan contoh ini saya tidak ingat bahwa ia pernah mengatakan kata kasar.’
Walau pun demikian, Frater Andreas ‘selalu’ berhasil menekan kemarahannya. ‘Ia juga selalu berhasil memelihara kedamaian dan ketenangan serta memberi komentar dan menyampaikannya dengan senyum. Ketika berjalan-jalan bahasa Perancis menjadi keharusan dan kadang-kadang kami mendengar sambil tertawa ia mengatakan: “mes amis, mes oreilles me font mal”, - teman-teman, telinga saya sakit.’ Charles van Leeuwen
5
BRAZIL
BERJALAN BERDUA-DUA DI BRAZIL Para frater di Brazil secara rutin mengunjungi daerah-daerah pinggiran, melihat-lihat dan bila perlu melakukan sesuatu untuk penduduk setempat. Dari tanggal 13-16 Juli 2017, Frater Rosario de Jesus Martins, Frater Pascoal Soares Madeira dan Frater Domingos da Costa mengikuti pekan panggilan misionaris di paroki Santa Teresia di Patos de Minas, Brazil. Frater Rosario melaporkan. diundang untuk ikut ambil bagian dalam pekan misi ini. Frater Rosario de Jesus Martins, Pascoal Soares Madeira, dan Dominggos da Costa ikut dalam acara ini yang berlangsung di Patos de Minas. Peserta lainnya adalah para Suster Kongregasi Abdi Roh Kudus (SSpS), seorang calon Imam SVD, dan beberapa suster dari Para Puteri Hati Kudus Yesus, yang tinggal di kota namun bekerja di paroki tersebut.
Berdua-dua
Berjalan berdua-dua di paroki Santa Teresia, Patos de Minas, Brazil.
Kelompok tersebut diutus sebagaimana Yesus mengutus para murid-Nya yang dikatakan dalam Injil: ‘Yesus memanggil para murid-Nya dan mengutus mereka pergi berdua-dua’. Para misionaris menyusuri jalan di sekitar dengan berjalan berdua-dua dan mengunjungi keluarga-keluarga. Selama kunnjungan ini
Waktu berubah dan dunia tidak tinggal tetap, segala sesuatu ada masanya. Hidup religius juga mengalami perubahan ini. Baik perubahan yang menguntungkan maupun sebaliknya, tergantung pada masa dan cara pandang. Orang yang memilih cara hidup Kristiani mencoba membangun Gereja untuk generasi baru dan mereka berkeyakinan bahwa Allah akan selalu membantu dan mendampingi.
Hadir dengan melayani Salah satu cara mengembangkan Gereja adalah lewat kehadiran dan melayani melalui komunitas. Hal inilah yang dilakukan oleh Suster Maria Gislaine Pereira, dari Kongregasi Misi Hamba-Hamba Roh Kudus, pada saat merayakan 25 tahun hidup membiaranya di komunitas Kristus Penyelamat, paroki Santa Teresia di Patos de Minas, Brasil.
Pekan panggilan misionaris Pada kesempatan ini Suster Maria mengorganisir sebuah pekan panggilan misionaris yang berlangsung tanggal 13-16 Juli 2017 bersama pastor parokinya, Pastor Romero da Silva. Para frater CMM juga 6
Lukisan: Janet Brooks-Gerloff, ‘Di Jalan menuju Emmaus’ (1992).
para peserta berbicara dengan orang-orang tentang cara mereka menghidupi imannya, ada doa bagi keluarga dan pemberkatan rumah. Ini merupakan saat-saat yang sungguh mendekatkan mereka terutama dengan orang sakit. Kunjungan ini mendapat perhatian besar dan mereka merasa dikuatkan kembali.
Mengunjungi sekolah Para misionaris juga mengunjungi sekolah ‘Adelaide Maciel’, ketika Suster Gislaine mengawali pendidikannya. Tujuan utama dari kunjungan ini adalah untuk memberikan pesan positif bagi para siswa dan memberi mereka semangat agar mampu melihat dunia di sekitar mereka secara lebih kritis. Bersama para murid Sekolah Dasar para misionaris ikut makan siang bersama dan berbagi cerita-cerita menarik.
Para peserta pekan panggilan misionaris.
Telinga yang mendengar
Pesan dari Paus
Ada juga kesempatan untuk mengunjungi rumah para pensiunan yang semakin tua. Mereka yang memiliki banyak pengalaman ini terkadang merasa terisolasi dan tentu mereka ingin bertemu dengan orang lain dan menceritakan pengalaman mereka yang begitu kaya. Mereka memiliki banyak hal yang bisa ditawarkan kepada generasi muda!
Tiga frater yang ikut ambil bagian dalam pekan panggilan misionaris ini teringat akan kata-kata Bapak Suci tentang kegiatan misionaris di dalam Gereja. “Selama bermisi kita menyadari betapa hal ini sangat dibutuhkan. Pada masa sekarang dimana aplikasi komputer, komunikasi global dan media sosial tersedia di mana-mana, orang dalam bahaya, tenggelam dalam kebisingan dan pengabaian.” Paus Fransiskus prihatin dengan perkembangan informasi yang begitu cepat sementara relasional manusia ditinggalkan. Hal ini memutuskan dialog dalam keluarga, juga di dalam komunitas, yang merupakan inti untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia. Di atas segalanya, manusia adalah makluk sosial.
Pertemuan-pertemuan Selain kunjungan ke rumah-rumah juga diadakan beberapa kali pertemuan di paroki: untuk kaum muda, untuk para katekis dan katekumenat, juga bagi para pemimpin pelayan pastoral. Ini merupakan saat-saat refleksi dan sharing pengalaman tentang hidup dan karya di dalam Gereja dan komunitas.
Dari seorang kepada yang lain Pesan Paus merupakan sebuah undangan untuk berdialog, untuk berbicara dan mendengarkan; hanya melalui cara ini kita bisa menuju hidup bahagia. Dalam diri orang lain kita melihat Tuhan dan dapat berjumpa dengan-Nya, sebab Dia menciptakan kita sejak semula menurut gambar dan rupanya (bdk. Kej. 1:26). Dan juga dengan mengikuti perintah Yesus: ‘Kamu hendaknya mencintai Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Hal yang kedua adalah: Kamu hendaknya mencintai sesamamu seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum yang lebih besar dari kedua hukum ini' (bdk. Mrk. 12:30-31). Dia yang mencintai mencari yang lain, berbagi bersamanya, ikut ambil bagian dalam percakapan serta mendengarkannya.” Frater Rosario de Jesus Martins
Bernyanyi bersama dengan orang tua di panti jompo. 7
DALAM SOROTAN
GORESAN FRATER HEIN
“Dr. Haddock.”
“Tertawa itu sehat.” Sejak pembukaan fasilitas rumah perawatan Joannes Zwijsen di Tilburg tahun 2008, ada sebuah pameran alternatif kecil tersedia di lantai empat yang menampilkan beberapa karya kesukaan para frater yang tinggal di tempat ini seperti koleksikoleksi, lukisan-lukisan, gambar atau kaligrafi. Hal ini memberikan gambaran yang berbeda dan terkadang sulit mengetahui sumber asalnya. Beberapa frater di negara lain juga memiliki talenta kreatif yang tak terduga. Pada bagian ini akan menampilkan sebuah koleksi dari karya-karya ini dalam kolom sorotan.
Keheningan dari buah-buah cemara.
“Ikan beku.”
Bagian pertama kolom baru ini menampilkan gambargambar yang dibuat oleh Frater Hein van der Zande (1919 – 2017). Frater Hein seorang pekerja yang tenang dan rajin, mula-mula sebagai penjahit dan kemudian menjadi juru masak. Setelah kematiannya, banyak gambar dan goresan tangannya ditemukan yang barangkali inspirasinya muncul saat dalam keheningan. Rupanya ia menghabiskan waktu menggambar dalam keheningan malam, namun tak seorang pun yang tahu tentang hal ini. Ini bukan merupakan seni profesional, namun gambar-gambar ini menarik tampak dari kesederhanaannya dan sering dengan sentuhan berupa komik. Frater Ad de Swart
8
“Ayam pegar Nyonya Amherst."
“Pada jalan katak."
Sebuah gambar-diri? Apa yang akan ia baca, tulis, atau ...gambar?
“Itu adalah sebuah rebung!”
9
KENYA
PROYEK TERPADU DI OYUGIS: GAMBARAN UMUM KEGIATAN TAHUNAN
Di Oyugis (Kenya), aids merupakan musuh utama bagi masyarakat. Penyakit tersebut memakan korban hampir setiap hari. Sejak tahun 1996 para Frater CMM mulai mengelola Proyek Terpadu Oyugis (OIP). Karya di OIP dilakukan dengan sebutan ‘kelompok-cabang’. Tujuan utama dari kelompok-kelompok cabang ini adalah untuk mempromosikan kemandirian. Ada kelompok cabang pada departemen sosial dan departemen pertanian. Berita OIP Desember 2017 melaporkan aktivitas yang terjadi selama tahun berjalan.
Kelompok bidang sosial Karyawan sektor kerja bidang sosial sibuk mengunjungi dan membimbing kelompoknya melalui bidang ini. Beberapa kelompok terlibat aktif dan memberikan dana dan juga rencana aksi. Rencana mereka disambut baik oleh pihak pemerintah dan mereka mendapat bantuan finansial untuk menjalankannya. Di masa mendatang OIP ingin membantu banyak kelompok menuju kemandirian. Hal ini akan terjadi antara lain dengan menawarkan kursus dan program pelatihan secara intensif.
Bantuan material Walaupun saat ini beberapa kelompok cabang sudah bisa mandiri namun kelompok lainnya masih membutuhkan banyak bantuan. Bantuan diterima misalnya dari ‘Lenten Action Heusden’ dan Cordaid. Pada tahun 2017 dilakukan renovasi beberapa rumah yang berdinding tanah liat dan juga mengganti atap dengan seng. Beberapa kelompok tani menerima pupuk. Hasilnya terlihat hanya sedikit orang dari kelompok-kelompok ini yang datang meminta bantuan
10
makanan. Selimut dan kasur dibagikan kepada anggota-anggota kelompok cabang. Barang-barang ini sangat diperlukan di gubuk-gubuk yang dibuat terbuka, terutama saat memasuki musim hujan yang menyebabkan rasa dingin terutama pada malam hari. Tidur malam hari yang baik dan pada posisi yang sehat memudahkan orang memikirkan masa depan. Makanan diberikan kepada klien dan anggota kelompok cabang yang sedang sakit serta tak mampu mengusahakan makanan sendiri. Pakaian sering diberikan kepada para orang tua dan yatim piatu. Ada banyak pakaian bekas di pasar lokal, namun bagi kebanyakan warga harganya masih terlalu mahal.
Yatim piatu Pada tahun 2017, delapan anggota kelompok cabang meninggal. Para yatim piatu yang ditinggalkan memenuhi syarat untuk menerima bantuan dari OIP. Para anggota kelompok cabang memberikan kontribusi terbaik dari yang mereka miliki, namun kebanyakan dari mereka tak mampu merawat para yatim piatu secara menyeluruh.
untuk peternakan sapi terdapat banyak makanan dan air. Dibandingkan dengan tahun 2016 ada peningkatan berarti dalam produksi susu dan juga panenan di ladang. Kelompok cabang dari departemen pertanian menyumbangkan jagung dalam jumlah banyak ke OIP. Makanan ini menolong para orang tua yang tidak bisa bekerja di ladang sendiri. Hasil baik ini juga merupakan usaha yang diorganisir oleh OIP pada tahun 2017 melalui pendampingan kepada para petani.
Kambing sebagai hadiah
Pada tahun 2017, 20 siswa menyelesaikan tahun keempat mereka di beberapa sekolah menengah negeri dengan bantuan OIP. Dari sekolah frater 18 siswa telah memperoleh ijazah diploma dan 11 siswa telah menyelesaikan tahun kedua kursus teknik. Pekerja sosial mengunjungi para siswa ini di sekolah-sekolah, membicarakan hasil belajar dan masalah-masalah yang mereka hadapi. Akan sangat baik bila mereka dapat melanjutkan pendidikan atau mencari pekerjaan.
Pada tahun 2017 staf pegawai OIP mengunjungi para petani yang menerima bantuan ternak seperti sapi perah, kambing perah, lembu jantan atau keledai. Tentu suatu hal yang baik menyumbangkan kepada para petani ternak pemula berupa seekor sapi perah atau kambing perah khususnya kepada mereka yang sungguh membutuhkan. Hal ini biasa dilakukan dalam sebuah perayaan atau acara resmi kelompok. Dua pertemuan penting telah dicanangkan pada tahun 2017, namun karena situasi politik yang hangat maka pertemuan semacam ini hanya dilakukan di satu tempat. Kegiatan ini dilaksanakan di Kodera dan pada kesempatan ini empat bibit ternak diberikan kepada pemilik baru.
Tantangan dalam pendidikan
Rumah kaca
Jumlah anak yatim piatu yang membutuhkan bantuan untuk pendidikan cukup banyak dan para lulusan yang disponsori oleh OIP tidak selamanya diterima untuk melanjutkan pendidikan mereka ke sekolah yang lebih tinggi atau universitas. Pada saat ini OIP membantu 512 anak yatim piatu di Sekolah Dasar, 361 di Sekolah Menengah dan 192 di pendidikan tinggi, dengan total 1065 anak. Selain mereka ini terdapat hampir 600 anak yatim maupun piatu yang juga membutuhkan bantuan dari OIP.
Para petani tidak hanya dilatih untuk meningkatkan hasil ladang mereka, namun untuk meningkatkan usaha mereka ke tahap lebih lanjut. Salah satu caranya yakni beralih dari produksi monokultur dan berkonsentrasi pada produksi multikultur. Seorang sponsor dari Belanda telah membangun sebuah rumah kaca. Di sini para petani belajar mengelola dan menggunakan rumah kaca serta memperoleh pemahaman teknologi dalam bidang hotikultura dan teknik pertanian modern.
Rumah di Oyugis, atap dari gubuk ini memerlukan perbaikan.
Pendidikan
Menjahit Pada tahun 2017 para penjahit membuat seragam sekolah untuk para yatim piatu dari 18 kelompok cabang melalui departemen sosial, 4 kelompok dari departemen pertanian dan 22 yatim piatu lainnya yang semuanya berjumlah 640 anak. Para orang tua asuh memberikan kontribusi 100 Shilling Kenya (kurang dari 1 euro). Suatu kenyataan bahwa setiap bulan hargaharga barang naik, sering kali sulit bagi kebanyakan orang tua asuh dari anak-anak yatim piatu untuk memberikan kontribusi.
Kelompok cabang pertanian dan peternakan sapi Hasil panen tahun 2017 cukup baik. Curah hujannya cukup dan datang pada saat yang tepat sehingga
Setelah berjalan dari Oyugis sampailah di OIP.
11
KENYA
Tantangan pada kelompok bidang pertanian
Menatap masa depan
Untuk saat ini para petani masih bergantung pada bimbingan dan sumbangan dari sektor pertanian OIP. Keadaan iklim terkadang sulit diprediksi dan menyebabkan masalah besar pada hasil panen. Cabang pertanian masih kekurangan tenaga ahli dan juga tergantung pada jarak lokasi yang bisa dijangkau.
Melalui para Frater CMM dan Yayasan OIP Belanda, sponsor di Belanda dan Belgia, Proyek Terpadu Oyugis (OIP) masih terus berjalan. Bantuan dalam jumlah cukup besar tersedia pada tahun 2016 melalui ‘Lenten Action Heusden’ bekerja sama dengan Cordaid. Kemudian semakin banyak dukungan (finansial atau lainnya) diusahakan di negara ini. Hal ini terjadi misalnya melalui kerjasama dengan KARP. Ini merupakan harapan dari OIP untuk terus memberikan pelayanan yang berkualitas. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat semakin mampu dan mandiri.
Departemen kesehatan Departemen kesehatan memberikan pelayanan kepada para pasien OIP dan pasien dari luar. Departemen ini memiliki fasilitas antara lain: ruang perawatan, sebuah laboratorium, sebuah apotek dan sebuah gudang. Para medis dan non medis terdiri dari tiga dokter pemerintah, lima perawat, dua orang tenaga administrasi, dua perawat rumah, dua karyawan laboratorium, tiga asisten tes untuk HIV, seorang ahli kimia, seorang asisten ahli kimia dan dua relawan. Aspek penting dari sarana pelayanan ini diantaranya peralatan darurat, perawatan TB, perawatan luka, tes darah (termasuk HIV/Aids), pencegahan penularan HIV pada janin dan penyakit kronis. Lebih dari 6000 orang telah diperiksa di klinik ini untuk penderita HIV/Aids, hampir 3000 orang sedang dalam perawatan lanjutan. Departemen kesehatan OIP disupervisi oleh pemerintah Kenya dan dibimbing oleh KARP (Program Tanggap AIDS Kenya). Ada pemeriksaan rutin yang menjamin kualitas perawatan dan memberikan peluang pencapaian baru.
Dari: Sari Berita OIP Belanda, nÂş 216, Desember 2017. Henk van de Wal.
Seorang penjahit sedang membuat seragam sekolah.
Program perawatan pasien di rumah Ada sekitar 100 relawan melaksanakan program perawatan di rumah. Mereka mengunjungi para pasien yang terbaring di rumah sekitar lingkungan mereka. Relawan ini tidak hanya berkontak dengan perawat OIP berkaitan dengan keluh kesah pasien-pasien ini, tetapi juga berurusan dengan aspek kesehatan lainnya di lingkungan tersebut. Di dalam lingkungan ini para relawan merupakan mata dan air mata dari OIP.
Sebuah rumah kaca dari cabang pertanian. 12
Seorang ibu paruh baya sedang menerima makanan saat pelatihan, makanan khusus dengan ugali, sayuran dan daging.
Pasar di Oyugis dengan pakaian bekas.
INTERNASIONAL
RIWAYAT SALIB Salah satu dari keenam frater yang mengikuti program Summer School tahun 2017 tentang, 'Sejarah, Warisan dan Arsip CMM', mengatakan bahwa ada perbedaan menyolok pada salib religius yang diberikan kepada para frater ketika masuk novisiat saat ini dengan salib yang diberikan pada waktu lampau.
Dari Kevelaer ke Indonesia Dalam sebuah percakapan dengan Frater Pieter-Jan van Lierop di Generalat -Tilburg, Frater Paul Onyango Onyisi (misionaris di Namibia) mengetahui bahwa pada awal tahun 1970-an, Frater Emericus Goossens dan Angelo Megens mengadakan ziarah ke Gereja Santa Perawan Maria di Kevelaer (Jerman) dengan membawa sejumlah salib untuk para frater dan kemudian terus bertambah.
Salib baru Salib dari Kevelaer lebih kecil dibandingkan dengan salib lama yang dipakai sejak permulaan kongregasi. Salib dari Kevelaer cukup dikenal di Indonesia sehingga pernah dipesan dalam jumlah banyak yaitu lebih dari seratus buah. Salib-salib ini kemudian diberikan kepada para frater CMM yang masuk novisiat di Indonesia.
Penyebaran Di kemudian hari ketika para frater dari Indonesia mengenakan salib baru tersebut saat pertemuan internasional, sekian frater merasa tertarik dengan bentuk salib yang sederhana dan menarik itu. Salib baru ini juga lebih kecil dan ringan ketika dikenakan dan membuat lebih nyaman terutama saat bekerja. Salib ini kemudian dengan cepat dipakai oleh semua frater dalam kongregasi.
Simbol Saat ini ketika seorang postulan memasuki novisiat dan menyampaikan niatnya menjadi anggota kongregasi dan memilih hidup menurut Konstitusi, ia akan menerima tiga sarana penting sebagai simbol permulaan hidup religiusnya: Konstitusi Kongregasi, jubah dan salib Kevelaer. Bagi para frater salib merupakan simbol kesatuan bersama Kristus dan mau mengikutiNya secara lebih dekat. Pada saat yang sama ketika para frater mengenakan salib merupakan lambang
Sebelah kiri adalah salib lama, sebelah kanan adalah salib baru. kesatuan dengan para frater secara keseluruhan dalam Kongregasi. Salib ini bisa dikenakan dengan jubah atau baju biasa. Salib inilah yang memberi identitas kita sebagai Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih.
frater Paul Onyisi Onyango
13
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Sparrenhof.
Sparrenhof Secara keseluruhan Congregasi dihadapkan dengan berbagai macam kebutuhan baik material maupun spiritual. Para frater bersama pihak lain berusaha untuk mengatasi hal ini. Bagian ke sembilan dari artikel ini menyoroti tentang tanah Sparrenhof yang berada di luar kota Tilburg.
Para frater memiliki lahan ini sejak permulaan abad ke sembilan belas. Kala itu dimanfaatkan sebagai kebun biara yang menghasilkan banyak makanan untuk para frater, anak sekolah dan anak yatim piatu. Di tempat ini ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan. Terdapat sekian banyak sapi yang memproduksi susu dan kebutuhan daging. Sejak awal Sparrenhof juga menjadi tempat tujuan yang menarik bagi para frater dan anak sekolah ketika berjalan-jalan. Di kemudian hari ketika sejumlah frater tinggal di Tilburg, kebutuhan akan persediaan makanan semakin kurang penting. Sejak 1983, tanah lapang digunakan untuk kegiatan liburan bagi anak muda. Kebanyakan berasal dari keluarga karier yang tinggal di wilayah Tilburg dan bagi mereka liburan merupakan suatu kesempatan. Yayasan Sparrenhof berdiri kini hampir 35 tahun dan sekitar 2.500 anak muda mengunjungi tempat ini setiap tahun. Demikian juga organisasiorganisasi lain ikut berpartisipasi seperti Stichting Zomerkampen (ZOKA) (Yayasan Kemah Musin Panas) Breda yang memanfaatkan fasilitas Sparrenhof.
14
Yayasan ZOKA (Kemah Musim Panas, Breda) memakai tanah lapang sejak 1998.
Pepohonan di Sparrenhof.
Sparrenhof masa lalu: rumah induk siswa SMP St. Paul, tim sepak bola (1922).
Pengurus yayasan Sparrenhof, kiri ke kanan: Frank van Loon, Frater Ad de Kok (ketua), Christel O’Prinsen, George Hamel.
Hans Wirken, administrator lapangan.
Tenda kemah yayasan ZOKA.
Perlengkapan permainan.
Menari di sekitar halaman.
Permainan. 15
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Pakaian dan perlengkapan panggung pertunjukan teater.
Kandang lama kini dipakai sebagai asrama.
Duta-duta Persaudaraan Seluas Dunia (WWBA), gerakan kaum muda internasional dari para frater. Mereka tinggal di Sparrenhof selama beberapa hari saat pertemuan internasional di Belanda.
Olahraga dan pertandingan volley.
Saat berada di ruang makan.
Presentasi peserta WWB asal Namibia saat pertemuan internasional 2016.
Mencuci alat-alat makan bagian dari kerja.
Kesibukan di dapur.
16
BERITA SINGKAT
‘PARA DUTA PERSAUDARAAN SELUAS DUNIA’ MENUJU HARI KAUM MUDA SEDUNIA 2019 DI PANAMA Dari 13-31 Januari 2019, akan diadakan pertemuan internasional gerakan kaum muda, Duta-duta Persaudaraan Seluas Dunia (WWB). Kali ini akan berkumpul lagi kaum muda dari Indonesia, Timor Leste, Kenya, Tanzania, Namibia, Brasil dan Belanda. Pertemuan ini dalam rangka mengikuti Hari Kaum Muda Sedunia di Panama.
PEMBERKATAN DAN PENTAHTAAN RELIK VINSENSIUS DE PAUL Pada tahun 2017 dalam sebuah perayaan ‘400 Tahun Karisma Vinsensius’ di Roma, Pemimpin Umum Frater Lawrence Obiko CMM menerima sebuah relik Santo Vinsensius de Paul kualitas premium dari tangan Pemimpin Umum CM, Pater Toma Mavri . Pada Kamis 25 Januari 2018, relik khusus ini diberkati dan ditahtakan di kapel Generalat Frater CMM. Relik ini merupakan simbol dan kehadiran nyata Santo Vinsensius de Paul di seluruh dunia dan frater CMM adalah bagian dari Keluarga Vinsensian internasional. Pastor Frank Lemmens sedang memberkati relik.
PERTEMUAN VFEC DI PHILADELPHIA Dari tanggal 16-18 Januari 2018 berlangsung pertemuan internasional Komite Eksekutif Keluarga Vinsensian (VFEC). Pertemuan ini diadakan di kantor cabang Keluarga Vinsensian, Philadelphia (Amerika Serikat). Pemimpin Umum Frater Lawrence Obiko hadir dalam pertemuan ini sedangkan Frater Broer Huitema tidak bisa hadir. Para anggota dewan melihat kembali acara peringatan ‘400 Tahun Karisma Vinsensian’. Pater , Pemimpin Umum CM menyampaikan harapannya agar api Keluarga Vinsensian yang dialami selama simposium di Roma (Oktober 2017) akan tetap bernyala dalam diri anggota keluarga di mana saja mereka berada. VFEC memiliki banyak program berkaitan dengan proyek. Agar bisa terkoordinir dan terealisir semua program ini diperlukan juga sebuah rencana anggaran keuangan. Frater Broer dan dua anggota lainnya telah membuat sebuah proposal untuk memperoleh sumbersumber yang dibutuhkan. Proposal tersebut telah diterima dengan baik dan akan diimplementasikan.
Salah satu agenda adalah ‘Aliansi Tunawisma’, sebuah proyek besar yang dimaksudkan untuk para tunawisma di seluruh dunia. Dewan Pimpinan Keluarga Vinsensian sedang dalam proses membuat daftar dari berbagai proyek lokal untuk para tunawisma. Tujuannya adalah melalui kerjasama skala internasional dan dengan struktur yang baik akan mengurangi penderitaan para tunawisma. Pengembangan festival film yang akan muncul ‘Finding Vince 400' (Mencari Vinsen 400) (FV400) juga menjadi bagian dari diskusi. Festival ini menurut rencana akan dilaksanakan di Roma pada bulan November 2018. Perlombaan untuk festival film FV400 terbuka untuk setiap orang. Penulis naskah dan produser film dunia ditantang untuk membuat sebuah film pendek yang bisa mengubah pandangan kita akan kemiskinan di masyarakat.
17
IN MEMORIAM
PEMBAHARUAN WEBSITE ONLINE DALAM EMPAT BAHASA Website www.cmmbrothers.org yang telah diperbaharui ditampilkan pada Oktober 2017 (laman berbahasa Inggris dan Belanda), dan pada Desember 2017, laman berbahasa Indonesia dan Portugis juga online. Tidak hanya tampilan website yang telah berubah; sebagian isinya juga telah dimodifikasi. Teks-teks informasi pada laman, ‘sejarah’, ‘para frater di dunia’ (dulunya komunitas) dan ‘spiritualitas ‘ telah dimuat kembali. Sebagai tambahan, dua laman baru ditambahkan pada menu: ‘kerasulan’ (tentang apa yang kita lakukan) dan ‘panggilan’. Website ini memberi gambaran umum Kongregasi Frater CMM. Cuplikan berita tentang apa yang sedang terjadi dalam Kongregasi dan apa yang dilakukan para frater akan diperbaharui secara reguler.
Frater
Piet (P.A.M.) van Leeuwarden Frater Piet lahir di ‘s-Hertogenbosch, Belanda 8 September 1934 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih 29 Agustus 1953. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup 15 Agustus 1959 dan meninggal 26 Oktober 2017 di komunitas Joannes Zwijsen Tilburg, Belanda. Ia dikebumikan di pekuburan frater Steenwijk Vught, Belanda. Pada usia muda, frater Piet merasa terpanggil untuk menjadi Frater CMM. Sesudah menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama ia berpindah ke Sekolah Pendidikan Guru Frater CMM di Tilburg. Pada tahun 1953 ia menjadi seorang frater novis dalam Kongregasi Frater CMM. Ia mendapatkan ijazah mengajar dan kepala sekolah. Frater Piet mengajar di beberapa Sekolah Dasar Belanda. Di Deurne ia menjadi kepala Sekolah Dasar Roh Kudus pada tahun 1970. Frater Piet memberi bentuk dan substansi pada jejak perjalanan hidupnya secara pribadi. Ia lebih memilih dan mengontrol segala sesuatunya sendiri. Hal ini begitu sulit baginya bahwa selama tahun-tahun terakhir ia mengabaikan pengontrolan atas hidupnya. Dukungan sesama dan lembaga perawatan mengatakan bahwa ia hanya bisa hidup secara mandiri sampai awal tahun 2017. Ketika keadaan tidak lagi memungkinkan ia dipindahkan ke fasilitas perawatan Joannes Zwijsen di Tilburg. Ia menjadi anggota komunitas Frater dan dengan penuh cinta dirawat oleh para staf pusat perawatan Zwijsen. Frater Piet tidak bisa menghindari penderitaan. Ini membawa dampak dalam kehidupannya secara psikologis dan fisik selama bertahun-tahun. Kita percaya bahwa Frater Piet saat ini berada dalam tangan Bapa yang berbelas kasih. Kita menyerahkan segalanya kepada Tuhan yang menyeka air mata, melenyapkan segala penderitaan, dan mengubah kesepian menjadi cinta yang hangat.
18
‘LIHATLAH SESAMAKU’
JEJAK-JEJAK ALLAH Belas kasih dan persaudaraan adalah dua konsep utama karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam kehidupan harian para frater? Bagian ini menjadi fokus dengan topik ‘Lihatlah Sesamaku’ (bdk. Mat. 9:35-38). Frater Pieter-Jan van Lierop memiliki kekhasan yang menonjol. Ia tinggal di Generalat Tilburg, Belanda sejak tahun 2007. Ia bergabung dengan kongregasi frater ketika berusia 20 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia bekerja sebagai guru diantaranya di daerah Jordan, Amsterdam. Kongregasi kemudian mengutusnya ke Indonesia tahun 1979 dan berkarya sebagai misionaris selama hampir 30 tahun. Saya berbincang-bincang dengan beliau di ruang kerjanya, ia duduk di kursi yang nyaman sambil memandang ke luar melalui jendela dan mengaitkannya dengan makna persaudaraan. Meja kecil di dekat kursinya terdapat setumpuk buku yang sedang dibacanya pada saat itu. Selama sekian tahun menjadi frater ia menghabiskan beberapa jam setiap hari untuk membaca dan belajar. Pieter-Jan menggambarkan persaudaraan seperti mencari dan menemukan yang Ilahi dalam diri orang lain. Ia mengatakan bahwa setiap perjumpaan relasional, kita dapat menemukan jejak-jejak Allah. “ ‘Jejak-jejak Allah’ tersebut bisa dalam bentuk apa saja; bisa berupa sebuah senyuman, sebuah ungkapan terima kasih, sebuah gerakan, atau sebuah kata. Orang lain itu tidak harus seorang teman; bisa saja seseorang asing bagi Anda, seseorang yang tidak Anda sukai. Dan Anda bisa melihat sesuatu tentang misteri kehadiran Allah pada diri orang lain. Kehadiran Sang Ilahi memotivasi kita untuk memperlakukan orang lain dengan penuh belas kasih.” Frater Pieter-Jan menekankan betapa pentingnya meluangkan waktu untuk meditasi dan refleksi sehingga Anda belajar mengenal ‘jejak-jejak Allah’ pada diri orang lain. “Refleksi Anda memampukan Anda untuk melihat kembali setiap pengalaman dan perjumpaan. Anda bisa membuat sebuah tempat khusus, sebuah ‘kapel’, dimana Anda dapat menarik diri dan terbuka pada Tuhan.” Pieter-Jan menemukan tempat khusus itu pada kursi di dalam kamarnya. Di sana ia dapat berpikir, berefleksi dan berdoa.
Ia menjelaskan pada saya bahwa pengalaman dapat dibagi menjadi tiga bagian besar: fisikal, emosionalrasional, dan spiritual. Pada kategori yang terakhir ini kita dapat melihat sekilas tentang keilahian, petunjukpetunjuk yang mengarahkan kita menuju misteri yang ada di sekitar dan di dalam diri kita. “Kita harus belajar melihat hal ini dan mengenalnya. Akhirnya semua pengalaman dalam hidup, orang-orang yang kita jumpai, dan ‘jejak-jejak Allah’ yang kita temukan dalam diri orang lain merupakan sebuah pemberian dari Allah.” Marian Veenker (mantan sekretaris Dewan Pimpinan Umum)
19
PENYERAHAN DIRI KRISTUS DAN PENYERAHAN DIRI KITA KEPADANYA TETAP MENGHIDUPKAN HARAPAN DALAM KITA BAHWA KERAJAANNYA YANG PENUH DAMAI DAN CINTA KASIH AKAN DATANG. (dari Konstitusi Frater CMM) Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih