7 minute read
SEKOLAH MENENGAH ST. VINSENSIUS
from Frater CMM 2021/2
by CMM Brothers
Bangunan sekolah dan kelas.
Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha untuk mengatasi situasi ini. Bagian kedelapan belas dari terbitan ini kami mengarah ke Sekolah Menengah Putra St. Vinsensius de Paul, sekolah berasrama di Mosocho, Kenya.
Advertisement
Sekolah Menengah Putra St. Vinsensius Mosocho yang dilengkapi dengan asrama berada di wilayah Kisii, Kenya. Sekolah ini didirikan oleh Frater CMM pada tahun 2011, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang berkualitas di Afrika Timur. Saat ini sekolah berjalan dari kelas 4 sampai 8, dengan menampung siswa sebanyak 530.
Sistem Pendidikan di Kenya
Sistem pendidikan di Kenya terkenal dengan 8-4-4, yaitu delapan tahun di tingkat dasar; empat tahun di tingkat menengah dan masing-masing tingkat tersier. Tampak bahwa sistem ini sebagian besar berorientasi pada ujian; kualitasnya cenderung dinilai dari segi jumlah siswa yang lulus ujian nasional. Pemeriksaan ujian nasional untuk pendidikan dasar dilakukan oleh bagian Sertifikasi Pendidikan Dasar Kenya (KCPE). Ini merupakan ujian akhir yang diatur untuk siswa kelas 8 guna membantu menentukan penempatan mereka di sekolah menengah.
Hasil KCPE 2020
Hasil Sertifikasi Pendidikan Dasar sekolah kita mencapai rekor rata-rata 380 dari maksimal 500. Ini merupakan deviasi positif dibandingkan dengan tahun 2019 di mana rekor sekolah rata-rata 366. Pencapaian ini merupakan kerja sama yang baik antara bagian administrasi sekolah, para guru, orangtua dan siswa. Semua berdedikasi; ada pertemuan staf dan pembentukan tim secara berkala, dan memiliki keterikatan yang kuat. Dengan cara demikian, para guru dapat meningkatkan proses belajar mengajar. Sikap rendah hati, disiplin dan kerja keras merupakan peran penting dalam pencapaian ini sehingga menempatkan sekolah kami pada posisi keempat untuk seluruh wilayah Kisii dari lebih seratus jumlah sekolah menengah yang ada.
Akibat Pandemi Covid-19
Sama halnya terjadi dengan sekolah-sekolah di belahan dunia lain bahwa proses pembelajaran di sekolah kami terganggu dengan pandemi virus corona. Ini merupakan tantangan, khususnya bagi siswa yang menunggu ujian akhir. Untunglah bahwa guru-guru kami bisa mengontak sejumlah siswa dan membimbing mereka lewat sarana online menggunakan Zoom atau WhatsApp. Disampaikan bahwa sekolah mengorganisir program dukungan psikososial dan para guru telah melakukan beberapa pelatihan sebelumnya sebagai persiapan untuk membuka kembali sekolah. Para pakar juga dilibatkan untuk membantu. Akhirnya siswa kami bisa dengan tenang bersekolah dan target kurikulum tercapai dengan hasil yang cukup luar biasa.
Nilai-nilai inti sekolah tertulis di dinding.
Kebun sayur milik sekolah. Tempat tinggal staf.
Beberapa ekor sapi perah.
Dapur.
Di dalam kelas. Siswa ikut mengambil susu.
Jemuran pakaian cucian.
KEBAIKAN TAK MENGENAL BATAS
Frater Edward Gresnigt, salah satu frater yang berbahagia bisa merayakan 60 tahun hidup membiara pada tanggal 29 Agustus 2020. Selain mendapat ucapan hangat melalui surat, kartu dan email, tak terduga ia menerima hadiah sebuah chek dari USA sebesar 3.210 Dollar Amerika. Hadiah ini dikumpulkan oleh alumni dan kenalan dari SMA Santa Clara, Oxnard.
Kami kembali pada waktunya. Dewan Pimpinan Umum mengutus Frater Edward ke Oxnard, California pada tahun 1965. Setelah beberapa tahun menjalani studi, ia mendapat tugas mengajar agama dan sejarah di SMA Santa Clara Oxnard. Usianya 25 tahun kala itu dan mengabdi selama 35 tahun di sekolah ini. Ia kembali ke Belanda pada tahun 2002 dan menantikan rencana selanjutnya bahwa akan diutus ke Sigona, Kenya untuk membantu di novisiat; namun, semuanya berubah. Kapitel Umum 2002 memilih Frater Edward sebagai anggota Dewan Umum. Saat ini ia tinggal di Belanda dan masih bekerja di Generalat, meski bukan sebagai dewan umum, namun membantu dan mendukung dalam banyak hal.
Madah pujian, sepatu jalan, dan…
Alumni tak melupakan frater ‘mereka’ Frater Edward sesudah tahun-tahun ini dan hadiah untuk yubiliumnya merupakan bukti nyata. Ia membelanjakan sebagian dari hadiah ini untuk komunitas internasional berupa 12 buku madah Glory and Praise yang dipakai di kapel Generalat. “Selama di Oxnard saya belajar banyak lagu baru yang dipakai dalam liturgi. Lagu seperti ‘Here I am Lord’ dan ‘Morning has broken’ masih merupakan kenangan indah, kata Frater Edward. Ia juga memakai sebagian dari hadiah ini untuk kebutuhan pribadinya: sepasang sepatu jalan, keras bergerigi dengan cengkeram yang bagus. Ini bukan sebuah kemewahan yang berlebihan; ia teringat saat tergelincir di atas es dan jatuh di depan Generalat pada bulan Februari lalu.
Frater Edward juga melihat peluang jangka panjang dan memberi kontribusi nyata untuk novisiat di Kenya. Ia memutuskan, tentu dengan persetujuan pemimpin umum supaya sebagian besar dana dipakai untuk perbaikan fisik di komunitas Sigona. Ia menghubungi para frater di sana untuk melihat hal-hal yang diperlukan dan ternyata situasi mereka membutuhkan beberapa perbaikan.
Sebelum: Dapur luar dengan kayu bakar.
Membuat pabrik biogas.
Sesudah: Biogas bisa dipakai untuk memasak yang enak. Tenaga surya dan biogas
Pertama-tama para frater harus membayar tagihan utilitas tinggi. Pakar energi telah menganjurkan untuk menginstalasi tenaga surya dan menyediakan catu daya tetap untuk penerangan maupun untuk kursus online para novis yang sedang berjalan. Tak ada listrik berarti tak ada Wi-Fi. Daftar kebutuhan juga termasuk penambahan sebuah laptop untuk pelajaran online. Anggaran komunitas frater di Kenya belum mencakup pembelian listrik tenaga surya dan sebuah laptop ekstra.
Permintaan kebutuhan ketiga adalah pabrik biogas. Sampai saat ini para frater memasak dengan kayu bakar. Mereka memakai gas namun tabung gasnya cukup mahal sehingga jarang dipakai. Namun memasak dengan kayu ada kelemahannya: membayakan kesehatan, menyita waktu dan membawa polusi terhadap lingkungan. Memiliki sumber biogas sendiri akan mengatasi persoalan ini. Demikian dengan kotoran dari tiga sapi milik komunitas bisa dijadikan sebagai bahan bakar.
Dengan demikian, hadiah atas kebaikan dari alumni SMA Santa Clara Oxnard, California via Generalat, Tilburg Belanda, dipakai untuk novisiat CMM Sigona, Kenya. Biji hadiah ini telah ditanam Frater Edward pada tahun 1967 dan pada bulan Maret 2021 ia menerima berita dari Sigona: instalasi tenaga surya telah terpasang dan rekening listrik berkurang dari sebelumnya. Kini para novis tak lagi mengumpulkan kayu bakar dan bisa memusatkan perhatian pada kursus online dengan dukungan sebuah laptop baru; mereka tak lagi disibukkan dengan masalah listrik. Pabrik gas telah dibuat dan berfungsi dengan baik: kini para frater dan novis memasak dengan ‘energi hijau’. Generasi baru frater sedang memasuki era ini.
Natalie Bastiaansen dan Frater Edward Gresnigt, CMM
PROFESI PERTAMA DI MASA CORONA
Frater novis tahun kedua di Kenya mengikrarkan profesi pertama pada tanggal 1 Mei 2021, masih di tengah wabah pandemi Covid-19.
Frater-frater profesi pertama dengan magister : Prosper Chungu, Michael Kabwe, Joseph Masereka, Victor Oyieko. dan magister novis Frater Richard Sure.
Gereja Katolik mempersembahkan tanggal 1 Mei secara khusus kepada St. Yosep Pekerja, sebagai santo pelindung para pekerja. Dunia sekuler telah meninggalkan ini ketika mereka merayakan hari kaum buruh. Frater CMM di Kenya merayakan hari ini sebagai hari di mana para calon (postulan) memasuki novisiat dan pengikraran profesi pertama untuk novis tahun kedua. Mereka berjanji sesuai dengan Konstitusi untuk hidup menurut ketiga kaul, untuk membagi hidup dalam komunitas dan mempersembahkan diri mereka untuk melayani sesama.
Tanggal 1 Mei 2021 merupakan sebuah hari yang unik dan spesial, akibat dari wabah Covid-19. Di komunitas Sigona, kami dengan berani mau meneruskan misi Kongregasi di tengah Gereja melalui adaptasi terhadap ‘situasi baru’, dengan mengikuti protokol dan pembatasan berdasarkan petunjuk dari Menteri Kesehatan. Keempat novis tahun kedua sungguh dipersiapkan dan mereka bertekad untuk mengikrarkan profesi pertama dalam hidup religius. Ada sedikit ketegangan tentang bagaimana merayakannya, sementara di Kenya terjadi peningkatan jumlah yang terinfeksi setelah dilakukan tes. Semua anggota komunitas harus menjalani tes Covid-19, dan salah satunya positif sehingga harus diisolasi. Ini terjadi saat ia membantu rekan frater yang hendak kembali dari RS; demikian dengan frater -frater lain yang juga diisolasi semuanya dinyatakan sehat. Semua acara berjalan sesuai dengan rencana.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pastor Paul Wachira Muiga. Ia bertanya kepada frater-frater muda yang tampak rapih mengenakan jubah putih, apa yang sedang kalian cari dalam Gereja. ‘Untuk fokus pada Yesus Kristus, Saudara kita yang Berbelas Kasih,’ jawab mereka. Setelah homili, Frater Patrick Munyua anggota Dewan Provinsi, sebagai yang mewakili Pemimpin Umum mengundang keempat frater untuk mengikrarkan profesi pertama dalam Kongregasi. Frater Richard Sure dan Frater Linus Schoutsen sebagai saksi bersama Pastor Paul.
Pada hari yang sama, dua novis tahun pertama memulai masa novisiat tahun kedua: Frater Joackim Muhindu dan Frater Bonface Monyancha Ogari. Kelihatan bahwa mereka yakin dan penuh semangat dalam hidup persaudaraan dan belas kasih. Untuk itu kita bersyukur kepada Tuhan, bahkan dalam situasi Covid-19, mereka dipanggil menjadi frater berbelas kasih, penuh sukacita dan keberanian untuk meneruskan misi CMM di zaman ini.