FRATER CMM 2/19
| BERJALAN BERSAMA KRISTUS | FRATER CMM PASCA MILENIUM | MELINDUNGI TUNAWISMA | KEKUATAN IMAN UMAT
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
BERJALAN BERSAMA KRISTUS
5
TERBITAN Frater CMM adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Langganan gratis. Kontribusi sukarela sangat dihargai, dapat ditransfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo. ISSN 1877-9719 Staf redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan editor pelaksana), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok Kontributor: Ambassadors WWB Namibia, Frater James Makovo, Frater Franciscus Linus, Frater Christopher Akunga, Charles van Leeuwen, Frater Rosario de Jesus Martins, Frater Wilfridus Bria Penerjemah: Frater Benyamin Tunggu Desain: Layout: Percetakan:
Heldergroen, The Netherlands DekoVerdivas, The Netherlands Candra Ide Cemerlang Printing, Pringwulung, Yogyakarta
Kontak Indonesia: Frater CMM, Jalan Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta 55281 E-mail: fratercmmprovindo@yahoo.co.id E-mail: magazine@cmmbrothers.nl website: www.cmmbrothers.org Foto sampul depan: Laboratorium IPA St. Justino Secondary School di Umoja-Nairobi (hal. 6-8). Foto sampul belakang: Jendela kaca patri Vinsensius de Paul dengan teknik Tiffany (jendela kaca patri dan foto: Nathalie Bastiaansen). Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
6
FRATER CMM PASCA MILENIUM
9
DARI STAF REDAKSI Kita berada pada puncak tahun yubileum, ketika majalah ini sampai melalui kotak surat Anda. Tanggal 25 Agustus 2019 Kongregasi CMM akan merayakan 175 tahun pendirian. Para pembaca setia barangkali sudah mengetahui bahwa dalam publikasi tahun yubileum ini kami memilih halaman belakang dengan potret Joannes Zwijsen, Maria, Vinsensius de Paul. Pada halaman 4 Frater Lawrence Obiko mengelaborasi pada moto tahun yubileum: “Mengabdi dan membawa terang, ucapkan kata menyelamatkan, ulurkan tangan menolong”. Kami juga menulis tentang keseluruhan proyek untuk tahun ini dengan topik ‘Perlindungan bagi para tunawisma’. Dari Namibia kami menerima sebuah laporan khusus ‘Berjalan Bersama Kristus’. Seri ‘Gambaran kegiatan kerasulan’ memperlihatkan foto-foto dari St. Justino, sebuah sekolah di daerah kumuh Umoja-Nairobi. Frater Frans Linus dari Indonesia menulis tentang tugas khusus frater-guru di era pasca milenium. Seri ‘Dalam sorotan’ memperlihatkan lukisan-lukisan Frater Christopher Akunga asal Kenya, yang dengan caranya sendiri menghidupi dan meneruskan sebagian warisan frater di Kenya. Di Brasil para frater dan Duta-duta Persaudaraan Seluas Dunia mengunjungi sesama sebagai sebuah perutusan. Mereka disambut orang awam yang memiliki iman yang kuat. “Saya belajar menemukan Kristus dalam diri orang lain”, kata Thais, salah satu duta persaudaraan yang ikut bersama dengan para frater. Pada bagian ‘Lihatlah sesamaku’, Frater Wilfridus Bria menulis tentang perutusannya di pulau Kei. Ia melihat bahwa belas kasih sering ditemukan dalam hal-hal kecil dan sederhana.
MELINDUNGI TUNAWISMA
TENTANG
10
JOANNES ZWIJSEN
14
BERITA SINGKAT
16
‘LIHATLAH SESAMAKU’
DALAM SOROTAN
KEKUATAN
12
IMAN UMAT
15
IN MEMORIAM
17
19 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Dalam wawancara kali ini, Frater Lawrence Obiko berbicara tentang misi kita dan tujuannya.
Sebagai frater kita diutus untuk melaksanakan apa yang telah dilakukan oleh Yesus yaitu: “mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan, mengulurkan tangan yang menolong” (Konst. I, 10). Teks ini dikutip dari Konstitusi kita yang dijadikan sebagai moto tahun yubileum. Teks ini diambil tentu dengan maksud khusus. Kita tak bisa menjawab panggilan ini demi diri kita sendiri, melainkan kita menjawabnya demi Kerajaan Allah. Konstitusi kita dengan jelas memberi arah atau tujuan. “Kongregasi kita berusaha memberi sumbangan, agar dunia ini menjadi lebih layak didiami dan masyarakat menjadi lebih berperikemanusiaan” (Konst. I, 188). Kongregasi kita tetap berupaya untuk melayani orang-orang yang membutuhkan selama 175 tahun. Akankah ini tetap diteruskan? Apakah kita masih dibutuhkan? Apakah kita sebagai Frater CMM, masih memiliki alasan untuk tetap hadir? Saya percaya kita bisa melakukannya! Saya juga berpendapat, baik kalau bersama-sama merefleksikan misi kita kini dan untuk masa yang akan datang. Bagaimana meneruskannya dengan penuh antusias dan inspirasi yang sama, melayani orang yang membutuhkan, orang yang tersingkir dan yang terlupakan? Pendekatan kita hendaknya seperti yang dilakukan oleh Yesus. Yesus tidak menolak orang dan tidak mengutuk mereka. Ia memberi harapan, melayani, membawa terang, Ia mengucapkan kata yang menyelamatkan dan mengulurkan tangan untuk menolong.
4
Dengan melakukan apa yang telah dilakukan oleh Yesus, orang lain dapat melihat betapa berharganya diri mereka. Kita dapat memberi mereka rasa damai. Ini adalah panggilan kita sehingga orang merasa diakui dan dihargai sebagaimana adanya. Hal ini bisa tercapai bila kita bertemu dengan mereka. Ini tidak hanya dengan kata-kata, melainkan mengulurkan tangan untuk menolong. “Lakukan apa yang telah dilakukan oleh Yesus.” Yesus adalah teladan kita. Bila kita melakukan apa yang Ia lakukan, kita dapat memancarkan semangat-Nya dalam hidup dan aktivitas kita setiap hari. St. Vinsensius sungguh memahami hal ini, dan dengan alasan yang sama pendiri kita Joannes Zwijsen menjadikan St. Vinsensius sebagai patron. Bagi kita Vinsensius adalah juga seorang teladan. Vinsensius menunjukkan apa yang dapat kita lakukan sebagaimana Yesus lakukan dalam realitas hidup kita, dalam zaman dan konteks kita, dalam aksi nyata. Ia bisa mengubah masyarakat dan menjadi lebih baik. Kita bersyukur bahwa pendiri kita memberi teladan yang sungguh praktis sehingga kita bisa mengidentifikasikannya. Sehubungan dengan itu, saya ingin mengajak Anda untuk merefleksikan pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana kita masing-masing tetap setia pada misi kita? Bagaimana kita masing-masing bertahan pada misi kita di masa yang akan datang? Frater Lawrence Obiko dalam wawancara dengan Nathalie Bastiaansen
NAMIBIA
Foto kolase ‘Berjalan Bersama Kristus’.
BERJALAN BERSAMA KRISTUS Setiap tahun para anggota Duta Persaudaraan Seluas Dunia di Namibia mengorganisir sebuah acara yang disebut ‘Berjalan bersama Kristus’, yaitu sebuah ziarah Prapaskah untuk seluruh paroki dengan berjalan dari Windhoek menuju ke Poor Clare Monastery di Brakwater. Tanggal 30 Maret 2019 merupakan kegiatan yang ke-11. Kegiatan ziarah ini merupakan gagasan dari Pater Edmund Michaels OMI dan para Duta Persaudaraan Seluas Dunia demi kebersamaan umat lewat doa-doa khas Katolik dan juga bersama umat Kristen lainnya di Windhoek. Kegiatan ziarah pertama ‘Berjalan bersama Kristus’ ke Poor Clare Monastery di Brakwater, sekitar 12 km di bagian utara Windhoek, berlangsung tanggal 14 Maret 2009, dengan tema: ‘Sebuah Perziarahan Panjang’. Kegiatan ini menghimpun lebih dari 750 peziarah, tua dan muda, religius dan awam: sungguh sebuah representasi dari Ziarah Gereja. Sejak saat itu kini menjadi sebuah ziarah tahunan.
Tema
untuk kegiatan ziarah ini. Berbagai komite dibentuk untuk menyukseskan acara ini, seperti komite finansial, administrasi, logistik, makanan, seragam T-shirt dan komite pengawasan. T-shirt dijual untuk membiayai kegiatan ini. Panitia merasa bersyukur atas semua sumbangan dan dukungan lain yang mereka terima. Ada beberapa tantangan berhubungan dengan sound system yang dipakai dalam perjalanan; pengeras suara tidak didengar oleh semua peserta ziarah. Akibatnya sebagian peserta ziarah tak bisa mendengar dan berpartisipasi dalam keseluruhan doa di jalan. Untuk tahun berikut panitia akan mengikuti saran-saran dan dukungan untuk menambah sound system.
Tema refleksi Jalan Salib tahun ini diambil dari bahan refleksi Hari Kaum Muda Sedunia di Panama, bulan Januari 2019. Tema utama Hari Kaum Muda Sedunia adalah: ‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu’ (Lukas 1: 38). Kutipan ini diadopsi untuk kegiatan Berjalan Bersama Kristus di Namibia. Sebagian besar doa dipersembahkan kepada Santa Perawan Maria, Bunda kita yang menjawab ‘YA’ atas panggilan menjadi tabernakel Yesus Kristus Tuhan dan Penyelamat kita serta mendampingi-Nya dalam perjalanan menuju puncak Kalvari, tempat Yesus disalibkan.
Refleksi
Dedikasi tim
Moringa Johanna Goagoses, Hortensia Uupindi, dan Maya Lisa Makgone (Duta WWB Namibia)
Setiap tahun para Duta Persaudaraan Seluas Dunia Namibia bekerja keras mempersiapkan segala sesuatu
Kegiatan Berjalan Bersama Kristus menawarkan kesempatan kepada umat Katolik dan umat Kristen lainnya untuk merefleksikan hidup mereka sebagai peziarah di dunia ini serta mendalami penghayatan mereka di masa Prapaskah. Para duta persaudaraan berharap untuk meneruskan tradisi Prapaskah ini dengan komitmen dan dukungan dari paroki-paroki, kongregasi, dan kelompok-kelompok kaum muda, keluarga dan pribadi untuk tetap menjadi saksi belas kasih, tidak hanya kepada umat Katolik tetapi untuk semua umat Allah.
5
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Pintu utama masuk sekolah.
ST. JUSTINO Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerjasama dengan pihak lain berusaha mengatasi situasi ini. Bagian kedua belas dari terbitan pada kolom ini menampilkan sebuah sekolah luar biasa: St. Justino Secondary School di Nairobi-Umoja, Kenya. Tahun 1999 Frater CMM membuka St. Justino Secondary school. Sekolah ini berada di tengah wilayah Soweto, yang merupakan salah satu daerah kumuh di Umoja-Nairobi. Inisiatif awal sekolah ini sebagai sebuah program pelatihan; sebuah sekolah menengah ‘informal’ untuk orang miskin. Program pelatihan ini sangat berhasil, dan kemudian berkembang menjadi sekolah resmi. Sementara itu, ada pendidikan gratis di Kenya untuk semua sekolah negri yang menyebabkan jumlah siswa St. Justino saat ini berkurang. Namun demikian banyak siswa telah kembali ke St. Justino, sebab para orangtua melihat bahwa pendidikan ‘gratis’ di sekolah-sekolah negri masih memerlukan banyak biaya tambahan. St. Justino kini oleh pemerintah terdaftar sebagai sekolah swasta, dan siswa membayar sejumlah uang sekolah, namun bagi mereka yang tidak mampu, masih memungkinkan untuk diatasi.
Bangunan sekolah dibangun menggunakan besi ulir, berkat bantuan dari St. Joris College di Eindhoven, Belanda dan kontribusi dari Dewan Pimpinan Umum Frater CMM, sehingga dapat dibangun dinding untuk semua kelas, perpustakaan dan aula. Bangunan baru didirikan tahun 2007. Saat ini sekolah mempunyai 156 siswa. Kebanyakan dari mereka tamat, dan melanjutkan studi ke universitas atau sekolah tinggi, bahkan sebagian telah selesai. Pendidikan yang baik mendorong mereka meninggalkan perkampungan kumuh yang ditempati. Lagi, para alumni tidak lupa akan almamater mereka: telah terbentuk persatuan alumni, dan lewat kerja karitatif mereka berusaha membantu orang-orang yang tinggal di perkampungan kumuh. Frater James Makovo CMM (Kenya)
6
Siswa/i St. Justino.
Siswa menari dengan Frater Andrea Sifuna CMM.
Frater James Makovo CMM mengajar geografi.
Perpustakaan.
Daerah sekitar ‘Soweto’ di Umoja-Nairobi.
Olahraga.
Kepala sekolah Frater James Makovo CMM di kantornya. 7
GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN
Pramuka di halaman sekolah.
Sebuah jalan di daerah kumuh Soweto, Umoja-Nairobi.
Skala model bangunan sekolah.
Praktek IPA.
Tim festival musik St. Justino tahun 2016.
8
INDONESIA
FRATER PASCA MILENIUM Apa yang penting bagi seorang frater-guru saat ini? Frater Frans Linus menulis sebuah refleksi tentang menjadi seorang guru di era milenial.
Sebagai guru kini kita berhadapan dengan anak-anak generasi Z, pasca generasi milenium. Mereka yang lahir antara tahun 1995 dan 2010, bisa dikatakan bahwa mereka hadir dalam dunia dengan tersedianya tablet dan smartphone. Sebagian dari mereka menghabiskan waktu kapan saja dan di mana saja di depan layar sentuh.
Pendidikan di era milenial Secara umum, generasi milenial pasca milenium hampir tak melihat aspek negatif dari pemakaian internet. Bukan karena mereka buta: mereka tak bisa membayangkan hidup tanpa ini. Ini hanya sebuah bagian dari hidup mereka seperti makan, tidur dan bernafas. Namun tidak berarti bahwa karena hal ini mereka tidak memerlukan pendampingan. Sebagai guru di era pasca milenium menyiratkan bahwa kita mempersiapkan anak-anak untuk sebuah dunia di mana hidup manusia dan teknologi digital saling tertaut. Anak muda tidak hanya belajar bagaimana membaca dan menulis, mengerjakan matematika, dan sedikit pengetahuan sejarah, geografi dan biologi. Mereka juga melek terhadap informasi dan teknologi. Apa peran kita dalam hal ini? Apa yang diharapkan dari para frater selaku pendidik di era pasca milenium ini?
Etika dalam media digital Pertama, kita harus mengakui bahwa internet adalah fakta yang kita terima; tidak mungkin melarang mereka untuk memakainya, atau hanya membatasi waktu penggunaan. Sebagai frater kita diharapkan untuk mengajarkan kepada mereka bagaimana menggunakannya secara tepat dan benar. Kita hendaknya mengilhami dan mendorong mereka guna
Ruang komputer, murid sekolah Frater Don Bosco Tarakan. mengembangkan potensi yang dimiliki dalam bidang teknologi informasi. Kita bisa mengajarkan standar dan nilai penggunaan media sosial kepada mereka. Sebenarnya tidak ada perbedaan dari apa yang telah diajarkan kepada mereka: “Perbuatlah kepada orang lain sebagaimana Anda menginginkannya, dan jangan memperlakukan orang lain dengan cara yang Anda sendiri tidak ingin diperlakukan.� Kita juga dapat menunjukkan kepada mereka bahwa tidak semua yang mereka baca lewat internet adalah benar; kita juga dapat mengajarkan bagaimana membedakan antara berita bohong dan berita sesungguhnya. Kita mendorong mereka supaya berpikir kritis dan kreatif serta memiliki daya cipta dalam bidang teknologi informasi, namun juga bekerja dengan integritas dan niat baik. Generasi pasca milenium adalah yang menentukan masa depan. Keunikan sikap mereka dapat merubah pandangan masa depan. Frater Franciscus Linus CMM (Indonesia)
9
INTERNASIONAL
MELINDUNGI TUNAWISMA Tahun 2019 Frater CMM merayakan pendirian Kongregasi ke-175 dengan berbagai kegiatan. Moto tahun yubileum dikutip dari Konstitusi frater bagian pedoman hidup: “Mengabdi dan membawa terang, mengucapkan kata yang menyelamatkan, mengulurkan tangan yang menolong” (Kost. I, 10). Para frater secara serius menempatkan moto ini, sehingga dengan demikian dapat membagi sukacita dengan orang lain, terutama dengan orang miskin. Salah satu kegiatan dalam tahun yubileum adalah proyek ‘Melindungi tunawisma’.
Proyek ini sejalan dengan Famvin Homeless Alliance yang dimulai tahun 2017, ketika merayakan 400 tahun Karisma Vinsensian. Tujuan dari Famvin Homeless Alliance adalah untuk penanggulangan tunawisma. Para frater memakai defenisi umum tentang tunawisma: orang yang tinggal di jalanan, pengungsi dan terlantar, orang di daerah kumuh dengan rumah yang tidak layak dan orang yang tidak mempunyai ‘rumah’ dalam arti sebuah hubungan sosial yang dapat mereka andalkan bila diperlukan.
frater bersama anggota SSVP (São Vicente de Paulo Society; Serikat Santo Vinsensius de Paul), mereka mengunjungi beberapa keluarga untuk melihat situasi: kesulitan, masalah finansial dan tantangan yang mereka hadapi setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian ini, para frater akan malakukan yang terbaik untuk membantu mereka, terutama daerah yang paling menyedihkan.
Provinsi dan regio CMM diminta untuk menginventarisir kebutuhan untuk orang miskin dan tunawisma di tempatnya masing-masing dan membuat rencana konkrit serta mengimplementasikannya sesuai kebutuhan. Dewan Pimpinan Umum menyediakan anggaran khusus untuk masing-masing provinsi/regio yang dapat dipakai untuk kegiatan ini.
Daerah kumuh di Brasil Daerah kumuh di kota-kota besar Brasil disebut favelas. Rumah-rumah dengan kualitas sangat sederhana dan fasilitas sanitasi yang begitu buruk. Listrik sering disadap secara ilegal yang mengakibatkan situasi dalam bahaya. Ada banyak kejahatan. Walaupun demikian kondisi hidup orang miskin dengan segala kekerasannya, mereka memandangnya sebagai lingkungan yang aman dan sudah terbiasa. Daerah kumuh adalah dunia mereka, di mana ada tatanan sosial dan hirarki yang jelas bagi para penduduk. Dapur kecil di sebuah favela, Brasil. Frater Damasus Dobat menyampaikan bahwa para frater di Brasil akan membantu beberapa keluarga di favelas, Belo Horizonte dan Coronel Fabriciano. Para 10
Puing-puing sebuah ‘rumah’ yang terbakar di daerah kumuh Huruma, Kenya.
Kemiskinan di Belanda Para frater di Belanda akan bekerja sama dengan Quiet Community Tilburg. Sebuah yayasan yang bergerak di tingkat lokal untuk orang-orang karena situasi kemiskinan di Belanda. Para frater berusaha meminta bantuan sponsor untuk sebuah usaha kecil, dengan mengirim gambaran situasi kemiskinan hidup yang mereka lihat sehingga ada pemahaman akan masalah yang dihadapi. Misalnya ada ‘proyek tempat tidur’ untuk anak-anak di Tilburg yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak memiliki tempat tidur.
Bencana alam di Indonesia Pada bulan September 2018, kota Palu (Sulawesi, Indonesia) diguncang gempa dan tsunami. Sebagian wilayah tersapu bersih dan banyak orang meninggal. Bantuan pertama yang muncul antara lain dari para frater komunitas Palu, yang selamat dari bencana ini. Sementara itu orang-orang yang tinggal di zona tertekan harus bekerja keras untuk memulihkan kehidupan normal. Puing-puing dibersihkan dan rumah-rumah serta infrastruktur direstorasi. Dalam bingkai kegiatan yubileum Melindungi tunawisma para frater di Indonesia akan memberi kontribusi untuk rekonstruksi rumah yang terkena dampak di wilayah ini. Selain membantu Palu, juga dari Indonesia telah mengusulkan untuk merenovasi dua rumah keluarga yang rusak di Tomohon.
Wanita berani di Kenya Di Kenya, frater-frater juga telah berusaha untuk mengimplementasikan secara baik proyek tahun yubileum. Terdapat proposal pembangunan sebuah rumah di Oyugis untuk seorang ibu janda dengan
tiga anak, dan renovasi sebuah rumah yang atapnya bocor di Mosocho. Dua proposal lainnya masuk dari frater-frater di Nairobi. Frater Michael Mbongo menceritakan tentang seorang ibu berumur 54 tahun dengan 10 anak di daerah kumuh Huruma (Nairobi, Kenya). Selain mengurus anak-anaknya, ia sering memperhatikan empat anak dari saudarinya dan enam anak dari saudaranya yang keduanya telah meninggal. Empat tahun lalu rumahnya terbakar dan sejak itu ia mengalami putus asa. Tidak ada atap lagi, bila musim hujan lebat, semua selimut basah. Anak-anak rentan terhadap penyakit. Walau ini merupakan tempat satusatunya yang disebut ‘rumah’, ibu ini tak merasa aman. Keluarga ini membutuhkan rumah yang lebih baik dan para frater mau membantu. Frater Michael juga menyebutkan tentang seorang ibu yang tinggal di daerah kumuh Kiambiu (Nairobi), dengan tiga anak. Ibu ini cacat, sehingga peluang untuk mendapatkan pemasukan sangat terbatas. Ia seorang wanita pekerja keras. Ia mencuci piring untuk tetangga di sekitarnya dan menyewa sebuah mesin jahit untuk reparasi pakaian. Dengan ini ia mendapat sedikit pemasukan kira-kira dua atau tiga dollar perhari. Ia menyewa sebuah rumah dari kayu dan besi bekas. Tidak ada aliran air dan toilet. Atap rumah banyak yang bocor ketika hujan. Disayangkan bahwa pemilik rumah juga bukan orang kaya sehingga sulit untuk melakukan perbaikan. Keluarga ini membutuhkan rumah yang lebih layak, dan mereka juga akan mendapatkannya. Nathalie Bastiaansen
11
DALAM SOROTAN
LUKISAN FRATER CHRISTOPHER AKUNGA Di masa lalu dan kini terdapat sejumlah frater yang memiliki kreativitas ketrampilan. Mereka membuat lukisan, gambar, patung atau kerajinan tangan yang indah. Terdapat begitu banyak dan sering kali tidak tahu siapa pembuatnya. Hasil kreativitas ini diseleksi lewat dalam sorotan. Bagian ke-5 dari rubrik ini memperlihatkan lukisan dari Frater Christopher Akunga asal Kenya. Dalam artikel ini ia juga menjelaskan apa yang menginspirasinya untuk mulai melukis.
Sebelum bergabung dengan Kongegasi Frater CMM - saat itu saya masih pelajar - beberapa kali saya mengunjungi komunitas frater di Mosocho. Saya selalu terpesona dengan dekorasi di dinding kamar makan. Saya masuk frater tahun 2009 dan melihat bahwa di komunitas Nakuru juga mempunyai lukisan dinding yang bagus, terinspirasi dari kutipan injil, terutama di kapel. Ketika saya mengunjungi komunitas lain di Kenya, saya menemukan hal yang sama. Dari semua itu komunitas Umoja yang sungguh menginspirasi saya. Saya mulai melukis dengan gaya yang sama dan mengirimnya ke keluarga dan teman. Lewat reaksireaksi yang muncul saya baru menyadari bahwa mereka juga terinspirasi.
khususnya melihat hasil karya yang dibuat oleh Frater Patrick Kapteijns († 2010) salah seorang rekan frater. Disesalkan bahwa sebagian dari hasil karya mereka telah dipindahkan dan tidak dikembalikan. Saya rasa kita harus lakukan sesuatu untuk mengembalikan keindahan itu. Gambar-gambar dan kutipan-kutipan yang ada di sekitar kita selalu memberi sesuatu untuk kita refleksikan. Dengan ini membuat saya berpikir: “Jika frater lain telah melakukannya, mengapa saya tidak? ” Jadi, di mana saja saya melihat gambar menarik, saya memotretnya dan mencoba melukis dengan cara saya sendiri. Frater Christopher Akunga CMM (Kenya)
Lukisan di dinding komunitas-komunitas CMM dibuat sendiri oleh para frater. Sebagian dari mereka kini tidak bersama kita lagi. Semoga jiwa mereka beristirahat dalam damai abadi. Bila kita membaca riwayat hidup frater-frater yang meninggal, saya selalu tertarik dengan apa yang mereka lakukan di luar tugas kerasulan. Ada yang mahir dalam memimpin paduan suara, sebagai petani/peternak yang baik atau trampil dalam bidang pertukangan, sebagai kreatif seni, sementara sebagian kecil lain mahir di bidang olahraga. Mereka mengembangkan talenta yang dimiliki secara positif. Saya yakin setiap orang memiliki talenta yang bermanfaat bagi orang lain. Ada yang sudah mengetahui talentanya, ada juga yang belum. Marilah kita mencari Allah yang tersembunyi dalam kita, marilah kita mencari dan menemukan apa yang Allah kehendaki demi kemuliaan nama-Nya. Saya selalu tertarik dengan lukisan dan gambar, 12
“Damai”.
David dan Goliath (1 Samuel 17).
“Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Markus 1:17; Matius 4:19).
Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:3-5).
“Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku” (Lukas 18:16; Markus 10:14; Matius 19:14).
Bunga.
“Siapa memelihara mulutnya…” (Amsal 21:23).
Frater Christopher Akunga CMM. 13
TENTANG JOANNES ZWIJSEN
DUA BELAS PATUNG SANTO VINSENSIUS Tahun 1848 Uskup Zwijsen memesan 12 patung St. Vinsensius dari studio seni gerejawi di Lille, Perancis. Zwijsen segera mengambilnya karena harganya juga tidak mahal. Bukan hanya patung-patung Vinsensius yang dibeli untuk kongregasinya pada tahun-tahun itu. Tahun 1850 ia membeli dua patung besar di Amsterdam dan tahun 1860 ia membeli patung seukuran badan Vinsensius dari Mayer di Munich (patung ini sekarang berada di museum frater di Tilburg). Tahun 1851 di kapel baru di mana rumah induk Frater CMM berdiri disiapkan sejumlah patung bertepatan dengan pesta St. Vinsensius yang pemahatnya berasal dari Utrecht dan fotografer Edouard Georges, seorang seniman Katolik terkemuka yang juga sebagai pendiri Serikat Vinsensius de Paul Utrecht. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana bentuk patung itu, sebab patungnya tidak kelihatan setelah adanya renovasi-renovasi lanjutan. Namun barangkali juga patung Vinsensius yang sedang menggendong anak kecil dan memandangnya dengan penuh kasih. Vinsensius de Paul seorang santo yang populer di Eropa pada pertengahan abad ke sembilan belas. Banyak orang Katolik – dan Protestan - mengagumi karyanya untuk orang miskin. Mereka mengakui cita-cita gereja yang tampil dan membela orang kecil dalam masyarakat. Para seniman pada waktu itu tidak lagi menampilkan potret Vinsensius sebagai seorang pewarta Injil, sebagaimana pada abad sebelumnya, namun potret seorang yang melayani anak-anak dalam gendongannya. Suatu kenyataan bahwa Vinsensius sendiri mengumpulkan anak-anak di jalan dan memberi mereka hidup baru yang menarik banyak orang. Kekaguman Zwijsen pada Vinsensius menyemangatinya pada masa itu. Vinsensius memang melangkah lebih jauh dibandingkan dengan lainnya dalam mengikuti jejak santo-santa Perancis. Suatu yang menonjol bahwa di tahun 1842, bertepatan dengan masa pengabdiannya sebagai uskup, beberapa teman baiknya asal Tilburg menyebut Zwijsen dengan kekaguman dan sindiran sebagai ‘Vinsensius dari Tilburg’. Namun 14
Patung St. Vinsensius de Paul di Generalat Frater CMM. demikian perhatiannya pada St. Vinsensius tidak hanya terbatas pada devosi. Ia mau mempraktekkan cara kerja Vinsensius. Ini berarti bahwa kongregasikongregasinya harus terlibat secara sosial dan aktif, fokus dalam menjalankan karya karitatif seturut semangat kesederhanaan dan radikalitas, belas kasih dan persaudaraan. Patung St. Vinsensius yang ada di komunitas-komunitas frater dan suster hendaknya mengingatkan dan mendorong kita dalam aktivitas setiap hari. Sumber berasal dari penulisan sejarah Frater CMM, oleh Charles van Leeuwen (Valkhof Pers, rencana akan dipublikasikan: Desember 2019).
BRASIL
KEKUATAN IMAN UMAT Pada Pekan Suci April 2019, Frater Lukas Betekeneng dan Frater Rosario de Jesus Martins, bersama dengan orang muda dari Duta-duta Persaudaraan Seluas Dunia mengadakan perjalanan ke Espinosa di bagian utara Minas Gerais. Mereka memasuki wilayah ini dan tinggal selama seminggu dengan orang-orang setempat. Kegiatan ini diorganisir oleh CRB (Religius Konferensi Brasil) wilayah bagian Minas Gerais.
Seorang anggota duta, Viktor Francisco Lara Santos mengunjungi Pernambuco. Ia menceritakan pengalamannya sebagai sebuah sharing khusus akan sabda Allah dan dalam suasana kebersamaan yang hidup. “Saya belajar banyak melalui orang-orang lokal dan menikmati kekayaan budaya mereka. Sesuatu yang luar biasa karena saya bisa menyampaikan seruan Paus Fransiskus di Panama (saat mengikuti Hari Kaum Muda Sedunia bulan Januari 2019) kepada mereka di wilayah ini.” Paus Fransiskus mengatakan: “Sadarilah bahwa Anda mempunyai misi dan cinta; yang akan menentunkan segalanya.” Anggota duta yang lain, Thais Vitória Gonçalves Silva dan Josiany Thamara Alves Souza mereka mengunjungi Mingu. Thais menemukan Kristus dalam diri sesama. “Saya mendengankan riwayat mereka, mengalami budaya baru dan mengenal mereka sebagai pribadi yang sungguh kuat dan teguh dalam iman. Saya menerima banyak dari apa yang bisa saya berikan!” Demikian juga Josiany, ia juga menemukan pengalaman yang memperkaya ketika memasuki wilayah sebagai seorang utusan. “Komunitas yang sederhana, namun orang-orangnya sungguh baik. Kami mendengarkan dan berbicara tentang Allah. Allah tidak perlu memilih orang-orang yang sudah mampu, tetapi Dia memilih yang tak mampu untuk menyampaikan pesan-Nya kepada yang lain. Jadi, walaupun saya seorang awam, saya tahu apa yang bisa dilakukan dan membagi pesan Kristus kepada sesama.” Frater Rosario de Jesus Martins tinggal di Santada. “Ia mengatakan, saya telah belajar bahwa kita harus selalu bangga atas apa yang kita miliki”. “Saya menjumpai orang-orang sederhana yang hidup dalam situasi sulit,
Anggota duta Josiany dan Thais dengan sekelompok anak-anak di Mingu, Brasil.
seperti kekeringan, panas dan ketidakadilan politik, namun mereka begitu bahagia.” Dalam wawancara dengan seorang bapak tua yang berusia 82 tahun, ia mengatakan bahwa dunia telah banyak berubah. Menurut pandangannya tidak ada hal yang bisa diperoleh dengan mudah, namun orang tidak boleh menyerah atau kehilangan harapan untuk memperoleh kesempatan yang lebih baik, sebab: “Allah adalah baik dan tidak akan membiarkan kita jatuh. Marilah berbuat seturut daya kekuatan kita, dan selebihnya Dia akan menyelesaikan.” Inilah salah satu pelajaran paling berharga yang saya pelajari dalam hidup. Ia memperlihatkan kebenaran iman dan saya pikir ini seperti sebuah iman memiliki kekuatan untuk memindahkan gunung. Frater Rosario de Jesus Martins CMM (Brasil) 15
BERITA SINGKAT
KAPITEL UMUM 2020 Kapitel Umum akan berlangsung di Generalat Frater CMM, Tilburg dari tanggal 18 Mei sampai 5 Juni 2020. Kapitel Umum adalah sidang para wakil yang sah dari Kongregasi seluruhnya. Tugas Kapitel Umum ialah melindungi warisan Kongregasi, memupuk pembaharuan yang layak, menangani hal-hal yang amat penting untuk Kongregasi dan menegaskan peraturan-peraturan yang mengikat Kongregasi seluruhnya. Dewan pimpinan umum baru juga dipilih saat berlangsung Kapitel Umum. Masa bakti dewam pimpinan umum saat ini akan berakhir pada bulan Juni 2020.
Ruang Kapitel di Generalat Frater CMM, Tilburg.
Moto Kapitel Umum 2020 adalah: “Dipanggil menjadi frater berbelas kasih, penuh sukacita dan kehendak dalam dunia dewasa ini.”
FRATER CMM DALAM MAJALAH TILBURG Awal tahun ini sebuah edisi majalah dipublikasikan dengan nama Tilburg, Tijdschrift voor geschiedenis, monumenten en cultuur (Tilburg. Majalah Sejarah, Monumen dan Budaya). Ini adalah sebuah majalah Belanda yang memuat sejarah, monumen-monumen dan budaya di Tilburg. Edisi April 2019 seluruhnya dikhususkan untuk sejarah Frater CMM, yang memuat kontribusi dari beberapa penulis. Sekretaris studi Charles van Leeuwen menceritakan sejarah frater dengan menyoroti beberapa peristiwa penting dalam tulisan mereka. Arsiparis Rien Vissers secara khusus menulis tentang arsip kongregasi. Joost van Hest, spesialis warisan budaya dari Catharijneconvent Utrecht, menulis tentang inventaris warisan budaya frater. Dari Ton de Jong dan Jeroen Ketelaars terdapat artikel tentang keunikan Karibia dari koleksi foto para frater. Sjak Rutten, memperoleh gelar PhD bersumber pada biografi tentang Frater Caesarius Mommers, menjelaskan apa itu - dan - begitu istimewa tentang metode membaca dari Mommers. Terakhir, Ronald Peeters memperlihatkan tempat-tempat di Tilburg di mana sejarah frater masih dapat ‘dibaca’ di sudutsudut jalan. Tilburg. Tijdschrift voor geschiedenis, monumenten en cultuur hanya tersedia di toko buku lokal di Tilburg (harga €5.50). 16
Tilburg. Majalah Sejarah, Monumen dan Budaya (volume 37, April 2019, nr. 1).
IN MEMORIAM
Frater
Eugenius (P.J.) van Dongen Frater Eugenius lahir di Gilze-Rijen, Belanda, tanggal 29 November 1923. Ia masuk Kongregasi Frater CMM di Tilburg tanggal 29 Agustus 1945, dan mengikrarkan profesi seumur hidup tanggal 15 Agustus 1950. Frater Eugenius meninggal di rumah sakit Virgo Jesse di Hasselt, Belgia, tanggal 18 Maret 2019 dan dimakamkan di antara rekan-rekan frater yang telah mendahuluinya.
QUESIONER UNTUK PEMBACA Dalam edisi majalah Frater CMM sebelumnya dilampirkan sebuah quesioner. Kami telah menerima banyak tanggapan, untuk itu disampaikan terima kasih. Berhubung edisi majalah Frater CMM dalam bahasa Inggris dan Indonesia dipublikasikan kemudian sehingga tanggapannya belum semua diteruskan. Melalui edisi no.19/3 kami berharap Anda akan mendapat informasi lebih lanjut. Pemenang buku Loving Mercy dari Frater Wim Verschuren juga akan dipublikan pada saatnya nanti.
Frater Eugenius belajar di Business College St. Denis, Tilburg dan bekerja di dewan adminitrasi kota selama beberapa tahun. Setelah Perang Dunia II, Frater Eugenius persembahkan dirinya melalui Frater CMM ketika memulai masa pembinaan. Tahun1948 ia memperoleh ijazah guru dan mengajar di SD Tilburg dan Goirle. Beberapa tahun kemudian ia mendapat kualifikasi sebagai kepada sekolah dan menjadi kepala sekolah SD St. Thomas di Goirle. Kongregasi memintanya untuk menjadi pemimpin komunitas di Goirle untuk memperhatikan kehidupan para frater. Ketika komunitas ditutup pada tahun 1995, Frater Eugenius dipindahkan ke Tilburg dan menjadi pemimpin komunitas sementara di Kruisvaaardersstraat. Pada saat itu ia juga sebagai anggota dewan pimpinan provinsi Belanda. Perubahan situasi menghendakinya untuk pindah ke komunitas frater di Zonhoven, Belgia pada tahun 2012 dan ia disambut penuh kasih persaudaraan. Bersama rekan frater lainnya mereka mendapat akomodasi residensial fasilitas perawatan ‘Het Dorpvelt’ tahun 2013 yang berada di tanah bekas rumah frater Kleine Hemmenweg. Frater Eugenius menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah yang berbelas kasih di usia 95 tahun.
17
IN MEMORIAM
Frater
Frater
Fransiskus Uweubun
Mart (J.M.) Kroezen
Fransiskus lahir di Ohoiwang, Kei Besar (Maluku) 27 Maret 1964. Tanggal 1 Juni 1986 ia masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih di Tomohon (Indonesia). Fransiskus mengikrarkan profesi seumur hidup di Medan tanggal 24 April 1994. Ia meninggal dini hari di RS Gunung Maria, Tomohon tanggal 10 Mei 2019 dan tanggal 11 Mei setelah perayaan liturgi, ia di bawa ke tempat peristirahatan terakhir di antara rekan-rekan frater yang telah mendahuluinya di pekuburan frater Tomohon.
Mart lahir tanggal 4 Pebruari 1936 di kota Deurne, Belanda. Ia masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih tanggal 29 Agustus 1955 di Tilburg dan mengikrarkan profesi seumur hidup tanggal 15 Agustus 1961. Ia meninggal di komunitas Joannes Zwijsen, Tilburg tanggal 13 Pebruari 2019. Setelah upacara liturgi, ia dikebumikan di pemakaman frater Steenwijk Estate Vught, Belanda pada tanggal 18 Pebruari 2019.
Setelah mengikrarkan profesi pertama tahun 1988, Frater Frans diminta untuk mengikuti Pendidikan Keperawatan. Setelah lulus ia bekerja sebagai perawat di Pematang Siantar, Ambon, Makale dan Ge’tengan. Ia mendapat spesialisasi di Medan dan Makassar oleh karena itu ia sebagai seorang guru yang memenuhi syarat, ia dapat mengajar orang lain untuk menolong sesama yang sakit. Tahun 2017 ia harus berhenti dari semua pekerjaan karena masalah kesehatan yang dialaminya. Frater Frans dikenal dalam Kongregasi sebagai pribadi yang memiliki rasa humor. Ia juga begitu kritikal terhadap yang lain. Beberapa kali ia diminta sebagai pemimpin dan wakil pemimpin komunitas. Dengan talenta yang dimiliki, ia berusaha untuk menanamkan hakekat dan bentuk dari tugas yang dipercayakan kepadanya. Secara manusiawi, Frater Frans meninggalkan kita begitu cepat. Dua tahun terakhir hidupnya ia mendapat perhatian penuh persaudaraan dari komunitas novisiat, Tomohon. Dalam misteri Paskah Yesus menunjukkan kepada kita bahwa kematian bukanlah akhir dari hidup. Semoga Frater Frans mengalami kasih Allah dalam kepenuhan.
18
Awalnya Frater Mart bekerja pada ‘Uitgeverij Zwijsen’ (Penerbitan Zwijsen) di Tilburg. Ia memegang tugas penting sebagai korektor juga pada bagian cetak offset. Ia bekerja dengan teliti dan sesudah itu diminta untuk pekerjaan lain dalam Kongregasi; penerbitan diteruskan dan ia tetap diminta untuk mengoreksi bahan-bahan untuk publikasi. Sebagian kita mengenal Frater Mart sebagai pencinta jalan sehat. Ia berjalan tujuh kali pada Pawai Empat Hari Nijmegen Internasional dan juga ikut dalam berbagai Pawai Kennedy. Melalui kegiatan ini ia bisa menikmati alam, dan tidak hanya melewatinya. Ia begitu antusias menceritakan tentang matahari terbit, burung-burung yang bernyanyi di pagi hari dan keindahan ‘Mergelland Route’ di Limburg. Apakah Frater Mart merasa dekat dengan Sang Pencipta selama menikmati perjalanan? Kondisi kesehatan fisiknya memburuk beberapa tahun terakhir dan ia secara terbuka menyampaikan situasinya. Ia menegaskan bahwa alam harus tetap dipertahankan. Bila kita merefleksikan kehidupan Frater Mart, kita menyadari bahwa ia mengajak kita untuk berpikir tentang kehidupan dan kematian, tentang meneruskan perjalanan meskipun ada hambatan, Frater Mart telah mencapai akhir setelah menjalani perziarahan hidupnya selama 83 tahun. Kita percaya bahwa Allah sedang menantinya ketika hidupnya berakhir. Frater Mart kini berbahagia dalam Kasih abadi.
‘LIHATLAH SESAMAKU’
Frater Wilfridus Bria di pulau Kei Kecil.
LAKUKAN HAL KECIL DENGAN SEPENUH HATI Belas kasih dan persaudaraan adalah dua konsep kunci karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam hidup sehari-hari para frater. Bagian ini menjadi fokus dengan topik ‘Lihatlah sesamaku’. Frater Wilfridus Bria menceritakan tugas perutusannya di kepulauan Kei. Kepulauan Kei barangkali tidak tampak pada peta dunia, hanya sebuah titik kecil yang ada pada peta Indonesia. Pulau ini terletak di bagian timur yang adalah bagian dari gugusan kepulauan Maluku, Melanesia. Pulau yang lebih dikenal adalah Kei besar dan Kei Kecil. Setelah menyesaikan kuliah di universitas tahun 2016, saya dipindahkan ke komunitas Ohoijang, Kei Kecil. Saya melanjutkan tugas kerasulan dari almarhum Frater Placidus Siagian, yang meninggal empat puluh hari sebelum saya tiba. Frater Placidus adalah seorang pribadi yang siap sedia untuk sesama. Banyak orang memberi kesaksian tentang dia dan mereka sungguh mencintainya. Hal ini terlihat saat menghadiri pemakamannya. Ribuan orang turut dalam prosesi terakhir dari komunitas menuju tempat pemakaman. Satu minggu setelah tiba, saya mulai mengajar di SMP, sekolah di mana Frater Placidus mengajar selama hampir sepuluh tahun. Mengajar telah menjadi semangat atau cita-cita saya sejak profesi pertama sebagai Frater CMM. Selesai di sekolah saya memberi pelajaran tambahan bahasa Inggris untuk anakanak SD. Banyak anak datang ke rumah frater untuk menerima pelajaran bahasa Inggris. Selain itu ada juga yang datang untuk membaca, karena komunitas menyiapkan sebuah perpustakaan kecil berisikan
buku untuk anak-anak. Komunitas yang hanya terdiri dari dua orang, agak sulit untuk melakukan hal yang lebih besar, namun kami berbuat sesuai kemampuan yang ada. Sejak pagi sampai sore, kami bekerja di sekolah. Kami juga aktif membantu pastor paroki dalam pelayanan lingkungan, membuat ibadat dan terlibat aktif dalam berbagai pelayanan gereja, seperti mendampingi orang muda, memberi pelajaran musik organ dan terlibat dalam koor paroki. Setiap hari Minggu saya mengunjungi tiga stasi di desa berbeda. Kadang saya merasa lelah, namun saya sungguh senang menjalankan kerasulan ini. Hadir untuk sesama tidak berarti bahwa Anda harus melakukan hal-hal yang besar. Lakukan hal-hal kecil dengan sepenuh hati akan membawa kebahagian bagi orang lain. Apa yang kami lakukan hanyalah halhal kecil, namun orang merasa didukung. Kehadiran kita di tengah-tengah mereka memberi peneguhan akan keyakinan bahwa bersama orang lain kita boleh mewujudkan kerajaan Allah di dunia ini. Frater Wilfridus Bria CMM (Indonesia)
19
JOANNES ZWIJSEN MENGHENDAKI AGAR PARA PENGIKUTNYA MENELADANI VINSENSIUS A PAULO MENGABDI ALLAH DAN SESAMA MANUSIA. (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih