Frater CMM 2021/1

Page 1

1/21

m a jal ah

Frater CMM | MENJADI FRATER ADALAH SEBUAH PANGGILAN | SEJARAH MASA LAMPAU: MALAIKAT PENJAGA | DALAM SOROTAN: MURAL DARI FRATER MARCUS HUAR NONING | PERUBAHAN BESAR DI COLÉGIO PADRE EUSTÁQUIO | GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN: PERSAUDARAAN | TANAH PERJANJIAN MEREKA BERAKHIR | LIHATLAH SESAMAKU: BERBELAS KASIH DARI FRATER WIM VERSCHUREN |


Lihat situs website www.cmmbrothers.org

DAFTAR ISI

KOLOM PEMIMPIN UMUM

4

MENJADI FRATER ADALAH SEBUAH PANGGILAN

5

RUMUSAN MISI

TERBITAN

Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat.

Frater CMM adalah majalah kuartal Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Langganan gratis. Kontribusi sukarela sangat dihargai, dapat ditransfer melalui: BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo. ISSN 1877-9719

Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.

Staf redaksi: Nathalie Bastiaansen (pemimpin dan editor pelaksana), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Benyamin T. Robiwala Kontributor: Frater Lawrence Obiko, Nathalie Bastiaansen, Frater Kevin Mairura, Harry Koopman, Frater Henrique Matos, Nelleke Verstijnen, Frater Ad de Kok, Frater Wim Verschuren (alm.). Penerjemah: Frater Benyamin T. Robiwala Desain: Heldergroen, Belanda Layout: DekoVerdivas, Belanda Percetakan: PT Kanisius Yogyakarta, Indonesia Kontak Indonesia: Frater CMM, Jalan Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta 55281. E-mail: fratercmmprovindo@yahoo.co.id E-mail: magazine@cmmbrothers.nl website: www.cmmbrothers.org Foto sampul depan: Frater Marcus Huar Noning, Indonesia. Foto sampul belakang: ‘Sukacita atas hidup baru’. Foto: Frater Ad de Kok.

Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2


SEJARAH MASA LAMPAU: MALAIKAT PENJAGA

6

DALAM SOROTAN:

8

MARCUS HUAR NONING

DARI STAF REDAKSI Tahun 2021 sekarang. Menyedihkan bahwa virus corona masih ada, dan lagi kita kehilangan besar. Frater Wim Verschuren meninggal di Masa Pergulatan. Halaman 18 dan 19 khusus tentang dia. Dengan adanya vaksin membawa secerca harapan di dalam kewaspadaan. Masih bertahan! Dalam wawancara dengan Pemimpin Umum, Frater Lawrence Obiko berbicara tentang bagaimana ia menemukan kedamaian dalam situasi yang sulit dan tak menentu ini. Juga penuh harapan: dalam ‘Berita Singkat’ halaman 16 Anda bisa membaca tentang pengikraran kaul kekal untuk frater muda di Timor Leste. Pada peristiwa ini, Uskup Agung Dili mengekspresikan rasa syukurnya atas panggilan khusus sebagai frater. Pada halaman 5 Anda akan membaca refleksi dari Frater Kevin Mairura, Kenya yaitu tentang panggilan khusus. Dalam ‘Sejarah masa lampau’ Harry Koopman menulis tentang ‘Malaikat Penjaga’, majalah remaja Frater CMM. ‘Dalam sorotan’ kita melihat keindahan mural karya frater muda asal Indonesia, Frater Marcus Huar Noning. Demikian juga berita dari Brazil tentang perubahan besar untuk Colégio Padre Eustáquio. Frater Henrique Matos mengenang masa-masa awal sekolah ini. Dalam ‘Gambaran karya kerasulan’ kita melihat bahwa para frater tidak hanya prihatin terhadap orangorang di luar Kongregasi, melainkan mereka juga saling memperhatikan. Dalam majalah Frater CMM 3/20 Anda membaca tentang penutupan komunitas ‘De Vuurhaard’ dan berakhirnya penerimaan para pengungsi. Cerita pengakhiran yang mengejutkan, Anda bisa membacanya pada halaman 15.

PERUBAHAN DI COLÉGIO PADRE EUSTÁQUIO

GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN: PERSAUDARAAN

TANAH PERJANJIAN MEREKA BERAKHIR

15

IN MEMORIAM

17

BERITA SINGKAT

LIHATLAH SESAMAKU

10

12

16

19 3


KOLOM PEMIMPIN UMUM

Anda melukis pada waktu luang dan hasilnya indah. Apa lagi yang Anda lakukan?

Melukis membantu saya menemukan keseimbangan. Hidup ini bagaikan laut, terkadang airnya tenang dan damai, terkadang gelombangnya keras, terkadang arusnya berbahaya di bawah permukaan air, dan terkadang sangat menyenangkan dengan mengapung di atas ombak. Saat teduh adalah baik, namun apa yang bisa membantu kita untuk menghadapi saat-saat yang bergelora ini? Penting sekali bahwa kita menemukan sesuatu yang menyegarkan dan memulihkan tenaga kita. Tidak hanya dalam menghadapi pergolakan, namun juga sekedar istirahat dari waktu ke waktu untuk menarik diri dari kegiatan rutin. Konstitusi kita memberi petunjuk yang sangat khusus tentang ini. “Di samping kesibukan tugas harian, kita tidak lupa untuk secara teratur melepaskan lelah. Kita membutuhkan saatsaat istirahat, rekreasi dan saat melepaskan lelah, agar memulihkan tenaga dan mengambil jarak dari pekerjaan. Hal itu berguna, baik untuk diri kita sendiri, maupun untuk komunitas kita. (Konst. I, 242-244). Harus terdapat “ruang gerak untuk inisiatif dan kreativitas” (I, 90). Barangkali ada yang melakukannya dengan olahraga, yang lain membaca buku atau bermusik. Saya sendiri menemukan ketenangan dengan melukis.

4

Lukisan saya umumnya termotivasi dari Kitab Suci, khususnya cerita Kitab Suci tentang harapan atau terinspirasi tentang alam. Mengapa alam? Melalui alam, saya menemukan kesempurnaan. Alam tidaklah sulit, alam itu apa adanya. Bunga tidak berusaha menjadi seekor burung. Pemandangan juga demikian, bahkan barangkali berubah secara perlahan dari waktu ke waktu, tak masalah dengan itu, melainkan demikian adanya. Melukis alam membantu saya untuk bertumbuh dalam kemurnian dan ketenangan. Berhadapan dengan situasi sulit, saya dapat (saya harus) mengusahakan yang terbaik untuk meningkatkannya, namun ada benarnya di mana tanggung jawab ini berhenti: di mana sebuah situasi tetap sebagaimana adanya, dan saya harus menerima bahwa saya bukan satu-satunya yang mengubahnya. Seperti penciptaan, saya serahkan ini kepada Allah. Frater Lawrence Obiko dalam wawancara dengan Nathalie Bastiaansen


REFLEKSI

MENJADI FRATER ADALAH SEBUAH PANGGILAN, BUKAN KARIER Panggilan Allah tertuju kepada pribadi orang, akan tetapi selalu dalam kesatuan dengan orang-orang lain. Kita bersama-sama menempuh perjalanan hidup yang dihayati dalam kelompok kecil, komunitas, dan dalam kelompok yang lebih besar, kongregasi. (Konstitusi I, 93-94). Sebagian orang barangkali lebih cenderung berpikir ke arah karier daripada panggilan. Karier adalah tentang pengembangan dalam bentuk dukungan biasa yang meningkatkan penghargaan dan status Anda. Panggilan adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ingin dilakukan, apakah ini membuat Anda kaya, terkenal atau tidak: karya itu sendiri adalah penghargaan. Panggilan religius adalah suatu pemberian khusus dari Allah yang diterima dengan iman dan dihayati dalam doa. Panggilan persaudaraan tidak lebih penting dari yang lain, namun unik dan indah, bila ini dihidupkan dengan baik melalui bimbingan Roh Kudus. Menjadi religius membuka kesempatan lebih bagi seorang frater untuk melayani dan semakin dekat dengan Allah.

Melalui jalan ini kita dipanggil untuk bersukacita, namun juga mau menerima tantangan. Tak seorang pun sempurna dan kudus, tetapi ini adalah sebuah tanggung jawab personal supaya berkembang ke arah kekudusan. Dari pengalaman pribadi membenarkan bahwa hidup adalah sebuah proses yang membutuhkan dukungan dan dorongan dari yang lain; dan dalam konteks ini kita membutuhkan dukungan persaudaraan, bukan persaingan. Panggilan persaudaraan adalah rencana dari Allah untuk hidup kita. Masing-masing memiliki kebebasan untuk menghadapinya, namun jika Allah yang memanggil saya, maka ini adalah tanggung jawab pribadi terhadap suara autentik itu dan menjalani sepenuhnya. Panggilan hidup religius dewasa ini sangat berkurang dan ini mendorong saya untuk bertanya: apakah benar bahwa Allah yang memanggil manusia? Jika demikian, apakah ini berarti bahwa Allah berhenti memanggil? Atau apakah mereka yang telah dipanggil kurang memberi respon? Atau saya memberi andil untuk menyingkirkan mereka yang telah dipanggil Allah? Demikian dan masih banyak pertanyaan lagi yang bisa muncul dalam pikiran saya. Namun demikian, kita harus menghormati martabat hidup ini dengan layak dalam hal moral, saling menghargai, keadilan, kesatuan dan cinta, seturut yang diteladankan oleh Yesus. Allah akan melakukan selanjutnya dari semuanya ini.

2 Tesalonika 2:14 tertulis: “Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu telah memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Merefleksikan ayat ini saya merasa bahwa Injil dan kehidupan Yesus seharusnya mempertegas hidup kita. Hidup religius adalah baik dan berharga apabila saya menerima rencana Allah dalam hidup saya dan menghindari hal-hal yang menyulitkan. Untuk itu, saya harus berjuang agar masing-masing merasa kerasan dalam komunitas, meskipun berbeda budaya dan ras. Frater Kevin Mairura CMM (Kenya) 5


SEJARAH MASA LAMPAU

MALAIKAT PENJAGA Kongregasi Frater CMM bangga memiliki sebuah arsip koleksi yang memuat semua edisi majalah remaja Malaikat Penjaga. Harry Koopman sempat membuka kembali koleksi-koleksinya dan mengenang pengalaman-pengalaman khusus yang terjadi di masa lalu.

Sejarah Panjang

Penyesuaian

‘Malaikat Penjaga’ dengan sub judul ‘Majalah bulanan untuk Promosi Pembinaan Rohani Anak-Anak’ diluncurkan pada tahun 1885, “oleh imam Katolik Roma” dan dipublikasikan di Maastricht oleh Serikat St. Paulus. Sub judul menunjukkan bahwa majalah awalnya dimaksudkan untuk para remaja. Setelah lima tahun, sipendiri majalah ini menjualnya kepada penerbit di Grave; ia menyadari bahwa investasinya tidak membawa keuntungan. Setelah sepuluh edisi, ia mengalihkan proses percetakan kepada perusahaan lain yaitu, ‘Putra Roma Katolik’ Percetakan Yatim Piatu di Tilburg. Setahun kemudian, Frater dari Tilburg memperoleh izin resmi kepemilikan.

Selama sepuluh tahun pertama staf editor memberi sedikit perhatian terhadap apa yang menjadi ketertarikan bagi pembaca muda. Pendirian majalah selama sekian tahun terdorong oleh apa yang tersedia, pemakaian bahasa resmi dan pesan yang disebarluaskan ‘yaitu untuk yang lain’. Penyajiannya sedikit demi sedikit semakin profesional. Menjelang akhir tahun 1941, Nazi menduduki Belanda dan majalah ditutup. Dalam buku dengan judul “Zwijsen, sangat suka dengan Pencetakan”, penulis menguraikan bahwa setelah Perang Dunia II para frater ingin mengembangkan sirkulasi melalui kerja sama dengan kongregasi lain. Para Bruder dari Mastricht menerima tawaran ini, dengat syarat bahwa perlu ada edisi khusus untuk siswa tingkat sekolah dasar. Permintaan ini memberi gambaran terhadap kebutuhan untuk setiap tingkat pembaca potensial. Sebagai wujud dari ini, majalah ‘Malaikat Penjaga’ edisi ke-59 tersedia dalam dua versi pada bulan Mei 1947. Sub judul edisi untuk pembaca anak-anak remaja adalah: ‘Majalah Remaja Pertama untuk Keluarga Katolik’, dan sub judul untuk pembaca lainnya: ‘Edisi untuk Pembaca yang Masih Muda’.

Halaman depan kiri dan kanan dengan malaikat penjaga pada tahun 1893. Sejak 1893 setiap halaman depan memperlihatkan nilai dari malaikat penjaga yang melindungi. Kongregasi Frater sukses dengan majalah ‘Malaikat Penjaga’. Sebelum tahun 1958, Kongregasi menjual majalah ini ke rumah penerbit De Spaarnestad di Haarlem. Pemilik yang baru memerger majalah ‘Malaikat Penjaga’ dengan majalah remaja ‘Okki’ dan ‘Taptoe’.

6

Selama tahun 1950-an sub judul edisi untuk anakanak remaja terkadang diubah sedikit: ‘Majalah untuk Keluarga Katolik’. Apakah ini sebuah usaha dari para Frater Tilburg untuk memperkenalkan sebuah alternatif terhadap ‘Ilustrator Katolik’ dari De Spaarnestad? Pada tahun 1951, Percetakan Anak Yatim Katolik Roma meluncurkan versi ketiga dari ‘Malaikat Penjaga’ yaitu ‘Di Bawah Sayap Emas Malaikat Penjaga’, sebuah edisi majalah bulanan untuk siswa sekolah menengah atas.

Isi Selama sekian tahun muatannya sulit untuk diselami: sangat dalam dan dipenuhi dengan topik-topik Katolik Roma! Volume 6, misalnya menceritakan masalah ganda ‘Perjalanan dan Kesulitan dari Bruder Petrus Fardé, seorang Fransiskan”. Dalam banyak persoalan selanjutnya, majalah tetap sepenuhnya Katolik, dengan


cerita-cerita seperti: “Pakaian Komuni Mia Kecil” (April 1947). Majalah ini biasanya disisipi dengan teka-teki yang membosankan dan menantang mental. Kesan tentang staf pembaca editorial semakin jelas dengan adanya perekrutan pada akhir volume 1900/1901. Untuk merekrut pelanggan baru, para anggota dijanjikan imbalan besar atas pekerjaan mereka. Dua pelanggan baru akan dihargai dengan salah satu hadiah dari tiga hadiah berikut: “Buklet Misa Harian Saya”, Buku Doa Baru”, atau “Jalan Menuju Puncak Kalvari”! Selama dekade 1950-1959, para frater menunjukkan diri sebagai pedagog yang cerdas. Dalam majalah remaja untuk keluarga Katolik terjadi persaingan yang berlangsung lama, di mana semua anggota diundang untuk turut berpartisipasi. Para peserta harus menyelesaikan soal-soal dalam kode rahasia, dan perlahan-lahan mereka terbiasa dengan kode bahasa ‘lek’. Apa sesungguhnya yang terjadi yaitu bahwa para peserta perlahan-lahan mempelajari bahasa populer yang baru: Esperanto! Saat membuka kembali lembaran masa mudaku, saya teringat akan ilustrasi tertentu, berupa sampul depan liburan Juli 1954.

Insentif untuk belajar membaca “Malaikat Penjaga untuk Pembaca Pemula” adalah sebuah sarana cerdas dari para frater yang membuat pembaca pemula sibuk setelah jam sekolah. Ayah dan ibu saya dibujuk untuk berlangganan ketika saya masih duduk di kelas satu pada bulan Oktober 1953. Kemungkinan untuk berlangganan kemudian agak sulit, sehingga tidak menguntungkan saya sejak awal. Oleh karena majalah remaja pada saat itu terbit setiap dua minggu, maka orang tua memiliki banyak kesempatan untuk menguji kemajuan kemampuan membaca putra mereka. Saya ingat bagaimana saya selalu mengecewakan ayah, karena setelah tiga bulan membaca instruksi, sebagian besarnya belum tercapai. Dapatkah pengalaman ini memberi dampak terhadap masa dewasa saya menuju kematangan? Ketika di bulan Oktober 1957, ibu saya secara tiba-tiba meletakkan salinan ‘Okki’ ke tangan saya dan isi majalah tersebut sangat mengecewakan. Saya baru berumur sepuluh tahun dan baru memulai kelas lima. Kemudian saya menyadari bahwa telah dikelompokkan pada anak remaja dan secara otomatis menjadi pelanggan edisi ‘Malaikat Penjaga’. Apakah para frater mengetahui bahwa majalah mereka akan segera merger dengan ‘Okki’ dan ‘Taptoe’? Oleh karena saya menganggap bahwa ‘Okki’ cocok untuk anakanak, maka langganan dibuat untuk adik laki-laki dan saya berlangganan ‘Taptoe’. Kini di tahun 2021, majalah tersebut sama sekali tak lagi menarik untuk saya, berbeda dengan ‘Malaikat Penjaga’. Petualangan saya dalam belajar membaca rupanya berdampak pada ikatan emosional yang hangat dengan majalah ini! Harry Koopman

Sumber - Semua volume dari ‘Malaikat Penjaga’. - Caesarius Mommers dan Ger Janssen, ‘Zwijsen, menginginkan percetakan’ (Tilburg, Perusahan Percetakan Zwijsen, 1992).

Rasa ‘kebebasan’ diilustrasikan secara sempurna. 7


DALAM SOROTAN

Sebuah mural dengan puisi.

MURAL DI INDONESIA Di masa lalu dan kini terdapat sejumlah frater yang memiliki kreativitas ketrampilan. Mereka membuat lukisan, gambar, patung atau kerajinan tangan yang indah. Terdapat begitu banyak dan seringkali tidak tahu siapa pembuatnya. Hasil kreativitas ini diseleksi lewat dalam sorotan. Bagian ke-10 pada rubrik ini memperlihatkan mural, lukisan Frater Marcus Huar Noning yang berbakat dari Indonesia.

Bahkan sejak masih di SD Marcus sudah menunjukkan bakatnya dalam menggambar dan melukis, namun potensi yang dimilikinya baru sungguh-sungguh terlihat ketika ia ikut pembinaan para novis selama dua bulan di pusat pembinaan religius muda ‘Bina Samadi’, Pematang Siantar. “Di tempat ini Sr. Rosa KSSY selaku penanggung jawab, memberi kesempatan kepada saya untuk membuat teks dan lukisan pada dinding. Berawal dari ini, saya sangat tertarik dan semakin berkembang. Saya sungguh bisa mengembangkan ketrampilan melukis.” Salah satu hal yang menginspirasi Marcus adalah sejarah dan spiritualitas Kongregasi. Ia kemudian

8

melukis Pendiri, Joannes Zwijsen dan patron kita Santo Vinsensius de Paul. Ia lebih cenderung untuk melukis potret realistis dan pemandangan. Lukisan abstrak atau dekorasi gambar murni kurang menarik baginya. Ia merasa bahwa kegiatan melukis juga berkaitan dengan hidupnya sebagai frater religius. “Lukisan adalah chanel kerinduan hati dan jiwa yang membantu saya untuk tetap fokus,” kata Marcus. Ketika memulai suatu pekerjaan baru, ia selalu mengandalkan campur tangan Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan membantunya dalam melakukan sesuatu yang indah. “Suatu pemberian yang diberikan oleh Allah hendaknya digunakan secara baik.”


Latar belakang Maria yang Sedang asyik melukis. indah..

Sedang asyik melukis.

Frater Marcus sedang melukis Joannes Zwijsen.

Sebuah kapal layar.

Pintu masuk Rumah Pembinaan Bina Samadi.

Teks di dinding Bina Samadi, oleh Frater Marcus.

Frater Marcus sedang melukis Santo Vinsensius de Paul.

Kegembiraan frater di Tomohon dengan mural santo patron dari Kongregasi.

Santo Vinsensius de Paul.

9


BRAZIL

Colégio Padre Eustáquio.

PERUBAHAN BESAR DI COLÉGIO PADRE EUSTÁQUIO, BRAZIL Terjadi perubahan besar di regio Brazil. Lebih dari setahun Dewan Regio, Dewan Umum dan manajemen sekolah Colégio Padre Eustáquio bersama-sama mencari kerja sama yang lebih luas dengan sekolah lain. Mereka telah menemukannya yaitu dengan organisasi sekolah Bruder Marist. Alasan utama dari perubahan ini yaitu bahwa jumlah Frater CMM di Brazil semakin kecil dan tua dan semakin kompleksnya bidang pendidikan pada sekolah swasta. Guna menjaga sekolah agar tidak jatuh ke tangan pemonopoli sekolah komersial atau, bahkan semakin hancur dikalahkannya, para frater mulai berusaha untuk bekerja sama dengan organisasi yang solid. Dalam pencarian ini, diskusi dengan Marits berjalan lancar. Penting juga bagi para frater bahwa ada kesamaan dengan spiritualitas mereka. Kesepakatan awal ditandatangani pada pertengahan Oktober 2020 dan diumumkan di sekolah tanggal 10

20 Oktober 2020. Kerja sama ini juga berarti bahwa ada sedikit perubahan pada nama. Sekolah saat ini disebut Colégio Marista Padre Eustáquio. Bruder José de Lima sebagai salah satu provinsial dari tiga provinsi Marist di Brazil (Provinsi ‘Centro-Norté), melihat bahwa sekolah memiliki masa depan yang baik. Pada tahun 1960 Marists menerima frater pertama di Brazil dan sebaliknya pada tahun 2020 Frater CMM menerima Marists di sekolah. Untuk mengenang 60 tahun pengelolaan sekolah oleh Frater CMM, sebuah peringatan akan ditempatkan di sekolah.


Foto diambil dari laman Facebook Colégio Marista Padre Eustáquio.

Kenangan dari Frater Henrique Matos Tanggal 20 Oktober 2020, Frater Henrique Matos CMM menulis sebuah ungkapan kenangan dalam komunikasi resmi communiqué, Colégio Padre Eustéquio diintegrasikan ke dalam sistem Sekolah Marist. Berikut kami membagi secara garis besar ungkapannya. Saat ini, hanya saya sendiri Frater CMM di Brazil yang masih hidup sejak sekolah ini kami mulai dan kemudian dikenal sebagai ‘Colégio Padre Eustáquio’. Para pionir tiba bulan Desember 1960, tepat 60 tahun yang lalu. Dengan penuh hormat saya menyebut nama mereka: Innocentio Staats, Christino Gemen, Everardus Huiskamp (saudara kandung dari Frater Nicácio Huiskamp, yang tiba beberapa tahun kemudian), Ignatius van Loyola Beijers, dan Leonis Puts. Mereka semua diterima di rumah Pastor. Ini adalah tahuntahun pergolakan politik di Brazil, dengan berakhirnya pemerintahan Juscelino Kubitscheck dan kepresidenan Republik dari Jânio Quadros dan Joâo Goulart. Juga terjadi perubahan besar dalam gereja, sejak Yohanes Paulus XXIII terpilih sebagai Paus pada bulan Oktober 1958 yang diumumkan bulan Januari tahun berikutnya dalam pertemuan dewan ekumenis. Kami secara resmi membuka ‘Ginásio Padre Eustáquio’ dan memberi mata pelajaran pada bulan Maret 1962. Segalanya masih sangat sederhana, praktisnya tak ada bahan pelajaran dan bahkan tak cukup uang. Kami bekerja keras merenovasi rumah lama yang biasa dipakai Padre Eustáquio, dan membersihkan bangunan kecil yang dipakai sebagai sekolah. Kami mengajar semua bidang studi, kecuali olahraga karena jubah tetap dipakai pada tahun-tahun ini. Yang memotivasi kami adalah antusiasme dan perhatian terhadap pendidikan berdasarkan tradisi kongregasi yang kaya. Kami hidup hemat karena sumber sangat terbatas dan uang SPP tidak cukup untuk membiayai sekolah atau mendukung hidup religius. Bertahun-tahun bekerja keras, sulit mendapatkan liburan dan hanya sedikit hari istirahat. Namun, ini adalah tahun-tahun peletakan dasar dilakukan demi sekolah yang lebih besar dan lengkap. Sebuah kebanggaan bahwa pada tahun 2012 menjadi sekolah terkenal di Belo Horizonte, ibu kota dari wilayah bagian Minas Gerais. Semuanya ini

memungkinkan karena kami melihat bahwa menjadi seorang guru dan pendidik adalah sebuah panggilan melalui inspirasi semangat religius. Kami mengalami tahun-tahun yang ditandai dengan pertumbuhan dan kesuburan, namun juga terjadi masa-masa krisis hebat. Di sini saya mengenang dengan rasa penuh terima kasih kepada Frater Christiano Gemen yang mengamankan sekolah dari ancaman kebangkrutan yang ada di depan mata serta dedikasi jiwa dan raganya untuk sekolah ini, yang merupakan detak jantung kerasulan Kongregasi di Brazil. Pengelolaan Colégio ‘milik kita’ saat ini harus di alihkan ke tangan yang lain, dan bagi saya ini menyakitkan. Meskipun demikian, saya tahu bahwa sekolah berada di tangan yang tepat dan saya percaya bahwa kelanjutan cita-cita kita akan terjamin. Saya sangat berharap bahwa Bruder Marist hendak menerima tugas berat yang telah dimulai enam dekade lalu ini, dan mengembangkannya menjadi sebuah model sekolah Katolik yang indah dan menjadi kebanggaan bersama kedua kongregasi religius serta sebagai satu keluarga yang berkecimpung di bidang pendidikan. Frater Henrique Matos CMM (Brazil)

Dari kiri ke kanan: Frater Theo Adams, Frater Henrique Matos, dan Bruder Ataide José de Lima, dengan simbol kedua kongregasi dan salib tanda peralihan. 11


GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN

PERSUADARAAN Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha mengatasi situasi ini. Bagian ketujuh belas dari terbitan ini kami memperlihatkan bahwa para frater tidak hanya memperhatikan kebutuhan sesama, melainkan juga rekan frater. Mereka melakukannya dengan merawat orang sakit atau yang lanjut usia dan dengan memasak makanan yang enak. “Hidup bersama kita di dalam komunitas, yang didasari iman,merupakan persekutuan. […] Dengan tabah kita akan membantu orang lain, agar ia menjadi pribadi yang utuh. Terus-menerus kita membangun fraternitas kita sebagai tempat di mana masing-masing merasa kerasan. Hal itu meminta agar kita masing-masing memberi inspirasi dan pengaruh yang memperkaya. Harus terdapat ruang gerak untuk inisiatif dan kreativitas. Cinta kasih yang hidup di antara kita, kita wujudkan secara khusus dengan memperhatikan sesama frater yang sakit, yang lanjut usia atau cacat. Dalam komunitas ini kita haruslah dapat mengalami bahwa sukacita memperdalam hidup pribadi manusia, dan bahwa kegembiraan mempermudah hidup bersama kita” (Konstitusi I, 84-92).

Membaca nyaring.

Bermain musik bersama.

Memikul beban bersama.

Memberi dan menerima.

12

Hee.


Merayakan bersama.

Memperhatikan rekan frater yang tua.

Belajar bersama.

Mengenang rekan-rekan frater.

Berbagi persahabatan.

Saling bergandengan tangan.

Menghidangkan makanan yang enak. Selamat makan! 13


GAMBARAN KEGIATAN KERASULAN

Saling mengikat tali sepatu.

Mencuci piring bersama.

Memberi hiburan.

Sopir Frater Rinus Romme, mengantar rekan frater dari titik A ke titik B. 14

Berbagi pengetahuan.


BELANDA

TANAH PERJANJIAN MEREKA BERAKHIR

Wisan, Nada dan putra mereka Qaisar: akhirnya, mendapat surat keterangan tinggal tetap.

Pada edisi majalah Frater CMM sebelumnya, Anda membaca tentang penutupan ‘De Vuurhaard’ di Udenhout dan pengakhiran penanganan terhadap para pengungsi. Berakhirnya karya ini membawa pengaruh besar dan masih mengejutkan. Selama sekian tahun ‘Doa De Vuurhaard’ di bacakan di kapel biara frater. Kata-kata akhir dari doa ini adalah:

Yesus, saudara kami yang berbelas kasih, Engkau menunjukkan jalan kepada kami, kepada yang paling hina di tengah manusia, kepada orang asing, pencari suaka, pengungsi. Bantulah kami untuk mendampingi mereka menapaki jalan panjang menuju tanah terjanji.

Qaisar bebas mengekplorasi gerobak supermarket.

Betapa indahnya doa ini dan menjadi kenyataan bagi para pengungsi terakhir yang pernah tinggal bersama kita. Frater Ad de Kok (Belanda)

Pengungsi terakhir yang mendapatkan perlindungan di De Vuurhaard adalah Wisan, Nada dan putra mereka Qaisar dari Irak. Mereka tiba di Belanda pada tahun 2019. Setelah melewati beberapa pusat pencari suaka, akhirnya mereka bisa tinggal di De Vuurhaard. Kehadiran para pengungsi berarti bagi para frater dan menambah keindahan bagi para sukarelawan yang bekerja untuk mereka: orang-orang baik dan menyenangkan yang selalu bersedia membantu dan menyukai anak. Setelah di De Vuurhaard, keluarga ini berpindah lagi ke beberapa pusat pencari suaka. Namun, baru saja saya menerima email dari Wisan yang mengatakan: “Kami telah menerima surat keterangan tinggal tetap.” Bagi mereka, juga untuk frater merupakan berita yang luar biasa. Setengah dari para pengungsi yang tinggal di De Vuurhaard dan awalnya ditolak, akhirnya memperoleh surat keterangan tinggal tetap. Juga kini untuk Wisan, Nadar dan Qaisar.

Wisan, makan malam di De Vuurhaard. Sebuah foto kolase penghuni De Vuurhaard sebelumnya pada dinding. 15


BERITA SINGKAT

SATU PINTU TERTUTUP, PINTU YANG LAIN TERBUKA Komunitas frater Elim, Schiphollaan di Tilburg ditutup secara permanen pada tanggal 3 Desember 2020. Menyusutnya anggota provinsi sehingga tak ada perspektif bagi penghuni baru untuk Kongregasi. Meskipun demikian, sesuatu yang baru dimulai. Sejak 1988 ada banyak frater dan beberapa penghuni lain, tinggal bersama di Schiphollaan dan bekerja secara konsisten untuk menjadikan Elim sebagai sebuah oasis bagi para penghuni, para tetangga maupun orang-orang yang lewat. Meskipun demikian, penutupan komunitas frater tidak berarti bahwa fasilitas tersebut ikut ditutup. Sesuatu yang baru dikembangkan pada awal 2021 di Schiphollaan, yaitu Kelompok Hidup Elim. Kelompok Hidup Elim adalah komunitas Kristen orang muda dengan usia sekitar 20 dan 30. Berdoa dan makan bersama merupakan dua komponen kunci dari komunitas baru. Frater Paul Damen, penghuni terakhir dari bekas komunitas Elim, akan berada di komunitas ini guna memfasilitasi proses pendirian Kelompok Hidup Elim dan ia sendiri menjadi bagian dari ini.

Per 1 Januari 2021, empat orang muda sebagai kelompok pertama tiba di Elim. Masih ada kamar lebih! Dewan Provinsi Frater CMM di Belanda melihat komunitas sebagai peluang dengan memberi kesempatan kepada kaum muda untuk mengenal hidup komunitas berbasis religius, dan dengan cara ini memberi kontribusi pada pembentukan pribadi mereka. Hal ini sejalan dengan misi Kongregasi yang dinyatakan dalam Konstitusi kita “Terutama kaum mudalah yang mendapat perhatian istimewa dari pihak Kongregasi kita. Melalui pengajaran dan bentuk bimbingan lain, kita hendak membantu kaum muda untuk menemukan jalan dalam menghadapi masa depan mereka.” Semoga komunitas baru ini berbuah dan bermanfaat untuk para penghuni muda.

KAUL KEKAL DI TIMOR LESTE Para frater di Timor Leste merayakan pesta pengikraran kaul kekal Frater Jose de Deus pada tanggal 28 Desember 2020. Misa syukur diawali dengan acara penyambutan keluarga Frater Jose. Yang Mulia, Uskup Agung Dili, Virgilio do Carmo da Silva SDB, disambut di depan pintu masuk gereja Becora - Dili. Regional, Frater Silvino Belo CMM dipercayakan untuk menerima pengikraran kaul kekal Frater Jose. Frater Cancio da Costa Gama turut sebagai saksi. Dalam khobahnya, Uskup Agung Virgilio do Carmo da Silva mengekpresikan kegembiraannya bahwa masih ada orang muda yang dipanggil dan mengambil keputusan radikal untuk menjadi frater dalam kongregasi religius bukan sebagai imam. Pada waktu itu pilihan ini tidak dipahami. Kadang-kadang timbul pertanyaan, kapan frater itu ditahbiskan sebagai imam. Ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh para frater. Namun, kita harus bersyukur atas panggilan yang unik ini. Kita tidak hanya membutuhkan imam yang bisa memimpin perayaan ekaristi, melainkan juga orang-orang yang melayani gereja dan masyarakat dengan cara lain.

16


In Memoriam

FRATER

FRATER

Nikodemus Tala Lamak

Rinus (M.G.) Romme

Nikodemus lahir di Puor, Lembata, Indonesia pada tanggal 15 September 1963. Ia masuk Kongregasi Frater CMM di Tomohon, Sulawesi Utara pada tahun 1986 dan meninggal tanggal 25 November 2020 di RS St. Elisabeth Medan, Sumatra Utara. Para frater, anggota keluarga dan sahabat berpamitan dengannya dalam perayaan Ekaristi dan membaringkannya di tengah rekan-rekannya di pekuburan komunitas Balige, Sumatra Utara.

Frater Rinus lahir di Geffen, Belanda, pada tanggal 12 Maret 1946 dan masuk Kongregasi Frater CMM tanggal 29 Agustus 1963. Ia meninggal tanggal 27 Januari 2021 di rumah pusat fasilitas perawatan Joannes Zwijsen, Tilburg. Para frater, keluarga dan sahabat-sahabat berpamitan dengannya melalui perayaan Ekaristi pada tanggal 2 Februari 2021. Setelah itu ia dimakamkan di tengah rekan-rekan fraternya di Estate Steenwijk, Vught.

Sesudah tamat dari Sekolah Teknik Menengah, Nikodemus memutuskan untuk menjadi seorang Frater CMM. Setelah mengikrarkan profesi pertama di Pematang Siantar pada tahun 1988, ia ditugaskan di toko rohani Ambon. Tampak bahwa ia memiliki talenta khusus dalam mendampingi calon frater, sehingga ditugaskan sebagai pemimpin postulan di Manado pada tahun 1992, meskipun ia sendiri masih frater junior. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup pada tahun 1994. Frater Nikodemus kemudian menjadi anggota Dewan Pimpinan Provinsi sejak tahun 2002, dan sebagai Wakil Provinsial sejak tahun 2014 sampai akhir hayatnya. Ia sendiri memilih untuk tidak lagi sebagai anggota dewan, namun karena kepercayaan yang diberikan oleh para frater dan Kongregasi tercinta, maka ia bersedia untuk menjalankannya dengan sabar dan tanggung jawab. Frater Niko, sebagaimana sering dipanggil, ramah terhadap siapa saja: para frater, orangtua, siswa; orang-orang yang dijumpainya di toko, di pasar atau di jalan. Sifat humor dan kebaikannya membuat orang merasa sangat dekat. Ia memiliki kepribadian yang khas, seperti peran tritagonist dalam sebuah drama atau film. Perannya adalah sebagai mediator, pemersatu, pembimbing, pencerah, penolong, pendamai, pemberi harapan dan kekuatan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Kita percaya bahwa Allah Sumber Belas Kasih telah menerima Frater Niko ke dalam kediaman abadi di surga.

Rinus mengikuti sekolah pendidikan guru kemudian mengajar di SD Eindhoven dan Cuijk. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup dalam Kongregasi Frater CMM pada tahun 1971. Tahun 1984, Kongregsi memintanya untuk membantu di bagian sekretariat, mendukung Dewan Provinsi frater di Belanda. Selain itu Kongregasi juga memintanya untuk membantu sebagai relawan pada Yayasan ‘Mensen in Nood’ di ’s-Hertogenbosch dan untuk Pusat Kateketik Tilburg’. Komitmennya sangat diapresiasi. Sejak 2004 ia mulai membantu di bagian sekretariat Dewan Umum, dan tetap berlanjut sampai saat-saat terakhir sebelum meninggal. Frater Rinus terkenal dengan kesiap-sediaannya untuk membantu: ia selalu siap melakukan apa yang diminta darinya. Sebagian besar frater dari luar Belanda mengenalnya sebagai sopir yang menjemput mereka di Bandar Udara Schiphol. Sebagai anggota komunitas ia memenuhi peran autentik sesuai dengan kepribadiannya. Dan ini memberi kesan kepada banyak orang di Vuurhaard, Udenhout melalui percakapan santai dan tulus dengan para pengungsi yang mendapat akomodasi di tempat ini dan dengan para tamu yang ikut dalam ‘Eetcafé’ mingguan. Kita kehilangannya, namun kita pantas bersyukur bahwa kita pernah memiliki seorang rekan frater yang penuh kerelaan dalam kebersamaan selama bertahun-tahun. Kita percaya bahwa Allah yang maha baik telah menerima Frater Rinus ke dalam kerajaan-Nya. 17


In Memoriam

FRATER

Wim (W.J.G.) Verschuren Wim lahir pada tanggal 20 Desember 1933 di Udenhout, Belanda. Ia masuk Kongregasi Frater CMM pada tanggal 29 Agustus 1950 dan meninggal tanggal 26 Desember 2020 di RS St. Anna, Geldrop, Belanda. Ia dimakamkan di antara rekan frater yang telah mendahuluinya pada tanggal 2 Januari 2021 di Estate Steenwijk, Vught - Belanda. Selama masa perang Wim mengikuti sekolah dasar yang dipimpin oleh frater, yang menaburkan benih padanya sehingga masuk novisiat pada bulan Agustus 1950. Pada permulaan Wim menjadi guru sama seperti yang lain. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup pada tahun 1955.

memotori lahirnya ‘Beweging van Barmhartigheid’ (Gerakan Belas Kasih) dan membantu mendirikan karya ‘Zin in Werk di Vught. Sejak tahun 2000 sampai selanjutnya ia tinggal di tempat ini dan sebagai anggota komunitas Eleousa.

Tergerak

“Seorang frater yang tak kenal pensiun”

Bagi Frater Wim, sama seperti yang lain, peristiwa tahun tujuh puluhan menjadi tahun penuh gejolak. Banyak frater meninggalkan Kongregasi dan tidak ada panggilan baru. Banyak, termasuk Wim sendiri mempertanyakan tentang pilihan hidup yang telah dilakukan. Pada masa ini sebagai mahasiswa ia melakukan kontak intensif dengan orang-orang pada masyarakat sekitar. Setelah ia secara resmi terpilih sebagai pemimpin umum pada tahun 1978, perhatiannya kepada sesama dan keunikan mereka masing-masing semakin kuat. Wim menjalankan tugasnya sebagai pemimpin umum sampai tahun 1990. Pada masa-masa itu ia melakukan banyak kunjungan kerja ke beberapa negara, Indonesia, Namibia, Brazil, Curaçao, Suriname, Kenya dan Belgia. Bersama dengan rekan frater lainnya, ia mengembangkan pendekatan baru untuk pembinaan religius para frater di negaranegara ini. Hasilnya adalah muncul generasi frater yang baru dan salah satunya saat ini memegang tugas sebagai pemimpin umum.

Tak banyak yang dilakukan Wim dalam tahun-tahun terakhir, namun tidak berarti bahwa ia pensiun. Ia memberi ceramah, menulis tentang belas kasih, dan mennyukai percakapan dengan orang. Selain itu ia memperhatikan ternak peliharaan komunitas di Vught: bebek, itik, angsa, ayam, dan juga senang bekerja di taman bunga. Bukunya berjudul ‘Barmhartige Liefde’ (Berbelas Kasih) dipublikasikan pada tahun 2017. Ia merasa gembira bahwa bukunya dipublikasikan kemudian dalam bahasa Inggris dan Indonesia bagi para frater di luar Belanda. Terakhir ia memulai karya yang lain: sebuah buku dengan tema ‘pelayanan’. Menyedihkan bahwa buku ini tak bisa dituliskan. Kita mengingat Wim sebagai seorang ‘pemimpin yang melayani’.

Panggilan Wim dan Frater Harrie berpikir bahwa para frater di Belanda perlu memperbarui spiritualitas mereka. Ditemukan bahwa ‘belas kasih’ adalah bentuk inti dari panggilan dan misi para frater, ternyata sangat bernilai. Saat masanya sebagai pemimpin umum berakhir pada tahun 1990, ia pindah ke komunitas Elim, Tilburg Belanda. Di sini terdapat pusat spiritualitas sederhana yang memberi perhatian kepada kaum muda. Frater Wim ingin menghidupkan kembali spiritualitas belas kasih di dalam gereja dan masyarakat. Demikian ia 18

Bersyukur Wim adalah pribadi yang penuh syukur. Ia mengalaminya ketika mengembangkan pendalaman spiritualitas belas kasih dan persaudaraan yang membuatnya bersyukur. Bahwa bersyukur semakin kuat dalam perjumpaan antar budaya dan karya yang dikembangkannya; bahkan semakin dipupuk melalui persahabatan yang dibangunnya. Selain anugerahanugerah yang diperolehnya, hidupnya ditandai dengan ‘misteri’. Wim tidak menjalani rutinitas hidup; baginya hidup itu sendiri adalah sebuah keajaiban. Banyak hal yang ia gapai melalui telinga yang mendengar, mata yang penuh simpatik dan hati yang lapang, dan dengan kata-kata hiburan dan dorongan. Semoga Allah, Bapa yang berbelas kasih menerima Wim dalam pelukan kasih-Nya.


‘LIHATLAH SESAMAKU’

BERBELAS KASIH DARI FRATER WIM VERSCHUREN Belas kasih dan persaudaraan adalah dua konsep kunci karisma Frater CMM. Kata-kata yang indah, namun bagaimana praksisnya dalam hidup seharihari para frater. Bagian ini menjadi fokus dengan topik ‘Lihatlah sesamaku’. Keistimewaan Frater Wim Verschuren adalah bahwa ia telah memetakan kembali konsep belas kasih sejak empat puluh tahun silam. Bukunya berjudul Berbelas Kasih telah dipublikasikan pada tahun 2018. Kami memasukan beberapa kutipan dari buku ini.

Cara tersendiri Kehidupan tanpa belas kasihan terkadang tampak di sekitar kita dan menjadi bagian yang sangat menghebohkan. Media memperhadapkan kita dengan sebuah kekuatan untuk berjuang melawan yang lain. Jeritan para pengungsi, munculnya kekerasan dan pelanggaran berat hak asasi manusia. Semuanya mempengaruhi kita. Memperhatikan semuanya ini terkadang kita merasa putus asa dan takut. Ada orang yang peduli atau tak menghendaki situasi ini terus terjadi. Namun, apa yang bisa kita lakukan? Pandanglah itu dengan mata kasih yang juga berarti berdoa. Tidak mengikuti perbuatan yang tak berperikemanusiaan yang diperlihatkan, tidak mengambil alih cara orang membicarakannya, tidak menerima penghakiman mereka, namun memiliki keberanian untuk menjaga dan mengenakan bahasa yang lain, bahasa harapan. Misalnya, menampilkan berita tentang para pengungsi dan para korban.

Kapan fajar mulai? Kita masih jauh dari yang diharapkan yaitu melihat orang lain sebagai saudara dan saudari atau sederajad meskipun kita berbeda-beda. Karena itu kita masih dalam kegelapan, sebagaimana dilukiskan secara jelas dalam kisah Hasidik. Kisah menggambarkan: ‘Bagaimana kita bisa menentukan waktu fajar, ketika malam berakhir dan hari mulai? ’ ‘Ketika Anda bisa membedakan kambing dan domba dari kejauhan? ’ ‘Tidak, jawab sang guru. ‘Itu terjadi ketika seseorang bisa membedakan antara pohon ara dan pohon anggur? ’ ‘Tidak, kata sang guru. ‘Kalau begitu tolong katakan kepada kami jawabannya, ‘kata para muridnya. ‘Kemudian ia menjawab, ketika kamu dapat melihat

wajah sesama manusia dan bisa mengenalnya sebagai wajah saudara atau saudarimu. Hanya dengan itu waktu fajar benar mulai.’

Yang Anda butuhkah hanyalah kasih Bagi saya, buah yang paling indah selama sekian tahun bekerja pada bagian belas kasih, adalah memahami bahwa Allah adalah Penuh Belas Kasih. Cinta penuh belas kasih mempengaruhi dunia ini dengan segala ‘keterbatasannya’. Bila Cinta Penuh Belas Kasih tak hadir dan berperan dalam dunia dan dalam hati manusia, dunia ini sulit didiami dan tak ada keramahan. Yang selalu menjadi perjuangan antara terang dan gelap, antara cinta dan benci, tetap merupakan misteri besar bagi saya. Ini adalah bagian dari hidup saya, sama dengan yang lain. Namun, jika ada hal tertentu yang saya pelajari, memberi arah pada hidup saya, bahwa cinta dan menjadi penuh belas kasih akan selalu memberi hidup; bahkan hidup itu sendiri sulit dan penuh pertentangan. Yang Anda butuhkan hanyalah kasih, sebagaimana Yesus telah memberi teladan kepada kita. Sumber: Frater Wim Verschuren, Berbelas Kasih, melihat – tergerak – bergerak (Frater CMM, Tilburg, 2020). 19


DALAM KOMUNITAS INI KITA HARUSLAH DAPAT MENGALAMI BAHWA SUKACITA MEMPERDALAM HIDUP PRIBADI MANUSIA DAN KEGEMBIRAAN MEMPERMUDAH HIDUP BERSAMA INI. (dari Konstitusi Frater CMM)

Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.