Prosiding Abstraksi Call for Paper — Communication Days 2012

Page 1


ISSN 2302-6546

PROSIDING COMMUNICATION DAYS Abstraksi Call for Paper; “Glokalisasi Budaya Nasional” Volume 1, November 2012

COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012 Jakarta – Indonesia, 5 November 2012 NAMA PUBLIKASI Prosiding Communication Days Abstraksi Call for Paper; “Glokalisasi Budaya Nasional” Volume 1, November 2012 SUSUNAN REDAKSI Tim Reviewer:  DR. Hadiono Afdjani  DR. Ummaimah Wahid  Liza Dwi Ratna Dewi, M.Si Editor : Nawiroh Vera, M.Si Layout :  Christophorus Bayu Kurniawan  Annisa Novasilvani  Dimas Adhitya Saputra Pengelola dan Sirkulasi : BEM Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

PENERBIT

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jl. Raya Ciledug, Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260 ------------------------------------------------------------------------------------------------ISSN 2302-6546 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta: Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotocopy, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

i


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

KATA PENGANTAR Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia dan semboyan Bhineka Tunggal Ika: “Berbeda-Beda Tapi Tetap Satu” selayaknya membuat kita sejiwa dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Tanpa disadari dalam era globalisasi saat ini, nilai-nilai kebudayaan asli Indonesia yang telah melekat turun-temurun di dalam diri masyarakat Indonesia seakan telah luntur ditelan peradaban. Fenomena budaya asing yang masuk ke Indonesia, tumbuh dan berkembang pesat dengan mudahnya dalam generasi masa kini. Tak dipungkiri, generasi muda lebih gandrung akan budaya asing, ketimbang budayanya sendiri. Merasa lebih gaul, jika meniru budaya asing tersebut. Tentu kita perlu mengingat, masalah pengakuan budaya kita oleh bangsa lain. Kita geram padanya yang mengklaim budaya-budaya kita; seperti Tari Tor-tor, Reog Ponorogo, Tari Pendet, Batik, Lagu Rasa Sayange, dll. Namun kita tidak bisa begitu saja menyalahkan bangsa lain yang telah mengklaim budaya tersebut. Hal ini merupakan tamparan keras bagi kita semua, khususnya para generasi muda. Selayaknya kita sebagai rakyat Indonesia perlu menyadarinya akan kesalahan ini; Seberapa banyak dari kita yang peduli akan budaya asli Indonesia sebelum masalah yang seperti ini muncul ? Sudah seharusnya, kita bangga akan budaya kita sendiri. Sebagai generasi penerus bangsa, sepatutnya kita menjaga dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia, sebab generasi saat inilah yang nantinya akan memperkenalkan kebudayaan kita ini kepada generasi mendatang. Kita, generasi muda harus bangga pada budaya Indonesia!, Bangga akan keragamannya!, Inilah budaya kita! Budaya Indonesia! Jika bukan dari kita, lalu siapa lagi yang akan peduali? Sekarang, nasib bangsa Indonesia ada di tangan kita, para pemuda-pemudi Indonesia. Mari berikan yang terbaik bagi Bangsa kita, Indonesia. HIDUPLAH PEMUDAPEMUDI INDONESIA! HIDUPLAH GENERASI PENERUS RAGAM BUDAYA!

Salam Komunikasi!

Indra Pratama Wibisono

Ketua Panitia Communication Days 7th Annual 2012

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

ii


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

ISSN 2302-6546 DAFTAR ISI Rekontruksi Citra Kota dengan Kearifan Lokal: Studi Kasus Budaya Masyarakat Kampung Cireundeu sebagai Modal Pencitraan Kota Cimahi Nadinna Mar’ie, Intan Solihatun, Anggy Hariyandi ................................................................ 1 Dari Lokalisasi Menuju Universalitas: Studi Kasus Grup Musik Kiai Kanjeng sebagai Bentuk Glokalisasi di Ranah Kebudayaan Mohammad Zaki Arrobi ........................................................................................................... 2 Memahami Konsep Glokalisasi Ekonomi-Budaya di Indonesia (Studi Kasus Glokalisasi Masakan Cepat Saji “Yogya Chicken”) Ringga A. Widiharto, DesyIka Y. ............................................................................................. 3 KKJ (Kamus Kedokteran Bahasa Jawa) Kamus Saku Tenaga Kesehatan, Jurus Jitu Telusuri Keluhan Pasien Birrul Qodriyyah, Mariana Ulfa, Mutik Sri P. ........................................................................ 4 Demak Kota Wali, The Little of Mecca: Pengembangan Kearifan Budaya Islam dengan Menggunakan Sistem Kluster sebagai Alternatif Paket Wisata di Kabupaten Demak Shikhah Amna, Liliek Handoko, M. Mursyid ........................................................................... 5 Cak Cuk: Strategi Budaya Lokal sebagai Komoditas Ekonomi Kreatif di Kota Surabaya M. Nur Farid, Pramdia Arhando, Mahbub Alaidrus ............................................................... 6 Film Kartun Wayang Chibi: Glokalisasi Melalui Film Anime Annisa Nurul Islami, Isna Hidayat, Mashud Syahroni ............................................................ 7 Modernisasi Lenong Betawi ala Pemuda Masa Kini Kurniawati, Syarifah Fajrina, Ayu Paraswati ......................................................................... 8 Melokalkan Bahasa Asing, Menduniakan Bahasa Indonesia UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

iii


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Linda Wahyu Setyaningrum ..................................................................................................... 9 Mixmatch Collaboration: Kolaborasi Musik Modern dan Tradisional sebagai Upaya Menduniakan National Culture Nurrina Dyah Puspita, Lina Puspitaning Rahayu ................................................................. 10 Jember Fashion Carnaval: Strategi Jitu dalam Menjawab Tantangan Globalisasi Nita Tri Astutik ....................................................................................................................... 11 Komunitas “Museum Online”: Usaha PengenalanBudaya Indonesia Melalui Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Guna Memantapkan Ketahanan Budaya Serta Kesatuan Bangsa Indonesia Muhammad Thomi Al Halim .................................................................................................. 12 Mahasiswa Lulusan Luar Negeri sebagai Motor Glokalisasi di Indonesia Hatta Fauzia, Sugeng Firmansyah, Putranty Widha Nugraheni ........................................... 13 Analisis Pengaruh Keikutsertaan Online Store di Nomaden Market Terhadap Peningkatan Penjualan dan Kemunculan Konsumen Baru di Kota Semarang MuhdiKurnianto, Nabila HN F A, Noventia Karina P. ......................................................... 14 Lapangan Budaya sebagai Infrastruktur Pelestarian Budaya Lokal Yelna Yulistiary ...................................................................................................................... 15 #Pancasila4Youth: Tagline Kampanye Inovatif Nilai - nilai Luhur Pancasila berbasis Komunitas Pemuda dengan Strategi COMBINE (Collaborative Management, Branding and Network) sebagai Upaya Pemertahanan Kearifan Budaya Nasional Kalis Mardi Asih, Mia Febriana ............................................................................................ 16 Solo Batik Fashion sebagai Simbol Perpaduan Budaya Indonesia dan Dunia Karisma Widya Kusuma ......................................................................................................... 17

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

iv


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Kesenian Wayang dalam Masyarakat Modern: Pola Adaptasi dan Kontekstualisasi Kesenian Wayang dalam Masyarakat Modern di Kecamatan Kraton Yogyakarta J. Edo NurKarensa, RaymundusRikang, Cornel Dimas ........................................................ 18 Digitals Local Culture: Paradigma Baru Digitalisasi Guna Kelestarian Budaya Lokal Indonesia Gunawan, Iemi Tri Handayani ............................................................................................... 19 Potensi Kearifan Lokal Masyarakat Bali dalam Bidang Pendidikan (Studi Kasus di Pasraman STIE Satya Dharma Singaraja) Putu Edi Ariawan ................................................................................................................... 20 Budaya Cium Tangan Tergantikan oleh Budaya Cium Pipi Azizah Ali, DwiSusiloRini ..........................,........................................................................... 21 GERDANAS (Gerakan Berbudaya Nasional) sebuah Solusi terhadap Perkembangan Budaya di Indonesia Alfandi .................................................................................................................................... 22 Mempopulerkan Lagu Minang dengan Glokalisasi Yoli Rahmallah Puteri, Puja Adanka ..................................................................................... 23 Desakralisasi Tarian Kecak: Suatu Tinjauan atas Komersialisasi Budaya di Bali I PutuAgungWiraSudewa ....................................................................................................... 24 Media dan Glokalisasi Bahasa di Kalangan Remaja: Dampak Video Game GTA SAN ANDREAS terhadap Perilaku Berbahasa Remaja di Indonesia (Studi pada Remaja di Kota Depok, Jawa Barat) Tubagus Aditya Nugraha, Andrew Alexis Nanlohy ................................................................ 25 Uji Efektivitas Anti-Bakteri Daun Jambu Biji Ras Lokal terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis sebagai Langkah Mempertahankan Kearifan Lokal

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

v


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Penggunaan Deodoran Alami Daun Jambu Biji Masyarakat Desa Jorok Sumbawa Besar NTB Hilman Qudratuddarsi, Hendra Tukantari ............................................................................ 26 Membumikan Costum Play Tokoh Indonesia di Bumi Pertiwi Rara Firlina, Ricky Alexander, Azzahra Ulya ....................................................................... 27 Introduksi Dialek Banyumasan dalam Wacana Perfilman Kontemporer Rajif Dri Angga ...................................................................................................................... 28 “Keroncong in Lounge” - Trigger Ketahanan Musik Keroncong Nusantara Siti Wulandari, Rati Prasasti, Dio Herman Saputra .............................................................. 29 Revitalisasi Usaha Tenun Enges Asli Lombok Tengah sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Era Global Desi Purnamasari .................................................................................................................. 30

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

vi


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Rekonstruksi Citra Kota Dengan Kearifan Lokal: Studi Kasus Budaya Masyarakat Kampung Cireundeu sebagai Modal Pencitraan Kota Cimahi Nadinna Mar'ie1, Intan Solihatun2, dan Anggy Hariyandi3 1

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Email : nadinejuphe@yahoo.com 2

Fakultas Ilmu Komunikaasi Universitas Islam Bandung Email : ichank_unisba@yahoo.com 3

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Email : anggyhariyandi@gmail.com

ABSTRAK Kota Cimahi dikenal sebagai Kota Satelit Bandung. Selama ini, Cimahi disembunyikan dan dibayangi di balik citra glamor kota Bandung sebagai kota kosmopolitan. Tetapi sekarang, dengan ekspansi besar-besaran usaha industri, perumahan, dan kewirausahaan, Cimahi kini mulai berkembang sebagai salah satu kota penting di Provinsi Jawa Barat. Menurut Sensus Data, penduduk kota Cimahi mencapai 442,549 jiwa. Walaupun populasi di Kota Cimahi padat, Cimahi telah berhasil membangun citra positif sebagai sumber makanan, karena adanya Kampung Cireundeu, yakni sebuah desa tradisional yang masih mempraktekkan kepercayaan tradisional mereka dalam kehidupan kesehariannya. Kampung Cireundeu, yang terletak di sebuah bukit kecil di kota Cimahi, dihuni oleh tidak kurang dari 50 keluarga (sama dengan 800 penduduk). Beberapa tahun lalu, Departemen Pertanian Republik Indonesia telah dihargai dengan penghargaan Cireundeu Kampung khusus untuk menegakkan singkong sebagai salah satu beras utama mereka makan-bukan. Memang, gaya hidup alternatif telah membentuk Kampung Cirendeu sebagai DEWI TAPA, yang artinya Desa Wisata Ketahanan Pangan. Sejak itu, Kampung Cireundeu memiliki potensial untuk menarik wisatawan, baik domestik maupun internasional. Makalah ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat untuk mempromosikan Kampung Cirendeu sebagai salah satu tujuan wisata dengan fitur unik sebagai Desa Wisata. Dengan menemukan strategi yang tepat untuk mempromosikan Kampung Cireundeu, makalah ini mencoba untuk mengeksplorasi dan menyoroti citra Kota Cimahi dengan menggunakan sebuah model Rekonstruksi Gambar Berganda. Tantangan dalam model ini adalah bagaimana menyelaraskan persepsi publik yang berbeda tentang organisasi, atau kelompok lain, yang dalam hal ini adalah kota Cimahi, sebagai hasil dari fitur unik budaya berbasis kearifan lokal sebagai milik masyarakat Kampung Cireundeu. Kata Kunci : Rekonstruksi Citra, Kearifan Lokal, Kampung Cireundeu, Kota Cimahi

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

1


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Dari Lokalitas Menuju Universalitas: Studi Kasus Grup Musik Kiai Kanjeng Sebagai Bentuk Glokalisasi di Ranah Kebudayaan Mohammad Zaki Arrobi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

Glokalisasi merujuk pada proses perlabuhan antara globalisasi dan lokalisasi. Glokalisasi selalu berada dalam posisi tarik menarik antara nilai lokal dan nilai global, dalam glokalisasi, individu, unit, organisasi, divisi dan atau komunitas mampu berpikir global dan bertindak lokal (think global, act local). Glokalisasi memanfaatkan kemajuan yang dicapai globalisasi untuk ‘mengangkat’ nilai-nilai lokal, yang dianggap kian terpinggirkan akibat tendensi homogenisasi pada globalisasi. Dalam konteks inilah, penting ‘dibaca’ bahwa glokalisasi adalah bentuk gerakan lokalisasi, namun dengan memanfaatkan instrumen global. Glokalisasi dapat berjalan di ranah sosial, politik, ekonomi hingga kebudayaan. Kiai Kanjeng adalah salah satu fenomena glokalisasi pada ranah kebudayaan yang menarik untuk diteliti. Grup musik yang digawangi oleh Emha Ainun Najib ini mampu memadukan nilai global dan nilai lokal dalam satu warna musik yang khas dan unik. Kombinasi antara alat musik modern (gitar, bass, biola, dan drum) dengan gamelan membuat warna musik grup musik ini menjadi kosmopolit, dan menjadikan lagu-lagu yang dibawakan sangat bervariasi, mulai dari jazz, blues, gambus, pop, dangdut, bahkan tembang jawa. Kiai Kanjeng juga mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan universal seperti pluralisme, toleransi, egaliterianisme, dan cinta kasih dalam lagu-lagu mereka. Kini, dengan warna musiknya yang khas Kiai Kanjeng telah manggung di berbagai negara seperti Belanda, Norwegia, Mesir, Malasyia dan ribuan kota di Indonesia. Dalam proses penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan studi kasus sebagai metode penelitian. Studi Kasus digunakan untuk melihat Kiai Kanjeng sebagai fenomena glokalisasi kebudayaan. Hingga peneliti menemukan grup musik Kiai Kanjeng sebagai objek penelitian, menjabarkan strategi kebudayaan untuk mengkombinasikan nilai lokal dan nilai global dalam warna musiknya. Sementara teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam (indept interview), dokumentasi lapangan, dan studi literatur. Kata Kunci : Kiai Kanjeng, nilai lokal, nilai global, glokalisasi

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

2


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Memahami Konsep Glokalisasi Ekonomi-Budaya di Indonesia (Studi Kasus Glokalisasi Masakan Cepat Saji “Yogya Chicken”) Ringga A.Widiharto1, Desy Ika Y2 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta E-mail : screw_rhif@yahoo.co.id 2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta E-mail : riceplant_inclining09@yahoo.com

ABSTRAK Dalam era globalisasi, segala hal menuju kearah homogenitas. Negara maju semakin menghegemoni negara berkembang, hal ini bisa dilihat dari pelbagai barang dan atau jasa yang masuk. Perdagangan bebas pada dasarnya membuka persaingan, dimana modal berkuasa di atas segalanya. Bangsa Indonesia terkenal sejak dahulu sebagai bangsa yang kreatif baik dari segi sosial, budaya, maupun ekonomi. Bahkan hingga sekarang peninggalan tersebut masih bisa dilihat, seperti candi Borobudur, mainan tradisional, tarian, rumah, upacara adat, keanekaragaman makanan yang menekankan pada nilai-nilai kearifan lokal. Menyikapi globalisasi ini, penting kiranya untuk melihat bagaimana bangsa Indonesia khususnya di Yogyakarta memaknai konsep glokalisasi dalam ranah ekonomi-budaya. Masakan cepat saji berupa fried chicken yang masuk ke Indonesia memang menyedot perhatian karena memiliki beberapa kelebihan seperti bersih, cepat, dan melekat dalam ‘mindset’ masyarakat sebagai gaya hidup modern. Glokalisasi dengan melihat potensi global dalam pangsa masakan cepat saji inilah yang ditangkap oleh rumah makan cepat saji “Yogya Chicken”. Saat ini telah memiliki 15 cabang yang tersebar di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Persaingan yang ketat sejak didirikan tahun 1997 terbukti mampu menunjukkan eksistensi “Yogya Chicken” sebagai kompetitor rumah makan cepat saji kelas global seperti KFC, CFC, McD, dan sebagainya. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan observasi dan indepht interview serta didukung data sekunder dari literatur yang keluarannya berupa data deskriptif-eksplanatif. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan pola konsep glokalisasi dengan mengedepankan budaya lokal. Bahkan kota-kota lain juga bisa mengembangkan Solo Chicken, Semarang Chicken, Surabaya Chicken tentunya tidak terlepas dari kemauan untuk mempertahankan budaya lokal untuk menghadapi gempuran globalisasi. Kata Kunci: Yogya Chicken, Glokalisasi, Kearifan Lokal

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

3


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

KKJ (Kamus Kedokteran Bahasa Jawa) Kamus Saku Tenaga Kesehatan, Jurus Jitu Telusuri Keluhan Pasien Birrul Qodriyyah1, Mariana Ulfa1 , Mutik Sri. P3 1

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Email : Irmanafsiyyati@rocketmail.com 2

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Email : marina_ulfa@bismillah.com 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Email : pitajeng@gmail.com

ABSTRAK Kunci pokok dalam pelayanan kesehatan terletak pada kemampuan komunikasi. Dalam berkomunikasi membutuhkan bahasa sebagai penghubungnya. Konsekuensi yang harus dihadapi oleh mahasiwa kesehatan maupun tenaga kesehatan di Pulau Jawa adalah harus mampu berkomunikasi dengan pasien yang berbahasa Jawa. Sehingga, profesional kesehatan dituntut mampu berbahasa Jawa agar tidak terjadi miskomunikasi dan misinterpretasi dalam perumusan diagnosa pasien. Kesalahan perumusan diagnosa akan berakibat fatal bagi pasien dan keluarga. Tujuan makalah ini ialah menghasilkan kamus inovatif, edukatif, dan sarana pelestarian Bahasa Jawa yang membantu mahasiswa maupun tenaga kesehatan dalam memahami keluhan dan berkomunikasi dengan pasien jawa. Sasaran penelitian ini ialah mahasiswa dan praktisi kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, bidan, fisioterapist, ahli farmasi, serta profesi yang berhubungan dengan kesehatan. Dengtan menggunakan metode penelitian dengan tahapan dalam penyusunan kamus meliputi pengkajian ke pakar kesehatan dan bahasa jawa, pencarian literatur pendukung, desain dan pengeditan, produksi, promosi dan penjualan secara personal, melalui distributor maupun konsinyasi dengan toko-toko buku di Yogyakarta. Pada akhirnya tercipta kamus kedokteran Bahasa Jawa yang inovatif, edukatif, dan sarana pelestari Bahasa Jawa yang telah mendapatkan lisensi ISBN. Kamus kedokteran Bahasa Jawa membantu mahasiswa dan praktisi kesehatan memahami keluhan dan penyakit yang sering diungkapkan pasien berbahasa Jawa. Kesimpulannya, Kamus Kedokteran Bahasa Jawa menjadi produk inovatif, edukatif, unik dan bernilai jual tinggi yang mampu menjawab masalah komunikasi tenaga kesehatan. Hasil penjualan menunjukkan bahwa kamus mendapatkan respon yang cukup baik dari konsumen di pasaran dan sangat berpeluang untuk terus dikembangkan mengingat jumlah mahasiswa maupun tenaga kesehatan di Pulau Jawa yang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kata kunci : Kamus Kedokteran, Bahasa Jawa, komunikasi, tenaga kesehatan

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

4


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Demak Kota Wali, The Little Of Mecca: Pengembangan Kearifan Budaya Islam Dengan Mengggunakan Sistem Kluster Sebagai Alternatif Paket Wisata Di Kabupaten Demak Shikhah Amna1, Liliek Handoko2, M. Mursyid3 1

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang Telp:085740523918 E-mail: amna_shikha@yahoo.co.id 2

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang Telp: 085725824242 E-mail: Handokoliliek@yahoo.co.id 3

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang Telp: 085640012041 E-mail: mas.ochid.3@facebook.com

ABSTRAK Kabupaten Demak selama ini dikenal sebagai Kota Wali. Hal ini didasari perkembangan kebudayaan islam yang pesat di kota ini. Akan tetapi, perkembangan budaya islam yang pesat tidak didasari oleh perkembangan kemakmuran warganya. Padahal Kabupaten Demak mempunyai banyak potensi yang tersebar di beberapa tempat. Potensi itu meliputi seni budaya islam, wisata religi, pusat studi islam, budaya islam kampung pesisir, wisata oleh-oleh khas budaya lokal dan masih banyak lagi. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan model budaya islam yang nantinya akan menjadi paket wisata di Kabupaten Demak. Pengembangan ini menggunakan sistem kluster yaitu sistem yang mengunggulkan potensi dan kekhasan budaya islam masing-masing tempat atau daerah. Pengembangan budaya islam ini nantinya dapat meningkatkan nilai tambah dari perkembangan budaya islam di Kabupaten Demak. Lebih lanjut dapat menggerakkan laju perekonomian warga. Penulisan karya tulis ini menggunakan pendekatan penulisan deskriptif kualitatif. Data dan sumber data yang digunakan dalam karya tulis ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui hasil bahwa: (1) Optimalisasi kearifan budaya islam di Kabupaten Demak belum dilakukan secara maksimal. Hal ini didasari pada pengemasan budaya islam yang masih monoton sehingga nilai jualnya kurang dan belum dikenal masyarakat luas. (2) Kluster kearifan budaya islam di Kabupaten Demak dapat dibagi menjadi a) kluster seni budaya, b) kluster wisata religi, c) kluster budaya pertanian, d) kluster budaya kampung pesisir, e) kluster pusat pendidikan dan kebudayaan islam, dan f) kluster oleh-oleh khas lokal Kata Kunci: Kearifan Budaya Islam, Sistem Kluster, Paket Wisata, Kabupaten Demak

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

5


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

“CakCuk: Strategi Budaya Lokal Sebagai Komoditas Ekonomi Kreatif Di Kota Surabaya” Nur Muhammad Farid1, Pramdia Arhando2 , Mahbub Alaidrus3 1

FakultasIlmuKomunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta Email: nur.m.farid@gmail.com 2 FakultasIlmuKomunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta Email:arhandopram@yahoo.com 3

FakultasIlmuKomunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta Email:mahbubalaidrus74@gmail.com

Republik Indonesia terkenal dengan keragaman suku dan budaya, sebagai negeri yang kaya akan ragam budaya maka sepatutnya Indonesia berpeluang untuk meningkatkan perekonomian, dan ekonomi kreatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Keragaman budaya dapat dimanfaatkan dari segi ekonomi. Inovasi dapat dikembangkan menjadi sebuah produk sesuai ciri khas daerah dalam rangka memperkenalkan suatu budaya lokal. Tak dipungkiri, budaya local masih kalah bersaing dengan budaya global di negri ini. Namun ditengah persaingan global tersebut produk-produk dalam negri karya putra bangsa semakin ditantang dan bangkit untuk menembus pasar nasional bahkan internasional. CakCuk misalnya, Sebuah cinderamata kaos oblong dari kota Surabaya yang mengangkat budaya lokal, CakCuk dihadirkan penuh kenakalan dan kecerdasan, yang dikemas dalam kelucuan pada setiap desainnya yang sangat kental. Kekhasan local wisdom budaya Surabaya yang unik seperti Kota Pahlawan, Kota 1001 Makanan, Kota Misuh, Kota Buaya, Kota Bonek semua terangkum dalam desain lucu dan kata-kata yang menggelitik. Nakal, lucu, namun tetap cerdas berbudaya. CakCuk menjadi sebuah gebrakan ekonomi kreatif yang berbasis budaya local bagi Indonesia. Oleh karena itu, dalam karya tulis ini hendak mengkaji kearifan budaya lokal yang berpeluang sebagai gerakan ekonomi kreatif di setiap daerah, khususnya di kota Surabaya. Sehingga dengan demikian budaya local tentu dapat pula menunjang perekonomian bangsa, karena kebudayaan juga dapat menghasilkan profit dan terlestarikan di kota tersebut. Kata kunci: CakCuk, Local Wisdom, EkonomiKreatif.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

6


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Film Kartun Wayang Chibi: Glokalisasi Melalui Film Anime Annisa Nurul Islami 1, Isna Hidayat 2, Mashud Syahroni 3 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Telp: (0274) 542185 Email: neezhae_dp1@yahoo.com 2 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Telp: (0274) 542185 Email: iezna.dayat@gmail.com 3 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Telp: (0274) 542185 Email: syahmashud@gmail.com

ABSTRAK Arus globalisasi berpengaruh pada pesatnya perkembangan Teknologi Informasi yang ada saat ini. Salah satunya adalah cabang multimedia yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia. Produk multimedia yang ada saat ini antara lain aplikasi-aplikasi seperti game, video, film, dan animasi kartun. Sayangnya, film kartun yang ada saat ini banyak berisi tetang kekerasan, bullying, dan mengandung unsur kebudayaan negara lain. Hal ini menyebabkan anak-anak Indonesia lebih mengenal kebudayaan bangsa lain seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Roma, namun mereka tidak mengenal kebudayaan Indonesia. Jika dibiarkan, maka suatu saat nanti kebudayaan yang kita miliki akan diambil oleh negara lain ataupun hilang di telan masa karena kita tidak mengenalnya atau melestarikannya. Oleh karena itu dibutuhkan media yang dapat mengenalkan kebudayaan Indonesia kepada anak se-dini mungkin melalui hal-hal yang menyenangkan dan disukai anak-anak. Penulis mengajukan sebuah ide yaitu “Film Wayang Chibi: Glokalisasi melalui Film Anime“. Film wayang chibi adalah film kartun namun tokohnya merupakan tokoh pewayangan yang dibuat dalam bentuk anime. Bentuk wayang tradisional tidak menarik bagi anak anak diubah menjadi bentuk wayang anime atau chibi dengan tidak mengubah karakter asli dari tokoh wayang tersebut. Cerita yang disuguhkan adalah cerita pewayangan seperti Bratayudha dan Punakawan. Diharapkan dengan film kartun wayang chibi dapat mengenalkan dan melestarikan kebudayaan lokal sesuai dengan minat dan tingkat perkembangan anak. Nilai nilai budaya yang luhur akan tersampaikan dan tertanam melalui karakter-karakter wayang chibi sehingga harapan Indonesia memiliki generasi muda yang berkarakter dapat tercapai. Kata kunci : anime, budaya, film, multimedia, wayang

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

7


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Modernisasi Lenong Betawi Ala Pemuda Masa Kini Kurniawati1, Syarifah Fajrina2, Ayu Paraswati3 1

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail : mamamia_sry@yahoo.com 2 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail : syarifafajrina@ymail.com 3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail : ayu.paraswatie@yahoo.com

ABSTRAK Salah satu jenis kebudayaan khas Betawi yang kini mulai hilang akibat pengaruh globalisasi adalah Lenong Betawi. Lenong merupakan drama lawakan khas Betawi yang didalamnya terdapat berbagai macam perpaduan budaya khas Betawi, mulai dari Kebaya khas betawi, lawakan atau candaan, pantun yang saling dilontarkan, lagu-lagu khas Betawi dimana lagu dinyanyikan secara berpasangan, musik khas betawi yaitu Tanjidor, tarian, pertunjukan silat, yang dikemas dalam satu pertunjukan drama musikal yang mengundang tawa. Pada mulanya Lenong Betawi sangat populer dikalangan masyarakat baik di kalangan masyarakat Betawi maupun di luar Betawi. Stasiun TV pada tahun 1980an begitu gencar menampilkan acara Lenong Betawi dengan tokoh betawi yang sangat terkenal pada era itu adalah Benyamin Syueb. Budaya Lenong Betawi ini terus bertahan, namun perlahan-lahan mulai memudar keberadaannya. Awal tahun 2000an, disaat globalisasi mulai melanda seluruh dunia termasuk Indonesia dan budaya barat mulai menggeser kebudayaan khas Indonesia, perlahan-lahan pementasan lenong Betawi tergantikan oleh drama musikal dan pementasan teater yang lebih menonjolkan budaya Barat dibandingkan budaya lokal yang lebih disukai pemuda Betawi. Bahkan pada waktu sekarang ini, pemuda pemudi Betawi hampir melupakan dan tidak tertarik lagi dengan budaya Lenong Betawi. Padahal lenong betawi merupakan aset bangsa dan kebudayaan Indonesia yang mengandung nilai seni dan estetika yang sangat tinggi. Melihat permasalahan tersebut, dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai budaya lenong betawi dan bagaimana keberadaan lenong betawi bagi masyarakat di masa ini. Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif didapat hasil bahwa pemuda betawi menganggap Lenong sebagai budaya yang sudah ketinggalan zaman. Sebagai solusi, pemakalah menggunakan metode eksperimen dengan mengubah pertunjukan lenong menjadi lebih menarik bagi anak muda, misalnya dengan pemain lenong yang masih muda, alur cerita yang lebih modern, dll. Setelah melakukan perbandingan didapat hasil adanya perbedaan yang cukup signifikan antara ketertarikan pemuda menyaksikan pertunjukan lenong gaya lama dengan lenong yang lebih modern.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

8


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Melokalkan Bahasa Asing, Menduniakan Bahasa Indonesia Linda Wahyu Setyaningrum Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK Globalisasi membuat dunia menjadi seakan tanpa batas. Masyarakat menjalin komunikasi antarnegara untuk kepentingan ekonomi, sosial dan budaya. Mereka rela menanggalkan bahasa ibunya dan menggunakan bahasa yang dimengerti dalam komunikasi global, yakni bahasa asing. Di sisi lain, bahasa Indonesia sedang dipersiapkan menjadi bahasa komunikasi regional di komunitas masyarakat ASEAN. Jika bahasa Indonesia tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk bersaing dengan bahasa asing, maka bahasa Indonesia tidak memiliki peluang untuk diterima dalam pergaulan internasional. Sebagian masyarakat Indonesia kini telah akrab berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa asing. Bahasa asing dianggap lebih bergengsi dibanding dengan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sering terpaksa disisipi oleh istilah bahasa asing karena tidak ada padanan istilah tersebut dalam bahasa Indonesia. Ada yang beranggapan bahwa menggunakan bahasa asing berarti telah menjadi bagian dari masyarakat global. Sayangnya, istilah asing yang diintegrasikan ke dalam bahasa Indonesia digunakan tanpa perubahan sesuai dengan budaya lokal masyarakat Indonesia. Masyarakat acapkali tidak tepat dalam penggunaan istilah tersebut, sehingga isi pembicaraannya sulit dipahami. Hal itu disebabkan oleh penyerapan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia tidak sedinamis perkembangan bahasa yang terjadi menyesuaikan dengan kebutuhan penuturnya. Untuk menginternasionalkan bahasa Indonesia, diperlukan ketahanan berbahasa nasional agar bahasa Indonesia mendunia dengan mempertahankan identitas bangsa dan budaya Indonesia. Salah satunya adalah melakukan pendataan dan penyerapan istilah bahasa asing untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Melalui usaha tersebut, diharapkan bahasa Indonesia mampu mencukupi kebutuhan komunikasi di segala bidang. Upaya tersebut dapat dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sebagai lembaga yang menangani permasalahan kebahasaan di Indonesia. Dengan demikian, bahasa Indonesia akan memiliki karakter kuat sebagai bahasa nasional yang mendunia tanpa kehilangan jati dirinya. Kata kunci : bahasa Indonesia, ketahanan berbahasa nasional, komunikasi global

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

9


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Mixmatch Collaboration: Kolaborasi Musik Modern dan Tradisional sebagai Upaya Meduniakan National Culture Nurrina Dyahpuspita1, Lina Puspitaning Rahayu2 1

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 55281 Email : nurrinade@gmail.com 2 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 55281 Email: lina_puspitaning@yahoo.com

ABSTRAK Perkembangan zaman yang semakin modern menuntut semua pihak untuk terus kreatif dan inovatif dalam mengikuti dinamisme zaman. Salah satu perkembangan yang menonjol adalah perkembangan dalam dunia musik. Perkembangan dunia musik terutama di kalangan pemuda, telah banyak melahirkan band-band, boyband dan girlband yang dilihat dari genre musiknya kurang sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Indonesia harus mampu melahirkan karya orisinal yang tidak hanya sekadar meniru budaya luar yang masuk. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan sebuah alternatif pemecahan masalah agar Indonesia tidak semakin terjerumus dalam arus budaya luar yang sedang menjamur. Salah satu cara yang dapat dijadikan alternatif adalah dengan dikembangkannya Mixmatch Collaboration. Mixmatch Collaboration merupakan suatu kolaborasi antara musik dan alat musik tradisional dan modern. Dengan Mixmatch Collaboration kekayaan budaya lokal Indonesia tidak akan hilang dan musik modern pun akan tetap dapat hidup dan berkembang. Kolaborasi musik ini dikemas dalam acara festival dengan menampilkan lakon sendratari khas daerah yang diiringi alunan alat musik tradisional dan modern. Alat musik tradisional yang digunakan adalah seperangkat gamelan yang dikolaborasikan dengan alat musik modern seperti gitar listrik, drum, dan keyboard. Kedua jenis musik ini saling disesuaikan agar keduanya bisa menghasilkan alunan nada yang harmonis. Upaya mengembangkan Mixmatch Collaboration ini dapat dilakukan oleh para mahasiswa sebagai agent of change. Hal ini diharapkan mampu menjadi inovasi dan dapat menumbuhkan rasa cinta akan budaya lokal. Budaya lokal tersebut merupakan pondasi yang dapat memperkokoh kebudayaan nasional. Apabila generasi penerus bangsa ini mampu mengembangkan dan menduniakan identitas budaya asli Indonesia, maka Indonesia akan mampu mengikuti arus globalisasi tanpa kehilangan jati dirinya. Kata kunci: Kolaborasi, Musik tradisional, Musik modern, Local Culture

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

10


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Jember Fashion Carnaval: Strategi Jitu dalam Menjawab Tantangan Globalisasi Nita Tri Astutik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya Email: nietha_dcoco@yahoo.com

ABSTRAK Dewasa ini kreatifitas masyarakat Jember semakin meninggi, terbukti dengan terselenggaranya satu festival budaya yang spektakuler yang bertajuk Jember Fashion Carnaval (JFC), dimana karnaval kampung yang telah membudaya di pelosok daerah di Jember kini terwadahi dalam balutan karnaval yang lebih modern yang mengacu pada standar karnaval dunia. JFC tercatat dalam calender of event (kalender pariwisata dunia) sehingga secara otomatis Jember menemukan identitas baru sebagai kota karnaval. Karya tulis ini mencoba untuk mengupas bagaimana proses akulturasi budaya karnaval antara karnaval kampung dengan karnaval dunia yang terbingkai dalam JFC, kemudian peran serta masyarakat dalam mewujudkan ekspektasi mereka atas kota Jember sebagai kota karnaval dunia, serta peluang apa yang dapat dimunculkan oleh keberhasilan JFC dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Jember. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur atas karya-karya ilmiah yang telah ada berkaitan dengan seluk beluk JFC, serta interview secara langsung baik kepada pihak penyelenggara JFC, Pemerintah daerah serta masyarakat yang turut serta dalam menyemarakkan JFC. JFC merupakan salah satu strategi untuk menjawab tantangan globalisasi. Strategi ini seharusnya memiliki sebuah peluang yang dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Jember. Dari pagelaran JFC selama ini saya melihat terdapat peluang yang besar bagi masyarakat Jember untuk mengembangkan ekonomi kreatif berbasis kerajinan rakyat yang dapat dipromosikan ke seluruh dunia melalui JFC. Namun rupanya peluang tersebut belum terbaca secara baik oleh pemerintah maupun penyelenggara JFC. Oleh karena itu karya tulis ini secara khusus juga akan mengkaji mengenai peluang adanya pengembangan ekonomi kreatif berbasis kerajinan rakyat bagi masyarakat Jember. Dengan ini diharapkan event JFC bukan hanya menjadi simbol kebanggaan, namun juga merupakan sebuah gebrakan yang mampu menjadikan Jember sebagai kekuatan ekonomi kreatif di Indonesia. Kata Kunci: karnaval, identitas, globalisasi, ekonomi kreatif

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

11


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Komunitas ‘Museum Online’: Usaha Pengenalan Budaya Indonesia Melalui Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Guna Memantapkan Ketahanan Budaya Serta Kesatuan Bangsa Indonesia Muhammad Thomi Al Halim Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polirik Universitas Airlangga, Surabaya E-mail : thomi.halim@gmail.com

ABSTRAK Indonesia sebagai Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam keanekaragaman hayati dan budaya yang tersebar di seluruh belahan nusantara. Indonesia memiliki lebih dari 740 suku bangsa, tidak kurang dari 583 bahasa daerah dengan 67 bahasa induk serta jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 231 juta. Pada tahun 2009 batik berhasil masuk kedalam daftar representatif sebagai budaya tak benda warisan manusia (representative list of the intangible of the intergovernmental committee) di Abu Dhabi oleh UNESCO bersama dengan 76 mata budaya lainnya dari berbagai macam Negara di belahan dunia ini. Keragaman budaya di Indonesia ini bagaikan pisau bermata dua yang dapat semakin memperkuat bangsa Indonesia atau sebaliknya dapat sebagai cikal bakal kehancuran bangsa Indonesia. Globalisasi merupakan fenomena yang sudah tidak dapat dihindari lagi oleh bangsa negara Indonesia. Globalisasi sendiri ditandai dengan cepat menyebarnya informasi dari suatu negara ke negara lain. Sehingga ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa globalisasi itu sendiri sebagai fenomena westernisasi dikarenakan media penyebar informasi itu sendiri paling banyak dari barat. Dengan fenomena globalisasi penyebaran budaya barat semakin banyak orang yang tidak peduli dengan berbagai macam budaya yang ada di Indonesia sehingga dapat menjadi cikal bakal kehancuran bangsa Indonesia. Penulis dalam mengatasi hal ini ingin membuat komunitas yang memanfaatkan situs jejaring sosial yang merupakan bentuk dari budaya global kedalam tingkatan aksi dalam mempertahanakan budaya lokal untuk mempertahankan pehamahaman masyarakat indonesia. Kita ketahui bahwa sebagian besar dari masyarakat Indonesia merupakan pengguna situs jejaring sosial dan Indonesia sendiri merupakan salah satu pengguna situs jejaring sosial terbesar di dunia. Sehingga dengan ini timbul glokalisasi yaitu memanfaatan budaya barat yang memiliki budaya dengan komunikasi dengan memanfaatkan teknologi tinggi untuk tetap memahamkan masyarakat Indonesia tentang keragaman kebudayaan lokal di Indonesia yang berdampak pada ketahanan budaya serta kesatuan bangsa. Kata kunci : Komunitas, Teknologi, Situs Jejaring Sosial, Budaya Lokal

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

12


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

MAHASISWA LULUSAN LUAR NEGERI SEBAGAI MOTOR GLOKALISASI DI INDONESIA Hatta Fauzia1, Sugeng Firmansyah2, Putranty Widha Nugraheni3 1

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang E-mail : my_littlewonders@yahoo.com

2

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang E-mail : tata_miviverfee@yahoo.com

3

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang E-mail : widha.putranty@ymail.com

ABSTRAK Indonesia mempunyai berbagai perguruan tinggi yang berkualitas baik, akan tetapi Indonesia masih harus belajar banyak dari negara lain sehingga banyak mahasiswa Indonesia yang berminat untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi ke luar negeri. Adanya mahasiswa Indonesia yang belajar di berbagai negara lain memberikan keuntungan tersendiri, misalnya kemampuan akademis mahasiswa Indonesia semakin meningkat dan mahasiswa Indonesia mampu menghasilkan berbagai riset yang tidak kalah dengan ilmuwan dari negara lain. Akan tetapi di balik itu timbul permasalahan karena banyak mahasiswa Indonesia yang enggan pulang ke Indonesia untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya dari negara lain. Banyak mahasiswa lulusan luar negeri yang merasa Indonesia tidak memiliki peralatan yang cukup canggih untuk pelaksanaan riset sehingga kebanyakan mereka enggan kembali ke Indonesia. Padahal apabila kita cermati, kembalinya mahasiswa lulusan luar negeri bisa menjadi motor perubahan bagi bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam hal ini terjadi proses glokalisasi dimana mahasiswa harus mampu think globally, act locally. Mahasiswa harus mengimplementasikan apa yang dipelajari dari negara tempatnya menuntut ilmu dengan karakter bangsa sehingga bisa diterapkan di negara Indonesia dan bisa mngatasi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pembangunan berbagai aspek yang bisa dimotori oleh mahasiswa Indonesia lulusan luar negeri membutuhkan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, yaitu 1) kesadaran mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari; 2) kerjasama pemerintah dalam mengupayakan fasilitas serta tempat yang layak bagi para ilmuwan di Indonesia; 3) kerjasama dengan mahasiswa dalam negeri untuk mengaplikasikan apa yang dipelajari mahasiswa luar negeri secara real dengan menyesuaikan kondisi masyarakat Indonesia; 4) kerjasama masyarakat untuk bersikap terbuka terhadap perubahan secara positif dan ikut berpartisipasi dalam upaya mengatasi permasalahan serta memajukan bangsa Indonesia. Makalah ini ditulis dengan metode tinjauan pustaka. Kata kunci : Mahasiswa, Luar Negeri, Glokalisasi

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

13


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Analisis Pengaruh Keikutsertaan Online Store Di Nomaden Market Terhadap Peningkatan Penjualan Dan Kemunculan Konsumen Baru Di Kota Semarang Muhdi Kurnianto1, Nabila HN F A2, Noventia Karina P3 1

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang Email : muhdi_kurnianto@yahoo.co.id 2

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang Email : nabilahanun14@yahoo.com 3 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang Email : noventiakp@yahoo.com

ABSTRAKSI Penggunaan teknologi informasi berbasis internet di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan pada periode abad-21. Kemudahan dalam menggunakan internet merupakan sebuah kelebihan memunculkan jenis bisnis baru yang disebut bisnis online. Bisnis online merupakan jenis bisnis yang menggunakan media internet dalam promosi dan publikasi barang/jasa. Membangun kepercayaan kepada konsumen merupakan kunci dari bisnis online. Promosi penjualan merupakan bentuk dari membangun kepercayaan kepada konsumen untuk meningkatkan penjualan dan memperluas pasar. Nomaden market merupakan salah satu alternatif promosi penjualan. Nomaden market adalah bazar yang diikuti oleh pelaku online store di Kota Semarang. Online store di Kota Semarang masih meragukan dampak positif dari keikutsertaanya di Nomaden Market. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keikutsertaan online store di Nomaden Market terhadap peningkatan penjualan, serta mengetahui pengaruh keikutsertaan Online Store di Nomaden Market terhadap kemunculan konsumen baru. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yang menggunakan distribusi frekuensi dengan menggunakan sampel 55 orang konsumen serta 5 produsen yang berada di wilayah Kota Semarang. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa keikutsertaan online store di Nomaden Market berpengaruh positif terhadap kenaikan penjualan dan kemunculan konsumen baru. Kenaikan penjualan online store setelah mengikuti Nomaden market berkisar antara 20% – 50%, 50%-100% dan lebih dari 100%. Persentase kemunculan konsumen baru yang datang membeli di online store adalah berkisar 10% - 50% dan 50% - 100% dari sebelumnya mengikuti Nomaden Market. Ikut sertanya online store di Nomaden Market akan membangun kepercayaan kepada konsumen karena adanya interaksi langsung penjual dan pembeli sehingga membuktikan bahwa keberadaan online store tersebut adalah benar. Kata Kunci : Internet, Penjualan, Peningkatan Penjualan dan Kemunculan Konsumen Baru

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

14


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Lapangan Budaya sebagai Infrastruktur Pelestarian Budaya Lokal Yelna Yuristiary Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Jakarta E-mail : yelnayuristiary@rocketmail.com

ABSTRAK Pergeseran zaman merubah budaya bangsa Indonesia. Beberapa bentuk kearifan lokal serta pengenalan terhadap budaya tidak lagi terkelola dengan baik sehingga bangsa ini kehilangan jati dirinya. Permainan rakyat merupakan salah satu perangkat penting dalam pelestarian budaya lokal. Seiring berkembangnya peradaban manusia menjadi era digital, ruang gerak dan peluang bagi permainan rakyat untuk tetap eksis tidak lagi menjadi perhatian utama. Area publik yang seharusnya menjadi perangkat utama pengembangan budaya tergeser oleh kawasan modern yang secara simultan membatasi kelestarian budaya lokal. Ketergantungan terhadap suatu produk seperti gadget pun semakin meluas melewati batasan umur dan merubah kebiasaan sosial dan pola pikir masyarakat. Tulisan ini membandingkan kecenderungan masyarakat tempo dulu dengan masyarakat modern baik dari segi kualitas penggunaan waktu, interaksi sosial, dan kecerdasan mental. Pentingnya penanganan terkait ruang terbuka yang bermanfaat sebagai lapangan budaya merupakan salah satu alternatif cerdas untuk tetap menjaga budaya suatu daerah. Pembaharuan dalam segi teknis dan mental juga akan terbangun dengan adanya lapangan budaya sebagai salah satu infrastruktur pendukung. Dalam hal pemenuhan data-data terkait permasalahan dan analisa perkembangan budaya dalam tulisan ini penulis menerapkan survey dan studi literatur yang akan dilaksanakan di salah satu kampung kota di daerah Riau. Analisis dilakukan dengan diskusi dan pendekatan langsung terhadap lokasi budaya sehingga pemaparan masalah dan solusi yang diperoleh menjadi suatu ukuran keberhasilan yang mumpuni. Secara garis besar tulisan ini akan menggambarkan seberapa pentingnya ruang terbuka yang diisi dengan konten-konten budaya seperti permainan rakyat, pertunjukan budaya serta tradisi lokal sebagai pemicu serta pendidik inovatif terkait pelestarian budaya di suatu daerah. Kata Kunci : Lapangan, Ruang gerak, Pelestarian, Budaya

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

15


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

#Pancasila4Youth : Tagline Kampanye Inovatif Nilai-nilai Luhur Pancasila berbasis Komunitas Pemuda dengan Strategi COMBINE (Collaborative Management,Branding and Network) sebagai Upaya Pemertahanan Kearifan Budaya Nasional Kalis Mardi Asih1, Mia Febriana2 1

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta E-mail: kalis.mardiasih@gmail.com

2

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta E-mail: mia.febriana@rocketmail.com

ABSTRAK Akhir-akhir ini,fenomena konflik sosial yang cukup potensial untuk menggoyang persatuan dan kesatuan nasional semakin marak terjadi. Konflik berlatarkan perbedaan agama maupun etnis, gerakan separasi,aksi demo yang berujung bentrok, pertentangan antar organisasi massa terjadi secara beruntun memberikan contoh serta dampak negatif bagi ketahanan nasional. Padahal, Indonesia memiliki empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang terdiri dari Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat hal tersebut merupakan nilai tertinggi dalam hierarkhi seluruh kebudayaan tanah air yang merupakan harga mati untuk terwujudnya persatuan dan kesatuan nasional. Keempatnya saling mengisi dan memiliki jiwa yang sama yakni bagaimana menciptakan kehidupan berbangsa dan bertanah air Indonesia yang harmoni demi terwujudnya cita-cita pembangunan nasional. Dalam bingkai yang sama, karya tulis ini menyajikan Pancasila sebagai landasan ideologis seluruh tatanan budaya lokal juga yang merangkum tiga pilar yang lain. Data dan sumber data yang digunakan dalam karya tulis ini terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer meliputi buku-buku yang relevan dengan topik penulisan, karya ilmiah, artikel dari internet, dan hasil penelitian. Data sekunder yakni hasil dokumentasi foto. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan pemaparan di atas diketahui hasil bahwa: (1) Transformasi gerakan pemuda Indonesia dari masa orde baru kepada tren pergerakan berbasis komunitas akibat masuknya tren gerakan dunia maya menunjukkan sebuah potensi besar bagi Indonesia menuju perubahan yang lebih baik di semua sektor. (2) Tagline #Pancasila4Youth adalah sebuah kampanye inovatif berbasis komunitas pemuda Indonesia untuk membumikan nilai-nilai luhur Pancasila melalui social media campaign dan formulasi kolaborasi massa yang menarik sebagai tonggak kembalinya budaya Indonesia yang kini terjajah nilai-nilai globalisasi. Pelaksanaan program membutuhkan strategi pengembangan berupa COMBINE yang meliputi; (a) Collaborative Managemen yakni manajemen kolaborasi massa tiga kaki (Pemerintah,masyarakat dan swasta), (b) Branding yakni pelabelan baik secara inward maupun outward (c) Network, yakni strategi pemanfaatan jaringan secara sinergis.

Kata Kunci : #Pancasila4Youth, Nilai-nilai Luhur Pancasila, COMBINE (Collaborative Management, Branding, Network)

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

16


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Solo Batik Fashion sebagai Bentuk Perpaduan Budaya Indonesia dan Budaya Barat Karisma Widya Kusuma Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta E-mail : karisma_widya@ymail.com

ABSTRAK Berawal dari ditetapkannya batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, memunculkan sebuah pertanyaan apakah batik mampu menyesuaikan diri dari budaya lokal Indonesia dengan budaya barat. Hal ini menjadi sia-sia apabila setelah penetapan batik yang mendunia, tidak diimbangi dengan usaha-usaha untuk mengenalkan batik kepada dunia. Makalah “Solo Batik Fashion sebagai Bentuk Perpaduan Budaya Indonesia dan Budaya Barat� disusun dengan tujuan untuk memperlihatkan kemampuan batik sebagai budaya lokal Indonesia dalam beradaptasi dengan budaya internasional. Bentuk adaptasi ini ditunjukkan dengan dijadikannya batik sebagai bahan busana kemudian disajikan dalam konsep acara fashion show. Dengan menyuguhkan konsep acara tersebut, masyarakat dapat menikmati konsep fashion show dengan tanpa melupakan budaya Indonesia, yaitu batik sebagai unsur utamanya. Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan metode studi pustaka dan browsing untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diadakannya Solo Batik Fashion ini, para pencang busana dapat bekerjasama dengan para pengrajin batik karena interaksi yang dilakukan antara mereka. Selain itu, diketahui pula dari acara tersebut semua kalangan masyarakat Kota Solo dapat membaur menjadi satu saat pertunjukkan diadakan. Dan yang utama, dengan adanya acara tersebut, batik dapat diperkenalkan ke mata dunia dengan bentuk yang lebih modern. Kesimpulan yang didapatkan dari makalah ini adalah bahwa Solo Batik Fashion mampu mengakomodasi kemampuan adaptasi batik yang bisa berpadu dengan budaya barat melalui ajang fashion show. Demikian, tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran membangun agar lebih baik dalam penulisan makalah di masa yang akan datang, terima kasih. Kata Kunci : Kebudayaan, Batik, Fashion, Pariwisata

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

17


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

KESENIAN WAYANG DALAM MASYARAKAT MODERN: Pola Adaptasi dan Kontekstualisasi Kesenian Wayang dalam Masyarakat Modern di Kecamatan Kraton Yogyakarta Johanes Edo Nur Karensa1, Raymundus Rikang Rinangga Widya2, Cornel Dimas Kusbianto3 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: edokarensa@rocketmail.com 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: raymundusrikang@gmail.com 3

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: dimas_41@yahoo.com

ABSTRAK Kesenian wayang kulit merupakan kesenian khas Jawa. Pertunjukan wayang yang biasanya digelar semalam suntuk merupakan bentuk kesenian yang mampu melahirkan nilai-nilai kehidupan melalui pelbagai penceritaan. Seiring perubahan zaman, kesenian wayang mulai terlupakan sedikit demi sedikit. Anggapan bahwa kesenian ini kuno dan tidak dinamis dibanding hiburan modern dan digital membuat wayang perlu beradaptasi dengan zaman guna menyampaikan nilai-nilai yang diembannya. Habirandha, yang merupakan singkatan dari Hamurwani Biwara Rancangan Dalang yang melatih calon dalang dari berbagai usia dan latar belakang Lulus dari Habiranda tidak otomatis membuat seseorang menjadi dalang. Untuk menjadi dalang, seseorang perlu diakui oleh suatu masyarakat atau kelompok tertentu. Artinya, Habiranda tidak memiliki kewenangan menentukan siapa yang layak jadi dalang. Kewenangan itu ada di masyarakat. Melalui metode observasi dan wawancara mendalam terhadap ahli, penikmat, dan pelaku kesenian wayang diperoleh hasil bahwa kesenian wayang purwa Ngayogyakarta berkontekstualisasi dan beradaptasi menurut peran dimana pagelaran wayang purwa Ngayogyakarta dipentaskan. Sistem Kraton tidak memungkinkan perubahan pakem dalam kesenian wayang purwa. Namun, pertunjukan wayang purwa masih bisa beradaptasi, contohnya dalam hal plot dan durasi, sepanjang pentas tidak digelar di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dua alternatif praksis kesenian wayang ini memungkinkan tetap hadirnya kesenian wayang purwa yang otentik dan khas Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat namun di saat yang bersamaan masih bisa mengikuti selera pasar agar seni tradisi tetap lestari. Kata kunci: budaya lokal, kesenian, wayang, adaptasi, dan kontekstualisasi

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

18


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

DIGITALS LOCAL CULTURE: PARADIGMA BARU DIGITALISASI GUNA KELESTARIAN BUDAYA LOKAL INDONESIA Gunawan1, Icmi Tri Handayani2 1 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin E-Mail: Goenawan_zhuko@yahoo.co.id 2 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin E-Mail: Icmihukumunhas@yahoo.co.id

ABSTRAK Kita tentu masih ingat mengenai popularitas lagu India yang tiba-tiba meledak di pasaran karena video salah seorang anggota kepolisian yang beredar di internet. Atau popularitas boy band dan girl band Korea yang masih hangat hingga saat ini. Pertanyaan yang muncul, apa yang membuatnya menjadi populer ? Sadar atau tidak, yang membuat lagu India atau boy girl band Korea menjadi populer yang begitu booming adalah karena peran teknologi digital. Mulai dari internet hingga video membuatnya tersebar begitu cepat sehingga semua masyarakat mendapat kesempatan yang sama untuk mengonsumsi wacana tersebut. Sehingga popularitas pun tidak bisa dihindari. Beramai-ramailah masyarakat menyuarakkan lagu india dan lagu-lagu korea, mulai anak-anak hingga orang dewasa dan bahkan banyak remaja Indonesia yang membentuk boy band dan girl band. Begitulah efek jika sesuatu telah menjadi popular ditambah lagi keberadaan teknologi digital saat ini mampu menjadi katalisator sebuah popularitas. Serta mampu memberikan informasi atau pengetahuan yang jelas tentang suatu wacana. Sehingga setiap masyarakat mendapat kejelasan tentang sesuatau secara menyeluruh. Dengan teknologi digital, penyebarluasan tentang sesuatu akan menjadi lebih mudah. Melihat peran yang dimainkan oleh teknologi digital dalam penyebarluasan informasi dan pengetahuan yang begitu deras. Tidaklah salah jika, kita juga dapat memanfaatkan teknologi digital untuk membuat Local Culture menjadi populer agar masyarakat memiliki motivasi lebih untuk melestarikan budaya lokal yang ada di wilayah mereka. Lalu jika memang teknologi digital dapat diolah untuk membuat Local Culture menjadi sebuah popularitas yang baru. Apakah teknologi digital juga perlu menyematkan kata Local Culture ? Tentu saja. Mengapa tidak? penulis menggagas konsep Digitals Local Culture yang merupakan sebuah konsep pemanfaatan teknologi digital yang berbasis informasi dan pengetahuan tentang budaya lokal, agar keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang budaya lokal dapat terpenuhi. Dan pada akhirnya, masyarakat akan beramai-ramai menerapkan konsep Digitals Local Culture sehing- ga partisipasi masyarakat akan memperkuat penerapan konsep Digitals Local Culture. Ada berbagai cara agar konsep ini dapat diterapkan, antara lain dengan menggalakkan: Local Culture SMS, Local Culture Blog, Local Culture Social Network, Local Culturepreneurship dan Local Culture Video/Movie. Key Words: Budaya Lokal, Digitals Local Culture, Teknologi, Popularitas.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

19


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Potensi Kearifan Lokal Masyarakat Bali Dalam Bidang Pendidikan (Studi Kasus Di Pasraman STIE Satya Dharma Singaraja) Putu Edi Ariawan Jurusan S1 Manajemen STIE Satya Dharma Singaraja Email : edi_ariawan@ymail.com

ABSTRAK Tradisi budaya masyarakat hindu khususnya di bali mempunyai banyak potensi kearifan lokal yang digunakan oleh warga pasraman sebagai rambu-rambu atau pedoman dalam menjalani kehidupannya. Tulisan ini memaparkan beberapa aspek kearifan lokal warga pasraman, khususnya yang relevan dengan bidang pendidikan. Paparan ini dibangun berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara dokumentasi dan wawancara. Sejumlah buku dan seluruh warga pasraman yang dipandang memiliki pengetahuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan ada sejumlah potensi kearifan lokal warga pasraman yang relevan dengan teori pendidikan dan pembelajaran modern. Potensi tersebut antara lain: (1) konsepsi disiplin belajar, (2) konsepsi pembelajar (guru), dan (3) konsepsi cara belajar. Di samping itu, juga dideskripsikan prinsip-prinsip belajar dan prinsip-prinsip mengajar yang dipraktikkan oleh warga pasraman dalam belajar dan mengajar. Berdasarkan temuan tersebut disarankan agar keberadaan potensi-potensi kearifan lokal diperhatikan dalam membangun landasarn teori pendidikan dan pembelajaran berbasis budaya. Kata kunci : Kearifan Lokal, Pasraman, Pendidikan.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

20


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Budaya Cium Tangan Tergantikan oleh Budaya Cium Pipi Azizah Ali1, Dwi Susilo Rini2 1

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAK Budaya memang tidak diketahui alasan secara tepatnya. Selain itu juga tidak diketahui siapa pencetusnya. Tapi sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat kebanyakan. Cium tangan kepada orang tua merupakan salah satu budaya yang masih tetap dilakukan. Biasanya dilakukan saat anak berangkat sekolah, akan pergi bertemu dengan keluarga besar , bahkan saat selesai sholat. Cium tangan merupakan bentuk penghormatan kepada kepada orang yang sudah berumur. Memberikan kesan saling menghormati dan menghargai serta perasaan saling memiliki. Selain itu juga terselip rasa kasih sayang yang mendalam. Tetapi karena semakin majunya teknologi di Indonesia dan semakin banyak pula informasi yang didapat. Entah itu melalui televisi maupun internet. Khususnya informasi tentang budaya. Budaya-budaya yang masuk ke Indonesia, khususnya budaya cium pipi mulai menggantikan budaya cium tangan untuk orang yang lebih berumur. Cium pipi memiliki arti yang sangat berdeda dengan cium tangan. Cium pipi lebih kepada rasa kasih sayang dan kurang rasa hormat serta rasa saling menjaga. Rasa hormat penting diberikan pada orang yang lebih tua, khususnya pada ornag tua sendiri. Akan tetapi cium tangan sudah dianggap sesuatu yang kuno dan ketinggalan jaman. Sehingga beralih ke cium pipi. Tulisan ini dibuat untuk megajak melestarikan kembali budaya cium tangan terhadap orang tua. Tujuannya bukan hanya untuk anak sekolah dasar saja tetapi untuk selamanya dan untuk semua kalangan golongan ekonomi. Sehingga tidak ada rasa kesenjangan didalam beberapa kalangan. Dengan mencium tangan akan timbul perasaan yang dekat antar satu sama lain. Dan rasa saling memiliki akan timbul dengan sendirinya. Jika anak menjunjung tinggi rasa hormat pada orang tua, maka pendidikan akan sampai kepada anak dengan mudah. Karena memang orang tua sangat merestui setiap apa yang dilakukan oleh anak tersebut. Sehingga do’a yang ditujukan kepada anak akan sampai dengan mudah dan cepat. Kata Kunci : cium tangan, menghormati

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

21


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

GERDANAS (GERAKAN BERBUDAYA NASIONAL) SEBUAH SOLUSI TERHADAP PERKEMBANGAN BUDAYA DI INDONESIA Alfiandi

Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh E-mail : alfiande_pii@yahoo.com

ABSTRAK Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai corak budaya yang sangat beragam dan memiliki nilai estetika yang tinggi dimata dunia. Banyak riset yang telah dilakukan oleh para generasi muda yang mencoba mendalami akan kearifan budaya indonesia sendiri dan hal ini sangat terlihat jelas mengapa indonesia disebut dengan negara ber-bhinneka tunggal ika bermakna meskipun budaya tersebut saling berbeda-beda namun hal ini tidak membuat budaya mayarakat terpecah belah. Bila ditinjau dari segi perspektif global menyangkut permasalahan yang sering terjadi dalam sistem budaya di suatu negara, sering kita jumpai banyaknya adat dan budaya disuatu golongan diadopsi, diambil bahkan lama kelamaan mengklaim culture tersebut sebagai budaya yang telah dimilikinya sejak dahulu. Berdasarkan permasalahan tersebut sudah sewajarnya kita harus membuat suatu langkah terobosan agar ketika budaya yang telah ada tidak dengan mudah diambil oleh pihak lain. Oleh sebab itu perlu diadakannya metode yang apik yang berciri khas budaya lokal namun berskala nasional. Metode untuk menyelesaikan permasalahan budaya tersebut adalah dengan adanya gerakan sosial (sosial movement) yang dinamakan Gerakan Berbudaya Nasional (GERDANAS). Pelaksanaan gerakan berbudaya nasional ini tak terlepas dari peran aktif pelajar di dunia pendidikan dengan menggunakan metode yang bukan hanya pelajar saja namun dilibatkannya masyarakat secara luas mulai dari akademisi, praktisi, media, juga dukungan dari pemerintah harus bersinergi secara kondusif. Hasil akhir yang akan diperoleh dengan adanya Gerakan Berbudaya Nasional ini nantinya akan berdampak pada rasa kebanggaan akan budaya nasional dimana rasa kebanggaan itu dapat diperoleh melalui inventarisasi akan budaya yang ada serta di sosialisasikannya dengan mengapresiasikan produk-produk budaya etnik yang beraneka ragam. Dimana bukan hanya suku-suku tertentu saja yang mengerti akan kebudayaanya namun suku tersebut juga mengerti dan memahami akan kebudayaan didaerah lain sehingga hasil akhir dari pada kebhinekaan di Indonesia ini dapat terwujud dengan sempurna sesuai cita-cita luhur The founding father negara kita. Kata kunci : Gerakan, Budaya, Nasional, Bhinneka

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

22


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Mempopulerkan Lagu Minang dengan Glokalisasi Yoly Rahmallah Puteri1, Puja Adanka2 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Padang, 25163 Telp: +62 (751) 71 303, Fax: +62 (751) 71 085 Email: yolyputeri@gmail.com 2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Padang, 25163 Telp: +62 (751) 71 303, Fax: +62 (751) 71 085 Email: puja_adanka@yahoo.com

ABSTRAK Zaman yang semakin maju dan telah membentuk peradaban yang modern ini dapat terjadi dengan adanya globalisasi. Globalisasi menjalar hampir ke setiap aspek kehidupan masyarakat dunia. Negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia, harus mampu menerima dampak dari globalisasi tersebut yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi suatu eksistensi yang telah ada sebelumnya di dalam aspek kehidupan masyarakat, contohnya adalah budaya lokal. Pada kesempatan kali ini dalam penulisan paper yang bertema Glokalisasi Budaya Nasional, kami memilih subtema Kearifan Budaya Lokal, dengan judul mempopulerkan lagu minang dengan glokalisasi. Salah satu cara terbaik dalam menanggapi pengaruh dari globalisasi adalah dengan melakukan glokalisasi budaya. Di minangkabau salah satu budaya lokal yang yang telah mulai tergeser keeksistensiannya adalah lagu minang. Lagu minang selalu identik dengan cengkok dan musik tradisonalnya seperti rabab, talempong, maupun suliang. Dahulunya masyarakat minangkabau selalu menampilkan lagu minang maupun musik tradisionalnya dalam upacara adat, penyambutan tamu, dan pernikahan. Pada sekarang ini pertunjukan lagu minang telah jarang dijumpai apalagi dalam acara pernikahan, selain itu minat masyarakat khususnya anak muda terhadap lagu minang telah sangat berkurang. Hal ini disebabkan oleh anemo masyarakat terhadap musik modern sangat tinggi. Menyadari dengan perubahan respon masyarakat terhadap lagu minang, maka lagu minang kemudian mulai dirubah menjadi lebih pop, tetapi tetap mendapatkan respon yang kurang dari masyarakat. Melihat fenomena ini, SMAN 2 PAINAN termotivasi untuk mengadakan sebuah festival band, dengan tema “Dendang Anak Nagari� . Setiap band yang turut berpartispasi dituntut membawakan sebuah lagu minang yang telah di aransemen sesuai dengan karakter musik modern yang diinginkan. Alhasil muncullah lagu minang yang ditampilkan dalam berbagai jenis musik modern seperti rock dan pop yang berhasil menarik antusias masyarakat, walaupun begitu tetap tidak menghilangkan bagian-bagian yang menjadi ciri khas dari lagu minang itu sendiri. Kata kunci : Lagu Minang, Musik Tradisional, Musik Modern.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

23


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Desakralisasi Tarian Kecak: Suatu Tinjauan Atas Komersialisasi Budaya di Bali I Putu Agung Wira Sudewa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, Bali Telp: (0361) 702412, HP: 081999226757 E-mail: wirasudewa@yahoo.co.id

ABSTRAK Tari Kecak adalah tarian berkelompok yang dibawakan oleh laki-laki untuk keperluan upacara keagamaan di pura. Tarian ini ditarikan bersamaan dengan tarian Sanghyang Dedari. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah (1) Apakah yang menyebabkan terjadinya desakralisasi tarian kecak, (2) Apakah dampak dari desakralisasi tarian kecak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya desakralisasi tarian kecak dan dampak yang ditimbulkan dari desakralisasi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriftif analisis. Sumber-sumber data diambil dari buku-buku dan jurnal ilmiah. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa faktor utama yang menyebabkan terjadinya desakralisasi tarian kecak adalah meningkatnya tuntutan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali untuk menyaksikan tarian kecak. Dampak yang ditimbulkan dari desakralisasi tarian kecak adalah terjadinya komersialisasi yang berakibat tarian kecak berubah fungsi menjadi tari hiburan dan dapat disaksikan di luar pura. Tari kecak juga tidak perlu lagi ditarikan bersamaan dengan tarian Sanghyang Dedari, tetapi mengambil unsur dari cerita Ramayana. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tuntutan-tuntutan yang datangnya dari sektor pariwisata ternyata mengakibatkan terjadinya komersialisasi terhadap tarian kecak, sehingga tarian kecak berubah fungsinya dari yang awalnya merupakan tarian sakral menjadi tarian hiburan. Kata kunci: desakralisasi, kecak, komersialisasi, pariwisata

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

24


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

MEDIA DAN GLOKALISASI BAHASA DI KALANGAN REMAJA : Dampak Video Game GTA SAN ANDREAS Terhadap Perilaku Berbahasa Remaja Indonesia (Studi Pada Remaja di Kota Depok, Jawa Barat) Tubagus Aditya Nugraha 1, Andrew Alexis Nanlohy 2 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta E-mail : tebe_bete_btr@yahoo.com 2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta E-mail : Andoryu_666@yahoo.com

ABSTRAK Media merupakan sarana informasi, pendidikan dan hiburan. Di samping itu, media juga menjadi sarana untuk menyampaikan budaya bahkan ideologi tertentu . Salah satu media yang memang bertujuan untuk menghibur dan mempunyai pesan-pesan budaya adalah video game. Di Indonesia, video game memang sangat digemari khususnya oleh remaja dan anak-anak, bahkan tak jarang orang dewasa pun menyukai video game. Penelitian ini akan membahas lebih lanjut tentang pengaruh video game khususnya terhadap remaja, karena video game dianggap mempunyai efek buruk terhadap perkembangan remaja. Salah satu video game yang yang cukup digemari remaja dan remaja adalah GTA: SAN ANDREAS. Disini peneliti ingin mengetahui dampak video game tersebut terhadap tata cara berbahasa remaja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan cara pengumpulan data melalui depth interview. Penelitian ini berhasil menyimpulkan bahwa sebagian besar responden menganggap bahwa game GTA: SAN ANDREAS adalah salah satu game yang mempengaruhi tata bahasa remaja di Indonesia. Beberapa responden telah menamatkan game tersebut. artinya, responden otomatis telah menguasai atau setidaknya mengetahui kontenkonten yang ada di dalam game tersebut. Hasil akhir penelitian ini menyebutkan bahwa, media bukan satu-satunya penyebab, tetapi dipengaruhi juga oleh berbagai faktor seperti latar belakang pendidikan, kontrol orang tua, dan lingkungan informan. Awal terbentuknya remaja untuk mengerti budaya adalah dari keluarga. Penelitian ini didedikasikan untuk para remaja dan orangtua di Indonesia. Kata kunci : Bahasa, Remaja, Game, Glokalisasi Media

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

25


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Uji Efektivitas Antibakteri Daun Jambu Biji Ras Lokal Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis Sebagai Langkah Mempertahankan Kearifan Lokal Penggunaan Deodoran Alami Daun Jambu Biji Masyarakat Desa Jorok Sumbawa Besar NTB Hilman Qudratuddarsi1, Hendra Tukantari2 1

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram NTB E-mail: darsyhilman@rocketmail.com 2 Fakultas Peternakan Universitas Mataram NTB E-mail: hendratukantari@yahoo.com

ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh anggapan generasi muda desa Jorok yang menganggap bahwa kebiasaan turun-temurun masyarakat harus ditinggalkan karena tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Adapun yang menjadi alasan masyarakat menggunakan deodoran daun jambu biji adalah ekonomis, alami,tradisi dan efektif. Bau badan sendiri merupakan kendala saat berinteraksi dengan orang lain, bahkan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang. Bau badan disebabkan oleh keringat yang bercampur dengan hasil metabolisme bakteri. Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri penghasil asam isovalerik yang menyebabkan timbulnya bau badan tidak sedap. Untuk mengatasi bau badan orang menggunakan deodoran yang sering mengandung zat kimia berbahaya. Daun jambu biji mengandung beberapa senyawa aktif seperti tanin, flavonoid, saponin, minyak atsiri dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun jambu biji dengan pelarut n-hexana, etanol dan aquadest terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, mengetahui potensi daun jambu biji sebagai deodoran serta mengetahui pengaruh adanya penelitian ini kepada masyarakat pengguna dan mengetahui lebih jauh tentang penggunaan daun jambu biji sebagai deodoran di desa Jorok. Metode yang digunakan adalah ekstraksi dan uji aktivitas antibakteri yang masing-masing menggunakan 3 konsentrasi ekstrak yaitu 50%, 75%, dan 100%. Sedangkan untuk selanjutnya peneliti langsung wawancara dengan masyarakat dan sosialisasi hasil penelitian. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa semua ekstrak n-hexana, etanol dan aquadest pada daun jambu biji dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100% sensitif menghambat bakteri Staphylococcus epidermidis. Dengan demikian, daun jambu biji berpotensi sebagai deodoran. Penggunaan daun jambu biji merupakan tradisi turun temurun, dan masyarakat pun merasa nyaman menggunakannya karena bau badan hilang dan bisa digunakan saat mandi. Tentunya penelitian ini mendapat apresiasi dari masyarakat dan diharapkan mampu mempertahankan kearifan lokal. Kata kunci: Daun Jambu Biji, Staphylococcus epidermidis, Kearifan Lokal, Deodoran Alami

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

26


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Membumikan Costum Play Tokoh Indonesia di Bumi Pertiwi Rara Firlina1, Ricky Alexander2, Azzahra Ulya3 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok E-mail : rarafirlina@ymail.com

2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok E-mail : rickyabsamosir@yahoo.co.id

3

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok E-mail : azzahra_ulya@yahoo.co.id

ABSTRAK Berbicara mengenai era globalisasi di zaman saat ini bukanlah sesuatu yang baru. Globalisasi masuk ke seluruh ranah kehidupan manusia tanpa terkecuali. Globalisasi pun turut menimbulkan berbagai hal baru mulai dari gaya hidup, kebutuhan akan pendidikan, hingga bisa menimbulkan kebiasaan dan mempengaruhi kebudayaan lokal. Menghindari globalisasi menjadi mustahil jika hidup di zaman sekarang, pilihan untuk melakukan glokalisasi dirasa lebih tepat sasaran. Costum play (biasa disebut cosplay) merupakan salah satu bentuk glokalisasi pop culture yang termasuk baru dan unik di Indonesia. Costum play mulai digemari di Indonesia sekitar awal tahun 2000an di mana kostum yang dipertunjukkan adalah kostum anime atau tokoh komik Jepang. Kepopuleran cosplay berkembang dari tahun ke tahun dan memunculkan banyak komunitas hingga perlombaan cosplay. Di tahun 2012 ini muncul jenis cosplay baru yang mulai digalakkan oleh para penyelenggara lomba cosplay dan diminati oleh cosplayer Indonesia yaitu cosplay menggunakan kostum “Indonesia banget� mulai dari tokoh pewayangan, tokoh dongeng, dsb. Cosplay dengan tokoh serba Indonesia menjadi sesuatu yang unik karena berbeda dengan kostum anime atau tokoh kartun barat. Berbekal hal tersebut kami mencoba melakukan penelitian bagaimana para cosplayer tersebut mencoba eksis dan membumikan kebudayaan lokal melalui media pop culture cosplay. Selain itu kami ingin mengetahui lebih dalam visi dan misi yang dilakukan oleh para cosplayer tokoh Indonesia hingga mereka dapat membuat sebuah komunitas cosplay baru namun lain daripada yang lain. Penelitian ini cukup menarik karena mencoba mengungkap apa yang terjadi dalam budaya pop cosplay itu sendiri juga bagaimana tanggapan dari masyarakat dalam menerima percampuran budaya tersebut. Di satu sisi ada ketidakinginan terus tergantung pada budaya pop namun sangat tidak mungkin menghindari arus masuk budaya global. Di sisi lain keinginan akan hadirnya budaya lokal pun semakin meningkat sehingga terciptalah suatu perpaduan budaya dalam bentuk pop culture yang disebut juga glokalisasi (budaya global dalam konteks lokal). Kata kunci : Cosplay, kostum, glokalisasi, budaya global

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

27


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Introduksi Dialek Banyumasan dalam Wacana Perfilman Kontemporer Rajif Dri Angga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada No. HP : 0812 1539 2536

ABSTRAK Bahasa tidak hanya dipahami sebagai instrumen komunikasi semata, melainkan harus dipahami sebagai instrumen kuasa yang melahirkan identifikasi bersama atas kolektivitas yang membedakan ‘kita’ dan ‘mereka’. Bahasa menjadi alat untuk mengintroduksi dan mereproduksi wacana atas berbagai konstruksi makna realitas. Wacana yang dikembangkan oleh kolektivitas budaya tertentu seringkali mempengaruhi perspektif kita dalam memandang kolektivitas budaya lain. Stereotyping menjadi kata kunci untuk memahami bagaimana proses pewacanaan tersebut bekerja dalam realitas sosial yang ada. Dalam konteks itulah, tulisan ini berupaya menempatkan wacana dan stereotyping dialek Banyumasan sebagai bahasa yang dianggap asor (rendahan), kasar, dan pinggiran menjadi pemaknaan lain yang berimplikasi positif pada introduksi dialek ini dalam konteks nasional. Tulisan ini mengambil sebuah kasus film Sang Penari yang mengambil latar budaya Banyumasan sebagai sebuah konstruksi wacana yang dikembangkan untuk mengintroduksi dialek Banyumasan ke dalam struktur budaya yang mengalami proses globalisasi. Disadari atau tidak, dialek Banyumasan yang dipakai dalam narasi film Sang Penari mampu memberi kontribusi dan signifikansi bagi meluasnya (baca: globalisasi) wacana budaya Banyumasan dalam konteks budaya yang lebih global. Secara bertahap namun pasti, stereotyping bahasa Banyumasan sebagai bahasa pinggiran mampu melahirkan wacana budaya dan introduksi makna bahasa Banyumasan. Justifikasi yang diajukan adalah bahwa introduksi dialek Banyumasan dalam narasi yang dikembangkan dalam film Sang Penari memberi makna bagi proses pengenalan dan bahkan proses peluasan (globalisasi) budaya Banyumasan sebagai sebuah sistem nilai dan norma. Pewacanaan ini semakin menemui signifikansinya ketika film Sang Penari dikukuhkan sebagai film terbaik dalam berbagai festival film, termasuk Festival Film Indonesia hingga kompetisi di mancanegara. Kata kunci: stereotyping, dialek Banyumasan, introduksi, wacana, pemaknaan.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

28


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Keroncong in Lounge: Trigger Ketahanan Musik Keroncong Nusantara Siti Wulandari1, Rati Prasasti2, Dio Herman Saputra3 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta Email: siti.wulandari17@gmail.com 2 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta Email: prasasti_ratih@yahoo.co.id 3

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta Email: mario_wie@hotmail.com

ABSTRAK Musik keroncong merupakan akulturasi kebudayaan Portugis (alat musik Fado) dengan alat musik nusantara. Akulturasi tersebut menjadikan musik keroncong sebagai musik khas nusantara. Musik keroncong ini, mengalami masa keemasannya di era musik keroncong modern (2004-2008). Di mana musik keroncong kerap kali didendangkan di sebagian besar pelosok nusantara, bahkan hingga ke Jepang, Suriname dan Belanda. Namun kini, musik keroncong nusantara kurang terdengar lagi gaungnya. Salah satu penyebab menurunnya minat dan perhatian orang Indonesia terhadap musik keroncong adalah globalisasi budaya dari dunia Internasional. Globalisasi budaya ini tentu harus disiasati agar musik khas nusantara tetap terjaga kelestariannya. Glokalisasi musik keroncong bisa menjadi salah satu alternatif untuk menjaga ketahanan musik keroncong nusantara. “Keroncong in Lounge” merupakan suatu bentuk glokalisasi musik yang ada di nusantara. “Keroncong in Lounge” merupakan sebuah album yang berisi lagu-lagu barat yang dinyanyikan dengan iringan musik keroncong oleh Safitri. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya menganalisa bagaimana glokalisasi musik keroncong, “Keroncong in Lounge,” bisa menjadi trigger ketahanan budaya nusantara. Sehingga musik-musik nusantara bisa tetap eksis dan lestari di era globalisasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif, dengan paradigma konstruktivis, dan dianalisa dengan konsep glokalisasi budaya serta teori Cultural Studies. Pengumpulan data dan informasinya dilakukan dengan studi kepustakaan dan in depth interview. Beberapa lagu dalam album “Keroncong in Lounge” bisa diakses melalui Youtube, namun masih banyak lagu-lagu lainnya yang sukar diakses. Sarana penyebarluasan dan pengenalan glokalisasi musik keroncong pun masih sangat minim. Di era media baru sekarang ini, kita bisa mempropagandakan glokalisasi musik keroncong sebagai upaya pengenalan dan menjaga ketahanan budaya (musik keroncong) itu sendiri. Pemanfaatan media baru, dalam bentuk cultural campaign dapat menjadi solusi memperkenalkan glokalisasi musik keroncong kepada khalayak umum. Sehingga, new-media cultural campaign memungkinkan kita untuk menjaga ketahanan budaya nusantara. Kata kunci: Keroncong in Lounge, Glokalisasi Budaya, Ketahanan Budaya Nusantara, Media Baru. UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

29


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 7th ANNUAL 2012

Revitalisasi Usaha Tenun Enges Asli Lombok Tengah sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Era Global Desi Purnamasari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie, Jakarta Email: desipurnamasari_ub@yahoo.co.id

ABSTRAK Perdagangan bebas merupakan manifestasi globalisasi ekonomi yang menuntut setiap negara di dunia, termasuk Indonesia, untuk memiliki competitive advantage agar dapat bertahan di persaingan yang sangat ketat karena sistem perdagangan ini meniadakan tariff, quota, atau pun trade barrier lainnya yang dapat menghambat keluar masuknya produk dari dan ke suatu negara. Istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan free trade adalah borderless trading, yakni : perdagangan yang tidak memandang batas suatu negara. Dalam menghadapi perdagangan bebas, Indonesia bukan hanya harus mempersiapkan competitive advantage-nya namun juga kekuatan budaya nasionalnya agar tidak tergerus oleh derasnya arus globalisasi yang dapat membawa berbagai pengaruh terhadap “pertahanan” nasional. Salah satu bentuk pertahanan nasional Indonesia, negara penganut sistem ekonomi kerakyatan, adalah penggencaran revitalisasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar mampu bersaing secara global. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai program pemerintah misalnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan melalui bank – bank konvensional. Terlihat bahwa terjadi peningkatan penerima KUR dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 68,6%, yaitu dari Rp 17,2 Trilyun menjadi 29 Trilyun. Hal ini menunjukkan bahwa potensi UMKM Indonesia sangat besar. Usaha Tenun Renges yang terletak di Lombok Tengah adalah salah satu bukti kekuatan tersembunyi dari UMKM Indonesia. Keunikan motif dan kekhasan metode produksi Tenun Renges menjadikannya laku di pasar domestik. Namun, usaha ini belum direvitalisasi secara optimal karena masih terkendala dengan keterbatasan modal, saluran distribusi yang mahal, dan kurang gencarnya media promosi untuk mempopulerkan produk ini agar dapat go international. Padahal, revitalisasi usaha ini bukan hanya berpotensi dalam pemberdayaan masyarakat lokal yang menjadi ciri sistem ekonomi kerakyatan namun juga menonjolkan produk tenunan yang merupakan budaya nasional. Tentunya konsep revitalisasi UMKM Indonesia merupakan glokalisasi ideal dari sistem ekonomi kerakyatan yang menonjolkan budaya nasional dan sistem perdagangan bebas yang menjadi ciri globalisasi. Kata kunci : UMKM, Tenun Renges, Competitive Advantage, Go International

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

30


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.