Prosiding Communication Days : Abstraksi Call for Paper, 2013

Page 1


ISSN 2302-6546

PROSIDING COMMUNICATION DAYS Abstraksi Call for Paper; “Demokrasi, Politik, dan Masyarakat Informatif Indonesia” Volume 2, November 2013

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013 Jakarta – Indonesia, 18 November 2013 NAMA PUBLIKASI Prosiding Communication Days Abstraksi Call for Paper; “Demokrasi, Politik, dan Masyarakat Informatif Indonesia” Volume 2, November 2013 SUSUNAN REDAKSI Tim Reviewer:  Prof. Drs. Suparmoko, MA, Ph.D  Drs. Eko Polosoro, M. Eng., M.M.  Dr. Umaimah Wahid  Dr. Hadiono Afdjani, M.M., M.Si.  Ni Gusti Ayu Ketut Kurniasari, M.Si.  Ahmad Toni, M.Si. Editor: Nawiroh Vera, M.Si Layout:  Thomas Kasa Aribowo  Dimas Adhitya Saputra  Anissa Novasilvani Pengelola dan Sirkulasi: BEM Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur PENERBIT Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jl. Raya Ciledug, Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ISSN 2302-6546 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta: Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotocopy, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

i


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat, rahmat serta karunia-Nya sehingga acara Communication Days yang sudah memasuki tahun kedelapan ini dapat terlaksanakan dengan baik. Pada tahun ini CommDays menggangkat tema “Democracy 3.0� dalam hal ini akan membahas mengenai pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tentu besar kaitannya dengan peran pemuda dalam pembangunan bangsa. Di mana dalam era ketiga ini, masyarakat dapat mengakses informasi dengan lebih mudah karena adanya cross-application dalam media. Tujuan dari acara ini untuk menyadarkan para generasi muda pada era ini kita sudah memasuki era ketiga dalam perkembangan teknologi, dan juga untuk mendorong para generasi muda agar lebih produktif dalam kemajuan dunia politik di Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serta dapat menerapkannya dengan upaya-upaya kreatif dan inovatif. Kami sangat berterima kasih atas semua pihak yang telah membantu sehingga acara ini dapat terlaksana sampai saat ini, semoga generasi muda saat ini lebih produktif untuk membangun bangsa, juga agar para pemuda dapat melakukan perubahan sosial, dan diharapkan dapat memberikan konstribusi yang berguna untuk bangsa. Salah satunya adalah untuk kemajuan dunia politik di Indonesia.

Salam komunikasi!

Lovelly Filliyand Project Officer Communication Days 8th Annual 2013

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

ii


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

ISSN 2302-6546

DAFTAR ISI Slang Reflects and Affects Children Through the Medium of Television Sinetron Indonesia ......................................................................................................................... 1 A Focus on the Discrepancy of Gender and Politics ...................................................... 2 Parlemen Muda: Upaya Penyadaran Politik dari Anak Muda, oleh Anak Muda, dan untuk Anak Muda Indonesia .......................................................................................... 3 Keterbukaan Demokrasi dan Pertumbuhan Budaya Etnik .......................................... 4 The Effectiveness of Lapor Application as Digital Aspiration Media for Indonesian Society (September 2013) ................................................................................................ 6 Masyarakat Informatif yang Berbudi Luhur ................................................................ 7 CALON PRESIDEN KONTROVERSIAL DALAM PEMILU 2014 (Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Fans Soneta dan Anggota Gerakan 1 Juta Anti Klub Poligami terkait Pro dan Kontra Pencalonan Presiden Rhoma Irama) .............. 8 KONTROVERSI AGAMA MINORITAS DALAM PILGUB DKI JAKARTA PERIODE 2012 (Studi Deskriptif Tentang Pengalaman Wagub Dki Jakarta, Basuki Tjahja Purnama Dalam Mengambil Simpati Dan Dukungan Dari Masyarakat Beragama Mayoritas) ..................................................................................................... 9 MEDIA SEBAGAI SALURAN KAMPANYE TERSELUBUNG PARTAI POLITIK (Studi Kasus Tentang Dugaan Kampanye Terselubung Sebagai Strategi dari Komunikasi Politik Tim Sukses ARB Pada Stasiun Televisi, ANTV dan TV One) ... 11 PERAN LSM PEREMPUAN DALAM PENANAMAN KESADARAN AKTIF POLITIK DI TENGAH STEREOTIP PATRIARKI BUDAYA INDONESIA (Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Divisi Pelatihan dan Pendidikan Yayasan Jurnal Perempuan dalam Menanamkan Kesadaran Partisipasi Politik Terhadap Perempuan) ................................................................................................................... 12 REFLEKSI KONTROVERSI PADA MASYARAKAT DEMOKRATIF DALAM MEDIA TWITTER (Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Followers Akun Twitter @farhatabbaslaw Dalam Memandang Kepemimpinan Joko Widodo) ......... 14 RIWAYAT GERAKAN MAHASISWA DALAM PROSES PERJALANAN DEMOKRASI INDONESIA (Studi Historis tentang Peran Komunikasi Politik Soe Hok Gie Dalam Perjuangan Politik Demokrasi Mahasiswa Era Transisi Orde LamaOrde Baru) .................................................................................................................... 16 Peran Mahasiswa dalam Dinamika Politik di Indonesia ............................................. 18

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

iii


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Strategi Komunikasi Sosial Bank Sampah Resik Becik untuk Mengatasi Permasalahan Sampah di Kota Semarang................................................................... 19 Analisa Mengenai Kekuasaan Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi dan Pemanfaatan Sumber Daya .......................................................................................... 20 Berdemokrasi Ala Pelajar: Pendidikan Demokrasi melalui Pemilihan Umum Ketua OSIS (Pemilos) di Kabupaten Bantul........................................................................... 21 Strategi Komunikasi Politik ala “Si Kancing Merah” Melalui Media Massa ............ 22 Seni Feminis: Eksistensi Perempuan dalam Kancah Seni........................................... 23 Kaitan Lingkungan dengan Kebebasan Beragama, Beribadah dan Mendirikan Tempat Ibadah .............................................................................................................. 24 Ahok, Runtuhnya Konstruksi Politik Diskriminatif di Indonesia dan Jurnalisme Tanpa Prasangka .......................................................................................................... 25 Peran Internet Terhadap Kebutuhan Informasi Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Budi Luhur) .................................................................................................................. 27

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

iv


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Slang Reflects and Affects Children Through the Medium of Television Sinetron Indonesia Ferdy Karel Soukotta 1, Tari Suprobo 2 1

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga E-mail: operavanambon@gmail.com 2 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRACT Slang that developed in Indonesia is very innovative and creative. Formation of such language is supported by the dynamics in society. Slang is identical to the verbal abuse and very vulgar, slang as it was originally only used by street children, known as thugs. Development era slang at this time has been used in people's daily life. Ironically slang has spread through the formal life of Indonesian children especially children who live in a big city. This is fatal for the future of Indonesian children. This means that the function of Indonesian rule has been violated. In essence it is an important function that is Indonesian, Indonesian as National Identity. Indonesian as the Pride of the Nation and the Indonesian as a unifying tool Nation different tribe, religion, race, customs and culture. These three things we find on the meaning of the Youth Pledge. Even more pathetic at this time all local media in Indonesia almost put slang in their program. One is television. Television is a medium that has the power to influence audiences. With the power of television will lead to a very strong effect, this is the reason why the slang can touch virtually throughout Indonesian society. The frightening spread of this strong result became very popular slang for Indonesian children. Children it is easy to imitate, through children's television in order to imitate their idols could be or become an idol like on television. The function in question is where the education of Indonesian television media at this time? This is where the trouble spots of this research.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

1


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

A Focus on the Discrepancy of Gender and Politics Livia Margarita Accounting & Marketing Major Bina Nusantara International University Email: kioe_livia@hotmail.com

ABSTRACT The seat of Indonesian presidency was once grounded by Megawati Sukarnoputri from the PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia- Perjuangan) on 23 July 2001, who is the first women elected to lead in the political office. However, her electoral campaign in 1999 was undermined by vigorous political debates over the issue of gender supported by Islamic doctrines that fleered over the idea of a female president. The controversy between gender and politics has revealed itself not only in Indonesia but also in economic power houses such as the US. With the rallying of interest around this topic, political gender generic studies are emerging in universities courses. Women issues are primarily tackled as the main concern within political legitimacy and representation where facts have claimed that less than 20% of women are represented in the political office on an international average. Ironically, political scholars have critiqued the state of anecdotal evidence commonly present in researches cannot specifically indicate the holistic involvement of gender in political roles. Most researches only dote on women in highly elected position leaving no exploration on the trigger of women in general to participate in political roles. Therefore, this paper attempts to explore substantive evidence of gender hierarchy, political sentiments primarily involving women and how gender stigmas are interpreted in political electoral concerns affecting the political ambitions on different genders. Keywords: Feminism, Leadership, Politic, Women

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

2


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Parlemen Muda: Upaya Penyadaran Politik dari Anak Muda, oleh Anak Muda, dan untuk Anak Muda Indonesia Ririe Rachmania 1, Fajrin Marhaendra Bakti 2, Riste Isabella Panjaitan 3 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: ririerchmnia@yahoo.com

2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: me@marhaendrafajr.in

3

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: risteisabellap@gmail.com

ABSTRAKSI 2014 merupakan tahun dimana rakyat Indonesia menentukan nasib lima tahun ke depan dengan harapan terpilihnya pemimpin yang bersih dan amanah. Dan Pemuda Indonesia, sebagai pemilih dengan jumlah yang cukup banyak, sekitar 55 juta jiwa, memegang kunci kesuksesan pemilu tahun 2014. Namun, kenyataannya banyak anak muda yang apatis dalam dunia politik di Indonesia. Pada survei yang di lakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2012, sebanyak 79% anak muda di Indonesia tidak tertarik dengan politik. Hal ini dilatar belakangi banyak hal, salah satunya rendahnya kesadaran politik anak muda Indonesia. Politik dianggap sebuah arena pertarungan yang hanya melibatkan para elite politik tanpa menyadari bahwa pemuda punya andil besar dalam setiap kebijakan politik. Parlemen Muda hadir sebagai gerakan nasional yang mengajak generasi muda untuk melihat apa yang bisa dibenahi dalam politik negeri ini. Uniknya, Parlemen Muda diinisiasi oleh Anak Muda dan ditujukan untuk Anak Muda. Dengan konsep ‘Pahami, Percaya, dan Terlibat’ untuk membantu anak muda memahami politik dan diharapkan bisa mengurangi angka golongan putih (golput) di kalangan pemilih pemuda pada tahun 2014. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif eksploratif yang diharapkan peneliti dapat mengulas strategi-strategi sosialisasi politik Parlemen Muda secara mendalam. Sehingga, gerakan Parlemen Muda dapat menjadi pioneer dalam sosialisasi politik yang dilakukan anak muda, untuk anak muda dan mengurangi jumlah anak muda yang apolitis. Keywords: Politik, Anak Muda, Sosialisasi Politik

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

3


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Keterbukaan Demokrasi dan Pertumbuhan Budaya Etnik Garry Renata Indrakusuma 1, Putra Aditya Lapalelo 2, Nathanael Chandra Agust 3 1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya E-mail: garry.indrakusuma@yahoo.com 2

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya 2 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya

ABSTRAKSI Salah satu tuntutan reformasi yang digulirkan tahun 1998 adalah demokratisasi dalam kehidupan politik, termasuk di dalamnya politik tentang kebudayaan. Meskipun pemerintahan Orde Baru waktu itu mengklaim dirinya sebagai pemerintahan demokrasi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tetapi kebenaran tentang praktik demokrasi Pancasila umumnya didasarkan pada tafsir tunggal, yaitu tafsir penguasa semata. Akibatnya, kehidupan politik berjalan timpang karena pemerintah cenderung memaksakan perwujudan kekuatan politik tunggal (single majority), sementara kehidupan budaya diwarnai oleh larangan terhadap eksistensi budaya etnik, khususnya budaya etnik Tionghoa. Melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 14/1967, pemerintah Orde Baru melarang masyarakat Tionghoa di Indonesia menjalankan acara-acara keagamaan, kepercayaan dan adat-istiadat mereka, termasuk larangan menggunakan aksara Tionghoa dalam kehidupan sehari-hari. Padahal penulisan aksara dalam bahasa, sastra, dan bentuk-bentuk kesenian lainnya adalah produk budaya yang bersifat universal, sehingga tidak semestinya ditekan atau dibatasi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam atmosfir politik seperti itu, budaya etnik Tionghoa mengalami kemandekan dalam pertumbuhannya. Ibarat bibit tanaman, budaya etnik Tionghoa tidak dapat tumbuh karena lahan tempat persemaian mereka tidak boleh disentuh, apalagi dirawat dan disirami. Kebijakan politik seperti itu bukan hanya membuat masyarakat Tionghoa menjadi takut menggunakan dan menunjukkan identitas ke-Tionghoa-annya. Lebih dari itu banyak di antara mereka tumbuh menjadi manusia-manusia hipokrit yang mengingkari kodrat dan takdirnya dilahirkan sebagai orang Tionghoa. Untunglah, pasca pemerintahan Orde Baru, Inpres No. 14/1967 itu dicabut oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 6/2000. Sebagai respons atas pencabutan tersebut, pentas seni Barongsai dan tarian Naga marak digelar di mana-mana, termasuk dijadikan tontonan pada acara peresmian di lembagalembaga pemerintahan. Puncak dari perubahan politik kebudayaan, pemerintah mengakui eksistensi budaya etnik Tionghoa dan menetapkan Hari Raya Imlek sebagai hari libur nasional. Penelitian dengan judul: Keterbukaan Demokrasi dan Pertumbuhan Budaya Etnik ini bermaksud memaparkan bahwa keterbukaan demokrasi, yang merupakan salah satu tuntutan reformasi, telah mendorong pertumbuhan dan perkembangan budaya etnik, khususnya budaya etnik Tionghoa, yang selama pemerintahan Orde Baru mengalami kemandekan akibat kebijakan politik yang melarang eksistensi budaya tersebut. Pesatnya

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

4


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

pertumbuhan dan perkembangan budaya etnik juga dipacu oleh keterbukaan informasi yang dimungkinkan dalam iklim demokrasi yang lebih baik. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, kami akan melakukan wawancara mendalam (depth interview) terhadap sejumlah tokoh dari kelompok pengamat maupun pelaku budaya, khususnya pelaku budaya etnik Tionghoa. Wawancara mendalam ini akan dilakukan dengan menggunakan struktur pertanyaan yang bersifat terbuka (open questioner). Penelitian ini juga membedakan pengertian etnik dengan suku. Menurut Frederich Barth (1988), pengertian etnik menunjuk pada kelompok tertentu yang terikat pada sistem nilai budaya karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut. Sementara Ensiklopedi Indonesia mendefinisikan suku sebagai kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya.

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

5


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

The Effectiveness of Lapor Application as Digital Aspiration Media for Indonesian Society (September 2013) Eva Wijiyanti Hidayat 1, Anjar Mukti Yuni Pamungkas 2 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang E-mail: evawijiyanti@ymail.com

2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang E-mail: anjar.yuni@ymail.com

ABSTRACT Abstract. Indonesian internet users have been massive nowadays. This paper looks at the innovation of internet which is used as communication media between governments and societies and among the society through Lapor application developed by the UKP. This descriptive-qualitative research is writing based on qualitative data. Data is collected by depth interview with the expert of communication and technology, professional government and Lapor user, by literature study and also desktop research. Many cases are occurred every time and every day in every single individual life while they are out of government’s control and view. In the other hand, Indonesian internet users usually are used to be not productive enough. Researchers mind how Lapor application as digital aspiration media will be effective giving aspiration-function and how it may be effective to be applied in this democracy and globalization era. Kata Kunci: Lapor Application, Digital Aspiration Media, Democracy and Globalization Era

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

6


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Masyarakat Informatif yang Berbudi Luhur Mochamad Jati Seno Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail: Jatiseno93@yahoo.co.id

ABSTRAKSI Indonesia merupakan negara berkembang yang telah memasuki era modernisasi di segala bidang hasil dari pembangunan nasional dari tahun ke tahun. Hal ini, membuat peran media informasi menjadi sangat vital dan menjadi kebutuhan pokok tambahan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berbisnis, hiburan, dll. Namun, banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya informasi, sehingga mereka menjadi ketinggalan informasi dan aktivitas sehari-hari pun menjadi terhambat. Oleh karena itu, saya membuat suatu penelitian tentang pentingnya menyadari informasi mutlak dibutuhkan oleh semua orang, sehingga dapat mewujudkan bangsa Indonesia sebagai masyarakat informatif. Setelah dilakukan penelitian awal, saya memikirkan bahwa menjadi masyarakat informasi saja tak cukup karena membutuhkan suatu sikap yang baik, sehingga semua informasi yang ada menjadi bermanfaat dan tidak berdampak buruk kepada sesama manusia dan alam sekitar. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk meneliti tentang masyarakat informatif yang berbudi luhur. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, survei, mengkaji hasil studi pustaka dan survei, serta memformulasikan semua komponen-komponen yang dibutuhkan. Bahan yang digunakan adalah “cerdas berbudi luhur adalah dua hal yang tidak terpisahkan...�, Drs. Djaetun H.S, sehingga mendapatkan pemahaman, yaitu masyarakat informatif membutuhkan suatu alat penampil informasi, media informasi, wadah penyalur aspirasi untuk menjadikannya suatu informasi, serta sikap berbudi luhur agar bermanfaat dan tidak berdampak buruk bagi sesama manusia dan lingkungan. Suatu informasi dikategorikan bermanfaat bila memiliki nilai-nilai kebaikan, berorientasi untuk kemajuan bangsa dan dapat dipertanggungjawabkan, alat untuk menampilkan informasi bersifat dinamis, media informasi memiliki kemudahan akses dan jangkauan yang luas, serta sikap berbudi luhur tercipta dari hasil pemahaman menyeluruh dari semua aspek kehidupan. Untuk mencapai semua itu dibutuhkan sosialisasi sejak dini dari orang tua kepada anak-anaknya untuk menciptakan masyarakat informatif yang berbudi luhur. Jadi, kesimpulannya adalah masyarakat informatif harus diwujudkan dengan sikap berbudi luhur. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat karya tulis ini. Keywords: Berbudi, Luhur, Bermanfaat, Sosialisasi

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

7


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

CALON PRESIDEN KONTROVERSIAL DALAM PEMILU 2014 (Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Fans Soneta dan Anggota Gerakan 1 Juta Anti Klub Poligami terkait Pro dan Kontra Pencalonan Presiden Rhoma Irama) Anastasia Melisa. M 1, Rebecca Reifi Georgina 2, Fitri Lestari.P.H 3 1

Universitas Bunda Mulia

2

Universitas Bunda Mulia

3

Universitas Bunda Mulia

ABSTRAKSI Fenomena pencalonan Rhoma Irama dalam pemilu tahun 2014 telah lama menjadi perhatian publik, tidak sedikit tanggapan pro dan kontra terhadap dirinya. Rhoma Irama mewakili Partai Kebangkitan Bangsa sebagai calon Presiden mengingat dalam pemilu 2014 calon-calon independen diperbolehkan ikut serta dalam pemilihan. Pencalonan diri Rhoma Irama inilah yang menjadi kontroversi di masyarakat. Dalam penelitian ini, kami fokus pada pengalaman fans Soneta dan anggota Gerakan 1 Juta Anti Klub Poligami terkait pro dan kontra pencalonan Rhoma Irama dalam pemilu 2014. Dimana kami meneliti pengalaman dan pengetahuan akan diri Rhoma Irama di mata kedua pihak. Bagi mereka yang pro menganggap bahwa Rhoma Irama pantas untuk menjadi seorang pemimpin negara. Mereka melihat kesanggupan dirinya mengingat ia adalah seorang tokoh yang menjadi sosok panutan. Di lain hal, bagi pihak kontra berpendapat bahwa Rhoma Irama tidak layak untuk menjadi seorang Presiden. Mereka beranggapan bahwa Rhoma Irama telah berulang kali mengalami berbagai kasus yang membuat dirinya dinilai negatif oleh masyarakat. Salah satu isu yang berkembang di kalangan masyarakat adalah poligami, termasuk kasus pernikahan siri antara Rhoma Irama dengan Angel Lelga. Terlebih Rhoma Irama adalah seorang yang mencalonkan diri sebagai presiden, yang mana segala perilaku dan tindakannya mungkin akan menjadi teladan dan contoh bagi masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Konsep fanatisme serta Teori Penilaian Sosial dan teori Fenomenologi Edmund Husserl digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Subyek penelitian adalah Soneta (fans klub Rhoma Irama), Gerakan 1 Juta Anti Klub Poligami dan aktivis politik. Keywords: Fenomenologi, Presiden Kontroversial, Rhoma Irama

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

8


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

KONTROVERSI AGAMA MINORITAS DALAM PILGUB DKI JAKARTA PERIODE 2012 (Studi Deskriptif Tentang Pengalaman Wagub Dki Jakarta, Basuki Tjahja Purnama Dalam Mengambil Simpati Dan Dukungan Dari Masyarakat Beragama Mayoritas) Handi Handes 1, Marco Setino 2, Lukianto Lucky 3 1

Universitas Bunda Mulia

2

Universitas Bunda Mulia

3

Universitas Bunda Mulia

ABSTRAKSI Pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012 memberikan kesan yang berbeda dengan penyelenggaraan Pemilihan-pemilihan gubernur sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada beragamnya suku, ras dan agama dari calon-calon gubernur dan wakil gubernur yang menjadi obyek pilihan bagi masyarakat DKI Jakarta yang juga sangat heterogen. Fakta tersebut terkesan oleh salah satu calon wakil gubernur, Basuki Tjahja Purnama. Calon wakil gubernur yang sebelumnya pernah menduduki jabatan sebagai bupati dari kabupaten Belitung Utara ini, memberanikan diri untuk maju mencalonkan diri sebagai pemimpin provinsi DKI Jakarta berduet dengan Joko Widodo, salah satu calon dari kota Solo. Selain itu wakil gubernur yang biasa disapa Ahok ini, berasal dari kaum minoritas. Ahok menjadi minoritas karena menganut agama Kristen yang merupakan agama dengan umat minoritas di DKI Jakarta. Selain itu, Ahok juga berasal dari etnis Tionghoa yang merupakan etnis minoritas di provinsi yang menjadi ibukota Negara ini. Persoalan minoritas ini bukan sebuah hal yang mudah, beragam kontroversi hadir ketika publik mengetahui bahwa calon wakil gubernur mereka berasal dari agama dan etnis minoritas. Beragam fenomena terkait kotroversi itu pun muncul ditengah-tengah masyarakat DKI Jakarta. Salah satunya adalah tokoh-tokoh dari agama mayoritas yang seakan-akan melarang umatnya untuk memilih peimpin yang beragama berbeda dengan mereka. Melihat kasus tersebut Ahok pun tidak tinggal diam, Ia memberikan pernyataan melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk melalui social media yang sedang digandrungi, You Tube. Dalam statemennya Ahok menyatakan bahwa dirinya kan tetap mencalonkan dirinya sebagai calon wakil gubernur Jakarta, tanpa harus mengubah kepercayaannya. Baginya hal tersebut tidak menjadi sebuah batu sandungan dalam pencalonan dirinya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta. Dalam penelitian ini, peneliti fokus untuk mengetahui pengalaman Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama terkait dengan kontroversi agama minoritas, dalam mengambil simpati dan dukungan dari masyarakat beragama mayoritas dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2012. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan pengalaman komunikasi Basuki Tjahja Purnama dan tim suksesnya dalam mengadapi kontroversi agama minoritas dan mayoritas dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta periode 2012 dan untuk mengetahui pengalaman dalam mengimplementasikan strategi komunikasi yang di lakukan oleh Basuki T.P untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari kaum dengan agama mayoriatas. Selain itu penelitian ini di tujukan untuk mengetahui motif Basuki T.P terkait keputusan nya dalam mencalonkan diri sebagai wakiln gubernur dalma Pilgub DKI Jakarta 2012. UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

9


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Subjek penelitian utama adalah Basuki T.P dan subjek penelitian pendukung adalah tim sukses nya. Teori yang di gunakan adalah teori fenomenologi dari Edmund Husserl dan Alfred schutz. Konsep yang di gunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi politik, stereotipe dan konsep budaya dan agama dalam komunikasi antar budaya. Kata Kunci: Basuki Tjahja Purnama, Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Fenomenologi, Agama Minoritas, Komunikasi Politik

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

10


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

MEDIA SEBAGAI SALURAN KAMPANYE TERSELUBUNG PARTAI POLITIK (Studi Kasus Tentang Dugaan Kampanye Terselubung Sebagai Strategi dari Komunikasi Politik Tim Sukses ARB Pada Stasiun Televisi, ANTV dan TV One) Indah Hapsari 1, Harris Christanto 2, Imelia Pebreyanti 3 1

Universitas Bunda Mulia

2

Universitas Bunda Mulia

3

Universitas Bunda Mulia

ABSTRAKSI Kampanye politik tidak semata dilakukan secara individual, melainkan oleh tim sukses sebagai bagian terpenting dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi kampanye. Media dinilai memiliki peran yang kuat untuk menjaring massa karena sifat komunikasinya yang homogen dan dapat diterima khalayak luas. Tidak dipungkiri, kepemilikan media saat ini bersinergi dengan kepentingan politik. Keberpihakan media production terhadap suatu partai politik menjadi kekuatan tersendiri dalam menguasai ranah politik. Salah satu pemilik media yang juga merupakan politisi partai ialah Aburizal Bakrie. Ia mencalonkan dirinya untuk memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia periode 20142019. Media-media yang dimilikinya, sebut saja TVOne, ANTV, dan VivaNews, seolah menjadi tempat pencitraan dirinya kepada publik. Bersama dengan tim suksesnya, mediamedia tersebut dijadikan sarana berkampanye. Berbagai pemberitaan, iklan, dan acara yang ditampilkan melalui media itu mengindikasikan adanya praktik kampanye terselubung yang dilakukan tim suksesnya, mengingat bahwa masa kampanye pemilihan presiden mendatang belum dimulai. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui strategi komunikasi politik tim sukses ARB pada media stasiun televisi, ANTV dan TV ONE yang diduga sebagai kampanye terselubung sebuah partai politik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi komunikasi dalam kampanye politik terselubung melalui berbagai penggunaan media massa dan implementasi strategi komunikasi dalam kampanye politik terselubung melalui berbagai penggunaan media massa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian terdiri dari tim sukses Aburizal Bakrie. Penelitian ini menggunakan konsep kampanye, komunikasi politik, dan teori interaksi simbolik. Kata Kunci: Kampanye Terselubung, Tim Sukses ARB, Media Massa, Pilpres 2014, Studi Kasus

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

11


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

PERAN LSM PEREMPUAN DALAM PENANAMAN KESADARAN AKTIF POLITIK DI TENGAH STEREOTIP PATRIARKI BUDAYA INDONESIA (Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Divisi Pelatihan dan Pendidikan Yayasan Jurnal Perempuan dalam Menanamkan Kesadaran Partisipasi Politik Terhadap Perempuan) Arna Silitonga 1, Gladys Duanne 2, Gyshella Marshyane 3 1 Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora E-mail: arnahehehehe@yahoo.com 2

Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora E-mail: miss_duanne@yahoo.om 3 Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora E-mail: gysh_marsh@yahoo.com

ABSTRAKSI Keterlibatan perempuan dalam berpolitik sudah bukan lagi hal yang tabu, hal tersebut dapat dibuktikan dalam keterlibatan perempuan dalam partisipasi politik. Seperti yang kita ketahui salah satu contoh figur seorang perempuan yang berpartisipasi dalam politik adalah Megawati Soekarno Putri yang pernah menjabat sebagai presiden wanita pertama di Indonesia. Namun kini, emansipasi politik wanita seketika tenggelam, sejak turunnya Megawati sebagai Presiden. Alhasil sampai saat ini persentase bangku yang disediakan parlemen sebesar 30% belum terpenuhi. Hal ini digagas karena adanya anggapan bahwa dalam proses legislatif di parlemen, sering kali Undang-Undang yang disahkan tidak memperhatikan isu-isu bagi perempuan. Berbicara mengenai perempuan, Indonesia lekat dengan budaya patriarki membawa stereotip yang menyatakan bahwa perempuan masa kini sering dinomorduakan di bawah kaum laki-laki atau lebih tepatnya tidak pantas menjadi seorang pemimpin, melihat hal ini Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) yang lahir sejak tahun 1995 dengan menerbitkan Jurnal Perempuan pada tahun 1996 memiliki divisi pelatihan dan pendidikan yang salah satu programnya berbeda dengan LSM lain di Indonesia. Yayasan itu memiliki misi dan tujuan yang diimplementasikan dalam strategi program untuk menciptakan dan membangun kesadaran bagi perempuan untuk aktif dalam politik. Bukan tanpa tantangan dan halangan, YJP menghadapi hambatan termasuk dari stereotip bahwa perempuan tidak pantas menjadi pemimpin dalam lingkup politik. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi divisi pelatihan dan pendidikan Yayasan Jurnal Perempuan dalam menanamkan kesadaran partisipasi politik terhadap perempuan di tengah stereotip patriarki budaya Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk, mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan Divisi Pelatihan dan Pendidikan Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) dalam menanamkan kesadaran partisipasi politik terhadap perempuan serta mengetahui implementasi dari strategi komunikasi yang diterapkan Divisi Pelatihan dan Pendidikan Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) dalam

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

12


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

menanamkan kesadaran partisipasi politik terhadap perempuan di tengah stereotip patriarki budaya Indonesia. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah Teori Penilaian Sosial Muzafer Sherif dan konsep yang digunakan adalah konsep budaya patriarki, partisipasi politik dalam lingkup komunikasi politik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan Focus Group Discussion, wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Kata Kunci: Perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan, Strategi Komunikasi, Studi Kasus

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

13


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

REFLEKSI KONTROVERSI PADA MASYARAKAT DEMOKRATIF DALAM MEDIA TWITTER (Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Followers Akun Twitter @farhatabbaslaw Dalam Memandang Kepemimpinan Joko Widodo) Allice Chitra Y. 1, Anastasia Monica 2, Herlika Fransisca W. 3 1

Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora E-mail: allice_citra@yahoo.com 2 Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora E-mail: anastasiatjahyadi@gmail.com 3 Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora E-mail: herlikaw@yahoo.com

ABSTRAKSI Twitter adalah salah satu media sosial berbasis teks, dengan panjang maksimal 'kicauan' 140 karakter. Twitter digunakan sebagai media untuk mengetahui ataupun memberikan informasi oleh penggunanya. Acapkali ditemukan pengguna Twitter lebih 'berani' untuk berpendapat melalui akun-nya ketimbang berbicara langsung. Salah satu pengguna Twitter yang mendapat banyak tanggapan ketika 'berkicau' adalah Farhat Abbas, dengan akunnya @farhatabbaslaw. Kicauan @farhatabbaslaw yang terkait pola pikirnya terhadap janji-janji kepemimpinan Joko Widodo, sering menuai kontroversi dari followers-nya. Salah satunya mengenai banjir dan kemacetan. Telah diketahui sebelumnya bahwa pada masa pemilihan, Joko Widodo (beserta wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama) berjanji akan mengurangi banjir dan kemacetan di Jakarta. Selama satu tahun menjabat, banyak resolusi-resolusi yang dilakukan oleh Joko Widodo beserta wakilnya, namun hal itu ternyata masih belum cukup bagi Farhat Abbas. Sebagian dari followers-nya setuju, dan sebagian lain tidak. Sayangnya, hal ini lebih sering diungkapkan melalui Twitter, ketimbang bersuara langsung. Para pengguna Twitter cenderung merasa lebih aman ketika mengomentari tentang pejabat negara melalui akunnya. Penelitian ini fokus untuk mengetahui pengalaman followers @farhatabaslaw yang pernah mengomentari kicauannya dalam memandang kepemimpinan Joko Widodo sebagai cerminan kontroversi masyarakat demokratif melalui media Twitter. Tujuan penelitian untuk menelusuri motif di balik keterlibatan followers @farhatabbaslaw dalam mengemukakan argumen terkait pro-kontra kepemimpinan Joko Widodo dan mengetahui pengalaman para followers @farhatabbaslaw dalam berinteraksi satu sama lain ketika membicarakan kepemimpinan Joko Widodo. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori fenomenologi dari Edmund Husserl dan Alfred Schutz dan konsep yang digunakan adalah Social Media dan Partisipasi Politik dalam Komunikasi Politik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

14


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Subyek penelitian terdiri dari followers rutin akun @farhatabbaslaw yang konsen pada pro dan kontra kepemimpinan Jokowi. Kata Kunci: Social Media, Followers, @farhatabbaslaw, Fenomenologi, Kontroversi

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

15


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

RIWAYAT GERAKAN MAHASISWA DALAM PROSES PERJALANAN DEMOKRASI INDONESIA (Studi Historis tentang Peran Komunikasi Politik Soe Hok Gie Dalam Perjuangan Politik Demokrasi Mahasiswa Era Transisi Orde Lama-Orde Baru) Dedy Mediansyah 1, Christiani Parlindungan 2, Rachman Hadiwijaya 3 1

Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora 2

Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora E-mail: christiani.parlindungan@yahoo.com 3

Universitas Bunda Mulia Fakultas Ilmu Sosial Humaniora

ABSTRAKSI Soe Hok Gie adalah mahasiswa sekaligus aktifis keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942, merupakan putra dari pasangan Soe Lie Pit dan Nio Hoe An dan anak keempat dari lima bersaudara. Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Ketertarikan Hok Gie pada karya sastra dan kesadaran politik terlihat ketika ia berada di bangku SMP dan semakin terlihat ketika ia menggambil jurusan sastra di SMA Kanisius. Di masa SMA inilah Hok Gie mulai menulis kritikan-kritikan tajam terhadap pemerintah. Setelah lulus SMA, Hok Gie melanjutkan ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan bersama temannya tergabung dalam aktivis kemahasiswaan sehingga dapat memberikan pengaruh besar pada turunnya Soekarno pada Orde lama. Salah satunya, ia memimpin langsung demonstrasi yang menentang kenaikan harga BBM. Dengan mengumpulkan seluruh mahasiswa yang tergabung dalam suatu solidaritas berkonvoi menuju Istana Merdeka dan mendesak pemerintah untuk segera menurunkan harga BBM karena dampak yang ditimbulkan sangat berdampak kepada masyarakat kecil. Selain itu Hok Gie menjadi orang pertama yang berani mengritik secara tajam Rezim Orde Baru dengan cara menulis artikel di beberapa surat kabar dan banyak yang dimuat karena dapat berdampak pembredelan bagi media tersebut. Namun, setelah lulus Hok Gie dikecewakan oleh teman-temannya yang lupa dengan visi misi perjuangan mereka. Dikecewakan dengan perubahan perilaku dan sikap yang kontra rezim Soekarno menjadi pendukungnya. Kisah dari Soe Hok Gie ini menarik perhatian peneliti untuk mengetahui peran komunikasi politik Soe Hok Gie dalam gerakan politik demokrasi mahasiswa sebagai bagian dari perjuangan terkait dengan idealisme pada masa transisi Orde Lama menuju Orde Baru dan motif Soe Hok Gie dalam memperjuangkan idealisme sebagai bagian dari gerakan Politik demokrasi mahasiswa pada masa transisi Orde Lama menuju Orde Baru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan pendekatan Historis. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Subyek penelitian utama adalah Arief Budiman dan subyek penelitian pendukung adalah Herman Lantang (sahabat Soe Hok Gie), Maria (Mantan Kekasih Soe Hok Gie), Anton Wiyana (sahabat Soe Hok Gie), Abdurachman (adik kelas Soe Hok Gie). Teori Fenomenologi Alfred Schutz dan Edmund Husserl UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

16


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

merupakan teori dalam penelitian ini dan penelitian ini menggunakan konsep komunikasi politik, komunikasi interpersonal, komunikasi keluarga (relasi saudara kandung). Kata Kunci: Soe Hok Gie, Historis, Komunikasi Politik Mahasiswa, Era Transisi Orde Lama-Orde Baru

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

17


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Peran Mahasiswa dalam Dinamika Politik di Indonesia Nurwahidah 1, Ika Suarsi 2 1 Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul E-mail: nasir.nurwahidah@rocketmail.com 2

Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul

ABSTRAKSI Sistem politik Indonesia, berdasarkan UUD 1945 adalah sistem demokrasi Pancasila. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sistem politik Indonesia memerlukan partisipasi dari setiap kalangan masyarakat baik dari kalangan umum maupun kalangan pelajar. Adanya aspirasi-aspirasi yang membangun bisa mewujudkan politik yang bersih dan baik. Mahasiswa memiliki peran penting dalam membangun bangsa dalam berbagai bidang. Keterlibatan mahasiswa tidak hanya sebatas teori saja, namun juga dalam hal pengawasan kebijakan. Sayangnya, partisipasi mahasiswa sekarang ini tak jarang dijadikan alat politik untuk sebuah isu-isu kenegaraan. Mahasiswa dianggap sebagai pelaku politik yang buruk dengan aksi yang anarkis dan meresahkan masyarakat. Dari permasalahan di atas, kami mengangkat sebuah karya tulis mengenai kondisi ini yang dituangkan dalam judul “Peran Mahasiswa Dalam Dinamika Politik di Indonesia�. Dalam hal ini kami bertujuan untuk memberikan masukan serta solusi atas peran mahasiswa yang ideal dalam dinamika politik Indonesia, sehingga nantinya sebagai mahasiswa kita mampu untuk berpartisipasi dalam politik secara kritis sesuai dengan Pancasila. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan ruang gerak luas bagi mahasiswa tanpa adanya unsur politik. Jenis penulisan karya tulis kami adalah secara deskriptif dengan metode pengumpulan datanya adalah observasi secara tidak langsung serta studi literatur. Dengan adanya karya ini, kami berharap peran mahasiswa dalam politik bisa lebih terarah sehingga tidak ada kerancuan dalam sistem politik dimana mahasiswa hanya sebagai alat politik tertentu. Keywords: Mahasiswa, Dinamika, Politik, Sistem

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

18


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Strategi Komunikasi Sosial Bank Sampah Resik Becik untuk Mengatasi Permasalahan Sampah di Kota Semarang Laily Eros Budyati 1, Nurul Istiqomah 2 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang E-mail: lailyeros@gmail.com

2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang E-mail: alkawakibu@gmail.com

ABSTRAKSI Isu mengenai lingkungan hidup, seperti penggalakan kampanye go green sudah sangat populer di kalangan masyarakat. Kampanye go green yang dilandasi prinsip reduce, reuse, recycle, replace, yang ditujukan untuk menyelamatkan lingkungan telah banyak dilakukan. Bahkan, saat ini kampanye tersebut tidak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga melalui sosial media. Sosial media mampu memberikan informasi edukasi mengenai green lifestyle. Saat ini, banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa gaya hidupnya cenderung ke arah perilaku instan tanpa mempedulikan dampaknya. Misalnya pada permasalahan sampah yang saat ini semakin kompleks dan membutuhkan penanganan yang serius. Masyarakat telah banyak memperoleh informasi tentang permasalahan sampah, tetapi pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak berpartisipasi secara aktif dalam mengurangi sampah. Menjawab permasalahan sampah yang semakin kompleks, komunitas Bank Sampah Resik Becik memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Semarang. Bank Sampah Resik Becik mengajak masyarakat untuk peduli dalam menjaga lingkungan sekitar dengan cara menjadi nasabah bank sampah dan mengikuti pelatihan keterampilan pengolahan sampah. Melalui gerakan tersebut, Bank Sampah Resik Becik ingin berperan aktif memberikan edukasi pada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Ditinjau dari sisi kesehatan, Bank Sampah Resik Becik ingin menciptakan lingkungan yang bersih berseri. Secara ekonomi, diharapkan gerakan ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mengolah sampah menjadi produk yang mempunyai nilai jual. Karya tulis ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan metoda studi kasus sehingga dapat menggambarkan bagaimana strategi komunikasi sosial yang dilakukan oleh Bank Sampah Resik Becik untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Semarang. Kata Kunci: Penyelamatan Lingkungan, Edukasi, Green Lifestyle, Bank Sampah

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

19


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Analisa Mengenai Kekuasaan Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi dan Pemanfaatan Sumber Daya Mochamad Sodiq Fakultas Ekonomi Universitas Jember, Indonesia E-mail: sodiq.mochamad@gmail.com

ABSTRAKSI Berakhirnya masa kepemimpinan presiden Soeharto (orde baru/orba) tahun 1998 telah memberikan dampak perubahan yang besar, terutama dalam hal sistem demokrasi. Mulai dari kebebasan individu dalam berpolitik, sistem multipartai hingga desentralisasi atau pemerataan sistem pemerintahan. Ini diharapkan lebih meratakan kesejahterahan perekonomian masyarakat menengah kebawah karena sistem demokrasi era-reformasi ini dinilai banyak melibatkan rakyat dalam melakukan pembangunan ekonomi. Yang sebelumnya atau masa orde baru (orba) masih termarginalkan oleh sekelompok kecil orang yang memiliki kepentingan untuk memperkaya atau mempertahankan kekayaan sendiri dengan mengusai pemerintah, atau bisa disebut dengan oligarkhi. Namun, seiring dengan era-reformasi mulai berjalan, rakyat Indonesia tidak sedikitpun bisa terlepas dari belenggu sekolompok kecil orang tersebut yang memarginalkan dalam pembangunan ekonomi maupun politik. Dengan adanya sistem demokrasi yang bebas dan pemerataan pemerintahan maka oligarkh ini juga mulai menyebar kedaerah-kedaerah untuk memperluas dan memperbanyak kekayaan dengan menguasai pemerintah daerah. Menurut Jeffrey A. Winters, oligarkhi tidak hanya sekedar elit minoritas yang berkuasa, melainkan para pelaku yang menguasai dan mengendalikan konsentrasi besar sumber daya material yang bisa digunakan untuk mempertahankan atau miningkatkan kekayaan pribadi dan posisi sosial eksklusifnya. Yang dikemukakan Winters ini sangat memberikan pandangan terhadap keberadaan oligarkh yang semakin luas dalam mengusai sumber daya yang ada di Indonesia. Memang tidak dapat dipungkiri lagi, bila Indonesia sangat kaya akan sumber daya, baik sumber daya alam maupun manusia. Dari Sabang sampai Merauke banyak terdapat berbagai sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan mulai dari mineral, gas bumi, minyak bumi dan lain-lain. Tetapi berbagai sumber daya alam tersebut hanya dinikmati segelintir orang yang memiliki kuasa untuk mengeksploitasi sumber daya alam tersebut, bukan masyarakat Indonesia atau negara yang mengolah sumber daya alam yang ada. Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang luar biasa banyak, yakni mencapai 250 juta jiwa (BKKBN 2013). Ini yang dimanfaatkan oleh pemilik modal untuk dipekerjakan dengan upah yang murah, dan disamping itu dengan jumlah masyarakat yang banyak tersebut Indonesia merupakan pangsa pasar yang menjanjikan bagi para produsen. Keywords: Demokrasi, Pembangunan Ekonomi, Sumber Daya dan Oligarkhi

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

20


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Berdemokrasi Ala Pelajar: Pendidikan Demokrasi melalui Pemilihan Umum Ketua OSIS (Pemilos) di Kabupaten Bantul R. Arif Widiharto Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta E-mail: screwrhif@gmail.com

ABSTRAKSI Demokrasi secara substansi merupakan pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Artinya rakyatlah yang memiliki kedaulatan tertinggi untuk menentukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan menggunakan sistem perwakilan, maka rakyat mempercayakan amanatnya (mewujudkan keadilan sosial) kepada wakil-wakilnya, baik yang duduk dalam jajaran eksekutif maupun legislatif. Rakyat akan menggunakan hak pilihnya tersebut dalam pemilihan umum yang berlangsung setiap lima tahun sekali. Tahun 2014 tinggal sebentar lagi, pesta demokrasi yakni pemilu akan diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPRD Propinsi. Bahkan sejak tahun 2004, presiden dan wakil presiden juga dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemimpin lokal dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, yakni bupati, walikota maupun gubernur juga dipilih secara langsung oleh rakyat di daerah bersangkutan. Tentunya banyak pemilih pemula akan menggunakan hak pilihnya, yakni mereka yang berusia minimal 17 tahun. Dalam keadaan seperti itu, penting kiranya untuk melakukan pendidikan demokrasi bagi pemilih pemula yang masih awam agar terwujud pemilih yang cerdas dan berkualitas. Kami melihat ada upaya dari daerah untuk melakukan pendidikan demokrasi bagi pelajar, terutama level SMA/Sederajat. Karena pada jenjang pendidikan tersebut, usia pelajar diasumsikan telah mencapai 17 tahun. Kabupaten Bantul merupakan contoh dari daerah yang telah melakukan pendidikan demokrasi melalui Pemilihan Umum Ketua OSIS (Pemilos) secara serentak dengan melibatkan kurang lebih 30.000 pelajar di 90 SMA/Sederajat. Dalam pemilos ini, mulai dari persiapan dan pelaksanaannya dikondisikan seperti pemilu di Indonesia, mulai dari adanya Panitia Pemilihan OSIS (PPO), Panitia Pengawas Pemilu OSIS (Panwaslos), dan Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih). Program kerja dari Kesbangpol Bantul yang menggunakan anggaran dari APBD ini juga melibatkan KPUD Bantul. KPUD Bantul juga melakukan bimbingan teknis serta penyiapan logistik seperti kotak suara dan formulir untuk pelaksanaan pemilos. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan observasi dan in-depth interview. Serta menggunakan dukungan data sekunder berupa literatur, yang nantinya outputnya berbentuk deskriptifeksplanatif. Diharapkan Pemilos menjadi tempat latihan berdemokrasi bagi pelajar, sehingga mereka nantinya mempunyai bekal tatkala menghadapi Pemilu 2014. Hal ini juga untuk mendongkrak partisipasi aktif pemilih yang kian tahun kian menurun untuk menyalurkan hak pilihnya. Bahkan program ini bisa menjadi semacam “pilot project� dan dikembangkan di daerah-daerah lain guna memperkuat pendidikan demokrasi yang berkualitas. Kata Kunci: Pendidikan Demokrasi, Pelajar, Pemilos, Bantul

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

21


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Strategi Komunikasi Politik ala “Si Kancing Merah” Melalui Media Massa Melani Ria 1, Theodora Lumban Tobing 2 1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro , Semarang E-mail: melaniriaria@gmail.com

2

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro , Semarang E-mail: dora.theodora@rocketmail.com

ABSTRAKSI Fenomena artis menjadi politisi bukanlah hal baru di Indonesia. Sudah banyak artis-artis Indonesia yang mencoba peruntungan menjadi wakil rakyat baik di tingkat daerah maupun nasional. Ada yang gagal, ada pula yang berhasil. Salah satu yang berhasil adalah Deddy Mizwar. Aktor senior dan sutradara ini terpilih menjadi wakil gubernur Jawa Barat periode 2013 – 2018 bersama Ahmad Heryawan. Sosok Deddy Mizwar yang kerap mendapat peran dengan sifat kebapakan, religius, humoris dan sederhana tentu memudahkannya untuk mendapat simpati dari rakyat Jawa Barat. Teori Agenda Setting mengakui bahwa media memberi pengaruh terhadap khalayak dalam pemilihan presiden melalui penayangan berita, isu, citra, maupun penampilan kandidat itu sendiri. Menurut Becker & McLeod (1976) dan Iyenger & Kinder (1987), partai-partai dan para aktor politik akhirnya akan berusaha mempengaruhi agenda media untuk mengarahkan pendapat umum dalam pembentukan image. Jika Jokowi terkenal dengan kemeja kotak-kotaknya, Aher dan Deddy Mizwar menggunakan kancing merah sebagai logo mereka. Selain menciptakan logo, pasangan ini juga mengadakan beberapa program lain dalam kampanye mereka. Dan program-program tersebut tentunya melibatkan media massa. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran media massa dan strategi komunikasi politik pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar dalam menarik simpati masyarakat Jawa Barat. Media massa sangat berperan dalam pembentukan opini publik, pembelajaran politik, partisipasi politik dan usaha mempengaruhi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Pencitraan Deddy Mizwar yang baik dalam media massa menjadi salah satu faktor pendukung terpilihnya beliau sebagai wakil gubernur Jawa Barat. Pekerja media, khususnya oleh para komunikator massa akan melakukan konstruksi realitas yang berujung pada pembentukan citra sebuah kekuatan politik. Dengan demikian masyarakat harus lebih selektif lagi dalam menyaring informasi dan pengambilan keputusan agar mereka yang terpilih benar-benar mempunyai jiwa dan kualitas sebagai seorang pemimpin. Keywords: Media Massa, Pencitraan, Opini, Artis

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

22


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Seni Feminis: Eksistensi Perempuan dalam Kancah Seni Wieta Ayu Kusumawardhani 1, Nur Faizah 2 1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail: wietakusuma23@gmail.com 2

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail: faizahnuur@gmail.com

ABSTRAKSI Dalam masyarakat konservatif yang masih kental dengan nuansa patriarki, perempuan masih dianggap wanita atau dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah wani ditata (mau diatur). Perupamaan ini seolah – olah membatasi kreativitas dan eksistensi perempuan dalam dunia kesenian. Bahkan perempuan hanya sebagai objek yang bisa digarap dengan seenaknya. Penempatan perempuan sebagai objek sangat terlihat terutama dalam bentuk seni tari dan lukis. Dalam kesenian tari terutama seni budaya seperti ronggeng dan tayub, perempuan tidak hanya dilihat dari segi hiburan, namun juga pada pemuas syahwat mata kaum laki - laki. Performa dan gerakannya memang telah dirancang untuk memperlihatkan keindahan paras dan kemolekan tubuh perempuan. Tidak hanya terlihat pada kesenian tari tradisional, dangdut yang sering disebut sebagai musik asli Indonesia juga sering menampilkan eksploitasi erotisme perempuan melalui goyangannya. Sedangkan dalam seni lukis, perempuan sering dijadikan objek untuk melukiskan keindahan tubuh manusia. Sensualitas perempuan bahkan mudah ditemukan di ukiran atau prasarti candi – candi yang telah ada sejak berabad – abad lalu. Para seniman menyebutnya sebagai bagian dari kesenian. Namun pertanyaannya, apakah ini berarti perempuan tidak boleh berkembang dan harus menerima dirinya hanya sebagai objek laki-laki? Padahal sudah sejak lama masyarakat kita merayakan lahirnya emansipasi. Perempuan dianggap sejajar dengan laki - laki. Namun pada kenyataannya hingga saat ini, emansipasi sepenuhnya hanya milik dunia pendidikan, dalam ranah kesenian perempuan tetap saja seringkali tak mempunyai hak atas tubuhnya. Ini yang mendasari pelecehan seksual dan kekerasan perempuan makin kian terdengar. Demokrasi dalam berkesenian seharusnya juga milik perempuan bukan hanya laki - laki. Perempuan harus memiliki harga diri dan hak atas tubuhnya terlebih lagi posisinya dalam kancah seni. Kecerdasan, ketangguhan, dan kelembutan yang ada pada diri setiap perempuan harusnya menjadi objek utama untuk perempuan. Laki-laki boleh saja paling tahu mengenai tubuh perempuan, namun yang paling mengerti perempuan luar dan dalam adalah perempuan itu sendiri. Seni Feminis adalah seni mengenai perempuan, terbentuk dari perempuan, oleh perempuan, dan untuk perempuan. Seni yang tidak selalu berbicara tentang sensualitas tapi lebih menekankan pada esensi perempuan yang nyata. Cantik dalam segala wujud dan bentuk, kuat namun tetap pada porsinya, dan cerdas dalam tutur kata dan berperilaku. Dengan lahirnya seniman – seniman perempuan beraliran seni feminis, seolah mencoba mengkikis kreativitas peremuan yang terbelenggu oleh patriarki. Berlahan – lahan karya seniman-seniman perempuan ini akan mendapat perlakuan yang layak dan bukan hanya sebagai ‘bumbu’ sebuah karya seni. Kata Kunci: Perempuan, Laki-laki, Objek Seni, Seni Feminis UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

23


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Kaitan Lingkungan dengan Kebebasan Beragama, Beribadah dan Mendirikan Tempat Ibadah Ursula Rosyana Garini 1, Maulana Qodrat 2, Bernadus Aditya Ananta Wijaya 3 1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur E-mail: rosyana.ursula@yahoo.com 2 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur E-mail: maulanaqodrat@yahoo.com 3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur E-mail: aditya.ananta94@gmail.com

ABSTRAKSI Di dalam paper ini terdapat analisa mengenai permasalahan yang kerap kali terjadi di Indonesia. Sebagai negara dengan tingkat pluralisme yang tinggi, masyarakat diharapkan dapat lebih toleran baik dalam bersosialisasi, berbudaya dan beragama. Namun kenyataannya masih banyak tindak lemahnya tingkat toleransi dalam beragama. Kasus yang digunakan sebagai studi analisa adalah kasus penyegelan Gereja Sta. Bernadet Paroki Ciledug yang berlokasi di Graha Raya, Tangerang. Mendapatkan persertujuan IMB setelah 23 tahun berjuang, tidak menjamin pembangunan akan segera terlaksana. Hal ini disebabkan oleh sekumpulan warga yang tergabung dalam Forum Komunikasi Islam Sudimara Pinang Bersatu (FOKUS) menyegel bangunan tersebut dengan alasan administratif dan ancaman terhadap kenyamanan warga. Sebagai negara demokrasi, sesungguhnya kebebasan beragama, beribadah dan mendirikan tempat ibadah adalah hak setiap individu seperti yang tertuang pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila sila pertama dan sila ke-3, UUD pasal 28E tentang hak asasi manusia, pasal 29 (2) tentang agama dan SKB 2 Menteri mengenai pendirian rumah ibadah. Beragama dan beribadah sesungguhnya adalah hak setiap individu sebagai pemenuhan kebutuhan rohani. Sudah sepatutnya masyarakat saling menghargai dan toleran terhadap sesame umat beragama. Dengan adanya paper ini, diharapkan dapat menegakkan kembali fungsi agama dan meningkatkan toleransi antar umat beragama. Keywords: Gereja, Toleransi, Demokrasi

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

24


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Ahok, Runtuhnya Konstruksi Politik Diskriminatif di Indonesia dan Jurnalisme Tanpa Prasangka Camelia Ayu 1, Yustiana Candrawati 2, Magdalena Fransilia 3 1

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya E-mail: camelia.ayu.49@gmail.com 2 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya E-mail: yustianacandrawati@gmail.com 3

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya E-mail: magdafrilia@gmail.com

ABSTRAKSI Ahok punya makna sangat besar dalam perkembangan demokrasi dan jurnalisme khususnya politik Indonesia. Ahok memang hanya salah satu dari sekian Politisi Tionghoa yang berhasil menduduki jabatan politik pada era Reformasi ini, namun pada kenyataannya Ahok punya makna yang jauh lebih dalam ketimbang politisi Tionghoa lainnya. Makna yang begitu dalam ini terbukti dari lolosnya Ahok dari serangan-serangan rasial ketika pemilihan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta 2012, selain itu meski berkarakter keras, ia tetap menjadi kesayangan media (lih. konsep media darling). Peneliti melihat fenomena Ahok ini memiliki makna yang sangat dalam karena bisa dianggap sebagai simbol dari runtuhnya konstruksi politik diskriminatif yang dibangun sejak zaman kolonialisme Belanda yang kemudian dikukuhkan kembali pada saat rezim Soeharto dan runtuh ketika era Reformasi. Ahok mengingatkan publik Indonesia bahwa keturunan Tionghoa mempunyai andil besar dalam perjalanan politik Indonesia karena dalam sejarah perkembangannya, warga negara Tionghoa juga punya peran krusial (aktif berpolitik) dalam pergerakan bahkan dalam aktifitas politik pada era kemerdekaan terutama sampai pada era orde lama. Keterlibatan ini terlihat ketika mereka menjadi aktifis, pendidik, bahkan menjadi menteri, tentara dan akomodir dalam dunia politik. Namun semua hal ini seolah hilang karena stereotipstereotip tertentu yang dilekatkan oleh pemerintahan masa orde baru. Peneliti merasa bahwa hal ini adalah arah baru dalam demokrasi Indonesia dan masuk dalam konteks jurnalisme tanpa prasangka. Ketika Ahok menjadi media darling, salah satu implikasinya adalah media tidak pernah mempersoalkan ketionghoaan Ahok, bahkan ketika ia berperilaku agak keras. Ahok adalah cerminan perkembangan jurnalisme yang dalam konteks ini sudah relatif meninggalkan prasangka-prasangka tentang kelompokkelompok yang dianggap minoritas. Ini berarti media sudah bergerak meninggalkan prasangka-prasangka yang selama ini sering dilihat sebagai potensi bias media terbesar. Media dalam hal ini sepertinya berada satu arah dalam perkembangan demokrasi. Kami melihat bahwa sebetulnya media juga memiliki visi multikultural ketika tidak mempersoalkan semua itu. Kami merasa bahwa apa yang dilakukan oleh media-media ini sudah benar. Dalam makalah ini akan dibahas bahwa Ahok merupakan titik temu dari dinamika gerakan-gerakan demokrasi multikultur dan jurnalisme yang tidak diskriminatif serta steril

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

25


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

dari kecenderungan-kecenderungan stereotipe yang selama ini melingkupi praktek jurnalisme politik. Keywords: Ahok, Demokrasi Multikultural, Politik Tionghoa, Jurnalisme Tanpa Prasangka

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

26


PROSIDING COMMUNICATION DAYS 8th ANNUAL 2013

Peran Internet Terhadap Kebutuhan Informasi Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Budi Luhur) Simson Prasdi Sihite 1, Priskilla Puspadari Harati 2, Sha-sha Irene Chikita 3 1

Falkutas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail: simsonprasdisihte@yahoo.com 2 Falkutas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail: ppuspadari@gmail.com 3

Falkutas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Jakarta E-mail: shasha.cikita@yahoo.com

ABSTRAKSI Di era digital ini, kemudahan mencari segala jenis informasi melalui jaringan internet sangat di gemari oleh kalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan, internet merupakan salah satu hal yang tidak akan lepas dari kehidupan manusia. Internet memiliki banyak sekali peranan dan dampaknya dalam berbagai bidang, terutama informasi. Jika informasi digunakan di jalan yang benar maka akan membawa manfaat, namun jika disalahgunakan akan membawa bencana. Tanpa adanya internet, manusia akan kesulitan untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi. Kehadiran hotspot sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan mahasiswa. Hotspot adalah suatu fasilitas jaringan internet yang merujuk pada tempat-tempat tertentu (biasanya tempat umum) dengan menggunakan teknologi Wireless LAN, seperti pada perguruan tinggi, mall, plaza, perpustakaan, restoran ataupun bandara. Hal ini mendorong pihak kampus Budi Luhur untuk memberikan fasilitas hotspot kepada mahasiswa. Namun dalam kenyataannya, seringkali mahasiswa menggunakan internet untuk mengakses Facebook, Twitter, You Tube dan sebagainya. Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui peranan internet terhadap kebutuhan informasi mahasiswa Budi Luhur dan juga penggunaan hotspot kampus oleh mahasiswa Budi Luhur. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek yang diteliti.Data dalam penelitian ini adalah data primer (dari hasil wawancara mahasiwa Budi Luhur). Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Alat pengumpul data utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Pengujian keabsahan data digunakan ketekunan peneliti, triangulasi, dan diskusi teman sejawat. Kata Kunci: Internet, Hotspot, Informasi, Mahasiswa

UNIVERSITAS BUDI LUHUR – FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

27



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.