Dady Wicaksono, S.Ars. Dr. Ir. Sugini, M.T.
BUILDING EVALUATION Case study : The Khabele School with DGNB System
DGNB
DGNB Konsep Utama & Sistem Sertifikasi
Rating tools yang digunakan dan menjadi dasar evaluasi bangunan yang dilakukan yaitu dengan sistem sertifikasi DGNB (German Sustainable Building Council). Dalam mengevaluasi sebuah bangunan, penulis perlu mempelajari lebih dalam mengenai konsep utama yang mendasari, serta bagaimana sistem sertifikasi tersebut bekerja. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh sistem sertifikasi yang digunakan dan juga karena setiap rating tools memiliki aspek-aspek serta bobot penilaian yang berbeda.
2
Advanced Green Building
People as Focal Point We build for ourselves, dengan pemikiran ini, sudah pasti bahwa kesehatan dan kebahagiaan masyarakat harus menjadi titik fokus keputusan desain dan konstruksi. Circular Economy Memastikan siklus material dapat didaur ulang atau digunakan kembali, sejalan dengan filosofi cradle-to-cradle, digabungkan dengan pengembangan produk yang . bertanggung jawab dan berpikiran maju. Design and Construction Quality Desain dan kualitas konstruksi sebagai bagian tak terpisahkan dari bangunan berkelanjutan. Mendorong pendekatan perancangan yang lebih terintegrasi dan menyeluruh.
Isu Utama DGNB Isu utama menjadi pertimbangan agar DGNB dapat digunakan sebagai alat pada tahap perencanaan dan konstruksi sehingga membantu menemukan jawaban atas pertanyaan yang paling mendesak tentang sustainability
SDGs Mendukung dan mewujudkan 17 tujuan dalam SDGs, dengan langkah yang konkret dengan menyelaraskan kriteria-kriteria dalam penilaian dengan tujuan SDGs. EU Conformity Definisi sustainability menurut Uni Eropa menjadi salah satu sumber kerangka kriteriakriteria dalam penilian. Innovation Keberlanjutan telah, dan masih, menjadi masalah utama di masa depan, oleh karena itu perlu terus adanya inovasi yang dikembangkan untuk solusi yang lebih baik. Chapter 2: Khabele School DGNB
3
Konsep Utama DGNB Ruang lingkup konsep keberlanjutan sistem DGNB sangat luas dan melampaui model "Tiga pilar" yang terkenal. Secara komprehensif DGNB mencakup semua aspek fundamental dari bangunan berkelanjutan. Ini mencakup enam topik berikut ekologi, ekonomi, aspek sosiokultural dan fungsional, teknologi, proses dan lokasi site. Tiga topik pertama diberi bobot yang sama dalam evaluasi. Hal ini menjadikan sistem DGNB menjadi satu-satunya sistem yang menempatkan aspek ekonomi bangunan berkelanjutan dan aspek ekologis yang sama pentingnya. Kualitas yang berada di luar lingkup model "Tiga pilar" memiliki fungsi interdisipliner dalam sistem DGNB dan memiliki bobot yang berbeda. Skor yang diberikan dalam penilaian selalu didasarkan pada seluruh siklus hidup bangunan. DGNB pada sistem sertifikasinya mencakup hingga 40 kriteria keberlanjutan, yang semuanya dinilai ulang secara berkala dan dikembangkan kembali oleh ahli yang independen. Setiap jenis bangunan mempunyai penilaian yang disesuaikan dengan fungsinya, oleh karena itu DGNB membagi setiap kategorinya. Terdapat 4 kategori utama yaitu Existing Building (Building in Use), New Construction, Interiors dan District. Di dalam setiap kategori tersebut terbagi lagi menjadi beberapa fungsi bangunan.
4
Advanced Green Building
Environmental quality
Economic quality
Sociacultural quality
Technical quality
Process quality
Site quality
“Sustainable building berarti menggunakan dan memperkenalkan sumber daya yang tersedia secara sadar, meminimalkan konsumsi energi dan melestarikan lingkungan, dimulai dari tahap perancangan (planning), hingga bangunan tidak digunakan kembali (end of use).”
Chapter 2: Khabele School DGNB
5
Sistem DGNB-Building in Use Sistem DGNB membagi 4 kategori utama yaitu Existing Building (Building in Use), New Construction, Interiors dan District. Pada hal ini yang akan diambil adalah sistem penilaian DGNB kategori Building in Use. Pemilihan kategori ini didasarkan pada evaluasi yang akan dilakukan pada bangunan yang sudah digunakan, sehingga kategori ini diharapkan dapat mengevaluasi bagunan secara lebih tepat dan baik. Kategori ini memiliki 3 topik utama yang menjadi bahan penilaian yaitu environmental quality, economic quality dan sociocultural and functional quality. Dalam 3 topik utama tersebut terdapat 9 kriteria yang tertera pada skema di bawah. Masing masing kriteria memiliki bobot masing-masing, seperti pada tabel berikut;
6
Advanced Green Building
Kelebihan Sertifikasi DGNB Bagi pengguna bangunan Pengguna yang sehat: Sistem DGNB mempertimbangkan kesehatan dan kesejahteraan pengguna bangunan dan membantu mengurangi penyakit. Biaya yang lebih rendah untuk pengguna: Sistem DGNB berfokus pada siklus hidup bangunan secara keseluruhan sejak awal, menurunkan biaya dan mengoptimalkan proses dalam pengoperasian. Dengan perencanaan b e rke l a n j u ta n d a p a t me n g u ra n g i b i a ya tambahan dalam jangka panjang. Untuk generasi mendatang: Gedung bersertifikasi DGNB mengkonsumsi lebih sedikit sumber daya selama konstruksi, memiliki emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dan sebagian besar dapat didaur ulang. Dengan demikian mengurangi limbah, mereka memberikan kontribusi aktif untuk menjaga lingkungan. Bagi pemilik dan investor Kualitas sejak awal: Sejak tahap perencanaan awal, Pra-sertifikat DGNB meyakinkan pemilik dan pengguna bangunan bahwa bangunan tersebut akan mencapai target kinerja akhirnya. Pertimbangan yang sama untuk aspek ekonomi: Keberlanjutan ekonomi sebuah bangunan dipandang sama relevannya dengan aspek lingkungan, sosiokultural dan juga teknisnya. Perbandingan internasional: Bangunan bersertifikat DGNB dapat dibandingkan di tingkat nasional dan internasional.
Penilaian yang tepat: Profil individu berdasarkan Sistem DGNB standar tersedia untuk tipe bangunan yang berbeda untuk memberikan sertifikasi yang paling sesuai untuk pasar yang bersangkutan. Bagi arsitek dan perencana Mempromosikan perencanaan terintegrasi: Prasertifikasi DGNB secara khusus mendukng perencanaan terintegrasi, memberikan potensi pengoptimalan awal untuk konstruksi, pengelolaan, konversi, dan pembongkaran dengan penekanan pada pengoptimalan biaya. Artinya fokus proyek adalah pada kualitas sejak awal. Perencanaan dan pemantauan bertarget: Definisi sistematis dari target keberlanjutan berdasarkan kriteria DGNB meningkatkan kesadaran semua pemangku kepentingan pada tahap awal dan berfungsi sebagai instrumen utama untuk jaminan kualitas selama tahap konstruksi. Menilai kinerja keseluruhan: Daripada menilai peraspek secara individual, Sistem DGNB menetap-kan target untuk mengukur kinerja keseluruhan bangunan.
Chapter 2: Khabele School DGNB
7
Metode Evaluasi Isu Global, Kerangka Variabel & Metode
Dalam menyusun kerangka variabel evaluasi, penulis melihat permasalahan besar yang terjadi secara global. Hal ini dilakukan agar evaluasi yang dilakukan dapat memberikan pengaruh positif tidak hanya bagi bangunan itu sendiri, namun juga untuk lingkungan secara menyeluruh. Setelah melihat dan menganalisis permasalahan besar yang terjadi secara global maka penulis dapat menentukan variabel apa saja yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, dan menentukan pula paramater serta indikatornya. Metode yang digunakan berdasarkan pada sistem sertifikasi DGNB dengan beberapa pengembangan, pengembangan tersebut diperlukan karena data yang diperlukan atau dibutuhkan tidak seluruhnya ada, dan lokasi bangunan yang tidak memungkinkan survey secara langsung.
8
Advanced Green Building
GLOBAL POLLUTION LEVEL
Chapter 2: Khabele School DGNB
9
Isu Polusi Udara dalam Lingkungan Sustainability Seiring perkembangan skala kota, masalah-masalah mengenai polusi udara pun menjadi sangat banyak, seperti masalah polutan yang terkait dengan lalu lintas telah mencapai proporsi yang tinggi dari tingkat polusi udara yang sama dan telah menjadi sumber utama polusi udara di beberapa kota besar termasuk Beijing, Tianjin dan Shanghai (Lu, Li, Li, & Al-Barakani, 2021), masalah perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi kenyamanan hunian manusia tetapi cuaca ekstrim yang diakibatkan juga membahayakan kesehatan, perubahan suhu lingkungan dapat menyebabkan stres fisiologis dan mengubah respons fisiologis seseorang terhadap polutan yang beracun dan berbahaya (Zhang et al., 2020), masalah kesehatan yang terjadi karena udara tercemar dengan gas dan partikel, terjadi pada bagian fungsi organ penting di tubuh contohnya paru-paru dan pembuluh darah, serta menimbulkan iritasi pada mata dan kulit (Kusminingrum, 2018). Oleh karena itu, kualitas udara perkotaan harus segera dikelola, dan faktor-faktor yang dapat memperburuk sumber pencemaran udara harus dikontrol secara ketat untuk menurunkan tingkat polusi udara. 10
Advanced Green Building
Pada sudut pandang ini dimana polusi udara menjadi topik utama, maka fokus utama terletak dalam menyajikan pandangan holistik tentang hubungan antara polusi udara, infrastruktur hijau, dan kesehatan manusia untuk membantu pengambilan keputusan yang terinformasi dengan cepat tentang eksploitasi dan pengelolaan infrastruktur hijau di kota-kota (Kumar et al., 2019). Menyajikan pandangan holistik secara menyeluruh adalah bagian yang terpenting, karena mengeneralisasi sebuah solusi untuk mengatasi satu tema masalah yang sama belum tentu menghasilkan hasil yang sama-sama baik. Dalam mewujudkan konsep sustainability, perlu melakukan perubahan secara menyeluruh, tidak hanya perbagian-bagian, namun perubahan tersebut harus dilakukan dari atas hingga ke bawah, dari pembuat kebijakan hingga seluruh masyrakat. Hal ini sesuai dengan makna dari Sustainable Development Goals (SDGs), dimana SDGs mendorong pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.
Kerangka Variabel, Parameter dan Indikator Isu polusi udara yang telah meningkat, menjadi masalah di setiap negara, berbagai solusi-solusi yang diupayakan oleh peniliti, teknologi dan berbagai bidang ilmu lainnya selalu dikembangkan untuk menekan polusi udara. Berdasarkan isu polusi udara serta hasil pengumpulan data dan informasi dasar yang di dapat dari objek bangunan yang akan dijadikan bahan evaluasi, maka penulis telah menentukan variabel, parameter dan indikator yang akan digunakan untuk mengevaluasi bangunan, sebagai berikut ; Variabel Economy quality, parameter yang diambil procurement and operations membahas mengenai keberlanjutan untuk mengurangi atau menghindari penggunaan produk dan bahan yang berbahaya bagi lingkungan, dan menjaga biodiversity. Variabel Sociocultural and functional quality, paramater yang diambil indoor comfort membahas mengenai kondisi kenyamanan dalam ruangan yang memadai untuk aktivitas pengguna gedung setiap saat sepanjang hari dan tahun. Mobility membahas mengenai penghematan sumber daya alam, untuk menciptakan area dan ruang perkotaan yang layak, untuk mengurangi emisi terkait lalu lintas ke udara, air dan tanah, dan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna dengan mempromosikan mobilitas yang berkelanjutan. Chapter 2: Khabele School DGNB
11
Isu
Polusi udara
Perubahan iklim
Gangguan kesehatan
Peningkatan polutan
Tools
Solusi
DGNB
Menjaga kondisi lingkungan
12
Advanced Green Building
Penggunaan energi efisien
Mengurangi emisi kendaraan
Variabel
Parameter
Indikator
Economy quality
Procurement & operations
Biodiversity
Metode
Melakukan perhitungan Biotope Area Factor (BAF) pada lokasi tapak bangunan, dengan perhitungan sebagai berikut ; BAF = (sub-areas * specific biodiversity factors) / (total land area)
sumber : berlin.de
Chapter 2: Khabele School DGNB
13
Variabel
Parameter
Indikator
Sociocultural & functional quality
Indoor comfort
Indoor Air Quality
Metode
Melakukan penghitungan menggunakan standar ANSI/ASHREA Standard 62.1-2013 Vbz = Rp x Pz +Ra x Az Vbz = Breathing zone outdoor airflow Az = Zone floor area Pz = Zone population Rp = Outdoor aorflow rate per person Ra = Outdoor airflow rate per unirt area
14
Advanced Green Building
Variabel
Parameter
Indikator
Sociocultural & functional quality
Indoor comfort
Daylight factor
Metode
Melakukan pemodelan objek bangunan, dan melakukan simulasi menggunakan software Velux Building Simulation Tools, dievaluasi dengan European Standard for daylight EN 17037
Variabel
Parameter
Indikator
Sociocultural & functional quality
Mobility
Zero Carbon Mobility
Metode
Melakukan analisis terhadapat gambar teknik siteplan dan denah pada objek bangunan yang menjadi bahan uji desain untuk dievaluasi keterediaan infrastruktur yang menunjang program zero cabon mobility
Chapter 2: Khabele School DGNB
15
Evaluasi Evaluasi Bangunan, Kalkulasi & Checklist
Evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana bangunan telah memberikan kontribusinya dalam permasalahan besar yang diambil yaitu polusi udara, dan juga pemanfaat sistem teknologi seperti apa yang sudah diterapkan di bangunan Khabele School. Evaluasi dilakukan dengan metode yang telah ditentukan pada bagian buku sebelumnya, baik dengan metode kalkulasi, simulasi maupun dengan metode checklist. Setelah evaluasi dilakukan akan mengeluarkan hasil berupa poin, penilian poin tersebut berdasarkan pada sistem sertifikasi DGNB yang digunakan.
16
Advanced Green Building
Evaluasi 1 : Biodiversity Variabel
Parameter
Indikator
Economy quality
Procurement & operations
Biodiversity
Data eksisting bangunan Luas lahan Luas tapak bangunan Luas lahan tak terbangun
: 799,47 m2 : 318 m2 : 481,47 m2
Sealed Surface Partially Sealed Surface Surface with vegetation, unconnected to soil Surface with vegetation, connected to soil Chapter 2: Khabele School DGNB
17
Biotope Area Factor (BAF) merupakan pendekatan perencanaan ruang hijau, yang dimaksudkan untuk menjaga implementasi ruang hijau dalam kawasan terbangun dan meningkatkan ketersediaan tanaman dalam kawasan terbangun. kunci penilaian dalam keberhasilan aplikasi the Biotope Area Factor adalah tercapainya proporsi ruang hijau dan tumbuhan yang sesuai dengan fungsi ekologis ruang hijau di dalam kawasan terbangun.
18
Advanced Green Building
Standar Biotope Area Factor (BAF) pada bangunan No
Urban forms
Standard
Chapter 2: Khabele School DGNB
19
Evaluasi Biotope Area Factor (BAF)
Surface type/ weighting-factor per m²
Portion of each surface type relative to the total area in m² Amount (m2)
20
Advanced Green Building
EEA* Amount (m2)
Evaluasi 2 : Indoor Air Quality Variabel
Parameter
Indikator
Sociocultural & functional quality
Indoor comfort
Indoor Air Quality
Data ruang uji desain
Panjang (m)
Luas Lebar (m)
Total (m²)
Classroom 01
11,47
7,32
83,96
Classroom 02
11,64
6,87
79,97
Classroom 03
11,94
7,32
87,40
Nama Ruang
Chapter 2: Khabele School DGNB
21
Pergantian udara dapat memengaruhi AC dan pemanas serta energi kipas dalam sistem AC. Standar ASHRAE 62.1 menjelaskan cara menghitung kebutuhan aliran udara, yang memiliki pengaruh signifikan pada desain dan kontrol sistem ventilasi. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah, ini adalah metode untuk menghitung laju aliran udara luar ruangan dengan menggunakan persyaratan ventilasi minimum menurut tipe zona, kepadatan hunian, dan luas lantai. Persamaan laju aliran udara luar ruangan menghitung laju aliran udara luar dengan mempertimbangkan kebutuhan ventilasi yang cukup untuk menurunkan polutan dalam ruangan. Breathing zone outdoor airflow
22
Advanced Green Building
Hasil kalkulasi uji desain
Nama Ruang
People Outdoor Air Rate (R ) cfm/ person
L/s. person
Zone Population (P ) m2/person
Area Outdoor Air Rate (R )
person
cfm/ft2
L/s.m2
Zone Floor Area (A ) m2
Classroom 01
10
5
4
20,99
0,12
0,6
83,96
Classroom 02
10
5
4
19,99
0,12
0,6
79,97
Classroom 03
10
5
4
21,85
0,12
0,6
87,40
Classroom 01
Classroom 02
Classroom 03
VBZ = 5 x 20,99 + 0,6 x 83,96
VBZ = 5 x 19,99 + 0,6 x 79,97
VBZ = 5 x 21,85 + 0,6 x 87,40
VBZ = 155,3267
VBZ = 147,9386
VBZ = 161,6915
VBZ / PERSON = 7,4
VBZ / PERSON = 7,4
VBZ / PERSON = 7,4
Chapter 2: Khabele School DGNB
23
Evaluasi 3 : Daylight Factor Variabel
Parameter
Indikator
Sociocultural & functional quality
Indoor comfort
Daylight factor
Cahaya alami harus menjadi sumber penerangan yang signifikan untuk semua ruang dengan bukaan pada siang hari. Cahaya alami sangat disukai oleh penghuni gedung sebagai cara untuk menerangi permukaan dalam ruangan secara memadai, dan untuk menghemat energi penerangan listrik. Daylight Factor (DF) adalah metrik yang menunjukan jumlah cahaya alami yang tersedia di dalam ruangan (di bidang kerja) dibandingkan dengan jumlah cahaya alami yang tersedia di luar tanpa terhalang objek apapun dalam kondisi langit mendung. Semakin tinggi DF, semakin banyak cahaya matahari tersedia di dalam ruangan. 24
Advanced Green Building
DGNB merujuk pada standar EN-17037 tentang Daylight Standard, dimana daylight factor minimum harus dipenuhi pada 95% permukaan tanah untuk menghilangkan efek tepi yang terkait dengan keberadaan kolom atau elemen buram lainnya yang dapat mempengaruhi hasil akhir. Daylight factor median memperhitungkan seluruh permukaan ruangan. Penerangan ruangan 300 lux dan ambang 50%, yang berarti 50% area lantai ruangan yang terkena cahaya alami.
Chapter 2: Khabele School DGNB
25
Hasil evaluasi Velux Daylight Visualizer
Classroom 01
Classroom 03
Classroom 02
26
Advanced Green Building
Classroom 01
Classroom 02
Classroom 03
Chapter 2: Khabele School DGNB
27
Evaluasi 4 : Zero Carbon Mobility Variabel
Parameter
Indikator
Sociocultural & functional quality
Mobility
Zero Carbon Mobility
Checklist Indikator
Tolak Ukur
Pedestrian
Infrastruktur jalur pejalanan kaki
Tersedia
Tidak Tersedia
v
Point
5
Fasilitas parkir mudah diakses
v
5
Parkir terlindung dari cuaca, min. 80%
v
5
Pencahyaan parkir tersedia, min 80%
v
5
Parkir sepeda aman
v
5
Tersedia bengkel sepeda
v
5
Pom listrik untuk sepeda listrik
v
10
Jarak dengan pemberhentian max 350m
v
10
Infrastruktur pendukung kendaraan umum
v
15
Terdapat pom listrik
v
5
Sepeda
Kendaraan Umum Kendaraan Pribadi Kendaraan Bersama
Kendaraan bersama tersedia
Total Point
28
Advanced Green Building
v
10
15
80
Analisis dan Rekomendasi Analisis Evaluasi Bangunan & Rekomendasi Perbaikan
Merujuk pada hasil evaluasi yang telah dilakukan, maka akan terlihat kelebihan dan kekurangan bangunan yang dievaluasi. Beberapa parameter telah melampaui capaian standar yang ada, namun beberapa lainnya belum dapat memenuhi. Pada bagian analisis dan rekomendasi ini penulis memberikan gambaran analisa dari hasil evaluasi yang dilakukan, dan kemudian dari kekurangan yang ada diberikan rekomendasi perbaikan yang sekiranya akan meningkatkan bangunan baik dalam aspek poin DGNB maupun dalam aspek sustainability.
Chapter 2: Khabele School DGNB
29
Analisis & Rekomendasi : Biodiversity Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan dalam aspek biodiversity yang mana dalam uji desain ini menggunakan standar Biotope Area Factor (BAF), The Khabele School tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan dalam BAF tersebut. Standar yang diminta untuk lingkungan Nursery School and Day Care Centres adalah 0,6 sedangkan hasil yang didapat hanya 0,46. Strategi desain yang dapat dilakukan agar bangunan mendapatkan score dari sistem sertifikasi DGNB adalah dengan meningkatkan nilai dari BAF. Nilai faktor terbesar yang ada dalam BAF adalah “Surfaces with vegetation, connected to the soil below” yang memiliki faktor 1,0. Namun hal tersebut tidak memungkinkan karena keterbatasan lahan yang ada. Sehingga faktor berikutnya yang memiliki nilai cukup tinggi adalah “vertical greenery” dan “greenery on rooftop”, strategi ini dapat diterapkan pada bangunan yang memiliki atap metal dan dinding yang memiliki banyak ruang kosong.
http://greenturf.asia/outdoor-artificial-vertical-garden-wall-jurong/
30
Advanced Green Building
Analisis & Rekomendasi : Indoor Air Quality Kualitas udara dalam ruangan yang buruk menyebabkan berbagai gejala alergi seperti melemahnya sistem imun dan gangguan pernafasan, dan lain sebagainya. Secara spesifik, anakanak rentan terhadap begitu banyak masalah kesehatan dari udara dalam ruangan yang terkontaminasi karena paru-paru mereka sangat kecil. Juga, mereka harus mengambil banyak nafas sepanjang hari. Dari hasil kalkulasi dengan menggunakan standar ASHREA 62.1, setiap ruang kelas sudah dapat mencukupi sirkulasi udara dalam ruangan. Untuk memberikan hasil yang maksimal berikut adalah beberapa solusi terbaik untuk polusi udara dalam ruangan yang dapat disarankan, pertama dengan meningkatkan ventilasi udara, dengan meningkatkan ventilasi udara diharapkan terjadi sirkulasi udara yang lebih baik, sehingga kondisi ruangan tetap terjaga. Kedua adalah dengan pembersih udara, langkah ini dapat dikolaborasikan dengan strategi pada biodiversity yaitu vertical greenery, karena salah satu kelebihannya yaitu mampu menyerap dan mengubah CO2 menjadi oksigen.
http://naturalightsolar.com/portfolio/
Chapter 2: Khabele School DGNB
31
Analisis & Rekomendasi : Daylight Factor The Khabele School dalam aspek daylight factor sudah dapat melewati batas standar. Namun perlu menjadi catatan di dalam hasil simulasi Velux Daylight Visualizer pada bagian minimum daylight factor memiliki nilai yang cukup kecil. Hal ini menunjukan pencahayaan alami yang jatuh ke ruang kelas belum merata. Belum meratanya pencahayaan ini diakibatkan adanya dinding masif di bagian pojok setiap kelas, yang membuat ruang gelap disetiap pojok ruang kelas. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil simulasi di bawah ini.
Dari hasil tersebut, untuk meningkatkan daylight factor dan juga kenyamanan di dalam ruang kelas, maka perlu ditambahkan bukaan pada sudut sudut ruang kelas, untuk memberikan pencahyaan yang lebih maksimal menambahkan skylight sehingga waktu pencahyaan alami yang di dapat menjadi lebih panjang.
32
Advanced Green Building
Analisis & Rekomendasi : Mobility Pada hasil evaluasi mobility, yang mana penilaiannya menggunakan tabel checklist, The Khabele School masih meninggalkan banyak poin yang seharusnya bisa didapat. Dari total 80 poin yang bisa didapatkan dalam sistem setifikasi DGNB, The Khabele School hanya mendapatkan 15 poin saja. Hal ini menunjukan desain bangunan belum secfara penuh mendukung program penekanan emisi karbon pada kendaraan. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan menambahkan sejumlah infrastruktur yang disesuaikan dengan fungsi bangunan, sehingga dapat meningkatkan poin yang didapat,serta bangunan dapat turut andil dalam mendukung penekanan emosi karbon pada kendaraan. Infrastruktur yang mungkin untuk dikembangkan di bangunan dan lingkungan Khabele School, adalah menambahkan infrastruktur di aspek sepeda, karena kemungkinan siswa dapat menggunakan sepeda untuk menuju ke sekolah. Kendaraan umum, melihat data dan informasi yang tersedia, terdapat jaluk metrobus Austin, yang melalui area tersebut, namun untuk menambahkan seperti pemberhentian bus, harus ada koordinasi dari dinas terkait untuk mengatur pemberhentian metrobus tersebut.
Chapter 2: Khabele School DGNB
33
Desain Alternatif & Uji Ulang Rekomendasi Teknologi, Desain Solusi & Uji Ulang
Hasil dari analisis yang dilakukan menghasilkan sebuah kesimpulan disetiap indikator yang dievaluasi. Kesimpulan tersebut dapat baik jika sudah sesuai standar, maupun kurang baik jika belum memenuhi standar, penilaian baik kurang baik tersebut diwujudkan dengan skor, yang di dapat. Setiap aspek baik itu sudah sesuai standar maupun belum sesuai standar, tetap dapat ditingkatkan dengan strategi desain maupun dengan teknologi yang lebih maju lagi. Penerapan strategi dan teknologi maju diharapkan dapat meningkatkan poin yang didapat dalam sistem penilain sertifikasi DGNB, dengan cara melakukan uji ulang atau evaluasi ulang, sehingga dapat dilihat dengan strategi dan teknologi tersebut apakah sudah dapat memberikan poin lebih bagi bangunan tersebut. Tidak hanya poin DGNB namun juga peingkatan bangunan dalam aspek sustainability.
34
Advanced Green Building
Teknologi 1 :
Biodiversity The Khabele School telah menjadi objek uji desain yang dilakukan untuk memberikan gambaran seberapa sustainable bangunan tersebut melalui kacamata DGNB. Aspek evaluasi yang pertama diuji adalah biodiversity, aspek ini perlu dievaluasi karena menyangkut isu utama yaitu polusi udara. Evaluasi biodiversity memiliki tujuan untuk melihat bangunan telah melakukan pelestarian keanekaragaman hayati pada lingkungan site, dalam hal ini tentunya ruang hijau vegetasi menjadi poin utama. Untuk mengukur sejauh mana pencapaian dari bangunan, maka digunakan Biotope Area Factor (BAF). Biotope Area Factor (BAF) melihat pada pembangunan bangunan baru membutuhkan proporsi area tertentu sebagai ruang hijau. BAF memberi para pengembang, arsitek dan perancang pedoman yang jelas namun fleksibel tentang porsi sebidang tanah yang harus ditanami atau menyediakan fungsi ruang hijau lainnya dalam hal: perbaikan iklim mikro, pendinginan perkotaan, drainase berkelanjutan, perbaikan habitat alami dan peningkatan kualitas lingkungan hunian. Solusi khusus yang diterapkan dalam BAF termasuk penghijauan ruang fungsional (misalnya gudang sepeda atau tempat sampah), menanam pohon dan semak atau di area yang lebih kecil dengan vertical garden, memperkenalkan green roof, perkerasan jalan hanya pada rute utama dan menggunakan permukaan permeabel di tempat lain. Dari hasil evaluasi yang dilakukan, The Khabele School hanya mendapatkan 0,46, sedangkan standar yang harus dipenuhi berdasarkan kategori bangunan yang sesuai dengan fungsi bangunan tersebut adalah 0,6. Oleh karena itu perlu adanya strategi desain yang dapat diterapkan untuk memaksimalkan hasil yang lebih baik pada aspek biodiversity. Mempertimbang-kan keterbatasan lahan yang ada, maka rekomendasi yang diberikan adalah dengan green walls karena masih banyak ruang dinding kosong yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai sustainable bangunan dan nilai BAF tentunya. Chapter 2: Khabele School DGNB
35
NAAVA Green Walls Sistem green walls yang dipilih untuk menjadi solusi di bangunan The Khabele School adalah Naava Smart Green Walls. Pemilihan solusi ini didasarkan pada; 1. Flexible solution, Naava dirancang untuk mencakup berbagai pilihan agar sesuai dengan kebutuhan ruang apa pun. Naava mudah untuk dipindahkan dan dapat disesuaikan dengan fungsi ruang, dapat digunakan indoor maupun outdoor. 2. One product many functions, selain sebagai green walls, Naava juga dapat berfungsi sebagai pembersih udara, dilengkapi dengan sensor yang mendukung kinerja, mengatur kelembapan dan juga dapat menjadi elemen akustik bangunan. 3. Easy maintenance, mengingat fungsi bangunan digunakan untuk anak-anak dibawah 8 tahun, sehingga perawatan yang mudah menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan green walls.
36
Advanced Green Building
Sistem teknologi Naava Smart Green Walls
Udara kotor diserap oleh Naava Green Wall melalui sistem akar tanaman, dimana green walls ini tidak memerlukan tanah pada umumnya untuk menumbuhkan tanaman. Mikroba di akar tanaman memurnikan dan membersihkan udara dari bahan bahan yang berbahaya bagi manusia, yang kemudian menghasilkan udara bersih yang segar pada tingkat kelembapan yang sempurna. Navaa diaktifkan dengan sensor sistem operasi (Naava OS), untuk mengukur dan mengirimkan informasi udara di lingkungan sekitar kepada pemegang aplikasi Naava. Smart technology Naava dipadukan dengan data satelit cuaca yang dimiliki oleh Naava, hal tersebut berguna untuk pengaturan penyiraman, aliran udara dan sistem pencahayaan yang sepenuhnya sudah otomatis melalui Naava OS. Chapter 2: Khabele School DGNB
37
Denah perletakan Naava Smart Green Walls
38
Advanced Green Building
Model bangunan green walls
Chapter 2: Khabele School DGNB
39
Uji Ulang Biotope Area Factor (BAF)
Surface type/ weighting-factor per m²
Portion of each surface type relative to the total area in m² Amount (m2)
40
Advanced Green Building
EEA* Amount (m2)
Teknologi 2 :
Daylight & Indoor Air Quality The Khabele School memiliki fungsi bangunan berupa tempat untuk belajar dan ditujukan untuk anak-anak yang berusia di bawah 8 tahun, menjadi tanggung jawab bangunan untuk memberikan kenyamanan serta kesehatan bagi pengguna bangunan. Oleh karena itu aspek daylight dan air quality menjadi aspek yang dievaluasi pada bangunan. Terlebih terkait dengan isu polusi udara, dimana pencahyaan buatan turut andil dalam energi yang digunakan, sedangkan untuk kualitas udara, sangat berhubungan erat dengan polusi udara. Kualitas udara yang terjaga dapat meningkatkan kesehatan bagi penggunanya dan juga membawa bangunan ke arah yang lebih sustainable.
Aspek daylight dan juga indoor air quality The Khabele School sudah dapat mencapai target yang menjadi standar yang ada dalam DGNB. Namun walaupun sudah mencapai target yang diharapkan, masih ada kekurangan yang dapat ditingkatkan, sehingga bangunan dapat menjadi lebih baik lagi. Mempertimbangkan aspek daylight dan indoor air quality memiliki kedekatan, sehingga menggabung-kan aspek keduanya dengan satu teknologi skylight dapat menjadi srategi desain yang lebih baik dalam segi investasi, dan tentunya dalam membawa bangunan yang lebih sustainable.
Chapter 2: Khabele School DGNB
41
VELUX Skylight Solar Powered Sistem teknologi skylight yang dipilih adalh VELUX Skylight dengan tenaga surya. Produk inovatif VELUX Skylight "Fresh Air" Bertenaga Surya, dirancang untuk memberikan ruangan dengan cahaya alami dan juga memasukkan udara segar. Skylight dilengkapi dengan panel surya yang menangkap cahaya matahari yang ada untuk mengisi ulang sistem operator dan kontrol bertenaga baterai yang menjadi sumber energi utama dalam Velux skylight. Energi ini memungkinkan langit-langit untuk membuka dan menutup dengan satu sentuhan tombol, dan secara otomatis menutup saat hujan turun. Alasan pemilihan Velux skylight sebagai solusi dalam meningkatkan aspek daylight dan air quality adalah; 1. Ventilation, penggunaan skylight yang dapat dibuka dan ditutup akan memperlancar pergantian udara di dalam dan luar bangunan 2. Rain detection, skylight sudah dilengkapi dengan sensor hujan, ketika skylight terkena air maka akan otomatis akan tertutup 3. Lower Electric Bill, dengan penggunaan skylight maka akan menurunkan penggunaan pencahyaan buatan
https://www.naturallightingandventilation.com.au/
42
Advanced Green Building
Sistem teknologi VELUX Skylight
1 2
3
4
5 Chapter 2: Khabele School DGNB
43
Denah atap perletakan skylight
skylight
skylight
44
Advanced Green Building
Potongan perletakan skylight
skylight
Chapter 2: Khabele School DGNB
45
Uji Ulang Daylight Factor Pada uji ulang daylight factor dengan menggunakan software Velux Daylight Visualizer, dapat dilihat dengan jelas perbedaan desain awal dengan desain rekomendasi. Dimana desain rekomendasi yang diberikan menggunakan strategi penggunaan skylight, pada area-area yang tidak terkena cahaya alami melalui jendela maupun pintu kaca. Daylight factor pada desain awal menunjukan bahwa dipojok ruangan memiliki nilai DF yang sangat rendah, bahkan ada yang hanya mencapai 0,5%. Dengan rekomendasi skylight yang digunakan meningkatkan nilai DF pada area yang sama mencapai 2,3%, kenaikan ini berkali-kali lipat.
46
Advanced Green Building
Desain awal
Desain rekomendasi
Desain awal
Desain rekomendasi
Teknologi 3 :
Mobility The Khabele School masih sangat minim dalam aspek mobility. Aspek mobility dalam DGNB bertujuan untuk menekan emisi karbon dari kendaraan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan isu yang diambil mengenai polusi udara, dimana telah menjadi rahasia umum bahwa kendaraan merupakan salah satu penyumbang gas emisi karbon terbesar. Emisi gas buang merupakan gas sisa yang dihasilkan dari pembakaran yang teradi di mesin kendaraan (internal combustion engine). Emisi gas buang tersebut keluar dari knalpot kendaraan. Ketika gas buang keluar memiliki kandungan kimia seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (Co2), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx). DGNB menilai aspek mobility dengan melihat ketersediaan bangunan dalam menunjang penekanan emisi karbon dari kendaraan. Hal ini lebih menjurus kepada infrastruktur untuk tranportasi umum, ketersediaan infrastruktur untuk mendukung kendaraan berenergi listrik, terpenuhinya parkir sepeda dan lain sebagainya. Untuk memaksimalkan bangunan berkontribusi dalam penekanan emisi gas kenadaraan, maka solusi yang dilakukan adalah dengan melengkapi infrastruktur, yang tentunya disesuaikan dengan fungsi bangunan. Oleh karena itu ada beberapa infrastruktur dalam penilaian yang tidak mungkin diterapkan dalam lingkungan bangunan, contohnya yaitu bengkel sepeda dan pom listrik untuk mobil. Chapter 2: Khabele School DGNB
47
PAVEGEN Kinetic Tiles Untuk memberikan nilai lebih ke bangunan, maka diperlukan suatu teknologi yang dapat bermanfaat bagi bangunan dan juga bagi lingkungan, sehingga tidak hanya mendapatkan nilai lebih pada DGNB namun juga memberikan nilai sustainable yang lebih baik. Teknologi yang digunakan yaitu PAVEGEN Kinetic Tiles, merupakan sebuah inovasi yang dikembangkan dari paving slab yang dapat mengubah energi kinetic dari langkah pejalan kaki menjadi tenaga listrik. Tenaga listrik tersebut dapat disimpan untuk disalurkan ke fixture-fixture di bangunan sehingga menjadi energi alternatif. Pemilihan teknologi Pavegen kinetic tiles pada solusi desain ini, didasarkan pada kelebihan yang dimiliki oleh Pavegen. PaveGen adalah alternatif ramah lingkungan yang menggantikan metode bahan bakar fosil. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar fosil melepaskan karbon dioksida, penyumbang gas rumah kaca utama dan penyumbang pemanasan global. Pavegen sangat mudah pengaplikasiannya selama suatu jalan dilewati maka pavegen dapat bekerja, sehingga banyak lokasi potensial di mana listrik dapat dihasilkan. PaveGen berpotensi memberi daya pada seluruh bangunan yang memiliki teknologi ini.
48
Advanced Green Building
Sistem teknologi Pavegen Kinetic Tiles
Electro-magnetic generator
Composite tile
Footstep
Pavegen bekerja ketika manusia berjalan atau berlari di atas tanah, maka bebannya yang ditekan ke bawah menyebabkan permukaan atas ubin bergeser. Tekanan tersebut menggerakkan flywheel secara memutar, yang menimbulkan energi melalui kabel tembaga dan magnet. Sistem yang terjadi disebut Piezoelektrik. Efek piezoelektrik, adalah kemampuan material tertentu untuk menghasilkan tegangan AC (arus bolak-balik) saat mengalami tekanan mekanis atau getaran, atau bergetar saat terkena tegangan AC, atau keduanya. Pavegen kinetic tiles, terdiri dari 3 komponen utama yang harus ada agar dapat bekerja dengan baik, yaitu electro-magnetic generator, single triangular composite tile dan tekanan orang ketika berjalan. Satu langkah kkaki dapat menghasilkan energi listrik sebesar 4 sampai 7 watt, yang bisa menyalakan sebuah lampu LED selama 1 detik.
Chapter 2: Khabele School DGNB
49
50
MetroBus 318 Stop
Jalur Pejalan Kaki
Parkir Sepeda
Jalur Sepeda
Advanced Green Building
Pavegen Kinteic Tiles
LAJUR SEPEDA
PEDESTRIAN
LAMPU JALAN
BANGUNAN
PAVEGEN
LIGHTING
Pavegen menghasilkan energi listrik yang berasal dari energi kinetik ketika orang berjalan dan bersepeda
Energi tersebut digunakan sebagai sumber tenaga listrik bagi lampu sekitar sekolah dan bangunan Chapter 2: Khabele School DGNB
51
Uji Ulang Zero Carbon Mobility Checklist Indikator
Tolak Ukur
Pedestrian
Infrastruktur jalur pejalanan kaki
v
5
Fasilitas parkir mudah diakses
v
5
Parkir terlindung dari cuaca, min. 80%
v
5
Pencahyaan parkir tersedia, min 80%
v
5
Parkir sepeda aman
v
5
Tersedia
Tidak Tersedia
Point
Sepeda
Kendaraan Umum Kendaraan Pribadi Kendaraan Bersama
Tersedia bengkel sepeda
v
5
Pom listrik untuk sepeda listrik
v
10
Jarak dengan pemberhentian max 350m
v
10
Infrastruktur pendukung kendaraan umum
v
15 v
Terdapat pom listrik Kendaraan bersama tersedia
v
5 10
Pada desain awal The Khabele School hanya mendapatkan point 15 dari total 80 poin maksimal yang bisa didapatkan. Setalah melakukan analisis dan evaluasi, untuk meningkatkan poin yang didapat dan juga meningkatkan andil bangunan dalam menekan emisi gas buang dari kendaraan, maka diberikan desain rekomendasi yang tidak hanya melengkapi infrastruktur yang diperlukan, namun juga dengan melalui teknologi yang dapat meningkatkan nilai bangunan dan juga meningkatkan sustainable bangunan itu sendiri. Dari hasil uji ulang yang dilakukan desain rekomendasi ini mendapatkan point 60, yang mana point tersebut lebih tinggi 45 point dari desain awal. 52
Advanced Green Building
Kesimpulan Teknologi dan Rekomendasi & Poin Akhir
Bangunan Khabele Elementary School telah dilakukan evaluasi dengan menggunkan sistem sertifikasi DGNB dalam empat indikator yang berbeda yaitu biodiversity, indoor air quality, daylight factor dan zero carbon mobility. Dari keempat indikator yang dinilai dengan keadaan existing bangunan, sudah dapat memenuhi standar yang diterapkan pada indikator indoor air quality dan daylight factor, sedangkan dua indikator lainnya belum dapat terpenuhi. Namun walaupun ada sebagian yang sudah memenuhi standar, penulis tetap memberikan rekomendasi desain dan sistem teknologi pada keempat indikator. Hal tersebut dimaksudkan agar bangunan yang menjadi objek evaluasi ini dapat secara maksimal memenuhi bahkan memiliki standar yang lebih tinggi dan juga memiliki andil yang cukup dalam mengatasi isu besar yang diangkat yaitu mengenai polusi udara.
Chapter 2: Khabele School DGNB
53
Variabel
Parameter
Indikator
Poin
Economy quality
Procurement & operations
Biodiversity
16
Teknologi dan Rekomendasi Desain
Sistem green walls yang dipilih untuk menjadi solusi di bangunan The Khabele School adalah Naava Smart Green Walls. Pemilihan solusi ini didasarkan karena Naava memiliki konsep One product many functions, selain sebagai green walls, Naava juga dapat berfungsi sebagai pembersih udara, dilengkapi dengan sensor yang mendukung kinerja, mengatur kelembapan dan juga dapat menjadi elemen akustik bangunan.
Variabel
Parameter
Indikator
Poin
Sociocultural & functional quality
Indoor comfort
Indoor Air Quality
10
Teknologi dan Rekomendasi Desain
Sistem teknologi yang digunakan adalah VELUX Skylight dengan tenaga surya. Produk inovatif VELUX Skylight "Fresh Air" Bertenaga Surya, disamping untuk memaksimalkan cahaya alami, teknologi ini juga dapat menjadi ventilasi ruangan, sehingga udara di ruangan dapat terus berganti. Velux Skylight juga dilengkapi dengan sensor air, CO2, temperature dan kelembapan, sehingga kondisi udara di dalam ruangan dapat dipertahankan kenyamanannya.
54
Advanced Green Building
Variabel
Parameter
Indikator
Poin
Sociocultural & functional quality
Indoor comfort
Daylight factor
10
Teknologi dan Rekomendasi Desain
Sistem teknologi skylight yang dipilih adalah VELUX Skylight dengan tenaga surya. Produk inovatif VELUX Skylight "Fresh Air" Bertenaga Surya, dirancang untuk memberikan ruangan dengan cahaya alami. Skylight dilengkapi dengan panel surya yang menangkap cahaya matahari yang ada untuk mengisi ulang sistem operator dan kontrol bertenaga baterai yang menjadi sumber energi utama dalam Velux skylight. Skylight ini juga dilengkapi dengan sensor air, CO2, temperature dan kelembapan.
Variabel
Parameter
Indikator
Poin
Sociocultural & functional quality
Mobility
Zero Carbon Mobility
60
Teknologi dan Rekomendasi Desain
Teknologi yang digunakan yaitu PAVEGEN Kinetic Tiles, merupakan sebuah inovasi yang dikembangkan dari paving slab yang dapat mengubah energi kinetic dari langkah pejalan kaki menjadi tenaga listrik. Tenaga listrik tersebut dapat disimpan untuk disalurkan ke fixture-fixture di bangunan sehingga menjadi energi alternatif. Serta melengkapi infrastruktur bangunan yang dibutuhkan untuk meningkatkan nilai bangunan dalam menekan emisi gas buang kendaraan.
Chapter 2: Khabele School DGNB
55
Daftar Pustaka Jaung, W., Carrasco, L. R., Shaikh, S. F. E. A., Tan, P. Y., & Richards, D. R. (2020). Temperature and air pollution reductions by urban green spaces are highly valued in a tropical city-state. Urban Forestry and Urban Greening, 55. https://doi.org/10.1016/j.ufug.2020.126827 Kumar, P., Druckman, A., Gallagher, J., Gatersleben, B., Allison, S., Eisenman, T. S., … Morawska, L. (2019, December 1). The nexus between air pollution, green infrastructure and human health. Environment International, Vol. 133. https://doi.org/10.1016/j.envint.2019.105181 Kusminingrum, N. (2018). Efektifitas Reduksi Polusi Udara dengan Metode Vertical Garden (The Effectiveness of Air Pollution Reduction with Vertical Garden Method). In Jurnal Jalan-Jembatan (Vol. 33). Liu, Z., Hanley, N., & Campbell, D. (2020). Linking urban air pollution with residents’ willingness to pay for greenspace: A choice experiment study in Beijing. Journal of Environmental Economics and Management, 104. https://doi.org/10.1016/j.jeem.2020.102383 Lu, J., Li, B., Li, H., & Al-Barakani, A. (2021). Expansion of city scale, traffic modes, traffic congestion, and air pollution. Cities, 108. https://doi.org/10.1016/j.cities.2020.102974 Morakinyo, T. E., Lam, Y. F., & Hao, S. (2016). Evaluating the role of green infrastructures on near-road pollutant dispersion and removal: Modelling and measurement. Journal of Environmental Management, 182, 595–605. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2016.07.077 Taleghani, M., Clark, A., Swan, W., & Mohegh, A. (2020). Air pollution in a microclimate; the impact of different green barriers on the dispersion. Science of the Total Environment, 711. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2019.134649 Yang, J., Shi, B., Shi, Y., Marvin, S., Zheng, Y., & Xia, G. (2020). Air pollution dispersal in high density urban areas: Research on the triadic relation of wind, air pollution, and urban form. Sustainable Cities and Society, 54. https://doi.org/10.1016/j.scs.2019.101941 Zhang, S., Wang, B., Wang, S., Hu, W., Wen, X., Shao, P., & Fan, J. (2020). Influence of Air Pollution on Human Comfort in Five Typical Chinese Cities. Environmental Research, 110318. https://doi.org/10.1016/j.envres.2020.110318
56
Advanced Green Building