Masterplan Ekowisata Desa Sugian

Page 1

DIDEDIKASIKAN UNTUK DESA SUGIAN SEJAHTERA DARI KAMI MAHASISWA GADJAH MADA

masterpl EKOWISATA SUGIAN

n





Latar belakang Perkembangan pariwisata di era globalisasi perlahan merubah preferensi wisatawan ke pariwisata alam yang menawarkan wawasan lingkungan hidup atau yang biasa dikenal dengan ekowisata. Desa Sugian di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu desa yang menarik untuk dijadikan des nasi kunjungan wisatawan. Selain k wisata yang cukup banyak, Desa Sugian juga memiliki sumber daya alam melimpah serta wilayah konservasi yang menjadikannya sangat potensial untuk dikembangkan menjadi Desa Ekowisata. Strategi pariwisata terpadu harus dilaksanakan agar manajemen desa wisata dapat diterapkan oleh semua pihak secara efek f. Oleh karena itu sangat relevan apabila dibuat kajian mengenai perencanaan pembangunan desa wisara yang menerapkan perencanaan melalui pembuatan master plan untuk menentukan zonasi dan pemetaan sehingga akan terstruktur dan menjadi sebuah Desa Ekowisata yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.

h a j d a GM a d a

Aspirasi dan masukan dari masyarakat sebagai komunitas yang nggal di sekitar obyek wisata diper mbangkan dalam pembuatan masterplan. Harapannya terjadi proses sinergi yang saling mendukung dan memperkuat kebijakan dalam perencanaan pembangunan pariwisata



SARANA DAN PRASARANA

KAWASAN KONSERVASI

RENCANA JANGKA MENENGAH



Bab 2 Gambaran Umum


Kondisi Fisik Perbukitan Salah satu kenampakan ďŹ sik di Desa Sugian adalah daerah perbukitan. Perbukitan di Desa Sugian memiliki pemanfaatan lahan sebagai perkebunan maupun berupa hutan. Kondisi alami yang cukup rimbun dengan berbagai jenis tanaman. Kawasan hutan merupakan hasil reboisasi dengan jenis tanaman: sengon, jambu mete, dan sonokeling.

Dataran Rendah Dataran rendah berlokasi di antara perbukitan dan kawasan pesisir. Lahan ini banyak dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Tanaman pertanian yang dikembangkan yaitu cabai, jagung, dan padi. Pemukiman warga mayoritas berada di dataran rendah. Sarana prasarana publik banyak terletak di dataran rendah, seper : jalan raya, masjid, lapangan, polindes dan sekolah.


Jalan setapak di Pulau Gili Lawang

Foto udara desa Sugian dari Dermaga Tekalok

Bangunan penunjang pariwisata: berugak



Daerah pesisir atau pantai di Desa Sugian merupakan pantai berpasir hitam. Pantai berpasir di Desa Sugian memiliki ciri kemiringan yang landai dan memiliki air yang jernih. Gelombang cenderung tenang di Pantai diperngaruhi oleh dua pulau berdekatan (Gili Sulat & Gili Lawang). Dua gili tersebut meredam gelombang dari laut lepas. Berbeda dengan pantai di pesisir, pantai di Gili Lawang berjenis pasir putih.



Di Gili Sulat hampir seluruh pulau tertutup oleh vegetasi mangrove. Jenis-jenis mangrove yang terdapat di Gili Sulat dan Gili Lawang meliputi Rhizophora apiculata,. R. stylosa, R.mucronata, Bruguiera gemnorrhyza, Sonneratia alba, Ceriops tagal, Luminitzera recemosa, dan Avicenia marina. Pernah terdapat jalan setapak yang terbuat dari kayu yang panjangnya sekitar 2,5 km namun rusak karena lapuk oleh kondisi rawa mangrove yang basah. Terdapat beraneka jenis satwa: burung laut, monyet dan kelelawar.



Ekosistem terumbu karang seluas 3.210 ha membentang hampir separuh dari garis pantai Lombok Timur, dengan sebaran terluas di Gili Lawang. Menurut data dari Widlife Conservation Society (2013) Gili Sulat dan Gili Lawang memiliki keanekaragaman terumbu karang tertinggi di Pulau Lombok. Keanekaragaman terumbu karang yang alami tersebut menjadi habitat alami biota-biota laut yang beragam pula.


Aspek Kependudukan Penduduk Desa Sugian berdasarkan Laporan Data Kependudukan dan Pencatatan Sipil Desa Sugian (hasil pendataan per bulan November 2018) memiliki jumlah 3982 jiwa dengan komposisi perempuan : laki-laki yaitu 1976 : 2006 jiwa. Secara detailnya dapat dilihat pada tabel berikut:

No.

Dusun

Laki-laki

Perempuan

Jumlah Penduduk

1.

Sugian

346

274

620

2.

Sugian Lauk

354

372

717

3.

Sugian Baru

156

144

300

4.

Tekalok

440

501

941

5.

Kokok Pedek

348

271

619

6.

Dasan Baru

371

414

785

Jumlah Total

2006

1976

3982

Penduduk tersebar merata dalam wilayah desa yang secara administratif terbagi menjadi 6 dusun. Penduduk Desa Sugian tidak hanya berasal dari penduduk lokal melainkan juga pendatang dari desa-desa dan kecamatan di sekitarnya. Penduduk Desa Sugian yang menetap di desa didominasi penduduk berkisar 30-50 tahun. Kebanyakan pemuda Desa Sugian menetap diluar desa untuk kepentingan studi serta bekerja.



Aspek Ekonomi Desa Sugian merupakan desa yang berada di

Selain bekerja sebagai nelayan dalam sektor

pesisir pantai serta memiliki dua pulau kecil yang

perikanan, sebagian besar masyarakat Desa Sugian

dikenal dengan Gili Sulat dan Gili Lawang. Selain

juga bekerja di sektor pertanian sawah dan lading,

memiliki garis pantai, Desa Sugian juga memiliki

sektor peternakan serta sektor kehutanan.

lahan pertanian dan kawasan hutan yang luas.

Sebagian kecil yang lain bekerja sebagai PNS, Guru

Oleh sebab itu, kehidupan masyarakat termasuk

dan instansi-instansi pemerintahan desa dan

dalam aspek ekonomi dan ketenagakerjaannya

kecamatan.

dak jauh dari sumber daya laut, hutan dan lahan pertanian.

Seper

kebanyakan daerah pesisir, Desa Sugian

memiliki potensi laut yang besar yang dimanfaatkan masyarakat sebagai salah satu sumber penghasilan. Sumber penghasilan yang didapat dari potensi laut

dak hanya dari

perikanan dan tambak namun juga dikembangkan menjadi tempat wisata.


SARANA DAN PRASARANA

Dermaga Tekalok

Persebaran fasilitas kesehatan

Persebaran fasilitas ibadah

Fasilitas kesehatan yang terletak di desa Sugian hanya berupa Polindes (Poli bersalin desa) yang dijaga oleh bidan desa. Polindes sebagai fasilitas kesehatan satu-satunya di desa Sugian terletak di dusun Sugian Lauk.

Se ap dusun di desa Sugian memiliki masjid dan beberapa mushola. Mayoritas bangunan masih semi permanen akibat pasca gempa Lombok 2018 lalu.

Persebaran fasilitas transportasi Persebaran fasilitas perdagangan Fasilitas perdagangan di desa Sugian cukup merata namun dak dalam skala besar. Pasar sudah terpusat di kecamatan sehingga di desa dak ada, hanya ada warung sembako yang tersebar di se ap dusun. Pembangunan rumah makan dan warung kedai makanan atau oleh – oleh sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan wisata desa dimana akan sangat berpengaruh pada perekonomian pada desa wisata. Beberapa hal yang bisa ditawarkan seper makan makanan seafood di tepi pantai dan makan sambal dengan cabe yang diambil sendiri dari ladang cabe.

Di desa Sugian terdapat satu jalan utama yaitu jalan raya obel – obel yang sudah beraspal namun dak ada lampu jalan. Di jalan desa dan dusun – dusun mayoritas sudah aspal dan baik. Terdapat angkutan umum berupa engkel yaitu mobil minibus yang melayani perjalanan dari desa hingga kota Mataram (pergi-pulang). Desa Sugian terdapat s a t u d e r m a ga p e n y e b e ra n ga n y a i t u d e r m a g a penyeberangan Gili Sulang di dusun Tekalok. Dermaga ini biasa digunakan untuk membantu perahu bersandar dan sebagai penyeberangan untuk wisata ke Gili Lawang dan Gili Sulat. Perahu yang ada merupakan perahu nelayan dengan ukuran yang bervariasi.



Bab 3 Tinjauan Teori


TINJAUAN TEORI Teori Pariwisata Terdapat bermacam wisata yang dapat dikembangkan, menurut Puspar UGM (2002) yaitu: 1. Wisata alam merupakan perjalanan untuk menyaksikan dan menikma obyek-obyek a l a m : p a n t a i , g u n u n g , d a n ka w a s a n konservasi. 2. Wisata budaya adalah perjalanan dengan tujuan menyaksikan dan menikma obyekobyek dan ak vitas budaya: tapak arkeologis, kesejarahan & kebudayaan, kesenian dan kerajinan. 3. Wisata buatan yaitu perjalanan untuk menyaksikan dan menikma obyek wisata buatan: theme park, amusement park, wisata belanja, serta rekreasi olahraga.

Tinjauan Ekowisata Penger an ekowisata Ekowisata merupakan suatu kegiatan pariwisata yang menumbuhkan pemahaman terhadap kelestarian alam serta terdapat par sipasi ak f dari masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.

Prinsip pengembangan ekowisata Pengembangan kawasan ekowisata dibangun di atas sembilan prinsip sebagai berikut: 1. Meminimalkan dampak nega f terhadap alam dan budaya 2. Mendidik wisatawan tentang pen ngnya konservasi

3. Penekanan pada kinerja koopera f antara

4. 5. 6.

7. 8. 9.

pemerintah daerah, masyarakat, dan juga pihak lain untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan manfaat Alokasi pendapatan untuk konservasi alam dan manajemen pengelolaan Perencanaan zona pariwisata secara regional Studi lingkungan dan sosial dalam perencanaan jangka panjang untuk meminimalkan dampak nega f M e m a k s i m a l ka n ke u t u n ga n e ko n o m i masyarakat melalui usaha lokal Komunikasi dengan komunitas lokal Merencanakan infrastruktur yang selaras dengan alam


Tinjauan Preseden Mangrove Trekking Maerokoco Jalur trekking dibuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran dan hanya satu meter dari permukaan air. Pejalan kaki dapat berjalan di dalam atau sekitar pohon bakau yang rimbun serta berfoto dengan latar nuansa hijau dan tepi laut. Untuk menarik pengunjung yang lebih besar, pengelola terus menyelenggarakan kegiatan-kegiatan menarik seperti olahraga memancing, festival budaya, dan hiburan musik. Hutan mangrove Maerokoco merupakan bagian dari Grand Maerokoco dan Puri Maerokoco. Berdiri di atas lahan seluas 23,84 hektar, kawasan wisata ini mulai dibangun pada tahun 1980. Setelah dilakukan revitalisasi pengunjung Maerokoco meningkat, perharinya berhasil menarik pengunjung sejumlah 300 hingga 1.200 orang. Untuk menuju Mangrove Maerokoco pengunjung dapat melewati 2 jembatan penghubung, 1 jembatan utama merupakan pintu masuk terletak di Utara Anjungan Semarang, dan 1 jalan di Timur merupakan pintu masuk samping. Selain melewati jembatan diadakan pula kapal dayung yang dapat mengelilingi danau dan merapat di dermaga mini misal di anjungan-anjungan Semarang, Pati, Tegal, Cilacap dan lain sebagainya.

Ekowisata Hutan Mangrove Bedul Membentang sejauh 18 kilometer, hutan mangrove Bedul di Taman Nasiona Alas Purwo memiliki luas 2.300 hektar. Untuk sampai ke Blok Bedul pengunjung dapat menyeberangi Segara Anakan melalui perahu gondang-gandung (dua perahu yang dijadikan satu kemudian diberi atap terpal dan kursi kayu). Satu perahu dapat menampung sebanyak 10-15 penumpang. Pengunjung yang ingin menyaksikan dari dekat wisata konservasi ini diberi ruang berupa jalan setapak. Pengunjung dapat melihat beraneka jenis tanaman bakau dan berfoto di tengah hutan bakau. Pemandangan saat menyusuri segara anakan mirip perjalanan membelah Sungai Amazon. Pemandangan alam yang disajikan seperti dua pulau yang terpisah dengan warna air kecoklatan, tak lupa pengungjung dapat mengamati aktivitas para nelayan mencari ikan di kawasan Segara Anakan.



Bab 4 Analisis Kepariwisataan


ANALISIS KEPARIWISATAAN Analisis Kondisi Terkini Setelah terdampak gempa bumi pada bulan Agustus 2018 lalu, Desa Sugian pada awal tahun 2019 ini dapat dikatakan mencapai pada kondisi membaik dengan melihat keadaan sosial masyarakat dengan lingkungannya. Mulai terlihat tahap pembangunan kembali rumah-rumah masyarakat yang rusak untuk beralih dari hunian sementara atau berugak yang dulunya menjadi tempat nggal sehari-hari selama gempa susulan terjadi ke rumah tetap.

Usaha yang dibentuk oleh Kelompok Wanita Tani Bangkit Bersama kembali melakukan kegiatan produksi keripik pisang dan singkong. Sedangkan, di sisi lain untuk tempat wisata salah satunya yaitu Gili Sulat masih belum ada pembenahan untuk dermaga yang rusak parah akibat pusat gempa berada di situ sehingga akses untuk masuk pun sulit dijangkau.

AKSESBILITAS

ATRAKSI

Gili Sulat dan Gili Lawang dapat ditempuh melalui jalur laut dengan fasilitas sebuah dermaga. Akan tetapi di dermaga hanya mampu melayani perahu saja. Jalur tersebut ditempuh dari dermaga hingga Gili Sulat dan Gili Lawang dengan waktusekitar 15 menit.

Keindahan Gili Sulat dan Gili Lawang yang menjadi khas adalah pemandangan hutan bakau terdiri dari 17 spesies yang masih sangat alami, variasi biota laut, atraksi kelelawar, camping ground, serta spot untuk melihat sunrise dan su nset. Sedangkan, untuk di Gili Lawang terdapat bonus berupa savana yang dapat dijadikan spot foto wisatawan.

AMENITY

ANCILARRY

Fasilitas yang sudah terdapat di Gili Lawang berupa tiga gazebo dan kamar mandi umum. Perlu adanya penambahan fasilitas berupa tempat sholat, penerangan, serta pengadaan tempat sampah. Sedangkan, di Gili Sulat perlu pembenahan kembali untuk akses masuk ke dalam berupa dermaga, jalan untuk menikmati wisata mangrove, dan fasilitas umum lainnya.

Kelembagaan masyarakat yangbergerak dalam bidang pariwisata dengan sebutan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) baru terbentuk tahun 2018 lalu. Kelembagaan ini masih belum bergerak secara optimal karena minimnya jumlah anggota, pelatihan, dan belum banyak publikasi terkait dengan poten si wisata di Desa Sugian.


Analisis Masalah Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya terdapat aspek Analisis Masalah pen ng untuk pengembangan kepariwisataan di suatu Menteri Pariwisata (aksesbilitas), Arief Yahya daerahMenurut yaitu 3A+1 yaitu accessbility aterdapat rac on (atraksi), dan aspek amenity penting (fasilitas untuk penunjang), pengembangan ancillary (kelembagaan). kepariwisataan di suatu daerah yaitu 3A+1 yaitu

accessbility (aksesbilitas), attraction amenity (fasilitas penunjang) , dan

Aksesibilitas

(atraksi), ancillary

Jika menurut teori tersebut dan membandingkan dengan kondisi Desa Sugian saat ini masih banyak (kelembagaan). Jika menurut teori tersebut dan masalah-masalah yang harus diselesaikan untuk mencapai desa wisata yangkondisi lebih Desa baik. Sugian Permasalahan membandingkan dengan saat ini tersebut antara lain: masih banyak masalah -masalah yang harus

diselesaikan untuk mencapai desa wisata yang lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain:

Ÿ 1.Belum adanya transportasi umum wisatawan ĘÑÕÞÖ MŇMŌŘM PǾMŌŒŐŎǾ PMŒÒuntuk ÞÖ ÞÖ ÞŌPÞÔ menuju R ÒŒMPMRdermaga MŌ Ö ÑŌÞÓÞ

penyebrangan sebelum menuju Gili Sulat dan Gili Lawang selain engkel dermaga menuju Gili Sulat dan Gili Lawang yang rutenyapenyebrangan hanya sebatassebelum di jalan raya. Ÿ Lampu jalan untuk menuju Dermaga penyeberangan selain engkel yang rutenya hanya sebatas di jalantidak raya.ada, penerangan jalan hanya sebatas dari rumah penduduk.

2. I MÖ ŐÞ ÓMÕMŌ ÞŌPÞÔ Ö ÑŌÞÓÞ GÑǾÖ MŊM ŐÑŌŘÑNÑǾMŌŊMŌ PÒŇMÔ MŇMÆ penerangan jalan hanya sebatas dari rumah penduduk.

Atraksi

Ÿ 1.Kurangnya objek atau kegiatan kebudayaan Desa ĦÞǾMŌŊŌŘM ŎNÓ ÑÔ MPM Þ ÔÑŊÒM PMŌ ÔÑNÞŇMyang ŘMMŌ mencirikan ŘMŌŊ Ö ÑŌŃkhas ÒǾÒÔMŌ ÔOMŒ

Wisata Sugian.

Desa Wisata Sugian. Ÿ Kurangnya titik/spot foto sebagai penanda lokasi dermaga dan gili. Ÿ 2.Belum souvenir Desa Sugian. ĦÞǾMadanya ŌŊŌŘMPÒ PÒÔCŒŐŎP khas ŅŎPŎ Œ ÑNMŊM ÒŐÑŌMŌŇMÕŎÔMŒÒŇÑǾÖ MŊMŇMŌ ŊÒÕÒB 3. ĘÑÕÞÖ MŇMŌŘMsouvenir khas Desa Sugian.

Amenity

ĘÑÕÞÖ PÑǾŇMŐM P ÕMOM Ō ŐMǾÔÒǾB Ÿ 1.Belum terdapat lahan parkir. Ÿ 2.Belum adanya tempat singgah atau homestay untuk wisatawan di sekitardi ĘÑÕÞÖ MŇMŌŘMPÑÖ ŐMP ŒÒŌŊŊM OM PMÞ homestay untuk wisatawan dermaga dan perkampungan Desa Sugian.

sekitar dermaga lampu. dan perkampungan Desa Sugian. Ÿ Minim penerangan Ÿ 3.Minim sinyal dariMŌŊM berbagai provider. Ì ÒŌÒ Ö ŐÑŌÑǾ Ō ÕMÖ ŐÞB Ÿ Belum ada fasilitas keamanan. 4. Ì ÒŌÒÖ ŒÒŌŘMÕŇMǾÒNÑǾNMŊMÒprovider. Ÿ Kamar mandi belum berfungsi optimal. Ÿ 5.Lingkungan kurang terawat, banyak ĘÑÕÞÖ MŇM ŅMŒÒÕÒPM ŒÔÑMÖ M ŌMŌB sampah berserakan. Ÿ Saluran air tidak terawat.

6. ĦMÖ MǾÖ MŌŇÒNÑÕÞÖ NÑǾŅÞŌŊŒÒŎptimal. 7. I ÒŌŊÔÞŌŊMŌ ÔÞǾMŌŊ PÑǾMR MPÆNMŌŘMÔŒMÖ ŐMO NÑǾŒÑǾMÔMŌB 8. Ĭ MÕÞǾMŌ MÒǾPÒŇMÔPÑǾMR MPB

Ancillary

Ÿ Ÿ

1.Kesadaran ĦÑŒMŇMǾM Ō Ö MŒŘMǾMÔmasih MP Ö Mkurang ŒÒO ÔÞǾM ŌŊ PÑŌPM ŌŊ ŐŎPÑŌŒ NÑŒMǾ R ÒŒMPM masyarakat tentang potensi besarÒwisata yang dimiliki Desa Sugian. yang didimiliki di Desa Sugian. Masyarakat masih belum mengetahui cara mengembangkan desa wisata serta sistem manajemen pengelolaannya.

asyarakat masih belum mengetahui cara mengembangkan desa wisata serta sistem manajemen pengelolaannya.


Analisis Potensi Menunjang ditetapkannya Desa Sugian menjadi desa wisata dengan objek utama adalah keindahan alam dari dua pulau yang tidak berpenghuni yaitu Gili Sulat dan Gili Lawang. Keduanya memiliki daya tarik tersendiri untuk dapat dipasarkan kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Sebagai contoh keindahan mangrove yang mengelilingi kedua pulau tersebut, savana di dalam Gili Lawang, pantai pasir putih yang didukung oleh berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengunjung yakni snorkeling, diving, canoing, dan beberapa olah raga pantai seperti sepak takraw serta voli pantai.


Bab 5 Pemetaan


Zona Bebas Merupakan area berupa lapangan terbuka yang dapat digunakan untuk kegiatan umum

Pantai Area pantai merupakan kawasan pesisir yang tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut, area pantai tidak termasuk zona perencanaan dan dibiarkan alami.

Ladang Ladang warga yang biasa ditanam padi, tembakau atau cabe. Ladang ini dapat dijadikan sebagai wisata bercocok tanam

Ruang Terbuka Hijau Merupakan zona bebas pembangunan dimana banyak terdapat pohon kelapa dan memiliki rumput yang nyaman sebagai tempat bermain dan olahraga. Diantara pohon juga

Kampung Homestay Merupakan area pemukiman warga dimana dapat dijadikan sebagai penginapan bagi turis yang berwisata


Pantai Area pantai merupakan kawasan pesisir yang tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut, area pantai tidak termasuk zona perencanaan dan dibiarkan alami.

Area Hutan Bakau Kawasan yang harus dilestarikan, terdapat beberapa satwa liar seperti monyet, lutung dan berbagai jenis burung. Hutan bakau memiliki variasi jenis bakau yang beragam

Gazebo Gazebo dibuat sebagai tempat istirahat dan menikmati wisata hutan bakau. Dibuat di beberapa titik pada jalur trekking.

Kampung Homestay Merupakan area pemukiman warga dimana dapat dijadikan sebagai p e n g i n a p a n b a g i t u r i s ya n g berwisata.

Camping Ground Zona bebas berupa lapangan terbuka yang digunakan untuk mendirikan tenda camping.

Jetty/Trekking way Trekking way dibuat dari papan kayu. Trekking way dimulai dari area KKP menuju pantai lalu terdapat cabang mengarah ke barat menuju area Bakau, sehingga dapat digunakan untuk wisata hutan bakau yang berbasis edukasi


Pantai Area pantai merupakan kawasan pesisir yang tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut, area pantai tidak termasuk zona perencanaan dan dibiarkan alami.

Kampung Nelayan Merupakan area pemukiman warga yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. kampung nelayan dapat dijadikan wisata untuk belajar mengenal tata cara bernelayan dan kehidupan nelayan

Kampung Homestay Merupakan area pemukiman warga dimana dapat dijadikan sebagai penginapan bagi turis yang berwisata.

Ruang Terbuka Hijau Merupakan zona bebas pembangunan dimana banyak terdapat pohon kelapa dan memiliki rumput yang nyaman sebagai tempat bermain dan olahraga. Diantara pohon juga dapat di pasangi ayunan dan hammock.


Zonasi Zona Inti Zona Perikanan Berkelanjutan Zona Pemanfaatan

Gili Sulat

Gili Lawang

KAWASAN KONSERVASI


Bab 6 Penahapan Jangka Menengah


PENAHAPAN JANGKA MENENGAH

Inovasi dan pengelolaan berkelanjutan

Pengembangan objek wisata

Pengembangan objek wisata

Kerjasama dan pendanaan

Peningkatan kapasitas dan manajemen kelompok pariwisata

NO

Nama Program

1

Pemahaman Pokdarwis

2

Penguatan manajemen desa wisata

3

Persiapan pendanaan dan kerjasama

4

Penguatan manajemen Kawasan Ekowisata

5

Pembuatan fasilitas Kawasan Ekowisata Sugian

6

Persiapan Pantai Kope sebagai objek wisata desa

7

Persiapan Dermaga Tekalok

8

Pembangunan ďŹ sik fasilitas penunjang pariwisata

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.