My Life Trip Journey DEVINA AGATHA MAILOOR’S AUTOBIOGRAPHY
Tentang Diriku. Tentang Diriku.
N
amaku Devina Agatha Mailoor, sering dipanggil Devina. Teman-temanku memanggil Dev, lebih irit kesannya. Aku lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 27 Desember 1998. Menurut Mama, sebenarnya aku hanya ‘numpang lahir’ saja di Banjarmasin. Kampung halamanku ada di Kuala Kapuas, kota kecil di Kalimantan Tengah. Aku anak sulung dari lima bersaudara, terdiri dari empat perempuan dan satu laki-laki. Papa bernama Joudy Aldrien Abednego Mailoor. Mamaku bernama Dessy Riani. Papabekerja sebagai anggota POLRI, sedangkan Mamaku ibu rumah tangga yang fokus mengurusi ayah dan adik-adik.
Menjadi anak dari ayah yang berprofesi sebagai polisi tidaklah mudah. Aku harus mengikuti setiap langkah perjalanan hidup orangtuaku. Aku berkali-kali pindah sekolah dan rumah. Orang bilang keluargaku keluarga nomaden. Hampir tiap tahun, ayahku pindah tempat dan daerah. Bahkan sebagai keluarga normal, kami tak memiliki rumah tetap. Sebagai seorang polisi yang menekuni pekerjaannya, papaku selalu menempuh pendidikan demi pendidikan agar dapat mencapai kenaikan pangkat. Setiap perjalanan hidupnya merupakan bagian dari perjalanan hidupku juga. Karena itulah kami disebut keluarga nomaden. Pada usia dua tahun, Papa dan Mama membawaku pergi dari Banjarmasin ke Jakarta. Perjalanan yang cukup panjang. Papa menekuni pendidikannya di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Pada perjalanan ini, mamamengandung dan hadirlah adikku bernama Pretty Ivana Gracia Mailoor. Sungguh menyenangkan mendapat teman dalam perjalanan yang panjang ini.
PERJAL PENDID Perjalanan pendidikanku dimulai dari TK Bhayangkari Manna, Bengkulu Selatan, lalu pindah ke TK Bhayangkari Curup, Rejang Lebong. Di sini aku memenukan banyak teman baru dan mendapatkan pengalaman baru. Masuk ke bangku Sekolah Dasar, keluarga kami kembali pindah ke kota Bengkulu. Aku bersekolah di Sekolah Dasar Pelita Kasih Bengkulu. Aku masih ingat saat aku berlangganan antar-jemput. Seringkali aku tertinggal jemputan karena bangun kesiangan. Ketika itu aku mendapatkan kabar bahwa Mama kembali mengandung. Tahun 2004, lahirlah adikku Wulan Angelitha Mailoor, seorang bayi mungil dengan bibirnya yang sangat merah.
Kabar baru kembali datang, papaku kembali dipindahkan ke Bengkulu Utara, Arga Makmur. Aku merasa senang karena aku bisa kembali bertemu teman lamaku. Namun, aku harus menerima kenyataan bahwa aku sudah jarang berteman dengan tetanggaku yang lama karena rumah yang baru berada cukup jauh dari rumahku yang lama. Saat itu, kami kembali mendapatkan kabar baik. Aku dan kedua adikku mendapatkan adik baru. Mamaku mengandung dan hadirlah adikku Moureen Lingkan Waya Mailoor, nama yang indah pemberian Oma dan Opaku di Minahasa. Perjalanan hidup kami di Arga Makmur saat itu berjalan lancar. Sampai suatu ketika tanah bergoncang kuat, pepohonan tumbang dan rumah-rumah roboh.
LANAN DIKAN Tahun berikutnya aku kembali pindah ke kota Arga Makmur, Bengkulu Utara, bagian utara provinsi Bengkulu. Dari sekolah swasta, aku pindah ke SD Negeri 004 Arga Makmur. Saat itu aku sering bermain dengan teman-temandi sekitar rumah. Perumahan asrama polisi memang sangat ramai dengan anak-anak ketika itu. Setahun berlalu, keluarga kami kembali pindah ke Bengkulu. Papaku naikpangkat dan bertugas di sana. Saat kelas 3 SD, aku dipindahkan ke SD Katolik Sint Carolus Bengkulu. Sekolah ini cukup bergengsi, namun aku merasa sedih karena aku tidak bisa kembali ke sekolah lama. Namun, aku mendapatkan teman baru di sana.
Ya, benar! Gempa sebesar 7,3 SR menggoncang wilayah Bengkulu. Semua orang khawatir, termasuk orang tuaku dan seluruh keluargaku di Manado dan di Kalimantan. Bibiw (panggilan sayangku kepada nenek dari mama) sangat mengkhawatirkan kejadian ini. Maka, ia pun mendesak mama dan papa untuk memindahkan kami ke Kuala Kapuas Kalimantan Tengah.. Kejadian itu membuat aku dan adikku Pretty dipindahkan ke Kuala Kapuas. Kami sekolahdi SD Katolik Santo Paulus Kuala Kapuas. Kedua adikku yang lain tidak ikut pindahkarena masih terlalu kecil untuk berpisah dari Mama dan Papa. Saat itu, merupakan saat yang paling menyenangkan karena aku sangat dimanja oleh Bibiw, notabene aku adalah cucu tersayang dari semua cucu Bibiw.
Sebenarnya aku merasa sangat nyaman, namun aku juga sangat merindukan orang tua dan adik-adikku. Lalu, aku memutuskan untuk pindah ke Bengkulu kembali ke orang tuaku. Bibiw sangat menyesali keputusanku karena ia merasa kesepian tanpa cucu-cucunya. Aku kembali sekolah di SD Katolik Sint Carolus dan kembali bertemu teman lamaku. Namun, hanya berjalan setahun, saat kelas 6 semester 2, aku kembali dipindahkan ke Kuala Kapuas dan lulus di SD Katolik Santo Paulus. Setelah dari lulus dari bangku Sekolah Dasar aku kembalgi melanjutkan ke SMP di Bengkulu. Aku bersekolah di SMP Katolik Sint Carolus. Benar sekali, aku bertemu kembali dengan teman-temanku yang lama. Ketika itu, aku kembali mendapatkan kabar mengejutkan: aku kembali mendapatkan adik. Mamaku mengandung anak laki-laki. Kabar ini sungguh mengharukan. Adikku yang bungsu ini dinamakan Yoel Christiano Mailoor.
KEHIDUPANKU YANG NOMADEN
“ MENGASYIKAN DAN PENUH DENGAN PENGALAMAN� Aku bersekolah di Bengkulu hanya sebentar saja. Menginjak semester 2, Papa menjalani Pendidikan Sekolah Pimpinan Menengah (SESPIMMEN) () di Bandung. Aku pun kembali ke Kuala Kapuas bersama Bibiw. Aku bersekolah di SMP Negeri 1 Kuala Kapuas hingga kelas 2 semester 1. Hingga aku mendapat kabar bahwa Papa telah menyelesaikan pendidikandan dipindahkan di Balikpapan, Kalimantan Timur. Aku pun dipindahkan ke Balikpapan dan bersekolah di SMP Negeri 1 Balikpapan. Aku memutuskan untuk tidak akan pindah lagi. Aku akan menyelesaikan pendidikanku hingga SMA di Balikpapan. Aku menepatinya. Aku melanjutkan jenjang sekolah dan lulus di SMA Negeri 1 Balikpapan. Aku mengikuti kegiatan sekolahku dengan baik, meskipun aku harus menerima kenyataan harus jauh dari orang tuaku yang bekerja dinas berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya.
terima kasih.
Sekarang aku melanjutkan kuliahku di program studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dengan pengalamanku dalam meraih pendidikan secara nomaden. Aku dapat berinteraksi dan mendapat dengan mudah. Selain itu, aku juga mendapatkan banyak prestasi pada saat ku duduk di bangku kuliah. Aku berterima kasih dan bersyukur untuk semua ini.