Laporan Pendahuluan Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Jaringan

Page 1


KATA PENGANTAR Pertama-tama puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah Ta’ala atas tersusunnya Laporan Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Jaringan dalam Implementasi Pengembangan E-Government di Dinas KOMINFOSTANDI Kab. Paser Kalimantan Timur. Penyusunan Laporan Pendahuluan ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Pelaksanaan kegiatan dan pembuatan laporan ini tidak terlepas dari bantuan pihak terkait. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terkait atas bantuannya dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Akhirnya, dengan disusunnya laporan ini diharapkan semua pihak, kepala daerah khususnya dinas kominfostandi di Kabupaten Paser, mampu mengemban mandat visi misi Kabupaten Paser dengan konsekuen dan seksama sehingga dapat terwujud masyarakat Paser yang sejahtera secara menyeluruh.

Jakarta, Juli 2018 Tim CV. Sentra Media Indonesia

ii


DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................................. iii BAB 1 GAMBARAN UMUM ......................................................................................... 1 1.1

Latar Belakang..................................................................................................1

1.2

Maksud dan Tujuan .........................................................................................2

1.3

Lingkup dan Tahapan Pekerjaan ......................................................................2

1.4

Sasaran .............................................................................................................3

1.5

Lokasi Studi kasus / kerja .................................................................................3

BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................................. 9 2.1

Peran Infrastruktur Teknologi Informasi .........................................................9

2.2

Model Arsitektur Jaringan ............................................................................ 12

2.3

Topologi Intranet .......................................................................................... 15

2.4

Pengembangan Perangkat Jaringan ............................................................. 15

2.5

Pengembangan Manajemen Jaringan .......................................................... 20

BAB 3 METODOLOGI KERJA ...................................................................................... 24 3.1

Umum ........................................................................................................... 24

3.2

PPDIOO.......................................................................................................... 25

3.3

Metode Penelitian ........................................................................................ 29

BAB 4 PROGRAM KERJA............................................................................................ 34 4.1

Tugas dan Tanggung Jawab Personil ............................................................ 34

4.2

Struktur Organisasi Tim Perencana .............................................................. 36

4.3

Jadwal dan Program Kerja ............................................................................ 37

BAB 5 PRA RENCANA DAN REKOMENDASI ................................................................ 40 5.1

Prarencana Infrastruktur .............................................................................. 40

5.2

Rekomendasi Gambar Jaringan .................................................................... 41

5.3

Rekomendasi Rencanan Manajemen Jaringan ............................................. 42

5.4

Rekomendasi Rencana Keamanan Jaringan ................................................. 51

BAB 6 PENUTUP........................................................................................................ 55 iii


ii


1

BAB 1 GAMBARAN UMUM

1.1

Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia sangat dipengaruhi oleh meningkatnya kemampuan masyarakat daerah dalam mengelola informasi secara produktif untuk meningkatkan daya saing bagi kegiatan perekonomiannya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk dapat memberikan perat utama dalam peningkatan daya saing tersebut. Melalui pesatnya teknologi informasi, salah satu pendekatan yang paling tepat yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah adalah merancang dan melakukan implementasi penerapan teknologi informasi dengan program smart city. Kabupaten Paser sudah berhasil menyatukan komitmen menuju program tersebut, yang harus dijabarkan kedalam program – program yang efektif bagi setiap komponen pendukung smart city tersebut. Infrastruktur merupakan komponen utama pada konsep pengembangan smart city, karena dengan adanya infrastruktur teknologi informasi yang efektif, maka semua program pendukung yang terdiri dari komponen lainnya akan berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan dibangunnya smart city. Pembangunan infrastruktur teknologi informasi memerlukan perencanaan yang matang, karena harus sesuai dengan berbagai karakteristik yang ada dan diperlukan di Kabupaten Paser.


2 1.2

Maksud dan Tujuan Jasa konsultasi ini bemaksud untuk menhasilkan rencana teknik akhir (Detail Engineering Design) bagi infrastruktur jaringan intranet untuk menghubungkan kantor perangkat daerah yang ada di wilayah Kabupaten Paser, yang efisien dan efektif, lengkap dengan gambar dan dokumentasi lainnya yang diperlukan, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Sedangkat tujuan umum dari kegiatan perencanaan ini untuk menjadikan rancangan yang dihasilkan sebagai pedoman pembangunan semua infrastruktur

teknologi

informasi

di

Kabupaten

Paser,

melalui

pengembangan jaringan intranet serta sistem pengelolaan jaringan yang memiliki standarisasi jaringan.

1.3

Lingkup dan Tahapan Pekerjaan Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, secara garis besar sebagai berikut : a. Pengumpulan data primer dan data sekunder yang bisa berasal dari kegiatan

wawancara, Focus Group Discussion (FGD), maupun data

kedinasan yang telah ada; b. Inventarisasi data; c. Melakukan survey lapangan; d. Pengolahan dan analisa data;


3 e. Koordinasi dan Asistensi dengan PPK, PPTK dan Staf Pendamping yang ditunjuk; f. Melaksanakan presentasi laporan awal, antara dan akhir; g. Penyusunan rekomendasi infrastruktur jaringan data, perangkat teknologi, sistem, dan

strategi implementasi untuk pembangunan

infrastruktur jaringan komunikasi data

Kabupaten Paser Provinsi

Kalimantan Timur; h. Penyusunan estimasi rencana anggaran biaya (RAB); i. Penyusunan desain dan roadmap pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi data e-gov Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. 1.4

Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dengan kegiatan ini diantaranya adalah : 

Tersedianya

infrastruktur

IT

yang

berfungsi

dan

dapat

di

implemntasikan sesuai kebutuhan Kabupaten Paser. 1.5

Lokasi Studi kasus / kerja Kabupaten Paser merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, yang secara geografis terletak antara 0°45’- 2°27’ Lintang Selatan dan 115°36’ - 166°57’ Bujur Timur dengan luas wilayah 11.603,94 Km2. Adapun batas-batas Kabupaten Paser adalah sebagai berikut (Peta 1.1 Peta Geografis Kabupaten Paser) : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Baru Provinsi Kalimantan Selatan


4 c. Sebelah Timur berbatasan dengan Penajam Paser Utara dan Selat Makasar d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah Dalam klimatologi, curah hujan merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan iklim suatu wilayah. Pada tahun 2009, rata-rata curah hujan di Kabupaten Paser berdasarkan laporan dari 6 (enam) pos pengamatan hujan yang ada di wilayah Kabupaten Paser adalah sebesar 153.73 mm. Kecamatan yang memiliki curah hujan cukup tinggi adalah Kecamatan Tanah grogot, Kuaro, dan Long Ikis. Sedangkan untuk rata-rata hari hujan perbulan adalah 12 hari.

Peta 1.1 Peta Geografis Kabupaten Paser


5 Satuan kerja perangkat Daerah Kab. Paser a. Gedung perkantoran

No

SKPD Gedung 1

1

Dinas kesehatan

2

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

3

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan koperasi dan Usaha Kecil menengah Gedung 2

4

Dinas P endidikan dan Kebudayaan

5

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan

6

Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata

7

Dinas Sosial Gedung 3

8

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

9

Dinas pemberdayaan Masyarakat dan desa

10

Dinas Pertanian Gedung 4

11

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


6 12

Dinas Perikanan

13

Dinas Komunikasi, Informatika, Staper

14

Dinas Ketahanan Pangan

b. Komplek Kantor Bupati

No

SKPD Sekretariat Daerah

A

Asisten Kesejahteraan Rakyat

1

Bina kesejahteraan rakyat 1

2

Bina kesejahteraan rakyat 2

3

Bina kesejahteraan rakyat 3

4

Bina kesejahteraan rakyat 4

B

Asisten Ekonomi

5

Bina Ekonomi 1

6

Bina Ekonomi 2

7

Bina Ekonomi 3

8

Bagian pengadaan barang dan Jasa

C 9

Asisten Umum Bagian umum


7 10

Bagian Organisasi dan Kerjasama

11

Bagian Pemerintahan dan humas

12

Bagian Hukum

D

Staf Ahli

13

Bidang Pemerintahan dan hukum

14

Bidang Ekonomi

15

Bidang Kesejahteraan rakyat

E

Terpisah Badan

Kepegawaian

Pendidikan

dan

Pelatihan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

F

Sekretariat DPRD

c. Kantor Terpisah

No

SKPD

1

Dinas Perhubungan

2

Dinas Lingkungan Hidup

3

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu

4

Dinas kearsipan dan Perpustakaan


8 5

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

6

Dinas Pengendalian penduduk, Keluarga berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

7

Dinas Polisi Pamong Praja

8

Inspektorat

9

Badan Pendapatan Daerah

10

Badan Penanggulangan Bencana Daerah

11

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

12

Sekretariat Dewan Pengurus Korpri/klinik

13

Rumah Sakit Umum Panglima Sebaya

d. Fasilitas Publik

No

SKPD

1

SIRING 1

2

SIRING 2

3

SIRING 3

4

SIRING 4

5

TAMAN PUTRI SOLEHAH

6

DANAU UNGU 1

7

DANAU UNGU 2


9

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1

Peran Infrastruktur Teknologi Informasi Infrastruktur

merupakan

salah

satu

dimensi

dalam

suksesnya

pengembangan egovernment, tentunya untuk dapat mewujudkan smart city. Implementasi infrastruktur memerlukan perencanaan yang matang dan sesuai dengan kaidah – kaidah infrastruktur teknologi Infrastruktur.

Gambar 2. 1 – Posisi Infrastruktur TI

Dari gambar diagram diatas, terlihat bahwa infrastruktur Teknologi Informasi memiliki peran tersendiri dari semua infrastruktur yang ada. Infrastruktur yang tidak direncanakan dengan baik, akan mengakibatkan semakin kompleks dan rumitnya struktur jaringan pada suatu saat nanti, hal ini karena setiap saat kebutuhan akan bertambahnya jalur komunikasi akan selalu bertambah.


10 Untuk mengantisipasi kendala tersebut, diperlukan pemahaman dari pengelola dan kepedulian tingkat kebijakan dalam hal pengembangan infrastruktur teknologi informasi khususnya untuk menghubungkan seluruh instansi pemerintahan di bawah pemerintah Kabupaten Paser. Berikut ini adalah uraian mengenai kaidah – kaidah dalam membangun infrastruktur: 1. Merencanakan infrastruktur secara menyeluruh (holistic) a. Mencakup seluruh instansi perangkat daerah b. Mencakup berbagai tingkatan struktur. 2. Harus mempertimbangkan kebutuhan infrastruktur dimasa depan a. Mengakomodasi perubahan dan pertumbuhan. b. Memaksimasi penggunaan ulang dan silang (reuse) komponen infrastruktur (termasuk infrastruktur SDM). 3. Memilih teknologi yang tepat a. Menerapkan open-standard untuk menjamin interoperabilitas dan kebebasan dari keterikatan pada vendor. b. Melihat

kesesuaian

dengan

kebutuhan

bisnis

dan

kesiapan/kemampuan organisasi mengadopsinya. 4. Menerapkan prosedur baku dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur. a. Platform: Kategori komponen-komponen dasar infrastruktur. b. Pattern: Struktur sistem aplikasi yang melibatkan platformplatform. c. Service: Layanan TI yang menyediakan fungsi-fungsi umum (dapat dipakai bersama).


11 5. Menggunakan pola-pola tersebut sebagai template dalam perancangan infrastruktur, dengan lebih cepat dan efisien. Perancangan berbasis pola memudahkan identifikasi komponen yang dapat dipakai bersama berdasarkan kesamaan pola antar aplikasi. Kabupaten paser saat ini sudah memiliki konsep intranet yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kapasitas yang lebih besar dan lebih baik. Peningkatan kualitas tersebut tergantung dari investasi yang diberikan untuk menyiapkan perangkat yang sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik Kab Paser. Dalam pengembangkan intranet, tujuan utamanya adalah menghubungkan semua stakeholder dalam pemerintah Kabupaten Paser. Stakeholder dalam hal ini adalah instansi – instansi setingkat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) hingga instansi pelayanan masyarakat lainnya, seperti puskesmas, pendidikan dan layanan lainnya berbasis teknologi informasi. Secara umum tahapan pengembangan jaringan terangkum dalam siklus hidup jaringan sebagai berikut :

Gambar 2.2 – Siklus Hidup Jaringan


12 Dalam siklus hidup jaringan diatas, terlihat bahwa untuk pengembangan perangkat jaringan harus mengikuti enam fase, yang diantaranya adalah: 

Plan Phase  Identifikasi kebutuhan jaringan secara detail, dan menganalisa kondisi jaringan yang sudah ada.

Design Phase  Jaringan di rancang sesuai dengan perancangan awal dan data tambahan yang diperoleh dari analisa struktur jaringan yang telah ada. Hasil rancangan kemudian disampaikan kepada klien / pengguna untuk menguji apakah sudah sesuai dengan permintaaan atau kebutuhan (refinement).

Implement Phase  Jaringan dibangun sesuai dengan rancangan yang sudah disepakati.

Operate Phase  Jaringan beroperasi dan dimonitor. Pada fasa ini digunakan untuk memonitor dan bahan evaluasi operasional jaringan.

Optimize Phase  Pada fasa ini, hal – hal yang kurang sesuai pada saat pengujian dan monitoring dilakukan perbaikan. Perancangan ulang dapat dilakukan apabila terlalu banyak masalah yang terjadi.

Retirement Phase  Fasa ini dilakukan jika terdapat device jaringan yang sudah tidak terpakai lagi, atau outdate.

2.2

Model Arsitektur Jaringan Permodelan diperlukan untuk memberikan standard pengambangan jaringan intranet di Kabupaten Paser. Dengan kondisi wilayah serta jangkauan pelayanan yang cukup luas, maka pengembangan yang paling sesuai ada menggunakan model hirarki berdasarkan model cisco enterprise.


13 Konsep arsitektur jaringan menggunakan Hierarchical Internetworking Model. Model ini mempermudah membangun antar jaringan secara handal, mudah di-upgrade serta lebih terjangkau karena tidak fokus pada konstruksi paket tetapi fokus pada tiga fungsional area atau lapisan jaringan. Desain Jaringan Hirarki membagi jaringan menjadi beberapa lapisan. Yang menyerupai bentuk pohon. Setiap Lapisan mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang mendefinisikan peranannya dalam jaringan secara keseluruhan, dengan memisahkan berbagai fungsi-fungsi yang ada di jaringan, maka jaringan menjadi desain modular, yang memfasilitasi skalabilitas dan performa. Topologi Hirarki Jaringan terdiri dari tiga layer, yaitu: Access Layer, Distribution Layer, dan Core Layer.

Gambar 2.3 – Topologi Hirarki Jaringan


14 

Acces Layer, antarmuka access layer dengan perangkat akhir, seperti PC, Printer, dan IP Telepon, untuk menyediakan akses ke semua jaringan. Layer ini dapat menghubungkan router, switch, bridge, hubs, dan jalur akses nirkabel. Tujuan dari Access Layer adalah untuk menyediakan sarana untuk menghubungkan perangkat ke jaringan dan mengendalikan perangkat yang diijinkan untuk berkomunikasi pada jaringan.ACCESS Layer Features: o Port keamanan o VLANs o Fast Ethernet/Gigabit Ethernet o Power over Ethernet (PoE) o Link aggregation o Quality of Service (QoS)



Distribution Layer, layer distribusi teragregasi data yang diterima dari Access Layer aktif sebelum dikirim ke Core Layer untuk Routing ke tujuan akhir. Layer Distribusi mengontrol arus lalu lintas jaringan dengan pengawasan dan perencanaan broadcast domain yang dilakukan oleh fungsi routing antara Vritual LANs (VLANs) ditetapkan pada Access Layer. VLANs memungkinkan untuk mengelompokan lalu lintas pada switch ke sub networks yang terpisah. DISTRIBUTION Layer Features: o Layer 3 Support o High forwarding rate o Gigabit Ethernet / 10Gigabit EthernetRedundant components o Security policies/Access Control Lists o Link Aggregation


15 o QoS 

Core Layer, Core Layer Hirarkis adalah backbone kecepatan tinggi dari internetwork. Core Layer ini penting untuk interconnectifity antara perangkat Layer Distribusi, sehingga sangat penting untuk core yang ketersediaan dan redudansi. Are Core juga dapat melakukan koneksi ke Internet. Aggregasi Core lalu lintas dari semua lapisan distribusi perangkat, sehingga harus mampu meneruskan sejumlah data yang besar dengan cepat. CORE Layer Features: o Layer 3 Support o Very high forwarding rate o Gigabit Ethernet/10Gigabit Ethernet o Redundant components o Link Aggregation o QoS

2.3

Topologi Intranet Topologi merupakan gambaran konsep yang menghubungkan perangkat berbasis komputer dalam suatu jaringan. Topologi digambarkan berdasarkan acuan dari arsitektur infrastruktur hirarki yang disesuaikan dengan kondisi serta karakteristik wilayah di Kabupaten Paser.

2.4

Pengembangan Perangkat Jaringan Perangkat jaringan merupakan urat nadi dari infrastruktur teknologi informasi. Pemilihan perangkat dapat disesuaikan dengan topologi yang


16 sudah digambarkan. Setiap perangkat jaringan memiliki keunggulan dan kekurangannya, akan tetapi untuk saat ini semua permasalahan yang dimaksud

sudah

mendapatkan

solusi

terbaik

sehingga

sangat

memungkinkan untuk diimplementasikan di intranet Kabupaten Paser.

a. Pengembangan jaringan kabel fiber optik Pengertian Fiber Optik adalah sebuah Teknologi kabel yang menggunakan benang (serat) kaca atau plastik) mengirimkan data. Kabel Fiber optik terdiri dari seikat benang kaca, yang masing-masing mampu mentransmisi pesan modulasi ke gelombang cahaya. serat kaca biasanya memiliki diameter sekitar 120 mikrometer dengan yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain hingga jarak 50km tanpa menggunakan repeater. Sinyalsinyal gelombang dapat berupa pengkodean komunikasi suara atau data komputer. Komunikasi Fiber optic tergantung pada prinsip cahaya pada medium kaca dapat Dapat membawa informasi lebih banyak dan jarak yang jauh dibanding sinyal listrik yang dibawa oleh media tembaga atau koaksial. Kemurnian serat kaca digabungkan dengan sistem elektronik yang maju memungkinkan serat terlebih mengirimkan sinyal cahaya digital melampaui jarak 100 km tanpa alat penguat. Fiber optik merupakan media transmisi yang ideal dengan sedikit transmisi loss, gangguan rendah dan potensi bandwidth yang tinggi. a. Jenis – Jenis Kabel Fiber Optic


17 

Kabel Fiber optik multimode adalah tipe yang digunakan untuk tujuan komersial. inti lebih besar dari serat singlemode memungkinkan ratusan modus cahaya tersebar melalui serat secara bersamaan. Selain itu diameter multimode memiliki serat inti lebih besar (diameter 0.0025

inch

atau

62.5

micron)

dan

berfungsi

mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300 nm) 

Kabel Fiber optik Single mode memiliki inti yang lebih kecil (berdiameter 0.00035 inch atau 9 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nm) yang memungkinkan hanya satu mode menyebarkan cahaya melalui inti pada suatu waktu.

serat

Single

mode

dikembangkan

untuk

mempertahankan integritas data spasial dan spektrum dari masing-masing sinyal optik jarak yang lebih jauh, mengizinkan informasi akan disampaikan lebih lanjut. b. Kelebihan Dan Kekurangan Fiber Optik Ada beberapa kelebihan Fiber optik antara lain: 

Kapasitas (bandwidth) yang besar dalam mentransmisi informasi yang ada memiliki kecepatan yang tinggi, hingga mencapai beberapa gigabit/detik.


18 

Sinyal degradasi lebih kecil,tidak terpengaruh pada gelombang elektromagnetik dan frekuensi radio Karena terbuat dari kaca dan plastik murni.



Ukurannya kecil, ringan, Lebih tipis dan Fleksibel.: mempunyai diameter yang lebih kecil daripada kabel tembaga

sehingga

memudahkan

suplai

dan

pemasangan. 

Ekonomis jika membandingkannya dengan banyaknya daya transmisi dari kabel tembaga Kapasitas lebih besar



Serat optik aman, Tidak mudah terbakar : tidak mengalirkan listrik.

Kekurangan Fiber Optik Dari sekian banya kelebihan yang ditawarkan penggunaan kabel fiber optic juga memiliki kekurangan antara lain harga yang relatif mahal dalam hal penyambungan, karena memerlukan alat khusus dan memerlukan keahlian dan ketelitian dalam penyambungan kabel fiber optik.

b. Pengembangan Jaringan Nirkabel Teknologi wireless (nirkabel) adalah sebuah teknologi pengembangan dari jaringan komputer yang sebelumnya menggunakan kabel sebagai media penghubungnya. wireless memanfaatkan udara/gelombang elektromagnetik sebagai media lalu lintas pertukaran datanya.


19 Hingga saat ini, teknologi jaringan wireless yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz, dan/atau 5GHz berkembang pesat sekali terutama karena pembebasan izin frekuensi di band Industrial Scientific Medical (ISM) maupun band Unlicensed National Information Infrastructure (UNII).

Gambar 2.4 – Fresnel Zone

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan infrastruktur berbasis wireless adalah: 

Sinyal nirkabel dipengaruhi oleh beberapa kondisi dan posisi. Salah satu metode untuk menentukan pengaruh kekuatan sinyal nirkabel adalah Fresnel zone. Fresenel zone merupakan besaran tak terhingga dari pola radiasi yang terpancar keluar dari circular aperture. Zona Fresnel ini adalah hasil pola difraksi dari circular aperture.



Berdasarkan

Peraturan

Kementerian

Komunikasi

dan

Informatika Nomor : 27/PER/M.KOMINFO/6/2009, frekuensi 2.4 Ghz dan 5.8 Ghz merupakan frekuensi yang dapat digunakan secara bebas dan teratur.


20 

Penerapan keamanan merupakan hal paling utama, dan pada teknologi wireless 2.4 Ghz dan 5.8 Ghz memiliki mode pengamanan berlapis. o Mengaktifkan mac address filter o Menggunakan enkripsi WPA/WPA2 o Menggunakan metode VPN dan VLAN untuk pengaturan keamanan lebih lanjut.

2.5

Pengembangan Manajemen Jaringan Pelayanan yang diberikan infrastruktur untuk dapat menjalankan semua sistem informasi serta pengelolaan konten pada e-government semakin lama akan semakin besar, hal ini memerlukan bagian khusus yang menjamin semua layanan berjalan sesuai dengan kebutuhan. Network Management System (NMS) adalah pendekatan utama dalam menjaga

standar layanan

infrastruktur,

karena

NMS

melibatkan

penggunaan perangkat lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak digunakan sebagai sistem yang mengelola proses pemantauan terhadap fungsi dan kinerja jaringan yang meliputi kepadatan dan lalu lintas dalam ukuran penggunaan lebar pita saluran data (bandwidth), pada sistem yang lebih kompleks, proses monitoring ini dapat dikembangkan sampai kepada penggunaan sumber daya, seperti sistem up/down, utilisasi CPU dan memory, serta manajemen port.


21

Gambar 2.5 – Implementasi NMS

The International Organization for Standardization (ISO) mendefinisikan sebuah model konseptual untuk menjelaskan fungsi manajemen jaringan. 

Manajemen Kesalahan (Fault Management), menyediakan fasilitas yang memungkinkan administrator jaringan untuk mengetahui kesalahan (fault) pada perangkat yang dikelola, jaringan, dan operasi jaringan, agar dapat segera menentukan apa penyebabnya dan dapat segera mengambil tindakan (perbaikan). Untuk itu, manajemen kesalahan memiliki mekanisme untuk: o Melaporkan terjadinya kesalahan o Mencatat laporan kesalahan (logging) o Melakukan diagnosis o Mengoreksi kesalahan (dimungkinkan secara otomatis)


22 

Manajemen Konfigurasi (Configuration Management), memonitor informasi konfigurasi jaringan sehingga dampak dari perangkat keras atau pun lunak tertentu dapat dikelola dengan baik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kemampuan untuk inisialisasi, konfigurasi ulang, pengoperasian, dan mematikan perangkat yang dikelola.



Pelaporan (Accounting), mengukur utilisasi jaringan dari pengguna atau grup tertentu untuk: o Menghasilkan informasi tagihan (billing) o Mengatur pengguna atau grup o Membantu dalam menjaga performa jaringan pada level tertentu yang dapat diterima



Manajemen Performa (Performance Management), mengukur berbagai aspek dari performa jaringan termasuk pengumpulan dan analisis dari data statistik sistem sehingga dapat dikelola dan dipertahankan pada level tertentu yang dapat diterima. Untuk itu, manajemen performa memiliki kemampuan untuk: o Memperoleh utilisasi dan tingkat kesalahan dari perangkat jaringan o Mempertahankan performa pada level tertentu dengan memastikan prangkat memiliki kapasitas yang mencukupi



Manajemen Keamanan (Security Management), mengatur akses ke sumber daya jaringan sehingga informasi tidak dapat diperoleh tanpa izin. Hal tersebut dilakukan dengan cara: o Membatasi akses ke sumber daya jaringan


23 o Memberi pemberitahuan akan adanya usaha pelanggaran dan pelanggaran keamanan


24

BAB 3 METODOLOGI KERJA

Untuk dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap

kegiatan

pembangunan infrastruktur IT Pemerintahan Kabupaten paser, dimana sasaran akhir dari kegiatan ini tersedianya infrastruktur IT yang berfungsi dan dapat di implemntasikan sesuai kebutuhan Kabupaten Paser. 3.1

Umum Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja. Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan berbagai pendekatan yang umumnya digunakan dalam melakukan pengembangan infrastruktur jaringan teknologi informasi dan komunikasi. Ada dua pendekatan metodologi yang dilakukan, yaitu berdasarkan standard internasional pengembangan jaringan infrastruktur dan metode penelitian untuk menggali kebutuhan dan kesesuaian dalam melakukan penelitian. Berdasarkan standar pengembangan infrastruktur jaringan komputer secara global, konsultan menggunakan metode PPDIOO (Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, Optimize), sedangkan metode yang digunakan untuk menggali

data

dan

survey kebutuhan

menggunakan metode penelitian kualitatif.

secara

mendalam


25 3.2

PPDIOO CCDA 640-864 Official Cert Guide (2011,p11) mendefinisikan Cisco telah menghasilkan sebuah formula siklus hidup perencanaan jaringan, menjadi enam fase. Model siklus hidup metode pengembangan jaringan dengan konsep PPDIOO ini, memberikan langkah-langkah kunci dalam keberhasilan perencanaan jaringan, baik itu pada tahapan desain, implementasi dan operasional nantinya. Pendekatan dengan model top-down design, mengarahkan infrastruktur jaringan untuk beradaptasi pada aplikasiaplikasi apa saja yang dibutuhkan oleh suatu jaringan. Adapun manfaat dari metode PPDIOO yaitu : 1.

Menurunkan

total

biaya

yang

harus

dikeluarkan

oleh

organisasi/perusahaan, dengan melakukan validasi persyaratanpersyaratan teknologi, perencanaan perubahan infrastruktur dan kebutuhan akan berbagai macam sumber daya. 2.

Meningkatkan ketersediaan layanan jaringan, dengan menghasilkan desain jaringan dan melakukan validasi operasi-operasi di dalam jaringan.

3.

Meningkatkan kemampuan percepatan kemajuan bisnis, dengan mempersiapkan kebutuhan yang berorientasi bisnis, yang didukung oleh strategi penerapan teknologi.

4.

Meningkatkan kecepatan akses ke aplikasi-aplikasi (software) dan layanan (services), dengan meningkatkan keandalan, ketersediaan, keamanan, skalabilitas dan kinerja.


26

Detail tahapan – tahapan pada metode PPDIO :

Gambar 3.1 PPDIO 1. Prepare (fase persiapan) Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa penetapan kebutuhan perusahaan

atau

organisasi,

konsep

arsitektur,

dan

strategi

berdasarkan penetapan financial. 2. Plan (Fase perencanaan) Fase ini mendeskripsikan karakteristik suatu jaringan, yang bertujuan untuk menilai jaringan tersebut, melakukan gap analisis pada perancangan terbaik sebuah arsitektur, dengan melihat perilaku dari lingkungan operasional. Analisi GAP merupakan proses dimana perusahaan membandingkan kinerja yang sebenarnya dengan kinerja yang diharapkan untuk menentukan apakah memenuhi harapan & menggunakan daya secara efektif. 3. Design (Fase Desain)


27 Mendesain jaringan dengan memperhatikan keamanan, kinerja, kehandalan, pengelolaan, skalabilitas, termasuk peralatan-peralatan jaringan. Desain jaringan juga dikembangkan berdasarkan persyaratan teknis, dan bisnis yang diperoleh dari kondisi sebelumnya. Spesifikasi desain jaringan adalah desain yang bersifat komprehensif dan terperinci, yang memenuhi persyaratan teknis dan bisnis saat ini. 4. Implement (Fase implementasi) Pada tahap ini dilakukan instalasi dan konfigurasi perangkat baru sesuai dengan spesifikasi desain. Dimana perangkat baru ini akan mengganti ataupun membuat infrastruktur baru. Setiap langkah implementasi disertai deskripsi, rincian pedoman pelaksanaan (dokumentasi), serta perkiraan waktu pelaksanaan. Perencanaan proyek juga harus diikuti selama fase ini, jika ada perubahan seharusnya disampaikan dalam pertemuan (meeting), dengan persetujuan yang diperlukan untuk dilanjutkan. Seiring perubahan yang telah di implementasikan, tahapan ini juga menjadi langkah pengujian, sebelum pindah ke fase operasional (operate phase). 5. Operate (Fase pengoprasian) Fase ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi jaringan yang sudah diimplementasikan,

memonitor komponen-komponan jaringan,

pemeliharaan routing, mengelola kegiatan upgrade, mengelola kinerja, mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan jaringan. Tahapan ini adalah ujian akhir bagi tahapan desain. Selama operasi, manajemen jaringan harus memantau stabilitas dan kinerja jaringan, mendeteksi


28 kesalahan, koreksi konfigurasi, dan kegiatan-kegiatan pemantauan kinerja yang akan dijadikan data awal untuk fase selanjutnya, yaitu fase optimalisasi (optimize phase). 6. Optimize (Fase Optimalisasi) Fase optimalisasi melibatkan kesadaran proaktif seorang manajemen jaringan dengan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, sebelum

persoalan

tersebut

mempengaruhi

jaringan.

Fase

optimalisasi, memungkinkan untuk memodifikasi desain jaringan, jika terlalu banyak masalah jaringan yang timbul, kemudian juga untuk memperbaiki masalah kinerja, atau untuk menyelesaikan masalahmasalah pada aplikasi (software). Persyaratan-persayaratan untuk desain jaringan yang dimodifikasi mengarahkan perkembangan jaringan tersebut, kembali ke awal siklus hidup dalam model fase PPDIOO. PPDIOO lifecycle mempunyai empat keuntungan utama apabila diterapkan: 

Menurunkan total biaya dari organisasi dengan melakukan validasi terhadap

kebutuhan

teknologi

yang

akan

diterapkan

serta

perencanaannya. 

Meningkatkan availability dari jaringan.



Meningkatkan agility (fleksibilitas) dari perusahaan menetapkan kebutuhan bisnis dan strategi yang digunakan dalam teknologi.



Mempercepat akses ke aplikasi dan layanan dengan meningkatkan ketersediaan, kehandalan, keamanan, skalabilitas, dan kinerja dari jaringan.


29

3.3

Metode Penelitian Metode Penelitian, dilihat dari Pengertiannya, bahwa Metode Penelitian berasal dari Dua Kata yaitu Metode dan Penelitian : Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Rosdy Ruslan,2003:24). Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, yang dilakukan dengan metodemetode ilmiah (Sutrisno Hadi, 2007:3) John Dewey di dalam bukunya How We Think (1910) mengatakan bahwa metode ilmiah ialah langkah-langkah pemecahan suatu masalah yaitu sebagai berikut: a) Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan masalah atau kesulitan ini mendorong perlunya pemecahan. b) Merumuskan dan atau membatasi masalah/kesulitan tersebut. Di dalam hal ini diperlukan observasi untuk mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan masalah itu. c) Mencoba mengajukan pemecahan masalah/ kesulitan tersebut dalam bentuk hipotesis-hipotesis. Hipotesis-hipotesis ini adalah merupakan


30 pernyataan yang didasarkan pada suatu pemikiran atau generalisasi untuk menjelaskan fakta tentang penyebab masalah tersebut. d) Merumuskan alasan-alasan dan akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara deduktif. e) Menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan melalui penyelidikan atau penelitian. Hasil penelitian ini bisa menguatkan hipotesis dalam arti hipotesis diterima, dan dapat pula memperlemah hipotesis, dalam arti hipotesis ditolak. Dari langkah terakhir ini selanjutnya dapat dirumuskan pemecahan masalah yang telah dirumuskan tersebut. Noto Atmojo mengungkapkan bahwa metode ilmiah memiliki kriteria, antara lain : a. Berdasarkan fakta b. Bebas dari prasangka c. Menggunakan prinsip analisis d. Menggunakan hipotesis e. Menggunakan ukuran objektif Terdapat 6 sistematika penelitian yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian (2) mencari literatur yang sesuai dan mendukung (3) menspesifikkan tujuan penelitian (4) mengumpulkan data (5) menganalisa dan mengintepretasikan data (6) membuat laporan dan evaluasi penelitian


31 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Metode penelitian adalah cara untuk memecahkan masalah ataupun cara pengembangan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang sistematis dan logis.

Karakteristik Pendekatan Kuantitatif Proses Penelitian Dengan Metode Kuantitatif dijelaskan dengan Diagram sebagai berikut :

Gambar 3.2 Metode Kuantitatif

Karakteristik pendekatan kuantitatif yang dilandasi oleh paradigma positivisme menurut Nasution (1998), Brannen (1999), Bryman (1998) Strauss dan Corbin (2002) adalah sebagai berikut :


32 a) logika eksperimen dengan memanipulasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif agar dapat dicari hubungan antara berbagai variabel. b) mencari hukum universal yang dapat meliputi semua kasus, meskipun dengan pengolahan statistik dicapai tingkat probabilitas dengan mementingkan sampel untuk mencari generalisasi, c) Netralitas pengamatan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat diamati langsung dengan mengabaikan apa yang tidak dapat diamati dan diukur dengan instrumen yang valid dan reliabel. Netralitas memungkinkan penelitian itu direplikasi, d) bersifat atomistik, yaitu memecah kenyataan dalam bagian-bagian dan mencari hubungannya, e) Bersifat deterministik, tertuju pada kepastian dengan mengadakan pengujian terhadap hipotesis, f) Tujuan yang pokok adalah mencapai generalisasi yang dapat digunakan untuk meramalkan atau memprediksi.

Di samping itu pendekatan kuantitatif juga dapat dijelaskan ciri-cirinya ditinjau dari operasionalisasinya, yaitu : a) Desain penelitian kuantitatif bersifat spesifik, jelas, rinci, hipotesis dirumuskan dengan tegas dan ditentukan secara mantap sejak awal untuk dijadikan pegangan bagi setiap langkah penelitian yang dilakukan,


33 b) Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif, c) Instrumen penelitian menggunakan tes, angket, wawancara, dengan alat berupa kalkulator, komputer, dan sebagainya, d) Data penelitian bersifat kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengukuran berdasarkan variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen, e) Sampelnya besar, representatif, dan diusahakan sedapat mungkin diambil secara random, f) Analisis data dilakukan pada tahap akhir setelah pengumpulan data selesai, bersifat deduktif dan menggunakan statistik; g) Hubungan antara peneliti dengan responden berjarak, sering tanpa kontak langsung.


34

BAB 4 PROGRAM KERJA

4.1

Tugas dan Tanggung Jawab Personil

a. Ketua Tim (Team Leader) Memiliki keahlian perencanaan bidang infrastruktur teknologi informasi dengan kompetensi madya, sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah: 

Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja/ tenaga perencana dalam pelaksanaan pekerjaan selama waktu pelaksanaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

Memimpin rapat koordinasi dengan pihak pelaksana dan dinas yang dilaksanakan 2 kali dalam sebulan, atau koordinasi lapangan.

Menetapkan metode kerja untu kegiatan mulai survey hingga pelaporan.

Menyelaraskan desain arsitektural dengan perhitungan struktur

Memastikan progres perencanaan sesuai dengan jadwal

Merencanakan struktur infrastruktur berdasarkan standart dan acuan yang berlaku.

Merekomendasikan metode manajemen jaringan dan keamanan jaringan pekerjaan yang telah lolos uji kepada team leader

b. Tenaga Ahli Sistem Informasi


35 Tenaga Ahli Memiliki sertifikat keahlian perencanaan struktur dengan kompetensi madya. Sebagai Tenaga Ahli Sistem Informasi, tugas utamanya adalah: 

Merencanakan struktur infrastruktur berdasarkan standart dan acuan yang berlaku.

Merekomendasikan metode manajemen jaringan dan keamanan jaringan pekerjaan yang telah lolos uji kepada team leader

c. Tenaga Ahli Mekanikal Elektrikal Tenaga Ahli Memiliki sertifikat keahlian perencanaan Mekanikal Elektrikal dengan kompetensi muda. Sebagai Tenaga Mekanikal Elektrikal, tugas utamanya adalah: 

Merencanakan pekerjaan yang berkaitan dengan mekanikal dan elektrikal pada bangunan berdasarkan acuan yang berlaku dan relevan.

Merekomendasikan metode pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang telah lolos uji kepada team leader.

Merekomendasikan model lampu dan bahan pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang telah lolos uji kepada team leader.

Membuat barchart skedul pelaksanaan pekerjaan Mekanikal Elektrikal

d. Tenaga Ahli Keamanan Jaringan


36 Tenaga Ahli Memiliki sertifikat dibidang keamanan jaringan, tugas utamanya yaitu : 

Melakukan analisa keamanan jaringan dan sistem informasi yang sedang berjalan.

Merencanakan sistem keamanan jaringan dan sistem pada infrastruktur yang akan dibangun.

Merekomendasikan hardware dan software untuk keamanan jaringan dan sistem informasi.

e. Tenaga Surveyor atau Teknisi Lapangan Memiliki kompetensi dan pengalaman kerja di bidang technical Support. Tugas yang dilakukan oleh tenaga surveyor adalah : 

Melakukan analisa dan pengukuran secara akurat di lapangan.

Memberikan laporan yang berkelanjutan kepada tenaga ahli terkait dengan infrastruktur.

f. Tenaga Administrasi Proyek Tenaga administrasi proyek memiliki tugas dalam melakukan koordinasi mengenai manajemen perencanaan, pelaporan serta tata – laksana administrasi harian.

4.2

Struktur Organisasi Tim Perencana


37

Ketua Tim (Team Leader)

Tenaga Ahli Sistem Informasi

4.3

Tenaga Ahli Mekanikal Elektrikal

Tenaga Ahli Keamanan Jaringan

Tenaga Surveyor atau Teknisi Lapangan

Tenaga Administrasi Proyek

Jadwal dan Program Kerja Rencana penjadwalan pelaksanaan kegiatan beserta tahapan nya di gambarkan seperti berikut :


38 No

Nama Kegiatan

Minggu ke Bulan I 1 2

1

fase persiapan: * Mengidentifikasi kebutuhan dari Kabupaten Paser * Pengumpulan data primer dan data sekunder * Inventaris data * Wawancaran & Observasi

2

Fase perencanaan: * Karakterisasi dari jaringan yang sudah ada sebelumnya * Mengidentifikasi semua informasi dan memeriksa dokumentasi organisasi * Kordinasi dan asistensi * Presentasi laporan Awal * Pengolahan dan analisa data

3

Bulan II 4

1

2

3

4


39 3

Fase Desain: * Mendesain topologi jaringan dan solusi * Presentasi Laporan antara * Rekomendasi jaringan, sistem, dan strategi implentsai * Estimasi RAB * Desain dan roadmap pembangunan infrastruktur jaringan *Presentasi Laporan Akhir


40

BAB 5 PRA RENCANA DAN REKOMENDASI

5.1

Prarencana Infrastruktur

Mengidentifikasi kebutuhan dari Kabupaten Paser Untuk mendapatkan kebutuhan sesuai dengan keinginan dari Kabupaten Paser, diperlukan pengumpulan informasi tidak hanya dari staf, tetapi diperlukan juga dari bebrapa stake holder yang terkait dan kepala dinas. Terdapat practices yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari kabupaten Paser : 

Pengambilan data yang dibutuhkan dari dokumen-dokumen yang terkait, wawancara, observasi dan survey lokasi.

Identifikasi aplikasi jaringan dan layanan jaringan yang digunakan.

Menentukan tujuan organisasi.

Menentukan segala kemungkinan yang menjadi keterbatasan dari organisasi.

Menentukan tujuan teknis.


41 

Menentukan segala kemungkinan yang menjadi keterbatasan dari hal teknis.

Gambar 5.1 Data-Gathering Step

5.2

Rekomendasi Gambar Jaringan

Karakterisasi dari jaringan yang sudah ada sebelumnya Pada tahap ini dibutuhkan tools (alat) untuk melakukan analisa traffic jaringan yang sudah ada, serta tools untuk melakukan audit dan pemantauan traffic jaringan. Terdapat practices yang dapat diikuti untuk memperoleh informasi dari jaringan yang sudah ada sebelumnya: 

Mengidentifikasi semua informasi dan memeriksa dokumentasi organisasi yang sudah ada sebelumnya.



Melaksanakan kegiatan audit untuk menambahkan detail dan deskripsi dokumentasi jaringan.



Menggunakan analisa traffic untuk memperoleh informasi dari aplikasi dan protokol yang digunakan pada jaringan yang sudah ada.


42

5.3

Rekomendasi Rencanan Manajemen Jaringan

Mendesain topologi jaringan dan solusi Terdapat dua pendekatan untuk mendesain sebuah topologi jaringan, yang pertama dengan top-down approach, yang kedua dengan bottom-up approach. Berikut ini adalah perbandingan kedua pendekatan desain

tersebut :

Gambar 2-3 Perbandingan Top-Down Design dan Bottom-Up Design Top-Down approach lebih baik digunakan walau memerlukan waktu yang lebih lama, karena desain ditentukan setelah dilakukan analisa dari informasi yang dikumpulkan berdasarkan kebutuhan dari organisasi, sehingga nantinya desain akan sesuai dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan organisasi.


43

Gambar 5.2 Top-Down Design Process Bergantung pada ruang lingkup dan tujuannya, diagram jaringan mungkin berisi banyak detail atau hanya memberikan gambaran umum yang luas. Sebagai contoh, diagram LAN mungkin bisa menunjukkan alamat IP dari masing-masing komputer, sedangkan diagram MAN (jaringan area metropolitan) dapat mewakili bangunan atau area dengan satu simpul tunggal. Diagram jaringan dapat berupa fisik atau logis. Logical Network topologi diagram Topologi logis, atau topologi sinyal, adalah pengaturan perangkat pada jaringan komputer dan bagaimana mereka berkomunikasi satu sama lain. Bagaimana perangkat terhubung ke jaringan melalui kabel aktual yang mengirimkan data, atau struktur fisik dari jaringan, disebut Topologi Fisik Topologi Fisik mendefinisikan bagaimana sistem terhubung secara fisik, merepresentasikan tata letak fisik perangkat pada jaringan, topologi logis mendefinisikan bagaimana sistem berkomunikasi di seluruh topologi fisik.


44 Topologi logis terikat ke protokol jaringan dan menjelaskan bagaimana data dipindahkan ke seluruh jaringan. CONTOH: twisted pair Ethernet adalah topologi bus logis dalam tata letak topologi bintang fisik. sementara token ring IBM adalah topologi ring yang logis, itu secara fisik diatur dalam topologi star. Contoh diagram jaringan komputer logis Cisco ini dibuat dengan menggunakan diagram konsepDraw dan perangkat lunak gambar vektor yang diperluas dengan solusi Cisco Network Diagrams dari area Komputer dan Jaringan ConceptDraw Solution Park. Baca lebih banyak Diagram topologi jaringan logis

Gambar 5.3 Logical Network


45 Fisical Network topologi diagram Diagram jaringan fisik menunjukkan susunan fisik sebenarnya dari komponen yang membentuk jaringan, termasuk kabel dan perangkat keras. Biasanya, diagram memberikan pandangan mata burung dari jaringan dalam ruang fisiknya, seperti denah lantai. 

Melakukan testing Setelah desain sudah selesai dibuat, harus dilakukan verifikasi. Dilakukan testing prototype jaringan tanpa harus mengganggu operasional jaringan yang sedang berjalan. Hanya didapatkan hasil sukses dan gagal dalam pengetesan ini. Jika sukses maka sesuai dengan desain yang dibuat, sedangkan jika gagal, dilakukan perbaikan desain dan pengulangan testing sampai didapatkan hasil sukses.

Perencanaan Implementasi Implementasi akan dilakukan setelah testing berhasil dilakukan, tetap dengan

mempertimbangkan

kegagalan

yang

akan

terjadi

ketika

diimplementasikan ke jaringan yang sebenarnya/yang sudah berjalan saat ini. Diperlukan checklist untuk setiap langkah yang dilakukan sebelum implementasi dan rencana “rollback” apabila terjadi masalah. Berikut ini langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum implementasi : 

Mendeskripsikan setiap langkah implementasi yang dibuat

Mereferensikan dari dokumen desain yang dibuat

Melampirkan detil petunjuk implementasi yang dilakukan

Melampirkan detil petunjuk rollback jika terjadi kegagalan


46 

Dokumentasi Sebuah dokumentasi desain yang dibuat harus mencantumkan kebutuhan dari desain tersebut, desain jaringan yang sebelumnya sudah berjalan dan desain saat ini, identifikasi strategi dan hasil, serta rincian rencana implementasi. Struktur dari dokumen desain mengandung : 

Introduction : Bagian ini menampilkan latar belakang alasan utama dilakukan desain jaringan atau mendesain ulang.

Design Requirement : Bagian ini menjelaskan identifikasi kebutuhan organisasi dan tujuan dari desain yang dilakukan.

Existing Network Infrastructure : Bagian ini menjelaskan keadaan jaringan yang saat ini berjalan dan yang perlu dilakukan desain ulang.

Design : Bagian ini mengidentifikasi desain dan implementasi detail. Rincian termasuk topologi, pengalamatan, dan keamanan. Memberikan rincian implementasiseperti template konfigurasi dan konfigurasi yang tepat dari perangkat jaringan.

Implementation Plan : Bagian ini memberikan rincian pelaksanaan teknis paraanggota staf untuk melaksanakan tugas-tugas tanpa memerlukan kehadiran desainer.

Appendixes : Bagian ini berisi daftar dan konfigurasi opsional perangkat jaringan yang ada.


47 Rekomendasi Awal Topologi a.

Topologi Intranet Topologi merupakan gambaran konsep yang menghubungkan perangkat berbasis komputer dalam suatu jaringan. Topologi digambarkan berdasarkan acuan dari arsitektur infrastruktur hirarki yang disesuaikan dengan kondisi serta karakteristik wilayah Kabupaten Paser.

Gambar 5.4 Topologi Berdasarkan lokasi Keterangan : Berdasarkan wilayah distribusi, intranet Kabupaten Paser merupakan satu gabungan dari beberapa Local Area Network (LAN) yanga da di setiap kantor


48 OPD. Konsep distribusi jaringan dengan melakukan interkoneksi pada lokasi – lokasi yang lebih mudah terhubung satu dengan yang lain. Dalam hal ini, internet adalah kebutuhan bersama yang dikelola oleh Dinas Komunikasi dan Informatika, dan didistrusikan ke setiap OPD menggunakan jaringan intranet yang sudah terhubung. Dari gambar diagram diatas, terdapat tiga area sebagai wilayah yang memiliki karakteristik masing – masing, yang dijelaskan sebagai berikut : 

Area NOC (Network Operating Center), adalah area khusus pusat distribusi intranet, pada area ini pengelolaan dilakukan sepenuhnya oleh Dinas Komunikasi dan Informatika. o Pada area ini juga terdapat data center sebagai pusat data untuk Kabupaten Paser. o Merupakan pusat yang melakukan monitoring laluilntas data serta melakukan pengaturan secara terpusat.

Area Distribusi I, adalah salah satu area disisi pengguna intranet yang dapat terhubung langsung ke pusat jaringan, dan dapat didistribusikan langsung ke kantor – kantor lain seperti puskesmas atau OPD terdekat.

Area Distribusi II, adalah wilayah yang memiliki karakteristik untuk dapat mendistribusikan ulang ke lokasi lain secara lebih dari satu hop distribusi. Hal ini dilakukan pada wilayah yang cukup sulit dijangkau di area I, akan tetapi lebih mudah mendapakan interkoneksi dari wilayah lain.


49 Untuk lebih lengkapnya, diagram dibawah ini memberikan gambaran secara lengkap komponen – komponen jaringan yang terhubung oleh media jaringan.

Gambar 5.5 Topologi fisik intranet b.

Rekomendasi LAN di Setiap Perangkat Daerah 

Perancangan Jaringan Kategori A

Perancangan jaringan pada kategori A dapat dilakukan oleh bagian yang menangani Teknologi Informasi, tentunya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di Kabupaten paser.


50

Gambar 5.6 Topologi Jaringan OPD Kategori A 

Perancangan jaringan pada kategori B

Dapat dilakukan oleh bagian umum atau pihak yang ditunjuk untuk membantu perancangan, tentunya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di Kabupaten paser.

Gambar 5.7 Topologi Jaringan Kategori B 

Perancangan LAN Kategori C

Kategori C memiliki topologi yang paling sederhana, akan tetapi tetap membutuhkan ketentuan rancangan yang efektif dan sesuai ketentuan yang berlaku di Kabupaten paser.


51

Gambar 5.8 LAN Kategori C 5.4

Rekomendasi Rencana Keamanan Jaringan Keamanan jaringan dimaksudkan mengenali komponen-komponen yang harus diberikan perlindungan agar tercapai suatu lingkungan jaringan yang aman dengan kebutuhan minimum sebagai berikut: 

Semua titik-titik yang bisa diakses secara fisik dan juga perangkat jaringan (routers, server dan LAN Switches) haruslah aman secara fisik. Jangan sampai infrastructure vital (missal server room) bisa diakses oleh sembarang orang, bahkan bila perlu disamarkan tanpa ada yang tahu fungsinya.



Operating system dan firmware piranti haruslah diperkuat (dipacthed / di update) secara regular untuk mencegah titik-titik lemah keamanan (security hole)


52 

Piranti-piranti jaringan seperti switches dan router haruslah mempunyai password yang sangat kuat, password yang tidak umum dan tidak gampang ditebak. Lihat juga petunjuk perlindungan password yang kuat.

Akses remote kepada piranti jaringan (Telnet dan SNMP) haruslah di control dengan membatasi aksesnya menggunakan system filter IP address kepada remote device yang memang diberikan akses saja dan hanya oleh personal IT support saja.

Piranti jaringan haruslah mempunyai “Message of the Day (MOTD)” atau banner login yang mendefinisikan Warning pesan Legal setiap kali diakses, dengan pesan larangan kepada semua user yang tidak authorize jika mencoba untuk mengakses piranti jaringan tersebut.

Session time-out pada console dan telnet haruslah di setting dan dibatasi tidak boleh lebih dari 10 menit saat idle kepada semua piranti jaringan. Hal ini untuk menjaga pelanggaran keamanan jika terminal tersebut ditinggal dalam keadaan masih logon.

Password dan nama community SNMP haruslah paling sedikit 8 karakter dan haruslah terdiri dari alphanumeric password. Password haruslah tidak gampang ditebak.

Management services seperti SNMP haruslah didisable jika tidak dipakai

Semua komunikasi public (internet dan wireless) haruslah di enkripsi. Enkripsi haruslah secara regular diganti dengan cara yang aman untuk menjaga pengupingan dan serangan manipulasi data.


53 

Pertahanan perimeter haruslah ditekankan pada segenap titik jaringan yang menghadap ke public termasuk internet. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan paket filtering (extended accesslist). Untuk koneksi ke internet sebuah firewall dengan konfigurasi policy yang sangat kuat haruslah diterapkan. Gunakan policy yang sangat ketat untuk inbound traffic dari internet dengan extended access-list pada semua perimeter router. access-list haruslah simple dan sangat efektif dalam mengontrol traffic yang tidak diinginkan dan memberikan keamanan kuat kepada asset penting.

VLAN dapat digunakan untuk membagi user dalam segmen-2 begitu juga akses resource control. Traffic antar VLAN bisa dikendalikan dengan access-list pada router ataupun switch layer 3. Switch layer 3 adalah switch yang mempunyai kemampuan routing layer 3.

Jika dipakai diarea public dengan resiko tinggi, switch haruslah disetup berdasarkan port-level. Hanya MAC devices yang terdaftar saja yang bisa akses ke Switch, piranti yang tidak didaftar MAC nya dalam port switch tersebut, maka port tersebut akan disabled jika dikoneksikan.

Semua konfigurasi piranti jaringan haruslah menggunakan password enkripsi

yang

sangat

kuat

untuk

melindungi

password-2

manajemen. Sehingga saat di view, password tersebut tidak bisa dibaca – alias dinkripsi. 

Routing protocol tidak seharusnya di jalankan pada links akses user. Protocol routing dynamic seharusnya hanya di enable pada link


54 router saja. Hal ini untuk menghindari piranti-2 fihak lain (third party) menginfeksi route network. 

Routing

protocol

seharusnya

menggunakan

mekanisme

authentication (MD-5 Hash) untuk melindungi message update routing. Hal ini untuk menjamin hanya update routing dari sumber yang valid saja. 

Untuk piranti-2 yang vital haruslah ada logging akses untuk mencatat aktifitas akses dan perubahan konfigurasi. Dalam suatu lingkungan jaringan yang sangat kritis atau rahasia, paket logging adalah suatu kebutuhan.


55

BAB 6 PENUTUP Perencanaan yang terarah dan sistematik diperlukan agar tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai. Dengan road map, keinginan dan sesuai visi misi kabupaten Paser. Dengan Laporan Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Jaringan dalam Implementasi Pengembangan E-Government 2018 ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk pembangunan infrastruktur jaringan yang akan dibangun oleh DISKOMINFOSTANDI.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.