Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
Tabloid Mahasiswa UNM
Pengemban Tridharma Perguruan Tinggi
KEMELUT EKONOMI Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
2
persepsi Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
surat dari pembaca
P
Ini Kampus, Bukan Ladang Suara!
elaksanaan wisuda periode II lalu, UNM kedatangan tamu. Romahurmuzy, Ketua umum Dewan Pertimbangan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) datang berkunjung. Bahkan ia sempat membawakan orasi ilmiah sebelum pengumuman wisudawan dimulai. Sehari sebelum berkunjung, spanduk penyambutannya terpampang di depan kampus, tepat di depan Menara Pinisi. Padahal itu merupakan salah satu atribut kampanye yang tak dibenarkan masuk dalam tempat pendidikan. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 86 tentang larangan dalam kampanye. Bukan kali ini saja kampus Eks IKIP Ujungpandang dismbangi para petinggi partai politik. Menoleh kebelakang, sudah ada Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Terlebih lagi, birokrasi kampus cenderung menampakkan sikap sangat terbuka. Padahal, hal
ini mestinya disikapi dengan sikap netral. Pimpinan kampus mesti menjaga "rumah" agar bebas dari pusaran politik. Apalagi terlibat langsung. Yang ada, tenaga dan pikiran mereka kan tertuju pada hal yang sebetulnya tidak memberi keuntungan sedikitpun bagi sivitas akademika. Padahal berbagai masalah melilit kampus orange hingga hari ini, dari mangkraknya pembangunan Gedung BU di Fakultas Ekonomi, pemotongan dana Lembaga Kemahasiswaan (LK), hingga menindak tegas para oknum dosen yang bolos mengajar. Tak sampai di situ, UNM masih perlu menggenjot jumlah publikasi jurnal nasional dan internasoanl terakreditasi. Jika hal ini dbiarkan, bisa saja cita-cita UNM untuk mendapatkan akreditasi A menjadi pupus. Oleh karena itu, pihak kampus diminta untuk lebih menyelesaikan berbagai bengkalai yang terjadi UNM. Fokus pada hal yang dapat mewujudukan cita-cita visioner sivitas menuju world class university. (*)
f
Apa yang Anda pertanyakan?
Andi Inha: Mungkin lebih baiknya bapak Rektor mempertimbangkan alumninya yang berprestasi untuk mengajar sebagai dosen dan memfasilitasi bantuan beasiswa untuk S2? Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Muharram: Tidak ada prioritas untuk mahasiswa yang cumlaude jika ingin mendaftar sebagai dosen, mereka tetap harus melalui seleksi. Yang bisa kita berikan yaitu bebas tes masuk Pascasarjana UNM. Laode Muhamad : Uang pembayaran senilai Rp. 50.000 sebelum mengambil kartu bebas perpustakaan FSD, apakah disebut pungli? Pengelola Perpustakaan FSD, Sri Rahayu Iswari : Uang tersebut memang Rp25.000 untuk mendapat kartu anggota perpustakaan sedangkan Rp25.000-nya lagi sebagai sumbangan. Akan tetapi mahasiswa angkatan 2013, 2014, 2015, 2016 sudah digratiskan. Daeng Gunner : Birokrasi Kampus seakan membatasi ruang keterlibatan fungsionars kelembagaan, Hanya 2 dari perwakilan LK Hima dan BKMF yang dibolehkan dengan waktu 1 jam untuk perkenalan. Dekan Fakultas Seni dan Desain (FSD), Nurlina Syahrir: Kalau dua itu kan sudah lumayan ketua dan sekretaris. Selama itu bisa kerja efektif, apalagi kan mahasiswa baru di FSD cuma sedikit.
Redaksi menerima opini, saran dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim opini, saran dan kritikan Anda ke: 085299155632/08985556091 LPM Profesi UNM
@profesi_online
profesi.online@gmail.com
Keluarga Besar LPM Profesi UNM mengucapkan Selamat Menempuh Hidup Baru Kanda Fadilah Dwi Octaviani, S.Pd.
(Manager Sumber Daya Manusia Periode 2013-2014)
Kanda Andi Adiputra Tenrigau, S.E
Foto: Agung-Profesi
FOTO bersama usai kegiatan Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Menengah (DJMTM) LPM Profesi UNM yang berlangsung pada 31 Maret - 2 April 2017.
P elindung: Husain Syam. Dewan Pendamping: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Ammas, Syahrir Muhammmad, Mukhramal Azis, Uslimin, ÂF acharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah. Pemimpin Umum: Awal Hidayat, Sekretaris: Ita Andriani, Bendahara: Fatimah Muffidah Azzahra, Pemimpin Redaksi: Rosni Armin, Kepala Penelitian dan Pengembangan: Nurul Fildzah Zatalini. Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Awal Hidayat, Pemimpin Redaksi: Rosni Armin, Redaktur Pelaksana Penerbitan: Resa Saputra, Reporter: Ita Andriani, Fatimah Muffidah Azzahra, Nurul Fildzah Zatalini, Endang Sri Wahyuni, Ratna, Citra Jati Utami, Nurul Charismawaty S, Fotografer: Muh. Agung Eka, Layouter/ Desainer Grafis: Noval Kurniawan; Manajer Sirkulasi dan Iklan: St. Aminah. Redaksi LPM Profesi UNM : Jl. Mallengkeri Luar No. 25 Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Makassar, Telp. (0411) 887964, Âe-mail: profesi.online@gmail.com, website: www.profesi-unm.com
Tata Letak: Noval Kurniawan
Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun. Urai data, ungkap fakta, saji berita
Streaming: radioprofesi.com
mozaik Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
Pendidikan Non Formal Butuh Perhatian
Direktur dana Pendidikan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Republik Indonesia, Abdul Kahar mengungkapkan, saat ini pendidikan non formal yang ada di Indonesia masih butuh perhatian karena dinilai mampu mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Ia menuturkan kesalahan pemerintah dalam menyikapi pendidikan non formal. Pendidikan saat ini dinilai masih menggunakan cara kuno sehingga kualitas manusia Indonesia masih ketinggalan dari negara maju. Padahal menurutnya, pendidikan non formal dapat menjadi pintu masuk untuk mengembangkan pendidikan Indonesia. “Pemerintah terlalu cenderung memperhatikan pendidikan formal. Padahal pendidikan ini hanya menyumbang beberapa persen untuk pegambangan bakat peserta didik. Beda halnya dengan pendidikan non formal yang mampu mengembangkan softskill seseorang,” jelasnya saat menjadi pembicara pada talkshow Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UNM di Ballroom Menara Pinisi, Minggu (26/3). Lanjut, Abdul Kahar menyampaikan perlu ada sentuhan inovasi di tubuh pendidikan saat ini. Menurutnya, hasil yang dituai oleh orang Indonesia saat ini masih terpaku pada ajaran lama yang
3
mestinya sudah perlu. “Bagaimana kita tidak ketinggalan, apa yang dipraktekkan di dunia pendidikan saat ini masih menggunakan cara kuno. Mestinya kita dapat berdiri sendiri, harus berani tampil beda dari sebelumnya,” tuturnya. Ia pun menyarankan lembaga pendidikan untuk memikirkan secara matang sistem yang akan dibuat. Kahar meminta lembaga pendidikan berpikir ke depan mengenai dampak yang akan terjadi. “Karena apa yang kita wariskan sekarang itu juga yang di dapatkan dulu. Jangan sampai juga ini terjadi di generasi ini. Pola tersebut mesti diubah,” sarannya. Senada dengan itu, Rektor UNM, Husain Syam menilai, pola pikir tentang pendidikan mesti diubah. Ia menganggap mahasiswa masuk ke perguruan tinggi hanya untuk mengejar satu cita-cita. Itu terbukti saat melihat mahasiswa UNM lebih banyak ingin menjadi guru. “Saat ini kita lebih banyak berpikir instan. Masuk di UNM jangan berpikir untuk menjadi guru. Tapi cobalah untuk mencari profesi lain seperti para alumni PLS sudah sukses jadi dosen, pengusaha, politisi dan lain-lain. Hal itu juga bagian dari pengembangan di dunia pendidikan agar tidak selalu kaku mengajarkan kita untuk selalu menjadi guru,” pesannya. (Pr29)
SNAPSHOT
FOTO: AGUNG - Profesi
MELINTAS. Seorang mahasiswa tengah melintas di salah satu pagar yang rusak karena pengerjaan selokan didepan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam .
Hedonisme Habiskan Sumber Air KBK Fisika Bumi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM) gelar Festival Kebumian. Hal ini dilakukan karena melihat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap keadaan bumi. Seperti halnya dengan sumber air. Saat ini, tengah bermasalah, akibat pola hidup manusia yang cenderung hedonisme dalam menggunakan air secara berlebihan. “Itu karena masyarakat yang hedon menggunakan sumber daya alam kita secara berlebihan. Inilah mengapa kami kembali membuat festival kebumian," jelas Muhammmad Arsyad, Penanggung Jawab KBK Fisika Bumi
Salah satu kegiatan, Talkshow Hari Air, agar masyarakat bisa memahami pemanfaatan air dengan bijak. Apalagi dalam pemanfaatan tersebut masyarakat harus mengetahui regulasi untuk pengadaan, pemeliharaan, dan penggunanaan air. “Sebenarnya Indonesia merupakan kawasan dengan curah hujan yang teratur, tapi akibat perilaku manusia yang hedon dan apatis membuat sumber air menjadi terbatas. sehingga anak cucu kita juga bisa menikmati sember daya alam yang tersisa,” tambahnya. Pria asal Barru ini menyarankan masyarakat untuk lebih peduli terhadap keadaan lingkungan. Pemanasan global yang isu hangat
di dunia Internasional saat ini, diharap dapat menggugah pikiran masyarakat untuk turut aktif dalam memberdayakan lingkungan. "Perlu ada regulasi yang jelas dan tepat untuk menjaga lingkungan. Misalnya, penerapannya dalam hal penjagaan air sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia," harapnya. Tak hanya itu, KBK Fisika Bumi rencananya akan melakukan aksi penanaman sepuluh ribu pohon serentak di empat daerah yaitu di Kabupaten Barru, Pangkep, Maros, dan Kota Makassar. Mereka juga merangkaikan peringatan Hari Air Sedunia, Hari Bumi, dan Hari Lingkungan Hidup untuk memeriahkan festival kebumian ini. (aan)
Merajut Asa dalam Hidup Serba Kekurangan *Endang Sri Wahyuni
TERSENYUM. Kurnawian selalu mengedepankan sikap iklhas dalam hidupnya di tengah kehidupan sehari-harinya yang penuh cerita kelam.
Foto: IST
Kurniawan sedang melangkahkan kakinya ke area Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar (FE UNM). Di sanalah ia menimba ilmu selama empat tahun terakhir. Jumat (17/2) lalu, ia baru saja melakukan seminar proposal. Dengan balutan jas hitam dan sepatu pantofel, tak banyak yang tahu proses getir yang telah dilaluinya. Tak ada satupun manusia yang dapat mengubah takdir, jika bukan dia sendiri yang mengubahnya. Hal Streaming: radioprofesi.com
tersebut yang dipegang teguh oleh mahasiswa asal Pare-pare ini. Saat berusia tujuh tahun, orang tuanya
bercerai. Ayahnya pun pergi meninggalkan dirinya sekeluarga tanpa berkabar. Sepeninggalan ayahnya, Wawan, sapaan akrabnya, tinggal bersama ibu dan dua kakaknya. Namun berselang beberapa tahun, ibunya pun melawat ke Kendari, Sulawesi Tenggara dan kedua kakaknya merantau ke Makassar. Di Kendari, ibu Wawan menikah kembali. Setelah menikah, ibunya tak pernah memberi kabar Wawan. Kabar perkawinan ibunya bahkan hanya didengar melalui orang-orang di kampungnya. Sejak itu, ia yang masih duduk di bangku kelas V SD mencoba untuk hidup mandiri. Beruntung, ia dipersilahkan untuk tinggal bersama tetangganya. Dengan hidup sederhana, keluarga itulah yang bersedia mengasuhnya hingga menjelang dirinya meraih gelar sarjana kini. “Waktu SD saya punya teman kelas yang tetangga rumah. Dia ceritakan ke orang tuanya tentang saya, jadi orang tuanya tanya saya untuk tinggal dengan mereka,” kenang Wawan. Kehilangan kontak dengan keluarganya sejak usia 15 tahun membuatnya harus memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Sewaktu SMA, ia pun bekerja di salah satu apotek. “Selama seminggu pertama sekolah saya cuma pakai seragam putih abu-abu. Tidak punya baju batik sama pramuka, jadi saya bantu-bantu kerja di apotek. Penghasilannya tidak seberapa tapi saya bisa beli seragam dari pekerjaan itu,” bebernya. Setelah lulus di jenjang pendidikan SMA, ia pun memiliki impian untuk melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah. Namun, langkahnya sempat melambat karena terkendala pada biaya. “SMA saja saya bersekolah karena dibantu sama anggota dewan. Terus mau kuliah, siapa lagi mau membantu. Tapi kalo rencana A gagal, maka masih ada rencana B, pokoknya kita harus berusaha dan jangan cepat menyerah, “ jelasnya. Ia pun berhasil lulus dengan memperoleh beasiswa Bidikmisi di Jurusan Pendidikan Akuntansi FE UNM pada 2012 lalu. Meski telah menerima beasiswa, ia tak lantas menjadi mahasiswa berkecukupan pada umumnya. Ia tetap harus bekerja agar bisa membiayai hidup di Kota Daeng. “Saya harus tetap bekerja, karena Bidikmisi ku hanya
dapat menutupi biaya kuliah, kalau biaya hidup tidak mencukupi,” tuturnya. Selama berkuliah ia pun telah mengecap sejumlah pekerjaan paruh waktu di sela aktivitas kuliah. Sewaktu masih mahasiswa baru, ia sempat menjadi pelayan di salah satu rumah makan. “Di sana kerja selama dua puluh bulan, sampai saya bisa lunasi cicilan motor dan membayar sewa kos,” katanya. Setelah resign di rumah makan tersebut, Wawan kemudian ditawari oleh temannya untuk bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor-impor. “Kan kuliah di Akuntansi dan sudah ada basic-nya, jadi saya beranikan diri untuk mendaftar dan alhamudillah bisa diterima di sana,” tuturnya. Kesibukannya bekerja paruh waktu pun tak mengganggu aktivitas akademiknya, nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperolehnya di atas rata-rata. IPKnya saat ini bertengger di nilai 3,75. Semangat alumni SMA 1 Pare-pare ini tak pernah pudar. Ia selalu memahami cobaan hidup yang datang silih berganti pasti memberikan pelajaran tersendiri baginya. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
44
Reportase
utama Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
Foto: Agung - Profesi
PRESENTASE. Seorang mahasiswa yang sedang dalam tahap penyelesaian studi di PPs UNM tengah memaparkan penelitiannya didepan para guru besar yang ada dalam lingkup UNM. (10/4)
Evaluasi Kontribusi Pascasarjana
Pada 21 Desember 2015 lalu, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) telah menetapkan peraturan untuk memenuhi amanat Pasal 54 UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Undangundang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) yang dituangkan kedalam Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT). Semua Program Pascasarja (PPs) wajib mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Baik magister, doktor, maupun doktor terapan, diberi waktu hingga 21 Desember 2017 untuk menyesuaikan diri dengan standar yang telah diatur di SNPT. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi kontribusi pascasarjana terhadap ilmu pengetahuan. Sebab pascasarjana harus berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan seperti pengembangan, penelitian dan inovasi terbaru mengenai imu pengetahuan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan standar dalam pengawasan mutu saat PPs menyesuaikan diri. Namun hingga saat ini, pengawasan mutu mengenai standar pendidikan pascasarjana masih terabaikan sehingga perlu dipertimbangkan. Apalagi sisa waktu penyesuaian dengan SNPT hanya beberapa bulan lagi. “Dengan dikeluarkannya SNPT yang ditetapkan dalam Permenristekdikti No 44/2015, waktu penyesuaian masih diberikan hingga Desember 2017,” kata Aris Junaisi, Direktur Penjaminan Mutu Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa), Kemenritekdikti yang dilansir dari surat kabar Kompas edisi 21 Januari 2017. Berdasarkan Pasal Permenristekdikti nomor 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, Direktorat Penjaminan Mutu mempunyai tugas dan wewenang dalam penyiapan perumusan kebijakan, fasilitasi, pelaksanaan, koordinasi, pengawasan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang SPMI. Sehingga, untuk menjalankan tugas tersebut, pengelola dan penyelenggara perguruan tinggi, khususUrai data, ungkap fakta, saji berita
nya pada Program Magister, Doktor, dan Doktor Terapan dapat melakukan penyesuaian dengan ketentuan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun kemudian dimonitoring perkembangan mutu secara internal tiap tahunnya melalui sistem penjaminan mutu internal oleh Direktorat Penjamin Mutu, Ditjen Belmawa. “Nanti kami mengawasinya juga. Audit mutu eksternal dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional PT setelah lima tahun,” ungkap Aris. Berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Penjaminan Mutu, Ditjen Belmawa, sampai dengan tahun akademik 2016/2017 terhadap penyelenggaraan Program Magister, Doktor, dan Doktor Terapan, teridentifikasi perlunya evaluasi lebih mendalam terhadap pelaksanaan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015, yang difokuskan pada 5 hal yaitu Penerapan sistem satuan kredit semester; Lama masa studi; Kualifikasi pembimbing dan promotor; Jumlah bimbingan tesis atau disertasi per dosen pembimbing; Publikasi.
perubahan dan penetapan mengenai jumlah Satuan Kredit Semester (SKS). Pada pasal 16 Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015, yang menjelaskan tentang lama dan beban belajar penyelenggaraan program pendidikan. Dalam butir f dijelaskan bahwa “paling lama 4 (empat) tahun akademik untuk program magister, program magister terapan, atau program spesialis, setelah menyelesaikan program sarjana, atau diploma empat/sarjana terapan, dengan beban belajar mahasiswa paling sedikit 36 (tiga puluh enam) sks;”. Sedang untuk program doktor dan doktor terapan yang dituangkan dalam Pasal 16 butir g bahwa “paling lama 7 (tujuh) tahun akademik untuk program doktor, program doktor terapan, atau program subspesialis, setelah menyelesaikan program magister, program magister terapan, atau program spesialis, dengan beban belajar mahasiswa paling sedikit 42 (empat puluh dua) sks”. Pembantu Rektor Bidang Akademik, Muharram medukung aturan
baru tersebut. Ia mengatakan aturan baru tersebut akan diterapkan pada tahun ajaran 2017/2018. "Tahun ajaran baru, aturannya akan diubah dari 72 SKS menjadi 36 SKS" katanya. Ia menambahkan pengurangan beban belajar untuk program magister, tak lain untuk memaksimalkan mahasiswa agar menyelesaikan studinya dengan cepat. "Salah satunya supaya mahasiswa cepat publikasi dan selesai segera," ujarnya. Dikonfirmasi, Direktur Pascasarjana, Jasruddin mengaku akan tetap memberlakukan beban belajar kapada mahasiswa seperti aturan lama. Mahasiswa program magister maupun doktor harus mencapai beban belajar sebanyak 72 SKS. Guru Besar Fisika ini mengungkapkan, ia tidak akan menurunkan beban belajar mahasiswa. Menurutnya, perubahan penetapan SKS pada program magister dan doktoral tidak semua harus mengacu pada aturan tersebut. Ia mengaku, penetapan SKS tiap program studi baik magister dan doktor pun berbeda-beda.
“72 SKS itu masih ringan. Okelah kalau misalnya prodi noneksakta bisa menyelesaikan studi dengan 36 SKS. Lantas, bagaimana dengan prodi eksakta yang memerlukan lab khusus dalam penyelesaiannya. Tentu tidak cukup kalau hanya 36 SKS,” jelasnya Tak hanya itu, ia mengungkapkan aturan tersebut tidak punya pengaruh untuk PPs UNM. Apalagi dengan keadaan UNM yang masih kekurangan anggaran untuk menambah promotor dalam membimbing mahasiswa. Untuk menjadi promotor, dosen harus memenuhi kualifikasi. Mereka harus professor yang memiliki publikasi internasional yang terakreditasi dalam lima tahun terakhir. (tim) Tim Reportase Khusus: Koordinator: Nurul Charismawaty Anggota: Citra Jati Utami Rosni Armin Salmawati Karmila
***
PPs UNM Belum Siap Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) yang ditetapkan dalan Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 nantinya akan diberlakukan di semua Program Pascasarjana (PPs). Tak terkecuali PPs Universitas Negeri Makassar (UNM). Namun, hingga saat ini PPs UNM sama sekali belum melakukan pengawasan mutu mengenai penerapan aturan SNPT. Padahal tahun ini merupakan tahun terakhir masa penyesuaian setelah aturan ditetapkan. Seperti halnya dengan www.profesi-unm.com
Reportase
Utama
Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
Tak Penuhi Standar Pembimbingan
Pasal 28 ayat ke-3 pada Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 dijelaskan, setiap promotor ditetapkan membimbing mahasiswa maksimal 10 orang, apalagi jika promotor utama. Hal ini berlaku untuk promotor semua jenjang, Strata Satu hingga Doktoral. Aturan ini dibuat agar beban kerja dosen sebagai pembimbing utama terstruktur. Tak hanya itu, promotor juga bisa lebih fokus dalam membimbing mahasiswa dalam rangka penyusunan skripsi/ tugas akhir, tesis, disertasi, atau karya lainnya. Belum lagi, audit mutu nantin-
ya akan dilakukan oleh Direktorat Penjaminan Mutu dan Ditjen Belmawa. Mereka akan mengaudit sistem penjaminan mutu internal setiap tahun khususnya jumlah bimbingan tesis atau disertasi per dosen pembimbing. Salah satu promotor PPs UNM, Arismunandar mengakui hal tersebut. Ia mengatakan, idealnya pembimbingan yaitu dengan maksimal 10 anak bimbingan. Belum lagi jika promotor tersebut memiliki tanggungjawab lain. "Idealnya, jumlah anak bimbingan totalnya 10 terhitung untuk jumlah S1 sampai S3. saat
menjadi rektor, saya hanya membimbing satu orang,” jelas mantan rektor dua periode ini. Persoalan kapasitas juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan promotor. Apalagi setiap promotor memiliki kapasitas yang berbeda. Biasanya pemilihan promotor disesuaikan dengan arah penelitian mahasiswa. "Tidak ada monopoli pembimbingan, semua sama rata. Masing-masing pembimbing punya kapasits yang berbeda," tambah promotor bidang ilmu Administrasi Pendidikan ini. Meski menerapkan aturan lama, PPs UNM tetap akan mem-
perhatikan sistem pembimbingan promotor. Ia mengaku kewalahan dalam memenuhi standar pembimbingan. Hingga saat ini pun masih banyak promotor yang membimbing mahasiswa dengan jumlah yang melebihi kapasitas maksimal. Mereka bahkan beberapakali melibatkan promotor dari Universitas luar, Seperti Universitas Hasanuddin jika tak ada promotor. “Bukan kekurangan promotor, tapi kita mau menjalin silaturahmi dengan kampus lain. Makanya dilakukan seperti itu,” sangkalnya. (tim)
Profesor Malas Karena Duit? SEORANG promotor utama khusus program magister dan doktoral harus memenuhi kualifikasi. Mereka harus bergelar profesor yang dianggap profesional di bidangnya. Menurutnya, Promotor di jenjang S3 dalam lima tahun terakhir harus aktif meneliti dan minimal menerbitkan hasil riset di publikasi internasional. Hal itu bisa dijadikan acuannya dalam membimbing mahasiswa agar disertasinya dipublikasikan di jurnal internasional. Sayang, di Universitas Negeri Makassar (UNM) profesor yang masuk dalam kualifikasi promotor masih kurang. Sebab beberapa tercatat tak produktif. Pada tabloid profesi Edisi 206 Agustus 2016, UNM Memiliki 73 profesor hanya mampu menghasilkan sebanyak 93 penelitian pada tahun 2015. Menanggapi hal tersebut, Direktur Program Pascasarjana UNM, Jasruddin justru menyalahkan Kemenristekdikti. Menurutnya banyak professor UNM yang tak meneliti lantaran terkendala pada pendanaan saat melakukan riset. “Dana riset yang dianggarkan pemerintah hanya sekitar Rp. 1,73 Triliun dibagi lima ribu Radio Profesi 107,9 FM
guru besar di Indonesia, jadi bagaimana kita bisa meneliti,” jelas guru besar Fisika ini Persoalan peraturan yang tertuang dalam Pasal 27 ayat 15 butir b yang menetapkan bahwa “dalam hal sebagai pembimbing utama, dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir telah menghasilkan paling sedikit: (1) 1 (satu) karya ilmiah pada jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional yang bereputasi; atau ; (2) 1 (satu) bentuk lain yang diakui oleh kelompok pakar yang ditetapkan senat perguruan tinggi”. Ia merasa kualitas profesor diragukan jika harus melalui kualifikasi untuk dipilih menjadi promotor dalam membimbing mahasiswa doktoral. “Kalau aturannya seperti itu, berarti pemerintah meragukan kualifikasi profesor,” katanya. Padahal sudah dijelaskan Permenristekdikti No. 20 tahun 2017 tentang pemberian tunjangan profesi dosen dan tunjangan kehormatan professor. Tunjangan tesebut diberikan jika mereka mengerjakan tugasnya dalam tridharma perguruan tinggi. Seperti halnya menerbitkan karya ilmiah di jurnal Internasional terakreditasi. (tim)
55
www.profesi-unm.com
UNM Hanya Miliki 347 Publikasi Internasional MAHASISWA Program Magister wajib menerbitkan makalah (karya ilmiah penelitian) di jurnal ilmiah terakreditasi atau diterima di jurnal internasional; Mahasiswa Program Doktor wajib menerbitkan makalah di jurnal internasional bereputasi; Mahasiswa Program Doktor Terapan wajib menerbitkan makalah di jurnal nasional terakreditasi atau diterima di jurnal internasional atau; karya yang dipresentasikan atau dipamerkan dalam forum internasional. Ini merupakan salah satu aturan khusus yang dituangkan dalam Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015. Aturan tersebut membahas tentang kewajiban mahasiswa program Magister, Doktor, dan Doktor Terapan Apalagi melihat jumlah publikasi internasional yang dimiliki masih sangat sedikit. Hingga saat ini PPs hanya mampu menerbitkan sebanyak 347 publikasi internasional. Menanggapi aturan baru tersebut, sejumlah mahasiswa Pascasarjana justru antusias diwajibkan publikasi. Jusriati misalnya, mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris S2 ini mengatakan setelah menyelesaikan studi, tentu sasaran selanjutnya adalah menjadi dosen. Menurutnya, karya berupa hasil penelitian harusnya membuat dosen untuk aktif menulis. "Umumnya, selesai S2 sasarannya ke dosen, setidaknya secara persyaratan kita bisa lalui itu. Dosen bukan hanya sekedar pengajar tetapi juga menulis berbagai karya atau hasil penellitian. Bagus kalo ada pembuatan makalah," ujarnya. Muhammad Ikbal, mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan S3 ini sangat mendukung ayat publikasi dalam Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 itu. Menurutnya, Selain karena persyaratan, para calon doktor ini bisa mempunyai bekal setelah keluar nanti. "Itu bagus, selain sebagai dosen saya juga mahasiswa S3. Dan jurnal internasional bagus bila diberlakukan. Dengan adanya persyaratan tersebut, bisa membantu calon doktor mempunyai bekal sebelum dilepas," katanya. Direktur Pascasarjana, Jasruddin mengatakan sejak tahun 2013 sebenarnya telah diwajibkan untuk melakukan publikasi terhadap tulisannya, terkhusus doktor. Akan tetapi untuk saat ini, program magister juga diharuskan menerbitkan jurnal ilmiah terakreditasi untuk peningkatan kualitasnya. Ia menjelaskan, riset atau karya ilmiah tersebut tak harus diterbitkan di jurnal internasional, minimal di jurnal ilmiah yang terakreditasi nasional. “Sudah dari tahun 2013 diterapkan, namun yang sekarang kita kembangkan itu publikasi jurnal ilmiah untuk program doktoral. Tidak apa-apa tidak diterbitkan di jurnal internasional, setidaknya diterima di jurnal ilmiah terakreditasi,” tuturnya. (tim) Urai data, ungkap fakta, saji berita
66
info
akademik Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
UNM Masih Terbitkan Akta IV
Mengacu pada UU no.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal I menerangkan bahwa guru wajib menempuh Strata Satu (S1) dan memiliki sertifikat pendidik, dengan begitu akta IV semestinya sudah tidak berlaku lagi. Namun, surat izin perguruan tinggi berdasarkan surat keputusan menteri No. 30 tahun 1961 itu masih diterbitkan pihak UNM. Hal itu dibenarkan oleh Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kema-
UNIVERSITAS Negeri Makassar (UNM) kembali lahirkan wisudawan sebanyak 1432 pada wisuda periode kedua tahun ajaran 2016-2017. Wisuda yang rutin dilaksanakan di bulan April didominasi oleh wisudawan dari Program Pascasarjana (PPs) dengan jumlah 305 peserta. Prosesi wisuda kali ini hanya dilangsungkan sehari. Sebab jumlah wisudawan tak sebanyak wisudawan periode sebelumnya. Meski tetap diikuti oleh sembilan fakultas, jumlahnya tak menyamai
hasiswaan (BAKK) Ismail Muhtar. Saat ditemui di Ruangannya, Ismail menuturkan sampai saat ini pihak universitas tidak pernah mengeluarkan keputusan apapun terkait pemberhentian penerbitan akta IV. "Sampai saat ini penerbitan akta IV masih diproses," tuturnya. Lanjut, Ismail menambahkan akta IV merupakan bukti bagi mahasiswa sarjana pendidikan untuk mengajar sesuai bidang keilmuaan masing-masing. "Itu kita keluarkan sebagai pengakuan bahwa mereka sebagai tenaga pendidik," tambahnya. Sementara itu, Direktur UPT P3G UNM, Ramli Umar menyampaikan bahwa akta IV merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi kelengkapan berkas mendaftar SM3T. "Akta IV digunakan sebagai
Cetak 1432 Wisudawan
prosesi wisuda yang lalu. Kepala Biro Administrasi dan Akademik (BAAK), Ismail Muchtar membenarkan perihal tersebut saat ditemui diruangannya di Lantai 2 Menara Pinisi UNM, Senin, (10/4) lalu. “Karena jumlah wisudawan tidak seperti kemarin, jadi wisuda akan dilaksanakan sehari saja,” ungkapnya. Mengenai konsep wisuda untuk periode kedua sama seperti wisuda sebelumnya. Wisuda tetap dilangsungkan di Pelataran Menara Pinisi.
PPG Jalur Mandiri Untuk Sarjana Non Pendidikan PROGRAM Pendidikan Profesi Guru (PPG) akan membuka jalur mandiri. Hal itu diungkapkan Direktur UPT P3G UNM, Ramli Umar saat ditemui di Ruangannya Lt. 4 Menara Pinisi. Ia mengungkapkan dibukanya jalur mandiri merupakan cara untuk mentaktisi besarnya peminat dan permintaan PPG. “Meningkatnya permintaan untuk pendidikan profesi saat ini, dan kemampuan Negara juga terbatas diharapkan program ini tetap jalan dengan cara membuka jalur mandiri,” ucapnya. Ramli juga mengatakan program PPG tidak hanya berasal dari sarjana pendidikan namun ada pula sarjana non pendidikan. “Lalu akan ada juga PPG mandiri, ini diperuntukkan bagi mahasiswa non pendidikan yang ingin mengambil pendidikan profesi,” katanya.
IJAZAH AKRTA IV. Hingga kini Universitas Negeri Makasssar masih menerbirkan Akta VI.
Ramli pun membantah jika program SM3T diberhentikan. Menurutnya, program SM3T akan tetap berjalan. Akan tetapi program itu hanya berlaku bagi mahasiswa pendidikan saja. “Jadi bagi mahasiswa pendidikan mereka lulus, mengurus akta IV, daftar SM3T lalu lanjut PPG,” jelas Ramli. Ia juga menambahkan kejelasan akta IV dapat digunakan sebagai kelengkapan berkas untuk mengikuti SM3T. Sehingga mahasiswa non pendidikan tidak lagi mengambil pendidikan akta, akan tetapi langsung mengikuti pendidikan profesi. “Sekarang itu non pendidikan tidak bisa lagi mengambil pendidikan akta IV, mereka harusnya ambil PPG. Akan tetapi yang pendidikan tetap harus mengurus akta IV supaya bias mendaftar SM3T,” tambahnya. (pr49)
“Tidak ada yang berbeda dengan tahun lalu. Pelataran pinisi akan dijadikan lokasi prosesi wisuda,”tambahnya. Pada kegiatan tersebut, Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) kembali merebut predikat wisudawan terbaik atas nama Wasito dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.98. Kemudian wisudawan terbaik kedua dan ketiga adalah Adnry S. Utama Putra (FMIPA) IPK 3.97 dan Siti Nur Fadilah (FE) IPK 3.92. Tak hanya mengumumkan
AGENDASIANA
Harlah LPM Profesi UNM
Foto: Dok. Profesi
salah satu syarat untuk mendaftar SM3T yang kemudian lanjut mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG)," katanya. (pr49)
wisudawan terbaik, pihak BAAK juga mengumumkan wisudawan termuda. Ialah mahasiswa jurusan Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNM yang hanya memiliki masa studi selama tiga tahun enam bulan dengan IPK 3.94. Dwi Siti Hartina Eny Ambaraw inilah yang menjadi wisudawan termuda yang mampu menyelesaikan Strata I di usia 19 tahun. Mahasiswa asal Pare-pare ini juga menjadi wisudawan terbaik ketiga tingkat fakultasnya. (Pr54)
UNM Tambah Kuota SBMPTN 2017 TAHUN ini, pendaftaran mahasiswa baru Universitas Negeri Makassar (UNM) jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) mengalami penambahan kuota. Sebelumnya, kuota yang disediakan hanya 30%, namun kursi untuk jalur ini meningkat sebanyak 10%. Pembantu Rektor bidang Akademik (PR I), Muharram menjelaskan, ada perubahan kuota dalam jalur penerimaan mahasiswa baru UNM. Adapun persentasenya ialah 30% untuk jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), 40% bagi jalur SBMPTN, dan 30% bagi jalur mandiri. "Ada penambahan. Jadi kuota untuk SBMPTN meningkat sebanyak 10% dari tahun-tahun sebelumnya. Biaya pendaftarannya juga tetap seperti tahun lalu, nominalnya Rp. 200 ribu," ujarnya. Tak hanya itu, lokasi tes pada jalur ini juga mengalami perubahan. kampus sektor Paratambung juga akan digunakan sebagai lokasi tes nantinya. Padahal lo-
kasi ini tidak digunakan karena kondisi yang tidak kondusif lantaran seringnya terjadi aksi bentrok. "Kami rasa sektor Parangtambung sudah cukup aman untuk dijadikan lokasi tes tertulis yang akan dilaksanakan 16 Mei mendatang," kata Muharram. Guru Besar Kimia ini menambahkan, pihak universitas akan memberikan pendampingan secara gratis bagi pendaftar. Hal ini dilakukan untuk membantu peserta yang masih kurang mengerti dengan prosedur pendaftaran jalur SBMPTN ini. "Kami akan berikan pendampingan mulai dari awal hingga akhir pendaftaran. Tempatnya itu ada di lantai dua, tepatnya ICT," tuturnya. Adapun tahapan jalur pendaftaran SBMPTN dimulai dari terbukanya pendaftaran pada 11 April hingga 5 Mei, tes tertulis 16 Mei, uji keterampilan 17 sampai 18 Mei, dan pengumuman kelulusan pada tanggal 13 Juni mendatang. (pr09)
LPM Profesi UNM menerima tulisan dalam bentuk opini dari sivitas akademika. Kirim tulisan Anda ke profesi.online@gmail.com. Tulisan dibatasi maksimal 3.000 karakter. Redaksi berhak mengedit atau memotong tulisan Anda tanpa mengubah makna. Urai data, ungkap fakta, saji berita
UNIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pers Mahasiwa Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) akan menggelar hari lahir yang ke41 yang dijadwalkan tanggal 13 Mei mendatang. Kegiatan akan diselenggarakan di Hotel Grand Clarion. Ketua Panitia, Ratna mengatakan kegiatan ini terbuka untuk segenap sivitas akademika. Tak hanya itu, berbagai rangkaian kegiatan lomba seperti menulis artikel, boomerang, dan komik strip disedikan jelang acara puncak. Pendaftaran lomba sendiri ditutup tanggal enam Mei mendatang (pr45)
Seminar Nasional Psyidea MAHASISWA Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar Talkshow Psydea dengan tema “Talk to Ourself. Talk to Our Children”. Kegiatan akan diselenggarakan tanggal 28 April mendatang di Lantai 3 Ruang Teater Menara Pinisi. Ketua Panitia, Novadri Prasetyo mengatakan, talkshow akan menghadirkan Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Yohanna, anggota DPR RI dan psikolog sebagai pembicara. (pr45)
Hima Aksi Akan Gelar Seminar HIMPUNAN Mahasiswa Akuntansi (HIMA AKSI) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Makassar (UNM) akan menggelar seminar pada tanggal tujuh Mei mendatang. Kegiatan merupakan rangkaian dari kegiatan Pekan Dinamika Akuntansi (PEDATI). Acara ini mengusung tema “Relevansi Ketahana Negara, Pembangunan, dan Stabilitas Ekonomi Terhadap Integritas Perekonomian Indonesia”. Adapun peserta dari kegiatan ini yakni, mahasiswa Akuntansi D3, D4 dan S1 angkatan 2014 hingga 2015 baik PTN atau PTS seSulawesi Selatan. (pr45)
HMM FE Siap Helat Manajemen Cup HIMPUNAN Mahasiswa Manajemen (HMM) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Makasar (UNM) akan mengadakan lomba Manajemen Cup se-kota Makassar. Pada (5-7/5) mendatang. Ketua Panitia, Muh. Ikram mengatakan kegiatan ini mengusung tema “Respect, Fairplay, dan Brotherhood” bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat mahasiswa sambil menjalin tali silaturahmi antar mahasiswa se-Makassar. (pr45) www.profesi-unm.com
77
inovasi Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
Amal Jaya
Ummu Kalsum
Iwan Setiawan
Praktikum Kimia Melalui Aplikasi Berbasis Digital
Mata pelajaran kimia masih menjadi momok menakutkan. Karena itu, siswa kerap sulit dalam mencerna materi yang diajarkan. Hal ini berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa dalam mempelajari kimia.
Menyadari hal itu, Amal Jaya (Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan), Ummu Kalsum Salam dari (Jurusan Pendidikan Teknik Elektro) dan Iwan Setiawan (Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris) termotivasi membuat sebuah media pembelajaran kimia berbasis aplikasi digital. Aplikasi tersebut dinamakan Free Chemical Practice Program (Free-gram).
Salah satu anggota tim, Iwan Setiawan menjelaskan kegunaan aplikasi ini sebagai alat bantu pembelajaran yang dilengakapi dengan materi menggunakan efek visual berguna untuk memahamkan siswa terhadap ilmu sains. “Free-gram dapat dijadikan sebagai media alternatif untuk memvisualisasikan materi konseptual yang diajarkan guru di sekolah melalui komputer atau pun telepon selular dengan aman dan menyenangkan tanpa adanya kekhakawatiran mengenai kesalahan kerja terhadap bahan-bahan praktikum kimia yang nyata,” ujar Iwan Setiawan. Senada, Ketua tim, Amal Jaya menuturkan, siswa akan memiliki media pembelajaran modern, mengasyikkan, serta memudahkan untuk melakukan berbagai macam percobaan kimia melalui aplikasi digital tersebut.
“Siswa itu kesulitan untuk belajar kimia di kelas secara teori, dan mereka mengambang tentang hasil reaksi bahan kimia jika dicampurkan. Maka dari itu siswa tetap butuh praktek,” jelasnya. Mahasiswa angkatan 2013 ini juga mengungkapkan, dana tak sedikit yang diperlukan jika ingin melakukan praktikum. Untuk mengatasi hal tersebut, maka kami membuat aplikasi Free-gram agar siswa tidak akan bersusah payah lagi dalam menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum. “Selain itu dia harus punya lab dan karena berbahaya maka dari itu harus di bawah pengawasan orang profesional. Itulah mengapa kami membuat aplikasi ini agar siswa paham mengenai pelajaran kimia dan bebas untuk bereksplorasi,” bebernya.
Aplikasi Free-gram buatan tiga mahasiswa UNM ini pun berhasil menarik perhatian dunia internasional. Amal Jaya beserta tim diundang untuk mengikutsertakan aplikasi buatannya dalam Seminar and The 71th Biannual Conference of Korean Association for Science Education (KASE), di Seoul National University, Korea Selatan, Kamis-Sabtu (9/11-2) lalu. Konferensi tahunan tersebut bertemakan “Bringing Scientific Literacy Forward: National & International Perspectives”. Kegiatan itu menghadirkan profesor, peneliti, dan aktivis akademisi dari berbagai bidang ilmu pengetahuan untuk berkolaborasi dalam pemecahan masalah dalam lingkup pendidikan, khususnya pendidikan sains. “Banyak profesor yang tertarik dan mereka mengapresiasi karena programnya bagus dan di antara
FOTO: IST
peserta lain kami yang paling banyak pengunjungnya,” ujar Amal. Amal juga mengatakan apresiasi tersebut disebabkan karena ia bersama timnya merupakan peserta termuda yang diundang pada konferensi tersebut. “Selain itu, karena poster kami menarik dan kami juga membawa alat peraga jadi para pengunjung bebas untuk mencoba aplikasi kami,” bebernya. Ia pun berharap agar aplikasi Free-gram nantinya dapat dioptimalkan serta dirilis untuk khalayak umum. Hal ini dikarenakan aplikasi buatannya masih berstatus beta sehingga masih perlu pengoptimalan ke depannya. “Jadi kami harus melakukan kerja sama lagi dengan profesor kimia yang ada untuk memaksimalkan aplikasi itu sehingga nanti bisa terbit secara komersil,” harapnya. (awa)
Pengawet Alami dari Limbah Bamboo Vinegar
Muhammad Wijaya Radio Profesi 107,9 FM
MUHAMMAD Wijaya, Dosen Kimia Universitas Negeri Makassar (UNM) ini berhasil membuat pengawet alami dari bahan bamboo vinegar. Pengawet tersebut berupa asap cair yang diperoleh dari hasil pembakaran limbah bambu dan diproses dengan teknologi pembakaran tanpa udara. “Jadi pengawet ini berasal dari limbah bamboo vinegar,” ungkapnya ketika ditemui di ruangannya, lt 10 Menara Pinisi UNM, Senin (7/3).
FOTO: DASRIN - PROFESI
Ia menjelaskan, pengawet tersebut merupakan kelanjutan dari penelitian disertasinya saat masih berkuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Beredarnya pengawet makanan berbahan kimia yang berbahaya, dijadikan sebagai alasan pembuatan pengawet alami. Selain itu, penelitian tersebut juga merupakan saran dari pembimbingnya saat itu. “Ide itu awalnya muncul dari pembimbing saya kemudian saya melakukan riset bagaimana caranya pengawet berbahaya bisa diatasi dengan adanya penelitian ini,” katanya. Awalnya, Wijaya melakukan penelitian menggunakan tiga bahan yaitu; kayu jati, kayu pinus dan bamboo vinegar. Semua bahan tersebut diproses dengan teknologi pembakaran tanpa udara yang nantinya akan menghasilkan asap cair. Dari ketiga bahan yang diteliti ternyata bamboo vinegar lah yang memiliki tingkat kepo-
laran dan kandungan fenol yang paling tinggi. Selain itu, bisa menghasilkan serat paling banyak yang bisa dijadikan sebagai pengawet alami. Sebelumnya, Wijaya pernah mencoba membuat pengawet alami dari tempurung kemiri. Namun karena tempurung kemiri merupakan jenis kayu keras, yang hanya menghasilkan sedikit serat. “Saya juga sempat meneliti tempurung kemiri. Tapi yang menghasilkan asap cair paling baik untuk dijadikan pengawet adalah bamboo vinegar,”ungkapnya. Setelah itu, Wijaya berinisiatif untuk mematenkan produk yang ia buat tersebut. Temuannya pun diajukan ke Kementrian Riset ,Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) agar segera dipatenkan. Tetapi ia harus mempublikasikan penelitiannya secara internasional. Hal ini dilakukan untuk dinilai dari aspek kebaruan, inovatif
dan kreatifnya. Jika tidak, penelitian akan dianggap gagal dan tidak mendapatkan hak paten. “Jangan sampai kita membuat produk yang sudah ada sebelumnya. Makanya harus dipublikasikan lalu dipatenkan,” jelasnya Ia baru mendapatkan hak paten setelah kembali mengajukan melalui Lembaga Penelitian UNM setelah beberapa kali mendapat perbaikan. Rencananya produk hasil penelitian tersebut akan di produksi secara nasional. Ia bahkan sudah membuat sasaran pasar dalam penjualan produknya tersebut. Tentu ini merupakan salah satu cara untuk membentuk sosialisasi kepada dosen agar membuat penelitian. “Setelah dipatenkan kalau ada yang ingin menggunakan produk ini kan harus bayar royalti dulu, jadi para peneliti akan lebih giat meneliti dan menemukan halhal baru yang bermanfaat untuk kita semua,” tutupnya. (Pr54) Urai data, ungkap fakta, saji berita
88
Reportase
Khusus Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
Foto: Ist
UNJUK RASA. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi saat berdomentrasi menuntut pejabat teras fakultas menjelaskan pemotongan dana LK yang dilakukan secara sepihak.
Dana LK Dicadangkan
Sebanyak sepuluh Lembaga Kemahasiswaan yang ada di Fakultas Ekonomi harus menelan pil pahit. Pasalnya dana kemahasiswaan yang sepatutnya mereka terima dialihkan. Tak tanggung-tanggung angkanya mencapai Rp. 1 Juta Padahal seyogianya dana tersebut diperuntukkan untuk menunjang kegiatan LK. Ditambah lagi dana tersebut sudah barang wajib merujuk aturan yang berlaku di Universitas Negeri Makassar (UNM). Dimana, LK berhak mendapatkan anggaran sebesar 5% dari total nggaran fakultas. Kesepuluh LK tersebut diantaranya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa), Mahasiswa Pencinta Alam Ekonomi (Maekpa), Kasta, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Pembangunan (Himaposep), Himpunan Mahasiswa Manajemen (Hima Manajemen), Himpunan Mahasiswa Diploma Tiga Akuntansi (Himadipa), Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi (Himapsi), Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himaksi), dan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi ((HMPS Pendidikan Ekonomi). Tak pelak hal ini membuat Ketua BEM FE, Firdaus mengecam pihak fakultas yang tidak transparan dalam pencairan dana. Lebih jauh menurutnya, LK perlu dilibatkan dalam perancangan anggaran kemahasiswaan sehingga pihak fakultas tidak dituduh menggelapkan dana. “Kalau pencairan dana LK selalu saja tidak cukup. Kami sudah mempertanyakan hal ini, tapi alasannya kurang jelas dan tidak logis,”kecamnya. Aturan pencarian dana LK di kampus hijau berlangsung selama Urai data, ungkap fakta, saji berita
tiga kali dalam setahun. Selama waktu itu pula, pimpinan fakultas memotong dana sebanyak satu juta rupiah per satu kali pencairan. “Jika dikalikan dengan sepuluh LK yang ada dikampus, berarti ada dana sebanyak tiga puluh juta yang peruntukannya kurang jelas,”kata Firdaus saat ditemui di sekertariat BEM FE. Padahal lembaga kemaha-
menyelesaikan permasalahan ini. “Tunggu respon dari pihak pimpinan , kalau tidak ada perkembangan kami akan kembali aksi. Jadi kami meminta hal seperti ini diselesaikan secepatnya,”pintanya. Senada dengan itu, Ketua Himpunan Mahasiswa Diploma Tiga
hentikan pemotongan. Dan kedepan tidak ada lagi kejadian yang seperti ini," harapnya. Menanggapi masalah ini, Pembantu Bidang Kemahasiswaan (PD III), Sahade membantah telah memotong dana kemahasiswaan senilai satu juta rupiah. Ia menilai, mahasiswa salah kaprah. Dana yang dipotong setiap kali pencairan
siswaan yang ada di FE seringkali kekurangan dana jika melakukan kegiatan. Baik yang skalanya kecil, sedang, dan besar. Seperti yang diungkapkan mahaisswa angkatan 2013 ini. “Untuk melakukan satu kegiatan saja kami sering kelabakan di dana. Apalagi dipotong,”ungkapnya. Untuk itu, mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen ini, meminta kepada pihak birokrasi segera menghentikan pungutan yang dinilai merugikan mahasiswa. Bahkan pada seluruh LK yang ada di FE memberi ultimatum kepada pimpinan fakultas
Akuntansi, Fathur Rahman menilai ,pemotongan dana kemahasiswaan sangat merugikan lembaganya yang dipimpinnya. Imbasnya, program kerja yang telah diusung tidak sepenuhnya terealisasi. "Tentu saja berpengaruh kepada program kerja, dana yang sudah kami rencanakan alokasinya terpaksa berkurang," nilainya. Mahasiswa angkatan 2015 ini pun, meminta pihak birokrsi FE untuk segera menghentikan kebijakan yang dianggap merugikan LK yang ada di FE. "Kami harap segera meng-
segioyanya digunakan untuk dana cadangan dan diperuntukkan untuk kegaitan mahasiswa yang mendesak. “Bukan kami potong, tapi yang seperti diketahui, banyak sekali kegiatan kemahasiswaan. Dan biasanya mereka kekurangan dana. Jadi kami berinisiatif dengan menyiimpannya. Lebih tepatnya kami sebut dana pembinaan,”bantahnya. Lanjut, Ia membenarkan pencairan dan di FE berlangsung tiga kali dalam satu tahun. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kegiatan LK yang membutuhkan dana.
“Betul dalam satu tahun ada tiga kali pencairan dana kemahaiswaan. Supaya mahasiswa tidak kerepotan dalam hal dana bila melakukan kegitan,”tambahnya. Pria asal Pangkep ini juga mengklaim telah bersikap adil dengan tidak membedakan besaran anggrakan yang diberikan kepada LK. Ia berpandangan setiap LK mempunyai kedudukan sama. “Idealnya, LK yang sering melakukan kegiatan kemahasiswaan mestinya diberi anggaran yang lebih banyak. Tapi hal itu tidak saya lakukan. Kami telah membagi rata anggaran Rp. 300 juta,”klaimnya. Eks Kaprodi Manajemen ini membeberkan, LK selalu kekurangan dana lantaran setiap kali mengadakan kegiatan membutuhkan dana yang besar. “Itu baru satu kegiatan saja, sudah menguras banyak dana. Bagaimana mereka dapat membiayai kegiatan lain,”bebernya. Ke depan Ia pun akan membuat kebijakan dengan membuat satu kegiatan dengan melibatkan semua lembaga kemahasiswaan yang ada di FE. “Contohnya baksos, cukup BEM yang mengakomodasi dengan menunjuk setiap perwakilan himpunan. Begitupun dengan kegiatan inagurasi. Lebih baik dilakukan satu kali. Ini juga untuk menghemat anggran. Sehingga dana yang tersisa dapat dilakukan untuk membiayai kegiatan yang lebih produktif,”ucapnya. (tim)
SUDUT + Evaluasi Kontribusi Pascasarjasa - Perlu penambahan dana? + Dana LK Dicadangkan - Untuk pengganjal + Laporan KKN Jadi Pengganjal Pintu - Harus dievaluasi lagi...
Dg. Tata www.profesi-unm.com
Reportase
99
Khusus
Fakultas Favorit Minim Fasilitas
Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
SNMPTN dan SBMPTN 2016 lalu, Fakultas Ekonomi (FE) UNM tercatat memiliki peminat terbanyak dari sembilan fakultas yang ada. Masing-masing jalur berjumlah 4.241 dan 3.128 pendaftar. Sayangnya, perkembangan fakultas ini dinilai masih lamban dan menuai sejumlah masalah, seperti fasilitas yang masih minim. Sarana dan prasarana hingga saat ini masih jadi persoalan yang masih belum tuntas. Hal ini lantaran ketersediaan beberapa ruangan dianggap masih belum terpenuhi. Beberapa mahasiswa terpaksa harus berdesakdesakan, sebab kelas yang ada tak cukup untuk menampung mereka.
www.profesi-unm.com
Belum lagi dengan bangku yang telah diperadakan oleh kampus ternyata masih kurang. Dalam kelas masih ada bagku lama. Tak hanya itu, pengadaan sejumlah fasilitas lainnya juga jadi keluhan mahasiswa seperti air conditioner (AC). Andi Zul Habib misalnya. Mahasiswa Prodi Manajemen ini tidak menyangka bahwa kondisi kampus yang mejadi idamannya jauh dari ekspektasi. Ia mengira kampus yang bakal ditempatinya kuliah memiliki sejumlah fasilitas yang layak. Apalagi melihat jumlah pendaftar yang sangat tinggi. Lanjut, Ia meyebutkan selama tiga semester belajar di FE, tak ada progres mengenai fasilitas yang
bisa menggambarkan banyaknya peminat di fakultas ini. "Yah, pasti tidak sama dengan waktu SMA dulu, bahkan lebih jauh baik daripada di sini," akunya. Sikap pihak birokrat yang dinilai tak acuh dalam memperhatikan kondisi kampus saat ini. Pasalnya, masih terdapat beberapa fasilitas yang belum dibenahi. Sementara itu, Dekan FE, Muhammad Azis menampik hal tersebut. Menurutnya, pihak birokrat selama ini telah melakukan perbaikan. Keluhan mahasiswa terkait sarana dan prasarana telah menjadi prioritas utama. Pembenahan pun hingga kini terus digalakkan. Kendati demikian, hal ini tak langsung
Foto: Agung - Profesi
SEJUMLAH MAHASISWA. Saat mengikuti proses perkuliahan di salah satu ruang kelas Fakultas Ekonomi (FE).
dilakukan sekaligus sehingga perubahan tak nampak secara signifikan.
"Perbaikan telah kami tangani, kita lakukan ini secara pelanpelan," tuturnya. (tim)
Dosen FE Doyan Bolos GURU kencing berdiri, murid kencing berlari. Itulah peribahasa yang sering disebut dalam dunia pendidikan, yang artinya pendidik atau dosen menjadi contoh bagi anak didiknya atau mahasiswa. Tak perlu heran jika beberapa mahasiswa malas masuk kuliah. Hal ini tentu mereka lihat dari perilaku beberapa dosen yang juga malas masuk mengajar. Padahal untuk menciptakan suasana akademis, peran dosen sangat berpengaruh. Jika dosennya malas mengajar, jangan harap mahasiswa akan rajin. Kejadian ini terjadi di Fakultas Ekonomi (FE) UNM. Banyak ma-
Radio Profesi 107,9 FM
hasiswa mengeluh karena beberapa dosen sepertinya tak memperhatikan hak mereka untuk menerima perkuliahan. Sebab, sejumlah dosen lalai dalam menjalankan tugasnya untuk mengajar. Alhasil, mahasiswa ikut malas dan seolah membiarkan hal tersebut terjadi. Mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi, Afdal mengaku, seringkali mendapat dosen yang dinilai malas dan secara seenaknya merubah jadwal mata kuliah. Imbasnya, banyak mahasiswa yang mulai jenuh untuk belajar. Hal ini yang dimulai dirasakannya dan teman-temannya selama mengikuti
kegiatan akademik di FE. “Biasa memang begitu, jadi kita juga agak malas untuk datang,” keluhnya. Sama halnya dengan Andi Zul Habib. Mahasiswa Prodi Manajemen ini menuturkan, bahwa terkadang dosen ketika tak hadir memiliki alasan yang tidak masuk akal. Apalagi, tak sedikit dari mereka itu merupakan dosen dengan memiliki pendidikan strata tiga (S3). Namun, saat ditanya terkait nama dosen yang melakukan hal tersebut, ia masih ragu untuk menjawab. “Selama saya kuliah di sini dua semester, sudah banyak yang
begitu,” ujar mahasiswa angkatan 2016 ini. Lain halnya Aditya Pratama. Ia mengungkapkan, sediktinya kurang lebih lima dosen di prodinya yang dinilai malas dalam mengajar. Selain itu, juga terdapat dari mereka yang semaunya mengganti jadwal. “Kurang lebih lima yang seperti itu,” ungkap mahasiswa prodi Ekonomi Pembangunan ini. Menanggapi hal tersebut, Dekan FE, Muhammad Azis menegaskan, bakal menindak lanjut jika dite mukan dosen atau pegawai yang melakukan perilaku tersebut sesuai standar operasional prosedur (SOP).
Menurutnya, kejadian seperti itu akan mencoreng nama fakultas nantinya. Mahasiswa pun diharapkan untuk secepatnya melapor dan membawa bukti yang jelas. “Kita telusuri dulu siapa saja yang melakukan tindakan tersebut, jangan langsung asal tuduh dulu tapi memang terbukti yah kita beri sanksi,” jelasnya. (tim) Tim Reportase Khusus: Koordinator: Muh. Agung Eka Anggota: Resa Saputra, Endang Sri Wahyuni, Ayu Ananda Pratiwi
Urai data, ungkap fakta, saji berita
E
1010
Lifestyle Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
Tempat Kegiatan LK
Bukan Sekadar Pelengkap Event *Nurul Charismawaty dan Andi Asoka Ulfa
Lembaga Kemahasiswaan (LK) tentu tak asing lagi dengan berkegiatan. Apalah arti sebuah lembaga tanpa ada kegiatan yang berjalan didalamnya. Nah, tentu saja dalam berkegiatan hal yang paling utama yang harus diperhatikan adalah tempat. Foto: Agung - Profesi
UNTUK tempat sendiri, berbagai LK memiliki tempat kegiatan langganan untuk menyukseskan kegiatan mereka di luar kampus. Tempat kegiatannya pun berbeda-beda, tergantung kegiatan apa yang akan diadakan. Perlu diketahui, pemilihan tempat kegiatan bukanlah perkara mudah. Apalagi untuk memilih tempat kegiatan di luar kampus. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menetapkan tempat kegiatan. Jangan sampai kegiatan tidak berlangsung lancar akibat salah memilih tempat kegiatan. Khusus Lembaga Kemahasiswaaan dilingkup UNM, sangat banyak tempat yang menjadi labuhan untuk berkegiatan. Bahkan, lintas kabupaten pun rela dijadikan tempat kegiatan hanya untuk mendukung suksesnya acara. UKM Olahraga misalnya, mereka sempat membuat kegiatan di berbagai tempat seperti di Malino, Kabupaten Bone, Maros, Sinjai dan Takalar. “Kalau kami sendiri tempat berkegiatan itu selalu berbeda-beda, di Malino, Sinjai,
Bone, Maros dan yang baru saja ini di Takalar. Bergantung kebutuhan kegiatan,” kata Abdul Wahab, Ketua UKM Olahraga. Terpisah, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Andi Fadil Syahputra juga sering mengadakan kegiatan di tempat yang berbeda. Biasanya mereka memilih tempat sesuai dengan anggaran yang ada. “Kadang kami mengadakan kegiatan di Tanjung, Maros dan Malino. Bergantung dari kegiatan apa dan berapa anggarannya,” jelasnya.
Malino, Berkegiatan Sekaligus Refreshing
Kelurahan Malino yang berlokasi di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa merupakan salah satu kawasan wisata Sulawesi Selatan yang cukup hits bagi traveller saat ini. Di kawasan Malino sendiri, terdapat hutan wisata, berupa pohon pinus yang tinggi berjejer di antara bukit dan lembah. Akses menuju Malino cukup terbilang menantang, karena jalan menanjak dan berkelok-
kelok dengan melintasi deretan pegunungan dan lembah harus dilalui sebelum mencapai puncak Malino. Namun, tetap saja, banyak yang memilih kota bunga itu menjadi destinasi wisata. Tak hanya itu, Malino juga sering menjadi pilihan bagi Lembaga Kemahasiswaan kampus yang hendak berkegiatan. Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah, Baharuddin misalnya. Ia mengatakan sering mengadakan kegiatan di Malino. Menurutnya, menjadikan daerah penghasil sayur dan buah terbanyak di Sulsel itu sebagai tempat berkegiatan justru juga dimanfaatkan sebagai tempat refreshing. “Kami sering mengadakan kegiatan di Malino, selain sebagai tempat melaksanakan kegiatan juga sebagai tempat refreshing bagi teman-teman peserta,” katanya. (*)
Tips Memilih Tempat Event MEMILIH tempat berkegiatan tentunya bukan hal yang semudah membalikkan telapak tangan untuk menentukannnya. Pemilihan tempat bagi LK diluar kampus tentu harus didiskusikan secara matang. Apalagi pemilihan tempat yang salah tentu saja mempengaruhi jalannya acara. Yuk!, simak beberapa tips ini untuk memilih tempat berkegiatanmu. 1. Sesuaikan dengan Budget Sebelum menentukan tempat kegiatan, terlebih dahulu tentukan budget yang ditargetkan. Menentukan budget sudah menjadi sebuah keharusan sebelum melakukan cek lokasi. Dengan ditentukannya budget, kalian dapat lebih berfokus untuk mencari tempat yang pas dengan budget yang ada. 2. Pilih Tempat yang aman dan nyaman Urai data, ungkap fakta, saji berita
Pemilihan tempat yang aman dan nyaman juga menunjang lancarnya kegiatan. 3. Sesuaikan muatan tempat Sebelum memilih tempat yang cocok, perlu diperhatikan juga jumlah peserta. Jangan sampai, tempat yang dipilih malah terlalu luang atau bahkan terlalu kecil dengan jumlah peserta yang banyak.
4. Pertimbangkan fasilitas tempat Fasilitas tempat juga menjadi hal penting yang diperhatikan, fasilitas yang cukup tentu saja mendukung lancarnya acara. 5. Perhatikan akses menuju lokasi kegiatan Akses menuju lokasi berkegiatan juga merupakan hal yang tak boleh dikesampingkan. Tempat yang mudah diakses juga memudahkan jalannya kegiatan. (*)
Benteng Somba Opu Jadi Tempat Favorit Siapa yang tak kenal Benteng Somba Opu? Selain telah menjadi sebuah objek wisata bersejarah dengan beberapa bangunan rumah adat Sulawesi Selatan didalamnya. Tempat ini pun juga menjadi perwakilan suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Tak hanya itu, benteng peninggalan kesultanan Gowa ini tentu tak asing lagi bagi para mahasiswa yang acap kali melakukan kegiatan ditempat yang masih kental dengan kultur. Beberapa Lembaga Kemahasiswaan (LK) di Universitas Negeri Makassar (UNM) pun juga masih banyak yang menjadikan tempat ini sebagai tempat mereka berkegiatan. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Seni dan Desain (FSD) misalnya. Selain jarak yang dekat dengan kampus UNM Parangtambung, pengurus BEM FSD bahkan justru sudah menjadikan tempat ini sebagai tempat yantg cocok untuk berkegiatan seperti rapat. “Alasan memilih Benteng Somba Opu sebagai tempat melaksanakan kegiatan adalah lebih dekat dengan kampus, tempatnya juga nyaman, sekaligus bisa melihat berbagai rumah adat yang ada di Sulawesi Selatan,” ujar Rifqi Rifaldi, Presiden BEM FSD.
Mahasiswa Jurusan Sendratasik ini pun juga membeberkan benteng yang dibangun pada tahun 1525 tersebut pas dengan kriteria tempat yang dicari mahasiswa, termasuk budget yang biasanya menjadi persoalan utama bagi mahasiswa. “Memilih tempat kegiatan kita perhatikan dulu keamanan dan kenyamanannya. Kemudian disesuaikan dengan budget serta pertimbangkan akses kesana,” bebernya. Tak hanya, LK tingkatan BEM, Lembaga yang bergelut dikesenian, Bengkel Sastra juga memfavoritkan tempat yang telah mencatat sejarah itu. Kepala Suku Bengkel Sastra, Al Qadri mengatakan mudahnya akses menuju Benteng Somba Opu menjadi alasan utama lembaga kesenian yang dinaungi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia itu. “Sering disana, karena mobile dari kampus dengan lokasi dekat,” ujarnya. Mahasiswa angkatan 2013 ini bahkan menjadikan benteng terkuat yang dibangun di Indonesia itu sebagai tempat favorit apalagi kegiatan seperti pementasan seni. “Selain untuk rapat, buat kegiatan pentas disana bagus juga, apalagi dengan tema budaya yang sering kami angkat itu menunjang suasana tersendiri,” tuturnya. (*) www.profesi-unm.com
seni
budaya
Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
Puisi
Rindu
*Oleh: Audina Agustin, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika, Angkatan 2015 Jauh, jarak, membuat sebuah rasa di dalam diri ini merasa resah. Setiap saat memikirkan senyuman, ocehan, dan wajahmu. Hati rasanya ada yang kosong bila jarak itu kembali tercipta. Dia adalah Rindu! Rindu yang menggema, dan mengaung-ngaung di hati. Tak bisa pergi keresahan ini bila jarak itu tidak dikikis. Terkadang gengsi itu ada, tak mau menghubungi, malu menghubungi terlebih dulu. Tapi nyatanya hati itu mendamba sebuah perhatian dari orang yang selalu memeluk ketika kecil. Ayah! Entah, bagaimana bisa rasa canggung itu ada terhadap diriku kepadamu. Aku ingin dipeluk Ayah, ingin dimanja oleh Ayah, ingin mengeluhkan semua beban yang kualami. Mungkin? Karena waktu Ayah denganku sudah berkurang. Ayah pergi ketika mataku belum terbuka dikala pagi, dan engkau pulang ketika diri ini terlelap. Saat kecil, ayah selalu bersamaku, selalu bersamain bersamaku, tertawa bersamaku tapi tidak ketika hari itu datang. Hari dimana ekonomi keluarga tak lagi seperti kemarin. Ayah, bekerja keras. Mengerjakan semuanya yang halal. Bahkan waktu Ayah tak ada untuk menikmati jerih payah yang Ayah dapatkan. Waktu terus berdetak dan berputar. Ayah makin bekerja keras saat Aku memasuki dunia kampus dan menjadi Anak rantau pendidikan. Kebutuhanku tak lagi seperti kemarin. Ayah harus membayar uang kuliah yang tidak begitu murah dan juga biayaya kehidupan sehari-hari. Ayah semakin gila kerja. Ayah akan menelpon sebulan sekali hanya untuk menanyakan ‘Apakah uang bulananku telah habis’ dan akan aku jawab dengan iya disertai air mata yang berderai. Ayah, masa-masa tuamu akan segera datang. Tapi, engkau masih terus bekerja sangat keras. Ayah, jika waktu bisa berhenti Aku ingin ayah menemaniku dalam menghapal bacaan Shalatku seperti kemarin, aku ingin kembali ketika Ayah mengajariku bersepeda, memarahiku saat nilai matematikaku jelek tapi akhirnya ayah akan membujukku dan memberiku semangat. Aku ingin memeluk Ayah, aku ingin Ayah tau bahwa aku Rindu. Benar-benar Rindu. (*) Radio Profesi 107,9 FM
1111
www.profesi-unm.com
Cerpen
Nyawa yang Bergelantungan di Ujung Badik *Oleh:Ilyas Ibrahim Husain
DI keremangan malam, di salah satu sudut kota, nampak kenduri dan janur kuning melengkung, dari arah sana terdengar jelas suara ganrang bulo bersahut-sahutan dengan pui-pui yang melengking. Suaranya merambat memenuhi rongga udara di salah satu gang gelap Kota Makassar. Di ujung gang gelap itu, nampak seorang pria sedang memandang penuh kebengisan, matanya menyiratkan amarah yang sudah lama terpendam. Di tangan kanan pria itu terhunuskan badik, siap sedia meminta darah. Lantas pria itu berujar. “Nukana mallakka ri kau?! Kau kira saya takut pada dirimu?!” Ia menatap lekatlekat pada seorang pria yang berdiri di tengah gang gelap. Lelaki yang membawa lari adik perempuannya. Lantas pria itu meludah ke tanah setelah mulutnya mengucapkan kalimat yang bernada tantangan. Bahasa Makassarnya begitu fasih, walaupun ia to ogi’ pole Barru. “Tena kumalla ri kau. Saya tidak takut denganmu, Fajar.” Pria di tengah gang itu membalas menatap Fajar. Ia menjawab tantangan dari Fajar dengan roman wajah yang begitu tenang. Tak ada satu pun ketakutan yang terpancar di wajah putih mulusnya. Ia tak gentar, darahnya pun tidak berdesir. Walaupun ia tahu, malam itu nyawanya sedang bergelantungan di ujung badik Fajar. Kedua mata pria itu saling beradu, saling menantang satu sama lain, seperti ada kilatan yang tak kasat mata—bersambar di antara keduanya. Di tangan kanan masing-masing telah terhunuskan badik. Siap meminta darah segar. Hanya satu! Membunuh atau dibunuh. “Oh kamma anjo?! Begitu rupanya?! Baiklah Cakra, bersiaplah kita saling beradu, jadilah lelaki Makassar yang berani dan bertanggungjawab atas apa yang kau lakukan.” Fajar mengambil ancangancang demikian pula Cakra yang berdiri dengan tenang di tengah gang yang gelap. Cakra sudah siap menerima resiko terburuk dari apa yang dilakukannya, kawin lari dengan kekasihnya, silariang! *** Cakra masih mengingat, mengapa ia membawa lari kekasihnya. Mereka tak bersatu lantaran persoalan darah, Cakra hanyalah lelaki biasa yang beruntung mengenyam pendidikan di Makassar. Sedangkan Andi Tenri Ariesta masih memiliki trah bangsawan Tanete-Barru. Kala malam itu purnama tak bersinar indah, Ariesta telah siap sedia untuk lari bersama Cakra. Menjelang dini hari ia menghubungi kekasihnya, agar bergegas menuju Barru. “Cakra, kamu sudah di mana?” tanya Ariesta dengan per-
Ilustrasi: IST
asaan penuh harap-harap cemas. Ia berdiri di dekat jendela kamarnya. “Saya sudah di perbatasan Pangkep-Barru,” sahut Cakra, suaranya timbul tenggelam dengan gemuruh angin malam yang bersenda gurau dengan suara deru mesin dan knalpot mobil truk. Ia kemudian menepikan mobil mercy vintage nya, tepat di dekat pembatas jalan yang berhubungan langsung dengan Selat Makassar. Sedangkan di seberang jalan nampak berjejer warung remangremang, tempat biasa para supir truk menikmati secangkir kopi sembari memangku gadis-gadis cantik. Cakra kembali berujar, “Saya sudah melewati Mandalle…” pria itu menghentikan ucapannya, menghela nafas panjang kemudian menatap lekat-lekat langit malam yang masih perawan, sedangkan dirinya sendiri masih perjaka. Dan keperjakaannya hanya untuk kekasihnya Ariesta. “Ariesta, kamu yakin mau melakukan ini?” ada lontaran tanya yang dipenuhi kecemasan. Untuk kesekian kalinya Cakra mencoba menyibak tirai cinta yang mungkin lebih menjurus pada nafsu. “Saya sudah yakin Cakra, sudah berapa kali kukatakan padamu, saya tidak bisa hidup tanpamu. Dan saya juga tak mau dinikahkan dengan pria yang bernama Andi Muhajir, duda tua beranak dua yang sudah bau tanah.” “Tapi Ariesta, kamu tahu sendirikan resiko silariang?” “Iya, kutauji! Darahku dan darahmu halal ditumpahkan, tapi Cakra…, saya lebih memilih menumpahkan darahku ketimbang digauli Andi Muhajir, duda yang bau tanah itu.”
Kalimat terakhir Ariesta seolah menohoki hatinya, ia mendapati dirinya dipermalukan sebagai lelaki. Lantas diinjaknya pedal dalamdalam, dipacu mobilnya menembus jalan rabat beton. Sambungan telepon pun terputus. *** Malam di ujung gang itu semakin mencekam, Cakra telah mantap dan ia tak bisa mundur lagi, api telah tersulut, kemarahan telah menyelimuti Fajar yang sedang menghunuskan badik. Matanya menangkap bayangan kematian di ujung badik Fajar. Demikian pula Fajar, ia menangkap malaikat maut sedang bertengger di ujung badik Cakra. Fajar mengatur nafasnya, mencoba memantapkan hatinya, menghalau ketakutan yang menggelantung di pelupuk matanya. Malam itu ia harus menunaikan kewajiban sebagai lelaki bugis yang telah dikukuhkan keluarga untuk menegakkan siri’, harga diri keluarga yang diinjak-injak Cakra, karena membawa lari adik perempuannya. Ia masih mengingat kejadian itu, saat hujan membasahi Mallussettasi, ayahnya menyerahkan sebilah badik—persis dengan apa yang ia lihat dalam sinema Badik Titipan Ayah—memintanya sebagai lelaki dan anak tertua untuk menegakkan siri’. “Adikmu telah lari bersama pria lain, silariang. Ia telah merebahkan siri’ keluarga kita. Dan kau sebagai lelaki harus menegakkannya!” Hanya seruan itu yang terucap dan ia telah dikukuhkan melalui sebilah badik—benda pusaka keluarga.
Di sisi lain, ia juga menyayangkan sikap ayahnya yang terlalu memaksakan kehendak, menjaga kemurnian darah dengan cara mappasiala—menikahkan—Ariesta dengan Andi Muhajir. Yang dalam pandangannya, pria itu lebih pantas menjadi sosok ayah tinimbang menjadi suami Ariesta. *** Malam semakin pekat, tabuhan ganrang bulo semakin terdengar jelas bersahut-sahutan dengan pui-pui yang melengking. Pada malam itu akan ada nyawa yang harus melayang. Fajar mengambil nafas yang panjang kemudian melemparkan pandangan penuh kemurkaan. Untuk kesekian kalinya ia meludah ke tanah sebagai bentuk tantangan dan penghinaan pada lelaki itu. “Siap-siap mako Cakra! Malam ini akan kutumpahkan darahmu!” Seru Fajar. Seperti dalam adegan laga, mereka berlari saling mendekat, Fajar dan Cakra saling bergumul, kedua pria itu melancarkan serangan, menikam satu sama lain. Mereka saling mencabut nyawa, sebilah badik telah menembus kulit dan merobek perut mereka masing-masing, darah bercucuran, kemeja yang dikenakan telah berubah warna, merah seperti darah. Suara tabuhan ganrang bulo melengking bersama tiupan pui-pui, perlahan-lahan suara itu menghilang ditelan malam. Seketika itu juga kesunyian mendekap jiwa mereka. Kini kedua pria itu telah rebah bersama badik yang bermandikan darah. Boulevard - Tompobalang 13 - 15 Nopember 2016
LPM Profesi UNM menerima tulisan dalam bentuk cerpen dan puisi dari sivitas akademika. Kirim tulisan Anda ke profesi.online@gmail.com. Tulisan dibatasi maksimal 3.000 karakter. Redaksi berhak mengedit atau memotong tulisan Anda tanpa mengubah makna. Urai data, ungkap fakta, saji berita
1212
laporan
perjalanan Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
Pena Persma LPM Dinamika UIN SU 2016
Detik Berharga untuk Tanah Deli *Muhammad Agung Eka
Foto: Agung - Profesi
MEMOTRET. Salah satu anggota Pelatihan Jurnalistik Tingkat Nasional (PJTN) tengah serius mengambil gambar. Tampak warga medan tengah memaiankan musik dengan menggunakan alat tradisonal. (9/11) Dua tahun lalu, Muhammad Kusdianto Frans mengalami obesitas. Berat badannya 90 kg dengan tinggi badan 172 cm. Dengan proporsi tubuh itu, Kusdi tak pernah membayangkan dirinya terjun ke dunia modelling.
3.556,7 kilometer, menjauh dari Makassar sejenak mencari pengalaman baru. Cerita bermula kala tiba di Bandara Internasional Kualanamu pada 8 November 2016. Pagi menyongsong, sang fajar tak malu lagi menampakkan diri. Tiba-tiba, rasa gugup pun mulai muncul ketika ku dihampiri oleh seseorang. Namanya, Khairul Azmi. Panitia dari Pelatihan Nasional Pers Mahasiswa (Pena Persma) 2016, tempatku bermuara mencari pelajaran dari sebuah jurnalisme videografi. Satu hal yang tampak aneh ketika mulai mengajakku ke motor. “Bang Agung, kita langsung kereta saja
yah,” ujarnya. Ternyata motor disebut kereta. Bahasa melayu sangat melekat di Tanah Deli ini. Melihat pesona alam sekitar sembari berkendara ke sekretariat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera
Mata, Kunci Tingkatkan Popularitas Wisata DALAM materi pertama, bersama Rizky Nasution yang merupakan pemerhati wisata Kota Medan, kami belajar pengenalan Jurnalisme Pariwisata. Belajar menjadi jurnalis videografi yang mampu mengangkat problema wisata dalam meningkatkan eksistensinya untuk pengunjung. Ia menyebut banyak orang yang tidak memerhatikan tempat wisata di daerahnya padahal mereka punya tanggung jawab melestarikan tempat yang memiliki potensi tersebut. Apalagi, yang memikili kearifan lokal. “Contoh kecilnya di Medan, ini hanya sebagai tempat persinggahan mereka untuk ke tempat lain. Bukan sebagai tempat tujuan. Sangat disayangkan,” ujarnya. Hal serupa dikatakan oleh Redaktur Harian Analisa, Menurutnya, warga yang memiliki pekerjaan sebagai jurnalis sepatutunya memiliki rasa peka untuk memerhatikannya. Dengan dibalut sedikit gaya feature dalam menceritakan video yang dibuat, pesannya akan sangat menarik untuk tersalurkan. “Intinya, jika ingin melakuUrai data, ungkap fakta, saji berita
kan peliputan apalagi ingin membuat video di suatu tempat apalagi wisata, mata kalian harus jeli. Lihatlah sekitar,” jelasnya. Disinilah peran jurnalis bermain, mata mereka sepatutnya mampu melihat kondisi wisata setempat. Mencoba mengambil sudut berbeda yang nantinya dijadikan sorotan masyarakat untuk datang nanti. Selanjutnya, tentu saja mengambil keuntungan dari kekuatan tulisan feature. Untuk menceritakan tulisan feature yang terdapat dalam video, tentu saja mereka harus melakukan dubbing. Inilah yang diajarkan oleh, Wanasari. Sebagai reporter TVOne, ia memperlihatkan tentang dubbing yang mampu mengesankan penonton. Sehingga, mereka tergugah dan muncul rasa penasaran untuk berkunjung. (*)
Utara. Seperti di Makassar, cuaca disini cukup panas di siang hari dan macet. Sambutan hangat dari panitia, senyum sapanya seakan menghilangkan gugup yang timbul. Melihat teman peserta dan menyapanya. Beragam daerah berkumpul, Bali, Lampung, Pontianak, Palembang, dan Padang ada disini. Rupanya, percakapan kami begitu canggung apalagi saya yang tak sesekali mengeluarkan dialek Makassar. Pertemanan yang dekat muncul begitu memulai kegiatan. Kami
bertemu dengan Ahmad Fuadi, penulis buku Negara 5 Menara yang telah berhasil diangkat sebagai film. Sekilas Pena Persma 2016, ulasan sebenarnya yang ingin diangkat oleh panitia adalah pariwista di Sumatera Utara terutama Kota Medan. Ingin meningkatkan popularitas wisata yang dianggap masih kurang. Pasalnya, sejumlah tempat yang menjadi objek pengunjung untuk datang cukup memprihatinkan. Dengan tema “Jurnalisme Pariwisata”, kami belajar meningkatkan jumlah wisatawan melalui
video berita. Pentingnya menghargai setiap detik video dan menciptakan sebuah frame yang penuh makna. Rizky Nasution, pemerhati wisata Medan, Guntur Adi Sukma, Redaktur Harian Analisa, Wanasari, Reporter TVOne, dan Ardhika Putra Fathiras, Kontributor Good News From Indonesia (GNFI) menjadi pemateri kami. Mereka berusaha mengajak melihat jurnalis yang mampu membaca situasi pariwisata Indonesia saat ini. Mencoba melihat sisi yang berbeda dari wisata itu sendiri. (*)
Lewat Jurnalisme Pariwisata, Kreativitas Diuji JURNALIS sejatinya seorang yang mampu menginformasikan peristiwa atau kejadian dengan lengkap, jelas, akurat dan mengambil berita dari berbagai sudut yang dituangkan ke suatu media. Kreativitas mereka sangat diuji. Otak harus penuh ide menciptakan sebuah pesan yang dalam untuk meningkatkan popularitas tempat wisata. Ardika Putra Fathiras, Kontributor GNFI mengatakan, seorang videografer harus “thinking out of the box”. “Emang, biar videonya menarik diliat dan pesannya pun nyampe,” ujarnya menggunakan dialek Sunda. Meski bukan seorang jurnalis, namun pria asal Bandung itu punya segudang pengalaman membuat
video apalagi tentang parwisata. Tentu, hal ini berbanding terbalik denganku. Tantangan membuat video pariwisata di Medan. Apalagi, pertama kalinya menginjakkan kaki disini. Sangat bingung memulai dari mana. Kreativitas benar-benar diuji. Memikirkan pesan di setiap frame video. Lima tempat di Medan menjadi spot mengambil video. Istana Maemun, Masjid Raya Al-Mahsun, Kantor Pos Tua Medan, Kantor RRI, dan API. Tiga di antaranya merupakan tempat wisata yang terjaga keberadaannya, sedangkan Kantor RRI dan API sungguh memprihatinkan. Jujur saja, pikiran harus berkerja ekstra, mengatur sudut yang akan
diambil. Mengingat, ini pengalaman pertama, saya harus melihat sebentar kemudian melakukan pengambilan video. Beberapa trik saya gunakan dalam pembuatannya, mencoba mengambil pengalaman ketika membuat video di Makassar, ke tempat seperti Benteng Rotterdam. Poin utamanya adalah pesan. Frame per frame yang dibuat harus memiliki pesan bahwa tempat wisata itu layak dikunjungi. Pariwisata di Indonesia banyak namun sedikit orang yang datang. Kurangnya kepedulian menjadi faktor kurangnya eksistensi. Adanya Pena Persma, peserta bukan hanya melakukan promosi melainkan wajib memelihara wisata di Indonesia. (*)
www.profesi-unm.com
lensa Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
orange
13 13
www.profesi-unm.com
Fisika dalam Balutan Teater A
*Foto dan Teks: Muhammad Agung Eka
pa jadinya jika pelajaran fisika yang pernah kita pelajari tersalurkan ke dalam pertujuan teater. Hal ini pun dilakukan oleh unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Negeri Makassar (UNM) dalam Festival Teater Mahasiswa Nasional (Festamasio) 8 Makassar. Ditetapkan menjadi tuan rumah pada Festamasio 7 Bandung pada 2015 lalu, membuat UKM Seni UNM harus membuat acara pentas dua tahun sekali ini lebih baik dari sebelumnya. Sebanyak 16 teater kampus dari 10 daerah di Indonesia beradu lakon dengan mengangkat tema “Fisika dalam Teater”. Bengkel Sastra (Bestra) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) mencuri perhatian penonton dengan pentasnya bertema “Diorama”. Tiga penghargaan berhasil disabet dan diumumkan dalam Malam Penganugerahan yang berlangsung di Benteng Rotterdam, Minggu (9/4).
Main Gendang
Bercengkerama
Tari 4 Etnis
Membantu Radio Profesi 107,9 FM
Terima Penghargaan Urai data, ungkap fakta, saji berita
1414
opini Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
Kolaborasi Membangun Kampus WCU, Mungkinkah? SEJAK kapan kosakata ‘kolaborasi’ menghipnotis berbagai orang? Demikian pula frase World Class University (WCU) seolah frase ‘wajib’ disampaikan pada setiap sambutan di berbagai kampus? Mungkinkah kampus-kampus di Makassar mampu bersaing dan sejajar dengan Cambridge? Beberapa tahun terakhir tepatnya akhir 2006, perguruan tinggi di seantero nusantara bahkan di seluruh dunia berpacu mewujudkan WCU. Cita-cita tersebut ibarat ‘piala’ yang bisa direngkuh oleh setiap kampus yang berdaya saing tinggi dan memenuhi berbagai standar-standar sebagai WCU. Di antaranya akreditasi internasional, sebuah pengakuan terhadap kemampuan yang memiliki desain dan kemampuan mencetak lulusan yang berdaya saing internasional; kualitas pendidikan; kualitas pengajaran; dan infrastruktur perguruan tinggi. Para petinggi kampus menilai hal ini tidak mungkin dilakukan sendiri. Don Tapscott penulis The Digital Economy dan Wikinomics, mengungkapkan bahwa awalnya “Kolaborasi Maya” yang dilakukan oleh para netizen, programmer, youtuber dan lain-lain adalah semacam gerakan massif sebagai anti-tesa atas dominasi perusahaan-perusahaan raksasa yang menguasai media dam teknologi publikasi mainstream. Bahkan kerap dikatakan sebagai “komunisme gaya baru”. Tetapi
para aktivis “Kolaborasi Maya” tetap memacu kreativitas dan berinovasi tiada henti tanpa terpengaruh dengan stigma komunisme gaya baru. Misalnya Linux, yang awalnya hanyalah proyek “gotong-royong” dimana para programer berjejaring, berbagi source code, sharing pengalaman hingga akhirnya bisa bersaing dengan Microsoft atau Mac. Padahal tidak ada perusahaan yang menaunginya, toh, bisa menjadi pemain dan menguasai pangsa pasar dalam dunia Sistem Operasi. Hal yang sama terjadi pada perusahaan dan organisasi yang melakukan “Kolaborasi”. Kolaborasi dan Feodalisme di Perguruan Tinggi Berdasarkan sudut pandang perencanaan, kalaborasi dapat diidentik dengan proses, dimana inputnya adalah Mahasiswa, Dosen, Pegawai, Satpam, Stakeholder dan shareholder yang terkait dengan pengguna jasa dan produk (output) perguruan tinggi. Produk perguruan tinggi bisa berarti lulusan sarjana dan pascasarjana atau hasil penelitian yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, perusahaan, atau pemerintah dalam menyusun kebijakan. Dimensi dampaknya (impact) adalah apakah produk tersebut dimanfaatkan sesuai kompetensinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemandirian bangsa. Jika Kolaborasi dimaknai seperti ini maka Tri Dharma Perguruan tinggi: pengajaran berlangsung demokra-
tis, penelitian dan pengabdian pada turunan “karaeng”, “raja”, “puan” masyarakat bisa lebih berkualitas, atau feodalisme keilmuan “profesbermanfaat, dan tepat sasaran. Ko- sor” dan bukan professor yang kerap laborasi akan mampu mewujudkan menjangkiti perguruan tinggi. Tentu sinergi antar civitas akademika yang saja hal ini adalah alamat baik buat pada akhirnya terwujud kampus se- atmosfer akademik, dimana setiap bagai “Center of Excellence”. Tentu civitas akademica adalah subjek dan dengan berbagai konsekuensi dan ilmu pengetahuan adalah objeknya. perbaikan sistem kelembagaan. Konsekuensi selanjutnya, setelah Cerita sukses tentang organ- struktur feodal runtuh, maka akan isasi/komunitas yang menerapkan tercipta kesetaraan, ruang-ruang Kolaborasi “Massif” sudah sangat dialogis antar civitas akademika dan banyak. Komunitas tersebut berani stakeholder makin luas. Dan pada mentransformasikan sistem manaje- akhirnya demokratisasi kampus mennya. Organisasi yang awalnya dapat terwujud. Apakah semudah menerapkan manajemen vertikal, itu? Tentu tidak. Tapi yang pasti jika model hirarkis yang kaku, berdasar- Kolaborasi telah menjadi kosakata kan komando, perintah atasan, dan pamungkas bagi sebagian besar standar operasional yang sangat kaku petinggi kampus, maka semestinya dan mekanistik, dapat menyebabkan prinsip-prinsip kolaborasi menjadi bawahan terkena sindrom ABS (Asal tonggak-tonggak pengelolaan perguBos Senang). ruan tinggi. Dengan Kolaborasi, gaya tersebut Kolaborasi: Lipsing atau ditransformasi menjadi Organisasi Inisiasi Masa Depan dengan sistem manajemen horisonHarapan terbesar kita sebagai matal, terbuka, komunikasi lebih cair, syarakat biasa pada para pemimpin fleksibel, penuh ruang improvisasi perguruan tinggi dan kementerian bagi siapapun yang terlibat didalam- pendidikan tinggi adalah satunya nya. Dalam konteks perguruan kata dan perbuatan atau dalam termitinggi, sistem seperti ini membuat nologi kampus adalah “kejujuran iljarak antara pejabat Universitas, miah”. Kolaborasi laiknya diperlakuFakultas, Jurusan dan Prodi dengan kan tidak seperti liberalisasi pasar, yang bukan pejabat seperti dosen karena dalam liberalisasi menyimpan (pengajar semata), pegawai dan ma- potensi laten ketimpangan dan penhasiswa bisa dianggap tidak berjarak indasan bagi yang tidak punya akdan lebih terbuka. ses dan asset pada sumber daya dan Konsekuensi lebih jauh akan kekuasaan. menghancurkan tatanan struktural Apalagi negara kita adalah feodalisme, entah feodalisme ke- negara berkembang dengan berb-
*Syamsu Alam agai universitas masih terbelakang. Hayward (2008) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa di Negara-negara berkembang diperlukan perubahan yang mendasar, yaitu perubahan mental atas keinginan mewujudkan WCU. Yaa, perubahan mental. Merubah mental para pemimpin yang hirarkis dan kaku menjadi horisontal yang lebih terbuka bukan perkara mudah. Kolaborasi tentulah memuat prinsip pro-konsumer, tersedianya perpustakaan besar untuk berbagi sumber-sumber pengetahuan, terciptanya transparansi sebagaimana “kolaborasi maya” berbagi source code. Prasarat utama membangun kampus adalah menyuburkan pikiran kolaboratif bukan pikiran kolutif dan koruptif. (*) *Penulis adalah Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi UNM
Pledoi Mahasiswa yang Maha Lagi
*Wahyu Gandi G BAHWA kebenaran adalah hal menakutkan. Sedangkan yang salah hanya serpihan keberanian-keberanian yang telah berguguran. Kalimat barusan tiba-tiba muncul dan berjalan maju mundur di dalam kepala saya—tetapi tak cukup membuat perasaan saya takut. Mengingat-ingat banyak hal di sekitar membuat diri kita sebagai manusia menjadi terasa nihil dan kerdil. Belum lagi yang jauh atau telah menjauh dari kita. Ada banyak hal di luar sana, ada yang memaksa menjadikan ini dan itu dan ada yang terpaksa melakukan itu dan ini. Silahkan diinterpretasikan sendiri, anda pembaca yang cerdas, antek-antek modernisme. Begitulah kita—seperti inilah kita, saya mencoba menarasikan satu permasalahan di sekitar kita. Sebelumnya maaf jika saya terlalu sering memakai sudut pandang ‘kita’ dibanding ‘aku’, ‘saya’ atau, ‘gue’, ini bukan novel. ** Seandainya punya kesempatan ngopi bersama Agung Laksono dan Aburizal Bakrie yang bertengkar seperti anak kecil berebut gulali atau Muhammad Nuh hingga MohamUrai data, ungkap fakta, saji berita
mad Nasir atas prestasinya mewujudkan undang-undang pendidikan dan perguruan tinggi, saya ingin menyampaikan hal yang sederhana; kami sudah merasakan bagaimana generasi kalian membentuk penderitaan generasi kami, dan saatnya mata kita berbicara—pendidikan bukan lagi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan untuk memenuhi kebutuhan pengusaha. Ilmu pengetahuan dan institusi pendidikan tak lagi mengajarkan kita tentang kebenaran yang sesungguhnya. Laku birokrasi, maaf—yang sok alim tetapi zalim dan lalim terkunci rapat di meja kerjanya. Berikut rupa umum perguruan tinggi bagian timur negeri ini. Selamat datang di kampus negeri rasa-rasa swasta. Nikmati segala macam fasilitas berkelas dunia dari perguruan tinggi berakreditasi hampir “A” yang masih “B”. Ruang belajar panas, pendingin ruangan beralihwahana menjadi hiasan dinding, toilet yang menyengat, perpustakaan tak berkualitas, pembangunan gedung yang mandek karena pelarian anggaran, bentrok antar mahasiswa, pelayanan yang jauh buruk. Kurang apalagi? Nikmati juga kualitas tenaga pengajar yang “luar biasa” andalnya. Sedikitnya 82 guru besar berlabel profesor dan 894 dari 907 berlabel aparatur sipil negara. Komposisinya berdasarkan tingkat pendidikan yakni 393 dosen (44%) bergelar doktor (S3), magister (S2) sebanyak 480 orang (53%) dan terdapat 21 orang (3%) yang bergelar sarjana. Mereka siap memberikan segudang ilmunya dan mengantar anda menuju dunia kerja. Metode pengajarannya sangat sederhana; anda tinggal masuk, duduk, diam dan mendengar mereka
berceramah layaknya khutbah jumat. Interupsi berarti dosa. Protes artinya kafir. Asal patuh dan tidak protes, nilai “A” sudah dapat digenggam. Persetan dengan proses. Bila ingin berinvestasi, kampus ini menyediakan tempat khusus bagi para pengusaha kaya. Berbahagialah anda yang berduit banyak. Pedagang kaki lima yang akrab bersahabat di kalangan mahasiswa tak lagi hadir mengganggu pemandangan. Bekas lahannya kini bisa dipakai untuk menjual keperluan mahasiswa-mahasiswa berantipati—seperti makanan cepat saji berlogo ilustrasi wajah tua, misalnya. Tentunya akan menarik mahasiswa untuk berbelanja, yang kebanyakan berasal dari kaum menengah dan kaya. Berinvestasilah segera! Raih dan dapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Sisipkan sedikit buat birokrasi jangan lupa. Sebagai kampus hampir Berbadan Layanan Umum (BLU) dan tentunya bercita-bercita menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) yang hendak dan nantinya memiliki otonomi dan badan hukum sendiri—berbagai aturan ketat disiapkan dan akan diterapkan demi memberi kemudahan berinvestasi buat investor. Ancaman skorsing dan DO diberikan untuk mereka yang meneriakkan protes melalui megaphone dalam bentuk aksi demonstrasi jika tidak suka kampus dijadikan lahan bisnis. Nilai “E” dalam mata kuliah langsung tersematkan kepada mahasiswa yang berparas aneh seperti orang yang tak tahu aturan; pembangkang, gondrong, jarang mandi, berbaju kaos oblong, jins belel nan sobek lututnya dan bersandal jepit.
Anda berminat mendaftar? Persiapkan dari sekarang rupiah yang melimpah dengan fasilitas yang abalabal. ** Sistem kapitalisme membutuhkan tenaga kerja terampil, murah, dan patuh demi proses percepatan produksi. Tak ada bebas wnilai dalam proses reproduksi ilmu pengetahuan. Selalu akan ada yang bermain dibalik panggung demokrasi birokrasi. Dalam sistem seperti itu tentu yang berlaku hanya “jual-beli”. Seharusnya pendidikan mengajarkan kita bagaimana membuka mata dan menyaksikan realita. Kemapanan kekuasaan yang dogmatis dan membelenggu nalar serta kreatifitas sepatutnya dipatahkan dengan membentuk ruang-ruang atau kelas-kelas alternatif yang jauh dari kepentingan politik. Mendorong pembelajar dan pembelajaran untuk mencari cara bagaimana mentransformasikan masyarakat ke dalam suatu sistem yang bermuara kepada prinsip keadilan sosial, bukan ekonomi. Mungkin seperti itulah kiranya hakikat pendidikan menurut Paolo Freire. Pengetahuan adalah kekuasaan. Kekuasaan tersebar di mana-mana dan sangat mudah dijumpai. Di dalam diri kita, di dalam hubungan kita dan tentunya pada institusi pendidikan kita. Tujuannya satu; membentuk manusia yang patuh, disiplin, dan berguna bagi rezim penguasa yang tentunya bermuara pada efisensi kerja. Melalui wahana pendisiplinan seperti normalisasi, korektifikasi, dan pengawasan hierarkis, metode pendisiplinan itu dijalankan. Kolusi, korupsi dan nepotisme tak
pernah dianggap masalah. Buktinya termakhtup dalam satu mata kuliah wajib yang biasa disebut KKN. Atas nama stabilitas, kreatifitas diberantas. Atas nama solidaritas, luka diretas. Atas nama nafas, kita terhempas. Atas nama modal, kampus dijual. Kita akan sering menemui pembenaran di setiap ketimpangan yang ada. Rambut gondrong misalnya, sering dianggap abnormal. Puluhan atau bahkan ratusan mata-mata penjaga birokrasi dalam bentuk closed circuit television dipasang untuk mencurigai gerak gerik kita. Kampus kini beralih fungsi menjadi pabrik, dan tak lagi berfikir tentang bagaimana manusia menjadi manusia, akan tetapi bagaimana menghasilkan robot-robot manusia yang mampu bekerja sesuai dengan keinginan tuannya. Kita sudah bosan mendengar berita korupsi, pengangguran dan bagaimana pendidikan di negara ini yang semakin jauh dari dekapan. Kita bisa mengubahnya. Dengan cara apa? “Pemerintahlah yang seharusnya takut kepada rakyat. Birokrasilah yang seharusnya takut kepada mahasiswa!.” Begitu bunyi seruan yang diucapkan teman saya. Jika kebenaran masih menjadi hal yang menakutkan—apakah mungkin kesalahan memberi keberanian pada kita? Saya masih ragu, apalagi ketika kita sadar namun masih setia merawat kesalahan yang masih terus sama. Seperti kau yang buatku mengerti, di mana harus kukembali saat kuhancur dan terhempas di kesalahan yang sama.(*) *Penulis adalah Ketua Maperwa Fakultas Bahasa dan Sastra Periode 2017-2018 www.profesi-unm.com
profesiana Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
15 15
www.profesi-unm.com
Sudah di lolos Malah Dialihkan
A
FOTO: AGUNG - PROFESI
GANJAL. Seorang mahasiswa memasuki ruang Pusat KKN LPM UNM. Tampak, sejumlah laporan KKN PPL hanya menjadi pengganjal pintu.
Laporan KKN Jadi Pengganjal Pintu
Sebagai bukti telah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa diwajibkan membuat laporan. Laporan tersebut nantinya dikumpulkan dan diarsipkan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Negeri Makassar (UNM). Namun, beberapa laporan yang telah dikumpul malah dijadikan sebagai pengganjal pintu. Hal ini ditemukan di pintu masuk ruangan KKN LPM UNM di lantai 3 Menara Pinisi. Salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Keolaragaan (FIK), Putra Renaldy Sari yang melihat kejadian itu merasa kecewa. Menurutnya, pihak birokrat seolah tak menghargai karya tulis mahasiswa. “Ini seharusnya menjadi dokumen agar menjadi rujukan bagi mahasiswa selanjutnya,” jelasnya. Lebih lanjut, mahasiswa ang-
Sekretariat LK FBS KELUARNYA proposal pembangunan sekretariat Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM), tentunya menjadi angin segar. Pasalnya mereka sudah berkali-kali dijanjikan untuk pengadaan secretariat. Namun, setelah melihat denah yang dibuat, mereka menolak rencana pembangunan tersebut. Ketua Himpunan Mahasiswa Pogram Studi (HMPS) BE Creative Bisnis English Ahmad Syarifullah mengatakan, denah yang diajukan oleh pihak birokrasi terkesan tidak memadai bila digunakan untuk aktifitas lembaga. Karena desain yang
Radio Profesi 107,9 FM
katan 2013 ini menyarankan agar laporan KKN-PPL lebih baik dihilangkan jika diperlakukan berakhir seperti itu. “Kalau hanya ingin dijadikan pengganjal pintu lebih baik tidak usah ada laporan hanya KKN PPL saja,” sarannya. Dikonfirmasi, Kepala Pusat KKN, Muhammad Rakib membantah telah menjadikan laporan pengganjal pintu. “Tidak ada maksud untuk dibuat begitu. Hanya saja diruan-
gan ini sudah penuh laporan, jadi kita simpan di situ,” dalihnya saat ditemui, Rabu (22/3). Dosen Fakultas Ekonomi ini menjelaskan, sistem yang mewajibkan mahasiswa harus mengumpul laporan saat selesai mengikuti program KKN PPL lantaran bahan evaluasi mahasiswa. “Hal ini juga dilakukakan supaya kontrol dari dosen pembimbing agar mahasiswa tepat waktu untuk mengumpul laporannya,” jelasnya. Pengumpulan laporan dalam bentuk soft file pun telah disodorkan. Hanya saja, ia membeberkan teknologi yang ada di UNM belum bisa mengakomodir mahasiswa. “Ada keinginan seperti itu, supaya memudahkan mahasiswa. Namun untuk saat ini belum memungkinkan,” bebernya. (sas)
da yang beda dari pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Universitas Negeri Makassar (UNM) tahun ini. Pasalnya peserta yang telah mendaftar dialihkan ke program KKN Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNM, Ismail. Menurutnya KKN Reguler dan KKN PPM sama saja, Meskipun dikemas dengan konsep yang berbeda. “KKN-PPM itu adalah baju barunya KKN Reguler. Dan sebenarnya itu sama saja, cuma kalau KKN-PPM sudah jelas program kerja yang akan dilakukan. Sedangkan KKN reguler program kerjanya baru diusung setelah berada di lokasi pengabdian,” jelasnya. Sebelumnya, program KKN Reguler ini sempat dibuka saat proses pendaftaran. Tapi setelah pengumuman peserta yang lolos mereka langsung dialihkan. ”Memang ada yang sudah lulus, tapi dialihkan ke PPM. Pesertanya semua ada 439 orang dan disebar di empat kabupaten. Diantarannya Wajo, Takalar, Sidrap dan Pare-pare” ujar Dosen Pendidikan Biologi ini. Senada dengan itu, Ketua LPM UNM, Mulyadi menuturkan, KKN PPM mempunyai tujuan yang sama dengan KKN Reguler sebagai program pengabdian masyarakat. Hanya saja, KKN PPM lebih fokus pada sasaran masyarakat tertentu sesuai tema yang dijalankan. “Pelan-pelan kita arahkan ke PPM. Tapi sama saja,
Cuma Muat Enam Orang
disodorkan ukurannya sangat sempit. “Sudah ada denah dari fakultas, tapi ukurannya sempit sekali, hanya 6 meter kali 2,5 itupun akan disekat jadi tiga, nantinya,” katanya. Senanda dengan Ahmad, Presiden Badan Eksekutif Maha siswa (BEM) FBS terpilih, Fatmiati nur menjelaskan mereka menolak karena denah yang dikeluarkan oleh pihak birokrasi kampus, tidak sesuai harapan. Ukuran ruangan yang akan dibangun nantinya terlalu kecil. “Memang pihak birokrasi sudah mengeluarkan denah rencana pembangunan sekretariat. Namun denah tersebut kami tolak. Pasalnya kami rasa ukuran yang akan diban-
gun tidak ideal bila dibandingkan dengan fungsi sekretariat nantinya. Bagaimana bisa menghimpun, kalau baru 5 sampai 6 orang sudah sempit,” tolaknya. Lebih lanjut, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini menjelaskan LK di FBS tengah membuat denah tandingan yang akan diajukan ke pihak birokrasi. “Kemarin kami sudah melakukan pengukuran lahan. Kami berencana membuat denah lalu kami perlihatkan pada birokrasi,” ungkapnya Dikonfirmasi, Pembantu Dekan bidang administrasi umum (PD II) Syukur Saud sangat menyayangkan penolakan yang dilakukan oleh pihak
LK. Desain yang mereka buat memang baru tahap awal, nantinya akan ada pembangunan bertahap, hingga sesuai dengan yang diinginkan mahasiswa. “Kami pribadi sangat mendukung adanya sekretariat untuk tempat beraktifitas lembaga nantinya. Jadi rasanya sayang saat denah yang sudah dibuat kemudian ditolak. Memang ukuran sekretariat di situ terbilang kecil, tapikan nanti pembangunannya bertahap hingga dapat berfungsi maksimal,” jelasnya. Sementara itu, Ia membeberkan akan ada pembangunan gazebo dan foodcourt seperti dalam denah yang telah direncakan.
cuma PPM ada temanya, jadi masyarakat di desa dapat dikembangkan sesuai potensi yang ada,” ujarnya saat ditemui, Kamis (23/3).
”
KKN-PPM itu adalah baju barunya KKN Reguler. Dan sebenarnya itu sama saja, cuma kalau KKNPPM sudah jelas program kerja yang akan dilakukan. Sedangkan KKN reguler program kerjanya baru diusung setelah berada di lokasi pengabdian Sekretaris Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNM, Ismail KKN PPM sendiri merupakan salah satu program Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti). Untuk menjalankan penelitian tersebut, dosen melibatkan mahasiswa agar. Sebelum terjun ke lapangan, peserta KKN PPM diberikan pelatiha selama dua bulan. “Dosen yang ajukan ke Dikti, kalau lolos, temanya diangkat ke dalam KKN PPM dan melibatkan paling sedikit 30 orang mahasiswa,” katanya. Lanjut, Mulyadi mengungkapkan, dalam proses pelaksanaannya, penelitian dosen tersebut di danai oleh Dikti. Hanya saja, ia tidak tahu persis berapa kisaran dana yang di peruntukkan untuk menjalanakan program tersebut. “Dananya dikelola sendiri oleh dosen yang bersangkutan. LPM cuma memfasilitasi,” tutupnya.(nat)
“Rencananya kawasan sekretariat LK nantinya akan dijadikan student center, jadi aktifitas mahasiswa akan berpusat di sana. Untuk itulah kami buatkan foodcourt dan gazebo agar dapat menunjang aktifitas mahasiswa,” bebernya. Sehubung dengan adanya pembuatan denah tandingan dari pihak LK dia berujar, untuk mempercepat pembuatannya, sehingga dapat didiskusikan bagaimana tindak lanjutnya. “Silahkan buat denah versi lembaga, tapi cepat. Setelah itu bawa ke pihak birokrasi untuk dibicarakan bagaimana kedepannya. Hal seperti itu lebih bagus, ketimbang menolak saja,” ujarnya. (pr40)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
1616
persona Profesi Edisi 212 April Tahun XL 2017
www.profesi-unm.com
BIODATA:
Finalis Mister Teen Indonesia
Ubah Keterbatasan Diri Jadi Prestasi
D
Dua tahun lalu, Muhammad Kusdianto Frans mengalami obesitas. Berat badannya 90 kg dengan tinggi badan 172 cm. Dengan proporsi tubuh itu, Kusdi tak pernah membayangkan dirinya mampu terjun ke dunia modelling. Mahasiswa Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) Fakultas Seni dan Desain (FSD) UNM ini sudah kenyang dengan cibiran orang. Berat badannya kerap menjadi sorotan. “Jangan mimpi jadi model kalau jelek badanmu,” ujar Kusdi menirukan pandangan remeh dari orang sekitarnya. Tak ingin terpuruk karena keadaan tersebut, Kusdi bertekad menurunkan berat badan. Berbagai cara diterapkan oleh Kusdi, dari menjaga pola makan, olahraga pagi dan sore, puasa senin-kamis, hingga puasa daud. Berkat usaha tekunnya, ia pun berhasil menurunkan berat badan-
Urai data, ungkap fakta, saji berita
nya. Kusdi pun mengawali karir modelingnya pada tahun 2015. Usahanya membuahkan hasil. Duta Seni Mahasiswa Sulsel pada Peksiminas 2016 pun berhasil diraihnya. Setelah gelar tersebut, Kusdi semakin terpacu untuk terus terjun ke dunia modeling. Terakhir, ia terpilih menjadi Mister Teen 2017 mewakili Sulawesi Tenggara pada malam penghargaan, Sabtu, (4/3) lalu. “Alhamdulillah saya terpilih menjadi perwakilan Sulawesi Tenggara, setelah kemarin sudah lalui beberapa tahap,” tuturnya. Menjadi Mister Teen sebenarnya telah menjadi impian Kusdi sejak 2016. Namun takdir baik belum berpihak padanya di tahun itu. Di audisi Mister Teen Indonesia 2016, ia bahkan nyaris tertipu oleh Direktur Pelaksana Regional Sulawesi Selatan. “Waktu itu saya kan masih baru saya tidak tahu apa-apa. Ternyata lama-kelamaan dia dekati saya punya maksud negatif,” tuturnya. Tidak lama setelah kejadian itu, Direktur Regional tersebut ditangkap oleh pihak kepolisian karena tersangkut beberapa kasus. Lepas
dari kejadian itu, di tahun 2017 ia kemudian mencoba untuk mendaftar lagi. Langkahnya kembali tersendat sebab Mister Teen Indonesia wakil Sulawesi Selatan telah terpilih. Pantang menyerah, ia kembali ditawari oleh beberapa oknum untuk menjadi perwakilan berbagai Provinsi. Syaratnya, ia harus membayar dengan jumlah yang cukup besar. Merasa terlalu berat, ia mencoba menggali informasi ke beberapa teman. Lelaki Asal Makassar ini lalu ditawari untuk mengikuti audisi secara online. Ia pun berhasil lulus mejadi perwakilan Sulawesi Tenggara. “Setelah melalui beberapa tahap seperti mengirim formulir, profil, public speaking dengan menggunakan bahasa Asing ternyata saya lulus untuk wakili Sulawesi Tenggara, kemudian saya kirimkan beberapa syarat dan ketentuan yang diminta,” jelasnya. Mahasiswa angkatan 2015 ini pun merasa bersyukur sekaligus bangga bisa ikut dalam kompetisi di Sulawesi Tenggara itu. “Bukan berarti saya tidak bisa banggakan kampus, bagaimana pun
Nama: Muhammad Kusdianto Frans TTL: Blitar, 24 Desember 1997 Alamat: Jl. Tinumbu Ir 166 No. 164 Kel. Panampu Kota Makassar Riwayat Pendidikan: 1. SD Kartika Wirabuana 1 Makassar. 2. SMPN 5 Makassar. 3. SMAN 2 Makassar. 4. Fakultas Seni dan Desain. Riwayat Prestasi: 1. Runner up 1 Duta wisata Kabupaten Takalar 2016 2. Trans Studio Makassar Icon 2016 3. Putra Peduli AIDS dan Narkoba 2016 (Best Performance) 4. Duta Seni Mahasiswa Sulsel Peksiminas 2016 5. Runner up 1 Putra Tionghoa 2017 6. Finalis Mister Teen Indonesia Perwakilan Sulawesi Tenggara
saya tetap bawa nama almamater ke sana,” bebernya. Prestasi demi prestasi yang telah diraih oleh Kusdi menyadarkannya bahwa tak ada hal yang bisa diperoleh secara instan. “Kalau memang orang mau sukses harus berjuang, tidak bisa langsung ambil enaknya, mau bayar sekian,” pesannya. Saat ini, Kusdi pun tengah melakukan persiapan untuk berkompetisi pada Mister Teen Indonesia 2017. Pemilihan duta remaja tingkat nasional itu akan digelar di Makassar, Sabtu (20/5) mendatang. (pr49)
www.profesi-unm.com