Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
Tabloid Mahasiswa UNM
Pengemban Tridharma Perguruan Tinggi
BURU PEMBANTU BARU Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
2
Persepsi
Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
www.profesi-unm.com
surat dari pembaca
Kursi, Skripsi, dan Korupsi
T
ahun 2016 akan menjadi lembaran baru untuk Universitas Negeri Makassar (UNM). Pucuk pimpinan yang baru telah terpilih, Husain Syam tak boleh lama-lama bersantai memilih siapa yang layak mendampinginya hingga 2020 mendatang. Perbincangan kursi pembantu rektor kini tengah jadi trending topic. Sejumlah nama mulai digadanggadang, nama yang lain bahkan “berdagang”. Namun yang patut dipertanyakan kembali ialah, masihkah sebutan pembantu sesuai untuk masa kekinian? Biasanya, pembantu ialah orang yang turut pada majikan, seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Sementara kampus lain, sebutlah UI, UGM, UNHAS telah lebih dahulu mensubstitusi dengan label wakil rektor. Dengan sebutan itu, pendelegasian wewenang dari rektor ke wakil rektor lebih dimungkinkan. Menarget kursi pembantu rektor bukan perkara tak boleh. Yang tak boleh ialah mengabaikan berbagai warisan bengkalai lama untuk kabinet baru. Peningkatan akreditasi contoh kecil dari permasalahan akademik yang tak kunjung usai, dari 90 prodi hanya 10 yang terakreditasi A. Dari segi pembangunan, tak salah memang jika kita harus geleng-geleng kepala. Bayangkan saja, ada berapa banyak pembangunan yang terhenti. Sarana perkuliahan pun tak bisa dibanggakan, tak jarang dijumpai kursi since '90-an. Bentrok antar mahasiswa hingga bidang kerjasama ternyata memiliki banyak lubang yang mesti ditutupi. Sikap agresif mahasiswa masih jema-
wa, belum memiliki alat penawarnya. Bentrokan selalu pecah di tiap tahun, bahkan hingga bentrokan dengan aparat kepolisian. Sejumlah pejabat kampus yang telah berkunjung di beberapa negara untuk memperluas kerjasama demi kesejahteraan mahasiswa kerap terdengar kabarnya. Namun sebatas itu saja, kabar dampak bagi sivitas justru tak ada lagi yang terdengar. Persoalan lain yang holistik ke seluruh bidang ialah, skripsi. Tugas akhir mahasiswa itu rupanya menyimpan sejumlah masalah. Mungkin belum banyak yang tahu, tapi ini nyata, skripsi di UNM sampai digudangkan. Alasannya, tak muat rak dan ruang di perpustakaan. Lagi-lagi, berkaca dari kampus lain, perpustakaannya telah merambah ke dunia digital. UNM memang punya, tapi tak masuk perangkingan kampus se-Indonesia. Ini belum soal kualitas skripsinya. Arahan dosen pembimbing malah menelurkan skripsi abal-abal. Sejumlah dosen pembimbing skripsi hanya makan gaji buta. Praktik korup yang (pura-pura) tak disadari, Baru-baru ini, Polda Sulsel tengah mendalami dugaan tindak pidana korupsi di UNM. Pembangunan gedung Laboratorium Terpadu Fakultas Teknik Tahun Anggaran 2015 jadi objeknya. Lima pejabat kampus telah dipanggil untuk memberikan keterangan. Bagaimana hasilnya, ditunggu tanggal mainnya. Kabinet selanjutnya, bijaklah memilih pembantu, the right man in the right place, in the right time. Untuk mendampingi dalam menuntaskan kerja-kerja kepimpinan selama satu
f
Apa yang Anda pertanyakan? Ojha Moe Saja Ass... tabe' kapan terbuka pndaftaran SM3T ?
Direktur P3G UNM, Abdullah Pandang : Menurut informasi dari kementerian dan berdasarkan informasi yang berkembang, mereka tidak terlalu yakin SM3T masih akan berlanjut tahun ini. Kalau ini benar terjadi, maka akan langsung perekrutan PPG pada tahun depan. Selvia Deviv Kenapa Kartu Tanda Mahasiswa angkatan 2014 tidak sama dengan KTM angkatan 2015. Dan KTM merekapun langsung dibagikan. Sedangkan untuk angkatan 2014 harus mengurus lagi? Staf Subag Bakat Penalaran dan Informasi Akademik BAAK, Haddang Leo: Bukan dibedakan tapi pada saat angkatan 2014, pembuatan KTM masih manual, di tengah perjalanan ICT mengambil alih pembuatan KTM secara online dan ternyata hasil untuk KTM online dan manual beda. Pahriani Hyezka Palengai Kritik untuk pegawai TU FBS. Salah satu pegawai.y tidak ramah dan suka mengabaikan mahasiswa yang punya kepentingan dengannya, sering menunda pembuatan surat yang dibutuhkan mahasiswa, sering melontarkan kata-kata 'menyakitkan' kepada Mahasiswa. Tidak semua mahasiswa dia bersikap begitu tapi banyak yang diperlakukan demikian. Harap ditegur. Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan FBS, Syukur Saud: Kalau misalnya ada yang kecapean dan jadi jutek-jutek seperti itu, laporkan saja siapa yang seperti itu, nanti kita peringati. Jika ada masalah dengan pegawai laporkan ke Kasubag dan Kasubag melaporkan ke saya.
Karikaturkoe:
FEBRIAWAN-PROFESI
Redaksi menerima opini, saran dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim opini, saran dan kritikan Anda ke:
Portal berita online teraktual seputar Universitas Negeri Makassar
www.profesi-unm.com
085397604318 /085299155632 LPM Profesi UNM
@profesi_online
profesi_unm@yahoo.com
Dapatkan informasi seputar kampus Universitas Negeri Makassar melalui channel Blackberry Messenger C0025ADF5 - Berita Profesi UNM
Pelindung: Arismunandar. Dewan Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Ammas, Syahrir Muhammmad, Mukhramal Azis, Uslimin, F acharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah. Pemimpin Umum: F ebriawan Djalil, Sekretaris: Awal Hidayat, Bendahara: Mentari Jati Pratiwi, Divisi Penerbitan: Awal Hidayat (Plh. Pemimpin Redaksi), Divisi Online: Rachmad Wajo (Manajer Divisi Online), Divisi Penyiaran: Nurul Irsal Amalia (Station Manager), Divisi Penelitian dan Pengembangan: Rosni Armin (Kepala Divisi Litbang), Divisi Perusahaan: Mentari Jati Pratiwi (Pemimpin Perusahaan). Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Febriawan Djalil, Plh Pemimpin Redaksi: Awal Hidayat, Redaktur: Ita Andriani, Reporter: Nurul Irsal Amalia, Mentari Jati Pratiwi, Rosni Armin, Rachmad Wajo, St. Aminah, Endang Sri Wahyuni, Ahmad Ri'fan Muzaqi, Ratna, Nurlalela, Citra Jati Utami, Muh. Agung Eka, Resa Saputra, Tahrin, Nurul Charismawaty S, Noval Kurniawan Fotografer: Nurul Fildzah Zatalini Layouter/ Desainer Grafis: Fatimah Muffidah Azzahra; Manajer Sirkulasi dan Iklan: Fatimah Muffidah Azzahra Redaksi LPM Profesi UNM : Jl. Mallengkeri Luar No. 25 Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Makassar, Telp. (0411) 887964, e-mail: redaksi@profesi-unm.com, website: www.profesi-unm.com
Tata Letak: Fatimah M
DESAIN SAMPUL: AMIRUL MUMININ
Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Streaming: radioprofesi.com
Mozaik Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
3
www.profesi-unm.com
Eksplorasi Ide Lewat Tulisan HIMPUNAN Mahasiswa Program Studi (HMPS) Association of English Education Student (Access) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) menyelenggarakan Article Writing Workshop Kegiatan yang mengangkat tema “Expanding the Limit, Exploring the Idea” itu berlangsung di Ballroom, lt. 2 Gedung Pinisi, Sabtu, (19/03).
Workshop penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk menumbuhkan kembali minat menulis di kalangan mahasiswa dengan menghadirkan dua pemateri dari FBS yakni, Mansur Akil dan Muhammad Ihsan Harahap. Kedua pemateri tersebut membahas Scientific Article dan Popular Article. Salah satu pemateri, Mansur Akil mengatakan, semua orang mampu
menulis tetapi menjadi seorang penulis itu tidak mudah. “Penulis handal dan hebat tidak memandang dosen yang lebih pintar dari mahasiswa, sarjana doktor lebih hebat dari magister. Sebab semua yang belajar akan menjadi pintar,” kata Dosen Bahasa Inggris ini. Ia berharap, mahasiswa lebih termotivasi untuk tetap menulis dengan
adanya workshop ini. “Menulislah apa yang kau tahu untuk memperlihatkan kebodohanmu, jika kau tidak menulis maka kepintaranmu akan tersembunyi,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Panitia, Ahmad Fatir Imran dalam sambutannya mengatakan, dengan tulisan mahasiswa dapat berpikir lebih kreatif. “Menulis adalah cara berbahasa yang
dituangkan secara tidak langsung dan ide kreatif yang terpkirkan bisa langsung tersalurkan,” ungkapnya Tak hanya itu, ia juga menekankan bahwa tidak semua isi pikiran dapat diungkapkan dengan berbahasa atau berbicara, tetapi dengan menulis. “Ketika kau tidak bisa mengutarakan isi kepalamu dengan berbicara, maka menulislah,” imbau Fatir. (pr28)
Kesenjangan Ekonomi Penyebab Begal
Salah satu penyebab maraknya begal di Makassar adalah tingginya kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan orang miskin. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Walikota Makassar, Syamsu Rizal dalam diskusi publik yang dilaksanakan oleh mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Makassar (UNM) di Ballroom Gedung Pinisi, Kamis (17/3).
M
enurutnya, meski pertumbuhan ekonomi Makassar tinggi, namun kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin masih terlalu lebar. "Gap-nya masih terlalu lebar, rasio gini di Makassar
mencapai 0,4," ujar Wakil Wali Kota Makassar yang sering disapa Deng Ical. Lebih lanjut, ia menjelaskan, kesenjangan ekonomi selama ini kurang mendapatkan perhatian, hingga menyebabkan semakin maraknya kriminalitas, seperti pencurian dengan kekerasan atau yang populer disebut begal. "Sebagian besar pelaku begal melakukan kriminalitas disebabkan motif ekonomi," ungkapnya. Mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Kota Makassar akan mengeluarkan kebijakan berupa pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara tepat. "Industri kecil dapat berkembang dan bersaing sehingga bisa mempersempit gap antara orang kaya dan miskin," harapnya. Sementara, Sosiolog UNM, Andi Agustang menuturkan, begal telah memasuki tahap kejahatan sosial. Hal ini dikarenakan aksi begal tidak lagi sekadar merampok, tetapi juga pembunuhan, sehingga menimbulkan kecemasan
bagi masyarakat. "Aksi begal bukan lagi sekadar kriminalitas jalanan, tetapi sudah mengancam keselamatan dan nyawa seseorang," terang guru besar UNM ini yang juga didaulat menjadi pembicara.
95% Pelaku Begal Adalah Remaja Ketua Prodi Sosiologi FIS UNM, Idham Irwansyah Idrus, dalam sambutannya mengemukakan, mahasiswa Sosiologi yang memprogramkan mata kuliah kriminologi telah melakukan penelitian tentang begal. “Mahasiswa mengunjungi Polsek di seluruh Kota Makassar untuk meneliti latar belakang pelaku aksi begal,” jelasnya. Mahasiswa PPs UNM ini berujar, mahasiswa diharapkan mampu merasakan lebih dekat berbagai masalah sosial dalam masyarakat melalui penelitian tersebut. “Kehadiran mahasiswa di lapangan sekaligus mendekat-
SNAPSHOT
MESQ Bidikmisi UNM
"Bukan Gesek, Gosok, Gasak"
SEJUMLAH 210 mahasiswa penerima Bidikmisi Universitas Negeri Makassar (UNM) menjalani program Management Emotional Spriritual Question (MESQ). Program tersebut digelar di Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Universitas Muslim Indonesia (UMI) Padanglampe, Kab. Pangkep, 16 - 20 Maret lalu. Ketua Panitia, Imam Suyitno menuturkan, kegiatan yang diprakarsai oleh Kemahasiswaan UNM itu bertujuan meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dengan pendekatan pencerahan kalbu. “Selama lima hari, peserta diajarkan untuk mengatur waktu dan melatih ukhuwah islamiyah dengan membudayakan salat berjamaah, wirid, zikir dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya,” bebernya. Lebih lanjut, dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini menambahkan, program MESQ diharapkan mampu menghilangkan paradigma budaya negatif di UNM. “Kita harus hadirkan budaya Asah, Asih, Asuh. Bukan Gesek, Gosok, Gasak,” ujarnya.
kan mereka dengan masalah-masalah sosial,” tuturnya. Hasilnya, mahasiswa Prodi Sosiologi menemukan, 95 persen pelaku begal di Kota Makassar adalah kalangan remaja. “Hukum terhadap pelaku begal di bawah umur dinilai masih lemah karena selalu dikembalikan kepada orang tuanya,” beber ketua tim peneliti, Hasnih. Ia melanjutkan, hasil dialog publik tersebut mampu meningkatkan kesadaran mahasiswa dan masyarakat umum terhadap fenomena begal di Makassar. “Tujuan diskusi publik ini adalah untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa dan masyarakat umum untuk segera dapat mengatasi masalah sosial tertama begal,” jelas mahasiswa asal Bone ini. Dialog publik ini turut pula dihadiri Kabag Ops Polrestabes Makassar AKBP Abdul Azis, PD I FIS Firman Umar, dan sejumlah dosen Prodi Sosiologi. (pr10).
Ia pun berharap agar kegiatan tersebut mampu tetap berlanjut ke depannya. “Harapan tersemat kepada pimpinan universitas yang akan datang. Kegiatan ini sangat positif bagi mahasiswa, jadi kegiatan ini harus tetap dilakukan lagi,” harapnya. Salah seorang peserta MESQ, Baharuddin merasa sangat terbantu dengan adanya program tersebut. “Acara ini sangat bagus karena disini kita diajarkan zikir, wirid dan sholat taubat. Sehingga kita pulang bisa lebih tenang karena seperti semua masalah terselesaikan dalam sekejap,” tutur mahasiswa Pendidikan Kepelatihan Olahraga itu. Sementara itu, Direktur Harian Pesantren Darul Mukhlisin, Ahmad Hakim menambahkan, kegiatan ini dapat mempererat jalinan kerja sama antar dua instansi perguruan tinggi, yaitu UNM dan UMI. “Harusnya setelah ini, ada ikatan alumni, jadi kita bisa saling silaturahmi antara pihak pesantren dan mahasiswa UNM, “ harapnya. (pr03)
FOTO: AGUNG-PROFESI
SENGKETA. Ruas Jalan Raya Pendidikan ditutup sejak Februari lalu. Pihak UNM berdalih, penutupan jalan dilakukan untuk pembersihan lahan sengketa UNM di sisi jalan.
Mahasiswa PPKn Penyandang Disabilitas Netra, Muhammad Syarif
Gagal Pindah ke Pendidikan Luar Biasa *Fatimah Muffidah Azzahra
Siang (22/3) lalu, seorang mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Makassar (UNM) mondar-mandir di Gedung FIS. Ialah Muhammad Syarif (23), penyandang disabilitas netra.
S (FOTO: IST)
TERSENYUM. Syarif mengajar siswa SMA di Takalar saat mengikuti program Kuliah Kerja Nyata Program Pengalaman Lapangan (KKN-PPL) semester ganjil 2015 lalu.
Streaming: radioprofesi.com
ejak bayi, pria asal Makassar ini menderita katarak. Orang tuanya baru mengetahui kondisi putranya setelah ia berusia tiga bulan. Tak mampu berbuat banyak, mata Syarif tak mendapatkan penanganan serius. Hingga kini, ia mengalami kesulitan dalam membaca. Ia beberapa kali sempat putus asa karena keterbatasan yang dimilikinya. Menjadi mahasiswa UNM bukan hal mudah untuk diraihnya. Ia dipandang tak mampu seperti mahasiswa pada umumnya.
Rintangan besar dihadapinya ketika menjalani tes kesehatan. “Saat tes kesehatan saya dinyatakan untuk tidak bisa lanjut, namun saya tetap percaya dan bilang sama petugas kesehatan kalau saya bisa,” kisahnya. Kemudian, ia pun mengajukan negosiasi untuk menjalani masa percobaan selama satu semester di Jurusan PPKn. “Saya minta diberikan kesempatan untuk satu semester, kalau tidak mampu saya akan ditransfer ke Jurusan Pendidikan Luar Biasa,” kenangnya. Mahasiswa angkatan 2012 ini pun berhasil membuktikan pada petugas kesehatan itu. Hingga kini, ia tak mengalami kesulitan berarti selama berada di kelas inklusi. “Alhamdulillah saya bisa dan tidak dikasih pindah sampai sekarang,” tuturnya penuh syukur. Motivasi dari orang tua dan teman selalu membuatnya bertahan dengan segala keadaan. Tak satupun manusia yang sempurna. Prinsip itulah yang selalu dipegang teguh oleh Syarif. “Orang-orang dekat saya selalu memotivasi ka-
lau sedang merasa down,” bebernya. Tak hanya itu, buku berjudul “Laskar Pelangi” dan “Aku Terlahir 500gr dan Buta” memberinya banyak pelajaran yang ia petik dalam menjalani hidupnya. Syarif memang gemar membaca buku inspiratif. “Setelah saya baca buku-buku itu, saya jadi tahu arti bagaimana mereka bisa bertahan dengan keadaan yang serba kekurangan dan keterbatasan,” jelasnya. Disabilitas netra pun tak memutus rantai untuk menorehkan beragam prestasi. Di antaranya, ia menjuarai lomba baca puisi dan penulisan esai tingkat nasional, cerdas cermat IPS tingkat provinsi, serta lomba lari 100 dan 200 meter untuk penyandang disabilitas. “Karena semangat dari orang tua dan temanlah sehingga bisa menjadikan saya seperti ini dengan prestasi yang saya miliki,” ujarnya. Cita-cita Syarif amatlah sederhana. Ia hendak menjadi seorang penulis agar mampu berbagi pengalaman dan menginspirasi pembaca lewat tulisannya. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
4
Reportase Utama
Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
www.profesi-unm.com
MANGKRAK. Pembangunan gedung Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar menjadi salah satu dari sekian banyak bengkalai yang belum diselesaikan oleh kabinet Arismunandar. (FOTO: FEBRIAWAN-PROFESI)
Bengkalai Lama Rektor Baru
Mei, periode rektor Arismunandar akan usai. Menahkodai kampus berikon pinisi, masih banyak tersisa pekerjaan yang terbengkalai.
J
elang berakhirnya masa jabatan Arismunandar, terdapat sejumlah catatan di masing-masing bidang. Empat pembantu rektor masih menyisakan sejumlah bengkalai di ujung periodenya. Bengkalai tersebut bakal menjadi pekerjaan rumah baru yang segera menyambut kabinet rektor terpilih, Husain Syam. Di bidang akademik, delapan tahun mendampingi Arismunandar, Sofyan Salam belum mampu memuaskan selaku Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I) dalam mendongkrak akreditasi program studi yang ada. Hanya 10 dari 90 program studi yang terakreditasi A, menurut data dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Itu baru salah satunya. Sejumlah masalah juga menimpa dosen di masa kepemimpinannya. Memang, kampus ini memiliki SDM berkualitas tinggi, kata Kemenristik Dikti. Kenyataannya, tak sedikit dosen UNM melakukan tindakan plagiat dalam meneliti. Pada 2014, terungkap delapan dosen melakukan plagiat yang ditangani Komite Dewan Etik Dosen UNM. Peringkat UNM pun merosot melalui perangkingan Webometrics, dari urutan ke-64 (Juli 2015) ke-67 (Januari 2016) secara nasional. UNM bahkan tak terindeks oleh QS World University Rankings. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi, Mudabbir menuturkan, sejumlah kebijakan akademik masih memberatkan sivitas, utamanya mahasiswa. “Banyak kebijakan universitas yang tidak tersalurkan secara menyeluruh. Misal kuota kelas belum dibicarakan dengan baik dan persoalan cuti akademik,” jelas mahasiswa angkatan 2013 ini. Sarana Prasarana Masih Merana Serupa, Nurdin Noni juga telah mendampingi Arismunandar sejak periode pertamanya. Dari Pembantu Rektor bidang Kerja Sama, menjadi Pembantu Rektor bidang Administrasi Umum dan Keuangan. Itu pun tak lantas menjadi jaminan bebas dari bengkalai di akhir periodenya. Bergelut dengan infrastruktur kampus, tak sulit menemukan pembangunan yang mangUrai data, ungkap fakta, saji berita
krak di setiap sektor. Mulai dari pembangunan Tellu Cappa dan Gedung Fakultas Ilmu Sosial yang terabaikan. Gedung Science Square yang awalnya berlabel Gedung ICP FMIPA pun masih belum dapat digunakan setelah mandek beberapa waktu. Terakhir, pembangunan Laboratoium Terpadu Fakultas Teknik yang mulai tak terurus, tetapi justru diurusi oleh Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan. Sejumlah sarana sebelumnya juga telah diusut Polda di era Aris, di antaranya pengadaan alat olahraga dan Gedung Pinisi. Pengaadaan alat olahraga pun membuat Syatir Mahmud, Kepala BAUK saat itu mendekam di bui. Gedung Pinisi yang telah digunakan sejak 2012 lalu hingga kini belum diresmikan. Tak ada kejelasan dari birokrat mengenai peresmian ikon kampus dengan 17 lantai ini. Optimalisasinya pun tak berjalan sesuai ekspektasi. Aktivitas birokrasi terhenti di lantai 12. Lima lantai teratas menjadi hal mubazir. Malah, sejumlah ruangan disewakan kepada mahasiswa UNM dalam berkegiatan dengan mematok harga yang fantastis. Tak hanya itu, sarana dalam perkuliahan, seperti bangku yang masih menggunakan peninggalan warisan orde lama. Pendingin ruangan dalam kelas juga kebanyakan hanya berfungsi sebagai penghias ruangan, bukannya menciptakan iklim kelas yang memadai. Kendaraan milik kampus, seperti bus UNM baru-baru ini juga harus dikandangkan setelah puluhan tahun digunakan. Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) UNM 2015, Mansyur berpendapat, persoalan administrasi di UNM kerap mempersulit mahasiswa. “Selama ini mahasiswa seperti dipersulit administrasinya saat akan berkegiatan, padahal sudah dapat izin dari PR III tapi dipersulit lagi di administrasinya. Atau saat akan mengikuti lomba, mahasiswa kadang harus mengunakan uang pribadi,” ungkapnya. Agresi Mahasiswa Masih Jemawa Tak jauh berbeda halnya pada bidang kemahasiswaan di bawah komando Heri Tahir. Bengkalai demi bengkalai masih saja tak kunjung mendapat solusi. Persoalan lama hingga kini belum mampu menemui jalan keluarnya. Tawuran antar mahasiswa selalu menjadi ritual tahunan. Insiden 13 November 2014 adalah saksi kegagalan Heri Tahir dalam mengawal bidang kemahasiswaan. Saling serang antara mahasiswa dan aparat polisi menyebabkan fasilitas
kampus hancur. Ratusan motor pun rebah bak dihantam badai, juga karena ulah polisi. Mahasiswa yang mencoba menyelamatkan motornya malah dipukuli. Sampai-sampai membuat kepala beberapa mahasiswa berdarah. Mahasiswa yang sedang kuliah tak luput pula menjadi korban. Gas air mata ditembakkan, yang mengarah ke ruang kelas. Laki-laki ditangkap, dipukuli, dihantam tameng, dan diseret ke mobil. Sementara perempuan dibentak dengan kata-kata kotor. Belum berhenti di situ, eksistensi lembaga kemahasiswaan pun kembali dipertanyakan. Hingga kini, kampus ini tak memiliki Presiden Mahasiswa setelah gagal dilantik tahun lalu. Belum ada titik terang seperti apa langkah ideal menyikapi persoalan lembaga kemahasiswaan. Menanggapi hal itu, Ketua BEM Fakultas Ilmu Keolahragaan, Riswandi Haris berujar, perhatian PR III masih minim kepada BEMMaperwa, utamanya di tataran fakultas. “Masih kurang menjalin hubungan secara emosional dengan lembaga-lembaga kemahasiswaan di tngkat fakultas,” nilainya.
lum dirasakan oleh sivitas akademika. Tercatat, pejabat kampus ini telah mengunjungi sejumlah negara, di antaranya Australia, Belanda, Belgia, Inggris, dan Cina. Hal tersebutlah yang dikritisi oleh Mansyur. Menurutnya, kerja sama luar negeri d UNM sangat minim. “Padahal kalau dilihat universitas-univeritas lain kerjasama luar negerinya sangat banyak, jadi harus ditambah lagi kerjasama luar negeri agar sumber daya manusia di UNM dapat meningkat,” harapnya. (*) Tim Reportase Utama: Koordinator: Nurul Irsal Amalia Anggota : Ita Andriani, Ahmad Rif’an Muzaqi, Endang Sri Wahyuni
Kerja Sama Tak Terasa Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama (PR IV) saat ini, Eko Hadi Sujono pun telah menyiapkan berkas pekerjaan rumah bagi pelanjut estafetnya kelak. Di bawah komandonya, ia telah menyediakan Gedung Pusat Bahasa Arab dalam mewadahi sivitas akademika di bidang pusat studi Islam. Namun, gedung yang diresmikan Oktober lalu itu sampai sekarang masih sepi peminat. Kerap, pejabat kampus melawat ke sejumlah negara. Penandatangan Memorandum of Understanding menjadi kedok bagi pejabat dalam “cuti kerja”. Sayangnya, tindak lanjut dan dampak dari visitasi yang dilakukan oleh bidang kerja sama masih beStreaming: radioprofesi.com
Reportase Utama Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
5
www.profesi-unm.com
Kandidat Wakil Husain Syam Bursa penetapan pembantu rektor mulai ramai. Husain Syam yang terpilih sebagai pemimpin kampus orange masih dilematis dalam menentukan pendamping yang sesuai.
D
ikonfirmasi, Guru Besar Teknik Pertanian ini masih enggan membeberkan nama-nama kandidat pembantu rektornya kelak. "Saya tidak mau berkomentar dulu soal itu," ujarnya. Namun, sejumah nama telah digadang-gadang dan "berdagang" untuk mendampingi Husain. Banyak di antara nama tersebut merupakan bagian dari tim sukses pemenangan Husain dalam pemilihan rektor lalu. Jabatan Pembantu Rektor bidang Akademik (PR I), misalnya. Pembantu Dekan bidang Akademik Fakultas Bahasa dan Sastra saat ini, Anshari diperkirakan akan menggantikan posisi yang telah ditempati selama delapan tahun oleh Sofyan Salam. Sementara Pembantu Rektor bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PR II) digadang-gadang akan diduduki oleh Dekan Fakultas Seni dan Desain Periode 2008-2012 dan 2012-2016, Karta Jayadi. Untuk kursi Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan (PR III) yang saat ini diduduki Heri Tahir dikabarkan akan diduduki oleh Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Arifuddin Usman. Terakhir, Direktur Program Pascasarjana, Jasruddin diprediksi bakal memegang jabatan Pembantu Rektor bidang Kerja
E
uforia pemilihan rektor periode 2016-2020 benar-benar berakhir. Rektor terpilih akan dilantik menjadi orang nomor satu di Universitas Negeri Makassar (UNM) setelah menyingkirkan para rivalnya sejak pada penyaringan tahap pertama yakni Heri Tahir, Wasir
Streaming: radioprofesi.com
GRAFIS: IST
Sama (PR IV). Dekan FIK: Saya Siap Jadi PR III Sejumlah nama lain juga mengisi bursa kandidat pembantu rektor pada kabinet Husain Syam nantinya. Di antara nama-nama tersebut ialah Rif-
dan (Kepala UPT MKU), Gufran D Dirawan (Kaprodi PKLH PPs), hingga Syamsul Bachri Thalib (Dekan FPsi Periode 2006-2010 dan 2010-2014). Menanggapi hal itu, Arifuddin merespon positif kabar tentang jabatan PR III yang berpeluang diperolehnya. Menurutnya, ia akan bertanggung jawab atas pilihan pemimpin yang dilimpahkan kepadanya. “Jika saya diberi amanah ya harus jalankan. Bagaimanapun itu adalah tanggung jawab kepada pemimpin saya nantinya kalau memang diamanahkan,” tuturnya. Dekan dua periode ini pun berjanji akan melakukan perbaikan di bidang kemahasiswaan jika dirinya terpilih kelak. “PR III sekarang sudah bagus. Kalau dikasih amanah menjadi PR III, saya akan melanjutkan apa yang telah dilakukan dan membuat sesuatu hal baru kepada mahasiswa,” janjinya. Karta Jayadi yang digadang-gadang menjabat sebagai PR II menilai keputusan tersebut merupakan ketentuan prerogatif dari rektor terpilih. “Walaupun saya dipilih warga UNM menduduki salah satu kursi PR tapi rektor terpilih tidak memilih saya, maka itu tidak terjadi. Begitupun sebaliknya kalau warga UNM tidak memilih saya tapi rektor terpilih memilih saya maka itu akan terjadi,” bebernya. Namun, Direktur Program Pascasarjana, Jasruddin enggan berkomentar banyak terkait dirinya yang masuk dalam bursa pemilihan pembantu rektor. “Saya belum bisa ekspos kalau masalah itu,” ujarnya. Sementara itu, nama-nama lain pun yang turut meramaikan bursa kandidat wakil Husain Syam hingga kini masih belum memberikan konfirmasinya. (*)
Dari Mahasiswa, Untuk Rektor Baru Thalib, Hamzah Upu, Syarifuddin Dollah dan Jasruddin. Serta rival pada penyaringan tahap kedua yakni Heri Tahir dan Wasir Thalib. Tidak sampai disitu, tentunya desas-desus para pendamping Husain Syam pun mulai diprediksi. Sejumlah nama yang berpotensi
menduduki kursi jajaran pembantu rektor pun mulai nampak ke permukaan. Dari riset yang dilakukan oleh LPM Profesi UNM melalui penyebaran angket pada sivitas akademika menunjukkan pilihannya terhadap pemegang tahta pembantu rektor periode mendatang.
Sivitas menaruh harapan agar kursi Pembantu Rektor Bidang Akademik diduduki oleh Jasruddin. Hasil riset juga menunjukkan bahwa sivitas cenderung memilih Karta Jayadi untuk menjabat Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan. Sementara
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Arifuddin Usman yang menjabat sebagai Dekan FIK dipercaya memegang jabatan ini oleh sivitas Terakhir. Pembantu Rektor Bidang Kerjasama yang unggul di mata sivitas yakni Syamsul Bachri Thalib. (*)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
6
Info Akademik Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
www.profesi-unm.com
Kemendikbud Setop Program SM3T 2016 Salah satu program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) angkatan VI masih menyisakan tanda tanya tahun ini.
H
al tersebut diungkapkan oleh Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) Universitas Negeri Makassar (UNM), Abdullah Pandang. “Menurut informasi dari kementerian dan berdasarkan informasi yang berkembang, mereka tidak terlalu yakin SM3T masih akan berlanjut tahun ini”, katanya. Ia menjelaskan, hal ini disebabkan karena keterlambatan pihak kementerian dalam mengajukan anggaran program SM3T di tahun ini. “Kementerian mengusulkan anggaran perubahan karena sebelumnya terlewatkan. Namun, dikhawatirkan tidak terpakai karena semuanya membutuhkan waktu yang lama dan harus
dimulai dari awal,” jelasnya. Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan ini menambahkan, pola SM3T ke depannya akan berbeda. “Kalau tahun ini tidak ada, maka tahun 2017 akan langsung diadakan seleksi PPG secara nasional,” bebernya. Lebih lanjut, pola penugasan peserta PPG yang diterapkan nantinya akan berbeda, yaitu mengikuti PPG terlebih dahulu sebelum mengikuti SM3T. “Para calon nantinya langsung mendaftar PPG dulu. Setelah lulus, lalu bertugas selama setahun untuk mendapatkan sertifikat,” ujarnya. Terakhir, ia menjelaskan, pola penugasan peserta PPG dibagi menjadi dua, yaitu
di daerah 3T dan daerah non 3T. “Peserta yang bertugas di daerah pinggiran akan dibiayai, sedangkan peserta yang bertugas di luar daerah SM3T memakai biaya sendiri,” tegasnya. Menanggapi kabar tersebut, salah seorang alumni UNM, Dian Indra Sari mengaku kecewa atas penyetopan SM3T tahun ini. Menurutnya, program tersebut mampu memberikan sumbangsih besar bagi daerah tertinggal dalam bidang pendidikan. "Sangat disayangkan sih, padahal lulusan pendidikan banyak. Pilihan SM3T bagus sebagai bukti nasionalisme ke negara dengan mengabdi di daerah tertinggal," tuturnya. Lulusan Pendidikan Fisika ini menambahkan, SM3T bisa menjadi opsi yang tepat di tengah kondisi sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan. "Setiap tahun susah masuk kerja. Jadi PNS saingan banyak, tenaga honorer juga sudah menumpuk dimana-mana," ujarnya. (pr26)
Sarjana FIP Sumbang Wisudawan Terbanyak WISUDAWAN Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Makassar (UNM) akan mendominasi gelaran wisuda pada 6-7 April mendatang. Sejumlah 643 alumni FIP mengungguli wisudawan dari fakultas lain maupun program pascasarjana. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNM, Ismail Muchtar mengungkapkan total keseluruhan wisudawan nantinya berjumlah 1.863 calon wisudawan. “April nanti calon wisudawan ada 1.863. Hari pertama ada 4 fakultas dan hari kedua itu 6 fakultas,” bebernya. Hari pertama, wisudawan yang akan
Pembaruan Akta IV Cegah Pemalsuan PENGGUNAAN akta IV selama ini kerap disalahgunakan dengan pemalsuan. Mengantisipasi hal tersebut kembali berulang, akta IV saat ini telah diperbarui dengan tambahan format keamanan. Pembaruan telah berlaku sejak Maret ini. Kepala Biro Administrasi dan Akdademik Kemahasiswaan (BAAK), Ismail Muchtar berujar, tambahan keamanan format tersebut untuk mengatasi tindakan pemalsuan. "Banyak pembaharuan pada akta IV yang telah berlaku pada Maret lalu," bebernya. Ia pun mengimbuhkan, akta IV bagi wisudawan pada April mendatang telah siap dibagikan. "Mahasiswa yang wisuda di bulan April mendatang, ijazah dan akta IV-nya telah siap," ungkapnya. Eks Kepala Bagian Kemahasiswaan ini menuturkan, surat izin mengajar ini bagi wisudawan pada November dan Agustus lalu masih belum tercetak sebagian karena keterlambatan dari pihak perusahaan yang mencetak. "Sebagian besar telah dicetak. Namun, ada beberapa yang belum terselesaikan oleh pihak pencetak," jelasnya. Menanggapi penambahan fitur pada Akta IV, salah seorang lulusan Jurusan Matematika UNM mengapresiasi langkah baik tersebut. “Baguslah karena bisa menjamin lagi keasliannya sehingga kita tidak perlu merisihkan adanya pihakpihak yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya. (pr22) Urai data, ungkap fakta, saji berita
dikukuhkan berjumlah 1.092, masingmasing dari Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Keolahragaan (139),
Fakultas Ilmu Sosial (96), dan Program Pascasarjana (96). Sementara di hari kedua, jumlah yang akan dikukuhkan sebanyak 771, masing-masing dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Fakultas Teknik (211), Fakultas Bahasa dan Sastra (176), Fakultas Ekonomi (106), Fakultas Seni dan Desain (59), dan Fakultas Psikologi (8). Lebih lanjut, Ismail berujar, jumlah alumni baru periode ini meningkat dibanding sebelumnya yang berjumlah 1.725. “Wisudawan D3 sebanyak 95 wisudawan, S1 sebanyak 1554, S2 sebanyak 181 wisudawan, dan S3 sebanyak 33 wisudawan,” ujarnya. (nir)
Alumni PPG Direkrut Sekolah Luar Negeri ALUMNI Pendidikan Profesi Guru memberikan nilai karena setiap ilmu (PPG) berkesempatan mengajar di yang didapatkan sangat bernilai untuk Malaysia dan Filipina. Kesempatan itu terjun langsung di masyarakat,” bedibuka oleh Direktorat Jenderal Guru bernya. dan Tenaga KependidiIa menkan Kementerian Penegaskan, calon "Banyak pengala- pendaftar harus didikan dan Kebudayaan. Seleksi berkas, tes man organisasi itu m e n y a n g g u p i online, dan tes wawapersangat memberikan berbagai ncara akan digelar syaratan selama nilai karena setiap mengikuti proberturut-turut pada 11 hingga 14 April menilmu yang didapat- gram ini, di antadatang. kan sangat bernilai ranya tidak meDirektur Program "Biasanya untuk terjun lang- nikah. Pengembangan Profesi ada peserta yang sung di masyara- hanya coba-coba Guru (P3G) Universitas Negeri Makassar dan melanggar kat,” (UNM), Abdullah Panperaturan be*Abdullah Pandang dang mengungkapkan, gitu saja. Hal ini tiap LPTK diberikan tentu merugikan kuota masing-masing. Khusus untuk uang negara," ujarnya. UNM, kuota rekrutmen calon guru menDosen Jurusan Psikologi Pendididasar dan menengah untuk pendidikan kan dan Bimbingan ini berharap agar anak Indonesia di Malaysia dan Filipina para alumni PPG yang berniat untuk sebanyak 115 orang. mengikuti program ini mengikuti pros"Untuk memenuhi kuota itu, kami es seleksi sebaik-baiknya. “Saya harap prioritaskan alumni dari UNM dan yang para alumni PPG benar-benar memanbelum jadi PNS," ungkapnya. faatkan kesempatan ini untuk melangLanjutnya, calon yang memiliki kah lebih jauh,” harapnya. segudang pengalaman organisasi juga Pengumuman hasil kelulusan akan akan diberi peluang lebih besar un- dilakukan pada 2 Mei, pembekalan pada tuk lolos di tahap seleksi ini. "Ban- Juni, dan pemberangkatan pada Agusyak pengalaman organisasi itu sangat tus. (pr26)
AGENDASIANA
LPM Profesi UNM Bakal Adakan Safari Jurnalistik Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar siap menggelar Safari Jurnalistik bagi siswa-siswi SMA/sederajat se-Kab. Bone. Safari Jurnalistik akan diselenggarakan pada tanggal 8-10 April 2016 mendatang. Ini merupakan agenda tahunan LPM Profesi yang sebelumnya bernama Diklat Jurnalistik Abu-abu (DJAa). Kegiatan tahun ini mengusung tema "Kreatif ala Jurnalis". Safari Jurnalistik 2016 bertujuan memberi pemahaman tentang ilmu jurnalistik kepada siswasiswi SMA sederajat se-Kabupaten Bone. Kegiatan ini diharapkan pula menjadi ajang menggali bakat dan keterampilan di dunia jurnalistik. (pr03)
PSM UNM Akan Konser Pra Kompetisi Thailand Paduan Suara Mahasiswa Pinisi Choir bakal menggelar Pre Competition Concert Goes to “Grand Prix Pattaya Thailand 2016”. Kegiatan ini akan diadakan di Auditorium Amanagappa, Rabu, 25 Mei mendatang. Konser tersebut akan mengaudisi anggota PSM UNM yang berhak mengikuti kompetisi paduan suara di Thailand pada Juli mendatang. Adapun jenis lagu yang akan dipentaskan, di antaranya ialah popular song, folklore song, gospel song, dan musica sacra. (pr10)
Himatep Bakal Gelar Seminar Pendidikan Media Mahasiswa Teknologi Pendidikan angkatan 2014 UNM bakal menggelar seminar nasional "Pendidikan Media, Media Pendidikan". Kegiatan ini akan diselenggarakan di ruang Teater lantai 3 gedung Pinisi, 23 April mendatang. Seminar yang dirangkaikan dengan pelantikan IKA TEP IKIP/UNM ini akan menghadirkan Ketua KPI Pusat, pendiri Pojok Sulsel, Kepala Pustekkom, founder inibudi.org, dan Guru Besar UNM sebagai pemateri. Pendaftaran dapat dilakukan dengan mengisi formulir di laman http://gg.gg/seminartep2016. (pr10)
Himaprodi PBSI Akan Rayakan Pekan Pujangga Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar akan gelar Olimpiade Pendidikan (OPen) dan Pekan Pujangga. Kegiatan ini rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 2 hingga 6 Mei. Kegiatan yang bertema "Martabat dan Eksistensi Bahasa Indonesia dalam Pasar Global: Optimalisasi Peran Anak Bangsa" ini akan diikuti oleh SMA/SMK/ MA sederajat se-Sulawesi Selatan dan Barat. Item kegiatan Open di antaranya berupa lomba pidato, lomba baca puisi, lomba debat, lomba karya tulis ilmiah, lomba cepat tepat bahasa Indonesia, lomba mading dan lomba akustik. (pr09)
Himadipa Siapkan Diskusi Publik Himpunan Mahasiswa Akuntasi Diploma III (Himadipa) Fakultas Ekonomi(FE) Universitas Negeri Makassar (UNM), akan mengadakan seminar nasional dan diskusi publik. Kegiatan tersebut akan diselenggarakan pada April mendatang. Kegiatan ini bertemakan “Komitmen Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara untuk Mencapai Target Penerimaan Pajak Tahun 2016”. (pr10) Streaming: radioprofesi.com
Inovasi Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
www.profesi-unm.com
Belajar Bangun Datar Lewat Permainan Tradisional
Dewasa ini, anak-anak cenderung lebih gemar bermain game lewat gawai. Perkembangan zaman menggeser budaya permainan tradisional dari leluhur.
K
eprihatinan terhadap gejala itu mendorong Nurmawaddah Rustam, mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM) mempromosikan kembali permainan tradisional. Berkolaborasi dengan tiga rekannya, Ardiansyah (Psikologi), Riensi Megawaty (PGSD), dan Debby Utami Pratiwi (Sastra Inggris), mereka memanfaatkan permainan tradisional dende sebagai media pembelajaran geometri di sekolah dasar. “Sudah jarang ditemukan anak main permainan tradisional, khususnya permainan dende,” ujar perempuan asal Polewali Mandar ini. Dende merupakan permainan tradisional yang dilakukan menggunakan media sederhana. Alat yang digunakan hanya batu melebar yang dapat digenggam. Selanjutnya menggambar di tanah, kotak-kotak untuk pelempar batu tersebut. Bentuknya tiga jejer kotak persegi tersusun vertikal, lalu dua kotak bersusun mendatar di atas tiga kotak sebelumnya. Lalu kembali membuat dua jejer kotak secara vertikal di atas kotak yang mendatar, kemudian membuat lagi dua kotak berdempetan secara mendatar. Satu kotak kembali digambar, lalu di bagian puncak digambar bentuk setengah lingkaran. Permainan tradisional dende tersebut kemudian dimodifikasi agar mampu disesuaikan dengan kebutuhan pembela-
jaran. Nurma beserta tim menamakannya Dende Bangun Datar Matematika (DBDMath). “Dende tradisional dimainkan di tanah kemudian menggambar model bangun datar di dende itu. Kami buat dende dari karpet puzzle yang sudah dimodifikasi dalam berbagai bentuk bangun datar hasil cipta tim,” tuturnya. Ia menjelaskan, bentuk bangun datar modifikasi dari permainan tradisional dende bisa mengenalkan konsep geometri datar kepada siswa sekolah dasar. Cara bermainnya sama dengan permainan dende pada umumnya. Akan tetapi, selama bermain siswa akan diberikan soal sesuai dengan bangun datar yang tersedia. “Siswa yang singgah pada bangun datar yang memiliki stiker akan diberikan pertanyaan dan diharuskan menjawab soal dengan benar jika ingin melanjutkan permainan,” jelasnya. Tak hanya melestarikan permainan tradisional, permainan dende pun mampu meningkatkan minat belajar matematika siswa. “Dengan metode pembelajaran sambil bermain, kondisi psikologis anak akan jadi lebih baik sehingga membuat anak lebih siap menyerap materi pelajaran,” bebernya. Setelah diujicobakan di SDN 019 Manding, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, pemanfaatan DBD Math sebagai media pengenalan konsep bangun datar praktis direspon positif oleh siswa. “Program ini efektif meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran bangun datar setelah dibandingkan antara hasil tes awal dan tes sesudah belajar dengan media dende,” ungkapnya. Produk buatan Nurma pun menghasilkan beragam manfaat, di antaranya meningkatkan kemampuan bersosialisasi, kemampuan fisik dan motorik serta ke-
7
FOTO: IST
PRESENTASI. Nurmawaddah saat menggunakan media DBD Math di hadapan para siswa SDN 019 Manding.
mampuan mengatur strategi. “Karena permainan ini memuat unsur bermain yang aktif dengan melibatkan sejumlah siswa,” tuturnya. Lanjutnya, dende modifikasi tersebut dapat bertahan lama karena penggunaan alat dan bahan yang tidak sekali pakai. “DBD Math ini menggunakan bahan baku yang terbuat dari karpet puzzle yang elastis, sehingga dapat bertahan lama dan tidak mudah rusak,” terangnya. Karenanya, program DBD Math ini juga mampu membuka peluang usaha di bidang pendidikan. “Bahan baku dalam proses pembuatan DBD Math ini mudah didapatkan dan tidak memerlukan biaya yang terlalu besar dalam proses pembuatannya sehingga dapat dibuat dan di-
produksi secara massal dan disebarkan ke seluruh wilayah Indonesia,” bebernya. Nurma beserta tim pun berharap agar sosialisasi DBD Math melalui Dinas Pendidikan mampu mengenalkan guru matematika terkait efektivitas media tersebut. “Kami sudah mengajukan kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Polman agar diberi ruang untuk melakukan sosialisasi media ini ke sekolah-sekolah,” harapnya. Sebelumnya, media pengenalan konsep bangun datar melalui permainan tradisional DBD Math ini berhasil menjadi satu-satunya Program Kreativitas Mahasiswa UNM yang lulus pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 28 di Universitas Halu Oleo, Oktober lalu. (whd)
Ikan Bandeng dan Rumput Laut Jadi Nugget SULAWESI Selatan merupakan provinsi yang terbilang unggul dalam bidang perikanan. Sebut saja ikan bandeng dari Kabupaten Pangkep dan rumput laut yang banyak dipanen di Kabupaten Takalar. Hal itu membuat Mahasiswa Program
Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Pertanian (PTP) Fakultas Teknik (FT), Akifa dan Bagus Oka terinsipirasi untuk membuat olahan dari hasil perikanan Sulsel yang berlimpah itu. Akifa bersama rekannya pun men-
FOTO: IST
KEMASAN. Produk olahan ikan bandeng dan fortifikasi rumput laut menjadi nugget buatan Akifa dan Bagus Oka siap dikonsumsi Streaming: radioprofesi.com
ciptakan cemilan unik, nugget berbahan dasar ikan bandeng dengan fortifikasi rumput laut. “Banyak sekali kekayaan alam yang melimpah apalagi di Sulsel, makanya kucoba buat nugget pakai ikan bandeng dan rumput laut,” tutur Akifa. Dalam pembuatan nugget ini, tak dibutuhkan bahan dan alat yang sulit dicari. Proses pembuatannya sendiri terbilang mudah. Mulai dari menyiangi ikan dan dicuci bersih lalu memisahkan daging ikan dan tulangnya dengan cara dikeruk dengan mixer agar halus. "Kalau rumput lautnya diblender, terus ditimbang semua bahannya supaya bisa proporsional pembagiannya," jelasnya. Proses selanjutnya ialah mencampur semua bahan, mulai dari ikan yang telah dibersihkan dan rumput laut yang telah diblender, garam, merica bubuk, bawang putih yang telah dihaluskan. “Setelah tercampur bahannya, masukkan ke dalam loyang lalu kukus beberapa menit sampai masak,” imbuhnya. Lebih lanjut, mahasiswa angkatan 2013 itu mengatakan, bentuk nugget dapat dikreasikan sesuai dengan keinginan. “Nugget biasanya berbentuk persegi akan tetapi bisa dibentuk sesuai selera,” imbuhnya. Tahapan terakhir dalam pembuatan nugget dari ikan bandeng dengan fortifikasi rumput laut tersebut ialah mengg-
oreng bahan yang telah tercampur setelah dicelup dalam telur yang telah dikocok kemudian dilumuri dengan tepung roti. Akifa mengungkapkan, nilai gizi yang terkandung dalam ikan bandeng amat melimpah. Di antaranya protein, vitamin, dan mineral yang berdampak positif bagi tubuh. “Protein dari ikan bandeng tidak kalah juga dengan protein pada daging ayam dan daging sapi,” terangnya. Sementara itu, rumput laut memang dikenal memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga baik dalam mengontrol berat badan dan mencegah berbagai penyakit tulang karena kandungan kalsiumnya. “Serat pada rumput laut berdampak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi,” bebernya. Sehingga, selain bernilai kreatif dan inovatif, produk nugget berbahan ikan bandeng dan fortifikasi rumput laut ini juga bermanfaat bagi kesehatan konsumen. Tak hanya itu, produk kreasi mahasiswa PTP ini juga telah bersaing secara nasional. Terbukti, karyanya berjudul “Pembuatan Nugget Ikan Bandeng Dengan Fortifikasi Rumput Laut Sebagai Upaya Meningkatkan Nilai Produk Pangan Lokal” ini lolos pada Brawijaya Agritech Event 2015 oleh BEM Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Teknologi Pertanian Indonesia. (pr09) Urai data, ungkap fakta, saji berita
8
Lensa Orange www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
FAKULTAS EKONOMI
Tembok Aspirasi Ada yang menuliskan “Stop Tentenbengan dan Suap Amplop�, bahkan a dan an lang gga pen k untu an tuk ajak nya esti sem g pembangunan gedung yan pun memang menjadi hak mahasiswa . mereka lakukan Petinggi kampus harusnya seringultas sering blusukan ke fakultas-fak rasi aspi ihat mel untuk mendengar dan uk mas lai dini bila Apa wa. dari mahasis emer k untu gkin mun k tida an buk akal, (*) t. alisasikan aspirasi tersebu
KAMPUS GUNUNG SARI
B
egitu banyak cara yang dilakukan mahasiswa dalam mengekspresikan diri. Tidak cukup dan melalui megafon, tulisan di kertas kam ding -din ding Din usi. disk forum h mla seju pus pun dijadikan wadah asmahasiswa untuk menyampaikan pirasinya. Corat-coret di dinding tidak asal tuk coret. Mereka menyuarakan ben kan bah , ikan krit ketidakadilan, protes, cacian kepada petinggi kampus.
FAKULTAS SENI DAN DESAIN
FAKULTAS SENI DAN DESAIN
FAKULTAS EKONOMI Urai data, ungkap fakta, saji berita
Teks: Febriawan Djalil Foto: Febriawan Djalil & Muh. Agung Eka S Streaming: radioprofesi.com
Reportase Khusus
Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
9
www.profesi-unm.com
Biaya Skripsi Tembus Rp 10 Juta Jafar kini telah berbahagia setelah menyandang gelar sarjananya. Namun, proses penyelesaian studinya tak boleh dibilang mudah. Sejak mengikuti ujian proposal hingga yudisiumnya, ia harus merogoh koceknya hingga tak kurang dari Rp10 juta.
P
enggandaan skripsinya tak sedikit pula menelan pundi-pundi uangnya. Alumni Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Makassar (UNM) ini harus menggandakan skripsinya untuk Perpustakaan UNM, perpustakaan di FIS, serta pembimbingnya. Belum pula dengan draf skripsinya selama konsultasi dan saat mengikuti ujian proposal, ujian hasil, hingga ujian meja. “Yang bikin banyak keluar uang itu memang skripsi yang harus diperbanyak sana-sini untuk dibagi,” kenangnya saat masih sibuk dengan status mahasiswa tingkat akhir. Perjuangan dalam menyelesaikan tugas akhirnya tak hanya soal materi saja. Energi dan waktunya turut
mesti ia forsir. Jadwal konsultasi yang kadang dibatalkan sepihak oleh dosen pembimbing dengan alasan kesibukan lainnya telah Jafar rasakan. “Disinilah juga bisa dilihat keseriusan kita untuk mengerjakan skripsi,” tegasnya. Itu baru sekelumit cerita pengorbanan seorang mahasiswa yang menyelesaikan tugas akhir. Tiap periode wisuda, UNM telah menelurkan ribuan alumni baru dengan skripsinya masing-masing. Jadi, bayangkan berapa banyak cerita serupa yang ada di kampus eks IKIP Ujung Pandang ini? Namun yang terjadi di kampus orange, apresiasi terhadap jerih payah mahasiswa itu cenderung lemah. Tentu masih belum lekang, Februari tahun lalu sempat tersebar di media sosial foto kumpulan skripsi milik alumni UNM lengkap dengan gambar stempel kampus diangkut oleh mobil pick-up, pengumpul kertas bekas saat sedang berseliweran di jalanan protokol Makassar. Awal Maret lalu, masyarakat Indonesia pun kembali dikejutkan dengan fenomena serupa. Munculnya foto-foto skripsi, tugas akhir penentu kelulusan mahasiswa yang dibuang. Dalam foto tersebut tampak latar sebuah halaman belakang
LITBANG - PROFESI
FOTO: AGUNG - PROFESI
SKRIPSI. Kumpulan skripsi yang dipajang di Perpustakaan UNM
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan logo pada skripsi yang membuktikan milik kampus tersebut. Tampak pula dua orang pemuda memasukkan skripsi tersebut ke dalam karung yang menguatkan tindakan pembuangan skripsi. Hingga kini, praktik tersebut tak lekas hilang. Meski tak sefrontal menjual ke pengepul, sejumlah perpustakaan di UNM justru menggudangkan skripsi yang ada, khususnya skripsi tua. Dalihnya, kapasitas ruangan tak lagi memadai untuk menyimpan semua skripsi yang telah dikumpul sebelumnya oleh mahasiswa. Tak menutup kemungkinan, skripsi milik Jafar dan Jafar lain termasuk di antaranya. Perpustakaan Umum UNM yang sejak tahun lalu bertempat di Gedung Rektorat Lama ialah salah satu perpustakaan yang menerapkan kebijakan masuk gudang bagi skripsi tua. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan, Oslan Jumadi mengakui hal tersebut. Dosen Biologi itu menjelaskan, Perpustakaan Umum mengalihkan ke gudang jika skripsi telah berusia tua. Indikator tua yang ditetapkan ialah setelah melewati batasan sepuluh tahun. Gudang khusus itu dilabeli “Ruang Karya Ilmiah Lama”. “Ada gudang khusus untuk skripsi itu. Ya, mahasiswa ataupun alumni kalau butuh referensi lagi boleh mengakses karya-karya
lama itu,” terang Oslan. Digudangkan! Lebih memprihatinkan terjadi di Perpustakaan Program Pascasarjana (PPs) UNM. Tesis dan disertasi berusia tua dipindahkan ke loteng yang berada di lantai tiga gedung. Pustakawan PPs, Kasnawati menjelaskan kebijakan itu merupakan restu dari Direktur PPs, Jasruddin. “Penelitian berupa skripsi, tesis dan disertasi telah digudangkan. Perpustakaan Pascasarjana sendiri memiliki loteng di atasnya,” ungkapnya. Saat ini, Perpustakaan PPs hanya menampung karya ilmiah mahasiswa angkatan 2010 hingga saat ini. “Angkatan sebelumnya itu sudah tidak memuat lagi kapasitas rak yang ada di perpustakaan,” dalihnya. Menanggapi itu, Direktur PPs, Jasruddin menilai, selain tak ada lagi ruang untuk menyimpan skripsi-skripsi itu, penelitian yang kerap berulang telah kehilangan nilai "seninya". Hal ini disebabkan karena topik yang diteliti mahasiswa maupun dosen adalah hal berulang yang terus dikembangkan. “Karya ilmiah itu, skripsi, tesis, disertasi kalau sudah 20 tahun itu sebetulnya bukan tidak berlaku lagi. Tapi sudah tidak punya lagi sense of art. "Seninya" sudah hilang. Apalagi namanya riset selalu berulang, kan penelitian. Dia menganut paradigma tergantung dari kebenaran dimensi
waktu dan dimensi ruang. Ketika waktunya sudah panjang itu ada masa untuk diulangi lagi penelitian itu,” papar Guru Besar Fisika ini. Skripsi Rawan Plagiasi Di samping skripsi yang dibuang, ada pula tindakan lain yang turut mencederai proses ilmiah mahasiswa setelah penyelesaian tugas akhirnya. Ketua Lembaga Penelitian (Lemlit), Jufri menilai penjiplakan atau plagiat merupakan salah satu masalah selain pembuangan skripsi. Memang telah ada undang-undang yang mengatur tindakan plagiat. Namun budaya plagiat, menurut Jufri masih menjamur di kalangan akademik. “Masalah yang lebih besar saat ini adalah masalah plagiat,” ujar dosen Bahasa Jerman ini. Skripsi yang dibuang dan dijiplak hampir sama dampaknya menurut anggapan Jufri. Jika skripsi dibuang, maka peneliti lain tidak sempat mengutip dan menjadikan referensi temuan tersebut. “Dengan kata lain, ilmu di dalammnya belum sampai ke orang,” tutur Jufri. Sedangkan, jika diplagiat ataupun disadur tanpa mencantumkan nama peneliti sebelumnya, artinya sama saja mencuri harta orang. Menurutnya, ide fenomenal tidak sembarang orang mampu memikirkannya. “Beruntung jika yang bersangkutan rida, kalau tidak bisa dipidanakan kita,” tandasnya. (*)
Digitalisasi Skripsi Jadi Solusi MINIMNYA kapasitas muatan skripsi telah menjadi alasan klasik pihak perpustakaan dalam menggudangkan, bahkan membuang skripsi berusia tua. Hal tersebutlah yang terjadi di antaranya di Perpustakaan Pusat UNM dan Perpustakaan PPs. Jafar, alumni FIS UNM telah mengakali kebijakan yang tentu merugikan dirinya tersebut. Dengan mempertimbangkan asas kebermanfaatan skripsinya, ia berinisiatif mengunggah skripsinya ke internet. “Saya upload sendiri dokumen skripsiku ke dropbox sama google drive. Jadi kalau ada junior yang Streaming: radioprofesi.com
mirip penelitiannya, saya arahkan ke sana mi,” tuturnya. Namun, Jafar tak mengunggah semua dokumen skripsinya. Ia tetap membatasi beberapa bagian yang tak boleh sembarang dipublikasikan secara umum. “Saya upload beberapa bagian ji saja, biar tidak gampang juga dikutip,” bebernya. Tindakan tersebut ditanggapi positif oleh mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Rahayu. Menurutnya, digitalisasi skripsi merupakan langkah solutif dalam menghindari alasan kapasitas yang tak memadai. Sebab,
internet bukan ruang sempit yang berbatas layaknya perpustakaan kampus. “Cetak skripsi sudah ketinggalan zaman, sudah waktunya kita di era digitalisasi. Apalagi, visinya kampus kan memang ke arah world class university,” ujarnya. Kepala Lemlit, Jufri sebagai pejabat berwenang dengan semua hasil penelitian di UNM turut angkat bicara mengenai permasalahan ini. Ia pun tak setuju dengan opsi pemusnahan skripsi. Jufri menambahkan, hal yang harus diperhatikan adalah buku atau
karya ilmiah berupa skripsi, tesis ataupun disertasi merupakan data ilmiah yang menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. “Jika ada data satu generasi yang hilang, maka teori untuk bahan penelitian tidak berkesinambungan. Namanya penelitian tidak akan ada yang sama persis walaupun variabelnya sama. Masih banyak faktorfaktor lain yang bisa membedakan seperti sampel, waktu dan lainlain,” jelasnya. Selain itu, agar skripsi, tesis, maupun disertasi tidak bertumpukan sehingga memenuhi ruangan
perpustakaan, mahasiswa sebaiknya tidak diharuskan memperbanyak salinan karyanya. “Jangan terlalu banyak difotokopi,” jelasnya. Di Lemlit sendiri, Jufri menjelaskan, jika mereka menelurkan suatu penelitian, dokumen fisik jurnalnya tidak lagi diperbanyak seperti dulu. Jurnal hasil penelitian yang dikirim ke Dikti hanya dokumen online yang bersifat lebih safety. “Kalau bisa universitas memanfaatkan dengan baik perpustakaan digital untuk menampung hasil-hasil penelitian dosen dan mahasiswa,” sarannya. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
10
Reportase Khusus Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
www.profesi-unm.com
Perpustakaan Digital Tak Optimal UNM memiliki sebuah perpustakaan online berbasis digital. Tapi tak banyak mahasiswa ataupun dosen yang mengetahui perpustakaan online tersebut
M
ahasiswa FMIPA, Rahayu, misalnya. Ia bahkan mengaku tak pernah sekalipun mendengar kabar perpustakaan digital UNM. Sejak berstatus sebagai mahasiswa, ia selalu masuk ke perpustakaan di fakultasnya sendiri. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, ia pun harus mencari sejumlah skripsi yang relevan dengan penelitiannya melalui perpustakaan online milik kampus lain. Perpustakaan online milik kampus sendiri tak dideteksinya. “Selama pengerjaan skripsi ini paling saya ambil referensi skripsi dari UPI, UNY, sama universitas lain. Saya ndak tahu kalau ternyata ada perpustakaan digitalnya juga kampus ta,” akunya. Padahal, dosen, mahasiswa, pegawai bahkan masyarakat luas bebas mengaksesnya di webiste resmi Digital Library (Digilib)
UNM beralamatkan digilib.unm. ac.id. “Perpustakaan digital ini telah ada sekitar tiga lalu,” ujar Kepala Information and Communication Technology (ICT) Center UNM, Rusli. Saat ini, Digilib UNM tak lagi dikelola ICT Center melainkan dikelola UPT Perpustakaan. “Jadi awalnya ICT yang fasilitasi, namun untuk pengelolaan selanjutnya kami serahkan sepenuhnya ke UPT Perpustakaan,” tutur Dosen Jurusan Matematika ini. Kepala UPT Perpustakaan, Oslan Jumadi membenarkan bahwa saat ini pihaknya yang mengelola Digilib UNM. Skripsi yang dapat diakses melalui digilib saat ini masih amat terbatas di kisaran 140 judul skripsi. “Untuk pengunggahan dan pengunduhan dokumennya, kami sepenuhnya yang mengerjakan. Kami ada 20 orang disini,” katanya. Demi mencegah plagiat, skripsi atau karya ilmiah lain yang diunggah hanya bagian judul dan abstraknya. “Jadi, jika ada alumni ataupun mahasiswa yang membutuhkan file skripsi seutuhnya, harus datang langsung ke perpustakaan,” jelas Oslan.
Namun, pengelola UPT Perpustakaan mengakui, karya dosen dan alunmi belum sepenuhnya terpublikasi di website tersebut. Hanya mahasiswa yang mengumpulkan softcopy melalui Compact Disk (CD) saja. Oslan berujar, tidak semua mahasiswa dari setiap prodi mengumpulkan softfile skripsinya. “Sebenarnya masih banyak prodi yang belum mengumpulkan,” bebernya. Selain itu, ia menambahkan sebuah file skripsi yang ingin dipublikasikan harus melalui tiga tahapan. Pertama, adalah dokumen skripsi disimpan di ruangan pengadaan atau penerimaan. Jadi, di ruangan tersebut mahasiswa mengumpulkan hardcopy maupun softcopy dokumen skripsinya. Kedua, dokumen skripsi dipindahkan di ruang pengelolaan, namun yang dipindahkan hanya softcopy melalui CD-nya. Di ruangan itulah, CD berisi dokumen skripsi diberi sampul CD khusus, didesain oleh pihak UPT Perpustakaan yang menampilkan identitas mahasiswa dan judul skripsinya. Terakhir, barulah dipindahkan di ruang multimedia untuk diunggah ke Digilib UNM. (*)
Tak Terindeks di Webometrics WEBOMETRICS, sebuah sistem perangkingan web di dunia, tak hanya melakukan pemeringkatan alamat web perguruan tinggi. Sistem tersebut juga melakukan pemeringkatan terhadap repositori perguruan tinggi. Repositori merupakan tempat penyimpanan data secara khusus dalam format digital. Termasuk di dalamnya menampung data skripsi, tesis, dan disertasi. Karenanya, bisa dibilang repositori ialah perpustakaan digital. Hasil pemeringkatan repositori oleh webometrics mengecewakan sivitas akademika UNM. Berdasarkan pemeringkatan di semester pertama 2015, repositori UNM tak masuk dalam indeks di webometrics. Tertinggal amat jauh dibanding Universitas Diponegoro di urutan pertama dan LPTK Universitas Negeri Yogyakarta di urutan keempat secara nasional. Mirisnya, kampus tetangga, Universitas Hasanuddin berada di urutan kesembilan. Kriteria pemeringkatan meliputi empat indikator. Di antaranya, jumlah halaman situs yang terekam pada (size), jumlah backlink yang diterima oleh domain web perguruan tinggi yang terekam mesin pencari (visibility), jumlah file dokumen yang dapat diakses serta terhubung dengan domain website universitas yang terekam oleh mesin pencari (rich files), dan jumlah artikel publikasi ilmiah karya sivitas akademika yang terindeks (scholar). Webometrics bermaksud untuk memotivasi institusi dan ilmuwan memiliki situs web yang mencerminkan secara akurat kegiatan mereka. Jika kinerja situs web dari sebuah institusi di bawah posisi yang diharapkan sesuai dengan keunggulan akademik, maka pihak berwenang lembaga tersebut harus mempertimbangkan kembali kebijakan situs web, mempromosikan peningkatan substansial dari volume dan kualitas publikasi elektronik. (*)
Asal Bimbing, Skripsi Abal-abal
FOTO: AGUNG - PROFESI
FOKUS. Dua mahasiswi memanfaatkan perpustakaan untuk mengerjakan tugas akhir atau skripsi.
SANGAT disayangkan, meski UNM telah memiliki perpustakaan digital, lagi-lagi tak banyak mahasiswa mengetahuinya. Tak mengherankan jadinya jikalau perpustakaan digital tak dideteksi pula oleh Webometrics. Bukan hanya tak mengetahui, mahasiswa UNM justru pesimis melihat beberapa skripsi yang ada saat ini dimuat dan dipublikasikan dalam bentuk digital. Seperti salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi, Wulan. Mahasiswa yang sementara mengerjakan tugas akhirnya ini megkritik sejumlah skripsi mahasiswa UNM tak layak untuk dipublikasikan ke masyarakat luas. “Kebanyakan skripsi di UNM masih belum layak untuk dipublikasikan di online secara umum. Banyak mahasiswa yang selesaikan skripsinya cuma sekaUrai data, ungkap fakta, saji berita
dar selesaikan studi saja untuk dapat sarjananya. Jadi abal-abal mi juga jadinya,” ungkapnya saat mengamati sejumlah skripsi untuk dijadikan referensinya. Wulan menambahkan, penulisan skripsi termasuk bagian penelitian yang tak boleh dianggap main-main. Terebih lagi jika didalamnya banyak hal yang dipalsukan terutama dalam pengumpulan data. “Padahal itu kan penelitian, bukan main-main. Banyak mi yang palsukan sampai bikinbikin sendiri datanya, istilahnya fabrikasi data,” sesalnya. Ia pun menyayangkan, lolosnya tindakan tersebut tanpa verifikasi yang serius dari dosen pembimbing. “Mestinya dosen pembimbing harus bisa mencegah hal itu terjadi,” harapnya. Senada dengan Wulan, hal sama
juga disampaikan oleh mahasiswa FMIPA, Rahayu. Ia turut membeberkan, bukan hanya dari kesalahan mahasiswa yang tidak serius dalam meneliti, tetapi dosen yang terkadang tak serius membimbing mahasiswanya. “Kalau mau dibandingkan dengan skripsi online yang saya dapat di internet. Skripsi di UNM masih banyak yang kayak makalah. Di sini dosen pembimbing masih belum terlalu serius membimbing mahasiswanya,” bebernya. Mahasiswa PPKn, Muhammad membenarkan adanya tindakan dosen pembimbing yang asal-asalan. Ia mengungkapkan, di jurusannya terdapat tipikal dosen yang langsung menyetujui hasil penulisan karya ilmiah mahasiswa bimbingannya tanpa adanya koreksi. “Ada dosen pembimbing memang yang langsung acc saja draf proposal atau skripsinya mahasiswa. Tidak ada koreksinya langsung tanda tangan, bilang naik ujian mi saja,” terangnya. Ia pun menyesalkan pola pembimbingan semacam itu. Karena, pola tersebut berdampak pada hasil yang dilalui oleh mahasiswa bimbingan ke depannya. “Nanti kalau naik ujian, dihabisi mi sama pengujinya. Skripsinya juga jadi abal-abalan,” keluhnya. (*) LITBANG - PROFESI
Tim Reportase Khusus: Mentari Jati Pratiwi (Koordinator) Awal Hidayat (Anggota) Streaming: radioprofesi.com
Seni Budaya Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
Resensi Film
Kiblat Jurnalis di Spotlight
F
*Nurul Irsal Amalia
ilm Hollywood ber-genre drama biografi besutan sutradara Mc Carthy, ditulis oleh Mc Carthy dan Josh Singer ini merupakan sebuah film yang wajib menjadi ditonton. Pasalnya, film ini bercerita tentang sebuah tim investigasi, Spotlight, di media harian The Boston Globe yang tugasnya menguak kasus-kasus besar. Mereka mengerjakan selama berbulan-bulan untuk sebuah kasus. Berangkat dari kisah nyata di Massachussets, sebuah negara bagian di Amerika Serikat, kasus mengenai pencabulan terhadap delapan puluh anak-anak yang dilakukan oleh para pastur gereja Katolik dan masalah ini sengaja ditutupi oleh pihak gereja. Pengusutan kasus baru tersebut dimulai saat The Boston Globe kedatangan pemimpin redaksi baru. Berdurasi 2 jam 9 menit 8 detik film ini dibintangi oleh Rachel McAdams, Live Schreiber, Mark Ruffalo, dan Michael Keaton, keempat tokoh tim Spotlight ini menunjukkan kegigihan dan taringnya melalui kasus tersebut. Narasumber demi narasumber didatanginya. Namun, jempolan untuk film ini adalah ceritanya tidak berfokus pada pemeran-pemeran utamanya namun lebih kepada cara para wartawan Spotlight mengusut kasus. Kekurangan yang terdapat di film ini mungkin hanyalah pada para pastur-pastur tersangka pelecehan seksual yang tidak ditampilkan dalam film. Padahal, saya berharap dapat menyaksikan pastur buronan nomor satu, Geoghan, ditangkap dan dijebloskan dalam penjara. Sayang, tidak ada adegan seperti ini. Keseluruhan cerita benar-benar berfokus pada cara yang ditempuh untuk mengungkap sebuah kasus. Terlepas dari itu, film ini tetaplah keren dan mengagumkan. Tidak heran film ini memenangkan banyak penghargaan dalam Spirit Award seperti Best Feature, Sutradara Terbaik (Tom McCarthy, Skenario Terbaik (Tom McCarthy and Josh Singer), Editing Terbaik (Tom McArdle), Robert Altman Award (Spotlight). Sepertinya media perlu berkiblat dengan media seperti pada film ini yang tidak hanya mementingkan keuntungan media semata, namun kualitas dari berita yang diterbitkan. (*)
Judul Film : Spotlight Genre : Biography, Drama, History Rilis : 6 November 2015 (USA) Pemain : Michael Keaton, Mark Ruffalo, Rachel McAdams Sutradara : Tom McCarthy
Streaming: radioprofesi.com
11
www.profesi-unm.com
Resensi Buku
Inteligensi Embun Pagi: Sebuah Obituari *Awal Hidayat Di ufuk engkau terbenam, aku terbit Di teluk engkau tenggelam, aku pasang Sejauh apapun garis waktu engkau tempuh Hadirku selalu dibalik matamu Seluas apapun ruang yang engkau rengkuh Cintaku selalu diluar sadarmu
P
uitis, selalu seperti itu khas Dee Lestari mengawali halaman serial Supernova. Pada buku Inteligensi Embun Pagi (IEP) ia tetap konsisten mengawali ide ceritanya melalui sejumlah larik puisi. Puisi-puisi dari seri Supernova sebelumnya pun ikut dinukilkan kembali lewat buku bungsu ini dalam serial. Maka, begitu pulalah resensi ini diawali dengan satu bait puisi IEP. Berbicara tentang Supernova: IEP dalam satu halaman tentu tak bisa sebanding dengan proses kreatif dan riset Dee Lestari dalam memformulasikan alurnya. Keseluruhan total, enam buku terbagi dalam 99 keping. Dee perlu memikirkan cerita Supernova hingga 15 tahun, sementara pembaca dapat mengkhatamkan bacaannya kurang dari 5 jam. Tak adil rasanya. IEP: sebuah obituari. Ia serupa salam penutup dari lima seri Supernova sebelumnya: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh; Akar; Petir; Partikel; dan Gelombang. IEP adalah sebuah akhir, sebagai isyarat jikalau Supernova berakhir sampai di sini. Wafat – setidaknya dalam bentuk indrawi. Sebab “Yang fana adalah lembar kertasnya, kenangan di dalamnya abadi”.
Konflik Peretas, Infiltran, dan Sarvara Sebagai buku pamungkas, IEP menjadi media pertemuan semua tokoh sejak seri prekuel (KPBJ) hingga seri kelima (Gelombang). Dalam buku inilah, jelas terkuak rahasia kehidupan tiap tokoh yang berada dalam “jaring laba-laba” yang sama. Setiap tokoh punya dampak untuk tokoh yang lain. Kaum Peretas diperebutkan antara kaum Infiltran (unsur kebaikan) dan kaum Sarvara (unsur kejahatan). Ada pula kaum Umbra, matamata bagi kaum Infiltran. Terlibatlah mereka semua dalam sejumlah adegan
kejar-kejaran dan pelarian. Jangan menahan diri untuk menggumam “Ah?” saat membaca buku ini. Sebab, plotnya benar-benar penuh twist, lots of surprises. Dee sukses membuat cerita yang tak tertebak. Romansa Tokoh Dee paham, kisah cinta masih menjadi bahan jualan menjanjikan untuk dijajakan ke pembaca tanah air. Tak ketinggalan, meski buku ini sebagian besar bercerita tentang pelarian dan kejar-kejaran antara ketiga kaum serta serangkain teori fiksi ilmiahnya, Dee memberi bumbu-bumbu romantis lewat serial terakhir Supernova ini. Kisah romantis yang malu-malu tapi mau dilakonkan oleh Gio dan Zarah. Hal lucu ketika Mama Gio menyiapkan bunga mawar pada kencan pertama putranya, meski ia selalu bersikeras menolak mengaku sedang jatuh hati. Sampai ketika mamanya bilang, “Kenapa orang-orang zaman sekarang senang sekali membuat cinta menjadi rumit? Suka ya, suka. Tidak usah butuh berhari-hari untuk tahu. Mama lihat matamu kemarin malam dan belum pernah Mama melihatmu seperti itu. Muka orang jatuh cinta. Mama saja tahu, Gio. Bagaimana mungkin kamu nggak tahu?” (hal. 317) Hal serupa disentil pula oleh orang dekat Zarah, Pak Kas. Bahwa manusia seringkali bersembunyi di balik topeng hipokrit. “Manusia itu ngomong A, padahal B. Mukanya bikin C, padahal di hatinya D. Tujuannya E, tapi mutar-mutar dulu sampai Z. Bahasa itu, kan, gunanya buat jadi topeng. Manusia belum sanggup transparan” (hal. 415) Dee juga paham betul, cinta serupa dua sisi uang koin. Selain sisi ceria, cinta juga memiliki sisi gelapnya, menyedihkan, suram. Diperankan oleh Alfa dan Ishtar. Sisi dramatis mengharu biru tergambar nyata pada bagian, “Bayangkan, rasanya menjadi aku. Harus memburu setiap kelahi-
ran. Menungguimu di setiap kematian. Mengingatkanmu berulang-ulang siapa aku, siapa kamu. It’s torturing, Love... ...But I also got to watch you falling in love with me desperately, over and over again.” (hal. 615) Lewat buku ini, Alfa kemudian mengajarkan, terkadang menjadi tiada adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan gugus–kawanan. Tepat pulalah jikalau IEP pada keping akhirnya menjadi sebuah obituari bagi Alfa-Gelombang-Peretas Mimpi. “Kalian tidak akan mampu mengalahkan Ishtar. Tapi, kalian bisa merenggut satu hal yang Ishtar cari. Aku. Kematianku harus cepat, sekaligus, supaya tidak bisa dihentikan Ishtar atau Sarvara lainnya.” (hal. 650) Akhir adalah Awal IEP: sebuah obituari. IEP adalah sebuah akhir. Wafat – setidaknya dalam bentuk indrawi. Sebab “Yang fana adalah lembar kertasnya, kenangan di dalamnya abadi”. Meski telah dinanti hampir dua windu, tetap saja sulit mengikhlaskan jikalau seri Supernova ini memuat kata “TAMAT” di halaman akhir. Namun, sebuah akhir akan melahirkan sebuah awal. Itu sekuens yang tak tertolak. “Sebuah akhir akan melahirkan sebuah awal. Kata ‘Tamat’ akan menggiring kita ke ‘Pendahuluan’ yang baru. Sampai bertemu di kisah berikutnya.” (hal. 705) Kisah berbalut Supernova memang berakhir. Tapi arah persisnya jalan cerita awal yang baru, sama halnya seperti arah weser pengendara motor ibu-ibu. Hanya ibu-ibu itu dan Tuhan yang tahu, hanya Dee Lestari dan Tuhan yang tahu. (*) Judul Buku: Inteligensi Embun Pagi Penulis : Dee Lestari Tebal halaman: 690 halaman Penerbit: Bentang Pustaka Tahun Terbit: Februari 2016 Urai data, ungkap fakta, saji berita
12
Wawancara Khusus Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
www.profesi-unm.com
Wawancara Khusus, Kartika Jahja
Kala Suara Perempuan Harus Didengar
Kartika Jahja - int
P
osisi perempuan dalam industri musik selalu mendapat imej buruk dikalangan masyarakat. Untuk itu, Kartika Jahja, seorang aktivis perempuan berusia 36 tahun hadir membela dan memperjuangkan kaum perempuan. Melalui lirik lagu yang dinyanyikan dan film yang diperankannya. Pentingnya pemahaman kesetaraan gender amat diperlukan, karena mampu meredam berbagai hal negatif yang dapat ditimbulkan, seperti kekerasan terhadap perempuan. Kesamaan hak antar gender akan berpengaruh positif terhadap tren, membaiknya pola perilaku masyarakat tanpa mendiskriminasi jenis kelamin. Tak terkecuali pula pentingnya pendidikan kesetaraan gender di kampus. Berikut, kutipan wawancara khusus Reporter Profesi, Ita Andriani bersama Kartika Jahja, Pendiri Bersama Project, suatu gerakan kampanye kesetaraan gender. Apa yang membuat anda tergerak untuk memperjuangkan kesetaraan gender? Suatu waktu, saya sempat jalan-jalan di suatu tempat dan melihat seorang perempuan harus menjaga anaknya yang masih kecil-kecil diting-
gal oleh suaminya. Ia adalah seorang ibu yang tidak ingin meninggalkan anaknya karena berpikir kalau ditinggal mereka ingin makan apa. Itulah ketimpangan saya sehingga membuat hati saya tergerak untuk menjadikan mereka se-
Kartika Jahja - int
Urai data, ungkap fakta, saji berita
tara. Tak hanya laki-laki yang harus mencari rezeki, tetapi perempuan pun bisa. Bagaimana kita mengatasi masalah ini? Ya, dengan bersama-sama antara laki-laki dan perempuan sehingga bukan hanya laki-laki yang memecahkan masalah, tapi perempuan juga. Seperti apa itu ? Kesetaraan gender itu tidak mesti 50:50.Tapi kesetaraan itu jika seseorang bebas menentukan dirinya. Dalam hal ini, perempuan bebas menentukan profesi yang dikehendaki. Kesetaraan tercapai ketika tidak ada lagi pandangan yang membedakan peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Tidak mudah mengubah pandangan masyarakat yang masih melihat bahwa laki-lakilah yang menjadi pemenang dalam segala hal sedangkan perempuan itu hanya tambahan. Saat ini sudah banyak perempuan yang bekerja layaknya laki-laki. Sejauh mana tindakan Anda dalam mensosialisasikan kesetaraan gender ini? Saya kan seorang musisi tetapi juga mampu membuktikan saya tidak lepas dari peran saya sebagai perempuan. Saya tidak hanya berteori dan memotivasi mereka, tetapi dengan tindakan pun saya buktikan. Saya terjun langsung dan mendekati satusatu tanpa memandang mereka siapa. Yang pastinya niat kita untuk membantu dan mereka mau dibantu. Apa pengalaman paling sulit yang pernah anda tangani dalam mempertahankan permasalahaan kaum wanita? Pernah ada kasus dan saya disini sebagai pendamping sosial korban YF. YF ini sebagai
korban pemerkosaan yang terjadi di halte Busway Harmoni dan dilakukan oleh empat orang pelaku. YF ini berkalikali dipanggil untuk dimintai keterangan, menceritakan semuanya sedetail mungkin, mulai saat pertama kali dilakukan sampai akhirnya selesai. Di sini psikologi korban akan semakin tertekan. Hal yang seharusnya orang lain tidak tahu tapi harus di umbar-umbar. Perempuan yang telah menjadi korban harus juga menceritakan semuanya kepada publik. Dan itu semua tidak sebanding dengan putusan hakim yang hanya menetapkan tuntutan satu tahun enam bulan terhadap empat terdakwa yang seharusnya tujuh tahun penjara. Bagaimana implementasi kesetaraan gender di kalangan mahasiswa? Mahasiswa yang aktif dalam organisasi secara umum telah memahami konsep kesetaraan gender. Akan tetapi, implementasi kesetaraan gender dalam organisasi belum dapat terealisasi sepenuhnya. Ini dikarenakan kurangnya sosialisasi untuk menggugah kesadaran dan memberi pemahaman pada mahasiswa secara luas. Serta belum ada kebijakan secara tegas yang berusaha mewujudkan kesetaraan gender, baik dari organisasi mahasiswa sendiri maupun kebijakan fakultas dan universitas. Seperti apa kesetaraan gender bagi kaum muda atau mahasiswa saat ini? Banyak organisasi yang masih dipimpin atau diketuai oleh kaum laki-laki. Perempuan hanya wakil dalam urusan rumah tangga, seperti sekretaris dan bendahara. Dalam pengambilan keputusan, laki-
laki masih berkuasa dan peran perempuan masih sangat lemah dan terkesan dinomorduakan atau dengan kata lain hanya masih sebagai pelengkap keputusan saja. Hal apa yang harus dilakukan suatu instansi pendidikan dalam menumbuhkan kesetaraan gender di kalangan mahasiswa? Disinilah pendidikan berperan sangat besar untuk mengubah pola dan persepsi mengenai kesetaraan gender. Suatu universitas harus menumbuhkan wawasan dan kesadaran mengenai kesetaraan gender. Khusus di setiap fakultas melalui mata kuliah. Bahkan dengan mengadakan berbagai kegiatan, seperti diskusi, pemutaran film, sharing, atau kegiatan yang mengarah pada kepedulian pada sesama mahasiswa. Disinilah peran kemahasiswaan.(*) Biodata Nama: Kartika Jahja Tempat Lahir: Jakarta Tanggal Lahir: 19 Desember 1980 Rekam Jejak: Pendiri Bersama Project, Yayasan Kampanye Kesetaraan Gender; Anggota Gerakan One Billion Rising, kampanye global (Internasional); Vokalis Tika and The Dissidents; Pemeran Film: Kado Hari Jadi (2008); Pintu Terlarang (2009); Di Dasar Segalanya (2010); Penulis: Kolumnis & Freelance Streaming: radioprofesi.com
Lifestyle
Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
13
www.profesi-unm.com
Raup Untung Lewat Endorse Selebgram *Nurul Fildzah Zatalini
Kebebasan menggunakan sosial media saat ini, tak ada habis-habisnya untuk dimanfaatkan oleh sebagian kalangan untuk memenuhi pundi-pundi keuangannya. Salah satu sosial media yang masih eksis adalah Instagram.
I
nstagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto dan video yang dirilis pada 6 Oktober 2010. Setiap bulannya, lebih dari 400 juta pengguna Instagram dari seluruh penjuru dunia melakukan interaksi. Interaksi yang terjadi setiap hari ini terlihat seperti sebuah ladang bisnis bagi kalangan yang memiliki bisnis dunia
maya atau dikenal Online Shop. Kini, orang-orang dapat dengan leluasa mengambil gambar barang dagangannya dan mengunggahnya ke Instagram untuk dijual. Hal itu membuat persaingan bagi para pemilik toko online. Para pencari rupiah ini tentu harus melakukan berbagai cara agar barangnya tetap laku dan eksis dipasaran. Salah satunya dengan melakukan endorsement kepada para pemilik akun Instagram dengan followers banyak dan aktif. Lalu, apa itu endorsement?
Endorsement pada dasarnya berarti dukungan atau saran. Dalam Online Shop, para pemilik mengirimkan barang jualannya secara gratis kepada orang-orang yang populer di Instagram, seperti artis untuk dipromosikan. Cara endorsement ini cukup efektif untuk mempromosikan barang
jualannya. Selain mudah, cepat dan tidak mengeluarkan biaya yang besar, cara promosi seperti ini tertuju langsung kepada pembeli. Endorsement inipun menjadi fenomenal dalam persaingan dan meningkatkan barang jualan toko Namun, fenomena endorsement ini tak hanya terjadi di kalangan orang-orang yang seringkali muncul di layar kaca TV saja. Orang biasa dengan akun instagram yang memiliki banyak pengikut aktif disebut Selebgram. Orang-orang ini men-
jadi sasaran para pemilik bisnis online untuk membantu memasarkan barang dagangannya. Di Universitas Negeri Makassar sendiri tak ketinggalan. Ada banyak mahasiswa yang menjadi selebgram karena memiliki pengikut yang cukup banyak di Instagram. Salah satunya, Halifa Intania. Mahasiswa Jurusan Seni Drama Tari dan Musik yang akrab disapa Ifa ini sering menerima tawaran endorse dari berbagai pemilik Online Shop. Pemilik akun @halifaintania ini membuat akun instagram sejak 2014 lalu. Dengan modal 6520 pengikut aktif, Ifa mulai mempromosikan brand milik Online Shop di akunnya sejak awal 2016. “Mempromosikan brand orang lain adalah kebanggaan tersendiri, karena tidak sembarang orang yang biasanya endorse,” kata mahasiswa angkatan 2013 ini. Mahasiswa yang juga sedang sibuk syuting film “Panai’” ini mengaku, endorse merupakan hal yang sah-sah saja untuk dilakukan selama tidak merugikan orang lain. “Hal negatif menurut saya sekarang ini saya belum dapat. Mungkin bisa saja ada hal negatif kalau menerima tawaran endorse yang abal-abal dan fake,” jelasnya. Perempuan kelahiran Toraja ini selalu menerima tawaran endorse melalui akun sosial media yang ia cantumkan di kolom informasi Instagramnya. “Saya terima endorse free kalau berteman dan kalau orang lain ada harga tersendiri,” katanya. (*)
Jadi Selebgram yang Selektif TAK jauh beda halnya dengan Ika Reskiana Adriani. Sebelumnya, Mahasiswa Jurusan Matematika ini tak pernah menyadari kalau dirinya masuk kategori selebgram dan mulai menjadi incaran para pemilik Online Shop. Riris sapaan akrabnya, mulai membuat akun Instagram sejak SMA. “Dua bulan belakangan ini, Alhamdulillah bisa dibilang sedang kebanjiran endorse,” tuturnya. Pemilik akun Instagram @ririsadriani ini membeberkan, pemilik Online Shop di Instagram tidak asal memilih akun untuk mempromosikan barang jualannya. “Biasanya Online shop pilih orang-orang yang punya follower aktif dan bukan follower palsu,” katanya. Mahasiswa angkatan 2012 ini menjelaskan, pemilik Online Shop mengirimkan barang jualannya kemudian dipakai lalu diunggah dalam bentuk foto ke akun Instagram untuk dipromosikan. “Itu semua dengan tujuan kalau kita share barangnya, ada feedback ke Online shop seperti barang dagangannya bisa laku, followers dan likers juga bertambah,” jelasnya. Walaupun sedang kebanjiran endorse, perempuan asli Makassar ini mengaku membatasi barang-barang yang dipromosikan di akunnya. “Barang yang saya tidak terima untuk di-endorse itu kosmetik, obat-obatan dan aplikasi,” beber pemilik akun dengan 29 ribu pengikut tertanggal 24 Maret ini. Selain itu, Riris mengungkapkan, ada beberapa pemilik Online Shop yang mengirimkan barang juga minta dibayar dan memiliki syarat-syarat tertentu untuk diendorse. “Tapi kalau saya selama ini sih, no terms and free fee selama itu bukan fake endorse,” akunya. Perempuan yang lahir 24 Oktober 21 tahun lalu ini menjelaskan, selain dapat membuat jualan online shop laku, endorsement memberikan keuntungan tersendiri untuknya. “Dengan adanya endorse, tetap bisa tampil fashionable tanpa harus belanja,” tambahnya. (*)
Promosi Produk di KULIAH sambil berwirausaha telah banyak dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi Universitas Negeri Makassar, khususnya di bisnis online shop. Melalui media sosial seperti BBM, facebook, line hingga instagram bisa menjadi lahan promosi yang menguntungkan. Khususnya di instagram, selain menjadi media berbagi foto dan video, tak jarang ditemui akun yang mempromosikan produknya lewat media sosial yang telah eksis sejak 5 tahun lalu itu. Salah satu di antaranya ialah usaha kuliner yang bertempat di Inkubator UNM, Jeka Siomay & Milkshake. Selaku Direktur JeKa Streaming: radioprofesi.com
Siomay & Milkshake, Rian mengatakan pemanfaatan instagram lewat akun @jekasiomay, mampu menarik perhatian konsumen dengan cara memberikan beragam informasi menarik tentang bisnisnya itu lewat foto ataupun video secara unik. Menurutnya, pengguna instagram yang kebanyakan digandrungi oleh kalangan remaja itu bisa dijadikan peluang untuk meraup keuntungan. Apalagi, lanjutnya, remaja yang sering menggunakan media sosial seperti instagram suka mencari informasi jajanan ringan yang murah dan menyehatkan.
“Kalau lewat media sosial seperti instagram, kita bisa lebih friendly dengan konsumen. Selain itu, konsumen juga sudah tau menu yang kita sajikan sebelum konsumen datang ke tempat kami, atau jika ingin memesan dengan jasa antar,” ungkapnya. Alumni Fakultas Ilmu Pendidikan UNM ini pun mengakui, promosi lewat instagram dinilai ampuh dalam meningkatkan pemesanan produknya. “Follower kami welcome, hampir 60% konsumen Jeka Siomay dari instagram,” terangnya. Tak hanya usaha kuliner, media Instagram juga digunakan oleh be-
ragam online shop di bidang fashion. Aim.Adha, misalnya. Usaha jual hijab online tersebut merambah media instagram karena akses instagram yang pada dasarnya berfokus pada pengunggahan foto. "Kalau jualan online kan memang pake foto, dan Instagramlah tempat yang sesuai," tutur pemilik usaha, Adhatami, . Mahasiswa Matematika UNM ini mengaku, tren budaya konsumen saat ini tidak sekonvensional dulu lagi. "Kita harus bisa ikut dengan tren. Sekarang konsumen butuh belanja tanpa ribet, tinggal beli di online shop,” ujarnya. (whd) Urai data, ungkap fakta, saji berita
14
Opini Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
www.profesi-unm.com
Skripsi yang Dibuang Mahasiswa merupakan generasi muda yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Generasi muda yang memiliki tanggung jawab historis untuk mempersiapkan diri untuk masa depan bangsa.
M
enyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Nah, kehidupan sebagai mahasiswa biasanya diawali dengan kebahagiaan, menderita di ujung jalan, dan akan berakhir dengan kebahagian lagi saat lulus. Ketika sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir, semua kebahagiaan akan mengalami pendiferensiasian. Badai pasti berlalu, begitu juga dengan skripsi pasti berlalu. Terlalu banyak suka dan duka mahasiswa tingkat akhir dengan berbagai kesibukan menyelesaikan skripsi, bahkan menjadi cambuk bagi mereka jika skripsi tidak kelar. Skripsi merupakan pengejawantahan pemikiran kompleks seorang mahasiswa yang dituang-
kan dalam suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana. Tapi, bagaimana jika hasil pemikiran tersebut dihilangkan bahkan dibuang begitu saja. Tidak ada penghargaan yang lebih dari birokrasi kampus untuk mahasiswa. Bukan hanya itu, karya ilmiah tersebut itu sebagai implementasi dari tri darma perguruan tinggi, khusunya dalam bidang pendidikan dan pengembangan. Ini lucu untuk didengar dalam kalangan mahasiswa. Terlalu banyak beban dan tanggung jawab yang diberikan kepada mahasiswa khususnya dalam bidang penelitian, mahasiswa dituntut untuk selalu melakukan penelitian dan pengembangan untuk dipublikasikan. Tapi, lihat saja tuntutan tersebut salah satunya dituangkan dalam penyelesain tugas akhir, tapi karya mereka tidak dihargai. Lucu sih dunia kampus ini, birokrasi kampus yang hanya menggugurkan tanggung jawab semata. Bukannya karya mereka diarsip dan ditata rapi dalam ruangan yang elok, malah dihamburkan begitu saja. Alasannya mulai dari ruangan yang sudah penuh, skripsi yang sudah "statis" dibuang. Entah, mungkin birokrasi yang sudah mu-
*Syamsul Alim Bahri
lai bermalas-malasan untuk mengurusi karya mahasiswanya. Pantas, terlalu banyak plagiator dari kalangan mahasiswa dan dosen. Mungkin salah satu penyebabnya dari skripsi yang mereka anggap tak berguna dibuang oleh birokrasi kampus dan ditiru oleh orang yang mendapatkannya. Teknologi semakin canggih dan birokrasi pun semakin canggih menggunakan pola pikir mereka yang tidak terarah bagai besaran skalar yang hanya memiliki besar tapi tidak memiliki arah untuk masa depan kampusnya. Berbagai universitas berlombalomba dalam hal akreditasi kampus, dan salah satu faktor paling penting adalah masalah penelitian
di kampus tersebut. Skripsi adalah salah satunya. Mereka menginginkan kampus yang lebih baik dan elegan tapi hasil karya mahasiswa, khususnya skripsi diabaikan dan dibuang begitu saja. Seharusnya pihak kampus wajib menyimpan hasil karya skripsi dan tugas akhir para mahasiswanya. Jika memang di kampus memiliki keterbatasan tempat untuk menyimpan skripsiskripsi tersebut, dikemanakan dana kampus saat ini, kenapa tidak digunakan untuk membuat suatu ruang lagi khusus pengarsipan skripsi. Pihak kampus sewajarnya menyimpan dokumen berupa berkas file (soft copy) di komputer dan juga hard copy skripsi tersebut tetap dipertahankan untuk referensi bagi peneliti generasi selanjutnya. Tapi, skripsi tersebut harus dihanguskan/dimusnahkan, bukan malah dibuang. Jikalau dibuang kan bisa dijiplak orang nantinya, sehingga menyebabkan plagiator berkeliaran dimana-mana. Jika memang untuk memudahkan pengelolaan arsip skripsi dalam bentuk soft copy, kenapa pihak kampus sampai hari ini masih menerapkan kebijakan penyusunan skripsi dalam bentuk hard copy? Yang menghabiskan ratusan kertas dan pada akhirnya dibuang, tidakkah itu mubazir? Birokrasi
yang dulu tak sama lagi dengan sekarang, terlalu banyak pendiferensiasian kewajiban mereka sebagai pihak universitas. Itulah dunia kampus saat ini, aneh tapi nyata. Ingatlah pengorbanan seorang mahasiswa yang menggarap skripsi sebagai hasil pemikiran mereka selama berada dalam kampus. Mereka hanya butuh penghargaan dan berbagi ilmu dari hasil penelitian mereka. Karya mereka bukan sebagai pengguguran kewajiban jenjang pendidikan S1, bukan untuk dibuang dan dihamburkan. Banyak arti dari karya tulis mereka. Karena kehidupan mahasiswa bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati. tetapi selalu berakhir indah, bagi mereka yang pantang menyerah. Albert Einstein pernah berkata, “Education is not learning of fact, but the training of the mind to think (Pendidikan bukanlah pembelajaran tentang fakta, tetapi latihan otak untuk berpikir)�. Maka, hargai hasil pemikiran mahasiswa sebagai seorang idealis dan penerus bangsa di masa depan. (*) *Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Fisika, Ketua Komisi II MAPERWA FMIPA UNM Periode 2015-2016
Kuliah Bukan Isi Daftar Hadir Saja
T
idak jarang, ketika seseorang diterima di perguruan tinggi yang terbayang adalah kuliah, ujian, lulus, wisuda, dan akhirnya memperoleh gelar akademik. Kegiatan itu diatur sedemikian rupa, persis kegiatan mesin, bersifat rutin, dan monoton. Demikianlah sedikit gambaran kegiatan di perguruan tinggi sekarang ini. Mahasiswa harus kuliah, mendengarkan dosen berceramah, menyusun makalah, dan berdiskusi dengan teman-teman sekelas. Setiap mahasiswa dan dosen, diharuskan mengisi daftar hadir. Daftar hadir ternyata dianggap amat penting, tidak ubahnya pegawai pabrik, buruh di kebun, atau juga kuli bangunan. Tapi kadang aneh, umpama tidak ada daftar hadir, bisa jadi mereka seenaknya, kadang datang atau lebih memilih tidak hadir. Oleh karena itu, mengisi daftar hadir dianggap menjadi penting dan bahkan harus. Mahasiswa masih takut pada daftar hadir, dan bukan takut jika kelak sekalipun menjadi sarjana, menyandang gelar, tetapi tetap miskin ilmu. Gambaran tersebut sebenarnya bukan hal yang menyenangkan. Siapapun prihatin jika misalnya, mahasiswa sudah benar-benar tidak memiliki semangat, atau ber-
gairah dalam mengejar ilmu. Apa yang akan diharapkan, jika kelak, orang yang masih miskin ilmu tersebut mendapatkan ijazah dan memiliki gelar akademik. Akan tetapi siapa sebenarnya yang harus disalahkan, jika keadaan sebagaimana digambarkan itu benar-benar terjadi. Janganjangan mahasiswa menjadi tidak haus ilmu itu merupakan akibat saja dari sistem yang dikembangkan di kampusnya. Manakala gambaran itu benarbenar terjadi, banyak mahasiswa kehilangan semangat belajarnya, maka sistem pembelajaran di kampus harus segera diubah. Perguruan tinggi harus benarbenar menjadi perguruan tinggi. Belajar di perguruan tinggi harus diperbanyak atau ditekankan pada kegiatan riset, sesuai dengan jenjangnya, yaitu antara S1, S2, dan S3. Belajar di perguruan tinggi tidak perlu lagi diperkenalkan dengan konsep. Kalaupun toh harus belajar, hendaknya dilakukan secara mandiri. Siapapun dengan mudah bisa mengakses informasi dari internet melalui komputer, tablet, bahkan HP. Maka, sekadar untuk memahami konsep-konsep yang dimaksudkan itu, mahasiswa akan dengan mudah bisa mencarinya sendiri. Jika masih belum paham, bisa berkonsultasi dengan dosen, teman sejawat,
*Andi Windra Sandi
atau mahasiswa lainnya. Belajar di perguruan tinggi pada zaman banjir informasi seperti sekarang ini, seharusnya melalui kegiatan riset. Sementara orang mungkin saja belum mempercayai bahwa mahasiswa itu sudah mampu melakukan kegiatan riset sendiri. Padahal, riset yang dimaksud adalah riset yang sekiranya bisa mereka lakukan. Untuk mahasiswa S1 tentu berbeda dengan S2, dan S3. Mahasiswa S1 ditekankan pada riset dengan tingkat upaya mengkonfirmasi teori yang dikenali dengan data di lapangan. Permasalahan yang diangkat sederhana, misalnya, apakah teori yang diutarakan oleh dosennya atau yang ditemukan sendiri dari buku literatur bisa
dibuktikan atau ditemukan datanya di lapangan? Penelitian dalam bentuk sederhana seperti digambarkan itu tentu mahasiswa sudah mampu menjalankannya. Jangankan mahasiswa, siswa SMA dan atau SMP saja sudah berhasil mendapatkan temuan-temuan dalam kegiatan penelitiannya. Melalui aktivitas penelitian itu, mahasiswa dengan sendirinya akan membaca buku-buku teks, berdiskusi dengan teman atau dosennya. Bahkan yang tidak kalah pentingnya lagi adalah berlatih menulis dan mengomunikasikan hasil temuannya kepada orang lain. Belajar dengan cara mencari sendiri secara bebas, terbuka, dan berani tetapi bertanggung jawab itulah yang kiranya menjadi lebih menarik. Sebaliknya, belajar di perguruan tinggi bukan sebatas mengikuti kuliah di kelas secara rutin, bersifat birokratis, dan membelenggu. Misalkan, mahasiswa seni rupa belajar tentang telekomunikasi dan sastra. Dengan diberikan tantangan seperti itu, mereka akan agresif, pikirannya akan hidup, kekuatan imajinasi dan atau daya khayalnya akan tumbuh dan berkembang. Bahkan dengan cara itu, mahasiswa akan tertantang dan berlatih menjawab tantangan itu. Prestasi mahasiswa tidak
diukur dari sekadar seberapa banyak kemampuan menyerap informasi dan teori, melainkan seberapa hebat kemampuan mereka dalam mendapatkan informasi, data, dan juga bukti-bukti lainnya di dalam mengkonfirmasi teori yang diperoleh dari literatur dengan kenyataan atau data di lapangan. Belajar di perguruan tinggi sebagaimana sedikit diilustrasikan tersebut, maka kegiatan mahasiswa di kampus akan lebih banyak berbicara tentang ilmu, temuan-temuan baru, berdebat tentang sesuatu yang bersifat ilmiah. Pertemuan antara dosen dan mahasiswa bukan lagi sekadar memenuhi target berapa kali seharusnya masuk kuliah dan menghitung, apakah yang mahasiswa bersangkutan dibolehkan ujian atau tidak. Jika hal demikian yang justru terjadi, maka perguruan tinggi sudah kehilangan sesuatu yang amat mendasar, yaitu ruh atau jiwanya. Mahasiswa ke kampus, hanya sebatas memenuhi kegiatan rutinnya, agar kelak diwisuda dan memperoleh ijazah serta gelar akademik.(*) *Penulis merupakan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Pengurus BEM KEMA FSD
LPM Profesi UNM menerima tulisan dalam bentuk opini dari sivitas akademika. Kirim tulisan Anda ke profesi_unm@ yahoo.com. Tulisan dibatasi maksimal 3.000 karakter. Redaksi berhak mengedit atau memotong tulisan Anda tanpa mengubah makna. Urai data, ungkap fakta, saji berita
Streaming: radioprofesi.com
Profesiana Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
www.profesi-unm.com
Karena Tanda Tangan, Dosen Teknik Kena Tipu Apa jadinya jika dosen yang biasanya ketat dalam memberikan tanda tangan kepada mahasiswa, justru tertipu oleh mahasiswa karena sebuah tanda tangan.
H
al inilah yang menimpa sejumlah dosen di Fakultas Teknik (FT) yang tertipu oleh salah satu mahasiswi dari Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PPK). Kasus itu bermula ketika Endang (samaran) bercerita kepada teman sejurusannya Heti (samaran) bahwa dirinya tidak mampu untuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk semester genap Februari lalu. Heti pun berencana untuk membantu Endang dengan cara meminta sumbangan kepada dosen-dosen hingga ke jajaran pimpinan fakultas dengan menggunakan selebaran sumbangan. Selebaran itu berisi tabel untuk menulis nama-nama donatur, nominal dana bantuan serta tanda tangan atau paraf dari yang telah memberikan sumbangan dalam bentuk uang. Untuk meyakinkan para dosen dan pimpinan fakultas, Heti sengaja menggunakan nama Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan FT, Bakhrani
Rauf dalam selebaran permohonan bantuan dana itu dan memalsukan tanda tangannya. Selebaran yang telah berisikan nama Bakhrani Rauf sebagai donatur pertama itu digunakan Heti untuk mengunjungi sejumlah dosen yang ada di FT. Percaya dengan selebaran yang telah dibubuhi nama dan tanda tangan Bakhrani itu, membuat sejumlah dosen ikut memberikan uang kepada Heti. Harapannya sumbangan itu bisa membantu Endang untuk membayar UKT. Usut punya usut, uang yang dikumpulkan Heti ternyata tidak pernah sampai di tangan Endang. Meski pembayaran UKT Endang telah terbayarkan, namun uangnya bukan dari hasil sumbangan para dosen yang diberikan kepada Heti saat meminta sumbangan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, terungkaplah bahwa Heti
"Kau itu pembohong, mu bilang pake uangnya tantemu bayarkan UKT temanmu, tapi ternyata mintako uang dari atas (pejabat FT, red)" sengaja menggunakan nama dan memalsukan tanda tangan Bakharani untuk memuluskan
jalannya meminta sumbangan ke para dosen. Aksi Heti itu diungkapkan oleh salah satu dosen jurusan PKK, Norma. Saat itu Norma bertemu Heti lalu menegur tindakan yang telah dilakukannya. "Kau itu pembohong, mu bilang pake uangnya tantemu bayar UKT temanmu, tapi ternyata minta ko uang dari atas (pejabat FT, red)," kata Norma kepada Heti pada awal Maret lalu. Kabar bahwa Heti telah menipu para dosen pun menyebar. Semenjak aksinya ketahuan oleh pejabat FT, Heti pun sudah tidak pernah terlihat berada di kampus. Mendengar kabar tanda tangannya dipalsukan, Bakharani enggan berkomentar banyak. Menurutnya, perlu dilakukan verifikasi lebih lanjut untuk mengusut tindakan tidak terpuji yang diduga dilakukan oleh Heti. “Belum jelas kasusnya masih mau diverifikasi. Kita tidak tahu motifnya seperti apa, apa motivasinya sampai dia melakukan itu,” ujar Bakharani. Ia pun mengatakan, kasus ini menjadi lebih rumit karena pelaku tidak bisa dimintai keterangan lantaran tak pernah menampakkan batang hidungnya lagi. “Kita mau konfirmasi, tapi mahasiswa itu tidak pernah bisa diajak komunikasi,” tuturnya. Selaku Ketua Komisi Disiplin
FT, Bakhrani menjelaskan, perlu adanya verifikasi barang bukti jika memang hal ini benar-benar terjadi. "Fakta yang terjadi sekarang adalah kertas yang dipakainya itu aslinya tidak diketahui ada di mana, sulit mengusut jadinya," ujarnya. Sepengetahuan Bakhrani, tanda tangan miliknya yang dicatut oleh Heti merupakan tanda tangan asli miliknya yang difotokopi. "Sepanjang sepengetahuan saya, tanda tangan saya itu difotokopi lalu ditempel ulang di kertas yang dipakainya," ujarnya. Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan ini kemudian memutuskan agar kasus ini ditelisik terlebih dahulu oleh pihak jurusan Heti sendiri. "Dia kan mahasiswa PKK, jadi dikembalikan dulu bagaimana tindakan di PKK," tandasnya. Sementara itu, Ketua Prodi PKK, Kurniawati menuturkan, hingga saat ini tindakan pemalsuan tanda tangan tersebut masih belum ditanggapi serius. “Kabarnya masih simpang siur, harus diperjelas terlebih dahulu,” bebernya. Lanjutnya, pihaknya akan bertindak sesuai prosedur dalam menyikapi masalah tersebut. “Tentu sesuai prosedur, tidak bisa serta-merta melakukan DO. Ada sidang komisi disiplin untuk memutuskan,” ungkapnya. (whd)
LK FBS
Tutorial ICP Tanggung, Mahasiswa “Digantung” MAHASISWA International Class Program (ICP) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM), Yuli (samaran) merasa bingung. Selama satu semester lalu, ia beserta seluruh teman sekelasnya tak mampu melulusi kelas tutorial khusus ICP. Pasalnya, dosen pengampu tutorial belum menuntaskan pertemuan di kelas. Ia beserta teman sekelasnya pun “digantung”. Karenanya, ia tak punya pilihan selain mesti mengulang tutorial tersebut di semester ini. Beban kelasnya pun semakin bertambah. “Selama di semester lima lalu, dosen itu hanya dua kali masuk, dan selebihnya tidak,” keluhnya. Mahasiswa angkatan 2013 ini berujar, ia beserta teman sekelasnya mau tak mau harus mengikuti kelas tersebut di semester yang berjalan saat ini. Jika tidak, maka dirinya akan terhambat dalam penyelesaian studi nantinya. “Kan lulus tutorial itu salah satu persyaratan mutlak bagi mahasiswa ICP untuk bisa selesai di sini,” terangnya. Menanggapi hal tersebut, Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) FMIPA, Muharram berdalih tak tahu menahu terkait mandeknya tutorial ICP. “Saya belum dapat laporan terkait hal itu,” ujarnya saat dikonfirmasi. Guru Besar Kimia ini pun melanjutkan, pihaknya akan segera menindaklanjuti kejadian tersebut. “”Saya tidak setuju dengan hal itu, dan secepatnya akan memberi teguran pada yang bersangkutan,” tegasnya. (fah)
Tak Bersekretariat, Kegiatan Terhambat
SEJAK dilantik Januari lalu, Pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris (HMPS Prasasti) telah menggelar sejumlah kegiatan. Sayangnya, perencanaan kegiatannnya harus berjalan tak maksimal karena tidak tersedianya sekretariat bagi LK. Di antaranya dalam pengadaan inventaris kesekretariatan. Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris (HMPS Prasasti), Zulkarnain pun mengeluhkan belum adanya prasarana tersebut. “Tanpa adanya sekretariat, perencanaan kegiatan jadi kurang maksimal,” akunya Ia mengungkapkan, dengan adanya sekretariat mampu menjalin kedekatan serta komunikasi yang efektif antar pengurus. “Keberadaan sekret bagi organisasi sangat penting untuk menunjang kerja kita, oganisasi bisa lebih produktif, dan keakraban antar anggota bisa terjaga dengan baik,” ungkapnya. Mahasiswa angkatan 2013 ini juga mengaku kecewa karena sebelumnya Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan (PD II) FBS, Syukur Saud telah berjanji menyediakan sekretariat LK pada Februari lalu. Akan tetapi, janji tersebut masih belum terealisasi hingga kini. “Katanya sih, kemungkinan mulai dibangun itu sekretariat bulan April karena birokrasi sementara urus dana pembangunannya” bebernya. Tak hanya Ketua HMPS Prasasti, Ketua Maperwa FBS, Arlin pun telah lama menantikan janji birokrat tersebut dapat terealisasi. Streaming: radioprofesi.com
15
Ia berharap agar pembangunan cepat dilaksanakan dan tidak hanya menjadi janji-janji belaka. “Teman-teman memfollow-up, selalu tanggapannya adalah akan segera dibangun, nyatanya belum”, keluhnya. Menanggapi hal tersebut, PD II FBS, Syukur Saud beralasan, pembangunan sekretariat belum terealisasi karena selama masa transisi dana dari rektorat sulit cair. “Ini tak seperti mengambil uang di ATM. Harus membutuhkan prosedural dan perencanaan yang matang”, ungkap Dosen Jurusan Bahasa Asing ini. Lebih lanjut, eks Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan FBS ini berharap sekretariat yang nantinya disediakan akan menjadi sarana berkreasi dan berinovasi, bukan sebagai tempat berkumpul yang tak produktif. “Insya Allah segera dimulai penyediaannya akhir Maret ini, semoga tempatnya nantinya bukan tempat hura-hura”, harapnya. (pr09)
SUDUT + Bengkalai Lama Rektor Baru - Setop tipu-tipu.. + Biaya Skripsi Tembus Rp 10 Juta - Tapi kok terbengkalai?... + Karena Tanda Tangan, Dosen Teknik Kena Tipu - Tembus Rp 10 Juta? Urai data, ungkap fakta, saji berita
16
Pariwara www.profesi-unm.com
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi Edisi 201 April Tahun XXXIX 2016
Streaming: radioprofesi.com