1
Ada Praktik Nepotisme “Terselubung” di FT Dua Mahasiswa Baru (Maba) kelas khusus Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) jurusan Pendidikan Teknik Elektro (PTE) Fakultas Teknik ”loncat” ke kelas reguler. Perpindahan kedua Maba tersebut disinyalir untuk menghindari pembayaran yang selangit. Diduga, pimpinan di fakultas itu turut berperan. Kedua Maba tersebut masing-masing atas nama Nur Wahyu dan Nursan. Sebelumnya, mereka dinyatakan lulus melalui jalur Ujian Tulis Lokal (Utul) dengan menempati kelas khusus. Merekapun sempat menikmati perkuliahan sekitar empat pekan. Namun tanpa sebab yang jelas, nama keduanya tiba-tiba ditemukan berstatus sebagai mahasiswa reguler, dalam artian setara dengan lulusan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Padahal, pembayaran kelas khusus untuk prodi PTIK sangat berbeda jauh dengan pembayaran kelas reguler. Untuk kelas khusus prodi PTIK jumlah pembayaran persemesternya sebesar Rp1,5juta, sementara untuk program kelas reguler biaya persemesternya sebesar Rp675 ribu. Tak ayal, sejumlah protes dialamatkan ke pimpinan fakultas rajawali itu. Ketua Jurusan PTE, Alimuddin Sa’ban Miru mengaku sangat kecewa terhadap kebijakan atasannya tersebut. Ia menilai, kelas khusus hanya dimanfaatkan sebagai tempat penampungan sementara dari kalangan mahasiswa yang tidak mampu. Alimuddin mensinyalir perpindahan ini dimanfaatkan untuk menghindari pembayaran di kelas khusus yang terlalu selangit. Parahnya, yang membuat pria
FOTO: IYAN - PROFESI
KANTOR. Potret kantor program studi PTIK jurusan PTE FT. Maba dari prodi inilah yang diduga pindah kelas dari khusus ke reguler karena menghindari pembayaran yang terlalu tinggi.
berdarah Pinrang ini sangat kecewa, karena salah satu mahasiswa yang pindah merupakan keluarga dari atasannya. “Kemanakannya PD II Teknik salah satunya itu,” ungkapnya. Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Dekan FT Husain Syam, ia menepis jika kedua maba tersebut dipindahkan. Yang dia pahami, kedua maba lulus melalui dua jalur yaitu PMDK dan Utul. Ia menjelaskan, yang dimaksud pindah adalah ketika mahasiswa bersangkutan sudah kuliah di kelas sebelumnya baru berada di kelas lain. “Yang saya pahami mereka itu tidak mendaftar ulang di Utul,” terangnya. Komdis Dianggap Melanggar Dengan terbongkarnya ihwal tersebut, tak ayal membuat sejumlah pihak menaruh ragu dengan kinerja Komisi Disiplin (Komdis) di FT. Alimuddin mengatakan, regulasi perpindahan ini sangat tidak sesuai prosedur yang berlaku. Ia menilai perpindahan kelas tersebut merupakan
sebuah pelanggaran. Menurutnya, kelas khusus yang dibuka untuk orang mampu tersebut disalahgunakan. “Kelas khusus itu diperuntukkan bagi orang mampu, bukan untuk yang tidak mampu,” tegasnya. Lanjut Alimuddin, perpindahan ini jelas melanggar. Pasalnya, yang boleh menempati kelas reguler adalah mahasiswa yang lulus lewat jalur SNM-PTN bukan jalur Utul. Sementara itu, ketua prodi PTIK, Harifuddin membenarkan jika kedua Maba tersebut “loncat” ke kelas reguler. Pasalnya, menurut Harifuddin karena tidak adanya prosedur yang jelas dalam mengatur tentang perpindahan kelas. Ia mengaku hanya mengikuti instruksi dari pimpinan fakultas. “Tidak ada mekanismenya untuk pindah kelas, perpindahan tersebut merupakan usulan dari atasan,” ungkapnya. Alimuddin pun menyesalkan sikap ketua prodi PTIK yang tidak mengonfirmasi terlebih dahulu perpindahan kelas tersebut kepadanya. “Kenapa dia tidak berlanjut ke halaman 2...
Weekly News Profesi Edisi 07/November/2011