Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
1
Langgar
Statuta UNM
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
www.profesi-unm.org
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
2 Persepsi EDITORIAL_
Setop Obral DO! Semua orang sama kedudukannya di depan hukum. Semua orang berhak mendapatkan pembelaan. Kita adalah sebuah negara demokrasi. Sebuah negara yang mencirikan semua orang berhak mendapatkan pembelaan. Hukum adalah panglima. Hukum adalah pengendali. Skenario penjatuhan sanksi pemecatan terhadap mahasiswa UNM memang sangat santer terngiang di telinga kita akhir-akhir ini. Tidak terkecuali sivitas akademika, hampir seluruh lapisan masyarakat sudah tidak menganggap hal ini berita baru lagi. Penjatuhan sanksi ini jelas sepihak. Bahkan, cacat hukum karena tidak sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam statuta UNM yang berlaku. Birokrasi memang tak lagi memposisikan diri mereka sebagai sebagai fasilitator. Bahkan, kran dialog telah tertutup untuk mahasiswanya. Beberapa kali, mahasiswa mencoba menuntut pencabutan Surat Keputusan (SK) tersebut. Namun, jawabannya hanyalah ancaman Drop Out (DO) kepada mereka yang berani menentang kebijakan. Bungkam, itulah yang dilakukan mahasiswa. Namun itu hanya harmonis versi mereka terhadap seluruh kebijakan sepihaknya. Padahal, jelas dalam peraturan kemahasiswaan pasal 38 dijelaskan, jika komisi disiplin akan memberikan sanksi, mereka harus memanggil atau menghadirkan mahasiswa yang disangka melakukan kesalahan. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud harus dilakukan secara tertulis ke alamat mahasiswa yang disangka melakukan pelanggaran. Inilah yang tidak dilakukan
pihak UNM, sebelum mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tersebut. Pemecatan terhadap salah seorang mahasiswa baru hanya karena memberikan statement yang pro terhadap kegiatan pekan pengenalan akademik Fakultas Bahasa dan Sastra (pelana FBS) jelas sangat tidak relevan dengan alasan pemecatan yang sering mereka lontarkan. Pasalnya, pemecatan Sembilan belas mahasiswa tersebut adalah akumulasi dari rentetan kesalahan sebelumnya. Seperti, penolakan DPP, beraktifitas malam di kampus dan bentuk aktifitas lain yang dilakukan para fungsionaris LK. Lantas, bagaimana dengan Gusti, maba yang juga ikut terseret. Akumulasi darimana? Kasus DO juga melanda mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE). Karena melaksanakan tugasnya sebagai funsionaris LK yaitu melakukan demonstrasi atas penolakan DPP, mereka dikenakan sanksi pemecatan. Meski nama-nama sudah dikantongi pihak rektorat, namun sampai saat ini komdis juga belum melaksanakan prosedur pemecatan sesuai dengan statuta yang menjadi pedoman UNM. Sekiranya, masih ada hati nurani para orang tua kita untuk bertindak adil. Kasus-kasus pemecatan yang melanda kampus pencetak generasi pendidik sangat gampang dikeluarkan oleh mereka yang mengatasnamakan diri pendidik. Jangan sampai istilah, “mahasiswa kayak tukang becak saja berubah menjadi pegawai kayak tukang becak saja.� Kita mencoba melirik kejadian 11 September lalu, pegawai rektorat memukuli demonstran. (*)
085696970xxx Aslm. Mintol profesi bntu tnyakan, knpa honor penari mkssr art the moment masih ad yg belum dpt? Atau mmg belum ad yg dikasih? Pdhl kmi sdh brtandatngn. Jawaban: Pratiwi, Wakil Bendahara Panitia Makassar Art Moment. Saat itu dana masih ada di pihak pariwisata. kalau persoalan tanda tangan, bukan hanya yang mau dikasi honor yang bertandatangan tetapi yang mau dikasi juga baju kaos misalnya. 081242709xxx Aslmu’alaikum. Kpd PR 3, knpa beasiswa pemprov 2011 blum dicairkan? pdhl ini sdh mau masuk thn 2012. Trimksih. Jawaban: Pembantu Rektor III UNM, Prof. Dr. Hamsu A.Gani,M.Pd Harap bersabar sedikit karena sampai saat ini dananya belum cair dari Dinas Pendidikan Pemprov. Kami belum menerimanya.
atas kerja samanya dalam Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) 2011, yang dilaksanakan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Profesi (LPPM) Profesi UNM pada tanggal 29 September - 2 Oktober 2011
Dengarkan terus...
Kami hadir dengan program acara yang lebih baru.
Redaksi menerima opini, saran, dan kritikan terhadap Profesi, mahasiswa, atau birokrasi UNM. Tulisan Anda maksimal 3000 karakter. Redaksi berwenang memotong tulisan Anda tanpa merubah makna, maksud dan tujuan. Kirim tulisan Anda ke email: lppm_profesiunm@yahoo.com Saran dan kritikan ke: 085 256 881 844 atau 085 696 790 648
Nama di bawah ini tidak lagi tercatat sebagai Pengelola LPPM Profesi UNM
Hasbullah
Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Andi Ikhsan, Hamsu A. Gani, Nurdin Noni, Kamaruddin, Baliana Dewan Pembina: Abdullah Dola, Hazairin Sitepu, Mukhramal Aziz, Uslimin Pemimpin Umum: Rahmat Fadhli Sekretaris: Yusrianti Hanike Bendahara: Parni Divisi Penerbitan: Isnaeni Dahlan (Pemimpin Redaksi) Divisi Penyiaran: Nurhasni (Station Manager) Divisi Online: Sahrul Alim (Kepala Divisi) Divisi Penelitian dan Pengembangan: Sitti Marlina (Kepala Litbang) Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/ SK/Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab : Rahmat Fadhli Pemimpin Redaksi: Isnaeni Dahlan Sekretaris: Yusrianti Hanike Bendahara: Parni Redaktur: Asri Ismail Reporter: Sutrisno Zulkifli, Nurjanna Jamaluddin, Fahrizal Syam, Andini Ristyaningrum, Rukmana Mansyur, Sudarmi, Fotografer: Fajrianto Jalil, Muhammad Ilham Layouter/Grafis: Imam Rahmanto Redaksi LPPM Profesi UNM : Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt I Rektorat Lama, Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp. (0411) 887964, e-mail: lppm_profesiunm@yahoo.com, website: www.profesi-unm.org Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Langgar
Statuta UNM
DESAIN SAMPUL: IMAM
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
Mozaik 3
Ilara Peroleh Akreditasi B
Setelah 12 Tahun
Setelah menunggu selama 12 tahun, akhirnya Program Studi Ilmu Keolahragaan (Ilara) UNM mampu meraih akreditasi dengan peringkat B. Keberhasilan ini diraih berdasarkan hasil dari penilaian Badan Akreditasi Nasional tingkat Peguruan Tinggi (BAN-PT) yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2011 lalu dengan pencapaian nilai 337 poin. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan FIK UNM, Ichsani Basith, Sabtu (2/10). “Kita sangat bersyukur dengan pencapaian ini meski berjuang dan menunggu cukup lama,” ujarnya. Sementara itu, Sekretaris Prodi Ilmu Keolahragaan Rusli mengatakan, berdasarkan penilaian tentang nilai, per-
ingkat, dan masa berlaku, Ilara berhak mengantongi izin akreditasi hingga 18 Agustus 2016 mendatang. “Apa yang kita dapatkan saat ini menjadi sebuah bukti bahwa berusaha, bekerja dan berdoa secara bersama-sama akan memberikan hasil menggembirakan sepanjang kita menjaga konsistensi dan komitmen secara bersama-sama pula,” ungkap Rusli. Salah seorang dosen Ilara Wahyudin menegaskan, hasil dari akreditasi yang dicapai saat ini justru memberikan sinyal bahwa ke depan Prodi Ilara harus lebih baik dengan berusaha melakukan inovasi atau terobosan baru sehingga apa yang dicapai Prodi mampu berkorelasi positif dengan masyarakat dan juga bagi alumninya. (FDL)
Mahasiswa FBS Kembali Juara Nasional Setelah Arham Rahman mahasiswa Bahasa dan Sastra (FBS) menjuarai Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) yang diadakan oleh LIPI, kini mahasiswa FBS kembali menjuarai ajang bergengsi tersebut. adalah Hikmawaty Sabar dan Akhmad Affandi. Mereka akhirnya dapat meraih juara dalam ajang tingkat nasional yang dilaksanakan pada 2-4 Oktober lalu. Dari 150 naskah yang terdaftar dalam pemilihan ini, naskah penelitian mereka mampu menembus 15 besar. Hingga akhirnya naskah penelitian yang berjudul “Perilaku Sosial Politik Towani Tolotang (Potret Perjuangan Masyarakat Towani Tolotang)” mampu membawa mereka meraih juara III se Nasional. Perilaku sosial-politik dan bentuk perjuangan eksistensial dalam memertahanankan eksistensi sebuah komunitas adat di kabupaten Sidrap, Towani Tolotang, ternyata mampu menarik perhatian kedua mahasisiwa tersebut. Menurut Akhmad Affandi, komunitas
adat Towani Tolotang masih tetap memegang eksistensinya di tengah modernsasi yang semakin kuat. Dengan pencapaian yang telah diraih, Akhmad Affandi merasa bangga dengan apa yang telah digapainya. Mahasiswa yang baru menginjak semester III ini mengatakan bahwa pengorbanan waktu , tenaga, dan pikirannya selama ini tidak sia-sia. “Ini merupakan hasil kerja keras kami, saya berharap semoga semakin banyak mahasiswa UNM yang bisa menjuarai even nasional sehingga muncul pencitraan UNM yang lebih baik,” katanya. Sementara itu, Hikmawaty Sabar mengaku senang dengan prestasi yang ia peroleh saat ini. Mahasiswa ekponen 07 ini mengungkapkan dirinya tak menyangka dapat menjadi juara di tingkat nasional. “Alhamdulillah, karena ini merupakan ajang yang paling bergengsi, penobatan khusus untuk peneliti remaja. Saya juga bangga bisa membawa nama UNM khususnya saya persembahkan untuk FBS,” tambahnya. (ART)
Snapshot
FOTO: IYAN - PROFESI
USIR DEMONSTRAN. Pegawai rektorat UNM terlibat baku hantam dengan mahasiswa yang tergabung dalam SOMASI (Solidaritas Masyarakat untuk Demokrasi). Mereka berusaha mengusir demonstran yang melakukan aksinya di depan gedung rektorat UNM. Para demonstran berunjuka rasa menuntut keadilan 19 mahasiswa UNM yang telah di-drop out Selasa (11/ 9) lalu.
Kampus, Masihkah Demokratis? Sebagai ranah yang dihuni oleh para kaum intelektual, kampus setidaknya dapat menjadi kiblat demokrasi dalam dunia pendidikan. Hak kebebasan berpendapat dan kemerdekaan berekspresi merupakan sesuatu yang mutlak. Namun, ironisnya pada proses pengejewantahannya justru sangat kontras dengan makna demokrasi secara hakiki. Kebebasan berpendapat mahasiswa justru kerap dibelenggu dengan beragam intervesi. Akibatnya mahasiswa hanya sebagai warga kampus yang manut dan takut untuk “melawan”. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden BEM UNM, Ahmad Jamir saat dialog terbuka demokrasi dan dinamika politik kampus dengan fungsionaris lembaga kemahasiswaan UNM yang diadakan oleh UKM LKIMB di Gazebo Kampus UNM Gunung Sari, (23/09). Menurut Jamir, pada kondisi sekarang terjadi pristiwa yang sangat luar biasa terhadap dinamika berpolitik
dan berdemokrasi dalam kampus. Hal ini, sambungnya, menandakan bahwa akan terjadi proses penghancuran demokrasi secara massiv dalam ranah kampus. Ia menyebutkan secara tak sadar paham demokrasi yang telah terbangun saat ini sudah terkontaminasi dengan paham lain. “Saya melihat sistem Neo NKK/BKK yang coba kembali dimasukkan dalam kampus. Hal inilah yang merusak mimbar berdemokrasi dalam kampus kita,”ujarnya. Padahal, lanjut mantan presiden FEMA FBS ini sistem demokrasi adalah sistem yang sangat ideal yang harus diterapkan dalam kampus. Sementara itu, ketua umum LKIMB Takwir mengatakan dua hal yang harus ada dalam sitem demokrasi. Dua hal tersebut adalah kebebasan dan sifat kritis. “Dalam Islam juga disebutkan bahwa Islam sangat menghargai hak seseorang untuk mengeluarkan pendapat,” ujarnya. (FDL)
FBS Pasca SK DO dan Pembekuan LK
Ketika Napas Tak Lagi Berhembus
Oleh: Andini Ristyaningrum Di mana anak itu? Hati keras bicara sayu. Merentas buih-buih hati keras. Minta seteguk. Insan unggas kota. Di hulur sejadah ikhlas selaut impian. Agar kocek kosong rasa nikmat. Sebait sajak “pengemis” Nas Nasuha ini adalah hembusan nafas yang mewakili kerongkongan insan kampus ungu UNM. Beberapa bocah terlihat asyik bermain bola di lapangan yang tak lagi hijau. Dari sudut lapangan, terdengar sorakan “gol”. Keceriaan jelas tergambar dari raut wajah para bocah tersebut. Namun, tidak pada mantan para pengurus lembaga kemahasiswaan (LK). Setidaknya begitulah pemandangan yang tampak di kampus yang akhirakhir ini naik daun karena “prestasinya” dalam membunyikan genderang pemecatan itu. Sekitar tiga bulan terakhir, hampir tidak
ada lagi forum “diskusi semut” seperti yang biasa tampak di gazebo-gazebo, koridor-koridor, atapun sudut-sudut kampus yang dijuluki kampus ungu itu. Padahal dari diskusidiskusi tersebut lahir ide-ide kreatif. Wajah-wajah ceria, suara petikan gitar, dan gelak tawa yang santer terdengar di gedung bernama DB kini tak lagi terdengar. Gedung yang dihuni oleh tujuh LK itu seperti tak berpenghuni lagi. Gedung DB yang sudah lama “terpaksa” ditinggal oleh para penghuninya. Ya, terpaksa karena dipaksa. Setidaknya sore itu (13/10), lebih berbeda dari beberapa waktu sebelumnya, pasca pembekuan LK di kampus ungu itu. Kini, pukulan gendang terdengar lagi dan tarian gemulai para LK yang aktif di lembaga kesenian kampus juga mulai terlihat lagi. Suarasuara itulah yang telah lama dirindukan. “Kampus sudah menjadi bagian dari hidup kami, setidaknya LK khususnya me-
nyumnya. Ia kembali menghisap rokok di tangannya. “Pasca disegelnya sekretariat, lembaga kemahasiswaan seperti ikut terkubur di dalamnya. Kegiatan kelembagaan betul-betul lumpuh,” terang mahasiswa yang pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Bahasa Asing/ Jerman (Himabara) ini. Di sudut lain, Afdal Kusumanegara sedang duduk di koridor. Tampak di tasnya dua FOTO: IYAN - PROFESI buah atribut lembaga yang disuSEPI. Suasana di Fakultas Bahasa dan Sastra UNM tampak sepi pasca diberlakukannya SK pembekuan LK. lap jadi gantungan tas. “Daripada nandakan bahwa kita memiliki rumah,” ung- hanya digantung dirumah, mendingan saya kapnya sembari menghisap rokok di tangan jadikan gantungan tas,” tutur mantan ketua kanannya. Mimin, lelaki ini akrab disapa, ia Himpunanan Mahasiswa Program Studi adalah salah seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa Jerman, salah satu fungsionaris LK (HIMAPRODI PBSI). Tentu bahasa sederyang dulu menghuni gedung DB. hana tersebut menyirat makna yang luar Sesekali ia tersenyum, namun tampak biasa, bahwa hidup matinya lembaga FBS jelas kekecewaan yang tergambar dari se- bergantung pada birokrasi. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
4 Lensa Orange
Kami Ditindas, Kami MELAWAN! Foto: Fajrianto Jalil & Nurjannah J
KERANDA UNTUK PIMPINAN. Beberapa mahasiswa membawa keranda mayat sebagai simbol matinya demokrasi di UNM. Aksi ini terkait keputusan DO 19 mahasiswa, (19/9).
TANGKAP. Salah satu demosntran yang tergabung dalam SOMASI diamankan dari amukan birokrasi UNM saat aksi menuntut pencabutan SK DO mahasiswa, (11/10).
Rekam. Dekan FBS, Kisman Salija sedang merekam mahasiswa yang demo di depan gedung Fakultas FBS.
Protes. Presiden Federasi Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FEMA FBS) berorasi di depan gedung FBS. Aksi inilah yang kemudian berujung pada penangkapan 5 mahasiswa oleh aparat kepolisian (22/9).
Urai data, ungkap fakta, saji berita
MENGAWASI. Dekan FBS Kisman Salija memperhatikan proses penangkapan mahasiswa FBS yang diduga provokator dalam aksi demonstrasi di depan gedung FBS, (22/9).
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
Reportase Utama 5
Drop Out Mahasiswa UNM
DO
Cacat Prosedural Tanpa pemanggilan, Komisi Disiplin (Komdis) Universitas Negeri Makassar (UNM) tiba-tiba menjatuhkan vonis terhadap 19 mahasiswa. Statuta diabaikan, pemecatan pun menjadi harga mati, tak ada kata kompromi, meski arus protes membahana di seantero Makassar. Ironis!
Poin yang dilanggar UNM BAB IX KOMISI DISIPLIN Pasal 38
...... 3. Komisi disiplin mempunyai tugas dan wewenang a. Menegakkan peraturan kemahasiswaan b. memanggil atau menghadirkan mahasiswa yang disangka melakukan pelanggaran d. pelanggaran peraturan kemahaasiswaan sebanyak-banyaknya 2 kali e. pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam angka huruf d di atas dilakukan secara tertulis ke alamat mahasiswa yang disangka melakukan pelanggaran f. memanggil atau menghadirkan saksi GRAFIS: IMAM - PROFESI
PERTANNGAL 5 September 2011, Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Arismunandar menandatangani Surat Keputusan Drop Out (SK DO) dengan nomor 2190/UNM36/KM/2011. Sampai saat ini alasan pemecatan 19 mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) tersebut masih dianggap berbelit-belit. Pasalnya, alasan pemecatan tidak sesuai prosedur dan melanggar statuta UNM. Anggota Lembaga Badan Hukum (LBH) Makassar, Irham selaku pendamping mahasiswa mengungkapkan, birokrasi UNM melanggar statutanya sendiri. Menurutnya, sebelum ada keputusan, mestinya komdis melakukan pemanggilan terhadap mahasiswa yang dianggap melanggar. “Jelas mereka sendiri yang melakukan pelanggaran, sesuai dengan yang tertuang pada pasal 38 tentang peraturan kemahasiswaan, ” tuturnya. Menanggapi hal tersebut, ketua komisi E DPRD Sulawesi Selatan Andi Yagkin Padjalangi tetap mengharapkan keputusan rektorat bisa ditinjau kembal i demi mempertimbangkan kelanjutan pendidikan para mahasiswa yang dipecat. “Dewan sudah memberikan saran dan masukan sebagai wakil rakyat. Namun, semuanya kembali lagi kepada pihak kampus untuk mengkaji lebih jauh tentang keputusan DO itu,” tandasnya. Prof. Rifdan, selaku wakil komdis UNM mengungkapkan, pihaknya tidak melakukan panggilan kepada 19 mahasiswa tersebut lantaran Dekan FBS Kisman Salija mengakui sudah mengkomunikasikan hal tersebut kepada mahasiswa yang akan dipecat.
Dekan FBS, Kisman yang dikonfirmasi menjawab dengan sedikit melenceng. Ia mengungkapkan, pemecatan tersebut lantaran mahasiswa yang tergabung dalam lembaga melarang mahasiswa menyelesaikan studinya selama bergabung dalam lembaga. “Saat itu saya dipaksa menandatanngani berkas yang isinya tidak boleh menyelaesaikan studi selama berorganisasi, itu kan tidak masuk akal,” pungkasnya. Yuliatri Violta, salah satu mahasiswa DO menganggap alasan yang dilontarkan Kisman tersebut hanya mengada-ada saja. Ia menilai alasan dosen bahasa inggris itu kian berkelok. “Alasan yang dilontarkan samasekali tidak relevan dengan persoalan,”ungkap Yuli. Lanjut Yuli, mestinya kalau alasan seperti itu, kenapa dari dulu tidak disetujui. “Saya tidak mengerti, ayahanda dekan mungkin sudah merasa dipojokkan sehingga alasan-alasan yang dikeluarkan tidak nyambung,” ungkap gadis eksponen 09 tersebut. Pihak LBH, Irham juga kembali mengkritisi alasan Kisman. Menurutnya, pembatasan untuk berorganisasi lagi-lagi melanggar hak setiap hak setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan di luar jalur informal. “Ingat, pengetahuan diperoleh bukan hanya dari lembaga formal tetapi juga melalui lembaga informal. Nah, melalui kegiatan ekstrakulikuler inilah mahasiswa bisa mendapatkan itu,” terangnya. Sementara itu, pembantu dekan bidang kemahasiswaan FBS, Syukur Saud mengakui, memang tidak ada pemanggilan kepada 19 mahasiswa tersebut. “kalau mereka mengaggap proses DO
tidak sesuai prosedur, silahkan bawa ke ranah hukum. Biar mereka melapor, tetap saja sama hasilnya karena mereka punya banyak kesalahan,” tukasnya. Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementrian Pendidikan Nasional, Ibnu Hamad menilai pemecatan ini tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, kementrian enggan ikut campur. Ia akan turun tangan jika kasus pemecatan mahasiswa dilatari dua hal. Yakni faktor akademik dan ekonomi. Ibnu mencontohkan, jika terdapat mahasiswa yang secara akademik tidak memenuhi persyaratan, maka kampus berhak akan mengeluarkan mahasiswa tersebut. “Misalnya IPKnya beradadi bawah 2,0 berturut-turut selama waktu tertentu, itu bisa do DO,” ujar melalui sambungan selular, jumat (16/9). Kedua, faktor ekonomi berkaitan dengan kemapumpuan mahasiswa untuk membiayai kuliah. Ibnu menyatakan, kementrian menjamin tidak boleh ada mahasiswa yang dikeluarkan dengan alasan keterbatasan ekonomi. “Itu tidak boleh,” katanya. Kasus-kasus yang terkait kedua faktor itulah yang bisa diintervensi oleh kementrian jika memang ada kekeliruan pengambilan keputusan oleh pihak kampus UNM. Sedang untuk kasus seperti yang dijumpai di UNM, kementrian tidak akan ikut campur, “Ini lagi-lagi terkait urusan internal kampus UNM. Karena ekonomi bukan, akademik juga bukan,” ujarnya. Sementara itu, Sofyan Salam pembantu rektor bidang akademik mengungkapkan, alasan pemecatan tersebut sudah
sesuai statuta UNM yang dipedomani. Menurutnya, alasan pemecatan ini lantaran mahasiswa melaksanakan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) tanpa ada koordinasi dengan pihak birokrasi. “SK pemecatan dilakukan setelah pihak fakultas dan universitas melakukan beberapa kali rapat yang dipimpin ketua komisi disiplin tingkat fakultas hingga komisi disiplin tingkat universitas”, ujarnya. Ibnu menambahkan, prosedur dasar ospek yang ditetapkan kementrian yakni dikaitkan dengan pendidikan karakter. Calon mahasiswa diperkenalkan dengan lingkungan kampus, teman-teman baru, dan berperilaku sebagai mahasiswa. Calon mahasiswa juga diajarkan untuk saling menghargai, semangat mencintai ilmu, inovatif kreatif, dan cara mencapai prestasi kuliah. “kalau tiba-tiba mungkin rektorat UNM memandang ospek terdapat kekerasan, ya itu sepenuhnya kleputusan rektorat.” Ujarnya. Nahrul Hayat, salah satu mahasiswa DO lainnya, sekaligus panitia PMB mengungkapkan, dalam PMB tersebut sangat jauh dari kekerasan. Ia menuturkan, penyambuatn kala itu bernama pelana. Konten penyambutannya adalah pengenalan akademik seperti pengisian KRS (Kartu Rencana Studi), lembaga-lembaga kemahasiswaan, istilah-istilah dalam kampus dan sebagainya. “PMB yang kami laksanakan asaat itu murni perkenalan akademik. Tidak ada perpeloncoan, pemelakan,” tegas Nahrul saat diwawancarai langsung dalam acara bincang karebosi. (12/10) Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
6 Reportase Utama
UNM Adopsi NKK Jilid II Pola pemecatan mahasiswa yang dilakukan oleh birokrasi UNM diduga sebagai pola yang mirip Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). NKK yakni akronim yang menjadi momok bagi aktivis Gerakan Mahasiswa tahun 1980-an. Istilah tersebut mengacu pada kebijakan keras rezim Presiden Soeharto pada tahun 1978 melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef untuk membungkam aksi kritis mahasiswa terhadap jalannya pembangunan dan kebijaksanaan pemerintah saat itu Basir, Presiden BEM UNM periode 2003-2004, menduga kebijakan yang kini dilakukan birokrasi UNM mirip dengan pola NKK. Melihat prosedur yang dilakukan birokrasi dinilai
diktator, “Semakin menjadi-jadi itu rektormu,”ungkapnya. Tambahnya, Rektorat sangat arogan menanggapi aksi mahasiswa. Contohnya saja, pemanggilan mahasiswa yang bermasalah tidak dilakukan,padahal di zaman dirinya memimpin, sekeras-kerasnya birokrasi tetap melakukan komdis di tingkat fakultas. Setelah itu kemudian, dibawa ke tingkat universitas, ”Ini jelas melanggar statuta,” terangnya. Hanya saja, perbedaan utama yakni cara mahasiswa menanggapi persoalan tersebut. Krisis paradigma diakui melanda aktivis yang ada di UNM. Tak hanya itu, orientasi murni tak lagi dipegang, belum lagi politik praktis yang merajalela. Alhasil, penguasa akan semakin
berkuasa. Selain itu, menurutnya Bentrok yang ada di UNM Selasa lalu, sebagai bukti kurang solidaritas internal UNM(12/10). Semestinya, aksi kemarin tidak didominasi oleh universitas luar tetapi dari UNM sendiri,”Mengapa misalnya bukan Mipa, teknik atau fakultas lain yang gencar, tidak ada ketegangan sosial,” sesalnya. Senada dengan hal tersebut, Irfan Palippui, demisioner presiden BEM UNM mengakui kebijakan rektor yang tidak prosedural,”Rektor gagal,” terangnya. Namun, demikian menurutnya kegagalan tersebut tak lain atas sifat kritis mahasiswa yang lemah, dibanding dengan aktifis terdahulu. (*)
Keputusan Dekan FBS Prematur
Gusti Ketut Satya hanya bisa mengelus dadanya dalam-dalam. Pria asal Mangkutana, Luwu Timur ini terpaksa harus rela mengangkat kopernya lebih awal tanpa sempat merasakan manisnya mengecap dunia pendidikan di perguruan tinggi negeri yang diidam-idamkannya. Mahasiswa baru jurusan Bahasa Indonesia ini tak habis pikir, lantaran hanya ingin mendapatkan haknya mengenal kampus dan senior-seniornya, dirinya terpaksa harus membayar mahal dengan Surat Keputusan Drop Out (SK DO) yang menimpanya. Nama Gusti tercantum pada urutan ke delapan. Kala itu, Gusti tengah asyik menikmati suasana penyambutan mahasiswa baru di ruang DG 102 FBS. Namun, tiba-tiba beberapa orang yang sama sekali tak dikenalinya
datang memasuki ruangan memerintahkan agar seluruh mahasiswa untuk keluar. Gusti yang merasa “nyaman” dengan PMB sontak membela, namun apa daya pria yang ada dihadapinnya itu adalah “tuhan” di universitas ini. Adalah Pembantu Rektor I UNM, Sofyan Salam yang memupus harapan pria berdarah Bali ini. “Kembalikan saja uang SPPnya ini anak,” ungkapnya merobek asa Gusti. Saat diwawancarai beberapa waktu lalu, trauma masih jelas menghantui pria yang memiliki cita-cita menjadi guru ini.”Sebenarnya kak, saya tidak mau ikut campur lagi persoalan itu, saat ini saya sudah di kampung. Saya sakit,”ujarnya sendu. Kejadian naas itu, tak hanya terjadi pada Gusti. Jusmawandi, mahasiswa jurusan bahasa Jerman eksponen 09, turut terjerumus
dalam keputusan sepihak birokrasi kampus orange ini. Di lokasi kejadian, Wandi sibuk memenuhi kerja kepanitiaan. Tiba-tiba kegaduhan terjadi, Ia tampak bingung. Terlihat, beberapa jajaran birokrasi universitas datang “menendang” seluruh maba saat itu untuk keluar. Rasa amarah diakui Wandi, namun ia mencoba diam memendam. “Jelas saya marah, tapi mereka kan orangtua ta ji juga,” ungkapnya Tetapi, beberapa hari kemudian, ia menerima amplop putih yang ditujukan kepada dirinya. Surat itu mencantumkan nama-nama yang ia kenal. Hingga di urutan paling akhir sebuah nama menanggalkan cita-citanya. Jusmawandi, ikut tercatat dalam SK DO itu. Ia juga mengaku kecewa laiknya Gusti. (*)
Tetap Berkarya Meski Dibekukan Melodi petikan gitar, teriakan puisi Sembilu, dan lantunan sebuah lagu perempuan berkerudung kuning, kamis itu (29/09) memecah ruang senat lt.III UNM. Rektor UNM lengkap dengan jajarannya duduk di koridor terdepan. Hamsu A. Gani, kala itu tak mampu menahan tangis hingga mengurai air mata. Seorang pria diantara pelantun itu bercerita saat ia bertemu ibundanya di kampung. Baju yang dikenakannya masih sama saat ia kembali ke kampung halamannya. “Lebih baik Ibu tetap memakai baju ini daripada kau menderita mengejar cita-citamu Nak,” ungkapnya memendam tangis. Hasrul, Kepala Suku Bengkel Sastra (Bestra), mengurai cerita itu di sela pertunjukkannya. Meski LK-nya tak lagi dianggap birokrasi, Bestra tetap melakukan pertunjukkan. SK pembekuan tertanggal 26 Agustus 2011 itu jelas sudah berada di tangan mereka. Walau birokrasi mengeluarkan kebijakan penutupan sekretariat, memblokir kegiatan mahasiswa dan mengancam aktifitas kelembagaan. Namun, hal tersebut tak menciutkan semangat mereka untuk tetap berkarya. “Lembaga kami, Pengurus
SK DO FE Dapat Dianulir Terlepas dari kasus FBS. Sebelumnya, kasus DO di fakultas lain juga sempat santer didendangkan. Adalah Fakultas Ekonomi (FE). Hanya lantaran mahasiswa menuntut transparansi Dana Penunjang Pendidikan (DPP), sejumlah mahasiswa di fakultas tersebut bakal terancam didepak dari kampus orange ini. Birokrasi sebagai orangtua bukannya menjawab tuntutan anaknya itu. Ia justru menutup kran dialog dengan mereka. Ironinya, segala aktivitas akademik di fakultas tersebut juga diboikot. Tak lama kemudian, perang spanduk antara birokrasi dan mahasiswa yang menuntut nilai yang tak kunjung keluar, turut meramaikan fakultas itu,(10/6). Masalah tersebut akhirnya berbuntut pada kebijakan bakal mendepak sembilan nama mahasiswa FE yang dianggap melakukan profokasi. Bedanya dengan kasus di FBS, kasus ini masih dalam tahap menunggu legitimasi pimpinan FE. Nama-nama tersebut sudah berada di tangan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hamsu A. Gani. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan, Chalid Imran mengungkapkan, SK DO sementara diproses. Ia sudah menembuskan nama-nama kepada PR III. Ia mengungkapkan, setelah dekan baru, Prof Munarfah dilantik Januari mendatang, SK tersebut langsung dikeluarkan. “Sementara dalam proses, tinggal menunggu waktu. Setelah pelantikan pimpinan baru FE, maka masalah itu akan dikawal oleh dekan yang baru,” ungkap pria yang dua bulan lagi melepas jabatannya itu, (7/10). Pembantu Rektor III UNM Hamsu A Gani mengungkapkan SK pencabutan bisa saja dianulir asal ada restu dari pihak fakultas. Pihak Universitas kata Hamsu tak memiliki wewenang untuk mengintervensi pihak fakultas dalam hal pengambilan keputusan. Olehnya, Hamsu menyarankan agar sebelum SK DO dikeluarkan, mahasiswa sebaiknya melakukan upaya konsolidasi. “Kalau perlu kalian pergi minta maaf dirumahnya pak dekanmu,” sarannya. Meskipun FE dilanda permasalahan yang sama dengan FBS, akan tetapi Chalid menyayangkan mengenai pembekuan yang dilakukan oleh pihak birokrasi FBS. “Tidak semestinya kita membekukan LK. Cukuplah diorganisir, karena LK kan merupakan bagian dari kemahasiswaan di fakultas,” ungkapnya. Lanjutnya, banyaknya LK di FBS sebaiknya dirampingkan saja tanpa perlu dibekukan. (*) TIM REPORTASE UTAMA Koordinator Reporter
: Imam Rahmanto : Yusrianti Hanike, Isnaeni Dahlan
FOTO: IYAN - PROFESI
TAMPIL. Salah satu penampilan Bestra saat pembukaan acara DJMTD 2011 yang diadakan oleh LPPM Profesi UNM di depan rektor beserta jajarannya.
kami memang dibekukan, tapi hati teman-teman kami masih hidup, karya akan terus kami torehkan buat UNM,” tutur lelaki berambut ikal ini. Hal itu pun dibuktikan saat Bestra masih tampil dalam pembukaan Diklat dan Perekrutan anggota baru LPPM Profesi Kamis lalu, (29/09). Para peserta ikut terenyuh menyaksikan pertunjukkan musikalisasi lembaga yang merayakan hari lahirnya 30 September lalu. ”Pertunjukkannya sangat luar biasa, saya
sampai meneteskan air mata,” ujar Andini. Sementara itu, Dekan FBS, Kisman Salija, malah membantah adanya pembekuan lembaga itu. Menurutnya, mereka hanya melakukan pembenahan pada pengurus lembaga bukan menghentikan kerja lembaga “Kami hanya membekukan pengurusnya untuk sementara hingga pembenahan sekretariat mereka selesai,” jelas pria berdarah Enrekang ini. (*)
SUDUT + Ilara Peroleh Akreditasi B Setelah 12 Tahun - Alhamdulillah ya...... + DO Cacat Prosedur - Trus kenapa dipecat? + Menara-menara Gagal AMDAL - Awas, sanksi mengintai... + Tellu Cappa “Kagetkan” BLHD - Astahgafirullah.... Dg. Tata
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
Reportase Utama 7
GRAFIS: ARUL - PROFESI
Jajak Pendapat Profesi
LK Masih Sangat Dibutuhkan
Oleh : Sitti Marlina
Masih teringat jelas bagaimana demonstrasi oleh Lembaga sebesar 74,6 persen, karena pengembangan wawasan, minat, tersembunyi tak mesti dengan jalan mendepak.Koresponden Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi pada 8-9 Juni lalu. Aksi bakat, dan pengetahuan di luar bangku kuliah. sebanyak 83,3 persen tidak setuju jika mahasiswa yang menmenuntut transparansi Dana Penunjang Pendidikan (DPP) dan jadi pelaksana PMB di FBS di DO. Apatah lagi dengan pemnilai cepat keluar berujung ancaman DO bagi 9 mahasiswa FE. Tak Mesti Dipecat bekuan lembaga mahasiswa. 93,3 persen menyatakan tidak Hingga berita ini diterbitkan, SK DO untuk 9 mahasiswa terseMenilik kasus yang menimpa mahasiswa FE, 90,2 persen setuju. Ini menunjukkan bahwa animo berlembaga mahasiswa but masih dalam proses. Pernyataan dari birokrasi bahwa mer- menyatakan mahasiswa yang menuntut transparansi DPP tidak masih sangat besar. eka tinggal menunggu waktu untuk menanggalkan almamater pantas dipecat, apatah lagi jika tak seimbang antara yang dibaTerkait dengan PMB, sebesar 75,1 persen setuju denUNM pun kian menampakkan hasil akhir. yarkan dengan fasilitas yang ada. Bercermin dengan kasus FE gan pelaksanaannya jika masih sesuai dengan koridornya. Kurang lebih tiga bulan setelah kasus FE, giliran mahasiswa yang membayar DPP, tidak ada balance antara kewajiban dan Ini memperlihatkan kepada kita bahwa PMB direstui selama Fakultas Bahasa dan Sastra yang terjungkal. Sebanyak 19 maha- hak. Nilai tak kunjung lengkap, dan fasilitas perkuliahan yang tidak berkutat dengan perpoloncoan dan kekerasan. Saatnya siswa di DO karena pelaksanaan PMB di Fakultas ungu terse- tak efektif. Bahkan dalam satu ruangan mesti menampung kita saling percaya dan mempercayai. Birokrasi percayakanlah but. Lembaga Kemahasiswaan pun tak berkutik, pembekuan hingga 100 mahasiswa karena terbatasnya ruangan kuliah. kepada LK untuk pelaksana pengembangan minat dan bakat di lembaga jadi amunisi untuk mematikan pergerakan mereka. SeBegitupun di FBS, karena tidak mematuhi titah sang luar bangku kuliah, dan LK hendaknya menjaga kepercayaan gala upaya dilakukan mahasiswa untuk bertahan. Bagaimanakah pimpinan 19 mahasiswa didepak. Padahal jika dibuka kran un- yang diberikan hingga tercipta suasana yang kondusif di kambabak akhir dari drama ini? Akankah mahasiswa akan kembali tuk saling membuka hati, saling melihat nilai-nilai baik yang pus pencetak guru ini. (*) merasakan nikmatnya berlembaga? Dan seperti apa mahasiswa UNM menanggapi obral DO di kampus pencetak Generasi Oemar Bakrie ini? Berdasarkan hal tersebut Divisi Litbang LPPM Profesi UNM melakukan jajak pendapat kepada Menurut anda pentingkah LK kemaha93.3% YA 225 mahasiswa UNM. siswaan di kampus UNM? 6.7% TIDAK Dari 225 koresponden, 93,3 persen dari semua koresponden yang terdiri dari pengurus LK dan mahasiswa biasa, menyatakan bahwa 61.3% YA Apakah Anda Pengurus LK? LK sangat berperan penting dalam kampus 38.7% TIDAK dan sisanya sebesar 6,6 persen memilih tidak penting. Koresponden terdiri dari pengurus LK 74.7% YA Secara pribadi, Apakah LK berperan baik tingkat jurusan, fakultas hingga universiterhadap Anda? 25.3% TIDAK tas sebesar 61,3 persen dan mahasiswa biasa 38,7 persen. Melihat ini bisa Apakah LK membantu memperbaiki sistem/ 81.3% YA kebijakan yang dikeluarkan birokrasi? dikatakan LK punya 18.7% TIDAK peran penting kepada pengurus dan 6.2%YA Apakah Anda setuju jika LK dibekukan? mahasiswa pada 93.8% TIDAK umumnya. Bahkan mahasiswa menYA gaku bahwa LK Pantaskah menurut Anda jika pengurus LK di 9.8% drop out lantaran menuntut transparansi DPP? mempengaruhi 90.2% TIDAK kebijakan yang dikeluarkan Setujukah Anda diadakannya Ospek atau 75.1% YA birokrasi sebePenyambutan mahasiswa baru? 24.9% TIDAK sar 81,3 persen dan sisanya sebe16.9% YA sar 18,6 persen menPantaskah menurut Anda jika pelaksana gaku LK tidak memOspek/PMB di pecat(drop out)? 83.1% TIDAK pengaruhi. Tak hanya itu mahasiswa secara pribadi terbantu GRAFIS: IMAM - PROFESI Sumber: Litbang Profesi dan sampel diambil dari 225 mahasiswa seluruh fakultas di UNM. dengan adanya LK
POLLING PEMBACA
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
8 Inovasi
Mimpi ke Luar Negeri Kian Nyata
Program beasiswa untuk melanjutkan studi S2,S3, ataupun pertukaran mahasiswa di luar maupun di dalam negeri kini semakin meningkat jumlahnya. Tentunya juga dari segi pelayanan untuk mendapatkan persyaratan tersebut pun harus ditingkatkan, seperti halnya, skor TOEFL yang mesti ada. Menurut ketua Center for Language Services (CLS) Muh. Hasbi, pihaknya telah melakukan kerjasama dengan The Indonesian International Education Foundation (IIEF) “Sekarang kita sudah buka pelayanan untuk mendapatkan TOEFL ITP, dan sudah melakukan kerjasama dengan IIEF,” terang dosen bahasa inggris ini. CLS menawarkan bagi siapapun yang ingin mendapatkan skor TOEFL ITP baik itu mahasiswa UNM ataupun dari luar UNM. “Jadi siapa saja yang mau, dapat mendaftar langsung di CLS,” lanjutnya. Menurut darah keturunan Bone ini CLS telah mengeluarkan beberapa program TOEFL diantaranya ; TOEFL ITP, TOEFL Prediksi, TOEFL Preparation, dan TOEFL for Quality Control, yang tiap bulannya diselenggarakan, bahkan ada yang diadakan setiap minggunya. Bukan hanya program TOEFL yang ditawarkan, selain itu CLS juga menawarkan Berbagai macam program yang bisa menunjang kemampuan bahasa asing (inggris), seperti in-House Training, General English dan Translation.
FOTO: ELLANG - PROFESI
TES TOEFL. Sejumlah mahasiswa FBS UNM sedang mengerjakan soal TOEFL yang diadakan oleh Center for Language Services.
Sementara itu, menurut Rahmiana Rahman salah satu peserta TOEFL ITP, beberapa waktu lalu,mengatakan bahwa, salah satu cara untuk mengukur kemanpuan bahasa inggris kita dengan adanya TOEFL ITP. “segala sesuatu butuh ukuran, termasuk kemanpuan berbahasa inggris, nah disitu ITP TOEFL menjadi alat ukurnya” terang alumnus FBS ini. Meski demikian, menurut Rahmiana, TOEFL ITP tidaklah sepenuhnya meng-
gambarkan kemampuan seseorang karna kemampuan speaking belum tercover di dalamnya. Dengan adanya pelayanan ini, sekiranya CLS dapat berguna bagi civitas akademika Universitas Negri Makassar pada hususnya dan seliuruh elemen pada umumnya “Harapan saya kedepannya, CLS akan di kenal oleh instansi-instansi baik yang ada di lingkup UNM maupun yang ada diluar UNM” harapnya. (HAM)
Dubes Tawarkan Kerjasama UNM dengan India Universitas Negeri Makassar kembali menerima angin segar dari Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk India, Andi Ghalib. Kedatangan Dubes kali ini bermaksud membuka jalan kepada UNM untuk melakukan kerjasama dalam pengembangan percepatan pendidikan, khususya di bidang ICT. Menurut Andi Ghalib Universitas yang ada di India yang di tunjang oleh ICT yang baik, itu sangat pesat perkembangannya. Oleh sebab itu Ghalib sangat yakin dengan adanya kerjasama antara UNM dan India,
akan memacu laju perkembangan percepatan pendidikan di kawasan Timur Indonesia. Menurut Andi Ghalib untuk kawasan Indonesia Timur Universitas Negeri Makassar paling strategis dalam melakukan pengembangan pendidikan, karena wilayah Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan, Papua, mereka akan datang ke Makassar untuk menambah ilmu. Disamping itu dubes Indonesia ini menyampaikan bahwa India sekarang ini telah menggencarkan kerjasama dibidang IT.
Dengan adanya dukungan ICT di UNM, mantan wakil gubernur Sulsel ini yakin Makassar dapat menjadi gerbang pendidikan di wilayah Indonesia Timur. Disamping itu dia melihat prosfektif yang cukup bagus di kampus Oemar Bakri ini. "Saya melihat di UNM ini memiliki prosfektif yang cukup bagus." ungkapnya. Sementara itu Rektor UNM, Arismunandar menyambut positif tawaran Dubes RI untuk India. “Semoga dalam waktu dekat ini UNM juga bisa jalan-jalan ke India,” selorohnya. (HAM)
UNM Mediasi Calon Duta Kerjasama Upaya untuk mengembangkan Universitas Negeri Makassar (UNM) menjadi Universitas yang terkemuka ialah harus terus memunculkan ide-ide yang cemerlang. Seiring dengan hal tersebut, pihak rektorat sedang menggodok program Duta Kerjasama Internasional. Program ini dimaksudkan untuk memepermudah penanganan tamu UNM hingga mereka pulang. Selain itu, tujuan diadakannya Duta Kerjasama Internasional ini, diharapkan mahasiswa mendapat keterampilan tentang kerja-kerja di bidang pengembangan kerjasama antar instansi. Menurut pembantu rektor bidang kerjasama, Nurdin Noni, saat ini ia sementara mempersiapkan rekrutmen dan pelatihan untuk hal tersebut. Program Duta ini nantinya dikelola oleh mahasiswa yang terpilih, setelah lulus lewat melalu rekruitmen akan diberi dana pembinaan oleh Universitas. "Jadi semua tamu yang akan melakukan kerjasama dengan UNM mulai dari kedatangan tamu hingga mereka pulang, Duta Kerjasama inilah yang menanganinya." Ungkap Nurdin. Kemampuan bahasa asing yang ditekankan oleh orang berdarah Barru ini. Menurutnya, skill yang paling pertama yang mesti digunakan oleh Duta Kerjasama Internasional ini. Ketika bertemu tamu adalah kemampuan bahasa asingnya, baik tamu yang datang dari dalam negeri terlebih-lebih dari luar negeri. "jadi kemampuan berbahasa asing tentunya sangat perlu," Ujar Nurdin, ia juga menambahkan bagi mahasiswa yang nantinya terpilih menjadi Duta Kerjasama Internasional, selayaknya mengetahui bahasa asing lainnya. "Bukan hanya bahasa Inggris yang mesti diketahui tapi bahasa asing lainnya juga yang mesti tetap ada apakah itu bahasa Inggris , bahasa Arab dan lain sebagainya." lanjutnya. Disamping itu Nurdin Noni juga mengharapkan, mahasiswa yang bergabung nantinya adalah orang-orang yang siap pakai dan memiliki jaringan yang luas agar mempermudah mereka mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan studinya di UNM, "saya harap mahasiswa ini nanti langsung siap di pakai di instansi." harapnya. (HAM)
KKN PBA, Gratis Plus Digaji Bagi mahasiswa UNM yang ingin melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), pihak universitas melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) membuka pendaftaran KKN Pengentasan Buta Aksara (PBA). Kegiatan yang bekerjasama dengan pemerintah Provinsi Sulsel ini memberikan keringanan pada mahasiswa berupa penggratisan biaya pendaftaran. Ketua LPM UNM Ardi mengatakan, selain digratiskan, mahasiswa juga akan diberi dana sebesar Rp400 ribu per bulan selama 2 bulan menjalani KKN. Kerjasama dengan pemprov ini membutuhkan kuota 200 orang yang nantinya akan disebar di beberapa kabuUrai data, ungkap fakta, saji berita
paten seperti Bone, Wajo, Bantaeng, Jeneponto, dan Maros. Meski kuota tidak terlalu banyak, namun menurut Ardi, pihak LPM masih sangat kekurangan peserta. “Kami masih membuka pendaftaran dan semoga program ini mendapat respon yang baik dari mahasiswa,” harapnya. Dosen FT ini menambahkan, pemberangkatan KKN PBA rencanaya dilaksanakan di akhir bulan oktober. Salah satu mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, Miranda mengungkapkan keantusiasannya mengikuti KKN PBA yang secara mendadak diadakan ini. Menurutnya, momen ini sangat tepat untuk mahasiswa yang terlambat mengikuti KKN regular atau yang akan melaksanakan KKN. (FAJ)
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
Reportase Khusus 9
Menara-menara Gagal
AMDAL
UNM kian berbenah. Sejumlah gedung pencakar langit telah ditancapkan. Namun, ditengah ingar bingar pembangunan menuju the world class university, satu hal yang kerap dilupakan, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
TIM REPORTASE KHUSUS Koordinator Reporter
: Asri Ismail : Sudarmi, Fahrizal Syam
Belum rampung rasanya menara phinisi yang memakan banyak biaya, Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali gencar membangun berbagai gedung. Lihat saja, Menara Tellu Cappa Pascasarjana yang sudah dalam tahap pembangunan. Menara yang rencana berlantai 12 ini, tentu tidak memakan dana sedikit. Menurut pengakuan direktur PPs Jasruddin, diperkirakan gedung ini menelan dana sebanyak Rp 90 miliar. Padahal, gedung baru yang berlantai lima yang ada di Pascasarjana belum juga selesai. Gedung yang konsepnya mirip dengan menara pinisi ini juga akan dibangun aula yang menampung 2.500-3000 mahasiswa yang akan di jadikan sebagai pengganti Auditorium Amanagappa. Tak hanya itu, beberapa Fakultas yang ada di UNM juga akan membangun gedung bertingkat. Misalnya, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ( FMIPA) akan dibangun gedung berlantai 13, di Fakultas Ekonomi( FE) berlantai 12, sementara di Fakultas Ilmu Sosial( FIS) direncanakan berlantai tujuh. Terkait dengan dana yang akan digunakan, di FMIPA menurut pengakuan dari dekan, Hamsah Upu gedung tersebut akan menelan dana berkisar Rp 100 miliar, di FE rencana akan menghabiskan anggaran sebesar Rp 152 miliar. Namun, dan di FIS sendiri belum mau menyebutkan jumlah dana yang nantinya akan digunakan. Ditambah lagi, Fakultas Teknik ( FT) dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) juga rencana bangun gedung baru. Kurangnya ruang perkuliahan menjadi alasan bersama. Menurut pengakuan, Amiruddin pembangunan tersebut sengaja di usahakan ada karena di FIS lahannya sempit ditambah lagi jumlah mahasiswa yang banyak. Argumen yang sama juga dilontarkan oleh Salamun Pasda, Dekan Fakultas Ekonomi. Jasruddin selaku Direktur PPs, mengaku pembangunan ini dilaksanakan karena Pascasarjana masih membutuhkan ruang perkuliahan, menambah program pendidikan mereka yang saat ini hanya berjumlah 12 program untuk S2 dan 7 program untuk S3. “Jika sudah selesai nantinya pasca sarjana akan membuka program untuk semua jurusan yang ada di UNM yang saat ini telah direkomendasikan” tuturnya. Arismunandar, mengatakan adanya pembangunan ini karena munculnya berbagai hal yang mendesak, misalnya semakin banyaknya jumlah mahasiswa dan Program studi yang ada di UNM. “Kita melihat bahwa kebutuhan ruang-ruang bagi mahasiswa seiring dengan semakin banyaknya jumlah mahasiswa dan prodi,” terangnya. Tambahnya, mengingat pentingnya peningkatan pelayanan bagi ma-
GEDUNG-GEDUNG BARU UNM Menara Tellu Cappa (PPs) -Rp90 Miliar
Gedung 13 Lantai FMIPA
-Rp100 Miliar
Gedung 12 Lantai FE
-Rp152 Miliar
Gedung 7 Lantai FIS
-belum diketahui
FIP beserta FT berencana akan membangun gedung serupa.
Sumber: Litbang Profesi
GRAFIS: IMAM - PROFESI
hasiswa sebagai suatu stackholder. Menanggapi hal itu, Dekan Fakultas Seni dan Desain (FSD) Karta Jayadi, mengatakan secara fisik ini merupakan lonjatan yang luar biasa. Tapi pembangunan fisik itupun harus sejalan dengan aspek-aspek lainnya, seperti sumber daya manusia (SDM), begitupula dengan administrasinya. “Memalukan sekali ketika simbol-simbol fisik itu muncul tapi simbol-simbol administrasi tidak sejalan, jangan membangun artificial-nya sajalah,” ungkapnya. Tambahnya, jangan sampai UNM membangun lantai 17 tapi banyak kebocoran di dalamnya. Maka, pembangunan itu harus menyeluruh jangan sampai menimbulkan kecemburuan yang luar biasa. “Apakah tidak malu, kalau Pascasarjana mewah sementara S1nya jelek. Padahal, pascasarjana tidak ada dosennya,” Pungkasnya. Lebih Jauh, Karta Jayadi selaku dekan FSD, mengaku kecewa dengan pihak birokrasi terkait tidak adanya pembangunan di FSD. “Di FSD tidak ada pembangunan karena seakanakan FSD bukan bagian dari UNM, padahal FSD itu UNM sendiri,” tutupnya. Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik, Husain Syam juga mengeluhkan pembangunan berbagai gedung di UNM. Menurutnya perbaikan ruangan perkuliahan harus lebih diprioritaskan dibanding membuat gedug supermegah yang tak substansial. “Lebih baik itu ruang kelas dulu diperbaiki, baru nanti gedung-gedung yang dibangun,” tutur pria berdarah Polman ini. Lanjut Husain, kalau toh misalnya gedung-gedung tersebut sudah jadi, apakah seluruh mahasiswa akan menikmati fasilitas gedung supermegah itu. “Kalau menurut saya kita benahi yang lebih substansial dululah,” tegasnya.(*) FOTO: IYAN - PROFESI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
10 Reportase Khusus
Pelaksana Proyek Terancam Pidana Gedung Pencakar Langit Tanpa AMDAL
Pelaksana proyek pembangunan gedung pencakar langit di Universitas Negeri Makassar (UNM) terancam pidana. Pasalnya, dua gedung monumental yang mulai beranjak tinggi tidak mengantongi izin analisis menganai dampak lingkungan (AMDAL). “Dua bangunan pencakar langit UNM (Menara Phinisi dan Menara Tellu Cappa -red) belum memiliki AMDAL, seharusnya itu ada sebelum pembangunan dimulai,” tegas Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Pentaatan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Makassar, Surono, pekan lalu. Petinggi UNM hanya pernah melakukan rapat komisi membahas kerangka acuan AMDAL dengan BLHD (2/10) tahun 2009. Saat itu, kerangka acuan AMDAL yang diajukan UNM dinilai keliru. BLHD pun memberikan waktu untuk memperbaiki selama 30 hari. Namun, pihak kampus ‘Orange’ mengabaikan petunjuk instansi yang berwenang menerbitkan izin AMDAL itu. “Pihak UNM diberikan waktu 30 hari, tetapi tak pernah datang lagi, meski dua tahun telah berlalu,” ungkapnya. Dia pun mengaku heran, gedung pencakar langit UNM telah berdiri kokoh tanpa mengantongi AMDAL. Padahal, surat yang dikeluarkan BLHD menjadi barang wajib sebelum semen dan batu-bata disulap menjadi bangunan. Jika tidak dituntaskan dalam waktu tiga tahun, maka bangunan kebanggaan kampus eks IKIP dianggap kedaluarsa. Menurut Surono, istilah kedaluarsa menandakan sebuah bangunan berpotensi mencamarkan lingkungan. Saat itu juga, Badan Pengawas Pencemaran Lingkungan akan melakukan evaluasi. “Jika sudah dianggap kedaluarsa, maka aparat kepolisian juga sudah bisa melakukan penyelidikan UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LEMBAGA HIDUP Pasal 76 (1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. (2) Sanksi administratif terdiri atas: a. teguran tertulis; b. paksaan pemerintah; c. pembekuan izin lingkungan; atau d. pencabutan izin lingkungan. Pasal 80 (1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf b berupa: a. penghentian sementara kegiatan produksi; b. pemindahan sarana produksi; c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi; d. pembongkaran; e. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran; f. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup. (2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan: a. ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup; b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya. Pasal 81 Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi paksaan pemerintah.
GRAFIS: IMAM - PROFESI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
FOTO: IYAN - PROFESI
DIBANGUN. Seorang pekerja sedang melintas di depan gedung phinisi UNM yang sementara dibangun. Gedung phinisi ini disinyalir masih belum memenuhi syarat izin pembangunan oleh pihak BLHD.
terkait dugaan pelanggaran perizinan,” pungkasnya. Senada aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel, Kurniawan Sabar menegasakan, pembangunan menara Phinisi sejak awal telah bermasalah. Dia mencontohkan, copy-paste berkas tambang batu bara yang dilakukan sebagai salah satu syarat administratif untuk memperoleh AMDAL.
Menara Phinisi juga dipastikan tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB). “Jika AMDAL-nya tidak ada maka IMB-nya juga pasti tidak ada. Bagaimana bisa menbangun, padahal IMB baru ada ketika izin AMDAL juga ada,” terang mantan Presiden BEM UNM periode 2007/2008 itu. Di tempat terpisah, Rektor UNM, Arsimunandar membantah tudingan BLHD
Kota Makassar yang menganggap menara Phinsi dan menara Tellu Cappa tidak mengantongi izin AMDAL. Guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini mengaku, pelaksana pembangunan gedung di UNM ini sudah melalui tahapan administratif. “Jadi semestinya AMDAL pasti ada, karena itu prosedur dalam pembangunan gedung,” kilahnya. (*)
Tellu Cappa “Kagetkan” BLHD Pembangunan gedung berlantai 12 yang diberi nama Menara Tellu Cappa Sempat mengagetkan pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) kota Makassar. Saat ditemui rabu(12/10), Surono tampak kaget ketika mengetahui ada pembangunan yang dilakukan oleh UNM. Pasalnya, sejauh ini belum ada laporan yang sampai pada dirinya tentang pembangunan yang namanya diadopsi dari bahasa bugis tersebut. “Sekarang ini belum ada laporan mengenai pembangunan itu,” tutur Kabid Tata dan Pentaatan Lingkungan tersebut. Bangunan yang sejak 17 September
2011 dilakukan pemancangan tiang pertama ini dinilai Surono telah melanggar aturan dalam pembangunan. Penyebabnya karena izin belum diberikan untuk pihak yang bertanggung jawab mengenai pembangunan itu. “Bagaimana caranya bisa memberikan AMDAL, informasi tentang itu saja belum sampai ke kita,” tegasnya. Lanjutnya, bangunan yang tidak memiliki AMDAL akan diberikan sanksi seperti yang tertuang dalam Undang-undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Padahal, Direktur PPs, Jasruddin ke-
tika diwawancarai mengatakan Menara Tellu Cappa telah mengantongi izin AMDAL. “Izin AMDAL sudah ada, kan tidak mungkin bangunan ini kami kerjakan kalau belum ada AMDALnya,” ungkap guru besar Fisika ini. Sementara Ridwan sebagai Sub bidang Standarisasi Lingkungan LBHD Pemerintah Kota, mengatakan kalau belum ada AMDAL tidak diperbolehkan ada bangunan. “AMDAL baru bisa selesai ketika Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan (SKKL) sudah ditanda tangani. Dan itu tidak gampang, dibutuhkan waktu minimal enam bulan untuk merealisasikannya,” terangnya. (*)
Maraknya pembangunan yang ada di UNM, berimbas terhadap kehadiran Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada diruas jalan tempat dibangunnya Menara Pinisi dan Tellu Cappa. Tentunya mereka yang sudah bertahun-tahun menggantungkan nasib sebagai penjual, akan digusur kerena dinggap mengganggu keindahan menara tersebut. Nasaruddin, salah satu pedagang yang turut berjualan ditempat tersebut, mengaku hanya pasrah dengan keputusan yang nantinya akan diambil oleh birokrasi UNM. “Sekarang saya hanya harap-harap cemas,” tutur pria 56 tahun ini. Daeng Bollo, juga salah satu pedagang
turut khwatir dengan keaadan yang nantinya akan menimpa dirinya. “Saya sudah tidak tahu mau apalagi, apabila tempat ini benarbenar digusur,” ceritanya. Namun, Jika berdasarkan aturan, para PKL ini tentunya harus meninggalkan lokasi berjualan mereka saat ini karena masuk dalam kawasan pembangunan menara Tellu Cappa. Menurut Jasruddin, para PKL tersebut akan diurus oleh Universitas. “Pemindahan PKL akan tetap diurus oleh Universitas” tuturnya. Rektor UNM sendiri mengaku belum memikirkan solusi mengenai hal tersebut. Wacana ini justru membuat para maha-
siswa sontak marah. Mengingat keberadaan PKL tersebut adalah hasil perjuangan para aktifis-aktif kampus itu. Sutrisno yang juga salah satu aktifis kampus, sangat menyesalkan atas rencana penggusuran PKL tersebut. Menurutnya itu adalah keputusan gegabah. “ Birokrasi harus pikir matang-matang dulu sebelum bertindaklah,” pintanya. Karta Jayadi yang juga tidak setuju dengan penggusuran PKL, mengatakan apabila PKL digusur justru akan menimbulkan dampak sosial. “ Kalau bisa pedagang-pedagang itu dibuatkan semacam pusat jajanan serba ada (Pujisera) yang ada di lantai satu Pinisi,” harapnya. (*)
Pencakar Langit Bakal Gusur PKL
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
Laporan Perjalanan 11
Laporan perjalanan PJMTL Medan 2011
Don’t Tell It, But Show! Oleh: Isnaeni Dahlan
Mayat Ruslan sudah tertelungkup di kolam ikan nila di belakang sebuah rumah desa Tanjung, sekitar seperempat jam. Beberapa serdadu bilang kejadiannya baru saja. Tapi mayat pria yang seluruh rambutnya memutih itu sudah kaku. Rahangnya sulit dirapatkan. Tubuhnya bengkak. Saya kira kejadiannya sudah lebih dari sejam. Satu regu serdadu sudah ada di sana bergerombol di simpang jalan desa sejak kejadian. Mereka enggan mengurusi jenazah itu. Mereka cerita kalau Ruslan sudah dua kali hendak melarikan diri. Saat mencoba peruntungannya kali ketiga, di hari yang sama, dia berhasil ditembak mati. Seorang serdadu membalikkan mayat itu. Ada sebutir peluru bersarang di perutnya. Menurut seorang prajurit, Ruslan memang “target operasi.” Saat ditangkap di rumahnya dan hendak digiring ke pos tentara terdekat, Ruslan melarikan diri meski ada tembakan peringatan. Yang mengherankan, tak ada bekas ikatan di pergelangan tangan Ruslan. Kenapa tak ada inisiatif mengikatnya setelah percobaan melarikan diri kali pertama? Berapa jauh sih larinya kakek yang berumur 51 tahun di area persawahan sehingga serdaduserdadu muda itu tak dapat mengejarnya. Di taksir, dari tempat Ruslan melarikan diri hingga tertembak, dia hanya sanggup berlari sekitar 30 meter. Okelah kalau harus ditembak, tapi kenapa bukan dilumpuhkan saja? Tembak di paha saja. Tidak adakah
serdadu yang bisa menembak tepat sasaran dalam jarak 30 meter? Demikian inti cerita Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan. Sebuah tulisan sastra dalam bentuk narasi itu sebanyak 61 halaman dengan ukuran 13,5 x w20 centimeter. Tulisan tersebut dibahas untuk lebih mendalami cara menyajikan berita dalam bentuk narasi. Sesi kali itu dibimbing oleh Fahri Salam setelah materi sebelumnya dibimbing Budi Setiyono. Keduanya merupakan penulis lepas serta instruktur pada yayasan pantau. “Ada yang tahu apa perbedaan straight news dengan feature news?” tanya Fahri Salam sebelum memulai materi feature. Sontak sebagian besar peserta angkat tangan hendak menjawab. Fahri kemudian menyimpulkan, dalam membuat feature yang paling penting adalah fokus. Jangan memotong alur cerita, hindari penulisan berbau mistik, jangan lebay, gunakan logika waktu dan yang paling penting adalah maksimalkan panca indera”. Terang Pria asal Indamayu tersebut. Materi tersebut marupakan materi ketiga. Selama empat hari kami digodok bagaimana menulis profil, narasi, dan meriset. Intinya, don’t tell it but show it!”. Ulang Fahri hampir di setiap materinya. Berkat godokannya tersebut, panitia sukses memediasi peserta yang ingin mendalami cara menulis feature. Kegiatan ini bertema seminggu dalam jurnalisme profesional (Salam Ulos). Dihelat di Berastagi, Medan. Mulai 27 September hingga 1 Oktober.
FOTO: DOK. PRIBADI
BERSAMA PANITIA. Seluruh peserta berfoto bersama panitia usai penutupan Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Lanjut di Berastagi, Medan. (1/10)
Sebelumnya Peserta ada 20 orang yang lulus seleksi untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers Suara Universitas Suara Usu (USU) ini. Namun satu orang batal hadir. Sehingga peserta hanya 19 orang. Masingmasing adalah Isnaeni Dahlan (LPPM Profesi UNM), Abdul Rahman (Identitas UNHAS), Arif Suhandha (UIN Maliki Malang), Robertus Roy Setiawan, Muhammad Adib (LPM Balairung UGM), Sammy Khalifah (LPM Detak USK), Riki Ariyanto (LPM UIN Suska Riau), Nurul Fitria (LPM Ba-
hana Universitas Riau), Mukhlasyn (LPM Inovasi UIN Malang), Muhammad Hamzah (LPM Sumber Post IAIN AR), Muhammad Fanshoby (LPM Institut LPM Jakarta), Muhammad Rahim (LPM Idealita STAIN Batusangkar), Lina Praticia W. (LPM Kanaka Udayana Bali), Gilang Herlindo (LPM Gagasan UIN Riau), Dewi Ananda (LPM Orientasi Mercu Buana), Artinah (LPM Idealita STAIN Batusangkar), Dwi Novi N. (LPM Dinamika STAIN SU), Evi Winda S. (LPM Aklamasi UI Riau) dan Husnul Khatimah (LPM Sumber Post IAIN Raniry,Aceh).(*)
Wisata Lingga Terabaikan Cuaca dingin. Gerimis menyambut ketika peserta Pelatihan Jurnalistik Mahsiswa Tingkat Lanjut (PJMTL) Salam Ulos memasuki daerah itu. Jalannya berkelok. Bau kotoran sapi menyengat. Rumah-rumah penduduk di sekitar tampak tak beraturan. Warga yang tampak hanya tiga orang. Sembari mengabadikan pemandangan di sekitar, sebagian peserta tampak sibuk dengan pikirannya mencari angle yang bagus. Kamis, 29 September. Jam menunjukkan kurang lebih pukul 14.00 WIB. Ini merupakan rangkaian acara yang ke-sembilan. Peserta ditantang untuk turun langsung ke lapangan. Sebelum peserta berpencar, panitia memberikan beberapa petuah sebagai pegangan selama berada di daerah tersebut. Selang beberapa menit, peserta yang lain sudah berpencar. Saya tinggal mematung di depan sebuah perumahan yang berlabel Tourist Information. Sekira sepuluh menit berdiam di situ, belum ada orang yang tampak. Akhirnya saya putuskan untuk menjajaki daerah itu semampu saya. Saya terus melangkah sampai akhirnya saya tertarik pada sebuah bangunan yang tampak reyot. Terlihat begitu angkuh. Tak ada rekanan sepadan di sampingnya. Atapnya terbuat dari ijuk, dindingnya tersusun dari papan tanpa paku. Orang memberinya nama Gerga. Gerga adalah rumah adat di desa Lingga. Terdapat ukiran dengan ornamen cicak yang berjejer di dindingnya. Sebagian atapnya berjatuhan. Jika diperkirakan, hanya menghitung bulan bangunan itu tak beratap lagi. Namun, tiang-tiangnya yang terbuat dari kayu berkualitas menyiratkan bangunan
itu sebenarnya begitu kokoh andai dirawat. Sejenak mengintip dari luar, bangunannya berukuran tak lebih dari 9x12 meter. Pintunya dua dilengkapi dengan delapan jendela. Bangunan itu ditopang dengan dua puluh batang tiang. Orang-orang menamainya rumah adat Karo tapi lebih sering menyebutnya gerga. Namun sejak tahun 90-an, masyarakat Karo tak peduli lagi untuk menghuninya. Karena selain penhuninya malas bergotong royong, pemerintah juga tampaknya ogah memperbaiki yang rumah yang disebut-sebut icon desa tersebut. Hingga saat itu, yang ada hanyalah dua ekor sapi yang sedang menikmati istirahat di kolom bawah. Seorang ibu sedang mengambil kayu bakar di samping rumah adat tersebut. Ia mengenakan jaket merah. Matanya agak kecoklatan. Rambutnya pendek. Bibirnya merah. Ia baru saja usai memakan daun sirih. Namanya Mamak Kasianna. Mamak Kasianna adalah warga desa Lingga. Kasianna berumur 61 tahun. Ia sudah ditinggal suaminya sejak sebelas tahun silam dengan anak sebelas orang. Saat ini, anaknya tinggal dua yang hidup bersamanya. Yang lainnya sudah tersebar di luar kota. Ada yang tinggal di Jakarta dan Medan. Kesembilan anaknya tersebut masing-masing sudah memiliki keluarga. Dulu ia tinggal di rumah adat tersebut bersama ibunya. Yang ketika itu ada delapan kepala keluarga yang menghuninya. Ibunya pun mengakhiri hayatnya di rumah tersebut ketika usianya mencapai 102 tahun. Ia meninggal sekira 30 tahun lalu. Sejak mendiang
ibunya, rumah tersebut mulai tak terawat lagi. maikan dengan pengunjung. Turis-turis Sampai akhirnya atapnya jatuh satu persatu. mencanegara pun tidak pernah absen daPenghuninya pun pelan-pelan meninggalkan lam seminggu. “Dulu kalau hari-hari libur, rumah tersebut. Hingga yang tinggal hanya selalu ramai,” tukas pria yang menjadi pekeluarga Mamak Kasianna. mandu wisata Lingga kurang lebih sepuluh Karena semakin reyot dan tak mam- tahun tersebut. pu memperbaikinya lagi. Ia pun akhirnya Sayangnya, pemerintah sepertinya memilih membangun rumah alternative di kurang peduli dengan peluang ini. Tersek samping rumah adat tersebut. Namun, di pernah menyarankan kepada pemerintah benaknya masih berharap akan ada secuil setempat agar wisata tersebut dibenahi. Nakepedulian pemerintah untuk membangun mun, tak mendapat gubris. Akhirnya sampai kembali rumah itu. “Bagaimana bisa tinggal saat ini Gerga yang ada tinggal dua. Itupun di situ, sudah mau roboh begitu,” keluhnya kurang mendapat perhatian. Sehingga turissambil menunjuk-nunjuk atap rumah adat turis pun berkurang dan dikhawatirkan wisata tersebut. Mamak Kasianna belum bisa rela Lingga nanti hanya menjadi kenangan. “Kameninggalkan rumah tersebut. Ia telah mele- lau pemerintah tetap tak member perhatian, wati hidupnya berpuluh-puluh tahun di sana. saya pun khawatir desa ini sebentar lagi tidak “Banyak suka duka yang tak bisa aku lupa- menjadi apa-apa,” sesal Tersek. (*) kan di situ,” ujarnya Setelah menyelami tutur dari Mamak Kasianna, saya terdorong untuk mengetahui lebih jauh tentang rumah adat di desa tersebut. Dengan bantuan Nd. Palem, saya akhirnya bertemu dengan Tersek Ginting. Pemandu Wisata desa Lingga. Tersek juga menuturkan, sekitar tahun 1975, gerga berjumlah dua puluh delapan. Hal itu membuat desa Lingga menjadi desa yang menarik untuk FOTO: DOK. PRIBADI Peserta PJMTL berpose bersama Pemateri (Budi Setiyono dan di kunjungi. Setiap akhir TANTANGAN. Fahri Salam) di depan salah satu Gerga, sebelum melaksanakan latihan pelipupekan, desa Lingga dira- tan di wisata Lingga. Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
12 Advertorial
Makassar Akan Miliki Monorel Pertama di Indonesia
D
alam waktu tidak lama lagi, kota Makassar akan menyandang predikat sebagai kota pertama di Indonesia yang memiliki angkutan Massal Monorel di Indonesia. Setelah beberapa waktu lalu ibukota Jakarta gagal mewujudkan pembangunan monorel, Pemerintah Kota Makassar malah memperlihatkan kemajuan dengan menggandeng Kalla Group untuk menghadirkan moda transportasi modern ini. Saat berlangsung Ekspose rencana pembangunan monorel Makassar di kantor Walikota Makassar beberapa waktu lalu, Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin berkeyakinan bahwa pada tahun 2014 mendatang, Monorel akan beroperasi di Makassar. “Insya Allah, semoga semua tahapan berjalan lancar, “ ujar Ilham dengan optimis. Pembangunan monorel di Kota Makassar di awali dengan penanda tanganan Nota Kesepahaman antara Pemkot Makassar dengan Kallla Group yang merupakan investor yang akan membangun monorel di Makassar. Menurut Ilham monorel adalah solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan di kota besar seperti Makassar. “ Selain murah, monorel juga sangat efisien, beberapa negara maju di jepang serta di Eropa juga menggunakannya “ ujar Ketua Nasdem Sulsel ini . Ilham menjelaskan bahwa monorel hanya membutuhkan median jalan satu meter saja. “ Bandingkan dengan kereta api yang membutuhkan lahan minimal lima meter, serta subway yang harus menggali di bawah tanah “ katanya. Mungkin masih banyak di antara kita yang bertanya tentang seperti apa monorel itu. Monorel adalah sebuah metro atau rel dengan jalur yang terdiri dari rel tunggal, berlainan dengan rel tradisional yang memiliki dua rel paralel Biasanya rel terbuat dari beton dan roda keretanya terbuat dari karet, sehingga tidak sebising kereta konvensional. Sejumlah negara maju seperti jepang dan Negara – Negara di Eropa lebih dulu telah membangun Monorel untuk meretas persoalan kemacetan di neraganya masing – masing. Monorel Membutuh-
kan ruang yang kecil baik ruang vertikal maupun horizontal. Lebar yang diperlukan adalah selebar kereta dan karena dibuat di atas jalan, hanya membutuhkan ruang untuk tiang penyangga. Sejumlah kelebihan Monorel yakni Bisa menanjak, menurun, dan berbelok lebih cepat dibanding kereta biasa. Selain itu lebih aman karena dengan kereta yang memegang rel, risiko terguling jauh lebih kecil. Resiko menabrak pejalan kaki pun sangat minim. Dalam Ekspose yang di ikuti oleh sejumlah pejabat tekhnis pemkot Makassar serta Perwakilan Kalla Group, di paparkan tentang beberapa perbedaan monorel dengan moda transportasi massal lainnya. “ Monorel tidak mengeluarkan suara bising, ramah lingkungan, serta mempunyai jarak terminal pemberhentian yang relatif pendek “ ujar Solihin Kalla, Direktur pengembangan Kalla Group. Solihin yang juga merupakan putra bungsu Mantan wakil presiden Yusuf Kalla ini menjelaskan, bahwa pihaknya tertarik untuk melakukan investasi di kota Makassar mengingat kota ini merupakan salah satu kota terbesar, tersibuk sekaligus termacet di Indonesia. Yang menarik dalam penjelasan Solihin, bahwa hampir seratus persen pembangunan konstruksi monorel di Makassar akan menggunakan potensi lokal di Indonesia, baik itu armada, konstruksi beton maupun tekhnisi semuanya dikerjakan oleh tenaga – tenaga terbaik dari Indonesia. Sementara itu, terkait dengan keberadaan angkutan kota yang sudah ada, seperti pete – pete, becak serta bentor, Ilham berjanji tetap akan dipertahankan. “ Angkutan kota yang sudah ada tetap akan di berdayakan, bahwa akan dijadikan sebagai feeder untuk menunjang monorer “ kata Ilham. Sejumlah hal masih akan dibicarakan dan disepakati secara bersama seperti penentuan kerjasama konsesi, penentuan rute serta penentuan tarif. “ Kedepan hal yang sangat di butuhkan adalah pembentukan Badan Transportasi Massal yang akan menjalankan berbagai jenis regulasi transportasi
Ilham Arief Sirajuddin Walikota Makassar di Makassar “ ujar Dani Pamanto, staf ahli perencana kota Makassar. Terkait soal tarif, Dani menjelaskan bahwa kemampuan rata – rata warga Makassar untuk kebutuhan terportasi berkisar tujuh ribu hingga sepuluh ribu rupiah setiap harinya. “ Ini juga sangat perlu diperhatikan saat MOU nanti, apakah pemerintah perlu mengeluarkan subsidi untuk tarif atau solusi lainnya agar masyarakat tidak begitu terbebani “ lanjut Dani. Sepertinya, jika melihat perkembangan diatas, kita akan semakin yakin bahwa kota Makassar betul – betul tengah dalam “ on the righ track” untuk kembali sebagai kota dunia seperti abad 16 yang lalu. Sebagai warga kota Makassar, kita patut berbangga dan memberi dukungan atas semua proses ini. Semuga Tuhan memberi berkah atas semua yang kita lakukan. Amien. (*)
Ilustrasi Monorel: Ilham Arief Sirajuddin melakukan lompatan panjang untuk menjadikan Makassar sebagai kota dunia.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
Suplemen 13
Laporan DJMTD 2011
Benih Baru Jurnalis Kampus Pada umumnya menulis merupakan hal yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Namun tidak semua orang mampu menulis layaknya seorang jurnalis. Seorang jurnalis dituntut untuk selalu bersikap militan dalam mengemban tugas kejurnalistikannya, di samping harus menuangkan hasil peliputannya dalam sebuah tulisan. Permasalahannya kemudian, kurangnya keberanian seorang jurnalis dalam menulis membuatnya tak mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang mampu memberikan semangat kepada pembacanya. Ditambah lagi dengan pengetahuan yang minim akan isu yang ditulisnya semakin mempertegas sikap militansi yang kurang dari seorang jurnalis. Maka dari itu, LPPM Profesi kembali menggelar Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) 2011. Diklat ini merupakah langkah awal LPPM Profesi UNM untuk memperkenalkan dunia jurnalistik kepada mahasiswa, khususnya pers kampus. Agenda tahunan ini juga untuk menjaring calon-calon jurnalis kampus yang siap melanjutkan estafet di LPPM Profesi. Diklat yang dilaksanakan pada tanggal 29 september - 2 oktober yang lalu
ini diikuti oleh 71 mahasiswa dari Sembilan fakultas yang ada di UNM, dan juga beberapa peserta dari luar UNM diantaranya dari Unhas, Unismuh, UMI, Stikes Panakukang, dan satu universitas dari luar sulsel yaitu mahsiswa dari Universitas Negeri Semarang. Selama empat hari, peserta menerima berbagai materi kewartawanan dari praktisi media, juga tentang investigasi berita, dan juga kunjungan ke beberapa media lokal di Makassar. Rahmat Fadhli selaku Pimpinan Umum LPPM Profesi mengatakan, kegiatan ini menjadi bukti bahwa banyak
sampai di situ, masih ada hal yang jauh lebih penting yang harus mereka kerjakan. Semua hasil dari diklat mereka harus mereka implementasikan ke dalam sebuah buletin. Dalm waktu kurang dari 4 jam,
FOTO: IYAN - PROFESI
GELAP. Peserta DJMTD mengerjakan buletin dengan suasana yang hanya diterangi oleh cahaya lilin.
para peserta diwajibkan untuk membuat sebuah buletin bersama teman kelompok mereka. Kesabaran mereka kembali diuji ketika harus membuat buletin hanya dengan menggunakan sebuah lilin kecil. Di tengah cahaya remang-remang itulah mereka harus berjuang keras, meneteskan
Nur Inayah - Peserta DJMTD Mahasiswi jurusan Psikologi UNM “Bagus. Bangkikan minat dan potensi mahasiswa di bidang jurnalistik”
Fitriani R - Peserta DJMTD Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris UNM “It was really fun and exciting! Banyak pelajaran jurnalistik yang saya dapatkan. Panitianya juga baik dan ramah. I was enjoying that event.”
FOTO: IYAN - PROFESI
mahasiswa yang nantinya akan menjadi orang-orang yang siap mencari fakta dalam setiap kejadian. Selain itu, kader-kader tersebut juga akan berhubungan langsung dengan orang-orang dari berbagai kondisi sosial, masyarakat UNM khususnya. “Kami berharap kegiatan ini dapat memberi manfaat dan menciptakan jurnalis-jurnalis kampus yang handal,” katanya. (*)
Mengintip Pekerjaan Sang “Kuli Tinta” Salah satu agenda penting dalam Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar 2011 ini adalah praktek investigasi langsung yang dilakukan oleh para peserta. Praktek investigasi ini diharapkan dapat melatih kemampuan para peserta diklat ketika turun ke lapangan untuk melakukan peliputan, sebagaimana jurnalis sungguhnya. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, para calon jurnalis kampus mencoba untuk mewawancarai narasumber yang mereka temui dengan profesi yang berbeda-beda. Mulai dari tukang parkir, tukang becak sampai para wanita penghibur pun coba mereka wawancarai untuk sekadar mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Banyak hal yang mereka dapatkan, mulai dari menghadapi narasumber yang tak mau diwawancarai, bahkan dijahili oleh narasumbernya. Namun itu semua tak membuat nyali mereka ciut, semangat mereka sebagai calon jurnalis kampus yang pantang menyerah membuat mereka tetap berusaha keras. Semangat mereka tak hanya diuji
KATA MEREKA
keringat mereka untuk membuat suatu karya dari apa yang telah mereka pelajari. Bukan suatu perkara mudah, ditengah kegelapan dan rasa lelah yang tak bisa ditahan lagi membuat sebagian peserta tak mampu bertahan, pada akhirnya mereka tertidur. Deadline yang diberikan oleh panitia pun berusaha ditepati oleh para peserta, hingga akhirnya semua dapat menyelesaikan buletin mereka tepat waktu. Semangatlah yang membantu mereka meyelesaikan tugasnya. Perjuangan belum selesai, mereka harus mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka buat. Tanjung bayang menjadi tempat eksekusi bagi mereka. Disinilah kesabaran mereka mencapai klimaks, mereka harus mempertahankan buletin mereka dari kritikan para eksekutor. Banyak yang mampu bertahan, namun ada juga yang hanya bisa terdiam. Pada akhirnya semua karya mereka di bredel. Namun dibalik itu , ada hal penting yang telah meraka pelajari, keberanian dan semangat seorang jurnalis adalah hal yang sangat penting karena jurnalis harus tahu dan berani. (*)
Surya - Peserta DJMTD Mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang “Keren abis! Baru aku temukan hal yang luar biasa. Sedikit kata saja yang mampu mewakili pengalaman yang sangat luar biasa ini. Super sekali!”
Hasbullah - Peserta DJMTD Mahasiswa jurusan Teknik Elektro Unismuh “Program ini sangat bernilai positif bagi saya pribadi karena pada dasarnya saya adalah orang awam yang selalu ingin belajar jurnalistik.”
Ramlawati - Peserta DJMTD Mahasiswi jurusan Administrasi Negara Unhas “Acaranya bagus, terus seru, asyik. Materinya bagus untuk pemula yang mau serius di bidang jurnalistik. Apalagi ada eksplorasi dalam bentuk tugas.”
Asriyanti - Peserta DJMTD Mahasiswi STIKES Panakukang “Moment yang tidak akan pernah saya lupakan. Dunia perawat yang saya geluti sangat berbanding terbalik dengan dunia jurnalistik. Tapi satu kesamaan, yaitu tugas mulia.”
LAPORAN DJMTD: Fahrizal Syam, Imam Rahmanto
SERBA-SERBI
Dihadiri Seluruh Pejabat UNM
PR I Pelit Bicara, PR II “Kabur”
Menurut Rektor UNM Arismunandar, ada hal langka dalam acara yang digelar oleh LPPM Profesi UNM. Ia mengungkapkan, tidak biasanya sebuah acara di UNM yang digelar oleh mahasiswa mampu menghadirkan seluruh pejabat teras UNM. “Ini merupakan hal yang tidak biasa, karena Rektor dan seluruh Pembantu Rektor dapat hadir dalam acara pembukaan DJMTD Profesi,” tuturnya. Selain dihadiri oleh pimpinan universitas, acara pembukaan DJMTD yang digelar Profesi tersebut juga dihadiri oleh beberapa pejabat penting di UNM dan fungsionaris LembagaKemahasiswaan se-UNM. (*)
Banyak hal lucu yang terjadi selama pelaksanaan DJMTD, salah satunya yaitu ketika para peserta ditugaskan melakukan peliputan yang telah disetting sebelum oleh steering Committe. Beberapa diantara Steering Committe ada yang menjadi sosok Rektor beserta jajarannya. Nah, ketika para peserta hendak melakukan wawancara, mereka terus mendekati narasumber yang mereka ingin wawancarai. Salah seorang peserta yang ingin mewawancarai PR 1 harus rela “gigit jari”. Pasalnya jawaban yang dilontarkan sangat irit. tak ayal beberapa peserta harus puas dengan jawaban yang seadan-
ya. Tak sampai disitu, saat wawancara tengah berlangsung, PR 1 “bayangan” tersebut memutuskan pergi ketika wawancara belum selesai. Lain halnya dengan Pembantu Rektor 2, sang PR 2 yang telah ditunggu oleh banyak peserta yang ingin wawancara malah seharian tak menampakkan batang hidungnya, tak ayal ini membuat peserta sedikit gusar. Mereka mencoba menghubungi via telepon tetapi tak ditanggapi. Alhasil wawancara mereka pun gagal total. (*)
Peserta Nyasar Untuk lebih mengenal proses kejurnalistikan, peserta diajak untuk merasakan langsung suasana peliputan di lapangan dengan praktek investigasi. Dibagi dalam beberapa
kelompok dan tempat tugas, peserta kemudian mulai meliput layaknya seorang jurnalis sesungguhnya. Akan tetapi, tanpa diduga, dua orang peserta peliputan dinyatakan hilang sebelum sampai di lapangan. Panitia dan peserta lain sempat dibuat panik sesaat sebelum memulai tugas peliputan. Akan tetapi, setelah ditelusuri, kedua peserta tersebut ternyata kesasar. Menurut pengakuan Saiful, salah satu peserta yang kesasar, mereka terpisah dengan teman kelompoknya usai melakukan kunjungan media di gedung Graha Pena. “Kami sempat kebingungan, dan naik bus yang salah. Akhirnya kami diturunkan panitia di sekitar jl. Penghibur, padahal kami seharusnya bertugas di sekitar jalan Nusantara,” sesal mahasiswa dari Fakultas Ekonomi ini. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
14 Wawancara Khusus
Islam Bukan Agama Radikal
Bukan rahasia lagi jika sebagian besar masyarakat dunia selama ini selalu membesar-besarkan Amerika. Namun, tidak sedikit juga di antara mereka yang mengecam negeri paman sam itu karena perlakuannya terhadap umat Muslim. Pasalnya keberadaan umat muslim di negeri adikuasa itu justru hanya dianggap sebagai tamu bahkan orang asing. Namun, pasca tragedi 11 September 2001 (runtuhnya gedung WTC), umat Muslim di Amerika justru meningkat pesat. Apa yang telah dilakukan umat Muslim di sana dalam memperbaiki citra Islam? Berikut jawaban Muhammad Syamsi Ali Phd, asal Indonesia yang menjadi Chairman Moeslim Fondation of Amerika dengan wartawan Profesi Isnaeni Dahlan usai menjadi pembicara dalam seminar internasional beberapa waktu lalu.
berbeda. Ada di antara mereka berhati-hati, curiga, bahkan mereka cenderung sinis ketika melihat umat Islam. Hal itu disebabkan karena mereka mengganggap umat muslim banyak yang menjadi radikal. Namun tak sedikit juga di antara mereka yang justru menerima dengan penuh keramahan. Bahkan keramahan mereka bisa saja lebih baik dari yang kita duga.
Bagaimana pandangan Anda tentang Amerika?
Amerika dikenal sebagai Negara adidaya. Namun sebenarnya kitalah yang terlalu membesar-besarkannya. Sebenar nya Amerika sendiri baru bangkit menjadi Negara Adidaya. Amerika juga masih mencari jati diri. Memang, secara militer sudah mencapai adidaya. Hal itu, juga bisa dicapai Indonesia apabila memiliki ketegasan dalam pemerintahan.
Menurut anda, bagaimana paradigma masyarakat Amerika terhadap Islam?
Mengenai pandangan Amerika tentang Islam, terdapat dua sudut pandang yang
Paradigma anda sendiri terhadap umat Muslim di Indonesia?
Saya kira masih dalam proses pembangunan dan masih dalam tahap pembenahan diri. Umat Muslim Indonesia saat ini harus menyadari bahwa kita sudah hidup dalam dunia global dimana kalau kita sudah masuk dalam dunia itu berarti apapun yang kita lakukan akan mudah ditangkap oleh masyarakat lain. Oleh karena itu, baik atau buruk yang dilakukan umat Muslim sangat memberikan dampak kepada komunitas umat muslim yang lain. Jadi penting sekali umat Muslim saat ini membenahi diri. Dan bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Negara lain.
Apa yang perlu dibenahi?
Untuk menjawab itu. Saya punya cerita begini. Ada seorang lelaki yang telah saya islamkan di Amerika. Dia menangis. Saya menanyakan, kenapa ia mengangis. Katanya ia menangis lantaran bahagia bercampur sedih. Bahagianya, karena ia sudah masuk Islam. Sedihnya, karena ia mestinya sudah memeluk
agama Islam sejak empat tahun silam kala itu. Namun, hanya karena ia pernah sekali terlambat tutup tokonya lalu ia dipukuli oleh umat Islam. Sehingga ia menunda rencananya masuk Islam. Bahkan, ia juga menganggap bahwa Islam itu kasar.
Jadi apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki citra Islam? Tantangan terbesar ada pada orang muslim. Apakah kita mampu menjadi magnet bagi nonmuslim. Jadi kalau kami sendiri saat ini di Amerika sedang mendorong agar umat Muslim menjadi bagian integral di Amerika. Artinya bahwa kita berusaha agar umat Muslim tidak lagi dianggap sebagai warga asing.
Caranya?
Yang paling penting adalah menunjukkan apapun yang kita lakukan tidak mengecewakan orang-orang di Amerika. Jadi konkretnya jangan menjadi ancaman bagi masyarakat lain. Saat ini kami juga umat Muslim di Amerika sedang membangun jaringan untuk menduduki semua sektor di Amerika. Jadi kita membangun kepercayaan mereka terhadap kita bahwa kita bisa terdepan.
Langkah yang bisa ditempuh untuk mewujudkan hal itu?
Kenapa orang-orang besar di Amerika didominasi oleh orang-orang yang berasal dari timur tengah. Karena hampir semua buku-bukunya itu berasal dari sana. Sekarang belum ada chiliders dari Indonesia yang bisa mencapai hal itu. Sekarang kita berusaha agar ada tokoh dari Indonesia yang berada pada level internasional. Kita akan membangun kepercayaan dunia bahwa kita orang-orang Indonesia pada umumnya dan Muslim pada khususnya bisa jadi pemimpin.
Tanggapan anda, terhadap hadirnya organisasi-organisasi Islam di kalangan mahasiswa?
Sampai saat ini mahasiswa masih sering mengedepankan emosional. Bukan hanya di kalangan ormas (organisasi mahasiswa), hampir semua mahasiswa masih sering bertindak tanpa mempertimbangkannya matang-matang. Di Indonesia sendiri, mahasiswa masih dalam kategori yang labil. Mereka masih didominasi oleh perasaan yang selalu benar. Intinya, kurang penghargaan juga terhadap umat lain.
Apa saran anda buat mereka?
BIODATA Nama : Muhammad Syamsi Ali, MA Lahir : Bulukumba, 5 Oktober 1967 Jabatan : Imam Masjid Islamic Center of New York Penghargaan: - Peraih Gelar BA dalam tafsir dari International Islamic University (1992) - Menjadi A Prayer of Amerika (2004) - Tokoh Agama paling berpengaruh di New York (2006) - Penerima Inferfaith ICLI (2008) - Chairman Moeslim Foundation of Amerika (2008) - Peraih Ellis Island Medal of Honor Award(2009)
Selalulah membuka wawasan. Dan biasanya pengalaman itu adalah guru yang terbaik. Alangkah lebih bagusnya kalau mereka membuat program-program yang terarah. Menjadikan organisasi sebagai wadah untuk melahirkan pemimpin-pemimpin yang berskala internasional.
Anggapan anda terhadap bantuanbantuan Amerika kepada Indonesia?
Tergantung bagaimana kita mempersepsikan. Tapi kita tidak perlu negative thinking. Pada bantuan tersebut, saya kira kita perlu terima dengan reservasi bahwa kita punya. Kami juga di Amerika menjalin kerjasama dengan Yahudi. Kami punya pondasi. Intinya, terima saja dan kita tidak perlu menjadi budak. (*) FOTO: IYAN - PROFESI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
Profesiana 15
Saling Umpet, Main Umpat Kemelut anggaran sebesar Rp20 juta dari Pemerintah Kota Makassar untuk kegiatan Advance Training Nasional BEM UNM beberapa waktu lalu kini mulai terkuak. Indikasinya, aroma “mark up” anggaran sedang menggerogoti tubuh lembaga eksekutif itu. Pasca dinyatakan “raib” seminggu sebelum kegiatan, panitia pelaksana yang menaruh curiga kemudian melakukan penulusuran ke kantor Pemerintah kota Makassar seminggu setelah kegiatan Advanced Training digelar. Ajudan walikota yang ditemui saat itu membantah jika proposal tersebut raib. Pihaknya kemudian mengarahkan ke dinas pendidikan kota. Ketua Panitia pelaksana Safriadi mengatakan, dirinya bersama rekannya Suparmin yang melakukan kroschek di dinas pendidikan kota Makassar saat itu menemukan surat yang telah bertanda tangan atas nama Ketua BEM UNM 2011, Andi Busran Abbas. Selain itu, kata Safriadi, pihaknya juga menemukan surat keterangan domisili dan surat pernyataan bermaterai yang bertanda tangan atas nama yang sama. Meski buktibukti menunjuk pada seseorang, Safriadi belum bisa memastikan pelaku sebenarnya, “Saya tidak mau menuduh siapapun sebelum masalah ini benar-benar jelas,” ungkapnya. Sementara itu, Busran Abbas saat dikonfirmasi tidak mau berkomentar banyak terkait
temuan ini, ia mengaku tidak peduli terhadap tuduhan-tuduhan yang akan ditujukan kepada dirinya. ”Terserah bagaimana, nanti kita lihat saja,” ujar mahasiswa fakultas pendidikan ini menutup pembicaraan. Meski demikian, Safriadi mengaku kecewa terhadap sikap Busran yang sulit dikonfirmasi terkait dana tersebut. “Kami sudah beberapa kali mengundang untuk membicarakannya, tapi yang bersangkutan tak ada respon,” terangnya. Ia juga menyayangkan kedatangan Busran yang tiba-tiba ke Pemkot dan menghalangi pencairan dana itu. Hal senada dibenarkan Bendahara SKPKD Pemkot Makassar, Eda. Ia mengungkapkan, sebelumnya Busran sempat mendatangi Pemkot dan meminta agar dana tersebut dihanguskan saja.”Kemarin dia datang dan menyarankan kalau itu dana tidak usah dicairkan, lebih baik dihanguskan,” bebernya Eda saat ditemui di ruang kerjanya. Akibatnya, pihak pemkot yang mencium perseteruan antar pengurus BEM yang telah demisioner tersebut terpaksa harus menunda pencairan. Ia menerangkan pihaknya tidak berani mencairkan dana
tersebut sebelum ada perintah langsung dari Walikota meski kelengkapan berkas telah dipenuhi, “Nanti bulan oktober baru bisa dicairkan”, terangnya. Presiden BEM terpilih, Ahmad Jamir, juga mengakui adanya riak yang menyentuh nama baik BEM UNM saat ini. Meski sepenuhnya belum memiliki wewenang penuh karena tersandung masalah pelantikan, Jamir telah beberapa kali mencoba mengkomunikasikan hal ini bersama pengurus BEM sekarang dan BEM periode lalu. Namun menurut pengakuannya, hal tersebut belum bisa diselesaikan secara internal. “Kami sudah mencoba memediasi tapi sepertinya memang sulit,” ujar eksponen ‘06 ini yang akrab disapa Ahyar. Ahyar juga menyarankan agar sisa dana tersebut sebaiknya dikembalikan saja ke Pemkot setelah mengganti kerugian panitia advanced , “Daripada dana ini meninggalkan masalah, lebih baik dikembalikan saja, kami dari pengurus BEM sekarang juga tidak mengharapkan sepeserpun dari dana itu” jelasnya. (FAJ)
Tak Dilantik, Siap Angkat Koper Nasib Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) sampai sekarang kini masih terkatung-katung. Lembaga tertinggi di UNM itu kini harus ikhlas menerima kenyataan yang menimpanya. Pasalnya, pasca terbentuknya struktrur pengurus Juli lalu, mereka belum mendapat kejelasan tentang pelantikannya. Ketua BEM UNM Ahmad Jamir (13/10), mengaku bingung dengan tindakan birokrasi yang tak kunjung menghampirinya. Menurutnya, birokrasi ketika ditemui hanya menyuruh agar BEM dan Maperwa bersabar. “Kami sering mengkomunikasikan hal ini ke birokrasi tapi mereka hanya menyuruh kami untuk bersabar dan bersabar,” tutur mahasiswa jurusan bahasa Inggris ini. Senada dengan Ahmad Jamir, Ketua Maperwa Hendrik Setiawan, juga mengaku
kecewa terhadap prilaku birokrasi yang enggan mengukuhkan mereka sebagai pengurus baru di BEM dan Maperwa. “Hampir setiap hari kami melakukan komunikasi dengan PR III, tapi jawabannya tetap sama saja,” ucapnya. Hendrik mengatakan, PR III hanya mengatakan tunggu saja sampai suasana UNM kembali kondusif. Menanggapi hal itu, Pembantu Rektor III Hamsu A Gani mengatakan, pihaknya memang belum punya niat untuk melantik lembaga Eksekutif dan Legislatif tersebut. “Sampai sekarang kami belum punya niat untuk melantik mereka,” ujarnya. Alasannya, menurut Hamsu karena BEM-Maperwa belum bisa membuktikan bahwa pihaknya memang pantas dilantik sebagai pengurus lembaga kemahasiswaan. “Saya melihat memang ada kecenderungan dalam setiap aksi
yang dilakukan oleh mereka pada prinsipnya selalu lawan dan lawan,” ungkap dosen FT ini. Olehnya, Hamsu mengatakan sangat rasional memang ketika BEM-Maperwa hingga kini masih belum dilantik secara yuridis. Jika kondisi ini terus berlanjut, Ahmad Jamir mengaku siap mencopot jabatannya apabila birokrasi tetap bersikukuh untuk tidak melantiknya. “BEM siap bubar kalau memang itu maunya,” tegasnya. Maperwa juga berencana mengikuti jejak yang akan diambil oleh BEM. “Kami juga siap bubar jika memang birokrasi belum juga memberi kejelasan tentang ini,” tambah Hendrik. Persoalan ini, kata Hendrik juga telah ditembuskan ke Rektor UNM Arismunandar, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti). (ASR)
Si Bungsu yang Terlupakan Ada yang terlupa oleh birokrasi Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) beberapa waktu lalu saat mengeluarkan Surat Keputusan (SK) pembekuan Lembaga Kemahasiswaan yang ada di Fakultas tersebut. Sesuai dengan keputusan rapat senat di Fakultas Saraswati itu bahwa semua lembaga kemahasiswaan tanpa terkecuali harus dibekukan. Syahdan, keluarlah SK pembekuan lembaga yang sudah sejak lama dinanti-nantikan oleh para birokrasi di fakultas tersebut. Tercatat sebanyak 23 dari 24 LK akhirnya dibekukan. SK tersebut kemudian ditembuskan ke seluruh jajaran pimpinan yang ada di UNM. Namun, belakangan hari SK yang telah disahkan secara hukum itu justru menjadi polemik dan santer diperbincangkan oleh civitas kampus di FBS. Pasalnya, ada satu Lembaga kemahasiswaan yang luput dari incaran anggota senat fakultas ungu itu. Adalah “Lentera” nama lembaga kesenian di jurusan Bahasa Inggris yang merupakan lembaga paling bungsu di fakultas tersebut. Lembaga itu baru didirikan sejak setahun lalu yang merupakan peralihan dari lembaga kesenian Frame Theatre. “Mungkin karena lentera merupakan lembaga yang masih baru, makanya pihak birokrasi tidak tahu-menahu soal itu,” ujar Arif Rahman Ketua Departemen Penelitian dan Pengkajian Budaya Lentera. Menariknya, saat dikonfirmasi, Pembantu Dekan III FBS Syukur Saud mengakui jika pihaknya saat itu memang melakukan tindakan kecerobohan. Ia mengatakan persoalan tersebut hanya kesalahan teknis yang dilakukan pihaknya. Meski demikian, walau tak tercantum dalam SK, menurut dosen bahasa Jerman ini Lentera “terpaksa” dibekukan meskipun secara yuridis nama lembaga tersebut tidak dicantumkan. “Meskipun tidak tercatat di SK, LK Lentera tetap kami bekukan, ini hanya kesalahan teknis. Ini karena Lentera belum begitu kami kenal, jadi nama Lentera tetap di-include-kan sebagai L K yang dibekukan di FBS,” tuturnya. (NJA/RMA)
Penjaskesrek “Tendang” Ratusan Maba Siapapun jika lulus di jurusan yang diidam-idamkan tentu tak terkira bahagianya. Namun, apa jadinya jika jurusan yang sangat kita dambakan itu justru “direbut” oleh orang lain. Kecewa, itu mutlak! Tragedi ini dapat dijumpai di jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Penjaskesrek) FIK UNM. Lantaran kouta di jurusan tersebut terlalu sesak, ratusan mahasiswa baru terpaksa harus “ditendang” ke Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Penjaskesrek. Pasalnya, kouta yang disediakan dijurusan tersebut hanya 166, sementara peminatnya sebanyak 300 orang. Mereka kembali diharuskan mengikuti seleksi ulang untuk bergabung di jurusan favorit itu. Meskipun pada dasarnya mereka semua telah dinyatakan lulus lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), ujian tulis lokal (Utul), dan PMJK di Penjaskesrek.
"Seleksi ulang diselenggarakan pada saat kuliah perdana selama dua hari meliputi tes tinggi badan, lari, sprint, dan tes lompat tinggi," ungkap Arfandi, mahasiswa baru yang tergusur ke jurusan PGSD. Ia mengatakan keputusan tersebut dinilai kurang menguntungkan dirinya. Mahasiswa asal Polewali Mandar ini mengaku sangat kecewa impiannya untuk kuliah di jurusan Penjaskesrek terpaksa harus pupus. Apalagi, dirinya bersama ratusan teman-temannya yang lain baru mengetahuinya setelah berstatus sebagai mahasiswa. "Kami mengetahui akan ada pengurangan jumlah mahasiswa nanti pada saat kuliah. Alasannya, karena jurusan tersebut dinilai terlalu gemuk, sementara jurusan PGSD Penjaskesrek masih minim mahasiswa," terangnya. Padahal, lanjut Arfandi dirinya mengikuti seleksi di UNM bukan tujuannya untuk menjadi mahasiswa yang akan melahirkannya menjadi guru SD. “Kedua orang tua saya
adalah guru SD, seharusnya saya juga tidak mengikuti jejak mereka lagi,”ungkapnya. Arfandi menambahkan, harusnya kuota mahasiswa Jurusan Penjaskesrek jauh hari telah ditetapkan sebelum penerimaan mahasiswa baru sehingga tidak menimbulkan polemik. "Kalau begini kan kita kecewa, ini kan tidak profesional," sesalnya. Sementara Ai (samaran), mengatakan sebelumnya pihak dosen juga langsung memberikan pilihan ke Maba untuk pindah jurusan.Namun,bagi mahasiswa yang tak ingin pindah maka mereka harus melakukan tes yang dosen tawarkan. Saat dikonfirmasi, Dekan FIK Arifuddin Usman mengatakan, keputusan pengurangan mahasiswa jurusan Penjaskesrek dengan memindahkan ke PGSD Penjaskesrek ini karena adanya kesalahan sistem pada saat penerimaan mahasiswa baru. Arifuddin menegaskan bahwa hal ini telah diketahui oleh pihak uni-
versitas. “Telah ada pembicaraan sebelumnya dengan pihak universitas, dan disetujui pada saat itu”, tegasnya. "Jadi memang PGSD tidak dimasukkan dalam penerimaan mahasiswa karena jurusan ini sudah termasuk konsentrasi jurusan Penjaskesrek," tegasnya. Di tempat berbeda, Ketua Jurusan Penjas Kesrek, Kasman mengatakan masalah tersebut bukan kebijakan jurusan, akan tetapi kebijakan Pembantu Dekan. “Pihak jurusan hanya menerima instruksi langsung dari fakultas untuk melakukan penjaringan ini,”ungkapnya. Namun, dilain pihak, Pembantu Dekan bidang Akademik Baharuddin, mengungkapkan alasan kebijakan yang dilakukan ini merupakan hak prerogratif oleh jurusan masing-masing, yakni Jurusan Penjaskesrek dan PGSD Olahraga. “Tanya saja langsung ke jurusan masing-masing, ini bukan kebijakan saya”, ungkapnya. Jika sudah begini, siapa yang benar? (ISD/TRI/RUL) Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011
16 Persona
Ade Fitriani, S.Si - Bendahara Umum LPPM Profesi UNM (2009-2010)
Temukan Keluarga Baru
Profesi mengajarkan banyak hal dalam hidup. Begitu kata pemilik nama lengkap Ade Fitriani ini. Baginya, lembaga kuli tinta ini telah membuatnya menjadi perempuan yang lebih berani, kuat dan mampu memanage waktu dengan baik. “Di lembaga ini, saya menemukan keluarga yang selalu hadir disaat saya sepi dan bahagia. Sebuah keluarga yang membuatku selalu merindukan profesi,” tutur peraih juara 1 Olimpiade Kimia Tingkat SMA se- Kabupaten Pangkep 2005 ini. Bahkan, mantan Bendahara lembaga penerbitan
dan penyiaran mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) ini mengaku, sulit mendapatkan pengalaman selama bergelut didunia pers kampus eks IKIP lewat bangku kuliah. Betapa tidak, buah cinta dari pasangan Haseng Ganing dan Rampeat Dolo ini, dengan sabar telah menekuni dunia jurnalis selama tiga tahun. Mulai dari magang, pengelola sampai mahasiswa eksponen 2006 ini, dipercaya memegang jabatan penting sebagai pengatur sirkulasi keuangan lembaga pada periode 2009-2010 lalu. Pengalaman menekuni dunia pers kampus, baginya bukan hanya sebatas pelepas waktu luang semata. Lebih dari itu, darah asli Pangkep ini mengaku telah mendapatkan banyak pelajaran. Mulai dari pengembangan bakat menulis
hingga aktif bercuap-cuap di belakang layar 107,05 (sekarang 107.9 MHz) profesi FM. “Dari sini saya juga bisa belajar menjadi seorang penyiar yang. Bahkan bertemu dengan orang-orang yang hebat dan terkenal dibidang jurnalis,” terang mahasiswa jurusan Kimia ini. Selain aktivitasnya sebagai pencari berita, perempuan yang akrab disapa Ade ini, tidak lantas membuat kewajibannya sebagai mahasiswa, untuk menekuni studinya di ruang kuliah. Buktinya, tidak berselang lama setelah masa pengurusan di Profesi usai, gelar sarjana langsung disandangnya. Selama menjadi mahasiswa di kampus pencetak guru ini, perempuan yang usianya genap 23 tahun pada 9 Mei lalu ini, juga aktif di beberapa lembaga lain diluar Profesi. (SNI)
FOTO: FADHLI - PROFESI
Masjid Nurul Ilmi UNM, Gunung Sari
Tak Sekadar Milik Civitas Kampus
FOTO: IYAN - PROFESI
KECIL. Masjid yang dibangun di UNM ini sudah tidak lagi mampu memuat jamaah yang membludak ketika shalat Jumat tiba. Pembangunannya pun harus menunggu rampungnya rencana gedung FE 12 lantai.
Keberadaan Masjid Nurul Ilmi Universitas Negeri Makassar (UNM) kini tak lagi menjadi bagian integral UNM saja. Bukan hanya dari kalangan mahasiswa dan masyarakat kompleks UNM, tapi jamaah yang bertempat tinggal disekitar lokasi mesjid tersebut kini semua datang berbondong-bondong untuk beribadah. Jika hari Jumat tiba, “telat” sedikit dapat dipastikan anda tak akan mendapatkan ruang yang cukup untuk beribadah. Masjid yang terletak di Kampus UNM Gunung Sari ini pertama kali dibangun 2 Mei 1986. Nama Masjid Nurul Ilmi berasal dari bahasa Arab yang artinya “Cahaya Ilmu”. “Maknanya, yang beribadah di masjid ini adalah orang-orang yang menuntut ilmu dan yang membangunnya adalah orang-orang Urai data, ungkap fakta, saji berita
yang bekerja di bidang pendidikan,” jelas Muhammad Amin Rum selaku sekretaris pengurus Masjid. Sesuai dengan namanya, maka banyak mahasiswa UNM yang memanfaatkan Nurul Ilmi sebagai tempat menuntut ilmu selain kampus. Masjid yang dulunya hanya berasal dari dinding bambu dan atap seng bekas ini kini seringkali dijadikan mahasiswa sebagai tempat berdiskusi dan melaksanakan kajiankajiaan tertentu. Menurut Amin Rum, ketika masih berupa Masjid Bambu, air hujan sering merembes masuk ke dalam ruangannya. Oleh karena itu, lanjutnya, muncullah inisiatif membentuk panitia demi membangun masjid di samping kampus. “Meskipun ada larangan membangun
masjid di kampus oleh menteri IPK Daud Yusuf, tapi kami tetap berusaha membangunnya. Malah secara sembunyi-sembunyi” kenang pria paruh baya ini.
Menunggu Dipugar
Melihat kondisi Masjid dengan jamaah yang semakin banyak, maka panitia masjid berencana untuk memperbesar Nurul Ilmi. Hal ini diungkapkan oleh Amin setelah mendapat keterangan dari Pembantu Rektor II UNM Andi Ikhsan. “Rencananya nanti akan dibangun dua lantai. Soal bentuknya, saya belum tahu pasti bagaimana,” ujar Ikhsan. Akan tetapi, lanjutnya untuk saat ini pembangunannya harus menunggu setelah pembangunan gedung 12 lantai Fakultas Ekonomi selesai. (SUD)
Yunita Haruna, Putri Pariwisata SulSel 2011
Perkenalkan Dialeg Makassar Siapa nyana seorang mahasiswa UNM juga mampu berlaga di ajang kompetisi nasional sekelas Duta Putri Pariwisata Indonesia. Adalah Yunita Haruna, mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar (FBS UNM) dapat membuktikan kapasitasnya sebagai pemenang dalam Duta Putri Pariwisata Sulsel tahun ini. Dara kelahiran Ujung Pandang, 5 Oktober 1990 ini menyingkirkan pesaingnya dari sejumlah Duta Putri Pariwisata kabupaten di Sulsel. Anak tunggal dari pasangan Haruna dan Yuniar ini juga memang tergolong anak yang sangat mandiri. Terbukti, di sela-sela kesibukan kuliahnya, dia masih meluangkan waktunya menjadi penyiar radio di salah satu radio swasta di Makassar. Berbicara soal prestasi, mahasiswa yang sejak kecil punya hobby modeling ini telah menorehkan berjubel penghargaan. Di antaranya, pernah meraih Juara Harapan II Putri Indonesia Sulawesi Selatan 2010, Juara Top Model Remaja Fajar 2011 dan saat ini menyandang predikat sebagai Putri Pariwisata Sulawesi Selatan 2011. Karena ketertarikan dan kecintaannya terhadap tempat-tempat wisata, mahasiswa berdarah Soppeng ini memutuskan untuk mengikuti ajang bergensi menjadi Putri Pariwisata. Dan Yunita berhasil memenangkan ajang tersebut. “Dalam diri saya ada kecintaan terhadap kepariwisataan, kebudayaan kearifan lokal Sul-Sel, maka saya mencoba ikut ajang Putri Pariwisata, dan Alhamdulillah saya berhasil,” ungkap anak dari dosen Fakultas Teknik ini. Menurut Yunita, potensi pariwisata kota Makassar sudah lengkap, hanya perlu pembenahan dengan sarana dan prasarana dan butuh sedikit sentuhan Sumber Daya Manusia (SDM). Yunita berharap dia bisa mengharumkan nama Sul-Sel dengan kembali menjadi pemenang Putri Pariwisata Indonesia 2011. Yunita juga ingin memperkenalkan dialeg Makassar pada putri-putri dari daerah lain di Indonesia. Perempuan berparas cantik ini berpesan agar rekanrekan mahasiswa untuk tidak melupakan bahasa daerah mereka. Selain itu, Yunita ingin menjadikan dialeg Makassar sebagai trend di luar Sulawesi Selatan. Walaupun tidak terpilih sebagai Putri Pariwisata Indonesia 2011, namun Yunita tetap bangga bisa menjadi Putri Pariwisata dari Sul-Sel dan berdiri di panggung kebanggaan malam itu dengan para putri pariwisata lainnya. (NJA)