1 Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
www.profesi-unm.com
Tabloid Mahasiswa UNM
Pengemban Tridharma Perguruan Tinggi
Bidik Profesor Malas
Hal. 4 I Guru Besar Dilarang "Numpang" Gelar Hal 13 I Kartu Kuartet, Media Belajar Baru Siswa SD Hal 15 I Tidak Ramah di Kantong Mahasiswa www.profesi-unm.com
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018 Urai data, ungkap fakta, saji berita
2
persepsi www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
EDITORIAL
surat dari pembaca
Kampus Tak Butuh Profesor Malas DIMANA ada rajin, pasti ada orang yang malas. Begitulah yang kerap kali dialami oleh sebagian orang. Bahkan, profesor sekalipun. Menyandang jabatan fungsional seperti guru besar tentunya bukan hal yang mudah. Harus melewati jenjang akademik tertinggi, serta melakukan penelitian, membuat jurnal, dan menulis buku. Namun, yang namanya malas terkadang sering kali datang menghampiri. Sebagai pemangku jabatan fungsional tertinggi bagi dosen, yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi, sayangnya guru besar masih kerap tidak menjalan kewajiban mengajar serta melakukan penelitian. Pada bulan Februari lalu, ultimatum telah diberikan oleh pihak Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk segera melakukan kewajibannya. Pihaknya pun sempat ingin menghentikan sementara tunjangan kehormatan untuk 3.800 lebih profesor di Indonesia. Sebab tidak menunaikan kewajiban menghasilkan publikasi internasional. Namun aturan tersebut ditunda dan rencananya baru akan diterapkan pada November 2019 nanti. Setidaknya imbauan ini menjadi lampu kuning bagi pemangku jabatan fungsional tertinggi di lingkungan satuan pendidikan tinggi untuk lebih serius dalam meningkatkan kualitas dosen khususnya di salah satu tri dharma Perguruan Tinggi (PT) yaitu penelitian. Sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berstatus satuan kerja (Satker) terbaik, UNM telah memiliki 82 guru besar yang masih aktif di tahun 2018. Tentunya jumlah ini terbilang cukup banyak. Namun jumlah tersebut masih tidak sesuai dengan kualitasnya. Padahal yang utama adalah se-
berapa baik kualitas ataupun kontribusi mereka terhadap lembaga ini. Selain mengajar, sudah seharusnya guru besar menerbitkan publikasi internasional bereputasi dalam kurun waktu tiga tahun. Tentunya hal tersebut bukan hal yang sulit bagi para pemangku jabatan tertinggi di kampus. Sayangnya, saat ini masih saja terdapat profesor yang malas menghasilkan publikasi internasional. Meskipun sudah ada regulasi yang mengatur, bahkan imbauan Menristekdikti sekalipun.Berdasarkan data yang diperoleh dari aplikasi Science and Technology Index (SINTA) Ristekdikti selama tiga tahun terakhir, per akhir 2017, sebanyak 38 profesor di UNM yang tidak memiliki publikasi internasional bereputasi Scopus. Bukan hanya itu, tetapi masih saja terdapat guru besar yang tidak melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dengan baik. Padahal kampus pencetak guru ini telah menyandang akreditasi terbaik pada tahun 2017 lalu. Semestinya pimpinan fakultas wajib menegur dosen yang seperti ini. Karena imbasnya bisa merugikan mahasiswa sementara mereka seenaknya menikimati tunjangan yang tiga kali lipat banyaknya. Minimal ketua program studi memberi surat pemberitahuan kepada pimpinan fakultas atau langsung ke rektor agar segera menindaklanjuti profesor yang malas mengajar ataupun tidak pernah mengajar. Pasalnya, ketua prodilah yang mengetahui secara langsung yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Jangan sampai hal seperti ini dibiarkan. Nama lembaga menjadi taruhan. Jika rusak, yang dirugikan ialah lembaganya. Terkhusus mahasiswa yang membayar UKT mahal demi menuntut ilmu di kampus unggul ini. (*)
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III), Arifuddin Usman: Kebijakan apa dulu ini, saya kira ada hal yang memang melibatkan mahasiswa dan ada juga yang tidak. Akademik yah PR 1 dan sarana yah PR 2. Ari Alpriansah Pastebar: Seharusnya para birokrasi di unm memperbaiki selokan2 yang ada di kampus sehingga ketika hujan deras turun maka tidak akan terjadi lagi banjir yang airnya menggenani sebagian besar wilayah kampus bahkan sampai merembes ke ruangan perkuliahan. Hal ini dapat membuat proses perkuliahan terganggu. Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum (PR II), Karta Jayadi: Untuk persoalan ini, tolong ditanyakan ke fakultas yang mengalami kejadian ini. Asmar Saleh: Gedung amanagappa yang begitu sulit proses peminjamannnya padahal yang ingin pinjam mahasiswa UNM. Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum (PR II), Karta Jayadi: Kami tidak pernah menyulitkan mahasiswa jika ingin meminjam ruangan atau gedung, cukup mengajukan saja ke birokat, dan penggunaannya untuk apa.
Mengucapkan
Selamat & Sukses atas Wisudanya
Berita Profesi UNM @xbp7686d
Kanda Awal Hidayat, S.Pd. Pemimpin Umum LPM Profesi periode 2016-2017
Redaksi menerima opini, saran dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim opini, saran dan kritikan anda ke:
LPM Profesi UNM
Hasanuddin: Sebelum mengeluarkan kebijakan, terutama kebijakan yang berkaitan langsung dengan mahasiswa, maka pimpinan kampus di UNM harus mendengar dan mempertimbangkan aspirasi dari mahasiswa. Itu adalah salah satu penerapan demokratisasi kampus. Bukan dengan seenaknya saja mengeluarkan kebijakan.
Keluarga Besar LPM Profesi UNM
Ikuti Perkembangan Seputar UNM melalui Official Line kami di:
(0411) 8914674
Apa yang anda tanyakan?
@lensaprofesi profesi.online@gmail.com
@profesi_online
Kanda Nurul Irsal Amalia, S.Pd. Station Manager LPM Profesi periode 2015-2016 Â Kanda Fatimah Muffidah Azzahra, S.Pd. Bendahara Umum LPM Profesi periode 2016-2017
@xbp7686d
Pelindung: Prof. Husain Syam, M.TP , Dewan Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Ammas, Syahrir Muhammmad, Mukhramal Azis, Uslimin, ÂF acharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah. Pemimpin Umum: Resa Saputra, Sekretaris Umum: St. Aminah, Bendahara Umum: Endang Sri Wahyuni, Pemimpin Redaksi: Muh. Agung Eka S, Manajer Daring: Nurul Charismawaty S, Manajer Penyiaran: Citra Jati Utami, Pimpinan Penelitian dan Pengembangan: Ratna. Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Resa Saputra, Pemimpin Redaksi: Muh. Agung Eka S, Redaktur: Noval Kurniawan, Reporter: Dasrin, Faisal Fajar, Wahyudin, Nurul Atika, Anggi Prakasi, Syahru Ramadhan, Kurnia, Muh. Hasnur, Muh. Nur Taufik, Wahyu Riansyah, St. Reski Amalia, R. Ryan Subiakto S, Irham Nur, Muh. Sauky Maulana, Muh. Iqbal Sukawardana, Zulhijaya, Amastasha, Rara Astuti, Ulil Afiah Az-zakiyah Fotografer: Dasrin, Layouter/ Desainer Grafis: Masturi; Manajer Sirkulasi dan Iklan: Wahyudin Redaksi LPM Profesi UNM : Jl. Mallengkeri Luar No. 25 Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Makassar, Telp. (0411) 8914674, Âe-mail: profesi.online@gmail.com, website: www.profesi-unm.com
TATA LETAK: MASTURI
Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
www.profesi-unm.com
3
Mozaik Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
www.profesi-unm.com
Film "UKT Undercover" BEM UNM
Pendidikan Jadi Bisnis
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM) Periode 2017-2018 membuat film berjudul “UKT Undercover” di penghujung periodenya. Mengangkat persoalan Uang Kuliah Tunggal (UKT), pihaknya ingin memperlihatkan bahwa kini dunia pendidikan sudah menjadi ajang mencari keuntungan bagi para oknum. Hal tersebut diungkapkan oleh
Presiden BEM UNM Periode 20172018, Mudabbir saat ditemui di Pelataran Menara Pinisi, Jumat (23/3). Dengan hadirnya film tersebut, kata dia, mahasiswa harus mengetahui jika banyak oknum yang telah memanfaatkan pendidikan untuk menambah pundipundi keuntungan mereka. Salah satunya ialah dalam penerapan UKT. "Ada oknum tersendiri yang menjadikan pendidikan sebagai ladang mendapat keuntungan. Begitulah realitas pendidikan saat ini dan barangkali karya terakhir kami di kepengurusan ini," ungkapnya.
Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) ini juga mengatakan, persembahan di akhir periode kepengurusannya ini sebagai bukti bahwa perjuangan untuk hak mahasiswa tetap berjalan. Meski ia mengaku belum ada hasil dari aksi yang pihaknya lakukan selama terjadi masalah di UNM. Namun, menurutnya, pengawalan tetap terus ada. Ia pun berharap, kepengurusan selanjutnya mampu membawa perubahan demi mahasiswa."Secara materi memang belum nampak hasil, tapi setidaknya kami tidak diam," akuinya. Sementara itu, Sutradara UKT Un-
29 Kampus Berpartisipasi di Kongres VI IMABSII KONGRES Nasional VI IMABSII (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia) melibatkan 103 peserta yang berasal dari 29 kampus yang ada di Indonesia. Himpuan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Dewan Mahasiswa (Dema) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (JBSI) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) mendapat penyelenggara sebagai tuan rumah pada kongres kali ini. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang teater lantai 3 menara pinisi dan kampus STIE Amkop. Ketua panitia, Erlan Saputra mengatakan kongres ini dilakukan bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar
sesama mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia se-Indonesia. Selain itu untuk menentukan pemilihan ketua IMABSII. “Pasti kita ingin membangun resaki dan memperkuat silaturahmi antara sesama jurusan yang ada di Indonesia. Selain agenda pemilihan ketua tentunya,” kata dia (20/4). Tak hanya itu, kongres dirangkaikan dengan seminar kebahasan guna menanamkan posisi dan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat. Tema yang diusung ialah peran bahasa dan sastra terhadap pendidikan karakter. “Pematerinya itu adalah Prof Djoko Saryono, salah satu pakar bahasa Indonesia,” tambah dia. Sementara itu, Pembantu Rektor
Bidang Kemahasiswaan (PR III) UNM Arifuddin Usman dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya kepada penyelenggara atas terlaksananya kongres. Ia pun menghimbau kepada mahasiswa tak terkecuali jurusan bahasa dan sastra agar konsisten menggunakan bahasa Indonesia. "Banggalah menggunakan bahasa sendiri, jangan mencampur adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain, kalau mau bahasa Indonesia ya bahasa Indonesia, bahasa Inggris ya bahasa Inggris," ucap dia. Kongres ini berakhir tanggal 21 April lalu dan terpilih Lalas Kurniawan mahasiswa angkatan 2015 dari Universitas Malang sebagai ketua Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia. (sha)
dercover, Yusuf Ali Putra menjelaskan, film tersebut ditujukan untuk mahasiswa yang cenderung apatis melihat permasalahan yang terjadi di kampus oranye. Padahal, kata Yusuf, aksi yang dilakukan oleh fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan (LK) selama ini semata-mata dimaksudkan untuk mahasiswa. "Masih banyak mahasiswa apatis hanya melihat di satu sisi kenapa itu orang demo-demo dan itu yang mau kita rubah makanya kita wawancara dan testimoni kepada orang tua supaya mereka tahu yang di demokan itu memang fakta dan ada," jelasnya.
Terakhir, mahasiswa program studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Seni dan Desain (FSD) ini membeberkan bahwa bentuk membuat seperti film merupakan perantara mediasi yang paling tepat untuk saat ini. “Kalau film itu bisa dinonton kapan saja, dimana saja dan media yang paling bisa untuk menyebarkan pemikiran bahwa masalah yang hadir ini bukan masalah pribadi tapi masalah semua sehingga kita bisa perjuangkan,” bebernya. (Uka)
SNAPSHOOT
FOTO: DASRIN – PROFESI
Melihat - Salah satu mahasiswa UNM ketika melihat alat lab yang sudah rusak di Lab Terpadu.
40 Tim Lolos PKM 5 Bidang KEMENTERIAN Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan telah mengeluarkan surat keputusan hasil seleksi proposal Program Kreativitas mahasiswa (PKM) 5 Bidang untuk pendanaan tahun anggaran 2018. Selasa (3/4). Sebanyak 40 mahasiswa Universitas
Negeri Makassar (UNM) lolos dalam program tersebut. Melalui laman resmi Ristekdikti dan Simbelmawa menyampaikan pelaksanaan kegiatan PKM tahun 2018 dimulai setelah penandatanganan kontrak dan akan dilakukan monitoring dan evaluasi pada bulan Juli mendatang. Sebanyak 4183 ma-
hasiswa dari universitas di Indonesia dinyatakan lulus ke tahap berikutnya. Salah satu Mahasiswa UNM yang lolos, Ulla mengatakan bahwa dirinya menyusun proposal selama dua bulan dengan mengambil PKM Karsa Cipta. Untuk lolos, menurutnya, mesti memperhatikan prosedur
yang ada dengan cermat. “Sebenarnya, kalau mau lulus itu kita tinggal mengikuti panduan yang sudah lengkap, aturan-aturan dan cara pembuatannya disitu,” jelas mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) ini. Selain itu, mahasiswa angkatan 2015 ini menambahkan, dalam
pembuatan PKM haruslah jelas pemanfaatannya. Bukan sekadar dibuat melainkan memang yang harus dibutuhkan oleh masyarakat. “Untuk bisa lolos yah harus dapat melihat fakta yang benar-benar terjadi dan apa yang masyarakat butuhkan,lalu dituangkan melalui tulisan,” tambahnya. (ati)
Keterbatasan Bukan Pematah Semangat *Ulil Afiah Az-zakiyah
Di usia yang menginjak 45 tahun, Supriadi masih secara suka rela menjadi petugas kebersihan ruangan pegawai di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM).
FOTO: HASNUR – PROFESI
Niat - Supriadi yang tak lagi normal namun memiliki niat untuk berkerja.
www.profesi-unm.com
Kondisinya tak seperti orang pada umumnya. Hampir seluruh anggota badannya tak mampu berfungsi normal. Pekerjaan kecil dengan penghasilan minim itu tetap saja terasa cukup menurutnya, asalkan ikhlas dan tawakkal. Ukuran besar kecil tak lagi penting asalkan selalu bersyukur dan merasa cukup. Setiap pagi, ia berangkat ke FIK dengan menaiki bentor langgananya
dan pulang dengan berjalan kaki. Terkadang dia juga diantar oleh mahasiswa yang berbaik hati padanya. "Saya ke FIK dengan uang 10 ribu itu pun bentor langganan saya, pulang pun begitu kadang juga diantar mahasiswa," tuturnya dengan nada sedih. Padahal, impiannya ialah menjadi salah satu staf pengajar di fakultas pencetak atlet tersebut. Akan tetapi, karena kondisi fisik, ia tak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Alhasil, ia hanya bisa menamatkan pendidikan di sekolah menengah atas. Berlatar belakang ayah yang seorang Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani (PGSD Dikjas) di FIK membuatnya sempat memberanikan diri bermimpi hal yang sama. Namun, nasib malang
menimpanya. Di umur masih belia ia mengalami demam tinggi hingga menyebabkan dirinya memiliki gangguan fisik. Padahal sebelumnya, ia lahir dengan kondisi fisik sempurna. Tak sampai disitu, tampaknya Sang Pencipta memang sedang benarbenar mengujinya. Lelaki kelahiran Bone ini, tidak menyangka di tengah kesedihannya, kedua orang tuanya begitu cepat mengahadap sang Ilahi. Ibunya ditahun 1991 dan menyusul ayahnya tahun 2002. Hidupnya pun semakin terpuruk. Nasib malang tersebut nyatanya tak menyurutkan semangatnya menjadi seorang dosen. Ia pun nekat mengadu nasib di kota Daeng. Namun, kemudian ia menyadari, berbekal lulusan sekolah menengah atas dan kondisi fisik tersebut, ia tak dapat menggapai cita-citanya tersebut. Su-
priadi pun hanya bisa tetap tabah dan lapang dada atas segala jian yang tak ada akhirnya tersebut. Ia pun mencoba untuk melanjutkan kehidupannya di tengah keterbatasan. Berkat kecintaannya terhadap fakultas tempat mengabdi ayahnya tersebut, akhirnya ia melamar pekerjaan sebagai petugas kebersihan. Tentu penghasilan tak seberapa dibanding jika ia bekerja di sana sebagai staf pengajar. Sehari ia hanya memperoleh Rp 100.000. itupun jika nasib baik sedang berpihak padanya. Jika tidak, maksimal ia hanya mendapat Rp 5.000. Tak seberapa memang, tapi Supriadi tetap bersyukur. "Saya sangat senang membersihkan disini walaupun ga digaji saya tetap mengabdi disini, " ungkapnya. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
4
Reportase
UTAMA
www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
Guru Besar Dilarang “Numpang” Gelar Tahun 2019 menjadi momok yang patut diperhatikan semua guru besar di perguruan tinggi (PT). Jika tidak menghasilkan sedikitnya tiga karya ilmiah dalam jurnal internasional selama kurung waktu tiga tahun, tunjangan gelar mereka terancam disetop. Begitulah yang disampaikan Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Ali Ghufron Mukti dikutip dari JPNN.com, Kamis (22/2). Ia mengimbau agar guru besar segera menyelesaikan tugas tersebut dan tidak berleha-leha. Pihaknya pun memberikan waktu hingga November 2019 mendatang. Pasalnya, aturan sementara dalam tahap revisi. "Kalau tunjangan profesinya masih mau diterima, segera laksanakan kewajibannya. Tidak harus membuat publikasi internasional bereputasi sendiri. Bisa bersamasama dengan anak bimbingan S3," imbaunya. Kewajiban guru besar ini tertuang pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 20 tahun 2017 Pasal 9. Dalam aturan tersebut memang dengan jelas menyebutkan beberapa faktor yang dapat membuat tunjangan kehormatan Profesor dihentikan sementara. Salah satunya ialah tidak menghasilkan paling sedikit tiga karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional atau sedikitnya satu karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional bereputasi dalam kurun waktu tiga tiga tahun. Pakar Pendidikan, Suparlan Suhartono menjelaskan bahwa semua
FOTO: AGUNG– PROFESI
Senat UNM - Senat yang terdiri dari guru besar dan pimpinan UNM saat menghadiri rapat senat terbuka Dies Natalies ke-56 di Ruang Teater Menara Pinisi beberapa waktu lalu.
guru besar mesti menjalankan kewajiban tersebut. Menurutnya, seorang guru besar patut hadir sebagai teladan bagi sivitas dan masyarakat. Diakui lantaran telah memiiki prestasi di bidang akademik. “Yah kalau sudah terangkat jadi guru besar itu, sebelum jadi guru besar itu karena prestasinya, antara lain, menulis, buat jurnal dan menulis
buku,” jelasnya. Terkait ancaman pencabutan tunjangan, ia mengatakan hal tersebut wajar dilakukan oleh pihak Kemenristekdikti. Sebab, pada hakikatnya tugas guru besar tidak lain ialah meneliti dan menghasilkan publikasi jurnal internasional. Apalagi aturan tersebut sudah tertuang pada Permenristekdikti Nomor 20 tahun 2017
Pasal 9. “Kalau hanya jurnal, pidato pengukuhan saya pernah dijurnalkan, saya kirim di Universitas Airlangga, saya agak tidak enak kalau mengatakan begini, wajar kalau dicabut tunjangnnya,” ungkapnya. Menanggapi hal tersebut, Rektor UNM, Husain Syam turut mendukung perihal ancaman dari pihak
Kemenristekdikti. Pasalnya, terdapat aturan yang jelas. Kendati demikian, untuk aturan lebih lanjut seperti pencopotan gelar, menurutnya, masih terlalu dini untuk dilakukan. “Tapi saya kira untuk pencopotan jabatan masih terlalu dini, karena tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk itu, ada undang-undangnnya,” katanya. (*)
Science and Technology Index (SINTA) Kemenristek Dikti
Profesor UNM Minim Publikasi Internasional GURU besar Universitas Negeri Makassar (UNM) rupanya masih minim dalam menghasilkan publikasi internasional berdasarkan data Science and Technology Index (SINTA). Website milik Kemenristekdikti ini merupakan halaman resmi bagi semua peneliti dan dosen untuk mempublikasikan kinerja dalam menghasilkan publikasi. Sejak diluncurkannya pada 30 Januari 2017 lalu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) berharap SINTA bisa mengukur kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi kinerja peneliti, penulis, kinerja jurnal dan kinerja institusi iptek," katanya dikutip dari beritasatu.com saat peluncuran SINTA versi 2.0 di Jakarta, Jumat (4/8). Namun, hasil evaluasi yang sudah dilakukan Kemenristekdikti diketahui bahwa dari 4.299 profesor Urai data, ungkap fakta, saji berita
yang mendaftarkan publikasi internasionalnya ke SINTA. Hanya 1.551 publikasi yang tulisannya memenuhi persyaratan. Data ini pun kemudian menujukkan 82 guru besar UNM yang terdaftar di SINTA rupanya masih ada yang kurang berkontribusi. Untuk publikasi internasional bereputasi Scopus, sebanyak 38 profesor masih belum mampu membuatnya. Sementara itu, jumlah publikasi internasional untuk 13 guru besar masih minim. Jika dilihat, mereka hanya punya kurang dari lima publikasi ketimbang lainnya. Bahkan, terdapat 11 profesor yang hingga kini belum terdaftar di SINTA. Terkait permasalahan ini, Pembantu Rektor Bidang Kerjasama (PR IV), Gufran Darma Dirawan justru mengatakan hal ini tidaklah menjadi masalah. Meski guru besar hanya memiliki publikasi internasional ter-
Menjadi profesor itu jelas terbukti akademiknya, profesor itu familar dengan kelas Suparlan Suhartono Pakar Pendidikan
indeks melalui Google Scholar. “Bukan berarti itu tidak ada Scopusnya, karena dalam persyaratan itu Permendikti No. 20 menyatakan kalau ada dua walaupun di Google Scholar sudah cukup,” imbuhnya. Lewat SINTA, guru besar UNM dengan publikasi internasional terbanyak ialah Gufran Darma Dirawan. Guru Besar Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik (FT) ini menghasilkan sebanyak 62 publikasi internasional bereputasi Scopus. 58 diantaranya dihasilkan dalam kurun empat tahun berturut-turut, yakni 2014, 2015, 2016, 2017. Sementara untuk bereputasi Google Scholar berjumlah 94. Namun, di sisi lain, Pakar Pendidikan, Suparlan Suhartono justru menyebut jika memang ada indikasi bahwa guru besar tidaklah melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik sesuai data SINTA. Maka, bisa
dipertanyakan gelar profesor yang disandangnya. “Menjadi profesor itu jelas terbukti akademiknya, profesor itu familar dengan kelas,” ujarnya. Lanjut, ia ini juga menuturkan, permasalahan ini kembali lagi pada kesadaran seorang guru besar. Tekhusus di UNM, kata Suparlan, butuh waktu membenah berbagai masalah yang ada. “Karena mengubah kebiasaan itu susah di UNM ini. Saya tidak tahu yah bagaimana, misalnya, anak dosen. Kalau menurut saya,” tuturnya. Namun, Rektor UNM, Husain Syam mengatakan, permasalahan tersebut tak berarti tidak menghasilkan publikasi internasional. Kata dia, seorang profesor tetap menjalankan kewajibannya sesuai aturan yang berlaku. “Targetnya tidak banyak jadi saya optimis mereka dapat menyelesaikan menulis itu,” katanya. (*) www.profesi-unm.com
rEPORTASE
5
UTAMA
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
www.profesi-unm.com
Jumlah Publikasi Internasional Milik Guru Besar UNM 37 31 37 0 10 0 20 19 11 15 0 9 24 2 3 43 0 5 50 17 14 44 9 107 30 29 0 2 10 20 2 31 19 34 26 13 15 0 29 0 2
38 Prof. Drs. Muh. Arief Tiro, M.Pd, M.SC. Ph.d. 2 Prof. Dr. Hamzah Upu, M.Ed. 11 Prof. Dr. Suradi, M.S. 0 Prof. Dr. Ir. Yunus Tjandi, MT. 5 Prof. Dr. H. Hamsu Abdul Gani, M.Pd. 0 Prof. Dr. Mulyadi, M.Si. (*) 8 Prof. Dr. Muhammad Ardi, M.S. 2 Prof. Dr. M. Nadjib Bustan, Mph 0 Prof. Dr. Achmad Tolla, M.Pd. 0 Prof. Dr. Muhammad Rapi, M.S. 0 Prof. M. Asfah Rahman, M.Ed.,Ph.d 0 Prof. Dr. Muhammad Basri Wello, M.A. 0 Prof. Dr. Jufri, M.Pd. 0 Prof. Dr. Amiruddin T, M.Si. 0 Prof. Dr. Salamun Pasda, M.Si. 8 Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd. 0 Prof. Dr. Sudding, MS. (*) 0 Prof. Dr. Ruslan, M.Pd. 8 Prof. Dr. Yusmina Hala, MS. 0 Prof. Dr. Nurhayati B, M.Pd. 0 Prof. Dr. Muh. Sidin Ali, M.Pd. 3 Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd. 0 Prof. Dr. Ramli, M.Si. 0 Prof. Dr. Jokebeth Saludung, M.Pd. 5 Prof. Dr. H. Husain Syam, M.T.P. 2 Prof. Dr. Mansyur, M.Si 0 Prof. Dr. Wasir, M.S. (*) 0 Prof. Dr. H. A. Ihsan, M.Kes. 1 Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd. 0 Prof. Dr. Ismail Tolla, M.Pd. 0 Prof. Dr. Amir, M.Pd. 0 Prof. Dr. Abdul Hadis, M.Pd. 3 Prof. Dr. H. Muhammad Arifin Achmad, M.A. 5 Prof. Dr. Alimuddin Mahmud, M.Pd. 5 Prof. Dr. Haryanto, M.Pd. 0 Prof. Dr. Baso, M.Hum. 0 Prof. Dr. Fakhri Kahar, M.Si. 2 Prof. Dr. Darman, M.Hum. 0 Prof. Dr. Andi Ima Kesuma, M.Pd. 0 Prof. Dr. H. Heri Tahir, SH, MH. (*) 5 Prof. Dr. Rifdan, M.Si.
0 29 38 34 22 43 0 19 0 0 94 0 0 16 5 6 8 13 6 35 95 16 28 22 0 22 10 44 32 30 6 21 1 9 21 16 6 30 13 25 39
0 Prof. Dr. Manan Sailan, MH. (*) 0 Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib, M.Si 0 Prof. Drs. H. Sofyan Salam, M.A., Ph.d. 8 Prof. Dr. Eko Hadi Sujiono, M.Si. 2 Prof. Dr. Nurdin, M.Pd 7 Prof. Dr. Jasruddin, M.Si. 0 Prof. Dr. Patang, S.PI,. M.Si. (*) 1 Prof. Dr. Sapto Haryoko, M.Pd. 0 Prof. Dr. Ir. Ilham, M.M. (*) 0 Prof. Dr. Lahming, M.S. (*) 58 Prof. Dr. Gufran Darma Dirawan, ST, M.Emd. 0 Prof. Dr. Hj. Hasmyati, M.Kes (*) 0 Prof. Dr. Djen Djalal, Ms. (*) 0 Prof. Dr. Patta Bundu, M.Ed. 0 Prof. Dr. Syamsul Bakhri Gaffar, M.Si. 0 Prof. Dr. Anshari, M.Hum 0 Prof. Dr. Djohar Amir, M.Hum Google Scholar 0 Prof. Dr. A. Qashas Rahman, M.Hum. 0 Prof. Dr. Mansur Akil, M.Pd. Terindeks Scopus 3 Prof. Dr. Andi Agustang, M.Si 13 Prof. Dr. Haedar Akib, M.Si. 0 Prof. Dr. Hasnawi Haris, M.Hum. 6 Prof. Dr. Muhammad Jufri, S.Psi., M.Si. 5 Prof. Dr. Chalid Imran Musa, M.Si. 0 Prof. Dr. Muchtar Yunus, M.Si. 2 Prof. Dr. Rer.nat. Muharram, M.Si. 0 Prof. Dr. Firdaus Daud, M.Pd. 0 Prof. Dr. Muhammad Danial, M.Si. 8 Prof. Oslan Jumadi, S.Si., M.Phil., Ph.d. 6 Prof. Dr. Usman Mulbar, M.Pd. 0 Prof. Dr. Syahrul, M.Pd. 4 Prof. Dr. Muhammad Yahya, M.Kes, M.Eng. 0 Prof. Dr. Syarifuddin, M.Pd. 0 Prof. Dr. Abd. Azis Ahmad, M.Pd. 10 Prof. Dr. Syafruddin, S.Si, M.Si. 2 Prof. Dr. Nurdin N, M.Hum. 2 Prof. Muhammad Basri, M.A., Ph.d. 1 Prof. Dr. Mantasiah R., M.Hum. *11 orang tidak 0 Prof. Dr. Andi Kasmawati, M.Hum. terdaftar di SINTA 1 Prof. Dr. Anwar R, SE, M.Si. 4 Prof. Murni M., S.Pd., M.Hum., Ph.d.
Sumber: SINTA Kemenristekdikti
GRAFIS: MASTURI – PROFESI
Bukan Lagi Anak TK PERIHAL persoalan kinerja guru besar, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penjamin Mutu UNM, Sapto Haryoko menilai para profesor harus sadar terhadap kewajibannya. Kata dia, mereka tidak perlu lagi untuk diingatkan layaknya anak yang ada di Taman Kanak-Kanak (TK). “Inikan sudah guru besar. Jadi seharusnya sudah tahu. Bukan lagi anak TK,” ujarnya. Ia juga mengatakan, agar guru besar tak lagi bersikap seperti itu.
TIM Kordinator : Wahyudin Anggota : - Muh Agung Eka - Rara Astuti - Muh. Sauky
www.profesi-unm.com
Dengan gelar profesor yang disandang mereka mesti memberikan kinerja yang terbaik. “Mestinya karakternya sudah tidak seperti anak-anak. Yang hanya mencari duit terus yang kalau ditugaskan mengajar di S1 kadangkadang tidak mau. Nah itu harus dirubah. Membangun kebiasaan yang baru itu sulit,” jelasnya. Apalagi, jika melihat data di SINTA, guru besar UNM masih minim dalam menghasilkan publikasi internasional. Menurut Sapto, kondisi tersebut menjadi tanggung jawab para professor untuk membuktikan kualitasnya. Tidak malah bersikap tak acuh terkait persoalan itu. “Yah mungkin dosen-dosennya itu sendiri yang cuek, tidak memper-
hatikian perkembangan. Mestinya harus mencermati itulah,” kata guru besar Fakultas Teknik (FT) ini. Ia pun juga berkomentar terkait imbauan pihak Kemenristekdikti tentang penghentian sementara tunjangan guru besar. Menurutnya, hal tersebut sudah tepat dilakukan. Hadirnya Permenristekdikti Nomor 20 Tahun 2017 Pasal 9 dapat mendorong kesadaran seorang guru besar untuk tetap menghasilkan publikasi internasional. “Saya sepakat dengan imbauan pak menteri. Itu bagus dalam rangka untuk meningkatkan kualitas dosen khususnya di salah satu tri dharma yaitu penelitian,” tambahnya. Kendati demikian, aturan tersebut sebelumnya perlu ada tindak lanjut terlebih dahulu dari pihak birokrasi
kampus. Pria asal Yogyakarta ini pun mengungkapkan, jika itu sudah menjadi tanggung jawab tiap fakultas. “Jika ada guru besar yang tidak melakukan hal tersebut, itu menjadi tanggung jawab dekan masing-masing. Seperti di teknik misalnya. ya pak Yahya (Dekan FT) yang harus menegur,” ungkapnya. PR I UNM, Muharram juga menanggapi permasalahan ini. Ia mengatakan, aturan tersebut sebaiknya dipatuhi oleh semua guru besar jika tidak ingin tunjangan mereka disetop. Ia mengaku bakal ada evaluasi terhadap kinerja profesor yang dianggap malas. “Untuk evaluasi pasti ada, tapi kalau untuk menegur langsung saya tidak pernah, mereka pasti juga sudah tahu tentang permen tersebut dan
mereka saya kasih warning,” kata Mantan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini. (*)
SUDUT + Guru Besar Dilarang "Numpang" Gelar - Setop berperilaku anak TK + Bukan Lagi Anak TK - Yang penting tidak dilarang masuk + Rambut Gondrong Dilarang Masuk - Jangan sampai "numpang" di kelas lain
Dg. Tata
Urai data, ungkap fakta, saji berita
6
REPORTASE
UTAMA
www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
Gaji Selangit, Tuntutan Mengajar Diabaikan SELAIN masalah kontribusi dalam publikasi internasional, guru besar UNM juga kerap kali mangkir kala menjalankan tanggung jawab lain, yakni mengajar. Padahal, tunjangan mereka terbilang banyak apalagi bagi yang menyandang gelar profesor. Hal tersebut termaktub pada Peraturan Pemerintah No. 41 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Profesi, serta Tunjangan Kehormatan Profesor. Dalam isinya, tunjangan kehormatan seorang profesor Pegawai Negeri Sipil (PNS) diberikan sebesar dua kali gaji pokok PNS yang bersangkutan sesuai dketentuan peraturan perundangundangan. Apalagi, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, gaji pokok maksimal PNS golongan III/c, golongan minimal profesor, ialah Rp 2.668.900. Sehingga dengan tunjangan kehormatan, guru besar mendapat gaji sebanyak Rp 8.006.700. Meski begitu, nyatanya para guru besar masih saja lalai dalam melakukan tugasnya walau telah diberi tunjangan lebih. Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan (AP) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Musfirah Mochtar mengaku bahwa selama perkuliahan, profesor yang menjadi
Urai data, ungkap fakta, saji berita
pengampu mata kulia itu kadang tidak hadir. “Dia sebenarnya mengajar tapi yang kenyataannya tidak mengajar. Ada dosen pengganti yang menggantikan kedudukannya sebagai pengajar,” akunya. Lanjut, menurutnya, profesor mesti selalu sadar terhadap tanggung jawabnya. Ia pun meminta agar mereka tidak lagi jarang hadir selama perkuliahan. “Karena mau dibilang dia lebih mengetahui ilmu tentang mata kuliah itu sendiri,” pintanya. Senada dengan Musfirah, Winda juga mengatakan hal yang sama. Ia turut membenarkan jika terkadang guru besar kerap tak hadir menjalankan tugasnya. Kemudian justru digantikan oleh asisten dosen (Asdos). “Kadang kalau prof tidak bisa, biasanya ada asdos,” ungkap mahasiswa Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini. Pakar Pendidikan, Suparlan Suhartono menilai tak sewajarnya apabila guru besar mangkir dari tugas mengajarnya. Terlebih, jika memiliki jam kuliah yang sedikit. Pasalnya, ada gelar yang harus dipertanggung jawabkannya. “Jangan sampai seorang profesor tidak pernah memberikan kuliah, patut diragukan itu karya-karyanya,” tegasnya. Tanggapan yang sama juga dilontarkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknik (UPT) Penjamin Mutu, Sapto Haryoko. Ia malah menyebut sikap dosen tersebut seperti anak-anak lan-
FOTO: WAHYU RIANSYAH– PROFESI
Mengajar - Salah satu guru besar UNM, yakni Darman Manda saat memberikan materi kepada mahasiswa PPs UNM, Senin (23/4).
taran malas menjalankan tugas tersebut. “Mestinya karakternya itu sudah tidak lagi seperti anak-anak. Yang hanya mencari duit terus yang kalau ditugaskan mengajar di S1 kadangkadang tidak mau. Nah itu yang mestinya harus dirubah,” sebutnya. Mengenai hal ini, Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Muharram akan menindaklanjuti
apabila ada guru besar yang dengan seenaknya tidak mengajar. Namun, sebelumnya mesti ada pelaporan dari pihak masing-masing fakultas terkait persoalan tersebut. “Kalau ada yang malas mengajar itu pasti kita akan tegur, itu semua akan ada laporan nya dari dekan masing-masing fakultas apabila ada yang malas mengajar,” katanya. Lanjut, kata Muharram, apabila
nantinya guru besar tersebut masih saja mengindahkan teguran yang diberikan sebanyak tiga kali. Pihaknya akan memberi peringatan keras kepada mereka yang malas. “Akan di surati, dan kalau tidak mempan maka pihak fakultas bisa menyurat ke pihak UNM khususnya Rektor dan kami akan memberikan warning keras ke pihak dosen tersebut,” tegasnya. (*)
www.profesi-unm.com
INFO
AKADEMIK
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
www.profesi-unm.com
AGENDASIANA
SBMPTN 2018
Patok Kuota 40 Persen
Sama seperti tahun sebelumnya, Universitas Negeri Makassar akan tetap menerima 40 persen mahasiswa baru (Maba) melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Hal tersebut diungkapkan Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Muharram saat dihubungi via telepon, Selasa (27/3). Ia menjelaskan, aturan tersebut
7
kemudian akan diberlakukan oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Sulawesi Selatan dan Barat. Diantaranya, Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin,
dan Universitas Sulawesi Barat. Sesuai kesepakatan rapat yang dilakukan oleh pihak UNM sebelumnya. “Pihak kita menyiapkan 40 % kuota SBMPTN dari 7000 mahasiswa baru yang akan diterima tahun ini,” katanya. Dipilih sebagai ketua panitia lokasi (Panlok) 82, pihaknya memastikan tidak akan ada peruba-
Konferensi Internasional TEFLIN ke-65
han terkait konsep seleksi nantinya. “Sama seperti tahun lalu, tidak akan berbeda jauh dari segi tempat, biaya, dan sistemnya,” tambahnya. Sementara itu, pendaftaran SBMPTN akan dibuka secara resmi tanggal 5 hingga 27 April mendatang. Calon peserta dapat mengetahui informasi lebih lanjut melalui website sbmptn.ac.id. (Ija)
Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Negeri Makassar 2018
Pendaftaran 21 Februari - 6 Maret
Hari Lahir Ke-42 LPM Profesi UNM
Pendaftaran 5 - 27 April 2018 Tes Tertulis 8 Mei
Pemngumuman Hasil Seleksi 17 April
Ujian Keterampilan 9 atau 11 Mei
Kuota 30%
Kuota 40%
ASOSIASI Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing di Indonesia (TEFLIN), bekerja sama dengan Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) akan mengadakan konferensi internasional TEFLIN ke-65 di Makassar. Jadwal pelaksanaan kegiatan dari tanggal 12 hingga 14 Juli 2018. Dengan mengangkat tema “Pengembangan Profesi Guru Berkelanjutan dalam Pendidikan Bahasa Inggris: Dimana Teori, Praktik, dan Pertemuan Kebijakan”, konferensi selama tiga hari, dimana hari pertama akan diadakan di Menara Pinisi. Selanjutnya hari kedua dan ketiga akan digelar di Grand Clarion Hotel. (Ram)
Pendaftaran dimulai setelah pengumuman SBMPTN
Pengumuman 3 Juli Kuota 30%
GRAFIS: MASTURI – PROFESI
Wisuda Periode II
FMIPA Cetak Wisudawan Terbanyak
LEMBAGA Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) akan merayakan hari lahir (Harla) ke-42. Malam puncak perayaan ini akan dilaksanakan di Lantai 8 La’riz WThree Hotel pada 5 Mei mendatang. Untuk harlah tahun ini, ada beberapa perbedaan konsea. Jika sebelumnya, ada banyak rangkaian Harla seperti mengadakan lomba dan dilaksanakan di dalam ruangan. Tapi tahun ini berbeda. Nantinya akan dikemas dengan konsep outdoor. Harlah ini juga merupakan momentum mempererat silaturahmi dengan alumni LPM Profesi secara khusus dan sivitas kampus. (Eks)
HIMANIKA FT Siap Gelar TIRC 2018
PADA wisuda periode II, fakultas dengan memiliki wisudawan terbanyak dipegang oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA. Tercatat sebanyak 259 mahasiswa berhasil menjadialumni disusul Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dengan jumlah 240.
Sebanyak 180 wisudawan dihasilkan FMIPA untuk sarjana pendidikan. Sementara itu, sarjana non pendidikan berjumlah 259. Menanggapi hal tersebut, Dekan FMIPA, Abdul Rahman menyebut jika itu merupakan sebuah prestasi yang patut dipertahankan kedepannya.
“Yah bagus kalau begitu punya wisudawan terbanyak,” katanya saat dihubungi via telepon, Sabtu (31/3). Selain kuantitas yang bagus, ia berharap, kualitas para wisudawan bisa juga terlihat. Mampu bersaing dalam dunia kerja. “Semoga kedepannya mereka
Wisuda - Wisudawan saat mengikuti prosesi acara wisuda di Pelataran Menara Pinisi beberapa waktu yang lalu. www.profesi-unm.com
yang diwisuda bisa mengimplementasikan ilmunya ketika ingin berkerja,” harapnya. Sementara itu, wisuda periode II tahun akademik 2017/2018 digelar pada 11 April. Sebanyak 2935 wisudawan lainnya dikukuhkan di Pelataran Menara Pinisi. (Ian)
HIMPUNAN Mahasiswa Elektronika (Himanika) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM) siap untuk menggelar Technology Inovation dan Robot Contest (TIRC) 2018. Pendaftaran kontes ini telah dibuka sejak 1 hingga 30 April mendatang. Adapun kategori lomba ialah robot line tracer. Sementara itu, kontes akan dibuka pada 5 Mei. Kemudian penutupan pada 6 Mei mendatang. Para kontestan nantinya akan memperebutukan hadiah dengan total sebesar Rp. 6 juta termasuk tropi. Selain itu, terdapat rangkaian acara lainnya yakni Seminar Nasional Teknologi. Kegiatan berlangsung pada 4 Mei nanti. (Ria)
FOTO: DASRIN – PROFESI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
8
SUPLEMEN www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
14 New Col Seiring berjalannya waktu, generasi demi generasi terus hadir di LPM Profesi UNM. Warna baru pun kemudian saling bergantian datang mengisi. Hingga kini
generasi kuli tinta Profesi masih terus ada. Sebanyak 14 awak baru LPM Profesi akhirnya akan meneruskan perjalanan lembaga ini. Usai belajar
Tampang Preman, Hati Hello Kitty
AMASTASHA Jika pertama kali mendengar namanya, yang terbay-
ang Amas ini adalah sosok wanita. Bahkan ada senior Profesi yang kecolongan dengan nama serta penampilannya. Ketika dilihat dari belakang dan dipanggil. "Eh Amas lakilaki. Saya kira perempuan karena liat dari belakang," kata senior profesi yang baru melihatnya. Rambut gondrong, celana robek dilutut, serta perokok. Begitulah penampilan dari luar mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra ini jika ke redaksi. Namun
Tukang Tidur yang Tekun
siapa sangka, sosok dalam diri Amas tidak seperti yang dibayangkan. Ia sebenarnya anak mama yang memiliki hati hello kitty. Pernah suatu hari Amas dipanggil rapat. Tapi berat hati ia meminta izin kepada pengelola karena tidak diizinkan oleh omnya keluar rumah. "Kak izinka dulu. Nalarangka omku dulu keluar karena natauki sudah bentrok kemarin di kampusku," katanya. Meskipun begitu, Amas juga terbilang magang profesi yang memiliki kemauan tinggi menjadi wartawan kampus. Buktinya, ia bisa bertahan dan mampu melewati tahap magang.
SEJAK semester tiga, Irham, sapaan akrab pria asal Luwu ini telah meman-
Katanya Mirip Syahrini KACAMATA, lipstick, bedak, dan perlengkapan make up lainnya bisa dibilang tak pernah lepas darinya. Penampilannya yang cetar membahana seperti samudera membuatnya kerap disapa Syahrini di lembaga kuli tinta Profesi. Akibat penampilannya yang membahana mirip Syahrini itulah membuatnya sering menjadi bahan celaan teman-temannya. Namun, hal itu tidak menghalanginya untuk tetap eksis. Tingkat kepedeannya yang tinggi, mahasiswa Fakultas Ekonomi ini juga memiliki kecanduan gadget yang tinggi pula.
BERBEDA dengan karakter mahasiswa Fakultas Teknik pada umumnya, magang ini terkenal sebagai magang yang paling manja. Jika dimarahi pengelola, keluarlah jurus berlagak manja ditambah sedikit gombalan. Saking manjanya, 10 teman cowoknya pun seringkali menjadi korban. Baik harus mengorbankan pundak untuk dijadikan sandaran. Jika dihampiri Bella, si kucing Redaksi, teman-temannya pun sering kali jadi batu loncatan. Bahkan, menjambak rambut gondrong temannya pernah dilakukan ketika doraphobia-nya menyerang. Namun jangan salah, ia diketahui sebagai salah satu cewek idola di kampus. Dengan parasnya yang manis, banyak lelaki yang rela mengantri untuk cintanya. Berbeda dengan parasnya, hobinya justru membuat teh rasa hambar. Bila disuruh pengelola, pertanyaan andalan pun dilontarkan "Berapa sendok gulanya kak," sambil senyum manja. Urai data, ungkap fakta, saji berita
deadli fotogr sama memu Ir meng duran ada j jam b T pulan game berpe Bagin produ denga
Jangan Bercakap Dengannya
Normalnya kebutuhan pokok manusia itu hanya sandang dan pangan. Berbeda dengan amel, ia justru memiliki kebutuhan tambahan seperti make up dan gadget (agar bisa tetap eksis). Perihal kerja-kerja Profesi, magang satu ini terbilang cukup lihai dengan mengandalkan kecantikan untuk menaklukkan para narasumbernya. Kelebihannya itu pun dimanfaatkannya untuk memproduksi berita sebanyak-banyaknya. Jadi jika
Si Manja Fobia Kucing
tapkan diri bergelut dalam lembaga pers kampus. Tak peduli beratnya kehidupan seorang jurnalis kampus. Awal magang, Irham telah menunjukkan bakatnya dalam videografi. Berkat potensinya, dalam beberapa kesempatan ia diberi kepercayaan oleh Manajer Penyiaran untuk membuat video yang akan menghiasi Profesi TV. Tak cukup disitu. Produktifitas mahasiswa Fakultas Teknik ini patut diacungi jempol. Target berita selalu dipenuhi. Bahkan jarang melewati
PERTAMA bertemu pengelola satu ini, perasaan iba akan langsung muncul dihati. Terlebih melihat kepolosan dan muka kebingungan yang selalu ia pasang. Tapi seketika akan berubah mejadi perasaan ingin mensleding kala kita mulai membuka percakapan. Bukan karena suara atau cara berbicaranya, hanya saja percakapan tersebut akan berakhir pada ketidakjelasan. Untuk bercakap dengan pecandu game ini memerlukan skill khusus agar percakapan bisa nyambung dan kita tetap sabar menghadapinya. Hal ini diakui oleh salah seorang pengelola LPM profesi
suatu saat bertemu dengan Syahrini Profesi ini, jangan lupa mengajaknya berfoto. Anaknya cantik kok.
yang mengaku tidak pernah mengerti jika bercakap dengannya. "Tidak pernah ka nyambung sama itu anak, kalau bicara ki sama dia, biasa tidak mengerti ki. Jadi jengkel maki," katanya. Permasalahan komunikasi ini menjadikannya lebih sering mendiami pojok redaksi dalam diam. Hanya saja hal ini tidak menjadi penghalang baginya dalam berprofesi. Mahasiswa Fakultas Teknik ini memi-
Suka Senyum Sendiri DARA asal Bukumba satu ini punya ciri khas yang agak aneh. Ia kerap senyum sendiri meskipun sedang dalam situasi yang serius. Pernah suatu waktu ditegur Steering lantaran tak dapat menahan tawa saat rapat kepanitiaan tengah berlangsung. Entah apa yang membuatnya tertawa, yang jelas tiap ditanya hanya berkata tidak. "Begini memang saya kak", katanya sambil tersenyum. Ketika bersama temannya, Ulil merupakan sosok yang humoris. Candaannya kadang garing namun mampu menggariskan senyum di bibir temannya.
liki ri jin ba produ
Pasp
Ditanya soal berita, mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa ini salah satu magang produktif. Terbukti, berulang kali menjadi Star of The Week. Ia bahkan rela menunggu dan menghabiskan waktu seharian di redaksi. Meski jarak dari rumah ke redaksi cukup jauh. Walau sakitnya terkadang kambuh, namun tetap mengikuti agenda yang menanti. Meski akhirnya harus terlambat. Ulil terbilang
magang yang rajin menjalani piket. Saking rajinnya, sesekali rela mengisi jadwal piket temannya.
JULUKAN itu disematkan tema mannya lantaran laki-laki kelahira layar ini mempunyai perawakan kekar, bodi yang besar dan pena lannya yang selalu rapi. Sangking menjaga penampila setiap agenda Profesi yang santai ia tampil bak macam Paspampres siap ditugaskan dan mengawal apa Siap Grakk.., laksanakan kak," u nya meniru perkataan Paspampres Selama menjadi magang Profesi, Mahasiswa Pendid Teknik Mesin dikenal pribadi cerewet seperti perempuan. Tak ja biar masalah tidak penting pun d
Insha Allah Penyabar PEREMPUAN berpostur tubuh kecil ini terbilang cukup sabar di Redaksi. Bagaimana tidak, dimarahi atau tidak ekspresi mukanya tetap sama sambil berkata “iye kak,� katanya pada seniornya di Redaksi ketika sedang dimarahi. Selain penyabar, kesehariannya di redaksi
lembaga kuli tinta ini juga kerap cengingisan tidak jelas ketika dipanggil dengan sahutnya “iye kak�. Meski demikian, untuk urusan konsumsi dan liputan anak ini terbilang cukup gesit dan tetap sabar meski dimarahi. Ketimbang teman lainnya, ia termasuk pengelola yang rajin meliput. Tidak mengkhawatirkan persoalan dirinya yang masih berstatus mahasiswa baru.
www.profesi-unm.com
SUPLEMEN Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
9
www.profesi-unm.com
lor of Profesi sebagai magang dan dengan persaingan demi pengelola, mereka kini warna baru untuk LPM
berkutat menjadi menjadi Profesi.
Mereka siap mengemban amanah besar untuk sivitas UNM. Tak lain ialah memberikan informasi seputar UNM kepada sivitas. (*)
Si Sangar Siap Pasang Badan
line. Ia juga melatih skillnya dalam rafi. Sesekali ikut memotret berFotografer. Hasilnya pun cukup uaskan. rham pun kerap kali terlambat saat gikuti rapat. Alasannya, selalu ketin. "Ketiduran kodong kak. Tidak jendelanya kamar jadi tidak tahu berapa mi," katanya sambil nge-les. Tak hanya itu, ia juga bahkan rela ng tengah malam hanya untuk main e. Namun, kebiasaannya itu tidak engaruh terhadap produktifitasnya. nya jika serius bekerja, ya harus uktif. Kalau sudah kelar, baru diisi an kegiatan santai. (*)
JIKA melihat mimiknya tak ada yang percaya bahwa ia mahasiswa. Terlebih
jika kita melihat body-nya. Memiliki kulit gelap, badan kekar serta tatapan tajam membuatnya lebih terlihat sebagai bodyguard dibandingkan pengelola LPM Profesi. Meski begitu, ia salah satu pengelola muda yang cukup produktif. Hampir setiap pekan gelar "Star of The week" selalu dikantonginya dan menyaingi Ulil. Mahasiswa yang lebih dipanggil Sauki ini juga selalu siap badan ketika temantemannya yang mendapatkan masalah. Dengan mengandalkan tata-
Dilan KW Super
pan tajamnya, ia selalu menjadi tameng bagi teman-temannya. Selain itu, mahasiswa angkatan 2016 ini cukup pendiam dibandingkan teman-temannya. Ia adalah pengelola yang rajin beribadah dan cuci piring. Hal yang disayangkan ialah tatapan tajamnya yang tak bisa dikondisikan. Mungkin muka sangarnya memang sudah bawaan sejak lahir, sehingga tak jarang ia mendapatkan penolakan dari sang pujaan hati. Sebab beberapa kali mendapatkan penolakan akibat tatapan tajam itu. Jangankan mendekati sang pujaan hati, cuci piring saja, tatapan tajam itu tak pernah lepas. Pantas ia selalu di tolak.
SAAT histeria romantisme Dilan tengah melanda remaja zaman now, pengelola LPM Profesi satu ini berusaha menjadi Dilan di kehidupan nyata. Akrab dipanggil syahru, mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan ini tampil identik dengan warna kulit eksotisnya. Bermodalkan rayuan gombal, tak ada wanita di redaksi yang lolos dari kata manisnya. Tapi jangan salah, segala jurus gombalan itu ternyata hanya berbuah tatapan sinis oleh target gombalannya. Tak hanya rayuan gombal. Keberadaan Syahru pun dengan mudah diketahui hanya lewat suaranya. Ya dengan dialeg khas Jeneponto yang masih kental, terkadang menjadi bahan candaan teman-temannya. Meski begitu, mahasiswa angkatan 2017 ini tercatat sebagai pengelola dengan intensitas yang tidak perlu diragukan. Begitu pula dalam hal peliputan dia tercatat cukup intens dalam menemui narasumber, meski dengan segala modus dan niat tersembunyi di baliknya.
Si Takabbur DARI 14 kru baru Profesi yang baru didefenitifkan, Iqbal ialah salah satu reporter cengingisan alias cerewet untuk sekelas anak cowok. Makanya temannya menjuluki mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan ini sebagai "Si Takabbur". Sifat ambisius yang dimiliki membuatnya kelabakan sendiri. Jika ada perintah meliput, Iqbal adalah orang pertama yang bersedia. "Mau total kak. Pokoknya minggu ini harus punya 10 berita," ujarnya. Hanya saja, lagi-lagi itu hanya sebatas ambisi. Lelaki asal Kalimantan Barat ini
iwayat sebagai magang yang raaik dalam hal intensitas maupun uktivitas.
juga paling perhatian dengan teman perempuannya. Tiap rapat selesai, ia menawarkan diri mengantar temannya pulang. "Siapa lagi yang mau diantar pulang," teriaknya. Terkadang niat baik Iqbal ini ditolak. Di mata teman perempuannya, ia dinilai sebagai cowok yang pandai bersilat lidah dan tebar pesona. Meskipun wajah dan penampilannya biasa saja. Meski demikian, ia punya seman-
gat besar untuk tetap bergelut dalam lembaga kuli tinta ini. Meskipun hasil tulisannya biasa saja.
pampres Panggilannya
an-tean Seyang ampi-
has. "Edd kau Syahru bolong mirip ko orang Afrika," katanya kepada sesama magang di LPM Profesi.
annya pun , s yang apun. ucaps. LPM dikan yang arang, di ba-
Ryan juga sangat antusias dalam setiap kepanitian Profesi. Ia selalu menawarkan diri untuk membantu jika
Namun, kinerja Pria yang bernama lengkap Ryan Subiakto selama menjalani magang di Profesi cukup memuaskan. Meskipun diawal-awal ia kesulitan menulis berita, saat ini ia mengaku sudah lancar. Intensitasnya datang keredaksi juga sangat baik.
Gemar Modus
ada penugasan. "Iye kak samaki nah kesana besok, chat ma saja pasti bisa jadi itu," bebernya .
Hobi Pulang Kampung LELAKI asal Barru ini memang hobi pulang kampung. Bukan rindu istri dan anaknya seperti bang Toyib. Tapi justru pulang karena kangen ibunya. Beda halnya dengan magang lain, Wahyu memiliki karakter dewasa dan sedikit pendiam. Namun siapa sangka, diam-diam bae-nya ini berbuah manis, dikabarkan ia berhasil mendekati www.profesi-unm.com
mahasiswi pertukaran pelajar di jurusannya. Hobinya baca buku, malah berdampak di Redaksi. Kadang menjadi Mario Teguh dadakan dengan kata bijaknya yang khas dalam rapat. Ambisinya ialah menjadi Fotografer Profesi. Meski, fotonya blur dan tak disukai Pemred, ia gigihnya terus mencoba. Apalagi, jadi fotografer ada keutungan tersendirinya. "Enak jadi fotografer kak, bisa modus sama cewek," katanya..
TAUFIK alias Nimang, itulah panggilan penghuni redaksi padanya. Selain masih awam di dunia jurnalis, magang yang satu ini juga termasuk muda di antara teman-temannya. Hal ini karena dirinya masih berstatus mahasiswa baru. Meski terbilang masih baru, Nimang ini bercita-cita menjadi penyiar radio di Profesi. Kesungguhannya ini pun dibuktikannya dengan sering menginap di Redaksi. Selain memiliki keinginan untuk menjadi penyiar radio, rupanya secara diam-diam memiliki pengala-
man romantis dalam hidupnya, yakni terjebak cinta lokasi (Cinlok). Pertama kali dirinya diketahui terkena virus cinlok ini ketika terciduk sedang pedekate dengan salah seorang peserta Pelatihan Jurnalistik Nasional (Pinisi) Profesi beberapa waktu lalu. “Ai Jawa mi ini kak,” curhatnya pada salah satu seniornya di Profesi. Selain pengen jadi penyiar dan terjebak cinlok,
dirinya juga hebat dalam urusan menggombal (bede’).
Suka Diam-Diam Bae KURUS, tinggi, potongan rambut plontos itulah ciri-ciri dari magang Profesi yang satu ini. Sebut saja Zul, begitulah sapaan akrabnya. Dirinya yang sangat jarang bicara ditambah suaranya yang kecil membuat hawa kehadiran anak ini sulit dideteksi (datang tak diundang pulang tak diantar seperti jelangkung). “Ini Zul suka diam-
diam bae, kasih besar suara mu Zul,” ucap seniornya kepadanya. Zul juga memiliki keanehan lain yakni susah makan enak seperti mie instan, ikan, udang, dan makanan seafood lainnya. Inilah yang membuatnya jarang makan bersama kawan-kawannya. Meski begitu, ia terbilang paling jago layout di antara kawan-kawannya di Profesi. Inilah membuatnya sering diberi amanah membantu kerja-kerja layouter di Redaksi. Urai data, ungkap fakta, saji berita
10
inovasi
www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
Kartu Kuartet, Media Belajar Baru Siswa SD Empat Mahasiswa Fakultas Psik ologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM), yakni Muhammad Riszky, Mutmainnah Nur Rahma, Adlia Julia sari, dan Ismi Sarian Silmi berhasil membuat kartu kuartet bagi anak-anak. Bukan sekadar permainan, kartu tersebut justru dibuat sebagai media pembelajaran baru bagi mereka. Berawal dari observasi yang dilakukan di sekolah, lantas keempatnya terpikir untuk membuat kartu kuartet. Kata Riszky, usai melakukan penelitian, rupanya mereka melihat banyak siswa yang hanya
terfokus pada smartphone miliknya ketimbang memperhatikan pelajaran dari guru. “Waktu itu anak-anak kurang tertarik dengan budaya, terlebih ketika sudah dikenalkan dengan gadget, terus pengajarannya masih menggunakan model ceramah,” katanya. Kartu kuartet kemudian dipilih lantaran daya tarik siswa terhadap permainan ini masih ada meski smartphone telah hadir ditengahtengah mereka. Di samping itu, Riszky pun mengaku jika permainan ini sudah jarang dimainkan. Untuk itu, siswa diajak
kembali untuk memainkannya sembari belajar. “Jadi saya mau coba buat media pembelajaran, pilih mi kartu kuartet, karena kartu kuartet juga sering dimainkan pada saat saya SD sampai SMP, dan juga permainan lama itu,” jelas mahasiswa angkatan 2014 ini. Lanjut, pria asal Makassar ini juga mengungkapkan bahwa kartu kuartet tersebut memiliki delapan gambar tema. Dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui budaya yang ada di Indonesia terkhusus di Sulawesi Selatan (Sulsel). Diantaranya, tema pahlawan, tempat wisata, kuliner, pakaian adat, alat musik, rumah adat, permainan, dan seni tari.
“Kalau konteks pengajaran, model pembelajaran dengan kartu ini untuk menarik minat siswa belajar budaya,” ujarnya. Kartu kuartet ini pun sudah dicoba ke siswa. Alhasil, tak sedikit dari mereka yang ingin terus memainkannya. Ditambah lagi, siswa kian tahu soal budaya yang tertera dalam kartu itu. “Sudah diteliti di SD Puri Taman Sari,” tambahnya. Berkat inovasi ini pula, Riszky dan tiga temannya mampu bersaing dalam Nasional Education Conference di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada 2016 lalu. Kemudian bisa masuk ke dalam prosiding di akhir tahun 2017 kemarin. Meski begitu, terakhir, ia berharap terus mengembangkan media pembelajaran ini agar siswa tak bosan untuk terus belajar. “Lebih ke aplikasinya saja yang mainkan di banyak orang dan banyak tempat. Pengembangan tema" yang lebih lagi dalam metode pembelajaran budaya,” harapnya. (Aur)
FOTO: HASNUR – PROFESI
Kartu Kuartet - Mahasiswa FPsi, Muhammad Riszky memperlihatkan kartu kwartet miliknya yang digunakan sebagai media pembelajaran.
Augmented Reality
Bawa Tiga Dimensi Ke Dunia Nyata MEMBAWA benda maya tiga dimensi (3D) ke dalam sebuah lingk u n g a n nyata rupanya tidaklah sulit. Hal tersebut dibuktikan oleh Firman. Dengan A u g mented Reality, gambar 3D bisa dibawa ke bentuk realitas s e s ungguhnya ke dunia nyata. Urai data, ungkap fakta, saji berita
Sejatinya, inovasi ini merupakan hasil penelitian dari tesis yang dibuatnya. Namun, digunakan sebagai media pembelajaran. Kata Firman, alasan digunakannya Augmented Reality sebab ingin mempermudah proses belajar. Apalagi, kebutuhan pasar sudah masuk era Industry 4.0. sekarang ini serba digitalisasi. Hadirnya inovasi ini, gambar apapun yang ingin dilihat dapat di bawah ke dalam bentuk nyata. Misalnya melihat gambar ANTENA TOWER dengan melihat kedalam bentuk realiti sesungguhnya dalam bentuk 3D “Cukup dengan aplikasi yang bernama x "Anprop Berbasis AR" ini kita sudah bisa melihat bentuk antena dan propagasi gelombang dalam 3D,” jelas staf Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar ini. Untuk merancang Augmented Reality, ia harus memiliki akun Vuforia dan Software Unity dari internet. Usai itu, kemudian mem-
buat marker dengan menggunakan scetch up. Scetch up ini nantinya akan mengkonversi gambar dua dimensi (2D) ke 3D. Selain itu, ia juga menggunakan aplikasi blender. Dengan tujuan mengubahnya kedalam bentuk 3D MX. “Setelah itu dengan bantuan Software Unity saya lakukan compaile ke Android. Guna menjadikan Aplikasi "Anprop Berbasis AR,” ujarnya. Sementara untuk prinsip kerjanya ialah cukup mengaktifkan aplikasi Software Unity itu ke dalam smartphone. Selanjutnya tinggal mengarahkan kamera smartphone ke markernya. Bahkan saat ini gambar yang akan dilihat semakin nyata dan memiliki kualitas yang lebih baik usai dikembangkan. “Yang tadinya hanya menggunakan gambar hitam putih, kini telah tampak seperti gambar aslinya,” jelasnya. Usai berhasil membuat inovasi ini, ia berharap Augmented Reality tersebut dapat memenuhi kebutuhan pasar yang saat ini ma-
FOTO: IRHAM – PROFESI
Pamer - Firman saat memamerkan Augmented Reality yang dikembangkannya.
suk ke era industry 4.0. “Apalagi sekarang kebutuhan pasar itu serba
berbasis digitalisasi,” harapnya. (awa) www.profesi-unm.com
seni
budaya
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
Cerpen Etgar Keret pertama yang saya baca adalah cara menulis kreatif yang dimuat dalam situs Fiksi Lotus. Terdapat dua cerpen Etgar yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia di situs tersebut, tapi entah mengapa pilihan pertama saya jatuh kepada cara menulis kreatif. Mungkin saja, saya memilih cerpen itu karena judulnya yang menurut saya kurang puitis untuk ukuran sebuah karya sastra yang besar dan terlihat lebih mirip sebuah panduan teknis untuk menulis, atau mungkin saja hanya karena alasan pragmatis, bodo amat mau baca yang mana dulu, yang penting dibaca saja. Kesan pertama yang saya dapatkan ketika tuntas membaca cerpen Etgar yang satu ini adalah kebingungan dan rasa takjub. Jika dalam ulasan Aan Mansyur, ia mengatakan bahwa membaca Etgar Keret membuatnya terpaksa membandingkannya dengan Anton Checkov, saya sendiri setelah membaca dan dibuat kebingungan oleh Etgar, mau tidak mau mengingatkan saya kembali kepada cerpen-cerpen subtil milik Frans Kafka, mengapa Kafka? Karena menurut saya keduanya sama-sama meninggalkan kesan bertanya-bertanya setelah membaca cerpen mereka. alasannya sepolos itu, atau mungkin saja karena kemiskinan referensi bacaan saya sehingga menghubungkan mereka berdua. Mungkin saja. Kamu boleh tidak bersepakat dengan saya, itu urusan kamu, setidaknya menurut saya begitu. Etgar dan Kafka sama belaka, sama-sama kejam kepada pembacanya. Menurut saya, tidak ada cerita yang lebih kejam sekaligus menakjubkan dari cerita yang membuat pembacanya harus berspekulasi dan tersesat dalam belantara makna dan simbol-simbol yang ditinggalkan penulisnya. Memaksa kita untuk terus-terusan berspekulasi dan dibiarkan tersesat dalam belantara ceritanya, dan pada akhirnya sang penulis hanya tertawa-tawa ketika kita
RERINTIK hujan masih menjadi musik paling merdu dalam tiap hembusan napas, mengantarkan urai demi urai air mata yang merajuk meminta pemakluman atas derainya. Pekat malam masih tetap setia menjadi selimut alam yang menghangatkan tiap luka menganga yang tak kunjumg mengering. Aku tumbuh dengan luka-luka di jari dan di sekujur tubuhku. Aku besar dengan kaki berdarah yang kubawa berjalan tiap hari. Iya, setiap hari aku berjalan dengan tertatih-tatih menyeret kaki-kaki kecilku yang sudah hampir tak sanggup melangkah. Bajuku sudah koyak macam kain lap, rambutku berminyak tak tersisir. Setiap hari aku berjalan berpuluh kilo meter dari bangunan tua berisi tangisan anak-anak tanpa ibu bapak di pinggir kota menuju ruang sesak tak beratap yang ramai akan lalu lalang mesin-mesin berbunyi bising yang saling berebut jalan tanpa peduli bahwa disudut jalan ada sosok kecil tubuhku www.profesi-unm.com
11
www.profesi-unm.com
Dilema Teka-Teki Etgar Keret kehabisan akal dan memilih menyerah untuk menafsirkan satu buah cerita yang ditulisnya. Memang sih, kita tidak memiliki kewajiban untuk mengurai makna-makna yang disisipkan oleh penulis dalam setiap tulisan mereka. Dalam kasus ini menurut saya Etgar tak akan memarahi saya apabila saya menikmati cerpennya sambil lalu saja. Tapi, disitulah kekuatan Etgar menurut saya, ceritanya memang subtil, tapi tak sesubtil cerita Kafka. Sementara Kafka membiarkan kita menari-menari mencari makna dalam ceritanya sembari ia duduk menunggu dalam kastilnya seperti salah satu lakon yang ditulisnya. Etgar malah memberi kita pelita, atau kalau bukan petunjuk-petunjuk tentang apa yang ingin ia sampaikan. Sehingga, setitik pelita ini, mau tak mau memaksa kita untuk mencoba sedikit saja untuk menafsirkan simbolsimbol dalam cerpennya. Seperti dalam cerpennya yang berjudul “Cara Menulis Kreatif”, Ia tak lantas menghamparkan ceritanya tanpa pelita dan penerangan sama sekali kepada pembacanya. Setidaknya setelah pembacaan kedua saya terhadap cerpen ini- saya hanya membaca cerpen ini dua kali, mungkin karena saya malas membaca- dan hasil diskusi dari beberapa teman, saya berspekulasi bahwa pesan pertama yang ingin disampaikan Etgar dalam Cerpennya ini adalah sebuah pertengkaran atau mungkin keretakan yang dialami oleh sepasang suami istri. Spekulasi kedua saya adalah masalah-masalah yang memicu keretakan hubungan mereka tertuang jelas dalam cerita yang mereka tuliskan dalam kelas menulis kreatif yang mereka hadiri. Seperti misalnya cerpen pertama
sang Istri tentang sebuah dunia dimana cara reproduksi manusia berbeda dengan apa yang ada dunia kita, yaitu dengan membelah diri. Tokoh utama dalam cerita tersebut dikisahkan tak mau atau tak bisa membelah diri. Hal ini sepertinya merujuk pada usaha kedua pasangan ini untuk memiliki seorang anak namun tak bisa. Apalagi penutup paragraph ini diakhiri dengan kalimat “Ketika Maya menyampaikan keraguannya tentang kursus menulis usulan ibunya, Aviad tahu cara membujuk istrinya. “Pergilah sekali saja, dicoba dulu,” katanya. “Sama seperti anak kecil yang
Judul Cerpen Nama Pengarang Penerjemah Sumber
: Cara Menulis Kreatif : Etgar Keret : Maggie Tiojakin : Fiksi Lotus
*Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) 2015 & Menteri Sosial dan Politik (Mensospol) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FPsi 2017-2018
coba-coba pergi mengikuti kegiatan berkemah.” Setelah itu, Aviad sadar betapa tidak pekanya dia karena telah menggunakan anak kecil sebagai contoh dalam kalimatnya, apalagi mengingat kejadian buruk yang harus mereka lalui dua bulan sebelumnya. Semakin memperkuat spekulasi saya bahwa salah satu masalah mereka adalah kehadiran seorang anak. Kemudian cerita dilanjutkan dengan sang istri yang menceritakan
dua cerpennya lagi di depan suaminya. Dibumbui dengan pujian-pujian terhadap instruktur kelas menulis istrinya yang spekulasi saya juga menjadi salah satu bagian dalam drama pertikaian sepasang suami istri ini. Cerita kedua menurut saya berisi tentang keraguan cinta sang suami kepada sang istri, atau sang istri kepada suami, entahlah. Paragraf ini pun diakhiri dengan pertengkaran kedua suami istri ini yang dipicu hanya karena masalah sepele. Cerita ketiga, yang menurut saya adalah klimaks dari apa yang ingin disampaikan istrinya kepada suaminya. Cerita ini seoalah memberikan gambaran bahwa sang suami tak percaya kepada istrinya dan terutama kepada kehamilannya, yang dalam cerita sang istri, yang juga di perankan oleh tokoh suami, istri dan seekor kucing. Pada akhirnya membuat suami dalam cerita sang istri tersebut percaya. Setelah bagian sang istri selesai, kini giliran sang suami yang menurut saya, mengeluarkan uneg-enegnya lewat cerita. Sang suami diam-diam mengikuti kelas menulis yang dihadiri istrinya lalu menuliskan cerita yang kemungkinan besar adalah curahan hatinya. Cerita sang suami berkisah tentang seekor ikan yang dikutut oleh seorang penyihir menjadi manusia, ikan yang menjadi manusia itu lantas mengingkan tubuh ikannya kembali dan kemudian mencari penyihir tersebut untuk mengubahnya menjadi seekor ikan seperti sedia kala. Tapi, karena tak bisa menemukan sang penyihir tersebut, ia kemudian banting setir dan berusaha layaknya manusia pada umumnya, dan berhasil menjadi pengusaha sukses. Yang menarik menurut saya adalah benang merah yang ditinggalkan Etgar di akhir ceritanya yaitu tentang sekertaris si ikan dan sekertaris sang suami.
Mawar Ke Seribu
yang terhimpit keramaian yang penuh sesak. Sepuluh tahun yang lalu tangisku pecah di ujung jalan yang sama dengan tempatku sekarang, tempat mendudukkan mawar-mawar jualanku di sisi kanan tubuhku. Menunggu seseorang akan berbaik hati atau sekadar berbelas kasih dan membeli tangkai-tangkai penghidupanku. Sepuluh tahun yang lalu saat tubuhku masih tak berbalut apapun bahkan tidak dengan baju koyak seperti kain lap yang kupakai sekarang. Malam yang sejak itu mengubah garis panjang cerita hidupku, malam yang menjadikan semuanya nampak jelas. Tidak merah, hanya mawarku saja yang merah namun, hidupku tak pernah secerah itu hanya abu-abu dan hitam yang mampu kusaksikan. Sepuluh tahun yang lalu saat tangan ibu melepas peluknya dan menyerahkanku pada tangan asing yang kasar dan kotor. Di tempat
ini lelaki itu merebutku dari tangan ibu dan membawaku ke bangunan tua bersama anak-anak lain yang sama sekali asing bagiku. Sepuluh tahun sejak hari pertamaku di tempat kumuh itu aku hidup sebagai sebatang kara tanpa ibu bapak, tanpa nama dan
tanpa masa depan. Aku hanya mengenal diriku sebagai anak haram yang dijual sesaat setelah
dilahirkan ke dunia sebab itulah yang selalu dikatakan oleh lelaki tua yang merebutku lalu memberi beberapa lembar uang pada ibu sebelum ia berbalik pergi. Ketika murka ia akan menghardikku dengan kata-kata yang bahkan tak pantas didengar anak kecil sepertiku. Aku dimintanya untuk mengemis di pinggir jalan namun meski hanya seorang anak haram aku tak ingin meminta-minta sebab aku percaya pada diriku. Aku bisa melakukan yang kumau dan aku bisa hidup dengan caraku. Dari sekian banyak anak yang ia beli dan dirawat hanya aku yang paling membangkang serta keras kepala. Aku lebih memilih menjual mawar-mawar yang kudapat dari petani tua di samping rumah ketimbang menjadi peminta-minta di pinggir jalan. Selalu ada harapan yang kuselipkan di tiap tangkai mawar yang kujual, harapan untuk bebas, untuk memeluk
Seperti yang saya katakan diatas, dalam cerita tersebut sang suami mengikuti kelas menulis secara diam-diam, ia tak lupa memberitahu kepada sekertarisnya untuk berjagajaga, mengatakan bahwa ia sedang meeting kalau-kalau sang istri menelpon untuk mencarinya. Hal ini serupa dengan yang dikatakan si ikan kepada sekertarisnya, tetapi si ikan ini tampaknya sedang melakukan meeting sungguhan, sehingga ketika si penyihir yang duhulu mengutuk ikan itu ingin bertemu, ia malah terhalang oleh perintah sekertaris si ikan yang menyuruhnya untuk menunggu hingga meetingnya selesai. Tetapi si penyihir merasa bahwa meetingnya tak akan berakhir dengan cepat dan memutuskan untuk pergi. Pada akhir cerita, sang suami menggambarkan si ikan yang pada masa tuanya dan berada puncak karirnya, kembali mengingat kebebasan lautan. Lalu Etgar menutup cerita dengan kebingungan sang suami untuk memilih ending dari ceritanya. Ada banyak spekululasi tentang keseluruhan dan ending cerita ini, namun lagi-lagi karena saya malas untuk menuliskan di sini, maka saya memilih tak menuliskannya saja. Pada akhirnya seperti apa yang saya katakan diawal, tidak semua karya sastra menuntut kita untuk dapat memahaminya. Saya bisa saja memilih membaca Etgar Keret sebagai hiburan semata sementara kamu memilih untuk membaca Etgar Keret sebagai sastrawan besar yang disetiap karyanya memuat nubuat yang harus dipecahkan demi memiliki kehidupan yang lebih baik. Seperti saya lebih memilih menghapus kontak mantan saya di facebook ketimbang terus menerus menunggu status barunya seperti yang kamu lakukan. Itu tidak masalah, itu adalah pilihan. Yang terpenting menurut saya adalah saya telah membaca Etgar Keret setidaknya sekali dalam seumur hidup, dan saya senang telah membaca karya Etgar Keret. (*) *Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi 2015 & Menteri Sosial dan Politik BEM FPsi 2017-2018
sosok ibu dan harapan agar tidak ada lagi aku yang lain, agar tidak ada lagi anak haram yang dijual beberapa saat setelah dilahirkan sepertiku, agar tidak ada lagi tangan kotor yang mengganti tangis dengan beberapa lembar uang lusuh dari kantong celananya. Dari ratusan mawar yang kujual pasti akan ada satu mawar yang benarbenar mewujudkan mimpi-mimpiku. Dari tangkai-tangkai berduri yang kujajahkan akan ada satu tangkai yang jatuh ke tangan yang tepat, tangan yang akan merebutku kembali dari tangan kotor yang telah mengabu-abukan hidupku. Dari ratusan mawar yang kujual akan selalu kucari tangan halus itu, hingga mawar keseribu bahkan hingga seluruh mawarku habis karna setelah mawar keseribu akan ada lagi seribu mawar yang kujajahkan untuk mempertemukan tangkai dengan penggenggam sejatinya. (*) *Lenny Ashari, Mahasiswa PBSI FBS UNM 2015 Urai data, ungkap fakta, saji berita
12
life
style
www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
Raup Rupiah dengan Nge-Vlog *Ulil Afiah Az-zakiyah
Tren vlog atau video blog saat ini telah banyak digandrungi oleh semua orang di seluruh penjuru dunia. Ada banyak keuntungan yang bisa didapat oleh orang yang berkecimpung di bidang ini. Salah satunya, meraup pundi-pundi keuangan melalui platform You Tube. Pada awalnya, vlog sendiri mulai dihadirkan oleh Adam Kontras di tahun 2000. Ia memposting sebuah video bersama dengan entri blog. Di tahun yang sama pada bulan November, Adrian Miles membuat video yang mengubah teks pada gambar diam dan menggunakan kata vlog yang merujuk pada video blog yang dipostingnya. Berselang empat tahun kemudian, Steve Garfield memproduksi video blognya sendiri dan tahun 2004 itulah kemudian menjadi tahunnya video blog. Vlog mulai menunjukkan popularitasnya di awal tahun 2005. Platform video Yahoo! Video blogging mengalami peningkatan pengguna secara derastis. Bersamaan dengan itu, You Tube kemudian hadir sebagai platoform video sharing selanjutnya. Dalam sekejap, situs buatan google itu menjadi situs paling banyak dipakai oleh vlogger sebagai medianya. Untuk konten, ada berbagai macam vlog yang disajikan vlogger untuk menarik penonton. Diantaranya, komedi, review produk, video challenge, video travel, dan gaming. Hingga yang terbaru yakni video kolaborasi dari para vlogger yang membahas seputar gaya hidup
yang tren saat ini. Di Indonesia, perkembangan vlog sudah pesat. Hal ini bisa dilihat dari hadirnya para vlogger ternama, seperti Tim2One, Skinny Indonesia24, Agung Hapsah, dan Reza Oktovian. Mereka selalu menghadirkan konten berkualitas untuk menarik penonton hingga jutaan viewers melalui channel You Tubenya. Salah satu vlogger asal Universitas Negeri Makassar (UNM), La Ode Rizaldin Keton Saputera pun berbagi cerita persoalan vlog dan perkembangannya saat ini. Ia mengatakan, jika vlog sering diisi tentang video kehidupan seharihari. Namun, orientasi vlogger kini berubah seiring kebutuhan viewers. Untuk vlog miliknya, Keton sering membuat video tutorial dan travel. “Saya tidak sering membuat tentang kehidupan sehari-hari seperti kebanyakan lainnya. Adapun konten yang selalu saya buat ialah tutorial, traveling, dan kisah kerja waktu saya masih magang di Malang,” tuturnya. Untuk tujuan pembuatan vlog, kata Keton, hal tersebut tergantung dari pribadi vlogger sendiri. Ada yang ingin mengedukasikan para penonton melalui berbagai video tutorial. Tapi, biasanya banyak dari mereka mengisi konten videonya berupa kehidupan sehari-hari. “Entah itu senang-senang saja atau membagikan suatu pengetahuan kepada banyak orang dengan membuat tutorial, dan masih banyak lagi alasan lainnya,” akui mahasiswa Prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Seni dan Desain (FSD) UNM. Mahasiswa angkatan 2015 ini juga mengungkapkan, hadirnya You Tube membuat minat para vlogger semakin tinggi dalam hal produktivitas video. Penghasilan bisa diraup melalui platform video sharing milik google ini. “Kalo ketentuan You Tube, uang dari video baru bisa diambil jika saldo sudah mencapai 100 dollar atau sekitar satu juta tiga ratus ribu rupiah,” ujarnya. Bagi mereka yang ingin menggeluti bidang vlog, Keton pun berpesan agar menggunakan kamera dengan kualitas High Definition (HD). Mencoba mengambil video dari berbagai sudut agar terlihat menarik dan memiliki software editor video yang bagus. Serta mampu percaya diri di depan kamera. “Jika ingin memilih jenis kamera yang digunakan nge-vlog sebaiknya menggunakan kamera yang layarnya sudah bisa di flip agar bisa melihat wajah kalian dengan baik,” sarannya. (*)
KATA MEREKA
ID
VLOG
Mahasiswi FT, 2015: Mawaddah Warahma
"
“Menurut saya itu salah satu bentuk pengapresiasian mahasiswa dengan perkembangan zaman”
LPM PROFESI UNM
FOTO: DASRIN – PROFESI
Merekam - Sejumlah mahasiswa UNM saat merekam video untuk vlognya
Hal Penting dalam Membuat Vlog SEBAGAI vlogger, pengalaman yang dimiliki oleh Keton sudah banya. Untuk itu, ia memberikan beberapa tips bagi mereka yang ingin membuat vlog, diantaranya: Mengetahui Tujuan Nge-Vlog
Mahasiswi FT, 2016: Ulvani Julfira
"
“Kalau menurut saya sih gini. Nge-vlog dengan hal yang berfaedah dan berguna untuk orang banyak itu bagus saja”
Tujuan seseorang membuat vlog itu bermacam-macam. Entah itu hanya untuk senang-senang saja, atau ingin membagikan suatu pengetahuan kepada banyak orang dengan membuat tutorial, dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya. Memperhatikan Gaya Bicara di Depan Kamera Selanjutnya harus memperlajari dahulu dari para vlogger terkenal tentang bagaimana berbicara di depan kamera, dan bagaimana menyampaikan suatu bahasan dalam setiap materi yang akan dijadikan vlog. Gaya berbicara dan juga intonasi berbicara juga wajib di pelajari agar penonton tidak merasa bosan. Praktek di depan cermin dengan membayangkan diri sedang berbicara didepan kamera. Perhatikan Audio
Mahasiswi FIP, 2014: Andi Tamrin
" pribadi ke“Pandangan secara tika saya berpandangan secara bebas tentu untuk menghasilkan uang”
" "
Jika penonton tidak dapat mendengar dengan baik apa yang dibicarakan dalam vlog maka sudah dipastikan penonton akan merasa bosan dan jenuh menonton video vlogmu. Audio tidak kalah pentingnya dengan visual karena video yang bagus adalah video yang memiliki kualitas visual dan audio yang bagus pula.
Memilih Kamera Kualitas Tinggi atau HD Jika berpikir untuk mendapatkan video dengan HD itu harus dengan kamera yang mahal, maka itu salah besar. Dijaman sekarang sudah, banyak kamera saku dengan harga 1 hingga 3 juta yang sudah bisa merekam dengan kualitas HD. Tapi, jika belum mampu membeli kamera, bisa menggunakan smartphone sebagai penggantinya sebab smartphone saat ini dibekali kamera dengan kualitas megapixel yang tinggi dan hampir setara dengan kamera DSLR. Memperhatikan Proses Edit Video Ini adalah tahap terakhir dalam pembuatan video sebelum mempublishnya di Youtube. Semua vlogger di Youtube tidak pernah lepas dari proses editing. Ada banyak sekali macamnya mulai dari memberikan efek-efek tertentu, transisi video atau menambahkan gambar agar terlihat menarik. (*) Pelajari Teknik Pengambilan Gambar Cobalah untuk mengambil gambar atau video dari posisi yang bagus dan nyaman untuk dilihat.
Televisi Realita sebagai Model Perilaku Online: Blogging, Foto, dan Video Sharing, Jurnal Komunikasi Mediasi Komputer
Michael A. Stefanone, Derek Lackaff;
Urai data, ungkap fakta, saji berita
www.profesi-unm.com
Wawancara
KHUSUS
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
13
www.profesi-unm.com
Jeli Melihat Lembaga Survei di Tahun Politik Menatap tahun politik, lembaga survei kini gencar menilai peruntungan kandidat kepala daerah dalam memenangkan pilkada. Kendati demikian, kinerja lembaga ini masih kurang mendapat kepercayaan oleh publik. Pasalnya, sejumlah kasus survei saat pemilu dan pilkada beberapa tahun lalu menunjukkan data yang berbeda di tiap lembaga. Dengan kondisi itu, lantas bagaimana cara publik memandang lembaga survei yang baik? Berikut wawancara khusus Reporter Profesi, Noval Kurniawan dengan Direktur Jaringan Suara Indonesia (JSI), Popon Lingga Geni disela-sela acara Pelatihan Pers Mahasiswa Nasional (Pinisi) 2018 yang digelar LPM Profesi UNM pada 3 April lalu. Melihat banyaknya lembaga survei saat ini, lantas bagaimana seharusnya lembaga ini menempatkan diri di tengah persaingan politik? Pertama begini, harus bekerja professional lalu lembaga survei ini harus juga mengemban misi bahwa mesti menjadi satu pihak yang turut andil dalam proses
FOTO: WAHYU RIANSYAH – PROFESI
www.profesi-unm.com
demokrasi dengan baiklah tidak lalu bahkan menjadi pihak yang seakan-akan membela satu kepentingan tertentu tanpa melupakan kepentingan orang banyak. Kemudian, bagaimana tanggapan bapak soal lembaga survei yang memiliki berkepihakan? Memang, tidak ada lembaga survei yang tidak berpihak. Menurut saya lembaga survei berpihak. Beginilah lembaga survei itu punya keberpihakan karena dia pasti dipesan oleh para kandidat. Bohong kalau ada lembaga survei yang menyatakan dirinya tidak dipesan oleh satu kepentingan politik tertentu. Pasti akan dipesan satu kepentingan tertentu. Hanya harus professional dalam melakukan pekerjaannya harus mencari data dengan objektif begitu, harus valid sehingga publik tidak dibohongi Apakah ada kaitan langsung antara survei dengan peristiwaperistiwa politik, dapatkan kita mengatakan bahwa Anas Urbaningrum berhenti jadi Ketua Umum Partai Demokrat karena survei, bagaimana kaitan survei dengan dunia politik ? Menurut saya tidak ada yah, dalam kasus Anas tidak begitu. Anas karena tersangkut kasus korupsi dia berhenti jadi Ketua U m u m tapi lalu setelah itu survei-survei partai Demokrat anjloklah kira-kira pasca Anas. Karena memang Demokrat waktu itu disebut sebagai partai yang koruplah kira-kira begitu. Teru s seberapa penting survei dalam politik? Penting karena hanya satu-satunya medium yang mampu merekam persepsi publik lalu apa yang terjadi di masyarakat atau dalam satu wilayah tertentu tentu yah dengan survei karena kita tidak punya medium yang lainnya.
Teknologi di Indonesia katakanlah begini kalau di Amerika itu juga pakai survei walaupun menggunakan telepon tetap misalnnya tapi di Indonesia menggunakan telepon tetap cuma beberapa persen jadi memang harus dilakukan wawancara tatap muka dan satu-satunya cara. Menurut saya belum ada mekanisme lain untuk menyerap aspirasi publik atau persepsi dalam publik selain survei di Indonesia Kemudian bagaimaan cara mengetahui lembaga survei yang dapat dipercaya? Eh, periksa rekam jejaknya. Jadi lembaga survei itu misalnya dikler hasil survei segini atau segala macam tinggal diperiksa aja rekam jejaknya karena rekam jejak digital nggak hilang begitu, pasti ada, jadi tinggal diperiksa apakah lebih banyak salah atau lebih banyak benar . Nah kalau lebih banyak dia benar. Percayai. Disamping itu, apakah patut mempercayai survei yang beredar? Ketika ada sebuah survei, saya tidak bisa mengatakan bahwa saya percaya atau tidak percaya survei itu, saya tidak boleh bilang bahwa survei itu salah atau benar, saya hanya bisa membandingkan dengan survei yang saya punya, apakah betul atau itu salah. Jadi, itu tadi publik harus bisa melihat rekam jejak lembaga surveinya untuk bisa menyatakan saya percaya atau tidak percaya. Banyak lembaga survei yang merilis berita si anu menang atau segala macam tapi kan kita lihat saja misalkan lembaga survei a merilis bahwa ini menang dan angkanya sekian, dicek aja dulu pernah rilis siapa saja yang menang, ternyata kalah semua artinya kan surveinya salah, kalau salah semua, yah sudah jangan percaya dipercaya. Apa pesan-pesan untuk mahasiswa dalam menghadapi tahun politik ini? Mahasiswa harus bisa menjadi agen pembawa perubahan, mencermati situasi politik dengan sebenar-benarnya, mencermati situasi bangsa ini sebaik-baiknya lalu bersikap sebaik-baiknya sehingga bisa merubah situasi bangsa yang saat ini menurut saya sedang dalam kondisi paling parah dalam sejak era reformasi. (*)
BIODATA
Nama : Popon Lingga Geni Tempat/Tanggal Lahir : Depok, 30 April 1976 Pendidikan: S1 Jurusan Manajemen UPN Veteran Jakarta Pekerjaan: Tenaga Survey Politik Lembaga Survei Indonesia (LSI) Supervisor LSI (2008) Direktur Strategik dan Program Pemenangan Jaringan Suara Indonesia (JSI) Vice Excecutive Director JSI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
14
OPINI
www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
Wajah Baru Pendidikan dan Mahasiswa Kisah memilukan di tahun 2012 memberikan kesan kelam terhadap kemeresotan sistem pendidikan di Indonesia. Para elit politik berlomba-lomba dalam merumuskan sebuah konsep pendidikan yang berujung kepada degradasi kehidupan. Industrialisasi menjadi jawaban atas lahirnya sistem tersebut. Terlepas dari cita-cita yang berkumandang di Indonesia tentang tujuan dalam pencerdasan kehidupan rakyat Indonesia agar jauh dari kejahilian zaman. UU Dikti No. 12 Tahun 2012 adalah format baru yang dihasilkan dari persekongkolan dan pemerkosaan sistem yang telah dicanangkan oleh para elit politik hari ini di meja legislatif. Regulasi tersebut memberikan
ruang antara terhadap komplotan barbarian modern untuk menjajah dan menghancurkan cita-cita bangsa Indonesia yang telah dirumuskan melalui UUD Tahun 1945. Tak dapat disangkal bahwa kelahiran UU Dikti No. 12 Tahun 2012 menjadi acuan negara memberikan ruang kepada seluruh perguruan tinggi untuk menjadi kampus yang komersial dan otonom dalam setiap pengelolaannya. Lahan bisnis merupakan tujuan utama pemerintah untuk membantunya dalam meraup keuntungan yang lebih dengan menghasilkan ruang industri dalam dunia pendidikan. Misi penyelamatan dalam mengurangi kemiskinan adalah sebuah ilusi yang telah diwacanakan untuk meredam segala bentuk gerakan yang berasal dari mahasiswa. Muh. Nuh yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2012 memberikan statement yang kurang lebih seperti ini, bahwa pem-
biayaan kuliah di perguruan tinggi akan memudahkan rakyat menengah ke bawah untuk mengakses pendidikan tinggi. Statement tersebut menjadi kontradiktif ketika regulasi tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT) diimplementasikan melalui anak kandung hukum yang tertera di dalam Permendikbud No. 55 Tahun 2013 hingga Permenristekdikti No. 39 Tahun 2017. Penggolongan UKT merubah pola pikir masyarakat tentang pendidikan yang berkeadilan, sebab subsidi silang menjadi tarikan antara mahasiswa kaya dan miskin untuk saling menyokong. Namun hal itu hanya menjadi ilusi belaka, menurut Catur Widi Asmoro mengungkapkan bahwa kenaikan biaya kuliah mencapai 10 % pertahun, sehingga menghasilkan beban yang mencekik keluarga mahasiswa. Masa depan akan manampilkan wajah kelam dunia Pendidikan. Korporasi besar akan merebut ke-
daulatan pendidikan di negara ini. Pendidikan akan menjadi milik swasta yang berujung kepada privatisasi sebagaimana perguruan tinggi swasta menjadi mahal di setiap tahunnya, rakyat Indonesia akan teralienasi oleh pendidikannya sendiri. Pancasila dan impian negara akan terlupakan. Lalu, posisi mahasiswa menjadi abstrak di tengah pertarungan tersebut. Praktis telah merasuki sendi-sendi pemikiran mayoritas mahasiswa. Menggiringnya menuju sosok yang memiliki tingkat kesadaran rendah. Ketakutan akan ancaman drop out dan skorsing menjadi bayang-bayang hitam yang terus menyelimuti jiwanya. Akibatnya, pembangunan gedung yang mangkrak, fasilitas yang tak sesuai dengan harapan serta hilangnya integritas dosen sebagai pendidik yang bermutu menjadi hal yang lumrah di tengah mahasiswa. Sikap pandang revolusioner adalah episentrum perubahan yang dibutuhkan di era ini. Mahasiswa
*Dwi Rezki Hardianto harus menjadi pelopor gerakan yang baru apakah melalui smartphone atau media lainnya sehingga mahasiswa memiliki peran politik yang berharga untuk ikut serta membawa pendidikan ini ke-khittah-nya kembali. (*) * Penulis Dwi Rezki Hardianto, Mahasiswa Prodi Sastra Inggris FBS, Presiden BEM UNM Terpilih Periode 2018-2019
Menyelami Arti Penting Pendidikan
Nur Saddam “PENDIDIKAN adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia,” Nelson Mandela. Di zaman Yunani kuno orang yang ingin belajar atau mendapatkan ilmu pengetahuan biasanya mengunjungi tempat atau orang pandai untuk mempelajari banyak hal sesuai dengan kebutuhannya, aktifitas ini banyak dilakukan oleh orang tua atau lelaki dewasa dalam masyarakat Yunani, perilaku ini kemudian diberlakukan bagi anak-anak mereka di keluarganya juga diharapkan dapat menggantikan sang ayah. Karena diperhadapkan oleh berbagai persoalan untuk menghidupi keluarganya para orang tua memberikan kepercayaannya kepada orang yang dianggap pandai atau orang tempat para orang tua dulunya belajar untuk mengajarkan hal yang patut untuk mereka pelajari agar kelak mereka bisa menggantikan peran dari orang dewasa atau orang tua.
Seiring dengan berjalannya waktu anak-anak putra dan putri dari orang tua di Yunani memercayakan seorang guru (orang yang dianggap pandai) untuk mendidik anaknya untuk bisa menjadi calon pemimpin rumah tangga ataupun masyarakat. Karena bertambahnya anak yang ingin diasuh maka diperlukan pula banyak pengasuh yang bersedia untuk mendidik anak-anak mereka dalam suatu tempat yang sudah disediakan untuk diajar dengan peraturan yang lebih tertib dan juga dengan imbalan jasa untuk para pengasuh. Kebiasaan orang Yunani ini menjadi suatu tradisi yang mendunia dengan banyak ragam pelajaran sesuai dengan tempat mereka belajar kebiasaan inilah yang memacu orang-orang untuk belajar dan membuat suatu lembaga pendidikan untuk menampung banyaknya orang-orang yang ingin mengenyam pendidikan. Academia adalah lembaga pendidikan yang kemudian dibangun di masa itu, di mana beberapa orang yang belajar dari seorang pandai atau pengasuh tergabung di dalamnya, selain Yunani bangsa Cina juga sudah memulainya pada 2000 tahun sebelum Yesus lahir konon itu adalah lembaga tertua di dunia yang banyak di ketahui sampai saat ini. Juga ada sekolah veda yang dibangun oleh kaum Brahmin India setengah abad sesudahnya. Hampir setiap bangsa di dunia ini memiliki pola pengasuhan yang berbeda sesuai dengan aturan lembaganya tersendiri dalam sebutan dan ragam yang berbeda.
Di Indonesia juga ada sekolah rakyat yang pernah dibangun oleh Tan Malaka di Semarang, dia beranggapan bahwa “mendidik anak bangsa akan sama hebatnya dengan berjuang melawan penjajah” untuk itu Tan Malaka menginginkan banyaknya sekolah yang dibangun oleh kaum pribumi dengan sistem yang sesuai dengan kaum pribumi. Selain Tan Malaka ada Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai bapak pendidikan di mana hari kelahirannya pada 2 Mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional ia pendiri taman siswa suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi rakyat pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan layaknya priyayi dan orang-orang Belanda pada saat itu. “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” itulah semboyan dari beliau yang sampai sekarang tidak asing lagi untuk didengar oleh banyak kalangan yang artinya “di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi kekuatan”. Ada juga tokoh perempuan yang juga berjuang agar perempuan Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang layak, memperjuangkan hakhak wanita agar dapat sejajar dengan kaum pria, beliau adalah RA. Kartini ada beberapa sekolah yang dirintis dan didirikan oleh RA Kartini yaitu sekolah gadis di jepara dan sekolah gadis di rembang. RA. Kartini adalah sosok perempuan yang pernah menulis surat kepada Prof. Anton dan Nyo-
nya pada 4 Oktober 1902 ia menulis “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi pendidik manusia yang pertama. Tujuan umum dari pendidikan adalah memanusiakan manusia. Hal ini tentu saja tidak menjadi ungkapan biasa tetapi perlu pengamatan dan kerja yang terencana untuk sampai pada tujuan itu. Pemangku kebijakan harus memahami makna filosofis yang terkandung di dalamnya kemudian bertindak sesuai dengan tugasnya. Pendidikan harus diperoleh untuk generasi secara menyeluruh sebagaimana bunyi tujuan pendidikan berdasarkan UUD 1945 pada pembukaan alinea ke-4 adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa” yang dalam prosesnya harus sesuai degan pasal 31 ayat 1 UUD 1945 bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan” dan dilanjut di ayat 2 bahwa “negara wajib membiayainya”. Tugas negara jelas menjadi pembantu rakyat untuk menyediakan pendidikan berdasarkan amanat UU 1945 di atas dan harus sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia. UU yang sifatnya merugikan orang/lem-
baga tertentu seharusnya tidak boleh diberlakukan karena akan mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Di era reformasi pasca tumbangnya rezim orde baru pendidikan Indonesia belum mendapatkan hasil yang memuaskan dalam setiap survei di lapangan. Beberapa tahun kemarin terkhusus berdasarkan survei PISA (Programme for International Study Assessment) bahwa peringkat pendidikan Indonesia berada pada rangking 64 dari 65 negara, ini merupakan suatu hal yang perlu kita amati bersama sebagai warga negara Indonesia tentu kita tidak boleh saling tunjuk sana tunjuk sini, salah pusat atau daerah tetapi sebagai warga negara yang bermukim di negara ini perlu bekerja sama dalam hal pendidikan seperti apa regulasi dari sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia selama ini dan bagaimana penerapannya di lapangan. Tolok ukur kemajuan suatu negara ada pada pendidikannya apabila pendidikannya rusak maka rusak juga negaranya di sisi lain ada juga pada perempuannya jika perempuannya baik maka baik juga bangsanya. Namun yang perlu menjadi tindakan dan bahan perbincangan kita ke depannya adalah “apa yang sudah kita persiapkan untuk generasi selanjutnya” suatu saat mereka akan bertanya kondisi apa yang terjadi hari ini. (*) *Nur Saddam, Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan FIP, Ketua Maperwa UNM Terpilih Periode 2018-2019.
LPM Profesi UNM menerima tulisan dalam bentuk opini dari sivitas akademika. Kirim tulisan Anda ke profesi.online@gmail.com. Tulisan dibatasi maksimal 3.000 karakter. Redaksi berhak mengedit atau memotong tulisan Anda tanpa mengubah makna.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
www.profesi-unm.com
profesiana Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
15
www.profesi-unm.com
Tak Ramah di Kantong Mahasiswa Pinisi Food Court kini menjadi kantin favorit bagi sivitas akademika Universitas Negeri Makassar (UNM). Berbagai macam makanan dan minuman telah tersedia di tempat tersebut. Bukan itu saja, kantin yang hadir sejak 11 November 2017 lalu ini juga menyajikan live music sebagai hiburan. Tak jarang, pimpinan kampus juga ikut menyanyi kala melepas penat sehabis kerja. Meski begitu, tak banyak mahasiswa yang bisa mencicipi makanan dan minuman di sana. Sebab, harga yang ditawarkan rupanya tak cocok dengan mahasiswa. Nurul Utami misalnya. Mahasiswa Prodi Studi (Prodi) Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi (FE) ini mengeluhkan mahalnya
makanan yang dijual di kantin tersebut. "Makanan di sana beda harganya sama yang diluar-luar. Mahalki di Pinisi Food Court," ucapnya. Selain masalah harga, pelayanan yang kurang nyaman juga didapati oleh mahasiswa. Mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT), Andini mengaku, jika proses pemesanan makanan di Pinisi Food Court terbilang lambat. Sehingga, dirinya harus menunggu dalam waktu yang lama. "Waktu itu pesan ka minum tapi lambat sekali datang, begitupun waktu pesan ka roti lama sekali datang,” keluhnya. Disisi lain, rupanya keluhan tak juga datang dari konsumen saja. Yotta yang menjadi salah satu usaha jenis minuman yang sempat menempati stand di Pinisi Food Court selama dua bulan, justru mengeluhkan soal pem-
bagian hasil keuntungan antara pihak pedagang dan UNM. Owner Yotta, Andryan Yudhistira menyebut bahwa sistem bagi hasil yang ditetapkan oleh pihak Pinisi Food Court memberatkan jika diterapkan di kampus dan terpaksa membuat pedagang memasang harga yang mahal. Imbasnya, tak banyak konsumen yang berkunjung sebab harganya itu. “Itu memang berat untuk di tetapkan di komoditi kampus.” tuturnya. Saat dikonfirmasi, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kewirausahaan, Ichsan Ali membantah jika harga makanan dan minuman di Pinisi Food Court terbilang mahal. Ia malah mengatakan bahwa harga
tersebut sudah murah ketimbang di tempat lain. “Silahkan dicek harga di sini hanya kisaran sepuluh ribu hingga dua puluh ribuan. Itu tidak mahal. Contohnya saja nasi kambing di sini harganya cuma dua puluh ribu, diluar itu tiga puluh ribuan,” bantahnya. (Ema/ Ham)
ILUSTRASI: MASTURI – PROFESI
Gondrong Dilarang Masuk
ILUSTRASI: MASTURI – PROFESI
www.profesi-unm.com
NASIB yang kurang baik mesti ditimpa mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan (PTSP) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM). Datang dengan maksud ingin mengikuti praktikum justru dilarang oleh dosen. Usut punya usut, rupanya masalah ini bermula dari mahasiswa PTSP angkatan 2016 yang tak sedikit memiliki rambut panjang alias gondrong. Hingga dosen pun kemudian melarang mereka untuk ikut praktikum. Masalah ini akhirnya berujung pada aksi yang digelar di depan Gedung Dekanat, Selasa (3/4). Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu mahasiswa angkatan 2016, Muhammad Tolar Amir. Ia mengatakan, kejadian tersebut terjadi ketika hendak ikut praktikum. Namun, karena memiliki rambut gondorng, mereka dilarang untuk masuk ke laboratorium. “Dilarang masuk lab dikarenakan rambut gondrong,” katanya. Ia juga mengaku beberapa kali melakukan dialog bersama pimpinan jurusan terkait hal ini. Akan tetapi, pihak jurusan tidak mem-
berikan solusi dan bersikukuh dengan aturan yang ditetapkan. Padahal, menurutnya, aturan tersebut justru tidak logis. “Jawabannya selalu tidak logis, kami selalu ditabrakkan dengan aturan K3 namun perlengkapan K3 tidak tersedia,” akunya. Di sisi lain, Ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan (HMPTSP), Zulfikar menilai, aturan yang selama ini melarang mahasiswa berambut gondrong masuk tidak rasional. Kata Fikar, aturan tersebut mesti jelas peruntukkannya. “Kami rasa tidak rasional. Perempuan non Islam yang tidak mengunakan jilbab panjang rambut itu diperbolehkan untuk masuk. Nah di sini persoalan rambut berarti harus di samaratakan,” keluh mahasiswa angkatan 2014 ini. Ia juga mengatakan, jika aturan tersebut menunjukkan bahwa pihak birokrasi tidak memiliki sikap yang baik terhadap mahasiswa. Meski begitu, ia pun ingin menunjukkan bahwa mahasiswa dengan rambut gondrong tidak selalu identik dengan preman. Melainkan, mereka memiliki niat
yang baik untuk kuliah. “Saya rasa birokrasi alergi dan trauma terhadap mahasiswa yang berambut panjang. Tapi kami mau buktikan dan mau mengubah pola pikir bahwa mahasiswa berambut panjang bukan preman. Kami mau belajar,” katanya. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) Fakultas Teknik (FT), Ahmad Rifqi Asrib juga angkat bicara. Ia menjelaskan, bahwa aturan tersebut sudah berlaku sejak lama. Tujuannya, demi kenyamanan saat melakukan praktikum. “Alasannya itu, menurut aturan laboratorium bahwa keamanan dan kenyamanan K3 begitu, salah satu itemnya seperti itu,” jelasnya saat aksi mahasiswa PTSP di depan Gedung Dekanat, Selasa (3/4). Ia pun mengaku, dengan adanya keluhan mahasiswa seperti itu, akan menjadi landasannya ketika melapor ke pimpinan fakultas nanti. Meski begitu, ia terlebih dahulu bakal membicarakan soal ini ke pihak laboratorium. “Ini saya usahakan untuk dirapat senatkan dan aturan ini harus jelas,” tandasnya. (Ara)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
16
PERSONA
www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 224 April Tahun XLI 2018
Komitmen Jaga Independensi Timsel KPU Sulsel, Basti Tattang
Dosen Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM), Basti Tetteng berhasil terpilih sebagai Timsel Komisi Pemilhan Umum (KPU) Sulawesi Selatan (Sulsel). Jabatan ini pun menguji komitmen dalam menjaga sikap independen. Terpilihnya Basti sebagai Ketua Timsel, mengharuskannya adil dalam menilai calon anggota Komisioner KPU. Berusaha untuk tidak berpihak kemanapun demi mencari komisioner yang berkompeten. Apalagi, di tahun politik ini, ada- ada saja godaan yang menjurus ke perbuatan negatif. Untuk itu, ia menjamin dirinya untuk bisa menjaga independensi selama memegang jabatan tersebut. "Saya menggaransi diri bahwa bisa dipercaya dalam independensi dan integritas, mungkin kalau wawasan
okelah. Paling tidak bisa berkontribusi. Banyak orang kritik, kok timsel nya itu, kenapa itu yang dipilih sih,” katanya. Prial asal Bone ini mengaku akan menyeleksi calon Komisioner KPU dengan ketat. Pengalaman yang didapatnya selama sebagai dosen saat ini, menurutnya bisa menjadi modal berharga untuk menjalani jabatan baru ini. Bahkan, ia terkadang belajar dari temannya yang selalu mengedepankan independensi dalam berkerja. "Jadi saya tidak asing dalam seleksi-menyeleksi itu. Memilih memilah orang yang tepat untuk suatu jabatan tertentu. Saya bukan psikolog tapi saya terlibat dalam perkerjaan teman-teman yang punya lisensi,” jelasnya. Selama ini, ia merasa kepercayaan orang terhadap dirinya mesti dijaganya dengan baik. Terlebih, sebelum terpilih, Basti sudah mendapat dukungan dari orang sekitarnya un-
BIODATA
Nama Tempat/Tanggal Lahir
: Basti Tetteng, S.Psi., M.Si. : Bone, 31 Desember 1968
Perkejaan - Dosen Fakultas Psikologi (FPsi) UNM - Ketua Timsel KPU Sulsel FOTO: AGUNG – PROFESI
Jadi Timsel - Dosen FPsi, Basri Tetteng kini menjadi Timsel KPU Sulsel usai melewati beberapa proses seleksi yang ketat.
Pendidikan S1 Jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) S2 Jurusan Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM)
tuk turut ambil bagian dalam penyeleksian komisioner KPU. Berawal dari situlah, sebuah kontribusi ingin ditunjukkannya agar bisa menjaga kepercayaan tersebut. "Saya akan bangga nantinya jika pekerjaan saya dihargai orang. Saya pasti juga kecewa hasil-hasil itu ternyata diluar ekspektasi orang,” kata lulusan Universitas Muhammadiyah Malang ini. Saat ini, prioritas utamanya ialah memberikan yang terbaik bersama empat anggota timnya. Ia pun sadar jabatan ini rentan untuk dikritik oleh semua orang jika tak dijalankan dengan baik. Sebab, pandangan orang, kata dia, sangat sensitif untuk persoalan politik. "Timsel itu pekerjaan yang dianggap rawan, menguji independen, saya tidak punya kecenderungan ke partai. Jangan kaget kalau nanti saya didemo karena pekerjaan saya memang rentan orang berspekulasi,” lanjutnya. Kendati demikian, Basti berharap masyarakat juga mendukung jalannya proses penyeleksian ini. "Meski banyak tekanan, saya akan tetap menjaga independen sebagai timsel KPU dan berharap masyarakat dapat berkontribusi dalam menyukseskan proses penyeleksian",” harapnya. (ema)
Motivasi Kaum Muda Lewat Buku "Orang-orang Pulau"
DALAM menjalani kehidupan, tentu saja semua orang memiliki motivasi tak terkecuali untuk para pemuda. Akan tetapi, motivasi itu kadang surut ketika ada beberapa faktor dan kondisi yang tidak mendukung. Misalnya saja, yang kerap dialami oleh remaja di Pulau Lanjukang, kota Makassar. Lanjukang yang merupakan pulau terluar di kota Makassar tersebut memiliki segala keterbatasan. Tak terkecuali bidang pendidikan. Para pemuda dan anak disana pun hanya sedikit yang mencicipi bangku sekolah. Meskipun begitu, kondisi ini tak menyurutkan niat mereka untuk tetap belajar. Berawal dari kondisi itulah yang membuat mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Makassar (UNM), Fitri Amaliah pun menulis sebuah buku. Diberi judul “Orang-orang Pulau”, ia menceritakan bagaimana mereka bisa termotivasi dalam keadaan susah sekalipun. "Saya pilih di sana karena sebelumnya itu saya sharing dengan beberapa teman dan pada saat itu teman bilang ada pulau cantik sekali, masyarakat di sana juga masih kental sama budayanya banyak orang yang tidak tahu tentang pulau itu, saya pun baru tahu saat itu,” jelasnya. Meneliti di Lanjukang ternyata membuat dirinya harus dihadapkan oleh berbagai masalah. Lantas, mahasiswa Prodi Pendidikan AkunUrai data, ungkap fakta, saji berita
tansi ini mencoba untuk merubah kondisi di tempat itu sembari menuangkan pengalaman itu ke bukunya. “Karena terlalu sering saya meneliti di sana ada banyak fakta yang saya dapatkan , mulai dari tidak adanya sekolah, fakta tentang kesehatan dan sebagainya, di situlah saya berpikir kenapa tidak saya membangun sekolah di sana,” ungkapnya. Seperti penulis pemula lainnya, buku pertama yang diterbitkan tentu saja tak langsung diketahui oleh banyak orang. Untuk mempromosikan buku ini, ia memilih untuk berkelana ke Pulau Jawa. Di sana ia gencar memperkenalkan buku “Orang-orang Pulau” ini kepada mahasiswa. Bukan hanya itu saja, sebanyak 700 buku yang digalang demi masyarakat Lanjukang “Buku itu saya galang di beberapa kota di Jawa, Alhamdulillah mahasiswa di Jawa pada excited terhadap buku saya ini,” ujar wanita asal Maros ini. Keuntungan dari penjualan buku ini pun, kata Fay, tak lantas diambil untuk dirinya, Ia memberikan hasilnya tersebut kepada masyarakat pulau Lanjukang. Kemudian donasi ini digunakan untuk membangun sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI). “Setelah membuat buku saya kembali ke pulau Lanjukang untuk memberikan hasil penjualan buku ke masyarakat lajukang,” lanjutnya. Ia menjelaskan, niatnya menu-
lis buku sebab harapannya besar untuk membuat orang tahu bahwa bangsa Indonesia kaya akan banyak hal. Menurutnya, semua orang perlu tahu itu. “Tahukah kamu ada “surga” di sana,“ katanya. Te r a k h i r, mahasiswa angkatan 2014 ini berpesan kepada mahasiswa agar tidak ragu untuk memulai menulis. Selain membudayakan literasi, karya mereka tentu akan sangat bermanfaat untuk semua orang. "Mahasiswa seharusnya bisa mengembangkan literasinya, Apapun yang kalian rasa itu menarik, apapun yang kalian rasa itu unik, cobalah tuangkan dalam buku karena kita hidup akan dikenang jika kita memiliki karya,” pesannya. (ria)
BIODATA
Nama: Fitri Amalia H Tempat/Tanggal Lahir: Makassar, 28 September 1996 Riwayat Pendidikan: - SD No.29 Inpres Kaemba I (2002-2008) - SMPN 9 Maros (2008-2011) - SMAN 9 Maros (2011-2014) - Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Makassar (2014) Prestasi: 1. Finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-29 (2016) 2. Penerima Dana Hibah PKM 5 Bidang (2017) 3. Mahasiswa Berprestasi Universitas Negeri Makassar (2017) 4. Delegasi pada Ekspedisi Nusantara Jaya Kemenko Maritim (2017) 5. Perwakilan Indonesia pada Phucket Researsh Forum, Bangkok Thailand (2018) 6. Peserta Aspiring Professional Accounting Champion 2018 FOTO: KURNIA – PROFESI
Membaca - Fitri Amaliah saat membaca buku miliknya berjudul "Orang-Orang Pulau". www.profesi-unm.com