Tabloid Profesi Edisi 219

Page 1

1 Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM

Pengemban Tridharma Perguruan Tinggi

Paceklik Pendidik

www.profesi-unm.com

Hal. 4

UNM Darurat Dosen

Hal. 9

Menanti Sekretariat Baru

Hal. 15

Jangan Kecolongan Yah!

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017 Urai data, ungkap fakta, saji berita


2

persepsi www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

EDITORIAL

surat dari pembaca

Eksploitasi Dosen UNIVERSITAS Negeri Makassar (UNM) kini berbangga meyandang status sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan Sumber Daya Manusia (SDM) terbaik ke-5 di Indonesia. Apalagi, beberapa bulan yang lalu kampus orange meraih label sempurna dengan akreditasi A. Kendati demikian, nyatanya pencapaian tersebut masih meninggalkan cacat dalam pengelolaan SDM di kampus ini. Nyatanya, krisis tenaga pendid i k menjadi

salah satu momok yang sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Tercatat jumlah tenaga pendidik yang dimiliki UNM hanya berjumlah 874. Angka yang cukup kerdil untuk mencapai rasio ideal sesuai aturan yang ditetapkan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tingi (Kemenristekdikti). Imbasnya, beberapa dosen bekerja melebihi kapasitasnya. Efektifitas pembelajaran tak lagi menjadi tujuan utama. Terpenting semua kelas yang diampuhnya tak ketinggalan pelajaran. Alhasil, tak sedikit dosen terpaksa menggabung beberapa kelas sekaligus dalam satu kali pertemuan. Sangat disayangkan, apalagi kapasitas ruangan kelas yang disediakan tidak mampu menampung mahasiswa yang membludak.

Apa yang anda tanyakan?

Bahkan beberapa diantaranya rela duduk beralaskan ubin asalkan tetap mengikuti pelajaran. Kondisi demikian menggambarkan mutu proses pembelajaran yang masih sangat rendah. Dosen harus memaksakan diri memenuhi segala beban mengajar yang diampuhnya,

Akbar Hakim: Di kampus V UNM Parepare perlu penambahan gedung baru untuk tiap jurusan

Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum (PR II), Karta Jayadi: Bantuan pembangunan sarana prasarana tidak ada di semua perguruan tinggi. Bahkan, UNM ada tiga bangunan mangkrak (bangunan tidak selesai) karena tidak ada dana untuk itu. Bangunan yang mangkrak itu adalah, bangunan FE, Menara Pasca, dan bangunan FMIPA

Iryanto Riston Tanan: Apakah CCTV di sekitar kampus Gunungsari beroperasi atau tidak?

Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum (PR II), Karta Jayadi: CCTV di Pinisi berfungsi semua. meski itu telah melebihi kapasitasnya sendiri. Ironisnya, bahkan ada oknum dosen maupun pegawai yang sengaja melakukan tindakan pungli lantaran honornya tak dibayarkan. Padahal, bagaimanapun hal tersebut tetap melanggar aturan dan diluar batas kewajaran. Profesi dosen yang "elit" dalam dunia pendidikan seyogyanya mendapatkan perhatian yang cukup dari pimpinan universitas. Paling tidak hak yang sepatutnya mereka dapatkan terpenuhi. UNM sebagai Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) harus berbenah dalam hal ini. Penambahan jumlah mahasiswa tiap tahunnya harus sebanding dengan penambahan tenaga pendidik. Dengan ini, dosen tidak lagi "dieksploitasi" dengan beban kerja yang di luar batas.

Lu'lu Yu'tikan Nabilah: Dukungan finansial oleh birokrasi dalam setiap kegiatan lomba yang diikuti oleh mahasiswa UNM

Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum (PR II), Karta Jayadi: Dukunngan dana kemahasiswaan hanya untuk kegiatan lembaga kemahasiswaan. tidak ada dana untuk orang per orang dalam kegiatan lomba, karena tidak ada yang bisa merencanakan kegiatan orang per orang.

NanDa Ra KwonPark: Tolong pasang AC dong di gedung BE FIS UNM

Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Hasnawi Haris: Jadi itu sementara diurus listriknya, karena tidak cukup dayanya. Kalau sudah listrik di kerja, baru kita kerja AC.

Redaksi menerima opini, saran dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim opini, saran dan kritikan anda ke: (0411) 8914674 LPM Profesi UNM

@lensaprofesi profesi.online@gmail.com

@profesi_online @xbp7686d

Pelindung: Prof. Husain Syam, M.TP , Dewan Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Ammas, Syahrir Muhammmad, Mukhramal Azis, Uslimin, F ­ acharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah. Pemimpin Umum: Resa Saputra, Sekretaris Umum: Noval Kurniawan, Bendahara Umum: Citra Jati Utami, Pemimpin Redaksi: Muh. Agung Eka S, Manajer Daring: Nurul Charismawaty S, Manajer Penyiaran: Endang Sri Wahyuni, Pimpinan Penelitian dan Pengembangan: Ratna. Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/ SK/Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Resa Saputra, Pemimpin Redaksi: Muh. Agung Eka S, Redaktur: St. Aminah, Reporter: Faisal Fajar, Wahyudin, Andi Asoka Ulfa, Karmila, Anggi Prakasi, Fotografer: Dasrin, Layouter/ Desainer Grafis: Masturi; Manajer Sirkulasi dan Iklan: Nurul Atika. Redaksi LPM Profesi UNM : Jl. Mallengkeri Luar No. 25 Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Makassar, Telp. (0411) 8914674, ­e-mail: profesi.online@gmail.com, website: www.profesi-unm.com

Sampul: Agung Eka Tata Letak: Masturi

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com


mozaik Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

3

www.profesi-unm.com

Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) XV Sulawesi Selatan (Sulsel)

Atlet UNM Rebut 14 Medali Emas

ATLET Universitas Negeri Makassar (UNM) berhasil memperoleh 14 medali emas pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) XV Sulawesi Selatan (Sulsel). Berdasarkan data pomnas sulsel. unhas.ac.id, jumlah tersebut diraih dari tujuh cabang olahraga (Cabor) ikut disumbangkan.Tujuh cabor tersebut diantaranya, atletik, futsal, pencak silat, karate, kempo dan petanque. Salah satu atlet peraih medali emas dalam cabor karate, Magfirah Syamsul Alam mengungkapkan, per-

juangan yang dilaluinya terbilang berat sebelum akhirnya meraih medali tersebut. Menurutnya, persaingan kompetitif yang diperlihatkan tim lain membuatnya mesti bekerja keras. "Mereka berlatih dan membentuk tim dari awal tahun jadi persiapan mereka sangat matang," ungkapnya saat dihubungi via sosial media, Senin

SNAPSHOT

FOTO: DASRIN – PROFESI

Kursi Lama - Salah seorang mahasiswa sedang melihat tumpukan kursi yang sudah tidak terpakai di belakang gedung FBS

(23/10). Meski begitu, ia juga mengaku telah melakukan persiapan yang baik sebelum ikut kompetisi tersebut. Alhasil, dua emas pun diraihnya. Sekaligus menambah pundi medali untuk tim Sulsel. "Pastinya senang dan sangat bersyukur," kata mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen Fakultas Ekonomi (FE) ini. Prestasi serupa ditorehkan oleh Kyky Dermawanti. Mahasiswa Prodi Ilmu Keolahragaan (Ikor) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) ini men-

gatakan, medali emas yang diraihnya di Cabor petanque tak lepas dari persiapan yang cukup lama dilakukan. "Masalah persiapan itu sudah lama dipersiapkan. Latihan berbulan-bulan untuk ikut POMnas," katanya. Ia mengaku senang bisa berhadapan langsung dengan tim yang kuat. Terleibih bisa meraih kemenangan dengan tim yang memiliki segudang pemain berbakat."Tidak nyangkanya pas babak pengisian, bisa kalahkan pemain timnas. Skor itu hari 13 Sulsel

dan Sumsel 9," tambahnya. Wanita asal Palopo ini pun berharap bisa meraih prestasi lebih banyak lagi agar mengharumkan nama universitas dan Sulsel. Tak lupa, terus bekerja keras dan memperbanyak latihan. "Agar bisa lebih baik," harapnya. Sebelumnya, mahasiswa yang ikut POMNas menyumbang 39 medali. Diantaranya, 14 medali emas, 12 perak, dan 13 Perunggu. Kegiatan ini berlangsung di Universitas Hasanuddin pada 14 hingga 21 Oktober lalu. (eks)

Kuliah Umum Kewirausahaan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Belum Siap Hadapi Pasar Bebas CHIEF Executive Officer (CEO) Media Nusantara Citra (MNC) Group, Hary Tanoesoedibjo menilai, masyarakat Indonesia belum siap untuk menghadapi pasar bebas. Menurutnya, bila pasar bebas tetap dilakukan bakal hanya menguntungkan perusahaan besar nantinya. "Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin," katanya saat memberi kuliah umum Kewirausahaan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia di Ruang Teater Lantai 3 Menara Pinisi, Kamis (19/10). Kata dia, pasar bebas memungkinkan untuk menghambat laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sebab, sistem ini bisa saja memberikan dampak negatif

apabila tidak memperhatikan aspek lain. Terlebih, melihat kondisi masyarakat yang masih banyak berada pada kelas menengah kebawah. "Harus melakukan keberpihakan kepada masyarakat menengah kebawah, jangan lakukan pasar bebas," jelasnya. Pria asal Surabaya ini menambahkan, kemajuan ekonomi Indonesia sangat bergantung dengan kualitas masyarakat yang ada. Lantas, dukungan bagi kelas menengah kebawah perlu perhatian terutama membantu menciptakan usaha baru buat mereka. "Kalau memberatkan kelompok besar, kita bakalan nggak maju," tambahnya.

Membangun sebuah usaha juga mesti ada inovasi. Seperti memiliki jasa atau produk yang berbeda di pasaran. Pasalnya, hal tersebut bakal memperkuat daya saing di dalam pasar bebas. Sehingga, ekonomi Indonesia dapat tumbuh secara perlahan. "Tidak berinovasi, kita bakalan jebol," tegas lulusan Universitas Carleton, Amerika Serikat ini. Terakhir, masyarakat diimbau tetap fokus pada pekerjaan yang dimiliki. Kemudian dikembangkan hingga terbentuk karakter berkualitas dan sukses dibidangnya. "Jangan menyerah sebelum sukses dan speed kalian harus di tingkatkan," tutupnya. (ari)

UNM Dorong Peningkatan Kualitas PKM UNIVERSITAS Negeri Makassar (UNM) terus mengalakkan peningkatan kualitas Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Pelbagai cara mulai gencar dilakukan dalam rangka mengembangkan inovasi baru bagi mahasiswa yang ikut serta dalam program ini. Kegiatan ini sudah mulai menjadi program tahunan yang diselenggarakan di UNM. Dengan cara seperti ini, mahasiswa digenjot melatih kemampuannya dalam berinvoasi. Sehingga, dapat diap-

likasikan ke masyarakat. Salah satu pembimbing PKM, Bakhrani Rauf menjelaskan, untuk menyukseskan program ini, proposal yang dibuat mesti berkualitas. Tentu, beberapa upaya saat ini tengah dilakukan. Seperti, menggelar sekolah PKM dan workshop PKM untuk mahasiswa dan dosen pembimbing. "Ini merupakan cara baru yang ditempuh UNM dengan maksud untuk meningkatkan kualitas judul PKM yang akan dikirim. Dengan harapan mampu

meloloskan lebih banyak judul," katanya. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaaan (PD III) FT ini juga mengatakan, bila program yang dicanangkan tahun ini beda dengan tahun sebelumnya. Sebab, kali ini proses verfiikasi dan review bakal dilakukan sebelum akhirnya proposal di kirim ke Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). “Karena target kita tahun ini adalah kualitas, tidak apa-apa sedikit yg dikirim asalkan berkualitas," lanjutnya.

Ia berharap dengan adanya pelatihan untuk PKM, dosen mampu memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Dalam hal mengembangkan ide-ide kreatif yang akan dituang ke dalam proposal mereka. "Dan dosen yang di tuangkan dalam satu karya diharap mampu menghasilkan inovasi baru," harap pria asal Soppeng ini. Seperti tahun sebelumnya, terdapat lima bidang yang ditawarkan dalam PKM. Diantaranya, PKM Penelitian

(PKM_P), PKM Kewirausahaan (PKMK), PKM Pengabdian kepada masyarakat, PKM Penerapan Teknologi dan PKM Penulisan Ilmiah. Tidak sedikit mahasiswa yang mengikuti program ini. Tahun lalu, ratusan judul proposal PKM dikirim namun hanya beberapa saja yang lolos. Saat ini, UNM sudah berada di klaster ke dua dengan jumlah proposal yang mampu dikirimkan sudah mencapai 425 proposal. (Din)

Sekantung Pia dan Perjuangan Hidup *Karmila

MALU tidak menjadi halangan Selfiah Ariana Putri untuk berjalan mengelilingi kampus Universitas Negeri Makassar (UNM). Membawa kantung kresek berisi kue pia dan dijajakan pada setiap orang yang ia temui. Cara berfikirnya tidak rumit. Asalkan rupiah hari itu bisa untuk menyambung hidupnya beberapa hari kedepan. Itu sudah cukup. Berjalan sejauh kurang lebih 2,5 kilometer. Dari rumahnya di Jl. Skarda menuju kampus UNM sektor Parangtambung dilakukan saat semester awal berkuliah di kampus oemar bakri. Pada masa itu pula, dirinya sudah memulai bekerja demi kebutuhannya di perantauan. Beragam perkerjaan kemudian ditekuninya. Mulai dari menjadi penjaga toko pia dengan upah Rp. 30.000 per harinya yang ia lakoni tiap Sabtu dan Minggu. Hingga, www.profesi-unm.com

profesi guru mengaji juga dijalani untuk menambah pundi-pundi kelangsungan hidupnya. Tak cukup sampai disitu. Ketika ia merasa masih belum mencukupi biaya hidup ibu kota yang berat. Akhirnya, ia mengambil resiko untuk membeli kue pia sebanyak gaji yang ia dapatkan perharinya, untuk dijual kembali seharga Rp. 5.000 perboksnya. “Awalnya saya coba-coba ambil dengan modal segitu dan alhamdulillah laku,” ujar mahasiswa program studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Berasal dari sebuah keluarga sederhana di Bulukumba, pekerjaan ayah sebagai petani yang menggarap lahan milik orang lain membuatnya tidak mampu terlalu berharap dengan uang bulanan yang dikirimkan. Untuk tempat tinggal, ia harus

bernaung dirumah seorang kenalan. Itupun untuk mengikis biaya tempat tinggal yang dapat menambah daftar pengeluarannya. “Alhamdulillah ada keluarga senior saya yang bisa membantu ,” syukurnya. Meski hidup dalam segala cobaan yang dirasanya, tidak membuat mahasiswi angkatan 2015 ini lantas melupakan kewajibannya sebagai seorang peserta didik. Tercatat Indek Prestasi Komulatif (IPK) yang dimilikinya tidak pernah turun dari angka 3,72. menurutnya prestasi ini bisa dicapai siapa saja bergantung dari manajemen waktu yang diterapkan. “Kuncinya adalah mengatur waktu antara bekerja dan kuliah,” tuturnya. Senyum, tak pernah lepas dari wajahnya. Itu menjadi salah satu pencirinya dalam menjalani hidup. Meski harus membanting tulang untuk kebutuhan hidupnya.Tak ia

FOTO: DASRIN – PROFESI

Menjual - Selfiah saat menjajakan kue pianya di Pelataran Menara Pinisi beberapa waktu yang lalu.

pungkiri iri kadang datang saat melihat teman sebayanya, dengan nyaman berkuliah tanpa beban. Ia berharap, kegiatannya ini dapat berkembang kedepannya. Modal awal

yang hanya sebesar Rp. 30.000 kini telah menjadi Rp. 300.000. Belum seberapa mungkin, tapi keikhlasan dan kegigihan yang menyertai hasil ini, yang membuatnya terasa berharga. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


4

Reportase

utama

www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

UNM Darurat Dosen MENYANDANG status sebagai Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) tidak menjamin mutu pengembangan akademik. Nyatanya, Universitas Negeri Makassar (UNM) masih krisis tenaga pendidik. Rasio dosen dan mahasiswa aktif masih sulit untuk mencapai kata ideal. Padahal, pemenuhan rasio dosen dan mahasiswa merupakan tolak ukur sehatnya suatu institusi perguruan tinggi. Hanya saja, saat ini, jumlah dosen yang dimiliki UNM masih terbilang kurang. Bahkan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 899 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Sistem dan Informasi (Bapsi) UNM, tercatat jumlah dosen yang dimiliki totalnya hanya 874 orang. Sementara itu, mahasiswa aktif UNM dari angkatan 2011 sampai 2017 berjumlah 25.495 orang. Dari jumlah tersebut, beberapa jurusan maupun prodi melebihi batas minimal. Diantaranya Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah dengan rasio dosen dan mahasiswa 1:68, Ilmu Administrasi Negara 1:71, Pendidikan Sosiologi 1:57, Pendidikan Antropologi 1:56, Desain Komunikasi Visual 1:52, Pendidikan Akuntansi 1:67, Akuntansi S1 1:62, Akuntansi D3 1: 53, Pendidikan Ekonomi 1:47, Pendidikan Geografi 1:57, Pendidikan IPA 1:44, PTIK 1:90, Pendidikan Teknologi Pertanian 1:42, Penjaskesrek 1: 81, Ilmu Keolahragaan 1: 50. Menilik perbandingan tersebut, jelas bahwa angka tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristek Dikti) Nomor 2 Tahun 2016 tentang perubahan

Tahun ini UNM hanya menambah delapan orang dosen. Tahun sebelumnya tidak ada penambahan sama sekali Muharram PR I

FOTO: DASRIN – PROFESI

DiIGABUNG – Mahasiswa Fakultas Ekonomi yang digabung saat mengikuti salah satu mata kuliah

atas Permenristek Dikti Nomor 26 Tahun 2015 tentang Registrasi Pendidik pada Perguruan Tinggi. Dalam Bab III tentang perhitungan rasio dosen terhadap mahasiswa disebutkan bahwa, dosen dan mahasiswa di sebuah prodi harus memiliki rasio yang ideal. Rasio dosen terhadap mahasiswa pada program studi, yaitu 1 (satu) : 45 (empat puluh lima) untuk rumpun ilmu agama, ilmu humaniora, ilmu sosial, dan ilmu terapan Sementara itu, 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk rumpun ilmu alam, ilmu formal, dan ilmu terapan . Hal ini mengindikasikan, kualitas SDM yang dimilki oleh UNM ditinjau dari tenaga pendidik masih belum maksimal. Kondisi ini mengakibatkan iklim pembelajaran menjadi tidak kondusif. Dikarenakan dosen beroperasi tidak sesuai dengan kapasitasnya Tak ayal, beberapa dosen terpaksa menggabung dua kelas dalam satu mata kuliah yang diampuhnya. Hal ini dikarenakan padatnya jadwal mengajar yang dimiliki. Pasalnya, jumlah mahasiswa yang membludak. Bahkan tak sebanding dengan daya tampung kelas yang disediakan. Seperti halnya yang terjadi pada

Fakultas Ekonomi. Salah seorang mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Rafli mengeluhkan padatnya ruangan kelas saat mata pelajaran Perpajakan berlangsung. Ia bercerita, mata pelajaran yang dibawakan oleh Dekan Fakultas Ekonomi tersebut diikuti oleh 100 orang mahasiswa. Alhasil beberapa mahasiswa terpaksa duduk di lantai lantaran bangku yang disediakan tidak mencukupi. “Sebenarnya dua kelas digabung. Jadi ada seratus lebih mahasiswa dalam satu kelas. Bahkan ada yang duduk dibawah,” keluhnya. Rafli menuturkan, pemandangan yang sama bukanlah hal yang baru. Melainkan telah berlangsung sejak semester lalu. Bahkan kejadian tersebut telah dilaporkan ke pimpinan fakultas. Hanya saja, laporan tersebut tidak ditanggapi secara serius. “Kami sudah laporkan di PD I. Pernah dijanji kalau semester ini tidak digabung. Tapi tetap ji digabung lagi,” tuturnya. Menanggapi hal tersebut, Dekan Fakultas Ekonomi, Muhammad Azis mengatakan persoalan ini hanya perkara yang biasa saja. Adanya penggabungan kelas hanya bersifat sementara. Ia pun berdalih, hal tersebut dilakukan agar kelas yang

lain tidak ketinggalan mata pelajaran. “Konsepnya hanya sementara, karena padatnya juga jadwal jadi terpaksa harus digabung, karena kalau tidak digabung maka ada yang berjalan, ada yang tidak. Jadi untuk menyeimbangkan makanya digabung,” ujarnya Dosen Pendidikan Akuntansi ini berdalih bahwasanya mahasiswa yang melantai dikarenakan tidak ingin berusaha untuk mencari bangku. Padahal, sudah menjadi tanggungjawab birokrasi untuk menyediakan fasilitas yang memadai. “Kalaupun ada mahasiswa yang tidak mendapatkan bangku, berarti itu merekanya yang tidak ingin berusaha mencari atau mengangkat bangku, meskipun kelas digabung,” ucapnya. Menanggapi hal tersebut, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penjaminan Mutu UNM, Sapto Haryoko mengatakan kondisi demikian dikarenakan masalah manajemen waktu dosen yang kurang maksimal. Menurutnya, dosen harus pandai mengatur waktu. “Itu melanggar hukum pembelajaran. Cuma dosen yang belum bisa mengatur waktu. Kalau bukan dosen yang salah berarti pimpinannya,” ujarnya. Sementara itu, Pembantu Rek-

tor Bidang Akademik (PR I), Muharram menyayangkan kondisi demikian. Ia menganggap, hal tersebut tidak dibenarkan. Ia pun mengaku tidak tahu-menahu mengenai masalah tersebut. “Jelas hal itu tidak dibenarkan. Saya juga akan cek besok sama Dekannya. Karena setau saya cukup berdasarkan laporan fakultas” ujarnya saat diwawancarai, Rabu (8/11). Muharram pun mengaku, penambahan dosen untuk semua fakultas masih rendah. Dalam kurun waktu dua tahun, jatah dosen UNM hanya delapan orang. Yang ada hanya jumlah mahasiswa membludak setiap tahunnya. Namun tidak sebanding dengan penambahan dosen baru dalam setiap jurusan/prodi. “Tahun ini UNM hanya menambah delapan orang dosen. Tahun sebelumnya tidak ada penambahan sama sekali.,” ungkapnya. Guru Besar Kimia Organik ini pun berjanji, kuota mahasiswa baru nantinya akan dikurangi. Dengan harapan rasio mahasiswa dan dosen dapat mencapai angka yang ideal. “Dibuat satu kelas saja setiap menerima mahasiswa baru,” janjinya. (*)

Mahasiswa Fakultas Psikologi

Numpang Kuliah di Perpustakaan IMBAS dosen yang kelebihan beban mengajar juga dirasakan oleh mahasiswa baru Fakultas Psikologi (FPsi). Mereka harus rela merasakan sempitnya ruangan kelas karena digabung. Tak tanggung, perpustakaan pun menjadi alternatif ruangan kelas yang tidak memadai. Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah dosen Psikologi memang tidak sepadan dengan jumlah mahasiswa aktif. Diketahui, jumlah tenaga pendidik yang dimiliki hanya 27 orang. Disamping itu, beban mengajar dosen yang melebihi kapasitasnya menyebabkan mata kuliah bagi mahasiswa angkatan 2017 harus digabung selama satu semester. Hal tersebut dikeluhkan oleh Urai data, ungkap fakta, saji berita

Ratna, mahasiswa Jurusan Psikologi. Ia membeberkan, kelasnya memiliki sepuluh mata kuliah dengan program Satuan Kredit Semester (SKS) 20. Namun sembilan diantaranya harus digabung dengan kelas lain “Iya, kelasnya digabung dan terkadang kami juga harus menempati perpustakaan sebagai tempat kuliah karena ruangan kelas tidak cukup untuk kita gunakan,” bebernya saat diwawancarai Selasa (7/11). Ratna pun beranggapan, kegiatan perkuliahan semestinya tidak digabung untuk Menciptakan iklim akademik yang baik. Ia pun merasa, hal tersebut sangat mengganggu konsentrasi mahasiswa selama mengikuti proses perkuliahan. “Saya berharap tidak ada

penggabungan kelas, agar proses perkuliahan berjalan lebih kondusif. Apalagi kalau kuliahnya di perpustakaan. Menurut saya itu kurang maksimal apalagi disana panas, belum lagi ribut karena banyaknya mahasiswa, Terkecuali kalau memang fasilitasnya memadai dan ruangan kelasnya itu agak besar, yah tidak apa-apa,” tuturnya. Dosen mata kuliah Psikologi Umum pun angkat bicara. St Mardiana mengungkapkan hal demikian terjadi lantaran jumlah mahasiswa yang terus meningkat di tahun ini. Namun tidak diiringi dengan penambahan ruangan kelas. Jumlah kelas yang dimiliki fakultas ini hanya delapan ruangan. “Intinya ruangan tidak ada, kemudian jumlah

mahasiswa yang tahun ini memang bertambah. Makanya dioptimalkan dengan seperti ini, kalau penggabungan kelas memang kita punya ruangan yang banyak, kalau tidak digabung, kita mau mengajar dikelas mana ?,” ungkapnya. Tak hanya itu, Mardiana juga mengeluhkan buruknya sarana dan prasarana yang disediakan. Terlebih kondisi ruangan kelas yangt tidak mendukung. “Kalau ruangannya memadai, tidak semestinya juga ada kelas yang digabung. Belum lagi AC-nya mati. Hal ini tentunya juga membuat resah mahasiswa,” ujarnya. Sementara itu, saat dikonfirmasi, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum (PD II) FPsi, Daud, membenar-

kan hal tersebut. Ia menerangkan, sudah ada rapat pimpinan terkait kurangnya ruangan perkuliahan. Selain itu, pimpinan perpustakaan juga menawarkan ruangan. “Sudah ada pengajuan pembangunan ruangan perkuliahan untuk FPsi. Namun pihak Dikti belum memberikan lampu hijau. Sampai sekarang, pembaruan yang dilakukan hanyalah sekadar penambahan kursi,” jelasnya. (*)

TIM

Kordinator : Nurul Atika Anggota : - Ratna - Dasrin - Andi Asoka Ulfa www.profesi-unm.com


Reportase Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

Utama

5

www.profesi-unm.com

Rasio Dosen dan Mahasiswa Aktif UNM Angkatan 2011-2017

SUDUT

+ UNM Krisis Dosen - Sepertinya harus menanti dosen baru lagi + Menanti Sekretariat Baru - Awas dicolong orang + Jangan Kecolongan Yah! - Biar tidak krisis dong

Dg. Tata

www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


6

WAWANCARA

KHUSUS

www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

Awasi Mutu Perguruan Tinggi PERGURUAN Tinggi (PT) sebagai satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi memang memiliki kewajiban untuk mengemban Tri Dharma PT. Utamanya, dalam poin satu. Pendidikan dan pengajaran sudah mesti dilakukan oleh PT dalam mewariskan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa. Tentu saja agar kelak dipergunakan saat telah lulus nanti. Akan tetapi, di dalam prosesnya. Sering saja terjadi masalah yang kerap menganggu kegiatan akademik mahasiswa. Kualitas mutu PT lantas kemudian dipertanyakan. Adanya penjaminan mutu menjadi salah satu

bentuk pengawasan terhadap kualitas mutu yang selalu menjadi masalah. Pihak penjamin mutu pun dituntut mengawal hal tersebut. Berikut hasil wawancara Reporter Profesi, Andi Asoka Ulfa dengan Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Intan Ahmad terkait penjaminan mutu perguruan tinggi. Siapa yang melakukan penjaminan mutu di setiap perguruan tinggi? Yang melaksanakan itu dari sistem penjaminan mutu internal. Terus bisa beri sedikit penjelasan, bagaimana sih tugasnya? Sistem penjaminan mutu internal dikatakan sudah berjalan, seperti memeriksa apakah dosen mengajar dengan baik, apakah materi ajarnya sesuai dengan janji

yang diberikan. Jadi ada proses, ada input ada prosesnya. Apakah hanya dari faktor akademik saja? Oh semua, misalnya ada yang melakukan evaluasi apa dosen mengajar sesuai dengan sapnya. Satu semester itu berapa kali pertemuan, bagaimana penilainnya. Misalkan penjaminan mutu sudah melakukan tugasnya dengan baik. Lalu menurut anda, bagaimana kita bisa melihat hasilnya terhadap mutu PT? Macam- macam, tergantung publikasi, misalnya dosen yang berkualifikasi doktor bagaimana, kerjasama, internasionalnya bagaimana. Jadi ada kriteria umum. Misalnya mahasiswa ingin memperoleh proses pembelajaran yang baik mulai semester satu sampai akhir anda mengetahui kompetensi. Kalau mengerjakan tugas apakah dikembalikan atau tidak, misalnya dapat nilai A, B atau C tahukah kenapa. Jadi harus dikembalikan, jadi proses dan output. Kan anda tau kriteria kualitas bi-

asanya apa? Indeks prestasi kan, tapi apakah indeks prestasi sarjana yang benar. Misalnya anda sarjana bahasa inggris tapi begitu ujian toefl 500 aja ga nyampe kan jadi di pertanyakan. Kalau lulus jadi sarjana IPK tinggi mau daftar pasca sarjana apakah lulus atau tidak. Untuk tips, apakah ada cara meningkatkan kualitas mutu PT itu bagaimana? Misalnya saja kualitas mahasiswa, kualitas pembelajaran mengacu pada standar nasioanl perguruan tinggi jadi harus ada standar nasio-

anl. Supaya kalau misalnya saya belajar biologi bagaimana menghasilkan sarjana biologi yang terstandar jangan pula kita menghasilkan sarjana biologi yang sebutlah IPK tinggi tapi ternyata kompetensinya berbeda adari kampus yang lain. Harapan anda terhadap universitas yang bisa dikatakan dapat penjaminan mutu yang bagus? Kalau memang baik, patut kita beri apresiasi sehingga dapat menjadi motivasi bagi universitas lain. Yang lain bisa bertanya kenapa yang lain bisa. (*)

BIODATA Nama: Prof. Intan Ahmad Musmeinan, Ph.D Tempat/Tanggal Lahir: Bandung 01 Mei 1958 Pekerjaan: Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Jabatan: - Asisten Direktur III Program Pascasarjana ITB (1999-2002) - Kepala Pusat Sumber Daya Informasi (PSDI) ITB (2002-2004) - Dekan FMIPA ITB (2004-2005) - Dekan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (STIH – Pemekaran FMIPA) ITB (2006-2010), - Ketua Senat STIH ITB (2011-2015) dan Ketua Senat Akademik ITB (2012-2015) - Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) (2015-sekarang) - Pejabat Pelaksana Harian (Plh) Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) (2017-sekarang) Pendidikan - S1 Institut Teknologi Bandung (ITB) 1982 - S2 University of Illinois Illinois Amerika Serikat - S3 University of Illinois Illinois Amerika Serikat 1992

FOTO: DASRIN – PROFESI

Ada Data, Berita Makin Menarik DI zaman sekarang ini, kebutuhan masyarakat akan informasi sudah kian meningkat. Keingintahuan mereka seputar kejadian dan permasalahan yang ada saat ini pun sangatlah besar. Tak ayal, jika media terus menggenjot menghasilkan pemberitaan yang bisa memenuhi kebutuhan pembacanya. Meski begitu, media acap kali melupakan data dalam berita. Sebab, hal tersebut menjadi bagian terpenting agar berita makin aktual dan dipercaya dimata pembaca. Pengolahan data untuk berita pun dibutuhkan, dengan tujuan memberi informasi yang jelas dan akurat. Berikut hasil wawancara Reporter Profesi, Masturi dan Wahyudin dengan Editor Tirto, Sarfah Fahri Salam. Kenapa sih data itu penting dalam berita? Data itu hal yang paling penting dalam berita bahkan sebelum berita online muncul, itu sudah digunakan untuk memperkuat pemberitaan. Data itu kan sangat penting, data itu kan bisa apa aja. Kita butuh data itu sebagai sampel dan bisa bercerita. Untuk membuat data menarik itu bagaimana? Generasi saat ini lebih suka secara visual jadi kalau kalian ingin membuat orang membaca data kalian. Kalian harus membuat data itu dalam bentuk video. Bagaimana sih mengelola data untuk sebuah berita? Kalau mengolah data itu Urai data, ungkap fakta, saji berita

jangan mengambil dari satu bagian saja. Usahakan tambahkan variabel lain misalnya yang jadi guru berapa, yang jadi PNS berapa, yang tidak bekerja berapa, dan masih banyak yang lainnya. Serta cara pengolahan datanya tidak mungkinkan di telpon satu-satu, makanya kita perlu orang ahli di bidang statistik Kalau di Tirto sendiri, itu kan kebanyakan data dan diubah menjadi narasi, terus cara mengubahnya itu bagaimana? Kalau kami itu kebanyakan data yang di tampilkan kayak gaya feature gitu. Jadi kalo kalian buat riset usahakan wawancara juga sih, satu atau dua orang untuk memperkuat data. Jadi harus pake cerita mereka, karakter yang mengalirkan cerita kalian. Jangan cuma menggunakan pernyataan atau angka-angka semua. Terus untuk mendapatkan data itu dimana? Kalau data itu pastinya kita masih mengandalkan data dari pemerintah atau instansi yang bersangkutan. Nah kelemahan di Indonesia itu, belum ada tempat yang menyediakan semua data yang sudah kredible dia akurat atau tidak. Selain dari pemerihtah, ada lagi? Kita juga bisanya diberikan data oleh sumber anonim, Kalau kita dapat data seperti itu tentunya harus di cross check lalu kita olah dan mencari orang untuk mencari studinya.

Kalau dapat data seperti itu, siapa yang harus di konfirmasi? Tentunya harus pelakunya dahulu, walaupun dia membantah, ya kita bantah lagi kan kita suda punya data. Dalam jurnalisme itu kita tidak mungkin menangkap ikan yang besarnya dahulu kita mestinya cari yang kecilnya dulu. Yaitu kalau dapat data kita harus cari komentar dari orang sekitarnya dahulu lalu kita kepalakunya. Terus kalau masalah yang biasa didapat ketika mengelolah data itu seperti apa? Problem soal data itu nanti di uji apakah berbohong atau tidak. Data juga itu harus bisa dibaca oleh orang jangan sampai kalian olah data dan tidak bisa dibaca oleh orang lain. Kita juga harus bisa membuat data itu bercerita. Sedangkan infografis itu apa sih dalam berita? Info grafis itu cuman ngambil inti sari dari data itu sendiri. Dalam data itu kita harus wawancara jadi narasumber itu akan menyalurkan cerita kalian.

Mengelolah data dan diubah menjadi infografis itu caranya bagaimana? Kalau responden itu harus pake sampel, makanya kita butuh orang statistik. Karena kalau kita cuman nyebar angket itu biasanya orang akan bohong. (*)

BIODATA Nama: Sarfah Fahri Slam Pekerjaan: Redaktur Senior Tirto.id Tempat /Tanggal Lahir: Kandanghaur, 17-12-1981 Karir - Editor Pindai.org - Penulis Buku. - Editor buku. FOTO: MASTURI – PROFESI

www.profesi-unm.com


INFO

AKADEMIK

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

www.profesi-unm.com

Fitur Rekening Kembali Hadir di KTM

AGENDASIANA HMPS Be Creative Helat Seminar Ekonomi Nasional

KARTU Tanda Mahasiswa (KTM) Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali menambahkan fitur rekening tabungan. Selain berfungsi sebagai tanda pengenal bagi mahasiswa, kartu ini akan memudahkan mereka dalam melakukan transaksi baik melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) maupun via lainnya. Kepala Sub Bagian Minat dan Penalaran, Andi Ikhsan menjelaskan, dalam proses pembuatan dan pencetakan KTM ini, UNM berkerja sama dengan Bank Negara Indonesia (BNI). Pengurusan kartu tersebut hingga saat ini masih terus dilakukan. "Dari sekian ribu yang kita kasih masuk, baru 30% terealisasi. Pihak BNI yang mencetak kartu itu berkasnya harus dikirim ke Jakarta. Di Jakarta dicetak," jelasnya. Selain BNI, ia juga mengatakan, kedepannya akan menambah kerjasama dengan pihak bank lain. Hal ini bertujuan agar pemenuhan KTM untuk semua mahasiswa UNM dapat terpenuhi."Tidak tertumpu pada satu bank. karena kalau dipusatkan di BNI tidak bisa cetak 1000 dalam setahun. jadi kalau misalnya 1000 mahasiswa dibagi

Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang dikeluarkan oleh pihak Universitas Negeri Makassar (UNM).

menjadi tiga bank, saya yakin itu bisa," katanya. Bagi mahasiswa yang ingin membuat KTM, adapun prosedur pengurusannya yakni, mengisi blanko formulir pengadaan KTM. Kemudian, Setelah jumlah mahasiswa yang mendaftar sudah mencapai 100 keatas, baru data tersebut dikirim ke pihak BNI yang bertem-

pat di Kantor Pusat Jakarta. Andi Ikhsan pun mengimbau, bagi mereka yang sudah mengurus KTM, bisa ke Ruang Sub Bagian Minat dan Penalaran Lantai 2 Menara Pinisi untuk mengecek apakah dapat diambil atau belum. Sebab, belum semua KTM yang telah diproses sebelumnya itu tercetak lanta-

FOTO: INT

ran pihak BNI yang tidak dapat mencetak KTM sekaligus dalam jumlah banyak. "Jadi kalau mahasiswa datang mau mengambil kartu mahasiswanya dan ada namanya disitu, berarti ada kartu mahasiswanya. ketika tidak ada namanya, berarti kartu mahasiswanya belum tercetak," katanya. (win)

Pendaftaran Wisuda Periode Pertama Ditutup 17 November BATAS pendaftaran wisuda semester ganjil untuk periode pertama tahun akademik 2017/2018 akan ditutup pada 17 November mendatang. Pendaftaran ini pun telah dibuka sejak 18 Oktober lalu. Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Ismail Mukhtar. Ia mengimbau, bagi mahasiswa yang ingin mendaftar untuk segera melakukan registrasi. "Sudah dibuka pendaftarannya. Jadi mahasiswa yang sudah memenuhi syarat silahkan langsung mendaftar di lantai 2 atau secara online di web UNM," katanya saat ditemui di ruangannya,

www.profesi-unm.com

FOTO: DASRIN-PROFESI

Sejumlah wisudawan padati Pelataran Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar (UNM).

Rabu (18/10). Sementara itu untuk jadwal wisuda, rencana bakal digelar pada

7

6 hingga 7 Desember mendatang. Bertempat di Pelataran Menara Pinisi.

Hanya saja, Ismail tidak bisa memastikan dengan baik kalau jadwal tersebut. Sebab, bisa saja berubah lantaran belum adanya koordinasi langsung dengan jajaran pimpinan UNM. "Jadwalnya masih tentatif. Tapi tidak jauh dari situ lah. Saya masih mau bicarakan dengan Rektor," ungkapnya. Peserta yang akan mengikuti wisuda semester ganjil ini diprediksi berjumlah dua ribu orang. Hal tersebut di perkirakan dengan melihat jumlah wisuda periode sebelumnya. "Kalau berkaca tahuntahun sebelumnya, jumlahnya tidak terlalu banyak," tambahnya. (win)

HIMPUNAN Mahasiswa Program Studi (HMPS) Be Creative Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) akan menghelat Seminar Ekonomi Nasional 2017. Kegiatan ini bakal berlangsung di Ballroom Lantai 2 Menara Pinisi pada 18 November nanti. Dua pembicara dihadirkan dalam seminar. Diantaranya, Dosen Universitas Indonesia, M. Fadly Hanafi, dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sulawesi Selatan (Sulsel), Herman Heizer. Serta akan dibuka oleh Wakil Walikota Makassar, Syamsu Rizal. Pendaftaran seminar dimulai sejak 15 Oktober hingga 15 November. Harga Tiket Masuk (HTM) yakni Rp. 20.000 untuk pemesanan lebih awal, sementara Rp. 25.000 untuk On The Spot (OTS). Bagi yang ingin mendaftar, dapat mengklik http://goog. gl/forms/OgJxpWX4vknRVqr12. (ari)

Pagelaran Seni Anak Usia Dini HIMPUNAN Mahasiswa (Hima) Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Makassar (UNM) bakal menggelar Pagelaran Seni Anak Usia Dini se-kota Makassar. Kegiatan dengan tema “Ceria Untuk Indonesiaku” ini akan digelar di UNM Sektor Tidung pada 19 November. Terdapat enam jeni lomba yang akan dipertandingkan, yakni mewarnai, tari kreasi, hafalan doa, fashion show, baklak, dan lari kelereng. Pendaftaran telah dibuka pada 25 Oktober sampai 18 November nanti. Fasilitas yang didapat nantinya, seperti piala, piagam, goodiebag, sertifikat, dan snack. Informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Sri (0895347364170) dan Ninin (081342219098). (ari)

Pusat Bahasa UNM Bakal Helat ICOLE ke-5 PUSAT Bahasa Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali akan menggelar International Conference on Language and Education (ICOLE) yang ke-5, di Hotel Four Points, Makassar, 11 hingga 12 November mendatang. ICOLE merupakan konferensi internasional bahasa dan pendidikan yang diadakan sejak tahun 2010. Tujuannya untuk mencerminkan kemajuan kontemporer bahasa, teori, dan praktik pendidikan di era digital. ICOLE 2017 bertemakan “Reflecting the Contemporary Advances of Languages and Educational Theories and Practices in the Digital Age” menjadi forum akademisi, peneliti, dan profesional untuk membahas topik-topik bahasa serta pendidikan. (win) Urai data, ungkap fakta, saji berita


8

LENSA

ORANGE

www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

Kampus Unggul Ladang Sampah TUMPUKAN sampah masih sering dijumpai di setiap fakultas di UNM. Di sudut-sudut gedung kerap menjadi sasaran tepat untuk membuang sampah. Tidak sedikit tumpukan sampah terlihat jika berkunjung di setiap fakultas yang ada. Hal tersebut sangat mengganggu, baik dari segi pemandangan maupun dari kebersihan, tumpukan sampah yang sudah kian lama selalu bertambah. Mengasilkan bau yang menyengat. Tentunya berdampak pada lingkungan hidup. Tidak tersedianya fasilitas tempat sampah yang memadai menjadi faktor penyebab. Sudah banyak dari tempat sampah yang disipakan mengalami kerusakan, namun tidak mendapat kepedulian dari pimpinan birokrasi. Selain itu, kesadaran sivitas akan kebersihan pun masih terlihat minim. Meski sudah ada pegawai kebersihan dari setiap fakultas, namun masih saja , kebersihan kampus tidak maksimal. (*) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)

Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Urai data, ungkap fakta, saji berita

Menara Pinisi

Fakultas Ilmu Sosial (FIS) www.profesi-unm.com


REPORTASE

KHUSUS

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

9

www.profesi-unm.com

Fakultas Bahasa dan Sastra

Menanti Janji Sekretariat Baru

HANYA DUA – Saat ini hanya tersedia dua sekretariat untuk Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), yakni milik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa)

LEMBAGA Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) hingga kini masih menanti janji pengadaan sekretariat baru. Meski berulang kali didesak, namun tak ada kabar baik didengar dari pihak birokrasi. Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia (Sasindo), Ita Apriani angkat bicara. Kata Apriani, pengadaan sekretariat

tersebut masih sebatas wacana. Sebab, belum ada kejelasan soal pembangunannya. Hingga sekarang pun pihak birokrasi hanya memberikan tempat sementara. “Untuk sekarang kami masih terus menagih janji. Yang dikasih itu bahasanya sekret sementara, kan janjinya dibangunkan sekretariat,” kata mahasiswa angkatan 2014 ini. Birokrasi diminta untuk secepatnya menepati janji itu. Serta tidak menganggap pemberian sekretariat sementara ini dapat melunasi janji pembangunan sekretariat. “Saya sukanya orang yang konsisten. Nah kan sebelumnya dijanjikan mau membangun,

jadi janjinya tolong direalisasikan,” ucapnya. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS, Fatmiati Nur, mengaku jika janji pengadaan sekretariat memang masih belum ada kepastian. Saat ini hanya baru dua LK yang mendapat tempat permanen. Sementara itu, sembilan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) hanya memiliki sekretariat sementara. Sedangkan untuk enam biro dan tiga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) nasibnya masih terkatung-katung. “BEM dan Maperwa sudah ada, sekretariat sementara yang diberikan untuk HMPS

juga sudah dikatakan layak. Tapi masih ada sembilan lembaga yang tidak ada kejelasan sekretariatnya,” tuturnnya. Pihaknya pun masih meunggu realisasi dari pihak birokrasi. Berbagai hal telah dipersiapkan, termasuk denah yang telah dibuat ulang serta disetujui oleh pihak LK dan fakultas. “Kalau sekret yang dibelakang, masih kita tunggu. Denahnya dulu memang bermasalah, tapi sudah kami ukur ulang, dan sudah diterima pihak fakultas. Tinggal tunggu dibuat,” paparnya. Tidak hanya sampai disitu. Mahasiswa angkatan 2013 ini juga mengungkapkan, permasalahan fasilitas

bukan sebatas sekretariat saja. FBS memiliki sejumlah permasalahan sarana dan prasarana. Contohnya, AC yang tidak berfungsi dan tidak meratanya pembagian kursi baru. Meski ada perbaikan di beberapa lini, namun masih dirasa setengah hati. “Kalau masalah fasilitas di FBS, kita tahu sendirilah. Belum ada perubahan yang terasa sekali. Memang ada perbaikan, seperti penerangan dan pengadaan kursi 500 buah. Tapi kursinya harus berbagi dengan seni. Kebanyakan kita di janji saja,” jelasnya. Dikonfirmasi, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) Syukur Saud, membeberkan, bila pembangunan sekretariat baru akan dimulai semester ini. Sembari menunggu bantuan dana, pihaknya pun berinisiatif untuk menggunakan dana sendiri. “Kita masih tunggu kepastian universitasnya, tapi kalau tidak ada biar kita sendiri yang bangun. Meski harus bertahap,” bebernya. Saat dialog akademik berlangsung pada Rabu, (2/11), ia menjawab keluhan fungsionaris terkait pengadaan sekretariat LK. Ia menyampaikan bahwa saat ini telah dilakukan persiapan untuk membuat sekretariat. Namun, tempat itu hanya dibangun untuk HMJ saja. “Tukang sudah datang dan ukur ruangan DH 200. Di situ nanti kita taruh HMJ,” tuturnya. Dekan FBS, Syarifuddin Dollah yang juga hadir dalam kegiatan itu kemudian turut berkomentar. Kata dia, penyebab terlambatnya pembangunan sekretariat LK lantataran belum ada dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Telah lama didesak oleh fungsionaris membuat pihaknya harus memberika bukti fisik. Meskipun hanya sekedar berupa bukti kecil. “Saya sudah beritahu PD II untuk setidaknya memberikan tanda-tanda pembangunan, untuk memperlihatkan keseriusan kita untuk memberikan sekretariat,” katanya. (*)

Birokrasi dan Fungsionaris Cekcok, Atribut LK Dicabut MENGINGAT kembali, saat Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) melakukan aksi pada 13 September lalu. Masih terbayang jelas, pihak birokrasi melakukan tindak represif pada LK yang menyuarakan pendapatnya pada hari itu. Hingga, perselisihan tak terhindarkan diantara mereka. Beberapa hari kemudian, atribut LK seperti spanduk, baliho, petisi, serta selebaran dicabut paksa oleh pihak fakultas. Hal ini diungkapkan langsung oleh Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia (Sasindo), Ita Apriani. Ia membernarkan adanya tindakan pencabutan tersebut. “Memang ada insiden seperti itu, jadi spanduk yang dibuat anakanak. Yang isinya tuntutan mereka, dicabut-cabuti sama pihak fakultas,” www.profesi-unm.com

ungkapnya. Ia pula membeberkan, jika selama ini pihak LK FBS sering menempel selebaran yang berisi tulisan, mengenai keadaan serta kebijakan kampus. Namun selebaran ini selalu tak bertahan lama, jika dipasang pagi sorenya selebaran telah raib. “Selama ini kita sering memang tempel selebaran, tapi tidak pernah ada yang bertahan sampai sore. Pasti dicabut pihak fakultas,” bebernya. Hal senada dikatakan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS Fatmiati Nur. Ia menjelaskan jika spanduk yang dicabut paksa, bisa dilihat dari atap seng tempat spanduk itu dulu bernanung. Tak hanya itu masih terlihat jelas bekasbekas selebaran yang diambil paksa dari dinding. “Kita sudah paku kuat-kuat. Tapi tetap dipaksa, jadinya bisa kita liat sendiri seng yang agak rusak,

bekas tempatnya itu spanduk. Kalau selebaran, masih bisa kita liat sisa tempelannya di dinding,” jelasnya. Dia mengatakan, hal ini kemungkinan besar dipicu aksi yang menimbulkan tindakan represif tempo hari, hal ini mengakibatkan konflik terus terjadi hingga satu minggu berikutnya. “Kejadian beberapa hari setelah aksi itu. Pokoknya selama seminggu setelah aksi, LK dan pihak fakultas itu, seakan panas terus,” katanya. Sementara itu, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III), Abdul Halim menampik hal ini. Kata Halim, pencabutan atribut yang dilakukan hanya sebatas pada selebaran yang ada. Hal tersebut pun didasari karena lokasi selebaran yang dinilai menganggu. “Memang kita cabuti itu selebaran. Tapi kalo yang lain-lain, tidak pernah,” tampiknya. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


10

REPORTASE

KHUSUS

www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

Kampus Krisis Literasi FAKULTAS Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) sudah seharusnya menjadi perwujudan nuansa literasi bagi fakultas lain. Akan tetapi, sebaliknya kondisi ini malah tidak diperlihatkan kampus ungu. Tak ayal jika sebagian mahasiswa mengeluhkan soal permasalahan tersebut. Islamiyah Sahab misalnya. Mahasiswa angkatan 2015 menilai kesan positif telah diberikan pihak birokrasi saat mahasiswa melakukan gerakan literasi. Namun perpustakaan yang seharunya menjadi hal dasar justru tidak dapat mencerminkan nuansa literasi. “Tapi melihat kondisi perpustakaan, ya perlu dukungan lagi,” katanya. Buku yang berada di perpustakaan saat ini didominasi terbitan tahun 2000an dan jelas telah ketinggalan zaman. Bahkan tak jarang, buku yang dianjurkan oleh dosen malah tidak ditemukan di perpustakaan fakultas. “Banyak sekali buku terbaru yang disarankan dosen, tidak ada di per-

pustakaan. Namannya pengetahuankan berkembang, meski mempelajari karya sebelumnya juga wajib. Tapi harusnya buku karya dan teori terbaru, lebih banyak ditawarkan,” imbuhnya. Hal ini juga diakui Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS Fatmiati Nur. Menurutnya, belum ada fasilitas yang bisa menunjang permasalahan literasi di kampus ungu ini. Bahkan, titel FBS atau fakultas yang berkecimpung di bidang literasi masih belum bisa disandang “Dengan fasilitas yang ada, saya rasa belum mampu menunjang permasalahan literasi teman-teman,” tuturnya. Baginya, hal mendasar dalam bidang literasi, yakni perpustakaan belum bisa dikatakan layak. Meski terdapat perpustakaan fakultas , namun koleksi yang dimiliki masih harus mendapat perhatian. Tak sedikit mahasiswa menggunakan perpustakaan, hanya sebatas tempat mencari ilham judul skripsi. “Kita bahkan disini hanya digunakan

untuk cari judul skripsi saja. Memang sudah canggih, tapi kalo koleksinya begitu-begitu saja. Kan sama saja,” ucap dara asal Makassar ini. Serupa bila melirik perpustakaan jurusan, ia menyebut perpustakaan tersebut sangat jarang digunakan oleh mahasiswa. Hingga menjadikan koleksi buku yang ada, hanya sebatas pajangan. Tanda-tanda perbaikan juga masih belum dirasakan bila menyangkut perpustakaan. “Memang di FBS ada beberapa perbaikan, tapi saya belum melihat perbaikan yang memang mengarah ke perpustakaan,” sebutnya. Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan (PD II) Syukur Saud mengungkapkan, semester lalu baru saja dilakukan pembaruan buku di fakultas FBS. Meski buku lama masih mendominasi koleksi perpustakaan FBS. “Memang masih banyak buku lama, tapi kita lakukan pembaruanya bertahap,” jelasnya. Lanjut, ia menambahkan jika

BUKU TUA - Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) masih banyak terlihat buku terbitan tahun 2000-an.

telah banyak buku baru FBS. Kemudian dialihkan pada perpustakaan online yang dimiliki FBS. “Banyak

buku yang up to date, bisa kita temukan di perputakaan online. Kan kita sudah punya,” tambahnya. (*)

Terkesan Sembunyikan RKAKL PELBAGAI keresahan Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM) lepas tatkala dialog antara LK dan birokrasi dilakukan Rabu (2/11) di Ruang Senat FBS. Berbagai keluh kesah disampaikan pihak LK, termasuk permintaan transparansi Rancangan Kerja dan Anggaran Kementrian Lembaga (RKAKL). Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FBS, Fatmiati Nur menjelaskan jika RKAKL sangat dibutuhkan oleh LK. Untuk mengawasi jalanya arus pendanaan di FBS. Tak hanya itu, dia juga meminta agar mahasiswa dapat terlibat secara langsung dalam penyusunan anggaran yang dilakukan oleh

pihak birokrasi. “Kita mau RKAKL agar kita juga bisa ikut mengawasi, kalau ada rencana yang tidak dilakukan bisa terdeteksi,” jelas mahasiswi yang akrab dipanggil Ammi ini. Namun hingga akhir dari dialog yang berlangsung selama satu jam tersebut, tidak jelas apakah RKAKL yang dituntut akan diberikan kepada pihak LK. Bahkan permohonan Dekan untuk penandatangan MOU terkait hal tersebut, tak kunjung dilakukan. Hal ini jelas memberikan rasa kecewa, tak terkecuali Ammi. “Memang tadi kedua pihak, tidak menemukan kesepahaman. Padahal RKAKL itu informasi publik, yang terikat undang-undang. Apa lagi alasannya, sama sekali tidak

ada landasannya,” katanya. Usai dialog, pihak LK akan kembali melakukan mediasi. Bila masih tidak menemukan titik temu, maka aksi akan dilakukan. “Kita akan mediasi lagi. Kalo belum ada kata iya. Kita akan konsolidasi untuk lakukan aksi,” paparnya. Tak sampai di situ, Ammi menyatakan jika pihak LK masih terus mengharapkan dan akan terus meminta RKAKL tersebut. Baginya, jika pihak LK tidak dapat diberikan RKAKL tersebut, maka setidaknya diberikan pada pihak Prodi atau Jurusan. Agar mudah diakses oleh pihak LK. “Pihak LK masih mengharapkan RKAKL. Paling tidak berikan pada Prodi atau Jurusan, kalau

memang sulit untuk pihak LK. Karena sampai sekarang pihak Prodi dan Jurusan saja tidak tahu tentang RKAKL,” harapnya. Di sisi lain, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) menilai jika pihak LK tidak sepatutnya ikut campur dalam hal pengawasan dan pemeriksaan keuangan. Pasalnya telah ada lembaga tertentu yang mengurusi kegiatan tersebut seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Komisi Pembrantasan Korupsi (KPK), dan Sistem Pengendalian Intern (SPI). “Pemeriksaan dan pengawasan keuangan itu sudah ada lembaga sendiri yang urusi. Tidak ada haknya kalian urusi, kecuali jika kalian diberikan kewenangan

oleh lembaga terkait,” tuturnya. Sementara itu, Dekan FBS, Syarifuddin Dollah berpendapat jika selama ini pihak fakultas telah melakukan transparansi RKAKL. Dirinya juga sudah menghimbau PD II untuk memperlihatkan RKAKL, jika ada pihak yang meminta. “Sudah ada tranparansi, buktinya kita sudah libatkan LK dalam penyusunan dan pelaporanya. Saya juga sudah Tanya pak PD II, untuk kasi liat RKAKLnya kalau ada yang mau,” tuturnya. (*)

TIM

Kordinator : Faisal Fajar Anggota : - Agung Eka

Kata Mereka Ita Apriani

Fatmiati Nur

Saya sukanya orang yang konsisten. Nah kan sebelumnya dijanjikan mau membangun, jadi janjinya tolong direalisasikan.

Kita bahkan disini hanya digunakan untuk cari judul skripsi saja. Memang sudah canggih, tapi kalo koleksinya begitu-begitu saja. Kan sama saja.

Ketua Umum HMPS Sasindo

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Presiden BEM FBS

Syarifuddin Dollah Dekan FBS

Saya sudah beritahu PD II untuk setidaknya memberikan tanda-tanda pembangunan, untuk memperlihatkan keseriusan kita untuk memberikan sekretariat.

Syukur Saud PD II FBS

Memang masih banyak buku lama, tapi kita lakukan pembaruanya bertahap.

www.profesi-unm.com


Seni

budaya

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

11

www.profesi-unm.com

Menggapai Cita di Jalan Agama * Faisal Fajar

MAN jadda wajada, menjadi kalimat yang akan terus kalian temukan dalam novel satu ini. Selain dikarenakan setting serta suasana novel yang kental akan nuansa pesantren, namun kalimat itu selalu digunakan sang tokoh utama untuk memupuk semangatnya meraih impianya yang mungkin hanya akan menjadi tertawaan bagi sebagian orang. Menceritakan seorang bocah bernama Alif yang lahir dan besar di sebuah desa di Sumatera barat, semenjak lahir tidak pernah menapak kaki diluar lingkungan desa kecilnya. Namun cita-cita menjadi Habibie membuatnya berani bermimpi tinggi. Namun mimpi itu harus dia kubur, takkala emak dan abahnya menyuruhnya untuk menjadi guru agama, dan bersekolah dikampung halamanya. Meski sempat marah, akhirnya Alif ikhlas, agar tidak mengecewakan harapan Abah dan Emaknya. Berkat keteguhan hatinya pula, Alif kecil dapat merantau di pondok madani di jawa timur. Man jadda wajada menjadi kalimat pertama yang ia dengar di pondok, merubah pandangannya terhadap pesantren, dia mulai percaya jika pesantren tidaklah kalah bila dibandingkan dengan sekolah umum. Dia mulai menjalani kehidupan pesantrennya dengan ikhlas dan semangat.

Di pondok, Alif bertemu dengan lima kawan, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa, Sulawesi. Kelimanya menjalani kehidupan pesantren yang keras, menghafal Al-qur’an, belajar siang malam, serta membiasakan diri berbahasa inggris dan arab. Bagi setiap pelanggaran, hukuman yang keras telah menanti. Bukanya menyerah, semangat Alif menjalani kehidupan pesantren justru semakin naik. Menikmati sore sembari melihat awan dibawah menara pesantren menjadi kebiasaan enam sekawan ini. Bermimpi jikalau menara yang menaungi mereka sekarang, adalah menara terkenal dari Negara, yang akan mereka datangi saat besar nanti. Kemunduran Baso dari pesantren, semakin melecut semakin mereka berlima menamatkan pendidikan di pesantren dan menggapai cita-cita mereka. Kini semua mimpi kami berenam telah menjadi nyata. Kami berenam telah berada lima Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku (Alif) berada di Amerika, Raja di Eropa, sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta. Di lima menara impian kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar. Novel ini menceritakan bagaimana mimpi seorang bocah yang naïf, harus terbentur dengan

keinginan orang tua. Meski kadang memperjuangkan mimpi kita adalah sebuah keharusan, namun bagaimanapun membahagiakan orangtua adalah sebuah kewajiban. Di sini tokoh Alif memilih untuk menjalankan kewajibanya. Meski berbenturan dengan mimpi naifnya, dia membuktikan bahwa kadang pilihan orangtualah yang terbaik. Dalam novel ini pula, nuansa islam sangat terasa ditiap lembarannya, kehidupan pesantren yang keras dan penuh semangat belajar digambarkan dengan sangat detail dalam novel ini. Seperti bangun tengah malam hanya untuk sekedar belajar pelajaran tadi siang, tidur beralas sajadah, serta makan seadanya. Secara keseluruhan novel ini menyuguhkan tema yang hampir bisa ditemukan disetiap novel sejenisnya, perjuangan mengapai cita-cita, sama halnya dengan novel Laskar Pelangi. Namun bedanya tema tersebut dibalut dengan nuansa keagamaan yang pekat. Akhir bahagiapun dirasa sejak awal cerita, bagaimana Alif dewasa bertemu dengan teman masa dia di pesantren dulu, saat mereka telah sukses. Cerita ini dapat melecut semangat pembaca, terutama mereka yang sedang menghadapi dilema memilih antara pilihan orangtua ataupun pilihan diri sendiri. Pembaca juga dapat menyelami serta belajar kehidupan pesantren terutama yang berada di pulau jawa. Menggapai cita-cita dijalan agama, mungkin begitu singkatnya. (*)

Orasi Kata-Kata

Aku Mimpi Buruk COBALAH ajak cucumu generasi akhir menaiki tangga langit lalu Bebas kebawah meneropong penduduk Semesta Ternyata Jeda antara bising Pantura dengan Amarah adalah Bisu tersepi di keramain Hingga Malam yang berlubang bersenggama dengan hiburan menjajakan kerlap kerlip birahi Lihatlah album foto hari pertama di adakannya dunia, ternyata laut dan hutan yang sekarang Hanya tinggal Bangkai Setiap meja makan tentunya sebagai hasil perjodohan antara kerakusan dan Nafkah keluarga Ayah, lambungku butuh mencerna Nutrisi bukan limbah keserakahan Andai saja kursi hanya sebuah ilusi, tentunya pertumpahan darah Tidak akan pernah di arsip dalam dongengan sebelum tidur Namun sajakku Takkan pernah selesai utuh tanpa darah yang melembagakan kebencian Lakon-lakon Manusia Apa kabar pula saudaraku yang terbaring di emperan Toko, Apakah dia Sudah makan ? Barangkali tiap tiap kita lupa bahwa Masing masing Pernah di titipkan di rahim yg Benar, Sebab Ego Masih menjadi Pribumi Di setiap sudut bumi. Cinta hanya pesan pesan langit yg ditimbun dalam setiap kitab, dalam waktu yang sama Tuhan diperjualbelikan Atas nama kekerasan. pada Akhirnya kita hanya insan yang Kehilangan Diri di belantara malam, terlalu banyak mengadopsi diri orang lain Membuat Arah angin tidak lagi memihak. Cemara yg tumbuh tanpa menubuh mesra dengan Akarnya akan tumbang bersimpuh Hina Bersama Liarnya rumput. Berkeringat terbangun, Ahhh Aku mimpi Buruk *Rostan Yuniardi, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS www.profesi-unm.com

FOTO: INT

APATAH lagi kata menyingkap fakta? Kala pemerintah mendapat jatah bergelimang harta Demi tahta di mata Negara adidaya Mereka yang sudah tua rentah dibawah pelita sejarah orba Enggan bersuara karena uang tutup mata Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang semesta Setangkai cita semua hanya baying kata jauh dari fakta Kusambut jenaka untuk mencari 10 pemudi Teriak lantang “niscaya akan

kupilih hanya satu untukku setia� Ketika mata najwa merangkai kata, Mencuap-cuap membincang nestapa wanita Antah berantah para penderma penyalur tenaga kerja ke Negara tetangga Mengobral janji bergelimang gaji diantara dusta Apa daya para pahlawan devisa hanya mendesah Pada nikmat sesaat dibilik kamar basah, penuh siksa Merajut asah di negeri Indo-

nesia Tak ada harga bagi mereka yang berusaha Jalan terbuka menggapai cita di Negara tetangga hanya untuk merajut asa Demi nafkah keluarga tercinta bilapun ibu pertiwi menangis berderai air mata Anak bangsa tak rela kembali menderma di negeri penuh penghisap uang rakyat jelata Air, tanah, udara, adalah milik negara Demi kepentingan rakyat banyak Yang diatur dalam undang-

Air Mata orange.

KAMI anak anak orange Terlahir di gubuk derita atas penguasa Dari aturan yang dipaksa tanpa di timbang Untuk melangengkan kekuasaan Yang merenggut hak Mahasiswa. Jeritan tangis mencekik tak terbendung Suara parau mengetarkan singgasana Panji-panji orange perlawanan kami kobarkan

Jalan jalan kampus penuh sesak Bertebaran petisi "Orange Mengugat"

Di bawah bayang bayang aturan Pada mereka yang terlahir kemarin sore Menjadi mimpi buruk atas nama kekalutan Dari selembar kertas putih Yang menjadi kafan untuk menggali kuburan sendiri

Kami tak ingin seribu nyawa perjuangan di matikan dengan aturan yang memaksa tunduk di bawah ketiak para penguasa Karena para pendahulu kami telah menceritakan Padanya orange yang merah di bayang bayang revolusi *Ahmad Arham Mahasiswa Prodi Antropologi FIS 2013

undang Untuk menendang para rakyat Yang menghadang kepentingan sandang para pandiri pembual kata Akta tanah menjadi rebutan di pengadilan perdata Rakyat jelata Berjingkrat jingkrat mencari perlindungan di tanah sengketa Yang Menang hanya mereka yang punya harta yang bias menyogok para birokrat pendusta *Ahmad Arham, Mahasiswa Prodi Antropologi FIS 2013

Niat EMBUN mendekap rumput Ia adalah rintihan awan, anak-anak hujan yang di waktu pagi enggan melebat Sinar yang meleleh diatas rumput Menghapus embun Ia hilang pada dekapannya sendiri Sinar itu adalah tangan yang tak bisa menyambut embun Tangan jahil ikut mendekap Merangkak bagaikan tongkat yang patah Membuat aku kembali bersujud *Dewi Jafar Mahasiswa anggatan 2015 JBSI FBS Urai data, ungkap fakta, saji berita


12

SUPLEMEN

www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

Diklat Jurnalisti Mahasiswa Tingkat Dasar 2017

Bukan Sekadar Penyebar Informasi *Faisal Fajar

FOTO: DASRIN – PROFESI

Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar 2017 LPM Profesi UNM kembali digelar. Jurnalis muda yang akan melanjutkan tongkat estafet, 12-15 Oktober lalu

PELANJUT estafet Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) yang tertantang menjadi seorang jurnalis kampus telah terpilih. Melalui Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) yang berlangsung 12 Oktober lalu. Tercatat 147 mahasiswa semester I dan III mengikuti diklat yang berlangsung selama empat hari. Bukan sebatas diklat, DJMTD dikemas untuk memberikan sensasi bagi peserta bagaimana menjadi seorang jurnalis yang sebenarnya. Meskipun berstatus sebagai pemula, para peserta dilatih untuk mampu mematuhi segala deadline, kendati dengan waktu yang cukup padat sekalipun. Sebagai wadah pengembangan minat dan bakat dalam bidang jurnalistik, berbagai item kegiatan disuguhkan dalam diklat ini. Mulai dari penerimaan materi, kunjungan

media, hunting fotografi, investigasi, hingga membuat buletin. Menghadirkan pemateri yang merupakan praktisi media Makassar, total sembilan materi diberikan pada peserta. Mulai dari Kode Etik Jurnalistik, Perencanaan Peliputan dan Wawancara, Teknik Menulis Berita, Foto Jurnalistik, hingga Desain Grafis dan Layouting. Dengan nuansa yang berbeda, tahun ini peserta diperkenankan untuk menerima materi Broadcasting secara langsung saat melakukan kunjungan media di beberapa Radio Makassar. Tak hanya itu, penerimaan materi Foto Jurnalistik juga didesain dengan teknik yang baru. Jika tahun lalu peserta melakukan praktik setelah pemberian materi berlangsung. Kali ini hunting foto sengaja dilakukan sebelum materi, sehingga hasil foto peserta dapat dievaluasi langsung oleh pemateri. Ketua Panitia DJMTD Faisal Fajar menjelaskan, penerimaan materi tahun ini cenderung dilakukan dengan memberikan praktik langsung. Ia beranggapan, cara tersebut

Kata Mereka Zulhijaya

PTE prodi PTIK Kesan DJMTD 2017 Bisa belajar dan lebih tau dengan dunia jurnalistik, walaupun jadwalnya padat dan materi yang diterima terlalu banyak bagi mahasiswa yang baru mengenal jurnalistik, tapi kagiatannya seru dan menarik.

Mutmainna DG Matiro Pendidikan Teknik Elektro Saya merasakan suasana yang tak terduga karena saya berpikir bahwa didalam kegiatan tersebut akan ada suasana yang membosankan tetapi semuanya berbanding terbalik materi yang diberikan dapat saya cermati dengan baik dan kegiatan show time juga sangat seru dan mengasikkan

Suheldy Lawa Mahasiswa PTP

Menurut saya, DJMTD adalah wadah dimana kita belajar tentang kebersamaan, kekompakan dan juga langkah awal kita untuk menjadi seorang jurnalis Urai data, ungkap fakta, saji berita

lebih mampu untuk meningkatkan pemahaman peserta, ketimbang hanya sebatas teori saja. “Mending langsung praktek saja, biar lebih berkesan,” ujarnya. Kawasan Pantai Losari, jln. Nusantara, dan Benteng Rotterdam kembali menjadi lokasi investigasi. Dalam proses investigasi ini, peserta terjun langsung untuk melakukan kerja kejurnalistikan. Tak hanya melakukan praktik, namun peserta ditantang untuk meliput meski dengan suasana malam di lokasi terkenal kota Daeng ini. “Bisa dibilang ini bagian terseru dari DJMTD. Peserta tidak hanya sekadar melakukan simulasi wawancara saja. Tapi mereka benar-benar melakukan investigasi, melihat sisi lain dari tempat yang bisa di bilang landmark kota Makassar,” tutur pria asal Pangkep ini. Bukan sekedar melakukan investigasi. Sebagai output dari berbagai materi yang telah diberikan, peserta yang dibentuk dalam beberapa kelompok diwajibkan menghasilkan satu produk jurnalistik

berupa buletin. Meski malam sudah larut, peserta masih antusias mengikuti kegiatan ini. “Buletin ini bisa jadi tolak ukur untuk menilai sejauh mana kemampuan peserta dalam menulis. Kemudian akan dievaluasi melalui pertanggungjawaban buletin,” katanya. Keseruan DJMTD berlanjut di lokasi widyawisata yang bertempat di Bantimurung Kabupaten Maros. Disini, peserta dimintai pertanggung jawaban atas buletin yang telah dibuat. Tak hanya itu, setiap kelompok juga menampilkan persembahan. Lanjut, ditutup dengan pengenalan LPM Profesi. “Widyawisata adalah item kegiatan terakhir. Di sini, mental peserta sebagai seorang jurnalis betul-betul diuji melalui pertanggungjawaban buletin. Diselingi dengan pengenalan dengan crew lembaga kuli tinta ini, tutur Faisal. Sementara itu, Pemimpin Umum (PU) LPM Profesi UNM, Resa Saputra berharap, jurnalis muda yang dihasilkan melalui diklat ini tidak sekedar menjadi penye-

bar informasi semata. Selebihnya, mampu membawa angin perubahan di tempat ia berkiprah nantinya dengan ilmu yang telah didapatkan. “Tidak sekedar menjadi jurnalis yang tau cara wawancara, menulis berita, atau yang sekadar menyebarkan informasi saja. Tapi para jurnalis muda yang sadar betul akan tanggung jawab sosialnya. Terpenting mampu merubah lingkunganya,” harapnya. Mahasiswa angkatan 2014 ini mengimbau, peserta yang telah melalui diklat ini dapat bergabung di lembaga kuli tinta ini. “Semoga saja, peserta yang ikut DJMTD dan berniat untuk bergabung dengan kami, bisa melalui setiap tahpan kaderisasi di Profesi,” katanya. Senada dengan itu, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PD III) Arifuddin Usman memaparkan, kegiatan kali ini merupakan wadah yang baik untuk belajar. Sekaligus mengembangkan bakat dan minat di bidang jurnalistik. “Ini semua sebagai pembelajaran, supaya ke depannya dapat diterapkan,” paparnya. (*)

Bongkar Fenomena Akun Anonim BERBEDA dengan tahun sebelumnya, Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasr (DJMTD) LPM Profesi UNM dirangkaikan dengan Talkshow yang bertemakan “Mengintip Akun Anonim Penebar Viral”. Dengan menghadirkan Asri Gassing, salah satu admin akun anonim Makassar, Info Tabedaeng. Bersama Pakar Psikologi Massa, Faradillah Firdaus. Talkshow ini berusaha mengupas tuntas, terkait fenomena akun anonim yang viral di kalangan masyarakat. Ketua Panitia, Faisal Fajar menjelaskan, saat ini akun anonim mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam proses penyampaian inforkasi dalam masyarakat. Hanya saja, masih banyak dari mereka masih awam tentang cara kerja akun anonim tersebut. “Memang lagi viral sekarang. Di Makassar saja banyak akun anonim. Makanya penasaran juga bagaimana mereka yang berstatus sebagai akun anonim tapi mampu menyebar informasi secara real time,” jelasnya. Mahasiswa jurusan Pendidikan Sosiologi ini menambahkan,

FOTO: DASRIN – PROFESI

output dari talkshow ini adalah untuk mengedukasi masyarakat, bagaimana cara bermedia yang baik. Apalagi dengan penyebaran informasi yang semakin mudah diakses, bahkan melalui sosial media. “Pembaca harus jadi pandai dalam mengonsumsi berita. Jangan gampang terprovokasi oleh berita palsu, atau konten-konten yang mengandung unsur SARA dan

kebencian,” tambahnya. Sementara itu, Pemimpin Umum LPM Profesi UNM, Resa Saputra memaparkan, talkshow ini digelar bukan untuk menunjukkan cara kerja akun anonim saja. Tapi juga untuk mengedukasi masyarakat, bagaimana menggunakan akun anonim dengan benar. Bahkan jika bisa, membuat akun anonim mereka sendiri.

Talkshow Dosen Psikologi, Faradilla Firdaus saat berbicara dalam Talkshow DJMTD 2017 LPM Profesi di Ballroom Lantai 2 Menara Pinisi, Kamis (12/10).

“Kita tidak bilang kalau akun anonim itu salah. Justru mereka membantu penyebaran dan pengaksesan informasi. Kita disini cuman mau mengedukasi penerima informasinya saja. Malahan, secara tidak langsung kami anjurkan mereka membuat akun anonim versi mereka,” ujar mahasiswa jurusan Pendidikan Teknologi Pertanian (PTP) ini. (*) www.profesi-unm.com


INOVASI Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

13

www.profesi-unm.com

Telemetri, Deteksi Dini Potensi Bencana

Ketua Tim, Andry Anzhari ketika mengecek alat deteksi dini bencana miliknya

TELEMETRI biasanya hanya digunakan pada drone dan robotika. Teknologi tersebut memungkinkan pengukuran jarak jauh dan pelaporan informasi kepada perancang atau operator sistem. Karena kemampuan alat tersebut, mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM) mencoba melakukan riset mengenai pengimplementasian alat nirkabel itu sebagai pendeteksi dini bencana. Penelitian yang diketuai oleh Andry Anzhari dari Program studi Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Iris Sumaryanto dari Prodi Pendidikan Teknik Elektro,

Wahyullah dari Prodi PTIK dan Hermawati yang berasal dari Prodi Pendidikan Teknik Elektronika ini merupakan Program Kreatifitas Mahasiswa dibidang Penelitian (PKM-P) yang diselenggarakan oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Andry sendiri mengungkapkan, ide tersebut muncul setelah melakukan diskusi dengan dosen pembimbingnya. Selain itu, ia memang bergelut dalam bidang robotika serta beberapa kali mengikuti kontes robot Indonesia. Ia pun akhirnya menyadari ternyata banyak komponen dari robot yang bisa dimanfaatkan sebagai sistem pendeteksi bencana dini. “Awalnya diskusi ringan dengan dosen pembimbing, Dr. Mustari S. Lamada, kebetulan juga saya

FOTO: AGUNG – PROFESI

bergelut dibidang robotika. Tersnyata banyak komponen-komponen robot yang bisa diimplementasikan menjadi sistem mitigasi bencana, jadi saya mulai melakukan riset dan penelitian,”ujarnya. Objek dalam penelitian ini adalah sungai Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Hulunya berasal dari Gunung Bawakaraeng mengalir membelah wilayah Kabupaten Gowa dan bermuara antara Barombong dan Tanjung Bayang. Jeneberang sendiri melewati delapan kecamatan di Gowa yaitu Tinggimoncong, Parigi, Parangloe, mannuju, dan Bontorannu, Pallangga, Somba Opu, Barombong dan tiga kecamatan di Makassar yaitu tamalate, Barombong dan Mariso.

Aliran Sungai Jeneberang dibendung di Bendungan Raksasa Bili-Bili. Hasil dari bendungan ini menjadi bahan baku air minum, irigasi, dan pembangkit listrik. Bendungan tersebut memilki kapasitas tampungan efektif 346 juta m3. Dengan daya tampung sebesar itu, apabila bendungan bili-bili jebol dapat mengakibatkan banjir bandang dengan daya rusak tinggi terhadap daerah yang dilalui sungai Jeneberang. Sehingga bendungan bili-bili dan DAS sungai Jeneberang perlu dilengkapi dengan sistem peringatan dini terhadap kemungkinan bencana yang dapat terjadi. Andry menjelaskan, transmitter telemetri ini sendiri akan dipasang pada bendungan. Dimana nantinya akan mengirimkan data sensor warning system yang ada di bendungan ke receiver dibeberapa titik yang akan menjadi kawasan yang terkena dampak bencana jika sewaktu-waktu bendungan tersebut jebol.Receiver yang akan dipasang di masjid yang ada di sepanjang Sungai Jeneberang ini nantinya akan menjadi penghubung ke masyarakat dalam memberi peringatan. “Receiver ini nantinya akan menjadi interface ke masyarakat untuk memberikan peringatan. Nantinya akan dipasang di sepanjang Sungai Jeneberang,” jelasnya. Kelebihan dari alat ini sendiri nantinya adalah penggu-

naan dayanya yang sedikit juga harga telemetri terhitung cukup murah dibanding penggunaan kabel untuk proses transmisi data. Serta, tidak memakan banyak ruang dikarenakan desainnya yang kecil. Meskipun alat ini selintas sempurna untuk ukuran pendeteksi bencana, akan tetapi ia memilki banyak kekurangan. Diantaranya, rentan terhadap noise atau gangguan, juga dipengaruhi letak geografis, misalnya gunung dan pepohonan yang lebat. Sampai saat ini, untuk pengaplikasian, Andry mengaku masih memiliki banyak kendala. Terutama soal dana. Tak hanya itu, inovasinya ini masih dalam penelitian, analisis dan uji coba alat. “Capaian kami masih dalam bentuk artikel ilmiah karena masih dalam penelitian , analisis dan uji,”ungkap mahasiswa angkatan 2012 ini. Karena beberapa kendala tersebut, mereka belum sampai pada tahap sosialisasi ke masyarakat dan pengaplikasian lebih lanjut. Ia masih takut jika ada kesalahan dalam sistemnya, maka akan mengakibatkan kepanikan masyarakat. “Kami tidak terburuburu melakukan penerapan, karena kami tahu masih banyak yang perlu dibenahi, masih banyak yang perlu diuji, masih banyak yang perlu dianalisis,”tambahnya. (tju)

FOTO: AGUNG – PROFESI

Lebih Mudah Tangkap Benih Ikan MAHASISWA Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknologi Pertanian (PTP) Fakultas Teknik (FT), Universitas Negeri Makassar (UNM), Sukardi berhasil membuat inovasi yang dapat membantu nelayan. Siapa sangka alatnya ini bisa mempermudah nelayan dalam menangkap benih ikan. Namanya, alat tangkap benih ikan. Dengan memanfaatkan cahaya, inovasi ini dapat memancing benih ikan agar lebih mudah ditangkap. Bukan hanya itu saja, jumlah benih ikan yang didapat dengan bantuan alat ini juga banyak. Cara kerja alat ini, kata dia, terbilang mudah. Alat tangkap benih ikan cukup diturunkan ke laut atau kolam dimana ada benih ikan. Lampu untuk alat ini kemudian dimasukkan kedalam pipa dengan ukuran 70 centimeter (cm) yang sudah diberi gantungan. Selanjutnya, yang terpenting yakni, mengatur jarak lampu dengan dasar permukaan air. Jika dekat dengan dasar permukaan, maka jangkauan cahaya yang dihasilkan luas. Tentu saja, hasil tangkap benih ikan akan berpengaruh dengan jarak lampu tersebut. “Jika mulai mendekat di cahaya, naikkan ketinggian lampu untuk www.profesi-unm.com

menurunkan intensitas cahaya serta membuat jangkauan cahaya dekat ke area tangkapan yang diinginkan, jika ikan sudah banyak di bawah cahaya lampu, tarik jaring untuk penangkapan,” jelasnya. Untuk menangkap jenis ikan yang berbeda, butuh warna lampu tertentu yang bisa memancing ikan tersebut. Misalnya, warna biru untuk benih ikan bandeng. Tentu saja, penentuan warna ini tidak sembarang. Sebab, sudah ada penelitiannya yang dilakukan sebelumnya. “Benih ikan nila, gunakan lampu berwarna kuning sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan,” tuturnya. Dalam pembuatan alat ini, terdapat beberapa alat yang perlu dipersiapkan. Diantaranya, pipa 8 inch berukuran 216 milimeter (mm), penutup pipa 8 inch, besi dengan ukuran diamter 10 mm, tali, las, Almunium Foil. Serta yang terpenting, yakni lampu untuk memancing benih ikan. “Lampu emergency led merek luby l-5825s dengan kapasitas 4000mAh dengan ukuran 15 wat dan dapat bertahan selama 5 jam,” ungkap mahasiwa angkatan 2013 ini.

Mahasiswa PTP FT, Sukardi saat mencoba menangkap benih ikan menggunakan alatnya

Lalu, ia menjelaskan, jika pipa ukuran 8 inch ini akan dipotong dua dengan panjang 35 cm. Tujuannya, sebagai pelampung dan pipa satunya sepanjang 70 cm sebagai

tempat pemasangan lampu. “Pipa satunya sepanjang 70 cm sebagai tempat pemasangan lampu. Dipasangkan almunium foil untuk membuat cahaya lampu fokus ke

FOTO: INT

bawah air,” ujarnya. Terakhir, besi dipotong dan dibuat rangka untuk alat ini. Kemudian menyambung rangka tersebut. “Lalu jaring digunting dan diikatkan Urai data, ungkap fakta, saji berita


14

OPINI

www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

Demokrasi Kampus, Sedang Sekarat? BERBICARA soal kampus memang selalu memiliki sisi menarik untuk dijelajahi. Hal tersebut tidak terlepas dari bagaimana dimanika kehidupan kampus. Dunia kampus yakni dunia para akademisi diadalamnya berkumpul orang orang intelektual, meliputi sivitas akademika dalam hal ini mahasiswa dan birokrasi. Didalamnya terdapat sebuah interaksi yang dinamis antara sivitas akademika. Sebagai sebuah institusi pendidikan terlebih lagi pendidikan tinggi. Maka menjadi sebuah keharusan dalam interaksi tersebut didasari pada prinsip ilmiah dengan mengacu pada nilai demokratis didalamnya termasuk dalam hal penentuan kebijakan yang dalam hal ini objek atau sasarannya adalah mahasiswa. Prinsip dasar demokrasi ialah dari oleh dan untuk rakyat dalam hal ini mahasiswa. Lembaga Kemahasiswaan sebagai salah satu bagian terpenting dalam kehidupan kampus harus mendapatk ruang yang lebih dalam keterlibatan mewujudkan tatanan kehidupan kampus yang ilmiah dan demokratis. Sebagai representatip dari mahasiswa yang merupakan wadah aspiratif bagi seluruh mahasiswa mulai tataran program studi, jurusan, fakultas sampai universitas. Ini penting mengingat tugas fungsi dan tanggung jawab lembaga kemahasiswaan sebagai penyambung aspirasi mahasiswa sebagai salah

satu masyarakat yang mana aspirasi itu berangkat dari kondisis yang ada. Disamping itu, lembaga kemahasiswaan merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta intergritas kepribadian mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Artinya pengembangan potensi mahaiswa bukan hanya didalam bangku perkuliahan tapi di lembaga kemahasiswaan. Lembaga Kemahasiswan merupakan wadah menempa mental dan membentuk karakter agar mahasiswa lebih siap mengarungi kehidupan yang sesungguhnya. Sejarah panjang perjalanan bangsa kita telah menjadi saksi betapa besar peran mahasiswa buat bangsa ini dan mereka adalah orang-orang berproses di kampus dan tergabung dalam lembaga kemahasiswaan. Lebih dekat kita bisa melihat para pimpinan kita hari ini mulai dari jurusan, fakultas dan universitas juga mayoritas orang pernah berproses di lembaga kemahasiswaan. Melihat kondisi saat ini, terkhusus di Universitas Negeri Makassar. Pimpinan universitas dalam hal ini Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan dengan kesepakatan kesepakatan Pembantu Dekan III setiap fakultas mengeluarkan surat edaran Nomor. 3883/ UN.36/TU/2017 tentang Pelarangan Mahasiswa Baru semester satu dan dua mengikuti kegiatan lembaga kemahasiwaan. Alasan dari birokrasi

*Syainal

adalah agar supaya mahasiswa baru fokus pada perkuliahan mengingat beban SKS yang cukup besar yaitu 20 SKS untuk angkatan 2017 sebab dengan mengikuti kegiatan lembaga kemahasiswaan akan mengganggu fokus dan memecah konsentrasi mereka dalam kegiatan akademik serta menghindari Drop Out (DO) dini. Namun hal tersebut bisa kita bantahkan, persoalan SKS angkatanangkatan sebelumnya bahkan beban SKS-nya lebih besar yakni 24 dan tidak ada surat edaran seperti halnya saat ini sebab memang tidak menggagu. Selanjutnya soal kegiatan lembaga kemahasiswaan itu tidak pernah kita laksanakan bersamaan dengan hari kuliah. Misal Latihan Dasar Kepemimpinan Mahsiswa (LDKM) yang menjadi salah satu titik tekan dalam edaran ini kita laksanakan di hari libur perkuliahan yaitu Sabtu Minggu dan itu dilaksanakan hanya sekali. Jadi tidak ada bukti nyata bahwa kegiatan lembaga kemahasiswaan mengganggu kegiatan akademik mahasiswa baru. Persoalan DO dini sesuai data yang

dirilis pimpinan juga bukan karena Kegiatan lemabga kemahasiswaan setelah dilakukan pendataan mayoritas dari mereka pindah ke kampus lain, sakit dan tidak bisa melanjutkan kuliah, mendaftar sebagai PNS dan lulus bahkan ada yang meninggal dunia dan itu dikategorikan DO dini. Regulasi DO dini sendiri adalah mereka yang telah mencapai semester 3 dan tidak melulusi minimal 30 SKS. Celakanya dibeberapa fakultas surat edaran ini kemudian diartikan secara ekstrim oleh pimpinan misal melarang mahasiswa baru untuk berinterkasi dengan senior-senior misal diskusi atau sekedar cerita lepas. toh yang kita diskusikan juga tidak terlepas dari basik keilmuan jurusan masing-masing. Disisi lain juga banyak mahasiswa yang aktif mengikuti lembaga kemahasiswaan dan Indek Prestasi mereka juga tinggi, sebab memang kegiatan-kegiatan lembaga kemahsiswaan memang berorientasi pada penunjang kegiatan akademik mahasiswa. Dalam hal ini pimpinan perlu melihat secara universal dari dua sudut pandang yang berbeda. Melihat lebih jauh soal Pedoman Umum lembaga kemahasiswaan Universitas Negeri Makassar memang didalamnya telah terdapat banyak pembatasan, misal batasan semester minimal yanitu 3 dan maksimal 8 dan IPK Mnimal 3,00 untuk menjadi pengurus lemabaga kemahasiswaan. Jika kondisi ini tetap berjalan maka kaderisasi dan regerasi lembaga

kemahasiswaan akan madek dimana mahasiswa di semester 3 baru dapat menjadi pengurus lemabag kemahasiswaan dan dibtasi di semester 8. Nah kalau kita melihat tingkatan lembaga kemaghasiswaan ada 3 Prodi/Jurusan Fakultas dan universitas sedangkan waktu untuk menjadi pengurus lembaga kemahasiswaan dibatasi. seharusnya dan sudah kewajiban bagi kampus untuk membuat sistem yang mendukung dan membimbing mahasiswa dalam mengembangkan potensi diri, menjamin mahasiswa agar tetap objektif dan ilmiah dalam pikiran serta tindakan Dalam hal ini kita bisa menilai bahwa prinsip-prinsip demokrasi di kampus sudah sekarat. Padahal hak untuk berkumpul berserikat dalam hal ini berorganisasi telah dijamin dalam Undang-Undang yang secara hirarki kedudukannya jauh lebih tinggih ketimbang Pedoman Umum Lembaga Kemahasiswaan apalagi Surat edaran yang dikeluarkan pimpinan universitas. Kalau sudah begini akankah cita cita mulia kampus sebagai wadah pembentuk manusia manusi berkarakter dan lahirnya pemimpin masa depan negeri ini yang memliki jiwa integritas akan terwujud.? Tentu tidak. Olehnya, jika kritik dilarang, usul ditolak tanpa ditimbang maka hanya satu kata LAWAN...!!! *Penulis merupakan Presiden BEM FIS UNM dan Mahasiswa Prodi PPKN

Mahasiswa Kritis Wujud Cinta Tanah Air TAK ada yang ragu bahwa 28 Oktober adalah moment selalu bernuansa kebangkitan. Di gelanggang sejarah gelora semangat berbumbu kekritisan hingga melahirkan perubahan diinisiasi oleh pemuda. Momen 28 Oktober cukup jadi saksi. Perubahan di tiap era tercatat dan terkenang indah. Tak pelak, 28 Oktober adalah hari penuh kesakralan bagi pemuda terutama mahasiswa untuk mengungkap cerita demi cerita, fakta demi fakta kondisi negeri tempatnya berpijak. Hari dimana menyampaikan aspirasi atas kinerja dan pencapaian apa yang telah terserap penduduk dan masyarakat yang dibelanya. Banyaknya yang memilih cara anarkisme sebagai bentuk kekesalan atas kebobrokan pengelolaan negeri, dengan landasan analisa kritis mereka, tak menjadikan rasa serta sikap kritisnya ikut dipermasalahkan bahkan berusaha dibungkam. Terlebih mereka yang menggunakan alternatif dialog, diskusi dan aksi damai. Upaya kritis yang dilakukan pemuda terutama tentang sistem dan kebijakan terhadap sang pemangku kebijakan dan kekuasaan dianggap sebagai benih-benih pemberontakan. Mengkebiri bahkan membunuh sikap kritis diproklamirkan dengan meyebutnya sebagai bentuk Radikalisme dan Intoleransi. Terlebih kepada

pemuda dan mahasiswa Muslim yang menginginkan perubahan sebagai bentuk cinta tanah air. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Menko Polhukam “Ada kecenderungan bahwa kampus sekarang ini menjadi sasaran dari suatu pembinaan-pembinaan, yang saya anggap sebagai bagian dari ancaman baru Indonesia. Karena ada masukan-masukan yang berbicara masalah-masalah ideologi negara� (detiknews.com, 4/05/17). Pernyataan tak jauh berbeda juga datang dari Kepala BNPT bahwa paham radikalisme sudah menyusup ke sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia. Ia pun meminta pengelola perguruan tinggi untuk semakin meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas mahasiswa, terutama organisasi kemahasiswaan yang bersifat eksklusif (CNN, 3/09/16). Sinergi Kementerian Agama, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Pertahanan dalam program deradikalisasi di perguruan tinggi umum juga dilakukan (Jppn.go.id, 29/03/17). Yang teranyar pagelaran akbar oleh Kemenristek dikti bertema “Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Terorisme� di Nusa Dua Bali pada 25-26 September 2017. 3 ribu rektor dan perwakilan PTN dan PTS dari seluruh Indonesia dikum-

*Mutmainnah

pulkan dengan mandat Melawan Terorisme. Hasilnya, Kuliah Akbar dan Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme dan Intoleransi serentak terjadi menjelang peringatan Sumpah Pemuda ke 89 tahun ini dengan menargetkan 4,5 juta mahasiswa. Di Makassar, diadakan di Anjungan Pantai Lokasi pada 28 Oktober 2017. Undangan dilayangkan kepada perwakilan 20 mhasiswa di tiap jurusan pada masing-masing PTN dan PTN di kota daeng. Sebelumnya, Kuliah Kebangsaan juga terjadi di Universitas Negeri Makassar pada 26 Oktober dan di Universitas Hasanuddin pada 27 Oktober 2017. Bagaimana tidak, jika mengkritisi sistem yang melanggengkan pemerintah dan berpikir untuk mencari alternatif solusi di luar pemahaman Kapitalis, telah dianggap tidak memiliki sifat kebangsaan hingga di cap dengan lebel Radikal

dan Intoleransi. Disebut kritiskah jika pendapat harus sesuai dengan standar pemerintah ?. Bukankah ini bentuk pembungkaman atas kekritisan pemuda?. Radikalisme sendiri berarti mendasar (sampai pada hal yang prinsip), sikap politik amat keras menuntut perubahan (undangundang, pemerintahan), maju dalam berpikir dan bertindak (KBBI, ed-4, cet.I, 2008). Makna sebenarnya netral yang bergantung pada hal mendasar apa. Jika didasarkan pada perubahan mendasar positif akibat sistem politik bernuansa otoriter atau memaksakan kebijakan dengan asas atau akar yang salah, tentu konteks Radikal adalah positif. Begitupun dengan toleransi, yang terlihat justru negeri kita tercinta sangat toleran. Tak pernah ada demo anti agama selain Islam hanya karena Islam mayoritas, tak seperti Amerika atau Prancis yang pernah demo anti-Islam yang jadi minoritas di sana. Tak pernah ada aksi tak menerima karena perbedaan yang ada. Yang tak bisa diterima justru adalah adanya kedzaliman,keserakahan, dan penjajahan. Menuduh Muslim yang ingin menerapkan Islam secara utuh dalam kehidupannya bukankah juga bentuk Intoleransi?. Terlebih lagi, benarkah masalah Indonesia adalah Radikalisme dan

Intoleransi, atau hanya digentinggentingkan saja?. Saat tak ada Radikalisme dan Intoleransi di negeri ini, apakah otomatis masalah yang lain teratasi?. Ataukah masalah utamanya adalah kerakusan dan keserakahan mereka yang justru menjual negeri?. Beragam fakta terpampang nyata di depan mata. 28 Oktober diharap jadi pemantik perubahan ke arah yang lebih baik oleh pemuda, tak sekedar nostalgia. Tak pandang lembaga eksklusif atau tidak. Berjuanglah demi keadilan. Tapi bila ingin lebih, berjuanglah tersebab sumpah yang paling berarti, syahadatain. Pembebasan dari penyembahan kepada manusia menuju penyembahan kepada pencipta manusia. Berjuanglah dengan semangat sebagai cucu dan generasi Sultan Hasanuddin, yang tak rela negerinya tunduk pada penjajahan atas dasar nafsu kekuasaan. Kritis menolak segala hal pembungkaman, karena Mahasiswa yang kritis adalah wujud cinta tanah air. Sikap kritis pemuda dan mahasiswa terhadap pemerintah, sistem dan kebijakannya bukanlah sikap tak suka terhadap pribadi pemilik kekuasaan tapi justru wujud mencintai negeri kelahirannya. *Penulis merupakan Mahasiswi Jurusan Akuntansi FE

LPM Profesi UNM menerima tulisan dalam bentuk opini dari sivitas akademika. Kirim tulisan Anda ke profesi.online@gmail.com. Tulisan dibatasi maksimal 3.000 karakter. Redaksi berhak mengedit atau memotong tulisan Anda tanpa mengubah makna. Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com


profesiana Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

15

www.profesi-unm.com

Jangan Kecolongan Yah! UNIVERSITAS Negeri Makassar (UNM) kembali dikaitkan dengan persoalan politik. Terbaru, beredar foto spanduk salah satu calon Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) yang memakai latar belakang Menara Pinisi dan logonya. Beragam spekulasi pun muncul dikalangan sivitas dan alumni. Salah satunya, UNM sebagai perguruan tinggi tentu harus waspada dan tidak ada para politikus yang masuk melakukan usaha untuk kepentingan

politiknya. Sebab, dalam Pasal 86 UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum pada ayat (1) huruf (h) mengatur larangan kampanye menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan. Hal ini kemudian ditanggapi oleh Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Seni dan Desain (FSD), Niswar. Ia meminta pihak biokrasi lebih memberikan pengawasan untuk masalah yang menyangkut politik. Kata dia, persoalan ini bisa saja berimbas dengan rusaknya nama kampus. “Jangan sampai kampus kita su-

dah berbaur dan merangkak ke dunia politik yang jelas hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu,” katanya. Mahasiswa angkatan 2013 ini juga menegaskan, jika UNM merupakan salah satu sarana pendidikan yang tidak semestinya dimasuki untuk berpolitik. Bahkan hal ini sudah tertuang dalam peraturan. Maka dari itu, perlu ada pengawalan dan sikap tegas dari pihak birokasi. “Suatu kesalahan besar dan melanggar undang-undang ketika salah satu perguruan tinggi (UNM) ikut serta atau terjung langsung ke dunia politik apalagi membawa nama uni-

Awas, Salah Masuk Toilet APA jadinya jika toilet umum yang sering digunakan oleh banyak orang tak memiliki tanda?. Tentu, tidak ada yang dapat membedakan antara wc untuk laki-laki dan perempuan. Resikonya, masalah yang tidak terduga dapat terjadi kapan saja. Toilet di gedung Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Negeri Makassar (UNM) contohnya. Beberapa waktu yang lalu, kejadian salah masuk terjadi di tempat itu. Gedung berlantai tiga ini memang menyediakan banyak fasilitas publik bagi sivitas UNM. Tak terkecuali WC di setiap lantainya. Hanya saja, toilet tersebut tidak ada penanda untuk kamar kecil lakilaki atau perempuan diatas pintu maupun disekitarnya. Akibatnya, beberapa sivitas kerap mengalami kejadian yang kurang mengenakkan tanpa disengaja. Akmaluddin misalnya. Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik (FT) ini pernah mengalami kejadian yang kurang mengenakkan ketika ingin masuk di toilet UPT Perpustakaan. Ia mengaku mengaku nyaris masuk di toilet yang ditempati oleh seorang perempuan. “Untung tidak kubuka lebar itu

www.profesi-unm.com

pintu, pas kuliat sedikit langsung ka lari cari tempat lain,” akunya. Ia pun bercerita bahwa dirinya datang ke UPT Perpustakaan untuk mencari buku referensi tugas mata kuliahnya pada sore hari. Sembari mencari, tiba-tiba saja ia merasa ingin buang air dan cuci muka.

Setelah berada di depan dua kamar kecil yang berada di lantai dua itu. Kemudian, dibukalah salah satu WC tersebut namun situasi yang tak diduganya justru terjadi. Sebab, tidak ada tanda pada toilet tersebut. “Saya juga tidak menyangka kalau ada kejadian seperti itu, tapi untungnya juga itu cewek tidak berteriak. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi, makanya harus ada tanda,” kata mahasiswa angkatan 2014 ini. Hal serupa juga dialami oleh Ilham Rahmat Alam. Namun beruntung dirinya saat didepan toilet,

perempuan tersebut pun telah keluar dari kamar itu. “Pernah memang, tapi ibu-ibu. Ketemu pas na buka pintunya,” katanya. Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini meminta pihak UPT Perpustakaan untuk memberikan penanda pada masing-masing WC. Menurutnya, hal tersebut dinilai penting untuk membedakan toilet pria dan cewek. Sehingga, kejadian salah masuk tak terulang kembali nantinya. “Tapi itu ji kekurangannya, tidak ada penanda. Penanda itu penting, bukan cuma agar terkesan religius, tapi memang harus ada,” ujarnya. Menanggapi hal itu, Kepala UPT Perpustakaan, Oslan Jumadi mengaku jika sebelumnya tanda tidak dipasang lantaran toilet yang sempat mampet.Namun, ia berjanji bakal mengatasi masalah tersebut. “Iya akan segera kami perbaiki,” akuinya. Ia pun mengimbau bagi mahasiswa agar langsung memberikan keluhan dan saran ke pihak UPT Perpustakaan. “Kenapa mahasiswa tidak langsung kekotak saran saja atau di website perpustakaan. jadi kalau ada masalah di perpustakaan, silahkan tulis dan kasi masuk di kotak saran atau di website perpustakaan,” imbau Guru Besar Ilmu Biologi ini. (eks)

versitas,” tegasnya. Presiden BEM Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Syainal turut mengatakan hal yang sama. Ia menyebut bahwa masalah sudah harus ditangapi serius. Pihak birokrasi harus memberi penjelasan kepada pihak terkait. Namun, apabila tidak ada tindakan, pihaknya pun bakal turun tangan. “Kalau saya inikan institusi yang di caplok, soal wewenang yang lebih utama pimpinan dalam hal ini rektor kalau memang tidak ada respon baru kita menyikapi,” kata mahasiswa jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKKn) FIS ini. Saat ditanya terkait persoalan

tersebut, Rektor UNM, Husain Syam mengatakan, akan mengkaji dengan serius hal tersebut. ”Kita akan analisis dan kaji dengan baik apa motif pencantolan gedung Pinisi sebagai ikon UNM berikut logo yang melekat pada gedung,” katanya. Ia menjelaskan lembaga pendidikan dan seluruh staf di dalamnya tidak boleh terlibat politik praktis. Sehingga, perlu ada kajian untuk masalah ini. “Bila perlu kerena hukum. Karena PT termasuk UNM tidak boleh ada parpol yang mempolitisasi,” jelasnya. (ika)

Sampah Masa’ Ditumpuk BAU tidak sedap sering kali tercium tak jauh dari belakang Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar (UNM). Usut punya usut, bau tersebut berasal dari sampah yang berada tepat di samping Gedung Pusat Bahasa Arab. Tempat itu dipenuhi pelbagai limbah, mulai dari sisa makanan, kardus, dan bahan material lainnya. Tak sedikit mahasiswa mengeluhkannya ketika melewati daerah tersebut. Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Herny mengeluhkan adanya sampah ditengah lingkungan kampus itu. Ia mengatakan, jika sampah tidak semestinya untuk dibuang di tempat yang dekat dengan fasilitas publik bagi sivitas. “Tidak bagus soalnya di situ biasa sebagai tempat parkir. Terus kadang di lewati mahasiswa yang kuliah di bahas arab kalau bisa sih jangan disitu tempat buang sampahnya,” keluhnya. Bukan hanya Herny, mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), Arif mengatakan hal yang sama. Bahkan, dirinya sedari dulu mengeluhkan kondisi tersebut. Sebab, bau dari sampah itu kerap mengganggu kegiatan belajar dan diskusi mereka. “Sangat bau, tidak enak dilihat. Seakan UNM tidak punya tempat lain untuk menempatkan kontainer itu,” katanya. Ia juga sempat meminta kepada petugas kebersihan untuk

Sangat bau, tidak enak dilihat. Seakan UNM tidak punya tempat lain untuk menempatkan kontainer itu Arif Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab FBS dipindahkan. Akan tetapi, sampah masih berada di area tersebut. “Tapi hanya dimajukan satu kali,” jelas mahasiswa angkatan 2015 ini. Saat dikonfirmasi, Kepala Sub Bagian Rumah Tangga UNM, Amir mengaku, sudah tidak ada tempat lain untuk membuang sampah tersebut. Area itu sejak lama telah menjadi tempat pembuangan sampah. “Mau ditaruh dimana, sudah dari dulu tempatnya di situ,” katanya. Ia justru mempertanyakan masalah ini kepada mahasiswa. Kata dia, keluhan terkait masalah tersebut baru didengarnya padahal sudah lama sampah berada disana. “Kenapa baru dikeluhkan sekarang, “ imbuhnya. Terakhir, ia menjelaskan, bila sampah tidak dibuang di luar kampus lantaran bisa cepat menumpuk. “Disitu saja perhari sudah penuh apalagi diluar, itu tempat sampah dibayar,” tutupnya. (ika)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


16

PERSONA

www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 219 November Tahun XLI 2017

Berlari Demi Keluarga

Peraih Tiga Medali Emas Cabang Atletik POMNas XV Sulsel

KELUARGA yang utama dan nomor satu. Begitulah prinsip yang dipegang teguh oleh Syamsuddin Massa. Sebagai atlet lari, ia pecaya bahwa karirnya sebagai pelari bisa membahagian keluarganya kelak.

3000 meter. Kontribusinya ini pun membuat tim Sulsel dapat menempati peringkat tiga perolehan medali. Alih-alih berharap dapat medali, di setiap kompetisi yang diikuti ia justru hanya menunggu hadiah berupa uang. Sebab, dapat diberikan kepada orang tua yang berada di kampung. “Uangnya itu selalu saya kasih orang tua, sama untuk biaya kuliah disini,” imbuhnya. Sejak kecil, dirinya memang suka berlari. Bahkan saat Sekolah Dasar (SD), ia telah mengikuti kompetisi lari hanya sekedar mengembangkan hobinya. Tak ayal jika sekarang, bakatnya ini bisa membuahkan hasil berkat hal tersebut. “Bagaimana yah, kebanyakan lomba-lomba diluar juga, lomba terkam jadikan latihan,” jelasnya. Kadang kala, cedera juga kerap menghampirinya saat menjelang kompetisi. Cedera sendi yang terletak di bagian paha kiri membuatnya harus berhati-hati saat latihan. Berawal dari mengikuti kompetisi Galesong Trail Run 2017 lalu, sakit persendian itu mulai dirasakan. Sudah beberapa kali, cedera itu datang. Bahkan sebelum POMNas digelar, ia

Terlahir dari keluarga yang kurang mampu secara finansial, membuat dirinya harus bekerja keras membantu menghidupi ibu dan lima saudara lainnya. “Karena saya sendiri yang mampu sekolah tinggi dari tujuh bersaudara dan saya sampai saat ini dipercaya,” katanya. Pria asal Jeneponto ini memiliki segudang prestasi di bidang atletik cabang lari jarak jauh. Terbaru, ia berhasil menyabet tiga medali emas di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) XV Sulawesi Selatan (Sulsel). Masing-masing di nomor 5000, 10.000, dan

tiba-tiba saja cedera. Namun, ia punya cara dalam menangani cederanya itu. “Saya minum obat terus jogging-jogging ringan, perbaiki stretching,” kata mahasiswa Program Studi (Prodi) Kepelatihan Olahraga ini. Terkait persiapan sebelum kompetisi, ia tak begitu mempermasalahkan soal jadwal latihan meski kegiatan sudah dekat. Ia mengaku, jika ketika latihan, waktu mesti dimanfaatkan dengan baik. “Latihannya sedikit tapi waktunya tajam, artinya meski waktu sedikit, kita gunakan semaksimal mungkin. Kalau program-programnya kan biasanya punya waktu jangka panjang itu banyak dikasih, tapi ini waktunya sedikit jadi sedikit,” jelasnya. Usai memenangkan tiga medali

emas di POMNas XV, ia mengaku tengah fokus untuk bisa ikut dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) Asia. Berharap bisa mewakili Indonesia di ajang tersebut. “Jadi ini modal untuk bisa masuk POM Asia,” ujarnya. Selain itu, ada juga Asian Games 2018. Berbagai latihan pun saat ini sedang dilakukan. Meningkatkan kemampuan lari termasuk kecepatan dan ketahanan fisik. “Kembali lagi latihan untuk seleksi kejurnas biar bisa masuk Asian Games, perbaiki limit dan catatan waktunya,” akuinya. Ia berpesan kepada atlet agar tetap mengedepankan sikap ulet dan terus kerja keras menggapai hasil yang diharapkan. “Mau displin, mau latihan keras, mau mengikut saran pelatih, usaha tidak mengkhianati hasil. Jadi latihan keras,” pesannya. (eks)

BIODATA Nama: Syamsuddin Massa TTL : Jeneponto, 19 Juli 1997 Program Studi: Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM 2015 Prestasi: - Podium ke-5 Galesong Trail Run 2017 - Podium ke-2 Bosowa Makassar Half Marathon 2017 5K National - 2 Medali Perak Cabang Atletik di POMNas XIV Aceh - 1 Medali Emas dan 1 Medali Perak Cabang Atletik di Pekan Olahraga Daerah (Porda) XV Bantaeng - 3 Medali Emas Cabang Atletik di POMNas XV Sulsel

Asesor BAN PT dari UNM

Beri Penilaian dari Sabang Hingga Merauke

SEBAGAI asesor untuk Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Parwoto sudah banyak mengunjungi Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, tugasnya memberi penilaian akreditasi bagi program studi (Prodi) tak pernah dihenti dilakukan. Sudah delapan tahun, tanggung jawab itu diembannya. Selama itu pula, pelbagai perguruan tinggi baik yang jaraknya jauh maupun dekat sudah menjadi sasaran penilaiannya. Tak ayal, jika beragam pengalaman juga didapatnya saat kunjungan. Memberi penilaian memang bukanlah perkara mudah. Berawal dari visitasi, ia bersama timnya harus mengamati kondisi kampus sesuai borang yang dimiliki prodi tersebut. Didalam kunjungan itu, sering kali

borang tak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Namun, ia memegang teguh standar penilaian dari BANPT. Sehingga, hal kecil apapun turut menjadi penilaian dan dilaporkan nantinya. “Iya, itu untuk menguatkan saja, kan dia bilang data borangnya begini. Kalau saya tidak foto, kalau dia mengadu, kan saya punya datanya, untuk klarifikasi,” jelas Pembantu Dekan Bidang Kerjasama (PD IV) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) itu. Acap kali, beberapa prodi tak memerhatikan standar penilaian tersebut. Utamanya, untuk visi dan misi. “Banyak tidak paham standar satu, padahal itu rohnya dari pengelolaan peruguran tinggi,” katanya. Bukan hanya itu saja, bahkan ada juga kampus yang tidak

BIODATA

layak disebut perguruan tinggi. Ia mengungkapkan, jika penilaian perguruan tinggi tersebut sudah jauh dibawah standarisi yang ditetapkan BAN-PT. “Itu juga banyak kampus ongolongol, itu dosennya, Sumber Daya Manusia (SDM) nya nggak jelas, penelitiannya nggak jelas, produktifitasnya nggak jelas, sehingga kita berikan klarifikasi mereka kaget,” tuturnya. Meski memiliki komitmen soal penilaian, namun dirinya tetap memberikan apresiasi kepada perguruan tinggi yang telah dikunjunginya. Pasalnya, kampus itu memiliki kontribusi besar bagi orang-orang di daerah tersebut. “Tapi ada juga prodi yang semangatnya tinggi, di Maluku Timur itu, perguran tingginya baru berdiri tapi seman-

gatnya tinggi, karena disitu memback up semua mahasiswa di daerah itu, jadi kita beri akreditasi minimal,” katanya. Menjadi asesor, menurutnya, bisa mengubah arah perguruan tinggi lain. Berbekal pengalaman kunjungannya

itu, ia dapat membantu kampus menjadi lebih baik lagi. Bukan hanya itu, pekerjaan ini juga bisa menjadi pembelajaran bagi dirinya. “Kami selalu belajar dari perguruan tinggi lain, kami datang ke peruguan tinggi yang bagus, dengan sistem yang bagus, kami juga mendapat oleh-oleh, kami juga sebarkan ke perguruan tinggi lain,” ujar Dosen Pendidikan Guru (PG) Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) FIP ini. (rin)

Nama: Dr. Parwoto, M.Pd Tempat/Tanggal Lahir: Klaten, 13 Februari 1961 Pekerjaan: Dosen Pendidikan Guru PAUD FIP UNM Jabatan: Pembantu Dekan Bidang Kerjasama (PD IV) FIP UNM Pendidikan: S1 Universitas Negeri Makassar (UNM) S2 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) S3 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) FOTO: DASRIN – PROFESI

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.