Annual Report INACA 2016

Page 1

INACA Annual Report 2016

1


INACA Member General Meeting 2016

2

INACA Annual Report 2016


ISI

CONTENTS INACA Annual Report 2016

Published by INACA, Jakarta. Editorial Advisors : Tengku Burhanuddin, Wismono Nitidihardjo Editor : Arifin Hutabarat

5 6 8 16 20 21 23 26

Meningkat Kembali Rebound Kebijakan-kebijakan Policies Konvensi Montreal 1999 Montreal Convention 1999 Keselamatan Penerbangan Flight Safety Penerbangan Perintis Pioneer flights Kegiatan INACA 2016 Inaca Activities 2016

Kerja Bersama Work Together Pimpinan Perusahaan Anggota President/CEO of Corporate Members

Peningkatan industri penerbang­an di Indonesia dapat ­tercermin antara lain dari jumlah pergerakan penerbangan yang dicatat oleh pengelola bandarabandara. Total keseluruhan pergerak­ an pesawat tercatat 1.539.807 tahun 2016, meningkat 7% dari tahun sebelumnya yang 1.436.674 (2015). ­Tahun 2015 ­meningkat 6,7% dari 2014 yang jumlahnya 1.346.718. Laporan Tahunan ini membawa suasana yang menggembirakan seiring dengan suasana bisnis penerbangan di Indonesia yang tampak semakin dinamis Namun memang, kemajuan kuantitatif seperti peningkatan jumlah penumpang, jumlah pergerakan pesawat dan lain-lain, tidak selalu sama secara linier terjadi pada peningkatan di aspek keuangan, pendapatan perusahaan dan lain-lain. Organisasi INACA pun menjalani kerjasama yang meluas ­dengan berbagai kalangan atau aviation stakeholders dalam rangka upaya mendukung penguatan dan kemajuan industri ­penerbangan nasional khususnya, dan industri ­penerbangan di Indonesia pada umumnya. INACA di tengah gerakan kemajuan industri penerbangan tersebut berupaya terus memberikan dukungan dalam melayani dan menyuarakan aspirasi anggotanya.

Tengku Burhanuddin

Seketaris Jenderal INACA

The aviation business environment in Indonesia can be ­reflected, among others, from the number of flight movements ­recorded by airports’ managements. A total of ­commercial aircraft movement was recorded at 1,539,807 in 2016, up 7% from the ­previous year which was 1,436,674 (2015). The year 2015 showed an increase of 6.7% from 2014 which amounted to 1,346,718. This Annual Report brings an exciting tone along with the business atmosphere of aviation in Indonesia that looks increasingly dynamic. However, quantitative progress such as increasing in the number of passengers, the number of aircraft movements, etc., are not always the same linearly occur in the increase in financial aspects, corporate earnings, etc. INACA as an organization has been also undergoing ­extensive cooperation with various aviation ­stakeholders in order to support the strengthening and progress of the ­national aviation industry in particular, and the aviation i­ndustry in Indonesia in general. INACA in the midst of the movement of the aviation industry’s progress strives to provide support in serving and voicing the aspirations of its members.

The statistical data used and processed to prepare this Annual Report, have come from Transportation Ministry office, Central Bureau of ­Statistics and from different institutions in addition to that of INACA’s research. There are few of incomplete original data found, some are unavailable, ­however, we have cultivated them through maximum effort to make it close to accurate.

INACA Annual Report 2016

3


Tinggi sekali pertumbuhan ­jumlah penumpang yang diangkut ­operator penerbangan berjadwal di rute ­dalam negeri tahun 2016. Jumlahnya 89.358.457, bandingkanlah tahun 2015 jumlahnya 76.628.867. Peningkatannya 17%. Kebijakan-kebijakan baru cukup banyak dilaksanakan oleh ­pemerintah di tahun 2016, dibandingkan tahun-­tahun ­sebelumnya. Kebiijakan-kebijakan dimaksud secara ­langsung telah menggulirkan dan memberi dorongan kuat dalam arus kemajuan ­industri penerbangan di negeri ini. Memang, di dalamnya sekaligus ­tertuang aturan-aturan yang membawa tantangantantangan baru. Tetapi, adakah di dunia ini proses kemajuan dan penguatan industri yang berjalan tanpa melahirkan tantangan baru untuk ­dijadikan peluang baru? Pemerintah hendak menjadikan pariwisata sebagai ­­leading ­sector dalam pembangunan ekonomi. Itu pun membuka ­tantangan dan peluang yang relatif besar, mulai dari ­pengembangan ­infrastruktur, bandara, navigasi, penggunaan ­armada, teknologi, sumber daya manusia berikut dampak-dampak gandanya pada ekonomi masyarakat. Volume penumpang, kargo, menaik mengesankan tahun 2016. Tapi memang bisnis penerbangan charter tahun 2016 ­belum menjalani kenaikan yang signifikan.

Number of passenger carried by scheduled airlines in international routes

2012

2013

2014

2015

2016

Number of passenger carried by scheduled airlines in international routes

Year Passenger

2012 2013 2014 2015 2016 9.938.291 10.964.559 10.252.461 9.533.906 10.377.246

Pahala Nugraha Mansury Ketua Umum INACA

Number of passenger carried by scheduled airlines in domestic routes It was so relatively higher growth in the number of ­passengers carried by scheduled flight operators on ­domestic routes in 2016. The number is 89,358,457, compare it to the number of the year 2015 which was 76,628,867. The increase is 17%. There were few new policies implemented by the ­government in 2016, as compared to previous years. These policies have ­directly rolled out as well as provided a strong impetus to the ­aviation ­industry’s development in the ­country. Indeed, in it as well embodied rules that bring new ­challenges. But is there process of progress and ­strengthening in any kind of industry that goes ­without ­giving birth to new ­challenges for new opportunities? The government wants to make tourism as a ­leading ­sector in economic development. It also opens up ­considerable ­challenges and opportunities, from the ­development of ­infrastructure, ­air-ports, navigation, fleet usage, technology, human resources and further on their multiplier effects on the economy of society. The volume of passengers, cargo, ascending ­impressively in 2016. But indeed the business of charter flights in 2016 has not undergone a significant increase.

4

INACA Annual Report 2016

2012

2013

2014

2015

2016

Number of passenger carried by scheduled airlines in domestic routes

Year Passenger

2012 2013 2014 2015 2016 71.421.464 75.770.222 76.498.400 76.628.867 89.358.457


Meningkat Kembali Passenger Load Factor pada penerbangan dalam negeri oleh scheduled airlines sedikit menurun di ­tahun 2016 menjadi ratarata 78,5% dibandingkan tahun sebelumnya 79%. Tetapi pada penerbangan internasional telah meningkat sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu rata-rata 72,8% (2016) sedangkan tahun sebelumnya 72%. Demikian pula perluasan dan penambahan rute baru maupun frekuensi terbang, tercermin positif sekali pada sisi penyediaan (supply) available seat kilometer pada rute dalam ­negeri di ­tahun 2016 yang mencapai 94.134.877, bandingkan ­tahun sebelumnya 83.740.875. Keberangkatan pesawat rute dalam ne­ geri ­tahun 2016 meningkat 16% berjumlah 764.156 dibandingkan ­dengan tahun 2015 tercatat 659.091. Apa yang sedang terjadi di tahun 2016? Beberapa indikator menunjukkan terjadi penurunan kuantitatif pada beberapa aspek industri penerbangan di tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi di tahun 2016 terjadi kenaikan kembali. Beberapa fakta strategis dapat dicatat sebagai pendukung terhadap kembalinya

peningkatan tersebut. Pertama, setidaknya tercermin, bahwa telah bertambah kemampuan ‘golongan menengah ke atas’ di masyarakat untuk bepergian dengan penerbangan. Kedua, jajaran industri penerbangan memperoleh peluang untuk memanfaatkan sarana dan prasarana yang ditingkatkan oleh otoritas di bidang penerbangan, selain infrastruktur, demikian pula kebijakan-kebijakan dan pengaturan yang mempercepat dorongan terhadap operator mengembangkan bisnis. Pendorong ketiga, meningkatnya jumlah penumpang penerbangan di dalam negeri dan penerbangan luar negeri, terkait de­ ngan kenyataan gencarnya promosi pariwisata dilaksanakan oleh pemerintah dan industri pendukungnya. Pergerakan penduduk dengan menggunakan penerbangan lalu meningkat dalam jumlah, dan semakin menyebar terdistribusi ke lebih banyak destinasi. Pergerakan pesawat pada bandara-bandara seluruh Indonesia tahun 2016 mencapai 1.539.807, bandingkan tahun sebelumnya 1.436.674, dan tahun 2014 jumlahnya 1.346.718.

Production of Scheduled Airlines in Domestic Routes

Aircraft departure Passenger KM Available Seat KM Passenger L/F

(000) (000) (%)

2014 636,462 67,404,814 81,876,176 82

2015 659,091 65,171,735 83,740,875 79

2016 764,156 73,894,043 94,134,877 78.50

Total aircraft movement in all airports

1800000 1500000 1400000 120000

Production of Scheduled Airlines in International Routes

Aircraft departure Passenger KM Available Seat KM Passenger L/F

(000) (000) (%)

2014 77,972 23,859,457 38,631596 62

2015 70,357 23,293,154 32,574,159 72

2016 71,457 27,923,634 38,356,185 72.80

100000 800000 600000 400000 200000 0

2014

2015

2016

Rebound Passenger Load Factor on domestic flights by scheduled airlines declined slightly in 2016 to an average of 78.5% over the previous year’s 79%. But it rose slightly compared to the previous year on international flights, which is an average of 72.8% (2016) whereas the previous year is 72%. Similarly the expansion and addition of new routes and frequencies is reflected positively at the supply side such as the available seat kilometers on domestic routes in 2016 that reached 94,134,877, compared to 83,740,875 in the ­previous year. Domestic route departures in 2016 increased by 16% to 764,156 compared to 2015 at 659,091. What’s happening in 2016? Some indicators indicate a quantitative decline in a few of aspects in avation industry in 2015 against the previous year, but in 2016 a rebound came. Strategic facts can be noted as supporting the return of the better business as follow:

Firstly, there has been seemingly a rising ‘upper middle class’ ability to travel by air. Secondly, the aviation industry get the benefit of ­opportunity to utilize facilities enhanced by ­aviation ­authorities, in addition to infrastructure, as well as rules and ­regu­lations that ­accelerate the push for operators to grow ­businesses. The third driver has been the increasing number of ­passengers in domestic and overseas flights that is related to the fact of ­incessant tourism promotion implemented by the government and its ­supporting industries. The people movement then arise in number, and spread distributed to more different destinations. The total number of aircraft movement at airports all over ­Indonesia in 2016 reached 1,539,807, compared to the previous year 1,436,674, and in 2014 the number was 1,346,718.

INACA Annual Report 2016

5


Kebijakan-kebijakan Beberapa Peraturan Menteri Perhubungan yang dipandang menjadikan biaya ekonomi tinggi, seperti Peraturan Pemerintah (PP) No. 15 Tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) masih belum ada perubahan, dan ini menyangkut semua moda transportasi; PM 153 Tahun 2015 tentang Pengamanan Kargo dan Pos Serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara, telah dicabut dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubung­an No. 53 Tahun 2017 tentang Pengamanan Kargo dan Pos Serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo Dan Pos Yang Diangkut De­ngan Pesawat Udara; dan PM No 38 Tahun 2017 tentang Perubah­an kesembilan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara, antara lain mengatur bahwa Badan Usaha Angkutan Udara yang meng­ alami kecelakaan (accident dan/atau serious incident) dilakukan audit oleh tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara, serta audit ijin rute apabila terjadi accident. Pemerintah meniadakan aturan-aturan yang dinilai dapat ­mengakibatkan beban ekonomi bagi operator maupun bagi ­pengguna jasa penerbangan. Tiga Peraturan Menteri Perhubungan yang dideregulasi, yaitu : 1. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 160 tahun 2015 ­tentang Peremajaan Pesawat Angkutan Udara diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 tahun 2016. 2. Peraturan Menteri Perhubungan No. 64 Tahun 2015 tentang ­Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan No.KM 57 ­Tahun 2010 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141 (CASR Part 141) tentang Persyaratan Sertifikasi Dan Operasi Untuk Sekolah Penerbang. 3. Peraturan Menteri Perhubungan No. 174 tahun 2015 (GSE) tentang Pembatasan Usia Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/GSE) Dan ­Kendaraan Operasional Yang Beroperasi di Sisi Udara diubah dengan PM 91 Tahun 2016.

Proyeksi ke depan Gagasan dan rencana kebijakan Kementerian ­Perhubungan ­sejalandenganpeluangyangterbukadarikegiatan­pengembangan pariwisata bagi industri penerbangan, ­mencakup proyeksi ke ­depan, yang antara lain ialah : • Mempercepat realisasi peningkatan infrastruktur bandar udara di daerah tujuan wisata; • Mendorong perusahaan penerbangan nasional menyediakan pelayanan dari dan ke destinasi pariwisata; • Meningkatkan kerjasama penerbangan secara bilateral dengan negara sumber pasar wisatawan, melalui bandara yang telah dibuka untuk ASEAN Open Sky; • Meningkatkan peran swasta dalam penyediaan angkutan ­wisata yang memenuhi standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Kebijakan khusus guna meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, antara lain : 1. Memberi kesempatan maskapai asing untuk meningkatkan frekuensi dari sumber pasar wisman seperti Jepang, ­Australia,

6

INACA Annual Report 2016

Total number of aircraft movement in 13 major airports of AP I reflected as follows:

Airports (AP I) total Adi Sumarmo / Solo Ahmad Yani / Semarang Adi Sucipto / Yogyakarta Juanda / Surabaya Ngurah Rai / Bali BIL / Praya Lombok Syamsuddin Noor / Banjarmasin Sepinggan / Balikpapan Sam Ratulangi / Manado Sultan Hasanuddin / Makassar Pattimura / Ambon Frans Kasieppo / Biak Eltari / Kupang

2014 539,473 10,365 31,222 43,466 118,412 77,471 23,190 30,460 64,619 18,647 82,719 15,847 4,831 18,224

2015 2016 563,839 624,831 13,767 17,112 35,247 36,917 46,392 50,839 122,911 135,963 73,883 80,285 23,058 30,837 28,772 29,673 66,832 69,138 20,300 25,494 87,618 99,533 16,732 17,549 8,235 6,860 20,092 24,631

Kegiatan penerbangan tahun 2016 tampak menyebar ke b­ erbagai bandara di luar Jakarta dan Bali. The activities of aviation in 2016 appear to spread to more ­airports outside of Jakarta and Bali.

640000 620000 600000 580000 560000 540000 520000 500000 480000

Number of aircraft movement in 13 major airports of AP I reflected as follow :

2014

2015

2016

Taiwan, Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Belanda, Inggris, ­Malaysia, Korea Selatan, dan negara-negara Timur Tengah; 2. Memberi kemudahan akses bagi maskapai asing untuk masuk ke daerah tujuan wisata di Indonesia, khususnya 10 destinasi pariwisata prioritas; 3. Mendorong peningkatan frekuensi maskapai nasional ke ­negara asal wisman; 4. Mendorong maskapai nasional dan asing untuk mengembangkan rute dari/ke Batam, Padang, Palembang, Makassar, Manado, Kupang, Mataram dan Yogyakarta, sebagai tujuan wisata, selain kota-kota lain di Indonesia yang telah diterbangi oleh airlines n­ asional dan asing; 5. Memberikan hak co-terminalisasi pada sejumlah maskapai ­asing untuk kota-kota yang market demand-nya rendah; 6. Pengaturan yang fleksibel untuk hak angkut ke 3 dan ke 4 untuk negara dengan wisatawan potensial;


7. Mengusahakan dukungan diskon pada bandara dengan ­demand rendah; 8. Mempermudah pemberian flight approval untuk extra flight ­maskapai nasional dan asing pada saat peak seasons; 9. Untuk mendorong dan meningkatkan pariwisata, dari poin-poin yang tidak memiliki perjanjian hubungan udara bilateral dan ­multilateral dapat diakomodir dengan penerbangan charter ber­ basis kasus per kasus. Selain itu, mengembangkan bandara-bandara yang terdekat d­ engan 10 daerah tujuan wisata prioritas, yaitu: 1. Bandara Ahmad Yani-Semarang, Bandara Adi sumarmo-Solo di Jawa Tengah dan Bandara Adi Sucipto-D.I. Yogyakarta untuk tujuan wisata Candi Borobudur-Jawa Tengah; 2. Bandara International Lombok dan Ngurah Rai-Denpasar untuk tujuan wisata Mandalika -NTB; 3. Bandara Eltari-Kupang, Komodo-Labuan Bajo, Ngurah Rai­Denpasar dan Bandara International Lombok-Lombok untuk tujuan wisata Labuan Bajo-NTT; 4. Bandara Abdulrahman Saleh-Malang dan Juanda-Surabaya ­untuk tujuan wisata Bromo Tengger Semeru-Jawa Timur; 5. Bandara Pitu-Morotai, Sultan Babullah-Ternate, Sam RatulangiManado untuk tujuan wisata Morotai;

Number of aircraft movement in 12 major airports of AP II reflected as follows: 2014 2015 2016 Airports (APII) Total 506,596 514,255 608,051 Sultan Iskandar Muda/Banda Aceh 4,497 4,739 7,269 Kualanamu/Medan 47,500 49,416 56,177 Bdr Int’l Minangkabau/Padang 2,693 Sultan Syarif Kasim II/Pekanbaru 19,482 17,456 23,527 Rja H. Fisabilillah/Tanjung Pinang 2,662 2,544 2,738 SM Badaruddin II/Palembang 22,231 25,607 32,745 Soekarno Hatta/Cengkareng 306,228 298,463 327,232 Halim Perdanakusuma/Jakarta 27,421 27,767 51,942 Husein Sastranegara/Bandung 16,602 20,563 22,070 Supadio/Pontianak 22,440 23,922 27,806 Sultan Thaha/Jambi 9,706 9,486 13,636 Depati Amir/Pangkal Pinang 10,735 13,988 16,196 Overall Indonesia 1,346,718 1,436,674 1,539,807 Di bagian barat Indonesia di tahun 2016 praktis setiap bandara mengalami penambahan aktivitas penerbangan yang juga ­tercermin dari peningkatan jumlah pergerakan pesawat seperti terlihat dengan data ini.

6. Bandara Soekarno Hatta-Tangerang dan Halim PK-Jakarta ­untuk tujuan wisata Kepulauan Seribu-DKI Jakarta; 7. Bandara Soekarno Hatta-Tangerang dan Halim PK-Jakarta ­untuk tujuan wisata Tanjung Lesung-Banten; 8. Bandara Kualanamu-Medan, Silangit dan Ferdinan Lumban ­Tobing-Sibolga untuk tujuan wisata Danau Toba; 9. Bandara Matahora-Wakatobi, Haluoleo-Kendari dan Sultan Hasanuddin-Makassar untuk tujuan wisata Wakatobi; 10. Bandara H As. Hanandjoedin-Tanjung Pandan dan ­Soekarno Hatta-Tangerang untuk tujuan wisata Tanjung Kelayang­Belitung. Di antara ratusan bandara kecil yang dikelola oleh Badan Pelaksana Bandar Udara (BPBU) yang dinilai sudah maju, terbagi tiga kelas yaitu: Among the hundreds of small airports in Indonesia managed by the Airport Executive Board (BPBU) that considered have been advanced, divided into three classes: Class I, Airport : Mutiara, Jalaluddin, Raden Intan II, Juwata, Mopah Class II, Airport: Abd Rachman Saleh, Komodo Kalimarau, Tambolaka, Umbu Meikangkuda

Class III, Airport: Sultan Kaharuddin Matahora Kaimana, Rembele Betoambari Pontiku

Number of aircraft movement in 12 major airports of AP II reflected as follow : 700000

600000 500000 400000 300000 200000 100000 0

2014

2015

2016

In the western part of Indonesia in 2016 virtually every airport is experiencing an increase in aviation activity which is also reflected in the increasing number of aircraft movements as seen with this data.

Policies Several Regulations of the Minister of Transportation that are considered to make high economic costs, such as Government Regulation (PP) no. 15/2016 on Types and Tariffs on Non-Tax State Revenues (PNBP) is still unchanged, and this concerns all modes of transportation; PM 153 of 2015 concerning Cargo Security and Postal Supply Chain and Supply Chain of Cargoes and Posts ­Transported By Aircraft, has been revoked by the enactment of Regulation of the Minister of Transportation no. 53/2017 on Cargo

Security and Post And Supply Chain (Cargo Supply Chain) And Post Which Is Transported By Aircraft; and PM No. 38/2017 on the ninth ­Amendment to the Regulation of the Minister of Transportation Number KM 25/2008 on the Implementation of Air Transportation, among others, stipulates that the accident and / or serious incident will be audited by a team formed by the Director ­General of Air Transportation, as well as route permit audits in case of ­accident.

INACA Annual Report 2016

7


The government amanded the rules that were deemed to have caused the economic burden for operators and for aviation users. There have been three Regulations of the Minister of Commu­ nications deregulated, namely: 1. Regulation of the Minister of Transportation No. PM 160 of 2015 on Aircraft Rejuvenation amended by Regulation of the Minister of Transportation No. 7 year 2016. 2. Regulation of the Minister of Transportation No. 64 of 2015 on Amendment of the Minister of Transportation Regulation No.KM 57 of 2010 on Civil Aviation Safety Regulations Part 141 (CASR Part 141) on Certification and Operation Requirements for ­Aviation Schools. 3. Regulation of the Minister of Communications No.174 of 2015 (GSE) on Restrictions on the Age of Ground Support Equipment (GSE) and Operational Vehicles Operated on the Air Side are amended by PM 91 of 2016. 4. The Government will build infrastructure as a priority, especially the airport in a fair and proportional manner; taking into account the supporting infrastructure of tourism and the distribution of goods / cargo; airport and route capacity, hours of operation, and the role of Hub and Spoke airport will be enhanced.

Forward Projections The idea and policy plan of the Ministry of Transportation have been made in line with the business opportunities for the aviation industry that opened by tourism development activities to include forward projections, which are: • To accelerate the realization of airport infrastructure improvements in tourist destinations; • To encourage national airlines to provide services to and from tourism destinations; • Improving bilateral aviation cooperation with the source ­country of tourist market, through airports that have been opened for ASEAN Open Sky; • Increasing the private sector’s role in providing tourist transport that meets safety, security and comfort standards. Special policies will encourage increase foreign tourist visits to Indonesia, among others: 1. Giving an opportunity for foreign airlines to increase flight ­frequency in order to bring more foreign tourists such as from Japan, Australia, Taiwan, the United States, Russia, Germany, the Netherlands, the UK, Malaysia, South Korea and the Middle East countries; 2. To provide easy access for foreign airlines to enter ­tourist

3. 4.

5. 6. 7. 8. 9.

d­ estinations in Indonesia, especially to 10 priority tourism ­destinations; Encouraging to increase flight frequency of national airlines to the origin countries of foreign tourists; To encourage national and foreign airlines to develop routes from/to Batam, Padang, Palembang, Makassar, Manado, ­Kupang, Mataram and Yogyakarta, as tourist destinations, in addition to other cities in Indonesia that have been flown by national and foreign airlines; Giving co-terminalization rights to a number of foreign airlines for cities whose market demand is low; Flexible arrangements for 3rd and 4th freedom rights for ­countries with potential travelers; Seek discount support at airports with low demand; Easier granting of flight approval for extra flight by national and foreign airlines at peak seasons; To encourage and improve tourism, from points that do not have bilateral and multilateral air services agreements can be ­accommodated by case-based charter flights.

In addition, ehancement of airports closest to 10 priority tourist destinations will be implemented, namely: 1. Ahmad Yani Airport-Semarang, Adi sumarmo Airport-Solo in Central Java and Adi Sucipto Airport-D.I. Yogyakarta for tourist destination Borobudur Temple-Central Java; 2. Lombok International Airport and Ngurah Rai-Denpasar for Mandalika-NTB tourism destination; 3. Eltari Airport-Kupang, Komodo-Labuan Bajo, Ngurah Rai­Denpasar and Lombok International Airport-Lombok for Labuan Bajo-NTT tourist destination; 4. Abdulrahman Saleh Airport-Malang and Juanda-Surabaya for tourist destination Bromo Tengger Semeru-East Java; 5. Pitu Airport-Morotai, Sultan Babullah-Ternate, Sam RatulangiManado for Morotai tourist destinations; 6. Soekarno Hatta Airport-Tangerang and Halim PK-Jakarta for tourist destination of Thousand Islands-DKI Jakarta; 7. Soekarno Hatta Airport-Tangerang and Halim PK-Jakarta for tourist destination of Tanjung Lesung-Banten; 8. Kualanamu Airport-Medan, Silangit and Ferdinan Lumban ­Tobing-Sibolga for tourist destination of Lake Toba; 9. Matahora Airport-Wakatobi, Haluoleo-Kendari and Sultan Hasanuddin-Makassar for Wakatobi tourism destination; 10. Airport H As. Hanandjoedin-Tanjung Pandan and Soekarno ­Hatta Tangerang for Tanjung Kelayang-Belitung tourist ­destination.

Konvensi Montreal 1999 Pada tanggal 21 November 2016 Indonesia kembali me­ratifi­ kasi konvensi dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (­International Civil Aviation Organization/ ICAO) yaitu Convention for the unification of certain rules for international carriage by air (Konvensi tentang unifikasi aturan-aturan tertentu untuk ­angkutan udara internasional), yang dikenal sebagai Konvensi Montreal 1999. Ratifikasi dilakukan melalui Perpres RI No: 95 tahun 2016.

8

INACA Annual Report 2016

Konvensi Montreal 1999 mengatur rezim hukum secara internasional mengenai tanggung jawab pengangkut terhadap pengguna jasa penerbangan yang mengalami kerugian yang ditimbulkan oleh pengangkut. Baik itu pengangkutan penumpang, bagasi dan kargo dalam penerbangan internasional dengan pesawat udara. Konvensi Montreal 1999 merupakan modernisasi dari berbagai aturan dan perjanjian sebelumnya dalam sistem Konvensi Warsawa ke dalam satu dokumen secara lebih sederhana.


Konvensi Montreal 1999 ini berlaku sejak 4 November 2003 dan hingga saat ini telah diratifikasi oleh kurang lebih 125 negara-negara anggota ICAO (termasuk Indonesia). Adapun nilai terbaru tanggung jawab pengangkut sesuai ­dengan yang telah ditentukan dalam Konvensi Montreal 1999 adalah: 1. Jumlah kompensasi bagi penumpang yang meninggal atau menderita akibat kecelakaan pesawat udara sampai dengan 113.100 Special Drawing Rights (SDR) atau sekitar Rp 2,03 miliar sesuai dengan Pasal 21 ayat /1/; 2. Jika penumpang ingin mengajukan klaim melebihi batas 113.100 SDR tersebut, berlaku asas tanggung jawab berdasarkan ­nsur kesalahan (liability based on fault). Maskapai penerbangan ­harus membuktikan bahwa tidak ada kesalahan yang disengaja di pihaknya sesuai dengan Pasal 21 ayat /2/; 3. Dalam hal kerugian yang diakibatkan oleh keterlambatan ­pesawat udara, maskapai penerbangan wajib memberikan kompensasi maksimum 4.694 SDR atau sekitar Rp 84,2 juta ­sesuai d­ engan Pasal 22 ayat /1/; 4. Untuk kehilangan, kerusakan, ataupun musnahnya barang bawaan dan bagasi, tanggung jawab pengangkut udara dibatasi sampai dengan maksimum 1.131 SDR atau sekitar Rp 20,3 juta sesuai dengan Pasal 22 ayat /2/; 5. Untuk pengiriman kargo, pada kerusakan, kehilangan, keterlambatan, atau musnahnya kargo, pengirim berhak atas ganti rugi maksimum 19 SDR atau sekitar Rp 341 ribu per kilogram sesuai dengan Pasal 22 ayat /3/; (1 SDR setara dengan sekitar 1,35 USD berdasarkan data IMF per tanggal 24 Januari 2017. Sedangkan kurs dolar AS rata-rata sebesar Rp13.300,- per tanggal 1 Februari 2017 ) Ratifikasi hukum tanggung jawab pengangkut Internasional ini melengkapi hukum tanggung jawab pengangkut di Indonesia. Sebelumnya, Indonesia sudah mempunyai hukum tanggung jawab pengangkut untuk penerbangan nasional. Yaitu Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 tahun 2011 tentang Tanggung Jawab ­Pengangkut Angkutan Udara.

Sebagai perbandingan, untuk kompensasi penerbangan domestik, seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan no. PM 77 tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1. Jumlah kompensasi bagi penumpang yang meninggal akibat kecelakaan atau kejadian yang ada hubungannya dengan ­pengangkutan pesawat udara di dalam pesawat adalah Rp 1,25 miliar sesuai dengan Pasal 3 ayat /a/; 2. Jumlah kompensasi bagi penumpang yang meninggal akibat ­kejadian yang ada hubungannya dengan pengangkutan pesawat udara saat meninggalkan ruang tunggu bandara menuju pesawat atau saat meninggalkan pesawat menuju ruang kedatangan bandara tujuan atau bandara transit adalah Rp 500 juta sesuai dengan Pasal 3 ayat /b/; 3. Penumpang yang dinyatakan cacat tetap total oleh dokter ­selama jangka waktu paling lambat 60 hari kerja sejak terjadinya kecelakaan diberikan ganti rugi sebesar Rp 1,25 miliar. ­Sedangkan untuk cacat sebagian diberikan ganti rugi maksimal Rp 150 juta. 4. Dalam hal kerugian yang diakibatkan oleh keterlambatan pesawat udara lebih dari 4 jam, maskapai penerbangan wajib ­memberikan kompensasi Rp 300.000,- per penumpang, atau 50 persen dari ketentuan tersebut jika maskapai memberikan alternatif ke rute terdekat dan wajib memberi transportasi lanjutan gratis ke ­bandara tujuan sesuai dengan Pasal 10 ayat /a/ dan /b/; 5. Untuk kehilangan, kerusakan, ataupun musnahnya barang bawaan dan bagasi setelah 14 hari kalender, maskapai harus memberikan kompensasi Rp 200.000,- per kg dan maksimal Rp 4 juta. Dalam masa menunggu tersebut, penumpang mendapat uang tunggu Rp 200.000,- per hari selama maksimal tiga hari ­sesuai dengan Pasal 5 ayat /1/, /2/, /3/; 6. Untuk kerusakan kargo, pengirim mendapat kompensasi Rp 50.000,- per kg. sedangkan untuk kehilangan, atau musnahnya kargo, pengirim mendapat kompensasi Rp 100.000,- per ­kilogram sesuai dengan Pasal 7.

Montreal Convention 1999 On 21 November 2016 Indonesia again ratified the ­convention of the International Civil Aviation Organization (ICAO) namely the­ ­Convention for the unification of certain rules for international ­carriage by air, which known as the Montreal ­Convention 1999. ­Ratification is done through Presidential Regulation no: 95 of 2016. The Montreal Convention 1999 provides for an international ­legal regime on carrier responsibility for aviation service users who suffer losses incurred by the carrier. Whether it is the carriage of passengers, luggage and cargo in international flights by airplane. The Montreal Convention 1999 is a modernization of previous rules and agreements in the Warsaw Convention system into a ­simpler document. The 1999 Montreal Convention is valid from 4 November 2003 and to date has been ratified by approximately 125 ICAO member countries (including Indonesia). The latest value of carrier responsibility in accordance with those specified in the Montreal Convention 1999 are:

1. The amount of compensation for passengers who died or ­suffered due to an aircraft crash up to 113,100 Special ­Drawing Rights (SDR) or approximately Rp 2.03 billion pursuant to ­Article 21 paragraph / 1 /; 2. If the passenger wishes to file a claim exceeding the limit of 113,100 SDR, apply the liability based on fault principle. The ­airline shall prove that there are no deliberate faults on its part in accordance with Article 21 paragraphs / 2 /; 3. In the case of losses caused by aircraft delays, the airline shall provide a maximum compensation of 4,694 SDRs or approximately Rp 84.2 million in accordance with Article 22 paragraph/ 1 /; 4. For loss, damage or loss of luggage and baggage, the ­responsibility of air carrier is limited to a maximum of 1,131 SDRs or approximately Rp 20.3 million in accordance with Article 22 paragraph / 2 /;

INACA Annual Report 2016

9


5. For cargo shipments, on damage, loss, delay or cargo ­destruction, the sender shall be entitled to a maximum of 19 SDR or approximately Rp 341 thousand per kilogram in accordance with Article 22 paragraph / 3 /; (1 SDR is equivalent to about 1.35 USD based on IMF data per January 24, 2017. While the average US dollar exchange rate is Rp13,300, - as of February 1, 2017) The ratification of this law of international carrier ­responsibility complements the law of carrier responsibility in Indonesia. ­Previously, Indonesia already had legal responsibility for carrier for national flights. Namely Minister of Transportation Regulation no. PM 77 of 2011 on Responsibilities of Air Transporters. For comparison, for domestic flight compensation, as stated in Regulation of the Minister of Transportation no. PM 77 of 2011 is as follows: 1. The amount of compensation for passengers who died from ­accidents or incidents related to aircraft transport in aircraft is Rp 1.25 billion in accordance with Article 3 paragraph / a /; 2. The amount of compensation for passengers who died as a ­result of an incident related to aircraft transport when leaving the airport waiting room to the plane or while leaving the plane to the arrival room of the destination airport or transit airport is Rp 500

Tingkat inflasi tahun 2016 dinyatakan terendah dalam sepuluh tahun terakhir. Inflasi rendah yang stabil, terkait juga dengan kurs mata uang rupiah serta harga avtur yang relatif stabil sepanjang tahun 2016, telah merupakan faktor-faktor yang juga membuat industri penerbangan berjalan relatif konstan dan tenang.

million in accordance with Article 3 paragraph / b /; 3. Passengers who are declared permanently disabled by the ­physician for a period of at least 60 working days after the ­occurrence of the accident are awarded compensation of Rp 1.25 billion. As for the partial disability is given a maximum ­compensation of Rp 150 million. 4. In the event of loss caused by an airplane delay of more than 4 hours, the airline is required to provide compensation of Rp 300,000, - per passenger, or 50 percent of the provisions if the ­airline provides an alternative to the nearest route and shall ­provide free free transport to the destination airport in ­accordance with Article 10 paragraphs / a / and / b /; 5. For loss, damage or loss of baggage and baggage after 14 ­calendar days, the airline must provide compensation of Rp 200.000, - per kg and a maximum of Rp 4 million. During the waiting period, passengers will receive Rp 200,000.00 per day for a maximum of three days in accordance with Article 5 paragraph / 1 /, / 2 /, / 3 /; 6. For cargo damage, the sender is compensated Rp 50.000, per kg. while for the loss or loss of cargo the sender shall be ­compensated Rp 100,000 per kilogram in accordance with ­Article 7.

The inflation rate of 2016 was declared the lowest in the last ten years. A stable low inflation, also related to the rupiah exchange rate and the relatively stable avtur price throughout 2016, have been factors that also make the airline industry run relatively constant and calm.

Year 2012 2013 2014 2015 2016 Inflation 4.3% 8.38% 8.36% 3.35% 3.2% rate

Ekonomi Tumbuh 5,02% Ekonomi Indonesia di 2016 masih tumbuh 5,02%, menurut laporan Bank Indonesia, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Itu ternyata lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal BI di awal 2015, yaitu sekitar 5,2-5,6%. Ada beberapa provinsi yang tumbuh diatas 6%, seperti di Sulawesi, Bali dan Nusa tenggara. Kendati demikian, beberapa provinsi di Sumatera, Kalimantan dan Papua masih tumbuh dibawah 4%, sehingga perlu terus mendapat perhatian. Inflasi tahunan, yang berada ditingkat 3,2%, juga terjaga dan cukup stabil. Tingkat ini lebih rendah dari 3,4% di 2015.

Economic Growth 5.02% Indonesia’s economic growth in 2016 was 5.02%, higher than the previous year. This is lower than the preliminary estimate by Bank ­Indonesia in early 2015, which was about 5.2-5.6%. There are several provinces that grew above 6%, such as Sulawesi, Bali and Nusa ­Tenggara. ­Nevertheless, some provinces in Sumatra, Kalimantan and Papua still grew below 4%, so it needs to keep getting attention. ­Annual inflation, which was at 3.2%, was well maintained and stable. This rate is lower than 3.4% in 2015.

10

INACA Annual Report 2016


Scheduled Airlines Bandara baru di 15 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia dibangun dan dikembangkan lagi di tahun 2016 oleh Pemerintah. Ada yang berupa perpanjangan landasan pacu (runway) di 27­ ­lokasi dan ­perbaikan terminal penum­ pang bandara di 13 lokasi. Itu telah menjadi bagian ­pendorong bagi pengembangan dan kemajuan yang relatif cepat terjadi di industri pener­bangan ­nasional. ­Operator penerbang­an nasional berjadwal ­mempelihatkan minat, ­antusiasme dan melaksanakan pembukaan rute baru, ­penambah­an frekuensi, baik pada rute ­dalam negeri maupun luar negeri. Pada rute dalam negeri, penerbangan nasional kini semakin luas dan mendalam menjangkau hingga ke pelosok-pelosok ­negeri.

Production of Scheduled Domestic Flights 2012–2016

­ ahun 2016 mencatat kebanyakan kemajuan ini di kawasan ­tengah T hingga timur negeri Indonesia yang selama ini amat terbatas ­konektifitas udaranya. Operator penerbangan berjadwal tahun 2016 melanjutkan ­realisasi rencana penambahan jumlah armada, yang terdiri dari ­beberapa tipe dan ukuran pesawat. Peluang pembukaan dan ­penambahan rute baru atau frekuensi pun akan terbuka terus. Luar biasa tingkat pertumbuhan jumlah pe­numpang tahun 2016 pada penerbangan rute dalam negeri. Data lain mengindikasikan, sebaran penumpang meluas ke lebih banyak destinasi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Banyak rute baru yang langsung dibuka oleh para operator.

Bayu Sutanto

Ketua Penerbangan Berjadwal

Production of National Scheduled International Flights 2012–2016

Directorate of Air Transport, Directorate General of Civil Aviation, 2016

New airports in 15 locations spread across Indonesia was built and developed further in 2016 by the Government and ­concurrently runway extension taking place at 27 locations and rehabilitation of airport passenger terminals in 13 locations. It has become a major driving force for the relatively ­rapid ­progress in development of the national aviation industry. ­Scheduled national airline operators have been showing interest and ­enthusiasm and thus carry out the opening of new routes, adding frequencies, both on domestic and overseas operation. On domestic routes, national aviation is now increasingly ­widespread and deeper reaching out to the corners of the ­country. The year 2016 records most of this progress in the middle to the

eastern part of Indonesia which were earlier experienced very ­limited air connectivity. Scheduled airline operators in 2016 are continuing to ­ma­terialize their plan to increase the number of fleets, which ­consists of ­several types and sizes of aircraft. So to say the ­opportunities ­for ­opening and adding up new routes or frequencies will remain open. It is an incredible growth rate of passenger numbers in 2016 on domestic routes. Other data indicate that ­passenger distribution extends to more destinations than that in previous years. Many new direct routes are opened by the operators.

INACA Annual Report 2016

11


Market share of passenger carried by scheduled airlines on domestic routes

2014

Garuda Lion Indonesia Air Asia Travel Express Sriwijaya Wings Trigana Kalstar Aviastar Transnusa Asi Pudjiastuti Citilink Batik Air Nam Air

2015

Garuda Lion Indonesia Air Asia Travel Express Sriwijaya Wings Trigana Kalstar Aviastar Transnusa Asi Pudjiastuti Citilink Batik Air Indonesia Air Asia Extra Nam Air

2016

Garuda Lion Indonesia Air Asia Travel Express Sriwijaya Wings Trigana Kalstar Aviastar Transnusa Asi Pudjiastuti Citilink Batik Air Indonesia Air Asia Extra Nam Air

12

% 18287610 31128737 3106509 605344 7838123 3424721 683487 977367 175682 228475 83730 7549502 1881855 352899

24 40.6 4.1 0.8 10,3 4.5 0,8 1.3 0.2 0.3 0.1 9.9 2.5 0,78

19965025 26488654 2064859 414311 7139801 3432413 504961 867746 80387 184565 42917 9376397 4595872 258010 1212949

% 26,05 34,56 2,69 0,54 9,31 4,47 0,65 1.13 0.1 0.24 – 12.23 5.99 0.33 1.58

19973260 30925106 1327913 462279 8403053 4903728 499282 846553 na 67664 32659 11052518 7479833 960274 2424335

% 22.35 34.6 1,48 0,51 9,4 5,48 0,55 0,94 – – – 12,36 8,37 1,07 2,71

INACA Annual Report 2016


Market share of passenger carried by national scheduled airlines on international routes

2014

Garuda Sriwijaya Lion Air Indonesia Air Asia Mandala

2015

Garuda Lion Indonesia Air Asia Travel Express Sriwijaya Batik Air Indonesia Air Asia Extra Nam Air

2016

Garuda Lion Indonesia Air Asia Travel Express Sriwijaya Batik Air Indonesia Air Asia Extra Nam Air

3995507 135508 1461780 4266687 391828

% 38,97 1,32 14,25 41,62 3,82

4171285 1175640 3665062 13981 164834 41949 299106 2049

% 43,75 12,33 38,44 0,14 1,72 0,43 3,13 –

4291439 1483395 3097680 35633 276832 169924 990831 31512

% 41,35 14,29 29,85 0,34 2,66 1,63 9,54 0,3

Di tahun 2016 sebanyak delapan maskapai penerbangan n­ asional memasuki operasi penerbangan internasional ber­jadwal, bertambah satu operator dari tadinya jumlah tujuh ­maskapai di ­tahun 2015, bahkan di tahun 2014 hanya lima maskapai ­nasional yang beroperasi pada jalur internasional. Bersamaan itu terjadi juga peningkatan jumlah penumpang secara keseluruhan pada penerbangan inernasional.

In 2016 as many as eight national airlines enter ­international scheduled operations, one operator added up to the ­previous seven airlines of 2015, even in 2014 there were only five ­national airlines operate on international lines. There is also ­significant ­increase occured in the total number of passengers on ­international flights.

INACA Annual Report 2016

13


Non Scheduled Airlines Dengan pertumbuhan rata-rata 10 ­persen With an average growth of 10 percent per per tahun selama dua tahun terakhir ­hingga year over the past two years to 2016, amid 2016, di tengah industri penerbangan the Indonesian aviation industry as a whole, ­Indonesia secara keseluruhan, jajaran pe­ the non-scheduled flight line has experienced nerbangan tidak-berjadwal pun merasakan consistent progress. ­kemajuan-kemajuan yang konsisten. The number of airlines operating as Jumlah airlines yang beroperasi pada non­non-scheduled airlines over the past five years scheduled airlines selama lima tahun terakhir tends to increase, as opposed to scheduled cenderung menaik, kebalikan pada scheduled airlines which tend to decrease. In 2012, there Denon Prawiraatmadja airlines yang cenderung berkurang. Tahun Ketua Penerbangan are 42 non-scheduled airlines operating and 2012 tercatat 42 perusahaan non-scheduled Tidak-berjadwal then in 2016 has become 48 airlines. airlines yang beroperasi, pada tahun 2016 The number of helideck registers in 2016 ­telah menjadi 48 airlines. recorded 201 whereas the year 2015 recorded 194, Jumlah helideck register di tahun 2016 ­tercatat 201 ­Elevated Heliport registered at 53 in year 2016 while it dari tadinya di tahun 2015 tercatat 194, Register Elevated was 45 in year before. Surface Level Heliport registered Heliport menjadi 53 ­tahun 2016 dibandingkan 45 tahun 91 in 2016 from 82 in 2015. sebelumnya, Register Surface Level Heliport menjadi 91 dari 82 tahun 2015, dan seterusnya.

Nilai tukar Rupiah membuka tahun 2016 di tingkat Rp 13.898 per USD dan menutup tahun, lebih kuat 2,34% di tingkat Rp 13.436 per USD. Akibat dari program Pengampunan Pajak pemerintah nilai Rupiah cukup menguat rata-rata disekitar Rp 13.100 per USD selama periode Juni sampai Oktober. Stabilitas kurs rupiah tersebut membuat harga bahan bakar juga relatif stabil, termasuk efek stabil terhadap biaya-biaya lainnya pada industri penerbang­an selama tahun 2016. Pihak Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesa pada 2017 akan mencapai 5,0–5,4%, dengan struktur perekonomian yang lebih bergantung pada permintaan ­domestik. Ada permasalahan, umumnya kontrak bisnis di bidang charter dengan perusahaan asing tercantum dalam USD, tapi peraturan mengharuskan penggunaan rupiah. Itu sedang diupayakan agar dibolehkan saat pembayaran dilakukan dalam rupiah berdasarkan konversi Jakarta Interchange Spot Dollar (JISDOR). Inflasi diperkirakan akan berada dalam kisaran target komitmen BI sebesar 4,0±1%. Itu juga mengindikasikan industri penerbangan di Indonesia juga akan memperoleh peluang pertumbuhan yang akan mirip dengan perkembangan di tahun 2016, baik pada penerbangan domestik maupun penerbangan internasional.

14

INACA Annual Report 2016

The Rupiah exchange rate opened the year at the rate of Rp 13,898 per USD and closed the year, stronger by 2.34% at Rp 13,436 per USD. As a result of the Government’s Tax Amnesty ­program, the Rupiah’s value strengthened to around Rp 13,100 per USD during June to October period. The stability of the rupiah exchange rate makes fuel prices also relatively stable, including the stable effect on other costs in the aviation industry during 2016. The Bank of Indonesia projected economic growth in Indonesa in 2017 will reach 5.0–5.4%, with the structure of the economy that relies more on domestic demand. Utilization of the various ­potentials that exist will affect confidence and private passion for the move. There is a problem, generally written contract deals in the field of charter business with foreign companies are based on USD, but regulations require the use of rupiah. It is being sought to be ­allowed when payments are made in rupiah based on the conversion of J­ akarta Interchange Spot Dollar (JISDOR). Inflation is expected to be within BI’s commitment target of 4.0 ±1%. It also indicates the aviation industry in Indonesia will also have growth opportunities that will be likely similar to developments in 2016, on both domestic and international routes.


Freight Airlines

Ketentuan mengenai ­batas The provisions concerning usia pesawat udara untuk ang­ the aircraft’s age limit for cargo air kutan udara khusus kargo freighter has been changed. That is, (freighter), mengalami perubahaan. Yaitu, the aircraft that registered and operated for the first ­pesawat yang didaftarkan dan ­dioperasikan time in the territory of the Republic of ­Indonesia from ­untuk pertama kali di wilayah ­Republik the age of 15 years to the age of 25 years, as well as ­Indonesia dari usia 15 tahun menjadi usia 25 the age of cargo planes operating in the territory of ­tahun, serta usia pesawat kargo yang ber­ the Republic of Indonesia from the age of 30 years operasi di wilayah Republik Indonesia dari to the age of 40 years. When the age limit of the airusia 30 tahun menjadi usia 40 tahun. Bilamana craft exceeds, then the aircraft can not be operated ­batas usia pesawat tersebut melebihi, maka in the territory of Indonesia. ­pesawat tersebut tidak dapat dioperasikan lagi That is one of the highlight that occurred in the Boyke Soebroto di wilayah Indonesia. field of cargo ­airlines business in 2016. Generally, Itulah salah satu highlight yang terjadi di Ketua Penerbangan Kargo logistics costs in Indonesia are still relatively high. ­bidang penerbangan kargo tahun 2016. Pada In the air freight business, cargo transportation run umumnya biaya logistik di Indonesia masih relatif tinggi. Di generally as one way traffic. bisnis air freight, umumya peng­angkutan kargo masih ber­ Domestic cargo transportation generally increases in 2016, its sifat one way traffic. growth is 7% compared to the previous year. But in internasonal Peng­angkutan kargo di dalam negeri ­umumnya me­ route the growth path as high as 28% increase. ningkat di tahun 2016, pening­katannya 7% dibandingkan INACA anticipates the application of PED (Electronic Data ­tahun sebelumnya. Tapi di jalur internasonal peningkatan­Processing) Internet, to be able connected 24 hours with ­CESIA nya s­ etinggi 28%. DJBC (Directorate General of Customs) system. CESIA is an INACA ikut mengantisipasi aplikasi PED (Pengolahan ­Integrated System of all DGBC services to all users of the service Data Elektronik) Internet, agar dapat terhubung 24 jam de­ publicly, so that all users can access from anywhere, anytime, ngan sistem CESIA DJBC (Direktorat Jenderal Bea Cukai). with internet based connection. CESIA constitutes a service and CESIA adalah Sistem Terintegrasi seluruh layanan DJBC ­supervision system directly supervised by the DJBC Information kepada semua pengguna jasa bersifat publik, sehingga seand Technology Center. mua user dapat meng-akses dari manapun, kapanpun, asalINACA hopes that the digitalization of the process can be kan terhubung internet (internet based connection). CESIA ­enjoyed by INACA members conducting cargo or commercial merupakan sistem pelayanan dan pengawasan yang dia­aviation ­services carrying cargo (belly cargo) through the Internet wasi langsung oleh Pusat Informasi dan Teknologi DJBC. PED application. INACA members have been inseparable with INACA berharap agar digitalisasi proses tersebut ­dapat DJBC policies, particularly in terms of importation of aircraft spare dinikmati oleh anggota INACA yang melakukan kegiatan parts for repair and maintenance of aircraft belonging to INACA penerbangan kargo atau penerbangan komersial yang members. It is expected that by 2018, the PDE Internet for CESIA mengangkut kargo (belly cargo) melalui aplikasi PED InterManifest applications will be fully operational. net tersebut. Para anggota INACA selama ini tidak terlepas dengan kebijakan-kebijakan DJBC, utamanya dalam hal Telah diadakan layanan angkutan barang khusus kargo dengan importasi spareparts pesawat untuk kebutuhan perawatan, rute ­perintis di wilayah Indonesia Bagian Timur khususnya perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara milik anggota di Papua dan Papua Barat serta Kalimantan. INACA. Diharapkan pada tahun 2018, PDE Internet untuk aplikasi Manifest CESIA sudah ­dapat beroperasi penuh. Special freight services have been carried out with pioneer routes in ­eastern Indonesia, especially in Papua and West Papua Freight carried by scheduled airlines in domestic routes and Kalimantan. 610000 600000 590000 580000 570000 560000 550000 540000 530000 520000 510000 500000

Freight carried by national scheduled airlines in international routes

120000 100000 80000 60000 40000 20000

2012

2013

2014

2015

2016

0

2012

Freight domestic routes (tons)

Year Freight

2012 2013 2014 2015 2016 571,668 539,257 564,684 564,048 604,209

2013

2014

2015

2016

Freight on international routes (tons)

Year Freight

2012 90,692

2013 2014 110,512 117,900

2015 87,067

2016 111,595

INACA Annual Report 2016

15


Keselamatan Penerbangan

Sumber Daya Manusia

Pada 15 Agustus 2016 otoritas penerbangan AS (Federal Aviation Administration/FAA) melalui Kedutaan Besar Amerika di ­Jakarta, FAA mengumumkan hasil peningkatan FAA IASA ­Category ter­hadap Indonesia yang sejak tahun 2007 masuk Kategori 2 menjadi Kategori 1. Itu berarti pengakuan atas faktor keselamatan ­penerbangan Indonesia. Nilai keamanan penerbangan Indonesia dari Organisasi Pe­ nerbangan Sipil Internasionaal (International Civil Aviation Organization–ICAO) telah mencapai 93,6 pada November 2015, merupakan tertinggi yang pernah diraih Indonesia. Pemerintah Indonesia menyatakan berupaya mempertahankan kondisi tersebut untuk tumbuhnya industri penerbangan yang aman. Secara keseluruhan, bidang keselamatan penerbangan di ­Indonesia menurut penilaian oleh ICAO, masih berada di bawah tingkat rata-rata secara internasional. Pemerintah berupaya me­ ningkatkan faktor-faktor yang dinilai itu agar tercapai posisi di atas rata-rata tingkat internasional.

Pihak Kementerian Perhubungan menyimpulkan, bahwa ratarata pertumbuhan penumpang mencapai 12 persen per tahun, terdapat 1.062 unit pesawat dan 45 tipe pesawat dengan jumlah personel penerbangan aktif meliputi 7.400 orang pilot, 8.400 orang cabin crew, dan 1.800 Flight Operation Officer. Kalau selama ini proses penerbitan perizinan atau lisensi bagi personel pesawat udara dilakukan secara manual membutuhkan waktu 10 hari kerja untuk pengajuan izin baru dan 3 hari kerja untuk perpanjangan, kini telah menggunakan aplikasi online. Itu dapat memangkas waktu proses sehingga hanya memerlukan waktu 2 hari untuk pengajuan izin dan 1 hari untuk perpanjangan. Selain itu dengan penggunaan sistem lisensi online, berbagai informasi ­seperti pengumuman dapat diakses melalui server dengan mudah dan cepat. Ini merupakan bagian dari penerapan e-government dan e-office untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang lebih transparan dan akuntabel.

Flight Safety

Human Resources

On 15 August 2016 the US Aviation Administration (FAA) through the US Embassy in Jakarta, FAA announced the increase to ­Category 1 of FAA IASA Category against Indonesia which since 2007 entered Category 2. It means the recognition of the safety factor of Indonesian aviation. The valuation of Indonesian aviation security from the International Civil Aviation Organization (ICAO) has reached 93.6 as announced in November 2015, the highest ever achieved by ­Indonesia. The Indonesian government says it seeks to maintain the condition for the growth of a secure airline industry. Overall, aviation safety in Indonesia according to ICAO ­assessments, is still below the international average level. The ­government seeks to increase the assessed factors to achieve a position above the international average.

The Ministry of Transportation concluded that the average of passenger growth reaches 12 percent per year, there are 1,062 ­aircraft consisting of 45 types of aircraft with the number of active aviation personnel covering 7,400 pilots, 8,400 cabin crew and 1,800 Flight Operation Officers. If until 2016 the process of issuing licenses for aircraft ­personnel is done manually that takes 10 working days for new permit ­application and 3 working days for an extension, now change has been ­implemented by using the online application. It can trim the processing time so it takes only 2 days to apply for permission and 1 day for renewal. In addition to the use of an online licensing ­system, various information such as announcements can be accessed through the server easily and quickly. It is part of the implemen­ tation of e-government and e-office to improve the quality of public services more transparent and accountable.

16

INACA Annual Report 2016


Registered Aircraft Under Air Operator Certificate (AOC) 121

INACA Annual Report 2016

17


Registered Aircraft Under Air Operator Certificate (AOC) 135

18

INACA Annual Report 2016


Registered Aircraft Under Air Operator Certificate (AOC) 135

AOC 121 Sertifikat pengoperasian pesawat udara yang diberikan kepada perusahaan untuk melaksanakan pengoperasi­an pesawat udara secara komersil berdasarkan Per­aturan Keselamatan Penerbangan Sipil/PKPS 121.

AOC 135 Sertifikat pengoperasian pesawat udara yang diberikan kepada perusahaan untuk melaksanakan pengoperasian pesawat udara secara komersil berdasarkan Per­aturan Keselamatan Penerbangan Sipil/PKPS 135.

INACA Annual Report 2016

19


Penerbangan Perintis Tanggal 27 Januari 2016 pemerintah memperbarui pengaturan beberapa hal meliputi: jenis kegiatan angkutan udara perintis, ­kriteria rute perintis, penyelenggaraan angkutan udara perintis, pelaksanaan angkutan udara perintis, evaluasi rute perintis, serta kewajiban penyelenggara angkutan perintis. Angkutan udara perintis terdiri dari: Angkutan udara perintis penumpang dan angkutan udara perintis kargo. Dalam melaksanakan pelayanan jasa angkutan udara perintis, maskapai mendapatkan subsidi dari pemerintah berupa : subsidi biaya operasi ­angkutan udara, subsidi bahan bakar minyak di lokasi bandara yang tidak memiliki depo pengisian BBM, serta kompensasi berupa pemberian rute lain di luar rute perintis bagi maskapai tersebut. Angkutan udara perintis sebagai aksesibilitas daerah terpencil

dan pedalaman yang tidak atau belum terhubungi oleh moda transportasi lain. Juga berperan dalam membentuk konektivitas jaringan rute penerbangan yang menghubungkan rute utama ataupun rute pengumpan dalam penyelenggaraan angkutan udara nasional Dari 193 destinasi, ada bandara yang sudah disertifikasi, baru diregister dan ada juga bandara yang tidak memenuhi standar ­sebagai bandara sebagaimana yang telah ditetapkan Pemerintah. Bandara yang diterbangi oleh penerbangan perintis terdiri atas: bandara Tanjung Api di Ampana, bandara Miangas di Kepulauan Talaud, Dabo di Singkep, Letung di Anambas, Bintuni di Papua, Long Apung di Long Apung, Beringin di Muara Teweh, Rokot Sipora di Mentawai, Trunojoyo di Sumenep, Harun Thohir di Bawean dan bandara Dewadaru di Karimunjawa.

Pioneer Flights On 27 January 2016 the government updated the arrangements of several matters including: types of pioneer air transport ­activities, pioneer route criteria, pioneer air transport operations, pioneer route evaluations, and pioneer ­carrier obligations. Pioneer air transport consists of: Passenger air transport and cargo pioneer air transport. In implementing pioneer air transport services, the airline receives subsidies from the government in the form of: subsidized air transport operating costs, fuel oil subsidy at the airport location that does not have a fuel depot, and ­compensation in the form of other routes outside the pioneer route for the airline. Pioneer air transport as accessibility to remote and inland ­areas that are not or have not been contacted by other modes of Rute Penerbangan dan Kota Terhubungi pada Angkutan Udara Perintis Number of Connected Flight Routes and Cities with Pioneering Flight Routes 2012–2016

Penerbangan Haji

t­ ransportation. It also plays a role in establishing the connectivity of the flight route network that connects the main routes or feeding routes in national air transport operations Of the 193 destinations, there are airports that have been ­certified, newly registered and there are also airports that do not meet the standards as airports as established by the ­Government. Airports served by pioneer flights consist the following: ­Tanjung Api airport in Ampana, Miangas airport in Talaud Islands, Dabo in Singkep, Letung in Anambas, Bintuni in Papua, Long Apung in Long Apung, Beringin in Muara Teweh, Sipora Rokot in Mentawai, ­Trunojoyo in Sumenep, Harun Thohir in Bawean and Dewadaru ­airport in Karimunjawa. Uraian No. Description 1 Rute Penerbangan Flight Route 2 Kota Terhubungi Connected City

Pilgrimage Flight Each year the pilgrimage season will see an ­average of over 150 thousand ­moslem p­ assengers flown in vise ­versa from Indonesia to the holy land of Saudi ­Arabia, Mecca. The number of hajj passengers tended to ­decline in ­recent years due to the limited amount of visa ­allowances. The government is ­seeking ­additional visas from the Saudi Arabian ­government for more prospective Indonesian pilgrims.

INACA Annual Report 2016

2012 2013 2014 2015 2016

City

130 138 164 116 208

City

119

142 167 202 149

Sumber/Source: Direktorat Angkutan Udara Dirjen Hubud, 2016 / Directorate of Air Transport, Directorate General of Civil Aviation, 2016

Setiap tahun musim perjalanan haji mengangkut rata-rata berjumlah di atas 150 ribu keseluruhan ­penumpang yang diterbangkan pergi pulang dari Indonesia ke tanah suci di Arab Saudi, Mekkah. Jumlah penumpang haji cenderung menurun beberapa tahun terakhir terkait ­dengan kurangnya jatah visa. ­Pemerintah sedang ber­usaha men­dapatkan tambahan jatah visa lebih banyak lagi dari ­pemerintah Arab Saudi untuk calon-calon j­emaah haji Indonesia.

20

Unit

Number of passengers during Islamic Pilgrimage Haj Season in 12 Main Airports

Uraian No. Description 1 Jakarta 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Surabaya Makassar Medan Balik Papan Solo Aceh Batam Banjarmasin Palembang Padang Lombok Jumlah/Total

2014

2015

2016

47,958 47,943 47,894 28,423 28,498 28,342 12,060 11,923 11,904 6,620 6,620 6,583 4,243 4,241 4,240 26,433 26,480 26,422 3,190 3,185 3,182 7,927 8,699 8,851 4,180 4,167 4,173 5,852 6,037 5,864 5,870 4,937 5,917 3,563 3,644 3,623 156,319 156,336 155,995


Kegiatan INACA 2016 Highlight-nya sebagai berikut : • Melaksanakan program kerja yang berkaitan dengan bidangbidang: Safety, Security & Environment; Niaga; Operasi & Teknik; Keuangan & SDM; serta Kargo. • Pengaturan slot pada bandara BUBU dan UPBU oleh AirNav telah disempurnakan agar lebih mengoptimalkan penggunaan fasilitas di bandar udara untuk mencapai tingkat OTP lebih baik, dengan menggunakan sistem KRONOS. Dilakukan pertemuan di kantor pusat AP I, AP II, AirNav dan di ­kantor Dirjen Perhubungan Udara Antara anggota INACA ­de­ngan Dirjen Perhubungan Udara . • Telah disampaikan kepada Menteri Perhubungan untuk ­Pembentukan Majelis Profesi Penerbangan sebagaimana ­diamanatkan dalam UU Nomor 1 tahun 2009. • INACA telah beberapa kali diikutsertakan dalam setiap proses penambahan maupun perubahan atau pembuatan Peraturan Menteri dan SKEP Dirjen, dengan kata lain diharapkan ‘Notice of Proposed Rulemaking’ dilaksanakan konsisten. • INACA melaksanakan penyampaian data/informasi, baik yang bersifat administratif maupun teknis operasional, peraturan­peraturan Menteri Perhubungan, Dirjen Perhubungan, dan lainlain sebagainya kepada Anggota. • Bidang Riset dan Data mempersiapkan penerbitan: Annual ­Report INACA 2016, INDONESIA AVIATION OUTLOOK 2017, dan Website INACA (http://inaca.or.id) serta Media Sosial lainnya yang terbaru . • INACA memberikan usulan, masukan maupun sumbang saran kepada Lembaga Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, dan pihak terkait lainnya . • INACA melaksanakan kerjasama dengan Asosiasi bisnis dan profesi lain seperti dengan KADIN, Federasi Pilot Indonesia (FPI), Indonesia Air Traffic Control Association (IATCA), ASITA, ASTINDO, PHRI, MHU dan GIPI. Dan, INACA telah meningkatkan hubungan sebagai mitra dengan pihak pemerintah, BUMN maupun dunia media cetak dan elektronika. • INACA menyelenggarakan seminar-seminar di bidang aviasi berkelas internasional antara lain melalui kerjasama dengan ­organisasi penyelenggara internasional. • Telah diadakan Pelatihan-pelatihan dibidang Safety & Security.

Bidang Safety , Security & Environment : • Telah dibentuk kelompok kerja INACA dengan pihak AAPA (Asosiasi Perusahaan Penerbangan Asia Pasifik) yang disebut Indonesia Aviation Safety Forum (IASF). Peningkatan Safety Awareness telah dilakukan melalui partisipasi aktif INACA dalam Accident Review Forum (ARF) yang diselenggarakan oleh KNKT, serta Safety Forum Group Discussion yang diselenggarakan oleh DKPPU di Papua. • Dalam rangka Joint Safety Group, telah dilakukan beberapa ­program pelatihan yang terdiri dari CASO (Company Aviation Safety Officer) Training, Safety Investigation Training (SIT) dan Aviation Safety Auditor Training (ASAT), peserta terdiri dari

Anggota dan non Anggota INACA serta dari BUBU dan UPBU, ­Penyedia Ground Handling. CASO training Program , hingga saat ini telah dilaksanakan 28 batch dengan 822 perserta. SIT program diselenggarakan bekerjasama dengan KNKT, telah dilakukan 5 batch dengan 89 peserta. ASAT program diselenggarakan bekerjasama dengan DKPPU , telah dilakukan 3 batch dengan 57 peserta. • Telah terlaksana Workshop Keamanan penerbangan dan ­Dangerous Goods bekerjasama Direktorat Keamaman Penerbangan, 1 batch dengan 29 peserta.

Operasi & Teknik : • Peraturan tentang diijinkan Helikopter terbang IFR sudah di­ ijinkan dengan Waiver, sedangkan untuk VFR terbang malam hari masih dalam proses diupayakan.

Bidang Niaga : Beberapa program di Bidang Niaga yang umumnya meliputi usulan Perubahan, perbaikan dan penerbitan Peraturan Baru di ­bidang aviasi, telah dilakukan seperti : • Usulan peninjauan PM 45/2105 telah dirubah menjadi PM 38/2017 merupakan perubahan ke-9 dari KM 25/2008 tentang penyelenggaraan angkutan udara dimana Equity telah diperhitungkan sebagai modal dengan kata lain, tidak perlu lagi modal yang disetor. • Perihal usulan Peninjauan ulang atas PM 14 tahun 2016 perihal Tarif, telah dilakukan beberapa kali pertemuan, dan menunggu revisi dari PM tersebut. • PM 159/2015 telah dilakukan perubahan melalui PM 38/2017 (perubahan ke-9 dari KM 25/2008 tentang penyelenggaraan angkutan udara) dimana apabila terjadi accident atau serious insiden maskapai tidak perlu menunggu dari hasil akhir investigasi KNKT, cukup hasil dari Tim yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. • Proteksi rute virgin masih diperlukan, untuk melindungi operator yang telah lama beroperasi di daerah terisolasi, hal ini telah di­ sampaikan melalui surat kepada Menteri Perhubungan.

Bidang Keuangan & SDM : • Penggunaan Pilot Asing masih tetap diperlukan namun perlu pengaturan dengan kriteria tertentu antara lain : (1.) Kekurangan jumlah khususnya pada pilot dengan kualifikasi Instructor. (2). ­Selama belum tercukupinya single engine pilots yang beroperasi di daerah remote untuk penerbangan perintis.

Bidang Kargo : • Telah Diterbitkan PM 7 Tahun 2016 tentang perubahan atas ­Peraturan Menhub Nomor PM160 tahun 2015 Tentang Peremaja­ an Armada Pesawat Udara Angkutan Udara Niaga. • Mencari jalan keluar untuk pentarifan Freighter & Belly Cargo, hingga saat ini belum diperoleh.

INACA Annual Report 2016

21


Inaca Activities 2016 The highlights are listed as follows : • Implementing the work programs related to areas: Safety, ­Security & Environment; Commerce; Operation & Engineering; Finance & Human Resources; and Cargo. • The slot setting at BUBU (airports) and UPBU (smaller airports) by AirNav has been enhanced to further optimize the use of ­facilities at airports to reach better OTP levels, using the ­CRONOS s­ystem. Conducted meetings at AP I and AP II headquarters, AirNav and at the office of Director General of Air Transportation between INACA members and DGCA. • INACA submitted suggestion to the Minister of Transportation for the Establishment of the Assembly of Flight Profession as ­mandated in Law No. 1 of 2009. • INACA has been several times included in every process of ­addition or ­amendment or enactment of Ministerial Regulation and of ­Director General, in other words it is expected that ‘Notice of Proposed ­Rulemaking’ will be implemented consistently. • INACA conducts the delivery of data/information, both administrative and operational technical, the regulations of the Minister of Communications, Directorate General of Air Transportation, and so forth to the Members. • Field of Research and Data preparing publication: Annual Report INACA 2016, Indonesia aviation outlook 2017, and INACA ­Website (http://inaca.or.id) and other social media. • INACA provides suggestions to the Executive, Legislative, ­Judiciary and other concerned parties. • INACA undertakes cooperation with other business associations and professions such as KADIN, Indonesian Pilot Federation (FPI), Indonesia Air Traffic Control Association (IATCA), ASITA, ASTINDO, PHRI, MHU and GIPI. And, INACA has enhanced its relationship as a partner with government, state-owned enterprises and the print and electronic media world. • INACA conducts seminars of international class on aviation, among others, through cooperation with international event ­organizer and corporation. • Safety & Security training has been conducted.

Safety, Security & Environment : • An INACA working group has been established with the AAPA (Association of Asia Pasific Airlines) called the Indonesia ­Aviation Safety Forum (IASF). Enhanced Safety Awareness has been made through INACA’s active participation in the Accident ­Review Forum (ARF) organized by KNKT (National Committee on Transportation Accident), as well as the Safety Forum Group ­Discussion organized by DKPPU (Transportation Ministry) in Papua. • In the framework of the Joint Safety Group, NACA organizes ­several training programs consisting of CASO (Company ­Aviation Safety Officer) Training, Safety Investigation Training (SIT) and Aviation Safety Auditor Training (ASAT); participants consist of

22

INACA Annual Report 2016

Members and non Members of INACA as well as from BUBU and UPBU, and Provider of Ground Handling. CASO training Program, to date 28 batches have been conducted with 822 participants. SIT program is held in cooperation with KNKT, has done 5 batches with 89 participants. ASAT program held in collaboration with DKPPU, has been done 3 batches with 57 participants. • The Aviation Security and Dangerous Goods Workshop have been performed in cooperation with the Flight Division Directorate, 1 batch with 29 participants.

Operation & Engineering: • Regulations on allowing IFR helicopters are permitted with ­Waiver, while for night flying VFRs are still in the process of being pursued.

Commerce Field: Some reviewing programs in the Commercial Field which ­generally include proposed changes, improvements and ­issuance of New Regulations in the field of aviation, have been conducted such as: • The PM 45/2105 review has been changed to PM 38/2017 with the 9th amendment of KM 25/2008 concerning the operation of air transport where Equity has been calculated as capital, in other words, no more capital to be paid up. • The review of PM 14/20 2016 regarding Tariffs, several meetings have been held, and awaiting the revision of the PM. • PM 159/2015 has been amended by PM 38/2017 (the 9th change of KM 25/2008 on air transport operations) where in the event of an accident or serious incident the airline does not have to wait for the results of the KNKT investigation, instead it will be accepted to be made by a team formed by the Directorate General of Civil Aviation. • Protection of virgin routes is still required, to protect ­long-standing operators in isolated areas, this has been proposed trough a ­letter to the Minister of Transportation.

Finance & Human Resources: • The use of foreign pilots is still required but needs to be arranged with certain criteria, among others : (1). Lack of number especially on pilot with qualified instructor. (2). As long as the single engine pilots are not yet operational in remote areas for pioneer flights.

Cargo Field: • Ministry of Transportation has issued PM 7 of 2016 on amendment to Regulation of Minister of Transportation Number PM160 year 2015 About Rejuvenation of Aircraft Fleet Air Transport Commerce. • Finding the wayout on issues for Freighter & Belly Cargo tariffs, to date has not been obtained.


Outlook

Kerja Bersama Memasuki tahun 2017, maskapai penerbangan nasional perlu mewaspadai kemungkinan harga minyak dan avtur menaik, dan melemahnya rupiah terhadap dollar. Tahun 2017 juga mulai memasuki tahun politik, ditambah lagi adanya kemungkinan gangguan bencana alam, gunung berapi, yang bisa menghambat kegiatan bisnis. Namun terdapat kecenderungan menaiknya wisata dalam negeri. Maka untuk menghindari persaingan sengit penerbangan perlu penyesuaian peraturan pertarifan. Untuk penerbangan internasional, kegiatan promosi pemerintah mengindikasikan akan meningkatnya penerbangan charter ke/dari China, dan pembukaan rute baru ke/ dari India maupun destinasi lain di luar keduanya. Tahun 2016 dibangun dan dikembangkan bandara baru di 15 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain pembangunan bandara baru, juga perpanjangan landasan pacu (runway) di 27 lokasi dan rehabilitasi terminal penumpang bandara di 13 lokasi. Kementerian Perhubungan mengalokasikan dana sebesar Rp 5.836.736.655 untuk pembangunan, rehabilitasi, dan pemeliharaan prasarana bandar udara pada Tahun Anggaran 2016. Unsur-unsur pembangunan dan pengembangan di ­sektor ­Infrastruktur, misalnya, mencakup pembangunan dan pengem­ bang­an yang secara langsung mendorong gerak kegiatan ekonomi How foreign tourists as airlines’ pssenger to come?

di ­industri angkutan udara. Pembangunan bandara yang cukup ­massif, jalan-jalan raya dan moda angkutan lain menuju dan dari bandara, telah membuktikan dampaknya antara lain terjadi pe­ ningkatan efisiensi, selain kenyamanan dari pelayanan, yang cenderung membawa efektif mendorong dan memotivasi masyarakat ­konsumen untuk menggunakan moda transportasi udara. Para pengguna itu, golongan ekonomi menengah di masyarakat diperkirakan jumlahnya 70 juta orang. Di sektor-sektor ekonomi lainnya tahun 2016 mencatat adanya kekuatan pendorong kemajuan lain ke sektor industri penerbangan. Di sektor keuangan, tingkat inflasi yang relatif rendah dan relatif ­stabil, kurs rupiah yang juga relatif stabil bahkan cenderung me­ nguat di tahun 2016, sehingga harga bahan bakar (fuel) juga relatif stabil, telah memberi peluang penguatan bisnis dan pertumbuhan relatif tinggi pada industri penerbangan. Facts and figures yang terangkum dalam Annual Report ini membuka indikasi bahwa jika pelaksanaan kebijakan nasional IMEPP (Infrastruktur, Maritim, Energi, Pangan, Pariwisata) seperti yang dilaksanakan dua tiga tahun terakhir akan berlanjut konsisten, maka tahun berikutnya 2017 diharapkan akan memberi peluang pertumbuhan dan perluasan seperti yang telah terjadi di tahun 2016.

ANALISIS : Dengan kondisi int’l seats capacity saat ini (shortage), sulit diharapkan pertumbuhan wisman diperoleh dari direct flight Regular Berjadual; perkiraan pertumbuhan dari regular scheduled flight maks. 15%, sehingga perlu dibantu melalui Charter Flight. Untuk itu, pertumbuhan 2,5 juta wisman via udara harus diperoleh secara bersamaan dari Regular Scheduled Flight dan Charter Flight.

Due to shortage in seat capacity in 2016 by scheduled regular flights so to achieve an expected target then additional charter flights will be needed. In other words the 2,5 million tourist growth will be supported by both scheduled and charter flights.

Sumber : Kemenpar

Work Together In anticipating the year 2017, national airlines need to be alert to the possibility of rising oil and avtur prices, and the weakening of the rupiah against the dollar. The year 2017 also began to enter the political year, plus the possibility of disruption of natural disasters, volcanoes, which could hamper business activities.But there is a tendency of rising domestic tourism. So to avoid fierce competition there is a need of adjustment in tariff rules with wisdom. For international flights, government promotional activities indicate a rise in charter flights to / from China, and the opening of new routes to/ from India as well as other destinations beyond the two. In year 2016 many have been built and developed such as new airport in 15 locations spread all over Indonesia. In addition, as well as runway extension at 27 locations and rehabilitation of airport passenger terminals in 13 locations. The Ministry of Transportation allocated Rp 5,836,736,655 for the construction, rehabilitation and maintenance of airport infrastructure in Fiscal Year 2016. The elements of development and enhancement in the Infrastructure sector, for example, include development and enhancement that directly encourage the movement of economic activity in the air transport industry. The massive construction of airports,

roads and other modes of transport to and from the airport has proven its impact, among others, in efficiency improvements, in ­addition to the convenience of service, which tends to lead to ­effectively encourage and motivate consumers to use air transportation modes. The users are potentially the economically middle class in the community that estimated at 70 million people. In other sectors of the economy in 2016, there have been ­other driving forces to the aviation industry. In the financial sector, the ­inflation rate is relatively low and relatively stable, the rupiah ­exchange rate is also relatively stable and even tend to strengthen in 2016, so the price of fuel and other operational cost component have been also relatively stable. Such has provided opportunities for business strengthening and relatively high growth in the aviation industry. The facts and figures summarized in this Annual Report ­indicate that if the implementation of IMEPP’s (Infrastructure, Maritime, ­Energy, Food, Tourism) national policies as implemented in the last two or three years will continue consistently, then the next year 2017 is expected to provide growth and expansion opportunities as it did in 2016.

INACA Annual Report 2016

23


Outlook Sangat patut diperhatikan, gejala bahwa kondisi objektif di d­ alam negeri dan di bawah pengaruh perkembangan global, kegiatan ekonomi sosial masyarakat Indonesia juga dipengaruhi oleh cepatnya perubahaan-perubahaan yang terjadi dibawa oleh teknologi yang majunya seakan tak terbendung. Dengan kata lain, masyarakat, dan selanjutnya pada kalangan industri penerbangan, juga harus mengikutii persyaratan pembaruan-pembaruan yang dituntut oleh teknologi. Yaitu, harus bertumbuh di dua dimensi: kuantitatif dan kualitatif. Sektor pariwisata, misalnya, yang sedang didorong oleh ­pemerintah menjadi leading sector, membuka berbagai dampak ganda, termasuk pada sektor usaha penerbangan. Tahun 2016 pertumbuhan jumlah penumpang di rute dalam negeri kembali pada level yang signifikan, yaitu 16%, setelah tahun sebelumnya 2015 tingkat pertumbuhannya satu digit jauh di bawah 10 persen. Pada penerbangan rute luar negeri, pertumbuhannya kembali ke level dua digit. Jadi, semakin membuka harapan dan passion bagi ­industri penerbangan adalah kebutuhan peningkatan kapa­ sitas penerbangan yang menuju pada tahun 2019. Pariwisata memproyeksi jumlah 20 Juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di tahun 2019. Sekitar 80% jumlah itu menggunakan jasa

penerbangan. Maka, dengan kapasitas penerbangan internasional ke Indonesia di tahun 2016 ada sekitar 19,5 Juta tempat duduk, diperkirakan perlu tambahan sekitar 10 Juta tempat duduk. Dari perspektif industri penerbangan, penambahan kapasitas itu tentu akan terdiri dari peluang membuka rute baru, penambahan frekuensi pada rute yang sudah terlayani, atau peningkatan tipe dan ukuran armada pesawat yang digunakan, baik penerbangan reguler berjadwal hingga pada perluasan bisnis charter flight. Kalangan industri penerbangan, di dalam negeri dan di luar ne­ geri, niscaya memberi perhatian pada perkembangan bisnis penerbangan di Indonesia dengan bersiap untuk mengambil peran dalam ikut membangun dan memperkuat, tentu saja seraya ikut berbagi kue yang semakin membesar dan semakin banyak. Namun bersamaan itu menghadapi dan memasuki lanskap yang penuh dengan persaingan ketat, seperti dikatakan tadi, dalam mengikuti trend perubahan oleh kemajuan teknlogi, dan trend efisiensi dan kecepatan dalam pelayanan yang dituntut oleh masyarakat konsumen. Industri Penerbangan indonesia pun akan semakin berperan dalam ikut mensejahterakan masyarakat, ketika melayani di tahun 2016 setidaknya 350 rute penerbangan ke 124 kota di dalam negeri. Jumlah itu pun cenderung akan bertambah.

Analysis of Seats Capacity Required 2017–2019 3.2 million additional seats needed to fulfill targetted 17 million foreign tourist in 2018.

4.8 million additional seats to fulfill 20 million targetted foreign tourist in 2019.

2 million additional seats needed to fulfill targetted 15 million foreign tourist in 2017.

Sumber : Kemenpar

It is noteworthy that the symptoms of objective conditions within the country and under the influence of global development, the ­social economic activities of Indonesian society are also influenced by the rapid changes brought about by advanced technology as unstoppable. In other words, society, and then the aviation industry, must also follow the requirements of the reforms demanded by the keep-progressing-technology. That is, it should grow in two dimensions: quantitative and qualitative. The tourism sector, for example, which is being pushed by the government into a leading sector, opens multiplier impacts, ­including on the aviation sector. In 2016, the number of passengers on the ­domestic route returned to a significant level of growth ie 16%, after the previous year’s 2015 growth rate of single digits far below 10%. On international route flights, the growth returns to double-digit levels. So, it is opening the hope and passion for the aviation industry to achieve the need in increased flight capacity that goes by the year 2019. Tourism projects a total of 20 million foreign ­tourists ­arrivals in 2019. About 80% of that amount using flight services. Thus, with the capacity of international flights to Indonesia in 2016

24

INACA Annual Report 2016

of approximately 19.5 million seats, the government estimated the need of additional about 10 million seats. From the aviation industry perspective, the addition of ­capacity will necessarily consist of the opportunity to open new routes, ­increase the frequency on the routes already in service, or increase the type and size of the fleet of aircraft used, both regular scheduled flights and up to the expansion of charter flight business. Among the aviation industry, domestically and abroad, will ­undoubtedly pay attention to the development of aviation business in Indonesia by preparing to take part in participating in building and strengthening, of course while sharing the increasingly larger and growing business cake. But at the same time it faces and ­enters a landscape full of fierce competition, as it says, in following the changing trend by digital technological advances, and the trend of efficiency and speed in the service demanded by the consumer public. Indonesian Aviation Industry have been also playing a role in joining the community prosperity, while serving in 2016 at least 350 flight routes to 124 cities in the country. That number will tend to ­increase.


Outlook Satu kelompok ahli (Marwan Bejjani cs.) telah menyatakan, bahwa bandara dan maskapai penerbangan adalah mitra alami yang bekerja sama dalam banyak hal setiap hari. Meski begitu, ­mereka kehilangan kesempatan untuk berkoordinasi dengan lebih baik untuk meningkatkan pendapatan, menurunkan biaya, me­ ningkatkan efisiensi, dan meningkatkan pengalaman pelanggan mereka. ­Dengan tekanan kompetitif pada industri ini, mitra alami ini perlu membawa hubungan mereka ke tingkat berikutnya dan me­ manfaatkan sinergi sedapat mungkin. Telah teridentifikasi empat area utama di mana bandara dan maskapai penerbangan dapat bekerja sama: saluran penjualan, program loyalitas, program digitalisasi, dan pengembangan bersama semacam operasi hub. Tiga yang pertama dapat membantu bandara dan maskapai penerbangan bekerja sama dengan lebih lancar untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan meningkatkan penjualan ­komersial bandara sebesar 10 sampai 20 persen dan penjualan komersial maskapai lebih dari 50 persen, dengan investasi inkremental yang relatif sedikit. Salah satu contohnya adalah mengintegrasikan belanja dalam penerbangan—saat penumpang memiliki banyak

waktu untuk melihat-lihat barang secara online—dengan penye­ rahan barang yang dibeli, segera pada saat kedatangan, sebelum penumpang terburu-buru mengejar penerbangan lain atau untuk mengambil bagasi mereka. Bandara dan maskapai penerbangan yang sudah berinovasi dengan cara ini menikmati penjualan komersial yang kuat. Area keempat berfokus pada bagaimana hub airlines dan bandara dapat berkoordinasi untuk meningkatkan efisiensi, menurun­ kan biaya, dan mendorong kelompok penerbangan yang ­dinamis secara ekonomi—yang ekosistemnya diisi dengan pemangku kepentingan—untuk bersaing lebih baik di pasar perjalanan global di masa depan. Dalam semua kegiatan bersama ini, tantangannya adalah merancang model bisnis dengan mekanisme pembagian keuntungan dan biaya yang tepat dan dengan teknologi yang tepat. Pola itu ditemukan relevan untuk diterapkan dan di Indonesia kini disebut 3-A di industri penerbangan: Airlines, Airport, Air Navigation. Unsur disebut ke tiga itu ternyata juga bisa berperan pro-aktif ­untuk mengatur time slot yang efisien dan menarik airlines untuk lebih maju dalam operasi, pemasaran hingga penjualan. Namun ada yang tetap perlu diwaspadai. Yaitu, potensi kenaikan harga avtur terkait dengan potensi melemahnya Rupiah terhadap US Dolar.

Airport of Wamena, Papua, in 2016 (up) and in 2012 (bottom).

New domestic and international passenger terminal building at Jakarta’s Soekarno-Hatta airport.

An expert group (Marwan Bejjani cs.) has stated, that airports and airlines are natural partners who work together in many ways every day. Even so, they lose the opportunity to better coordinate to increase revenue, lower costs, improve efficiency, and improve their customer experience. With the competitive pressure on the ­industry, these natural partners need to bring their relationship to the next level and utilize synergies wherever possible. Four major areas have been identified where airports and airlines can work together: sales channels, loyalty programs, digitalization programs, and joint development of some sort of hub operation. The first three can help airports and airlines work together more smoothly to improve the customer experience and increase airport commercial sales by 10 to 20 percent and airline commercial sales by more than 50 percent, with relatively little incremental ­investment. One example is integrating in-flight shopping—when passengers have plenty of time to browse things online—with ­delivery of ­purchased goods, immediately upon arrival, before

passengers rush to catch another flight or to collect their luggage. Airports and airlines that already innovate in this way enjoy strong commercial sales. The fourth area focuses on how hub airlines and airports can coordinate to improve efficiency, lower costs, and encourage ­economically dynamic aviation groups—populated with their ­ecosystem stakeholders—to compete better in the global travel market in the future. In all these joint activities, the challenge is to ­design a business model with the right profit and cost sharing mechanisms and with the right technology. The pattern was found relevant to apply and in Indonesia is now called 3-A in the airline industry: Airlines, Airport, Air ­Navigation. The said third element also considered to have ability to play a ­proactive role to manage efficient time slots and attract airlines to more ­advanced in operations, marketing to selling. However, there remain a need to watch out for. That is, the ­potential for avtur price increase that will move related to the ­potential weakening of the Rupiah against US Dollar.

INACA Annual Report 2016

25


Pimpinan Perusahaan Anggota

President/CEO of Corporate Members Scheduled Airlines:

Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo n Garuda Indonesia, Pahala Nugraha Mansury n Indonesia Air, Henry Suparman n Indonesia AirAsia, Dendy Kurniawan n Indonesia AirAsia Extra, Capt. Sulistyo Nugroho Hanung n Kalstar Aviation, Andi Masyhur n Nam Air, Jefferson Jauwena n Sriwijaya Air, Chandra Lie n Transnusa Aviation Mandiri, Juvenile Jodjana n Express Air, Koean Henny Kurniawan n Trigana Air, Rubiyanto Adisarwono n

Non-Scheduled Airlines:

Air Born Indonesia, Ruel De LeOn Nacachi n Airfast Indonesia, Irma Reuneker n Asi Pudjiastuti Aviation (Susi Air), Sudrajat n Aviastar Mandiri, Stefanus Poerwoto n Derazona Air Service, Atty Boedi Milyarti n Ekspress Transportasi Antar Benua, Tony D. Hadi n Enggang Air Service, Myrani Isnaniati n Gatari Air Service, Sukirno Sukarna n Hevilift Aviation Indonesia, Jeffrey Dunn n Jayawijaya Dirgantara, Dian S. Nasution n National Utility Helicopters, Tony Kasim n Pegasus Aviation, Benjamin Johan Oktavianus n Pelita Air Service, Dani Adrianata n Penerbangan Angkasa Semesta, Ridwan Zainuddin n Surya Air, Herry Susianto n Transwisata Prima Aviation, Rustam Suhanda n Travira Air, Rizwan Halim n Whitesky Aviation, Denon Prawiraatmadja n Weststar Aviation, Suardi M. Panai n Marta Buana Abadi, Vicoas T.B. Amalo S. n Indostar Aviation, Irwin Abdul Wahid n

Cargo Airlines:

n

Cardig Air, Boyke P. Soebroto n My Indo Airlines, Mohamed Yunos Ishak

INACA Executive Committee

Advisory Board of INACA: Erlangga Suryadarma, M. Arif Wibowo Chairman Board of INACA: Pahala Nugraha Mansury Secretary General: Tengku Burhanuddin Research: Wismono Nitidihardjo Finance/Administration: Dicky Dharyanto Secretary: Iyolla Xaviera Ohoiulun Staffs: Vina Dina Amalia, Waras Hariyadi Besari

Scheduled Airlines

Chairman: Bayu Sutanto 1) Vice Chairman for Safety, Security & Environment: Capt. Lucky Luksmono Goemono Members: Capt. Peter Ranti Eko Fipianto 2) Vice Chairman for Commercials: Hasudungan Pandiangan Members: Mochamad Zainuddin, Agus Irianto 3) Operations & Engineering: Members: Andi Rivai 4) Vice Chairman for Finance & Human Resources: Soeratman Doerachman Members: Agustinus Zadriano B., Hanif Bambang Sunaryo

26

INACA Annual Report 2016

Non-Scheduled Airlines

Chairman: Denon Prawiraatmadja 1) Vice Chairman for Safety, Security & Environment: Members: Indriyanto Setiadi, Yusak U. Isnawan, Peter Elias Latumenten 2) Vice Chairman for Commercials: Eko Budi Gunarto Members: Yudistira Ardi Nugraha, Muhammad Amin, 3) Vice Chairman for Operations & Engineering: Abraham Bastiaans Members: Capt. Hendra Jayadi, Mochamad Reza, Capt. Eddy Harry Susanto 4) Vice of Chairman for Finance & Human Resources: Bambang Narayana Members: Anton Pranowo Medianto, Hasto Pramono, Dian S. Nasution, Dedi Sukardi

Air Cargo

Chairman: Boyke P. Soebroto Vice Chairman: Akbar Masmardi


Scheduled Airlines :

Non-scheduled Airlines : JAYA WIJAYA DIRGANTARA

PENERBANGAN ANGKASA SEMESTA

Cargo Airlines :

INACA Annual Report 2016

27


Indonesia National Air Carriers Association Halim Perdanakusuma Airport, 2F, # A23/PK Tel. +62 21 80887376 Fax. : +62 21 80887257 Email: inaca@inaca.net Website: www.inaca.or.id

28

INACA Annual Report 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.