Copyright © 2017 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, distributed, or transmitted in any form or by any means, including photocopying, recording, or other electronic or mechanical methods, without the prior written permission of the publisher, except in the case of brief quotations embodied in critical reviews and certain other noncommercial uses permitted by copyright law. For permission requests, write to the publisher, addressed “Attention: Permissions Coordinator,” at the address below. 3HOUSE Publishing Jl. Bdn Raya no 10 Cipete Selatan, CIlandak Indonesia - www.3house.id Design by epicyoung - ericyeoung@gmail.com Ordering Information: Quantity sales. Special discounts are available on quantity purchases by corporations, associations, and others. For details, contact the publisher at the address above. Printed in Indonesia Publisher’s Cataloging-in-Publication data 3HOUSE A title of a book : Framed ISBN 978-0-9000000-0-0 First Edition
Framed.
Framed.
Everyone has a story
Framed.
4
8
20
32
44
56
68 Framed.
80
92
104
116
128
138 Framed.
5
Introduction
Everyone has a story. Kami, redaksi Framed, sedari awal bekerja berpandu dari semangat ini. Kami mengangkat figur-figur dengan keyakinan para insan ini memiliki kisah menarik tersimpan jauh di balik pencapaian dan kesuksesan mereka. Kisah mereka menanti adanya orang yang datang untuk menggalinya dan mengungkapkannya kepada khalayak luas. Dan, benar. Kala kami berbincang-bincang dengan para figur untuk meraup kisah yang dapat disajikan kepada pembaca, genggaman kami tidak cukup. Kami mendapatkan lebih—jauh lebih banyak dari yang bisa kami tampung. Kami berhadapan dengan narasumber yang tak habis-habisnya menyambung kisah memikat selama kami mampu menggalinya. Sangat banyak cerita. Sangat sedikit ruang penyampaian maupun waktu untuk menggarapnya. Di antara rimba kisah-kisah luar biasa yang sudah kami dengar tersebut, ada satu tema yang dapat kami katakan menguntai
6
pusparagam cerita hidup para figur ini. Kehidupan mengantarkan mereka kepada kesempatan, dan mereka menjajalnya. Kesempatan ini tak selalu bisa mereka duga. Beberapa, bahkan, awalnya tak menginginkannya. Tapi, mereka menjawabnya. Dan, Anda akan tahu, mereka tak sekadar menjawab seadanya. Mereka menjawabnya dengan menghaturkan semua yang mereka miliki—hasrat dan tenaga, kecakapan dan emosi, waktu dan keutuhan diri mereka. Sebelum mereka adalah sosok yang sukses, mereka adalah individu naif yang tenggelam dalam kekhusyukan meniti jalan hidup yang serta-merta terpampang ke hadapannya. Para figur ini pun bukan orang yang kebal dari kegagalan, jelas. Mereka bukan orang yang luar biasa sedari awal mula mereka merintis ceritanya. Tetapi, sebagaimana roman-roman epik dunia, suatu kisah menjadi bermakna bukan karena kesempurnaan tokohnya. Ia menjadi istimewa justru karena perjuangan sang tokoh menerobos segenap keterbatasan sebelum akhirnya ia meraih sesuatu yang
Framed.
membedakannya dari orang-orang lainnya. Benjamin Disraeli, Perdana Menteri Inggris 1874-1880, suatu waktu pernah meminta agar orang-orang tidak berpaku kepada sejarah. “Jangan baca sejarah,” ujarnya, “jangan baca sejarah kecuali biografi, karena di sanalah Anda menemukan hidup yang tanpa teori.” Dan, memang, para figur yang akan Anda temukan dalam Framed menjalani kehidupannya dengan caranya masingmasing. Dan dengan ketidakterdugaannya, dengan cara yang seakan dirancang khusus untuk masing-masing individu ini, nasib datang dan menantang mereka. Namun, bagaimanapun, Anda tetap akan menemukan adanya satu keserupaan di antara takdir-takdir yang menjadi “kesunyian masing-masing” para figur ini. Para insan ini menggeluti takdirnya dengan persistensi, nilai, dan cinta. Tiga hal: persistensi, nilai, cinta.
kasih kepada satu-persatu nama yang sudah bersedia kami wawancara. Kami bersyukur karena mereka bukan hanya mau membagikan ceritanya kepada kami melainkan juga membagikannya dengan antusiasme dan kemurahan hati yang sungguh. Framed hadir pula tak lepas dari andil orangorang yang berada di balik layar. Karenanya, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada Imdan Achda, Epic Young, Geger Riyanto, Samuel Aditya, Elia Boymau, Linda Noviana, Satria Wilis, Anneke Tamara, Sheila Purnama, dan Rian Farisa—nama-nama yang selama ini telah mendukung secara teknis, pikiran, maupun moral. Terima kasih karena atas andil yang telah diberikan, Framed dapat rampung sebagaimana saat ini. Dan untuk pembaca, kami ucapkan, selamat menikmati.
Pada akhirnya, kami bersyukur kami bisa menyajikan kisah-kisah Framed kepada Anda, sidang pembaca. Untuk tersajinya kisah-kisah inspiratif ini ke hadapan Anda, kami berterima
Framed.
7
Addie MS
8
Framed.
Framed.
9
It is incon how it fee I have to d work that like.That w horrible. – Addie MS
10
Framed.
nceivable els when do the t I don’t would be Framed.
11
Simfoni hidup sang maestro Ia satu dari sedikit maestro Indonesia yang membesarkan reputasi negerinya di belahan-belahan dunia. Perfeksionis, mencintai keeleganan, dan tidak percaya bakat—bakat menurutnya memberikan alasan untuk tidak bekerja keras. Addie MS lahir di Jakarta pada 7 Oktober 1959. Ayahnya seorang pengusaha tegel dan ibunya merupakan salah seorang yang mempengaruhi perkembangan Addie kecil dalam musik. Keluarga Addie dari sisi ibunya cenderung aktif dalam musik dengan sebagian besar saudaranya mampu memainkan piano. Sebagai seorang anak yang beranjak remaja, Addie merupakan seorang pemberontak dan sering bolos hingga ia pindah sekolah sebanyak tiga kali selama tahun SMA-nya. Dia menerima hadiah piano bekas dan hal ini menandakan tahap pertama Addie dalam mempelajari instrumen musik, tonggak dalam langkah awal ke dunia musik. Di awal kariernya, Addie muda membantu beberapa musisi seperti Keenan Nasution. Ia juga berpartisipasi dalam produksi album Karya Cipta Guruh Sukarnoputra dan Lomba Cipta Lagu Remaja, Prambors. Setelah lulus dari SMA, setelah lulus dari sekolah tinggi, ia mengejar pendidikan tinggi di Universitas Trisakti dan kemudian pindah ke Universitas Krisnadwipayana. Namun, pada tahun 1991, ia memutuskan untuk meninggalkan studinya ketika ia diminta oleh komposer Titiek Hamzah untuk memimpin orkestra dalam kompetisi lagu pop di Vina del Mar, Chili, menampilkan lagunya yang memenangkan tempat kedua di kompetisi tersebut. Setelah gagal menyelesaikan studinya, Addie berfokus sepenuhnya pada musik. Genre pop adalah pilihan pertama dalam pilihannya bermusik, tapi pada tahun 1991 ia meninggalkan genre pop lalu merambah ke dunia musik klasik, mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk orkestra barunya. Dia melanjutkan untuk memimpin Twilite Orchestra, meskipun ia juga masih menyentuh pekerjaan untuk kepentingan soundtrack film dan lagu-lagu pop. Addie menikah dengan Memes (Meidyana Maimunah), dan pasangan ini dikaruniai dua orang anak, Kevin Aprilio dan Tristan Juliano. kehidupan pernikahan mereka banyak dipuji dan disaluti oleh banyak orang di masyarakat. Addie mungkin salah satu dari hanya sedikit dari selebriti Indonesia yang kehidupan pribadinya tampaknya utuh dan tetap harmonis. Ditambah dengan kejeniusan di dunia musik, Addie telah membuat dirinya sendiri sebagai komponis besar Indonesia
12
Framed.
Bagaimanakah Addie MS ketika masih kecil? Ketika saya masih kecil saya punya kecenderungan untuk introvert , pemalu , dan cenderung tidak percaya diri berada di kerumunan. Saya menemukan cinta saya musik ketika saya diberi piano bekas. Saya berumur 13 tahun pada waktu itu dan ini telah membuat saya merasa sangat dekat dengan musik. Apakah talenta musik merupakan turunan dari keluarga? Saya pikir musik datang dari ibu saya. Dia adalah penggemar berat musik klasik. Dia satu-satunya orang yang sering memutar kaset musik klasik di rumah. Kenapa musik? Sebenarnya saya tidak tahu, hal itu datang begitu saja kepada saya. Bagaimana rasanya menjadi seorang konduktor? Menjadi diri saya. Sebagai konduktor, arranger, produser, ini adalah pekerjaan saya. Saya senang melakukan pekerjaan yang saya cintai. Tak dapat dibayangkan bagaimana rasanya ketika saya harus melakukan pekerjaan yang saya tidak suka. Bagi saya itu mengerikan. Dapatkah Anda berbagi dengan kami bagaimana ada membuat diri anda menjadi musisi profesional? Setelah lulus dari SMA, saya diundang oleh Idris Sardi untuk bermain piano pada karyakaryanya. Kemudian, saya berkenalan dengan beberapa musisi senior, seperti Keenan Nasution dan Gank Pegangsaan. Mereka adalah senior saya, saya sering diundang untuk berlatih bersama-sama dengan mereka. Saya membuat aransemen untuk proyek album Nuansa Bening Keenan Nasution, “Cakrawala Senja.� Titiek Hamzah, adalah salah satu penulis lagu yang merupakan senior saya, meminta saya untuk membuat aransemen dari lagu-lagunya, yang dalam kompetisi final festival lagu internasional di Vina del Mar, Chili. Dan tiba-tiba dia meminta saya untuk memimpin orkestra di festival. Saya belum pernah memimpin orkestra sebelumnya, dan saya menyatakan keberatan saya ke Titi. Dia memberi saya pilihan bahwa dia akan menggunakan aransemen saya dari lagu-lagu yang saya buat untuk dia jika saya menerima
permintaannya untuk memimpin orkestra. Saya tidak punya pilihan. Saya berkata “ya� untuk meski hanya memiliki kurang dari satu bulan untuk belajar dan berlatih. Kabar baiknya adalah, memenangkan tempat kedua dalam event internasional ini, mengalahkan Amerika Serikat dalam kompetisi tersebut. Jadi apakah setelah kembali dari Chile, Anda menemukan identitas diri Addie MS? Tentu saja [tertawa]. Saya telah menemukan identitas diri saya dalam musik. Ini bukan hanya tentang kemenangan karena lagu tersebut adalah lagunya Titi Hamzah tapi saya juga merasa seperti saya juga ikut turut ambil bagian dari itu dan saya merasa sangat senang. Bagaimana anda mendeskripsikan musik Anda? Saya suka karakter yang elegan. Ini bisa menjadi sesuatu seperti iklan elegan, lagu elegan, dan sebagainya. Saya seorang perfeksionis, terutama ketika menciptakan lagu. Jadi, keanggunan dan kesempurnaan adalah apa yang terbaik menggambarkan musik saya. Bagaimana Anda mendeskripsikan diri Anda dalam tiga kata? Perfeksionis, simpel, kasual. Selain musik, hal apa yang menarik perhatian Anda? Membaca, santai di taman sambil merokok cerutu. Apa makna keluarga bagi Anda? Keluarga adalah tempat saya pulang. Setelah seharian bekerja, maka keluarga saya adalah tempat yang tepat. Bahkan, sebagian besar karya saya juga lakukan di rumah [tertawa]. Sebagai seorang ayah, nilai-nilai apa yang Anda tanamkan kepada anak-anak Anda? Saya menanamkan pada anak-anak saya pentingnya kepercayaan dan reputasi atau nama baik. Saya selalu mengingatkan mereka betapa sulitnya untuk mendapatkan kepercayaan. Momen apa yang paling mengesankan dalam karier musik Anda? Ketika saya tampil di konser di Jerman. Orkestra Indonesia tidak pernah muncul di daratan Eropa. Pada waktu itu, saya adalah satu-satunya konduktor bermain di sana,
Framed.
13
terutama di Berlin. Itu pada tahun 2012, sebelum saya melakukan survei dan bertemu dengan manajer gedung tempat saya akan melaksanakan. Saya menjelaskan bahwa saya akan membawakan simfoni orkestra seperti Eropa. Dia tidak sangat yakin tentang apa yang saya katakan. Tiga bulan kemudian kami bermain di sana, dan ketika konser berakhir dengan sekitar 90 persen dari penonton memberikan standing ovation. Dan ketika saya turun dari panggung, saya bertemu dengan manajer bangunan lagi dan dia berkata, “Bravo, maestro!� Itu adalah momen yang tak terlupakan bagi saya. Jadi apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang musisi seperti Addie MS? Saya pikir kerja keras adalah hal yang sangat penting. Saya tidak berbicara tentang bakat, karena sering kali ketika kita berbicara tentang bakat membuat kita tidak memiliki alasan untuk tidak bekerja keras dan berjuang. Meskipun sering kali kesuksesan yang berasal dari kerja keras, tidak hanya dari bakat. Bagaimana Anda menghargai kehidupan? Hidup adalah nilai itu sendiri. Seperti yang dikatakan Einstein, “Cobalah untuk tidak menjadi orang sukses, tetapi cobalah untuk menjadi seorang pria dengan nilai.� Bagi saya kalimat tersebut menggambarkan nilai-nilai yang saya anut dalam kehidupan Jadi selalu melakukan apa yang bermanfaat bagi sekitar. Apakah Anda pernah menyesali sesuatu dalam hidup? Saya pikir setiap manusia memiliki penyesalan. Tapi saya tidak suka menyesali apa yang telah lalu jadi, biarkan saja berlalu. Apa yang Anda lakukan ketika mengalami kreatif blok? Saya pasti akan berhenti sejenak. Saya tidak akan melakukan apa-apa sebelum saya akhirnya tenang. Atau saya akan melakukan hal yang tidak ada hubungannya dengan apa yang biasa atau sedang saya kerjakan, seperti tidak mendengarkan musik misalnya.
14
Framed.
Framed.
15
Timeline 1991 - present Founder of Twilite Orchestra 1995 Founder of Twilite Chorus and Twilite Youth Orchestra 2004 ‘Musik Film Terpuji’ Festival Film Bandung ‘Biola Tak Berdawai” ‘Prize of Elegance Award’ from Longines ‘Golden Conductor Award’ from Yayasan Pendidikan Musik Indonesia ‘Diamond Achievement Award’ from De Beers ‘The Scent of Success’ from The Peak & BOSS ‘Metronome Award’ as a developer of symphonic music from PAPPRI ‘Lifetime Achievement Award’ from Indosat Awards ‘Karya Bakti Musik Indonesia 2014’ from Ministry of Tourism and Creative Economy ‘Artpreneur Award’ 2015 from Trilogi University
16
Framed.
Framed.
17
18
Framed.
Framed.
19
Amdan Achda
20
Framed.
Framed.
21
Nikmatny pun stres kita, begit aeromode akan lupa 22
Framed.
ya,betapa kepala tu main eling, kita a. – Amdan Achda
Framed.
23
Terbangkan Kegemaran Bersama Komunitas Menyeimbangkan pekerjaan dan hobi bukanlah tidak mungkin. Malah bisa saling mendukung. Amdan Achda membuktikannya. Berbagai nilai positif didapat dari hobi yang berawal dari mainan yang diberi oleh sang ayah. Amdan dikenal sebagai seorang entrepreuner. Menyeimbangkan pekerjaan dan hobi bukanlah tidak mungkin. Malah bisa saling mendukung. Amdan Achda membuktikannya. Berbagai nilai positif didapat dari hobi yang berawal dari mainan yang diberikan oleh sang ayah. Sembari menggiati kesibukannya sebagai entrepreneur, kini ia pun aktif menikmati aeromodeling. Setelah lulus dari Universitas Trisakti, Jakarta, Amdan melanjutkan pendidikannya di bidang hukum di Monash University, Australia, pada tahun 1996 dan memperoleh gelar magister hukum (LLM). Kini Amdan dikenal sebagai seorang entrepreneur yang bergerak di bidang perkebunan. Perusahaan yang dikelolanya, PT Tasma Puja, merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit yang berada di Provinsi Riau. Perusahaan tersebut didirikan pada 2005. Sebelumnya, ia pernah bekerja di beberapa perusahaan nasional. Terakhir, ia bekerja sebagai legal manager di PT Satelit Palapa Indonesia, hingga akhirnya memutuskan untuk berfokus pada usaha di bidang kelapa sawit. Kecintaan Amdan pada aeromodeling terbukti menjadi penyeimbang bagi rutinitas pekerjaannya. Selain menjadi kolektor miniatur ratusan jenis pesawat, ia juga aktif berkegiatan bersama para pencinta aeromodeling lainnya yang bergabung dalam Cibubur Aeromodeling Club. Klub yang awalnya sekadar komunitas penggemar hobi yang sama tersebut, sejak tahun 2009 menjadi kian profesional dan telah menggelar beberapa ajang nasional aeromodeling. Kini Amdan berperan sebagainya ketuanya.
24
Framed.
Apa kegiatan keseharian Anda? Keseharian saya mengurus dapur kerjaan sebagai seorang entrepreuner di bidang perkebunan. Adakah keterkaitan antara hobi aeromodeling dengan pekerjaan di bidang perkebunan? Sebetulnya hobi aeromodeling ini baru bisa dipakai di pekerjaan belakangan hari saja. Belakangan ada fungsi lain dari hobi ini yang dulu nggak ada. Sekarang baru bisa dipakai di bidang pekerjaan saya. Bagaimana awalnya sampai tertarik dengan aeromodeling? Awalnya, dulu sewaktu saya masih SMP, ayah saya membeli aeromodeling yang namanya control line. Itu belum menggunakan remote control, karena remote control saat itu sangat mahal. Nah, ayah saya memberi saya aeromodeling itu. Suatu hari, ketika sedang bermain, ia jatuh. Rusak. Mau meminta lagi, tidak bisa karena mahal. Akhirnya, saya terngiang-ngiang sampai bertahun-tahun kemudian. Suatu ketika, saya lewat di daerah Cibubur dan melihat ada aeromodeling. Saya pikir, ‘Di sini ini saya sepertinya bisa mengulang masa-masa dulu.’ Itu terjadi sekitar enam–tujuh tahun yang lalu. Apakah sejak kecil memang suka aeromodeling? Saya suka pesawat miniatur, juga mainan pesawat yang pakai baterai. Saya punya koleksi miniatur pesawat sejak kecil. Apakah peran Anda di komunitas Cibubur Aeromodeling Club? Peran saya di Cibubur Aeromodeling Club saat ini sebagai ketua. Selama menjabat, peran utama saya tentu saja membesarkan klub. Klub ini ada sejak tahun 2003 atau 2004. Tapi saat itu belum seeksis dan seformal saat ini. Kalau sekarang, kita sudah mempunyai akta pendirian, pelindung, dan pengurus. Kalau dulu, klub itu sekadar klub yang dibuat oleh kesepakatan sedikit orang berhobi sama. Seiring perjalanan waktu, kini kita lebih profesional. Pada 2009 mulailah dibentuk klub yang benar-benar formal dengan nama Cibubur Aeromodeling Club.
Jumlah anggota klub itu saat ini ada berapa? Jumlah anggota sekarang, termasuk anggota informal, yang datang sewaktu ada occasion saja, itu bisa mencapai 150 orang. Itu jumlah keseluruhan anggota yang aktif dan yang tidak. Anggota yang aktif ada 70 orang. Apakah aeromodeling saat ini bisa dibilang sudah jadi tren? Aeromodeling sudah jadi tren di Indonesia pada khususnya, di dunia pada umumnya. Lebih khusus lagi, di Jakarta. Kenapa aeromodeling menjadi lebih tren saat ini? Sekarang ini era drone dan UAV. Kamera sekarang diterbangkan dengan pesawat tanpa awak dengan jangkauan 5 sampai 10 kilometer. Jadi, sekarang aeromodeling semakin tren karena mengikuti perkembangan teknologi. Juga perkembangan film. Dulu, orang syuting film atau survei tambang harus dengan helikopter. Sekarang, kita bisa beli drone dan syuting sendiri. Bisakah jelaskan sedikit soal aeromodeling? Saya pribadi suka pesawat aeromodeling skill. Aeromodeling itu macam-macam. Ada aeromodeling untuk perlombaan, misalnya di PON (Pekan Olahraga Nasional). Itu pakai resin dan tidak ada bentuknya. Ada juga aeromodeling untuk terbang skill. Untuk jenis ini, kita terbangkan pesawat yang sama dengan bentuk aslinya. Misalnya, replika pesawat Bearcat 9F. Ini pesawat Amerika yang dipakai cuma satu kali, yakni dalam perang Vietnam. Jadi, kalau kita suka aeromodeling, kita juga harus mengetahui sejarah tipe pesawat yang kita terbangkan. Karena masing-masing pesawat punya karakter yang berbeda. Replika Bearcat itu, misalnya, namanya aeromodeling pesawat low wing, karena sayapnya ada di bagian bawah badan pesawat. Ada juga pesawat aeromodeling tipe high wing, yang punya pesawat di bagian atas. Misalnya, pesawat Cessna. Ada juga pesawat aeromodeling yang sayapnya di tengah, namanya middle wing. Menurut Anda, apakah kenikmatan bermain aeromodeling? Yang membuat kecanduan itu faktor menerbangkannya. Atau dahulu pernah bercita-cita menjadi pilot?
Framed.
25
Ah, tidak pernah. Tapi saya pernah ingin masuk AKABRI dulu. Hanya saja, nggak jadi masuk. Saat ini, berapa jumlah koleksi aero modeling Anda? Saat ini saya punya 102 buah koleksi pesawat. Bagaimana merawat koleksi pesawat itu? Untuk pesawat yang sudah dipasangi engine, kita harus rawat engine-nya. Misal, dengan meminyaki karburatornya supaya tidak karatan. Secara teratur, jika sedang tidak ada occasion untuk terbang, kita perlu tetap bawa pesawat itu ke lapangan untuk dinyalakan mesinnya selama kurang lebih 5 menit. Prestasi apa yang sudah Anda raih bersama klub Anda saat ini? Kalau prestasi klub, kita pernah melakukan perlombaan zone racing skala nasional. Itu tahun 2015 lalu. Salah satu anggota klub kita pada waktu itu meraih juara 2. Tahun itu juga, atlet yang kita bina mengikuti kejuaraan daerah dan meraih juara 1. Kita harapkan tahun 2016 ini binaan kita juga bisa meraih prestasi kejuaraan. Di mana Anda menyimpan koleksi pesawat sebanyak itu? Saya punya ruangan khusus untuk penyimpanan itu. Pertama-tama, dulu, biasanya saya taruh di ruang kerja. Setelah bertambah, ruang tamu saya pakai. Lama-lama, ruangruang lainnya juga terpakai. Akhirnya, saya cari kamar kosong yang diatur untuk tempat menyimpan pesawat. Apakah keluarga mendukung hobi ini? Keluarga sangat mendukung. Istri pun sangat mendukung. Karena, kalau bermain aeromodeling, jam 6 atau jam 7 sore saya sudah pulang. Tidak ada orang bermain aeromodeling night flight. Jadi, kalau sore saya sudah di rumah begitu, istri saya suka, anak saya suka.
Makna keluarga bagi saya adalah tempat di mana saya tumbuh sejak embrio. Kalau sekarang saya seperti ini, ini buah dari bagaimana ayah dan ibu saya dulu mendidik saya. Jadi, makna keluarga bagi saya, terutama keluarga inti, keluarga di mana dulu saya tumbuh dan besar, itu adalah hal yang paling utama. Di keluarga saya sendiri, istri dan anak saya men-support saya. Maka, saya harus men-support mereka sesuai bidang mereka, apa pun waktu, tempat, dan kegiatan yang mereka lakukan. Misal, sekarang anak-anak masih sekolah, kita support sekolahnya. Anak mau nyanyi, saya support kegiatan nyanyinya. Kalau saling support, ketika sore hari kita ketemu di meja makan, kita bisa cerita macammacam. Itu merupakan suatu kenikmatan. Di situlah kita menumbuhkan makna inti dari keluarga. Seperti itulah makna keluarga menurut saya. Sewaktu kecil, seperti apakah Anda? Sejak kecil, di keluarga sendiri, saya selalu menjadi penurut di dalam rumah. Ayah saya bilang A, saya A. Ibu saya bilang B, saya B. Karena menurut keyakinan agama, menurut aturan, saya memang harus begitu. Masa saya melawan orang tua? Tentu tidak. Nah, untuk mengembangkan hal-hal lain, saya berkegiatan di luar. Makanya, dulu saya sempat beberapa kali menjadi ketua geng di Jakarta, di Bandung. Tapi ‘geng’ dalam arti positif, bukan geng kriminal. Saya begitu karena saya melampiaskan hal-hal itu di luar. Apakah harapan Anda untuk klub Anda ke depan? Secara internal, saya harap klub saya semakin kompak. Saya juga sangat berharap kami bisa menelurkan atlet-atlet aeromodeling.
Apakah Anda menularkan hobi ini ke anak? Kebetulan, anak saya yang paling kecil, sekarang coba-coba ikut main.
Sebenarnya, apa makna keluarga untuk Anda?
26
Framed.
Framed.
27
Timeline 1968 Born in Jakarta 1976 SDN Banjarsari Bandung 1982 SMPN 5 Bandung 1985 SMUN 34 Jakarta 1988 Trisaksi Fakultas Hukum 1994 Monash Uni Law School 1996 – 1997 PT. Fuji Jaya Leasing (Legal Oficer) 1997 – 2000 PT. Bakrie Communication Corp. (Legar Manager) 2000 – 2002 PT. Satelit Palapa Indonesia (Legal Manager) 2002 – 2006 PT. Tasmapuja (VP Legal and General Manager) 2006 Ambaharitama Legal Consultant & Law Office (Partner) 2014 Ketua dan anggota Cibubur Aeromodelling Club
28
Framed.
Framed.
29
30
Framed. Section
Framed. Section
31
Denny Wiriawan
32
Framed.
Framed.
33
Keluarga saya adal segala-ga
34
Framed.
buat lah alanya.
Framed.
– Denny Wiriawan
35
Mewarnai Hidup dengan Rancang Busana Kegagalan bukan akhir dari mimpi. Tahu apa yang menjadi minatnya, Denny Wirawan mengejar asa hingga berhasil membuktikan namanya bersinar sebagai salah satu desainer terbaik negeri ini. Kegagalan bukan akhir dari mimpi. Tahu apa yang menjadi minatnya, Denny Wirawan mengejar asa hingga berhasil membuktikan namanya bersinar sebagai salah satu desainer terbaik negeri ini. Denny memulai kariernya pada jalan yang berliku dan penuh tantangan. Desainer berdarah Jawa–Bali kelahiran 9 Desember 1967 ini sudah mulai mencintai dunia perancangan mode sejak usianya masih dini. Dimulai dengan sekadar corat-coret, ia mengeksplorasi rasa dan minatnya pada rancang busana dengan mengikuti lomba-lomba skala lokal di Surabaya dan sekitarnya. Tanpa pendidikan formal dan hanya berbekal bakat yang dikembangkan sendiri, ia pernah bekerja sebagai konsultan desainer untuk sebuah toko bahan di Surabaya, sebelum akhirnya memutuskan untuk berhijrah ke Jakarta pada tahun 1992. Kepindahan ke Jakarta menjadi langkah baru bagi Denny untuk mengembangkan sayapnya kian lebar di dunia rancang busana. Untuk mempertajam kepekaan dan pengetahuannya di bidang tersebut, ia pun sempat menekuni pendidikan formal di sekolah fashion Susan Budihardjo pada 1992–1993. Pada kurun yang sama, ia juga bekerja pada rumah mode Prajudi milik perancang busana kawakan Prajudi Admodirdjo, hingga mangkatnya sang desainer pada 1995. Saat itulah Denny memutuskan untuk membangun labelnya sendiri. Kini, karyanya sudah tak asing lagi bagi para peminat mode, dan telah kerap dipamerkan dalam berbagai ajang fashion show baik di dalam maupun luar negeri.
36
Framed.
Bagaimana awalnya Anda sampai menjadi desainer? Pada saat masih SD, saya sudah mulai coratcoret, mulai mengikuti majalah fashion milik ibu saya. Jadi, sudah ada ketertarikan, dan saya menuangkannya dengan langsung membuat sketsa. Ya, namanya SD, sketsanya pun ala anak SD tentunya. Itu berlanjut sampai SMP dan seterusnya. Adakah pengaruh dari orang lain yang mendorong Anda untuk menjadi desainer? Pasti ada. Kedua orang tua saya, terutama ibu, dulu bekerja di bidang salon kecantikan. Makanya, beliau punya banyak majalah bergambar fashion. Nah, saya suka meniru-niru isi majalah-majalah itu untuk saya tuangkan dalam bentuk gambar. Jadi, saya rasa pengaruh besar datang dari ibu saya. Penghargaan apakah yang pertama kali Anda peroleh? Waktu itu, saya baru lulus SMA, tahun 1987. Saya belum mendapatkan pendidikan formal untuk fashion. Jadi, cuma berbekal bakat dari kecil. Pada saat itu salah satu harian lokal di Surabaya, Surabaya Post, menyelenggarakan lomba rancang busana tingkat regional seJawa Timur. Tanpa disangka, saya masuk jadi finalis, bahkan meraih juara 2. Itu jadi momen yang akhirnya memang mengubah hidup saya ke depannya. Saya makin sadar dan makin tahu bahwa dunia saya memang di sini. Memang ada tentangan dari keluarga, terutama dari ayah, pada waktu itu, yang belum setuju kalau saya jadi fashion designer. Lalu, penghargaan apakah yang paling berkesan untuk Anda? Yang paling berkesan itu penghargaan dari lomba perancangan mode yang diadakan oleh majalah Femina. Pada saat itu, lomba ini merupakan ajang yang sangat bergengsi di Indonesia dan telah melahirkan nama-nama yang sangat prestisius di bidang fashion. Saya sendiri sudah mengikuti perkembangan lomba tersebut sejak pertama kali diadakan tahun 1972. Jadi, itu lomba yang sangat penting bagi saya. Saya sempat mengikuti ajang tersebut dua kali. Pertama, tahun 1991 sewaktu saya masih tinggal di Surabaya. Saya menjadi finalis, dan mesti bersaing dengan sembilan orang finalis
lain dari seluruh Indonesia. Pada saat itu saya memang belum berhasil menjadi pemenang. Tapi, buat saya itu suatu keberhasilan. Banyak pelajaran yang saya ambil. Lalu, saya mengikuti lomba itu lagi dua tahun kemudian. Waktu itu saya sudah pindah ke Jakarta. Saya belajar dari ketidakberhasilan saya sebelumnya. Saya cari tahu titik kelemahan saya, apa yang diminati oleh juri, apa yang bisa jadi nilai lebih untuk desainer atau calon desainer. Itu semua saya pelajari. Kemudian, saya masuk final lagi dan meraih juara 2. Saya juga jadi juara favorit yang dipilih oleh para penonton yang hadir di ajang final. Bagi saya, ini adalah momen yang sangat berkesan yang jadi tonggak untuk perjalanan karier saya sampai sekarang. Apa yang menjadi kekhasan dari desain Anda Secara cutting, desain saya lebih simpel, elegan. Seiring waktu desain saya juga lebih mature, disesuaikan dengan klien-klien saya. Saya menyukai motif, di mana saya menggabungkan beberapa motif dalam satu busana. Saat ini saya juga lagi suka-sukanya mengolah kain-kain Indonesia, seperti tenun, ikat, songket, juga batik. Siapakah desainer favorit Anda? Desainer favorit saya Antonio Marras. Karena, ciri khas koleksinya saya rasa unik. Cuttingnya simpel, tapi cara dia memadukan dan menambahkan motif atau warna bisa memberi inspirasi. Untuk di Indonesia, sebenarnya juga bisa menggunakan ide-ide seperti dia. Selama menjalani karier sebagai desainer, pernahkah Anda merasa stagnan? Pasti. Beberapa kali pernah. Biasanya ketika saya sudah mentok, badan juga tidak fit, tidak ada ide, tidak ada mood. Tapi, itu wajar. Natural. Jadi, saya menghadapinya dengan santai. Mungkin beberapa hari saya harus santai dulu, melakukan kegiatan lain. Ketika mood baik lagi, pekerjaan jalan lagi. Sepanjang karier Anda sampai sekarang, pencapaian apa yang menurut Anda paling besar? Apa yang sudah saya jalani, itu pencapaian terbesar saya. Memulai dari nol semuanya, mulai dari Surabaya kemudian ke Jakarta. Saya bekerja dahulu waktu itu dengan desainer
Framed.
37
senior, almarhum Prajudi Admodirdjo, selama empat tahun sampai beliau meninggal. Kemudian, saya nekat memulai usaha dengan label saya sendiri. Jadi, sampai sekarang, ini rasanya pencapaian terbesar saya. Apakah arti keluarga bagi Anda? Keluarga buat saya adalah segala-galanya. Terutama orang tua saya. Keluarga itu tempat saya berkumpul untuk merasakan satu kehangatan. Selain fashion, adakah hal lain yang menarik perhatian Anda? Selain fashion, buku. Saya mengoleksi beberapa buku, terutama yang ada hubungannya dengan seni. Walaupun tidak semua saya baca, tapi kalau saya suka suatu buku, saya koleksi. Karena itu menjadi salah satu sumber inspirasi. Kalau suatu saat saya punya ide, misalnya bikin koleksi tentang Afrika, saya sudah punya bukunya. Kemudian, musik. Buat saya, musik adalah keharusan. Harus menemani saya selama saya bekerja. Itu juga merupakan salah satu kebiasaan yang saya bawa dari masa kecil dulu. Saya nggak bisa tidur kalau nggak ada suara musik. Jadi, radio selalu ada di samping saya sampai saya merem, sampai siarannya mati sendiri. Kalau nggak jadi desainer, kira-kira Anda jadi apa? Jadi pelukis, mungkin. Karena masih ada hubungannya dengan menggambar. Kebetulan, dulu sebelum bisa bikin desain, saya juga hobi melukis. Karena ibu saya melihat saya ada bakat di situ, saya bahkan sempat dimasukkan ke sanggar lukis. Tapi, karena minatnya lebih ke gambar manusia, gambar sketch, sekarang jadi desainer.
38
Framed.
Framed.
39
Timeline 1993 1st Runner up Lomba Perancang Mode (LPM) - Femina Group 1993 Pemenang Favorit Lomba Perancang Mode (LPM) - Femina Group 2002 Nominasi Indonesian Designer of The Year - A+ Magazine 2006 Nominasi Indonesian Designer of The Year - Nokia Fashion Award 2007 Best Coloring Indonesian Hand Woven – Ministry of Industry 2008 5 Best Indonesian Fashion Designers – The Jakarta Post 2008 - 2009 Paris Pret a Porter - Paris French 2010 ASEAN Silk Competition Award di Bangkok – Thailand government 2010 Remarkable Indonesia with BKPM - Washington DC, USA 2010 Remarkable Indonesia with BKPM - Dubai 2010 Remarkable Indonesia with BKPM - Mumbai , India 2011 Kostum terbaik The International Textile and Costumes Congress – Institut Teknologi Bandung (ITB) 2011 American Batik competition - Washington DC, USA 2011 American Batik Competition - San Fransisco, USA 2012 South south Award - New York, USA 2014 The Pride Of Indonesian Heritage -Den Haag, Nederland 2014 Fashion Nation, Senayan City, Jakarta 2013 IPMI trend 2013-2014 - Gandaria City, Jakarta 2015 Show Tunggal Denny Wirawan (BaliJava ), tema “ Pasar Malam” - Hotel Kempinski, Jakarta 2015 Indonesian Festival 2015 - Nothingham, United Kingdom 2016 Show Tunggal Denny Wirawan, A Love Summer Dream - Hotel Dharmawangsa Jakarta 2016 Fashion Gallery New York Fashion Week
40
Framed.
Framed.
41
42
Framed. Section
Framed. Section
43
Inayah Wahid
44
Framed.
Framed.
45
He is my h my real he
46
Framed.
hero, ero.
– Inayah Wahid
Framed.
47
Dari anak presiden ke teater Anak bungsu dari Abdurrahman Wahid, Inayah Wahid dibesarkan oleh dunia pementasan. Ia jatuh cinta dan tak bisa melepaskan diri darinya. Ia cinta bepergian. Ia juga selalu berusaha membawa perubahan yang lebih baik. Banyak yang harus dilakukan namun waktu yang tersedia sangatlah sedikit. Melihat jadwal kegiatan Inayah Wulandari Wahid sama seperti sekilas dari kesibukan mendiang ayahnya, presiden keempat Indonesia. Terlahir sebagai anak bungsu dari K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Nay, begitu dia biasa dipanggil, membagi waktu dan kehidupannya dengan dunia seni teater, bepergian dan bakti sosial. Meskipun dia mengaku bahwa dia bukannya yang pertama dari beberapa anak presiden lainnya yang memilih terjun di dunia seni daripada dunia politik. Nay sangat suka bepergian, sesuatu yang mendarah daging di keluarganya. Tapi bukan Nay sepertinya jika bepergian tanpa misi. Jadi, story teller yang luar biasa ini mempromosikan bepergian yang bertanggung jawab, sesuatu yang dia gambarkan seperti melihat destinasi kita sebagai subjek bukan objek. Dia juga seorang agen atau perwakilan dari Positive Movement, yang mempromosikan perdamaian di tengah-tengah perubahan yang konstan. Pada akhirnya, perbincangan mengarah kepada mendiang ayahnya, yang sering sekali dia bicarakan. Nay bertekad untuk melanjutkan mimpi mendiang ayahnya melalui jaringan keluarga bernama Gusdurian. Bagi Nay, Gus Dur berperan lebih dari figur seorang Ayah, tetapi yang mengenalkan dia kepada dunia kebudayaan, sejarah, bahasa, dan seni. Menurut Nay, menjadi putri Gus Dur berarti dia dididik untuk melihat dunia lebih luas dan itu membuka matanya.
48
Framed.
Apa schedule Anda saat ini? Sebenarnya agak sulit untuk dijawab ya. [tertawa]. Saya sedang melakukan proses syuting sebuah sitkom di salah satu stasiun TV. Tapi saya masih mengambil bagian di dalam teater dan Wayang Orang, sama aktifnya seperti saya terlibat dalam gerakan yang saya ciptakan yaitu Positive Movement. Saya juga mendirikan Travelogi Indonesia untuk mempromosikan dan menggalakkan responsible travelling. Dan saya juga aktif di dalam Gusdurian Network. Mari bicarakan satu per satu. Apa yang membuat Anda jatuh cinta dengan dunia teater? Saya tidak tahu pasti. Tapi saya selalu merasa bahwa saya suka berlakon dan berperan di atas panggung. Saya pernah mencoba absen dari dunia pementasan dan itu sangat membuat saya stres. Jadi saya kembali lagi ke dunia teater. Saya sangat menyukai semua aspek dari dunia peran ini. Jadi, apa mimpi Anda saat kecil? Sejujurnya mimpi saya selalu berubah. Saya pernah bermimpi ingin menjadi astronot, tapi sekarang sepertinya sulit untuk direalisasikan [tertawa]. Seiring saya bertumbuh dewasa, saya mulai menyadari bahwa dunia acting dan pentas adalah hasrat saya. Tapi kalau saya harus menyebutkan satu mimpi spesifik, saya tidak yakin kalau saya punya satu mimpi yang spesifik. Saya hanya tahu bahwa saya menyukai dan mencintai acting. Sekarang Anda berpindah ke sitkom, jenis acting yang berbeda. Bagaimana awal mulanya? Orang-orang dari sitcom tersebut melihat saya acting di atas panggung, dan mereka minta saya untuk gabung. Tapi seperti yang saya sebutkan sebelumnya, saya masih sibuk dengan Positive Movement, Gusdurian, dan beberapa aktivitas lainnya, jadi saya tidak menjadikan actin sebagai pekerjaan tetap saya. Saya punya hal lain yang harus saya capai. Jadi saya bilang ke mereka kalau saya tidak bisa melakukannya setiap hari. Sepertinya itu tidak jadi masalah buat mereka. Saya bergabung dengan senang hati tentunya karena saya mau mempelajari hal-hal baru. Teater, Wayang dan film pendek yang pernah saya geluti jauh berbeda dari dunia TV.
Kami jarang melihat anak presiden memilih seni sebagai pekerjaan utamanya. Apakah seni menjadi sesuatu yang diwariskan dari keluarga Anda? Sebenarnya saya bukan yang pertama masuk ke dalam dunia seni, kita semua kenal Guruh Soekarno Putra. Tapi seni bukan sesuatu yang asing di dalam keluarga saya, kita semua juga tahu bahwa Ayah itu ketua dari Jakarta Arts Council dan juri dalam Piala Citra. Ayah mencintai seni, Wayang sebagai contoh. Bahkan dia mengajarkan banyak pelajaran hidup melalui cerita-cerita Wayang. Tumbuh berkembang bersama seni, seperti apa masa kecil Anda? Tidak berbeda dengan anak-anak lainnya, sepertinya. Saya sangat aktif sebagai anakanak. Saya yang biasanya marah kalau ada yang lupa mematikan lampu atau merokok. Saya banyak membaca buku tentang nilai-nilai, jadi saya seperti itu ketika saya kecil dulu. Seperti apa rasanya menjadi putri seorang Gus Dur? Ayah saya adalah orang paling keren sedunia [tertawa]. Tapi saya bilang begitu bukan hanya semata karena saya putrinya, tapi juga kalau Anda lihat seberapa besar perjuangannya dan nilai-nilai yang dia bagikan, sepertinya mustahil sepertinya untuk tidak menghormati beliau dan apa yang telah beliau lakukan untuk manusia dan kemanusiaan. Dia adalah pahlawan saya. Dan salah satu hal terbaik menjadi putri Gus Dur adalah kita bebas untuk memilih apa yang kita sukai. Gus Dur tidak pernah menyuruh anaknya untuk melakukan ini dan itu, tapi dia lebih kepada memberi contoh dan kita mengikuti jejaknya. Apa yang kami lakukan di Gusdurian saat ini, sebagai contoh, adalah hasil dari kesadaran kami sendiri bahwa apa yang diperjuangkan ayah saya masih sangat jauh dari garis akhirnya. Kami ingin melanjutkan kerja keras beliau. Kita pernah bilang bahwa Gus Dur hanya orang biasa, tapi dia itu seperti seribu orang yang melakukan beribu-ribu hal yang luar biasa. Jadi kalau sekarang kita tidak bisa menemukan satu orang seperti Gus Dur, maka ayo kita temukan seribu untuk memenuhi kekosongan itu. Itu yang sedang kami lakukan sekarang. Berarti Anda harus “membagi� Ayah Anda dengan seluruh negeri.Saya merasa tidak
Framed.
49
punya seorang Ayah, sejujurnya. Saya tidak tahu Ayah saya seperti apa. Pernah saya ada di sebuah fase ketika saya berharap Ayah saya adalah seorang arsitek atau seorang dokter gigi dengan jam kerja yang normal. Dulu, waktu orang bertanya apa pekerjaan Ayah saya, saya cuma jawab saya tidak tahu [tertawa]. Tapi lalu Ayah saya menjelaskan apa yang sedang ia kerjakan di satu sisi dia meminta maaf kepada anak-anaknya. Dia bilang, dia minta maaf kalau karena tidak bisa menempatkan keluarga sebagai prioritas di dalam hidupnya karena masih ada hal lain yang harus dia perhatikan terlebih dahulu, seperti Tuhan dan Negara ini. Itu adalah titik balik bagi saya di mana saya memilih untuk melepas dan berkata bahwa tidak masalah untuk tidak menjadi prioritasnya. Saya sangat kagum dan mengidolakan beliau lebih lagi saat itu. Lanjut ke travelling, kita sangat penasaran tentang bepergian yang bertanggung jawab. Bisa Anda jelaskan lebih dalam lagi? Kami menyebutnya Travelogi Indonesia. Hari ini, bepergian itu sudah menjadi kebutuhan. Sayangnya, hal tersebut memberi dampak buruk bagi beberapa tempat. Jadi kami mengadaptasikan sebuah gerakan yang kami namai bepergian yang bertanggung jawab. Artinya kita melihat destinasi kita sebagai subjek bukan objek, dan kita seperti orang yang bertamu ke rumah orang lain. Fokus dari perjalanan ini adalah orang-orangnya, kita bergabung bersama-sama dan kita tidak meninggalkan kerusakan ketika kita pergi dari tempat itu. Selain Indonesia, di manakah Anda ingin berada? Sulit untuk dijawab karena menurut saya Indonesia adalah tempat terbaik di dunia. Saya juga ingin ke New Zealand. Selain karena alamnya yang luar biasa indah, saya rasa kalau ada sebuah Negara yang punya populasi domba lebih banyak dari manusia, maka tempat itu bisa dijamin sangat damai.
50
Framed.
Framed.
51
Timeline 2000 – 2005 Bachelor of Indonesian Literature, Faculty of Humanities, University of Indonesia 2000 - present Member of Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI) 2002 - 2003 Head of Pagupon Theatrical Club, Universitas Indonesia 2004 - 2005 Founders of Positive Movement 2005 - 2010 Chairperson of Positive Movement 2007 Participant Youth Discussion Forum, Ministry of Foreign Affairs Indonesia, ASEAN Cooperation General Directory, Jakarta, Indonesia 2007 Head Committee Peaceful Ramadhan Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Spreading the Love Through Ramadhan Spirit”
2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2007 Head Committee BRIDGE of YOUTH (BoY) 2007 Bali, Indonesia. ASEAN in Our Hands: “In Diversity We Unite”. 2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2009 Leadership Program Asiaworks, Jakarta, Indonesia August 2008 Self Development, Oneness University, Chennai, India
52
Framed.
Framed.
53
54
Framed.
Framed.
55
Putri Intan Soekotjo
56
Framed.
Framed.
57
Discover n things, sta creative, b yourself, a forget you 58
Framed.
new ay be and don’t ur roots.
– Intan Soekotjo
Framed.
59
Ini keroncong untuk Indonesia Ini Keroncong untuk Indonesia Tumbuh dengan musik tradisional, cintanya pada musik keroncong sudah tertanam sejak usia yang sangat muda. Ia percaya, keroncong merupakan musik dengan potensi tinggi untuk dibawa ke dunia internasional Putri Intan Permatasari Soekotjo, atau biasa dipanggil Intan oleh teman dan kerabat, adalah satu-satunya anak dari diva keroncong Indonesia Sundari Soekotjo. Lahir di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1991, Intan tumbuh dengan musik tradisional ini, karena ia menanamkan dalam cinta keroncong sejak usia yang sangat muda. Keroncong memang jauh dari kata populer terutama di kalangan anak muda, namun Intan yang juga dikenal sebagai Intan Soekotjo telah membuktikan sebaliknya. Sementara kebanyakan orang muda jatuh hati pada genre musik pop, rock, R & B, hip-hop, atau jazz, penyanyi 24 tahun telah memilih jalannya sendiri. Peraih gelar sarjana dalam ilmu komunikasi dari London School of Public Relations, Intan menerima penghargaan sebagai salah satu pemain terbaik di April Spring Friendship Art Festival (ASFAF) di Korea Utara yang mewakili Indonesia. Melalui lagu-lagu yang dia mainkan, dia menentukan sendiri caranya untuk memperkenalkan cintanya kepada musik keroncong ke dunia internasional.
60
Framed.
Mengapa keroncong? Ini adalah salah satu musik tradisional Indonesia yang tidak begitu banyak orang tahu, terutama di kalangan generasi muda, jadi saya ingin mereka untuk memahami keroncong. Saya ingin mereka memahami bahwa keroncong adalah lebih dari sekedar berasal dari Indonesia. Ini adalah musik dengan potensi tinggi untuk dibawa ke dunia internasional oleh anak muda. Bagaimana Anda melakukannya? Sosial media menyebar begitu cepat dan mudah, semua orang bisa menyebarkan sesuatu melalui sosial media. Saya, secara pribadi juga menggunakan media sosial untuk memperkenalkan genre ini. Prestasi apa yang sudah diraih dengan keroncong ini? Saya telah menerima penghargaan sebagai salah satu pemain terbaik di sebuah acara di Korea Utara, tepatnya di April Spring Friendship Art Festival (ASFAF) di mana saya mewakili Indonesia. Sangat mengejutkan, orang-orang di sana memberikan sambutan yang sangat meriah kepada kami, dan mendapat standing aplause ketika saya menerima penghargaan. Saya sangat bangga untuk mewakili negara saya di luar negeri. Ini adalah salah satu alasan mengapa saya ingin mengundang semua teman-teman generasi muda untuk dapat membawa budaya mereka sendiri di dunia internasional. Bagaimana untuk mendorong kaum muda untuk dapat mencintai dan juga melestarikan keroncong? Cara termudah adalah melalui media sosial. Dengan begitu banyak platform media sosial saat ini, saya pikir saya punya cukup cara untuk mendorong generasi muda untuk mengenal apa musik keroncong adalah, bagaimana musik keroncong diciptakan, dan akhirnya kembali ke bagaimana mereka dapat berpartisipasi untuk melestarikannya. Dengan mencoba untuk belajar, mendengarkan, atau bahkan mengikuti atau menonton pertunjukan musik keroncong juga dapat membangkitkan minat mereka.Jadi cara yang bisa ditempuh untuk mempromosikan keroncong adalah dari diri kita sendiri. Adalah penting bahwa kita memahami bahwa musik keroncong adalah salah satu harta negara kita yang orisinil.
Apa yang membuat Anda begitu tertarik pada musik keroncong, apakah ada hubungannya dengan ibu Anda Sundari Soekotjo? Ya, hal itu bisa menjadi salah satu alasan mengapa saya tertarik ke arah musik tradisional ini. Saya percaya bahwa akan ada beberapa pro dan kontra dalam hal ini, karena ibu saya memiliki nama besar di keroncong. Tapi bagi saya, hal-hal seperti ini akan membuat saya lebih termotivasi. Saya juga belajar banyak, banyak untuk mencari tahu tentang keroncong ini, banyak bergaul dengan teman-teman komunitas musik keroncong, saya juga berpikir tentang bagaimana untuk menjaga keroncong agar dapat dengan mudah diketahui oleh orang-orang dengan berbagai latar belakang. Apa peran keluarga dalam karier Anda? Pada awalnya, ibu saya tidak menyarankan saya untuk terjun ke dunia keroncong, tapi dia masih mengingatkan saya untuk memilih profesi apa pun, harus ada konsekuensi. Dan dia memberi saya kebebasan untuk memilih jalan saya sendiri, yang saya pilih ya keroncong. Dia sangat mendukung dan telah memberi saya banyak nasihat. Saya juga terus menunjukkan padanya bahwa saya memiliki potensial yang besar dalam hal budaya, terutama keroncong. Ibu saya selalu mengingatkan saya untuk terus bertanggung jawab atas pilihan saya, dia selalu mengingatkan bahwa saya harus ‘sangat serius dengan pilihan saya tersebut. Ibu saya juga mengajari saya teknik bagaimana cara bernyanyi keroncong dengan baik dan bagaimana menjadi seorang penyanyi keroncong yang besar.Ketika saya masih kecil, saya selalu mengikutinya di mana-mana, terutama ketika dia tampil di sebuah acara. Itu di mana saya melihat bagaimana ibu saya bernyanyi keroncong, dan dia benar-benar hebat.Nenek saya juga memiliki peran yang cukup besar bagi karier saya. Awalnya dia adalah orang pertama yang percaya bahwa saya bisa menyanyi keroncong. Sebelum dia meninggal, dia mengatakan kepada saya bahwa saya harus konsisten dengan apa yang saya lakukan, dan tidak lupa akan identitas saya sebagai generasi muda yang ingin melestarikan budaya Indonesia, khususnya musik keroncong.
Framed.
61
Bagaimana masa kecil Anda? Saya dulu termasuk anak yang aktif. Saya tidak bisa duduk tenang dan diam. Bermain piano adalah salah satu hobi saya saat itu. Akhirnya, orang tua saya melihat potensi musik ketika saya masih kecil, maka mereka memanggil guru privat untuk mengajarkan saya bagaimana untuk bermain piano, biola dan juga olah vokal. Sampai sekarang saya masih ingat pelajaran favorit saya adalah musik, daripada matematika atau orang lain. Bagaimana dengan latar belakang pendidikan Anda, apakah ada hubungannya dengan sekolah seni? Saya belajar ilmu komunikasi di London School of Public Relations. Alasan saya mengambil bidang ini karena ada hubungannya dengan mimpi saya dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional.
Jika Anda bisa berada di salah satu tempat di dunia, di manakah tempat yang akan Anda pilih? Indonesia. Karena negara ini yang telah membuat saya seperti saya sekarang, Intan Soekotjo. Kita tidak bisa hanya melihat sisi negatifnya saja seperti kemacetan lalu lintas atau demonstrasi yang sering di ekspos dan sangat sensitif, tetapi kita juga harus melihat sisi lain dari negara ini; ada banyak keindahan dan nilai positif yang ditawarkan. Kebebasan berekspresi di Indonesia juga terkesan dengan keragaman budayanya. Intinya, Indonesia adalah satu-satunya tempat di mana saya ingin berada sekarang dan seterusnya. Tips untuk para seniman muda? Harus mampu menemukan hal-hal baru, tetap kreatif, jangan lupa untuk menjadi diri sendiri, dan jangan lupa akar budaya Anda.
Proyek musik berikutnya? Proyek terdekat yang sedang saya garap adalah konser empat puluh tahun karier ibu saya di dunia musik keroncong yang akan diadakan pada tanggal 21 April di Ciputra Artpreneur Jakarta, yang kebetulan bertepatan dengan Hari Kartini. Untuk pelaksanaan konser ini, kami bekerja sama dengan komunitas keroncong dan juga Dwiki Darmawan. Selain keroncong, apakah ada kemungkinan bagi Anda untuk mencoba genre musik lain? Saat ini fokus saya lebih ke keroncong, tapi untuk beberapa kondisi saya juga terbuka untuk melakukan kerja sama dengan genre musik lain. Sebagai contoh, kita akan berkolaborasi dengan DJ Winky pada konser ibuku, musik keroncong akan berkolaborasi dengan house music. Saya pikir itu akan menjadi hal yang sangat keren. Pernahkah Anda membayangkan diri Anda dengan profesi lain? Jika saya tidak menyanyi, saya membayangkan menjadi seorang fotografer. Ini sebenarnya passion saya sejak usia muda, di mana menjadi seorang fotografer adalah seperti mimpi saya waktu itu. Saya mengambil gambar dari benda-benda yang berada di sekitar dan juga pemandangan. Mungkin iya itu, selain musik saya juga menyukai dunia fotografi.
62
Framed.
Framed.
63
Timeline 1996 Cameo in the Lactamil advertising 1997 1st winner and favorite of None Cilik region Jakarta Pusat 1997 1997 2nd winner of None Cilik region DKI Jakarta 2001 Guest stars in Sundari Soekotjo’s 25th years Career Concert on Sahid Jaya Hotel’ Jakarta 2007 Guest star of Malaysia and Indonesia’s cultural exchange in Malaysia 2007 Guest star Pasar Malam Indonesia, in Malievel De Denhaag, The Netherlands 2007 Photographer of PT. Medco Energy, Mentee ice breaking workshop in Bandung 2008 Guest star of Sundari Soekotjo’s concert in Mangkunegaran Solo, Indonesia 2009 Guest star Pasar Malam Indonesia, in Malievel dE Den haag, The Netherlands 2009 Singer of SBI Madania’s Choir Team 2009 Guest star in Salam Harmoni Aidilfitri Of Malaysia 2009 Guest star of Sundari Soekotjo’s concert in Mangkunegaran Solo, Indonesia 2011 Member of Nagaswara Various Artist 2012 Photographer to BRI Bank annual report 2012 Guest star in Dji Sam Soe Magnum Filter “Urban Jazz Cross over” 2013 Road Show 5 cities in Indonesia, duet with Andien Aisyah and Millane Fernandez
64
Framed.
2013 Guest star in Gebyar Keroncong with Sundari Soekotjo 2013 Guest star in Jacob Oetama, founder of Kom pas newspaper birthday celebration 2013 Guest star in Lagu Cipta Pop Daerah Nusan tara with Dwiki Dharmawan 2015 Performing at April Spring Friendship Art Festival (ASFAF) North Korea
Framed.
65
66
Framed.
Framed.
67
Laurence Howell
68
Framed.
Framed.
69
Saya mendapat inspirasi d mana saja 70
Framed.
tkan dari a. – Laurence Howell
Framed.
71
Interior desain dari hati Asia dan Indonesia adalah kesempatan yang diberikan kepadanya. Ia mengambilnya. Ia juga percaya, furnitur dan desainnya tak bisa disaingi. “Hasil karya saya dibuat dengan cinta. Tidak ada yang bisa menyamainya.” Mengawali kariernya dengan menggeluti bisnis furnitur untuk rumah dan perkantoran, ternyata passion-nya di bidang interior desain telah melekat sejak ia melanjutkan studinya di Singapura pada tahun 1994. Hingga akhir studinya, ia mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan beberapa teman dan memutuskan untuk membuka sebuah usaha yang bergerak di bidang konsultasi design interior di Singapura yang diberi nama Indez. Ketika ditanya mengenai awal karir, Laurence menjelaskan bahwa ia telah menetap di Singapura selama lebih dari 20 tahun dan menjabat sebagai Design Director untuk Indez Design Consultant dimana ia mengerjakan proyek internasional baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain. Ia mengukir prestasinya melalui penghargaan dari Scarlet Hotel, REEL Bioskop di Dubai dan banyak rumah-rumah mewah yang telah ia desain. “Saya sangat menyukai pekerjaan saya, dan menurut saya itu bukan pekerjaan, tetapi hobi,” ujarnya sambil tersenyum. Hobinya yang kini telah menjadi karir itu, ia rintis dengan tekun. Asia pun telah menjadi sasarannya sejak dulu. Ia senantiasa mencari tahu dan terus berusaha menemukan bahan yang paling bagus yang bisa menunjang hasil karyanya karena keinginannya yang paling besar adalah memberikan kepuasan kepada konsumen serta klien-kliennya. Tak hanya Singapura, Indonesia juga telah menjadi pilihannya untuk membangun sebuah bisnis. Pria yang gemar memasak ini membuat Ku Casa Interior Design yang berbasis di Jakarta. Dengan begitu banyaknya kompetitor dalam bidang yang sama, ia mengaku tidak takut akan persaingan, hasil karyanya dibuat dengan cinta, dan karenanya unik serta tidak akan ada yang dapat menyamainya. Kekhasan karya Laurence ditandai dengan kombinasi antara bahan-bahan yang luar biasa dengan detail yang indah. Ku Casa diluncurkan pada 2013. Galeri interior desain ini menampilkan berbagai furniture dan aksesoris rumah yang eksklusif. “Setiap bagian dirancang khusus secara individual dan diproduksi dengan standar tertinggi,” jelasnya kepada Framed. Beberapa hasil karyanya antara lain adalah sebuah apartemen di The Keraton at The Plaza dan Time Place, serta beberapa klien lainnya1. Laurence bertutur, “Asia telah memberikan saya sebuah peluang yang sangat besar untuk berkarya, dimana bahan-bahan yang saya cari sangat mudah untuk didapatkan, demi menghasilkan sebuah karya yang sempurna”.
72
Framed.
Bisakah Anda jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri, siapakah sosok Laurence Howell? Saya adalah seorang warga negara Australia, lahir di Melbourne. Saya pindah ke Singapura pada tahun 1994 dan menekuni kuliah dengan jurusan Desain Interior. Hingga saat ini saya berprofesi sebagai desainer interior, memiliki sebuah perusahaan desain interior di Singapura yang mengerjakan pekerjaan interior di daerah sekitar, dan saya juga seorang desainer furnitur yang memiliki sebuah perusahaan desain furnitur di Indonesia. Bisakah Anda jelaskan seni Anda? Seni saya adalah menghasilkan sesuatu yang bisa dinikmati orang-orang. Apakah Anda mempunyai ciri khas tertentu dalam seni Anda? Saya rasa, setiap desainer memiliki ciri khasnya masing-masing. Saya sendiri tidak terikat dengan gaya tertentu. Saya lebih ingin berfokus kepada pekerjaan itu sendiri, lebih kepada menciptakan tampilan dan suasana tersendiri. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan dengan nuansa yang bisa dinikmati orang-orang. Menyesuaikan diri dengan kebutuhan serta pandangan dari klien. Saya rasa, penting bagi seorang desainer untuk memahami keinginan klien dibandingkan mengutamakan ide sendiri atau menetapkan aturan baku kepada klien. Dari manakah Anda mendapat ide atau inspirasi untuk desain Anda? Di sekitar saya. Saya adalah seseorang yang selalu melihat sekeliling. Apakah itu waktu saya berkeliling dunia, liburan, melihat tempat menarik, melihat peninggalan bersejarah, patung-patung, atau bentuk-bentuk. Saya juga suka membaca majalah. Saya sering membeli majalah desain, buku-buku, internet, Instagram, Pinterest. Kesemuanya sumber inspirasi yang sangat bagus. Bahkan hal-hal tak terduga seperti pemandangan alam juga merupakan sumber inspirasi yang menarik. Ada warna-warna yang ketika bersatu ternyata bisa jadi sangat indah seperti yang kita lihat dari matahari tenggelam, bunga-bunga, taman, pepohonan. Itulah mengapa inspirasi bisa datang dari mana saja. Sebagai seorang desainer, apa pendapat Anda tentang orisinalitas?
Orisinalitas adalah mengambil pandangan klien dan menuangkannya ke sebuah karya, menambahkannya dengan kebutuhan serta keinginan mereka, dan memasukkan kepadanya energi kreativitas dan bakat yang saya miliki. Apakah Anda menganggap karya Anda orisinil? Iya, tentu saja. Saya pikir, itu karena saya berfokus pada bagaimana mewujudkan semua kebutuhan klien. Menurut saya, salah satu hal terpenting bagi seorang desainer adalah mampu mengambil visi lalu mengimplementasikannya untuk klien. Setiap desainer memiliki ciri khasnya masingmasing. Apakah ciri khas Anda? Ciri khas saya terdapat pada proses yang saya jalani ketika akan membuat sebuah desain, termasuk bagaimana saya melihat kebutuhan klien, mempertimbangkan proses desain, bagaimana perencanaannya, bagaimana pemilihan materialnya, pemilihan warna. Saya juga memiliki banyak pilihan warna dasar yang biasa saya gunakan dan menambahkan warna-warna serta aksen-aksen lain. Ketika orang memikirkan ciri khas interior atau arsitektur, mereka memikirkan ke jenis desain seperti modernis, klasik, kontemporer dan lain sebagainya. Saya tidak bisa memilih di antara semua itu. Saya menikmati semuanya. Yang mungkin membedakan saya adalah saya begitu menikmati prosesnya. Itu menjadi ciri khas saya. Saat ini Anda sedang menjalani usaha desain furnitur, Ku Casa. Bisakah Anda jelaskan kepada kami mengenai usaha Anda tersebut? Ku Casa adalah sebuah kesempatan yang hadir beberapa tahun lalu. Ia merupakan mimpi saya untuk membuat sebuah desain furnitur. Saya memilih Indonesia untuk melakukan produksinya kemudian saya mengambil kesempatan itu. Pada dasarnya, Ku Casa memiliki konsep menciptakan furnitur kontemporer modern. Saya lebih senang menyebutnya dengan gaya modernis. Saya sangat menyukai desain dengan tipe abad pertengahan yang bersahaja ditambahkan dengan material lux. Dari sanalah ide tentang brand ini muncul. Saya ingin menciptakan pengalaman yang bergaya Eropa untuk klien dengan harga yang lebih masuk akal. Mengapa Anda memilih Asia untuk menjalankan bisnis Anda?
Framed.
73
Asia adalah kesempatan yang saya dapatkan. Saya telah hidup di Singapura sejak tahun 1994, dan beberapa teman juga tinggal di Singapura. Mereka kemudian menawarkan kepada saya untuk bergabung dengan bisnis mereka. Seiring waktu, saya memulai bisnis desain saya sendiri di Singapura seraya juga bisnis furnitur saya. Ini adalah sebuah proses yang berjalan dengan alami. Saya menangani beberapa klien yang datang dari Indonesia hingga akhirnya saya memutuskan untuk memulai sesuatu di Indonesia.
kesempatan juga merupakan anugerah yang selalu saya syukuri. Tentu saja, tidak semua selalu berjalan dengan mulus di dunia bisnis. Kita harus menerima bagian itu juga.
Jadi, bisa dikatakan Indonesia memiliki pasar yang cukup bagus untuk bisnis Anda? Tentu saja. Menurut saya, Indonesia memiliki pasar yang dinamis. Pasar yang sangat bagus. Banyak kesempatan bagi bisnis saya untuk terus berkembang. Ini juga peluang untuk memberitahukan kepada dunia bahwa Indonesia dapat menjadi pusat dari desain yang baik dan memperkenalkan hasil karyanya ke seluruh dunia.
Anda menyukai travelling. Bisa sebutkan tiga tujuan travelling favorit Anda? Saya menyukai Spanyol. Barcelona mengingatkan saya dengan Melbourne, kampung saya. Ada sesuatu yang mengena bagi saya. Kemudian, saya suka Yunani dan Mesir. Di Mesir, sangat menakjubkan bisa melihat peninggalan bersejarah berusia ribuan tahun dan bertanyatanya bagaimana mereka membangunnya. Yunani juga memiliki sejarah yang menarik. Ia juga memiliki keindahan tersendiri. Rumahnya sangat menarik. Warna-warnanya pun demikian. Warna dari laut dan daratannya... menginspirasi dan sangat indah.
Hingga saat ini, apa pencapaian terbesar Anda? Saya rasa, membuat brand saya sendiri. Itu pekerjaan yang cukup menantang. Saya juga pernah bersama kawan-kawan sempat melakukan proyek yang menantang seperti desain Scarlet Hotel di Singapura yang memperoleh sambutan baik serta memenangkan sejumlah penghargaan. Apa syarat untuk menjadi desainer yang baik? Gairah adalah yang pertama. Saya kira, kita perlu benar-benar ingin melakukan ini. Kita harus benar-benar lapar sehingga terus mencari ide dan inspirasi, dan dapat menemukan inspirasi di setiap tempat. Gairah merupakan hal yang mendorong orang-orang yang bergerak di bidang seni kreatif. Apakah Anda pernah merasa buntu dalam berkarya? Beberapa kali. Dari apa yang saya pelajari, Anda tak bisa menyelesaikan sesuatu karena terlalu memikirkannya. Jadi, Anda perlu mengosongkan pikiran. Bersantai sejenak. Di situlah biasanya kita akan menemukan jawaban. Apa yang membuat Anda terus bersemangat dan bangun tidur dengan bahagia? Menurut saya, setiap hari adalah anugerah. Kita harus mensyukurinya. Selain itu, tantangan dan
74
Selain seni, apa hal lain yang menarik bagi Anda? Saya menyukai keindahan alam. Saya menyukai setiap kesempatan untuk keluar rumah. Pergi ke alam, ke pantai, naik gunung, menikmati keindahan sekitar. Bersyukur dengan pemberian Tuhan. Saya juga menikmati musik.
Jika Anda bukan diri Anda sekarang, kira-kira Anda akan menjadi apa? Mungkin saya akan menjadi peselancar. [Tertawa.] Saya tak mahir berselancar, tapi itu adalah hal lain yang benar-benar bukan diri saya sekarang. Koki? Saya mungkin mahir memasak, sayang saya bukanlah seorang koki. Tapi, ya, mungkin saya bisa jadi seorang koki. Dapatkah Anda mendeskripsikan diri Anda dalam tiga kata? Bergairah. Saya punya gairah yang kuat seperti yang sudah saya katakan. Kedua, setia. Saya adalah orang yang setia. Ketiga, berdedikasi. Berdedikasi kepada apa yang saya kerjakan. Kepada mereka yang berada di sekitar saya. Apakah tips Anda untuk desainer muda? Selalu berkomitmen dengan yang Anda kerjakan, miliki gairah yang besar untuknya, senantiasa lihat sekeliling dan ambil inspirasi darinya. Kita dikelilingi oleh keindahan, baik dari alam maupun buatan manusia. Pasti selalu ada cara untuk belajar. Intinya, terus buka mata, berdedikasi, kerja keras, Anda pasti bisa melakukannya.
Framed.
Jika Anda seekor hewan, kira-kira hewan apa dan mengapa? Kebetulan horoskop saya adalah anjing, dan banyak yang mengatakan saya agak mirip seekor anjing. Jadi, mungkin itu. [Tertawa.]
Framed.
75
Timeline 2000 – 2005 Bachelor of Indonesian Literature, Faculty of Humanities, University of Indonesia 2000 - present Member of Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI) 2002 - 2003 Head of Pagupon Theatrical Club, Universitas Indonesia 2004 - 2005 Founders of Positive Movement 2005 - 2010 Chairperson of Positive Movement 2007 Participant Youth Discussion Forum, Ministry of Foreign Affairs Indonesia, ASEAN Cooperation General Directory, Jakarta, Indonesia 2007 Head Committee Peaceful Ramadhan Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Spreading the Love Through Ramadhan Spirit”
2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2007 Head Committee BRIDGE of YOUTH (BoY) 2007 Bali, Indonesia. ASEAN in Our Hands: “In Diversity We Unite”. 2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2009 Leadership Program Asiaworks, Jakarta, Indonesia August 2008 Self Development, Oneness University, Chennai, India
76
Framed.
Framed.
77
78
Framed. Section
Framed. Section
79
Renitasari Adrian
80
Framed.
Framed.
81
Jangan cepat men disiplin, dan tekun 82
Framed.
nyerah,
n.
– Maria Pratiwi
Framed.
83
Dari Hobi Jadi Profesi
Maria Pratiwi memilih harpa untuk menjadi jalan hidupnya. Dan harpa memilih Maria. Ia kini bukan hanya musisi yang sangat handal dengan instrumen ini. Ia mendirikan sekolah harpa. Ia menjadi distributor harpa. Ia mengenalkan banyak orang Indonesia dengannya. Maria Pratiwi menjadi harpis muda Indonesia yang berhasil mencapai sertifikat skor tertinggi dari Royal School of Music dari tahun 2008 sampai 2011. Selain itu, Maria adalah orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Master of Music in Harp Performance dari Goldsmiths University of London. Mendapatkan inspirasi dari internet dan sosial media seperti YouTube, Maria mengaransemen alunan indah yang ia hasilkan dari alat musik yang terbilang cukup unik ini. Ia telah bermain di beberapa orkestra di Indonesia dan London sebagai pemain harpa utama, membuat beberapa kolaborasi dengan berbagai band, dan menjadi solois di berbagai acara. Tak hanya itu saja, Maria juga menjadi distributor pertama dalam penjualan alat musik harpa di Indonesia. Rupanya ia sangat ingin sekali memperkenalkan pada bangsa Indonesia, dan memberikan kemudahan bagi siapa saja yang ingin belajar harpa dengan mendirikan sekolah yang ia beri nama Maria Pratiwi Harp Course. Dan untuk meramaikan dunia hiburan di Indonesia, Maria juga membuat “La Lumiere Entertainment,� yang menyediakan solois, kelompok, ruang, dan musisi orkestra. Hampir setiap hari ia menjelajahi dunia maya dan mencari cara bagaimana agar selalu bisa terus berkarya. Tak hanya itu saja, disela-sela waktu luangnya, ia menonton film, tak hanya menonton film, ia selalu memperhatikan musik dari film tersebut yang ia gunakan sebagai salah satu cara mendapatkan referensi dalam berkarya.
84
Framed.
Siapakah seorang Maria Pratiwi? Seorang gadis yang berusaha memberikan yang terbaik untuk siapa saja di dekat saya. Dari sekian banyak alat musik, mengapa jatuh cinta dengan harpa? Tiga hal. Karena suaranya. Lalu, bentuknya yang unik serta tidak biasa. Dan karena alat musik ini tidak ada habisnya. Aku bisa belajar sesuatu yang baru setiap hari darinya. Apa yang dirasakan ketika memainkan harpa? Rasanya tenang. Jiwa saya berada di suatu titik di luar imajinasi. Tapi, itu kalau kita sudah bisa memainkannya. Sebelum bisa melakukannya, kita akan struggle. Saya harus berusaha sekeras mungkin supaya bunyinya bisa seindah bentuknya. Anda punya darah musisi dari keluarga? Saya sendiri juga bingung. Orang tua tidak ada yang belajar musik, desain, art. Tapi saya dan adik saya bergerak di art dan music. Demikian juga dengan saudara-saudara saya. Jadi saya rasa dari darah nenek moyang. [Tertawa.] Saya rasa, dengan kemauan dari kecil, kita akhirnya sampai ke satu titik yang kita mau. Apakah Anda sudah bergelut dengan alat musik sejak kecil? Mama sudah memasukkan saya ke les privat musik sejak kecil. Pertama, dari organ yang biasa dimainkan sambil bernyanyi dan menari. Setelah itu, saya diminta untuk les yang lebih serius. Akhirnya, saya dimasukkan ke les piano. Orang tua mengizinkan untuk mengambil alat musik apa pun. Tapi, saya diminta untuk belajar piano supaya bisa membaca not terlebih dulu. Bagaimana cerita Anda belajar musik di London? Saya berkuliah di bidang musik. Pada saat lulus S1, saya ingin melanjutkan kuliah tapi di Indonesia masih jarang S2 untuk bidang musik. Saya tak ingin berhenti di sini saja—saya ingin lanjut S2. Akhirnya, saya melamar pendidikan S2 di London. Dan saya diterima di jurusan harpa yang sangat jarang di Indonesia. Saya bersyukur karena saya bisa diterima meski tidak mendalami ini sebagai pendidikan formal saya di strata satu.
Sewaktu di London, berapa banyak mahasiswa yang mengambil kelas harpa? Hanya saya sendiri. Jadi selama setahun kuliah di London, saya cuma sendirian. Tapi ada pelajaran-pelajaran lain dan saya bisa ketemu teman-teman dari kelas lain. Anda adalah orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Master of Harp Music in Harp Performance dari Goldsmiths University of London. Bagaimana ceritanya? Saya waktu itu memang mencari pendidikan Master. Tadinya saya mau memilih piano karena pendidikan pertama saya adalah piano. Tapi sewaktu saya memilih jalur pendidikan dan guru, saya seperti diarahkan ke harpa. Sewaktu saya bertemu profesor saya di London, dia sangat mendukung dan mati-matian menempa saya hingga saya menjadi yang sekarang ini. Dia mau mengajarkan berbagai macam teknik. Meski saya hanya berkuliah satu tahun, saya bisa bergabung dengan orkestra di sana sampai lulus kuliah. Bahkan ditambah empat bulan sampai dengan visa saya habis. Jadi, orang-orang di sana sangat baik terhadap saya. Saya diberikan kesempatan audisi. Saya juga sempat menang di The Great Hall Competition. Saya bertanding dengan seluruh negara dan yang menang adalah satu dari Indonesia—saya. Saya orang Indonesia dan Asia pertama yang memenangkan ajang itu. Ajang itu sebelumnya bahkan belum pernah menampilkan orang Asia. Teman-teman saya yang melihat kaget karena saya menang. Saya sendiri kaget bagaimana saya bisa menang. Tapi, yang pasti saya berusaha semaksimal mungkin dan didukung oleh guru-guru saya dan bahkan staf administrasi saya. Saya di sana biasa latihan dari Senin sampai Minggu. Saya biasa mulai jam dua siang hingga jam sepuluh malam. Satpam pun biasa menunggu saya selesai latihan. Pencapaian apa yang sudah Anda dapat dari bermain harpa ini? Di Indonesia, saya berhasil menjadi distributor harpa untuk wilayah Indonesia. Sebelumnya belum pernah ada distributor resmi harpa di Indonesia. Saya juga bisa mendatangkan teknisi harpa dari Italia maupun tempat-tempat lainnya. Saya bisa mendatangkan regulasi, workshop, master class harpa yang sebelumnya belum ada di dunia harpa Indonesia. Dari berbagai konser yang diikuti, manakah
Framed.
85
yang paling berkesan untuk Anda? Sewaktu saya memenangkan The Great Hall. Sewaktu menang, saya langsung diiringi orkes di sana. Gedung itu juga merupakan gedung yang sangat terkenal di London. Itulah mimpi yang tak pernah dibayangkan. Apa aktivitas yang biasa Anda lakukan di waktu senggang? Saya paling senang menonton film. Buat saya, itu membuat rileks. Kita bisa mengetahui ceritacerita terbaru tanpa komunikasi yang banyak. Setiap hari, saya harus bergelut dan bertemu orang baru. Itu mengharuskan saya berbicara dengan orang baru terus-menerus. Sementara bila saya menonton film, apa yang ditampilkan saya nikmati. Film juga bisa memberikan inspirasi. Entah dari musiknya. Entah dari adegannya. Tempat favorit Anda untuk berlibur? Saya suka pantai. Saya suka Bali. Itu benarbenar tempat yang rileks. Suasananya juga beda dari biasanya dan terkena sinar matahari. Sementara kalau kita kerja, kita biasanya di dalam ruangan dan terkena sinar matahari. Dan sewaktu maka es krim siang-siang di sana, buat saya itu rasanya liburan.
dengan musik saya. Apakah rencana atau mimpi yang ingin dicapai di masa depan? Saya ingin membawa murid-murid saya untuk bisa melihat dunia luar. Saya ingin harpa bisa menjadi sesuatu untuk kehidupan mereka. Saya ingin mereka dapat merasakan musik di dunia luar. Untuk saya pribadi, saya ingin orang lebih melihat saya sebagai seorang solois. Saya bisa berada dari satu panggung ke panggung lainnya. Saya ingin bisa bermain segala jenis alat musik, dan bisa menghibur para pendengar saya. Apa tips yang bisa diberikan untuk musisi muda yang tengah merintis? Pertama, jangan pernah menyerah. Kesusahan yang kalian hadapi sekarang—latihan berjamjam setiap hari—pasti membuahkan hasil. Kedua, disiplin waktu. Ketiga, tekun. Apabila kalian menekuni satu bidang, itu harus sangat ditekuni. Setelah kita menentukan sesuatu untuk ditekuni, fokus saja ke sana. Jika diminta mendeskripsikan dalam tiga kata, bagaimana Anda akan mendeskripsikan diri Anda? Unik. Berbakat. Spontan.
Pernah merasa stuck atau bosan dengan harpa? Hampir sembilan tahun menggelutinya, saya belum bosan. Saya biasanya lebih merasa stuck mencari ide apa yang harus saya hasilkan dengan harpa ini. Makanya, saya bisa bervariasi. Saya bisa bermain dengan menggunakan harpa kecil. Bermain dengan menggunakan efek. Saya juga bisa bermain dengan berdiri atau dengan musik-musik yang berbeda. Berbeda dengan gaya bermain harpa yang biasanya cantik, saya bisa membawakannya dengan energik. Jadi stuck-nya biasanya soal, “ide apa lagi yang harus saya hasilkan supaya orang-orang lebih tertarik dan puas dengan yang saya mainkan?� Selain musik, Anda tertarik dengan bidang apa? Saya suka masak. Masak merupakan stress relief saya sewaktu berkuliah di luar. Saya menghabiskan waktu minimal satu jam sehari di dapur dulu khusus untuk masak, mencoba resep baru. Kalau berada di dapur yang proper, saya senang. Saya bisa benar-benar lupa
86
Framed.
Framed.
87
Timeline 2000 – 2005 Bachelor of Indonesian Literature, Faculty of Humanities, University of Indonesia 2000 - present Member of Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI) 2002 - 2003 Head of Pagupon Theatrical Club, Universitas Indonesia 2004 - 2005 Founders of Positive Movement 2005 - 2010 Chairperson of Positive Movement 2007 Participant Youth Discussion Forum, Ministry of Foreign Affairs Indonesia, ASEAN Cooperation General Directory, Jakarta, Indonesia 2007 Head Committee Peaceful Ramadhan Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Spreading the Love Through Ramadhan Spirit”
2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2007 Head Committee BRIDGE of YOUTH (BoY) 2007 Bali, Indonesia. ASEAN in Our Hands: “In Diversity We Unite”. 2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2009 Leadership Program Asiaworks, Jakarta, Indonesia August 2008 Self Development, Oneness University, Chennai, India
88
Framed.
Framed.
89
90
Framed.
Framed.
91
Marissa Anita
92
Framed.
Framed.
93
Doing som that is me That make happy. – Marissa Anita
94
Framed.
mething eaningful. es me
Framed.
95
Memintal Makna sebagai Pencerita Hidup untuk menuai makna. Berbekal keyakinan itulah, Marisa Anita menekuni berbagai profesi. Tak hanya jurnalisme, hingga kini dunia teater dan akting film sudah ia geluti. Hidup untuk menuai makna. Berbekal keyakinan itulah, Marisa Anita menekuni berbagai profesi. Berbekal itu pula, perempuan kelahiran Surabaya, 29 Maret 1983 ini senantiasa berusaha mengembangkan potensi dirinya. Setelah lulus sarjana Bahasa Inggris dari Universitas Atma Jaya pada tahun 2005, Marissa melanjutkan pendidikan di University of Sydney, Australia, untuk belajar lebih dalam tentang jurnalisme. Sebelumnya, ia sempat bekerja sejenak sebagai guru bahasa Inggris di sebuah lembaga pendidikan di Jakarta. Karier jurnalistiknya dimulai dengan menjadi magang sembari kuliah di sebuah majalah gaya hidup, Indonesia Tatler. Kemudian, ia beralih meniti jalan di jurnalisme televisi, memulai langkahnya sebagai reporter lapangan hingga akhirnya menjadi salah satu presenter berita kenamaan Indonesia. Awalnya di Metro TV, kini ia berkarier di televisi swasta nasional lain yang tengah berkembang, NET. Di luar dunia jurnalistik, Marissa juga aktif terlibat dalam pementasan teater dan produksi beberapa film layar lebar. Ia pernah bergabung dengan komunitas teater bahasa Inggris, The Jakarta Players, dan terlibat dalam pementasan Legendra Padusi, karya maestro tari Tom Ibnur, pada 2013. Pada tahun yang sama, ia pun berperan dalam film Selamat Pagi, Malam besutan Lucky Kuswandi. Tak hanya dengan menggeluti seni peran, ia terus mengembangkan diri dengan mempelajari banyak bahasa. Terbukti, selain Inggris, ia pun telah belajar bahasa Jepang, Prancis, Mandarin, dan Italia.
96
Framed.
Kalau harus mendeskripsikan diri dalam satu kata, siapakah Marisa Anita itu? Pencerita! Karena semua yang saya lakukan itu bercerita. Di dunia jurnalistik, membawakan berita, itu bercerita. Jadi aktor teater, menceritakan cerita. Jadi aktor film, juga menceritakan cerita. Jadi, saya itu pencerita. Apakah yang membuat Anda tertarik berkecimpung di jurnalisme? Sedari kecil saya suka penasaran sama apa pun. Saya pernah punya sahabat pena yang menggunakan satu kata yang sampai sekarang saya ingat: inquisitive. Inquisitive itu adalah orang yang punya rasa penasaran yang tinggi. Jadi, karena saya merasa diri saya seperti itu, saya teruskan saja ke profesi yang cocok dengan apa yang saya punya yang telah dikasih oleh Yang Mahakuasa. Sebagai jurnalis, apa saja yang Anda lakukan? Bercerita. Misalnya, di lapangan mencari informasi tentang peristiwa terkini, lalu diceritakan kepada masyarakat. Kenapa perlu diceritakan? Sebagai bagian dari masyarakat, para jurnalis bisa dikatakan menjadi ‘pengawas’ terhadap apa yang terjadi di negara kita, negara orang lain, atau di mana pun di dunia. Bagaimana pengalaman Anda sebagai reporter di lapangan? Luar biasa! Dan saya sangat suka pengalaman lapangan. Sampai sekarang, tiap kali ada kesempatan turun lapangan, saya selalu merasa energized. Karena saya langsung melihat lokasinya, langsung ngobrol sama orang-orang di situ, I always get a good crush about the story. Apakah memang dari kecil sudah bercitacita jadi jurnalis? Tidak. Dulu, saya ingin menjadi pramugari. Sebetulnya, ingin jadi wartawan itu juga baru tahu setelah lulus kuliah S1. Saya merasa saya suka sama majalah, karena sewaktu remaja, sewaktu kecil, saya suka baca-baca majalah. Lantas, saya berpikir, ‘Bagaimana kalau saya masuk perusahaan majalah?’ Akhirnya, karena saya ingin berprofesi di bidang itu, saya sekolah lagi. Soalnya, saya tidak percaya diri kalau tidak tahu teorinya.
Sewaktu kanak-kanak, Anda seperti apa? Pemalu. Pendiam. Introvert. Sampai sekarang masih introvert. Jadi, dulu saya pemalu, pendiam, introvert, dan tidak berprestasi. Sewaktu sekolah di Sydney, adakah pengalaman unik yang berkesan hingga tidak bisa dilupakan? Pengalaman sekolah di luar negeri itu secara keseluruhan berkesan. Karena pada waktu itu, saya cuma punya keinginan. Saya ingin sekolah di luar. Ternyata, orang tua punya rezeki untuk mengirim saya ke sana. Selama setahun itu, pengalaman yang saya dapat luar biasa. Karena yang saya dapat tidak hanya pengalaman di dalam sebuah gedung universitas saja. Tapi, juga pengalaman di luar itu, bertemu orang-orang dari berbagai negara, ngobrol dengan mereka. Saya sangat menyarankan, siapa pun yang punya kesempatan untuk sekolah di luar negeri, sekolahlah. Bukan karena nilai prestisenya, tapi lebih karena membuka wawasan. Jadi, ketika ke luar negeri, itu membuka wawasan kita tentang negara itu dan negara-negara lain. Karena, kita di universitas biasanya bertemu orang dari berbagai negara, bukan hanya dari satu negara. Ketika ngobrol dengan mereka, secara tidak sadar, kita menumbuhkan sifat toleransi dalam diri sendiri. Bagaimana pendapat Anda tentang media di Indonesia saat ini? Media di Indonesia saat ini channel-nya sudah banyak sekali. Kita bisa mengakses channel dari mana-mana. Tidak hanya channel radio atau televisi, tetapi kita juga bisa baca koran online dari mana-mana. Jadi, zaman sekarang ini kita sedang kebanjiran informasi. Sayangnya, karena informasi ini sedang banjir, tidak jarang ada informasi yang sebenarnya tidak penting dan tidak mendidik. Misalnya, reality TV show, yang sebenarnya tidak reality juga karena scripted, dan kadang-kadang saya juga bisa tahu karena aktingnya jelek. Karena begitu banyak, kualitas otomatis juga tidak bisa dikontrol seperti zaman dulu. Ketika channelnya lebih sedikit, kualitasnya lebih bisa kita kontrol.
Framed.
97
Apakah yang paling berpengaruh dalam kehidupan Anda? Sesuatu yang paling berpengaruh adalah kehidupan itu sendiri. Saya selalu belajar dari pengalaman-pengalaman hidup. Baik pengalaman hidup yang menyenangkan, atau pengalaman hidup yang menyakitkan. Itu semua jadi batu loncatan untuk saya. Intinya adalah, dalam hidup ini saya cuma ingin jadi orang yang tidak mau menyakiti orang lain. Kalaupun ada orang yang tersakiti along the way, ya I am sorry, I don’t mean it. Dalam hidup ini saya cuma mau melakukan yang terbaik, konsisten dengan apa yang saya lakukan. That’s it. Apakah yang Anda harapkan dari apa yang Anda kerjakan saat ini? Tetap menjadi voice of sanity di saat masyarakat dunia terbanjiri oleh berbagai informasi. Mungkin sebagian dari mereka, terutama dari generasi yang baru lahir atau generasi milenial, tampaknya tidak tahu bagaimana cara untuk deal with all this information. Akhirnya, jadi seperti kebingungan. So, di tengah-tengah banjirnya informasi, kadang ada yang bagus, ada yang tidak bagus, saya mau konsisten menjadi voice of sanity dan voice of education. Makanya, informasi yang saya hadirkan bersama tim yang bekerja di samping saya, haruslah informasi-informasi yang mendidik dan mencerahkan pikiran orang. ‘Mencerahkan’ bukan selalu berarti informasi yang happy. Selalu begitu juga tidak bagus, karena itu berarti kita in denial. Misal, ada kisah sedih, kita mintanya yang happy-happy saja, that’s not life. Kehidupan itu ada sedihnya, ada happy-nya. Yang penting adalah menghadirkan realitas dengan konteksnya, sehingga masyarakat yang mengonsumsi media itu jadi paham, tidak terbodohi, dan kita bisa membantu mereka untuk menjadi masyarakat yang lebih kritis dan analitis. Ketika sedang jenuh dengan pekerjaan, apakah yang biasa Anda lakukan? Baca buku, bersih-bersih rumah, nonton film. Akhir-akhir ini, saya lebih banyak membaca dan menghindari social media, karena terlalu banyak suara di kepala saya. Terlalu banyak suara di sekitar saya dan di kepala saya. Jadi, ketika saya mau keluar dari kejenuhan itu, saya fokus baca buku berjam-jam. Atau kadangkadang nonton film. Kalau tidak, olahraga,
98
antara yoga, berenang, atau jalan kaki 15 menit. Adakah rencana ke depan yang belum kesampaian? Tidak ada. Saya itu tidak pernah punya goal dalam hidup. Misalnya, lima tahun ke depan saya harus ada di posisi ini, sudah main seribu film, atau semacamnya. Tidak pernah saya ada goal yang jauh-jauh atau muluk-muluk, karena toh saya juga tidak tahu kesempatan yang bakal dikasih sama Yang Mahakuasa itu apa. Jadi, saya tunggui saja. Ketika dikasih A, saya suka, saya jalani. Ketika dikasih B, saya kurang cocok, saya tidak ambil. That’s what I do. Tapi yang jelas, yang saya tahu, di usia saya yang sudah 33 ini, yang penting adalah striving, berusaha. Kalau misalnya saya dalam kondisi yang datar-datar saja, monoton, saya gampang depresi. So, sekarang saya sudah tahu kuncinya agar tidak depresi: selalu memutar otak, striving. Adakah pesan untuk generasi yang lebih muda yang tengah mengejar cita-cita? Ikuti passion kamu. Kalau passion-nya di media, jalanilah karier di media. Kalau passionnya melukis, jalanilah melukis. Apakah yang dibutuhkan untuk menjadi seorang jurnalis? Passion. Itu yang paling dasar. Suka atau tidak? Kalau tidak yakin, jangan lakukan. Cari saja yang lain. Misalnya, tiba-tiba bilang, ‘Sebenarnya saya lebih suka masak sih.’ That’s probably your passion. Apakah yang membuat Anda happy setiap hari? Doing something that is meaningful. That makes me happy. Kita melakukan sesuatu, itu ada artinya. Misalnya, pagi-pagi sudah membawakan informasi untuk penonton atau pengonsumsi media. I feel there is meaning in it, karena orang yang mendengarkan akan mendapatkan sesuatu. Orang yang tadinya tidak tahu, jadi tahu. That is meaning. Bahkan, bikin happy ibu saya, misalnya dengan menemani dia atau menanyakan kabarnya, it has meaning because it makes her happy. Meaning in life, that is very important for me.
Framed.
Framed.
99
Timeline 2000 – 2005 Bachelor of Indonesian Literature, Faculty of Humanities, University of Indonesia 2000 - present Member of Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI) 2002 - 2003 Head of Pagupon Theatrical Club, Universitas Indonesia 2004 - 2005 Founders of Positive Movement 2005 - 2010 Chairperson of Positive Movement 2007 Participant Youth Discussion Forum, Ministry of Foreign Affairs Indonesia, ASEAN Cooperation General Directory, Jakarta, Indonesia 2007 Head Committee Peaceful Ramadhan Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Spreading the Love Through Ramadhan Spirit”
2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2007 Head Committee BRIDGE of YOUTH (BoY) 2007 Bali, Indonesia. ASEAN in Our Hands: “In Diversity We Unite”. 2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2009 Leadership Program Asiaworks, Jakarta, Indonesia August 2008 Self Development, Oneness University, Chennai, India
100
Framed.
Framed.
101
102
Framed.
Framed.
103
Renitasari Adrian
104
Framed.
Framed.
105
Saya itu to galak, dan hati. – Renita Sari Adrian
106
Framed.
omboy, n baik
Framed.
107
Mendedikasikan Diri Untuk Seni dan Budaya Indonesia Renitasari, sosok di dunia public relation dan brand management, menganggap dirinya sebagai orang yang beruntung. Ia merasa beruntung memiliki tim super di balik pekerjaan-pekerjaannya. Ia bersyukur untuk keluarga hebat yang selalu memahaminya. Memiliki pengalaman yang matang di bidang public relation dan brand management, Renitasari Adrian, wanita karier yang handal membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Dengan kesibukannya yang luar biasa, ia selalu menyempatkan diri menghabiskan waktu bersama suami dan anak-anak. Mojang Bandung ini juga ternyata memiliki minat dan kecintaan yang besar terhadap budaya Indonesia. Di balik sosoknya yang ‘super woman’, ia mengaku sebagai orang yang biasa saja dan memiliki masa kecil dan masa remaja seperti orang kebanyakan. Namun yang menarik sedari kecil, sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga, ternyata ia sudah diarahkan untuk terjun ke dunia seni oleh ibunda. “Dari TK saya sudah sering didandani untuk mengikuti lomba-lomba, rambut saya disanggul, dipakaikan pakaian daerah, ya lucu sih,� ingatnya sambil tertawa kecil. Kecintaan terhadap seni dan budaya Indonesia semakin berkembang ketika ia beranjak dewasa, rupanya ia pernah menyabet predikat Mojang-Jajaka Bandung tahun 1991 yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memperkenalkan sekaligus mempromosikan kekayaan seni, budaya dan pariwisata Jawa Barat.
108
Framed.
Anda terkenal sebagai public relation di dunia brand management. Mengapa tertarik dengan hal-hal semacam itu? Apakah citacita dari dulu? Sebenarnya bukan cita-cita. Jadi itu terjadi begitu saja. Saya dulu ingin jadi lawyer tetapi orang tua tidak mengizinkan. Dan tahun 1990an, PR industry di Indonesia sedang booming. Lalu mama cuma memberikan dua pilihan. “Kamu menikah atau kamu cari sekolah yang bisa cepat kerja.� Yang pertama bukan pilihan. [Tertawa.] Saya memilih yang kedua. Saya ajukan beberapa tempat untuk bersekolah lalu mama bilang, “Sudah, ke Singapura saja supaya dekat.� Akhirnya saya mengambil D3 di Singapura lalu tercemplung di dunia public relation karena setelah itu saya bekerja sebagai PR di hotel Panghegar di Bandung. Boleh diceritakan seperti apa perjalanan karier Anda sejak awal sampai sekarang? Itu semua mengalir begitu saja. Jadi, waktu itu saya hanya terpikir bagaimana caranya supaya bisa cepat bekerja, punya penghasilan sendiri supaya terbebas lepas dari keluarga dalam arti mandiri. Saya ambil program D3 di Singapura. Setelah pulang ke Indonesia, saya hanya menganggur dua bulan. Di Hotel Panghegar, saya bekerja kurang lebih setahun karena setelahnya saya ditawari untuk bergabung dengan PT Bakrie Brothers oleh Pak Aburizal Bakrie. Kebetulan saya sudah mengenal beliau. Pada saat saya kuliah, saya sempat kerja part time di ASEAN Business Forum dan pada saat itu Pak Aburizal Bakrie menjadi chairman-nya. Setelah saya bergabung menjadi LO dan sekretaris, ternyata itu bukan passion saya. Saya tidak cocok mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi karena saya lebih dinamis. Senang keluar kantor bertemu orang. Setelah itu saya mendapat tawaran untuk bergabung dengan PR agency, Mediakom, sebagai account executive. Di sanalah saya merintis lagi dari bawah karena tadinya saya bekerja di hotel, pindah menjadi sekretaris, lalu menjadi account executive. Setelah setahun, saya mencari lagi tantangan baru. Saya bergabung dengan sebuah perusahaan multinasional yakni PT Delta Jakarta Tbk. PT Delta Jakarta Tbk. adalah produsen untuk minuman beralkohol yakni Angker Beer. Jadi ada Angker Beer, Carlsberg, San Miguel, dan lain-lain. Di sana saya
berkarier cukup lama yakni sepuluh tahun. Saya menjadi account manager, promotion manager, dan terakhir saya sebagai brand manager untuk Carlsberg Beer. Sebuah dunia yang identik dengan laki-laki. Sekarang ini, pekerjaan saya malah menjadi Program Director untuk Bakti Budaya Djarum Foundation. Kita mendukung banyak kegiatan seniman, memberikan panggung kepada mereka supaya mereka berkarya, aktif berproduksi. Kita juga membuat sebuah panggung untuk mereka, Galeri Indonesia Kaya, di lantai delapan Grand Indonesia. Kita melihat Indonesia mempunyai banyak seniman. Sayangnya, fasilitasnya tidak ada. Awalnya Anda nampaknya setengah hati masuk dunia public relation tapi sekarang jadi bekerja dengan memakai hati. Bagaimanakah ceritanya? Saya sebenarnya bekerja selalu pakai hati. Awalnya, saya tercebur ke dunia tersebut memang. Tetapi, setiap mengerjakan apa pun, saya pasti full heart. Saya pasti fokus. Sejauh ini, apakah target dan mimpi Anda yang sudah tercapai? Membangun Galeri Indonesia Kaya. Ini awalnya sebuah ide. Namun, akhirnya kita bisa merealisasikannya sebagai panggung seniman Indonesia dan juga masyarakatnya. Saya masih sering tidak percaya dengan keberhasilan pembangunannya. Saya mengerjakan ini bersama tim dari zero. Saya melihat step by step prosesnya selama sembilan bulan sampai akhirnya resmi dibuka untuk umum Oktober 2013. Itu rasanya seperti hamil sembilan bulan. Jadi, Galeri Indonesia Kaya itu seperti anak saya. Kalau barusan soal pekerjaan, bagaimana dengan kehidupan Anda? Apa yang menurut Anda sudah menjadi pencapaian di hidup Anda? Kita memang tak selalu bisa mendapatkan apa yang kita mau. Dari luar, orang akan melihat apa yang sudah dilakukan adalah sebuah pencapaian. Tapi itu dicapai melalui proses yang panjang, kerja keras. Orang tidak melihat pada saat kita bleeding. Saya terlahir dari keluarga yang broken home. SMP kelas satu saya sudah harus tinggal sendiri. Saya sudah harus mandiri pada saat teman-teman saya masih kuliah. Waktu usia 21
Framed.
109
tahun, saya sudah punya anak. Dan kebetulan saya kurang beruntung dalam soal hubungan, jadi saya cukup lama menjadi orang tua single untuk anak-anak saya. Tapi, alhamdullilah, setelah saya melaluinya dengan air mata dan kerja keras, saya bertemu dengan seseorang. Laki-laki ini lantas menjadi figur untuk anakanak saya. Saya merasa komplet karena bukan hanya punya karier. Saya juga punya kehidupan rumah tangga seperti kebanyakan orang. Jadi, Anda bisa bilang apa yang Anda tempuh sekarang sebagai karier? Iya. Saya juga merasa beruntung karena punya orang-orang sekitar yang layaknya dream team. Saya tak mungkin bisa mengerjakan pekerjaan tanpa di-support anak-anak muda hebat di belakang saya. Saya juga punya keluarga yang men-support. Mereka tahu apa yang saya lakukan adalah untuk Indonesia, jadi mereka merelakan ibu dan istrinya keliling Indonesia. Dalam sebulan saya bisa sampai sepuluh hari di luar rumah. Ini semua saya syukuri. Walaupun capek tetapi bila kita menyenanginya ini semua jadi terasa seperti tidak bekerja. Bila punya waktu libur, Anda senang berlibur ke mana? Kalau libur, saya ingin tidur saja. Tidur, bangun siang, jangan dibangunkan. Setelah itu, makan makanan yang di pasar, kaki lima—yang khas Indonesia. Dengan kesibukan Anda, bagaimana cara membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga? Negosiasi. Negosiasi dengan anak, suami. Mereka tahu apa yang saya lakukan berbeda dengan ibu dan istri lain. Saya bekerja juga pada saat ada event, pada saat liburan. Saya harus stand by sampai malam. Alhamdulillah, mereka semua sangat mengerti dan mendukung. Kalau saya harus keluar kota dan mereka tak memperbolehkan maka saya bilang, “Ya udah, kalau gitu [kalian] ikut saja.� Itu senjata pamungkas saya.
ikut ajang seperti itu, saya terpaksa banget. Mojang Jajaka Bandung adalah ajang yang terakhir saya ikuti. Saya kira saya sudah tidak menang. Saya sudah lepas sanggul sebelum lomba berakhir. Pertanyaan sudah saya jawab dengan asal. Tapi masih menang juga. Dari kecil Anda dekat dengan siapa? Saya sebenarnya dekat dengan papa. Tapi karena papa dan mama pisah, saya jadi tidak dekat dengan siapa-siapa. Ke depannya, apa yang ingin Anda lakukan? Saya tidak muluk-muluk. Ke depannya, saya ingin jadi orang yang bermanfaat untuk banyak orang. Ingin melihat anak-anak saya jadi orang-orang yang tumbuh lebih baik dari orang tuanya. Saya ingin mereka pendidikannya lebih tinggi. Sebisa mungkin, selagi saya bisa berguna saya ingin jadi berguna. Kalau buat saya, ini semua harus dijalani dengan happy setiap hari. Kalau Anda adalah seekor binatang, Anda membayangkan diri Anda sebagai? Saya kuda. Kuda dibutuhkan sebagai transportasi. Dan dia kokoh, tangguh, melewati semua medan—panas, dingin. Kuat menanggung beban. Jika harus mendeskripsikan diri Anda dalam tiga kata, maka Anda akan mendeskripsikan diri Anda sebagai? Tomboi. Galak. Sweet. [Tertawa.]
Anda pernah menjuarai Ajang Mojang Jajaka Bandung. Katanya Anda tomboi, tetapi mengapa Anda bisa mengikuti ajang ini? Bagaimana ceritanya? Di-abuse sama orang tua. [Tertawa.] Saya satusatunya anak perempuan, jadi sejak TK sudah disuruh ikut segala macam perlombaan. Setiap
110
Framed.
Framed.
111
Timeline 2000 – 2005 Bachelor of Indonesian Literature, Faculty of Humanities, University of Indonesia 2000 - present Member of Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI) 2002 - 2003 Head of Pagupon Theatrical Club, Universitas Indonesia 2004 - 2005 Founders of Positive Movement 2005 - 2010 Chairperson of Positive Movement 2007 Participant Youth Discussion Forum, Ministry of Foreign Affairs Indonesia, ASEAN Cooperation General Directory, Jakarta, Indonesia 2007 Head Committee Peaceful Ramadhan Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Spreading the Love Through Ramadhan Spirit”
2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2007 Head Committee BRIDGE of YOUTH (BoY) 2007 Bali, Indonesia. ASEAN in Our Hands: “In Diversity We Unite”. 2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2009 Leadership Program Asiaworks, Jakarta, Indonesia August 2008 Self Development, Oneness University, Chennai, India
112
Framed.
Framed.
113
114
Framed.
Framed.
115
Sarita Ibnoe
116
Framed.
Framed.
117
I am quirk artsy, and expressio
118
Framed.
ky, d onless.
Framed.
119
Design, Seni, dan Aku Di balik wajahnya yang datar, Sarita Ibnoe cinta bereksperimen. Ia selalu mencoba-coba gaya maupun media yang berbeda dalam berkesenian. Ia senang dengan proses. Puas dengan hasil karya yang pribadi dan orisinil. Sarita Ibnoe adalah seorang seniman multimedia yang karya-karyanya bisa dinikmati mulai dari gambar dengan menggunakan media arang dan lukisan akrilik, instalasi dan kolase ilustrasi. Seniman asal Jakarta ini juga dikenal sebagai desainer grafis dan ilustrator. Sarita Ibnoe menciptakan karya seni yang berbeda, banyak menggunakan gaya abstrak dan melankolis, yang sedang cukup hype di kancah seni urban lokal. Dengan partisipasi regulernya di pameran selama beberapa tahun terakhir, dia bilang dia akan terus memproduksi lebih karya seni di tahun-tahun mendatang.
120
Framed.
Bagaimana Anda memosisikan diri dalam dunia seni? Sulit untuk diringkas dalam kata-kata. Saya melakukan banyak hal, dan semuanya berada di bidang seni. Latar belakang pendidikan saya adalah desain grafis, dan pada tahun lalu saya juga mempelajari ilustrasi. Saya bekerja sebagai desainer grafis dan ilustrator, dan sekarang saya di bidang seni visual.
Apakah sebagai seniman sudah bisa dikatakan sebagai karier? Bekerja di bidang seni tidak bisa disebut sebagai karier. Ini dunia lain bagi saya dan saya benar-benar menikmati melakukan hal itu. Dan ini bukan pekerjaan untuk mendapatkan uang. Hal ini menjelaskan mengapa saya masih bekerja sebagai freelancer untuk melakukan beberapa karya desain grafis dan ilustrasi.
Mengapa memilih seni visual? Awalnya saya suka membuat sesuatu yang menghasilkan karya seni. Saya senang ketika membuat sesuatu dengan menggambar, tampaknya ada kepuasan tersendiri untuk menghasilkan sesuatu.
Bagaimana Anda merencanakan masa depan? Saya masih ingin terus melakukan pekerjaan di berbagai bidang seni. Misalnya sekarang saya sedang belajar seni tenun. Saya telah mempelajari seni tenun itu selama dua tahun terakhir dan saya sangat menyukainya.
Dari mana Anda mendapatkan inspirasi dalam membuat sebuah karya seni? Inspirasi saya berasal dari kejadian sehari-hari, saya juga melihat-lihat internet, saya selalu bersemangat untuk membuat pekerjaan saya sendiri dan menghasilkan cerita. Saya membuat seni sebagai media untuk bercerita. Apa yang Anda harapkan dari apa yang Anda lakukan sekarang? Karya seni saya lebih ke kepuasan diri sendiri dan mengekspresikan diri. Saya mencintai apa yang saya lakukan. Apakah bakat seni Anda sudah terlihat sejak kecil? Saya suka menggambar sedari kecil, orang tua saya tidak memiliki bakat seni, mereka tidak melakukan pekerjaan artistik seperti saya. Semuanya berawal ketika saya berusia sekitar 8 tahun. Sebagai seorang anak biasa, saya suka tinggal di rumah, dan sopir ayah saya benarbenar pandai menggambar jadi saya selalu meniru apa yang ia gambar. Saya melakukan itu terus hingga gambar menjadi sebuah kebiasaan yang saya lakukan di rumah dan di sekolah. Bagaimana Anda mengatasi creative block? Saya biasanya melakukan sesuatu yang lain, seperti liburan, untuk mengisi ulang energi saya yang baru. Apakah Anda memiliki tujuan liburan favorit? Saya biasanya memilih tujuan liburan dengan waktu yang lumayan panjang, sehingga saya bisa kembali ke rumah dengan pikiran yang segar.
Apa yang membuat Anda tertarik untuk belajar seni tenun? Saya selalu menyukai sebuah proses, termasuk proses pembuatan tenun. Dan jika saya membuatnya sendiri, saya mendapatkan kepuasan tersendiri, untuk menghasilkan sesuatu yang lebih pribadi dan orisinil. Anda memiliki begitu banyak bakat dan minat, jika Anda harus memilih salah satu, mana yang akan Anda pilih? Saya suka semuanya, tapi mungkin yang paling saya suka adalah menggambar. Kebetulan saya telah bekerja sama untuk membuat sebuah buku dengan seorang teman yang berprofesi sebagai seorang fotografer dan penulis. Kami bekerja sama membuat karya dan menuangkannya ke dalam sebuah buku. Anda belajar di London, bisa Anda ceritakan sedikit? Di samping seni rupa, saya juga belajar desain grafis di perguruan tinggi, dan setelah itu saya benar-benar beruntung bisa belajar ilustrasi di London selama satu tahun. Mungkin karya seni saya kebanyakan dipengaruhi oleh desain dan Ilustrasi. Momen paling mengesankan dari mengikuti pameran seni? Saat yang paling berkesan bagi saya adalah ketika saya bergabung dengan seleksi untuk Gudang Garam Indonesian Art Awards, saya menjadi salah satu finalis yang terpilih untuk memiliki kesempatan untuk menampilkan karya
Framed.
121
seni saya di Galeri Nasional pada tahun 2015. Dapatkah Anda menjelaskan diri Anda dalam tiga kata? Unik, seni dan tanpa ekspresi. Apa yang Anda maksud dengan tanpa ekspresi? Itulah apa yang orang katakan ketika mereka bertemu saya. Mereka mengatakan bahwa wajah saya selalu tanpa ekspresi. Berwajah datar [tertawa]. Tips untuk para seniman muda? Ini agak sulit untuk saya karena saya dalam posisi yang tidak pede untuk memberikan tips. Tapi saya akan melakukannya dengan cara ini, saya akan melakukan hal ini seolah-olah saya menasihati sedikit Sarita saat dia baru memulai sebagai seniman muda. Saya mungkin akan mengatakan padanya, jangan malas, melakukan apa yang Anda cintai, dan jangan lupa untuk selalu disiplin.
122
Framed.
Framed.
123
Timeline 2008-2009 Middlesex University, London 2005-2008 Lim Kok Wing University, Cyberjaya 2009 “Middlesex Degree Show” – at Old Truman Brewery Brick Lane, London, UK 2011 “Bukan Mereka, Hanya Kami” – at Treehouse Kemang, Jakarta, Indonesia 2012 ACT. A charity exhibition by Kopi Keliling – at 1/15 Coffee, Jakarta, Indonesiac-1 2013 Kopi Keliling Vol. 07 – at Kedai Kebun Forum, Jogjakarta, Indonesia 2013 IAF 2013 by PPI Singapore – at Esplanade, Singapore 2013 EXI(S)T #2: INSTRUKSI – at dia.lo.gue artspace, Kemang, Jakarta, Indonesia 2014 ARTE2014: regenerasi – at Assembly Hall, JCC, Jakarta, Indonesia 2014 March for the Elephants. an art installations exhibition by WWF – at Car Free Day, Jakarta. 2015 WANITA: Female Artivsm – Jakarta! – at Gabriel Gallery, Melbourne 2015 VOID – at Langgeng Gallery Magelang 2015 ‘Respublica’ Gudang Garam Indonesian Art Award – Finalist at Galeri Nasional, Jakarta 2016 Custom Minky Show – at Ghostbird + Swoon Gallery, Bali, Indonesia
124
Framed.
Framed.
125
126
Framed.
Framed.
127
Tohpati
128
Framed.
Framed.
129
I woke up every mor with a gui my hand.
– To
130
Framed.
p rning itar in
Tohpati
Framed.
131
Berjalan hidup diatas senar gitar Perjalanan Hidup di Musik Melalui Gitar Tohpati bukan orang yang banyak berbicara. Pemalu bahkan. Tetapi, gitarnya sudah berbicara banyak dan tidak malu. Musik adalah caranya untuk memperjuangkan kebahagiaan keluarganya dan orang-orang. Pada usia dini, Tohpati Ario Hutomo sudah tertarik untuk menjadi seorang musisi dan sering bermain dalam pertunjukan-pertunjukan di Jakarta. Kemudian, seiring dengan kemampuan musiknya yang semakin terasah, Tohpati berhasil memenangkan gelar gitaris terbaik di sebuah festival band di ibukota. Usianya baru 14 tahun ketika ia meraihnya. Tohpati, yang juga akrab dipanggil ‘bontot’, lahir di Jakarta pada tanggal 25 Juli 1971. Dia adalah anak bungsu dari Harnoko Hadisubroto dan Siti Werdhi Harini. Oleh karena itu, nama bontot datang, secara harfiah namanya memiliki arti “anak bungsu dalam keluarga.� Tohpati menikah dengan Ratih Mustikawati, dan pasangan ini dikaruniai dua anak; Saskia Gita Sakanti dan Adwitya Gita Tisti. Perjalanan musiknya dimulai ketika ia berada di kelas empat, di mana ia mengembangkan minatnya dalam bermain gitar. Itulah saat di mana Tohpati mengingat kenikmatan bermain gitar dengan pamannya yang bernama Herri. Kemudian Tohpati mengambil
132
Framed.
pelajaran gitar klasik di Yayasan Musik Indonesia (YMI) hingga level 5. Dia adalah penggemar beberapa band dengan aliran rock dan heavy metal seperti Led Zeppelin, Deep Purple, Genesis, The Police. Tapi selama sekolah menengah, di mana ia bertemu Didi AGP dan Dian HP, musisi besar Indonesia lainnya, minatnya pada musik semakin luas. Mereka membentuk band bernama Splash Band dengan Cendi Luntungan (drummer), Nya Ina Raseuki alias Ubiet (vokal), Ricky Johannes (vokal) dan Yoyok (saksofon). Sejak saat itu, ia mendapat kesempatan untuk melakukan beberapa rekaman, serta tampil di jazz musik di TVRI. Dan ia mulai mendengarkan musik jazz dan mengidolakan Mezzoforte, Uzeb, Spirogyra, Kazumi Watanabe, dan banyak lagi. Saat ia tumbuh dewasa, ia membentuk beberapa band lainnya. Tohpati band bersama dengan saudara-saudaranya, dan Halmahera dengan Indro Hardjodikoro, yang masih ia kerjakan
sampai sekarang. Halmahera memiliki dua album: Halmahera satu dan Alam Seniku.
Hardjodikoro (bass), Saat Syah (suling) dan Jalu Pratidina (perkusi etnik). Mereka pernah membuat sebuah album dalam bentuk DVD.
Melanjutkan perjalanan musiknya, Tohpati bekerja dengan Erwin Gutawa, mendukung konser beberapa penyanyi besar Indonesia seperti Ruth Sahanaya ini, Chrisye dan Krisdayanti ini. Kemudian ia menjadi direktur musik dari konser Titi DJ. Karya-karyanya berujung kepada pertemanannya dengan Aminoto Kossin, keyboardist dari Karimata, yang kemudian menjadi produser dua album pertamanya, Tohpati (1998) dan Serampang Samba (2002), diproduksi di bawah Sony BMG. Eric Marienthal, Indra Lesmana, Glenn Fredly, Shakila, dan beberapa nama lainnya yang ditampilkan dalam dua album ini. Jejaknya dalam musik jazz di Indonesia dilanjutkan dengan dia bergabung dengan band bernama Simak Dialog, dengan Riza Irsyad, Ari Ayunir dan Indro Hardjodikoro. Band ini telah memiliki empat album. Lukisan, Baur, Trance/ mision dan patahan. Karya-karyanya telah membentuk Trisum, bersama-sama dengan Dewa Budjana dan I Wayan Balawan, trio gitaris, didukung oleh Sandy Winata (drummer) dan Indro
Pada tahun 2010, Tohpati merilis album lokal di bawah rekor demajors dan di AS di bawah Moonjune record. Album ini disebut TOHPATI Ethnomission. Ethnomission Tohpati tampil di “Virada Cultural� di Sao Paolo, Brasil; tong tong festival di Denhag, juga di Berlin pada tahun 2010. Dengan dialog SIMAK, ia tampil di Kuala Lumpur, Malaysia; Miri Jazz Festival di Serawak; dan Kathmandu Jazz Festival di Nepal. Band The Yellowjackets asal Amerika Serikat yang tampil di Jazz Festival Jakarta 2010, menampilkan Tohpati sebagai pemain gitar. Mereka melakukan 1 sesi rekaman lagu untuk Tohpati album berikutnya. Dan masih di bawah rekor demajors label, pada tahun 2011 ia merilis album lain TOHPATI BERTIGA, Tohpati pada gitar, Indro Hardjodikoro pada bass dan Bowo pada drum. Kegiatanya baru-baru ini, antara lain memproduksi penyanyi rekaman papan atas Indonesia, dan juga sebagai music director untuk beberapa acara musik atau acara musik TV.
Framed.
133
Tohpati adalah nama yang unik, apa arti dari nama tersebut? Nama saya sebenarnya memiliki arti yang cukup dalam, “berjuang hingga akhir,� jadi nama saya ini diambil karena pada ibu saya memiliki sedikit kesulitan pada saat proses persalinan. Bisakah Anda ceritakan apa yang membuat Anda sangat mencintai musik? Mungkin karena faktor keturunan, ibu saya berasal dari keluarga musik, dia juga bermain musik khususnya keroncong. Dan saya pikir itu datang juga dari lingkungan sehari-hari saya sejak saya masih kecil. Anda mulai mencintai musik sejak usia yang sangat muda, bisa Anda ceritakan siapakah yang mempengaruhi? Ketika saya masih di sekolah dasar saya sering mendengarkan Queen, saya punya begitu banyak pengaruh dari musik mereka. Kebetulan paman saya memiliki beberapa alat musik, dan saya sering meminjam gitarnya untuk berlatih. Awalnya saya ingin menjadi seorang drummer, namun minat saya untuk gitar lebih besar.
Darimana Anda mendapatkan inspirasi Anda? Saya selalu mendapatkan inspirasi saya dari lingkungan, dari pengalaman beberapa teman, bahkan dari istri saya yang selalu memberi saya banyak dukungan. Apa arti dari keluarga untuk Tohpati? Keluarga bagi saya adalah motivasi saya dalam musik. Seluruh pekerjaan saya didedikasikan untuk mereka, keluarga saya adalah pendukung terbesar saya. Jelaskan diri Anda dalam tiga kata. Pemalu, tenang, musisi. Siapa Tohpati? Tohpati adalah seorang musisi dan seniman yang berusaha untuk kebahagiaan keluarganya dan orang lain melalui karya-karyanya.
Apa yang Anda sukai dari gitar? Gitar itu mobile, saya bisa pergi ke mana pun membawanya dan bermain gitar. Gitar itu sangat praktis dan saya pikir itu lebih asyik dari instrumen lainnya. Apa yang membuat Tohpati berbeda dari gitaris lain? Saya pikir mungkin karena selain menciptakan musik, saya juga seorang music director. Gitaris favorit atau musisi? Saya suka mendengarkan Sting dan Phil Collins. Jelaskan musik Anda kepada kami. Musik saya adalah saya. Bagaimana rasanya menjadi seorang gitaris? Saya benar-benar menikmati hidup saya, dan saya berterima kasih bahwa saya bisa bermain musik. pekerjaan saya adalah hobi saya.
134
Framed.
Timeline 2000 – 2005 Bachelor of Indonesian Literature, Faculty of Humanities, University of Indonesia 2000 - present Member of Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI) 2002 - 2003 Head of Pagupon Theatrical Club, Universitas Indonesia 2004 - 2005 Founders of Positive Movement 2005 - 2010 Chairperson of Positive Movement 2007 Participant Youth Discussion Forum, Ministry of Foreign Affairs Indonesia, ASEAN Cooperation General Directory, Jakarta, Indonesia 2007 Head Committee Peaceful Ramadhan Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Spreading the Love Through Ramadhan Spirit”
2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2007 Head Committee BRIDGE of YOUTH (BoY) 2007 Bali, Indonesia. ASEAN in Our Hands: “In Diversity We Unite”. 2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2009 Leadership Program Asiaworks, Jakarta, Indonesia August 2008 Self Development, Oneness University, Chennai, India
Framed.
135
136
Framed.
Framed.
137
Yudi Wanandi
138
Framed.
Framed.
139
Semuanya mengesan saya. Dala media say bertemu d banyak or 140
Framed.
a sangat nkan bagi am dunia ya bisa dengan rang. – Yudi Wanandi
Framed.
141
Perjalanan Melalui Bisnis dan The Arts Orang-orang media mengenal Yudi Wanandi sebagai CEO surat kabar berbahasa Inggris terbesar Indonesia. Sosok berdedikasi dan gila kerja. Namun, ketimbang pebisnis, ia lebih enteng mengidentifikasi dirinya sebagai seniman. Gairahnya di dunia arsitektur, yang telah digelutinya sejak 1992, tak pernah tanggal. Yudi Wanandi belajar arsitektur di Jakarta. Ia memperoleh gelar Magister Arsitektur di UCLA di 1990. Kemudian pada tahun 2002, saat bekerja di ARchitelier, sebuah perusahaan konsultan arsitektur, sejumlah penghargaan itu diberikan pada dia dan timnya. Di antara mereka adalah Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Award untuk proyek villa di Bali, ICI (perusahaan cat) Awards untuk sebuah rumah di Jakarta dan sebuah rumah di Bandung. Terdaftar di portofolionya, antara lain adalah proyek iklan, hotel dan resort, lembaga, tempat tinggal dan desain interior. Sekarang Yudi memainkan peran dalam dunia media sebagai pemimpin bisnis sebuah perusahaan media ternama di Jakarta. Sebagai CEO The Jakarta Post, Yudi kini melanjutkan semangat ayahnya, Yusuf Wanandi, dalam memimpin surat kabar berbahasa Inggris terbesar di Indonesia.
142
Framed.
Siapakah sebenarnya Yudi Wanandi? Saya seorang yang sangat menyukai seni, saya suka bepergian. Nama saya diambil dari salah satu karakter wayang Indonesia, Yudistira, yang memiliki makna bijaksana dan tidak mudah marah. Pada dasarnya saya mewakili nama itu. Saya juga sangat berdedikasi dalam hal untuk pekerjaan saya, dan saya bisa mengatakan saya termasuk orang yang gila kerja. Beberapa teman saya mengatakan bahwa saya karismatik, ramah dan suka bersosialisasi. Apa yang Anda lakukan sebagai CEO dari Jakarta Post? Saya harus memperhatikan agar semuanya berjalan dengan baik, selain itu saya juga berpikir mengenai keuntungan dalam industri ini, sehingga kita dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Dengan posisi saya saat ini, saya memiliki kewajiban untuk terus menjaga stabilitas dan kontinuitas The Jakarta Post, menjadi koran berbahasa Inggris terbesar di Indonesia. Bagaimana Anda memulai karier Anda dalam industri ini? Maukah Anda berbagi cerita dengan para pembaca kami? Saya seorang arsitek. Setelah menyelesaikan studi saya di AS, saya memulai di dunia arsitektur pada tahun 1992. Sekitar enam tahun yang lalu, ayah saya memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya, dan diharapkan salah satu dari anak-anaknya untuk memimpin Jakarta Post. Setelah memikirkan hal ini cukup lama, saya akhirnya memutuskan untuk terjun ke dalam industri ini. Dalam enam bulan pertama melibatkan diri saya dengan kepemimpinan di Jakarta Post, membawa saya untuk membuka banyak pintu kesempatan, karena saya bertemu banyak orang di industri media. Nah, sudah enam tahun sekarang dan saya harus mengatakan bahwa saya suka memimpin tim di koran ini. Apakah Anda saat ini masih melakukan bisnis arsitektur? Ya, saya masih melakukan passion saya di dunia arsitektur. Saya currently creating beberapa desain untuk bangunan seperti JS Luwansa Hotel Jakarta, dan beberapa di Palangkaraya, Labuan Baju dan Bali. Saya juga sekarang bekerja pada sebuah gedung perkantoran beberapa di ibukota.
Apa pendapat Anda tentang menjadi seorang arsitek? Arsitek bagi saya adalah lebih ke industri perhotelan seperti hotel, resor, perumahan dan restoran. Arsitektur adalah kombinasi dari teknologi, sosial, seni, dan segala sesuatu tentang itis kepuasan yang bisa saya dapatkan. Bagi saya, mendesain adalah sebuah proses, yang entah bagaimana seperti memiliki pengalaman melahirkan. Apa tantangan Anda antara bekerja di industri media dan dunia arsitektur? The Jakarta Post telah ditetapkan kehadiran selama 33 tahun. Dan ketika saya bergabung dengan perusahaan, itu sudah berjalan selama sekitar 22 tahun. Dengan sistem dan teknologi yang sudah sangat mapan. Dan saya harus mengubah dan menjaganya agar tetap diperbarui, saya pikir ini adalah yang paling pekerjaan yang harus saya lakukan. Seperti apa Yudi Wanandi ketika kecil? Ayah saya adalah seorang dengan karakter yang kuat. Sejak kita masih kecil, ia selalu berpikir kita harus menjadi yang terbaik dalam segala hal. Hal ini mungkin mencerminkan saya dengan semacam kepribadian sebagai perfeksionis. Mana yang paling mengesankan bagi Anda, bisnis media ini dan arsitektur? Semuanya sangat mengesankan bagi saya. Dalam dunia media saya bisa bertemu dengan banyak orang, saya juga masih bisa hidup profesi saya sebagai seorang arsitek dan masih berada dekat dengan dunia seni. Lahir di sebuah keluarga yang erat kaitannya dengan dunia seni, pernah ada perselisihan dengan keluarga? Tentu saja kami pernah berdebat. Ayah saya memberi anak-anaknya kebebasan untuk memiliki pendapat mereka sendiri. Dan karena ia adalah seorang penggemar dari lukisan, ia juga sering meminta pendapat kami tentang lukisan yang ia akan membeli. Hal-hal yang Anda tidak bisa lupakan? Ketika kakak saya meninggal, itu adalah saat paling tak terlupakan dalam hidup saya. Kami empat bersaudara, salah satu saudara saya meninggal karena kanker lidah. Ketika ia didiagnosis dengan kanker lidah, itu adalah
Framed.
143
saat yang paling sulit dalam hidup saya karena ia adalah orang yang paling dekat dengan saya. Saya selalu berada di sisinya ketika ia sakit, saya digunakan waktu itu untuk memberinya dukungan terbesar dan semangat saya sehingga ia bisa sembuh. Ini adalah hal yang membuat saya belajar banyak untuk memahami apa arti hidup dan mati. Kami sangat menyesal mendengar itu, tapi apakah kematian saudara Anda mempengaruhi kehidupan Anda dan karier? Tentu saja hal itu. Setelah adik saya meninggal, ayah saya meminta saya untuk membantu dia memimpin The Jakarta Post. Dia ingin saya menggantikannya dan menjalankan perusahaan. Adikku adalah satu-satunya yang memberi keberanian untuk mengatakan ya untuk ayah saya. Dia mengatakan kepada saya bahwa saya adalah orang yang paling cocok untuk pekerjaan dalam keluarga yang dapat membantu ayah kami dan menjalankan perusahaan. Apa tujuan hidup Anda? Saya ingin pensiun dini, dan menjelajahi dunia. Karena saya suka bepergian dan saya bisa mendapatkan banyak hal dari bepergian. Sejauh ini, Anda sudah melakukan travelling ke mana saja? Amerika, Amerika Selatan, Eropa, Afrika, Asia, Australia. Apa yang Anda lakukan selama bepergian? Saya selalu tinggal lebih lama waktu perjalanan saya. Tujuannya adalah untuk mengeksplorasi segala sesuatu di tempat yang saya kunjungi, seperti makanan dan hal-hal menarik lokal lainnya. Dari semua lokasi Anda bepergian, manakah yang merupakan salah satu yang paling berkesan? Saya pikir tempat yang paling berkesan bagi saya adalah Paris, saya benar-benar merasa seperti di rumah ketika berada di sana. Suasana yang sangat menyenangkan, makanan yang enak dan saya benar-benar menikmatinya.
tempat favorit saya adalah kamar saya, di mana saya bisa beristirahat sambil menonton televisi. Bagaimana Anda melihat Indonesia saat ini? Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar dalam banyak aspek, tapi saya pikir orang-orang di sini masih belum dapat menyesuaikan seperti negara-negara berkembang lainnya. Jadi saya kira kita harus bekerja keras dan bergandengan tangan untuk membangun Indonesia. Jika ada beberapa orang muda datang kepada Anda dan bertanya bagaimana untuk menjadi seperti Yudi Wanandi, apa yang akan Anda katakan? Saya akan bertanya kepada mereka, apa negara ini berarti bagi mereka. Maka saya akan mengundang mereka untuk bergabung dengan saya untuk membangun Indonesia bersamasama. Mereka harus memiliki tujuan besar dan cita-cita. Apakah Anda pernah berada dalam situasi yang sulit? Situasi yang paling sulit yang pernah saya miliki adalah ketika saya harus memilih antara industri media dan arsitektur. Sebenarnya saya lebih menyukai arsitektur. Tapi saya belajar untuk hidup dengan karier saya di industri media ini, yang telah ayah saya telah diberikan. Jelaskan diri Anda dalam tiga kata Gigih, sabar, dan seniman. Jika Anda adalah warna, warna apa yang mewakili Anda? Saya rasa saya akan memilih merah. Merah mewakili keberanian. Karena saya orang yang berani, berani mencoba sesuatu yang baru. Saya juga ingin menjadi pemimpin, ingin memberikan pengaruh yang positif kepada lingkungan.
Biasanya apa yang Anda lakukan di waktu luang? Saya suka menonton televisi, atau bersantai di tempat dengan pemandangan yang indah. Tapi
144
Framed.
Timeline 2000 – 2005 Bachelor of Indonesian Literature, Faculty of Humanities, University of Indonesia 2000 - present Member of Ikatan Keluarga Sastra Indonesia (IKSI) 2002 - 2003 Head of Pagupon Theatrical Club, Universitas Indonesia 2004 - 2005 Founders of Positive Movement 2005 - 2010 Chairperson of Positive Movement 2007 Participant Youth Discussion Forum, Ministry of Foreign Affairs Indonesia, ASEAN Cooperation General Directory, Jakarta, Indonesia 2007 Head Committee Peaceful Ramadhan Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
“Spreading the Love Through Ramadhan Spirit”
2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2007 Head Committee BRIDGE of YOUTH (BoY) 2007 Bali, Indonesia. ASEAN in Our Hands: “In Diversity We Unite”. 2007 Steering Committee Camp Pemuda Nusantara (CPN) 2007, West Java, Indonesia. “Damai Dalam Perbedaan” 2009 Leadership Program Asiaworks, Jakarta, Indonesia August 2008 Self Development, Oneness University, Chennai, India
Framed.
145
146
Framed. Section
Framed. Section
147
Framed.
design by : epicyoung - ericyeoung@gmail.com