Tuhan adalah Gembala

Page 1

Tuhan adalah

Gembala - Ivan Yunarta & Felisia Devi -


Ivan:

Our Purpose

Booklet ini bukan untuk ‘memamerkan’, saya hanya ingin menyampaikan betapa menyenangkan hidup bersama Tuhan. Oleh karena kami suka mendiskusikan sesuatu dan Felis suka menuliskannya, kami bermaksud membuat membuat booklet ini awalnya menjadi kenangan bagi kami berdua. Tetapi, setelah kami pikir hasil perenungan ini adalah tentang Tuhan dan firmanNya, maka tidak ada salahnya juga jika kami buat untuk memberkati yang lain. Kami berdoa kiranya booklet ini bisa menjadi alat/bukti bahwa Tuhan peduli dengan hidup setiap kita.

Felisia:

Kami berdua (terutama saya) tidak pernah bermimpi untuk bisa membuat booklet ini, apalagi untuk hadiah dihari pernikahan kami. Seperti yang Ivan bilang, booklet ini bukan untuk ‘show off’ bahwa kami hebat. Awalnya kami sedang berpikir, apa yang bisa kami berikan sebagai apresiasi atau hadiah yang bukan ‘sekedar’. Terpikirkan untuk memberi dari apa yang bisa saya lakukan, menulis. Ya, menulis tentang pengalaman kami bersama Tuhan selama ini yang ternyata berkaitan disetiap masa. Booklet ini menjadi salah satu bentuk pertanggung jawaban saya, bukan hanya kepada Tuhan, tapi juga kepada mereka-mereka yang sudah membawa pengaruh bagi hidup saya bahwa apa yang sudah mereka berikan, tidak sia-sia dan memberi dampak buat hidup saya sampai hari ini. Termasuk orang-orang yang sudah memberkati kami sepanjang hidup kami, baik secara moril, support dan materi. Orangtua, Cici, Adik-

1

adik, Om Tante, sepupu-sepupu serta keluarga besar lain, keluarga dalam Kristus, para sahabat dan semua yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Lewat hidup merekalah salah satu cara Tuhan memberkati kami. Kami mau mengatakan, apa yang mereka tabur dalam hidup kami, tidak mau kami sia-siakan. Booklet ini baru awal kisah dari Tuhan untuk kami jalani. Dengan kasih karunia dan tuntunan Tuhan, kami akan terus melanjutkan cerita ini dan kiranya dukungan serta doa dari kalian sebagai keluarga, saudara, sahabat sekalian mendukung kami untuk bisa terus menjalankan apa yang Tuhan percayakan. Yang pasti booklet ini jauh dari sempurna dan kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan atau kejadian.

Love,

Ivan & Felisia


Editor: Franceska Diana - franceskadiana@gmail.com Designer: Eunike Santosa - eunike.santosa@gmail.com 2


Letter to..

3


4


Aku& Gembala Cerita ini merupakan cerita penting dalam hidup kita berdua. Tanpa cerita ini tidak ada cerita lainnya dalam booklet ini.

5


Ivan:

Layaknya anak lelaki lain, Ivan kecil adalah Ivan yang badung, gak mau denger apa kata orang, dan suka ngelawan. Sampai akhirnya, saya mengikuti retret sebuah sekolah minggu, dengan lagu yang masih terngiang hingga kini bahwa Tuhan adalah benteng dan penolong dalam hidupku. Entah mengapa saat itu saya senang sekali mendengarkan lagu tersebut dan sering menyanyikannya berulang-ulang. Tertarik dengan sekolah minggu tersebut, saya menjadi rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada. Tuhan mendidik saya hari demi hari menjadi seperti yang Dia mau. Dulu, saya memiliki berbagai keinginan yang juga berubah menjadi kebutuhan. Saya bahkan hampir tidak dapat membedakan antara perasaan, sudut pandang logis, bakat, kesukaan, semuanya bercampur-aduk mengisi ruang pertimbangan-pertimbangan dalam hidup saya. Tuhan baik, Ia mendidik saya. KehadiranNya di setiap momen terkecil, menyadarkan saya betapa baiknya Tuhan. Ia mengabulkan apa yang saya butuhkan dengan cara-caraNya yang ajaib. Sedikit demi sedikit, saya dapat

membedakan antara keinginan dan kebutuhan, harapan Tuhan dan kehendak pribadi, bujukan, pengaruh atau hikmat. Tuhan membimbing untuk saya semakin mengerti, mengenal dan semakin percaya bahwa Dia adalah Allah yang hidup. Hal terindah yang Ia berikan adalah menempatkan orang-orang yang spesial dalam hidup saya. Mulai dari Papi, Mami yang melahirkan saya, Emak yang mengajarkan nilainilai lewat dongeng yang ia ceritakan sebelum tidur, Engkong yang selalu setia menemani saya belajar, teman SD yang mengajak aku sekolah minggu, para Lautze yang dengan setia pada panggilannya untuk mengajarkan saya nilai-nilai kristiani, saudara-saudara, Om dan Tante yang mengajarkan tata karma, juga mengenalkan kepada komunitas di gereja setelah saya dan keluarga pindah rumah. Bahkan Tuhan memberikan kakak-kakak rohani yang membimbing, yang mengajarkan saya untuk berorganisasi, teman-teman kampus yang memberikan aku teladan dalam melayani jiwa. Bapa rohani yang membuat aku memiliki wawasan yang luas dan sudut pandang yang berbeda tentang Tuhan.

6


Felisia :

Saat saya berusia 7 tahun, saya harus kehilangan Papi yang saya cintai. Sejak saat itu saya merasa tidak memiliki harapan dan masa depan yang cerah. Banyak hal yang terjadi, harus saya hadapi sendiri sehingga membentuk saya menjadi orang yang tidak menyenangkan. Oleh kemurahan, kasih karunia dan kebesaranNya, saya bisa ‘bertemu’ dan mengenal Tuhan yang menjadi penyelamat dalam hidup saya. Sekitar tahun 1999, saya mengundang Dia untuk tinggal dalam hidup saya, Dialah yang membuat saya kembali memiliki pengharapan dalam hidup. Sejak momen itulah saya berubah sedikit demi sedikit, “Tuhan itu hidup, Ia melakukan banyak hal buat saya bahkan sebelum saya menyadari Dia ada.” Kehadiran Tuhan dalam hidup saya bagaikan mentari yang menerangi kegelapan. Ia membuat perubahan dalam hati saya; dari yang merasa kesepiaan menjadi merasa terhibur, dari yang sakit hati menjadi dipulihkan karena saya tahu Tuhan sudah terlebih dahulu mengampuni saya. Saya terus belajar untuk mencari Tuhan dan kebenaranNya, membangun hubungan erat denganNya dan menikmati suaraNya di dalam hati saya. Sampai saat ini pun saya masih terus belajar dan mengejar hal ini, karena inilah yang menjadi sumber kehidupan saya. Kalau bukan Tuhan, tidak ada pribadi saya seperti sekarang. Ia memelihara, mencukupkan dan menuntun di sepanjang jalan kehidupan saya. Saya mau hal ini terus berlanjut disepanjang sisa hidup saya.

7


Tuntunan

Sang

Gembala Ivan:

Bagi saya, pasangan hidup itu haruslah seseorang yang mampu mendorong saya menjadi pria yang hidupnya maksimal. Dengan segala macam prinsip yang saya terima dari kebenaran firman Tuhan, maka saya menarik kesimpulan bahwa menemukan pasangan hidup bukanlah sesuatu yang mudah ditemukan. Walaupun ada banyak wanita di sekitar kehidupan saya, tapi rasanya sukar menemukan pasangan yang sesuai dengan kebenaran yang terpatri dalam pikiran saya.

8


Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, muncullah pertanyaan, “Kok gue belum dapetdapet pasangan ya? Salah dimana ya? Apa standar gue ketinggian? Mungkin gue terlalu pilih-pilih? Apa mungkin gue ini terlalu tertutup dan tidak berani memulai sesuatu?.� Kemudian, saya merasa sedikit frustasi dan mulai berusaha mendekati wanita dengan kekuatan maupun cara sendiri. Tapi karena memaksakan, yang ada saya semakin kurang maksimal dalam Tuhan, bahkan tidak membuahkan hasil. Akhirnya saya sadar dan belajar berserah sama Tuhan. Saya memiliki iman, kalau Ishak bisa dipertemukan dengan Ribka, maka hal yang serupa akan terjadi atas kehidupan saya. Saya berkomitmen menyerahkan rasa kuatir ini kepada Tuhan, akhirnya saya menjadi lebih lega dan tidak terbebani apapun. Sampai suatu ketika, Saya dipertemukan dengan Felisia oleh

seorang anggota gereja. Meskipun, dulu punya konsep kalau dikenalin cewe, berarti harus dikejar dengan resiko jadi atau gak. Tetapi setelah aku mengalami prosesnya Tuhan, saya jadi mengerti bahwa dikenalin, bukan berarti aku pasti jadi dan harus dikejar. Jadi ketika dikenalkan, bukan dengan motivasi harus dapet atau terobsesi, tetapi lebih kepada rasa berserah kepada kedaulatan Tuhan dan menjadikan wanita tersebut sebagai teman sesama orang percaya. Benar saja dugaan saya, pertama kali menindaklanjuti pertemuan pertama, penolakan pun terjadi. Tetapi, karena saya sudah merdeka, penolakannya tidak membuat saya menyerah untuk tetap berkomunikasi seperti layaknya seorang teman. Kemudian, saya mulai mencari tahu tentang pribadi Felisia, salah satunya melalui media sosial. Saya menemukan ternyata ia sangat suka menulis dan hal

“Akhirnya saya sadar dan belajar berserah sama Tuhan�

9


itu sangat membuat saya kagum. Felisia seorang pribadi yang tidak biasa, dia menjadi berkat lewat tulisannya. Hal ini membuat saya semakin penasaran. Tapi di lain sisi saya merasa, “Bisa gak ya gue deketin orang kaya gini.” Di akhir usaha saya untuk mendekatinya, saya ditolak lagi dan lagi. Meskipun demikian, saya tidak kecewa, saya tetap berserah. Saya tetap berfokus menjadikannya teman di dalam tubuh Kristus, sehingga bukan lelah lagi yang saya rasakan, bahkan hubungan kami semakin nyaman dan lebih mudah untuk bertukar pikiran. Ya, akhirnya saya berbincang dengan Felisia. Kami saling bertukar-pikiran tentang kebenaran firman Tuhan yang samasama kita pelajari dan tentang pelayanan yang kami jalani. Sampai suatu ketika, hati yang dingin itu bisa tiba-tiba merespon berbeda dari biasanya dan kami makin intens berkomunikasi.

Felisia:

Setelah berkomitmen untuk tidak mainmain soal hubungan, bukan berarti saya mulus menjalaninya. Menyukai seorang pria juga ada, bertepuk sebelah tangan pernah. Pokoknya saya sudah melewati beragam suka dan duka, itu sebabnya saya lama menyandang status jomblo. Tidak sedikit yang menganggap saya gak bisa move on, dikira penyuka sesama jenis, dikasihani juga pernah. Padahal yang suka mah ada banget, cuma saya harus selektif soal pasangan hidup. Saya memang punya prinsip sendiri; kalau pacaran itu bukan hanya sekedar pacaran, tapi mau yang ujungnya married. Cari calon pun gak mau yang ‘asal’, bukan yang penting lelaki, yang sama agamanya. Saya mau bertemu dengan orang yang dapat membuat saya yakin dia memang dari Tuhan. Soal pakaian aja kita pilih-pilih, apalagi hal penting begini, yang cuma untuk sekali seumur hidup. Bukan berarti saya tidak pernah gagal loh. Meskipun sudah tahu pria itu bukanlah yang Tuhan mau, saya tetap menjalaninya, akhirnya hubungan itu membuat saya ‘babak belur’ alias jatuh-bangun dalam dosa.

10


Peristiwa itu membuat saya belajar bahwa pasangan hidup itu datangnya dari Tuhan, itu bukan karena kekuatan saya tapi karena kasih karunia Tuhan. Pertama kali ketemu Ivan, saya merasa ia bukan ‘tipe’ saya. Jadi, ‘cinta pada pandangan pertama’ itu sama sekali tidak terjadi. Ketika dia berusaha mengejar pun, yang ada saya malah risih sendiri dan menganggap dia sama dengan pria pada umumnya. Jadi tetep saya cuekin saja.

“Saya percaya Tuhan tidak memaksa. Ia memberikan saya pilihan, apakah saya mau memilih yang Tuhan berikan dan kalau saya tidak mau juga tidak apa-apa.” Ketika kami saling bicara dan bertukar-pikiran mengenai kebenaran firman Tuhan, saya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan orang ini, “tapi apa ya.. keliatannya sih bukan pria yang macem-macem, sopan, tapi kok saya tetap malas mendoakannya ya.” Sampai suatu hari saya membuka jurnal tentang kriteria pasangan hidup yang sudah saya doakan beberapa tahun sebelumnya. Betapa terkejutnya saya, karena Ivan sama dengan clue yang pernah Tuhan kasih. Akhirnya saya mulai mendoakan dan menemukan ada kesombongan dalam diri saya. Tuhan terus memproses kehidupan saya sampai bisa menerima Ivan apa adanya. Saya menemukan banyak hal yang memang harus berubah. Doa membuat saya merasa yakin. Selain itu, semakin saya mengenal 11

Ivan, saya melihat ia bukan sekedar orang beragama yang sibuk pelayanan, tapi ia seorang pria yang takut akan Tuhan. Dan yang membuat saya confirm yaitu, ada kejadian yang mungkin sedikit supranatural. Saat terbangun dipagi hari, dengan kondisi masih mengantuk, saya mendenger Tuhan berbicara kalau Ivan yang terbaik buat saya. Hal ini terjadi bukan cuma sekali, 2 kali saya mendengar suara Tuhan itu. Selama perjalanan iman saya dengan Tuhan, saya tidak pernah mendapat jawaban sejelas itu. Saya menarik kesimpulan, berarti ini adalah hal yang penting sampai Tuhan menyampaikan sebegitunya. Saya percaya Tuhan tidak memaksa. Ia memberikan saya pilihan, apakah saya mau memilih yang Tuhan berikan dan kalau saya tidak mau juga tidak apa-apa. Secara pribadi, saya tidak bisa menolak apa yang sudah menjadi kehendak Tuhan, karena Ia sudah bermurah hati dan tidak main-main ketika menyatakan kehendakNya. Saya sangat bersyukur menjadi salah satu pribadi yang diberitahu kehendakNya. Jadi sejak saat itu, saya mulai terbuka untuk saling mengenal dengan murni.


Berjalan Bersama

Gembala “Tapi bila aku harus sendiri pun, aku akan tetap melayaniMu dengan maksimal.�

12


Ivan:

“Tuhan kalau memang Engkau mau saya untuk menikah, maka jadilah padaku sesuai dengan apa yang Engkau mau. Tapi bila aku harus sendiri pun, aku akan tetap melayaniMu dengan maksimal.” Itulah isi doa saya ketika mendoakan Felisia. Ada rasa damai, meskipun ditolak saat pertama kali mengajak bertemu. Rasa damai itulah yang membuat saya yakin bahwa Felisia diberikan Tuhan untuk menjadi pasangan hidup. Keyakinan ini pulalah yang membuat saya percaya, kalau Tuhan sudah memulai, maka Tuhan pulalah yang akan terus memimpin hubungan kami sampai dengan waktu pernikahan.

FELISIA:

Saya berani mengambil keputusan menikah bersama Ivan bukan karena faktor usia, juga bukan karena Ivan mengajak saya menikah. Tapi, saya percaya ini memang waktunya Tuhan dan melihat Ivan sebagai pribadi yang ‘respect’ akan Tuhan. Hal ini terbukti melalui sikap dan perilakunya terhadap saya. Saat pertama kali saya mengajaknya berkomitmen menjaga kekudusan dalam hubungan; mulai dari hal kecil yaitu tidak bergandengan tangan, tanpa perlu penjelasan panjang lebar, Ivan malah sangat setuju dan memang ia juga mau melakukannya. Ivan adalah sosok pria yang tidak mempermainkan hati dan memanfaatkan saya secara fisik untuk kepentingannya. Ivan, menjaga dan menghargai saya sebagai wanita.

13

“Saya percaya ini memang waktunya Tuhan dan melihat Ivan sebagai pribadi yang ‘respect’ akan Tuhan.” Ivan:

Konfirmasi secara pribadi mungkin saja bisa salah, oleh karena itu saya mau benar-benar terbuka terhadap proses pengenalan. Tidak putus–putusnya saya melakukan konfirmasi demi konfirmasi kepada Tuhan, apakah dia adalah wanita yang dikirim untuk saya. Salah satunya, Tuhan memakai wadah Bimbingan Pranikah (BPN) untuk kami tidak hanya saling mengenal. Kami diajar untuk menggunakan waktu pra-nikah kami dengan berkualitas; mengenal lebih dalam dan mencari tahu pengertian pernikahan dari sudut pandang Allah. Selain itu, kami juga diajar mengenai bagaimana membangun hubungan yang benar, menemukan visi pernikahan sebagai “kompas” dalam menjalani pernikahan, mimpi pernikahan, termasuk mengenai tanggal pernikahan yang kami tetapkan.


FELISIA:

“Hah, November? Cepet amat gak salah? baru juga kenal. Udah yakin belum lu?,” itulah sederet komentar sekaligus pertanyaan yang dilontarkan saat kami berdua memberitahukan rencana pernikahan. Wajar, kami berdua sendiri mengakui bahwa hubungan ini bisa dibilang cukup singkat sampai memutuskan untuk menikah. Ketika memutuskan untuk membangun hubungan, kami sepakat untuk membawanya sampai ke jenjang pernikahan, tapi tidak merencanakannya di bulan November 2015; Kami bertemu pertama kali bulan April 2014, saya mulai yakin dan mendapat pesan khusus dari Tuhan pada bulan Juni-Juli 2014, resmi jadian Oktober 2014. Jadi, tidak terpikirkan untuk menikah di tahun 2015 ini. Tidak ada dalam plan sama sekali. Keinginan saya, pacaran minimal 1 tahun, persiapan menikah 1 tahun, menikah paling cepet 2016-lah. Jalan Tuhan bukanlah jalan kami, rancangan kami bukanlah rancanganNya (Yesaya 55:8). Tuhan mau kita menikah di November 2015. “Tau darimana itu maunya Tuhan, nge-roh bener?”. Secara pribadi, saya mengenali suara yang berbicara di hati saya, suara yang biasa menuntun sejak saya menyerahkan diri dalam Tuhan. Saya percaya pernikahan adalah perkara rohani dan jika pernikahan adalah rancanganNya, Tuhan pasti sudah merencanakan kapan (tanggal) saya menikah. Dia yang mempersatukan adalah ‘roh’, maka ada perkara rohani didalamnya.

Ivan:

Sebenarnya saya mendapatkan impresi di hati bahwa kami akan menikah bulan November, tapi saya merasa itu terlalu cepat sehingga saya belum mau menyampaikan hal ini kepada Felisia, saya ingin mengujinya dulu. Setelah saya sampaikan kepada Felisia tentang bulan November, ia pun mendapatkan konfirmasinya sendiri.

Felisia:

Waktu dia bilang November, shock se-shock shocknya. “Hah? November? Gak salah nih Tuhan? Gak kecepetan, kelas bimbingan kan mau nya sampai kelar,..bla bla bla…” Pokoknya saya mencurahkan segala keberatan saya untuk menikah di November 2015 dan Tuhan menjawab dengan pernyataan yang bikin saya tertunduk malu sambil bertobat, “Ingatkah Devi kapan pertama kali Aku pernah berbicara kamu akan menikah 4 tahun lagi, itu bulan November.” Langsung saya buka-buka jurnal dan benar menemukan tulisan jurnal tanggal 27 November 2011, di situ menulis pesan Tuhan bahwa, “Saya akan menikah 4 tahun lagi.. “

Ingatkah Devi kapan pertama kali Aku pernah berbicara?

14


Di jurnal ini, Tuhan hanya bilang 4 tahun lagi di hari ulang tahun saya. Tapi pertanyaan saya tentang kapan tepatnya, 2015 atau 2016, tidak dijawab dan saya hanya bisa menyimpan pernyataan Tuhan ini di dalam hati. Saya juga hanya berpikir ulang tahun saya itu ya Februari. Sampai setelah proses mendoakan tanggal ini bersama Ivan, saya baru mendapat jawaban atau baru mengerti, salah satunya mengerti bahwa ulang tahun yang Tuhan maksud adalah ‘ulang tahun saya secara rohani’, yaitu bulan November. Ternyata bukan hanya karena saya menulis jurnal ini di bulan November 2011, tapi karena November 1999 inilah pertama kali saya lahir baru secara rohani, yaitu mengakui bahwa Tuhan Yesus sebagai juru selamat saya, sewaktu ada KKR di gereja mama saya.

15

Ivan:

Kami percaya, jauh sebelum kami bertemu Tuhan sudah menetapkan siapa yang akan menjadi pasangan hidup kami secara detail. Tuhan sudah menuliskannya di dalam kitab kehidupan, termasuk tanggal kapan kami akan menikah pun Tuhan sudah mengaturNya sedemikian rupa.

Felisia:

Pernyataan Tuhan membuat saya semakin menyadari kebesaran Tuhan. PenyertaanNya sungguh semakin nyata. Ketika Tuhan berjanji, Ia akan menepatiNya TEPAT seperti yang Ia janjikan. Keputusan untuk menikah bukan karena rencana, kesanggupan, maupun kekuatan kami. Hari pernikahan dan cerita booklet ini bisa ada, benar-benar karena Tuhan.


& Gembala Aku, Dia

Ivan:

Pada awalnya, saya memahami visi pernikahan hanyalah tema di hari pernikahan, khususnya pada upacara pemberkatan atau sekedar ayat yang akan memperindah katakata di undangan. Tapi ternyata, visi sangatlah dibutuhkan bagi sebuah ikatan pernikahan. Saya mendapatkan

bahwa visi itu bagaikan bahtera di tengah lautan yang membutuhkan tujuan agar tidak terombang-ambing. Bagaikan memasuki hutan belantara, kita membutuhkan kompas untuk dapat sampai ke tujuan. Meskipun, seringkali kita tidak yakin untuk mengikuti arahannya karena terlalu mustahil

16


17

Felisia: Awalnya, saya sendiri tidak yakin dengan visi yang kami dapatkan karena saya pikir visi itu biasanya sesuatu yang spektakuler atau luar biasa. Ternyata, visi itu tidak jauh dari pengalaman yang saya alami sejak pertama kali mengenal Tuhan. Visi ini seperti semakin memperjelas judul buku kehidupan saya yang Tuhan tuliskan, dan pernikahan merupakan bab lanjutan dari bab-bab sebelumnya. Selama proses membangun hubungan, kami banyak membicarakan, menggali dan merenungkan arti Tuhan sebagai Gembala, khususnya di Mazmur 23. Jujur saja, saya sempat ‘protes’ sama Tuhan, kenapa di kasih visi dengan ayat yang sudah familiar di kalangan orang Kristen, kesannya ‘pasaran banget.’ Tapi kenyataannya, firman Tuhan itu hidup dan kaya, pasti menjadi luar biasa jika dihidupi. Tuhan adalah Gembala, dan kami adalah domba. Kami berdua mendapatkan pengertian, Mazmur 23, merupakan pendampingan Tuhan selama perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bukan sesuatu yang rutin atau monoton semata. Ayat ini sangat menguatkan bagi kami yang akan menjalani kehidupan baru, kami tidak tahu

All rights reserved by Stefan Schinning

untuk dilewati, tapi ketaatan terhadap arahan itulah yang menuntun kita sampai pada tujuan. Visi dalam pernikahan diberikan Tuhan kepada setiap pasangan yang akan menikah sebagai penunjuk arah; kemanakah pernikahan mereka itu akan berjalan, sehingga kami tahu jalan untuk kembali tatkala kami jatuh, tau arah tatkala menghadapi jalan buntu, teguh tatkala bimbang dan ragu. Dalam kelas bimbingan pra-nikah yang kami ikuti, mendapatkan visi merupakan hal terutama yang harus kita dapatkan terlebih dahulu. Visi bukan sekedar mencuplik ayat tertentu dari Alkitab, visi berbicara tentang hubungan kita dan Tuhan sendiri Melalui doa dan percakapan kami berdua, saya dan Felisia mendapatkan visi pernikahan kami yaitu “Tuhan Sebagai Gembala”.


apa yang terjadi di depan. Kami berdua pun tidak mendapatkan jaminan bahwa hidup ini akan selalu aman dan nyaman karena kami sama-sama manusia berdosa. Firman ini menjadi pegangan bahwa Tuhan berjalan bersama-sama dengan kami. Ada 6 kata dalam mazmur 23 yang kami garis bawahi karena mengandung pengertian yang mendalam:

Senantiasa Memberikan Kecukupan (kepuasan) Ivan:

“Tuhan adalah gembalaku,” pernyataan ini bagaikan pengakuan seorang anak yang kagum akan superhero-nya. Rasa puas atau cukup merupakan suatu ungkapan bahwa hanya Tuhan satusatunya yang dapat membuat saya puas. Saya yakin, Felisia adalah pribadi yang paling pas dipilihkan Tuhan bagi saya. Itulah yang menjadi kepuasan saya yaitu pilihan Tuhan. Felisia bukanlah wanita yang sempurna secara tempramen, kebiasaan, dan latar belakang. Namun semuanya itu memberikan hasil yang berbeda, ketika sukacita maupun rasa takut akan saling melukai saat penyesuaian diubahkan menjadi semangat akan penyesuaiaan itu sendiri karena disana ada keterbukaan dan pemulihan bukan hanya bagi pasangan tapi juga bagi diri sendiri.

Felisia: Ada beragam ketakutan dan keraguan di hati sebelum memutuskan menjalin hubungan sama Ivan. Setelah saya doakan, saya diingatkan untuk tidak menilai dirinya secara yang kelihatan saja dan tidak menggantungkan kebahagiaan pernikahan kepada manusia (termasuk orang yang saya pilih untuk menikah) atau kepada hal duniawi, tapi tetap pada Tuhan saja. Jadi, bukan semata karena Ivan pribadi yang hebat, bukan karena dia berusaha meyakinkan saya dengan janji-janji manis dan bukan karena ia sangat bisa diandalkan sehingga saya berani memutuskan untuk menghabiskan sisa hidup saya dengannya (menikah), melainkan karena Tuhan. Tuhan yang memberi saya iman, Tuhan yang bisa diandalkan akan berada diantara kami, memampukan kami menjalani apa yang dipercayai lewat pernikahan ini.

Membaringkan & Membimbing IvaN:

Bimbingan Tuhan itu merupakan arahan yang benar. Memahami seorang Felis merupakan hal yang tidak mudah dan sangat mustahil dilakukan dengan kekuatan, kepandaian, maupun hikmat saya sebagai manusia. Saya menjadikan Tuhan sebagai pribadi yang dapat dipercaya untuk memberikan pengertian dan arahan, karena Dia

18


mengerti kapan domba itu “lapar”, sakit, terancam dan merasa tidak nyaman. Pada saat saya mengikuti arahanNya, saya yakin akan diberikan kemampuan dan hikmat dalam bertindak, memutuskan sesuatu, berkata sesuatu, mendengarkan dan membuktikan sesuatu. Bertemu dengan orang-orang yang mempengaruhi hidup saya, juga pertemuan dengan pembimbing pranikah yang terbaik merupakan suatu gambaran nyata bahwa Sang Gembala memilih tempat untuk membaringkan saya. Hubungan saya dengan Yesus secara pribadi, senantiasa membuat saya melihat betapa berartinya seorang Gembala dalam hidup ini.

Felisia: Dalam proses bangun hubungan, pastinya ada konflik karena perbedaanperbedaan. Ketika sedang konflik, rasanya Ivan menjadi pribadi yang nyebelin banget sedunia, bikin kesel, dan sulit sekali memahami pikirannya. Di saat itulah kami butuh Tuhan yang menjadi pemersatu, sehingga kami bisa menyelesaikan konflik. Tuhanlah yang menjadi alasan untuk kami mau menyikapi setiap perbedaan yang ada. Saya bisa mengerti Ivan bukan karena Ivan banyak melakukan ini itu atau menjelaskan dari A sampai Z, tapi karena Tuhan yang memberi pengertian. Ivan bukan pribadi yang sempurna, yang menjadi jawaban dari segala permasalahan hidup saya, tapi dia adalah pribadi yang Tuhan kirimkan untuk saya semakin mengenal Tuhan, 19

diri sendiri dan membentuk saya semakin serupa dengan gambar Allah.

Memberikan Kesegaran & Menuntun Ivan:

Dalam menjalani hubungan dengan Felis, kami menyadari bahwa hubungan dengan Tuhan-lah satu-satunya kunci untuk saling mengenali, saling memberi teguran, dan menerima nasihat. Kami berkomitmen berdoa sepakat setiap harinya. Mendoakan banyak hal, dari mulai mendoakan visi, tanggal pernikahan sampai masamasa mempersiapkan pernikahan (mendoakan pilihan vendor-vendor, serta bagaimana bernegosiasi dengan mereka tentang harapan dan harga), mendoakan sepanjang hari agar boleh menyenangkan, perjalanan agar lancar, dan terjadi percakapan yang indah selama perjalanan. Memang kesannya berlebihan, tapi itulah yang kami rasakan, ada berkat dan mujizat yang kami alami saat menyertakan Tuhan dalam detail keputusan dan kehidupan kami.

Felisia: Damai, bukan karena situasi, melainkan hati yang dipenuhi damai sejahtera. Mau situasi aman terkendali, kalau hati tidak damai juga sama saja bohong. Ivan selalu mengingatkan agar saya


Photo: All rights reserved by Dreamsmitten

Hubungan dengan Tuh an-lah satu-satunya kunci untuk saling men genali, saling memberi teguran, dan menerima nasihat.

memiliki damai sejahtera itu, percaya bahwa Tuhan yang memegang kendali, dan semua itu bisa diselesaikan. Dia selalu mengajak saya berdoa untuk segala sesuatu, yang artinya butuh Tuhan untuk segala sesuatu yang kami lakukan. Apalagi saya tipe yang mudah panik, berasa seluruh dunia langsung berubah jika ada hal yang diluar dugaan. Tentunya persiapan pernikahan bukanlah perkara yang mudah; banyak hal yang harus dipikirin, dipilih, diputuskan. Dari mau nikah kapan, dimana, gaya apa, pilih vendor-vendor apa. Semua harus diputuskan dengan bijak, karena urusan pernikahan bukan hanya berkaitan dengan kami semata, melainkan juga keluarga besar masing-masing, jadi setiap keputusan harus ‘bijak’.

Prinsip kami, sekalipun bagi tugas, setiap keputusan harus disepakati bersama. Awalnya banyak hal yang susah kami sepakati, karena perbedaan pandangan. Tidak jarang, kami beradu pendapat, misalnya saja: saya mau vendor ini karena udah suka dihati, tapi Ivan bisa kurang setuju karena itu diluar budget. Buat saya yang penting suka, harga cincai saja klo mahal dikit, bahkan saya rela menambahkan dengan uang pribadi saya klo perlu. Tapi saya tau ini tidak benar, karena dengan cara itu artinya saya tidak menghormati Ivan. Solusinya, kita sama-sama melihat apakah pendapat yang kita pertahankan itu penting (esensi) dan sesuai firman Tuhan? Jika tidak sesuai berarti harus mau melepaskan pendapatnya. Bisa 20


saja sih saya merayu, memanipulasi supaya Ivan menuruti keinginan saya, tapi saya tidak mau melakukannya karena itu adalah dosa. Jadi saya harus rela kesukaan/keinginan saya tidak terwujud kalau memang tidak ada kebenarannya. Acuan kami adalah kebenaran firman Tuhan, itulah yang jadi pedoman karena kebenaran pribadi masih bisa salah.

Ivan:

Saat terjadi konflik, saat berada dalam kondisi tidak menyenangkan, keberadaan Tuhan dalam hidup kami menjadi keyakinan tersendiri sehingga ada rasa aman di hati. Gada dan tongkat bukanlah suatu ancaman, melainkan alat untuk mendidik dan lambang otoritas Tuhan untuk memberikan perlindungan dan perlawanan akan setiap ancaman bahaya. Jika orang berpendapat bahwa konflik bagaikan lembah kekelaman dan harus dihindari; karena disana ada keadaan saling menyakiti, melelahkan karena menghabiskan seluruh energi untuk mempertahanakan pendapatnya. Sebaliknya, kami mau melihat konflik sebagai sesuatu yang perlu disikapi baik, kami mau belajar dari Daud yang melihat “lembah kekelaman” sebagai sesuatu yang aman untuk dilalui karena disana ada Tuhan yang menunjukkan penyertaanNya. 21

Felisia: Sekalipun saya yakin akan keputusan untuk menikah dengan Ivan, tetapi ada kekuatiran yang muncul, “Akan sanggupkah saya menjalani pernikahan? Bagaimana kalau konflik itu hadir di tengah-tengah kami? Apa saya bisa hidup bersamanya, sementara sifat saya seperti ini? Tidak sedikit orang-orang yang mengalami masalah dalam rumah tangga, tidak terkecuali anak-anak Tuhan.” Namun, setelah mempelajari dan mengetahui kebenaran-kebenaran tentang pernikahan, saya semakin antusias dan tidak lagi terombangambing oleh kekuatiran. Saya menghargai pernikahan yang Tuhan ciptakan dengan maksud abadi dan mengandung panggilan bagi hidup saya secara pribadi. Pernikahan adalah perkara yang serius, pernikahan itu sendiri merupakan ciptaan Allah yang mulia. Panggilan menikah itu juga bertujuan untuk kemuliaan Allah. Dia yang memanggil, Dia juga yang akan

Photo: All rights reserved by voteforbear

B esertaku


mendampingi, juga menyelesaikannya (1 Tesalonika 5:24).

Menyediakan & Mengurapi Ivan:

Kekuatiran muncul saat saya sedang menantikan janji-janji Tuhan, karena antara kenyataan yang dihadapi berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan. Saya percaya bahwa Tuhanlah yang memampukan saya memiliki iman yang teguh untuk percaya akan janjiNya; melihat seorang wanita yang mau menerima saya apa adanya, menjadi calon istri saya. Saya percaya janjiNya itu YA dan AMIN. Hal ini sesuai dengan tentang menyediakan hidangan didepan para lawan. Di dalam otoritaslah, Tuhan memperhitungkan orang-orang yang tidak dianggap bagi dunia; Tuhan memilih Daud seorang gembala dari beberapa ekor kambing domba untuk diangkat menjadi Raja yang diurapi.

Pengurapan itu merupakan suatu kepercayaan, mandat, otoritas yang diberikan agar dapat melangkah memulai segala sesuatu, terutama mengerjakan apa yang Tuhan mau. Janji Tuhanlah yang membuatnya berhasil, jika saya setia dalam panggilan dan melalukan apa yang baik di mata Tuhan. Pemulihan gambar diri yang saya alami, memampukan saya untuk berani melangkah dan mempercayakan hidup ini kepada Sumber pengharapan itu sendiri.

Felisia: Kami tidak memiliki gambaran untuk menikah dalam waktu yang dekat. Selain karena alasan mengadakan pesta pernikahan itu tidak murah, kami merasa secara materi belum ‘sanggup’ atau cukup untuk hidup berumah tangga, “Apakah kita sudah punya ini, itu, dll?”. Selama saya single saja, mengumpulkan uang bertahuntahun hasilnya tidak seberapa. Sempat kami memilih untuk mengadakan pemberkatan saja, selain karena irit, kami juga tidak mau membuang-buang uang. Namun, setelah saya doakan, Tuhan malah memberikan iman bahwa kami bukan hanya bisa melaksanakan pemberkatan, melainkan juga mengadakan resepsi. Mendengar jawaban Tuhan, saya malah berkompromi, “gimana kalau mentahnya saja Tuhan, sayang buangbuang duit segitu banyak, mending buat beli ini22


itu.” Lalu Tuhan menjawab, “Berkat ini memang bagian untuk kalian bisa menikah dengan resepsi, kamu tidak mau resepsi juga tidak apa, tapi berkat ini tidak bisa ditukar dengan apapun”. Jawaban Tuhan itu, menemplak saya, kok sepertinya saya mengatur Tuhan ya, hehehe ... Jadi, hari pernikahan kami ada, benar-benar karena Tuhan. Ya, itulah kerennya Tuhan. Dia yang berencana, Dia juga yang membuat semua dapat terlaksana. Orang yang diurapi atau ditahbiskan berarti selain ia resmi dilantik, ia juga diberi kepercayaan karena sang pemberi tahu bahwa yang diberikan kepercayaan itu bisa melakukan tanggung jawab dan memiliki hal-hal yang diperlukan untuk menjalankan tanggung jawabnya itu. Kepercayaan yang Tuhan berikan kepada saya selalu disertai kasih karunia untuk menjalankannya baik sebagai istri maupun ibu nantinya.

23

Kebajikan & Kemurahan Ivan:

Bukan suatu kebetulan, jika kata ‘kebajikan dan kemurahan’ ditempatkan pada ayat terakhir dari Mazmur 23. Saya percaya, ini merupakan suatu gambaran dari berkat yang melimpah, hasil akhir dari perjalanan menyenangkan yang telah dijalani. Mungkin, ide yang sedikit ‘kurang kerjaan,’ ribet, dan apalah itu untuk kami membuat booklet ini. Meskipun demikian, kami tetap mau mengerjakannya karena ada berkat tersendiri saat kami mulai memikirkan dan merangkai kata demi kata. Kami melihat dan menyadari bahwa selama ini begitu banyak berkat yang Tuhan beri. Jika booklet ini menjadi berkat bagi teman-teman, Bapak dan Ibu


yang membacanya, itu layaknya suatu kebahagiaan tersendiri menjalani setiap perintah Tuhan secara bersamasama dan akan semakin banyak setiap pasangan diberkati. Kalau boleh saya kutip asiknya beramai-ramai melakukan sesuatu, “layaknya hujan itu menyenangkan karena turunya ramai-ramai dan bukan hanya setetes saja.”

Felisia: Dulu saya memiliki gambaran, gembala mau merawat dan menggembalakan domba-dombanya karena ada keuntungan yang didapatkan dari domba-domba tersebut. Tuhan jelas bukan gembala seperti itu, Tuhan memang memiliki maksud menggembalakan domba-domba yaitu umatNya sendiri, tetapi Ia sama sekali tidak mengambil keuntungan

dari domba-dombanya. Sebaliknya, sebagai domba, kita sering mengalami keuntungan (berkat) ketika Ia menjadi gembala hidup kita. Bersyukur Tuhan mengirimkan orang-orang yang bersedia membantu kamu dengan sukarela selama masa persiapan ini. Mulai dari keluarga besar yang men-support banyak hal, mendapatkan pembina BPN yang difavoritkan :) (Kak Yusuf&Kak Anna) yang sangat-sangat menolong, Eunike dan kak Cica yang membantu terwujudnya booklet ini, sampai temanteman yang mau repot untuk jadi panitia dengan sukarela. Kami percaya itu semua karena kemurahan Tuhan. Pengalaman Tuhan sebagai gembala pastinya tidak akan berhenti sampai disini, doa dan bantu mengingatkan kami untuk terus menghidupi apa yang sudah Tuhan percayakan dan melihat Dia sebagai Gembala kami.

24


Yusuf & Anna Ho

Pembina Bimbingan Pra Nikah

Yusuf: Secara pribadi, saya melihat perubahan besar, pada kalian dari yang semula hanya melihat pernikahan sebagai tahapan kehidupan, menjadi sebuah misi yang sangat besar dari Allah. Setelah membaca tulisan kalian dalam booklet, teringat akan ayat firman Tuhan dalam Matius 13:44, yang berbunyi â€œHal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.â€? Kalian seperti menemukan sebuah harta karun, sehingga ada sebuah semangat yang sangat besar untuk mendapatkannya, bahkan rela membayar harganya dengan penyangkalan diri saat terjadi konflik dan mengikuti semua materi yang disampaikan dalam BPN. Pernikahan terlihat menjadi sesuatu yang sangat menggairahkan bukan hanya sebagai sebuah momen akbar saja, tapi sebagai sebuah karya agungNya Sang Gembala bagi kalian. Pesan saya, jangan pernah biarkan kekaguman kalian akan karyaNya dalam masa pra-nikah hanya sekedar menjadi memori dan nostalgia, tapi biarlah semuanya ini menjadi batu lompatan kepada kekaguman yang lebih besar terhadap karya-karyaNya dalam hidup pernikahan kalian nantinya. 25


Anna: Sebelum mengikuti BPN baik Ivan dan Devi melihat pernikahan seperti umumnya pasangan-pasangan yang akan menikah, hati berbunga-bunga dan penuh dengan mimpi, serta angan-angan yang indah sehingga kadang mengesampingkan realita juga perbedaan-perbedaan yang perlu dipelajari serta ditemukan bersama melalui komunikasi. Setelah ikut BPN, Devi dan Ivan mulai menyadari hal ini, mata mereka seperti terbuka bahwa begitu banyak realita dan perbedaan yang hanya bisa terjembatani kalau mereka menyadari ada Tuhan Yesus diantara mereka. Visi pernikahan yang mereka dapatkan itu adalah “kompasâ€? yang mengingatkan dan menolong mereka bahwa tanpa Tuhan semua mimpi dan kerinduan mereka tidak mungkin tercapai. Mengenal Tuhan dan jalan-jalanNya adalah kebahagiaan orang benar; pola/cara Tuhan berbicara dan menyatakan diriNya kepada setiap pribadi merupakan hal yang sangat personal dan perlu ditemukan seiring dengan pertumbuhan dan kedewasaan seseorang dalam mengenal Dia. Demikian juga halnya dalam pernikahan dengan tantangan dan ujian yang tentunya lebih bila dibandingkan dengan pengenalan pribadi, karena kalian akan menemukan bersama-sama setiap langkah yang harus ditapak menuju pernikahan sampai pada akhirnya maut memisahkan. Ivan dan Devi tentunya tidak tahu semua hal yang akan terjadi didepan tapi mereka punya kepastian, keyakinan dan keteguhan hati bersama bahwa kedaulatan Tuhan akan membawa dan menyertai hubungan pra-nikah mereka, sampai masuk dalam pernikahan dan menjalaninya sampai akhir hidup mereka. Itulah keindahan dan kebahagiaan hidup anak-anak Tuhan. Jadikan Tuhan selalu sebagai Partner aktif dalam pernikahan kalian. Ingatlah selalu, pernikahan kalian adalah “etalaseâ€? pernikahan dan hidup keluarga yang menggambarkan bagaimana semua kemustahilan menjadi hal yang mungkin untuk dilakukan hanya karena kalian melibatkan Tuhan. Perbedaan itu memang ada, tapi Tuhan yang ada dalam hidup dan pernikahan kalian juga nyata. Jangan menyerah saat hati dan pikiran sulit menerima, serahkan dan libatkanlah Tuhan untuk menolong kalian. 26


Widodo & Alice Pembina

di

GBI Graha Anugerah

Saya mengenal Ivan kurang lebih 17 atau 18 tahun yang lalu. Awalnya Ivan tidak terlihat sebagai remaja yang aktif dalam kegiatan gereja, karena mungkin ia belum begitu dekat dengan para pembimbing rohani di Graha Anugerah. Namun seiring berjalannya waktu, kesetiaan, tanggung jawab, disiplin dan pribadi yang baik itulah membuat saya sebagai salah satu pembimbing Youth sekaligus Sekolah Minggu, merasa perlu ada generasi baru yang harus diberdayakan dalam pelayanan demi perkembangan pekerjaan Tuhan. Ternyata Ivan adalah seorang muda yang mempunyai hati yang melayani. Ia pribadi yang rendah hati, rela berkorban, perhatian (care), mudah empati, ringan tangan, cepat bergerak, kreatif dan menarik, tanggung jawab, tidak mudah tersinggung, juga tidak mudah marah. Semuanya itu membuat kami merasa bangga dan diberkati 27

dengan keterlibatan Ivan di dalam pelayanan. Thanks GOD.... Harapan kami bagi pernikahan kalian : Membaca kesaksian kalian berdua, cukup membuat kami kagum dan bangga karena belum pernah ada dari sekian orang-orang muda yang kami bina melakukan hal ini. Kalian cukup matang dalam mempersiapkannya. Selama ini yang sering dilakukan orang yang mau menikah adalah membahas persiapan fisik (pesta) dengan segala pernak-pernik dan kesibukannya. Tetapi, kalian mempersiapkan duaduanya dan hal itu sangat AMAZING. Kesaksian kalian LUAR BIASA. Seperti VISI yang kalian terima dari Tuhan, itu pula yang kami harapkan. Kami tahu, memang itu sangat ideal, biasanya impian yang idealis dalam membentuk rumah tangga sering dimiliki oleh setiap pasangan yang akan menikah;


baik secara rohani maupun lahiriah. Itu tidak salah, tetapi INGAT bahwa Kehidupan itu adalah REALITA. Libatkan Tuhan dalam seluruh perjalanan rumah tangga kalian. Kenyataan hidup seperti : kesulitan, perbedaan pendapat, perselisihan, situasi sulit pasti akan muncul. Jika hal itu terjadi, hadapi bersama dengan bersikap DEWASA sebagai anak-anak Tuhan. Jangan mudah menyerah, jangan mudah saling mempersalahkan. Berusahalah saling mengerti. Jika salah satu dari kalian “lagi tinggi� yang lain harus lebih rendah. Jika ada yang marah, jangan sampai berdosa sehingga lepas kontrol dalam perkataan. Hadapi setiap persoalan secara dewasa dan tidak mudah cengeng. Usahakanlah kalian mandiri, jangan libatkan orang ketiga dalam setiap perbedaan. Selesaikan dengan melibatkan TUHAN. Kami yakin kalian mampu karena Tuhan. Jika Tuhan kelak mempercayakan keturunan, didiklah anak-anak untuk mengenal dan takut akan Tuhan sejak dini. Pengalaman perjalanan iman kalian kiranya dapat kalian “tularkan/impartasikan� kepada anak-anak kalian kelak. Rasanya kalian sudah lebih tahu apa yang harus kalian lakukan, banyak nasehat dan bimbingan yang telah kalian terima. Biarlah firmanNya itu menjadi solusi utama dalam seluruh tantangan di hidup kalian. Jadilah keluarga yang DIBERKATI dalam segala hal dan biarlah rumah tangga kalian MEMULIAKAN TUHAN. 28


29


Cerita kami ini bukanlah satu-satunya cara Tuhan yang mutlak, ada banyak anak Tuhan lainnya yang memiliki cerita pengalaman mereka sendiri bersama dengan Tuhan. Kami percaya, Tuhan sendiri sudah menuliskan cerita di setiap kehidupan manusia dalam buku kehidupanNya. Temukanlah cerita itu dan biarkan Tuhan mewujudkannya dalam cerita kehidupan Anda. Jika booklet ini memberkati, Anda dapat membagikannya kepada yang lain. Setiap pesan, kesan, kesaksian dan pertanyaan yang Anda dapatkan ketika membaca booklet ini, dapat dikirimkan melalui email sheepwithshepherd@gmail.com

30


“Wedding Gift Ivan Yunarta & Felisia Devi� - untuk k ala nga n sendiri, Tidak diper jual belik a n -


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.