Masa kecil dan Akhir hidup Khalifah Ali bin Abi thalib

Page 1

Sejarah Khalifah Ali: Masa kecil hingga Akhir hidupnya 1 Oleh: Fadh Ahmad Arifan *Pengajar Sejarah Kebudayaan Islam di MA-MTs Muhammadiyah 2 kota Malang

Ali bin abi thalib adalah Menantu Rasulullah saw yang telah memeluk Islam di usia 6 tahun (Leksikon islam jilid 1, Pustaka azet, 1988). Pada hari-hari pertama Rasululah berdakwah, Abu thalib melihat putranya, Ali sholat dengan sembunyi sembunyi di belakang Rasul. Ini adalah untuk pertama kalinya Abu thalib mengatahui bahwa Ali dimasa kecil telah mengikuti risalah Muhammad saw. Ali tidak gentar ketika mengetahui bahwa ayahnya melihatnya sholat. Usai sholat, Ali menghadap ayahnya dan berkata: "Wahai ayahku, aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mempercayai ajaran yang dibawanya dan mengikutinya." Abu thalib menjawab: " Sungguh ia mengajakmu kepada kebaikan, maka ikutilah dia." (Khalid muhammad khalid, Kehidupan para Khalifah Teladan, hal 329) Semua peperangan Ali ikuti, kecuali perang Tabuk. Umar bin khattab berkata tentang Ali: ia adalah orang yang paling pandai menghukum diantara kami semuanya (Hamka, sejarah umat Islam, hal 237). Saat cukup umur, Ali ditakdirkan menikah dengan Siti fatimah. Kala itu, Ali hanya punya 3 perbendaharaan: baju perang, sebilah pedang dan seekor unta. Rasulullah saw ridha dengan maskawin yang diberikan Ali yakni baju perang. Disaksikan para sahabatnya, Rasulullah mengucapkan ijab qobul pernikahan Ali dan Fatimah, “Bahwasannya Allah swt memerintahkan aku supaya menikahkan engkau dengan Fatimah atas dasar maskawin 400 dirham (nilai sebuah baju besi). Mudah mudahan engkau dapat menerima hal itu”. ”Ya Rasul Allah, kuterima itu dengan baik”, jawab Ali bin abi thalib (al-Hamid al-husain, Sejarah hidup Imam Ali, 1981). Dari pernikahan Ali dan siti Fatimah lahirlah Hasan dan Husein.

1

Artikel ini telah dimuat dalam situs www.jurnalmuslim.com


Sewaktu Rasulullah saw wafat di pangkuan siti Aisyah, Ali bersama al-Fadhl (putranya Abbas) dan Usamah bin zaid, memandikan dan memberi wewangian kepada jasad Rasulullah. Kemudian dikafani. Digalilah liang lahat untuk jasad Rasul. Yang menggali ialah Thalhah Zaid bin sahal. Setelah itu dimakamkan persis di kamar tempat pembaringan beliau, di kamar siti Aisyah, yang kala itu masih berada di luar area Masjid Nabawi (Quraish shihab, Membaca sirah Nabi Muhammad saw, hal 1120-1121) Pasca pembunuhan yang menimpa khalifah Usman, Kekacauan terjadi di Madinah selama 5 hari. Ali diangkat jadi pengganti oleh penduduk Madinah. Mulanya Ali menolak dan usul agar memilih Talhah bin Ubaidillah atau Zubair bin awwam (M. Abdul karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban islam, hal 106). Thalhah ini seorang sahabat yang punya julukan "Assyahidul hayyi" atau syahid yang hidup sendiri. Julukan tersebut diberikan Rasul saat perang Uhud. Sementara Zubair adalah keponakannya Siti Khadijah. Hampir seluruh perhatiannya dipusatkan kepada upaya penyelesaian konflik intern umat Islam (Didin Saifudin, Sejarah politik Islam, hal 44). Beberapa kebijakan Ali setelah diangkat menjadi khalifah: Mengembalikan pemerintahan Islam seperti era amirul mukminin, Umar bin khattab. Kemudian, semua tanah yang diambil bani Umayyah pada masa Usman, dikembalikan lagi menjadi milik negara. Ali juga tak ragu mengganti gubernur yang sewenang wenang salah satunya Muawiyyah di Syam. Karena perang saudara, Ali memindahkan ibukota dari Madinah ke Kuffah pada tahun 657 M (M. Abdul karim, hal 107) Tatkala Ali memecat beberapa gubernur, Muawiyyah makin gencar menuntut qisas bagi pembunuh Usman. Ali berusaha meredam tuntutan Muawiyyah dan berjanji mengabulkan tuntuttan bila kondisi negara sudah normal. Tapi pada akhirnya meletus perang Shiffin (Sayyid al-wakil. Wajah dunia islam, hal 33). Saat terpojok, atas usulan Amr bin Ash, Muawiyyah menawarkan perdamaian dengan mengangkat al-Quran (M. Abdul Karim, hal 107) Usai gencatan senjata/arbitrase dalam perang Shiffin, muncul Kelompok khawarij, mereka ini awalnya di pihak Ali, lalu mengutuk Ali karena memilih langkah arbitrase padahal pihaknya telah unggul. Kaum khawarij kemudian memilih pemimpin dari


kalangan mereka sendiri. Khawarij ini bisa disebut Garis keras. Mereka punya pandangan bahwa jihad masuk rukun islam yang keenam (Antony black, Pemikiran politik islam, hal 47-49) Di bidang politik, khawarij punya pandangan khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat, baik Arab atau non Arab. Bahkan perempuan boleh jadi pemimpin bila memang mampu dan memenuhi kriteria sebagai kepala negara (M. Abdul karim, hal 108). Selain khawarij, ada kelompok Syiah dan Murjiah. Usai melancarkan siasat liciknya dalam perang shiffin, Muawiyyah menuju Mesir, karena negeri itu kaya akan hasil alamnya. Usai mesir dikuasainya, Muawiyyah menyusun kekuatan untuk taklukkan hejaz, yaman dan Bashrah. Orang yang sakit hati atas dibunuhnya khalifah Usman, ia kumpulkan dan jadi pengikutnya (Hamka, Sejarah umat islam, hal 247). Akhir hidup khalifah Ali sungguh memilukan. Beliau wafat karena dibunuh seorang Khawarij bernama Abdurrahman ibn Muljam. Ali dibunuh saat memasuki Masjid untuk menunaikan sholat shubuh. Setelah wafatnya Ali, kepemimpinan umat diserahkan kepada Hasan bin Ali. Bila Ali didzalimi oleh khawarij, maka dikemudian hari, 2 putranya dikhianati kelompok syiah. Wallahu’allam.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.