14th Issue

Page 1

JUNI/JULI 2011 DKI JAKARTA RP 27,500.(LUAR PULAU JAWA RP32,500.-)

PERSON OF THE MONTH BENYAMIN SUEB

IN MY CLOSET

RIO DEWANTO

SOCIAL BREW

KENAPA JAKARTA?

ARTWORK BUNCH

AMALIA KARTIKASARI I MADE WIGUNA VALASARA HERI DONO TISNA SANJAYA AGUS JOLY TEGUH OSTENRIK

FOR ANOTHER REASON : THE JAKARTA ISSUE

1


2 FAR JUNI/JULI 2011


3


part

CONTENT

03 INDEX // CONTRIBUTORS

KOLOM RALAT

DISTRIBUTION Kesalahan pada edisi 13 rubrik Hot Spot. Nama makanan ini adalah Sweet and Sour fried Dory Bites. Lalu contact pada ISMAYA Catering Cafe adalah; Office : 021 23 58 1157.

05 EDITOR’S NOTE 06 PERSON OF THE MONTH BENYAMIN SUEB

11 ARTWORK BUNCH

AMBARAWA

MARUTO AGENCY

BANDUNG

TOGAMAS GRAMEDIA TOKO GUNUNG AGUNG GUNARAYA

BANJARMASIN

AMALIA KARTIKA SARI I MADE WIGUNA VALASARA HERI DONO TISNA SANJAYA AGOES JOLLY TEGUH OSTENRIK

GRAMEDIA

BATAM

AULIA BATAM JACK BATAM

BENGKULU ZALDI

BOGOR TENGAH JOINT AGENCY

20 NATION ON A MISSION

CIREBON

MICHAEL NOVRIANUS DAN SAPAR

ZINDY AMALIA

GRAMEDIA TOKO GUNUNG AGUNG STARMART KINOKUNIYA LAYSIN BOOK STORE TOGAMAS

52 WILD FLOWER IN HER EYES

JAMBI

61 LUCKY NO. 7

ELEISON GLORIA

WHERE POP MEETS HOP

JAYAPURA

67 STREET SHOUT GEEKS TO GIG

SINAR ANEKA

KENDARI

ADE KENDARI

FEATURES 17 ART REPORT

MAKASSAR

TELLY AGENCY

MEDAN

SURYA MEDAN

PADANG

DEDI AGENCY

PALANGKARAYA ANANGSUKRI FATIR AGENCY

PALEMBANG

SRIWIJAYA PUTRA GRAMEDIA

PEKANBARU

ANGKASA BARU

DKI JAKARTA

JIUNG

GRAMEDIA LOK BOOKSTORE

TOGAMAS BLOK BOOKSTORE CORSICA AGENCY

50 HEAT N BEAT EXCLUSIVE

MANADO

GRAMEDIA JACK PEKANBARU

DENPASAR

38 KREASICK

MASRUN AGENCY

EQUATOR AGENCY

DEPOK

37 UPCOMING YOUNG

LUWUK (SULAWESI TENGAH)

PONTIANAK

SAMARINDA

GRAMEDIA ANTONIUS TERANG AZIZ

SEMARANG

MAHKOTA AGENCY

SURABAYA

GRAMEDIA TOKO GUNUNG AGUNG

SLEMAN YOGYAKARTA IRFAN AGENCY

SOLO

SENDANG MULIA

SURAKARTA ABC SOLO

YOGYAKARTA CAKRAWALA

- ARSITEK DAN JAKARTA - TARI TOPENG BETAWI

68 SOCIAL BREW

KENAPA JAKARTA?

70 HOT SPOT

MAD FOR GARLIC

72 IN MY ACTIVITIES BREAKTIME BLUES

74 IN MY CLOSET RIO DEWANTO

76 DOMESTIC EXCHANGE LENGGAK JAKARTA

78 EVENT

ASEAN YOUTH FORUM AND FESTIVAL 2011

FAR MAGAZINE 14 ILLUSTRATION by

PRIJANTO HARDJOTARUNO

Untuk kalian yang ingin memberi kesan atau pesan, kritik atau saran bisa dikirim ke info.farmagazine@gmail.com

Untuk pemasangan iklan di FAR magazine dapat menghubungi 021-3161072 dengan Aditya Gerhard

atau mengirim email ke farmag.marcom@gmail.com 4 FAR JUNI/JULI 2011


part

INDEX BOUTIQUE & DESIGNER

ZARA Grand Indonesia East Mall, 1st Floor Jalan Muhammad Husni Thamrin No. 1 Jakarta, Indonesia 10310

COLONY

EDITOR IN CHIEF

RANI TACHRIL farmag.tech@gmail.com

ART DIRECTOR

NUR ANIS SETIAWAN farmag.design2@gmail.com

MOSSIMO DUTTI Grand Indonesia Lantai Ground Blok West Mall Unit 3 A - 7
 Jl. MH Thamrin No. 1
Menteng, Jakarta Pusat INDONESIA 10310

EDITOR

AFFAIRS YK Jl. Ring Road Utara 20A Pandega Wreksa Yogyakarta Indonesia www.iamdanot.com

GRAPHIC DESIGN

THE GOODS DEPT PT Cipta Retail Prakarsa Plaza Indonesia Extension L4 #14 Jl. M.H Thamrin kav 28-30 Jakarta 10350

ACCOUNT EXECUTIVE

DHANNY SANJAYA www.iamdanot.com iamdanot@gmail.com 0819 323 544 64

INFO

ACCESSORIES PDRP www.facebook.com/pdrp.pamelalima 0812 99 64 678 pdrpshoes@gmail.com TEA LABEL tea.label@gmail.com (+62)878-77-969-558 ANTYK BUTYK antyk.butyk@yahoo.com Ruko Cordoba Blok A no. 29 Bukit golf Mediterania Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara 14470 WNM CLOTH wnmcloth.blogspot.com

HAIR & MAKE UP BUNLAY 0815 9910482 FAR MAGAZINE IS PUBLISHED BY PT.DUTA MATRA RAMA. COPYRIGHTS NOVEMBER 2008 ALL RIGHTS RESERVED. SIUP 1.829./1.824.51 NO PART OF THIS MAGAZINE MAY BE REPRODUCED WITHOUT THE WRITTEN PERMISSION OF THE COPYRIGHT HOLDER. FAR MAGAZINE CANNOT ACCEPT RESPONSIBILITY FOR ANY UNSOLICITED MANUSCRIPTS, ARTWORK OR PHOTOGRAPHY, PRICE IN JAKARTA RP.27.500 (INCLUDE GST)

BUNGAWATI farmag.editor2@gmail.com PRIJANTO HARDJOTARUNO farmag.editor@gmail.com

HARYO AJI PRAYOGO

MARKETING DIRECTOR ADITYA GERHARD farmag.marcom@gmail.com

CAMEL ANTONIO EDOARDO farmag.marcom2@gmail.com

PHOTOGRAPHER

ARDHIAN WISNU PRATAMA

info.farmagazine@gmail.com

FINANCIAL DIRECTOR EDDY SUHERRY

PUBLISHER

PT GALAKSI KOMUNIKA UTAMA

CORPORATE HEADQUARTERS PT DUTA MATRA RAMA

FAR MAGAZINE Jl. Wahid Hasyim No. 92 Menteng 10340 Telp. 021 316 1072

CONTRIBUTORS

DANNY WICAKSONO Seorang arsitek muda yang juga gemar menulis. Pria kelulusan dari Universitas Trisakti di tahun 2006 ini sedang disibukkan dengan bekerja sebagai arsitek di Mamostudio dan Andramtin Architects. Di mulai sejak tahun 2010 di bawah nama Studiodasar, Danny secara mandiri mengerjakan beberapa desain arsitektur yang dipercayakan kepadanya. Di tahun 2008 Danny juga menjabat sebagai Editor in Chief dari “JongArsitek!” yang merupakan sebuah majalah mengenai arsitektur dalam bentuk online dan gratisan. Ini juga sebuah komunitas untuk para arsitek muda yang ia dirikan bersama beberapa orang temannya. Untuk edisi anda bisa membaca hasil tulisannya mengenai arsitektur Ibukota Jakarta pada rubrik Social Brew yang berjudul “

CONTRIBUTORS DAN SAPAR

Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang disela-sela kesibukannya selalu menyempatkan diri untuk menjalankan hobinya akan menulis, fotografi dan travelling. Tiga hobinya tersebut secara total ia dalami satu per satu. Dari hobi menulis Dan Sapar telah berhasil menyumbangkan karya cerpennya dibeberapa buku seperti buku “Bunuh Diri Massal 2008”, Buku “Empat Elemen” yang secara komersil telah ditrbitkan. Lalu 2 buku “Dear February” dan “Tuliskan Cinta Untukku” yang ia terbitkan secara independen melalui www.nulisbuku.com Pada edisi ini kemahirannya dalam dunia fotografi bisa anda lihat pada rubrik Nation On A Mission dan bagaimana ceritanya mengenai travelling ceria di kota Jakarta bisa anda baca pada rubrik Domestic Exchange berjudul “Lenggang Lenggok Jakarta”. IKJ inipun jatuh cinta dengan kamera analog vintage yang dipadukan dengan film slide yang diakhiri dengan cross-processed dan saat ini hasilnya bisa di lihat di Nation on a mission edisi ini. MICHAEL NOVRIANUS Fotografer muda ini memang sangat mencintai dunia fotografi. Totalitasnya bisa disaksikan pada pameran yang baru saja ia gelar. Dengan mengambi tema alam, pamerannya telah sukses digelar pada bulan Mei 2011 yang lalu. Michael Novrianus mahasiswa Desain Komunikasi Visual di Universitas Tarumanegara ini juga aktif dalam Perhimpunan Fotografi yang ada dikampusnya. Saat ini ia bekerja sebagai fotografer di Maikro Photography (maikrostory.com). Pada kesempatan ini ketepatannya mengabadikan keindahan Jejak Semesta bisa anda lihat dibeberapa karya fotonya pada rubrik Nation On A Mission.

ALVIN AGASTIA ZIRTAF Pria kelahiran Jakarta 22 tahun silam ini sangat mencintai Ibukota Jakarta. Ia selalu tertarik untuk membaca apapun cerita yang berkaitan dengan kota Jakarta, hingga cerita mengenai sejarahnya pun cukup ia kuasai. Untuk itu kecintaannya itu dituangkan dalam rubrik Social Brew edisi ini dengan artikel berjudul “Kenapa Jakarta”. Melalui bahasa yang ringan tapi detail ia mencoba menceritakan sejarah terpilihnya Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia hingga saat ini. Alvin saat ini masih terdaftar sebagai Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Padjadjaran angkatan 2008, sebelumnya pada tahun 2007 ia juga terdaftar sebagai Mahasiswa Sastra Belanda Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. STANLEY DIRGAPRADJA Pria bersuara merdu ini mengaku menulis dan film adalah cinta sejatinya, sementara fisik duniawinya saat ini diabdikan untuk bekerja sebagai Marketing Consultan di sebuah Perusahaan Web Marketing di Jakarta. Dari hobinya menulis ia telah menelurkan dua buah buku yang diterbitkan secara komersil berjudul “Un homme et une femme” (2007) dan “I Ordered My Wife From the Universe” (2011). Ditengah kepadatan rutinitasnya pria yang biasa disapa Afro ini lebih senang menghabiskan waktu luang dengan jalan-jalan, nonton film-film aneh, ataupun menikmati kesunyian di coffee shop langganannya dengan membaca buku yang menarik. Kali ini ia menulis sebuah review tentang pertunjukan wayang berjudul “Jabang Tetuko” yang terdapat dikolom Heat N Beat.

5


6 FAR JUNI/JULI 2011


JAKARTA OH JAKARTA !! Kalau sudah masuk bulan Juni/Juli sudah pasti bahasannya Jakarta. Jakarta bisa dibilang semrawut dan acak kadul, tapi kenapa kita betah betah aja ya? bersama Anis Wuku Wuk, Art Director FAR Magazine

Di edisi Far Jakarta issue ini membahas dari luar maupun dalam Jakarta. Dari pembahasan wisata maupun ciri khas penduduk aslinya, yaitu Betawi. Pembentukan ibukota yang kita tinggali sampai icon Jakarta itu sendiri, almarhum Benyamin Sueb. It’s all about JAKARTA! Artwork Bunch di edisi Jakarta Issue lebih menonjolkan seni melalui Instalasi. Dari Amalia Kartikasari sampai Agoes Jolly. Keunikan mereka masing - masing menonjol melalui pengekspresian diri dengan instalasi. Selain kesibukan kota Jakarta di Nation on A Mission Urban City oleh Dan Sapar diimbangi oleh Jejak Semesta dari Michael Novrianus.

Adapun beberapa artikel baru yang kita sisipkan disini, seperti Art Tutorial, Geeks to Gig dan Kreasick. Kurang lebih menjelaskan kegiatan - kegiatan dan kreatifitas teman teman kita di luar sana. Rio Dewanto pun tidak malu - malu untuk membagi barang - barang istimewanya dan memperlihatkan kamar sang artis ini. Proses pembuatan edisi ini cukup menyenangkan dan juga menegangkan seperti biasa. Dari yang sehat sampai jatuh sakit lalu sehat lagi, yang kurang lebih seperti kota Jakarta yang kita cintai ini lah. Stabil ngga stabil pulang - pulangnya ke sini juga. Saya sebagai orang Jakarta asli pun kadang lupa bahwa Jakarta bisa disebut sebagai kota uang. Kenapa ya? Jelas sudah orang dari desa pergi cari uang di Jakarta, padahal ya itu, semrawut. Tapi apapun bisa

Tapi memang, Jakarta adalah kota istimewa. Dengan keberadaan dan hiruk pikuk yang ada disini, kreatifitas terhadap seni tetap jalan. Maupun itu dalam jumlah yang kecil. Pelan - pelan tapi pasti.. Itu Jakarta menurut Far Magazine.

EDITOR IN CHIEF RANI TACHRIL

7


Tokoh Betawi Progresif Yang Melampaui Zaman

Orang Indonesia, terutama yang berusia di atas 20 tahun, siapa yang tak kenal dengan Benyamin Sueb, atau yang lebih akrab dipanggil dengan Bang Ben? Kalau anda mau “sedikit� bersusah-payah dengan menanyakan orang Indonesia satu persatu dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung timur republik ini, niscaya anda hanya akan menemukan satu jawaban yang sama.

D

an meskipun ia adalah putera asli Betawi yang kerap membawakan lagu-lagu dengan irama gambang kromong yang khas Betawi, namun popularitasnya terbukti mampu melampaui batas-batas etnis dan geografis. Bahkan selain di tanah air, kemasyhurannya yang legendaris juga berhasil merambah ke beberapa negeri tetangge seperti misalnya Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Beberapa orang Warga Negara Indonesia yang saat ini bermukim di luar negeripun mengakui bahwa kerinduan mereka pada tanah tumpah darah tercinta dapat sedikit terobati dengan mendengarkan lagulagu dan menonton film Benyamin Sueb yang diunduh dari dunia maya. Selama perjalanan kariernya, artis serba bisa ini 8 FAR JUNI/JULI 2011


person of the month

berhasil menelurkan tak kurang dari 75 album musik dengan berbagai aliran dan 53 judul film Indonesia dan dua di antaranya yaitu film Intan Berduri dan Si Doel Anak Modern diganjar dengan penghargaan Piala Citra. Sungguh sebuah prestasi yang luar biasa dan patut dibanggakan. Siapapun tidak ada yang dapat memungkiri bahwa Benyamin merupakan ikon yang mampu merepresentasikan Betawi, yang merupakan penduduk asli yang mendiami ibukota republik tercinta ini. Sedemikian kuat sosoknya menempel di kepala masyarakat, sehingga mustahil rasanya jika kita membicarakan budaya Betawi dan membicarakan kota Jakarta yang bulan ini genap berusia 484 tahun tanpa membicarakan sosok Benyamin Sueb. Hal yang masuk akal, mengingat bahwa beliau pulalah yang mempopulerkan dan berhasil menempatkan budaya Betawi pada posisi yang terhormat seperti saat ini melalui musik dan filmnya.

Sejak kecil, Bang Ben telah dianugerahi talenta sebagai seorang seniman dan penghibur. Bakat seninya tersebut mungkin menurun dari dua orang kakeknya yaitu Saiti yang merupakan peniup klarinet dan Haji Ung yang di masa mudanya pernah menjadi pemain Dulmuluk. Dulmuluk ini adalah seni teater rakyat - sejenis Ketoprak di Jawa Tengah atau Ludruk di Jawa Timur - yang berasal dari Bumi Melayu yang mementaskan lakon-lakon dari Timur Tengah atau Hikayat 1001 Malam. Konon kesenian Dulmuluk ini merupakan ama Benyamin menjadi cikal bakal dari kesenian jaminan kesuksesan Lenong yang kemudian bagi lagu yang ia tumbuh dan berkembang di nyanyikan. Apalagi tanah Betawi. setelah Bang Ben

N

“

ide bagi kakak-kakaknya. Maka mereka memohon-mohon kepada enyak agar Bang Ben kecil yang saat itu telah berusia tiga tahun diijinkan untuk diajak mengamen keliling keluar masuk kampung dan hasilnya dipergunakan membantu kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan biaya sekolah kakakkakaknya. Dan ternyata, berbagai rangkaian peristiwa di masa kecil ini turut andil dalam pembentukan Benyamin sebagai entertainer di kemudian hari

Aktor, pelawak, sutradara dan penyanyi Indonesia ini dilahirkan sebagai bungsu dari delapan berduet dengan penyanyi idola Pada saat Bang Ben berusia bersaudara dari remaja saat itu yaitu Ida Royani. enam tahun, ia pernah pasangan Sueb membuat orkes kaleng (ayah) dan Aisyah bersama kakak-kakaknya. Mereka membuat (ibu) pada tanggal 5 Maret 1939 di bilangan alat-alat musik dari barang-barang bekas, Kemayoran, di sekitar kawasan yang dahulu seperti kaleng minyak, kotak obat, dan alatmerupakan lapangan terbang. Ini pula alat dapur yang sudah tidak terpakai lagi. yang menyebabkan Bang Ben kecil pernah Dan dengan itu mereka sering membawakan bercita-cita menjadi pilot atau penerbang lagu-lagu tempo dulu, baik lagu-lagu Melayu namun urung karena dilarang oleh ibunya. maupun lagu-lagu Belanda. Kelompok musik “kaleng rombeng� yang dibentuk Bang Sejak masih bocah, Bang Ben sudah Ben saat masih kanak-kanak ini menjadi harus menelan pahit getirnya kehidupan. cikal bakal dari sepak-terjangnya di jagad Kepergian sang bapak yang menjadi tulang seni dan hiburan. Dan dari tujuh saudara punggung keluarga saat beliau berusia dua kandungnya, yaitu Rohani (kakak pertama), tahun, membuat perekonomian keluarga Moh Noer (kedua), Otto Suprapto (ketiga), menjadi goyah. Namun di kemudian Siti Rohaya (keempat), Moenadji (kelima), hari, Bang Ben berujar bahwa ini justru Ruslan (keenam), dan Saidi (ketujuh), membuktikan bahwa Tuhan teramat sayang rupanya hanya Benyamin saja yang akhirnya padanya. Bang Ben kecil adalah bocah serius menekuni dunia seni sebagai profesi yang lucu dan menyenangkan. Siapa saja dan terkenal di masyarakat sebagai seniman akan tertawa melihat tingkah polah Bang Betawi. Ben kecil saat bernyanyi dan berjoget, lalu memberikannya imbalan sepotong kue atau Pada umur 7 tahun, Bang Ben masuk uang recehan. Hal ini rupanya menimbulkan

�

9


person of the month

Penghargaan •

• •

Piala Citra 1973 dalam film Intan Berduri (Turino Djunaldy, 1972) bersama Rima Melati Piala Citra 1975 dalam film Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975) Jalan Landas Pacu Kemayoran diubah menjadi namanya. Hal ini menyebabkan nama Jalan atas namanya lebih panjang daripada nama Jalan Engkongnya Haji Ung.

Pendidikan •

• • •

• •

Sekolah Rakyat Bendungan Jago Jakarta (1946-1951), SD Santo Yosef Bandung (19511952) SMPN Taman Madya Cikini, Jakarta (1955) SMA Taman Siswa, Jakarta (1958) Akademi Bank Jakarta (Tidak tamat) ; Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan & Ketatalaksanaan (1960) Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960) Kursus Lembaga Administrasi Negara (1964)

Pengalaman kerja • • • • •

Kondektur PPD (1959) Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960) Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1968) Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (19601969) Produser dan Sutradara PT Jiung -Film (1974-1979)

10 FAR JUNI/JULI 2011

Sekolah Rakyat (sekarang disebut Sekolah Dasar) Bendungan Jago. Dan sebagaimana layaknya bocahbocah seusianya, Bang Ben kecil juga nakal. Ibunya sampai kewalahan menghadapi kenakalannya. Kepergian sang bapak pada saat ia berusia dua tahun membuatnya kehilangan sosok ayah, sosok yang memberikan pengajaran atau sosok yang akan memberikan hukuman jika ia melakukan kesalahan. Walaupun sudah berulangkali diperingatkan, ia masih saja melanjutkan kegemarannya bermain atau mandi di kali dan memanjat-manjat pohon untuk memetik buah-buahan di kebun milik kakeknya. Tapi Bang Ben kecil hanya takut pada kakeknya yaitu Engkong Haji Ung yang dikenal galak. Kalau sudah melihat kakeknya berjalan tergopoh-gopoh sambil mengacung-acungkan tongkat, maka Bang Ben segera turun dari pohon atau naik dari kali sambil lari terbirit-birit. Karena kenakalannya tersebut, pada saat ia kelas 5 atau 6 SD Bang Ben pindah ke SD Santo Yosef di kota Bandung. Ia dikirim ke sana agar dapat dididik oleh abangnya dari lain ibu yang tinggal di Kota Kembang tersebut. Tapi alih-alih berkurang, di sana justru kenakalannya semakin menjadijadi. Akhirnya begitu ia menginjak bangku SMP, ia dikembalikan ke Jakarta. Ia dimasukkan pada Taman Madya Cikini, satu sekolah dengan pelawak Ateng Soeripto (almarhum). Dan di sekolah Taman Madya ini, kenakalannya masih tetap berlanjut. Dalam sebuah acara yang mempertemukan Ateng dan Benyamin yang ditayangkan di TVRI, Ateng

bercerita bahwa Benyamin yang merupakan kakak kelasnya sering menjitak kepalanya. Ucapan Ateng ini kontan mengundang tawa penonton. Lalu selepas SMP, Bang Ben melanjutkan ke SMA Taman Siswa di Kemayoran. Setelah itu, ia sempat kuliah di Akademi Bank Jakarta, tapi hanya selama satu tahun dan tidak tamat. Tapi di luar ulahnya yang nakal, Bang Ben juga dikenal sebagai pribadi yang humoris, periang, konyol, pemberani dan pintar. Dan ditunjang dengan suaranya yang bagus dan kemahirannya bernyanyi membuat ia disukai dan banyak teman. Ke manapun teman-temannya pergi, ia harus diajak untuk menghidupkan suasana. Sebelum “jadi orang”, Benyamin pernah menjalani berbagai profesi. Ia pernah menjadi pedagang roti keliling dengan gerobak dorong. Ia juga pernah menjadi kondektur bis PPD (Perusahaan Pengangkutan Djakarta) dengan trayek Lapangan Banteng (kemudian dipindahkan ke Terminal Pasar Senen) dan Pasar Rumput (sekarang Terminal Manggarai). “Abis kaga ade pilihan nyang laen!” ujarnya berseloroh. Lalu pada tahun 1959 Benyamin menikah dengan Noni yang merupakan tetangganya sendiri, yang memberinya lima orang anak yaitu Beib Habbani, Bob Benito, Biem Triani, Beno Rahmat dan Beni Pandawa. Pasca pernikahannya ini, Bang Ben kembali berkecimpung di dunia musik. Ia membentuk


Melodian Boy bersama teman-teman sekampungnya di Kemayoran. Ia menyanyi sambil memainkan alat musik bongo. Sempat bertahan beberapa tahun sebelum akhirnya dibubarkan, band ini juga berhasil menelurkan dua hits yaitu Si Jampang dan Nonton Bioskop

Benyamin justru melihat ini sebagai peluang. Bersama Orkes Gambang Kromong Naga Mustika, iamembuat musik tradisional Gambang Kromong yang sebelumnya dianggap sebagai “musik pinggiran” yang dipadukan dengan musik modern. Unsur-

Benyamin kian digemari. Dan bukan hanya oleh masyarakat Betawi saja, tetapi juga oleh masyarakat Indonesia. Nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan bagi lagu yang ia nyanyikan. Apalagi setelah Bang Ben berduet dengan penyanyi idola remaja saat itu yaitu

yang terus dikenang orang hingga saat ini. Namun rupanya itu belum cukup. Dewi Fortuna mulai berpihak padanya setelah ia bergabung dengan Orkes Gambang Kromong Naga Mustika yang bermarkas di bilangan Cengkareng, yang mengantarkannya menuju gerbang kesuksesan dan mengangkat nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.

unsur alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu dipadukan dengan musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass. Di kemudian hari, para pengamat musik menyebut ini sebagai “Gambang Kromong Kontemporer” atau “Gambang Kromong Fussion”. Tidak seperti sekarang ini, pada waktu itu belum lazim orang membuat musik yang memadukan unsur tradisional dan unsur modern dalam sebuah karya. Hal ini membuktikan bahwa Bang Ben adalah seseorang yang progresif dengan visi dan pemikiran yang jauh melampaui zamannya. Dan rupanya, musik Gambang Kromong ala Benyamin ini mendapat respons yang positif dari berbagai kalangan masyarakat. Dan mulai saat itulah pamor musik Gambang Kromong perlahanlahan mulai terangkat sehingga tidak lagi dianggap sebagai musik pinggiran. Dan secara otomatis, hal ini turut melambungkan nama Benyamin Sueb di tengah masyarakat.

Ida Royani. Tapi sayang, di puncak kariernya pada tahun 1972 Ida Royani justru harus pergi ke malaysia mengikuti suaminya. Lalu setelah itu ia mengajak Inneke Koesoemawati dan duet ini berhasil merilis beberapa album, di antaranya yaitu “Nenamu” dengan beberapa tembang andalan seperti misalnya Sekretaris, Semut Djepang, Pelajan Toko, Penganten Baru dan Djanda Kembang. Tapi popularitas duet Benyamin – Inneke masih kalah dibandingkan dengan duet Benyamin – Ida. Dan yang paling fenomenal adalah duet Benyamin – Bing Slamet yang menghasilkan hits “Nonton Bioskop” yang terus dikenang orang hingga detik ini.

Situasi sosial dan politik yang berkembang di Indonesia saat rezim Orde Lama berkuasa pada kurun 1960-an rupanya turut berpengaruh dalam kesuksesan karier Benyamin. Pihak penguasa pada waktu itu mengeluarkan larangan untuk memutar dan memainkan musik yang berbau Amerika dan Inggris yang dicap sebagai “biangnya” Neo Kolonialisme dan Imperialisme, dan mendorong rakyat untuk bangga dengan kekayaan budaya nasional sebagai pembentukan “character building”. Dengan intuisi, kejelian dan kreativitasnya sebagai seorang seniman,

Popularitas Benyamin di dunia musik juga mengantarkannya ke dunia perfilman. Ia berkesempatan untuk berperan dalam film. Kesempatan emas itu tentu saja tidak disia-siakannya. Filmnya yang pertama adalah “Honey Money and Jakarta Fair” yang diproduksi pada tahun 1970. Dan seperti 11


person of the month

Jiung Film mesti gulung tikar. Setelah itu, sepak terjang Benyamin di jagad hiburan tanah air seolah kian tak terbendung. Berpuluh-puluh album musik dan film ia hasilkan. Dan selain sebagai pemain, ia juga mulai menyutradai sendiri film-filmnya. Selain itu ia juga berkecimpung di dunia penyiaran dengan menjadi pemandu acara di sebuah stasiun televisi swasta dan mendirikan Bens Radio yang mengakomodir seni dan budaya Betawi agar tetap lestari dan lebih dicintai oleh masyarakat. Lagu-lagu Benyamin masih kerap diputar dan berbagai filmnya masih diburu orang hingga kini. Beberapa lagunya juga sempat dinyanyikan ulang oleh artis-artis top ibukota.

lagu-lagunya, film-film Benyamin pun laris manis di pasaran bak kacang goreng. Dan bukan hanya itu, film-filmnya ternyata juga diakui oleh kalangan insan perfilman. Lewat tangan dingin para sutradara handal seperti Turino Djunaidy dalam film “Intan Berduri� ia berhasil menggondol Piala Citra sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia 1973, dan pada Festival Film Indonesia 1975 lewat film Si Doel Anak Modern di bawah arahan sutradara Sjuman Djaja (ayah dari Wong Aksan) ia 12 FAR JUNI/JULI 2011

kembali mendapat penghargaan yang sama. Setelah itu, film-film Benyamin mengalir deras bagai tak terbendung. Dan uniknya, film-filmnya tersebut kerap menggunakan nama Benyamin sebagai judul. Antara lain sebut saja Benyamin Tukang Ngibul, Benyamin Brengsek, Benyamin Biang Kerok, Benyamin Raja Lenong, Benyamin Si Abunawas, Benyamin Jatuh Cinta, Benyamin Spion 025, Traktor Benyamin, dan Jimat Benyamin. Selain itu

juga dia main dalam film Ratu Amplop, Cukong, Tarsan Kota, Samson Betawi, Tiga Janggo, Pensiunan, Zorro Kemayoran, dan lain sebagainya yang hingga kini masih sering ditonton orang. Selain itu, Benyamin juga membangun perusahaan film sendiri yaitu Jiung Film, yang berhasil menghasilkan beberapa judul di antaranya Benyamin Koboi Ngungsi, Musuh Bebuyutan dan Hippies Lokal yang ia sutradarai sendiri. Tapi sayang, pada tahun 1979 perusahaan

Namun sayang, seperti halnya pertunjukan Lenong, lakon kehidupan Benyamin juga harus berakhir. Beliau wafat pada tanggal 5 September 1995 akibat serangan jantung seusai bermain sepak bola setelah beberapa hari koma. Bang Ben yang telah tiga kali menunaikan rukun islam yang kelima ini dimakamkan di TPU Karet Bivak Jakarta sesuai surat wasiat yang pernah ia tuliskan sebelumnya agar kelak jika wafat, ia meminta agar makamnya dipersandingkan dengan pusara Bing Slamet yang dianggapnya sebagai guru, teman, dan sosok yang sangat berpengaruh dalam perjalanan karier dan hidupnya. (PH) FOTO DOK. http://www. kaskus.us


artwork bunch

Hampir setiap karyanya tidak pernah lepas dari pesan mengenai lingkungan dan kehidupan. Ia mencoba untuk menggerakkan hati siapapun untuk terinspirasi dalam menumbuhkan lingkungan yang lebih baik. Masa kecilnya di Kampung Cidadap dan Cigondewah telah memberikan suntikkan seni yang inspiratif bagi dirinya hingga kini. Ragam seni tradisi dan seni spiritual Islam hingga interaksi yang cukup kuat dengan alam dan lingkungan secara perlahan membuat dirinya memiliki energi pada proses penciptaan berbagai karya seni kontemporer yang ia hasilkan. Seniman unik yang satu ini bernama Tisna Sanjaya. Ia telah merampungkan pendidikan S1 di Institut Teknologi Bandung mengambil jurusan Seni Rupa, kemudian menyelesaikan S2 di Hochschule Für Bildende Künste Braunschwei, Jerman. Saat ini ia tetap haus untuk menuntut ilmu yang sedang dalam proses penyelesaian pada program Doktoral-nya. Dalam berkarya tentunya ciri khas secara disengaja ataupun tidak akan muncul seiring berjalannya proses waktu dan pengalaman sang seniman, begitu pula dengannya. “Karya saya beragam, latar belakang pendidikkan secara formal adalah seni grafis dengan medium etsa. Ciri khas dari proses kreatif etsa adalah pencarian gambar yang terang melalui proses soliter lalu hijrah ke ruang asam, ruang gelap sunyi dengan disiplin kreatifitas personal. Sedangkan ciri khas secara visual karya saya biasanya berwarna hitam putih dengan gradasi abu-abu”,jelasnya. Sementara untuk pemilihan media dan objek, Tisna mengaku semuanya didapat dari proses pilihan dan perenungan dan biasanya tidak jauh dari lingkungan kehidupan yang ia temukan. Berbagai pameran baik di dalam maupun luar negeri telah banyak ia ikuti diantaranya pameran Venice Biennale (Italia), Asia Pacific Trienale Brisbane (Australia), dan rencananya pada Jakarta Biennale XIV tahun ini ia akan membuat karya instalasi yang merespon isu sampah dan religiusitas yang tercipta di kawasan Kampung Rambutan. Salah satu karyanya yang berjudul “Special Prayer For The Death” merupakan karya instalasi yang dipamerkan sebagai sebuah advokasi lingkungan di Babakan Siliwangi, Bandung. Karya tersebut cukup kontroversi karena dibakar oleh Satpol PP Bandung dan mengalami proses selama 1,5 tahun di pengadilan. Dalam berkarya Tisna Sanjaya selalu mencoba memberikan inspirasi untuk sebuah perubahan yang lebih baik dengan harapan untuk kedamaian Indonesia melalui karya yang ia hasilkan. (BW) 13


artwork bunch

Wanita ini membiarkan setiap karya yang ia hasilkan mengalir dan bebas. Bisa dikatakan suasana hati dan lingkungan sekitar cukup berpengaruh besar untuk dirinya memulai sebuah karya. Maka hingga detik ini ia mengaku tidak ada karya yang lahir dari isu-isu politik ataupun menyinggung kebobrokkan pemerintah. Pada pameran pertama kali tahun 2010 lalu ia terinspirasi dari berbagai cerita Fairy Tale. “Banyak pesan yang secara tidak langsung kita contoh dari cerita fairy tale yang kita lihat dan di kehidupan nyata kita juga mengikuti karakter dalam cerita tersebut dalam keseharian” jelasnya. Amalia Kartika Sari telah menuntaskan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung dengan mengambil jurusan Desain Grafik angkatan 2005. Namun ia merasa lebih nyaman untuk berkarya di seni murni khususnya melukis hingga saat ini. Objek yang paling menonjol dari setiap karyanya adalah sosok dua karakter dari pria dan wanita yang secara sengaja selalu ia hadirkan. Dua karakter itu selalu diolah dan disesuaikan dengan situasi dan pesan serta dilengkapi dengan kostum yang selalu berbeda-beda sesuai dengan tema yang ingin ia angkat. Pada pameran bersama berjudul “Sin City” (2011) Amalia menampilkan karya dengan mengangkat tema sampah secara visual yaitu sampah dari media elektronik yang ia rasakan cukup berdampak untuk keberlangsungan hidup saat ini. Keunikkan karya lukisnya adalah penggabungan dua media yang berbeda (mix media). Kanvas yang telah dilukis biasanya masih memiliki cerita yang bersambung dengan frame kayu yang membingkai lukisan tersebut. “Kesulitan dari mix media adalah bagaimana menyambungkan cerita dari kanvas ke frame dan itu yang harus benar-benar dipikirkan”jelasnya. Amalia mengaku senang mengeksplor berbagai media selain kanvas, serta berkarya diluar seni lukis. Saat ini ia sedang gemar membuat video art. Dan untuk pertama kalinya ia menampilkan karya video art-nya pada pameran “Sin City” tersebut. Respon yang ia dapat ternyata cukup mengejutkan, para pengunjung terlihat antusias bahkan berdiskusi setelah melihat video art yang ia suguhkan. Ia merasa puas menjadi seorang seniman karena dapat mengekpresikan apa saja yang ia rasakan dan dapat menyampaikan pesan disetiap karyanya. (BW) 14 FAR JUNI/JULI 2011


artwork bunch

“Lingkungan di Bali yang masih memegang teguh adat dan tradisi secara tak langsung telah membentuk saya sebagai seorang kreator seni.” Demikian seperti yang diucapkan oleh I Made Wiguna Valasara yang telah menekuni seni sejak 13 tahun yang lalu ini, yang baru saja menggelar pameran di Edwin’s Gallery, Kemang. Dalam karyanya, Valasara yang terpengaruh oleh Joan Miro, Victor Vasarely, Made Wianta dan Sunaryo ini lebih cenderung pada eksplorasi media dan bukan hanya terpaku pada teknik konvensional. Maka karyanya hadir dalam bentuk yang tidak biasa. Bidang kanvasnya menjadi berdimensi. Apalagi dalam pamerannya yang terakhir ia mengeksplorasi figur-figue hewan dengan berbagai media untuk teknik melukisnya. Dan ada pula karyanya yang terbuat dari benang dan silikon yang dipasang menggantung sehingga menjadi instalasi. “Konsep karya saya secara teknik adalah bagaimana mengolah medium kanvas menjadi objek, dengan teknik timbul-timbul dari kanvas tersebut. Jadi kanvas mempunyai peran yang lebih karena kanvas bukan hanya sebagai alat untuk melukis. Objek-objek yang hadir dalam karya saya terbentuk dari kanvas, bukan dari medium cat atau warna seperti teknik melukis pada umumnya. Dalam karya terakhir ini, saya lebih fokus pada tema babi, yang di masyarakat Bali, seolah itu mempunyai fungsi yang sangat penting. Tapi dalam benak saya muncul pertanyaan, apakah itu memang merupakan keharusan atau bagian dari ritual? Ada perasaan miris ketika saya melihat acara menyembelih babi tersebut.” “Pandangan seni saya adalah bagaimana setiap seniman bisa jujur dalam berkarya, mengerti dan menyadari apa yang dilakukan, dan yang paling penting kepuasan batin. Seni di Indonesia menurut saya sangat bagus perkembangannya, untuk kawasan Asia Tenggara seniman indonesia saat ini masih yang terbaik. Dan dewasa ini bersambut juga dengan tumbuhnya dukungan dari berbagai pihak, baik itu instansi seni, galeri, ataupun kolektor yang mau membawa kesenian Indonesia ke lingkup global. Harapan saya adalah adanya kerjasama berbagai pihak untuk menatap perkembangan seni di Indonesia untuk jangka panjang, bukan hanya karena ada tendensi pasar umpanya seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.” (PH) 15


artwork bunch

“Dimana ‘ekspresi individu’ bebas tersalurkan” rasa inilah yang mengawali dirinya untuk terjun kedalam dunia seni hingga kini. Pria bernama Heri Dono ini telah menggeluti seni sejak lama, deretan panjang jejak karyanya bukan hanya tercatat di tanah Indonesia tapi juga membawa nama bangsa hingga ke mancanegara. Di bulan Mei 2011 ia menggelar pameran tunggal berjudul “Hommage to Raden Saleh” yang berlangsung untuk mengenang 200 tahun Raden Saleh, dengan menampilkan 15 buah karya lukis. Diselenggarakan di sebuah Castel, berdekatan dengan Pavillion Blue House yang dibangun oleh Raden Saleh di tahun 1800-an. Tidak berhenti disatu negara, pameran hingga performance art di beberapa negara terutama Eropa telah menantinya. Dengan jam terbang yang tinggi tentunya seorang seniman sekelas Heri Dono tidak pernah secara asal dalam berkarya. Ketika ditanyakan soal motivasi, Heri pun menjawab padat seperti ini “Motivasi terbesar saya dalam berkarya adalah membentuk intelektualitas di dalam arus bahwa aspirasi masyarakat dan karya tersebut dapat membangkitkan ‘kesadaran baru’ dan motivasi serta ‘membangun sikap’ dari fenomena yang berkembang, artinya seni tidak hanya mengeksplorasi estetika ataupun keharuan penonton”, jelasnya. Alm. Sukasman adalah salah satu guru wayang yang menjadi panutannya dalam berkarya. Kemudian beberapa nama lain seperti Affandi dan Sudjana Kerton (Indonesia), Jean Tengeuly (Switzerland), Joseph Beuys (Jerman) dan Nam Jun Paik (Korea Selatan), mereka juga turut disebut sebagai panutan Heri Dono hingga kini. Dalam melukis biasa menggunakan cat akrilik untuk pewarnaan dan kanvas sebagai medianya, sementara untuk instalasi ia biasa memakai bahan dari daur ulang. Berbicara mengenai ciri khas “rasa humor” cukup kuat berada disetiap karyanya sekalipun karya itu meneriakkan sebuah kritik sosial, politik ataupun kebudayaan. Wayang, boneka, marionette, kartun, karikatur, komik dan mainan merupakan objek yang selalu menarik perhatian pria kelulusan dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang kini dikenal dengan ISI, Yogyakarta ditahun 1987 ini. Pada pameran Jakarta Biennale XIV mendatang rencananya Heri Dono akan membuat karya instalasi yang merespon situasi dan lingkungan di sekitar Taman Ayodya,Blok M, Jakarta. (BW) 16 FAR JUNI/JULI 2011


artwork bunch

“Tubuh adalah monumen yang menjadi elemen penting dalam karyaku�, demikian pernyataan Agoes Jolly. Dalam karyanya, ia menggabungkan antara seni instalasi, lukisan, performance art serta penggunaan audio dan visual. Bisa dibilang, Agoes Jolly adalah seorang pionir untuk seni multimedia di Indonesia. Performance art dengan unsur teatrikal dan tari di mana Agoes menggunakan tubuhnya sebagai media lukisan yang berlumuran cat di antara instalasi bambu dan terkadang dipadukan dengan media audio visual merupakan ciri khas dari karyanya yang bernafaskan kontemporer dengan tema issue-issue sosio-kultural. Sejak kecil, Agoes hidup di kalangan seniman di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta. Belajar menggambar pada Ki Oengki Soekirno, dan belajar tari dan operet pada Nyi Rais Rayan dan Nyi Hadi Sukatno. Gaya pendidikan Shantiniketan yang ia terima dari guru-gurunya di Pendopo Agung Taman Siswa, Bengkel Pelukis Jakarta TIM, SMSR Yogyakarta dan IKJ boleh jadi turut mempengaruhi pola pikir, proses kreatif dan pilihan gaya berkesenian dari Agoes, sehingga saat ini baik di lingkup nasional, regional maupun internasional ia dikenal sebagai seniman nasionalis yang berteriak lewat karya-karyanya yang merupakan potret realisme sosial dan kegelisahannya terhadap berbagai ketimpangan dan ketidakadilan. Karya Agoes hadir sebagai respon terhadap kondisi tersebut, dan juga sebagai ekspresi cintanya pada bangsa ini. Agoes percaya bahwa hanya dengan metoda yang dikembangkan oleh Rabindranath Tagore di mana proses belajar dilakukan di ruang terbuka dan menyatu dengan alam dan lingkungan ini yang nanti akan mampu melahirkan seniman dengan karya yang bernilai dan berjiwa, karena dengan metode seperti ini maka kepekaan akan terus terasah. Affandi dan Nashar adalah dua orang yang memiliki pengaruh paling kuat dalam proses kreatif Agoes, di mana ia belajar bahwa proses akan mempengaruhi kualitas sebuah karya. Budaya instant yang menjangkiti masyarakat dewasa ini membuat sebuah karya menjadi kehilangan nilai dan jiwanya. Seniman adalah seseorang yang harus selalu gelisah, karena selama seorang seniman masih memelihara kegelisahannya, maka dari situ akan lahir karya-karya. (PH) 17


artwork bunch

“Saya mulai menekuni seni sejak 36 tahun yang lalu. Setelah lari dari studi medicine di Universitas Trisakti selama 2 tahun, hanya dengan modal DM 1000,-. saya kabur ke Jerman untuk kuliah sambil mencari sesuap nasi dengan menjadi tukang cuci piring dan pelayan restoran, hingga akhirnya saya bisa menyelesaikan studi seni rupa murni bahkan sampai ke jenjang S2”, demikian ucap Teguh Ostenrik, yang saat ini juga sedang mengerjakan patung-patung besar dari corten steel. Karyanya biasanya juga berhubungan dengan proyek-proyek arsitektur. Yang terakhir selesai yaitu “Sangkakala” dan “Dua Mata” di Singapura. Ia bekerja sama dengan arsitek Yori Antar. Ciri khas dari karyanya adalah ia banyak mengeksplorasi efek karat, karena bagi Teguh karat adalah bagian dari alam sebagai mother earth. Dan ini sudah ia awali sejak ia menggarap karyanya yang berjudul “Terracotta” pada tahun 1976 sebagai bagian dari seri “Homosapiens Bertopeng”. Karya-karya Teguh yang berupa lukisan, patung dan instalasi ini terpengaruh oleh banyak seniman, dan ini terus berubah-ubah. Pada suatu saat mungkin ia terpengaruh oleh Wassily Kandinsky, tapi di lain waktu bisa saja Wilhelm de Koening, juga Max Ernst dalam penggarapan layering warna, Pablo Picasso dalam hal deformasi, tapi juga Emil Nolde dalam hal teriakan warna-warna ekspresionisnya. “Semua yang ada di sekitar kita adalah sumber inspirasi. Yang harus kita asah adalah daya observasi. Kita harus sanggup menangkap sesuatu yang orang lain tidak melihatnya”, ujarnya lagi. Teguh yang gemar mencoba semua teknik dan gaya ini juga menyatakan bahwa “Seni itu adalah bermain, berani membuat keputusan lalu bermain lagi. Pada saat anda tidak merasa tertekan, maka anda akan kreatif”. “Perkembangan seni saat ini bagus sekali. Seniman-seniman muda kita berkembang dengan pesatnya. Mudah-mudahan perkembangan “pasar” seni rupa tidak bisa mendikte kreatifitas para seniman muda kita. Dan pesan saya untuk para seniman muda, yang penting jalan terus, melangkah dan berkembang sesuai dengan detak jantung kita. Siap lapar dan berkorban, dan jangan sekali-sekali berpikir berkesenian untuk hidup, tapi hidup untuk berkesenian”. (PH) 18 FAR JUNI/JULI 2011


art report

S

ecara fisik, kota dibentuk oleh kumpulan bangunan-bangunan, yang terhubung satu sama lain, lewat infrastruktur-infrastruktur publik (trotoar, jalan raya, angkutan massal, dll), yang memungkinkan penduduknya untuk berpindah dari satu tempat, ke tempat lain dengan lancar dan nyaman. Secara visual, kolektivitas arsitektur membentuk wajah dan kesan sebuah kota. Gedung-gedung pencakar langit yang tertutup kaca, baris balkon rumah susun, tinggi pagar rumah tinggal, deretan rukoruko adalah diantara bangunan-bangunan yang kita lihat sehari-hari di sekitar kita. Jenis bangunan-bangunan inilah yang secara general membentuk wajah banyak kota di Indonesia; Bangunan-bangunan ini dan juga bolong jalan, rusak trotoar dan fasilitas publik yang rusak lainnya. Perhatikan bagaimana saya menggunakan istilah “bangunan� dan bukan “arsitektur�. Ini karena memang ada hal yang berbeda diantaranya. Meskipun pada dasarnya setiap karya arsitektur adalah bangunan, namun

untuk dapat disebut sebagai sebuah karya arsitektur, ada kualitas lebih yang harus dimiliki oleh sebuah bangunan. Arsitektur yang baik, adalah arsitektur yang mampu membuat kita terdiam, berdecak kagum, kemudian membuat kita masuk dalam kebingungan, karena kita tidak habis pikir, bagaimana mungkin ada orang yang bisa berpikir untuk membuat ruang yang seperti demikian. Arsitektur yang baik membuat kita ingin menjelajahi setiap sudutnya dengan penuh antusiasme dan rasa ingin tahu, kemudian setelah itu, membuat kita ingin memberitahu semua orang, tentang betapa mengagumkannya dia. Jakarta dan banyak kota di Indonesia, kekurangan sekali bangunan-bangunan dengan kualitas seperti ini. Bangunanbangunan yang dapat menginspirasi para pengunjungnya untuk membuat hal yang lebih baik lagi. Arsitektur bukanlah istilah yang populer dan ramah di negara ini. Meskipun 7 keajaiban dunia semuanya adalah produk arsitektural, namun di negara ini, sudah lama sekali, sejak

terakhir arsitektur mendapatkan tempat yang pantas diantara kita. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama dan terakhir (setidaknya hingga kini), yang menyadari pentingnya arsitektur, bukan hanya bagi sebuah kota, namun bagi sebuah bangsa. Bagi Soekarno, arsitektur adalah salah satu cara untuk membangun karakter dan rasa kebangsaan sebuah bangsa. Sebuah representasi dari perwujudan nilai-nilai sebuah idealisme, pernyataan politik, dan juga sebuah ikon budaya. Pernahkah anda masuk ke Mesjid Istiqlal? Meskipun anda bukan seorang muslim, cobalah masuk ke sesekali kedalamnya, tidak ada salahnya, kan? Mesjid ini di desain oleh salah seorang arsitek terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia, Friederich Silaban. Selesai dibangun pada tahun 1978, Istiqlal adalah Mesjid terbesar se-Asia Tenggara dan merupakan salah satu contoh arsitektur modern terbaik di negara ini. Pak Silaban mendapatkan kehormatan mendesainnya, setelah memenangkan sayembara desain utk mesjid ini. Sayembara ini, di cetuskan oleh KH Agus Salim, dan didukung penuh oleh Soekarno. Bung Karno malah jadi Ketua Jurinya. Jika sempat datang ke Istiqlal, anda akan 19


langsung dapat merasakan kemegahannya. Ekspresi elemenelemen pembentuknya yang vertikal, membuat perbedaan skala yang dramatis antara pengunjung dan Masjid Istiqlal. Masuklah ke ruang shalat utama, maka anda akan merasakan ruang yang lebih dramatis lagi. Kolom-kolom yang tinggi dan dilapis bahan metal yang bercahaya, berdiri kokoh dan megah, menopang atap mesjid. Tengadahlah keatas di ruang shalat utama, dan lihatlah bagaimana kubah silaban terlihat sangat indah, dengan cahaya kuning kemerahan dan detil yang dibuat dengan sangat tepat dan teliti. Saya pribadi sering mengatakan bahwa Mesjid Istiqlal dibangun dengan kesempurnaan untuk sebuah keabadian. Ini terlihat dari material-material bangunan yang dipakainya dan pengerjaan pembangunannya. Keseluruhan material bangunan yang dipakai di Istiqlal, seperti batu marmer dan besi-besinya adalah bahanbahan kelas satu, yang membuat istiqal kini, terlihat seperti baru dibangun beberapa tahun yang lalu. Pengerjaan pembangunan mesjid ini juga sangat cermat, rapih dan memperhatikan hal-hal terkecil yang membentuk mesjid ini.

20 FAR JUNI/JULI 2011

Gedung DPR/MPR yang kini lebih terlihat seperti benteng besar yang tidak boleh ditembus, pada awalnya di desain sebagai sebuah ruang publik besar, dimana masyarakat bisa dengan bebas masuk dan melihat kerja wakil-wakil mereka. Itu mengapa gedung DPR/MPR, yang didesain

baru yang akan akan menandingi kekuatan dunia yang ada. Arsitektur adalah salah satu alat untuk menyatakannya. Dengan tujuan ini, maka dibuatlah sebuah sayembara perancangan arsitektur terbuka, dimana alm Sujudi bersama timnya berhasil memenangkannya,

oleh alm Sujudi, memiliki ruang besar dengan kolam, di depan bangunan yang berkubah hijau itu.

dengan rancangannya yang sangat modern dan revolusioner. Atap kubah hijau yang kini kita lihat, adalah rancangan asli tim beliau dengan bantuan ahli struktur Sutami, yang juga mengerjakan struktur dari jembatan semanggi. Atap hijau itu, adalah satu-satunya atap di dunia dengan bentuk struktur seperti itu..

Gedung DPR/MPR adalah buah visi Soekarno yang menginginkan sebuah gedung di Jakarta, yang akan digunakan sebagai tempat berlangsungnya Confrence of New Emerging Force (CONEFO). Gedung ini, dalam bayangan Soekarno, harus dapat menandingi kemegahan gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Sebuah pernyataan politik bahwa ada kekuatan dunia

Gedung DPR/MPR kita adalah gedung yang sangat modern, yang dibangun dengan semangat egaliter. Sebuah bangunan dengan desain awal, yang

mencoba untuk mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk dekat dengan bangunan ini. Di masa itu, bangunan ini seperti ingin menyatakan kepada dunia, bahwa Indonesia adalah sebuah negara baru yang modern dan siap untuk melangkah menuju masa depan yang akan hadir dengan semua tantangannya. Dimasa itu juga, Soekarno menggunakan arsitektur sebagai cara untuk menghapuskan jejakjejak Belanda di Indonesia, Jakarta terutama. Salah satu tempat yang menurutnya memiliki jejak Belanda yang kuat, adalah tempat yang kini kita kenal dengan nama Lapangan Monas. Dulunya tempat ini bernama Koningsplein, sebuah lapangan besar, dimana militer Belanda berlatih. Lapangan ini sangat besar. Batas-batas tepinya adalah yang kini kita kenal sebagai tepi-tepi dari lapangan Monas, ditambah stasiun Gambir. Dengan namanya yang berarti Lapangan Raja, tempat ini adalah simbol pemerintah Belanda masa itu. Bung Karno ingin menghilangkan kesan ini, untuk itulah ia memerintahkan untuk dibangun diatasnya, sebuah tugu peringatan, untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari Pemerintah Belanda. Setelah melalui sebuah proses


art report sayembara, karya dari Friedrich Silaban terpilih sebagai karya yang akan dibangun, namun karena pertimbangan biaya, akhirnya karya ini urung untuk diwujudkan. Sebagai gantinya RM Soedarsono diminta untuk membuat sebuah desain baru. Sama seperti, Mesjid Istiqlal dan Gedung DPR/MPR, Monumen Nasional juga dibangun dengan prinsip-prinsip arsitektur yang bisa dibilang avantgarde di masanya. Terlebih lagi, ini dibangun oleh sebuah negara yang belum lama bebas dari pendudukan bangsa asing selama beratus tahun. Kini, Monumen Nasional adalah salah satu simbol, bukan hanya bagi Jakarta, namun juga bagi Indonesia. Hari-hari ini di Indonesia, arsitektur bersembunyi dibalik tingginya pagar. Bagi saya, adalah sebuah tragedi kebudayaan, bahwa arsitektur-arsitektur modern terbaik Indonesia saat ini, adalah rumah-rumah tinggal atau bangunan-bangunan yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, terprivatisasi. Tragedi, karena masyarakat luas tidak bisa merasakan hal-hal yang bisa dihasilkan dari mengalami sebuah ruang arsitektural. Masyarakat umum tidak bisa dengan bebas merasakan, bagaimana arsitek Adi Purnomo memasukan cahaya matahari, dan sepoi angin kedalam sebuah ruang, sehingga membuat kita bisa mengalami gerak hari, tanpa kehilangan kenyamanan kita. Atau bagaimana arsitek Andra Matin memberikan sensasi ruang lewat desain-desainnya yang seperti membuat kita berjalan melalui beberapa tahapan ruang. Hari-hari ini, di Indonesia, arsitekarsitek yang menghasilkan karya-karya arsitektur yang berkualitas tinggi muncul ke publik tidak lewat karya di ruang

publik, seperti Richard Rogers muncul di tengah kota Paris lewat Pompidou Centre-nya, namun di buku-buku yang kadang, terlalu mahal untuk dibeli. Atau lewat acara-acara di televisi, yang cara penyampaiannya, tidak akan pernah bisa membuat publik mengerti ttg arsitekturnya, semaksimal jika karya tersebut didatangi dan dialami sendiri. Keadaan ini bukanlah salah arsitek. Arsitek adalah sebuah profesi, yang dalam hal menghasilkan karya, mereka tidak memiliki kemewahan seperti seniman atau sastrawan. Arsitek selalu membutuhkan patron, atau orang di atas mereka yang memiliki kekuasaan atau dana, untuk membangun karya mereka. Seperti dulu, Friedrich Silaban memiliki Soekarno. Di banyak negara di dunia, arsitektur untuk publik, dijadikan sebagai cara untuk meningkatkan kualitas kota, oleh pemerintah kota. Biasanya bangunanbangunan dengan fungsi publik seperti museum, pusat seni kontemporer, atau gedung pertunjukan musik. Contoh yang paling baik dan nyata, adalah bagaimana museum Guggenheim Bilbao yang di rancang oleh arsitek Frank Gehry, berhasil menyelamatkan kota Bilbao, yang sudah hampir mati. Ini kemudian di kenal sebagai The Bibao Effect, dan diikuti oleh banyak kota lain di dunia.

mencari keuntungan komersil, bukan untuk investasi intelektual yang bisa memajukan kebudayaan. Perbandingan yang timpang antara pembangunan pusat perbelanjaan dengan tempat untuk kesenian/pusat dokumentasi seni adalah buktinya. Setidaknya di Jakarta, dalam 10 tahun terakhir, ada sekurangnya 70 pusat perbelanjaan baru dibangun, namun hanya berdiri 1 pusat seni terpadu: Komunitas Salihara. Kompleks seni komunitas ini di desain oleh 3 orang arsitek yang dianggap terbaik, oleh komunitas arsitektur Indonesia: Marco Kusumawijaya, Andra Matin dan Adi Purnomo. Jika dekat kemudian berarti

menyentuh, berdialog, dan menatap, maka hari-hari ini di Indonesia, rasanya masyarakat kebanyakan masih jauh dari arsitektur yang baik. Dan dengan sebagian besar waktu terbuang di jalan maka peluang untuk menikmati arsitektur yang baik pun, menjadi lebih kecil lagi. Namun, dengan banyaknya masalah mendasar di negara ini, masih pentingkah kehadiran arsitektur yang baik di ruang publik? Hari-hari ini di Indonesia, saya bertanya-tanya, apakah arsitektur yang baik sungguh diinginkan dan diperlukan masyarakat? FOTO DOK. DANNY WICAKSONO

Pemerintah Cina, kini akan membangun gedung pertunjukan di semua kota-kota besar di Cina. Desain-desain gedung-gedung pertunjukan ini, di dapatkan melalui sebuah sayembara, yang melibatkan arsitek-arsitek paling menarik di dunia. Bukan hanya gedung-gedung pertunjukan, mereka juga membangun museum-museum seni dan pusatpusat seni kontemporer. Hari-hari ini di Indonesia, membangun adalah untuk 21


art report

T

ahun ini Ibukota Jakarta merayakan ulang tahunnya yang ke- 484, sudah bukan usia yang muda lagi tapi nyatanya Jakarta tetap menjadi primadona untuk sebagian besar masyarakat hidup hingga kini. Kota Jakarta seakan tidak pernah lelah untuk terus melewati perjalanan waktu. Kota yang dihuni sekitar 8.525.062 penduduk ini tenggah bergeliat mengejar sebuah perkembangan. DKI Jakarta saat ini semakin menunjukkan kemajuan, dimana pembangunan terus berkembang dengan pesat dan jumlah penduduk pun kian meningkat. Dengan segala perkembangan di dalamnya kini masyarakat asli Jakarta yang kita kenal dengan masyarakat Betawi saat ini pun mulai tergeser dengan para pendatang dari luar daerah Jakarta. Belum lagi perkembangan teknologi saat ini yang mempermudah semua arus globalisasi untuk memasukkan budaya baru yang kian mendorong seni dan budaya tradisional Jakarta semakin terlupakan. Untuk itu di edisi ini rasanya sangat pas untuk kita sedikit mengingat atau bahkan baru mengenal salah satu seni Betawi yang dikenal dengan “Tari Topeng Betawi”. Kali ini salah satu anak Betawi yang sering dipanggil dengan Bang Atien Kiesam akan berbagi sedikit ulasan mengenai dunia Tari Topeng Betawi yang telah sejak lama ia geluti. Tumbuh dan besar di keluarga asli Jakarta, ia mengaku sudah sejak kecil mempelajari seni Betawi dan kini ia tetap menjaga dan melestarikannya melalui komunitas Betawi yang ia bentuk. Menjadi generasi ke-3 dari Rukun Budaya Topeng Betawi, Bang Atien mendalami seni Betawi di komunitas bernama “Ratna Sari” milik sang ayah. Seiring berjalannya waktu Bang Atien pun kini menambah satu komunitas baru bernama 22 FAR JUNI/JULI 2011

“KAMPUS Betawi” (Kampung Anak Muda Pecinta Khusus Budaya Betawi). Didalamnya terdiri dari sekitar 60 anak muda dari berbagai kalangan dan asal yang memang memiliki kepedulian dan ingin mempelajari, mengembangkan serta melestarikan seni dan budaya Betawi. Komunitas ini memiliki visi bahwa kebudayaan Betawi bukan hanya milik masyarakat Betawi saja, maka anggotanya pun berasal dari daerah yang beragam. Di komunitas ini mereka mempelajari secara mendalam mengenai seni tari, musik, dan teater Betawi, salah satunya Tari Topeng Betawi. Menurut Bang Atien, Tari Topeng Betawi merupakan salah satu bentuk pertunjukkan kesenian dari Betawi, dimana kata “Topeng” dalam hal ini bukanlah yng dimaksud dengan penutup muka didalam bahasa Betawi”Topeng” berarti sebuah pertunjukkan yang memiliki unsur utama tari, musik dan teater. Sedangkan penutup muka dalam bahasa Betawi disebut dengan “Kedok”. Tari Topeng Betawi dulunya kerap dihubungkan dengan sesuatu yang memiliki kekuat magis, sebelum memulai pertunjukkan memang biasanya diadakan sebuah upacara ritual, dimana upacara ini lebih diperuntukkan bagi sang penari yang akan memakai kedok tersebut. Dalam ritual itu terdapat sesajen berfungsi untuk meminta agar diberi kelancaran selama pertunjukkan

berlangsung. Kemudian untuk Tari Topeng sendiri memiliki tiga buah karakter yang berbeda, yaitu Panji, Samba, dan jingga. Karakter kedok “Panji” itu halus, gemulai, dan lemah lembut, Sedangkan “Samba” karakternya lebih agresif, dan “Jingga” dengan karakter yang keras, kuat, dan perkasa. Pertunjukkan Tari Topeng pada awalnya terdiri dari dua buah babak yaitu babak pertama “Babat” yang berisi cerita pendek biasanya bercerita tentang legenda jaman dulu dan babak kedua yang disebut dengan “Lakon Bapak Jantuk” dimana dibagian ini biasanya berisi mengenai nasihat dalam hidup berumah tangga. “Lakon Bapak Jantuk” ini merupakan salah satu teater tutur (lisan) yang ada di rukun budaya Betawi, pertunjukkan biasanya dibawakan dengan bertutur tanpa teks tapi lebih kepada menceritakan kejadian yang ada


art report

di masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Dulunya pertunjukkan Tari Topeng Betawi ini dimulai sekitar pukul 8 malam dan selesai dipukul 5 subuh, dengan jumlah pemain bisa mencapai kisaran 30 orang lebih. Mengingat lamanya waktu pertunjukkan, untuk saat ini tentu sudah mengalami perubahan baik secara kemasan hingga waktu pertunjukkan. “Untuk saat ini kemasan Topeng Betawi kami memiliki dua bentuk, pertama bisa dimainkan sesuai dengan aslinya dan kedua ada juga yang dimainkan sudah dimodernisasikan. Khusus

cenderung serius karena disesuaikan dengan tiga karakter dari kedok yang tadi disebutkan. Guyonan biasanya terdapat di bagian “Lipet Gandes” - Lipet dalam bahasa Betawi berarti berbelit-belit sementara Gandes itu artinya tuntas, jadi intinya perbincangan yang berbelit-belit tapi dijawab dengan singkat, itu biasanya masuk dalam adegan bodoran yang menjadi selangan di “Lipet Gandes”. “Bila tidak ada “Lipet Gandes” maka bukan Topeng Betawi namanya”, jelas Bang Atien yang pernah menjadi koreografer dalam sandiwara musikal “Sangkala 9/10” ini.

juga mengunakan Nadong untuk menutupi bagian bokong wanita. Terakhir memakai selendang yang diikatkan dipinggang. “Yang perlu diingat penari Topeng sejak dulu biasanya memiliki kemampuan dasar silat agar bisa melindungi dirinya saat pertunjukkan”, ujar Bang Atien melengkapi. Pengiring musik untuk Tari Topeng Betawi disebut dengan Gamelan Topeng. Dengan memakai perlengkapan musik diantaranya gendang, rebab, kenong tiga, krecek dan gong. Untuk lagu terdapat sekitar 30 judul yang dapat mengiringi Tari Topeng. Untuk saat ini Bang Atien terus berusaha meningkatkan kualitas dari komunitas yang ia dirikan. Dan selalu mencoba untuk berpegang pada sebuh prinsip Betawi yaitu “Ngaosi” (Ngaji, solat, dan silahturahmi) dalam komunitas dan pertunjukkannya, karena prinsip ini dinilainya sudah mulai tersingkirkan. Dengan satu kontribusi dari Bang Atien

untuk tetap menjaga dan melestarikan seni tradisional Indonesia semoga saja apresiasi masyarakat pun positif dan mau lebih mengenal keindahan seni dan budaya miliki bangsa Indonesia. (BW)

yang bentuk tradisional tetap pada akarnya, tetapi bentuk yang satunya lebih menghibur. Tari tradisional jangan dikutak-katik, hanya saja durasi yang mungkin lebih dipersingkat, karena saat ini bila terlalu lama maka orang juga akan bosan”, ujar Bang Atien. Pada pembukaan tari biasanya diawali dengan “Arang-arangan” dalam durasi yang pendek ataupun panjang yang disampaikan melalui media musik rebab. Kemudian disambut dengan yang namanya “Tetalu” suaranya seperti gemuruh, ini merupakan ciri khas dari pembukaan Tari Topeng yang berfungsi untuk memanggil penonton agar berkumpul ke area panggung. Bila kebanyakkan Tari Betawi memiliki unsur guyonan, Tari Topeng justru

Perlengkapan yang dipakai oleh penari Topeng terdiri atas, Kembang Topeng yang berbentuk lingkaran untuk bagian kepala dan terdapat bulatan khusus untuk tempat menaruh konde dan diberi tusuk konde sebagai penguat. Lalu untuk baju memakai kebaya encim yang bagian tangannya sedikit dibawah siku dengan warna khas Betawi kuning, merah ataupun hijau. Kemudian memakai kain sarung dengan motif batik anak rebung yang bersilang. Ada juga Toka-toka , kain yang diselempangkan silang dari kiri-kanan bahu kemudian menuju ke pinggang dan diikatkan dipinggang. Anpreng (apok-apok) selain menjadi ikat pinggang, fungsinya untuk menutupi daerah depan wanita. Tradisi dulu 23


nation on a mission foto : Dan Sapar

24 FAR JUNI/JULI 2011


25


26 FAR JUNI/JULI 2011


27


28 FAR JUNI/JULI 2011


29


nation on a mission foto : Michael Novrianus (maikrostory.com) teks : Dian Wesiana

30 FAR JUNI/JULI 2011


31


nation on a mission

32 FAR JUNI/JULI 2011


33


34 FAR JUNI/JULI 2011


35


nation on a mission

36 FAR JUNI/JULI 2011


37


38 FAR JUNI/JULI 2011


up coming young

W

anita cantik ini mengaku senang menggambar sejak kecil. Dari menggambar komik hingga pemandangan cukup mengisi waktunya dikala senggang saat kecil dulu. Tapi siapa kira ketertarikannya saat itu kini justru yang membawanya sebagai sosok baru yang bersinar dalam dunia seni Indonesia. Zindy Amalia wanita kelulusan dari LimKokWing University, desain grafis angkatan 2005 ini, kini tengah disibukkan dengan pekerjaannya sebagai seorang grafik designer disalah satu advertising agency di Ibukota Jakarta. Tetapi diwaktu weekend tiba, maka ide-ide seakan berebutan datang menghampiri untuk menjadi tema baru dari karya ilustrasinya. Ia mengaku menggambar sudah menjadi kebiasaannya disetiap saat, kapanpun dan dimanapun Zindy akan menuangkan apa yang sedang ada dibenaknya dalam secarik kertas. Objek wanita selalu memiliki magnet tersendiri untuk digarap secara mendalam oleh wanita bertubuh semampai ini. Ia pun gemar untuk menggambar berbagai mahluk aneh yang biasanya terinspirasi dari hewan mamalia ataupun aneka jenis ikan. Untuk objek wanita, jangan mengharapkan bentuk yang sempurna dari karya yang Zindy hasilkan, ia justru lebih senang menghadirkan sosok wanita yang jauh dari kata sempurna, baginya itu lebih jujur dan menarik. “Nyeleneh” kata ini mungkin bisa sedikit mendeskripsikan beberapa karya yang ia hasilkan, karena baik dari bentuk hingga pewarnaan Zindy mengaku senang dengan sesuatu yang “Mengambang” dan terkesan tidak biasa. Ketika membicarakan media yang digunakan Zindy pun menjelaskan ia lebih senang dengan perpaduan dari beberapa buah media (mix media), ia biasa menggunakan wood panel, cat akrilik, dan juga kanvas. Sementara untuk pengerjaannya sendiri, tehnik manual tetap ia gunakan, selebihnya tehnik digital dipakai untuk menyempurnakan bentuk ataupun pewarnaan. Wanita yang juga gemar membaca buku mengenai filsafat dan psikologi ini pernah memenangkan kompetisi “Scream Art Loud” yang diadakan di 365 Eco Bar, Kemang dengan tema Biodiversity Loss. Dalam kompetisi ini Zindy bersama dengan Tommy Candra membuat sebuah karya ilustrasi dengan pesan sosial yang cukup kuat. Pada karya ini Zindy dan Tommy ingin mengingatkan bahwa apapun yang manusia lakukan akan ada akibat untuk bumi dikemudian hari. “Manusia tidak perlu melakukan hal yang ekstrim untuk membuat sebuah perubahan, dari hal-hal kecil positif yang kita lakukan bisa memiliki kontribusi untuk kelangsungan hidup bersama”, jelas Zindy. Menggambar baginya seperti menuangkan sebuah curahan hati yang sedang bergejolak dalam dirinya, maka setelah menggambar ia selalu merasa memiliki kepuasan tersendiri. Karya ilustrasi yang dihasilkannya hingga kini diakui banyak terinspirasi dari beberapa seniman dunia seperti James Jean, Dali, Escher dan Yuko Shimizu. (BW) 39


kreasick Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Pelajar Pecinta Alam SMA 15 (PEPALA LIBELS) Jakarta Utara bekerja sama dengan Palang Merah Provinsi DKI Jakarta menggelar aksi donor darah. Ini adalah sebuah kegiatan yang sangat positif untuk menumbuhkembangkan rasa solidaritas kemanusiaan dan kepekaan sosial di kalangan pelajar. Selain itu, kegiatan ini juga diikuti oleh para alumni, para guru dan karyawan tata usaha dan para warga di sekitar sekolah. Sebagai sebuah organisasi pecinta alam intra sekolah yang didirikan dengan tujuan untuk mengakomodir minat dan bakat para siswa dalam kegiatan di alam bebas, PEPALA LIBELS yang pernah menjadi Juara II Lomba Lintas Alam Tingkat SMU/SMK se-Jabodetabek yang diselenggarakan oleh Akademi Pimpinan Perusahaan ini mulai berdiri dan disahkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler pada tanggal 28 Februari 1984. Kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah pengkaderan untuk mendidik calon anggota, dalam bentuk pendidikan dasar melalui pendakian gunung dengan ketinggian minimal 3.000 meter di atas permukaan laut, seperti misalnya Gunung Salak, Gunung Geger Bentang dan Gunung Pangrango. Selain itu, beberapa kegiatan lainnya pun kerap diadakan seperti wall climbing, rock climbing, ekskavasi (penyusuran goa), dan juga kegiatan penanaman pohon untuk penghijauan sebagai bentuk nyata kecintaan pada lingkungan hidup yang juga merupakan bagian dari alam. Karena alam niscaya akan ramah pada manusia jika manusia juga ramah terhadap alam. Begitupun sebaliknya, alam juga akan marah jika manusia cenderung merusak alam. (PH)

40 FAR JUNI/JULI 2011

Di hari itu kami khusus datang untuk melihat secara langsung kegiatan seru dari anak-anak kreatif yang tergabung dalam kelas visual art dari Gandhi Memorial International School. Mereka menghasilkan berbagai karya seni yang tidak hanya unik tapi juga penuh dengan pesan sosial yang kuat. Seperti Lupita, Lydia, dan Fiona yang membuat karya instalasi yang berbentuk rubik berbahan dasar papan dengan ukuran 90 x 90 cm. Disetiap sisi pada kotak rubik sengaja dilekatkan sebuah topeng, dari karya ini mereka ingin menyampaikan mengenai multikulturalisme yang terjadi di Indonesia. Lalu Lydia, Fiona, Michellen dan Rani membuat sebuah karya pop art instalation dengan ukuran 8 x 7,5 meter yang terbuat dari 3000 botol bekas minuman. Dengan tehnik stensil, 3000 botol itu disusun hingga membentuk wajah Mr. A. P. Singh, Sang Kepala Sekolah. Lalu untuk karya perorangan tidak kalah menarik, Denny Yustana, Rani dan Natasha, mereka bertiga hadir dengan karya lukis namun dengan keunikan yang berbeda. Denny lebih suka dengan bentuk yang detail dan rumit, sedangkan Rani selalu berani untuk mengeksplor media yang ia gunakan mulai dari kanvas hingga seng pun pernah ia pakai. Sementara Natasha lebih suka menampilkan kesan misterius dalam setiap karyanya. Sir. Philips AB, sebagai guru pembimbing menjelaskan bahwa minat dan bakat mereka sangat besar dan ditunjang oleh fasilitas yang memadai. Untuk tehnik dasar manual, mereka harus memahami bentuk geometris dan anatomi manusia. Setelah itu mereka akan mempelajari tehnik digital. “Karena seni rupa bukan hanya seni lukis, saat ini mereka mulai membuat video art dan juga instalasi�, jelas guru kelulusan dari Seni Patung IKJ tersebut. Yang nyatanya menghasilkan anak-anak yang tidak hanya kreatif tapi juga berani unjuk gigi untuk mengeksplorasi diri dalam berkesenian. (BW) Foto DOK. FAR MAGAZINE


kreasick Siapa bilang seni tradisional tidak menarik dan ketinggalan jaman? Anak-anak ini membuktikan bahwa kesenian tradisional bisa menjadi kegiatan seru sekaligus sebagai langkah melestarikan kekayaan budaya Indonesia. Kegiatan menarik ini terdapat di SMU Perguruan Cikini, Duren Tiga, Jakarta Selatan, sebuah kegiatan dari salah satu pilihan program ekstrakulikuler yang ada yaitu kelas tari tradisional Indonesia. Didalam kegiatan ini para siswi yang terdiri dari kelas 1 dan 2 SMU ini secara rutin mempelajari tari Saman (Aceh) dan Pendet (Bali) setiap dua kali dalam seminggu. Dimana bukan hanya mengenal sejarah dan belajar secara teori saja, mereka juga secara langsung mempelajari gerak indah dari tarian-tarian tersebut. Untuk tari Saman sendiri terdiri dari 13 siswi yang telah menguasai baik gerak, nyanyian, hingga sejarah dari tari Saman tersebut. Sementara untuk tari Pendet (Bali) memiliki 5 penari dengan gerakan mata yang tajam dan badan yang sangat luwes. Berbagai perlombaan hingga undangan telah mereka ikuti. Kegiatan positif ini ternyata cukup mendapat respon baik dari lingkungan Sekolah, pelajar, hingga masyarakat yang menyaksikannya. Sederet prestasi pernah mereka capai diantaranya menjadi kelompok tari terfavorit di tahun 2008 yang lalu dalam acara sebuah Goes to Campus yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta. Kemudian masuk dalam peringkat ke-5 besar pada perlomba ulang tahun dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di tahun 2009 lalu. Lia (17 tahun), salah seorang anggota dalam kegiatan tari ini mengaku sangat menyukai tarian daerah karena keunikkan gerak hingga sejarah tarian tersebut. Sementara Mba Novi selaku pengajar tari berharap kegiatan ini dapat secara perlahan tapi pasti menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia dan dengan wadah positif ini dapat menghadirkan catatan prestasi gemilang di tahun-tahun mendatang dari kelompok tari yang ia banggakan ini. (BW)

Organisasi yang menamakan diri SENDAL ini adalah sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa yang berada di lingkungan kampus Institut Kesenian Jakarta. SENDAL adalah singkatan dari SENI DAN ALAM, yang diresmikan sejak tahun 1994 di Curug Cilember, Jawa Barat. Sebagaimana organisasi pecinta alam pada umumnya, SENDAL memiliki kegiatan seperti mendaki gunung, panjat tebing, panjat dinding, caving (penyusuran goa), down hill bike, atau kegiatan olah raga air seperti rafting, snorkling, diving dan lain sebagainya. SENDAL juga aktif dalam melaksanakan dan mengkampanyekan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan sebagai wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat, misalnya dengan Kegiatan Kali Bersih bersama-sama dengan organisasi sejenis se-Jabodetabek, penanaman pohon, konservasi satwa langka dan dilindungi, dan lain sebagainya. Selain itu SENDAL juga aktif dalam kegiatan baik SAR bagi para pendaki yang hilang di gunung maupun kegiatan tanggap bencana, seperti pengiriman bantuan bagi para korban bencana alam, evakuasi, maupun konseling dan terapi psikologis untuk penanggulangan trauma bagi para korban, terutama anak-anak. Misalnya dengan mengajak anak-anak tersebut untuk menggambar dan mewarnai, story telling, bernyanyi dan musik sederhana yang bertujuan menghibur. Tapi ada satu hal yang membedakan SENDAL dengan organisasi sejenis, yaitu SENDAL mengharuskan para anggotanya untuk membuat sebuah karya seni yang berhubungan dengan alam. Seperti misalnya karya fotografi tentang alam, karya lukisan, patung, instalasi, video art, film dokumenter, atau bahkan seni pertunjukan seperti misalnya musik, tari dan teater. Karena SENDAL lahir di lingkungan kampus yang mencetak para seniman. (PH) 41


42 FAR JUNI/JULI 2011


hit’n’miss BERTINDAK UNTUK BUMI TERCINTA

ALEXANDER MCQEEN SAVAGE BEAUTY “Hidup saya kurang lebih seperti kisah Brothers Grimm”, kata Lee Alexander McQueen semasa hidupnya. Pada tanggal 11 Februari 2010 pun adalah masa tragis dan suram untuk kehidupannya dimana dia ditemukan meninggal bunuh diri di tempat tinggal McQueen di Mayfair. Setahun setelahnya McQueen menerima penghargaan terbesar untuk karya – karyanya di New York, menjadi desainer kedua (setelah Gianni Vercase di 1997) yang menerima penghargaan tidak lama setelah ia meninggal. Alexander McQueen: Savage Beauty, yang dibuka pada tangal 4 May 2011 kemarin meninggalkan kesan yang luar biasa. Dari desain inspirasi Jack the Ripper – nya pada tahun 1992 sampai desain Hieronymous Bosch yang merupakan karyanya yang terakhir. (RT) FOTO DOK. Dazed

RISE LEE PRICE Seniman Amerika, Lee Price, melukis fotografi para wanita dan makanannya. Bekerja sama dengan fotografernya, Tom Moore, menghasilkan lukisan yang menggunakan oil dan linen canvas menciptakan efek soft milky yang halus dan menerminkan aspek mendalam pada sifat feminin. Dalam pekerjaannya yang ini, Lee mengembangkan ide – idenya dengan memfokuskan kepada sifat – sifat alami wanita, yaitu pengasuhan dan kebutuhan untuk mengurus orang lain disbanding diri sendiri. (RT) FOTO DOK. Lee Price.

Ancaman pemanasan global atau yang lebih kita kenal dengan global warming terhadap bumi kita tentu bukan sebuah isu belaka. Nyatanya bumi yang semakin tua ini harus terus diperhatian dan dijaga. Kita sebagai salah satu penghuninya sudah pasti memiliki tanggung jawab yang sama untuk berbuat sesuatu yang melindungi bumi. Seperti yang dilakukan oleh Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI), yang secara resmi telah mengumumkan satu lagi sebuah langkah hijau perusahaan dengan memakai Eco Uniform bagi seluruh karyawan terhitung sejak 1 April 2011 yang lalu. Ini juga merupakan sebuah gerakan dalam rangka merayakan Hari Bumi di tahun ini dengan mengangkat tema “Satu Milyar Aksi Hijau”. Eco Uniform terbuat dari bahan daur ulang plastik PET (polyethylene terephthalate) dan katun organik. “CCAI membuat seragam dari bahan daur ulang plastik PET karena menerapkan prinsip reduce (pengurangan penggunaan plastik baru), recycle (PET plastik), dan reuse (menggunakan kembali) untuk seragam yang nyaman dan trendy”, ujar President Director CCAI Peter Kelly. Dengan langkah yang dilakukan oleh CCAI bisa menjadi sebuah contoh baik untuk kita mulai bertindak untuk bumi tercinta, dimulai dari diri sendiri, hal terkecil, dan sejak saat ini. (BW) Foto DOK. Coca-Cola.

Petruk Jadi Raja

Serge Leblon Eponymous Playful, sensual dan elegan adalah kata – kata yang tepat untuk menggambarkan foto – foto karya Serge Leblon. Hasil fotonya adalah gambar – gambar yang kasar yang membuka dunia penuh fantasi dan gairah. Konon faktanya, gaya romantisisme fotografer Belgia ini sedikit bertentangan dengan sifat seksi agresif yang ditemukan pada dunia fashion secara umum. Ia telah bekerja untuk Elle US, Harper’s Bazaar Russia, Vogue Spain, Another Man dan Dazed & Confused. Ia pun ikut serta dalam pembuatan campaign untuk Delvaux, Sonia Rykiel, Kenzo dan Miharayasuhiro sebagai fotografer mereka. Baru – baru ini Leblon telah bekerja sama dengan Base Design untuk meluncurkan bukunya yang menampilkan karya karyanya menjadi fotografer selama 10 tahun. (RT) FOTO DOK. Dazed

Drs Suyadi atau Pak Raden kembali membuahkan karya yang mendidik. Kali ini berbentuk story book. Pencipta tokoh dan cerita unyil ini bekerja sama dengan Kelompok Pecinta Buku Anak sebagai publishernya. Cerita yang diangkat mengisahkan tentang tokoh pewayangan yang jenaka bernama Petruk. Tokoh punakawan ini dikisahkan mendapat amanat untuk menjaga sebuah pusaka akan tetapi pusaka tersebut dijadikan senjata untuk menjadikan petruk seorang raja. Cerita yang disuguhkan ringan, mudah dimengerti dan memiliki banyak pesan moral. Cocok untuk anda ceritakan kepada anak, ponakan atau adik anda yang masih kecil. Uniknya Pak Raden menerima pemesanan secara online melalui Facebook dan memberikan tandatangannya. Jika anda berminat mendapatkan buku ini beserta tanda tangan dari seorang maestro ilustrasi dan dongeng ini bisa menjadikan Pak Raden teman anda di jejaringan sosial Facebook. (NAS) 43


heat’n’beat KOPLING #2 Bagaimana anda memandang sebuah minuman yang bernama Kopi? mari kita tengok acara yang satu ini. KOPLING (Kopi keliling) untuk kedua kalinya berhasil di selenggarakan pada 10 - 23 April 2011.Di kesempatan kedua ini Kopling menyuguhkan sebuah pameran ilustrasi yang sangat menarik. Bertempat di Kedai, Jl.Benda Raya No.89, Kemang . Kopling mengajak 10 seniman muda melihat Kopi dari sudat pandang mereka dan dituangkan dalam bentuk ilustrasi. ApeRepublic, Arris Aprillio, Diela Maharani, Dmaz Brodjonegoro, Emte, Lala Bohang, Gogoporen, Rensi Ardinta, Talitha Maranila dan Thunderpanda menjadi peserta pameran ini. Dengan acara ini Kopling ingin menyuarakan tentang kopi salah satu kekayaan Indonesia yang patut kita semua hargai. Selain ilustrator muda kopling pun menampilkan musisi muda berbakat seperti Lunno, Jozz Felix, sunday at twelve, Fever to tell, dan lainnya. Acara ini belum berhenti sampai di sini, masih akan ada Kopling selanjutnya.(NAS) FOTO DOK. FAR MAGAZINE

SANGKALA 9/10 Untuk ketiga kalinya Ikatan Abang None Jakarta (IANTA) telah berhasil menggelar sebuah pertunjukkan sandiwara musikal yang menakjubkan. Pertama kali hadir dengan sandiwara musikal “Cinta Dasima” (2009) lalu kemudian “Doel” (2010) dan yang terbaru berjudul “Sangkala 9/10” di tahun 2011 ini. “Sangkala 9/10” sendiri bercerita mengenai perjuangan etnis Betawi dan etnis Tionghoa melawan pemerintahan VOC – Belanda pada tahun 1740. Dalam cerita ini mengangkat kisah heroik dan nasionalisme yang terdapat pada etnis Betawi dan Tionghoa, dimana kisah cinta dengan perbedaan dua etnis (Betawi – Tionghoa) antara Lily dari keluarga Hong Jian dan Said dari keluarga Betawi, tidak hanya menceritakan romansa cinta tapi juga menampilkan ketragisan dalam pembantaian yang terjadi pada etnis Tionghoa. Dimana warga Betawi turut berjuang untuk membela etnis Tionghoa dari kekejaman Belanja. Dimana pada akhir cerita banyak korban berjatuhan baik dari etnis Betawi maupun Tionghoa, yang tersisa hanya Lily dan

sang ibunda. Pada cerita ini kisah cinta Lily dan Said tidak berakhir bahagia. Pertunjukkan ini berlangsung selama tiga hari pada 6, 7, 8 Mei 2011 yang lalu bertempat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. “Sangkal 9/10” diperankan oleh sekitar 70 Abang dan None Jakarta, turut dimeriahkan dengan penampilan Indra Bekti, Iwet Ramadhan dan sejumlah nama besar lainnya. Dalam sandiwara musikal ini juga menggunakan tiga bahasa yaitu Belanda, China, dan Bahasa Indonesia. Serta tata panggung pun memiliki tiga unsur dari Belanda, China, dan Betawi. Sebuah sajian pertunjukkan yang dapat menghibur sekaligus edukatif. (BW) Foto DOK. FAR MAGAZINE

LA LIGHTS INDIE MOVIE 2011 LA LIGHTS INDIE MOVIE 2011 beserta SET FILM kembali mengajak sineas muda Indonesia untuk berani berkarya. Tahun ini tema yang di ambil adalah Love and Passion, dimana para peserta dengan caranya masing-masing dibebaskan untuk mendeskripsikan cinta ke dalam bentuk cerita horor, komedi, thriller, romansa, ataupun tragedi. Kali ini hadir di empat kota besar di Indonesia yaitu: Jakarta (29-30 April), Bandung (14-15 Mei), Yogyakarta (21-22 Mei), dan Surabaya (28-29 Mei. Acara ini terdapat tiga buah program unggulan, yang pertama adalah workshop Film Indie “Think in Film Language: Show Your Love Don’t Tell It” dimana dalam program ini diadakan praktek langsung para pembicara dengan membuat micro-movie berdurasi kurang dari 2 44 FAR JUNI/JULI 2011

menit. Untuk kota Jakarta workshop telah berhasil diadakan dengan pengisi program diantaranya: Hanung Bramantyo, Tora Sudiro, Laura Basuki, dan German Mintapraja. Pada program kedua adalah Meet The Producers, ini khusus diperuntukkan bagi 50 peserta dengan cerita terbaikw. Program selanjutnya adalah Creative Shorts Making, pada program ini akan terbagi menjadi dua program yaitu: Film Gue Cara Gue dan Bikin Film Bareng Artis, yang pastinya akan menjadi sebuah pengalaman menarik dapat bekerjasama langsung secara profesional dengan orang-orang yang memang handal pada bidang tersebut. Untuk keterangan lebih lanjut dapat melihat di WWW.LA-LIGHTS.COM. (BW) Foto DOK.SET Film.

TEMPOE DOELOE Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa enamel merupakan salah satu bentuk dari media periklanan yang pernah populer di Eropa pada akhir abad ke-19, yang kemudian juga turut mewarnai perkembangan dunia periklanan di Indonesia. Pameran ini sengaja dihadirkan untuk memberikan ingatan untuk masyarakat saat ini mengenai sejarah periklanan yang terjadi, sekaligus sebagai bukti mengenai perdagangan, seni rupa, dan desain grafis yang pernah ada di Indonesia. Pada pameran ini terpampang berbagai bentuk enamel dengan ukuran dan keunikannya masing-masing. Bahasa yang digunakan pun masih menggunakan ejaan lama, dimana enamel-enamel Eropa ini dirancang kedalam bentuk yang telah diadaptasikan serta diberikan sentuhan lokal. Pameran ini sendiri bertajuk “Lapisan Sejarah Periklanan Modern di Indonesia” yang diselenggarakan sejak tanggal 14 April hingga 17 Juni 2011. Bertempat di Erasmus Huis, Rasuna Said Kav. S-3 Kuningan, Jakarta, Pameran ini cukup mendapat respon yang besar dari pengunjung. Kebanyakkan pengunjung terlihat begitu tertarik dengan bentuk, tulisan dan gambar yang terdapat pada masing-masing enamel. Pada Perang Dunia II enamel iklan secara serentak musnah, hal ini disebabkan segala jenis metal dan fasilitas industri tengah dikerahkan untuk kebutuhan perang saat itu. Enamel yang ada di pameran ini merupakan sisa-sisa dari kepunahan yang masih ada milik dari Kartini Collection, Jakarta. (BW) Foto DOK. ERASMUS HUIS


heat’n’beat INTERSTELLAR The Howler Terror Club (THTC) membuat sebuah project kolaborasi dari beberapa seniman dari Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Sebelumnya THTC berhasil menyelenggarakan acara serupa di Bandung. Pada tanggal 21 Mei lalu THTC kembali memamerkan karya karya dengan seri illustrasi dari Wedhar Riyadi,Marishka Soekarna, Emte, Sanchia T.H, Ykha Amelz, Morrg, Ardimadya, Uji Hahan, Arkiv, Koma(indo), woof, Agan Harahap, Rekti dan Sir Dandy di The Goods Dept. Plaza Indonesia. Di pameran ini menampilkan gaya ilustrasi yang beragam dan dari material yang berbeda beda. Yang menarik dari pameran ini semua karya ilustrasi yang di tampilkan di aplikasikan kedalam kaos dengan kualitas sangat baik. (NAS) DOK.FAR MAGAZINE

JakarTARCK premiere

29 April 2011 para pecinta sepeda fixed gear berkumpul d halaman teater besar di Taman ismail Marzuki, untuk melihat sebuah karya dari para seniman muda di dunia film dokumenter. Jakartarck merekam fenomena sepeda fixed gear di kota Jakarta dan menuangkannya ke dalam sebuah film semidokumenter pertama tentang sepeda, khususnya fixed gear, di Indonesia. Adalah Naga Natio, Aji Warpani dan Hermanto yang memproduseri dan punya gagasan untuk mendokumentasikan fenomena sepeda fixed gear. Dengan mempercayai Ari Rusyiadi sebagai sutradaranya film ini berhasil mengumpulkan sebagian besar pecinta sepeda fixed gear di Jakarta untuk mengetahui bagaimana sejarah urban style ini berkembang begitu pesat. Di film ini di ceritakan bagaimana kultur ini berkembang, seperti siapa yang memulai, siapa yang mengembangkannya, sampai bengkel/toko dan pesan moral akan safety riding dalam bersepeda. (NAS) FOTO DOK.FAR MAGAZINE

TUAI 2011 Sebuah Pameran besar untuk para desainer grafis muda yang bertajuk TUAI 2011 di selenggarakan di FX lifestyle, Senayan Jakarta Pusat. TUAI merupakan pameran yang diperuntukan kepada alumni alumni yang telah menyelesaikan sidang tugas akhirnya periode 2006-2010. Karya karya final atau biasa di sebut "tugas akhir" merupakan puncak dari perjalanan studi para mahasiswa yang mengambil jurusan desain grafis atau saat ini lebih populer dengan sebutan Desain Komunikasi Visual (DKV). Penjurian dilakukan pada 7 mei 2011, dan karya terbaik di umumkan pada 20 mei 2011. Nikko Permana Lukman(UPH), Gilang Kusuma(ISI Yogyakarta) dan Anggie Putiamary(ITB) adalah tiga orang yang mendapatkan gelar karya terbaik di TUAI 2011 ini. Dalam pameran ini sangat terlihat keanekaragaman skill dari para insan kreatif muda ini dan semoga kelak dapat mewarnai dunia kreatif menjadi lebih beragam. (NAS) FOTO DOK.FAR MAGAZINE

JEJAK SEMESTA Seorang fotografi muda berhasil menyelenggarakan pameran tunggalnya yang di adakan di Mall Citraland pada 1-31 Mei 2011 lalu. Fotografer tersebut adalah Michael Novrianus yang mengabadikan obyek alam yang memukau dan Indah ini. Dalam pameran "Jejak Semesta" ini Michael mengajak kita sebagai manusia untuk tidak menyia-nyiakan jejak-jejak itu demi kepentingan duniawi semata. Mata anda di manjakan dengan pesona alam yang sangat luar biasa menajubkan. (NAS) FOTO DOK. MICHAEL NOVRIANUS

45


heat n beat

JABANG TETUKO Di tengah semua isu monopoli dan konspirasi yang membuat film-film Hollywood tidak bisa masuk ke tanah air, dan bioskop-bioskop menjadi sepi, masyarakat Jakarta patut bersyukur karena masih bisa menikmati deretan konser musisi asing dan pementasan-pementasan seni panggung setempat yang juga terus bermunculan. Salah satunya adalah “Jabang Tetuko” persembahan Djarum foundation yang dipentaskan di ‘The Hall” Senayan City, Jakarta Selatan, 27 dan 28 Mei kemarin. Riwayat jagoan lokal yang kemudian bernama ‘Gatotkaca’ ini dipersembahkan dalam gabungan pertunjukan wayang orang, wayang kulit, dan rekam gambar film. Sentuhan segar yang ingin dibawakan oleh sang Sutradara Mirwan Suwarso dengan spiritualitas kebudayaan Jawa sebagai napasnya. Mirwan bekerjasama dengan kelompok teater Jawa yang berlokasi di daerah Senen, Jakarta Pusat. Set panggung tidak terlalu besar, malah terkesan terlalu sederhana untuk sebuah kisah perwayangan yang seharusnya bisa ditampilkan megah. Sisi kanan panggung diisi oleh pemusik-pemusik dan paduan suara, sementara sisi kiri panggung bisa dilihat dua buah layar besar yang menampilkan film-film pendek yang nantinya menyatu dengan jalan cerita. Pementasan dimulai dengan komposisi kontemporer yang sebenarnya akan membuat penonton bingung kenapa musik berjenis demikian yang diusung untuk sebuah kisah perwayangan, dan pemusik-pemusik ini pulalah yang kemudian memainkan komposisi-komposisi scoring music pertunjukan ini. Divisi musik dibawakan dalam bentuk orkestra oleh Deane Ogden yang juga pernah terlibat diproyek film Hollywood ‘Surrogates’. Jabang Tetuko dikisahkan lahir dari pernikahan Bima dan Dewi Arimbi yang berdarah separuh raksasa. Setelah ditempa di kawah Candradimuka, Jabang Tetuko lahir kembali menjadi Gatotkaca untuk menebus jalan hidupnya menghancurkan raksasa. Pertunjukan ini, khususnya koreografi perkelahian, ditata oleh Benjamin Rowe yang pernah terlibat di film “Transporter 2” dan “Bad boys 2”. Perkelahian yang dinamis antara tokoh-tokoh sesekali ditunjukan dengan pemain yang ‘berkelahi’ di antara penonton. Karakter-karakter raksasa mengejar Gatotkaca kecil yang berlari dan bersembunyi di sekeliling panggung. Gatotkaca terlibat perkelahian sengit dengan para raksasa sementara ia dikerek dengan sling yang membuatnya seakan terbang dari deret kursi penonton. Jabang Tetuko dipentaskan selama 2 hari di The Hall, Senayan City, Jakarta. Teks & Foto: Stanley Dirgapradja.

PEKAN SENI UNJ Bertempat di Kampus A Universitas Negeri Jakarta, pada tanggal 18 - 22 April 2011 menyelenggarakan sebuah kegiatan bernama PEKAN SENI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011. Kegiatan ini merupakan sebuah rangkaian dari berbagai mata acara, yaitu DHUARR CTEEER (Dua Hari Cetak Terus) yang berlangsung pada tanggal 19-20 APRIL 2011 dengan berbagai kegiatan yaitu pameran karya grafis besar berukuran 200 cm x 122 cm yang dicetak diatas kain yang diikuti oleh mahasiswa aktif dan alumni seni rupa UNJ yang aktif dalam bidang grafis murni. Selain itu ada juga acara screening film dokumenter tentang penggrafis wanita, berkaitan dengan acara Kartini #4 yang menampilkan karya-karya dua dan tiga dimensi dari para mahasiswi Seni Rupa UNJ dan mahasiswi seni rupa undangan yang berasal dari beberapa institusi pendidikan, yaitu Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Sebelas Maret, Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Negeri Malang. Lalu ada aksi tempel poster grafis di sekitar Jakarta, performance art Hari Bumi, diskusi seni, bazaart yang menampilkan karya-karya seni dan kuliner seperti, sketsa wajah, karikatur, tatoo, sketch vector, tiedye, clay, keramik, sablon, lukis sepatu, makanan/minuman ringan dan lain-lain, action printing, pertunjukan musik, penyerahan anugerah kARTini AWARD untuk dosen wanita terfavorit di seluruh Fakultas Bahasa dan Seni UNJ, acara melukis sketsa bersama dan workshop seni grafis yang diikuti oleh para pelajar taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar undangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa seni grafis dapat dipelajari oleh semua kalangan masyarakat. (PH)

Teater Tanah

46

Pada tanggal 29 April 2011 yang lalu telah berlangsung sebuah pertunjukkan teater yang berjudul “Tanah”. Bertempat di Sanggar Baru, Taman Ismail Marzuki pertunjukkan ini ternyata mampu menarik animo penonton yang terbilang banyak. Pertunjukkan ini dimainkan oleh sebuah komunitas yang menamai diri mereka dengan Komunitas Celah Celah Langit (CCL), berasal dari Bandung, Jawa Barat. Pada pertunjukkan ini sang sutradara, Iman Soleh menjelaskan bahwa “Tanah, bukan hanya sekedar judul pertunjukkan teater tetapi berangkat dari peristiwa perubahan lanskap dan fungsi agraris daerah Lembang di Jawa Barat. Pertunjukkan ini menunjukkan kepedulian dan keprihatinan terhadap kasus tanah yang terjadi, khususnya di Lembang” Jelas Iman Soleh. PerFAR JUNI/JULI 2011 tunjukkan ini mengambil latar belakang alam, dimana jerami dan

bambu menjadi unsur kuat pada tata panggung. Dengan konsep minimalis ini, tidak mampu mengurangi makna dari pesan yang ingin disampaikan mengenai sebuah kritik akan permasalahan “tanah” yang terjadi saat ini. Pertunjukkan teater ini berlangsung atas dukungan dari Theater Embassy (Belanda) untuk program pemeberdayaan melalui seni teater, yang bertujuan untuk mendorong kreatifitas masyarakat untuk mengekspresikan isu sosial dan lingkungan yang terjadi di masyarakat melalui seni teater. Teater Pemberdayaan ini juga menrupakan kerjasama antara Kelola (Indonesia) dengan Theater Embassy (Belanda). Dari pertunjukkan teater “Tanah” kali ini diharapkan bisa sebagai corong untuk menyuarakan isi hati rakyat saat ini. (BW) Foto Dok. Louise (CCL).


KEMANG 104 & FRIENDS “PRO ART” Pada tanggal 3 hingga 14 Mei 2011, bertempat di Jakarta Art District, Grand Indonesia, 18 perupa yang tergabung dalam kelompok ‘Kemang 104’ & Friends yaitu Eileen Widjaja, Gina Santoso, Listia Rahardjo, Maya Suharnoko, Seemun Suparno, Tina Sutanto, Wayan Handoko, Audrey Purwana, Cecilia Laurent, Dahlia Sardjono, Ina Utomo, Inge Rijanto, Jeffrey Dompas, Novi Ariwibowo, Regina Audrey Hartono, Sita Satar, Taufan A.P dan Win Selby menggelar pameran bersama yang bertajuk “Pro Art” yang menampilkan 12 lukisan, 56 patung dan 55 karya fotografi. Kelompok Kemang 104 terbentuk pada tahun 1989. Pada awalnya kelompok pertemanan dan hanya untuk menyalurkan hobby dan pengisi

waktu senggang di sela-sela aktivitas sehari-hari. Lambat laun, kelompok ini mulai berkembang dan mengajak teman-teman yang lain dan mulai serius mendalami teknik-teknik seni rupa seperti lukisan, patung dan fotografi di bawah bimbingan para perupa profesional, seperti Ruliyati, Mulyadi W, Arifien Neif dan Ay Tjoe Christine. Kelompok ini terbentuk karena ada kesamaan yaitu para perempuan dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda namun sama-sama berminat dan mencintai seni. Dan terhitung sejak tahun 2002, Kelompok Kemang 104 ini rutin menggelar pameran setiap tahun. (PH)

MATAH ATI Setelah sukses menggelar pentas untuk pertama kalinya di Teater Esplanade, Singapura pada 22-23 Oktober 2010 yang lalu kini “Matah Ati” kembali merebut hati para penikmat seni di Jakarta. Pentas tari ini berlangsung selama tiga hari pada 13-16 Mei 2010, dengan dipadati oleh penonton dari beragam usia dan kalangan. “Matah Ati” merupakan sebuah cerita mengenai perjuangan serta perjalanan cinta dari seorang gadis bernama Rubiyah yang berasal dari desa Matah. Ia seorang wanita kuat dan rela berjuang untuk melawan penjajahan VOC. Tapi ia tidak sendiri, bersama sang ksatria bernama Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyowo, bersatu untuk melawan ketidakadilan yang terjadi pada rakyat dipertengahan abad ke- 18. Setelah memenangkan perang tersebut keduanya yang telah saling tertarik ini akhirnya memutuskan untuk menikah. Pementasan tari ini berjalan selama 1 jam 30 menit terdiri dari 17 adegan yang membawa para penonton larut dalam perasaan yang campur aduk. Yang membuat pementasan ini lebih spektakuler adalah bentuk panggung yang dirancang khusus oleh Jay Subyakto (penata artistik) dengan kemiringan 15 derajat serta dilengkapi dengan electronic trap door berukuran 14x14x2,5 meter. Tentunya dengan bentuk panggung seperti ini mempermudah setiap penonton dari sudut mana pun untuk melihat formasi yang indah dari “Matah Ati”. Selain itu tata cahaya yang pas dengan kostum yang disesuaikan untuk abad itu, membuat penonton seolah terbawa dalam cerita tersebut. Keberhasilan pementasan ini adalah hasil kerjasama yang melibatkan 150 pekerja seni profesional. “Matah Ati” telah berhasil menghadirkan sebuah pertunjukkan budaya dengan kemasan tari dan musik tradisional ditunjang dengan teknologi canggih sehingga untuk kedua kalinya berhasil mendapatkan standing ovation baik saat pentas di Singapura dan Jakarta. (BW) Foto DOK. FAR MAGAZINE

“TASTE OF HYPERLIFE” Lima orang perupa muda asal Jakarta yaitu Widodo Arumdono, Greny Norman Kurita, Hendriques David Ari Samoal, Alex Stanley Moniaga dan Bambang Sri Winoto pada tanggal 6 – 26 Mei 2011 menggelar pameran bersama di Rumah Seni Surya Karbela Jakarta, dengan kurator Ugo Haryono. Menarik untuk dicermati bahwa kelima perupa ini memiliki nuansa dan penjelajahan estetika yang berbeda. Namun secara kasat mata, ada satu benang merah yang dapat kita tarik bahwa karya-karya dalam pameran ini berang-

kat dari berbagai kegelisahan yang melahirkan perenungan dalam gemuruh pertarungan hidup. Riuh di luar, namun ada keheningan yang dapat kita nikmati di dalamnya. Karyakarya dalam pameran ini akan mengajak kita untuk sejenak berkontemplasi tentang hakikat dan nilai-nilai humanisme, untuk sejenak mengistirahatkan jiwa kita yang lelah dalam menghadapi pergulatan hidup sehari-hari. Dalam karyanya, Bambang menampilkan gaya realis, surealis hingga abstrak geometris. Alex seperti biasa, masih berkutat pada abstrak ek-

spresionis dan kubisme yang didominasi oleh warna-warna gelap sebagai latar belakang. Widodo dengan permainan komposisi warna yang puitis pada bidang kanvas yang sengaja ia buat kecil-kecil. Greny dengan kematangan teknis mengeksekusi karyanya dalam abstraksi dan stilasi objek yang bermain dalam komposisi ruang. Dan Hendriques menampilkan karya-karya karikatural yang berisi potret realisme sosial dengan memanfaatkan teknik cetak digital yang mengkritisi realitas yang terjadi di tengah masyarakat pada saat ini. (PH) 47


heat’n’beat DYSFASHIONAL #6 JAKARTA Apa yang terlintas dalam pikiran anda ketika mendengar kata “fashion”? Mungkin anda akan berpikir tentang busana, sepatu, tas dan berbagai tetek bengek penunjang penampilan lainnya. Tapi pameran yang digelar di Galeri Nasional pada tanggal 8-15 Mei 2011 dalam rangka pembukaan Printemps Francais 2011 yaitu festival musim semi di Perancis yang rutin diadakan setahun sekali ini niscaya akan merubah cara pandang anda terhadap kata “fashion”. Dysfashional kali ini merupakan pameran seni kontemporer yang keenam sekaligus pertama kali di kawasan Asia. Lima kali yang sebelumnya diadakan di Luxemburg (2006), Lausanne (2008), Paris (2009), Berlin dan Moskow (2010). Meskipun berputar pada tema mode dan fesyen, Dysfashional yang diselenggarakan oleh Centre Culturel Francais (CCF) Jakarta dan dan Goethe-Intitut Indonesien ini tidak menampilkan busana, melainkan mempresentasikan visi para perancang serta beberapa seniman dari berbagai cakrawala dengan tujuan untuk membahas bidang yang terkesan sepele tetapi tak kalah penting. Terletak antara mode dan seni kontemporer, pameran dalam bentuk instalasi, video dan obyek ini bermain dengan segala bahan yang menjadikan mode sebuah petualangan estetis dan identitas. Di satu sisi, Dysfashional berasal dari budaya Eropa yang telah melahirkan mode kontemporer yang mengandung konsep yang selalu membentuk perkembangan artistik. Di sisi lainnya, Dysfashional yang hadir di Jakarta menghadapkan visi Eropanya pada konteks di mana mode berkembang melalui tradisi kerajinan yang kaya, keunggulan manufaktur tekstil dan di mana seni kontemporer memiliki dinamika dan evolusi yang dikenal secara internasional. Beberapa nama yang ikut dalam Dysfashional antara lain Hussein Chalayan, Stella Rissa+Jay Subijakto, Amie Dicke, Davy Linggar, Antonio Marras, Kiki Rizki+Erika Ernawan, Bless, Deden Hendan Durahman, Justin Morin+Billie Mertens, Dita Gambiro, Michael Sontag, Oscar Lawalata, Raf Simons, ruangrupa dan Gaspard Yurkievich+Florence Duleac.

MAROON 5

PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU TOKOH FSR IKJ Sebagai rangkaian kegiatan ulang tahun IKJ ke-40, maka Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta mengadakan kegiatan Peluncuran dan Diskusi Buku Tokoh FSR IKJ. Kegiatan ini secara simbolis dilakukan dalam bentuk pemberian buku tersebut kepada mitra FSR IKJ, yang terdiri dari wakil Akademi Jakarta, perguruan tinggi seni, kedutaan besar, pihak galeri, pihak media dan alumni hingga mahasiswa FSR IKJ sebagai generasi penerus. Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai sebuah dokumentasi sejarah tentang para tokoh FSR IKJ tersebut sekaligus juga sebagai upaya untuk membiasakan budaya menulis khususnya di kalangan pengajar FSR IKJ. Secara garis besar, buku ini memang berisi tentang 19 tokoh FSR IKJ yang ditulis oleh para pengajar FSR IKJ. Dalam acara Diskusi Buku, hadir sebagai nara sumber yaitu Toeti Heraty (budayawan, pemerhati seni, anggota Akademi Jakarta dan juga mantan Rektor IKJ), Misbach Yusa Biran (Budayawan, pendiri LPKJ/IKJ dan anggota Akademi Jakarta), Tinia Budiarti (Wakil Kepala Dinas dan Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta) dan Citra Smara Dewi (Dekan FSR IKJ) dengan moderator Asikin Hasan. Berlangsung pada tanggal 26 Mei 2011 di Auditorium IKJ, acara ini juga dihadiri oleh sebagian pendiri dan tokoh FSR IKJ yang masih hidup, pihak keluarga dari pendiri dan tokoh FSR IKJ yang sudah meninggal dunia, perwakilan dari Akademi Jakarta, perwakilan dari kedutaan asing, perwakilan dari pemerintah daerah DKI Jakarta, Rektor dan para mantan rektor IKJ, Dekan dan para mantan dekan FSR IKJ, para alumni, para seniman dan budayawan, para alumni, perwakilan dari Dewan Mahasiswa IKJ, para tamu undangan dan para awak media massa. (PH) 48 FAR JUNI/JULI 2011

JAVA Musikindo untuk kesekian kalinya telah berhasil menyuguhkan konser yang menakjubkan. Maroon 5 band yang digawangi oleh lima orang personil ini sempat menjadi pembicaraan hampir di setiap media ibukota. Tiket yang disediakan JAVA Musikindo habis terjual dalam waktu 10 jam saja. Pada 27 April 2011, secara nyata Maroon 5 telah sukses menghibur para penggemarnya dalam konsernya yang bertempat di Istora Senayan, Jakarta. Grup asal Los Angeles, California ini membuka konser langsung dengan lagu “Misery” yang disambut dengan antusias oleh ribuan penonton. Adam Levine sang vokalis tampil begitu maksimal dengan kualitas suara yang stabil serta aksi panggung yang sangat menawan. Maroon 5 menyanyikan sekitar 14 lagu andalan lainnya seperti “If I Never See Your Face Again”, “Never Gonna Leave This Bed”, “She Will Be Loved”, “Wake Up Call” dan beberapa lagu hits lainnya. Satu Istora seolah membuka mulut dengan gerakkan yang sama untuk menyanyikan lagu bersama si tampan Adam. Beberapa kali Ia mengucapkan “Saya Cinta Kamu” dari atas panggung, yang disambut jeritan histeris dari penonton. Penampilan total dari Maroon 5 malam itu semakin sempurna dengan tata cahaya panggung yang begitu kuat. Kemeriahan konser tersebut ditutup secara apik dengan menyanyikan lagu “Sunday Morning” dari album pertama mereka. Good job guys! (BW) Foto DOK.FAR MAGAZINE


heat’n’beat ART MOTORING “Seni dan dunia otomotif tidak dapat dipisahkan, karena kendaraan itu sendiri dibuat dengan menggunakan unsur seni yang tinggi”, demikian yang diucapkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, saat memberikan kata sambutan pada pembukaan pameran yang bertajuk Adira Indonesia Art Motoring 2011 di Galeri Nasional pada tanggal 25 April 2011 lalu. Pameran yang digagas oleh Adira Multifinance dan Indonesia Classic Car Owners Club (ICCOC) ini sukses menarik minat para pecinta seni dan pecinta kendaraan klasik. Sekaligus pada kesempatan yang sama, Museum Rekor Indonesia (MURI) juga memberikan penghargaan sebagai pameran yang pertama kali menggabungkan seni dan otomotif di Indonesia. Pameran ini berlangsung dari tanggal 25 April 2011 – 1 Mei 2011, yang menampilkan 88 seniman dengan 88 karya seni kontemporer seperti patung, lukisan, instalasi, fotografi hingga memorabilia yang terinspirasi dari dunia otomotif. Selain karya seni, di pelataran galeri turut dipamerkan pula sekitar 45 mobil antik dan langka dari berbagai merek, negara dan tahun pembuatan seperti Lamborghini Miura, Porsche, Ford Mustang, Lotus, Ferrari California, Maserati, Mazda, Jaguar, Morgan AeroMaxx, VW, Mercedes-Benz hingga Daihatsu Midget (Bemo) yang di-display di tangga menuju ruang galeri utama. Setelah dipamerkan di Galeri Nasional ini, karya-karya seni tersebut juga akan kembali dipamerkan pada tanggal 1 hingga 15 Mei 2011 di Grand Indonesia, Jakarta. (PH)

FUNDRAISING ART EXHIBITION - IVAA 2011 Indonesian Visual Art Archive (IVAA) dan Pustaka Selasar Sunaryo Art Space (PSSAS) pada tanggal 22 Mei – 5 Juni 2011 di Jakarta Art District Grand Indonesia menyelenggarakan pameran karya seni sebagai penggalangan dana untuk mendukung kerja pengarsipan dan perpustakaan kedua lembaga tersebut. Pameran ini diikuti oleh 32 orang perupa yang di antaranya yaitu Bambang Toko, Bunga Jeruk, Daniel Timbul Cahya Krisna, Syagini Ratnawulan, Prilla Tania, Tisna Sanjaya dan lain-lain, dengan kurator Farah Wardani dari IVAA dan Agung Hujatnikajennong dari PSSAS. Sebagian dari hasil penjualan karya pada pameran ini akan digunakan sebagai sokongan dana untuk kelanjutan perawatan, penyediaan dan pengembangan program Pusat Dokumentasi Online IVAA dan Perpustakaan Selasar Sunaryo Art Space. Laporan hasil penjualan, presentase pembagian hasil dan rincian pembelian buku akan dikirimkan juga ke pihak venue dan perupa. Program ini merupakan kelanjutan dari program tahunan yang diadakan sejak tahun 2007 di bawah nama “IVAA BookAID” yang kemudian bertransformasi menjadi “IVAA ArchiveAID” yang juga bertujuan untuk mengkampanyekan dokumentasi dan arsip digital seni sebagai suatu bentuk pelestarian sejarah yang mampu menjadi referensi kontekstual sesuai perkembangan zaman, sesuai dengan misi dari IVAA dan PSSAS yaitu melestarikan dan menyediakan dokumentasi serta pustaka sejarah seni rupa dan kebudayaan Indonesia. (PH)

THE 15th ALSA NATIONAL ENGLISH COMPETITION 2011 Fakultas Hukum Universitas Indonesia adalah anggota dari Asian Law Student Association (ALSA) atau sebuah organisasi internasional yang berisi para mahasiswa fakultas hukum dari seluruh penjuru dunia. Sebagai sebuah organisasi dengan visi mengembangkan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari dalam berkomunikasi di kalangan masyarakat, maka pada tanggal 28 April - 3 Mei 2011 ALSA mengadakan THE 15th ALSA NATIONAL ENGLISH COMPETITION 2011(ALSA E-Comp), yaitu kompilasi dari kompetisi ilmiah di bidang linguistik dengan bahasa Inggris sebagai media komunikasi untuk tingkat pelajar SMU atau yang sederajat dan tingkat mahasiswa dari seluruh Indonesia yang diikuti oleh 700 peserta delegasi dari berbagai provinsi, yang terbagi dalam 8 cabang lomba, yaitu Debate, Speech, Story Telling, New Casting, Spelling Bee, Batle of Brains, Paper Presentation dan E-Comp Model United Nations. Sejak pertama ALSA E-Comp kembali pada tahun 1995, banyak sekolah menengah dan mahasiswa dari seluruh Indonesia telah ikut berpartisipasi dalam kompetisi ini sehingga ALSA E-Comp telah berhasil menunjukkan eksistensinya hingga 14 tahun kemudian. ALSA E-Comp 2011 yang kali ini memiliki tema “Grab a Chance and Make a Change” juga adalah salah satu peristiwa yang memberikan kesempatan bagi para peserta dalam mengembangkan potensi mereka, yang akan mengakibatkan perubahan yang berarti, tidak hanya untuk diri mereka sendiri tetapi juga untuk orang lain karena dengan bersaing kita dapat melatih diri kita untuk menjadi berani, tegas, berwawasan luas, dan memiliki kemampuan untuk mengajukan gagasan kepada masyarakat umum. Semua hal ini merupakan langkah awal untuk mencapai sukses dan menjadi orang yang berguna di masa depan. (PH) 49


heat’n’beat The Studio: MOVED OUT Bertempat di Edwin’s Gallery pada tanggal 4-15 Mei 2011, dua perupa muda tanah air yaitu I Made Wiguna Valasara dan I Made Widya Diputra menggelar pameran seni rupa The Studio: MOVED OUT. Pada saat pembukaan, kurator pameran ini yaitu Alia Swastika mengatakan bahwa “berbeda pada pameran pada umumnya yang hanya memamerkan hasil karya seni yang sudah jadi, pameran ini juga mengajak kita untuk ikut menyaksikan proses kreatif dari sang perupa, seolah kita diajak untuk masuk ke dalam studionya sendiri. Bahkan, bukan hanya memamerkan

karya-karya yang dianggap “berhasil”, tapi juga memamerkan karya-karya yang dianggap “gagal” dan tidak selesai.” Dalam pameran ini, I Made Wiguna Valasara banyak mengeksplorasi bentuk-bentuk binatang ke dalam karyanya, seperti babi, ayam, rusa dan kuda. Selain itu, Valasara juga banyak bermain dengan teknik dan media. Bidang kanvas dibuatnya menonjol sehingga menjadi berdimensi, sehingga kanvas tersebut adalah juga sebuah karya, bukan sekedar media di mana karya berada. Selain itu ia juga menggunakan silikon dan benang

untuk memberi warna pada karya. Sementara I Made Widya Diputra lebih banyak bereksplorasi pada bentuk-bentuk tiga dimensi dengan menggunakan mixed media seperti kursi roda, kruk, silikon dan plester yang biasa digunakan sebagai pembalut luka. Dari material itulah ia menciptakan figur-figur yang mirip stilasi manusia. Ia juga ikut memamerkan foto-foto proses kreatif nya dan gambar-gambar sketsa dalam bentuk dua dimensi sebelum ia transformasikan menjadi bentuk tiga dimensi. (PH)

MARRY ME bruno mars Sosok multitalenta ini telah memukau sekitar 8000 mata penonton pada konser tunggalnya yang bertajuk “The Doo Wops and Hooligans Four”. Bruno Mars terkenal bukan hanya karena suara indahnya tapi juga kemahirannya dalam menciptakan lagu sekaligus sebagai seorang produser handal. Bertempat di Istora Senayan, Jakarta pada tanggal 5 April 2011 yang lalu, Ia telah membayar lunas rasa penasaran banyak penggemarnya yang rata-rata masih remaja ini. Saat pertama memasuki panggung, kedatangan Bruno Mars telah disambut oleh riuh suara teriakkan dari para penonton, tidak berhenti sampai disitu ia semakin membuat penonton terpukau dengan permainan drum yang ditunjukkan pada pembukaan konser malam itu. Lagu berjudul “The Other Side” dipilihnya sebagai lagu pembuka, ia menyanyi sekitar 15 lagu yang nyatanya telah dihafal oleh hampir seluruh penonton. Kaum hawa dibuat tersanjung saat Bruno menyanyikan “Our First Time” dan “Marry You”. Terdengar secara massal para penonton bernyanyi bersama Bruno. Keceriaan juga terlihat saat Bruno menyanyikan “The Lazy Song”, “Count On Me”, “Liquor Store Blues”, “Nothing On You” dan lagu terbarunya “Grenade”. Lagu-lagu yang dinyanyikan olehnya tidak hanya bergenre pop, tapi juga banyak percampuran dari genre R&B, Soul, Hip hop, hingga genre Reggae pun ada. Konser yang berjalan sekitar 60 menit berada dipuncaknya saat Bruno Mars menyanyikan “Just The Way You Are” yang video klip-nya telah dilihat sekitar 77 juta orang di dunia. Penampilan memukau menjadikan konser Bruno Mars hari itu sebagai salah satu konser terbaik yang pernah ada di Jakarta. (BW) Foto DOK. FAR MAGAZINE

Jakarta Fashion & Food Festival Jakarta Fashion & Food Festival yang merupakan salah satu event bergengsi di Indonesia telah digelar sejak 14-29 2011 lalu. Acara yang rutin digelar setiap tahun sejak tahun 2004 ini, telah menjadi sebuah agenda pasti yang mampu menghadirkan ribuan peminat baik dari warga Jakarta, luar kota, hingga warga mancanegara. Untuk tahun 2011 JFFF hadir dengan mengusung tema “Inculturation”. Tema yang melambangkan sebuah upaya dalam menumbuhkan kecintaan akan produk warisan seni budaya Indonesia yang kemudian dikembangkan menjadi hasil karya yang modern namun tanpa meninggalkan keunikkan identitas budaya Indonesia. Pada fashion extravaganza kali ini didukung oleh 90 designer ternama yang tergabung dalam APPMI, IPMI serta guest designer. Seperti “Toraja Melo” karya dari Dina Midiani menampilkan sejumlah busana indah yang mengolah kain tenun khas dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kain tersebut ditenun tangan oleh sekitar 100 perempuan penenun di kampung wilayah Sa’dan, Toraja Utara. Busana yang ditampilkan begitu elegan dan begitu indah, dimana perpaduan modern dengan tradisional dengan pengerjaan yang profresional tentu menghasilkan karya yang menakjubkan. Berbeda lagi dengan karya M by MUSA, yang menghadirkan busana yang diadaptasi dari konsep di era tahun 1920-an hingga di akhir 1970-an, yang sangat dinamis sehingga cocok dikenakan untuk wanita modern yang tegas, mandiri dan elegan. Untuk rancangannya kali ini Musa mencoba mengeksplor kain tenun lurik dari Jawa, sehingga menghasilkan busana bercitarasa global. (BW) Foto DOK. FAR MAGAZINE

50 FAR JUNI/JULI 2011


heat’n’beat

TAN MALAKA OPERA 3 BABAK Tidak banyak orang yang mengenal tokoh yang satu ini. Apa, siapa, dan bagaimana ia. Tan Malaka atau lengkapnya Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (19 Februari 1896 - 16 April 1949) adalah seorang tokoh yang terpinggirkan dari hiruk pikuk sejarah. Pun pada riuh revolusi, ia lebih memilih jalan sunyi. Hingga akhir hayatnya, bahkan beberapa puluh tahun setelahnya, ia masih menjadi misteri. Padahal tak sedikit perannya dalam arus. Bertempat di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Majalah Tempo dalam rangka ulang tahunnya yang ke-40 menggelar sebuah opera tiga babak Tan Malaka pada tanggal 23-24 April 2011. Opera ini disutradarai oleh Yudi Ahmad Tadjudin dan Goenawan Mohamad, yang juga merupakan pemimpin redaksi dan pendiri Tempo dan Komunitas Seni Salihara. Pertunjukan dimulai dengan tampilan set panggung yang dibangun dengan serangkaian imaji dari masa konstruksivisme Rusia tahun 1920-an yang didominasi oleh konstruksi kayu dan citra cerobong asap pabrik atau kapal, yang juga ditunjang dengan penggunaan elemen audio semisal suara derap sepatu dari pasukan

yang sedang berbaris dan kur bernuansa revolusi dari radio sebagai suara latar sangat menghidupkan kesan “Bolshevick”. Pada beberapa adegan, pertunjukan ini juga diperkaya dengan teknik screening untuk memperkuat pengadeganan, membuat opera ini terasa sangat “hidup”. Goenawan Mohamad dan Yudi Ahmad Tajudin yang bersama-sama menyutradarai pementasan ini memilih untuk mengambil model teater epik ala Erwin Piscator,Vladimir Mayakovsky, Vsevolod Meyerhold dan Bertolt Brecht dari masa revolusioner Jerman tahun 1930-an, yang menampilkan montase dari berbagai unsur yang berbeda, seperti multimedia, gerak, teks, reportase, kur dan puisi dalam satu panggung. Pertunjukan ini juga diperkuat oleh Tony Prabowo sebagai komponis, Binu Sukaman dan Nyak Ina Raseuki untuk penyanyi soprano, Landung Simatupang sebagai narator, Wani Dharmawan sebagai tokoh, Sitok Srengenge, Heidy Awuy, Orkes Kamar Kontemporer Salihara, para penari dengan koreografer Fitri Setyaningsih dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Indonesia Paragita. (PH)

HONEY, POISON, AND MY COUNTRY Seperti event-event sebelumnya Komunitas Salihara selalu menghadirkan sebuah pameran yang tidak hanya menarik tapi juga edukatif bagi penikmat seni saat ini. Untuk kali ini sebuah pameran seni vektor digelar sejak tanggal 28 Mei hingga 19 Juni 2011. Pameran yang berjudul “Madu, Racun, dan Negeriku” ini secara benang merah ingin mengemukakan sebuah bentuk rasa yang mengambang mengenai kondisi Indonesia. Dimana keadaan tidak beres yang terjadi di Indonesia saat ini membuat kita sebagai warga negara cenderung merasa benci dan kesal. Namun disisi lain kita yang telah lahir dan besar di tanah Indonesia sudah pasti cinta terhadap tanah air. Kemudian saat kita berada dalam dua sisi rasa yang berbeda ini, sebagai warga yang tidak memiliki cukup kemampuan untuk bertindak maka yang bisa kita lakukan hanya mengeluh dan seakan mau tak mau terbawa oleh keadaan yang ada. Kira-kira alasan itulah yang mendorong hadirnya pameran vektor kali ini. Bisa dikatakan seni vektor merupakan produk budaya urban yang global. Di Indonesia sendiri seni vektor telah berkembang dalam jenis media yang berbeda, tidak hanya pada buku ataupun poster kini seni vektor juga bisa kita temukan pada aksesoris, skateboard, t-shirt, mural, wallpaper, dan lain sebagainya. Selain menggelar pameran, juga telah diadakan diskusi yang terbuka untuk umum pada tanggal 28 Mei yang lalu. Dengan dua orang pembicara yaitu: Mega seorang seniman vektor asal Prancis bersama Yellow Dino seorang seniman dari Indonesia, Godot Guntoro (pendiri Vektorjunkie.com) sebagai moderator dan seorang seniman video Indonesia, Krisna Murti sebagai penanggap pada diskusi kali itu. Menampilkan lebih dari 15 buah karya vektor, tentunya pameran ini sangat sayang untuk anda lewatkan. (BW) Foto DOK. SALIHARA

POISON #1 Puri Art Gallery di Jakarta Art District Grand Indonesia pada tanggal 31 Maret – 31 April 2011 kembali menggelar pameran yang diikuti oleh enam orang perupa muda, yaitu Pink Girl Go Wild, Ika Vantiani, Monica Hapsari, Dwi Santoso, EmTe dan Jimi Multhazam yang bertajuk “Poison #1” yang sekaligus juga merupakan acara peluncuran buku puisi dan sketsa Pink Girl Go Wild yang berjudul “Racun”. Racun merupakan suatu “zat” yang dapat bersifat merusak. Namun dalam bentuknya yang lain dan dalam kadar yang seimbang, racun juga dapat bermanfaat sebagai obat. Maka demikianlah pameran ini dibuat untuk mengkritisi kata “racun”, baik dalam pengertian harafiah maupun dalam maknanya yang lain. Berbagai hal apakah itu makanan, minuman, film atau acara televisi yang kita tonton, musik yang kita dengar, buku yang kita baca, atau berbagai hal lainnya yang menjadi konsumsi kita sehari-hari potensial sekali untuk menjadi racun, baik bagi tubuh, jiwa dan pikiran kita. Tinggal bagaimana kita menempatkan “racun” tersebut, apakah sebagai sesuatu yang bersifat merusak, ataukah sebagai “obat”? Sejatinya, kondisi masyarakat yang sedang “sakit” karena terpengaruh oleh “racun” tertentu, membutuhkan “racun” tandingan sebagai antitesis. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka keenam perupa muda nan beracun ini menggelar karyanya, sebagai respons positif yang memungkinkan untuk membuka ruang agar tercipta dialog yang sehat dan bermanfaat bagi perkembangan diri secara pribadi maupun masyarakat pada umumnya. (PH) 51


heat n beat

J

iung yang satu ini bukanlah nama kakek dari almarhum Benyamin Sueb atau nama suatu daerah di kawasan Kemayoran Jakarta Pusat. Mereka adalah sebuah band indie dari Jakarta yang konsisten membawakan lagu-lagu milik almarhum Benyamin Sueb. Dan tentu saja lagu-lagu ciptaan sendiri yang terinspirasi oleh Sang Maestro Betawi tersebut. Simak pembicaraan kami bersama band yang berhasil meraih penghargaan Favorit Comedy Song ICEMA (Indonesia Cutting Edge Music Awards) pada tahun 2010 lalu. Masih ingat, kapan persisnya Jiung resmi berdiri, dan bagaimana kronologisnya? Suatu hari di tahun 2000, kampus kami di Jurusan Seni Rupa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang sekarang telah berganti nama menjadi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar sebuah cara musik yang bernama “Oplosan”. Kami yang sebelumnya memang teman main bareng di kampus, iseng-iseng membentuk sebuah band untuk tampil pada acara tersebut. Dan alhamdulillah, kami mendapat respons yang positif. Maka tanggal 22 Oktober 2000 sebagai tanggal penyelenggaraan acara tersebut, kami proklamirkan sebagai tanggal di mana Jiung resmi berdiri. Sekedar catatan, sebelum Jiung lahir, bersama teman-temannya dari jurusan musik, Ajul sang vokalis telah membentuk sebuah band yang diberi nama “Sakit Band”. Tapi waktu itu para personilnya sebagian besar berasal jurusan musik. Hanya Ajul saja yang berasal dari jurusan seni rupa. Dan setelah band tersebut bubar, maka mulailah ia melirik teman-temannya di jurusan seni rupa untuk diajaknya membentuk

52 FAR JUNI/JULI 2011

sebuah band. Maka mulailah ia mengumpulkan personil satu demi satu. Dimulai dengan Bang Pilun yang saat ini menduduki posisi sebagai rhytm guitarist. Lalu Oldy (bassist) dan Jun (drummer). Tapi tak lama setelah itu Jun hengkang, yang membuat band ini vakum selama 1 semester. Lalu posisi Jun digantikan oleh Budi Jinx. Dan setelah itu, mulailah Ajul melakukan penambahan personil, yaitu Tia sebagai vokalis wanita, Dhika sebagai lead guitarist dan Daus sebagai keyboardist. Tapi beberapa tahun kemudian, karena perbedaan idealisme dalam bermusik maka Daus mengundurkan diri dari Jiung, yang juga diikuti oleh Tia karena pindah ke kota lain. Dan Lani adalah personil yang terakhir kali bergabung pada tahun 2006. Mengapa anda menggunakan Jiung sebagai nama band? Kalau menurut David Naif, Jiung itu merupakan singkatan dari “Nidji dan Ungu”. Tapi kalau menurut saya, Jiung itu merupakan singkatan dari “jijik tapi untung”. Hahaha... Tapi yang sebenarnya adalah, Jiung itu adalah kependekan dari Haji Ung, yaitu kakek dari Benyamin yang namanya hingga kini masih dilestarikan sebagai nama suatu daerah di kawasan Kemayoran. Ini bentuk penghormatan kami terhadap beliau sebagai leluhur dari Sang Maestro. Mengapa Jiung membawakan lagu-lagu Benyamin? Kami memang terinspirasi oleh Benyamin. Kenapa? Karena dia seniman besar. Dia itu cerdas, multibakat, dan dia adalah seniman yang mampu mengangkat seni dan budaya lokal. Ini patut diteladani. Saya prihatin dengan anak-anak muda zaman sekarang yang selalu berkiblat pada budaya

barat, padahal negeri kita banyak memiliki seni dan budaya yang mengagumkan. Dulu waktu masih kuliah, saya dan teman-teman selalu mendengarkan lagu-lagu Benyamin. Lalu muncullah ide untuk membentuk sebuah band yang membawakan lagu-lagu Benyamin, karena enak didengar dan mampu menghibur semua lapisan, dari mulai kalangan rakyat sampai dengan wakil rakyat. Sudah berapa album yang dibuat oleh Jiung? Kami sudah membuat tiga album. Album pertama judulnya “Ape Adenye” yang berisi dua belas lagu yang kami buat pada tahun 2003, tapi karena ada sedikit masalah dengan pihak label, maka baru bisa dirilis pada tahun 2005 lewat jalur indie. Album kedua itu soundtrack film “Tarzan Pergi Ke Kota” berisi sembilan lagu. Album ketiga judulnya “Palu Gade”, yang merupakan singkatan dari “Apa Lu Mau Gue Ade” yang berisi sembilan lagu dan dirilis tahun 2010. Dan tahun ini kami dalam proses recording beberapa single untuk mini album. Kenapa Jiung sering bongkar pasang personil? Main band itu ibarat pacaran. Kalau masih cocok, kita terus. Tapi kalau sudah tidak cocok, ya sudah putus saja. Kami di Jiung sangat menghargai pilihan masingmasing personil. Misalnya waktu Budi Jinx memilih untuk mengajar dari pada main band, ya sudah silakan saja. Itu proses yang alami. Hidup itu adalah pilihan. Jalani saja apa adanya, karena pilihan itu juga akan mewarnai hidup. Tapi yang terpenting, berbuatlah sesuatu. Teruslah berkarya. Buatlah sejarah, agar kelak anak cucu kita dapat mengenal apa, siapa dan bagaimana kita.

Adakah pengaruh pendidikan formal kalian di seni rupa terhadap Jiung? Tentu saja ada. Terutama pada aksi panggung. Soal pemilihan kostum, kami juga menerapkan prinsip-prinsip seni rupa, seperti misalnya warna, kesatuan, irama, keseimbangan, komposisi, harmoni, dominasi dan lain sebagainya. Tapi di luar seni rupa, apa latar belakang musik dari masingmasing personil? Oldy itu suka Mr. Big. Kalau Dhika terpengaruh oleh Dream Theater. Sedangkan saya dan Bang Pilun, selain menggemari Benyamin tentu saja, kami juga suka dengan musik dan musisi-musisi lawas seperti The Beatles, James Brown, Koes Plus, Panbers, D’lloyd, dan tembang-tembang kenangan Indonesia. Lantas bagaimana kalian mensikapi perbedaan tersebut? Kalau musik, itu soal selera. Tapi buat kami, perbedaan itu adalah anugerah. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita membuat sinergi dari perbedaan tersebut. Perbedaan itu juga yang membuat hidup kita menjadi kaya dengan warna, seperti musik kami ini. Bagaimana kalian melihat scene musik di Jakarta dewasa ini? Makin tidak jelas arahnya. Mungkin kena sindrom musiman dan ikut-ikutan. Jadi serba mengekor. Waktunya musim anu, semua orang ikut latah membuat anu. Waktunya musim itu, semua orang ikut latah membuat itu. Tidak punya karakter. Seniman itu harus punya karakter. Harus punya attitude. Tapi bukankah itu juga terjadi di daerah lain, dan bukan hanya di Jakarta saja?


heat n beat Iya, itu memang betul. Tapi Jakarta ini kan heterogen. Semua orang dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang berkumpul di sini. Dan menurut kami, Jakarta adalah barometer dan tolok ukur. Sebuah band belum bisa dikatakan sukses kalau belum mampu menaklukkan Jakarta. Lalu bagaimana Jiung melihat kondisi Jakarta saat ini? Dalam lagunya, Benyamin juga menggambarkan kondisi Jakarta. Misalnya banjir. Dulu zaman Benyamin masih hidup dan bahkan jauh sebelumnya, Jakarta sering dilanda banjir. Sekarang setelah Benyamin tiada, Jakarta masih tetap dilanda banjir. Tapi

alhamdulillah sekarang sudah mulai berkurang intensitasnya. Mungkin karena dibangunnya banjir kanal di beberapa wilayah di Jakarta. Dan saya memberikan apresiasi pada upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk menanggulangi hal itu. Tapi kalau soal kemacetan, saya melihat justru mengalami peningkatan. Tapi yah, apa mau dikata? Memang demikianlah adanya. Kalau tidak macet, bukan Jakarta namanya. Ya mungkin karena faktor kedisiplinan dari warga Jakarta itu sendiri. Tapi bukankah di negeri ini peraturan memang dibuat untuk dilanggar? Hahaha... Bagaimana kronologisnya hingga Jiung bisa ikutan main film Tarzan Pergi Ke Kota? Waktu tahun 2008 Jiung diundang

main di sebuah stasiun televisi swasta. Produser dan sutradara film tersebut juga ikut menonton. Lalu setelah itu mereka menawari Jiung untuk mengisi soundtrack film tersebut, dan saya didaulat sebagai peran utamanya bersama Sandra Dewi. Mungkin karena pembawaan saya sepintas mirip dengan Almarhum Benyamin Sueb. Apa suka dukanya selama lebih dari 10 tahun perjalanan dari panggung ke panggung? Kami pernah ditimpukin penonton waktu main di Gelanggang Remaja Jakarta Utara. Karena waktu itu acara festival band lagu-lagu God Bless, sementara kita justru

membawakan lagu Benyamin. Tapi akhirnya justru penonton suka, dan meminta kami untuk terus main. Kami juga pernah hanya dibayar dengan enam bungkus mie instant waktu main di acara agustusan di Gelanggang Olah Raga Pondok Gede. Kami juga pernah hanya dibayar dengan nasi bungkus. Pernah juga suatu hari sepulang audisi festival band, kami benar-benar kehabisan uang. Dan di antara kami berenam, ternyata tidak ada yang memiliki uang barang sepeserpun. Terpaksa kami harus berjalan kaki dari GOR Pondok Kelapa hingga Jalan Raya By Pass Cililitan. Di tengah jalan kami menemukan uang seribu rupiah yang kami pakai untuk membeli es yang kami minum beramairamai. Dan alhamdulillah, kami menjadi juara pertama pada

festival band tersebut. Selain bermusik, apa aktivitas dari masing-masing personil Jiung? Dhika dan Oldy bekerja sebagai guru. Lani bekerja pada sebuah bank swasta. Bang Pilun membuka kios pulsa dan aksesoris telepon selular, dan saya sendiri masih berkecimpung sebagai host untuk sebuah acara musik di sebuah stasiun televisi swasta, melukis, menyanyi, main sinetron, film dan iklan, MC dan lain sebagainya. Dan saya juga sedang mengerjakan side project yaitu album musik beraliran blues. Wow..., sibuk sekali kalian rupanya? Apakah tidak ada masalah dengan jadwal Jiung? Alhamdulillah, selama ini tidak

pernah ada masalah. Manajemen Jiung membebaskan kami untuk beraktivitas lain di luar Jiung, tapi dengan catatan bahwa Jiung tetap menjadi prioritas utama. Di mana saja Jiung pernah tampil? Wah, banyak sekali. Dari mulai acara-acara hajatan, khitanan, resepsi pernikahan dan agustusan di kampung-kampung, acaraacara underground, acara-acara pensi, acara-acara sekolah dan kampus, acara peluncuran produk, acara ulang tahun perusahaan, acara-acara yang diadakan oleh LSM dan partai politik, acaraacara Pemda, acara festival band, acara family gathering, hingga panggung-panggung sekelas Soundrenalin dan lain-lain pernah kami jelajahi.

Apa saja yang biasanya menjadi tema atau issue yang diangkat dalam lagu-lagu kalian? Pada umumnya, lagu kami berkisar pada tema cinta. Tapi di luar itu, ada juga beberapa lagu kami yang mengangkat tematema sosial seperti misalnya tentang asyiknya pergi ke pasar malam atau fenomena maraknya perjudian togel di kalangan masyarakat bawah, issue-issue lingkungan hidup tentang hutan yang habis dibabat, issue-issue politik tentang para pejabat yang gemar mengobral janji pada saat kampanye dan cenderung lupa ketika mereka sudah berada di atas angin, issue tentang BBM dan lain sebagainya.

Tertarik untuk terjun di dunia politik? Tidak. Karena setiap hari kami sudah berpolitik, dalam arti mensiasati keadaan agar dapat bertahan hidup. Politik itu melelahkan dan cenderung membuat seseorang menjadi banyak musuh. Dan kami tidak suka punya musuh, karena kami adalah orang-orang yang cinta damai. Damai itu indah bukan? Ada pesan untuk kalangan muda yang berniat serius menggeluti musik? Teruslah berkarya. Jangan raguragu, jangan takut-takut, dan jangan sombong, apalagi takabur. Harus ingat dari mana kita berasal. Sifat sombong dan takabur hanya membuat orang menjadi hancur. (PH) 53


Vedora dari ZARA. Top dari ZARA. Scarf dari ZARA. Kalung milik stylist.

54 FAR JUNI/JULI 2011


WILDFLOWER Reaching the moment when you know it is the time to shine after the rainbow comes.

IN HER EYES Photography ARDHIAN WISNU PRATAMA Stylist RANI TACHRIL Stylist Assistance ANASTASIA RENI Make up and Hair BUNLAY Model DRINA Jim Model Accessories by ZARA Wardrobe by ZARA - MASSIMO DUTTI - MS JONES

55


HALAMAN INI: Head piece dari ZARA. Top dari ZARA. Kalung milik stylist. HALAMAN SEBELAH: Kalung milik stylist. Dress dari Massimo Dutti.

56 FAR JUNI/JULI 2011


57


HALAMAN INI: Topi milik stylist. Jaket dari MASSIMO DUTTI. Dress dari MASSIMO DUTTI. Kalung milik stylist. HALAMAN SEBELAH: Head piece milik stylist. Dress dari MS JONES.

58 FAR JUNI/JULI 2011


59


60 FAR JUNI/JULI 2011


HALAMAN SEBELAH: Vest milik MASSIMO DUTTI. Kalung milik stylist. Dress dari MASSIMO DUTTI. Sepatu dari MASSIMO DUTTI HALAMAN INI: Head piece milik stylist. Dress dari MS JONES. Boots dan gelang milik stylist.

61


62 FAR JUNI/JULI 2011


63


lucky no 7

Cheap Monday Roberto Parka Straw Rp.1.650.000

Aksara Regular Graphic Design Today Rp. 824.000

NOT Just my Imagination Rp.120.000

Antyk Butyk tick tock collection Rp.185.000

Petit CupCakes Wendy Skirt Rp.280.000

PDRP Shoes Pointed Satin Rp.615.000

64 FAR JUNI/JULI 2011

Majic Margot top Rp.349.000


Tea Label Czech Republic Rp.144.900

Tea Label Shout America Rp.164.900

Silla Crop Top Long Sleeve Rp.359.000

Empat Element Rp. 50,000

Cheap Monday Zip Low Like Blue Rp. 695.000

PDRP Shoes Clog Sandal Rp.545.000

PDRP Shoes ankle boots Rp.775.000

65


PDRP Shoes Gladiator Strap Rp.815.000

NOT Dont mess with me ! Rp.110.000

Skelly Signature Chinos Rp.599.000

k aja iS 0 a nu ,00 Me 50 Rp

di

n bu

ya Ra

Ke

WNM aksesoris Rp.30.000

Sober Denim Denim Laptop 13 inch� Rp.349.000

66 FAR JUNI/JULI 2011

Peepo Nubuck Derby Shoes Rp.899.000


Obey Cherokee Rp.499.000

PDRP Shoes Wedges Sandal Rp.545.000

Tea Label Paris Rp.129.000

Tea Label Somalia Rp.139.900

PDRP Shoes D’orsay Wedges Rp.610.000

Kelompok Pecinta Buku Anak Petruk Jadi Raja Rp.45.000

PDRP Shoes Stacked Heels Rp.615.000 67


68 FAR JUNI/JULI 2011


street shout

o Gig T s k e e G

s

ihadiri esar d upb n ia id ag ng seb mengh gal n 5 ya lah berhasil g o n o a r t a a M e ad an Konser m hawa ini t ta Jakarta p a men w ko au mpilan ut dibanoleh k ana meriah a n e P p lu. as kan su 2011 yang la okalis tidak lu ar. Konser v il m g r e n p g a A 27 idak ine s peng tunya t am Lev ia para dari Ad riakan hister lama ini, ten g berasal te jak an jiri oleh ah dinanti se enggemar y nampilan p e d P u a s r . a hp rtis yang ngan kan ole ia dan kala tuk diihat. A a ia s ia s n tr u dis u e i P a ik dan enar erbag dari b un cukup m erby Romero andalan D ya ap merek ang seperti ersiapkan ga itu. (BW ) t p a m d la m a e g yan un m n5m bing p onser Maroo m o ih S k untuk ZINE khusus . FAR MAGA K O D Foto

lu ini sela igelar ashion d in t u nr ta F p tahu ni. Jakar g setia ya tersendir dengan me n a y g n i ir ik in d r a a Ajan t a h r a na aca iki day n 2011 memil estival tahu ation�. Dima ntuk gaya F u ur & Food tema “Incult spirasi baru endatang. in m g r 2 n gusu sumbe 11 dan 201 ashion exenjadi 20 i f alan bisa m n di tahun ghadir ia g men mau ketingg ng a n k a a y p r g a n be k y ju a n n id kinia un t engu Para p za kali ini p imana sisi ke as dengan p D an travag mpil all out. tukan secara ia. (BW ) s a a e t is n d k o u n d t r un ode ari In m d s n a a h d k elegan roduk etnik -p produk

ai acerbag ini : ib d lk saat k catwa hun. tu Kegiatan del un k usia 13 ta o m i d ja ja e s n Me how hion s : ara fas dengan a dari luangernet karen pat a waktu ain int isa did Mengisiaku suka m asi yang b i. m a r y er Biasan banyak info un luar neg p et u n a r t e a t in m : ari dala -hari baik d akseharidalam berp h atc entuk berpakaian and m madukan b ak ix m Gaya a e tid k bih su oba m akaian biar bih Aku le ing coba-c p le r m be er n aku aian. S warna dala k keseharia i. a u t ta g n n dan ju san. Tapi u ual dan sa s o a b k t a g cep yan akaian diguna suka p biasa yang Adisepatu eperti ai s s r erek e k M ak ea atu sn n mem kan: a pakai sep lalu nyama k se Aku su in itu juga la e s , s a d farse. Conve menjadi yang u s kala pakaian ng pa li ini li a p Merek itu ka : ya aku vorit elana biasan Zara, selain ever 21. r k c o e Untuk nakan mer kaian dari F u a g p g men nakan enggu aku m

69


social brew

teks : Alvin Agastia Zirtaf

D

“Jakarta, merupakan kota dimana akulturasi setiap suku di Indonesia bertemu....�

70 FAR JUNI/JULI 2011

aerah Khusus Ibukota Jakarta, atau biasa disingkat sebagai DKI Jakarta merupakan satusatunya kota di Indonesia yang memiliki status sebagai kota yang setingkat dengan Provinsi. Kota yang menjadi Ibukota Negara Indonesia ini memiliki sejarah yang panjang, baik itu dari segi nama maupun kesehariannya sebagai kota. Daerah ini sebelumnya dikenal sebagai Sunda Kelapa (397-1527), suatu pelabuhan yang berada di bagian barat laut Pulau Jawa. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan penting yang dimiliki oleh Kerajaan Sunda, selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, dan Cimanuk. Kerajaan Sunda memiliki Ibukota yang bernama Pajajaran (sekarang Bogor) dan Sunda Kelapa adalah salah satu gerbang utama untuk dapat masuk ke Kerajaan tersebut. Pada abad ke-12, pelabuhan Sunda Kelapa dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Banyak kapal yang berlabuh disana, seperti dari Cina, Jepang, India, dan Timur Tengah. Para pedagang dari negeri seberang membawa barangbarang seperti porselin, kopi, sutra, anggur, dan lain sebagainya untuk ditukar dengan rempah-rempah yang merupakan komoditas dagang saat itu. Dan akhirnya pada tahun 1527, awal abad ke-16, Sunda Kelapa berubah nama menjadi Jayakarta (1527-1619). Saat itu Surawisesa, Raja Kerajaan Sunda, meminta bantuan Portugis untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa untuk

perlindungan dari serangan Kesultanan Cirebon yang dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Pada mulanya tidak ada masalah antara Kesultanan Cirebon dengan Kerajaan Sunda, tapi setelah Kerajaan Sunda melakukan perjanjian dan berteman baik dengan Portugis yang saat itu telah menguasai Malaka membuat Kesultanan Cirebon mengambil tindakan tegas dengan rencana menyerang Sunda Kelapa untuk mengusir Portugis dari tanah Jawa. Kesultanan Cirebon yang dibantu oleh Kerajaan Demak menyerang Sunda Kelapa sebelum benteng perlindungan Sunda Kelapa selesai dibangun, membuat Kesultanan Cirebon menang dan menduduki Sunda Kelapa. Peristiwa jatuhnya Sunda Kelapa ke tangan Kesultanan Cirebon diabadikan sebagai hari jadi kota Jakarta, yaitu 22 Juni 1527. Nama pemimpin pasukan dari Kesultanan Cirebon, Fatahillah, yang mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti ‘Kota Kemenangan’ kini diabadikan menjadi nama salah satu Museum terkemuka di Jakarta. Sejarah mencatat setelah Sunda Kelapa dikalahkan oleh Pasukan Kesultanan Cirebon, wilayah Sunda Kelapa atas perintah Sunan Gunung Jati (yang merupakan pemimpin dari Kesultanan Cirebon) dijadikan bagian dari Kesultanan Banten karena wilayahnya yang lebih dekat dengan Banten dibandingkan Cirebon. Kesultanan Banten sendiri dipimpin oleh anak Sunan Gunung Jati, yaitu Sultan Maulana Hasanuddin. Akhir abad ke-16, orang Belanda datang


ke Jayakarta setelah sebelumnya singgah di Banten pada tahun 1596. Saat itu Jayakarta dipimpin oleh Pangeran yang bernama sama dengan kota yang dia pimpin, Jayakarta, dia merupakan salah seorang kerabat dari Kesultanan Banten. Awal abad ke-17, tepatnya pada tahun 1619, VOC yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan Kesultanan Banten, kemudian Jayakarta diubah namanya menjadi Batavia (1619-1942). Dan ini lah yang membuat Jayakarta berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Setelah berhasil mengalahkan Kesultanan Banten, Belanda secara perlahan mulai memperluas wilayahnya hingga menaklukan Kesultanan Cirebon juga. Sebagai gerbang masuk wilayah kekuasaan, kota pelabuhan Batavia diperindah, Belanda banyak mengimpor budak-budak dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar India. Banyak ahli berpendapat bahwa akulturasi dari berbagai suku tersebut membentuk Suku Betawi, yang kini dikenal sebagai penduduk asli kota Jakarta. Saat itu wilayah Batavia hanya seluas Kota Tua di perbatasan antara Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum, mereka adalah penduduk yang tersisa dari Kerajaan Sunda. Sedangkan sukusuku dari etnis pendatang, pada zaman kolonialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka dari itu di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Kampung Melayu, Pekojan, Kampung Bali, Kampung Bandan, Kampung Ambon, dan Manggarai. Batavia berkembang ke selatan pada tahun 1818 pada saat wilayah

Gambir selesai dibangun, Belanda juga membangun Taman Menteng membuat kawasan Menteng menjadi tempat baru bagi para petinggi Belanda. Pada akhirnya Jawa Barat khususnya Batavia yang semakin berkembang dari segi penduduk dan luas wilayah membuat Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas lagi, Pulau Jawa dibentuk pemerintah otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk oleh pemerintahan Belanda pada 1 Januari 1926, Batavia merupakan salah satu keresidenan dalam Provincie West Jawa disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon. Batavia diambil alih oleh Jepang pada tahun 1942, nama Batavia pun diubah menjadi Djakarta (1942-1972). Djakarta merupakan tempat dimana Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan, membuat Djakarta berada diposisi puncak sebagai kota penting di Indonesia. Warisan bangunan Belanda dan sistem pemerintahan sudah terpusat

ialah dr. Sumarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Djakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI), Gubernurnya tetap Sumarno. Dengan adanya Ejaan Yang Disempurnakan pada tahun 1972, Djakarta resmi berubah nama menjadi Jakarta (1972- ...), dengan status yang sama, hanya ejaan nama kota berubah. Karena pada tahun 1961 sudah menjadi Daerah Khusus Ibukota, maka nama lengkap kota Jakarta adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau DKI Jakarta. Jakarta sekarang ini tetap menjadi kiblat bagi rakyat Indonesia, dari segi pendidikan, penghidupan yang layak, ekonomi, kesehatan, dan lain sebagainya. Jakarta masih menjadi magnet yang kuat bagi sebagian besar penduduk Indonesia karena kemegahannya, setiap tahun penduduk Jakarta bertambah, padahal mantan Gubernur Jakarta Ali Sadikin berpendapat bahwa Belanda merancang Kota Jakarta untuk ditempati oleh 800.000 jiwa,

di Djakarta, membuat Djakarta secara langsung menjadi kota acuan pergerakan kemerdekaan dan pusat pemerintahan Indonesia. Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah walikota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama

namun pada kenyataannya kini Jakarta mejadi tempat tinggal bagi hampir 10 juta jiwa. Pemerintahan Indonesia masih berada di Jakarta walaupun pernah ada rencana pemindahan Pemerintahan ke Jonggol oleh Almarhum mantan Presiden Soeharto, dan berhembus kabar bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bermaksud membuat kota baru bernama kota Meredeka di Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini sebenarnya tidak aneh

melihat beberapa negara besar seperti Amerika Serikat pernah memindahkan Ibukota Negara nya, dari New York ke Washington DC, lalu Jepang, dari Kyoto ke Tokyo, dan Brazil, dari Rio de Janeiro ke Brasilia, serta Jerman dari Bonn ke Berlin. Kenapa Jakarta tetap dipertahankan sampai saat ini sebagai Ibukota Negara selain bangunan-bangunan dan pusat pemerintahan yang sudah ada sejak pemerintahan Belanda? Karena Jakarta dinilai sebagai kota netral, Yogyakarta yang pernah menjadi Ibukota Negara sementara dinilai terlalu suku Jawa, sedangkan Bukittingi di Sumatera Barat yang juga sempat menjadi Ibukota Negara dinilai terlalu Melayu. Jakarta, merupakan kota dimana akulturasi setiap suku di Indonesia bertemu, Suku Betawi yang dianggap sebagai penduduk asli Jakarta pun sebenarnya merupakan campuran dari berbagai suku yang pernah menjadi budak saat pemerintahan Belanda. Jakarta kini telah menjadi suatu kota yang berdiri megah dengan segala permasalahan yang menimpa dirinya, dari mulai kemacetan lalu lintas yang dirasakan penduduk kota Jakarta dan kota penyangganya sampai banjir yang selalu datang setiap tahunnya. Karena itulah penting bagi Pemerintah Kota untuk terus memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada, karena Jakarta bukan saja kota penting bagi Indonesia tapi juga wilayah Asia Tenggara, bahkan bisa menjadi kota penting di dunia. Namun tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota sudah sepatutnya dibarengi dengan penduduk Jakarta yang menghargai kota mereka sendiri.

71


hot spot

S

ensasi garlic (bawang putih) dengan aroma khas serta kasiat yang baik untuk kesehatan coba disajikan dalam berbagai menu hidangan yang akan mengejutkan lidah anda. Restoran ini hadir dengan satu konsep yang tak biasa untuk memenuhi kebutuhan anda akan wisata kuliner. Mad For Garlic merupakan restoran dengan spesialisasi menu hidangan dari Italia yang diracik dengan bumbu utama bawang putih yang unik dan sensasional. Yap, mungkin yang terbesit dalam benak anda saat mendengar bawang putih adalah aroma menyengat dengan rasa getir yang mendominasi. Tapi pikiran itu akan lantas hilang seketika saat anda mencicipi aneka hidangan yang menggugah selera ala Mad For Garlic. Bertempat di kawasan strategis di pusat kota, restoran ini yang tentunya mudah dijangkau dan sangat pas untuk anda yang sedang bepergian di sekitar kawasan West Mall Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta. Restoran ini telah berdiri sejak tahun 2001 di negeri asalnya Korea dan memiliki cabang sebanyak 17 di kota Seoul, Korea Selatan. Lalu jejak go international Mad For Garlic dimulai dengan membuka satu cabang pertama di Suntec City Mall, Singapore. Dan Jakarta menjadi tujuan kedua yang baru saja diresmikan pada 17 April 2011 yang lalu. Ketika anda memasuki restoran ini, suasana hangat akan menyambut dengan ramah, Mad For Garlic memang didesain khusus dengan konsep Rustic Tavern Medieval European yang akan membuat anda merasa nyaman untuk duduk sambil menikmati aneka hidangan. Dengan kapasitas 180 kursi, restoran ini juga menyediakan dua buah private dining room dengan kapasitas 16 dan 24 kursi yang di desain dengan elegan yang bisa menjadi tempat untuk meeting, arisan, ulang tahun ataupun sekedar pertemuan kecil dengan kerabat tercinta. Sementara untuk main dining area, sengaja dibuat cukup luas untuk mempermudah gerak para pengunjung. Perpaduan furniture meja kayu dengan sofa empuk ataupun kursi kulit rasanya akan tambah membuat anda enggan untuk beranjak. Apalagi dengan dihadirkannya dua buah pohon maple yang akan membuat suasana hangat bercampur segar dapat membawa energi positif untuk para pengunjung. Berbicara soal kenyamanan tempat rasanya belum tuntas bila tidak membahas aneka hidangan yang sudah dipastikan lezat di restoran ini. Ada beberapa menu andalan yang sangat sayang bila anda lewatkan diantaranya: 72 FAR JUNI/JULI 2011


“Draculla Killer” dimana soft garlic bread disajikan dengan garlic cooked in olive oil dan anchovie yang kemudian akan ditaburi keju untuk menambah kelezatannya. Kemudian “Dancing Salsa Rice With Beef” untuk menu yang satu ini selain dipastikan enak cara penyajiannya pun tidak kalah seru. Dimana seorang waiters akan menyajikan menu ini dengan bercerita dan mengaduk-aduk makanan seperti sedang menari salsa. Begitupun dengan “Calzone Pizza” yang akan disajikan khusus dengan cerita yang disampaikan oleh sang waiters, pizza ini memiliki cita rasa yang cukup unik dan menggoda dengan dilengkapi sweet garlic sauce yang gurih dan sedikit manis. Lalu “Garlic Ice Cream” untuk dessert yang satu ini anda akan dikejutkan dengan perpaduan rasa manis dari vanilla ice cream dengan tamburan crispy garlic yang dilengkapi dengan sepotong garlic cookies yang membuat rasa dessert ini begitu funtastic. Menu makanan dan minuman lainnya pun tidak kalah nikmat untuk anda coba. Selain hadir dengan konsep restoran yang menarik, Mad For Garlic pun memiliki sebuah Lounge yang menawarkan lebih dari 40 pilihan wine, beragam cocktail dan mocktail sebagai alternatif lain untuk anda menikmati waktu luang. Mad For Garlic tidak hanya pas untuk menikmati santapan lezat nan sehat tapi juga memberikan kenyamanan serta pilihan baru bagi anda yang senang dengan rasa yang menantang. Selamat Mencoba! (BW) FOTO DOK. FAR MAGAZINE & MAD FOR GARLIC.

Anchovy Garlic Cream Fondue

Garlic Ice Cream

Dancing Salsa Rice With Beef

Dracula Killer

Calzone Pizza

Grand Indonesia Shopping Town, West Mall - Ground Floor - 20A Jl. MH Thamrin No.1, Jakarta 10310 telp.(6221)23581076 fax.(6221)23581079 73


in my activities

Satu lagi komunitas musik lahir di Jakarta: BREAKTIME BLUES (Blues, Relax and Kongkowkongkow Time), yang merupakan sebuah komunitas yang menjadi “rumah� yang tidak hanya ditujukan bagi para musisi tapi juga bagi para pecinta, penikmat dan semua orang dari berbagai lapisan sosial dan berbagai lapisan usia untuk beraktivitas, berekspresi, berdiskusi, berapresiasi dan berbagi informasi dan pengetahuan tentang musik blues.

B

REAKTIME BLUES ini digagas oleh musisi blues Kongko Bangun Pambudi, Iqbal Pria Fadhillah, jurnalis dan pengamat musik Remy Soetansyah dan beberapa musisi blues lainnya pada tanggal 30 Desember 2010, dan sejak awal bulan Januari 2011 setiap hari Sabtu malam seminggu sekali bertempat di teras Jambodroe Cafe yang terletak di sekitar area Galeri 74 FAR JUNI/JULI 2011

Nasional, komunitas musik blues ini mulai rutin berkumpul untuk melakukan jam session, dengan format open mic dan open stage, di mana setiap orang bebas untuk berekspresi di atas panggung, baik untuk memainkan alat musik seperti gitar elektrik dan akustik, bass elektrik dan akustik, drum, keyboard, biola, saxophone, harmonica dan lai sebagainya, ataupun hanya untuk sekedar berolah vocal dalam iringan musik blues.

Dan setiap bulan di minggu terakhir, BREAKTIME BLUES menggelar special event yaitu konser musik yang menampilkan para musisi blues yang dikemas secara berbeda dari minggu biasanya yang hanya menyuguhkan jam session, karena dikemas secara lebih tertata dan terorganisir baik dari segi pengisi acara, promosi dan tema yang berbeda setiap bulannya. Beberapa musisi blues yang pernah tampil di BREAKTIME


BLUES di antaranya adalah Olpaper, DimasEkah, Ginda and The White Flower, Blues Guardians, Adrian Adioetomo, 12 Bar, Jontrall, Matchless, Electric Cadillac dan lain sebagainya. Menurut Kongko, dewasa ini musik blues di Indonesia mulai lebih memasyarakat dan tidak lagi hanya milik segelintir golongan tertentu dan terkesan bahwa

blues adalah musik untuk orangorang tua. Dan fenomena yang berkembang belakangan ini yaitu musik blues juga makin digemari oleh anak-anak muda. Ini terbukti dengan makin banyaknya anakanak muda yang memainkan musik blues, baik itu di kampuskampus, di panggung-panggung pertunjukan musik bahkan di sekolah-sekolah.

Yang membedakan BREAKTIME BLUES dengan komunitas sejenis adalah bahwa di komunitas ini, orang-orang tidak melulu hanya datang untuk menonton pertunjukan musik atau melakukan jam session di atas panggung, tapi juga bisa saling berdiskusi, berapresiasi dan berbagi informasi dan pengetahuan tentang musik blues. Di masa yang akan

datang, Kongko juga ingin agar BREAKTIME BLUES ini bisa bersinergi dengan komunitaskomunitas lain, bahkan di luar komunitas musik blues. Ia dan teman-temannya juga sedang merintis usaha untuk membuatkan album kompilasi untuk para musisi blues yang pernah bermain di acara ini. (PH)

75


in my closet

Sepatu: CAT, Red Wing Shoes, Doc Martens.

W

ajah tampannya nyaris melekat hampir diseluruh hati wanita Indonesia saat ini. Kehadirannya yang cukup rutin di layar lebar, sampul majalah, iklan, hingga kelas layar lebar lambat laun membuktikan bahwa ketampanannya justru besar karena dukungan dari kualitas akting yang kian matang. Sore itu cuaca cerah menemani saya untuk berbincang lebih dekat dengan Rio Dewanto. Dengan kaos biru, celana pendek sedengkul, dan sendal jepit, ia menerima saya dengan santun. Suasana tidak sekaku seperti yang saya pikirkan sebelumnya, di depan teras rumahnya yang sejuk kami berbincang ringan dilengkapi dengan secangkir kopi hitam Rio mulai berbagi cerita. Rio Dewanto dengan atribut ketenarannya saat ini ternyata justru hadir dengan sosok yang sangat sederhana dan tidak neko-neko. Dalam akting terbarunya pada film “Tanda Tanya� karya dari sutradara ternama Hanung Bramantyo, Rio yang berperan sebagai Hendra (Ping Hen) mendapat peran dengan karakter yang cukup kuat, karakternya di film tersebut mampu menguras emosi para penonton. Bisa dikatakan hampir disetiap peran yang ia mainkan Rio dapat memerankannya secara total hingga terlepas dari karakter dirinya sendiri. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu bahwa ditengah keberhasilannya dalam dunia akting, pria kelahiran 23 tahun yang lalu ini sangat ingin mewujudkan cita-citanya sebagai penyanyi solo dengan genre heavy rock. Untuk itu secara serius Rio sedang konsentrasi untuk menggarap album solonya di tahun ini. Tidak hanya itu kali ini kepada Far Magazine, Rio juga berbagi cerita mengenai sudut kamar favorit hingga barang-barang yang menjadi koleksinya saat ini. 76 FAR JUNI/JULI 2011

Kegiatan saat ini? Saya sedang mempersiapkan akting untuk film terbaru untuk sekuel “Arisan� karya dari teh Nia Dinata. Saat ini masih dalam proses pendalaman materi, dimana dalam film tersebut saya akan beradu akting dengan Sarah Sechan, Atiqah Hasiholan, Tora Sudiro dan sederet artis besar lainnya. Hal rutin yang anda lakukan untuk pendalaman karakter biasanya apa saja? Sebelum syuting film biasanya memang ada proses reading dan workshop untuk pendalaman karakter. Tapi untuk latihan secara pribadi saya terbiasa untuk mengolah tumbuh dan nafas. Karena ini cukup membantu agar badan menjadi lentur dan artikulasi juga menjadi jelas.


Kacamata: Gucci, Marc Jacobs, Edit, S+arck.

Jeans: Nudie

Siapa saja tokoh yang banyak menginspirasi anda dalam berakting? Saya mengagumi karya dari seorang pelukis surealis dari Perancis yang bernama Salvador Dali. Lalu untuk dari dunia akting saya suka dengan akting dari Robert De Niro, cara dia berakting selalu bagus dan saya menonton setiap film yang ia mainkan. Dari dalam negeri saya kagum dengan semangat yang kuat dari sosok Ibu Ratna Sarumpaet kemudian Joko Anwar yang peduli untuk membangun perfilman di Indonesia. Bagaimana gaya berpakaian anda sehari-hari? Saya termasuk orang yang santai dan bukan orang yang selalu mengikuti trend. Keseharian saya biasa menggunakan kaos, celana pendek dan sandal jepit, untuk bepergian saya nyaman menggunakan celana jeans, kemeja, sepatu boots atau sneakers. Cerita singkat mengenai tato yang anda miliki? Saya memiliki tato pertama sejak lulus dari SMA di tahun 2005 yang bergambar biomechanic. Total tato yang saya miliki sebanyak 7 buah dan yang terakhir adalah tato di kaki bergambar ular. Setiap membuat tato itu menurut saya rasanya sama seperti digigit semut tapi seember. Tapi untuk sekarang saya belum berniat untuk menambah kembali jumlah tato ditubuh saya. Koleksi kacamata yang anda miliki? Saya suka dengan model kacamata vintage, biasanya saya mencari kacamata hingga ke pasar-pasar antik di daerah Yogyakarta. Tempat travelling favorit anda? Salah satu yang paling berkesan saat saya berlibur ke Wakatobi. Selama 10 hari saya menikmati keindahan bawah laut. Ada satu daerah bernama Mari Mabuk, tempat yang benar-benar membuat mabuk karena keindahan pemandangan bawah lautnya. Sampai membuat saya tidak mau pulang. Ditahun ini saya juga berencana untuk keliling Eropa (London,Belanda dan Itali). Biasanya setahun sekali saya pasti merencanakan untuk liburan. Dengan rutinitas yang padat saya merasa butuh waktu untuk menghilangkan kejenuhan dengan travelling ke tempat yang indah. Olahraga yang rutin ada lakukan? Saya selalu menyempatkan waktu untuk berolahraga secara rutin. Saya suka olahraga lari dan naik sepeda fixie yang rutin dilakukan seminggu 3 kali. Karena olahraga sangat penting untuk menunjang kesehatan. “Maskulinitas� menurut anda seperti apa? Bertanggungjawab kepada apa yang sudah dilakukan baik untuk keluarga dan orang yang kita sayangi. Sementara bentuk fisik bukan yang nomor 1, itu menyusul setelah sikap dan perilaku seorang pria. Goal yang ingin dicapai dalam waktu dekat? Saya ingin bisa sukses tidak hanya di dunia akting tapi juga di dunia tarik suara. Dan untuk jangka panjang suatu saat nanti ingin memiliki peternakkan anjing atau sapi kemudian bisa membuka usaha dibidang kuliner (restaurant). (BW) FOTO DOK. FAR MAGAZINE.

Topi: Noin Brand, Cameo, Quiksilver, Bilabong, Knog (Number One), Zara

Kain: Kain Tenun Sumbawa

Parfum: Bvlgari Aqva

77


domestic exchange

Teks dan Foto: Dan Sapar

Seberapapun kemacetan membelenggu Jakarta, kota ini tetap menyimpan daya tarik tersendiri, baik bagi warganya maupun bagi pendatang. Denyut nadi kota seakan tidak pernah berhenti di Jakarta. Beragam jenis hiburan dan aktivitas sudah layaknya Unit Gawat Darurat di sini, 24 Jam non stop dari Senin bertemu Senin lagi, dari jebakan kemacetan ke kemacetan lain. Jakarta tetap menggeliat. Dicaci dan dicibir sepanjang hari tapi tetap saja banyak banget yang hobi tinggal di ibukota. Bisa jadi memang terpaksa, namun jangan-jangan memang cinta Jakarta demi sesuap berlian.

ebagai pusat hiburan hingga tren anak muda, Jakarta mempunyai beragam hiburan, namun kota ini memang bukan destinasi favorit untuk berwisata. Bali mungkin lebih dikenal sebagai pusat turisme di Indonesia. Bahkan saban weekend tiba, mobil-mobil plat B berjejalan meninggalkan Jakarta. Menyemut untuk berburu Siomay Cisangkui, rebutan Roti Unyil, bahkan ada pula yang bablas hingga Pangandaran. Namun Jakarta bukan hanya kota kosong melompong dengan hutan beton.. Bukan pula berisi beragam varian dari pusat perbelanjaan yang sudah beranak pinak. Banyak alternatif pilihan aktivitas untuk sekedar menghabiskan akhir pekan di Jakarta. Lebih hemat tapi tetap bisa berkesan. Apalagi jika dompet lagi nggak bisa diajak kompromi, maka wisata dalam kota menjadi pilihan yang sangat bijak. Jakarta tetap menarik, kok! Trio Cendol Jakarta memiliki tiga tempat wajib kunjung di akhir pekan, dimana semua orang tumpah ruah untuk berbagi tempat. Menggelar tikar 78 FAR JUNI/JULI 2011

bersama satu keluarga, atau bahkan satu RT. Dengan bekal makanan yang sudah disiapkan dari rumah, mereka hanya perlu bayar tiket masuk lalu numpang makan bareng sekaligus menikmati akhir pekan di tiga tempat itu. Memang banyak cara untuk berlibur. Ya, salah satunya dengan gelaran tikar di tiga tempat ini, Kebun Binatang Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah atau Pantai Ancol. Terasa sangat klasik! Ada kesamaan antara ketiga tourism spot itu, yaitu padatnya pengunjung ketika akhir pekan. Banyaknya pengunjung ibarat cendol di dalam sebuah gelas es dawet! Kebun Binatang Ragunan yang berada di selatan Jakarta dengan luas 140 hektar saja bisa kayak pasar tumpah. Begitupula dengan Pantai Ancol

yang seuprit tetap menjadi pilihan bagi banyak masyarakat untuk sekedar bermain pasir, tepatnya berebutan maenan pasir. The Hidden Paradise Kopaja butut nggak masang trayek ke surga milik Jakarta. Perlu berlayar untuk menikmati salah satu kekayaan alam yang lokasinya masuk menjadi bagian dari Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Di Gugusan Kepulauan Seribu inilah surga itu terletak. Di sana tersimpan potensi pariwisata yang sangat besar. Akhirakhir ini semakin banyak yang melirik. Saban weekend tiba banyak sekali yang bedhol desa untuk mengunjungi salah satu pulau yang berada di utara Teluk Jakarta ini. Beberapa pulau di gugusan kepulauan ini memang menjadi pilihan menarik untuk melakukan aktivitas island hoping, menikmati pantai, berenang, snorkeling bahkan diving.

Pulau-pulau yang menjadi tujuan favorit, misalnya Pulau Pramuka, Pulau Tidung, Pulau Sepa, dll. Seiring bertambahnya jadwal keberangkatan kapal menuju Kepulauan Seribu, baik melalui Marina, Ancol maupun Muara Angke, membuat surga ini semakin terbuka. Keindahan alam yang sebenarnya tinggal kepleset ini makin gampang untuk dinikmati oleh banyak orang. Fasilitas pendukung pariwisata sudah banyak didirikan, bahkan sudah banyak paket trip Kepulauan Seribu.. Langkah Panjang Jakarta (1) Bukan hanya sebagai ibukota negara yang membuat Jakarta menyimpan banyak kisah. Namun jauh sebelum itu, Jakarta telah menjadi salah satu kota dagang yang mahsyur. Berawal dari zaman Sunda Kelapa, dimana Jakarta menjadi salah satu pelabuhan yang ramai lalu saat berubah menjadi Jayakarta ketika Fatahillah berhasil menaklukan pelabuhan tersebut. Begitu pula ketika masa imperalisme terpaksa mengubah Sunda Kelapa menjadi salah satu kota dagang milik VOC, Batavia.


Jakarta lalu disulap dengan bangunan-bangunan bercitarasa Eropa. Bangunan-bangunan masa Oud Batavia ini masih bisa dinikmati di Kawasan Kota Tua. Beberapa bangunan bertranformasi menjadi museum, salah satu sangat iconic adalah Museum Sejarah Jakarta atau lebih kenal dengan Museum Fatahillah yang merupakan bekas Balai Kota atau Stadhuis. Selain bangunan-bangunan klasik, masih terdapat saksi bisu lain dari derap langkah Jakarta, mulai dari Jembatan Kota Intan, Menara Syahbandar dan tentu saja Pelabuhan Sunda Kelapa. Berada dalam satu kawasan yang bisa dicapai dengan menggunakan sepeda onthel, berkeliling di Kawasan Kota Tua ini seolah mampu membawa imajinasi terbang ke masa silam. Langkah Panjang Jakarta (2) Selepas merdeka, Jakarta berbenah. Pembangunan demi pembangunan mulai digalakkan. Jejakjejak Soekarno menjadi karya monumental yang menjadi saksi sejarah pergerakan bangsa. Bangunan-bangunan yang dibangun pada masa orde lama menghiasi sudut Jakarta yang terkadang dianggap biasa, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa bangunan tersebut malah menjadi landmark dari Jakarta. Salah satunya adalah Monumen Nasional atau lebih dikenal dengan Monas. Bangunan berbentuk tugu dengan puncak emas ini masih berdiri dengan kokoh di jantung ibukota. Bangunan-bangunan yang dibangun pada masa pemerintahan Bung Karno di Jakarta adalah

Stadion Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal dan Gedung Kura-Kura dimana para wakil rakyat bekerja. Presiden pertama Indonesia ini memiliki selera seni yang mumpuni, dimana beliau mampu meletakan berbagai macam karya seni patung di sudut Jakarta dengan cermat sehingga bisa menjadi sebuah ciri khas tersendiri tanpa kehilangan esensi arstistiknya. Patung Selamat Datang, Patung Dirgantara (lebih dikenal dengan Patung Pancoran), Patung Pahlawan (lebih dikenal dengan Patung Pak Tani & Bu Tani) dan Patung Pembebasan Irian Barat (lebih dikenal Patung Lapangan Banteng) menjadi bukti nyata bagaimana Soekarno mampu menempatkan karya seni dengan sangat cantik. Berteman Tetaman Sebagai kota yang padat sudah selayaknya Jakarta memiliki area publik yang luas sekaligus gratis serta nyaman. Selain berfungsi sebagai daerah resapan air, keberadaan taman kota bisa dijadikan sebagai public space, dimana berbagai macam aktivitas bisa dilakukan, semisal olahraga, pertunjukan musik, pameran, rekreasi hingga tempat bersosialisasi. Taman-taman kota tersebar di penjuru Jakarta. Beberapa taman yang cukup baik dikelola, antara lain Taman Suropati, Taman Menteng, Taman Ayodya, Taman Monas, dll. Memang sayangnya keberadaan taman-taman kota sebagai salah satu komponen pem-

bentuk Ruang Terbuka Hijau itu belum memenuhi persentase ideal sebesar 30% dati total wilayah. Selain taman kota, Jakarta juga memiliki hutan kota di Srengseng dan Taman Suaka Margasatwa Angke dimana terdapat hutan mangrove. Yang Asli dari Jakarta Sebagai salah satu tempat tujuan

urbanisasi, tak pelak membuat penduduk Jakarta sangat beragam. Namun hal ini tidak membuat suku asli Betawi menghilang. Salah satu bukti eksistensinya adalah perkampungan budaya betawi di Setu Babakan, Jagakarsa. Di perkampungan budaya Betawi ini tidak hanya memperlihatkan bangunan khas betawi tapi juga secara konsisten berusaha melestarikan budaya Betawi melalui pertunjukan rutin yang digelar, semacam Gambang Kromong, Lenong hingga tari-tarian. Dan, tentu saja khasanah kuliner khas Betawi.

sesuatu yang trending topic. Bus Trans Jakarta atau Car Free Day telah diadaptasi oleh kota-kota lain di Indonesia. Anak-anak muda Jakarta mulai mengenalkan tren baru, yaitu ngemper di minimarket. Selain itu, Jakarta memang tempat paling ajib untuk mencari hal-hal seru di dunia. Langganan konser musik dari artis dalam dan luar negeri. Banyak pertunjukan dan pameran seni, termasuk teater. Belum lagi event tahunan Pekan Raya Jakarta dan Jakarta Great Sale tiap tahunnya. Apalagi Jakarta memiliki sajian kuliner yang beraneka rupa dari pusat jajan kaki lima sampai ramuan lezat di cafĂŠ hingga hotel berbintang. Di Jakarta bisa jadi malah kebingungan menentukan tempat untuk makan saking banyaknya pilihan. Bila ternyata Jakarta menyimpan banyak tempat menarik untuk dikunjungi, maka hanya banjir kiriman yang bisa menghentikan niatan untuk mengunjunginya satu per satu karena biasanya jalanan bakal pamer paha (padat merayap tanpa harapan). Ya.. Lenggang Lenggok Jakarta, Jangankan cari surga dunia, neraka dunia pun ada, Jakarta.

Pasti Seru di Jakarta Sebagai pusat tren, Jakarta bisa menjadi salah satu kiblatnya. Dengan berbagai macam akses untuk eksis, Jakarta mampu menciptakan ruang untuk menghadirkan 79


event

“Enriching Culture through Leadership, Entrepreneurship and Education toward ASEAN Community 2015”

P

ada tanggal 3-8 Mei 2011 yang lalu, Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah untuk terselenggaranya serangkaian kegiatan positif dalam acara ASEAN Youth Forum and Festival 2011. Acara ini merupakan kerjasama dari InAction (Indonesia in Action) dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan ASEAN Secretariat. Dimana InAction sendiri adalah gerakan inisiasi pemuda Indonesia, yang mengekpresikan dan mentransformasikan energi dalam bentuk kegiatan dan langkah besar untuk bangsa dan ASEAN. Acara ini telah diikuti oleh perwakilan pemuda-pemudi berprestasi yang berasal dari berbagai background pendidikan dari setiap negara-negara ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Republik Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapore, Thailand dan Vietnam). Pada hari pertama, diadakan welcoming dinner dan ramah tamah antar delegasi negara. Pada program ASEAN Youth Forum yang berlangsung pada 4-5 Mei 2011, Acara ini dibuka dan diresmikan langsung oleh Bapak Andi Mallarangeng, selaku Menteri Pemuda dan Olahraga. Lalu dilanjutkan dengan pemberian plakat serta photo session dengan seluruh anggota ASEAN Youth Forum and Festival. Untuk forum ini sengaja menggandeng Bapak Hermawan Kartajaya selaku pendiri dan pemilik perusahaan konsultan marketing MarkPlus Inc sebagai pembicara utama pada forum tersebut yang memang berkompeten dibidangnya. Pada forum diskusi ini para anggota terlihat begitu tertarik dan aktif dalam berbagi pendapat. “Acara yang paling saya sukai adalah diskusi antar grup, yang terpenting dari diskusi ini kita bisa saling berbagi ide untuk dapat memperkuat hubungan antara sesama anggota ASEAN”, ujar salah satu perwakilan dari delegasi negara Kamboja.

80 FAR JUNI/JULI 2011

Para Pemuda-pemudi ini telah bertukar dan berbagi ide serta menambah wawasan di bidang kepemimpinan, kewirausahaan, serta pendidikan. Forum ini juga telah menghasilkan sebuah Joint Action Statement dari para pemuda se-ASEAN yang dirangkum secara singkat yaitu: memperkaya budaya melalui kepemimpinan dan kewirausahaan serta memperkaya budaya melalui pendidikan. Dimana hasil ini telah dibacakan pada saat pembukaan ASEAN Summit dan disampaikan kepada KTT ASEAN ke-18 pada tanggal 7 Mei 2011 di Jakarta, Indonesia. Kemudian pada program ASEAN Youth Festival yang diadakan pada tanggal 6 Mei 2011 di Galeri Nasional, telah berlangsung acara seru yang melibatkan para pemuda-pemudi. Dimana acara ini menjadi sebuah ajang pertunjukkan, promosi serta pengenalan kekayaan seni dan budaya dari masing-masing negara ASEAN yang mengambil tema “Rainbow of ASEAN Culture”. “Acara ini sangat menarik karena kita bisa saling mengenal budaya satu sama lain dan kami akan menampilkan musik traisional dari negara kami”, jawab penuh semangat dari perwakilan dari delegasi Vietnam. Pada acara ini turut dimeriahkan oleh penampilan dari Angklung Mang Udjo, KunoKini, dan tim Jember Fashion Carnival, dimana mereka adalah para penggiat kebudayaan tradisional kontemporer Indonesia. Selain itu acara ini juga membebaskan setiap negara untuk promosi kebudayaannya melalui booth yang telah disediakan dalam tiga kategori yaitu: kuliner, karya seni, ataupun ragam bahasa dan kesusastraan. Ajang ASEAN Youth Forum and Festival 2011 telah sukses digelar dengan harapan tetap terjalinnya sebuah kerjasama yang baik antar negara di ASEAN dan adanya sebuah tindakan yang lebih kongkrit untuk menjadikan ASEAN sebagai motor penggerak dari setiap aspek kehidupan yang ada. (BW) Foto DOK. FAR MAGAZINE & AYFF.


rant

Michael John Burger

Bey Shouqi Hamidy

Ratna Aryuningsih

81


art tutorial Barang yang Diperlukan

1. Kain Belacu 2. Gunting 3. Pensil, 4. Shirt Marker (Spidol khusus kain), 5. Dacron / Kapuk, 6. Jarum pentul 2. Warnai gambarmu dengan menggunakan Shirt Marker

1. Sketsa gambar yang kamu inginkan diatas kain untuk sisi depan dan belakang, ukuran bebas sesukamu

3. Buatlah pola untuk batas jahit di sekitar gambar, kurang lebih 2 - 3 cm 5. Gunakan jarum pentul untuk menahan kedua sisi kain agar dapat menyamakan pola pada saat digunting dan sebelum dijahit

6. Jahit kedua sisi kain menjadi satu, dengan posisi gambar didalam. Sisakan ruang untuk memasukan Dacron / Kapuk

4. Gunting batas jahit sesuai pola

7. Balikkan sisi dalam kain keluar

8. Masukkan Dacron / Kapuk sesuai keinginan plushie kamu

9. Sum (Jahit Tangan) sisa ruang Dacron)

Now y o Ideku u have you H r plush andmade own ie!! robot Create your own design!

Foto Dok. by:

82 FAR JUNI/JULI 2011


83


84 FAR JUNI/JULI 2011


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.