3 minute read
TRANSFORMASI
from REDEFINE - 2nd ISSUE
by FAVOR OF GOD
Memasuki tahun 2023, banyak dari kita yang membuat resolusi untuk memperbaiki diri dari tahun sebelumnya. Tapi, sering kali apa yang kita resolusikan tidak tercapai karena di tengah jalan, kita berhenti untuk mengejarnya. Hal itu terulang setiap awal tahun sehingga ada kata-kata seperti “resolusi tahun 2023 adalah menyelesaikan resolusi tahun 2022 yang dibuat di tahun 2021”. Resolusi tidak akan berbuah menjadi realita jika tidak ada transformasi. Transformasi atau perubahan hanya bisa terjadi ketika dimulai dari dalam diri sendiri.
Saya teringat kisah seorang anak yang sedang bermain di halaman rumahnya. Dalam beberapa hari terakhir, ia melihat ada kepompong yang menempel di pohon yang berada di halaman rumahnya. Setiap sore, anak itu bermain di sana dan kepompong itu tidak mengalami perubahan apa-apa. Hingga suatu ketika, ia melihat bahwa ada kepala kecil yang keluar dari kepompong itu. Hari-hari berikutnya, tidak hanya kepala, tapi badan si calon kupu-kupu itu pun mulai muncul dari lubang kepompong yang sempit itu. Melihat hal itu, si anak kembali ke dalam rumah untuk mengambil gunting dan membantu agar kupu-kupu tersebut cepat keluar dari kepompongnya—pikirnya kupu-kupu ini sudah sangat lama berada dalam kepompong, kupu-kupu itu keluar dari kepompongnya, sayapnya tidak berkembang dan ia hanya merangkak kesana kemari tanpa bisa terbang lalu kemudian mati tanpa melihat indahnya taman bunga seperti kupu-kupu lainnya.
Advertisement
Melalui cerita ini saya belajar dua hal bahwa transformasi merupakan sebuah proses dan dilakukan dari dalam diri sendiri. Pertama, proses membutuhkan waktu agar tumbuh dan berubah dengan sempurna. Ketika kupu-kupu melewati proses transformasinya agar dapat cepat keluar dari kepompong, maka yang terjadi adalah ia berhasil keluar dari proses itu tapi kemudian mati dengan sia-sia. Apapun yang terlihat cepat dan mudah tidak jadi jaminan kesuksesan. Ada langkah-langkah proses yang harus dilalui terlebih dahulu. Kedua, dalam menjalani transformasi harus dilakukan dari dalam diri sendiri.
Memang kepompong itu menempel pada pohon, disinari matahari dan dihembuskan udara sekitarnya, tetapi di dalam kepompong itu, si kupu-kupulah yang berjuang untuk berubah. Lingkungan sekitarnya hanya membantu dari luar dan tidak bisa mengintervensi apa yang terjadi di dalam kepompong itu. Ketika proses yang di dalam itu diintervensi, yang terjadi adalah ketidakmatangan dalam proses. Demikian dengan hidup kita, ketika kita ingin bertransformasi, orang-orang terdekat kita hanyalah bisa mendukung, memberi saran, dan mendoakan kita. Keputusan terakhir ada dalam diri kita. Transformasi bukanlah sim sala bim dan dalam sekejap kita akan berubah.
Transformasi pada dasarnya adalah perubahan bentuk, meski ada yang bersifat radikal (berubah drastis) maupun progresif (berubah bertahap). Dalam kehidupan sehari-hari, itu bisa berupa pertobatan atau pertumbuhan iman yang semakin serupa dengan Kristus. Tidak heran jika ada yang tadinya pecandu narkoba dapat berubah menjadi penginjil karena setelah ia mengalami perubahan yang radikal, ia terus bertumbuh dalam Tuhan sehingga tidak menjadi orang Kristen yang TOMAT (TObat kuMAT).
Dari segi pembedahan kata, “transformasi” berasal dari dua kata dasar yaitu “trans” dan “form”. Trans berarti berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya (across) atau melampaui (beyond). Form berarti bentuk. Transformasi berarti perubahan bentuk yang lebih dari atau melampaui perubahan tampak luar saja. Hal ini membuktikan bahwa transformasi bukan hanya merubah tampilan luar, tapi merubah apa yang didalam juga, karena apa yang berada di dalam akan bertahan lebih lama dan terpancar keluar.
Dalam Roma 12:2 (TB) tertulis: Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Kata “berubahlah” yang dipakai oleh Paulus adalah kata dari
Metamorphoo
Perubahan rupa atau bentuk
Bahasa Yunani yaitu “Metamorphoo” yang berarti perubahan rupa atau bentuk. Perubahan yang kita lakukan juga tidak lain untuk perubahan hidup. Kata “hidup” memiliki dua kata dalam Bahasa Yunani yaitu “Bios” dan “Zoe”. Bios digunakan untuk menunjukkan bentuk kehidupan yang dimiliki setiap orang, yaitu kehidupan biologi yang dipertahankan dengan makanan, udara dan air. Tetapi pada akhirnya akan berakhir dengan kematian.
Zoe digunakan untuk menunjukkan kehidupan rohani, yaitu kehidupan yang diberikan Allah dan bersifat kekal ketika seseorang dilahirkan kembali atau lahir baru. Sifat dari kedua kata ini sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Bios bersifat sementara, fana dan berpusat pada diri sendiri, sedangkan Zoe bersifat permanen, kekal dan berpusat pada Allah dan orang lain.
Perubahan yang dilakukan dari dalam akan menarik orang lain untuk bertransformasi ke arah yang lebih baik. Untuk dapat bertransformasi, maka kita akan melalui langkah-langkah seperti:
Tanpa adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri sendiri, kita tidak mungkin tergerak untuk melakukan perubahan. Jika kamu belum dapat menemukan apa yang harus diubah, tanyakan pada keluarga/mentor/saudara seimanmu yang dapat dipercaya
Dalam prosesnya, langkah-langkah kita belum tentu akan berjalan mulus. Musuh lama kita akan kembali menyerang, di sinilah kita harus mempertahankan tekad kita untuk menuju perubahan yang seutuhnya.
Setelah menyadari, kita butuh kebulatan tekad untuk melakukan perubahan dengan aksi nyata.
Sudah mengambil langkah awal itu baik, tapi kita harus terus konsisten
Selamat! Kamu telah melalui proses yang memang tidak selalu mudah dan memakan waktu yang cukup panjang. Tapi, kamu telah berhasil keluar sebagai pemenang.
Di tahun 2023 ini, yuk kita bersama-sama melakukan transformasi yang matang dalam hidup kita sampai kita benar-benar keluar sebagai pemenang. Setialah dalam proses transformasi karena perubahan sejati bersumber dari dalam diri sendiri yang dilakukan dengan ketekunan.
Gracia, S.Sn. (Hitsnetwork)