1 minute read
Perubahan Melalu Penerimaan
from REDEFINE - 2nd ISSUE
by FAVOR OF GOD
Seorang Psikolog bernama Carl Rogers pernah mengatakan ini di dalam bukunya (On Becoming a Person):
“Paradoksnya adalah hanya ketika saya mampu menerima diri saya dengan apa adanya, maka saya dapat berubah.”
Advertisement
Pada umumnya, “perubahan” dan “penerimaan” tidak dapat hadir secara berdampingan. Keinginan kita untuk merubah sesuatu sering kali dimotivasi oleh ke-tidak-terima-an atau ke-tidak-puas-an kita terhadap hal tersebut. Seperti contoh: Saya mendaftarkan diri ke gym untuk merubah tubuh saya menjadi lebih baik dan sehat karena saya merasa tidak puas dengan bentuk dan kondisi tubuh saya yang sekarang. Jika saya merasa puas dan menerima tubuh saya yang sekarang, saya tidak perlu repot-repot berusaha untuk merubahnya. Sehingga dapat kita katakan: untuk merubah—dan di saat yang bersamaan juga menerima—adalah hal yang counter-intuitive bagi kita.
Namun uniknya, bagi Rogers, perubahaan justru hanya mampu dilakukan ketika kita dapat menerima diri kita dengan apa adanya. Maksudnya bagaimana?
Salah satu tugas terpenting jika kita ingin mengalami perubahan adalah dengan pertama-tama tidak denial dengan kondisi kita pada saat ini. Sering kali yang menghambat seseorang untuk berubah adalah justru karena ia sendiri tidak sadar atau bahkan tidak mau menyadari keadaan dirinya dengan apa adanya. Seseorang yang pemarah tidak akan mampu menjadi orang yang lebih tenang dan sabar jika ia tidak melihat dirinya sebagai orang yang mudah marah. Hanya melalui kesadaran, penerimaan, dan kerendahan hati untuk mengakui bahwa dirinya adalah orang yang pemarah, maka ia dapat bergerak menuju perubahan.
Yesus mengatakan: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mrk. 2:17; Luk. 5:31-32). Jika kita sedang sakit tetapi kita selalu melihat diri kita sebagai orang yang sehat, bagaimana kita dapat sembuh dari penyakit kita? Yuk, stop denial dan mulai dengan rendah hati menerima kenyataan diri kita dengan apa adanya. Selamat berproses!