3 minute read

From Brokenness to Breakthrough

Next Article
Confirmation Bias

Confirmation Bias

Sepanjang saya melayani generasi sejak tahun 1997 sampai saat ini, hal yang sering saya dengar dalam banyak sesi konseling, sharing life, curhat dan mentoring adalah blaming statement atau sebuah pernyataan kesimpulan bahwa yang menyebabkan hidup mereka sekarang menjadi hancur, terluka, pahit, meninggalkan gereja dan bahkan meninggalkan Tuhan karena seseorang atau sesuatu.

“Gara-gara oknum di gereja yang judgemental banget yang bikin aku bitter begini…”

Advertisement

“Gara-gara orang tuaku… aku jadi berantakan begini, ke mana mereka di saat aku lagi butuh kehadirannya?”

“Gara-gara mantanku .. orang gereja lohhhh, pelayanan juga lho dia… bisa begitu kelakuannya…”

Bahkan yang paling epic tentu ..

“Di mana Tuhan disaat aku lagi sedang alami semua ini?” …

Ya! Kita merasa sendiri di mana sejatinya Tuhan tidak penah meninggalkan kita dan Tuhan yang paling sering kita salah pahami sebenarnya adalah pribadi yang paling mengerti dan memahami hidup kita.

Apakah ini relate dengan kita?

Percayalah saya juga tidak akan memandang ringan setiap pergumulan yang sedang kita hadapi … “Ahh gitu aja kok sakit hati … kaya ga punya iman aja.” … no.. no… I feel you guys. Bukan itu maksud saya.

Tapi saya juga tidak ingin kita terus ada dalam keadaan yang sama terus menerus dan mengakami stagnasi disana, karena saya sangat percaya,

“Lembah dalam kehidupan seharusnya bukan tempat untuk kita HINDARI tapi, juga bukan untuk DITINGGALI, tapi tempat untuk kita LEWATI bersama Tuhan.”

Suatu kali di sesi Unlimited Fire SYNERGY 2021 saya mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai dua founders sinode yang saya sangat hormati yaitu Pdt. Dr. Adi Sutanto, ketua Sinode kita, Jemaat Kristen Indonesia dan Pdt. Dr. Jimmy Oentoro, pendiri dari IFGF.

Karena narasumbernya para shifu tentu saya manfaatkan kesempatan itu untuk bertanya pertanyaan yang lebih personal. Apakah lowest moment atau titik terendah dalam hidup Anda? Menarik bukan?

Mereka tidak berjanji atau briefing terlebih dahulu tapi jawabannya kurang lebih sama …

“Ps. Anton listen this! Disakiti, ditolak, dikecewakan dan masalah-masalah yang ada itu semua adalah dinamika kehidupan yang HANYA UNTUK KITA LEWATI dan itu bukan titik terendah kami.”

Wow!

Di sini kita disadarkan untuk tidak terus menerus memakai peristiwa buruk atau pengalaman menyakitkan di masa lalu sebagai surat ijin untuk hidup kita terus tinggal dalam keterpurukan. Percayalah bahwa masa depan yang Tuhan sediakan selalu lebih baik dari pengalaman masa lalu kita.

Firman Tuhan sendiri mengatakan dalam

Amsal 1:22 TB "Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan?

Berapa lama lagi kita mau terus dalam kondisi seperti ini dan terus berkutat dalam hal-hal yang itu itu saja?

“Karena sakitnya kita untuk mau OVERCOME YOUR BROKENNESS dan melangkah kedepan jauh lebih baik dari pada sakitnya terus tinggal dalam keadaan yang sama.”

Hari-hari ini, saya berjumpa dengan banyak orang-orang muda yang bertalenta, skillful, dan jago banget dalam melayani which is it’s good! I love that

Tapi, senior pastor saya selalu berpesan, “Anton, banyak yang pintar melayani tapi, tidak semua pintar menjaga hatinya” … Oh Wow! Pesan beliau itu begitu mind blowing dalam hati saya. Betul sekali!

Ingat, hati kita adalah tempat di mana Tuhan membentuk, memproses dan mengajar banyak dalam hidup ini tapi hati juga tempat sasaran iblis untuk menghancurkan hidup kita, membuat kita terus tidak bisa move on dari brokenness yang kita alami.

Yang pasti hatimu bukan tempat bermain iblis melemahkan imanmu. Hatimu adalah tanah yang subur untuk benih Firman Tuhan bertumbuh dalam hidupmu. Percayalah, perubahan hati kita akan mendatangkan perubahan dalam hidup kita.

Saya bersyukur kekayaan dalam Alkitab memberikan tuntunan untuk kita move on and overcoming our brokenness dan itu ada dalam Filipi 3:13-14 TB --Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Ada dua kata yang menarik perhatian saya yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dimana ini menjadi nasehat supaya hidup kita bisa terus maju dalam mengikut Kristus dan mengarahkan diri untuk kita memperoleh hadiah surgawi dalam hidup ini yaitu,

Saya sedang tidak berteori, walaupun saya terhitung masih muda, 40’ an hahaha, “please don’t call me om”, tapi saya bersama keluarga sudah melalui banyak hal yang tidak mudah. Dari Mama saya terkena sakit kanker stadium tiga, papa dan kakak saya meninggal sampai kalau Anda pernah mendengar lagu ‘Cinta dihatiku’ yang saya tulis, bersyukur lagu itu bisa menjadi berkat bagi banyak orang, tapi sebenarnya lagu itu lahir dari deepest pain dimana istri saya sempat mengalami keguguran dan lagu itu menjadi komitmen untuk kita mau mengikut Yesus disegala musim kehidupan.

“Melupakan yang dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku.”

Ps. Christine Caine pernah berkata, The blood of Jesus does not give us amnesia, but it does give us a life beyond our past and brokenness!

Ya… Darah Yesus tidak membuat kita amnesia sehingga lupa semua kejadian dan kesakitan di masa lalu, tetapi darah Yesus membuat kita bisa hidup dan berkemenangan atas segala masa lalu dan kesakitan kita.

Tapi, sekali lagi itu semua bukan karena kekuatan dan kesetiaan kita tapi justru karena kesetiaan-Nya yang membuat kami bisa tetap kuat dan bertahan. Oleh sebab arahkan pandanganmu pada Yesus. Jangan sekedar melihat terus apa yang orang lakukan pada hidupmu, tapi lihat apa yang sudah YESUS lakukan dalam hidupmu.

Jika kita tidak mau overcoming dengan segala kesakitan dan masa lalu kita, maka kita hanya membawa luka masa lalu ke masa depan kita.Ingat kita bukan hasil dari masa lalu, tapi hasil dari Salib Kristus.

Oleh sebab itu sadari ini,

This article is from: