2 minute read

Modal Utama Seorang Arsitek Dalam Era Youth Lifestyle

I N T E R V I E W

Ar. Aloysius Erwin Siahaan, S.T., IAI. AER Design Studio @erwin4rch | @aerdesignstudio

Advertisement

PENULIS CELICIA ANG EDITOR CINDY WIDJAYA

Ar. Aloysius Erwin Siahaan,S.T.,IAI. merupakan salah satu founder dari Biro AER Design Studio yang berbasis di Kota Surabaya. Biro tersebut didirikan sejak tahun 2004 dan menjadi sebuah Studio Desain Kreatif pada tahun 2013. Di Era saat ini, beliau sebagai arsitek muda Indonesia tertarik untuk mengamati Timeshift dari masa lalu hingga masa sekarang, dimana terjadi banyak perubahan yang signifikan dalam kehidupan. Perubahan ini merupakan dampak dari perkembangan teknologi yang memudahkan kehidupan dan memberikan efek instan dan cepat. Contoh sederhana, dalam “taking notes”, di zaman sekarang tidak memerlukan catatan untuk melakukannya, banyak orang mengambil foto dengan menggunakan smartphone mereka. Menurut Beliau, hal tersebut akan membawa generasi sekarang pada dunia yang lebih banyak pilihan dan waktu dibandingkan dengan generasi masa lalu. Hal lain juga dapat terlihat pada makna “bekerja” yang berkembang menuju partnership dan collaborative. Kantor-kantor berkembang menjadi “second family” tidak seperti kantor zaman dulu yang cenderung kaku.

Sebagai arsitek, kita juga memiliki peran di dalam perkembangan youth lifestyle. Arsitek akan terus belajar dan bertumbuh, belajar mengamati pergeseran kebutuhan dan kebiasaan-kebiasaan generasi muda masa kini, kemudian memformulasikannya dalam pola pikir desain terkini. Suatu hal yang pasti, dinamika youth lifestyle membutuhkan keterlibatan arsitek di dalam generasi muda itu sendiri. Sehingga, disinilah peran arsitek muda kita untuk menjembatani dan mentransformasi proses mendesain agar tetap up-to-date di dalam menjawab persoalan masa kini dan youth lifestyle.

Youth lifestyle terus berubah dari waktu ke waktu. Menurut beliau, benang merah tetap mengarah pada hal yang sama, yaitu efisiensi dan percepatan. Sebagai contoh pada zaman ini, meeting tergantikan dengan videocall (Zoom, Meet dan lain-lain) yang efisien dan meminimalisir pergerakan. Namun efisiensi dan percepatan ini sering menjadi dilema, dimana kemampuan arsitek untuk mengejar “kekinian” sering kali lebih lambat, dari pada perkembangan “kekinian” itu sendiri. Jadi menurut beliau, sebagai arsitek , kita sebaiknya “Never stop learning”.

Di dalam proses perancangan, yang juga diperlukan adalah “menikmati proses”.

“Di studio kami, proses perancangan selalu kami ibaratkan sebuah permainan. Setiap kali kita melakukan proses perencanaan, kita mencoba bermain dan melakukan pendekatan berbeda, dimana hasil nya kita rekam bersama untuk dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut. Setiap orang mendapat kesempatan untuk mengeluarkan ide, saling menambahkan, saling menyempurnakan. Sangat menarik melihat ide ide tersebut saling bertautan, berkembang, bergabung dengan ide ide rekan lainnya menjadi hal baru yang mungkin kita tidak menyangka sebelumnya.” , kata Erwin. Dengan sudut pandang tersebut, arsitek dapat menikmati proses perancangan dan menjadikan proses perancangan sebagai suatu hal yang menarik, hidup dan berkesan. Sehingga hasil akhir perancangan hanya sebagai “topping bunga” dari seluruh rangkaian proses tersebut.

Dengan kacamata selalu belajar tadi, arsitek akan selalu menemukan hal tertentu yang dapat diangkat dan tetap relevan dengan konteks youth lifestyle, sehingga arsitek dapat mengolah dan memaknai kembali hal lama, menjadi makna yang dan relevan dengan perkembangan waktu dan zaman.

Mood House, Surabaya Sumber: aerdesignstudio.com

This article is from: