Berlinalegate! EDISI FEBRUARI 2015
Redaksi Redaksi Redaksi Redaksi Pemimpin Umum Ary Sanjaya Pemimpin Redaksi Herman Wijaya Wapemred/ Redaktur Pelaksana Syamsudin N. Moenadi Reporter Nana, Sofyan Lubis, SH, Bob Rafeldi, Edo Dewan Redaksi Ary Sanjaya Herman Wijaya Syamsudin N. Moenadi Didang Prajasasmita NBY Matahati Kontributor Daerah M. Syafrin Zaini (Bandung) Damaringtyas B. Kurninda (Yogyakarta) Bambang S. (Surabaya) Design Grafis M. Ramdlan Nurrohman Fotografer HW, Rully Sayapkota Kehebohan terjadi setelah sutradara film Joko Anwar mengeluarkan kicauan lewat akun twitternya. Dalam akun twitternya Joko Anwar mengatakan, rencana Kementerian Pariwisata mengirimkan sepuluh orang untuk berpartisipasi dalam Berlin Film Festival dimanfaatkan pejabat untuk jalan-jalan. Menurutnya, bahkan orang-orang yang diberangkatkan tersebut tidak ada hubungannya dengan dunia perfilman tanah air. “Dari tahun ke tahun, kegiatan ke luar negeri untuk film (sektor lain kemungkinan besar juga sama) selalu dimanfaatkan oleh pejabat. Dimanfaatkan untuk kegiatan jalan-jalan bawa orang-orang yg sedikit atau malah tidak ada hubungannya dengan perfilman.” Begitu bunyi kicauannya. Semoga laporan kami dapat memberi gambaran yang lebih utuh tentang skandal Berlinale, yang secara sembrono kami sebut “Berlinalegate”, supaya terdengar keren dan spekatakuler, seperti skandal Watergate yang menjatuhkan Presiden Nixon atau Centurygate yang memakan korban beberapa pejabat Bank Indonesia.
Pemimpin Perusahaan Wijaya Saputra Keuangan Sri Purwati Distribusi Teuku Anwar Sadat Penerbit PT AHA KOMUNIKA Alamat Redaksi: Jl. Bangka 1 No.11 Pela Mampang Jakarta 12720 Telp. 021-717 907 36/38 Fax. 021- 717 929 13 email: filmplusindonesia@gmail.com www.filmplus.co
FEBRUARI 2015 | 2
Teras Teras Teras Teras Teras Teras
Berlinalegate!
T
idak mudah menentukan laporan utama sebuah majalah bulanan seperti Film Plus. Karena isyu yang diangkat pasti bukan hal baru. Kecuali hasil investigasi. Namun begitu bukan berarti kami diam atau tidak berani mengambil keputusan. Harus ada yang disiapkan untuk membuat laporan utama. Dari beberapa isyu perfilman yang sudah kami siapkan – tentunya dengan mengumpulkan data dan wawancara berbagai narasumber, akhirnya kami putuskan untuk mengangkat isyu perfilman yang menjadi topik hangat di awal Februari 2015 ini. Yakni tentang kegaduhan pekerja film Indonesia yang memprotes renacana Kementerian Pariwisata c/q Direktorat Pengembangan Industri Perfilman, untuk mengirimkan delegasi ke 65th Berlinale Film Festival. Isyu itu faktual, dan kemungkinan masih akan terus bergulir, walau pun Menteri Pariwisata Arief Yahya telah memberhentikan Ir. Armein Firmansyah dari jabatannya sebagai Direktur Pengembangan Industri Perfilman.
Masalahnya, kalangan pekerja film masih menuntut pejabat di atasnya, yakni Sekjen Ekonomi Kreatif Berbasik Seni Budaya Dr. Ahman Sya dan Sekjen Kementerian Pariwisata Drs. Ukus Kuswara. Keduanya dinilai tahu banyak tentang renacana kegiatan Berlinale dan pengiriman orangorang Indonesia ke berbagai kegiatan perfilman lainnya di luar negeri, selama ini. Kami akan terus mengikuti. Untuk laporan utama ini kami telah mewawancarai banyak narasumber, baik dari kalangan perfilman, maupun pejabat pemerintah yang mengurusi perfilman. Ir. Armein Firmansyah yang selama ini menutup diri, pun bersedia diwawancarai, walau melalui telepon. Semoga laporan kami dapat memberi gambaran yang lebih utuh tentang skandal Berlinale, yang secara sembrono kami sebut “Berlinalegate”, supaya terdengar keren dan spekatakuler, seperti skandal Watergate yang menjatuhkan Presiden Nixon atau Centurygate yang memakan korban beberapa pejabat Bank Indonesia. Huh lebay!
FEBRUARI 2015 | 3
Daftar Isi Daftar Isi Daftar Isi Daftar Isi Figur
8
Beny “Contoh” panjaitan
EKSPANSI KE AMERIKA HANUNG BRAMANTYO:
11
Isu Dunia Film
25
SAYA INI SEORANG CHEF! Curhat Insan Film di Depan Mendikbud
Kicauan Menguak tabir
Film Lokal 50 Mengapa komisi 1 dpr 27 This Is CINTA peduli dengan perfilman? CINTA SUCI TAK HARUS Pro-Kontra Pembangunan 29 DIBAWA MATI Gedung Kesenian Di Jabar
Kabar Film
Film Impor
16 59
Rekonsiliasi Ala Sang Pelari Maraton?
32
TUAN RUMAH DI LAYAR KECIL 34 MALAYSIA SURGA FILM INDONESIA Budaya
Isu Dunia Film
Destinasi
62
46
DEBUS KESENIAN BELADIRI ASLI BANTEN
KAWAH IJEN
TERJALNYA KEHIDUPAN PENAMBANG FEBRUARI 2015 | 7
Figur Figur Figur Figur Figur Figur Figu
Foto: Herman Wijaya
Beny “Contoh” panjaitan
Ekspansi
ke amerika FEBRUARI 2015 | 8
“Sekarang juga saya membuat sesuatu yang baru dan yakin tidak bisa dilakukan orang Lain”
Figur Figur Figur
T
ahun 2000-an Benny Siman juntak dikenal sebagai manajer artis se kaligus pencari bakat yang cukup terkenal. Bukan saja banyak melahirkan artisartis sinetron terkenal, tetapi juga dengan kontroversinya yang kerap menjadi pemberitaan. Lelaki kelahir di Medan, 4 September 1969 ini adalah seorang pemilik Sekolah akting, presenter dan Modeling Contoh Management, sebuah perusahaan Manajemen artis yang didirikan pada tahun 1998. Dia juga adalah paman dari Jonathan Frizzy. Artisartis terkenal dari Contoh Manajemen antara lain Indra Bruggman, Jonathan Frizzy, Nina Shaqi, Steve Emmanuel, Kinaryosih, Leony, dan Dhini Aminarti. Lama tidak kedengaran, tahu-tahu Benny muncul dengan berita mengejutkan. Dia tengah mengembangkan sayapnya ke pusat hiburan dunia Hollywood di Amerika Serikat. Tetapi jangan salah, yang dilakukannya bukanlah mendirikan sekolah akting, presenter atau modeling, melainkan membawa penyanyi-penyanyi muda Indonesia untuk dikembangkan di Amerika. Untuk itu ia menggandeng Ricahrd Rudolf dan Adam Berg, musisi dan produser film. Salah satu lagu karya Richard yang mendunia berjudul Loving You. Dan saat ini film Richard berjudul Whitney yang berkisah tentang kehidupan penyanyi terkenal Whitney Houston (almarhum). Rudolf juga telah mensupervisi musik untuk film-film Cocoon, Black Rain, Running Scared, Flatliners, The Black Dahlias dan banyak lagi. Ia juga tercatat sebagai Presiden Third Stone/ Atlantic Record, dan berpartner dengan aktor Michael Douglas. Sedangkan Adam Berg merupakan bintang yang sedang bersinar di dunia musik dan dikenal sebagai salah satu member dari Decoders, perusahaan musik yang berbasis di Los Angeles. Nama-nama seperti Joe Perry (Aerosmith), Greg Allman, Max Weinberd pernah ditanganinya.
Foto: Herman Wijaya
“Saya beruntung bisa bekerjasama dengan mereka, dan saya tidak keluar uang untuk kerjasama ini. Justru mereka yang meminta saya untuk membuat kontrak tak terbatas waktunya. Saya kira ini benar-benar anugerah Tuhan buat saya,” kata Benny Simanjuntak kepada Film Plus ketika ditemui di Exodus Lounge Jakarta beberapa waktu lalu. Benny menuturkan, pertemuannya dengan Adam berlangsung di Macau. Ketika itu ia mengundang untuk menonton penyanyi Indonesia yang sedang beraksi di Macau. “Dia menjadi surprise di sana. Dan dia tags ayah angkatnya Rudolf dan mengatakan saya sudah temukan orang yang bisa joint di Asia,” tutur Benny. Dari situ lahirlah ide untuk membuat ajang pencari bakat yang diberi nama Grammy Academy yang nanti punya license di indonesia. “Dan nanti ada Gramy Academy di Malaysia, Singapura, Korea Jepang dan se bgainya. Uniknya penyanyi akan dihandle oleh mereka, dan pemenangnya akan rekaman di amerika,” ujarnya. Menurut manajer artis bertangan dingin ini, dirinya ingin menjadi pionir dalam hal apa pun. “Dulu orang ke-
FEBRUARI 2015 | 9
tika orang masih berpikir membuat manajemen artis, saya membuatnya. Sekarang juga saya membuat sesuatu yang baru dan yakin orang adalah yang tidak bisa dilakukan orang.” Benny sengaja membawa pe nyanyi yang belum dikenal di Indonesia, untuk menunjukkan bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu yang menurut orang lain mustahil. Sebagai kalau penyanyi tekenal, menurutnya, gampang dilakukan. Dan sudah ba nyak penyanyi Indonesia yang punya uang bisa ke luar negeri dan bikin rekaman. Contohnya seperti Agnes Monica. Bisa membuat rekaman di luar negeri dan berkiprah serta menjadi terkenal di luar negeri adalah sesuatu yang berbeda. Apalagi di Amerika. Anggun C. Sasmi adalah penyanyi yang sangat terkenal di Eropah, tetapi tidak di Amerika. “Tapi kalau orang Indonesia punya hubungan dengan Hollywood, dan saya ajukan orang yang baru, masih muda, lalu bisa mendunia itu sesuatu yang luar biasa. Itu kan jadi suatu pembuktian.” Dalam dealnya dengan pihak Amerika, Benny dilarang untuk memilih-milih orang. Yang penting punya
Figur Figur Figur Figur Figur Figur Figu
“Pintu Asia dan Indonesia ke Amerika hanya lewat saya. Dalam kontrak disebutkan begitu. Jadi pintu orang mau hollywwod sudah gampang lewat saya” Foto: Herman Wijaya
suara bagus dan karakter unik. Tugasnya adalah mencari talenta berbakat di sini dan memberikan kepada mereka untuk berkiprah di Amerika, supaya Indoensia lebih dekat dengan Amerika di bidang entertain. “Pintu Asia dan Indonesia ke Amerika hanya lewat saya. Dalam kontrak disebutkan begitu. Jadi pintu orang mau hollywwod sudah gampang lewat saya. Mereka mau nya begitu. Saya tidak bayar apa pun. Itu yang buat saya langsung tanda tangan.” Untuk proyek pertamanya ini, Benny akan membawa dua artis muda
Tiatira dan Kelyn, yang sama sekali tidak dikenal di Indonesia. Kedua penyanyi itu terus dilatih bernyanyi dan memperdalam bahasa Inggris. Tanggal 5 Januari, keduanya sudah berangkat untuk rekaman ke Amerika. Ketika ditanya mengapa tidak membawa artis yang bisa berakting untuk mengadu nasib ke Amerika, karena Hollywood terkenal sebagai pusat industry film Amerika, Benny berkilah,”Sementara ini dulu. Untuk film itu kan harus jago akting, lancar berbahasa Inggris dan punya kemampuan lain. Di Amerika, kalau seseorang mau jadi artis, dia minimal harus
FEBRUARI 2015 | 10
punya tiga kemampuan: menyanyi, menari dan beladiri. Untuk akting itu lebih susah nembusnya.” Namun niat untuk membawa artis seni peran ke Amerika tetap punya kemungkinan. Karena kontrak Benny dengan pihak Amerika tidak terbatas. “Saya bilang musti ada batasnya dong. Dia (Rudofl) bilang enggak apa-apa, kamu kan tidak keluar uang. Dia kasih fee sama saya kalau ada pe nyanyi yang diterima. Kalau penya nyinya terkenal saya juga dapat fee,” tandas Benny yang telah tiga tahun membawa artis Indonesia ke ajang Asia Pasifik, tanpa bantuan satu sen pun dari pemerintah. (damai)
Figur Figur Figur Figur Figur Figur Figu
HANUNG BRAMANTYO:
“Saya Ini Seorang Chef!� Foto: Herman Wijaya
Nama Hanung Bramantyo boleh disebut sebagai sineas muda yang paling menonjol saat ini. Dari segi produktivitas, pencapaian prestasi di dalam negeri, maupun naluri bisnisnya, ia sudah jauh mengalahkan senior-seniornya yang masih ada seperti Slamet Rahardjo Djarot atau Garin Nugroho. Hanung juga memiliki kelebihan dibandingkan kedua seniornya itu. Hanung bisa membuat film yang memiliki nilai artistik tinggi, dan diminati oleh penonton. Alasan kedua itu tidak dimiliki oleh Garin Nugroho, yang pada tahun 90-an dikenal sebagai sineas muda paling menonjol.
FEBRUARI 2015 | 11
Figur Figur Figur Figur Figur Figur Figu
Foto: hanungbramantyo.net
B
eberapa film Hanung, seperti Get Merried dan Ayatayat Cinta, memperoleh penonton yang bagus. Ayatayat Cinta bahkan meraih 4 juta penonton. Rekor tertinggi pencapaian penonton film Indonesia selama ini. Namun banyak pula filmnya yang kurang mendapat hasil memuaskan di pasaran, meski pun secara artistik tidak perlu diragukan. Hijab film anyar yang disutradarainya, termasuk yang kurang mendapat hasil memuaskan. Padahal film itu banyak mendapat pujian dari banyak kritikus film, walau pun tidak sedikit yang mengkritiknya pedas, karena isinya terlalu bebas dalam memberi pandangan tentang pemakaian hijab, yang diwajibkan dalam Islam. Di film itu, selain menjadi sutradara, Hanung juga menjadi produser bersama isterinya, Zaskia Mecca. “Saya tidak tahu mengapa film itu kurang diminati. Tidak ada sekolahnya untukm embuat film laku. Kalau saya merasa penonton terjebak dalam hijabnya itu ya. Jadi hijab itu membuat segmen tertentu. Mereka yang tidak pakai jilbab mau nonton jadi males. Sementara itu mereka yang pakai jilbab, belum tentu mau menonton film itu karena film itu film komedi, bukan film religi yang seirus. Jadi mungkin agak berjarak,” analisa Hanung tentang “kegagalan” filmnya dari aspek pemasaran.
Sebagai sutradara Hanung merupakan sutradara yang memiliki gagasan berani. Cara berpikirnya out of the box. Beberapa filmnya menimbulkan kontroversi. Seperti film Tanda Tanya yang diprotes oleh sekelompok masyarakat. Akan tetapi Hanung tetap berjalan dengan keyakinannya, dan seolah kontroversi itu adalah bagian yang menjadi permainan dalam kiprahnya. “Yang jelas saya tidak menggunakana kontrversi sebagai strategi marketing. Buat saya film yang sukses itu yag tidak kontroversial. Lihat saja Laskar Pelangi, Habibie & Ainun, itu adalah film-film yang tidak kontroversial. Ada yang mengatakan saya menggungkana isyu-isyu kontroversial untuk mengangkat film saya, itu tidak benar sama sekali,” kata Hanung dalam wawancara dengan Film Plus. Menurutnya, mengapa dirinya dikesankan kontroversial, mungkin karena masyarakat sendiri yang menilai. Resisten, dan tidak menerima gagasan yg ditawarkannya. “Seperti dalam Tanda Tanya saya menawarkan gagasan Islam itu menjadi agama yang sangat menghormati pluralitas. Nah itu oleh teman-teman FPI tidak berkenan kemudian mereka minta agar film tidak ditayangkan. Terus dari Soekarno seperti itu. Soekarno bukan karena konten, tetapi persoalan legalitas antara Multivision dengan keluarga Ibu
FEBRUARI 2015 | 12
Figur Figur Figur Figur Figur Figur Figu
Foto: jeparahariini.com
“Yang jelas saya tidak menggunakana kontrversi sebagai strategi marketing. Buat saya film yang sukses itu yang tidak kontroversial.� Rahmawati. Jadi buat saya, tidak pernah menggunakan kontroversi sebagai bagian dari sebuah marketing.�
Naluri Bisnis Pemilik nama lengkap Setiawan Hanung Bramantyo, terlahir sebagai Anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Salim Purnomo dan Mulyani ini. Ia lahir di Yogya pada 1 Oktober 1975.
Sejak sekolah dasar sudah jatuh cinta dengan dunia teater. Pernah berkuliah sebagai mahasiswa ekonomi di Universitas Islam Indonesia dan mengundurkan diri lalu berkuliah di IKIP Yogyakarta dan lagi-lagi hengkang. Hanung pun pindah ke Jakarta dan melanjutkan pendidikannya di IKJ. Di IKJ, Hanung memulai debut karirnya lewat film pendek yang berjudul Tlutur di tahun 1998, yang bercerita tentang seorang penari yang harus kehilangan kakinya oleh karena ulah anggota komunis Indonesia, Hanung berhasil menang sebagai juara pertama di Festival Film Alternatif Jakarta. Lalu di tahun 2000, dia membuat FTV berjudul Topeng Kekasih sebelum akhirnya membuat FTV lain berjudul Gelas-gelas Berdenting (2001) dan menang juara ketiga dalam Festival Film Kairo yang ke-11. Awalnya FTV ini akan diangkat ke layar lebar, tapi karena beberapa tekanan yang didapatnya dari masyarakat Yogyakarta akhirnya niat itu urung direalisasikan. Film layar lebar pertamanya, Brownies (2004). Film Brownies pun berhasil memenangkan beberapa penghargaan di Festival Film Indonesia, salah satunya Sutradara Terbaik di tahun 2005. Sejak itu pula dia merilis beberapa film diantaranya di tahun 2005 CAS (Catatan Akhir Sekolah), Sayekti dan Hanafi dan Jomblo, di tahun 2006 Lentera Mer-
FEBRUARI 2015 | 13
Figur Figur Figur Figur Figur Figur Figu
Foto: dapurfilm.com
ah (film horor), di tahun 2007 Kamulah Satu-Satunya, Legenda Sundel Bolong, dan Get Married (Sutradara Terbaik di FFI, tahun yang sama). Sejak itu ia tercatat sebagai sutradra produktif, dengan membaut berbagai genre film. Namun demikian Hanung tidak ingin terpaku menjadi pekerja film. Ia ingin pula merasakan pahit getirnya menjadi pebisnis film. Itu dilakukan, antara lain dengan memborong pekerjaan pembuatan film. Melalui rumah produksi yang didirikannya, Dapur Film, ia mulai melakukan dealdeal pembiayaan produksi dengan produser – pemilik modal. “Jadi kita biasanya skemanya investor kepingin membuat film dan mengajak saya. Nah pertanyaannya film seperti apa yang akan kita kerjakan. Kalau filmnya cocok kita kerjakan. Nah investor itu memberikan dananya kepada saya. Nah pertanyaannya apakah saya sebagai apa di situ, apakah saya sebagai sutradara aja atau ikut memproduce. Di Hijab benar-benar mencari investor. Di film Tarik Jabrik kita prinsipnya borongan. Berapa dananya disepakati. Kita buatkan film. Mulai dari casting sampai pra produksi Dapur yang mengerjakan. Di film ini produksi ketiga dengan Grup Mahaka, joint production.”
Sebagaimana umumnya bisnis, pasang surut selalu ada. Artinya, ada untung, kadang rugi. Menurut Hanung, bisa menguntungkan kalau di lapangan bisa efektif dan efisien, tidak terkendala hujan. Tetapi kalau over budget , akan rugi. Rumah produksinya sempat rugi sampai 600 juta ketika membuat film Janda Kembang. Dan dalam film Ayah Mengancam, rugi sekitar 200 – 300 juta rupiah. “Kita hampir bangkrut waktu itu karena proyek borongan seperti itu, karena manajemen kita tidak kuat, sehingga ada loss di lapangan. Mismanajemen, ya udah over.” Ketika membuat film Habibie Ainun Dapur Film dan MD Production menggunakan system royalty, “Jadi kita mengerjakan borongan, kemudian kita mendapatkan keuntungan dari borongan itu. biasanya tidak besar, dapat 10 persen dari keuntungan saja luar biasa itu. Royalty itulah yang kita cari sebenarnya. Ketika kita membuat film yang bagus, filmnya jadi box office, ya kita dapat royalti. Seperti Habibie - Ainun itu kita dapat royalty yang luar biasa. Lumayan,” ungkap Hanung, seraya mengakui hasil royalty itu antara lain dijadikan modal untuk membuat film Hijab.
“Mau dimainkan oleh siapapun itu belakangan. Tapi yang pertama konsepnya apa, genrenya. Itu dulu”
FEBRUARI 2015 | 14
Figur Figur Figur Figur Figur Figur Figu
Foto: WEB
Dalam membuat film, tutur Hanung yang pertama dibahas adalah tentang ide dan genre film. Baginya soal penentuan pemain datang belakangan. “Mau dimainkan oleh siapapun itu belakangan. Tapi yang pertama konsepnya apa, genrenya. Itu dulu. Kalau itu sesuai dengan apa yang saya mau, saya mau ngerjain.” Di Dapur Film sendiri sudah dibentuk tim yang akan mengerjakan proyek-proyek yang datang. Selain Hanung, ada beberapa orang sutradara yang bergabung. Kebanyakan berasal dari kotanya, Yogyakarta. Nah setiap ada tawaran yang datang, Langsung dibicarakan bersama. “Misalnya ada genre film silat, saya tanya dulu, diterima atau tidak. Siapa yang mau pegang, film religi siapa yang mau pegang. Tapi yang jelas untuk yang saya sutradarai sendiri, saya pasti akan memilih.” Membuat film, diakui, sebagai jalan hidup yang sudah dipilihnya. Dia mengaku tidak bisa melakukan pekerjaan lain selain membuat film. “Film adalah hidup saya. Saya
bisa hidup bisa punya passion karena film. Saya tidak bisa bekerja selain membuat film. Bahkan saya tidak bisa bekerja menjadi sutradara sinetron. Tidak bisa. Menjadi sutradara iklan juga tidak. Saya hanya bisa membuat film. Film adalah bagian dari hidup saya yang harus saya pertahankan saya perjuangkan yang saya harus upayakan terus menerus, baik sebagai sutradara maupun sebagai produser,” tandasnya. Sebagai sineas, Hanung juga tidak ingin egois dengan membuat film hanya untuk kepuasan pribadi. Karena ia sadar, membuat film itu mahal, dan harus ditonton orang supaya modal yang sudah dikeluarkan bisa kembali. “Saya hanya ingin melayani penonton. Resultnya adalah dapat penonton banyak. Bahwa saya dapat penghargaan itu bonus. Tapi yang penting adalah penonton. Saya adalah seorang chef. Ketika masakan saya dapat memuaskan konsumen saya merasa bangga. Merasa bahagia,” katanya. (hw)
FEBRUARI 2015 | 15
Isu Dunia Film
Kicauan Menguak tabir FEBRUARI 2015 | 16
Foto: Dudut Suhendra Putra
U
dara dingin sekitar minus 4 sampai 3 derajat Celsius yang mengepung kota Berlin saat ini gagal dinikmati oleh sekitar 15 orang anggota delegasi yang akan meramaikan booth Indonesia di 65th Berlinale Film Festival. Baju hangat dan perlengkapan lain untuk melawan udara dingin terpaksa dikeluarkan lagi dari koper yang sudah dipak rapi. Niat untuk hadir di festival bergengsi sekaligus melihat keindahan kota yang di masa perang dingin dulu pernah terbelah dua itu berantakan,
menteri Pariwisata Arief Yahya memerintahkan agar keberangkatan delegasi Indonesia ke ajang tersebut dibatalkan. Pembatalan dilakukan setelah rencana itu menjadi topik hangat di dunia perfilman. Sejumlah orang film mempertanyakan nama-nama yang masuk dalam daftar, dan mengecam jajaran kementerian yang bertanggungjawab terhadap perfilman, khususnya Direktorat Pengembangan Industri Film, yang dinilai tidak transparan. Kehebohan terjadi setelah sutradara
FEBRUARI 2015 | 17
film Joko Anwar mengeluarkan kicauan lewat akun twitternya. Dalam akun twitternya Joko Anwar mengatakan, rencana Kementerian Pariwisata mengirimkan sepuluh orang untuk berpartisipasi dalam Berlin Film Festival dimanfaatkan pejabat untuk jalan-jalan. Menurutnya, bahkan orang-orang yang diberangkatkan tersebut tidak ada hubungannya dengan dunia perfilman tanah air. “Dari tahun ke tahun, kegiatan ke luar negeri untuk film (sektor lain kemungkinan besar juga sama) selalu
Isu Dunia Film
Foto: Dudut Suhendra Putra
dimanfaatkan oleh pejabat. Dimanfaatkan untuk kegiatan jalan-jalan bawa orang-orang yg sedikit atau malah tidak ada hubungannya dengan perfilman.” Begitu bunyi kicauannya. Bak petasan cabe yang gampang meledak, kicauan itu dengan cepat tersambut di kalangan perfilman. Ketua BPI Kemala Atmojo ikut mempertanyakan kegiatan yang tidak dikoordinasikan dengannya itu. Maklum Tugas utama lembaga ini adalah menyelenggarakan festival perfilman Indonesia. Selain itu, BPI juga akan difasilitasi negara untuk melakukan festival film baik, di dalam maupun di luar negeri. Perlu diketahui, pembentukan BPI ini merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman. “Coba aja lihat, siapa namanama yang berangkat itu. Ada nama yang diakui sebagai artis, sebagai
““Dari tahun ke tahun, kegiatan ke luar negeri untuk film selalu dimanfaatkan oleh pejabat.”
FEBRUARI 2015 | 18
sutradara, tapi kita tidak kenal. Ini kegiatan akal-akalan. Tapi sutradara yang filmnya masuk nominasi di Berlin, malah tidak diongkosin,” kata Kemala. Menurut Kemala, ada empat sineas muda yang wajib hadir di Berlinale 2015 ini karena filmnya masuk nominasi. Salah satunya adalah Wregas Bhanuteja mahasiswa FFTV IKJ yang filmnya, Lembusura (2014) masuk nominasi dalam ajang Berlin International Film Festival (Berlinale) 2015. Nama lainnya adalah Aidya Ahmad, Loeloe Hendra, dan Rasidin. Mereka sudah mengajukan permohonan bantuan kepada Direktorat Pengembangan Industri Film untuk biaya keberangkatan ke Berlin, tapi ditolak. Akhirnya pihak BPI mengusahakan, dan dapat membantu dana untuk dua orang. “Pemerin-
Foto: Herman
“Coba aja lihat, siapa nama-nama yang berangkat itu. Ada nama yang diakui sebagai artis, sebagai sutradara, tapi kita tidak kenal.” Foto: Dudut Suhendra Putra
tah benar-benar geblek, yang patut dibantu malah diabaikan. Tapi ada nama-nama yang kita tidak kenal di dunia film, malah diberangkatkan. Akhirnya kita usahakan dana, dan dua orang bisa kita bantu,” kata Kemala. Bukan hanya Kemala, aktor Tio Pakusadewo bahkan menyatakan akan datang bersama kalangan insan film ke Gedung Film di Jl. Haryono MT untuk menyatakan sikap dan menggelar jumpa pers, pada tanggal 4 Januari 2015. Dan seperti yang disebutkan dalam undangan kepada wartawan, sekitar pukul 14.00 satu persatu insan film berdatangan. Setengah jam kemudian berlangsung acara tatap muka antara sejumlah insan film dengan jajaran pejabat Direktorat Pengembangan Produksi Film, yang dipimpin oleh Direktur Film, Armein Firmansyah. Nampak beberapa Kasubdit di jajarak Direktorat Perfilman dan sejumlah staf.
Sedangkan insan film yang hadir adalah aktor Reza Rahdian, sutradara film Cahaya Dari Timur Angga Dwi Sasongko, Aktris Terbaik FFI 2014 Dewi Irawan, beberapa sineas muda seperti Anggi Umbara, penata music Embie C Noer, Ketua BPI Kemala Atmojo dan beberapa anggota BPI lainnya, dan beberapa insan film lain. Belakangan muncul sutradara John de Rantau, artis Wulan Guritno, Prisia Nasution, Rio Dewanto dan isterinya artis Atikah Hasiholan. Direktur Film Armein Firmansyah yang berada di depan seperti sedang memimpin sidang, duduk bersebelahan dengan Ketua BPI Kemala Atmojo. Meski dekat keduanya jarang bertatapan atau menunjukkan sikap akrab. Kemala tak pernah menengok ke samping untuk melihat Armein, meski pun Armein selalu berusaha
FEBRUARI 2015 | 19
tersenyum. Pandangan Kemala selalu lurus ke depan, kadang dengan dua tangan menekan pipinya, seolah ingin berbicara. Kemala baru terlihat bergerak ketika berbicara. Armein mengawali pen jelasannya dengan mengata kan bahwa Indonesia ke Berlinale untuk mengikuti European Film Market (pasar film). Karena itu Direktorat Film lalu mengirimkan surat ke PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia) untuk menanyakan apakah mau ikut serta atau tidak. Ternyata PPFI bersedia untuk mengirimkan sekitar 4 – 5 judul film, dan memberikan tiga nama sebagai anggota delegasi. “Jadi kami mengirimkan dua nama, tiga dari PPFI, dan sisanya sepuluh orang dari EO,” jelas Armein. Untuk mengikuti kegiatan di Berlin, pihak EO membayar sendiri, tidak menggunakan anggaran negara. “Nanti ada hitung-hitung annya tersendiri,” kilah Armein. Mengenai nama-nama yang berangkat dan profesinya disebutkan sebagai aktris, aktor atau pengamat film, dicantumkan hanya untuk kepentingan mengurus visa. Dalam nota dinas kementerian
Isu Dunia Film
Foto: Dudut Suhendra Putra
Wulan Guritno:
“Mereka berkepenti ngan apa untuk berangkat ke sana dan kemudian dicarikan kenapa diijinkan. Ini sama juga dengan uang negera dan sama juga uang rakyat,”” tentang nama-nama delegasi yang akhirnya bocor ke public setelah ditwit oleh Joko Anwar, nama-nama yang akan berangkat ke Berlin adalah: Armein Firmansyah (Direktur Film), Harry Simon (Pengurus Persatuan Perusahaan Film Indoensia/ PPFI), Evy Hapsiah Salampessy (Sekretaris PPFI), Sarah Astriani (Aktris), Waliana Ahmad May (aktris), Subagyo Hutapea (aktor), Ronggur Kurnia Oloan Nasution (Komunitas Film), Andi Umi Pratiwi (Staf Direktorat Film), Tini Afianti (Pengamat Film). Dan seorang wartawan, yang tidak masuk dalam daftar juga akan diberangkatkan ke Ber-
lin. Kepada seorang wartawan lain Armein menjelaskan tentang alasasan pengiriman wartawan tersebut. Sebagian nama yang masuk dalam daftar, menurut berbagai kalangan, memang sangat asing. Nama Sarah Astriani dan Waliani Ahmad May misalnya, selama ini kurang dikenal sebagai artis. Namun menurut sumber, kedua nama itu, termasuk wartawan dari sebuah harian di Semarang, merupakan orang-orang yang kerap diberangkatkan kementerian Parekraf untuk mengikuti ajang perfilman di luar negeri. “Sarah dan Waliana juga pernah ikut ke Cannes dan Los Angeles. Wartawan itu juga pernah meliput di Cannes, Berlin, dan Los Angeles. Kalau tidak salah ini untuk kedua kalinya dia berangkat ke Berlin,” kata sumber. Pengiriman beberapa nama itulah yang membuat pekerja film meledak. “Mereka berkepentingan apa untuk berangkat ke sana dan kemudian dicarikan kenapa diijinkan. Ini sama juga dengan uang negera dan sama juga uang rakyat,” kata aktris Wulan Guritno. Ketua PPFI HM Firman Bintang yang dihubungi via telepon
FEBRUARI 2015 | 20
membantah mengirimkan namanama lain selain pengurus dan Sekretaris PPFI. “Kita cuma ngasih nama Harry Simon (Bendahara PPFI) dan Evy (Sekretaris PPFI). Siapa sih yang tidak kenal Harry Simon? Dan Evy itu dikirim untuk jaga booth. Siapa yang mau jaga booth, duduk terus seharian. Evy itu udah biasa,” kata Firman. PPFI sendiri sebetulnya sudah menyatakan tidak bersedia untuk ikut. Waktu pertemuan dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya, sepuluh hari sebelum kasus ini terungkap, PPFI sudah memberitahukan bahwa PPFI tidak akan ikut. Bahkan untuk kegiatan perfilman lain di luar negeri, dihapuskan saja. Kecuali untuk Hongkong Filmart yang sudah dekat waktunya, dan secara budaya dekat dengan kita. “Tapi waktu kita ke luar, ada yang nyusulin. Katanya kegiatan di Berlin tidak bisa dibatalkan karena sudah bayar. Karena sudah bayar ya sudah kita kasih nama. Kan sayang,” tutur Firman. Yang menarik dari kasus ini bukan hanya soal pengiriman nama-nama, yang menurut kalangan pekerja film tidak jelas. Tetapi soal dana yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan tersebut yang mencapai Rp. 1,5
Foto: Dudut Suhendra Putra
milyar. Dalam ketentuan, penggunaan anggaran pemerintah di atas Rp.200 juta harus melalui mekanisme lelang yang diumumkan di LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Nah, pengeluaran anggaran Rp.1,5 milyar untuk mengikuti Berlinale cukup mengagetkan, mengingat sudah ada instruksi dari Sekretariat Negara, bahwa untuk kementerian atau lembaga pemerintah yang meng alami perubahan nomeklatur, tidak bisa menggunakan anggaran selain untuk gaji dan kegiatan rutin. Menurut Kasubdit Pemasaran Direktorat Perfilman Sigit Widyanto, dalam pertemuan dengan pe kerja film, kalau tidak ada nomenklatur hal ini tidak jadi masalah. Karena ada perubahan nomenklatur di mana Direktorat pariwisata dan ekonomi kreatif itu bubar, ada ketentuan dari Dirjen Anggaran bahwa semua anggaran yang kementeriannya berubah, tidak cair anggarannya. Makanya pihak Direktorat mengalami kesulitan ketika ada undangan dari festival berlinale. “Nah ketika itu terjadi maka pak direktur berusaha menemui pak dirjen yang dalam hal ini bertindak sebgai KPA yaitu Kuasa penguna anggaran. Jadi kuasa pengguna anggaran dalam Direktorat Jendreal adalah pak dirjen. Dengan lobi-lobi tertentu sampai ke
DPR, maka diketoklah anggaran bisa turun,” kata Sigit. Pernyataan Sigit disanggah oleh Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya (EKBSB) Dr. Ahman Sya. Ketika bertemu Film Plus di Satay House Senayan Cabang Kebon Sirih, Minggu (8/2), Ahman menegaskan bahwa pegangannya adalah edaran dari Kementerian Keuangan melalui Dirjen Anggaran yang menyatakan bahwa bagi kementerian dan lembaga pemerintah yang mengalami perubahan nomenklatur, yang boleh itu hanya untuk gaji dan operasional. “Pejabat pemerintah tidak diperbolehkan bekerjasama dengan pihak ketiga kalau tidak ada lelang dan kontrak,” kata Ahman Sya. Kesalahan Armein Firmansyah sebagai pejabat negara adalah meng adakan kerjasama dengan pihak ketiga tanpa kontrak. Karena pelanggaran itu, tanggal 5 Februari Armein Firmansyah diperiksa oleh inspektorat dan Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) selama 12 jam. Hasilnya, Armein dinilai telah melakukan pelanggaran etik. Penilaian Baperjakat lalu diberikan kepada Menteri Pariwisata, dan oleh Menteri diambil keputusan Armein Firmansyah diberhentikan dari jabatannya sebagai Direktur Pengembangan Produksi Perfilman. “Tidak ada pelanggaran pidana di sini, tetapi hanya pelanggaran etik. Makanya Pak Armein hanya diberhentikan dari jabatannya, bukan diber-
FEBRUARI 2015 | 21
hentikan sebagai PNS,” ujar Ahman. Armein Firmansyah sendiri seperti jatuh tertimpa tangga. Sudah diberhentikan dari jabatannya, dia harus mengganti pula kerugian pihak EO yang telah mengeluarkan uang untuk membayar booth dan tiket pesawat yang sudah dipesan. “Yang jelas tidak ada uang negara yang digunakan sesenpun. Itu tanggungjawab mantan Direktur Perfilman,” tandas Ahman Sya. Meski pun Armein Firmansyah telah dilengserkan, sebagian pekerja film tetap tidak puas. Pada hari Sabtu (7/2) mereka mengadakan unjuk rasa ke kantor Kementerian Pariwisata di Jalan Merdeka Barat Jakarta, sambil membacakan pernyataan menuntut Dirjen EKBSB dan Sekjen Kementerian Pariwisata Drs. Ukus Kuswara mundur. “Senin besok kami akan menyerahkan surat pernyataan kami ke menteri, meminta kedua pejabat itu mundur,” kata sutradara Ody C Harahap yang ikut dalam unjuk rasa itu. Terkait tuntutan mundur terhadap dirinya, Dr. Ahman Sya mengatakan, hal itu sah-sah saja di jaman demokratisasi seperti sekarang ini. “Tapi selama ini saya sudah transparan dan siap mempertanggungjawabkan pekerjaan saya. Bagi pegawai negeri yang mundur atau dituntut mundur, berhenti atau diberhentikan, ada mekanismenya. Tidak semudah itu,” katanya. (herman wijaya)
Isu Dunia Film
R
encana pengiriman delegasi Indonesia untuk mengikuti Berlinale Film Festival ke-65, akhirnya menjadi isyu penting di perfilman belakangan ini. Menurut kalangan pekerja film, ada ketidakberesan yang harus dijelaskan, dan berlanjut dengan tuntutan agar pejabat penting di Kementerian yang mengurus perfilman mundur. Versi pemerintah, ada pelanggaran etik, dan pejabat yang bertanggung- jawab telah diberhentikan dari jabatannya. Berikut pendapat mereka tentang kasus Berlinale, atau kita sebut saja “Berlinalegate”.
Kata Mereka Tentang “Berlinalegate”
Ir. Armein Firmansyah, MT
(ex) Direktur Pengembangan Produksi Perfilman
S
ebenarnya kita di Berlinale itu ikut di European Film Market (pasar film). Itu pemasaran film. Nah Kami disurati bulan November oleh panitia di sana. Akan ikut atau tidak. Itu belum saya jawab-jawab.
Dengan adanya pergantian kementerian program itu belum bisa jalan. Makanya kami belum bisa jawab. Tapi kami janjikan kami tetap akan ikut dalam kegiatan tersebut. Mereka mengatakan, kalau booth mau diambil,
FEBRUARI 2015 | 22
Anda harus menandatangani kontrak. Nah saya lalu memberanikan diri, dan menandatangani kontrak dengan panitia di sana. Kontrak saya tandatangani, dan pembayarannya diminta segera. Nah, anggaran tidak bisa ke luar. Saya menjanjikan, mungkin tanggal 30 januari ada perubahan anggaran. Karena waktu sudah mendesak ini kalau tidak jadi, DP 50 persen tadi akan hilang… nah kita kebingungan ini. Setelah kami koordinasi dengan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) segala macam, ini harus jalan katanya. Sebenarnya surat yang dipublish itu, surat untuk pembuatan visa. Ada nama si A nama si B. Itu intinya. Karena ditanya statusnya apa, kami mohon maaf, kami sebut pengamat film, aktor film…Tapi setelah ada masukan, saya membatalkan diri pribadi saya. Tetap ada orang kita berangkat, untuk mengurus administrasi di sana. Ke kedutaan, segala macem. Kalau tidak ada yang ngurus siapa yang ngurus itu nanti.
Sebetulnya kalau tidak ada perubahan nomenklatur hal ini tidak jadi masalah. Karena ada perubahan nomenklatur di mana Direktorat pariwisata dan ekonomi kreatif itu bubar, ada ketentuan dari Dirjen Anggaran bahwa semua anggaran yang kementeriannya berubah, tidak cair anggarannya. Makanya kita mengalami kesulitan ketika ada undangan dari Festival Berlinale. Nah ketika itu terjadi maka pak Direktur berusaha menemui Pak Dirjen yang dalam hal ini bertindak sebgai KPA yaitu Kuasa Pengguna Anggaran. Jadi kuasa pengguna anggaran dalam Direktorat Jendreal adalah pak dirjen. Dengan lobi-lobi tertentu sampai ke DPR, maka diketoklah anggaran bisa turun untuk Berlinale ini.
WULAN GURITNO (AKTRIS)
Foto: WEB
Foto: Herman Wijaya
Foto: Herman Wijaya
Sigit Widyanto
Kasubdit Pemasaran Direktorat Pengembangan Produksi Perfilman
HM. FIRMAN BINTANG
KETUA Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) Sepuluh hari sebelumnya di depan Menteri saya sudah mengatakan, PPFI tidak mau lagi mengikuti kegiatan-kegiatan di luar negeri, kecuali Hong Kong Filmart yang memang sudah dekat waktunya, dan secara budaya dekat dengan kita. Untuk kegiatan yang lain dihapuskan sajalah. Lebih baik dana yang besar itu digunakan untuk pendidikan film bagi anak-anak muda yang potensial. Waktu itu menteri menyatakan oke kita batalkan. Tetapi begitu saya ke luar ruangan, ada yang mengatakan kepada saya, pak itu tidak bisa dibatalkan karena boot sudah kita bayar. Nilainya sekitar 50 juta rupiah. Saya pikir sayang juga. Kalau begitu sudah, kita kirim film dan nama yang akan ikut. PPFI cuma mengirim dua nama, sisanya saya tidak tahu.
“Mereka berkepentingan apa untuk berangkat ke sana dan kemudian dicarikan kenapa diijin kan. Ini uang negara dan sama juga uang rakyat.� Foto: Dudut Suhendra Putra
FEBRUARI 2015 | 23
REZA RAHADIAN (AKTOR) EO ini kalau tidak salah Barokah nama nya yang sangat buruk dalam mengurus FFI kemarin. Apa kepentingan EO untuk datang ke booth. Jadi jelas siapa yang berangkat, kepentingannya apa, saya jadi bingung, kenapa mereka harus berangkat. Selalu kami-kami mungkin yang justru sudah berangkat ke sana justru sulit sekali untuk mendapatkan dana 10 juta rupiah. Uang saku pun sulit pak.
PRISIA NASUTION (AKTRIS) Berlinale dan beberapa festival besar itu kan setiap tahun sudah ada anggarannya. Di awal tahun dong pak. Apa aja nih. Otomatis Berlinale atau apa saja sudah diajukan anggarannya ke permintah untuk turun. Kalau uang EO yang nanti enggak dibayar. Jadi uang Berlinale itu lepas ke mana. Nah anggaran untuk Berlinale kalau EO tidak dibayarin, buat apa pak? Sekarang booth sudah pasti ada. Dan (bapak bilang) silahkan pake, ya kita bagaimana berangkat ke sananya?
Isu Dunia Film Angga Dwimas Sasongko (SUTRADARA) Setiap festival film internasional yang diikuti delegasi Indonesia mengatasnamakan pemerintah, itu pasti duit silumannya banyak. Dan itu yang saya lihat terjadi terus menerus. Kalau dulu saya maafkan, sekarang saya minta pertanggungjawaban anda yang membuat kebijakan. Tanggung jawab kepada 16 orang yang anda pilih. Kenapa mengatasnamakan perfilman Indonesia, itu adalah sebuah kriminalitas. Artinya persoalan ini tidak selesai dengan kata maaf. Karena duit yang Anda sikat bukan duit yang sedikit.
Foto: Herman Wijaya
Foto: Herman Wijaya
Foto: Dudut Suhendra Putra
Dr. AHMAD SYA. Dirjen EKBSB
KEMALA ATMOJO
KETUA BADAN PERFILMAN INDONESIA
Foto: Herman Wijaya
Angga Dwimas Sasongko SUTRADARA
Saya bilang ini memalukan. Di mana kegiatan pemerintah berkalikali salah koordinasi. Seharusnya pemerintah berkoordinasi dengan BPI, tetapi tidak. Pertama di MIPCOM sekarang di Berlinale. BPI sebagai stakeholder perfilman tidak pernah diajak bicara, tapi selalu ke PPFI. Dari kegiatan yang sudah diikuti selama ini apa saja yang sudah dilakukan, dan bagaimana hasilnya, dan mana reportnya kepada masyarakat perfilman.
Yang dipersoalkan adalah nama-nama delegasi ke luar negeri. Saya juga tidak tahu. Yang bikin bingung kenapa tidak berkomunikasi dengan BPI meski pun orang BPI tidak diberangkatkan. Karena secara undang-undang, itu adalah salah satu tugas BPI mengadakan festival di luar negeri. Logika umum mestinya kalau pemerintah itu ya berkomunikasi dengan badan yang diakui undang-undang. Kita tentu saja yang membawahi stakeholder, akan mencari menyelidiki apakah yang dilaporkan teman-teman ini sudah abuse of power. Apakah ini melanggar azas keterbukaan, keadilan dan keseteraan yang melanggar UU PNS. Tentu saja akan kita selidiki terlebih dahulu. Kita tidak terburu-buru mengejas begitu.
FEBRUARI 2015 | 24
Tidak ada sepeser pun kerugian uang negara. Uang negara Rp 1, 5 milyar tetap utuh, tidak ada yang dikeluarkan, tidak ada proses lelang dan tidak ada penunjukan. Dan program yang ke Berlin itu dibatalkan oleh pak menteri. Alasan pembatalan: karena ijin Seskab belum turun, setelah dilakukan audit oleh inspektorat ditemukan kesalahan prosedur, yaitu bertemu dengan pihak ketiga. Kalau untuk pelaksanaan program pemerintah kan tidak boleh ada kerjasama dengan pihak ketiga. Tetapi intinya, kalau pun ada kerjasama dengan pihak ketiga, tidak melibatkan dan menggunakan anggaran pemerintah. Maka konsekwensinya Direktur Perfilman diberhentikan sebagai Direktur Pengembangan Produksi Film Indonesia. Segala kerugian yang ditimbulkan akibat kegiatan ini, menjadi tanggungjawab pribadi mantan Direktur Perfilman. (hw)
Isu Dunia Film
CERHAT INSAN FILM DI DEPAN MENDIKBUD I
ni memang peristiwa lama. Tapi masih relevan untuk diangkat. Tanggal 16 Desember 2014 lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengundang sejumlah insan film ke kantornya. Ada 40 nama yang diundang, yang terdiri dari kalangan sineas, komunitas film, organisasi film, produser dan mereka yang dianggap berpengaruh di bidang perfilman. Dalam pertemuan itu nampak hadir Wakil Gubernur Jabar yang juga dikenal sebagai actor dan produser film Deddy Mizwar, Ketua PPFI Firman Bintang, Ketua GPBSI Djoni Syafruddin, Ketua Sinematek Indonesia Adisurya Abdy, produser film Chand Parwez Servia, Ody Muya Hidayat dan Ram Soraya, Ketua Senakki Akhlis Suryapati, sutradara Lasya Sutanto, Zairin Zain dan Aditya Gumay, aktor kawakan Slamet Rahardjo, Didi Petet dan Ninik L Karim, penggiat film Noto Bagaskoro. Sineas muda seperti Riri Riza, Hanung Bramantyo, Ifa Isfansyah, dan Angga Dwimas Sasongko, termasuk Lola Amaria, Nia Dinata dan penulis Ahmad Fuady serta Salman
Aritsto juga termasuk dalam daftar yang diundang, tapi tidak hadir. Artis senior Christine Hakim sempat hadir, tetapi setelah pamit ke kamar kecil, tidak kembali lagi ke ruang pertemuan. Film Plus mendapat info beberapa anggota BPI dan insan film muda secara terpisah telah lebih dulu sowan ke Mendikbud. Mereka ogah bergabung dalam pertemuan itu. Dalam kesempatan tersebut Menteri Anies Baswedan yang didampingi Dirjen Kacung Maridjan memberi kesempatan kepada insan film untuk menyampaikan berbagai persoalan yang dihadapinya selama ini, serta saran yang ingin disampaikan kepada pemerintah. Produser film Chand Parwez Servia memaparkan, bahwa yang menghidupkan industri film saat ini adalah film impor. Ketua PPFI Firman Bintang mengatakan bahwa sebenarnya Menteri sudah tahu persoalan perfilman, karena selama ini sering bertemu dengan Slamet Rahardjo. Persoalan saat ini, menurut Firman, adalah anjloknya pasar film. Dari 100 judul film yang diproduksi, cuma 20 judul yang berhasil baik. Sisanya hancur. “Kita sudah sering
FEBRUARI 2015 | 25
Isu Dunia Film “Alangkah tidak adilnya bangsa ini kepada generasi muda kita di daerah yang ingin belajar film” Foto: Herman Wijaya
mengadakan pertemuan seperti ini, saya harap pertemuan ini jangan hanya basa-basi, harus ada tindak lanjutnya. Untuk memperbaiki pasar film, yang harus dilakukan adalah membina penonton film, supaya penonton, terutama generasi muda memahami dan menyayangi film nasional. Hal itu dikatakan oleh Ketua Senakki Akhlis Suryapati. Senakki adalah organisasi film yang menaungi Kine Klub di Indonesia. Sedangkan Adisurya Abdi meng kritik ketidakpedulian pemerintah terhadap arsip film. Selama ini Sinematek tidak memiliki dana yang memadai untuk merawat perpustkaan maupun film-film yang ada. Padahal hamper 70 persen film nasional yang diproduksi sejak tahun 1937 tersimpan di Sinematek. “Karena sulitnya dana, kita pernah tidak mampu membayar iuran keanggotaan arsip film internasional,” kata Adi. Penggiat film Noto Bagaskoro menyampaikan persoalan yang dihadapi oleh para pembuat film dokumenter, yang tidak memiliki akses untuk menjual film mereka. Televisi tidak mau menayangkan film dokumenter, karena hanya mengejar rating. “Saya pernah membuat film tokoh-tokoh bangsa seperti Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir dan banyak lagi. Tapi yang mau diterima oleh tivi
swasta cuma dokumenter tentang Soekarno. Yang lain dianggap sulit mendapat rating. Padahal membuat documenter tokoh itu penting untuk mengingatkan generasi muda akan tokoh-tokoh nasional,” kata Noto Bagaskoro. Aktor kawakan Didi Petet me nyampaikan tentang sedikitnya jum lah sekolah film yang ada di Indonesia, sehingga anak-anak muda yang ingin sekolah film harus datang jauh-jauh ke Jakarta. “Alangkah tidak adilnya bangsa ini kepada generasi muda kita di daerah yang ingin belajar film,” kata Didi. Anak muda merupakan pewaris masa depan perfilman di Indonesia. Karena itu Slamet Rahardjo menyampaikan, agar persoalan perfilman hari ini diserahkan kepada anak-anak muda. Kelemahan yang terdapat dalam Undang-undang No.33 tahun 2009 tentang perfilman juga disampaikan oleh insan film dalam pertemuan itu. Hal itu antara lain disampaikan oleh Ketua GPBSI Djoni Syafruddin, Deddy Mizwar dan Zairin Zain. Lahirnya Badan Perfilman Indonesia (BPI) juga merupakan amanat UU No.33 Tahun 2009. Dulu ada Dewan Film Nasional, yang kemudian berganti nama menjadi Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N). Badan yang me
FEBRUARI 2015 | 26
rupakan perwakilan dari stake holder perfilman itu berfungsi sebagai thing tank pemerintah di bidang perfilman. Badan itulah yang memberi masukan kepada pemerintah tentang persoalan perfilman. “Kalau ada lembaga seperti itu, Pak Menteri enggak usah repotrepot mengadakan acara seperti ini. Cukup minta masukan BP2N, yang merupakan perwakilan stake holder perfilman. Kalau sekarang BPI mau ngundang stake holder perfilman, siapa yang mau datang?” kata Deddy. Menanggapi masukan orang film, Mendikbud Anies Baswedan mengatakan bahwa pemerintah serius terhadap perfilman. Boleh saja pertemuan itu dianggap basa-basi, tapi pemerintah serius. Sebagai bukti keseriusan pemerintah, Mendikbud segera akan mengambil Direktorat Film berada di bawah naungan nya, dan akan menyerahkan penanggung jawabnya kepada orang yang benarbenar memahami perfilman. “Nanti pejabat eselon duanya harus orang yang benar-benar memahami perfilman. Nah, jabatan itu akan kita lelang,” kata Mendikbud Anies Baswedan. Pertemuan itu sudah ber lang sung hampir tiga bulan. Dan sampai saat ini belum ada tindaklanjut nya. Ataukah pertemuan itu memang hanya basa-basi seperti yang dikatakan Ketua PPFI Firman Bintang ketika itu? Walahuallam. (herman wijaya).
Isu Dunia Film
Mengapa
Komisi I DPR
Peduli Dengan Perfilman? S
elasa, 20 Januari 2015 lalu Komisi I memanggil Panitia Seleksi (Pansel) yang bertugas memilih anggota Lembaga Sensor Film (LSF) mendatang. Pemanggilan itu cukup mengejutkan, mengingat LSF yang merupakan bagian dari perfilman, bukan ranah Komisi I. Karena film menurut Undang-undang No.33 tahun 2009 tentang perfilman berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), maka mitranya adalah Komisi X DPR. “Ini jelas sesuatu yang mengejutkan, sekaligus mengkhawatirkan. Ada apa dengan Komisi I? Mengapa komisi yang ruang lingkupnya meliputi Pertahanan, Luar Negeri dan Informasi, tiba-tiba perduli dengan perfilman?� kata Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) Kemala Atmojo. Kemala menenggarai, Definisi film akan dikembalikan menjadi produk komunikasi massa sebagai hal utama, dan perfilman kembali akan ditarik ke ranah politik. Dengan begitu, pemerintah kembali dapat mengontrol perfilman seperti di masa Orde Baru. Dalam UU No.33 tahun 2009 memang film sebagai media komunikasi massa juga disebutkan. Tetapi itu berada di bawah point yang menyebutkan film sebagai karya seni budaya.
FEBRUARI 2015 | 27
Isu Dunia Film Sejarah pernah mencatat, di masa Orde Baru perfilman berada dalam cengkeraman pemerintah. Melalui Departemen Penerangan yang dipimpin oleh Jenderal Ali Moertopo yang menjadi Menteri Penerangan, selama bertahun-tahun perfilman berada dalam kontrol pemerintah, sampai akhirnya masa gelap itu berakhir setelah Gus Dur menjadi presiden, dan Departemen Penerangan dibubarkan. Ketika berada di bawah Departemen Penerangan, pengontrolan sangat ketat. Untuk membuat film harus ijin. Cerita dan skenario diperiksa oleh Deppen. Bahkan judul film pun harus mendapat persetujuan. Banyak film yang dipaksa berganti judul; ditolak ijin produksinya, atau dilarang beredar dan bahkan ditarik dari peredaran, kalau tidak sesuai selera penguasa. Meski pun sudah menjadi rahasia umum, banyak pejabat di Departemen Penerangan yang memanfaatkan aturan itu dengan, antara lain, ikut nimbrung sebagai penulis skenario. Entah benar-benar
keliru tentang hasil pemilihan Pansel LSF. Komisi I mempersoalkan, mengapa komposisi anggota LSF terpilih didominasi oleh kalangan pemerintahan. Versi DPR, anggota LSF mendatang yang berjumlah 17 orang, 12 di antaranya diisi oleh wakil dari pemerintahan. “Saya bilang informasi itu salah. Yang benar 12 gabungan dari organisasi masyarakat dan kalangan perfilman, 5 dari pemerintahan. Wakil pemerintah berasal dari Kementerian Pendidikan (1 orang) dan Kebudayaan (1), Kominfo (1), Badan Ekonomi Kreatif (1) dan Kementerian Agama (1)”. Djoni Syafruddin menuding nyasarnya pembahasan tentang LSF ke Komisi I karena dibawa oleh anggota LSF lama yang tidak lolos seleksi. Memang dari 45 anggota LSF yang ada, hanya beberapa orang yang lolos. Salah satu yang tidak lolos adalah Anwar Fuadi, yang dikenal juga sebagai Ketua Parsi. Dialah yang membawa masalah ini ke Komisi I. “Saya bilang kepada Komisi I, kalau Anwar Fuadi tidak puas, tanyakan dong ke Sekjen Kemendikbud
“pembahasan tentang LSF ke Komisi I karena dibawa oleh anggota LSF lama yang tidak lolos seleksi. Memang dari 45 anggota LSF yang ada, hanya beberapa orang yang lolos” menulis atau sekedar mencantumkan nama, yang jelas namanya tercantum sebagai penulis skenario. DPR memang bukan pemerintah. Namun tetap saja harus diwaspadai, jika Komisi I yang peduli dengan perfilman. Komisi I telah memasukan pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) tentang revisi UU No.33 tahun 2009 tentang Perfilman, dalam agenda Prolegnas (program legislasi nasional). “Kok sekarang film di Komisi I. Sensor ini bagian dari perfilman. Apakah perfilman ini masuk Komisi I semua. Kalau ini dilakukan kita kembali ke jaman orde baru,” tandas Ketua Gabungan Perusahaan Bioskop Indonesia (GPBSI) Djoni Syafruddin, SH, yang hadir bersama beberapa anggota Pansel LSF lain dalam acara dengar pendapat dengan Komisi I. Dalam Pansel Anggota LSF, yang dibagi menjadi tiga komisi: A, B dan C, Djoni Syafruddin memimpin Komisi C. Pemanggilan Pansel LSF ke Komisi I DPR, konon terkait adanya isyu-isyu yang tidak beres dalam pemilihan anggota LSF. Menurut Djoni, Komisi I mendapat informasi yang
mengapa dia tidak lolos. Atau silahkan berdebat dengan saya, dan Komisi I DPR sebagai wasitnya,” tandas Djoni. Djoni menambahkan, jika Komisi I peduli dengan perfilman, sebaiknya mulailah bersama-sama memikirkan grand strategy perfilman untuk 25 tahun ke depan. Bukan ingin mengacak-acak anggota LSF yang sudah dipilih oleh Pansel. Karena proses seleksinya juga memakan waktu yang lama, delapan bulan. Kalau dipersoalkan lagi, pembentukan anggota LSF terancam molor. Padahal sejak UU No.33 tahun 2009 lahir, pembentukan LSF sesuai undang-undang tidak pernah berjalan. “Saya lihat anggota Komisi I seperti ingin melakukan fit and proper test. Mereka tidak paham. Ini kan bukan fit and proper test. Mereka hanya menjalan-kan undangundang. Kalau mau itu ya undang-undangnya diperbaiki,” tegas Djoni. Terkait dengan tudingan terhadap dirinya, Anwar Fuadi yang coba dihubungi lewat telepon tidak menjawab. Dan sms yang dikirimkan pun tidak dibalas. Mungkin dia lebih tertarik membawa nasibnya di LSF ke ranah politik. (hw)
FEBRUARI 2015 | 28
Isu Dunia Film
Foto: Darsono
Pro-Kontra Pembangunan Gedung Kesenian di Jabar B erawal dari ide Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz), untuk membangun gedung kesenian bertaraf Internasional disambut gembira oleh sebagian masyarakat Jawa Barat. Kegembiraan tersebut tampak terlihat dari rawut muka oleh sejumlah para inohong pelaku seni ditataran pasundan. Terlebih Walikota Bandung Ridwan Kamil (RK) menyambut baik. Betapa tidak, karena selama ini menurut Walikota Bandung yang akrab disapa RK Bandung sebagai Kota yang banyak menelorkan para artis dan seniman papan atas
belum ada gedung kesenian yang presentatif. Berangkat dari situlah ide orang kedua di pemerintahan provinsi Jawa Barat juga sebagai pemeran si Naga Bonar tersebut banyak direspon oleh para inohong. Namun, akhir-akhir ini ide cemer lang Demiz, banyak menuai perotes dari elemen masyarakat pendidikan. Pasalnya pembangunan gedung kesenian dan budaya berkelas internasional tersebut akan mengambil alih Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK). Otomatis rencana tersebut menimbulkan pro-kontra dikalangan pemerintahan provinsi Jawa Barat.
FEBRUARI 2015 | 29
 Komisi V DPRD Jabar secara tegas meminta pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk segera menarik surat permohonan pengosongan dan penyerahan asset di jalan Pahlawan no 70 tersebut, yang kini masih dipergunakan Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK) serta SMK PU Jabar dan melakukan kaji ulang atas rencana mengalih fungsikan peruntukannya. Karena pengalih fungsi lahan harus ada persetujuan dari Menteri Keuangan RI. Menurut Ketua Komisi V DPRD Jabar, Agus Welliyanto, SH, merujuk Surat Keputusan Menteri
Isu Dunia Film
“Dewan mensinyalir, alih fungsi asset, tentunya tidak terlepas dari kepentingan KSO yang dibelakangnya ada Ahok” Keuangan tanggal 5 Feb 2001 No 55 /KMR.03/2001 Pasal 5 disebutkan, bahwa tanah yang diberikan dengan Hak Pakai maka apabila akan dialihkan/ dipindahkan haknya kepada pihak lain harus dimintai izin terlebih dahulu kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan harus mendapat persetujuan Menkeu RI. Komisi V mendukung Pemprov Jabar untuk membangun gedung Pusat Promosi Kesenian dan Ke budayaan Jawa Barat, tapi tidak sependapat dengan cara melakukan penggusuran dan pengosongan ge dung BPPTKPK serta SMK PU Jabar, karena gedung tersebut masih dipergunakan sebagai tempat praktek siswa SMK Negeri maupun swasta, ada SMK PU Jabar; sebagai tempat pelatihan Guru Kejuruan; tempat magang SMK dan juga tempat magang Mahasiswa teknik. Hal ini dikatakan Ketua Komisi V DPRD Jabar Agus Welliyanto didampingi Wakil Ketua Yumanius Untung dan beberapa orang anggota Komisi V dalam acara rapat dengar pendapat terkait Surat permohonan pengosongan asset Pemprov di Jalan Pahlawan no 79 Bandung.
Foto: Darsono Keterangan Gambar: Komisi V DPRD Jabar gelar pertemuan dangan Biro PBD dan Disdik Jabar terkait pengosongan asset di jalan Pahlawan No 70 Bandung
Dalam pertemuan tersebut, pihak Pemprov Jabar diwakili Kepala Biro Pengeloaan Barang Daerah Muhammad Arifin, Kabag PBD Diding dan Suhara. Selain itu dari turut hadir juga Sekretaris Disdik Jabar Karyono, Kaasubag Umum Disdik Mulyana. Anggota Komisi V dr Ikhwan Fauzi mengatakan, persoalan pengo songan asset jalan Pahlawan No 70, sangat menyakitkan hati dunia pendidikan. Karena asset tersebut sedang dipergunakan untuk kebutuhan pendidikan, kok malah diminta dikosongkan. Dewan mensinyalir, alih fungsi asset, tentunya tidak terlepas dari kepentingan KSO yang dibelakangnya ada Ahok yang siap mengkomersilkan asset tersebut. Ikhwan juga mempertanyakan, alasan pemprov Jabar menganggarkan dalam APBD 2015 untuk pemindahan barang dan orang, sementara belum ada persetujuan dari Menteri Keuangan. Untuk itu, Komisi V akan menelusuri asal-usul pengganggaran. Mensikapi pertanyaan dari kalangan Komisi V DPRD Jabar, Kepala Biro PBD Muhammad Arifin mengatakan,bahwa kajian sementara soal rencana pembangunan gedung pusat promosi kesenian dan kebudayaan Jabar sudah dilakukan,
FEBRUARI 2015 | 30
maka dalam APBD jabar dianggarkan dana untuk sewa (mengkoskan) siswa sebasar Rp.2,3 miliyar untuk 10 bulan dan untuk penyimpanan barang/ sewa gudang sebasar 1,9 milyar. Arifin juga mengatakan, sesuai dengan rencana, bahwa pihak Disdik Jabar harus sudah mengosongkan asset di jalan Pahlawan no 70 paling lambat bulan April, karena pada Juni akan segera dilakukan pembangunan. Jadwal ini, ditetapkan oleh Biro PBD Setda Jabar berdasarkan hasil rapat dengan Biro terkait, ujarnya. Kabiro PBD M Arifin tidak mampu memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan anggota Komisi V, sehingga disepakati dan diputuskan, akan diadakan rapat kembali. Agus Welliyanto mengatakan, Kabiro PBD bukan pejabat yang berwenang dalam mengambil keputusan, untuk itu, Komisi V akan mengagendakan ulang pada Kamis (5/2) dengan mengundang, Sekda, Asisten terkait, Biro terkait dan Disdik Jabar. Dewan ingin pejabat yang kita undang dapat hadir semua, agar ditemukan solusi terbaik, harapan kita dunia pendidikan tidak terganggu, pembangunan gedung pusat promosi kesenian dan kebudayaan Jabar dapat berjalan,tandasnya. (az/id)
Natural Dead Sea Mud-face & Body Mask Laut Mati yang terletak di Yordania-Israel, terkenal sebagai tujuan wisata yang diminati dunia. Kandungan kadar garam Laut Mati diketahui 9 kali lipat dibanding laut lain, sehingga Laut Mati terkenal pula sebagai tempat terapi berbagai masalah kulit, tulang dan darah. RL Natural Dead Sea Mask adalah produk kesehatan dan kecantikan alami yang bersumber murni dari Lumpur Laut Mati.
Masker Lumpur Laut Mati Yordania Sangat Efektif untuk: - Membasmi Jerawat - Menghilangkan Flek - Mengencangkan Kulit - Menghaluskan Kulit - Mengangkat Sel Kulit Mati - Melancarkan Peredaran Darah - Mengobati Memar dan Luka Terbakar - Menghilangkan pegal-pegal - Mengobati gatal-gatal atau alergi
Masker RL Mengobati biang keringat dan kulit kusam
Mengurangi kantung mata dan mengecilkan pori-pori
Mengobati gatal-gatal atau alergi, dan aman untuk anak-anak
Ratna Listy
Untuk informasi & pemesanan hubungi: RATNA LISTY - 0811832561
Kabar Film Kabar Film Kabar Film
Tuan Rumah di Layar Kecil FEBRUARI 2015 | 32
Kabar Film Kabar Film Kabar Film “Pendirian RMI terinspirasi dari beberapa bioskop di negara lain yang mendedikasikan layar mereka dikhususkan untuk memutar satu genre film tertentu”
A
ntara pembuat film dan pemilik bioskop sejatinya harus membina hubungan harmonis, karena keduanya saling membutuhkan. Istilah kerennya harus terbentuk simbiose mutualisme: hubungan saling menguntungkan. Sebab film tanpa bioskop atau sebaliknya, sama saja bohong. Mau ditonton di mana film yang sudah dibuat dengan susah payah dan biaya yang mahal. Tetapi memang hubungan produser dengan bioskop tidak selamanya mulus. Bioskop memang menyediakan tempat agar produser bisa mempertunjukan filmnya. Tetapi pertanyaannya, film seperti apa? Tidak semua film bisa dipertunjukkan di bioskop. “Yah, paling tidak harus sesuailah dengan standar bioskop. Jangan film untuk standar televisi, seperti telesinema dipaksain masuk ke bioskop. Kalau begitu ya kita tolak,” kata Corporate Secretary XXI Grup, Catherine Keng kepada Film Plus, beberapa waktu lalu. Hubungan bioskop dengan pembuat film – tepatnya kelompok insan film tertentu -- pernah mengalami titik nadir, ketika film Langitku Rumahku (karya Eros Djarot) tahun 1981, diturunkan dari layar bioskop, walau pun baru satu hari main di bioskop. Menurut pihak bioskop (Grup 21), karena film tidak berhasil meraup batas minimal penonton, atau yang waktu itu disebut dengan TOF (Take Over Figure), yakni 125 penonton dalam sekali pertunjukan. Yang menurunkan memang bukan pemilik bioskop, melainkan PT Perfin. Tetapi Perfin tidak berdiri sendiri. Lembaga yang mengatur peredaran film di Indonesia waktu itu, konon mendapat tekanan yang kuat dari pemilik bioskop. Penurunan film itu lebih kental pada aroma “permusuhan” antara pemilik jaringan bioskop 21 yang berada di bawah Grup Subentra, dengan Eros Cs yang kerap mengkritik dominasi Grup Subentra terhadap perfilman di Indonesia, khususnya dalam menangani film impor yang sangat mengganggu perkembangan film Indonesia. Di era reformasi setelah Perfin dibubarkan, juga masih banyak film yang tidak bisa main di bioskop, baik karena tidak mendapatkan jadwal tayang atau memang tidak layak main di bioskop. Sutradara
FEBRUARI 2015 | 33
Foto: maxrest
Kabar Film Kabar Film Kabar Film
Arya Kusumadewa pernah membawa filmnya Beth keliling ke kampuskampus untuk dipertontonkan, karena tidak bisa main di bioskop. Rudy Sudjarwo juga melakukan hal yang sama dengan filmnya Bintang Jatuh dan Tragedy (R.O.C). Ke depan, persoalan-persoalan itu mungkin tidak akan pernah terjadi lagi. Jum’at (30/1), jaringan bioskop Blitz Megaplex memberikan sebuah layar di Blitz Megaplecx Pacific Place Jakarta, khusus untuk film Indonesia. Pendirian Arthouse – Rumah Film Indonesia (RMI) itu merupakan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial) Blitz Megaplex. Pendirian RMI terinspirasi dari beberapa bioskop di negara lain yang mendedikasikan layar mereka dikhususkan
untuk memutar satu genre film tertentu, dan diharapkan penonton memiliki pilihan tontonan yang beragam. RMI mendedikasikan satu layar berkapasaitas 128 penonton di Auditorium 6 Blitz Megaplecx Pacific Place Jakarta. “Kami memberikan layar bioskop ini khusus untuk film Indonesia. Baik film-film yang dibuat untuk tujuan komersil maupun film-film khusus,” kata Dian Sunardi, Humas Blitz Megaplex. RMI itu diresmikan pemakaiannya oleh Komisaris Blitz Megaplex Bernard Kent Sondakh, dan ditandai dengan pemutaran film dokumenter berjudul Nyalon karya Ima Puspita Sari dan film pendek berdurasi 12 menit karya Nia Dinata berjudul Gaun Pengantin. Hadir dalam kesempatan tersebut Mendiknas Anies Baswedan,
FEBRUARI 2015 | 34
Ketua Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Direktur Film Armen Firmansyah dan beberapa insan film. Selain itu diberikan juga secara simbolis sertifikat rekor MURI oleh Jaya Suprana kepada Blitz Megaplex. Mendikbud Anies Baswedan dalam sambutannya mengatakan pendirian RMI merupakan langkah pen ting untuk menjadikan film Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menurutnya perlu kerja dua pihak: di satu sisi para sineas semua yang terlibat dalam proses produksi perfilman ditantang untuk bisa menghasilkan produk-produk film yang memang sesuai dengan harapan masyarakat. Di sisi lain kita harus menyiapkan tempat-tempat yang setara.
Kabar Film Kabar Film Kabar Film
Foto: web
“Pilihan ini bukan hanya soal pasar, ini adalah sebuah komitmen untuk menunjukkan bahwa kita memilih apa yang dibuat sineas untuk dipertunjukkan di bioskop-bioskop kita. Ini pilihan yang sangat penting,” katanya. Kepada kalangan dunia usaha Mendikbud juga mengirimkan pesan, bahwa selain mengelola bottom line agar positif, tetapi juga keberpihakan. Menurut Anies, keberpihakan ini bukan pilihan netral, melainkan tidak netral. Harus obyektif tapi tidak netral. “Jangan netral menyaksikan kompetisi yang sekarang. Melihat kompetisi yang seperti ini harus ada keberpihakan. Jadi yang dilakukan oleh adalah mengambil keberpihakan kepada Indonesia. Ini adalah pesan
yang harus diterima oleh kalangan dunia film,” tandas Anies. Produser dan sutradara film Nia Dinata mengatakan, selama ini bioskop tidak pernah mau memutar film pendek dan sebagainya. Dengan adanya art house (Rumah Film Indonesia) peluang setiap film yang ditayangkan menjadi lebih besar. Pokoknya saya senang-senang aja. Dan sudah saatnya memang kita harus punya arthouse, karena tiap negara punya arthouse. Kok Indonesia baru sekarang,” katanya. Baginya tidak ada masalah tempat untuk memutar film nasional – baik film mainstream maupun sidestream – hanya berukuran kecil dan terbatas seperti yang diberikan Blitz Megaplex. “Yang penting filmku
FEBRUARI 2015 | 35
itu bisa bertahan lebih lama di bioskop walau sedikit, daripada main di banyak tempat tapi sebentar,” kata sutradara film Berbagi Suami itu. RMI diharapkan dapat memberikan tempat untuk film Indonesia, baik film baru maupun film-film khusus yang pernah menang di berbagai festival film, baik dokumenter maupun film pendek. Selain itu RMI juga memberikan kesemaptan kepada sineas-sineas muda yang karyanya belum pernah ditayangkan sebelumnya. Mungkin yang perlu dipikirkan adalah, bagaimana agar film-film yang ditayangkan dapat “restu” dari Lembaga Sensor Film. Karena filmfilm khusus biasanya memiliki adegan, dialog maupun pesan khusus pula. Entah kalau LSF sudah berganti baju. (herman wijaya)
Kabar Film Kabar Film Kabar Film
Malaysia
Foto: WEB
Surga Film Indonesia A khirnya sampai juga di tanah Malaya Oktober 2014 di terminal super mewah Kuala Lumpur Airport (KLIA). Terik matahari menyengat, 32 derajat celcius. Welcome to Malaysia, bunyi kalimat yang dipampang besar-besar di Low Cost Carier Terminal (KLIA). Sungguh lancar, dalam hal antrian cap imigrasi. Perkara yang selama ini dirasakan sungguh bikin repot, yakni pengambilan bagasi, tuntas kurang lebih 10 menit saja. Mulus, tenang, tanpa gangguan “porlep” (porter lepas). Usai bersantap siang dengan menu khas Malaysia Nasi lemak seadanya tidak membuat lelah menyusuri jalan yang sangat luas. Rasa keingin tauannya akan Negara Jiran ini kami bertolak menuju IOI Mall sekedar ingin cuci mata. Jaraknya tak jauh dari pusat kota, Bandar Puchong Jaya,
Batu no 9, Puchong 47170 itulah tempat dimana pusat belanja, lengkap dengan bioskop film. Kali ini rasanya ingin mencoba melihat film garapan Malaysia. Bioskop Malaysia juga banyak dikunjungi oleh pasangan muda mudi layaknya di Indonesia. Yang membuat saya terheran karena banyaknya film-film Indonesia yang justru sering ditayangkan diseluruh bioskop dan televisi Malaysia. Rupanya film Indonesia sangat diminati juga oleh masyarakat Melayu. Pada saat itu, film yang laris dan disukai oleh orang Malaysia adalah film “Negara Tanpa Telinga” karya sineas muda Lola Amaria ini bergendre drama komedi. Film yang berdurasi 110 menit ini yang diproduserin oleh Lola Amaria sendiri menyindir para koruptor Indonesia yang banyak terjerat skandal
FEBRUARI 2015 | 36
Kabar Film Kabar Film Kabar Film
Foto: nana
seks. Ya, kita patut berbangga dengan Indonesia karena karya dibidang film rupanya diminati oleh negeri Jiran. Pandangan miring mengenai Indonesia yang termasuk Negara pengekpor TKI terbesar ini tak melulu negative. Sekarang bukan hanya pengirim tenaga kerja ke negari jiran, namun juga karya film garapan Indonesia juga menjadi angin surga bagi penduduk Malaysia. Lihat saja setiap hari tangan televisi di Malaysia selalu dihiasi oleh film atau sinetron Indonesia.
“MALAYSIA tidak akan menghambat arus film Indonesia masuk ke Malaysia, meski sempat banyak menuai protes dari actor asal Malaysia�
Malaysia Tak Hambat Arus Film Indonesia Mengapa film Indonesia laris di pasaran Malaysia? Jumlah penduduk Malaysia diperkirakan mencapai 30 juta jiwa sedangkan Indonesia sekitar 250 juta jiwa, perbedaan yang sangat fantastik, jadi wajar saja jika Indonesia banyak menghasilkan karya-karya yang positive dari segi perfilman karena hasil karya tangan Indonesia bisa dinikmati oleh ratusan juta jiwa di Inonesia dan siap di jual ke negeri tetangga. Mengingat biaya pembuatan
film mencapai trilyunan rupiah tak membuat para production house kapok membuat karya karya film baru. Sedangkan Malaysia yang berpenduduk lebih sedikit dari Indonesia tak punya nyali besar sering produksi film, disamping penduduknya sedikit juga menghabiskan biaya yang tak murah. Dengan itu Malaysia sering mengimpor film atau sinetron dari Indonesia karena dengan mengimpor film dari Negara lain maka tak butuh banyak biaya buat produksi. Tak heran jika Film Indonesia di Malaysia lebih populer, bisa menghasilkan 2 juta ringgit (sekitar Rp 6miliar) padahal penduduknya hanya 30 juta. Makanya Malaysia adalah Negara ke-2 menarik profit dari penjualan karya film. Menteri Komunikasi Malaysia Datuk Seri Ahmad Shabery Cheek pernah mengungkapkan negaranya tidak akan menghambat arus film Indonesia masuk ke Malaysia, meski sempat banyak menuai protes dari actor asal Malaysia. Dengan mudah masuknya karya film Indonesia ke negeri jiran itu ditakutkan karya film sendiri tak laku di pasaran, antusiasme masyarakat Malaysia mengenai film Indonesia menyambut dengan positive.
FEBRUARI 2015 | 37
Kabar Film Kabar Film Kabar Film “Sejak dulu hingga sekarang Malaysia selalu terbuka terhadap film negara luar, walaupun ada disuarakan dari film Malaysia terlalu banyaknya film Indonesia ke Malaysia,” kata Datuk Seri kepada pers di Kuala Lumpur beberapa waktu yang lalu. Banyaknya protes dari pemain film asal Malaysia mengenai mudahnya arus film dari indonesi masuk ke
Malaysia membuat film lokal sendiri mati dipasaran. Dengan itu menteri komunikasi memberikan filter juga terhadap film Negara lain yang masuk ke negeri Jiran. Meski film luar bebas masuk kenegaranta, Datuk Seri Ahmad mengatakan ada kriteria juga film Indonesia masuk ke Malaysia, ada ber bagai syarat, karena Malaysia masih
memperhatikan aspek moral dan agama. Jangan harap anda bisa melihat adegan sensual yg terlalu fulgar karena akan di sensor. Dari segi pemakain kostum pemain film tidak boleh terbuka, tentunya jika mau film Indonesia layak booming di negeri jiran tentunya yang membawa misi norma agama dan moral pastinya akan lolos sensor.
“ada kriteria juga film Indonesia masuk ke Malaysia, ada berbagai syarat, karena Malaysia masih memperhatikan aspek moral dan agama” Foto: WEB
Daftar Film Indonesia yang Laris di Malaysia
Daftar film ini menjadi sorotan tajam masyarakat Malaysia karena memiliki cerita yang menarik dan unik untuk di tonton, tak jarang film-film ini yang sudah ditayangkan di bioskop seluruh Malaysia dan juga di televisi Malaysia. Negeri Tanpa Telinga Film yang bergendre drama ini menjadi film kesayangan di hati orang Malaysia. Pemutaran film ini serentak di bioskop Malaysia. Tak hanya di biosko tapi juga di televisi Malaysia. Film yang mengandung unsur politik ini rupanya memiliki nilai moral yang tinggi, sehingga disukai oleh Malaysia.
FEBRUARI 2015 | 38
Gerimis Mengundang
The Witness
Film Garapan pertama Kofi Malindo adalah ‘Gerimis Mengundang’ yang mulai diputar di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Gerimis Mengundang’ yang diinspirasi lagu dengan judul yang sama ini dibintangi Kamal Adli dari Malaysia dan Olivia Jansen dari Indonesia. Film yang mengambil lokasi di sejumlah tempat di Kinabalu dan Sabah, Malaysia serta Jakarta itu berkisah mengenai perjalanan cinta singkat antara Zamani (Kamal Adli) dengan Mikha (Olivia Jensen Lubis). Zamani adalah pilot helikopter yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Mikha, anak seorang pejabat Konsulat Jenderal Indonesia di Malaysia. Film ini mendapat sambutan baik dari masyarakat Malaysia karena dengan film ini hubungan antara Indonesia dan Malaysia yang sempat meregang menjadi harmonis kembali.
Film Indonesia yang juga mendapat sambutan hangat di negara tetangga, adalah The Witness, film bergenre thriller. Film yang disutradarai Muhammad Yusuf ini sudah ditayangkan untuk umum. Film untuk 18 tahun ke atas ini bercerita tentang seorang wanita bernama Angel (Gwen Zamora) yang dihantui mimpi aneh. Ia bermimpi ada pemuda mencoba bunuh diri dengan menembakkan senjatanya sendiri ke mulut.
Ayat-Ayat cinta Film Ayat-ayat cinta adalah sebuah film Indonesia karya Hanung Bramantyo yang ditayangkan di Malaysia dibintangi Oleh Fedi Nuril,
Rianti Cartwright, Carisa Putri, Zaskia Adya Mecca dan Melanie Putria. Film ini memang cocok di tonton di negeri Jiran, mengingat Negara tersebut menganut hukum islam yang kental.
Laskar Pelangi Laskar Pelangi yang disambut baik di Indonesia juga memdapat sambutan positif di dunia luar negeri. Film yang diadopsi dari novel laris karya Andrea Hirata dengan judul yang sama juga menjadi salah satu film yang diputar di Malaysia. Penenayangkan film tentang mimpi 10 anak di desa terpencil dalam mengenyam pendidikan tersebut mendapat sambutan yang baik.
FEBRUARI 2015 | 39
Lovely Man Lovely Man merupakan film Indonesia yang masuk nominasi Osaka Asian Film Festival, film dari Indonesia ini merupakan hal yang istimewa karena setiap tahun Festival Film di Osaka hanya memilih satu film dari masingmasing negara peserta. Tak hanya di Osaka mendapat nilai plus namun Film yang di sutradarai Teddy Soeriaatmadja ini pun mampu menyedot cukup banyak penonton di negeri Jiran. Film ini pada dasarnya merupakan film keluarga yang menceritakan hubungan ayah dan anak yang sudah lama tidak saling bertemu.
Kabar Film Kabar Film Kabar Film
Dalam film ini disajikan sosok anak yang santun, berjilbab dan seorang lulusan pesantren, yang akhirnya bertemu dengan sang ayah yang bergulat dengan hidup yang keras sebagai waria di Ibukota Jakarta.
Denias, Senandung di Atas Awan Film yang disutradari oleh John de Rantau dan diproduksi pada tahun 2006 ini, dibintangi oleh Albert Thom Joshua Fakdawer, Ari Sihasale, Nia Zulkarnaen dan Marcella Zalianty. Film ini juga berhasil masuk seleksi panitia Piala Oscar tahun 2008. Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak suku pedalaman Papua yang bernama Denias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seluruh setting lokasi dilakukan di pulau Cendrawasih ini. Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias. Sebuah film yang harus ditonton oleh mereka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang dapat membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang tidak
masuk akal. Dalam film ini juga dapat kita lihat keindahan provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya. Film unik ini juga di putar di bioskop Malaysia.
Meraih Mimpi (Sing to the Dawn) Meraih Mimpi adalah film animasi Indonesia yang telah ditayangkan ke sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, Timur Tengah, dan Rusia. Film ini merupakan film animasi tiga dimensi musikal pertama di Indonesia yang mengisahkan perjuangan kakak-adik, Dana dan Rai, dalam
mempertahankan desa mereka yang hendak dihancurkan kontraktor bangunan. Untuk diketahui, Meraih Mimpi dikerjakan oleh 100 animator lokal dari rumah produksi yang bermarkas di Batam dengan biaya produksi mencapai US$ 5 juta. Ide cerita diambil berdasarkan novel karya penulis Singapura, Minfong Ho, dengan judul Sing to the Dawn. Bukunya ditulis pada 1970-an dan menjadi literatur wajib di Singapura. Pemutaran perdana film ini bahkan bukan di Indonesia, melainkan di Singapura. (Nana)
Meraih Mimpi dikerjakan oleh 100 animator lokal dari rumah produksi yang bermarkas di Batam dengan biaya produksi mencapai US$ 5 juta FEBRUARI 2015 | 40
Agenda Agenda Agenda Agenda
Foto: Herman Wijaya
Dian Pelangi, Barli, dan Zaskia Sungkar ke
T
New York
Fashion Week
iga disainer muda Indonesia Dian Pelangi, Barli Asmara dan Zaskia Sungkar akan berangkat ke Amerika, untuk mengikuti New York Fashion Week (NYFW) yang akan diadakan tanggal 14 Februari mendatang. Ketiga disainer yang yang selama ini dikenal banyak merancang busana muslim, akan menampilkan rancangan mereka di pagelaran akbar busana dunia itu. “Tentu saja kami akan menampilkan busana muslim rancangan kami di sana,” kata Dian kepada wartawan di Jakarta, Kamis (29/1). “Karena di sana sedang musim dingin, kami membawa rancangan yang terkesan hangat,” tambahnya.
Untuk mengikuti NYFW ini Dian bersama Barli dan Zaskia sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. Mareka blusukan ke berbadai tempat di Lombok, NTT untuk mencari kain tenun khas Lombok, terutama tenunan khas suku Mbojo di kaki Gunung Rinjani. Hasil blusukan itu mereka tuangkan dalam rangkaian karya yang diberinama From Lombok to New York. Dirjen Ekonomi Kreatif Harry Waluyo mengatakan, nilai ekspor fashion Indonesia saat ini mencapai 81,61 trilyun dengan pertumbuhan 6,3 persen sejak tahun 2009. Fashion mengalahkan kerajinan yang mencapai nilai ekspor 24 trilyun, dan kuliner yang 12 trilyun.
FEBRUARI 2015 | 41
Tekno Tekno Tekno Tekno Tekno
GhostArk Perangkat Mungil Pendeteksi Hantu
S
elama ini alat pendeteksi hantu hanya ada di film-film, seperti Ghostbuster. Namun, seorang pemburu hantu atau paranormal asal Italia, Massimo Rossi, merancang sebuah alat detektor yang didesain untuk memburu hantu berukuran saku. Perangkat mungil yang diberi nama GhostArk ini, memiliki fitur unggulan Ghost Box yang diklaim mampu mendeteksi berbagai frekuensi radio dan merekam kejadian aneh. Selain Ghost Box, ada juga EVP Recorder serta EVP and Noise. Electronic Voice Phenomena (EVP) Recorder bisa melacak suara-suara yang muncul di frekuensi dengan memanfaatkan dua buah mikrofon untuk mendengarkan gelombang yang muncul. EVP sendiri terkadang dikenal sebagai transkomunikasi instrumental (ITC), atau kemampuan menangkap suara dengan perangkat canggih. “Kami, paranormal, percaya jika hantu menggunakan kekuatan energi untuk memanipulasi suara secara
elektronik, suara-suara itu pun bisa ditangkap dalam sebuah rekaman,” kata Rossi seperti dilansir laman Dailymail, Selasa, 3 Februari 2015, lalu. Sementara itu, fitur Electromagnetic Field (EMF) Meter adalah layar LED yang menampilkan hasil deteksi gelombang, berikut dengan thermometer scan untuk memindai suhu sebuah sudut ruangan, baik panas atau dingin. Semua sistem ini cukup terkenal secara luas di kalangan paranormal sebagai tanda adanya kekuatan supranatural atau gaib, tetapi sayangnya ilmuwan tidak menganggap hal ini sebagai sebuah sains.
FEBRUARI 2015 | 42
Namun begitu, Rossi menjelaskan, ”Seorang paranormal lebih seperti penjelajah ketimbang ilmuwan. Mereka mengunjungi wilayah yang tidak dikenal untuk dijelajahi, yang dapat berisi berjuta tanaman dan hewan eksotis,” pungkasnya diplomatis. GhostArk yang dijual secara online dengan pemesanan terlebih dahulu, perangkat ini dijual dengan kisaran harga US$199 hingga US$249. Nah!, bagi para produser program televisi yang mengangkat uji nyali dan dunia lain, atau film horor, bisa pake alat ini sebagai pembuktian. (Edo dari berbagai Sumber)
Apa Siapa Apa Siapa Apa Siapa
A
Alex Komang
Berpulang FEBRUARI 2015 | 43
ktor kawakan Alex Komang Jum’at (13/2) malam menghembuskan nafas terakhir di RS Karyadi Semarang. Kabar kepergian Alex disampaikan oleh beberapa rekannya sesama aktor melalui akun twitter mereka. Ketua BPI Kemala Atmojo yang dikonfirmasi Film Plus membenarkan adanya kabar duka itu. “Ya. Dia meninggal pukul 20.00 WIB di RS Karyadi Semarang,” kata Kemala melalui Bbm. Rencananya jenazah almarhum akan dikebumikan di pemakaman keluarga di Jepara Jawa Tengah, Sabtu besok. Sebelum masuk rumah sakit Alex masih mengikuti berbagai kegiatan perfilman. Dia terlihat aktif mengikuti berbagai kegiatan selama FFI 2014 di Palembang, 6 Desember lalu. Setelah itu ia masih mengikuti festival film di Solo. “Nah dari Solo itulah ia sempat pingsan, lalu ditolong oleh Sari Madjid (anggota Teater Koma). Oleh Sari dia dibawa ke RSI Cempaka Putih, karena ada temannya yang jadi dokter di sana,” tutur Syamsuddin. Alex Komang yang me miliki nama asli Syafi’in Nuha, lahir di Je para, Jawa Tengah, 16 September 1961. Meski pun berasal dari keluarga santri, Alex jatuh cinta pada du nia teater, sampai ia ditemukan oleh pimpinan Teater Populer Teguh Karya. Dia lalu bergabung di Teater Populer, dan main dalam beberapa film yang disutradarai oleh Teguh Karya seperti Secangkir Kopi Pahit, Doea Tanda Mata (1984), Ibunda (1986), Pacar Ketinggalan Kereta (1988). Alex berhasil meraih Piala Citra pada FFI 1985 melalui film Doea Tanda Mata. Selain film, ia juga membintangi beberapa sinetron. Ketika Badan Perfilman Indonesia (BPI) terbentuk, ia terpilih menjadi ketua, dan tahun 2014 ini posisinya digantikan oleh Kemala Atmojo, karena kondisi kesehatannya terus menurun. Selain itu, Alex juga masuk ke dalam anggota Panitia Seleksi Lembaga Sensor Film. (hw)
Apa Siapa Apa Siapa Apa Siapa
S
osok penyanyi sekaligus presenter cantik Ratna Listy ini terbilang memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Atas kepeduliannya ibu dua anak ini, Jumat (6/02/2015) ia mendapat penghargaan Pribadi Inspirasi bagi kemajuan Anak bangsa dari Yayasan Citra Pembangunan yang berada dibawa binaan Kementerian Koperasi. “Aku ngak nyangka dapet penghargaan ini, karena menurut panitia penyelenggara, aku termasuk artis yang banyak melakukan kegiatan sosial yang selama ini dalam hal pelestarian budaya melalui musik keroncong, kebaya, batik dan jamu tradisional”, jelas Ratna. Wanita kelahiran Madiun ini berharap kedepannya ada artis-artis yang mengikuti jejak dirinya. Meski banyak menyabet berbagai penghargaan, penghargaan yang diterima ini membuatnya lebih bersemangat lagi dalam melakukan bnyak hal yang postitive. Baginya hidup adalah bermanfaat terhadap sesama. Selain Ratna Listy ada beberapa nama lain yang juga mendapatkan penghargaan antara lain Ageng Kiwi dan tokoh masyarakat lainnya. Selamat. (NN)
Dapat Penghargaan wanita inspirator dari Menteri Koperasi
Ratna Listy Lebih Bersemangat
Foto: Herman Wijaya
SARI suka di BELAKANG LAYAR
D
alam acara press screening film Nada dan Asa di Jakarta beberapa waktu, Nampak seorang gadis seksi yang duduk di samping produser kawakan Hendrix Gozali. Perempuan itu tak banyak bicara ketika wartawan bertanya kepada artis pendukung dan sutradara film tersebut. Tetapi demi melihat perempuan cantik itu “nganggur”, akhirnya wartawan bertanya juga. Perempuan itu adalah Sari yang bertugas untuk membuat wajah artis dalam film berbeda. Wajah Marsha Timothi yang cantik dipermak menjadi tua, mirip dengan wanita berusia 50-an tahun. “Saya bukan juru make-up di sini, tetapi tugas saya adalah make over,” katanya. Ketika orang dengan wajah cantiknya ramai-ramai menjadi bintang film, Sari memilih berada di belakang layar. Dan dia sekolah khusus tentang make-up karakter terhadap tokoh tertentu dalam film. Ia memulai malang melintang di Jerman, pada tahun 2005, dan kembali ke Indonesia tahun 2008. Ia terlibat dalam film The Raid. “Ada sih yang nawarin main film. Tapi lebih asyik begini,” ujarnya sambil tersenyum. Manis banget! (damai)
FEBRUARI 2015 | 44
Foto: Herman Wijaya
Apa Siapa Apa Siapa Apa Siapa
B
erpacaran merupakan hal rumah bagi setiap manusia. Selain untuk menunjukkan rasa sayang, berpacaran berguna untuk mengenal pribadi lawan jenis yang akan dijadikan pasangan hidup. “Tetapi pacaran yang terlalu lama, dan orang yang berpacaran tidak mempunyai jarak akan berbahaya. Terutama bagi wanita. Pacaran itu justru merugikan perempuan,” kata Ustad Felix Siauw di sebuah kafe di kawasan Kuningan, Jakarta, Jum’at (13/2). Ustad Felix hadir di kafe tersebut untuk mengikui selamatan film Udah Putusin Aja (UPA) yang diangkat dari buku karyanya berjudul sama. Film UPA akan diproduksi oleh Maxima Pictures, dengan bintang antara lain Verrel Bramasta dan Kia Poetri. Sebagaima diberitakan, buku tersebut telah terjual sebanyak 150.000 kopi. Foto: Herman Wijaya
Buku
Ustadz Felix Difilmkan
Film Udah Putusin Aja direncanakan main di bioskop pada perayaan Idul Fitri 2015 mendatang. PT Maxima sendiri akhir-akhir ini banyak membuat film bernafaskan islami, seperti 99 Cahaya diLangit Eropa, dan Assalamualaikum Beijing, setelah sebalumnya banyak membuat film erotis dengan bintang antara lain penyanyi Dewi Persik. (hw)
BUNGA DARI
enonton di bioskop XXI Kassablanka Jakarta tidak pernah menyangka jika mereka mendapat kejutan usai menonton filmKapan Kawin, Jum’at (13/2) sore. Begitu lampu bioskop dinyalakan, tiba-tiba aktor Reza Rahadian yang menjadi pemeran utama film tersebut, menghampiri mereka dan memberikan sekuntum bunga. Karuan saja kehadiran Reza membuat penonton histeris, terutama para penonton wanita. Mereka tidak menyangkan akan mendapatkan kejutan seperti itu. Sebagian langsung meminta foto bersama dengan sang aktor. Reza mengakui pemberian bunga itu merupakan salah satu strategi promosi terhadap filmnya yang saat ini sedang diputar di bioskop. Selain di Kassablanka, juga akan dilakukan di bioskop lain. Namun Reza menolak memberitahu bioskop mana yang akan dia datangi. Aktor kelahiran Bogor, 5 Maret 1987 ini mengaku tidak keberatan atas ide yang diberikan oleh produser. “Yah, kita jangan cuma mau main aja, mempromosikan film yang kita bintangi juga harus. Saya senang melakukan ini,” katanya. (hw)
Foto: Herman Wijaya
REZA RAHADIAN P
FEBRUARI 2015 | 45
Budaya
Budaya Budaya Buday
DEBUS Kesenian Beladiri Asli Banten Awalnya, debus adalah metode latihan para prajurit Banten yang gagah perkasa serta tidak terkalahkan.
FEBRUARI 2015 | 46
Budaya
S
Budaya Budaya Buday
ebuah film dokumenter bertajuk Debus: Kesenian Beladiri Asli Banten, digarap dan diproduksi oleh salah satu komunitas film yang berdomisili di Serang , Ibukota Provinsi Banten, menarik perhatian untuk disaksikan. Mengingat begitu menyaksikan film dokumenter tersebut, penonton dibuat melongo serta pastilah terkaget-kaget. Adegan dalam film dokumenter itu memang bukan suatu trik. Terlihat pemain debus memasukkan berbagai benda tajam ke dalam tubuh tanpa mengeluarkan darah. Pemain debus itu seperti memperlihatkan kemampuan
dalam mengontrol rasa sakit. Dulu, debus merupakan metode latihan para prajurit Banten yang gagah perkasa serta tidak terkalahkan. Sekarang situasinya jelas lain. Zaman pun sudah berubah, sertamerta ada pendapat yang menyatakan bahwa debus tidak lain kesenian asli Banten. Kesenian ini tercipta pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin (1532-1570), abad ke-16. Kesenian debus biasanya mempertunjukkan kekuatan atau kemampuan manusia yang luar biasa seperti ilmu kekebalan yang tahan dari hantaman senjata tajam, hempasan api, minum air
FEBRUARI 2015 | 47
Budaya
Budaya Budaya Buday
Foto: WEB
keras, menggoreng telur di kepala, berjalan di atas beling dan menaiki tangga yang terbuat dari golok. Sultan Agung Tirtayasa sengaja memberi warna debus dengan ilmu kekebalan tubuh kepada para pengikutnya dengan jampi-jampi yang diambil dari ayat suci Al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut dihapalkan serta diresapi sacara mendalam, sehingga dapat mempertebal moral dalam melawan Belanda. Memang dalam masanya debus punya peran penting terhadap alir sejarah rakyat Banten, teristimewa melawan penjajah Belanda yang dilandasi ajaran agama Islam. Nilai nilai Islam demikian kuat dan hal itu digunakan sebagai kejakinan ketika melakukan perjuangan. Kini, debus sudah dikolaborasi kan dengan kesenian pencak silat. Malah saat ini kesenian debus dipakai sebagai daya tarik alias dijajakan untuk mengundang wisatatawan.
Foto: WEB
“dalam masanya debus punya peran penting terhadap alir sejarah rakyat Banten”
FEBRUARI 2015 | 48
Perlu diketahui Provinsi Banten terletak di antara Pulau Sumatra dan Provinsi atau di ujung barat Pulau Jawa Barat. Sebelum wilayah Banten ber gabung dengan provinsi Jawa Barat, namun keinginan rakyatnya untuk menjadi provinsi sendiri muncul sejak tahun 1953 yang diikuti pembentukan panitia provinsi Banten pada tahun 1963. Keinginan menjadi provinsi menjadi terwujud yang ditandai dengan Deklarasi Rakyat Banten di alun-alun Serang , tahun 1999, yang akhirnya pada 18 November 200 direminkanlah Banten sebagai provinsi ke -30 di Indonesia. Sesungguhnya nama Banten terkenal di dunia lantaran Gunung Krakatau. Meletusnya gunung Kraka tau tahun 1883 di Selat Sunda yang memisahkan Pulau Jawa dan Sumatra membuat nama Banten men dunia. Letusan yang terdengar hingga Australia Barat dan Kolombo oni
Budaya
Budaya Budaya Buday
Foto: WEB
menyebabkan awan hitam hingga seminggu lamanya sampai ke benua Eropa. Anak Krakatau, lantas muncul kepermukaan pada tahun 1928 dan masih aktif hingga kini. Kembali ke debus yang dalam film dokumenter itu dibesut biasa saja, sekadar menyodorkan informasi. Betapa kesenian debus berkembang di daerah Kebupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, terutama di Kecamatan Walantaka dengan tokohnya M. Idris. Lantas di Kacamatan Curug, tokohnya bernama Umor. Di Kecamatan Cikande tokoh debus namanya Haji Reman dan di Kacamatan Ciruas tokohnya adalah Haji Ahmad. Kesenian debus sejatinya sudah go internasional. Kesenian debus inipun seringkali ditampilkan di festival seni tingkat dunia maupun pada pertunjukan khusus untuk
memasarkan pariwisata provinsi Banten di luar negeri. Pertengahan tahun 2014 digelar Festival Debus terakbar, melibatkan puluhan grup debus dari penjuru provinsi Banten. Festival Debus 2014 itu sangat meriah sekaligus aktraktif. Penonton yang hadir di festival itu, tidak terkecuali turis lokal pada terperangah melihat aktraksi tusukan maupun tebasan benda tajam dalam tubuh pemain debus., dan merupakan sesuatu yang wajar, tentu saja hal yang lumrah pula. Semula penonton tidak percaya tapi akhirnya menjadi percaya, begitu menonton langsung, dan makin tambah percaya bahwa debus itu kesenian yang sarat dengan doa, yang diambil dari ayat suci Al-Qur’a , sekali lagi, sebagai jampi-jambi untuk kekebalan tubuh.
FEBRUARI 2015 | 49
Tidak dipungkiri kesenian debus ini sengaja “dijual” untuk menarik wisatawan ,supaya datang berlibur, ke wilayah Banten. Kedahsyatan dan kesenian debus ini sering digelar di Kabupaten Pandeglang. Provinsi Banten yang terletak delapan derajat di garis khatulistiwa, beriklim tropis dengan dua musim, hujan dan musim kemarau. Suhu udara rata-rata 28 derajat celcius. Ayo berlibur ke wilayah Ban ten, sembari menyaksikan dan mem buktikan kedahsyatan kesenian debus yang kerap ditampilkan di Kabupaten Pandeglang. Banten tidak cuma Pantai Anyer yang terletak di sebelah barat wilayah kota Serang atau Gunung Krakauan dam Anak Krakatau, melainkan pula kesenian debus. Saat ini juga, berliburkan ke Provinsi Banten. (Syamsudin Noer Moenadi, Redaktur Majalah FilmPlus)
Film Lokal Film Lokal Film Lokal
i c u ti
a M S a w a a b t i D in rus
CTak Ha Foto: Humas Promosi
FEBRUARI 2015 | 50
Film Lokal Film Lokal Film Lokal
S
ering kita mendengar, baik dalam sajak maupun lirik lagu, tentang cinta suci yang akan dipertahankan sampai kapan pun. Kalau perlu dibawa mati. Begitukah? Ternyata tidak. Farel dan Rachel justru tidak jadi menghadap Yang Kuasa, karena masih ada impian yang belum terlaksana di dunia, dan cinta yang kuat. Semua orang yang pernah jatuh cinta mungkin bisa membandingkan kisah cinta mereka dengan kisah cinta Farel dan Rachel, dua anak manusia yang telah saling menyayangi sejak masih belia. Ruang dan waktu dan melunturkan cinta keduanya. Begitu pula halangan lain yang cukup berat. Farel dan Rachel adalah nama dua tokoh terbaru dalam film This is Cinta produksi PT Starvision. Film yang disutradarai oleh Soni Gaokasak ini berkisah tentang Farel (Shawn Adrian Khulafa) yang berteman dengan Rachel (Yuki Kato). Keduanya berhubungan akrab sejak kecil. Selain bertetangga, Farel dan Rachel sekolah di TK yang sama. Sayang ibu kandung Rachel tak menyukai keakraban kedua anak balia itu. Faktor utamanya adalah perbedaan secara ekonomi antar dua keluarga mereka. Orangtua Rachel dari kalangan berada, sedangkan Farel yang hanya memiliki seorang ibu, hidup sederhana. Ketidaksukaan ibu kandung Rachel (diperankan oleh Aida Nurmala) sering ditunjukan dengan terbuka, bahkan di depan ibu kandung Farel. Apa pun kejadian yang menimpa Rachel ketika bersama Farel, langsung dituding sebagai Farel penyebabnya. Keluarga Rachel lalu pindah ke New Zealand. Rachel yang tidak ingin berpisah dengan Farel dipaksa ikut, walau pun sang anak menangis sejadi-jadinya. Singkat cerita, Farel tumbuh menjadi pemuda yang ganteng dan disenangi oleh teman-teman gadisnya di sekolah. Rachel juga tumbuh menjadi gadis yang cantik. Meski terpisah jauh, keduanya tak bisa melupakan kenangan kecil mereka. Hobi Farel main piano sejak kecil, membawanya ke ajang pemilihan bakat di stasiun televisi. Melalui ajang pemilihan bakat itulah, Rachel kembali bertemu dengan Farel. Namun pemuda yang dijodohkan dengan Rachel menyimpang dendam terhadap keduanya. Nico (Fandy Christian), pemuda tersebut, lalu menculik Rachel dan menyekapnya di suatu tempat. Ketika Rachel berhasil melarikan diri atas bantuan Farel, Nico mengejar mereka, lalu menabrakan mobilnya ke sepeda motor yang dikendarai oleh Farel dan Rachel.
FEBRUARI 2015 | 51
Film Lokal Film Lokal Film Lokal Kisah Klasik Kisah cinta yang kuat sepasang anak manusia, yang sulit dipisahkan oleh apa pun, merupakan kisah klasik yang sudah tidak asing bagi manusia di belahan dunia mana pun. Yang paling terkenal adalah kisah cinta Romeo dan Juliet, dalam novel karya penulis terkenal William Shakespeare. Kisah cinta Romeo dan Juliet sudah beberapa kali diangkat ke layar lebar. Bahkan kisah itu telah menginspirasi banyak pembuat film di Indonesia. Kisah cinta Farel dan Rachel dalam film ini kurang lebih sama. Yang membedakan, keduanya sudah
saling menyayangi sejak usia yang sangat belia. Dibilang cinta monyet pun sebenarnya kurang cocok. Entah apa istilahnya untuk cinta anak balita seusia mereka. Ide cerita untuk film ini sebenarnya berpotensi untuk melahirkan sebuah film drama percintaan remaja yang indah, di tangan penulis dan sutradara yang baik, cerita semacam ini sudah pasti akan banyak konflik yang menggigit, dan penggambaran melodramatik. Begitulah harapan yang muncul ketika gambar pertama dibuka, yakni ketika Rachel sedang duduk sambil memandangi sebuah kastil dengan panorama yang sangat indah, sambil menggambar. Film lalu menggambarkan masa lalu Rachel kecil dan Farel yang sedang berkomunikasi melalui “telepon” kaleng yang disambung dengan tali
“Kisah cinta yang kuat sepasang anak manusia, yang sulit dipisahkan oleh apa pun” Foto: Humas Promosi
FEBRUARI 2015 | 52
dari rumah masing-masing yang dipisahkan oleh jalan. Ibu Rachel yang mengetahui hal itu lalu memutuskan “kabel” telepon itu dan membuang kertas berisi gambar istana dan dua sosok manusia yang disebut Quee Rachel dan King Farel, ke luar jendela. Dari situlah cerita bergulir. Namun semakin jauh cerita mengalir, gambaran indah dari sebuah film melodramatik dengan konflik menggigit, kurang terasa. Begitu banyak persoalan yang dipecahkan dengan mudah dan kadang melawan logika. Lihatlah bagaimana Farel yang dikabarkan tewas karena sengaja ditabrak oleh mobil Nico, bisa bangun dan terlihat bugar, kemudian bermain piano di depan ruang ICU tempat Rachel terbaring dalam keadaan koma. Roh Rachel digambarkan sedang mengembara di alam lain, akhirnya kembali ke dunia. Rachel tidak jadi mati. Persoalan yang rumit itu mudah saja digambarkan oleh sutradara, sehingga tidak terasa gregetnya. Sutradara juga kurang memiliki kemampuan teknis untuk menggambarkan dunia roh. Antara tokoh Rachel yang hidup dan Rachel yang berbentuk roh, dibuat sama saja. Pengadegan ketika roh Rachel muncul dalam ruangan di mana tubuhnya yang sedang terbaring di ruang ICU terlihat kaku. Mengapa sutradara tidak menggunakan teknik superimpose, sehingga roh Rachel terlihat transparan; melayang-layang dan bisa menembuh benda-benda yang ada. Sutradara juga gagal mengarah kan Shawn Adrian Khulafa untuk bermain dengan baik. Dalam film ini Shawn tidak terlihat bermain. Mimik dan gesturenya datar. Sangat terasa ia masih gagap di depan kamera. Ia tidak mampu mengimbangi Yuki Kato yang berakting bagus. Kalau ada sisi menarik dari Shawn adalah, wajahnya yang ganteng dan mungkin akan sangat disukai gadis-gadis remaja. (damai)
Film Lokal Film Lokal Film Lokal
S
epanjang hidupnya, Raka senantiasa menjomblo. Cintanya sudah ditolak 22 kali. Incarannya yang ke23 adalah Amelia. Belajar dari pengalaman kegagalan sebelumnya, kali ini Raka belajar sabar untuk tidak terburu-buru menyatakan isi hatinya. Ketika Raka yakin bahwa Amelia juga menyukai dirinya. Barulah Raka menyatakan isi hatinya. Sialnya, Raka tewas dilindas truk sebelum Amelia memberikan jawabannya. Raka tidak rela mati. Dia protes dan marah di depan makamnya sendiri. Hingga kemudian Raka mengetahui bahwa dia termasuk arwah penasaran, yang masuk dalam golongan setan Pocong. Raka tidak mau menjadi pocong,
karena pocong adalah setan paling tidak keren di dunia. Dibungkus kayak lemper tanpa kekuatan apa-apa. Hingga kemudian, Raka mengetahui bahwa dunia setan tidak sesederhana yang dia kira. Pocong juga bukan setan yang cupu. Semua yang dia tahu tentang pocong, dari film dan buku, ternyata tidak sesuai dengan kenyataaan sebenarnya. Dunia pocong adalah dunia yang menarik dan dinamis. Kehebatan setan pocong pun luar biasa, termasuk berhubungan dengan manusia. Raka bertekad ingin menemui Amelia kembali, mendapatkan jawaban isi hati Amelia padanya. Apalagi ketika Raka mengetahui bahwa ada Adam, teman kuliah Amelia yang gencar mendekati Amelia. Namun untuk bisa melakukan hal tersebut, Raka harus melalui berbagai ujian khas para pocong.
FEBRUARI 2015 | 53
Film Lokal Film Lokal Film Lokal
FEBRUARI 2015 | 54
Film Lokal Film Lokal Film Lokal
Foto: Humas Promosi
Komedi Romantik Segar Sekaligus Mengharukan K apan kawin? Pertanyaan klasik itu selalu diterima oleh setiap lajang yang, menurut kelaziman sudah mempunyai pasangan hidup. Kelaziman itu kadang tidak ditentukan oleh batasan usia, atau menurut ketentuan Undang-undang. UU Perkawinan yang mensyaratkan, pria boleh menikah jika sudah berumur 19 tahun, dan wanita 16 tahun. Kemudian dalam Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang Pencatatan nikah Bab IV pasal 7 “Apabila seorang calon mempelai belum mencapai umur 21 (duapuluh satu) tahun, harus mendapat ijin tertulis kedua orang tua�. Ijin ini sifatnya
wajib, karena usia itu dipandang masih memerlukan bimbingan dan pengawasan orang tua/wali. Di beberapa daerah, terutama di pedesaan, UU Perkawinan tidak menjadi acuan. Banyak wanita atau pria yang sudah menikah pada usia di bawah itu. Maka pertanyaan kapan kawin itu sering ditujukan kepada anak muda yang belum menikah, ketika dianggap sudah dewasa menurut ukuran setempat. Hal itu berbeda dengan di kota besar seperti Jakarta, usia tidak menjadi alasan penting bagi seseorang untuk cepat-cepat menikah. Apalagi jika orang tersebut memiliki
FEBRUARI 2015 | 55
Film Lokal Film Lokal Film Lokal
Foto: Humas Promosi
pendidikan dan karier yang baik. Di kota-kota besar, sangat lumrah bila kita menemui orang yang belum menikah kendati sudah dewasa. Dinda (33 tahun) adalah salah seorang wanita karier yang terlambat menikah. Kariernya bagus, sebagai manajer di sebuah hotel. Tetapi itu terasa tidak lengkap karena ia belum mempunyai teman hidup. Tidak heran jika ibunya yang tinggal di Yogya selalu menelepon, dan menanyakan kepada anak keduanya itu, “kapan kawin�. Karena seringnya mendapat pertanyaan seperti itu, Dinda sampai takut mengangkat telepon dari ibunya. Dinda adalah nama tokoh utama dalam film Kapan Kawin produksi
Legacy Pictures yang disutradarai oleh Oddy C. Harahap. Tokoh Dinda diperankan dengan baik sekali oleh Adinia Wirasti, yang kelihatan pas mendapat peran itu. Kapan Kawin mengisahkan tentang Dinda yang terus menerus diminta untuk menikah oleh orangtuanya. Bahkan agar anaknya mau mengakhiri masa lajang, sang ayah berpura-pura sakit jantung, agar anaknya segera pulang dengan membawa calon suaminya. Karena tak ingin mengecewakan ibunya, Dinda berjanji akan membawa calonnya bila pulang. Tapi siapa yang akan dibawa karena sampai saat ini dia masih jomblo. Dalam kebimbangan itulah dia
FEBRUARI 2015 | 56
diperkenalkan dengan seorang aktor bernama Satrio (Reza Rahadian) yang sangat mengagungkan seni peran. Menurut sahabatnya, sang aktor bisa membantu berpura-pura menjadi kekasih Dinda, asal dibayar. Singkat cerita, Dinda dan sang aktor sepakat untuk berpura-pura menjadi pasangan kekasih. Keduanya lalu berangkat ke Yogya untuk menemui kedua orangtua Dinda, yang sebentar lagi akan merayakan ulang tahun perkawinan mereka. Kedatangan Dinda bersama Satrio disambut dengan sukacita oleh orangtua Dinda. Apalagi Satrio mengaku sebagai dokter bedah plastic yang memiliki masa depan cerah. Diam-diam orangtua Dinda menguji
Film Lokal Film Lokal Film Lokal
Foto: Humas Promosi
Satrio. Dari empat kriteria yang diuji, Satrio lulus, sehingga Satrio diminta cepat-cepat untuk melamar Dinda. Ayah Dinda bahkan memberikan cincin warisan orangtuanya kepada Satrio, untuk diberikan kepada Dinda sebagai tanda melamar. Sayang ketika Satrio membuka kotaknya, cincin itu tidak ada. Orangtua Dinda marah besar sehingga Satrio tidak diijinkan untuk pulang ke rumah mereka, sebelum menemukan cincin itu.
Komedi Romantik Sejak menit-menit awal film ini sudah menunjukan bahwa genre komedi akan menjadi pilihan dalam cerita yang akan disampaikan. Tingkah tamu hotel yang phobia
terhadap pisang, gelas, dan bahkan percaya dengan posisi tempat tidur pada mata angin tertentu, menjadi gedoran awal untuk memancing tawa penonton. Sayang pancingan ini tidak terlalu mengena, karena tokoh tamu hotel yang diperankan oleh Yayu Unru, terkesan sangat teaterikal, kurang ril. Bukan berarti film ini tidak mengundang tawa. Ketika tokoh Satrio muncul, mulailah kelucuankelucuan yang wajar timbul. Kekuatan akting Reza Rahadian sebagai pemeran tokoh Satrio yang eksentrik, mau tak mau membuat kita tertawa – minimal tersenyum. Reza mampu memperlihatkan kekuatan aktingnya, baik dalam dialog, olah tubuh maupun mimik wajah. Dialog-
FEBRUARI 2015 | 57
dialog cerdas yang diucapkan dengan mimik serius, justru menjadi lucu, karena kemampuan Reza Rahadian membawakannya. Kemampuan akting Reza Rahadian dan Ardinia Wirasti membuat penampilan keduanya tidak membosankan, meski scene yang dimainkan rata-rata panjang. Di samping unsur komedinya kuat, film ini juga banyak menampilkan adegan-adegan menyentuh. Perubahan karakter tokoh Satrio yang semula berbicara apa adanya tanpa memperhatikan orang lain, belaka ngan jusru menjadi sangat serius. Perubahan karakter itu dilakukan dengan mulus oleh Reza Rahadian. Dari seorang yang bertingkah menyebalkan, akhirnya justru menjadi tokoh
Film Lokal Film Lokal Film Lokal yang mengundang simpati, ketika ia berubah menjadi serius dan memiliki perhatian sungguh-sungguh pada Dinda. Problem Dinda yang sangat dilematis sebagai “perawan tua” juga sangat menyentuh. Dan ketika memaparkan ini genre film seperti bergeser menjadi sebuah drama romantik. Meskipun cerita hanya berputar-putar pada persoalan Dinda, Satrio dan kedua orangtuanya – belakangan masuk tokoh Jerry dan isterinya yang kakak kandung Linda, alurnya tidak membosankan. Karena cerita terus berkembang dengan muatan konflik yang dibungkus dalam warna komedi dan drama yang kuat. Lihatlah, pada bagian ketika Dinda berbicara bersama orangtuanya di atas jembatan yang berada di sebuah sungai kecil, terasa kuat dan mengharukan. Bagian ini juga berisi pesan bahwa tidak selamanya kemauan orangtua sejalan dengan keinginan anak. Penting bagi orangtua untuk memahami kemauan anak, dan memberikan mereka kebebasan untuk memilih, sejauh hal itu positif baginya. Selama ini orangtua Dinda rupanya tidak memahami kemauan sang anak. Contoh kecil saja, Linda sebenarnya suka kepiting, tetapi orangtuanya hanya tahu Linda suka ikan bawal, seperti keluarga mereka. Tata fotografi film ini nampaknya dirancang dengan cermat. Alhasil Kapan Kawin bukan cuma lucu, tapi sangat eyecatching. Perpaduan warna dan pernah-pernik yang sangat memperhatikan komposisi warna, membuat film ini terlihat indah. Tidak terlalu banyak bagian yang bisa dikritisi dalam film ini. Yang terdengar agak janggal adalah suara katak yang berbunyi panjang, ketika ayah Dinda (Adi Kurdi) dan Satrio pergi ke sawah. Suara katak seperti itu biasanya hanya terdengar malam hari. Karena itu adalah katak sawah (swike) yang ke luar mencari makan pada malam hari. Maksudnya baik ingin memasukan suara katak
“Tata fotografi film ini dirancang dengan cermat. Alhasil TAMPIL sangat eyecatching” Foto: Humas Promosi
karena ada sawah, supaya terkesan natural. Sayang suara kataknya tidak terlalu pas. Namun bagian ini tidak terlalu mengganggu, karena tidak semua orang tahu bunyi katak sawah. Adegan anak memasang petasan bambu (lodong) juga seperti dibuatbuat. Karena lazimnya, ketika orangtua sibuk di sawah, tidak ada anak-anak bermain meriam bambu. Bukankah itu juga bisa mengagetkan para petani yang sudah tua-tua? Maksudnya supaya ada korelasi antara ledakan meriam bambu dengan dengan serangan jantung yang tiba-tiba dialami Dinda. Tapi itulah komedi. Supaya lucu, apa saja sah untuk dibuat. Menarik untuk dicermati adalah pesan yang terkandung dalam film ini. Yang pertama adalah bahwa ungkapan Jawa witing tresno jalaran soko kulino berlaku dalam kehidupan Dinda dan Satrio. Walau pun awalnya hubungan mereka hanya sebatas bisnis: Satrio adalah orang yang dibayar untuk berpura-pura sebagai kekasih Dinda, dan Dinda membayar untuk jasa itu, pada akhirnya kedua nya bisa jatuh cinta, karena sering bertemu dan mulai memahami kepribadian masing-masing. Yang kedua, setiap orangtua selalu menginginkan menantu yang
FEBRUARI 2015 | 58
sempurna. Kriteria sempurna adalah memiliki pekerjaan yang baik dan kekayaan yang bisa dibanggakan. Karena itulah, orangtua selalu melihat calon menantu dari bobot, bibit dan bebet. Meski pun orangtua memiliki kriteria dalam memilih, pada akhirnya faktor materi dan lahiriah memiliki nilai tersendiri. Ayah Dinda misalnya sangat bangga dengan menantunya Jerry, yang dinilai cerdas, ganteng dan berhasil secara ekonomi. Tetapi kemudian diperlihatkan tentang perangai buruk Jerry yang suka melakukan KDRT. Keinginan orangtua juga belum tentu sesuai dengan kemauan sang anak. Bahkan untuk memahami makanan kegemaran sang anak pun orangtua yang dominan, tidak pernah tahu. Dalam film ini orangtua Dinda sangat yakin anaknya suka dengan ikan bawal, sebagaimana keluarga mereka. Padahal Dinda suka dengan kepiting. Solusi yang ditawarkan dalam film ini adalah, bagaimana jika orangtua mengalah dan memberi kebebasan kepada anaknya sudah dewasa, untuk memilih. Dalam film ini digambarkan bagaimana pada akhirnya solusi itu bisa mencarikan hubungan Dinda dengan kedua orangtuanya. Dan semua orang menjadi bahagia. (damai)
Film Impor Film Impor Film Impor
Rekonsiliasi Ala Sang Pelari Maraton?
J
ika ada pernah disakiti seseorang, kemudian datang kesempatan untuk mengambil tindakan, apakah yang harus dilakukan? Membalas dendam atau memaafkan terhadap orang yang pernah menyakiti kita? Louis Zamperini memilih untuk membuang kenangan pahit yang pernah dialami dalam hidupnya, dan memaafkan orang yang pernah menyakitinya. Pilihan itu diambil dengan sadar, setelah ia tua dan hidup dengan melayani Tuhan. Louis Zamperini adalah pelari marathon Amerika Serikat tahun 1940an yang pernah mendapat medali emas dalam Olimpiade musim panas di Berlin, tahun 1936. Sebagai warganegara yang baik, ia ikut wajib militer. Nahas, dalam suatu operasi untuk mencari rekanrekannya yang hilang, pesawat militer yang ditumpangi Zamperini dan kawan-kawan, jatuh ke laut. Beberapa temannya tewas. Hanya dia dan dua temannya yang selamat. Selama 47 hari dia terombang-ambing di atas perahu karet di tengah lautan. Tanpa makanan dan air minum. Ancaman hiu ganas dan gelombang laut dihadapi dengan tabah. Seorang temanya tewas
FEBRUARI 2015 | 59
Film Impor Film Impor Film Impor
karena tak tahan menghadapi cuaca dan rasa lapar. Sementara upaya meminta pertolongan dari pesawat yang lewat dengan menembakan pistol suar, sia-sia. Alih-alih mendapat pertolongan, dia dan rekan-rekannya nyaris tewas diberondong peluru pesawat Jepang yang melintas. Akhirnya Zamp dan Phil, temannya yang masih hidup ditangkap oleh tentara Jepang, dan ditawan di kamp militer Jepang yang terletak di sebuah pulau di Pasifik. Di situlah, ia mengalami siksaan hebat dari komandan kamp. Penderitaan Zamp nampaknya akan berakhir ketika komandan muda itu naik pangkah dan di mutasi ke tempat lain. Sial, ketika ia dan teman-temannya dipindahkan ke kamp lain, Zamp bertemu lagi dengan sang komandan muda bengis itu. Penyiksaan pun kembali terulang, sampai Amerika menaklukan Jepang, dan Zamperini bersama teman-temannya yang ditawan Jepang dibebaskan. Kisah Louis Zamperini yang mengharukan itu diangkat ke layar lebar dengan judul Unbroken, dan disutradarai oleh aktris seksi Angelina Jolie berdasarkan novel Laura Hillenbrand yang diterbitkan tahun 2010, berjudul Unbroken: A World War II Story of Survival, Resilience, and Redemption.
“Louis Zamperini adalah pelari marathon Amerika Serikat tahun 1940an yang pernah mendapat medali emas dalam Olimpiade musim panas di Berlin, tahun 1936” Anak Nakal Dikisahkan, Louis kecil adalah seorang anak nakal yang teralinease dari pergaulan anak-anaknya. Sebagai anak Amerika keturunan Italia, dia tidak disukai oleh anak-anak Amerika lainnya. Louis pernah dipukuli oleh beberapa anak, meski ia melawan. Karena itulah Louis lebih memilih untuk menyendiri, merokok dan mengkonsumsi minuman keras,
FEBRUARI 2015 | 60
sampai ia ditangkap oleh seseorang dan diserahkan kepada ayahnya. Sang ayah yang menerima pengaduan akan kelakuan Louis malah marah dan memukuli anaknya itu, meski ia menyayangi anaknya. Satu lagi kelakuan tak terpuji Louis adalah suka mengintip wanita duduk dari bawah balkon stadion yang renggang. Sampai akhirnya ia ketahuan dan dikejar-kejar. Ketika menghindari diri dari kejaran, dengan memasuki lapangan tempat para atlet berlatih lari, di situlah kakaknya Pete melihat bahwa Louis memiliki bakat berlari. Ia lalu mendorong Louis untuk berlatih lari. Pete melatihnya dengan keras. Ketika Louis hampir menyerah, ia memotivasinya dengan mengatakan, “Kalau kamu kuat, kamu akan menang.” Akhirnya terbukti Louis menjadi atlet tangguh dan memenangkan beberapa kejuaraan hingga Olympiade. Sayang perang dan wajib militer memusnahkan kariernya. Padahal Louis sangat ingin hadir pada Olympiade yang akan diadakan di Jepang.
Kekuatan Mental Semasa PD II, Jepang yang me miliki militer kuat dan ekspansif. Militer negara matahari terbit ini terkenal dengan kekejamannya. Orang yang
Film Impor Film Impor Film Impor dalam keadaan kritis itu, kekuatan mental Louis mampu mengatasi keadaan. Mental seorang atlet sangat berguna dalam keadaan seperti ini
merasakan bagaimana kejamnya tentara Jepang salah satunya adalah Louis Zamperini itu. Hanya gara-gara memandang wajah pimpinan pada kamp tempatnya ditahan, Louis dihajar habis-habisan. Membuang kotoran manusia yang diangkat dari lubang ke laut, merupakan kewajiban tawanan yang tak bisa ditawar. Sedikit saja ada kesalahan, pukulan tongkat dan siksaan lain langsung diterima. Hukuman paling kejam yang diterimanya adalah ketika semua tawanan Amerika satu persatu diperintahkan untuk memukul wajahnya. Tawanan yang menolak disiksa dengan kejam. Karena tak ingin melihat rekannya disiksa, Louis dengan gagah berani meminta rekannya memukul dengan keras. Melalui kisah Louis Zamperini ini, ingin digambarkan betapa kekuatan mental mampu mengatasi kelemahan fisik. Secara logika, nyawa Louis seharusnya sudah jauh-jauh hari naik ke surga jika ia tidak memiliki kekuatan mental. Betapa tidak, 47 hari terombang-ambing di luat tanpa bekal makanan dan minuman, sehingga ia harus menangkap hiu kecil yang be renang dengan tangan kosong agar mendapat makanan, ancaman hiuhiu ganas dan berondongan senapan pesawat terbang Jepang, adalah ancaman potensial yang bisa dengan mudah merenggut nyawanya. Namun
dalam keadaan kritis itu, kekuatan mental Louis mampu mengatasi keadaan. Mental seorang atlet sangat berguna dalam keadaan seperti ini. Namun yang terasa kurang logis adalah kemampuan Louis untuk tetap bertahan hidup, setelah menerima pukulan keras di wajah, dari puluhan rekan-rekannya. Padahal sebuah hook keras saja di wajah, bisa membuat orang pingsan. Entah ini adegan yang didramatisir atau bagian dari kisah sebenarnya. Sebagai sutradara baru dalam film besar, kerja Angelina Jolie tidak terlalu mengecewakan. Ia cukup apik menggarap adegan demi adegan. Jolie juga cermat dalam menggambarkan perubahan demi perubahan fisik para tokoh, sehingga sosok Louis Zamperini dan ketiga kawannya sejak awal terombang-ambing di laut hingga ditawan Jepang, sangat terasa. Jack O’Connell yang berperan seabgai Louis “Louie” Zamperini juga bermain dengan baik. Begitu pula dengan Miyavi yang bermain sangat meyakinkan sebagai tokoh Matsuhiro Watanabe.
Rekonsiliasi. Penggambaran tentang daya jugang Louis Zamperini yang demikian tangguh adalah sisi dramatik yang ingin ditampilkan. Tetapi yang lebih penting untuk dicermati adalah pesan
FEBRUARI 2015 | 61
yang terkandung dalam film ini, yakni tentang kemauan berdamai dengan hati, dengan orang lain yang pernah menyakiti, dan melakukan rekonsiliasi. Lous Zamperini yang pernah berjanji kepada Tuhan akan melayakni Tuhan dalam hidupnya jika ia selamat dari terjangan gelombang ganas ketika terombang-ambing di laut, akhirnya membuktikan omongannya. Lantaran pilihan hidup itulah, mung kin, yang membuatnya memiliki kemampuan untuk memaafkan Matsuhiro “The Bird” Watanabe yang telah menyiksanya sedemikian rupa. Ketika mendapat kesempatan hadir dalam Olimpiade musim dingin di Nagano Jepang tahun 1988, Louis yang telah berusia 81 tahun berusaha menemui Watanabe. Tetapi Watanabe menolak untuk bertemu dengannya. Sikap yang ditunjukkan Louis Zamperini sangat relevan dengan situasi yang terjadi di Indonesia. Kata rekonsiliasi telah lama didengungkan, baik dalam konteks peristiwa 1965, 1978, hingga pemilihan Presiden dan wakilnya tahun 2014 lalu. Tetapi kata itu baru sebatas mudah diucapkan, namun sulit dilakukan. Bangsa ini tidak memiliki tokoh yang memiliki kebesaran jiwa seperti Louis Zamperini, Gandhi, atau Nelson Mandela. (herman wijaya)
Destinasi
Destinasi Destinasi Destinasi
Kawah Ijen Terjalnya Kehidupan Penambang Foto oleh Nyoman Bayu Yudianala
FEBRUARI 2015 | 62
Destinasi
Destinasi Destinasi Destinasi
K
epul asap beraroma belerang yang pekat menyambut kedatangan kami di pinggir kawah Ijen pagi itu. Di atas sana cakrawala tampak biru luas membentang. Ini pagi yang cerah. Sejumlah penambang belerang tampak berjalan beriringan menyusuri punggung gunung yang terjal sambil mengangkut keranjang bambu berisi bongkahan kuning belerang di pundaknya. Kawah Gunung Ijen atau biasa disingkat Kawah Ijen adalah salah satu gunung berapi aktif dan merupakan salah satu tujuan wisata andalan di Jawa Timur selain Gunung Bromo. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Alas Purwo, yaitu Taman Nasional yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Secara administratif, Kawah Ijen terbagi ke dalam wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Gunung Kawah Ijen memiliki ketinggian sekitar 2.443 meter di atas permukaan laut (dpl) dan pernah meletus beberapa kali, yaitu pada tahun 1796, 1817, 1913, dan 1936. Akibat letusan-letusan itu, sebuah kawah lebar menganga dengan keajaiban danau sulfur (belerang) di dalamnya. Konon, karena luas dan kapasitas air belerang dalam kawah ini, Kawah Ijen merupakan salah satu danau kawah terbesar di dunia. Kawah Ijen memiliki garis panjang sekitar 911 meter dan lebar 600 meter. Di dalam kawah itu terdapat “kubangan� air berwarna hijau toska yang mengandung belerang se luas kira-kira 54 hektar, atau sekitar 40 juta meter kubik. Dari pinggiran kawah, mencuat asap beraroma belerang yang pekat. Untuk berjaga-jaga, para pelancong disarankan membawa masker guna melindungi paru-paru dari iritasi pernafasan.
FEBRUARI 2015 | 63
Destinasi Perjalanan menuju Kawah Ijen merupakan perjalanan yang cukup mengesankan. Apabila berangkat dari Kota Bondowoso, para pelancong dapat menyaksikan indahnya perkebunan kopi yang berada di lereng Gunung Kawah Ijen. Perkebunan kopi di sini menghasilkan kopi unggulan berkualitas ekspor. Tak hanya itu, sebelum mencapai Kawah Ijen, kendaraan dapat diparkir se bentar untuk menyaksikan indahnya Air Terjun Banyupahit. Dinamakan Banyu pahit karena sumber mata airnya berasal dari Kawah Ijen yang mengandung belerang, sehingga airnya terasa pahit, dan berwarna antara hijau bening dan pekat. Selain dapat menikmati kecipak-kecipuk air yang mengalir, pengunjung juga dapat menghirup udara sejuk dari hutan cemara yang berjajar rapi di sekitar lokasi air terjun ini. Setelah cukup puas dengan sensasi wisata alam ini, pelancong dapat melanjutkan perjalanan menuju Kawah Ijen. Untuk mencapai bibir kawah, diperlukan pendakian sejauh 2—3 kilometer. Meskipun cukup melelahkan, akan tetapi kelelahan itu akan terbayarkan ketika mata dimanjakan dengan pemandang an alam yang menakjubkan. Para pelancong yang be rekreasi ke Kawah Ijen juga dapat menyaksikan para penambang sulfur atau belerang. Para penambang ini menaiki punggung gunung yang terjal, kemudian menuruni lereng kawah menuju dinding-dinding belerang yang akan mereka pecahkan menggunakan peralatan sederhana. Bongkahan-bongkahan belerang berwarna kuning kehijau-hijauan itu diangkut menggunakan keranjang dari bambu. Pelancong yang mendaki ke Kawah Ijen akan berpapasan dengan lalu-lalang para penambang yang dalam sehari dapat bolak-balik menaiki dan menuruni Kawah Ijen sebanyak tiga kali. Satu pikul keranjang berisi belerang memiliki berat antara 85—120 kilogram. Sejumlah angka
Destinasi Destinasi Destinasi
FEBRUARI 2015 | 64
Destinasi
Destinasi Destinasi Destinasi
FEBRUARI 2015 | 65
Destinasi
Destinasi Destinasi Destinasi
yang menakjubkan karena beban ini luar biasa berat apalagi kalau harus diangkut melalui dinding kaldera yang begitu curam menuruni gunung terjal sejauh tiga kilometer menuju tempat penampungan. Penghasilan yang diterima seorang penambang belerang dalam sekali angkut ratarata tujuh puluh lima ribu rupiah. Semua penambang akan berkumpul di bangunan bundar kuno peninggalan Belanda yang dikenal dengan “Pengairan Kawah Ijen� yang sekarang disebut sebagai Pos Bundar. Di pos inilah para penambang menimbang muatannya dan mendapatkan secarik kertas tentang muatan dan nilainya. Perjalanan menuju ke Kawah Ijen membuat kita menghargai hidup dan kehidupan. Keistimewaan lain dari Kawah Ijen dapat dinikmati antara bulan Agustus—September, karena pada bulan-bulan ini pemandangan Gunung Kawah Ijen makin semarak dengan tumbuhnya bunga-bunga abadi atau edelweis jenis kuning dan putih yang sedang mekar. Para pelancong yang menyenangi jenis bunga yang satu ini dapat menikmatinya di sepanjang lereng Gunung Kawah Ijen.
FEBRUARI 2015 | 66
Destinasi
Destinasi Destinasi Destinasi
“Kehidupan itu bagaikan drama, kadang melankolis dan
sederhana, tetapi kadang pula keras menuntut jiwa�
FEBRUARI 2015 | 67