Informasi ringkas seputar Kehutanan Masyarakat ini diterbitkan atas kerjasama FKKM dan HuMa.
SERI 003 | MEI 2012 | www.fkkehutananmasyarakat.wordpress.com
Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
PENGANTAR Hutan Tanaman Rakyat (HTR) menjadi salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan untuk memberikan akses legal kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan hutan yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat selain untuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan melibatkan masyarakat, diluar Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD). Banyak pihak memandang kebijakan HTR ini sebagai pengakuan negara terhadap pengelolaan hutan oleh rakyat yang selama ini terabaikan, namun mampu menjaga kelestarian alam dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi masyarakat, hutan tak hanya memiliki makna ekologis, tetapi juga sosial, budaya dan ekonomi. Selain mengulas tentang kerangka kebijakan dan prosedur perizinan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Info Brief ini juga mengungkapkan peran HTR dalam memperkuat hak kelola rakyat dan mengurangi konflik kehutanan, serta tantangan yang dihadapi dalam pelaksa naannya. Info Brief ini diharapkan mampu menjadi jendela informasi bagi masyarakat sekitar hutan untuk memperoleh hak kelolanya dan sekaligus mendorong percepatan pencapaian target pengembangan Hutan Tanaman Rakyat di Indonesia.
A. KERANGKA KEBIJAKAN HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR) "Kebijakan Pembangunan HTR terkait dengan kebijakan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja baru dan memperbaiki kualitas pertumbuhan melalui investasi yang proporsional antar pelaku ekonomi" (Sambutan Menteri Kehutanan dalam Workshop Pembangunan HTR tanggal 2122 Februari 2007). HTR memberikan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan hutan secara legal dengan membuka kesempatan yang lebih luas untuk memanfaatkan hasil hutan kayu pada hutan tanaman, menyediakan kredit melalui BLU (Badan Layanan Umum) dan peluangpeluang pasar. Keluarga, kelompok, koperasi, Badan Usaha Milik Negara/Daerah/Swasta dapat melakukan penanaman kayu dan mendapatkan perizinan dari hutan negara dengan waktu
hingga 100 tahun. Pemerintah telah menyedia kan dana hingga Rp 43,2 triliun untuk program ini. Dimana pemberian izin tergantung dari bentuk usulan dan pengelolaan HTR secara individu, kelompok, koperasi atau badan usaha. Bagi perorangan diberi izin hingga luasan 15 ha lahan hutan tanaman. Sedangkan untuk koperasi paling luas 700 ha. Dalam pelaksanaannya, HTR dapat dilakukan dengan pola mandiri, pola kemitraan, dan pola developer. HTR hanya akan dikem bangkan pada kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak, dengan tujuan agar masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan hutan mengelola sendiri sumber daya hutan yang ada demi meningkatkan kesejahteraan nya. Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan HTR, Kemenhut telah membentuk Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan (BLU Pusat P2H) yang merupakan satuan kerja di Kemen