Info KM - Komunitas Pengelola Hutan dan REDD+

Page 1

Informasi ringkas seputar Kehutanan Masyarakat ini diterbitkan oleh FKKM.

SERI 004, MEI 2012 | www.fkkehutananmasyarakat.wordpress.com

Komunitas Pengelola Hutan dan Persiapan REDD+ PENGANTAR Pada tahun 2007, berbagai pihak dalam Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) telah menyepakati Bali Roadmap, yang mendorong para pelaku dari berbagai negara maju dan berkembang untuk segera melakukan mitigasi emisi karbon dari sektor kehutanan sebagai salah satu upaya menghadapi perubahan iklim. Para pembuat kebijakan, investor, sektor swasta, organisasi donor, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) merespon inisiatif ini dengan memelopori berbagai kegiatan untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan serta mendorong adanya konservasi, pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan peningkatan cadangan karbon hutan di sejumlah negara berkembang, yang lebih dikenal dengan sebutan “REDD+”. Saat ini REDD+ telah menjadi bagian penting perbincangan dalam proses kebijakan perubahan iklim global dan nasional. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga pelepas karbon, dengan lebih dari 80 persen emisi nasional berasal dari perubahan tata guna lahan – terutama deforestasi. Ini membuat kebijakan dan implementasi REDD+ di Indonesia tidak hanya penting secara nasional, tetapi juga global. Gagasan dasar REDD+ ialah agar negara berkembang dan kaya hutan memperoleh imbalan karena melestarikan hutan mereka. Ini melibatkan penetapan nilai karbon hutan yang akan memungkinkan konservasi hutan bersaing secara finansial dengan pemicu utama deforestasi, antara lain konversi pertanian, penebangan hutan, dan pembangunan prasarana. Selain untuk penyimpanan karbon, REDD+ juga dapat memberikan manfaat tambahan yang penting, misalnya pelestarian keanekaragaman hayati, pengurangan kemiskinan dan perbaikan tata kelola hutan. Kendati prinsip REDD+ terlihat lugas, penentuan bagaimana praktek implementasinya ternyata jauh lebih rumit. Dalam konteks Indonesia, sejumlah persoalan masih menghadang, diantaranya hak atas lahan dan adat, mekanisme pendanaan, korupsi dan tingkat acuan emisi, sekarang menjadi topik yang dibicarakan baik di kalangan pemerintah (pusat maupun daerah), juga sektor swasta, hingga pemangku kepentingan masyarakat. Dalam rezim hukum kehutanan di Indonesia, akses masyarat belum diakomodasi secara utuh seba­gaimana diusulkan oleh banyak komunitas yang hidupnya tergantung pada hutan. Skema yang disediakan bagi masyarakat tercakup dalam beberapa bentuk perizinan, antara lain HKm, Hutan Desa dan HTR. Dalam Rencana strategis 2010­2014, Kementerian Kehutanan akan mengalokasikan areal kehutanan masyarakat (KM) dengan ketiga skema ini seluas 7,9 juta ha dan sudah mencadangkan arealnya lebih dari 921.156 juta ha. Kebijakan ini dipandang sebagai salah satu upaya untuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan melibatkan masyarakat. Kebijakan ini adalah bentuk pengakuan negara terhadap pengelolaan hutan oleh rakyat yang selama ini terabaikan, namun mampu menjaga kelestarian alam dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi masyarakat, hutan tak hanya memiliki makna ekologis, tetapi juga sosial, budaya dan ekonomi. Info KM seri ke­4 ini mengulas tentang kesiapan, peraturan­kebijakan Kehutanan Masyarakat dalam upaya pencegahan (mitigasi) dan upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, khususnya yang sejalan dengan skema REDD+ (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dan penambahan cadangan karbon hutan di negara berkembang) serta tantangan dalam pelaksanaannya.

A. PERUBAHAN IKLIM, REDD+ dan KEHUTANAN MASYARAKAT Penyebab utama perubahan iklim dan pema­nasan global adalah aktivitas manusia dari kegiatan industri dan deforestasi serta perubahan penggunaan lahan. Ada dua cara untuk menghadapi perubahan iklim yaitu pencegahan (mitigasi) dan penyesuaian (adaptasi). Mitigasi perubahan iklim merupakan cara

dan aksi yang dilakukan untuk mengurangi gas rumah kaca, menurunkan tingkat konsentrasi gas itu di udara atau lapisan atmosfir bumi. Cara yang dilakukan dapat melalui pengurangan sumber masalahnya atau meningkatkan penyerapan karbon untuk menurunkan 2o Celsius perubahan suhu dunia. Sedangkan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah aksi yang dilakukan untuk meminimalisir dampak dari perubahan iklim.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.