Slilit arena april 2014

Page 1

EDISI APRIL 2014

SLiLiT

ARENA

Jelas & Mengganjal

www.lpmarena.com


INDEKS

Selasa, 29 Aprill 2014 EDISI APRIL 2014

SLiLiT

Daftar Isi

UNIVERSITARIA

ARENA Jelas & Mengganjal

6 Stagnasi Pola Skripsi Pemilihan tema skripsi oleh mahasiswa cenderung stagnan. Hal ini dikarenakan pemilihan tema lebih banyak melihat

www.lpmarena.com

pada skripsi yang telah ada...

SLiLiT ARENA Diterbitkan Oleh: Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) ARENA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pelindung Allah SWT Penasehat Rektor UIN Suka Pembina Abdur Rozaki, S.Ag, M.Si Pemimpin Umum Taufiqurrohman

9

Terlahir Demi yang Lebih Besar KUI begitu digadang-gadangkan di FSH dan menjadi Prodi dengan jumlah mahsiswa terbanyak. Namun kelahirannya sejak awal telah disiapkan

13 Ujian Training ICT Sering Tidak Lulus Banyaknya peserta ujian training ICT yang tidak lulus, menyebabkan mahasiswa harus merogoh koceknya lagi untuk mengikuti .....

Wk. Pemimpin Umum Ahmad Jamaludin Sekretaris Umum Ayu Usada Rengkaning Tyas Bendahara Puji Hariyanto

OPINI

KANCAH

Dewan Redaksi Anik Malussoleha

15

Pemimpin Redaksi Robi Kurniawan Redaktur Online Folly Akbar Redaktur SLiLiT Januardi Husin S Redaktur Bahasa Indah Fajar Rosalina

Masih Belenggu Imperialisme Indonesia, mungkin bisa dikatakan belum merdeka sepenuhnya. Negara kita belum terlepas dari belenggu kolonialisme. Kita dahulu dijajah....

17 Meneguhkan Kembali Kebebasan Pers di Dunia Kampus “Hanya ada dua hal yang menerangi segala sesuatu di muka bumi: matahari di langit dan pers di bumi.� --Mark Twain,--

Staf Redaksi Uul, Iim, Tika, Elmi, Fendi, Arif, Lilik, Khusni H,Chusna, Lugas, Mugiarjo, Ulfatul F, Nisa, Dedik, Novi, Arifki, Ichus, Haetami, Bayu, Soim, Irsal, Jamal Rancang Sampul & Tata Letak S Ghidafian Hafidz & Andy R Lukisan Sampul Muka Henggar Romadioni Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa FBS, UNY Fotografer Abdul Majid Direktur Perusahaan & Produksi Intan Pratiwi Koordinator Pusda Hasbullah Syarif

SASTRA

19 Antara Kopi dan Ayah Suara kokok ayam membangkitkan matahari dari tidurnya. Secara perlahan, dia menampakkan wujudnya yang kemerahan. Di saat

18

Saifa AbidiAllah

Tangan Waktu Sajak Nugroho

Koordinator Jarkom Ardi Hartanto Saputra Koordinator PSDM Ahmad Taufiq Kantor Redaksi/Tata Usaha Student Center Lantai 1 No. 1/14 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Laksda Adi Sucipto Yogyakarta 55281 Telp. 085282638050 (Intan Pratiwi) http//: www.lpmarena.com

SLiLiT ARENA mengundang semua kalangan civitas akademika UIN Sunan Kalijaga untuk mengirimkan tulisan maupun artikel ke alamat redaksi LPM ARENA. Dan bagi pihak-pihak yang merasa tidak puas dengan pemberitaan SLiLiT ARENA, bisa menuliskan hak jawabnya, atau datang langsung ke kantor redaksi LPM ARENA guna berdiskusi lebih lanjut. Wartawan SLiLiT ARENA dibekali tanda pengenal dalam setiap peliputan dan tidak menerima amplop dalam bentuk apapun

2

|

SLiLiT ARENA


EDITORIAL

Selasa, 29 Aprill 2014

SURAT PEMBACA Jangan cuma seperti moderator dong! Sulit tampaknya bagi saya men-justifikasi perilaku dan karakter dosen yang mengajar saya di kelas. Tetapi ada beberapa hal yang perlu saya utarakan, entah ini penting atau tidak, terlepas ini objektif atau subjektifitas semata. Saya telah mengambil beberapa mata kuliah di semester VI ini dengan dosen pengajar yang bergelar magister, doktor, atau profesor. Bahkan, moyoritas memiliki gelar doktor. Suatu keberuntungan bagi saya yang sedang menempuh S1 di UIN Suka dengan kualitas dosen yang seperti itu.Dalam pikiran saya, dosen-dosen ini adalah dosen dengan kualitas pengajar yang profesional, mengingat gelar dan pengalaman mereka. Tapi apa yang saya alami selama ini dalam proses belajar di kelas terasa tidak semuanya sesuai harapan. Angan-angan mendapat pengajaran dan ilmu yang banyak dari dosen di kelas ternyata tak terenuhi. Sebagian dari mereka hanya seperti moderator dalam seminar, yang bertugas memberi pengantar saja. Beberapa kawan pernah bercerita, ketika dia menemui salah satu dosen dan nasihat (kebetulan dosen tersebut bergelar doktor). Sang dosen bilang, “ilmu yang kamu dapat di kampus jika prosentasenya 100%, yang didapatkan di kelas paling hanya 25% dan 75% mahasiswa harus cari sendiri diluar”. Artinya, secara tidak langsung mahasiswa harus cari ilmu sendiri di luar dan mengamini bahwa dosen memang hanya menjadi moderator di dalam kelas. Lalu di mana tanggung jawab dosen sesungguhnya? Atau itu semua hanya untuk mengonstruk cara pandang mahasiswa, sehingga kemudian mengamini seperti yang saya ungkapkan di atas, dan dosen “lari” dari tanggungjawabnya sebagai seorang pengajarsesuai dengan kapasitasnya sebagai magister, doktor, atau pofesor? Ditambah lagi seringnya jam kosong atau kuliah yang diliburkan sendiri oleh dosen, dengan alasan penelitianlah, proyeklah, atau lagi ngajar di kampus lainlah. Hal ini membuat saya berpikir, tampaknya memang ungakapan yang sering diberikan kepada mahasiswa -bahwa mahasiswa harus aktif mencari ilmu atau teori di luar kampus- hanya untuk membuat mahasiswa memaklumi supaya dosen bisa “lari” dari tanggung jawabnya. Harapan saya tentu dosen harus memberikan ilmunya dengan kapasitas gelar yang mereka sandang. Dan bagi pihak kampus, harus mengawasi kinerja dosen dan juga memberi sanksi jika dosen yang memilki jadwal mengajar di UIN tetapi malah mengajar kampus luar. Rian Budiarto, mahasiswa semester VI Jurusan Filsafat Agama, FUSPI.

Terlalu Jauh Ngomongin “Skripsi berkualitas” Bagi sebagian orang, khususnya orang-orang yang mengenal pendidikan perguruan tinggi, kata skripsi bisa mengandung semangat lain selain karya ilmiah. Skripsi dipahami secara simpel; Sebentar lagi diwisuda, dan yang terpenting; Sebentar lagi memperoleh pekerjaan. Diketahui bahwa skripsi adalah agenda terakhir bagi seorang mahasiswa untuk mendapatkan gelar kesajanaannya. Dan karena ini adalah agenda terakhir, wajarlah menjadi tugas yang paling berat selama perkuliahan. Dan karena berat, para orang tua mahasiswa di kampung halaman, biasanya akan mengorbankan apa saja agar anak-anak mereka bisa menuntaskannya. Dan kadangkala, kata “berat” dan “mengorbankan apa saja” tersebut ditunjukkan dengan upaya total; entahlah dalam bentuk materi, doa dan pikiran. Hingga akhirnya mereka dapat berbondong-bondong menunju kampus dengan moment kemenangan wisuda. Makna lain dari skripsi tersebut meskipun simpel, hadir begitu saja ketika kata skripsi atau “tugas akhir” diutarakan. Kita dapat melihat makna ini sebagai bentuk reaksi pengharapan dari formasi kehidupan masyarakat kita yang kacau-balau; Dimana ekonomi carut-marut, peradaban semakin tak karuan dan kehidupan sosial seringkali harus berhadapan dengan tindak kejahatan dan intimidasi. Karena ini berupa reaksi pengharapan, kita tahu; Pengharapan ini telah menyelimuti konteks persoalan sebenarnya dari skripsi tersebut. Skripsi tidak meniscayakan pekerjaan. Skripsi memang sebuah “tugas akhir” dan setiap tugas punya soal dan kesulitannya sendiri. Persis disini kita berkutat. Lantas bagaimana pengharapan tersebut? Ya, memang tinggal pengharapan. Namun bukan berarti harus dikesampingkan. Persoalannya, pengharapan itu muncul karena konteks sosial-ekomomi yang sulit. Hingga setiap orang butuh “sesuatu untuk bertahan”. Meski sesuatu itu adalah sebuah harapan. Pengharapan itu kali ini ditopangkan pada mahasiswa –yang punya sejarah sebagai strata elit masyarakat. Ketika seorang anak -juga seorang mahasiswa- menulis skripsi kemudian dibebankan kepadanya persoalan lulus dan pekerjaan. Itu adalah beban yang tak koheren untuknya. Beban skripsi adalah beban menjawab pertanyaan dan persoalan penelitian. Dan seperti diatas, setiap persoalan punya kesulitannya sendiri. Persis disana kita harus berkutat. Kenapa imingan lulus dan kerja ikut nimbung? Ini bisa saja kita telusi jawaban dari kondisi SLiLiT ARENA

|3


EDITORIAL kampus yang tak lagi “ramah” dengan semangat mencari

***

pengetahuan, atau kelas kuliah yang tak memancing

Seiring dengan itu, mahasiswa yang kesulitan menemukan

kegelisahan. Kemudian lebih memilih dunia kerja, karena kerja

ide atau tema baru dalam objek penelitian skripsinya menjadi

“mungkin akan berarti” –setidaknya bagi diri sendiri dan

keniscayaan. Selain dari ruang interaksi akademisi yang

keluarga-, mungkin kampus tak lebih berarti dari kerja.

menyempit, pola komunikasi antara mahasiswa dan dosen pun

***

bermasalah. Mengkomunikasikan tema dan objek penelitian

Kami memulai tulisan ini dengan pembuka seperti diatas

acapkali mampet karena disalah-satu pihak, atau kedua-duanya,

karena banyak sekali diantara kita yang acapkali

mempunyai pandangan tentangan arti penyusunan skripsi

mencampurbaurkan persoalan skripsi, lulus dan memperoleh

tersebut. Disatu pihak barangkali ingin skripsi berkualitas (dalam

pekerjaan. Untuk orang dikampung halaman, kita dapat

artian penulis menguasai tema dan kerangka penelitiannya,

memahami ini sebagai bentuk kenaifan dalam memandang

“syukur-syukur” menemukan jawaban baru dari kegelisahan

persoalan. Artinya, memang masyarakat hidup dengan

penelitiannya) sedangkan pihak lain berpikiran sebaliknya;

kesusahan. Jadi dorongan menulis skripsi dapat berarti

bagaimana “yang mudah saja!”

dorongan membantu mereka yang tengah sulit menghapi

Maka, hemat kami, cukup beruntung kawan-kawan

kehidupan. Agar cepat lulus dan kemudian “ayolah bantu kami”,

mahasiswa yang menemukan ruang-ruang baru andaikata dunia

begitu lebih kurangnya.

perkuliahan (kelas dan interaksi dengan dosen) tak memberi

Namun suruhan lulus dan memperoleh pekerjaan dengan

cukup ruang untuk mengembangkan ekspresi intelektualnya.

menyegerakan skripsi dari para dosen dan birokrasi kampus

Ruang yang dimaksud disini tentu ruang akademi juga, bisa saja

sungguh sangatlah mengherankan. Disini posisi orang

tidak melulu formal. Dan beruntung pula, mahasiswa yang

dikampung halaman dengan birokrat kampus berbeda. Para

menemukan dosen-dosen yang mau “berusaha agak keras” demi

dosen dan birokrasi kampus yang punya andil besar membantu

mahasiswanya untuk membantu proses 'menemukan' jawaban

kematangan proses berpikir mahasiswa, terlihat berpacu-pacu

kegelisahan itu. Karena tidak semua dosen akan seperti ini,

ingin mempercepat proses tersebut. “kamu tiga setengah tahun

dikarenakan posisinya sebagai seorang “pejalan rutinitas yang

bisa. Kemudian skripsi dan cepat wisuda”. Waw, kenapa cepat-

menerima gaji”

tidaknya yang menjadi persoalan? Bukan nya kematangan dan kesiapan mahasiswa tersebut yang mesti diseriusi.

4

Selasa, 29 April 2014

Disini, agaknya belum pantas rasanya kita membicarakan penciptaan skripsi berkualitas. Posisi kita saat ini baru sampai

Ketika pertanyaan ini diajukan, kita kembali menemukan

pada tahap “prihatin”. Artinya, kebanyakan orang dikampus

jawaban-jawaban “bergincu” yang kosong makna; Seputar SKS

memang menggelisahkan hal yang sama terkait skripsi ini,

yang sudah mencukupi dan mata kuliah metode penelitian

namun piranti-piranti untuk menumbuhkan semangat menulis

(metopen) yang telah lulus. Bahkan tak jarang pertanyaan balik

ilmiah untuk menjawab persoalan belum mumpuni. Baik piranti

diutarakan,”Mau ngapain lama-lama dikampus?” Waw, apakah

untuk kesadaran kearah sana, ataupun piranti untuk ruang-ruang

“lama” berarti tak berkualitas. Atau Semata-mata persoalan

intelektual sebagai ajang diskusi.

regulasi waktukah yang menjadi orentasi masyarakat kampus

Akibatnya, banyak karya yang berujung di gudang-gudang

kita. Jika benar demikian, benarlah kampus sebagai salter;

penumpukan. Bahkan untuk dipublikasikan ke publik pun masih

tempat peralihan yang semata-mata peralihan. Dan jika benar

diperdebatkan!

demikian, jangan terlalu banyak berharap dari peralihan. Karena

Kita butuh paradigma berpikir kritis dan karena itu butuh

tujuan salter hanya membuat “Anda bisa pergi secepat mungkin

ruang. Ruang “kemerdekaan berpikir” yang seluas-luasnya.

dari sini. Kemudian orang baru datang untuk dibuat pergi

Ruang itu bisa dipahami sebagai ruang konkrit dalam artian

secepat mungkin pula.” Otomatis, “Ketika salter kami ditumpuki

sarana-prasarana untuk mengemukakan pendapat tanpa

orang yang tak kunjung pergi, pelayanan kami (pegawai) dinilai

dipersulit birokrasi, dengan keleluasaan menyampaikan hal-hal

buruk dan akibatnya 'pengunjung' lain akan berupaya memilih

(ekspresi) berbeda dari cara pandang kebanyakan tanpa

salter yang lain, karena salter ini bukan satu-satunya ketempat

intimidasi, termasuk intimidasi simbolik! Dan ruang dalam artian

tujuan”.

sistemik; akses dan distribusi pengetahui diorentasikan pada

|

SLiLiT ARENA


Selasa, 29 Aprill 2014

CATATAN KAKI

keleluasaan mahasiswa untuk memilih dan menentukan

bisanya cuman bikin keributan aja lah. Padahal saya kan

indentitas berpikirnya. Sistem sebagai piranti untuk

tidak pernah ikut demo. Eh, malah saya dapat getahnya.”

mengalokasikan pembentukan identitas berpikir mahasiswa

Curhat salah seorang mahasiswa.

tersebut.

Tampaknya, banyaknya aksi tidak hanya berakibat

Tanpa mempertimbangkan piranti dan mekanisme

pada rusaknya infrastruktur yang ada. Ternyata,

ruang, kualitas hanyalah mimpi. Walaupun ada yang

banyaknya aksi juga mengakibatkan beban moral dan

namanya keberuntungan, kita maklumi, keberuntungan

beban psikologis kepada mahasiswa lain. Sebagian

tak terbagi dengan rata. [] Redaksi

mahasiswa khawatir jika telah lulus, mereka sulit mendapatkan pekerjaan dikarenakan tempatnya menimba ilmu sudah mendapat citra “kampus pembikin onar”.

Menolak Diam dan Tertindas

Namun, tak bisa di tolak, bahwa “Diam tertindas atau mati merdeka.” Semboyan andalan para mahasiswa pergerakan yang tak pernah ketinggalan itu memang perlu.

Mahasiswa sebagai “Agent of Change”, bukan

Bahkan dirasa sangat penting untuk mengawal birokrasi

menjadi istilah yang asing lagi di telinga, bahkan mungkin

kampus. Hal ini yang sering tidak disadari oleh para

sudah muak untuk mendengarnya. Setiap mahasiswa

mahasiswa Homo academicus yang selalu mencari posisi

berbeda-beda dalam menafsirkan “Agent of change”.

aman. Karena mereka memandang bahwa tugas

Sebagian ada yang mengartikan bahwa mahasiswa itu

mahasiswa itu hanya belajar yang rajin agar bisa

sebagai agent perubahan dalam meningkatkan taraf

mendapat nilai bagus sehingga dapat membanggakan

hidup mereka masing-masing. Alhasil, mereka selalu

orang tua. Bukan malah memorak-porandakan kampus

serius dalam belajar, bahkan meninggalkan absensi

dengan aksi.

dianggap sebagai momok yang menakutkan.

Bukan kah pada dasarnya tujuan kuliah adalah

Namun, sebagian mahasiswa lainnya

untuk menjadi seorang buruh? Bekerja untuk orang lain

mengartikan bahwa mahasiswa sebagai agent of change

dengan imbalan gaji. Kalau tidak ingin menjadi buruh,

itu harus bisa merubah segala aspek yang bersangkutan

kenapa harus takut sulit mendapatkan pekerjaan?.

dengan maasyarakat umum, dan pada akhirnya mereka

Kalau mahasiswa Homo academicus merasa

lah yang suka berkoar-koar di bawah terik matahari tanpa

berdosa jika tidak masuk kuliah, mahasiswa pergerakan

memerdulikan proses perkuliahan yang sedang

akan lebih merasa berdosa jika tidak dapat menjadi “agent

berlangsung.

of change” bagi masyarakat umum. Sehingga bagi mereka

Tidak sedikit mahasiswa yang merasa resah

hanya ada dua pilihan “REVOLUSI ATAU MATI”.[]

dengan sikap mereka yang bisa dibilang anarkis.“Ngapain sih ngurusin orang lain. Potong rambut aja nggak bisa kok

Imroatus Saadah

sok jadi pahlawan orang lain.” Sebuah celetukan yang

Saadah_imroatus@rocketmail.com

biasa muncul di tengah perkumpulan mahasiswa “Homo academicus” itu. Bukan karena mahasiswa itu benci dengan mereka yang berambut gondrong, tapi sikap mereka yang terlalu anarkis membuat mahasiswa Homo academicus menjadi ilfil. “Saya tuh, merasa malu banget jadi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Gimana nggak malu, kalau setiap saya pulang ke kampung halaman, saya dianggap negatif oleh teman-teman saya yang katanya UIN suka demo lah,

Redaksi menerima kritik dan saran terhadap editorial. kirim tulisan ke lpm_arena@yahoo.com. Bentuk tulisan utuh 400-700 kata. lampirkan biodata lengkap. judul file: Kritik Editorial. SLiLiT ARENA

|5


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA Stagnasi Pola Skripsi

Pemilihan tema skripsi oleh mahasiswa cenderung stagnan. Hal ini dikarenakan pemilihan tema lebih banyak melihat pada skripsi yang telah ada. Skripsi bisa dibuat hanya dengan mengganti objek kajian semata walau dengan pembahasan yang sama. Oleh: Anisatul Ummah Skripsi menjadi tugas akhir yang wajib dipenuhi tiap

Jadi nelitinya kurang greget.”

mahasiswa sebagai syarat telah memenuhi Tri Dharma

Lusi Fatmawati , mahasiswa PAI lainnya yang kini

Perguruan Tinggi yang kedua, yaitu penelitian. Namun pola

sedang mengerjakan skripsi dengan tema “Efektivitas

skripsi yang diajukan mahasiswa tarkadang hanya

Teknologi Informasi Sebagai Media Pembelajaran PAI”,

mengadopsi dari skripsi yang ada sebelumnya, sehingga

memulai skripsinya dengan mencari tema skripsi yang telah

memunculkan tema dan objek yang kurang variatif.

ada.

Seperti yang terjadi pada Jurusan Pendidikan Agama

“Kenapa milih efektivitas, sebenarnya saya kemarin

Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Kepala

milih bukan karena pengen,

Jurusan (Kajur) PAI Suwadi mengatakan, mahasiswanya

Red.) kok cocok,” ungkap Lusi.

tapi lihat-lihat skripsi (lain,

cenderung stagnan dalam memilih tema skripsi. Padahal,

Sebelumnya dari pihak jurusan mengatakan,

menurutnya Suwadi, ada banyak bahan yang bisa diteliti

kebanyakan mahasiswa belum maksimal dalam

dan dijadikan skripsi. “Tapi kok kalo nggak itu, nggak

memahami tema. Misal mencapuradukkan pendekatan dan

(mau),” katanya.

metode, “Bahkan sudah diumumkan kalau skripsi tentang

Bahkan, skripsi terkadang hanya diartikan sebagai syarat legal formal. Seperti yang diungkapkan Asif Az Zafi, mahasiswa Jurusan PAI, “Kadang skripsi ingin praktisnya.

upaya guru saya tolak,” kata Suwadi. Alasan penolakan, karena skripsi dengan tema tersebut sudah terlalu banyak. Menengok dari pola skripsi di tahun 2012, unsur-unsur klasifikasi berdasarkan kategori unsur pendidikan dan objek penelitian. Dari 267 jumlah skripsi yang ada, kita dapat membandingkan dari jumlah terbanyak, dengan unsur pendidikan guru berjumlah 46 skripsi; konsep nilai 45 skripsi; dan metode 40 skripsi; hingga yang paling sedikit yaitu unsur pendidikan kurikulum dan kepala sekolah masing-masing satu skripsi; serta evaluasi dan sumber daya manusia masing-masing dua skripsi. Selain unsur klasifikasi, objek kajiannya mulai dari PAI, al-Quran, al-Hadits, Fiqih, SKI, Aqidah, Akhlak, Bahasa Arab, Muamalah, Politik, dan Hukum. Dari jumlah 287 objek, dimana objek bisa lebih dari dua, 148 diantaranya memilih PAI, dan 61 memilih akhlak. Sedangkan muamalah dan hukum kosong. Berkaca pada data di atas, saat ini terjadi ketidakseimbangan tema maupun objek kajian yang dipilih oleh mahasiswa. Mahasiswa cenderung memilih tema skripsinya hanya berdasarkan tema-tema yang telah ada. Dengan alasan tersebut kini tema dari skripsi di Jurusan PAI

6

|

SLiLiT ARENA


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA

mulai dibatasi.

pelestarian budaya Jawa'.

Menurut Suwadi, hal ini dikarenakan kemampuan

Pihak jurusan sendiri memang mengarahkan kepada

mahasiswa yang lemah dalam menentukan tema skripsi

penelitian lapangan. Alasannya, karena basik dari PMI

yang akan diangkat. “Problemnya adalah mahasiswa yang

adalah pengembangan masyarakat. Selain itu, karena

low, sehingga terpontal-pontal. Lah wong mengajukan

kualifikasi dosen yang dimiliki lebih banyak ke arah

tema kok lihat dari judul yang ada,” ungkap Kajur PAI yang

penelitian lapangan dibandingkan dengan kajian

mulai menjabat sejak tahun 2012 itu.

literatur.

Kini, dalam pola skripsi di Jurusan PAI mulai

“Karena dosen PMI kebanyakan penelitian lapangan.

dikelompokkan dengan karateristik tema skripsi yang

Sehingga terarah lapangan dan kualitatif. Kerena

diterima. Pertama, terkait dengan kompetensi PAI.

ketergantungan dengan SDM, dan dosen-dosen PMI yang

Misalnya ketika mahasiswa akan meneliti tentang PGMI,

ada kebanyakan penelitian lapangan. Sehingga arahnya ke

tidak bisa dilaksanakan karena PGMI bukan ranah PAI.

sana,” tutur Fajrul Munawir, Kajur PMI.

Kedua, dikaitkan dengan isu aktualitas. Misal menulis

Fajrul menambahkan, karena hal itu di Jurusan PMI

tentang tokoh klasik namun dikaitkan dengan isu aktual.

belum ada pengelompokan tentang pola maupun tema

“Saya ilustrasikan singkong, dulu singkong balok. Dipotong

skripsi yang akan diajukan oleh mahasiswa. Kendati

langsung digoreng.

Dengan sama-sama singkong tapi

demikian, pengawasan tentang tema yang diajukan oleh

sekarang jadi singkong keju. Boleh meneliti Al Gazali, tapi

mahasiswa tetap dilakukan. Kajian literature tetap

harus ada isu aktual tadi,” tandas Suwadi.

diperlukan untuk terjun ke masyarakat.

Ketiga, harus memadang kebaruan, karena yang baru

“Jadi perlu perimbangn antara literatur dan lapangan.

pasti punya kontribusi. Keempat, bisa dilaksanakan

Kalau nggak seperti itu nanti akan njomplang. Kalau

dengan objek kajian yang jelas. Kelima, tidak repetisi

literaturnya nggak pernah diteliti, nggak pernah

(mengulang-ulang) ganti lokasi, misal pembelajaran difabel

dikembangkan, nantikan jadi stagnan,” katanya.

di MAN dan hanya ganti lokasi saja. Menurut Suwadi

Pola skripsi yang kini berkutat dengan tema yang sama

pengelompokan ini berkaca dari pengelompokan tahun

dan hanya diganti objek kajian ditanggaapi Kartika,

2012 dan diterapkan pada tahun 2013.

mahasiswa PMI yang sedang mengerjakan skripsi. “Kalau

Stagnasi pola skripsi terjadi dengan bentuk yang

objeknya sama tapi pembahasannya berbeda nggak

berbeda di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

masalah. Tapi kalau objeknya beda tapi pembahasannya

(PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Di Jurusan PMI,

sama buat apa? Kalau buat skripasi apapun

ada dua pola pembuatan skripsi, yaitu kajian literatur dan

pembahasannya tapi kan harus beda dalam kajian pustaka

penelitan lapangan. Mahasiswa cenderung membuat

membandingkan dengan skripsi lain. Kalau sama isinya

penelitian lapangan.

nah kenapa harus diteliti lagi, harusnya adalah yang beda,”

Mahasiswa lebih memilih penelitian lapangan dengan wawancara, karena dirasa lebih mudah daripada kajian

pungkas Kartika. Percepatan Lulus

literatur. “Malas baca buku. Lebih mudah langsung

Tidak dapat dipungkiri, stagnasi pola skripsi ini karena

wawancara. Kalau literature kan harus banyak referensi,”

mahasiswa memang belum memahami secara total

ujar Lusiana Nur Utami, mahasiswa PMI.

tentang penggarapan skripsi yang baik. Skripsi yang

Pola skripsi di Jurusan PMI sendiri belum ada pengelompokan dan pembatasan tema, sehingga pola

seharusnya datang dari kegelisahan mahasiswa sebagai insan akademisi urung terlaksana pada praktiknya.

tema dan judul skripsi rata-rata sama. “Kita polanya

Tuntutan dari pihak jurusan agar mahasiswanya cepat

terserah. Di PMI belum ada pemetaan,” tutur Lusiana Nur

menyelesaikan studi menjadi salah satu penyebab.

Utami, mahasiswa PMI yang sedang mengerjakan skripsi

Mahasiswa bisa langsung mengajukan judul skripsi, hanya

dengan tema 'peranan Pokdarwis (Kelompok Sadar

dengan syarat telah lulus matakuliah Metodologi Penelitian.

Wisata) dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui SLiLiT ARENA

|7


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA Hal tersebut diungkapkan oleh Nikmaturrokhmah, mahasiswa BKI semester VI, yang ARENA temui di ruang

Azwar menceritakan proses pengajuan tema skripsinya.

skripsi perpustakaan lantai dua. Nikmaturrokhmah

Ia mengajukan tiga judul skripsi, ketiganya tidak ada yang

mengatakan, ia dan teman-teman seangkatannya telah

diterima. Alasannya, karena tema yag diajukan Azwar

disuruh mengajukan judul secepatnya oleh pihak jurusan.

terlalu meluas.

Saat ini, sudah lebih dari 75 persen teman sengkatannya

“Iya. Terlalu meluas. Dosennya bilang jangan terlalu

yang telah mengajukan judul penelitian skripsi. Beberapa

rumit-rumit, yang penting selesai dan mendalam,” kata

ada yang telah bimbingan.

Azwar.Baru pada pengajuan judul yang keempat skripsi

“Kata Kajur, kalau kakak angkatan banyak yang belum lulus, akan menghambat (proses perkuliahan, Red.),” katanya. Nikmaturrokhmah mengaku dirinya belum begitu mengerti tentang penggarapan skripsi. Dia hanya dirutuh mengajukan beberapa judul yang nantinya akan dikonsultasikan dengan pihak jurusan. Pihak jurusanlah yang akan memilih mana judul yang layak untuk diteruskan menjadi penelitian di skripsi. “Bikin dulu dua sampai tiga judul ke PA. kemudian konsultasi, kira-kira pembimbingnya bilang ini itu, dikasih saran. Lalau dikasih ke jurusan biar di tentukan yang bagus yang mana,” katanya. Pada akhirnya, memang pihak jurusan, atau dosen pembimbing lah yang menentukan arah penelitian skripsi mahasiswa. Hal serupa dialami oleh Muhammad Azwar, Mahasiswa Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin, Sejarah,

8

dan Pemikiran Islam semester X.

|

SLiLiT ARENA

Azwar diterima. Yaitu tentang Inkulturasi (ayat-ayat surga, surga Al-qur'an vs surga Arab). “Judul yang keempat dibantai juga, tapi dibantainya hanya dalam hal metodologi karena menganalogikan bahwa al-Quran dipengaruhi antropologi. Kemudian diterima karena aku bilang aku tidak mau melihat apakah al-Quran sebagai makhluk atau qodim, tapi melihat bahwa al-Quran dengan tradisi arab ada kemiripan,” kata mahasiswa yang akan diwisuda pada bulan April mendatang.[] wawancar bersama Chusnul Chotimah


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA Terlahir Demi Yang Lebih Besar

KUI begitu digadang-gadangkan di FSH dan menjadi Prodi dengan jumlah mahsiswa terbanyak. Namun kelahirannya sejak awal telah disiapkan untuk sesuatu yang lebih besar. Oleh: Ulfatul Fikriyah Waktu itu, tahun 1999, Syafiq

pendapat, semua peserta menyetujui

Hamim Ilyas sebagai kepala Jurusan

Mahmadah Hanafi, baru tiga tahun

pembukaan jurusan baru. Semua

Muamalah.

bergabung di Fakultas Syariah dan

menganggap penting secara

FSH adalah fakultas dengan ciri

Hukum (FSH) Institut Agama Islam

akademik. Akhirnya dalam workshop

khusus hukum Islam tau fiqih.

Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga. Ia

tersebut lahirlah Prodi baru bernama

Dengan adanya KUI di FSH memang

menjadi dosen Muamalah, salah satu

Keuangan Islam (KUI).

diakui Syafiq menjadi sesuatu yang

jurusan yang ada di FSH.

Ada niat tersendiri di kalangan

krusial. Hal ini dikarenakan sisi

Menurut penuturan dari Syafiq, di

FSH tentang rencana pendirian Prodi

tahun yang sama, FSH yang saat itu

KUI. Harapannya, KUI bisa menjadi

“Sementara belum ada induknya

Hamim Ilyas menjabat sebagai dekan,

embrio untuk membuat Faklutas

maka dititipkan kepada fakultas yang

berinisiatif menggelar workshop untuk

Ekonomi di IAIN Suka.

paling dekat keilmuannya lah. Kita

merencanakan pembuatan program

ekonomi yang dikembangkan di KUI.

“Itu (KUI, Red.) dinyatakan

mengambil akhirnya Muamalah yang

memang sebagai cikal bakal untuk

kita anggap paling dekat, makanya di

pendirian Fakultas Ekonomi. Waktu

titipkan syariah. Kalau Fishum sudah

lembaga keuangan

itu belum mengenal istilah ekonomi

ada mungkin dulu di Fishum,” Syafiq

syariah yang mulai berkembang saat

dan bisnis yah. Tapi Fakultas

menambahkan.

itu. Maka perlu dipersiapkan secara

Ekonomi,” kata Syafiq.

studi (Prodi) baru di FSH. “Ide awal waktu itu memang mengantisipasi

akademik adanya Prodi yang

Di tahun pertamanya KUI

Selain nama jurusan, di hari itu

menerima sekitar 90 mahasiswa baru

juga dibentuk tim khusus. Tim itu

yang kemudian diwadahi dalam dua

Syafiq adalah salah satu orang

diketuai oleh Mochamad Sodik,

kelas. Perkuliahan berjalan dengan

yang ditunjuk sebagai panitia dalam

beranggotakan Syafiq sendiri, Ibnu

dosen pengajar sebagian besar

acara workshop tersebut. Bersama

Qizam, Misnen Ardiansyah, dan

diambil dari jurusan Muamalah.

teman-temannya sesama dosen di

beberapa dosen lain di FSH. Tim

Sementara kurikulum yang

FSH, akhirnya workshop digelar di

inilah yang bertugas menggodog

digunakan disusun sendiri oleh Prodi.

gedung rektorat lama atau yang

kurikulum dan menyiapkan proposal

Menurut Syafiq, KUI adalah salah

sekarang bernama PTIPD/PKSI.

ke Mendiknas serta keperluan lain

satu Prodi yang diberikan

Ditunjuk sebagai ketua panitia adalah

untuk KUI.

keleluasaan secara akademik untuk

berkaitan dengan itu,” ungkap Syafiq.

Malik Madany.

Izin resmi KUI baru keluar setahun

mengatur kurikulumnya. “Sehingga

Pukul 09.00 WIB workshop dimulai

kemudian, saat itu Syamsul Anwar

mata kuliah yang Syariah (kurikulum

dengan peserta kesemuanya berasal

yang menjabat sebagai Dekan FSH.

dari FSH) tidak seluruhnya diadopsi,

dari FSH. Ini memang workshop

Prodi KUI berdiri di bawah naungan

yang universitas juga tidak

internal fakultas. Sesuai dengan ide

Jurusan Muamalah, karena

seluruhnya diadopsi,” ungkap dosen

awalnya, dalam workshop tersebut

kedekatan secara keilmuannya.

asal Yogyakarta tersebut.

dijelaskan bahwa FSH perlu

Jabatan tertinggi adalah Sekretaris

KUI ternyata direspon positif oleh

membuka Prodi baru yang mendekati

Prodi, yang dijabat oleh Akhmad

masyarakat. Beberapa tahun

lembaga keuangan syariah. Tidak ada

Yusuf Khoiruddin. Menginduk secara

kemudian, KUI menjadi favorit.

perdebatan, tidak ada perbedaan

langsung di bawah kepemimpinan

Dibukalah 4-5 kelas untuk SLiLiT ARENA

|9


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA

menampung mahasiswa baru. Waktu

Kalijaga diharuskan membuka tiga

mengusulkan untuk mengembalikan

itu belum ada sistem akreditasi,

fakultas dengan basic keilmuan

KUI pada rencana semula. Ketika itu,

asalkan universitas itu sudah negeri

umum. Dirancanglah tiga proposal

jabatan dekan telah beralih kepada

maka dianggap sudah memiliki

pembuatan fakultas baru. Fakultas

Yudian Wahyudi.

akreditasi baik.

Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum),

Melihat perkembangan KUI yang pesat dengan semakin banyaknya

Fakultas Sains dan Teknologi

sebagai

(Saintek) dan Fakultas Ekonomi.

mengajukan lagi untuk pendirian

fakultas

Syariah

mahasiswa yang mendaftar, orang-

“Yang memrakarsai pembuatan

fakultas ekonomi, karena ide dasar

orang yang mengurus KUI mempunyai

Fakultas Ekonomi memang UIN, tapi

dulu untuk fakultas syariah,” kaya

inisiatif untuk menjadikan KUI Prodi

berkoordinasi dengan Fakultas

Syafiq menirukan perkataannya

tersendiri, dan terpisah dengan

Syariah,” ungkap Syafiq.

kepada Yudian. Namun Yudian urung

Jurusan Muamalah. Akhirnya sekitar

Dari tiga fakultas yang diusulkan,

menanggapi secara maksimal

tahun 2003 keinginan itu terwujud. KUI

hanya Fishum dan Saintek yang

usulannya tersebut. Sehingga KUI

bukan lagi bagian dari Muamalah.

diterima, sedangkan Fakultas

masih berada di FSH.

Akhmad Yusuf Khoiruddin yang

Ekonomi tidak. Alasannya pada

semula menjadi Sekretaris Prodi,

waktu itu, karena Fakultas Ekonomi

diangkat menjadi KaProdi KUI.

sudah terlalu banyak dan dianggap

Bak gayug bersambut. Tahun 2004,

10

“Pak ini sudah saatnya kita

jenuh.

Harus Pindah ke FEBI Prodi KUI menjadi sangat berkembang. Dengan segala

IAIN di bawah kepemimpinan Amin

Usaha untuk membuat Fakultas

kemajuan yang telah dicapai, KUI

Abdullah sedang mengusung konversi

Ekonomi belum surut. Tahun 2005,

mendapatkan akreditasi A di FSH.

IAIN menjadi Uiversitas Islam Negeri

bertepatan dengan konversi IAIN

KUI menjadi taring di FSH. Data

(UIN). Untuk menuju UIN, IAIN Sunan

menjadi UIN. Syafiq kembali

tahun 2013, jumlah total mahasiswa

|

SLiLiT ARENA


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA

aktif di KUI 705 orang, terbanyak di

mengikuti sosialisasi mengenai hal

Yazid Afandi KaProdi KUI 2014.

FSH. Disusul kemudian Ilmu Hukum,

tersebut.

Menurutnya, masalah perpindahan

dengan 583 orang mahasiswa.

“Sekitar semester II akhir.

KUI adalah mencari cara yang

Te r n y a t a d e n g a n s e g a l a

Dikumpulinnya itu pas FEBI mau

terbaik, sesuia dengan keinginan

kemajuan yang dimiliki oleh KUI, para

buka. Itu kayak semacam sosialisasi.

UIN, tapi juga tidak melanggar

konseptor KUI belum melupakan niat

Ketika ada fakultas baru, masa depan

ketentuan dari Kementerian Agama.

awal KUI didirikan, yaitu membuat

KUI gimana? Karena ini juga nasib

Fakultas Ekonomi.

kami,” katanya.

“Sebenarnya kalau saya lihat ini seperti mencari pola penyelesaian

Niat tersebut benar-benar

Ageng Asmara Sani, salah satu

yang smooth. Masih mencari kira-kira

terwujud pada tahun 2012. Berbekal

mahasiswa KUI semester VI

seperti apa. Supaya ini kemauan dari

surat keputusan dari Direktorat

mengungkapkan telah lama

Kemenag pusat sama dengan

Jenderal Pendidikan Islam, UIN

mendengar kabar tersebut dari

kepentingan pengembangan UIN

memberanikan diri membuka

dosennya. “Tau dari dosen. Itu bilang

bisa match, kemudian tidak ada yang

Fakultas Ekonomi dengan nama

kalo pokokmen (pokoknya) sudah

dirugikan di sini. Makanya mencari

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

ada isu KUI bakal pindah,” ungkap

beberapa alternatif yang sampe

(FEBI). Ibnu Qizam ditunjuk sebagai

Ageng.

sekarang saya rasa belum final,” kata

dekan, dan Misnen Ardiansyah

Yazid.

“Tapi yang dipermasalahkan itu cara pindahnya nanti. Apakah dia

KUI akhirnya harus diputus, dan

Dengan adanya FEBI, maka KUI

ujug-ujung (tiba-tiba) langsung 100

tidak menerima mahasiswa baru

harus menginduk secara langsung ke

persen pindah ke sana? Apakah

pada tahun depan. Angkatan 2014

FEBI. Karena FEBI adalah rumpun

pelan-pelan? Apakah akan cut off,

mejadi angkatan terakhir di KUI. FSH

keilmuan terdekat dengan KUI

stop sampai angatan 2014 nggak

harus rela melepas si anak emas.

dibandingkan dengan FSH.

ada, nunggu kita yang angkatan 2013

Layaknya batu pertama dalam

akan

ke atas lulus semua. Kalau bedol

sebuah bangunan, KUI menjadi

dipindahnya Prodi KUI dari FSH ke

desa, kita cau (pindah) semua,”

FEBI telah diketahui hampir seluruh

tambah mahasiswa asal Bali

ahkirnya harus rela terbenam demi

mahasiswa KUI di UIN Suka. Akhmad

tersebut.

tercapai niatan awal.[]

sebagai wakilnya.

Munculnya

kabar

Syarifuddin, mahasiswa KUI

Kabar pindahnya KUI dari FSH ke

semester VI mengaku, sempat

FEBI ditanggapi oleh Muhammad

landasan yang kokoh, namun pada Abdul Majid/LPM ARENA

Space ini

Hanya Rp 50.000,Iklankan Usaha Anda, mari bergabung dengan kami! SLiLiT ARENA

| 11


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA

Trainig ICT dilakukan dalam 2 sesi, yakni sesi pertama

munaqosah. Harapan kita sebenernya bukan itu, tetapi

pada semester 1 dan sesi kedua pada semester 2. Training

juga mahasiswa mendapatkan tambahan kompetensi

tersebut dilakukan selama 10 kali pertemuan atau setara

dalam penggunaaan TIK. ICT ini ekstrakulikuler, bukan

dengan 2 sks, yang kemudian pada akhir training diadakan

seperti mata kuliah yang masuk dalam kurikulum, jadi

ujian training.

meningkatkan kemauan mahasiswa itu menjadi tantangan

Namun, dalam pelaksanaanya setiap tahun,

kami,” tuturnya.

presentase mahasiswa yang tidak lulus ujian ICT semakin

Hal senada juga diungkapkan oleh Arif Wibisono. Staff

bertambah. Untuk mahasiswa yang angkatan 2010 yang

PTIPD itu mengatakan, banyaknya mahasiswa yang tidak

mengikuti training sebanyak 1.975 mahasiswa, yang lulus

lulus ujian karena mereka menyepelekan training. Rata-

training sebanyak 1.097, mahasiswa yang tidak lulus

rata mahasiswa yang tidak lulus, absensi mereka tidak

sebanyak 878 mahasiswa. Angkatan 2011 yang mengikuti

sampai 75 persen. “Dalam Training ICT, absensi tidak

training sebanyak 3.179 mahasiswa, yang lulus training

berpengaruh dalam nilai ujian, yang dinilai hanyalah

sebanyak 1.366 mahasiswa, mahasiswa yang tidak lulus

jawaban dari setiap soal yang diberikan dalam ujian,”

sebanyak 1.813 mahasiswa. Angkatan 2012 yang

katanya.

mengikuti training sebanyak 3.320 mahasiswa, yang lulus

Muhammad Habibi, salah satu instruktur pelatihan juga

training sebanyak 1.205 mahasiswa, mahasiswa yang

menanggapi hal tersebut. “Banyak mahasiswa yang tidak

tidak lulus sebanyak 2.115 mahasiswa. Angkatan 2013

bisa memanaj waktu dengan baik, yang dikerjakan soal

yang mengikuti training sebanyak 3.380 mahasiswa, yang

yang susah dulu, padahal sudah kita sarankan lebih baik

lulus training sebanyak 1.272 mahasiswa, mahasiswa yang

mengerjakan soal yang mudah dulu, soal yang internet itu

tidak lulus sebanyak 2.108 mahasiswa. Berikut

soal yang paling mudah,” kata dia. Winda Eva, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, mengungkapkan ketidak lulusan dirinya dalam mengikuti ujian training karena tidak bisa mejawab soal Ms. Excel dan waktunya sangat mepet, “Waktu itu saya tidak bisa mengerjakan soal excel, susah itu, waktunya juga kurang, ketat juga pengawasanya,” tuturnya sambil tertawa. Habibi, membenarkan hal ini. Banyaknya mahasiswa yang tidak lulus ada di Microsoft Excel, “Dari sekian banyak kasus yang sering tidak diisi itu excelnya, mereka cuma ditulis soalnya saja, padahal ketika pelatihan kami menyuruh mahasiswa untuk bertanya mana saja yang belum paham, dan biasanya tidak ada yang bertanya,”

Kondisi banyaknya mahasiswa yang tidak lulus ujian ICT ditangapi oleh Agung, “Input mahasiswa kita sangat bervariasi, untuk mahasiswa fakultas-fakultas tertentu presentase kelulusanya untuk mencapai grade minimal B itu tinggi contohnya fakultas Sains dan teknologi (Saintek), tetapi di beberapa fakultas yang lain memang belum bisa mengikuti kemampuan anak Saintek, yang itu tadi kemampuan mahasiswa.Dok.Yang Pribadi kedua, kemauan mahasiswa, kadang-kadang tidak 100% mahasiswa menganggap training seperti seperti kuliah wajib, jadi mereka baru sadar butuh sertifkat ICT ketika mau

papar alumni mahasiswa Teknik Informatika itu. Vira, mahasiswa KPI juga mengugkapkan alasan lain atas ketidaklulusanya pada ujian training, karena masalah koneksi. “Dulu itu aku nggak bisa ngerjain karena waktu itu internetnya nggak connect,” katanya. Irfan, Fasilitator sekaligus pengawas dalam ujian training mengungkapkan, kejadian seperti yang dialami oleh Vira tdak seharusnya terjadi. Jika ada mahasiswa yang mengalami masalah dengan koneksi segera menghubungi SLiLiT ARENA

| 13


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA Ujian Training ICT Sering Tak Lulus

Banyaknya peserta ujian training ICT yang tidak lulus, menyebabkan mahasiswa harus merogoh koceknya lagi untuk mengikuti serifikasi. Alasan sebagian mahasiswa yang tidak lulus ujian training karena tingkat kesulitannya yang tinggi, sedang waktu yang diberikan sangat sedikit. Oleh: Khusni Hajar ICT (Information and Comunication Teknologi) merupakan training/pelatihan Teknologi dan Informasi

Sedangkan sertifikasi diadakan untuk memberi

yang dilakukan oleh Pusat Teknologi Informasi dan

kesempatan kepada mahasiswa sebelum angkatan 2007

Pangkalan Data (PTIPD) UIN Sunan Kalijaga. Program

ke bawah yang waktu itu belum

training ini telah berlangsung sejak tahun 2007. Agung

training untuk mengikuti ujian kemampuan IT dasar,

Fatwanto, ketua PTIPD menjelaskan adanya program

memberikan kesempatan kepada mahasiswa setelah

training merupakan terjemahan dari penjaminan mutu.

angkatan 2007 yang sudah mengikuti training tetapi belum

diwajibkan mengikuti

“Jadi ketika IAIN bertransformasi menjadi UIN itu

memenuhi standar minimal, dan memenuhi tuntutan

meyusun sasaran mutu, ada 5 sasaran mutu, yang nomor 5

beberapa prodi yang memiliki pembatasan jangka waktu

itu bidang tugasnya kami, lulusan UIN SUKA diharapakan

berlakunya sertifikat ICT lebih cepat dari yang telah

mampu menggunakan teknologi informasi, minimal

ditentukan oleh PTIPD.

gradenya B,” katanya.

12

diperuntukan pada mahasiwa baru di setiap tahunya.

“Dari PTIPD untuk jangka waktu sertifikat itu 7 tahun

Sasaran mutu tersebut diterjemahkan dalam bentuk

tetapi ada beberapa Prodi yang memberlakukan rentang

pelaksanaan program dan kegiatan, yakni berupa training

waktu sertifikat lebih cepat,” ungkap Agung. Sertifikat ICT

ICT dan Sertifikasi ICT yang fungsinya untuk meningkatkan

merupakan sertifikat wajib bagi mahasiswa UIN sebagai

kemampuan

syarat mengikuti Munaqosah dengan grade minimal B. Abdul Majid/LPM ARENA

|

SLiLiT ARENA

IT mahasiswa UIN. Training ICT hanya


UNIVERSITARIA

Selasa, 29 Aprill 2014

pengawas, agar segera bisa ditangani. “Sudah sering kita beri pegarahan kepada mahasiswa sebelum ujian untuk mengerjakan soal internet dulu, biar jika ada masalah langsung dapat kita atasi, kalau ngerjainya di akhir nanti kan waktunya kan mepet,” kata Irfan. Banyaknya mahasiswa yang tidak lulus ujian ICT menyebabkan mahasiswa tersebut harus mengikuti ujian sertifikasi dengan membayar Rp.40.000. Pendaftaran ujian sertifikasi dapat dilakukan kapan saja. Pendaftaran ujian sertifikasi bisa kapan saja, biasanya untuk ujian sertifikasi di hari Senin dan Rabu, kalau jumlah mahasiwanya banyak, kadang juga 3-4 kali dalam seminggu, ditambah di hari Selasa dan Kamis. Soal dalam

Keterangan : untuk mahasiswa angakatan 2011, 2012 dan 2013 masih banyak mahasiswa yang belum mengikuti ujian sertifikasi. Namun ada beberapa mahasiswa yang telah mengikuti ujian ICT.

ujian training dan dan ujian sertifikasi tidak jauh berbeda, yakni aplikasi Perkantoran (Ms. Word, Ms. Excel. Ms. Power Point) dan Internet. Berbeda dengan ujian training ICT, dalam ujian sertifikasi banyak mahasiswa yang lulus hanya dalam satu kali ujian. Sehingga jarang ada mahasiswa yang harus mengulang kembali setelah mengikuti ujian sertifikasi. “Kalau ujian sertifikasi banyak mahasiswa yang langsung lulus, paling hanya 1 atau 2 mahasiswa yang tidak lulus, dan yang tidak lulus juga di masalah Ms. Excel,” papar Arif yang juga korektor ujian sertifikasi. Berikut presentasenya :

14

|

SLiLiT ARENA

Tingginya tingkat kelulusan yang pada saat ujian sertifikasi ini tidak terlepas dari banyaknya waktu yang diberikan kepada peserta ujian. Waktu yang diberikan kepada mahasiswa ketika mengikuti ujian training adalah 90 menit sedangkan untuk sertifikasi 120 menit. “Kalau untuk training kenapa 90 menit karena kan baru saja diberi pelatihan, sedangkan kalau ujian sertifikasi mahasiswa perlu mengingat-ingat kembali, mereka sehingga diberikan waktu yang lebih lama,” jelas Arif.[]


KANCAH

Selasa, 29 Aprill 2014

Masih Belenggu Imperialisme Oleh: Arifkie Budiawarman Indonesia, mungkin bisa dikatakan belum merdeka

Seperti yang kita lihat, misi ini tak semata-mata tujuannya

sepenuhnya. Negara kita belum terlepas dari belenggu

untuk memajukan daerah jajahan. Tidak semata-mata

kolonialisme. Kita dahulu dijajah dan sekarang pun kita

mengobati pasien yang sedang sekarat. Namun untuk

masih dijajah, namun cara penjajahannya saja yang

memperlihatkan bahwa dokternya hebat dan mempunyai

berbeda. Pasti muncul dalam pikiran kita, kenapa saya

kuasa, sehingga pasien pun akan manut-manut saja apa

bisa mengatakan demikian? Sebelumnya kita harus

yang dikatakan dokternya. Intinya supaya sang pasien bisa

membicarakan dulu terkait dengan agenda penjajahan

dikuasai dari segi apapun. Memang dibalik itu semua ada

Barat terhadap dunia Timur. Ya, memang Timur belum

sebuah misi tersendiri untuk melanggengkan kekuasaan

sempat menjajah Barat. Dan malangnya posisi kita

Barat itu sendiri. Ya, sekarang kita mesti membuka mata lebar-lebar dan

sekarang ada di pihak Timur sebagai jajahan. Kira-kira awal abad ke 17 M, agenda imperialisme

melihat kenyataan ini. Dahulu kita dijajah dengan cara fisik

Barat ini telah hadir ke permukaan dunia Timur. Pada

dengan mengambil segala kekayaan negeri dan

mulanya orang-orang Barat menjelajahi Timur untuk

menghancurkan mental rakyat. Dahulu kita didiktekan

kepentingan negara mereka yaitu mendapatkan rempah-

untuk begini untuk begitu. Sekarang kita tetap masih

rempah. Mungkin kita dari SD telah mengenal istilah 3G

dijajah, kita masih didiktekan untuk seharusnya menjadi

(gold, glory, gospel). Namun kemudian niat awal ini

seperti ini dan seperti itu. Seperti kata Edward W. Said

berubah menjadi sebuah misi penjajahan. Yang mana

(Orientalisme, 1978), Barat seolah-olah hendak

kemudian menjadi sebuah kepentingan Barat itu sendiri

membentuk identitas Timur (kita Indonesia berada di pihak

untuk menguasai Timur dari segala aspek. Dalam hal menguasai tentu ada yang berkuasa dan

timur), Barat menjadikan Timur layaknya sebuah papan tulis, yang bisa dihapus, agar mereka bisa tinggal di sana

ada yang dikuasai. Pertemuan antara yang menguasai

dan memaksakan nilai-nilai mereka untuk diikuti oleh Timur

(penjajah) dan yang dikuasai ini (terjajah) lazim disebut orang dengan “colonial encounter� (pertemuan kolonial).

yang tinggal di dalamnya. Namun pertanyaannya sekarang adalah apakah kita

Dalam pertemuan ini, Barat -sebagai pendatang- melihat

benar-benar sakit? Apakah kita benar-benar terbelakang

timur sebagai sesuatu yang sangat memprihatinkan.

dan harus diberadabkan ? Permasalahannya adalah kita

Mereka memandang timur -daerah koloni mereka- begitu

sendiri tak mengerti bahwasanya kita ini lagi sakit atau tidak.

rendah, udik, kuno, dan tidak terdidik. Pandangan ini

Bahkan kita pun tak mengerti apa resep atau obat yang

membuat mereka mempunyai sebuah misi terhadap

telah diberikan Barat kepada kita itu sendiri. Kita hanya

Timur yang sering disebut-sebut dengan misi

menerima, manut dan mengagumi Barat tanpa mengerti

'pemberadaban' (civilization). Ibaratnya kita (Timur)

semuanya ini. Inilah sekiranya kondisi yang sering menjadi

adalah seorang pasien yang lagi sekarat, dan Barat tibatiba datang menjadi dokter yang menawarkan resep-

pemicu beberapa permasalahan di negara kita. Ada suatu kondisi yang menggambarkan kita sebagai

resep dan obat yang perlu kita minum supaya menjadi

pihak yang terjajah membenci sekaligus mengagumi

sehat. Dahulu misi ini sering didampingi oleh penjajahan

kemegahan bahkan ingin menjadi seorang Barat tentunya. Seperti sosok Hanafi dalam novel 'salah asuhan'. Bahwa

secara fisik. Penjajahan fisik sekarang tidak bisa lagi

hubungan kita (Timur) dan mereka (Barat) seperti

dilakukan. Sehingga misi pemberadaban ini pun dilakukan

hubungan “benci-benci tapi rindu�. Hal ini telah dijelaskan

dengan cara yang lebih halus. Mungkin bisa dengan cara

Homi K. Bhaba lewat konsepnya mimikri dan ambivalensi.

hegemoni dan sebagainya. Resep pun ditawarkan oleh

Dimana selalu muncul 'tiruan yang buram' (blurred copy)

dokter dengan cara yang lebih halus supaya sang pasien

dan 'sikap tak menentu' (ambivalen) dalam diri kita sebagai

meminumnya dan mengakui bahwa dokter itu hebat.

yang terjajah. Ambil saja Islam –yang lebih dekat dengan kita (Timur)SLiLiT ARENA

| 15


KANCAH

16

Selasa, 29 Aprill 2014

untuk menggambarkan kondisi yang terjadi saat ini.

tidak baik. Inilah yang dirasakan dalam sistem pendidikan di

Mungkin kita bisa membagi Islam itu menjadi dua bagian,

Indonesia saat ini. Bahwa pendidikan Indonesia jika belum

fundamental dan liberal. Kenapa bisa terbagi? siapa yang

menggunakan resep Barat, belumlah dapat dikatakan

fundamental dan siapa yang liberal? Pembagian ini tidak

sistem pendidikan yang baik. Barat melihat Timur sebagai

bisa kita lepaskan dari proyek imperialismenya Barat.

yang tak terdidik, bodoh, seperti yang dijelaskan di atas.

Munculnya Islam konservatif atau fundamental dan liberal

Sehingga Barat memberikan -mendiktekan- suatu sistem

telah menjadi bukti bahwa Barat telah berhasil

pendidikan yang baik –menurut mereka- untuk timur.

menampakkan kembali gigi mereka di dunia Timur. Dokter

Wacana pun dilancarkan di tengah-tengah masyarakat

telah berhasil memberikan resep dan obat kepada

timur tentang pendidikan yang baik. Dan kita sebagai timur

pasiennya, dalam hal ini Islam. Namun pasien tersebut

pun menerimanya dan mengagumi Barat sebagai Dokter

ada sebagian yang tak menerima mentah-mentah resep

yang telah memberikan obat tentang penyakit kita yaitu

itu dan ada sebagian yang menerimanya mentah-mentah. Pasien yang tidak menerima itulah mereka Islam

mutu pendidikan yang rendah dan sistem pendidikan yang

konservatif atau fundamental. Sedang pasien yang

tidak baik. Munculnya kebijakan-kebijakan baru tentang sistem

menerima merekalah yang disebut Islam liberal. Hal ini

pendidikan menjadi bukti bahwa Indonesia sedang

telah memicu konflik yang berkepanjangan dalam

mencoba meniru dan menggunakan resep yang telah

menentukan Islam kedepannya. Ambivalensi pun muncul

diberikan Barat. Adanya kebijakan-kebijakan yang

dalam tubuh umat Islam, di satu sisi mereka tidak

dikeluarkan oleh pemerintah ini telah berhasil

menerima apa pun yang berasal dari barat dan di sisi lain

memunculkan perdebatan yang sengit di tengah-tengah

mereka menerima begitu saja demi kemajuan Islam,

masyarakat dan kalangan mahasiswa khususnya yang

katanya. Ya, pihak konservatif menganggap resep-resep

secara langsung merasakan kebijakan tersebut. Pada

yang diterima pihak liberal dari Barat sebagai sesuatu

kenyataannya kebijakan tersebut belum mampu

yang tidak Islami (konsep kafir). Sedangkan pihak liberal

memberikan hasil yang positif dalam perkembangan

memakai resep-resep tersebut dengan tujuan merekonstruksi kembali khazanah Islam klasik yang tidak

pendidikan bagi rakyat Indonesia. Kebijakan-kebijakan itu misalnya tentang Ujian Nasional

lagi bisa digunakan zaman sekarang. Dalam Islam liberal

(UN), Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Nasional

inilah kemudian Barat menemukan kembali kuasanya.

(SNMPTN), revisi kurikulum, dan yang terhangat sekarang

Bahwa Islam yang fundamental bagi Barat adalah sesuatu

adalah Uang Kuliah Tunggal (UKT). Kebijakan ini

yang buruk sedang Islam liberal adalah baik. Inilah sebuah bukti dari proyek imperialisme barat yang

dihadirkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, katanya. Namun pada kenyataannya ini malah

sekiranya telah berhasil mencoba 'menghancurkan' Islam

menghasilkan permasalahan-permasalahan baru dalam

dari dalam –pihak Islam sendiri. Bahkan proyek-proyek

pendidikan khususnya. Memang Jika kita mencoba

lainnya telah lama merambah ke dalam negara kita. Dan

membuka mata kembali mungkin penerapan-penerapan

kembali kita Indonesia didiktekan oleh penguasa kita, penjajah kita, Barat. Lantas apa tawaran kita sebagai

kebijakan ini tak luput dari proyek imperialisme Barat. Ambil saja pembuatan kurikulum baru sebagai

negara Indonesia yang katanya telah merdeka selama

contohnya. Revisi kurikulum besar-besaran pun terjadi

lebih 60 tahunan? Apakah kita masih ingin dikuasai oleh

dalam upaya untuk mengikuti perkembangan zaman,

pihak lain? Membaca Pendidikan Penguasaan Barat atas Timur ini dilancarkan dengan

katanya. Di sini adanya upaya untuk menyamakan diri Barat sendiri. Tanpa kita harus tahu bahwa sistem

berbagai wacana. Antara yang baik dengan yang buruk

pendidikan kita dan kurikulum-kurikulum tersebut pada

yang ditentukan oleh Barat itu sendiri. Penilaian baik buruk

akhirnya hanya untuk kepentingan Barat semata, kapitalis

ini pun merambah ke dalam dunia pendidikan juga. Ada

khususnya. Apa kepentingan Barat kapitalis tersebut? Ya

suatu pendidikan yang baik menurut mereka dan ada yang

tentu untuk menguasai Indonesia kembali yang dimulai dari

|

SLiLiT ARENA

dengan Barat yang lebih baik, suatu kekaguman terhadap


OPINI

Selasa, 29 Aprill 2014

sistem pendidikan dengan memberikan resep-resep

sosial kemasyarakatan di mana peran utamanya adalah

kurikulum tersebut. Pada dasarnya hanya untuk

ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran dan

memproduksi pola pikir yang tidak kritis bagi rakyat

tanggungjawab sosial itulah yang sampai detik ini tidak

Indonesia. Dengan tidak kritisnya rakyat Indonesia tentu

boleh ditawar-tawar lagi sebagai landasan utamanya. Sebagai salah satu hak sekaligus kewajiban dari

mereka dengan mudah kembali menjajah Indonesia dari

masing-masing warga Negara, kebebasan pers perlu untuk

segala aspek. Di samping kurikulum, ada Uang Kuliah Tunggal

terus terjamin, terutama dalam hal praksisnya di lapangan.

(UKT) yang menjadi isu terhangat dalam sistem

Meski Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

pendidikan kita saat ini. Dengan diberlakukannya

(Pasal 4) sudah mempertegas penjaminan tersebut, yakni

kebijakan UKT ini kiranya dapat memberikan suatu

kebebasan pers sebagai hak asasi warga Negara; tidak

keadilan bagi mahasiswa, harapannya. Biaya kuliah

diperkenankan adanya penyensoran, pembredelan atau

sesuai dengan kemampuan finansial keluarga. Namun

pelarangan penyiaran; mempunyai hak mencari,

kebijakan ini pun menghasilkan pergolakan di tengah-

memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan

tengah masyarakat, mahasiswa khususnya. Nah, apakah

informasi; serta wartawan mempunyai “hak tolak”, pada

kebijakan ini pun adalah sebuah resep yang ditawarkan

realitasnya masih ada saja yang bertentangan. Hal ini tentu

oleh dokter untuk kita sebagai pasiennya ? Jika benar ini

saja bermakna bahwa kebebasan pers belum sepenuhnya

adalah resep, tentu di belakang resep itu ada kepentingan

teranulir sebagaimana seharusnya. Mengambil contoh di lingkungan kampus, tak jarang

Barat.

para jurnalis Pers Mahasiswa (Persma) menemui kendala ketika hendak “membongkar” suatu realitas lingkungan Yogyakarta, 07 Maret 2014

kampus di mana ia berada, terutama tentang kebobrokan pelayanan dari civitas akademiknya. Di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, persoalan semacam itu juga terjadi

Meneguhkan Kembali Kebebasan Pers di Dunia Kampus

hari ini. Teman-teman Persma yang ingin mengangkat isu soal sikap “acuh tak acuh” – sikap ini dinilai dari maraknya asisten dosen (Asdos) yang mengampu mata kuliah

Oleh: Maman Suratman “Hanya ada dua hal yang menerangi segala sesuatu di muka bumi: matahari di langit dan pers di bumi.” --Mark Twain,--

tertentu – dari beberapa dosen pengampu mata kuliah dalam proses perkuliahan, sampai tulisan ini dipublikasikan, soal itu belum terealisasi bahkan jauh dari apa yang diharapkan. Selain karena perdebatannya masih

Saban hari kita sudah mengenal apa yang disebut

hanya berada di kalangan mahasiswa, sehingga akurasi

sebagai “kebebasan pers”. Di Indonesia, istilah ini sudah

datanya masih mengawang-ngawang, informasi langsung

mulai mengemuka di saat pemerintahan sedang dilanda

dari dosen bersangkutan pun sangat sulit didapatkan,

krisis. Kontrol atas pemerintah masih begitu sedikit saat itu,

terutama soal alasan penggunaan Asdos. Salah satu

bahkan tidak ada sama sekali. Baru pada runtuhnya rezim

faktornya adalah karena dosen bersangkutan tidak mau

Orde Baru, kebebasan pers cenderung semakin luas.

ditemui apalagi dimintai tanggapan mengenai persoalan

Beragam media massa (pers), baik nasional ataupun lokal, berbondong-bondong mengembangkan sayapnya, saling

yang melibatkan dirinya tersebut secara individu. Sepintas lalu, asdos bukan menjadi masalah ataupun

bersaing dalam hal mencari, memperoleh, memiliki,

penghambat dalam proses perkuliahan. Bahkan, jika asdos

menyimpan, mengolah, serta menyampaikan informasi

sekalipun yang harus mengemban semua mata kuliah dari

sebagai konsumsi publik. Di samping sebagai lembaga ekonomi yang dituntut

awal semester hingga akhir, tentu tidak akan pernah menjadi masalah di kalangan mahasiswa. Memang,

berorientasi komersil guna mendapat keuntungan

sebagian mahasiswa menganggap bahwa perkuliahan itu

finansial, pers juga bertanggungjawab sebagai lembaga

hanya proses formal yang hubungannya secara langsung SLiLiT ARENA

| 17


Selasa, 29 Aprill 2014

UNIVERSITARIA kepada kelanjutan studi atau ke dunia kerja. Mereka

menjadi masalah yang urgent di mana penyelesaiannya

cenderung berpendapat bahwa pengetahuan

mau tidak mau harus melibat-sertakan dosen-dosen

sesungguhnya hanya bisa didapat di luar lingkungan

bersangkutan. Sudah terlalu lama wacana seputar ini hanya

kampus, sedang kampus hanyalah jembatan yang sifatnya

mengalir di kalangan mahasiswa. Lagi-lagi, ini menjadi

sementara. Karenanya, mau diajar dosen atau Asdosnya,

kendala terbesar bagi mereka. Seperti sudah disebutkan di

menguasai atau tidak materi perkuliahan, bukan jadi soal.

awal tadi bahwa dosen-dosen bersangkutan, jangankan

Yang terpenting bagi mereka adalah – maaf jika sedikit

hendak berbagi informasi mengenai soal ini, melihat batang

menyebutnya pragmatis – ijazahnya. Akan tetapi, sebagian besar mahasiswa lainnya juga

hidung para jurnalis Persma saja, bagi mereka (dosendosen), sudah seperti melihat hantu, hingga harus bergegas

perlu kita perhatikan. Bahwa ada mahasiswa yang merasa

berlari. Aneh, bukan?

dirugikan dan “dibohongi� dengan hadirnya pengajarpengajar dadakan seperti asdos ini. Mahasiswa yang tadinya bersemangat mengikuti mata kuliah karena menganggap dosennya mumpuni di bidang itu, misalnya karena sudah bergelar doktor atau professor di bidangnya, pada akhirnya patah (semangat) hanya karena persoalan pengajar atau dosen yang mereka anggap masih setara dengan mereka (pengajar dengan yang diajar sama-sama masih berstatus mahasiswa). Alhasil, mahasiswa pun ikutikutan acuh tak acuh dalam proses perkuliahan tersebut. Dari realiatas yang demikian ini, timbul pertanyaan besar. Maraknya asdos yang mengemban proses perkuliahan, bukankah ini pertanda bahwa dosen pengampu yang bersangkutan tidak memiliki komitmen luhur sebagai tulang punggung bangsa kita? Bagaimana mungkin bangsa ini akan tercerdaskan jika para pengajarnya saja tidak mampu atau bahkan tidak memiliki niat dan keinginan untuk berkecimpung dalam aktifitas pencerdasan tersebut? Persoalan asdos ini mungkin saja terbilang sederhana. Akan tetapi, biar bagaimanapun sederhananya, tentu tak bisa dianggap sepele, apalagi persoalan itu sudah menyangkut atau melanggar hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang bersangkutan. Dosen yang memiliki kewajiban sebagai pengajar tidak boleh acuh tak acuh pada kewajibannya, dan mahasiswa yang menggenggam hak sebagai pelajar tentu harus

*** Ada baiknya untuk kita kembali mengingat bahwa fungsi pers tidak lain sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan yang utama adalah kontrol sosial (Pasal 3 Ayat 1 UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers). Keempat fungsi ini jelas memaktub beberapa manfaat di dalamnya. Sebagaimana pernah dinyatakan Amartya Sen (TEMPO : 2004) bahwa melalui pers kita dapat berkomunikasi dan lebih memahami dunia secara lebih leluasa, menyuarakan aspirasi kalangan yang termarginalkan, dan ikut serta menyebarluaskan pengetahuan. Jadi, ketika ada pihak yang tidak mau berbagi informasi hanya karena soal itu menyangkut aibnya secara pribadi, ini jelas harus kita maklumi bersama. Akan tetapi, jika soalnya seperti yang terjadi di lingkungan kampus, di mana itu melibatkan dosen sebagai orang yang memiliki kewajiban dan tanggungjawab sosial yang besar, jelas tidak boleh ada konpensasi atasnya. Persoalan hak dan kebenaran adalah persoalan yang berbeda ranahnya. Tidak boleh dicampuradukkan. Maka dari itu, kebebasan pers harus dan sewajibnya untuk kita teguhkan kembali. Paling tidak, itu berawal dari dunia kampus, dunia mahasiswa, dunianya para penerus cita-cita bangsa. Karena darinya, kebenaran bisa terungkap, bagaimanapun pahitnya. Bahwa konsekuensi jangan pernah dijadikan hambatan walau sedikitpun.

mendapatkan pendidikan sebagaimana selayaknya sebagai pelajar sekaligus warga Negara. Bagi para jurnalis Persma, realitas yang demikian ini

Maman Suratman Mahasiswa Filsafat Universitas Islam Negeri

SLiLiT ARENA mengundang semua kalangan civitas akademika UIN Sunan Kalijaga untuk mengirimkan tulisan maupun artikel ke alamat redaksi LPM ARENA. Dan bagi pihak-pihak yang merasa tidak puas dengan pemberitaan SLiLiT ARENA, bisa menuliskan hak jawabnya, atau datang langsung ke kantor redaksi LPM ARENA guna berdiskusi lebih lanjut.

18

|

SLiLiT ARENA


SASTRA

Selasa, 29 Aprill 2014

Tangan Waktu *Oleh: Saifa Abdillah Angin yang menolakku pohon dan hujan yang mengacuhkanku seperti juga dingin yang melemparkan aku ke sini kenapa gelap begitu sempit bergumul di antara cahaya yang berbalik arah jika segala yang tegak di bumi menolakku, sisakan satu saja untukku seperti seberkas pesona pada peristiwa rahasia abadi para pecinta yang ketika terkuak keanggunannya akan merontokkan kedua sayap jibril, yang mustahil pemisah antara aku

dan pesonamu yang Ilahi Jagad Kutub, 2013

Di Tomoho Sebelum cuaca redam angin angkuh bersikeras selisih dengan hujan yang pedendam hujan marah mengamuk Sangahe dan Tomoho di Sulawasi selama tiga hari bukit-bukit runtuh, jalanan pasang dan sungai pun seperti terus tunduk pada hujan dan angin yang bertingkah bagai kutukan

mengerahkan sungai dan membunuh apa yang hendak dibunuh selama titah Tuhan pada peperangan belum selesai dipertempuran mengungsilah... mengungsilah angin dari reruntuhan barangkali ada yang terlupakan apa yang tak kau pikirkan dari sebuah kehendak yang mendadak bangkit dari air bandang jangan terburu-buru ini bukan setan, tapi Tuhan yang jadi penengah Jagad Kutub, 2014

mengungsilah... Dok. Istimewa mengungsilah angin dari reruntuhan

Adalah Mahasiswa Perbandingan Agama, dan aktif di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta.

sebelum hujan

Sebuah Cerpen

Antara Kopi dan Ayah *Oleh: Tri Adnan Suara kokok ayam membangkitkan matahari dari tidurnya. Secara perlahan, dia menampakkan wujudnya yang kemerahan. Di saat itulah aktifitas manusia dimulai. Aku sebagai manusia juga tidak luput dengan hal itu. Memulai aktifitas pagi dengan melakukan apa yang menjadi kewajibanku secara tidak langsung sebagai seorang anak. Membantu Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga. Wujud bakti terhadap keluarga. Gelas-gelas kotor aku susun rapi ke sebuah baki kecil, untuk memudahkan saat dibawa ke tempat pencucian. Secara tidak sengaja mataku beralih ke sebuah gelas kaca yang tidak berwarna bening lagi. Gelas itu bewarna agak gelap. Terdapat rona kehitaman memenuhi seluruh permukaannya. Kopi lah yang telah membuatnya seperti itu. Dia duduk manis di rak piring, tepatnya berada di paling pojok. Karena sudah lama tidak disentuh, membuatnya

semakin kusam saja. Entah kenapa, tanpa dikomandoi dadaku sesak saat melihat gelas itu. Penglihatanku kabur karena air mata yang mengenang di pelupuknya. Gelas itu mengingatkanku pada seseorang. Lelaki tua yang selalu meneguk cairan hitam dari gelas kaca itu. *** “Tira, ke sini sebentar, buatkan Ayah kopi,” Ayah memanggilku pelan. Dengan segera, aku mendekati beliau. “Ayah, ayolah. Tidak usah minum kopi lagi. Hanya memperburuk kesehatanmu Ayah. Sudah tiga kali Ayah minum kopi hari ini, ini kali keempatnya.” “Tahu apa kau ah? Sudah, kalau kau tidak mau membuatkannya untukku, tidak usah cerahamiku seperti itu.” Aku hanya tertunduk takzim mendengar kata-kata Ayah. Walau dengan hati berat, aku tetap membuat Ayah segelas kopi yang bewarna hitam pekat. Kopi kesukaan Ayah. Dua SLiLiT ARENA

| 19


SASTRA sendok bubuk hitam dipadukan dengan satu sendok gula,

Ayah. Hanya memperparah kesehatan beliau. Ayah begitu

disempurnakan dengan guyuran air panas yang

bangga pada kopi karena rasa dan aromanya yang

melahirkan aroma yang khas disaat aku mengaduknya.

menggelitik rongga hidung. “kau tahu? Aku dan kopi itu tidak

Hidungku serasa mengenal aroma ini seperti sahabat

dapat dipisahkan. Aku tidak dapat berfikir jernih tanpa kopi.”

dekat.

Begitulah kata Ayah padaku saat itu sambil menghirup

Ayah adalah seorang pecandu kopi. Dalam sehari, dia

aromanya. Sayangnya kopi tidak pernah bangga atau

bisa minum kopi lebih dari tiga kali. Pagi saat matahari

memuja Ayah dengan sedikit memberikan manfaat yang

menyapa, siang di kala matahari bersinar perkasa dan

terkandung di dalam tubuhnya.

malam ketika matahari meringkuk di sangkarnya. Kadang-

Entah karena Ayah yang terlalu banyak memasukkan

kadang disaat waktu senja menjelang, Ayah masih

cairan hitam kental itu ke dalam tubuhnya, atau kandungan

menyempatkan meneguk cairan hitam ini. Membiarkan

kopi lah yang tidak bersahabat dengan organ-organ tubuh

cairan ini memperburuk kesehatan dan secara perlahan

Ayah, sehingga asma yang diderita Ayah semakin parah.

membunuh dari dalam.

Ditambah semakin banyaknya air hitam itu masuk setiap

Aku tidak menyalahkan cairan pekat itu atas kepergian

hari memenuhi lambung Ayah.

Ayah. Sama sekali tidak. Walau sebenarnya, dia lah yang

Aku sering menemani Ayah untuk mengunjungi dokter,

memacu rangsangan benih-benih yang bersemayam di

mengadu atas ulah penyakit ini. Dokter telah berulang kali

dalam tubuh Ayah lebih agresif untuk beraktifitas. Benih-

memperingatkan Ayah untuk mengurangi meminum kopi, di

benih yang membuat aku meneteskan air mata melihat

depan dokter Ayah mengangguk seperti paham seberapa

Ayah yang sesegukan hanya untuk mengambil oksigen

parah asma yang bersarang di dalam tubuhnya. Tapi, saat

bebas di udara tanpa ada yang menagih pembayaran

Ayah telah berada di rumah, beliau seperti lupa atas apa

atasnya.

yang dikatakan dokter. Beliau kembali memintaku

Asma. Peradangan kronis yang terjadi pada saluran pernapasan. Membuat orang yang menderitanya menjadi

membuatkan kopi, seperti tidak menghiraukan bahaya yang mengancam tubuh rentanya.

sulit untuk bernafas. Itulah penyakit warisan yang diterima

“Tahu apa dia ah? Dia tidak bisa menghentikanku

Ayah dari Kakek. Aku juga tidak bisa menyalahkan Kakek

dengan mudahnya. Toh dia juga manusia, tidak pantas

atas penyakit yang dia wariskan. Semua telah diatur Tuhan,

mengaturku begitu saja,” begitulah kata Ayah saat aku telah

hanya itu yang bisa aku gumamkan sebagai penghibur hati,

memperingatkan apa yang telah dikatakan dokter atas

disaat melihat siksaan yang dirasakan Ayah hanya untuk

penyakitnya. Ayah yang bandel.

mengambil sedikit udara yang berkeliaran di bumi. Aku

Dan pada akhirnya, tubuh Ayah tidak kuasa lagi

bersyukur tidak menerima warisan turun temurun itu dari

menahan sakit atas setiap udara yang dia hirup untuk

Ayah.

melanjutkan usia. Ayah pergi. Pergi selama meninggalkan

Banyak yang mengatakan kopi adalah obat alami yang dapat membantu meringankan asma. Sungguh

aku di dunia. Meninggalkan kenangan pada jejak-jejak hitam yang tergambar jelas pada gelas kaca.

menakjubkan kafein yang dikandungnya, membantu

***

meringankan tekanan yang terjadi di saluran pernafasan.

“Tiraa ... ke sini sebentar,”

Susunan zat kimia yang terdapat di dalam kafein

Aku tersentak saat Ibu memanggil dari dapur. Seketika

menyerupai susunan zat kimia yang terdapat dalam Theophylline. Theophylline dikenal sebagai obat untuk meredakan penyakit yang telah lama bersarang di dalam tubuh Ayah ini.

20

Selasa, 29 Aprill 2014

lamunanku buyar. Aku kembali ke dunia sekarang. “Iya Bu, aku segera datang.” Dengan cepat, aku menghapus genangan yang sempat terbit di ujung mata. Sebelum memenuhi panggilan Ibu, aku

Tetapi, tidak semua obat bisa menjadi sahabat, begitu

menoleh pada gelas yang menyimpan jutaan kisah. Aku

juga antara kopi dan Ayah. Mereka tidak menjadi sahabat

hanya bisa tersenyum tipis saat memandangnya. Paling

sejati yang bisa saling berbagi. Kopi tidak menyehatkan

tidak, gelas itulah yang mendekatkan aku dengan Ayah.

|

SLiLiT ARENA


SASTRA

Selasa, 29 Aprill 2014

Sebuah Puisi

Walau sebenarnya aku menyesal karena selalu menuruti kemauan beliau membuatkan kopi. Aku tidak bisa menolak setiap perintah Ayah. Aku terlalu sayang kepadanya. Hatiku selalu luluh setiap beliau pulang dari ladang dan memintaku untuk membuatkan kopi. Pernah suatu kali aku telah berjanji pada diriku untuk tidak membuatkan Ayah kopi lagi, tapi disaat Ayah membuatnya

Hukum dan segala peraturan pun kau buat semata untuk membenarkan penyembelihanku Sungguh kejam kau wahai manusia‌ apa salahku sehingga kau sembelih?

sendiri dengan mata sayu, hatiku kembali berontak untuk melakukan rutinitas harian itu lagi. Aku merasa telah durhaka dengan tidak menaati perintahnya dan

Aku kambing di pinggir jalan aku juga pejabat di pusat pemerintahan

membuat beliau bersedih. Selamat jalan Ayah. Maafkan aku yang ikut andil dalam menyuburkan penyakitmu. Sekretaris Redaksi LPM Al-Itqan STAIN Syekh M. Djamil Djambek

Aku berada di mana-mana Di mana saja selama masih ada manusia jahanam ** 3. Sajak Cuci Uang

Bukittinggi, Padang, Sumatera Barat.

Sajak Nugroho Angkasa 1. Sajak Dagang Kamu panggil aku karena aku jualan barang apa urusanmu? kamu mau tahu barang yang kujual? mau kamu beli juga? Aku buka warung aku jualan teh, kopi, mi instan apa urusanmu? Mau makan dan minum? aku layani sepenuh hati pokoknya kamu bayar aku terima Kenapa pula aku tanya asal-usul uangmu? hasil korupsikah? Uang dari mana pun itu bukan urusanku urusanku kamu beli yang aku jual jangan lupa bayar Kenapa pula aku sampai dipanggilpanggil yang berwenang? bayaranmu padaku semua tutut disita pula Kalau terus seperti itu urusan di negeri ini siapa yang mau dagang lagi? Kamu yang sedang baca sajak ini jangan senyum-senyum dan malah senang begitu daganganku ini usaha paling tua Anak, istri, dan keluargaku aman tidak pernah diganggu maka harus ada warung seperti

warungku ini memangnya salah? Kalau ada orang korupsi, ya tangkap saja dia apa urusannya denganku? Apa urusannya dengan uang yang sudah dia bayar kepadaku untuk barang dagangan yang sudah kuserahkan padanya Kenapa setelah kamu seret dia, aku juga diseret-seret segala? Apa karena aku melayani koruptor? Bukankah banyak juga di tempattempat ibadah? sita juga sumbangan-sumbangan mereka di sana berani? ** 2. Sajak Kambing Korban Kau memberiku makan, rumah, uang, dan kedudukan amboi aku merasa girang bukan main senangnya Tapi akhirnya baru kutahu kau telah jadikan aku kambing korban Kau menggemukkan diriku bukan karena kau menyayangiku Kau menggemukkanku untuk keuntunganmu sendiri supaya aku jadi paling gemuk Sekarang aku baru tahu tega-teganya kau wahai manusia!

Koruptor dikenai pasal cuci uang? jujur aku bingung kenapa korupsi tidak disebut korupsi saja Seenaknya kalian memasuki rumah mereka menggeledah dan menyita baju mereka, barang-barang mereka Kenapa kalian tidak berani ke tempattempat ibadah juga yang jatah mereka lebih dari yang diperoleh koruptor Aku bingung kenapa dianggap bersekongkol dan dipersalahkan? bagaimana dengan para ahli kitab di tempat-tempat ibadah yang notabene tidak menjual apa-apa tapi tetap dapat jatah! Aku masih berdagang barang Sedangkan mereka hanya berjualan harapan Aku sungguh bingung kenapa mereka tak tersentuh dan kenapa aku yang justru dicari-cari dan jadi buronan terus? Aku sungguh bingung, bingung, bingung‌ ** 4. Sajak S3: Sumpah Seekor Sapi Kamu pikir dengan menyembelihku perkara selesai tidak, tidak semudah itu Saat penjagal-penjagalmu memisahkan kepala dari badanku segala kebangsatanmu pun tampak jelas di depan mata dan terekam oleh jiwaku

SLiLiT ARENA

| 21


SASTRA

Selasa, 29 Aprill 2014

Sebuah Puisi

Mereka yang sekarang membuatmu pusing tujuh keliling dan tak bisa tidur malam adalah roh sapi-sapi gentayangan yang kamu sembelih mereka datang untuk balas dendam Silakan memerah tetek susu kami, monggo silakan ambil semua susu kami, kami rela Tapi kalau kami disembelih bagaimana kalau suatu saat kami berkuasa dan kami ganti menyembelih kalian semua? Cukup sudah kamu perdagangkan bangsaku, rasku, keluargaku, wahai bangsa manusia! sekarang giliran kalian mesti membayar utang aku datang untuk menyelesaikan utang – piutangmu Akhirat masih lama kamu mesti bayar sekarang juga Ayo kuantar kamu ke rumah-rumah tempat penjagalan manusia-manusia seperti kamu! ** 5. Sajak Pangeran

Dulu aku gembong becak sekarang tidak aku jadi pengurus beberapa gembong sudah naik pangkat Dulu aku gembong becak tapi kini aku tidak lagi mau jadi oncom Pengalamanku banyak sekali semua karena kegembonganku Dulu paling banyak terjadi kecelakaan itu prestasi yang luar biasa Pasalnya bagiku orang-orang yang tak mampu adalah makhluk lemah tidak berguna bagi bangsa tak bermanfaat untuk negara Terlebih rakyat semua berotak tempe ditambah lemah lagi apa mau jadi tempe mereka

kapan-kapan akan aku ceritakan hubungan kecoa dan politisi Jadi untung juga ya dulu aku gembong becak sehingga masih banyak kenalan Tapi tetap saja lebih untung sekarang aku mengurusi beberapa gembong tinggal kutelpon mereka salah seorang langsung membereskan Satu orang mati untuk mengurusi anakku, pangeranku “no problem� itu kata toke-toke yang kuhubungi semuanya beres dalam sekejap mata Berkat kegembonganku dulu pangeranku selamat Ya bagaimana tidak selamat? keluarga yang tak mampu itu dapat uang mereka malah berterimakasih jadi mau apa lagi? Orang lemah, tak berguna mereka tak mampu tak pernah memberi keuntungan untuk apa mereka hidup?

Bangun pagi itu kerja petani aku pangeran putra petinggi

Dulu aku gembong becak kecelakaan-kecelakaan itu justru untuk menyelamatkan agar bangsa tempe tetap jadi tempe tidak jadi oncom

Untuk apa bangun pagi-pagi? aku tidak perlu ke ladang untuk bertani

Tempe masih sehat oncom bisa buat sakit perut

Mohon komisi itu kerja makelar aku pangeran, bukan makelar

Orang-orang yang mati dalam kecelakaan itu sudah hampir jadi oncom jadi ya biarlah semua terjadi seleksi alam namanya supaya tempe tidak berubah jadi oncom

Bagiku perjalanan hidup ini layaknya rambutku tak beruban begitu saja

Dulu aku gembong becak jadi masih banyak kenalan tukang-tukang becak sejati

Semua jalan ini pernah kulewati sekarang aku tahu cara-cara jitu untuk memanipulasi apa saja

Anakku pernah ditabrak becak eh malah orang lemah itu melapor kok cepat melapor ya? Seperti kecoa saja

Manipulasi itulah caraku bagi politisi kegembongan seperti diriku ini

Money laundering? Kenapa harus dicuci? walau kotor, haram toh uang tetap uang kutelan mentah-mentah, enak juga kok rasanya Kalau dicuci bisa susut, untuk apa? anak bisa haram, istri juga bisa tapi uang, tak ada uang haram dengan uang akan kupertahankan kerajaan ayahku bahkan mengembangkannya! Dengan uang akan kubuat singgasana yang berukuran pas untuk pantatku

22

bagi kalian yang mau memasukiku aku selalu terbuka! ** 6. Sajak Revolusi

|

Dulu aku gembong becak sebelumnya hanya tukang becak

Dulu aku gembong becak‌

Ingat aku pangeran, anak raja aku pengganti ayahku, raja kalian

Bukan, bukan kecoa karena kalau kecoa itu seperti politisi mereka tidak pernah mati abadi

Kubuka diriku

Kelak di sajak lain

SLiLiT ARENA

Inilah baiknya hidup di alam demokrasi. peraturan dan undang-undang berjaya! berjaya karena bisa diubah-ubah diatur, disulap, diapa-apakan saja oleh para toke-toke!


NA

Selasa, 29 Aprill 2014

23

|

SLiLiT ARENA


EDISI APRIL 2014

SLiLiT

ARENA

www.lpmarena.com

Jelas & Mengganjal


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.