Survei populasi dan distribusi orangutan kalsel forina2016

Page 1

Survei Populasi dan Distribusi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Tabalong, Kalimantan Selatan

Foto oleh: Feri Husien

Disusun oleh : Sri Suci Utami Atmoko, Fajar Saputra, Azwar dan Ambriansyah

2016


DAFTAR ISI Halaman COVER DAFTAR ISI .................................................................................................

1

PENDAHULUAN .........................................................................................

2

A. Latar Belakang ...............................................................................

2

B. Tujuan ............................................................................................

3

C. Manfaat Penelitian ..........................................................................

4

METODOLOGI ............................................................................................

4

A. Waktu dan Lokasi ..........................................................................

4

B. Sampling Transek ...........................................................................

4

C. Pengumpulan Data dan Analsisi ....................................................

4

1. Transek sarang orangutan …. ................................................

4

2. Vegetasi …. ..............................................................................

5

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

6

A. Hasil ...............................................................................................

6

1. Kondisi Biofisik Lokasi Pengamatan …. ..................................

6

2. Keanekaragaman jenis tumbuhan dan pakan orangutan ..........

8

3. Temuan Sarang dan Keberadaan Orangutan ….....................

9

4. Keberadaan pohon Ara (Ficus spp) dan pohon berbuah di sekitar jalur pengamatan . ........................................................

10

5. Temuan jenis satwa liar lainnya (Mamalia dan Burung) …. ....

10

B. Pembahasan ...................................................................................

12

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

14

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

16

LAMPIRAN .................................................................................................

17

1

Forum Orangutan Indonesia - 2016


PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orangutan adalah kera besar satu-satunya di Asia, dimana 80-90% sebarannya berada di Indonesia (selebihnya di Malaysia-Borneo). Indonesia memiliki dua jenis Orangutan, yaitu Pongo abelii yang terdapat di Sumatera dan Pongo pygmaeus yang tersebar di Borneo. Kedua jenis tersebut telah terpisah secara geografis paling sedikit sejak 10.000 tahun yang lalu, saat terjadi kenaikan permukaan laut antara pulau Sumatera dan Borneo. Selain itu, terdapat variasi morfologi dan genetik pada populasi orangutan Borneo yang dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis (Groves, 2001; Warren dkk, 2001; DepHut 2007) yaitu: Pongo pygmaeus pygmaeus yang tersebar di bagian Barat Laut Kalimantan (Taman Nasional Betung Kerihun, TN Danau Sentarum, dan sekitarnya), Utara Sungai Kapuas sampai Timur Laut Serawak. Pongo pygmaeus wurmbii memiliki sebaran pada Barat Daya Kalimantan, bagian Selatan sungai Kapuas dan bagian Barat sungai Barito. Pongo pygmaeus morio yang terbatas sebarannya pada Sabah dan bagian Timur Kalimantan sampai sejauh sungai Mahakam. Dari sebaran ketiga jenis orangutan yang ada di Borneo, belum banyak yang melaporkan keberadaan orangutan di Propinsi Kalimantan Selatan. Sebaran orangutan di beberapa lokasi di propinsi Kalimantan Selatan baru diketahui dalam beberapa tahun terakhir ketika ada laporan dari masyarakat setempat yang melihat langsung di lapangan (Alfi pers.kom.; Radar Banjarmasin 10 Oktober 2014; pemerhati orangutan Kalimantan Selatan lainnya) serta BKSDA Kalimantan Selatan (BKSDA KalSel 2015). Sayangnya hingga saat ini belum ada infomasi yang jelas mengenai jenis, populasi dan distribusinya secara pasti. Saat ini keberadaan kedua spesies orangutan di alam sangat terancam dan rentan terhadap kepunahan. Oleh IUCN (2014) orangutan borneo ditetapkan sebagai ”endangered” (Genting), sementara kondisi yang lebih kritis di Sumatra menempatkan orangutan di pulau itu ke dalam kategori ”critical endangered” (Kritis). Keduanya juga terdaftar dalam Appendix I CITES, yang berarti baik satwa maupun semua produk yang berasal darinya tidak boleh diperdagangkan di manapun juga. Di Indonesia, orangutan telah dilindungi secara hukum melalui : Peraturan perlindungan binatang liar no. 233 Th. 1931, UU no. 5 Th. 1990, SK MenHut 10 Juni 2

Forum Orangutan Indonesia - 2016


1991 no. 301/Kpts-II/1991 dan PP no. 7 Th. 1999, SK Menhut Nomor 447/KptsII/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar, SK Menhut Nomor P.53/Menhut-IV/2007 tentang Strategi dan Rencana Aksi Orangutan Indonesia 2007 – 2017. Banyak faktor yang menyebabkan pesatnya penyusutan populasi Orangutan, antara lain rusaknya habitat hutan akibat penebangan liar, konversi lahan hutan menjadi pertanian/perkebunan, kebakaran hutan, perburuan satwa ini untuk dikonsumsi, dipelihara maupun diperdagangkan. Ancaman besar

kepunahan jenis kera

ini juga semakin tinggi terjadi di luar kawasan konservasi

dengan area

lahannya yang masih berupa hutan sarat akan kepentingan yang lain. Orangutan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan memencarkan biji-biji dari tumbuhan yang dikonsumsinya. Ketidakhadiran orangutan di hutan hujan tropis dapat mengakibatkan kepunahan suatu jenis tumbuhan yang penyebarannya tergantung oleh primata itu. FORINA pada akhir Januari 2016 telah melakukan ground check di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan bersama masyarakat Desa Tambak Sari Panji dan pemerhati orangutan Kalimantan Selatan (FORINA 2016). Hasilnya membuktikan keberadaan orangutan di kawasan tersebut melalui perjumpaan sarang orangutan dan rambut orangutan yang tersangkut di sarang. Namun sebagian besar sarang orangutan yang dijumpai, sudah terbakar bersama kebakaran yang terjadi pada bulan September-Oktober 2015. Untuk itu diperlukan survei lebih detail. Survei populasi dan distribusi orangutan ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan orangutan di kabupaten Hulu sungai Utara dan Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. B. Tujuan Berdasarkan latar belakang tersebut, survei ini bertujuan: 1. Mengetahui populasi dan distribusi orangutan (Pongo pygmaeus) di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. 2. Mengidentifikasi jenis tumbuhan yang mempunyai nilai konservasi tinggi, termasuk jenis yang menjadi sumber pakan Orangutan. 3. Mengetahui potensi dan keanekaragaman jenis satwa liar lainnya, khususnya dari taxa mamalia dan avifauna.

3

Forum Orangutan Indonesia - 2016


C. Manfaat Penelitian Hasil survei ini diharapkan akan bermanfaat sebagai : 1. Informasi mengenai keberadaan populasi, distribusi dan habitat orangutan di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. 2. Masukan dalam strategi pengelolaan kawasan.

METODOLOGI A. Waktu dan lokasi Survei dilaksanakan selama 10 hari yang dimulai pada

tanggal 9 – 18

Februari 2016 di kawasan hutan yang statusnya merupakan Area Penggunaan Lain (APL) di

Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong, Propinsi

Kalimantan Selatan. Kawasan ini memiliki luasan sekitar 10.000 – 15.000 ha, namun kondisinya hampir 95%

telah hancur akibat kebakaran hebat yang terjadi pada

bulan September-Oktober 2015, sehingga diperkirakan hutan yang masih tersisa tinggal sekitar 500 – 750 ha saja (kawasan survei), itupun dengan kondisi yang banyak rusak akibat tebangan liar. B. Sampling Transek Penentuan sampling transek dibuat secara acak pada hutan yang diperkirakan masih baik dan tidak mengalami kebakaran. C. Pengumpulan Data dan Analisis 1. Transek sarang Orangutan Survei ini menggunakan metode jalur transek linier yang telah ditentukan untuk melakukan pengamatan/ penghitungan sarang orangutan (FORINA 2012a). Parameter yg diperlukan dalam perhitungan kepadatan orangutan adalah (1) estimasi jarak perpendikular sarang dari jalur, (2) kelas kerusakan/ kehancuran sarang,

ada empat kelas yang dipakai

untuk memprediksi kondisi tersebut

(van Schaik dkk., 1995) :

4

Kelas 1 = sarang baru, semua daun masih hijau

Kelas 2 = warna daun sudah mulai oklat dan mulai berlubang

Kelas 3 = daun sudah coklat semua, lubang sudah terlihat banyak

Kelas 4 = daun sudah habis dan strukturnya berubah

Forum Orangutan Indonesia - 2016


Selain itu, ada delapan data tambahan untuk melengkapi informasi terutama sebagai penanda perilaku (karakteristik) bersarang di daerah tertentu, yaitu (1) tinggi sarang, (2) tinggi pohon sarang,(3) dbh pohon sarang, (4) diameter sarang, (5) jarak sarang dg kanopi pohon teratas, (6) posisi sarang di pohon, (7) sudut antara jalur dengan posisi sarang, (8) jenis pohon sarang dalam bahasa lokal/latin. Analisis yang digunakan untuk memperkirakan kepadatan sarang menurut van Schaik dkk., 1995 adalah : d = N / (L x w x 2) dimana : d = kepadatan sarang (/km2) N = jumlah sarang yang teramati sepanjang jalur transek L = panjang transek (km) W = estimasi lebar efektif pengamatan (km) Persamaan untuk mengubah kepadatan sarang

menjadi kepadatan

Orangutan (individu/km2) menurut van Schaik dkk., 1995 adalah : D = d / (p x r x t) dimana D = kepadatan Orangutan (individu/km2) p = proporsi Orangutan yang membuat sarang dalam populasi r = rata-rata produksi sarang harian (N sarang per kapita / hari) t = estimasi umur sarang (hari)

2. Vegetasi Pengamatan vegetasi dilakukan pada jalur transek yang telah dibuat dengan cara membuat plot berukuran 20 x 20 meter. Jarak antara plot adalah 100 meter. Pengumpulan data yang diambil dalam pengamatan ini adalah jenis pohon yang mempunyai ukuran diameter di atas 10 cm. Dari hasil pengukuran dan pengumpulan data di lapangan, maka untuk menganalisis suatu data perbedaan jenis yang ada di dalam hutan yang berbeda yang dianalisa adalah nilai penting jenis (NPJ). Untuk mencari NPJ, Cottom & Curtis (1956) menguraikan dan membandingkan taxa pohon (suku, marga, jenis) dalam plot pengamatan. NPJ didapat dengan cara menjumlahkan Kerapatan relatif (Kr), Dominansi relatif (Dr) dan Frekuensi relatif (Fr). 5

Forum Orangutan Indonesia - 2016


NPJ = Kr + Dr + Fr

Dimana :

Kerapatan relatif (Kr) =

Kerapatan suatu taxon Jumlah kerapatan semua taxon

Dominansi relatif (Dr) =

Dominansi suatu taxon X 100% Jumlah dominansi semua taxon

Frekuensi relatif (Fr) =

Frekuensi suatu taxon Jumlah frekuensi seluruh taxon

X 100%

X 100%

Data lain yang dikumpulkan dalam survei ini adalah mengukur parameter ekologi kualitas habitat orangutan berdasarkan: (1). Keberadaan rambung pencekik raksasa yang menyediakan pakan alternatif dan arena sosial yang penting bagi orangutan terutama di Sumatera disaat musim kurang buah (van Schaik dkk., 1995; Utami dkk., 1997; Wich dkk., 2006). (2). Kelimpahan tumbuhan berbuah sepanjang jalur transek (disebut juga dengan metode “Fruit trail�) (van Schaik dkk., 1995; Buij dkk., 2002; FORINA 2012a). Selain itu, kami juga melakukan invetarisasi jenis satwa liar lainnya baik secara langsung maupun indikasi keberadaannya melalui jejak, sarang, kotoran, cakaran dan suara (Mamalia: Payne dkk. 1985, Supriatna dan Wahyono 1985, Tweedie 1991, FORINA 2012b; Burung: Phillips dan Phillips 1985).

Hasil dan Pembahasan A. HASIL

1. Kondisi biofisik lokasi pengamatan Kawasan hutan terletak diantara dua kabupaten yaitu Hulu Sungai Utara dan Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Secara administratif lokasinya berbatasan dengan propinsi Kalimantan Tengah di bagian utara dan barat, tepatnya dengan kabupaten Barito Timur, sedangkan pada bagian barat laut, timur dan selatan masih masuk wilayah propinsi Kalimantan Selatan (Gambar 1).

6

Forum Orangutan Indonesia - 2016


Gambar 1. Lokasi survei dan sebaran sarang orangutan di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Tabalong, Kalimantan Selatan serta Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah.

Untuk mencapai lokasi survei kami menggunakan kendaraan air (kelotok) dari Desa Tambak Sari Panji, Kecamatan Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Waktu tempuh sekitar 45 menit sampai 1 jam hingga mencapai titik pengamatan. Jalur yang dilewati kelotok selain sungai juga banyak kanal yang telah dibuat oleh perusahaan yang sebelumnya akan menjadikan kawasan tersebut menjadi perkebunan sawit. Sepanjang kanal terlihat bekas hutan yang terbakar luas bahkan terlihat sarang orangutan yang ikut terbakar. Menjelang camp survei, mulai terlihat hutan yang minim terbakar (Gambar 2).

Gambar 2. Akses menuju lokasi pengamatan (Foto oleh: Azwar)

7

Forum Orangutan Indonesia - 2016


Area pengamatan transek merupakan hutan rawa gambut dengan kondisi hutan sudah banyak mengalami kerusakan akibat tebangan dan bukaan untuk lokasi perladangan, tutupan vegetasi rata-rata kurang dari 65 % yang didominansi oleh jenis tumbuhan Lithocarpus dan Elaeocarpus. Topografi relatif landai dengan lantai hutan yang kering sampai berair dengan ketinggian di bawah 60 cm (Gambar 3)

Gambar 3. Lokasi pengamatan transek (Foto oleh: Azwar)

2. Keanekaragaman jenis tumbuhan dan pakan orangutan Hutan tersisa di blok Haur Gading merupakan lahan Hutan rawa bergambut tebal kering dan berair, karena sedang musim hujan sehingga genangan air di mana-mana, dengan kedalaman hingga 60 cm. Banyak lahan bekas terbakar, sehingga sulit mencari bagian yang tidak terbakar dan bisa dipastikan bagian tersebut berair dalam. Semua area transek merupakan lahan bekas tebangan (pembalakan kayu), sehingga jenis-jenis pohon komersil tinggal sisa-sisa, bahkan masih banyak batang kayu yang sudah siap dirakit oleh mereka. Hampir semua jenis pohon yang batangnya berdiamatar 20 cm diambil. Tinggal tegakan tingkat tiang dan semai yang tersisa. Total telah dikerjakan 1,24 ha plot vegetasi, teridentifikasi 28 family dengan 52 genus/spesies, dimana 26 spesies diantaranya

adalah jenis pohon pakan

orangutan. Sepuluh jenis pohon yang mendominasi vegetasi yaitu: Parapat/Tumeh (Combretocarpus rotundatus), Lithocarpus sp., Elaeocarpus mastersii, Acronychia pedunculata, Cryptocarya sp., Eugenia caudatilimba, Nephelium mangayi, Diospyros sp., Horsfieldia sp. dan Palaquium psendorostratum, dimana enam jenis diantaranya adalah pakan orangutan (Lampiran 1). Sementara di luar plot vegetasi, teridentifikasi juga 31 jenis pakan orangutan (termasuk liana). Dari pohon-pohon yang teridentifikasi, baik didalam maupun diluar 8

Forum Orangutan Indonesia - 2016


plot, satu jenis merupakan jenis endemik Kalimantan, dua jenis dilindungi Negara (PP 7/1999) dan empat jenis dilindungi internasional (IUCN) karena memiliki Nilai Konservasi Tinggi (NKT/HCV).

3. Temuan Sarang dan Keberadaan Orangutan Ada 4 sampling jalur pengamatan transek yang dibuat (lihat Gambar 1) dengan panjang total 2960 m. Total jumlah sarang orangutan yang dijumpai 42 sarang (masing masing klas I = 3 sarang; klas II = 1 sarang; klas III = 22 sarang dan klas IV = 16 sarang). Selain sarang yang dijumpai di jalur transek, kami juga menjumpai banyak sarang yang berada di luar transek termasuk hutan yang berada di ka-ki kanal, baik hutan yang masih hijau maupun yang sudah terbakar, tercatat lebih dari 50 sarang yang dijumpai di luar jalur transek selama pengamatan (Gambar 4)

Gambar 4. Sarang yang dijumpai di luar lokasi transek (Foto oleh: suci atmoko)

Dalam survei ini kami tidak menjumpai secara langsung keberadaan orangutan, namun suaranya terdengar hampir setiap hari (pagi dan sore menjelang malam) di lokasi transek II dan IV yang lokasinya berjarak sekitar 500 – 750 m dari camp kami bermalam. Berdasarkan informasi beberapa masyarakat pencari kayu yang berkemah di tepi kanal dilaporkan bahwa

orangutan sering juga dijumpai pada hutan bekas

terbakar dan turun ke tepi kanal untuk minum. Hasil analisis perhitungan sarang dengan menggunakan rumus line transect diperoleh hasil kepadatan rata-rata 720,41 sarang/km2 (acuan nilai p=0,88; r=1,15; t = 365, hutan rawa gambut Kalimantan Tengah; van Schaik dkk, 1995; Husson dkk, 2009). Selanjutnya hasil perhitungan kepadatan populasi diperoleh rata-rata 1,95 individu/km2. Bila di-ektrapolasi dengan luasan hutan yang masih tersisa di lokasi tersebut, maka perkiraan jumlah total orangutan yang masih ada di kawasan tersebut berkisar antara 10-15 individu. 9

Forum Orangutan Indonesia - 2016


Walaupun begitu, perkiraan populasi di atas bukan merupakan jumlah yang baku yang ada pada kawasan survei mengingat hutan yang masih tersisa pun sudah terfragmentasi secara luas. Harapan untuk bisa mempertahankan populasi orangutan yang masih tersisa adalah pada kawasan hutan yang masih ada di bagian barat laut yang menyambung kawasannya dengan daerah berhutan di Propinsi Kalimantan Tengah (Gambar 1). Disamping itu juga untuk hutan yang sudah terbakar diharapkan tetap dipertahankan agar menjadi hutan kembali secara alami, atau direstorasi dengan benih tumbuhan asli dan tidak dialih fungsikan menjadi kawasan budidaya.

4. Keberadaan pohon Ara (Ficus spp) dan pohon berbuah di sekitar jalur pengamatan Keberadaan orangutan liar di alam tidak terlepas dari buah yang menjadi makanan utamanya, salah satunya buah ara (Ficus spp) yang merupakan salah satu pakan favorit dan juga sebagai area sosial untuk orangutan sumatera (Utami dkk, 1997). Selama melakukan pengamatan sarang orangutan di jalur transek, kami juga menginventarisasi keberadaan pohon ara dan kelimpahan tumbuhan berbuah, berdasarkan perjumpaan buah segar yang jatuh di sepanjang jalur transek. Namun hasil inventarisasi di lapangan tidak banyak dijumpai kedua jenis tersebut. Untuk jenis pohon Ara (Ficus spp), kami hanya menjumpai 1 pohon yang masih menempel di pohon inangnya, sementara kelimpahan tumbuhan berbuah di lokasi transek sangat minim, yaitu 6,42 tumbuhan berbuah/km dan umumnya (63, 15%) merupakan buah yang bertekstur keras seperti jenis Lithocarpus sp.

5. Temuan jenis satwa liar lainnya (Mamalia dan Burung) Ada sekitar 15 jenis mamalia (termasuk orangutan) yang dijumpai selama pengamatan, baik secara langsung maupun indikasi keberadaannya melalui jejak, sarang, cakaran, feses (kotoran) maupun suara (Gambar 5).

10

Forum Orangutan Indonesia - 2016


Gambar 5. Callosciurus notatus dan Egretta sp (Foto oleh: Azwar)

Satwa yang masuk dalam golongan mamalia merupakan jenis yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam ekosistem, salah satunya adalah sebagai satwa penyebar biji tumbuhan yang berperan dalam regenerasi hutan. Sebagian besar jenis dari satwa ini juga merupakan satwa langka yang dilindungi oleh undang-undang baik oleh Pemerintah Indonesia maupun Internasional. Daftar jenis satwa mamalia yang dijumpai

di lokasi selama survei beserta status

perlindungannya dapat dilihat di bawah ini (Tabel 1). Tabel 1. Jenis mamalia yang dijumpai beserta status perlindungannya. Famili

Cercopithecidae

Hylobatidae Pongidae

Sciuridae

Hystricidae Ursidae Mustelidae

11

Spesies Macaca fascicularis Presbytis rubicunda Hylobates albibarbis Pongo pygmaeus Ratufa affinis Callosciurus notatus Nannosciurus melanotis Hystrix brachyura Helarctos malayanus Mydaus javanensis

Nama Indonesia Monyet ekor panjang Lutung Merah Kelawet

Nama Inggris Long-tailed Macaque Maroon Langur Whitebearded Gibbon

Orangutan

Orangutan

Jelarang

Giant Squirrel Plantain Squirrel Pigmy Squirrel Common Porcupine

Bajing kelapa Bajing kerdil Landak Beruang madu Teledu sigubang

Forum Orangutan Indonesia - 2016

Status konservasi PP7 IUCN CITES App II App II d

EN

App I

d

EN

App I App II

d

App II

Sun Bear

d

DD

App I

Malay Badger

d

VU

App II


Suidae

Tragulidae

Sus barbatus

Babi hutan berjenggot

Tragulus javanicus

Kancil

Tragulus napu

Napu

Cervus timorensis Cervus unicolor

Cervidae

Bearded Pig

NT

Lesser Mouse Deer Greater Mouse Deer

d d

Rusa timor

Javan Rusa

d

Rusa sambar

Sambar deer

d

Status Konservasi: d = Dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999; IUCN: EN = Endangered (genting), VU = Vulnerable (rentan), NT = Near Threatened (mendekati terancam punah), DD = Data Deficient (Kurang data); CITES: Appendix I :Jenis yang tidak dapat diperdagangkan secara Internasional, Appendix II : Jenis yang dapat diperdagangkan secara internasional dengan pembatasan kuota tertentu yang didasarkan atas data yang akurat mengenai populasi dan kecenderungannya di alam.

Selain jenis mamalia, dalam kawasan ini juga banyak dijumpai jenis satwa lainnya, khususnya jenis burung. Paling tidak, ada 42 jenis burung dapat dijumpai di lokasi survei. Dari daftar temuan jenis burung yang ada, beberapa diantaranya menjadi indikator dalam ekosistem hutan, seperti jenis burung Takur (Megalaima raflesii dan Megalaima australis), Burung hantu paruh kodok (Batrachostomus sp), Murai batu (Copsychus malabaricus), Gagak (Corvus enca), Beo (Gracula religiosa) dll. Selain itu juga tercatat beberapa burung yang masuk kategori dilindungi oleh undang-undang seperti jenis burung elang, raja udang dan lainnya (Lampiran 2).

B. Diskusi Minimnya informasi keberadaan orangutan kalimantan (liar) di Kalimantan Selatan membuat keberadaan mereka tidak diketahui sebelumnya, baik di komunitas

peneliti

maupun

pengambil

kebijakan,

baik

nasional

maupun

internasional. Sehingga sebaran orangutan di Kalimantan yang kita ketahui bersama sebelumnya adalah hanya di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Survei yang dilakukan FORINA dan beberapa survei sebelumnya sejak tahun 2014 oleh Biodiversitas Indonesia (Universitas Lambung Mangkurat) dan Pemerhati Orangutan Kalimantan Selatan lainnya (Bpk. Feri Husien dan kawan-kawan), serta BKSDA

Kalimantan

Selatan,

telah

mengkonfirmasi

keberadaan

orangutan

kalimantan (liar) di wilayah Kalimantan Selatan. Keberadaan orangutan di Kalimantan Selatan, sampai selesainya survei ini terkonfirmasi hanya di kawasan Haur Gading (Kabupaten Sungai Hulu Utara) dan kawasan Benua Lawas (Kabupaten Tabalong), walaupun ada informasi dari masyarakat, bahwa pergerakan orangutan dapat mencapai kawasan hutan sekitar Danau Panggang (Kabupaten 12

Forum Orangutan Indonesia - 2016


Sungai Hulu Selatan). Namun kebakaran yang telah melanda Pulau Kalimantan termasuk wilayah Haur Gading dan Benua Lawas pada bulan September-Oktober 2015, kemudian asap panas yang tersisa dari kebakaran juga terus terlihat hingga Desember 2015, telah merusak habitat dan ekosistem sebagian besar kawasan tersebut (Gambar 6). Populasi orangutan di Haur Gading, adalah populasi orangutan yang menjelajah hingga kawasan hutan tersisa di Kabupaten Barito Timur (Kalimantan Tengah).

Gambar 6. Asap sisa kebakaran yang terus terlihat di bulan Desember 2015 (Foto oleh: BKSDA Kalimantan Selatan) dan kondisi kawasan yang sama di bulan Januari 2016 dengan sisa-sisa sarang orangutan (Foto oleh: suci atmoko).

Pokok-pokok kayu yang masih berdiri (termasuk jenis pohon pakan dan pohon sarang orangutan) terus dikeluarkan menuju Danau Panggang bahkan di beberapa lokasi sudah terpasang papan penjualan kawasan (Gambar 7). Semua ini menjadi ancaman serius, selain keberadaan kanal yang dibuka perusahaan sawit. Oleh karena itu, untuk merehabilitasi kawasan hutan yang terbakar, penutupan kanal harus dilakukan (oleh perusahaan sawit), terutama akses ke Tabalong (akses kayu) agar gambut tidak kering dan terbakar kembali.

Gambar 7. Tebangan dari ex-pohon terbakar yang ditarik keluar (Foto oleh: suci atmoko), pondok penebang dan papan penjualan kawasan (Foto oleh: BKSDA Kalimantan Selatan).

13

Forum Orangutan Indonesia - 2016


Keberadaan orangutan di Haur Gading harus ditingkatkan kualitas dan luasan habitatnya dengan melakukan reboisasi/ rehabilitasi lahan terbakar dengan tanaman pakan dan sarang orangutan asli daerah tersebut. Patroli pencegahan kebakaran dapat diikutsertakan untuk pengamanan habitat orangutan. Bahkan kegiatan patroli dapat dikombinasikan dengan ekowisata (orangutan, burung dan kerbau) terbatas (tidak besar-besaran, artinya, jumlah pengunjung terbatas dan frekuensi kunjungan yang terbatas, misalnya hanya disaat musim buah hutan, agar memperbesar peluang untuk bertemu orangutan di hutan). Langkah kebijakan untuk status lahan yang dapat mendukung keberadaan orangutan di sana, juga harus segera dilakukan, salah satunya untuk dapat menjadi Kawasan Ekosistem Esensial.

KESIMPULAN 1. Keberadaan orangutan kalimantan dijumpai di lokasi hutan APL di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. 2. Lokasi survei 95% terbakar pada bulan September-Oktober 2015. 3. Diperkirakan masih ada sekitar 10-15 individu orangutan di hutan yang tidak terbakar dan tersambung dengan hutan di wilayah Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. 4. Pada area hutan yang tidak terbakar masih dijumpai satwa liar, diantaranya 15 jenis mamalia dan 42 jenis burung. 5. Pada 1,24 ha plot vegetasi, teridentifikasi 28 family dengan 52 genus/spesies, dimana 26 spesies diantaranya adalah jenis pohon pakan orangutan. 6. Hutan bekas kebakaran diharapkan tetap dipertahankan untuk pemulihannya secara alami atau direstorasi dengan benih tumbuhan asli dan tidak dialih fungsikan menjadi kawasan budidaya atau konversi. 7. KawasanEkosistem Esensial menjadi status yang diusulkan untuk kawasan habitat orangutan di Haur Gading dan Tabalong.

14

Forum Orangutan Indonesia - 2016


UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kepala Desa dan masyarakat Desa Tambak Sari Panji-Kecamatan Haur Gading-Kabupaten Hulu Sungai Utara (Pak Rusdi dan keluarga serta Pak Ahu) dan Kepala Desa HabauKecamatan Benua Lawas-Kabupaten Tabalong, serta Pemerhati Orangutan Kalimantan Selatan (Bpk. Andin Alfianoor Ansyarullah Naim, Bpk. Feri Husien dan pak Zada Syirhan) serta BKSDA Kalimantan Selatan. Untuk dukungan dan berbagi informasi selama pelaksanaan survey dan sebelumnya. Semoga hasil survei ini dapat memberikan masukan positif bagi usaha konservasi orangutan di Kalimantan Selatan khususnya dan Indonesia, serta dapat dilanjutkan dalam bentuk kerja konservasi bersama.

Gambar 8. Tim survei orangutan FORINA dan masyarakat Tambak Sari Panji: Ambriansyah, Fajar Saputra, Zada Syirhan, Ali, Ahu dan Azwar (ki-ka).

15

Forum Orangutan Indonesia - 2016


DAFTAR PUSTAKA DEPARTEMEN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, 1999 : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. DEPARTEMEN KEHUTANAN, 2009 : Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007 – 2017. FRANCIS, C.M, 2001: Photographic Guide To Mammals of South-East Asia. HUSSON, S.J., WICH, S.A.,MARSHALL, A.J., DENNIS, R.D., ANCRENAZ M, BRASSEY, R., GUMAL, M., HEARN, A.J., MEIJAARD, E., SIMORANGKIR, T and SINGLETON, I, 2009 :Orangutan distribution, density, abundance and impacts of disturbance. In: Serge A Wich, Sri Suci Utami-Atmoko, Tatang Mitrasetia and Carel P. van Schaik (eds.) Geographic Variation in Behavioral Ecology and Conservation. Oxford University Press, New York. IUCN Red List of Threatened Animals Database Search Results. http:// www.wcmc.org.uk/cgi-bin/arl_output.p PAYNE, J., FRANCIS, C.M. and PHILLIPS, K. 1985: Field Guide to the Mammals of Borneo. The Sabah Society with WWF Malaysia. PHILLIPS, Q. and PHILLIPS, K. 1985: Phillipps’ Field Guide to the Bird of Borneo. Sabah, Sarawak and Kalimantan. Second Edition Fully Revised. SCHAIK, C.P., AZWAR, PRIATNA, D. 1995. Population estimates and habitat preferences of orangutans based on line transects of nests (eds. R.D. Nadler, B.M.F. Galdikas, L.K. Sheeran, N. Rosen). In: The Neglected Ape. Plenum Press, New York, pp. 129-147. SUPRIATNA, J dan WAHYONO E.H, 2000: Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. TWEEDIE, M.W.F, 1991: Mammals of Malaysia. Longman, Malaysia. UTAMI, S.S., WICH, S.A., STERCK, E.H.M., dan van HOOFF, J.A.R.A.M. 1997. Food competition between wild orangutans in large fig tress. Int. J. of Primatol. 18: 909-27.

WICH, S.A., UTAMI-ATMOKO, S.S., MITRA SETIA, T., DJOJOSUDHARMO, S., and GEURTS, M.L. 2006. Dietary and energetic responses of Pongo abelii to fruit availability fluctuations. Int. J. of Primatol. 27: 1535-50.

16

Forum Orangutan Indonesia - 2016


LAMPIRAN Tabel lampiran 1. Daftar jenis pohon dalam plot vegetasi dan jenis pakan orangutan. No.

Genus / species

1

Combretocarpus rotundatus

2

Lithocarpus sp.

3

Elaeocarpus mastersii King

4 5

Acronychia pedunculata (L.) Miq. Cryptocarya sp.

6

Eugenia caudatilimba Merr.

7

Nephelium mangayi Hiern

8

Diospyros sp.

9

Horsfieldia sp.

10

Palaquium psendorostratum H.J.Lam

12 13 14 15

Campnosperma coriaceum (Jack) Hallier f. Xylopia malayana Hook.f. & Thomson Ilex sp. Stemonurus scorpioides Becc. Shorea teysmanniana

16

Mezzettia parviflora Becc.

17 18 19

Shorea sp. Melicope sp. Beilschmiedia sp. Archidendron clypearia (Jack) I.C.Nielsen

11

20 21

Litsea oppositifolia L.S.Gibbs

22

Litsea angulata Blume

24

Syzygium tawahense (Korth.) Merr. & Perry Shorea balangeran (Korth.) Burck

25

Lithocarpus gracilis (Korth.) Soepadmo

23

17

Forum Orangutan Indonesia - 2016

IUCN

Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou.

Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou.

EN Pakan Ou.

Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou.


26

Licania splendens (Korth.) Prance

27

Litsea firma (Blume) Hook.f.

28

Calophyllum sp.

29

Dysoxylum sp.

30

Cotylelobium melanoxylum (Hook.f.) Pierre

31

Syzygium sp.

32

Syzygium nigricans (King) Merr. & Perry

33

Garcinia parvifolia (Miq.) Miq.

34

Santiria sp.

35

Alseodaphne elmeri Merr.

36 37

Cratoxylum glaucum Korth. Dactylocladus stenostachys Oliv.

38

Garcinia bancana (Miq.) Miq.

39

Ficus benjamina L.

40

Jackiopsis ornata (Wall.) Ridsdale

41

Aglaia silvestris (M.Roem.) Merr.

42

Ficus sp.

43

Sterculia sp.

44

Dyera lowii Hook.f.

45

Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.

46 47 48 49 50 51

Aporusa confusa Gage Litsea sp. Macaranga conifera (Zoll.) Mull.Arg. Ternstroemia sp. Neolitsea sp. Tristaniopsis sp.

18

Forum Orangutan Indonesia - 2016

Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou. EN Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou.

Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou. Pakan Ou. VU

Pakan Ou. Pakan Ou.


Tabel lampiran 2. Jenis burung yang dijumpai selama survei. No

Famili

Species

Nama Inggris

Nama

Status Konservasi

Indonesia

IUCN CITES PP7

Crested

Elang-ular

Serpent-eagle

Bido

1

Accipitridae

Spilornis cheela

2

Accipitridae

Haliastur indus

Brahminy Kite

3

Accipitridae

Haliaeetus

White Bellied

Elang laut

leucogaster

Sea Eagle

perut putih

4

Alcedinidae

Black-capped

Cekakak

Kingfisher

Cina

5

Alcedinidae

Pelargopsis

Stork-billed

Pekaka

capensis

Kingfisher

emas

6

Anhingidae

7

Apodidae

8

Ardeidae

Kuntul karang

9

Ardeidae

Kuntul cina

Chinese Egret

10

Ardeidae

Kuntul besar

Egretta alba

Great Egret

11

Capitonidae

Megalaima

Blue-eared

Takur

australis

Barbet

Tenggeret

12

Capitonidae

Megalaima

Red-crowned

rafflesii

Barbet

13

Ciconidae

14

Columbidae

15

Corvidae

19

Halcyon pileata

Anhinga melanogaster Collocalia esculenta

Leptoptilos javanicus Streptopelia chinensis Corvus enca

Forum Orangutan Indonesia - 2016

Oriental Darter

Elang

Pecuk ular Asia Walet Sapi

Pacific Reef-

Egretta

egret

sacra

ed DoveSpott

II

Bondol

Glossy Swiftlet

Lesser Adjutant

II

II

d d

d

d

NT

Ii

d

II

d

d

Egretta eulophotes

Takur tutut Bangau Tongtong Tekukur biasa

Slender-billed

Gagak

Crow

Hutan

II

d


16

Cuculidae

17

Cuculidae

18

Cuculidae

19

Eurylaimidae

20

Eurylaimidae

21

Falconidae

22

Hemiprocnidae

23

Cacomantis

Banded Bay

sonneratii

Cuckoo

Centropus sinensis Centropus bengalensisi Calyptomena viridis

Greater Coucal

Lesser coucal

Green Broadbill

Wiwik Lurik

Bubut Besar Bubut alangalang Madi-hijau Kecil

Eurylaimus

Black and

Sempur

ochromalus

yellow Broadbill

hujan darat

Microhierax

Black-thighed

Alap-alap

fringillarius

Falconet

Capung

Hemiprocne

Grey-rumped

Tepekong

longipennis

Treeswift

jambul

Hirundinidae

Hirundo tahitica

Pacific Swallow

24

Meropidae

Merops viridis

25

Muscicapidae

Cyornis sp

26

Muscicapidae

27

Muscicapidae

28

Muscicapidae

29

Podargidae

30

Pycnonotidae

31

Pycnonotidae

32

Rallidae

20

Rhipidura javanica

Kirik-kirik

Bee-eater

Biru

Flycather

Sikatan Kipasan belang

Black-naped

Kehicap

azurea

Monarch

Ranting

westermani Batrachostomus

Pied Flycatcher

Sikatan belang

Frogmouth

Paruh kodok

Pycnonotus

Grey-bellied

Cucak

cyaniventris

Bulbul

Kelabu

Pycnonotus

Yellow-vented

Merbah

goiavier

Bulbul

Cerukcuk

Amaurornis

White breasted

phoenicurus

Waterhen

sp

Forum Orangutan Indonesia - 2016

II

layang Batu

Hypothymis

Ficedula

NT

Layang-

Blue-throated

Pied Fantail

NT

Ruak-ruak

NT

d


33

Silviidae

34

Silviidae

35

Strigidae

36

Orthotomus

Dark-necked

Cinenen

atrogularis

Tailorbird

belukar

Orthotomus ruficeps

Ashy Tailorbird

Cinenen kelabu

Ninox scutulata

Brown Hawk-

Punggok

borneensis

owl

Coklat

Strigidae

Ketupa ketupu

Buffy Fish-owl

37

Sturnidae

Gracula religiosa Hill Myna

38

Trogonidae

39

Trogonidae

40

Turdidae

41

Turdidae

42

Turdidae

21

Beluk ketupa Tiong Emas

NT

Luntur Putri

NT

d

NT

d

Harpactes

Scarlet-rumped

duvaucelii

Trogon

Harpactes

Red-naped

Luntur

kasumba

Trogon

kasumba

Copsychus saularis

Magpie Robin

Kucica kampung

Enicurus

Chestnut-naped

Meninting

ruficapillus

Forktail

cegar

Copsychus

White-rumped

Kucica

malabaricus

Shama

Hutan

Forum Orangutan Indonesia - 2016

II

II

d


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.