2 minute read

CatatanDirektur Festival

Catatan Direktur Festival

Yuki Aditya

Advertisement

Tahun ini seharusnya genap penyelenggaraan ARKIPEL ke-10, namun kendala pandemi COVID-19 membuat kami meminimalisir penyelenggaraan festival tahun lalu. Di tahun 2020, kami hanya menyajikan program diskusi terbuka Forum Festival yang tema-temanya mencoba merespons situasi tahun lalu, baik yang terkait dengan sinema secara langsung maupun yang di sekitaran kita sehari-hari. Jujur, banyak hal yang kami rindukan dari penyelenggaraan luring dari sebuah festival karena pada khitahnya selain untuk menemukan serta menonton filem-filem yang membuka wawasan berpikir, festival juga hadir untuk mempertemukan orang-orang untuk saling berbagi wawasan.

Untuk penyelenggaraan ARKIPEL ke-9 ini, kami memutuskan untuk mengadakannya secara daring, sambil berharap agar segera dapat bertemu kembali dalam format luring semula.

Memperhatikan penyelenggaraan Forum Festival ARKIPEL yang diadakan secara daring tahun lalu, ada beberapa tantangan dan peluang bagi ARKIPEL sendiri. Yakni, kami menjaring partisipan yang sebaran wilayahnya lebih luas dibanding saat penyelenggaraan secara luring seperti biasanya dan bagaimana kami harus menjaga jaringan serta hubungan tersebut ke depannya.

Mungkin bisa dibayangkan kalau ketertarikan para partisipan Forum Festival tahun lalu bisa diasosiasikan dengan daya tarik para narasumber atau topik pembahasannya. Ketertarikan tersebut saya harap sama besar dengan antusiasme kami dalam mengorganisir festival filem ini dalam format yang baru, yaitu untuk selalu menemukan cara berkomunikasi baru melalui medium filem dan wacana seputarnya. Sejatinya, potensi sinema bisa kita rasakan ketika ada kebebasan berekspresi dan membentuk penonton yang tidak melulu terkondisikan untuk senantiasa terhibur, namun terpantik dan lebih awas akan persoalan sosialbudaya yang ada di sekeliling kita.

ARKIPEL diselenggarakan pertama kali pada tahun 2013 dalam kerangka bahwa kami sendiri, para pegiat di Forum Lenteng sebagai penyelenggara, bukan ingin menghadirkan filem-filem yang hanya semata bertujuan untuk menghibur tetapi juga menempatkannya sebagai medium untuk bereksperimen dalam aksi belajar melalui sinema: belajar melihat, membaca, menuliskan, dan mengorganisasikan apa-apa yang terkait dengan sinema melalui festival filem.

Tema kali ini, Twilight Zone, terasa sepakat dengan apa yang telah kami kerjakan dalam delapan kali penyelenggaraan ARKIPEL, yakni soal ruang antara yang mempertemukan antara cara bertutur dan penyajiannya secara artistik, yang membuka mata dan pikiran kita akan sensitivitas dan berimajinasi.

Semoga kedua hal bisa kita alami bersama selama penyelenggaraan ARKIPEL Twilight Zone – 9th Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival, dari 26 November sampai 19 Desember 2021, melalui sejumlah program seperti Forum Festival, Perilisan buku Kultursinema “Harimau Tjampa”, Kompetisi Internasional, Program Kuratorial, dan Program Candrawala.

ARKIPEL mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kolaborasi yang terjalin dengan rekanan-rekanan kami, baik yang telah sejak awal bekerja sama maupun yang baru terwujud tahun ini, seperti dukungan dari lembaga-lembaga kebudayaan negara-negara sahabat dan lembaga-lembaga swasta, yang selama ini memfasilitasi Forum Lenteng dan mendorong terwujudnya berbagai ide kreatif yang berhubungan dengan filem, khususnya festival ARKIPEL.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada mitra-mitra festival, komunitas rekanan, seniman, para penonton, dan tak lupa kepada semua anggota Forum Lenteng yang telah bekerja keras untuk mewujudkan ARKIPEL Twilight Zone, serta kepada para relawan yang siap bekerja selama bulan November dan Desember ini. Kami akan selalu menyambut masukan, gagasan, dan saran dari Anda semua.

Selamat berfestival!

Jakarta, 10 Oktober 2021

This article is from: