Maj listrik indonesia 048

Page 1

edisi 048 â– 5 JANUARI - 5 FEBRUARI 2016

Referensi Listrik & Energi www.listrikindonesia.com

Jarman

Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM

Kelistrikan Terus Dikebut Kari Hietanen

Executive Vice President of Wartsila

SMART POWER GENERATION SOLUTIONS

MENEROPONG BISNIS ENERGI Rp35.000,-

9772085106564





IBTA (Indonesia Boiler Turbine Association) Grha MP 2nd Floor, Jl. Kemanggisan Ilir No. 23 Jakarta Barat11480 Indonesia Phone : 021-53677336 Fax : 021-5343792 Email : info.ibta@yahoo.com www.ibta.or.id

Association Manufacturers of: • Boiler & Pressure Parts • Turbine & Generator • Supporting Industries

D

engan mengusung thema “Kesiapan & Kemampuan Industri Dalam Negeri Sebagai Penunjang Industri Pengolahan & Pembangunan Kelistrikan Indonesia” Industri Boiler & Bejana/komponen bertekanan, Turbine & Generator, dan Industri Pendukungnya dalam perkembangannya akan berperan penting sebagai penggerak perekonomian bangsa, karena merupakan sumber penunjang berbagai macam industri, ketahanan Industri Dalam Negeri, penciptaan lapangan kerja, pengerak ekonomi daerah dan nasional dengan berorientasi pemenuhan kebutuhan pasar industri pengolahan dan pembangkit listrik baik dalam negeri maupun ekspor. Dalam rangka Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dan mendukung Peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), IBTA berupaya untuk menggembangkan, mendukung dan mendorong perusahaan industri anggota untuk dapat berpartisipasi dalam proyek pembangunan nasional. Untuk mewujudkan terjadinya interaksi yang serasi dan terpadu antar kegiatan Industri Boiler & Bejana/komponen bertekanan, Turbine & Generator, dan Industri Pendukungnya di Indonesia, diperlukan adanya semangat kebersaman Industri Boiler & Bejana/komponen bertekanan, Turbin & Generator, dan Industri Pendukungnya, baik dari bahan baku, bahan penolong, industri fabricator, industri assembler, industri manufaktur, industri jasa design dan enjineering dapat diwujudkan dalam suatu perkumpulan perusahaan industri yang terpadu sebagai wadah yang mewakili kepentingan segenap perusahaan industri anggota . Dengan kesamaan Visi dan MIsi, maka dibentuklah sebuah Perkumpulan dengan nama Indonesia Boiler Turbine Association (IBTA) atau Asosiasi Industri Boiler & Turbin Indonesia. VISI: “Mewujudkan Industri Boiler&Bejana/Komponen Bertekanan, Turbine & Generator serta Industri Pendukungnya yang Mandiri serta Mampu Menunjang Pembangunan Kelistrikan dan Industri Nasional”

6. Penyusunan Standarisasi produk dalam negeri. 7. Mengevaluasi peraturan Import dan TKDN agar tepat guna dan efektif baik bagi industri Boiler dalam negeri maupun bagi pengguna / pembeli. 8. Pembentukan konsorsium merah putih untuk pembangunan pembangkit listrik dalam bidang finansial, engineering dan pembangunan. 9. Kerja sama transfer teknologi, pelatihan enjineering, manufacturing. 10. Penjajakan dan sosialisasi program investasi dalam negeri. 11. Seminar dan pelatihan manajemen mutu industri para anggotanya. 12. Mengikuti pameran dalam dan luar negeri. Untuk terwujud Visi dan Misi Asosiasi, IBTA mengharapkan partisipasi, dukungan regulator dan kerjasama semua perusahaan industri yang menjadi anggota, institusi terkait, individu dan professional untuk memajukan Industri Boiler & Bejana/komponen bertekanan, Turbine & Generator dan Industri Pendukungnya demi terciptanya ketahanan Industri Nasional. Saran dan masukan sangat diharapkan bagi terwujudnya IBTA yang berkompeten, bersinergi dengan semua stake holder sebagai mitra pemerintah. Saran dan masukan dapat ditujukan melalui alamat korespondensi dan email sekretariat Asosiasi. Akhirnya dengan mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga maksud dan tujuan bersama yang baik ini bisa terwujud sesuai dengan Visi dan Misi Asosiasi.

STRUKTUR ORGANISASI

MISI: - Sebagai mitra Pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam pengembangan Industri Nasional. - Menciptakan perluasan kesempatan berusaha bagi Anggotanya. - Membina dan mengembangkan kemampuan pengelolaan perusahaan, enjineering dan teknologi, kompetensi SDM Industri anggotanya. - Memberikan perkembangan informasi dan teknologi terbaru sesuai dengan bidang usaha Asosiasi. - Membentuk portofolio yang memberikan sertifikasi bagi Industri Anggota Asosiasi. PROGRAM KERJA: 1. Konsolidasi Asosiasi dalam menghimpun keanggotaan yang dilandasi oleh kesamaan visi dan misi. 2. Melakukan seminar, workshop untuk update regulasi, informasi, teknologi terbaru kepada para anggotanya. 3. Melakukan audiensi, diskusi dengan instansi pemerintah terkait mengenai kebijakan, regulasi, saran dan masukan untuk kepentingan industri Nasional. 4. Pelatihan dan peningkatan kompentensi SDM industri para anggotanya. 5. Mengevaluasi dan memberi masukan serta saran atas aturan aturan importasi, perijinan, fiskal terhadap barang barang ruang lingkup Boiler untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri.

Dewan Penasehat: Ir. Jarman, MSc Nicke Widyawati Ir. Teddy C. Siantury, MA Dr. Ir. Tumiran, M. Eng Ir. Milton Pakpahan, MM Ir. Edward Siagian, MBA

Chairman Henkie Leo

Vice Chairman Ir. Ian Oganarto, Msc.

Treasury Ashari Taniwan

PublicRelation Relation Public &&Promotion Promotion - Juli JuliSatrio Satrio Dade Suatmaji, MM MM - -Ir.Ir.Dade Suatmaji,

Secretary Irwadhi Marzuki

Legal & Superintendance Ardy Susanto, SH

Division (Specific per Division Described below)

EPC Div. Head Ir. Alex Dharma Balen

Boiler & Pressure Parts Div. Head Ir. Bhirawa Hatmanto

Supporting Material & Aux. Div. Head Ir. Sutras Muhdi

Technology Div. Head Dr. Ir. Andhika P, MSEE

Turbine Generator Div. Head Ir. Denni Andri

Deputy Moh. Manthovani

Deputy

Deputy

Deputy

Deputy


6

Daftar Isi

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016

Fokus 10

Review

Review Energi 2015

54

54 SOROT

60

60 KORPORASI

68

68 MANCANEGARA

70

70 lensa daerah

72

72 ARCHIPELAGO

Tarif Naik, Pemadaman Berlanjut

Langkah Optimis Fuji SMBE

Mengintip Teknologi Nuklir Rusia

Pesan Energi dari Tanah Rencong Listrik Tak Berkilau di Negeri Mutiara

Kebijakan energi dan kelistrikan 2015 sudah sangat banyak. Sayangnya beberapa di antaranya masih terkendala untuk direalisasikan. Bagaimana rapornya?

13

Kelistrikan 2016: Swasta Diuntungkan, Tarif Naik Lagi

16

Meneropong Green Business

19 23 26 29 30 32 33

Bisnis kelistrikan 2016 masih misteri. Namun, harapan yang lebih baik didengungkan banyak kalangan. Besarnya harapan pemerintah menggunakan renewable energy, banyak perusahaan swasta yang tertarik mengeksplorasi energi alam.

Pastikan Bebaskan Lahan Presiden akan membantu segala permasalahan lahan yang ditujukan untuk proyek ketenagalistrikan.

Marine Vessel Power Plant Solusi Krisis Listrik Bagi Indonesia, kapal pembangkit listrik adalah solusi alternatif yang digagas PLN. Apa kelebihannya?

Menjawab Peluang RUPTL Dalam RUPTL PLN, partisipasi swasta dalam penyediaan tenaga listrik mencapai 33%. Mampukah diwujudkan?

Siap Pasok Turbin Pembangkit PT Taka Turbo Indonesia tetap eksis karena selalu melakukan inovasi dan fokus mengembangkan bisnisnya.

Tumbuh Tidak Pesat Meski bergeliat, tren pasar alat kelistrikan diprediksi tumbuh­tak pesat. PT Powerindo Prima Perkasa berharap, ada perhatian khusus pemerintah.

34

Ekspansif Garap Geothermal

35

Arah Investasi Pertamina

36

Target Terganjal Harga Gas

38

Kontribusi Untuk Transmisi Siapkah PT Krakatau Steel memasok baja untuk sejumlah pembangkit listrik?

Rencana Pertamina memacu target pendapatan di 2016 sebesar USD42,26 miliar. Sektor mana saja yang digarap? Perusahaan pembangkit listrik terus mencoba ekspansi bisnisnya. Seperti PT Bekasi Power yang masih berkutat dengan berbagai kemelut regulasi.

48

Sinergi Perbankan di Sektor Listrik

49

Infrastruktur Layak Dibiayai

50

Tertolong Fluktuasi Raw Material

51

Merebut Pasar Impor

52

Menanti Iklim Sejuk Energi

54

Subsidi Dicabut

56

Berharap Pada Energi Terbarukan

58

Evaluasi Target di Pengujung Tahun

Menjamin Energi Sekuritas Nusantara Energy Plant Indonesia (NEPI) berinvestasi dalam pengoperasian LNG floating storage dan infrastrukturnya.

40

Memperluas Segmen Pasar

42

Services Jadi Andalan

44

Incar Panas Bumi Skala Kecil

45

Adaro Tingkatkan Cadangan

Ada Kesempatan Berkembang Peluang bisnis pembangkit biomassa ditangkap oleh PT Maxitherm Boilers Indonesia sebagai produsen boiler dan aksesoriesnya.

PT Rekayasa Industri (Rekind) selain mengelola PLTP dan PLTU, juga sedang mencoba masuk ke smelter.

PT Karsamudika Andalan Utama bertekad menguatkan image-nya dengan after sales service terbaik. PT Dinamika Energitama Nusantara ingin terus melebarkan sayapnya di services business. PT Nusantara Turbin Propulsi sebagai spesialis bidang turbin industri mene­tapkan beberapa target di 2016. Pertamina menggandeng PT Adaro Energy untuk menjadikan wilayah timur Indonesia sebagai lumbung energi.

46

Penunjang Sistem Distribusi

47

Lokomotif Tiang Beton

Manufacturing asal Jepang EDMI yang memproduksi smart metering berencana meningkatkan TKDN. Wika Beton sebagai anak perusahaan BUMN konstruksi ini, tampil sebagai leader pasar beton pracetak.

BRI siap melakukan sindikasi untuk pembiayaan sektor kelistrikan. Fasilitas kredit Rp12 triliun siap digulirkan.

BNI berencana melakukan pembiayaan berbagai infrastruktur di Tanah Air untuk 2016. Salah satunya sektor ketenagalistrikan.

Fluktuasi material menjadi penolong bagi PT Kabel Prima Indah Lestari dari lesunya industri properti dan proyek kelistrikan. Potensi pasar lampu dalam negeri yang mencapai 300 juta unit per tahun dan 80%-nya dikuasai produk impor menjadi keprihatinan Aperlindo. Perkonomian global yang lesu di 2015 berpengaruh cukup besar bagi perusahaan-perusahaan migas dunia. Harapannya, di 2016 iklimnya bisa berbalik arah. Subsidi yang tepat sasaran akan menjadi prioritas pemerintah. Parlemen berkomitmen untuk mendukung perkembangan ketenaga­listrikan yang lebih baik.

Pen­­capaian Indonesia dalam penggunaan energi terbarukan masih lamban. Meski demikian, menurut Fabby Tumiwa, implementasinya dapat mencapai 12%-15%.

Menurut Pri Agung Rakhmanto, Kementerian ESDM dan PLN harus cermat menjajaki rencana kelistrikan di 2016. Prediksinya, capaian pertumbuhan ekonomi hanya ber­kisar 4,8%-5%.


Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016

Cover Story

7

60

Kari Hietanen Executive Vice President of W채rtsil채

Smart Power Generation Solutions for Indonesia

20

Feature

News

62

58

SOSOK

88

SEREMONI

HARRY JAYA PAHLAWAN Infrastruktur Kelistrikan Harus Dipercepat

64

INOVAsi

90

aktivitas

66 76

INTERMEZZO

72

Junaedi Elvis

Sri Andini Berkarya Untuk Negeri

Wood Pellets Pemantik Listrik Terbarukan

Ide Lain Mengolah Sampah

Motivasi Philip Green: Membalik Garis Nasib

Ir. JARMAN, MSc

DIRJEN KELISTRIKAN ESDM

PROYEK Kelistrikan Terus Dikebut

Edukasi Efisiensi Energi ala Schneider Electric

- DEN Dorong Kemandirian Teknologi di Sektor Energi - Semua Stakeholder Harus Bersinergi - Rusia Siap Impor Teknologi Gas Turbine - Swedia Siap Kembangkan Geothermal Indonesia

President Director NEPI

- 20 Tahun PLN-5 Mengabdi & Berkarya

Menjamin Energi Sekuritas

Lifestyle

Opini

84

56

VOICE OF CEO

74 88 92

sdm

86

LIFESTYLE

Rileks dengan Perawatan Spa

Tips & Trik Antisipasi Musim Hujan

Rustam Effendie Usung Smart Grid untuk Efisiensi Kuncinya Petakan Manpower

MEREKA BICARA Harapan Kelistrikan 2016

editorial Menungggu Janji RUEN


8

Dari Redaksi

M LOO

elihat betapa tergantungnya aktivitas kehidup­ an manusia kepada listrik, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa infrastruktur listrik men­ duduki posisi yang sangat utama dan penting harus segera direalisasikan oleh pemerintah. Bahkan tingkat pentingnya jauh diatas infrastruktur penting lainnya seperti infrastruktur transportasi dan komunikasi. Kekurangan listrik dalam satuan waktu tertentu akan berdampak pada terganggunya aktivitas manusia. Misalnya apabila terjadi pemadaman listrik di ka­ wasan Jabodetabek sehari saja maka akan berdampak pada kerugian yang luar biasa bagi sektor industri dan pelanggan. Aktifitas mulai dari rumah tangga hingga rumah sakit, perkantoran, restoran, hotel, pusat per­belanjaan, apartemen, usaha home industry dan pabrik akan terganggu dan mengalami kerugian. Jelas

Prospek Positif Bisnis Listrik di 2016 terlihat ketergantungan aktivitas ekonomi terhadap keterse­diaan listrik sangat besar. Oleh karena itu, ketika pe­merintah memprediksi pertumbuhan ekonomi dari tahun 2015 ke depan rata-rata per tahun 5,7 persen hingga 6 persen, maka setelah dikalkukasi perlu disedia­ kannya listrik tambahan sebesar 7,5 persen hingga 8 persen per tahun dari kapasitas yang ada. Untuk mendukung pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut, Pemerintah Jokowi-JK telah menargetkan akan menambah kapasitas listrik sebesar 35.000 MW dalam lima tahun ke depan yang selanjutnya dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) tahun 2015-2024 yang semenjak tahun 2015 inilah akhirnya membuka peluang bisnis kelistrikan yang sangat besar. Sepanjang 2015 kemarin, meskipun ekonomi meng­ alami perlambatan, dan merupakan tahun yang sulit bagi bidang energi dan ketenagalistrikan, namun ekono­ mi Indonesia bisa dikatakan masih tahan terhadap krisis. Kinerja perusahaan-perusahaan kelistrikan di Tanah Air masih tetap menunjukkan peningkatan, kendatipun tidak sebaik kondisi di 2014. Lalu bagaimana dengan prospek bisnis kelistrikan di 2016. Walaupun diliputi misteri, namun banyak kalangan terutama para pengusaha di bidang kelistrikan me­ mandang tahun 2016 masih memberikan harapan yang besar. Optimisme itu beralasan, salah satunya karena kondisi ekonomi yang semakin membaik. BI mempre­ diksi pada 2016, pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2% - 5,6%. Angka ini tentu lebih baik dari Tahun 2015 yang diperkirakan berhenti pada 4,7%.

Fokus utama Majalah Listrik Indonesia edisi 48 akan mengupas secara lugas mengenai rencana Kelistrikan di tahun 2016 dari berbagai bidang, di antaranya mengenai kesiapan berbagai sektor per­bankan, perusahaan produser tower transmisi tegangan tinggi, ketersediaan bahan bakar, hingga kesiapan berbagai perusahaan-perusahaan kelistrik­an dalam menghadapi beragam tantangan di tahun 2016. Tak hanya itu, dalam rubrik Lifestyle kami menyajikan sensasi perawatan tubuh dengan spa, tema ini kami anggap sebagai referensi yang cukup dibutuhkan dan menjadi tren di kalangan pekerja agar lebih rileks menjelang hari libur. Pada rubrik Voice of CEO yang merupakan kali kedua hadir dalam majalah Listrik Indonesia, kami mengangkat tema mengenai peng­ aplikasian teknologi smart grid untuk menunjang sarana kelistrikan. Masih banyak tulisan-tulisan lainnya yang kami harapkan dapat menjadi referensi kelistrikan bagi seluruh pembaca. Kami segenap tim redaksi majalah Listrik Indo­nesia mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2016 kepada seluruh pembaca setia kami, semoga dengan pergantian tahun ini kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dan ranah kelistrikan di Indonesia dapat terus berkembang untuk membantu berbagai sektor kehidupan lainnya. Salam.

Juli Satrio Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


DEWAN PAKAR Ir. milton pakpahan, mm. Dr. Ir. tumiran, M.Eng Dr. Ir. MUHAMMAD said didu, m.eng Ir. Moch. Harry Jaya Pahlawan, Dipl.Ec, MSc, IPU. Pemimpin Umum Juli Satrio Managing Director Irwadhi Marzuki

consultant Ario Subijoko

Promotion Director Irwan Rachman

SENIOR ADVISOR ASIA PACIFIC REGION RAVI DESAI

corporate secretary sarah wenas

pemimpin redaksi bahar yahya. wakil pemimpin redaksi erika putri. redaktur pelaksana deddy hassan. redaksi ananda bintang, ELDA WAHYU, nurul aldha. fotografer sapoetra wibowo. CREATIVE director ismail atmaja. art director franki suwarno aK. creative agoes solikin, keli untoro. manager sirkulasi & promosi ari miradi staf ubaidillah, m. sadeli, m. maya. iklan ristiana, ridwan, ridha u, elwin zanur, marwan, dien s, puji mulyani. data & dokumentasi nindya putri. keuangan santi

on the cover: Kari Hietanen Executive Vice President of W채rtsil채 (FOTO: SApoetra wibowo)

presents the actual

electricity & energy

www.listrikindonesia.com

langganan & iklan 51FC2CDD

listrikindonesia.com

021 - 53677336 (hunting)

Majalah Listrik

listrikindonesia@cbn.net.id

@MajalahListrik

redaksi & iklan Grha MP Jl. Kemanggisan Ilir No. 23 Jakarta 11480 Telp. 021-53677336 Fax. 021-5343792. Perwakilan

Jl. Baratajaya VIII No.9 Surabaya 60284 Telp. 031 - 5053247, 5053248

Sekretariat

Jl. sunan kalijaga no. 67, jakarta selatan 12160

Bank

Bank BUKOPIN Cab. Rasuna Said. No. Acc. 101.8074.016 a/n: PT. MURTILA Promosindo

Penerbit

MURTILA Promosindo

Hak Merek:

No. IDM00027133

9


8

Surat Pembaca

Majalah Listrik Versi Bahasa Inggris

S

aya merupakan salah satu pembaca setia Majalah Listrik Indonesia, semenjak setahun belakangan saya selalu antusias untuk menunggu setiap edisinya, menurut saya informasinya sangat aktual dan mendetail, sehingga cukup memberi pemahaman bagi saya mengenai kondisi kelistrikan kita saat ini. Bulan lalu saya berjumpa dengan salah satu klien asing di kantor saya, sembari menuggu kedatangan saya si - klien tersebut ternyata membaca beberapa edisi Majalah Listrik Indonesia yang memang sengaja saya letakkan di lobi kantor, namun sayang karena terkendala dengan Bahasa Indonesia, si klien tersebut tidak begitu faham dengan content dari majalah ini, menurut dia kelihatannya majalah ini memiliki pasar segmentasi yang cukup bagus, mengingat tidak sembarangan orang mau membaca ten­ tang energi, hanya kalangan-kalangan tertentu saja. Saran saya untuk redaksi Majalah Listrik Indonesia agar menyediakan dua versi bahasa atau mungkin memang langsung sepenuhnya hadir dengan berba­ hasa Inggris, saya rasa ini merupakan cara yang cukup potensial mengenalkan majalah ini ke orang-orang non Indonesia yang akan berbisnis energi di negeri ini sehingga bisa menjadi referensi bagi mereka mengenai kelistrikan di Indonesia, yang sesuai dengan tagline majalah ini tentunya.

Alexander Head of Communication perusahaan swasta di Jakarta

engkak

Memb a b i t a b i T istrik

Tagihan L

yang seharirumah tangga u ib g an rumah, or se aya kan waktu di a menghabis ny ha n ya ga rin ng ha satu pela menjadi salah ya bayar un em nt m te ya n sa da tiap bulan se , ya an 230 as Bi . setia PLN tara Rp200-Rp nya berkisar an yar ha ba ik tr em lis m n tagiha tika saya bulan lalu ke ­ al em aw m un ya m nn na ha ribu, t karena tagi ge ka ya sa ri ik ya sada tagihan listr u, padahal sa ga Rp490 rib seperti ih as bengkak hing m ya di rumah sa ik tr lis an ai pemak biasanya.

S

ukan hitungan N salah melak aris jumlah Saya curiga PL tiap bulan ny se na h re ka , an ak pernah lebi pemakai s saya bayar tid ru ha u­ el ng m ya t n pa tagiha ap PLN da u, saya berhar terjadi dari Rp300 rib terjadi, apakah sa bi i in l ha pa da ga ruskan men a masalah pa ngan atau ad tu hi ng­ ng be pe n em a kesalah­ pak pada m ngga berdam hi se in la an bagi . h tagihan saya kaknya jumla

Intan E. Mas Depok Griya Pancoran

PERBAIKAN Terdapat kekeliruan pada majalah Listrik Indonesia Edisi 47 halaman 39, pada tabel TKDN kolom terakhir seharusnya berjudul Material Impor. Demikian kesalahan kami perbaiki. n Redaksi

Redaksi menerima surat pembaca yang berisi kritik, saran, pengaduan, serta tanggapan atas suatu masalah. Surat dapat dikirim melalui Fax (021) 5343792 atau e-mail: listrikindonesia@cbn.net.id

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016



Headline Fokus Utama

Review

ENERGI 2015 Kebijakan energi dan kelistrikan 2015 sudah sangat banyak. Sayangnya beberapa diantaranya masih terkendala untuk direalisasikan. Bagaimana rapornya? ď‚„ ERIKA PUTRI

12

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Presiden Jokowi menetapkan dua target untuk mengatasi krisis listrik yang selama ini mendera Indonesia. Target utamanya adalah mencapai rasio elektrifikasi nasional 100 persen. Kemudian target kedua yaitu meningkatkan kapasitas pembangkit hingga 35.000 MW dalam lima tahun ke depan.

2015

bisa dikatakan tahun yang tidak mudah bagi bidang energi dan ketenagalistrikan di Tanah Air. Ekonomi global mengalami perlambatan dan bisa dikatakan dalam kondisi krisis. Di Indonesia sendiri, 2015 terjadi gonjangganjing nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang pada akhirnya berpengaruh kepada kondisi ekonomi. Terutama, bagi importir ketenagalistrikan. Namun, meskipun mengalami perlam­ batan, ekonomi Indonesia bisa dikatakan masih tahan terhadap krisis. Artinya, tetap terjadi peningkatan kinerja perusahaanperusahaan kelistrikan di Tanah Air, meski­ pun tidak sebaik kondisi di 2014. Salah satu cara yang kebanyakan mereka lakukan adalah melakukan www.listrikindonesia.com

efisiensi. Baik dalam hal tenaga kerja yang lebih selektif ataupun melakukan efisiensi dengan cara memilih rekanan yang me­ nawarkan harga yang lebih masuk akal bagi mereka. Intinya, segala cara mereka tempuh untuk bertahan dari terpaan krisis. Pemerintah sendiri tampaknya tidak meng­anggap terlalu serius turun nai­ knya nilai dolar AS, meskipun ada banyak kebijakan yang akhirnya dikeluarkan untuk menyokong penguatan rupiah. Pemerintah malah lebih banyak membuat kebijakan, yang pada intinya ingin mengundang lebih banyak investor asing untuk ikut memba­ ngun ketenagalistrikan di Tanah Air. Awal 2015, pemerintah Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla menyatakan akan lebih banyak menarik investasi di sektor energi, terutama untuk pembangunan pembangkit listrik atau power plant. Hal ini seiring dengan diresmikannya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Apalagi memang kondisinya hampir semua provinsi kekurangan listrik, defisit listrik, sehingga diprioritaskan percepat­an, peluang itu diberikan kepada perusahaan yang bisa melakukan ekspansi. Masih di awal 2015, pemerintah men­ canangkan proyek besar ketenagalistrikan hingga 2019 atau lima tahun pemerintah­ an Jokowi. Proyek tersebut adalah proyek 35.000 MW. Apalagi, Indonesia memerlu­ kan penambahan kapasitas listrik untuk meng­iringi target laju pertumbuhan ekonomi 5-6 persen per tahun. Dengan target tersebut, pertumbuhan tenaga listrik digenjot sampai rata-rata 7.000 MW per tahun. Sehingga diperlukan dana investasi sekitar Rp1.000 triliun untuk proyek tersebut. Peluncuran program ini, awal Mei 2015 lalu, di Yogyakarta juga merupakan komitmen pemerintah dalam menjawab permasalah­an kelistrikan di Indonesia. Komitmen 35.000 MW sendiri sudah ter­ tuang dalam Rencana Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2015-2024 yang telah disahkan dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 0074K/21/ MEM/2015. Dalam RUPTL tersebut ada 109 proyek Program 35.000 MW di seluruh Indonesia. Sebanyak 35 proyek berkapasitas 10.000 MW akan ditangani langsung PLN. Sementara sisanya sebanyak 74 proyek berkapasitas 25.000 MW, mengundang partisipasi swasta. Memang Presiden Jokowi menetapkan dua target untuk mengatasi krisis listrik yang selama ini mendera Indonesia. Selain dalam rangka mengimbangi pertumbuh­an ekonomi dan mendukung program pem­ bangunan yang sedang dijalankan, target utamanya adalah mencapai rasio elektri­ fikasi nasional 100 persen. Kemudian ada target kedua yang juga sangat penting yaitu meningkatkan kapasitas pembangkit 35.000 MW dalam lima tahun ke depan. Pertengahan 2015, pemerintah memu­ tuskan PLN hanya akan mengerjakan 5000 MW, lebih sedikit dari rencana awal 10.000 MW. Kebijakan ini tentu saja menimbulkan pro kontra. Tetapi disisi lain, membuka peluang yang lebih luas bagi sektor swasta khususnya IPP untuk lebih banyak ber­ peran dalam 35.000 MW. Akhir 2015, pemerintah mengeluar­ kan paket kebijakan ekonomi III. Paket kebijakan sebenarnya merespon krisis akibat gonjang-ganjing dolar. Dalam paket kebijakan ekonomi III diharapkan dapat memperkuat daya saing dan struktur ekonomi di Tanah Air. Paket itu diyakini juga ddapat memperkuat momentum perbaikan ekonomi dan mendorong pe­ nguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Secara umum ada tiga paket kebijakan untuk merespon perlambatan ekonomi yaitu penurunan harga BBM, kebijakan bidang listrik untuk industri dan penyeder­ hanaan izin pertanahan.

13


Headline Fokus Utama Kebijakan bidang listrik untuk industri mencakup tiga hal. Satu, tarif listrik untuk pelanggan industri jenis tiga dan empat turun sebesar Rp12 sampai Rp13 per kwh mengikuti turunnya harga minyak bumi (automatic tariff adjustment). Dua, diskon tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik pada tengah malam pukul 23.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB pagi. Dan terakhir, penundaan pembayaran tagihan rekening listrik hingga 40% dari tagihan 6 atau 10 bulan pertama dan melunasinya secara dicicil hingga 12 bulan. Elektrifikasi Masih Rendah Secara umum tingkat elektrifikasi di Indonesia masih rendah. Terutama di Indonesia timur yang hingga hari ini masih byar pet atau mengalami pemada­ man bergilir. Di beberapa daerah tingkat elektrifikasi memang masih sangat rendah. NTT misalnya, tingkat elektrifikasinya baru mencapai 57,76%. Sedangkan Papua, yang terendah elektrifikasinya di Indonesia, baru mencapai 44,40%. PLN sendiri me-release tingkat elektrifikasi nasional sudah men­ capai 87%. Menurut Direktur Utama PLN, Sofyan Basir dibandingkan tahun 2010 yang baru mencapai 67 persen, rasio elektrifikasi na­ sional telah naik 20 persen. Menurutnya, dalam 5 tahun ke depan, kebutuhan listrik akan tumbuh sebesar rata-rata 8,7 persen per tahun, dengan target rasio elektrifi­ kasi sebesar 95 persen pada akhir tahun 2019. Program 35.000 MW, ujarnya bertuju­ an meningkatkan rasio elektrifikasi 100 persen dalam jangka panjang. Sehingga mimpi untuk secepat mungkin melistriki

14

seluruh masyarakat Indonesia dengan harga yang terjangkau bisa terwujud. Konsen Pada Pulau Terluar Di 2015 pemerintah kembali menegas­ kan komitmennya pada pengembangan kelistrikan di pulau terluar. Beberapa titik pulau terluar dibenahi persoalan kelis­trikannya oleh PLN. Pulau ter­ luar Indonesia memang selama ini tidak terakses kelistrikan karena minimnya infrastruktur. Agustus lalu, Menteri ESDM Sudirman Said sempat meresmikan proyek kelistrik­ an 47 pulau terluar di Indonesia. Peresmian proyek kelistrikan tersebut dipusatkan di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. PT PLN (Persero) telah melakukan pemasangan jaringan. Sehingga, listrik yang dihasilkan dapat dialirkan ke 50 hingga 100 rumah tangga. Memang untuk sementara, pembangkit listrik yang digu­ nakan masih berupa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sambil menunggu infrastruktur pembangkit listrik energi terbarukan dibangun. Nantinya, 47 pulau terluar di Indonesia bakal menggunakan dua jenis pembangkit listrik yaitu PLTD dan energi terbarukan. Pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) memang perlu segera dilakukan. Proses ini harus didukung oleh kebijakan-kebijakan strategis. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengidentifikasi kendala pengembangan EBT. Selama ini kendala yang sangat terasa adalah harga jual energi fosil masih rendah. Selain itu rekayasa dan teknologi pembuatan energi terbarukan masih belum dapat dilaksanakan di Indonesia

Menteri ESDM Sudirman Said telah meresmikan proyek kelistrikan 47 pulau terluar di Indonesia. Peresmian proyek tersebut dipusatkan di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. dan masih harus mengimpor. Energi terbarukan di Indonesia juga terkendala biaya investasi pembangunan yang tinggi , ditambah belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap karena masih terbatasnya studi dan pe­ nelitian. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang mendukung pengembangan EBT. Namun faktanya investasi swasta untuk penyediaan listrik berbasis biomassa dan biogas on grid masih rendah. Akhir 2015, beban masyarakat akan semakin berat. Pemerintah melakukan penyesuaian tarif listrik yang disesuaikan dengan perubahan nilai tukar mata uang dollar AS terhadap rupiah, harga minyak, dan inflasi bulanan. Berdasarkan mekanisme tariff adjustment, tarif listrik setiap bulan di­ mungkinkan untuk turun, tetap, atau naik berdasarkan ketiga indikator tersebut. Mulai bulan Desember 2015, pelang­ gan PLN golongan tarif rumah tangga daya 1.300 VA dan 2.200 VA diberlakukan mekanisme tersebut. Hal ini menyusul penerapan tariff adjusment kepada 10 golongan tarif lainnya yang sudah berlaku sejak 1 Januari 2015. Kementerian ESDM menyebutkan, tarif listrik bagi rumah tangga daya 1.300 VA dan 2.200 VA sebenarnya sudah meng­ ikuti mekanisme tariff adjustment sejak Januari 2015. Saat itu, pemerintah dan PLN memutuskan menunda penerapannya bagi pelanggan rumah tangga daya 1.300 VA dan 2.200 VA berdasarkan pertimbangan, pelanggan golongan tersebut sudah mengalami kenaikan tarif listrik secara bertahap sejak Juli 2014 hingga November 2014. Selain itu penundaan juga untuk meringankan beban ekonomi pelanggan di kedua golongan tersebut. n Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Kelistrikan 2016

Positif meningkat Bisnis kelistrikan di 2016 masih penuh teka teki. Namun demikian harapan yang lebih baik didengungkan banyak kalangan. Terutama tentang potensi kelistrikan di masa yang akan datang. ď‚„ ERIKA PUTRI

www.listrikindonesia.com

15


Headline Fokus Utama

B

anyak kalangan memandang optimis 2016. Optimisme itu beralasan, salah satunya karena kondisi ekonomi yang semakin membaik. Diprediksi pada 2016, pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,2%-6,2%. Menurut Tony Prasetyanto, penga­ mat ekonomi, pada 2016 pertumbuhan eko­nomi akan lebih baik dengan catatan ekonomi China membaik dan ekonomi dunia bersama dengan Amerika Serikat. Ekonomi Amerika mulai kembali pulih dengan tumbuh 3% padahal normal­nya hanya tumbuh 2%. Harga komoditas primer, menurutnya, pun diprediksi membaik karena saat ini harga minyak naik, sehingga dapat meng­ angkat harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia. Membaiknya ekonomi Indonesia di masa yang akan datang juga berpengaruh ke sektor ketenagalistrikan. Sektor ini di­­­prediksi membaik. Dari sisi elektrifikasi maupun dari sisi pembangunan infrastuktur. PT PLN (Persero) sendiri menargetkan 10 ribu megawatt (mw) yang merupakan bagian dari megaproyek 35 ribu MW akan groundbreaking di 2016. Direktur Utama

16

PLN, Sofyan Basir, mengatakan progres pro­ yek 35 ribu MW saat ini sudah masuk tahap lelang, di mana sebagian juga sudah ada pemenangnya. Adapun sebanyak 10.000 mw perjanjian jual beli listrik (Power Purchasing Agreement/PPA) juga akan selesai akhir 2015 sehingga tahun depan ditargetkan bisa groundbreaking. Dari total 10.000 MW yang dipegang PLN, termasuk juga ke dalam Engineering Procurement Construction (EPC). Sehingga totalnya adalah 20 persen EPC dan 80 persen IPP. Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan kegiatan konstruksi proyek ketenagalistrik­ an nasional 35.000 megawatt (MW) bisa dimulai pada 2016. Hal ini menyusul rampungnya proses perizinan. Di 2016 diperkirakan konstruksi lebih banyak pada proyek yang kapasitas­nya kecil, yaitu antara 2.000-3.000 MW. Sementara untuk menyelesaikan masalah pembebasan lahan pemerintah sedang mencari solusi lain. Saat ini, pemerintah masih menggunakan payung hukum Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 ten­ tang pembebasan lahan. Meskipun banyak kendala pemerintah tidak mengubah

Progres proyek 35 ribu MW saat ini sudah masuk tahap lelang, di mana sebagian juga sudah ada pemenangnya. Adapun sebanyak 10.000 mw perjanjian jual beli listrik (PPA) juga akan selesai akhir 2015 sehingga tahun depan ditargetkan bisa groundbreaking.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline targetnya. Yaitu, akan menyelesaikan pem­ bangunan listrik 35.000 MW dalam tempo lima tahun ke depan. Pandangan Positif Kalangan industri kelistrikan me­ mandang positif perkembangan industri ketenagalistrikan di 2016. Selain karena kondisi ekonomi yang diprediksi membaik tadi, 2016 memberi angin cerah kepada pengusaha kelistrikan lokal dengan adanya komitmen pemerintah untuk lebih memperhatikan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Saat ini penggunaan produk dalam negeri untuk distribusi sudah tinggi berbeda dengan transmisi dan pembangkit yang serapannya masih rendah. Program 35.000 adalah momentum untuk me­ ningkatkan kandungan lokal bagi industri ketenagalistrikan di Indonesia. Optimisme kalangan industri juga dipicu berbagai proyek kelistrikan yang akan memulai konstruksi pada 2016 tadi. Kalangan swasta dan IPP paling tidak, akan mengerjakan 30.000 MW diantaranya dan menyuplai berbagai kebutuhan pemba­ ngunan pembangkit. Penambahan kapasitas pembangkit tersebut diharapkan mampu meningkatkan rasio elektrifikasi rata-rata 3% per tahun sehingga pada akhir 2019 diharapkan ratio elektrifikasi mencapai 97,35% dan pada 2020 sesuai target KEN. Pemerintah sendiri telah menerbitkan sejumlah regulasi untuk mempercepat proses pembangunan dan penyelesaian in­ frastruktur ketenagalistrikan di Indonesia. Pemerintah juga sudah lama meran­ cang pengurangan porsi penggunaan BBM. Cara yang dilakukan adalah menggunakan sumber energi lain yang ketersediaan bahan bakarnya cukup dengan biaya produksi yang cukup murah. Misalnya peng­ gunaan batubara. Kini banyak teknologi sehingga penggunaan batubara menjadi lebih bersih dan ramah ling­kungan. Sumber energi primer yang terus akan dimanfaatkan adalah panas bumi, air, gas, surya, dan energi terbarukan lainnya. Di 2016, ketenagalistrikan di Tanah Air masih ditantang untuk bisa melaksanakan energi yang lebih hijau. Indonesia memang dinilai banyak kalangan masih lamban dalam mengejar tren penggunaan energi hijau. Padahal di tingkat dunia, pasar in­ vestasi pengembangan energi terbarukan di 10 tahun belakangan maju begitu pesat bahkan mengalahkan pengembangan www.listrikindonesia.com

energi konvensional. Proyeksi outlook energi BPPT menye­ butkan total penyediaan energi primer untuk memenuhi kebutuhan energi skenario pembangunan berkelanjutan me­ningkat 8 kali lipat dengan laju pertum­ buhan rata-rata 5,7 persen dari 1.179 juta setara barel minyak (SBM) pada 2013 menjadi 9.281 juta SBM pada 2050. Pada tahun 2050, bauran energi primer tahun tersebut didominasi oleh batu bara (45,5 persen), disusul minyak bumi/ BBM 27,7 persen, gas bumi 15,1 persen dan EBT 11,7 persen. Melihat proyeksi itu total produksi energi dalam negeri (fosil dan EBT) pada tahun 2031 sudah tidak mampu lagi memenuhi konsumsi domestik. Diperkirakan Indonesia akan menjadi negara pengimpor energi. Selain itu, Indonesia akan menjadi negara net importer gas pada 2026. Tarif akan Naik Lagi? Pemerintah dan Komisi VII DPR RI telah menyepakati subsidi listrik 2016 sebesar Rp37,31 triliun atau 57,53% lebih rendah dari subsidi 2015 yaitu Rp64,85 triliun. Dengan kondisi ini, sekitar 20 juta pe­langgan rumah tangga kecil (R1) 450-900 volt ampere (VA) tak lagi dapat subsidi. Menurut Direktur PLN Murtaqi Syamsuddin, dengan kesepakatan tersebut, maka subsidi listrik akan disalurkan dengan lebih terarah. Tepatnya, pada tahun depan, hanya 24,7 juta pelanggan rumah tangga yang berhak memperoleh subsidi. Penentuan 24,7 juta pelanggan yang mendapat subsidi tersebut berdasarkan

Ketenagalistrikan di Tanah Air masih ditantang untuk bisa melaksanakan energi yang lebih hijau. Indonesia memang dinilai banyak kalangan masih lamban dalam mengejar tren peng­ gunaan energi hijau.

daftar keluarga miskin dan rentan miskin. Jika nantinya jumlah keluarga bertambah, pemerintah juga akan menambah anggar­ an subsidi listrik. Saat ini data PLN menunjukkan ter­ dapat sekitar 45 juta pelanggan 450-900 VA yang menikmati subsidi. Jika subsidi hanya diberikan pada pelanggan tertentu, maka sisa sekitar 20 juta pelanggan rumah tangga tidak akan bisa lagi menikmati listrik dengan harga rendah. Namun belum dipastikan, apakah pelanggan yang tak lagi mendapat subsidi akan dinaikkan tarifnya secara berta­ hap atau dimigrasikan ke 1.300 VA yang memang sudah tarif keekonomian. Apapun skemanya, mulai 1 Januari nanti hanya rumah tangga yang miskin dan rentan miskin yang akan mendapatkan subsidi. n

17


Headline Fokus Utama

Meneropong

Green business Di tengah gencarnya pemerintah menaikan pamor renewable energy hingga penggunaanya mencapai 25 persen, banyak perusahaan swasta tertarik terlibat mengeksplorasi energi alam ini untuk dijadikan sumber listrik. Siapa saja yang terlibat? ď‚„ DEDDY HASSAN

18

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

P

eluang bisnis energi baru terbarukan ditangkap dengan jeli oleh PT Sintesa Banten Geothermal (SBG), untuk menggarap potensi sumber panas di kawasan Banten. SBG adalah satu dari anak perusahaan milik Sintesa Group di bawah kepemimpinan Shinta Widjaja Kamdani. Pendapatan usaha (revenue) total Sintesa Group dalam empat tahun ini mengalami peningkatan. Tahun 2010, pendapatan US$700 juta menjadi US$1 miliar pada tahun 2012. Tahun 2013 naik menjadi US$1,2 miliar. Mulai mem­ benahi usaha ayahnya, Johnny Widjaja, tahun 1999, Shinta mendirikan perusahaan baru Sintesa Group. Shinta yang juga aktif sebagai Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan salah satu Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ini gencar memperkenal­ kan ekonomi hijau (green economy). Bisnis Development Sintesa Group, Yono Reksoprojo, dalam wawancara dengan Listrik Indonesia memaparkan, pengembangan energi terbarukan merupakan investasi jangka panjang. Pembuktian ini ditunjukkan dengan membangun pembangkit tenaga listrik di Muara Enim (Sumatera Selatan), geothermal (panas bumi) di Banten (Jawa Barat), dan energi tenaga surya di Kupang (NTT). Sementara itu, SBG juga bekerja sama dengan Angkasa Pura I, membangun solar panel (panel surya) di semua bandara di bawah otoritas PT Angkasa Pura I. Langkah konkret green economy dilakukan dalam setiap proyek geothermal dengan community development (pemberdayaan komunitas), mulai dari listrik, hydropower, (pembangkit listrik tenaga air), sampai water treatment (pengolahan air). Meskipun ada beberapa kendala dalam pengem­ bangan energi hijau, di antaranya persoalan biaya yang dikeluarkan masih relatif tinggi dan belum mendapat­ kan keuntungan memadai bila membangun usaha yang ramah lingkungan. Pengusaha seharusnya mendapatkan benefit, misalnya mendapatkan pengurangan pajak dan suku bunga yang lebih rendah dari bank agar peng­ usaha tertarik menjalankannya. Kalau pada akhirnya cost (biaya) lebih tinggi buat apa? Yang terjadi kemu­ dian, perusahaan memasukkan isu lingkungan pada CSR mereka, sebab bila masuk business model, cost-nya terlalu tinggi. Prospek bisnis energi tahun 2016, menurut Yono, masih sangat menjanjikan karena diprediksi ekonomi Indonesia akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,5 persen. Kebijakan PSPT untuk proyek kelistrikan dan kemu­ dahan izin yang terkait menegaskan komitmen SBG dalam mengembangkan pembangkit listrik yang ramah lingkun­ gan sekaligus berkontribusi pada peningkatan kapasitas listrik negara untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah penyediaan listrik PLTGU berka­ pasitas 110 Mega Watt (MW) ini merupakan pengembang­ an dari pembangkit yang sebelumnya berkapasitas 2 x 40 MW dan sudah beroperasi secara komersial semenjak 2007. Dengan upaya penambahan steam turbine 1 x 30 MW, PLTGU ini menjadi combined cycle power plant. Emisi panas sisa hasil pengolahan turbin gas ini selanjutnya akan diberdayagunakan untuk menghasilkan tenaga uap

www.listrikindonesia.com

Yono Reksoprojo Bisnis Development Sintesa Group

Kalau pada akhirnya cost green energy lebih tinggi buat apa? Yang terjadi kemudian, perusahaan memasukkan isu lingkungan pada program CSR mereka. melalui boiler guna menggerakkan turbin uap HRSG (heat recovery steam generator) sehingga nantinya dapat meng­ hasilkan total kapasitas listrik 110 MW. Dengan memanfaatkan emisi panas sisa pengolahan turbin gas, maka operasional tambahan turbin uap 1 x 30 MW tersebut menjadi lebih efisien karena dibutuhkan hanya sedikit sekali gas tambahan atau bahkan bisa tidak diperlukan tambahan gas sama sekali sebagai bahan bakarnya dibanding bila digunakan untuk menghasilkan listrik 30 MW secara langsung. Garap Panas Bumi Banten Terkait dengan pengembangan bisnis listrik pada tahun 2016, Yono Reksoprojo menambahkan bahwa saat ini PT SBG telah ditetapkan sebagai pemenang tender eksplorasi dan pengelolaan panas bumi yang dilaksanakan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten untuk menggarap panas bumi di daerah Pandeglang yang ber­ potensi menghasilkan listrik 225 MW. "Potensi panas bumi kita berada di kawasan Gunung Karang, dan kalau dapat dikelola perkiraan energi listrik yang dihasilkan bisa mencapai 225 MW," paparnya. Saat ini potensi panas bumi saat ini sedang dilakukan penelitian (eksplorasi) oleh PT SBG. Menurut dia, potensi panas bumi yang terkandung di bawah Gunung Karang tersebut belum diketahui, namun diperkirakan cukup besar. "Memang baru perkiraan, nanti kita lihat hasil dari penelitian yang dilakukan perusahaan itu," katanya.

19


Headline Fokus Utama Dari hasil analisis pemodelan gaya berat daerah penelitian, sambung Yono, didapatkan suatu gambaran tentang keberadaan beberapa struktur terban dan tero­ bosan batuan intrusi yang diperkirakan berfungsi sebagai cebakan dari potensi geothermal. Batuan intrusi muda di bawah Gunung Karang diinter­ pretasikan sebagai sumber panas, sementara batuan sedi­ men tersier kemungkinan berfungsi sebagai reservoir. Kemungkinan potensi geothermal juga diindikasikan oleh keberadaan beberapa mata air panas yang tersingkap di daerah penelitian. n

Potensi panas bumi kita berada di kawasan Gunung Karang, dan kalau dapat dikelola, perkiraan energi listrik yang dihasilkan bisa mencapai 225 MW.

Proyek Paling Diburu Investor B

adan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan realisasi proyek investasi sektor infrastruktur khususnya sektor listrik berada dalam tren yang meningkat. Proyek kelistrikan paling banyak menyedot investasi sepanjang semester I 2015. Kepala BKPM Franky Sibarani mengata­kan, investasi infra­struktur khususnya kete­na­ga­listrikan pada semester I 2015 mencapai Rp184 triliun dengan total 226 proyek. "Jumlah tersebut merupakan yang terbesar dalam realisasi investasi bidang infrastruktur dibandingkan sub sektor lainnya, seperti proyek investasi gas, air, transportasi, telekomunikasi dan pergudangan," kata Franky. Menurutnya, banyaknya proyek investasi sektor listrik yang sedang dalam konstruksi ini cukup menggembirakan karena dapat mendukung pencapaian target pemerintah untuk membangun 35 ribu MW hingga 2019. BKPM melihat tren realisasi sektor infrastruktur meningkat sepanjang semester I 2015, total nilai realisasi investasi infra­ struktur sebesar Rp72,2 triliun. Nilai ini sudah mencapai 63 persen realisasi 2014 atau 94 persen realisasi 2013. BKPM juga mencatat pertumbuhan nilai rencana jnvestasi yang signifikan di sektor ini. Selama semester I 2015, BKPM menerbitkan izin prinsip investasi senilai Rp314 triliun, atau meningkat lebih dari lima kali lipat dibandingkan periode yang sama ta­hun lalu. "Realisasi proyek infrastruktur menjadikan kami di BKPM optimis daya saing investasi Indonesia akan meningkat. Karena, infrastruktur dan logistik merupakan satu dari lima tantangan utama dalam berbisnis di Indonesia, menurut survei World Eco­nomic Forum 2014. Infrastruktur juga memperkuat fondasi ekonomi untuk men­ capai pertumbuhan ekonomi yang berketanjut­an," tutup Franky. n

20

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

PASTIKAN

BEBASKAN LAHAN

Pemerintah memastikan akan membantu pembebas­ an lahan untuk proyek listrik 35.000 megawatt (MW). Presiden RI Joko Widodo menuturkan akan membantu segala permasalahan lahan yang ditujukkan untuk proyek ketenagalistrikan.  NURUL ALDHA

P

"

okoknya kalau untuk masalah lahan kami bantu. Nanti diserahkan lang­ sung ke Menteri BPN," ujar Presiden dalam acara Tatap Muka dengan Mitra PLN di Istana Negara, belum lama ini, di Jakarta. Presiden Jokowi memastikan akan terus memantau jalannya proyek 35.000 MW. Dia mengatakan pembangunan pem­ bangkit listrik yang sudah ditandatangani kontraknya harus sesuai jadwal, bahkan diharapkan lebih cepat. Jokowi men­ yarankan para pengembang listrik swasta (independent power producer/IPP) dan juga kontraktor untuk melaporkan masalah yang dihadapinya di lapangan. Menurut Jokowi, pembangunan megaproyek 35.000 MW ini tidak boleh terkendala. Pasalnya, masalah listrik ini sangat vital dan sudah menjadi urusan negara. Permasalahan lahan memang menjadi kendala utama dalam proyek infrastruk­ tur saat ini. Selama ini, PLN mengalami kesulitan untuk membebaskan lahan transmisi dan gardu induk. Hal ini lantaran, lahan yang harus dibebaskan tersebar di banyak titik. Kendati begitu, Presiden www.listrikindonesia.com

memastikan kebutuhan listrik di Indonesia bisa terpenuhi pada 2019. Hingga Agustus 2015, proyek 35.000 MW baru terrealisasi 600 MW. Sebaran Pembangkit Menurut Sofyan Basyir, Direktur Utama PT PLN (Persero), PLN telah menanda­ tangani kontrak dengan 46 pengembang listrik swasta berkapasitas total 17.340 MW. Total nilai kontrak tersebut diperkira­

kan mencapai US$20 miliar atau setara dengan Rp 280 triliun. Kontrak 17.340 MW terbagi menjadi dua kontrak yakni perjanjian jual beli listrik (power purchasing agreement/PPA) dan kontrak desain, pengadaan dan kon­ struksi (engineering, procurement and construction/ EPC). Sebaran pembangkit yang telah ditandatangani kontraknya mencakup hampir seluruh wilayah Indo­ nesia terma­suk Sumatera, Jawa, Kali­man­ tan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Sebanyak 11 produsen baja telah dipilih dalam prakualifikasi lelang untuk proyek pembangunan transmisi listrik na­ sional. Menurut Sofyan , harga baja untuk bahan kabel transmisi dipatok lebih murah 30% karena harga baja sedang turun. n

MEGA PROYEK PEMBANGKIT 35.000 MW Jumlah pembangkit yang dibangun : 109 Pembangkit dibangun PLN

: 35

Pembangkit dibangun IPP

: 74

Lokasi : Tersebar di seluruh wilayah Indonesia Kebutuhan transmisi

: 732

Kebutuhan tiang

: 75.000

Kebutuhan gardu

: 1.375 unit

Panjang transmisi

: 46.000 km

Kebutuhan dana

: Rp1.127 triliun

21


Headline Fokus Utama

Kelistrikan

Terus Dikebut Pemerintah berharap pada pembangkit IPP yang sudah proven melakukan ekspansi untuk percepatan pembangunan pembangkit. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan akan memberikan assessment dan pengawasan ketat untuk mengawal proyek kelistrikan agar terealisasi lima tahun ke depan sesuai target. Apa saja kendalanya?

D

irjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Ir. Jarman ,MSc, meminta PLN tidak perlu khawatir dengan masalah keuangan setelah batal mendapat penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp10 triliun. Untuk mewujudkan proyek kelistrikan yang sudah digulirkan, masih banyak cara memperkuat modal PLN untuk jangka pendek maupun panjang. Tentu untuk jangka pendek, PLN perlu mencari pendanaan. Untuk jangka pan­ jang revaluasi aset. Keuangan PLN masih sehat sehingga tidak akan kesulitan untuk

mencari pinjaman. Buktinya, beberapa bank yang bergabung dalam sindikasi beberapa waktu lalu bersedia membantu PLN untuk proyek PLTU Riau. "Dengan sudah ditandatangani sindi­ kasi pendanaan untuk PLTU Riau, kondisi keuangan PLN masih memungkinkan untuk mendapat pinjaman-pinjaman," ungkap Jarman. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan revaluasi aset, PLN bisa mem­ peroleh tambahan modal hingga Rp 200 triliun. Kemampuan meminjam PLN bakal

 DEDDY HASSAN

22

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

meningkat setelah revaluasi aset. Dengan begitu, PLN tentu bisa mendukung proyek 35.000 MW. Untuk meringankan beban keuangan, solusi lain yang bisa ditempuh adalah dengan menyerahkan sebagian porsi PLN dalam proyek listrik 35.000 MW kepada pihak swasta. Ini akan mengurangi beban PLN dalam pembangunan pembangkit listrik, modal PLN bisa lebih dikonsen­ trasikan untuk pembangunan jaringan transmisi saja. "Prinsipnya adalah pembangkit yang dibangun PLN sesuai dengan kemampuan dia," kata Jarman. Menurut Jarman, berkurangnya porsi PLN dalam proyek listrik 35.000 MW tidak akan me­nimbulkan masalah. Apalagi kalau swasta justru bisa membangun pembang­ kit listrik dengan lebih murah, tentu ang­ garan untuk proyek 35.000 MW menjadi lebih efisien. "Kalau swasta bisa membangun pembangkit lebih murah, kenapa tidak?" tukas Jarman. Yang penting, dia menambahkan, jar­ ingan transmisi dan distribusi tetap dikua­ sai sepenuhnya oleh PLN. Karena itu, lebih baik PLN fokus saja membangun jaringan transmisi dan distribusi bila keuangannya tak cukup kuat untuk membangun banyak pembangkit listrik. "PLN harus konsentrasi di jaringan transmisi dan distribusi. Yang pent­ ing backbone transmisi yang menjadi monopoli alamiah, harus dipegang negara melalui PLN," tutupnya. Secara detail Dirjen Ketenagalistrikan meng­ungkapakan alasan pengurangan jatah PLN dalam membangun pembangkit di program 35 GW. Seperti diketahui, arahan pemerintah bahwa biaya investasi sektor kelistrikan menyerap dana 2/3 di pembangkit sementara itu sisanya sebesar 1/3 untuk membangun jaringan transmisi. “Dengan kondisi seperti ini tentu kemampuan PLN untuk membangun pembangkit dikurangi arahnya memang sekarang prioritas diberikan kepada IPP,” tambah Jarman. Di Malaysia-pun sudah dilakukan dalam bentuk commission act yang mulai dijalankan sejak 1 januari 2014 lalu ,bahwa TNB tidak boleh lagi membangun pembangkit semua diberikan kepada swasta, kalau TNB mau bangun pembangkit yang harus dilakukan oleh anak perusahaan bekerjasama dengan www.listrikindonesia.com

Ir. Jarman, MSc | Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Keuangan PLN masih sehat sehingga tidak akan kesulitan untuk mencari pinjaman. Buktinya, be­­be­rapa bank yang bergabung dalam sindikasi, beberapa waktu lalu bersedia membantu PLN untuk proyek PLTU Riau. perusahaan swasta. Dalam membangun infrastruktur kelistrikan problem utama di Indonesia lebih banyak terkait dengan kemampuan pendanaan. Untuk menyiasati agar program pembangunan proyek listrik terus berjalan, pemerintah memberikan porsi jauh lebih besar kepada pihak perusahaan swasta yang kredibel untuk percepatan memba­ngun pembangkit daripada dibangun oleh PLN sendiri.

Capaian Program 1 Tahun

Data yang diperoleh dari Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM terkait kinerja regulator dan pelaku indus­ tri kelistrikan selama satu tahun sampai dengan September 2015 menunjukan tren yang positif, di mana telah mencapai target me­ningkatkan Rasio Elekrifikasi (RE) hingga 87,14 persen, mendekati target yang telah ditetapkan dalam draf Rancangan Umum Kelistrikan Nasional

23


Headline Fokus Utama (RUKN) 2015 – 2034 di mana RE ditetapkan sebesar 87,35 persen. Dengan adanya pembangunan proyek 35.000 MW, RE akan terus meningkat setiap tahunnya, di mana pada tahun 2016 akan mencapai 90.15 %, tahun 2017 naik menjadi 92.75 %, tahun 2018 akan men­ capai 95.15 %, dan pada tahun 2019 Rasio Elektrifikasi akan menuju ke 97.35%. Untuk program 35.000 MW, menurut Dirjen Ketenagalistrikan Jarman, saat ini terus dipacu sehingga terlihat jelas dari peningkatan rasio elektrifikasi. Dalam pelaksanaannya, komposisi kepemilikan berdasarkan kapasitas didominasi oleh pembangkit listrik swasta/ IPP sebesar 25.584.110 MW dengan 110 proyek (72%), sedangkan porsi PLN hanya 9.945.102 MW di mana menggarap 110 proyek. Kemajuan berdasarkan fase (MW), proses financial close dan konstruksi 4.573 MW(13%), perencanaan 1.764 MW (5%), pengadaan 29.192 (82%). “Kondisi terkontrak atau PPA saat ini mencapai 4.573 MW di mana kontribusi PLN sebesar 1.973 MW dan IPP 2.600 MW,” jelas Jarman. Status kemajuan pembangunan transmisi dan gardu Induk menunjukan target membangun jaringan transmisi pada tahun 2015 ditetapkan sepanjang 4.717 kms, di mana dari target sampai bulan September 1.315 kms terrealisasi sepanjang 922 kms. Komposisi transmisi ini akan dibangun oleh PLN sebesar

43.284 kms (93%), sisanya sepanjang 3.313 kms menjadi tugas IPP untuk menggarapnya. Sementara itu status pembangunan transmisi sesuai perencanaan ada 427 pro­ yek untuk 24.261 kms/MVA, pengadaan 75 proyek untuk 4.776 kms/MVA, dan pe­lak­ sanaan/kontruksi 17.570 kms dalam 230 proyek. Sementara itu untuk Gardu Induk dalam perencanaan PLN ada 821 proyek, untuk membangun 69.352 kms/MVA. Di akhir penjelasannya kepada

Listrik Indonesia, Dirjen Ketenaga­lis­­trikan ESDM menyatakan, bahwa reali­sasi COD pembangkit pada tahun 2015 total capaian sembilan bulan pertama sebesar 1.397,3 MW dipasok dari PLTU Pangkalan Susu 440 MW, PLTMG Pesanggaran 200 MW, PLTU Belitung Baru #1 16,5 MW, PLTU Celukan Bawang 390 MW, PLTP Kamojang 5 30 MW, PLTM tersebar 17,8 MW, PLTU Banjar sari 220 MW, PLTD Perbatasan 68 MW, PLTMG Musi Rawas 8 MW, dan PLTU Ende #1 7 MW. n

RASIO ELEKTRIFIKASI S/D SEPTEMBER 2015

Dana Ketahanan Energi Pasti Akuntabel P

emerintah akan memungut dana ketahanan energi dari bahan bakar minyak (BBM) mulai tahun depan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, menganggap wajar terjadi pro dan kontra terhadap kebijakan itu. "Yang penting nanti kami tunju­ kan cara pengelolaan yang profesional, transparan, dan akuntabel," kata Sudirman Said, dalam keterangan tertulisnya Akhir Desember lalu. Seperti diketahui, pemerintah akan memungut dana sebesar Rp200 per liter dari premium dan Rp300 per liter dari solar. Hal ini bertujuan untuk mengembang­ kan energi baru terbarukan dan memban­ gun infrastruktur cadangan strategis.

24

"Secara konsepsi dana ini dapat digunakan untuk mendorong explorasi agar depletion rate (angka penurunan) ca­ dangan kita bisa ditekan. Dana ini juga bisa digunakan untuk membangun infrastrukur cadangan strategis. Pun dapat digunakan untuk membangun energi yang sustain­ able, yaitu energi baru dan terbarukan (EBT)," Jelas Menteri ESDM. Sudirman mengatakan, di samping mengembangkan EBT, kebutuhan yang paling mendesak saat ini adalah dana stimulus untuk eksplorasi migas, panas bumi (geothermal), dan batubara. Hal ini disebabkan investasi di sektorsektor energi itu turun. "Eksplorasi harus kami lakukan untuk

mengetahui dengan akuran cadangan kita," kata dia. Menteri ESDM menambahkan, bahwa dana ini berupa uang negara pada umumn­ ya dan akan disimpan oleh Kementerian Keuangan. Kementerian ESDM menjadi pengguna dana tersebut. Dia menuturkan, bahwa pungutan dana dan penggunaannya akan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPKP) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). "Secara internal audit dilakukan oleh Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian ESDM atau BPKP. Selanjutnya BPK pasti akan mengaudit juga," kata mantan Dirut PT Pindad itu. n (DH) Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Marine Vessel Power Plant

SOLUSI

krisis LISTRIK Di negara kepulauan seperti Indonesia, kapal pembangkit listrik adalah solusi alternatif yang harus digagas oleh PLN untuk memperkuat pasokan di wilayah yang mengalami krisis listrik. Apa keuntungannya?  DEDDY HASSAN

P

residen Republik Indonesia Joko Widodo didampingi Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir, melepas lang­ sung keberangkatan Kapal Marine Vessel Power Plant (MVPP) “Karadeniz Powership Zeynep Sultan” berkapasitas 120 Mega Watt (MW) dari Pelabuhan Nusantara Tanjung Priok, Jakarta Utara awal Desember lalu. Sebelum melepas keberangkatan kapal, Jokowi juga melakukan peninjauan kapal MVPP bersama Direktur PLN, Sofyan Basir, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri

www.listrikindonesia.com

ESDM Sudirman Said, dan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Kapal pembangkit listrik yang baru datang dari Turki ini akan menuju Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Program ini merupakan salah satu upaya PLN untuk memperkuat pasokan listrik di beberapa lokasi di Indonesia, salah satunya di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo yang terhubung dalam sistem interkoneksi kelistrikan 150 kilo Volt (kV) Sulawesi Utara – Gorontalo (Sulutgo).

25


Headline Fokus Utama

MVPP buatan tahun 2014 ini disewa PLN selama jangka waktu 5 tahun. Titik koneksi awal Marine Vessel ini di Amurang , selanjutnya PLN juga akan mendatangkan power plant serupa untuk beberapa lokasi antara lain Sumatera Bagian Utara (240 MW), Kupang (60 MW), Ambon (60 MW), dan Lombok (60 MW). Keunggulan mobile power plant MVPP adalah mampu menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik, kemudaha­n relokasi (hanya perlu waktu 3–4 minggu) sehingga dapat fleksibel memenuhi kebu­ tuhan listrik di suatu daerah, peng­hematan hingga Rp350 miliar per tahun, dan lebih cepat dalam memenuhi kebutuhan tamba­ han pasok­an di suatu daerah yang sedang kekurangan listrik. Presiden Joko Widodo mengungkap­ kan pemilihan Pembangkit Listrik di atas Kapal dianggap tepat mengingat Indonesia negara dengan 17.000 pulau, maka pembangkit listrik di atas kapal yang bisa mobile dari satu pulau ke pulau lain, paling cocok dengan Indonesia. Untuk Marine Vessel Power Plant per­ tama ini, dioperasikan dengan dua bahan bakar atau dual fuel engine yaitu fuel jenis heavy fuel oil dan gas. Sementara, pem­ bangunan tower transmisi 150 kV yang menghubungkan MVPP ke switchyard untuk selanjutnya disuplai ke Gardu Induk Lopana. Perjalanan MVPP ke Amurang diperkirakan memakan waktu sekitar tujuh hari, dan diharapkan sudah bisa menambah pasokan listrik Sulawesi Utara. Pembangkit listrik di atas kapal ini akan segera memenuhi kekurangan pasokan listrik di Sulawesi Utara dan Gorrontalo. Beban puncak sistem ke­ listrikan Sulawesi Utara dan Gorontalo saat ini mencapai 325 MW, sedangkan

26

Marine Vessel Power Plant ini akan mampu memasok sistem kelistrikan Sulawesi Utara dan Gorontalo, sehingga defisit pasokan listrik akan dapat teratasi, dan daftar tunggu pelanggan listrik dapat segera dilayani.

daya mampu pembangkit yang ada jika semuanya beroperasi optimal adalah 320 MW. Daya mampu pasok dari pembangkit yang beroperasi saat ini hanya 275 MW, ini dikarenakan PLTP Lahendong unit 4 sedang pemeliharaan agar bisa beropera­ si dengan andal. Selain itu, PLTU Amurang unit 1 mengalami gangguan serta belum optimalnya operasi PLTA, dimana hanya mampu memproduksi listrik 23 MW dari 45 MW. Hal ini yang menyebabkan berkurangnya daya mampu suplai pem­ bangkit atau defisit sebesar 50 MW. “Kami harapkan dengan adanya Marine Vessel Power Plant ini akan mampu memasok sistem kelistrikan Sulawesi Utara dan Gorontalo melalui tegangan 150 kV, sehingga diharapkan kondisi defisit pasokan listrik di sistem

Sulawesi Utara dan Gorontalo akan dapat teratasi dan daftar tunggu pelanggan listrik dapat segera dilayani,” ungkap Sofyan Basir. Sementara itu secara terpisah, PT Pe­ la­yaran Nasional Indonesia (Pelni) menya­ takan siap sebagai operator kapal genset raksasa yang berfungsi sebagai pembang­ kit listrik terapung itu. Karadeniz memiliki kapasitas 120 MW. Direktur Komersial Pelni Harry Boediarto mengatakan, sela­ ma beroperasi di perairan Indonesia, Pelni dipercaya sebagai operator kapal. “Ada lima kapal yang kita diminta untuk operasikan di perairan . Ini pertama. Ini harus bisa karena kapal makin cang­ gih, makin sedikit ABK-nya,” ungkap Harry Seperti diketahui, saat ini PLN juga tengah menyelesaikan pembangunan Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

PLTG Gorontalo total kapasitas 100 MW, dimana satu unit ditargetkan beroperasi pada akhir Desember 2015 atau di awal Januari 2016. PLTG Gorontalo akan men­ jadi pembangkit pertama dari program pembangunan pembangkit 35.000 MW yang beroperasi.

Bangun Jaringan Transmisi & Distribusi

Untuk percepatan membangun pen­ dukung proyek pembangkit, selain mel­ akukan inovasi dengan MVPP, PLN juga memperoleh pinjaman senilai USD 600 juta dari Asian Development Bank (ADB) untuk pengembangan jaringan transmisi dan distribusi di Sumatera dengan jami­ nan pemerintah. Penyerahan Dokumen Pemberian Jaminan Pemerintah atas www.listrikindonesia.com

pinjaman langsung ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro kepada Direktur Pe­rencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati. PLN akan menggunakan dana pinja­ man ini untuk mengembangkan dan memperkuat keandalan sistem ketenagal­ istrikan Sumatera, sekaligus memperluas penetrasi jaringan tenaga listrik dalam mendukung implementasi program pembangunan pembangkit tenaga listrik 35.000 MW. Lingkup program meliputi pembangunan Jaringan Tegangan Tinggi (TT) sepanjang 19.305 kilo meter sirkuit (kms), Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 18.200 kms, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 19.300 kms, dan trafo sebesar 6.987 Mega Volt Ampere (MVA).

“Pemberian jaminan Pemerintah pada direct lending ini sangat membantu PLN dalam merealisasikan Program 35.000 MW. Dana pinjaman akan digunakan untuk membangun jaringan transmisi dan distribusi di Sumatera, sehingga dapat meningkatkan rasio elektrifikasi” ujar Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati Lebih jauh Nicke menjelaskan Prog­ram 35.000 MW memerlukan infra­struktur jaringan transmisi dan distribusi untuk memasok listrik kepada seluruh pelang­ gan. Skema pinjaman langsung dengan jaminan Pemerintah yang ber­basis hasil ini merupakan salah satu terobosan untuk menjawab kebutuhan pendanaan bagi PLN dalam membangun infrastruktur transmisi dan distribusi. n

27


Headline Fokus Utama

Menjawab TANTANGAN

RUPTL Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN, terungkap partisipasi swasta dalam penyediaan tenaga listrik di Indonesia hingga 10 tahun mendatang sangat besar, yaitu mencapai sekitar 33% dari kapasitas total. Mampukah diwujudkan? ď‚„ DEDDY HASSAN

28

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

P

rogram pengembangan kelistrikan yang digadang-gadang pemerintah bukan tanpa sebab. Kebutuhan listrik masyarakat dan industri terus berkembang sehingga mau tidak mau harus direspon oleh BUMN Plat Merah penyedia listrik berjuang memenuhi target percepatan infrastruktur kelistrikan. Dengan meng­ gunakan asumsi pertumbuhan ekonomi sepuluh tahun mendatang rata-rata 6,2% per tahun dan bergerak dari realisasi kebu­ tuhan tenaga listrik tahun 2009, proyeksi penjualan tenaga listrik pada tahun 2019 diperkirakan akan mencapai 334,4 TWh, atau mengalami pertumbuhan ratarata 9,3% selama 10 tahun mendatang. Beban puncak pada tahun 2019 diproyeksikan akan mencapai 59.863 MW. Untuk me­ menuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, diprogramkan pembangunan pembangkit listrik baru untuk periode 2010 - 2019 sebesar 55.484 MW, diantaranya yang akan dibangun oleh PLN sebesar 31.958 MW dan IPP sebesar 23.526 MW. Untuk mencapai hasil yang diharap­ kan, PLN merencanakan dan melaksana­ kan proyek-proyek kelistrikan yang lead time-nya relatif panjang, sehingga secara alamiah perlu mempunyai sebuah rencana pengembangan sistem kelistrikan yang berjangka panjang. Sebagai contoh, diper­ lukan waktu sekitar 7 tahun untuk mewu­ judkan sebuah PLTU batu bara skala besar mulai dari rencana awal hingga beroperasi. Dengan demikian rencana pengembangan sistem yang diperlukan PLN harus ber­ jangka cukup panjang, yaitu 10 tahun, agar dapat mengakomodasi lead time yang panjang dari proyek-proyek kelistrikan. Perlunya dibuat rencana rencana

pengembangan sistem kelistrikan jangka panjang juga didorong oleh keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi yang efisien, dalam arti PLN tidak sembarang melakukan proyek kelistrikan tanpa di­ dasarkan pada perencanaan yang baik. Hal ini penting dilakukan karena keputusan in­ vestasi di industri kelistrikan akan dituntut manfaatnya dalam jangka panjang. Untuk mencapai hal tersebut PLN telah menyu­ sun sebuah dokumen perencanaan sepu­ luh tahunan yang disebut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, atau RUPTL. Pedoman pengembangan sistem kelis­ trikan bagi PLN sepuluh tahun mendatang yang optimal, disusun untuk mencapai tujuan tertentu serta berdasarkan pada kriteria perencanaan dan kebijakan tertentu. Dengan demikian pelaksanaan proyek-proyek kelistrikan di luar RUPTL yang dapat menurunkan efisiensi investasi perusahaan dapat dihindarkan. Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagai­ mana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 dan didorong oleh timbulnya kebutuhan untuk memperbaharui RUPTL 2009-2018 setelah memperhatikan adanya penurunan kebutuhan tenaga listrik akibat krisis finansial global yang terutama sangat terasa di sistem Jawa Bali, dan keterlam­ batan banyak proyek pembangkit tenaga listrik, baik proyek PLN maupun proyek lis­ trik swasta (IPP). Hal lain yang mendorong disusunnya RUPTL 2010-2019 ini adalah adanya keinginan PLN yang kuat untuk mencukupi kebutuhan tenaga listrik pada banyak daerah di Indonesia yang telah lama menderita kekurangan pasokan. Dalam RUPTL ini diindikasikan proyek-

Hal lain yang men­ dorong disusunnya RUPTL 2010-2019 ini adalah adanya keinginan PLN yang kuat untuk mencukupi ke­bu­ tuhan tenaga listrik pada banyak daerah di Indonesia yang telah lama menderita kekurang­an pasokan. proyek pengembangan sistem kelistrikan yang akan dilakukan oleh PLN sendiri dan proyek-proyek pembangkit yang akan ditawarkan kepada sektor swasta sebagai independent power producer (IPP). Pada dasarnya semua proyek transmisi dan distribusi akan dilaksanakan oleh PLN, se­ dangkan proyek pembangkit akan terbagi menjadi proyek milik PLN dan proyek milik swasta yang akan menjual listriknya ke PLN. Beberapa ruas transmisi yang dedicated dengan suatu pembangkit IPP dapat dibangun oleh pengembang. Dalam rencana ini juga terungkap bagaimana PLN Mendukung kebijakan pemerintah dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) yaitu menyang­ kut konservasi energi, efisiensi peman­ faatan sumber energi setempat, diversi­ fikasi energi dan pelestarian lingkungan. Selain itu PLN menetapkan kebijakan

Status Kemajuan Pembangkit Program 35.000 MW Kemajuan Berdasarkan Fase (MW)

Terkontrak/PPA : 4.573 MW

sumber: kementerian esdm

Komposisi Kepemilikan Berdasarkan Kapasitas (35.000 MW)

www.listrikindonesia.com

29


Headline Fokus Utama

sapoetra wibowo/listrik indonesia

Pengalihan captive power ke PLN juga didorong oleh tingginya harga BBM untuk membangkitkan tenaga listrik milik konsumen industri/bisnis, sementara harga jual listrik PLN relatif lebih murah.

untuk memprioritaskan pemanfaatan EBT di daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara tetangga dan pulau-pulau terluar lainnya, terutama di wilayah Indonesia Timur. Pemanfaatan EBT tidak selalu berbasis keekonomian namun lebih didorong oleh semangat PLN untuk memberikan kesem­ patan kepada masyarakat terpencil yang tertinggal untuk mendapat akses listrik. Dari kebijakan tersebut PLN meren­ cana­kan pengembangan panas bumi yang sangat besar, pembangkit tenaga air skala besar, menengah dan kecil serta EBT skala kecil tersebar berupa PLTS (tenaga surya), PLTB (tenaga angin), biomass, biofuel, gasi­ fi­­kasi batu bara (energi baru). PLN juga men­­­dorong penelitian, pengembangan dan pene­rapan EBT lain seperti OTEC (Ocean Ther­mal Energy Conversion), arus laut dan fuel cell. Seiring dengan bertambahnya kapa­ sitas terpasang PLN berencana untuk me­ nambah pelanggan baru yang besar, yaitu rata-rata 2,6 juta per tahun, sehingga rasio elektrifikasi akan mencapai 91% pada tahun 2019. Penambahan pelanggan baru tersebut tidak hanya mencakup mereka yang berada di wilayah usaha PLN saat ini tetapi juga mencakup mereka yang berada

30

di luar wilayah usaha. Faktor ketiga yang menjadi pendorong pertumbuhan permintaan tenaga listrik PLN adalah pengalihan dari captive power (penggunaan pembangkit sendiri berbahan bakar minyak) menjadi pelanggan PLN). Captive power ini timbul sebagai akibat dari ketidakmampuan PLN memenuhi per­minta­ an pelanggan di suatu daerah, ter­­utama pelanggan industri dan bisnis. Bila­mana kemampuan PLN untuk melayani di daerah tersebut telah meningkat, maka captive power ini dengan berbagai pertimbangan­ nya akan beralih menjadi pelanggan PLN. Pengalihan captive power ke PLN juga didorong oleh tingginya harga BBM untuk membangkitkan tenaga listrik milik konsumen industri/bisnis, sementara harga jual listrik PLN relatif lebih murah. Faktor ketiga ini sangat bergantung kepada kemampuan pasokan PLN di suatu daerah/ sistem kelistrikan dan skema bisnis jual beli listrik PLN dengan captive power, jadi tidak berlaku umum. Rencana Pengembangan Pembangkit Kandidat pembangkit yang digunakan pada simulasi penambahan pembangkit di Indonesia Barat dan Timur cukup bervari­ asi tergantung kepada kapasitas sistem.

Untuk sistem Sumatera misalnya, kandidat PLTU batubara adalah 100 MW, 200 MW dan 300 MW, PLTG pemikul beban puncak 100 MW. Untuk sistem Kalimantan, kandi­ dat PLTU batubara adalah 25 MW, 50 MW dan 100 MW dengan PLTG pemikul beban puncak 30 MW dan 50 MW. Sistem lainnya menggunakan kandidat pembangkit yang lebih kecil. Pada sistem Jawa-Bali, kandidat pembangkit yang dipertimbangkan untuk rencana pengembangan adalah PLTU batubara supercritical kelas 1.000 MW dan 600 MW, PLTU batubara kelas 400 MW subcritical, PLTGU LNG/gas alam750 MW, PLTG BBM pemikul beban puncak 200 MW dan PLTA Pumped. Storage 250 MW18. Selain itu terdapat beberapa PLTP kelas 55 MW dan 110 MW, serta PLTA. PLTN jenis pressurised water reactor kelas 1.000 MW juga disertakan sebagai kandidat dalam model optimisasi perencanaan pembangkitan. Pemilihan ukuran unit PLTU batubara untuk sistem Jawa-Bali sebesar 1.000 MW per unit didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan kesesuaian dengan ukuran sistem tenaga listrik Jawa-Bali yang beban puncaknya sudah akan melampaui 25.000 MW. n Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Siap Pasok

Turbin Pembangkit President Director PT Taka Turbomachinery Indonesia, Ir. Denni Andri, meng­ungkapkan, keberhasilan perusahaannya tetap eksis seperti sekarang ini karena tetap melakukan inovasi dan fokus mengembangkan bisnisnya di segmen Turbo­machinery Equipment Services.  DEDDY HASSAN

S

ejarah berdirinya perusahaan turbin ini berawal dari sebuah bengkel kecil dengan 2 orang karyawan, dalam kurun waktu 17 Tahun pihaknya telah mampu membangun PT. TTI yang kini hampir mendominasi bisnis turbine repair, kompresor, dan pompa di perusahaan oil & gas, perusahaan kelistrikan dan berbagai industri kimia. PT. TTI melakukan reblading turbine, rekondisi serta overhaul pompa, rebabbit sleeve bearing di Indonesia. Menurut Denni, secara kemampuan SDM Taka Turbo ada­­ lah yang paling siap untuk diberikan peran lebih besar dalam membangun infrastruktur ketenagalistrikan di Tanah Air. “Kemampuan engineering kami dan produk turbin karya anak bangsa ini sudah layak diprioritaskan untuk dipergu­ nakan untuk mendukung peningkatan lokal konten yang menjadi program pemerintah,” ungkap Denni Andri. Hal ini dibuktikan oleh para engineer-nya dengan mampu memperbaiki Unit Pembangkit Listrik Panas Bumi ini adalah Geothermal Steam Turbine Unit yang pertama dan terbesar di Indonesia yang dibuat oleh Kawasaki,

Jepang dengan kapasitas 110 MW - 115 MW dan terletak di Wayang Windu Pangalengan, Kabupaten Bandung. Team TAKA mampu membuktikan penyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik seperti yang diharapkan Managemen Star Energy. Terkait dengan penggunaan TKDN untuk pembangkit, Head Division Turbine IBTA ini mengharapkan, pemerintah hendaknya mendorong pemanfaatan produksi turbin dalam negeri untuk mendukung program 35.000 MW. Hal ini sangat perlu diperhatikan mengingat kemam­ puan memproduksi turbin dari anggota IBTA sudah punya kemampuan membuat turbin untuk pembangkit 200 MW. “Kalau pemerintah hanya membangun pembangkit

Denni Andri, President Director PT Taka Turbo Indonesia

SDM Taka Turbo paling siap untuk diberikan peran lebih besar dalam membangun infrastruktur ketenaga­listrikan di Tanah Air. kapasitas 400 MW atau 800 MW bagaimana perusahaan lokal akan dapat mengambil bagian dalam mega proyek ini,” tegas Denni. Dengan memikirkan produk dalam negeri khusus untuk keperluan pembangkit dengan diharapkan multiplier effect yang diharapkan untuk menguarkan pertumbuhan ekonomi tentunya akan dirasakan oleh para pelaku bisnis lokal. Perjalanan bisnis Taka Turbo di tahun 2015 nampa­ knya semakin moncer seiring dengan banyaknya proyek pengembangan ketenagalistrikan yang digagas pemerin­ tah. Di tahun 2016 tentunya kesempatan akan jauh lebih besar menuntut peran pebisnis lokal dalam mendukung pembangunan pembangkit, terutama keterlibatan peran Taka Turbo di proyek 35.000 MW. “Taka Turbo siap mendukung upanya PLN untuk pro­ gram melistriki nusantara dengan terlibat secara langsung,” ujar Denni Andri. n

www.listrikindonesia.com

31


Headline Fokus Utama

Tumbuh

Tidak PESAT

Tren perkembangan pasar alat kelistrikan di 2016 diprediksi akan bergeliat, namun pertumbuhannya tidak secepat yang diharapkan, karena sempitnya ruang kebutuhan pasar akibat merajalelanya produk impor. Produsen lokal berharap, ada perhatian khusus pemerintah menata industri peralatan kelistrikan.  Nurul Aldha

P

roduktivitas merupakan satu indikasi terciptanya iklim usaha yang baik dalam satu rantai industri, tak terke­ cuali dalam manufaktur kelistrikan. Target elektrifikasi yang meningkat tiap tahunnya, menciptakan tren pertumbuhan yang sama terhadap alat-alat kelistrikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2014 lalu dengan terpenuhinya angka elektrifikasi sebesar 84,5%, nyatanya mendorong per­ tumbuhan manufaktur kelistrikan secara signifikan. Pada 2014 pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan IV-2014 naik sebesar 5,44 persen

32

(y-on-y) dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama. Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri peralatan listrik sebesar 17,70 persen. Bila melihat data itu, memang in­ dustri peralatan listrik cenderung memiliki tren yang meningkat setiap tahunnya. Seperti diungkapkan oleh Karnadi Kuistono, Direktur Utama PT Powerindo Prima Perkasa, saat Listrik Indonesia berkesempatan melakukan kunjungan pabrik . Menurut Karnadi, pertumbuhan kelis­ trikan untuk tahun depan tak jauh berbeda dengan kondisi tahun ini. “Dukungan pemerintah dengan ‘rel’ yang konsisten,

membuat kita tetap maju namun tidak lebih cepat. Mengapa? Karena belum ada sentuhan-sentuhan yang konkret,” terangnya. Menurutnya, setiap tahun peluang pasar akan selalu ada dan membesar, namun yang disayangkan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut belum didukung secara optimal terutama bagi pelaku industri peralatan listrik dalam negeri merujuk maraknya produk impor alat kelistrikan. Angka impor peralatan listrik dalam negeri masih menjadi pangsa yang terbesar dari total impor non migas yang dilakukan Indonesia. Data BPS menyebut selama periode Januari 2015— Sepetember 2015, total impor Indonesia mencapai USD107,94 miliar. Pangsa untuk peralatan kelistrikan berada diperingkat kedua dengan nilai USD11.47 ( 10.62%) setelah peralatan mekanik sebesar USD16.69 (15.41%). Tentunya, inilah hal yang paling meresahkan bagi produsen lokal melihat arah bisnis di tahun mendatang. Menurut Karnadi, produk impor tetap akan merajai pasar peralatan listrik Tanah Air, meng­ Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline ingat lemahnya keberpihakan pemerintah terhadap industri lokal. Non Tarif Melihat kondisi persaingan antara banjir produk impor dengan produksi lokal sebenarnya bisa disandingkan dengan adil bila saja standarisasi mutu diberlakukan. Menurut Karnadi yang juga ketua APPI, saat ini, hanya peralatan listrik rumah tangga yang dikenakan wajib ber­ standar SNI (Standar Nasional Indonesia). Sayangnya, untuk industri tenaga listrik belum dikenakan kewajiban berstandar SNI. Padahal fungsi standarisasi dalam kebijakan ekonomi secara makro adalah sebagai satu bentuk proteksi non tarif terhadap barang impor. “Dua fungsi standardi­sasi nasional, yaitu menjamin satu mutu peralatan listrik yang disesuai­ kan dengan International Electrotechnical Commision (IEC). Kemudian, sebagai satu bentuk proteksi non tarif bagi produk impor,” jelas Karnadi. Riilnya, saat ini menurutnya SNI untuk ketenagalistrikan sudah ada, namun terjadi dilematis standar antara yang dikeluarkan pemerintah dalam bentuk SNI, dengan standar PLN (SPLN) dalam ruang lingkup PLN. Kondisi riilnya, laboratorium untuk ketenagalistrikan saat ini hanya dimiliki oleh PLN. Melihat kondisi ini, tanpa adanya laboratorium standar yang dikeluarkan pemerintah tentunya seolah tidak memiliki kekuatan pengujian yang memadai. Di sisi lain, standar PLN sifatnya institusional, ha­nya berlaku untuk suplai ke internal PLN. Dampaknya, menurutnya pengusahaan produk lokal jadi seperti kehilangan induk untuk sekedar memperoleh pengakuan atas kualitas standarnya. Di lain sisi,

celah-celah ini dimanfaatkan pengimpor untuk mengundang tim penguji ke negara mereka dengan melegalisasi produk itu di sana, sehingga barang impor bisa masuk dengan mudah karena sudah berlabel SNI sebelum tiba di Tanah Air. Salah satu cara memperbaiki kondisi ini menurut Karnadi adalah dengan mera­ pikan sistem standardisasi yang dileng­ kapi dengan laboratorium independen di dalam negeri. ”Seharusnya kita memiliki laboratorium uji yang sifatnya netral berstandar internasional,” tuturnya. Dengan adanya laboratorium, baik produk dalam negeri dan produk asing bisa melalui satu tahapan prosedural yang sama sehingga tercipta keadilan bersaing. Selain produk impor, di 2016 dengan adanya MEA ia memprediksi akan terjadi kelangkaan SDM profesional ketenagali­ trikan akibat beralih ke negara lain yang lebih memberikan jaminan penghasilan yang lebih baik. Sebaliknya, Indonesia akan kebanjiran dengan tenaga buruh karena UMP dan UMK yang dianggap cukup tinggi di sini. Visit Pabrik Karnadi turut memperlihatkan situasi pabrik perusahaan yang bergerak di bidang mekanikal dan listrik itu. Powerindo adalah satu di antara beberapa perusahaan dalam negeri yang menyuplai peralatan isolator seperti fuse cut out dan lightning arrester serta panel atau tangki trafo. Dalam produksi ketiga komponen ke­ listrikan itu, diakui Karnadi material impor masih mendominasi, terutama untuk produk karet silikon. Namun, saat ini, hanya ada beberapa pabrik sejenis Powerindo

Tahun mendatang, produk impor tetap akan merajai pasar peralatan listrik Tanah Air, meng­ ingat lemahnya keberpihakan pemerintah terhadap industri lokal.

yang beroperasi di Indonesia. Industri padat karya yang berpabrik di Jati Uwung Tangerang itu menyerap kurang lebih 300 tenaga kerja menempati dua lokasi pabrikasi. Di tahun 2015, dengan melaku­ kan penelitian yang matang, Powerindo berekspansi mulai memproduksi Isolator dan Lightning Arrester Class 2. “Sebelum didirikan, kami dua tahun mempelajari standar, riset, serta teknologi,” ungkap Karnadi. Saat ini, Powerindo me­ nyuplai 80% kebutuhan PLN, sedangkan 20% lain untuk kebutuhan swasta. Secara khusus, Karnadi memberikan satu apresiasi terhadap PLN yang memberlakukan MDU (material distribusi utama), di mana pe­ rusahaan dengan pabrikasi dalam negeri memperoleh prioritas dalam menyuplai kebutuhan PLN. n

sapoetra wibowo/listrik indonesia

www.listrikindonesia.com

33


Headline Fokus Utama

sapoetra wibowo/listrik indonesia

ADA KESEMPATAN BERKEMBANG Maxitherm Boilers Indonesia tetap memantapkan dirinya sebagai perusahaan lokal yang memproduksi boiler dan aksesorisnya. Perusahaan ini melihat peluang pembangkit biomassa untuk 2016.  ERIKA PUTRI

P

erkembangan bisnis di tahun 2015 memang sedikit menurun dibanding­ kan tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah ekonomi global yang belum stabil dan pergerakan nilai tukar yang tidak diduga. Ini hampir terjadi pada semua perusahaan. Demikian pula yang terjadi pada PT Maxitherm Boilers Indonesia. Perusahaan lokal ini memang mengaku sedikit banyaknya terpengaruh dengan kondisi ekonomi global tetapi masih memiliki proyek yang menguntungkan di tahun 2015 lalu. “Di tahun 2015 bisnis memang sedikit turun. Ada beberapa proyek boiler untuk pabrik kelapa sawit, Pabrik Oleohemical, Pabrik Makanan dan Minuman dan boiler untuk pembangkit listrik yang proyeknya tertunda di 2014,“ ujar Adi Tjandra, CEO Maxitherm Boilers Indonesia kepada Listrik Indonesia, belum lama ini di Jakarta. Menurutnya, Maxitherm Boilers Indonesia mampu menghadapi krisis karena memang sudah mempunyai pasar yang jelas dan mantap di dalam negeri dan yang berorientasi pada ekspor.“ Kami menyediakan boilers untuk perusahaan di Australia, New Zealand dan Negara ASEAN,“ ujarnya.

34

Adi Tjandra, CEO Maxitherm Boilers Indonesia

Di Tahun 2015, perusahaan ini mengekspor 12 boilers ke Australia, kemu­ dian ke Vietnam ada permintaan untuk 2 boilers dan 1 boiler ke New Zealand. Perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki lokal pada 2010 ini terus me­ mantapkan langkahnya di bisnis boilers dan aksesoriesnya. Kita memiliki fasilitas pabrik di Cilincing dengan karyawan inti 56 orang dan tenaga ahli asing 3 orang yang fokus memproduksi Boilers dan akse­ sorisnya,” tambahnya. Maxitherm Boilers Indonesia saat ini mempunyai pasar di berbagai bidang industri, sebut saja makanan (food), kelapa sawit, pembangkit listrik dan perminyakan. Hanya saja ujarnya, sektor kelapa sawit tidak dalam kondisi ideal saat ini sehingga mengalami penurunan. “Kami harus men­ cari sektor lain yang prospek. Tetapi kami masih melihat peluangnya yang masih sangat luas,“ urainya. Fokus Pembangkit Biomassa Menurut Adi, peluang perusahaan boiler seperti Maxitherm teramat luas. Sayangnya perusahaan lokal seringkali tidak dianggap. “Padahal kita semua tahu, perusahaan lokal banyak yang memiliki

kemampuan. Bahkan perusahaan seperti Maxitherm sudah punya produk dengan standar internasional“ ujarnya. Namun diakuinya, harga yang mereka tawarkan terkadang bisa lebih mahal daripada perusahaan luar dengan produk yang sama. Karena Maxitherm mengikuti kualitas standard mutu ASME bahkan PT Maxitherm Boilers Indonesia sudah men­ dapatkan Sertifikasi ASME S,U & R. “Tetapi bila perusahaan boiler luar itu menawar­ kan kualitas seperti yang kita buat, dapat dipastikan harganya akan lebih mahal, “ ujarnya yakin. Maxitherm Boilers sendiri untuk 2016 sudah bisa memprediksi seberapa besar peluangnya. “Di September 2015 kita sudah mencapai target 50% penjualan untuk 2016. Sisanya akan kita kejar lagi di beberapa bulan ke depan,“ ujarnya. Salah satu prospek tersebut adalah pembangkit listrik biomassa. Kedepannya kita harus lebih fokus di pembangkit biomassa. Apalagi dalam proyek 35.000 MW, biomassa jadi salah satu prioritas pemerintah. Kedepannya diharapkan Pemerintah, investor dan pengusaha lokal memberi­ kan dukungan agar bisnis Boiler dapat berkembang di Indonesia. “Jika kebutuhan hanya 10 – 15 buah pembangkit Biomassa dalam setahunnya, kita masih mampu memproduksi. Paling tidak, ada empat perusahaan boiler lokal di Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan lokal di pembangkit biomassa sehingga kita tidak perlu impor,“ tambahnya. Menurut Adi, mereka terus mengupayakan berbagai cara untuk mengembangkan bisnis boiler ini, misalnya dengan terus membimb­ ing tenaga lokal dan mengembangkan pabrikasi di Indonesia. “Semoga Industri pembuat Boiler di Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negara ini“ tutupnya. n Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Kontribusi

Industri baja dalam negeri diyakini mampu memenuhi kebutuhan proyek transmisi sepanjang 46.597 kilometer.

Untuk Transmisi Peran penting industri baja nasional pada pembangunan transmisi terus dipacu, perusahaan manakah yang akan menjadi pemasok baja untuk sejumlah pembangkit listrik?  Elda Wahyu

P

emerintah berencana mendorong industri baja nasional sebagai sarana untuk membantu kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional. Industri baja dalam negeri diyakini mampu memenuhi kebutuhan proyek transmisi sepanjang 46.597 kilometer. Selain baja, produsen komponen listrik nasional juga diyakini cukup mumpuni memasok ke mega proyek tersebut. Rencananya, jaringan tersebut terdiri dari transmisi 150 KV, 275 KV dan 500 KV yang akan dibangun selama 10 tahun, mulai 2015 hingga 2024. Di antara ketiganya, transmisi 150 KV menjadi jaringan terpanjang yang mencapai 40.413 km. Krakatau Steel diketahui menjadi salah satu perusahaan yang akan turut berke­ cimpung dalam mega proyek ini. Krakatau Steel akan memasok baja yang digunakan untuk pembangunan konstruksi tower dan fabrikasi. Komisaris Utama PT Krakatau Steel Tbk, Achmad Sofjan Ruky menutur­ kan bahwa pihaknya sangat menyambut www.listrikindonesia.com

baik kerjasama ini, pihaknya berharap agar industri baja dapat memberikan kontribusi besar dalam membangun bangsa, “Kami harap industri baja menjadi industri yang memberikan kontribusi besar bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa,” ujarnya. Selain mampu memenuhi kebutuhan proyek transmisi, perusahaan dalam negeri juga sanggup memproduksi barang modal untuk memasok pembangunan infrastruk­ tur ketenagalistrikan seperti pembangkit. Hingga akhir 2014 diketahui permintaan baja domestik mencapai 13 juta ton atau naik dibanding tahun lalu. Diharapkan mulai tahun ini industri baja bisa bertum­ buh dan 15 tahun mendatang industri baja dapat menjadi industri yang menghela sektor industri lainnya. "Teknologi terkait transmisi sudah dapat kita produksi sejak lama. Di hulu, PT Krakatau Steel Tbk sanggup me­ masok baja yang digunakan perusahaan kon­struksi tower dan industri fabri­ kasi membuat komponen," kata Menteri

Perindustrian Saleh Husin di Jakarta, beberapa waktu lalu. Lebih lanjut, Menteri Perindustrian me­ rinci komponen material tower terdiri dari besi profile siku L (86 persen dari berat tower), besi profile plate (10 persen) dan baut (4 persen). Sementara untuk transmisi 275 KV, jumlah tower sebanyak 2,5 unit per km dengan berat 45 ton per km. Jaringan transmisi 500 KV membutuhkan 2 unit per km dan berat tower 80 ton per km. Nilai kebutuhan material transmisi selama 10 tahun diperhitungkan mencapai Rp76,16 triliun. Kemenperin juga berencana akan memperjuangkan penggunaan komponen dalam negeri di proyek transmisi ini agar industri nasional mendapat manfaat sebesar-besarnya. Kemenperin mencatat, terdapat 12 perusahaan industri baja nasional yang bisa dilibatkan dalam proyek ini. Dengan menjaga iklim industri baik melalui peng­ galakkan program SNI, tata bea impor, TKDN, pemberian tax allowance, serta peningkatan penyerapan produk baja terutama untuk proyek-proyek pemerintah yang menggunakan APBN diharapkan dapat menggerakkan industri baja nasio­ nal untuk terus bertumbuh. Percepatan industri pun diharapkan dapat memacu industri baja sebagai tokoh utama dalam pertumbuhan ekonomi. n

35


Headline Fokus Utama

Ekspansi Garap Geothermal

Senior Manager SBU Geothermal & Power PT Rekayasa Industri (Rekind) Moh. Manthovani memaparkan, Rekind saat ini mengelola proyek-proyek pembangkit listrik PLTP, maupun PLTU dan sedang mencoba masuk ke smelter.  DEDDY HASSAN

ntuk smelter saat ini sedang dilaku­ kan re-tender, Rekind berharap dapat melaksanakan proyek smelter Antam ini di tahun 2016,” ungkap Thovan di selasela sosialisasi pembahasan pembangkit Biomassa di Kemenperin, akhir Desember lalu. Terkait dengan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas), Thovan menambah­ kan, Geothermal yang sekarang sedang berjalan adalah PLTP Ulubelu 3 dan 4 di Lampung dan PLTP Lahendong 5 dan 6 di Sulawesi Utara sedang in progress. Untuk prospek proyek kedepan, Rekind sedang in progress dengan IPP Supreme energy membangun PLTP Muara Laboh . Tahun depan diharapkan mulai berjalan dan tentunya menggarap proyekproyek dari pertamina geothermal masih yang akan ditenderkan tahun ini maupun tahun depan. Terkait perlindungan EPC dalam negeri dibidang kelistrikan, menurut Thovan , per­ aturannya sudah sangan jelas dimana Epc luar harus melakukan kerjasama dengan EPC lokal. Intinya pemerintah harus mem­ proteksi perusahaan jasa rancang bangun di Indonesia, tentunya ini merupakan bagian dari misinya pemerintah bagaima­ na memajukan bagian dari pada salah satu TKDN itu adalah jasa dalam negeri. Sehingga dipersyaratkan dalam dokumen tender selalu mempersyaratkan perusa­ haan luar negeri yang akan ikut tender EPC harus bekerja sama dengan perusaan­ haan dalam negeri maupun perusahaan nasional dan itu bukan hanya di beberapa tender-tender proyek PLN saja , tetapi

36

proyek SKK Migas juga sudah diberlakukan demikian. “Ini sesuatu yang baik yang men­ unjukan apirmatifnya dari kebijakan pemerintah yang mendukung industri jasa dalam negeri. Kita berharap hal ini juga diterapkan dalam industri boiler. Salah satunya mungkin dalam konteks TKDN-nya produk dalam negeri yaitu barang dan material harus ada keberpihakan seperti itu. Pabrikan Boiler Asing mungkin tidak semua dapat dipabrikasi di Indonesia ,tapi paling tidak sudah bekerjasama dengan beberapa pabrikan lokal yang ada dan ini akan bisa membantu mengembangkan industri boiler seutuhnya di Indonesia. Tentunya harus mengikuti tercapainya kualitas, kompetitif dan deliverinya,namun tantangannya itu investasi, karena kalau terlampat akan bermasalah jadinya,” harapnya Kemampuan engineering lokal sebanarnya hanya butuh lisensi. Lisensi teknologi itu kalau di luar negeri sudah banyak yang absolute yang bisa saja diam­ bil oleh pabrikan turbin atau boiler yang ada di Indonesia , namun tantangan yang pertama itu investasi , kedua kontinyu suplai atau permintaan. Mereka berharap kalau bangun investasi akan kembali. Disisi lain juga tentunya perlu dibantu dari pendanaan dengan interest murah supaya keekonomiannya akan lebih kompetitif. Untuk mega proyek 35 GW, Rekayasa industri sedang in progress untuk proyek EPC-nya PT. PLN. Pengembangan investasi juga terus dilakukan dengan membangun IPP milik sendiri di Sulawesi, yaitu PLTU

sapoetra wibowo/listrik indonesia

U

Moh. Manthovani, Senior Manager SBU Geothermal & Power PT. Rekayasa Industri

Mamuju 2 x 25 MW yang saat ini sedang dalam proses pembangunan dan diharap­ kan pada tahun 2016 sudah COD. “Kedepan Rekind akan membangun proyek IPP lebih banyak lagi karena diper­ obolehkan secara peraturan oleh Menteri ESDM. Dimana IPP bisa membangun pem­ bangkit ekspansi dengan dilakukan penun­ jukan secara langsung ,” jelas Thovan. n

Geothermal yang sekarang sedang berjalan adalah PLTP Ulubelu 3 dan 4 di Lampung, dan PLTP Lahendong 5 dan 6 di Sulawesi Utara. Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Arah Investasi

Pertamina Rencana peningkatan investasi dilakukan oleh Pertamina untuk memacu target perolehan pendapatan di tahun 2016 sebesar USD 42,26 miliar. Sektor mana saja yang digarap?  DEDDY HASSAN

D

irektur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan, di tahun 2016 investasi digelontorkan oleh BUMN plat merah bidang migas ini sebesar USD 5,31 miliar. Sebagaian besar dari investasi yang nilainya 20,7 % lebih meningkat dibandingkan pada 2015, yakni sekitar 72%, akan dialokasikan untuk pengembangan bisnis hulu . Sisanya,, 6,9 % akan dialokasikan uuntuk bisnis gas, 6,7 bisnis pengolahan, 9,7 % pemasaran dan niaga, serta sekitar 4,7% bisnis hilir dan anak perusahaan lainnya. Lebih jauh Dwi menyatakan, bukan tanpa alasan perusahaan memfokuskan investasi di bisnis hulu mengingat pada 2016 nanti sektor hulu akan mengalami tekanan justru pada saat target produksi dinaikan. “”Harus diakui tahun depan tekanan bisnis migas akan berlanjut dengan harga www.listrikindonesia.com

minyak mentah yang diprediksi masih relatif lemah,” ungkap Dwi dalam siaran persnya. Tahun depan produksi minyak ditarget­ kan meningkat 10% dari prognosis 2015 menjadi 327.000 barel per hari (bph) dan gas bumi menjadi 1.926 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Produksi panas bumi 3.245 GWh, atau naik 8% dari prognosis pada 2015. Di sisi lain, lanjut Dwi, bisnis hilir bakal jadi tumpuan Pertamina tahun depan. Target yang dipatok untuk pendapatan hilir akan didukung oleh peningkataan yield valuable product yang bersumber dari unit kilang baru, yakni RFCC Cilacap dan TPPI. “Penjualan pada BBM ritel nonsubsidi, termasuk Pertalite, juga bisa diharapkan naik. Ekspektasi positif juga dari bisnis aviasi dan pelumas yang berekspansi ke pasar global.” Mantan Dirut Semen Gresik ini me­

nambahkan, bisnis gas perusahaan juga diperkirakan tumbuh. “Tahun depan beberapa proyek infrastruktur gas Pertamina seperti pipa Semarang-Gresik, Porong-Grati, BelawanKIM-KEK ditargetkan sudah tuntasdan onstream,”imbuh Dwi Secara umum, target perolehan pen­ dapatan Pertamina dipatok sebesar USD 42,26 miliar, relatif sama dengan prognosis 2015. Laba bersih pada 2016 ditargetkan bisa mencapai USD1,61 miliar. n

Perusahaan ­fokus investasi di bisnis hulu mengingat pada 2016 nanti sektor hulu akan mengalami tekanan justru pada saat target produksi dinaikan. 37


Headline Fokus Utama

TARGET TERGANJAL

harga gas

Krisis listrik masih terus terjadi negeri ini, berbagai perusahaan pembangkit listrik terus mencoba mela­ ku­­kan ekspansi bis­nis kelistrikan. Sayangnya, perusahaan listrik umum ini masih ter­ ganjal dengan berbagai kemelut regulasi.  Elda Wahyu

38

K

ebutuhan energi di Indonesia kian hari kian bertambah, sejumlah pem­ bangkit listrik yang telah ada sejat­ inya belum mampu mencukupi pasokan aliran listrik ke berbagai daerah, belum lagi saat berada pada beban puncak, kemelut kebutuhan pasokan energi terus menjadi perhatian di negeri ini. sebagai pemain lokal, Bekasi Power yang terbilang sebagai pemain baru di kalangan kelis­ trikan, juga turut merasakan kebutuhan energi yang kian hari kian meningkat. Anak perusahaan Jababeka ini memang baru membangun satu pembangkit listrik di kawasan Cikarang dengan kapasitas 120 MW. Namun, melihat pesatnya ke­ butuhan energi, Bekasi Power berencana untuk menambah sepak terjangnya dalam dunia kelistrikan di tahun mendatang. Sebagaimana diketahui, pembangkit

milik Bekasi Power di Cikarang mulai ber­ operasi sejak Januari 2013 lalu, pembang­ kit ini diketahui pasokan listriknya masuk ke dalam grid PLN guna menstabilkan fluktuasi aliran arus listrik dan kehanda­ lan operasional. “Pembangkit di Cikarang itu perusa­ haan listrik umum, kita melayani pelang­ gan tetapi bekerjasama dengan PLN. Listriknya masuk ke grid PLN, kemudian baru masuk ke pelanggan itu untuk alasan teknikal,” ujar Teguh Setiawan, President Director Bekasi Power yang ditemui di kantornya awal desember lalu. Diakui Teguh, menurunnya kondisi ekonomi pada tahun ini juga kian ber­ dampak pada pemakaian energi yang mulai berkurang. Pemakaian pelanggan Bekasi Power juga sempat turun. Namun, beberapa bulan belakangan sudah be­ Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


rangsur normal kembali. “Biasanya tidak pernah turun, minim 2 % naiklah, ini malah bisa turun. Tapi seka­ rang sudah normal lagi,” tambahnya. Perusahaan pembangkit listrik dengan kapasitas kecil seperti Bekasi Power operasionalnya dapat terus berjalan jika didukung oleh pemerintah, jika Bekasi Power menjual listrik secara personal tanpa masuk ke grid PLN, maka akan sangat rentan mengingat kuantitas pelanggannya masih belum stabil, hal ini diperparah karena pembangkit tersebut tidak bisa melayani beban yang naik turun secara terus menerus, sehingga masuk ke dalam grid PLN merupakan sebuah solusi yang tepat. Ambillah contoh grid Jawa Bali, pada grid tersebut masuk sejumlah pembangkit, sehingga pem­ bangkit-pembangkit milik perusahaan listrik umum tersebut bisa menstabilkan fluktuasinya. Sayangnya, kemauan PLN untuk menyambung grid dengan pem­ bangkit kecil sering tersendat dengan beragam permasalahan birokrasi politis. Menurut Teguh, pihaknya sudah mencoba untuk berkomunikasi dengan regulator, salah satunya dengan meng­ usulkan program small power producer seperti yang dilakukan oleh pemerintah Thailand, sebagaimana diketahui program small power producer tersebut ditujukan kepada pembangkit kecil khususnya untuk kawasan industri kecil, pabrik besar, serta beberapa industri. Pemerintah setempat mendorong adanya perusahaan penyedia listrik. Sejumlah 75% listriknya akan dibeli oleh Electricity Generating Authority of Thailand (EGAT), sementara sisanya perusahaan yang menjual lang­ sung ke konsumen, dengan demikian pembangkit kecil dapat terus beroperasi dengan stabil. Di sisi lain EGAT juga men­ dapat benefit tambahan kapasitas. Selain itu pasokan gasnya juga dijamin oleh pemerintah selama 25 tahun. Dalam rangka menambah kapasitas energi, Bekasi Power telah merancang berbagai program untuk membantu ketenagalistrikan Indonesia, salah satunya dengan rencana membangun pembangkit listrik dalam mensukseskan program 35 GW yang dicanangkan pemerintah, pem­ bangkit tersebut nantinya akan meng­ gunakan bahan bakar gas, serta lokasi pembangunannya direncanakan berada tepat di samping pembangkit milik Bekasi Power di Cikarang. Namun ekspansi tersebut masih tergantung pada sejauh www.listrikindonesia.com

mana kebutuhan listrik dan kesediaan PLN untuk kembali bekerjasama dengan Bekasi Power. Selain itu, pihaknya kini juga tengah menjajaki kerjasama dengan salah satu perusahaan asal Jepang guna membangun pembangkit IPP di Jawa Tengah. Target kerjasama tersebut rencananya pada 2016 sudah bisa jalan, namun timnya masih meragukan ke­ mungkinan akan ditundanya program ini, mengingat masih berbelit-belitnya sistem regulasi di negeri ini. Rencana lainnya adalah membangun kawasan ekonomi khusus di daerah Mo­rotai, Halmahera. Rencananya di kawasan tersebut nantinya akan di­ bangun logistic based seperti di Singa­ pura, meski ini merupakan proyek jangka panjang karena memakan waktu 20 - 30 tahun ke depan, namun pihaknya masih diliputi dilematis ketika investor masuk dan menanyakan pasokan listriknya, lokasi yang strategis seperti Morotai sebenarnya cukup menjanjikan, namun investor akan mundur jika permasalahan listrik tidak tercukupi. Target lainnya yang dilihat dari morotai adalah mengembangkan potensi Biomass dengan memanfaatkan sampah di kawasan ini. Namun, sayangnya karena jumlah penduduk yang sedikit juga berdampak pada kuantitas sampah yang tidak mencukupi untuk produksi biomass. “Potensi biomass di Halmahera kecil sekali, tidak sampai 1 MW karena sampah dan penduduknya sedikit,” papar Teguh. Tingginya harga gas di negeri ini cukup menjadi kendala bagi perusahaan seperti Bekasi Power, harusnya perusa­ haan utilitas tidak bisa menggunakan hanya satu bahan bakar, pilihan bahan bakar dual fuel bisa dijadikan solusi guna menekan biaya operasionalnya. Menurut Teguh, saat ini pembangkit Bekasi Power di Cikarang memang menggunakan gas sebagai bahan bakar, namun ke depan harusnya juga memiliki pembangkit batu bara, sebab harganya jauh lebih murah. “Gas di sini mahal, perusahaan seperti Bekasi Power lebih fleksibel pakai gas, pendanaan juga mudah, batu bara sangat terbatas, cuma karena gas di sini mahal maka mau nggak mau lah, kantongnya terbatas,” tuturnya lagi. Bagaimanapun bisnis kelistrikan tidak pernah terlepas dari peranan pemerintah dan PLN, berbagai regulasi yang tumpang tindih harusnya menjadikan pokok per­

SAPOETRA WIBOWO/listrik indonesia

Fokus Utama Headline

Teguh Setiawan President Director Bekasi Power

Harga gas menjadi kendala bagi perusahaan seperti Bekasi Power, harusnya perusahaan utilitas tidak bisa menggunakan hanya satu bahan bakar, pilihan dual fuel bisa dijadikan solusi guna menekan biaya operasionalnya.

masalahan yang dapat segera dituntas­ kan, sehingga berbagai perusahaan yang turut serta untuk membantu kesuksesan program 35 GW pun dapat segera terlak­ sana. Dibutuhkan dukungan timbal balik antar keduanya agar kebutuhan pasokan listrik ini dapat segera terpenuhi. Krisis kelistrikan di negeri ini sejatinya cukup membingungkan para investor, maupun perusahaan-perusahaan rekanan lainnya, pemerintah daerah dan pemerintah pusat sepertinya belum satu suara. “Dari daerah teriak-teriak kurang lis­ trik, di pusat katanya kelebihan listrik, kita sebagai rekanan maunya PLN wilayah, pusat, semuanya harus sama, kita coba make the best. Kita semua maunya PLN dan regulator bisa satu suara,” ungkapnya menutup pembicaraan. n

39


Headline Fokus Utama

MENJAMIN

EnergI SEKURITAS

Nusantara Energy Plant Indonesia (NEPI) merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang bergerak di bidang minyak dan gas atau mogas (motor gasoline). Kegiatan utama NEPI melakukan pengembangan bisnis energi, termasuk investasi, pembangunan dan pengoperasian gas alam cair (LNG) floating storage, dan infrastruktur terkait serta didukung sepenuhnya oleh Vitol, yang merupakan perusahaan multinasional penyuplai energi.  DEDDY HASSAN

P

residen Director–CEO NEPI, Junaedi Elvis, dalam wawancara ekslusif dengan Listrik Indonesia mengungkapkan, keseriusan perusahaan global ini untuk memperkuat ketahanan energi diwujudkan dalam dua investasi yang dilakukan dengan membangun mini refinery dan LNG Floating Storage di Banyuwangi, Jawa Timur, ditujukan untuk meng-cover kebutuhan Liquid Natural Gas (LNG) di kawasan Jawa Timur dan Bali. Proyek kedua yang tak lama lagi akan segera dilaku­ kan groundbreaking berlokasi di Cilegon, Banten. Proyek ini bekerjasama dengan Krakatau Daya Listrik (KDL), LNG akan disalurkan untuk outlet NEPI menyuplai pasokan gas cair IPP (Independent Power Producer) di Bali, yaitu pembangkit bigsize dengan kapasitas di atas 500 MW. Untuk merealisasikan rencana tersebut, saat ini NEPI sedang melakukan joint study dengan General Electric Indonesia (GE). Lebih jauh Junaedi menjelaskan, kenapa memilih melakukan investasi di Banyuwangi. Menurut dia, alasan utama­nya adalah karena letak geografisnya sangat

40

strategis, dan di sana demand masih bagus karena akan dibangun industrial estate serta adanya Bali Crossing. Di satu sisi, di Banyuwangi ini hub atau Terminal LNG untuk meng-cover kebutuhan gas di wilayah tengah dan timur Indonesia. Untuk di wilayah barat, NEPI bekerjasama dengan KDL untuk membangun LNG Floating Strorage di Cilegon untuk meng-cover kebutuhan gas cair Indonesia barat, termasuk Pontianak. “PT Nusantara Energy Plant Indonesia rencana untuk menginstal dan mengoperasikan FSRU (floating storage regasification unit), dan memberikan mini-operator oleh STS untuk melayani beberapa power station di Indonesia dan juga untuk mem­bangun mini-kilang untuk mem­ produksi mogas dan avtur untuk menutupi kebutuh­an lokal di di Banyuwangi-Jawa Timur,” papar Junaedi Elvis. Sinergi melalui ekspansi ke bisnis yang saling terkait diharapkan untuk menyediakan produk dan layanan yang saling mendukung secara efektif meletakkannya di posisi strategis untuk mengambil kesempatan untuk Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

sapoetra wibowo/listrik indonesia

Investasi yang di­gelontorkan NEPI untuk memba­ngun LNG floating storage, mini refinery, dan IPP power plant di Kampe Industrial Estate Banyuwangi terbilang cukup besar, yaitu US$1,6 milliar.

Junaedi Elvis, President Director NEPI

mendukung penyediaan sektor energi di Indonesia. Listrik Indonesia mencatat, investasi yang digelontor­ kan NEPI untuk memba­ngun LNG floating storage, mini refinery dan IPP power plant di Kampe Industrial Estate Banyuwangi terbilang cukup besar, yaitu sebesar US$1,6 milliar. "Kami memilih Banyuwangi karena untuk mendukung ketersediaan LNG di Bali, karena Bali dicanangkan men­ jadi pulau mandiri energi ramah lingkungan. Kemudian, memang sudah ada pembangkit listrik bertenaga gas di sana," tambahnya. Junaidi mengatakan, floating storage yang akan diban­ gun berkapasitas 100 ribu MT. Sementara, mini refinery yang akan dibangun berbahan baku kondensat yang akan menghasilkan mogas dan avtur. Untuk IPP, Junaidi masih belum bisa menentukan be­ saran yang akan dihasilkan, namun menurutnya, hal terse­ but akan berkontribusi terhadap rencana pemba­ngunan tenaga listrik sebesar 35.000 MW oleh pemerintah. www.listrikindonesia.com

NEPI akan mulai merealisasikan investasinya tersebut pada 2016, di mana saat ini pihaknya masih mengurus berbagai perizinan. Untuk membantu memperkuat infrastruktur ketena­ galistrikan dan terlibat dalam mega proyek pembang­ kit, NEPI telah mengajukan proposal untuk menjadi independent power producer (IPP) kepada PLN. Untuk kapasitas pembangkit, nanti PLN yang me­nentukan. Yang jelas, energi primernya dipastikan telah tersedia. Pembangunan LNG floating storaged Banyuwangi dengan kapasitas 100.000 MMscfd, selain untuk pem­ bangkit listrik berbasis gas dalam proyek 35.000 MW, juga akan menyuplai LNG ke Bali yang telah memiliki sejumlah pembangkit berbasis gas dan dicanangkan sebagai pulau ramah lingkungan. Gas untuk floating storage yang didapatkan secara impor, akan dikirimkan dalam jumlah kecil ke Bali. Selain itu, mini refinery yang akan memproduksi mogas dan avtur, dibangun berkapasitas 30.000 barel per day. Junaidi mengatakan, jika pembebasan lahan berjalan normal, serta penunjukan IPP oleh PLN berjalan lancar, maka tahun depan perusahaan akan memulai proyek pembangkit listrik. Untuk itu, saat ini perusahaannya telah memulai joint study dengan GE. "Kami menggunakan mesin GE. Normalnya pem­ bangunan pembangkit mencapai 36 bulan, kami tengah mengkaji pembangunan selesai 16 bulan untuk sejumlah kapasitas megawatt," katanya. Dia juga menambahkan, sebagai perusahaan peny­ ertaan modal asing (PMA) dengan pembagian saham 75% : 25% dengan Vitol Asia Pte. Ltd, per­usahaan asal Singapura, pihaknya telah mengajukan fasilitas tax holiday kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Seluruh perizinan, menurutnya, hampir selesai, dan penentuan tanah seluas 50 hektare di dalam kawasan industri yang dimiliki oleh BUMN, PT Perkebunan Nusantara XII, telah mencapai final. Oleh karena itu, groundbreaking proyek akan dilakukan setelah surat penetapan dari PLN keluar. n

41


Headline Fokus Utama

MEMPERLUAS SEGMEN PASAR

PT Karsamudika Andalan Utama bertekad meningkatkan bisnisnya. Perusahaan ini juga ingin menguatkan imagenya sebagai perusahaan dengan after sales service terbaik. Seperti apa rencana bisnis di 2016?  ERIKA PUTRI

P

erkembangan bisnis masih menjanjikan di 2016. Kalaupun di 2015 lalu kondisi ekonomi masih belum stabil karena berbagai sebab, di 2016 banyak yang memandang lebih optimis. Pandangan ini tidak berlebihan. Selain faktor ekonomi yang diperkirakan lebih bergairah, berbagai proyek infrastruktur juga mulai banyak yang sudah dalam tahap pembangunan di 2016. Demikian juga bidang kelistrikan dan energi yang masih membutuh­ kan banyak peningkatan infrastruktur. Berbagai peluang ini tentu saja menarik bagi peru­ sahaan swasta. Salah satunya adalah PT Karsamudika Andalan Utama. Perusahaan yang pada 16 Desember 2015 ini berusia 17 tahun, ingin tetap eksis mengem­ bangkan usahanya. Karsamudika merupakan sole distributor dan agen untuk beberapa produk electrical, instrumentasi, dan automation untuk memenuhi kebutuhan industri. Sebut saja thermography, flue gas analyzer, trans-

42

mitter, data logger, indoor air quality, rotary joint, dry ice blasting, dan lainnya. Dengan brand antara lain Testo, Rotary Joint, Schmidt, ACS, Icetech, dan lainnya. Menurut Tri Edy S.S, Sales Manager PT Karsamudika Andalan Utama, bisnis yang mereka tekuni sudah sejak 1998. Menurutnya, di 2015 bisnisnya memang tidak semulus tahun-tahun sebelumnya. Apalagi dibanding­ kan dengan perkembangan bisnis di kisaran 2010 hingga 2012. “Kita bergerak di bidang instrumen dan mekanikal. Salah satunya adalah merek Testo, kebanyakan merek yang berasal dari Jerman. Karsamudika sebagai distri­ butor untuk market Indonesia. Pada 2015 banyak yang menunda investasi, “ ujarnya kepada Listrik Indonesia, belum lama ini, di Jakarta. Menurut Tri, memang sekitar Oktober 2015, sudah ada pertumbuhan lagi tetapi masih lebih kecil diban­ dingkan dengan tahun sebelumnya. Perusahaan yang mempunyai segmen pasar di industri farmasi dan food

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

ini ingin lebih mengembangkan produknya. Terutama untuk menyesuaikan dengan permintaan klien yang semakin beragam. “Kita distributor saja. Barang dari sana, kita agen dan kita jual ke sini. Nanti kita training. Kadang kerja­ sama dengan konsultan. Alat kita antara lain alat cek emisi, alat ukur panas, alat ukur kelembaban, kecepatan angin. Semua item ada ribuan, “ tambahnya. Sedangkan yang lebih dibutuhkan konsumen saat ini, kebanyakan adalah online monitoring. “Memang trennya ke arah sana. Produk kita sebenarnya dari yang manual sampai online monitoring. Bisa juga kita taruh sensor, kita cek dari tempat kerja. Laporannya bisa berupa sms dan email,” rincinya. Bidang Kelistrikan Beberapa klien di bidang ketenagalistrikan dan energi juga sudah bekerja sama dengan Karsamudika. Dengan tren online monitoring standard, perusahaan ini berusaha meme­nuhi kebutuhan klien terutama untuk masa yang akan datang. “Di 2016, kami memang ingin ke sektor power plant dan distribusi, “ ujarnya mantap. Menurut Tri, selama ini Karsamudika memiliki beberapa kelebihan yang jarang dimiliki oleh perusa­ haan sejenis. Misalnya, dari sisi kualitas yang bisa tahan hingga 10 tahun. “Rata-rata buatan Jerman tahan lama,“ ujarnya. Selain soal kualitas, after sales services juga men­ jadi unggulan bagi Karsamudika. “Klien kami banyak keluh­an tentang layanan ini di perusahaan lain. Kami menjamin, after sales services kami lebih baik, “ ujarnya. Menurutnya perusahaannya juga menyediakan garansi hingga dua tahun dan harga yang kompetitif. “Pangsa pasar di bisnis ini sangat besar, hanya saja kami masih kekurangan sejumlah SDM, “ ujarnya. Di 2016, sejumlah rencana bisnis telah dirancang. Antara lain membentuk tiga unit divisi baru. Yaitu farmasi, food industry, general electric dan kontraktor. “Selama ini bisnis kami digabung menjadi satu. Dengan adanya tiga unit bisnis, kami berharap masing-masing unit lebih fokus lagi,” ujarnya. Selain tiga unit bisnis, Karsamudika juga akan www.listrikindonesia.com

foto-foto SAPOETRA WIBOWO/listrik indonesia

Tri Edy S.S, Sales Manager PT Karsamudika Andalan Utama dan produknya. membuka web store untuk 2016. “Terutama untuk produk-produk yang murah dan simpel, sehingga tidak perlu penjelasan dari tim sales kami lagi,“ tambahnya. Selain itu, Karsamudika juga akan masuk ke dalam jasa khusus, seperti jasa kalibrasi. “Selama ini yang memberikan jasa kalibrasi adalah perusahaan lain. Di 2016, kami akan memberikan pelayanan kalibrasi juga,“ ujarnya. Selain itu, karena selama ini lebih banyak mem­ berikan layanan corporate, menurut Tri, perusahaannya akan membuka cabang di salah satu pusat perbelan­ jaan ternama di Jakarta. “Ini untuk menggaet sektor retail. Selama ini kami masih bergerak di corporate, “ ujarnya. Sehingga ke depannya, untuk produk dengan kualifikasi yang lebih simpel akan dijual di pusat perbelanjaan. Perkembangan bisnis yang makin menjanjikan di masa yang akan datang dan iklim ekonomi yang semakin baik, memang menjadi banyak peluang yang menjanjikan. Terutama untuk perusahaan swasta. Termasuk mereka yang bergerak di bidang ketenaga­ listrikan dan energi. n

Barang dari sana, kita agen dan kita jual ke sini. Nanti kita training. Kadang kerja­sama dengan konsultan. Alat kita antara lain alat cek emisi, alat ukur panas, alat ukur kelembaban, kecepatan angin.

43


Headline Fokus Utama

Pengembangan bisnis PT Dinamika Energitama Nusantara lebih banyak di services. Perusahaan ini ingin terus melebarkan sayapnya di 2016. Seperti apa? ď‚„ ERIKA PUTRI

SERVICES

Jadi Andalan

T

ahun 2016 diperkirakan akan lebih stabil. Itulah pendapat Mugi Rahardjo, Direktur Utama PT Dinamika Energitama Nusantara. Perusahaan yang bergerak di bidang bisnis engineering, fabrikasi dan konstruksi di sektor energi dan pembangkit tenaga listrik ini melayani kebutuhan baik untuk keperluan industri ataupun pembangkitan listrik (utility). Didirikan 143tahun lalu oleh sembilan insinyur yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun dalam bisnis Power Generation, perusahaan ini bertekad menjadi sebuah perusahaan lokal dengan akses global untuk memberikan solusi untuk kebutuh­an listrik nasional. Pada tahun pertama, perusahaan ini fokus dalam mengembangkan teknik dan bidang pelayanan

44

kemampuan dalam bidang Steam Generation. Selama tahap ini, perusahaan memenangkan beberapa proyek yang penting bagi pertumbuhan perusahaan. Tahap selanjutnya PT DEN melaksanakan pro­ gram R & D dari batu bara stoker boiler untuk power plant skala kecil dengan output listrik yang dihasilkan ber­variasi dari 5 MW sampai 25 MW dengan output 20-220 ton uap per jam. Selanjutnya berbagai proyek besar dilaksanakan hingga saat ini. Terus Berkembang Menginjak usia 13 tahun, perusahaan ini terus bertumbuh. Menurut Mugi, untuk 2015, perusahaannya tetap bergerak di bisnis pembangkit yaitu unit bisnis Engineering & Services dan unit bisnis

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

www.listrikindonesia.com

sapoetra wibowo/listrik indonesia

Manufacturing Facilities. Unit bisnis Engineering & Services meliputi seperti plant rehabilitation, efficiency improvement, plant commissioning and start up, parts replacement, serta operation and maintenance. Sedangkan unit bisnis Manufacturing Facilities adalah unit bisnis perusahaan yang didirikan untuk men-support unit bisnis Engineering & Services. Fasilitas yang dimaksud adalah material-material atau perangkat pendukung dari mesin boiler seperti water wall, superheater, economiser, dan opening. “Manufacturing saat ini belum jalan. Sedangkan untuk services terus berjalan. Misalnya untuk 2015 kita mendapat kontrak maintanance boiler untuk PT Badak hingga 21 unit sampai 2017. Proyek yang lain adalah untuk IPP dan lainnya, “ ujarnya kepada Listrik Indonesia, belum lama ini. Perusahaan yang mempunyai visi intuk menjadi leader di bisnis Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia ini secara umum kondisinya bagus dan masih stabil. “Masalahnya biasanya pada lahan dan perizinan. Sebenarnya maksimal kapasitas produksi 12-18 unit/ tahun untuk skala kecil menengah 7-25 MW. Tetapi belum tercapai. Paling besar masih enam unit, “ rincinya. Di 2016, untuk bisnis services diperkirakan akan tetap bagus dan tidak begitu mengecewakan. “100% kita masih di services. Harapan ke depannya ada bisnis manufacturing unit baru, “ ujarnya. Sedangkan kondisinya, menurutnya, market ke de­ pannya lebih ke arah unit-unit besar. “Dua-tiga tahun ini permintaan untuk unit-unit kecil tidak ada. Sedangkan untuk bisnis services malah naik dibanding 2014. Jadi secara umum, bisnis service cukup bagus, “ tambahnya. Komponen Lokal Penggunaan komponen lokal dalam industri saat ini terus digalakkan. Komponen lokal diharapkan ke depannya dapat memenuhi kebutuhan baik dari sisi kualitas mampu memenuhi kebutuhan untuk industri. Keharusan memiliki kandungan lokal tertentu ini terutama terkait dengan pendirian industri baru. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa memperpanjang rantai nilai bagi perekonomian lokal Indonesia. Industri yang menggunakan kandungan lokal tinggi ke depannya juga akan mendapat insentif dari peme­rintah. Industri bahkan juga didorong untuk menghitung penggunaan produk lokal dan penggu­ naan komponen lokal dalam produksinya.

Mugi Rahardjo Direktur Utama PT Dinamika Energitama Nusantara

Dua-tiga tahun ini permintaan untuk unit-unit kecil tidak ada. Sedangkan untuk bisnis service malah naik dibanding 2014. Jadi secara umum, bisnis ini cukup bagus.

PT Dinamika Energitama Nusantara mengerjakan berbagai proyek untuk pembangkit boiler, manufacturing dan boiler untuk pembangkit. Menurut Mugi, untuk bisnis services saat ini tantangan di 2016 tidak jauh dari 2015. “Tetapi di 2016 akan lebih stabil. 2016 ada optimisme. Proyek besar sudah mulai jalan. Mudahmudahan local content betul-betul diaplikasikan, “ ujarnya. Apalagi menurutnya untuk bisnis services, masih bisa dikuasai oleh perusahaan lokal. “Lokal masih unggul. Bisnis ini persaingan ada, tetapi services masih dilayani oleh lokal, “ tambahnya. Dalam perkembangannya, PT DEN mengalami pertumbuhan usaha yang sangat pesat. Prestasi yang gemilang ini menjadi faktor penunjang bagi PT DEN untuk terus mengembangkan segala potensi yang dimiliki untuk pengembangan perusahaan ke depan. Dalam jangka menengah dan panjang, target yang ingin dicapai adalah perluasan target segmen dan pangsa pasar, serta menjadi perusahaan terbuka. n

45


Headline Fokus Utama

INCAR PANAS BUMI

SKALA KECIL

PT NTP merupakan perusahaan yang ahli dalam bidang turbin industri. Perusahaan ini menetapkan beberapa target di 2016. Apa saja? erkembangan bisnis di 2016 memang belum bisa diprediksi. Tetapi beberapa perusahaan menetapkan target-target yang ingin mereka capai untuk tahun depan. Begitu juga dengan PT Nusantara Turbin Propulsi (NTP). Anak usaha PT Dirgantara Indonesia ini berencana mengembangkan berbagai bisnisnya di tahun depan. Apalagi mereka melihat tahun depan banyak peluang bisnis yang bisa dikerjakan dan kondisi ekonomi diprediksi memang membaik. PT. NTP sendiri selama ini terbiasa dalam menangani pemeliharaan turbin pesawat terbang yang notabene memiliki tingkat perputaran lebih cepat. Menurut Ditta Ardonni Jafri, President Director PT Nusantara Turbin dan Propulsi, perusa­ haannya memang memulai dari mesin pesawat terbang produk PT IPTN yang kemudian berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia (DI) Sebelumnya perusahaan ini hanya salah satu divisi di PT. DI hingga akhirnya 1998, terjadi spin off menjadi PT. NTP, yang kini dikenal sebagai salah satu anak pe­ rusahaan PT DI. “ Sahamnya 100% dimiliki PT. DI, “ ujar Donni, panggilan akrabnya, kepada Listrik Indonesia, di Jakarta, belum lama ini. Menurut Donni, hingga saat ini fokus perusahaannya adalah di turbin pesawat. “ Tujuan berdirinya pertama untuk men­

46

dukung PT. DI, lalu ke pesawat jet yang lebih besar, “ tambahnya. Tetapi untuk beberapa tahun kedepan, menurut Donni, trend nya akan terjadi pe­ nurunan di bisnis aero engines. Karenanya , menurut Donni, NTP akan melirik ke bisnis turbin untuk pembangkit dengan skala yang kecil. “Selama ini kami sudah mulai masuk ke bisnis pembangkit di perminyakan dengan skala kecil sebesar 3 Mega Watt (MW). Sebelumnya kita sempet mengerja­ kan proyek kelistrikan yg kita mulai 2012 di Belawan tapi itu ada masalah, “ ujarnya Meskipun ada masalah, menurut Donni, kedepannya tidak ada pilihan selain kem­ bali ke pembangkit industrial pengganti aero engines. “Untuk pembangkit geothermal kita baru bisa buat yang 7 MW kebawah. Kita ingin membuat geothermal yang kecilkecil, “ tambahnya. NTP tetap melakukan sejumlah inovasi. “Di kelistrikan dibanding perusahaan lain , kita mempunyai kemampuan di bidang perawatan dan kemampuan enginering. , “ ujarnya. Misalnya, menurut Donni, NTP melihat beberapa turbin yang ada kemudian mel­ akukan desain ulang. Ada juga yang dibuat desain untuk pabrik gula dan pabrik sawit. Sayangnya, menurutnya, hingga saat ini tidak ada regulasi yang jelas. “ Kita

sapoetra wibowo/listrik indonesia

P

 ERIKA PUTRI

Ditta Ardonni Jafri

President Director PT Nusantara Turbin dan Propulsi

butuh regulator yang jelas. Sertifikat untuk turbin belum ada kelayakan. “Sehingga kalau ada apa-apa, tanggungjawab sendiri. Kalau ikuti aturan sudah tanggung jawab, “ujarnya. Saat ini yang banyak dilakukan adalah melakukan perawatan untuk turbin yang sudah beroperasi. “Misalnya turbin Cina bermasalah. Untuk Labuan Angin daripada melakukan pemesanan ke Cina datangnya lebih baik didesain ulang. Kita membuat sparepart. NTP mengutamakan kemam­ puan engineering. Untuk 2016, selain aero engines, NTP akan mengusahakan untuk pembangkit geothermal skala kecil. “Kalau ada tender PLN lagi kita akan melakukan hal yang sama (Belawan-red). Tidak boleh ada ketakutan lagi, kalau kerjasama kelistrikan akan masuk penjara. Kualitas yang kita miliki nggak di bawah perusahaan turbin besar, “ tutupnya. n Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Adaro

Tingkatkan Cadangan Pemerintah tengah berjuang keras meningkatkan cadangan bahan bakar minyak (BBM) nasional, salah satunya melalui pemanfaatan aset infrastruktur energi dari perusahaan pelat merah dan swasta nasional. Kali ini, PT Pertamina (Persero) menggandeng PT Adaro Energy Tbk untuk menjadikan wilayah Timur Indonesia sebagai lumbung energi nasional.  DEDDY HASSAN

Garibaldi Thohir Presiden Direktur PT Adaro Energy

K

esepakatan penguatan lumbung energi nasional tersebut ditandai dengan penandatanganan ker­ jasama antara Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sudirman mengatakan, kerja sama tersebut dapat menjadi milestone karena berhasil menyatukan BUMN dengan per­­usa­ haan swasta. Sinergi ini meliputi penye­diaan bahan bakar oleh Pertamina, sedang­kan Adaro menyediakan sarana penyim­panan (storage). Perusahaan energi tersebut sangat kuat di wilayah Timur Indonesia. "Indonesia sedang berjuang untuk meningkatkan pasokan nasional menjadi 35 hari, dan diharapkan naik dua kali lipat pada 3 sampai 4 tahun mendatang. Tapi

www.listrikindonesia.com

kalau membangun infrastruktur kan perlu waktu dan biaya, semakin banyak peman­ faatan fasilitas yang sudah terpasang milik BUMN atau swasta, investasi bisa lebih dihemat dan tidak perlu lagi mulai dari nol," tegas dia. Menteri BUMN, Rini Soemarno menam­ bahkan, kerja sama ini merupakan langkah memotong jalur distribusi supaya mampu menciptakan ketahanan energi dibanding negara tetangga. "Pertamina diharapkan kuat di Indo­ nesia Timur dalam pengadaan BBM, karena beberapa tahun ini dari laporan Direktur Utama selama ini Pertamina tidak bisa memenangkan tender perusahaan energi besar di Indonesia Timur," terangnya. Dalam kesempatan yang sama, Dwi Soetjipto mengakui bahwa sinergi dengan Adaro meliputi, perjanjian menjual bahan

bakar kepada Adaro dengan kontrak suplai 550 ribu kiloliter (Kl) setiap tahun untuk jangka waktu 7 tahun. "Kontrak suplai BBM ini bisa ditingkat­ kan menjadi 800 ribu Kl per tahun. Nilai dari kontrak tersebut mencapai Rp7 triliun per tahun," tambahnya. Kerja sama lainnya, ungkap mantan Direktur Utama Semen Indonesia itu terkait pemanfaatan aset dan bisnis Adaro untuk Pertamina. Adaro, sambung Dwi, mempunyai lima storage dengan kapasitas 72 ribu Kl. "Dengan begitu, Kalimantan bisa men­ jadi hub kami untuk mengamankan su­plai atau cadangan BBM dari sekira 18 hari se­ kian menjadi 30 hari lebih," pungkas dia. n

Indonesia sedang berjuang untuk meningkatkan pasokan nasional menjadi 35 hari, dan diharapkan naik dua kali lipat pada 3 sampai 4 tahun mendatang. 47


Headline Fokus Utama

Penunjang SISTEM Distribusi Menjelang tahun 2016, perusahaan manufakturing asal Jepang, EDMI, berencana menggenjot penam­ bahan penggunaan Tingkat kandungan Dalam Negeri (TKDN). Apa rencana pengembangan bisnisnya?  Elda Wahyu

P

erusahaan provider smart metering yang sudah lebih dari 30 tahun berpengalaman dalam bidang manufaktur smart metering ini rencananya akan terus meningkatkan pendayagunaan kandungan lokal, hal ini semakin penting mengingat Di Indonesia EDMI sudah bergerak di bisnis kWh meter sejak tahun 2002, produknya diketahui sudah digunakan oleh PT PLN walaupun pada tahun tersebut masih dipasok melalui agen. Seiring dengan kebutuhan pasar yang terus meningkat, pada tahun 2010, EDMI Ltd Singapore me­ mutuskan untuk membuka anak perusahaan yaitu EDMI Manufacturing Indonesia di Cikarang, Bekasi. Kehadiran pabrik kWh meter EDMI di Indonesia jelas telah banyak membantu memperkuat sistem metering listrik PLN, selain itu hal ini juga lebih memudahkan khususnya dalam penyusunan rencana penambahan sambungan listrik secara

48

global. Seiring dengan pembangunan proyek kelistrikan yang secara masif digalakkan oleh pemerintah kesempat­an untuk men­ ingkatkan penggunaan metering semakin terbuka lebar. President Director EDMI, Ratu Febriana Erawati yang dihubungi Majalah Listrik Indonesia menyebutkan selain terus beru­ saha untuk meningkatkan penggunaan TKDN, ke depan pihaknya sedang men­ unggu orderan dari PLN untuk pemakaian smart metering. “Selain menaikkan TKDN, untuk sementara kita masih menunggu PLN, jika PLN sudah mulai menerapkan baru kita akan mulai terapkan nantinya,” ujarnya, kepada belum lama ini . Keunggulan produk EDMI adalah menawarkan berbagai solusi untuk Smart Energy. Solusi ini diketahui melibatkan berbagai komponen terintegrasi dari metering, komunikasi dan bidang TI.

Solusi smart metering tersebut dirancang untuk memberikan data secara terakreditas untuk pelaku industri dalam integrasi metering dan pengolahan sistem data. Smart metering dan sistem metering tersebut memungkinkan pelanggannya untuk mengelola distribusi, konsumsi beban dan data meteran secara lebih efisien. Lingkup teknologinya meliputi berbagai rangkaian lengkap dari produk metering dengan kualitas tinggi, desain infra­­struktur canggih, serta keunggulan pada sistem manajemen energi. n

Selain terus berusaha untuk meningkatkan penggunaan TKDN, ke depan pihaknya sedang menunggu orderan dari PLN untuk pemakaian smart metering.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

LOKOMOTIF

TIANG bETON Berawal dari sebuah divisi dibawah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, yang memproduksi tiang listrik untuk keperluan PLN, kini anak perusahaan BUMN bidang konstruksi ini, tampil sebagai leader pasar beton pracetak di Indonesia.  ADE KURNIAWAN

K

iprah Wika Beton (WTON) dan program infrastruktur yang tengah digenjot pemerintah bak gayung bersambut. Meningkatnya anggaran infrastruktur membuat permintaan beton pracetak semakin tinggi. Kondisi terkini, WTON baru meraih 38% dari pangsa pasar beton pracetak dengan kapasitas 2,3 juta ton per tahun di 2016 untuk menyuplai kebutuhan proyek LRT Palembang yang dikerjakan oleh PT Waskita Karya. Sementara induk usaha WTON, Wijaya Karya (WIKA) mengaku tengah menjajaki proyek pembangkit IPP (independent power

www.listrikindonesia.com

producer) senilai total US$10,4 miliar atau Rp130 triliun. Bersama WTON, WIKA memang tengah membidik proyek pembangkit listrik berka­ pasitas 2×1.000 megawatt (MW) di Serang, Banten, serta di Lampung berkapasitas 2×600 MW. Sekretaris perusahaan WIKA Suradi menjelaskan untuk pembangkit listrik di Lampung, perseroan akan meng­ gandeng Bukit Asam dan Mitsubishi. Keinginan WTON melumat kontrakkontrak besar guna meningkatkan pen­ dapatan dua kali lipat pada tahun depan, bukan mustahil. Terlebih pada 2015, pe­ rusahaan menargetkan pendapatan Rp2,6

triliun, maka tahun depan diharapkan nilainya meningkat menjadi Rp5,2 triliun. Direktur Keuangan WTON, Entus Asnawi Mukhson mengatakan beberapa kontrak penyediaan beton yang dilakukan perusahaan sebagian besar dilakukan secara tahun jamak (multiyears) sehingga penjualan selalu terjadi di peralihan tahun, “Diharapkan pada akhir tahun ini, proyek PLTU Teluk Naga, Cilacap, dan Tanjung Jati akan dapat kami rampung­ kan,” tuturnya. WTON memiliki 9 (sembilan) pabrik di tujuh lokasi di seluruh Indonesia, seperti di Sumatera Utara, Lampung, Lampung Selatan, Bogor, Karawang, Majalengka, Boyolali, Pasuruan, Sulawesi Selatan dan 2 (dua) pabrik dari anak perusahaan. Bahkan telah memiliki tiga (3) anak perusahaan, PT Wijaya Karya Komponen Beton (WIKA Kobe) padatahun 2012, PT Wijaya Karya Beton Krakatau pada tahun 2013, dan PT Citra Lautan Teduh di Batam pada akhir 2014. Kini, dengan dukungan sejumlah besar pabrik serta penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 di berbagai produknya, WTON pun diharapkan tampil sebagai lokomotif utama dalam me­nunjang terwu­ judnya harapan pemerintah membangun proyek pembangkit ‘ambisius’ 35.000 MW dalam lima tahun mendatang. n

49


Headline Fokus Utama

SINERGI PERBANKAN DI SEKTOR LISTRIK BRI siap melakukan sindikasi untuk pembiayaan sektor kelistrikan. Fasilitas kredit sebesar Rp12 triliun akan digulirkan tahun depan.  ERIKA PUTRI

P

erbankan turut andil dalam kes­ uksesan proyek-proyek kelistrikan. Terutama dalam hal pembiayaan. PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) salah satunya. Bank ini sejak beberapa tahun terakhir aktif melakukan pembiayaan di sektor ketenagalistrikan. Di 2015 mi­ salnya, BRI mengalokasikan pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai US$ 1 miliar untuk membiayai proyek-proyek mendesak di bidang infrastruktur. Proyek tersebut di antaranya pemban­ gunan transmisi dan pembangkit listrik (power plant) 35 ribu megawatt (MW) dan beberapa proyek strategis lainnya.

50

Menurut Direktur Utama BRI Asmawi Syam, untuk pembiayaan proyek pem­ bangkit listrik, BRI sedang melakukan pembicaraan secara intensif dengan PLN. BRI juga akan menawarkannya kepada pengembang listrik swasta (independent power producer/IPP). Untuk 2016, BRI bersama Bank Mandiri, Bank BNI, BCA, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) memberi pem­ biayaan fasilitas kredit Sindikasi Capital Expenditure (Capex 5) atau belanja modal bagi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tahun 2015. Penandatanganan ini menandai pemberian fasilitas kredit

sebesar Rp12 triliun yang akan digunakan PLN pada 2015 dan 2016. BRI berperan sebagai mandated lead arranger (MLA) sekaligus agen fasilitas dan agen penampungan dengan fasilitas pemberian kredit Rp5 triliun. Hari Siaga, Corporate Secretary BRI mengungkapkan kerja sama pembiayaan itu merupakan wujud sinergi Bank BRI bagi BUMN energi untuk terus mengembangkan usahanya dalam rangka mendorong pembangunan infrastruktur Indonesia, khususnya pada penambahan suplai listrik. Fasilitas kredit sindikasi Capex 5 PLN 2015 merupakan fasilitas tahunan yang diberikan BRI untuk digunakan oleh PLN dalam skema pembiayaan kredit investasi. Sejak pembiayaan Capex 1 dari tahun 2011 hingga Capex 5 2015, total plafond yang diberikan oleh BRI kepada PLN sebe­ sar Rp24 triliun, termasuk tambahan Rp5 triliun yang baru saja ditandatangani. n Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

INFRASTRUKTUR

LAYAK DIBIAYAI BNI berencana melakukan pembiayaan berbagai infrastruktur di Tanah Air untuk 2016. Salah satunya ketenagalistrikan.  ERIKA PUTRI

B

isnis ketenagalistrikan tetap men­ jadi lahan menarik bagi perbankan. Salah satunya PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) . Perusahaan ini baru-baru ini telah memiliki rencana pembiayaan terhadap beberapa proyek infrastruktur dengan dana dari China Development Bank (CDB) senilai USD1 miliar. Dana sebesar itu dialokasikan untuk proyek kelistrikan yang nilai proyeknya mencapai USD800 juta dan bidang lainnya. BNI memang aktif dalam pembiayaan bidang kelistrikan. Hubungan kerja sama BNI dengan PLN telah berjalan semakin

www.listrikindonesia.com

signifikan mulai tahun 1992. Dukungan BNI kepada PLN dapat dilihat dari out­ standing fasilitas kredit yang sudah men­ capai lebih dari Rp 6 triliun per Oktober 2015, belum termasuk kucuran kredit lainnya yang disalurkan pada perusahaan anak PLN. Baru-baru ini, BNI juga bekerja sama dengan tiga bank nasional lainnya turut membiayai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kaltim, Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur yang nantinya mampu memproduksi listrik dengan kapasitas 2x110 megawatt. Dalam proyek sindikasi ini, BNI bertin­ dak sebagai Mandated Lead Arranger dan Agen Fasilitas. Kredit tersebut disalurkan melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Menurut Direktur Bisnis Banking I BNI Herry Sidharta penyaluran kredit sindikasi tersebut dan posisi BNI sebagai Mandated Lead Arranger dan Agen Fasilitas men­ unjukkan aktifnya BNI dalam mendorong

pembiayaan di sektor-sektor infrastruktur penting yang keberadaannya dirasakan langsung oleh banyak orang. Kelistrikan merupakan salah satu dari subsektor utama infrastruktur yang mendapatkan pembiayaan BNI, selain transportasi, minyak dan gas, konstruksi dan jalan tol, serta telekomunikasi. Pada kredit sindikasi pembangunan PLTU Kaltim Teluk Balikpapan kali ini, BNI menyalurkan kredit dengan porsi senilai lebih dari Rp 600 miliar, dari total kredit lebih dari Rp 2 triliun. Di 2016, BNI juga berencana untuk meningkatkan pembiayaan ke energi terbarukan. Sementara sampai saat ini, porsi pembiayaan ke energi terbarukan masih di bawah 5%. Untuk meningkatkan porsi pembiayaan ke energi terbarukan, BNI sedang membidik beberapa proyek di, sektor tersebut Di antaranya adalah pembiayaan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), solarcell dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). n

51


Headline Fokus Utama

TerBANTU Fluktuasi

RAW Material Sepanjang 2015, pertumbuhan industri kabel bisa dikatakan stagnan. Kali ini fluktuasi material bukan pemicunya. Melainkan penolongnya. Lesunya industri properti dan realisasi proyek kelistrikan berdampak signifikan terhadap manufaktur kabel.  Nurul Aldha

I

mbas perlambatan ekonomi menyebab­ kan satu efek domino terhadap manu­ faktur kelistrikan. Industri kabel salah satunya. Pengaruh global yang menyeret melemahnya kurs rupiah terhadap dollar menyebabkan industri properti turun drastis permintaanya. Itu berarti per­ mintaan pemasangan baru baik instalasi rumah tangga ataupun distribusi secara general pun kian surut. Menurut Andre Lordianto, Direktur PT Prima Indah Lestari (Extrana Cable) menuturkan bahwa tahun ini ia perkirakan penurunan permintaan mencapai 5—10%. Awal tahun 2015 menjadi periode paling sepi untuk permintaan kabel. Permintaan baru mulai terlihat signifikan di kuartal II sejak bulan Agustus. Itupun belum menunjukan pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebe­ lumnya. Namun cukup menjadi angin segar bila pertumbuhan ini bertahan sekalipun perlahan meningkat sampai tahun-tahun berikutnya. Menurut pimpinan dari perusa­ haan kabel yang sudah berdiri sejak 1994 ini kendala utama tahun ini adalah min­ imnya permintaan akibat lesunya industri properti dan minimnya realisasi kelistrikan.

52

“Tahun 2016 kami berharap proyek kelistrikan 35 000 MW segera jalan. Anggaran pemerintah bisa segera turun untuk penerangan jalan ataupun pem­ bangunan rusunami,” ungkapnya. Ia menuturkan bila realisasi proyek tidak berjalan, maka ancaman di 2016 akan sangat terasa bagi mereka produsen kabel. Memang diakui olehnya penurun nilai mata uang mencapai 30% merupa­ kan satu penyebab yang tidak langsung menyeret lesunya permintaan. Namun di sisi produksi, fluktuasi material tahun ini justru menolong karena harga pasar material kabel tahun ini anjlok. “Tahun ini kami tertolong dengan harga tembaga dan alumunium yang turun per USD nya. Sehingga sekalipun kurs menggeliat dari Rp10.000/ USD—Rp14.000/ USD. Dengan harga tembaga tahun ini anjlok dari level $6500—$ 4700, sedangkan Alumunium dari level $1800—$1500. Konversi ke dalam rupiah tidak menimbulkan margin, relatif sama,” ungkapnya. Sekalipun demikian, gambaran ini sebenarnya tidak bisa dijadikan patokan bagi industri kabel untuk tumbuh ditahun mendatang. “Tantangan kami adalah

Andre Lordianto Direktur PT Prima Indah Lestari (Extrana Cable)

kepastian untuk memenuhi permintaan Megaproyek 35.000 MW. Fluktuasi bahan baku juga menjadi satu ancaman. Bila harga tembaga dan alumunium di level USD tidak turun, harga kabel pasti naik tinggi. Apalagi proyeksi property juga belum menunjukan tanda-tanda bangkit ” ungkap Andre. n

Tahun 2016 kami berharap proyek kelistrikan 35.000 MW segera jalan. Anggaran pemerintah bisa segera turun untuk penerangan jalan ataupun pem­bangunan rusunami.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Meski Undang-Undang terkait penggunaan produk dalam negeri sudah diberlakukan. Nyatanya maraknya produk impor sepanjang 2015 masih menjadi wabah bagi industri perlampuan Tanah Air.  Nurul Aldha

Merebut Pasar Impor G

enap satu tahun sudah UU No. 3/2014 yang mengatur pening­ katan penggunaan produk dalam negeri diberlakukan. Namun, belum ada perubahan dalam industri lampu dalam negeri mampu menguasai pasar tanah air. Marajalelanya produk impor masih menjadi satu kendala yang tak dipungkiri meresahkan para produsen lampu lokal. “Potensi pasar lampu di dalam negeri saat ini mencapai 300 juta unit per tahun. Sayangnya, 80% dari pangsa pasar lampu listrik dikuasai oleh produk impor,” ujar John Manopo, Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo). Menurutnya kondisi ini sangat disayangkan mengingat besarnya daya serap tenaga kerja dari industri lampu dalam negeri yang amat bergantung dari operasional produknya dipasaran. Menurut John salah satu trobosan yang mampu meningkatkan daya saing produk lokal kedepan adalah mengatur strategi agar potensi dari dampak elektrifikasi 35 www.listrikindonesia.com

Gw bisa dinikmati oleh industri lampu lokal. Ia menkankan bahwa sebenarnya UU telah mengatur sanksi secara admin­ istrasi untuk pejabat pengadaan barang dan jasa yang tidak menggunakan produk dalam negeri. “Bahkan sebenarnya dalam Pasal 86 ayat (2) UU tersebut diatur sanksi administratif untuk pejabat pengadaan barang/jasa yang tidak menggunakan produk dalam negeri, terang John. Ia berharap Pemerintah mewajibkan instansi dalam negeri menggunakan lampu – lampu produk lokal demi meningkatkan daya saing insustri dalam negeri. Tak hanya itu, menurutnya di 2016 dengan penerapan AFTA (Asean Free Trade Area) dalam Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) penghapusan bea masuk nantinya akan semakin mengancam keberadaaan industri lampu nasional. LED Menurut John arah pasar industry perlampuan kedepan akan menggeser

keberadaan Lampu Pijar dengan LED (Light Emitting Diode). “ Tahun ini empat perusahaan asing mendirikan pabriknya di Indonesia. Ini akan menjadi fenomena bola salju bagi perushaan lokal,” terang John. Permintaan pasar yang menggeliat men­ jadi stau keandalan bagi industry perlam­ puan beralih memproduksi lampu LED. Sepakat dengan yang diungkapkan oleh Jhon Manapo, Eric Rondolat, Chief Executive Officer Philips Lighting menu­ turkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang strategis untuk pengembangan LED dengan jumlah penduduk yang begitu besar. “Sampai sekarang, Indonesia pasar yang bagus dan penting. Penduduknya yang lebih dari 240 juta jiwa menjadi potensi pasar. Ini yang harus terus diper­ tahankan dan dikembangkan di masa men­ datang karena terus bertumbuh," ujar Eric Rondolat. Ia menyatakan, target pemakaian lampu pijar LED di Indonesia diharapkan mencapai 20% dari total produk LED meskipun sekarang baru lebih dari 10%. n

53


Headline Fokus Utama

MENANTI

Iklim Sejuk Energi Kondisi ekonomi global yang tengah lesu di 2015, memberikan pengaruh cukup besar bagi seluruh sektor industri dunia, termasuk perusahaan-perusahaan migas dunia. Harapannya, di 2016 iklim ekonomi global bisa berbalik arah. ď‚„ Ananda Bintang

L

esunya ekonomi global sepanjang 2015, memiliki pengaruh besar pada perusahan energi dan kelistrikan di Tanah Air. Di bidang energi, Agustus 2015 lalu, terdengar informasi bahwa ratusan perusahaan batu bara di Kalimantan gulung tikar, alasannya ekonomi global

54

tengah menuju ke arah krisis. Demikian juga dengan perusahaan kelistrikan nasional, yang berdasakan pantauan Listrik Indonesia juga terkena dampak dengan turunnya pendapatan mereka dibandingkan dengan tahun-tahun se­ belumnya.

Secara global, kondisi ekonomi yang memburuk sepanjang 2015, memberikan pukulan yang cukup berat bagi perusa­ haan-perusahaan yang bergerak di bidang energi termasuk kelistrikan di berbagai negara. Sepanjang 2015 ini, kondisi ekonomi

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

dunia memang bergerak pada tren menurun. Ekonomi Amerika Serikat (AS) yang melambat, pasar saham di China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia yang jatuh, dibarengi dengan kejadian bangkrutnya Yunani akibat krisis utang, serta harga minyak mentah dunia yang turun secara drastis, ditambah lagi dengan penurunan mata uang sejumlah negara terhadap dolar AS membuat ekonomi global bergerak pada tren melambat. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) memprediksi, pertumbuh­ an ekonomi dunia pada 2015 hanya akan mencapai kisaran 3,3 persen. Alhasil, pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Negara super power AS, juga ikut merasakan gelombang PHK. Berdasarkan press realese dari perusahaan konsultan di bidang ke­ tenagaerajaan, Gray & Christmas, PHK yang terjadi pada 2015 di AS merupakan yang terbesar selama empat tahun terakhir. Gray & Christmas menyatakan, sampai November 2015, perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS merencanakan akan melakukan PHK sebanyak 574.888 peker­ ja. Jumlah PHK tersebut 19 persen lebih tinggi dibandingkan 2014 yang jumlahnya hanya mencapai 483.171. Gelombang PHK tersebut, berdasakan analisas Gray & Christmas, lebih banyak dipengaruhi turunnya harga minyak mentah dunia, yang sepanjang 2015 mencapai titik terendah dalam 11 tahun terakhir, yakni berada di bawah kisaran US$40 per barel. Pihak Gray & Christmas menyatakan, perusahaan-perusahaan AS yang terlibat dalam eksplorasi dan ekstraksi mau tidak mau harus melakukan penyesuaian terha­ dap posisi tenaga kerja mereka. Salah satu perusahaan minyak AS, yakni Chevron disebutkan berencana melakukan PHK terhadap 1.500 karyawan mereka di seluruh dunia. Perusahaan tersebut menyatakan akan melakukan peningkatan efisiensi, mengurangi biaya dan fokus pada pekerjaan yang secara langsung mendukung prioritas bisnis mereka. Perusahaan minyak AS lainnya, Halliburton dan Baker Hughes juga telah melakukan PHK terhadap sekitar 27.000 pekerja mereka sejak tahun lalu. "Dengan kondisi pasar yang tersisa menantang, kami telah mengambil tindakan tegas untuk memperkuat pendapatan dan men­ www.listrikindonesia.com

gurangi struktur biaya kami seluruh peru­ sahaan untuk meningkatkan profitabilitas dan tetap kompetitif dalam lingkungan ini," kata juru bicara Baker Hughes Melanie Kania FuleFix dalam sebuah pernyataan tertulis mereka sebagaimana dikutip dari Breitbart. Lesunya ekonomi memang memi­ liki pengaruh yang sangat luas. Dampak kelesuan ekonomi tersebut juga dirasakan perusahan-perusahaan di sektor energi. Seperti di Inggris, akibat kondisi ekonomi global yang menurun terutama dengan turunnya harga minyak mentah dunia, sedikitnya ada dua perusahan minyak rak­ sasa Inggris yang memutuskan melakukan efisiesi dengan mem-PHK sekitar 12.500 pekerjanya. Seperti dilansir dari website Breitbart, setelah melakukan PHK sekitar 7.500

Secara global, kondisi ekonomi yang memburuk sepanjang 2015, memberikan pukulan yang cukup berat bagi perusahaanperusahaan yang bergerak di bidang energi termasuk kelistrikan di berbagai negara. pekerja dan kontraktornya pada Agustus 2015, perusahan minyak Inggris, Royal Dutch Shell, kembali merencanakan PHK 2.800 pekerja. Perusahaan minyak asal Inggris lainnya, Centrica, juga disebutkan akan menempuh PHK terhadap 6.000 orang pekerjanya akibat pengurangan produksi minyak dan gas dalam kurun waktu yang panjang di 2015. Tren persoalan harga minyak yang terus turun memang menjadi persoalan global dan dikhawatirkan bakal berlanjut pada 2016. Dengan demikian, dampaknya akan masih terlalu panjang. Hal tersebut didasarkan pada kondisi dilakukannya revolusi energi dan produksi minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor

Minyak (OPEC) yang menyebabkan pasok­ an minyak di pasar berlimpah. Ditambah lagi dengan rencana pencabutan sanksi negara-negara Barat terhadap Iran yang dapat menambah pasokan minyak ke pasar dunia dan membuat harga minyak tetap rendah. Di lain sisi, secara global per­ mintaan minyak trennya menurun karena perlambatan ekonomi global. Sejumlah analis pasar energi memang meyakini bahwa pada 2016, harga minyak mentah dunia masih akan berada pada tren harga yang rendah. Dampaknya tentu saja akan besar, terutama terhadap penda­ patan perusahaan-perusahaan yang berge­ lut pada urusan eksplorasi dan pemasaran migas dunia. Tetapi, di pihak lain, dengan asumsi harga minyak dan gas di sejumlah negara mengikuti tren penurunan dari harga minyak dunia, sektor kelistrikan yang menggunakan bahan bakar pembangkit dari minyak dan gas dan juga perusahaan penerbangan seolah mendapat “rezeki nomplok” dengan rendahnya harga migas dunai tersebut. Tetapi, ketidakpastian ekonomi dunia pada 2016, kembali men­ jadi persoalan yang membuat munculnya biaya lain yang bisa mempengaruhi ting­ kat pendapatan perusahaan-perusahaan yang bergantung pada penggunaan bahan bakar migas. Diperkirakan, rata-rata perusahaan minyak dan gas pada 2016 masih akan menahan laju ekspnasi bisnis mereka, dan malah mungkin melakukan pemangkasan biaya investasinya migas mereka. Tetapi yang menarik, investasi pada en­ ergi-energi ramah lingkungan yakni untuk renewable energy dari sejumlah negaratermasuk negara-negara yang masuk dalam kelompok emerging market, diyakini trennya masih akan terus meningkat. Sumber Bloomberg Berdasarkan analisas Bloomberg, kapasitas energi ramah lingkungan setiap tahunnya terus mengalami kenaikan. Pasar di negara-negara emerging market pada 2015 berhasil menarik investasi sekitar US$ 126 miliar dari energi bersih atau naik 39 persen dari tahun sebelumnya, menurut BNEF. China menjadi negara yang paling dominan dengan menambah kapasitas pembangkit energi bersih sekitar 35 gigawatt. Sementara India, berencana akan menambah sekitar 175 GW pem­ bangkit yang berasal dari energi ramah lingkungan di 2022. n

55


Headline Fokus Utama

SUBSIDI

DICABUT Subsidi yang tepat sasaran akan menjadi prioritas pemerintah. Parlemen berkomitmen untuk mendukung perkembangan ketenaga­listrikan yang lebih baik di Indonesia. ď‚„ ERIKA PUTRI

K

etenagalistrikan Indonesia yang lebih baik menjadi harapan bersama. Berbagai proyek ketenagalistrikan yang digagas pemerintah memang berupaya agar tingkat elektrifikasi 100% kelak akan tercapai. Seperti yang kita ketahui, hingga saat ini, Indonesia Timur masih sangat tertinggal tingkat elektrifikasinya, alias masih sangat rendah. Selain persoalan tingkat elektrifikasi, kelistrikan

56

di Indonesia masih terganjal persoalan subsidi listrik yang terus membengkak. Subsidi listrik saat ini masih dinikmati 48 juta pelanggan 450 KVA dan 900 KVA. Menurut Satya Widya Yudha, Wakil Ketua Komisi VII DPR, di Jakarta, rencananya, 23 juta pelanggan 900 KVA dicabut subsidinya 1 Januari 2016. Sedangkan pelanggan 450 KVA pencabutan subsidi ditunda hingga Juli 2016.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Pencabutan subsidi listrik kedua golongan pengguna tersebut mencapai sekitar Rp60 triliun. Tetapi karena pengguna 450 KVA ditunda, subsidi yang dicabut hanya Rp38 triliun. Satya menambahkan, pencabutan subsidi di 2016 bisa dikatakan sebagai waktu yang sudah tepat. Karena sudah bertahun-tahun masyarakat disubsidi. Subsidi akan tetap ada, cuma lebih tepat sasaran. Sebagai gantinya, akan ada realokasi anggaran untuk program yang bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Intinya, dana dari pengurangan subsidi yang diperkirakan mencapai Rp38 triliun itu tidak akan hilang begitu saja. Melainkan akan dikembalikan pada masyarakat dalam bentuk menekan inflasi dan me­ ningkatkan daya beli masyarakat. Namun, Satya meng­ akui akan ada efek psikologis di masyarakat. Karenanya, pemerintah harus secara maksimal mensosialisasikan pencabutan subsidi listrik ini, dilakukan secara terbuka dan transparan. Namun demikian, untuk RAPBN 2016, pemerintah telah mengalokasikan subsidi energi sebesar Rp121 triliun dan non-energi sebesar Rp80,4 triliun di mana dalam alokasi tersebut, menurut Satya, mencangkup subsidi alokasi naik turunnya BBM. Karena BBM memang dipatok dan tidak mengikuti ekonomi pasar dalam kurun waktu tertentu. Jadi tidak tertutup kemungkinan adanya subsidi selain alokasi subsidi energi juga memuat subsidi untuk elpiji, listrik, BBM, dan solar. Langkah Tepat Menurut anggota DPR dari partai Golkar ini, langkah yang ditempuh presiden Jokowi di bidang energi dan ketenagalistrikan selama 2015 sudah tepat. Di 2015, presiden Jokowi mengambil beberapa langkah penting di bidang ketenagalistrikan dan energi. Di bidang ketenaga­ listrikan misal, Jokowi mendeklarasikan percepatan pembangunan pembangkit 35.000 MW. Kemudian Presiden Jokowi juga sempat menurunkan harga BBM. Kebijakan menurunkan harga BBM tanpa keributan yang berarti di masyarakat juga dianggap keberhasilan Jokowi. Kebijakan ini juga dianggap sangatlah tepat untuk mendorong mempercepat pertumbuhan ekonomi yang saat itu lesu. Langkah Jokowi dianggap sebagai salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan meningkatkan daya beli rakyat melalui menurunkan harga BBM. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II 2015 saat itu memang diang­ gap sudah menyentuh level terendah dalam 10 tahun terakhir. Menurut Satya, dalam sejarah APBN, baru kali ini pemerintahan Presiden Joko Widodo berani secara tegas mencabut anggaran subsidi BBM, khususnya premium. Efeknya juga sangat besar. Yaitu dengan kebijakan

www.listrikindonesia.com

Satya Widya Yudha, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI

Dalam sejarah APBN, baru kali ini pemerintahan Presiden Joko Widodo berani secara tegas mencabut anggaran subsidi BBM, khususnya premium. Efeknya juga sangat besar. Dengan kebijakan tersebut, Indonesia berhasil menghemat subsidi BBM hingga US$16,8 miliar atau sekitar Rp210 triliun pada 2015. tersebut, Indonesia berhasil menghemat subsidi BBM hingga US$16,8 miliar atau sekitar Rp210 triliun pada 2015. Subsidi kemudian diberikan langsung ke sektor kesehatan dan pendidikan sebagai hasil realokasi peng­hematan anggaran pencabutan subsidi BBM tersebut. Pengalihan ke subsidi langsung ini, ujarnya, dinilai lebih adil ketimbang membayar utang negara ataupun menambah pendapatan pemerintah. Jadi, benar-benar subsidi langsung untuk rakyat. n

57


Headline Fokus Utama

Berharap pada

eNERGI TERBARUKAN Pen­­capaian Indonesia dalam menggenjot bisnis energi terbarukan ter­golong lamban. Meski demikian, pemerintah opti­mistis porsi tahun depan akan jauh lebih besar, bagaimana reso­lusinya?  Nurul Aldha

58

P

engembangan listrik berbahan baku energi terbarukan memang menjadi suatu tren global. Perusahaan IPP dunia beralih dan berlomba mengembangkan teknologi termutakhir untuk menciptakan energi yang minim akan pencemaran serta sarat akan ketersediaan bahan baku itu. Di akhir 2014, kapasitas terpasang pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan di selu­ ruh dunia mencapai 1.829 Giga Watt (GW). Sebagian besar atau 64%-nya berasal dari pembangkit tenaga air. Pada tahun itu juga tercatat bahwa kapasitas tambahan energi terbarukan di dunia merupakan yang tertinggi atau sekitar 133 GW dari biasanya sekitar 100 GW per tahun sejak 2011. Di Tanah Air, implementasi pengem­ bangan energi terbarukan diusung melalui

Peraturan Presiden No 05 tahun 2006. Dalam keputusan itu direncanakan di tahun 2025, pangsa energi terbarukan yang diimplemen­ tasikan bisa mencapai 17%. Namun, realisinya menurut data Kementerian ESDM, sektor energi terbarukan baru memenuhi 6% dari pemenuhan kebutuhan energi. “Bila menyasar pada target 17% untuk 2025, maka se­ harusnya di 2015 implementasi pemanfaatan energi terbarukan sudah diatas 10%. Kisaran 12—15%,” ujar Fabby Tumiwa, pakar energi dan ketenagalistrikan. Menurut Fabby, dengan realisasi yang berjalan selama ini kita bisa menilai bahwa Indonesia masih lamban dalam mengejar tren penggunaan energi hijau. Padahal di tingkat dunia, pasar investasi pengembangan energi terbarukan di 10 tahun belakangan maju Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Harga energi panas bumi yang diproduksi PLN sendiri jauh lebih rendah dari pada itu. PLN beli lebih mahal tapi menjual lebih murah. Sedangkan, PLN dituntut efisiensi. Fabby Tumiwa

Direktur Institute for Essential Service Reform (IRESS)

begitu pesat bahkan mengalahkan pengembangan energi konvensional. Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia sebenarnya ditujukan untuk tiga sektor yaitu trans­ portasi, pembangkit, dan industri, namun realisasinya di Tanah Air pemanfaatanya banyak diaplikasikan kesektor tenaga listrik. Bahkan pemerintah me­ naruh target besar yaitu 23% dari program 35 MW. “Memang langkah pemerintah mengadakan energi terbarukan jadi satu sinyal positif bagi para investor yang tertarik berinvestasi,” jelas Fabby. Selama ini menurut pandangannya, daya tarik investasi di Indonesia sebenarnya cukup menjan­ jikan dengan tingkat konsumsi listrik yang besar dan diterapkannya kebijakan Feed in Tarif (Fit) yang sudah dikembangkan selama 10 tahun belakangan. Dengan kebijakan ini, pemerintah memberikan proyeksi return of investmen (ROI) mencapai 15% dengan payback period selama 5 tahun. Tentunya melihat angka ini, sangat menarik bagi investor untuk menanamkan modal di Tanah Air. Namun sayangnya, menurut pandangan Fabby, investasi itu tidak didukung dengan skema aturan yang jelas. “Dalam implementasinya, nantinya yang harus membeli listrik dari energi terbarukan itu PLN. Pemerintah membuat regulasi yang menugaskan PLN membeli listrik dari energi terbarukan dengan harga relatif lebih tinggi dari produksi rata-rata PLN. Tapi skema subsidinya tidak jelas. Akibatnya, PLN selalu terlihat penghambatnya. Contohnya, dalam hal listrik dari panas bumi. PLN ada di situasi agak sukar membeli. PLN membeli dari IPP panas bumi misalnya US$15—18/kwh. Sementara, harga energi panas bumi yang diproduksi PLN sendiri jauh lebih rendah dari pada itu. PLN beli lebih mahal tapi men­ jual lebih murah. Sedangkan, PLN dituntut efisiensi. Alasannya bukan tidak mau, tetapi kebijakan yang ada kurang lengkap,” jelas Direktur Institute for Essential Service Reform (IRESS) itu. “Akibatnya yang terjadi, pertumbuhan energi terbarukan di Tanah Air berjalan dengan lamban,” lanjutnya. Fabby kembali mengangkat contoh, pengembangan energi terbarukan panas bumi yang www.listrikindonesia.com

menurut catatannya sudah dikembangkan sejak 30 tahun lalu. “Contohnya panas bumi, kita sudah membangun geothermal sejak 1980. Sampai hari ini, kapasitasnya masih sama 1400 MW saja. Ini jadi gambaran kalo energi terbarukan kita bergerak lamban,” jelas Fabby. Dengan kondisi demikian menurutnya men­ dorong terciptanya pasar bisnis energi terbarukan yang menarik dimata investor adalah dengan kepas­ tian arah bisnis dalam regulasi yang jelas. Terutama terkait skema Fit yang layak diantara kedua belah pihak investor dan PLN. “Tentunya dari sisi investor, tidak hanya akan melihat berapa yang akan mereka dapat, berapa investasinya tapi juga mengukur resiko. Proses akuisisi lahan, operasionalnya, dan hambatan apa saja,” terang Fabby..“Ini adalah PR yang harus dikerjakan, Selain finansial, investor juga memikirkan terkait bagaimana aspek keamanannya, bagaimana penerimaan masyarakatnya, perijinan dan sebaginya. Dengan pemain yang masih sedikit, tentunya investor masih raba-raba risiko apa saja yang ada.” tambahnya lagi. Menatap 2016, Fabby berharap sederet MOU yang disepakati untuk dibangun pada 2015 bisa benar terwujud. Teknologi angin yang mulai dikem­ bangkan ia rasa satu peluang bila Indonesia benar mewujudkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) tersebut yang diproyeksikan mampu menyuplai energi sampai dengan 1000 MW. Dua tipe energi terbarukan yang menurutnya potensial dikembang­ kan di tanah air adalah biomassa dan panas bumi. Hal tersebut karena ketersediaan bahan baku yang banyak dan pengembangan teknologinya yang efisien. “Implementasinya baru kelihatan di 2016. Setiap energi terbarukan punya sisi komparatifnya masing-masing. Angin sesuai dengan karakteristik lokal. Matahari pun sama tinggal tunggu regulasi. Saya kira masing-masing dari sisi profit ROI nya hampir sama. Hanya kuncinya ada di penggunaan teknologi, handal tapi tidak tinggi harganya. Lebih penting dari itu adalah apakah kita bisa memper­ cepat realisasi yang ada terkait energi terbarukan?” tutupnya. n

59


Headline Fokus Utama

Evaluasi

di Pengujung Tahun Pertumbuhan ekonomi yang turun per semes­ ter­­nya dibanding tahun sebelumnya, se­ha­rus­­nya menjadi satu pertim­ bangan bagi pemerintah untuk realistis mengkaji kembali strategi serta arah pembangunan target kelistrikan ke depan.  Nurul Aldha

L

ambannya realisasi program peme­ rintah tahun ini, serta tertundanya dampak dari reformasi struktural ekonomi seiring dengan perlambatan keberlanjutan ekonomi global merupakan penyebab dari kemerosotan pertum­ buhan ekonomi Tanah Air. Di semester awal, kondisi ini sangat tampak signifikan dengan menurunnya pertumbuhan ekono­ mi yang berada di bawah ekspektasi 4,71 persen. Selanjutnya di semester II menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) angka ini tak jua meningkat justru menurun ke level 4,67 persen. Capaian ini berbeda signifikan dengan tahun sebelumnya dengan angka kumulatif di semester terakhir mencapai 5,02 persen. Bagi infrastruktur kelistrikan, angka ini menjadi penting mengingat dasar prediksi kebutuhan konsumsi listrik masih berpato­ kan kepada angka pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh sebesar 7% per tahunnya yang diperhitungkan memicu pertumbuhan kebutuhan listrik mencapai 8,7—9 %. Atas kondisi ini, pakar ekonomi energi, Pri Agung Rakhmanto menuturkan bahwa pemerintah yakni Kementerian ESDM dan PLN harus cermat kembali men­ jajaki rencana-rencana kelistrikan di tahun 2016. Ia memprediksi, untuk tahun 2016 angka capaian pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh di kisaran 4, 8—5 persen. Atas proyeksi tersebut, tentunya amat sangat riskan menaruh target besar untuk tahun-tahun mendatang membangun

60

sektor ketenagalistrikan terutama untuk Megaproyek 35 GW. Sekalipun kontruksi proyek tersebut belum berjalan sepenuhn­ ya tahun depan, karena di 2016 pemban­ gunan kelistrikan masih merupakan sisa pekerjaan sebesar 20 persen dari Fast Track I (7000 MW) yang direncanakan akan diselasaikan tahun depan. Akan tetapi, menurutnya, dengan redupnya pertumbu­ han ekonomi saat ini, sangat tidak realistis menaruh target yang tergolong bombastis untuk tahun mendatang. Mengingat dalam masterplan 35 GW, 80 % pengadaan megaproyek tersebut kemungkinan besar dilaksankan di 2016. “Nantinya justru akan menjadi beban bagi PLN, karena memban­ gun tidak sesuai proyeksi ekonomi yang ada untuk 5 tahun mendatang. Mau tidak mau IPP nanti menyerahkan seluruhnya ke PLN,” terangnya. Sehingga, di 2016 ia ber­ harap pemerintah melakukan hitung ulang terkait kebutuhan tenaga listrik. Tak hanya itu, pengajar dari Universitas

Prediksi investasi kelistrikan di 2016 kemungkinan akan meningkat layaknya tahun sebelumnya. Trisakti itu pun memberi masukan kepada pemerintah dalam memproyeksikan angka kebutuhan listrik tidak lagi dengan pendekatan top down melainkan bottom up. “Kebutuhan listrik bersifat mikro, sedangkan kebijakan yang dilakukan pemerintah bersifat makro sekali. Cobalah pemerintah menggunakan pendekatan region. Memetakan kebutuhan berdasar­ kan daerah, yang diperlukan daerah di Indonesia seperti apa. Memroyeksikan kepada Pertumbuhan ekonomi per-region, jangan pukul rata. Nantinya, akan tumbuh

Pri Agung Rakhmanto Dewan Penasihat Reforminer Institute

breakdown sesuai kondisi riil,” jelasnya. Menurut penuturannya, Di 2016 pembena­ han terkait lambatnya proses eksekusi birokrasi dan perizinan lahan pun perlu diperhatikan kedepan sebagai salah satu langkah percepatan pembangunan. Terkait penghematan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) kedepan, ia optimis dengan proporsi bahan baku energy yang kian didominasi batubara yaitu menca­ pai 42 GW (60 persen), ia optimis angka ketergantungan akan BBM bisa disurut­ kan sesuai target pemerintah dari porsi 11,4 persen turun menjadi 1,4 persen pada tahun 2024. Menurutnya keputusan menggunakan batu bara merupakan satu hal yang tepat karena potensi nya yang begitu besar serta teknologi yang terus berkembang menjanjikan sebagai sumber energy yang mudah serta efisien bagi Indonesia. Untuk prediksi pasar investasi kelistrikan di 2016 kemungkinan akan meningkat layaknya tahun sebelum­ nya.“Mestinya tren akan meningkat namun masih tetap sama pasar akan berkutat dengan pengaruh global seperti lemahnya nilai tukar,” terang­nya. Seperti yang diketahui, ditengah kemerosotan nilai investasi di 2015, infrastruktur kelistrikan memang yang cukup signifi­ kan memberikan sumbangsih dibidang infrastruktur secara keseluruhan. n Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

Jangan sampai terlewat, Majalah terbaru selalu menampilkan berita-berita eksklusif seluk-beluk dunia kelistrikan dan energi...

www.listrikindonesia.com

INFO LANGGANAN: Nindya Putri 021 - 536 77336, 0878 7848 7779 IKLAN: Ari Miradi 0853 1011 0113

51FC2CDD

listrikindonesia@cbn.net.id Pembayaran dapat dilakukan melalui bilyet giro atau transfer ke rekening: PT MURTILA Promosindo Bank Bukopin Cab. Rasuna Said Acc No. 101-8074-016

Ya! Saya ingin berlangganan Majalah Listrik Indonesia Dari edisi ................................... Nama

: .....................................................................................................................................

Perusahaan

: .....................................................................................................................................

Jabatan

: .....................................................................................................................................

Alamat

: .....................................................................................................................................

Telepon

: ......................................................

Fax

: .....................................................................................................................................

E-mail

: .....................................................................................................................................

Status Pelanggan :

Baru

HP :..................................................................

Perpanjangan

Jumlah/Eksemplar

Jabodetabek

Luar Jabodetabek

24 edisi x ...........................

exp

Rp.

858.000

Rp.

876.000

12 edisi x ...........................

exp

Rp.

438.000

Rp.

456.000

6 edisi x .............................

exp

Rp.

228.000

Rp.

246.000

Beri tanda √ pada kotak yang dipilih

TOTAL Rp.

.........................................., ...... .................... 2016 Tertanda

(.......................................................) www.listrikindonesia.com

Kirim melalui fax 021-5343792 atau email: listrikindonesia@cbn.net.id 61


Review Cover Story

Kari Hietanen

62

The Executive Vice President of W채rtsil채

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Cover Story Review

SMART Power GENERATION

SolutionS

FOR INDONESIA Modern power systems are aiming to provide affordable, reliable and sustainable electricity. In order to help utilities meet these three targets at the same time, smart power generation solutions are needed. Wartsila engine based power plants solutions are just that since they provide an optimum mix of energy efficiency, fuel flexibility and operation flexibility.  Elda Wahyu

T

his optimal combination of high energy efficiency, fuel flexibility and operation flexibility shall make Wartsila gas and dual fuel engine power plants an ideal fit for both the peaking and decentralised generation gas power plants scheduled under the 35GW project. Under the RUPTL, it was rightly assess that because of its high cost compared to coal, indonesian gas that will often be first transported under the form of LNG shall be used for peaking application as well as decentralised generation. Kari Hietanen explained that in the first case, the gas peaking plants thanks to their flexibility will allow baseload coal plants to be operated at their best efficiency and minimum cost. In the case of decentralised generation in remote area, the gas plants will operated under flexible base load mode in order to replace the current diesel based genera­ tion. This is helping PLN to progressively move away from diesel as much as possible, as described by Kari Hietanen, the Executive Vice President of Wartsila. Kari has been working for Wartsila for 25 years with various international and regional experience. Kari is also trusted as the President of European Engine Power Plant Association. This association is established by the European producer of engine power plant. Established by 14 differ­ ent company, this association work as the industrial voice in the field of energy-related regulation and policy. Moreover, this association is purposed to accelerate the distribution of engine power plant as the important energy source with additional value in Europe. Kari has enormous experience in the world of electrical energy. Personally, Kari fully sup­ ports the program by Indonesian Government in providing more electrical energy capacity. He added that this idea is absolutely required for developing countrie like Indonesia to entirely support its citizen, especially in economic sector. "I think the plan of adding new power generation capac­ ity for developing country like Indonesia is a very good idea. But, at the same time, it is a huge challenge for the govern­

www.listrikindonesia.com

ment and PLN, Wartsila is ready to play its part and will give it best support as it has done for the last 40 years in Indonesia," He said. During the media brief in Wartsila Headquarters in Jakarta. Kari explicitly explained that he has signed the Memorandum of Understanding (MoU) between the Indonesian and Finland Government. He expects that it could be the stepping stone and opportunity for both side to coop­ erate in the field of energy. In respect of the utilization of TKDN, Kari explained that Wartsila Indonesia has about 200 employee and 95% of them are locals. Moreover, the product created in Wartsila must also fulfill the local standards. Wartsila also puts more effort to boost the work capacity of the local employee in this respect a brand new training center in Indonesia is being developed in order to help its employee to be more produc­ tive. Uniquely, this facility is not only meant for the engineer, but also for all employee in various level. Over the years, Wartsila has also developed strong work­ ing relationship with several local companies such as PT. PP (Persero) and PT. WIKA (Persero) by transferring each other technology and developing the local supplier. The estab­ lishment of this training center is also said to be Wartsila's preparation in transferring bigger technology in the future. Therefore, the human resource must be prepared and capa­ ble in transferring the local knowledge. The existence of Wartsila in the fourth decades in Indonesia has enabled this company to keep committing to support Indonesian power supply. Recently, this Finland based company has been providing its gas and dual fuel engine power plants for several projects in Indonesia such as PLTMG Arun 184 MW, PLTMG Bangkanai 155 MW, and PLTMG 200 MW in Bali. The Arun power plant for example will serve to strengthen the Aceh special district electricity system, ensuring reliable electricity supply to consumers during peak loads when it comes online in the coming weeks.

63


Review Cover Story

Mobile power plants can be either modular plants onshore or floating power plants. Floating mobile power plan can be established without structural foundation by simply installing the power plant on a barge. This barge power plant can be specially useful in order to access the remote corner of the archipelago. This projects are established by in partnership with local companies in order to support them. As for the Bangkanai and Arun project, Wartsila has been supporting the PLN in minimalizing their budget by rearranging the financing through the Export Credit Agency of Finland (Finnvera). Kari wish that his company may be able to cooperate in the fol­ lowing years with the new projects. In the following years, Wartsila wish to participate in increasing the power generation capacity in indonesia under the 35 GW project. Finland Government is ready to keep providing the financial aid for the PLN projects for ex­ ample. Kari mentioned the this aid can be provided in order to obtain the lowest possible interest rates. Kari admitted that they have been working well with the Indonesian Government. Moreover, his company is also fully supported by the Indonesia Government. He believed that utilization of Wartsila’s technology will provide more value for the Indonesian Government. The company which is specialized in power plants and shipping was also the sole player in providing technical solution for other indonesian industrial sectors. Aneka Tambang and Nusantara Regas Company are some of the company which utilize Wartsila's technology. "In Aneka Tambang captive power plant in Pomalaa, Wartsila's engines provide power to the mine and smelter, Wartsila also provided the regasification module which is fitted in the Nusantara Regas FSRU. Finally, the first CNG (Compressed Natural Gas) vessel owned in Indonesia by PLN is also using Wartsila’s engine for propulsion,” he explained. Power Plants of Different Types Wartsila engine based power plants can either be fixed or mobile. the traditional fixed power plants require to have sufficient land available. Mobile power plants can be either modular plants onshore or floating power plants. Floating mobile power plan can be established without structural

64

foundation by simply installing the power plant on a barge. This barge power plant can be specially useful in order to access the remote corner of the archipelago. This mobile power plan can be established on the water with less than 8 meters depth. This is a breakthrough in the establishment of power plan for archipelagic country like Indonesia, so that the power can be well distributed to all regions. The fuel high efficiency is combined with low cost so that the utiliza­ tion cost is minimized. Reciprocating engine gas and dual fuel power plants are perfectly suited for peaking and flexible baseload applica­ tions. By essence, peaking power plants operate only a few hours in the day in total but need to very quickly start and get to full load in just a few minutes when the orders are given in order to shave the peaks of electricity demand. In order to be able to meet these technical requirements while also being as economical as possible the right tech­ nology must be chosen. It is obvious that for such applica­ tion, combine cycleplants cannot be chosen since waste heat recovery boilers and steam turbines are not able to reliably over 20 years withstand daily start and stops and get to full load in just a few minutes. Therefore only open cycle power plants can be seriously considered. Wartsila gas engine open cycle power peaking plants offer very high electrical efficiency (more than 45%). “In addition, our engine maintenance regime is not affected by the multiple start and stop making it also eco­ nomical,” he said. On their side, decentralised flexible base load power plants require power to be produce every day of the year but with a varying demand through the day. This varying demand means that the power plants need to be flexible in its operation while still provide high efficiency. For instance, the small decentralised area will require gas powered power plan in order to operate (with 60% capacity factor).The gas powered power plan is supposed to operate within a very wide range from the daily load. For example, 30% load during the night shift and in 100% during daytime (around 7:00 o'clock). For thise operation type, multiple unit gas engine plants is the best choice. The high efficiency of engine's open cycle reach more than 45% in full load. If the demand of the power plan reaches 30% during the night, the efficiency can be maintaned by just switching off some units. The 45 % open cycle efficiency of the machines is around 5 % point better than the open cycle gas turbine efficiency. With the fuel cost component Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Cover Story Review

representing around 70 % of the total electricity cost this 5 % better efficiency of our engines translates in between 5 to 10 % cehaper electricity. This lower electricity tariff is critical for PLN and its consumers. In addition Wartsila's engine enables the utilization of multiple fuels. For example, when the gas is still unavailable for the power plant, other fuels such as Crude Oil (CRO) and light fuel oil (LFO) can be used. Wartsila is constantly trying to propose the utilization of technology that offers the lowest life cycle cost offer to its constumers. “Wartsila is committed to provide the best technology for its customers in Indonesia by providing them the technology that meets their needs such as providing technology with great performance, environment-friendly, efficient, flexible, financial-friendly, and geographically operational,” Kari said. The efficiency of a power plant becomes an essential cri­ teria in order to obtain the best value for the customers. Kari admitted that efficiency can be combined with flexibility. Such as operating a power plan without being dependant from a certain fuel. The design of multi fuel utilization in Wartsila's technology is certainly far more beneficial for the customers. Enabling the Use of LNG in Indonesia for Small and Mid Scale Power Project The large number of small and medium size gas power plants that will be developed by PLN over the next 5 years will require the development at each of these locations of LNG storage and regasification infrastructure. This is a domain in which Wartsila is also able to provide techno­ logical solutions for storage and regas both onshore and offshore. For instance, Kari explained that Wartsila is cur­ rently completing a entire LNG storage and regas terminal in Tornio, Finland consisting of a 50.000 m3 full containement tank, regasification module and jetty.

www.listrikindonesia.com

In addition, Wartsila has developed mobile LNG solution that could be help avoid time consuming red tape in some locations. Wartsila mobile LNG’s concept was recently launched during the GASTECH 2015 exhibition, it consist of barge mounted LNG storage and regasification modules of differ­ ent sizes. As it can be movable, investors should feel safe in the knowledge that should demand change, the barge could be transported elsewhere. EY, a global consultant company predicts that the global LNG capacity may increase in double than now. According to the LNG project running throughout the globe, the LNG capacity is keep increasing. Makes the LNG market look brighter in the land as well as in the sea. Just like in some coastal area, the water around Nordic country in northern Europe, Indonesia is also giving a big opportunity for this company to develop its technology. Of course, its not just consumers who stand to benefit, but suppliers too. Many oil and gas majors have expressed interest in accesing this market. The growth of LNG also creates new business opportunity. Russia which is currently supplying less than 5% of the global LNG market plans to own 20% of the stock in 2030. Meanwhile, U.S apparently will change its pattern as a gas importer into clean gas exporter. The experts said that America's LNG export might reach 75 billion meters cubic in 2018. On the other hand, the LNG global vessel fleet is also increasing. In 2013, 16 giant tankers have joined the global fleet. "We really want to support the Indonesian government in the field of energy. I'm afraid that without the technology, the use of the natural resource like gas will be hampered. That is why Wartsila comes to Indonesia." Kari concluded his statement and at the same time ended the media brief ses­ sion with the Listrik Indonesia Magazine. n

65


News Voice of CEO

Rustam Effendie | Executive Director PT Ericsson Indonesia

Smart Grid Untuk EFISIENSI

Dikenal sebagai perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi, tidak serta merta membuat Ericsson Indonesia menggeluti satu lini bisnis saja. Dengan memanfaatkan berbagai network dan piranti teknologi, Ericsson kini menjadi salah satu pelaku yang menawarkan smart grid bagi dunia kelistrikan.  ELDA WAHYU

PT

66

IZZAR/LISTRIK INDONESIA

Ericsson Indonesia merupakan perusahaan teleko­ munikasi yang berbasis di Swedia, mungkin anda akan berpikir adakah hubungan perusahaan telekomunikasi dengan pembangkit listrik? Anda tidak perlu heran, sebagai perusahaan telekomunikasi, Ericsson dikenal cukup handal mengoperasikan berbagai hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak). Hemat cerita, pemanfaatan pen­ gelolaan kedua jenis perangkat ini dapat digunakan pada berbagai transmisi dan distribusi pembangkit listrik, baik milik PLN ataupun buatan swasta. Di Indonesia memang masih terdengar cukup asing dengan istilah smart grid, istilah ini merujuk kepada cara mengoptimalisasi penggu­ naan pembangkit, salah satu manfaatnya adalah memantau kondisi pada beban puncak atau menjadi monitor pada setiap pembangkit. Rustam Effendie, Executive Director PT Ericsson Indonesia ini menyebutkan bahwa Indonesia memiliki peluang yang cukup besar sebenarnya untuk mengembangkan teknologi smart grid ini, meski tidak menggunakan jenis teknologi tertentu, namun diakui Rustam bahwa pemanfaatan ini akan memberikan benefit yang cukup besar bagi PLN ke depannya.

Rustam Effendie Executive Director PT Ericsson Indonesia

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Voice of CEO News

Dengan smart grid pengguna akan memiliki kendali penuh terhadap peng­ aktifan per­alatan listrik kon­ sumen secara oto­ma­tis, jika terjadi kerusakan atau masalah maka akan mudah terdeteksi.

“Kita perusahaan telekomunikasi, tetapi kita coba menggabungkan energi dengan teknologi, we managing network,” Ujarnya yang ditemui di Hotel Gran Melia Jakarta. Italia, Austria, dan beberapa negara maju lainnya telah merasakan man­ faat dari penggunaan smart grid ini. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Kelihatan­nya PLN juga sudah mulai mengarah ke sana. Beberapa tahun ke belakang, PLN masih menggunakan sistem manual untuk mencatat meter penggunaan listrik di rumah-rumah pen­ duduk, namun sekarang sudah menggan­ tinya dengan cara yang otomatis, Smart Metering. Smart Metering bekerja dengan cara mencatat data kon­sumsi listrik. Dalam beberapa kasus, meng­instal smart meter adalah langkah pertama menuju menciptakan smart grid. Ericsson menye­ diakan rangkaian lengkap untuk layanan smart metering, termasuk perencanaan, penyebaran, operasi dan maintenance. Rustam menegaskan bahwa Ericsson tidak membangun pembangkit listrik, tetapi perusahaan ini memanfaatkan IT untuk digunakan di berbagai pembang­ kit listrik. Meski pesatnya penggunaan smart grid di Eropa, diakui Rustam bahwa Ericsson belum memiliki planning khusus untuk segera menawarkannya ke PLN, saat ini Ericsson masih mencoba bermain dari segi pembangunan infrastruktur ICT, salah satunya bekerjasama dengan berbagai operator telekomunikasi di Indonesia. Smart grid dikenal sebagai konsep yang menghasilkan berbagai keuntungan, dianta­ ranya, meningkatkan efisiensi penggunaan listrik, meningkatkan kehandalan sistem tenaga listrik, mengurangi emisi karbon, dan mendukung pemanfaatan sumber energi www.listrikindonesia.com

terbarukan yang lebih optimal. Smart grid sejatinya terdiri dari tiga unsur, teknologi informasi, telekomunikasi, dan tenaga listrik. Pada bagian distribusi dan kontrol energi inilah Ericsson bermain peran. Ericsson sendiri diketahui sudah lima tahun terakhir terjun dalam dunia kelistrikan, dengan smart grid ini pengguna akan memiliki kendali penuh terhadap pengaktifan peralatan listrik konsumen secara otomatis. Jika terjadi kerusakan atau masalah pada jalur pengiriman maka kerusakan akan mudah terdeteksi, selain itu juga bisa mengubah rute pengirim­an energi ke jalur lain sehingga bisa memi­ nimalisir pemadaman. Untungnya lagi, semua data akan terekam pada sensor yang akan dikirim ke utility company, dalam hal ini PLN guna menentukan strategi lain di waktu mendatang. Di berbagai forum dunia, smart grid disebut-sebut sebagai solusi untuk penghematan energi dunia, smart grid juga menjadi pembantu saat kondisi beban puncak, sehingga mampu men­ gurangi beban produksi pembangkit dalam pemenuhan pasokan listrik bagi konsumen. Dalam satu contoh, sebuah perusahaan utilitas terkemuka asal Italia, Acea, mengontrak Ericsson sebagai mitra implementasi pelaksanaan teknologi smart metering. Kesepakatan tersebut untuk men­ gelola smart metering selama 10 tahun, Ericsson menyediakan data center dan solusi perangkat lunak untuk proyek ini serta mengoperasikan sistem aplikasi dari Global Delivery Service yang berpusat di Roma. Platform tersebut akhirnya mampu membantu Acea untuk membaca dan mengelola meter, mengawasi low vol­tage dari jarak jauh, pembacaan meter, serta pendapatan perlindungan karena deteksi

penipuan, manajemen yang lebih baik dari masalah pembayaran, lebih akurat dan tepat waktu penagihannya. Selain itu, kepuasan pelanggan dapat terus ditingkat­ kan, peningkatan kualitas pelayanan gardu, dan akses analisis jaringan rinci. Dengan menggunakan ICT untuk me­ ngumpulkan informasi, smart grid mem­ berikan kontrol yang lebih besar terhadap tagihan dan dampak lingkungan. Di sisi lain, memungkinkan sumber energi terbarukan menjadi lebih terintegrasi ke dalam jarin­ gan listrik, dalam suatu forum presentasi dengan perusahaan-perusahaan kelistri­ kan asal Swedia, pihaknya sangat setuju dengan ide-ide cemerlang Ericsson yang mensinergikan IT dengan Energi sehingga akan mudah mendapatkan informasi secara real-time. Efisiensi adalah hal yang sangat pen­ ting dalam bisnis kelistrikan, perusahaan penyedia listrik, khususnya, dengan cepat dapat memperkenalkan kontrol berbasis komputer dan otomatisasi teknologi yang mengubah grid mereka ke smart grid dan membantu masyarakat di daerah terpencil, dengan menggunakan teknologi yang sama dengan operator seluler, utilitas bisa mendapatkan keuntungan dari ekonomi, misalnya, komunikasi mobile 4G, memung­ kinkan transfer data yang cepat dengan cara yang efisien dan hemat biaya. Dengan peningkatan kecepatan dan penurunan latensi, LTE secara khusus juga cocok untuk machine-to-machine. Sinergi IT dan energi akan meng­ koneksikan semuanya, sehingga PLN akan lebih mudah dalam mengendalikan transmisi listrik. Selain cerdas, Smart grid dapat meningkatkan efisiensi, sustainabili­ tas, ekonomi dan ramah lingkungan bagi ketenagalistrikan. n

67


Feature Sosok

Sri Andini

BerkaryA UNTUK

Negeri

Bagi Sri, segala pengabdiannya ia dedikasikan bagi negeri ini. Datang ke daerah pengalaman, membangun infrastruktur jalan, hingga membangun pembangkit listrik IPP semata-mata ia lakukan untuk Tanah Air ini.  ELDA WAHYU

K

emuliaan hati pada akhirnya meng­ antarkan Sri Andini menjadi salah satu pebisnis kelistrikan di negeri ini. Ia mengakui di tahun-tahun pertama bergelut dengan dunia kelistrikan, hanya bermodal tekad kuat dan bantuan orangorang di sekitarnyalah yang menghantar­ kan Sri menjadi seperti sekarang ini. Berawal dari melihat mirisnya anakanak pengajian di sebuah TPA yang belajar dalam keadaan gelap gulita di era pasca kemerdekaan, Sri akhirnya tergerak untuk membangun pembangkit listrik. Sasaran utamanya dalah kawasan Sumatera Selatan yang merupakan daerah asalnya. "Saya begitu terpanggil, paling tidak Sumatera Selatan harus bisa terang. Saya jalan ke desa-desa mereka gelap, tidak ada listrik, saya kirim strongkeng (lampu petromaks) ke mereka sangking sedihnya,” tutur Sri Andini yang ditemui di kediaman­ nya, beberapa waktu lalu. Akhirnya Sri menemui ketua DPRD di Palembang kala itu, Ajis Saip, ia men­ gutarakan maksud kedatangannya untuk membangun pembangkit listrik khususnya untuk menerangi Palembang. Padahal, diakui Sri, saat itu ia belum mengerti mengenai seluk beluk kelistrikan. Atas instruksi dari ketua DPR tersebut, Sri disuruh untuk mencari informasi di PLN, ia mendapat informasi Indonesia memang sedang berada dalam krisis energi. Namun, Sri tetap kekeuh dan bertekad besar untuk membangun pembangkit listrik. Kuncinya satu, di mana ada niat di situ ada jalan. “Datang ke PLN, katanya 600 MW saja ditelan habis saat itu, ya sudah saya yang

68

bangun, bikin IPP. Saat itu belum mengerti IPP, pokoknya bangun,” ceritanya penuh semangat. Sri mengajak serta Gubernur Palembang saat itu, Rosihan Arsyad, beserta ketua DPRD untuk menghadap Eddy Widiyono. Oleh Eddy, Sri diberikan Commitment Letter yang berisikan me­ ngenai pembangkit listrik dengan kapa­ sitas berapa pun yang dibangun olehnya akan dibeli oleh PLN. Bermodalkan Commitment Letter tersebut akhirnya Sri mulai mencari investor ke berbagai negara, akhirnya terbentuklah perusahaan joint venture, Sri kebagian 51%, PT Bukit Asam 24%, PLN dalam hal ini ditunjuk PT Indonesia Power sebanyak 25%. Kerjasama tersebut berlangsung ketika masa pemerintahan Megawati. Setelah membentuk konsorsium, pihaknya merasa terdapat ketidaksesuai­ an dengan PT Indonesia Power, oleh Eddy Widiyono kemudian partnernya diganti dengan PT PJB, ia mensyaratkan bahwa PLN sahamnya tidak boleh lebih dari 20%, itu menjadi aturan untuk bermitra. “Kita perbaiki lagi, saya 40%, PT Bukit Asam 40%. Kemudian, tim PT Bukit Asam seluruh direksinya datang ke kantor, 'Bu Sri, agar ini proyek bisa jalan karena performasi bank PT Bukit Asam, kita minta 1 % lagi', nggak mikir lain yang penting bisa membantu masyarakat, ya sudah saya kasih satu persen, tulus ikhlas saya memberikannya,” tambahnya. Sri bertindak sebagai inisiator sekaligus pendiri PT. Bukit Pembangkit Innovative, ia tidak pernah mempersoal­

kan berapapun jumlah sahamnya, semua hal terkait persiap­an pemba­ngunan pem­ bangkit listrik, seper­ti pem­bebasan lahan, ia turun tangan lang­­sung. Baginya ada rasa bahagia yang tak terhing­ga ketika akhirnya PT Bukit Pembangkit Innovative selesai membangun pembangkit listrik. “Saya mondar-mandir ke China, dan bilang sama presdir-nya, kalau mau nama baik di Indonesia, kasih kualitas terbaik dan ternyata ketika ditinjau oleh temanteman yang mengerti soal itu mereka bilang memang bagus,” jelas Sri. Pada saat itu, perusahaannya merupa­ kan perusahaan pertama yang memban­ gun IPP. Total kapasitas yang dibangun saat itu sekitar 270 MW. Proyek ini meru­ pakan proyek IPP pertama di Indonesia, hingga akhirnya Megawati mengeluarkan peraturan mengenai listrik yang dibangun oleh pihak swasta. Baginya, dukungan Megawati dan Taufik Kiemas menjadi sun­ tikan penyemangat. Ia tidak membutuhkan dukungan materi, tetapi dukungan secara mental-lah yang menjadi penopang. Berbekal dukungan tersebut akhirnya Sri berhasil membangun pembangkit listrik untuk daerah asalnya. Pembangkit di Banjarsari Palembang tersebut sudah dioperasikan ke jaringan PLN. Baginya, ia tidak peduli harus keluar masuk hutan, masuk daerah pedalam­an, terpenting ia bisa membantu dan berguna bagi bangsa. Salah seorang temannya yang berprofesi sebagai Adm perkebunan pernah mengajaknya ke Betung pada suatu musim kemarau, di sepanjang jalan ia melihat debu dengan ke­tebalan hingga Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Sosok Feature

sepuluh centimeter. Hatinya tergugah untuk membangun jalan di sana. Tidak hanya di Betung, berbagai daerah dida­ tangi Sri dengan tujuan untuk membangun akses jalan sehingga memudahkan pere­ konomian dan akses penduduk setempat. Seperti jalan di pertambangan Freeport, PT Newmont, PT Caltex, hingga ke Duri, Riau. Sri tak sungkan-sungkan untuk terjun langsung ke lapangan, meski urusan teknis tentu diserahkan kepada ahlinya. Sibuk meniti karier, tidak menjadi­

kan Sri lupa akan kewajibannya, sebagai seorang ibu yang memiliki tiga orang putri dan mengharuskannya lebih jeli dalam mengatur segala keperluan mereka. Ia selalu mengajarkan kedisiplinan kepada putri-putrinya, memberikan pelajaran agama, hingga menyekolahkan mereka di tempat terbaik dengan landasan kasih sayang. Di usianya yang memasuki 64 tahun, Sri masih terlihat bugar, kuncinya memulai segala aktivitas dengan doa, menjaga pola hidup, banyak bersedekah,

dan bersilaturrahim. Ia menyakini bahwa silaturrahim selalu mendatangkan rezeki. “Selagi nafas ini masih ada di dunia, saya ingin mengabdi kepada negeri ini. Sekarang yang paling sering saya geluti di bidang kelistrikan, saya tidak pernah memikirkan ini hanya untuk keluarga, yang penting bermanfaat untuk negara dan agama. Hal bisnis yang tidak bisa dipu­ tuskan sendiri saya diskusikan, saya tidak mau membuat batas dengan siapa pun,” tutupnya. n

Pada saat itu, perusahaannya merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang membangun IPP. Total kapasitas yang dibangun sekitar 270 MW.

www.listrikindonesia.com

69


Review Sorot

TARIF NAIK

PELAYANAN TURUN Menjelang 2016, pemadaman listrik makin sering terjadi. Bukan hanya di daerah, di Ibukota pun mengalaminya. Padahal tarif listrik sudah dinaikkan. Ada apa? ď‚„ ERIKA PUTRI

70

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Sorot Review

P

emadaman listrik tiba-tiba menjadi seperti lagu lama yang diputar kem­ bali. Awal Desember lalu sejumlah wilayah di DKI Jakarta dan sekitarnya kembali mengalami pemadaman akibat gangguan Inter Bus Transformer (IBT) 1 Gandul. Tak pelak, sejumlah wilayah di Jakarta mengalami pemadaman bahkan hingga ke Depok dan Tangerang. Pemadaman di Jakarta dan sekitarnya bukan yang pertama kali terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Oktober lalu juga terjadi pemadaman. Saat itu PT PLN Disjaya mengumumkan telah terjadi gangguan pasokan gas di Pembangkit Muara Karang dan Tanjung Priok sejak sekitar pukul 08.30 WIB. Akibatnya beberapa wilayah di Jakarta dan Tangerang juga mengalami penghentian aliran listrik, yaitu di wilayah Serpong, Tangerang, Lengkong, Petukangan, Senayan, Ancol, Mangga Besar, Penggilingan, Duri Kosambi, Kembangan, Pulogadung, Angke, Kemayoran, dan Plumpang. Itu hanya di Jakarta dan sekitarnya. Sudah menjadi rahasia umum, di sejumlah daerah di Indonesia sebut saja Sumatera, Kalimantan dan wilayah Indonesia Timur, pemadaman sudah seperti makanan harian yang wajib hukumnya. Bayangkan saja, pemadaman bergilir terus saja terjadi. Sampai-sampai pelanggan sudah malas melakukan protes ke PLN atas kinerjanya yang buruk. Memang pemadaman seringkali terjadi karena berbagai alasan. Misalnya saja kabel tegangan tinggi putus, kebakaran rumah penduduk, trafo meledak, hingga kelakuan warga yang merusak fasilitas listrik. Alasan lainnya adalah peralatan dan infrastruktur PLN yang bisa rusak sewaktu-waktu. Namun yang menjadi keprihatinan kita bersama, mengapa pemadaman yang makin sering dilakukan PLN, sejalan dengan pengumuman peningkatan tarif listrik. Atau dengan kata lain, peningkatan tarif listrik yang dibayar masyarakat tidak berbanding lurus dengan kualitas layanan yang disedikan PLN bagi pelanggannya. Mengkritisi Pelayanan PLN Pelayanan yang prima menjadi kunci keberhasilan sebuah perusahaan teru­ tama yang bergerak di bidang jasa. Itulah yang juga berlaku bagi PLN. Satu-satunya perusahaan listrik di Indonesia yang mempunyai wewenang memberikan pe­ layanan kepada masyarakat ini, tentu saja terus dituntut untuk memberikan layanan terbaiknya. Tentu juga diharapkan terus www.listrikindonesia.com

berinovasi dalam layanan. Beberapa tahun terakhir memang terlihat sudah banyak inovasi yang sudah dlakukan PLN. Misalnya saja dengan hadir­nya listrik prabayar, kemudian ker­ jasama PLN dengan perbankan dan pusat perbe­lan­jaan sehingga makin memper­ mudah pelanggannya membayar tagihan listrik. Namun juga harus diakui, sebagai perusahaan yang diamanahi memberikan layanan listrik, PLN masih menanggung banyak beban. Misalnya ketidakmeratanya penyediaan listrik di seluruh wilayah Indonesia. Kemudian daerah perbatasan, pulau terluar dan daerah terpencil yang masih jauh dari harapan memperoleh listrik yang cukup. Terkait masalah pelayanan ini, YLKI sendiri pernah meminta masyarakat yang merasa dirugikan bisa melapor ke YLKI atau langsung ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Dalam hal ini, masyarakat pelapor bisa didampingi oleh YLKI atau lembaga hukum lainnya. Mayarakat juga bisa menggugat secara perdata kerugian yang dideritanya atau melakukan class action. Intinya agar PLN sebagai penyedia jasa harus memberi pelayanan kepada konsumen secara profesional dan prima. Apalagi, sewaktu menggunakan produk PLN, ada perjanjian masyarakat sebagai pengguna dengan PLN sebagai penyedia. Salah satu butir perjanjian tesebut adalah jika 2 bulan tak membayar maka listrik bisa dicabut. Tentu sebaliknya, jika PLN tidak memberikan layanan prima, atau merugikan masyarakat, PLN harus ada penggantian. Hitungan kerugian bisa dilakukan dengan cara kalkulasi per KWh. Tarif Terus Naik Sementara itu, pemadaman sayangnya terus terjadi padahal tarif listrik terus men­ ingkat. Mulai 1 Desember lalu misalnya, pelanggan dua golongan listrik PT PLN (Persero) yakni 1.300 volt ampere (VA) dan 2.200 VA diberlakukan mekanisme tariff adjustment. Artinya tarif kedua golongan ini bisa naik-turun setiap bulan. Menurut Plt. Kepala Satuan Komuni­ kasi Korporat, PLN, Bambang Dwiyanto, akhir November lalu, tarif listrik bagi kedua golongan rumah tangga tersebut harus sudah mengikuti mekanisme tariff adjustment sejak awal tahun 2015, tapi kebijakan tersebut ditunda. "Pemerintah dan PLN mengambil kebijakan untuk menunda penerapan

Memang pe­ma­­daman seringkali terjadi karena berbagai alasan. Misalnya saja kabel tegangan tinggi pu­ tus, kebakaran rumah penduduk, trafo me­ ledak, hingga kelakuan warga yang merusak fasilitas listrik.

tariff adjustment bagi pelanggan rumah tangga daya 1.300 VA dan 2.200 VA. Pertimbangannya saat itu, pelanggan golongan tersebut sudah mengalami kenaikan tarif listrik secara bertahap sejak Juli 2014 hingga November 2014. Selain itu penundaan juga untuk meringankan beban ekonomi pelanggan di kedua golon­ gan tersebut," ungkap Bambang. Dengan penyesuaian per Desember ini, sebanyak 12 golongan tarif listrik yang sudah mengikuti mekanisme tariff adjusment atau tidak mendapat subsidi lagi. Di 2016, diperkirakan tarif juga akan kembali naik atau mengalami sejumlah penyesuaian. Apalagi pemerintah memang mencanangkan mengurangi subsidi listrik secara bertahap dan mengalihkan subsidi ke bidang lainnya. Menurut Tulus Abadi, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, burukya pelayanan PLN tidak sebanding dengan kenaikan tarif listrik yag diberlaku­ kan awal Desember lalu. Tulus menambahkan, kenaikan khusus­­ nya bagi pelangan listrik berdaya 1300 VA2200 VA menunjukkan pelayan­an yang mas­ih buruk tetapi beban masyarakat di­ paksa terus naik. Seharusnya menurutnya, PLN memperbaiki pelayanan terlebih da­ hulu sebelum menetapkan tariff adjustment. Pembenahan PLN di masa yang akan datang tentu sudah merupakan keharus­ an. Bukan hanya karena persoalan tarif yang terus meningkat tadi tetapi karena memang kewajiban PLN untuk melakukan pembenahan pelayanan. Tentu agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Sehingga berapa pun tarif wajar yang dikenakan PLN ke pelanggan, tidak diprotes oleh pelanggan lagi. n

71


Opini

Suara Pakar

Infrastruktur Harus Dipercepat

Tantangan bangsa ini ke depan salah satunya adalah harus segera meyelesaikan infrastruktur ketenagalistrikan. Listrik adalah kebutuhan dasar untuk kemajuan bangsa dan mendorong pertumbuhan ekonomi. ď‚„ deddy hassan

72

H

arry Jaya Pahlawan, Dewan Pakar Majalah Listrik Indonesia saat di­ mintai pendapatnya terkait program pembangunan kelistrikan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah mema­ parkan pemikirannya, bahwa mewujudkan infrastruktur kelistrikan yang andal dan merata dari Sabang sampai Merauke adalah sebuah keharusan. Mengapa disebut infrastruktur? Jelas Harry, karena memang ketenagalistrikan ini belum menjadi komoditas, kalau sudah menjadi komoditas kita harus bicara untung-rugi , kita harus bicara price -wise. Kalau sekarang-kan masih ada subsidi, memang ini tanggung jawab pemerintah

bersama-sama untuk membangun sektor ketenagalistrikan di Indonesia dengan sebaik-baiknya. Kewajiban ini memang bukan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi harus ada peran kopersi, swasta, pemerintah daerah juga harus bisa mengeluarkan PAD-nya untuk supaya yang disebut infrastruktur itu selesai. Lebih jauh dia menjelaskan, meskipun dari tahun ke tahun ada pertumbuhan, artinya kalau kita mau menyelesaikan rasio elektrifikasi dari 85 % menjadi 100% tapi pada suatu titiik rasio elektifikasi 100% pun tidak jadi 100 persen lagi PLN harus nambah lagi pembangkitannya, karena bangsa ini sedang tumbuh terus Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Suara Pakar

, rakyatnya banyak sehingga keperluan listriknya semakin meningkat. Tetapi pada suatu titik yang sekarang , kenapa masih saya sebut infrastruktur? Ini karena masih ada 15 persen rasio elektrifikasi yang harus diselesaikan supaya dalam tanda kutip bangsa ini adil tidak hanya sekedar pemenuhan kebutuhan ketena­ galistrikan di Pulau Jawa saja, tetapi juga di luar Pulau Jawa, khususnya di Indonesia bagian timur yang rasio elektrifikasi-nya belum mencapai 80 persen malah masih di sekitar 50 persenan. “Jadi kelistrikan di Timur harus segera cepat menyusul yang di Indonesia bagian Barat. Pertama infrastruktur ketenagal­ istrikan harus selesai, diterjemahkannya dengan merealisasikan target memban­ gun mega proyek yang 35.000 MW itu untuk penambahan kapasitas daya yang ada sekarang dimana yang ada baru 35.000 MW, artinya kalau tambah 35 lagi menjadi 70.000 MW,” tegas Harry Jaya Pahlawan. Pertanyaannya kapan selesai mega proyek ini? Ya, harus sesegera mungkin selesainya, kita tidak boleh berpangku tangan sekarang. Untuk menjadikan itu nyata terinstal 35.000 MW-kan harus ada prosesnya. Prosesnya itu harus ada tandatangan perjanjian kerjasama dari kedua belah pihak antara investor dan operatornya dalam hal ini PLN dengan perusahaan listrik swasta (IPP) tentunya dengan mendorong tanggung jawab menyelesaikanpembangkit yang harus dibangun oleh PLN. Target 35.000 MW satu target yang segera diselesaikan. Untuk mewujud­ kannya tentu semua tahapan harus di breakdown tidak hanya dari segi permoda­ lannya saja investasi tetapi juga hal-hal yang mendukung percepatan penyelesa­ ian. Misalnya supporting untuk 35.000 MW ini misalnya, terkait dengan perizinan, tanah harus segera selesai. Inikan hal-hal yang klasik jangan sampai menghambat, sebab kalau terkendala dengan hal ini target yang diharapkan untuk selesai akan mundur. Kalau sudah mundur artinya ada yang bisa dipermalukan. Jadi kita semuan­ ya harus tertuju ke sana, bukan hanya Kementerian ESDM, PLN atau kementerian www.listrikindonesia.com

Moch. Harry Jaya Pahlawan BUMN. Seluruhnya harus menuju kesana, termasuk yang harus mendukungnya, BPN, kementerian yang terkait, Kehutanan, termasuk Pemda. “Karena menurut saya, negara yang disebut maju itu kalau sudah siap in­ frastruktur ketenegalistrikannya. Apalagi negara kita ini coverage area-nya besar sekali dari Sabang sampai Merauke dengan 34 provinsi yang setiap provin­ sinya juga tidak sama pendapatannya ada yang besar dan kecil tetapi semuanya perlu listrik, anak-anaknya perlu belajar. Kalau RE adil dan merata tidak tertutup kemungkinan semua anak bangsa ini menjadi pintar. Bisa saja nanti menteri atau wakil presiden lahir dari Papua atau Kalimantan, kalau semua kebutu­ han listriknya tercukupi,” jelas Harry Jaya Pahlawan. Harry menjelaskankan pengalamanya lebih jauh pada waktu menjadi General Manager PLN untuk wilayah Sumsel, Jambi dan Bengkulu pada tahun 2002. Ketiadaan listrik yang memadai di sebuah SMA yang sangat dekat sekali dengan Palembang membuat hatinya miris sekali. Hasil blusu­ kannya selama 3 bulan ke desa dan kam­ pung mendapatkan sebuah SMA ternyata listriknya hanya menyala 6 jam khusus malam hari saja. Padahal sekolah ini, ada peralatan komputer yang tentunya dengan kondisi seperti ini tidak pernah digunakan. Bisa dibayangkan bagaimana sekolah ini

Opini

Pertanyaannya kapan selesai mega proyek ini? Ya, harus sesegera mungkin selesainya, kita tidak boleh berpangku tangan sekarang. Untuk menjadikan itu nyata terinstal 35.000 MW-kan harus ada prosesnya.

bisa bersaing dengan sekolah lain kalau tidak pernah mengakses teknologi infor­ masi dan ilmu pengetahuan lain dari dunia maya. Dan ini terjadi pasti muridnya akan kalah berkompetensi dengan sekolah lain. Menghindari kejadian seperti ini dan untuk menciptakan akses penggunaan lis­ trik di seluruh wilayah nusantara pemer­ intah harus secara progresif membangun pembangkit di semua pelosok Tanah Air agar menciptakan kondisi adil dan mereta dalam pemanfaatan listrik. Hal ini harus segera dilakukan mengingat pada tahun 2016 teknologi akan semakin berkem­ bang, sehingga semua anak bangsa ini dapat menikmati semua kemajuan yang positif secara setara. Sebagai pakar yang sudah mendarah daging menggeluti dunia kelistrikan, Hari Jaya Pahlawan menyarankan agar selaku operator PLN harus sesegera mungkin menyelesaikan target program percepatan pembangunan pembangkit pada tahun 2019. “Keseriusan ini dituntut agar semua sesuai dengan harapan masyarakat dan target yang ingin dicapai demi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kemajuan anak bangsa,” tutup Hari jaya Pahlawan. n

73


Review Korporasi

Langkah Optimis

FUJI SMBE Mengusung tagline Innovating Energy Technologi, perusahaan global asal Singapura mulai merambah pasar Indonesia melalui pro­duk low voltage switch­gear (LVS) dan con­trol gear solution. Apa keunggul­ annya?  DEDDY HASSAN

D

alam wawacara ekslusif dengan Listrik Indonesia, MA Putra, Director Fuji SMB Electric (Fuji SMBE) meng­ungkapkan, perusahaan global yang ber­gerak di bidang elektrik ini berdiri di Singapore pada tahun 1973, kemudian pada tahun 2012 diakuisisi oleh Kawasaki Jepang ketika SMBE di pasar modal Singa­­ pura. Di 2014 akhir, diambil oleh Fuji Electric Jepang dan hingga saat ini di bawah Fuji Electric Company dengan nama Fuji SMBE Pte Ltd. Pada awal bisnisnya, Fuji SMBE adalah market leader LVS di Singapura dengan menguasai pasar sebesar 60 persen sebelum ada saingan dari para kompeti­ tornya. Pencapaian bisnisnya sampai 2013 secara regional base di Singapore mencapai 100 juta USD per tahun.

74

Sementara itu, jelas Putra, pengem­ bangan bisnis di Indonesia sendiri dimulai dengan pembentukan Fuji SMBE pada akhir 2013. Hal ini dilakukan karena ada kesempatan untuk masuk Indonesia, dalam posisi terus berkembang dan produk Fuji SMBE adalah produk global yang men­ dapat sertifikasi dari Asta - Australia. Di Indonesia sendiri saat ini serapan pasar­ nya baru mencapai 20%. Dalam perjalanan waktu, pemerintah dan beberapa proyek swasta sudah mengharuskan mengguna­ kan produk dengan standar global, yaitu standard IEC, artinya produk yang dipakai harus berkualitas standar internasional dan dapat diaplikasikan secara teknis. Mengantisipasi penjualan yang terus meningkat dan untuk ekspansi bisnis, pada 2014 Fuji SMBE membangun factory di Cikarang yang di­res­mikan oleh Menko Maritim, yang saat itu dijabat oleh Indroyono Soesilo. Pemerintah sangat interest dengan investasi Fuji SMBE mem­ bangun manufaktur elektrik di Indonesia. “Untuk memperluas pasar dan sukses merajai penjualan LVS ada rencana akan mengembangkan produk dengan banyak aplikasi. Seperti diketahui LVS adalah standar distribusi listrik di gedung, pabrik, industri dan di semua sektor dan kebutuh­ annya ini memang diharuskan punya dis­ tribusi listrik yang safety dan secara teknis bisa dipertanggungjawabkan. Berangkat dari hal itu, pengembangan bisnis akan di­

arahkan ke aplikasi ke energy management, dengan efisiensi energi diharapkan bisa direduksi pengeluarannya, apalagi produk Fuji SMBE sudah pro go green dan sudah disertifikasi oleg Green Mark. Sebagai dasar energi loses di penggunaan beban ini akan berkurang dengan adanya Green Mark dan dengan desain sendiri. Saat ini sedang alih teknologi agar SLV yang sudah dipergunakan di Singapura dan Malaysia sanggup diterapkan di Indonesia,” ungkap Putra. Saat ini, fasilitas factory Fuji SMBE di regional sangat besar, mungkin secara bisnis yang terbesar di dunia ddibanding produk kompetitor secara core business di low voltage switchgear. Tahun 2015 ini Fuji SMBE sudah memasuki pasar Indonesia dan mampu diterima oleh customer yang punya nama cukup besar seperti Astra Group, MRT Project, EPC di Rekayasa Industri untuk Pertamina dan Wijaya Karya. Saat ini yang sedang digarap adalah berupaya terlibat secara masif untuk mendukung program pemerintah yaitu infrastruktur dan power plant dan data center. Untuk core business ini Fuji SMBE mematok target 15% untuk market share di sektor ini. Meskipun secara bisnis Fuji SMBE baru mulai namun sejauh ini sudah dipercaya oleh banyak perusahaan dalam on track yang bagus. Sekarang ini sedang ber­saing

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Korporasi Review dengan top brand yang sudah lebih dulu beredar di sini karena kualitas produknya sudah sejajar secara kualitas dengan mereka. Melihat potensi lain yang di­ mungkinkan untuk digarap setelah SMBE bergabung dengan Fuji Electric, sebagai perusahaan global spesialis dan sangat berpengalaman di peralatan listrik dari pembangkitan sampai distribusi. “Sekarang kita sedang berkolaborasi dengan Fuji Electric untuk mencoba masuk secara full delivery di electrical product. Yang coba kita lakukan masuk di beberapa proyek geothermal. Skup pengembangan ke depan bukan hanya menjual LVS tapi sudah komplet dengan distribusi listriknya, kita juga gandeng beberapa produk untuk dijadikan satu paket,” tambah Putra. Kendati serapan pasar dalam negeri baru mencapai 20% arahnya lebih banyak ke industri, karena untuk masuk ke power plant dalam bisnisnya pln masih meng­ andalkan investasi asing, dengan demikian maka accept dengan standar yang dibawa oleh investor. Dengan demikian maka serapan pasar ke PLN belum maksimal, ke depan tentunya berharap PLN juga mempertimbangkan menggunakan produk dari perusahaan yang telah melakukan investasi di Indonesia. Tren pertumbuhan Fuji SMBE dalam dua tahun terakhir sangat signifikan, dari titik nol saat memulai bisnisnya di 2013, pada tahun 2014 mendapat proyek sebe­ sar Rp50 miliar, dan pada 2015 meningkat secara tajam hingga mencapai Rp240 miliar atau tumbuh hampir 200 persen. Ini bukan pertumbuhan, tapi start- up. Sebenarnya kapasitas miliar SMBE sendiri sanggup Rp380 miliar per tahun. Tapi melihat kondisi pasar LVS di Indonesia diperebutkan oleh 200 panel maker yang sudah establisehed, hanya yang berstandar internasional bisa di bawah 20 pabrikan. Sebagai negara yang sedang giat mem­ bangun infrastruktur kelistrikan, semua produk LVS yang diproduksi di dapat di­serap oleh pasar. Hal ini menunjukan bahwa bisnis switchgear ini, pertama dapat meningkatkan lapangan kerja, kedua pe­nyarapan pasarnya cepat, dan ketiga pemain electrical itu banyak dan arahnya ke peningkatan kualitas seperti yang diminta oleh customer. “Keunggulan kami dibanding dengan kompetitor adalah produk Fuji SMBE www.listrikindonesia.com

Seperti diketahui LVS adalah standar distribusi listrik di gedung, pabrik, industri dan di semua sektor dan kebutuhannya ini memang diharuskan punya distribusi listrik yang safety dan secara teknis bisa dipertanggung­ jawabkan. MA Putra, Director Fuji SMB Electric

sangat memperhatikan safety, dengan aplikasi yang critical menghasilkan panel yang berkualitas, sehingga customer bisa meningkatkan investasinya,” terangnya. Untuk 2016, yang akan disasar Fuji SMBE yaiuti memiliki portofolio untuk pengembangan bisnis di tiga sektor, yaitu infrastruktur, power plant, dan data center. Pertumbuhan data center dari market review di Indonesia hampir 17 persen ini sangat signifikan dan menunjukan bahwa negara kita merupakan salah satu hub di Asia Tenggra. Hal ini terlihat dari masuk­ nya pemain global seperti Google, karena mereka mau server-server di sini, demikian juga dengan bank-bank internasional.

Untuk pabrik di Cikarang saat ini me­ nyerap sebanyak 100 SDM lokal dengan TKD sebesar 40%, diharapkan mencapai 55% sesuai harapan pemerintah untuk terus meningkatkan kandungan lokal. “Melihat rekam jejak penjualan dua tahun terakhir, tahun 2016 kita mematok target dua kali penjualan. Kita optimis dapat meningkatkan penjualan karena adanya proyek infrastruktur yang terus dikerjakan oleh pemerintah. Ke depan Fuji SMB Electric akan membangun manufak­ tur baru untuk meningkatkan penjuallan LVS karena pabrik Cikarang sudah overload,” tutup Direktur SMB Electric, M.A Putra. 

75


News Asosiasi

Mitra Prioritas Pemerintah Keberadaan APLSI tak sekadar ingin menjadi asosiasi yang mewadahi aspirasi bagi insan produsen ketenagalistrikan, tapi juga menjadi mitra prioritas bagi pemerintah.  Nurul Aldha

G

ema pembangunan megaproyek 35 GW jadi satu pemantik bagi stakeholder ketenagalistrikan bersiap menyambut jalannya implementasi kebijakan. Sayangnya, resolusi selama ini menunjukkan distribusi kewenangan yang cenderung tersebar serta berdiri sendiri-sendiri menyebabkan banyak kendala di bidang ketenagalistrikan terutama sektor pembangkit. Mulai dari alur prosedur, regulasi, dan mekanisme pembebas­ an lahan menjadi satu masalah terus menerus serta berkepanjangan. Proyek defisit, tersendat, hingga mangkrak menjadi satu potret suram kondisi penyelenggaran infrastruktur

76

kelistrikan di Tanah Air. Tak bisa dipungkiri, bila proyek terhenti dalam jangka waktu tertentu sebenarnya keru­ gian bukan hanya dirasa pemerintah namun juga investor. “Kita membutuhkan terobosan,” ujar Arthur Simatupang selaku ketua harian Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI). Terobosan-terobosan itu antara lain adalah ruang komunikasi yang lebih interaktif antara pemerintah dan swasta. “Kami dari asosiasi berharap bisa menjadi mitra prioritas pemerintah, dalam me-review setiap kebijakan tujuannya adalah menciptakan satu sta­ bilitas,” ujar Arthur. Menurutnya pemerintahan sekarang membuka ruang komunikasi yang lebih terbuka, sehingga itu menjadi satu kesempatan bagi asosiasi untuk ambil bagian menjembatani antara ruang aturan pemerintah dengan kebutuhan serta harapan pelaku IPP. Arthur menuturkan bahwa Mega proyek 35 GW memiliki daya tarik yang cukup menjanjikan bagi swasta nasional. Menurutnya keterlibatan IPP nasional harus menjadi mayoritas dibandingkan asing dalam imple­ mentasi kebijakan tersebut. “Aspirasi kami dari APLSI

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Asosiasi News

bahwa swasta nasional harus memegang mayo­ritas. Nasionalisme harus tumbuh kuat juga di IPP, kalau pemain lokal maju yang nantinya menikmati juga bangsa Indonesia karena industri listrik adalah satu industri strategis. Walaupun memang dari funding dan leading masih dikuasai asing,” ungkapnya. Pendanaan memang masih menjadi satu kendala swasta nasional saat ini. Dalam hal ini menurutnya membutuhkan partisipasi pemerintah dalam memberikan jaminan pinjaman bunga yang lebih ringan dibandingkan yang ditawarkan oleh bank negara lain. Apalagi bank asing cukup agresif menawarkan pinjaman ke IPP swasta nasional. Menurutnya, bila IPP swasta nasional meminjam ke negara lain yang bunganya 4—5% dibawah bunga bank yang ditawarkan bank nasional, ancaman terkait ketergantungan terhadap asing pun nantinya juga akan semakin besar. Ia berharap untuk megaproyek 35 GW, pemerintah mengimbau bank nasional agar memberikan kemudahan dengan bunga yang lebih ringan terhadap IPP swasta nasional. “Ini perlu dibantu, tingkat bunga masih tinggi di Indonesia dibanding negara lain. Perlu breakthrough berupa kebijakan yang memberikan satu dorong­an kepada swasta nasional agar bisa berkontribusi. Proyek ini membutuhkan investasi yang sangat besar serta transfer teknologi. Keseriusan Pemerintah terhadap hal ini bukan berarti keberpihakan tapi upaya menjadikan swasta nasional pemain terdepan,” ungkapnya. CEO Gathering Kenggotaan utama APLSI saat ini memang keban­ yakan diisi oleh perusahaan listrik Nasional. Anggotanya saat ini sudah ada 50 Perusahaan IPP yang terlibat. Kedepan prediksi Arthur akan lebih banyak pelaku indus­ tri IPP dalam sektor ketenagalistrikan. Pasalnya keme­ narikan yang ditawarkan memang cukup menjanjikan dengan kontrak jangka panjang serta sifatnya menghad­ irkan pendapatan tetap serta memberikan pertumbuhan yang cukup signifikan. Namun memang kendala tingkat pengembalian kepada investor masih menjadi satu catatan. “Saat ini negosiasi tarif dengan pln masih cukup alot, kami ingin menjadi mitra stakeholder untuk mem­ bahas masalah bersama,” jelasnya. Dari sisi regulasi, Arthur mengaku saat ini ia mengapresiasi kebijakan yang mereformasi perizinan jadi lebih mudah dan pasti. Misalnya prosedur satu pintu yang dikembangkan oleh BKPM. Terobosan pun sebenarnya tak hanya harus dilakukan oleh pemerintah, asosiasi pun harus jemput bola guna meningkatkan partisipasi anggotanya ataupun kegia­ tannya. “Sejak mulai kepengurusan baru APLSI di bulan Oktober silam, dua kali dalam sebulan kami melaku­ www.listrikindonesia.com

Arthur Simatupang Ketua Harian Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia

Aspirasi kami bahwa swasta nasional harus memegang mayo­ritas. Nasionalisme harus tumbuh kuat juga di IPP, kalau pemain lokal maju yang nantinya menikmati juga bangsa Indonesia karena industri listrik adalah satu industri strategis. kan pertemuan, melaksanakan FGD dalam bentuk CEO Gathering untuk membahas masalah-masalah kelistrikan yang dihadapi masing-masing stakeholder. Apa yang kami lakukan ini adalah upaya membuka komunikasi yang lebih intens ke stakeholder, “Awal tahun kita mengadakan roadshow, seluruh perusahaan dari kecil hingga besar kami rangkul. Kementerian ESDM, PLN sampai Menkopolhukam pun kami libatkan” ujar Arthur. Hasil dari setiap pertemuan yang ada nantinya menjadi satu laporan white paper yang ia harapkan bisa membantu pemerintah merumuskan kebijakan. Memang ia akui, asosiasi yang berdiri sejak tahun 2009 ini sempat vakum cukup lama, namun seiring dengan gema 35 GW asosiasi pun berbenah diri melakukan penyegaran. Ia mengemukakan bahwa peran asosiasi sangat berpen­ garuh dengan pertumbuhan kelistrik­an yang ada. “Kami ingin APLSI menjadi pionir bisa memiliki kedudukan yang sejajar dengan PLN. Menyuarakan sesuatu yang benarbenar memiliki tujuan serta perencanaan yang terstruk­ tur,” ungkapnya. n

77


Review

Inovasi

Menjadikan pelet kayu sebagai bahan baku pembangkit listrik mungkin belum akrab di Tanah Air. Namun, di sejumlah negara maju kehadiran bahan bakar nabati ini sangat diidamkan bahkan menjadi komoditas impor.  Nurul Aldha

Pemantik Listrik

Terbarukan D

emam menggunakan pelet kayu sebagai bahan baku pembangkit memang sedang gencar seiring melejitnya tren dunia terhadap peman­ faatan energi terbarukan. Aplikasi yang praktis serta bahan baku yang mudah didapat menjadikan pelet kayu sebagai satu andalan energi terbarukan yang kian digandrungi. Pelet kayu sebenarnya merupakan ekstrak serbuk kayu yang dipadatkan, hingga berbentuk pelet yang berukuran 2-3 cm. Di Tanah Air, pabrik-pabrik penghasil pelet kayu memang sudah mulai bermun­ culan seiring meningkatnya permintaanya dari negara-negara maju yang tengah mengonsumsi pelet kayu sebagai bahan baku pembangkit listriknya. Di Korea Selatan misalnya, perusahaan listrik negeri gingseng itu, Korea Electric Power Corporation (Kepco), tiga tahun ini meng­ alami peningkatan permintaan pelet kayu dalam jumlah yang cukup signifikan. Di 2013, permintaan mencapai 0,4 juta ton. Kemudian, tahun berikutnya meningkat menjadi 1,3 juta ton. Di 2015 diperkirakan

78

permintaan bertambah hingga mencapai 2,0 juta ton. Selain Korsel, Jepang, Amerika Serikat, Finlandia, dan Kanada tercatat sebagai negara-negara pengimpor pelet kayu dengan jumlah yang cukup besar untuk bahan bakar pembangkit listiknya. Di Tanah Air belum ada satu pun per­ usahaan IPP yang memanfaatkan energi biomassa ini sebagai sumber bahan baku pembangkitnya. Padahal, potensi pelet kayu sebagai sumber energi alternatif di sini cukup menjanjikan, dibandingkan negara lain karena keter­sediaan bahan baku dari limbah industri kayu cukup melimpah. Pelet kayu bisa dibentuk dari beragam jenis tanaman kayu keras seperti Mahoni, Jati, ataupun Sengon yang banyak tumbuh di nusantara. Namun, banyak yang mere­ ferensikan secara khusus memanfaatkan tanaman Kaliandra merah sebagai bahan baku pelet kayu yang paling sesuai. Alasannya karena tanaman ini memiliki sifat mampu tumbuh di mana saja, bahkan tempat yang miskin akan hara. Selain itu, masa panen Kaliandra cukup cepat, yai­tu

tiga bulan sekali sejak usia tanam setahun. Secara teknis kalori yang dihasilkan pelet kayu bisa mencapai 4700 Cal. Angka itu setara dengan kalori pada batu bara muda yang menajadi sumber bahan bakar bagi PLTU. Satu ton pelet kayu diproyek­ sikan mampu menghasilkan listrik sebesar 1 KWH. Salah satu perusahaan yang tertarik mendayagunakan pelet kayu ada­lah PT Energi Biomassa Indonesia (EBI) anak peru­

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Inovasi Review

Integrasi Energi Menurut Satrio Astungkoro, Direktur PT EBI, tantangan teknis produksi pelet kayu diband­

menggunakan pelet kayu yang berukuran kecil dan standar. Selain itu yang paling utama, hasil pembakaran pelet kayu habis terbakar sempurna dengan warna asap putih tanpa kandungan gas beracun seperti karbon monoksida (CO) yang terkan­dung dalam batu bara. Sisa pembakaran atau abu bisa langsung dijadikan pupuk. Sehingga nyaris tanpa limbah. Secara operasional PT EBI nantinya mengin­ tegrasikan pemanfaatan pelet kayu dengan rantai industri rumah tangga dekat lokasi pabrik. Bahan baku pelet kayu yang akan di produksi merupakan limbah bekas industri kayu yang banyak di wilayah Purworejo, Jawa Tengah. Selain itu masyarakat sekitar pun sudah banyak yang memanfaatkan tanaman Kaliandra sebagai pakan peternakan kambing Ettawa, juga madu dari bunga Kaliandra. “Memang prinsipnya perusahaan kami bergerak mengkonservasi juga mengkonversi apa saja yang bisa dimanfaatkan sebagai energi. Dengan kehadiran industri wood pellet ini kami mengintegrasikan pe­manfaatan

ingkan dengan biomassa sejenis seperti briket memang lebih tinggi karena teknologi pelletizer yang diapli­kasikan pun lebih mahal. Namun secara fungsi dan nilai guna, keduanya serupa dalam menghasilkan panas. “Wood pellet sebelas dua belaslah dengan briket, kualitas lebih bagus tapi harganya juga lebih mahal,” jelas Satrio. “Kualitas panas yang dihasilkan pelet kayu tahan lama itu sebabnya penggunaanya seka­ rang banyak ditujukan untuk proses pemanasan dengan waktu yang panjang,“ ujar Judia Fauzi, selaku Project Manager PT EBI. Untuk pembangkit listrik, pemanfaatan pelet kayu bisa meminimal­ isasi penggunaan batu bara. Bila dikomperasikan, bentuk batu bara yang berbentuk bongkahan tentunya memakan ruang dan membutuhkan alat angkut tersendiri dibandingkan dengan

tanaman kaliandra secara ke­se­luruhan, daunnya untuk ternak, bunga­­nya untuk produksi madu, sedang­kan dahan kayunya untuk bio massa,” terang Ganesha. Investasi yang dikeluarkan untuk mem­ produksi wood pellet di luar harga tanah mencapai hampir Rp7—8 Miliar. Sebagian pengeluaran dialokasikan untuk investasi mesin. Ke depan, tak hanya menjadi penghasil wood pellet, PT EMI pun berencana menjalin kontrak kerjasama dalam pembuatan pembangkit listrik khusus bahan baku wood pellet. “ Rencana ke depan kami ingin kecilkecilan membuat pembangkit listrik sederhana untuk kebutuhan internal sebesar 10 MW yang bisa dijadikan prototipe untuk pengembangan pembangkit listrik terbarukan dengan inovasi wood pallet ini,” tutur Ganesha. n

sahaan BUMN Energi Ma­najemen Indonesia (EMI). Menurut Direk­tur Opera­sional PT EMI, Ganesha Tri Chan­drasa, permintaan ekspor pelet kayu ke Indo­ nesia mencapai 250 ribu ton per tahun dan terus meningkat. Melihat potensi ini, perusahaan yang bergerak di bidang energi konservasi itu beritikad membangun pabrik pelet kayu di Purworejo, yang rencananya akan dioperasikan di pertengahan 2016 mendatang. “Kami rencana produksi sebesar 30 ribu ton per tahun atau 5—8 ton per jam/100 ton per hari/2.500 ton per bulan yang diupayakan untuk memenuhi pasar lokal terlebih dahulu ke­ mudian baru untuk ekspor,” jelasnya. Menurutnya, di Indonesia meski gaung pelet kayu belum sampai diaplikasikan untuk pembangkit listrik, namun untuk keperluan bahan bakar lainnya sudah banyak diterapkan sejumlah pelaku usaha makanan, minuman, ataupun peternak.

www.listrikindonesia.com

Potensi pelet kayu sebagai sumber energi alternatif di sini cukup menjanjikan, dibandingkan negara lain karena keter­ sediaan bahan baku dari limbah industri kayu cukup melimpah.

79


Review

Tekno

Ide Lain Mengolah Sampah Di Indonesia, sampah seringkali menjadi persoalan yang bukan hanya memusingkan pemerintah daerah tetapi sampai ke pemerintah pusat. Padahal di negara lain sampah bisa diubah menjadi listrik.  ERIKA PUTRI

T

ingkat pencemaran lingkungan akibat pengelolaan sampah yang tidak tepat di Indonesia bisa dikatakan sudah memasuki stadium 4 atau sangat parah. Sampah menjadi masalah dan hampir tidak ada solusi paling muja­ rab. Pemerintah, khususnya DKI Jakarta memang sudah melakukan beberapa lang­ kah untuk mengatasi sampah tetapi belum menunjukkan hasil. Sampah akhirnya menjadi tema pembicaraan belaka bahkan cenderung di politisasi. Beberapa Peraturan Pemerintah mengenai sampah sendiri sudah sangat banyak. Memang paling tidak dibutuhkan lima aspek dalam pengelolaan sampah

yaitu aspek hukum, aspek institusi, aspek pendanaan atau aspek ekonomi, aspek sosial-budaya serta aspek teknologi. Aspek teknologinya misalnya, harus dilakukan dengan pendekatan 3 R, yaitu reduce, reuse, recycle. Sementara, pendekat­ an sosial budaya harus memperhatikan adanya langkah-langkah pemberdayaan masyarakat. Di beberapa negara lain, mereka telah memiliki badan riset khusus sampah. Solusi lain adalah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Di beberapa negara maju, sampah tidak lagi jadi masalah tetapi menjadi berkah. Sampah bahkan bisa mereka olah sebagai bahan

baku untuk pembangkit listrik. Di negara-negara seperti Denmark, Swiss, Amerika Serikat (AS), dan Prancis telah memaksimalkan proses pengolahan sampah. Tidak hanya mengatasi bau busuk saja, tapi sudah mengubah gunungan sampah ini menjadi energi listrik. Teknologi pengolahan sampah untuk menjadi energi listrik pada prinsinya sangat sederhana, yaitu sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal). Kemudian panas dari hasil pembakaran, dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap dengan bantuan boiler. Kemudian, uap bertekanan tinggi ini digunakan untuk memutar bilah turbin. Turbin yang dihubungkan ke generator dengan bantuan poros putar, selanjutnya menghasilkan tenaga listrik. Listrik inilah yang siap dialirkan ke rumah-rumah atau ke pabrik. Teknologi pengolahan sampah ini memang lebih menguntungkan dari pem­

Singapura berhasil menjadi kota yang bersih dengan mengolah sampahnya sekaligus menjadi sumber energi.

80

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Tekno Review bangkit listrik lainnya. Misalnya, 100.000 ton sampah sebanding dengan 10.000 ton batu bara. Selain mengatasi masalah polusi bisa juga untuk menghasilkan energi berbahan bakar gratis, bahkan bisa dikatakan menghemat devisa. Menurut Rhenald Kasali, Pengelola Rumah Perubahan, di beberapa negara PLTSa bisa sangat bermanfaat. Di AS mis­ alnya, PLTSa-nya mampu menghasilkan daya sekitar 2.500 megawatt (MW). Untuk menghasilkan daya yang sebesar itu, pihak PLTSa membutuhkan sekitar 35 juta ton sampah. Jumlah ini baru setara dengan 17% dari total sampah yang dihasilkan warga AS. Sedangkan di negara-negara Uni Eropa, pengolahan sampah dengan teknologi waste to energy (WTE) sudah sejak lama mereka lakukan. Mereka bahkan memiliki puluhan hingga ratusan fasilitas WTE. Di Denmark, lebih dari 80% sampahn­ ya diolah di fasilitas WTE yang tersebar di beberapa kota. 54% sampah di Denmark bahkan bisa diubah menjadi energi listrik. Negara lain yang memanfaatkan sistem WTE adalah Perancis. Negara ini memiliki 130-an WTE atau PLTSa. Sedangkan Italia, memiliki 50-an fasilitas WTE. Negara lain yang juga maju soal sampah adalah Jerman. Negara ini juga memiliki 60-an WTE. Bagaimana dengan di Asia? Tidak perlu jauh-jauh. Negara ter­ dekat kita, Singapura, juga memiliki empat unit incinerator plant yang masing-masing unitnya memiliki kemampuan untuk men­ golah mulai dari 1.100 ton sampah per hari sampai yang 3.000 ton per hari. Mungkin pertanyaan selanjutnya adalah mengapa energi dibakar menggu­ nakan energi? Hal itu juga lumayan solusi kalau kita anggap kebersihan nomor satu. Indonesia sebetulnya juga memi­ liki beberapa fasilitas PLTSa. Di daerah Gedebage, Bandung, kita memiliki fasilitas PLTSa yang membakar 2.000-3.000 meter kubik sampah guna menghasilkan daya 7 MW. Sayangnya fasilitas PLTSa Gedebage yang berbasis incinerator ini tengah mendapat sorotan dari sebagian warga Bandung. Di dunia sendiri ada banyak teknologi pengola­ han sampah yang ramah lingkungan. Selain menggu­ www.listrikindonesia.com

Di beberapa negara maju, sampah tidak lagi jadi masalah, tetapi menjadi berkah. Sampah bahkan bisa mereka olah sebagai bahan baku untuk pembangkit listrik. Cerobong PLTSa yang bersih dan artistik memperindah Kota Roskilde, Denmark.

nakan incinerator, ada teknologi yang lain seperti gasifikasi, proses termal hingga pirolisis. Menurut Rhenald, teknologi sebe­ narnya sama sekali bukan persoalan. Justru persoalannya adalah mindset yang

belum melihat sampah sebagai peluang. Bukan hanya peluang untuk mengubahnya menjadi energi, tetapi juga peluang untuk mengubah pola pikir dan perilaku pejabat dan masyarakat dalam mengelola sampah yang setiap hari mereka hasilkan. n

81


Review Mancanegara

Mengintip Teknologi Nuklir

Rusia

Rosatom Overseas Badan Usaha Milik Negara asal Rusia mengembangkan teknologi nuklir pembangkit tenaga listrik dan di kapal terapung. Apa keunggulannya?  DEDDY HASSAN

P

emanfaatan teknologi nuklir dalam bidang energi saat ini sudah ber­kem­­bang dan dimanfaatkan bentuk Pembangkit Listrik Tenaga nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak mencemari lingkungan. Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan diopera­ si­kan satu unit PLTN air ringan bertekan­an tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemu­ dian mencapai daya 5 MWe. Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik dinegara maju maupun negara sedang berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan kontribusi sekitar 18% dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan dayanya mencapai 351.000 MWe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap kontruksi di 18 negara. Salah satu gagasan yang mempunyai

82

prospek cerah adalah pembangkit listrik tenaga nuklir terapung yang dibangun pertama kali oleh Rusia. Gagasan ini juga berkembang di negara-negara lain, tetapi selalu ditolak –terutama karena penentang­an dari kelompok yang cemas terhadap dampak bagi lingkungan hidup. Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir terapung pertama, Aca­de­ mician Lomonosov, dimulai pada 2009. Menurut Chesnokov Alexander, Head of Export & Invesment Departemant, pengem­ bangan power plant terapung ini dilakukan oleh Rosatom. “Kami sudah memiliki calon pelang­ gan internasional, tetapi mereka ingin melihat terlebih dahulu bagaimana proyek percontohan ini berjalan,” jelasnya. Wujud pembangkit listrik tenaga nuklir terapung ini adalah kapal tanpa mesin dengan dua reaktor di atasnya. Pembangkit ini dapat menghasilkan tenaga listrik dan panas serta mampu melakukan desalinasi

air laut. Batas usai pengoperasiannya diperkirakan minimal mencapai 36 tahun yang terdiri dari tiga siklus 12 tahunan dengan pemuatan ulang reaktor di akhir tiap-tiap siklus. Para kru yang ditugaskan, termasuk para pengganti dan cadangan, berjumlah kurang lebih 140 orang. Pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik semacam ini diperkira­ kan jauh lebih murah dibanding pem­ bangkit konvensional, dan tentu saja mendapatkan banyak permintaan. Selain ekspor, unit tenaga terapung akan menjadi sumber listrik, panas, dan air bersih yang mumpuni bagi kawasan terpencil Rusia. Namun faktor keamanan merupakan alasan utama di balik kesuksesan setiap proyek nuklir. Sebab setiap proyek berlan­ daskan pengalaman yang mumpuni dalam pengoperasian kapal pemecah es dan kapal selam, maka tingkat keamanannya pun sangat tinggi. Menurut ahli, fasilitas semacam ini adalah yang paling dapat dunia diandalkan saat ini. Secara umum, pembangkit listrik tenaga nuklir terapung dapat menjadi proyek nasional yang unik; jika sukses, Rusia akan terus menjadi pemasok utama energi global. Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Mancanegara Review Sementara itu, ujar Alexander, melihat kebutuhan energi di Indonesia sangat besar. Bahkan, jika tak ada pasokan baru ada kemungkinan besar Indonesia akan mengalami defisit. Pembangkit kapal terapung nuklir ini akan menjadi solusi bagi Indonesia untuk memasok listrik sementara di daerah terpencil atau antar pulau yang perlu pergerakan cepat meng­ atasi krisis listrik. Untuk mencukupi kebutuhan pasokan listrik tersebut, Rosatom juga siap mem­ batu pemerintah Indonesia mengatasi hal tersebut dengan membangun Pembangkit Listrik Tanaga Nuklir (PLTN). Dalam studi yang dikembangkan, Rosatom telah membuat skenario pemba­ ngunan PLTN dengan berbagai kapasitas. "Peran yang bisa kami lakukan dengan membangun pembangkit dengan kapasi­ tas 5 Giga Watt (GW), ada juga 7 GW. Ada juga yang 100 ribu GW," tuturnya. Indonesia membutuhkan rekan yang bertanggung jawab penuh atas prinsip dasar industri nuklir. Menurutnya, Rosatom merupakan rekan yang dapat diandalkan. "Rosatom mampu dan siap untuk menjadi rekan yang bertanggungjawab penuh bagi Indonesia dan telah terbukti

di atas meja. Direktorat Jenderal Energi Baru Ter­baru­ kan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan, seharus­ nya pengembangan energi nuklir dilihat dari berbagai sisi, sehingga tidak perlu dikhawa­ tirkan tentang dampaknya. "Nuklir itu untuk PLTN yang baru kita upaya­kan di sektor itu dengan melihat keberhasilan dan kegagalan di luar negeri, lihat statistik PLTN di dunia teknologi pengamanannya dan seterusnya," kata Rida. Menurut Rida, saat ini pengembangan nuklir di Indonesia masih sebatas diskusi. Instansinya telah mengumpulkan menge­ nai dampak positif dan negatif pengem­ bangan energi ini. Orang Indonesia, lanjut Rida, seolah tabu jika membicarakan mengenai PLTN. "Apa yang dlakukan oleh kita beru­ paya meletakan PLTN sebagai sesuatu yang tidak lagi yang tabu diperbincangkan te­man-teman tidak tabu dengan nukir di kesehatan sudah pakai, di pertanian sudah pakai, sama untuk di PLTN," pungkasnya. Terkait dengan masih banyak masyarakat Indonesia yang khawatir (terhadap PLTN) karena beberapa wilayah di Indonesia rawan bencana alam. Belum

dan di beberapa negara. Semua reaktor Rosa­tom adalah produk evolusi, bukan revo­ lusi, maka sangat aman dan dapat di­percaya, Jika Indonesia siap membangun PLTN, Rosatom siap berinvestasi di Indonesia dan juga siap menampung dan mengolah limbah radio aktif di Rusia,” ujar Alexander. Menurut Alexander, lokasi PLTN yang cocok di Indonesia antara lain di Bangka Belitung, Batam, dan Kalimantan dengan reaktor jenis VVER 1200. Selain itu dibanding dengan pembangkit listrik batu bara atau gas, perbandingan harga per MWh yang dihasilkan oleh PLTN jauh lebih kompetitif. Di kawasan Asia Tenggara sendiri, Laos, tengah membahas rencana pem­ bangunan dua unit PLTN. Dua unit PLTN yang akan dibangun itu merupakan jenis VVER dengan kapasitas 1.000-1.200 MW. Apabila Laos benar-benar mewujudkan industri energi nuklir untuk pasokan listrik, maka negara ini akan menjadi yang kedua dalam industri nuklir setelah Vietnam di kawasan Asia Tenggara. Sementara itu di Indonesia, rencana pembangunan PLTN masih terus dikaji oleh pemerintah dan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan). Indonesia sebenarnya

Pembangkit listrik tenaga nuklir terapung ini adalah kapal tanpa mesin dengan dua reaktor di atasnya. Pembangkit ini dapat menghasilkan tenaga listrik dan panas serta mampu melakukan desalinasi air laut. Batas usia pengoperasiannya diperkirakan minimal mencapai 36 tahun. berpengalaman mengembangkan energi nuklir, dengan membangun 34 PLTN yang tersebar di seluruh dunia. Salah satu dari projek tersebut adalah PLTN pertama di Asia Tenggara, tepatnya di Vietnam," ujar Chesnokov Alexander Sebelumnya, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan saat ini pengembangan energi nuklir di Indonesia ini masih sebatas pembahasan

www.listrikindonesia.com

lagi persoalan limbah radio aktif yang dihasilkan. Sebab itu, pembangkit listrik tenaga batu bara sejauh ini masih men­ jadi pilihan jangka pendek. Menanggapi kekhawatiran tersebut, Alexander, menjelaskan pengalaman dan keunggulan teknologi Rosatom dalam membangun dan mengelola PLTN. “Dalam beberapa tahun ke depan Rosa­­tom akan membangun 80 PLTN di Rusia

telah memiliki tiga reaktor nuklir daya eksperimental berkapasitas kecil di tiga tempat yaitu Puspiptek Serpong, Bandung, dan Yogyakarta. Batan juga telah menandatangani kerjasama dengan Nukem Technology, anak perusahaan Rosatom, untuk meran­ cang desain reaktor eksperimental yang keempat. Rencananya, reaktor ini akan ditempatkan di Puspiptek Serpong. n

83


Review Lensa Daerah

PESAN ENERGI DARI TANAH RENCONG

Aceh dipercaya menjadi tuan rumah gelaran puncak Hari Nusantara 2015. Dalam waktu bersamaan, perhelatan Sidang DEN ke-16 juga diselenggarakan di Provinsi Serambi Mekah tersebut.  Ananda Bintang

M

enjadikan energi sebagai tulang punggung guna mendukung upaya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, menjadi sesuatu yang bukan tidak mungkin diwujudkan. Lebih jauh lagi, energi yang dimaksud merupakan energi ramah lingkungan sebagai sumber energi utamanya. Demikian pesan yang ditangkap dalam puncak kegiatan Hari Nusantara ke-15 pada 2015 di Aceh sebagai perwujudan dari Deklarasi Djuanda sebagai penegasan

84

dan peringatan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang pengukuhannya sebagai salah satu hari nasional ditetapkan melalui Keppres No.126/2001. Peringatan puncak Hari Nusantara tersebut dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Hari Nusantara yang dilaksanakan di Tanah Rencong dengan menempatkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said sebagai Ketua Pelaksana kegiatan yang mengusung tema “Kekayaan Energi dan Sumber Daya Mineral untuk Pembangunan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Guna Mewujudkan Kejayaan dan Kemakmuran Bangsa”. Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, per­ingatan peringatan Hari Nusantara 2015 menampilkan peran sektor ESDM sebagai pendukung utama sektor terkait lainnya di bidang kemariti­ man nasional. Menurut dia, sektor energi dan sumber daya mineral sebagai pen­ guatan laut dalam mendukung teknologi kemaritiman. Pengembangan energi bersih atau ra­mah lingkungan memang menjadi se­bu­

ah tantangan yang harus mampu dilewati pemerintah. Terutama untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan yang sebesar 23% pada tahun 2025. “Saat ini, energi baru terbarukan harus dijadikan sebagai energi utama”, tegas Sudirman Said. Sudirman mengatakan, pengem­ bangan energi bersih tersebut sangat penting bagi Indonesia yang merupa­ kan salah satu pemrakarsa Misi Inovasi Energi Bersih Dunia dan akan menjadi tuan rumah bagi pelaksanaan pertemuan pertama Misi Inovasi Pengembangan Energi Bersih yang akan dilaksanakan di Bali pada tanggal 11-12 Februari 2016. Indonesia juga tengah mengembangkan pusat unggulan energi bersih agar men­ dukung implementasi program-program energi bersih yang direncanakan mulai beroperasi pada 2016 ini akan berkontri­ busi pada pengembangan energi bersih di tingkat regional maupun global. Kementerian ESDM akan mengem­ bangkan model pembangunan infrastruk­ tur energi dan listrik berdasarkan tiga cluster ekonomi maritim di wilayah Barat, Ttengah dan Timur Indonesia dengan didukung infrastruktur energi bersih, mulai Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Lensa Daerah Review dari tenaga surya, tenaga angin, tenaga laut dan biomassa. Ketiga kluster ini dikembangkan pada 7 lokasi, yaitu Aceh Jaya, Kuala Tanjung Barat, Pulau Enggano, Minahasa Utara, Lombok Tengah, Kupang dan Morotai. Model pengembangan ini diharapkan dapat diterapkan untuk pembangunan pulau-pulau kecil, pulau-pulau terdepan dan wilayah-wilayah pesisir. Selain itu, model ini juga akan mensinergikan para investor bidang energi dan industri mar­ itim, pemerintah pusat dan daerah, serta akademisi. Sebagai tuan rumah pelaksanaan pucak Hari Nusantara 2015, Aceh menda­ pat berkah dengan dijadikannya sebagian wilayah mereka sebagai percontohan ekonomi maritim yang didukung energi bersih. Kementerian ESDM bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kementerian Riset dan instansi terkait lain mendukung pem­ bangunan techno park di Provinsi Aceh yang akan menjadi contoh pengembangan ekonomi maritim yang didukung energi bersih. Rencananya, pada 2016 techno park tersebut akan selesai dibangun dan menjadi percontohan bagaimana ekonomi maritim didukung oleh energi bersih yaitu tenaga surya dan tenaga angin. Kementerian ESDM juga akan melaku­ kan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 1 MW di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh untuk mendukung ekonomi nelayan di kota Banda Aceh. Dalm rangkaian Hari Nusantara ke-15 tersebut, Kementerian ESDM juga melakukan pemasangan sambungan listrik gratis kepada nelayan dan rakyat tidak mampu di wilayah Provinsi Aceh sebanyak 7.077 Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dan PLN Wilayah Aceh. Tujuan dari program ini adalah khusus un­tuk membantu masyarakat yang sebe­nar­­nya telah teraliri listrik namun tidak mam­pu membayar pemasangan instalasinya. Pelaksanaan program ini telah dimulai pada bulan Juni 2015 hingga Oktober 2015 dan saat ini telah selesai. Kabupaten yang mendapat sambungan listrik gratis ini yaitu kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidi Jaya, Kabupaten Pidi, Kabupaten Bireun, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Sibullussalam dan Kabupaten Aceh Tenggara. www.listrikindonesia.com

Sebenarnya, sebelum puncak perhe­ latan Hari Nusantara, sejak dilaunching pada Juni 2015 di Cirebon, telah dilaku­ kan serangkaian kegiatan, seperti bantuan Lampu Petromak berbahan bakar air laut dan Lampu Surya bagi nelayan di Cirebon dan Aceh dengan total 1.250 Lampu Petromat dan 2.000 Lampu Surya, serta 125.000 sambungan listrik gratis kepada Rumah Tangga Sederhana (RTS) di seluruh Indonesia. Harapan besar pengembangan energi bersih memang ada dipundak seluruh shareholders terkait di bidang energi dan kelistrikan nasional. Tinggal bagaimana upaya mewujudkannya secara konsisten dan terarah. Sejalan dengan kegiatan puncak Hari Nusantara 2015, dalam waktu berdekatan, Aceh juga dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan Sidang Dewan Energi Nasional (DEN) ke-16. Sidang DEN yang dipimpin langsung Sudirman Said, Ketua Harian DEN yakni Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada waktu itu melakukan finalisasi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sesuai Peraturan Presiden No.1 Tahun 2014. Sebagaimana diketahui, RUEN sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional merupakan panduan pengelolaan secara menyeluruh agar ketahanan dan ke­ mandirian energi nasional dapat terwujud. Penyusunan RUEN, sebagaimana dikata­ kan oleh Dewan Energi Nasional, dimak­ sudkan agar untuk ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dan berkelanjutan

dengan tetap memperhatikan keselamat­ an lingkungan hidup. Lebih jauh RUEN yang baru saja difinalkan ini adalah bagian dari upaya mendorong terjaminnya ketersediaan energi dengan memanfaatkan secara optimal pengelolaan sumber daya dalam negeri untuk sebesar – besarnya kepentin­ gan nasional. Upaya memperkuat energi baru ter­ barukan sebagai kekuatan sumber energi nasional di masa depan juga terungkap dalam Sidang DEN tersebut. “Seharusnya mental model kita menjadikan target (energi baru terbarukan) sebesar 23% pada 2025 sebagai target minimal, ” tegas Ketua Harian DEN, Sudirman Said. Beberapa catatan penting yang tertuang dalam RUEN diantaranya berupa target: Pembentukan paradigma baru mengenai energi sebagai modal pem­ bangunan; Penyediaan energi primer 400 juta ton pada 2025 dan 1000 MTOE (illion tonnes of oil equivalent) pada 2050; energi primer per kapita mencapai sekitar 1,4 ton (TOE) pada tahun 2025 dan 3,2 TOE pada 2050; Penyediaan kapasitas pembangkit 136.7 GW pada 2025 dan 430 GW pada 2050; Pemanfaatan listrik per kapita sebesar 2500 Kwh pada 2025 dan 7000 Kwh pada 2050; Rasio elektrifikasi 100% pada 2020; Pada 2025 bauran energi primer mencapai: energi baru terbarukan 23%, minyak bumi 25%, batubara 30%, dan gas bumi 22%; efisiensi 50 MTOE pada 2025 atau 17% lebih baik untuk konservasi energi dari sisi per­ mintaan; penuruan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 33.14% pada 2025. 

85


Feature Archipelago

Listrik Tak Berkilau

di Negeri Mutiara Kepulauan Aru dikenal sebagai penghasil Mutiara terbaik di Indonesia, sayangnya kepulauan yang didominasi segala kekayaan alam ini masih belum terlistriki dengan sempurna, listrik masih hidup mati.

S

ebuah speedboat terus melaju me­ mecahkan riak-riak air lautan sembari menyusuri lautan biru yang hening, tidak lama berselang gugusan-gugusan pulau nan eksotis pun mulai terlihat di pelupuk mata. Menawan, begitulah kesan pertama saat melihat gugusan pulau di Aru, selat-selat nan sempit serta hutan bakau yang menjulang menandakan betapa naturalnya pulau ini, berjarak be­ berapa ratus meter ke depan, perumahan kampung nelayan menyambut kedatangan, rumah-rumah tersebut hanya beratap rumbia yang notabene penduduknya penangkap ikan ulung serta penduduk asli dengan kulit hitam terbakar sinar mata­ hari, sambutan mereka cukup ramah pada setiap tamu. Sejauh mata memandang, pulau ini kaya potensi alam, namun penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan.

86

ď‚„ Elda Wahyu Kabupaten Kepulauan Aru adalah salah satu Ka­ bupaten di Provinsi Maluku, tepatnya di Maluku Tenggara. Kabupaten kepulauan aru terdiri dari 3 kecamatan. Kecamatan aru ibukotanya di kota Dobo yang membawahi 2 kelurahan dan 43 desa dengan jumlah penduduk 27.695 jiwa, kecamatan aru tengah dengan ibukota Benjina membawahi 45 desa, dengan jumlah penduduk 23.285 jiwa. Serta Kecamatan Aru Selatan dengan ibukota jerol membawahi 31 desa dan jumlah penduduknya 14.148 jiwa. Dobo merupakan Ibukota dari kabupaten Aru, di kota ini geliat pembangunan sudah mulai terasa, beberapa gedung pemerintah menyembul, jalanan kota mulai ditata, pegawai berseragam dinas mulai terlihat, dinamika ibukota kabupaten mulai terasa. Aru merupakan salah satu pulau yang

kaya dengan beragam potensi alam, pulau-pulau kecil nan eksotis, namun Ironinya masyarakat setempat masih cukup tertinggal dalam mengakses teknologi. Perjalanan dari Jakarta menuju Aru tentu harus melalui rute Ambon, Tual, dan kemudian tiba di Kota Dobo, dari kota dobo anda harus menaiki kapal ferry dengan waktu tempuh sekitar 7 jam. Aru merupakan salah satu surga tersembunyi di Maluku, pulau ini selama berabad abad lamanya telah menjadi penghasil mutiara terbaik. Selain Mutiara, pulau ini terkenal akan hasil lautnya seperti, ikan, udang, rumput laut, teripang dan masih banyak lagi. Pulau Toba, Pulau Wasir, Pulau Babi dan Pulau Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Archipelago Feature Maerang yang menjadi pusat penghasil mutiara terbaik. Hutan di Pulau Aru juga merupakan habitat bagi Cendrawasih Raja, burung Kaka Tua Titam, Manukodia Kilap, Manukodia Terompet, Kangguru dan masih banyak macam jenis hewan yang mendiami kawasan hutan di Pulau Aru. Sayangnya, meski Aru berlimpah dengan Sumber daya alam, rasio elek­ trikasi kepulauan ini masih sangat rendah, hanya sekitar 36.52 persen. Baru kota Ambon yang sudah terelektrifikasi 100 persen. Di kota Dobo, listrik juga masih sekali dalam dua hari, karena tenaga pembangkit yang berupa genset hanya mampu menyuplai listrik ke setengah kota, maka penduduk pun mesti rela merasakan listrik selama selang satu hari. Hari ini padam, besok menyala, demikian seterusnya. Beberapa penduduk yang berkecukupan memang telah menyediakan generator listrik, tetapi tidak semua mampu membelinya. Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku, Martha Nanlohy menyebutkan hingga kini masih ada ratusan desa di Maluku yang belum teraliri listrik. Hal ini disebabkan karena sistem distribusi listrik di Maluku menggunakan sistem gugus pulau. Dari 12 gugus pulau di Maluku, hanya Kepulauan Banda dan Pulau Ambon yang sudah 100 % teraliri listrik. Selain itu, dari 1.135 desa di Maluku yang tersebar di 11 kabupaten/kota, desa-desa yang belum teraliri listrik adalah desa-desa terpencil dan berada di pulau-pulau kecil.

www.listrikindonesia.com

“Target kami pada tahun 2019 itu 98 persen dari seluruh desa di Maluku sudah dapat menikmati listrik,” ujarnya. Baru-baru ini Pemerintah Provinsi Maluku berniat menjadikan program pe­ngembangan energi listrik dengan meng­gunakan arus air laut di Kepulauan Aru sebagai model percontohan. "Kalau program ini berjalan sukses, kami akan menjadikannya sebagai proyek percontohan untuk dikembangkan di kabupaten/kota lain di Maluku yang memiliki arus laut besar dan bisa bertahan di atas 12 jam," kata Gubernur Maluku, Said Assagaff di Ambon. Upaya ini dilakukan pemprov sebagai salah satu langkah mencegah krisis energi listrik, terlebih di Maluku yang wilayahnya didominasi pulau-pulau dan laut. Dengan melakukan kerja sama dengan sejumlah ahli dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon untuk kegiatan penelitian pengembangan energi listrik memanfaatkan kekuatan arus air laut. Pemprov Maluku telah mengalokasikan dana senilai Rp600 juta dalam APBD 2015, diharapkan dalam tahun ini sudah bisa rampung. Selain memanfaatkan potensi arus air laut, Pemprov Maluku juga berencana menggunakan kekuatan arus angin sebagai pembangkit energi listrik, terutama di wilayah selatan, dan direncanakan mulai tahun 2016 diteliti para ahli dari Unpatti Ambon. Secara historis, Pulau Aru terletak di perairan laut arafura yang merupakan salah satu pulau terluar RI karena berbatasan langsung dengan Benua

Australia, Kepulauan Aru merupakan salah satu kepulauan yang cukup bersejarah bagi bangsa Indonesia. Kepulauan ini pernah menjadi medan pertempuran antara armada laut Republik Indonesia yang dipimpin oleh Komodor Yos Sudarso melawan Belanda dalam operasi pembebasan Irian Barat pada 1962. Negara Indonesia yang berdiri dengan ribuan jumlah pulau ini memang sarat dengan pencatutan kepemilikan pulau oleh negara-negera tetangga. Bukan kali pertama, berkali-kali negara tetangga melirik potensi pulaupulau terluar Indonesia, sepatutnya kejadian yang berulang kali ini menjadi pembelajaran bagi pemerintah betapa berharganya kepulauan di Indonesia bahkan pulau-pulau terkecil sekalipun, sudah seharusnya pemerintah lebih meningkatkan fasilitas di daerah-daerah terluar tersebut serta menjaga pulaupulau terluar indonesia, agar kekayaan alam Indonesia tidak terus-menerus dikeruk oleh asing. 

Target kami pada tahun 2019, 98 persen dari seluruh desa di Maluku sudah dapat menikmati listrik.

87


Opini SDM

KUNCINYA PETAKAN

MANPOWER B

anyak karyawan berbakat yang pada akhirnya hengkang dari perusahaan hanya dengan alasan yang sepele. Sebagian karena uang, sebagian lain hanya merasa karena tidak ada pengem­ bangan karir. Itulah dinamika yang terjadi pada dunia kerja. Namun demikian, yang harus dicatat baik-baik, dunia mengalami perubahan yang luar biasa. Sesuatu yang dulunya dianggap lazim, bukan tidak mungkin sekarang menjadi sesuatu yang tidak biasa. Demikian sebaliknya. Sebut saja, melakukan wawancara kerja melalui dunia maya. Faktor internal dan eksternal perusa­ haan memang berpengaruh dalam peru­ bahan besar-besaran ini. Secara global, memang sedang terjadi pelemahan ekonomi. Juga di Indonesia. tidak heran di banyak perusahaan, banyak dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Dalam masa krisis memang perusahaan memang memiliki beberapa action plan yang hampir semuanya berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia. Seperti penutupan perusahaan, pengu­ rangan karyawan atau juga merumahkan karyawan.

Perusahaan menginginkan karyawan yang multitasking, yaitu karyawan yang bisa melakukan apa saja meskipun bukan bagian dari daftar pekerjaannya.

88

Banyak perusahaan yang senang bila mem­punyai karyawan yang multitalent. Padahal sebenarnya hal ter­sebut dapat membuat si karyawan frustasi. Di­butuhkan pemetaan SDM yang tepat.  ERIKA PUTRI

Itu ternyata tidak hanya terjadi pada perusahaan skala kecil. Tetapi juga pada perusahaan dengan skala menengah dan besar. Akhirnya frustasi bukan hanya terjadi pada perusahaan tetapi juga pada karyawan, yang sebagian menjadi tidak tenang dalam bekerja karena tidak meng­ etahui kelanjutan nasib ke depannya. Di sinilah sebenarnya fungsi divisi pengem­ bangan sumber daya manusia. Divisi SDM bisa melakukan beberapa pendekatan. Apabila opsi PHK yang diambil, maka risiko terbesar yang akan dihadapi perusahaan adalah hilangnya talent-talent yang sebetulnya justru sangat kompeten. Wendra, konsultan SDM PPM Manajemen Jakarta, menilai divisi SDM harus mengetahui situasi apa yang sedang dihadapi oleh perusahaan (business context). Mereka juga tidak hanya semata-mata mengurusi penggajian, traning dan hal-hal lain yang sifatnya administratif. Tetapi dapat pula berlaku sebagai business partner. Sehingga, selain business context, mereka juga perlu mengetahui value yang dihasilkan perusahaan dan menyiapkan rencana yang bisa diim­ plementasikan. Dan yang harus diingat adalah bahwa rencana tersebut harus bisa meng­akomodasi kebutuhan jangka panjang maupun jangka pendek. Pemetaan Karyawan Banyak perusahaan menginginkan memiliki karyawan yang multi talent dan mengerti apapun tentang peker­ jaan. Tidak heran, yang kemudian terjadi adalah seorang karyawan mengerjakan banyak pekerjaan sedangkan lainnya tidak ada pekerjaan.

Memang ada juga perusahaan yang tidak sehat sehingga tak suka pada kar­ yawan ‘serba bisa’. Biasanya hal ini terjadi, karena khawatir karyawan itu meng­ etahui hal-hal yang tidak seharusnya diketahui. Jadi, perusahaan memberikan tugas-tugas bersifat khusus dan terpisahpisah bagi karyawannya agar mudah dikontrol. Sedangkan perusahaan yang baik, biasanya sangat senang jika karyawannya produktif dan mau berbuat lebih dari sekadar yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Institusi riset di Amerika Serikat, yakni Robert Half International dan Career Builder pada 2009 meng¬analisa bahwa sekitar 36% perusahaan menginginkan karyawan yang multi-tasking, yaitu karyawan yang bisa melakukan apa saja meskipun bukan bagian dari daftar pekerjaannya. Hal itu dinilai perusahaan lebih penting dari karyawan yang punya inisiatif besar (31%) dan karya­wan yang kreatif (21%). Namun, perusahaan juga tetap harus melakukan pemetaan atau assessment seandainya harus ada karyawan yang dikeluarkan atau dipertahankan. Tujuannya tentu saja untuk menghidari perginya talent-talent yang sebetulnya kompeten karena situasi ketidakpastian yang dihadapi perusahaan. Dalam kenyataannya, mempertahan­ kan SDM yang berbakat atau multi talent tadi sama dengan mempertahankan keberlangsungan perusahaan. Samasama sulit. Perusahaan juga cenderung mencari karyawan dengan kualifikasi yang baik. Bukan hanya secara keilmuan tetapi Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


SDM Opini

juga secara mental. Apalagi menghadapi kondisi ekonomi yang tidak stabil. Yang diperlukan bukan hanya karyawan yang mampu bekerja keras tetapi sekaligus dapat bekerja dengan cerdas. Perusahaan tentu saja ingin men­ cari kualifikasi terbaik. Tetapi yang bisa dilakukan perusahaan sebenarnya adalah memetakan karyawan dengan tepat tadi. Sehingga bisa diketahui secara pasti, mana yang dibutuhkan perusahaan dan mana yang tidak. Memetakan karyawan berbakat merupakan langkah penting yang bila dilakukan secara tidak tepat malah menyia-nyiakan kapabilitas yang dimiliki karyawan tersebut. Langkah identifi­ kasi dapat dijalankan dengan menga­ mati, memperhatikan dan melihat sikap maupun perilaku karyawan. Bakat karyawan tidaklah tetap atau statis. Bakat tersebut mesti dipelihara, dibina dan dikembangkan, sehingga kar­ yawan berbakat tetap bermotivasi dan memiliki komitmen untuk memberikan pekerjaan dan hasil terbaik. Pemetaan bakat membantu organisasi fokus dalam sasaran jangka pendek tanpa kehilangan arahan atau gambaran besar sasaran jangka panjang. Langkah selanjutnya adalah “meng­ gunakan” karyawan berbakat yang ada sampai efek maksimum, termasuk www.listrikindonesia.com

di dalamnya memindahkan karyawan berbakat dengan keterampilan, keahl­ ian atau pengetahuan yang lebih khusus ke tempat atau fungsi perusahaan yang paling dibutuhkan. Untuk menjaga keberlangsungan dan keberadaan karyawan berbakat juga dapat dilakukan melalui suatu Sistem

Manajemen Bakat – Talent Management System. Dengan sistem ini fungsi yang berbeda dalam sistem organisasi yang ditujukan eksklusif untuk memikat, memelihara, mengelola dan mengiden­ tifikasi karyawan berbakat. Yang pasti, di sinilah keberadaan divisi sumber daya manusia dibutuhkan. n

KARYAWAN LUAR BIASA D

i setiap perusahaan, biasanya akan ada beberapa karyawan yang bisa dikate­ gorikan dalam karyawan yang luar biasa. Mereka inilah yang bisa dikatakan menopang sebagian “nafas” perusahaan dan berkontribusi lebih. Apa saja ciri-ciri mereka? Pertama, melebihi job description. Mereka yang luar biasa ini biasanya bisa bekerja dari yang diharapkan perusahaan. Bila tanggung jawabnya hanya A sampai C, mereka mampu melampaui beberapa langkah ke depan. Kedua, mampu memecahkan masalah dan mejadi problem solver. Mereka yang luar biasa biasanya akan mampu menjadi pemecah masalah tanpa merepotkan banyak orang dalam perusahaan. Permasalahan yang rumit dalam tim juga akan terselesaikan tanpa harus ada kepanikan terlebih dahulu. Ketiga, memberi masukan positif. Mereka ini biasanya juga akan mampu ber­ pikir positif dan menularkannya kepada lingkungan pekerjaan. Mereka juga mampu memberikan masukan positif bagi perusahaan sehingga perusahaan akan berkem­ bang lebih baik. Keempat, kreatif dan inovatif. Ini sebenarnya kuncinya. Karyawan yang kreatif dan inovatif adalah aset berharga bagi perusahaan. Mereka tidak perlu disuruh terlebih dahulu untuk dapat bergerak tetapi mampu melakukan dan berpikir secara kreatif. Inilah yang dalam jangka panjang, bisa menyelamatkan perusahaan dari kehancuran akibatnya matinya inovasi. n

89


Review

Motivasi

Philip Green

MEMBALIK

GARIS NASIB Meskipun putus sekolah, Philip Green membuktikan kesuksesan bisa diraih. Bahkan deal terbesar dalam hidup pernah dilakukannya. Apa itu?  ERIKA PUTRI

90

L

angkah besar dalam kehidupan kadang-kadang harus dimulai dari hal-hal kecil tetapi dengan konsistensi tinggi. Itulah sebenarnya kunci kesuksesan sejati. Hal-hal kecil seperti kedisiplin­ an, kerja keras, tidak mudah menyerah akhirnya menjadi faktor penentu dalam langkah selanjutnya. Kemudian bila sudah terwujud, kemampuan mencintai apa yang dikerja­ kan yang akan menyambut kesuksesan selanjutnya. “Anda harus mencintai apa yang Anda kerjakan untuk benar-benar dapat mewu­ judkan sesuatu”, demikian dikatakan Philip Green. Siapa Philip Green sebenarnya sebenarnya? Philip Green adalah pria berkebangsaan Inggris yang merupakan

Chairman Arcadia Group. Green sendiri tercatat sebagai orang terkaya nomor 6 di Inggris, dengan kekayaannya mencapai Rp52 triliun lebih. Arcadia Group sendiri adalah salah satu perusahaan retail terbesar di Inggris. Perusahaan tersebut membawahi Topshop, Topman, BHS, Burton dan lain-lain. Yang menarik, Green seakan masuk ke dalam grup orang terkaya yang putus sekolah. Ia keluar dari sekolah ketika berusia 15. Kehidupan kelahiran London Selatan 15 Maret 1952, bukan seperti semudah membalik telapak tangan. Hidup dijalani­ nya dengan penuh kesabaran dan ketekun­ an. Walaupun Green terlahir di keluarga yang cukup kaya. Sang ayah dikenal sebagai pengusa­ ha properti dan pengembang perumahan.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Motivasi Review Kehidupan masa kecilnya pun tidak se­perti anak kecil biasanya. Green bersekolah di asrama Carmel College. Tetapi ketika ayah Green meninggal karena serangan jan­ tung, semuanya berubah. Pada waktu itu Green berusia 12 tahun dan masih tinggal di asrama. Ibunyalah yang melanjutkan usaha keluarga, kemudian ibunya khawatir dan tidak bisa jauh dari Green. Peran ibu dalam kesuksesan Green ternyata teramat besar. Dari tangan sang ibu yang bijak inilah Green mampu menjadi manusia yang bisa menentukan nasibnya ke depan. Ibunya memang ingin merawat Green kecil dengan lebih baik dan dengan tangannya sendiri. Semuanya memang berawal dari kekhawatiran dan ketakutan sang ibu akan kesehatan Green, yang bisa saja ia terkena serangan jantung seperti ayahnya. Akhirnya Green pun keluar dari sekolah­ nya pada usia 15. Green yang yang masih sangat belia dan putus sekolah itu, harus membantu bisnis keluarganya. Dia pun ikut bekerja di pabrik sepatu. Namun bisa dibayangkan kemampuan anak yang berusia 15 tahun dan tidak lulus sekolah. Banyak yang menganggap remeh Green. Tetapi semuanya dibalik­ kan oleh Green, dia malah ingin membuat bisnis sendiri. Kemudian, dengan uang tabungan ayahnya sebesar 180 ribu euro Green bekerja sama dengan perusahaan kaos, Far East. Tetapi ternyata bisnisnya tidak cukup sukses. Sambil melanjutkan bisnis keluar­ganya, Green masih ingin mempu­ nyai bisnis sendiri. Kali ini dengan uang ta­bung­annya sendiri, Green mencoba membeli perusahaan yang akan bangkrut, yaitu Bonanza Jeans dan Jean Jeanie. Green mulai mengembangkan bisnis. Dia mulai merekrut pegawai yang tepat, mengelola keuangan dan menjual produk di saat yang tepat. Green rupanya mampu belajar dari kegagalan. Gagal dalam urusan penjualan produk impor, tidak

www.listrikindonesia.com

membuat patah semangat. Ketika sudah mulai berhasil meng­ akuisisi dua produk jeans, kali ini Green mulai mengakuisisi beberapa perusahaan yang sebenarnya kecil tetapi memiliki potensi yang besar. Pada awal tahun 90-an, Green mengakuisisi setidaknya lima perusahaan. Keberanian Green ini berdampak sangat bagus, perusahaan-perusahaan tersebut akhirnya menjadi sangat berkembang di tangan Green. Pundi-pundi keuangan Green pun bertambah. Tidak berhenti sampai di situ, Green akhirnya membuat deal terbesar dalam hidupnya, yaitu mengakuisisi perusahaan besar, yaitu BHS dan Arcadia. Sekarang, Arcadia menjadi salah satu perusahaan retail terbesar di Inggris. n

Anda harus mencintai apa yang Anda kerjakan untuk benar-benar dapat mewujudkan sesuatu.

GAGAL UNTUK SUKSES

K

adang-kadang ke­ suk­ses­an harus di­ bayar de­ngan kegagal­ an ter­ lebih dahulu. Hanya mereka yang berani meng­hadapi ke­ gagalan dan kemudian bangkit kembali yang akan suk­ses. Itu jualah yang terjadi dengan Philip Green. Green dikenal se­ bagai pribadi yang sa­ ngat berani belajar dari ke­gagalan. Salah satu yang pernah dialaminya adalah gagal dalam urusan penjualan produk impor. Tetapi, ternyata hal itu tidak membuatnya patah semangat. Dia terus berusaha sampai akhirnya mampu mengakuisisi dua produk jeans. Lang­kah selanjutnya adalah Green mulai mengakuisisi beberapa perusahaan yang sebenarnya kecil tetapi memiliki potensi yang besar. Hasilnya, pada awal 90-an, Green berhasil mengakuisisi setidaknya lima perusahaan. Keberanian Green ini berdampak sangat bagus, perusahaan-perusahaan tersebut akhirnya menjadi sangat berkembang di tangan Green. Pundi-pundi keuangan Green pun bertambah. n

91


Lifestyle

Rileks

Spa

dengan Perawatan

Bagi masyarakat kota besar, spa menjadi sebuah kebutuhan. Tidak heran, bermacam lokasi spa de­ngan ber­­bagai pelayanan menjamur di Ibu Kota. Tertarik yang mana?  ERIKA PUTRI

B

agi Natasha (25), spa adalah ritual wajib di kehidupannya. Perempuan yang sudah beberapa tahun bekerja di bidang keuangan ini, sesibuk apapun, selalu meluangkan waktunya untuk rileks di spa langganannya. Minimal dua minggu sekali. “ Biasanya weekend. Aku suka spa dengan cokelat, “ ujarnya, belum lama ini, di Jakarta. Natasha bukan satu-satunya yang menggemari layanan spa. Maraknya layanan spa dengan berbagai teknik perawatan memang makin menarik bagi para peminatnya. Banyak jenis spa yang bisa dinikmati, mulai dari pijat tubuh, lulur, mandi susu, facial, waxing sampai perawa­ tan kuku. Layanan spa pun semakin banyak

92

ragamnya, mulai dari yang eksklusif sampai yang standar dengan harga yang terjangkau. Ritual perawatan spa biasanya dimulai dengan pijatan lembut dan rendaman air hangat pada kaki, sambil memilih we­ wangian massage oil dan scrub. Kemudian oleh therapist akan diminta berbaring untuk dipijat. Pijatan biasanya pada pung­ gung, leher, dan kaki. Therapist akan melenturkan otot-otot yang kaku. Menekan titik-titik ketegangan di bagian punggung, pundak, dan leher. Pijatan diteruskan ke bagian kaki dan tangan. Awalnya sedikit sakit. Namun tak lama setelah sesi pijat, tubuh akan terasa ringan. Seperti dibebaskan dari beban berat.

Salah satu jenis spa menggunakan metode Chocolate body treatment. Ini merupakan perawat body scrub selama 30 menit dengan menggunakan cokelat dilanjutkan dengan pijat seluruh tubuh selama 60 menit-an. Bahan utama spa ini adalah bubuk dari buah cokelat yang di­ keringkan, kemudian dipanggang sebelum akhirnya diolah menjadi bubuk cokelat. Bubuk tersebut kemudian dicampur dengan bubuk beras yang mengandung butiran scrub. Hasil campuran inilah yang digunakan sebagai chocolate scrub. Spa dengan cokelat ini dipercaya untuk anti­ oksidan yang mencegah penuaan dini. Selain dengan cokelat, spa kini bisa menggunakan kopi, jeruk, garam maupun magma. Spa kopi misalnya dipercaya menurunkan risiko terkena kanker kulit. Kandungan kafein yang tinggi pada kopi bisa membantu menghilangkan selulit, menghilangkan bau badan, dan membuat kulit tubuh menjadi sehat. Sedangkan jeruk dipilih sebagai bahan Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Lifestyle Lifestyle spa karena mempunyai kandungan anti­ oksidan yang dapat melindungi kulit dari radiasi ultraviolet sinar matahari. Apalagi jeruk mempunyai kandungan vitamin C yang tinggi. Yang juga sedang populer adalah spa magma. Tekstur magma berupa cairan pekat (clay/lumpur) dengan tekstur yang sangat lembut mengandung kandungan mineral yang sangat baik untuk mengha­ luskan dan mengencangkan kulit. Tidak Hanya Wanita Mungkin spa identik dengan kaum hawa. Padahal tidak demikian. Apa lagi yang dinamakan tradisional spa. Spa jenis ini memiliki teknik pijatan yang unik yang berbeda dengan teknik pijatan yang lain. Setiap pijatannya itu mampu membuat tubuh rileks dan segar kembali. Tempat perawatan spa pun bukan cuma buat wanita saja. Karena seluruh keluarga pun bisa memanjakan diri di tempat spa. Tapi, sayangnya, penggemar spa di Jakarta pastinya tahu bahwa men­ emukan tempat spa terbaik di Jakarta tidak semudah menemukan tempat spa seperti ketika berada di Bali. Namun ada beberapa tempat spa di Jakarta dengan pelayanan terbaik dengan range harga mulai dari Rp60 ribu hingga Rp500 ribu. Salah satu tempat spa terbaik di Jakarta misalnya di Four Seasons Hotel. Menggunakan berbagai bahan rempahrempah, herbal, dan bunga-bungaan tropis yang menimbulkan rasa tenang, nyaman, dan rileks. Ada lima jenis spa yang bisa dinikmati di tempat ini, yakni Javanese, Reflex, Recovery, Healing Crystal, dan Detoxification. Bagi mereka yang penat dengan aktivitas sehari-hari, sebaiknya memilih jenis Recovery. Paket spa di Four Seasons Hotel bisa dinikmati mulai dari Rp295 ribu. Ada juga spa unik dengan nama Rhea‘S Chamber. Spa di daerah Bendungan Hilir Jakarta, ini akan mem­ berikan sensasi pijatan lembut dari air-air yang diluncurkan ke atas tubuh yang di­ sebut Rainbow Water Drop. Di sini customer akan digiring ke dalam sebuah ruangan yang dilengkapi dengan beberapa pe­ nyem­prot air khusus di atasnya. Kemudian, dengan mengguna­kan kain penutup, berbaring dengan alas yang nyaman dan disemprot air dengan tekanan tertentu. Tekanan-tekanan yang keluar dari shower ini akan melancar­ kan peredaran darah dan tentunya akan www.listrikindonesia.com

membuat lebih fresh. Perawatan di Rhea’s Chamber bisa dinikmati dengan harga mulai dari Rp60 ribu sampai Rp700 ribu. Banyak tempat spa di Jakarta mena­ warkan fasilitas yang mirip dengan harga yang berbeda-beda. Tetapi apa pun itu, konsumen tentu harus jeli memilih. Bukan hanya memilih harga yang sesuai kantong, tapi juga mempertimbangkan fasilitas dan metode spa yang mereka lakukan. Selamat menjadi fresh kembali. n

Awalnya sedikit sakit. Namun tak lama setelah sesi pijat, tubuh akan terasa ringan. Seperti dibebaskan dari beban berat.

SEBELUM KE TEMPAT

S

SPA

iapa yang tidak mengenal spa. Mereka, terutama yang tinggal di kota besar mengenal gaya hidup yang satu ini. Kini, spa tidak hanya menjadi gaya hidup wanita modern saja, tapi sudah menjadi kebutuhan. Bahkan kebutuhan ang­ gota keluarga. Nah, bagi Anda yang belum pernah mencoba spa, dan ingin mel­ akukan perawatan tersebut, berikut adalah tips sebelum datang ke tempat spa yang Anda inginkan: Satu, Mencari Rekomendasi Tempat Spa Yang Cocok. Sebelum mengunjungi tempat spa, carilah rekomendasi spa terlebih dahulu. Anda bisa bertanya pada teman atau mencarinya lewat internet. Pilih sesuai kebutuhan Anda. Misalkan, tempat spa eksklusif berada di hotel apa, spa murah atau spa khusus kuku. Dua, Hubungi Tempat Spa. Setelah Anda mengetahui akan perawatan di sebuah spa, hubungi tempat spa tersebut dan tanyakan detail perawatan yang ditawarkan. Jangan lupa untuk membuat janji dan menjelaskan permintaan Anda. Tiga, Bawalah Perlengkapan Mandi. Biasanya di tempat spa telah menyiapkan sabun dan shampo. Namun tidak ada salahnya Anda membawanya sendiri, apalagi jika Anda telah cocok dengan satu merek perlengkapan mandi. Jangan lupa juga membawa sisir, sabun wajah dan body lotion karena perlengkapan tersebut biasanya tidak disediakan di tempat spa. Empat, Disarankan Tidak Menggunakan Perhiasan Berlebihan. Jika perhiasan Anda berharga, sebaiknya jangan digunakan, karena kalung, gelang atau cincin harus dilepaskan saat perawatan. Lima, Isi Perut Sebelum Spa. Mungkin Anda akan menghabiskan setidaknya satu setengah jam di tempat spa. Jadi sebelum melakukan perawatan setidaknya Anda telah makan-makanan ringan agar perut tidak kosong. Enam, Datang 15 Menit Sebelum Perawatan. Datanglah 15 menit sebelum Anda janji perawatan. Anda bisa mengganti baju, ke toilet dan duduk rileks sejenak sebelum memulai penyegaran tubuh. n

93


Feature Tips & Trik

Antisipasi

MUSIM HUJAN

Musim hujan telah tiba. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Apa saja?  ERIKA PUTRI

S

iapapun tahu, fungsi utama rumah adalah sebagai pelindung baik di musim hujan maupun di musim kemarau. Sayangnya sekarang tidak jelas lagi, berapa waktu untuk musim kema­ rau ataupun musim hujan di Indonesia. Setelah mengalami kemarau yang panjang sebagian Indonesia kini sudah masuk pada musim penghujan. Bagi kita yang bertempat tinggal di iklim tropis, curah hujan bisa saja sangat tinggi. Di satu sisi ini meng­untungkan, namun di sisi lain ancam­an dan gangguan terhadap kekuatan fisik rumah. Ada beberapa hal yang harus diper­

94

siapkan pada bagian rumah ketika musim hujan tiba. Pertama, masalah atap. Seringseringlah menengok ke atas atap, apakah ada genteng yang sudah perlu diganti atau merosot. Untuk atap dari beton, asbes, atau sirap, cermati kemungkinan adanya retak rambut. Jika ada, beri kawat kasa dan waterproof. Untuk retak besar, harus dibobok dan diplester kembali. Untuk daerah kerpusan (bubungan)

atap juga butuh perhatian ekstra. Karena plester semen pada bagian tersebut kerap bocor. Prinsipnya, semakin dini diperbaiki, semakin murah biayanya. Plafon yang dibiarkan lembab gara-gara rembesan air, lama-lama bisa ambruk. Risikonya, biaya perbaikan lebih mahal. Bisa digunakan alumunium foil (1- 2 mm) sebagai pelapis antara plafon dan genteng. Selain mengurangi penyerapan panas, juga untuk menghindari tampias.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Tips & Trik Sedangkan untuk atap asbes, pemasangan baut atau paku pada asbes harus diper­ hatikan. Untuk daerah tropis, materi yang paling pas adalah genteng keramik yang lebih liat menghadapi perubahan cuaca dan suhu ekstrem. Kedua, cek instalasi kabel listrik dan lampu eksterior, takutnya ada yang terkelupas, untuk menghindari terjadinya hubungan arus pendek dan airnya bisa menghantarkan listrik. Sebaiknya gunakan aliran DC untuk lampu taman atau luar rumah agar lebih aman, karena tak meng­ hantar listrik. Namun, kabel tetap harus terbungkus rapi. Ketiga, perhatikan kondisi dinding. Musuh utama dinding di musim hujan adalah kelembaban. Salah satu sebabnya, adanya rembesan dari atap rumah. Tak ada jalan lain, atap rumah harus dibenahi lebih dulu dan diberi water-proof. Khusus untuk dinding outdoor, gunakan pelapisan weathershield sebagai pelindung yang lebih tahan segala cuaca. Jika telanjur berjamur, harus dikerok, dicat, dan diberi water-proof. Dinding retak juga harus dibobok, diplester ulang, dan lapisi dengan water-proof. Sedangkan dinding dari batu alam memerlukan biaya ekstra untuk perawatan. Sebab, batu alam memiliki pori-pori yang lebih lebar, sehingga air bisa merembes lebih banyak dan risiko berjamur dan berlumutnya lebih tinggi. Keempat, kondisi lantai. Lantai rumah harus lebih tinggi dari lantai teras, seh­ ingga saat hujan deras, air tidak masuk ke dalam rumah. Demikian juga dengan teras rumah harus lebih tinggi dari letak jalan. Kelima, perhatikan septic tank dan selokan. Selokan tentu harus selalu bersih untuk menghindari banjir. Selain itu, ada baiknya memasang kawat saringan di salur­an air untuk menghindari masuknya sampah dan hewan pengerat ke dalam rumah. n

www.listrikindonesia.com

Feature

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan pada bagian rumah ketika musim hujan tiba. Pertama, masalah atap. Sering-seringlah menengok ke atas atap, apakah ada genteng yang sudah perlu diganti atau merosot.

Membangun Rumah di Musim Hujan

R

agukah Anda membangun rumah atau melakukan renovasi di musim hujan? Anda bukan satu-satunya yang merasa demikian. Memang banyak yang ragu membangun rumah di musim hujan karena memang ada beberapa hal ekstra yang harus diperhatikan. Terutama dalam hal material apa saja yang tidak boleh terkena air. Untuk material tersebut, tentu harus terus diawasi terutama soal peletakan material agar tidak terjadi kerusakan. Selain masalah material yang tidak boleh terkena air ada juga beberapa pekerjaan membangun yang harus dilakukan dalam kondisi kering. Material utama yang biasa digu­ nakan membangun rumah antara lain batu bata, pasir, batu kali, dan semen. Dari material-material tersebut, ada be­ berapa material yang benar-benar tidak boleh terkena air, ada pula material yang masih bisa "bersahabat dengan air" dan ada pula material yang betulbetul tahan air. Batu bata sebenarnya merupakan material yang tidak boleh terkena air. Tetapi batu bata masih boleh terkena hujan 1,2 atau 3 kali. Ini dikarenakan apa? Batu bata dalam proses pembua­ tannya khususnya saat pembakaran terkadang masih ada beberapa bagian batu bata yang basah. Bila bagian yang tidak matang tersebut terkena air terus menerus ketika musim hujan, maka tanah liat yang menjadi bahan utama batu bata yang tidak matang menjadi 'lumer' sehingga batu bata lambat laun dapat hancur. Sedangkan semen merupakan bahan bangunan yang sama sekali tidak boleh terkena air bahkan tidak boleh berada dalam kondisi lembab, karena semen dapat mengeras saat

terkena air atau udara dengan kelem­ baban uap air yang tinggi. Sehingga pe­ nyimpanan semen harus diperhatikan. Bagaimana dengan pasir? Pasir merupakan material yang cukup ber­ sahabat terhadap air hujan. Pasir tidak perlu diletakan di tempat tertutup atau juga tidak perlu diberi alas. Sebaiknya membeli pasir jangan terlanjur lang­ sung banyak. Membeli pasir dengan bertahap sesuai kebutuhan. Biasanya membeli pasir perkapasitas satu truk. Sedangkan material seperti batu kali tentu saja sangat tahan terhadap air sehingga bisa diletakkan dimana saja. Selain material yang harus diper­ hatikan dalam menanggulangi ketika hujan menyerang, tak kalah pent­ ing yang diawasi ketika melakukan pekerjaan membangun. Hal ini terkait dengan permasalahan bagaimana tukang bekerja dan pengawasannya. Sebenarnya, pembangunan rumah dapat dilaksanakan layaknya dimusim kemarau dengan cara menyediakan terpal yang sangat lebar sebagai atap para tukang ketika bekerja. Sehingga tukang-tukang dapat bekerja terus tanpa merasa terganggu ketika hujan datang. Terpal tersebut dapat dipindahpindah sesuai kebutuhan dimana area kerja para tukang bekerja. Sehingga hal tersebut sangat fleksibel dan efisien untuk operasional pembangunan rumah Anda. Hal lain adalah memberi fasilitas sepatu karet dan jas hujan kepada setiap tukang dan 'kenek'. Dengan cara ini maka otomatis para tukang dan keneknya dapat bekerja lebih cepat dan maksimal tanpa merasa terganggu ketika hujan turun. Para tukang dan kenek juga merasa semakin nyaman dalam bekerja karena kita dihargai. n

95


Review Mereka Bicara

HARAPAN

K E L I S T R I KA N 2 0 1 6 Tahun 2016 Masyarakat memiliki banyak harapan terhadap ketenaga­listrikan yang lebih baik di Indonesia. salah satu mimpi terbesar adalah meratanya kelistrikan di Tanah Air. Selain itu juga, masyarakat meng­ inginkan peningkatan akan kualitas pelayanan PLN sehingga pemadaman yang seringkali terjadi tidak terulang lagi. Seperti apa harapan masyarakat untuk kelistrikan di 2016? Berikut beberapa petikannya.

Tarif Listrik Naik Terus Sebagai masyarakat yang menggunakan listrik, yang saya rasakan adalah tarif listrik yang terus menerus naik setiap tahun. Baru-baru ini saya membaca kembali berita kenaikan listrik untuk pelanggan 1300-2200. Yang artinya pengeluaran akan kembali naik. Padahal untuk pelang­ gan ini, kenaikan tarif sudah dilakukan secara bertahap. Sehingga yang terasa tarif terus menerus naik, dari bulan ke bulan. Semoga untuk 2016 mendatang, pemerintah bisa memperhitungkan lagi tingkat kenaikan tarif listrik ini. Mengingat pendapatan kita sebenarnya tidak banyak mengalami kenaikan. Verry Christanti Solo, Jawa Tengah

Kapan Dibangun? Pemerintah sudah dari awal 2015 menggemborgemborkan pembangunan pembangkit listrik dengan total daya 35.000 MW. Pembangkit listrik baru tersebut katanya diharapkan bisa membuat listrik yang selama ini byar pet berangsur pulih. Sayangnya hingga saat ini belum dapat dirasakan hasilnya, apalagi masih banyak proses yang harus dilalui, misalnya pembebasan lahan. Saya berharap ke depannya, langkah positif pemerintah Jokowi ini bisa terealisasi sece­ patnya sehingga Indonesia tercinta seluruhnya dapat menjadi terang benderang. Amie Surabaya, Jawa Timur

Jangan Ada Lagi Pemadaman Pemadaman bergilir yang sempat terjadi di wilayah Jabodetabek beberapa pekan lalu merugikan saya selaku salah satu pelaku industri rumah tangga, pemadaman bergilir seperti ini merugikan terlebih bagi orang-orang seperti saya. Baru-baru ini saya juga mendengar kabar bahwa PLN kembali menaikkan tarif listrik. Menurut saya pela­yanan PLN saat ini belum sesuai dengan harapan masyarakat, keputusan yang terkesan buru-buru menaik­ kan tarif, bagi kami terasa memberatkan. Tingkatkan dulu pela­yanan untuk konsumen, jika sudah memuaskan, barulah berpikir menaikkan tarif. Lies Almira, Bogor, Jawa Barat

96

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Mereka Bicara Review

Perbaiki Kepuasan Pelanggan PLN pada akhir 2015 telah menaik­ kan tarif listrik untuk golongan mampu, sebagai masyarakat pengguna listrik kami berharap di tahun 2016 pelayanan PLN akan semakin baik. Seperti diketa­ hui akhir-akhir ini gangguan pemada­ man sangat sering terjadi , hal ini tentu sangat memperburuk citra PLN sebagai pengelola listrik yang ditugaskan oleh

pemerintah. Ke depan harapan kami tentunya hal seperti ini bisa dikurangi atau bahkan tidak ada pemadaman sama sekali. PLN harus memberikan pela­ yanan dan kepuasan terbaik pada para pelanggannya. Ferry Syahputra Cluster Eldora, Tangerang Selatan

Pemerataan Listrik Saya pernah melakukan pelayanan kesehatan di daerah Sulawesi yang listriknya sering mati-hidup. Kami selaku pelayan kesehatan sangat terhambat, karena penerangan sangat penting dalam melakukan pemeriksaan dan tindakan kedokteran. Ditambah lagi, ada beberapa alat kesehatan yang sangat mengandalkan listrik, kondisi yang matihidup akan mengganggu kinerja alat dan bahkan dapat merusaknya. Bisa dibayangkan untuk fasilitas kesehatan yang memiliki ruang operasi, jika operasi sedang berlangsung lalu listrik bermasalah, maka nyawa pasien menjadi taruhannya. Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di mana BPJS Kesehatan sebagai badan penyelenggara, pelayanan kesehatan diharapkan lebih optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Pelayanan listrik yang tidak merata akan menyebabkan pelayanan kesehatan yang bermutu hanya dapat dirasakan di daerah dengan listrik yang memadai. Diharapkan ke depan pemerintah dapat membangun dan menyediakan listrik yang merata bagi seluruh rakyat, agar rakyat lebih sejahtera.

Pemerintah Mudahkan Investor Pemerintah sudah me-launching program 35 GW, ada porsi swasta dalam program ini, terlebih sejauh ini banyak sekali investorinvestor asing banyak yang tertarik dalam misi pemerataan energi untuk indonesia ini, saya berharap tahun 2016 nanti pemerintah menata kembali regulasi-regulasi untuk kemudahan investor turut serta dalam program ini, toh apa pun misi semua bertujuan untuk memberikan pasokan energi ke seluruh Indonesia ini, mari menyatukan suara!!! Yoesrianto Makassar

Dr Fitria NP Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Ramah Melayani Konsumen Sering saya mendengar warga bermasalah dengan pihak PLN, baik soal pembayaran bulanan, tunggakan, hingga perselisihannya, bahkan pemasangan baru pun kerap ber­ masalah, seperti penyambungan terlalu lama, atau diperas oknum dan instalatir hingga tarifnya terlalu mahal. Saya kebetulan sebagai Ketua RW di lingkungan, sering menjadi tempat mengadu warga, dan saya sendiri bingung karena secara teknis kurang memahami masalah kelistrikan. Saya berharap ke depannya pemerintah, dalam hal ini PLN, lebih dekat dan ramah kepada konsumennya, sehingga

www.listrikindonesia.com

warga tidak "takut". Karena bi­ asanya warga takut keluar biaya yang tidak perlu, dan takut repot menyita waktu. Toh, masyarakat sebagai pembeli harusnya "dipertuan", meskipun ada subsidi atau lain­ nya, PLN menuai pendapatan dari mana lagi kalau bukan dari iuran konsumen.

Moh. Sa'arih Jakarta Selatan

97


Review Seremoni

Edukasi Efisiensi Energi Schneider Electric, per­usahaan global di bidang pengelolaan energi dan otomatisasi be­kerja­­sama dengan Surya University, universitas berbasis riset pertama di Indo­nesia meresmi­kan fasilitas labo­ratorium praktikum yang menge­ tengahkan berbagai solusi pengelolaan energi di sepanjang siklus hidup pengonsumsian energi.  DEDDY HASSAN

98

R

iyanto Mashan, Country President Schneider Electric Indonesia mengungkapkan, kerjasama ini dilakukan berangkat dari fenomena urbanisasi, industriali­ sasi dan juga kondisi krisis energi yang semakin nyata, efisiensi energi menjadi suatu hal yang mutlak kita galak­ kan. Oleh karena itu, Schneider Electric Indonesia menjalin kerjasama dengan Surya University untuk berfokus pada pengembangan konsep dan solusi efisensi energi. Melalui laboratorium praktikum ini, Schneider berkomit­ men penuh mendukung aktivitas pendidikan, riset, dan pengembangan solusi efisiensi energi di lingkungan akademik melalui kolaborasi antara para tenaga ahli dari kedua belah pihak. Laboratorium ini didukung oleh berbagai solusi Schneider Electric yang sangat peka terhadap perkem­ bangan zaman, terutama di era digitalisasi atau internet of things yang kini semakin dikedepankan di industri pengelolaan energi.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Seremoni Review

Riyanto Mashan, Country President Schneider Electric Indonesia (kanan) dan Yohanes Surya, Dewan Pembina Yayasan Surya Institute.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Prof. Yohanes Surya, PhD selaku Dewan Pembina Yayasan Surya Institute menanggapi, fasilitas ini merupakan bagian dari upaya mereka dalam mewujukan ‘center of excellence’ di kampus Surya University, yaitu pusat riset efisensi energi dan kurikulum terbaru untuk keperluan edukasi, riset serta sosialisasi efisiensi energi baru dan terba­ rukan. Surya berharap kehadirannya akan mampu menarik minat para mahasiswa untuk semakin mendalami penelitian tentang efisensi energi, serta energi baru dan terbarukan. Selain itu, Schneider Foundation yang berkedudukan di Paris, Prancis melalui Schneider Electric Indonesia, Surya University dan mitra lainnya, yaitu Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Anugerah Anak Sumba yang berdomisili di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) yang dibuat untuk memaju­ kan pengetahuan generasi muda di daerah ter­tinggal, berbagai solusi efisiensi energi yang mampu menunjang kenyamanan dan kesejahtera­ an di lingkungan tempat tinggal mereka. Mengenai MoU ini, Riyanto menjelaskan bahwa Schneider Electric, kampus Surya Uni­ ver­sity, dan LKP Anugerah Anak Sumba akan mengedukasi mahasiswa, generasi muda putus sekolah, dan tuna karya dari daerah terpencil dan tertinggal mengenai ilmu pengetahuan dasar elektronik dan juga teknologi photovoltaic (PV) tenaga surya untuk kemudian mereka terapkan di daerah masing-masing. www.listrikindonesia.com

Keseluruhan rangkaian edukasi ini akan me­ manfaatkan pengetahuan para peneliti dari Surya University dan teknologi serta keahlian Schneider Electric, khususnya dari business unit solar untuk mengurangi kesenjangan energi yang banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Secara makro, edukasi ini merupakan bagian dari pro­ gram Access to Energy, yaitu komitmen Schneider Electric Foundation untuk mengedukasi 1 juta generasi muda di seluruh dunia hingga tahun 2025 mendatang. Prof. Yohanes menambahkan bahwa kerja­ sama dengan Schneider Electric Indonesia sejak tahun 2014 lalu ini sangat selaras dengan visi dan misi Surya University, yaitu memainkan peran kunci dalam kemitraan dengan pemerintah, dunia usaha dan industri untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlebih lagi, MoU yang disepakati hari ini juga nantinya akan memungkinkan Surya University untuk menjangkau dan memajukan pengetahuan generasi muda di berbagai pelosok nusantara. “Salah satu komitmen mendasar Schneider Electric adalah untuk ikut berkontribusi positif dalam memajukan pendidikan dalam negeri sehingga mampu mendukung Indonesia menjadi penyelenggara riset kelas dunia yang kompetitif dan berkualitas. Kami harap kerjasama ini dapat semakin mendorong kemajuan Indonesia di bidang pengelolaan dan efisiensi energi melalui peran serta generasi mendatang, yaitu sektor akademik,” tutup Riyanto. n

Schneider berkomitmen penuh untuk mendukung aktivitas pendidikan, riset dan pengembangan solusi efisiensi energi di lingkungan akademik melalui kola­ borasi antara para tenaga ahli dari kedua belah pihak.

99


News

Aktivitas

DEN Dorong Kemandirian Teknologi di Sektor Energi B oard of Member Dewan Energi Nasional (DEN), Dr. Tumiran, M.Eng, yang juga Ketua Dewan Pakar Majalah Listrik Indonesia terlibat dalam sebuah diskusi masalah ‘Reformasi Tata Kelola Energi Indonesia' dengan Managing Director Listrik Indonesia, Irwadhi Marzuki yang didampingi oleh Ario Subijoko dan tim redaksi di Kantor Dewan Energi Nasional, medio Desember lalu. Dalam kesempatan ini dia meng­ ungkapkan harapannya agar majalah yang fokus menyoroti bidang listrik dan energi ini terus memberikan penghar­ gaan kepada manufaktur dan perusa­ haan penunjang infrastruktur energi dan kelistrikan. Lebih jauh anggota Dewan Energi Nasional ini menegaskan, program penghargaan ini harus terus dilakukan secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan peran Majalah Listrik Indonesia sebagai upaya mendukung kemampuan EPC dalam negeri untuk

Dr. Tumiran, M.Eng

mendukung ketahanan energi nasional. Hal lain yang akan dicapai dengan award ini adalah meningkatkan kemampuan O&M lokal juga punya peran lebih besar serta mendiskusikan, mendorong, men-support bagaimana agar perusahaan pembangkit Indonesia lebih efisien. Dalam diskusi ini juga mengemuka bagaimana DEN akan berperan men­

dorong dan menguatkan penggunaan local content di proyek ketenagalistrikan guna memberi ruang berkembangnya industri nasional. Menurut Tumiran, betapa ruginya bangsa ini bila mega proyek 35.000 MW yang akan menelan biaya sebanyak Rp700 triliun ini terbang ke luar negeri tanpa dinikmati oleh bangsa sendiri. “Bangsa ini harus diberi kesempat­ an karena punya kemampuan .Jangan gara-gara semua proyek energi diarah­kan memakai produk impor, kita jadi dikerdilkan. Hal ini didorong agar dijadikan bagian program di tahun 2016 oleh Listrik Indonesia, supaya perusahaan-perusahaan lebih terbuka untuk bersinergi, dievaluasi, sehingga nanti efisiensi riil perusahaan pembang­ kit yang lebih baik kemudian juga O&M untuk bisa mendorong lebih optimal, agar kemandirian teknologi di sektor energi bisa tercapai sesuai arahan PP Kebijakan Energi Nasional (KEN) No. 79 Tahun 2014,” ungkap Tumiran. n (DH)

Rusia Siap Impor Teknologi Gas Turbine

P

erusahaan asal Rusia, United Engine Corporation, akan mem­ bawa 20 unit gas turbine berteknologi tinggi dari Rusia untuk digunakan di Indonesia. Igor Bilyk, selaku Deputy Commercial Director for International Cooperation menjelaskan bahwa pihakn­ ya akan membawa gas turbine yang nantinya semua perakitannya dapat dilakukan di Indonesia. Terlebih, teknologi tersebut juga dapat dipantau melalui satelit setiap saat. Igor menuturkan bahwa teknologi gas turbine ini akan mem­ berikan benefit bagi Indonesia. Selain itu pihaknya juga akan segera membuka service center di Indonesia untuk memantau ke 20 unit turbin tersebut. Selain membuka service center, Igor juga menambahkan siap untuk memberikan pelatihan kepada para mekanik serta berbagi pengalaman. Sementara itu, Henkie Leo, Presiden Direktur PT Zug Industry Indonesia yang merupakan mitra bisnis dari United Engine Corporation menuturkan, bahwa pihaknya merasa sangat berun­ tung dapat membangun bermitra dengan perusahaan Rusia tersebut. Diakuinya, saat ini perusahaan yang membuat gas turbine sangat minim di dunia, dan sangat jarang yang mau melakukan transfer teknologi. Henkie menambahkan, kerjasamanya dengan perusahaan tersebut sudah terlaksana, pihaknya saat ini sedang dalam tahapan menunggu approval kredit ekspor dari Rusia, hal ini mengingat peraturan Pemerintah Rusia yang mengharuskan semua aktivitas ekspor teknologi harus memiliki kredit ekspor. n (EL)

100

Henkie Leo (kiri), Presiden Direktur PT Zug Industry Indonesia bersama Igor Bilyk, Deputy Commercial Director for International Cooperation United Engine Corporation, Rusia.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Aktivitas News

Semua Stakeholder Harus Bersinergi D

irektur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero), Nicke Widyawati, yang sekaligus menjabat sebagai dewan penasehat Indonesia Boiler Turbin Association (IBTA) mengungkapkan, asosiasi spesialis boiler dan turbin ini, kiprahnya akan sangat diperlukan di power plant. Tentunya, IBTA dalam mewujudkan misinya harus bisa merangkum-merangkul semua stakeholder yang bisa meningkat­ kan TKDN di industri ketenagalistrikan

di Indonesia. Karena, stakeholder di sini bukan hanya manufakturnya saja, tetapi juga aspek regulasinya, aspek kebijakan pemerintah, pendanaan, user dalam hal ini PLN dan IPP lainnya, EPC-nya ini harus komplit, kemudian kita petakan sehingga memudahkan IBTA ini untuk meningkat­ kan local content bagi para anggotanya. “ Memang harus kompit kalau kita bicara peningkatan kandungan lokal, tidak bisa hanya bicara dari aspek teknikalnya saja. Kita belajar dari PLTU Merah Putih

Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati menerima Sekretaris IBTA di Kantor Pusat PLN.

waktu itu, ternyata harga menjadi tidak kompetitif karena finansialnya waktu itu tidak tergarap, sehingga proyek ini tidak bisa jalan. Nah kita harapankan nanti IBTA coverage-nya lebih luas dengan menggan­ deng semua stakeholder khusus di turbin dan boiler ini,” harap Nicke Widyawati di hadapan dewan pengurus IBTA. Dalam membantu mengembangkan infrastruktur ketenagalistrikan, Nicke meng­harapkan, IBTA harus lebih berperan dengan mengakomodasi, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan seluruh pelaku yang terkait dengan industri boiler dan turbin. “Jadi bagus sekali saat ini IBTA sudah merangkul lokal komponen, materialnya, supaya TKDN-nya lebih tinggi lagi,” tambah Nicke. Sementara itu Sekretaris IBTA Irwadhi Marzuki, dalam audensi dengan Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) di Kantor Pusat PLN, pada Jum’at (4/11), mengungkapkan terima kasihnya kepada Nicke Widyawati atas kesediaannya untuk menjadi Dewan Penasehat IBTA. “Kami mengharapkan saran dan du­ kung­annya agar IBTA menjadi asosiasi yang dapat memberikan kontribusi positif bagi kelistrikan di Indonesia,” tutup Irwadhi. n (DH)

Swedia Kembangkan Geothermal Indonesia

P

emerintah Swedia akan mendorong penggunaan potensi geothermal di Indonesia, seperti diketahui Indonesia memiliki banyak sekali potensi panas bumi yang bisa dijadikan sebagai bahan bakar untuk membangun pembangkit lis­ trik, demikian dijelaskan Kristina Persson, Minister for Strategic Development, Future Issues and Nordic Corporation, Swedia pada acara diskusi energi terbarukan (renewable energy) yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Swedia. Kristina menambahkan bahwa Indonesia memiliki banyak sekali energi geothermal, dalam hal ini akan dibu­ tuhkan banyak sekali investasi untuk mengembangkan potensi ini, pihaknya akan bekerjasama dengan pemerintah Indonesia serta perusahaan-perusahaan lokal untuk segera merealisasikan ber­ bagai proyek energi tersebut. Pada diskusi tersebut, Kristina juga menuturkan bahwa perusahaan-peru­

www.listrikindonesia.com

sahaan asal Swedia yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia merupakan perusahaan-perusahaan yang telah memiliki sertifikasi. Selain itu, pengop­ timalan energi terbarukan di Indonesia nantinya akan dibantu dengan meng­ gunakan teknologi berkualitas tinggi yang akan memberikan profit kepada Indonesia, teknologi tersebut dinilai jauh lebih efisien dan lebih bersih untuk lingkungan sekitarnya. Sebelumnya diketahui Kristina mel­ akukan pertemuan dengan Sofyan Djalil, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam pertemuan tersebut diakuinya kedua belah pihak membahas banyak hal terkait dengan konsumsi teknologi, hingga ide pengambangan renewable energy. Indonesia memang berada pada jalur The Pacific Ring of Fire yang menjadikannya selalu berpotensi terjadinya gempa bumi dan aktivitas vulkanik lainnya.

Kristina Persson, Minister for Strategic Development, Future Issues and Nordic Corporation, Swedia

Pada seminar tersebut turut hadir pula ketua METI, perwakilan dari Bappenas, perwakilan dari KADIN Indonesia, serta beberapa perusahaan asal Swedia yang berencana mengem­ bangkan potensi geothermal di Indonesia. n [EL]

101


News

Aktivitas

20 TAHUN PLN-5

Mengabdi & Berkarya Semangat untuk tetap memberikan yang terbaik bagi kemajuan kelistrikan di Tanah Air tercinta, begitu kental me­ warnai Tasyakuran 20 Tahun PLN-5 yang diadakan di Cilacap, Jawa Tengah.

T

asyakuran ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar anggota, serta menyegarkan kembali semangat dan jiwa korsa di kalangan Keluarga Besar PLN-5 (Karyawan PLN OJT Tahun 1995) untuk saling berbagi informasi demi kemaju­ an perusahaan negara bidang kelistrikan ini. Kumpul-kumpul semacam reuni PLN-5 ini, yang diawali pada 2012 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, terbukti dapat mem­bantu dan mempermudah para anggotanya untuk saling berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerjasama meskipun saat ini mereka berkarya di unit yang berlainan. Acara ini rutin diadakan setiap tahun, dan digelar di kota yang berbeda-beda. Seiring berjalannya waktu, anggota PLN-5 yang awalnya berjumlah 253 orang, kini telah berkurang. Tercatat 10 orang anggotanya telah wafat. Sebagai wujud kepedulian untuk membantu keluarga yang ditinggalkan, komunitas PLN-5 telah berkomitmen untuk memberikan santunan, berupa bantuan biaya pendidikan. Santunan ini diberikan pada setiap awal tahun ajaran baru yang biasanya jatuh pada sekitar awal Juni. Kegiatan ini telah dilakukan sejak 2013 dan terus berjalan sampai sekarang. Diharapkan, dengan kegiatan-kegiatan rutin yang dilak­ sanakan oleh PLN-5, akan semakin memperkuat jalinan kerja sama dan solidaritas antar anggotanya. Baik dalam hubungan sosial antar karyawan, berkarya memba­ngun dan meningkat­ kan kinerja PLN, hingga pada akhirnya untuk kemajuan dunia kelistrikan Indonesia. n (DH)

102

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Segenap Pimpinan dan Staf

mengucapkan

Selamat Tahun Baru 2016

Tak Perlu Jauh Mencari Referensi

Cukup baca

untuk masalah energi dan kelistrikan.

Info Berlangganan & Iklan Nindya Putri 021 - 536 77336, 0878 7848 7779 Ari Miradi 0853 1011 0113 51FC2CDD listrikindonesia@cbn.net.id

www.listrikindonesia.com




News Editorial

Satu Visi

Kelola Energi

P

engelolaan energi di Indonesia harus mengacu pada ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan mengingat keberadaanya sangat vital bagi nation security. Mengapa hal ini harus menjadi titik tekan bagi pemerintah dan semua stakeholder pengelola energi? Seperti kita ketahui, beberapa waktu lalu, gaduh di kabinet antara Menteri ESDM, Sudirman Said dan Menko Maritim Rizal Ramli dengan jurus "rajawali ngepret"-nya telah membuat polemik dalam memandang perlunya menyelesaikan infrastruktur ketenagalistrikan yang digagas peme­ rintah, yaitu mega proyek pembangkit 35.000 MW. Listrik adalah kebutuhan dasar suatu bangsa, ada alasan tersendiri bagi Menteri ESDM melansir keharusan memenuhi ke­ butuhan listrik masyarakat. Perhitungannya, kebutuhan untuk melistriki nusantara tertuang dalam RUPTL Dengan asumsi

106

pertumbuhan ekonomi 6% per tahun, maka pada tahun 2019 Indonesia butuh listrik sebanyak 54.000 MW. Di sisi lain, Menko Rizal tentu punya alasan tersendiri menyentil besarnya target pemerintah memprediksi kebutuhan listrik lima tahun mendatang. Dia melihat kemampuan PLN yang lemah dari segi pendanaan di tengah tingginya debt ratio equity atau rasio ekuitas terhadap utang yang kian membengkak. Maka secara logis, Rizal mengusulkan target membangun pembangkit secara rasio, dibangun 19.000 MW saja. Mengingat pentingnya pengelola­ an energi, debat harus segera diakhiri. Pemerintah dan jajaran menteri terkait harus segera bergegas menyingkir­ kan hambatan untuk menuju satu visi mewujudkan Indonesia terang benderang dengan memperkuat pasokan energi dalam negeri. Stop ekspor batu bara dan gas ke

mancanegara, penuhi kebutuhan pasar dalam negeri untuk pembangkit, industri dan rumah tangga sehingga pergerakan ekonomi akan terpacu dan berdampak pada kemajuan bangsa. Pemerintah sudah mengibarkan bendera, siap mengusung target untuk memperkuat semua infrastruktur energi. Lupakan debat kusir dan karut marut dalam mengelola energi untuk konsumsi politik. Mari satukan visi dan misi dalam membangun bangsa untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi di tahun 2016. n (DH)

Debat harus segera diakhiri. Pe­ merintah dan jajaran menteri terkait harus segera bergegas me­ nyingkirkan hambatan untuk menuju satu visi mewujudkan Indonesia terang ben­derang.

Edisi 48 | 5 Januari - 5 Februari 2016


Fokus Utama Headline

www.listrikindonesia.com

107



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.