Analisis kelayakan angkutan penyeberangan lintasan ulee lheu

Page 1

VOLUME III, NO 2, JULI 2012

1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam Oleh Dr. Raihanah, M.Si. 2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet pada Produk Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah Kota Banda Aceh Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si. 3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata Terhadap Kekuatan Tekan Oleh Ir. Helwiyah Zain 4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. 5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si. 6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman Transmigrasi Oleh Ir. Mulyadi, M.Si. 7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Ulee Lheue (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si. 8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA di Kota Sabang Oleh Ambia Nurdin, S.Pd. S.K.M. 9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus Listrik Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si. 10. Learning English Over the Air – A Case Study of Nikoya Radio FM Oleh Ema Dauyah, M.Ed.


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

JURNAL

ISSN 2086-8421

TASIMAK Media Sain dan Teknologi Abulyatama ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Volume III, No.2 – Juli 2012 Pelindung/Pembina Penanggung Jawab

: Rektor Universitas Abulyatama : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama

Pemimpin Redaksi

: Drs. Yusri, M.Pd.

Redaktur Ahli

: Prof. Dr. H. Warul Walidin, A.K. M.A. (IAIN) Prof.H. Burhanuddin Salim, M.Sc. Ph.D. (Unsyiah) R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc. Ph.D (Unaya) Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. (Unaya) Drs. Azwar Thaib, M.Si. (Unaya)

Redaktur Pelaksana

: Drs. Zamzami A.R., M.Si. Yuliana, S.E. Yulinar, S.Pd.

Dewan Redaksi

: Muhammad Nur, S.H., M.Hum Ir. Mulyadi Ir. H. Firdaus, M.Si. Dewi Astini, S.H., M.Hum. Maryati B, S.H., M.Hum. Drs. Tamarli, M.Si. Yulfrita Adamy, S.E. M.Si. Drs. H.M. Hasan Yakob, M.M. Drs. Bukhari, M.Si. Ir. M. Isa T. Ibrahim, M.T.

Distributor/Komunikasi Bendahara

: Drs. Akhyar, M.Si. Drs. Muhammad, M.Si. : Drs. Nasruddin A.R., M.Si.

Desain Cover

: aSOKA Communications (www.asoka.web.id)

Website

: www.abulyatama.ac.id.

Alamat Redaksi

: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama km 8,5 Lampoh Keude – Aceh Besar, Telepon 0651 21255

1


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

DAFTAR ISI Halaman .P 1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam Oleh Dr. Raihanah, M.Si. ............................................................................. 1 – 14 2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet pada Produk Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah Kota Banda Aceh Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si. ................................................................ 15 – 25 3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata Terhadap Kekuatan Tekan Oleh Ir. Helwiyah Zain ................................................................................. 26 – 31 4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ..................................................................... 32 – 44 5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si. ................................................................ 45 – 58 6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman Transmigrasi Oleh Ir. Mulyadi, M.Si. .............................................................................. 59 – 67 7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheue (Banda Aceh) – Lanteng (Pulo Aceh) Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si. ............................................................... 68 – 84 8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA di Kota Sabang Oleh Ambia Nurdin, S.Pd., S.K.M. ............................................................. 85 – 99 9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus Listrik Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si. ................................................................... 100 – 109 10. Learning English Over the Air – A Case Study of Nikoya Radio FM Oleg Ema Dauyah, M.Ed. ....................................................................... 110 – 119

2


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

ANALISIS KELAYAKAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN LINTASAN ULEE LHEU (BANDA ACEH)-LAMTENG (PULO ACEH) Yulfrita Adamy, S.E., M.Si.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari gugusan pulau-pulau besar maupun gugusan pulau-pulau kecil yang terbentang dari Sabang sampai Mereuke. Hal inilah yang mana negara kita memerlukan angkutan penyeberangan untuk menghubungkan antara pulau tersebut.

pelabuhan penyeberangan Labuhan Haji, pelabuhan penyeberangan Singkil dan pelabuhan penyeberangan Pulau Banyak. Semua lintasan angkutan penyeberangan yang beroperasi di Provinsi Aceh dilaksanakan oleh PT. ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan).

Angkutan peyeberangan adalah salah satu bentuk sistem transportasi yang diperlukan untuk menjangkau daerah-daerah yang dibatasi oleh sungai, laut, selat, maupun teluk. Kegiatan angkutan penyebrangan bukanlah merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, tapi berkaitan erat dengan aspek-aspek ekonomi dan sosial yang berada dalam jangkauan pelayanan angkutan penyebrangan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah apakah angkutan penyeberangan pada lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) layak secara ekonomis dan finansial.

Provinsi Aceh mempunyai luas daerah yang relatif besar, yakni mencapai 57.365,57 Km2 yang terbagi dalam 23 kabupaten/kota, di mana Provinsi Aceh mempunyai beberapa gugus kepulauan yang terletak di sisi Barat dan Utara dari pulau Sumatera. Daerah kepulauan tersebut memiliki jumlah penduduk dan produksi, seperti: hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan termasuk pariwisata yang membutuhkan transportasi laut. Dalam hal ini keterkaitan antara wilayah daratan dan kepulauan dalam beberapa hal mengindikasikan pentingnya peningkatan layanan transportasi antara daratan dan kawasan kepulauan tersebut. Sampai sejauh ini, di beberapa kawasan pulau tersebut telah tersedia prasarana berupa pelabuhan seperti pelabuhan penyeberangan Balohan, pelabuhan penyeberangan Ulee Lheu, pelabuhan penyeberangan Sinabang, pelabuhan penyeberangan Lamteng,

1.3.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kelayakan angkutan penyeberangan pada lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) secara ekonomis dan finansial.

1.4.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1.

dapat

Memberikan masukan dan rekomendasi kepada Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika Pemerintah Aceh terhadap strategi pengembangan sistem transportasi Penyeberangan lintas Ulee Lheu – Lamteng.

70


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

2.

II.

Sebagai referensi bagi pihak-pihak lain yang tertarik untuk meneliti bidang ini dalam rangka pengembangan kawasan Kecamatan Pulo Aceh METODE PENELITIAN

2.1. Ruang Lingkup Penelitian Dalam analisis ini yang diperhatikan adalah hasil yang harus diterima oleh investor atau siapa saja yang berkepentingan dalam proyek tersebut.Penelitian ini dilakukan di pelabuhan penyeberangan PT. ASDP (Persero) cabang Aceh yang berada di Ulee Lheu (Banda Aceh) dan pelabuhan penyeberangan Lamteng (Kecamatan Pulo Aceh). Kapal penyeberangan yang beroperasi di lintasan penyeberangan Ulee Lheu – Lamteng adalah kapal ferry type Ro-Ro KMP. Simeuleu dengan kapasitas kapal yang dapat mengangkut 15 kendaraan dan 240 penumpang. 2.2 Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait terutama PT ASDP (Persero). Pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data secara tidak langsung dari sumber/obyek. Dimana data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan sudah dikumpulkan. Biasanya data-data diperoleh dari tulisan seperti buku-buku teori, buku laporan, peraturan-peraturan, dan dokumen baik yang berasal dari instansi terkait maupun hasil kajian literatur yang sudah dalam bentuk publikasi sehingga penulis hanya bertugas mengumpulkan dan mengolah data tersebut sehingga sesuai dengan data yang dibutuhkan oleh penulis untuk menyelesaikan penulisan ini.

ISSN 2086 - 8421

2.3 Model Analisis Data Sesuai dengan topik penelitian yaitu kelayakan ekonomi dan finansial penyeberangan lintasan Ulee Lheu-Lamteng, maka metode analisis yang digunakan kriteria kelayakan investasi. Kriteria yang dimaksudkan terdiri dari Net Present Value (NPV) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Sedangkan kriteria lainnya seperti Internal rate of return (IRR) tidak dimasukkan. Hal ini disebabkan aliran penerimaan (revenue) dari penggunaan KMP Simeulue dalam melayani penyeberangan Ulee Lheu-Lamteng relatif lebih besar bila dibandingkan dengan biaya (cost) yang dikeluarkan PT ASDP (Persero) untuk setiap periode waktu analisis. 1.

Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV adalah selisih antara jumlah kas yang dihasilkan sebuah proyek investasi (setelah memperhitungkan nilai waktu uang) dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih antara present value dari sebuah proyek dan investasi awal, dengan formula sebagai berikut: CF

n NPV

NPV

i i

i 1 1

k

CF 1

CF

1

k

1

2 2 k

I

0

, atau

CF 1

3 ..... 3 k

CF n n 1 k

I

0

Dengan : I0

: Investasi awal

k

: Tingkat diskonto

CFi

: Arus kas tahun i Kriteria kelayakan usaha dengan menggunakan NPV sebagai berikut:

71


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

b.

2.

Apabila NPV > 0 dapat diartikan bahwa usaha layak dilakukan, artinya angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) layak secara ekonomis dan finansial. c. Apabila NPV < 0 dapat diartikan bahwa usaha tidak layak dilakukan, artinya angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) tidak layak secara ekonomis dan finansial. Grosss Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Gross benefit cost ratio (Gross B/C) adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah di-discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di-discount, dirumuskan sebagai berikut: n Gross B/C

i 1 n i 1

B (1 i

r)

C (1 i

r)

n n

Kriteria kelayakan investasi dengan menggunakan Gross B/C sebagai berikut: - Apabila Gross B/C > 1 dapat diartikan bahwa usaha layak dilakukan, artinya angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) layak secara ekonomis dan finansial. - Apabila Gross B/C < 1 dapat diartikan bahwa usaha tidak layak dilakukan, artinya angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) tidak layak secara ekonomis dan finansial. Sebelum dilakukan analisis kelayakan angkutan penyeberangan secara ekonomis dan finansial, dilakukan estimasi terhadap jumlah penumpang (orang), kendaraan (unit) dan barang (ton) yang dapat dilayani oleh angkutan penyeberangan KMP Simeulue. Sesuai dengan ketersediaan data, dasar estimasi adalah data kwartal selama periode kwartal IV tahun 2008 hingga kwartal IV tahun 2010 (n = 9). Peralatan yang digunakan untuk melakukan

ISSN 2086 - 8421

estimasi adalah metode trend diformulasikan sebagai berikut.

linier

Y = a + bX Di mana : Y : Nilai yang diestimasi yang dalam hal ini adalah jumlah penumpang (orang), kendaraan (unit) dan barang (ton). a : Konstanta b : Koefisien regresi X : Periode waktu (kwartal).

Setelah diketahui estimasi penumpang (orang), kendaraan (unit) dan barang (ton) pada setiap kwartal dalam periode tahun tertentu, kemudian dibuat estimasi tahunan dengan cara melakukan penjumlahan jumlah penumpang (orang), kendaraan (unit) atau barang (ton) yang diangkut oleh KMP Simeulue mulai dari kwartal I-IV dalam periode tahun yang sama.

2.4 Definisi Operasional Variabel Variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini terdiri dari variabel-variabel yang digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi dan finansial berkaitan dengan angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu-Lamteng. Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1.

2.

Investasi, adalah investasi yang dikeluarkan oleh PT ASPD (Persero) untuk memulai angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu - Lamteng. Investasi yang dimaksudkan adalah dalam bentuk pembelian kapal KMP Simeulue diukur dengan satuan rupiah. Biaya operasional

72


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

Biaya operasional, adalah biaya-biaya (cash outflow) yang dikeluarkan oleh PT ASDP (Persero) berkaitan dengan pengoperasionalan KMP Simeulue, terdiri dari: a.

3.

Biaya tetap, terdiri dari gaji ABK, kesehatan ABK, makanan ABK, air tawar ABK, dan asuransi dengan satuan rupiah. b. Biaya variabel, terdiri dari bahan bakar (BBM) untuk memenuhi mesin induk dan mesin bantu, pelumas untuk mesin induk dan mesin bantu, air tawar untuk penumpang, biaya pelabuhan (kapal istirahat), biaya pelabuhan (kapal sandar), biaya rambu dan biaya overhead/alokasi perawatan kapal setiap tahun, dengan satuan rupiah. c. Biaya docking tahunan adalah biaya perawatan kapal pada saat docking di setiap tahunnya dengan satuan rupiah. Penerimaan usaha Penerimaan usaha dalam hal ini adalah penerimaan (cash inflow) yang diperoleh PT ASDP (Persero) berkaitan dengan pengoperasionalan KMP Simeulue untuk melayani angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu-Lamteng. Penerimaan usaha dimaksud terdiri dari : a.

b.

Penerimaan yang berasal dari pengangkutan penumpang adalah hasil perkalian antara jumlah penumpang yang diangkut dalam periode tahun tertentu dengan harga tiket (tarif pelayanan) per penumpang (orang) pada periode tahun tersebut dengan satuan rupiah. Penerimaan yang berasal dari pengangkutan kendaraan adalah hasil perkalian antara jumlah kendaraan yang diangkut dalam periode tahun tertentu dengan harga tiket (tarif pelayanan) per unit kendaraan pada periode tahun tersebut dengan satuan

rupiah. Penerimaan yang berasal dari pengangkutan barang adalah hasil perkalian antara jumlah barang yang diangkut dalam periode tahun tertentu dengan tarif pelayanan per ton barang pada periode tahun tersebut dengan satuan rupiah. Tarif pelayaran, adalah besarnya nilai nominal yang harus dibayarkan oleh seseorang untuk memanfaatkan layanan jasa penyeberangan KMP Simeulue lintasan Ulee Lheu-Lamteng tidak termasuk tarif asuransi. Dengan demikian tarif pelayaran adalah harga tiket atau biaya yang dibayarkan penumpang baik atas orang, kendaraan, maupun barang setelah dikurangi dengan tarif asuransi masing-masing jenis angkutan tersebut, diukur dengan satuan rupiah. c.

4.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Investasi dan Biaya Operasional KMP Simeulue Pengoperasian KMP Simeulue untuk melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh) membutuhkan investasi dan biaya operasional. Perhitungan kebutuhan investasi dan biaya operasional yang harus dikeluarkan PT ASDP berkaitan dengan pelayanan transportasi laut dari dan ke Pulo Aceh dijelaskan dalam sub bab berikut.

3.1.1 Investasi Angkutan Penyeberangan KMP Simeulue Dalam perspektif kelayakan usaha dari segi finansial, investasi dapat diartikan

73


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

sebagai dana yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk memulai suatu usaha. Karena itu, dalam kajian mengenai kelayakan angkutan penyeberangan, maka investasi dimaksud adalah besarnya dana yang dikeluarkan untuk memulai usaha angkutan penyebarangan terutama dalam bentuk biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kapal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana yang keluarkan oleh PT ASDP untuk pengadaan KMP. Simeulue sebesar Rp 15.000.000.000,00 dengan masa produktif selama 27 tahun, nilai sisa (residu) kapal tersebut diperkirakan sebesar 10% dari nilai awal. Dengan demikian nilai sisa (residu) dari KMP Simeulue sebesar Rp 1.500.000.000,00. Penyusutan (depresiasi) per tahun dilakukan secara garis lurus, sehingga besarnya penyusutan per tahun sebesar Rp 500.000.000,00 dicari dengan membagi dasar penyusutan dengan jangka waktu analisis. Dasar penyusutan diperoleh dari hasil pengurangan antara harga perolehan (harga kapal pada awal periode) di satu sisi dengan nilai sisa (residu) pada akhir periode analisis di sisi lain, seperti perhitungan di bawah ini. Rp 15.000.000

.000 - Rp. 1.500.000. 000

Depresiasi 27

Rp 13.000.000 .000,00 Depresiasi 27 Depresiasi

Rp 500.000.00 0,00

3.1.2 Perhitungan Biaya Operasional KMP. Simeulue dan Total Biaya. Biaya operasional yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. ASDP (Persero) setelah adanya investasi. Biaya operasional dimaksud terdiri dari biaya tetap (fixed cost), biaya

ISSN 2086 - 8421

variabel (variable cost) dan biaya docking tahunan. (1) Biaya tetap (fixed cost), terdiri dari gaji ABK, kesehatan ABK, makanan ABK, air tawar ABK, dan asuransi. KMP Simeulue memiliki 14 orang ABK dengan gaji per hari sebesar Rp 70.000,00. Berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam pembayaran gaji dimaksud, satu tahun dihitung selama 365 hari, sehingga besarnya pembayaran gaji ABK per tahun sebesar Rp 357.700.000,00 (14 X Rp 70.000,00 X 365). Selanjutnya biaya kesehatan yang diterima oleh setiap ABK sebesar Rp 8.000,00 per hari. Total biaya kesehatan dimaksud per tahun sebesar Rp 40.880.000,00 (14 X Rp 8.000,00 X 365). Selanjutnya biaya makanan ABK dihitung sebesar Rp 20.000,00 per orang/hari. Total biaya makan ABK per tahun sebesar Rp 102.200.000,00 (14 X Rp 20.000,00 X 365). Biaya tetap berikutnya adalah biaya air tawar ABK dan biaya asuransi. Air tawar yang dimaksudkan adalah air tawar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Besarnya biaya air tawar per tahun untuk memenui kebutuhan ABK sebesar Rp. 33.726.000,00. Selanjutnya biaya tetap untuk pembayaran asuransi adalah sebesar Rp 129.600.000,00 per tahun. (2) Biaya variabel (variable cost), terdiri dari bahan bakar (BBM) untuk memenuhi mesin induk dan mesin bantu, pelumas untuk mesin induk dan mesin bantu, air tawar untuk penumpang, biaya pelabuhan (kapal istirahat), biaya pelabuhan (kapal sandar), biaya rambu dan biaya overhead/alokasi perawatan kapal setiap tahun. Biaya bahan bakar minyak untuk memenuhi kebutuhan mesin induk sebesar Rp 284.582.938,00 per tahun, dan untuk memenuhi kebutuhan mesin bantu sebesar Rp 458.933.904,00 per tahun. Biaya

74


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

pelumas untuk memenuhi kebutuhan mesin induk sebesar Rp 25.709.042,00 per tahun, dan untuk memenuhi kebutuhan mesin bantu sebesar Rp 41.459.798,00 per tahun. Pengeluaran untuk air tawar penumpang sebesar Rp 1.137.629,00 per tahun. Selanjutnya biaya kapal istirahat/ sandar masing-masing sebesar Rp 10.656.000,00 per tahun. Demikian pula halnya dengan biaya rambu sebesar Rp Rp 10.656.000,00 per tahun. Terakhir biaya variabel berkaitan dengan pengoperasian

KMP Simeulue adalah biaya overhead/alokasi perawatan kapal sebesar Rp 66.410.600,00 per tahun. (3) Biaya docking tahunan, biaya ini dialokasikan untuk perawatan kapal dengan total biaya sebesar Rp. 370.000.000,00 per tahun. Besarnya biaya operasional berdasarkan masing-masing jenis biaya seperti dijelaskan di atas dapat dilihat Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1

75


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

Biaya Operasional KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng Per Tahun

No I

II

III

Kelompok Biaya Biaya Tetap (Fixed Cost) 1. Gaji ABK 2. Kesehatan ABK 3. Makanan ABK 4. Air Tawar ABK 5. Asuransi Total Biaya Tetap Biaya Variabel (Variable Cost) 1. Bahan Bakar Minyak (BBM) Mesin Induk Mesin Bantu 2. Pelumas Mesin Induk Mesin Bantu 3. Air Tawar untuk penumpang 4. Biaya pelabuhan (Kapal Istirahat) 5. Biaya pelabuhan (Kapal Sandar) 6. Biaya Rambu 7. Overhead/alokasi perawatan kapal Total Biaya Variabel

Biaya per Item (Rp)

Total Biaya (Rp)

357.700.000,00 40.880.000,00 102.200.000,00 33.726.000,00 129.600.000,00 664.106.000,00

284.582.938,00 458.933.904,00 25.709.042,00 41.459.798,00 1.137.629,00 10.656.000,00 10.656.000,00 10.656.000,00 66.410.600,00 910.201.911,00 370.000.000,00

370.000.000,00

Biaya Docking Tahunan 1.944.307.911,00 Sumber: PT. ASDP (Persero), 2010.

Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa biaya operasional dalam bentuk biaya tetap yang dikeluarkan berkaitan dengan pengoperasian KMP Simeulue guna melayani rute penyeberangan Ulee Lheu - Lamteng sebesar Rp 664.106.000,00 per tahun, belum termasuk penyusutan (depresiasi) kapal. Biaya operasional dalam bentuk biaya variabel sebesar Rp 910.201.911,00 per tahun, dan biaya

docking tahunan sebesar Rp 370.000.000,00 per tahun. Total biaya operasional sebesar Rp 1.944.307.911,00 per tahun. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan ini, dimana biaya operasional diasumsikan naik sebesar 5% dalam setiap 5 tahun mulai tahun 2016. Total biaya dalam periode tahun tertentu merupakan

76


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

penjumlahan keseluruhan pengeluaran dalam tahun tersebut termasuk penyusutan (depresiasi) armada angkutan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, penyusutan (depresiasi) armada angkutan per tahun sebesar

Rp 500.000.000,00. Dengan demikian total cost (pengeluaran total) selama periode tahun 2008 hingga tahun 2035 seperti terlihat dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Investasi, Depresiasi dan Biaya Operasional KMP Simeulue Serta Total Biaya Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu-Lamteng Per Tahun Selama Periode Tahun 2008-2035

Tahun

1 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

Tahun Ke

Biaya Investasi (Rp)

Depresiasi (Penyusutan) (Rp)

Biaya Operasional (Rp)

2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

3 15,000,000,000 -

4

5 486,076,978 1,944,307,911.00 1,944,307,911.00 1,944,307,911.00 1,944,307,911.00 1,944,307,911.00 1,944,307,911.00 1,944,307,911.00 2,041,523,306.55 2,041,523,306.55 2,041,523,306.55 2,041,523,306.55 2,041,523,306.55 2,143,599,471.88 2,143,599,471.88 2,143,599,471.88 2,143,599,471.88 2,143,599,471.88 2,250,779,445.47 2,250,779,445.47 2,250,779,445.47 2,250,779,445.47 2,250,779,445.47 2,363,318,417.74 2,363,318,417.74 2,363,318,417.74 2,363,318,417.74 2,363,318,417.74

500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00 500,000,000.00

Total Biaya (Rp) 6 (3 + 4 + 5) 15,486,076,977.75 2,444,307,911.00 2,444,307,911.00 2,444,307,911.00 2,444,307,911.00 2,444,307,911.00 2,444,307,911.00 2,444,307,911.00 2,541,523,306.55 2,541,523,306.55 2,541,523,306.55 2,541,523,306.55 2,541,523,306.55 2,643,599,471.88 2,643,599,471.88 2,643,599,471.88 2,643,599,471.88 2,643,599,471.88 2,750,779,445.47 2,750,779,445.47 2,750,779,445.47 2,750,779,445.47 2,750,779,445.47 2,863,318,417.74 2,863,318,417.74 2,863,318,417.74 2,863,318,417.74 2,863,318,417.74

77


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

Sumber: PT. ASDP (Persero) dan Hasil Estimasi Peneliti.

penumpang dan barang. Secara garis besar, jasa angkutan penyeberangan Ulee Lheu - Lamteng tidak hanya melayani penumpang (orang) akan tetapi juga melayani kendaraan dan barang. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penumpang yang memanfaatkan layanan jasa KMP Simeulue lintasan penyeberangan Ulee Lheu – Lamteng mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.

3.2 Estimasi Jumlah Angkutan dan Penerimaan 3.2.1 Estimasi Jumlah Angkutan Lintas penyeberangan Ulee Lheu Lamteng baru beroperasi pada kwartal IV tahun 2008 dan prediksi jumlah penumpang dan barang pada pelabuhan penyeberangan Ulee Lheu - Lamteng harus dilakukan karena data utama masukan model adalah jumlah

Tabel 3 Perkembangan Jumlah Penumpang, Kendaraan dan Barang Yang Memanfaatkan Layanan Penyeberangan KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng Selama Kwartal IV Tahun 2008-Kwartal IV Tahun 2010

Tahun 2008 Uraian

Penumpang (Orang) Dewasa

Tahun 2009

Tahun 2010

Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal IV

I

II

III

IV

I

II

III

IV

538

643

729

742

988

1.068

812

1.165

1.322

135

161

182

186

247

267

203

291

331

-

-

-

-

-

-

-

-

-

120

135

147

150

163

142

146

148

163

-

-

-

-

-

-

-

-

-

25

45

57

63

67

55

49

68

61

20

29

29

32

35

29

33

32

33

12

13

14

14

15

13

14

16

14

3

4

6

5

8

5

7

6

6

Anak Kendaraan (Unit) Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV Golongan V Golongan VI Golongan VII

78


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

Golongan VIII

4

4

4

4

4

4

5

4

4

Barang (Ton)

100

111

112

114

117

113

114

115

113

Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010.

Berdasarkan data kwartal seperti terlihat dalam Tabel 1 di atas, maka estimasi (perakiraan) jumlah penumpang (orang), kendaraan (unit) dan barang (ton) yang memanfaatkan layanan

jasa penyeberangan KMP Simeulue hingga tahun 2035 (n = 27) seperti terlihat dalam Tabel 4.

79


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

Tabel 4 Estimasi Jumlah Penumpang, Kendaraan dan Barang Yang Memanfaatkan Layanan Penyeberangan KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng Hingga Periode Tahun 2035

Tahun

Penumpang

Kendaraan

(Orang)

(Unit)

AnakDewasa

Jumlah

Gol II

Gol IV Gol V

Anak

Barang

Gol VI

(Ton) Gol VII Gol VIII

2008

1.182

295

1.477

120

25

20

12

3

4

100

2009

3.102

776

3.878

595

232

125

56

23

16

454

2010

4.367

1.092

5.459

599

233

127

57

24

17

455

2011

5.810

1.452

7.262

671

299

150

62

31

16

478

2012

7.194

1.798

8.992

725

350

166

67

37

17

495

2013

8.579

2.145

10.724

779

401

186

71

42

20

514

2014

9.964

2.491

12.455

832

450

202

75

47

20

530

2015

11.348

2.837

14.185

885

502

220

79

53

20

550

2016

12.733

3.183

15.916

939

551

238

84

58

20

566

2017

14.118

3.530

17.648

993

602

254

88

63

20

586

2018

15.502

3.876

19.378

1.047

653

274

93

69

20

602

2019

16.887

4.222

21.109

1.100

702

290

97

74

20

621

2020

18.272

4.568

22.840

1.153

754

308

101

79

22

638

2021

19.657

4.914

24.571

1.207

803

326

105

85

24

656

2022

21.042

5.260

26.302

1.261

854

342

110

90

24

674

2023

22.426

5.606

28.032

1.315

905

362

114

95

24

692

2024

23.811

5.953

29.764

1.368

954

378

118

101

24

710

2025

25.196

6.299

31.495

1.421

1.006

396

122

106

24

727

2026

26.580

6.645

33.225

1.475

1.055

414

127

111

24

746

2027

27.965

6.991

34.956

1.529

1.106

430

131

117

24

763

2028

29.350

7.338

36.688

1.583

1.157

450

135

122

28

782

2029

30.734

7.684

38.418

1.636

1.206

466

139

127

28

798

2030

32.119

8.030

40.149

1.689

1.258

484

144

133

28

818

80


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

2031

33.504

8.376

41.880

1.743

1.307

502

148

138

28

834

2032

34.890

8.722

43.612

1.797

1.358

518

152

143

28

854

2033

36.274

9.068

45.342

1.851

1.409

538

157

149

28

870

2034

37.658

9.415

47.073

1.904

1.458

554

161

154

28

889

2035

39.043

9.761

48.804

1.957

1.510

572

165

159

30

906

Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010 dan Hasil Estimasi Peneliti.

Data penumpang, kendaraan dan barang pada tahun 2008 adalah data riil pada kwartal IV tahun tersebut. Selanjutnya data tahun 2009 dan tahun 2010 adalah penjumlahan penumpang, kendaraan dan barang selama periode tahun tersebut. Selanjutnya data tahun 2011 hingga tahun 2035 merupakan data estimasi atau perakiraan yang diperoleh dengan metode trend linier (data estimasi dapat dilihat lampiran 1 hingga lampiran 8). 3.2.2 Estimasi Penerimaan Penerimaan usaha layanan jasa penyeberangan KMP Simeulue lintasan Ulee

Lheu -Lamteng berasal dari tarif angkutan. Tarif angkutan yang dimaksudkan dalam penelitian ini bukanlah dihitung sebesar nilai nominal biaya transportasi yang dibayarkan oleh penumpang atau pengguna jasa penyeberangan atas layanan penyeberangan yang mereka terima. Hal ini disebabkan, harga tiket atau ongkos yang dibayarkan oleh pengguna jasa penyeberangan sudah termasuk tarif asuransi. Besarnya tarif (asuransi dan pelayaran) KMP Simeulue lintasan penyeberangan Ulee Lheu-Lamteng seperti terlihat dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Tarif KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng

Tiket/Tarif Dibayar (Rp)

Jenis

I

Penumpang  Ekonomi B Dewasa  Ekonomi B Anak

Orang Orang

1.850 925

11.150 7.075

13.000 8.000

Kendaraan  Golongan I *  Golongan II  Golongan III *  Golongan IV  Golongan V  Golongan VI

Unit Unit Unit Unit Unit Unit

90 700 2.450 4.025 4.375 5.250

6.910 15.300 55.550 115.975 166.625 204.750

7.000 16.000 58.000 120.000 171.000 210.000

II

Satuan

Tarif Per Satuan (Rp) Asuransi Pelayaran

No

81


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

 Golongan VII  Golongan VIII

ISSN 2086 - 8421

Unit Unit

5.250 5.250

317.750 379.750

323.000 385.000

III Barang Ton Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010.

6.150

73.850

80.000

Keterangan : *) Belum memanfaatkan layanan penyeberangan KMP Simeulue. Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa harga tiket atau tarif yang dibayarkan oleh pengguna jasa angkutan penyeberangan KMP Simeulue lintasan Ulee Lheu-Lamteng terdiri dari tarif pelayaran dan tarif asuransi. Tarif asuransi pada dasarnya adalah bagian dari tarif/ongkos transportasi yang dibayarkan oleh pengguna jasa transportasi tetapi menjadi hak perusahaan jasa asuransi, sehingga tidak dapat dihitung sebagai penerimaan perusahaan jasa transportasi. Karena itu, dalam perhitungan penerimaan (benefit) perusahaan jasa penyeberangan, tarif yang dihitung adalah tarif pelayaran. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, asumsi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial layanan jasa penyeberangan KMP Simeulue di antaranya adalah ongkos angkutan atau harga tiket yang harus dibayarkan oleh penumpang meningkat sebesar 20% setiap 5 tahun mulai dari tahun 2016. Karena itu, besarnya penerimaan jasa penyeberangan dicari dengan menjumlahkan tarif pelayaran untuk seluruh penumpang (orang), kendaraan (unit) ditambah dengan barang ton yang diangkut oleh KMP Simeulue.

3.3 Analisis Kelayakan (Finansial) Angkutan Penyeberangan Ulee-Lheu (Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh) Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, kriteria yang digunakan dalam analisa kelayakan angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh) mengacu pada kriteria kelayakan investasi. Kriteria yang dimaksud dibatasi hanya pada net present value (NPV) dan gross benefit cost ratio (Gross B/C). Sedangkan internal rate of return (IRR) tidak digunakan dalam analisa ini. Hal ini disebabkan aliran kas masuk berupa penerimaan (cash inflow) dari usaha angkutan penyeberangan pada setiap periode waktu analisis lebih kecil bila dibandingkan dengan aliran kas keluar (cash outflow) usaha tersebut.

a.

Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara jumlah kas yang dihasilkan sebuah proyek investasi (setelah memperhitungkan nilai waktu uang) dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih antara present value dari sebuah proyek dan investasi awal. Dalam hal ini, NPV adalah jumlah penerimaan yang diterima PT ASDP (Persero) dari pengoperasian KMP Simeulue dalam melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh) (setelah memperhitungkan nilai waktu uang) dengan nilai investasi yang diperlukan, yang dalam hal ini investasi yang dimaksudkan adalah pembelian kapal.

82


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

Penerimaan bersih (net benefit) dari penggunaan angkutan penyeberangan KMP Simeulue setiap periode waktu analisis menunjukkan nilai negatif yang berarti biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh PT ASDP (Persero) lebih besar bila dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh (dari tiket penumpang, ongkos pengangkutan kendaraan dan ongkos barang). Investasi atau total biaya pada awal periode analisis (kwartal IV tahun 2008) adalah sebesar Rp 15.458.739.398,00 dengan perincian pembelian kapal sebesar Rp 15.000.000.000,00 dan biaya operasional selama kwartal IV tahun 2008 sebesar Rp 486.076.978,00. Selanjutnya total net benefit yang telah di-discount adalah keseluruhan net benefit selama periode tahun 2009 hingga tahun 2035 sebesar - Rp 16.175.159.311,00 ditambah dengan present value dari nilai sisa (residu) kapal sebesar Rp 70,500,000,00 pada akhir periode analisis. Dengan demikian jumlah keseluruhan kas yang dihasilkan menunjukkan angka negatif sebesar 16.104.659.311,00 (- Rp 16,175,159,311 + Rp 70,500,000,00). Mengacu pada rumus yang telah dikemukakan, maka besarnya nilai NPV dapat dicari sebagai berikut (untuk lebih jelasnya lihat lampiran 9). n NPV i 1 1

CF

i

k

i

I

0

NPV

- Rp. 16.104.659 .311 - 15,458,739 ,398

NPV

- Rp. 31,563,398 ,709

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Net Present Value (NPV) dari angkutan penyeberangan KMP Simeulue menunjukkan angka negatif yaitu sebesar - Rp 31.563.398.709,00. Angka ini lebih kecil dari 0,00 (NPV < 0) dapat diartikan bahwa dengan menggunakan jangka waktu analisis selama 27 tahun (periode tahun 2009-2035) maka total kerugian yang harus ditanggung oleh PT ASDP (Persero) dari

ISSN 2086 - 8421

pengoperasian KMP Simeulue guna melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)Lamteng (Pulo Aceh) adalah sebesar Rp 31.563.398.709,00. Jumlah ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan nilai investasi (pembelian kapal motor tersebut) yang hanya sebesar Rp 15.000.000.000,00. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika dilihat dari aspek bisnis terutama kelayakan usaha menurut sudut pandang PT ASDP (Persero) sebagai penyedia jasa angkutan, pengoperasian angkutan penyeberangan KMP Simeuleu guna melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) sangat tidak layak. Hal ini disebabkan perusahaan selalu mengalami kerugian dari pada setiap tahunnya.

b.

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) Gross benefit cost ratio (Gross B/C) adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah di-discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di-discount. Hasil perhitungan menunjukkan total benefit kotor yang telah di-discount atau present value dari penerimaan usaha berkaitan dengan pengoperasian KMP Simeulue dalam melayani angkutan penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) sebesar Rp 3.894.870.244,37. Sedangkan total cost yang telah di-discount atau present value dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian kapal motor tersebut sebesar Rp. 35.528.768.953,51, sehingga gross benefit cost ratio (Gross B/C) dicari sebagai berikut. (Perhitungan Gross Benefit Cost Ratio lihat lampiran 9). Rp 3.894.870. 244,37 Gross B/C Rp. 35.528.768 .953,51 Gross B/C

0,1096

Gross B/C berdasarkan perhitungan menunjukkan angka lebih kecil dari 1,00 dapat diartikan bahwa benefit PT ASDP (Persero)

83


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

dari pengoperasian KMP Simeulue untuk melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan pengeluaran yang ditanggung perusahaan. Bahkan nilai Gross B/C sebesar 0,1096 dapat juga diartikan bahwa penerimaan usaha angkutan penyeberangan dimaksud hanya 10,96 persen dari total pengeluaran yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dengan demikian berarti, bahwa pengangkutan tersebut selalu merugi, hanya saja dapat melakukan operasinya karena mendapat subsidi pemerintah.

sebanyak 100 orang dan 1 unit mobil pikap. Biaya transportasi juga relatif mahal yaitu sebesar Rp 15.000 per orang belum termasuk barang bawaan. Adapun ongkos transportasi untuk satu unit mobil sebesar Rp 1.500.000. Akibatnya, sebelum pengoperasian KMP. Simeulue dalam melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh), masyarakat Pulo Aceh tidak hanya sulit memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi juga hidup dalam keterisolasian. Kondisi kehidupan masyarakat di Pulo Aceh sangat jauh berbeda dengan kondisi kehidupan masyarakat di daratan Aceh.

3.4 Analisis Ekonomi Angkutan Penyeberangan Ulee-Lheu (Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh)

Setelah pengoperasian KMP Simeulue guna melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) terjadi peningkatan arus barang dan jasa. Masyarakat yang dulunya kesulitan dalam hal transportasi disebabkan tingginya biaya angkutan dan hanya menggunakan kapal nelayan, saat ini sudah bisa menikmati kemudahan. Selain tarif angkutan yang harus mereka bayarkan jauh lebih murah, mereka juga dapat membawa barang dalam jumlah besar. Demikian pula bagi mereka yang ingin membawa kendaraan dari dan ke Pulo Aceh. Tarif angkutan untuk satu unit bus ukuran kecil hanya sebesar Rp 171.000,00 sudah termasuk asuransi.

Analisis ekonomi yang dimaksudkan dalam hal ini berkaitan dengan dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat Pulo Aceh setelah adanya pengoperasian KMP. Simeulue dalam melayani rute penyeberangan pada lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh). Keberadaan KMP tersebut sudah memberikan dampak positif bagi kelancaran kegiatan ekonomi masyarakat di Polu Aceh. Indikator yang dapat dijadikan tolok ukur peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat adalah arus barang, pendapatan masyarakat serta perkembangan infrastruktur dikawasan Pulo Aceh terutama yang berada di sekitar Lamteng. 1.

Dampak ekonomi berkaitan dengan arus barang. Dengan dibukanya rute penyeberangan KMP. Simeulue telah dapat meningkatkan arus barang dan jasa termasuk kendaraan dari dan ke Pulo Aceh. Sebelumnya arus barang sedikit dan kendaraan roda empat sulit untuk diseberangkan. Rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh) ke Pulo Aceh hanya memanfaatkan kapal nelayan dengan kapasitas penumpang

2.

Dampak ekonomi yang berkaitan dengan pendapatan masyarakat. Adanya pengoperasian KMP Simeulue guna melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) telah menjadi rangsangan bagi masyarakat untuk meningkatkan kegiatan ekonomi produktif. Masyarakat yang tinggal di kawasan Pulo Aceh sudah dapat memasarkan hasil pertanian mereka dengan waktu yang relatif cepat bila dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya pengoperasian kapal motor

84


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

tersebut. Mereka juga bisa membawa barang dengan jumlah relatif besar dengan biaya yang jauh lebih murah bila dibandingkan biaya transportasi yang harus dikeluarkan jika memanfaatkan kapal nelayan. Artinya pengoperasian KMP Simeulue dalam melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)Lamteng (Pulo Aceh) telah meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi masyarakat dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 3.

Dampak ekonomi yang berkaitan dengan perbaikan infrastruktur Pengoperasian KMP Simeulue telah membawa dampak positif bagi perbaikan infrastruktur di kawasan tersebut. Pada kondisi sebelumnya, tidak satu pun ruas jalan beraspal di Pulo Aceh. Hal ini selain disebabkan sedikitnya jumlah kendaraan bermotor, biaya transportasi bagi material yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut juga relatif mahal. Ongkos angkut untuk satu karung pasir bangunan mencapai sebesar Rp 3.000 (Anonymous, 2008). Akibatnya selain infrastruktur yang sangat memprihatinkan, perumahan penduduk dikawasan Pulo Aceh juga sangat jauh berbeda dengan perumahan masyarakat yang tinggal di daratan Aceh. Setelah dibukanya rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) sudah terjadi perbaikan infrastruktur. Sebagian jalan di kawasan tersebut sudah beraspal, terutama di kawasan Lamteng. Selain itu, jumlah kendaraan roda empat di Pulo Aceh juga sudah mengalami peningkatan. Sekalipun tidak ada data kuantitatif yang mencatat tentang jumlah riil kendaraan di kawasan tersebut, namun berdasarkan hasil wawancara dengan aparat Kantor Kecamatan Pulo Aceh diperoleh informasi jumlah kendaraan di Pulo Aceh meningkat

dari waktu ke waktu. Bahkan truk inercouler pun sudah bisa ke Pulo Aceh. Selain terjadinya perbaikan inftrastruktur untuk kepentingan masyarakat, kondisi perumahan masyarakat juga semakin baik. Masyarakat yang tinggal di kawasan Pulo Aceh sudah dapat memperoleh bahan bangunan seperti semen, besi dan lain sebagainya dengan harga relatif lebih murah akibat murahnya biaya transportasi setelah pengoperasian KMP Simeulue. Hingga saat ini sudah banyak rumah masyarakat di kawasan tersebut dengan kontruksi semen. Kondisi saat ini jauh berbeda dengan kondisi sebelum pengoperasian KMP Simeulue dimana secara umum bangunan fisik rumah penduduk di kawasan tersebut berkontruksi kayu. 4.

Dampak ekonomi yang berkaitan dengan peningkatan mobilisasi penduduk termasuk kunjungan wisata ke Pulo Aceh. Sejak pengoperasian KMP Simeulue guna melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke Pulo Aceh. Bahkan pengunjung yang datang ke Pulo Aceh tidak hanya berasal dari Kota Banda Aceh, tetapi juga dari daerah lain selain Banda Aceh. Bahkan turis manca negara pun sudah mulai mendatangi daerah tersebut sebagai tempat berlibur. Mereka yang mengunjungi Pulo Aceh tidak hanya dengan tujuan menikmati panorama alam, akan tetapi juga menghabiskan waktu liburan dengan cara memancing ikan di kawasan pulau tersebut. Meningkatnya jumlah masyarakat yang berkunjung ke Pulo Aceh sudah membawa dalam positif bagi peningkatan kegiatan ekonomi produktif. Indikasi ini secara nyata terlihat dari munculnya pedagang

85


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

kecil disekitar kawasan pelabuhan yaitu Desa Lamteng Pulo Aceh. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa sekalipun pengoperasian KMP Simeulue guna melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) tidak layak jika dipandang dari aspek finansial yang berorientasi bisnis, namun layak secara ekonomi. Karena keberadaan KMP tersebut sudah tidak hanya dapat membawa dampak positif bagi peningkatan kegiatan ekonomi produktif dikalangan masyarakat, akan tetapi lebih penting lagi mampu membuka keterisolasian Pulo Aceh dan pulau-pulau di sekitarnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian analisa yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.

2.

Biaya operasional yang ditanggung oleh PT ASDP (Persero) dalam mendukung pengoperasian KMP Simeulue dalam melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) relatif besar yaitu sebesar Rp 1.944.307.911,00 per tahun. Biaya ini didominasi oleh biaya tetap (fixed cost) terdiri dari gaji ABK, kesehatan ABK, makanan ABK, air tawar ABK, dan asuransi; dan biaya variabel (variable cost), terdiri dari bahan bakar (BBM) untuk memenuhi mesin induk dan mesin bantu, pelumas untuk mesin induk dan mesin bantu, air tawar untuk penumpang, biaya pelabuhan (kapal istirahat), biaya pelabuhan (kapal sandar), biaya rambu dan biaya overhead/alokasi perawatan kapal setiap tahun. Nilai net present value (NPV) pengoperasian KMP Simeulue dalam melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

ISSN 2086 - 8421

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) menunjukkan angka negatif sebesar - Rp 31.563.398.709,00 (NPV < 0). Dengan demikian dapat disimpulkan jika dilihat dari aspek ekonomi dan finansial menurut sudut pandang tujuan bisnis, maka usaha angkutan penyeberangan tersebut dinyatakan tidak layak. Hal ini berarti bahwa upaya untuk mempertahankan pengoperasian kapal motor tersebut memerlukan adanya subsidi pemerintah secara terus menerus. 3. Hasil perhitungan gross benefit cost ratio (gross B/C) menunjukkan angka sebesar 0,1096. Angka ini lebih besar dari 1, dapat diartikan bahwa total benefit atau penerimaan yang diperoleh PT ASDP (Persero) dari pengoperasian KMP Simeulue guna melayani rute angkutan penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)Lamteng (Pulo Aceh) hanay sebesar 10,96 persen dari total biaya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari aspek ekonomi dan finansial menurut sudut pandang tujuan bisnis (mencari keuntungan), maka usaha angkutan penyeberangan tersebut dinyatakan tidak layak. 4. Kendatipun berdasarkan aspek ekonomi dan finansial (yang berorientasi pada keuntungan usaha), pengoperasian KMP Simeulue guna melayani rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)Lamteng (Pulo Aceh) dinilai tidak layak, namun jika dilihat dari kepentingan ekonomi masyarakat Pulo Aceh secara umum, pengoperasian KMP tersebut sangat layak. Dengan adanya pengoperasian KMP tersebut dapat membawa dampak positif bagi kegiatan ekonomi masyarakat seperti biaya transportasi orang dan barang menjadi lebih efisien, arus barang dan jasa dari dan ke Pulo Aceh semakin lancar. 4.2 Saran-saran

86


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi saran dan rekomendasi dari penelitian ini sebagai berikut. 1.

Sebaiknya manajemen PT ASDP (Persero) mengupayakan adanya peningkatan efisiensi biaya operasional layanan jasa angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh). Upaya peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan cara mencari kapal motor pengganti dengan kapasitas angkut yang lebih kecil bila dibandingkan dengan KMP Simeuleu. Hal ini disebabkan, penggunaan KMP Simeulue untuk melayani rute penyebarangan tersebut belum optimal. Selain jumlah penumpang relatif sedikit (jauh lebih kecil dari kapasitas angkut), biaya operasional yang

ISSN 2086 - 8421

2.

harus dikeluarkan sehubungan dengan penggunaan kapal motor tersebut relatif besar. Pemerintah dipandang perlu untuk mempertahankan pemberian subsidi bagi PT ASDP (Persero) dalam mengalokasikan sumber daya armada angkutan penyeberangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)Lamteng (Pulo Aceh). Dari segi bisnis, usaha pelayanan angkutan penyeberangan untuk lintasan dimaksud tidak menguntungkan bagi perusahaan tersebut. Namun dampak ekonomi yang diperoleh dengan adanya layanan jasa penyeberangan tersebut dapat meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat Pulo Aceh dan pulaupulau lainnya dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar.

87


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous (2008) Pelayaran Baru di Perbatasan Aceh-India, Media Indonesia, Selasa 4 November 2008. Aprianoor M. A. 2008. “Analisis Kebutuhan dan Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan Arteri Alternatif di Kota Kandangan”, Tesis (Tidak Dipublikasikan) Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang. Badan Litbang Dephub RI. 2007. “Studi Kebutuhan Ruang Kapal Angkutan Laut dan Penyeberangan Perintis”, Laporan Badan Litbang Dephub, Jakarta. Dishub Prov. Aceh, 2007. Masterplan Perhubungan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh. Dishub Prov. Aceh, 2007. Studi Pengembangan Transportasi Terpadu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh. Frensidy, B. 2010. Matematika Keuangan, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta. Halim, Abdul. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis Kajian Dari Aspek Keuangan, Graha Ilmu, Jakarta. Ibrahim, M. Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta. Morlok, E. K. 1995. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Edisi IV, Erlangga, Jakarta. Munandar, 2002. Bugeting: Penganggaran Perusahaan, BPFE UGM, Yogyakarta. Nasution, N. 2004. Manajemen Transportasi, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta. Priyanto. 2006. “Pemodelan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pelabuhan Penyeberangan (Studi Kasus Pelabuhan Penyeberangan Merek-Bakauheni”, Majalah Ilmiah Teknologi, Edisi Agustus 2006, Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Sekretariat Negara, Jakarta. , Undang-Undang No. 37 Tahun 2000 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 2 tahun 2000 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

86


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

, Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1983 Tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh. , Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan. , Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 53 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional. Salim, Abbas. 2006. Manajemen Transportasi, PT. Raja Grafindo, Jakarta. Simbolon, Masringan M. 2003. Ekonomi Transportasi, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Sitepu, Ganding. 2009. “Analisis Biaya Operasional Kapal Penyeberangan di Wilayah Pulau Tertinggal”. Jurnal Penelitian Enjiniring, Vol. 12, No. 2 Tahun 2009. ISSN: 1411-6243. Hal. 119-128. Soejono. 1994. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi II, ITB, Bandung. Sukirno, S. 2004. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suparsa (2005) “Analisis Angkutan Penyeberangan Lintas Ketapang – Gilimanuk”, Tesis (Tidak Dipublikasikan) Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta. Sutoyo, S. 2001. Studi Kelayakan Proyek Transportasi, Rineka Cipta, Jakarta. Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Transportasi, ITB, Bandung. Widyakusuma, A. 2007. “Analisis Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Saumlaki di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku”. Tesis (Tidak Dipublikasikan) Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta. Yuwono, N. 2004. Model Pelabuhan II-Transportasi Sungai dan Saluran (Inland Water Transportation, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

87


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.