IMPLII(ASIPRIVATISASITERHADAP PERUBAHA}*PERII.AKU I(ARYAWAN DAII BUOAYA ORGATIISASI Oleh : Fakhrunazi Abbas Dosen Kopertis M,t Dpk. UNAYA, B. Aceh
Penulisan nnrraa!,j11!$iy1u$rk *rrtffilt"plikasidariprivarisasi bukan dariaspek bgd arau finansial, tetapi lebih ditekankan padai aspek manus'ri dan orginisasi. trletooe penutis.n *.nggdiak.n-*too. "frrubaf,an library researdr. Dari hmil pembahasan dapat disimpulkan bafi'aa inplikasi ptvatisasi terhdap p,if*u manusia dan budaya organisasi nrenganhkan kita pada suafu kesimpulan peilama, seoagai beikut: .tita seiima ini para pengambil keputusan yang bertancoung jawab terhadap proses privatisisl cenoerung teurr rempe*ratran apek ffnansial dan ekonomi sebagai y"i.b"l yang dianggap menetukan ddam keberhasift pair ini nelihat adanya dua aspek ldn yang patut dipertinbangfan puta yakni aspek manusia dan kultural.
t'"ad;,
Kata kunei : primtisasi , peflaku karyann-an 1.
dn
budaya organisai
Pendahuluan
bahwa sebanyak 90.000 pegawai Departemar Pertahanan Amerika terpaksa harus menjadi
1.1, Latar Belakang
rcisis ekonomi yang fidak bed(esudahan
karyawan swwta akibat program s','r*tanisasi.
nBmaksa pemerintdr lndonesia menata ulang
Angka inidiperkir*an nencapai 230.m0 pada tahun 2005. Mirsha, Spreiber and lrfirsha (1SSO, ea; bahftan nnnyebutkan b*rwa sebanyak 1.1 juta orang
kebijakan ekonominya. Di safu sisi pemerintah berusaha nraksimal mengendalikan pengeluaranpengeluaran yang lidak perlu dalam rangka efisiensi oan di sisi lain usaha yang sama dilakukan unfuk nenggali sumbersunber pendapatan baru dalam
-
dihiturg sejak tdrun 1978, yang bekefa padi indusfi pertahanan Anedka terpd<sa teirilangar
peke{aan akibat adanya progran privalisasi dan
rmgfta menutup defisit anggaran. Salah satu dematif perggalian sumber-sumber pendapatan
pemotongan anggarm belanja penerintdr. Di lndonesia sendiri, dalam beberapa tahun terakhh pemerintah mulai genca melaksanakan
dalah mengubdr orientasi kegiatan pelayanan sodal layaknya menidankan organisasi bisnis. upaya ini biasa disebut sebagai enteryrMry rnnpoft (Dees, 1998). Di tndonesia, rdncani
prcgran Eivalisasi. l(setiusan
otonorni beberapa Perguruan Tinggi Negeri (pTN) dafah.salah satu conbhnfa. Selain itu, yang sedang nrxrjadi tend di negar+negera be*eruang adalatr
nw{ual asel-aset nqaâ&#x201A;Ź, termretrk di
dayakan BUMN. pennrintah bahkan
-
dalamnya
*Urgign maupun seturuhnya (Rama, 1999). !* Penjualan BUMN kepada pihak
sr,'rcta inilah yang tiasa disebut privalisasi. Tenfunya privatisasi bukan
kembali dan kennrdian di swa$akan. penggabungan Bank â&#x201A;Źrim, BAPINDO, BBD dan BDN, nrcnjadi
Bk
seperti
hdonesia, Philippines atau Thailsrd tetapi juga lenjdi hd biasa dinegara*egara rnaju. Cunha and
Mandiri, npski bdum sampai tahap privatisasi, nrerupd<an salah satu upaya penyehahn bank{ank
Cooper (1998) misalnya nelapo*an bahwa sejd<
pernednhh yang bukan tidak mungkin tarSet
mulai nelaksanakan program privatisasi ddam skala yang a*up besar unfuk ukuran negara maju.
yang sama juga teriadi pada
Hrun
1980sn neger&negdra E('pa
bddlotfiya' adalah fiens$restaken benk tirseUut.
pT pLN
ilA
yang
berencana relakukff restrukfurisasi dinnna tirgei bedkuhya adalah merger atau diansi Srddis dengan pih* swata - suatu kangkdr awal menilu
Dengan rnerujut pada l4oran OECD, O,eneas Emrnmh
hopention and Devetopnent, lanjut dikatakan bahwa pada tahun 199f tnggris brcaffi seb4ai regara paling banyak melakulian trograrr}init Sdlain di Eropa, program pniratisasi juga
Sih
pdvatisasi.
Pogram pdvatisasi, baik yarg terjadi di nmeara Senkat mupun, yarg !.o. na
briadi di_Anerika (lihat thuow; 1996). Sebagai contoh, Departenen Pertahanan AS dibawah korundo l,lentert Perbhanan lMlliarn Cohen
sedang, tedadi
di lndonesia, semuanya demi efisiensi Oatarn-rangfa nreningkat<an daya saing, ndakukan deregubi dan nenjrgfatan layanat lrepada pelarggan" renAorong peningkatan produhivitas karyawan, nemperkuai
nenjalankan Defed Reform lnltiative - s-r'rlastanisasi leSiatan*egidan koncrsial yang da dibarvah dept. Tersebut (Peters, 1999). Datam kurun uaktu i7 Hrue mulai HTun 1979.:1996, peten menyatakan
pasar nodal dan nembanfu nengurangi beban penedntah (Cunha and Cooper, 19gg: nD. Sayangnya tuiuan mulh
23
I
sengaja
mengangkat seorag nqnapr pofusionaf yarig sudah malang nelintang di dunia bisnis ianil Abeng yang diteruskm oleh Laksamana Sukardi qenjadi oâ&#x201A;Źng noflxlr safu di departenren tersebutl harapan agar BUMN yang sebagian besa 9.rng."n kinefanya kunng rnengunfungkan dapat iisehadcan
reniual badan$adan usaha milik negara (BUMit)
nonopsli negafttnegam berkenbang
penerintatr
fitunjulkgn dengar dibentuknya satrr departemen tersendiri, khusus unfuk rnnangani dan rerber-
dai
privalisar* 'mi iuga
nr€mbiilmd 6f€t( s{impihg yalg sulit dihinda*an. Sd*r satunya addah terjadinya PHK dalam jumlah yang arkup besar (Rama, 1999). Jika Departemen Pedahanan Arnerika harirs rnernPHK puluhan dbu lndonesia kayawan seperti contoh misalnya, bersamat dengan bedidnya Bank irandiri, ribuan karyawan sedag dibwad unfuk
Cooper, 1998: 202). Feftam*, bedasa*an afasat
ekonomis diharapkan
dialami perusahaan-perusahaan sektor publik sehingga perusahaan ini mampu membiayai diti sendid rnrgingat pemedntah sedang rnengdami defisit anggaran. Ddam kasus privalismi Ratdabud
di atc, di
nengikuti progrdm pensiun d[n[ yag rwl$€ne adalah upaya manaiemen untuk nrer*iondisasi
-
- kata lain dad PHK. Di sanping teddinya PHK secala besar{esaran, privatisasi iuga
dikhanatirkan akat mempengaruhi sikap dan pdlaku karyawan yang nrmih tinggal, perubahan manalemen manusia dan perub&an budaya organisasi (emha atd Goopen, 1903). K€{iga implikasi terakhir ini serirp kali luput dad porhatian
dry
karena para penganbil keputusan
kdarg
sohrdl psusdla*l pmgtlasl bn?ga ffiik
m'ilik
pemerintah Thailand yang sedang dalam tahap perbangunan, pemaintdr Tha{land beftarap bisa qerqhasilkan tidak kurang dari 1.64 milyar dolar AS. Pemaskan ini dihar4kan bisa digunakan untuk mengatmi masalafr caslr llow dan beban hutang yang didant' oleh perusdraan tersebut (lihd: East
karyawan
sumber
dan keuangan, program pdvatisasi d4at menbanhr rengurangi defisit yang
A$ar Exea{iile Reporb, 1988), Di sanphg ihl
privatisasi juga diharapkan dapat maingkakan efisiensi dan kualihs layanan serta mengurangi ketedibatar penerintah secara langsung dalan
lebih
nnmperhatikan aspek legal dan finansial kelinbang aspek manusianya (Caftwight and CoopOt,
kegiaEn bisnb.
Kedua tujuan inbrnalif dad pivatisasi
1993a, 1993b,1995). 1.2.
umumnya dikaiU<an dengan cara pemberian insentT bagi m&aFr dan karyaml lainnya. Pembedan manaier atau karyauan perusahaan insenlif
pdaf aspek mmusta dar oryani$. Lebih sp€ifik
negara umumnya lidak dHasakan pda peiomanoe based btapi dirJmakan pada masa kefa, seniodtm, toyatitas dan kedudukan karyau€n 0hat M. t*teHr Said, 1985). Dengan cara pemberian insentif seperti ini berarti sdama seoraq karyawan mentaati afuran-
TuiuanPeru$san Penulisan makladt ini berbjuat unbk mengehhui irylika;i dari pivatisasi bukan dai aspek legd atau finansid, tetapi lebih ditekankan
b4i
lagi, hriuan penulisan ini diardrkan unhrk memahami bagaimana eaksi dan sikap katyawan khususnya karyamn yang masih tinggd diperusduan brhad4
d.rran y.ang berlaku, lidak peduli apak* karyarat tersebut nemberi kontibusi terhadap kemajuan perusahaan dau tidak, selama ih pula rereka
privatisasi dan bagaimana implikasinya tefiadap budaya organisasi - 4akdt budaya organisasi yahg yang da cocok dengan lingkungat perus*aan -l4ta baru, iKa fthk, p€tntffiiEtt-itdialbailiafi lang
beftak nendapat<an insentif. Demikian iuga semakin
htiE wrdfq kailmr*r behrp seillaffi miggi trtla insentif yang akan diterima. Sebdiknya, dengan privdisasi perusahaan dihrntut untuk menbedkan insentT bagi manaigr dan. kaqarvan berdaarkan pefionmnce basd- sesuaidengan kinaja masingmasing. Untuk ihr perusahaan harus efisien, baik
perlu dilakukan.
2. Unian Teodtis
2.1. Prtuafsasi dan
Perubahan Oryanisasi Seperli teldr disinggung pada awaltulisan ini, privalisasi pada dasamya addah mgmindahkan pemilikan, sebagiat hat pergelolan d*r seluruhnya, usaha+saha milik negara kepada pihak $ff6ta. lleski dalam dunia tfsnis perubahan
#u
produdive efficbncy (ncminimalkan biaya) maupun
#tt
etrEienq (penen*nn harga jual fang mereffeksikil besamya biaya produksi). Selanjuhya aga bisa efsbn, perusahaan harus rempunyai informasi yang bngkap, baik inforrmi pasar unfuk tnJu4r pcfigukfian llrffila p€rusahdan fidupun informci tentang kinerja karyauan sebagai dasar
aMive
pengelolaan ahu pemilikan perusdaan sebefulnya merupdk*t hd ydri$ biasd, tidek dcmlldff dcngafi privatismi. Barangkali hal lslimeua dalam privalisai adalah alman pemindahan tersebut bukan sematanrata'alasarl ekonotris b@{ ftadan*kadarg alasan
politis
dau dasar h{n yang
pernbedan insentif.
l(eliga, dda*'kaikmya dergan bjuan
sfabgis, privatisci diharapkan dapat meryubah odentasi perusahaan renuju ke penc4aian sattt hrjuar yang lebih speiink pe*onsenbasipda core business). furubdran orienbsi' ini tentu saja membuhrhkan stategi perus*aal yar€ koheren kebdikm dai stategi perusahaan negara yang
meniadi dasar
utanranya. Dalam kasus pdvatisa{ yang tetiadi di lndoresia abu di Philipp{nes dan negara-negara be*e,rnbang pada urnr.rmnya. peran' itllF tantBak
sangat dominan {Euroueek, 1999; Rarm, 1999)' Artinya, kalau tiddt ada desakan dad IMF bukan
umunnya lidak terarah (disamy). Kelidakterarahan
tdak munglin privdisasi tersebut lidak dilakukan. Sectra umum, ada lima hd Pnling Yang patut ncnjdi pefratian dalam pogram pdvatisasi
sfabgi perusda,an negtra tedadi karena fuiuat
ydfu: dcan ekorpmi dan keuargan, infonlns[ $e[egri, -Flqtiri,rirffit da{} kufrtird tgwilla 66
-&.&l}
yang ingin dicapa{ sangat vadatif, tidak konsisten dan kdarg saling berlavnann. Pasal4 ayat (1) UU no.
t9'Prp 1960'n*s$n)ia nrdry&rt8(*| bailiwt
24
I I
t
a
il
I I I I
tujuan yang ingin dicapai. Perusahaan Umum
2.2. Perubahan Organisasi Perubahan lingkungan intemd merupakan konsekuensi dad perubahan status kepemilikan perusahaan. Ketika maih dimiliki oleh pennrintah,
(Perum), yakni tujuan sosial dan tujuan konersial. Termasuk dalam fujuan sosial misalnya, memberi ;asa dan nenyelenggarakan pernanfaatan umum, rnembanfu prerintdr dalam nenciptd<an lapangan
keria dan ikut menpromosikan
perusahaan difuntrt untuk nencapai dua fuiuan sekaligus: fujuan sosial dan komensial (Dees, l()g8; M. Nahir Said, 1985). Dari kedua tujuan ini, tujuan sssial urmrmnya nrernpunya{ poni yang lebitr besa ketimbang tujuan komersial. Di lndonesia, kondisi ini
pembangunan
daerah. Di sisi lain Perum juga diharapkan dapat rileiâ&#x201A;Źha;ilka*r tsa $bâ&#x201A;Źgaf hrjuan ktriixxifd ([hd; M. Natrir Eaid, 1985:18). Kedua tujuan yang saling berlauanan ini tentu saja mempersulit Perum dalam rnembrmulasikan sbat4inya. Penelitian Cunha and Cooper (i998)
pda4l
basi BUMN yang berbentuk pERUM. B4i PERJAN bahkar tidak dikenat tujuan komeniit
Elgly
karena PERJAN merupakan bagian
perusahaan yang bertokasi di
Oll
berbagai negara nenunjukkan bahwa perusahaanperusahaan yang rnnjalankan pdvatisasi temyata mampu
hk
terpisahkan
yang
siHnya
philantrophic mumi. Sedangkan untuk PERSERO,
rneski tuiuan kornenra! bbjh diulaqnkan, rlllst
neningrk*an proft*ilitas dan efisiensinya,
Hal ini tidak lain karena strategi yang dilenapkan
sosialnya tidak bisa dihilangkan sama sekali. Dengan
perusahaan-perusahaan tersebut lebih terarah dan
adanya fujuan sosial berarti perusdraan tidak bisa dengan leluasa nenetapkan harga jual produk{manya.sesud harga pas*, Akirbffrya seiing
koheren.
KeemBd, dengan privatisai berarti tefadi perubahan fungsi pengawman perusahaan, dari
terjadi pendapabn dari penjualan
penerint$ ke pihd< swasta. Jika sebelumnya pemedntah merpunyai $el,{enang unfuk
tersebut
investai,
cenOerung
khususnya dahnn rangka nrenjaga ciha dan tujuan
ini biasanya diikuli dengan pengurangan jumlah karyauan dan adanya lUntutan agar karyawan yang tinggat bekerja lebih baik (Nijhof
so!;ialnya. sayangyir tujuan
baik
pemerihtdr
tersebut sering disalahartikan para
pengelola
perusaltaan publik seotaholah kepentingan jingka panjang perusahaan adalah tanggung jawab penerintah. Pemahaman yang salah inilah'yang
alasan
nengapa hal ini tedadi (1) sâ&#x201A;Źhtah danya privatis*i,
posisi peredntah dan serikat kerja seb4ai
publik
rertembh, Ddam hal pembenan cubsidi int, peredntah sendid nempunyai kepentingan
fungsi pengarasan
dd
menjadikan subsidi, dalam batasbatas tertenfu-,
(2) karena cenderung pdd karya dan
konhol nenjadi semakin lemah
perusahaan
melqandafi<an,sur$er pendapa{an lain yakni subsirli
dengan pivatisasi semua fungsi inidikendalikan oleh phak suasta atzu paling pdirq tidak peranan pemerint* menjadi sangat minimal. perubahan
and Fissher, 1997). Minimal ada tiga
produk{asa
f nya bisa digunakan unfuk nrenutup biaya Kalau akhimya
ncmperoleh laba, seringkali fFerasl. laba tdrsebut tidak cukup untuk reinwstasi. Oeh karena itu untuk pembiayaan jangka panjang seperti
npnenbkan siapa yang harus nenjadi pimpinan puncak perus*aan, rnenenbkan besamya jumlah kxyavan dan mengarahkan tujuan perusahaan,
sebagai sumber inefisiensi bagi perusdraan publik. Sebhh dimiliki okh pih* srvasta, tuiuan sosialperusahaan tidak lagi nrenjadi prioritas utima.
perusahail negara inefggn dalam pengeloaan sunber daya manusia
dan (3) dalam rangka pengurangar bebah biaya gaji
Kalau tidak dikdakan tidak ada, tujuan sosial tersebut sangat minimal (Fiesser, 1gg6). perusahaan yang tekfi dis$Estatan bbih berodentasi pada
k*yauen karena adanya over staffing. Tujuan kelimi privatrsasr' adalah mencidaftan budaya perusahaan yang selans dengan lingkungan bisnis yars bau. Sebagaimana kita ketahui, pada umumnya perusahaan negara nxlmpunyai budaya yang sangat birokralis, kepemimpinan yang cenderung otodter tidak vlsioner, tidak inovatil
dai
tujuan konensial yakni rpmaksimumkan kekayaan pemilik (sharelm Her uattre maxinizationl. perubihan srientasi h{uan bnsebut berakibat pada penrbahar
Qar? lEngelola peru$ah@n utamanya karena perusahaan tidak lagibisa bergantung pada subsidi pernedntah seperli halnya pada perusahaan negara.
-
tidak efisien, sentralistik dan bahkan sering dikatakan
sebagai non*oaersial atan anti *onensial (lihat nisalnya Cunha and Cooper, 1gg8; Hennessey Jr.,
Oleh karenanya penjualan
pduk
Aan jma
merupd<an satu-safunya sumber pendapatan aga perusahaan bisa bertahan hidup (suruno) Oan dai
1998; Reynolds, 1986; Pheysey, 1993). Lingkungan
IIir ryg baru dengan ciri perusdraan tidak tagi t*sa beitumpu pade Subsidi penrelintiih'
pendapdan inilah pemilik berharap kekayaannya bertambah. Dengan adanya perubahar cara baik
nlenUntut adanya perubahan budaya karena daya kompetitif perusahaan tidak lagi bisa mengandalkan peran ?ernedntafr tetapi bergantung pada panilaian pasar.
lingkungan intemal yang berkaitan dengan perangkat Oeruqhaan maupun perangkat lunaknya. BaHttrdr GlDBhat (1991) cfan GlltHr-at'tran &rrfett (1995) nengatd<an bahue perubahan perangkat kerc oryanismi sering disebut perubahan strukfural
lera
Jika perubahan budaya ini tiddr dilakukan maka G<hawatirkan tujuan pdvalisasi yakni nreningkad<an vdue of frn frrm 6ak akan tercapai.
yang ndirutperubahan sbategi, sistem dan sfuktur organisasi. $edangkan perubahan pada perangkat
25
Il
departemen pemerintah
-
wdaupun ada kemungkinar gaji mereka be*urang'
lunak disebut seb4ai perubahan kulturd (Bate,
Kondisi
1994). Dikatakan sebagai perubahan kuftural sebab pms& peruUatran tersebut teridi secaa grdY?' b",t"ngsr"g arkup larna, bisa memkan wakfu
s6tuin,' 1s7), sb.E€iiYEina dFra*afi
Bde (tgga), Cartwight trnd Oooper (1995)
keodian oleh karenanya kelidak
-
ieneli$annya nerrydonpokkan mcyarakat
lndonesia sebagai masyarakat yang fiF{npunyal
tingkd uncedahty anedanw yang tinsq'.mSgwa
awillanrn ini disebabkan xlah satunya karena sebagian bear masyara kat lrdonsia
unertAfi
menempailen keamanan keluarga sebagai otbntry hidup rnere*a (Sobirin, 1997). Jadi, PHK yang pada
-
dmanya menyeb*kan seseorang menjadi
sffiegi perusahaan harus berubdt kabna adanya perubatrar tuiuan perusahaan, lanosunq aat., tiO*' perubahan ini berpengaruh Ketika
pst
kayl3
ketimbang yang diPHK.
rcreta justou
betbagai
Cooper, tingtundn kerianya -illishra,(Cunha and
murr:utnya rs$itbnisi ini urru-mya deFfig
dson;
rnanakala
1996;
SpeiEer and h{shra,
1998; 1998;
Mesdr et.d., 1999). Perubahan-perubahan tersebut
perusahaan yang diprivdisasi menrbatr struktur orsaisainya dari yarg sangat hirakis ke stuktur
pada gilirannya dtan menyeb$kan teriadinya daya berubahan kebijakan manajenen sumba
Demikian jug,
manusia (MSDM). Sebagai contoh, jika perusahaan perusahaat menerrykan kebijakan downsizing
perubahan bniUatta't strategi harus diikuli olefi t"trh't sbategi budaya organisai 4ar .[Y diinp'bnen6sitan (A. S€birin, 1999; Bate, 1994;
-
tidak menggan6 kafaqan yang diPHK' berarti karyamn yang masih tinggal harus reng{akan
Wlkin ard Ouchie, 1983). Penielasan ini sekdi lagi rnenunjukkan bahua manakda tajdi privatismi, mafa Uaif perangkat keras mzupun peragkat lund<
yang semula ditarqali rerck1 pe(eriaan+eteriaan yang diPHK. Bagi karyawan yang maih tinggal itengan demikian bebar kerianya bertambah dan tentunya nenuntrt mereka neluangkan bbih banyak wattu, dan rnengeluarkan lebih banyak energi'
oq&isasi, keduarYa harus dirubah. 3. Pembahaaan
Disampirg itu bmbdran pekeri-aan tasebut iuga
3:1. lnpfilasi Privatisasi terhadap Perubahan
secarr tiOaf hngsung mensinydkan
Perilaku KarYawan Di muka telah diielaskan bahwa kayawan
karyauan
harus
bahwa menambah
kehanpilan/pargebhuan baru atau yang bima
pihak yang terkena dampak secara langsung ketika 6ridi p*aioti. Dampak yang paling buruk
daldr
re"skffling- Karena privdisci cenderung berakibat pada perubahan kebijakan perus*ary' sebagaimana telah disebufl<ar di das, maka ada keceiderungan pula bahwa karyauan nemandang
di*bui
adalah PHK. Pengurangan junilah karyanan ini
privatisa;i
nengingd kebieaan perus*aan sektor publik-yang cenOining padat karya dan overstaffng (Rama 1999).
menghdaPi
persodan, baik di dalan maipun diluar peke{aan' bersodan ini munort terutana kaena pdvdisasi umumnya diikuti dengm perubdran kebiiakat prusatiaan seperti perubatran sbukfur organisai, iujuat organisasi, teknologi dan sekdigus perubahan
ogarisasi ini belum nemberi iaminan bahwa pe-rusahaar bisa nrenqai tujuannya .t ttq 9q.ffif iika resistensi dari kayawan unhrk ndakukbn 'perubahan sangat tinggi (Cartwright ard Cooper,
dad
lndonesia. [leski serirg
dik-ertd<ar teUtr Oeruntung, karyawan yang mcih tinggal (tidd< diPHK) sebetulnya lidak l€bih baik
stittui organisasi tecebut iuga haus dirubah perubahan skuktur {BuUer, l9et1. Setaniufrya,
merupakan konsekuensi logis
tidak
depannya dan kdridupan keluaqanya
uali iiuagian ora€
Untuk lrengakonpdasi perubahan sffiegi' sffttktur organisasi iama mungkin tidak ocok l4i dengan linikungan perusahaan yang baru dan obh
yang flat (Cunha and Cooper' 1998)'
ritaa
iersanggu nnrupakar sesuatu yang fi€naktqdt
brh'ada; sistem dan stuktur organisci perusahaan'
tirgkat menergah , manajer -
pastian
{urwnantg harus dihinda*an' Hofstede dalam
bersamaan agar hmilnYa oPtinul. Uraian di das nenuniukkan bdnra ttjuan perusahaan dapat dicapai dengan menggunakan dua oeranokat vaihr perangkat keras (hard syslem fools) dan iarg ierdid dai sfategi, struktur dan sistem, ierirokat lunak (sofi syslem luols) budaya
dari
d€F
HoHede, wertainty avoidance adalah suatu sistem nilai dalam masyarakat ymg nrenjunjung linggi
dan Wilkin and Ouch'p (1983) rnenegaskan bahwa dalam setiap perubahan, perusahaan lidak bisa sbukfural alau hanva npmilih salah safu aspek kufturd saja sebagd variabel yarq harus diubah, tetapi kedua cpek tersebut harus dikelola secara
issol.
' W
airlklarrrc (Hobtede, 1980' 1997) dat menjunjung nilai-nilai keamanan keluarga (lbmtl! secufu) bU"gti pandangan hidupnya (lihd .A'
{Hosftede,1997).
l^a,i.oi.
seseorang/
yang tinggi- tertraCap kelidaknenenfuan 'unertanry
and Hekefr, 1992).dan beberipa tahun (Kofter -manusia dan brxlaya organisoi nelibatkar unsur
'
ini berlaku khususnya bagi
masyarakat yang rnempunyai tingkat penghindaran
dan rnenSfapi perubdran tersebut dengan pandangan d'an sikap negatif dan skeptis'
Di;aiu sisi karyawan yang tidak terkena PHK
'PanOargan
Olsa'difata<an lebih beruntrng sebab nrereka lidd< perlu bbrulSd pryai, iifni:ari: pekeriaan biaru
dar sik4 negdif inildr yag
peffti€fi Aa'ir mO*rpafan Enda"tanda
menjadi
am] kayawat
26
il
m€ngalarni sfiess di tempat kerja (George and Jones, {999: 303; lvlerdr et. al., 1999). Secara definfif yang dinnksudkan dengan sftess di ternpat
kanJanan rempunyaidua pilihan
kerla (orcupalona dress) adiddt persepsi seseorang terhadap kondisi dinamis di tempat keria ketika menghadapi kesernpatan, ancaman atau tuntutan dalam pekerjaan yang hasilnya dianggap san$d'iiietrn$kan tdtapi tirlak paSti seliiigga orang tersebut merma tidak manpu mengatasinya secara efektif (ihat misalnya: George and Jones, 1999: 291; Robbins, 19S: 611). Berdasarkan definisi ini bisa dikatakan bahwa privatisasi rnerup*an sumber teriadinya stess, k'hususnya jika kryawar meftFa bahwa kemampuan yar€ dimilikinya tidak sebanding dengan tunhitan peke{aan, Defin'rsi di das juga
yang nnmadd dan di sisi lain kesempatan kerja masih terbuka lebar. Tetapijika tidak, suka atau tidak
karyamn harus btap tinggal di perusdraan. Repohya, karyawan yang tetap tinggal di peruSahaan akan berupaya terus unfuk mengurangi dampak negdif tersebut. Dalam kasus PAM Jaya misalnya, karyarvan melakukan demonstasi sebagai benfuk penolakan tefiadap privalisai perusahaan tersebut. lreski tid* dipungkid kernungkinan adanya alasan lain (alman politis n$salnya) namun secarct
umum bisa dikatakan bahwa penolakan massal tersebut nerup*an sal$ s*r bentrk resistensi karyamn tefiad4 perubahan organisasi/privdisasi. Karyawan melakukan panolakan sem€ram ini
b*wa s{rcss pada dasarnya lebih rnerupakan persepsi karya,mn ketimbang realitas, menyira&an
oleh karenanya nnningkat tidaknya sfiess juga bergantung pada faktor lain ydmi kqri badian seseorang (George and Jones: 293). Kayarvan dengan kepdbadin Typ A akan mengalami sfress bbih linggiketirnbang karyawan,dengan l-ype B. Hal yang sama juga akan dialami oleh karyarvan dengan extemal bcus
of
kemungkinan karena: hilangnya kepercayaan rnereka terha dap manajemen, ketakutan karyauan terhadap
ketidak menenfuan masa depannya, be*urangnya pendapatan karena pemotongar gaji, maih adanya kemungkinan diPHK, teqanggunya hubungan sosiat
kemcyarakatan, rnenurunnya stafus kepegrudan atau kalena adanya ancaman-ancanan psikologis
eonfrol dibandingkan karyauan
dengan inlemal locus of mnboL
$ejarh
baik yang dil maupun yang hanya sekedaranggapan 122'123;
ini sfess bisa rrenyebabkan
karyaan (lihd misalnya herson,
kayawan mengalami gangguan fisiologis, psikologis dan perub*an pdlaku (Geoqe and Jones, pp ZB4-
n\.
*ess
Secaa fisiologis,
misalnya
(karena alasan-alman tertentu) mengernrkakan ketidak setujuanny-a terhadap pdvatisasi. Dalam
pa*
penogokkan diarndiam, karyaaan seperti dikatakan
oleh Chenington (1989:300) tetap bekerja seperti biasa, namun dalam nenjalankan pekedaannya karyawan hanya setredar. bekerja untuk nendapa*an
#u
naft*
dan lidak punya keinginan untuk ikut nenjaga kelangsungan hidup perusahaan atau nremikirkan loyalihsnya terfiadap perusahaan tersebut, bahkan sebotasesabotas€ k&it seflngkati dilakuketl ot€tl karyawan untuk mengharbat produktifita.
-
perasaan depersonalisasi, rendahnya prestasi yang
Privatisasi, dengan demikian secara
dat enntknal exhatdion. fua't' behay'ioral
sfe,ss juga ber*ibat
p#a
fisfttog,s, psikologis, dat fuhaviotal menyebabkan turunnya emangat ke$a (nonle) karyar,wr secara tajam yang tenfunya akan nerugikan kedua beldr pihak terfradap perusahaan dan karyauan ifu sendiri. Bagi perusahaan, pefluruanan sernangat
perubahan prilaku
karyauan. Meski pada level tertenhr sftess nrenberi danpak positif yakni rneningkatnya semangat kerja
-
dar
goduktintas kayaum, namun jika. dress brsebut berlebihan karyawan yang semula baik,
ke{a karyawan dapat rrenimbulkan rnenurunnya kine{a perusahaan dan disisi lain penurunat
sangat ramah, suka npmbanfu karyawan lainnya, rrudab memahami orang lain atau nrenpunyai lrubungan interpersoral yang baik bisa berakibat
semangd kaja juga berarti menurunnya kepuasan ke{a karyauran.
sebaliknya.
rffi'Fak
tg$:
Mishra, Spreitrer, Mi$rra, 1998:84). Setain datam benfuk demonsfasi yarg pada dcamya merupakan penolakan agresif, karyauan juga *an nnnsik4l privdisasi dalam bentuk silent prctest (protes diarn diam) seperti: fmzen athhtdes (sikap dingin), nonpartisipatif, dan bentuk{entuk sr/ent profesf tainnya. Renhjk tt€r+ol*drn diem{ra-m s€tFTt, ini iniincul manakala karyav:an tidak berani secara terbuka
renyebabkan gangguan kesehatan. Yang paling ringan, karyawan rcngalami kelelahan, atau seldu berkeringd dingin. Karyawan juga bisa mengalami 'nionftigkarrfa detrf€rsi, tekdtidn dardh atru s$aliknya menurunnya tekanan dar*r secart &astis, ndknya kadar gula dardr dan yang letrih lagi bisa rnenyebabkan sakit jantung. Senrentara ifu, secara psikologis sfress juga nengakibafl<an karyawan menurun rasa percaya drinya, merasa takut yang bedebihan, marah, teeewa, pecrsairn brhina, menponyai rasa bermrsuhan. Karyaraan bisa juga mngalami apa yag disebut bumod yakni keleHran psikologis, ernosi dan fisik secara berbarengan. Bumout tefadi manakela karyavan nrngalami sfiuss ddam uakht yag relatif lama yang ditandai dengan adanya di.eapai
- pindah kerja dau
tetap linggd diperusahaan. Aftematif pertama hanya dimungkinkan jika karyawan rnempunyai kemampuan
Untuk mengunngi/nenghindari sfess dan tieginif. hin dail piiviliasi, pding_ ffi?*
27
1985, 1990, 1994. Tennasuk dalam asunsi dasar misalnya keyakinan (belbfs), nilai-nilai (valrcs) (Klucfthohn and Sbodtbeck: 1961), filosofi atau
3.2. lmplikasi Frivdisasi terhadql perubahan Budaya Oryanisasl
Selain berpengaruh secara
individual
ideologi organisaSi (Leadford
leftadap peolanan pdlaku ka4ta&an, privalisasl lingkungan orgarisasi, khusumya terhad4 iklim dan budaya. Seperti telah disebufl<an di ahs, pivatisasi umumnya akandibarengi dengan perubahan budirya o-rganisasi karena budaya yang lama sering dipandaq tidak lagi kondusif dengan tatanan, lingkungan, fujuan dan misi perusahaan .yang baru, Sebelum memahami lebih jauh tentang inplikasi pdvatisci terhd+ perubahan
karenannya cara tersebut menjadi pola dasar dalam
diperdebafl<an atau dipersoalakan kebenarannya. Proses hansformasi dan intemalisai asurnsi dasar
keddarn prilaku para anggota organismi bisa dilakukan nplalui rnekanisrne bmal maupun informal Secara informal, budaya organisasi bisa didiseminasi melalui ritual, cerita sukss perusdtaan, upa€ra, mitos, nnupun bahasa sehad{ad (lihat
pengertian budaya organisasi.
Seeqa enthrepobgig Ashley t$srlt€u mengatakan
bahwa budaya adalah pola berpikir dan bertindak yang tercermin dalam aktivitas kehidupan manusia. Pol+pola sepeiti alfilmya mcmbeiituk v?y of ltre, yaihr cara hidup tertentr dad sudu rnsyarakd, yang
sekaligus rencerminka ldentihs brseh*. Ata{! seperti yang dikdakat
misalnya: Beyer and Trice: 1987; fdartin et.al.: 1983; {Vtarrtin
organisasi berikut (Cunha and Cooper, 1998) bisa dijdikan sebagai dat diseminasi: 1. Kooperasl, yatni pilihan p€nting anttrd usaha
masyarakat Chdstopher
indMdual dan
-
penger,tian
2.
3.
6.
7.
didatan organflmi'
Pengertian ini nerberi arti bahwa organisai yang berbeda akan rnmpunyai sislem Pe@dqqt sistem makna dari satu organisasi ncnyebabkan oryanisai tersebut mempunyai karaKeristik yang unik, bebeda dengan karahedslik organisasi lainnya (Gagliardi, sebuatr
orgaris*i nenpunyai respon yang hrbeda dengan organisasi lain kelika kedua organisasi tersebut
nenghd4i masalah yang sarna. Demikian juga pe*,€{ffi $sterii niaknd taaibiit' inentdbabken
anSgqta
secara
Persepsi, yd<ni interprehsi bersana di anlara pan anggota organisasi terhadap pengalamal para anggota oqanisasi. Perilaku, yakni sejauh mana tindakan-tindakan para anggota organisasi diarggap benar dan membed arti b4i organisai.
untuk berubah. Kalau toh akhimya harus berubah, karena kultur sifatrya dinamik (Bate: 1994; Hatch: 1993; Harvkins: 1997) maka perub$an itu teddi secara $radual. Hal ini terjatli bukan semah-mati
prilaku organisasi ifu sendiri.
Jkaditelt swi Jebih lattiut, akar perbedaan
pda mumsiqzurst
karena kulfur tersebut sudah nengendap pada pikiran mcing-masing anggota organisasi, tehpi karena kufrur telsebd tel* terkiSalisati kedalam
dasar (kadangkadang lidak tertulis) yang mereka gund<an untr:k memecahkan persoalan organisai
&tein
jaun
t;olbcliw nartal pqramnhry, neka kuftur *sah
perbedaan prilaku para anggota organisasi dan
1986; dan
Kqmdmen, yakni seber?pa
yang
Oleh Hohtede (1980; 1983, 1997) dan Hofrtede et.d. (1990) proses intemaltsasi hdrya seperti tersebut di atas disebut sebagd rnertal programming. Dari prmes ini kemudian terbenfuk apa yang disebut kuhur/budqya organisasi yang komponennya terdiri dari Asumsi dasar, nilainilai perusahaan dan artefak (Sdtein: 1997). Hofstede (1997) lebih lanjut mengdakan kaena adanya
makna yang berbeda pula.
Sdre:
psan{esm apa
bagaimana pesanfesat
dar
erpsional dengan oqanisasi.
b4i
(Davis, 19&4;
Komunikasi, yakni
disanpaikan
organisci mengidentifikcikan dirinya
pla
bersumber
Konhol, yd<ni kemampuan unfuk nrengambil tindakan dalan rangka ncncapai tujuan yang
tersebttl diinte4ehsikan.
5.
(1984). Davis {p.1) menyatakan: "Budaya organisasi adalah pda keyakinan dan nilai-nilai organismiyang dipahani, diiiuai dan dipraktekkan (sftared) oleh tersebut anggota oryarisasi sehingga organisasi memberikan makna tersendid bersangkutan dan menjadi dasar afuran berperilaku
m*na ini
pengarnbitan
teiah ditetapkan;
4.
Dalam konteks organisai, pengerlian budrya misdnya dberikat oleh Stanley Dads
sistem
untrk
keputusan tensebut.
dengan nmyarakd.
renffian
us$a kelompok,
Pengambilan keputusan, yakni siapa yang r?rempunyai *ekuasaan
lain dengan esr.smi bahwa dalam yang lebih sernprt, Qryanisry iden$k
1986:11$ fang pada gilirannfa
ald Porwrs: rcgq Trfrn and Beyq:tgE4) ): ifu secara brnral, rnskanisme dasar
Senpntara
Dawson (Poespowadoio: ibid) cultue is a mmmon kulfur seb4ai cara hidup bersama. rrray of fife [4eski pengertian ini nu.rlanya hanya digunakan untuk irEmbedakan way 0f fife dari Sattl maSyarskat dengan nrmyarakatyang lain, *himya pangertian ini diadopsi unfuk menbedd<an satu oqanis*i dengan
organisari
Wendenhof and
merrmatrkan persoalan oryanisasi yag diaiarkat pula kepda generasi berikutnya (anggota baru organisasi) sebagai cara yang tidak perlu lagi
budaya, maka terlebih dahulu akan dijelaskan
(lihat, Poespowardojo, 1989: 219),
Jr,
Stahley: 1995). Sdein mengatakan bahwa asumsi dasa merupakan cam yang dianggap benar, oleh
juga akan menyebabkan perubahan
19S3, 1984,
28
il
sistem organisasi yang telah rpreka bangun
budaya bukanlah pekerjaan yang gampang (Bde,
bersama.
1994; HoHede: 1997). Dad sudut rrraktu, perubahan
Berdasarkan pengerlian ini maka dapat dijelaskan rnengqpa tedapd perbedaan, secara kulfurd, antara perusahaan publik dan perusdraan slasta dan mengapa perubahan budaya organisasi sebagai akibat adanya pdvatisasi susah dilakukan. Pebedaan mxnsi da*r kayakinan, nilai+ilai,
ini bisa nenghabiskan sarpai 10 tahun (Kotter and Heskett 1992). ltupun tingkat keberhaitannya masih dipertanyakan kapna rcspon karyauan terhadap perubahan tersebut sangat bervariasi (Hanis and
Qbona, 1998). Dalam perclitiannya, Hanis
-
and
Ogbma mergata*an bahwa keberharilan perubatran
filosofi dan ideologi kedua jenis perusahaan ini, yakni perusahaan publik dengan peran sosialnya yang lebih menonjol dan perusahaan s'rrnsta dengan proff
budaya, salah satunya berganfung pada kuat tidaknya kulfur dan sub*ultur perusdraar yang
Perusahaan publik, sejak semula, dkJidksr tidak
terhadap keberhasilan perubahan budaya adaldr
semata-mata unfuk menpeoleh laba, kalau toh pada akhimya diperoleh laba, fungsisosialtet4 saja bbih
berpartisipasi dalam perubahan.
diutandran, Dergar anrmi ini,
paa
setarang ada6. Fd<tor lain yang bepengaruh
kemauan
para
anggota oryanisasi
unfuk
kayawan
perusahaan publik difuntut, dilatih, dan diarahkan
4. Penutup
unfuk mencapai tujuan sosial perusahaan ketirnbang harus rnemperoleh laba optinnl. Akibahrya, prilaku sosial, dihardan, rnenjadi citi dai perusahaan publik yang dalam bahasa Ptcysey (1993) disebut
Uraian dimuka tentang implikasi pdvatisasi terhadap perubahan prilaku manusia dan budaya organlsasi mengarahkan kita pada suafu kesimpulan sebagai berikut Perlama, Jika selama ini para
seb4ai bdaya dukungan (supprt afttrc).
pengambil keputusan
yarg
bertarygung jawd
Sryangnya, dalam praktek s{rppor{ olfiure ini hanya bdadi di antara karyanan perusahaan publik, tetapi
terhadap p{osâ&#x201A;Źs pdvdism'i enOerurrg
lidak te{adi dalam hubungan antara
vad*el yang dianggap
karyawan
dengan pelanggannya. Penyeb$nya barang kali kaena perusahaan putift cenderung bersfid
rnnopolis{ik sehingga seharusnya
menjdi ciri
nenefukan
keberhasilan pdvdisasi, paper ini
dalam melihat adanya
dua aspek lafin yang pdut dipefintargkan
fungs layanan yang perusahaan
lebitl
menperhatikan mpek finansid dan ekonomi sebagai
pula
yakniapek manusia dan kultural.
ini
berubah afuran hukum dan kekuaaan para pengelola perusahaan lebih menonjol. Penjelasan di atas sekal[us renunjuklan dan rpnegasftm bahwa piratbasi - perubdran dari
Kedua, dut dinrensiwd<ftr, para pengambil kepufusan perlu nempefiatikan inpliksi privdisai
renjadi fungsi birokrasi dirnana peranan
-
terhadap kedua aspek ini manusia dan budaya yakni irplikasi jangka pendek dar jangka panjang. Dalam jargka pendek, pdvdisasi diperkirakan akar menyebabtan tin$ulnya nsa fthanatir dan e?ess di kalangan para peganrai yang masih tinggal yang tenfunya akan berdampak pula pada kepuasan kerja dan kine{a perusahaan.
perusahaan pblik ke perusahaan swasta akan dibarengi dengan perubahan budaya.
Kecenderungannya adalah berubah dan power cufture ke drievernent arlfure. Sayangnya rerubah
DAFTARPT'T'TAKA
Adrmd
Sobitin (1997i, Organizalional Culture qf Se@ed Catrolic alj.lslarnic Uniwrsities: A Comparative Study, Unpublkhd Dtssertation, Unirrersity of Santo Tomas, Ivlanila, Philippirnes.
Acnmad Sobirin (1999), l&mahami Arti dan Makna Budaya Organisasi, Jumal Sineqi, fitamierrerr Ufl , hal. 1 89215.
Vol.2 no.2
Magister
Bate, P. (1991i Sffidegt for Cultunl Chanp, London: Butterrrorth Heinemann Bartett, C.A and S. Ghoshal (1gg4'),
Changing fie Role of Top managenent Beyond Sbategy NovemberSeetmber, pp. 79{8.
to
Purpose,
Huvad
Busrlness ierrFli,
Beyer, J.M. and H.M. Trice (1987), HowAn Organization RitualReveals ltsCufture, OrganizatbnalDynamtux,is,
{Spting),pp.5-2a. Buder, R. (1991), Desfunfug oryanizatbns:
A Dqbion Making perspdive, London: Roufledge.
29
I
-rrr-
ard 0.L. Coopor. (1W3a), The Rpb of Cufture Compditrility.ln Successful Organizdonal Maniage, Joumd of Manqenent Exealive, W; 7 (.21, pp. 57-70.
Cateuright, S.
MatWdal Psyc-MqY. 8(6), PP. Cartwight S.
ild
7-1 0.
C.L. Cooper (1995), Organizational tulaniage:"Hatd' versus "Soff lssues? Percomel-Revhw.
2a(3), pp. 3242.
C!
Coo^Per (1998)' Cheninqton, D.J. {1992), Orgaizalional Bet.rtuitv, Allyn and Beacon Cunha,B.C.E.,atd 'ir-ri".[i"tiin Fdor, Jouma! of Applied Managenent Sftrdbs, Deoerber, pp.201-210.
'"-"-
"nd'Hurian
liA: Belinger.
Davis, S. (1984), Managtrg C;orporate Oifure,Canbridge, Dees, J.G. (1998), Enterprisirq
Fiwr,
Nonpofib, Hawad BusirpssRwiew,Jangary-February, pp.5$67.
E?tits' J. (1g96), Do Business Hane,tvloral Obligdons BeyondWhd.trelawRequires?, ./oumal of Business 15,
pp.457-168.
Gag$adi p. {1986} The creation and Change of Organizdiond Cutture: A Corrceptional Frarner,rndq Oryar'izalion Sftrdes, Vol.7, no. 2,PP.119134.
Urer#hg
George, M.J. and G.R. Jores (1999), Mm: Arlrtison WasleYPub. Clr.lnc.
and
Muqiry Agnhdbnal khavbr,Znd
edition, Reading'
b
Proc6$, Haruard
Ghoshd, S. ard C.A. Barlefr (1995), Charging tre Role of Top Man4ernnt Beyond Sbuctrre Eusiness reraew, January-February, pp' 8&96. Gofiee, R ard G. Jones (1996), Whd Holds Dec., Pp.133148, lJtorgan,. G.
he ilhdem Company Togetef, HaNN
Eusiness Review, Nov'
-
(1W6), }be lrnages of ogarffitun, iordon: SageFublldions.
Nijhol A. and O. Fissdrer (1997), Dealing wih Etrlcd Dillemmas in Oryariational Change Processes, lntemalionai''
'
Jwndof
Vatue Bared
Managened,10,p.173192
p6cale, R. {1985), The Paradox of lorporate Culture': Mnapment Revbr,
27,2, PP.
Reco*rciling Oursehrcs
to
Socialization, Califomia
2F41.
Peters,K. (1999), Dovm to Ure Core, GarcnlwtExeaufire, May;31($)' pp.2S28' Pheysey, D.C. (1993), Oryanizalional
Qfitres: Typs afr Tnnsformations, London: Roufledge.
fuepowadojo, s. (1s9), wegrKehfiayan:suduPeffiekdan,Fifsof,s, Jd<aft: Gnrnedia. pp. Rana, M. (199g), Public Sector Dou,nsizing: An lntodudion, Ihe Woffi Bank Ecrlnonh Revbw, January, 13(1),
Ln. Thusmn, M.L. and C.A. O'Reilly lll(1997), lt{nn@thnWhlmwtatftn, Bo$on Ma: Harvard Business SchoolPrcss. Tri@, H.1!{ and J.M. 6eyer (1S4}, Strdying Orgryrfzationd fure
Mnapmnt
Review, 9,
tnolgfi ftles
and Gercmoni*, Affiemy
of
PS5$669.
Wlkin. A.L. and WG. Oudrb (19983), Efficied Culhrp: Enplodqg tre Relationstrip betvâ&#x201A;Źen Culture and Organization Perfo rmance, Admini$raiire S&nce Quafterly, 28' 4W481'
30
tssN 0216 - 3535
Majalah llmiah
CEIVIERLANG Edisi 1 Januari- Pebruad 2010
DAFTAR
FI
MENGGUNAI(AT'I CTL DAl.l ASESMEN OTENTIKDALAI,] PEMBE|A"JARAN Dl SEKOLAI{
MENENGAH PERTAI,IA Oleh : Adieli
Laoli
1-8
..,...-.........-....
PERLINDUNGA$I HUKUM TERHADAP PIHAKYANG TEMAH DALAI{ PENGGABUNGAN PERUSAHAAI'I MENURUT UNDAI.IGUNDANG NO.40 TAHUN 2OO7 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Oeh:.AlbertK Sarumaha
9-14
PENINGKATAN PENCUASAAII KOSAKATA UNTUK MEMAFIAIJ|I WACAI'IA BATIASA INGGRIS MELALUI PENGGUNAATI MEDIAPERMAIIHN SCRABBLE Ohh: Fdnawag IMPLIKASI PRIVATISASI TERHADAP PERUBAllAl,l PERILAKU IGRYAWA*.I
odr:FakhrunaziAbbas
..........
....:*.i::::ryY"-*
PERAl.lDANKlNERJATEMGATATAADMlNlsTRAslsEKol.AHo|eh:Fakrunidha'........'....'. Al,lAtlSlS PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYAKERJA S/qRANADAN PRASARANATERI{ADAP PRESTASI SISWA SidA Dl KOTA LAtlGS/A Oeh : Hanafiah
35 - Ag
PERAI,IAN KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU TERHADAP KUALITAS PENDIDIIGI'I Oleh : T.
40 - 46
PENGARUH PENGEMBAI'IGAT.I PEGAWAITERfIADAP PNCSTRS KERJA PEGAWAI PADA BADATI KEPEGAWAIAI{ DAERAH KOTA MEDAN Oleh : Usrnan Taigan
47
...................
F
Junaidi
t !
................
-52
PEMBELA'ARAN KOgAKATA BAI.IASA INGGRIS PADA TINGKAT SEKOI.AH NASAR DENGAI{ MENGGUNAI(AI.I MULTIMEDIA Ohh: Muhammad Reza Arief ...................... Sg - SS
...............:.......
Nurlina PERAtIAt'l GURU DALAM ADMINISTRII.SI PENDIDII(AN Oleh : Zakaria
REORIENTASIPARADIGMAPEMBANGUNATI
EKONOMI Ohh:
59-66 G? -
Tt
PENENTUAN UREA SECARA POTENSIOMETRIK CIeh : Heslina
PSIKOI-@I KLINIS
DAT.I
PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA OIEh : IThs
MifiAufi
PENGARUH AKIIVITAS CACING TANAH TERHADAP KESUBURAN TANAH Oleh : Muhammdin
79.83
Suhut...
84 - 8S
Majalah
rtmiah
lssN
0216 - 3535
CEMERLANG Edisi '! Januari- Pebruari 20'!0
KATA PEI{GA}ITAR
I
R rrt.ru'alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah, dengan nahmat dan karunia Allah SWT, telah terbit CEMERLANG majalah llmiah Umum Edisi
1 Januai-
Pebruafi 2010. Pada edlsi inidihyangkan 21 (dua puluh safir) karya tulb
karya tulb dan hasil penelitian.
.
Kami rcnghalapkan untuk
te0ihn di edisi
rnendatang pan
staf Pengaiardi lingkurâ&#x201A;Źan peryuruan
TinggiNeged (PTN) dan Pequruan Tinggi Swmta {PTS) untuk berpartbipaidalam menyumhngkan karya
-..
Tulisnya, sehingga dapat meniadiunahana informasi yang Up to dde bagi perkembangan ilmu dan teknologi.
Tim rcdalsi pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepda $af pengajar yang telah berpartisipmi dalam mengisi brbitan edisi kali ini.
lfitab{lhhi Taufiq Walhftlayah Wmsalamu'alaikum Wr. Wb.
Wmsalam
Redaksi
tssN 0216 - 3535
Majalah ltmiah
CEMERLANG Majalah llmiah Cemerlang adatah Terbit 6 (enam) kati setahun
**ili:iTi:_ty:
hsrltpenetnian strdi kepushkaan ahu tetaah
buku maupun tullsan ilmiah.
g*;ftfffifg{rret - Aprit, r,bi _ Juni, Juti _ Asusrrs, Hkml &ptember - Oktober, Nor;G : tHm"; Penasehat Prof. Dr.lr. Darma Bakti, MS.
Penanggungarab lr. H. M. Anurar Nasulion, M.M.
l(etua paryuiling .lr. Gushmi -Mp. Halahap,
tuggote pffyufifng lr. Syahminar Batnbara, MSi. Elfin Efendi, STp., Mp. tr. safiildfliri
lr. Sd Susanli Ningsih
SS$Gtari* Nakiah lr/atondang, SE. lr. Hasan Basri
Distributor lr. Lokot Ridryan Bafubara lr. Kuvnryadi lr. lvlaimunah Sireoar lr. Ansoruddin Hara-hao lr. S. Erly Sumantn', Mp.
Atamd Redaksi
:
Fakultas pertanian Universihs Asahan
ill. Jend; Ahmad yani Kisarâ&#x201A;Źn Zr aal
itp,
tO6[3}
g4T
ZIg
rssN 0216 - 3535
IVTAIAIAH
IIMIAH
CEMEWG
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ASAHAN
Edbi
Hal.
M.I. CEIIIERLATG
I
1
-lU
Kicann
rsslr
Januari - Pebruari 2010
0216. 3535