Peranan manajemen agribisnis sapi perah di indonesia

Page 1

PERAIJ,:{i{ IdAi!A.JrI,:EIi AGRIEiSNIS SAPI FEP.AII DI

I

DOI{ESiA

Oleh:ttutyadi Dosen UNAYA B. Aceh penurisan makerah ini biiiujuan un,r', *"nni:iil'l.ranan manajemen agribisnis sapi per:h di rndo osia. lrletcde penullsan menggun3kan meic{je liil,rry ror.urJh. oari'nasrl p"'rlanuran dapat disimpulkan bahwa seseluruhan subsistem dala|n agribisnis peternakair s:pi perah saling membuluhka;l iaiu s,:r,ra lainnya. Satu subsistenr lain yang menunian3 p'-Acn5ang::r darj a:nb;ni; p.::.nrkan'sap; perat, ar,riat s,rbsistem 6endrJkrrnn h:n,or r"_i pet'ank.rn, rembasa penerirJan, rem-basa pei:tihan. pu'surrn fns3i, pendukung ini dapir memberikan banruan pada keseruirhan *uri"rtr," *,-io#i. bantuan. pinjaman, teknologi, dan peningkatar sumberdaya manusia pao"a masing-masing subsistem. oleh karena itu, pengembangan agribisnis berbasis sapi perah harus dilikukan secara terintegrasi dari hulu sampai hilir. selain itu, secara ketembagaan antaia peiemak, koperasi dan rps harus

;;;;;'.i i#;rf;lT::l:^f"'"'i'"i:T:'e'

i]|,Tt";:ffo,1Hlli*ffii"J

menlatantin pota

iemi,"r;t;;;r.,i;;"i;

*'*'

Kaia kunci : agdblsnA-, sapi perah den petenekan 1. Pendahuluan

sapi perah

Usaha persusuan di lndonesia sudah selak

persusuan

lama dikembangkan. Seirirrg dengan perirenrbanjan waktu, perkembangan persusuan

di lndonesia

(periode sebelum

taiun 1990) djseb,t

l,

semakln bertambah pula baik

industri pengolahan siJsu. Sejak dilakukaa impor sapi perah secara besar-besaran dari Australia din New

I

Zeaiand pada awal tahun 19g0_an,

fase

perkembangan sapi perah, Tahap lt (periode 1980 _ 1997) disebut period€ peningkatan populasi sapi perah, dan Tehap llt (periode 1992 sampai setaang) OiseOui

pada tahap

pun

permasalahan dari sisi petemak, koperasi, ntaupun dari

dib-agi

nenjadi tga lahap pe4embang3n. yaitu Tahap

p€riode. stagnasi.

Seiring dengan p€rkembangan petemakan di lnConesia, berbagai pennasalahan

.

1.1. Latar Belakang

.

per*#bangan

petemakan sapi perah dttasakan masih o.lkup lambat ka.gna usaha ini masih b€rsifat sampingan oleh para petemak. pada

tahep ll, pemerintah melakukan impor sapi perah secara besar-besam pada awal tahun 1ggGa;. Tujuan dilakukannya impor besar-besaran adalah untuk merangsang petemak untuk lebih meingkatkan

produksi susu sapi perahflya. Selain itu, peniigkatan populasi sapi perah dituniang oleh permintaan'akan

temyata

produktivitas usahatemak raJ.,yat masih tetap re;dah seolah jalan ditempat. karena manajenten usjhatemak

dan kualitas pakan yang Oiberikan sangat

tidak memadai. Memperbaiki manajemen peternakin rakyat merupai<an probtema yang drkup komplek, tidak hanya merubah. sikap petemak tetapi juga bagaimana menyediakan bibit yang baik d'an batrai pakan .stok yang. berirualitas dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan. Dampaknya tedihat pad; refldahnya kualitas susu yang ditunjukkan oleh tingginya ptate count Tpc), riti+ita = l:ldungjl baktei (Totat diatas 10 juta/cc. padahal, yang direkomendasi harus

d,bawah 1 jutaicc. Di sisi tain, nilai fola/ so/id

produk olahan susu yang semakin meningkat dari masyarakal. Di samping itu, pemerintah mencoba melalukan proteksi terhadap petemak rakyat dengan mengharuskan lndust'i pengolahan Susu iteSl un-tut

fis)

masih d;bawah rata-rata yaihr di bawah .11,3%. Dengari klta Iain, permasalaian yang terjadi di tingtat peteriaf

adalah tinghat kualitas susu yang dihasitkan masih

sangat rendah, baik dari sisi total bakteri (TpC) ataupun Iolal Sord (TS).

menyerap susu dari petemak. Sedangkan untuk tahap lJI. pe*embangan sapi perah mengilami prnrrnun dan stagnasi.. Hal terseb{t d;pengaruhi oleh kejadian krisis ekonomiyang melanda lndones:a. Di sanping it,r,

Permasalaian persusuan

di

yang dihadapj

lndonesia adalah

pada

di

tingkai lembaga koperasi. Sebagai lembaga yang ,.n9"16l, purruruin dan petemak dan mendishibusikan kepada lpS serla

pemerinlah mencabut periindungan teriradap peteinai rakyat dengan menghapus kebijakan rasio susu impor

sebagai perwakilan p€ternak dalam memperjuangkan

lokat terhadap tpS (tnpres 9.r1..:r.r. Kebiiakan

Nc.4/1gfjS). ini sebagai dampak adanya kebijakan gtobal

aspirasi peternak, koperasi mempunysi peran iang c!kup slralegis. untuk menopang pe*emUangai

menuJ perdagangan bebos bafifoy. gerdasaftan

persusuan di lndonesia. perkembargan dari kopeiasi persusuan tergantung pada mekanisme yang fedadi di koperasi Bila para pengurus iopiras: yarg ,lersebut. menjalanka'r roda perkoperasiannya tiOak amanahl

dengan kebrjakan tersebut, maka peternak harus mampu dengan produk susu dad har negeri, _bersaing baik dari sisj kuantitas maupun kualitas.

67


lnaka dapat tlerdampak pada ksharcuran dari pei3rfalian susu yang berada di vriiayah tersebut.

2.2,

B,;dagai kasus yang bei<ena:n den!,"n bangkruinya

susu sl::r'lisasj make picdrk susr t3is€bui Capai langsung di konsumsi. Jadi pernlniaan akan temak sapi perah irrgantung dad

kqrsrai; susu telih terja-dr d;Asre?pa wlayall persusu3n di Jawa Barat. Belurr" l:31 scl::ai psrmasalah di atas, muncul era peidagargan bel;as khususnya di kawasan ASEAI! (AFIA= Asian Free Irda "4ssoci:iloa) di mena l0d.:iesia nau tidak rn3u alau suka lidak suka harus ikut dalam keficah giobal

t:rsebut. Dalam perdagangen L,ebas tersebut, resii"iksi p?r'drg2ng3n terutama ta.il b€a masuk sclehap doml selahap harus dikurangi srmpei menxp:i 0 %. 0cngar adanya perdagangan bebas ini, pioduk susu sggar irnpor dapat menras{iki pas3iair lndonesi3 den0an mudah. Satu sisi, hal ini dapai membeiikan p'ilua da0 kesenrpaian paila kcn:rin:n untuk me,-nilih prMuk susu yaflg ne[eka iflgini€n sesuai

g

d.3ngan kualitas dan harga yang dapat mereka jangkau.

Tapi

di

sisi lain, hal ini dapat

menyetrabkan

keterpurukan bagi para petemak sapi perah karena ke'Jdakmampuan bersaing dalam sisi harg3, kualilas, dan produksi susu dibandingkan dengan susu segar impor. Kondisi inilah yang menyebabkan para petemak sagi perah kembali tdak bergairah unluk meneruskan

Konii:j Penil,riaan S:pi

P€rzh daa Produk

Susu

S;pi perah adalah

y:r3

tc

Cengai? pi'oses pastsuril..:ii

ak fienghasii

d:r

p€nlrintaan produk susunya ii'r s€n"4ii. PaCa khun 1979 pi'oduk* susu moncapei 72.201 loa sedangkan kcnslrmsi susu riencapei 532.700 ton. irimenunj'.lkl(an b;ir'.'. ; h.:rryc 13 5% susu da'.:nr ncg--,i \'.ng n'.lmpu

jrem".nuhi pemrintaan konsufien ter$bu'r. AJtjnya 86,5% kekurairgan susu tersebut drpenuhi daii impor

susu luai negeii. Eegiiu pula defiga tahua{ahun L.Jrikuhyo, F":imini3an akan susu ly3lJin rnampu

d.pi

l, produl,, susu d r:Jin n3Jii. B:rdasa*an data statstik peternakan (2001),

Lhi ol

peiminlaan produksi susu unltJk tahun 2C01 mencapai 1.20C ribu tor sedangkan prcduksi susu lokal hanya mampu meflpioduksi 480 ri.lu ton dar sebbihnya didaiangkan dari impor. Dengan kata lain, produksi susu dalam neg€ri baru mampu memenuhi pemintaan

mengetahui peran€fl manajemen agribisnis sapi perah di lndonesia.

seb€sar 30% d:n 70?ir berasal dari impcr. Dad dua poduk susu tersebut (susu dalam negori dan susu impor) dapat diid€ntifikasi beb€rapa pededaan yang cukup mendasar, yaitu dari sisi llarga, kualiias susu, dan produktivitas sapi. Susu segai impor memiliki kualitas dan harga yang rebtive be'saing dibandingkan dengan susu segar dalam negeri (SSDN). B€Situ pula dengan tingkat pmduktivitas dari sapi perahnya, di mana sapi-sapi perah luar negeri memiliki produKivitas lebih tinggi dibandingkan dengan sepi perah di dalam negeri. Hasil penelitian Chai, dkk, (1e96), di Jawa Baiat menunjukkan skala usaha petemakan sapi perah s€kitar 5,8 ekor/unit usaha dan kcmampuan pr0duksi sekitar 11,6 lilerlekor/lrari. Sebagaimana diketahui bahwa hampir g0% produksi susu dalam negai berasaldari usaha sapi p€rah rakyat dengan kepemilikan sepi perah sebanyak 4 -6 ekor. Berdasarkan dari uraian atas dapat dikatakan bahwa nilai neraca pembayaran antara produk susu yang diekspor dengan yang diimpor menunlukkan angka defisit, Hal ini menandakan bahwa

2. Uraian Teorilis

nilai rupiah kita untuk transeksi petdagangan ant6n negaia lebih banyak tersedot ke luar negeri

usaha petemakan sapi psrahnya. Berdasarkan berbagai kendala dan kondisi di atas dapat berdampak pada dua hal, yaitu berdampak pada kehancuran peternakan sapi perah di lndonesia atau tetap eist peternakan sapi perah di lndonesia. Kehanflran petema'nan sapi perah dapat terjadi bila

para pe{aku tlCak beqalan setlagaimana

mestinya,

misalnya pelaku yang satu menekan pelaku yang lain. Namun dapat pula peternakan sapi perah di lndonesia

tetap exist bila s€cara sigap seluruh pelaku dapat memperbaiki kondisi yang aCa dalam menghadapi tatangan global dan kompetisi perdagangan ya.1g semakin kelat-

di

1.2. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah

ini

bertujuan untuk

2.1. Perkembangafl Populasi dan Produksi Susu Seperti yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya bahwa budidaya sapi perah di lndonesia mulai dip€d{enalkan pada tahun 1890. Sa.npai deogan tahun 1969, jumlah populasi sapi perah di lndonesia mencapai 52.000 ekor yang menghasilkan 28.900 ton susu s€gar (Soepodo Eoediman, 20C3). Perkembangan sapi perah pun mulal terlihat seteiah adanya impor sapi perah sacera besar-besaran pada t:hun '1980-an.

dibandingkan di dalam negeri. Artinla kontibusi yang diberikan oleh persusuan di Indonesia lebih banyak menghasilkan modal keluar (capital ffight) dibandingkan dengan pemasukan modal luar negerl ke dalam negeri.

2.3. Sistem Agribisnis SapiPerah di lndonesia Sistem agribisnis pada komo"4itas sapi perah dibangun berdasarkan sistem yerllcal /riagralion, yaJt_u aniar pelaku agribisnis satu sama lein saling tergantung pa,la produk si.rsu. Produksi susu hasil petcrnakan


peternak, koperasi dan IPS ilarus menjalankair pola kemitia3nnya s€card sinergis. Bila tidak dila;(ukan,

rakyat sebagian besar disalurkan ke Kcperasi/KUD persusuan yaflg kemudian di pasad(ao kepada Industd Pengoloh Susu. Koperasi memberikan pelayanan

kepaCa pd.emak sebagai anggplanla,

niscaya bisnis persusuan tidak ekan sebagaimana

bgl"'*pa

berhasil

yang diharepkan karena

s;stem

kerjasana yang dicangun pada komoditas sapi perah ini aCelah sistem integrasi vefrikal d:ngan satu jeris produk yang sama, yaitu susu. Bila t:tiadi kltjinpengan p3da sistem agdbisni: ini, maka akan bei'da p?k pada

pemasaran hasil produksinya juga melayani kebufuhan konsentrat, obat-obatan, 18, memberikan fasilitas pe yaluran kieCii, dan memberiilan geiayanan penyuiuiian.

kehancui'an subsisiem yang ada didalamnya.

Pada kenyataannya usaha petemakan sapi p€rah rakyat ini dihadapkan dalam dua mesa!3h besar, yaitu masafah zcote4nik dalam menghadapi pasaf

3. Pembahasan

3.1. Distribusi Susu, hput dan Sarana Produksi Peternak dari berbagai lokasi, baik yang

global dan masalah kelembagaan sosial ekoncmi yang kurang mendukung terhadap kinerja usahanya. Kedua aspek tersebut, seperti lingkaran setafl yang saling be*aitan sehingqa mengakibatkan perkembangan usaha petemakan rakyat dalam kuru0 waktu dua puluh tahun ini seperii jalan di tempat. Produk susu yang dihasilkan oleh sapi perah tidak dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen namun harus mengalami proses pengolahan ted€bih dahulu. Salah satu proses pgngolahan yanE sangat sederhana dan konsurnen dapat dengan a{nafi fl]efl]inumnya adalah dengan proses pemanas:n deflgan gjhu ratarata 70 'C atau sampai 100'C atar dikeflal dengan istilah pasteurisasi dan sterilisasi. Tujuar dari proses pengolahan ini adalah untuk tr€mbunuh bakteri-bakteri yang

berada

di

daiaian rendah dan

diperblkitan

meny3torkan susunya kepada koperasi yang terdekat

dengan wiiayahnya melalui tempat pelayanan susu. Dari pelayanan susu tersebut kemudian sllsu dati peternak dibe'iv3 ke kcperasi uniuk selanjutnya dikirim kepada IPS alauplrn diual langsung ke konsumen.

berbahaya bagi manusia atau disebul dengan bakteri patogen, m'lsdnya ienb baKeri steptococds. Sllsu

yaflg dihasilkan dari petemak selanjuhya

masuk ccoling unit yang drsediakan ol€h koperasi. selanjuhya koperasi langsrng rrcniuainya ke IPS untuk diolah lebih lanjut B€{bqid produk yang dihasilkan oleh IPS dapat b€rupa $su sgilisas! dalam kemasan kartoon, susu lepung, yo{ghurt es krim, dan sebagainya. Produk-produk tersebut selanjutnya dipasarkan ke konsum€n melalui sistem tataniaga yang telah terbangun sebelumnya, seperti pedagang besar, pedagang pengumpul, retail dan akhirnya ke

i::: * -

-

i\.!.nrNr

r

! f,i:i:!h

Gambar 1. Pola Sebaran DMU (decission management unit)

Komoditas Susu

Para peternak dari

berbagai

lokasi

mengantarkan susunya ke titik terdekat yang telah ditentukan oleh koperasi atau disebut juga Tempat Penarnpungan Susu (TPS). Selanjutnya, pada iam yang telah ditentukan, susu-susu dari TPS tersebut

konsumen.

Keseluruhan subsistem dalam agribisnis pefenrakan sapi perah saling membutuhkan satu sama lainnya. Satu subsistem lain yang menunjang perkembangan dari agribisnis peternakan sapi perah

adalah subsistem p€ndukung b€rupa

TrrI'- Prl^rfir(TTs, lfj.rirnJ! llF::F' srlf:Jnl4r'ii<'.r 1;. 'ri -irl

diambil oieh koperasi melalui alat transportasi pengangkut susu untuk ditampung di koperasi.

lembaga

Selaniutnya pihak koperasi melakukan test dan uii kualitas susu yaflg dihasilkan peternak yang nantinya akan dikompensasi dengan harga susu per liiernya. Susu yang ditampung oleh koperasi selanjohya didistribusikan ke lndustri Pengolahan Susu (lPS). Pihak IPS memberikan pembayaran atas harga susu dan pembinaan berupa informasi harga ke koperasi.

perbankan, lembaga penelitian, lembaga pelatihan,

perguruan tinggi, pemerintah, koperasi, dan sebagainya. Subsjstem pendukung ini dapat memberikan banfuan pada keseTuruian subsistem agribisnis sapi perah dalam rangka memberikan bantuan pinjaman, tek0ologi, dan peningkalan su..nberdaya manusia pada masing-masing subsistem. Oleh karena itu, pengembangan agribisnis berbasis sapi perah harus dilakukan secara terintegrasi dari hulu sampai hlik. Selain ifu, secara kelembagaan antara

Pihak koperasi sendki berperan memberikan pelayanan kepada anggotanya sebagai penyedia input dan sarana produksi, pembinaen terhadap petemak, pernbedan

69


kredit sapi, simpan pinjam, pelayanan keseh3lan, Can scba!lainya.

yang Hasil

yaitu:

Pe*embangan pers0suan di lndonesia tlCak

dari

berbagai permasalahan meolliambat perkembangan pe$usuan

iden'iirkasi teitadap berbagai perrnasaianan persusuan di lndoaesia diurailian dl baw;h ini. 1.I{ctiisi Petemakat Saii Pcia,'; R?:qaf Ssbagian besar usaha peternakan sapi perah

dikrlJla cleh petemakan sapi perah rai(yat dengan sksla usaha yang tidak ekonomis. Hasil penelitian chai, dki., (iS-q6), di Jawa Barat menunjukkan skala usaha p€ternai(an sapi perah sekitar 5,8 ekor/unit usaha dan

kemampuan produksi sekitar

11,6

liter/ekor,4rari.

SedanEkan menurut Makn, (1933), mt3an kemampuan kg/ekor/hari susu Produksi ekor/p€tsma\. 3,3 usaha den,:an skala

or:C;i-ii su;u di Jawa Barat sehitar 8,20

ini, se5agian besar disalurkan t.e Ko?erasi KUD persusiran, yang kemudian di pasarkan kepada lndustri Pengolahan Susu (lPS). Adapun layanan yang diberikan koperasi kepada peternak adalah memasaftan hasil produksinya, melayani kebutuhan memfasilitasi konsentrat, obat{batan, penyaluran kedit yang diperlukan anggota Pada kenyataannya, usaha petemakan sapi perah rakyat ini, dihadapkan dalam dua masalah besar, yaitu masalah zooteknik dalam menghadapi pasar global serta masalah ketembagaan sosial ekonoini yang kurang mendukung tethadap kineia usahanya Kedua aspek tersebut, seped lingkaran setan yang

lB dan

saling

berkaitan. Sehingga,

mengakiba&an

p€ftembangan usaha petemakan sapi perah rakyal dalam kurun waktu duapuluh tahun ini s€perti ialan di tempat,

2, Ketersediaan pakan

Satu pen'nasalahan ulama yang

sering

dialami oleh para peternak adalah kontiniuitasn masalah lri.iauan. Kita ketahui bahwa lndonesia mengenal dua musim, kemarau dan huian. Pada musim hujan, hiauan sangat berlimpah sehingga para peternak tidak begitu susah untuk mencari hiauan. Tetapi apabila musim kemarau panjang datang, maka sudah ielas kesulitan yang teriadi adalah ketersediaan

hijauan. Dari tahun ketahun

&lanalensn Feienakan Sapi perah

B€i]€rapa kendala dan tanlangan yang dihadapi oleh para petsmak sapi perah di Ja!'Iz Barat menurut Makin (1998) dan Daiii Suryadi Dkk (2002)

3.2. Pcflnasalthafi Ternak Sapi Perah

t"rlepas

3. K.endala Rrn7ea

permasalahan

kelersediaan hijauan di musim kemarau menjadi momok yang bes* dan pekeriaan rumah yang belum terselesaikan, baik oleh pala petemak maupun koperasi. Sudah ada berbagai upaya peogawetan

l,lasih renCahnya proCuktivitas sapi perah

yang

dipelihara petemak, karena mutu genebk (bibit)sapi kl'91.1 manaj3men Fcr,rirnya rcnda'r, ju-! b!didaya temak dan kuaiiiss pakan yang diberikan tidak memadai. Perbaikan kualibs sumberdaya

1

petemak relatif lebih rnudah ditlngkartkan melalui pembinaan dan penyuluhen yang intensif. Tetapi yang menjadi prob{ema cukup komplek adalah bagaimana menyediakan stok bibit yang balk d3n bahan pakan yang berkualiias dal3m jumlah yang memenuhi kebutuhan di daerah pengambang?n. b. Rendahnya kualitas susu yang d:tunjuka antara lain oleh tjngginya kanduflgan kunlan sekilar ratarata diatas '10 iuta/cc, yang diakibat(an oleh sistem manajemen kandang yang badisional, sehingga harga yang terbentuk pun menjadi rendah. Sapi perah sangat tergantung pada ketersediaan lahan sebagai penghasil pakan. Realitanya, lahan produktif bagi kepentingan petemakan sapi perah semakin terdesak oleh kebutuhan sektor lainnya. d. Rataan jumlah pemilikan ternak yang tidak efesien

(3,3 ekor/peternak), sehingga kutang menjaniikan keuntungan bagi petemak. Hal ini menjadikan tantangan telsendiri unfuk meningka$(an skala

usahanya, sehingga usaha petemak meniadi efesien. Sedangkan dilain pihak ketesediaan bibit

Qeplacenent docft) belum mampu disediakan sesuai dengan kebutuhan petemak saat ini. Semakin langkanya sumberdaya manusia berupa tenaga ke4a muda yang berusaha di bidang petemakan sapi perah. Hal ini sebagai dampak dari pergeseran orientasi pembangunan yang mengarah ke sektorjasa dan industi.

Belum ie{adiaya integrasi dan koordinasi yang harmqnis antar lembaga pemerjnlah, swasta,

dan petemak, sehingga berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kurang diantisipasi oleh para pelaku bisnls. koperasi

Dalam menghadapi pas€f bebas, dan berbagai usaha untuk menyelesaikan berbagai

hijauan, seperti silase, pengeringan hi.iauan, menggantj d3ngan sumber pakan lain, dan sebagainya belum efektif dalam mernenuhi kebutuhan hr.iauan yang cukup

permasalahan lersebul, perlu dilakukan pengkajian yang komperhensif ddak saja dari sisi peternak (on famr) dan kelembagaan pada sub sistem lainnya (sub srstem off larm maupun sub sis{em pendukung) teiapi juga dari aspek kebijakan peBusuan maupun UU petemakan 6/1967. Sistem agiibisnis persusuan yang

besar iersebut.

masih tersekalsekat, telah meny€babkan te43dinya


ketmpangan aniar sub sistem, yang sehaiusnya terjadi saling k€ietg:rntungan antar sub sisie;.-1.

4.

futx#sat&tt dEn Per-Eolahan He€il fuod$#i Eerdasa/dan data yang telah diungk:pkan,

masih terdapal kekurangan suplai susu

untuk

mamenuhi permintaa di lndonesia. Mcnurut Makln dirk, (1997) dalam rangka peningkatan mutu produks; susu lckal, hatus ditindak lanjdti dengan s€djfikasi produk. Dalam hal ini koperasi dapat hkerja sarna dengan le,rnbaga sertfikasi yang terakreCitasi sebagai lembaga Sertjfikasi Peningkatan Sstem fi1anai]men Mutu (SPSlvlM). Dengan menerapkan sistem mane jemen yang mengacu pada kaidah-kaidah ISO 9000, sehingga diharapkan produk susu lokal akan marnpu bersaing di pasar global dimasa mendatong. Selain itu langkah lain yaitg diperlukan adalah meflgantjsipasi sifuasi peidagangan bebas, yang rnemberjkan dampak berupa p€reitiuan harga yang titiak ditentukan lagi oleh aturan sapihak, namun di,Casarkan kepada interaksi kekutan pemintaan dan penawaran, dan hilangnya ber-bagai bentuk protelsi, yang dapat mengakibad(an

Seianra iiti, 80% susu dari pelsmak diserap oieh lPS. lnijah yang m.njadi satu pernlas:lahajt yarg

sampai saat ini belum dapat diselc:aiknn teruiami beRaitan dengan harga dasar susu yarg dil*ima olei lPS. Harga susu yang diterima petem:k daj lpS belum

mengalami penaikan padahal biaya prodlksi sudah semakin meningkat. lni yang rnentadi tLrg:s riari GKSI unllk mempequanglian peningkatan harga susu yang

ditedma peisinak

daii lPS. Teniunya stardr hargi

susu yang diletapkan oleh IPS dikaiU(an d3ngin upaya kualitas susu yang diierima petemak. Sasrpai saat ini

harga standar susu segar yang dii3dna peieinak adalah Rp 1.725,{iier dengan standa. TS TPC sebesar 1 juta.

-

11,3 % dan

4. PenL'tup

Pada kenyataannya usaha peternakan sapi perah rakyai ini dihadapkan dalam dua masalah bgsai,

yaitu masalah zooteknik dalam menghadapi pas:r global dan masalah kelembagaan sosial ekonoml yang kurang mendukung teriladap kinerja usahanye.

Keseluruhan subsistem dalam agribisnis

diserbunye pasar potensial Indonesia oleh susu impor.

petemakafl sapi perah saling membutuhkan sat! sama

6. Permasalahan lnduski Pengolahan Susu Seidng dengan dibebaskannya perusahaan pengolahan s0su unfuk tidak sehlu menyerap susu dari petemak dan diberikannya keb€basan impor susu.

perkembangan dari agribisnis petemakan sapi perah

Iairrnya. Satu subsistem

lain yang

menunjang

adalah subsistem p€ndukung berupa

iembaga

perbankan, lembaga penelitian, iembaga pelatihan,

harga susu tepung impor yang relatjf

p€rguruan tinggi, pemerintah, koperasi, dan sebagainya. Subsiste.n pendukung ini dapat membej-ikan bantuan pada keseluruhan subsistem 3gribisnis sapi perah dalam rangka rnemb€rikan bantuan pinjaman, teknologi. dan peningkatan

oleh perusahaan dalam bentuk susu cair kemasan

sumberdaya manusia pada masingmasing subsistem. CXeh karafla (u, pengembangan agribisnis be$asis sapi perah harus dilakukan secara terintegrasi dari hulu

maka para petemak dan koperasi harus mamgt bersaing dengan produk slsu dari luar negeri. Saat ini, susu segar dalam negeri masih terselarnafian dengan mahal dibandingkan dengan susu segar dalam neg€ri. Selain itu, unt:k prcduk ulha hOfi t€rnp€rafu@ yang diprcduksi masih menjadi penolong bagi susu segar dari petemak karena IPS tidak berani membayar mahal untuk mengimpor susu cajr dari luar negeri.

sampai hilir. Selaln itu, s€cara kelembagaan antara petemak, kop€rasi dan IPS harus menjalankan pola kemibaannya secara sinergis.


DAFTAR PUSTAKA

Eungaran Saragih, P.ahrnat Pambody, dan Tungf<ot Sipayucg. 2C00. Kumpulan Penrikiran: Agribisnis Berbasis Peternekan. Pustaka Wirausaha Nluda. Bogor. Bungaran Saragih, Rahmat Pambudy, dan Tungkol Sipayung. 200'1. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekon:mi Berbasis Pertanian. Pustake $/irausaha l,4uda. Bogor.

Nur Kasirn, Achnrad Firman, dan Wllyam Djaya. 2004. Kajian Pengembangan l.4odel Unit Pelayanan Jasa Alat Den l,,lesin Petemakan. Keriasama Fakulias pelgrnakan dan Dinas Feternakan Jawa Barat. tsandung.

Rohadi Tawaf dan Achmad Firman. 2005. lndusbi Petemakan Sapi Perah di lndonesia (Draft). Fakulias Peternaksn Unpad. Bandung Rohadi Tawaf, Achmad Fiiman, Sd Rahayu, Sondi Kusw3ryan, Hasan Hadiana, Unang Yunasaf, Adjat Sudradjal Cecep Finnansyah, dan Jajang Gumilar.2003. Anaiisis Kelayakan Usaha Kemit'aan SapiPolong, Sapi Perah Dan Ayam Ras. Kerjesama Fakultas Petemakan Unpad dan Dinas Petemakan Jawa Barat. Bandung.

Hasan Hadiana, Achmad Firman, dafl Rohadi Tavraf. 2005. Analisis Biaya Produksi Susu Segar Pada Petemak Sapi Perah Anggota GKSI Jawa Baral Fakullas Petemakan Universjias Padjadlaran dan GKSI Jawa Barat. Bandung.


tssN 0216 - 3535 I'4ajalah Ilm;ah

trHiWHH{.TATWG Edisi B Maret - Apri! 201'1

DAFTAR ISI

PELAKSANI'AI.{ FUNGSI HUKUid ADMINISTP,ASI NEGAM Oleh : Ahmad Rasoki Nasution

....-....-..........

PENGARUH PEMBETAJAMN PAS TERHADAP KECAKAPAN PAS ATAS DAIAM PERMAINAN BOLA VOLI PAOA FKSTRAKURIKULER SMP NEGERI3 KOTA SIGLI Oleh: HUBUNGAN KINERJA MRYAWAN TERHADAP PROMOSIJABATI.N Oleh

1

-7

Amirzan

8-12

h

13-19

:

Bas yira

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN BIMBINGAN BELA.JAR MELALUI KTINIK PEMBELAJAMN Oleh : Diana

20

-U

PERBEDMN PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASSFD LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN SISWA PADA SMA NEGERI 1 B.qNDAR DUA Oeh : J u n a i d

n

-37

PENTINGNYA REFORMASI ADMINISTRASI NEGARA DALAM TERCIPTANYA PEi!4BANGUNAN NASIONAL DI INDONESIA OIeh : lsmail Fahmi Siregar

38-42

HUBUNGAN PENDIDIKAN PENYIKATAN GIGI DENGAN TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SEKOLAH Oeh : Hj. Lilik Rosdewatj .............................

43-47

De'/vi

i

PENINGKATAN KUALIIAS BIBIT KARET HASIL OKULASI DENGAN PENEMPAN METOOE OKUTASI THREE lN ONE' OIeh : Masna

Manurun9..............................

.-

PERANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SEBAGAI SALAH SATU SARANA PEMBERDAYMN EKONOI4I RAffAT Oleh : Poltak Sinaga......................, HUBUNGpS.I KOtuIUNIMS| TATAP MUKA DENGAN PRESTASI BELAJAR Oleh

PEMNAN MANAJEMEN AGRIBISNIS SAPI PERAH Dl INDONESIA Oleh:

:

Gelisa Harefa

Mulyadi

SOLUSIATAS BSRBAGAI KETERPURUKAN HUKUMDI INDONESIAOIeh: Umar XEBJJAKAN PENDJDIKqN YANG

DE JOKRATjS OJd: Atonj

MrJnir

PENDEKATAN PARTISIPASI I/ASYAMKAT DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Badruzaman

Sl[lULASl STiIUKTUR DENGAI{ SYSTEM HIBRIDA Oleh

:

Elliza Chairina

MaMi

..........

48 - 50

51

-60

61 - 66

67-72 73-77 78-80

Bt -87

88-93


ts-qrd

#;96 - 3s3s

I; t$,s1,E""&Sfr HC-i.*dK&gS

ili:ii14iFiF=Iaffi.&zuffi

F&KffiLTAS PHRTANIAzu Eiru€wffiffi&€Te$

Hd;*t 14.

E"

Cg#€irltAli$

l.N*1.

r - tt8

&s&Heru

Xisei€n t$red Aprff nSf

rs$Bt

I

E3'i6 - 3$35


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.