Sistem produksi hijauan makanan ternak di daerah pemukiman transmigrasi

Page 1

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

SISTEM PRODUKSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK DI DAERAH PEMUKIMAN TRANSMIGRASI Ir. Mulyadi, M.Si. Abstrak Hijauan makanan ternak di Indonesia pada umumnya bersumber dari hasil sisa pertanian, rumput alam, semak-semak, daun dan batang pohon-pohonan. Sumber daya alam besar pengaruhnya terhadap produksi hijauan tersebut. Pemanfaatan hijauan ini selain tergantung pada jenis dan kelas ternak yang dipelihara, juga tergantung pada sistem pertanian dan peternakan yang dianut. Ternak sebagai salah satu komponen dalam sistem usaha tani harus ditempatkan dalam struktur menurut fungsinya sebagai salah satu komponen usaha tani. Alternatif penggunaan ternak dapat diperhitungkan karena ternak banyak jenis, sistem produksi dan macam produksinya. Di daerah transmigrasi banyak ditanam tanaman pangan, palawija. Oleh karena itu, makanan ternak diharapkan dari limbah tanaman pertanian seperti jerami padi, jagung, umbi-umbian dan kacangkacangan. Untuk tetap tersedianya sumber hijaun makanan di daerah transmigrasi, selain mengharapkan dari limbah, maka dapat dilakukan penanaman hijauan di tanah-tanah limbah (tak digunakan), pematang-pematang bahkan tepi-tepi jalan.

Kata Kunci: hijauan ternak, daerah transmigrasi, dan produksi

1. PENDAHULUAN Program transmigrasi ditujukan untuk meningkatkan penyebaran penduduk dan tenaga kerja serta pembukaan dan pengembangan daerah produksi dan pertanian baru dalam pembangunan dae-rah, khususnya di luar Pulau Jawa, yang dapat menjamin peningkatan taraf hidup para transmigrasi dan masyarakat sekitarnya, (Siregar:1981).

Pencapaian tujuan program transmigrasi diperlukan penyesuaian yang saling menggalang produktivitas antar- lahan, komoditas dan pola pertanian/ pemeliharaan yang tergabung dalam suatu keterpaduan yang diinginkan dalam TRI MATRA pembangunan pertanian yaitu: terpadu wilayah, terpadu komoditas dan terpadu usaha tani. daerah

Sebahagian besar peternak di transmigrasi merupakan 60


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

peternak kecil, tidak memikirkan persediaan makan-an ternaknya. Mencari rumput hingga jauh dari desanya setiap hari dalam musim kemarau merupakan gejala sudah menipisnya tanaman rumput di sekitarnya. Menyabit rumput segar bercampur rumput kering merupakan usaha untuk menambah makanan ternak yang diberikan dalam kandang. Dengan demikian alternatif yang dapat ditempuh pengembangan peternakan di daerah transmigrasi dapat diusahakan dengan jalan perbaikan hijauan makanan ternak dan pemanfaatan limbah pertanian, sehingga luas areal tanah hijauan makanan ternak yang dibutuhkan per satuan ternak dapat dikurangi. (Soedomo:1985). Nitis (1979), mengemukakan bah-wa hijauan makanan ternak di Indonesia pada umumnya bersumber dari hasil sisa pertanian, rumput alam, semak-semak, daun dan batang pohonpohonan. Sumber daya alam besar pengaruhnya terhadap produksi hijauan tersebut. Pemanfaatan hijauan ini selain tergantung pada jenis dan kelas ternak yang dipelihara, juga tergan-tung pada sistem pertanian dan peternakan yang dianut. Sistem produksi hijauan makanan ternak yang lain, baik di daerah lahan kering, lahan basah dan

ISSN 2086 - 8421

lahan pasang surut untuk dapat tersedianya hijauan sepanjang tahun suatu periode secara terus menerus, dapat ditanam hijauan pada tanah-tanah khusus atau tanah yang tidak digunakan untuk pertanian, di bawah lahan perkebun-an, di pematangpematang, di teras-teras dan di pinggirpinggir jalan. Dengan pola pengembangan hijau-an dengan memanfaatkan lahanlahan limbah, maka petani peternak di daerah pemukiman transmigrasi untuk penyediaan hijauan bagi ternaknya dapat diperoleh secara kontinyu, yang penting adalah cara pengolahannya harus betul-betul tepat. Keuntungan yang lain dengan sistem tersebut dapat mencegah terjadinya erosi, sehingga kehilangan unsur hara tanah yang dibawa oleh air dapat dihindari. Apabila jenis hijauan leguminosa yang ditanam sekaligus dapat menyuburkan tanah-tanah di lahan tersebut.

2. BEBERAPA MACAM SISTEM PRODUKSI HIJAUAN YANG SESUAI DENGAN KEADAAN ALAM Mutu hijauan makanan ternak pada setiap lahan akan berbeda menurut daerah atau jenis tanahnya. Hal ini dipengaruhi oleh suburnya tanah, kaya tidaknya unsur hara, semakin subur tanah sehingga mutu

61


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

hijauan semakin baik dan produksi akan meningkat. Produksi rumput yang tumbuh di tanah sawah, tegalan, kebun, hutan dan pinggir jalan berkisar antara 14-15 ton bahan kering (BK) /ha/tahun. Akan tetapi, untuk bahan panganan berkisar 1,5 ton dan kebun rumput sekitar 2,5 ton BK/ha/tahun (Nell & Rollinson yang disitasi Nitis, 1979). Permasalahan yang ada di Indonesia adalah tanah yang diperuntukkan untuk pemukiman transmigrasi adalah sebahagian besar tanah kelas IV ke atas, sudah tentu kesuburannya kurang. Akan tetapi seandainya pengelolaannya yang baik akan mening-katkan kesuburannya, misalnya dengan penamaman jenis hijaun leguminosa, karena dapat menfiksasi N dari udara dengan bantuan bakteri rizobium yang terdapat pada bintil akarnya. Umumnya lahan yang diberikan untuk transmigrasi tidak diperuntukkan untuk pembuatan padang rumput atau padang pengembalaan,walaupun dalam perencanaan ada juga yang khusus diper-untukkan bagi pembuatan kebun rumput, tapi tidak begitu luas, namun kenyataannya petani enggan untuk menanamnya. Mereka lebih mengutama-kan untuk menanam pangan. Pada pola ini maka peternakan harus menyesuaikan dengan pola

ISSN 2086 - 8421

penyediaan makanan ternaknya dengan bidang-bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Segala bahan makanan yang berasal dari sisa-sisa pertanian ataupun limbah harus dimanfaatkan sebaiknya. Sedangkan areal lahan yang masih mungkin dipergunakan untuk penanaman hijauan harus dikelola dengan baik. Misalnya dengan sistem zero grazing yaitu hijauan dipotong dan diberikan pada ternak dalam kandang, ternak tidak dilepas di tanah-tanah kristis, tanah-tanah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Perkembangan peternakan di daerah transmigrasi mengikuti perkembangan kegiatan terdahulu di daerah itu atau mengikuti pola asal daerah yang dikirimkan asal transmigran tersebut. Akan tetapi, kegiatan terdahulu seperti kegiatan pembukaan tanah, pertanian, konservasi tanah dan lingkungan dilakukan oleh pemerintah. Peternakan diadakan sedemi-kian rupa, sehingga tidak akan meng-ganggu kebutuhan primer rakyat, bahkan jika mungkin menunjang kegiatan yang sudah ada. Suatu wilayah pengembangan transmigrasi sudah barang tentu tidak akan dipaksakan mengembangkan suatu model usaha tani terpadu saja, akan tetapi disusun menurut kesesuaian komponen lahan dan petani. Menjadikan suatu model usaha tani terpadu atau beberapa pengembangan transmigrasi, berarti mengembangkan suatu sistem yang lebih besar dari 62


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

sistem usaha tani. Hal ini akan menyangkut pengorganisasian, pengadaan komponen pembentuk usaha tani, tenaga penyuluh, sistem tata niaga yang lebih luas dan segala sesuatu untuk mengembangkan areal tersebut (Siregar et al, 1981).

A. Permasalahan yang Dihadapi Perwujudan dan keterpaduan dalam program transmigrasi sangat mungkin untuk diatur karena faktor-faktor pembatas masih hanya pada faktor dasar seperti lahan, manusia dan komoditas. Namun, pola usaha, pengolahan dan lainlain masih bisa memilih dan mengatur dari permulaan, yang sulit dikendali adalah faktor iklim. Ternak sebagai salah satu komponen dalam sistem usaha tani harus ditempatkan dalam struktur menurut fungsinya sebagai salah satu komponen usaha tani. Alternatif penggunaan ternak dapat diperhitung-kan karena ternak banyak jenis, sistem produksi dan macam produksinya (Siregar et al, 1981). Interaksi ternak dengan lahan adalah adaptasi ternak secara biologis, kemampuan lahan menghasilkan makanan ternak, pola pemeliharaannya dan daya tampung areal lahan yang tersedia. Sedangkan interaksi ternak dengan komoditi lain mempunyai

ISSN 2086 - 8421

beberapa aspek yaitu perebutan tempat pada lahan terbatas, perebutan hara, energi, udara dan air. Masalah hama dan penyakit yang saling mengganggu secara fisik, serta saling merebut waktu dan tenaga petani yang terbatas. Dengan demikian ternak dengan komoditi lain bisa berkembang kearah complementary/ suplementary effect, tetapi bisa juga berkembang kearah mutualis exclusivenness. B. Transmigran di Lahan Kering Dilahan kering pada umumnya dengan cara pembukaan hutan dan padang alang-alang pertanian pangan dan perkebunan. Hal ini semakin merosotnya tingkat kesuburan tanah dengan temperatur harian yang cukup tinggi, sehingga pelapukan bahan organik dan pencucuian hara dan erosi lebih cepat sert diikuti dengan produksinya menurut. Pada daerah kering hijauhijauan itu berupa rerumputan diwaktu musim hujan, dan semaksemak atau daun-daunan, batang pohon-pohon pada musim kering. Pada tanah yang alang-alang dominan, dapat ditanami stek gamal maupun stek stylosanthes. Tanaman baru ini lambat laun akan mengalahkan alang-alang berubah menjadi pasture campuran yang mutunya lebih baik. Alang-alang jika dipotong maupun digembalai 63


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

secara teratur pada masa pertumbuhannya, selain produksinya meningkat, kualitasnya bertambah baik. Percobaan menunjukkan bahwa alangalang muda maupun alang-alang dengan suplemenentasi konsetrat dapat meningkatkan produksi ternak domba maupun sapi (Soewardi dkk, 1974) Pada pertanian yang bersifat mixed-farming tujuan utama adalah produksi pertanian sedangkan usaha sambilannya adalah ternak. Selanjut-nya, sistem pertanian yang dianut pada umumnya polyculture pada tanah tegalan dan monoculture pada tanah sawah. Penanaman khusus tanaman makanan ternak tidak dilakukan. hijauan didapat dari galangan, pinggir jalan dan tanah kosong sementara setelah panen padi atau palawija. Pada tanah tegalan, sistem tumpangsari yang sudah dipraktekkan selain mengintensifkan penggunaan tanah, meningkatkan produksi pa-ngan, juga meningkatkan produksi hijauan makanan ternak. Hanya saja pada sistem yang sering dilakukan sekarang, yang diberikan kepada ternak hanya jerami dari tanama untama atau tanaman selanya. Pola produksi hijauan dilahan seperti ini harus ditetapkan sistem produksi hijauan yang bersifat protektif dan dapat menyuburkan

ISSN 2086 - 8421

tanah, yaitu dengan menanam hijauan yang perakarannya dapat mengikat tanah yang kuat serta penanaman hijauan leguminosa dilereng-lereng, pematangpematang, batas-batas tanah dan lahan-lahan kosong lainnya yang tidak ditanam tanaman pangan atau perkebunan. Seperti banyak dilakukan di Jepang, dimana gulma yang tumbuh dibawah pohon sebagai cover crop diganti dengan hijaun makanan ternak, baik jenis leguminosa maupun jenis rumput. Sedangkan penanaman hijauan unggul di bawah pohon kelapa telah banyak dilakukan seperti di Bali, Thailand dan Philipina. Dari hasil percobaan tersebut ternyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan dengan pengembalaan ternak di bawah hijauan yang ditanam di bawah pohon kelapa tersebut. Sama juga halnya dengan produksi kelapa yang meningkat dengan introduksi ternak, karena secara langsung ternak tersebut dapat menyuplai feses dan urine yang dapat menyuburkan pohon kelapa tersebut. Cover crop-nya dapat ditanam jenis leguminosa seperti siratro, calopo dan sentro. Jadi, cover crop merupakan sumber pakan bagi ternak bersamaan juga dengan jenis-jenis rumput lapangan yang tumbuh bersamaan dengan cover crop tersebut. ada juga bagi petani 64


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

peternak yang agak intensif, mereka menanam hijauan unggul dengan membuat beberapa larikan antara sela-sela pohon karet tersebut. Sistem pemeliharaan ternak pada pola diatas untuk menjaga agar kontinuitas hijauan pakan dapat terpenuhi serta nmenjaga agar tidak terjadi kerusakan cover crop tersebut, maka perlu diatur pengelolaan yang tepat. Cara yang telah banyak dilakukan seperti diperkebunan karet Malaysia adalah dengan pengemba-laan semi permanen dan pengaturan rotasi grazing. Ternak digembalakan pada pagi hari sampai siang hari, kemudian ternak dikandangkan. Tenunya didalam kandang ternak di-berikan makanan tambahan makanan. Adapun pengaturan rotasi disesuaikan dengan kapasitas tampung. Seandai-nya faktor ini tidak dapat diatur, misalnya kapasitas tampung tinggi maka akan mengakibatkan kerusakan cover crop tersebut. begitu pula jika daya tampung tujuan untuk pengendalian gulma oleh ternak tidak terpenuhi, karena kita pengendalian gulma di samping keuntungan lainnya. Ternak yang sesuai untuk dikem-bangkan pada pola diatas adalah ternak domba, karena ternak ini umumnya ketika merumput tidak banyak menoleh

ISSN 2086 - 8421

kiri-kanan dan memakan apa yang ada disekitarnya. Berbeda dengan kambing dalam waktu merumput lebih gesit dan sifatnya suka memanjat pohon-pohon karet tersebut yang mengakibatkan kerusakan dan terganggu kerusakan karet. Apabila dipelihara ternak besar seperti sapi dan kerbau dengan sistem pengembalaan dapat mengakibatkan kerusakan cover crop dan tanah, karena injakannya terlalu berat serta pohon karet terganggu dengan gesekan-gesekan badan ternak ter-sebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh apabila ingin memelihara ternak sapi atau kerbau adalah dengan sistem zero grazing, tetapi dengan sistem iniakan menambah waktu dan tenaga untuk memotog rumput. Namun apabila petani tersebut memelihara 1-2 ekor ternak/ kepala keluarga, hal ini masih memungkin-kan. Sedangkan menurut Santosa dan bambang (1981), mengatakan bahwa sebahagian besar dari hijauan yang diberikan kepada ternak dilokasi transmigrasi terdiri dari rumput lapangan yang produksinya rendah, bahkan sebahagian yang lain adalah gulma. Hanya sebahagian kecil (7%) merupakan jenis kacangkacangan yang berasal dari limbah pertanian. 65


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

C. Transmigrasi dilahan Pasang surut Pada lahan pasang surut prioritas kedua adalah usaha tani terpadu orientasi ikan. Pengelolaanya mung-kin dengan memanfaatkan sistem folder atau untuk daerah pantai akan bercocok tambah perpaduan dengan tanaman keras biasanya dengan kelapa. Akan tetapi secara alamiah sebenarnya perpaduan yang ideal adalah ikan, rumbia/sagu, itik dan kerbau. Sagu akan jadi sumber karbohidrat, baik untuk manusia maupun ternak. Kotoran ternak akan menyuburkan perairan untuk meman-faatkan hijauan yang selalu subur didaerah tropika basah dan pasang surut tersebut (Siregar et al, 1981). Penenpatan transmigrasi di daerah pasang surut yang kondisi lahannya rendah dan dekat dengan laut, maka tanaman keras yang paling sesuai dikembangkan adalah kelapa, se-dangkan untuk tanaman pangan dapat ditanam tanaman padi pasang surut. Sedangkan untuk sumber pakan ternak dapat diharapkan dari hijauan yang tumbuh di bawah pohon kelapa tersebut. M. R. de Guzman dan A.V. Allo (1979), mengatakan bahwa jenis rumput yang dapat

ISSN 2086 - 8421

dikembangkan harus dapat beradaptasi dengan intensitas cahaya yang rendah, tidak menghambat dalam manajemen pohon kelapa dan tidak berkompetisi hara dengan pohon tersebut. Sedangkan menurut D.L Pluckneet (1979), mengatakan bahwa hijauan yang sesuai dikembangkan dibawah pohon kelapa harus memenuhi karakteristik dibawah ini: 1. Hijauan tersebut harus toleransi terhadap naungan. 2. Dapat digembalakan pada hijauan yang tingginya 8-1 cm dari permukaan tanah, sehingga memudahkan dalam mengum-pulkan buah kelapa (tidak tersembunyi oleh rumput). 3. Hijauan tersebut harus tahan injakan oleh ternak besar (sapi atau kerbau) 4.

Hijauan palatebel ternak)

tersebut (disukai

harus oleh

5. Tidak berkompetisi hara dengan kelapa. 6. jenis rumput prenial, kalau yang anual produksi biji harus banyak dan daya

66


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

kecambah harus betul-betul baik. Apabila dikembangkan jenis rumput unggul pada perkebunan yang masih muda (belum berbuah), maka ternak tidak dapat digembalakan di bawah pohon tersebut karena ternak akan memakan daun-daun kelapa. Untuk itu maka dianjurkan untuk memotong rumput tersebut dan diberikan didalam kandang. Untuk menjaga agar kesuburan tanah terjamin, maka dilakukan kombinasi penanaman rumput dengan legumi-nosa. Ternak baru dapat digembalakan apabila umur pohon kelapa sekitar 8 tahun atau kirakira ternak tersebut tidak sampai lagi untuk memakan daun-daun dan buah kelapa yang masih muda, ini untuk yang jumlah pohon 124 pohon/ha. Sedangkan jika penanaman sejumlah 143-156

ISSN 2086 - 8421

pohon/ ha, maka ternak baru dapat digembalakan apabila pohon tersebut berumur 12-15 tahun (M.R de Guzman dan A. V. Allo, 1979). Menurut D. L Pluckneet (1979) kalau tidak dikembangkan rumput unggul hanya dengan mengharapkan jenis rumput lapangan, maka kualitasnya kurang baik dan daya tampung juga sangat rendah. Kecuali ada beberapa jenis rumput lapangan yang nilai gizinya agak baik seperti rumput kudzu, paragrass, carpetgrass dan guineagrass. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan nilai gizi hijauan adalah dengan pemupukan dan introduksi hijauan leguminosa. Jenis rumput dan leguminosa yang tahan naungan dan kondisi asin, yang dapat dikembangkan dibawah pohon kelapa adalah sebagai berikut:

67


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

Tabel 1. Spesies hijauan yang toleran terhadap hijauan dan kondisi asin No

Species

Keterangan

Rumput 1 : Brachiaria Mutica

(para graa)

xx

2 : Pennisetum Purpureum

(Napier Grass)

xx

3 : Panicium Maximum

(Guinea grass)

xx

4 : Dicanthium Aristatum

(Alabang x)

x

5 : Brachiara Ruziziensis

(Ruzi grass)

x

6 : B. Miliformis

(Cori grass)

x

7 : B. Brizantha

(Signal grass)

xx

8 : Chloris gayana

(Rhodes grass)

xx

9 : Paspalum Conjugatu

(Carabao grass)

x

10 : P. Commersonii

x

11 : P. Dilatatu

x

LEGUME 13 : Centrosema Pubesces

(Centro)

xx

14 : Phaseolus Antropurpureus (Sirantro)

xx

15 : Pueraria Phasiolaides

(Kudzu)

x

16 : Lucaena Leucocephala

(Ipil-ipil)

xx

17 : Colopogonium Mucunoides (Calopo) Sumber

: M.R de Guzman dan A.V. Allo (1975).

Ket

: x = tahan naungan xx = tahan naungan dan kondisi asin.

x

68


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

3. KESIMPULAN Perkembangan peternakan di daerah transmigrasi dapat diusahakan dengan jalan perbaikan hijauan makanan ternak dan pemanfaatan limbah pertanian. Di daerah transmigrasi yang kondisi lahan kering, yang banyak menanam tanaman pangan, palawija. Oleh karena itu, makanan ternak diharapkan dari limbah tanaman pertanian seperti jerami padi, jagung, umbi-umbian dan kacangkacangan. Sedangkan pada perkebunan, pemanfaatan hijauan yang tumbuh dibawah perkebunan tersebut adalah alternatif yang dapat ditempuh untuk pakan ternak. Untuk mendapatkan hasil pakan yang baik, maka perlu diintro-

ISSN 2086 - 8421

duksikan jenis-jenis hijauan unggul yang tahan naungan. Kalau transmigrasi didaerah pasang surut tentu dipilih jenis hijauan yang tahan naungan dan salinasi yang tinggi. Untuk tetap tersedianya sumber hijaun makanan di daerah transmigrasi, selain mengharapkan dari limbah, maka dapat dilakukan penanaman hijauan di tanah-tanah limbah (tak digunakan), pematang-pematang bahkan tepi-tepi jalan. Hijauan yang dipilih tentunya selain nilai gizinya baik, juga bersifat protektif terhadap erosi dan kesuburan tanah, juga pada tanaman pagar agar bisa ditanam jenis legume pohon, yang merupakan sumber pakan untuk musim paceklik

69


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

DAFTAR PUSTAKA Gusman. M.R. dan A.V. Allo F.N.Z.I.N.S, 1975. Pasture Production Under Coconut Palms, ASPC. Taiwan. Nitis, I.M, 1979. “Tanaman Makanan Ternak : Potensi, Pemanfaatan dan Pengelolaannya.” Procedding Seminar, Penelitian dan Penunjang Pengembalaan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Pluckneet, D.L, 1979. Managing Pastures and Cattle Under Coconuts. Wesview Press/Boulder, Colorado. Reksohadiprodjo. S, 1984. Pengembangan Peternakan di Daerah Transmigrasi. BPFF.Jogjakarta. Santosa dan B.R Prawiradiputra, 1981. Budidaya Hewan Ternak di Daerah Transmigrasi Sitiung. Balai Penelitian Ternak: Bogor. Sastrodihardjo. S, T. Manurung, A.R Siregar dan P. Sitorus, 1982. “Pengembangan Budidaya Ternak di Wilayah Transmigrasi”. Journal Litbang Pertanian. Balai Penelitian Ternak: Bogor. Soewardi, b. D. Sastrodipradja, A.H Nasution & J.H. Hutosuit. 1974. Studies on Alan-alang (Imperata Cylindrica) for Cattle Feeding. Boitrop Bull, no.8. Wirdjoarmodjo, H dan S. Kusumaputra, 1981. “Usaha Penanaman Hijauan Makanan Ternak Sebagai Salah Satu Kegiatan Perhutani untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa”. Procedding Seminar Penelitian Peternakan, Perum Perhutani: Jakarta.

69


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

DAFTAR ISI Halaman .P 1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam Oleh Dr. Raihanah, M.Si. ............................................................................. 1 – 14 2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet pada Produk Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah Kota Banda Aceh Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si. ................................................................ 15 – 25 3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata Terhadap Kekuatan Tekan Oleh Ir. Helwiyah Zain ................................................................................. 26 – 31 4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ..................................................................... 32 – 44 5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si. ................................................................ 45 – 58 6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman Transmigrasi Oleh Ir. Mulyadi, M.Si. .............................................................................. 59 – 67 7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheue (Banda Aceh) – Lanteng (Pulo Aceh) Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si. ............................................................... 68 – 84 8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA di Kota Sabang Oleh Ambia Nurdin, S.Pd., S.K.M. ............................................................. 85 – 99 9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus Listrik Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si. ................................................................... 100 – 109 10. Learning English Over the Air – A Case Study of Nikoya Radio FM Oleg Ema Dauyah, M.Ed. ....................................................................... 110 – 119

2


Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012

ISSN 2086 - 8421

JURNAL

ISSN 2086-8421

TASIMAK Media Sain dan Teknologi Abulyatama ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Volume III, No.2 – Juli 2012 Pelindung/Pembina Penanggung Jawab

: Rektor Universitas Abulyatama : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama

Pemimpin Redaksi

: Drs. Yusri, M.Pd.

Redaktur Ahli

: Prof. Dr. H. Warul Walidin, A.K. M.A. (IAIN) Prof.H. Burhanuddin Salim, M.Sc. Ph.D. (Unsyiah) R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc. Ph.D (Unaya) Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. (Unaya) Drs. Azwar Thaib, M.Si. (Unaya)

Redaktur Pelaksana

: Drs. Zamzami A.R., M.Si. Yuliana, S.E. Yulinar, S.Pd.

Dewan Redaksi

: Muhammad Nur, S.H., M.Hum Ir. Mulyadi Ir. H. Firdaus, M.Si. Dewi Astini, S.H., M.Hum. Maryati B, S.H., M.Hum. Drs. Tamarli, M.Si. Yulfrita Adamy, S.E. M.Si. Drs. H.M. Hasan Yakob, M.M. Drs. Bukhari, M.Si. Ir. M. Isa T. Ibrahim, M.T.

Distributor/Komunikasi Bendahara

: Drs. Akhyar, M.Si. Drs. Muhammad, M.Si. : Drs. Nasruddin A.R., M.Si.

Desain Cover

: aSOKA Communications (www.asoka.web.id)

Website

: www.abulyatama.ac.id.

Alamat Redaksi

: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama km 8,5 Lampoh Keude – Aceh Besar, Telepon 0651 21255

1


VOLUME III, NO 2, JULI 2012

1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam Oleh Dr. Raihanah, M.Si. 2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet pada Produk Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah Kota Banda Aceh Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si. 3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata Terhadap Kekuatan Tekan Oleh Ir. Helwiyah Zain 4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. 5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si. 6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman Transmigrasi Oleh Ir. Mulyadi, M.Si. 7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Ulee Lheue (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo Aceh) Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si. 8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA di Kota Sabang Oleh Ambia Nurdin, S.Pd. S.K.M. 9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus Listrik Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si. 10. Learning English Over the Air – A Case Study of Nikoya Radio FM Oleh Ema Dauyah, M.Ed.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.